Top Banner
Rumusn mAsalah dap at diganti : Apakah pemberian simulasi memberi pengaruh terhadap siswa .Untuk bab du , sistematikanya mulai dari variabel terikat misalnya 2.1 Kesiagaan 2.1 medode simulasi 2. pengaruh metoda silmulasi terhadap kesiagaan bemcan Kemudian pada bab 3 buat disain Ptk ya. tanks u Pengertian Evaluasi (Penilaian), Pengukuran, Tes,dan Asesmen Kali ini blog ptk (penelitian tindakan kelas) dan model-model pembelajaran kembali mengangkat topik penilaian,setelah sebelum menulis tentang Prinsip-Prinsip Penilaian, kemudian tentang Penilaian Afektif, dan juga Penilaian Psikomotor. Topik kali ini bersifat mendasar sekali, yaitu tentang pengertian evaluasi, pengertia penilaian, pengertian pengukuran, pengertian tes, dan pengertian asesmen. Topik ini tampaknya sangat menarik dan perlu untuk dibahas karena begitu simpang siurnya definisi istilah- istilah tersebut di internet. Setelah melakukan kajian terhadap berbagai definisi tentang evaluasi, penilaian, tes, pengukuran, hingga asesmen, maka dapatlah dibuat artikel ini yang tujuannya untuk mendudukkan kembali semua istilah itu pada tempatnya yang tepat. Pada tulisan ini kami hanya mengambil definisi-definisi dari para ahli yang telah diakui kredibilitasnya di bidang pendidikan dan psikologi pendidikan. Pengertian Evaluasi (Penilaian) Menurut Para Ahli Sudiono, Anas (2005) mengemukakan bahwa secara harfiah kata evaluasi berasal dari bahasa Inggris evaluation, dalam bahasa Indonesia berarti penilaian. Akar katanya adalah value yang artinya nilai. Jadi istilah evaluasi menunjuk
33

Pengertian PTK

Dec 01, 2015

Download

Documents

Fadin
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Pengertian PTK

Rumusn mAsalah dap at diganti : Apakah pemberian simulasi memberi pengaruh terhadap siswa .Untuk bab du , sistematikanya mulai dari variabel terikat misalnya2.1 Kesiagaan 2.1 medode simulasi2. pengaruh metoda silmulasi terhadap kesiagaan bemcan

Kemudian pada bab 3 buat disain Ptk ya.

tanks u

Pengertian Evaluasi (Penilaian), Pengukuran, Tes,dan  Asesmen

Kali ini blog ptk (penelitian tindakan kelas) dan model-model pembelajaran kembali mengangkat topik penilaian,setelah sebelum menulis tentang Prinsip-Prinsip Penilaian, kemudian tentang Penilaian Afektif, dan juga Penilaian Psikomotor. Topik kali ini bersifat mendasar sekali, yaitu tentang pengertian evaluasi, pengertia penilaian, pengertian pengukuran, pengertian tes, dan pengertian asesmen. Topik ini tampaknya sangat menarik dan perlu untuk dibahas karena begitu simpang siurnya definisi istilah-istilah tersebut di internet. Setelah melakukan kajian terhadap berbagai definisi tentang evaluasi, penilaian, tes, pengukuran, hingga asesmen, maka dapatlah dibuat artikel ini yang tujuannya untuk mendudukkan kembali semua istilah itu pada tempatnya yang tepat. Pada tulisan ini kami hanya mengambil definisi-definisi dari para ahli  yang telah diakui kredibilitasnya di bidang pendidikan dan psikologi pendidikan.

Pengertian Evaluasi (Penilaian) Menurut Para Ahli

Sudiono, Anas (2005) mengemukakan bahwa secara harfiah kata evaluasi berasal dari bahasa Inggris evaluation, dalam bahasa Indonesia berarti penilaian. Akar katanya adalah value yang artinya nilai. Jadi istilah evaluasi menunjuk pada suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai dari sesuatu.

Frey, Barbara A., and Susan W. Alman. (2003): Evaluation The systematic process of collecting, analyzing, and interpreting information to determine the extent to which pupils are achieving instructional objectives. (Artinya: Evaluasi adalah proses sistematis pengumpulan, analisis, dan interpretasi informasi untuk menentukan sejauh mana siswa yang mencapai tujuan instruksional).

Mardapi, Djemari (2003), penilaian adalah kegiatan menafsirkan atau mendeskripsikan hasil pengukuran.

Zainul, Asmawi dan Noehi Nasution (2001), mengartikan penilaian adalah suatu proses untuk mengambil keputusan dengan menggunakan informasi yang diperoleh melalui pengukuran hasil belajar baik yang menggunakan tes maupun nontes.

Kesimpulan Tentang Pengertian Evaluasi:

Page 2: Pengertian PTK

Evaluasi berasal dari akar kata bahasa Inggris value yang berarti nilai, jadi istilah evaluasi sinonim dengan penilaian.

Evaluasi merupakan proses sistematis dari mengumpulkan, menganalisis, hingga interpretasi (menafsirkan) data atau informasi yang diperoleh.

Data atau informasi diperoleh melalui pengukuran (measurement) hasil belajar.melalui tes atau nontes.

Evaluasi bersifat kualitatif.

Pengertian Pengukuran (Measurement) Menurut Para Ahli

Alwasilah et al.(1996), measurement (pengukuran) merupakan proses yang mendeskripsikan performa siswa dengan menggunakan suatu skala kuantitatif (sistem angka) sedemikian rupa sehingga sifat kualitatif dari performa siswa tersebut dinyatakan dengan angka-angka

Arikunto dan Jabar (2004) menyatakan pengertian pengukuran (measurement) sebagai kegiatan membandingkan suatu hal dengan satuan ukuran tertentu sehingga sifatnya menjadi kuantitatif.

Cangelosi, James S. (1995), pengukuran adalah proses pengumpulan data secara empiris yang digunakan untuk mengumpulkan informasi yang relevan dengan tujuan yang telah ditentukan.

Sridadi (2007) pengukuran adalah suatu prose yang dilakukan secara sistematis untuk memperoleh besaran kuantitatif dari suatu obyek tertentu dengan menggunakan alat ukur yang baku.

Kesimpulan Tentang Pengertian Pengukuran:

Kegiatan pengukuran dilakukan dengan membandingkan hasil belajar dengan suatu ukuran tertentu. 

Dilakukan dengan proses sistematis.  Hasil pengukuran berupa besaran kuantitatif (sistem angka).   Pengukuran menggunakan alat ukur yang baku.

Pengertian Asesmen Menurut Para Ahli

Angelo T.A.(1991): Classroom Assessment is a simple method faculty can use to collect feedback, early and often, on how well their students are learning what they are being taught. (Artinya: asesmen Kelas adalah suatu metode yang sederhana dapat digunakan untuk mengumpulkan umpan balik, baik di awal maupun setelah pembelajaran tentang seberapa baik siswa mempelajari apa yang telah diajarkan kepada mereka.)

