Top Banner
PENGOLAHAN TEH HITAM SECARA CTC di PT. PERKEBUNAN NUSANTARA VIII, KEBUN KERTAMANAH PANGALENGAN – BANDUNG OLEH MUHAMMAD SUBCHI WIRA PUTRATAMA (06 / 196502 / TP / 08676) JURUSAN TEKNOLOGI PANGAN DAN HASIL PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2009
136

PENGOLAHAN TEH HITAM SECARA CTC di PT. · PDF filei pengolahan teh hitam secara ctc di pt. perkebunan nusantara viii, kebun kertamanah pangalengan – bandung . laporan kerja praktek

Feb 05, 2018

Download

Documents

vuongxuyen
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: PENGOLAHAN TEH HITAM SECARA CTC di PT. · PDF filei pengolahan teh hitam secara ctc di pt. perkebunan nusantara viii, kebun kertamanah pangalengan – bandung . laporan kerja praktek

PENGOLAHAN TEH HITAM SECARA CTC

di PT. PERKEBUNAN NUSANTARA VIII, KEBUN KERTAMANAH PANGALENGAN – BANDUNG

OLEH MUHAMMAD SUBCHI WIRA PUTRATAMA

(06 / 196502 / TP / 08676)

JURUSAN TEKNOLOGI PANGAN DAN HASIL PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA

2009

Page 2: PENGOLAHAN TEH HITAM SECARA CTC di PT. · PDF filei pengolahan teh hitam secara ctc di pt. perkebunan nusantara viii, kebun kertamanah pangalengan – bandung . laporan kerja praktek

i

PENGOLAHAN TEH HITAM SECARA CTC di PT. PERKEBUNAN NUSANTARA VIII, KEBUN KERTAMANAH PANGALENGAN – BANDUNG

LAPORAN KERJA PRAKTEK PROGRAN STUDI

TEKNOLOGI PANGAN DAN HASIL PERTANIAN

Diajukan kepada Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Gadjah Mada

sebagai syarat kelengkapan studi jenjang stratum satu pada Program Studi Teknologi Pangan dan Hasil Pertanian

OLEH MUHAMMAD SUBCHI WIRA PUTRATAMA

(06 / 196502 / TP / 08676)

JURUSAN TEKNOLOGI PANGAN DAN HASIL PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA

2009

Page 3: PENGOLAHAN TEH HITAM SECARA CTC di PT. · PDF filei pengolahan teh hitam secara ctc di pt. perkebunan nusantara viii, kebun kertamanah pangalengan – bandung . laporan kerja praktek

ii

PENGOLAHAN TEH HITAM SECARA CTC di PT. PERKEBUNAN NUSANTARA VIII, KEBUN KERTAMANAH PANGALENGAN – BANDUNG

LAPORAN KERJA PRAKTEK

OLEH MUHAMMAD SUBCHI WIRA PUTRATAMA

(06 / 196502 / TP / 08676)

Diterima dan disahkan

Sebagai syarat kelengkapan studi jenjang Stratum Satu (S-1)

Program Studi Teknologi Pangan dan Hasil Pertanian

Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Gadjah Mada

Yogyakarta, November 2009

Pembimbing I/Penguji I Pembimbing II/Penguji II

Ir. Agustinus Pamudji Rahardjo, M.P. Dr. Ir. Supriyadi, M.Sc.

Mengetahui,

Dekan Fakultas Teknologi Pertanian

Universitas Gadjah Mada

Dr. Ir. Djagal Wiseso Marseno, M.Agr.

Page 4: PENGOLAHAN TEH HITAM SECARA CTC di PT. · PDF filei pengolahan teh hitam secara ctc di pt. perkebunan nusantara viii, kebun kertamanah pangalengan – bandung . laporan kerja praktek

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat serta

hidayahnya, sehingga laporan Kerja Praktek ini dapat terselesaikan. Kerja Praktek di

Kebun Teh Kertamanah PT. Perkebunan Nusantara VIII yang penulis lakukan pada

tanggal 26 Januari-26 Februari 2009 dan penyusunan laporan ini, dimaksudkan untuk

memenuhi syarat kelengkapan studi jenjang S-1 Program Studi Teknologi Pangan

dan Hasil Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Gadjah Mada.

Banyak manfaat yang penulis peroleh dari Kerja Praktek ini. Selain untuk

menerapkan ilmu kuliah di kehidupan nyata, penulis juga dapat belajar bersosialisasi

di lingkungan baru dengan berbagai kultur yang ada.

Dalam pelaksanaan dan penyusunan laporan Kerja Praktek ini, banyak pihak

yang telah memberikan bantuannya. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima

kasih kepada :

1. Dr. Ir. Djagal Wiseso Marseno, M.Agr. selaku Dekan Fakultas Teknologi

Pertanian, Universitas Gadjah Mada.

2. Ir. Agustinus Pamudji Rahardjo, MP. selaku Dosen Pembimbing/Penguji I yang

telah memberikan arahan serta bimbingan kepada penulis selama melaksanakan

Kerja Praktek maupun saat penyusunan laporan.

3. Dr. Ir. Supriyadi M,Sc selaku Dosen Pembimbing/Penguji II yang telah

memberikan masukan serta bimbingannya dalam pengerjaan tugas Perancangan

Pabrik II.

4. Bapak Haryusdianto Eka Putra selaku Administratur Kebun Teh Kertamanah

PTPN VIII atas kesempatan dan masukan yang diberikan kepada kami untuk

dapat melaksanakan Kerja Praktek.

5. Bapak Joko selaku Sinder Pabrik Pengolahan Teh Kertamanah atas masukan serta

bimbingannya.

6. Ibu Rini dan Pak Wawan GS sekeluarga yang telah memberikan ruang bagi kami

untuk tinggal maupun saran selama 28 hari di Kertamanah.

Page 5: PENGOLAHAN TEH HITAM SECARA CTC di PT. · PDF filei pengolahan teh hitam secara ctc di pt. perkebunan nusantara viii, kebun kertamanah pangalengan – bandung . laporan kerja praktek

iv

7. Seluruh karyawan dan staf Kebun Teh Kertamanah PTPN VIII yang telah

membantu kami dalam pelaksanaan Kerja Praktek.

8. Keluarga besar Akib Rasad, S.H. yang senantiasa memberi doa dan semangat

untuk dapat melaksanakan Kerja Praktek dan menyelesaikan laporan ini dengan

sebaik mungkin.

9. Teman-teman phudtech_06 yang banyak memberi dukungan dan bantuan.

10. Serta semua pihak yang telah membantu pelaksanaan Kerja Praktek dan

penyusunan laporan ini.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa penyusuan laporan ini masih jauh dari

sempurna. Oleh karena itu, saran serta kritik sangat penulis harapkan guna

memperbaiki karya penulis selanjutnya. Semoga laporan Kerja Praktek ini dapat

memberikan manfaat bagi penulis maupun bagi semua yang membacanya. Amin.

Yogyakarta, September 2009

Penulis

Page 6: PENGOLAHAN TEH HITAM SECARA CTC di PT. · PDF filei pengolahan teh hitam secara ctc di pt. perkebunan nusantara viii, kebun kertamanah pangalengan – bandung . laporan kerja praktek

v

DAFTAR ISI

Halaman Judul ....................................................................................................... i

Halaman Pengesahan ............................................................................................. ii

Kata Pengantar ....................................................................................................... iii

Daftar Isi ................................................................................................................ v

Daftar Tabel ........................................................................................................... viii

Daftar Gambar........................................................................................................ ix

Ringkasan ............................................................................................................... xi

BAB I. PENDAHULUAN ..................................................................................... 1

A. KEADAAN UMUM PABRIK .................................................................. 1

1. Produk Yang Dihasilkan ...................................................................... 1

2. Lokasi Perusahaan ............................................................................... 1

3. Sanitasi Perusahaan .............................................................................. 3

4. Manajemen Perusahaan........................................................................ 8

BAB II. PENGOLAHAN ...................................................................................... 13

A. BAHAN MENTAH ................................................................................... 13

1. Penyediaan Bahan Mentah ................................................................. 13

a. Cara Penyediaan Bahan Mentah ................................................... 14

b. Spesifikasi Bahan Mentah ............................................................ 16

c. Jumlah Bahan Mentah .................................................................. 19

d. Peralatan ....................................................................................... 20

e. Cara Penanganan .......................................................................... 20

2. Fluktuasi dan atau Proyeksi Ketersediaan Bahan Mentah ................. 23

3. Evaluasi .............................................................................................. 24

B. PELAKSANAAN PENGOLAHAN .......................................................... 26

1. Tahap Pengolahan .............................................................................. 26

a. Pelayuan ....................................................................................... 27

Page 7: PENGOLAHAN TEH HITAM SECARA CTC di PT. · PDF filei pengolahan teh hitam secara ctc di pt. perkebunan nusantara viii, kebun kertamanah pangalengan – bandung . laporan kerja praktek

vi

b. Pengulungan dan Penggilingan .................................................... 29

c. Fermentasi (Oksidasi Enzimatis) .................................................. 33

d. Pengeringan .................................................................................. 36

e. Sortasi Kering ............................................................................... 38

f. Penyimpanan Sementara .............................................................. 41

2. Gaftar Alir Kulitatif (Kondisi Proses) ................................................ 43

3. Gaftar Alir Kuantitatif (Neraca BAhan) ............................................. 44

4. Evaluasi .............................................................................................. 45

a. Tahap Pelayuan ............................................................................ 45

b. Tahap Penggilingan, Penggulungan ............................................. 45

c. Tahap Fermentasi ......................................................................... 46

d. Tahap Pengeringan dan Sortasi Kering ........................................ 46

C. PRODUK AKHIR ..................................................................................... 46

1. Spesifikasi Produk .............................................................................. 46

2. Penanganan Produk ............................................................................ 49

a. Pengepakkan ................................................................................. 49

b. Penyimpanan ................................................................................ 50

BAB III. MESIN DAN PERALATAN ................................................................. 51

A. MESIN DAN PERALATAN PROSES.................................................... 51

1. Mesin dan Peralatan Pelayuan ............................................................ 51

2. Mesin dan Peralatan Penggilingan dan Fermentasi ............................ 55

3. Mesin dan Peralatan Pengeringan ...................................................... 60

4. Mesin dan Peralatan Sortasi Kering ................................................... 64

5. Mesin dan Peralatan Penyimpanan Sementara dan Pengepakkan ...... 70

B. KAPASITAS ALAT DAN PABRIK ....................................................... 76

Pelayuan ................................................................................................... 76

Kapasitas Pelayuan ................................................................................... 76

Penggilingan ............................................................................................. 78

Oksidasi Enzimatis ................................................................................... 82

Page 8: PENGOLAHAN TEH HITAM SECARA CTC di PT. · PDF filei pengolahan teh hitam secara ctc di pt. perkebunan nusantara viii, kebun kertamanah pangalengan – bandung . laporan kerja praktek

vii

Pengeringan .............................................................................................. 82

Sortasi Kering ........................................................................................... 85

Pengepakkan ............................................................................................. 88

C. TATA LETAK MESIN DAN PERALATAN ......................................... 94

BAB IV. TUGAS PERANCANGAN PABRIK II ................................................ 97

A. PENDAHULUAN .................................................................................... 97

Tugas Perancangan Pabrik II .................................................................... 97

Arti Penting Tugas Perancangan Pabrik II ............................................... 97

B. PENYELESAIAN TUGAS PERANCANGAN PABRIK II ................... 97

Pendekatan Masalah ................................................................................. 97

Spesifikasi Bahan Baku ............................................................................ 98

Spesifikasi Hasil Olah .............................................................................. 99

Penilaian, Evaluasi, dan Fakto-faktor Penentu Spesifikasi Hasil Olah .... 102

BAB V. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ................................................ 123

BAB VI. DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 124

Page 9: PENGOLAHAN TEH HITAM SECARA CTC di PT. · PDF filei pengolahan teh hitam secara ctc di pt. perkebunan nusantara viii, kebun kertamanah pangalengan – bandung . laporan kerja praktek

viii

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Komposisi klon tanaman teh yang digunakan Kebun Kertamanah ......... 2

Tabel 2.1 Hasil Analisa Pucuk ................................................................................. 17

Tabel 2.2 Hasil Analisa Petik ................................................................................... 18

Tabel 2.3 Data Hasil Produksi Kertamanah ............................................................. 19

Tabel 2.4 Ukuran, Kriteria Kenampakan serta Berat Jenis Teh Pengolahan CTC .. 48

Tabel 3.1 Suhu Udara Masuk dan Keluar dari Palung Pelayuan ............................. 76

Tabel 3.2 Volume Udara yang Masuk Tiap Hari ..................................................... 77

Tabel 3.3 Suhu Udara Pengeringan ......................................................................... 83

Tabel 3.4 Suhu Udara Pengeringan Pada VFBD Jalur 2 ......................................... 84

Tabel 3.5 Data Kapasitas Tiap Tahapan Proses ....................................................... 94

Tabel 4.1 Spesifikasi Bahan Baku ........................................................................... 99

Tabel 4.2 Spesifikasi Hasil Olah Yang Direncanakan ............................................. 100

Tabel 4.3 Hasil Pengujian Tahap Pelayuan ............................................................. 100

Tabel 4.4 Hasil Pengujian Tahap Penggilingan dan Oksidasi Enzimatis ................ 101

Tabel 4.5 Hasil Pengujian Tahap Pengeringan ........................................................ 101

Tabel 4.6 Hasil Pengujian Tahap Sortasi Kering ..................................................... 101

Tabel 4.7 Hasil Pengujian Teh Kering Metode SNI 01-1902-2000 ........................ 102

Tabel 4.8 SOP Tahap Pelayuan ............................................................................... 114

Tabel 4.9 SOP Tahap Penggilingan dan Fermentasi ............................................... 116

Tabel 4.10 SOP Tahap Pengeringan ........................................................................ 118

Tabel 4.11 SOP Tahap Sortasi Kering ..................................................................... 120

Tabel 4.12 SOP Tahap Pengepakan ......................................................................... 122

Page 10: PENGOLAHAN TEH HITAM SECARA CTC di PT. · PDF filei pengolahan teh hitam secara ctc di pt. perkebunan nusantara viii, kebun kertamanah pangalengan – bandung . laporan kerja praktek

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Diagram Komposisi Tenaga Kerja Kebun Kertamanah........................ 8

Gambar 1.2 Struktur Organisasi Kebun Kertamanah ............................................... 10

Gambar 2.1 Skema Giling dan Fermentasi Proses CTC ........................................... 31

Gambar 2.2 Skema Proses Sortasi Kering Jalur 1 CTC ............................................ 40

Gambar 2.3 Skema Proses Sortasi Kering Jalur 2 CTC ............................................ 41

Gambar 2.4 Skema Proses Sortasi Kering Pada Winnower dan Vibro Separator .... 41

Gambar 2.5 Gaftar Alir Kualitatif Proses CTC ........................................................ 43

Gambar 2.6 Gaftar Alir Kuantitatif Proses CTC ...................................................... 44

Gambar 3.1 Perlengkapan Monorail ......................................................................... 52

Gambar 3.2 Monorail ................................................................................................ 52

Gambar 3.3 Palung Pelayuan dan Perlengkapannya ................................................. 53

Gambar 3.4 Palung Pelayuan .................................................................................... 53

Gambar 3.5 Rumah Fan dan Elektromotor ............................................................... 53

Gambar 3.6 Transmition Duct dan Rumah Fan ........................................................ 53

Gambar 3.7 Heat Exchanger ..................................................................................... 54

Gambar 3.8 Peralatan Analisa Pucuk ........................................................................ 54

Gambar 3.9 Green Leaf Shifter ................................................................................. 55

Gambar 3.10 Green Leaf Shifter Asli ....................................................................... 55

Gambar 3.11 Skema Rototvane ................................................................................ 56

Gambar 3.12 Rotorvane Jalur 1 ................................................................................ 57

Gambar 3.13 Barbora Leaf Conditioner ................................................................... 57

Gambar 3.14 Skema Triplex CTC Machine ............................................................. 59

Gambar 3.15 Mesin CTC dengan Tutup Dibuka ...................................................... 59

Gambar 3.16 Mesin CTC Saat Proses ....................................................................... 59

Gambar 3.17 Roll CTC pada Waktu Perbaikan ........................................................ 59

Gambar 3.18 Skema Continuous Fermenting Unit ................................................... 60

Gambar 3.19 Continuous Fermenting Unit ............................................................... 60

Gambar 3.20 Killburn Vibratory Fluidized Bed Drying ........................................... 61

Page 11: PENGOLAHAN TEH HITAM SECARA CTC di PT. · PDF filei pengolahan teh hitam secara ctc di pt. perkebunan nusantara viii, kebun kertamanah pangalengan – bandung . laporan kerja praktek

x

Gambar 3.21 Vibratory Fluidized Bed Dryer Tampak Samping .............................. 62

Gambar 3.22 Heat Exchanger ................................................................................... 63

Gambar 3.23 Burner Heat Exchanger ....................................................................... 63

Gambar 3.24 Heat Exchanger ................................................................................... 63

Gambar 3.25 Main Fan ............................................................................................. 63

Gambar 3.26 VFBD dan Output Tea ........................................................................ 63

Gambar 3.27 Cyclone ............................................................................................... 64

Gambar 3.28 Cold Air Blower .................................................................................. 64

Gambar 3.29 Skema Vibrex ...................................................................................... 65

Gambar 3.30 Vibrex pada Ruang Soortasi................................................................ 65

Gambar 3.31 Chouta Shifter ..................................................................................... 66

Gambar 3.32 Skema Chouta Shifter ......................................................................... 67

Gambar 3.33 Skema Winnower ................................................................................ 68

Gambar 3.34 Winnower ............................................................................................ 68

Gambar 3.35 Hooper ................................................................................................. 69

Gambar 3.36 Skema Vibro Separator ....................................................................... 70

Gambar 3.37 Vibro Separator ................................................................................... 70

Gambar 3.38 Skema Tea Bin .................................................................................... 71

Gambar 3.39 Tea Bin Tampak Bawah ...................................................................... 71

Gambar 3.40 Tea Bin Tampak Atas ......................................................................... 71

Gambar 3.41 Skema Tea Bulker ............................................................................... 72

Gambar 3.42 Tea Bulker ........................................................................................... 72

Gambar 3.43 Skema Tea Packer ............................................................................... 73

Gambar 3.44 Tea Packer ........................................................................................... 73

Gambar 3.45 Bag Shaper .......................................................................................... 74

Gambar 3.46 Vibrator ............................................................................................... 74

Gambar 3.47 Cara Kerja Vibrator ............................................................................. 74

Gambar 3.48 Hand Pallet Fork Lift .......................................................................... 75

Page 12: PENGOLAHAN TEH HITAM SECARA CTC di PT. · PDF filei pengolahan teh hitam secara ctc di pt. perkebunan nusantara viii, kebun kertamanah pangalengan – bandung . laporan kerja praktek

xi

RINGKASAN

Perkebunan Kertamanah merupakan perusahaan negara yang berada dibawah

naungan PTPN VIII. Perusahaan ini mengolah pembuatan teh hitam secara CTC dan

Ortodoks secara bersamaan. Pengolahan pucuk daun teh dimaksudkan untuk

mengubah komposisi kimia pucuk daun teh segar secara terkendali, sehingga menjadi

hasil olahan yang dapat memunculkan sifat-sifat yang dikehendaki pada air

seduhannya, seperti warna, rasa dan aroma yang diinginkan. Tujuan ini dapat dicapai

apabila bahan mentah yang akan diolah mempunyai kualitas yang baik dan cara

pengolahan yang dilakukan baik pula. Pengolahan teh hitam meliputi pemilihan

bahan baku (pemetikan), pelayuan, penggilingan, oksidasi enzimatis, pengeringan,

sortasi kering, pengemasan serta penyimpanan. Perkebunan Kertamanah menjual

produknya secara curah kepada pembeli melalui lelang maupun pemesanan secara

langsung. Kapasitas pabrik teh kertamanah yaitu 2.040,4319 kg pucuk teh segar per

hari atau 427,2664 kg teh kering per hari. Secara umum hasil akhir dari pengolahan

teh pada Pabrik Teh Kertamanah telah mencukupi baik secara kualitas maupun

kuantitasnya, namun masih ada beberapa hal yang perlu diperbaiki.

Page 13: PENGOLAHAN TEH HITAM SECARA CTC di PT. · PDF filei pengolahan teh hitam secara ctc di pt. perkebunan nusantara viii, kebun kertamanah pangalengan – bandung . laporan kerja praktek

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. KEADAAN UMUM PABRIK

Keadaan umum Pabrik Teh Kertamanah ini mencakup beberapa hal yaitu produk yang

dihasilkan, lokasi pabrik, penerapan sistem sanitasi, serta sistem manajemen yang

dijalankan.

1. Produk Yang Dihasilkan

Jenis produk yang dihasilkan oleh Pabrik Pengolahan Teh Kertamanah adalah teh

hitam yang diolah secara Orthodok jenis RV dan CTC. Pada tahun 2008, kebun

kertamanah menghasilkan 10.406.115 kg pucuk basah, sehingga pabrik ini mampu

menghasilkan teh hitam sebesar 2.290.357 kilogram produk teh hitam kering. Dari

hasil tersebut diketahui rendemen yang dihasilkan sebesar 22,0007 %.

Produk teh hitam yang dihasilkan oleh pabrik pengolahan Teh kertamanah dapat

dibedakan menjadi beberapa mutu.

Pada pengolahan dengan proses CTC, mutu teh hitam yang dihasilkan dapat

dibedakan menjadi:

a. Mutu I : BP 1 Groff (Broken Pekoe Groff 1), BP 1 (Broken Pekoe 1), PF 1

(Pekoe Fanning 1), PD (Pekoe Dust), D 1 (Dust 1), dan Fanning.

b. Mutu II : D 2 (Dust 2), D 3 (Dust 3), dan FNGS 2.

c. Mutu III : BM 2 (Broken Mixed 2) dan Pluff

Teh hitam yang dihasilkan oleh Pabrik Pengolahan Teh Kertamanah sebagian besar

dijual dalam bentuk curah melalui pelelangan (auction). Pabrik Pengolahan Teh

Kertamanah juga menjual produknya kepada pembeli melalui pemesanan secara

langsung dan juga dijual untuk pasar lokal (Jawa Barat)

2. Lokasi Perusahaan

Pabrik Teh Kertamanah memiliki perkebunan yang tersebar di empat desa dari

Kecamatan Pengalengan Kabupaten DT II Bandung, yaitu Desa Margamukti, Desa

Pengalengan, Desa Tarumajaya dan Desa Margamulya (denah dapat dilihat di

lampiran). Lokasi ini berada kurang lebih 45 km sebelah selatan kota Bandung.

Transportasi yang bisa digunakan untuk mencapai perkebunan ini adalah dengan

menggunakan kendaraan darat (angkutan kota).

Page 14: PENGOLAHAN TEH HITAM SECARA CTC di PT. · PDF filei pengolahan teh hitam secara ctc di pt. perkebunan nusantara viii, kebun kertamanah pangalengan – bandung . laporan kerja praktek

2

Lokasi Pabrik Teh Kertamanah terletak pada ketinggian rata-rata antara 1400-1600

dpl dengan topografi berbukit dan landai. Secara astronomis, terletak pada 7o LS dan

106o BT. Sedang tipe iklim menurut Schmidt and Ferguson termasuk klas B dengan

curah hujan berkisar antara 1800-2900 mm/tahun dan rata-rata antara 14o C-25o C.

Secara umum, Perkebunan Kertamanah memenuhi syarat kesesuaian lahan untuk

budidaya teh dan kina.Perkebunan Kertamanah terbagi atas lima afdelling (denah

afdelling dapat dilihat di lampiran). Dan komposisi klon tanaman teh yang

digunakan oleh lima afdelling perkebunan kertamanah dapat dilihat dalam tabel

dibawah ini:

No Jenis Teh AFDELING Jml %

Ker Way Cin Tir PG

1 Seedling 152,68 98,91 173,13 107,11 - 531,83 52.83

2 GMB-3 14,00 4,50 17,69 20,12 2,67 58,98 5.86

3 GMB-7 33,28 40,27 8,00 12,61 30,83 124,99 12.42

4 GMB-9 - 2,42 - 5,01 5,10 12,53 1.24

5 GMB-11 - - - 1,43 1,43 0.14

6 RB-3 8,00 29,80 - 1,50 39,30 3.90

7 RBS - - - 11,48 - 11,48 1.14

8 PS-1 0,50 - - 6,52 - 7,02 0.70

9 TRI 2024 1,61 23,13 16,50 12,98 - 54,22 5.39

10 TRI 2025 21,55 28,52 6,05 50,80 - 106,92 10.62

11 Kiara-8 3,94 3,86 0,52 0,80 - 9,12 0.90

12 Cin-143 5,22 26,06 3,00 14,49 - 48,77 4.84

13 Cin-156 - - - 0,12 - 0,12 0.01

Jumlah 40,78 257,47 224,89 242,04 41,53 1.006,71 100

Tabel 1.1 Komposisi klon tanaman teh yang digunakan Kebun Kertamanah

Sumber air yang digunakan di pabrik teh Kertamanah untuk keperluan pengolahan

dan untuk keperluan penduduk di sekitar perkebunan berasal dari mata air di

pegunungan yang dinamakan kince. Air tersebut dialirkan ke pabrik menggunakan

pipa lalu ditampung dalam bak penampung yang terdapat di lingkungan pabrik.

Listrik di Pabrik Teh Kertamanah digunakan untuk menggerakkan peralatan

produksi, peralatan lain dalam pabrik, juga untuk penerangan di jalan-jalan dan

Page 15: PENGOLAHAN TEH HITAM SECARA CTC di PT. · PDF filei pengolahan teh hitam secara ctc di pt. perkebunan nusantara viii, kebun kertamanah pangalengan – bandung . laporan kerja praktek

3

perumahan karyawan. Tenaga listrik yang digunakan, selain diperoleh dari PLN juga

berasal dari generator yang akan dioperasikan apabila aliran listrik dar PLN padam.

Kebutuhan energi panas yang digunakan untuk mengoperasikan beberapa peralatan

pengolahan teh di Pabrik Teh Kertamanah menggunakan bahan bakar IDO sebagai

bahan bakar mesin pengolahan teh. IDO ditampung dalam bak penampungan

berkapasitas 70.400 L. Selain menggunakan IDO, pabrik Teh Kertamanah juga

menggunakan solar untuk menggerakkan kendaraan pengangkut. Solar ditampung

dalam bak penampungan berkapasitas 37.000 L

3. Sanitasi Perusahaan

Sanitasi merupakan pengendalian terencana terhadap lingkungan produksi, bahan

baku, peralatan, dan pekerja untuk mencegah pencemaran pada produk, kerusakan

produk, mencegah terlanggarnya nilai estetika konsumen serta mengusahakan

lingkungan kerja yang bersih, aman dan nyaman.

Sanitasi memegang peranan penting dalam suatu pabrik pengolahan pangan karena

dapat mempengaruhi produk yang dihasilkan. Sanitasi industri berguna untuk

meningkatkan efisiensi proses pengolahan tetapi tetap memperhatikan mutu produk,

menjaga pekerja sehingga produktifitasnya dapat seoptimal mungkin serta dapat

mengurangi biaya yang disebabkan oleh keadaan pekerja.

Sanitasi Lingkungan Produksi

Sanitasi di lingkungan produksi meliputi keadaan lingkungan di sekitar bangunan

pabrik dan sanitasi limbah. Sanitasi lingkungan produksi perlu mendapat perhatian

karena sanitasi lingkungan produksi berkaitan erat dengan hubungan pihak pabrik

dengan masyarakat sekitarnya dan kelestarian lingkungan di sekitar pabrik. Lokasi

pabrik terletak di daerah pegunungan dan dekat dengan pemukiman penduduk

sehingga bahan sisa hasil pengolahan yang dibuang harus ditangani secara benar,

supaya tidak mengganggu kesehatan dan kenyamanan penduduk sekitar.

Konstruksi bangunan pabrik berfungsi untuk menjaga serta melindungi karyawan,

peralatan dan bahan yang ada dalam ruang pengolahan. Perlindungan tersebut salah

satunya ditujukan untuk menghindari pengaruh lingkungan seperti sinar matahari dan

hujan (Bambang, 1983).

Page 16: PENGOLAHAN TEH HITAM SECARA CTC di PT. · PDF filei pengolahan teh hitam secara ctc di pt. perkebunan nusantara viii, kebun kertamanah pangalengan – bandung . laporan kerja praktek

4

Konstruksi bangunan dibuat menurut kondisi dan fungsi masing-masing bangunan.

Untuk menjalankan operasi sanitasi, hal-hal yang perlu diperhatikan antara lain :

a. Lantai

Lantai yang digunakan pada tiap ruang pengolahan berbeda satu sama lain.

Disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing tahapan proses.

Di ruang pelayuan, lantai terbuat dari beton. Hal ini dimaksudkan agar lantai tidak

lembab. Dengan demikian tidak mengganggu proses pelayuan. Untuk ruang

penggilingan, sortasi basah dan oksidasi enzimatis, lantainya menggunakan keramik

putih dengan ukuran 30 x 30 cm. Tujuannya untuk memudahkan pembersihan daun

dan bubuk teh yang tercecer. Sedang untuk ruang pengeringan, sortasi kering dan

ruang pengepakan, lantai betonlah yang digunakan. Tujuannya untuk menahan beban

alat yang cukup besar.

Ruang penggilingan, sortasi basah dan oksidasi enzimatis memiliki karakteristik

lantai yang berbeda dengan lantai yang ada di ruang pelayuan. Lantai pada ruang

tersebut landai ke arah saluran pembuangan sehingga cairan teh dan air yang

digunakan untuk pencucian tidak menggenang. Pembersihannya pun akan lebih

mudah.

b. Dinding

Dinding merupakan satu hal penting yang harus diperhatikan dalam sanitasi. Karena

dari bagian ini, kontaminasi serta kerusakan bahan dalam proses dapat terjadi.

Untuk ruang pelayuan, dinding terbuat dari plat seng. Kondisi tersebut sangat rentan

pengaruh cuaca, dan kontaminasi dari luar. Pada musim penghujan misalnya, air

hujan dapat masuk dan mempengaruhi RH ruang pelayuan.

Pada ruang penggilingan, sortasi basah, oksidasi enzimatis, pengeringan dan sortasi

kering dinding yang digunakan berupa tembok. Pembatas antar ruang berupa tembok

dan kaca. Kecuali antara ruang sortasi kering dan pengepakan. Kedua ruang tersebut

dibatasi oleh triplek dan tea bin. Untuk dinding yang terbuat dari kaca, perlu

pembersihan setiap hari guna meminimalisasi akumulasi kontaminan.

c. Atap

Atap memiliki fungsi untuk melindungi peralatan, mesin-mesin dan para pekerja

yang ada dalam ruang pengolahan. Atap di ruang pelayuan berupa seng tebal

Page 17: PENGOLAHAN TEH HITAM SECARA CTC di PT. · PDF filei pengolahan teh hitam secara ctc di pt. perkebunan nusantara viii, kebun kertamanah pangalengan – bandung . laporan kerja praktek

5

bergelombang. Di bawah ruang tersebut, terdapat ruang penggilingan, sortasi basah,

oksidasi enzymatis, pengeringan, sortasi kering, pengepakan dan kantor dengan atap

berupa beton yang dicor.

d. Ventilasi

Ventilasi memiliki peranan penting dalam operasi sanitasi. Berfungsi sebagai tempat

pertukaran udara dari dan ke luar ruang pengolahan. Selain itu juga untuk

mengeluarkan uap air yang dapat mengganggu berlangsungnya proses produksi.

Ventilasi pada tiap ruangan disesuaikan dengan kondisi proses yang diinginkan.

Pada ruang pengeringan dan sortasi kering, ventilasi relatif sedikit untuk mencegah

masuknya debu dan kontaminan dari luar yang memungkinkan terjadinya

kontaminasi terhadap teh kering. Begitu pula dengan ruang pengepakan dan

penyimpanan. Ventilasi dibuat seminimal mungkin untuk mencegah masuknya debu

yang membawa kontaminan dari luar dan untuk menjaga kelembaban udara ruangan

tetap rendah sehingga tidak mempengaruhi kualitas teh kering.

e. Penerangan

Penerangan dengan menggunakan lampu neon dilakukan di setiap ruang pengolahan

yang ada di pabrik pengolahan teh hitam Kertamanah. Penerangan ini berfungsi untuk

membantu pekerja dalam menjalankan proses pengolahan.

Jumlah penerangan di setiap ruang pengolahan berbeda-beda. Disesuaikan dengan

keperluannya. Untuk proses pengolahan yang dilakukan pada malam hari, seperti

pelayuan dan sortasi kering, jumlah lampunya lebih banyak dan tersebar merata.

Sedangkan pada ruang pengolahan lain yang banyak dilakukan siang hari, jumlah

lampu penerang tidak diperbanyak.

Sanitasi Pekerja

Sanitasi pekerja pada Kebun Teh Kertamanah diperuntukkan bagi setiap pekerja yang

berhubungan dengan aliran bahan dan proses yang berlangsung. Di lingkungan proses

pengolahan, setiap pekerja yang masuk atau mempunyai kepentingan di ruang

produksi wajib mengenakan jas laboratorium, lengkap dengan penutup kepala dan

masker. Hal tersebut dimaksudkan untuk menghindari adanya kemungkinan

kontaminasi dari lingkungan luar ataupun tubuh pekerja. Jas laboratorium, penutup

kepala, dan masker tersebut harus terjaga kebersihannya.

Page 18: PENGOLAHAN TEH HITAM SECARA CTC di PT. · PDF filei pengolahan teh hitam secara ctc di pt. perkebunan nusantara viii, kebun kertamanah pangalengan – bandung . laporan kerja praktek

6

Penutup kepala digunakan untuk melindungi kepala dari debu dan kotoran, mencegah

agar rambut tidak tersangkut di mesin yang sedang berputar serta mencegah jatuhnya

rambut sehingga dapat mengkontaminasi produk yang ada. Tutup kepala yang

digunakan sebagai pelaksanaan sanitasi pekerja ialah topi untuk laki-laki dan topi

khusus untuk wanita. Dengan memakai topi tersebut, seluruh bagian rambut pekerja

akan terlindungi dan tertutupi.

