Top Banner
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri maupun domestik (rumah tangga). Di mana masyarakat bermukim, di sanalah berbagai jenis limbah akan dihasilkan. Ada sampah, ada air kakus, dan ada air buangan dari berbagai aktivitas domestik lainnya. Limbah padat lebih dikenal sebagai sampah, yang seringkali tidak dikehendaki kehadirannya karena tidak memiliki nilai ekonomis. Bila ditinjau secara kimiawi, limbah ini terdiri dari bahan kimia Senyawa organik dan Senyawa anorganik. Dengan konsentrasi dan kuantitas tertentu, kehadiran limbah dapat berdampak negatif terhadap lingkungan terutama bagi kesehatan manusia, sehingga perlu dilakukan penanganan terhadap limbah. Tingkat bahaya keracunan yang ditimbulkan oleh limbah tergantung pada jenis dan karakteristik limbah. Tujuan utama pengolahan air limbah ialah untuk mengurai kandungan bahan pencemar di dalam air terutama senyawa organik, padatan tersuspensi, mikroba patogen, dan senyawa organik yang tidak dapat diuraikan oleh mikroorganisme yang terdapat di alam. B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana identifikasi limbah berdasarkan sumbernya? 2. Bagaimana prosedur pengolahan limbah sederhana? 3. Bagaimana pretreatment dan primary treatment pengolahan limbah? 4. Bagaimana secondary treatment pengolahan limbah? 5. Bagaimana tertiary treatment pengolahan limbah? 6. Bagaimana analisis limbah berdasarkan regulasi pemerintah mengenai baku mutu air limbah? 7. Bagaimana menghitung efisiensi pengolahan berdasarkan influent dan effluent? 8. Bagaimana efisiensi berdasarkan peralatan tiap unit dalam pengolahan air limbah?
26

PENGOLAHAN LIMBAH CAIR

Nov 08, 2015

Download

Documents

Ayu Ningtyas

Tugas mata pelajaran Proses Industri Kimia kelas XI Kimia Industri. SMK Negeri 2 Depok Sleman.
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri

    maupun domestik (rumah tangga). Di mana masyarakat bermukim, di sanalah berbagai jenis

    limbah akan dihasilkan. Ada sampah, ada air kakus, dan ada air buangan dari berbagai

    aktivitas domestik lainnya.

    Limbah padat lebih dikenal sebagai sampah, yang seringkali tidak dikehendaki

    kehadirannya karena tidak memiliki nilai ekonomis. Bila ditinjau secara kimiawi, limbah ini

    terdiri dari bahan kimia Senyawa organik dan Senyawa anorganik. Dengan konsentrasi dan

    kuantitas tertentu, kehadiran limbah dapat berdampak negatif terhadap lingkungan terutama

    bagi kesehatan manusia, sehingga perlu dilakukan penanganan terhadap limbah. Tingkat

    bahaya keracunan yang ditimbulkan oleh limbah tergantung pada jenis dan karakteristik

    limbah.

    Tujuan utama pengolahan air limbah ialah untuk mengurai kandungan bahan

    pencemar di dalam air terutama senyawa organik, padatan tersuspensi, mikroba patogen,

    dan senyawa organik yang tidak dapat diuraikan oleh mikroorganisme yang terdapat di

    alam.

    B. Rumusan Masalah

    1. Bagaimana identifikasi limbah berdasarkan sumbernya?

    2. Bagaimana prosedur pengolahan limbah sederhana?

    3. Bagaimana pretreatment dan primary treatment pengolahan limbah?

    4. Bagaimana secondary treatment pengolahan limbah?

    5. Bagaimana tertiary treatment pengolahan limbah?

    6. Bagaimana analisis limbah berdasarkan regulasi pemerintah mengenai baku mutu air

    limbah?

    7. Bagaimana menghitung efisiensi pengolahan berdasarkan influent dan effluent?

    8. Bagaimana efisiensi berdasarkan peralatan tiap unit dalam pengolahan air limbah?

  • 2

    C. Tujuan

    Tujuan yang ingin dicapai dalam pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui dan

    memahami:

    1. Identifikasi limbah berdasarkan sumbernya

    2. Prosedur pengolahan limbah sederhana

    3. Pretreatment dan primary treatment pengolahan limbah

    4. Secondary treatment pengolahan limbah

    5. Tertiary treatment pengolahan limbah

    6. Analisis limbah berdasarkan regulasi pemerintah mengenai baku mutu air limbah

    7. Menghitung efisiensi pengolahan berdasarkan influent dan effluent

    8. Efisiensi berdasarkan peralatan tiap unit dalam pengolahan air limbah

  • 3

    BAB II

    PEMBAHASAN

    A. Identifikasi Limbah Berdasarkan Sumbernya

    1. Limbah Pemukiman

    Limbah pemukiman disebut juga limbah rumah tangga atau limbah domestik.

    Limbah rumah tangga merupakan limbah yang berasal dari dapur, kamar mandi, air

    cucian, dan kotoran manusia.

    Limbah domestik dibagi menjadi 2, yaitu :

    a. Limbah cair domestik yang berasal dari air cucian

    Contoh: sabun deterjen, minyak dan pestisida.

    b. Limbah cair domestik yang berasal dari kakus.

    Contoh: sabun, shampo, kotoran manusia, dan air seni.

    2. Limbah Industri

    Limbah industri meliputi:

    a. Limbah industri pangan

    Yaitu limbah yang berasal dari industri atau usaha kecil yang mencemari

    lingkungan. Limbah industri pangan mengandung karbohidrat, protein lemak, garam-

    garam, mineral, dan sisa bahan kimia yang digunakan selama proses pengolahan dan

    pembersihan. Contohnya limbah yang berasal dari industri tahu, tempe, dan

    pengolahan ikan.

    b. Limbah industri kimia dan bahan bangunan

    Limbah industri kimia memerlukan air dalam jumlah besar baik untuk prosesnya

    maupun untuk pencucian peralatan-peralatan yang digunakan selama proses

    berlangsung. Sehingga limbah cair yang dihasilkan dalam industri kimia otomatis

    besar. Selain limbah cair dihasilkan, limbah padat yang berupa endapan (CaSO4) dan

    gas buangan (uap alkohol). Limbah tersebut tergolong limbah B3 (Bahan Beracun

    Berbahaya).

    c. Limbah Industri logam dan elektronika

    Industri logam misalnya pada industri baja, tidak menggunakan zat-zat kimia

    yang limbahnya berbahaya bagi kesehatan. Tetapi proses-proses dalam industri logam

    dan elektronika mengakibatkan timbulnya limbah.

  • 4

    3. Limbah Pertanian

    Limbah pertanian terutama berasal dari kegiatan pemupukan dan pemberantasan

    hama. Pemupukan seharusnya berfungsi untuk menyuburkan tanah. Tetapi, penggunaan

    pupuk yang berlebihan mengakibatkan pertumbuhan gulma yang semakin

    cepat. Pestisida merupakan bahan-bahan beracun yang digunakan untuk membunuh

    makhluk hidup yang mengganggu pertumbuhan tanaman. Pemberian pestisida

    mengakibatkan terakumulasinya sayuran dan buah yang dapat membahayakan

    pengkonsumsinya. Karena pestiida madalah bahan beracun maka dalam penggunaannya

    harus dengan hati-hati. Harus diperhatikan petunjuk penggunaanya yang tercantum

    pada label.

    4. Limbah Pertambangan

    Pada proses penambangan misalnya pada pertambangan emas dan perak,

    diperlukan air raksa atau mercury untuk memisahkan logam emas dan perak dari batu-

    batuan dan tanah. Pada proses tersebut dihasilkan limbah logam berat cair. Dalam jumlah

    yang relatif kecil belum terliha dampak negatifnya. Tetapi jika jumlahnya cukup besar

    mulai nampak pengaruh negatif bagi tubuh.