Kizlik, Bob (2009): Assessment is a process by which information is obtained relative to some known objective or goal. Assessment is a broad term that includes testing. A test is a special form of assessment. Tests are assessments made under contrived circumstances especially so that they may be administered. In other words, all tests are assessments, but not all assessments are tests. (Artinya : asesmen adalah suatu proses dimana informasi diperoleh berkaitan dengan tujuan pembelajaran. Asesmen adalah istilah yang luas yang mencakup tes (pengujian). Tes adalah bentuk khusus dari asesmen. Tes adalah salah satu

Page 3: Pengertian PTK

bentuk asesmen. Dengan kata lain, semua tes merupakan asesmen, namun tidak semua asesmen berupa tes)

Overton, Terry (2008): Assesment is a process of gathering information to monitor progress and make educational decisions if necessary. As noted in my definition of test, an assesment may include a test, but also include methods such as observations, interview, behavior monitoring, etc. (Artinya: sesmen adalah suatu proses pengumpulan informasi untuk memonitor kemajuan dan bila diperlukan pengambilan keputusan dalam bidang pendidikan. Sebagaimana disebutkan dalam definisi saya tentang tes, suatu asesmen bisa saja terdiri dari tes, atau bisa juga terdiri dari berbagai metode seperti observasi, wawancara, monitoring tingkah laku, dan sebagainya).

Palomba and Banta(1999), Assessment is the systematic collection , review , and use of information about educational programs undertaken for the purpose of improving student learning and development (Artinya: asesmen adalah pengumpulan, reviu, dan penggunaan informasi secara sistematik tentang program pendidikan dengan tujuan meningkatkan belajar dan perkembangan siswa).

Kesimpulan Tentang Pengertian Asesmen:

Asesmen merupakan metode dan proses yang digunakan untuk mengumpulkan umpan balik tentang seberapa baik siswa belajar.

Dapat dilakukan di awal, di akhir (sesudah), maupun saat pembelajaran sedang berlangsung.

Asesmen dapat berupa tes atau nontes. Asesmen berupa nontes misalnya penggunaan metode observasi, wawancara,

monitoring tingkah laku, dsb. Hasilnya dapat digunakan untuk pengambilan keputusan. Bertujuan meningkatkan belajar (pembelajaran) dan perkembangan siswa.

Pengertian Tes Menurut Para Ahli

Wayan Nurkencana (1993), tes adalah suatu cara untuk mengadakan penilaian yang berbentuk suatu tugas yang harus dikerjakan anak atau sekelompok anak sehingga menghasilkan suatu nilai tentang tingkah laku atau prestasi anak tersebut yang kemudian dapat dibandingkan dengan nilai yang dicapai oleh anak-anak lain atau standar yang telah ditetapkan

Overton, Terry (2008): test is a method to determine a student’s ability to complete certain tasks or demontstrate mastery of a skill or knowledge of content. Some types would be multiple choice tests or a weekly spelling test. While it commonly used interchangeably with assesment, or even evaluation, it can be distinguished by the fact  that a test is one form of an assesment. (Tes adalah suatu metode untuk menentukan kemampuan siswa menyelesaikan sejumlah tugas tertentu atau mendemonstrasikan penguasaan suatu keterampilan atau pengetahuan pada suatu materi pelajaran. Beberapa tipe tes misalnya tes pilihan ganda atau tes mengeja mingguan. Seringkali penggunaannya tertukar dengan asesmen, atau bahkan evaluasi (penilaian), yang mana sebenarnya tes dapat dengan mudah dibedakan berdasarkan kenyataan bahwa tes adalah salah satu bentuk asesmen.)

Page 4: Pengertian PTK

Kesimpulan Tentang Pengertian Tes:

Tes adalah cara atau metode untuk menentukan kemampuan siswa menyelesaikan tugas tertentu atau mendemonstrasikan penguasaan suatu keterampilan atau pengetahuan.

Beberapa tipe tes misalnya tes pilihan ganda atau tes mengeja mingguan. Tes adalah salah satu bentuk asesmen

Diagram Kedudukan Istilah Evaluasi, Penilaian, Pengukuran, Asesmen, dan Tes. 

Perhatikan Gambar berikut, yang merupakan diagram kedudukan istilah evaluasi, penilaian, pengukuran, asesmen, dan tes yang seringkali membingungkan. Diagram dibuat berdasarkan induksi dari pengertian evaluasi (penilaian), penegertian pengukuran, pengertian asesmen, dan pengertian tesmenurut para ahli di atas.

Diagram yang menunjukkan kedudukan istilah-istilah "Evaluasi", "Penilaian", "Pengukuran", "Asesmen", dan "Tes"

Referensi:

Alwasilah, et al. (1996). Glossary of educational Assessment Term. Jakarta: Ministry of Education and Culture.

Anas sudiono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta:PT.Grafindo persada, 2001. Angelo, T.A., (1991). Ten easy pieces: Assessing higher learning in four dimensions. In

Classroom research: Early lessons from success. New directions in teaching and learning (#46), Summer, 17-31.

Arikunto, S & Jabar. 2004. Evaluasi Program Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara Calongesi, James S. 1995. Merancang Tes untuk Menilai Prestasi Siswa. Bandung : ITB Frey, Barbara A., and Susan W. Alman. (2003). Formative Evaluation Through Online

Focus Groups, in Developing Faculty to use Technology, David G. Brown (ed.), Anker Publishing Company: Bolton, MA.

Kizlik, Bob. (2009). Measurement, Assessment, and Evaluation in Education. Online : http://www.adprima.com/measurement.htm diakses tanggal 20-01-2013.

Mardapi, Djemari (2003). Desain Penilaian dan Pembelajaran Mahasiswa. Makalah Disajikan dalam Lokakarya Sistem Penjaminan Mutu Proses Pembelajaran tanggal 19 Juni 2003 di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.

Overton, Terry. (2008). Assessing Learners with Special Needs: An Applied Approach (7th Edition). University of Texas - Brownsville

Palomba, Catherine A. And Banta, Trudy W. (1999). Assessment Essentials: Planning, Implementing, Improving. San Francisco: Jossey-Bass

Sridadi. (2007). Diktat Mata Kuliah Evaluasi Pembelajaran Penjas. Yogyakarta: FIK UNY.

Wayan Nurkencana. (1993). Evaluasi Pendidikan. Surabaya : Usaha Nasional. Zainul, Asmawi dan Noehi Nasution. 2001. Penilaian Hasil Belajar. Jakarta: Departemen

Pendidikan Nasional

Page 5: Pengertian PTK

Pengertian Belajar dan Cara Meningkatkan Belajar

Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to FacebookLabels: pbm Blog penelitian tindakan kelas dan model-model pembelajaran kali ini akan mengulas tentang pengertian belajar dan cara meningkatkan belajar pada siswa. Mari kita simak.

Pengertian Belajar

Pada tulisan ini, pengertian belajar yang akan diberikan adalah pengertian atau definisi belajar menurut kamus dan menurut para ahli pendidikan, terutama ahli psikologi pendidikan.

Pengertian Belajar Menurut Kamus

Berikut ini diberikan beberapa definisi belajar menurut kamus.

Kamus thefreedictionary.com

Pada kamus the free dictionary disebutkan bahwa pengertian belajar adalah untuk memperoleh pengetahuan, pemahaman, atau penguasaan melalui pengalaman atau pembelajaran.