Masker digunakan untuk menjaga agar debu dan udara lembab tidak masuk ke

saluran pernafasan serta mencegah kontaminasi pekerja ke produk antara atau produk

jadi yang ada di ruang produksi. Masker terbuat dari kain, dan ketika dikenakan,

permukaannya mampu menutupi lubang hidung dan mulut pekerja.

Perlengkapan sanitasi yang lain adalah sarung tangan. Sarung tangan tersebut

digunakan untuk melindungi tangan pekerja dan untuk mencegah kontaminasi dari

tangan pekerja terhadap produk antara atau produk jadi. Sarung tangan yang

digunakan pekerja pabrik Kertamanah terbuat dari kain. Penggunaan sarung tangan

dari kain tersebut dapat disempurnakan dengan penggunaan sarung tangan yang

terbuat dari karet. Kain yang cepat menyerap air dan kotoran masih memungkinkan

adanya kontaminasi pada produk meskipun pekerja telah menggunakan sarung

tangan.

Sanitasi Peralatan

Pembersihan peralatan dan mesin pengolahan dilakukan setelah proses pengolahan

selesai dijalankan. Masing-masing tahapan pengolahan memiliki jadwal pembersihan

yang berbeda satu sama lain.

Di ruang pelayuan, palung pelayuan dibersihkan setiap usai turun layu dengan sapu

lidi. Pembersihan dilakukan untuk membersihkan pucuk-pucuk teh yang masih

tertinggal. Sedang untuk kolong bagian bawah palung yang merupakan tempat

mengalirnya udara pelayuan, dibersihkan setiap 20 hari sekali. Agar tidak banyak

debu yang terakumulasi.

Untuk ruang penggilingan, peralatan serta mesin sortasi basah dan oksidasi enzimatis

dibersihkan dengan air setiap usai digunakan. Dan setiap satu minggu sekali,

pembersihan dilakukan dengan menggunakan soda api. Sedangkan pada tahapan

pengeringan, sortasi kering dan pengepakan, pembersihan dilakukan dengan

Page 19: PENGOLAHAN TEH HITAM SECARA CTC di PT. · PDF filei pengolahan teh hitam secara ctc di pt. perkebunan nusantara viii, kebun kertamanah pangalengan – bandung . laporan kerja praktek

7

menyemprotkan udara di tiap bagian serta sudut alat dan ruangan agar terbebas dari

timbunan debu. Biasanya dilakukan setiap usai pengolahan dan dilakukan oleh

pekerja yang bekerja pada shift tersebut.

Sanitasi Bahan Baku

Sanitasi bahan baku yang berupa pucuk teh segar telah dilakukan sejak pemetikan.

Pucuk teh ditampung terlebih dahulu di keranjang pemetik. Kemudian dimasukkan ke

dalam waring sebelum ditimbang.

Saat waring yang berisi pucuk teh segar itu menunggu untuk ditimbang, waring

diletakkan di tanah dengan dialasi karung dan ditutup dengan terpal. Ini dimaksudkan

untuk menghindari kontaminasi yang berasal dari tanah dan untuk menjaga pucuk teh

dari sengatan sinar matahari yang dapat menyebabkan pelayuan dini. Setelah

diangkut dan sampai di pabrik, pemisahkan pucuk teh segar dengan kotoran

dilakukan oleh karyawan sembari membeberkan pucuk di atas palung pelayuan. Cara

semacam ini kurang maksimal untuk menghilangkan kontaminasi. Acapkali, saat

pucuk turun layu, masih banyak kontaminasi yang berupa ranting, daun dari tanaman

lain, dan kotoran.

Kontaminasi lain yang mungkin muncul selama proses pengolahan adalah logam.

Baik itu yang berasal dari ceceran mesin ataupun dari luar lingkungan pengolahan.

Untuk cemaran yang berupa logam ini penanganan dilakukan dengan menggunakan

magnet yang diletakkan di atas konveyor. Dengan demikian, saat melewati magnet

tersebut, logam yang semula bersama bubuk teh akan tertarik magnet. Selanjutnya,

setiap satu jam sekali, dilakukan pengambilan logam-logam yang menempel pada

magnet untuk dibuang.

Bubuk teh yang sudah kering ditempatkan dalam gentong plastik agar tidak terjadi

penyerapan air karena kondisi udara lingkungan yang lembab. Kemudian, masing-

masing jenis ditampung dan disimpan pada tempat yang berbeda. Sebagian besar

penyimpanan dilakukan di sejumlah peti miring. Namun ada beberapa jenis yang

disimpan dalam karung karena keterbatasan jumlah peti miring.

Untuk produk akhir yang sudah dikemas dalam paper sack dan karung, sanitasi

dijaga dengan pengkondisian RH ruang penyimpanan. Dimaksudkan untuk menjaga

kadar air produk teh kering yang ada di dalamnya.

Page 20: PENGOLAHAN TEH HITAM SECARA CTC di PT. · PDF filei pengolahan teh hitam secara ctc di pt. perkebunan nusantara viii, kebun kertamanah pangalengan – bandung . laporan kerja praktek

8

4. Manajemen Perusahaan

Pabrik Teh Kertamanah mengolah teh hitam jenis CTC dan Ortodoks yang dikelola

dalam satu atap/bangunan. Dengan kapasitas olah sebesar 60 ton pucuk basah per

hari atau 11 ton Teh kering per hari. Pada tanggal 1 September 1999 Pabrik Teh

Kertamanah mulai memberlakukan Sistem Manajemen Mutu (SMM) ISO 9002 dan

tanggal 20 Desember 1999 memperoleh sertifikat ISO 9002 dari SGS.

Kebijakan mutu yang diterapkan adalah Pabrik Teh Kertamanah berkomitmen untuk

menghasilkan produk bermutu sesuai dengan keinginan pasar dengan menerapkan

Sistem Manajemen Mutu ISO 9002 melalui kerja keras seluruh Sumber Daya

Manusia (SDM) yang profesional secara efektif dan efisien. Sesuai dengan

kebijakan Direksi saat ini, Pabrik Teh Kertamanah tengah mengupayakan

pemberlakuan Sistem Manajemen Lingkungan (SML) seri ISO 14000.

Dalam menjalankan organisasinya, Kebun Kertamanah dijalankan oleh 1133 pekerja

dengan perincian 11 orang pada tingkat pimpinan (golongan III A – IV D), 170 orang

pada tingkat pelaksana I (golongan I A – II D) dan 952 orang pada tingkat pelaksana

II (golongan I A). Komposisi tersebut dapat dilihat pada diagram dibawah ini.

Gambar 1.1 Diagram Komposisi Tenaga Kerja Kebun Kertamanah

KEKUATAN TENAGA KERJA

Pimpinan0,97%

Karyaw an Pelaksana I

15,00%

Karyaw an Pelaksana II

84,02%

Page 21: PENGOLAHAN TEH HITAM SECARA CTC di PT. · PDF filei pengolahan teh hitam secara ctc di pt. perkebunan nusantara viii, kebun kertamanah pangalengan – bandung . laporan kerja praktek

9

Bentuk Hukum Perusahaan

Perkebunan dan pabrik pengolahan teh Kertamanah tergabung dalam PT Perkebunan

Nusantara VIII (PTPN VIII). Merupakan Badan Usaha Milik Negara yang berkantor

pusat di Jalan Sindang Sirna No.4 Bandung.

Struktur Organisasi

Struktur organisasi garis dan staf merupakan struktur hubungan yang digunakan di

Perkebunan Kertamanah. Unsur garis yang digunakan menunjukkan bahwa

wewenang langsung akan mengakibatkan lebih cepatnya proses pengaliran perintah

dari atasan kepada bawahan. Sedang unsur staf menunjukkan bahwa pencapaian

tujuan perusahaan yang telah ditetapkan dan kegiatan penyelesaian masalah yang

dihadapi, pimpinan perusahaan dibantu oleh staf. Peran tersebut bisa berupa masukan

ataupun tindakan kongrit dari setiap staf.

Pimpinan tertinggi pabrik pengolahan teh Kertamanah adalah seorang administratur.

Pengampu jabatan ini bertanggung jawab langsung kepada direksi PTPN VIII yang

ada di Bandung. Tugas administratur adalah memimpin unit kebun dan menjalankan

tugas pengelolaan budidaya tanaman untuk menghasilkan produksi yang sesuai

dengan kualitas dan kuantitas yang ditetapkan.

Unsur pimpinan Kebun Kertamanah terdiri dari :

1. Administratur

2. Sinder Kepala

3. Sinder Tata Usaha Kantor

4. Sinder Pabrik

5. Sinder Teknik

6. Sinder Afdeling Kertamanah

7. Sinder Afdeling Cinyiruan

8. Sinder Afdeling Tirtasari

9. Sinder Afdeling Puncak Gede, dan

10. Sinder Afdeling Wayang

Berikut adalah skema struktur organisasi pada Kebun Kertamanah

Page 22: PENGOLAHAN TEH HITAM SECARA CTC di PT. · PDF filei pengolahan teh hitam secara ctc di pt. perkebunan nusantara viii, kebun kertamanah pangalengan – bandung . laporan kerja praktek

10

ADMINISTRATUR

SINDER KEPALA

SINDER TUK

UMUM SEKRETARIAT/ GD.PEDAL.

PENJ. GUDANG

SINDER TEKNIK SINDER PABRIK

TANAMAN TABIN KAS GUDANG WISATA AGRO

BP/KESE-HATAN

SPI

SATPAM

OPERATOR/PELAYAN

PEM-BANTU

OPRT. KOM-PUTER

TUP TU TABIN

TU GUDANG

PEL. GUDANG

PEL. MESS

PENJENANG TU B.P.

PEMB. PIK

SINDER AFDELLINGKERTAMANAH

SINDER AFDELLINGTIRTASARI

SINDER AFDELLINGWAYANG

SINDER AFDELLINGCINYIRUAN

SINDER AFDELLINGPASIR GEDE

Gambar 1.2: Struktur Organisasi Kebun Kertamanah

Page 23: PENGOLAHAN TEH HITAM SECARA CTC di PT. · PDF filei pengolahan teh hitam secara ctc di pt. perkebunan nusantara viii, kebun kertamanah pangalengan – bandung . laporan kerja praktek

11

Sistem Pengadaan Bahan dan Pemasaran Produk

Untuk menghasilkan produk akhir berupa teh hitam kering, bahan yang diperlukan

adalah pucuk teh segar. Pucuk tersebut dihasilkan oleh tanaman teh (Camelia Sinensis)

dari familia tehac1eae.

Pucuk teh segar yang masuk ke pabrik Kertamanah ini diperoleh dari perkebunan milik

perusahaan yang tersebar dalam lima afdeling. Yaitu afdeling Kertamanah, afdeling

Cinyiruan, afdeling Tirtasari, afdeling Puncak Gede, dan afdeling Wayang.

Pengadaan bahan yang berasal dari kebun sendiri ini akan lebih memberikan jaminan

ketersediaan bahan. Selain itu, peningkatan kualitas dan kuantitas pucuk teh segar

sebagai bahan utama dalam pengolahan teh hitam dapat dilakukan untuk mendukung

peningkatan kualitas produk akhir.

Target penjualan teh hitam pabrik pengolahan teh Kertamanah ini adalah pasar dalam

negeri (lokal) dan pasar luar negeri (internasional). Biasanya, mutu II dan mutu III

diperuntukkan bagi pasar lokal. Sedang untuk pasar internasional, teh yang ditawarkan

adalah teh dengan mutu I.

Penjualan dilakukan dengan menggunakan sistem lelang dan kontrak. Bersama

perkebunan lain, lelang teh dilakukan di Kantor Pemasaran Bersama (KPB) yang ada di

Jakarta. Lelang penjualan teh yang diberlakukan KPB diawali dengan pengiriman

sampel sesuai grade yang mewakili satu chop dari pabrik kepada sejumlah calon

pembeli. Bila terjadi kesepakatan harga dan jumlah yang diinginkan antara pembeli

(Lipton Ice, Finlay) dengan direksi PTPN VIII sebagai wakil produsen, maka teh hitam

curah akan segera dikirimkan ke alamat pembeli.

Lelang yang diadakan satu minggu sekali ini tidak menawarkan setiap jenis teh. Hanya

beberapa jenis yang diproduksi oleh perkebunan dalam satu minggu sebelumnya. Teh

tersebut terlebih dahulu melalui uji kelayakan oleh pihak direksi. Pelelangan biasanya

dilakukan dengan cara masing-masing perkebunan dibawah direksi PTPN VIII akan

mengirimkan 1 chop sampel sesuai dengan mutu yang diinginkan konsumen. Chop

sampel dibawa menuju kantor PTPN VIII untuk diuji oleh perwakilan pembeli. Setelah

panelis yang berasal dari pembeli mencicipi produk dari masing – masing perkebunan,

maka perwakilan pembeli tersebut akan memutuskan untuk membeli teh yang berasal

dari perkebunan yang dianggapnya sesuai dengan permintaan pembeli.

Page 24: PENGOLAHAN TEH HITAM SECARA CTC di PT. · PDF filei pengolahan teh hitam secara ctc di pt. perkebunan nusantara viii, kebun kertamanah pangalengan – bandung . laporan kerja praktek

12

Usai pelelangan, KPB akan memberikan laporan hasil penjualan kepada setiap produsen.

Bersama dengan perkebunan lain yang tergabung di PTPN VIII, Kebun Teh Kertamanah

juga memperoleh laporan tersebut. Selain untuk mengetahui hasil penjualan, laporan

tersebut juga berfungsi sebagai alat evaluasi terhadap produk yang dihasilkan.

Berbeda dengan sistem lelang, untuk sistem kontrak, pembeli datang dan meminta

grade teh yang diinginkan. Biasanya, harga jual sistem kontrak ini akan lebih tinggi

daripada sistem lelang. Jika terjadi kesepakatan antara pembeli dengan pihak pabrik,

maka pabrik akan mengirimkan teh hitam hasil produksinya sesuai jenis mutu teh dan

jumlah yang disepakati. Biasanya sistem kontrak ini lebih sering dilakukan oleh pabrik

pengolah teh kering yang berasal dari dalam negeri (Sari Wangi, Walini). Pabrik

pengolah teh kering tersebut biasanya menggunakan produk teh kering sebagai bahan

blending untuk meningkatkan kualitas produk mereka.

Pengiriman produk teh hitam yang dihasilkan oleh pabrik pengolahan teh hitam

Kertamanah dilakukan dengan sistem Dilevery Order (DO). Dimana pabrik hanya

menanggung biaya pengiriman sampai pelabuhan.

Page 25: PENGOLAHAN TEH HITAM SECARA CTC di PT. · PDF filei pengolahan teh hitam secara ctc di pt. perkebunan nusantara viii, kebun kertamanah pangalengan – bandung . laporan kerja praktek

13

BAB II

PENGOLAHAN

A. Bahan Mentah

Bahan mentah merupakan satu faktor penting yang harus ada dalam suatu proses

produksi. Hal ini erat kaitannya dengan penyediaan bahan mentah serta pemetaan atau

proyeksi ketersediaan bahan mentah yang dimiliki oleh pabrik tersebut.

1. Penyediaan Bahan Mentah

Pengadaan bahan mentah berupa pucuk teh segar diperoleh dari perkebunan milik pabrik

Kertamanah yang terbagi dalam lima afdeling yaitu afdeling Wayang, afdeling

Cinyiruan, afdeling Tirtasari, afdeling Kertamanah, dan afdeling Pasir Gede. Luas

masing-masing afdeling ini adalah:

Kertamanah dengan luas areal 360,97 Ha dengan perincian: luas areal Tanaman

Menghasilkan (TM) 211.58 Ha, areal TM lancuran 29.00 Ha, areal Tanaman Belum

Menghasilkan (TBM) 0.00 Ha, areal TTI 20.00 Ha, areal persemaian teh dan kina

0.60 Ha, areal cadangan (hutan) 11.75 Ha, Areal Tidak Produktif

(Hutan/Sungai/Jurang 57.88 Ha, Hyaten/Gemblangan 0.33 Ha, Situ/Rawa 0.17 Ha,

PLN 0.02 Ha), Areal Lain-lain (Emplasemen 17.53 Ha, Jalan/Jembatan 11.61 Ha,

Kuburan 0.50 Ha)

Wayang dengan luas areal 332,34 Ha dengan perincian: luas areal Tanaman

Menghasilkan (TM) 235.40 Ha, areal TM lancuran 22.00 Ha, areal Tanaman Belum

Menghasilkan (TBM) 3.00 Ha, areal TTI 14.00 Ha, areal persemaian teh dan kina

0.00 Ha, areal cadangan (hutan) 9.32 Ha, Areal Tidak Produktif

(Hutan/Sungai/Jurang 38.03 Ha, Hyaten/Gemblangan 0.04 Ha, Situ/Rawa 0.60 Ha,

PLN 0.00 Ha), Areal Lain-lain (Emplasemen 0.00 Ha, Jalan/Jembatan 9.95 Ha,

Kuburan 0.00 Ha)

Cinyiruan dengan luas areal 263,32 Ha dengan perincian: luas areal Tanaman

Menghasilkan (TM) 205.37 Ha, areal TM lancuran 14.00 Ha, areal Tanaman Belum

Menghasilkan (TBM) 3.00 Ha, areal TTI 11.00 Ha, areal persemaian teh dan kina

1.31 Ha, areal cadangan (hutan) 8.52 Ha, Areal Tidak Produktif

(Hutan/Sungai/Jurang 2.92 Ha, Hyaten/Gemblangan 0.29 Ha, Situ/Rawa 0.00 Ha,

Page 26: PENGOLAHAN TEH HITAM SECARA CTC di PT. · PDF filei pengolahan teh hitam secara ctc di pt. perkebunan nusantara viii, kebun kertamanah pangalengan – bandung . laporan kerja praktek

14

PLN 0.06 Ha), Areal Lain-lain (Emplasemen 10.81 Ha, Jalan/Jembatan 6.04 Ha,

Kuburan 0.00 Ha)

Tirtasari dengan luas areal 293,25 Ha dengan perincian: luas areal Tanaman

Menghasilkan (TM) 222.52 Ha, areal TM lancuran 16.00 Ha, areal Tanaman Belum

Menghasilkan (TBM) 2.00 Ha, areal TTI 15.00 Ha, areal persemaian teh dan kina

0.00 Ha, areal cadangan (hutan) 8.24 Ha, Areal Tidak Produktif

(Hutan/Sungai/Jurang 13.78 Ha, Hyaten/Gemblangan 0.01 Ha, Situ/Rawa 0.14 Ha,

PLN 0.04 Ha), Areal Lain-lain (Emplasemen 10.98 Ha, Jalan/Jembatan 4.54 Ha,

Kuburan 0.00 Ha)

Pasir Gede dengan luas areal 102,05 Ha dengan perincian: luas areal Tanaman

Menghasilkan (TM) 101.53 Ha, areal TM lancuran 0.00 Ha, areal Tanaman Belum

Menghasilkan (TBM) 0.00 Ha, areal TTI 0.00 Ha, areal persemaian teh dan kina 0.00

Ha, areal cadangan (hutan) 0.52 Ha, Areal Tidak Produktif (Hutan/Sungai/Jurang

0.00 Ha, Hyaten/Gemblangan 0.00 Ha, Situ/Rawa 0.00 Ha, PLN 0.00 Ha), Areal

Lain-lain (Emplasemen 0.00 Ha, Jalan/Jembatan 0.00 Ha, Kuburan 0.00 Ha)

a) Cara Penyediaan Bahan Mentah

Untuk memenuhi kebutuhan produksi setiap harinya pemetikan pucuk dilakukan secara

berrgilir dengan sistem pergiliran (rotasi) petik. Lama rotasi petik yang diterapkan di

kebun Kertamanah antara 9-10 hari. Kebun di setiap afdeling dibagi menjadi beberapa

blok. Untuk satu hari, pemetikan dilakukan pada 22-24 blok pada tiap afdeling. Rotasi

petik ini diperlukan agar suplai bahan baku (pucuk teh) dapat diperoleh pabrik secara

kontinyu.

Pemetikan pucuk ini diatur dengan mengikuti daur petik yang telah ditetapkan. Daur

petik ini merupakan jangka waktu yang dibutuhkan untuk melakukan pemetikan lagi

setelah pemetikan terakhir pada wilayah pemetikan yang sama. Penghitungan waktu

dimulai sejak hari pertama setelah dilakukannya pemetikan terakhir di wilayah tersebut.

Panjang pendeknya daur petik dipengaruhi oleh kecepatan pertumbuhan pucuk tanaman

teh, dimana kecepatan pertunbuhan pucuk sendiri dipengaruhi oleh musim, kesuburan

tanah, pemupukan tanaman serta umur pangkas tanaman.

Page 27: PENGOLAHAN TEH HITAM SECARA CTC di PT. · PDF filei pengolahan teh hitam secara ctc di pt. perkebunan nusantara viii, kebun kertamanah pangalengan – bandung . laporan kerja praktek

15

Kondisi pucuk selama pemetikan, harus diperhatikan sehingga kualitas pucuk tetap baik.

Selama pemetikan yang harus diperhatikan ialah teknik pemetikan pucuk. Pemetikan

pucuk harus dilakukan dengan cara ditaruk dengan tangan, yaitu memetik pucuk satu

persatu. Pemetikan tidak diperbolehkan dengan cara rampasan atau jambretan, yaitu

mencabut banyak pucuk secara bersamaan karena akan dapat menyebabkan pucuk

terpetik menjadi rusak. Pucuk teh yang terpetik digenggam sementara dalam tangan

hingga tangan penuh dengan pucuk. Jika tangan sudah penuh dengan pucuk maka pucuk

dimasukkan ke dalam ambul yang digendong oleh pemetik. Pemetikan dilanjutkan

hingga ambul penuh. Isi ambul ini tidak boleh dijejal. Bila ambul sudah penuh dengan

pucuk maka pucuk harus segera dipindahkan kedalam waring penundaan (jimpo/waring

sack) dan kemudian disimpan sementara dalam tempat yang telah disiapkan (los/tenda).

Di tempat tersebut, pucuk dikumpulkan dan ditimbang. Penimbangan setelah pucuk

ditempatkan dalam waring sack. Pucuk teh yang telah ditimbang di los pucuk kemudian

diangkut ke pabrik. Pengangkutan ini dilakukan dengan menggunakan truk angkut. Truk

angkut tersebut akan datang menuju ke tempat-tempat penyimpanan sementara pucuk-

pucuk teh yang telah dipetik. Setiap hari kerja, pengangkutan pucuk teh dengan truk

dapat dilakukan sebanyak 2-3 kali atau menurut kebutuhan pucuk teh yang akan diolah

oleh pabrik. Selama pengangkutan menuju pabrik kondisi pucuk harus dijaga agar tidak

mengalami kerusakan (memar, pecah), karena apabila pucuk teh tersebut mengalami

kerusakan maka akan terjadi reaksi oksidasi enzimatis dini sehingga akan menurunkan

kualitas teh yang dihasilkan. Pucuk teh yang mengalami oksidasi enzimatis dini akan

menghasilkan flavor teh yang tidak baik setelah diolah. Untuk mencegah kerusakan

pucuk teh selama pengangkutan maka bak truk yang digunakan untuk pengangkutan

pucuk teh dibuat bertingkat dua dengan maksud agar pucuk teh yang diangkut tidak

saling tumpang tindih. Truk yang digunakan juga harus diberi penutup, agar pucuk

terhindar dari sinar matahari secara langsung.

Setelah sampai di pabrik, pucuk ditimbang ulang ditempat penimbangan truk dan

dilakukan pemeriksaan berdasarkan Surat Perintah (SP). Penimbangan ini dilakukan

dengan menimbang truk beserta isi muatannya. Setelah penimbangan truk berjalan

menuju ke ruang pelayuan untuk menurunkan pucuk segar dari truk, lalu truk kosong

Page 28: PENGOLAHAN TEH HITAM SECARA CTC di PT. · PDF filei pengolahan teh hitam secara ctc di pt. perkebunan nusantara viii, kebun kertamanah pangalengan – bandung . laporan kerja praktek

16

ditimbang lagi di tempat penimbangan. Selisih berat truk berisi pucuk dengan berat truk

kosong merupakan berat dari pucuk segar.

b) Spesifikasi Bahan Mentah

Bahan dasar pucuk segar yang disediakan harus memenuhi kriteria-kriteria tertentu

sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan oleh pabrik meliputi jenis petikan dan gilir

petik. Berdasarkan penelitian Perkebunan Gambung (1992), jenis petikan dapat

dibedakan menjadi :

Petikan halus

Apabila pucuk yang dihasilkan terdiri dari pucuk peko (p) dengan satu daun, atau pucuk

burung (b) dengan daun muda (m). Biasanya ditulis dengan rumus p+1 atau b+1.

Petikan medium

Apabila pucuk yang dihasilkan terdiri dari pucuk peko dengan dua daun, tiga daun muda

serta pucuk burung dengan satu, dua atau tiga daun muda, ditulis dengan rumus p+2,

p+3m, b+1m, b+2m, b+3m.

Petikan kasar

Apabila pucuk yang dihasilkan terdiri dari pucuk peko dengan empat daun atau lebih,

dan pucuk burung dengan beberapa daun tua, ditulis dengan rumus p+4 atau lebih, b+(1-

4t).

Pucuk teh segar yang diolah di Pabrik Teh Kertamanah merupakan petikan medium yang

memiliki syarat sebagai berikut:

1. Pucuk medium.

p+2 (dipetik pucuk peko dan 2 daun muda di bawahnya)

p+3 (dipetik pucuk peko dan 3 daun muda di bawahnya)

b+1m (dipetik pucuk burung dan 1 daun muda di bawahnya)

b+2m (dipetik pucuk burung dan 2 daun muda di bawahnya)

2. Kondisi pucuk segar dan mulus (tidak rusak atau terkena penyakit daun).

3. Bebas dari bahan di luar pucuk yang dapat menimbulkan kontaminasi.

Untuk mengetahui mutu pucuk yang diperoleh setiap hari pabrik memberlakukan analisa

hasil pemetikan yaitu analisa pucuk dan analisa petik.

Tujuan analisa pucuk adalah untuk mengevaluasi mutu pucuk yang merupakan dasar

pendugaan mutu hasil olahan. Ketentuan analisa pucuk ialah sebagai berikut:

Page 29: PENGOLAHAN TEH HITAM SECARA CTC di PT. · PDF filei pengolahan teh hitam secara ctc di pt. perkebunan nusantara viii, kebun kertamanah pangalengan – bandung . laporan kerja praktek

17

Analisa pucuk dilaksanakan di pabrik oleh petugas khusus.

Kriteria pucuk medium :

- Pucuk medium (p+2, p+3, b+1m, b+2m).

- Kondisi pucuk segar dan mulus.

- Bebas dari bahan di luar pucuk yang dapat menimbulkan kontaminasi.

Berikut adalah contoh hasil analisa pucuk:

Tabel 2.1 Hasil analisa pucuk

Medium Kasar

Uraian % Uraian %

p+2 5 rusak 5

p+3 40 b tua/daun tua 25

b muda (b+1m, b+2m) 25

Jumlah 70 Jumlah 30

Tata cara pelaksanaan analisa pucuk sebagai berikut:

1. Contoh pucuk diambil sebanyak 1 kg dari pucuk yang telah dibeberkan di atas

whitering through, secara acak per kemandoran setibanya pucuk di pabrik

2. Dari 1 kg contoh pucuk diambil lebih kurang 100 gram untuk dipisahkan sesuai

formula pucuknya.

3. Lembar daun yang terkena hama-penyakit dikeluarkan dari analisa.

4. Masing-masing kelompok formula pucuk hasil pemisahan ditimbang.

5. Angka persentase formula pucuk diperoleh dengan membandingkan berat dari

kelompok pucuk yang bersangkutan dengan berat total pucuk contoh dikalikan 100%.

Analisa petik dapat digunakan untuk menilai ketepatan pelaksanaan kebijakan pemetikan

dan kondisi tanaman, antara lain:

Menilai kondisi tanaman, tanaman yang kurang sehat ditandai dengan banyaknya

persentase pucuk burung.

Menilai ketepatan pelaksanaan pemetikan, baik daur petik maupun cara

pemetikannya :

- daur pemetikan panjang akan tampak dalam analisa persentase pucuk kasar (p+4,

b+1t, b+2t, b+3t).

Page 30: PENGOLAHAN TEH HITAM SECARA CTC di PT. · PDF filei pengolahan teh hitam secara ctc di pt. perkebunan nusantara viii, kebun kertamanah pangalengan – bandung . laporan kerja praktek

18

- daur petik yang pendek sesuai kondisi akan tampak persentase pucuk medium

p+2, p+3, b+m1 dan b+2m akan meningkat.

Menilai ketelitian pemetik.

Tata cara pelaksanaan analisa petik sebagai berikut:

1. Contoh pucuk diambil sebanyak 1 kg dari pucuk yang telah dibeberkan di atas

whitering through, secara acak per kemandoran setibanya pucuk di pabrik

2. Dari 1 kg contoh pucuk diambil 100 gram untuk dipisahkan sesuai formula pucuknya

dan tua mudanya daun.

3. Tiap formula pucuk dipisahkan dalam sebuah kotak yang terbagi dalam 8 sekat. Tiap

sekat digunakan untuk memisahkan pucuk dari masing-masing rumus petik yang

digunakan. Rumus petik yang digunakan ialah p+2m, p+3m, b+1m, b+2m, b+3m,

b+2t, b+3t, b+4t.

4. Masing-masing hasil pemisahan tersebut lalu ditimbang.

5. Dihitung persentase jenis pucuk dengan menjumlahkan petikan p+2m, p+3m, b+1m,

b+2m yang dihitung sebagai petikan medium. Untuk petikan p+4b, daun tua dan

pucuk rusak dihitung sebagai petikan kasar.

Berikut ialah contoh hasil analisa petik:

Tabel 2.2. Hasil analisa petik

Medium Kasar

Uraian % Uraian %

p+2 5 p+4 10

p+3 35 b tua/daun tua 25

b muda (b+1m, b+2m) 20 rusak 5

Jumlah 60 Jumlah 40

Analisa hasil contoh pemisahan jenis pucuk sebesar 60% menunjukkan petikan medium, sedangkan angka 40% menunjukkan petikan kasar.

Antara berat pucuk ketika ditimbang di kebun dengan berat pucuk ketika ditimbang di

pabrik memiliki selisih. Hal ini terjadi karena, selama perjalanan dari kebun ke pabrik

terjadi penetesan air dari pucuk yang mengakibatkan berat pucuk berkurang. Selain

dilakukan penimbangan, di tempat ini juga dilakukan pemeriksaan berdasarkan SP,

antara lain pemeriksaan daur penyemprotan. Pucuk yang diterima adalah pucuk segar

Page 31: PENGOLAHAN TEH HITAM SECARA CTC di PT. · PDF filei pengolahan teh hitam secara ctc di pt. perkebunan nusantara viii, kebun kertamanah pangalengan – bandung . laporan kerja praktek

19

yang dipetik 7 hari setelah dilakukan penyemprotan. Pucuk yang dipetik sebelum

melewati 7 hari setelah penyemprotan akan ditolak, karena kandungan bahan kimia dari

bahan penyemprot (pestisida) pada pucuk masih tinggi.

c) Jumlah Bahan Mentah

Pucuk segar sebagai bahan dasar pengolahan teh diperoleh dari tanaman teh.

Pengadaan bahan dasar berupa pucuk teh segar diperoleh dari perkebunan milik

pabrik Kertamanah yang terbagi dalam lima afdeling yaitu afdeling Wayang, afdeling

Cinyiruan, afdeling Tirtasari, afdeling Pasir Gede dan afdeling Kertamanah. Tenaga

pemetik berasal dari penduduk sekitar perkebuan.

Dalam setiap bulannya, Pabrik Kertamanah mampu menyediakan pucuk segar rata-

rata 867.176,25 kg tiap bulannya. Berikut ini adalah data hasil produksi basah dan

kering pabrik Kertamanah selama tahun 2008.

Tabel 2.3 Data Hasil Produksi Pabrik Kertamanah

BULAN PRODUKSI

BASAH (kg) KERING (kg) B. I S/D B. I B. I S/D B. I

JANUARI 1,043,135 1,043,135 231,042 231,042

FEBRUARI 899,635 1,942,770 200,560 431,602

MARET 698,995 2,641,765 152,885 584,487

APRIL 1,034,880 3,676,645 226,845 811,332

MEI 1,221,325 4,897,970 265,576 1,076,908

JUNI 705,825 5,603,795 152,869 1,229,777

JULI 666,930 6,270,725 147,470 1,377,247

AGUSTUS 589,575 6,860,300 133,830 1,511,077

SEPTEMBER 557,785 7,418,085 129,362 1,640,439

OKTOBER 931,770 8,349,855 205,433 1,845,872

NOPEMBER 983,645 9,333,500 213,754 2,059,626

DESEMBER 1,072,615 10,406,115 230,731 2,290,357

Sumber: Kantor bagian tanaman kebun teh Kertamanah 2009

Page 32: PENGOLAHAN TEH HITAM SECARA CTC di PT. · PDF filei pengolahan teh hitam secara ctc di pt. perkebunan nusantara viii, kebun kertamanah pangalengan – bandung . laporan kerja praktek

20

d) Peralatan

Dalam proses pemetikan maupun penanganan bahan mentah, peralatan yang

digunakan antara lain:

Keranjang

Keranjang merupakan alat yang digunakan untuk penampungan pucuk selama

proses pemetikan berlangsung. Dalam proses pemetikan, keranjang harus selalu

digendong oleh pemetik. Apabila isi keranjang telah penuh, pucuk sebaiknya

harus segera dipindah kedalam waring.