    5. Limbah Pariwisata

    Kegiatan wisata menimbulkan limbah yang berasal dai sarana transportasi yang

    membuang limbah ke udara, dan adanya tumpahan minyak dan oli yang dibuang oleh

    kapal atau perahu motor didaerah wisata bahari.

    6. Limbah Medis

    Limbah yang berasal dari dunia kesehatan medis mirip dengan sampah domestik

    pada umumnya. Obat-obatan dan beberapa zat kimia adalah contoh limbah medis. Tetapi

    ada beberapa jenis limbah medis yang memerlukan penanganan secara khusus, dan

    memerlukan biaya yang cukup mahal. Misalnya limbah yang berpotensi untuk

    menimbulkan penularan penyakit, maka perlu cara khusus untuk mengatasinya yaitu

    dengan non-insinerator sehingga mampu mendisinfeksi limbah medis.

  • 5

    B. Prosedur Pengolahan Limbah Sederhana

    Teknologi pengolahan air limbah adalah kunci dalam memelihara kelestarian

    lingkungan. Apapun macam teknologi pengolahan air limbah domestik maupun industri

    yang dibangun harus dapat dioperasikan dan dipelihara oleh masyarakat setempat. Jadi

    teknologi pengolahan yang dipilih harus sesuai dengan kemampuan teknologi masyarakat

    yang bersangkutan.

    Berbagai teknik pengolahan air buangan untuk menyisihkan bahan polutannya telah

    dicoba dan dikembangkan selama ini. Teknik-teknik pengolahan air buangan yang telah

    dikembangkan tersebut secara umum terbagi menjadi 3 metode pengolahan:

    1. Pengolahan secara fisika

    2. Pengolahan secara kimia

    3. pengolahan secara biologi

    Untuk suatu jenis air buangan tertentu, ketiga metode pengolahan tersebut dapat

    diaplikasikan secara sendiri-sendiri atau secara kombinasi.

    1. Pengolahan Secara Fisika

    Pada umumnya, sebelum dilakukan pengolahan lanjutan terhadap air buangan,

    diinginkan agar bahan-bahan tersuspensi berukuran besar dan yang mudah mengendap

    atau bahan-bahan yang terapung disisihkan terlebih dahulu. Penyaringan (screening)

    merupakan cara yang efisien dan murah untuk menyisihkan bahan tersuspensi yang

    berukuran besar. Bahan tersuspensi yang mudah mengendap dapat disisihkan secara

    mudah dengan proses pengendapan. Parameter desain yang utama untuk proses

    pengendapan ini adalah kecepatan mengendap partikel dan waktu detensi hidrolis di

    dalam bak pengendap.

    Proses flotasi banyak digunakan untuk menyisihkan bahan-bahan yang

    mengapung seperti minyak dan lemak agar tidak mengganggu proses pengolahan

    berikutnya. Flotasi juga dapat digunakan sebagai cara penyisihan bahan-bahan

    tersuspensi (clarification) atau pemekatan lumpur endapan (sludge thickening) dengan

    memberikan aliran udara ke atas (air flotation).

    Proses filtrasi di dalam pengolahan air buangan, biasanya dilakukan untuk

    mendahului proses adsorbsi atau proses reverse osmosis-nya, akan dilaksanakan untuk

    menyisihkan sebanyak mungkin partikel tersuspensi dari dalam air agar tidak

    mengganggu proses adsorbsi atau menyumbat membran yang dipergunakan dalam

    proses osmosa.

    Proses adsorbsi, biasanya dengan karbon aktif, dilakukan untuk menyisihkan

    senyawa aromatik (misalnya: fenol) dan senyawa organik terlarut lainnya, terutama jika

    diinginkan untuk menggunakan kembali air buangan tersebut. Teknologi membran

  • 6

    (reverse osmosis) biasanya diaplikasikan untuk unit-unit pengolahan kecil, terutama jika

    pengolahan ditujukan untuk menggunakan kembali air yang diolah.Biaya instalasi dan

    operasinya sangat mahal.

    2. Pengolahan Secara Kimia

    Pengolahan air buangan secara kimia biasanya dilakukan untuk menghilangkan

    partikel-partikel yang tidak mudah mengendap (koloid), logam-logam berat, senyawa

    fosfor, dan zat organik beracun; dengan membubuhkan bahan kimia tertentu yang

    diperlukan. Penyisihan bahan-bahan tersebut pada prinsipnya berlangsung melalui

    perubahan sifat bahan-bahan tersebut, yaitu dari tak dapat diendapkan menjadi mudah

    diendapkan (flokulasi-koagulasi), baik dengan atau tanpa reaksi oksidasi-reduksi, dan

    juga berlangsung sebagai hasil reaksi oksidasi.

    Pengendapan bahan tersuspensi yang tak mudah larut dilakukan dengan

    membubuhkan elektrolit yang mempunyai muatan yang berlawanan dengan muatan

    koloidnya agar terjadi netralisasi muatan koloid tersebut, sehingga akhirnya dapat

    diendapkan. Penyisihan logam berat dan senyawa fosfor dilakukan dengan

    membubuhkan larutan alkali (air kapur misalnya) sehingga terbentuk endapan

    hidroksida logam-logam tersebut atau endapan hidroksiapatit. Endapan logam tersebut

    akan lebih stabil jika pH air > 10,5 dan untuk hidroksiapatit pada pH > 9,5. Khusus

    untuk krom heksavalen, sebelum diendapkan sebagai krom hidroksida [Cr(OH)3],

    terlebih dahulu direduksi menjadi krom trivalent dengan membubuhkan reduktor

    (FeSO4, SO2, atau Na2S2O5).

    Koagulasi & Flokulasi Penyisihan bahan-bahan organik beracun seperti fenol dan

    sianida pada konsentrasi rendah dapat dilakukan dengan mengoksidasinya dengan klor

    (Cl2), kalsium permanganat, aerasi, ozon hidrogen peroksida. Pada dasarnya kita dapat

    memperoleh efisiensi tinggi dengan pengolahan secara kimia, akan tetapi biaya

    pengolahan menjadi mahal karena memerlukan bahan kimia.

    3. Pengolahan secara biologi

    Semua air buangan yang biodegradable dapat diolah secara biologi. Sebagai

    pengolahan sekunder, pengolahan secara biologi dipandang sebagai pengolahan yang

    paling murah dan efisien. Dalam beberapa dasawarsa telah berkembang berbagai

    metode pengolahan biologi dengan segala modifikasinya. Pada dasarnya, reaktor

    pengolahan secara biologi dapat dibedakan atas dua jenis, yaitu:

    1. Reaktor pertumbuhan tersuspensi (suspended growth reaktor)

    2. Reaktor pertumbuhan lekat (attached growth reaktor).

    Di dalam reaktor pertumbuhan tersuspensi, mikroorganisme tumbuh dan

    berkembang dalam keadaan tersuspensi. Proses lumpur aktif yang banyak dikenal

  • 7

    berlangsung dalam reaktor jenis ini. Proses lumpur aktif terus berkembang dengan

    berbagai modifikasinya, antara lain: oxidation ditch dan kontak-stabilisasi.

    Dibandingkan dengan proses lumpur aktif konvensional, oxidation ditch mempunyai

    beberapa kelebihan, yaitu efisiensi penurunan BOD dapat mencapai 85%-90%

    (dibandingkan 80%-85%) dan lumpur yang dihasilkan lebih sedikit. Selain efisiensi

    yang lebih tinggi (90%-95%), kontak stabilisasi mempunyai kelebihan yang lain, yaitu

    waktu detensi hidrolis total lebih pendek (4-6 jam). Proses kontak-stabilisasi dapat pula

    menyisihkan BOD tersuspensi melalui proses absorbsi di dalam tangki kontak sehingga

    tidak diperlukan penyisihan BOD tersuspensi dengan pengolahan pendahuluan

    Kolam oksidasi dan lagoon, baik yang diaerasi maupun yang tidak, juga termasuk

    dalam jenis reaktor pertumbuhan tersuspensi. Untuk iklim tropis seperti Indonesia,

    waktu detensi hidrolis selama 12-18 hari di dalam kolam oksidasi maupun dalam lagoon

    yang tidak diaerasi, cukup untuk mencapai kualitas efluen yang dapat memenuhi standar

    yang ditetapkan. Di dalam lagoon yang diaerasi cukup dengan waktu detensi 3-5 hari

    saja.