Kamus oxforddictionaries.com

Menurut kamus oxford dictionary belajar adalah memperoleh atau mendapatkan pengetahuan atau keterampilan tentang sesuatu melalui pengalaman, pembelajaran, atau pengajaran.

Kamus Besar Bahasa Indonesia

Pada Kamus Besar Bahasa Indonesia dinyatakan bahwa belajar adalah berusaha mengetahui sesuatu atau berusaha memperoleh ilmu pengetahuan (kepandaian, keterampilan)

Pengertian Belajar Menurut Ahli Pendidikan

Berikut ini disajikan beberapa definisi belajar menurut ahli-ahli psikologi pendidikan.

Winkel W.S. (1997) dalam buku ‘Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar’

Winkel menyatakan pengertian belajar : suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat relatif konstan dan berbekas.

Hasan (1994) dalam buku 'Dimensi-Dimensi Psikologi Pendidikan'

belajar adalah kegiatan yang bersifat mental atau psikis dan terjadi saat ada interaksi aktif dengan lingkungan sehingga dhasilkan perubahan tingkah laku, ketrampilan dan sikap

Page 6: Pengertian PTK

Irwanto (1997) dalam buku ‘Psikologi Umum’

Irwanto menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan dari belum mampu menjadi sudah mampu dan terjadi dalam jangka waktu tertentu.

Sudjana (1989) dalam buku 'Cara Belajar Siswa Aktif dalam Proses Belajar Mengajar'

Menurut Sudjana, belajar adalah proses perubahan tingkah laku karena adanya pengalaman.

Suryabrata, S. (1998) dalam buku ‘Psikologi Pendidikan’

Di dalam bukunya Suryabrata mengemukakan bahwa siswa mengalami sendiri proses dari tidak tahu menjadi tahu, karena itu belajar yang terbaik adalah dengan mengalami dan mempergunakan pancaindera.

Muhibbidin Syah (2000) menyatakan bahwa perubahan tingkah laku akibat belajar memiliki ciri-ciri yang khas yang dapat dilihat secara nyata dalam tiga bentuk: (1) perubahan intensional; (2) perubahan positif dan aktif; dan (3) perubahan efektif dan fungsional. Berikut pembahasannya masing-masing:

Perubahan Intensional

Perubahan tingkah laku dalam bentuk yang intensional bermakna bahwa proses belajar berupa pengalaman atau praktek yang dilakukan secara sengaja dan disadari. Siswa sendiri dapat menyadari bahwa ada perubahan dalam dirinya, seperti penambahan pengetahuan, kebiasaan dan keterampilan.

Perubahan Positif dan Aktif

Perubahan positif yang dimaksud oleh Muhibbin Syah adalah bahwa perubahan tersebut bersifat baik dan dapat bermanfaat bagi kehidupan kemudian sesuai dengan harapan karena mendapatkan sesuatu yang sifatnya baru dan tentu harus lebih baik dari keadaan sebelum ia belajar. Sedangkan perubahan bersifat aktif merujuk kepada perubahan yang terjadi karena adanya upaya oleh siswa itu sendiri.

Perubahan Efektif dan Fungsional

Perubahan hasil dari belajar dapat disebut sebagai perubahan yang efektif jika memberi dampak dan manfaat terhadap siswa yang bersangkutan. Kemudian, perubahan dapat dikatakan bersifat fungsional jika perubahan yang terjadi setelah belajar itu ada di dalam diri siswa dan bersifat relatif menetap dan bila diperlukan maka perubahan itu bisa direproduksi dan digunakan kembali.Perubahan yang terjadi pada diri siswa sebagai dampak dari proses belajar dapat terjadi pada berbagai ranah, bisa kognitif, afektif, atau psikomotor. Perubahan-perubahan yang dimiliki oleh siswa ini tentu berdeda sekali dengan perubahan akibat refleks atau naluriah. Karena itu,untuk membuat perubahan yang lebih efektif sebagai hasil belajar oleh siswa, guru sebaiknya

Page 7: Pengertian PTK

memberikan penguatan-penguatan (reinforcement) dan balikan-balikan (feedback) saat proses belajar sedang berlangsung.

Cara Meningkatkan Belajar

Nah, sudah jelas bukan tentang pengertian belajar? Mudah-mudahan untaian definisi belajar menurut beberapa kamus dan ahli psikologi pendidikan di atas dapat menambah pengetahuan anda. Berikutnya kita akan membahas tentang cara meningkatkan belajar pada diri siswa agar proses dan hasil belajar mereka efektif dan memuaskan. Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas belajar siswa, yaitu: (1) kesiapan fisik dan mental; (2) konsentrasi belajar; (3) minat dan motivasi belajar; (4) penggunaan berbagai strategi belajar yang sesuai; (5) belajar secara holistik; (6) berbagi; dan (7) menguji hasil belajar. Berikut paparannya:

Kesiapan Fisik dan Mental

Hal penting pertama yang harus diperhatikan sebelum siswa mulai belajar adalah kesiapan fisik dan mental (psikis) mereka. Bila siswa tidak siap belajar, maka pembelajaran akan berlangsung sia-sia atau tidak efektif. Dengan siap fisik dan mental, maka siswa akan dapat belajar secara aktif.

Tingkatkan Konsentrasi

Saat belajar berlangsung, konsentrasi menjadi faktor penentu yang amat penting bagi keberhasilannya. Apabila siswa tidak dapat berkonsentrasi dan terganggu oleh berbaagai hal di luar kaitan dengan belajar, maka proses dan hasil belajar tidak akan maksimal. Penting bagi guru untuk memberikan lingkungan belajar yang mendukung terjadinya belajar pada diri siswa.

Tingkatkan Minat dan Motivasi

Minat dan motivasi juga merupakan faktor penting dalam belajar. Tidak akan ada keberhasilan belajar diraih apabila siswa tidak memiliki minat dan motivasi. Guru dapat mengupayakan berbagai cara agar siswa menjadi berminat dan termotivasi belajar. Bila minat dan motivasi dari guru (ekstrinsik) berhasil diberikan, maka pada tahap selanjutnya peningkatan minat dan motivasi belajar menjadi lebih mudah apalagi bila siswa memiliki minat dan motivasi yang bersumber dari dalam dirinya sendiri karena kepuasan yang mereka dapatkan saat belajar atau dari hasil belajar yang mereka peroleh.

Gunakan Strategi Belajar

Guru dapat membantu siswa agar bisa dan terampil menggunakan berbagai strategi belajar yang sesuai dengan materi yang sedang dipelajari. Menggunakan berbagai strategi belajar yang cocok sangat penting agar perolehan hasil belajar menjadi maksimal. Setiap konten memiliki karakteristik dan kekhasannya sendiri-sendiri dan memerlukan strategi-strategi khusus untuk mempelajarinya.

Page 8: Pengertian PTK

Belajar Sesuai Gaya Belajar

Setiap individu demikian pula siswa memiliki gaya belajar dan jenis kecerdasan dominan yang berbeda-beda. Guru harus mampu memberikan situasi dan suasana belajar yang memungkinkan agar semua gaya belajar siswa terakomodasi dengan baik. Pemilihan strategi, metode, teknik dan model pembelajaran yang sesuai akan sangat berpengaruh. Gaya belajar yang terakomodasi dengan baik juga akan meningkatkan minat dan motivasi siswa dalam belajar, hingga mereka dapat berkonsentrasi dengan baik dan tidak mudah terganggu (terdistraksi) oleh hal-hal lain di luar kegiatan belajar yang berlangsung.