Waring

Waring merupakan tempat penampungan sementara pucuk dari lapangan hingga

ke pabrik. Pada pabrik kertamanah, jenis waring yang digunakan terdiri dari 2

jenis. Yakni waring beber dan waring sack. Untuk prose penimbangan waring

beber lebih mudah digunakan, namun unutk pengangkutan waring sack lebih baik

karena mudah untuk diatur dalam bak truk.

Tenda

Merupakan tempat untuk meletakkan pucuk segar setelah dipetik untuk

menunggu ditimbang atau diangkut ke dalam truk. Kondisi pucuk selama

penyimpanan dalam tenda tidak boleh terkena sinar matahari atau terkena kotoran

dari tanah.

Truk Pengangkut

Truk pengangkut digunakan untuk pengangkutan pucuk segar dari lapangan

menuju pabrik. Kapasitas pengangkutan yang diijinkan pada truk pengangkut

pucuk adalah 2,5 ton per truk. Oleh karena itu dalam 1 afdelling biasanya

disediakan 2 buah truk untuk mengngkut pucuk segar.

e) Cara penanganan

Penanganan pucuk harus dilaksanakan sejak dari pemetikan, pengumpulan,

pengangkutan sampai penerimaan pucuk di pabrik agar kondisi pucuk tetap baik

Pemetikan

Kondisi pucuk selama pemetikan, harus diperhatikan sehingga kualitas pucuk tetap

baik. Tindakan yang dapat dilakukan untuk menjaga kualitas pucuk selama

pemetikan adalah memetik pucuk dengan cara ditaruk dengan tangan. Bukan dengan

cara dijambret atau rampasan. Menggenggam pucuk di tangan jangan terlalu banyak

Page 33: PENGOLAHAN TEH HITAM SECARA CTC di PT. · PDF filei pengolahan teh hitam secara ctc di pt. perkebunan nusantara viii, kebun kertamanah pangalengan – bandung . laporan kerja praktek

21

sehingga pucuk tidak tertekan. Setelah itu, pucuk segera ditempatkan di junak atau

keranjang yang digendong oleh pemetik. Isi kranjang jangan terlalu banyak.

Pengumpulan

Pucuk segar yang telah dipetik oleh pemetik kemudian dibawa ke los pucuk yang

terletak di tengah kebun. Di tempat tersebut, pucuk dikumpulkan dan ditimbang.

Penimbangan setelah pucuk ditempatkan pada waring sack. Isi waring sack jangan

terlalu padat tetapi diusahakan sesuai dengan kapasitas yaitu 25 kilogram. Tetapi

masih dijumpai waring sack yang diisi pucuk lebih dari 25 kilogram.

Tempat penyimpanan pucuk di los/tenda harus memenuhi syarat, antara lain bersih,

terlindung dari sinar matahari dan hujan. Karena apabila pucuk terkena sinar

matahari dalam kuantitas banyak akan menyebabkan warnanya merah kecoklatan.

Penimbangan Pucuk

Waktu penimbangan pucuk diatur dan disesuaikan dengan kebutuhan (tidak harus

bersamaan) dengan waktu/jadwal pengangkutan. Alat timbang harus dalam keadaan

yang baik. Sebenarnya diusahakan setiap waring memiliki berat 25 kg, namun adanya

waring yang beratnya lebih dari 25 kg tidak ditegur oleh mandor.

Pengangkutan

Pucuk teh yang telah ditimbang di los pucuk kemudian diangkut ke pabrik.

Pengangkutan pucuk di Kertamanah dilakukan 2 kali sehari yaitu pada pukul 09.00,

dan 12.00.

Pengangkutan dilakukan dengan truk yang diberi penutup, agar pucuk terhindar dari

sinar matahari. Kapasitas truk yaitu 2,5 ton atau sekitar 100 waring sack. Diusahakan

pengangkutan dengan truk tidak menyebabkan pucuk tergencet. Namun

kenyataannya, masih terjadi pengangkutan dengan muatan truk berlebih. Hal ini

seharusnya tidak diijinkan dan dilakukan penanganan agar pucuk teh tidak rusak

selama pengangkutan.

Penerimaan Bahan Dasar

Setelah sampai di pabrik, pucuk ditimbang ulang dan dilakukan pemeriksaan

berdasarkan Surat Perintah (SP). Penimbangan dilakukan di tempat penimbangan

truk. Setelah dari kebun dan membawa pucuk segar, truk beserta isinya ditimbang.

Kemudian truk menuju ke ruang pelayuan untuk menurunkan pucuk segar dari truk.

Setelah pucuk segar diturunkan, truk kosong ditimbang lagi di tempat penimbangan.

Page 34: PENGOLAHAN TEH HITAM SECARA CTC di PT. · PDF filei pengolahan teh hitam secara ctc di pt. perkebunan nusantara viii, kebun kertamanah pangalengan – bandung . laporan kerja praktek

22

Selisih berat truk berisi pucuk dengan berat truk kosong merupakan berat dari pucuk

segar.

Antara berat pucuk ketika ditimbang di kebun dengan berat pucuk ketika ditimbang

di pabrik memiliki selisih. Hal ini terjadi karena, selama perjalanan dari kebun ke

pabrik terjadi penetesan air dari pucuk yang mengakibatkan berat pucuk berkurang.

Selain dilakukan penimbangan, di tempat ini juga dilakukan pemeriksaan

berdasarkan SP, antara lain pemeriksaan daur penyemprotan. Pucuk yang diterima

adalah pucuk segar yang dipetik 7 hari setelah dilakukan penyemprotan. Pucuk yang

dipetik sebelum melewati 7 hari setelah penyemprotan akan ditolak, karena masih

tinggi kadar zat kimia dari bahan penyemprot

Analisa Petik dan Pucuk

Untuk mengevaluasi pelaksanaan pemetikan setiap hari, baik cara pemetikan, bekas

petikan maupun hasilnya, perlu dilaksanakan analisa pemetikan yang terdiri dari

analisa pucuk dan analisa petik. Analisa pucuk dan analisa petik ini dilakukan setelah

pembeberan.

Analisa petik adalah pemisahan menurut formula pucuk hasil petikan (tanpa potesan).

Kegunaan analisa petik adalah untuk menilai ketepatan pelaksanaan kebijakan

pemetikan dan kondisi tanaman, antara lain :

Analisa Petik

Menilai kondisi tanaman, tanaman yang kurang sehat ditandai dengan

banyaknya persentase pucuk burung.

Menilai ketepatan pelaksanaan pemetikan, baik daur petik maupun cara

pemetikannya :

- daur pemetikan panjang akan tampak dalam analisa persentase pucuk kasar

(p+4, b+1t, b+2t, b+3t).

- daur petik yang pendek sesuai kondisi akan tampak persentase pucuk

medium p+2, p+3, b+1m dan b+2m akan meningkat.

Menilai ketelitian pemetik.

Cara pelaksanaan analisa petik, yaitu :

Analisa dilaksanakan setiap hari oleh petugas khusus kemudian dievaluasi oleh

mandor besar dan sinder afdeling.

Page 35: PENGOLAHAN TEH HITAM SECARA CTC di PT. · PDF filei pengolahan teh hitam secara ctc di pt. perkebunan nusantara viii, kebun kertamanah pangalengan – bandung . laporan kerja praktek

23

Dari setiap kemandoran diambil contoh (sampel) pucuk untuk kemudian

dianalisa.

Analisa pucuk adalah pemisahan menurut formula keadaan pucuk muda-tua (dengan

potesan). Analisa pucuk bertujuan untuk mengevaluasi mutu pucuk yang merupakan

dasar pendugaan mutu hasil olahan, dengan ketentuan sebagai berikut :

Analisa Pucuk

Analisa pucuk dilaksanakan di pabrik oleh petugas khusus.

Kriteria pucuk medium :

- pucuk medium (p+2, p+3, b+1m, b+2m).

- kondisi pucuk segar dan mulus.

- Bebas dari bahan di luar pucuk yang dapat menimbulkan kontaminasi.

Cara pelaksanaan analisa pucuk, yaitu :

Contoh pucuk diambil sebanyak 1 kg, dari pucuk yang telah dibeberkan di atas

trough, secara acak per kemandoran, saat pucuk tiba di pabrik.

Dari 1 kg contoh pucuk diambil lebih kurang 100 gram untuk dipisahkan sesuai

formula pucuknya.

Lembar daun yang terkena hama-penyakit dikeluarkan dari analisa

Masing-masing kelompok formula pucuk hasil pemisahan ditimbang.

Angka persentase formula pucuk diperoleh dengan membandingkan berat dari

kelompok pucuk yang bersangkutan dengan berat total pucuk contoh dikalikan

100%.

2. Fluktuasi dan atau Proyeksi Ketersediaan Bahan Mentah

Ketersediaan bahan mentah yang diolah setiap hari sangat fluktuatif. Salah satu faktor

yang mempengaruhi ialah adanya variasi musim. Saat musim penghujan jumlah pucuk

cenderung lebih banyak dibanding saat musim kemarau. Hal ini disebabkan pada saat

musim hujan tanaman teh akan tumbuh lebih subur sehingga jumlah pucuk teh yang

tumbuh dan memenuhi syarat untuk dipetik akan jauh lebih banyak. Kondisi tanaman

yang ada juga turut mempengaruhi ketersediaan pucuk. Tanaman yang tumbuh subur dan

terawat dengan baik sehingga tidak terserang hama dan penyakit akan memiliki

produktifitas pucuk segar yang tinggi. Untuk jumlah bahan mentah yang berhasil

diproduksi oleh PTPN VIII Kebun Kertamanah dapat melihat data pada tabel 2.3.

Page 36: PENGOLAHAN TEH HITAM SECARA CTC di PT. · PDF filei pengolahan teh hitam secara ctc di pt. perkebunan nusantara viii, kebun kertamanah pangalengan – bandung . laporan kerja praktek

24

Berdasarkan data produksi pucuk segar hingga bulan Desember 2008, proyeksi

ketersediaan bahan mentah antara 557.785-1.221.325 kg pucuk teh segar/hari. Pada

tahun 2008 luas lahan perkebunan yang dimiliki pabrik teh Kertamanah ialah 1.351,93

hektar. Dengan tingkat produktivitas yang cukup tinggi ini maka penyediaan bahan baku

sudah tidak lagi menjadi kendala dalam proses pengolahan yang dijalankan.

3. Evaluasi

Pada kenyetaannya selama penanganan bahan mentah yaitu pucuk segar Teh, banyak

hal-hal ditemui yang tidak sesuai dengan standar yang ditetapkan pabrik. Berbagai

penyimpangan tersebut antara lain:

Dalam proses pemetikan, hampir seluruh pemetik yang ditemui melakukan

pemetikan dengan cara di jambret bukan dengan cara ditaruk. Hal ini menjadikan

hasil petikan menjadi kurang maksimal karena banyak bagian pucuk yang tidak

seharusnya ikut terpetik (pucuk kasar dan tangkai) juga ikut terpetik dan ikut

ditimbang.

Selain dari proses pemetikan, penampungan sementara pucuk dalam waring juga

banyak yang tidak sesuai dengan standar pabrik. Aturan pabrik membatasi bahwa

penyimpanan sementara pucuk dalam waring tidak boleh lebih dari 25 kg. Namun

berdasar kenyataan yang ditemui di lapangan, banyak waring yang diisi pucuk

melebihi 25 kg. Hal dikarenakan jumlah waring yang disediakan pabrik tidak

mencukupi untuk menampung seluruh pucuk segar dari lapangan. Jumlah waring

yang tersedia hanya 40 waring saja, sementara menurut informasi dari mandor kebun,

idealnya dalam sekali pemetikan membutuhkan sedikitnya 80 waring. Sebenarnya

pabrik mampu mencukupi kebutuhan waring tersebut, namun apabila jumlah waring

yang digunakan cukup banyak akan memudahkan waring untuk hilang. Hal ini sering

dialami oleh pabrik, sehingga pihak pabrik hanya membatasi penyediaan waring

sebesar 40 waring dan untuk sisanya menggunakan waring pekerja. Waring milik

pekerja biasanya berjenis waring beber, sementara untuk penyimpanan pucuk yang

baik membutuhkan penggunaan waring sack, oleh karena itu banyak pucuk yang

mengalami kerusakan selama pengangkutan akibat banyak pucuk yang tergencet

dalam waring beber.

Page 37: PENGOLAHAN TEH HITAM SECARA CTC di PT. · PDF filei pengolahan teh hitam secara ctc di pt. perkebunan nusantara viii, kebun kertamanah pangalengan – bandung . laporan kerja praktek

25

Selain kerusakan yang disebabkan dari proses penyimpanan sementara, proses

pengangkutan juga memberikan kontribusi adanya kerusakan pucuk. Dalam proses

pengangkutan, idealnya setiap truk hanya dapat diisi sebanya 2,5 ton pucuk segar.

Namun berdasar kenyataan di lapangan, pengisian truk dapat mencapai 3 ton.

Pengisian yang melebihi kapasitas ini menyebabkan penataan waring dalam bak truk

haus digencet agar seluruh waring dapat ikut terangkut. Sehingga hal ini

menyebabkan pucuk yang semula masih dalam keadaan baik menjadi rusak,

sedangkan pucuk yang sebelumnya sudah memar menjadi semakin rusak akibat

tergencet dalam bak truk. Pengisian yang melebihi kapasitas ini sebenarnya

disebabkan kurangnya alat transportasi pengangkutan yakni truk pengangkut.

Sebenarnya pihak pabrik telah menyediakan 2 truk pengangkut untuk tiap-tiap

afdelling. Namun seiring berjalannya waktu banyak truk pengangkut yang

mengalami kerusakan baik dari mesin maupun kelengkapannya (ban). Sehingga hal

ini menyebabkan dalam proses pengangkutan menjadi terhambat akibatnya

kurangnya jumlah kendaraan pengangkut.

Setelah pucuk diterima oleh pabrik, proses penanganan pucuk yang kurang baik juga

memberikan kontribusi kerusakan pada pucuk. Penanganan yang tidak baik itu adalah

banyaknya pucuk yang jatuh tercecer pada lantai sehingga banyak pucuk yang

terinjak oleh petugas. Pucuk yang terinjak tersebut juga ikut dimasukkan dalam

waring yang kemudian diangkut ke atas monorail untuk ikut dilayukan. Selain dari

proses penerimaan pucuk yang kurang baik, hasil analisa petik menunjukkan bahwa

kondisi pucuk yang diterima pabrik masih jauh di bawah standar minimum yang

ditetapkan pabrik. Hasil analisa petik pada tanggal 4 Februari – 11 Februari 2009

menunjukkan bahwa hasilnya berada pada kisaran 55% - 58%, padahal menurut

standar mutu yang ditetapkan pabrik, hasil analisa petik minimum adalah 70%.

Adanya penyimpangan seperti ini ditindaklanjuti dengan penyampaian peringatan

dari bagian pelayuan (mandor besar basah) kepada pihak kebun (mandor kebun)

untuk meningkatkan kualitas petikan. Dalam penanganan pucuk, terdapat 2 jenis

analisa untuik memeriksa pucuk hasil petikan. Jika analisa petik berfungsi untuk

menilai kualitas hasil petikan, maka analisa pucuk berfungsi untuk mengetahui

kualitas pucuk yang dihasilkan kebun.

Page 38: PENGOLAHAN TEH HITAM SECARA CTC di PT. · PDF filei pengolahan teh hitam secara ctc di pt. perkebunan nusantara viii, kebun kertamanah pangalengan – bandung . laporan kerja praktek

26

B. Pelaksanaan Pengolahan

Pengolahan pucuk daun teh merupakan proses mengubah komposisi kimia pucuk daun

teh segar menjadi hasil olahan yang dapat memunculkan sifat-sifat yang dikehendaki

pada air seduhannya, seperti warna, rasa dan aroma. Tujuan ini dapat dicapai dengan

bahan mentah dan cara pengolahan yang baik yaitu sesuai dengan kondisi yang

dipersyaratkan dan didukung oleh kondisi peralatan dan mesin yang baik.

Pengolahan teh hitam di pabrik Kertamanah menggunakan dua sistem, yaitu CTC

(Crushing, Tearring, Curling) dan Orthodoks. Namun yang akan dibahas hanyalah proses

CTC. Hal ini dikarenakan pada proses Orthodok sering tidak berjalan dan sudah jauh

mengalami penyimpangan dari SOP maupun Standar Mutu Pengolahan yang ditetapkan

Pabrik Kertamanah.

1. Tahap pengolahan

Pengolahan teh pada prinsipnya adalah memperlakukan bahan dasar berupa pucuk teh

segar melalui tahapan proses pelayuan, penggilingan, fermentasi (oksidasi enzimatis),

pengeringan, dan sortasi kering. Tujuan dari proses tersebut ialah mengubah kondisi

fisik dan komposisi kimia pucuk teh segar secara terkendali sehingga diperoleh hasil

olahan berupa bubuk teh kering yang memiliki sifat-sifat yang dikehendaki seperti

kenampakan bubuk, warna air seduhan, aroma serta warna ampas seduhannya.

a) Pelayuan

Pelayuan merupakan proses tahap awal dari rangkaian tahap pengolahan teh hitam.

Pelayuan menggunakan aliran udara segar yang dialirkan melalui bagian bawah palung

dengan tujuan untuk :

Menurunkan kandungan air bebas sampai kadar air tertentu.

Membuat daun menjadi lemas, tidak mudah patah dan mudah digulung.

Mengurangi jumlah air yang harus diuapkan dalam proses pengeringan.

Memberi kesempatan terjadinya perubahan senyawa kimia dalam daun. Perubahan

kimia berlangsung setelah pucuk dipetik di kebun sampai proses pelayuan.

Dalam proses pelayuan ini terdapat 3 kegiatan, yaitu pembeberan, pelayuan itu sendiri

dan turun layu.

Page 39: PENGOLAHAN TEH HITAM SECARA CTC di PT. · PDF filei pengolahan teh hitam secara ctc di pt. perkebunan nusantara viii, kebun kertamanah pangalengan – bandung . laporan kerja praktek

27

Pembeberan berfungsi untuk meratakan pucuk segar di palung pelayu agar ketebalannya

merata. Penguapan air dipengaruhi oleh ketebalan dan kerataan beberan. Beberan yang

terlalu tebal akan mengahalangi aliran udara dari bagian bawah Whitering Trough ke

pucuk yang terletak di bagian atas sehingga derajat layu tidak seragam.

Pembeberan

Pucuk segar yang telah ditimbang diletakkan di atas monorail berwarna biru yang

berjalan mengitari Whitering Trough. Kemudian pucuk segar diturunkan dari monorail,

dimasukkan dalam Whitering Trough dan diratakan. Dengan batas maksimum setiap

Whitering Trough 1800 kg. Tinggi hamparan kurang lebih 30 cm.

Pembeberan pucuk dilakukan dari ujung yang berlawanan arah dengan fan, agar udara

segar tertahan oleh pucuk yang telah dibeberkan di ujung Whitering Trough. Kemudian

dilakukan pengkiraban dengan hamburan. Pengkiraban merupakan pembalikan pucuk.

Pembalikan ini bertujuan untuk memindahkan posisi pucuk yang semula di atas

dipindahkan ke bagian bawah sehingga pelayuan berlangsung sempurna, selain itu

untuk memisahkan pucuk yang masih lengket.

Udara segar yang digunakan dialirkan dengan menggunakan fan. Fungsi udara segar

adalah untuk mempercepat proses pelayuan dan menghilangkan air di permukaan daun.

Setelah pembeberan, dilakukan analisa pucuk dan analisa petikan. Syarat untuk analisa

pucuk 65% dan analisa petik 70%.

Pelayuan pada dasarnya menurunkan kadar air pucuk sampai 68-76 % untuk proses

CTC. Waktu yang dibutuhkan untuk proses pelayuan adalah 12 – 28 jam. Apabila waktu

pelayuan melebihi batas waktu tersebut maka pucuk akan terlalu gosong.

Pelayuan

Untuk mendapatkan hasil layu yang baik, perlu dilakukan pembalikan pucuk 2 – 3 kali.

Dan apabila pucuk terlalu kering, fan dihentikan dan pintu Whitering Trough dibuka

sehingga kuantitas udara yang mengenai pucuk berkurang. Prosentase layu di pabrik

Kertamanah adalah berkisar 90 %. Pelayuan dihentikan jika :

Pucuk layu sudah berwarna kekuningan.

Jika pucuk layu digenggam akan membentuk gumpalan, jika dilepas akan

mengembang secara perlahan.

Tangkai daun lentur, jika dibengkokkan tidak patah.

Page 40: PENGOLAHAN TEH HITAM SECARA CTC di PT. · PDF filei pengolahan teh hitam secara ctc di pt. perkebunan nusantara viii, kebun kertamanah pangalengan – bandung . laporan kerja praktek

28

Namun, pada kenyataannya, sering dijumpai pucuk yang kadar airnya belum mencapai

kadar air yang ditentukan meskipun waktu pelayuannya melebihi 28 jam.

Menurut Kustamiyati (1982), selama proses pelayuan, terjadi perubahan-perubahan

kimia, seperti :

Berkurangnya kandungan zat padat.

Berkurangnya kandungan pati dan gum, naiknya kadar gula.

Berkurangnya protein, naiknya asam amino. Selama proses pelayuan terjadi

pembongkaran protein menjadi asam-asam amino.

Senyawa katekin tidak mengalami perubahan selama pelayuan, tetapi karena

kandungan air turun maka kadar katekin menjadi tinggi.

Perubahan sebagian klorofil menjadi feoforbid.

Merupakan proses pemindahan pucuk dari ruang pelayuan ke ruang penggilingan.

Pengambilan pucuk layu dengan menggunakan tong-tong yang dilewatkan monorail

berwarna kuning. Kemudian pucuk dimasukkan ke lorong menuju GLS.

Turun Layu

Selama proses pelayuan, terdapat hal-hal yang mempengaruhi proses, seperti :

Kondisi Pucuk Teh

Pucuk dapat berupa pucuk kasar, halus, tua, dan muda. Ditinjau dari keadaan airnya

terdapat pucuk kering dan pucuk basah. Pucuk teh yang muda dan halus, layunya

lebih cepat daripada pucuk kasar, sedangkan pucuk kering layunya lebih cepat

daripada pucuk teh basah.

Suhu dan Kelembaban Udara

Suhu pelayuan dianjurkan tidak melebihi 28 °C karena pada suhu diatas 28 °C,

bagian protein dari enzim mulai terdenaturasi sehingga enzim menjadi inaktif dan

hal ini dapat menghambat reaksi oksidasi enzimatis pada tahap pengolahan

berikutnya atau bahkan dapat menyebabkan tidak terjadinya reaksi oksidasi

enzimatis tersebut. Tidak terjadinya atau terhambatnya reaksi oksidasi enzimatis

akan menyebabkan sifat-sifat khas (warna, rasa, dan flavor) teh hitam yang

diinginkan tidak terbentuk (Sultoni Arifin, 1994). Udara yang digunakan pada

proses pelayuan di Pabrik Teh Kertamanah memiliki kelembaban 60-68%.

Waktu Pelayuan

Page 41: PENGOLAHAN TEH HITAM SECARA CTC di PT. · PDF filei pengolahan teh hitam secara ctc di pt. perkebunan nusantara viii, kebun kertamanah pangalengan – bandung . laporan kerja praktek

29

Pelayuan yang dilakukan di pabrik pengolahan teh Kertamanah berkisar antara 12–

28 jam. Pelayuan yang terlalu cepat akan menghasilkan teh yang berbau harum

tetapi sifat-sifat lainnya kurang. Sedangkan pelayuan yang lama akan menghasilkan

teh dengan air seduhan berwarna gelap, rasa sepat, dan bau tidak enak.

Tebal Hamparan

Tebal hamparan pucuk di palung pelayuan di Pabrik Teh Kertamanah sekitar 30-40

cm. Hamparan pucuk teh tidak boleh terlalu tebal karena dapat menyebabkan panas

udara tidak merata sehingga pelayuan menjadi lebih lama.

Untuk mengetahui kadar air pada saat pelayuan apakah sudah sesuai standar atau belum,

yaitu dengan cara mengambil ± 1 kg pucuk layu secara acak dari Whitering trough

setiap turun layu, kemudian dari 1 kg diambil 10 gram dan diukur kadar airnya dengan

alat Sartorius. Hasil dari pelayuan segera dimasukkan ke ruang penggilingan.

b) Penggulungan dan Penggilingan

Proses ini merupakan proses penting karena proses pembentukan mutu teh secara fisik

dan kimiawi.

Proses CTC

Pada proses CTC, tidak dilakukan proses sortasi basah. Tetapi, sesuai dengan

namanya, yaitu Crushing, Tearring dan Curling, proses penggilingannya meliputi 3

hal, yaitu perobekan (pemotongan), pengepresan dan penggulungan.

Tujuan penggilingan dan penggulungan yaitu:

Memperkecil ukuran pucuk teh layu.

Menggiling pucuk teh agar cairan sel keluar semaksimal mungkin sehingga

terjadi kontak dengan oksigen, enzim dan substrat sehingga terjadi oksidasi

enzimatis.

Mengoptimalkan terbentuknya inner quality.

Di Pabrik teh Kertamanah, proses CTC memiliki 2 jalur, jalur 1 dan jalur 2.

perbedaan kedua jalur ini yaitu pada jalur 1 digunakan RV untuk penggilingan awal

dan jumlah mesin CTC ada 3 buah. Sedang jalur 2 menggunakan BLC untuk

penggilingan awal, dan jumlah mesin CTC ada 4. Penggilingan pada proses CTC ini

dimulai dari ketika pucuk teh layu diturunkan dari ruang pelayuan ke ruang

penggilingan melalui corong menuju GLS (Green Leaf Sifter). GLS digunakan

untuk memisahkan pucuk layu dengan kotoran seperti tangkai, pasir, logam

Page 42: PENGOLAHAN TEH HITAM SECARA CTC di PT. · PDF filei pengolahan teh hitam secara ctc di pt. perkebunan nusantara viii, kebun kertamanah pangalengan – bandung . laporan kerja praktek

30

sehingga kotoran tidak merusak pisau CTC dan membuat macet pisau CTC. Dari

GLS, masuk ke BLC (jalur 2) atau RV (jalur 1) untuk dilakukan penggilingan awal.

Pada alat ini, pucuk belum sepenuhnya halus. Tujuan dari penggilingan awal ini

untuk memudahkan penggilingan berikutnya di mesin CTC. Setelah masuk CTC,

potongan pucuk akan dirobek lagi, dipress dan digulung sehingga dihasilkan bubuk

teh yang sangat halus. Kemudian menuju CFU (Continue Fermenting Unit) untuk

proses fermentasi.

Page 43: PENGOLAHAN TEH HITAM SECARA CTC di PT. · PDF filei pengolahan teh hitam secara ctc di pt. perkebunan nusantara viii, kebun kertamanah pangalengan – bandung . laporan kerja praktek

31

Gambar 2.1 Skema Giling dan Fermentasi Proses CTC

Ferrous

Ferrous

Jalur 1

1. GLSMengayak pucuk layuMengeluarkan kontaminan fisika

4. BLCMemperkecil ukuran daun agar mudah diigiling dengan CTC

5 CTC-1Memotong, merobek dan menggulung bubuk teh

5. CTC-3Memotong, merobek dan menggulung bubuk teh

5. CTC-2Memotong, merobek dan menggulung bubuk teh

MT. Gil 06-23

MT. Gil 08-25

MT. Gil 07-24

MT. Gil 05-22

VFBD - 2

MT. Gil 09-26

5. CTC-4Memotong, merobek dan menggulung bubuk teh

6. Oksidasi EnzimatisWaktu fermentasi 60-120 menitSuhu bubuk 26-36 ‘CKetebalan 6-10 cm

6. Oksidasi EnzimatisWaktu fermentasi 60-120 menitSuhu bubuk 26-36 ‘CKetebalan 6-10 cm

Jalur 2

1. GLSMengayak pucuk layuMengeluarkan kontaminan fisika

5 CTC-1Memotong, merobek dan menggulung bubuk teh

5. CTC-3Memotong, merobek dan menggulung bubuk teh

5. CTC-2Memotong, merobek dan menggulung bubuk teh

3. RVMemperkecil ukuran daun teh agar mudah untuk digiling dengan CTC

VFBD - 1

MT. Gil 01-18

MT. Gil 02-19

MT. Gil 03-20

MT. Gil 04-21Ferrous

Ferrous

Page 44: PENGOLAHAN TEH HITAM SECARA CTC di PT. · PDF filei pengolahan teh hitam secara ctc di pt. perkebunan nusantara viii, kebun kertamanah pangalengan – bandung . laporan kerja praktek

32

Dari skema tersebut diketahui bahwa dalam 2 jalur proses pengolahan teh hitam

secara CTC, terdapat perbedaan alat yang digunakan. Pada jalur 1, setelah melewati

GLS, pucuk layu akan digulung menggunakan BLC. Sementara itu pada jalur 2,

pucuk akan digulung menggunakan RV. Pemilihan 2 alat yang berbeda ini berimbas

pada alat-aat yang digunakan pada tahap selanjutnya. Pada jalur 1 karena

menggunakan BLC untuk menggulung pucuk layu, maka dibutuhkan 4 pisau CTC

untuk memotong dan merobek pucuk layu sebelum masuk ke tray fermentasi.

Sementara itu, pada jalur 2 yang menggunakan RV hanya membutuhkan 3 pisau roll

CTC untuk memotong dan merobek pucuk layu. Dari kondisi terbut, hasil yang

didapatkan juga ikut terpengaruhi. Apabila pada jalur 1 pucuk tergiling setelah

melewati roll ke-3 masih memiliki ukuran yang kurang seragam. Sementara pada

jalur 2, pucuk tergiling yang telah melewati pisau roll ke-3 telah memiliki ukuran

yang seragam sehingga dapat segera dilanjutkan pada tahap fermentasi

Pada proses CTC, hampir seluruhnya dipengaruhi alat sedang tenaga kerja yang

digunakan hanya sekedar untuk mengontrol jalannya peralatan. Untuk mendukung

proses ini, suhu udara ruangan adalah 18 – 24 °C dan kelembaban udaranya adalah

90 – 98 %. Kadar air bubuk teh hasil penggilingan adalah 72,4%.

Untuk mempertahankan suhu udara dan kelembaban udara yang dipersyaratkan dan

dapat menghasilkan teh yang baik maka dipasang humidifier untuk menjaga

kelembaban udara dan suhu ruangan.

Selama proses penggilingan dan penggulungan, terjadi perubahan fisik maupun

kimia pada pucuk yang sudah tergiling.

Perubahan Fisik

Perubahan fisik yang terjadi pada pucuk Teh layu pada proses CTC adalah

Pucuk teh layu akan terpisah dari kotoran seperti tangkai, pasir dan logam

menggunakan GLS; Pucuk teh akan mengalami pengecilan ukuran menjadi

bubuk kasar teh menggunakan rotorvane (jalur 1) atau BLC (jalur 2); Bubuk

kasar teh akan mengalami perobekan, pengepresan dan penggulungan menjadi

bubuk teh halus menggunakan CTC; dan Bubuk halus teh akan mengalami

perubahan warna menjadi hijau kecoklatan.

Page 45: PENGOLAHAN TEH HITAM SECARA CTC di PT. · PDF filei pengolahan teh hitam secara ctc di pt. perkebunan nusantara viii, kebun kertamanah pangalengan – bandung . laporan kerja praktek

33

Perubahan Kimia

Perubahan kimia selama proses penggilingan ini yaitu terjadinya peristiwa

oksidasi enzimatis yaitu karena adanya kontak antara substrat polifenol dengan

enzim polifenol oksidase yang dibantu dengan Oksigen. Reaksi ini akan

membuat warna bubuk teh menjadi kecoklatan karena hasil dari reaksi ini adalah

senyawa quinon yang menyebabkan bubuk berwarna coklat.

- Penggunaan 4 pisau roll CTC pada jalur 1 dan 3 pisau roll CTC pada jalur 2.

Pengendalian Proses

- Pemasangan humidifier untuk mengatur kondisi ruangan agar selalu berada pada

suhu 18 – 24 °C dan memiliki kelembaban udara 90 – 98 %.

- Pemeriksaan keseragaman dan warna bubuk teh oleh petugas secara visual.

Pengendalian Mutu

- Pengujian kadar air bubuk hasil penggilingan.

c) Fermentasi (Oksidasi Enzimatis)

Fermentasi merupakan proses pembentukan sifat-sifat teh yang paling penting dalam

pengolahan teh hitam. Proses ini lebih tepat jika disebut sebagai proses oksidasi

enzimatis, karena reaksi yang terjadi adalah reaksi oksidasi senyawa polifenol dengan

enzim polifenol oksidase dengan adanya oksigen. Sifat-sifat teh hitam yang terpenting

seperti warna, aroma, rasa, dan warna air seduhan timbul selama proses ini.

Yang dinamakan fermentasi dalam pabrik teh ialah bercampurnya zat-zat yang terdapat

di dalam cairan sel yang terperas keluar selama proses penggilingan yang selanjutnya

mengalami perubahan kimiawi dengan bantuan enzim-enzim dan oksigen dari udara

(Lehninger et al, 1951; Adiprayoga, 1971; Eden, 1958).

Tujuan dari oksidasi enzimatis ini adalah untuk memberikan kesempatan terjadinya

reaksi oksidasi enzimatis antara substrat polifenol dengan enzim polifenol oksidase pada

pucuk teh yang dibantu oleh oksigen.

Oksidasi senyawa polifenol, terutama epigalochatekin dan galatnya akan menghasilkan

quinon-quinon yang kemudian akan mengkondensasi lebih lanjut menjadi senyawa-

senyawa bisflavanol, Tehaflavin dan Teharubigin. Proses kondensasi dan polimerasi

berjalan membentuk substansi-substansi tidak larut.

Ada hubungan erat antara rasa, dan jumlah total antara Tehaflavin dan Teharubigin

(Roberts, 1958). Untuk teh kering yang berkualitas baik, yaitu baik kekuatan dan

Page 46: PENGOLAHAN TEH HITAM SECARA CTC di PT. · PDF filei pengolahan teh hitam secara ctc di pt. perkebunan nusantara viii, kebun kertamanah pangalengan – bandung . laporan kerja praktek

34

kesegarannya, maka jumlah Tehaflavin dan Teharubigin kemungkinan mempunyai

perbandingan 1 : 10 atau 1 : 12. Tetapi untuk teh yang kekurangan kesegaran dan

kekuatan, kemungkinan mempunyai perbandingan 1 : 20 atau lebih (Harler, 1970).