    Di dalam reaktor pertumbuhan lekat, mikroorganisme tumbuh di atas media

    pendukung dengan membentuk lapisan film untuk melekatkan dirinya. Berbagai

    modifikasi telah banyak dikembangkan selama ini, antara lain:cakram biologi, filter

    terendam, reaktor fludisasi. Seluruh modifikasi ini dapat menghasilkan efisiensi

    penurunan BOD sekitar 80%-90%.

    Ditinjau dari segi lingkungan dimana berlangsung proses penguraian secara

    biologi, proses ini dapat dibedakan menjadi dua jenis:

    1. Proses aerob, yang berlangsung dengan hadirnya oksigen;

    2. Proses anaerob, yang berlangsung tanpa adanya oksigen.

    Apabila BOD air buangan tidak melebihi 400 mg/l, proses aerob masih dapat

    dianggap lebih ekonomis dari anaerob. Pada BOD lebih tinggi dari 4000 mg/l, proses

    anaerob menjadi lebih ekonomis.

  • 8

    C. Pretreatment dan Primary Treatment Pengolahan Limbah

    1. Pengolahan Awal (Pretreatment)

    Tahap ini melibatkan proses fisik yang bertujuan untuk menghilangkan padatan

    tersuspensi dan minyak dalam limbah. Beberapa proses pengolahan yang berlangsung

    pada tahap ini ialah

    a. Penyaringan (screening)

    b. Pemerataan dan penyimpanan (equalization and storage)

    c. Pemisahan minyak (oil separation)

    Gambar 1 (Pretreatment)

    2. Pengolahan Tahap Pertama (Primary Treatment)

    Pengolahan tahap pertama memiliki tujuan yang sama dengan pengolahan awal.

    Letak perbedaannya ialah pada proses yang berlangsung. Proses yang terjadi ialah

    netralisasi, chemical addition and coagulation, flotation, sedimentasi, dan filtrasi.

    Gambar 2 (Primary Treatment)

  • 9

    a. Pengendapan

    Setelah melalui tahap pengolahan awal, limbah cair akan dialirkan ke tangki atau

    bak pengendapan. Metode pengendapan adalah metode pengolahan utama dan yang

    paling banyak digunakan pada proses pengolahan primer limbah cair. Di tangki

    pengendapan, limbah cair didiamkan agar partikel partikel padat yang tersuspensi

    dalam air limbah dapat mengendap ke dasar tangki. Enadapn partikel tersebut akan

    membentuk lumpur yang kemudian akan dipisahkan dari air limbah ke saluran lain

    untuk diolah lebih lanjut.

    b. Pengapungan (Floation)

    Metode ini efektif digunakan untuk menyingkirkan polutan berupa minyak atau

    lemak. Proses pengapungan dilakukan dengan menggunakan alat yang dapat

    menghasilkan gelembung- gelembung udara berukuran kecil ( 30 120 mikron).

    Gelembung udara tersebut akan membawa partikel partikel minyak dan lemak ke

    permukaan air limbah sehingga kemudian dapat disingkirkan.

    Bila limbah cair hanya mengandung polutan yang telah dapat disingkirkan

    melalui proses pengolahan primer, maka limbah cair yang telah mengalami proses

    pengolahan primer tersebut dapat langsung dibuang kelingkungan (perairan). Namun,

    bila limbah tersebut juga mengandung polutan yang lain yang sulit dihilangkan

    melalui proses tersebut, misalnya agen penyebab penyakit atau senyawa organik dan

    anorganik terlarut, maka limbah tersebut perlu disalurkan ke proses pengolahan

    selanjutnya.

    c. Koagulasi atau penggumpalan, yaitu dengan menggumpalkan senyawa yang tak

    diinginkan. zat yang dikuagulasikan tak menjadi sekeras seperti koagulasi.

    d. Filtrasi atau penyaringan untuk memisahkan cairan dengan padatan. Padatan dapat

    berukuran besar maupun sangat kecil tergantung dari penyaringnya.

  • 10

    D. Secondary Treatment Pengolahan Limbah

    Tahap pengolahan sekunder merupakan proses pengolahan secara biologis, yaitu

    dengan melibatkan mikroorganisme yang dapat mengurai/ mendegradasi bahan organik.

    Mikroorganisme yang digunakan umumnya adalah bakteri aerob.

    Terdapat tiga metode pengolahan secara biologis yang umum digunakan yaitu metode

    penyaringan dengan tetesan (trickling filter), metode lumpur aktif (activated sludge), dan

    metode kolam perlakuan (treatment ponds / lagoons).

    Gambar 3 (Secondary treatment)

    a. Metode Trickling Filter

    Pada metode ini, bakteri aerob yang digunakan untuk mendegradasi bahan

    organik melekat dan tumbuh pada suatu lapisan media kasar, biasanya berupa serpihan

    batu atau plastik, dengan dengan ketebalan 1 3 m. limbah cair kemudian

    disemprotkan ke permukaan media dan dibiarkan merembes melewati media tersebut.

    Selama proses perembesan, bahan organik yang terkandung dalam limbah akan

    didegradasi oleh bakteri aerob. Setelah merembes sampai ke dasar lapisan media, limbah

    akan menetes ke suatu wadah penampung dan kemudian disalurkan ke tangki

    pengendapan.

    Dalam tangki pengendapan, limbah kembali mengalami proses pengendapan

    untuk memisahkan partikel padat tersuspensi dan mikroorganisme dari air limbah.

    Endapan yang terbentuk akan mengalami proses pengolahan limbah lebih lanjut,

    sedangkan air limbah akan dibuang ke lingkungan atau disalurkan ke proses pengolahan

    selanjutnya jika masih diperlukan

    b. Metode Activated Sludge

    Pada metode activated sludge atau lumpur aktif, limbah cair disalurkan ke sebuah

    tangki dan didalamnya limbah dicampur dengan lumpur yang kaya akan bakteri aerob.

    Proses degradasi berlangsung didalam tangki tersebut selama beberapa jam, dibantu

    dengan pemberian gelembung udara aerasi (pemberian oksigen). Aerasi dapat

    mempercepat kerja bakteri dalam mendegradasi limbah. Selanjutnya, limbah disalurkan

    ke tangki pengendapan untuk mengalami proses pengendapan, sementara lumpur yang

  • 11

    mengandung bakteri disalurkan kembali ke tangki aerasi. Seperti pada metode trickling

    filter, limbah yang telah melalui proses ini dapat dibuang ke lingkungan atau diproses

    lebih lanjut jika masih dperlukan.

    c. Metode Treatment ponds/ Lagoons

    Metode treatment ponds/lagoons atau kolam perlakuan merupakan metode yang

    murah namun prosesnya berlangsung relatif lambat. Pada metode ini, limbah cair

    ditempatkan dalam kolam-kolam terbuka. Algae yang tumbuh dipermukaan kolam akan

    berfotosintesis menghasilkan oksigen. Oksigen tersebut kemudian digunakan oleh

    bakteri aero untuk proses penguraian/degradasi bahan organik dalam limbah. Pada

    metode ini, terkadang kolam juga diaerasi. Selama proses degradasi di kolam, limbah

    juga akan mengalami proses pengendapan. Setelah limbah terdegradasi dan terbentuk

    endapan didasar kolam, air limbah dapat disalurka untuk dibuang ke lingkungan atau

    diolah lebih lanjut.