Belajar Secara Holistik (Menyeluruh)

Mempelajari sesuatu tidak bisa sepotong-sepotong. Informasi yang dipelajari harus utuh dan menyeluruh. Perlu untuk menekankan hal ini kepada siswa, agar mereka belajar secara holistik tentang materi yang sedang mereka pelajari. Pengetahuan akan informasi secara holistik dan utuh akan membuat belajar lebih bermakna.

Berbagi: Biasakan Menjadi Tutor Bagi Siswa Lain

Siswa dapat difungsikan sebagai tutor sebaya bagi siswa lain. Ini tentu sangat baik bagi mereka sebagai bentuk lain dalam mengkomunikasikan hasil belajar atau proses belajar yang mereka lakukan. Berbagi pengetahuan yang baru atau sudah dimiliki akan menjadikan informasi atau pengetahuan itu terelaborasi dengan mantap.

Uji Hasil Belajar

Ujian atau tes hasil belajar penting karena ia dapat menjadi umpan balik kepada siswa yang bersangkutan sampai sejauh mana penguasaan mereka terhadap suatu materi belajar. Informasi tentang sejauh mana hasil belajar yang telah mereka peroleh akan menjadi umpan balik yang efektif agar mereka dapat membenahi bagian-bagian tertentu yang masih belum atau kurang dikuasai. Siswa menjadi mempunyai peta kekuatan dan kelemahan hasil belajar mereka sehingga mereka dapat memperbaiki atau memperkayanya.

Referensi:

Hasan, Ch. (1994). Dimensi-Dimensi Psikologi Pendidikan. Surabaya: Al- Ikhlas Irwanto.  (1997). Psikologi Umum. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Muhibbin, Syah. (2000). Psikologi Pendidikan dengan Suatu Pendekatan Baru.

Bandung : PT. Remaja Rosdakarya Sudjana, N. 1989. Cara Belajar Siswa Aktif dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung:

Sinar Baru Algensindo Suryabrata, S. (1998). Psikologi Pendidikan. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada . Winkel, WS (1997). Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar. Jakarta : Gramedia

Page 9: Pengertian PTK

Manfaatkan Lingkungan Sebagai Sumber Belajar Siswa

Email This BlogThis! Share to Twitter Share to Facebook Labels: pbm Pada artikel kali ini blog penelitian tindakan kelas dan model-model pembelajaran akan mengulas tentang pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar. Sumber belajar merupakan salah satu bidang kajian yang menarik dalam pelaksanaan ptk (penelitian tindakan kelas), karena itu rasanya topik ini cukup penting untuk diulas. Di sini kita akan membahas mulai dari pengertian sumber belajar, lingkungan sebagai salah satu sumber belajar, kelebihan lingkungan sebagai sumber belajar, jenis-jenis lingkungan sebagai sumber belajar, metode mengajar yang dapat digunakan saat memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar sampai langkah-langkah yang harus diperhatikan saat memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar. Yuk kita simak.

Pengertian Sumber Belajar (Learning Resources)

Sumber belajar adalah sumber yang bentuknya dapat berupa data, orang, dan wujud tertentu yang bisa dipergunakan oleh siswa selama belajar , sehingga mempermudah mereka mencapai tujuan atau kompetensi yang diharapkan pada pembelajaran itu. Beberapa sumber belajar dapat digunakan oleh guru dalam kegiatan pembelajaran secara terpisah atau secara kombinasi.

Lingkungan Sebagai Sumber Belajar Dan Kelebihannya

Salah satu contoh sumber belajar yang sangat baik untuk digunakan adalah lingkungan. Ada beberapa kelebihan lingkungan yang akan didapat jika guru menggunakannya dalam kegiatan pembelajarannya, misalnya:

Lingkungan Adalah Sumber Belajar Riil, Bukan Tiruan Atau Model

Bila guru memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar, ini berarti guru telah menggunakan sumber belajar riil (sesungguhnya), bukan berupa tiruan atau model. Tentu bila menggunakan sumber belajar yang riil maka kualitasnya lebih baik bila dibandingkan menggunakan model atau tiruan yang tentu memiliki keterbatasan-keterbatasan.

Pembelajaran Menjadi Lebih Menarik

Siswa akan lebih tertarik dengan sesuatu yang bersifat nyata dan asli dibanding tiruan atau model. Lingkungan sebagai sumber belajar adalah objek yang menarik untuk dipelajari. Dengan menariknya sumber belajar, maka siswa tentu akan lebih bersemangat dan termotivasi.

Lingkungan memberikan pembelajaran bermakna

Page 10: Pengertian PTK

Sebagai sumber belajar riil dan menarik, lingkungan akan memberikan pembelajaran yang bermakna bagi siswa. Pembelajaran bermakna amat penting bagi mereka sehingga tujuan pembelajaran atau kompetensi yang diharapkan akan dapat mereka capai dengan baik.

Mengaktifkan Belajar Siswa

Belajar dengan menggunakan lingkungan sebagai sumber pembelajaran akan membuat siswa aktif. Ini dikarenakan mereka akan lebih mudah berinteraksi dengan lingkungan. Adanya interaksi dalam pembelajaran akan memberikan kontribusi yang positif pada proses pembelajaran. Siswa yang mungkin pasif selama pembelajaran reguler di kelas biasanya akan lebih terlibat dalam pembelajaran saat terjun ke lingkungan.

Memperkaya Sumber Belajar Di Kelas

Pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar bagi siswa tentu saja akan menambah ragam dan memperkaya sumber belajar lain di kelas. Siswa menjadi tidak hanya duduk-duduk di kelas dan belajar seperti biasa. Banyak variasi yang dapat dilakukan guru bila menggunakan sumber belajar berupa lingkungan. Ini akan membantu siswa mengatasi kebosanan belajar di kelas.

Menumbuhkan Rasa Cinta Terhadap Lingkungan

Bila siswa berhasil memaknai lingkungan yang mereka pelajari, maka akan muncul dampak pengiring yang amat penting, yaitu rasa cinta terhadap lingkungan sekitar. Ambil contoh begini, ketika siswa diajak mempelajari bagaimana pola pikir masyarakat di sekiat sekolah tentang sampah dan kebersihan, maka mereka akan dapat menumbuhkan rasa cinta terhadap kebersihan di lingkungan sekolah mereka sendiri atau di lingkungan tempat tinggal mereka sendiri.

Jenis-Jenis Lingkungan Sebagai Sumber Belajar

Berdasarkan asalnya, lingkungan belajar dapat dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu:

Lingkungan Alam Asli

Lingkungan alam asli adalah lingkungan yang masih banyak tersentuh oleh tangan manusia. Contoh lingkungan alam asli yang dapat dijadikan sumber belajar misalnya hutan, gunung, danau, pantai, laut, sungai, dan sebagainya.

