Top Banner
PENGENALAN KONSEP TEORI TEKTONIK LEMPENG Sinopsis Teori Tektonik Lempeng Tektonik lempeng merupakan teori yang menggambarkan bahwa lapisan terluar bumi (litosfer) tersusun atas bagian-bagian tertentu yang disebut lempeng. Tidak sampai disana, teori ini pun menjelaskan bahwa lempeng tersebut bergerak secara relatif terhadap satu sama lain nya seperti luncuran balok-balok es pada danau dimusim salju.
16

Pengenalan Konsep Teori Tektonik Lempeng

Dec 06, 2015

Download

Documents

tektonik lempeng
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Pengenalan Konsep Teori Tektonik Lempeng

PENGENALAN KONSEP TEORI TEKTONIK LEMPENG

Sinopsis Teori Tektonik Lempeng

Tektonik lempeng merupakan teori yang menggambarkan bahwa lapisan

terluar bumi (litosfer) tersusun atas bagian-bagian tertentu yang disebut lempeng.

Tidak sampai disana, teori ini pun menjelaskan bahwa lempeng tersebut bergerak

secara relatif terhadap satu sama lain nya seperti luncuran balok-balok es pada danau

dimusim salju.

Pada gambar diatas diperlihatkan irisan penampang beberapa lapisan bumi

terluar berdasarkan konsep teori tektoik lempeng. Seharusnya penampang melintang

Page 2: Pengenalan Konsep Teori Tektonik Lempeng

tersebut berbentuk kurva mengikuti bentuk bumi sebenarnya, akan tetapi untuk

memudahkan interpretasi maka penggambaran irisan melintang ini dibentuk lurus.

Pada teori tektonik lempeng terdapat susunan tertentu pada lapisan bumi

terluar yang menjadi awal pemikiran teori ini. Perhatikan garis di bawah continental

craton (benua yang stabil), garis tersebut merupakan batas akhir dari bagian yang

disebut sebagai lempeng. Secara teknis, bagian atas dari garis batas tersebut disebut

litosfer (kulit terluar bumi) yang bersifat rigid dan brittle sedangkan bagian bawah

dari garis tersebut disebut astenosfer (interior dalam bumi) yang bersifat plastis dan

panas.

Hal penting lain dalam teori tektonik lempeng adalah arus konveksi di bawah

astesnosfer. Sebagaimana telah diketahui bahwa sifat fisik dari astenosfer bersifat

plastis (mobile) sehingga memungkin arus konveksi ini terjadi. Arus ini membawa

panas dari dalam bumi menuju permukaan bumi. Pergerakan pada arus ini rata-rata

mampu menggerakan litosfer 10 cm per tahun. Saat arus konveksi ini mencapai

bagian bawah litosfer maka arus ini melepaskan panasnya melalui batas divergen

pada yang terdapat di permukaan bumi. Pada saat bebatuan bersifat plastis yang

terbawa oleh arus konveksi ini mencapai bagian dasar litosfer, maka bebatuan ini

berjalan kearah samping mengikuti garis batas antara litosfer dan astenosfer yang

pada akhirnya akan sampai pada zona subduksi. Pada zona subduksi inilah bebatuan

yang telah terbawa hingga batas tadi menunjam kembali kebawah. Pergerakan dari

Page 3: Pengenalan Konsep Teori Tektonik Lempeng

bebatuan plastis pada astenosfer inilah yang secara teori tektonik lempeng

bersinggungan dengan litosfer sehingga menggerakan lempeng.

Lempeng

Secara sederhana, lapisan permukaan bumi terdiri dari lempeng dan batas-

batas lempeng (zona kontak dan interaksi antar lempeng). Sebagaimana gambar

penampang melintang lapisan dekat permukaan bumi, disana terdapat tujuh lempeng.

Dari gambar tadi dengan menggunakan pola berfikir tektonik lempeng, maka

lempeng itu terdiri dari dua hal, benua dan cekungan samudera. Lempeng bisa saja

terdiri hanya dari benua saja, atau hanya cekungan samudera saja, atau bisa juga satu

lempeng terdiri dari kombinasi benua dan cekungan samudera. Dari gambar diatas

bisa dilihat bahwa disebut satu lempeng pada saat memiliki batas lempeng. Oleh

karena itu agak susah (walaupun mungkin) saat satu lempeng hanya terdiri dari benua

saja, karena saat benua tadi memiliki batas lempengnya maka akan ada suatu

mekanisme yang mempengaruhi benua tersebut untuk membentuk sebuah cekungan

samudera.

Batas Lempeng

Pada gambar di atas telah digambarkan batas lempeng, secara umum terdapat

tiga batas lempeng: divergent, konvergent, transform. Pada batas-batas inilah

lempeng saling berinteraksi.

Page 4: Pengenalan Konsep Teori Tektonik Lempeng

Pada penampang melintang terdapat dua batas divergent, di bagian kanan

continental craton dan di sebelah kiri continental craton. Area batas divergent di

sebelah kir continental craton disebut Back Arc Margin Basin. Back Arc Margin

Basin terbentuk karena arus konveksi minor yang terbentuk di atas dekat zona

subduksi. Pada zona batas divergent selalu terbentuk lantai samudera baru yang

bersifat basaltis. Lantai samudera inilah yang disebut sebagai kerak samudera, atau

disebut juga ophiolite suite.