    E. Tertiary Treatment Pengolahan Limbah

    Pengolahan tersier dilakukan jika setelah pengolahan primer dan sekunder masih

    terdapat zat tertentu dalam limbah cair yang dapat berbahaya bagi lingkungan atau

    masyarakat. Pengolahan tersier bersifat khusus, artinya pengolahan ini disesuaikan dengan

    kandungan zat yang tersisa dalam limbah cair / air limbah. Umunya zat yang tidak dapat

    dihilangkan sepenuhnya melalui proses pengolahan primer maupun sekunder adalah zat-zat

    anorganik terlarut, seperti nitrat, fosfat, dan garam- garaman.

    Pengolahan tersier sering disebut juga pengolahan lanjutan (advanced treatment).

    Pengolahan ini meliputi berbagai rangkaian proses kimia dan fisika. Contoh metode

    pengolahan tersier yang dapat digunakan adalah metode saringan pasir, saringan

    multimedia, precoal filter, microstaining, vacum filter, penyerapan dengan karbon aktif,

    pengurangan besi dan mangan, dan osmosis bolak-balik.

    Metode pengolahan tersier jarang diaplikasikan pada fasilitas pengolahan limbah.

    Hal ini disebabkan biaya yang diperlukan untuk melakukan proses pengolahan tersier

    cenderung tinggi sehingga tidak ekonomis.

  • 12

    F. Analisis Limbah Berdasarkan Regulasi Pemerintah Mengenai Baku Mutu Air Limbah

    PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP TENTANG BAKU MUTU AIR

    LIMBAH

    Pasal 1

    1. Industri pelapisan logam adalah industri yang bergerak dalam bidang pelapisan

    suatu benda logam atau plastik dengan logam lain untuk menghasilkan ketahanan

    terhadap korosi atau peningkatan sifat fisik atau mekanik permukaan spesifik,

    seperti konduktivitas elektrik, ketahanan terhadap keausan atau panas, pelumasan

    atau sifat lainnya.

    2. Industri galvanis adalah industri yang khusus 2014, No.1815 melapiskan logam

    besi atau baja dengan logam seng baik secara elektrokimia atau pencelupan.

    3. Industri minyak goreng adalah industri yang menggunakan bahan baku minyak

    kelapa sawit untuk menghasilkan minyak goreng dengan menggunakan proses

    basahataupun proses kering.

    4. Industri monosodium glutamat adalah industri yang memproduksi monosodium

    glutamat secara fermentasi yang pada umumnya digunakan sebagai penyedap rasa.

    5. Industri inosin monofosfat adalah industri yang memproduksi Inosin Monofosfat

    secara fermentasi yang merupakan produk penguat rasa makanan dan dapat

    dikonversi menjadi Guanosin Monofosfat atau Adenosin Monofosfat.

    6. Industri pengolahan kopi adalah pengolahan biji kopi menjadi produk meliputi

    kopi bubuk, kopi instan, kopi biji matang, kopi tiruan, kopi rendah kafein, kopi

    campur, kopi celup, ekstrak kopi, minuman kopi dalam kemasan dan produk

    turunan lainnya yang digunakan untuk konsumsi manusia dan pakan.

    7. Industri elektronika adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan baku dan/atau

    memanfaatkan sumber daya sehingga menghasilkan produk berupa barang dan/atau

    jasa industri elektronika yang mempunyai nilai tambah atau manfaat lebih tinggi.

    8. Industri pengolahan susu adalah industri yang menghasilkan susu dasar dan

    memprosesnya sampai tahap pasteurisasi maupun memprosesnya secara terpadu

    untuk menghasilkan susu cair, krim, susu kental manis, susu bubuk, keju,

    mentega, dan/atau es krim.

    9. Industri pengolahan buah-buahan dan/atau sayuran adalah usaha dan/atau kegiatan

    pengolahan yang langsung menggunakan bahan baku yang meliputi buah nanas,

    buah lainnya, jamur, dan/atau sayuranjenislainya.

    10. Industri pengolahan hasil perikanan adalah usaha dan/atau kegiatan di bidang

    pengolahan hasil 2014, No.1815 4perikanan meliputi kegiatan pengalengan,

    pembekuan dan/atau pembuatan tepungikan.

    11. Industri pengolahan hasil rumput laut adalah usaha dan/atau kegiatan di bidang

    pengolahan rumput laut menjadi produk akhir berupa bahan baku rumput laut siap

    olah, produk olahan setengah jadi dan/atau produk olahan siap Konsumsi.

    12. Industri pengolahan kelapa adalah usaha dan/atau kegiatan di bidang pengolahan

    kelapa untuk dijadikan produk santan, produk tepung, minyak goreng kelapa,

  • 13

    dan/atau produk olahan lainnya yang digunakan untuk konsumsi manusia dan

    pakan.

    13. Industri pengolahan daging adalah usaha dan/atau kegiatan pengolahan daging

    menjadi produk akhir berupa daging beku, produk olahan setengah jadi,

    dan/atauolahan siap konsumsi.

    14. Industri pengolahan kedelai adalah usaha dan/atau kegiatan yang memanfaatkan

    kedelai sebagai bahan baku utama yang tidak bisa digantikan dengan bahanlain.

    15. Industri pengolahan obat tradisional atau jamu adalah usaha dan/atau kegiatan

    yang memanfaatkan bahan atau ramuan bahan alami sebagaiobat tradisional atau

    jamu.

    16. Industri peternakan sapi dan babi adalah usaha peternakan sapi dan babi yang

    dilakukan di tempat yang tertentu serta perkembangbiakan ternaknya dan

    manfaatnya diatur dan diawasi peternakpeternak.

    17. Industri petrokimia hulu adalah industri yang mengolah bahan baku berupa

    senyawa senyawa hidrokarbon cair atau gas berupa natural hydrocarbon menjadi

    senyawa-senyawa kimia berupa olefin, aromatic dan syngas yang mencakup

    industri yang menghasilkan etilen, propilen butadiene, benzene, etilbenzene,

    toluen, xylen, styren dan cumene.

    18. Industri gula adalah usaha dan/atau kegiatan di bidang pengolahan tebu menjadi

    gula dan 2014, No.1815 5 turunannya yang digunakan untuk konsumsi manusia dan

    pakan.

    19. Industri Gula Rafinasi adalah usaha dan/atau kegiatan yang melakukan proses

    pengolahan gula\mentah dengan menggunakan proses pengubahIon atau sejenisnya.

    20. Industri rokok dan/atau cerutu adalah usaha dan/atau kegiatan di bidang

    pengolahan tembakau dan/atau bahan campuran lainnya menjadi rokok dan/atau

    cerutu.

    21. Proses primer basah dalam industri rokok dan/atau cerutu adalah proses

    pengolahan cengkeh dan/atau tembakau yang menggunakan air dalam proses

    perendaman.

    22. Proses primer kering dalam industri rokok dan/atau cerutu adalah proses

    pengolahan cengkeh dan/atau tembakau yang menggunakan uap untuk melembabkan

    olahan cengkeh dan/atau tembakau.

    23. Proses sekunder dalam industri rokok dan/atau cerutu adalah proses lanjutan dari

    proses primer pada produksi rokok dan/atau cerutu yang antara lain meliputi

    proses pelintingan, pengepakan sampai proses akhir.

    24. Industri Oleokimia Dasar adalah industri yang memproduksi senyawa kimia

    berupa Fatty Acid, Fatty Alcohol, Alkyl Ester, dan Glycerin.

    25. Hotel adalah jenis akomodasi yang mempergunakan sebagian atau seluruh

    bangunan

    untuk menyediakan jasa pelayanan penginapan yang dikelola secara komersial

    yang meliputi hotel berbintang.

    26. Fasilitas pelayanan kesehatan adalah suatu alat dan/atau tempat yang digunakan

    untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif,

  • 14

    kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh Pemerintah, pemerintah daerah,

    dan/atau masyarakat.