Lingkungan Alam Buatan Manusia

Lingkungan alam buatan adalah lingkungan alam yang merupakan hasil buatan manusia, seperti bendungan, waduk, museum, candi dan situs purbakala.

Lingkungan Sosial

Page 11: Pengertian PTK

Lingkungan sosial adalah lingkungan di mana padanya siswa dapat diajak untuk melihat aspek-aspek sosial (berhubungan dengan manusia atau masyarakat). Siswa dapat diajak ke pedesaan atau ke pinggiran kota, dsb. untuk memperoleh lingkungan sosial sebagai sumber belajar mereka.

Metode Pembelajaran Pemanfaatan Lingkungan Sebagai Sumber Belajar

Beberapa pertimbangan harus dilakukan guru saat menentukan metode pembelajaran untuk pemanfaatan sumber belajar dari lingkungan ini. Ada beberapa metode pembelajaran yang dapat digunakan guru untuk memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar, yaitu metode survey, praktek lapangan (PPL dan PKL), karyawisata, berkemah, presentasi narasumber, dan pengabdian masyarakat. Berikut ulasannya:

Metode Survey

Pada metode survey, guru dapat mengajak siswa untuk melakukan survey dalam bentuk observasi, wawancara, dan mempelajari dokumen atau data untuk memperoleh informasi dan mempelajari proses-proses sosial yang ada di masyarakat, budaya, ekonomi, keagamaan, dsb.

Metode Praktek Lapangan (PKL atau PPL)

Melalui metode praktek lapangan (dapat berupa Praktek Kerja Lapangan atau Praktek Pengalaman Lapangan), siswa dapat memperoleh suatu keterampilan-keterampilan atau kecakapan-kecakapan khusus agar nantinya dapat terjun ke dunia kerja yang sesuai dengan bidang keahlian atau minatnya.

Metode Karyawisata

Pembelajaran tidak melulu harus serius. Pembelajaran dengan metode karyawisata menjadikan siswa tak hanya belajar semata. Lingkungan yang mereka kunjungi sebagai sumber belajar juga dapat dinikmati sebagai wisata. Banyak sekali objek wisata yang relevan dengan pembelajaran, misalnya museum, pantai, pegunungan, bendungan, pabrik, dan sebagainya. Di tempat-tempat semacam ini siswa dapat belajar sekaligus bersantai.

Metode Berkemah

Metode berkemah sebenarnya hampir setujuan dengan karyawisata. Hanya saja metode berkemah membutuhkan waktu yang lebih lama dan mengahruskan siswa menginap di lingkungan tempat ia belajar. Metode berkemah sangat cocok untuk pembelajaran ilmu alam dan sosial. Siswa dapat mempelajari aneka ragam makhluk hidup beserta aspek-aspek lingkungan yang ada di dalamnya, atau mempelajari bagaimana suatu struktur sosial, kesenian, budaya, dan adat istiadat masyarakat atau suku-suku tertentu.

Metode Presentasi Narasumber

Page 12: Pengertian PTK

Memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar tidak selalu berarti siswa dan guru keluar kelas. Bisa juga lingkungan dibawa ke dalam kelas. Misalnya, kelas dapat mengundang narasumber dari lingkungan sekitar untuk memberikan presentasi di depan kelas. Siswa dapat berinteraksi dengan narasumber ini untuk mengetahui detil-detil yang mereka perlukan tentang suatu topik pembelajaran. Biasanya narasumber dapat berupa seorang yang profesional di bidang tertentu, misal dokter, bidan, pengacara, polisi, dan sebagainya. Narasumber dapat didapat dari orang tua yang kebetulan berada para profesi tersebut atau sukarelawan yang mau diajak bekerjasama untuk pembelajaran di sekolah.

Metode Pengabdian Masyarakat

Metode alternatif lain yang dapat digunakan untuk memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar adalah metode pengabdian masyarakat. Siswa dapat diajak melakukan bakti sosial di suatu daerah tertentu. Mereka dapat mengunjungi panti asuhan, panti jompo dan berbagi bersama warga di sana. Siswa dapat pula diajak melakukan aksi bersih-bersih sampah di lingkungan sekitar sekolah atau mengunjungi suatu daerah bekas terkena bencana alam dan ikut memberikan bantuan di sana.

Langkah-Langkah Pemanfaatan Lingkungan Sebagai Sumber Belajar

Sebelum memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar, maka guru harus mempersiapkan dan menentukan beberapa hal sehingga pemanfaatan lingkungan akan optimal dalam kegiatan belajar mengajar yang dilakukannya. Beberapa langkah-langkah di bawah ini patut diperhatikan oleh guru, yaitu sebagai berikut:

Menentukan Tujuan Pembelajaran

Belajar menggunakan sumber apapun, termasuk lingkungan harus memperhatikan tujuan pembelajaran. Jika guru memilih menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar untuk pokok bahasan atau topik tertentu, maka ia harus menentukan tujuan pembelajaran apa yang akan dapat dicapai oleh siswa. Selain itu, dengan menentukan tujuan pembelajaran yang tepat kegiatan pembelajaran akan lebih terarah.

Menentukan Lingkungan yang akan Dijadikan Sumber Belajar

Setelah guru menentukan tujuan pembelajaran yang akan dicapai oleh siswa, maka langkah selanjutnya yang penting sekali untuk diperhatikan adalah pemilihan lingkungan itu sendiri sebagai sumber belajar. Dalam tahap ini, guru mempertimbangkan kelebihan dan kekurangan setiap alternatif sumber belajar. Lingkungan yang bagaimana yang sekiranya dapat membantu siswa lebih mudah mencapai kompetensi yang diharapkan, maka lingkungan itulah yang paling baik untuk dijadikan sebagai sumber belajar.

Memilih Metode Pembelajaran

Page 13: Pengertian PTK

Penggunaan lingkungan sebagai sumber belajar kadang-kadang memerlukan pemilihan metode mengajar yang tepat. Pemilihan metode mengajar tidak dapat dilakukan asal-asalan karena dapat mengakibatkan tujuan pembelajaran atau kompetensi yang seharusnya dikuasai siswa tidak tercapai. Beberapa metode yang sekiranya dapat dipertimbangkan untuk pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar telah diuraikan pada tulisan ini sebelumnya, yaitu metode survey, karyawisata,  praktek lapangan, dan pengabdian masyarakat.

Mempersiapkan Perizinan

Mengajak siswa untuk belajar dari lingkungan seringkali harus melibatkan perizinan. Siswa yang diajak keluar kelas atau keluar lingkungan sekolah, bahkan seringkali di luar jam belajar dan melibatkan instansi lain. Perizinan akan menjamin pemanfaatan waktu yang lebih efisien karena ketika siswa telah tiba di lokasi sumber belajar akan langsung diterima oleh pihak yang berwenang di sana. Selain itu, jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, misalnya kecelakaan dan sebagainya, akan lebih mudah dimaklumi oleh pihak orang tua siswa/wali dan sekolah.

