Top Banner
Pengembangan Pendidikan IPS di SD i Diktat P P e e n n g g e e m m b b a a n n g g a a n n P P e e n n d d i i d d i i k k a a n n I I P P S S S S D D Oleh: Habibuddin (Untuk kalangan sendiri) PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) HAMZANWADI SELONG 2010
97

Pengembangan Pendidikan IPS SD

Jul 25, 2015

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Pengembangan Pendidikan IPS SD

Pengembangan Pendidikan IPS di SD i

Diktat

PPeennggeemmbbaannggaann

PPeennddiiddiikkaann IIPPSS SSDD

Oleh:

Habibuddin

(Untuk kalangan sendiri)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

(STKIP) HAMZANWADI SELONG 2010

Page 2: Pengembangan Pendidikan IPS SD

Pengembangan Pendidikan IPS di SD ii

Motto:

“Kebenaran hanya dicari oleh para individu,

dan mereka ini memutuskan hubungan dengan orang-orang

yang tidak cukup mencintainya.

Berapa banyak di dunia ini yang berhak atas kesetiaan kita?

Sungguh sedikit sekali, Saya kira orang harus setia kepada keabadian,

yang merupakan kata lain dari hidup, kata yang justru lebih kuat untuk itu”

(Dr. Zhivago)

Page 3: Pengembangan Pendidikan IPS SD

Pengembangan Pendidikan IPS di SD iii

Daftar Isi

Motto iii

Daftar Isi iv

Kata Pengantar vi

Bagain 1 Pendahuluan 1

Bagian 2 Hakikat dan Arah Pembelajaran IPS di SD a. Hakikat dan Arah Pembelajaran IPS di SD

b. Tujuan Pembelajaran IPS di SD

c. Pengembangan Pengetahuan dan Pemahaman

d. Pengembangan Aspek Sikap, Nilai, dan Moral

e. Pengembangan Aspek Konatif

f. Pengembangan Materi Pembelajaran IPS di SD

3

3

9

12

13

14

15

Bagian 3 Inovasi Pembelajaran IPS di SD a. Pembelajaran Tematik

b. Karakteristik Pembelajaran Tematik

c. Strategi Pembelajaaran Tematik

d. Pembelajaran Kontekstual dalam IPS

e. Prinsip Pembelajaran CTL

f. Sumber dan Media Pembelajaran IPS

g. Media Pembelajaran Berbasis ICT

21

21

24

25

28

29

32

37

Bagian 4 Pembelajaran Pengendalian Diri, Keluarga, dan Lingkungan a. Manusia sebagai Individu

b. Interaksi Sosial

c. Masyarakat

d. Pembelajaran Lingkungan Rumah dan Keluarga

e. Pembelajaran Peran Keluarga dan Lingkungan

f. Pembelajaran Lingkungan Hidup, Jenis Pekerjaan dan Jual Beli

g. Pembelajaran Kegiatan Jual Beli

38

38

39

40

50

53

57

63

Bagian 5 Pembelajaran Peta, Kenampakan Alam, dan Persebaran

Sumber Daya Alam (SDA)

a. Pembelajaran Peta

b. Pembelajaran Kenampakan Alam

c. Pembelajaran Persebaran SDA dan Manfaatnya

d. SDA yang Dapat dan Tidak Dapat Diperbaharui

67

67

71

75

78

Page 4: Pengembangan Pendidikan IPS SD

Pengembangan Pendidikan IPS di SD iv

Bagain 6 Pembelajaran Aktivitas Ekonomi, Teknologi, dan

Permasalahan Sosial a. Pembelajaran Aktivitas Ekonomi

b. Pembelajaran Perkembangan Teknologi

c. Pembelajaran Permasalahan Sosial

82

82

86

89

Bagain 7 Penutup 96

Daftar Pustaka

97

Page 5: Pengembangan Pendidikan IPS SD

Pengembangan Pendidikan IPS di SD v

Kata Pengantar

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Swt., atas rahmat dan

karunia yang dilimpahkan-Nya, sehingga Bahan Ajar ini ini dapat diselesaikan

dengan baik. Bahan ajar ini terkait dengan mata kuliah Pengembangan Pendidikan

IPS SD. Bahan Ajar hadir sebagai salah satu upaya untuk berpartisipasi

memperkaya khazanah literatur yang terasa begitu minim di bidang

Pengembangan Pendidikan IPS SD. Bahan Ajar ini disusun secara sederhana

berdasarkan silabus Mata Kuliah Pengembangan Pendidikan IPS SD, selain itu

mata kuliah ini sebagai mata kuliah yang memiliki peran penting dalam

mendukung kelancaran proses pembelajaran IPS SD pada Program Studi PGSD

STKIP HAMZANWADI Selong.

Bahan ajar ini disusun secara sederhana, dengan harapan agar mahasiswa

dapat memahami strategi Pengembangan Pendidikan IPS SD, khususnya pada

pemahaman terkait dengan pembelajaran IPS SD. Harapan ini dapat tercapai jika

mahasiswa mempunyai kemampuan berfikir kritis-analitis-sistematis dalam

menghadapi setiap permasalahan yang diketengahkan kepada mereka, sehingga

mampu mengembangkan permasalahan, aktif menyelami seluk-beluk dan

landasan permasalahan dalam dunia pendidikan; khususnya pada materi

Pembelajaran Pendidikan IPS SD, kemudian mencari dan menemukan hubungan

antara permasalahan dengan landasan pemecahan, menarik dan memaparkan

hasil-hasil penghubungan itu ke dalam bentuk rumusan-rumusan yang logis dan

membuktikan kebenarannya dengan jalan menghadapkannya kepada fakta-fakta

sosial yang telah ada.

Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa di dalam bahan ajar mata kuliah

Pengembangan Pendidikan IPS SD ini terdapat banyak kekurangan dan kesalahan,

oleh karena itu saran-saran perbaikan yang membangun sangat diharapkan dari

mahasiswa untuk kesempurnaan bahan ajar ini.

Semoga karya yang sangat sederhana ini bermanfaat bagi mahasiswa

dalam mengkaji dan menganalisis Persoalan Sosial maupun Pendidikan Sosial.

Akhirnya kepada Allah Swt jua penulis memohon ampun, sekiranya terdapat

kesalahan dalam penyusunan bahan ajar (diktat) Mata Kuliah Pengembangan

Pendidikan IPS di SD ini. ***

Selong, 17 Maret 2010

Penulis

Page 6: Pengembangan Pendidikan IPS SD

Pengembangan Pendidikan IPS di SD 1

Bagian 1

Pendahuluan

A social scientist is a man who, if he was two little boys,

sends one to Sunday schools every Sundays and keeps

the other one home as an experimental group.

(Raymond Mack)

Pendidikan ilmu sosial di sekolah berbeda tujuannya dengan pendidikan

ilmu sosial di perguruan tinggi. Di sekolah, semua mata pelajaran yang diajarkan

umumnya diarahkan dalam rangka menyiapkan siswa untuk belajar lebih lanjut ke

jenjang perguruan tinggi dan mempersiapkan siswa untuk terjun ke masyarakat

dan memasuki dunia kerja yang tersedia. Pendidikan ilmu sosial yang diajarkan

hanya bersifat pengenalan yang kelak jika mereka berminat memperdalamnya di

perguruan tinggi. Perbedaan ini akan berpengaruh terhadap ruang lingkup materi

yang harus dikaji oleh siswa. Masalah yang paling krusial adalah memilih mata

pelajaran di sekolah yang akan dipilih sebagai dasar bagi ilmu-ilmu sosial di

perguruan tinggi. Sebagaimana diketahui bahwa ilmu-ilmu sosial di perguruan

tinggi ada disiplin ilmu politik, administrasi negara, sosiologi, sejarah, geografi,

dan lain-lain. Permasalahan ini tidak mudah, seperti kita saksikan saat ini,

mengapa IPS pada jenjang SMP hanya direkomendasikan atas empat disiplin ilmu

yaitu geografi, sejarah, ekonomi, dan sosiologi.

Para ahli mencoba menguraikan pokok persoalannya dari sudut

pandangnya masing-masing, kemudian membedakan antara ilmu sosial (social

science), studi sosial (social studies), dan IPS. Ilmu sosial dan atau ilmu-ilmu

sosial adalah bidang-bidang keilmuan yang mempelajari manusia di masyarakat,

mempelajari manusia sebagai anggota masyarakat. Ilmu-ilmu sosial lebih bersifat

akademis yang diajarkan di perguruan tinggi dan tiap bidang keilmuan

mempelajari salah satu aspek tingkah laku manusia sebagai anggota masyarakat.

Oleh karena itu kita mengenal rumpun ilmu-ilmu sosial seperti ilmu ekonomi,

hukum, politik, sosiologi, antropologi, dan lain-lain. Berbeda dengan ilmu sosial,

studi sosial (social studies) bukan merupakan suatu bidang keilmuan atau disiplin

akademik, melainkan lebih merupakan suatu bidang pengakajian tentang gejala

dan masalah sosial. Dalam kerangka kerja pengkajiannya, studi sosial ini

menggunakan bidang-bidang keilmuan yang termasuk dalam ilmu-ilmu sosial.

Page 7: Pengembangan Pendidikan IPS SD

Pengembangan Pendidikan IPS di SD 2

Manusia sebagai individu selalu berada di tengah-tengah kelompok

individu lain yang sekaligus mematangkannya untuk menjadi pribadi. Proses dari

individu untuk menjadi pribadi tidak hanya didukung dan dihambat oleh dirinya,

tetapi juga oleh kelompok sekitarnya. Dalam proses untuk menjadi pribadi,

individu dituntut mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan dimana ia berada.

Lingkungan tersebut meliputi lingkungan fisik dan non-fisik (psikis).

Kecenderungan manusia untuk hidup berkelompok sebenarnya bukanlah sekedar

suatu naluri atau keperluan yang diwariskan secara biologis semata-mata. Akan

tetapi dalam kenyataannya manusia berkumpul sampai batas-batas tertentu juga

menunjukkan adanya suatu ikatan sosial tertentu.

Kesadaran anak terhadap lingkungannya bersifat universal artinya setiap

anak dibelahan dunia manapun memiliki keinginan dan kesukaan untuk

menggambar. Keinginan untuk mencorat-coret adalah keinginan yang seolah-olah

“tidak tertahankan” bagi seorang anak. Dorongan ini harus dimanfaatkan oleh

guru sebagai kekuatan motivasi agar senang belajar. Artinya, sekali waktu ajaklah

anak belajar di kelas dengan cara metode bermain dan menggambar. Apalagi

untuk anak usia SD, metode bermain dan menggambar merupakan metode

pembelajaran untuk semua mata pelajaran termasuk IPS.

Tujuan mempelajari IPS salah satunya adalah agar siswa mengenal

permasalahan sosial yang ada di sekitarnya. Masalah sosial banyak sekali

jenisnya, sehingga perlu dipilih agar lebih bermakna bagi siswa. Diusahakan agar

guru dapat mengupas masalah sosial diambil dari lingkungan sekitar siswa.

Namun, jika dicari irisannya, setiap masayarakat Indonesia umumnya menghadapi

permasalahan sosial yang hampir sama seperti kemiskinan, pecahnya ikatan-

ikatan keluarga, masalah generasi muda dalam masyarakat modern, masalah

kependudukan, masalah lingkungan hidup, kehidupan politik yang tidak stabil,

kejahatan, dan konflik antar masyarakat yang memicu terjadinya kerusuhan dan

peperangan. Masalah sosial timbul dari berbagai sebab yang saling terkait.

Awalnya orang menganggap bahwa masalah sosial disebabkan oleh karena

kemiskinan. Namun ternyata, pada masyarakat yang makmur sekalipun masalah

sosial juga dapat muncul seperti kenakalan remaja, penggunaan obat-obat

terlarang, kehidupan seks bebas, dan kehidupan hedonisme (memuja kesenangan

hidup di dunia tidak peduli terhadap norma agama).

Dengan demikian, masalah sosial terjadi di setiap masyarakat. Semua

kehidupan di masyarakat adalah cobaan, siapa yang bisa menghadapinya dengan

baik maka akan bermanfaat, jika tidak, maka akan jadi masalah sosial. Masalah

sosial merupakan suatu ketidaksesuaian antara unsur-unsur dalam masyarakat atau

kebudayaan yang membayakan kehidupan kelompok sosial, terhambatnya

pemenuhan kebutuhan masyarakat, hingga rusaknya ikatan sosial dan keluarga,

oleh karena itu dalam pembelajaran pendidikan IPS di SD penekanannya

disesuaikan dengan kondisi yang ada dan dihadapi oleh peserta didik dalam

kehidupan bermasyarakat.***

Page 8: Pengembangan Pendidikan IPS SD

Pengembangan Pendidikan IPS di SD 3

Bagian 2

Hakikat dan Arah

Pembelajaran IPS di SD Pembelajaran IPS

A. HAKIKAT DAN ARAH PEMBELAJARAN IPS DI SD

Zamroni (2001) mengemukakan bahwa studi tentang kehidupan manusia

dan masyarakatnya relatif baru, namun sejauh ini sudah menghasilkan akumulasi

pengetahuan yang dapat diwujudkan dalam suatu sistem pengetahuan tentang

hakikat, pertumbuhan, dan fungsi kehidupan manusia. Ilmu-ilmu sosial berusaha

untuk memahami kompleksitas manusia dan interaksinya serta strukturnya secara

rasional dan analitis. Selain itu, tidak dapat dipungkiri bahwa kajian ilmu-ilmu

sosial muncul kecenderungan ethnocentric dan kurang objektif.

Lebih lanjut, Zamroni (2001) mendefinisikan bahwa ilmu-ilmu sosial

adalah studi tentang tingkah laku kelompok umat manusia. Artinya semua disiplin

ilmu yang mempelajari tingkah laku kelompok umat manusia di masukkan dalam

kelompok ilmu-ilmu sosial. Apabila ada disiplin ilmu yang mempelajari aspek

lain dari umat manusia selain tingkah laku, maka disiplin itu bukanlah ilmu-ilmu

sosial. Walaupun sejumlah ilmu yang berkembang saat ini seperti geografi,

antropologi fisik, dan psikologi (karena perhatian utamanya pada tingkah laku

individu bukan kelompok), dan ilmu pendidikan (yang terlalu terpusat pada

metodologi) tidak selalu membahas tingkah laku kelompok, tetapi Calhoun

mengelompokkan ilmu-ilmu di atas memiliki bagian yang juga memperhatikan

tingkah laku kelompok umat manusia. Kelompok ilmu-ilmu sosial, di dunia

pendidikan dikenal dengan adanya pendidikan mengenai disiplin-disiplin ilmu

sosial yang disebut pendidikan ilmu sosial. Di lingkungan perguruan tinggi,

pendidikan ilmu-ilmu sosial tidak mengalami masalah epistimologi karena

mahasiswa yang memilih salah satu disiplin ilmu tersebut akan dididik dalam pola

pikir menurut disiplin ilmu itu, dikembangkan perhatiannya kepada objek studi

disiplin ilmu yang bersangkutan, menguasai berbagai teori yang dianggap

mutakhir, serta dilatih bekerja menurut metode kerja keilmuan dalam suatu

prosedur penelitian yang diakui.

Pendidikan ilmu sosial di sekolah berbeda tujuannya dengan pendidikan

ilmu sosial di perguruan tinggi. Di sekolah, semua mata pelajaran yang diajarkan

di sekolah umumnya diarahkan dalam rangka menyiapkan siswa untuk belajar

lebih lanjut ke jenjang perguruan tinggi dan kedua mempersiapkan siswa untuk

terjun ke masyarakat dan memasuki dunia kerja yang tersedia. Pendidikan ilmu

sosial yang diajarkan hanya bersifat pengenalan yang kelak jika mereka berminat

memperdalamnya di perguruan tinggi. Perbedaan ini akan berpengaruh terhadap

ruang lingkup materi yang harus dikaji oleh siswa. Masalah yang paling krusial

Page 9: Pengembangan Pendidikan IPS SD

Pengembangan Pendidikan IPS di SD 4

adalah memilih mata pelajaran di sekolah yang akan dipilih sebagai dasar bagi

ilmu-ilmu sosial di perguruan tinggi. Sebagaimana diketahui bahwa ilmu-ilmu

sosial di perguruan tinggi ada disiplin ilmu politik, administrasi negara, sosiologi,

ilmu sejarah, geografi, dan lain-lain. Permasalahan ini tidak mudah, seperti kita

saksikan saat ini, mengapa IPS pada jenjang SMP hanya direkomendasikan atas

empat disiplin ilmu yaitu geografi, sejarah, ekonomi, dan sosiologi. Mengapa

tidak diajarkan ilmu politik, administrasi negara, antropologoli, dan lain-lain. Di

tingkat SMA, kedudukan mata pelajaran ilmu-ilmu sosial semakin dipertegas

yaitu masing-masing telah mandiri sebagai mata pelajaran tetapi pertanyaannya

adalah sama, yaitu mengapa hanya mata pelajaran tertentu saja dan tidak untuk

yang lainnya. Para ahli mencoba menguraikan pokok persoalannya dari sudut

pandangnya masing-amsing. Pertama pendapat dari Sumaatmadja (1980),

membedakan antara ilmu sosial (social science), studi sosial (social studies), dan

IPS. Ilmu sosial dan atau ilmu-ilmu sosial adalah bidang-bidang keilmuan yang

mempelajari manusia di masyarakat, mempelajari manusia sebagai anggota

masyarakat. Ilmu-ilmu sosial lebih bersifat akademis yang diajarkan di perguruan

tinggi dan tiap bidang keilmuan mempelajari salah satu aspek tingkah laku

manusia sebagai anggota masyarakat. Oleh karena itu kita mengenal rumpun

ilmu-ilmu sosial seperti ilmu ekonomi, ilmu hukum, ilmu politik, sosiologi,

antropologi, dan lain-lain.

Berbeda dengan ilmu sosial, studi sosial (social studies) bukan merupakan

suatu bidang keilmuan atau disiplin akademik, melainkan lebih merupakan suatu

bidang pengakajian tentang gejala dan masalah sosial. Dalam kerangka kerja

pengkajiannya, studi sosial ini menggunakan bidang-bidang keilmuan yang

termasuk dalam ilmu-ilmu sosial. Lebih lanjut, Sumaatmadja mengatakan bahwa

studi sosial tidak selalu bertaraf akademis universiter, bahkan dapat merupakan

bahan-bahan pelajaran bagi murid-murid sejak pendidikan dasar, dan dapat

berfungsi sebagai pengantar bagi lanjutan kepada disiplin-disiplin ilmu sosial.

Studi sosial bersifat interdisipliner, dengan menetapkan pilihan judul atau

masalah-masalah tertentu berdasarkan sesuatu rangka referensi, dan meninjaunya

dari berberapa sudut sambil mencari logika dari hubungan-hubungan yang ada

satu dengan lainnya.

Kerangka kerja studi sosial menurut Sumaatmadja, penekanannya tidak

pada bidang teoritis, melainkan lebih kepada praktis dalam mengkaji atau

mempelajari gejala dan masalah sosial di masyarakat. Tugas studi sosial sebagai

suatu bidang studi mulai dari tingkat SD ke tingkat pendidikan yang lebih tinggi,

yaitu membina warga masyarakat yang mampu menyerasikan kehidupannya

berdasarkan kekuatan-kekuatan fisik dan sosial, dan mampu memecahkan

masalah-masalah sosial yang dihadapinya. IPS bukanlah ilmu sosial tetapi lebih

dekat dengan studi sosial. Pengajaran IPS di sekolah tidak menekankan kepada

aspek teoritis keilmuannya, melainkan lebih ditekankan kepada segi praktis dalam

mempelajari, menelaah, dan mengkaji gejala dan masalah sosial. Walaupun harus

tetap diakui bahwa induk dari IPS berasal dari rumpun ilmu-ilmu sosial yang

banyak dikaji di perguruan tinggi secara spesifik. Walaupun penjelasan sudah

cukup memberikan kedudukan IPS diantara ilmu sosial dan atau studi sosial. Di

kalangan para ilmuan tetap terbagi atas dua kelompok (terkait dengan kesepakatan

Page 10: Pengembangan Pendidikan IPS SD

Pengembangan Pendidikan IPS di SD 5

ilmu-ilmu sosial yang manakah yang dapat dijadikan kajian pokok di jenjang

persekolahan). Kelompok pertama, menghendaki agar materi dari disiplin ilmu-

ilmu sosial hanyalah sebagai salah satu sumber materi/pokok bahasan kurikulum,

tetapi sebagian yang lain masih tetap beranggapan bahwa di sekolah, ilmu-ilmu

sosial harus memiliki jalurnya sebagaimana yang berlaku di perguruan tinggi.

Penganut kelompok pertama disebut golongan behavioralisme sosial sedangkan

kelompok kedua disebut golongan intelektual tradisional (Schubert, 1986: 223).

belajaraGolongan behavioralisme sosial beranggapan bahwa disiplin ilmu-ilmu

sosial hanyalah merupakan salah satu sumber materi untuk pendidikan. Golongan

ini tidak melihat pengajaran disiplin ilmu-ilmu sosial sebagai suatu yang penting

dibandingkan dengan perkembangan manusianya. Golongan ini berpendapat

bahwa pendidikan tidak boleh membatasi diri pada suatu bidang ilmu atau bahkan

disiplin ilmu tertentu. Mereka beraggapan bahwa tujuan pendidikan adalah untuk

menjadikan siswa sebagai warga negara yang baik (Hasan, 1995: 16). Kelompok

ini kurang mendapat tempat di Indonesia. Posisi mata pelajaran dari rumpun ilmu

sosial di sekolah masih sangat tegas perbedaannya. Disiplin ilmu sosial yang

diajarkan di sekolah mengikuti nama jurusan di perguruan tinggi seperti adanya

mata pelajaran sosiologi, antropologi, geografi, ekonomi, dan lain-lain. Di

Amerika Serikat, kelompok ini juga sangat sedikit pengikutnya. Di antara mereka

yang memperjuangkan pendapat ini adalah Engle dan Longstreet. Kedua orang ini

dengan tegas membedakan antara pendidikan sosial (social education) dan social

studies. Bagi mereka pendidikan sosial (dan atau studi sosial) adalah jauh lebih

penting daripada ilmu sosial atau bentuk apapun karena akan memberikan bekal

nyata bagi kehidupan sosial siswa di masyarakat setelah mereka selesai

pendidikannya di sekolah (Hasan, 1995: 17). Dari pola pikirnya, Engle dan

Longstreet lebih dekat dengan keyakinan Sumaatmadja yang mengelompokkan

IPS sebagai suatu studi sosial. Golongan yang kedua adalah intelektual

tradisional. Golongan ini beraggapan bahwa disiplin ilmu-ilmu sosial adalah

sumber satu-satunya untuk pendidikan IPS. Golongan ini dibagi tiga atas

kelompok yaitu:

1. Mereka yang beranggapan bahwa pengajaran ilmu-ilmu sosial adalah

terpisah. Pengajaran ilmu sosial yang terpisah, menurut mereka jauh lebih

baik karena siswa tidak perlu berfikir dalam dimensi ilmu yang kabur.

Sudah sejak awal cara berfikir siswa terkendali untuk memperhatikan hal-

hal tertentu yang menjadi kepedulian ilmu tersebut. Namun demikian, ada

pula sisi kelemahannya yaitu terkadang ilmu yang dipelajari oleh siswa

terpisah dari keseluruhan konteks sosialnya. Suatu peristiwa (misalnya

interaksi di pasar) tidak dapat dibatasi oleh hanya ilmu ekonomi saja tetapi

peristiwa interaksi di pasar dapat dikaji oleh sosiologi, geografi,

antropologi, dan lain-lain. Untuk memahami pasar secara utuh dibutuhkan

berbagai disiplin ilmu yang tidak terpisah-pisah.

2. Kelemahan pada kelompok pertama memunculkan kelompok kedua yaitu

bahwa untuk mempelajari suatu konteks sosial (misalnya: interaksi di

pasar) dibutuhkan analisis keterhubungan antardisiplin ilmu-ilmu sosial.

Gagasan ini diusulkan dengan dua pendekatan yaitu pendekatan

berhubungan atau korelasional yang bersifat interdisipliner dan pendekatan

Page 11: Pengembangan Pendidikan IPS SD

Pengembangan Pendidikan IPS di SD 6

terpadu (integrated). Keterpaduan multidisiplin menganggap bahwa

kedudukan setiap disiplin ilmu dianggap sama. Problema yang sama dikaji

dalam berbagai dimensi dengan pendekatan keilmuan yang berbeda-beda.

3. Gagasan keterhubungan ilmu sosial lainnya adalah gagasan keterpaduan

(integrated). Kelompok ini dibagi dua lagi yaitu mereka yang

menghendaki agar ilmu-ilmu sosial melebur dirinya menjadi suatu disiplin

ilmu tertentu yang dinamakan ilmu sosial. Kelompok ini disebut synthetic

social sciences. Alat yang dikembangkan oleh kelompok ini adalah

generalisasi. Dengan cara ini, ilmu-ilmu sosial tidak terpisah-pisah lagi.

Artinya tidak ada lagi pendidikan sejarah, geografi, ekonomi, maupun

sosiologi di sekolah. Kelompok ini menurut Hasan (1995) dianggap gagal

karena terlalu berpihak pada suatu ilmu tertentu yaitu antropologi.

Kelompok kedua sepakat adanya gagasan mempadukan ilmu-ilmu sosial

tetapi tidak bermaksud menciptakan ilmu sosial yang baru. Kelompok ini

sudah cukup puas jika disiplin ilmu-ilmu sosial itu digunakan untuk

membahas berbagai permasalahan kehidupan sosial di sekitar siswa.

Batasan disiplin ilmu tidak perlu dikemukakan tetapi materi dari disiplin

itu digunakan berdasarkan kemanfaatannya dalam kajian terhadap masalah

yang sedang dibahas. Berdasarkan pada sejarah perkembangan ilmu sosial

di atas, pendidikan ilmu sosial di Indonesia nampaknya mengambil

langkah keterpaduan ilmu-ilmu sosial tetapi tidak ingin mengembangkan

ilmu baru. Ilmu sosial di SMA pendekatan keilmuan sesuai jalur kajian

ilmu di perguruan tinggi tetap dipertahankan sedangkan untuk di SMP

pendekatan gabungan tetap diterapkan tanpa memperjelas kedudukan ilmu

geografi, ekonomi, sejarah, dan sosiologi secara terpisah.

Bagaimana IPS untuk SD? Mata pelajaran IPS SD nampaknya memiliki

kecenderungan untuk memadukan pendekatan behavioralisme sosial dan

intelektual tradisional sekaligus. Di SD, pendidikan IPS tidak nampak sebagai

disiplin ilmu sosial secara terpisah-pisah, namun masih memiliki alur

pengelompokkan berdasarkan disiplin ilmu sosial tertentu. Dalam naskah Standar

Kompetensi dan Kompetensi Dasar ditegaskan bahwa IPS bersumber pada materi

disiplin ilmu Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan Ekonomi, tetapi tujuan

pembelajaran IPS sudah diarahkan untuk membina warga negara Indonesia yang

demokratis, bertanggung jawab, dan warga dunia yang cinta damai. Dengan

demikian, tujuan IPS mengacu pada pendekatan behavioralisme sosial sedangkan

dalam pendekatan pembelajaran memilih pendekatan intelektual tradisional yaitu

IPS yang terintegrasi.

Ruang lingkup mata pelajaran IPS SD meliputi aspek-aspek manusia,

tempat, dan lingkungan; waktu, keberlanjutan, dan perubahan; sistem sosial dan

budaya; dan perilaku ekonomi dan kesejahteraan. Aspek-aspek yang dikaji tidak

menunjukkan adanya pemisahan antara disiplin ilmu sosial (geografi, ekonomi,

sejarah, dan sosiologi), dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pembelaran

IPS di SD mengambil pendekatan integratif. Dalam bentuk berbagai disiplin ilmu

saling membantu secara fungsional atau berdasarkan kebutuhan yang timbul dari

pokok bahasan yang dipelajari. Dalam kedudukan semacam itu maka batas-batas

Page 12: Pengembangan Pendidikan IPS SD

Pengembangan Pendidikan IPS di SD 7

antara satu disiplin ilmu dengan disiplin ilmu lainnya (penunjang) tidak terlalu

digambarkan dengan jelas.

Dengan alur pikir di atas, ilmu sosial (social science) dapat dikatakan

sebagai kumpulan ilmu-ilmu sosial yang disederhanakan untuk tujuan pendidikan

(yaitu membina warga negara Indonesia yang demokratis, bertanggung jawab, dan

warga dunia yang cinta damai). Isi ilmu sosial terdiri dari ilmu sejarah, ilmu

sosial, sosiologi, geografi, dan filsafat yang dalam prakteknya dipilih untuk tujuan

pembelajaran di sekolah bersangkutan. Apapun bentuk penyederhaan dan atau

pengintegrasian dari ilmu-ilmu sosial di sekolah, ilmu sosial dan atau IPS di SD

memiliki misi yang penting dalam membangun masyarakat dan negara. IPS tidak

sekedar mata pelajaran yang disampaikan dalam bentuk penyederhanaan ilmu-

ilmu sosial tetapi sebaiknya dimaknai sebagai suatu internalisasi nilai-nilai budaya

bangsa, pembinaan karakter bangsa, membina persatuan dan kesatuan bangsa. IPS

bukan semata-mata penyederhanaan ilmu-ilmu sosial tetapi memiliki nilai untuk

menyiapkan peserta didik menghadapi kehidupan dengan segala tantangannya.

Mengikuti sebagian dari pendapat Tilaar (2002: 80), tantangan yang

sedang dihadapi bangsa Indonesia dan membutuhkan peran mata pelajaran IPS

dalam membangun masyatakat Indonesia baru adalah:

1. Bangsa Indonesia sedang menghadapi lahirnya masyarakat terbuka atau

masyarakat demokratis. IPS diharapkan memberi bekal peserta didik untuk

dapat hidup bersama dalam masyarakat terbuka yaitu memiliki sikap yang

penuh toleransi tanpa mengorbankan prinsip sebagai bangsa yang beragama

dan berbudaya luhur. Selain itu, dalam masyarakat demokratis perlu disiapkan

masyarakat Indonesia yang cerdas dan mau aktif berperan serta dalam semua

aspek kehidupan baik dalam bidang politik, ekonomi, dan sosial.

2. Bangsa Indonesia sedang mempersiapkan diri menghadapi era gloalisasi yang

didukung oleh teknologi informasi. Di dalamnya memiliki pengaruh terhadap

menurunnya rasa nasionalisme bangsa. Karena itu tanpa menutup diri terhadap

perubahan dunia dan globalisasi, bangsa Indonesia perlu memupuk rasa

nasionalisme budaya (cultural nationalism) yang berarti pengakuan terhadap

budaya etnis yang beragam, yang lahir dan berkembang di dalam masyarakat

Indonesia yang bhinneka. IPS diharapkan lebih giat memperkenalkan

khasanah budaya bangsa yang luhur dan secara bersamaan membentuk

karakter bangsa yang tangguh terhadap norma agama dan norma masyarakat

yang terus berkembang.

3. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang kaya akan SDA. SDA tersebut tersebar

di daerah-daerah. Ekonomi bangsa Indonesia harus dapat dikembangkan

berdasarkan ilmu pengetahuan dan teknologi (knowledge-based economy).

Karena itu, IPS sebaiknya segera memaknai sumberdaya alam sebagai

kekayaan bangsa yang perlu digali dan dikelola oleh anak bangsa Indonesia

dan bukan oleh pihak asing (sebagaimana yang saat ini masing berlangsung).

IPS tidak hanya menyampaikan materi bahwa SDA tersebar di tanah air tetapi

juga memberi motivasi anak didik bahwa kekayaan itu adalah warisan yang

harus dikelola sendiri untuk kemakmuran bangsa.

4. Saat ini bumi nusantara sedang mengalami kerusakan alam yang semakin

parah. IPS hendaknya dapat berperan untuk memberi pemahaman yang baik

Page 13: Pengembangan Pendidikan IPS SD

Pengembangan Pendidikan IPS di SD 8

tentang upaya pelestarian dan memanfaatkan SDA lokal. Program

penghijauan, program perlindungan kekayaan alam Indonesia hanya dapat

dilaksanakan dengan peran serta masyarakat lokal. IPS di SD-MI sebaiknya

menyampaikan pesan moral bahwa alam di muka bumi termasuk di bumi

Indonesia telah terjadi kerusakan dunia saat ini sedang menghadapi

perdagangan pasar bebas (WTO) sebagai dampak lanjutan proses globalisasi.