    27. Rumah potong hewan adalah suatu bangunan atau kompleks bangunan dengan

    desain dan kontruksi khusus yang memenuhi persyaratan 2014, No.1815 6 teknis

    dan higienis tertentu serta digunakan sebagai tempat pemotongan hewan yang

    meliputi pemotongan, pembersihan lantai tempat pemotongan, pembersihan

    kandang penampungan, pembersihan kandang isolasi, dan/atau pembersihanisi perut

    dan air sisa perendaman.

    28. Sumber air adalah wadah air yang terdapat di atas dan di bawah permukaan

    tanah, termasuk dalam pengertian ini akuifer, mata air, sungai, rawa, danau, situ,

    waduk, dan muara.

    29. Air limbah adalah sisa dari suatu usaha dan/atau kegiatan yang berwujud cair.

    30. Air limbah domestik adalah air limbah yang berasal dari usaha dan/atau kegiatan

    pemukiman, rumah makan, perkantoran, perniagaan, apartemen dan asrama.

    31. Baku mutu air limbah adalah ukuran batas atau kadar unsur pencemar dan/atau

    jumlah unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya dalam air limbah yang

    akan dibuang atau dilepas ke dalam media air dari suatu usaha dan/atau kegiatan.

    32. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup yang selanjutnya disebut Amdal,

    adalah kajian mengenai dampak penting suatu Usaha dan/atau Kegiatan yang

    direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan

    mkeputusan tentang penyelenggaraan Usaha dan/atau Kegiatan.

    33. Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup,

    yang selanjutnya disebut UKL-UPL, adalah pengelolaan dan pemantauan terhadap

    Usaha dan/atau Kegiatan yang tidak berdampak penting terhadap lingkungan hidup

    yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan

    Usaha dan/atau Kegiatan. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan

    pemerintahan di bidang perlindungan dan pengelolaanlingkungan hidup. 2014,

    No.1815 7

    Pasal 2

    Peraturan Menteri ini bertujuan untuk memberikan acuan mengenai baku

    mutuairlimbah kepada:

    a. Gubernur dalam menetapkan baku mutu air limbah yang lebih ketat; dan

    b. Penyusun dokumen Amdal, UKL-UPL, atau dokumen kajian pembuangan air

    limbah dalam menghasilkan baku mutu air limbah yang lebih spesifik dan/atau

    ketat dan berdasarkan kondisi lingkungan setempat.

    Pasal 3

    (1) Usaha dan/atau kegiatan yang baku mutu air limbahnya diatur dalam

    Peraturan Menteri ini, terdiri dari:

    a. industri pelapisan logam dan galvanis;

    b. industri penyamakan kulit;

    c. industri minyak sawit;

    d. industri karet;

    e. industri tapioka;

  • 15

    f. industri monosodium glutamat dan inosin monofosfat;

    g. industri kayu lapis;

    h. industri pengolahan susu;

    i. industri minuman ringan;

    j. industri sabun, deterjen dan produk-produk minyak nabati;

    k. industri bir;

    l. industri baterai timbal asam;

    m. industri pengolahan buah-buahan dan/atas sayuran;

    n. industri pengolahan hasil perikanan;

    o. industri pengolahan hasil rumputlaut;

    p. industri pengolahan kelapa;

    q. industri pengolahan daging;

    r. industri pengolahan kedelai;

    s. industri pengolahan obat tradisional atau jamu;

    t. industri peternakan sapi dan babi;

    u. industri minyak goreng dengan proses basah dan/atau kering;

    v. industri gula;

    w. industri rokok dan/atau cerutu;

    x. industri elektronika;

    y. industri pengolahan kopi;

    z. industri gula rafinasi;

    aa. industri PetrokimiaHulu;

    bb. industri rayon;

    cc. industri keramik;

    dd. industri asam tereftalat;

    ee. polyethylene tereftalat;

    ff. industri petrokimia hulu;

    gg. industri oleokimia dasar;

    hh. industri soda kostik/khlor;

    ii. industri pulp dan kertas;

    jj. industri ethanol;

    kk. industri baterai kering;

    ll. industri cat;

    mm. industri farmasi;

    nn. industri pestisida;

    oo. industri pupuk;

    pp. industri tekstil;

    qq. perhotelan;

    rr. fasilitas pelayanan kesehatan;

    ss. rumah pemotongan hewan; dan

    tt. domestik, yang meliputi:

    1. kawasan pemukiman, kawasan perkantoran, kawasan perniagaan, dan

    apartemen;

  • 16

    2. rumah makan dengan luas bangunan lebih dari 1000 m (seribu meter persegi);

    dan

    3. asrama yang berpenghuni 100 (seratus) orang atau lebih.

    (2) Baku mutu air limbah bagi usaha dan/atau kegiatan sebagaimana dimaksud

    pada ayat (1) ditetapkan berdasarkan:

    a. kemampuan teknologi pengolahan air limbah yang umum digunakan; dan/atau

    b. daya tampung lingkungan di wilayah usaha dan/atau kegiatan, untuk

    memperoleh konsentrasi dan/atau beban pencemaran paling tinggi.

    (3) Baku mutu air limbah bagi usaha dan/atau kegiatan sebagaimana dimaksud

    pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran I sampai dengan Lampiran XLVI yang

    merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.

    Pasal 4

    (1) Gubernur sesuai dengan kewenangannya wajib menjamin daya dukung dan

    daya tampung lingkungan berdasarkan peruntukannya tidak terlampaui akibat dari

    pelaksanaan usaha dan/atau kegiatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1).

    (2) Guna menjamin tidak terlampauinya daya dukung dan daya tampung,

    gubernur sebagaimana dimaksud pada ayat (1) melakukan kajian ilmiah yang

    memuat paling sedikit:

    a. Perhitungan daya tampung mediaair;

    b. Parameter yang ditetapkan dan angka baku mutu air limbah;

    c. Karakteristik airlimbah yang dibuang;

    d. Karakteristik usaha dan/atau kegiatan;

    e. Dampak pembuangan;

    f. Peraturan perundang-undangan terkait dengan baku mutuairlimbah; dan

    g. Rekomendasi baku mutuairlimbah baru.

    (3) Pelaksanaan kajian ilmiah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan

    paling sedikit 1 (satu) kali dalam 5(lima) tahun.

    (4) Hasil kajian ilmiah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) digunakan untuk

    menyatakan:

    a. belum terlampauinya daya dukung dan daya tampung; atau

    b. telah terlampauinya daya dukung dan daya tampung.

    (5) Jika hasil kajian menunjukan baku mutu air limbah yang ditetapkan dalam

    Peraturan Menteri ini menyebabkan daya dukung dan daya tampung beban

    pencemaran belum terlampaui sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf a,

    gubernur sesuai dengan kewenangannya menetapkan nilai baku mutu air limbah

    yang sama dengan Peraturan

    Menteri ini.

    (6) Jika hasil kajian menunjukan baku mutu air limbah yang ditetapkan dalam

    Peraturan Menteri ini menyebabkan daya dukung dan daya tampung beban

    pencemaran telah terlampaui sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf b,

    gubernur sesuai dengan kewenangannya wajib menetapkan nilai baku mutu air

    limbah yang lebih spesifik dan/atau lebih ketat dari baku mutu air limbah dalam

    Peraturan Menteri ini.

  • 17

    Pasal 5

    Terhadap baku mutu air limbah yang ditetapkan oleh gubernur sebagaimana

    dimaksud dalam Pasal 4 ayat (5) dan ayat (6), bupati/walikota wajib

    menggunakannya dalam menerbitkan izin pembuangan air limbah ke sumber air,

    kecuali diperoleh baku mutu lain yang lebih ketat dari hasil kajian dokumen

    lingkungan atau kajian pembuangan air limbah ke sumber air.