Mempersiapkan Teknis Pelaksanaan

Bila pemanfaatan lingkungan yang lokasinya cukup jauh dari sekolah dan menggunakan alokasi waktu di luar jam belajar sekolah, tentu teknis pelaksanaan perlu dipikirkan secara matang. Bahkan, jika menggunakan lingkungan pada lokasi yang dekat dengan sekolah dan masih dalam jam belajar sekolah, persiapan teknis tetap sangat penting. Guru perlu mempersiapkan alat-alat bantu apa saja yang mungkin diperlukan dalam pembelajaran, misalnya megaphone, transportasi dari sekolah ke lokasi, bagaimana pengaturan siswa saat tiba di lokasi dan sebagainya.

Menentukan Tindak Lanjut

Setelah siswa selesai belajar memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajarnya, maka tindak lanjut apa yang harus dilakukan? Apakah siswa nantinya akan diminta membuat laporan perjalanan atau hasil observasi mereka. Bagaimana penilaian terhadap hasil belajar siswa diberikan, dan hal-hal lainnya perlu ditentukan sebelum pembelajaran dilaksanakan.

Langkah-Langkah Menyusun dan Contoh Instrumen Penilaian Afektif

Email This BlogThis! Share to Twitter Share to Facebook Labels: pbm

Tinjauan Umum tentang Penilaian Afektif

Penilaian afektif, bagi sebagian guru lebih sulit dilakukan dibanding penilaian kognitif atau penilaian psikomotor. Padahal dalam dunia pendidikan seperti halnya di sekolah, ranah afektif

Page 14: Pengertian PTK

juga sangat perlu mendapatkan perhatian. Kenyataan selama ini di lapangan lebih menunjukkan penilaian afektif terkesan bagai “anak tiri” dibanding  penilaian kognitif maupun psikomotor. Ada juga kasus-kasus di lapangan yang menunjukkan guru telah melakukan penilaian afektif, tetapi tanpa panduan atau instrumen yang baik.

Pada tulisan kali ini, blog penelitian tindakan kelas (ptk)   dan model-model pembelajaran akan mencoba membahas mengenai penilaian afektif. Mari kita simak.

Ranah afektif sangat menentukan keberhasilan belajar siswa. Beberapa komponen penting ranah afektif misalnya minat dan sikap terhadap suatu mata pelajaran atau materi pelajaran. Siswa bisa memiliki sikap positif terhadap mata pelajaran atau materi pelajaran tertentu, bisa juga negatif, atau netral. Harapan semua guru tentunya, siswa mereka memiliki sikap dan minat positif terhadap semua mata pelajaran atau materi pelajaran. Melalui sikap yang positif ini kemudian dapat diharapkan, siswa juga akan memiliki minat yang positif. Siswa yang mempunyai sikap positif dan minat positif terhadap suatu mata pelajaran atau materi pelajaran akan mempunyai kemungkinan yang lebih besar untuk berhasil dalam kegiatan pembelajaran.

Langkah-Langkah Menyusun Instrumen Penilaian Afektif

Dalam kaitan untuk mengetahui sejauh mana sikap dan minat siswa terhadap suatu mata pelajaran atau materi pelajaran, yang kedua termasuk bagian penting dari ranah afektif, maka guru perlu menyusun instrumen penilaian afektif. Untuk menyusun instrumen penilaian afektif, dapat dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Pemilihan ranah afektif yang ingin dinilai oleh guru, misalnya sikap dan minat terhadap suatu materi pelajaran.

2. Penentuan indikator apa yang sekiranya dapat digunakan untuk mengetahui bagaimana sikap dan minat siswa terhadap suatu materi pelajaran

3. Beberapa contoh indikator yang misalnya dapat digunakan untuk mengetahui bagaimana sikap dan minat siswa terhadap suatu materi pelajaran, yaitu: (1) persentase kehadiran atau ketidakhadiran di kelas; (2) aktivitas siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung, misalnya apakah suka bertanya, terlibat aktif dalam diskusi, aktif memperhatikan penjelasan guru, dsb.; (3) penyelesaian tugas-tugas belajar yang diberikan, seperti ketepatan waktu mengumpul PR atau tugas lainnya; (4) kerapian buku catatan dan kelengkapan bahan belajar lainnya terkait materi pelajaran tersebut.

4. Penentuan jenis skala yang digunakan, misalnya jika menggunakan skala Likert, berarti ada 5 rentang skala, yaitu: (1) tidak berminat; (2) kurang berminat; (3) netral; (4) berminat; dan (5) sangat berminat.

5. Penulisan draft instrumen penilaian afektif (misalnya dalam bentuk kuisioner) berdasarkan indikator dan skala yang telah ditentukan.

6. Penelaahan dan meminta masukan teman sejawat (guru lain) mengenai draft instrumen penilaian ranah afektif yang telah dibuat.

7. Revisi instrumen penilaian afektif berdasarkan hasil telaah dan masukan rekan sejawat, bila memang diperlukan

8. Persiapan kuisioner untuk disebarkan kepada siswa beserta inventori laporan diri yang diberikan siswa berdasarkan hasil kuisioner (angket) tersebut.

Page 15: Pengertian PTK

9. Pemberian  skor inventori kepada siswa10. Analisis hasil inventori minat siswa terhadap materi pelajaran

Bagaimana memberikan skor dalam penilaian afektif

Teknik penskoran untuk penilaian ranah afektif dapat dilakukan secara sederhana. Contoh, pada instrumen penilaian minat siswa terhadap suatu materi pelajaran terdapat 10 item (berarti ada 10 indikator), maka bila skala yang digunakan adalah skala Likert (1 sampai 5), berarti skor terendah yang mungkin diperoleh seorang siswa adalah 10 (dari 10 item x 1) dan skor paling  tinggiyang mungkin diperoleh siswa adalah 50 (dari 10 item x 5). Maka kita dapat menetukan median-nya, yaitu (10 + 50)/2 atau sama dengan 30. Bila kita membaginya menjadi 4 kategori, maka skor 10 -20 termasuk tidak berminat; skor 21 – 30 termasuk kurang berminat; skor 32 – 40 berminat, dan skor 41 – 50 termasuk kategori sangat berminat.

Contoh Instrumen Penilaian Afektif

Berikut ini diberikan contoh instrumen penilaian sikap siswa terhadap materi pelajaran evolusi pada mata pelajaran IPA di kelas IX

Mengimplementasikan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray

Email This BlogThis! Share to Twitter Share to Facebook Labels: Model pembelajaran Blog penelitian tindakan kelas dan model-model pembelajaran berikut ini akan memaparkan bagaimana cara mengimplementasikan model pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray. Jika kita meninjau nama model pembelajaran kooperatif ini, yaitu two stay (dua tinggal) dan two stray (dua berpencar), maka kita dapat memahami bahwa pada saat pembelajaran berlangsung, dari sebuah kelompok akan ada 2 siswa yang tetap tinggal di kelompoknya dan dua siswa yang berpencar ke kelompok lain (asumsi ada 4 orang siswa dalam setiap kelompok). Model pembelajaran kooperatif ini dapat digunakan oleh guru pada berbagai mata pelajaran dan berbagai tingkatan usia siswa. Metode pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray merupakan teknik pembelajaran dengan struktur kelompok yang khas yang bertujuan agar siswa belajar bekerja sama, bertanggung jawab, saling membantu memecahkan masalah dan saling mendorong untuk berprestasi serta melatih siswa agar dapat bersosialisasi dengan baik.