5. Dalam perdagangan bebas, perusahaan-perusahaan asing akan dengan bebasnya

masuk ke dalam negeri tanpa proteksi sesuai dengan Agreement Establishing

the World Trade Organization (WTO) pada tanggal 15 April 1994 di

Marrakesh Maroko yang telah diratifikasi melalui Undang-Undang No. 7

Tahun 1994. Indonesia yang menyetujui agreement tersebut harus membuka

diri dan tunduk terhadap berbagai ketentuan dan aturan main dalam organisasi

tersebut baik yang tertuang dalam General Agreement on Tariff (GATT),

maupun Trade General Ageement on Trade in Service (GATS). Sebagai

negara yang memiliki potensi pasar yang besar. Langkah yang strategis untuk

mengimbangi dan mengungguli pasar bebas tersebut satu-satunya jalan adalah

meningkatkan daya saing produk barang dan jasa, melalui peningkatan

kualitas SDM sebagai subjek dalam persaingan tersebut. IPS harus mampu

berperan serta dalam menyampaikan informasi tantangan pasar bebas dengan

baik agar peserta didik dapat menyiapkan diri lebih awal.

6. Masyarakat dunia yang pada tahun 2000 telah mencapai lebih dari 5 milyar

tentu saja membutuhkan kehidupan yang layak, perlu bahan pangan, sandang,

dan fasilitas kehidupan lainnya yang diambil dari sumberdaya alam yang

jumlahnya semakin terbatas. Karena itu dibidang energi perlu ada upaya

alternatif untuk menggantikannya atau melahirkan teknologi canggih yang

hemat energi dan hemat bahan baku. Di bidang pertanian dibutuhkan

teknologi alternatif seperti bioteknologi dalam meningkatkan produktivitas

dan diversifikasi bahan pangan dan bahan konsumtif lainnya. Penduduk dunia

yang padat akan menimbulkan guncangan kehidupan, karena itu IPS

hendaknya dapat memberi rancangan agar peserta didik dapat berperan serta

dalam menghadapi ledakan penduduk.

7. Dunia pasar bebas yang berkembang saat ini cenderung mengarah pada era

kapitalisme. Setiap negara akan berusaha menjadi negara yang paling makmur

yang terkadang tidak peduli terhadap nasib negara lain. Dalam era

kapitalisme, negara maju mencoba menciptakan suatu kondisi agar negara lain

(negara berkembang) tergantung kepada negaranya. Cara yang kasar dapat

dengan cara menyerang negara lain dengan kekuatan militer sedangkan cara-

cara yang halus dapat menciptakan ketergantungan ekonomi. Cara yang lebih

halus lagi adalah menurunkan vitalitas kesehatan suatu bangsa dengan cara

menjual produk dagangan yang haram, mengandung zat pengawet, zat kimia

yang berbahaya, penggunaan obat-obatan kimia sintetik, dan lain-lain. Dengan

cara itu, sedikit demi sedikit bangsa Indonesia akan semakin rapuh tingkat

kesehatan tubuhnya dan dengan cara ini maka bangsa Indonesia akan menjadi

bangsa yang lemah dan semakin tergantung kepada negara lain. PS

Page 14: Pengembangan Pendidikan IPS SD

Pengembangan Pendidikan IPS di SD 9

B. TUJUAN PEMBELAJARAN IPS

Davies (dalam Hasan, 1995: 100) mengatakan bahwa tujuan dapat

diartikan sebagai titik yang menandai hasil suatu usaha, ambisi atau penyelesaian

tugas. Suatu tujuan tidak harus dilihat sebagai suatu tujuan akhir yang ditandai

selesainya suatu kegiatan, tetapi tujuan dapat diartikan sebagai tanda-tanda yang

ada di sepanjang perjalanan. Dari pengertian di atas dapat diilustrasikan,

sekelompok regu pramuka sedang mengikuti kegiatan lintas alam atau latihan

mencari jejak. Biasanya di setiap pos terdapat pesan yang disimpan di tempat

yang tersembunyi. Isi pesan biasanya ada dua bentuk yaitu pertama menyatakan

selamat atas tercapainya tujuan sementara hingga sampai di lokasi tersebut, dan

memberi pesan lanjutan agar regu tersebut menuju ke tempat tujuan berikutnya.

Tercapainya satu lokasi ke lokasi lainnya menunjukkan bahwa perjalanan mereka

tidak tersesat.

Dalam dunia pendidikan, setiap orang akan mengetahui perjalanannya

tersesat, jika mereka mengetahui arah tujuannya. Sebaliknya jika seseorang tidak

mengetahui arah tujuannya sejak awal maka di perjalanan tidak mungkin

menyadari apakah perjalananya tersesat atau tidak. Selanjutnya, tujuan akhir dapat

tercapai apabila tujuan antara juga berhasil dilalui. Dalam konteks pendidikan,

tujuan akhir pendidikan adalah tujuan pendidikan nasional. Tujuan pendidikan

nasional dapat tercapai jika setiap lembaga mencapai tujuan institusionalnya

masing-masing yang dirumuskan dalam KTSP. Tujuan institusional (lembaga)

akan tercapai jika setiap kegiatan di sekolah juga tercapai seperti tujuan dari

masing-masing mata pelajaran, tujuan pengembangan diri tercapai, tujuan muatan

lokal tercapai, tujuan pendidikan kecakapan hidup, dan tujuan-tujuan kegiatan

lainnya tercapai.

Tujuan antara biasanya bersifat lebih operasional, ruang lingkupnya lebih

terbatas, dan lebih mudah diketahui tercapai-tidaknya dibandingkan dengan tujuan

akhir. Oleh karena itu tujuan pembelajaran akan lebih mudah diketahui dari pada

tujuan kurikulum. Tujuan kurikulum akan lebih mudah juga diketahui

dibandingkan dengan tujuan nasional. Ketercapaian tujuan pembelajaran lebih

sempit rumusan indikatornya dibandingkan dengan indikator keberhasilan dalam

tujuan kurikulum. Indikator keberhasilan kurikulum juga lebih sederhana

dibandingkan dengan indikator ketercapaian tujuan pendidikan secara nasional.

Tujuan antara dapat bersifat tujuan tuntas (mastery objectives) dan bersifat

berkembang dan berkelanjutan (development objectives). Keduanya menunjukkan

indikator ketercapaian tujuan tetapi ada perbedaannya yaitu tujuan yang bersifat

tuntas biasanya cukup dicapai dalam satu pertemuan dan indikatornya sangat

sempit sedangkan tujuan antara yang berkembang dan berkelanjutan

membutuhkan waktu yang lebih dari dua kali pertemuan dan indikatornya lebih

rumit. Untuk memahami tentang konsep pasar, konsep uang, konsep cuaca,

konsep prasasti dan sejenisnya dapat dikelompokkan sebagai mastery objectives

sedangkan untuk menganalisis pertumbuhan penduduk, pertumbuhan ekonomi,

perjuangan meraih kemerdekaan RI, dan lain-lain adalah sebagai tujuan

berkelanjutan atau development objectives. Tujuan pembelajaran untuk

mengembangkan sikap dan kebiasaan tertentu juga dikelompokkan sebagai tujuan

berkembang dan berkelanjutan. Pencapaian tujuan tersebut memerlukan waktu

Page 15: Pengembangan Pendidikan IPS SD

Pengembangan Pendidikan IPS di SD 10

lama dan proses pemantapan yang lama pula. Contoh tujuan mengembangkan

sikap dan kebiasaan dalam Pembelajaran IPS misalnya memupuk rasa cinta tanah

air, budi pekerti yang luhur, beriman dan bertakwa, dan lain-lain. Pencapaian

tujuan sikap dan kebiasaan mungkin tidak cukup sampai anak lulus di bangku SD,

tujuan sementara bagi anak itu akan dilanjutkan di jenjang yang lebih tinggi yaitu

di SMP, SMA, dan seterusnya. Seperti halnya mata pelajaran yang lain,

pembelajaran IPS memiliki tujuan yang bersifat tuntas dan yang berkembang.

Menurut Hasan (1995: 98), tujuan pendidikan ilmu-ilmu sosial

dikelompokkan dalam tiga kategori yaitu pengembangan kemampuan intelektual

siswa, pengembangan kemampuan dan rasa tanggung jawab sebagai anggota

masyarakat dan bangsa, serta pengembangan diri siswa sebagai pribadi. Tujuan

pertama berorientasi pada pengembangan kemampuan kemampuan intelektual

yang berhubungan dengan diri siswa dan kepentingan ilmu; tujuan kedua

berorientasi pada pengembangan diri siswa dan kepentingan masyarakat;

sedangkan tujuan ketiga lebih berorientasi pada pengembangan pribadi siswa baik

untuk kepentingan dirinya, masyarakat maupun ilmu. Untuk mencapai tiga tujuan

di atas, seorang guru harus mampu menguraikan indikator-indikator

ketercapaiannya dari indikator yang sederhana sampai indikator lebih kompleks.

Caranya dapat mengamati dua indikator ketercapaian yaitu penguasaan siswa

terhadap materi kajian dan melihat dampak dari hasil pembelajarannya.

Ketercapaian tujuan berdasarkan materi kajian dapat dilihat dari ruang

lingkup yang berkembang dari lingkungan terdekat dengan kehidupan siswa

sampai dengan kehidupan yang sangat jauh berada di luar lingkungan fisik

kebereradaan siswa. Tujuan yang bersifatnya global dan menyangkut kehidupan

manusia di luar batasbatas negara Indonesia. Pendidikan ilmu-ilmu sosial akan

melakukan kajian materi yang berhubungan dengan kehidupan manusia di luar

negara Indonesia. Kajian sosial, budaya, ekonomi, politik, militer, lingkungan dan

sebagainya di negara luar baik yang berpengaruh langsung maupun yang tidak

langsung. Peristiwa yang terjadi di belahan benua lain membentuk suatu

kenyataan yang dipelajari siswa dalam mata pelajaran IPS.

Cara kedua dalam melihat ketercapaian tujuan IPS adalah berdasarkan

dampak pembelajarannya. Menurut Joyce dan Weil (1980) ada dua dampak

pembelajaran yaitu dampak pengajaran (instructional effect) dan dampak

pengayaan (nurturant effect). Dengan mengadopsi istilah tersebut, dampak

pengajaran merupakan pencapaian tujuan pengajaran yang dicapai dengan

melakukan kegiatan dan pembahasan materi tertentu. Tujuan pengajaran

merupakan tujuan utama yang berkaitan dengan tujuan yang secara khusus akan

tercapai melalui kegiatan yang dirancang oleh guru bagi siswa. Selain tujuan

utama, dalam proses pembelajaran terkadang siswa memperoleh pengetahuan

tambahan yang tidak dirancang sebelumnya oleh guru. Pengetahuan tambahan

tersebut disebut tujuan pengayaan (nurturant objectives).

Tujuan pengayaan adalah tujuan ikutan dan positif sebagai akibat yang

dilakukan siswa belajar. Contohnya, pada saat siswa berdiskusi. Tujuan utamanya

adalah membahas tentang sesuatu yang menjadi tujuan pokok. Di dalam proses

diskusi, siswa akan memperoleh pengalaman baru atau pengalaman tambahan

yaitu pengalaman menghargai pendapat orang lain, pengalaman cara

Page 16: Pengembangan Pendidikan IPS SD

Pengembangan Pendidikan IPS di SD 11

mengungkapkan pendapat, pengalaman mengajukan argumentasi, dan

mempertahankan pendapatnya.

Berdasarkan hirarki tujuan pendidikan, tujuan pembelajaran IPS

(instruksional) tidak terlepas dari tujuan kurikuler (tujuan mata pelajaran IPS), di

atasnya terdapat tujuan institusional, dan di atasnya ada tujuan pendidikan

nasional. Tujuan pendidikan nasional tercantum dalam Undang-Undang Nomor

20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab II Pasal 3 yang

menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan

dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta

didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang

Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi

warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Tujuan pendidikan nasional tersebut diterjemahkan ke dalam tujuan

sekolah yang dituangkan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

Semua KTSP di semua jenjang pendidikan menurunkan tujuan pendidikan

nasional menjadi tujuan institusional. Dari setiap tujuan institusional diselaraskan

dengan tujuan kurikuler setiap mata pelajaran. Seperti mata pelajaran IPS, untuk

tingkat SD memiliki tujuan yaitu agar peserta didik memiliki kemampuan:

1. mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat

dan lingkungannya;

2. memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu,

inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial;

3. memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan

kemanusiaan;

4. memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi

dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global.

Untuk meraih tujuan pendidikan tingkat lembaga yang tertuang dalam

KTSP, pencapaiannya tidak bisa oleh satu cara di dalam ruang kelas. Pencapaian

tujuan pembelajaran IPS sebagaimana yang tertera dalam dokumen Standar

Kompetensi dan Kompetensi Dasar perlu diciptakan suatu kondisi atau

lingkungan SD yang kondusif. Komponen yang ada dalam KTSP perlu

diimplementasikan secara simultan, seperti komponen pengembangan diri,

komponen kecakapan hidup, dan lain-lain.

Dalam komponen pengembangan diri, pihak sekolah harus secara

disengaja menciptakan kegiatan pembimbingan dan konseling bagi siswa secara

rutin. Jika perlu, disediakan waktu untuk membina siswa agar tumbuh potensi

dirinya. Kegiatan bimbingan dan konseling di SD diharapkan dapat mendukung

mata pelajaran IPS yaitu untuk meningkatkan kemampuan berkomunikasi dan

bekerjasama. Selain itu, dalam pengembangan diri perlu juga diciptakan suatu

kegiatan pembiasaan berakhlak mulia seperti dalam pergaulan antar sesama siswa

maupun antara siswa dengan para guru di SD.

Dalam komponen kecakapan hidup, sekolah sebaiknya merancang suatu

kondisi agar program kecakapan hidup yang berlaku di sekolah mendukung

terhadap peningkatan kecakapan hidup baik yang bersifat kecakapan umum

(general life skill) maupun kecakapan khusus (spesific life skill). Kecakapan

Page 17: Pengembangan Pendidikan IPS SD

Pengembangan Pendidikan IPS di SD 12

umum misalnya kecakapan pribadi, kecakapan berpikir, dan kecakapan sosial,

sedangkan kecakapan khusus yang dekat dengan mata pelajaran IPS adalah

kecakapan akademik yaitu kecakapan belajar mandiri. Pembelajaran IPS jika

hanya mengandalkan pertemuan di ruang kelas, tidak akan mencapai tujuan yang

optimal.

Berdasarkan ranah tujuan pembelajaran, mata pelajaran IPS sama halnya

dengan mata pelajaran lainnya, memiliki tiga kelompok ranah tujuan

pembelajaran yaitu ranah kognitif, afektif, dan konatif. Ranah kognitif yang paling

esensial adalah pengetahuan dan pemahaman. Ranah afektif yang paling esensial

adalah pengembangan nilai, sikap, dan moral. Ranah konatif adalah keinginan

untuk melaksanakan dan membuktikannya dalam kehidupan sehari-hari.

C. PENGEMBANGAN PENGETAHUAN DAN PEMAHAMAN

Pengetahuan dan pemahaman adalah tujuan pendidikan yang paling dasar.

Pengetahuan berhubungan dengan daya ingat seseorang. Apa yang didengar,

dlihat, atau dibaca seseorang disimpan dalam ingatannya kemudian dipanggil

kembali dalam keadaan yang belum terolah, maka itulah pengetahuan.

Pengetahuan atau ingatan menjadi penting sebagai dasar untuk meningkat pada

tahapan pemahaman. Seseorang yang tidak ingat terhadap sesuatu, tidak akan

memiliki pemahaman apapun. Namun demikian, untuk mencapai pemahaman

terhadap sesuatu tidak cukup hanya dengan ingatan. Ada satu lagi yang dbutuhkan

yaitu seseorang harus mampu mengaitkan apa yang dihafalnya dengan

pengetahuan yang sudah ada dalam dirinya. Pemahaman dapat pula dikatakan

sebagai sesuatu yang diingatnya dan bermakna. Pengetahuan tanpa pemahaman

akan menjadikan seseorang hafal, tetapi tidak mengerti apa yang dikatakannya.

Dalam pembelajaran dikatakan sebagai verbalistis, tahu banyak istilah, konsep,

atau teori tapi tidak memahami maknanya.

Untuk mencapai suatu pemahaman, sesorang dituntut untuk melakukan

proses pengolahan informasi. Suatu istilah, peristiwa, konsep, generalisasi, teori,

atau prosedur yang diketahuinya dapat dimaknai oleh dirinya baik mengaitkan

antar konsep dan peristiwa maupun mengaitkan antara teori dengan prosedur

tertentu. Dalam tingkatan yang tertinggi, seseorang dapat dikatakan paham

terhadap suatu informasi apabila ia mampu menggunakan informasi yang telah

dimilikinya tersebut untuk menghasilkan informasi baru. Pendidikan IPS penuh

dengan tujuan yang termasuk pengetahuan dan pemahaman. Dalam belajar ilmu-

ilmu sosial seorang siswa diharapkan memiliki pengetahuan dan pemahaman

tentang berbagai konsep pokok dalam suatu disiplin ilmu. Dalam proses

memahami IPS terdapat proses berpikir, sebagaimana Beyer (dalam Hasan, 1995:

110) mengatakan bahwa berpikir adalah suatu proses penemuan makna dari apa

yang didengar, dilihat, dibaca atau dari apa yang sudah menjadi ingatan dan

pemahaman seseorang. Proses berpikir juga dikatakan sebagai suatu keterampilan

kognitif yang di dalamnya terdapat proses menggunakan/menerapkan,

menganalisis, mensintesa dan menilai berdasarkan kriteria tertentu. Dari itu semua

kita mengenal keterampilan dasar berpikir yaitu berpikir deduktif (dari sesuatu

yang bersifat umum ke sesuatu yang sifatnya khusus), induktif (dari sesuatu yang

Page 18: Pengembangan Pendidikan IPS SD

Pengembangan Pendidikan IPS di SD 13

sifatnya khusus menjadi sesuatu yang sifatnya umum), mengembangkan alternatif

model atau pola, dan lain-lain.

Keterampilan berpikir sangat penting bagi pendidikan ilmu-ilmu sosial.

Dengan menguasai keterampilan berpikir, siswa akan mampu mengolah apa yang

dibaca, dilihat, dan didengarnya sehingga ia menemukan sesuatu yang memiliki

makna bagi dirinya. Siswa yang memiliki keterampilan berpikir dalam

pembelajaran IPS akan mampu:

1. Menyelesaikan pendidikan formalnya dan melanjutkan ke jenjang

pendidikan yang lebih tinggi. Keterampilan berpikirnya menjadi modal

dalam proses belajarnya dan setiap tahapan ujian yang diikutinya;

2. Siswa dapat menyederhakan informasi-informasi yang diperolehnya setiap

hari. Penyederhanaan itu dilakukan untuk menemukan pikiran pokok atau

hal-hal yang mendasar dari informasi yang diperolehnya. Proses yang terjadi

di dalam pikirannya akan mampu mengenali persamaan, perbedaan,

pengelompokkan, dan pengambilan kesimpulan. Dengan penyederhanaan,

informasi baru dapat disimpan lebih bermakna dan akan tersimpan lama

sebagai pengetahuannya.

D. PENGEMBANGAN ASPEK SIKAP, NILAI, DAN MORAL

Sikap, nilai, dan moral merupakan aspek afektif dalam ranah tujuan

pendidikan. Sikap adalah kecenderungan psikologis seseorang terhadap benda,

sifat, keadaan, pekerjaan, pendapat, dan lain-lain. Kecenderungan tersebut baru

berkembang setelah yang bersangkutan mengetahui benda, sifat, keadaan,

pekerjaan, atau pendapat tersebut. Artinya, sikap hanya berlaku untuk sesuatu

yang sudah dikenal dan bukan sesuatu yang belum pernah diketahui sama sekali.

(Hasan, 1995; 114).

Nilai adalah sesuatu yang menjadi kriteria apakah tindakan, pendapat, atau

hasil kerja itu bagus dan positif atau sebaliknya, sedangkan moral adalah kriteria

yang menjadi dasar untuk menentukan apakah tindakan, pendapat, atau suatu hasil

kerja itu baik atau tidak baik, boleh dilakukan atau tidak boleh dilakukan,

dianggap membangun atau merusak masyarakat, dan seterusnya. Nilai dapat

dikembangkan menjadi moral. Nilai tidak menuntut adanya sanksi sedangkan

moral selalu diikuti oleh sanksi jika ada yang melanggaranya. Setiap ilmu yang

dikembangkan atau diajarkan di sekolah memiliki tujuan untuk mengembangkan

aspek sikap, nilai, dan moral.

Dengan demikian, ilmu tidak pernah bebas dari nilai. Setiap ilmu yang

dikembangkan oleh suatu masyarakat akan terkait dengan nilai dan moral yang

berlaku pada masyarakat yang bersangkutan. Ilmu-ilmu sosial memiliki

kepedulian terhadap pengembangan sikap, nilai, dan moral. Sekurang-kurangnya

ada dua alasan yaitu bahwa IPS merupakan wahana untuk menarik perhatian

generasi muda sehingga mereka mau belajar tentang kehidupan sosial

masyarakatnya. Dengan mempelajari ilmu-ilmu sosial, nilai-nilai dan moral suatu

masyarakat dapat diwariskan kepada generasi penerusnya. Selain mewariskan

nilai-nilai dan moral positif, ilmu-ilmu sosial memiliki kewajiban untuk

mengembangkan nilai-dan moral yang berlaku dalam masyarakat agar menjadi

bagian dari kepribadian individu siswa. Nilai dan moral masyarakat yang dapat

Page 19: Pengembangan Pendidikan IPS SD

Pengembangan Pendidikan IPS di SD 14

diajarkan oleh ilmu-ilmu sosial misalnya nilai kebenaran, sikap kritis,

penghargaan kepada pendapat orang lain, menghargai fakta dan bersikap jujur,

kepatuhan terhadap aturan, penghargan terhadap prestasi, rasa kebangsaan, cinta

tanah air, dan lain-lain.

E. PENGEMBANGAN ASPEK KONATIFmbelajaran IPS

Tujuan pembelajaran yang ketiga adalah ranah konatif. Konatif adalah

kualitas yang menunjukkan bahwa seseorang tidak hanya memiliki pengetahuan

dan pemahaman, memiliki sikap, nilai, dan moral tetapi juga ia memiliki

keinginan untuk melaksanakan dan membuktikannya dalam kehidupan sehari-

hari. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa konatif adalah pelaksanaan dari apa

yang diketahui dan diyakininya. Pengetahuan, pemahaman, sikap, nilai dan moral

telah menjadi kebiasaan dan menjadi jati dirinya.

Dalam pembelajaran IPS, ranah konatif dapat dinilai dari perilaku siswa

keseharian. Siswa berbuat jujur dan menghargai sesama temannya bukan hanya

karena ia ingin berlaku jujur dan menghargai temannya tetapi memang ia

mengetahui, memahami, menyadari, dan menjadi nilai serta moral bagi dirinya.

Dimensi konatif dapat dikatakan mudah dinilai tetapi juga sulit. Mudah dinilai

jika sikap dan perilaku siswa menunjukkan perilaku yang wajar dan tidak dibuat-

buat, karena ingin dipuji. Sebaliknya akan terasa sulit jika siswa berpura-pura

pada saat dilakukan penilaian.

Tujuan konatif untuk pendidikan ilmu-ilmu sosial, menurut Hasan (1995:

117) antara lain:

1. sikap dan kehidupan yang religius

2. melaksanakan tugas-tugas sosial

3. melaksanakan tanggung jawab pribadi

4. bekerja keras

5. bekerja dengan jujur

6. kemampuan dan kemauan beradaptasi

Konatif tidak terbatas pada keinginan dan melaksanakan apa yang

diyakinnya saja. Selain itu, terdapat aspek kesiapan bertindak, responsif, kehati-

hatian, dan keaslian tindakan menjadi bagian dari ranah konatif. Kesiapan

bertindak yaitu kesiapan mental untuk melakukan suatu tindakan jika bertemu

atau menghadapi suatu hal atau persoalan yang harus diselesaikan. Kesiapan

tindakan dapat dilihat dari cepat bereaksi untuk bertindak jika ada rangsangan

yang harus diselesaikan. Responsif artinya menanggapi dengan cepat terhadap

sesuatu yang dihadapinya. Dalam tulisan ini, responsif dimaknai sebagai kata

yang berlawanan dengan kekurangpedulian terhadap sesuatu yang menjadi

tugasnya. Jika suatu saat, ke sekolah ada tamu yang ingin berjumpa dengan salah

seorang guru. Siswa yang responsif akan cepat menyambut tamu dan

mempersilakannya menunggu di ruang tamu. Setelah itu, ia segera memberi tahu

guru yang akan ditemui oleh tamu tersebut.

Berbeda jika siswa tersebut membiarkan tamu di luar ruangan dan ia

sendiri tidak berusaha mencari guru yang dimaksud. Kehati-hatian juga

merupakan aspek konatif, yaitu tindakan yang cepat dilaksanakan tetapi tidak

terlepas dari perhitungan, ketertiban, dan cermat. Tindakannya tidak hanya

Page 20: Pengembangan Pendidikan IPS SD

Pengembangan Pendidikan IPS di SD 15

mengandalkan kekuatan fisik tetapi juga dibarengi dengan hasil pemikirannya

sehingga tujuannya tercapai. Keaslian tindakan dapat dimaknai dua jenis yaitu

merupakan penciptaan pola-pola tindakan baru yang sesuai dengan situasi dan

masalah khusus. Artinya tidak ada penjiplakan (imitasi) dari perilaku orang lain.

Walupun tidak dapat dikatakan sebagai perilaku buruk (bahkan mungkin perlu),

keaslian tindakan adalah wujud apresiasi individu yang khas dan dapat dikatakan

sebagai karakter kepribadiannya. an IPS

F. PENGEMBANGAN MATERI PEMBELAJARAN IPS SD

Materi pembelajaran IPS di sekolah bersumber dari ilmu-ilmu sosial,

dikembangkan dalam desain kurikulum tertentu yang akan dipelajari oleh siswa.

Materi kurikulum yang dikembangkan dari disiplin ilmu-ilmu sosial dipilih

berdasarkan keterkaitannya dengan tujuan yang akan dicapai. Semakin kuat

keterkaitannya semakin besar kemungkinan materi tersebut akan dipilih sebagai

materi kurikulum.

Pada saat memilih materi kurikulum perlu dibekali suatu kerangka pikir

dalam subtansinya masing-masing yaitu substansi dari pandangan, tema,

fenomena, fakta, peristiwa, prosedur, konsep, generalisasi, dan teori. Menurut

Hasan (1995: 124), setiap kali orang berbicara mengenai kurikulum maka yang

dimaksud adalah hal yang berhubungan dengan pokok-pokok bahasan yang

berisikan pandangan, tema, fenomena, fakta, konsep, generalisasi, dan teori.

Berikut akan dibahas beberapa materi substansi materi kurikulum yang terkait

dengan fakta, konsep, generalisasi, teori, dan proses:

1. Fakta

Fakta merupakan dasar bagi berkembangnya suatu ilmu. Fakta menjadi bahan

untuk menguji hipotesis, mengembangkan konsep, generalisasi, dan teori.

Tanpa fakta suatu disiplin ilmu tidak akan berkembang. Fakta bukan sesuatu

yang kasat mata. Lahirnya suatu fakta diperoleh dari hasil mengumpulkan data

dan informasi, selanjutnya diolah melalui prosedur tertentu hingga melahirkan

fakta. Dengan demikian, fakta tidak pernah tersedia begitu saja di lapangan

bahkan tidak juga dapat dikumpulkan langsung dari lapangan. Data atau

informasi yang diperoleh oleh sejumlah peneliti dengan latar belakang

keilmuannya akan berbeda fakta yang akan didapatkannya. Dari suatu bencana

semburan Lumpur Lapindo di Jawa Timur, bagi seorang geograf (ahli geografi)

akan memperoleh fakta bahwa material lumpur yang disemburkan mengandung

unsur gas metana, debit aliran sekian meterkubik per detik, dan lain-lain. Bagi

seorang sejarah akan mencatat bahwa akan banyak tersimpan fosil yang

tertimbun dan akan ditemukan di masa yang akan datang. Bagi seorang ahli

ekonomi akan berpikir, berapa kerugian yang diderita oleh masyarakat, dan

seterusnya.

2. Konsep

Konsep adalah abstraksi kesamaan atau keterhubungan dari sekelompok benda

atau sifat (Hasan, 1995; 129). Kesamaan adalah adanya unsur-unsur yang

sama, baik dalam bentuk konkrit maupu dalam bentuk abstrak. Sedangkan

keterhubungan diartikan sebagai adanya hubungan antara berbagai benda atau

sifat, baik yang sifatnya konkret maupun yang sifatnya abstrak dan terjadi

Page 21: Pengembangan Pendidikan IPS SD

Pengembangan Pendidikan IPS di SD 16

hanya atas dasar pemikiran abstrak tertentu pula. Selanjutnya Hasan

menyebutkan bahwa suatu konsep memiliki bagian yang dinamakan atribut.

Atribut adalah karakterustik yang dimiliki suatu konsep. Atribut atau gabungan

dari beberapa atribut menjadi suatu pembeda antara satu konsep dengan konsep

lainnya. Misalnya konsep sungai, di dalamnya terdapat atribut panjang, lebar,

kedalaman, arah aliran, dan isi sungai. Dengan adanya atribut, konsep sungai

berbeda dengan konsep parit atau selokan. Jumlah atribut dalam setiap konsep

berbeda-beda. Semakin banyak atribut yang dimiliki suatu konsep, semakin

sedikit benda atau sifat yang dapat menjadi anggotanya. Sebaliknya, semakin

sedikit atribut yang melekat pada suatu konsep semakin banyak anggotanya.

Misalnya, Konsep “hewan”, maka semua makhluk hidup selain manusia dan

tumbuhan dinamakan hewan seperti gajah, ular, belalang, kambing, dan lain-

lain. Tetapi jika dimunculkan konsep “kambing” maka akan muncul atribut

yang lebih banyak seperti bentuk, makanan, bau, cara hidup, ekor, kaki,

janggut, dan lain-lain. Antar atribut dalam suatu konsep memiliki pola

keterhubungan tertentu. Pola keterhubungannya akan menentukan jenis konsep.

Dalam disiplin ilmu-ilmu sosial dikenal adanya tiga jenis konsep sebagai akibat

dari pola keterhubungan atribut-atributnya, yaitu konsep konjungtif, konsep

disjungtif, dan konsep relasional. Konsep konjungtif merupakan konsep paling

rendah yaitu dengan jumlah atribut yang banyak. Konsep ini mengarah pada

benda atau sesuatu yang spesifik dan mudah difahami. Contohnya konsep

matahari, bulan, mesjid, romadhon, idul fitri, dan lain-lain. Konsep disjungtif

adalah konsep dengan atribut yang terbatas sehingga banyak sekali anggotanya,

seperti konsep hewan, alat kantor, harta warisan, pasar, gunung, dan lain-lain,

sedangkan konsep relasional adalah konsep yang atributnya berdasarkan

kriteria abtrak dan selalu dalam hubungan dengan kriteria tertentu (relasional)

di luar konseplain , seperti konsep interaksi, akulturasi, perubahan, dan lain-

lain.

3. Generalisasi

Generalisasi menggambarkan keterhubungan antara dua atau lebih konsep dan

merupakan hasil yang sudah teruji secara empirik. Generalisasi diperoleh

sebagai suatu kesimpulan yang bersifat umum dari suatu penelitian yang

menggunakan sampel. Atas dasar kebenaran yang ditemukan dari sampel itu

maka ditariklah kesimpulan mengenai kebenaran yang sama terhadap polulasi.

4. Teori

Teori adalah komposisi yang dihasilkan dari pengembangan sejumlah proposisi

atau generalisasi yang dianggap memiliki keterhubungan secara sistematis.

Selain sistematis, keterhubungan antara proposisi atau pun generalisasi tersebut

sudah harus teruji kebenarannya secara empirik dan dianggap berlaku

universal. Kebenaran yang menjadi idaman disiplin ilmu tercermin dalam

kebenaran dan kekuatan teori yang dianutnya. Goetz dan LeCompte (dalam

Hasan, 1995; 126) membagi teori atas empat jenis yaitu: grand theory (teori

besar), theoriticalmodels (model teoritis), formal and middle-range theory

(teori formal dan tingkat menengah), substantive theory (teori substantif).

