Top Banner
TESIS PENGUASAAN SOR SINGGIH BAHASA BALI DALAM KETERAMPILAN BERBICARA SISWA KELAS IX SMP NEGERI 3 DENPASAR TAHUN PELAJARAN 2013/2014 PANDE PUTU PAWITRA ADNYANA PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2014
126

PENGUASAAN SOR SINGGIH BAHASA BALI DALAM ...

Dec 29, 2016

Download

Documents

truongduong
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: PENGUASAAN SOR SINGGIH BAHASA BALI DALAM ...

1

TESIS

PENGUASAAN SOR SINGGIH BAHASA BALI

DALAM KETERAMPILAN BERBICARA SISWA KELAS IX SMP NEGERI 3 DENPASAR

TAHUN PELAJARAN 2013/2014

PANDE PUTU PAWITRA ADNYANA

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR 2014

Page 2: PENGUASAAN SOR SINGGIH BAHASA BALI DALAM ...

2

PENGUASAAN SOR SINGGIH BAHASA BALI DALAM KETERAMPILAN BERBICARA

SISWA KELAS IX SMP NEGERI 3 DENPASAR TAHUN PELAJARAN 2013/2014

PANDE PUTU PAWITRA ADNYANA NIM 1090161026

PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI LINGUISTIK

PEMBELAJARAN DAN PENGAJARAN BAHASA PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR

2014

i

Page 3: PENGUASAAN SOR SINGGIH BAHASA BALI DALAM ...

3

PENGUASAAN SOR SINGGIH BAHASA BALI DALAM KETERAMPILAN BERBICARA

SISWA KELAS IX SMP NEGERI 3 DENPASAR TAHUN PELAJARAN 2013/2014

Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister Pada Program Magister, Program Studi Linguistik,

Program Pascasarjana Universitas Udayana

PANDE PUTU PAWITRA ADNYANA NIM 1090161026

PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI LINGUISTIK

PEMBELAJARAN DAN PENGAJARAN BAHASA PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR

2014

ii

Page 4: PENGUASAAN SOR SINGGIH BAHASA BALI DALAM ...

4

LEMBAR PENGESAHAN

TESIS INI TELAH DISETUJUI

Tanggal 10 Desember 2014

Pembimbing I, Pembimbing II, Prof. Drs. I Made Suastra, Ph.D. Prof. Dr. I Wayan Simpen, M.Hum. NIP 19541224 198303 1 001 NIP 19601231 198503 1 028

Mengetahui

Ketua Program Studi Magister Lingustik Direktur Program Pascasarjana Program Pascasarjana Universitas Udayana, Universitas Udayana,

Prof. Dr. I Nyoman Suparwa, M.Hum. Prof. Dr. dr. A.A. Raka Sudewi, Sp.S.(K). NIP 19620310 198503 1005 NIP 19590215 198510 2 001

iii

Page 5: PENGUASAAN SOR SINGGIH BAHASA BALI DALAM ...

5

LEMBAR PENETAPAN PANITIA PENGUJI TESIS

Tesis Ini Telah Diuji

Tanggal 10 Desember 2014

Panitia Penguji Tesis, berdasarkan SK Rektor

Universitas Udayana Nomor: 977/UN.14.14.I.2/PP/2014 Tanggal 28 Nopember 2014

Ketua : Prof. Drs. I Made Suastra, Ph.D.

Anggota :

1. Prof.Dr.I Wayan Simpen, M.Hum.

2. Prof.Dr. I Nyoman Weda Kusuma, M.S.

3. Dr. I Nyoman Sedeng, M.Hum.

4. Dr. Ni Wayan Sukarini, M.Hum.

iv

Page 6: PENGUASAAN SOR SINGGIH BAHASA BALI DALAM ...

6

PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT

Saya yang bertanda tangan di bawah ini.

Nama : Pande Putu Pawitra Adnyana

NIM : 1090161026

Program Studi : Linguistik, Program Pascasarjana Universitas Udayana.

Judul Tesis : PENGUASAAN SOR SINGGIH BAHASA BALI

DALAM KETERAMPILAN BERBICARA SISWA

KELAS IX SMP NEGERI 3 DENPASAR TAHUN

PELAJARAN 2013/2014

Dengan ini menyatakan bahwa karya ilmiah Tesis ini bebas plagiat. Apabila di

kemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam karya ilmiah ini, maka saya

bersedia menerima sanksi sesuai peraturan Mendiknas RI No. 17 tahun 2010 dan

Peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Demikian surat pernyataan ini dibuat agar dapat digunakan sebagaimana

mestinya.

Denpasar, 10 Desember 2014

Yang membuat pernyataan,

Pande Putu Pawitra Adnyana

v

Page 7: PENGUASAAN SOR SINGGIH BAHASA BALI DALAM ...

7

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur penulis panjatkan ke hadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa/

Tuhan Yang Maha Esa, karena atas asung kerta wara nugraha-Nya tesis yang

berjudul “Pembelajaran Keterampilan Berbicara Dalam Penggunaan Sor Singgih

Bahasa Bali Siswa Kelas IX SMP Negeri 3 Denpasar Tahun Pelajaran 2013/2014”

ini dapat diselesaikan. Penyelesaian penulisan tesis ini dapat terjadi karena adanya

bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini

penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada:

1) Rektor Universitas atas kesempatan yang diberikan kepada penulis

dalam menempuh pendidikan pascasarjana di institusi yang beliau

pimpin;

2) Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana yang telah

memberikan kesempatan kepada penulis lewat pengajaran dan

bimbingan para pengajar pada Program Studi Linguistik, Konsentrasi

Pembelajaran dan Pengajaran Bahasa;

3) Ketua Program Studi Magister Linguistik,Program Pascasarjana

Universitas Udayana Prof. Dr. I Nyoman Suparwa, M.Hum yang telah

banyak memberikan arahan dan bimbingan selama penulis menjadi

mahasiswa;

4) Prof. Dr. Made Budiarsa, M.A, selaku Pembimbing Akademik yang

banyak memberikan motivasi, bimbingan, dan perhatian mendalam

bagi penulisan tesis ini;

vi

Page 8: PENGUASAAN SOR SINGGIH BAHASA BALI DALAM ...

8

5) Prof. Drs. I Made Suastra, Ph.D dan Prof. Dr. I Wayan Simpen,

M.Hum, selaku Pembimbing I dan Pembimbing II yang dengan penuh

perhatian dan kesabaran dalam memberikan bimbingan, saran, dan

semangat kepada penulis; serta para penguji yang telah memberikan

banyak masukan dan motivasi dalam proses penulisan ini;

6) Para dosen pada Konsentrasi Pembelajaran dan Pengajaran Bahasa,

Program Studi Magister Linguistik, Program Pascasarjana Universitas

Udayana yang telah banyak memberikan ilmu dan motivasi selama

penulis mengikuti perkuliahan;

7) Staf administrasi, Pak Ebuh, Bu Komang, Pak Sadra, dan Bu Gung

yang telah banyak membantu segala kelengkapan administrasi selama

penulis mengikuti perkuliahan;

8) Teman-teman Konsentrasi Pembelajaran dan Pengajaran Bahasa

angkatan 2010, terima kasih atas kerjasama, motivasi, dan

dukungannya selama perkuliahan;

9) Kepala Sekolah dan Guru Pamong Bahasa Bali SMP Negeri 3

Denpasar yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk

melakukan penelitian di sekolah SMP Negeri 3 Denpasar;

10) Orang tua tercinta dan adikku tersayang, yang selalu memberikan

semangat dan dukungan moral maupun materi sehingga penulis dapat

melaksanakan pendidikan di Program Magister (S2) Linguistik hingga

selesai;

vii

Page 9: PENGUASAAN SOR SINGGIH BAHASA BALI DALAM ...

9

11) Kekasih tersayang, terima kasih atas segala bentuk perhatian dan

dukungan yang diberikan tanpa henti.

Semoga Ida Sang Hyang Widhi Wasa/ Tuhan Yang Masa Esa

melimpahkan rahmat-Nya atas segala amal baik kepada semua pihak yang telah

membantu dalam pelaksanaan dan penyelesaian tesis ini. Akhir kata, penulis

mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk pencapaian kualitas penulisan

yang lebih baik di masa datang khususnya bagi pembelajaran dan pengajaran

bahasa.

Denpasar, 10 Desember 2014

Pande Putu Pawitra Adnyana

viii

Page 10: PENGUASAAN SOR SINGGIH BAHASA BALI DALAM ...

10

ABSTRAK

PENGUASAAN SOR SINGGIH BAHASA BALI DALAM

KETERAMPILAN BERBICARA SISWA KELAS IX SMP NEGERI 3 DENPASAR TAHUN PELAJARAN 2013/2014

Keberhasilan sebuah pembelajaran dapat diketahui melalui penilaian pembelajaran yang berfungsi untuk mengukur kemampuan siswa setelah melakukan proses pembelajaran. Pembelajaran keterampilan berbicara yang diajarkan guru cenderung tidak memanfaatkan kemajuan media pembelajaran yang telah dipersiapkan oleh pihak sekolah. Guru lebih banyak menggunakan metode ceramah dalam pembelajaran, sehingga terkesan menoton yang menyebabkan siswa kurang aktif dan kurang bergairah mengikuti pembelajaran. Melihat fenomena tersebut maka peneliti menganalisis proses pembelajaran sor singgih bahasa Bali dalam keterampilan berbicara, menganalisis penguasaan sor singgih bahasa Bali dalam keterampilan berbicara, dan menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi kemampuan siswa untuk menguasai sor singgih bahasa Bali dalam keterampilan berbicara.

Penelitian ini menggunakan data kualitatif. Data didapat dari analisis proses pembelajaran, analisis percakapan siswa dan analisis angket yang diberikan kepada siswa dengan menggunakan metode observasi dan pemberian angket. Data tersebut diambil dengan selektif dan dianalisis secara deskriptif kualitatif. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori sor singgih bahasa Bali dari Narayana (1984), teori berbicara dari Keraf (1977) dan teori pembelajaran keterampilan berbicara dari Saddhono (2012).

Berdasarkan analisis yang dilakukan dapat ditemukan kelemahan dan kekurangan perangkat pembelajaran yang dipakai dalam proses pembelajaran, kesalahan penggunaan sor singgih bahasa Bali yang dipengaruhi oleh bahasa Indonesia. Beberapa hal yang mempengaruhi kemampuan siswa untuk menguasai sor singgih bahasa Bali meliputi (1) Karakteristik peserta didik yang merupakan variabel dalam proses pembelajaran. Variabel sebagai aspek atau kualitas siswa berupa bakat, minat, sikap, motivasi belajar, gaya belajar, kemampuan berpikir, dan kemampuan awal yang dimiliki. (2) Bahan ajar. (3) Waktu yang tersedia. (4) Sarana dan prasarana belajar dan, (5) Kemampuan pengajar memilih dan menggunakan strategi pembelajaran bahasa. Kata kunci: wangsa, sor singgih bahasa Bali, keterampilan berbicara, strategi

pembelajaran, proses pembelajaran bahasa.

ix

Page 11: PENGUASAAN SOR SINGGIH BAHASA BALI DALAM ...

11

ABSTRACT

THE PROFICIENCY OF BALINESE “SOR SINGGIH” LANGUAGE IN

THE SPEAKING SKILL OF IX GRADE STUDENTS AT SMP NEGERI 3 DENPASAR, IN THE ACADEMIC YEAR OF 2013/2014

The success of learning is able to be known through the learning evaluation functioned to measure the students’ ability after carrying out a learning process. The teaching of speaking skill conducted by a teacher tends not to utilize the development of learning media that have apparently been prepared by the school. Teachers use more lecturing technique of teaching, so that it has been monotonous, in which this lead to students are becoming less active and excited to join to engage in learning. Having a look at that phenomenon, researcher is interested in analyzing the process of learning Balinese “sor singgih” language and analyzing any factors influencing to the students’ ability to master Balinese “sor singgih” language in terms of the speaking skill

This research used qualitative data. It was taken from the analysis of the learning process, students’ conversation and questionnaire that were given to them by using observation method and questionnaire distribution. The data was selectively taken and analyzed in qualitative way. Theories used in this research were a theory of Balinese “sor singgih” language by Narayana (1984), Keraf’s (1977) speaking theory, and learning of speaking skill by Saddhono (2012). Based on the analysis, it was found that there were weakness and deficiency of learning equipments used in the process of learning. There were also errors in the use of Balinese “sor singgih” language as the influence of Indonesian. Several things that had influenced the ability of students in mastering Balinese “sor singgih” language, such as: (1) Characteristics of students that had been a variable in the process of learning. Variable as aspects or qualities of students referred to aptitude, interest, attitude, learning motivation, learning style, thought ability, and initial ability owned. (2) Teaching material. (3) Time allocation. (4) Facilities and basic facilities in learning and, (5) Teacher’s ability in choosing and applying language learning strategies. Key words: wangsa, Balinese “sor singgih” language, speaking skill, learning

strategies, language learning process.

x

Page 12: PENGUASAAN SOR SINGGIH BAHASA BALI DALAM ...

12

DAFTAR ISI

SAMPUL DALAM ............................................................................... i

PRASYARAT GELAR MAGISTER …. ............................................. ii

LEMBAR PENGESAHAN ................................................................... iii

PENETAPAN PANITIA PENGUJI TESIS ......................................... iv

PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT .................................................... v

UCAPAN TERIMA KASIH ................................................................. vi

ABSTRAK ............................................................................................ ix

ABSTRACT .......................................................................................... x

DAFTAR ISI ........................................................................................ x

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah Penelitian .............................................................. 3

1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................... 4

1.3.1 Tujuan Umum ................................................................................. 4

1.3.2 Tujuan Khusus ................................................................................ 4

1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................ 5

1.4.1 Manfaat Teoretis ............................................................................. 5

1.4.2 Manfaat Praktis ............................................................................... 5

xi

Page 13: PENGUASAAN SOR SINGGIH BAHASA BALI DALAM ...

13

BAB II KAJIAN PUTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN

2.1 Kajian Pustaka .................................................................................. 6

2.2 Konsep ........................................................................................ 12

2.2.1 Sor Singgih Bahasa Bali .................................................................. 12

2.2.2 Berbicara. ........................................................................................ 13

2.2.3 Bercakap-cakap ............................................................................... 13

2.2.4 Keterampilan Berbicara ................................................................... 14

2.2.5 Pembelajaran Keterampilan Berbicara ............................................ 15

2.3 LandasanTeori................................................................................... 15

2.3.1 Sor Singgih Bahasa Bali .................................................................. 16

2.3.2 Berbicara ................................................................................... …. 26

2.3.3 Keterampilan Berbicara ................................................................... 29

2.3.4 Pembelajaran Keterampilan Berbicara ............................................. 30

2.3.5 Faktor-faktor Penunjang Keefektifan Berbicara. .............................. 32

2.3.6 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembelajaran Bahasa………… 36

2.4 Model Penelitian ................................................................................ 40

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan Penelitian ........................................................................ 42

3.2 Lokasi Penelitian ............................................................................... 42

3.3 Jenis dan Sumber Data ...................................................................... 43

3.3.1 Jenis Data ........................................................................................ 43

3.3.2 Sumber data .................................................................................... 44

xii

Page 14: PENGUASAAN SOR SINGGIH BAHASA BALI DALAM ...

14

3.4 Instrumen Penelitian ........................................................................... 46

3.5 Metode danTeknik Pengumpulan Data ............................................... 47

3.6 Metode danTeknik Analisis Data ........................................................ 48

3.7 Metode Penyajian Hasil Analisis Data ................................................ 49

BAB IV PENGUASAAN SOR SINGGIH BAHASA BALI DALAM KETERAMPILAN BERBICARA

4.1 Proses Pembelajaran Sor Singgih Bali dalam

Pembelajaran Keterampilan ............................................................... 50

4.2 Penguasaan Sor Singgih Bahasa Bali dalam

Keterampilan Berbicara Siswa Kelas IX SMP Negeri 3

Denpasar Tahun Pelajaran 2013/2014 ............................................... 71

4.2.1 Kesalahan Penggunaan Kata ( Kruna ) ........................................... 72

4.2.2 Kesalahan Penggunaan Kalimat ( Lengkara ) dalam pemakaian Sor

Singgih Bahasa Bali ....................................................................... 76

4.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi Kemampuan Siswa

dalam Menguasai Keterampilan Berbicara......................................... 92

4.3.1 Karakteristik Peserta Didik………. ................................................ 93

4.3.2 Bahan Ajar ..................................................................................... 94

4.3.3 Waktu yang Tersedia ...................................................................... 95

4.3.4 Sarana dan Prasarana Belajar .......................................................... 95

4.3.5 Kemampuan Pengajar Memilih dan Menggunakan Strategi

Pembelajaran Bahasa….. ................................................................. 96

4.3.6 Bahasa Keseharian di Rumah .......................................................... 96

xiii

Page 15: PENGUASAAN SOR SINGGIH BAHASA BALI DALAM ...

15

4.3.7 Motivasi Siswa Untuk Belajar Bahasa Bali ...................................... 96

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan ........................................................................................ 98

5.2 Saran ........................................................................................ 99

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 100

LAMPIRAN – LAMPIRAN .................................................................... 103

xiv

Page 16: PENGUASAAN SOR SINGGIH BAHASA BALI DALAM ...

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bahasa Bali adalah bahasa ibu mayoritas masyarakat Bali yang dipakai

dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Bali. Bahasa Bali merupakan bukti

historis bagi masyarakat Bali yang berkedudukan sebagai wahana ekspresi budaya

Bali. Di dalamnya terekam pengalaman estetika, sosial, politik, dan aspek lainnya

dalam kehidupan masyarakat Bali. Dalam perkembangannya muncul tingkatan-

tingkatan bahasa dalam bahasa Bali yang disebut sor singgih bahasa Bali. Suasta

(1997:14) menyebutkan bahwa sor singgih bahasa Bali disebabkan oleh adanya

stratifikasi masyarakat Bali. Stratifikasi tersebut terdiri atas dua jenis, yaitu

stratifikasi masyarakat suku Bali tradisional dan stratifikasi masyarakat suku Bali

modern.

Setiap komunikasi dalam pergaulan, baik di sekolah maupun di

lingkungan keluarga ada tata karma menyertainya. Dalam hal ini, tata karma

dalam pergaulan diperlukan adanya etika dan kesopansantunan berbahasa. Di

lingkungan sekolah, siswa diajarkan berbagai macam keterampilan berbahasa.

Keterampilan berbahasa meliputi membaca, menyimak, berbicara, dan menulis,

yang memiliki hubungan erat satu sama lain. Keterampilan berbicara merupakan

suatu keterampilan bahasa yang perlu dikuasai oleh siswa dengan baik.

Keterampilan ini merupakan salah satu indikator terpenting bagi keberhasilan

siswa terutama dalam belajar bahasa Bali.

1

Page 17: PENGUASAAN SOR SINGGIH BAHASA BALI DALAM ...

2

Dengan penguasaan keterampilan berbicara yang baik, siswa dapat

mengomunikasikan ide-ide mereka, baik di sekolah maupun di lingkungan tempat

tinggalnya. Dalam kesehariannya Bahasa bali yang diajarkan siswa di sekolah

hanya mendapatkan porsi yang sangat sedikit, yaitu hanya 2 jam pelajaran

perminggu. Hal ini menyebabkan siswa masih mengalami kesulitan untuk

menyampaikan gagasan dan perasaannya dalam sor singgih bahasa Bali yang

tepat. Dengan waktu yang sangat terbatas inilah, guru dituntut untuk lebih

terampil memilih dan mengembangkan strategi pembelajaran yang tepat agar

peserta didik dapat mencapai kompetensi dasar ataupun seperangkat indikator

yang telah ditetapkan.

Di samping itu, dalam pembelajaran bahasa Bali di sekolah, ada

kecenderungan siswa sangat sulit memahami pemakaian bahasa Bali dalam

berkomunikasi. Siswa harus memilah dan memilih bahasa yang akan digunakan

sesuai dengan siapa lawan bicara (siapa saja yang berbicara), berbicara tentang

apa, dank ala apa berbicara (desa kala patra, yaitu tempat, waktu dan keadaan)

yang membuat bahasa itu sulit untuk digunakan dalam berkomunikasi. Kurangnya

pemahaman penggunaan sor singgih bahasa Bali pada siswa menimbulkan

kurangnya kesopansantunan siswa dalam berbicara kepada lawan tutur, seperti

dengan guru di sekolah.

Keberhasilan sebuah pembelajaran dapat diketahui melalui penilaian

pembelajaran yang berfungsi untuk mengukur kemampuan siswa setelah

melakukan proses pembelajaran. Pembelajaran keterampilan berbicara yang

diajarkan guru cenderung tidak memanfaatkan kemajuan media pembelajaran

Page 18: PENGUASAAN SOR SINGGIH BAHASA BALI DALAM ...

3

yang telah dipersiapkan oleh pihak sekolah. Guru lebih banyak menggunakan

metode ceramah dalam pembelajaran, sehingga terkesan menoton yang

menyebabkan siswa kurang aktif dan kurang bergairah mengikuti pembelajaran.

Pembelajaran yang terjadi tidak dilakukan secara interaktif, inspiratif,

menyenangkan, menantang, memotivasi peseta didik untuk berpartisipasi aktif,

serta tidak memberikan ruang yang cukup bagi siswa untuk berkreativitas. Hal

ini mengakibatkan kemampuan siswa menjadi rendah.

Dalam proses pembelajaran bahasa Bali, guru diharapkan lebih banyak

mengenalkan sor singgih bahasa Bali sebagai alat komunikasi yang dapat

menjalin keharmonisan antara pembicara dan lawan bicara. Bertitik tolak dari hal

itulah, penulis mencoba meneliti penguasaan sor singgih bahasa Bali dalam

keterampilan berbicara pada siswa kelas IX SMPN 3 Denpasar tahun 2013/2014.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, masalah dalam penelitian

ini dapat dirumuskan sebagai berikut.

1) Bagaimanakah proses pembelajaran sor singgih bahasa Bali dalam

pembelajaran keterampilan berbicara?

2) Bagaimanakah penguasaan sor singgih bahasa Bali dalam keterampilan

berbicara?

3) Faktor-faktor apakah yang memengaruhi kemampuan siswa untuk menguasai

sor singgih bahasa Bali dalam keterampilan berbicara?

Page 19: PENGUASAAN SOR SINGGIH BAHASA BALI DALAM ...

4

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan yang hendak dicapai penelitian ini dibedakan menjadi (1) tujuan

umum dan (2) tujuan khusus. Kedua tujuan ini diuraikan secara ringkas berikut

ini.

1.3.1 Tujuan Umum

Secara umum, penelitian bertujuan untuk :

a) mengetahui kondisi bahasa Bali, khususnya tentang sor singgih bahasa

Bali di sekolah menengah pertama;

b) melestarikan, mengembangkan, dan memperoleh pemahaman yang

jelas tentang sor singgih bahasa Bali dan;

c) mencari dan menentukan model pembelajaran yang tepat.

1.3.2 Tujuan Khusus

Secara khusus, penelitian ini bertujuan untuk :

a) menganalisis proses pembelajaran sor singgih bahasa Bali dalam

keterampilan berbicara;

b) menganalisis penguasaan sor singgih bahasa Bali dalam keterampilan

berbicara; dan

c) menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi kemampuan siswa

untuk menguasai sor singgih bahasa Bali dalam keterampilan

berbicara.

Page 20: PENGUASAAN SOR SINGGIH BAHASA BALI DALAM ...

5

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu manfaat

teoretis dan manfaat praktis.