Tehaflavin berhubungan erat dengan karakteristik air seduhan (liquor) seperti kecerahan

(brightness), kesegaran (briskness), dan kekuatan (strength). Sedangkan Teharubigin

berhubungan dengan penampakan terutama warna air seduhan.

Pada sistem CTC, proses fermentasi dilakukan pada CFU (Continue Fermenting Unit).

CFU merupakan conveyor berjalan. Setelah bubuk teh keluar dari mesin CTC, bubuk teh

segera masuk ke CFU melalui conveyor. Pada CFU terdapat alat penggaru yang

berfungsi untuk meratakan bubuk teh yang melalui CFU sehingga tebal hamparan bubuk

merata. Selain itu ada pembalik yang berfungsi untuk membalik bubuk teh yang berada

di CFU sehingga bubuk yang awalnya berada di bawah berpindah ke atas dan yang

berada di atas berpindah ke bawah. Sepanjang bubuk teh bergerak melalui conveyor

pada CFU, bubuk sedikit demi sedikit berubah warna menjadi kecoklatan.

Namun sebenarnya reaksi oksidasi enzimatis sudah terjadi sejak pucuk layu dirobek oleh

Rotorvane (jalur 1) atau BLC (jalur 2). Sejak pucuk layu jatuh dari GLS dan masuk ke

Rotorvane atau BLC, cairan sel pucuk keluar. Cairan sel tersebut mengandung senyawa

polifenol. Senyawa tersebut kemudian bereaksi dengan enzim polifenol oksidase pada

daun. Karena kontak dengan udara sekitar (oksigen), maka terjadi reaksi oksidasi

enzimatis. Kemudian bubuk teh menuju ke pengeringan.

Proses fermentasi harus didukung dengan adanya kondisi yang dapat menjamin

keberhasilan proses tersebut. Oleh karena itu diperlukan adanya pengendalian proses

maupun pengendalian mutu.

- Pengendalian suhu dan kelembaban menggunakan humidifier agar suhu terjaga

pada range 18 – 24 °C. Apabila suhu di bawah 18 °C, maka proses fermentasi

akan berjalan lambat. Sedangkan apabila suhu terlalu tinggi, maka enzim akan

rusak. Sementara kelembaban udara yang dipersyaratkan adalah 90 – 98 %.

Apabila kelembaban udara di bawah 90 %, maka menyebabkan bubuk yang

diproses akan mengalami penguapan air dan menurunkan mutu teh.

Pengendalian Proses

- Pada Proses CTC, pengendalian waktu sudah diatur oleh alat, yaitu berjalannya

CFU sudah diset sehingga waktu untuk fermentasi sudah terorganisir. Waktu

Page 47: PENGOLAHAN TEH HITAM SECARA CTC di PT. · PDF filei pengolahan teh hitam secara ctc di pt. perkebunan nusantara viii, kebun kertamanah pangalengan – bandung . laporan kerja praktek

35

fermentasi pada sistem CTC adalah 60 – 120 menit. Waktu yang dibutuhkan

untuk fermentasi pada sistem CTC cukup singkat, karena pada sistem CTC

prosesnya continue.

- Pengaturan keadaan bubuk selama proses fermentasi berlangsung. Yang

dimaksud keadaan bubuk adalah keadaan bubuk selama proses fermentasi.

Meliputi suhu bubuk, ketebalan bubuk, kerataan bubuk dan kadar air bubuk.

Suhu bubuk selama proses fermentasi diupayakan 26,7 °C. Ketebalan bubuk

diatur 6 – 10 cm, dan diupayakan bubuk rata pada setiap tray. Pengaturan

ketebalan bubuk dengan garu dan pembalik. Pengaturan kadar air bubuk

terfermentasi adalah 72,4 % (untuk CTC).

- Pemeriksaan mutu hasil fermentasi secara visual dengan cara di lihat, diraba

dan dihirup aroma bubuk tehnya.

Pengendalian Mutu

- Pemeriksaan mutu hasil fermentasi dengan Green Dhool Test.

Selama oksidasi enzimatis, terjadi perubahan pada senyawa polifenol yaitu katekin.

Katekin yang mengalami perubahan adalah epigalokatekin dan epigalokatekin galat,

yang dengan adanya O2 dari udara dan polifenol oksidase, katekin akan mengalami

reaksi oksidasi enzimatis membentuk ortoquinon. Sebagian ortoquinon akan

diendapkan oleh protein (Harler, 1963). Ortoquinon akan berkondensasi membentuk

bisflavanol. Kemudian mengalami kondensasi lagi membentuk Tehaflavin yang

berwarna kuning. Dan akan mengalami kondensasi membentuk Teharubigin yang

berwarna merah dan coklat (Kirk dan Othmer, 1965). Teharubigin bersama protein

yang tersedia membentuk senyawa tidak larut.

Menurut Pintauro (1997), Tehaflavin akan terbentuk dalam jumlah maksimal pada

jam kesatu dan kedua dari tahap fermentasi. Pada jam berikutnya senyawa ini akan

turun dan disusul naiknya senyawa Teharubigin. Perbedaan keduanya juga akan

menentukan sifat seduhan teh seperti briskness (kesegaran), kualitas, warna dan

strength (kekuatan rasa). Tehaflavin lebih banyak terbentuk pada suhu rendah.

Perubahan fisik yang terjadi selama proses oksidasi enzimatis adalah dihasilkannya

panas sebagai akibat reaksi oksidasi enzimatis dan kondensasi. Selain itu juga terjadi

perubahan warna bubuk teh dari berwarna hijau menjadi merah tembaga sebagai

Page 48: PENGOLAHAN TEH HITAM SECARA CTC di PT. · PDF filei pengolahan teh hitam secara ctc di pt. perkebunan nusantara viii, kebun kertamanah pangalengan – bandung . laporan kerja praktek

36

akibat pembentukan Tehaflavin yang berwarna kuning cerah dan Teharubigin yang

berwarna merah coklat.

Senyawa yang menimbulkan aroma pada teh adalah senyawa-senyawa aldehid yang

merupakan hasil oksidasi dari senyawa karotenoid. Oksidasi senyawa karotenoid

menghasilkan substansi volatil yang menimbulkan aroma pada teh (Stahl, 1969).

Menurut Bokuchava dan Skobeleva (1969), yang menimbulkan aroma teh adalah

senyawa aldehid sebagai hasil oksidasi senyawa asam amino dengan quinon dan

sebagai hasil reaksi asam amino dengan gula sederhana. Sedangkan menurut Deuss

(1915) dalam Bokuchava dan Skobeleva (1969), mengatakan bahwa aroma teh

dihasilkan dari hasil dekomposisi rantai glikosida tanin teh, menghasilkan tanin

sederhana dan karbohidrat, yang selanjutnya mengalami transformasi menjadi ester-

ester. Pamaswamy dalam Hardjosuwito dan Bachrun (1982) mengemukakan bahwa

aroma akan bertambah baik bila kadar padatan yang larut, total zat yang dapat

dioksidasi, Tehaflavin dan zat yang larut dalam asam dan dioksidasi, terbentuk

dalam jumlah yang banyak. Tetapi ada batas tertentu agar diperoleh aroma yang

baik, karena aroma dapat hilang jika oksidasi enzimatis terlalu lama.

Hasil oksidasi enzimatis yang diharapkan adalah apabila bubuk teh telah memiliki

warna merah kecoklatan (coklat tembaga) dan beraroma khas (harum).

Pemerikasaan mutu hasil fermentasi dilakukan dengan Green Dhool Test, yang

bertujuan untuk memberikan penilaian bubuk teh hasil oksidasi enzimatis untuk

menentukan lamanya oksidasi enzimatis yang optimal. Penilaian rasa dilakukan

dengan menimbang 2,8 gram dan diseduh dengan air panas selama 6 menit.

Selanjutnya air dituang dalam mangkuk seduhan. Penilaian rasa dilakukan dengan

mencicipi air seduhan. Kriteria penilaiannya adalah warna air (colory), kesegaran

(briskness), kekuatan (strength) dan warna ampas. Warna ampas seduhan dilakukan

dengan cara memindahkan ampas seduhan ke atas tutup cangkir, dan diamati warna

ampasnya.

d) Pengeringan

Pengeringan merupakan proses pengaliran udara panas pada bubuk hasil fermentasi

sehingga diperoleh bubuk yang kering. Pengeringan pada pengolahan teh hitam di

pabrik Kertamanah dilakukan dengan VFBD (Vibro Fluid Bed Dryer).

Page 49: PENGOLAHAN TEH HITAM SECARA CTC di PT. · PDF filei pengolahan teh hitam secara ctc di pt. perkebunan nusantara viii, kebun kertamanah pangalengan – bandung . laporan kerja praktek

37

Udara panas yang digunakan untuk pengeringan berasal dari udara luar yang dipanaskan

dengan Heat Exchanger yang menggunakan bahan bakar IDO. Udara segar yang

nantinya dibuang keluar, masuk melalui celah pemasukan sebelah bawah. Masuknya

udara tersebut karena ditarik oleh Mainfan. Setelah udara masuk, kemudian melalui

celah-celah pipa menuju cerobong pengeluaran. Sedangkan untuk udara segar yang

digunakan untuk pengeringan, masuk melalui celah bagian atas yang ditarik oleh IDfan.

Kemudian udara masuk melalui celah dan melewati bagian bawah VFBD dan

digunakan untuk mengeringkan bubuk teh.

Menurut Sultoni Arifin (1994), pengeringan pada pengolahan teh hitam memiliki tujuan

yaitu :

Menghentikan proses oksidasi enzimatis.

Menjaga sifat-sifat spesifik teh pada saat teh mencapai kualitas optimum.

Menurunkan kadar air sampai mencapai 2,5–3,5% sehingga teh hitam

mempunyai daya simpan yang lama.

Selain itu, pengeringan pada pengolahan teh hitam juga dapat membunuh adanya

mikrobia. Karena pada suhu tinggi mikrobia tidak tahan dan mati. Kadar air yang dapat

dicapai proses pengeringan di pabrik Kertamanah adalah 3 %.

Pengeringan pada sistem CTC dengan menggunakan alat Vibro Fluid Bed Dryer

(VFBD). Setelah proses penggilingan dan oksidasi enzimatis, bubuk teh segera masuk

ke pengeringan melalui conveyor. Dari jalur penggilingan I masuk ke VFBD I dan dari

jalur penggilingan II masuk ke VFBD II. Suhu udara masuk mesin pengering VFBD

(suhu inlet) adalah sebesar 110 - 120 0C dan suhu udara keluar (suhu outlet) 85 – 90 0C.

Waktu yang diperlukan untuk proses pengeringan sistem CTC di Pabrik Teh

Kertamanah adalah 18-24 menit. Pengeringan pada CTC lebih lama dan suhunya lebih

tinggi daripada pada pengeringan di Ortodoks. Hal ini karena kadar air dari bubuk teh

pada sistem CTC lebih tinggi daripada sistem Orthodoks sehingga perlu waktu dan suhu

yang lebih tinggi untuk bisa mendapatkan kadar air yang rendah.

Bubuk teh masuk ke pada plat/tray VFBD. Udara panas akan mengenai bubuk teh dari

bagian bawah VFBD dengan bantuan blower. Pada VFBD, juga terdapat ball breaker

yang berfungsi untuk menghancurkan gumpalan bubuk teh.

Berbeda dengan sistem Orthodoks, pada VFBD tidak terdapat osilator yang digunakan

untuk meratakan bubuk pada plat pengering. Pada VFBD, plat pengeringnya bergerak

Page 50: PENGOLAHAN TEH HITAM SECARA CTC di PT. · PDF filei pengolahan teh hitam secara ctc di pt. perkebunan nusantara viii, kebun kertamanah pangalengan – bandung . laporan kerja praktek

38

secara vibro (getaran), sehingga bubuk bergerak secara dancing di atas plat pengering

dan menjadikan tebal bubuk merata. Jadi tidak perlu osilator lagi untuk meratakan

bubuk. Pada VFBD, juga terdapat tiga cyclone yang prinsip kerjanya sama dengan pada

FBD.

Perubahan yang terjadi selama proses pengeringan sistem CTC meliputi perubahan yang

bersifat fisik maupun perubahan yang bersifat kimiawi.

Perubahan Fisik

- Terjadi pengurangan kadar air pada bubuk teh menjadi 2,5 – 3,5 %.

- Warna bubuk teh menjadi coklat kehitaman setelah proses pengeringan.

Perubahan Kimiawi

- Reaksi oksidasi enzimatis terhenti karena enzim polifenol oksidase terdenaturasi.

- Lapisan gel pectin di permukaan bubuk teh akan mengering sehingga permukaan

bubuk teh menjadi mengkilap.

- Pembentukan teaflavin dan Tehrubigin terhenti.

- Terjadi karamelisasi karbohidrat.

Selama pengeringan perlu dilakukan pengendalian proses agar tercapai produk yang

baik, pengendalian proses tersebut antara lain :

Suhu inlet maupun outlet baik Orthodoks dan CTC harus dijaga. Apabila suhu inlet

ataupun outlet sudah tidak sesuai syarat, maka alarm di dekat FBD atau VFBD akan

berbunyi.

Selain itu juga diperlukan adanya pengendalian mutu dalam proses ini. Pengendalian

mutu tersebut antara lain:

Dilakukan pengujian suhu bubuk hasil pengeringan sebelum masuk ruang sortasi.

Inner Test untuk pengujian teh kering yang meliputi pengujian kenampakan, rasa,

aroma, dan warna air seduhan.

Pengujian kadar air bubuk teh dilakukan 2 jam sekali dengan sasaran kadar air 2,5 –

3,5 %.

Bubuk teh yang diinginkan setelah pengeringan adalah yang memenuhi kriteria :

Bubuk teh kering berwarna coklat mengkilap

Partikel bubuk teh ringan dan saling terpisah

Terbentuknya aroma yang kuat

e) Sortasi Kering

Page 51: PENGOLAHAN TEH HITAM SECARA CTC di PT. · PDF filei pengolahan teh hitam secara ctc di pt. perkebunan nusantara viii, kebun kertamanah pangalengan – bandung . laporan kerja praktek

39

Sortasi kering pada dasarnya merupakan upaya untuk memperoleh produk teh hitam

yang seragam dan baik ukurannya, bentuknya maupun beratnya, disamping teh tersebut

harus bersih dari kotoran, tulang, atau serat-serat daun. Dengan dasar tersebut maka

pelaksanaan sortasi kering meliputi : memotong/mengecilkan ukuran, mengayak,

membersihkan dari kotoran, dan menghembus teh untuk mendapatkan berat partikel

yang seragam.

Bubuk teh hasil pengeringan dipindahkan ke ruang sortasi kering dengan conveyor.

Pemisahan berdasarkan ukuran partikel menggunakan mesin Chauta sifter dan Java

Sortir. Pemisahan berdasarkan kandungan tulang atau serat menggunakan Midleton dan

Vibrex. Pemisahan berdasarkan berat jenis menggunakan Winnower. Dalam sortasi

kering ini juga dilakukan pengecilan ukuran bagian-bagian teh yang belum memenuhi

standar dengan menggunakan alat pemotong dan peremuk (Druckroll dan Crusher).

Menurut Sultoni Arifin (1994), sortasi kering bertujuan untuk mendapatkan ukuran dan

warna partikel teh yang seragam sesuai dengan standar yang diinginkan oleh konsumen,

meliputi:

Memisahkan teh kering menjadi beberapa grade yang sesuai dengan standar

perdagangan teh.

Membersihkan teh kering dari partikel-partikel lainnya seperti serat, tangkai, batu,

partikel kayu dan sebagainya.

Menyeragamkan bentuk, ukuran, dan warna pada masing-masing grade.

Untuk mendapatkan hasil sortasi yang baik dan sesuai dengan kualitas yang diinginkan,

perlu dilakukan pengendalian proses, antara lain :

Pengaturan Suhu Udara

Di ruang sortasi pabrik Kertamanah, suhu udara untuk t(db) 24 °C dan untuk t(wb)

21 °C. Dengan suhu ini, diharapkan dapat mempertahankan kadar air bubuk teh

sehingga kadar air bubuk teh tidak naik selama proses sortasi. Namun, untuk

menjaga suhu tetap konstan sangat sulit karena banyaknya ventilasi di ruang sortasi

tersebut.

Pengaturan Kelembaban Udara

Kelembaban udara yang dipersyaratkan selama proses sortasi adalah 80 %. Dan

kondisi ini sesuai dengan ruangan sortasi di pabrik Kertamanah. Kelembaban ini

Page 52: PENGOLAHAN TEH HITAM SECARA CTC di PT. · PDF filei pengolahan teh hitam secara ctc di pt. perkebunan nusantara viii, kebun kertamanah pangalengan – bandung . laporan kerja praktek

40

sangat penting untuk dipertahankan untuk menjaga agar bubuk teh tidak menyerap

uap air dari udara yang dapat menimbulkan kadar air bubuk meningkat.

Sortasi kering di pabrik Kertamanah, dilakukan berdasarkan ukuran partikel,

kandungan serat atau tulang, dan berat jenisnya. Dan juga dilakukan pemotongan atau

pengecilan ukuran untuk bubuk teh yang belum memenuhi syarat. Berikut adalah

skema sortasi kering pada pengolahan teh hitam di Kebun Kertamanah

Hooper

Bubuk Lolos Ayakan

Mesh Bubuk Tidak Lolos Ayak

Vibrek

Vibrek

Chouta Shifter

Teh Mutu I

Winnower

Teh Mutu 1 dan 2 Jalur 6

Pluff

Karung

Teh Mutu 2

Pluff

Jalur 6

Karung

Jalur 6

Bubuk Teh Hasil Pengeringan

Skema Sortasi Kering Proses CTC

Gambar 2.2 Skema Proses Sortasi Kering Jalur 1 CTC

Page 53: PENGOLAHAN TEH HITAM SECARA CTC di PT. · PDF filei pengolahan teh hitam secara ctc di pt. perkebunan nusantara viii, kebun kertamanah pangalengan – bandung . laporan kerja praktek

41

Mini Cutter

Mesh

Bubuk Lolos Ayak

Vibrek

Vibrek

Bubuk Teh Mutu 1 dan 2

Winower

BM

Bubuk Tidak Lolos Ayak Vibro Separator

Vibro Separator

Karung

Mutu 2

Teh Mutu 1 dan 2

Gambar 2.3 Skema Proses Sortasi Kering Jalur 2 CTC

Winower

Karung / Peti Miring

Bubuk Teh Mutu 1 dan 2

BP 1 PF 1 PD D1 D2 F2

Vibro Separator

D2 F2 (FNGS 2) Pluff

Karung / Peti Miring Karung

Bubuk Tidak Lolos Ayak

Gambar 2.4 Skema Proses Sortasi Kering Pada Winower dan Vibro Separator

f) Penyimpanan Sementara

Setelah bubuk teh selesai dilakukan sortasi kering, bubuk teh dipisahkan berdasarkan

mutunya. Kemudian disimpan di peti miring atau Tea Bin (untuk teh mutu I).

Penyimpanan sementara ini dilakukan untuk menjaga kadar air teh agar tetap rendah

selama teh belum dikemas sehingga kualitas teh tetap terjaga. Tea Bin dapat melindungi

bubuk teh dari suhu dan kelembaban yang tidak sesuai dan dapat melindungi bubuk teh

dari kontaminasi mikrobia atau kotoran fisik lainnya.

Page 54: PENGOLAHAN TEH HITAM SECARA CTC di PT. · PDF filei pengolahan teh hitam secara ctc di pt. perkebunan nusantara viii, kebun kertamanah pangalengan – bandung . laporan kerja praktek

42

Penyimpanan sementara di peti miring atau Tea Bin dengan menggunakan conveyor

sesuai dengan gradenya. Tea Bin berbentuk tabung yang bagian bawahnya berbentuk

kerucut yang merupakan corong pengeluaran bubuk teh yang akan dikemas.

Ruang untuk penyimpanan sementara menjadi satu dengan ruangan sortasi kering. Di

ruangan ini suhu udara adalah 24 °C (tdb) dan 21 °C (twb). Sedangkan kelembaban

udara di ruangan ini adalah 80 %.

Page 55: PENGOLAHAN TEH HITAM SECARA CTC di PT. · PDF filei pengolahan teh hitam secara ctc di pt. perkebunan nusantara viii, kebun kertamanah pangalengan – bandung . laporan kerja praktek

43

2. Gaftar alir kualitatif (kondisi proses) Berikut ini merupakan gaftar alir kualitatif proses CTC

Pucuk Segar (Ka 80 %)

Pucuk teh layu (Ka : 68-76 %)

Bubuk teh basah (Ka : 68-76 %)

Bubuk teh basah (Ka : 68-76 %)

Bubuk teh kering (Ka : 2.5-3.5 %)

Teh kering dg ukuran seragam (Ka: 3.5-4.5)

Teh dalam kemasan (Ka: 3.5-4.5)

Gambar 2.5 Gaftar Alir Kualitatif Proses CTC

Pelayuan Suhu 220C,lama=12-18 jam, RH 70%

Penggilingan 18-240C, RH 90-98%

Oksidasi enzimatis 18-240C,RH 90-98%, 60-120 menit, ketebalan 6-10 cm

Pengeringan Suhu udara masuk : 110-1200C, Suhu udara keluar : 85-900C, Lama:18-24 menit

Sortasi kering Suhu 240C, RH: 70%

Pengemasan Suhu 240C, RH: 70%

Page 56: PENGOLAHAN TEH HITAM SECARA CTC di PT. · PDF filei pengolahan teh hitam secara ctc di pt. perkebunan nusantara viii, kebun kertamanah pangalengan – bandung . laporan kerja praktek

44

3. Gaftar alir kuantitatif (neraca bahan)

Berikut ini merupakan gaftar alir kuantitatif proses CTC : Pucuk segar

(air : 80 kg) (Ka 80%) (padatan : 20 kg)

air : 16,33 kg

Pucuk layu

(air : 63,33 kg) (Ka 76%) (padatan : 20 kg)

Bubuk Teh Basah

(air : 63,33 kg) (Ka 76%) (padatan : 20 kg)

Bubuk Teh Terfermentasi

(air : 63,33 kg) (Ka 76%) (padatan: 20 kg)

air : 62,605 kg

Bubuk Teh Kering (air : 0,725 kg)

(Ka 3,5 %) (padatan: 20 kg)

Udara Lembab Bubuk Teh Berukuran Homogen (air : 0,94 kg)

(Ka 4,5%) (padatan:20 kg)

Teh hitam dalam kemasan (air : 0,94 kg)

(Ka 4,5%) (padatan:20 kg)

Gambar 2.6 Gaftar Alir Kuantitatif Proses CTC

Pelayuan

Penggilingan dan Sortasi Basah

Oksidasi enzimatis

Pengeringan

Pengepakan

Sortasi Kering

Page 57: PENGOLAHAN TEH HITAM SECARA CTC di PT. · PDF filei pengolahan teh hitam secara ctc di pt. perkebunan nusantara viii, kebun kertamanah pangalengan – bandung . laporan kerja praktek

45

4. Evaluasi

Dari hasil pengamatan yang kami lakukan pada proses pengolahan Teh hitam pada

Pabrik Kertamanah, ditemukan banyak proses yang telah mengalami penyimpangan

sehingga tidak sesuai lagi dengan SOP yang ditetapkan pabrik. Penyimpangan tersebut

antara lain:

a) Tahap Pelayuan

Dalam proses pelayuan, penyimpangan yang banyak terjadi adalah pada tahap awal

pelayuan yakni pembeberan. Dalam standar pabrik, proses pembeberan dilakukan

secara berlawanan dengan arah angin, namun yang terjadi adala proses pembeberan

dilakukan searah dengan arah angin, sehingga hal ini menyebabkan tidak tertahannya

udara segar yang keluar dari blower. Selain itu proses pembeberan juga masih kurang

sempurna. Hal ini ditandai masih adanya pucuk yang masih menggumpal dengan

pucuk lain, sehingga hal ini dapat menyebabkan kurang sempurnanya proses

pelayuan dikarenakan tidak semua pucuk mendapat udara segar.

b) Tahap Penggilingan, Penggulungan dan Sortasi Basah

Dalam proses penggilingan, penggulungan dan sortasi basah cukup banyak

ditemukan penyimpangan yang dapat berpengaruh terhadap kualitas produk Teh yang

dihasilkan. Pada proses penggilingan, pucuk yang harus digiling haruslah pucuk yang

telah layu sehingga, namun sempat ditemukan adanya pucuk-pucuk yang belum layu

namun sudah masuk mesin penggiling.

Pada jalur CTC penyimpangan yang terjadi lebih dikarenakan kekurang ketelitian

pekerja dalam menseting peralatan yang digunakan. Salah satunya adalah pada

pengaturan pisau roll CTC. Pada pengamatan yang dilakukan, pernah ditemukan

terjadinya gesekan antar pisau roll CTC sehingga menyebabkan munculnya percikan

api dalam mesin penggiling Teh. Adanya gesekan antar pisau tersebut mengakibatkan

bubuk teh menjadi brownish serta meningkatkan cemaran logam pada bubuk Teh.

Selain penyimpangan yang disebabkan dari peralatan, adanya genangan air pada area

penggilingan dan oksidasi enzimatis menyebabkan tingginya resiko cemaran teh oleh

mikrobia. Munculnya kemungkinan cemaran oleh mikrobia adalah dikarenakan

selama proses penggilingan maupun fermentasi banyak bubuk yang tercecer dan

kemudian dimasukkan kembali pada alat penggiling maupun baki fermentasi.

Page 58: PENGOLAHAN TEH HITAM SECARA CTC di PT. · PDF filei pengolahan teh hitam secara ctc di pt. perkebunan nusantara viii, kebun kertamanah pangalengan – bandung . laporan kerja praktek

46

c) Tahap Fermentasi

Pada tahap fermentasi, secara keseluruhan tidak memunculkan banyak

penyimpangan. Beberapa penyimpangan yang terjadi antara lain tidak adanya Green

Dhool Test, over fermented dan terkadang under fermented (pada CTC).

Green Dhool Test adalah pengujian inner bubuk teh yang difermentasi. Namun

karena kurangnya jumlah tenaga pada ruang penggilingan dan fermentasi menjadikan

Green Dhool Test hampir tidak pernah dilakukan.

Sedangkan terjadinya over fermented maupun under fermented lebih dikarenakan

ketidakstabilan kinerja mesin alat pengeringan.. Tidak stabilnya kerja alat ini

menjadikan bubuk yang telah mengalami fermentasi harus menunggu lebih lama

untuk dapat masuk mesin pengering sehingga menyebabkan bubuk mengalami over

fermented. Sementara untuk kasus under fermented, disebabkan proses pengeringan

pada alat pengering jalur CTC (VFBD) terkadang berjalan tidak sesuai aturan dimana

proses pengeringan berjalan terlalu cepat. Proses pengeringan yang terlalu cepat ini

menjadikan kekosongan pada mesin pengering sehingga oleh pekerja bagian

pengeringan kecepatan tray fermentasi pada jalur CTC dipercepat untuk mengisi

kekosongan pada alat pengering. Percepatan tray ini menjadikan bubuk yang belum

terfermentasi secara sempurna akan mengalami pengeringan.

d) Tahap Pengeringan dan Sortasi Kering

Pada tahap pengeringan dan sortasi kering, beberapa penyimpangan yang terjadi

lebih disebabkan karena sudah tidak sempurnanya kinerja mesin-mesin yang

digunakan. Pada mesin pengering VFBD untuk CTC jalur 2 sering ditemukan adanya

ceceran bubuk yang keluar dari mesin. Adanya ceceran bubuk tersebut menjadikan

mesin cepat mengalami kekosongan sehingga mengakibatkan adanya percepatan

pada tray fermentasi pada CTC jalur 2 untuk segera dimasukkan ke dalam mesin

pengering. Adanya percepatan tersebut berakibat kondisi bubuk yang belum

terfermentasi secara sempurna akan mengalami under fermented.

C. Produk Akhir

1. Spesifikasi produk

Jenis

Produk akhir dari pabrik Kertamanah adalah bubuk teh CTC maupun Orthodoks yang

masing-masing mempunyai grade sendiri-sendiri. Teh hitam hasil pengolahan CTC

Page 59: PENGOLAHAN TEH HITAM SECARA CTC di PT. · PDF filei pengolahan teh hitam secara ctc di pt. perkebunan nusantara viii, kebun kertamanah pangalengan – bandung . laporan kerja praktek

47

BP I

Memiliki kenampakan hitam, beuneur, lolos pada ayakan 10 mesh namun

tertahan pada ayakan 14 mesh dan memiliki berat jenis 295–300 cc/100 gram.

PF I

Memiliki kenampakan hitam, beuneur, lolos pada ayakan 14 mesh namun

tertahan pada ayakan 16 mesh dan memiliki berat jenis 250–290 cc/100 gram.

PD

Memiliki kenampakan hitam, beuneur, lolos pada ayakan 16 mesh namun

tertahan pada ayakan 24 mesh dan memiliki berat jenis 230–240 cc/100 gram.

D I

Memiliki kenampakan hitam, beuneur, lolos pada ayakan 24 mesh namun

tertahan pada ayakan 30 mesh dan memiliki berat jenis 220-230 cc/100 gram.

Fann

Memiliki kenampakan agak merah dan hapa, lolos pada ayakan 14 mesh namun

tertahan pada ayakan 24 mesh dan memiliki berat jenis 290–300 cc/ 100 gram.

D II

Memiliki kenampakan merah, hapa, lolos pada ayakan 24 mesh namun tertahan

pada ayakan 30 mesh dan memiliki berat jenis 235–240 cc/100 gram.

D III

Memiliki kenampakan merah, hapa, lolos pada ayakan 30 mesh namun tertahan

pada ayakan 60 mesh dan memiliki berat jenis 210–215 cc/100 gram.

BM

Memiliki berat jenis 300–320 cc/100 gram.

F II

Memiliki berat jenis 290–310 cc/100 gram.

F III

Memiliki berat jenis 290–310 cc/100 gram

Pluff

Memiliki berat jenis 485–495 cc/100 gram

Ukuran, kriteria kenampakan, serta berat jenis untuk masing-masing grade CTC

dapat dilihat pada Tabel

Page 60: PENGOLAHAN TEH HITAM SECARA CTC di PT. · PDF filei pengolahan teh hitam secara ctc di pt. perkebunan nusantara viii, kebun kertamanah pangalengan – bandung . laporan kerja praktek

48

Tabel 2.4 Ukuran, Kriteria Kenampakan serta Berat Jenis Teh Pengolahan CTC

Jenis mutu Ayakan Kenampakan Pengukuran Berat Jenis

lolos tertahan Dg Gelas Ukur (tanpa ketukan)

Dg Tea Densitometer (20 ketukan)

BP I 10 14 hitam, beuneur, kejal berisi 295-300 ml/100 g 66-70 ml/25 g PF I 14 16 hitam, beuneur, kejal berisi 250-290 ml/100 g 54-64 ml/25 g PD 16 24 hitam, beuneur, kejal berisi 230-240 ml/100 g 48-60 ml/25 g D I 24 30 hitam, beuneur, kejal berisi 220-230 ml/100 g 45-52 ml/25 g fann 14 24 agak merah, hapa 290-300 ml/100 g 55-62 ml/25 g D II 24 30 merah, hapa 235-240 ml/100 g 45-52 ml/25 g D III 30 60 merah, hapa, berserat 210-215 ml/100 g 45-50 ml/24 g F II 290-310 ml/100 g 62-66 ml/25 g F III 290-310 ml/100 g 62-66 ml/25 g BM 300-320 ml/100 g 74-78 ml/25 g Pluff 485-495 ml/100 g 95-120 ml/25 g

Sumber : Kantor Pengolahan Pabrik Kertamanah 2004

Page 61: PENGOLAHAN TEH HITAM SECARA CTC di PT. · PDF filei pengolahan teh hitam secara ctc di pt. perkebunan nusantara viii, kebun kertamanah pangalengan – bandung . laporan kerja praktek

49

2. Penanganan produk

a) Pengepakan

Pengepakan merupakan penuangan bubuk teh ke dalam kemasan sesuai dengan berat

yang sudah ditentukan setiap gradenya. Berat untuk setiap grade berbeda dalam

setiap paper sack. Kemasan yang digunakan adalah sack yang terbuat dari kertas

namun di bagian dalam dilapisi aluminium foil.

Pengepakan mempunyai tujuan seperti di bawah ini :

Melindungi bubuk teh dari kontaminasi mikrobia ataupun kotoran fisik.

Memudahkan di dalam pengangkutan dan pemasaran.

Memperbaiki penampilan dalam rangka kepentingan penjualan.

Memudahkan di dalam penyimpanan dalam gudang (efektivitas tempat).

Suhu dan kelembaban udara di ruang pengepakan sama dengan suhu dan kelembaban

di ruang penyimpanan maupun sortasi, karena ruangannya sama hanya dibatasi oleh

sekat. Suhu udaranya yaitu 24 °C (tdb) dan 21 °C (twb). Sedangkan kelembaban

udaranya adalah 80 %.

Pengepakan teh hitam di pabrik Kertamanah dibagi menjadi 2 bagian. Pengepakan

teh untuk mutu I dan teh mutu II. Teh mutu I dilakukan pengepakan melalui Tea

Bulker sedangkan teh mutu II dilakukan pengepakan langsung setelah disortasi

kering. Jadi untuk mutu II pengepakan di ruangan sortasi kering.

Pengepakan teh mutu I

Teh mutu I setelah disortasi kering, disimpan sementara di Tea Bin. Untuk

pengepakan, setelah dari Tea Bin melalui conveyor dibawa ke Tea Bulker. Dalam

Tea Bulker terdapat ruang sebanyak 8 buah. Setelah bubuk teh masuk ke Tea

Bulker, bubuk teh dicampur. Sehingga teh di delapan ruang tersebut tercampur.