Page 22: Pengembangan Pendidikan IPS SD

Pengembangan Pendidikan IPS di SD 17

a. Teori besar adalah sistem yang secara ketat mengkaitkan preposisi-

preposisi dan konsep-konsep yang abstrak sehingga dapat digunakan

menguraikan, menjelaskan, dan memprediksi secara komprehensif

sejumlah fenomena besar secara non-probabilitas. Contoh teori besar

adalah teori challenge dan response yang dikembangkan oleh Toynbee.

b. Model teori adalah teori yang didefinisikan sebagai keterhubungan yang

longgar antara sejumlah asumsi, konsep, dan preposisi yang membentuk

pandangan ilmuan tentang dunia. Model teori banyak digunakan sebagai

pendekatan dalam melihat, mengembangkan dan memecahkan berbagai

persoalan. Contohnya teori fungsional, teori konflik, teori evolusi, dan

lain-lainnya.

c. Teori formal dan menengah didefinisikan sebagai preposisi yang

berhubungan yang dikembangkan untuk menjelaskan beberapa kelompok

tingkah laku manusia yang abstrak. Teori formal masih dekat dengan

generalisasi yang masih teterkaitan dengan data empirik masih kuat.

d. Teori substantif yaitu teori yang paling rendah tingkatan abtraksi dan dan

sangat terbatas dalam keumuman generalisasinya. Teori yang

dikembangkan berisi preposisi atau konsep yang hanya berlaku untuk

kelompok populasi, lingkungan, atau waktu tertentu. Contohnya teori

hubungan ras di suatu tempat, kejahatan remaja, dan lain-lain.

Materi proses adalah materi kurikulum ilmu-ilmu sosial yang berkenaan

dengan berbagai prosedur, cara kerja, metode kerja tertentu yang harus dilakukan

siswa di dalam proses pembelajaran. Proses dapat digunakan untuk

mengembangkan wawasan, keterampilan, dan berbagai kemampuan berpikir.

Materi proses misalnya cara melihat permasalahan, pemilihan masalah,

operasionalisasi masalah dari yang abstrak menjadi sesuatu yang konkret,

pendekatan yang digunakan untuk memecahkan masalah, teknik yang digunakan

dalam mengumpulkan data, cara pengolahan informasi. Materi proses yang bukan

dari ilmu-ilmu sosial tetapi mendukung materi IPS antara lain keterampilan

berkomunikasi baik melalui tulisan maupun melalui alat komunikasi lainnya.

Setelah materi pokok diidentifikasi berdasarkan fakta, konsep, generalisasi, teori,

dan materi dalam kajian proses selanjutnya materi tersebut diurutkan (sekuensi)

dan ditentukan ruang lingkupnya (scope) berdasarkan tingkat perkembangan

siswa.

Sekuensi materi adalah tata urutan antara pokok bahasan dengan pokok

bahasan lain atau dalam konteks kurikulum, sekuensi dapat berkenaan dengan tata

urutan antara satu mata pelajaran dengan mata pelajaran lainnya. Penentuan

urutan mata pelajaran dapat dibicarakan oleh para guru melalui tim pengembang

KTSP, sedangkan penentuan urutan pokok bahasan pada satu mata pelajaran dapat

ditentukan oleh guru. Tata urutan materi atau sekuensi dapat dikelompokkan atas

dua pendekatan yaitu pendekatan logis dan pendekatan pedagogis. Kedua

pendekatan itu tidak harus saling bertentangan satu dengan lainnya. Pendekatan

logis adalah pendekatan berdasarkan pemikiran logis suatu disiplin ilmu, seperti

menjelaskan tentang sejarah perjuangan kemerdekaan RI, maka urutan yang

terbaik diurut secara kronologis, misalnya dimulai dari pendirian organisasi Boedi

Utomo, perang kemerdekaan, proklamasi, dan terakhir menjelaskan perjuangan

Page 23: Pengembangan Pendidikan IPS SD

Pengembangan Pendidikan IPS di SD 18

mempertahankan kemerdekaan. Sekuensi logis dikembangkan berdasarkan

keterhubungan logis antara satu pokok bahasan dengan pokok bahasan lainnya.

Hubungan logis yang dimaksud adalah hubungan mana yang dianggap harus

dikuasai lebih dahulu untuk dapat menguasai materi berikutnya secara lebih baik.

Sekuensi pedagogis adalah urutan yang memperhatikan kondisi siswa dan bukan

berdasarkan urutan yang ada dari disiplin ilmu. Kriteria pertimbangannya adalah

kemudahan, familiarisasi dengan pokok bahasan, serta tingkat abstrak suatu

materi.

Berdasarkan kriteria tersebut, sekuensi pedagogik sering dimulai dari

lingkungan terdekat siswa dan berkembang ke lingkungan terjauh. Dalam ilmu-

ilmu sosial, model ini dinamakan expanding community approach (pendekatan

komunitas yang meluas) yang dikemukakan oleh Paul Hanna (Hasan, 1995; 145).

Hanna membuat lingkaran dan menempatkan siswa sebagai pusat lingkaran.

Secara bertahap, siswa diperkenalkan mulai dari komunitas keluarganya,

komunitas sekolah, terangga, kota tempat tinggalnya, negara bagian (provinsi),

region, negara, dan terakhir dunia. Pada lingkaran tersebut dibagi-bagi lagi

berdasarkan segemen-segmen pendidikan, transportasi, komunikasi, parwisata,

dan lain-lain. Dengan model expanding community approach, ruang lingkup atau

scope materi dapat pula ditentukan kedalaman kajiannya. Untuk mengkaji tentang

alat transportasi, misalnya, anak usia dini cukup mengenal alat transportasi yang

dimiliki keluarganya yaitu sepeda miliknya, sepeda motor, dan mobil. Scara

bertahap, pada saat usianya sudah cukup ia dapat memperhatikan jenis kendaraan

milik tetangganya dan yang berada di kota kecamatan, hingga kendaraan yang

menghubungkan antara provinsi (pesawat, kereta api, atau kapal laut).

Arthur K. Ellis (1997), dalam bukunya yang berjudul: Teaching and

Learning Elementary Social Studies mengajukan model spiral yaitu berputar

keatas sambil terus melebar atau meluas, hal yang akan berkembang dari siswa

adalah isi, sikap, keterampilan, dan konsep seiring dengan masalah atau topik

bahasan IPS yang semakin kompleks. Pengembangan materi pembelajaran IPS

adalah pengorganisasian materi. Sebagaimana diketahui bahwa sumber

pembelajaran IPS berasal dari ilmu-ilmu sosial, karena itu perlu organisir. Apakah

pokok bahasan disusun berdasarkan materi pokok dari masing-masing ilmu-ilmu

sosial, artinya pokok bahasannya masih menampakkan karakteristik disipilin ilmu

masing-masing atau melebur dan memunculkan tema pembelajaran tertentu.

Dalam rangka mengorganisasi materi pembelajaran IPS ada empat strategi yaitu

terpisah (separated), korelatif (correlated), antardisiplin (interdiciplinary), dan

fusi (integrated).

1. Pengorganisasian terpisah

Cara ini merupakan cara yang paling tua, yaitu ilmu-ilmu sosial diajarkan

secara terpisah berdasarkan ciri dan karakteristiknya masing-masing. Dalam

organisasi itu, geografi diajarkan terpisah dari sejarah, ekonomi, antropologi,

sosiologi, dan seterusnya. Keuntungannya, siswa dapat terpusat pada satu

disiplin ilmu dan memudahkan dalam pengembangan tujuan pembelajaran.

Kelemahannya, guru akan terfokus pada materi ajar dan kurang

memperhatikan tingkat perkembangan siswa.

Page 24: Pengembangan Pendidikan IPS SD

Pengembangan Pendidikan IPS di SD 19

2. Pengorganisasian korelatif

Pengorganisasian ini masih menonjolkan ciri dari masing-masing disiplin

ilmu, tetapi mencoba mencari keterkaitan pembahasan antara satu pokok

bahasan dengan pokok bahasan lain. Pengembangan materi dengan cara ini

menuntut guru yang mengampu mata pelajaran ilmu-ilmu sosial (geografi,

sejarah, ekonomi, sosiologi, dan seterusnya) harus kompak. Mereka harus

bertemu dan menyepakati materi yang akan diajarkan di satu minggu pertama,

minggu kedua, dan seterusnya.

3. Antar disiplin (interdisciplinary) dan berbagai disiplin (multidisiplinary).

Pendekatan antar disiplin dan atau multidisiplin, keduanya menggunakan lebih

dari satu disiplin ilmu. Perbedaannya, pada pendekatan antar disiplin ada satu

disiplin ilmu yang dijadikan sumber materi utama sedangkan disilin ilmu

lainnya dijadikan sebagai sumber yang menambah kedalaman atau keluasan

materi. Sedangkan pendekatan multidisipilin, kedudukan setiap disiplin ilmu

itu sejajar (juxtaposition). Pada pengorganisasian antar disiplin, para guru

menetapkan satu mata pelajaran yang akan dijadikan disiplin utama sedangkan

mata pelajaran lainnya mengikuti, memperluas, dan memperdalam. Misalnya

akan membahas tentang status sosial (disiplin utamanya adalah sosiologi),

geografi dapat menjelaskan tentang ciri masyarakat perkotaan dan masyarakat

perdesaan. Ekonomi membahas tentang berbagai jenis kebutuhan manusia

seperti kebutuhan primer, sekunder, dan tertier. Pada saat membahas dapat

disinggung tentang status orang kaya telah mampu membeli barang-barang

dari kelompok sekunder dan tertier. Sejarah, mungkin dapat menjelaskan

tentang masa feodalisme yaitu adanya golongan ningrat dan rakyat biasa.

4. Pengorganisasian fusi

Dalam pengorganisasian fusi, ciri dan warna disiplin ilmu sudah tidak tampak.

Dalam organisasi semacam ini, orang tidak dapat mengatakan bahwa ini

adalah bahasan geografi, sosiologi, ekonomi, sejarah, antropologi atau ilmu

politik. Walaupun fusi, tetapi tidak melahirkan ilmu baru. Organisasi fusi

hanya didasarkan pada kepentingan anak didik bukan didasarkan kepentingan

keilmuan. Materi yang dijadikan pokok bahasan dikembangkan dari fenomena

sosial yang ada atau memilih salah satu konsep, prosedur atau generalisasi

tertentu. Guru yang mengembangkan materi IPS harus bersedia untuk tidak

menonjolkan dirinya dalam topik pembahasan itu. Misalnya dalam membahas

status sosial, tidak lagi nampak sosiologi, sejarah, geografi, atau ekonomi.

Status Sosial dibahas dapat dibahas tentang pengertian, status sosial di

masyarakat, simbol-simbol dalam mempertahankan status sosial, perjuangan

orang dalam meraih status di masa penjajahan, di era kemerdekaan, dan di era

global saat ini.***

Page 25: Pengembangan Pendidikan IPS SD

Pengembangan Pendidikan IPS di SD 20

Bagian 3

Inovasi Pembelajaran IPS di SD

A. PEMBELAJARAN TEMATIK

Fokus utama sejak memasuki reformasi pendidikan adalah bagaimana

guru mampu peningkatan kualitas pembelajarannya di kelas sehingga siswa dapat

melakukan lompatan dalam penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi

(Zamroni, 2007). Pada sisi lain, para ahli pendidikan dan para guru bekerja keras

belajar melakukan berbagai inovasi dalam pembelajaran. Salah satu buktinya

muncul berbagai model yang diperkenalkan kepada masyaraat seperti Contextual

Teaching dan Learning (CTL), Cooperative Learning, Pendekatan Tematik,

model-model pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan

(PAIKEM) dan lain-lain. Dalam melakukan reformasi pembelajaran.

Pembahasannya akan difokuskan pada pembelajaran yang dibutuhkan di SD yaitu

tematik dan pendekatan CTL. Untuk memperluas wawasan akan diulas tentang

sumber dan media pembelajaran IPS di SD (Solihatin dan Rahardjo, 2007).

Pembelajaran tematik adalah pembelajaran yang tidak memunculkan nama

mata pelajaran berdasarkan disiplin ilmu tertentu. Orientasi pembelajarnnya pada

kebutuhan siswa dan tidak semata-mata pada kepentingan keilmuan. Pembelajaran

tematik selalu berusaha agar materi yang disampaikan bermakna bagi siswa, oleh

karena itu landasan filosofisnya adalah pembelajaran bermakna. Pembelajaan

tematik dapat pula diartikan sebagai pembelajaran terpadu yang menggunakan

tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan

pengalaman bermakna kepada siswa. Pengorganisasian materi pada pembelajaran

tematik adalah fusi. Materi yang dijadikan pokok bahasan dikembangkan dari

fenomena sosial yang ada atau memilih salah satu konsep, prosedur atau

generalisasi tertentu.

Guru yang mengembangkan materi tematik tidak akan menonjolkan

disiplin ilmu tertentu. Pembelajaran tematik sebenarnya diperuntukkan bagi siswa

di kelas I, II, dan III, oleh karena itu materi IPS tidak akan nampak dengan jelas

karena telah fusi pada suatu tema tertentu. Materi modul ini dimaksudkan untuk

mengakomodasi adanya kemungkinan menggunakan pendekatan antar disiplin.

Jika menggunakan pendekatan antar disiplin, para guru menetapkan IPS sebagai

mata pelajaran yang utama. Konsep atau tema pokok yang dipilih sesederhana

mungkin dan mencari konsep yang berada di lingkungan terdekat siswa.

Page 26: Pengembangan Pendidikan IPS SD

Pengembangan Pendidikan IPS di SD 21

IPS SD Kelas I dinyatakan bahwa anak diharapkan dapat mengidentifikasi

diri, keluarga, dan kerabat; menceriterakan pengalaman diri, menceriterakan kasih

sayang antar anggota keluarga, dan menunjukkan sikap hidup rukun dalam

kemajemukan keluarga. Tema yang dapat dipilih antara lain keluarga, kasih

sayang, pengalaman diri, dan hidup rukun. Penetapan tema tersebut sebenarnya

dapat dianalisis pada konteks sosial yang berlaku pada suatu tempat dan waktu

tertentu. Jika kondisi masyarakat dalam kondisi yang aman dan damai, kita bisa

memilih tema keluarga atau kasih sayang.

Pemilihan pendekatan tematik sesuai dengan karakteristik perkembangan

anak usia dini. Masa usia dini ini merupakan masa yang pendek tetapi merupakan

masa yang sangat penting bagi kehidupan seseorang. Oleh karena itu, pada masa

ini seluruh potensi yang dimiliki anak perlu didorong sehingga akan berkembang

secara optimal. Karakteristik perkembangan anak pada kelas satu, dua dan tiga SD

biasanya pertumbuhan fisiknya telah mencapai kematangan, mereka telah mampu

mengontrol tubuh dan keseimbangannya. Mereka telah dapat melompat dengan

kaki secara bergantian, dapat mengendarai sepeda roda dua, dapat menangkap

bola dan telah berkembang koordinasi tangan dan mata untuk dapat memegang

pensil maupun memegang gunting. Selain itu, perkembangan sosial anak yang

berada pada usia kelas awal SD antara lain mereka telah dapat menunjukkan

keakuannya tentang jenis kelaminnya, telah mulai berkompetisi dengan teman

sebaya, mempunyai sahabat, telah mampu berbagi, dan mandiri.

Menurut Piaget (1950), setiap anak memiliki cara tersendiri dalam

menginterpretasikan dan beradaptasi dengan lingkungannya (teori perkembangan

kognitif). Dalam diri setiap anak terdapat struktur kognitif (yang disebut

schemata) yaitu sistem konsep yang ada dalam pikirannya sebagai hasil

pemahaman terhadap objek yang ada dalam lingkungannya. Anak memperoleh

pemahaman tentang objek yang ada di lingkungannya melalui proses asimilasi

dan akomodasi. Asimilasi adalah proses menghubungkan objek dengan konsep

yang sudah ada dalam pikiran sedangkan akomodasi adalah proses memanfaatkan

konsep-konsep dalam pikiran untuk menafsirkan objek. Kedua proses tersebut

berangsung secara terus menerus sehingga membuat pengetahuan lama dan

pengetahuan baru menjadi seimbang. Tidak hanya itu, secara bertahap anak dapat

membangun pengetahuan dan pemahaman terhadap lingkungannya. Jika terjadi

perbedaan antara apa yang ia ketahui dengan keadaan lingkungannya, anak akan

mengalami split-personality.

Proses belajar anak usia sekolah dasar, menurut Piaget berada pada

tahapan operasi konkret. Pada rentang usia tersebut anak mulai menunjukkan

perilaku belajar sebagai berikut:

1. Mulai memandang dunia secara objektif, bergeser dari satu aspek situasi ke

aspek lain secara reflektif dan memandang unsur-unsur secara serentak;

2. Mulai berpikir secara operasional;

3. Mempergunakan cara berpikir operasional untuk mengklasifikasikan benda-

benda;

4. Membentuk dan mempergunakan keterhubungan aturan-aturan, prinsip ilmiah

sederhana, dan mempergunakan hubungan sebab akibat, dan

5. Memahami konsep substansi, volume zat cair, panjang, lebar, luas, dan berat.

Page 27: Pengembangan Pendidikan IPS SD

Pengembangan Pendidikan IPS di SD 22

Memperhatikan tahapan perkembangan berpikir tersebut, belajar anak usia

sekolah dasar memiliki 3 (tiga) ciri, yaitu:

1. Konkrit.

Konkrit mengandung makna proses belajar beranjak dari hal-hal yang konkrit

yakni yang dapat dilihat, didengar, diraba, dicium, dan diotak atik. Agar anak

dapat melakukan semua kegiatan belajar (melihat, mendengar, meraba,

mencium, dan seterusnya) maka dibutuhkan keadaan lingkungan sebagai

sumber belajar. Pemanfaatan lingkungan akan menghasilkan proses dan hasil

belajar yang lebih bermakna dan bernilai, sebab siswa dihadapkan dengan

peristiwa dan keadaan yang sebenarnya, keadaan yang alami, sehingga lebih

nyata, lebih faktual, lebih bermakna, dan kebenarannya lebih dapat

dipertanggungjawabkan.

2. Integratif.

Pada tahap usia sekolah dasar anak memandang sesuatu yang dipelajari

sebagai suatu keutuhan, mereka belum mampu memilah-milah konsep dari

berbagai disiplin ilmu, hal ini melukiskan cara berpikir anak yang deduktif

yakni dari hal umum ke bagian demi bagian. Di dalam makna integratif juga

terkandung harmonisasi yaitu keseimbangan antar komoponen. Biasanya akan

akan kritis terhadap sesuatu yang tidak harmois atau tidak seimbang.

3. Hierarkis.

Pada tahapan usia sekolah dasar, cara anak belajar berkembang secara

bertahap mulai dari hal-hal yang sederhana ke hal-hal yang lebih kompleks.

Sehubungan dengan hal tersebut, maka perlu diperhatikan mengenai urutan

logis, keterkaitan antar materi, dan cakupan keluasan serta kedalaman materi.

Pembelajaran tematik sebagaimana telah disinggung di awal tulisan adalah

agar pembelajaran itu bermakna. Kegiatan pembelajaran ini akan menjadi

bermakna bagi anak jika dilakukan dalam lingkungan yang nyaman dan

memberikan rasa aman bagi anak. Proses belajar bersifat individual dan

kontekstual, artinya proses belajar terjadi dalam diri individu sesuai dengan

perkembangannya dan lingkungannya. Belajar bermakna (meaningfull

learning) merupakan suatu proses dikaitkannya informasi baru pada konsep-

konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang.

PembeLandasan pembelajaran tematik secara teoritis dilandasi oleh dua yaitu

landasan filosofis dan landasan psikologis. Landasan filosofis dalam pembelajaran

tematik sangat dipengaruhi oleh tiga aliran filsafat yaitu: progresivisme,

konstruktivisme, dan humanisme. Dapat dijelaskan secara sederhana, bahwa:

Aliran progresivisme memandang proses pembelajaran perlu ditekankan pada

pembentukan kreatifitas, pemberian sejumlah kegiatan, suasana yang alamiah

(natural), dan memperhatikan pengalaman siswa;

Aliran konstruktivisme melihat pengalaman langsung siswa (direct

experiences) sebagai kunci dalam pembelajaran. Menurut aliran ini,

pengetahuan adalah hasil konstruksi atau bentukan manusia. Manusia

mengkonstruksi pengetahuannya melalui interaksi dengan objek, fenomena,

pengalaman dan lingkungannya. Pengetahuan tidak dapat ditransfer begitu saja

dari seorang guru kepada anak, tetapi harus diinterpretasikan sendiri oleh

masing-masing siswa. Pengetahuan bukan sesuatu yang sudah jadi, melainkan

Page 28: Pengembangan Pendidikan IPS SD

Pengembangan Pendidikan IPS di SD 23

suatu proses yang berkembang terus menerus.

Aliran humanisme melihat siswa dari segi keunikan/kekhasannya, potensinya,

dan motivasi yang dimilikinya. Dengan humanisme, proses belajar bagi

seorang anak akan berbeda dengan anak lainnya. Karena memiliki perbedaan

maka perlu diperatikan oleh guru.

Landasan psikologis dalam pembelajaran tematik terutama berkaitan

dengan psikologi perkembangan peserta didik dan psikologi belajar. Psikologi

perkembangan diperlukan terutama dalam menentukan isi/materi pembelajaran

tematik yang diberikan kepada siswa agar tingkat keluasan dan kedalamannya

sesuai dengan tahap perkembangan peserta didik. Psikologi belajar memberikan

kontribusi dalam hal bagaimana isi/materi pembelajaran tematik tersebut

disampaikan kepada siswa dan bagaimana pula siswa harus mempelajarinya.

B. KARAKTERISTIK PEMBELAJARAN TEMATIK

Pembelajaran tematik merupakan pembelajaran yang lebih menekankan

pada keterlibatan siswa dalam proses belajar secara aktif dalam proses

pembelajaran, sehingga siswa dapat memperoleh pengalaman langsung dan

terlatih untuk dapat menemukan sendiri berbagai pengetahuan yang dipelajarinya.

Proses pembelajaran tematik juga menekankan pada penerapan konsep belajar

sambil melakukan sesuatu (learning by doing). Oleh karena itu, guru dituntut

untuk mampu mengemas atau merancang pengalaman belajar yang akan

mempengaruhi kebermaknaan belajar siswa. Beberapa ciri khas dari pembelajaran

tematik antara lain:

1. Pengalaman dan kegiatan belajar sangat relevan dengan tingkat

perkembangan dan kebutuhan anak usia SD;

2. Kegiatan-kegiatan yang dipilih dalam pelaksanaan pembelajaran tematik

bertolak dari minat dan kebutuhan siswa;

3. Kegiatan belajar akan lebih bermakna dan berkesan bagi siswa sehingga hasil

belajar dapat bertahan lebih lama;

4. Membantu mengembangkan keterampilan berpikir siswa;

5. Menyajikan kegiatan belajar yang bersifat pragmatis sesuai dengan

permasalahan yang sering ditemui siswa dalam lingkungannya; dan

6. Mengembangkan keterampilan sosial siswa, seperti kerjasama, toleransi,

komunikasi, dan tanggap terhadap gagasan orang lain.

Dengan pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan tema ini, akan

diperoleh beberapa manfaat yaitu:

1. Dengan menggabungkan beberapa kompetensi dasar dan indikator serta isi

mata pelajaran akan terjadi penghematan, karena tumpang tindih materi dapat

dikurangi bahkan dihilangkan,

2. Siswa mampu melihat hubungan-hubungan yang bermakna sebab isi/materi

pembelajaran lebih berperan sebagai sarana atau alat, bukan tujuan akhir;

3. Pembelajaran menjadi utuh sehingga siswa akan mendapat pengertian

mengenai proses dan materi yang tidak terpecah-pecah.

4. Dengan adanya pemaduan antar mata pelajaran maka penguasaan konsep

akan semakin baik dan meningkat.

Page 29: Pengembangan Pendidikan IPS SD

Pengembangan Pendidikan IPS di SD 24

Dengan pembelajaran tematik, diharapkan akan memberikan banyak

keuntungan yaitu di antaranya:

1. Siswa lebih mudah memusatkan perhatian pada suatu tema tertentu, dengan

demikian pemahaman terhadap materi pelajaran akan lebih mendalam dan

berkesan;

2. Kompetensi dasar dapat dikembangkan lebih baik dengan mengkaitkan mata

pelajaran lain dengan pengalaman pribadi siswa;

3. Siswa akan lebih merasakan manfaat dan makna belajar karena materi

disajikan dalam konteks tema yang jelas; karena itu mereka akan lebih

bergairah belajar karena dapat berkomunikasi dalam situasi nyata, untuk

mengembangkan suatu kemampuan dalam satu mata pelajaran sekaligus

mempelajari matapelajaran lain;

4. Guru dapat menghemat waktu karena mata pelajaran yang disajikan secara

tematik dapat dipersiapkaan sekaligus dan diberikan dalam dua atau tiga

pertemuan, waktu selebihnya dapat digunakan untuk kegiatan remedial,

pemantapan, atau pengayaan.

C. STRATEGI PEMBELAJARAN TEMATIK

Prinsip dasar dari pembelajaran tematik adalah tidak menonjolkan mata

pelajaran tertentu. Namun dalam menentukan tema, guru dapat memilih suatu

tema yang menarik dan bernuansa islami. Berikut adalah langkah-langkah

persiapan, pelaksanaan, dan evaluasi dalam pembelajaran tematik.

1. Tahap perencanaan

Tahap perencanaan meliputi empat kegiatan yaitu kegiatan pemetaan

kompetensi dasar, pengembangan jaringan tema, pengembangan silabus dan

penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran.

- Kegiatan pemetaan ini dilakukan untuk memperoleh gambaran secara

menyeluruh dan utuh semua standar kompetensi, kompetensi dasar dan

indikator dari berbagai mata pelajaran yang dipadukan dalam tema yang

dipilih. Kegiatan yang dapat dilakukan adalah: Penjabaran Standar

Kompetensi dan Kompetensi Dasar ke dalam indikator-indikator. Dalam

mengembangkan indikator perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

dikembangkan sesuai dengan karakteristik siswa; dikembangkan sesuai

dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar; dikembangkan sesuai

dengan karakteristik mata pelajaran; dirumuskan dalam kata kerja

oprasional yang terukur dan dapat diamati

- Menentukan tema. Dalam menentukan tema dapat dilakukan dengan dua

cara yakni: (a) mempelajari standar kompetensi dan kompetensi dasar

yang terdapat dalam masing-masing mata pelajaran, dilanjutkan dengan

menentukan tema yang sesuai. (b) menetapkan terlebih dahulu tema-tema

pengikat keterpaduan, untuk menentukan tema tersebut, guru dapat

bekerjasama dengan peserta didik sehingga sesuai dengan minat dan

kebutuhan anak. Untuk menentukan tema sebagaimana disarankan adalah

yang aktual dan memiliki maksud tertentu yaitu menanamkan nilai-nilai

keimanan dan membina kehidupan masyarakat yang harmonis. Dalam

menetapkan tema perlu memperhatikan beberapa prinsip yaitu:

Page 30: Pengembangan Pendidikan IPS SD

Pengembangan Pendidikan IPS di SD 25

memperhatikan lingkungan yang terdekat dengan siswa; dari yang

termudah menuju yang sulit; dari yang sederhana menuju yang kompleks,

dari yang konkret menuju ke yang abstrak, tema yang dipilih harus

memungkinkan terjadinya proses berpikir pada diri siswa; ruang lingkup

tema disesuaikan dengan usia, perkembangan siswa, termasuk minat,

kebutuhan, dan kemampuannya

- Identifikasi dan analisis Standar Kompetensi, Kompetensi dasar dan

Indikator. Kompetensi Dasar dan indikator yang cocok untuk setiap tema

sehingga semua standar kompetensi, kompetensi dasar dan indikator

terbagi habis.

- Menetapkan Jaringan Tema

o Jaringan tema adalah membuat peta pemikiran yang

menghubungkan kompetensi dasar dan indikator dengan tema

pemersatu. Dengan jaringan tema tersebut akan terlihat kaitan

antara tema, kompetensi dasar dan indikator dari setiap mata

pelajaran. Jaringan tema ini dapat dikembangkan

o sesuai dengan alokasi waktu setiap tema.

- Penyusunan Silabus

o Setelah dibuat peta pikir dalam jaringan teman, selanjutnya dibuat

silabus

o yang mencoba menata dalam sekuensi dan lama waktu yang

dibutuhkan.

o Komponen silabus mengacu pada ketentuan umum yaitu terdiri

dari standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, pengalaman

belajar, alat/sumber, dan penilaian. Dalam menyusun silabus, dapat

menandai kompetensi dasar yang terkait dengan tema lingkungan.

- Penyusunan Rencana Pembelajaran

o Untuk keperluan pelaksanaan pembelajaran, guru perlu menyusun

rencana pelaksanaan pembelajaran. Komponen rencana

pembelajaran tematik meliputi: identitas mata pelajaran (nama

mata pelajaran yang akan dipadukan, kelas, semester, dan

waktu/banyaknya jam pertemuan yang dialokasikan); kompetensi

dasar dan indikator yang akan dilaksanakan; materi pokok beserta

uraiannya yang perlu dipelajari siswa dalam rangka mencapai

kompetensi dasar dan indikator; strategi pembelajaran (kegiatan

pembelajaran secara konkret yang harus dilakukan siswa dalam

berinteraksi dengan materi pembelajaran dan sumber belajar untuk

menguasai kompetensi dasar dan indikator, kegiatan ini tertuang

dalam kegiatan pembukaan, inti dan penutup); alat dan media yang

digunakan untuk memperlancar pencapaian kompetensi dasar, serta

sumber bahan yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran

tematik sesuai dengan kompetensi dasar yang harus dikuasai;

penilaian dan tindak lanjut (prosedur dan instrumen yang akan

digunakan untuk menilai pencapaian belajar peserta didik serta

tindak lanjut hasil penilaian).

Page 31: Pengembangan Pendidikan IPS SD

Pengembangan Pendidikan IPS di SD 26

2. Tahap Pelaksanaan

Pelaksanaan pembelajaran tematik adalah melaksanakan Rencana Pelaksanan

Pembelajaran (RPP). Kegiatannya bertahap mulai dari kegiatan pembukaan

atau pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Kegiatan pendahuluan

dilakukan terutama untuk menciptakan suasana awal pembelajaran untuk

mendorong siswa menfokuskan dirinya agar mampu mengikuti proses

pembelajaran dengan baik. Pada tahap ini dapat dilakukan penggalian

terhadap pengalaman anak tentang tema yang akan disajikan. Beberapa contoh

kegiatan yang dapat dilakukan adalah bercerita, kegiatan fisik/jasmani, dan

menyanyi. Setelah selesai melakukan kegiatan pembukaan, secara mengalir

(tanpa dirasakan adanya suasana yang berbeda), guru memasuki kegiatan inti

yaitu memfokuskan pada kegiatan-kegiatan yang bertujuan untuk

pengembangan kemampuan tertentu, misalnya cara berkomunikasi, membaca,

tulis dan hitung. Penyajian bahan pembelajaran dilakukan dengan

menggunakan berbagai strategi/metode yang bervariasi dan dapat dilakukan

secara klasikal, kelompok kecil, ataupun perorangan. Setelah tujuan dianggap

dicapai, kegiatan berikutnya adalah penutup dan tindak lanjut. Sifat dari

kegiatan penutup adalah untuk menenangkan. Beberapa contoh kegiatan

penutup yang dapat dilakukan adalah menyimpulkan atau mengungkapkan

hasil pembelajaran yang telah dilakukan, mendongeng, membacakan cerita

dari buku, pantomim, pesan-pesan moral, musik/apresiasi musik.

3. Tahap penilaian

Tujuan Penilaian pembelajaran tematik adalah mengetahui percapaian

indikator yang telah ditetapkan, memperoleh umpan balik bagi guru, untuk

pengetahui hambatan yang terjadi dalam pembelajaran maupun efektivitas

pembelajaran, memperoleh gambaran yang jelas tentang perkembangan

pengetahuan, keterampilan dan sikap siswa, dan hasilnya sebagai acuan dalam

menentukan rencana tindak lanjut (remedial, pengayaan, dan pemantapan).

Alat penilaian dapat berupa tes dan non-tes. Tes mencakup tes tertulis, lisan,

atau perbuatan, catatan harian perkembangan siswa, dan portofolio. Dalam

kegiatan pembelajaran di kelas awal penilaian yang lebih banyak digunakan

adalah melalui pemberian tugas dan portofolio. Guru menilai anak melalui

pengamatan yang lalu dicatat pada sebuah buku bantu, sedangkan tes tertulis

digunakan untuk menilai kemampuan menulis siswa, khususnya untuk

mengetahui tentang penggunaan tanda baca, kata atau angka Nilai akhir pada

laporan, akan dikembalikan pada kompetensi mata pelajaran yang terdapat

pada kelas satu, dua, atau SD, yaitu: Bahasa Indonesia, Matematika, IPA,

Pendidikan Kewarganegaraan dan Ilmu Pengetahuan Sosial, Seni Budaya dan

Keterampilan, dan Pendidikan Jasmani, Olahraga dan kesehatan.