    Pasal 6

    (1) Dalam hal gubernur belum melakukan kajian ilmiah dan/atau menetapkan

    baku mutu air limbah yang lebih spesifik dan/atau lebih ketat sebagaimana

    dimaksud dalam Pasal 4, bupati/walikota dalam menerbitkan izin pembuangan air

    limbah ke sumber air wajib menggunakan baku mutu lebih ketat yang diperoleh

    dari hasil kajian dokumen lingkungan atau kajian pembuanganair limbah ke sumber

    air.

    (2) Dalam hal air limbah dibuang ke laut, Menteri dalam menerbitkan izin

    pembuangan air limbah ke laut wajib menggunakan baku mutu air limbah yang

    diperoleh dari hasil kajian dokumen lingkungan atau kajian pembuangan air

    limbah ke

    laut.

    Pasal 7

    (1) Baku mutu air limbah bagi usaha dan/atau kegiatan sebagaimana dimaksud

    dalam Pasal 3 ayat

    (1) ditinjau paling sedikit 1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun.

    (2) Peninjauan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan kajian ilmiah

    mengenai:

    a. kemampuan daya tampung beban pencemaran air; dan/atau

    b. perkembangan teknologi yang lebih baik.

    Pasal 8

    Jika industri pengolahan buah-buahan dan/atau sayuran sebagaimana dimaksud

    dalam Pasal 3 ayat (1) huruf m melakukan:

    a. satu jenis kegiatan pengolahan, wajib memenuhi baku mutu air limbah

    sebagaimana tercantum dalam Lampiran XIII bagian A Peraturan Menteri

    ini;

    b. kegiatan pengolahan gabungan, wajib memenuhi baku mutu air limbah

    sebagaimana tercantum dalam Lampiran XIII bagian B Peraturan Menteri

    ini; atau

    c. pengolahan air limbah secara terpusat di wilayah kawasan industri, wajib

    memenuhi baku mutu air limbah sebagaimana tercantum dalam Lampiran

    XIII bagian C Peraturan Menteri ini.

    Pasal 9

    Jika industri pengolahan hasil perikanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3

    ayat(1) huruf n melakukan:

  • 18

    a. satu jenis kegiatan pengolahan, wajib memenuhi baku mutu air limbah

    sebagaimana tercantum dalam Lampiran XIV bagian A Peraturan Menteri

    ini;

    b. kegiatan pengolahan gabungan, wajib memenuhi baku mutu air limbah

    sebagaimana tercantum dalam Lampiran XIV bagian B Peraturan Menteri

    ini; atau

    c. pengolahan air limbah secara terpusat di wilayah kawasan industri, wajib

    memenuhi baku mutu air limbah sebagaimana tercantum dalam Lampiran

    XIV bagian C Peraturan Menteri ini.

    Pasal 10

    Jika industri gula sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) huruf v memiliki

    kapasitas produksi:

    a. kurang dari 2500 (dua ribu lima ratus) ton tebu per hari, wajib memenuhi baku

    mutu air limbah sebagaimana tercantum dalam Lampiran XXII bagian A

    Peraturan Menteri ini;

    b. antara 2500 (dua ribu lima ratus) ton sampai dengan 10.000 (sepuluh ribu)

    ton tebu per hari wajib memenuhi baku mutu air limbah sebagaimana

    tercantum dalam Lampiran XXII bagian B Peraturan Menteri ini;atau

    c. lebih dari 10.000 (sepuluh ribu) ton tebu per hari, wajib memenuhi baku

    mutu air limbah sebagaimana tercantum dalam Lampiran XXII bagian C

    Peraturan Menteri ini.

    Pasal 11

    Jika industri rokok dan/atau cerutu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1)

    huruf w yang sumber airlimbahnya berasal dari:

    a. proses primer basah dan proses sekunder, termasuk yang hanya berasal dari

    proses primer basah, wajib memenuhi baku mutu air limbah sebagaimana

    tercantum dalam Lampiran XXIII bagian A Peraturan Menteri ini;

    b. proses primer basah dan proses sekunder, termasuk yang hanya berasal dari

    proses primer basah, dengan air limbah domestik, wajib memenuhi baku

    mutu air limbah sebagaimana tercantum dalam Lampiran XXIII bagian B

    Peraturan Menteri ini;

    c. proses primer kering dan/atau proses sekunder, termasuk industri rokok

    dan/atau cerutu tanpa cengkeh, wajib memenuhi baku mutu air limbah

    sebagaimana tercantum dalam Lampiran XXIII bagian C Peraturan Menteri

    ini;

    d. proses primer kering dan/atau proses sekunder, termasuk industri rokok

    dan/atau cerutu tanpa cengkeh, dengan air limbah domestik, wajib

    memenuhi baku mutu air limbah sebagaimana tercantum dalam Lampiran

    XXIII bagian D Peraturan Menteri ini.

    Pasal 12

    Jika fasilitas pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3ayat(1) huruf

    rr melakukan:

  • 19

    a. pengolahan limbah domestik, wajib memenuhi baku mutu air limbah

    sebagaimana tercantum dalam Lampiran XLIV bagian A Peraturan Menteri

    ini;

    b. pengolahan limbah bahan berbahaya dan beracun, wajib memenuhi baku

    mutu air limbah sebagaimana tercantum dalam Lampiran XLIV bagian B

    Peraturan Menteri ini;atau

    c. melakukan pengolahan limbah domestik dan limbah bahan berbahaya dan

    beracun, wajib memenuhi baku mutu air limbah sebagaimana tercantum

    dalam Lampiran XLIV bagian A dan bagian B Peraturan Menteri ini.

    Pasal 13

    (1) Dalam hal Industri Baterai Timbal Asam sebagaimana dimaksud dalam pasal

    3 ayat (1) huruf a:

    a. Telah beroperasi pada saat ditetapkannya Peraturan Menteri ini, berlaku

    baku mutu air limbah sebagaimana tercantum dalam lampiran XII bagian

    A yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini;

    b. Telah beroperasi pada saat ditetapkan Peraturan Menteri ini dan akan

    menambahkan unit baru, terhadap unit baru berlaku baku mutu air limbah

    sebagaimana tercantum dalam lampiran XII bagian B yang merupakan

    bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.

    (2) Dalam hal Industri Baterai Timbal Asam sebagaimana dimaksud dalam pasal

    3 ayat (1) huruf a direncanakan akan beroperasi setelah ditetapkannya Peraturan

    Menteri ini, berlaku baku mutu air limbah sebagaimana tercantum dalam lampiran

    XII bagian B yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.

    (3) Industri Baterai Timbal Asam sebagaimana tercantum dimaksud pada ayat (1)

    huruf a wajib memenuhi baku mutu air limbah sebagaimana tercantum dalam

    Lampiran XII bagian B yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan

    Menteri ini, paling lama 3 (tiga) tahun sejak Peraturan Menteri ini diundangkan.

    Pasal 14

    (1) Dalam hal usaha dan/atau kegiatan belum memiliki baku mutu air limbah

    yang ditetapkan, berlaku baku mutu air limbah sebagaimana tercantum dalam

    Lampiran XLVII yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.

    (2) Baku mutu air limbah usaha dan/atau kegiatan sebagaimana dimaksud pada

    ayat (1) berlaku dengan ketentuan:

    a. jika air limbah yang dibuang ke badan air penerima sungai kelas I maka

    usaha dan/atau kegiatan tersebut mengikuti baku mutu air limbah golongan

    I dalam tabel baku mutu air limbah bagi usaha dan/atau kegiatan yang

    belum memiliki baku mutu air limbah yang ditetapkan sebagaimana

    tercantum dalam Lampiran XLVII;

    b. jika kandungan BOD kurang dari 1.500 ppm (seribu lima ratus par ts per

    million) dan COD kurang dari 3.000 ppm (tiga ribu parts per million)

    pada air limbah sebelum dilakukan pengolahan, maka diberlakukan baku

    mutu airlimbah golongan I dalam tabel baku mutu air limbah bagi usaha

    dan/atau kegiatan yang belum memiliki baku mutu air limbah yang

  • 20

    ditetapkan sebagaimana tercantum dalam Lampiran XLVII, walaupun badan

    air penerimanya bukan sungai kelas I;

    c. jika kandungan BOD lebih dari 1.500 (seribu lima ratus parts per million)

    dan/atau COD lebih dari 3.000 ppm (tiga ribu parts per million) pada air

    limbah sebelum dilakukan pengolahan, dan badan air penerimanya bukan

    sungai kelas I maka diberlakukan baku mutu air limbah golongan II dalam

    tabel baku mutu air limbah bagi usaha dan/atau kegiatan yang belum

    memiliki baku mutu air limbah yang ditetapkan sebagaimana tercantum

    dalam Lampiran XLVII.