Pengembang Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray

Model pembelajaran kooperatif yang satu ini mempunyai sebenarnya dapat dibuat variasinya, yaitu berkaitan dengan jumlah siswa yang tinggal di kelompoknya dan yang berpencar ke

Page 16: Pengertian PTK

kelompok lain. Misalnya: (1) one stay three stray (satu tinggal tiga berpencar); dan (2) three stay one stray (tiga tinggal satu berpencar). Model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray dikembangkan pertama kali oleh Spencer Kagan (1990). Dengan struktur kelompok kooperatif seperti tipe two stay two stray ini dapat memberikan kesempatan kepada tiap kelompok untuk saling berbagi informasi dengan kelompok-kelompok lain.

Struktur Kelompok

Adapaun struktur kelompok Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray adalah sebagai berikut:

Heterogen

Setiap kelompok terdiri dari siswa dengan latar belakang beragam, baik kemampuan akademis, jenis kelamin, maupun status sosial.

Jumlah Siswa

Jumlah siswa di dalam sebuah kelompok koperatif tipe ini terdiri atas 4 – 5 orang siswa

Siapa Tinggal, Siapa Berpencar?

Di dalam kelompok siswa akan menentukan siapa yang akan tinggal (stay) dan siapa yang akan berpencar (stray)

Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray

Adapun langkah-langkah pelaksanaan / implementasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray adalah sebagai berikut:

1. Pembagian kelompok. Pada langkah ini guru membagi siswa dalam kelompok-kelompok yang setiap kelompoknya terdiri dari 4 sampai 5 siswa.

2. Pemberian tugas. Di langkah kedua ini guru memberikan sub pokok bahasan tertentu atau tugas-tugas tertentu kepada setiap kelompok untuk dibahas bersama-sama dengan anggota kelompoknya masing-masing.

3. Diskusi: Siswa mengerjakan tugas. Pada kegiatan ini siswa-siswa di dalam setiap kelompok bekerja sama untuk menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru.

4. Tinggal atau berpencar? Setelah setiap kelompok selesai mengerjakan tugas yang diberikan maka setiap kelompok menentukan 2 anggota yang akan stay (tinggal) dan 2 anggota yang akan stray (berpencar) ke kelompok lain. 

Page 17: Pengertian PTK

Struktur kelompok model pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray

5. Berbagi. Pada langkah kelima ini, semua siswa saling berbagi apa yang telah mereka kerjakan untuk menyelesaikan tugas dari guru (catatan: siswa pada langkah ini saling menjelaskan, presentasi, bertanya, dan melakukan konfirmasi, lalu mencatat apa-apa yang didapatnya dari kelompok lain). Dua anggota kelompok yang tinggal di dalam kelompok bertugas membagi informasi dan hasil kerja mereka kepada 2 orang tamu dari kelompok lain yang akan berkunjung ke kelompok mereka.

6. Diskusi kelompok. Tahap selanjutnya adalah semua anggota kelompok kembali ke kelompok yang semula dan melaporkan apa yang mereka temukan dari kelompok lain.

7. Diskusi kelas. Setiap kelompok kemudian membandingkan dan membahas hasil pekerjaan mereka semua dalam sebuah diskusi kelas dengan fasilitasi oleh guru.

Kelebihan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray

Adapun kelebihan-kelebihan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray adalah sebagai berikut:

Implementasi

Model pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray dapat diimplementasikan untuk berbagai kelas atau tingkatan usia.

Belajar Bermakna

Page 18: Pengertian PTK

Kecenderungan belajar siswa menjadi lebih bermakna memberikan kesempatan terhadap siswa untuk membentuk konsep secara mandiri dengan cara-cara mereka sendiri dan melalui metode-metode pemecahan masalah.

Siswa Aktif

Implementasi model pembelajaran kooperatif ini tentu saja dapat membuat siswa aktif. Bila siswa belum terbiasa, memang pembelajaran serasa macet, tetapi bila telah beberapa kali dilaksanakan maka jalannya akan lebih mulus, karena setiap siswa mempunyai aktivitas dan tanggung jawab masing-masing untuk kelompoknya.

Meningkatkan Motivasi Belajar

Dengan penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray ini guru dapat meningkatkan motivasi belajar siswa, karena setiap siswa mempunyai tanggung jawab belajar, baik untuk dirinya sendiri maupun kelompoknya. Hal ini tampak sekali pada saat mereka saling bertukar informasi.

Bertukar Informasi

Saat siswa berpencar, maka setiap anggota kelompok akan saling bertukar informasi dengan kelompok lain. Setiap kelompok akan mendapatkan informasi sekaligus dari dua kelompok yang berbeda (karena dua orang yang berpencar pergi ke kelompok yang berbeda), begitupun bagi siswa yang tinggal, juga akan mendapatkan informasi dari 2 tamu yang datang dari 2 kelompok yang berbeda. (Perhatikan gambar skema struktur kelompok model pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray di atas agar pertukaran informasi terbentuk dari banyak arah).

Prestasi Belajar dan Daya Ingat

Karena semua siswa terlibat aktif dalam pembelajaran, dan semua anggota kelompok diharuskan melaporkan hasil-hasil kunjungannya ke kelompok lain (bagi siswa yang berpencar/ stray) dan hasil-hasil yang diperoleh saat kunjungan tamu di kelompok mereka (bagi siswa yang tinggal / stay), maka dapat memberikan efek peningkatan prestasi belajar dan daya ingat.

Kreativitas

Siswa yang tinggal di dalam kelompok (stay) mempunyai kesempatan untuk meningkatkan kreativitas, misalnya berkaitan dengan bagaimana cara mereke menyajikan hasil kerja kelompok mereka kepada tamu (anggota kelompok lain) yang berkunjung ke kelompoknya.

Melatih Berpikir Kritis

Dengan membandingkan hasil pekerjaan kelompoknya dengan pekerjaan kelompok lain, guru berarti telah memberikan kesempatan kepada siswa untuk meningkatkan kemapuan berpikir kritis, di mana mereka akan mencoba mencermati pekerjaan orang lain dan pekerjaan kelompoknya.

Page 19: Pengertian PTK

Memudahkan Guru

Model pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray dapat membantu guru dalam pencapaian pembelajaran, karena langkah pembelajaran kooperatif mudah diterapkan di sekolah dan dengan bantuan siswa-siswa guru mendapat tambahan tenaga berupa tutor sebaya saat seorang anggota kelompok bertukar informasi, mengkonfirmasi, presentasi, dan bertanya kepada anggota kelompok lainnya.

Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray

Selain memiliki banyak kelebihan, tentu saja model pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray ini juga mempunyai kelemahan. Beberapa kelemahan model pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray misalnya:

Alokasi Waktu

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray membutuhkan waktu yang relatif lama untuk persiapan dan pelaksanaannya bila dibandingkan dengan metode konvensional. Hal tersebut tampak mulai tahap persiapan pembagian kelompok, diskusi dan presentasi siswa. Akan tetapi bila guru pandai mengelola dan memanajemen pembelajaran, maka alokasi waktu yang diperlukan ini akan terbayar dengan kesuksesan pencapaian tujuan pembelajaran. Guru dapat mengatur presentasi di akhir pembelajaran agar terbentuk konsep yang mantap di benak siswa, tidak harus semua kelompok tampil. Cukup beberapa, yang penting harus disertai umpan balik terlebih-lebih untuk  hal-hal tertentu yang sifatnya penting.