Pembelajaran

D. PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DALAM IPS

Pembelajaran kontekstual lebih dikenal dengan istilah Contextual

Teaching and Learning (CTL). CTL merupakan pendekatan pendidikan yang

melakukan kegiatan pembelajaran yang lebih dari sekedar menuntun para siswa

dalam menggabungkan subjek-subjek akademik dengan konteks keadaan mereka

sendiri. CTL berusaha melibatkan para siswa untuk mencari makna “konteks” itu

Page 32: Pengembangan Pendidikan IPS SD

Pengembangan Pendidikan IPS di SD 27

sendiri. Dalam pembelajaran kontekstual, siswa diharapkan mengerti apa makna

dari belajar, manfaatnya, dalam status apa mereka dan bagaimana mencapainya,

dengan ini siswa akan menyadari bahwa apa yang mereka pelajari berguna

sebagai hidupnya nanti.

Untuk mencapai tujuan pembelajaran, tugas guru adalah membantu siswa.

Guru akan lebih banyak berurusan dengan strategi daripada memberi informasi

materi pelajaran. Guru hanya mengelola kelas dan menciptakan situasi atau

kondisi agar siswa dapat belajar untuk mencapai tujuannya. Johnson (2007; 65)

menyatakan bahwa pembelajaran kontekstual memiliki delapan komponen sistem

yaitu:

1. Membuat keterkaitan-keterkaitan yang bermakna

2. Melakukan pekerjaan yang berarti

3. Melakukan pembelajaran yang diatur sendiri

4. Bekerjasama

5. Berpikir kritis dan kreatif

6. Membantu individu untuk tumbuh dan berkembang

7. Mencapi standar yang tinggi

8. Menggunakan penilaian autentik.

Dari delapan komponen di atas, jika dipraktekkan dalam proses

pembelajaran sebenarnya ada lima kegiatan yang dapat diamati yaitu kegiatan

mengaitkan (relating), mengalami (experiencing), menerapkan (applying),

bekerjasama (cooperating) dan mentransfer (transfering).

1. Mengaitkan berbagai konsep, gejala, atau pengetahuan yang telah diketahui

siswa sehingga siswa dapat membangun pengetahuannya. Strategi ini

dianggap inti dari konstruktivisme, guru selalu mencoba mengkaitkan konsep

baru dengan sesuatu yang sudah dikenal siswa. Pembelajaran kontekstual

akan berusaha menghadirkan benda asli, model, atau contoh yang telah

diketahui siswa di depan kelas. Kegiatan ini dimaksudkan untuk

menghindarkan siswa dari verbalisme.

2. Mengalami yaitu berusaha mengajak siswa untuk mengamati atau melakukan

kegiatan yang bermakna sesuai dengan tujuan belajarnya. Belajar dapat

terjadi lebih cepat ketika siswa dapat memanipulasi peralatan dan bahan serta

melakukan bentuk-bentuk penelitian yang aktif.

3. Menerapkan yaitu mengajak siswa untuk mencoba menerapkan suatu konsep

dalam memecahkan masalah. Guru bertugas untuk memotivasi siswa dan

memberikan latihan yang realistik dan relevan agar masalah yang dihadapi

dapat diatas dengan baik.

4. Kerjasama. Siswa yang bekerja secara individu sering tidak membantu

kemajuan yang signifikan, sebaliknya siswa yang bekerja secara kelompok

sering dapat mengatasi masalah yang komplek dengan sedikit bantuan.

Pengalaman kerjasama tidak hanya membantu siswa mempelajari bahan ajar,

tetapi konsisten dengan dunia nyata.

5. Mentransfer. Peran guru membuat bermacam-macam pengalaman belajar

dengan fokus pada pemahaman bukan hapalan. Guru menyampaikan

informasi baru dan atau menunjukkan cara dalam mengatasi masalah

sehingga siswa terbimbing dalam memahami dan mengatasi masalah.

Page 33: Pengembangan Pendidikan IPS SD

Pengembangan Pendidikan IPS di SD 28

Oleh karena pembelajarannya berorientasi kepada siswa, guru harus

melaksanakan beberapa hal yaitu mengkaji konsep atau teori yang akan dipelajari

oleh siswa secara utuh, memahami latar belakang dan pengalaman hidup siswa,

mempelajari lingkungan sekolah dan tempat tinggal siswa yang selanjutnya

memilih dan menentukan apakah lingkungan sekolah dapat dimanfaatkan sebagai

sumber belajar siswa, merancang pengajaran dengan mengkaitkan konsep atau

teori yang dipelajari dengan mempertimbangkan pengalaman yang dimiliki oleh

siswa dan lingkungan hidup mereka, serta melaksanakan penilaian terharap proses

dan atau hasil pekerjaan siswa selama kegiatan belajar.

E. PRINSIP PEMBELAJARAN CTL

Ada tiga prinsip pembelajaran yang menjadi ciri khas CTL dibandingkan

dengan pembelajaran yang lain yaitu prinsip kesalingketergantungan, prinsip

diferensiasi, dan prinsip pengaturan diri (Johnson, 2007; Solihatin dan Rahardjo,

2007):

1. Prinsip kesaling-bergantungan adalah prinsip yang mengajak para

pendidik untuk memperhatikan keterkaitan mereka dengan pendidik yang

lainnya, dengan siswa-siswa mereka, dengan masyarakat, dan dengan

lingkungan. Prinsip itu menganggap bahwa sekolah adalah sebuah sistem

kehidupan. Para siswa, para guru, tukang kebun, tukang sapu, pegawai

administrasi, sekretaris, sopir bus, orangtua, dan masyarakat berada di

dalam sebuah jaringan hubungan yang menciptakan lingkungan belajar.

Prinsip saling ketergantungan akan memungkinkan melakukan kerjasama

sehingga para siswa terbantu dalam menemukan persoalan, merancang

rencana, dan mencari pemecahan masalah. Kaitannya dengan

pembelajaran dalam CTL, prinsip saling ketergantungan harus dirancang

oleh guru dan atau oleh sekolah bahwa semua pihak pada dasarnya akan

menciptakan lingkungan belajar yang kondusif untuk belajar.

2. Prinsip diferensiasi adalah prinsip yang memandang siswa dalam

keberagaman dan unik. Dengan keberagaman siswa, memungkinkan

mereka untuk melakukan kerjasama dan termotivasi untuk kreatif. Secara

alami, prinsip deferensiasi akan terus menerus menciptakan perbedaan dan

keragaman, menghasilkan keragaman yang tidak terbatas, keunikan yang

tidak terbatas, dan penggabungan-penggabungan yang sangat banyak

antara entitas-entitas yang berbeda. Secara alami, CTL akan memajukan

kreativitas, keragaman, keunikan, dan kerjasama.

3. Prinsip pengaturan diri meminta para pendidik untuk mendorong setiap

siswa untuk mengeluarkan seluruh potensinya. Caranya dengan menolong

para siswa untuk mencapai keunggulan akademik, memperoleh

keterampilan, dan mengembangkan karakter. Ketika siswa

menghubungkan materi akademik, mereka terlibat dalam kegiatan yang

mengandung prinsip pengaturan-diri. Mereka menerima tanggung jawab

atas keputusan dan perilaku sendiri, menilai alternatif, membuat pilihan,

mengembangkan rencana, menganalisis informasi, menciptakan solusi,

dan dengan kritis menilai bukti.

Page 34: Pengembangan Pendidikan IPS SD

Pengembangan Pendidikan IPS di SD 29

Ketiga prinsip tersebut terasa sulit diterapkan di tingkat sekolah dasar,

tetapi sebenarnya sangat mudah. Anda sebaiknya membayangkan bahwa ketiga

prinsip di atas dapat diciptakan asalkan di sekolah semua pihak kompak saling

mendukung program. Sebagai ilustrasi kita awali dari kehidupan siswa dari pagi

sampai sore hari. Mereka dari rumah pergi ke sekolah tentu dengan niat ingin

belajar. Ini adalah modal awal untuk keberhasilan pendidikan di hari itu.

Seandainya mereka disambut oleh dua atau tiga guru dengan keramahan di pintu

gerbang sekolah, menyapa dan memujinya, maka setiap hari anak-anak akan

selalu bersemangat untuk hadir kembali keesokan harinya.

Setelah mereka hadir, lakukanlah upacara di setiap koridor ruang kelas

untuk bernyanyi, mengaji, berhitung, atau menyebutkan beberapa hafalan. Semua

guru hadir dan semua kelas bernyanyi. Karyawan administrasi, tukang kebun,

pedagang di kantin sekolah atau siapapun yang ada menyambut hari gembira

untuk belajar. Semua saling ketergantungan untuk menciptakan suasana belajar

yang menyenangkan. Pada saat masing-masing kelas masuk ruangan, sudah

tersedia ruangan yang selalu berbeda setiap hari. Keadaannya bersih, wangi,

penuh gambar, warna-warni. Untuk jam petama, sediakan waktu bermain sesuai

minatnya sambil diarahkan oleh guru akan rencana pembelajaran. Perbedaan

pendapat di antara mereka dicoba untuk diramu menjadi kegiatan yang saling

bekerjasama. Selanjutnya setelah semua terkondisikan, pembelajar CTL mulai

dilakukan. Ada tujuh pilar dalam pembelajaran CTL yang perlu diperhatikan

yaitu:

a. Konstruktivisme (constructivism). Landasan filosofis ini beranggapan

bahwa pengetahuan manusia diperoleh sedikit demi sedikit dan setelah

diperoleh sejumlah pengetahuan lalu dikonstruksi (bentukan) sendiri oleh

siswa. Secara sederhana konstruktivisme itu beranggapan bahwa

pengetahuan bukanlah suatu fakta yang ditemukan, melainkan suatu

perumusan yang diciptakan oleh orang yang sedang mempelajarinya.

Menurut teori konstruktivisme, belajar adalah kegiatan yang aktif di mana

siswa membangun sendiri pengetahuannya. Siswa juga mencari sendiri

makna dari sesuatu yang mereka pelajari. Sesuai dengan prinsip-prinsip

tersebut, maka proses pembelajaran, bukanlah kegiatan memindahkan

pengetahuan dari guru ke siswa (subjek belajar), tetapi suatu kegiatan yang

memungkinkan siswa merekonstruksi sendiri pengetahuannya.

Pembelajarannya dalam bentuk partisipasi dan interaksi antar siswa yang

sedang membentuk pengetahuan, membuat makna, mencari kejelasan, dan

menentukan justifikasi.

b. Menemukan (Inquiry) merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran

kontekstual. Kegiatan menemukan (inquiry) merupakan sebuah siklus

yang terdiri dari observasi (observation), bertanya (questioning),

mengajukan dugaan (hiphotesis), pengumpulan data (data gathering),

penyimpulan (conclusion).

Page 35: Pengembangan Pendidikan IPS SD

Pengembangan Pendidikan IPS di SD 30

c. Bertanya (Questioning). Pengetahuan yang dimiliki seseorang selalu

dimulai dari bertanya. Bertanya merupakan strategi utama pembelajaan

berbasis kontekstual. Kegiatan bertanya berguna untuk menggali

informasi, menggali pemahaman siswa, membangkitkan respon,

mengetahui sejauh mana keingintahuan siswa, mengetahui hal-hal yang

sudah diketahui siswa, memfokuskan perhatian pada sesuatu yang

dikehendaki guru, dan membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dari

siswa, untuk menyegarkan kembali pengetahuan siswa.

d. Masyarakat Belajar (Learning Community). Konsep masyarakat belajar

menyarankan hasil pembelajaran diperoleh dari hasil kerjasama dengan

orang lain. Hasil belajar diperolah dari tukar pikiran atau sharing antar

teman, antar kelompok, dan antar yang tahu ke yang belum tahu.

Masyarakat belajar tejadi apabila ada komunikasi dua arah, dua kelompok

atau lebih yang terlibat dalam komunikasi pembelajaran saling belajar.

e. Pemodelan (Modeling). Pemodelan pada dasarnya membahasakan yang

dipikirkan, mendemonstrasi bagaimana guru menginginkan siswanya

untuk belajar dan malakukan apa yang guru inginkan agar siswanya

melakukan. Dalam pembelajaran kontekstual, guru bukan satu-satunya

model. Model dapat dirancang dengan melibatkan siswa dan juga

mendatangkan dari luar.

f. Refleksi (Reflection). Refleksi merupakan cara berpikir atau respon

tentang apa yang baru dipelajari aau berpikir kebelakang tentang apa yang

sudah dilakukan dimasa lalu. Realisasinya dalam pembelajaran, guru

menyisakan waktu sejenak agar siswa melakukan refleksi yang berupa

pernyataan langsung tentang apa yang diperoleh hari itu.

g. Penilaian yang sebenarnya (authentic assessment). Penialaian adalah

proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberi gambaran mengenai

perkembangan belajar siswa. Dalam pembelajaran berbasis CTL,

gambaran perkembangan belajar siswa perlu diketahui guru agar bisa

memastikan bahwa siswa mengalami pembelajaran yang benar. Fokus

penilaian adalah pada penyelesaian tugas yang relevan dan kontekstual

serta penilaian dilakukan terhadap proses maupun hasil.

Pendekatan kontekstual dalam pembelajaran IPS, pada mata pelajaran IPS

di SD sangat tepat jika banyak menerapkan pembelajaran kontekstual. Semua

prinsip CTL memiliki kedekatan dengan pembelajaran IPS seperti bekerjasama,

masyarakat belajar, dan saling ketergantungan satu dengan yang lain. Bahkan

dalam metode inquiry, dalam IPS akan banyak sumber belajar yang dapat digali

oleh siswa. Praktek pendekatan CTL hampir semunya dapat dimanfaatkan dalam

pembelajaran IPS. Gambaran umum bahwa IPS dapat memanfaatkan CTL sebagai

pendekatan pembelajaran yang menarik.

1. Konstruktivisme (constructivism) dan inquiry. Landasan filosofis ini dapat

membangun konsep atau generalisasi oleh siswa sendiri. Kuncinya, para

guru harus pandai bertanya dan menerapkan metode inquiry dan modeling.

Dalam menemukan (Inquiry), siswa dapat diberi tugas dalam bentuk LKS

terbimbing sehingga dapat menemukan sendiri dan terbentuk pengetahuan

dalam diri siswa.

Page 36: Pengembangan Pendidikan IPS SD

Pengembangan Pendidikan IPS di SD 31

2. Bertanya merupakan strategi utama pembelajaan berbasis kontekstual.

Dalam mata pelajaran IPS, pertanyaan dapat dipersiapkan oleh oleh guru

secara sistematis sehingga menggiring pemahaman siswa terhadap sesuatu

yang menjadi tujuan pembelajaran

3. Konsep masyarakat belajar juga bukan hal yang aneh. Mata pelajaran

sangat berkepentingan terhadap pembinaan masyarakat belajar. Sejak awal

menerapkan CTL, hendaknya sudah menciptakan masyarakat belajar

untuk belajar saling berbagi, menghargai pendapat orang lain, toleransi,

dan lain-lain.

4. Pemodelan dalam mata pelajaran IPS dapat menghadirkan pihak tertentu

sebagai model. Untuk materi-materi seperti sumberdaya alam, guru dapat

membawa berbagai sumberdaya alam.

5. Refleksi dan penilaian autentik dapat digunakan secara bersamaan dalam

IPS. Hasil pekerjaaan siswa seperti kliping, resume diskusi, dan tugas

dapat dijadikan bahan refleksi untuk memupuk karakter atau kepribadian

siswa.

F. SUMBER DAN MEDIA PEMBELAJARAN IPS

Sumber belajar dalam arti sempit sering disamakan dengan berbagai jenis

buku atau bahan-bahan cetak lainnya yang dimanfaatkan dalam proses belajar

mengajar. Belakangan, sumber belajar dimaknai lebih luas yaitu berbagai daya

yang bisa dimanfaatkan guru guna kepentingan proses belajar mengajar, baik

secara langsung maupun secara tidak langsung, sebagian atau secara keseluruhan.

Dengan demikian, apa saja yang dapat digunakan untuk mendukung dan

atau menjadi bahan belajar siswa, disebut sumber belajar. Secara teoritis, sumber

belajar dapat dibagi atas dua kelompok yaitu sumber belajar yang dirancang atau

learning resources by design yakni sumber belajar yang sengaja dirancang,

disiapkan untuk tujuan pembelajaran tertentu. Sedangkan sumber belajar yang

dimanfaatkan atau learning resources by utilization adalah sumber belajar yang

tidak sengaja dirancang atau tanpa dipersiapkan terlebih dahulu, tetapi langsung

dipakai guna kepentingan pengajaran. Sumber belajar jenis ini diambil langsung

dari dunia nyata. Kedua jenis sumber belajar ini sama-sama digunakan dalam

kegiatan pengajaran karena keduanya memberikan kemudahan belajar siswa.

Sumber pembelajaran IPS dapat pada klasifikasi dan diuraikan sebagai

berikut:

1. Sumber belajar yang berupa pesan baik yang dirancang maupun dimanfaatkan

untuk pembelajaran IPS cukup melimpah. Sumber belajar yang dirancang

seperti bahan pelajaran dapat menggunakan buku paket IPS yang telah dinilai

lulus oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). Jika bahan ajar atau

materi pembelajaran akan dibuat oleh guru, maka ada beberapa prinsip yang

perlu diperhatikan dalam penyusunan bahan ajar atau materi pembelajaran.

Prinsip-prinsip dalam pemilihan materi pembelajaran meliputi prinsip

relevansi, konsistensi, dan kecukupan.

o Prinsip relevansi artinya keterkaitan. Materi pembelajaran hendaknya

relevan atau ada kaitan atau ada hubungannya dengan pencapaian standar

kompetensi dan kompetensi dasar. Sebagai misal, jika kompetensi yang

Page 37: Pengembangan Pendidikan IPS SD

Pengembangan Pendidikan IPS di SD 32

diharapkan dikuasai peserta didik berupa menghafal fakta, maka materi

pembelajaran yang diajarkan harus berupa fakta atau bahan hafalan.

o Prinsip konsistensi artinya keajegan. Jika kompetensi dasar yang harus

dikuasai siswa empat macam, maka bahan ajar yang harus diajarkan juga

harus meliputi empat macam. Misalnya kompetensi dasar yang harus

dikuasai siswa adalah pengoperasian bilangan yang meliputi penambahan,

pengurangan, perkalian, dan pembagian, maka materi yang diajarkan juga

harus meliputi teknik penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan

pembagian.

o Prinsip kecukupan artinya materi yang diajarkan hendaknya cukup

memadai dalam membantu siswa menguasai kompetensi dasar yang

diajarkan. Materi tidak boleh terlalu sedikit, dan tidak boleh terlalu

banyak. Jika terlalu sedikit akan kurang membantu mencapai standar

kompetensi dan kompetensi dasar. Sebaliknya, jika terlalu banyak akan

membuang-buang waktu dan tenaga yang tidak perlu untuk

mempelajarinya. Untuk bahan yang dimanfaatkan (tidak dirancang), guru

IPS dapat memanfaatkan berbagai buku yang bersifat pengayaan seperti

cerita anak, cerita penek, tulisan di koran atau majalah.

2. Sumber belajar yang berupa orang dalam pembelajaran IPS sangat beragam,

baik yang dirancang maupun yang dimanfaatkan. Guru adalah salah satu

sumber belajar dan dapat berperan sebagai fasilitator dalam menghadirkan

sumber belajar. Guru dapat merancang siswa agar dapat berperan sebagai

sumber belajar yang dirancang. Selain itu, dapat menghadirkan berbagai pihak

narasumber yang diperlukan dalam pembelajaran IPS. Sekali waktu guru

dapat menghadirkan pemuka masyarakat, kepala desa, camat, petani yang

berhasil, pedagang, dan lain-lain sebagai narasumber dalam belajar.

3. Bahan atau material yang dirancang dalam pembelajaran IPS antara lain

transparansi, slide, tape, buku, gambar, dan berbagai media pembelajaran

lainnya. Selain yang dirancang banyak pula yang dimanfaatkan seperti film

lepas, relief, candi, situs sejarah, batuan, dan lain-lain. Sumber dari unsur

bahan atau material IPS akan terus berkembang. Perkembangannya

dipengaruhi oleh perkembangan teknologi, nilai-nilai budaya setempat, dan

keadaan pemakai. Perkembangan teknologi akan mempengaruhi sumber

belajar yang dipergunakan. Pada masa lampau jenis sumber belajar yang tidak

dirancang banyak dipergunakan oleh guru, tetapi sekarang justru sumber

belajar yang dirancang lehih banyak dimanfaatkan. Pengaruh teknologi bukan

hanya terhadap bentuk dan jenis-jenis sumber belajar, melainkan juga

terhadap komponen-komponen sumber belajar.

4. Peralatan yang dapat dimanfaatkan untuk pembelajaran IPS hampir sama

dengan bahan yaitu OHP, proyektor, slide, film, TV, kamera, papan tulis dan

lain-lain.

5. Teknik, metode, teknik, atau kegiatan lainnya dapat dijadikan sumber belajar.

Aktivitas siswa dalam kegiatan belajar menjadi sumber belajar bagi siswa

sendiri (yang kemudian kita sebut nurturant effect). Sumber kegiatan yang

berupa kegiatan misalnya wawancara, kerja kelompok, observasi, simulasi,

Page 38: Pengembangan Pendidikan IPS SD

Pengembangan Pendidikan IPS di SD 33

permainan, dan lain-lain. Dalam pembelajaran IPS, semuanya dapat dirancang

agar dapat menjadi sumber.

6. Lingkungan (setting) seperti ruang kelas, studio, perpustakaan, auditorium.

Lingkungan yang dirancang disebut juga sumber belajar fasilitas karena oleh

guru dapat disengaja dirancang agar dapat menjadi sumber belajar.

Pembelajaran IPS di SD dapat memanfaatkan taman, kebun, pasar, musium

bahkan alam terbuka seperti pantai, pegunungan, sungai, dan lain-lain dapat

dimanfaatkan sebagai sumber belajar.

Sumber belajar harus dipilih sedemikian rupa agar efektif. Memilih

sumber belajar harus didasarkan atas kriteria tertentu yang secara umum terdiri

dari dua macam ukuran, yaitu kriteria umum dan kriteria berdasarkan tujuan yang

hendak dicapai. Kedua kriteria pemilihan sumber belajar tersebut berlaku baik

untuk sumber belajar yang dirancang maupun bagi sumber belajar yang

dimanfaatkan. Kriteria umum dalam memilih berbagai sumber belajar antara lain:

1. Ekonomis dalam pengertian murah. Ekonomis tidak berarti harganya selalu

harus rendah. Bisa saja dana pengadaan sumber belajar itu cukup tinggi,

tetapi pemanfaatannya dalam jangka panjang terhitung murah. Misalnya,

pengadaan kamera atau video shooting harganya sangat mahal tetapi karena

pemanfaatannya dalam jangka panjang maka akan terhitung murah.

2. Praktis dan sederhana, artinya tidak memerlukan pelayanan serta pengadaan

yang sulit karena langka. Guru harus pandai memilih, secara sederhana

batuan ditengah jalan atau potbunga dapat dijadikan sumber belajar.

Penyediaan sumber belajar tidak hanya oleh guru, tetapi siswa dapat pula

menyediakan sumber belajar yang dipandu oleh guru seperti kliping dan tugas

lainnya.

3. Mudah diperoleh dalam arti sumber belajar itu dekat, tidak perlu diadakan

atau dibeli di toko dan pabrik. Sumber belajar yang tidak dirancang lebih

mudah diperoleh asal jelas tujuannya dan dapat dicari di lingkungan sekitar.

4. Bersifat fleksibel dan sesuai dengan tujuan, artinya bisa dimanfaatkan untuk

berbagai tujuan pembelajaran, serta kriteria lainnya adalah sumber belajar

yang berdasarkan pada tujuan yaitu berguna untuk memotivasi belajar siswa,

untuk tujuan pengajaran, untuk penelitian, untuk memecahkan masalah, dan

untuk presentasi.

Berdasarkan penjelasan di atas, media pembelajaran merupakan bagian

dari sumber belajar yaitu bahan dan juga peralatan. Di bawah ini akan dijelaskan

secara sekilas tentang media pembelajaran untuk pembelajaran IPS. Berdasarkan

pandangan ahli media, proses pembelajaran dianggap sebagai proses komunikasi.

Keberhasilan pembelajaran bergantung pada kesuksesan dalam berkomunikasi. Di

dalam proses komunikasi terdapat komunikator, pesan, saluran, dan komunikan

(penerima pesan). Semuanya tidak boleh ada gangguan, jika ada gangguan (noise)

maka komunikasi akan gagal. Media berperan sebagai saluran yang dapat

dimanipulasi (dioptimalkan) agar memperlancar komunikasi.

Page 39: Pengembangan Pendidikan IPS SD

Pengembangan Pendidikan IPS di SD 34

Dengan media pembelajaran, perhatian komunikan (penerima informasi)

akan lebih termotivasi untuk memperhatian komunikator (guru). Bagi guru, media

atau saluran akan lebih mudah menyampaikan pesan. Dalam proses pembelajaran,

guru dapat dibantu oleh media bahkan sekali waktu, media dapat berperan sebagai

“guru”. Manfaat media pembelajaran antara lain:

1. Membantu penyampaian pesan

2. Membantu pemahaman siswa dalam pembelajaran

3. Meningkatkan apresiasi

4. Menambah motivasi

5. Mengefektifkan waktu

6. Membantu keterbatasan daya abstraksi siswa

7. Pembelajaran lebih menarik

8. Modernisasi pembelajaran

9. Efisiensi karena dapat dipakai berulangulang

10. Mengurangi keterbatasan ruang

Berdasarkan jenisnya, media pembelajaran dibagi tiga yaitu media penyaji,

media objek, dan media interaktif. Media penyaji digunakan untuk membantu

menyampaikan pesan, sifatnya berusaha menyajikan. Kelompok media penyajian

ada tujuh yaitu media grafis (atau gambar, angka, huruf, dan fotografis), media

proyeksi diam, media audio, media visual diam, gambar hidup (film), televisi, dan

multimedia. Khususnya tentang multimedia, adalah gabungan dari seluruh media

penyajian. Kelengkapan multi media biasanya tersedia komputer, LCD, dan

soundsystem. Komputer yang digunakan multimedia dapat memutar kepingan CD

atau DVD.

Media objek dibagi dua yaitu objek yang sebenarnya (alami dan buatan)

dan objek pengganti (reflika, model, benda tiruan, mockup). Sedangkan media

interaktif merupakan media yang dirancang dapat berkomunikasi dengan siswa

secara individual. Media interaktif dirancang dalam komputer, sekurang-

kurangnya ada empat pola praktek dan latihan, pola tutorial, pola simulasi, dan

pola games. Pola praktek dan latihan bertujuan untuk memberi pengalaman

belajar konkrit melalui penciptaan tiruan-tiruan bentuk pengalaman. Langkahnya

diawali dari penyajian masalah, siswa mengerjakan soal, program merekam

penampilan siswa, dan jika jawaban benar maka program dapat dilanjutkan

sedangkan jika salah maka disarankan untuk remedial.

Pola tutorial bertujuan untuk memberikan pemahaman secara tuntas

(mastery learning) kepada siswa mengenai materi pelajaran yang sedang

dipelajari. Langkah kegiatannya adalah penyajian informasi, pertanyaan dan

respon, penilaian respon, pemberian balikan respon, dan pengulangan. Pola

simulasi, siswa menasukkan data. Program memprosesnya dan kemudian sistem

akan menentukan jawabannya. Simulasi untuk memberi pengalaman yang lebih

konkrit menciptakan tiruan-tiruan bentuk pengalaman yang mendekati suasana

sebenarnya. Pola permainan adalah untuk menyediakan suasana lingkungan yang

memberikan fasilitas belajar yang menambah kemampuan siswa. ***

Page 40: Pengembangan Pendidikan IPS SD

Pengembangan Pendidikan IPS di SD 35

Bagian 4

Pembelajaran Pengendalian Diri,

Keluarga, dan Lingkungan

A. MANUSIA SEBAGAI INDIVIDU Individu dalam Bahasa Perancis berarti orang seorang. Kata ini mengacu

pada manusia atau satu orang manusia. "In-dividere" berarti makhluk individual

yang tidak dapat dibagi-bagi lagi. Kata sifatnya "individual", menunjuk pada satu

orang dengan ciri-ciri khas yang melekat pada dirinya dan sekaligus untuk

membedakan dengan masyarakat. Ciri-ciri watak seorang individu yang konsisten,

yang memberikan kepadanya identitas khusus, disebut sebagai "kepribadian".

Banyak pakar yang memberikan pengertian tentang kepribadian. Dari beberapa

konsep atau pengertian tentang kepribadian tersebut, dapat disimpulkan bahwa

kepribadian adalah ciri-ciri/karakteristik watak individu yang konsisten yang

berkenaan dengan sikap, keinginan, pola pikiran dan tingkah laku untuk berbuat,

berpikir, dan merasakan khususnya apabila individu itu berhubungan dengan

orang lain atau menanggapi suatu keadaan di lingkungannya. Kepribadian

mempunyai karakteristik yang konsisten dan mencirikan 2 kepribadian secara

normal. Karakteristik kepribadian tersebut merupakan perpaduan antara bawaan

atau warisan yang dibawa sejak lahir dengan faktor lingkungan.

Manusia sebagai individu selalu berada di tengah-tengah kelompok

individu lain yang sekaligus mematangkannya untuk menjadi pribadi. Proses dari

individu untuk menjadi pribadi tidak hanya didukung dan dihambat oleh dirinya,

tetapi juga oleh kelompok sekitarnya. Dalam proses untuk menjadi pribadi,

individu dituntut mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan dimana ia berada.

Lingkungan tersebut meliputi lingkungan fisik dan non-fisik (psikis).

Kecenderungan manusia untuk hidup berkelompok sebenarnya bukanlah sekedar

suatu naluri atau keperluan yang diwariskan secara biologis semata-mata. Akan

tetapi dalam kenyataannya manusia berkumpul sampai batas-batas tertentu juga

menunjukkan adanya suatu ikatan sosial tertentu. Mereka berkumpul dan saling

berinteraksi satu sama lain. Interaksi antar manusia merupakan suatu kebutuhan

dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Individu yang satu pasti akan

membutuhkan individu yang lain, karena seorang individu tidak akan bisa hidup

sendiri tanpa bantuan individu lain. Jadi kehidupan berkelompok merupakan

kebutuhan mutlak, maka timbullah kelompok-kelompok sosial (social group) di

dalam kehidupan manusia. Kelompok-kelompok sosial tersebut merupakan

himpunan atau kesatuan manusia yang hidup bersama.

Page 41: Pengembangan Pendidikan IPS SD

Pengembangan Pendidikan IPS di SD 36

Menurut Soerjono Soekanto (1989), suatu himpunan manusia dapat

dikatakan kelompok sosial apabila:

1. Ada kesadaran dari setiap anggota bahwa ia merupakan bagian dari kelompok

yang bersangkutan.

2. Ada interaksi timbal balik antara anggota kelompok satu dengan anggota

lainnya.

3. Ada sesuatu yang dimiliki bersama, misalnya: tujuan, cita-cita, idiologi, dan

kepentingan.

4. Berstruktur, berkaidah, dan memiliki pola perilaku.

5. Bersistem dan berproses.

6. Suatu kelompok sosial cenderung untuk tidak menjadi kelompok yang statis,

tetapi dinamis, selalu berkembang dan mengalami perubahan-perubahan baik

dalam aktivitas maupun bentuknya.

B. INTERAKSI SOSIAL Menurut Gillin dan Gillin, interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan

sosial yang dinamis, menyangkut hubungan antara orang perorangan, kelompok-

kelompok manusia, maupun orang perorangan dengan kelompok manusia.

Interaksi sosial dapat terjadi karena adanya komunikasi, jadi komunikasi di sini

sangatlah penting artinya. Komunikasi berarti seseorang memberikan tafsiran

pada perilaku orang lain baik berwujud pembicaraan, gerak, maupun sikap.

Interaksi sosial merupakan dasar dari proses sosial, pengertian ini menunjukkan

pada hubungan-hubungan yang dinamis. Interaksi sosial juga merupakan kunci

dari semua kehidupan sosial, karena tanpa interaksi sosial tidak akan mungkin ada

kehidupan bersama. Dengan demikian jelas sekali bahwa interaksi sosial itu

sangat penting dalam kehidupan masyarakat, tidak terkecuali dalam kehidupan di

sekolah. Bentuk-bentuk interaksi sosial dapat berupa: kerja sama (cooperation),

persaingan (competition), pertikaian (conflict), dan akomodasi (accomodation).

Perubahan sosial adalah perubahan yang terjadi dalam masyarakat dan

telah didukung oleh sebagian besar anggota masyarakat. Perubahan yang terjadi

tidak selalu sama, ada yang lambat (evolusi) dan ada yang cepat (revolusi). Pada

evolusi, perubahan terjadi dengan sendirinya tanpa rencana atau kehendak

tertentu. Perubahan tersebut terjadi karena usaha-usaha masyarakat untuk

menyesuaikan diri dengan keperluan-keperluan, kondisi baru yang timbul sejalan

dengan pertumbuhan masyarakat. Sebaliknya revolusi, perubahan yang terjadi

dapat direncanakan atau tanpa rencana.