    Pasal 15

    (1) Dalam hal usaha dan/atau kegiatan yang belum memiliki baku mutu air

    limbah yang ditetapkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 sudah beroperasi,

    dapat mengurangi parameter pemeriksaan sesuai dengan alur diagram pengurangan

    parameter pemeriksaan sebagaimana tercantum dalam Lampiran XLVII bagian B

    dengan

    ketentuan:

    a. konsentrasi pencemar dalam aliran keluar IPAL selalu lebih kecil dari 25 %

    (dua puluh lima persen) dan/atau selalu lebih kecil dari 75% (tujuh puluh lima

    persen) untuk aliran masuk IPAL dari baku mutu sebagaimana tercantum dalam

    Lampiran XLVII; dan

    b. melakukan analisa parameter air limbah sebagaimana dimaksud pada huruf a

    paling

    sedikit 10 (sepuluh) kali berurutan dan seluruh data dikumpulkan paling lama

    dalam waktu 5 (lima) tahun.

    (2) Dalam hal usaha dan/atau kegiatan yang belum memiliki baku mutu air

    limbah yang ditetapkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 belum beroperasi,

    dapat mengurangi parameter pemeriksaan sebagaimana tercantum dalam Lampiran

    XLVII dengan ketentuan:

    a. telah melakukan kajian air limbah yang dihasilkan untuk penentuan golongan

    penggunaan sebagaimana tercantum dalam Lampiran XLVII;

    b. melakukan kajian untuk menentukan parameter kunci terkandung air limbah

    yang

    meliputi :

    1) bahan baku yang digunakan;

    2) proses yang terjadi;

    3) produk yang dihasilkan;

    4) Identifikasi setiap senyawa yang terkandung dalamangka 1, 2 dan 3 di atas.

    c. konsentrasi pencemar dalam aliran keluaran IPAL selalu lebih kecil dari 25%

    (dua puluh lima persen) dan/atau selalu lebih kecil dari 75% (tujuh puluh lima

    persen) untuk aliran masukan IPAL dari baku mutu sebagaimana tercantum dalam

    Lampiran XLVII; dan

  • 21

    d. kajian sebagaimana dimaksud pada huruf b dilakukan terhadap seluruh

    parameter sebagaimana tercantum dalam Lampiran XLVII sebanyak 5 (lima) kali

    berturut-turut dengan rentang antar pengamatan paling cepat satu minggu

    dikumpulkan dalam waktu paling lama satu tahun.

    (3) Pemeriksaan parameter sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dan

    huruf b, dan ayat (2) huruf c dan huruf d dilakukan di laboratorium terakreditasi.

    Pasal 16

    Setiap usaha dan/atau kegiatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 3ayat(1) wajib:

    a. melakukan pemantauan kualitas air limbah paling sedikit 1 (satu) kali setiap

    bulannya sesuai dengan parameter yang telah ditetapkan dalam izin

    pembuangan air limbah;

    b. melaporkan hasil pemantauan sebagaimana dimaksud pada huruf a sekurang

    kurangnya 3 (tiga) bulan sekali kepada penerbit izin pembuangan air limbah,

    dengan tembusan kepada Menteri dan gubernur sesuai dengan kewenangannya.

    c. laporan hasil pemantauan sebagaimana dimaksud pada huruf b paling sedikit

    memuat:

    1. catatan debit airlimbah harian;

    2. bahan baku dan/atau produksi senyatanya harian;

    3. kadar parameter baku mutulimbah cair; dan

    4. penghitungan beban air limbah.

    d. laporan sebagaimana dimaksud pada huruf c disusun berdasarkan format

    pelaporan sebagaimana Lampiran XLVIII Peraturan Menteri ini.

    Pasal 17

    Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku:

    1. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 51 Tahun 1995 Tentang

    Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Industri;

    2. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 52 Tahun 1995 Tentang

    Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Hotel;

    3. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 58 Tahun 1995 Tentang

    Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Rumah Sakit;

    4. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 09 Tahun 2007 Tentang

    Baku Mutu Limbah Cair Bagi Industri Rayon;

    5. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 122 Tahun 2004

    Tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan/atau Kegiatan Industri

    Pupuk;

    6. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 02 Tahun 2006 Tentang

    Baku Mutu Air Limbah Rumah Potong Hewan;

    7. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 05 Tahun 2007 Tentang

    Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan/atau Kegiatan Pengolahan Buah-

    buahan dan/atau Sayuran;

    8. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Nomor 06 Tahun 2007 Tentang Baku

    Mutu Air Limbah Bagi Industri Pengolahan Perikanan;

  • 22

    9. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 08 Tahun 2007 Tentang

    Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan/atau Kegiatan Industri Petrokimia

    Hulu;

    10. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 10 Tahun 2007 Tentang

    Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan/atau Kegiatan Industri Purified

    Terephthalic Acid Dan Poly Ethylene Terephthalate;

    11. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 12 Tahun 2008 Tentang

    Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan/atau Kegiatan Pengolahan Rumput

    Laut;

    12. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 16 Tahun 2008 Tentang

    Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan/atau Kegiatan Industri Keramik;

    13. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 13 Tahun 2008 Tentang

    Baku Mutu Air LimbahOlahan Kelapa;

    14. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 14 Tahun 2008 Tentang

    Baku Mutu Air LimbahOlahan Daging;

    15. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 15 Tahun 2008 Tentang

    Baku Mutu Air Limbah Industri Olahan Kedelai;

    16. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 9 Tahun 2009 Tentang

    Baku Mutu Air Limbah Industri Jamu;

    17. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 11 Tahun 2009 Tentang

    Baku Mutu Air Limbah Industri Bagi Usaha dan/atau Kegiatan Peternakan

    Sapi dan Babi;

    18. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 04 Tahun 2010 Tentang

    Baku Mutu Air Limbah Industri Bagi Usaha dan/atau Kegiatan Industri Minyak

    Goreng;

    19. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 05 Tahun 2010 Tentang

    Baku Mutu Air Limbah Industri Bagi Usaha dan/atau Kegiatan Industri Gula;

    dan

    20. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 06 Tahun 2010 Tentang

    Baku Mutu Air Limbah Industri Bagi Usaha dan/atau Kegiatan Industri Rokok

    dan/atau Cerutu; dicabut dan dinyatakan tidak berlakulagi.

    Pasal 18

    Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang

    mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri ini dengan

    penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia. Ditetapkan di Jakarta pada

    tanggal 15 Oktober 2014 MENTERI LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK

    INDONESIA, BALTHASAR KAMBUAYA Diundangkan di Jakarta.

  • 23

    G. Efisiensi Pengolahan Berdasarkan Influent dan Effluent

    Untuk mengetahui kualitas effluent yang dihasilkan dan seberapa efisiensi

    pengolahannya, maka dilakukan sampling (parameter pH, TSS, COD dan DO) sebanyak 2

    kali di tiap inlet dan outlet bangunan dan pemeriksaan sampel itu di laboratorium.

    Sedangkan untuk mengetahui kinerja dan kapasitas tiap bangunan pengolah, maka perlu

    diketahui debit dan karakteristik air limbah dibanding dengan spesifikasi/dimensi dari tiap

    bangunan pengolah. Untuk perhitungan debit masa mendatang adalah berdasarkan

    pengukuran debit sekarang dan kondisi debit di tahun-tahun sebelumnya.