Pelaksanaan pada saat bertamu

Guru harus benar-benar menerangkan kepada siswa mengenai maksud dan tujuan dari bertamu. Siswa terkadang masih kebingungan untuk saling bertukar informasi dengan kelompok lain. Karena tujuan dari berbagi informasi disini bukan untuk mencontek hasil jawaban dari kelompok lain. Justru pada tahap ini siswa melakukan konfirmasi bila terjadi perbedaan pendapat mengenai hasil tugas yang telah dibahas di kelompok asal masing-masing. Siswa saling menjelaskan dan mengkritisi untuk memperoleh manfaat dari tahap paling penting dari model pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray ini. You might also like:

Page 20: Pengertian PTK

Contoh Instrumen Penilaian Afektif

Artikel Lain Yang Berhubungan dengan Penilaian Afektif :

Prinsip-Prinsip Penilaian

Kata Kerja Operasional untuk Ranah Afektif

Dalam penyusunan instrumen penilaian afektif, kita harus menggunakan kata kerja operasional dalam indikatornya. Ini dilakukan (sama seperti instrumen penilaian kognitif dan psikomotor) agar indikator dapat diamati / terukur. Menurut taksonomi Bloom, ada 5 tingkatan ranah afektif yaitu: (1) A1 – menerima; (2) A2 – menanggapi; (3) A3- menilai; (4) A4 – mengelola; dan (5) A5 – menghayati. Berikut ini disajikan contoh-contoh kata kerja operasional untuk kelima tingkatan dalam ranah afektif.

Page 21: Pengertian PTK

A1 – Menerima

Contoh kata kerja operasional:

Memilih Mempertanyakan Mengikuti Memberi Mematuhi Meminati menganut

A2 – menanggapi

Contoh kata kerja operasional:

Menjawab Membantu Mengajukan Mengkompromikan Menyenangi Menyambut Mendukung Menyetujui Menampilkan Melaporkan Memilih Memilah Mengatakan Menolak

A3 – menilai

Contoh kata kerja operasional:

Mengasumsikan Meyakini Melengkapi Meyakinkan Memperjelas Memprakarsai Mengimani Mengundang Menggabungkan Memperjelas

Page 22: Pengertian PTK

Mengusulkan Menyumbang

A4 – mengelola

Contoh kata kerja operasional:

Menganut Mengubah Menata Mengklasifikasikan Mengkombinasikan Mempertahankan Membangun Memadukan Mengelola Menegosiasikan Merembukkan

A4 – menghayati

Contoh kata kerja operasional:

Mengubah perilaku Berakhlak mulia Mempengaruhi Mendengarkan Mengkualifikasi Melayani Menunjukkan Membuktikan Memecahkan

Keterampilan Berpikir Kreatif: Beberapa Strategi Pembelajaran

Email This BlogThis! Share to Twitter Share to Facebook Labels: Model pembelajaran Benjamin Bloom (1956) telah mengembangkan taksonomi tingkatan perilaku intelektual dalam belajar seseorang. Taksonomi ini berisi 3 domain sebagaimana yang telah lumrah diketahui oleh para guru dan pendidik yaitu, kognitif psikomotor, dan afektif. Pada domain kognitif, Bloom telah mengidentifikasi 6 tingkatan yaitu: pengetahuan (C1), pemahaman (C2), aplikasi (C3),

Page 23: Pengertian PTK

analisis (C4), sintesis (C5), dan evaluasi (C6). Domain kognitif dan keenam tingkatannya yang dikembangkan oleh Bloom ini masih digunakan sampai saat ini.

Berpikir kreatif melibatkan menciptakan sesuatu yang baru atau asli. Ini melibatkan keterampilan yang memiliki fleksibilitas, orisinalitas, kefasihan, elaborasi, curah gagasan (brainstorning), modifikasi, berkhayal, pemikiran asosiatif, daftar atribut, dan berpikir metaforis.. Tujuan dari berpikir kreatif adalah untuk merangsang keingintahuan dan merangsang berpikir divergen.

Berpikir kreatif termasuk ke dalam kategori keterampilan berpikir tingkat tinggi (higher order thinking skills). Dan, ketika kita membicarakan tentang keterampilan berpikir tingkat tinggi maka kita berkonsentrasi pada ketiga tingkat atas Taksonomi Bloom: analisis (C4), sintesis (C5), dan evaluasi(C6).

Keterampilan berpikit kreatif ini sangat penting dan bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari. Lalu bagaimana cara untuk membelajarkan keterampilan berpikir kreatif kepada siswa. Banyak buku yang telah ditulis yang memuat hasil-hasil penelitian dan best practice tentang bagaimana cara mengajarkan keterampilan berpikir tingkat tinggi ini. Beberapa di antaranya, sebagaimana yang ditulis oleh Michael Michalko, Andy Van Gundy, James Higgins, Dilip Mukerjea dan lainnya, antara lain melalui strategi:

Masukan acak ( random input ) Pembalikan Masalah   Ajukan Pertanyaan (Problem Reversal) Imajinasi Terapan - Pertanyaan Ringkasan (Applied Imagination -Question Summary) Berpikir Lateral (Lateral Thinking) Enam Topi Berpikir (Six Thinking Hats) Prinsip Diskontinuitas (The Discontinuity Principle) Ceklis / Daftar Periksa Curah Gagasan (Brainstorming) Analogi Daftar atribut  Analisis morfologi Imitasi Peta Pikiran (Mindmapping) Storyboard  Synectics Berpikir Metaporis Teknik Teratai Mekar Dalam Dunia Indra Gunakan gambar (dari Pengalaman Robert McKim di Berpikir Visual Idea Toons (oleh Michael Michalko) Teknik NLP (Neuro-Linguistic Programming)  DO IT! (metode Roger Olsen) Metode LARC Pemecahan Masalah

Page 24: Pengertian PTK

Simplex - sebuah proses dengan tiga tahapan (menemukan masalah, memecahkan masalah, menerapkan pemecahan masalah) dan delapan langkah diskrit direpresentasikan sebagai roda untuk mencerminkan sifat, pemecahan masalah secara sirkuler. Nama lengkapnya adalah proses Simplex Basadur. Delapan langkah yang dimaksud meliputi: menemukan masalah, pencarian fakta, mendefinisikan masalah, menemukan ide, mengevaluasi dan memilih, perencanaan tindakan, mendapatkan penerimaan, dan mengambil tindakan.      

Metode TRIZ Semyon D. Savransky Berpikir Fuzzy  Beberapa lebih lanjut contoh teknik kreativitas dan pedoman terkait dengan contoh-

contoh historis. Terobosan Berpikir - Terdiri dari 7 langkah solusi keunikan, tujuan setelah berikutnya,

sistem, pengumpulan informasi yang diperlukan, desain , dan perbaikan.