Baru setelah itu, dari Tea Bulker dibawa ke Tea Packer. Tea Packer mempunyai 4

corong. Pengisian melalui corong tersebut. Paper sack diletakkan di bawah

corong kemudian diisi sesuai berat yang diinginkan masing-masing grade.

Masing-masing grade beratnya berbeda. Setelah diisi, paper sack diletakkan di

bag shaper, untuk meratakan bubuk teh yang berada di paper sack. Dari bag

shaper, kemudian diletakkan di vibrator untuk mengatur ketinggian paper sack.

Diatur ketinggian karung 20 cm.

Page 62: PENGOLAHAN TEH HITAM SECARA CTC di PT. · PDF filei pengolahan teh hitam secara ctc di pt. perkebunan nusantara viii, kebun kertamanah pangalengan – bandung . laporan kerja praktek

50

Sambil dilakukan pengepakan, diambil kurang lebih 100 gram bubuk teh untuk

sample yang disimpan sebagai inventaris. Pengambilan sample ini diambil dari

salah satu corong Tea Packer.

Pengepakan teh mutu II

Untuk teh mutu II dilakukan pengepakan langsung di ruangan sortasi. Bubuk teh

tidak perlu disimpan sementara di Tea Bin. Kadar air bubuk teh harus dijaga tetap

berkisar 2,5 % – 3,5 %, agar kualitas teh tetap baik.

b) Penyimpanan

Meskipun tahap pengolahan teh terakhir adalah pengepakan, tetapi setelah dikemas,

teh dilakukan penyimpanan di gudang penyimpanan. Ruang penyimpanan sama

dengan ruang pengepakan. Hal ini untuk memudahkan penataan. Sehingga setelah

dipak, teh dalam sack dapat dilakukan pengechopan dan langsung ditata di ruangan

tersebut.

Penyimpanan dalam bentuk chop-chop. Satu chop terdiri atas 1 bottom pallet, 1

bottom pallet terdiri atas 20 sack. Ketinggian bottom pallet maksimal 220 cm. Hal ini

untuk menjaga agar teh yang berada di bagian bawah tidak tergencet dan tidak rusak.

Kemudian ditutup plastik sungkup yang sebelumnya diikat dengan strapping plastik.

Kemudian untuk chop yang siap dipasarkan diberi tulisan “OK”.

Page 63: PENGOLAHAN TEH HITAM SECARA CTC di PT. · PDF filei pengolahan teh hitam secara ctc di pt. perkebunan nusantara viii, kebun kertamanah pangalengan – bandung . laporan kerja praktek

51

BAB III

MESIN DAN PERALATAN

A. Mesin dan Peralatan Proses

Di Pabrik teh Kertamanah, untuk proses pengolahan memerlukan mesin dan peralatan.

Mesin adalah alat yang digunakan untuk proses pengolahan yang di dalam

menjalankannya membutuhkan bahan bakar atau sumber energi. Sedangkan peralatan

juga digunakan untuk proses pengolahan namun untuk menjalankannya hanya

membutuhkan tenaga manusia.

Di pabrik teh Kertamanah, mesin dan peralatan yang digunakan meliputi untuk proses

pelayuan, penggilingan, fermentasi, pengeringan, sortasi kering dan pengepakan.

Adapun mesin dan peralatan tersebut adalah :

1. Mesin dan Peralatan Pelayuan

Mesin dan peralatan yang terdapat di ruang pelayuan meliputi monorail, palung

pelayuan, fan dan peralatan analisa pucuk.

Monorail adalah alat untuk mengangkut pucuk segar dari truk ke palung pelayuan

maupun untuk mengangkut pucuk layu menuju ruang penggilingan (untuk turun layu).

Monorail di ruang pelayuan dibedakan menjadi dua warna. Warna biru untuk

mengangkut pucuk segar dari truk ke palung pelayuan, sedangkan warna kuning untuk

mengangkut pucuk layu menuju ruang penggilingan seperti yang terlihat pada Gambar

3.1 dan 3.2

Monorail

Spesifikasi :

a. Merk : Bina Teknik

b. Jumlah kursi : 76 buah

c. Kecepatan : 18 menit/putaran

d. Kapasitas tiap kursi : 50 kg

Page 64: PENGOLAHAN TEH HITAM SECARA CTC di PT. · PDF filei pengolahan teh hitam secara ctc di pt. perkebunan nusantara viii, kebun kertamanah pangalengan – bandung . laporan kerja praktek

52

Gambar 3.1. Perlengkapan Monorail

Gambar 3.2. Monorail

Palung pelayuan adalah bak penampung pucuk segar yang akan dilayukan. Palung

pelayuan dilengkapi dengan beberapa komponen, yaitu :

Palung Pelayuan (Whitering Trough)

Leaf bed, untuk menghamparkan pucuk segar yang akan dilayukan terbuat dari

wold net dan nilon net agar udara dari bawah palung dapat menembus ke pucuk

yang dihamparkan di atasnya dan daun teh tidak jatuh ke bawah. Lihat Gambar 3.4

Pipa pengirim (Transmission Duct), merupakan penghubung palung dengan kipas

unit angin. Lihat Gambar 3.3 dan 3.6

Unit kipas angin, terdiri dari elmot, kipas dan rumah kipas yang berbentuk bundar.

Fan ini berfungsi sebagai penarik udara yang kemudian dihembuskan ke palung.

Fan ini mempunyai kecepatan 1500 rpm. Lihat Gambar 3.5

Tempat tehrmometer, merupakan tempat untuk meletakkan tehrmometer di

tengah-tengah palung pelayuan.

Whitering Through di ruang pelayuan berjumlah 46 unit. Akan tetapi yang bekerja

sejumlah 44 unit. Setiap WT mempunyai CFM (Cubic Feed per Minute) yang

berbeda, besarnya CFM berkisar antara 22.000 – 28.000 CFM. Perbedaan besar CFM

ini tergantung besar daya (KW) fan setiap WT (semakin besar KW fan, maka semakin

besar CFM).

Prinsip kerja alat ini adalah menurunkan kadar air pucuk segar sampai kadar air yang

ditentukan. Udara panas bercampur dengan udara segar di sekitar WT. Udara

Page 65: PENGOLAHAN TEH HITAM SECARA CTC di PT. · PDF filei pengolahan teh hitam secara ctc di pt. perkebunan nusantara viii, kebun kertamanah pangalengan – bandung . laporan kerja praktek

53

campuran ini dihembuskan ke dalam WT dengan penghembus udara yang digerakkan

oleh electromotor. Pada proses pelayuan pucuk CTC hanya menggunakan udara segar

saja.

Gambar 3.3.Palung pelayuan dan perlengkapannya Gambar 3.4. Palung Pelayuan

Gambar 3.5. Rumah Fan berisi fan dan

elektromotor

Gambar 3.6. Transmition duct dan rumah fan

Heat Exchangers

Merupakan alat untuk menghasilkan udara panas yang akan digunakan untuk

menurunkan kadar air pada pucuk segar (Lihat gambar 3.7). Bahan bakar yang

digunakan adalah IDO (Internasional Diesel Oil).

Page 66: PENGOLAHAN TEH HITAM SECARA CTC di PT. · PDF filei pengolahan teh hitam secara ctc di pt. perkebunan nusantara viii, kebun kertamanah pangalengan – bandung . laporan kerja praktek

54

Prinsip kerja alat ini adalah pembakaran bahan bakar (IDO) dengan burner yang akan

menghasilkan panas yang akan mengenai plat-plat di ruang pembakaran. Kemudian

energi panas akan memanaskan udara di dalamnya. Udara panas ini dihisap oleh kipas

dan dialirkan menuju palung pelayuan.

Gambar 3.7 Heat Exchanger

Analisa pucuk dilakukan untuk mengetahui kualitas petikan yang dihasilkan di tiap

kemandoran. Analisa ini dilakukan di ruang analisa yang terletak di ruang pelayuan.

Peralatan yang digunakan antara lain timbangan digital, kotak analisa pucuk, wadah

pucuk teh, dan tampir kecil. Di Pabrik Teh Kertamanah, peralatan untuk analisa

pucuk dan petik berjumlah satu set seperti pada gambar di bawah ini.

Peralatan Analisa Pucuk

Gambar 3.8 Peralatan Analisa Pucuk

Page 67: PENGOLAHAN TEH HITAM SECARA CTC di PT. · PDF filei pengolahan teh hitam secara ctc di pt. perkebunan nusantara viii, kebun kertamanah pangalengan – bandung . laporan kerja praktek

55

2. Mesin dan Peralatan Penggilingan dan Fermentasi

Mesin dan peralatan yang terdapat di ruang penggilingan dan fermentasi pada sistem

CTC adalah GLS (Green Leaf Sifter), BLC (Borbora Leaf Conditioner), roll CTC, dan

CFU (Continue Fermenting Unit), dan RV (Rotorvane).

Untuk line 1, rangkaian alatnya adalah GLS – RV – CTC 1, 2, 3 – CFU. Sedang untuk

line 2 rangkaian alatnya adalah GLS – BLC – CTC1, 2, 3, 4 – CFU.

GLS

Alat ini berfungsi untuk memisahkan benda-benda asing dengan pucuk layu yang

siap digiling, antara lain logam, pasir atau ranting. Lihat gambar 3.9 dan 3.10.

Prinsip kerja GLS adalah pemisahkan kotoran dari pucuk layu akibat gerakan

ayakan yang maju mundur. Kotoran terlempar dan ditampung dalam baki. Getaran

terjadi karena perputaran engkol yang digerakkan oleh electromotor. Kotoran

harus dihilangkan agar tidak merusak roll CTC, karena roll CTC cepat rusak oleh

kotoran yang terbawa oleh pucuk. Dalam ayakan terdapat magnet yang berfungsi

untuk menangkap kotoran berupa logam.

Gambar 3.9 Green Leaf Shifter Gambar 3.10 Green Leaf Shifter asli Spesifikasi mesin GLS :

Merk : Teha single Action Lebar : 0,9 m

Kapasitas : 1200 kg Daya tampung : 200-300 kg

Panjang : 2,5 m Daya : 1,1 kwh

Tinggi : 2 m

Page 68: PENGOLAHAN TEH HITAM SECARA CTC di PT. · PDF filei pengolahan teh hitam secara ctc di pt. perkebunan nusantara viii, kebun kertamanah pangalengan – bandung . laporan kerja praktek

56

RV CTC

Merupakan alat yang digunakan untuk memotong pucuk layu menjadi bagian yang

ukurannya lebih kecil. Lihat skema RV pada gambar 3.11

Prinsip kerja alat ini adalah pucuk layu dibawa ulir menuju vanes, pucuk layu

bergerak maju. Karena di pinggir RV terdapat resistor, maka pucuk yang bergerak

maju tergencet oleh resistor. Terdapat vanes yang arahnya berlawanan (review

vanes) yang menyebabkan pucuk kembali ke belakang dan tergencet lagi sehingga

ukurannya lebih halus, dan bisa lolos celah antara end plate. Spesifikasi rotorvane :

Panjang : 2,63 m Merk : Renold

Lebar : 1,02 m Kapasitas : 800 kg

Tinggi : 2,4 m Diameter : 15 inch

Sifat : tetap

Kecepatan konveyor : 29,38 m/s ; panjang konveyor 3,06 m dan lebar 0,75m.

Electromotor : rpm 49, daya 15 kwh, v 220/380

Gambar 3.11 Skema Rotorvane

Keterangan : 1. Elektromotor 6. Silinder 2. Gear Box 7. Spiral 3. Corong 8. Kipas 4. Rotor 9. Kaki 5. Sudu (resistor)

Page 69: PENGOLAHAN TEH HITAM SECARA CTC di PT. · PDF filei pengolahan teh hitam secara ctc di pt. perkebunan nusantara viii, kebun kertamanah pangalengan – bandung . laporan kerja praktek

57

Gambar 3.12 Rotorvane Jalur 1.

BLC

Alat ini berfungsi untuk mengkondisikan pucuk sebelum masuk ke mesin CTC

sehingga siap untuk dihaluskan dengan mesin CTC. Merk : Alloryd Lebar konveyor : 0,4 m x 3,2 m

Kapasitas : 1200 kg Kecepatan putaran : 32 rpm

Diameter : 15 inch

Gambar 3. 13 Borbora Leaf Conditioner

Page 70: PENGOLAHAN TEH HITAM SECARA CTC di PT. · PDF filei pengolahan teh hitam secara ctc di pt. perkebunan nusantara viii, kebun kertamanah pangalengan – bandung . laporan kerja praktek

58

ROLL CTC

Alat ini berfungsi untuk memotong, merobek dan menggulung pucuk sehingga

pucuk dapat berbentuk granular. Pada roll CTC terdapat 2 buah roll yang

kecepatannya berbeda. Roll 1 mempunyai kecepatan 70 rpm sedangkan roll 2

adalah 700 rpm. Roll 1 sebagai alas sedangkan roll 2 sebagai pemotong. Arah

perputaran kedua roll ini adalah searah. Jarak antara kedua roll adalah 0,002 inch.

Setiap roll CTC memiliki 2 alur, yaitu alur heliks dan alur vertical. Alur heliks

berfungsi untuk mengeluarkan pucuk yang berada di tengah kedua roll, sedangkan

alur vertical sebagai pemotong yang membuat pucuk semakin halus. Setiap roll

memiliki 15 segmen pisau. Satu segmen lebarnya 2 inch, dan terdapat 8 – 10 gigi

(Teeth Per Inch). Untuk line 1, menggunakan 3 CTC, CTC 1 setiap segmen 8 gigi,

CTC 2 dan CTC 3 setiap segmen 10 gigi. Untuk line 2, CTC 1 dan 2 setiap

segmen 8 gigi, sedangkan CTC 3 dan 4 setiap segmen 10 gigi.

Untuk mengasah alur heliks menggunakan milling cutter, sedang untuk mengasah

pisau pemotong digunakan cheaser. Jumlah alur heliks pada CTC 8 TPI adalah 50

alur. Dan pada CTC 10 TPI adalah 60 alur. Pemakaian pisau CTC 8 TPI maksimal

100 jam, sedang CTC 10 TPI maksimal 80 jam. Setelah itu harus diasah lagi untuk

menjaga ketajaman.

Prinsip kerja roll CTC adalah penghancuran, penggulungan dan perobekan pucuk

layu dilakukan oleh roll CTC yang memiliki kecepatan berbeda. Roll tersebut

digerakkan oleh electromotor. Perputaran ini menyebabkan pucuk layu yang

sebelumnya sudah dipotong di RV atau BLC menjadi bubuk yang granular. Skema

dan foto roll CTC dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Page 71: PENGOLAHAN TEH HITAM SECARA CTC di PT. · PDF filei pengolahan teh hitam secara ctc di pt. perkebunan nusantara viii, kebun kertamanah pangalengan – bandung . laporan kerja praktek

59

Gambar 3.14 Skema Triplex CTC

Machine

Gambar 3.15 Mesin CTC dengan

tutup dibuka

Gambar 3.16 Mesin CTC Saat

Proses

Gambar 3.17 Roll CTC pada

waktu perbaikan

CFU

CFU adalah tempat bubuk teh basah yang sedang difermentasi. CFU berupa tray

(terdiri atas trace-trace) berjalan yang kecepatannya diatur sehingga bubuk teh

basah teroksidasi sempurna. Jumlah trace pada tray fermentasi pada CFU adalah

468 buah. Setiap trace memiliki lebar 10 cm dan panjang 180 cm. Trace harus

berlubang agar dapat ditembus oleh udara dari bawahnya sehingga bubuk dapat

terfermentasi dengan baik. Di CFU terdapat garu dan pembalik. Kecepatan

pembalik dan garu adalah 15 – 30 rpm.

Prinsip kerja CFU adalah bubuk teh basah diberi kesempatan untuk bereaksi

dengan oksigen sampai terjadi oksidasi enzimatis. Bubuk basah terhampar di tray

Page 72: PENGOLAHAN TEH HITAM SECARA CTC di PT. · PDF filei pengolahan teh hitam secara ctc di pt. perkebunan nusantara viii, kebun kertamanah pangalengan – bandung . laporan kerja praktek

60

berjalan dengan ketebalan 6 – 10 cm. Proses berakhir dan dihasilkan warna bubuk

yang kecoklatan. Waktu yang dibutuhkan sampai fermentasi selesai adalah 60 –

120 menit. Dibawah ini adalah skema dan foto CFU pabrik Kertamanah.

Gambar 3.18 Skema Continuos Fermenting Unit Gambar 3.19 Continuous fermenting

Unit Spesifikasi CFU :

Merk : Teha Single Oction Lebar : 2,1 m

Kapasitas : 1000 kg Tinggi : t1 : 0,5m dan t2 : 2,7 m

Jumlah : 2 Spider : 70 rpm

Panjang : 20,4 m spiral : 70 rpm

3. Mesin dan Peralatan Pengeringan

Di Kertamanah digunakan dua jenis alat pengering yaitu FBD (Fluid Bed Dryer)

untuk proses Orthodoks dan VFBD (Vibro Fluid Bed Dryer) untuk proses CTC.

VFBD

Prinsip kerja alat ini yaitu mengeringkan bubuk teh yang berada pada tray VFBD.

Bubuk teh bergerak maju dengan gerakan dancing sampai diperoleh bubuk teh

kering.

Udara panas yang digunakan untuk pengeringan berasal dari udara luar yang

dipanaskan dengan Heat Exchanger yang menggunakan bahan bakar IDO. Udara

segar yang nantinya dibuang keluar, masuk melalui celah pemasukan sebelah bawah.

Masuknya udara tersebut karena ditarik oleh mainfan. Setelah udara masuk,

kemudian melalui celah-celah pipa menuju cerobong pengeluaran. Sedangkan untuk

udara segar yang digunakan untuk pengeringan, masuk melalui celah bagian atas

Page 73: PENGOLAHAN TEH HITAM SECARA CTC di PT. · PDF filei pengolahan teh hitam secara ctc di pt. perkebunan nusantara viii, kebun kertamanah pangalengan – bandung . laporan kerja praktek

61

yang ditarik oleh IDfan. Kemudian udara masuk melalui celah dan melewati bagian

bawah VFBD dan digunakan untuk mengeringkan bubuk teh.

Bagian-bagian mesin VFBD, yaitu :

a. Motor Vibro, untuk mengerakkan tray dengan getaran yang dihasilkan. Terletak

pada bagian bawah VFBD

b. Ball Breaker, memecah gumpalan teh dan meratakan teh yang masuk ke

pengering. Terletak di setelah feed conveyor.

c. Cyclone, untuk mengeluarkan teh yang ikut terhisap karena ringan. Blower

cyclone terletak di atas VFBD, sedangkan cyclone terletak di samping VFBD

dekat lubang teh keluar pengering.

d. Dustractor, untuk menghisap uap air untuk dibuang keluar ruangan. Terdapat

ducting sebagai saluran keluar ruangan dari mesin VFBD.

e. Cold Air Blower, untuk mengatur suhu inlet dan outlet VFBD, dengan cara

mengeluarkan udara panas dan memasukkan udara ke dalam VFBD. Terletak di

dekat Feed, disamping VFBD.

f. Interconveyor, untuk membawa bubuk teh kering ke ruang sortasi.

Berikut adalah skema dan foto VFBD:

Gambar 3.20 KilBurn Vibratory Fluidized Bed Drying (VFBD)

Page 74: PENGOLAHAN TEH HITAM SECARA CTC di PT. · PDF filei pengolahan teh hitam secara ctc di pt. perkebunan nusantara viii, kebun kertamanah pangalengan – bandung . laporan kerja praktek

62

Gambar 3.21 Vibratory Fluidized Bed Dryer Tampak Samping

Heat Exchanger

Heat Exchanger digunakan sebagai sumber panas untuk proses pengeringan pada

VFBD. Cara kerja alat ini adalah bahan bakar IDO disemprotkan ke dalam tungku

pembakaran melalu burner, sehingga akan menyemburkan api ke ruang pembakaran.

Panas yang dihasilkan dari ruang pembakaran disalurkan melalui pipa api dan terjadi

pertukaran panas dengan udara yang masuk ke dalam pipa api. Udara panas yang

dihasilkan tersebut disalurkan ke mixing chamber dengan menggunakan main fan.

Main fan ini merupakan sebuah fan berukuran besar dengan daya sebesar 40 Hp.

Asap pembakaran dikeluarkan melalui ducting yang dihisap oleh I.D. Fan.

Page 75: PENGOLAHAN TEH HITAM SECARA CTC di PT. · PDF filei pengolahan teh hitam secara ctc di pt. perkebunan nusantara viii, kebun kertamanah pangalengan – bandung . laporan kerja praktek

63

Gambar 3.22 Heat Exchanger

Berikut ini adalah gambar bagian dari Vibratory Fluidized Bed Drying.

Gambar 3.23 Burner Heat Exchanger Gambar 3.24 Heat Exchanger

Gambar 3.25 Main fan Gambar 3.26 VFBD dan Output Tea

Page 76: PENGOLAHAN TEH HITAM SECARA CTC di PT. · PDF filei pengolahan teh hitam secara ctc di pt. perkebunan nusantara viii, kebun kertamanah pangalengan – bandung . laporan kerja praktek

64

Gambar 3.27 Cyclone Gambar 3.28 Cold Air Blower

4. Mesin dan Peralatan Sortasi Kering

Untuk proses sortasi kering, alat yang digunakan baik pada sistem CTC Vibro Blank,

Chauta Sifter, Java Sortir, Winnower, Druck Roll, Hooper, Crusher.

Vibro Blank

Vibro Blank atau vibro ekstraktor merupakan alat yang fungsinya sama dengan

middleton, yaitu memisahkan bubuk dari kotoran (serat atau tulang).

Prinsip kerja vibrek, yaitu rol vibro akan menggerakkan teh melewati silinder

porselin yang berputar. Silinder porselin secara elektrostatis akan menarik bagian

teh yang berwarna merah, yaitu serat atau tangkai teh (terdapat pada daun teh yang

tua). Bubuk teh yang berwarna hitam akan lolos dari vibrek, sedangkan tangkai

dan serat akan tertarik oleh silinder porselin dan akan terpisah dari bubuk teh

hitam. Berikut ini adalah skema dan gambar Vibrex

Page 77: PENGOLAHAN TEH HITAM SECARA CTC di PT. · PDF filei pengolahan teh hitam secara ctc di pt. perkebunan nusantara viii, kebun kertamanah pangalengan – bandung . laporan kerja praktek

65

Gambar 3.29. Skema Vibrex

Gambar 3.30. Vibrex pada Ruang Sortasi

Spesifikasi alat :

Merk : PJS Lebar : 45 inch

Kapasitas : 400 kg Tinggi : 60 m

Panjang : 14 feet

Chouta Shifter

Alat ini digunakan untuk memisahkan bubuk teh berdasarkan ukuran partikel.

Prinsip kerja chouta sifter adanya perputaran poros engkol yang menyebabkan

Page 78: PENGOLAHAN TEH HITAM SECARA CTC di PT. · PDF filei pengolahan teh hitam secara ctc di pt. perkebunan nusantara viii, kebun kertamanah pangalengan – bandung . laporan kerja praktek

66

ayakan berputar secara horisontal. Sehingga bubuk teh akan terpisah berdasarkan

ukuran partikel dan keluar melalui corong pengeluaran. Spesifikasi :

Merk : MS6/350 Tinggi : t1 : 1,90 m dan t2 : 1,77 m

Kapasitas : 350 kg Ayakan : p : 1,90 m dan l : 0,8 m

Tinggi dari tanah : 0,75 m Tinggi bubuk teh : 0,08m

Sifat : tetap

Berikut ini adalah gambar dan skema dari chouta shifter.

Gambar 3.31 Chouta Shifter

Page 79: PENGOLAHAN TEH HITAM SECARA CTC di PT. · PDF filei pengolahan teh hitam secara ctc di pt. perkebunan nusantara viii, kebun kertamanah pangalengan – bandung . laporan kerja praktek

67

Gambar 3.32. Skema Chota Shifter

Keterangan :

1. Corong Pengeluaran

2. Ayakan

3. Penyangga ayakan

4. Kaki penghubung

5. Kaki penyangga

6. kaki penyangga utama chota shifter

7. Elektromotor chota shifter

8. elektromotor conveyor

9. Pulley

10. Conveyor

11. penampung teh pemasukan

Winnower

Alat ini berfungsi untuk memisahkan bubuk kering berdasarkan berat jenisnya.

Mekanisme alat ini adalah bubuk teh yang dimasukkan dengan bantuan conveyor

akan terhisap masuk oleh aliran udara. Aliran udara berasal dari udara yang

dihisap oleh kipas penghisap ke ruangan winnower. Bubuk yang berat jenisnya

kecil akan terhisap dan jatuh keluar corong yang dekat dengan fan, yang berat

jenisnya besar akan jatuh jauh dari fan. Skema dan foto winnower dapat dilihat

pada gambar dibawah ini

Page 80: PENGOLAHAN TEH HITAM SECARA CTC di PT. · PDF filei pengolahan teh hitam secara ctc di pt. perkebunan nusantara viii, kebun kertamanah pangalengan – bandung . laporan kerja praktek

68

Gambar 3.33 Skema Winnower

Gambar 3.34

Spesifikasi winnower :

Jumlah : 1 unit Panjang : 8,33 m

Merk : Bina Teknik Lebar : 0,82 m

Kapasitas : 600 kg Lebar kipar : 0,50 m

Jumlah corong : 10

Hopper

Page 81: PENGOLAHAN TEH HITAM SECARA CTC di PT. · PDF filei pengolahan teh hitam secara ctc di pt. perkebunan nusantara viii, kebun kertamanah pangalengan – bandung . laporan kerja praktek

69

Alat ini adalah penampung sementara bubuk teh yang berasal dari pengeringan

yang akan disortasi. Hooper berbentuk seperti tabung besar yang bagian bawahnya

berbentuk kerucut yang berfungsi sebagai corong pengeluaran (lihat gambar 3.35).

Spesifikasi :

Jumlah : 4 unit Kapasitas : 1,2 ton

Diameter : 1,55 m Tinggi : 1,92 m

Gambar 3.35. Hooper

Vibro Separator

Vibro separator digunakan untuk memisahkan bubuk teh mutu III dari winnower.

Prinsip kerja alat berdasarkan berat jenis dan ukuran partikel. Bubuk teh yang

tidak lolos ayakan (mesh 24 dan mesh 30) akan keluar melalui corong pengeluaran

dan ditampung dengan 2 tong. Sedangkan bubuk teh yang lolos ayakan (mesh 40)

ditampung di 1 tong seperti yang dapat dilihat pada gambar 3.36 dan 3.37.

Spesifikasi

Merk : 1200-20 MKS Tinggi : 1,4 m

Kapasitas : 50 kg Tinggi dari tanah : 0,4 m

Type : 180-Z Tinggi isian : 0,47 m

Diameter : 1,2 m Sifat : tetap

Page 82: PENGOLAHAN TEH HITAM SECARA CTC di PT. · PDF filei pengolahan teh hitam secara ctc di pt. perkebunan nusantara viii, kebun kertamanah pangalengan – bandung . laporan kerja praktek

70

Elektromotor : - Rpm : 1440

- daya : 22 Kw

- tegangan : 220 V

Gambar 3.36 Skema Vibro Separator

Gambar 3.37 Vibro Separator

5. Mesin dan Peralatan Penyimpanan Sementara dan Pengepakan

Mesin dan peralatan yang digunakan pada proses pengepakan yaitu Tea bulker, Tea

packer, vibrator, bag shaper, timbangan dan mini shifter. Namun sebelumnya bubuk

teh disimpan sementara di Tea bin atau peti miring.

Tea Bin

Page 83: PENGOLAHAN TEH HITAM SECARA CTC di PT. · PDF filei pengolahan teh hitam secara ctc di pt. perkebunan nusantara viii, kebun kertamanah pangalengan – bandung . laporan kerja praktek

71

Tea bin merupakan penampung sementara bubuk teh yang akan dilakukan

pengepakan setelah dari sortasi kering (lihat gambar 3.38, 3.39, 3.40). Tea bin

berbentuk seperti Hooper (silinder) dengan corong pengeluaran di bagian

bawahnya yang berbentuk kerucut.

Gambar 3.38 Skema Tea Bin

Spesifikasi peti miring, yaitu

Jumlah : 13 Diameter atas : 1,94 m

Kapasitas : 2500 Diameter pengeluaran teh : 0,40 m

Tinggi : 2,91m

Gambar 3.39. Tea Bin tampak bawah Gambar 3.40. Tea Bin tampak atas

Page 84: PENGOLAHAN TEH HITAM SECARA CTC di PT. · PDF filei pengolahan teh hitam secara ctc di pt. perkebunan nusantara viii, kebun kertamanah pangalengan – bandung . laporan kerja praktek

72

Tea Bulker

Tea bulker adalah alat yang digunakan untuk mencampur teh dengan grade yang

sama namun waktu produksinya yang berbeda. Tea bulker berbentuk seperti

silinder bersudut dengan 8 ruang di dalamnya. Ketika corong pengeluaran di

bagian bawahnya dibuka, bubuk teh dari kedelapan ruang tersebut keluar secara

bersamaan. Skema dan gambar tea bulker dapat dilihat pada gambar 3.41 dan 3.42 Spesifikasi tea bulker, yaitu :

Jumlah : 1 Diameter bawah : 0,5 m

Tinggi : 2,66 Kapasitas : 2600 kg

Diameter atas : 2,6 m

Gambar 3.41. Skema Tea Bulker Gambar 3.42. Tea Bulker

Keterangan:

1. Corong 4. Kaca control

2. Dinding 5. Pintu pengeluaran

3. Kaki 6. Pemutar corong

Tea Packer

Tea packer befungsi untuk menampung bubuk teh dari Tea bulker yang siap untuk

dikemas. Tea packer berbentuk seperti silinder bersudut yang di bagian bawahnya

terdapat 4 corong pengeluaran (lihat gambar 3.43 dan 3.44). Cara kerjanya adalah

paper sack disiapkan di bawah corong pengeluaran, kemudian corong dibuka, dan

Page 85: PENGOLAHAN TEH HITAM SECARA CTC di PT. · PDF filei pengolahan teh hitam secara ctc di pt. perkebunan nusantara viii, kebun kertamanah pangalengan – bandung . laporan kerja praktek

73

bubuk teh akan keluar dan ditampung dengan paper sack. Corong pengeluaran

yang digunakan untuk mengepak hanya 3 buah. Yang 1 buah digunakan untuk

mengambil sample setiap grade yang kemudian dimasukkan ke dalam kantong

sample. Spesifikasi tea packer, yaitu :

Jumlah : 1 Panjang : 2,5 m

Lubang : 23x23 cm Lebar : 2,5 m

Tinggi : 1,3 m Kapasitas : 2000 kg

Gambar 3.43. Skema Tea Packer Gambar 3.44. Tea Packer

Bag Shaper

Merupakan alat untuk meratakan bubuk teh di dalam paper sack dan mengatur

ketebalan paper sack menjadi kurang lebih 20 cm. Setelah dari vibrator, paper

sack yang telah terisi teh diletakkan di atas Bag shaper. Di bagian atas Bag shaper

terdapat besi sebagai pengatur ketinggian paper sack. Sehingga tebal paper sack

tidak lebih dari 20 cm.

Page 86: PENGOLAHAN TEH HITAM SECARA CTC di PT. · PDF filei pengolahan teh hitam secara ctc di pt. perkebunan nusantara viii, kebun kertamanah pangalengan – bandung . laporan kerja praktek

74

Gambar 3.46 Bag Shaper

Vibrator

Vibrator berfungsi untuk meratakan teh kering ke dalam semua bagian paper sack

dan mengumpulkan teh kering yang jatuh sehingga dapat digunakan lagi.

Spesifikasi vibrator yang dimiliki oleh pabrik Kertamanah adalah :

Panjang : 1,06 m

Lebar : 0,55 m

Tinggi : 0,36 m

Merk : virtuous

Gambar 3.47 Vibrator Gambar 3.48 Cara Kerja Vibrator

Page 87: PENGOLAHAN TEH HITAM SECARA CTC di PT. · PDF filei pengolahan teh hitam secara ctc di pt. perkebunan nusantara viii, kebun kertamanah pangalengan – bandung . laporan kerja praktek

75

Timbangan

Timbangan berfungsi untuk menimbang bubuk teh yang sudah berada di paper

sack agar tercapai berat yang diinginkan.

Spesifikasi :

Merk : Barkerl Kapasitas : 200 kg

Panjang : 1,04 m Jumlah : 1

Lebar : 0,58 m

Hand Pallet Fork Lift

Hand Pallet Fork Lift digunakan untuk memindahkan teh yang telah dikemas

dalam sak dan telah ditumpuk diatas pallet. Fork lift yang terdapat di ruang

pengepakan berjumlah 2 buah dengan merek Krisbow dengan beban angkut

maksimal 1 ton.

Timbangan berfungsi untuk menimbang bubuk teh yang sudah berada di paper

sack agar tercapai berat yang diinginkan.