    Dari evaluasi yang telah dilakukan diketahui bahwa effluent hasil pengolahan telah

    memenuhi baku mutu air limbah, diantaranya TSS sebesar 123 mg/l dan 40 mg/l dengan

    baku mutu sebesar 200 mg/l, dan COD sebesar 66 mg/l dan 63,43 mg/l dengan baku mutu

    sebesar 100 mg/l. Untuk efisiensi penurunan kadar polutan di tiap bangunan pengolah

    cukup baik, diantaranya pada TSS sebesar 50 % dan 75 %, COD sebesar 92,2 % dan 91,5%

    dan DO sebesar 89,6 % dan 89 %. Khusus untuk kadar TSS, terjadi kenaikan efisiensi yang

    besar antara sampel 1 (50%) dengan sampel 2 (75 %). Hal ini disebabkan pada sampel awal,

    diambil saat air limbah di bak pengendap pertama cukup keruh, sedangkan sampel kedua

    diambil setelah dilakukan pengurasan total pada bak pengendap pertama.

    H. Efisiensi Berdasarkan Peralatan Tiap Unit Dalam Pengolahan Air Limbah

    Penetapan efisiensi peralatan, dan standar buangan yang diinginkan akan

    mempengaruhi ketelitian alat, volume air limbah, sistem pemipaan, pemasangan pipa,

    pilihan bahan kimia dan lain-lain.

    Dalam mendesain peralatan, variabel tadi harus dapat dihitung secara tepat. Belum

    ada suatu jaminan hahwa satu unit peralatan dapat mengendalikan limbah sesuai dengan

    yang dikehendaki. Sebab di dalam satu unit peralatan terdiri dari berbagai macam kegiatan

    mulai dari kegiatan pendahuluan sampai kegiatan akhir. Walaupun terdiri dari berbagai

    kegiatan namun tidak semua jenis kegiatan dipraktekkan, mungkin dengan kombinasi dari

    beberapa kegiatan saja limbah sudah bebas polusi.

    Pengolahan limbah sering harus menggunakan kombinasi dari berbagai metode,

    terutama limbah berat yang banyak mengandung jenis parameter/Jarang perusahaan

    mempergunakan satu proses dan hasilnya baik.

    Pilihan peralatan berkaitan dengan biaya, pemeliharaan, tenaga ahli dan kualitas

    lingkungan. Untuk beberapa jenis pencemar telah ditetapkan metode treatmentnya. Pilihan

    ini didasarkan atas beberapa referensi dan pengalaman yang telah dicoba berulang kali

    sampai diperoleh hasil maksimum.

    Kotaminan dikarakteristikan kemudian diadakan pertimbangan secara detail

    mengenai aspek ekonomi, aspek teknis, keamanan, kehandalan, dan kemudahan

    peoperasian. Pada akhirnya, teknologi yang dipilih haruslah teknologi yang tepat guna

    sesuai dengan karakteristik limbah yang akan diolah. Setelah pertimbangan-

  • 24

    pertimbangan detail, perlu juga dilakukan studi kelayakan atau bahkan percobaan skala

    laboratorium yang bertujuan untuk:

    1. Memastikan bahwa teknologi yang dipilih terdiri dari proses-proses yang sesuai

    dengan karakteristik limbah yang akan diolah.

    2. Mengembangkan dan mengumpulkan data yang diperlukan untuk menentukan

    efisiensi pengolahan yang diharapkan.

    3. Menyediakan informasi teknik dan ekonomi yang diperlukan untuk penerapan skala

    sebenarnya.

    Pemilihan proses yang tepat didahului dengan mengelompokkan karakteristik

    kontaminan dalam air limbah dengan menggunakan indikator parameter sesuai dengan

    tabel berikut ini :

    No. Jenis Kegiatan Peralatan Tujuan pengolahan

    1. Penyaringan Barscreen dan Macks

    kasar

    Untuk menyaring bahan

    kasar dan padat

    2. Menangkap pasir

    Grit Chamber

    Menghilangkan pasir

    dan jcora

    3. Menangkap

    lemak dan buih

    Skimer dan Greasetrap Memisahkan bahan-

    bahan terapung

    4. Perataan air Tangki ekualikasi Meratakan konsentrasi

    5. Netralisasi Bahan Kimia Menetralkan air

    6. Pengendapan Tangki pengendap Mengendapkan lumpur

    dengan bahan kimia

    7. Pengapungan Tangki pengapung Menghilangkan

    senyawa terlarut

    dengan bantuan udara

    8. Lumpur aktif Bak (kolom) Menghilangkan larutan

    organic biologis

    9. Tricking filter Saringan Menghilangkan larutan

    organic biologis

    10. Aerasi Tangki dan scomppresor Menghilangkan larutan

    organic

    11. Karbon aktif Saringan karbon aktif Menghilangkan

    senyawa organic yang

    tidak dapat berurai

    12. Pengendapan

    kimia

    Tangki pengendap dan

    bahan kimia

    Mengendapkan bahan

    kimia

    13. Nitrifikasi Menara Menghilangkan nitrat

    dan nitrit

    14. Chlorinasi Bahan kimia Menghancurkan bakteri

    patogen

  • 25

    BAB III

    PENUTUP

    A. Kesimpulan

    Limbah cair adalah semua limbah yang berbentuk cairan atau berada dalam fase cair

    (air seni atau urine, air pencucian alat-alat) yang merupakan sisa buangan hasil suatu proses

    yang sudah tidak dipergunakan lagi, baik berupa sisa industri, rumah tangga, peternakan,

    pertanian, dan sebagainya.

    Berdasarkan sumbernya limbah dibedakan menjadi :

    1. Limbah pemukiman,

    2. Limbah industri,

    3. Limbah pertanian,

    4. Limbah pertambangan,

    5. Limbah pariwisata,

    6. Limbah medis.

    Prosedur pengolahan limbah sederhana dapat dilakukan dengan 3 metode, yaitu :

    a. Pengolahan secara fisika

    b. Pengolahan secara kimia

    c. Pengolahan secara biologi

    Pengolahan air limbah dapat dibagi menjadi 5 tahap, yaitu :

    1. Pengolahan Awal (Pretreatment)

    2. Pengolahan Tahap Pertama (Primary Treatment)

    3. Pengolahan Tahap Kedua (Secondary Treatment)

    4. Pengolahan Tahap Ketiga (Tertiary Treatment)

    5. Pengolahan Lumpur (Sludge Treatment)

    B. Saran

    Limbah cair merupakan limbah yang berbahaya bagi semua makhluk hidup jika

    tidak di buang atau pun diolah sesuai dengan prosedur ynag benar, maka kita sebagi warga

    negara yang baik harusnya mampu menjaga kelestarian lingkungan dengan tidak membuang

    limbah secara sembarangan dan pemerintahpun juga harus bersiikap tegas terhadap orang

    yang melanggar.

  • 26

    DAFTAR PUSTAKA

    http://www.dephut.go.id/ diakses pada 4 Mei 2015

    http://www.dephut.go.id/INFORMASI/SETJEN/PUSSTAN/info_5_1_0604/isi_5.htm diakses

    pada 5 Mei 2015

    https://environmentalchemistry.wordpress.com/tag/pre-treatment/ diakses pada 12 Mei 2015

    http://bisakimia.com/2013/01/04/teknik-pengolahan-air-limbah/ diakses pada 12 Mei 2015

    http://www.kemendag.go.id/files/regulasi/2003/07/KLH_112_03.htm diaksses pada 19 Mei

    2015

    http://kepofisika.blogspot.com/2014/09/makalah-pengolahan-limbah-cair.html diakeses pada 25 Mei

    2015

    http://kandiwa.blogspot.com/2010/12/pengelolaan-air-limbah.html diakses pada 26 Mei 2015