1.4.1 Manfaat Teoretis

Secara teoretis, penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk:

a) mengembangkan teori pembelajaran sehingga memberikan kontribusi

terhadap dunia pendidikan di sekolah dan pendidikan secara nasional;

b) memperkokoh dasar pengajaran sor singgih bahasa Bali di sekolah

menengah pertama dan sederajat; dan

c) digunakan sebagai bahan acuan bagi peneliti-peneliti selanjutnya.

1.4.2 Manfaat Praktis

Secara praktis, penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk:

a) dapat membantu meningkatkan kemampuan para pendidik dalam

usahanya untuk meningkatkan pembinaan dan pengembangan yang

berkaitan dengan bahasa;

b) dapat meningkatkan pemahaman para siswa terhadap penggunaan sor

singgih bahasa Bali; dan

c) melestarikan penggunaan bahasa Bali, khususnya sor singgih yang

merupakan salah satu aspek kebudayaan Bali.

Page 21: PENGUASAAN SOR SINGGIH BAHASA BALI DALAM ...

6

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI,

DAN MODEL PENELITIAN

2.1 Kajian Pustaka

Pustaka-pustaka yang mendasari penelitian ini adalah tulisan hasil

penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini. Beberapa penelitian yang

gayut dengan topik penelitian ini dapat disimak di bawah ini.

Sudarmayanti (2010) dalam penelitian yang berjudul “Kemampuan

Memahami Anggah Ungguhing Lengkara Basa Bali Siswa Kelas XII SMA

Negeri 1 Nusa Penida, Klungkung Tahun Pelajaran 2009/2010” menjelaskan

bahwa bahasa daerah Bali merupakan bahasa daerah yang memiliki tingkat

kerumitan yang tinggi menyangkut tingkat-tingkatan bahasanya. Sesungguhnya,

tingkat-tingkatan bahasa Bali terjadi karena keadaan stratifikasi sosial masyarakat

Bali, baik keadaan stratifikasi masyarakat tradisional berdasarkan masa lalu

maupun stratifikasi masyarakat modern atau berdasarkan masa kini.

Penelitian ini merupakan penelitian sampel karena hanya meneliti

sebagian dari populasi. Dalam hal ini diambil 114 orang siswa atau 60 % dari

jumlah populasi yang berjumlah 190 orang siswa. Pengumpulan data dalam

penelitian ini menggunakan metode tes, metode kuesioner, dan metode

wawancara. Data tersebut kemudian diolah dengan menggunakan metode statistik

deskriptif. Hasil penelitian ini adalah sebagai berikut. Pertama, kemampuan

memahami anggah-ungguhing lengkara basa Bali siswa kelas XII SMA Negeri 1

6

Page 22: PENGUASAAN SOR SINGGIH BAHASA BALI DALAM ...

7

Nusa Penida, Klungkung tahun pelajaran 2009/2010 tergolong cukup. Hal ini

ditunjukkan oleh skor rata-rata siswa, yakni 60, sedangkan berdasarkan kriteria

ketuntasan minimal (KKM) yang berlaku di SMA Negeri 1 Nusa Penida,

Klungkung, yaitu 65 diperoleh hasil bahwa dari 114 orang siswa hanya 38 orang

siswa (33,35) dinyatakan tuntas dan 76 orang siswa (66,7%) tidak tuntas. Kedua,

Kesulitan-kesulitan siswa dalam memahami anggah-ungguhing lengkara basa

Bali adalah memahami lengkara alus singgih dan alus sor. Para siswa merasa

sulit untuk menentukan dan memilih kata-kata bahasa Bali yang mempunyai nilai

rasa yang berbeda sehingga dalam menyusun suatu kalimat sering terbalik antara

lengkara singgih dan alus sor. Ketiga, faktor penyebab kesulitan siswa dalam

memahami anggah-ungguhing lengkara basa Bali adalah faktor keluarga dan

masyarakat mereka lebih sering menggunakan lengkara andap, bahkan kasar.

Selain itu, kekurangpedulian lingkungan terhadap penggunaan anggah-ungguhing

lengkara basa Bali sehingga pada saat seseorang melakukan kesalahan dalam

penggunaan tingkat-tingkatan kalimat tidak ada yang menegur apalagi

memperbaiki. Faktor guru bahasa Bali dalam memberikan pengajaran materi

anggah-ungguhing lengkara basa Bali, baik menyangkut strategi, metode,

maupun penggunaan media juga merupakan salah satu penyebab kesulitan siswa

dalam memahami anggah-ungguhing lengkara basa Bali.

Purnama (2010) dalam penelitian yang berjudul ”Kemampuan Memahami

Anggah Ungguhing Basa Bali dalam Teks Drama Gong Lokika Sanggraha Siswa

Kelas XI SMA Negeri 1 Abiansemal Tahun Pelajaran 2009/2010” menjelaskan

bahwa bahasa Bali yang merupakan salah satu bahasa daerah di Indonesia

Page 23: PENGUASAAN SOR SINGGIH BAHASA BALI DALAM ...

8

mempunyai tingkatan bahasa atau sor singgih basa Bali. Keberadaannya

ditentukan melalui kelahiran atau keturunan yang sering disebut tri wangsa dan

wangsa jaba. Dari adanya perbedaan kasta atau kedudukan inilah permasalahan

perlu diperhatikan mengingat generasi muda dewasa ini kurang paham terhadap

anggah-ungguhing basa Bali. Berkaitan dengan hal tersebut yang menjadi pokok

permasalahan adalah bagaimana kemampuan siswa kelas XI SMA Negeri 1

Abiansemal dalam memahami anggah-ungguhing basa Bali dalam teks drama

gong Lokika Sanggraha.

Untuk menunjang penelitian ini digunakan beberapa patokan, yaitu (1)

kajian pustaka, (2) pengertian anggah-ungguhing basa Bali, (3) konsepsi anggah-

ungguhing basa Bali, (4) basa kasar, (5) basa andap, (6) basa madia, dan (7)

basa alus. Metode yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas empat metode,

yaitu (1) metode penentuan subjek penelitian, (2) metode pendekatan subjek

penelitian, (3) metode pengumpulan data, dan (4) metode pengolahan data. Pada

penentuan subjek penelitian digunakan sampel penelitian yaitu sebesar 100 orang

dari jumlah populasi 319 orang. Data tentang kemampuan memahami anggah-

ungguhing basa Bali dalam teks drama gong Lokika Sanggraha diperoleh dengan

metode tes. Data tersebut kemudian diolah dengan metode analisis statistik

deskriptif. Hasil pengolahan data menunjukkan skor rata-rata sebesar 73,68. Rata-

rata skor ini sudah sudah merupakan skor standar. Sesuai dengan pedoman

konversi yang digunakan, skor rata-rata 73,68 (dibulatkan menjadi 74) berada

pada rentangan 70…79. Hal ini berarti bahwa kemampuan memahami anggah-

Page 24: PENGUASAAN SOR SINGGIH BAHASA BALI DALAM ...

9

ungguhing basa Bali dalam teks drama gong Lokika Sanggraha, siswa tersebut

dikategorikan cukup.

Pratiwi (2011) meneliti “Peningkatan Keterampilan Berbicara dengan

Metode Debat Plus dalam Proses Pembelajaran Bahasa Inggris pada Siswa Kelas

XI IPA SMA Pariwisata Kertha Wisata Denpasar”. Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui seberapa besar penggunaan metode debat plus mampu meningkatkan

keterampilan berbicara bahasa Inggris siswa kelas sebelas di SMA Pariwisata

Kertha Wisata Denpasar tahun ajaran 2010/2011.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif yang

dilaksanakan dalam bentuk penelitian tindakan kelas yang terdiri atas empat

tahapan dalam tiap siklusnya, yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan, dan

refleksi. Tiap siklus terdiri atas empat sesi, yaitu tiga sesi untuk memberikan

treatment dan satu lagi untuk melaksanakan tes akhir dan kuesioner juga jurnal

kegiatan. Data disajikan dalam bentuk tabel, grafik, dan kalimat deskriptif. Hasil

data kuantitatif menunjukkan bahwa penggunaan metode debat plus dapat

meningkatkan keterampilan berbicara bahasa Inggris siswa kelas sebelas SMA

Pariwisata Kertha Wisata Denpasar. Hal ini dapat dilihat dari hasil yang dicapai

oleh siswa pada saat diberikan tes dan peningkatan kemampuan siswa secara

teratur selama metode debat plus diterapkan. Nilai rata-rata siswa 43% pada tes

awal siklus pertama, meningkat menjadi 64% yang dikategorikan ke dalam level

cukup. Pada siklus kedua, rata-rata nilai siswa meningkat menjadi 78% yang

dikategorikan ke dalam level baik dan setiap siswa mampu melewati standar nilai

65. Peningkatan level juga didukung oleh data kualitatif. Peningkatan tersebut

Page 25: PENGUASAAN SOR SINGGIH BAHASA BALI DALAM ...

10

berupa peningkatan segi pelafalan, seperti (a) bunyi [t] yang dihasilkan siswa

setelah treatment sudah beraspirasi [th]; (b) pelafalan bunyi [f] dan [v] secara

tepat; (c) ketepatan pengucapan bunyi [au], [d�], [�], [o], dan [�] secara tepat.

Dari segi penggunaan tata bahasa, ditemukan adanya peningkatan, yaitu (a)

kesesuaian bentuk kata penunjuk dengan kata benda; (b) adanya penanda jamak

(suffix s/es); (c) pemakaian kata kerja bantu ‘do/does’; (d) penggunaan to be pada

kata nonverbal. Dalam segi pemilihan kosakata juga mengalami peningkatan,

seperti pemilihan kata fulfil, improve, meaning, harmonious dan seriously.

Purwantini (2011) dalam penelitian yang berjudul “Penerapan Call dalam

Meningkatkan Hasil Belajar Kemampuan Berbicara dalam Bahasa Inggris Siswa

Kelas XI SMKN Kubu Bangli Tahun Pelajaran 2010/2011” menjelaskan

perkembangan teknologi pendidikan yang banyak memanfaatkan media sebagai

sumber belajar sehingga banyak kegiatan pembelajaran menggunakan teknologi

informasi. Kemajuan teknologi informasi telah memberikan warna dan mengubah

paradigma baru dalam pendidikan dan kegiatan pembelajaran khususnya

teknologi computer. Salah satu diantaranya pembelajaran bahasa Inggris adalah

CALL (Computer Assisted Language Learning) penelitian ini dimaksudkan untuk

membantu siswa SMK kelas XI tahun pelajaran 2010/2011 dalam mengatasi

kesulitan-kesulitan berbicara bahasa Inggris. Studi mengenai penerapan CALL

dalam meningkatkan hasil belajar kemampuan berbicara dalam bahasa Inggris

siswa kelas XI tahun pelajaran 2010/2011 diharapkan dapat meningkatkan

keterampilan berbicara dan hasil belajar speaking sesuai dengan ketentuan kriteria

ketuntasan minimal yang ditetapkan oleh sekolah. Studi ini merupakan penelitian

Page 26: PENGUASAAN SOR SINGGIH BAHASA BALI DALAM ...

11

tindakan kelas. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan kuantitatif.

Penelitian bertempat di SMK N Kubu Bangli. SMK N Kubu Bangli memiliki

program keahlian seni tari dan seni karawitan. Subjek penelitian adalah siswa

kelas XI tahun pelajaran 2010/2011 yang terdiri atas 21 orang siswa, 10 orang

siswa laki-laki dan 11 orang siswa perempuan dari jurusan Seni Tari dan Seni

Karawitan. Dalam pengumpulan data digunakan empat jenis metode, yaitu

observasi, wawancara, dokumentasi, dan tes. Data dikumpulkan melalui data

primer yang dihasilkan dalam penelitian tindakan kelas, antara lain data

wawancara dengan guru siswa, data nilai hasil belajar siswa, dan data sesudah

pelaksanaan tindakan kelas serta catatan observasi dalam tindakan.

Hasil belajar dari post tes pada siklus I dan siklus II menunjukkan bahwa

siswa sangat termotivasi untuk belajar sehingga mampu mengatasi kesulitan-

kesulitannya dalam berbicara bahasa Inggris dan mampu mencapai kriteria

ketuntasan minimal. Metode ini terbukti efektif dalam pengajaran keterampilan

berbicara bahasa Inggris. Dengan menonton tayangan video diharapkan siswa

dapat memahami tayangan tersebut dan termotivasi untuk belajar dan mampu

berbicara dalam bahasa Inggris.

Penelitian yang dikaji di atas mempunyai pengaruh terhadap penelitian ini.

Semua penelitian di atas merupakan PTK, yaitu peneliti secara langsung terjun

mengajar di kelas yang hendak dijadikan penelitian. Dalam penelitian ini, peneliti

bertindak sebagai observer, yaitu mengamati cara guru mengajarkan sor singgih

bahasa Bali. Semua penelitian di atas merupakan penelitian kuantitatif yang

mendapatkan data melalui pemberian tes kepada siswa yang diteliti, sedangkan

Page 27: PENGUASAAN SOR SINGGIH BAHASA BALI DALAM ...

12

penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Data kualitatif didapat melalui

analisis terhadap proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru yang

mengajarkan bahasa Bali.

2.2 Konsep

Ada beberapa konsep yang dipaparkan di bawah ini. Konsep yang

dimaksud adalah (1) sor singgih bahasa bali, (2) berbicara, (3) bercakap-cakap,

(4) keterampilan berbicara, dan (5) pembelajaran keterampilan berbicara.

2.2.1 Sor Singgih Bahasa Bali

Tingkatan-tingkatan bahasa terdapat hampir di semua bahasa yang ada.

Bahasa Bali juga memiliki tingkatan. Tingkatan bahasa dalam bahasa bali disebut

sor singgih bahasa Bali. Narayana (1984: 19) menyatakan bahwa “sor singgih

basa Bali yang digunakan sebagai alat komunikasi oleh masyarakat suku Bali

mencerminkan tingkatan penutur bahasa tersebut”.

Sejalan dengan pendapat di atas, Suasta (1997: 14) menyebutkan bahwa

“sor singgih basa Bali adalah suatu tingkatan bahasa dalam bahasa Bali”. Sor

singgih basa Bali disebabkan oleh adanya stratifikasi dalam masyarakat suku

Bali. Secara tradisional salah satu pembagiannya berdasarkan keturunan,

sedangkan secara modern pembagiannya berdasarkan keahlian, pendidikan,

kepangkatan, dan kekuasaan. Istilah sor singgih bahasa Bali memiliki berbagai

nama atau istilah menurut beberapa ahli. Namun secara substansi, istilah-istilah

tersebut memiliki makna yang sama.

Page 28: PENGUASAAN SOR SINGGIH BAHASA BALI DALAM ...

13

2.2.2 Berbicara

Ada berberapa pendapat yang dipaparkan oleh beberapa ahli berkaitan

dengan konsep berbicara. Pendapat-pendapat tersebut dipaparkan sebagai berikut.

Nurgiyantoro (2001:276) menyatakan bahwa berbicara adalah “aktivitas

berbahasa kedua yang dilakukan manusia dalam kehidupan berbahasa, yaitu

setelah aktivitas mendengarkan”. Berdasarkan bunyi-bunyi yang didengar itu,

kemudian manusia belajar untuk mengucapkan dan akhirnya terampil berbicara.

Sejalan dengan pendapat di atas, Tarigan (1983:15) menyebutkan bahwa

“berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata

untuk mengekspresikan, menyatakan, serta menyampaikan pikiran, gagasan dan

perasaan”. Bentuk atau wujud berbicara disebut sebagai suatu alat untuk

mengomunikasikan gagasan yang disusun dan dikembangkan sesuai dengan

kebutuhan sang pendengar atau penyimak.

Pendapat di atas juga didukung oleh Assumpta (2002:35) yang

menjelaskan bahwa “berbicara merupakan sebuah bentuk penyampaian informasi

dengan menggunakan kata-kata atau kalimat. Dengan kata lain, berbicara berarti

menggunakan bahasa untuk bermacam-macam tujuan tergantung dari para

penuturnya”.

2.2.3 Bercakap-cakap

Berdasarkan kegiatan komunikasi lisan, cakupan kegiatan berbicara sangat

luas. Daerah cakupan itu meliputi kegiatan komunikasi lisan yang bersifat

informal hingga yang bersifat formal. Semua kegiatan komunikasi lisan yang

Page 29: PENGUASAAN SOR SINGGIH BAHASA BALI DALAM ...

14

melibatkan pembicara dan pendengar termasuk cakupan berbicara. Bercakap-

cakap merupakan bagian dari berbicara.

Menurut Tarigan (1987:122), “bercakap-cakap adalah satuan bahasa yang

terlengkap dan terbesar di atas kalimat atau klausa dengan kohesi dan koherensi

tinggi yang berkesinambungan yang mempunyai awal dan akhir yang

disampaikan secara lisan”.

2.2.4 Keterampilan Berbicara

Manusia dilahirkan dalam keadaan normal memiliki potensi berbicara.

Potensi tersebut akan menjadi kenyataan bila dipupuk, dibina, dan dikembangkan

melalui latihan yang sistematis, terarah, dan berkesinambungan. Tanpa berlatih

potensi tersebut akan tetap dan tidak berkembang dengan baik.

Banyak pendapat ahli tentang keterampilan berbicara. Salah satu di

antaranya adalah Saddhono (2012:36) yang menyebutkan “keterampilan berbicara

merupakan keterampilan yang mekanistis”. Semakin banyak berlatih, semakin

dikuasai dan semakin terampil seseorang dalam berbicara. Tidak ada orang yang

langsung terampil berbicara tanpa melalui proses berlatih. Dalam keterampilan

berbicara, siswa perlu dilatih pelafalan, pengucapan, pengontrolan suara,

pengendalian diri, pengontrolan gerak-gerik tubuh, pemilihan kata, kalimat dan

intonasinya, penggunaan bahasa yang baik dan benar, dan pengaturan ide atau

pengorganisasian ide.

Page 30: PENGUASAAN SOR SINGGIH BAHASA BALI DALAM ...

15

2.2.5 Pembelajaran Keterampilan Berbicara

Keberhasilan sebuah pembelajaran dapat diketahui melalui penilaian

pembelajaran yang berfungsi untuk mengukur kemampuan siswa setelah

melakukan proses pembelajaran. Menurut Badudu (1993:131), “pelaksanaan

pembelajaran berbahasa dari jenjang sekolah dasar sampai sekolah menengah atas

masih terkesan bahwa guru terlalu banyak menyuapi materi, guru kurang

mengajak siswa untuk lebih aktif menyimak, berbicara, membaca, dan menulis”.

Proses pembelajaran di kelas tidak relevan dengan yang diharapkan. Hal itu

mengakibatkan kemampuan berbicara siswa menjadi rendah.

2.3 Landasan Teori

Teori dasar yang dipakai dalam penelitian ini adalah teori sor singgih

bahasa Bali dari Narayana (1984), Kersten (1983), dan Suarjana (2008), teori

berbicara dari Keraf (1977), keterampilan berbicara dari Iskandarwassid (2009),

pembelajaran keterampilan berbicara dari Saddhono (2012), faktor- faktor

penunjang keefektifan berbicara dari Arsjad dan Mukti (1988), dan faktor yang

memengaruhi pembelajaran bahasa dari Iskandarwassid (2009).

Teori pendukung yang dipakai dalam penelitian ini adalah teori berbicara

dari Nurgiyantoro (2001), Tarigan (1983), Assumpta (2002), dan teori berbicara

dari Richard (2012). Teori pendukung lainnya adalah teori sor singgih bahasa Bali

dari Suasta (1997). Teori-teori tersebut diuraikan satu per satu sebagai berikut.

Page 31: PENGUASAAN SOR SINGGIH BAHASA BALI DALAM ...

16

2.3.1 Sor Singgih Bahasa Bali

Suasta (1997: 14) menyebutkan bahwa sor singgih basa Bali disebabkan

oleh adanya stratifikasi dalam masyarakat suku Bali. Stratifikasi tersebut terdiri

atas dua jenis, yaitu stratifikasi masyarakat suku Bali tradisional dan stratifikasi

masyarakat suku Bali modern. Secara tradisional salah satu pembagiannya

berdasarkan keturunan, sedangkan secara modern pembagiannya berdasarkan

keahlian, pendidikan, kepangkatan, dan kekuasaan. Lebih lanjut dikatakan bahwa

sor singgih basa Bali dapat dilakukan dengan memilih kata-kata yang telah ada,

yang tiap-tiap kata tersebut telah mengandung nilai rasa sosial. Kata-kata tersebut

ialah kata alus, andap, mider, dan kasar. Sor singgih basa Bali menurut Suasta

(1997: 15--17) akan dijabarkan secara detail seperti berikut.

1) Kata alus berdasarkan rasa bahasanya dapat dibedakan menjadi empat,

sebagai berikut.

a) Kata alus singgih adalah kata alus yang pada umumnya digunakan

untuk menghormati seseorang yang patut dihormati.

Contoh:

1. Ajin iratune jakti sampun seda?

“Bapakmu benar sudah meninggal?”

2. Bapak Camat sampun kocap mireng gatrane punika.

“Bapak Camat sudah katanya mendengarkan berita itu.

b) Kata alus sor adalah kata alus yang dapat digunakan untuk

merendahkan diri dan dapat pula digunakan untuk merendahkan orang

yang patut direndahkan.

Page 32: PENGUASAAN SOR SINGGIH BAHASA BALI DALAM ...

17

Contoh:

1. Pekak tiange sampun sue padem.

“Kakek saya sudah lama meninggal dunia”.

2. I Made durung miragi orti punika.

“I Made belum mendengarkan berita itu”.

c) Kata alus mider, adalah kata alus yang dapat digunakan untuk

menghormati seseorang yang patut dihormati dan dapat pula

digunakan untuk merendahkan orang yang patut direndahkan.

Contoh:

1. Ida Pedanda sampun rauh saking Klungkung.

“Ida Pedanda sudah datang dari Klungkung”.

2. Ipun sampun rauh saking Jawi.

“Ia sudah datang dari Jawa”.

d) Kata alus madia, adalah kata alus yang rasa bahasanya madia, yang

pada umumnya digunakan dalam berbicara pada seorang yang belum

dikenal, pada seseorang yang hubungan keakrabannya belum begitu

akrab.

Contoh:

1. Ratu Peranda jagi lunga kija?

“Ratu Peranda akan pergi kemana?”

2. Ipun nenten polih kija-kija saking dibi.

“Dia tidak dapat kemana-mana dari kemarin”.

Page 33: PENGUASAAN SOR SINGGIH BAHASA BALI DALAM ...

18

2) Kata mider adalah kata yang rasa bahasanya netral. Maksudnya kata-kata

mider tidak memiliki rasa bahasa yang berbeda sehingga dalam

pemakaiannya tidak memiliki bentuk yang lainnya.

Contoh:

1. Kuping tiange empeng ningehan munyin mercon.

“Kupingku bising mendengarkan suara mercon”.

2. Karnan Idane empeng mirengan suaran mercon.

“Kuping beliau bising mendengarkan suara mercon”.

3) Kata andap adalah kata yang rasa bahasanya biasa saja, yaitu tidak kasar

dan tidak halus. Apabila dipertentangkan dengan rasa bahasa kata halus,

maka rasa bahasa kata andap ada dalam tingkatan bahasa rendah.

Contoh:

1. Akuda ia ngelah umah jani?

“Berapa dia punya rumah sekarang?”

2. Cai suba ningeh orta?

“Kamu sudah mendegar berita?”

4) Kata kasar adalah kata yang rasa bahasanya kasar. Kata kasar digunakan

terutama dalam keadaan atau kondisi marah atau jengkel sehingga sering

digunakan dalam pertengkaran.

Contoh:

1. Pragat nidik dogen iba mai.

“Hanya makan saja kamu kesini”.

Page 34: PENGUASAAN SOR SINGGIH BAHASA BALI DALAM ...