Pada gambar di atas terdapat juga tiga batas konvergen, salah satu dari batsa

konvergen itu menghasilkan zona subduksi. Pada kasus tumbukan benua-benua maka

zona subduksi tidak terlihat dipermukaan, akan tetapi dapat direkam melalui survey

geofisika ke bawah permukaan litosfer. Zona subduksi merupakan penghasil batuan

beku terbanyak, karena pada zona subduksi akan terbentuk zona-zona vulkanisme

yang secara langsung akan menghasilkan produk berupa batuan beku. Benua dapat

terbentuk pada zona subduksi (volcanic arc) sebagai small proto-continent dan

microcontinent. Pada akhirnya benua-benua kecil ini akan membesar dengan adanya

mekanisme tumbukan dan penyatuan dari hasil retakan pada benua besar yang lain

pada batas lempeng konvergen.

Pada gambar diatas hanya terdapat satu batas lempeng transform. Pada batas

ini, dua lempeng hanya bergeser atau saling berinteraksi pada arah horizontal, tetapi

menimbulkan patahan yang dalam sehingga memicu naiknya magma basaltis untuk

keluar melalui patahan tadi. Oleh karena itu hampir kebanyakan batas lempeng

Page 5: Pengenalan Konsep Teori Tektonik Lempeng

transform terbentuk pada kerak samudera, tetapi ada juga yang terdapat di kerak

benua seperti pada sesar San Andreas, California dan Mexico.

Tumbukan Lempeng

Esensi dari teori tektonik lempeng (cekungan samudera dengan atau tanpa

benua) adalah bergeraknya lempeng pada permukaan bumi melalui interaksi yang

terjadi pada batas lempeng tertentu. Ketiga batas lempeng tadi akan bergerak secara

bersamaan. Untuk lebih memahami mekanisme dari teori tektonik lempeng yang

menghasilkan benua dan cekungan samudera, maka teori Wilson Cycle menjelaskan

secara jelas tahapan-tahapan kejadian dan keterbentukan hal-hal tadi.

SKEMA PENGKLASIFIKASIAN CEKUNGAN SEDIMEN

Pengertian Skema Pengklasifikasian

Secara ideal, klasifikasi adalah teori tentang asas atau dasar dari tuntutan

alami dalam mengkompilasi parameter-parameter tertentu untuk menghindari adanya

campur aduk makna (Gould, 1989). Pada pembahasan kali ini untuk skema

pengklasifikasian untuk cekungan sedimen harus menghasilkan dua hal: mengetahui

cara keterbentukan macam-macam cekungan dan jenis-jenisnya pada fakta di

lapangan.

Page 6: Pengenalan Konsep Teori Tektonik Lempeng

Pada akhir-akhir ini banyak berkembang sistem pengklasifikasian cekungan

dengan menggunakan berbagai parameter penentu. Orang yang sangat memberi

pengaruh pada munculnya beragam sistem pengklasifikasian adalah Dickinson, dia

membuat klasifikasi tentang cekungan sedimen dengan menitikberatkan pada hal-hal

berikut:

1. Posisi cekungan pada stratum litosfer

2. Jarak cekungan dari batas lempeng

3. Tipe dari batas lempeng yang dekat dengannya

Page 7: Pengenalan Konsep Teori Tektonik Lempeng

Evolusi dari sistem pengklasifikasian cekungan dijelaskan melalui perubahan

setting lempeng dan jenis interaksi dari batasnya. Dickinson (1974) menyimpulkan 5

tipe klasifikasi umum dari sebuah cekungan:

1. Oceanic basins

2. Rifted continental margins

3. Arc-trench systems

4. Suture belts

5. Intracontinental

Page 8: Pengenalan Konsep Teori Tektonik Lempeng
Page 9: Pengenalan Konsep Teori Tektonik Lempeng
Page 10: Pengenalan Konsep Teori Tektonik Lempeng
Page 11: Pengenalan Konsep Teori Tektonik Lempeng

Disamping klasifikasi dalam tujuan ilmiah, ada juga klasifikasi cekungan

sedimen untuk tujuan industri. Skema pengklasifikasian cekungan sedimen untuk

tujuan industri ini dikemukakan oleh Halbouty et al. (1970) dan selanjutnya

dikembangkan oleh Fischer (1975) dan Klemme (1980). Skema pengklasifikasian

oleh Klemme menghasilkan depalan klasifikasi umum cekungan sedimen

berdasarkan tujuan industri. Klasifikasi Klemme didasari pada susunan

karakteristiknya, seperti:

1. Kelurusan

2. Asimetri

3. Geometri penampang melintang

Karakteristik ini sangat berhubungan dengan tektonik setting tempat cekungan

sedimen tersebut berada. Tujuan dari pengklasifikasi yang berbasis industri ini adalah

untuk mendapatkan informasi tentang cekungan baru yang potensial akan kandungan

hidrokarbon. Klasifikasi ini mengkategorikan cekungan kedalam tiga faktor kritis,

yaitu:

1. Tektonik pembentuk cekungan

2. Sekuen pengendapan pengisi cekungan

3. Tektonik cekungan termodifikasi