Faktor-faktor yang mendasari terjadinya perubahan sosial bisa bersumber

dari dalam masyarakat (intern) dan bisa juga dari luar masyarakat (ekstern).

Faktor-faktor intern, antara lain: (1) Perubahan jumlah penduduk, (2) Penemuan

baru, (3) Pertentangan (konflik) sosial, (4) Pembrontakan atau revolusi. Adapun

faktor-faktor ekstern dapat disebabkan oleh lingkungan fisik yang ada di sekitar

manusia, misalnya: bencana alam, perkembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi, perkembangan komunikasi, dan sebagainya.

Page 42: Pengembangan Pendidikan IPS SD

Pengembangan Pendidikan IPS di SD 37

Faktor-faktor yang mendorong proses perubahan antara lain: (1) Kontak

dengan kebudayaan lain, (2) Kemajuan pendidikan, (3) Sikap menghargai hasil

karya seseorang dan keinginan untuk maju, (4) Sistem terbuka lapisan

masyarakat, (5) Penduduk yang heterogen, (6) Ketidakpuasan masyarakat

terhadap aspek-aspek kehidupan, (7) Nilai bahwa manusia harus senantiasa

berusaha untuk memperbaiki hidupnya. Selain faktor- faktor yang mendorong, ada

juga faktor-faktor yang menghambat yaitu: (1) Kurangnya hubungan dengan

masyarakat lain, (2) Perkembangan ilmu pengetahuan yang terlambat, (3) Sikap

masyarakat yang sangat tradisional, (4) Adanya kepentingan-kepentingan yang

telah tertanam dengan kuat, (5) Rasa takut akan terjadinya perubahan

kebudayaannya, (6) Sikap tertutup terhadap hal-hal baru/asing, (7) Adat atau

kebiasaan, (8) Hambatan- hambatan yang bersifat idiologis, (9) Nilai bahwa hidup

ini pada hakikatnya tidak dapat diperbaiki.

C. MASYARAKAT Masyarakat dalam bahasa Inggris disebut "society" yang berarti

sekelompok manusia (minimal dua orang) yang hidup bersama, saling

berhubungan dan mempengaruhi, saling terikat satu sama lain, sehingga

menghasilkan kebudayaan yang sama. Beberapa pakar juga mengemukakan

pendapatnya, seperti Selo Soemardjan, mengatakan bahwa masyarakat adalah

orang-orang yang hidup bersama dan menghasilkan kebudayaan. M.J. Herkovits,

juga mengemukakan bahwa masyarakat adalah kelompok individu yang

diorganisasikan dan mengikuti tata cara hidup tertentu.

Menurut Koentjaraningrat, mengartikan masyarakat adalah kelompok

manusia yang saling berinteraksi, memiliki prasarana untuk kegiatan tersebut, dan

adanya saling keterkaitan untuk mencapai tujuan bersama. Anderson dan Parker,

menyatakan ciri-ciri masyarakat yaitu: (1) adanya sejumlah orang; (2) bertempat

tinggal dalam suatu daerah tertentu; (3) mengadakan hubungan satu sama lain; (4)

saling terikat satu sama lain karena mempunyai kepentingan bersama; (5)

merupakan satu kesatuan sehingga mereka mempunyai perasaan solidaritas; (6)

adanya saling ketergantungan; (7) merupakan suatu sistem yang diatur oleh

norma-norma atau aturan-aturan tertentu, dan (8) menghasilkan suatu kebudayaan.

Oleh karena itu, dapat diketahui bahwa komponen masyarakat itu terdiri dari: (1)

kelompok besar manusia yang relatif permanen; (2) berinteraksi secara permanen;

(3) menganut dan menjunjung suatu sistem nilai dan kebudayaan, dan (4) self

supporting.

1. Status dan Peran Individu dalam Masyarakat Status adalah jenjang atau posisi seseorang dalam suatu kelompok, atau dari

satu kelompok dalam hubungannya dengan kelompok lain. Adapun peran

diartikan sebagai suatu konsep fungsional yang menjelaskan fungsi atau

tugas seseorang. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa status dan peran

merupakan dua hal yang saling berkaitan. Status menunjuk pada siapa

orangnya, sedangkan peran menunjukkan apa yang dilakukan oleh orang itu.

Menurut S. Bellen, ada beberapa jenis status dan peran sosial dalam

masyarakat, yaitu:

Page 43: Pengembangan Pendidikan IPS SD

Pengembangan Pendidikan IPS di SD 38

Peran yang diharapkan (expected roles) dan peran yang terlaksana dalam

kenyataan (actual roles)

Peran yang terberi (ascribed roles) dan peran yang diperjuangkan

(achieved roles)

Peran kunci (key roles) dan peran tambahan (supplementary roles)

Peran tinggi, peran menengah, dan peran rendah

2. Pranata Sosial dan Hubungannya dengan Nilai dan Norma Sosial Kebutuhan-kebutuhan dasar masyarakat menggambarkan adanya nilai-

nilai sosial yang hidup dalam masyarakat, yang sangat dihargai dan

dijunjung tinggi oleh masyarakat karena berguna sebagai pedoman dalam

kehidupannya. Menurut Hendropuspito, nilai sosial adalah segala sesuatu

yang dihargai masyarakat karena mempunyai daya guna fungsional bagi

perkembangan hidup bersama. Hal-hal yang dihargai masyarakat dapat

berupa orang, benda, hewan, sikap, perbuatan, perilaku, cara berfikir, dan

pandangan. Nilai-nilai tersebut sifatnya masih abstrak, oleh karena itu

harus dijabarkan ke dalam hal-hal yang sifatnya lebih kongkrit, yang

disebut dengan norma. Menurut Th. L. Vanhoeven, dalam bahasa Latin,

norma berasal dari kata "normalis" yang berarti: menurut petunjuk, kaidah,

kebiasaan, kelaziman. Dengan demikian norma juga berarti kaidah

(patokan, standar, ukuran). Norma-norma yang ada dalam masyarakat

mempunyai kekuatan mengikat yang berbeda-beda. Ada norma yang

lemah, sedang sampai yang terkuat daya ikatnya, untuk yang terakhir ini

biasanya masyarakat tidak berani melanggarnya. Berikut ini adalah

beragam norma dari yang lemah sampai yang kuat, yaitu:

(a) Folkways, norma-norma berdasar kebiasaan atau kelaziman dalam

tradisi, apabila dilanggar tidak ada sangsinya;

(b) Tata krama ( sopan santun, etiket), pola kelakuan tertentu yang

digolongkan sebagai norma, kaidah atau patokan tata krama, sopan

santun pergaulan. Pelanggaran terhadap norma tidak mendapat sangsi

hukum, hanya mendapat sangsi sosial;

(c) Mores (tata kelakuan), norma moral yang menentukan suatu kelakuan

tergolong benar atau salah, baik atau buruk. Perbuatan yang

melanggar mores biasanya dikenakan sangsi. Norma-norma atau

kaidah-kaidah tersebut sebetulnya bertujuan untuk memenuhi

kebutuhan-kebutuhan dasar masyarakat. Himpunan norma atau kaidah

itu disebut pranata sosial.

Jadi yang dimaksud dengan pranata sosial adalah himpunan kaidah atau

norma yang bertujuan untuk menata atau mengatur pola kelakuan warga

masyarakat tertentu yang lahir dari hubungan-hubungan sosial yang

menyangkut kedudukan dan peran sosialnya dalam masyarakat. D.

Hendropuspito membagi pranata sosial berdasar fungsinya, yaitu:

1. Pranata kekeluargaan (family institution);

2. Pranata perekonomian (economic institution);

3. Pranata pendidikan (educational institution);

4. Pranata religi (religius institution);

Page 44: Pengembangan Pendidikan IPS SD

Pengembangan Pendidikan IPS di SD 39

5. Pranata seni dan rekreasi (aesthetic and recreation institution);

6. Pranata ilmiah (scientific institution).

Peranan yang paling penting dalam interaksi sosial untuk anak-anak dan

atau orang dewasa adalah komunikasi. Kontak sosial, setiap orang dapat

melakukannya tetapi untuk berkomunikasi belum tentu mampu. Kita dapat

bertemu dengan orang Arab bahkan bersalaman, tetapi belum tentu kita

dapat melakukan interaksi sosial karena ia berbahasa Arab sedangkan kita

berbahasa Indonesia. Kita berusaha menggunakan bahasa Inggris, tetapi

orang Arab juga tidak memahaminya akhirnya keduanya menggunakan

isyarat. Hal yang mungkin perlu dipelajari lebih lanjut, dikalangan anak-

anak terkadang tidak memiliki hambatan dalam komunikasi. Keduanya

dalam bahasanya masing-masing tetapi mereka akan tetap ceria dan saling

memahami. Arti penting dari komunikasi sosial adalah bahwa seseorang

menyampaikan pesan melalui pembicaraan, gerak-gerak isyarat, atau sikap

untuk difahami oleh pihak lainnya. Perasaan-perasaan apa yang ingin

disampaikan oleh seseorang dapat difahami oleh lawan komunikasinya.

Oleh karena itu, sejak awal tahun ajaran pengetahuan IPS langsung

“bekerja” memperbaiki bahasa anak agar mereka tahu tentang bahasa yang

baik dan sopan. Di dalam interaksi sosial, terdapat proses sosial yang harus

dieksplorasi oleh guru seperti adanya imitasi, sugesti, identifikasi, dan

simpati. Keempatnya dapat bergerak bersama-sama dalam membentuk

kepribadian siswa sejak awal. adapun empat jenis eksplorasi proses

interaksi sosial tersbut dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Imitasi

Imitasi adalah proses menirukan tindakan orang lain. Seseorang anak yang

melakukan imitasi dapat menimbulkan ketaatan terhadap norma tertentu.

Mungkin pernah kita berdebat dengan anak kecil di rumah, anak biasanya

akan lebih taat apa yang dikatakan oleh gurunya daripada oleh orang

tuanya. Jika menemukan fenomena di atas, artinya sekolah telah berhasil

menanamkan proses sosial imitasi bagi anak. Celakanya, jika yang

diimitasi oleh anak-anak adalah perilaku buruk beberapa anak dari

keluarga yang kurang baik dan suka berkata kasar dan kotor. Dengan

demikian, guru di kelas 1 harus hati-hati dan menjadi teladan baik bagi

anak didiknya. Imitasi bersifat positif jika hasil imitasi “serasi” dengan

norma-norma dan kaidah yang diantut sebelumnya, sedangkan imitasi

bersifat negatif jika hasil imitasi “menentang” norma dan kaidah yang

dianut sebelumnya oleh masyarakat sekitarnya. Contoh imitasi positif

misalnya meniru pola hidup sehat, cara membuang sambah pada

tempatnya, cara makan yang baik, dan lain-lain, sedangkan contoh imitasi

yang negatif misalnya kebiasaan merokok, berkata kasar, suka bertengkar

dan berkelahi, dan lain-lain. Imitasi tidak perlu diajarkan di kelas dengan

cemarah, imitasi yang positif cukup dengan memberi contoh dalam

kehidupan di lingkungan sekolah. Program imitasi dapat disengaja dalam

kegiatan pembiasaan di SD.

Page 45: Pengembangan Pendidikan IPS SD

Pengembangan Pendidikan IPS di SD 40

b. Sugesti

Proses sugesti berlangsung jika seseorang memberi suatu pandangan dan

pandangan tersebut kemudian diterima oleh fihak lain. Proses sugesti

sebenarnya hampir sama dengan imitasi akan tetapi titik tolaknya berbeda.

Pada imitasi proses peniruan dilakukan oleh yang meniru dan seseorang

yang ditiru terkadang tidak sengaja ingin ditiru oleh orang lain. Sedangkan

pada sugesti, ada pihak tertentu yang berusaha mempengaruhi seseorang

untuk menirukan tindakan tertentu sesuai dengan yang diinginkannya.

Dalam sugesti, pihak yang meniru biasanya dalam keadaan “setengah”

sadar atau dalam keadaan tidak stabil emosinya. Karena fikiran

rasionalnya terganggu, maka ia meniru saja apa yang dilakukan oleh orang

lain. Sugesti akan berjalan lancar jika yang memberi pandangan adalah

orang yang berwibawa, otoriter, atau mungkin memiliki kemampuan

hipnotis. Tidak hanya oleh orang yang berwibawa, proses sugesti dapat

juga terjadi di antara kita orang biasa.

c. Identifikasi

Identifikasi merupakan kecenderungan-kecenderungan atau keinginan-

keinginan dalam diri seseorang untuk menjadi sama dengan orang lain.

Proses identifikasi dapat terjadi secara sadar maupun tidak sadar. Secara

sadar jika seseorang berusaha bekerja keras karena ingin sukses seperti

orang yang dijadikan idolanya. Walaupun dapat berlangsung dengan

sendirinya, proses identifikasi berlangsung dalam suatu keadaan di mana

seseorang yang beridentifikasi benar-benar mengenal fihak lainnya dengan

baik, sehingga sikap, tindakan, pakaian, dan pandangan hidupnya sangat

dijiwai oleh yang bersangkutan. Identifikasi adalah peniruan yang lebih

mendalam dari proses imitasi dan sugesti, dan tidak menutup kemungkinan

proses identifikasi diawali dari imitasi dan sugesti. Pada anak usia SD,

kegiatan belajar banyak berlangsung dari proses identifikasi atau meniru.

Untuk keberhasilan pembelajaran IPS, proses identifikasi hendaknya

dimanfaatkan sebaik-baiknya. Ciptakanlah kegiatan yang menarik di

sekolah, maka siswa akan melakukan identifikasi menirunya di lain

kesempatan. Disayangkan, identifikasi pada diri anak masih didominasi

oleh acara-acara televisi dan hiburan yang tidak mendidik, akhirnya yang

diikuti adalah perilaku yang tidak baik.

d. Simpati

Proses simpati merupakan suatu proses di mana seseorang merasa tertarik

pada fihak lain. Di dalam proses simpati perasaan seseorang memiliki

keinginan untuk memahami fihak lain, bahkan ingin melakukan kerjasama

dengannya. Timbulnya rasa simpati karena fihak lain dianggap memiliki

kedudukan yang lebih tinggi dan dihormati karena mempunyai kelebihan-

kelebihan atau kemampuan-kemampuan tertentu yang patut dijadikan

contoh. Atau bagi remaja, merasa simpati karena bertutur kata yang sopan,

cakep, tidak sombong, dan pantai. Awalnya simpati, tetapi selanjutnya

timbul rasa mencintai dan seterusnya. Lawan kata simpati adalah antipati,

yaitu proses di mana seseorang tidak menyukai kepada pihak lain. Faktor-

faktornya karena tidak sesuai dengan norma dan kaidah-kaidah yang

Page 46: Pengembangan Pendidikan IPS SD

Pengembangan Pendidikan IPS di SD 41

dianutnya, pernah melakukan perbuatan yang melanggar hukum, dan

kelemahan-kelemahan lainnya. Di lingkungan sekolah, proses interaksi

sosial dapat kita bagi dua kelompok besar yaitu bentuk interaksi yang

bersifat asosiatif (positif) dan yang bersifat disosiatif (negatif). Bentuk

asosiatif akan menimbulkan bentuk kerjasama, saling menghargai, dan

saling memberi dan menerima. Adapun bentuk disosiatif biasanya

menimbulkan persaingan, pertentangan, dan pertikaian. Materi yang

diajarkan untuk tingkat SD adalah bentuk interaksi asosiatif, dapat

dijelaskan sebagai berikut yaitu:

a. Kerjasama

Kerjasama merupakan proses interaksi sosial yang paling utama dalam

kehidupan manusia. Tidak ada orang yang hidup sukses tanpa ada

kerjasama dengan orang lain. Orang yang hidupnya ingin menyendiri dan

tidak mau bekerjasama tidak akan mencapai sukses, bahkan akan

dikucilkan tanpa teman. Namun perlu diingat, bekerjasama dalam tulisan

ini adalah bekerjasama dalam kebaikan bukanbekerjasama dalam

kejahatan. Bekerjasama dalam kejahatan biasanya disebut dengan istilah

bersekongkol atau berkomplot. Kerjasama dapat dijumpai pada semua

kelompok manusia, yaitu pada kanak-kanak, pemuda, dan orang dewasa.

Pada anak-anak dapat kita saksikan pada saat bermain bersama, sedangkan

pada orang dewasa dapat diamati ketika melakukan usaha bersama, hidup

bermasyarakat, dan lain-lain. Bentuk kerjasama dapat dibedakan atas dua

yaitu:

1. Kerjasama spontan yaitu kerjasama yang terjadi secara spontan atau

mendadak. Orang-orang dalam kerjasama spontan tidak memiliki

perjanjian terlebih dahulu di antara mereka. Contohnya, orang-orang

spontan bekerjasama dalam menolong kecelakaan di jalan raya. Para

penolong tanpa menghitung untung-rugi membantu korban, yaitu ada

yang mengangkat tubuh korban, bagi yang memiliki kendaraan

menyediakan jasanya untuk mengantar ke Rumah Sakit, sebagian ada

yang menelopong keluarga korban, ada yang mengatur lalu lintas yang

macet, dan lain-lain.

2. Kerjasama langsung yaitu bentuk kerjasama yang terorganisir baik

melalui perjanjian maupun secara kebiasaan tradisional. Kerjasama

yang melalui perjanjian disebut kerjasama kontrak. Semua pihak yang

bekerjasama mencatatkan perjanjiannya dalam bentuk surat-surat

perjanjian, sedangkan kerjasama tradisional biasanya terjadi tanpa ada

kontrak kerja tetapi berlangsung karena ikan solidaritas. Contohnya

bergotong-royong membangun rumah pada masyarakat pedesaan.

Seseorang membantu tetangga lainnya dalam membangun rumah, kelak

jika orang tersebut membangun rumah akan dibantu juga oleh tetangga

lainnya.

Bagaimana jika tidak mau membantu membangun rumah tetangganya?

hukumannya adalah, orang itu tidak akan dibantu oleh tetangganya pada

saat membangun rumah. Untuk memupuk jiwa bekerjasama, pembelajaran

IPS dapat membinanya melalui kegiatan saling membantu dalam suatu

Page 47: Pengembangan Pendidikan IPS SD

Pengembangan Pendidikan IPS di SD 42

pendekatan masyarakat belajar. Strategi pembelajaran untuk memupuk

jika bekerjasama misalnya dengan tugas kerja kelompok untuk

mengerjakan sesuatu, misalnya membuat kliping yang berhias,

menggunting dan menempel gambar secara bersama-sama, dan lain-lain.

b. Akomodasi

Akomodasi memiliki dua pengertian yaitu suatu keadaan yang

menunjukkan keseimbangan dalam suatu interaksi sosial baik antara orang

perorangan maupun antara orang dengan kelompoknya. Keseimbangan

terjadi karena diantara norma-norma dan nilai sosial masyarakat tidak

terganggu. Keadaan masyarakat yang aman dan tentram dapat dikatakan

sebagai kondisi yang seimbang. Arti yang lain dari akomodasi adalah

usaha manusia untuk meredakan suatu pertentangan, yaitu usaha-usaha

untuk mencapai keseimbangan atau stabilitas. Usaha akomodasi adalah

usaha untuk menyelesaikan pertentangan tanpa menghancurkan fihak

lawan. Tujuan dari akomodasi dapat berbeda-beda sesuai dengan situasi

yang dihadapinya, yaitu:

1. Untuk mengurangi pertentangan antara orang-perorangan atau

kelompokkelompok manusia sebagai akibat perbedaan faham.

Akomodasi di sini bertujuan untuk menghasilkan suatu jalan tengah

antara kedua pendapat yang berbeda agar menghasilkan suatu cara

baru yang lebih adil.

2. Untuk mencegah meledaknya suatu pertentangan, baik untuk

sementara waktu maupun untuk waktu yang lama

3. Untuk memungkinkan terjadinya kerja sama antara kelompok-

kelompok sosial yang berbeda baik karena perbedaan kebudayaan

maupun suasana psikologis.

4. Pada masyarakat yang pernah mengalami konflik sosial (misalnya

kerusuhan antar desa) perlu ada usaha akomodasi yaitu misalnya

melakukan perayaan bersama, mengadakan pasar seni bersama, atau

melakukan upacara adat bersama agar kedua belah pihak merasa aman

kembali jika bertemu antar sesamanya.

5. Mengusahakan peleburan antara kelompok-kelompok sosial yang

terpisah, misalnya, melalui perkawinan campuran atau kerjasama

budaya. Akomodasi dapat berhasil tetapi juga dapat gagal. Karena itu

benih-benih pertentangan harus dihapuskan secara tuntas, salah

satunya menghilangkan prasangka buruk antara dua belah pihak.

6. Di lingkungan anak-anak terkadang terjadi pertentangan, sebaiknya

guru mengajak siswa untuk melakukan akomodasi secara demokratis.

Guru tidak boleh menghakimi tanpa pemeriksaan terhadap dua pihak

yang konflik (misalnya berkelahi). Biasanya, guru berusaha

mendamaikan tanpa melihat pihak yang mana yang benar dan mana

yang salah. Perdamaian dapat saja menimbulkan ketidakpuasan salah

satu pihak, karena tidak ada hukuman bagi yang salah. Karena itu guru

harus adil dalam memutuskan perkelahian.

c. Asimilasi

Page 48: Pengembangan Pendidikan IPS SD

Pengembangan Pendidikan IPS di SD 43

Asimilasi adalah proses sosial yang merupakan kelanjutan dari proses

akomodasi. Di dalam asimilasi, setiap pihak berusaha mengurangi

perbedaan-perbedaan yang terdapat di antara orang perorangan atau

kelompok manusia. Selain itu, terdapat pula usaha-usaha mempertinggi

kesatuan tindak, sikap dan proses-proses mental dengan memperhatikan

kepentingan-kepentngan dan tujuan bersama. Orang-orang yang

mengadakan asimiliasi, akan berusaha untuk tidak lagi membedakan

dirinya dengan kelompok tersebut yang mengakibatkan adanya angapan

bahwa mereka sebagai orang asing. Dalam proses asimilasi, mereka

berusaha untuk memenuhi tujuan dan kepentingan kelompok. Apabila dua

kelompok manusia mengadakan asimilasi, maka batas-batas antara

kelompok-kelompok tersebut akan hilang dan keduanya lebur menjadi satu

kelompok. Budaya yang tercipta adalah budaya baru yang merupakan

perpaduan dua kelompok yang melakukan asimilasi.

Proses asimilasi terjadi jika: (1) terdapat dua kelompok yang berbeda

kebudayaannya, (2) orang perorang dalam kelompok tadi saling bergaul

secara langsung dan intensif (sangat sering) untuk waktu yang lama, dan

(3) kebudayaankebudayaan dari kelompok-kelompok manusia tersebut

masing-masing berubah dan saling menyesuaikan diri. Asimilasi atau

pembauran sangat positif dilakukan di Indonesia yang terdiri dari

bermacam ragam budaya bangsa. Pemerintah saat ini sedang berusaha

untuk melakukan asimilasi antara suku warga negara asli dengan warga

negara Indonesia asal keturunan Tionghoa. Walaupun sudah lama bergaul

tetapi nampaknya keduanya belum sepenuhnya membaur. Untuk

memperlancar proses asimilasi, maka sangat dianjurkan untuk:

a. Toleransi

b. Kesempatan-kesempatan di bidang ekonomi yang seimbang, yaitu

antara penduduk asli dengan penduduk pendatang agar tidak dibedakan-

bedakan.

c. Jika salah satu merasa ada yang dibedakan, biasanya akan menimbulkan

konflik dan asimilasi gagal terjadi.

d. Adanya sikap menghargai keberadaan orang asing dan kebudayaannya.

Artinya jika asimilasi ingin mulus berjalan maka sikap penduduk asli

harus terbuka.

e. Sikap yang terbuka dari golongan yang berkuasa dalam masyarakat.

f. Persamaan dalam unsur-unsur kebudayaan.

g. Perkawinan campuran (amalgamation).

h. Adanya musuh bersama dari luar.

Pada saat kedatangan agama Islam di tanah air, asimilasi berjalan dengan

sukses. Persyaratan asimilasi dapat terpenuhi dengan baik. Berbeda ketika

yang datang adalah para pedagang bangsa Eropa, mereka sangat sukar

diterima oleh penduduk asli Indonesia. Hal ini karena bangsa Eropa

berniat jahat yaitu bangsa Indonesia dijadikan sebagai bangsa jajahan,

diperas tenaganya diperkebunan untuk memperkaya para pedagang Eropa.

Faktor lainnya yang paling berpengaruh adalah perkawinan campuran

(amalgamation). Perkawinan campuran adalah faktor yang paling

Page 49: Pengembangan Pendidikan IPS SD

Pengembangan Pendidikan IPS di SD 44

menguntungkan bagi jalannya proses asimilasi. Hal itu terjadi pada

masyarakat pedagang Islam dengan penduduk asli nusantara. Proses

asimilasi semakin kuat antara kaum pedagang Islam dengan penduduk

lokal karena menghadapi musuh bersama dari luar, yaitu para penjajah dari

Eropa. Dengan adanya serangan dari para penjajah Portugis dan Belanda,

bangsa Indonesia semakin kuat persatuannya hingga melahirkan semangat

kemerdekaan untuk melepaskan diri dari penjajahan. Hasil asimilasi yang

masih ada bekas-bekasnya adalah penerimaan bangsa Indonesia terhadap

warga negara keturunan asal Arab dan India. Bangsa Indonesia sampai

saat ini merasa tidak memiliki perbedaan dengan mereka karena sejak dulu

senasib sepenanggungan dalam melawan pejajahan.

d. Akulturasi

Akulturasi adalah proses sosial yang timbul bila dua kelompok

kebudayaan yang berbeda bertemu. Unsur-unsur kebudayaan dari dua

kelompok tersebut lambat laun diterima oleh kedua belah pihak dan

“diolah” ke dalam budayanya masing-masing tanpa menyebabkan

hilangnya kepribadian kebudayaan sendiri. Jika dalam asimilasi, dua

kebudayaan bertemu dan melahirkan kebudayaan yang baru sedangkan

dalam akulturasi kedua budaya tetap berjalan seiring sejalan, atau

disesuaikan seperlunya tanpa menghilangkan unsur-unsur budaya asli dari

masing-masing kelompok tersebut, dan tidak membentuk budaya baru.

Contoh adanya akulturasi adalah sebagai dari budaya barat yang diterima

oleh bangsa Indonesia (seperti cara berpakaian dengan memakai jas, rias

pengantin, berpesta, dan upacara agama Nasrani). Semua unsur budaya itu

diterima oleh bangsa Indonesia, tetapi unsur-unsur kebudayaan itu masih

memiliki jati dirinya masing-masing. Kita mengenal pakaian daerah tetapi

juga mengetahui model pakaian asal Eropa. Kita mengenal dan menerima

berbagai pernak-pernik dari Tionghoa tetapi kita juga masih dapat

membedakannya dengan jelas. Dalam proses akulturasi terkadang terdapat

adaptasi agar dapat disesuaikan dengan budaya pihak lainnya. Adaptasi

adalah penyesuaian diri untuk mengatasi perbedaan yang sangat mencolok.

Adaptasi terjadi di berbagai proses interaksi sosial, misalnya budaya

memakai peci atau kopiyah bagi orang Islam Indonesia. Pada kebudayaan

Turki, ada kopiyah seperti Tokoh Aladin sedangkan ketika masuk ke

Indonsesia kopiyah telah diadaptasi menjadi berwana hitam tetapi

bentuknya hampir sama. Proses interaksi yang bersifat disosiatif yang

cenderung berlawanan, dapat dimanfaatkan untuk memberi motivasi

belajar. Bentuk disosiatif di masyarakat antara lain persaingan dan

pertikaian. Persaingan adalah proses sosial, di mana orang perorang atau

kelompok bersaing untuk memperoleh keuntungan melalui bidang-bidang

kehidupan tanpa mempergunakan ancaman atau kekerasan kepada pihak

yang dianggap pesaing. Persaingan mempunyai dua tipe umum yaitu

persaingan yang bersifat pribadi dan bukan pribadi. Persaingan yang

bersifat pribadi, misalnya siswa secara langsung bersaing dengan yang

lainnya untuk memperoleh kedudukan rangking nomor satu di kelas. Tipe

ini dinamakan juga rivalry. Sedangkan persaingan yang tidak bersifat

Page 50: Pengembangan Pendidikan IPS SD

Pengembangan Pendidikan IPS di SD 45

pribadi adalah persaingan antar kelompok yang satu dengan kelompok

lainnya. Misalnya persaingan antara dua kelompok tim cerdas cermat

melakukan persaingan untuk memperoleh juara satu. Di masyarakat juga

terjadipersaingan, seperti perusahaan besar yang bersaing untuk

mendapatkan monopoli di suatu wilayah tertentu.

Persaingan dalam batas-batas tertentu dapat mempunyai manfaat yang baik

bagi masyarakat yaitu:

1. Persaing dapat menyalurkan keinginan-keinginan individu atau

kelompok untuk merebut sesuatu yang menjadi pusat perhatian

masyarakat seperti kedudukan dan peluang usaha. Dengan persaingan

setiap orang dapat berusaha sekuat tenaga untuk memperolehnya.

Berbeda jika peluang itu ditutup oleh unsur KKN (Kolusi, Korupsi,

dan Nepotisme), walaupun kita berjuang dan berusaha sekuat tenaga

untuk meraih sesuatu tetapi karena ada KKN maka usaha kita akan

sia-sia karena yang akan memenangkan adalah mereka yang pandai

berkolusi, korupsi, dan unsur saudara (nepotisme).

2. Persaingan dapat melahirkan inovasi-inovasi dari berbagai bidang.

Jika kita ingin meraih sukses dan berhasil dalam persaingan maka

perlu selalu ada inovasi dari apa yang sedang kita perjuangkan. Akhir-

lahir ini banyak sekali handphone dengan berbagai bentuk inovasi.

Handphone selalu diperbaharui agar memenangkan persaingan.

3. Persaingan juga dapat dijadikan alat untuk melakukan seleksi atas

dasar prestasi. Diakhir persaingan akan terpilih juara yang lebih

unggul dan terbaik dari yang lainnya.

4. Fungsi lainnya adalah untuk menentukan seseorang dalam

pekerjaannya sesuai dengan keahliannya. Konsep persaingan secara

bertahap perlu disampaikan kepada siswa. Di lingkungan keluarga,

persaingan sebenarnya telah diajarkan antara kakak dan adik. Dalam

batas-batas tertentu, persaingan akan memberi motivasi belajar yang

baik bagi siswa.

Dari persaingan jika salah satu pihak tidak sehat atau melakukan

kecurangan dan atau mencederai lawan pesaingnya akan menimbulkan

pertentangan dan pertikaian. Pertentangan atau pertikaian adalah suatu

proses sosial di mana orang-perorangan atau kelompok manusia berusaha

untuk memenuhi tujuannya dengan jalan menantang fihak lawan yang

disertai dengan ancaman dan/atau kekerasan. Akar dari pertentangan

sekurang-kurangnya ada empat yaitu:

1. Perbedaan antara orang perorangan yaitu permusuhan pribadi. Contoh

pertentangan antar pribadi misalnya dua orang tukang baso keliling

berebut jalur dagangan. Awalnya mereka berdua membenci, lama

kelamaan memfitnah, dan akhirnya berkelahi. Menyelesaikan masalah

dengan perkelahian adalah cara-cara kekanak-kanakan atau tidak

dewasa. Jika mereka dewasa, sebenarnya mereka dapat saling

kompromi yaitu sekali waktu berkeliling pada jam 10 malam dan satu

jam berikutnya (jam 11 malam) untuk tukang bakso yang lain, sehingga

keduanya dapat berkeliling tanpa harus bentrokan.

Page 51: Pengembangan Pendidikan IPS SD

Pengembangan Pendidikan IPS di SD 46

2. Bentrok karena kepentingan yang berbeda. Misalnya, sekelompok

petugas ketertiban dan keamanan membubarkan para pedagang Kaki

Lima (PKL) di tepi jalan atau trotoar, sebaliknya para PKL menolak

dan tidak mau dibubarkan, akhirnya kedua kelompok saling memukul

dan terjadilah perkelahian.

3. Bentrok karena perubahan sosial. Contohnya pada saat bangsa

Indonesia melakukan reformasi pada tahun 1998, banyak jatuh korban

akibat bentrokan. Pada waktu itu para demonstran menuntut agar

Presiden Soeharto mundur sedangkan para petugas keamanan menjaga

istana agar para demostran tidak masuk ke istana dan merusak gedung.