19

2. Apa petang iba ento?

“Apa yang kamu katakana itu?”

Suasta mengklasifikasikan sor singgih bahasa Bali berdasarkan kata.

Sedangkan Narayana mengklasifikasikan sor singgih bahasa Bali berdasarkan

kalimat. Menurut Narayana (1984: 19), yaitu tingkatan sor singgih basa Bali yang

digunakan sebagai alat komunikasi oleh masyarakat suku Bali mencerminkan

tingkatan penutur bahasa tersebut. Bagi masyarakat suku Bali, baik stratifikasi

masyarakat suku Bali tradisional maupun stratifikasi masyarakat modern masa

kini, kedua-duanya mempunyai pengaruh yang besar dan kuat terhadap sikap

sopan santun basa basi dalam berkomunikasi. Dalam hal ini penutur harus berhati-

hati memilih tingkatan bahasa yang baik dan benar serta tepat untuk keperluan itu.

Kalimat yang dipakai penutur pada saat berbicara menggunakan sor singgih

bahasa Bali ditentukan oleh pilihan kata yang dipakai (unsur yang membentuk

kalimat). Selain itu kalimat yang dipakai juga melihat hubungan antara penutur

dan petuturnya yang cenderung mengandung hubungan vertikal. Kalimat yang

dipakai dalam berkomunikasi harus memperhatikan siapa penuturnya, siapa

petuturnya, dan dimana berbicara sehingga akan menimbulkan rasa yang puas

antara penutur dan petutur.

Narayana (1984: 21) membagi sor singgih basa Bali menjadi (1) basa

kasar, (2) basa andap, (3) basa madia, dan (4) basa alus. Basa kasar dibedakan

atas dua bagian, yaitu (1) basa kasar pisan dan (2) basa kasar jabag. Basa alus

juga dibedakan atas empat bagian, yaitu (a) basa alus singgih, (b) basa alus sor,

Page 35: PENGUASAAN SOR SINGGIH BAHASA BALI DALAM ...

20

(c) basa alus rangkep, dan (d) basa alus mider. Berikut pengertian tingkatan sor

singgih basa yang dikemukakan Narayana (1984:22).

1) Basa kasar ialah tingkatan bahasa Bali yang tidak sopan yang biasa digunakan

dalam konteks kejengkelan atau dalam situasi marah. Basa kasar ini dibagi

menjadi dua macam, sebagai berikut.

a) Basa kasar pisan, menurut istilah terdahulu disebut dengan bahasa

kasar tidak sopan, yaitu tingkatan dalam bahasa Bali yang memang

konotasi atau nilai rasa bahasanya sungguh kasar. Bahasa ini umumnya

digunakan dalam keadaan marah atau jengkel, diucapkan dengan tidak

sopan, misalnya bahasa dalam pertengkaran, perkelahian, caci makian

dan sebagainya.

b) Basa kasar jabag, sama halnya dengan basa jabag. Di dalam istilah

jabag sebenarnya sudah terkandung makna kasar, yaitu berkata dengan

tidak wajar atau yang berkonotasi kasar terhadap orang yang patut

dihormati.

2) Basa andap, merupakan istilah yang digunakan untuk menggantikan istilah

basa kasar sopan atau bahasa lepas hormat dalam istilah sebelumnya. Bahasa

ini merupakan bahasa yang sopan dalam pergaulan yang sifatnya akrab dalam

pergaulan sesama wangsa, sama kedudukan, sama umur, sama pendidikan,

kawan sederajat, merupakan bahasa kekeluargaan, yang lebih sering atau lebih

dominan dalam wangsa jaba.

3) Basa madia, sebenarnya adalah tingkatan bahasa Bali yang halus, tetapi nilai

rasa basa madia tidak terlalu hormat, sangat halus, atau sangat rendah. Dapat

Page 36: PENGUASAAN SOR SINGGIH BAHASA BALI DALAM ...

21

dikatakan bahwa basa madia berada di antara basa alus dan basa andap

sehingga merupakan bahasa penengah. Basa madia digunakan apabila wangsa

yang lebih tinggi berbicara kepada wangsa yang lebih rendah, tetapi umurnya

lebih tua atau lebih disegani atau juga menduduki jabatan di masyarakat

ataupun pemerintahan, begitu juga sebaliknya.

4) Basa alus merupakan tingkatan bahasa Bali yang mempunyai nilai rasa tinggi

atau sangat hormat. Umumnya basa alus digunakan sebagai alat komunikasi

dalam dalam konteks percakapan adat, agama dan pembicaraan resmi

terutama dipakai dalam rapat-rapat, seminar, pesamuhan atau sarasehan. Basa

Alus dibedakan atas empat bagian, seperti berikut.

a) Basa alus singgih, yaitu basa alus yang digunakan untuk mengatakan

lawan bicara (orang kedua) atau yang dibicarakan (orang ketiga) yang

singgih atau tinggi, terhormat yang hendak dimuliakan.

Catatan : semua kata yang dipakai dalam kalimat alus singgih adalah

kata alus singgih dan alus mider. Satu saja kata lain, maka maknanya

akan menjadi kalimat lain. Contohnya sebagai berikut.

Ida kari ngrayunan ring perantenan. (kalimat alus singgih)

‘Ida (beliau) masih makan di dapur’.

Ida kari neda ring perantenan. (kalimat kasar)

‘Ida (beliau) masih makan di dapur’.

b) Basa alus sor, yaitu basa alus yang digunakan untuk mengatakan atau

mengenai si pembicara atau yang dibicarakan (orang ketiga) yang

lebih rendah status sosialnya daripada lawan bicara.

Page 37: PENGUASAAN SOR SINGGIH BAHASA BALI DALAM ...

22

c) Basa alus rangkep, yaitu basa alus yang terdiri dari atas basa alus

singgih dan basa alus sor dijadikan satu, karena di dalamnya terdapat

pengungkapan mengenai hal golongan atas dan golongan bawah.

d) Basa alus mider yaitu basa alus yang dapat diterima oleh orang

banyak atau umum. Artinya, bahasa yang digunakan untuk

mengatakan atau mengenai umum, baik di dalamnya termasuk

golongan atas maupun bawah.

Secara konsep, sebagaimana dipetakan oleh Kersten (1970) tentang

pemakaian sor singgih bahasa Bali dapat dikelompokkan menjadi golongan atas

dan golongan bawah. Pengelompokan ini dibedakan sebagai berikut.

a. Secara tradisional, yang dikelompokkan sebagai golongan atas adalah

orang-orang yang berstatus tri wangsa, yakni wangsa brahmana,

wangsa ksatriya, dan wangsa wesya. Sebaliknya, yang dikelompokkan

sebagai golongan bawah adalah wangsa jaba.

b. Secara moderen, yang dikelompokkan sebagai golongan atas dan

golongan bawah antara tri wangsa dan wangsa jaba memiliki peluang

dan kesempatan yang sama. Artinya, status orang itu diklasifikasikan

secara pragmatis. Tidak semata-mata karena kelahiran atau keturunan,

tetapi juga karena jabatan atau kedudukan dan finansialnya.

Untuk menghindari kesalahan dalam pemakaian sor singgih bahasa Bali,

Suarjana (2008:88--92) mengemukakan empat konsep sebagai berikut.

1. Jika pembicara atau orang pertama (O1), yang diajak bicara atau orang

kedua (O2), dan yang dibicarakan (O3) semuanya golongan bawah,

Page 38: PENGUASAAN SOR SINGGIH BAHASA BALI DALAM ...

23

maka bahasa Bali yang digunakan oleh pembicara adalah bahasa Bali

andap. Hal ini dapat digambarkan sebagai berikut.

A

B

O1 O2

O3

(Suarjana, 2008: 88)

Contoh:

a. Yan saja I Luh tresna lan jani nganten, Beli suba ngorahang teken

I Bapa jumah.

“Kalau benar I Luh cinta mari nikah sekarang, Kakak sudah

menyampaikan kepada ayah (saya) di rumah”.

b. I Meme anak suba adung, keto masih reraman I Luhe.

“Ibu (saya) sudah sepakat, begitu juga orang tuamu”.

(Suarjana, 2008: 88)

2. Jika pembicara atau orang pertama (O1) sebagai golongan bawah,

lawan bicara (O2) dan yang dibicarakan atau orang ketiga (O3) sama-

sama sebagai golongan atas, maka bahasa yang digunakan oleh O1

kepada O2 dan bahasa yang digunakan mengenai O3 adalah bahasa

Bali alus singgih. Sebaliknya, untuk orang pertama yang mengenai

dirinya sendiri akan menggunakan bahasa Bali alus sor seperti tampak

pada gambar berikut.

Page 39: PENGUASAAN SOR SINGGIH BAHASA BALI DALAM ...

24

O2

O3

A

B O1

(Suarjana, 2008:89)

Contoh:

a. Ida Bagus Aji lunga ka bangkete nandur pantun.

“Ida Bagus Aji pergi ke sawah menanam padi”.

b. Okan idane taler nyarengin lunga makta anaman.

“Putranya juga ikut pergi membawa ketupat”.

(Suarjana, 2008:89)

3. Jika orang pertama (O1) sebagai golongan bawah, yang diajak bicara

(O2) sebagai golongan atas, dan yang dibicarakan (O3) sebagai

golongan bawah, maka bahasa yang digunakan oleh pembicara (O1)

kepada (O2) adalah bahasa Bali alus singgih. Di pihak lain yang

mengenai O1 dan O3 digunakan bahasa Bali alus sor. Tampak seperti

gambar berikut.

O2

A

B

O1 O3

(Suarjana, 2008:91)

Page 40: PENGUASAAN SOR SINGGIH BAHASA BALI DALAM ...

25

Contoh:

a. Titiang pajarina tangkil olih ipun dibi sande.

“Saya disuruh datang oleh dia kemaren malam”

b. Pianak ipun mangkin sampun mapaumahan.

“Anaknya sekarang sudah berumah tangga”.

(Suarjana, 2008:91)

4. Jika pembicara atau orang pertama (O1) sebagai golongan bawah,

yang diajak bicara (O2) juga golongan bawah, sedangkan yang

dibicarakan (O3) golongan atas, maka bahasa yang digunakan oleh O1

kepada O2 adalah bahasa Bali andap, sedangkan bahasa yang

mengenai O3 menggunakan bahasa Bali alus singgih. Hal itu tampak

seperti gambar berikut.

O3

A

B

O1 O2

(Suarjana, 2008:92)

Contoh:

a. Apa ke jani Luh suba nawang, indik Ida lakar mekerabkambe?

“Apakah sekarang Luh sudah tahu, mengenai beliau akan

menikah?”

Page 41: PENGUASAAN SOR SINGGIH BAHASA BALI DALAM ...

26

b. Icang ajak cai sing dadi nulak pakayunan ida.

“Saya dan kamu tidak boleh menolak keinginan beliau”.

(Suarjana, 2008:92)

2.3.2 Berbicara

Pengajaran bahasa memiliki empat aspek keterampilan yang meliputi

keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan

keterampilan menulis. Keempat keterampilan berbahasa di atas merupakan satu

kesatuan yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain, tetapi hanya dapat

dibedakan. Berbicara merupakan sebuah bentuk penyampaian informasi dengan

menggunakan kata-kata atau kalimat. Dalam subbab ini dijelaskan jenis-jenis

berbicara, tujuan berbicara dan fungsi berbicara.

Jenis-jenis berbicara terdiri atas banyak ragam dan macamnya. Keraf

(1977:189) membedakan jenis bicara ke dalam tiga macam yaitu:

a) Berbicara persuasif, yang termasuk jenis persuasif adalah mendorong,

meyakinkan, dan bertindak. Berbicara persuasif menghendaki reaksi dari

para pendengar yang beraneka ragam.

b) Berbicara instruktif bertujuan untuk memberitahukan. Berbicara instruktif

menghendaki reaksi dari pendengar berupa pengertian yang tepat.

c) Berbicara rekreatif bertujuan untuk menyenangkan. Berbicara rekreatif

menghendaki reaksi dari pendengar berupa minat dan kegembiraan.

Tujuan utama berbicara adalah untuk berkomunikasi. Agar dapat

menyampaikan pikiran, gagasan, perasaan, dan kemauan secara efektif, maka

Page 42: PENGUASAAN SOR SINGGIH BAHASA BALI DALAM ...

27

harus diketahui tujuan melakukan pembicaraan. Keraf (1980:189--191)

menyatakan bahwa tujuan berbicara adalah sebagai berikut.

a) Mendorong pembicara untuk memberikan semangat, membangkitkan

kegairahan, serta menunjukkan rasa hormat dan pengabdian.

b) Meyakinkan: pembicara berusaha memengaruhi keyakinan atau sikap

mental/intelektual para pendengarnya.

c) Berbuat/bertindak: pembicara menghendaki tindakan atau reaksi fisik dari

para pendengar dengan terbangkitkannya emosi.

d) Memberitahukan: pembicara berusaha menguraikan atau menyampaikan

sesuatu kepada pendengar dengan harapan agar pendengar mengetahui

suatu hal, pengetahuan, dan sebagainya.

e) Menyenangkan: pembicara bermaksud menggembirakan, menghibur para

pendengar agar terlepas dari kerutinan yang dialaminya.

Seorang guru harus mengetahui fungsi bahasa yang akan dipakai siswa

untuk berinteraksi dalam sebuah komunikasi sehingga memudahkan untuk

merancang program pengajaran yang baik demi mencapai tujuan komunikasi

tersebut. Richard dalam Pratiwi (2012: 12--14) membagi fungsi berbicara menjadi

tiga sebagai berikut.

1) Berbicara sebagai interaksi (talk as interaction)

Fungsi berbicara ini mengacu pada kegiatan percakapan yang biasa

dilakukan dan berhubungan dengan fungsi sosial. Tuturan bahasa bisa

formal ataupun nonformal. Ada beberapa kemampuan yang ikut dilibatkan

dalam kegiatan berbicara sebagaai sebuah interaksi, antara lain membuka

Page 43: PENGUASAAN SOR SINGGIH BAHASA BALI DALAM ...

28

dan menutup percakapan, memilih topik, membuat percakapan-percakapan

kecil/ringan, bergurau, menceritakan kejadian dan pengalaman pribadi,

dilakukan secara bergantian, adanya interupsi/menyela percakapan,

bereaksi terhadap satu sama lain, dan menggunakan gaya berbicara yang

sesuai.

2) Berbicara sebagai transaksi (talk is transaction)

Kegiatan ini lebih memfokuskan kepada pesan yang ingin

disampaikan dalam kegiatan berbicara. Ada dua tipe dalam kegiatan

sebagai sebuah interaksi, yaitu seperti berikut.

a) Kegiatan ini memfokuskan kepada memberikan dan menerima

informasi. Ketepatan tidak menjadi fokus utama selama informasi

berhasil dikomukasikan dan dimengerti.

b) Kegiatan yang fokus utamanya adalah untuk memeroleh barang

atau jasa, misalnya dalam percakapan seseorang yang memesan

makanan di restoran.

3) Berbicara sebagai penampilan (talk is performance)

Berbicara sebagai penampilan mengacu pada kegiatan berbicara

untuk menyampaikan informasi di depan umum atau peserta. Berbicara

model ini lebih cenderung mengarah kepada berbicara satu arah daripada

dua arah (dialog) dan lebih terkesan seperti bahasa tulis daripada

percakapan. Ciri utama kegiatan berbicara sebagai penampilan adalah (a)

fokus pada pesan yang ingin disampaikan kepada peserta, (b)

mementingkan bentuk dan ketepatan ucapan, (c) bahasa yang digunakan

Page 44: PENGUASAAN SOR SINGGIH BAHASA BALI DALAM ...

29

terkesan seperti bahasa tulis, (d) lebih sering monolog, dan (e) struktur dan

urutannya dapat diprediksi.

Menurut Bygate dalam Pratiwi (2012:14), dalam pembelajaran bahasa ada

dua cara mendasar yang kerap kita lakukan yang dapat dikategorikan sebagai

keterampilan. Kedua cara yang dimaksud adalah yaitu motor-perceptive skill yang

mencakup mengartikan, menghasilkan, serta mengucapkan bunyi dan struktur

bahasa yang benar. (2) interaction skill yang mencakup membuat keputusan

tentang sebuah komunikasi, misalnya ingin mengungkapkan apa, bagaimana

mengatakannya, mengembangkannya dan sesuai dengan yang dimaksudkan oleh

orang lain.

2.3.3 Keterampilan Berbicara

Keterampilan berbicara pada hakikatnya merupakan keterampilan

mereproduksi arus sistem bunyi artikulasi untuk menyampaikan kehendak,

kebutuhan perasaan, dan keinginan kepada orang lain. Dalam hal ini, kelengkapan

alat ucap seseorang merupakan persyaratan alamiah yang memungkinkannya

untuk memproduksi suatu ragam yang luas bunyi artikulasi, tekanan, nada,

kesenyapan, dan lagu bicara. Iskandarwassid (2009:239) menyatakan

“keterampilan berbicara mensyaratkan adanya pemahaman minimal dari

pembicara dalam bentuk sebuah kalimat. Betapapun kecilnya, memiliki stuktur

dasar yang saling bertemali sehingga mampu menyajikan sebuah makna”.

Keterampilan ini juga didasari oleh kepercayaan diri untuk berbicara secara wajar,

Page 45: PENGUASAAN SOR SINGGIH BAHASA BALI DALAM ...

30

jujur, benar, dan bertanggung jawab dengan menghilangkan masalah psikologis,

seperti rasa malu, rendah diri, ketegangan, berat lidah, dan lain-lain.

Ada beberapan jenis keterampilan berbicara yang dipaparkan oleh

Iskandarwassid (2009: 244--245). Keterampilan tersebut meliputi bermain peran,

berdiskusi, wawancara, bercerita, berpidato, laporan lisan, membaca nyaring,

merekam bicara, bermain drama (bercakap-cakap). Dalam penelitian ini hanya

dilakukan penelitian siswa bermain drama (bercakap-cakap).

2.3.4 Pembelajaran Keterampilan Berbicara

Pembelajaran keterampilan berbicara, baik pada jenjang pedidikan dasar,

menengah, maupun tinggi memerlukan pemilihan strategi pembelajaran yang

tepat agar tujuan pembelajaran tercapai dengan maksimal.

Rancangan program pengajaran untuk mengembangkan keterampilan

berbicara dapat memberikan pemenuhan kebutuhan yang berbeda. Saddhono

(2012: 56--57) menyatakan bahwa kegiatan-kegiatan pengembangan keterampilan

berbicara meliputi hal-hal di bawah ini.

a. Aktivitas mengembangkan keterampilan berbicara secara umum.

b. Aktivitas mengembangkan berbicara secara khusus untuk membentuk model

diksi dan ucapan, serta mengurangi penguasaan bahasa nonstandar.

c. Aktivitas mengatasi masalah yang meminta perhatian khusus:

1. peserta didik yang penggunaan bahasa ibunya sangat dominan,

2. peserta didik yang mengalami masalah kejiwaan, pemalu, dan tertutup,

Page 46: PENGUASAAN SOR SINGGIH BAHASA BALI DALAM ...

31

3. peserta didik yang menderita hambatan jasmani yang berhubungan dengan

alat-alat bicaranya.

Program pengajaran keterampilan berbicara harus mampu memberikan

kesempatan kepada setiap individu mencapai tujuan yang dicita-citakan

(Saddhono, 2012: 58--59). Tujuan keterampilan berbicara mencakup pencapaian

hal-hal berikut.

1. Kemudahan Berbicara

Peserta didik harus mendapat kesempatan yang besar untuk berlatih berbicara

sampai dapat mengembangkan keterampilan ini secara wajar, lancer, dan

menyenangkan, baik di dalam kelompok kecil maupun di hadapan pendengar

umum yang lebih besar jumlahnya.

2. Kejelasan

Dalam hal ini peserta didik berbicara dengan tepat dan jelas, baik artikulasi

maupun diksi kalimat-kalimatnya dan gagasan yang diucapkannya harus

tersusun dengan baik.

3. Bertanggung Jawab

Latihan berbicara yang bagus menekankan pembicara untuk bertanggung

jawab agar berbicara secara tepat dan dapat dipikirkan dengan sungguh-

sungguh mengenai apa yang menjadi topik pembicaraan, tujuan pembicaraan,

siapa yang diajak berbicara, serta bagaimana situasi pembicaraan dan

momentumnya.

Page 47: PENGUASAAN SOR SINGGIH BAHASA BALI DALAM ...

32

4. Membentuk Pendengaran yang Kritis

Selain berbicara yang baik latihan ini sekaligus mengembangkan keterampilan

menyimak secara tepat dan kritis. Artinya peserta didik perlu belajar untuk

mengevaluasi kata-kata, niat, dan tujuan pembicara.

5. Membentuk Kebiasaan

Kebiasaan berbicara tidak dapat dicapai tanpa kebiasaan berinteraksi dalam

bahasa yang dipelajari, bahkan dalam bahasa ibu. Faktor ini demikian penting

dalam membentuk kebiasaan berbicara dalam perilaku seseorang.

Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan keterampilan berbicara adalah

kemampuan siswa kelas IX SMP Negeri 3 Denpasar dalam mengungkapkan

kehendak, kebutuhan perasaan, dan keinginan kepada orang lain di samping itu,

mampu mengasosiasikan makna, mengatur interaksi kepada siapa berbicara,

mengatakan apa (tata bahasa), kapan, tentang apa (topik pembicaraan), dan di

mana pembicaraan berlangsung. Hal ini dimaksudkan agar proses aktivitas

berbicara berjalan dengan baik.

2.3.5 Faktor- faktor Penunjang Keefektifan Berbicara

Pembicara yang baik harus mampu memberikan kesan bahwa ia

menguasai masalah yang dibicarakan. Penguasaan sor singgih bahasa Bali yang

baik akan menumbuhkan keberanian dan kelancaran. Selain itu, seorang

pembicara harus berbicara (mengucapkan bunyi-bunyi bahasa) dengan jelas dan

tepat. Pengucapan bunyi bahasa yang kurang tepat dapat mengalihkan perhatian

pendengar. Arsjad dan Mukti (1988:17) menjelaskan beberapa faktor lain yang

Page 48: PENGUASAAN SOR SINGGIH BAHASA BALI DALAM ...

33

harus diperhatikan dalam berbicara. Faktor- faktor itu adalah faktor verbal dan

faktor nonverbal.

1) Faktor Verbal

Faktor-faktor verbal ini meliputi ketepatan ucapan, penempatan tekanan,

nada, sendi dan durasi, pilihan kata, dan ketepatan sasaran pembicara.

Keempat faktor tersebut dijabarkan sebagai berikut.

a) Ketepatan ucapan

Pembicara yang baik harus membiasakan diri mengucapkan bunyi-bunyi

bahasa yang tepat. Pengucapan bunyi-bunyi bahasa yang kurang tepat atau

cacat akan menimbulkan kebosanan, kurang menyenangkan, kurang menarik,

dan setidaknya dapat mengalihkan perhatian pendengar. Pengucapan bunyi

bahasa dianggap cacat kalau menyimpang terlalu jauh dari ragam lisan biasa

sehingga terlalu menarik perhatian, dan mengganggu komunikasi.

b) Penempatan tekanan, nada, sendi, dan durasi

Walaupun masalah yang dibicarakan kurang menarik, dengan

penempatan tekanan, nada sendi, dan durasi yang sesuai akan menyebabkan

masalahnya menjadi menarik. Sebaliknya, jika penyampaiannya datar saja,

hampir dapat dipastikan akan menimbulkan kejemuan dan keefektifan tentu

berkurang. Penempatan tekanan pada kata atau suku kata yang kurang sesuai

akan mengakibatkan kejanggalan. Kesesuaian tekanan, nada, sendi, dan durasi

merupakan daya tarik tersendiri dalam berbicara.