Gambar 3.39 Hand Pallet Fork Lift

Page 88: PENGOLAHAN TEH HITAM SECARA CTC di PT. · PDF filei pengolahan teh hitam secara ctc di pt. perkebunan nusantara viii, kebun kertamanah pangalengan – bandung . laporan kerja praktek

76

B. Kapasitas Alat dan Pabrik

a. Monorail

Pelayuan

Panjang lintasan monorail : 316 meter

Daya angkut tiap kursi : 25 kg pucuk segar

Jumlah kursi : 38 unit

Daya angkut monorail (semua kursi) : 1600 kg

Laju monorail saat 30% kursi terisi beban (v) : 210 kursi/jam

Kapasitas monorail saat 30% kursi terisi beban :

= Daya angkut kursi x v

= 25 kg pucuk segar/ kursi x 210 kursi / jam

= 5.250 kg pucuk segar/ jam

Kapasitas equivalen monorail tehadap pucuk segar :

= segarpucuk kg 100segarpucuk kg 100 x 5.250 kg pucuk segar/ jam

= 5.250 kg pucuk segar/ hari

Kapasitas equivalen monorail terhadap teh kering :

= s e gp u c u k k g 1 0 0k e r t e h k g 2 0 , 9 4

x 5.250 kg pucuk segar/ jam

= 1.099,35 kg teh kering/ jam

b. Palung Pelayuan (Whitering Through)

Kapasitas Pelayuan

Sifat udara pelayuan :

Tdb (°C) Twb (°C)

Udara masuk (in) 20,5 19,5

Udara keluar (out) 19 18

Tabel 3.2 Suhu udara masuk dan keluar dari palung pelayuan

Dari Psychometric chart

W1 (udara masuk) : 0,0132 kg H2O/kg UK

W2 (udara keluar) : 0,0125 kg H2O/kg UK

Potensi udara pelayuan(ΔW) : W2 - W1

Page 89: PENGOLAHAN TEH HITAM SECARA CTC di PT. · PDF filei pengolahan teh hitam secara ctc di pt. perkebunan nusantara viii, kebun kertamanah pangalengan – bandung . laporan kerja praktek

77

= 0,0007 kg H2O/kg UK

Volume spesifik : 0,84 m³/kg UK

Waktu proses : 16 jam/ hari = 960 menit/ hari

Jumlah WT untuk CTC : 25 unit

Volume udara masuk tiap hari :

Kecepatan Fan

(CFM) Jumlah WT

(unit)

Waktu Proses

(menit/hari)

Volume Udara

(m³/hari)

Berat UK masuk

(kg UK/hari)

Air yg diuapkan

(kg H2O/hari) 24000 5 960 3.262.464 3.883.885,714 2.718,72 25000 6 960 4.078.080 4.854.857,143 3.398,4 26000 4 960 2.827.468,8 3.366.034,286 2.356,224 27000 6 960 4.404.326,4 5.243.245,714 3.670,272 28000 4 960 3.044.966,4 3.624.960 2.537,472 Total 25 17.617.305,6 20.972.982,86 14.681,088

Tabel 3.3 Volume udara yang masuk tiap hari

Jadi jumlah atau total volume udara yang masuk ialah 17.617.305,6 m³/hari atau

1.101.081,6 m³/jam

Berat total udara yang masuk : 20.972.982,86 kg UK/hari

=1.310.811,429 kg UK/jam

Jumlah air yang diuapkan :14.681,088 kg H2O/hari

= 917,5680 kg H2O/jam

Dalam 100 unit pcuk segar dengan kadar air 80% (padatan: 20 unit dan air: 80

unit) akan dilayukan menjadi pucuk layu dengan kadar air 76%(padatan 20 unit

dan air : 63,3 unit) sehingga jumlah air yang hilang atau yang harus diuapkan

untuk memperoleh pucuk layu dengan kadar air 76% adalah 16,67 kg H2O/100 kg

pucuk segar.

Jumlah pucuk segar yang mampu dilayukan :

= H 2 O k g 1 6 , 6 7s e gp u c u k k g 1 0 0

x 917,5680 kg H2O/jam

= 5.504,3071 kg pucuk segar/jam

Kapasitas equivalen pelayuan terhadap pucuk segar :

Page 90: PENGOLAHAN TEH HITAM SECARA CTC di PT. · PDF filei pengolahan teh hitam secara ctc di pt. perkebunan nusantara viii, kebun kertamanah pangalengan – bandung . laporan kerja praktek

78

=segarpucuk kg 100segarpucuk kg 100 x 5.504,3071 kg pucuk segar/jam

= 5.504,3071 kg pucuk segar/jam.

Kapasitas equivalen pelayuan terhadap teh kering :

= s e gp u c u k k g 1 0 0k e r t e h k g 2 0 , 9 4

x 5.504,3071 kg pucuk segar/jam

= 1.152,6019 kg teh kering/hari

Tahap penggilingan pada proses pengolahan teh hitam CTC di pabrik Kertamanah

terdiri atas 2 jalur.Tiap jalur terdiri dari beberapa alat yang berbeda dengan kapasitas

alat masing-masing. Pada jalur 1 alat yang digunakan ialah GLS, BLC, dan mesin CTC

sebanyak 4 unit. Sedangkan pada jalur 2, alat yang digunakan ialah GLS, RV, dan

mesin CTC sebanyak 3 unit.

Penggilingan

a. GLS (Green Leaf Shifter)

Panjang (p) : 1,5 m

Lebar (l) : 0,7 m

Tinggi pucuk layu : 1 m

Volume (V) : 1,05 m3

Bulk density :118,6446 kg/ m3

Waktu : 12 jam/hari

Waktu sekali proses :90 detik = 0,025 jam

Jumlah alat :2 unit

Kapasitas GLS : proses sekaliwaktu

volume x bulk density x jumlah alat

: jam 0,025

m3 1,5 x 118,6446 kg/ m3 x 2 unit

= 9.966,1464 kg pucuk layu/jam

Kapasitas equivalen GLS terhadap pucuk segar :

= layupucuk kg 33,83

segarpucuk kg 100 x 9.966,1464 kg pucuk layu/jam

= 11.959,8541 kg pucuk segar/jam

Page 91: PENGOLAHAN TEH HITAM SECARA CTC di PT. · PDF filei pengolahan teh hitam secara ctc di pt. perkebunan nusantara viii, kebun kertamanah pangalengan – bandung . laporan kerja praktek

79

Kapasitas equivalen GLS terhadap teh kering:

= l a yp u c u k g 3 3,8 3k e r t e h k g 2 0 , 9 4

x 9.966,1464 kg pucuk layu/jam

= 2.504,3934 kg teh kering/hari

b. BLC (Barbora Leaf Conditioner)

Penghitungan kapasitas dengan pendekatan continue, asumsi tidak adanya

penyumbatan selama proses berlangsung.

Dimensi untuk 1 putaran (1 gelombang)

Diameter poros : 15 inchi = 0,381 m

Panjang poros : 40 inchi = 1,016 m

Volume Poros : 0,1159 m3

Diameter silinder : 40 inchi = 1,016 m

Panjang silinder : 40 inchi = 1,016 m

Volume silinder :0,8240 m3

Volume total : (0,8240- 0,1159) m3 = 0,7081 m3

Keliling poros : (π x 0,381 m) =1,1963 m

Keliling silinder : (π x 1,016 m) =3,1902 m

Keliling total : (3,1902 - 1,1963) m = 1,9939 m

Bulk density : 118,6446 kg/ m3

Putaran silinder : 32 rpm

Kecepatan putaran : (32 rpm x 1,9939 m)

= 63,8048 m/menit= 3.828,288 m/jam

Panjang perpindahan : 1,016 m (asumsi tiap perpindahan mencapai 1 putaran)

Kapasitas BLC : nperpindaha panjang

volume x bulk density x kecepatan

= m 1,016m3 0,7081 x 118,6446 kg/ m3 x 3.828,288 m/jam

= 316.558,1251 kg pucuk layu/jam

Kapasitas equivalen BLC terhadap pucuk segar :

= layupucuk kg 33,83

segarpucuk kg 100 x 316.558,1251 kg pucuk layu/jam

Page 92: PENGOLAHAN TEH HITAM SECARA CTC di PT. · PDF filei pengolahan teh hitam secara ctc di pt. perkebunan nusantara viii, kebun kertamanah pangalengan – bandung . laporan kerja praktek

80

= 379.884,9455 kg pucuk segar/jam

Kapasitas equivalen BLC terhadap teh kering:

= l a yp u c u k g 3 3,8 3k e r t e h k g 2 0 , 9 4

x 316.558,1251 kg pucuk layu/jam

= 79.547,9076 kg teh kering/hari.

c. Rotorvane (RV)

Penghitungan kapasitas dengan pendekatan batch, asumsi tidak adanya penyumbatan

selama proses berlangsung.

Dimensi untuk 1 putaran (1 gelombang)

Diameter poros : 15 inchi = 0,381 m

Panjang poros : 40 inchi = 1,016 m

Volume Poros : 0,1159 m3

Diameter silinder : 40 inchi = 1,016 m

Panjang silinder : 40 inchi = 1,016 m

Volume silinder :0,8240 m3

Volume total : (0,8240- 0,1159) m3 = 0,7081 m3

Keliling poros : (π x 0,381 m) =1,1963 m

Keliling silinder : (π x 1,016 m) =3,1902 m

Keliling total : (3,1902 - 1,1963) m = 1,9939 m

Bulk density : 118,6446 kg/ m3

Putaran silinder : 49 rpm

Kecepatan putaran : (49 rpm x 1,9939 m)

= 97,7031 m/menit= 5.862,1836 m/jam

Panjang perpindahan : 1,016 m (asumsi tiap perpindahan mencapai 1 putaran)

Kapasitas RV : nperpindaha panjang

volume x bulk density x kecepatan

= m 1,016m3 0,7081 x 118,6446 kg/ m3 x 5.862,1836 m/jam

= 484.739,3533 kg pucuk layu/jam

Kapasitas equivalen RV terhadap pucuk segar :

Page 93: PENGOLAHAN TEH HITAM SECARA CTC di PT. · PDF filei pengolahan teh hitam secara ctc di pt. perkebunan nusantara viii, kebun kertamanah pangalengan – bandung . laporan kerja praktek

81

= layupucuk kg 33,83

segarpucuk kg 100 x 484.739,3533 kg pucuk layu/jam

= 581.710,4923 kg pucuk segar/jam

Kapasitas equivalen RV terhadap teh kering:

= l a yp u c u k g 3 3,8 3k e r t e h k g 2 0 , 9 4

x 484.739,3533 kg pucuk layu/jam

= 121.810,1771 kg teh kering/jam

d. Mesin atau Pisau CTC

Waktu proses : 12 jam/hari

Diameter roll (d) : 8,25 inchi = 0,20955 meter

Putaran roll (N) : 700 rpm

Panjang roll (p) : 0,8 meter

Jarak terpendek antar roll (s) : 1 mm = 0,001 meter

Bulk density : 0,4133 gr/ml = 413,3 kg/m³

Kecepatan roll (v) : Keliling roll x putaran roll

= π x d x N

= 3,14 x 0,20955 m x 700 rpm

= 460,5909 m/menit

= 27.635,45 m/jam

= 331.625,4 m/ hari

Kapasitas mesin CTC : v x p x s x bulk density x jumlah alat

= 27.635,45 m/jam x 0,8m x 0,001m x 413,3 kg/m³x 2

= 18.2724,7704 kg bubuk giling/jam

Kapasitas equivalen mesin CTC terhadap pucuk segar :

=gilingbubuk kg 33,83

segarpucuk kg 100 x 18.2724,7704 kg bubuk giling/jam

= 21.930,6016 kg pucuk segar/jam

Kapasitas equivalen mesin CTC terhadap teh kering:

= g i lb u b u k g 3 3,8 3k e r t e h k g 2 0 , 9 4

x 9.137,3852 kg bubuk giling/jam

Page 94: PENGOLAHAN TEH HITAM SECARA CTC di PT. · PDF filei pengolahan teh hitam secara ctc di pt. perkebunan nusantara viii, kebun kertamanah pangalengan – bandung . laporan kerja praktek

82

= 4.592,2680 kg teh kering/jam

CFU (Continous Fermenting Unit)

Oksidasi Enzimatis

Panjang (p) : 20 meter

Lebar (l) : 1,8 meter

Tebal hamparan diatas CFU(t) : 0,1 m

Volume : p x l x t

= (20 x 1,8 x 0,1) m³

= 3,6 m³

Bulk density bubuk basah halus : 307,6293 kg/m³

Panjang perpindahan : 1 m

Kecepatan conveyor /CFU (v) : 0,25 m/ menit = 15 m/ jam

Waktu proses : 15 jam/ hari

Jumlah alat (jalur) : 2 unit (jalur)

Kapasitas CFU :

= nperpindaha panjang

volume x bulk density x v x jumlah alat

=m 1m³ 3,6 x 307,6293kg/m³ x 15m/jam x 2

= 33.223,9644 kg bubuk fermentasi/jam

Kapasitas equivalen CFU terhadap pucuk segar

= fermentasibubuk kg 33,83

segarpucuk kg 100 x 33.223,9644 kg bubuk fermentasi/jam

= 39870,3521 kg pucuk segar/jam.

Kapasitas equivalen CFU terhadap teh kering:

= f e r mb u b u k k g 3 3,8 3k e r t e h k g 2 0 , 9 4

x 33.223,9644 kg bubuk fermentasi/jam

= 8.348,8517 kg teh kering/jam.

a. VFBD (Vibro Fluidized Bed Dryer) dan Heat Exchanger (HE )

Pengeringan

Jalur 1 (VFBD 1)

Page 95: PENGOLAHAN TEH HITAM SECARA CTC di PT. · PDF filei pengolahan teh hitam secara ctc di pt. perkebunan nusantara viii, kebun kertamanah pangalengan – bandung . laporan kerja praktek

83

Sifat Udara Pengeringan :

Tdb (°C) Twb (°C)

Udara Segar 32 25

Udara Pengering (inlet) 110 43

Udara Lembab (outlet) 85 45

Tabel 3.4 Suhu udara pengeringan

Dari Psychometric chart diperoleh :

W1 (inlet) : 0,0283 kg H2O/kg UK

W2 (outlet) : 0,0470 kg H2O/kg UK

Kemampuan mengikat uap air(ΔW): W2 - W1

= 0,0187 kg H2O/kg UK

Volume spesifik : 1,15 m³/kg UK

Waktu Proses : 18 jam/hari

Jumlah udara masuk (pengeringan) : 23000 cfm

= 39.081,6 m³/ jam

= 703.468,8 m³/hari

Berat udara masuk (pengeringan) : UKm³/kg 1,15

jamm³/ 39.081,6

= 33.984 kg UK/jam

Jumlah air yang diuapkan :0,0187kg H2O/kg UK x 33.984 kg UK/jam

= 635,5008 kg H2O/jam

Dalam 100 unit bubuk teh basah dengan kadar air 76% (padatan: 24 unit dan air:

76 unit) ingin dikeringkan menjadi bubuk teh kering dengan kadar air (padatan 24

unit dan air : 0,8705 unit) sehingga jumlah air yang hilang atau yang harus

diuapkan untuk memperoleh bubuk teh kering ialah 75,1295 kg H2O/100 kg

bubuk teh basah.

Jumlah bubuk basah yang mampu dikeringkan adalah

= H 2 k g 7 5 , 1 2 9b ab u b u k k g 1 0 0

x 635,5008 kg H2O/jam

= 845,8738 kg bubuk teh basah/ jam

Jalur 2 (VFBD 2)

Page 96: PENGOLAHAN TEH HITAM SECARA CTC di PT. · PDF filei pengolahan teh hitam secara ctc di pt. perkebunan nusantara viii, kebun kertamanah pangalengan – bandung . laporan kerja praktek

84

Sifat Udara Pengeringan :

Tdb (°C) Twb (°C)

Udara Segar 36 25

Udara Pengering (inlet) 106 43

Udara Lembab (outlet) 88 45,5

Tabel 3.5 Suhu udara pengeringan pada VFBD jalur 2

Dari Psychometric chart diperoleh :

W1 (inlet) : 0,03 kg H2O/kg UK

W2 (outlet) : 0,0470 kg H2O/kg UK

Kemampuan mengikat uap air(ΔW): W2 - W1

= 0,017 kg H2O/kg UK

Volume spesifik : 1,17 m³/kg UK

Waktu Proses : 18 jam/hari

Jumlah udara masuk (pengeringan) : 26000 cfm

= 44.179,2 m³/ jam

= 795.225,6 m³/hari

Berat udara masuk (pengeringan) : UKm³/kg 1,17

jamm³/ 44.179,2

= 37.760 kg UK/jam

Jumlah air yang diuapkan :0,017kg H2O/kg UK x 37.760 kg UK/jam

= 641,9200 kg H2O/jam

Dalam 100 unit bubuk teh basah dengan kadar air 76% (padatan: 24 unit dan air:

76 unit) ingin dikeringkan menjadi bubuk teh kering dengan kadar air (padatan 24

unit dan air : 0,8705 unit) sehingga jumlah air yang hilang atau yang harus

diuapkan untuk memperoleh bubuk teh kering ialah 75,1295 kg H2O/100 kg

bubuk teh basah.

Jumlah bubuk basah yang mampu dikeringkan adalah

= H 2 k g 7 5 , 1 2 9b ab u b u k k g 1 0 0

x 641,9200 kg H2O/jam

= 854,4180 kg bubuk teh basah/ jam

Kapasitas tahap pengeringan= Jumlah dari kapasitas pengeringan jalur I dan jalur II

Page 97: PENGOLAHAN TEH HITAM SECARA CTC di PT. · PDF filei pengolahan teh hitam secara ctc di pt. perkebunan nusantara viii, kebun kertamanah pangalengan – bandung . laporan kerja praktek

85

= (845,8738 + 854,4180) kg bubuk teh basah/ jam.

= 1.700,2919 kg bubuk teh basah/ jam

Kapasitas equivalen terhadap pucuk segar :

= basahbubuk teh kg 33,83

segarpucuk kg 100 x 1.700,2919 kg bubuk teh basah/ jam

= 2.040,4319 kg pucuk segar/ jam.

Kapasitas equivalen pengeringan terhadap teh kering :

= b ab u b u k k g 3 3,8 3k e r t e h k g 2 0 , 9 4

x 1.700,2919 kg bubuk teh basah/ jam

= 427,2664 kg teh kering/ jam.

a. Hooper

Sortasi Kering

Bulk Density bubuk teh kering : 304,3478 kg/ m³

Waktu Proses : 21 jam/hari

Kecepatan Conveyor (v) : 446,8235 m/jam

Lebar hamparan bubuk di conveyor (l) : 0,17 meter

Tebal hamparan bubuk di conveyor (t) : 0,065 meter

Kapasitas Hooper :

=bulk density x v x l x t

= 304,3478 kg/m³ x 446,8235 m/jam x 0,17m x 0,065 m

= 1.502,6867 kg bubuk teh kering/jam

Kapasitas equivalen hooper terhadap pucuk segar:

= keringbubuk teh kg 20,725

segarpucuk kg 100 x 1.502,6867 kg bubuk teh kering/jam

= 7250,5994 kg pucuk segar/jam.

Kapasitas equivalen hooper terhadap teh kering:

= k eb u b u k g 2 0 , 7 2 5k e r t e h k g 2 0 , 9 4

x 1.502,6867 kg bubuk teh kering/jam

= 1.518,2754 kg teh kering/jam.

Page 98: PENGOLAHAN TEH HITAM SECARA CTC di PT. · PDF filei pengolahan teh hitam secara ctc di pt. perkebunan nusantara viii, kebun kertamanah pangalengan – bandung . laporan kerja praktek

86

b. Vibro Blank (jalur 5) atau vibrex 5

Bulk Density bubuk teh kering : 304,3478 kg/ m³

Waktu Proses : 21 jam/hari

Kecepatan Conveyor (v) : 2160 m/jam

Lebar hamparan bubuk di conveyor (l) : 0,17 meter

Tebal hamparan bubuk di conveyor (t) : 0,065 meter

Kapasitas Vibro Blank :

=bulk density x waktu x l x t

= 304,3478 kg/ m³ x 2160 m/jam x 0,17m x 0,065 m

= 7.264,1733 kg bubuk teh kering/jam.

Kapasitas equivalen vibro blank terhadap pucuk segar:

= keringbubuk teh kg 20,725

segarpucuk kg 100 x 7.264,1733 kg bubuk teh kering/jam.

= 35.050,29332 kg pucuk segar/jam.

Kapasitas equivalen vibro blank terhadap teh kering:

= k eb u b u k g 2 0 , 7 2 5k e r t e h k g 2 0 , 9 4

x 7.264,1733 kg bubuk teh kering/jam.

= 7.339,5314 kg teh kering/jam.

c. Vibro Blank (jalur 5) atau vibrex 6

Bulk Density bubuk teh kering : 304,3478 kg/ m³

Waktu Proses : 21 jam/hari

Kecepatan Conveyor (v) : 1800 m/jam

Lebar hamparan bubuk di conveyor (l) : 0,17 meter

Tebal hamparan bubuk di conveyor (t) : 0,065 meter

Kapasitas Vibro Blank :

=bulk density x waktu x v x l x t

= 304,3478 kg/ m³ x 1800m/jam x 0,17m x 0,065 m

= 6.053,4777 kg bubuk teh kering/jam.

Kapasitas equivalen vibro blank terhadap pucuk segar:

Page 99: PENGOLAHAN TEH HITAM SECARA CTC di PT. · PDF filei pengolahan teh hitam secara ctc di pt. perkebunan nusantara viii, kebun kertamanah pangalengan – bandung . laporan kerja praktek

87

= keringbubuk teh kg 20,725

segarpucuk kg 100 x 6.053,4777 kg bubuk teh kering/jam

= 29.208,57778 kg pucuk segar/jam

Kapasitas equivalen vibro blank terhadap teh kering:

= k eb u b u k g 2 0 , 7 2 5k e r t e h k g 2 0 , 9 4

x 6.053,4777 kg bubuk teh kering/jam

= 6.116,276 kg teh kering/jam.

d. Chota Shifter

Bulk Density bubuk teh kering : 304,3478 kg/ m³

Waktu Proses : 21 jam/hari

Kecepatan Conveyor (v) : 1200 m/jam

Lebar hamparan bubuk di conveyor (l) : 0,17 meter

Tebal hamparan bubuk di conveyor (t) : 0,065 meter

Kapasitas Chota Shifter :

=bulk density x waktu x v x l x t

= 304,3478 kg/ m³ x 1200m/jam x 0,17m x 0,065 m

= 4.035,6518 kg bubuk teh kering/jam

Kapasitas equivalen chota shifter terhadap pucuk segar :

=keringbubuk teh kg 20,725

segarpucuk kg 100 x 4.035,6518 kg bubuk teh kering/jam

= 19.472,3852 kg pucuk segar/jam

Kapasitas equivalen chota shifter terhadap teh kering:

= k eb u b u k g 2 0 , 7 2 5k e r t e h k g 2 0 , 9 4

x 4.035,6518 kg bubuk teh kering/jam

= 4.077,5174 kg teh kering/jam.

e. Vibro Blank (jalur 6)

Bulk Density bubuk teh kering : 304,3478 kg/ m³

Waktu Proses : 21 jam/hari

Kecepatan Conveyor (v) : 787,2 m/jam

Lebar hamparan bubuk di conveyor (l) : 0,17 meter

Tebal hamparan bubuk di conveyor (t) : 0,065 meter

Page 100: PENGOLAHAN TEH HITAM SECARA CTC di PT. · PDF filei pengolahan teh hitam secara ctc di pt. perkebunan nusantara viii, kebun kertamanah pangalengan – bandung . laporan kerja praktek

88

Jumlah alat : 2 unit

Kapasitas Vibro Blank :

=bulk density v x l x t x 2

= 304,3478 kg/ m³ x 787,2 m/jam x 0,17m x 0,065 m x 2

= 5.294,7762 kg bubuk teh kering/jam.

Kapasitas equivalen vibro blank terhadap pucuk segar:

= keringbubuk teh kg 20,725

segarpucuk kg 100 x 5.294,7762 kg bubuk teh kering/jam.

= 25.547,7741 kg pucuk segar/jam.

Kapasitas equivalen vibro blank terhadap teh kering:

= k eb u b u k g 2 0 , 7 2 5k e r t e h k g 2 0 , 9 4

x 5.294,7762 kg bubuk teh kering/jam.

= 5.349,7048 kg teh kering/jam.

f. Thewan (Winnower)

Kapasitas terpasang : 600 kg/jam

Waktu proses :21 jam/hari

Kapasitas Thewan (Winower) : 600 kg/jam

Kapasitas equivalen thewan terhadap pucuk segar :

= keringbubuk teh kg 20,725

segarpucuk kg 100 x 600 kg bubuk teh kering/jam

= 2.895,0543 kg pucuk segar/jam.

Kapasitas equivalen thewan terhadap teh kering :

= k eb u b u k g 2 0 , 7 2 5k e r t e h k g 2 0 , 9 4

x 600 kg bubuk teh kering/jam

= 606,2243 kg teh kering/jam

a. Peti Miring (Tea Bin)

Pengepakan

Peti miring digunakan untuk menampung bubuk teh kering hasil sortasi sebelum

dikemas. Pada pabrik Kertamanah, jenis bubuk teh hitam CTC yang disimpan dalam

peti miring sebelum di kemas ialah jenis teh hitam yang termasuk dalam mutu I dan

Page 101: PENGOLAHAN TEH HITAM SECARA CTC di PT. · PDF filei pengolahan teh hitam secara ctc di pt. perkebunan nusantara viii, kebun kertamanah pangalengan – bandung . laporan kerja praktek

89

sebagian mutu II, meliputi teh hitam jenis BP 1, PF 1, PD, D1, dan Fann.Setiap jenis

teh hitam tersebut memiliki bulk density yang erbeda sehingga akan menghasilkan

kapasitas peti miring yang berbeda pula untuk tiap jenis.

Peti Miring BP 1 (Broken Pekoe I)

Bulk Density : 322,5806 kg/m³

Waktu Proses : 21 jam/hari

Kecepatan Conveyor (v) : 787,2 m/jam

Lebar hamparan bubuk di atas conveyor (l) :0,2 m

Tebal hamparan bubuk di atas conveyor (t) :0,03 m

Kapasitas Peti Miring BP 1 :

= bulk density x waktu x v x l x t

= 322,5806 kg/m³ x 787,2 m/jam x 0,2 m x 0,03 m

= 1.523,6128 kg teh kering/jam

Kapasitas equivalen peti miring BP 1 terhadap pucuk segar :

= kering teh kg 20,94segarpucuk kg 100 x 1.523,6128 kg teh kering/jam

= 7.276,0881 kg pucuk segar/jam.

Kapasitas equivalen peti miring BP 1 terhadap teh kering:

= k e r t e h k g 2 0 , 9 4k e r t e h k g 2 0 , 9 4

x 1.523,6128 kg teh kering/jam

= 1.523,6128 kg teh kering/jam.

Peti Miring PF 1 (Pekoe Fann)

Bulk Density : 322,5806 kg/m³

Waktu Proses : 21 jam/hari

Kecepatan Conveyor (v) : 787,2 m/jam

Lebar hamparan bubuk di atas conveyor (l) :0,2 m

Tebal hamparan bubuk di atas conveyor (t) :0,03 m

Kapasitas Peti Miring PF 1 :

= bulk density x waktu x v x l x t

Page 102: PENGOLAHAN TEH HITAM SECARA CTC di PT. · PDF filei pengolahan teh hitam secara ctc di pt. perkebunan nusantara viii, kebun kertamanah pangalengan – bandung . laporan kerja praktek

90

= 322,5806 kg/m³ x 7,2 m/jam x 0,2 m x 0,03 m

= 1.686,8567 kg teh kering/jam

Kapasitas equivalen peti miring PF 1 terhadap pucuk segar :

= kering teh kg 20,94segarpucuk kg 100 x 1.686,8567 kg teh kering/jam

= 8.055,6670 kg pucuk segar/jam.

Kapasitas equivalen peti miring PF 1 terhadap teh kering:

= k e r t e h k g 2 0 , 9 4k e r t e h k g 2 0 , 9 4

x 1.686,8567 kg teh kering/jam

= 1.686,8567 kg teh kering/jam

Peti Miring PD (Pekoe Dust)

Bulk Density : 370,3704 kg/m³

Waktu Proses : 21 jam/hari

Kecepatan Conveyor (v) : 787,2 m/jam

Lebar hamparan bubuk di atas conveyor (l) :0,2 m

Tebal hamparan bubuk di atas conveyor (t) :0,03 m

Kapasitas Peti Miring PD :

= bulk density x waktu x v x l x t

= 370,3704kg/m³ x 787,2 m/jam x 0,2 m x 0,03 m

= 1.749,3333 kg teh kering/jam.

Kapasitas equivalen peti miring PD terhadap pucuk segar :

= kering teh kg 20,94segarpucuk kg 100 x 1.749,3333 kg teh kering/jam.

= 8.354,0274 kg pucuk segar/jam.

Kapasitas equivalen peti miring PD terhadap teh kering:

= k e r t e h k g 2 0 , 9 4k e r t e h k g 2 0 , 9 4

x 1.749,3333 kg teh kering/jam.

= 1.749,3333 kg teh kering/jam.

Peti Miring D1 (Dust 1)

Bulk Density : 434,7826 kg/m³

Waktu Proses : 21 jam/hari

Page 103: PENGOLAHAN TEH HITAM SECARA CTC di PT. · PDF filei pengolahan teh hitam secara ctc di pt. perkebunan nusantara viii, kebun kertamanah pangalengan – bandung . laporan kerja praktek

91

Kecepatan Conveyor (v) : 787,2 m/jam

Lebar hamparan bubuk di atas conveyor (l) :0,2 m

Tebal hamparan bubuk di atas conveyor (t) :0,03 m

Kapasitas Peti Miring D 1 :

= bulk density x waktu x v x l x t

= 434,7826 kg/m³ x 787,2 m/jam x 0,2 m x 0,03 m

= 2.053,5652 kg teh kering/jam.

Kapasitas equivalen peti miring D 1 terhadap pucuk segar :

= kering teh kg 20,94segarpucuk kg 100 x 2.053,5652 kg teh kering/jam.

= 9.806,9018 kg pucuk segar/hari

Kapasitas equivalen peti miring D 1 terhadap teh kering:

= k e r t e h k g 2 0 , 9 4k e r t e h k g 2 0 , 9 4

x 2.053,5652 kg teh kering/jam.

= 2.053,5652 kg teh kering/jam.

Peti Miring Fann

Bulk Density : 416,6667 kg/m³

Waktu Proses : 21 jam/hari

Kecepatan Conveyor (v) : 787,2 m/jam

Lebar hamparan bubuk di atas conveyor (l) :0,2 m

Tebal hamparan bubuk di atas conveyor (t) :0,03 m

Kapasitas Peti Miring Fann :

= bulk density x waktu x v x l x t

= 416,6667 kg/m³ x 787,2 m/jam x 0,2 m x 0,03 m

= 1.968 kg teh kering/jam

Kapasitas equivalen peti miring Fann terhadap pucuk segar :

= kering teh kg 20,94segarpucuk kg 100 x 1.968 kg teh kering/jam

= 9.398.2808 kg pucuk segar/jam.

Page 104: PENGOLAHAN TEH HITAM SECARA CTC di PT. · PDF filei pengolahan teh hitam secara ctc di pt. perkebunan nusantara viii, kebun kertamanah pangalengan – bandung . laporan kerja praktek

92

Kapasitas equivalen peti miring Fann terhadap teh kering:

= k e r t e h k g 2 0 , 9 4k e r t e h k g 2 0 , 9 4

x 1.968 kg teh kering/jam

= 1.968 kg teh kering/jam

Kapasitas total peti miring adalah 42.890,9651 kg pucuk segar/jam atau 8.981,3667

kg teh kering/jam, dimana kapasitas tersebut merupakan jumlah kapasitas peti miring

untuk BP 1, PF 1, PD, D1, dan Fann.

b. Tea Bulker

Kapasitas terpasang : 3500 kg teh kering

Waktu penggisian dan penggosongan : 2 jam

Waktu Proses : 21 jam/hari

Kapasitas tea bulker : jam 2

kering teh kg 3500

= 1.750 kg teh kering/jam

Kapasitas equivalen tea bulker terhadap pucuk segar :

= kering teh kg 20,94segarpucuk kg 100 x 1.750 kg teh kering/jam

= 8.357,2110 kg pucuk segar/jam

Kapasitas equivalen tea bulker terhadap teh kering :

= k e r t e h k g 2 0 , 9 4k e r t e h k g 2 0 , 9 4

x 1.750 kg teh kering/jam

= 1.750 kg teh kering/jam

c. Tea Packer

Kapasitas terpasang : 1000 kg teh kering

Waktu penggisian dan penggosongan : 1 jam

Waktu Proses : 21 jam/hari

Kapasitas tea packer : jam 1

kering teh kg 1000

= 1000 kg teh kering/jam

Kapasitas equivalen tea packer terhadap pucuk segar :

Page 105: PENGOLAHAN TEH HITAM SECARA CTC di PT. · PDF filei pengolahan teh hitam secara ctc di pt. perkebunan nusantara viii, kebun kertamanah pangalengan – bandung . laporan kerja praktek

93

= kering teh kg 20,94segarpucuk kg 100 x 1000 kg teh kering/jam

= 4.775,5492 kg pucuk segar/jam.

Kapasitas equivalen tea packer terhadap teh kering :

= k e r t e h k g 2 0 , 9 4k e r t e h k g 2 0 , 9 4

x 1000 kg teh kering/jam

= 1000 kg teh kering/jam.

d. Bag Shaper

Kapasitas terpasang : 3200 kg teh kering

Waktu penggisian dan penggosongan : 1 jam

Waktu Proses : 21 jam/hari

Kapasitas bag shaper : jam 1

kering teh kg 3200

= 3200 kg teh kering/jam

Kapasitas equivalen bag shaper terhadap pucuk segar :

= kering teh kg 20,94segarpucuk kg 100 x 3200 kg teh kering/jam

= 15.281,7574 kg pucuk segar/jam.