Kedua kelompok itu akhirnya bentrok dan terjadilah kerusuhan sosial.

4. Bentrok karena perbedaan kebudayaan. Bentrokan semacam ini pernah

terjadi di Amerika Serikat antara warga kulit putih dan kulit hitam.

Keduanya saling bertikai menunut persamaan derajat dari warga kulit

hitam sedangkan bagi kulit putih merasa paling mulia dan terhormat.

Ketika tidak terjadi keseimbangan maka terjadilah pertikaian terbuka.

Bentuk pertentangan bermacam-macam mulai dari pertentangan pribadi,

pertentangan rasial, pertentangan antara kelas-kelas sosial, pertentangan

politik, dan pertentangan yang bersifat internasional. Pertentangan yang

menimbulkan pertikaian umumnya merugikan banyak pihak. Berikut

adalah dampak pertikaian yang sangat membahayakan:

1. Tumbuhnya solidaritas kelompok (in-group) yang membabi buta. Benar

atau salah terkadang tidak menjadi pertimbangan lagi. Asalkan ia

berasal dari kelompoknya maka akan dibelanya sampai mati.

2. Perubahan kepribadian dari orang perorang. Semangat solidaritas

kelompok

3. Terkadang mempengaruhi kepribadian seseorang sebagai anggota dari

kelompok tersebut. Contohnya seseorang menjadi benci kepada sesuatu

karena anggota kelompok lainnya juga membencinya.

4. Hancurnya harta benda dan jatuhnya korban manusia

5. Dominasi dari pihak-pihak yang menang terhadap pihak-pihak yang

dikalahkan. Pada jaman dahulu banyak negara yang kalah perang,

rakyatnya dijadikan budak yang diperjualbelikan.

Sejak awal, pembelajaran IPS harus mulai membentuk karakter siswa yaitu

suka bekerjasama dan hidup harmonis. Jika menghadapi pertengkaran

dengan kakak dan aknya di rumah, atau bertikai dengan teman-temannya

di sekolah mereka harus mampu mengendalikan dirinya (tidak marah-

marah atau mengamuk di sekolah). Siswa harus menyadari bagaimana cara

penyelesaian masalah bagi diri dan temannya. Strategi pembelajaran

terhadap materi tentang mengenal diri dan keluarganya adalah tematik,

sasarannya adalah untuk menanamkan kesadaran siswa bahwa mereka

harus mampu hidup bersama dengan orang lain antara lain mengangkat

tema: bekerjasama, cara berteman baik, indahnya hidup damai, rumahku,

dan lain-lain.

Page 52: Pengembangan Pendidikan IPS SD

Pengembangan Pendidikan IPS di SD 47

D. PEMBELAJARAN LINGKUNGAN RUMAH DAN KELUARGA

Setelah anak mengetahui tentang identitas diri dan keluarga, materi

berikutnya adalah mengajak agar siswa mampu mendeskripsikan lingkungan

rumahnya dan mampu memahami peristiwa penting di rumah. Untuk peristiwa

penting di rumah diharapkan berisi tentang peristiwa yang berkesan baik bukan

berkesan buruk. Untuk menyampaikan materi keadaan lingkungan rumah, siswa

dapat diajak untuk menyebutkan satu persatu nama benda yang ada di rumahnya.

Guru juga dapat menampilkan gambar-gambar peralatan rumah tangga sambil

memperkenalkan perkembangan berbagai teknologi alat rumah tangga.

Pendekatan pembelajaran berbasis pengalaman merupakan suatu proses

belajar-mengajar yang menekankan pada pengalaman siswa, baik pengalaman

individual, emosional, sosial maupun fisik-motorik. Ciri Pembelajarannya

menekankan pada proses daripada hasil, terarah pada pengembangan kepribadian

siswa secara utuh (pengetahuan, sosial, emosi, dan motorik), dan pembelajaran

merupakan proses adaptasi terhadap lingkungan alam dan sosial. Langkah-

langkah pembelajaran berbasis pengalaman adalah berupa siklus yang diawali dari

(1) Pengalaman konkrit, (2) Pengalaman reflektif, (3) Konseptualisasi abstrak, dan

(4) Percobaan aktif. Hasil percobaan aktif merupakan pengalaman konkrit baru

bagi siswa (Sukmadinata, 2004).

Secara teori, guru harus menyadari dan selalu mengingatnya bahwa setiap

individu berbeda satu dengan lainnya baik secara fisik maupun psikhis. Siswa

merupakan pribadi yang unik, artinya tidak ada dua orang siswa yang sama persis.

Mereka memiliki latar berlakang keluarga yang berbeda, dipengaruhi oleh

lingkungan masyarakat yang berbeda, dan memiliki potensi serta minat yang

berbeda pula. Selain itu, guru harus memahami dengan baik bahwa peserta didik

adalah individu yang sedang berada dalam proses perkembangan, seperti

perkembangan dalam aspek fisik/jasmani, intelektual, sosial, emosional, moral

dan lain-lain. Tugas guru adalah membantu mengoptimalkan perkembangan

peserta didik tersebut.

Setiap siswa adalah unik, maka guru harus memahami siswa dalam tingkat

perkembangannya masing-masing. Salah satu cara agar guru mengenal siswanya

dengan baik maka ia harus berbekal ilmu psikologi khususnya psikologi

perkembangan dan psikologi belajar. Psikologi perkembangan berguna untuk

menentukan isi materi yang akan diberikan kepada siswa arag tingkat keluasan

dan kedalaman materi/bahan ajar sesuai dengan taraf perkembangan siswa

sedangkan psikologi belajar berkenan untuk memberi pemahaman kepada guru

tentang bagaimana pembelajaran dilakukan dan bagaimana siswa dapat belajar

dalam proses pembelajaran yang dirancang guru.

Dalam mengenal siswa, guru harus memahami bahwa proses belajar

merupakan proses perbantuan untuk mendewasakan anak didik. Siswa yang

menuju kedewasaannya harus dianggap sebagai orang yang memiliki potensi

bawaan dan akan berkembang menjadi baik dan sempurna berkat pengaruh

lingkungan. Sebagai orang yang memiliki potensi, siswa harus dipandang sebagai

orang yang memiliki tugas-tugas perkembangannya masing-masing sesuai dengan

taraf/tingkat perkembangan yang dituntut oleh lingkungnnya. Bagaimana agar

guru dapat mempraktekkan teori yang telah diketahuinya dalam mengenal

Page 53: Pengembangan Pendidikan IPS SD

Pengembangan Pendidikan IPS di SD 48

siswanya? Guru yang mengenal siswanya sebagai sosok yang (1) unik, (2)

memiliki potensi dan selalu dipengaruhi oleh lingkungannya, dan (3) sedang

dalam proses berkembang maka dalam praktek pembelajarannya harus

mengandung prinsip-prinsip sebagai berikut:

1. Setiap anak diberi kesempatan untuk berkembang sesuai dengan bakat, minat

dan kebutuhannya.

2. Disamping disedikan pelajaran yang sifatnya umum (program inti) yang wajib

dikuasai setiap anak, disediakan pula pelajaran-pelajaran pilihan yang sesuai

dengan minat siswa.

3. Dalam pengembangan media pembelajaran yang digunakan memperhatikan

tingkat verbalisme media sehingga dapat dipahami oleh siswa sesuai tingkat

perkembangannya.

Bagaimana upaya guru untuk berkomunikasi dengan siswanya agar proses

belajar berjalan lancar. Upaya guru yang pokok untuk dapat berkomunikasi

dengan siswanya adalah memahami dengan baik tentang proses komunikasi yang

efektif. Komunikasi sebagai interaksi edukatif harus disadari guru bahwa

komunikasi tersebut memiliki makna yang berharga yaitu bertujuan untuk

mendidik dan mengatarkan siswa ke arah kedewasaan. Bentuk interaksi yang

digunakan tidak terlalu penting tetapi yang pokok adalah maksud

berkomunikasinya sehingga perlu dirancang dengan baik. Ciri komunikasi yang

telah dirancang misalnya:

1. telah menggunakan bahasa yang sesuai dengan kemampuan siswa

2. menggunakan berbagai rangsangan untuk meningkatkan komunikasi

3. memilih bentuk komunikasi yang tepat sesuai situasi belajar, topik bahasan

dan perkembangan siswa.

4. berkembangnya proses tanya-jawab antara siswa dan guru yang lebih efektif.

5. guru terampil dalam mengajukan teknik pertanyaan yaitu: pertanyaan yang

diajukan berlaku untuk seluruh kelas; menggunakan waktu “jeda” dan

membiarkan semua siswa untuk berfikir tentang jawabannya; dengan tepat

guru menentukan seorang siswa untuk menjawab; guru dengan bijak

mendengarkan jawaban siswa; guru menghargai jawaban siswa yang benar

dan tidak menyurutkan motivasi siswa ketika jawabannya salah.

6. guru dapat menggunakan bahasa tubuh dengan efektif dan juga memahami

bahasa tubuh siswa. Misalnya guru harus mengetahui dengan cepat tentang

siswa yang menghadapi masalah, sakit, atau lainnya.

7. guru dapat menghidupkan kehangatan suasana kelas yaitu misalnya dengan

humor, kedekatan, dan sentuhan.

8. guru dapat mengendalikan suasana kelas dengan menghilangkan kendala atau

gangguan komunikasi, dan menegakkan aturan kelas yang telah disepakati di

awal pembelajaran.

Satu lagi hal yang perlu diingat adalah bahwa guru memiliki peranan

sebagai leader di kelas dan di masyarakat. Kepemimpinan (leadership)

merupakan kemampuan (kompetensi) kunci dalam keseluruhan peran guru baik di

kelas maupun di masyarakat. Peran guru di kelas dan merupakan kompetensi guru

yang sepatutnya dikuasai adalah sebagai pencipta lingkungan belajar dan

mengendalikan proses belajar, sebagai konselor (BP), pemerhati kesehatan dan

Page 54: Pengembangan Pendidikan IPS SD

Pengembangan Pendidikan IPS di SD 49

keselamatan siswa, pengelola kelas, dan kepemimpinan program. Berdasarkan

kompetensi yang dipersyaratkan, dalam kelas guru akan optimal mengambil

perannya sebagai:

1. Subjek ahli dalam proses pembelajaran, artinya sebagai sosok yang

berkompeten di lingkungan proses pembelajaran.

2. Peneliti, artinya selain berperan sebagai pengajar, guru juga secara aktif

sebagai peneliti untuk mengembangkan dan meningkatkan proses

pembelajaran secara efektif.

3. Pembimbing dan konselor (guidance and counselling) yaitu menjadi tumpuan

siswa dalam menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi siswa.

4. Ahli dalam berkomunikasi, artinya jalinan interaksi pembelajaran antara guru-

siswa dan antara siswa dengan siswa dapat berkembang sesuai dengan yang

diharapkan dan semua itu tidak terlepas dari peran guru.

5. Administrator, yaitu mengatur proses pembelajaran agar berjalan seefektif dan

seefisien mungkin pemenuh kebutuhan yang bersifat khusus, artinya guru

melayani kebutuhan siswa dan pembelajaran yang bersifat khusus evaluator

seluruh program pembelajaran penilai (assesor) hasil belajar siswa.

6. Desain program pengembang staf yaitu sebagai orang yang diharapkan dapat

mengoptimalkan peran staf dalam proses pembelajaran juru penerang

program, yaitu menerangkan atau menjelaskan setiap program kepada orang

tua siswa atau masyarakat pembuat dan pengguna media pembelajaran

E. PEMBELAJARAN PERAN DALAM KELUARGA & LINGKUNGAN

Siswa di sekolah merupakan “anak” masyarakat yang memiliki latar

belakang kedudukan sosial yang beragam. Mereka ada yang berasal dari keluarga

kaya, terpandang, kedudukan sosial tertinggi, terkenal dan lain-lain. Sebaliknya

diantara mereka juga ada dari keluarga miskin, tidak terkenal dan memiliki

kedudukan yang rendah. Seorang guru harus memahami tentang status sosial

sebelum mengajar tentang kedudukan dan peranan anggota dalam keluarga dan

lingkungan tetangga. Status adalah posisi yang dimiliki seseorang dalam suatu

kelompok.

Untuk memperoleh status seseorang di masyarakat ada yang bersifat

objektif dan subjektif. Status yang bersifat objektif adalah status yang diperoleh

karena jabatan formal yang diperolehnya seperti menjadi lurah, menjadi kepala

sekolah, menjadi kepala stasiun, dan lain-lain. Sedangkan status subjektif yaitu

status karena faktor kelahiran (asal usul keturunanya), prestasi, otoritas

(kekuasaan), dan mutu pribadinya. Status objektif dan subjektif sebaiknya seiring

sejalan. Ketika seseorang memiliki status formal menjadi lurah maka diharapkan

didukung oleh status subjektifnya yaitu prestasi yang terbaik, otoritas yang

bijaksana, dan kepribadiannya yang luruh. Kepribadian seseorang akan berbeda

jika dilihat dari cara seseorang memperoleh status atau peranan.

Page 55: Pengembangan Pendidikan IPS SD

Pengembangan Pendidikan IPS di SD 50

Ada dua cara yang utama bagi seseorang untuk memperoleh status

sosialnya yaitu:

1. Ascribed status adalah status yang diperoleh secara otomatis dan tanpa ada

usaha. Status jenis ini diperoleh karena garis keturunanya. Misalnya

keturunan raja atau keturunan seorang bangsawan. Ascribed status

ditemukan pada masyarakat dengan sistem lapisan sosial tertutup yaitu

pada masyarakat feodal atau masyarakat yang rasial. Kepribadian yang

dibentuk adalah kesombongan dan selalu menganggap orang dibawah

kedudukannya adalah rendah.

2. Achieved status yaitu status yang diperoleh seseorang melalui usaha yang

sungguh-sungguh. Statusnya tidak diperoleh melalui kelahiran atau

keturunan, tetapi melalui kerja dan belajar dengan keras, contohnya status

menjadi bupati, menteri, atau guru. Kepribadiannya akan sangat

menghargai orang lain berdasarkan usaha dan prestasinya.

3. Selain kedua usaha tersebut ada juga status yang diberikan karena jasa-

jasanya yaitu assigned status, contohnya gelar kebangsawanan bagi orang

umum yang telah berjasa kepada kerajaan atau negara. Dengan kedudukan

statusnya, seseorang akan memperoleh peranan sosialnya. Peran

merupakan tindakan atau prilaku yang diharapkan dari seseorang karena

posisi atau status yang dimilikinya.

Peran merupakan aspek dinamis jika seseorang melaksanakan hak dan

kewajiban sesuai dengan kedudukannya. Jika tidak sesuai dengan hak dan

kewajibannya seseorang akan dicopot statusnya, terutama status pada

kelompok Achieved status. Agar tidak dicopot dari statusnya maka ia berusaha

bertindak dalam kepribadian yang sesuai dengan tuntutan statusnya.

Kepribadian dirinya disesuaikan dengan tuntutan hak dan kewajibannya.

Untuk menjalankan perana dan statusnya tidak semua berhasil tergantung pada

kepribadian yang dimunculkannya. Kegagalan terjadi karena adanya konflik

peranan. Contoh konflik peranan yang sangat nyata misalnya seorang jaksa

harus menuntut anaknya atas tindak kejahatan yang telah dilakukannya, yaitu

mencuri. Dalam kasus ini ia akan diuji kepribadiannya yaitu apakah bertindak

sebagai ayah (dari anak itu) atau sebagai jaksa yang menuntut anaknya sendiri.

Akhirnya dapat disimpulkan bahwa status sosial adakan membentuk

mempengaruhi kepribadian seseorang dan sebaliknya kepribadian juga akan

menentukan keberhasilan dalam menduduki peranan sosialnya. Untuk

mengenal kepribadian seseorang dapat dipelajari dari pendidikannya,

kebudayaan daerahnya, lingkungan hidupnya (apakah di kota atau di desa),

dari kelas sosial yang mana, agamanya, profesi pekerjaannya, dan

status/peranan sosialnya. Dengan mengetahui latar belakang sosialnya, kita

dapat “memperkirakan” kepribadian seseorang. Namun demikian perlu

dicatat, untuk menilai kepribadian seseorang tidak mudah. Perlu waktu yang

panjang yaitu perlu berdialog, melihat pekerjaannya, temperamennya, dan

keteguhan hatinya. Sebagaimana diketahui, anak adalah cerminan kedudukan

dan status orangnya. Guru harus bersifat adil tehadap semua anak baik orang

tuanya memiliki status yang tinggi atau yang rendah. Dalam diri anak juga

harus ditanamkan bahwa di sekolah semua memiliki kedudukan yang sama.

Page 56: Pengembangan Pendidikan IPS SD

Pengembangan Pendidikan IPS di SD 51

Tapi biasanya, orang tua yang sombong mempengaruhi anaknya agar jangan

bergaul dengan anak yang miskin dan memiliki kedudukan sosial yang

rendah. Hal ini terkadang mengganggu suasana kelas. Caranya agar tidak

berlanjut, guru menampaikan materi tentang kedudukan seseorang dan bahwa

masing-masing peranan memiliki tugas dan fungsinya di masyarakat.

Cara yang paling bijak misalnya dengan menerapkan metode bermain peran

atau sosiodrama. Sosiodrama (role playing) berasal dan kata sosio dan drama.

Sosio berarti sosial menunjuk pada objeknya yaitu masyarakat menunjukkan

pada kegiatan-kegiatan sosial, dan drama berarti mempertunjukkan,

mempertontonkan atau memperlihatkan. Sosiodrama adalah mtode

mempertunjukkan atau mempertontonkan suatu keadaan atau peristiwa-

peristiwa yang dialami orang, tingkah laku oraang sesuai perannya. Metode

sosiodrama berarti cara menyajikan bahan pelajaran dengan mempertunjukkan

dan mempertontonkan atau mendramatisasikan cara tingkah laku dalam

hubungan sosial. Jadi sosiodrama ialah metode mengajar yang dalam

pelaksanaannya peserta didik mendapat tugas dan guru untuk

mendramatisasikan suatu situasi sosial yang mengandung suatu problem, agar

peserta didik dapat memecahkan suatu masalah yang muncul dan suatu situasi

sosial. Metode sosiodrama mempunyai kebaikan kebaikan antara lain ialah:

1. Siswa melatih dirinya untuk memahami dan mengingat bahan yang akan

didramakan. Sebagai pemain harus memahami, menghayati isi cerita

secara keseluruhan, terutama untuk materi yang akan disampaikan,

sehingga daya ingatan siswa harus tajam;

2. Siswa akan terlatih untuk berinisiatif dan berkreatif. Pada waktu bermain

drama para pemain dituntut untuk mengemukakan pendapatnya sesuai

dengan waktu yang tersedia;

3. Bakat yang terpendam pada siswa dapat dipupuk sehingga dimungkinkan

akan muncul atau timbul bibit seni dani sekolah. Jika seni drama mereka

dibina dengan baik kemungkinan besar mereka akan jadi pemain yang

baik di kemudian hari;

4. Kerja sama antar pemain dapat ditumbuhkan dan dibina dengan sebaik-

baiknya; siswa memperoleh kebiasaan untuk menerima dan membagi

tanggung jawab dengan sesamanya;

5. Bahasa lisan siswa dapat dibina menjadi bahasa yang baik agar mudah

dipahami orang lain.

Selain keunggulan-keunggulannya, metode sosiodrama mempunyai sejumlah

kelemahan-kelemahan, antara lain:

1. Sebagian besar anak yang tidak ikut bermain drama menjadi kurang aktif;

2. Banyak memakan waktu, baik waktu persiapan dalam rangka pemahaman

isi bahan pelajaran maupun pada pelaksanaan pertunjukan;

3. Memerlukan tempat yang cukup luas. Jika tempat bermain sempit

menyebabkan gerak para pemain kurang bebas; dan

4. Kelas lain sering terganggu oleh suara pemain dan para penonton yang

kadang-kadang bertepuk tangan dan sebagainya.

Page 57: Pengembangan Pendidikan IPS SD

Pengembangan Pendidikan IPS di SD 52

Usaha-usaha untuk mengatasi kelemahan-kelemahan dan metode sosiodrama

antara lain ialah:

1. Guru harus menerangkan kepada siswa, untuk memperkenalkan metode

ini, bahwa dengan jalan sosiodrama siswa diharapkan dapat memecahkan

masalah hubungan sosial yang aktual ada di masyarakat. Kemudian guru

menunjuk beberapa siswa yang berperan, masing-masing akan mencari

pernecahan masalah sesuai dengan perannya, dan siswa yang lain menjadi

penonton dengan tugas-tugas tertentu pula;

2. Guru harus memilih rnasalah yang urgen sehingga menarik minat anak. Ia

dapat menjelaskan dengan baik dan menarik, sehingga siswa terangsang

untuk memecahkan masalah itu;

3. Agar siswa memahami peristiwanya maka guru harus bisa menceritakan

sambil mengatur adegan pertama; dan

4. Bobot atau luasnya bahan pelajaran yang akan didramakan harus sesuai

dengan waktu yang tersedia.

Oleh karena itu harus diusahakan agar para pernain berbicara dan melakukan

gerakan jangan sarnpai banyak variasi yang kurang berguna. Pertanyaan

berikutnya, materi apa yang dapat disampaikan pada bermain peran. Dengan

tujuan agar siswa memahami tugas dan peranan setiap anggota masyarakat

misalnya tentang ajakan untuk melakukan kerjabakti di lingkungan RT.

Apapun metode yang akan digunakan guru, teori pembelajaran memberi

petunjuk bahwa dalam pemilihan strategi pembelajaran, hal yang perlu

memperhatikan lebih lanjut adalah memperhatikan tujuan, materi, siswa,

fasilitas, waktu dan guru.

a. Faktor tujuan

Tujuan merupakan faktor yang paling pokok, sebab semua faktor yang ada

di dalam situasi pembelajaran, termasuk strategi pembelajaran, diarahkan

dan diupayakan untuk mencapai tujuan. Dalam penentuan strategi

pembelajaran sangat ditekankan untuk memahami esensi tujuan

pembelajaran. Artinya tidak hanya dalam bentuk rumusan tujuan yang

disusun berdasarkan konsep Audience-Behavior-Condition-Degree

(ABCD) dan harus tersirat tujuan pengembangan baik aspek afektif,

psikomotor maupun aspek kognitifnya secara lebih spesifik.

b. Faktor materi

Sebagaimana sudah dimaklumi bahwa pada hakikatnya ilmu atau materi

pelajaran memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Karakteristik setiap

ilmu atau matapelajari membawa implikasi terhadap penggunaan cara dan

teknik di dalam proses belajar mengajar. Namun secara umum, setiap mata

pelajaran memiliki pola yang sama yaitu mengajarkan fakta, konsep,

prinsip, masalah, prosedur (keterampilan), dan sikap. Dalam mata

pelajaran IPS, mengajarkan fakta kelihatannya tidak terlalu sulit dan dapat

dibantu dengan berbagai media pembelajaran yang ada. Misalnya

menggunakan gambar pasar, melihat proses transaksi jual beli melalui

video, dan lain-lain. Mengajarkan konsep bukan sekedar supaya siswa

hafal akan konsep tersebut tetapi yang lebih utama ialah supaya siswa

memahami tentang ciri-ciri dari konsep tersebut.

Page 58: Pengembangan Pendidikan IPS SD

Pengembangan Pendidikan IPS di SD 53

c. Faktor siswa

Siswa adalah pihak yang berkepentingan di dalam proses pembelajaran.

Karena itu tidak bijaksana jika dalam pemilihan strategi pembelajaran

tidak memperhatikan faktor siswa. Hal yang sangat penting dari faktor

siswa adalah bahwa siswa merupakan pribadi yang utuh-menyeluruh,

siswa merupakan pribadi tersendiri yang memiliki perbedaan dari yang

lainnya baik kemampuan, cara belajar, kebutuhan, dan sebagainya. Selain

memperhatikan kualitas individu siswa, faktor siswa lainnya yang perlu

diperhatikan adalah kuantitasnya dalam suatu rombongan belajar (rombel).

d. Faktor fasilitas

Faktor fasilitas juga menentukan proses dan hasil belajar. Bila guru

merencanakan penggunaan metode demonstrasi dalam memberi contih

cara memasak kue tertentu, maka berbagai fasilitas yang dibutuhkan harus

tersedia. Tanpa ada fasilitas demonstrasi memasak maka metode

pembelajaran dengan sendirinya berubah yaitu menjadi metode ceramah.

e. Faktor waktu

Faktor lainnya yang perlu dipertimbangkan adalah waktu, baik jumlah

waktu yang tersedia maupun kondisi waktu. Jumlah waktu dihitung dalam

menit atau jumlah jam yang tersedia sedangkan kondisi waktu adalah pagi,

siang, sore dan waktu lainnya.

f. Faktor Guru

Jika sumber pembelajaran hanya guru, maka guru menjadi penentu yang

harus diperhatikan dalam strategi pembelajaran. Dedikasi dan kemampuan

gurulah yang pada akhirnya mempengaruhi pelaksanaan proses

pembelajaran, tetapi jika guru hanya salah satu alternatif sumber belajar

maka pemilihan strategi pembelajaran harus dikoordinasikan dengan

fasilitas yang tersedia.

F. PEMBELAJARAN LINGKUNGAN HIDUP, JENIS PEKERJAAN DAN

JUAL BELI.

1. Pembelajaran Tentang Lingkungan.

Berdasarkan lingkungan ekologinya, lingkungan hidup dibedakan juga

atas tiga kelompok, yaitu lingkungan alam, lingkungan sosial dan lingkungan

budaya. Lingkungan alam merupakan kondisi alamiah, lingkungan sosial adalah

manusia, baik dalam posisinya sebagai makhluk pribadi maupun makhluk sosial,

dan lingkungan budaya merupakan hasil aktifitas manusia, baik berupa karsa,

karya maupun rasa. Lingkungan budaya terkadang disebut juga lingkungan buatan

(man made environment). Di dalam lingkungan hidup terdapat keterkaitan antar

komponen lingkungan hidup. Jalinan keterkaitan antar komponen dalam suatu

sistem kehidupan dikenal dengan istilah ekosistem. Di dalam ekosistem unsur-

unsur hayati (organisme) dan unsur-unsur non hayati (zat-zat tak hidup) menjalin

hubungan timbal balik atau berinteraksi, konsep ini bisa ditampilkan secara rumit

atau sebaliknya menjadi sederhana.

Page 59: Pengembangan Pendidikan IPS SD

Pengembangan Pendidikan IPS di SD 54

Untuk siswa SD hendaknya disampaikan dengan cara yang sederhana.

Untuk anak usia SD tingkat bawah, cukup kiranya disampaikan tentang

pengelompokkan unsur lingkungan hidup dan secara sederhana dapat ditunjukkan

bahwa antar komponennya saling keterkaitan satu dengan yang lain. Anak usia

SD, sudah mengenal konsep bahwa ada mahluk hidup dan benda mati. Anak dapat

mengamati ciri-ciri makluk hidup dari apa yang dilihatnya seperti dapat bernafas,

tumbuh, dan berkembang biak. Untuk menyampaikan materi ini, guru dapat

membawa binatang peliharaan ke dalam kelas (ayam, kelinci, itik, dan lain-lain),

batu, potongan kayu, air, pot bunga, dan berbagai benda yang ada di lingkungan

hidup. Secara bertahap, anak akan mampu menunjukkan bahwa binatang

peliharaan dan bunga dikelompokkan sebagai makhluk hidup sedangkan batu,

kayu, atau air dikelompokkan sebagai benda mati.

Setelah siswa mampu mengelompokkan berdasarkan benda nyata, untuk

anak usia SD tingkatan rendah (kelas I, II, dan III) dapat diajak untuk

menggambar dan atau menempel gambar-gambar benda-benda yang ada di

lingkungan siswa. Sambil mengambar anak, dapat diminta untuk memilih mana

gambar makhluk hidup dan maka yang benda mati. Substansi materi tentang

lingkungan hidup secara normatif dibedakan atas dua bagian utama, yaitu

lingkungan biotik dan lingkungan abiotik. Lingkungan biotik adalah segala

makhluk hidup, mulai mikroorganisme sampai dengan tumbuhan dan hewan,

termasuk di dalamnya manusia. Lingkungan abiotik adalah segala kondisi yang

terdapat di sekitar makhluk hidup yang bukan organisme hidup, seperti batuan,

tanah, mineral, dan udara. Lingkungan biotik sering pula dinamakan lingkungan

organik, sedangkan lingkungan abiotik dinamakan juga lingkungan anorganik

Pada tingkatan yang lebih tinggi, materi tentang lingkungan hidup dapat

diperluas. Konsep ekosistem sederhana sudah dapat disampaikan dan guru dapat

memulai dari rantai makanan sederhana dan dilanjutkan dengan konsep interaksi

dan selanjutnya konsep saling ketergantungan. Untuk menyampaikan materi

tentang rantai makanan, guru hanya perlu keterampilan untuk memilih yaitu mana

yang sederhana dan maka yang lebih kompleks. Perhatikan gambar berikut yang

sama-sama satu tema yaitu rantai manakan tetapi memiliki tingkatan kerumitan

yang berbeda. Penyampaian materi tentang lingkungan alam dan lingkungan

buatan sebaiknya dilakukan di luar kelas.

Menurut Sumaatmadja (1980; 109) sekurang-kurangnya ada dua metode

yang digunakan di luar kelas yaitu tugas belajar (resitasi) dan metode karya

wisata. Metode tugas adalah untuk mengembangkan potensi anak didik. Tugas

dalam pembelajara IPS bukan merupakan pemberian beban dari guru kepada anak

tetapi harus didasarkan atas kegairahan anak untuk memenuhi tugas tersebut. Jika

anak bergairah dalam melaksanakan tugas, akan mengurangi kecurangan atau

penipuan yang dilakukan oleh anak didik dalam memenuhi tugas tersebut. Bentuk

tugas yang dapat diberikan kepada siswa dapat diberikan untuk tugas individual

dan tugas kelompok. Tugas individual lebih menekankan pada kepada pembinaan

kognitif, afektif, dan psikomotor secara individual. Sedangkan tugas kelompok

ditunjukan untuk memupuk kemampuan saling menghargai, bergotong royong,

toleransi kelompok, bekerjasama, dan kepatuhan terhadap ketentuan bekerja

kelompok.

Page 60: Pengembangan Pendidikan IPS SD

Pengembangan Pendidikan IPS di SD 55

Metode karyawisata adalah suatu kunjungan ke objek tertentu di luar

sekolah, yang ada di bawah bimbingan guru IPS. Kunjungan ke objek tertentu

tidak harus jauh, menggunakan waktu yang berhari-hari, dan menghabiskan biaya

besar. Karyawisata dapat saja mengunjungi ke lokasi di dekat sekolah seperti

mengunjungi sungai, danau, pabrik, ternak, pasar, mall, kantor instansi, dan lain-

lain. Dalam penyelenggaraan karyawisata, siswa diharapkan memiliki dorongan-

dorongan minat dan perhatian terhadap apa yang sedang dipelajarinya (sense of

interest), dorongan untuk melihat kenyataan (sense of reality), dan dorongan

untuk menemukan sendiri hal-hal yang menarik perhatiannya (sense of discovery).

Hakikat naluriah tersebut harus mendapat perhatian guru untuk selanjutnya

dibina dan dikembangkan pada pengajaran IPS. Pelaksanaan metode karyawisata,

harus tetap diusahakan mengembangkan minat anak didik. Proses pengembangan

dan pemantapan sense of discovery inilah yang membantu anak-didik untuk

menjadi insan yang pandai peneliti. Berdasarkan penekanan ketiga aspek tadi

untuk tiap jenjang pendidikan sudah pasti harus berbeda-beda. Terlepas dari nilai

positif di dalam metode tugas dan karyawisata, yang pasti pemberian tugas dan

karyawisat membutuhkan media. Artinya, pemberian tugas dalam pembelajaran

IPS tidak dapat dilakukan secara konvensional, tetapi harus dibarengi oleh

lembaran kerja siswa yang bertujuan. Berdasarkan pengelompokkan sumber

belajar, LKS termasuk kelompok sumber belajar yang dirancang (learning

resources by design), artinya dapat digunakan untuk memperkaya pembelajaran.

LKS dalam mendukung metode tugas sangat tepat, asalkan LKS dirancang

sedemikian rupa untuk membangun konsep pengetahuan yang dikehendaki.

2. Pembelajaran pada Jenis-Jenis Pekerjaan.

Anak usia SD sudah tahu bahwa orang tuanya bekerja, tetapi mengapa

setiap orang tua mimiliki jenis pekerjaan yang berbeda-beda, mungkin belum

diketahui oleh setiap siswa. Siswa kebanyakan sudah tahu bahwa setiap orang

memiliki pekerjaan yang dapat menghasilkan pendapatan (uang) untuk memenuhi

kebutuhan hidupnya. Orang bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup bagi

dirinya dan keluarganya. Kebutuhan yang paling utama adalah untuk dapat

membeli makanan, pakaian, membangun dan memelihara tepat tinggal,

menyekolahkan anak-anaknya, untuk berobat jika sakit, dan lain-lain. Pekerjaan

yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan hidup dikenal dengan mata

pencaharian.