Page 49: PENGUASAAN SOR SINGGIH BAHASA BALI DALAM ...

34

c) Pilihan kata

Dalam setiap pembicaraan pemakaian kata-kata populer tentu akan lebih

efektif. Kata-kata yang belum dikenal memang mengakibatkan rasa ingin

tahu, tetapi akan menghambat kelancaran komunikasi. Pendengar akan lebih

tertarik dan senang mendengarkan kalau pembicaranya berbicara dengan jelas

dalam bahasa yang dikuasainya. Oleh karena itu, hendaknya dipilih kata-kata

yang tepat, jelas, dan bervariasi.

d) Ketepatan sasaran pembicara

Pembicara yang menggunakan kalimat efektif akan memudahkan

pendengar menangkap pembicaraannya. Seorang pembicara harus mampu

menyusun kalimat efektif, kalimat yang mengenai sasaran sehingga mampu

menimbulkan pengaruh, meningalkan kesan, atau menimbulkan akibat.

2) Faktor Nonverbal

Faktor-faktor nonverbal ini meliputi sikap yang wajar, tenang, dan tidak

kaku. Pandangan harus diarahkan pada lawan bicara, kesediaan menghargai

pendapat orang lain, gerak-gerik dan mimik yang tepat, kenyaringan suara,

kelancaran, relevansi/penalaran dan penguasaan topik. Kedelapan faktor

tersebut diuraikan seperti berikut.

a) Sikap yang wajar, tenang, dan tidak kaku

Sikap yang wajar saja sebenarnya berarti pembicara sudah dapat

menunjukkan otoritas dan integritas dirinya. Sikap ini sangat banyak

ditentukan oleh situasi, tempat, dan penguasaan materi. Penguasaan materi

Page 50: PENGUASAAN SOR SINGGIH BAHASA BALI DALAM ...

35

yang baik setidaknya akan menghilangkan kegugupan. Kalau sudah terbiasa,

lama-kelamaan rasa gugup akan hilang dan akan timbul sikap tenang dan

wajar.

b) Pandangan harus diarahkan pada lawan bicara

Pandangan pembicara hendaknya diarahkan kepada semua pendengar.

Pandangan yang hanya tertuju pada satu arah akan menyebabkan pendengar

merasa kurang diperhatikan. Hendaknya diusahakan supaya pendengar merasa

terlibat dan diperhatikan.

c) Kesediaan menghargai pendapat orang lain

Seorang pembicara hendaknya memiliki sikap terbuka, dalam arti dapat

menerima pendapat pihak lain, bersedia menerima kritik, bersedia mengubah

pendapatnya kalau ternyata memang keliru.

d) Gerak-gerik dan mimik yang tepat

Gerak-gerik dan mimik yang tepat dapat pula menunjang keefektifan

berbicara. Hal-hal penting selain mendapatkan tekanan, biasanya juga dibantu

dengan gerak tangan atau mimik. Hal ini dapat menghidupkan komunikasi,

artinya tidak kaku. Akan tetapi, gerak-gerik yang berlebihan akan

mengganggu keefektifan berbicara.

e) Kenyaringan suara

Tingkat kenyaringan ini tentu disesuaikan dengan situasi, tempat, dan

jumlah pendengar. Pembicara harus mengatur kenyaringan suara supaya

dapat didengar dengan jelas oleh pendengar.

Page 51: PENGUASAAN SOR SINGGIH BAHASA BALI DALAM ...

36

f) Kelancaran

Pembicara yang lancar berbicara akan memudahkan pendengar

menangkap isi pembicaraannya. Sering kali pembicara berbicara terputus-

putus, bahkan antara bagian-bagian yang terputus itu diselipkan bunyi-bunyi

tertentu yang mengganggu penangkapan pendengar. Sebaliknya, pembicara

yang terlalu cepat berbicara juga akan menyulitkan pendengar menangkap

pokok pembicaraannya

g) Relevansi/Penalaran

Proses berpikir untuk sampai pada suatu simpulan haruslah logis.

Gagasan demi gagasan haruslah disampaikan dengan logis. Hal ini berarti

bahwa hubungan bagian-bagian dalam kalimat, hubungan kalimat dengan

kalimat harus logis dan berhubungan dengan pokok pembicaraan.

h) Penguasaan Topik

Penguasaan topik yang baik akan menumbuhkan keberanian dan

kelancaran. Jadi, penguasaan topik ini sangat penting, bahkan merupakan

faktor utama dalam berbicara. Pembicaraan formal selalu menuntut persiapan.

Tujuannya adalah supaya topik yang dipilih betul-betul dikuasai.

2.3.6 Faktor-faktor yang Memengaruhi Pembelajaran Bahasa

Banyak faktor yang memengaruhi pembelajaran bahasa. Hal itu harus

benar-benar diperhatikan oleh orang-orang yang terlibat dalam pembelajaran, baik

langsung maupun tidak langsung. Iskandarwassid ( 2009:168--175) menyebutkan

Page 52: PENGUASAAN SOR SINGGIH BAHASA BALI DALAM ...

37

ada beberapa faktor yang memengaruhi pembelajaran bahasa. Faktor-faktor

tersebut diuraikan seperti berikut.

1) Karakteristik Peserta Didik

Peserta didik sebagai orang yang belajar merupakan subjek yang sangat

penting dalam proses pembelajaran. Dalam pembelajaran bahasa, pengajar harus

memerhatikan karakteristik peserta didik. Karakteristik peserta didik itu, antara

lain sebagai berikut.

a) Kematangan Mental dan Kecakapan Intelektual

Tingkat kematangan mental dan kecakapan intelektual peserta

didik sangat memengaruhi keberhasilan pembelajaran bahasa. Bila peserta

didik telah matang secara mental dan cakap secara intelektual untuk

belajar bahasa, peserta didik tersebut akan mudah mengikuti pembelajaran.

b) Kondisi Fisik dan Kecakapan Psikomotor

Kondisi fisik merupakan faktor yang memengaruhi proses

pembelajaran bahasa. Kecakapan psikomotor menyangkut gerakan-

gerakan jasmani, seperti kekuatan, kecepatan, koordinasi, dan fleksibilitas.

c) Umur

Umur merupakan hal yang harus dipertimbangkan dalam proses

pembelajaran bahasa. Strategi pembelajaran yang digunakan tentu akan

berbeda sesuai dengan umur peserta didik.

d) Jenis Kelamin

Meskipun secara prinsip anatara peserta didik perempuan dan laki-

laki tidak terdapat perbedaan, dalam hal-hal tertentu terdapat perbedaan,

Page 53: PENGUASAAN SOR SINGGIH BAHASA BALI DALAM ...

38

misalnya minat, cara belajar, kebiasaan, kecakapan, psikomotor, dan

perhatian. Jenis kelamin merupakan faktor yang harus diperhatikan dalam

proses pembelajaran bahasa.

2) Kompetensi Dasar yang Diharapkan

Kompetensi dasar adalah pernyataan minimal atau memadai

tentang pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai-nilai yang

direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak setelah peserta didik

menyelesaikan suatu aspek atau subaspek mata pelajaran tertentu.

3) Bahan Ajar

Bahan ajar merupakan seperangkat informasi yang harus diserap

peserta didik melalui pembelajaran yang menyenangkan. Secara umum,

sifat bahan ajar dapat dibedakan ke dalam beberapa kategori, yaitu konsep,

prinsip, dan keterampilan. Konsep merupakan serangkaian perangsang

yang mempunyai sifat-sifat yang sama. Prinsip merupakan suatu pola

antara hubungan fungsional di antara prinsip. Keterampilan merupakan

suatu pola kegiatan yang bertujuan dan memerlukan peniruan serta

koordinasi informasi yang dipelajari.

4) Waktu yang Tersedia

Perhitungan waktu harus benar-benar diperhatikan dalam

penyampaian materi pembelajaran. Melalui perhitungan waktu dalam satu

tahun ajaran berdasarkan waktu-waktu efektif pembelajaraan bahasa, rata-

rata lima jam pelajaran / minggu untuk mencapai dua atau tiga kompetensi

Page 54: PENGUASAAN SOR SINGGIH BAHASA BALI DALAM ...

39

dasar. Pencapaian kompetensi tersebut harus dikemas sedemikian rupa

dengan menggunakan strategi yang sesuai dengan waktu yang tersedia.

5) Sarana dan Prasarana Belajar

Sarana belajar yang dimaksud di sini adalah segala sesuatu yang

langsung dapat dipakai peserta didik dalam belajar untuk mencapai suatu

kompetensi dasar tertentu, misalnya buku paket, kamus, ensiklopedia,

peta, dan alat peraga. Di pihak lain prasarana adalah segala sesuatu yang

merupakan penunjang utama terselenggaranya suatu proses. Prasarana

belajar, misalnya laboratorium bahasa, ruang belajar, kelas yang luas,

podium, dan lain-lain.

6) Kemampuan Pengajar Memilih dan Menggunakan Strategi Pembelajaran

Bahasa

Salah satu tujuan utama pembelajaran bahasa adalah

mempersiapkan peserta didik untuk melakukan interaksi yang bermakna

dengan bahasa yang alamiah. Agar interaksi dapat bermakna bagi peserta

didik dan dapat mencapai kompetensi dasar tertentu, pengajar dituntut

untuk lebih memiliki kemampuan atau kecakapan dalam menjalankan

profesionalismenya. Selain itu, pengajar juga harus memiliki kemampuan

memilih dan menerapkan strategi yang di dalamnya terdapat pendekatan,

metode, dan teknik secara baik.

Page 55: PENGUASAAN SOR SINGGIH BAHASA BALI DALAM ...

40

Penguasaan sor singgih bahasa Bali.

Narayana (1984)

1. Faktor-faktor penunjang keefektifan berbicara.

2. Faktor-faktor yang memengaruhi sor singgih bahasa Bali.

(Arsjad dan Mukti 1988)

Proses Belajar Mengajar

sor singgih Bahasa Bali (kurikulum,

silabus, RPP, materi, media pembelajaran,

evaluasi)

(KTSP 2006)

2.4 Model Penelitian

Keterampilan Berbicara Bahasa Bali

Sor Singgih Bahasa Bali dalam Keterampilan Berbicara

Analisis

Temuan

Page 56: PENGUASAAN SOR SINGGIH BAHASA BALI DALAM ...

41

Penjelasan Model Penelitian

Dari bagan di atas dapat dijelaskan bahwa peneliti tidak mengajar

langsung di dalam kelas. Dalam penelitian ini, diteliti tiga masalah, yaitu proses

belajar mengajar sor singgih bahasa Bali, penguasaan sor singgih bahasa Bali

dalam keterampilan berbicara, dan faktor-faktor yang memengaruhi keterampilan

berbicara dalam pemakaian sor singgih bahasa Bali.

Bermain peran dilakukan setelah proses pembelajaran selesai dilakukan

oleh guru bidang studi. Setelah anak bermain peran dan direkam oleh peneliti,

dilakukan analisis terhadap hasil perekaman tersebut untuk mendapatkan data

tentang kemampuan siswa menggunakan sor singgih bahasa Bali.

Pemberian angket dilakukan untuk menemukan faktor-faktor yang

memengaruhi kemampuan siswa dalam menggunakan sor singgih bahasa Bali.

Keseluruhan data tersebut dipaparkan secara deskriptif dalam bentuk tulisan.

Page 57: PENGUASAAN SOR SINGGIH BAHASA BALI DALAM ...

42

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan Penelitian

Secara umum jenis penelitian dibedakan menjadi dua bentuk, yaitu

penelitian secara kuantitatif dan penelitian kualitatif. Kedua bentuk penelitian ini

memiliki langkah yang berbeda. Data kualitatif adalah data yang dapat diuraikan,

dipaparkan karena diperoleh dari hasil wawancara yang bersifat subjektif dan data

tersebut dapat ditafsirkan (Sudjana, 2010:63). Pendekatan penelitian kualitatif

meliputi penelitian fenomenologi, grounded teori, penelitian etnografi, penelitian

historis, penelitian kasus, dan penelitian tindakan (Iskandar, 2009:24)

Penelitian ini menggunakan data kualitatif. Data didapat dari analisis

proses pembelajaran, analisis percakapan siswa dan analisis angket yang diberikan

kepada siswa dengan menggunakan observasi dan pemberian angket.

3.2 Lokasi Penelitian

Data penelitian ini diperoleh dari siswa kelas IX di SMP Negeri 3

Denpasar. Sekolah ini terletak di Jalan Jepun, No.5 Kreneng, Denpasar. Kelas IX

dipilih sebagai subjek penelitian karena di kelas IX pembelajaran sor singgih

bahasa Bali diajarkan lebih mendalam sehingga untuk melakukan penelitian

terhadap kemampuan siswa lebih efektif.

SMP Negeri 3 Denpasar dipilih karena penggunaan bahasa Bali di sekolah

ini tinggi, yaitu dengan adanya hari khusus berbahasa Bali yaitu setiap purnama

42

Page 58: PENGUASAAN SOR SINGGIH BAHASA BALI DALAM ...

43

dan tilem. Karena pada saat itu, siswa wajib berpakian adat dan menggunakan

bahasa Bali saat berkomunikasi di lingkungan sekolah, tetapi kemampuan

berbicara siswanya masih rendah. Situasi ini diketahui dengan diadakannya

wawancara awal dan observasi langsung dengan guru dan beberapa siswa tentang

penguasaan keterampilan berbicara bahasa Bali. Selain itu, berdasarkan hasil

perbandingan awal dengan SMP Negeri 1 Denpasar, ditemukan beberapa

perbedaan antara kedua sekolah ini. Perbedaan tersebut, antara lain nilai siswa

SMP Negeri 3 Denpasar lebih tinggi daripada nilai siswa di SMP Negeri 1

Denpasar. Guru yang mengajarkan bahasa Bali di SMP 3 Denpasar adalah guru

yang mempunyai keahlian dalam bidang bahasa Bali, yaitu tamatan S1 Bahasa

dan Sastra Bali, sedangkan guru yang mengajarkan bahasa Bali di kelas IX SMPN

1 Denpasar adalah guru agama yang merangkap mengajarkan bahasa Bali.

3.3 Jenis dan Sumber Data

3.3.1 Jenis Data

Penelitian ini adalah penelitian lapangan. Jenis data yang dipakai dalam

penelitian ini adalah data kualitatif. Data kualitatif dalam penelitian ini didapat

melalui pengamatan secara langsung. Yang diamati adalah proses belajar

mengajar yang dilakukan guru bidang studi bahasa Bali. Data yang didapat

melalui pengamatan ini adalah cara guru mengajarkan sor singgih bahasa Bali,

kurikulum yang dipakai acuan, silabus, dan RPP yang digunakan.

Selain itu, angket yang diberikan kepada siswa bertujuan untuk

menemukan faktor-faktor yang memengaruhi kemampuan siswa bercakap-cakap

Page 59: PENGUASAAN SOR SINGGIH BAHASA BALI DALAM ...

44

dalam menggunakan sor singgih bahasa Bali dipaparkan secara deskriptif dalam

bentuk tulisan.

3.3.2 Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas dua sumber seperti

terpapar di bawah ini.

1. Data Primer

Data primer dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh secara

langsung di lapangan melalui observasi langsung, pemberian angket,

pencatatan, dan perekaman.

2. Data Sekunder

Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari sumber tidak

langsung, antara lain dokumentasi dan arsip-arsip yang mendukung

hasil penelitian, seperti kurikulum, silabus, RPP, daftar hadir siswa,

daftar hadir guru, dan buku ajar yang digunakan.

3.3.2.1 Populasi

Data penelitian ini diperoleh dari seluruh populasi kelas IX SMP Negeri 3

Denpasar. Menurut Hadi (1987:70), populasi adalah “semua individu yang

diselidiki”. Populasi merupakan seluruh individu yang menjadi subjek penelitian.

Yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruhan siswa kelas IX SMP

Negeri 3 Denpasar yang berjumlah 297 siswa.

Page 60: PENGUASAAN SOR SINGGIH BAHASA BALI DALAM ...

45

3.3.2.2 Sampel Penelitian

Mengingat banyaknya jumlah populasi yang diteliti serta diharapkan

penelitian ini memeroleh hasil yang maksimal, maka ditetapkan sejumlah sampel

penelitian. Hal ini sesuai dengan pendapat Arikunto (1993:107) yang

mengemukakan seperti berikut.

Untuk sekadar ancer-ancer, maka apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika jumlah subjeknya besar dapat diambil antara 10--15% atau antara 20--25% atau lebih, tergantung setidak-tidaknya dari hal-hal berikut.

a) Kemampuan peneliti dilihat dari segi waktu, tenaga, dan dana, b) Sempit luasnya wilayah pengamatan dari setiap subjek, karena hal ini

menyangkut banyak sedikitnya data, c) Besar kecilnya risiko yang ditanggung oleh peneliti. Untuk penelitian yang

risikonya besar, tentu saja jika sampel lebih besar, hasilnya akan lebih baik.

Teknik yang digunakan untuk menentukan sampel yang digunakan dalam

penelitian ini adalah dengan random sampling. Teknik ini digunakan untuk

menentukan kelas berapa yang berhak mewakili populasi sebagai sampel. Random

sampling dipakai karena semua kelas adalah homogen. Dengan teknik ini, peneliti

memberikan kesempatan yang sama kepada setiap kelas untuk menjadi sampel.

Prosedur yang digunakan sesuai dengan teknik ini adalah dengan cara undian.

Adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam menentukan kelas yang akan

menjadi sampel adalah sebagai berikut.

1) Beri kode nomor urut pada semua elemen populasi (unit populasi)

pada lembar kertas-kertas kecil.

2) Lembar kertas kecil-kecil digulung kemudian dimasukkan kedalam

kotak, lalu dikocok dengan rata, setelah itu dikeluarkan satu.

Page 61: PENGUASAAN SOR SINGGIH BAHASA BALI DALAM ...

46

3) Hasil undian ini merupakan sampel.

Berdasarkan pernyataan di atas, maka peneliti mengambil dua kelas dari

sembilan kelas. Kelas tersebut adalah kelas IXC dan IXD. Dari keseluruhan

populasi 297 siswa, yang dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah 66 orang,

laki-laki berjumlah 32 siswa dan perempuan berjumlah 34 siswa. Keseluruhan

nama-nama siswa yang menjadi sampel dalam penelitian ini terdapat pada

lampiran.

3.4 Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini beberapa instrumen yang digunakan adalah sebagai

berikut.

1. Lembar observasi (pengamatan)

Lembar observasi (pengamatan) merupakan panduan dalam melakukan

penilaian terhadap indikator-indikator dari aspek yang diamati. Indikator-indikator

tersebut sudah didaftar secara sistematis.

Lembar observasi (pengamatan) dimaksud berbentuk daftar cek dengan

memberikan penilaian terhadap kategori pilihan. Adapun objek atau sasaran yang

diamati dari observasi (pengamatan) tersebut adalah proses belajar mengajar, cara

guru mengajarkan sor singgih bahasa Bali, kurikulum, silabus, dan RPP yang

digunakan.

2. Angket

Angket diberikan kepada siswa dengan tujuan mengetahui faktor eksternal

siswa, lingkungan tempat tinggal siswa, dan latar belakang siswa. Hal ini nantinya

Page 62: PENGUASAAN SOR SINGGIH BAHASA BALI DALAM ...

47

digunakan sebagai pedoman untuk mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi

kemampuan siswa untuk menguasai sor singgih bahasa Bali dalam keterampilan

berbicara.

3. Kamera dan handycam

Kamera dan handycam digunakan sebagai alat perekam momen kegiatan

belajar mengajar dalam penelitian. Kamera dan handycam ini digunakan untuk

merekam percakapan yang dilakukan oleh siswa. Hasil perekaman ini dianalisis

untuk mendapatkan data tentang kemampuan siswa menggunakan sor singgih

bahasa Bali.

3.5 Metode dan Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian sangat berpengaruh terhadap

objektivitas hasil penelitian. Dalam metode pengumpulan data, dikenal beberapa

jenis metode observasi. Sehubungan dengan penelitian ini, maka metode yang

digunakan adalah observasi langsung.

Pertama kali diadakan survei awal tentang keadaan siswa terutama

informasi tentang kemampuan siswa dalam berbahasa Bali. Setelah melakukan

survei tersebut, peneliti menyampaikan surat izin penelitian dan mengadakan

koordinasi, baik dengan wakil kepala sekolah bagian kurikulum maupun guru

pengampu mata pelajaran bahasa Bali. Setelah guru pengampu mata pelajaran

bahasa Bali menjadwalkan waktu untuk penelitian, maka peneliti mempersiapkan

alat-alat untuk melakukan perekaman.

Page 63: PENGUASAAN SOR SINGGIH BAHASA BALI DALAM ...

48

Pada senin, 19 Agustus 2013, penelitian dilakukan. Pertama, dilakukan

perekaman terhadap proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru mata pelajaran

bahasa Bali. Kurikulum yang dipakai untuk acuan, silabus yang digunakan oleh

guru, RPP yang dipakai, metode pembelajaran, evaluasi yang dilakukan oleh guru

dianalisis oleh peneliti. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan data tentang proses

pembelajaran sor singgih bahasa Bali dalam pembelajaran keterampilan berbicara

Setelah selesai melakukan perekaman, peneliti memberikan tugas kepada

siswa untuk membuat percakapan dalam bahasa Bali menggunakan sor singgih

yang dilakukan oleh siswa dengan teman sebangku. Hasil perekaman terhadap

percakapan siswa ini dianalisis untuk mendapatkan data kemampuan penguasaan

sor singgih bahasa Bali dalam keterampilan berbicara. Setelah selesai percakapan,

siswa kemudian diberikan angket yang berisi latar belakang siswa, bahasa yang

dipakai sehari-hari baik di rumah dan di sekolah. Hasil angket ini bermanfaat

untuk menjawab faktor-faktor yang memengaruhi kemampuan siswa dalam

menguasai keterampilan berbicara.

Untuk mengetahui proses pembelajaran yang dilakukan guru dalam

mengajarkan sor singgih bahasa Bali dalam keterampilan berbicara ini dilakukan

perekaman terhadap proses pembelajaran. Setelah itu, dilakukan analisis terhadap

perangkat pembelajaran yang dipakai oleh guru saat pembelajaran berlangsung.

3.6 Metode dan Teknik Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan analisis yang

menggunakan metode deskriptif kualitatif. Analisis data kualitatif meliputi

Page 64: PENGUASAAN SOR SINGGIH BAHASA BALI DALAM ...

49

analisis hasil observasi (pengamatan) dan analisis data dari pemberiang angket

kepada siswa. Data disajikan dengan pemaparan kata untuk memberikan

gambaran yang jelas tentang objek yang diteliti dan permasalahan yang dibahas.

Kemudian dilakukan komparasi data, penyajian data, dan penarikan simpulan

secara berurutan sebagai rangkaian kegiatan analisis yang berlandaskan pada

kajian pustaka, konsep, landasan teori, dan metode analisis kualitatif.

3.7 Metode Penyajian Hasil Analisis Data

Penyajian hasil analisis data dalam penelitian ini adalah dengan

menggunakan metode informal. Data informal disajikan melalui karangan narasi,

menggunakan teknik penyajian deskriptif berdasarkan teori-teori yang digunakan.

Proses pembelajaran sor singgih bahasa Bali disajikan dalam karangan narasi

dengan menganalisis perangkat pembelajaran yang digunakan saat guru

mengajarkan sor singgih bahasa Bali. Penguasaan sor singgih bahasa Bali siswa

kelas IX SMP Negeri 3 Denpasar disajikan dengan menganalisis permainan drama

siswa yang ditampilkan ke depan kelas. Faktor-faktor yang memengaruhi

penguasaan keterampilan berbicara siswa dianalisis berdasarkan angket yang

sudah diisi oleh siswa.