Kapasitas equivalen bag shaper terhadap teh kering :

= k e r t e h k g 2 0 , 9 4k e r t e h k g 2 0 , 9 4

x 3200 kg teh kering/jam

= 3200 kg teh kering/jam

Pada pengolahan teh hitam secara CTC diperoleh kapasitas equivalen tiap alat pada tiap

tahap sebagai berikut :

NO Jumlah Kapasitas Equivalen

(kg pucuk segar/hari) (kg teh kering/hari)

1 Tahap Pelayuan . Palung Pelayuan 25 5.504,3071 1.152,6019

2 Tahap Penggilingan GLS 2 11.959,8541 2.504,3934 BLC 1 379.884,9455 79.547,9076

Page 106: PENGOLAHAN TEH HITAM SECARA CTC di PT. · PDF filei pengolahan teh hitam secara ctc di pt. perkebunan nusantara viii, kebun kertamanah pangalengan – bandung . laporan kerja praktek

94

RV 1 581.710,4923 121.810,1771

Mesin CTC 2 21.930,6016 4.592,2680 3 Tahap Oksidasi Enzimatis

CFU 2 39.870,3521 8.348,8517 4 Tahap Pengeringan

VFBD 2 2.040,4319 427.2664 5 Tahap Sortasi Kering

Hooper 1 7.250,5994 1.518,2754 Vibro Blank 4 89.806,6452 90.738,29435 Chota Shifter 1 19.472.3852 4.077,5174 Thewan(Winnower) 1 2.895,0543 606,2243

6 Tahap Pengemasan Peti Miring 5 42.890,9651 8.981,3667 Tea Bulker 1 8.357,2110 1.750 Tea Packer 1 4.775,5492 1.000 Bag Shaper 1 15.281,7574 3.200

Tabel 3.5 Data kapasitas tiap tahapan proses

Kapasitas pabrik merupakan kapasitas suatu tahapan proses dimana tahapan proses

tersebut memiliki kapasitas equivalen yang paling kecil dibanding tahapan proses lainnya,

dengan kata lain tahapan proses tersebut merupakan bottle beck pada pabrik tersebut.

Bottle neck adalah “hambatan” yang terjadi dalam proses produksi yang disebabkan oleh

kapasitas alat atau unit peralatan yang mempunyai kapasitas terkecil. Bottle neck

dijadikan salah satu pertimbangan dalam penentuan kapasitas suatu pabrik.

Pada pabrik pengolahan teh hitam secara CTC di Kertamanah diperoleh letak bottle neck

terdapat pada tahap pengeringan dimana kapasitas equivalennya sebesar 2.040,4319 kg

pucuk segar/hari atau 427,2664 kg teh kering/hari. Dari hal tersebut dapat diketahui

bahwa kapasitas pabrik Kertamanah untuk pegolahan teh hitam CTC adalah 2.040,4319

kg pucuk segar/hari atau 427,2664 kg teh kering/hari.

C. Tata Letak Mesin dan Peralatan

Tata letak merupakan pengaturan fasilitas pabrik yang bertujuan agar penggunaan

ruangan tersebut rasional dan ekonomis. Dalam menentukan tata letak alat dalam pabrik

yang harus diperhatikan adalah urutan proses yang dilakukan serta ketersediaan tempat

untuk alat sehingga akan memudahkan pengawasan dan pembersihan alat.

Page 107: PENGOLAHAN TEH HITAM SECARA CTC di PT. · PDF filei pengolahan teh hitam secara ctc di pt. perkebunan nusantara viii, kebun kertamanah pangalengan – bandung . laporan kerja praktek

95

Mesin dan peralatan di pabrik Kertamanah diletakkan dengan memberi jarak secukupnya

di antara alat satu dan yang lain. Pengaturan letak mesin dan peralatan disesuaikan dengan

urutan proses sehingga lalu lintas di dalam ruang proses lancar. Seperti yang dapat dilihat

dibawah ini

Page 108: PENGOLAHAN TEH HITAM SECARA CTC di PT. · PDF filei pengolahan teh hitam secara ctc di pt. perkebunan nusantara viii, kebun kertamanah pangalengan – bandung . laporan kerja praktek

96

Page 109: PENGOLAHAN TEH HITAM SECARA CTC di PT. · PDF filei pengolahan teh hitam secara ctc di pt. perkebunan nusantara viii, kebun kertamanah pangalengan – bandung . laporan kerja praktek

97

BAB IV

TUGAS PERANCANGAN PABRIK II

A. Pendahuluan

1. Tugas Perancangan Pabrik II

Tercapaikah spesifikasi hasil olah seperti yang direncanakan semula? Berikan evaluasi

terhadap factor-faktor yang memberikan kontribusi terhadap tercapai atau tidaknya

spesifikasi hasil olah tersebut.

2. Arti Penting Tugas Perancangan Pabrik II

Spesifikasi hasil olah bahan pangan merupakan gabungan dari sifat-sifat atau karakteristik

yang terdapat dalam bahan pangan pasca proses pengolahan. Spesifikasi hasil olah sangat

berperan dalam sebuah industri pengolahan pangan karena spesifikasi hasil olah menjadi

tolak ukur kualitas dari produk pangan yang dihasilkan. Spesifikasi hasil olah juga

menjadi target perencanaan awal bagi industri pengolahan pangan untuk tercapainya

uniformitas mutu hasil olah yang sesuai dengan keinginan konsumen.

Pencapaian hasil olah yang sesuai dengan standar dan spesifikasi yang berlaku merupakan

hal yang penting bagi suatu unit pengolahan. Pencapaian spesifikasi hasil olah

dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: faktor desain, faktor operasional, dan faktor

penyimpanan produk akhir. Oleh karena itu, pengawasan dan pengendalian terhadap

faktor-faktor tersebut menjadi hal yang utama untuk mendapatkan produk sesuai standar.

B. Penyelesaian Tugas Perancangan Pabrik II

1. Pendekatan Masalah

a. Mengetahui tahapan proses pengolahan teh hitam pada Kebun Kertamanah, baik pada

SOP maupun kenyataan di lapangan

b. Mengetahui kondisi proses pengolahan teh hitam pada Kebun Kertamanah, baik pada

SOP maupun pada kenyataan di lapangan

c. Mengetahui spesifikasi bahan baku yang ditetapkan untuk pengolahan dan bahan baku

yang didapatkan dari lapangan

d. Mengetahui spesifikasi hasil olah yang direncanakan oleh Pabrik Pengolahan Teh

Hitam Kebun Kertamanah PTPN VIII.

Page 110: PENGOLAHAN TEH HITAM SECARA CTC di PT. · PDF filei pengolahan teh hitam secara ctc di pt. perkebunan nusantara viii, kebun kertamanah pangalengan – bandung . laporan kerja praktek

98

e. Mengetahui spesifikasi hasil olah yang tercapai di Pabrik Pengolahan Teh Hitam

Kebun Kertamanah PTPN VIII.

f. Menetapkan apakah spesifikasi hasil olah yang tercapai telah sesuai dengan rencana.

g. Menentukan dan mengevaluasi faktor-faktor yang mempengaruhi tercapai atau

tidaknya spesifikasi hasil olah yang telah direncanakan.

2. Spesifikasi Bahan Baku

Bahan baku yang digunakan dalam proses produksi teh hitam pada Pabrik Pengolahan

Teh Hitam Kebun Kertamanah adalah pucuk daun teh yang didapatkan dari kebun sendiri.

Spesifikasi yang dipersyaratkan dari pihak kebun untuk bahan baku yang mereka gunukan

tertera dalam tabel berikut ini: No Persyaratan Standar Pabrik Pelaksanaan Keterangan 1 Karakteristik

biologi, fisika, dan kimia

biologi : pucuk teh fisika : bebas benda asing kimia : residu persitisida dibawh MRL (ref terlampir)

Tidak Pucuk teh; terdapat benda asing (pasir, batang), tidak ada data residu pestisida

2 Komposisi 100% pucuk teh (camelia sp) Tidak Terdapat benda asing yang ikut dimasukkan

3 Metode panen Dipetik Ya 4 Kemasan Waring Sack Tidak Waring beber dan

waring sack 5 Sumber bahan

baku Kebun sendiri dan kebun seinduk (PTPN VIII)

Ya

6 Metode pengiriman (pemuatan)

Menggunakan truck dengan kondisi : a. Bak truk bersih b. Dilengkapi dengan rak/tahapan dan

dipasang atap c. Tidak boleh diangkut bersamaan

dengan barang lain

Tidak Bak truk kotor, bak truk kadang dalam kondisi basah, tidak dilengkapi rak/tahapan

7 Kondisi penyimpanan

a. Tempat penyimpan pucuk di lapangan menggunakan tenda / los pucuk dilengkapi dengan alas

b. Waring sack dalam truck disusun dalam posisi berdiri

c. Penyusunan waring sack dalam truck tidak boleh dijejal disesuaikan dengan kapasitas truk

Tidak Terdapat waring yang disusun secara horizontal, penyusunan waring ditumpuk dan dijejal dalam truk

8 Umur bahan baku Maksimal 6 jam setelah pemetikan dengan kondisi pucuk segar (data validasi terlampir). Bahan baku yang sudah kadaluarsa (lewat dari 6 jam) dibuang.

Ya

Page 111: PENGOLAHAN TEH HITAM SECARA CTC di PT. · PDF filei pengolahan teh hitam secara ctc di pt. perkebunan nusantara viii, kebun kertamanah pangalengan – bandung . laporan kerja praktek

99

9 Penanganan bahan baku

a. Sebelum pucuk dipindahkan ke waring sack dilakukan pengibaran dan pemisahan dari benda asing yang terbawa bersama pucuk

b. Isian waring sack maksima 25 kg dan tidak boleh dijejal

Tidak Waring diisi melebihi kapasitas (> 25 kg) dan pengisian secara dijejal

10 Kriteria penerimaan bahan baku

a. Residu pestisida dibawah MRL (data referensi terlampir)

b. Tidak ada benda asing c. Analisa pucuk minimal 65%

Tidak Tidak ada data residu pestisida, terdapat benda asing pada pucuk yang dibawa

Tabel 4.1 Spesifikasi Bahan Baku

3. Spesifikasi Hasil Olah

Hasil olah yang dimaksud berupa bubuk teh hitam kering dengan berbagai grade yang

terbuat dari bahan dasar pucuk daun teh segar yang diproses melalui proses pengolahan

sistem CTC yang siap dipasarkan. Pembagian grade pada bubuk the hasil pengolahan

Pabrik Kertamanah terdiri atas 3 grade. Grade I terdiri atas jenis BP 1 Groof (Broken

Pekoe Groof 1), BP 1 (Broken Pekoe 1), PF 1 (Pekoe Fanning 1), PD (Pekoe Dust), D 1

(Dust 1) dan Fanning. Sementara untuk grade 2 terdiri atas D 2 (Dust 2), D 3 (Dust 3),

dan FNGS 2 (Fannings 2). Untuk grade 3 terdiri atas BM 2 (Broken Mixed 2) dan Pluff.

Untuk mendapatkan produk teh hitam dengan kualitas yang baik maka spesifikasi dari teh

hitam perlu direncanakan terlebih dahulu.

a. Spesifikasi Hasil Olah yang Direncanakan

Setiap perusahaan pengolahan pasti punya spesifikasi atau standar terhadap hasil olah

yang perusahaan inginkan. Demikian pula pada Pabrik Pengolahan Teh Hitam Kebun

Kertamanah PTPN VIII, adanya standar tersebut memberikan pedoman dalam proses

pengolahan lebih lanjut. Spesifikasi produk yang yang telah sesuai dengan standar

akan memberikan respon konsumen yang baik sehingga produk dapat diterima oleh

konsumen. Berikut ini adalah table yang mencantumkan spesifikasi yang

direncanakan oleh Kebun Kertamanah 1 Nama produk Teh Hitam Orthodoks Kertamanah (BOP, BOP.F, P. FANN,

DUST, BT, BP, PF.II, DUST II, BT.II, BP.II, DUST III, FANN.II, BM)

Teh Hitam CTC Kertamanah (BP.1, PF.1, PD, D.1, FANN, D.2, FNGS.2, BM2), dengan sepesifikasi tiap jenis produk mengacu ke standar Mutu Teh hitam PTPN VIII

2 Komposisi 100% pucuk teh (camelia sp) 3 Karakteristik produk

akhir Sesuai SNI Teh hitam 01-1902-2000 a. Residu pestisida dibawah MRL b. Tidak ada benda asing berukuran 7-25 mm

- Kandungan TPC maksimal 3 x 103, Coliform < 3.

Page 112: PENGOLAHAN TEH HITAM SECARA CTC di PT. · PDF filei pengolahan teh hitam secara ctc di pt. perkebunan nusantara viii, kebun kertamanah pangalengan – bandung . laporan kerja praktek

100

- Jamur maksimal 1 x 105/g, salmonella negatif (persyaratan pembeli)

d. MC teh maksimum 5% 4 Metode pencegahan

(migroorganisme) Proses pengeringan, Temperatur pemanasan : 90 – 120 oC Lama proses : 18 – 24 menit

5 Kemasan utama a. Paper sack dengan standar T2 sebagai berikut : - Terdiri dari 4 ply standar - 82 gsm wet strength outer ply - 2 x 72 gsm High performance kraft - 1 x 112 gsm aluminium foil/ kraft laminate b. Karung plastik / polybag dengan Inner Plastik (PE)

6 Kemasan untuk pengepakan

- Alas Bottom Pallet kayu yang telah difumigasi - Pelapis paper kraft - Penutup Pallet / plastik Sungkup - Pengikat sack / straping band

7 Kondisi penyimpanan a. Penyimpanan tersendiri, tidak disatukan dengan bahan kimia yang beracun atau berbau

b. RH Ruangan Maksimum 80% c. Ruangan bersih dengan kondisi bangunan yang terpelihara d. Menggunakan alas kayu/ bottom pallet e. Paper sack ditutup terpal f. Pallet tidak rapat pada dinding, pintu dan jendela dengan

jarak minimal 30 cm Tabel 4.2 Spesifikasi Hasil Olah Yang Direncanakan

b. Realisasi Spesifikasi Hasil Olah

Pemeriksaan dan pengujian produk akhir yang dilakukan meliputi analisa petik dan

analisa pucuk (tahap pelayuan), uji kadar air (pada tahap pelayuan, penggilingan,

pengeringan, sortasi kering), uji densitas (tahap sortasi kering), uji taste/odor (tahap

penggilingan dan sortasi kering), appearance (tahap penggilingan dan sortasi kering),

Pengujian Kandungan Teh Kering Metode SNI 01-1902-2000 (tiap 6 bulan sekali)

Berikut adalah tabel hasil pengujian tiap tahapan proses dan produk akhir No Pengujian Standar Pabrik Pelaksanaan 1 2 3 4

Analisa Petik Analisa Pucuk MC Layu Kerataan Layuan

70% 65%

67% -74% 90 %

55% - 58% 65% - 69%

70,15% - 70,20% 90,18% - 90,24%

Tabel 4.3 Hasil Pengujian Tahap Pelayuan

Berdasarkan data hasil pengujian pada tahap pelayuan, sebagian besar data tersebut

telah berada dalam range yang ditetapkan pabrik. Hanya data hasil pengujian analisa

petik saja yang masih di bawah standar yang ditetapkan pabrik. Hal ini

mengindikasikan kurang sesuainya pelaksanaan pemetikan dengan instruksi yang

diberikan dari pabrik kepada para pemetik.

Page 113: PENGOLAHAN TEH HITAM SECARA CTC di PT. · PDF filei pengolahan teh hitam secara ctc di pt. perkebunan nusantara viii, kebun kertamanah pangalengan – bandung . laporan kerja praktek

101

No Pengujian Standar pabrik Pelaksanaan 1 2 3 4

Warna Bubuk Warna Seduhan Aroma Rasa

Coklat merata Coklat (Bright)

Harum teh matang Sepet+pahit (brisk)

Tidak dilakukan Tidak dilakukan Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Tabel 4.4 Hasil Pengujian Tahap Penggilingan dan Oksidasi Enzimatis

Selama dilakukanna pengamatan, tidak pernah ada pengujian pada tahap penggilingan

dan oksidasi enzimatis. Hal ini dikarenakan kurangnya jumlah tenaga kerja di bagian

ini sehingga mandor bagian penggilingan dan oksidasi enzimatis tidak pernah

melakukan pengujian. Penentuan kualitas hasil fermentasi biasanya dilakukan dengan

cara dilihat dan dihirup aromanya, penilaian berdasarkan kebiasaan/perkiraan yang

dimiliki oleh mandor.

No Pengujian Standar Pabrik Pelaksanaan 1

2

3

Suhu inlet-outlet

MC kering bubuk

Pemakaian BBM

117’C – 118’C//89’C – 90’C

2,5% - 3,5%

(tidak ada standar pabrik)

115’C – 118’C//87’C – 92’C

2,6% - 3,1%

825 L – 1300 L

Tabel 4.5 Hasil Pengujian Tahap Pengeringan

Dari data hasil pengujian yang didapatkan, suhu inlet-outlet selama pengamatan sering

tidak berada dalam range yang ditetapkan pabrik. Hal ini diperkirakan menyebabkan

tingginya selisih penggunaan bahan bakar yang digunakan alat pengering untuk proses

pengeringan. Hal tersebut dapat dilihat dari jumlah selisih pemakaian bahan bakar

yang mencapai 425 L. Selain itu, suhu inlet-outlet yang tidak sesuai range dapat

menjadi salah satu penyebab bubuk hasil pengeringan akibat proses yang tidak sesuai

standar, namun selama pengamatan kadar air bubuk hasil pengeringan selalu berada

dalam range yang ditetapkan pabrik.

No Jenis Teh Kadar Air Standar Pabrik Densitas Proses

1 BP 1 3.8 % - 4.1 % 300 – 330 310 – 320

2 PF 1 3.8 % - 3.9 % 250 – 295 290 3 PD 3.8 % - 3.9 % 250 – 280 280 4 D 1 4.0 % 220 – 240 240 5 Fann 3.9 % 290 – 310 310

6 D 2 4.0 % – 4.1 % 235 – 245 240 7 FNGS 2 4.1 % - 4.2 % 295 – 320 295 – 320 8 BM 2 4.0 % - 4.2 % 350 – 380 370

Tabel 4.6 Hasil Pengujian Tahap Sortasi Kering

Page 114: PENGOLAHAN TEH HITAM SECARA CTC di PT. · PDF filei pengolahan teh hitam secara ctc di pt. perkebunan nusantara viii, kebun kertamanah pangalengan – bandung . laporan kerja praktek

102

Dari data hasil pengujian didapatkan kenyataan bahwa bubuk teh hasil sortasi kering

telah berada dalam range yang ditetapkan pabrik. Selain itu kadar air yang dimiliki teh

juga masih berada jauh dari batas maksimal yang ditetapkan pabrik yakni > 5%

No Karakteristik Satuan Hasil Uji Persyaratan Metode 1 Moisture Content % (w/w) 2,68 8,00 max Butir 7.3 2 Water Extraction

Content % (w/w) 36,57 32% min Butir 7.4

3 Stem Content % (w/w) 1,94 - Butir 7.10 4 Ash Content % (w/w) 5,88 4 min-8 max Butir 7.5 5 Water Soluble Ash

Content Ash Total Ash

% (w/w) 3,10 45 min Butir 7.6.4.2

6 Acid Insoluble Ash Content

% (w/w) 0,14 1,0 max Butir 7.7

7 Alkalinity of Water Soluble Ash Content Ash KOH

% (w/w) 33,26 1,0 min-3,0 max Butir 7.8

8 Crude Fiber Content % (w/w) 11,38 - Butir 7.9 9 Metal Contaminant - Iron mg/kg 108,10 - Butir 7.13 - Copper mg/kg 17,70 150 max Butir 7.13 - Zinc mg/kg 25,78 40 max Butir 7.13 - Tin (Sn)

Detection Limit 1,2823

mg/kg Undetected 40 max Butir 7.13

- Lead (Pb) Detection Limit 0,0020

mg/kg Undetected 2,0 max Butir 7.14

10 Mercury Detection Limit 0,0003

mg/kg Undetected 0,03 max Butir 7.15

11 Arsenic Detection Limit 0,0010

mg/kg Undetected 1,00 max Butir 7.16

12 Microbiology (Plate Count)

colony/gr 50.000 3 x 103 Butir 7.11

13 Microbiology (Coliform)

MPN/gr 240 < 3 Butir 7.12

Tabel 4.7 Hasil Pengujian Teh Kering Metode SNI 01-1902-2000

4. Penilaian, Evaluasi dan Faktor-faktor Penentu Spesifikasi hasil Olah

a. Penilaian Terhadap Spesifikasi Hasil Olah

Berdasarkan data realisasi spesifikasi hasil olah teh kering dapat dilihat bahwa

walaupun terdapat berbagai penyimpangan, namun sebagian besar hasil pengujian

menunjukkan bahwa pada umumnya telah sesuai dengan spesifikasi yang telah

Page 115: PENGOLAHAN TEH HITAM SECARA CTC di PT. · PDF filei pengolahan teh hitam secara ctc di pt. perkebunan nusantara viii, kebun kertamanah pangalengan – bandung . laporan kerja praktek

103

direncanakan oleh pabrik. Meskipun demikian, untuk peningkatan kualitas hasil

produksinya perlu dilakukan pengawasan yang lebih ketat pada tiap proses.

b. Evaluasi dan Faktor-faktor Penentu Spesifikasi Hasil Olah

Berdasarkan pengamatan maupun diskusi yang dilakukan pegawai pengolahan Pabrik

Teh Kertamanah dapat dibahas mengenai faktor – faktor yang menyebabkan

spesifikasi hasil olah belum optimal atau belum seperti yang direncanakan maupun

faktor-faktor yang mendukung spesifikasi hasil olah yang telah sesuai dengan yang

direncanakan. Faktor-faktor penentu spesifikasi hasil olah tersebut antara lain :

FAKTOR DESAIN

Spesifikasi hasil olah pada pengolahan teh hitam pada Pabrik Kertamanah dipengaruhi

oleh beberapa faktor. Salah satu diantaranya adalah faktor desain. Faktor desain ini

meliputi alat dan mesin, spesifikasi dari bahan yang digunakan, serta aspek desain

sanitasinya. Ketiga faktor tersebut harus didesain sedemikian rupa sehingga bisa

sesuai dan memenuhi spesifikasi yang telah ditentukan agar hasil produk akhirnya

juga sesuai dengan spesifikasi.

Alat dan Mesin

Peralatan dan mesin yang digunakan selama proses pengolahan juga dapat

mempengaruhi spesifikasi hasil olah yang didapat. Untuk mendapatkan produk

bubuk teh hitam kering terdapat lima ruang utama proses pengolahan, yaitu :

ruang pelayuan, ruang penggilingan dan oksidasi enzimatis, ruang pengeringan,

ruang sortasi kering dan ruang pengepakkan dan penyimpanan. Alat dan mesin

yang digunakan untuk proses pembuatan teh hitam kering di PT Perkebunan

Nusantara VIII Kebun Kertamanah Kabupaten Bandung merupakan gabungan

antara bentuk kontinyu dan bentuk batch. Khususnya pada bagian proses kontinyu

kondisi mesin secara keseluruhan atau tiap bagiannya harus diperhatikan karena

kerusakan salah satu mesin dapat berakibat atau mempengaruhi kerja mesin yang

lain. Karena sifat operasionalnya berupa gabungan antara batch dan kontinyu,

maka kesinergisan mesin satu dengan yang lain akan mempengaruhi terhadap

tercapai atau tidaknya spesifikasi hasil olah sesuai yang direncanakan.

Page 116: PENGOLAHAN TEH HITAM SECARA CTC di PT. · PDF filei pengolahan teh hitam secara ctc di pt. perkebunan nusantara viii, kebun kertamanah pangalengan – bandung . laporan kerja praktek

104

Pada ruang pelayuan terdapat beberapa macam alat untuk mengolah raw material

yakni pucuk segar menjadi pucuk layu. Proses ini sangat berpengaruh terhadap

mutu produk karena komponen utama dari produk adalah daun teh kering. Salah

satu proses pada pelayuan adalah pembeberan. Pembeberan adalah proses

menghambur-hamburkan daun teh segar yang berasal dari kebun. Daun segar yang

berasal dari kebun biasanya disimpan semnetara menggunakan waring. Selama

proses pengangkutan selalu terdapat daun yang menggumpal bersama daun – daun

yang lain. Oleh karena itu, proses pembebran ini bertujuan untuk menghilangkan

gumpalan – gumpalan tersebut agar saat daun terkena udara pelayuan, tidak terjadi

akumulasi panas sehingga akan menyebabkan pelayuan tidak merata. Dalam

pengamatan yang kami lakukan pada proses pelayuan, sering kali ditemukan

pucuk daun teh yang masih tergumpal. Hal ini menyebabkan pelayuan menjadi

tidak merata pada beberapa bagian dalam WT. Selain itu heater yang digunakan

untul mempercepat pelayuan mengalami kerusakan selama beberapa bulan

sebelum akhirnya diperbaiki pada awal bulan Februari. Rusaknya heater ini

menjadikan proses pelayuan berjalan lebih lama dan terkadang hasil pelayuannya

menjadi kurang sempurna.

Demikian juga pada ruangan proses penggilingan dan oksidasi enzimatis terdapat

bermacam peralatan yang digunakan untuk mengubah pucuk layu daun teh

menjadi bubuk teh yang dilanjutkan dengan proses fermentasi. Tahapan proses

yang terjadi adalah daun teh yang telah layu dimasukkan kedalam Green Leaf

Shifter melalui corong yang kemudian akan dimasukkan kedalam BLC (untuk

jalur I) atau Rotorvane (jalur II). Dalam BLC dan Rotorvane pucuk akan digulung

dan akan mengalami perubahan ukuran. Kemudian pucuk yang telah tergulung

dan sedikit hancur akan dibawa oleh konveyor menuju pisau roll CTC untuk

dihancurkan. Bubuk yang telah hancur dan memiliki keseragaman ukuran akan

masuk kedalam CFU dan kemudian difermentasikan selama kurang lebih 100

menit. Dari hasil pengamatan yang kami lakukan, pemasangan pisau roll CTC

sering tidak sesuai standar yakni terlalu lebar atau terlalu sempit. Pemasangan

pisau yang terlalu lebar akan menyebabkan pucuk menjadi kurang halus,

sementara pemasangan yang terlalu sempit menjadikan pisau roll akan sering

Page 117: PENGOLAHAN TEH HITAM SECARA CTC di PT. · PDF filei pengolahan teh hitam secara ctc di pt. perkebunan nusantara viii, kebun kertamanah pangalengan – bandung . laporan kerja praktek

105

bergesekan. Gesekan pisau roll CTCT ini akan menyebabkan peningkatan panas

pada pucuk yang berakibat bubuk menjadi brownish. Selain itu, pada proses

fermentasi pada CFU, waktu yang seharusnya dibutuhkan untuk proses fermentasi

sebenarnya kurang lebih 100 menit, namun terkadang ada pekerja dari bagian

pengeringan yang dengan sengaja mempercepat putaran CFU sehingga proses

fermentasi berjalan terlalu cepat dan berakibat bubuk teh belum terfermentasi

secara sempurna.

Setelah mengalami fermentasi selama kurang lebih 100 menit, pucuk yang telah

terfermentasi akan masuk ke dalam alat pengering (VFBD I dan II). Alat ini

menggunakan bahan bakar IDO sebagai pengganti solar untuki menghasilkan

panas. Selama proses pengeringan, bubuk akan selalu berada dalam VFBD hingga

tercapai kadar air yang dipersyaratkan pabrik. Hanya saja selama proses

pengeringan sering kali ditemukan adanya kebocoran alat pengering khususnya

pada VFBD I yang menyebabkan sebagaian bubuk yang berukuran kecil akan

terbang keluar dari alat. Hal ini akan berakibat terjadinya proses pengering yang

tidak sempurna apabila bubuk tersebut belum kering sempurna.

Setelah melalui proses pengeringan, bubuk teh akan dibawa konveyor menuju

ruang sortasi kering. Di ruangan ini bubuk teh akan dipisahkan berdasarkan

ukuran partikelnya. Proses sortasi kering ini harus dilakukan sesegera mungkin

untuk menghindari terjadinya peningkatan uap air yang terlalu banyak sehingga

menjadikan bubuk teh kering menjadi kurang awet. Selain itu kondisi ruangan

harus dijaga tetap kering sehingga membantu mencegah kenaikan kadar air yang

terlalu signifikan. Berdasarkan pengamatan, bubuk teh mengalami peningkatan

yang cukup tinggi yakni menjadi 3,8 % - 4,2 %. Peningkatan yang cukup

signifikan tersebut mengindikasikan bahwa kondisi ruangan proses sortasi kering

telah jauh dari standar yang ditetapkan pabrik. Bubuk teh kering yang telah

disortasi selanjutnya akan dimasukkan kedalam tea bin sebagai penampung

sementara teh kering sebelum dikemas.

Page 118: PENGOLAHAN TEH HITAM SECARA CTC di PT. · PDF filei pengolahan teh hitam secara ctc di pt. perkebunan nusantara viii, kebun kertamanah pangalengan – bandung . laporan kerja praktek

106

Spesifikasi Bahan Yang Digunakan

Bahan dasar yang digunakan dalam pembuatan bubuk teh kering adalah pucuk

daun teh segar yang diperoleh dari kebun sendiri. Adapun kriteria bahan baku

yang dipersyaratkan dapat dilihat melalui table 4.1

Dari data pada tabel Spesifikasi Bahan Baku, salah satu yang dipersyaratkan

adalah komposisi yang dibutuhkan pabrik adalah 100% pucuk segar dan pada

tabel Standar Mutu Pengolahan menetapkan hasil Analisa Petik minimum 70%,

namun dari data tanggal 4 – 11 Januari 2009, hasil analisa petik yang diperoleh

menunjukkan angka 55 % - 58 %. Hal ini mengindikasikan bahwa proses

pemetikan masih kurang sempurna. Kurang sempurnanya hasil petikan ini

menyebabkan terganggunya proses pengolahan karena mesin yang awalnya di

setting untuk mengolah pucuk sesuai standar yang ditetapkan pabrik, akan bekerja

kurang efektif karena pucuk atau bahan yang dioleh masih jauh standar pabrik

sehingga kualitas produk akhirpun akan mengalami pernurunan yang cukup

signifikan dengan standar mutu pabrik.

Aspek Sanitasi

Sanitasi merupakan pengendalian terencana terhadap lingkungan produksi, bahan

baku, peralatan, dan pekerja untuk mencegah pencemaran pada produk, kerusakan

produk, mencegah terlanggarnya nilai estetika konsumen serta mengusahakan

lingkungan kerja yang bersih, aman dan nyaman.

Sanitasi memegang peranan penting dalam suatu pabrik pengolahan pangan

karena dapat mempengaruhi produk yang dihasilkan. Sanitasi industri berguna

untuk meningkatkan efisiensi proses pengolahan tetapi tetap memperhatikan mutu

produk, menjaga pekerja sehingga produktifitasnya dapat seoptimal mungkin serta

dapat mengurangi biaya yang disebabkan oleh keadaan pekerja.

Sanitasi Lingkungan Produksi

Sanitasi di lingkungan produksi meliputi keadaan lingkungan di sekitar bangunan

pabrik dan sanitasi limbah. Sanitasi lingkungan produksi perlu mendapat perhatian

karena sanitasi lingkungan produksi berkaitan erat dengan hubungan pihak pabrik

Page 119: PENGOLAHAN TEH HITAM SECARA CTC di PT. · PDF filei pengolahan teh hitam secara ctc di pt. perkebunan nusantara viii, kebun kertamanah pangalengan – bandung . laporan kerja praktek

107

dengan masyarakat sekitarnya dan kelestarian lingkungan di sekitar pabrik. Lokasi

pabrik terletak di daerah pegunungan dan dekat dengan pemukiman penduduk

sehingga bahan sisa hasil pengolahan yang dibuang harus ditangani secara benar,

supaya tidak mengganggu kesehatan dan kenyamanan penduduk sekitar.

Konstruksi bangunan pabrik berfungsi untuk menjaga serta melindungi karyawan,

peralatan dan bahan yang ada dalam ruang pengolahan. Perlindungan tersebut

salah satunya ditujukan untuk menghindari pengaruh lingkungan seperti sinar

matahari dan hujan (Bambang, 1983).

Konstruksi bangunan dibuat menurut kondisi dan fungsi masing-masing

bangunan. Untuk menjalankan operasi sanitasi, hal-hal yang perlu diperhatikan

antara lain :

1. Lantai

Lantai yang digunakan pada tiap ruang pengolahan berbeda satu sama lain.

Disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing tahapan proses.

Di ruang pelayuan, lantai terbuat dari beton. Hal ini dimaksudkan agar lantai

tidak lembab. Dengan demikian tidak mengganggu proses pelayuan. Untuk

ruang penggilingan, sortasi basah dan oksidasi enzimatis, lantainya

menggunakan keramik putih dengan ukuran 30 x 30 cm. Tujuannya untuk

memudahkan pembersihan daun dan bubuk teh yang tercecer. Sedang untuk

ruang pengeringan, sortasi kering dan ruang pengepakan, lantai betonlah yang

digunakan. Tujuannya untuk menahan beban alat yang cukup besar.

Ruang penggilingan, sortasi basah dan oksidasi enzimatis memiliki

karakteristik lantai yang berbeda dengan lantai yang ada di ruang pelayuan.

Lantai pada ruang tersebut landai ke arah saluran pembuangan sehingga

cairan teh dan air yang digunakan untuk pencucian tidak menggenang.

Pembersihannya pun akan lebih mudah.

2. Dinding

Dinding merupakan satu hal penting yang harus diperhatikan dalam sanitasi.

Karena dari bagian ini, kontaminasi serta kerusakan bahan dalam proses dapat

terjadi.

Page 120: PENGOLAHAN TEH HITAM SECARA CTC di PT. · PDF filei pengolahan teh hitam secara ctc di pt. perkebunan nusantara viii, kebun kertamanah pangalengan – bandung . laporan kerja praktek

108

Untuk ruang pelayuan, dinding terbuat dari plat seng. Kondisi tersebut sangat

rentan pengaruh cuaca, dan kontaminasi dari luar. Pada musim penghujan

misalnya, air hujan dapat masuk dan mempengaruhi RH ruang pelayuan.

Pada ruang penggilingan, sortasi basah, oksidasi enzimatis, pengeringan dan

sortasi kering dinding yang digunakan berupa tembok. Pembatas antar ruang

berupa tembok dan kaca. Kecuali antara ruang sortasi kering dan pengepakan.

Kedua ruang tersebut dibatasi oleh triplek dan tea bin. Untuk dinding yang

terbuat dari kaca, perlu pembersihan setiap hari guna meminimalisasi

akumulasi kontaminan.