Mata pencaharian penduduk dalam ruang lingkup pertanian umumnya

terikat oleh tempat pekerjaannya dan berhubungan langsung tanah dan lahan.

Keberhasilan mereka sangat ditentukan oleh keadaan alam lingkungannya. Di

antara jenis mata pencaharian pertanian antara lain:

1. Berburu dan meramu

Kegiatan ini merupakan kegiatan yang paling sederhana. Alam menyediakan

bahan makanan dan manusia hanya mengambil, memburu, mengumpulkan,

dan meramu saja. Kehidupan masyarakat yang berburu dan meramu umumnya

mengembara ke berbagai wilayah yang luas dalam mencari makan. Dengan

demikian mereka hidup berpindah-pindah (nomaden) dan tidak membangun

rumah atau tempat tinggal yang tetap atau permanen.

Page 61: Pengembangan Pendidikan IPS SD

Pengembangan Pendidikan IPS di SD 56

2. Perladangan berpindah-pindah

Mata pencaharian berladang yang berpindah-pindah berbeda dengan kegiatan

berburu dan meramu. Walaupun berpindah-pindah, masyarakat yang

melakukan perladangan sudah melakukan pengolahan tanah pertanian.

Aktivitas perladangan dapat dilakukan apabila jumlah penduduknya masih

sedikit dengan lahan untuk dijadikan ladang masih luas. Hutan yang dijadikan

ladang dapat ditanami dua atau tiga kali panen, setelah itu mereka pindah dan

membuka hutan kembali untuk dijadikan ladang. Aktivitas perladangan dapat

dilakukan apabila jumlah penduduknya masih sedikit dengan lahan ladang

yang masih luas. Hutan yang dijadikan ladang dapat ditanami dua atau tiga

kali panen, setelah itu mereka pindah dan membuka hutan kembali untuk

dijadikan ladang. Lahan yang ditinggalkan suatu saat akan dimanfaatkan

kembali karena ladang telah ditumbuhi hutan kembali dan kesuburan tanahnya

sudah kembali baik .

3. Pertanian sawah

Pertanian sawah merupakan mata pencaharian yang telah banyak kita kenal.

Ciri masyarakat bertani sawah adalah sudah menetap dan tidak berpindah-

pindah tempat. Pada pertanian sawah, lahan sudah benar-benar diusahakan

baik dalam pengolahan lahan, pemupukan, maupun pengairannya. Jenis

tanaman pertanian sawah umumnya bahan makanan pokok seperti padi. Pada

pertanian sawah dilakukan pula pertanian lahan kering yang mengusahakan

jenis tanaman seperti padi gogo, kedelai, ubi jalar, kacang-kacangan.

4. Perkebunan

Perkebunan hampir sama dengan mata pencaharian pada pertanian lahan

kering yaitu masyarakatnya sudah menetap. Berdasarkan besar kecilnya usaha,

ada dua jenis usaha perkebunan yaitu perkebunan rakyat dan perkebunan

besar. Perkebunan rakyat merupakan usaha perkebunan yang dilakukan

masyarakat dalam skala kecil. Ciri-ciri perkebunan rakyat adalah luas lahan

garapan relatif sempit, jumlah tenaga kerja sedikit, peralatan pengolahan dan

pemeliharaan tanaman perkebunan sederhana, modal yang digunakan sangat

kecil, dan tentu saja hasil atau keuntungannya sedikit. Perkebunan besar

adalah usaha yang dilakukan dalam skala besar. Lahan yang diusahakan

sangat luas, modal yang digunakan cukup besar, jumlah tenaga kerja cukup

besar, peralatan pertanian sangat maju, dan hasil keuntungannya juga besar.

5. Peternakan

Beternak juga salah satu jenis mata pencaharian penduduk. Cara beternak di

Indonesia umumnya masih bersifat usaha keluarga dan dipelihara di halaman-

halaman rumah, seperti beternak itik, ayam, kambing, dan lembu. Berdasarkan

jenis ternak yang diusahakan, usaha peternakan ada tiga yaitu ternak kecil

seperti kambing, domba, dan kelinci. Usaha ternak besar seperti sapi, kerbau,

dan kuda, sedangkan ternak unggas adalah seperti ayam, itik, dan burung.

6. Perikanan

Usaha perikanan ada dua yaitu perikanan darat dan perikanan laut. Perikanan

darat merupakan usaha perikanan yang dilakukan pada perairan darat seperti

di kolam, di danau, keramba di sungai, dan lain-lain. Usaha pengolahan

perikanan dimulai dari pembibitan, pemupukan, pemeliharaan ikan,

Page 62: Pengembangan Pendidikan IPS SD

Pengembangan Pendidikan IPS di SD 57

pemberantasan hama, dan pemanenan. Adapun perikanan laut dinamakan

usaha nelayan. Jadi nelayan adalah salah satu mata pencaharian penduduk.

Mereka hidup dengan cara menagkap ikan di laut, hasil tangkapannya dijual

untuk memenuhi kebutuhannya.

7. Industri

Mata pencaharian penduduk dibidang industri banyak sekali jenisnya.

Pokoknya semua kegiatan yang melakukan proses pengolahan bahan mentah

menjadi barang jadi, atau pengolahan bahan mentah menjadi barang setengah

jadi, adalah bagian dari kegiatan industri. Jenis pekerjaan daam bidang

industri antara lain dipengaruhi oleh kebutuhan manusia yaitu kebutuhan

makanan, pakaian, perumahan, hiburan, olah raga, dan lain-lain. Banyaknya

kebutuhan manusia, banyak pula jenis pekerjaan di bidang industri. Di

Indonesia, kegiatan industri dapat dikelompokkan dengan berbagai klasifikasi,

yaitu:

Berdasarkan bahan bakunya, industri dikelompokkan atas tiga jenis yaitu: (a)

Industri ekstraktif, yaitu industri yang bahan bakunya diperoleh langsung dari

alam, seperti industri dari hasil pertanian, perikanan, dan kehutanan; (b)

Industri nonekstraktif, yaitu industri yang bahan bakunya berasal dari tempat

atau industri lain. Industri nonekstraktif dibagi dua jenis yaitu reproduktif jika

bahan baku berasal dari alam seperti industri teh dan susu. Jenis kedua adalah

industri manufactur, yaitu industri yang mengolah bahan baku yang hasilnya

untuk keperluan sehari-hari atau digunakan oleh industri lain. Contohnya

industri kayu lapis, benang tenun, dan kain; (c) Industri fasilitatif, yaitu

industri yang menjual jasa untuk keperluan orang lain, seperti: perbankan,

perdagangan, angkutan dan pariwisata.

Berdasarkan hasil produksi yang dihasilkan, industri ini dapat dibagi tiga

yaitu: (a) Industri primer, yaitu industri yang menghasilkan barang-barang

tanpa pengolahan barang lebih lanjut, seperti penggilingan padi (hueler),

industri anyaman; (b) Industri sekunder, yaitu industri yang menghasilkan

barang yang hasil produksinya membutuhkan pengolahan lebih lanjut sebelum

dikonsumsi, seperti pemintalan benang dan industri ban; (c) Industri tersier,

yaitu industri yang dihasilkan dari kegiatan industri itu bukan berupa barang

tetapi bergerak di bidang jasa, seperti angkutan dan pariwisata.

Berdasarkan proses produksinya, jenis industri dapat dibedakan atas industri

hulu dan industri hulu: (a) Industri hulu, yaitu industri yang mengolah bahan

mentah menjadi barang setengah jadi, seperti industri kayu lapis dan

aluminium; (b) Industri hilir, yaitu industri yang mengolah barang setengah

jadi menjadi barang jadi atau industri yang menyempurnakan sehingga barang

yang dihasilkan dapat langsung dipakai konsumen, seperti industri meubel dan

industri konveksi.

Berdasarkan produknya, jenis industri dapat dibedakan atas: (a) Industri berat,

yaitu industri yang menghasilkan mesin atau alat produksi lainnya. Contohnya

industri alat-alat berat dan mesin percetakan; (b) Industri ringan, yaitu industri

yang menghasilkan barang siap pakai untuk dikonsumsi, seperti industri obat-

obatan, makanan dan minuman.

Page 63: Pengembangan Pendidikan IPS SD

Pengembangan Pendidikan IPS di SD 58

Berdasarkan bahan dasar industri, jenisnya dapat dibedakan atas: (a) Industri

campuran, yaitu industri dimana bahan dasar yang digunakan lebih dari satu

jenis; (b) Industri trafik, yaitu industri khusus dimana bahan mentahnya

diimpor dari negara lain, seperti industri minuman cocacola; (c) Industri

konveksi, yaitu industri yang membuat pakaian yang siap dipakai; (d) Industri

perakitan, yaitu industri yang kegiatannya merakit komponen untuk menjadi

suatu barang yang siap pakai, seperti industri perakitan mobil.

Berdasarkan cara pengorganisasian, jenis industri dibedakan atas: (a) Industri

kecil, yaitu industri dengan ciri-ciri memiliki modal relatif kecil, teknologi

sederhana, pekerjanya kurang dari 10 orang, produknya masih sederhana,

seperti kerajinan anyam-anyaman dan gerabah; (b) Industri menengah, industri

yang memiliki ciri-ciri memiliki modal relatif besar, teknologi cukup maju

tetapi masih terbatas, pekerja antara 10-200 orang, tenaga kerja upahan,

seperti industri bordir, keramik; (c) Industri besar/berat, industri yang

memiliki ciri-ciri: modal sangat besar, teknologi lengkap dan modern,

organisasi teratur, tenaga kerja terampil dan jumlahnya lebih dari 300 orang,

produknya berkualitas dan jumlah yang besar, seperti: industri semen, pupuk.

a. Pertambangan

Kegiatan pertambangan adalah usaha penggalian sumberdaya mineral dan

berbagai sumberdaya alam lainnya. Jenis mata pencaharian di bidang

pertambangan cukup beragam yaitu mulai dari kegiatan pemetaan sumber

atau bahan galian, survey lapangan datau eksplorasi, perencana dan

pelaksanaan penggalian (eksploitasi), sampai dengan pengolahan menjadi

barang jadi dan setengah jadi.

b. Perdagangan

Jenis mata pencaharian dalam bidang perdagangan dapat dibagi tiga sesuai

skala perdanagannya, misalnya pada perdagangan besar untuk ekspor.

Pedagangan pada skala menengah disebut grosir dan atau penyalur,

sedangkan pedagangan yang langsung dengan konsumen disebut pengecer

baik dalam skala pertokoan besar (swalayan) maupun warung-warung

kecil dan pedagang asong.

c. Jasa

Mata pencaharian jenis jasa umumnya banyak dilakukan pada masyarakat

perkotaan. Jenisnya sangat beragam, mulai dari tukang sol sepatu, sopir

angkot (jasa angkutan), paket barang-barang (jasa pengatar barang),

perhotelan (jasa penginapan), sampai kepada pengacara (pembela dalam

kasus-kasus hukum). Lahirnya jenis pekerjaan sebenarnya adanya

kebutuhan pada manusia yaitu kebutuhan akan barang dan jasa. Dengan

adanya kebutuhan tersebut, setiap orang akan berusaha memenuhi barang

dan jasa bagi mereka yang membutuhkannya. Dengan demikian, pekerjaan

akan muncul sebagai upaya mendatangkan atau mengali barang kebutuhan

dan atau bekerja untuk melayani orang lain. Banyak pekerjaan yang dapat

dilakukan oleh setiap orang, tetapi ada pula pekerjaan yang dilarang oleh

agama dan aturan hukum yaitu pekerjaan yang mengambil barang orang

lain (mencuri), merampok, menipu, menjual barang-barang yang haram

dan atau dilarang pemerintah, dan meminta-minta.

Page 64: Pengembangan Pendidikan IPS SD

Pengembangan Pendidikan IPS di SD 59

Untuk menyampaikan materi tentang jenis pekerjaan dapat dilakukan dengan

metode permainan, yaitu:

1. Guru menyiapkan poster dan sejumlah kartu (5 cm x 10 cm) yang bertuliskan

jenis-jenis pekerjaan. Jenis-jenis pekerjaan yang ditulis harus spesifik

misalnya petani sayuran, petani padi, petani jagung, nelayan tambak, dan lain-

lain. Setiap kartu dapat berwarna warni dan sediakan masing-masing jenis

pekerjaan ada 5 buah atau lebih (misalnya kartu nelayan tambak, jumlahnya 5

buah dan begitu pula yang lainnya).

2. Guru memberi apersepsi tentang melimpahnya sumberdaya alam untuk

memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Bisa saja guru menerangkan sekilas

tentang kekayaan sumberdaya alam Indonesia, misalnya berbagai jenis

tanaman, kayu, ikan, ternak, dan lain-lain. Selain itu dapat pula ditambahkan

bahwa Indonesia kaya akan barang tambang seperti batu gamping, marmer

atau batuan pualam, fosfat, mangan, obsidian, bauksit, intan, timah, nikel,

emas dan perak, tembaga, dan lain-lain.

G. PEMBELAJARAN TENTANG KEGIATAN JUAL BELI

Munculnya kegiatan jual beli berawal dari usaha manusia untuk memenuhi

kebutuhan dan atau memiliki keinginan terhadap sesuatu. Acuan dari kebutuhan

ini adalah seberapa sering dan seberapa penting tingkat kebutuhan tersebut

diperlukan manusia :

1. Kebutuhan primer

Kebutuhan primer adalah kebutuhan pokok yang harus dipenuhi, merupakan

kebutuhan agar manusia tetap survive. Kebutuhan primer merupakan

kebutuhan yang pertama harus dipenuhi oleh manusia.

2. Kebutuhan Sekunder

Manusia tidak hanya memerlukan kebutuhan primer saja, tetapi juga

memerlukan kebutuhan lainnya. Kebutuhan sekunder diperlukan untuk

menjaga kenyamanan hidupnya.

3. Kebutuhan Tersier

Dari namanya tersier berasal dari bahasa latin yang berarti ketiga. Merupakan

kebutuhan ketiga setelah kebutuhan primer dan sekunder. Adakalanya

kebutuhan tersier ini bagi sebagian orang merupakan kebutuhan sekunder bagi

sebagian yang lainnya. Misalnya TV berwarna bagi orang di desa terpencil

merupakan kebutuhan sekunder bagi orang kota. Barang-barang mewah

merupakan contoh dari kebutuhan tersier ini, misalnya villa, berlian, mobil

ferarri dan sebagainya.

Kebutuhan sosio-budaya sangat erat kaitannya dengan faktor lingkungan

dan tradisi masyarakat serta dengan sifat-sifat psikologis manusia. Oleh karena

itu, kebutuhan dapat dirinci dengan kebutuhan sosial dan kebutuhan psikologis.

Kebutuhan sosial adalah kebutuhan dikarenakan tuntutan hidup di masyarakat

tempat ia tinggal. Seorang yang memiliki kedudukan tertentu di masyarakat

mengharuskan orang mempunyai atau melakukan upaya yang dipandang pantas.

Sedangkan kebutuhan psikologis berhubungan dengan kebutuhan sifat rohani

manusia, misalnya kebutuhan akan rasa aman, rasa dihargai, kebutuhan keamanan

dan ketentraman hati, dan kebebasan mengatur hidupnya.

Page 65: Pengembangan Pendidikan IPS SD

Pengembangan Pendidikan IPS di SD 60

Ketika kebutuhan manusia ada, maka harus diikuti dengan adanya benda

pemuas kebutuhan. Adanya kebutuhan dan tersedianya barang pemuas kebutuhan

terdapat kaitan yang sangat erat. Barang atau benda pemuas kebutuhan adalah

segala sesuatu yang menjadi sarana, baik secara langsung maupun tidak langsung,

untuk memenuhi kebutuhan manusia. Kebutuhan manusia memiliki dua bentuk

yaitu kebutuhan barang dan kebutuhan jasa. Barang merupakan pemuas

kebutuhan yang berwujud, sedangkan jasa merupakan benda pemuas kebutuhan

yang tak berwujud. Alat pemuas kebutuhan tersebut diperoleh dengan cara dibeli

dari seseorang melalui alat pembayaran, yang kita kenal dengan sebutan uang.

Sebelum dikenal alat tukar (uang), orang memenuhi suatu kebutuhan dengan cara

menukar apa yang dimilikinya dengan apa yang tidak dimilikinya dari orang lain

yan kemudian dikenal barter. Sebagai tempat pertemuan antara penjual

barang/jasa dengan pembelinya dikenal sebagai pasar. Pasar dalam arti sempit

adalah tempat dimana pada umumnya barang atau jasa diperjualbelikan.

Kembali kepada alat pembelian barang/jasa atau uang. Dalam sejarahnya,

uang awalnya berupa logam berupa logam emas, lama-kelamaan muncul kesulitan

dalam penyesuaian transaksi-transaksi besar, di antaranya uang logam emas tidak

praktis, adanya biaya, dan dengan berkembangnya perdagangan, logam mulia

semakin banyak diperlukan padahal persediaan terbatas. Untuk menghindari

kesulitan tersebut, para pedagang mulai menitipkan sejumlah uang/ emasnya

kepada seseorang (pedagang, relasi atau familinya) di pasar. Orang yang

menerima titipan di pasar pada awalnya hanya menggunakan meja atau bangku

saja (dalam bahasa Itali bangku=banca). Orang tempat menitipkan emas atau

pandai emas semula hanya dititipi emas dan sebagai bukti penitipan dikeluarkan

surat atau bank notes, yaitu surat janji akan membayar kembali kepada pembawa

surat itu sejumlah uang/ emas seperti yang tertera pada surat tersebut. Bank notes

ini mulai berkembang sebagai uang kertas, dan tempat penitipannya berkembang

menjadi bank. Semula bank notes mewakili sejumlah emas yang dititipkan pada

bank dengan jumlah yang sama, atau bank notes dijamin 100% dengan emas yang

dititipkan, tetapi karena sebagian besar dari emas yang ditiitpkan pada bank itu

ternyata tidak diminta kembali secara sekaligus, maka para bankir mulai

memutarkan/menyalurkan sebagian dari emas atau uang tersebut dengan

memberikan pinjaman kepada pedagang yang memerlukan pinjaman (kredit).

Untuk itu, mereka juga mengeluarkan bank notes sehingga jumlah bank notes

yang beredar menjadi lebih besar dari jumlah emas yang disimpan di bank.

Berdasarkan pengalaman banyak bank-bank yang tidak bijaksana, mereka

mengeluarkan bank notes jauh lebih besar dari jumlah emas yang disimpan di

bank-bank tersebut sehingga ketika terjadi penarikan emas secara serentak (rush),

bank tidak dapat memenuhi kewajibannya sehingga kepercayaan masyarakat

hilang terhadap bank. Dari pengalaman tersebut pemerintah turut campur tangan

dengan mengeluarkan peraturan yang mewajibkan setiap bank mempunyai

sejumlah emas/uang sebesar minimal 40% dalam bentuk tunai sebagai cadangan

kas terhadap kewajiban-kewajibannya. Pemerintah juga memberikan hak

mengedarkan bank notes dibatasi pada beberapa bank yang telah mendapatkan

kepercayaan pemerihtah dan masyarakat dengan mengeluarkan charter (piagam)

Page 66: Pengembangan Pendidikan IPS SD

Pengembangan Pendidikan IPS di SD 61

berhak mengedarkan uang kertas (uang kartal). akhirnya hak mengedarkan uang

kertas dipusatkan hanya pada satu bank saja, yaitu bank sirkulasi/bank sentral.

Dari sejarah bank tersebut kita dapat mengidentifikasikan definisi bank,

menurut Prof. G.M. Verryn Stuart, bank adalah suatu badan yang bertujuan untuk

memuaskan kebutuhan kredit, baik dengan alat-alat pembayaran sendiri, dengan

uang yang diperolehnya dari orang lain, maupun dengan jalan memperedarkan

alat-alat penukaran uang berupa uang giral. Menurut Undang-Undang No.7 Tahun

1992 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No.10 Tahun 1998, bank

adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk

simpanan dan mengeluarkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau

bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat.

Demikianlah kegiatan ekonomi yang berlangsung saat ini. Bank sendiri

mengeluarkan kartu kredit seperti kredit rekening koran yaitu kredit yang

diberikan oleh kreditor (bank) kepada debitor (nasabah) tercatat dan tersimpan

dalam rekening koran debitor yang pengambilan atau penarikannya tidak

sekaligus, tetapi bertahap sesuai jenis kreditnya. Jenis kredit rekening koran ada

dua macam yaitu kredit rekening koran bebas yang sangat disukai karena sesuai

dengan kebutuhan para pedagang, yaitu penarikannya sesuai kehendak debitur

asalkan tidak melampaui jumlah kredit sedangkan kredit rekening koran terbatas

yaitu kredot yang diberikan kepada nasabah dengan pembatasan tertentu dalam

melakukan penarikan uang melalui rekeningnya. Nasabah tidak diizinkan

melakukan penarikan kredit sekaligus, tetapi bertahap sesuai dengan

kebutuhannya. Kalau perorangan, kredit koran mirip dengan kartu kredit yang

dapat digunakan untuk berbelanja. Uang belanja dibayar oleh bank dan nasabah

“tinggal” membayar utang atau kreditnya ke bank bersangkutan. Terkadang kartu

kredit juga efektif untuk belanja barang-barang yang kemudian dijual kembali.

Barang-barang yang dibeli dengan kartu kredit antara lain di supermarket-

supermarket di kota-kota. Besaran kredit yang dapat digunaan oleh si pemlik kartu

berbeda-beda. Untuk pemula biasanya hanya dikasih peluang 2 juta, tetapi jika

telah lama dan pihak bank mempercayai pihak nasabah plapon pinjaman dapat

dinaikka sampai puluhan juta. Bagi pedagang kecil dan kios-kios kecil yang

menjual kebutuhan rumah tangga, sangat baik jika menggunakan kartu kredit atau

kredit rekening koran. Dengan kartu kredit, orang dapat memperoleh barang di

toko dan nasabah membayarnya di bank yang mengelurkan kartu kredit.

Dalam pembelajaran IPS, selain aspek kognitif juga harus ditanamkan

aspek sikap. Khususnya dalam pemanfaatan uang dan kartu kredit, siswa harus

diberi tahu tentang cara bijak dalam pemanfatan uang. Untuk mendidik siswa

memanfaatkan uang dalam berbelaja, siswa dapat melakukan simulasi jual beli di

kelas. Nilai yang perlu ditanamkan dalam transaksi jual beli adalah kejujuran, dan

bagi penjual tidak berbohong kepada pembeli, tidak curang dalam timbangan.

Page 67: Pengembangan Pendidikan IPS SD

Pengembangan Pendidikan IPS di SD 62

Bagian 5

Pembelajaran Peta, Kenampakan Alam,

dan Persebaran Sumber Daya Alam

A. PEMBELAJARAN PETA

Setiap anak sejak masih bayi telah terbiasa memperhatikan keadaan

lingkungan di sekitarnya. Hasil pengamatannya sangat senang ia tuangkan dalam

sebuah gambar sesuai dengan imajinasinya. Keadaan benda atau lingkungan yang

suka digambar anak-anak adalah rumah, halaman rumah, taman bunga, kendaraan

yang sangat ia sukai, gunung, pohon, gambar dirinya sendiri, orang tuanya, dan

lain-lain. Pada usia tertentu, ia mampu mengambar jalan yang menghubungkan

antara rumah dengan sekolahnya. Setiap benda atau keadaan yang dilalui selama

perjalanan dari rumah ke sekolahnya, digambar di dekat jalan.

Kesadaran anak terhadap lingkungannya bersifat universal artinya setiap

anak dibelahan dunia manapun memiliki keinginan dan kesukaan untuk

menggambar. Keinginan untuk mencorat-coret adalah keinginan yang seolah-olah

“tidak tertahankan” bagi seorang anak. Dorongan ini harus dimanfaatkan oleh

guru sebagai kekuatan motivasi agar senang belajar. Artinya, sekali waktu ajaklah

anak belajar di kelas dengan cara metode bermain dan menggambar. Apalagi

untuk anak usia SD, metode bermain dan menggambar merupakan metode

pembelajaran untuk semua mata pelajaran termasuk IPS. Peta yang diajarkan di

SD hendaknya tidak dibayangkan seperti membaca atau membuat peta dinding

atau atlas yang dijual di toko-toko buku. Bagi anak usia SD, cukup hanya

mengenal, bisa membaca, memanfaatkannya dalam menunjukkan suatu tempat,

dan sedikit mengetahui sejumlah bagian penting peta (seperti simbol peta,

legenda, orientasi atau arah utara peta, dan titik koordinat).

Untuk memperkenalkan peta kepada siswa; guru dapat membawa atlas,

peta, dan globel. ketiganya dapat ditujukkan sekaligus di depan kelas. Siswa

diharapkan menentukan pilihan, manakah dari ketiga benda tersebut yang paling

menarik perhatiannya. Jika ketiga benda tersebut tidak asing bagi mereka, kelas

dapat dibagi enam kelompok atau lebih dan masing-masing kelompok

memperoleh satu atlas, satu peta, dan satu globe. Untuk mengarahkan cara belajar

peta, guru dapat mengajukan permintaan untuk:

1. menunjukkan nama kota ibu kota provinsi atau kabupaten/kota para siswa;

2. menunjukkan nama jalan, gunung, sungai, atau danau

3. menunjukkan wilayah Indonesia secara keseluruhan pada globe

4. menunjukkan letak pelabuhan atau bandara,

5. dan seterusnya.

Page 68: Pengembangan Pendidikan IPS SD

Pengembangan Pendidikan IPS di SD 63

Untuk pertanyaan tentang letak bandara, pelabuhan, atau lainnya sebagian

anak mungkin akan berapresiasi mencari simbol pesawat terbang atau kapal laut,

sedangkan sebagian lainnya mungkin masih mengalami kebingungan. Jika sudah

ada yang tahu, guru dapat bertanya, mengapa ia tahu bahwa tempat itu adalah

bandara atau pelabuhan. Jika dijawab karena ada gambar pesawat terbang dan

kapal laut, katakan bahwa jawabannya sudah baik. Namun, guru tidak cukup

sampai disitu. Guru diharapkan mulai mengarahkan pada kotak legenda peta yang

merupakan kumpulan dari simbol-simbol peta.

Dengan cara ini, anak akan semakin bersemangat karena dalam legenda

tertera banyak simbol. Dari simbol-simbol yang terdapat pada legenda peta, guru

dapat mengekplorasi atau menggali minat siswa untuk menemukan. Cara

menentukan letak suatu tempat di peta cukup dengan: “..... ini.... ini.....sebelah

kanan atau ini... ini...sebelah kiri!”. Hal ini akan membingungkan semua anak.

Jika ada anak yang tidak mengetahui, kondisi yang kacau di kelas akan

menurunkan minat siswa untuk belajar. Oleh karena itu, guru sudah mulai

menentukan aturan main baru yaitu permainan mencari nama tempat dalam peta

antar kelompok. Misalnya kelompok A bertanya kepada kelompok B untuk

meminta untuk dicarikan nama lokasi tertentu (bisa sungai, gunung, jalan, dan

lain-lain). Cara menjawabnya dengan menentukan titik koordinat tempat tersebut,

misalnya dengan menggunakan titik koordinat pada garis lintang dan garis bujur.

Jika tidak, bisa juga menentukan angka-angka grid yang tertera pada tepi peta.

Perhatikan contoh berikut. Kelompok A bertanya tentang letak Pelabuhan

Lembar-Lombok, kelompok yang ditanya harus segera menjawab terletak pada

titik koordinat 40 dan 119,7

0 (jawaban yang lengkap seharusnya: 4

0 LS dan 119,7

0

BT).

Namun karena konsep tentang garis Lintang Selatan dan Bujur Timur

belum diajarkan maka pembahasannya ditangguhkan). Dengan cara yang sama,

setiap kelompok mengajukan kuis dan kelompok lain menjawabnya. Agar

bervariasi, simbol peta yang diajukan harus bervariasi pula. Berbeda jika anak

lebih suka mengawali dari atlas. Pada atlas, simbol peta terdapat di bagian atau

halaman khusus (bisa di awal atau di akhir atlas, tergantung dari buku atlasnya).

Pada prinsipnya sama yaitu bermain mencari lokasi di atlas, tetapi menggunakan

indeks atlas, yaitu daftar nama kota, sungai, jalan, gunung, dan lain-lain yang

biasanya disimpan di bagian belakang atlas. Pada daftar tersebut tertera kode

halaman, kolom, dan baris. Nanti akan dijelaskan. Sebelumnya perlu dijelaskan

sekilas tentang atlas.

Pada awalnya peta adalah lembaran-lembaran yang terpisah. Setiap

lembaran biasanya digulung agar mudah dibawa. Awalnya terasa ringan dan

mudah dipelihara dari kerusakan. Namun semakin banyak peta yang harus di

bawa, orang merasa kesulitan untuk membawanya. Informasi yang akan dicari

juga tidak mudah karena tidak memiliki indeks peta. Indeks peta adalah semacam

daftar isi nama-nama daerah berdasarkan alfabetis dan letak nama daerah tersebut

pada halaman-halaman lembaran peta. Untuk mempermudah dibawa dan agar

memuat informasi lebih lengkap maka disusunlah buku kumpulan peta yang

kemudian disebut atlas. Kata “atlas” diambil dari nama Dewa Yunani yang

bertugas memikul bola dunia yang berarti Dewa Penopang Bumi.

Page 69: Pengembangan Pendidikan IPS SD

Pengembangan Pendidikan IPS di SD 64

Peta yang dikumpulkan pada atlas umumnya bersifat tematis artinya setiap

peta yang dimuat memiliki tema tertentu. Ada juga, satu atlas isinya bertema yang

sama untuk setiap daerah yang dibuat. Karena itu nama atlas bermacam-macam

tergantung isinya, misalnya atlas geografi, atlas geologi, atlas histologi, dan atlas

astronomis. Atlas geografi berisikan lembaran-lembaran peta umum tentang

keadaan permukaan bumi. Atlas geologi berisikan peta yang memuat keadaan

batuan dan proses geologinya. Atlas histlologi berisikan peta-peta yang memuat

peristiwa-peristiwa bersejarah. Adapun atlas astronomis yaitu atlas yang berisi

keadaan alam semesta yang meliputi galaksi, tata surya, perbintangan dan benda

angkasa lainya.

Berdasarkan luas cakupannya, atlas dibagi atas atlas nasional, atlas

kawasan regional, dan atlas dunia. Atlas nasional yaitu atlas yang hanya memuat

peta-peta daerah di negara bersangkutan. Misalnya Atlas Indonesia, tentu saja

isinya hanya memuat wilayah-wilayah negara kesatuan Indonesia, peta daerah-

daerah propinsi, kabupaten, atau kecamatan tertentu yang dinaggap perlu

diinformasikan. Atlas kawasan regional, misalnya Atlas Asia, Atlas Eropa, dan

lain-lain. Isinya memuat peta-peta negara yang termasuk pada kawasan tersebut.

Adapun atlas dunia isinya meliputi seluruh daerah yang terdapat di permukaan

bumi. Isi atlas dunia menampilkan peta-peta benua, peta-peta negara- negara yang

ada di seluruh dunia. Manfaat atlas diantaranya untuk; (a) mencari letak suatu

obyek geografi, misalnya negara, propinsi, dan kota; (b) mencari informasi

tentang keadaan sosial dan ekonomi suatu daerah atau negara; (c) mencari

informasi tentang keadaan alam, misalnya yang berhubungan dengan iklim, flora

dan fauna; (d) mencari informasi tentang keadaan budaya, misalnya yang

berhubungan dengan pendidikan dan kebudayaan suatu daerah.

Bagaimana cara menggunakan atlas agar memperoleh informasi geografis?

Caranya sebagai berikut:

1. Bacalah judul atlas terlebih dahulu dan perhatikan tahun penerbitannya,

ketahui perusahaan atau lembaga yang menerbitkan atlas tersebut.

2. Dengan mengetahui lembaga penerbitnya, kita dapat memperkirakan

maksud dan tujuan pembuatan atlas.

3. Kalau ada kata pengantarnya lebih baik dibaca terlebih dahulu agar lebih

memahami maksud pembuatan atlas, carilah halaman daftar isi atlas yang

memuat daftar judul peta yang dimuat berikut halaman peta yang

ditampilkan, disarankan untuk mempelajari simbol-simbol peta yang

digunakan.