Page 65: PENGUASAAN SOR SINGGIH BAHASA BALI DALAM ...

50

BAB IV

PENGUASAAN SOR SINGGIH BAHASA BALI DALAM

KETERAMPILAN BERBICARA

Bab ini akan membicarakan tiga hal yang menjadi permasalahan dalam

penelitian. (1) proses pembelajaran sor singgih bahasa Bali dalam pembelajaran

keterampilan berbicara, (2) penguasaan sor singgih bahasa Bali dalam

keterampilan berbicara, dan (3) faktor-faktor yang memengaruhi kemampuan

siswa untuk menguasai sor singgih bahasa Bali dalam keterampilan berbicara.

4.1 Proses Pembelajaran Sor Singgih Bahasa Bali dalam Keterampilan

Berbicara

Sebelum proses penelitian dilaksanakan, ada beberapa hal yang telah

dipersiapkan untuk melaksanakan penelitian tentang “pembelajaran keterampilan

berbicara dalam penggunaan sor singgih bahasa Bali siswa kelas IX SMP Negeri

3 Denpasar tahun pelajaran 2013/2014”. Kurikulum, silabus, RPP dan perangkat

pembelajaran lainnya yang telah dipersiapkan oleh guru bidang studi bahasa Bali

kemudian dianalisis. Analisis perangkat pembelajaran tersebut diuraikan seperti

berikut ini.

4.1.1 Kurikulum

Kurikulum merupakan bagian yang tidak bisa dipisahkan dari

pembelajaran dan pengajaran. Berikut dibahas tentang pengertian kurikulum serta

50

Page 66: PENGUASAAN SOR SINGGIH BAHASA BALI DALAM ...

51

kurikulum bahasa Bali yang digunakan pada siswa kelas IX SMP Negeri 3

Denpasar tahun pelajaran 2013/2014.

Kurikulum adalah program belajar bagi siswa yang disusun sistematis dan

logis. Penyusunan perangkat pembelajaran ini disesuaikan dengan keadaan dan

kemampuan setiap jenjang pendidikan dalam penyelenggaraan pendidikan

tersebut serta kebutuhan lapangan kerja. Dalam perspektif kebijakan pendidikan

nasional sebagaimana dapat dilihat dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan

Nasional No. 20, Tahun 2003 diyatakan bahwa “kurikulum adalah seperangkat

rencana dan peraturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang

digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan pembelajaran untuk mencapai

tujuan pendidikan tertentu.

Kurikulum yang digunakan dalam proses pembelajaran sor singgih bahasa

Bali di SMP Negeri 3 Denpasar sudah disusun sedemikian rupa. Tujuan

pembelajaran bahasa Bali yang dijabarkan dalam kurikulum adalah sebagai

berikut.

1. Siswa menghargai dan membanggakan bahasa Bali sebagai bahasa ibu,

bahasa pergaulan, dan pengantar kebudayaan daerah Bali.

2. Siswa memahami bahasa dan sastra Bali dari segi bentuk, makna, dan

fungsi serta menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk

bermacam-macam tujuan, keperluan, dan keadaan.

3. Siswa memiliki disiplin, kebiasaan dalam berpikir, berbahasa, dan

bertindak.

Page 67: PENGUASAAN SOR SINGGIH BAHASA BALI DALAM ...

52

Penjabaran lebih terperinci kurikulum yang digunakan di kelas IX dalam

proses pembelajaran sor singgih bahasa Bali dapat dilihat dalam lampiran.

Bahasa Bali merupakan muatan lokal yang wajib diikuti oleh semua siswa

SMP Negeri 3 Denpasar dari kelas VII sampai kelas IX. Bahasa Bali dipelajari

pada semester ganjil dan genap dengan alokasi waktu dua jam pelajaran dalam

satu minggu.

Jika ditinjau dari alokasi waktu yang diberikan untuk pembelajaran bahasa

Bali tergolong sangat sedikit, hanya dua jam pelajaran per minggu dan dalam

enam bulan kompetensi dasar diharapkan sudah tuntas. Kendala yang muncul

pada saat guru berhalangan hadir karena sakit, penataran, libur upacara

keagamaan sehingga jam pelajaran yang tergolong sedikit semakin berkurang.

Akibatnya, kompetensi dasar yang sudah tercantum dalam kurikulum tidak akan

tercapai dengan maksimal. Dengan kenyataan yang demikian diharapkan adanya

penambahan jam pelajaran untuk muatan lokal khususnya bahasa Bali sehingga

pembelajaran dapat berjalan dengan optimal.

4.1.2 Silabus

Silabus merupakan rencana pembelajaran pada suatu kelompok mata

pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar,

materi pokok/pelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi

untuk penilaian, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar. Dengan demikian,

silabus minimal dapat menjawab pertanyaan kompetensi apa yang harus dimiliki

oleh peserta didik, bagaimana cara mencapai kompetensi tersebut, dan bagaimana

Page 68: PENGUASAAN SOR SINGGIH BAHASA BALI DALAM ...

53

cara mengetahui bahwa peserta didik telah memiliki kompetensi itu.

Pengembangan silabus dilakukan oleh para guru secara mandiri, atau

berkelompok dalam sebuah sekolah, atau beberapa sekolah, kelompok MGMP

atau PKG, dan dinas pendidikan. Silabus yang digunakan dalam pembelajaran

bahasa Bali di SMP Negeri 3 Denpasar dapat dilihat pada lampiran. Berdasarkan

silabus yang dijadikan acuan dalam pembelajaran sor singgih bahasa Bali seperti

pada lampiran, hanya digunakan satu sumber belajar, yaitu naskah drama dan

hanya dialokasikan waktu 2 x 40 menit sehingga untuk mencapai pembelajaran

yang optimal sangat sulit.

Sumber belajar yang digunakan dalam proses pembelajaran seharusnya

tercantum dalam silabus. Akan tetapi, dalam silabus tersebut tidak dicantumkan

sumber belajar yang dijadikan acuan. Sumber belajar juga bisa didapatkan dari

video percakapan drama gong, dan video wayang kulit untuk menunjang kegiatan

pembelajaran.

Waktu yang hanya 2 x 40 menit harus dimanfaatkan dengan efektif. Guru

harus pintar membagi waktu untuk menjelaskan materi kepada siswa, memberikan

tugas siswa, menganalisis kesalahan siswa, dan memberikan perbaikan terhadap

kesalahan tersebut. Dengan waktu yang sedikit, sangat sulit menuntaskan

kompetensi dasar hanya dengan satu kali pertemuan. Silabus yang dijadikan

acuan pada proses pembelajaran sor singgih bahasa Bali tidak memerinci karakter

siswa yang diinginkan. Seharusnya karakter siswa yang ingin dicapai setelah

proses pembelajaran berlangsung tercantum secara jelas. Akibatnya, pada saat

pembelajaran berlangsung, guru yang mengajarkan sor singgih bahasa Bali, tidak

Page 69: PENGUASAAN SOR SINGGIH BAHASA BALI DALAM ...

54

mengetahui untuk apa pembelajaran tersebut diberikan. Oleh karena itu, karakter

siswa yang diharapkan setelah pembelajaran berlangsung tidak diketahui.

4.1.3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Rencana pelaksanaan pembelajaran merupakan rencana yang

menggambarkan prosedur dan manajemen pembelajaran untuk mencapai satu atau

lebih kompetensi dasar yang telah dijabarkan dalam silabus. Rencana pelaksanaan

pembelajaran ini dapat digunakan oleh setiap pengajar sebagai pedoman umum

untuk melaksanakan pembelajaran kepada peserta didiknya. Dikatakan demikian

karena di dalamnya terdapat petunjuk secara terperinci, pertemuan demi

pertemuan, mengenai tujuan, ruang lingkup materi yang harus diajarkan, kegiatan

belajar mengajar, media, evaluasi yang harus digunakan. Oleh karena itu, dengan

berpedoman kepada RPP ini, pengajar akan dapat mengajar secara sistematis,

tanpa khawatir keluar dari sistem evaluasi yang seharusnya.

Baik pengajar maupun peserta didik akan mengetahui dengan pasti tujuan

yang hendak dicapai dan cara mencapainya. Sehubungan dengan itu, pengajar

dapat mempertahankan situasi agar peserta didik dapat memusatkan perhatian

dalam pembelajaran yang telah diprogramkan. Berikut ini adalah Rencana

Program Pembelajaran yang dipakai oleh guru pengampu bahasa Bali di SMP

Negeri 3 Denpasar dalam proses pembelajaran sor singgih bahasa Bali. RPP yang

digunakan dalam proses pembelajaran dapat dilihat pada lampiran. Berikut ini

dianalisis bagian-bagian RPP yang dipakai pada proses pembelajaran sor singgih

bahasa Bali di kelas IX SMP Negeri 3 Denpasar.

Page 70: PENGUASAAN SOR SINGGIH BAHASA BALI DALAM ...

55

I. Standar Kompetensi

Standar Kompetensi merupakan kualifikasi kemampuan minimal peserta

didik yang menggambarkan penguasaan pengetahuan, sikap, dan keterampilan

yang diharapkan dicapai pada setiap kelas dan/atau semester pada suatu mata

pelajaran.

Penyusunan standar kompetensi suatu jenjang atau tingkat pendidikan

merupakan usaha untuk membuat suatu sistem sekolah menjadi otonom, mandiri,

dan responsif terhadap keputusan kebijakan daerah dan nasional. Kegiatan ini

akan mendorong munculnya standar pada tingkat lokal dan nasional. Penentuan

standar kompetensi hendaknya dilakukan dengan cermat dan hati-hati.

Pengembangan standar kompetensi perlu dilakukan secara terbuka, seimbang, dan

melibatkan semua kelompok yang akan dikenai standar tersebut. Upaya

melibatkan semua kelompok sangatlah penting agar kesepakatan yang telah

dicapai dapat dilaksanakan secara bertanggung jawab oleh pihak sekolah. Standar

kompetensi yang ditawarkan dalam pembelajaran sor singgih bahasa Bali di SMP

Negeri 3 Denpasar adalah mampu mengemukakan gagasan, perasaan, dan

imajinasi secara komunikatif melalui sastra dan basa basita.

Dalam kenyataannya, saat pembelajaran berlangsung, siswa masih

kesulitan mengemukakan gagasannya dalam menggunakan sor singgih bahasa

Bali. Siswa lebih banyak menggunakan bahasa Indonesia, baik dalam bertanya

kepada gurunya saat pembelajaran berlangsung, maupun mengganti kata-kata

yang mereka tidak tahu bahasa Balinya dengan memakai bahasa Indonesia.

Page 71: PENGUASAAN SOR SINGGIH BAHASA BALI DALAM ...

56

II. Kompetensi Dasar

Kompetensi merupakan perpaduan dari pengetahuan, keterampilan nilai,

dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak. Dalam hal

ini, kompetensi diartikan sebagai pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan

yang dikuasai oleh seseorang yang telah menjadi bagian dari dirinya sehingga ia

dapat melakukan perilaku kognitif, afektif, dan psikomotorik dengan sebaik-

baiknya. Hal ini menunjukkan bahwa kompetensi mencakup tugas, keterampilan,

sikap, dan apresiasi yang harus dimiliki oleh peserta didik untuk dapat

melaksanakan tugas-tugas pembelajaran sesuai dengan jenis pekerjaan tertentu.

Dalam kurikulum, kompetensi sebagai tujuan pembelajaran dideskripsikan

secara eksplisit sehingga dijadikan standar dalam pencapaian tujuan kurikulum.

Baik guru maupun siswa perlu memahami kompetensi yang harus dicapai dalam

proses pembelajaran. Pemahaman ini diperlukan dalam merencanakan strategi dan

indikator keberhasilan. Kompetensi dasar sebagai tujuan dalam kurikulum yang

bersifat kompleks. Artinya, kurikulum berdasarkan kompetensi bertujuan untuk

mengembangkan pengetahuan, pemahaman kecakapan, nilai, sikap, dan minat

siswa agar mereka dapat melakukan sesuatu dalam bentuk kemahiran disertai

tanggung jawab. Dengan demikian, tujuan yang ingin dicapai dalam kompetensi.

Ini bukanlah hanya sekadar pemahaman tentang materi pelajaran, melainkan cara

pemahaman dan penguasaan materi itu dapat memengaruhi cara bertindak dan

berperilaku dalam kehidupan sehari-hari.

Kompetensi dasar adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap minimal

yang harus dikuasai oleh peserta didik dalam penguasaan materi pelajaran yang

Page 72: PENGUASAAN SOR SINGGIH BAHASA BALI DALAM ...

57

diberikan dalam kelas pada jenjang pendidikan tertentu. Di samping itu, juga

merupakan perincian atau penjabaran lebih lanjut dari standar kompetensi.

Adapun penempatan komponen kompetensi dasar dalam silabus sangat penting.

Hal ini berguna untuk mengingatkan para guru seberapa jauh tuntutan target

kompetensi yang harus dicapainya. Dalam proses pembelajaran sor singgih

bahasa Bali di SMP Negeri 3 Denpasar yang dijadikan kompetensi dasar adalah

bermain drama sesuai dengan sor singgih basa. Pemakaian permainan drama

dalam pembelajaran sor singgih bahasa Bali, karena dalam permainan drama

siswa dapat melihat berbagai macam tokoh. Misalnya raja, putri raja, patih,

rakyat. Serta bagaimana setiap tokoh tersebut berbahasa dengan menggunakan sor

singgih bahasa Bali. Bagaimana seorang raja yang berbicara kepada patihnya,

bagaimana rakyat berbicara kepada rajanya. Dengan demikian siswa akan lebih

mudah memahami penggunaan sor singgih bahasa Bali.

Dalam realisasinya di kelas, guru hanya menggunakan naskah drama

seadanya. Siswa tidak dapat melihat penokohan secara wangsa, dan cara

berbahasa yang digunakan tiap tokoh. Sehingga siswa mengalami kesulitan saat

disuruh membuat sebuah drama bersama teman kelompoknya.

III. Indikator

Indikator merupakan penanda pencapaian kompetensi dasar yang ditandai

oleh perubahan perilaku yang dapat diukur mencakup sikap, pengetahuan, dan

keterampilan. Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik peserta didik,

mata pelajaran, satuan pendidikan, potensi daerah dan dirumuskan dalam kata

Page 73: PENGUASAAN SOR SINGGIH BAHASA BALI DALAM ...

58

kerja operasional yang terukur dan/atau dapat diobservasi. Misalnya siswa mampu

menggunakan sor singgih bahasa Bali dalam pementasan drama.

Indikator dirumuskan dalam bentuk kalimat dengan menggunakan kata

kerja operasional. Rumusan indikator sekurang-kurangnya mencakup dua hal

yaitu tingkat kompetensi dan materi yang menjadi media pencapaian kompetensi.

Indikator memiliki kedudukan yang sangat strategis dalam mengembangkan

pencapaian kompetensi berdasarkan SK-KD. Guru harus melakukan kajian

mendalam mengenai karakteristik mata pelajaran sebagai acuan mengembangkan

indikator. Karakteristik mata pelajaran dapat dikaji pada dokumen standar isi

mengenai tujuan, ruang lingkup, standar kompetensi, dan kompetensi dasar mata

pelajaran tersebut. Dalam perumusan indikator di SMP Negeri 3 Denpasar, guru

melakukannya dalam musyawarah guru mata pelajaran se-kota Denpasar yang

dilakukan setiap awal tahun pelajaran baru.

Pengembangan indikator memerlukan informasi karakteristik peserta didik

yang unik dan beragam. Karakteristik sekolah dan daerah menjadi acuan dalam

pengembangan indikator karena target pencapaian sekolah tidak sama. Sekolah

kategori tertentu yang melebihi standar minimal dapat mengembangkan indikator

lebih tinggi. Termasuk sekolah bertaraf internasional dapat mengembangkan

indikator dari standar kompetensi dan kompetensi dasar dengan mengkaji tuntutan

kompetensi sesuai dengan rujukan standar internasional yang digunakan. Sekolah

dengan keunggulan tertentu juga menjadi pertimbangan dalam mengembangkan

indikator. Indikator yang dikembangkan dalam pembelajaran sor singgih bahasa

Bali meliputi hal-hal berikut.

Page 74: PENGUASAAN SOR SINGGIH BAHASA BALI DALAM ...

59

1. Membahas penggunaaan sor singgih bahasa Bali pementasan drama

melalui kegiatan diskusi.

2. Memberikan komentar kekurangan yang terjadi dalam pementasan

drama berdasarkan hasil diskusi.

IV. Tujuan Pembelajaran

Kegiatan menyusun rencana pembelajaran merupakan salah satu tugas

penting guru dalam memproses pembelajaran siswa. Dalam perspektif kebijakan

pendidikan nasional yang dituangkan dalam Permendiknas RI No. 52, Tahun 2008

tentang Standar Proses disebutkan bahwa salah satu komponen dalam penyusunan

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), yaitu adanya tujuan pembelajaran

menggambarkan proses dan hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai oleh

peserta didik sesuai dengan kompetensi dasar. Tujuan pembelajaran hendaknya

diletakkan dan dijadikan titik tolak berpikir guru dalam menyusun sebuah rencana

pembelajaran, yang akan mewarnai komponen-komponen perencanan lainnya.

Pada dasarnya tujuan pembelajaran adalah tercapainya perubahan perilaku atau

kompetensi pada siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran. Adapun tujuan

yang ingin dicapai setelah proses pembelajaran sor singgih bahasa Bali meliputi

hal-hal berikut.

1. Siswa mampu menggunakan sor singgih bahasa Bali dengan baik.

2. Siswa mampu memberikan komentar kekurangan yang terjadi dalam

pementasan drama berdasarkan hasil diskusi terutama mengenai sor

singgih basa dalam dialog.

Page 75: PENGUASAAN SOR SINGGIH BAHASA BALI DALAM ...

60

V. Materi Pembelajaran

Dalam suatu pembelajaran, materi merupakan salah satu bagian yang

sangat penting demi tercapainya tujuan pembelajaran. Dalam proses pembelajaran

sor singgih bahasa Bali materi yang dipakai berupa naskah drama. Naskah drama

tersebut menggunakan bahasa Bali dengan judul “Katemu ring Pasar”. Lebih

lengkapnya naskah tersebut dapat dilihat dalam lampiran.

Penggunaan naskah drama dalam pembelajaran tersebut kurang

memberikan acuan terhadap siswa dalam menggunakan sor singgih bahasa Bali.

Karena siswa tidak dapat melihat secara langsung bagaimana penggunaan sor

singgih bahasa Bali. Tidak ada penokohan menurut tingkatan wangsa. Sehingga

untuk memahami sor singgih bahasa Bali yang digunakan siswa mengalami

kesulitan. Selain naskah drama, seharusnya dicarikan materi pembelajaran lain

sebagai penunjang. Materi bisa didapatkan dari video lawak, video drama gong,

dan video wayang kulit.

Alternatif materi pembelajaran seperti video akan mendorong minat siswa

dalam belajar bahasa Bali. Siswa dapat melihat secara langsung penggunaan sor

singgih bahasa Bali dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya seorang raja yang

berbicara kepada patihnya atau rakyatnya. Dengan demikian, siswa mampu

menerapkan ilmu yang didapatkan di sekolah dalam kesehariannya di rumah.

VI. Alokasi Waktu

Alokasi waktu merupakan banyaknya waktu yang diberikan dalam sebuah

proses pembelajaran. Waktu yang diberikan ini ditentukan sesuai dengan

Page 76: PENGUASAAN SOR SINGGIH BAHASA BALI DALAM ...

61

keperluan untuk pencapaian kompetensi dasar dan beban belajar. Dalam

pembelajaran sor singgih bahasa Bali alokasi waktu yang diberikan adalah 2 x 40

menit atau satu kali pertemuan.

Alokasi waktu dalam pembelajaran sor singgih bahasa Bali sangat sedikit

sehingga perlu ditambahkan. Idealnya waktu yang diberikan untuk pembelajaran

bahasa Bali dua kali seminggu. Waktu yang disediakan hanya satu kali pertemuan

membuat siswa kurang memahami sor singgih bahasa Bali. Siswa kurang

mendapat pengayaan terhadap kesalahan-kesalahan yang dibuatnya.

VII. Metode Pembelajaran

Metode dapat diartikan benar-benar sebagai metode, tetapi dapat pula

diartikan sebagai model atau pendekatan pembelajaran. Hal itu bergantung pada

karakteristik pendekatan atau strategi yang dipilih, misalnya metode tanya jawab,

diskusi, eksperimen, dan pendekatan beberapa model pembelajaran seperti

pendekatan model CTL dan pembelajaran kooperatif. Metode digunakan oleh

guru untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta

didik mencapai kompetensi dasar atau seperangkat indikator yang telah

ditetapkan.

Pemilihan metode pembelajaran disesuaikan dengan situasi dan kondisi

peserta didik serta karakteristik setiap indikator dan kompetensi yang hendak

dicapai pada setiap mata pelajaran. Dalam pembelajaran sor singgih bahasa Bali

guru menetapkan beberapa metode yang akan dipakai. Metode tersebut adalah

diskusi, tanya jawab, bermain peran, dan penugasan

Page 77: PENGUASAAN SOR SINGGIH BAHASA BALI DALAM ...

62

Penerapan metode-metode tersebut tidak berjalan dengan baik. Guru yang

mengajar lebih banyak menggunakan metode ceramah dalam proses

pembelajaran. Metode ini kurang mendapat respons siswa sehingga dalam sesi

tanya jawab siswa tidak aktif bertanya tentang materi yang dijelaskan guru.

Alangkah baiknya jika guru mampu memadukan semua metode tersebut dalam

proses pembelajaran. Selain pemaduan metode-metode tersebut, projector juga

bisa digunakan saat pemutaran video drama atau wayang. Dengan demikian,

peserta didik tidak akan jenuh dalam belajar.

VIII. Langkah-langkah Pembelajaran

Dalam pembelajaran diperlukan langkah-langkah yang dijadikan pedoman

untuk melakukan seluruh aktivitas belajar mengajar. Langkah-langkah tersebut

meliputi pendahuluan, kegiatan inti, dan penutup.

a. Pendahuluan

Pendahuluan merupakan kegiatan awal dalam suatu pertemuan

pembelajaran yang ditujukan untuk membangkitkan motivasi dan

memfokuskan perhatian peserta didik untuk berpartisipasi aktif dalam proses

pembelajaran. Dalam pendahuluan ini, guru bisa mengecek kehadiran siswa,

menyampaikan tujuan pelajaran, dan memberikan apersepsi tentang

pembelajaran yang akan dilaksanakan pada hari tersebut.

b. Kegiatan inti. Kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai

kompetensi dasar. Kegiatan pembelajaran dilakukan secara interaktif,

inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk

berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa,

Page 78: PENGUASAAN SOR SINGGIH BAHASA BALI DALAM ...

63

kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan

fisik serta psikologis peserta didik. Kegiatan ini dilakukan secara sistematis

dan sistemik melalui proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. Kegiatan

inti dari RPP yang dipakai oleh guru bahasa Bali di SMP Negeri 3 Denpasar

adalah sebagai berikut.

1. Eksplorasi dilakukan dengan menanyai siswa tentang bermacam-macam

drama yang pernah ditonton.

2. Elaborasi dilakukan dengan membentuk kelompok oleh siswa, kemudian

siswa membuat drama dan mementaskan ke depan kelas. Kelompok lain

mengomentari penggunaan sor singgih bahasa Bali yang dipakai.

3. Konfirmasi dilakukan dengan memberikan penguatan terhadap drama

siswa yang sudah sesuai dengan sor singgih bahasa Bali dan memberikan

petunjuk terhadap kelompok yang masih kurang.