3. Atap

Atap memiliki fungsi untuk melindungi peralatan, mesin-mesin dan para

pekerja yang ada dalam ruang pengolahan. Atap di ruang pelayuan berupa

seng tebal bergelombang. Di bawah ruang tersebut, terdapat ruang

penggilingan, sortasi basah, oksidasi enzymatis, pengeringan, sortasi kering,

pengepakan dan kantor dengan atap berupa beton yang dicor.

4. Ventilasi

Ventilasi memiliki peranan penting dalam operasi sanitasi. Berfungsi sebagai

tempat pertukaran udara dari dan ke luar ruang pengolahan. Selain itu juga

untuk mengeluarkan uap air yang dapat mengganggu berlangsungnya proses

produksi. Ventilasi pada tiap ruangan disesuaikan dengan kondisi proses yang

diinginkan.

Pada ruang pengeringan dan sortasi kering, ventilasi relatif sedikit untuk

mencegah masuknya debu dan kontaminan dari luar yang memungkinkan

terjadinya kontaminasi terhadap teh kering. Begitu pula dengan ruang

pengepakan dan penyimpanan. Ventilasi dibuat seminimal mungkin untuk

mencegah masuknya debu yang membawa kontaminan dari luar dan untuk

menjaga kelembaban udara ruangan tetap rendah sehingga tidak

mempengaruhi kualitas teh kering.

Page 121: PENGOLAHAN TEH HITAM SECARA CTC di PT. · PDF filei pengolahan teh hitam secara ctc di pt. perkebunan nusantara viii, kebun kertamanah pangalengan – bandung . laporan kerja praktek

109

5. Penerangan

Penerangan dengan menggunakan lampu neon dilakukan di setiap ruang

pengolahan yang ada di pabrik pengolahan teh hitam Kertamanah. Penerangan

ini berfungsi untuk membantu pekerja dalam menjalankan proses pengolahan.

Jumlah penerangan di setiap ruang pengolahan berbeda-beda. Disesuaikan

dengan keperluannya. Untuk proses pengolahan yang dilakukan pada malam

hari, seperti pelayuan dan sortasi kering, jumlah lampunya lebih banyak dan

tersebar merata. Sedangkan pada ruang pengolahan lain yang banyak

dilakukan siang hari, jumlah lampu penerang tidak diperbanyak.

Sanitasi Pekerja

Sanitasi pekerja pada Kebun Teh Kertamanah diperuntukkan bagi setiap pekerja

yang berhubungan dengan aliran bahan dan proses yang berlangsung. Di

lingkungan proses pengolahan, setiap pekerja yang masuk atau mempunyai

kepentingan di ruang produksi wajib mengenakan jas laboratorium, lengkap

dengan penutup kepala dan masker. Hal tersebut dimaksudkan untuk menghindari

adanya kemungkinan kontaminasi dari lingkungan luar ataupun tubuh pekerja. Jas

laboratorium, penutup kepala, dan masker tersebut harus terjaga kebersihannya.

Penutup kepala digunakan untuk melindungi kepala dari debu dan kotoran,

mencegah agar rambut tidak tersangkut di mesin yang sedang berputar serta

mencegah jatuhnya rambut sehingga dapat mengkontaminasi produk yang ada.

Tutup kepala yang digunakan sebagai pelaksanaan sanitasi pekerja ialah topi

untuk laki-laki dan topi khusus untuk wanita. Dengan memakai topi tersebut,

seluruh bagian rambut pekerja akan terlindungi dan tertutupi.

Masker digunakan untuk menjaga agar debu dan udara lembab tidak masuk ke

saluran pernafasan serta mencegah kontaminasi pekerja ke produk antara atau

produk jadi yang ada di ruang produksi. Masker terbuat dari kain, dan ketika

dikenakan, permukaannya mampu menutupi lubang hidung dan mulut pekerja.

Perlengkapan sanitasi yang lain adalah sarung tangan. Sarung tangan tersebut

digunakan untuk melindungi tangan pekerja dan untuk mencegah kontaminasi dari

tangan pekerja terhadap produk antara atau produk jadi. Sarung tangan yang

Page 122: PENGOLAHAN TEH HITAM SECARA CTC di PT. · PDF filei pengolahan teh hitam secara ctc di pt. perkebunan nusantara viii, kebun kertamanah pangalengan – bandung . laporan kerja praktek

110

digunakan pekerja pabrik Kertamanah terbuat dari kain. Penggunaan sarung

tangan dari kain tersebut dapat disempurnakan dengan penggunaan sarung tangan

yang terbuat dari karet. Kain yang cepat menyerap air dan kotoran masih

memungkinkan adanya kontaminasi pada produk meskipun pekerja telah

menggunakan sarung tangan.

Sanitasi Peralatan

Pembersihan peralatan dan mesin pengolahan dilakukan setelah proses pengolahan

selesai dijalankan. Masing-masing tahapan pengolahan memiliki jadwal

pembersihan yang berbeda satu sama lain.

Di ruang pelayuan, palung pelayuan dibersihkan setiap usai turun layu dengan

sapu lidi. Pembersihan dilakukan untuk membersihkan pucuk-pucuk teh yang

masih tertinggal. Sedang untuk kolong bagian bawah palung yang merupakan

tempat mengalirnya udara pelayuan, dibersihkan setiap 20 hari sekali. Agar tidak

banyak debu yang terakumulasi.

Untuk ruang penggilingan, peralatan serta mesin sortasi basah dan oksidasi

enzimatis dibersihkan dengan air setiap usai digunakan. Dan setiap satu minggu

sekali, pembersihan dilakukan dengan menggunakan soda api. Sedangkan

pada tahapan pengeringan, sortasi kering dan pengepakan, pembersihan dilakukan

dengan menyemprotkan udara di tiap bagian serta sudut alat dan ruangan agar

terbebas dari timbunan debu. Biasanya dilakukan setiap usai pengolahan dan

dilakukan oleh pekerja yang bekerja pada shift tersebut.

Sanitasi Bahan Baku

Sanitasi bahan baku yang berupa pucuk teh segar telah dilakukan sejak pemetikan.

Pucuk teh ditampung terlebih dahulu di keranjang pemetik. Kemudian

dimasukkan ke dalam waring sebelum ditimbang.

Saat waring yang berisi pucuk teh segar itu menunggu untuk ditimbang, waring

diletakkan di tanah dengan dialasi karung dan ditutup dengan terpal. Ini

dimaksudkan untuk menghindari kontaminasi yang berasal dari tanah dan untuk

menjaga pucuk teh dari sengatan sinar matahari yang dapat menyebabkan

Page 123: PENGOLAHAN TEH HITAM SECARA CTC di PT. · PDF filei pengolahan teh hitam secara ctc di pt. perkebunan nusantara viii, kebun kertamanah pangalengan – bandung . laporan kerja praktek

111

pelayuan dini. Setelah diangkut dan sampai di pabrik, pemisahkan pucuk teh segar

dengan kotoran dilakukan oleh karyawan sembari membeberkan pucuk di atas

palung pelayuan. Cara semacam ini kurang maksimal untuk menghilangkan

kontaminasi. Acapkali, saat pucuk turun layu, masih banyak kontaminasi yang

berupa ranting, daun dari tanaman lain, dan kotoran.

Kontaminasi lain yang mungkin muncul selama proses pengolahan adalah logam.

Baik itu yang berasal dari ceceran mesin ataupun dari luar lingkungan pengolahan.

Untuk cemaran yang berupa logam ini penanganan dilakukan dengan

menggunakan magnet yang diletakkan di atas konveyor. Dengan demikian, saat

melewati magnet tersebut, logam yang semula bersama bubuk teh akan tertarik

magnet. Selanjutnya, setiap satu jam sekali, dilakukan pengambilan logam-logam

yang menempel pada magnet untuk dibuang.

Bubuk teh yang sudah kering ditempatkan dalam gentong plastik agar tidak terjadi

penyerapan air karena kondisi udara lingkungan yang lembab. Kemudian, masing-

masing jenis ditampung dan disimpan pada tempat yang berbeda. Sebagian besar

penyimpanan dilakukan di sejumlah peti miring. Namun ada beberapa jenis yang

disimpan dalam karung karena keterbatasan jumlah peti miring.

Untuk produk akhir yang sudah dikemas dalam paper sack dan karung, sanitasi

dijaga dengan pengkondisian RH ruang penyimpanan. Dimaksudkan untuk

menjaga kadar air produk teh kering yang ada di dalamnya.

Evaluasi Aspek Sanitasi

Berdasarkan pengamatan yang kami lakukan pada aspek sanitasi selama proses

pengolahan the hitam, sering kali ditemukan penyimpangan pada hal sanitasi yang

sebagian besar disebabkan oleh kelalaian pekerja. Penyimpangan tersebut

diantaranya banyak pekerja yang tidak menggunakan kelengkapan kerja (Jas

Pabrik dan Masker), tidak dilakukannya pembersihan magnet konveyor setiap 1

jam sekali (hanya ketika dianggap sudah terlalu penuh), penanganan pucuk tiba

sering dilakukan secara terburu-buru sehingga sering didapati pucuk yang tercecer

dan terinjak p[egawai. Pucuk tersebut tetap juga disertakan untuk masuk proses

pengolahan.

Page 124: PENGOLAHAN TEH HITAM SECARA CTC di PT. · PDF filei pengolahan teh hitam secara ctc di pt. perkebunan nusantara viii, kebun kertamanah pangalengan – bandung . laporan kerja praktek

112

Sementara penyimpangan yang disebabkan non-pekerja antara lain lampu

penerangan yang kurang memadai pada ruang pelayuan sehingga kurang dapat

memperlancar proses pelayuan pada malam hari, selain penerangan yang kurang

memadai pembersihan kaca jendela dilakukan hanya saat-saat tertentu saja atau

apabila sudah dianggap perlu dibersihkan.

FAKTOR OPERASIONAL

Faktor operasional yang dimaksud disini adalah proses pengolahan teh hitam. Proses

pengolahan memberikan kontribusi terhadap pembentukan spesifikasi hasil olah.

Proses pengolahan yang tidak sesuai dengan standar operasional proses akan

menghasilkan produk dengan kualifikasi yang rendah meskipun bahan dasar yang

digunakan memenuhi kualifikasi baik.

Setiap tahapan proses memiliki persyaratan masing-masing untuk menciptakan

kondisi proses yang ideal. Dengan kondisi proses yang ideal, diharapkan spesifikasi

hasil olah yang diperoleh dapat sesuai dengan spesifikasi yang diharapkan.

Permasalahan yang muncul adalah sulitnya menciptakan kondisi proses yang ideal,

baik itu disebabkan oleh faktor manusia (human error), kondisi alat, maupun kondisi

lingkungan yang tidak mendukung. Untuk berbagai persyaratan pada proses

pengolahan yang ditetapkan pabrik dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Page 125: PENGOLAHAN TEH HITAM SECARA CTC di PT. · PDF filei pengolahan teh hitam secara ctc di pt. perkebunan nusantara viii, kebun kertamanah pangalengan – bandung . laporan kerja praktek

113

Tahapan SOP Pabrik Kertamanah Ketercapaian di Lapangan

Keterangan Hasil Evaluasi

Pelayuan 1. WT dalam keadaan bersih, tidak ada kebocoran udara

2. Kelengkapan WT (klep-klep pengatur

udara, nako, ducting udara panas, HE, blower) harus dapat dioperasikan dengan baik dan tidak ada kebocoran

3. Fishing net tidak ada sobekan yang memungkinkan pucuk lolos dan dilarang menggunakan fishing net secara rangkap.

4. Lea bed/weld mesh/alas WT untuk pucuk tidak bergelombang/cekung/sagging.

5. Alat2 kontrol tersedia(thermometer dry&wet, mistar ukuran ketinggian pucuk)

6. MC layu 67%-74% 7. Toleransi perbedaan (variasi) derajat

layu dari hari ke hari berkisar 2%-3% dengan rataan kelayuan >90%

8. Lama pelayuan minimal 10 jam, dan sebaiknya 14-20 jam

9. Pembeberan pucuk segera dilakukan setelah pucuk tiba di pabrik mulai dari ujung yang berlawanan dengan arah fan.

10. Udara segar mulai dialirkan sejak pucuk mulai disimpan di atas WT.

11. Stik ketinggian beberan pucuk

dipasang pada ujung WT yang berlawanan dengan arah fan.

12. Pada awal pelayuan harus

menggunakan udara segar.

Tidak Ya Tidak Tidak Tidak Ya Ya Ya Ya Ya Tidak Ya

Terdapat kebocoran udara dan kondisi WT tidak bersih Beberapa WT ditemukan memiliki netting yang sobek Alas WT bergelombang Tidak tersedia peralatan sesuai yang dipersyaratkan Tidak terdapat stik ketinggian

Pucuk terkontaminasi kotoran dan pelayuan tidak merata Banyak pucuk yang lolos/jatuh ke lorong WT Kerataan pucuk saat dilayuakan tidak sama Proses pelayuan dijalankan berdasarkan kebiasaan pabrik Pengukuran ketinggian beberan hanya berdasar kira-kira

Mengkondisikan WT selalu bersih, dan menutup kebocoran pada WT Mengganti netting yang sobek/rusak Mengatur kembali alas WT agar tidak bergelombang Memasang kembali alat kontrol yang telah hilang atau rusak Pemasangan kembali stik pengukur ketinggian beberan

Page 126: PENGOLAHAN TEH HITAM SECARA CTC di PT. · PDF filei pengolahan teh hitam secara ctc di pt. perkebunan nusantara viii, kebun kertamanah pangalengan – bandung . laporan kerja praktek

114

13. Pemberian udara panas harus dilakukan sesuai kondisi pucuk, cuaca dan perbedaan temperatur termometer dry&wet udara luar, sebaiknya setelah 5-6 jam pembeberan.

14. Jika diperlukan penyempurnaan kiraban atau pembalikan, dilakukan setelah ketinggian beberan mencapai 50%-65% dari ketinggian beberan awal sebanyak 1-2 kali sesuai kebutuhan.

15. Cara pembalikan pucuk memakai “buruan”, buruan tersebut diisi lapisan atas sehingga lapisan bawah dapat berpindah ketempat lapisan atas.

16. Pembongkaran pucuk layu dimulai dari ujung yang berlawanan dengan arah fan.

17. Pada WT dan Buku Pelayuan dicatat: isian WT, jam pengisian, mandor, afdeling dan ketinggian beberan.

18. Pencatatan kualitas layu (MC layu dan kerataan layuan) tiap WT.

19. Pencatatan mulai dan lama pemakaian udara panas.

Ya Ya Ya Ya Ya Ya Tidak

Tidak ada data pencatatan lama pemakaian udara pemanas

Tidak dapat memprediksi kebutuhan bahan bakar penghasil udara panas

Dilakukan pencacatan pemakaian udara panas

Tabel 4.8 SOP Tahap Pelayuan

Page 127: PENGOLAHAN TEH HITAM SECARA CTC di PT. · PDF filei pengolahan teh hitam secara ctc di pt. perkebunan nusantara viii, kebun kertamanah pangalengan – bandung . laporan kerja praktek

115

Tahapan SOP Pabrik Kertamanah Ketercapaian di Lapangan

Keterangan Hasil Evaluasi

Penggilingan dan Oksidasi Enzimatis

1. Semua alat2 dan mesin pembantu harus dalam keadaan bersih, kering dan siap pakai.

2. Magnet dalam GLS dan

konveyor sebelum BLC/RV dan CTC harus berfungsi dengan baik.

3. Semua mesin yang akan dipakai harus dicoba sebelum dioperasikan

4. Alat pengatur pengendali kerataan bubuk harus berfungsi dengan baik.

5. Kerapatan celah roll = 0,004 inchi – 0,01 inchi atau 0,10 – 0,25 mm

6. Diameter roll yang dapat digunakan minimum 7,25 inchi dan harus dipasangkan dengan roll yang berdiameter sama.

7. Untuk pucuk medium dengan hasil Analisa Pucuk (AnCuk) 65-70% disarankan TPI 8-8-10/8-8-8-10 sedangkan AnCuk minimal 70% disarankan TPI 8-10-10/8-8-10-10

8. Interval pergantian roll CTC 70-100 jam

9. Temperatur bubuk BLC/RV 21 – 26 ‘C

10. Temperatur bubuk oksidasi enzimatis awal 28-32’C, 40% panjang FU 30 – 34 ‘C, tengah 28-30 ‘C, akhir 24-29 ‘C.

11. Suhu ruang giling 14 – 26 ‘C,

Tidak Ya Tidak Ya Ya Ya Tidak Ya - Tidak Ya

Keadaan alat bersih hanya setelah pencucian yang dilakukan selama 1 minggu sekali Tidak dilakukan percobaan pada mesin yang akan digunakan Tidak ada pembedaan pucuk yang didasarkan pada AnCuk Tidak dilakukan pengukuran Dari data pengamatan urutan suhu bubuk selama fermentasi: 27-29’C; 31-32’C; 30’C; 28-30’C

Bubuk hasil penggilingan hari kemarin kadang masih bercampur dengan bubuk hasil gilingan hari ini Kadang timbul gesekan pada roll akibat kerapatannya berubah Resiko bubuk hasil gilingan tidak sesuai dengan standar pabrik semakin tinggi Pelayuan tidak sempurna akibat ketidaksesuaian suhu dengan standar

Mengkondisikan alat kembali bersih setelah selesai digunakan Selalu mengetes alat sebelum digunakan Mengkondisikan pemasukan pucuk ke mesin penggiling sesuai dengan hasil AnCuk Pengaturan suhu bubuk selama pelayuan, agara pelayuan berjalan sempurna

Page 128: PENGOLAHAN TEH HITAM SECARA CTC di PT. · PDF filei pengolahan teh hitam secara ctc di pt. perkebunan nusantara viii, kebun kertamanah pangalengan – bandung . laporan kerja praktek

116

kelembapan 80-95% 12. Ketebalan bubuk oksidasi

enzimatis 5-12 cm. 13. Kecepatan oksidasi enzimatis

(CFU) 70-120 menit. 14. Pucuk layu diturunkan ke GLS

masuk BLC/RV secara kontinyu atas dasar perhitungan kapasitas dryer, kapasitas monorail perjam dan kapasitas keranjang pucuk layu dengan memperhatikan MC pucuk layu dan diameter roll yang digunakan.

15. Hasil gilingan awal BLC/RV yang masih berbentuk lembaran pucuk dikembakikan ke BLC/RV.

16. Kerataan ketebalan bubuk yang akan masuk ke CTC diatur menggunakan spreader.

17. Peralatan BLC/RV, CTC dan konveyor dicuci berrsih setelah pengolahan. Khusus tray CFU dicuci menggunakan soda api atau cairan pembersih lainnya secara bergiliran setiap hari.

18. Pencatatan suhu dan kelembapan ruang giling perjam; suhu bubuk pada BLC/RV dan CTC tiap jam; suhu, ketebalan bubuk dan waktu enzimatis secara berkala; Jam kerja roll CTC

Ya Ya Ya Tidak Ya Tidak Tidak

Tidak dilakukan inspeksi hasil gilingan awal Pencucian dilakukan selama 1 minggu sekali Mandor bagian penggilingan dan fermentasi tidak melakukan pencatatan (tidak ada buku mandor di ruangan)

Pucuk hasil gilingan awal yang tidak sempurna, tetap masuk ke mesin roll CTC Meningkatnya resiko cemaran kotoran maupun bakteri terhadap bubuk yang digiling hari ini Tidak ada data resmi mengenai kelembaban ruang, suhu ruang, suhu bubuk,ketebalan bubuk, waktu fermentasi dan jam kerja roll CTC

Melakukan inspeksi pada hasil gilingan awal Melakukan pencucian alat setiap selesai pemakaian Mandor penggilingan melakukan pencacatan data-data tersebut untuk memudahkan dilakukannya inspeksi atau pengecekan hasil penggilingan dan fermentasi

Tabel 4.9 SOP Tahap Penggilingan dan Fermentasi

Page 129: PENGOLAHAN TEH HITAM SECARA CTC di PT. · PDF filei pengolahan teh hitam secara ctc di pt. perkebunan nusantara viii, kebun kertamanah pangalengan – bandung . laporan kerja praktek

117

Tahapan SOP Pabrik Kertamanah Pelaksanaan di Lapangan

Keterangan Hasil Evaluasi

Pengeringan 1. Burner harus dapat menyala dengan sempurna (tidak ada bau asap) yang dikendalikan dengan termostat.

2. Alat ukur harus berfungsi dengan baik (termometer, termograf dan monometer).

3. Kondisi bed/grid plate harus baik sehingga tidak terjadi bocoran dan shagging.

4. Klep pengatur udara pengeringan dan udara buang dapat diatur sesuai kebutuhan.

5. Tangki BBM harus terisi penuh sebelum HE dioperasikan.

6. Suhu pengeringan: VFBD (inlet) 125-128’C; VFBD (Outlet) 88-92’C

7. Lama pengeringan 12 – 18

menit 8. Kadar air keringan 2-3,5% 9. Penyalaan HE dilakukan

45-60 menit sebelum bubuk masuk mesin pengering disesuaikan dengan kondisi lingkungan/cuaca. Didahului dengan menjalankan exhaust fan, sebaiknya suhu exhaust fan HE 110% dari suhu inlet.

Ya

Ya

Tidak

Ya

Ya

Tidak -

Ya Ya

Ditemukan adanya bocoran bubuk disamping mesin pengering Data dari pengamatan: Suhu inlet 117-118 ‘C dan suhu outlet 89-90 ‘C Tidak dilakukan pengamatan pada bubuk

Banyak bubuk yang tercecer keluar mesin sehingga terjadi fermentasi berlebih Proses pengeringan berjalan tidak sempuna karena suhu inlet yang rendah

Pengaturan kembali mesin agar meminimalkan tingkat kebocoran bubuk Pengkalibrasian alat agar suhu inlet-outlet kembali sesuai standar

Page 130: PENGOLAHAN TEH HITAM SECARA CTC di PT. · PDF filei pengolahan teh hitam secara ctc di pt. perkebunan nusantara viii, kebun kertamanah pangalengan – bandung . laporan kerja praktek

118

10. Pemeriksaan kadar air dan seduhan setiap jam.

11. Ducting cyclon dan lorong

bawah FBD/VFBD harus dibersihkan secara berkala.

12. Pemeriksaan keringan dilakukan secara rabaan, diremas dan dicium setiap saat.

13. Hindari penumpukan

bubuk keringan didepan seksi akhir FBD/VFBD, diupayakan input setara dengan output.

14. Pencatatan suhu inlet dan outlet; kadar air; penggunaan BBM; kualitas hasil (seduhan).

Tidak

Ya

Tidak

Ya Tidak (khusus kualitas hasil seduhan)

Tidak dilakukan pengujian kadar air dan seduhan Jarang dilakukan pemeriksaan dengan cara rabaan, remasan dan dicium Semua dilakukan pencatatan kecuali kualitas hasil seduhan karena tidak dilakukan pengujian kualitas hasil seduhan

Bubuk hasil pengeringan kadang memiliki kadar air diatas batas maksimal Bubuk hasil pengeringan dibiarkan lewat begitu saja melalui konveyor tanpa diperiksa Kualitas rasa hasil seduhan bubuk tidak dapat diketahui, sehingga efektivitas proses pengeringan juga tidak dapat diprediksi

Pengujian kadar air bubuk hasil pengeringan dilaksanakan 1 jam sekali Dilakukan pemeriksaan bubuk hasil pengeringan setiap saat dengan cara rabaan, diremas dan dicium Dilakukan pengujian seduhan untuk mengetahui kinerja alat pengeringan dalam mengeringkan bubuk

Tabel 4.10 SOP Tahap Pengeringan

Page 131: PENGOLAHAN TEH HITAM SECARA CTC di PT. · PDF filei pengolahan teh hitam secara ctc di pt. perkebunan nusantara viii, kebun kertamanah pangalengan – bandung . laporan kerja praktek

119

Tahapan SOP Pabrik Kertamanah Ketercapaian di Lapangan

Keterangan Hasil Evaluasi

Sortasi Kering 1. Mesh ayakan tidak sobek atau shagging (cekung) dan selalu bersih dari bubuk yang menutup lubang ayakan

2. Kemiringan ayakan 4-6’ 3. Semua mesin yang akan

dipakai harus dibersihkan dan dapat dioperasikan dengan baik.

4. Pengisian setiap mesin disesuaikan dengan kapasitas mesin yang bersangkutan dengan mengatur ketebalan input feeding oper.

5. Kondisi ruang sortasi harus kering dan kelembaban maksimum 70%

6. Pekerjaan sortasi harus dilaksanakan segera, secepat dan sebaik mungkin.

7. Ruang sortasi diusahakan bersih dari debu, teh tidak berceceran di lantai.

8. Hasil setiap corong jenis dipisahkan pada wadah yang bersih

9. Hasil jadi diperiksa oleh sinder pabrik/mandor besar dan selalu diabndingkan dengan standar.

10. Hasil jadi yang

Ya - Ya Ya Ya Ya Tidak Ya Ya Ya

Tidak dilakukan pengukuran sudut kemiringan ayakan Masih sering ditemukan the yang berceceran dilantai

Kontaminasi bubuk dengan debu dan kotoran

Menjaga kebersihan ruang dan meminimalisasi adanya ceceran bubuk teh

Page 132: PENGOLAHAN TEH HITAM SECARA CTC di PT. · PDF filei pengolahan teh hitam secara ctc di pt. perkebunan nusantara viii, kebun kertamanah pangalengan – bandung . laporan kerja praktek

120

memenuhi syarat diberi girik warna hijau setelah ditimbang masuk peti miring. Sedangkan yang tidk memenuhi standar diberi girik untuk sortasi ulang.

11. Buku sortasi meliputi mutu 1, 2, dan lokal, jenis, prosentasi grade, B/K, kapasitas kg/HK, kapasitas kg/jam, lama proses sortasi dan jumlah HK sortasi.

Tidak

Tidak tersedianya buku sortasi sehingga tidak ditemukan data-data hasil pengukuran standar-standar yang ditetapkan pabrik

Tidak adanya data-data hasil pengukuran bubuk teh hasil sortasi kering, kurangnya pengawasan terhadap kualitas bubuk teh yang dihasilkan

Penyediaan bu sortasi untuk mempermudah pengawasan terhadap kualitas bubuk the yang dihasilkan agar sesuai standar pabrik

Tabel 4.11 SOP Tahap Sortasi Kering

Page 133: PENGOLAHAN TEH HITAM SECARA CTC di PT. · PDF filei pengolahan teh hitam secara ctc di pt. perkebunan nusantara viii, kebun kertamanah pangalengan – bandung . laporan kerja praktek

121

Tahapan SOP Pabrik Kertamanah Ketercapaian di Lapangan

Keterangan Hasil Evaluasi

Pengepakan 1. Teh yang dipack, sesuai persyaratan mutu, MC maksimum 4,5%, standar density (Lihat standar mutu density), appearance, bebas dari benda asing dan tanpa cacat mutu dalam dan koontaminan.

2. Isi tiap paper sack/bag/karton untuk setiap jenis sesuai ketentuan yang diberlakukan.

3. Ukuran ketinggian pallet maksimum 215 cm

4. Penyablonan harus benar, jelas dan rapi.

5. Pemberian identitas/penyablonan bahan pembungkus dan harus dilaksanakan pada ruang terpisah.

6. Contoh awal diambil untuk diperiksa dibandingkan dengan standar.

7. Pengepakan dimulai bila appearance contoh awal minimal sama/mirip dengan standar tanpa cacat mutu dalam.

8. Apabila appearance contoh awal berbeda dengan standar dilakukan hersortir.

9. Pengambilan contoh, bila contoh awal memiliki cacat mutu dalam:

- Contoh awal diulang untuk diperiksa lagi

- Cacat mutu yang terlalu

Tidak Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya

Pada beberapa jenis teh mengalami kenaikan densitas yang dimungkinkan timbul karena adanya kenaikan MC pada bubuk teh

Jumlah volume teh selama penyimpanan meningkat

Mengupayakan kondisi penyimpanan agar tidak terjadi kenaikan MC pada bubuk teh

Page 134: PENGOLAHAN TEH HITAM SECARA CTC di PT. · PDF filei pengolahan teh hitam secara ctc di pt. perkebunan nusantara viii, kebun kertamanah pangalengan – bandung . laporan kerja praktek

122

parah setelah pemeriiksaan berulang-ulang, pengepakan ditangguhkan untuk di blend dengan produksi baru atau di pack terpisah.

10. Contoh yang telah sesuai standar diaduk dan dilakukan uji mutu.

11. Contoh dimasukan kantong contoh yang telah disiapkan masing-masing 50 dan 100 gr, untuk auction 372 dan alokasi free sales 7 buah (termasuk 1 buah arsip kebun)

12. Kantong contoh tersebut diperiksa dan diparaf oleh sinder pabrik. Apabila sinder pabrik berhalangan, paraf dilakukan oleh pejabat yang ditunjuk oleh administratur.

13. Setelah selesai dipack, setiap paper sack maupun setiap 1 chop dipasng statur inspeksi dan diparaf sinder pabrik atau pejabat yang ditunjuk.

14. Chop sampel kemudian dikirim ke bagian pemasaran kantor direksi disertai surat pengantar chop sampel.

Ya Ya Ya Ya Ya

Tabel 4.12 SOP Tahap Pengepakan

Page 135: PENGOLAHAN TEH HITAM SECARA CTC di PT. · PDF filei pengolahan teh hitam secara ctc di pt. perkebunan nusantara viii, kebun kertamanah pangalengan – bandung . laporan kerja praktek

123

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. KESIMPULAN

Berdasarkan kerja praktek yang kami laksanakan di perkebunan Kertamanah Bandung,

dapat diambil kesimpulan bahwa :

Sistem pengolahan teh yang dilakukan di pabrik teh Kertamanah ada 2, yaitu sistem

Orthodoks yang sistem CTC. Keduanya dilakukan di satu ruangan pengolahan.

Sistem CTC merupakan sistem conveyorisasi, sehingga tenaga kerja yang dibutuhkan

lebih sedikit daripada sistem Orthodoks.

Tujuh puluh persen pengolahan teh hitam dilakukan dengan sistem CTC, sedang

sisanya adalah sistem Orthodoks.

Bahan dasar pucuk segar diambil dari kebun sendiri yang terbagi atas 5 afdeling yaitu

afdeling Wayang, Cinyiruan, Pasir Gede, Tirtasari dan Kertamanah sendiri.

B. REKOMENDASI

Ruang pengolahan basah sebaiknya kondisinya lebih diperhatikan, dan adanya

ventilasi yang tidak berguna sebaiknya dihilangkan karena dapat mengganggu

pengkondisian yang dipersyaratkan.

Perlu ditegaskan lagi kepada pegawai tentang pentingnya penggunaaan seragam kerja

termasuk masker, sarung tangan dan tutup kepala untuk menghindari kontaminasi

sehingga pegawai patuh untuk melaksanakan peraturan tersebut. Karena masih

banyak dijumpai pegawai yang tidak patuh terhadap peraturan tersebut.

Perlu dilakukan peninjauan terhadap pegawai langsung di lapangan, untuk menilai

kinerja pegawai. Dan bagi pegawai yang memiliki kinerja tinggi dapat diberikan

penghargaan (award) untuk meningkatkan mutu kinerja pegawai lain.

Kebersihan pabrik seharusnya selalu terjaga dalam setiap kondisi.

Page 136: PENGOLAHAN TEH HITAM SECARA CTC di PT. · PDF filei pengolahan teh hitam secara ctc di pt. perkebunan nusantara viii, kebun kertamanah pangalengan – bandung . laporan kerja praktek

124

BAB VI

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 1992. Pengaruh wadah dan Jumlah pengisian Pucuk Teh Terhadap mutu Daun Segar.

Laporan Akhir Kegiatan Penelitian Dana ARM. Pusat Penelitian Perkebunan Gambung.

Adiprayoga, 1971. Bercocok Tanam & Fabrikasi Teh. Lembaga Pendidikan Perkebunan

Yogyakarta.

Arifin, Sultoni, 1994. Petunjuk Teknis Pengolahan Teh. Pusat Penelitian Teh dan Kina.

Gembong. Bandung.

Bokuchava, M.A and N.I Skobeleva, 1969. Teh Chemistry and Biochemistry of Tea and Tea

Manufacture. Advances in Food Research. USSR Academy of Science. Moscow.

Eden, T, 1958. Tea. 1st edition. Longmars green and Co. London. New York. Toronto. 201 p.

Harler, C. R, 1963. Tea Manufacture. Oxford university Press London.

Kartika, Bambang, 1983. Perkembangan Penelitian Standar Teh Hitam di Indonesia. Warta

BPTK 9 (1/ 2) : 81-89.

Kirk, R. E. and P. F. Othmer, 1965. Chemistry of Tea. Encyclopedia of Chemical Technology.

Vol 13 2nd. John Wiley and Sons Inc. New York.

Kustamiyati, B., Ratna B., saripah H., dan Betty Dewis, 1987. Warna dan Rasa Seduhan Teh

Hitam dengan Berbagai Macam Air Penyeduh. Buletin Penelitian Teh dan Kina. Vol 2

(1) : 29-38.

Lehninger, h. A., H. R. Break, E. Verhaan, 1951. Harleiding Veor de Tehe Bereiding. Deel II. De

Centrale Vereniging Tot Beneer Proefstations Voor de Over Jarige culture in Indonesia

Jakarta.

Pintauro, D. N., 1977. Tea and Soluble Tea Product Manufacture. Noyes data Co. New Jersey.

Stahl, W. H., 1969. Teh Chemistry of Tea and Tea Manufacturing. Mc. Cormic and Co. inc.

Baltimore. Maryland.

Pamaswamy, N.S., 1958. Teh Chemistry of Tea Manufacture. Tea Quart. 29 : 95-98.

Riyanto, Bambang, 1989. Dasar- Dasar Pembelanjaan Perusahaan. Yayasan Badan Penerbit

Gadjah Mada.

Roberts, R.A.H., 1958. Teh Chemistry of Tea Manufacture. J. Sci. Food Agric. 9 : 381-390.