Seharusnya dalam eksplorasi diputarkan video drama terlebih dahulu,

sehingga dalam elaborasi siswa mempunyai pedoman untuk membuat drama dan

mementaskan ke depan kelas.

c. Penutup

Penutup merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengakhiri aktivitas

pembelajaran. Penutup dapat dilakukan dalam bentuk rangkuman atau simpulan,

penilaian dan refleksi, umpan balik, dan tindak lanjut.

Langkah-langkah dalam proses pembelajaran sor singgih bahasa Bali di

SMP Negeri 3 Denpasar dapat dilihat pada RPP dalam lampiran. Guru cenderung

kurang memerhatikan waktu yang sudah ditetapkan pada RPP. Dampaknya tidak

Page 79: PENGUASAAN SOR SINGGIH BAHASA BALI DALAM ...

64

semua kelompok dapat bermain peran ke depan kelas. Ada beberapa kelompok

yang tidak tampil ke depan kelas.

IX. Sumber Belajar

Sumber belajar dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ditentukan

dengan mengacu pada sumber belajar yang terdapat dalam standar kompetensi

dan kompetensi dasar, materi ajar, kegiatan pembelajaran, dan indikator

pencapaian kompetensi. Sumber belajar ditentukan dengan mempertimbangkan

hal-hal berikut.

a) Sumber belajar adalah rujukan, objek, dan/atau bahan yang digunakan

untuk kegiatan pembelajaran.

b) Sumber belajar dapat berupa media cetak, elektronik, narasumber,

lingkungan fisik, alam, sosial, dan budaya.

c) Penentuan sumber belajar didasarkan pada SK dan KD, materi

pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian

kompetensi dan.

d) Sumber belajar dipilih yang mutakhir dan menarik.

Dalam pembelajaran sor singgih bahasa Bali di SMP Negeri 3 Denpasar

ditentukan beberapa sumber belajar. Sumber-sumber tersebut adalah sebagai

berikut.

1) Buku Apresiasi Sastra Bali karangan I Gusti Putu Antara tahun 1990.

2) Buku Paket Pangkaja Sari karangan Dra. Ni Made Suresti dan A.A.

Bagus Setiawan tahun 2010.

3) Naskah Drama yang berjudul “Katemu ring Pasar”.

Page 80: PENGUASAAN SOR SINGGIH BAHASA BALI DALAM ...

65

Berdasarkan MGMP Denpasar, maka dipakai Buku Paket Pangkaja Sari,

sedangkan buku penunjang diserahkan ke sekolah masing-masing. Di SMP

Negeri 3 Denpasar dipakai buku Apresiasi Sastra Bali sebagai buku penunjang.

Buku Apesiasi Sastra Bali hanya membahas sastra Bali secara umum, tidak secara

spesifik membahas sor singgih bahasa Bali. Selain berpedoman kepada buku

penunjang, alangkah baiknya juga dipakai buku yang secara spesifik membahas

sor singgih bahasa Bali sehingga siswa mengetahui asal usul sor singgih bahasa

Bali dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.

Buku penunjang yang bisa dijadikan acuan dalam pembelajaran sor

singgih bahasa Bali adalah buku Sor Singgih Bahasa Bali karangan I Nyoman

Putra Suarjana. buku ini memerinci secara detail sor singgih bahasa Bali, asal

mula sor singgih bahasa Bali, serta pemakaiannya dalam kehidupan sehari-hari.

X. Penilaian

Prosedur dan instrumen penilaian proses dan hasil belajar disesuaikan

dengan indikator pencapaian kompetensi dan mengacu kepada standar penilaian.

Penilaian mencakup sejumlah teknik yang tidak bisa diabaikan oleh seorang guru.

Penilaian pembelajaran bertujuan untuk mengetahui sampai sejauh mana efisiensi

proses pembelajaran yang dilaksanakan dan efektivitas pencapaian tujuan

pembelajaran yang telah ditetapkan. Dalam rangka kegiatan pembelajaran,

penilaian dapat didefinisikan sebagai suatu proses sistematik dalam menentukan

tingkat pencapaian tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Dalam hal ini yang

dinilai adalah karakteristik siswa dengan menggunakan suatu tolok ukur tertentu.

Karakteristik-karakteristik tersebut dalam ruang lingkup kegiatan belajar-

Page 81: PENGUASAAN SOR SINGGIH BAHASA BALI DALAM ...

66

mengajar adalah tampilan siswa dalam bidang kognitif (pengetahuan dan

intelektual), afektif (sikap, minat, dan motivasi), dan psikomotor (keterampilan,

gerak, dan tindakan). Tampilan tersebut dapat dievaluasi, baik secara lisan,

tertulis, maupun perbuatan. Dengan demikian, penilaian di sini adalah

menentukan apakah tampilan siswa telah sesuai atau belum dengan tujuan

instruksional yang dirumuskan. Penilaian siswa SMP Negeri 3 Denpasar

dirumuskan seperti berikut.

a. Bentuk tagihan Kognitif

- Kemampuan mendiskusikan pementasan drama

b. Bentuk tagihan Psikomotorik

- Kemampuan memakai sor singgih basa dalam bermain peran

pada pementasan drama

c. Prosedur penilaian:

- Teknik : tes lisan

- Bentuk instrumen : penggunaan sor singgih basa dan penampil

- Contoh instrumen:

- Indayang mangkin soang-soang kelompok siswa mangda

makarya drama lan nyolahang naskah dramane punika ka

ajeng kelase!

Aspek-aspek yang dinilai dijabarkan secara terperinci dalam rubrik

penilaian. Rubrik tersebut dibagi menjadi dua, yaitu rubrik pengamatan dan rubrik

penilaian.

Page 82: PENGUASAAN SOR SINGGIH BAHASA BALI DALAM ...

67

Rubrik Pengamatan siswa dalam proses pembelajaran

Nama Siswa Perhatian Motivasi Kerja sama Inisiatif

Rubrik Penilaian

No Aspek Penilaian Skor

4 3 2 1

1 Ketepatan nyinahang tata cara

nyolahang drama modern

2 Kepatutan nganggen sor singgih basa

3 Kepatutan nyolahang drama ke ajeng

kelase

Keterangan :

4 = Sangat baik / sangat tepat / sangat sesuai / runtut

3 = Baik / tepat / sesuai / runtut

2 = Kurang baik / kurang tepat / kurang sesuai / kurang runtut

1 = Tidak baik / tidak tepat / tidak sesuai / tidak runtut

4.1.4 Materi/ Bahan Pengajaran

Pemilihan materi merupakan komponen penting yang berpusat pada

kurikulum. Kriteria yang jelas dalam pemilihan materi ajar memberikan panduan

Page 83: PENGUASAAN SOR SINGGIH BAHASA BALI DALAM ...

68

dan membantu dalam penilaian dan evaluasi. Materi ajar merupakan elemen yang

penting dalam kurikulum. Materi memberikan gambaran yang nyata dari kegiatan

kelas yang diinginkan, sebagai perwujudan kurikulum dan merupakan

pengembangan dari peran guru di kelas.

Bahan ajar atau materi pembelajaran (instructional material) secara garis

besar terdiri atas pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dipelajari siswa

dalam rangka mencapai standar kompetensi yang telah ditentukan. Secara

terperinci jenis-jenis materi pembelajaran terdiri atas pengetahuan (fakta, konsep,

prinsip, prosedur), keterampilan, dan sikap atau nilai.

Hal-hal yang termasuk jenis materi fakta adalah nama-nama objek,

peristiwa sejarah, lambang, nama tempat, nama orang, dan sebagainya. Materi

konsep meliputi pengertian, definisi, ciri khusus, komponen atau bagian suatu

objek. Materi prinsip mencakupi dalil, rumus, adagium, postulat, teorema, atau

hubungan antar konsep. Materi jenis prosedur adalah materi yang berkenaan

dengan langkah-langkah secara sistematis atau berurutan dalam mengerjakan

suatu tugas. Materi jenis sikap (afektif) adalah materi yang berkenaan dengan

sikap atau nilai, misalnya kejujuran, kasih sayang, tolong-menolong, tata krama

dan sebagainya. Ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam penyusunan

bahan ajar atau materi pembelajaran. Prinsip-prinsip dalam pemilihan materi

pembelajaran meliputi prinsip relevansi, konsistensi, dan kecukupan. Prinsip

relevansi berarti keterkaitan.

Materi pembelajaran hendaknya relevan dengan pencapaian standar

kompetensi adan kompetensi dasar. Prinsip konsistensi berarti keajekan. Jika

Page 84: PENGUASAAN SOR SINGGIH BAHASA BALI DALAM ...

69

kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa empat macam, maka bahan ajar yang

harus diajarkan juga harus meliputi empat macam. Prinsip kecukupan berarti

bahwa materi yang diajarkan hendaknya cukup memadai dalam membantu siswa

menguasai kompetensi dasar yang diajarkan. Materi tidak boleh terlalu sedikit

atau tidak boleh terlalu banyak. Jika terlalu sedikit, akan kurang membantu

mencapai standar kompetensi dan kompetensi dasar. Sebaliknya, jika terlalu

banyak, akan membuang-buang waktu dan tenaga yang tidak perlu untuk

mempelajarinya.

Berdasarkan rencana pelaksanaan pembelajaran yang dijadikan acuan

dalam pembelajaran sor singgih bahasa Bali di SMP Negeri 3 Denpasar, diketahui

hanya berpedoman pada percakapan sebagai contoh. Hal ini kurang memberikan

acuan kepada siswa sehingga perlu dikembangkan lagi. Misalnya materi bisa

diambil dari pementasan drama gong, pementasan arja, ataupun pementasan

wayang sebagai pengembangan materi pelajaran.

4.1.5 Evaluasi

Evaluasi adalah kegiatan identifikasi untuk melihat apakah suatu program

yang telah direncanakan tercapai atau belum, berharga atau tidak, dan dapat pula

untuk melihat tingkat efisiensi pelaksanaannya. Evaluasi berhubungan dengan

keputusan nilai (value judgement). Stufflebeam (Abin Syamsuddin Makmun,

1996) mengemukakan bahwa educational evaluation is the process of delineating,

obtaining, and providing useful, information for judging decision alternatif. Dari

pandangan tersebut dapat dilihat bahwa esensi evaluasi adalah memberikan

Page 85: PENGUASAAN SOR SINGGIH BAHASA BALI DALAM ...

70

informasi bagi kepentingan pengambilan keputusan. Di bidang pendidikan, dapat

dilakukan evaluasi terhadap kurikulum baru, suatu kebijakan pendidikan, dan

sumber bahan ajar. Beberapa prinsip yang perlu diperhatikan guru dalam

merencanakan evaluasi adalah sebagai berikut.

1. Objektivitas. Guru harus merencanakan alat evaluasi secara objektif dalam

arti benar-benar ingin mengetahui apa yang perlu diketahuinya. Sehubungan

dengan hal itu, alat evaluasi bentuk soal atau angket harus berhubungan

dengan kegiatan belajar mengajar mencakup metode, bahan pengajaran, dll.

Guru tidak boleh menyusun bahan evaluasi terhadap materi pembelajaran

yang belum pernah dipelajari oleh peserta didik.

2. Kegunaan dan Relevansi. Guru harus menempatkan alat evaluasi yang

betul-betul absah (valid) untuk mengukur kemajuan belajar ataupun

program pengajaran. Guru juga harus bersikap adil dalam memberikan

jumlah soal atau pertanyaan yang akan dijawab peserta didik sesuai dengan

alokasi waktu. Pengerjaan soal ujian hendaknya tidak melampaui waktu

yang dipakai dalam pengajaran.

3. Menyeluruh. Sebaiknya evaluasi yang dilakukan guru jangan bersifat

sepihak, dalam arti hanya mengukur kemajuan atau kegagalan peserta didik.

Ia juga harus berusaha menilai segi-segi lain yang berkaitan dengan

interaksi belajar mengajar.

Evaluasi yang dilakukan oleh guru mata pelajaran bahasa Bali sudah

berjalan dengan baik. Bentuk penilaian sudah mencakup tiga aspek, yaitu afektif,

kognitif, dan psikomotor. Ketiga hal tersebut didesain dalam bentuk rubrik

Page 86: PENGUASAAN SOR SINGGIH BAHASA BALI DALAM ...

71

penilaian. Akan tetapi, bentuk rubrik yang dibuat masih dalam garis besarnya saja.

Rubrik tersebut kurang memerinci aspek penilaian yang diharapkan. Oleh karena

itu, siswa tidak tahu apa yang menjadi dasar penilaian terhadap dirinya.

4.2 Penguasaan Sor Singgih Bahasa Bali dalam Keterampilan Berbicara

Siswa Kelas IX SMP Negeri 3 Denpasar Tahun Pelajaran 2013/2014

Setiap komunikasi dalam pergaulan, dapat dipastikan memiliki tata krama.

Dalam hal ini, tata krama dalam pergaulan memerlukan etika dan

kesopansantunan berbahasa. Antara tata krama dan bahasa dalam pergaulan hidup

bermasyarakat, keduanya tidak dapat dipisahkan. Untuk menjalin suatu

komunikasi yang harmonis dan intens antara pembicara dan lawan bicara dapat

diawali dengan saling memperkenalkan diri. Di sinilah diperlukan adanya tata

krama berbahasa sehingga ada tingkat-tingkatan bahasa yang disebut sor singgih

bahasa Bali.

Tingkatan-tingkatan bahasa Bali itu mencerminkan pelapisan atau

stratifikasi sosial masyarakat penutur bahasa Bali, baik yang bersifat tradisional

maupun yang bersifat modern. Pemakaian tingkatan-tingkatan bahasa Bali pada

saat berkomunikasi perlu diperhatikan dengan baik dan berhati-hati supaya

pemilihan dan pemakaian tingkatan-tingkatan bahasanya tepat sesuai dengan

status lawan bicara, sehingga menyenangkan semua pihak, terutama antara

pembicara dan lawan bicara.

Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan terhadap pekerjaan siswa kelas

IX SMP Negeri 3 Denpasar, ditemukan dua kesalahan. Kesalahan–kesalahan

Page 87: PENGUASAAN SOR SINGGIH BAHASA BALI DALAM ...

72

tersebut meliputi (1) kesalahan penggunaan kata (kruna), dan (2) kesalahan

penggunaan kalimat (lengkara) dalam pemakaian sor singgih bahasa Bali.

4.2.1 Kesalahan Penggunaan Kata (Kruna)

Ada empat kesalahan yang dapat diidentifikasi dalam penggunaan kata

(kruna), seperti tertera berikut ini.

1) Identifikasi kata dasar (kruna lingga) dengan kata jadian (kruna tiron)

2) Pemakaian kata dasar yang diganti dengan kata bahasa Indonesia

3) Pemakaian kata ulang

4) Pemakaian kata majemuk

Kesalahan-kesalahan yang tergambar di atas adalah berdasarkan hasil

kerja siswa. Pembahasan untuk menentukan kesalahan berdasarkan sumber acuan

yang digunakan dalam pembahasan seperti telah dipaparkan pada landasan teori.

Contoh-contoh yang dikutip dalam pembahasan mewakili kesalahan yang sama

atau kesalahan yang hampir sama dibuat oleh siswa. Demikian juga pada

pembahasan selanjutnya.

4.2.1.1 Kesalahan Identifikasi Kata Dasar (Kruna Lingga) dengan Kata

Jadian (Kruna Tiron)

Kesalahan dalam mengidentifikasi kata dasar (kruna lingga) dengan kata

jadian (kruna tiron) banyak terdapat dalam percakapan siswa. Kesalahan

identifikasi tersebut terdapat pada kalimat berikut.

Page 88: PENGUASAAN SOR SINGGIH BAHASA BALI DALAM ...

73

(1) “Sane mamaca pidarta nika Pak ?”

‘Yang membaca pidato itu Pak?’

(2) Luh Sari majalan sareng timpal-timpalnyane teka uli sekolahan.

‘Luh Sari berjalan bersama teman-temannya datang dari sekolah’.

Kata dasar (kruna lingga) yang sudah mendapat imbuhan menurut buku

Tata Bahasa Baku Bahasa Bali (1996:129) akan ditulis me- di awal kata sehingga

kalimat yang benar adalah sebagai berikut.

(1) “Sane memaca pidarta nika Pak ?”

‘Yang membaca pidato itu Pak?’

(2) Luh Sari mejalan sareng timpal-timpalnyane teka uli sekolahan.

‘Luh Sari berjalan bersama teman-temannya datang dari sekolah’.

4.2.1.2 Kata Dasar Diganti dengan Bahasa Indonesia

Karena kebiasaan memakai bahasa Indonesia dalam kehidupan sehari-hari,

baik di sekolah maupun di rumah, tanpa disadari kebiasaan itu juga terjadi pada

penggunaan bahasa Bali. Pemakaian kata dalam bahasa Bali yang diganti dengan

bahasa Indonesia tampak pada kalimat berikut.

(1) Luh Sari sampun paham nyurat pidarta?

‘Luh Sari sudah paham menulis pidato?’

(2) Luh Sari lan Pak Wayan mulih ka umah masing-masing.

‘Luh Sari dan Pak Wayan pulang ke rumah masing-masing’.

(3) Tiang sekeluarga melali ka Bedugul waktu liburan semester.

‘Saya sekeluarga melancong ke Bedugul waktu liburan semester’.

Page 89: PENGUASAAN SOR SINGGIH BAHASA BALI DALAM ...

74

Berdasarkan Buku Tata Bahasa Baku Bahasa Bali (1996:28), kalimat yang benar

adalah sebagai berikut.

(1) . Luh Sari sampun karesep nyurat pidarta?

‘Luh Sari sudah paham menulis pidato?’

(2) Luh Sari lan Pak Wayan mulih ka umah soang-soang.

‘Luh Sari dan Pak Wayan pulang ke rumah masing-masing’.

(3) Tiang sekulawarga melali ka Bedugul duk e libur semester.

‘Saya sekeluarga melancong ke Bedugul waktu liburan semester’.

4.2.1.3 Kesalahan Kata Ulang

Ada beberapa siswa yang mengalami kesalahan penggunaan kata ulang

yang disertai kata yang menyatakan jamak. Dalam kesalahan pemakaian kata

ulang ini tidak perlu diulang dan lebih baik memakai kata yang menyatakan

jamak. Jenis pengulangan kata yang disertai kata yang menyatakan jamak terdapat

pada kalimat berikut.

(1) Para murid-murid sampun melajah?

‘Para murid-murid sudah belajar?’

(2) Rahajeng semeng para sisia-sisia.

‘Selamat pagi para siswa-siswa’.

(3) Makeh buku-buku ring perpustakaan .

‘Banyak buku-buku di perpustakaan’.

Salah satu fungsi perulangan pada kata benda (kruna aran) adalah

menyatakan makna jamak. Kata-kata yang menyatakan jamak, seperti para, liu,

Page 90: PENGUASAAN SOR SINGGIH BAHASA BALI DALAM ...

75

makeh tidak perlu ditambahkan pada kata ulang. Oleh karena itulah, perulangan

kata benda tidak perlu diberikan keterangan yang menyatakan jamak atau kata itu

tidak perlu dibentuk menjadi kata ulang kalau sudah ada kata yang menyatakan

jamak. Penerapan kata benar menurut kaidah gramatika adalah sebagai berikut.

(1) Para murid sampun melajah?

‘Para murid sudah belajar?’

(2) Rahajeng semeng sisia-sisia.

‘Selamat pagi siswa-siswa’.

(3) Makeh buku ring perpustakaan .

‘Banyak buku di perpustakaan’.

4.2.1.4 Kesalahan Penggunaan Kata Majemuk

Ada beberapa siswa yang ditemukan menggunakan kalimat majemuk yang

salah. Kesalahan tersebut adalah kesalahan pemilihan pasangan kata majemuk

(kruna satma). Kesalahan penggunaan pasangan kata majemuk yang digunakan

oleh siswa terdapat pada kalimat berikut.

(1) Jegegne sekadi bulan ratih.

‘Kecantikannya bagaikan bulan ratih’.

(2) Luh Sari kulitne putih mulus

‘Luh Sari kulitnya putih mulus’.

Berdasarkan Tata Bahasa Baku Bahasa Bali (1996:168), kata majemuk

bulan ratih tidak ada maknanya. Siswa ingin menggunakan kata majemuk untuk

mengeraskan makna, tetapi karena ketidakpahaman maka menimbulkan

Page 91: PENGUASAAN SOR SINGGIH BAHASA BALI DALAM ...

76

kesalahan. Beberapa kata majemuk yang ada untuk mengeraskan makna adalah

olas asih, dan tresna asih. Kata bulan dan kata ratih mempunyai makna yang

sama yaitu bulan. Jadi kalimat mubasir jika dua kata yang mempunyai makna

yang sama dibuat dalam satu kalimat. Kalimat yang benar dari kalimat di atas

adalah sebagai berikut.

(1) Jegegne sekadi bulan.

‘Kecantikannya bagaikan bulan’.

(2) Luh Sari kulitne putih gading.

‘Luh Sari kulitnya putih bersih’.

4.2.2 Kesalahan Penggunaan Kalimat (Lengkara) dalam Pemakaian Sor

Singgih Bahasa Bali

Berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Bali perlu memerhatikan sor

singgih bahasa Bali dengan baik. Pemilihan dan pemakaian sor singgih bahasa

Bali yang tepat sesuai dengan status lawan bicara, situasi bicara dan tujuan

pembicaraan akan memuaskan semua pihak, terutama antara pembicara dan lawan

bicara.

Kesalahan penggunaan kalimat dalam pemakaian sor singgih bahasa Bali

merupakan penyimpangan terhadap aturan baku dalam bahasa tulis maupun lisan

yang terjadi secara sistematis. Dalam proses mempelajari suatu bahasa kesalahan

seperti ini adalah sesuatu yang wajar dan sering kali tidak terhindari. Oleh karena

itu kesalahan ini perlu dipelajari dan dicermati sehingga dapat diketahui jenis,

Page 92: PENGUASAAN SOR SINGGIH BAHASA BALI DALAM ...

77

frekuensinya dan penyebabnya sehingga kemudian dapat ditemukan cara-cara

untuk mengatasi kesalahan tersebut.

Berdasarkan hasil percakapan siswa kelas IX SMP Negeri 3 Denpasar, ada

beberapa variabel kesalahan yang ditemukan dalam penggunaan sor singgih

bahasa Bali. Variabel-variabel tersebut adalah sebagai berikut.

4.2.2.1 Variabel Status Sosial atau Profesi antara Guru – Murid

Kesalahan seorang siswa saat berbicara kepada gurunya (orang pertama

sebagai golongan bawah dan lawan bicara sebagai golongan atas). Kesalahan ini

terlihat pada percakapan berikut.

Guru : “Timpal-timpal e seleg melajah lakar ulangan, Gus De enu

masih ngitungan mebalih sepak bola”.

“ Teman-teman mu rajin belajar mau ulangan, Gus De masih saja

menonton sepak bola”.

Gus De : “Inggih ampura Pak. Tiang engsap lakar ada ulangan”

“ Ia maaf Pak. Saya lupa kalau ada ulangan”.

Dari percakapan di atas dapat dilihat kesalahan pemakaian sor singgih

bahasa Bali yang dilakukan oleh Gus De. Gus De adalah seorang dari wangsa

Brahmana, yang bernama Ida Bagus Gede sedangkan gurunya adalah seorang dari

wangsa Jaba. Walaupun dari wangsa Gus De lebih tinggi daripada gurunya, dalam

situasi percakapan yang terjadi di sekolah guru harus selalu dihormati. Percakapan

yang tepat dari kesalahan di atas dapat dijabarkan sebagai berikut.

Page 93: PENGUASAAN SOR SINGGIH BAHASA BALI DALAM ...

78

Guru : “Timpal-timpal e seleg melajah lakar ulangan, Gus De enu

masih ngitungan mebalih sepak bola”.

“ Teman-teman mu rajin belajar mau ulangan, Gus De masih saja

menonton sepak bola”.

Gus De : “Inggih ampura Pak. Tiang lali jagi wenten ulangan”

“ Ia maaf Pak. Saya lupa kalau ada ulangan”.

Beberapa kesalahan yang sama juga terdapat dalam percakapan berikut.

Luh Sari : “Apa perbedaan impromptu lan ekstempore nika Pak?”

“ Apa perbedaan impromptu dan ekstempore itu Pak?”

Pak Guru : “Impromtu punika tata cara mapidarta sane nenten nganggen

teks, dadakan dadi masi orahang. Sane ekstempore punika

sadurung mapidarta sampun kasurat unteng-unteng nyane.

“ Impromtu itu tata cara berpidato tanpa teks atau dadakan.

Ekstempore itu sebelum berpidato sudah dibuat pokok-

pokoknya”.

Luh Sari : “Oh keto, suksma Pak”.

“ Oh begitu, terima kasih Pak”.

Dari percakapan di atas dapat dilihat kesalahan pemakaian sor singgih

bahasa Bali yang dilakukan oleh Luh Sari. Luh Sari adalah seorang siswa dari

wangsa Jaba, gurunya juga seorang dari wangsa Jaba. Walaupun wangsa wangsa

mereka sama, tetapi dalam situasi percakapan yang terjadi di sekolah guru harus

selalu dihormati. Pemakaian sor singgih bahasa Bali yang tepat adalah sebagai

berikut.

Page 94: PENGUASAAN SOR SINGGIH BAHASA BALI DALAM ...

79

Luh Sari : “Napi binannyane impromptu lan ekstempore nika Pak?”

“ Apa perbedaan impromptu dan ekstempore itu Pak?”

Pak Guru : “Impromtu punika tata cara mapidarta sane nenten nganggen

teks, dadakan dadi masi orahang. Sane ekstempore punika

sadurung mapidarta sampun kasurat unteng-unteng nyane.

“ Impromtu itu tata cara berpidato tanpa teks atau dadakan.

Ekstempore itu sebelum berpidato sudah dibuat pokok-

pokoknya”.

Luh Sari : “Oh kenten, suksma Pak”.

“ Oh begitu, terima kasih Pak”.

4.2.2.2 Variabel Usia (Orang Tua-Anak)

Kesalahan seorang ayah saat berbicara kepada anaknya ( orang pertama

sebagai golongan bawah dan lawan bicara sebagai golongan atas). Kesalahan ini

terlihat pada percakapan berikut.

Putu : “Bapa suba neked dija ne, dadi dingin sajan?”

“Bapa sudah sampai di mana ini, mengapa dingin sekali?”

Bapa : “ Suba neked di Bedugul”.

“ Sudah sampai di Bedugul”.

Putu : “Ne adane Bedugul?”

“ Ini namanya Bedugul?”

Bapa : “Inggih Tu”.

“ Iya Tu”.

Page 95: PENGUASAAN SOR SINGGIH BAHASA BALI DALAM ...

80

Percakapan yang benar dari kesalahan di atas adalah sebagai berikut.

Putu : “Bapa suba neked dija ne, dadi dingin sajan?”

“Bapak sudah sampai di mana ini, mengapa dingin sekali?”

Bapa : “ Suba neked di Bedugul”.

“ Sudah sampai di Bedugul”.

Putu : “Ne adane Bedugul?”

“ Ini namanya Bedugul?”

Bapa : “Ae Tu”.

“ Iya Tu”.

Jenis kesalahan yang sama juga terdapat dalam percakapan berikut.

Bapa : “Nyen milu lomba makidung di desa?”

“Siapa ikut lomba menyanyi di desa?”

Luh Sari : “Nyen gen dadi bareng, Pa?”

“Siapa saja yang boleh ikut, Pak?”

Bapa :“Sira ja nyak. Makejang dadi milu”.

“Siapa saja yang mau. Semua boleh ikut”.

Putu Arya : “Tiang suba milu, Pa”.

“Saya sudah ikut, Pak”.

Kesalahan di atas dapat diperbaiki seperti berikut.

Bapa : “Nyen milu lomba makidung di desa?”

“Siapa ikut lomba menyanyi di desa?”

Luh Sari : “Nyen gen dadi bareng, Pa?”

“Siapa saja yang boleh ikut, Pak?”

Page 96: PENGUASAAN SOR SINGGIH BAHASA BALI DALAM ...

81

Bapa :“Nyen ja nyak. Makejang dadi milu”.

“Siapa saja yang mau. Semua boleh ikut”.

Putu Arya : “Tiang suba milu, Pa”.

“Saya sudah ikut, Pak”.

4.2.2.3 Variabel Wangsa

Kesalahan seperti ini sering terjadi di kalangan siswa. Dalam pergaulan di

sekolah, mereka tidak serta merta menghormati siswa lain, atau teman mereka

yang wangsanya lebih tinggi dengan memakai sor singgih bahasa Bali. Mereka

cenderung memakai bahasa Bali lumrah/ kepara. Kesalahan seperti ini dapat di

lihat dalam percakapan berikut.

Wayan Astawa : “Gung, kenken karya wisatane ibi”

“Gung, bagaimana karya wisatanya kemarin?”

Agung Ari : “Luwung Yan. Yang man ulung ibi katanjung batu”.

“Bagus Yan. Saya sempat jatuh kemarin tersandung batu”

Wayan Astawa : “Adi bisa keto?”

“Kenapa bisa begitu?”

Agung Ari : “Yang sing ninggalin jalan.”

“Saya tidak melihat jalan.”

Wayan Astawa : “Keto ba, HP gen tingalina”.

“Begitu sudah, HP saja dilihat”.

Bahasa yang dipakai dalam percakapan di atas adalah bahasa Bali

kapara/lumrah. Bahasa Bali ini sering digunakan dalam pergaulan yang sifatnya

Page 97: PENGUASAAN SOR SINGGIH BAHASA BALI DALAM ...

82

akrab, misalnya sesama wangsa, sama kedudukan, sama umur, sama pendidikan,

kawan sederajat, dan bahasa kekeluargaan. Percakapan yang benar dari

percakapan di atas adalah sebagai berikut.

Wayan Astawa : “Gung, punapi karya wisatane dibi”

“Gung, bagaimana karya wisatanya kemarin?”

Agung Ari : “Luwung Yan. Yang man ulung ibi katanjung batu”.

“Bagus Yan. Saya sempat jatuh kemarin tersandung batu”

Wayan Astawa : “Dados kenten?”

“Kenapa bisa begitu?”

Agung Ari : “Yang sing ninggalin jalan.”

“Saya tidak melihat jalan.”

Wayan Astawa : “Kenten sampun, HP kemanten cingakina”.

“Begitu sudah, HP saja dilihat”.

Kesalahan serupa juga terdapat dalam percakapan berikut ini.

Gung Mas : “Tusing mulih Do? Dadi enu bersih-bersih?”

“ Tidak pulang Do? Mengapa masih bersih-bersih?”

Aldo : “Mani ada lomba kebersihan kelas Gung”.

“Besok ada lomba kebersihan kelas Gung”.

Gung Mas : “Dalam rangka apa ne?”

“Dalam rangka apa?”

Aldo : “ 17 Agustus, engsap Gung?”

“17 Agustus, lupa Gung?”

Page 98: PENGUASAAN SOR SINGGIH BAHASA BALI DALAM ...

83

Pada percakapan di atas, Aldo dan Gung Mas adalah beda wangsa. Aldo

berasal dari wangsa Jaba, sedangkan Gung Mas berasal dari wangsa Brahmana.

Percakapan yang benar adalah sebagai berikut.

Gung Mas : “Tusing mulih Do? Dadi enu bersih-bersih?”

“ Tidak pulang Do? Mengapa masih bersih-bersih?”

Aldo : “Benjang wenten lomba kebersihan kelas Gung”.

“Besok ada lomba kebersihan kelas Gung”.

Gung Mas : “Dalam rangka apa ne?”

“Dalam rangka apa?”

Aldo : “ 17 Agustus lali Gung?”

“17 Agustus, lupa Gung?”

Kesalahan yang terjadi pada percakapan di bawah ini, adalah saat seorang

membicarakan ayahnya. Kedua siswa tersebut berasal dari wangsa jaba dengan

memakai bahasa Bali Andap dalam bercakap-cakap. Hal itu tercermin dari

percakapan berikut.

Bayu : “Ka, buin mani orine ngaba taluh teken bu guru”.

“Ka, besok disuruh membawa telor sama ibu guru”.

Dika : “Anggone apa Yu?”

“Untuk apa Yu?”

Bayu : “Kelas iraga lakar praktek ngae taluh asin bin mani”.

“Kelas kita akan praktek membuat telor asin besok”.

Dika : “Makelompok ne?”

“Berkelompok ini?”

Page 99: PENGUASAAN SOR SINGGIH BAHASA BALI DALAM ...

84

Bayu : “Ae Yu”.

“Iya Yu”.

Dika : “Bapan tiange liu ngelah bebek, suba mataluh. Ditu

numbas lan?”

“ Bapak aku banyak punya bebek, sudah bertelur. Disana

beli yuk?”

Bayu : “Lan Yu”.

“ Ayo Yu”

Pada saat orang pertama yang diajak bicara dan yang dibicarakan sama-

sama dari golongan bawah, maka bahasa Bali yang di gunakan adalah bahasa Bali

Andap. Percakapan yang benar dari percakapan di atas adalah sebagai berikut.

Bayu : “Ka, buin mani orine ngaba taluh teken bu guru”.

“Ka, besok disuruh membawa telor sama ibu guru”.

Dika : “Anggone apa Yu?”

“Untuk apa Yu?”

Bayu : “Kelas iraga lakar praktek ngae taluh asin bin mani”.

“Kelas kita akan praktek membuat telor asin besok”.

Dika : “Makelompok ne?”

“Berkelompok ini?”

Bayu : “Ae Yu”.

“Iya Yu”.

Page 100: PENGUASAAN SOR SINGGIH BAHASA BALI DALAM ...

85

Dika : “Bapan icange liu ngelah bebek, suba mataluh. Ditu meli

lan?”

“ Bapak aku banyak punya bebek, sudah bertelur. Disana

beli yuk?”

Bayu : “Lan Yu”.

“ Ayo Yu”

Percakapan berikut ini adalah kesalahan siswa saat menjawab pertanyaan

gurunya, ketika gurunya menanyakan siswa yang tidak masuk sekolah. Orang

pertama sebagai golongan bawah, yang diajak bicara sebagai golongan atas

memakai bahasa Bali Alus Singgih, kemudian yang dibicarakan berasal dari

golongan bawah memakai bahasa Bali Alus Sor.

Luh Sari : “Padasana, Panganjali!”

“Berdiri, memberi hormat!”

Semua siswa : “Om Swastiastu”.

“Om Swastiastu”.

Guru : “Om Swastiastu”.

“Om Swastiastu”.

Guru : “Sira sane tan ngranjing rahinane mangkin?”

“Siapa yang tidak masuk hari ini?”

Luh Sari : “Komang Tri, Buk”.

“Komang Tri, Buk”.

Guru : “Sapunapi dados tan ngranjing?

“Kenapa kok tidak masuk?

Page 101: PENGUASAAN SOR SINGGIH BAHASA BALI DALAM ...

86

Luh Sari : “Ibuknya meninggal Buk”.

: “Ibuknya meninggal Buk”.

Percakapan di atas dapat diperbaiki seperti berikut.

Luh Sari : “Padasana, Panganjali!”

“Berdiri, memberi hormat!”

Semua siswa : “Om Swastiastu”.

“Om Swastiastu”.

Guru : “Om Swastiastu”.

“Om Swastiastu”.

Guru : “Sira sane tan ngranjing rahinane mangkin?”

“Siapa yang tidak masuk hari ini?”

Luh Sari : “Komang Tri, Buk”.

“Komang Tri, Buk”.

Guru : “Sapunapi dados tan ngranjing?

“Kenapa kok tidak masuk?

Luh Sari : “Memen ipune padem,Buk”.

: “Ibuknya meninggal Buk”.

Pada percakapan di bawah ini, terlihat kesalahan seorang siswa saat berdiskusi

dengan orang tuanya.

Putu Krisna : “Me, ba suwud nyakan?”

“Buk, sudah selesai memasak?”

Meme : “Suba, engken lane Tu?”

“Sudah, ada apa Tu?”

Page 102: PENGUASAAN SOR SINGGIH BAHASA BALI DALAM ...

87

Putu Krisna : “Tiang seduk, lakar medaar malu mekere mejalan

masuk”.

: “Saya lapar, mau sarapan dulu sebelum berangkat ke

sekolah”.

Meme : “Mai nae ka paon”.

“Mari sini ke dapur”.

“Raris rauh bapane mepanganggo adat”.

“Kemudian datang bapaknya berpakian adat”.

Meme : ”Mai Pa, bareng medaar malu”.

“Sini Pak, ikut sarapan dulu”.

Bapa : “Nah Me”.

“Iya Bu”.

Putu Krisna : “Bapa lakar kijane mepanganggo adat?

“Bapak mau kemana berpakian adat?”

Bapa : “Bapa lakar nguopin ka gria”.

“Bapak mau membantu (kerja) ke gria”.

Percakapan yang benar saat orang pertama golongan bawah yang berbicara

kepada orang kedua juga sebagai golongan bawah memakai bahasa Bali Andap,

membicarakan orang ketiga dari golongan atas memakai bahasa Bali Alus

Singgih. Sehingga yang percakapan yang benar adalah sebagai berikut.

Putu Krisna : “Me, ba suwud nyakan?”

“Buk, sudah selesai memasak?”

Page 103: PENGUASAAN SOR SINGGIH BAHASA BALI DALAM ...

88

Meme : “Suba, engken lane Tu?”

“Sudah, ada apa Tu?”

Putu Krisna : “Tiang seduk, lakar medaar malu mekere mejalan

masuk”.

: “Saya lapar, mau sarapan dulu sebelum berangkat ke

sekolah”.

Meme : “Mai nae ka paon”.

“Mari sini ke dapur”.

“Lantas teka bapane mepanganggo adat”.

“Kemudian datang bapaknya berpakian adat”.

Meme : ”Mai Pa, bareng medaar malu”.

“Sini Pak, ikut sarapan dulu”.

Bapa : “Nah Me”.

“Iya Bu”.

Putu Krisna : “Bapa lakar kijane mepanganggo adat?

“Bapak mau kemana berpakian adat?”

Bapa : “Bapa lakar ngayah ka gria”.

“Bapak mau membantu (kerja) ke gria”.

Kesalahan percakapan juga terjadi saat siswa hendak melakukan

persembahyangan di padmasana. Orang pertama adalah golongan bawah, yang

diajak berbicara dan yang dibicarakan adalah golongan atas harus menggunakan

bahasa Bali Alus Singgih. Kesalahan yang terlihat seperti berikut.

Page 104: PENGUASAAN SOR SINGGIH BAHASA BALI DALAM ...

89

Wayan Ari : “Swastiastu Dayu”.

“Swastiastu Dayu”.

Dayu Karunia : “Swastiastu Yan”.

“Swastiastu Yan”.

: “Dadi enu di kelas, timpal-timpale suba makejang kumpul

di padmasana”.

“ Kenapa masih di kelas, teman-temanmu sudah semua

kumpul di padmasana”.

Wayan Ari : “Gusti Mangku suba ka padmasana ngabe banten?”

“Gusti Mangku sudah ke padmasana membawa banten?”

Dayu Karunia : “Suba Yan”.

“Sudah Yan”.

Wayan Ari : “Nggih Dayu, jani tiang ka padmasana”.

“Iya Dayu, sekarang saya ke padmasana”.

Percakapan yang tepat dari kesalahan siswa di atas adalah sebagai berikut.

Wayan Ari : “Swastiastu Dayu”.

“Swastiastu Dayu”.

Dayu Karunia : “Swastiastu Yan”.

“Swastiastu Yan”.

: “Dadi enu di kelas, timpal-timpale suba makejang kumpul

di padmasana”.

“ Kenapa masih di kelas, teman-temanmu sudah semua

kumpul di padmasana”.

Page 105: PENGUASAAN SOR SINGGIH BAHASA BALI DALAM ...

90

Wayan Ari : “Gusti Mangku sampun ka padmasana makta banten?”

“Gusti Mangku sudah ke padmasana membawa banten?”

Dayu Karunia : “Suba Yan”.

“Sudah Yan”.

Wayan Ari : “Nggih Dayu,mangkin tiang ka padmasana”.

“Iya Dayu, sekarang saya ke padmasana”.

4.2.2.4 Variabel Jenis Kelamin dan Hubungan Keakraban

Kesalahan yang sering terjadi adalah siswa cenderung berkata kasar

terhadap teman-teman sebaya, walaupun jenis kelaminnya berbeda. Mereka

bercakap-cakap dengan temannya dengan bahasa pergaulan sehari-hari tanpa

memerhatikan makna kata tersebut. Kesalahan ini terdapat pada percakapan

berikut.

Haris (pria) : “We melajah apa to?”

“Hai belajar apa itu?”

Dwi (wanita) : “Nu melajah IPA, ci ba melajah?”

“Masih belajar IPA, kamu sudah belajar?”

Haris (pria) : “Suba, tapi bedik gen nok”.

“Sudah, tetapi sedikit saja”.

Dwi (wanita) : “Yee..nyanan kan ulangan IPA”.

“Yee.. sebentar kan ulangan IPA”.

Haris (pria) : “Ajee”.

“Benar”.

Page 106: PENGUASAAN SOR SINGGIH BAHASA BALI DALAM ...

91

Dwi (wanita) : “Mai nae bareng-bareng malajah!”

“Sini sama-sama belajar!”

Percakapan yang benar dari percakapan di atas adalah sebagai berikut.

Haris (pria) : “We melajah apa to?”

“Hai belajar apa itu?”

Dwi (wanita) : “Nu melajah IPA, Haris ba melajah?”

“Masih belajar IPA, kamu sudah belajar?”

Haris (pria) : “Suba, tapi bedik gen”.

“Sudah, tetapi sedikit saja”.

Dwi (wanita) : “Yee..nyanan kan ulangan IPA”.

“Yee.. sebentar kan ulangan IPA”.

Haris (pria) : “Ajee”.

“Benar”.

Dwi (wanita) : “Mai nae bareng-bareng malajah!”

“Sini sama-sama belajar!”

Kesalahan serupa juga terdapat dalam percakapan di bawah ini.

Made Oka : “De, ci be ngae tugas PKN?”

: “ De, kamu sudah buat tugas PKN?”

Gede Nanda : “Tugas apa brow?”

“ Tugas apa brow?”

Made Oka : “Ane orine ngae presentasi to”.

“ Yang disuruh membuat presentasi itu”.

Page 107: PENGUASAAN SOR SINGGIH BAHASA BALI DALAM ...

92

Gede Nanda : “Engsap nok”.

“ Lupa nok”.

Percakapan yang benar dari percakapan di atas adalah sebagai berikut.

Made Oka : “De, Gede be ngae tugas PKN?”

: “ De, kamu sudah buat tugas PKN?”

Gede Nanda : “Tugas apa ?”

“ Tugas apa ?”

Made Oka : “Ane orine ngae presentasi to”.

“ Yang disuruh membuat presentasi itu”.

Gede Nanda : “Engsap tiang”.

“ Lupa saya”.

Demikianlah gambaran penggunaan sor singgih bahasa Bali di SMP

Negeri 3 Denpasar. Berdasarkan data dan bahasan tentang sor singgih bahasa Bali

tersebut dapat disimpulkan bahwa persentase kesalahan penggunaan sor singgih

bahasa Bali cukup besar. Penguasaan sor singgih bahasa Bali siswa masih

dipengaruhi oleh bahasa pergaulan sehari-hari yang menggunakan bahasa

Indonesia.

4.3 Faktor-faktor yang Memengaruhi Kemampuan Siswa dalam Menguasai

Keterampilan Berbicara

Proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan siswa saling

memengaruhi untuk ketuntasan pembelajaran. Banyak faktor yang bisa

memengaruhi penguasaan bahasa seseorang. Berdasarkan teori yang diajukan di

Page 108: PENGUASAAN SOR SINGGIH BAHASA BALI DALAM ...

93

depan, dan angket yang diberikan kepada siswa ada beberapa faktor yang

memengaruhi kemampuan siswa dalam menguasai keterampilan berbicara,

khususnya sor singgih bahasa Bali.

4.3.1 Karakteristik Peserta Didik

Seperti sudah disajikan bahwa kesalahan siswa yang paling banyak adalah

pemakaian bahasa Indonesia dalam percakapan bahasa Bali. Kesalahan

penggunaan bahasa yang disebabkan oleh faktor kebiasaan sulit diubah karena

kesalahan tersebut dianggap biasa. Pilihan kata-kata yang kurang tepat apalagi

salah akan membuat komunikasi tidak berjalan dengan baik.

Komunikasi yang dilakukan di luar pelajaran bahasa Bali, baik di sekolah

maupun di rumah, menggunakan bahasa Indonesia. Siswa cenderung

menggunakan ragam bahasa tidak resmi dalam kesehariannya. Di daerah

perkotaan seperti lingkungan SMP Negeri 3 Denpasar, siswa lebih banyak

memilih menggunakan bahasa Indonesia dalam berkomunikasi. Dari hasil

pengamatan nilai siswa, wangsa seseorang tidak menjamin bisa menggunakan

bahasa Bali secara benar. Ini dibuktikan dengan nilai yang diperoleh siswa

berwangsa lebih tinggi bisa sama dengan siswa yang mempunyai wangsa lebih

rendah.

Pemerolehan bahasa anak dalam proses pembelajaran dipengaruhi oleh

karakteristik siswa dalam pembelajaran serta lingkungan di kelas dan di luar

kelas. Karakteristik siswa merupakan salah satu variabel dari kondisi pengajaran.

Variabel sebagai aspek atau kualitas seorang siswa berupa bakat, minat, sikap,

Page 109: PENGUASAAN SOR SINGGIH BAHASA BALI DALAM ...

94

motivasi belajar, gaya belajar, kemampuan berpikir, dan kemampuan awal yang

dimiliki. Dalam proses berlangsungnya pembelajaran, siswa memerlukan

perhatian, mendengarkan dengan saksama, membaca buku pelajaran, dan

mencatat bahan ajar yang diberikan guru. Dengan jumlah siswa tiap kelas 33

orang, maka pembelajaran dapat dilakukan dengan efektif. Guru dapat mengawasi

setiap siswa dengan baik.

4.3.2 Bahan Ajar

Kemampuan guru dalam meyampaikan materi sangat diperlukan supaya

proses pembelajaran berjalan dengan baik. Materi yang disajikan harus

dipersiapkan sebelumnya. Dalam pembelajaran sor singgih bahasa Bali, guru

hanya memakai contoh percakapan sederhana sebagai acuan dalam pembelajaran.

Hal ini menyebabkan siswa mengalami kesulitan dalam memahami pemakaian

sor singgih bahasa Bali dalam kehidupan sehari-hari.

Sebagai bahan pertimbangan, materi penunjang lainnya yang bisa

dijadikan acuan. Materi yang dapat menunjukkan di mana sor singgih itu

digunakan, bagaimana pemakaiannya, siapa yang memakai. Dengan tersedianya

projektor di setiap kelas, seharusnya bisa memudahkan guru untuk mengajarkan

sor singgih bahasa Bali. Guru bisa dengan mudah memutarkan video yang

berisikan percakapan menggunakan sor singgih bahasa Bali. Misalnya video

drama gong maupun video wayang kulit. Dengan demikian siswa dapat melihat

secara langsung bagaimana penggunaan sor singgih bahasa Bali dalam kehidupan

sehari-hari.

Page 110: PENGUASAAN SOR SINGGIH BAHASA BALI DALAM ...

95

4.3.3 Waktu yang Tersedia

Waktu yang disediakan dalam satu minggu hanya 2 x 40 menit. Dengan

keterbatasan waktu yang tersedia, maka akan menyulitkan guru dalam mengatur

pemberian materi kepada siswa. Perhitungan waktu harus benar-benar

diperhatikan dalam penyampaian materi pembelajaran. Guru harus pintar

mengatur waktu secara efektif untuk mencapai ketuntasan. Kendala akan sering

muncul pada saat guru berhalangan hadir karena sakit, penataran, dan ijin upacara

keagamaan. Hal ini menyebabkan semakin sedikit jumlah tatap muka yang bisa

dilakukan oleh guru, sehingga siswa lebih sering mengerjakan tugas sendiri, tanpa

penjelasan materi sebelumnya

4.3.4 Sarana dan Prasarana Belajar

Pembelajaran yang diberikan oleh guru terhadap siswa bertujuan untuk

pencapaian ketuntasan peserta didik. Kompetensi dasar yang merupakan titik

tolak yang digunakan dalam pembelajaran sesuai dengan kurikulum 2004

diberlakukan sesuai dengan PP Nomor 22, Tahun 2006. Sarana dan Prasarana

yang terdapat di SMP Negeri 3 Denpasar sudah cukup memadai, sarana

pembelajaran seperti buku paket, kamus, peta, alat peraga sudah tersedia.

Prasarana juga sudah ada misalnya laboratorium bahasa, ruang belajar yang

dilengkapi dengan projektor, kelas yang luas dan jumlah siswa yang cukup ideal.

Sarana yang dipakai siswa untuk mencapai ketuntasan kompetensi dasar adalah

buku paket dan lembar kerja siswa (LKS). Prasarana yang digunakan di SMP

Negeri 3 Denpasar sebagai penunjang proses pembelajaran, yaitu ruang kelas

Page 111: PENGUASAAN SOR SINGGIH BAHASA BALI DALAM ...

96

yang memadai, perpustakaan, dan majalah dinding. Majalah dinding disediakan

untuk menempatkan hasil karya siswa dalam berbahasa Bali, misalnya puisi,

karangan, percakapan, dan cerita pendek. Hal ini bertujuan untuk menarik minat

siswa yang lainnya untuk menulis hasil karya berbahasa Bali dan membuat siswa

tertarik untuk membaca sehingga siswa lebih banyak mengetahui dan memahami

bahasa Bali

4.3.5 Kemampuan Pengajar Memilih dan Menggunakan Strategi

Pembelajaran Bahasa

Pengajaran yang diberikan oleh guru di sekolah ini adalah dengan metode

ceramah, diskusi, tanya jawab, bermain peran dan penugasan. Akan tetapi dalam

kenyataannya metode yang lebih sering digunakan dalam proses pembelajaran

adalah metode ceramah. Kreatifitas seorang guru dalam memadukan metode

pembelajaran sangat diperlukan dalam hal ini. Bagaimana menghidupkan suasana

kelas, sehingga pembelajaran yang diberikan menjadi lebih menarik. Dengan

demikian peserta didik akan lebih bergairah dalam belajar.

Di samping beberapa faktor yang diuraikan di atas, faktor-faktor lain yang

mempengaruhi kemampuan siswa dalam menguasai sor singgih bahasa Bali

sesuai dengan angket yang diberikan kepada siswa adalah sebagai berikut.

4.3.6 Bahasa Keseharian di Rumah

Berdasarkan angket yang diberikan kepada siswa, dari 66 siswa yang

menjadi sampel penelitian ini, hanya 5 orang yang memakai bahasa Bali sebagai

Page 112: PENGUASAAN SOR SINGGIH BAHASA BALI DALAM ...

97

bahasa keseharian di rumah. Hal ini berdampak signifikan terhadap kemampuan

siswa dalam menguasai sor singgih bahasa Bali. Siswa yang memakai bahasa Bali

dalam setiap komunikasi yang dilakukan di rumah, baik dengan orang tua maupun

dengan temannya akan lebih mudah dan lebih cepat memahami sor singgih

bahasa Bali. Hal ini dapat dilihat dari pekerjaan siswa yang memakai bahasa Bali

di rumahnya lebih baik. Kelima siswa ini lebih menguasai sor singgih bahasa Bali

daripada temannya. Mereka juga lebih terampil memakai sor singgih bahasa Bali

dalam percakapan yang dilakukan bersama temannya. Keterampilan siswa

menguasai sor singgih bahasa Bali tidak terlepas dari peran orang tua

mengajarkannya di rumah.

4.3.7 Motivasi Siswa Untuk Belajar Bahasa Bali

Dalam era globalisasi seperti sekarang ini, siswa lebih berminat menguasai

bahasa asing dibandingkan dengan menguasai bahasa Bali. Dari 66 siswa yang

dipakai sampel penelitian, hanya 12 orang yang ingin bisa berbahasa Bali

sedangkan sisanya ingin mendapatkan nilai dari pelajaran bahasa Bali. Ini

membuktikan bahwa motivasi mereka mengikuti pelajaran bahasa Bali hanya

ingin mendapatkan nilai. Tidak ada motivasi untuk bisa berbahasa Bali yang baik

dan benar. Kurangnya peran guru untuk memotivasi siswa dalam belajar bahasa

Bali juga mempengaruhi minat siswa terhadap pelajaran bahasa Bali. Siswa lebih

tertarik belajar bahasa asing karena lebih menyenangkan. Hal ini tidak terlepas

dari kemampuan guru membuat pelajaran tersebut menjadi lebih menarik.

Page 113: PENGUASAAN SOR SINGGIH BAHASA BALI DALAM ...

98

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan permasalahan yang ada

dalam penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut.

1) Proses pembelajaran sor singgih bahasa Bali dalam keterampilan berbicara

siswa kelas IX SMP Negeri 3 Denpasar tahun pelajaran 2013/2014 sudah

sesuai dengan kurikulum yang dipakai. Ada beberapa kekurangan dalam

perangkat pembelajaran yang digunakan dalam proses pembelajaran.

Kekurangan tersebut, antara lain jam pelajaran yang hanya dua jam per

minggu (2 x 40 menit) menjadi kendala bagi guru untuk mencapai

pembelajaran yang optimal sangat sulit. Dalam kurikulum tidak tercantum

sumber belajar yang dijadikan acuan dalam proses pembelajaran. Silabus

yang dijadikan acuan dalam proses pembelajaran tidak merinci karakter

siswa yang diinginkan sehingga siswa tidak mengetahui apa yang

diinginkan setelah pembelajaran tersebut diberikan. Sumber belajar yang

digunakan guru hanya naskah drama, tidak ada sumber lain yang diberikan

seperti video percakapan dalam drama gong atau wayang kulit sebagai

penunjang kegiatan pembelajaran.

2) Penguasaan sor singgih bahasa Bali siswa dalam keterampilan berbicara

tergolong cukup baik. Beberapa variabel kesalahan yang dialami siswa

meliputi (1) kesalahan penggunaan kata (kruna), dan (2) kesalahan

penggunaan kalimat (lengkara) dalam pemakaian sor singgih bahasa Bali.

98

Page 114: PENGUASAAN SOR SINGGIH BAHASA BALI DALAM ...

99

3) Faktor-faktor yang memengaruhi kemampuan siswa dalam menguasai

keterampilan berbicara meliputi beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut

adalah sebaga berikut. (1) Karakteristik peserta didik yang merupakan

variabel dalam proses pembelajaran. Variabel sebagai aspek atau kualitas

siswa berupa bakat, minat, sikap, motivasi belajar, gaya belajar,

kemampuan berpikir, dan kemampuan awal yang dimiliki. (2) Bahan ajar.

(3) Waktu yang tersedia. (4) Sarana dan prasarana belajar, (5) Kemampuan

pengajar memilih dan menggunakan strategi pembelajaran bahasa, (6)

Bahasa Keseharian di Rumah, dan (7) Motivasi Siswa Untuk Menguasai

Bahasa Bali.

5.2 Saran

Dalam pembelajaran sor singgih bahasa Bali di tingkat SMP masih banyak

hal yang perlu diperbaiki, baik dari perangkat pembelajaran (kurikulum, silabus,

RPP, sumber belajar, media pembelajaran) maupun dari faktor guru itu sendiri.

Pembelajaran bahasa Bali khususnya pembelajaran sor singgih bahasa Bali bisa

lebih memanfaatkan video-video wayang dan drama gong dalam pembelajaran

sehingga siswa lebih cepat mengerti bagaimana sor singgih itu digunakan dalam

kehidupan sehari-hari. Selain pemanfaatan video dalam proses pembelajaran,

pihak sekolah juga bisa mengadakan sehari seminggu untuk memakai bahasa Bali

di lingkungan sekolah, misalnya hari Sabtu, khusus dipakai untuk berbahasa Bali.

Dengan demikian, siswa akan lebih bergairah mempelajari bahasa Bali.

Page 115: PENGUASAAN SOR SINGGIH BAHASA BALI DALAM ...

100

DAFTAR PUSTAKA

Adiputra, I Gusti Ngurah Purnama. 2010. “Kemampuan Memahami Anggah-Ungguhing Basa Bali dalam Teks Drama Gong Lokika Sanggraha Siswa Kelas XI SMA Negeri Abiansemal Tahun Pelajaran 2009/2010” (Skripsi). Denpasar: IKIP PGRI Bali.

Arikunto, Suharsimi. 1993. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.

Jakarta : Renika Cipta Arsjad, M. G dan u.s Mukti. 1988. Pembinaan Kemampuan Berbicara. Jakarta:

Erlangga. Assumpta, Sr Maria. R. 2002. Dasar-Dasar Publik Relation. Jakarta: PT

Grasindo. Badudu, J.S. 1987. Pelik-Pelik Bahasa Indonesia. Bandung: Pustaka Prima.

Darjowidjojo, Soenjono. 2008. Psikolinguistik. Memahami Asas Pemerolehan Bahasa. Kuala Lumpur: PTS Profesional.

Dewi, Ni Kadek Sintha. 2011. “Meningkatkan Kemampuan Berbicara Melalui Masatua Siswa Kelas VIII SMP Gurukula Bangli Tahun Pelajaran 2010/2011” (Skripsi). Denpasar. IKIP PGRI Bali.

Ghazali, Syukur. 2010. Pembelajaran Keterampilan Berbahasa dengan Pendekatan Komunikatif-Interaktif. Malang: Refika Aditama.

Hadi, Sutrisno. 1987. Statistik Jilid II. Yogyakarta : Yayasan Penerbit Fakultas Psikologi UGM.

Harmer, Jeremy. 1983. The Practice of English Language Teaching. London: Longman.

http://gora.edublogs.org/2007/12/27/ayo-produksi-sendiri-video-, diakses 15 Oktober 2012 pukul 10.10 Wita.

http://id.wikipedia.org/wiki/Video, diakses 15 Oktober 2012 pukul 10.10 Wita.

Iskandar. 2009. Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial. Jakarta: Gaung Persada Press.

Iskandarwassid dan Dadang Sunendar. 2009. Strategi Pembelajaran Bahasa. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Page 116: PENGUASAAN SOR SINGGIH BAHASA BALI DALAM ...

101

Kersten. J. 1983. Garis Besar Tata Bahasa Bali. Denpasar: Unud.

Narayana, Ida Bgs. 1984. Majalah Widya Pustaka. Denpasar: Unud.

Netra, I.B. 1974. Metodologi Penelitian. Singaraja : Biro Penelitian dan Penerbitan Unud.

Nurgiantoro, Burhan. 2001. Penilaian Pengajaran Bahasa dan Sastra (Edisi ke-3). Yogyakarta: BPFE

Pratiwi. I.A. Ekayudha. 2011. “Peningkatan Keterampilan Berbicara dengan Metode Debat Plus dalam Proses Pembelajaran Bahasa Inggris pada Siswa Kelas XI IPA SMA Pariwisata Kertha Wisata Denpasar” (Tesis). Denpasar: Unud.

Purwantini, A.A. Diah. 2011. “Penerapan CALL dalam Meningkatkan Hasil Belajar Kemampuan Berbicara dalam Bahasa Inggris Siswa Kelas XI SMK N Kubu Bangli Tahun Pelajaran 2010/2011” (Tesis). Denpasar: Unud.

Richards, Jack C. & Rodgers, Theodore S. 1993. Approachs and Methods in Lenguage Teaching. Cambridge University Press.

Saddhono, Kundharu & Slamet, St. Y. 2012. Meningkatkan Keterampilan Berbahasa Indonesia (Teori dan Aplikasi). Bandung: Karya Putra Darwati.

Suarjana Putra, I Nyoman. 2007. “Sor-Singgih Basa Bali”. Denpasar: Tohpati Grafika.

Suasta, Ida Bagus Made. 1997. “Berpidato dengan Bahasa Bali”. Denpasar

Sudarmayanti, Desak Made. 2010. “Kemampuan Memahami Anggah-Ungguhing Lengkara Basa Bali Siswa Kelas XII SMA Negeri 1 Nusa Penida, Klungkung Tahun Pelajaran 2009/2010” (Skripsi). Denpasar: IKIP PGRI Bali.

Sudjana, Nana. 2010. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Sugiyono. 2007. Statistik untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta

Tarigan, Djago. 1991. Materi Pokok Pendidikan Bahasa Indonesia 1. Jakarta; Dikti, Depdikbud.

Tarigan, Henry Guntur. 1983. Berbicara sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.

Page 117: PENGUASAAN SOR SINGGIH BAHASA BALI DALAM ...

102

Tarigan, Henry Guntur. 1993. Menyimak sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.

Tinggen, I Nengah. 1998. Aneka Rupa Paribasa Bali. Singaraja : Rhika Dewata.

Tim Penyusun, 1995. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Page 118: PENGUASAAN SOR SINGGIH BAHASA BALI DALAM ...

103

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Lampiran 01: Kurikulum Bahasa Bali SMP Negeri 3 Denpasar

Lampiran 02: Silabus Bahasa Bali SMP Negeri 3 Denpasar

Lampiran 03: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran SMP Negeri 3

Denpasar

Lampiran 04: Lembar Angket

Page 119: PENGUASAAN SOR SINGGIH BAHASA BALI DALAM ...

104

PEMERINTAH KOTA DENPASAR

DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA KOTA DENPASAR

SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 3 DENPASAR

Jalan Jepun No 5 Denpasar Bali, telepon (0361) 224546, Fax (0361)422688

Website : www.smpn3dps.com,mailto:[email protected]

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN 4

Satuan Pendidikan : SMP

Mata Pelajaran : Bahasa Bali

Kelas / Semester : IX / 2

Aspek : Berbicara

X. STANDAR KOMPETENSI :

6. Mampu mengemukakan gagasan, perasaan dan imajinasi secara

komunikatif melalui sastra dan basa basita.

XI. KOMPETENSI DASAR :

6.1 Bermain drama sesuai dengan sor singgih basa.

XII. INDIKATOR :

3. Membahas pemestasan drama melalui kegiatan diskusi

4. Memberikan komentar kekurangan yang terjadi dalam pementasan

drama berdasarkan hasil diskusi.

XIII. TUJUAN PEMBELAJARAN :

Setelah kegiatan belajar mengajar selesai siswa dapat:

3. Membahas pementasan drama melalui kegiatan diskusi.

4. Memberi komentar kekurangan yang terjadi dalam pementasan drama

berdasarkan hasil diskusi terutama mengenai sor singgih basa dalam

dialog.

Page 120: PENGUASAAN SOR SINGGIH BAHASA BALI DALAM ...

105

XIV. MATERI PEMBELAJARAN

Teks (naskah) drama ngangen basa Bali sane mamurda “Katemu ring

Pasar”.

Dayu Manik katemu sareng Luh Sari ring Pasar Kumbasari. Irika raris

saling mareraosan.

Luh Sari : “Om Swastiastu, jagi numbas napi Dayu?”

Dayu Manik : “Ye Luh Sari, niki tiang meli canang”.

Luh Sari : “Pidan Dayu rauh saking Jawi?”

Dayu Manik : “Suba puan luh, men luh meli apa ento?”

Luh Sari : “Titiang numbas ulam Dayu. Sami sametone

budal?”

Dayu Manik : ”Ae konyang mulih Luh”.

Luh Sari : “Kari Dayu ngranjing ring UGM Jogjakarta?”

Dayu Manik : “Nu luh, nu sedeng ngae skripsine. Men luh dija

masuk jani?”

Luh Sari : “Titiang kuliah irika ring Unud Dayu”.

Dayu Manik : “Jurusan apa kal alih ditu?”

Luh Sari : “Titiang ngrereh jurusan basa Bali.”

Dayu Manik : “Dadi ngalih jurusan ento?”

Luh Sari : “ Santukan basa Bali ne sampun karasa

ngreredin!”

Dayu Manik : “Luwung pesan ento luh. Selegan malajah pang

kanti dadi sarjana!”

Luh Sari : “Inggih suksma Dayu”.

Drama Bali Modern (Anyar) miwah Drama Bali Tradisional (Klasik).

Drama Bali Modern kabaos Sandiwara, Drama sane lelampahanne

nyatuayang indik aab gumine sane mangkin inggih punika: sane

masesolahan indik sakancan ring jeroan kulawarga, banjar, masyarakat,

miwah sane lianan.

Page 121: PENGUASAAN SOR SINGGIH BAHASA BALI DALAM ...

106

Cihna (ciri) Drama Bali Modern :

1. Lelintihane nganggen naskah.

2. Nganggen Sutradara.

3. Nganggen tutur (dialog), dekorasi, tata lampu, busana miwah iringan

musik.

4. Para pragina nenten dados mareraosan ring penonton.

Ring Bali wenten perkumpulan Drama Bali Modern sane kabaos Teater

utawi Sanggar.

Drama Bali Tradisional utawi Drama Klasik punika, Drama sane

lelampahanne nyatuayang indik satua ring Puri (Istana), aab gumine sane

riin tur nganggen gong, gagendingan miwah busana Bali.

Cihna (Ciri) Drama Bali Tradisional (Klasik) :

1. Lelintihan satua nenten nganggen naskah.

2. Nenten wenten sutradara.

3. Nganggen gambelan, gagendingan, rangki (panggung), lampu miwah

busana Bali.

Sangh pragina

4. Dados mabebaosan ring para penonton.

Conto : Arja, Gambuh, Sendratari, miwah sne lianan.

Sarana sane kaanggen ngwangun Drama mangda prasida nyolahang

Dramane sane becik inggih punika: Sutradara, Pemain, Naskah Drama,

Genah (Bloking), panggung Penonton, Tata Suara, Tata Lampu.

XV. ALOKASI WAKTU : 2 x 40 Menit

XVI. METODE PEMBELAJARAN

Diskusi

Tanya jawab

Bermain peran

Penugasan

Page 122: PENGUASAAN SOR SINGGIH BAHASA BALI DALAM ...

107

XVII. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN

NO STRUKTUR KEGIATAN

PEMBELAJARAN

WAKTU

1

2

Kegiatan awal

Kegiatan inti

- Salam ( Panganjali

Umat)

- Absensi siswa

- Menyampaikan tujuan

pembelajaran

- Melakukan apersepsi

Eksplorasi

- Siswa menyebutkan

bermacam-macam drama

yang pernah ditonton.

Elaborasi

- Siswa membentuk

kelompok untuk

membuat drama dan

memainkan ke muka

kelas (menunjukkan

sikap percaya diri).

- Kelompok siswa yang

lain mengomentari sor

singgih basa dalam

dialog ( berkomunikasi

dan berinteraksi secara

efektif dan santun)

Konfirmasi

- Guru memberi

penguatan terhadap

10 menit

50 menit

Page 123: PENGUASAAN SOR SINGGIH BAHASA BALI DALAM ...

108

3

Kegiatan Akhir

permainan drama siswa

yang sudah sesuai

dengan sor singgih basa

dan memberikan

petunjuk bagi kelompok

yang dianggap masih

kurang dalam sor singgih

basa.

- Merangkum materi

tentang drama dan sor

singgih basa.

- Menugaskan siswa

secara berkelompok

untuk berlatih drama

dirumah.

- Menyampaikan rencana

pembelajaran berikutnya.

20 menit

XVIII. SUMBER BELAJAR

- Buku Apresiasi sastra Bali

- Buku Paket Pangkaja Sari

- Naskah Drama yang berjudul “Katemu ring Pasar”.

XIX. PENILAIAN

d. Bentuk tagihan Kognitif

- Kemampuan mendiskusikan pementasan drama

e. Bentuk tagihan Psikomotorik

- Kemampuan memakai sor singgih basa dalam drama bermain

peran dalam pementasan drama

f. Prosedur penilaian:

- Tehnik : tes lisan

Page 124: PENGUASAAN SOR SINGGIH BAHASA BALI DALAM ...

109

- Bentuk Instrument : penggunaan sor singgih basa dan

penampilan

- Contoh Instrument :

Indayang mangkin soang-soang kelompok siswa mangda makarya

drama lan nyolahang naskah dramane punika ka ajeng kelase.

Rubrik Pengamatan siswa dalam proses pembelajaran

Nama Siswa Perhatian Motivasi Kerjasama Inisiatif

Page 125: PENGUASAAN SOR SINGGIH BAHASA BALI DALAM ...

110

Rubrik Penilaian

No Aspek Penelitian Skor

4 3 2 1

1 Ketepatan nyinahang tata cara nyolahang

drama modern

2 Kepatutan nganggen sor singgih basa

3 Kepatutan nyolahang drama ke ajeng

kelase

Keterangan :

4 = Sangat baik / sangat tepat / sangat sesuai / runtut.

3 = Baik / tepat / sesuai / runtut.

2 = Kurang baik / kurang tepat / kurang sesuai / kurang runtut.

1 = Tidak baik / tidak tepat / tidak sesuai / tidak runtut.

Mengetahui Denpasar, 19 Agustus 2013

Kepala Sekolah Guru Mata Pelajaran,

Drs. I Made Darma, M.Pd. Ni Wayan Renun, S. Pd. NIP 19521019 197603 1 002 NIP 19610814 198403 2 008

Page 126: PENGUASAAN SOR SINGGIH BAHASA BALI DALAM ...

111

LEMBAR ANGKET

Nama : …………………………………………….

Kelas : ……………………………………..……..

No : ……………………………………………

Jawablah pertanyaan di bawah ini!

1. Bahasa apa yang kamu pakai keseharian di rumah bersama orang tua dan keluarga? ………………………………………………………………………............Bahasa apa yang kamu pakai jika bertemu teman sebaya di rumah? ………………………………………………………………………………Bahasa apa yang kamu pakai sehari-hari di sekolah? ………………………………………………………………………………Apakah di rumah pernah diajari bahasa Bali oleh orang tuamu? ………………………………………………………………………………Jika pernah bahasa Bali apa? ASI, ASO, bahasa Bali Kepara? ………………………………………………………………………………Kalau kamu bertemu dengan gurumu di luar sekolah, bahasa apa yang biasanya kamu pakai dalam berkomunikasi? ………………………………………………………………………………Dalam era globalisasi seperti sekarang ini, apakah bahasa Bali masih penting untuk kamu pelajari? ………………………………………………………………………………Apakah motivasi kamu belajar bahasa Bali? a. Hanya ingin mendapatkan nilai. b. Ingin bisa berbahasa Bali

2. Apakah bahasa Bali susah dipelajari? ………………………………………………………………………………Tulislah nama kedua orang tua mu? ………………………………………………………………………………