4. Hal ini penting karena simbol peta tidak akan ditampilkan pada setiap

lembaran peta di masing-masing halaman tetapi ditampilkan di halaman

awal atau akhir buku atlas tersebut. Pengamatan simbol peta sangat

penting agar tidak keliru dalam mempelajari atlas, kalau tujuan kita ingin

langsung mencari nama-nama kota, sungai, gunung, danau, rawa, nama

jalan atau lainnya disarankan untuk mencari daftar indeks atlas.

5. Indeks peta sebagaimana telah disinggung adalah daftar isi nama-nama

daerah berdasarkan alfabetis dan letak nama daerah tersebut pada halaman

lembaran peta. Biasanya pada atlas tertentu akan diberi petunjuk dan

contoh cara menggunakan indeks atlas.

Page 70: Pengembangan Pendidikan IPS SD

Pengembangan Pendidikan IPS di SD 65

Bagaimana jika anak lebih suka memulai dari globe?. Guru harus siap

sedia mengajaknya “bermain”. Untuk mengawali belajar globe, setiap kelompok

dipersilakan untuk memutar-mutar globe, kearah kanan atau ke arah kiri. Untuk

mempelajari globe, sebaiknya tiap kelompok disediakan satu buah senter untuk

simulasi keadaan pada waktu siang dan waktu malam. Dari globe yang tersedia,

guru bisa meminta siswa untuk menemukan nama-nama benua, nama kota, nama

negara, nama pegunungan, nama sungai, dan lain-lain.

Namun jangan lupa, mereka harus tahu konsep bahwa globe adalah

miniatur planet bumi. Setelah mereka puas dengan saling bertanya tentang nama-

nama lokasi, pertanyaan diarahkan pada bagaimana globe berputar? Caranya,

salah seorang anak menyinari globe. Globe lalu diputar kearah menyongsong

matahari. Artinya, perhatikan agar setiap bagian timur dari globe tersinari oleh

matahari terlebih dahulu. Setiap anak harus merasakan proses siang dan malam di

permukaan bumi. Pergerakan bumi yang menyongsong ke arah timur, bermanfaat

untuk menghitung waktu matahari. Pada globe terlihat garis-garis yang

menghubungkan kutub utara dan kutub selatan bumi. Garis-garis tersebut

dinamakan garis meridian, sedangkan garis-garis yang sejajar memotong garis

meridian disebut garis lintang atau paralel.

Fungsi garis lintang salah satunya dapat dijadikan patokan untuk

menentukan ciri iklim di bumi:

1. Daerah khatulistiwa (ekuator) terletak antara 100 LU dan 10

0 LS. Daerah

ini beriklim panas setiap tahun. Adanya musim dingin dan musim panas

kurang terasa karena setiap hari terasa panas.

2. Daerah Tropik terletak antara 100 – 25

0 LU dan LS. Musim dingin dan

musim panas sudah mulai terasa perbedaannya tetapi suhu udara relatif

tetap panas.

3. Daerah Subtropik terletak 250 – 35

0 LU dan LS (disebut daerah Etesia)

4. Daerah Lintang Sedang; di utara disebut Lintang Boreal dan di selatan

disebut Lintang Austral. Keduanya terletak antara 350-55

0 LU dan LS. Di

daerah ini pergantian musim panas dan musim dingin sangat terasa. Pada

musim dingin terjadi turun salju.

5. Daerah Subarctik dan Subantartic. Subarctik di utara dan subantartic di

selatan, masing-masing 550 – 60

0 LU dan LS.

6. Daerah Arctik di utara dan Antartic di selatan terletak antara 600– 75

0 LU

dan LS.

7. Daerah kutub utara dan kutub selatan masing-masing antara 750 – 90

0 LU

dan LS. Di daerah ini seluruhnya tertutup es abadi dan selalu dingin.

Globe memiliki banyak manfaat dalam memahami planet bumi.

Sebagaimana telah dijelaskan di atas, diantaranya dapat memperagakan gerakan

perputaran bumi pada porosnya atau gerak rotasi bumi. Gerakannya pada globa

adalah dari kiri ke kanan, atau menyongsong ke arah timur, dapat menunjukkan

garis-garis koordinat bumi yaitu garis lintang (paralel) dan garis bujur (meridian)

yang disepakati dunia internasional, dapat mencari jalur kapal laut yang terdekat

antara titik berangkat dan titik tujuan.

Page 71: Pengembangan Pendidikan IPS SD

Pengembangan Pendidikan IPS di SD 66

B. PEMBELAJARAN KENAMPAKAN ALAM

Untuk memahami kenampakan alam di lingkungan setempat, sebaiknya

siswa dibawa keluar sejenak untuk melihat keadaan di sekelilingnya. Namun jika

lingkungan sekolah berada di tengah perkotaan atau permukiman, akan menjadi

sulit melihat kenampakan alam yang alami. Oleh karena itu, bisa juga seminggu

sebelumnya guru mengajak siswa menuju di suatu tempat yang agak tinggi dan

terbuka lalu memandang ke sekelilingnya. Dari tempat pemandangan yang indah,

mungkin kita dapat melhat gunung, lembah, sungai, sawah. Jika dekat dengan

pantai, mungkin akan melihat garis pantai dan dari kejauhan terlihat gunung.

Dari pengalaman langsung, pengetahuan anak akan lebih melekat. Setelah

puas di halaman sekolah atau tempat terbuka, semua anak bisa mengamati peta

relief atau peta timbul. Jika disekolah ada internet akan lebih afdhol dengan cara

mencari googleearth yaitu sebuah situs yang menyediakan gambar satelit

permukaan bumi. Warna gambar adalah warna sebenarnya sehingga akan terlihat

nyata sebuah relief permukaan bumi. Umumnya para guru sangat suka

berceramah di depan kelas sesuai dengan apa yang dikuasainya, tetapi jarang

sekali mencoba melakukan empati atau mendalami harapan siswa terhadap mata

pelajaran IPS di setiap kali pertemuan dengan guru. Guru yang baik setiap saat

harus memiliki berbagai kejutan bagi siswanya sehingga kehadiran guru selalu

dinanti di kelas oleh siswa. Dari pengalaman dan mengamati gambar permukaan

bumi, guru sebenarnya dapat juga mencari guntingan koran yang menggambarkan

tentang sketsa permukaan bumi.

Untuk menyampaikan materi pembelajaran tentang kenampakan alam

lingkungan, guru harus banyak dokumentasi foto-foto baik hasil yang diambil

oleh kamera pribadi maupun diambil dari foto-foto di internet. Guru IPS yang

menyampaikan materi tentang kenampakan alam lingkungan sekitar “dilarang”

untuk tidak membawa gambar-gambar. Sumber gambar sangat berserakan di

sekitar siswa dan kewajiban guru untuk mengkoordinir dan menatanya menjadi

sumber belajar. Kalau tidak sempat, bisa saja seminggu sebelumnya, guru

memberi tugas kepada siswa untuk mengumpulkan kliping gambar sesuai tema

yang akan dibahasnya. Sehingga pada saat hari pertemuan, pembelajaran dapat

memanfaatkan kliping sebagai media pembelajaran. Dengan demikian, guru tidak

perlu mempersiapkan bahan-bahan pembelajaran dengan biaya sendiri dan atau

menghabiskan waktu istirahat di rumahnya masing-masing.

Guru IPS di SD setiap saat meminta siswa membawa kliping, koran bekas,

atau majalah bekas yang mengandung tema pokok bahasan. Tugasnya tidak boleh

sekaligus. Satu anak cukup satu judul tulisan, jika satu kelas ada 30 orang siswa

maka akan terkumpul 30 tulisan. Agar tidak ada yang sama maka sejak awal

dipantau cara pengumpulannya agar masing-masing siswa mencari dari koran

yang berbeda, tanggal yang berbeda, dan halaman koran yang berbeda. Penulis

sangat yakin, jika guru membawa gambar (apalagi besar dan berwarna), siswa

pasti tertarik dan tidak ada satu pun yang berbicara menyaksikan gambar planet

bumi yang dibelah tersebut.

Dari sinilah kita dapat menerangkan bahwa keadaan bumi kita terdiri dari

berbagai lapisan. Untuk anak usia SD, nama-nama lapisan bumi disesuaikan

dengan gambar yang tersedia. Jika ada gambar yang menerangkan 4 lapisan

Page 72: Pengembangan Pendidikan IPS SD

Pengembangan Pendidikan IPS di SD 67

pokok, terangkan saja 4 lapisan pokok. Jika gambar yang ditemukan ternyata

memuat 5 lapisan bumi, maka itulah yang diterangkan. Semuanya benar asalkan

ada sumbernya, seperti gambar yang saya temukan di atas:

o lapisan inti besi (inner core) atau baresfir yang padat dengan kedalaman

antara 4980- 6370 km.

o lapisan inti besi yang cair (outer core) dengan kedalaman 2900- 4980 km.

o lapisan mantel dengan kedalaman 250-2900 km.

o lapisan astenosfer yang lunak atau cair kental pada kedalaman 70-250 km.

o lapisan litosfer yang keras dan kaku dengan kedalaman 0-70 km.

Singkat cerita, guru bisa langsung menerangkan tentang proses yang

terjadi di dalam astenosfer dan mantel bumi, yaitu proses seperti berputar.

Terjadinya gerakan karena keadaan di dalam perut bumi yang selalu dalam

keadaan panas sebagai sisa tenaga sejak terbentuknya planet bumi. Akibat dari

perputarannya, lapisan paling atas (litosfer) ikut hanyut di atas aliran astenosfer.

Gerakan lempeng litosfer dikenal dengan gerak tektonik. Gerakannya terus

menerus bahkan kadang-kadang terdengar “gemeretak” atau lebih tepat terdengar

bergemuruh. Jika gerak lempeng itu tertahan, maka suatu saat akan bergerak

dengan cara menghentak. Bagi kita di atas permukaan bumi, gerakan lempeng

yang menghentak akan menimbulkan gempa bumi. Jika gempa bumi terjadi di

tengah samudera, maka dapat menimbulkan bencana tsunami seperti terjadi di

Aceh tahun 2004. Dahsyatnya tenaga yang berasal dari dalam bumi, maka dikenal

dengan sebutan tenaga endogen.

Lempeng litosfer yang selalu bergerak itu jumlahnya 12 kepingan

menutupi seluruh permukaan bumi. Keduabelas lempeng tersebut ada yang saling

menjauh, dan ada pula yang saling bertubrukan. Tempat di lokasi lempeng yang

saling menjauh, gejala gempa bumi sangat lemah sebaliknya jika dua lempeng

saling bertumburkan sewaktu-waktu akan terjadi gempa bumi. Tumbukan kulit

samudera dan litosfer mendesak benua sehingga membentuk deretan gunungapi.

Daerah ini disebut zone konvergen. (a) konvergensi lempeng samudera dengan

lempeng benua; (b) konvergensi lempeng benua dengan lempeng benua. Pada

serudukan lempeng tektonik selalu terjadi desakan terhadap lempeng benua.

Desakannya menciptakan pegunungan lipatan dan umumnya menjadi gunung api

yang aktif.

Guru membuka peta relief muka bumi secara utuh, atau membuka

persebaran peristiwa gempa bumi. Bukti adanya pergerakan benua-benua

dibuktikan oleh Alfred Wegener. Ia mengembangkan konsep lempeng tektonik

dari teori penghanyutan benua. Hasil penelitiannya dari tahun 1912 hingga

meninggalnya tahun 1930, menyimpulkan bahwa benua kita dahulu berasal dari

satu massa daratan raksasa yang bernama Pangaea. Ia menunjukkan bahwa dahulu

antara Amerika Selatan dan Afrika pernah bersatu, karena ada kekuatan endogen

tektonik lempeng maka kepingan benua Amerika Selatan dan Afrika terpisah.

Pada saat lempeng tektonik bergeser akan terjadi gempa bumi. Peristiwa

gempa belum dapat diduga dan diantisipasi oleh teknologi saat ini. Terjadinya

gempa bumi, seringkali didahului oleh suara gemuruh atau suara ladakan. Suara

ini menunjukkan sumber gempa yang dangkal. Gempa bumi mempunyai

pengaruh besar pada tanah dan air di dalamnya. Misalnya tanah retak, tanah

Page 73: Pengembangan Pendidikan IPS SD

Pengembangan Pendidikan IPS di SD 68

longsor, air sumur yang tiba-tiba mengering, timbulnya air panas. Kelainan-

kelainan pada tingkah laku binatang sebelum terjadi gempa bumi, misalnya singa

di kebun binatang meraung-raung, ikan lele melonjak-lonjak, burung sekonyong-

konyong berterbangan, ular keluar dari sarangnya, ikan laut yang biasanya hidup

di perairan yang dalam tiba-tiba tampak mendekati pantai.

Hasil penelitian memberi petunjuk, bahwa binatang-binatang tadi sudah

dapat menangkap getaran-getaran, sebelum manusia dapat merasakannya. Titik

terjadinya disebut hiposentrum atau pusat sumber gempa, sedangkan titik di

permukaan bumi yang tepat di atas hiposentrum adalah titik episentrum dan

merupakan tempat yang pertama kali merasakan gempa dari bawah permukaan.

Akibat gempa, permukaan bumi bergetar dan merembet melalui gelombang. Ada

dua macam gelombang gempa yang perlu diketahui yaitu:

o Gelombang longitudinal yaitu gelombang dengan gerak merapat-merentang

yang merambat dari sumber gempa ke segala arah dengan kecepatan 7-14 km

per detik. Gelombang ini tercatat pertama kali oleh alat pencatat gempa

(seisograf).

o Gelombang tranversal adalah gelombang dengan gerak meluik-liuk naik turun.

Kecepatannya 4-7 km per detik. Gelombang ini disebut gelombang sekunder.

Untuk menentukan besaran kekuatan gempa, para ahli melahirkan

berbagai skala, misalnya ada Skala Richter dan Skala Mercalli. Di sini hanya akan

diterangkan skala Richter dan skala Mercalli yang umumnya digunakan orang.

Menurut catatan banyak sekali gempa yang menelan korban, katakanlah gempa di

Kota Kobe, Jepang. Gempa di Padang Panjang Sumatera Barat, 28 Juni 1926.

Gempa ini dirasakan hingga P. Enggano, Singapura, dan Sibolga, kurang lebih

pada jarak 560 Km. Kerusakan hebat terjadi di daerah antara Payakumbuh, Bukit

tinggi, Padang, dan Solok.

Gempa dahsyat lain yang menimbulkan tsunami adalah di Aceh, 26

Desember 2004. Gempa dan tsunami ini bukan hanya menelan korban di Banda

Aceh dan Sumatera Barat tetapi juga di negara-negara yang memiliki garis pantai

dengan Samudera Hindia Malaysia, Thailand, Myanmar, Bangladesh, India,

Maladewa, sampai ke Somalia di Afrika. Dengan adanya desakan lempeng yang

menimbulkan gempa, permukaan bumi sebagian ada yang terangkat, remuk,

amblas, melipat, dan kerusakan lainnya. Kerusakan permukaan bumi yang

ditimbulkan gerak lempeng teknonik inilah yang membentuk permukaan bumi

menjadi tidak rata, yaitu adanya deretan pegunungan, lembah yang lebar dan

dalam, dan lain-lain. Penjelasan ini sangat penting disampaikan agar siswa

mengetahui asal kejadian gunung dan pegunungan, lembah, dan perombakan

permukaan bumi lainnya.

Pada daerah jalur tumbukan antar dua lempeng tektonik, selain kerusakan

permukaan bumi, “tumbuh atau terbangun” pula vulkanisme atau gunung api.

Gejala vulkanisme adalah segala kegiatan magma dari lapisan litosfer menyusup

ke berbagai lapisan batuan, ke atas dan ke samping. Proses penyusupan magma

hingga sampai ke permukaan bumi dinamakan ekstrusi magma. Cara keluarnya

magma disebut erupsi, jika dalam bentuk leleran lava disebut letusan efusif

sedangkan jika dalam bentuk ledakan atau letusan disebut eksplosif. Mengapa

terjadi gunungapi? Kita masih ingat ketika lempeng tektonik saling mendesak.

Page 74: Pengembangan Pendidikan IPS SD

Pengembangan Pendidikan IPS di SD 69

Lempeng benua menjadi terangkat dan membengkak. Pada saat pendesakan tentu

saja akan terjadi retakan dan sebagian hancur lebur. Pada celah retakan, astenosfer

mengisinya dengan magma sehingga terkumpullan dapur magma. Di sinilah awal

mula terjadinya gunungapi. Magma yang terus bertambah dari bawah akan terus

mendesak ingin keluar. Satu hal yang perlu dicatat, pada saat gunungapi sudah

tidak aktif lagi, dapur magma yang berada di bawah kepundan gunungapi, yang

dahulu membara terisi oleh lava (batuan cair pijar dan panas), membeku menjadi

batuan yang sangat kuat. Apakah proses permukaan bumi sudah sampai di sini?.

Tidak, proses perubahan permukaan bumi dilanjutkan oleh tenaga dari luar bumi

yang disebut tenaga eksogen. Tenaga eksogen berasal dari keadaan iklim

permukaan bumi seperti perubahan suhu udara, hujan, kelembaban, dan angin.

Dari perubahan suhu udara yang terkadang panas dan terkadang dingin

mengakibatkan batuan di sekitarnya menjadi lapuk. Batuan yang telah lapuk akan

menjadi bahan dasar untuk terbentuknya tanah. Tanah yang sudah ada sangat

rawan oleh erosi air. Butiran tanah bisa hanyut berpuluh-puluh kilometer jauhnya

dari tempat asalnya. Jika butiran tanah hanyut sampai muara sungai dan

mengendap maka endapannya dinamakan delta. Jika tertahan di tengah perjalanan,

butiran tanah akan menutupi permukaan dataran rendah. Jadi dataran rendah pada

dasarnya merupakan hamparan batuan berbagai ukuran (dari pasir halus sampai

kerikil dan bongkah batuan) dan butiran tanah. Hamparan batuan dari pasir halus

sampai bongkaha batuan bisa berasal dari hasil letusan gunungapi sehingga

lembah-lembah yang dahulu ada terisi oleh material gunungapi sehingga terlihat

rata. Setelah itu, ditambah oleh endapan hasil erosi dari lereng-lereng perbukitan

yang terdekat.

C. PEMBELAJARAN PADA PERSEBARAN SDA DAN MANFAATNYA

Untuk menyampaikan materi tentang SDA disarankan untuk menggunakan

pendekatan pembelajaran kontruktivisme. Ada tiga alasan, pertama karena

pandangan konstruktivsme sangat menghargai apa yang telah diketahui siswa

sebelumnya. Walaupun tahu serba sedikit, para siswa telah mengetahui tentang

sumbedaya alam yang ada di masyarakat seperti minyak tanah, batu bara, besi,

kayu, dan lain-lain. Apa yang telah diketahui oleh siswa, dapat kita manfaatkan

untuk membangun pengetahuan baru siswa. Kedua, prinsip pembelajaran

konstruktivisme adalah bahwa anak-anak memperoleh banyak pengetahuan dari

luar. Untuk memperlancar dan mempermudah siswa dalam memahami materi

ajar, guru harus banyak menyediakan dan menggunakan alat peraga, mengajak

siswa untuk berinteraksi, mengajukan pertanyaan-pertanyaan produktif, dan

menganjurkan agar siswa berpikir dengan cara mereka sendiri.

Guru tidak boleh memaksakan pengertian tentang suatu istilah atau definisi

yang tertera dalam teks buku. Konstruktivisme harus membiarkan siswa

menyusun kata-katanya sendiri dalam mengartikan sesuatu istilah atau definisi,

asalkan tidak terlalu menyimpang. Ketiga, konstruktivisme mengandalkan metode

inkuiri. Dengan inquiri, siswa diharapkan lebih aktif. Untuk mendukung proses

pembelajaran yang aktif, guru harus menyediakan banyak sumber belajar di kelas.

Dengan cara ini, siswa akan termotivasi untuk aktif mencari jawaban atas

pertanyaan sendiri dan atau pertanyaan dari guru. Dalam inquiry, pengetahuan dan

Page 75: Pengembangan Pendidikan IPS SD

Pengembangan Pendidikan IPS di SD 70

keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil dari mengingat fakta-

fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri.

Menurut J.A. Katili (1983), yang menyatakan bahwa SDA adalah semua

bahan yang ditemukan manusia dalam alam, yang dapat dipakai untuk

kepentingan hidupnya. Ramdan, dkk (2003) juga menyebutkan bahwa

sumberdaya alam adalah bagian dari lingkungan alam (tanah, air, padang

penggembalaan, hutan, kehidupan liar, mineral atau populasi manusia) yang dapat

digunakan oleh manusia untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Dari semua

pengertian itu dapat dirangkum bahwa sumberdaya alam pada dasarnya adalah

semua keadaan lingkungan yang dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan hidup

manusia dan mensejahterakannya. Jika kurang yakin, guru dapat menunjukkan

gambar-gambar tentang sumberdaya alam yang dijual di pasar.

Untuk menambah wawasan, guru harus mengetahui bahwa SDA yang ada

di permukaan bumi itu sangat beragam jenisnya. Para ahli mengelompokkannya

sesuai karakteristiknya masing-masing. Ada yang mengelompokkan berdasarkan

proses terbentuknya, berdasar sifatnya, berdasarkan bisa tidaknya diperbaharui

kembali, dan ada pula berdasarkan harga atau derajat nilai ekonominya. Tujuan

pengelompokkan sumberdaya itu adalah untuk mempermudah pemahaman kita

mengenai sifat-sifatnya, mempermudah dalam perencanaan, pemanfaatan dan

pengelolaannya, dan untuk memberikan manfaat yang lebih optimal. Klasifikasi

sumberdaya alam juga merupakan rambu-rambu bagi kita untuk berfikir bijak

dalam mengelolanya agar diperoleh hasil efisien dan aman bagi lingkungan

sekitar (Ramdan, dkk., 2003).

Berdasarkan sifatnya, SDA dibagi dua yaitu sumberdaya alam yang

melimpah dan ada pula yang terbatas. Sumerdaya alam yang melimpah tidak akan

habis walaupun dipakai terus menerus. Atau setidaknya dalam jangka waktu yang

lama tidak akan habis dipakai, contohnya sinar matahari, udara, angin, dan air

laut. Jika dikaitkan dengan harga uang, biasanya akan dihargai dengan murah atau

justru tidak dapat diperjualbelikan. Kebalikan dari sumberdaya alam yang

melimpah adalah sumberdaya alam yang terbatas. SDA yang terbatas misalnya

minyak bumi, batubara, bahan galian mineral, dan lainnya. Sumberdaya ini jika

telah dipakai, tidak akan ada lagi atau habis (setidaknya diperlukan ratusan

bahkan ribuan tahun untuk pembentukannya). Menurut proses terbentuknya,

sumber daya alam dibedakan atas dua golongan yaitu sumberdaya fisik-abiotik

dan sumberdaya biotik. Sumber daya fisik-abiotik adalah sumber daya alam yang

terbentuk oleh proses alamiah dan membutuhkan jangka waktu yang lama.

Misalnya mineral tambang, bahan galian, udara, tanah, dan lain-lain.

Pembentukan batu bara misalnya adalah barang tambang yang terbentuk dari sisa-

sisa tumbuhan yang sudah memfosil dan mengendap selama berjuta-juta tahun.

Setelah “matang” menjadi batu bara, lalu manusia menemukan dan menggalinya.

Batu bara bermanfaat untuk bahan bakar pabrik dan pembangkit listrik tenaga

uap. Setelah bahan batu bara terbakar, manusia tidak mampu memperbahruinya

lagi. Yang tersisa hanyalah debu dan asapnya. Sumber daya biotik adalah sumber

daya yang dapat tumbuh dan berkembangbiak, misalnya flora dan fauna dalam

wujud pertanian, perkebunan, hutan produksi dan peternakan. Manusia makan

nasi yang berasal dari bulir-bulir padi.

Page 76: Pengembangan Pendidikan IPS SD

Pengembangan Pendidikan IPS di SD 71

Dengan ketekunan, manusia dapat mengembangbiakkan untuk memenuhi

kebutuhan hidupnya. Karena ada sumberdaya abiotik dan biotik dengan sifat-

sifatnya yang khas. Barlow akhirnya membagi sumberdaya alam itu menjadi tiga

kelompok yaitu:

1. SDA yang tak dapat diperbaharui atau tidak dapat dipulihkan (bersifat

abiotik). Sumberdaya alam ini mempunyai sifat fisik yang tetap dan tidak

dapat diperbaharui kembali dalam waktu singkat. Untuk terjadinya

sumberdaya jenis ini diperlukan waktu ribuan tahun dan dengan proses

geologis tertentu. Sumberdaya alam ini dapat dibedakan atas sumberdaya alam

yang jika dipakai akan habis dan tidak dapat dipakai ulang (contohnya

batubara dan mineral) dan ada pula yang dapat dipakai ulang (seperti logam

yang didaur ulang dan batubatuan).

2. SDA yang dapat diperbaharui atau dapat dipulihkan Sumberdaya ini secara

alamiah terperbaharui secara terus menerus. Proses pembaharuannya melalui

mekanisme alam atau proses alamiah. Selama struktur lingkungan tidak

terganggu maka pembaharuan dapat dilakukan. Contohnya air, udara, angin,

sinar matahari, dan lain-lain. Struktur lingkungan yang terganggu misalnya

rusak akibat pencemaran. Air sungai yang telah dipakai umumnya akan

tercemar. Selama zat pencemar tidak membunuh organisme pengurai yang

terkandung dalam air, maka air akan pulih kembali setelah sampai ke laut.

Struktur lingkungan akan terganggu jika zat pencemar itu adalah logam berat

seperti merkury atau air raksa. Organisme air yang mati oleh zat pencemar

tidak mampu lagi melakukan pemulihan air. Bahkan ikan yang tahan akan zat

pencemar akan menyimpan zat berbahaya itu dalam tubuhnya. Jika ikan

dimakan oleh manusia, maka manusia akan menjadi korban yaitu menderita

penyakit syaraf minamata.

3. Sumberdaya alam yang mempunyai sifat gabungan antara yang dapat

diperbaharui dan yang tidak dapat diperbaharui (bersifat biotik). Contohnya

sumberdaya pertanian, hutan, margasatwa, padang rumput, perikanan, dan

peternakan. Dikatakan sebagai sumberdaya perpaduan karena sumberdaya ini

ditopang oleh sumberdaya alam yang dapat diperbaharui (air, sinar matahari,

udara, dan lain-lain) dan oleh sumberdaya alam yang tidak dapat diperbaharui

seperti tubuh tanah dan unsur mineral lainnya.

Dilihat dari penggunaannya, sumber daya alam dibagi atas tiga jenis yaitu

sumberdaya ruang, materi, dan energi. Penjelasannya sebagai berikut:

1. Sumber daya ruang; merupakan sumber daya alam yang wujudnya berupa

ruang atau tempat hidup. Di dalam ruang terdapat udara, sinar matahari, angin,

lahan, dan seluruh lingkungan yang memungkinkan manusia untuk menghirup

udara dan melakukan aktivitas hidup lainnya. Di dalam ruang, sumberdaya

yang bersifat melimpah memberi kesejahteraan tanpa harus “dibeli” seperti

sinar matahari, udara segar, angin, dan lain-lain.

2. Sumber daya materi; yaitu sumber daya alam yang tampak fisik dan

wujudnya. Materi tersebut dapat diambil dari alam dan wujudnya dapat

bersifat biotik dan abiotik. Untuk memperoleh sumber daya materi, manusia

mengusahakannya dengan ilmu pengetahuan dan teknologi. Penggalian

sumberberdaya mineral sering kita namakan pertambangan, dan penggalian

Page 77: Pengembangan Pendidikan IPS SD

Pengembangan Pendidikan IPS di SD 72

sumber daya biotik lahirlah istilah-istilah pertanian, perikanan, peternakan,

dan lain-lain.

Departemen pertambangan memperjelas pembagian sumberdaya materi,

khususnya dari unsur barang tambang bahan industri. Penggolongan sumberdaya

alam bahan industri adalah berdasarkan tinggi rendahnya nilai manfaat mineral.

Pemerintah melalui peraturannya No. 27 tahun 1980 membagi 3 golongan bahan

galian yaitu:

a. Bahan galian strategis disebut pula sebagai bahan galian golongan A terdiri

dar: minyak bunii, bitumen cair, lilin beku, gas alam, bitumen padat, aspal,

antrasit, batubara, batubara muda, uranium radium, thorium bahan galian

radioaktif Iainnya, nikel, kobalt, timah.

b. Bahan galian vital disebut pula sebagai bahan galian golongan B, terdiri dari:

besi, rnangaan, molibden, khrom, wolfram, vanidium, titan, bauksit, tembaga,

timbal, seng, emas, platina, perak, air raksa, arsen, antimon, bismut, ytrium,

rhutenium, cerium, dan logam-logam Iangka lainnya, berillium, korundum,

zirkon, kristal kuarsa, kriolit, fluorspar, barit, yodium, brom, khlor, dan

belerang.

c. Bahan galian non strategis dan non vital, disebut pula sebagai bahan galian

golongan C. Terdiri dari nitrat, nitrit. fosfat, garam batu (halit), asbes, talk,

mika, graft, magnesit, yarosit, leusit, tawas (alum), oker, hatu permata. batu

setengah permata, pasir kuarsa, kaolin, feldspar, batutulis, batu kapur, dolomit,

kalsit, granit, andesit, bagipsum, bentonit, tanah diatomea, tanah serap (fuller

earth), batu apung, trass, obsidian, marmer, salt, trakhit, tanah hat, pasir,

sepanjang tidak niengandung unsur-unsur mineral golongan A maupun

golongan B dalam skala yang berarti dari segi ekonomi pertambangan. Bahan

galian industri sangat erat kaitannya dengan kehidupan manusia sehari-hari,

bahkan dapat dikatakan bahwa manusia hidup tidak terlepas dan bahan galian

industri. Menurut Sukandarrumidi (1999) bahan galian industri yang

bermanfaat bagi manusia dikelompokkan atas 6 kelompok yaitu: (1) bahan

galian industri yang berkaitan dengan batuan sedimen (contohnya batu

gamping, dolomit, kalsit, marmer, fosfat, gipsum, bentonit, zeolit, yodium,

mangan, dan feldspar); (2) bahan galian industri yang berkaitan dengan batuan

gunungapi (obsidian, tras, belerang, andesit dan basalt, serta pasir gunungapi);

(3) bahan galian industri yang berkaitan dengan intrusi plutonik batuan asam

dan ultra basa (alkali felspar, bauksit, mika, dan asbes); (4) bahan galian

industri yang berkaitan dengan endapan residu dan endapan letakan (lempung,

pasir kuarsa, intan, kaolin, dan sirtu); (5) bahan galian industri yang berkaitan

dengan proses ubahan hidrothermal (gipsum, talk, magnesit, oker, dan tawas);

(6) bahan galian industri yang berkaitan dengan batuan malihan (kalsit, batu

sabak, kuarsit, dan grafit).

3. Sumber daya alam energi; merupakan sumber daya alam fisik yang diambil

manfaatkan untuk membangkitkan energi. Jumlahnya ada yang melimpah dan

ada pula yang terbatas, namun semuanya membutuhkan ilmu pengetahuan dan

teknologi untuk penggaliannya. Contohnya sinar matahari, jumlahnya sangat

melimpah dan telah menjadi roda penggerak siklus hidrologi dan pembangkit

kehidupan. Walaupun kekuatannya sangat besar, tetapi manusia jarang

Page 78: Pengembangan Pendidikan IPS SD

Pengembangan Pendidikan IPS di SD 73

menyadarinya. Sinar matahari dapat “disadap” untuk membangkitkan listrik

tenaga surya. Sumberdaya energi yang melimpah tetapi belum banyak

dimanfaatkan untuk membangkit tenaga listrik antara lain tenaga ombak,

angin, dan air terjun. Adapun sumberdaya energi yang jumlahnya terbatas

antara lain batu bara, minyak bumi, dan gas bumi.

Pembelajaran

D. SDA YANG DAPAT DAN TIDAK DAPAT DIPERBAHARUI

Dengan cara yang sama, siswa terus diajak untuk mengelompok-

mengelompokkan sumber daya alam ruang, materi, dan energi. Untuk

pengelompokkan materi dikelompokkan lagi berdasarkan barang tambang

strategis, vital, dan non vital. Selanjutnya, guru bisa juga menunjukkan peta

persebaran sumber daya mineral. Setelah siswa dianggap faham, guru mengajukan

lagi pertanyaan yang merangsang anak untuk berpikir yaitu bagaimana cara

mengambil, mengolah, dan memanfatakan sumberdaya alam. Guru bisa mencari

contoh dari yang sederhana, misalnya tentang cara menggali pasir, menggali batu,

dan sejenisnya. Setelah itu, bagaimana cara mengolah batu, dan bagaimana cara

memanfaatkannya. Atau bisa juga kita bertanya bagaimana cara menanam padi,

memelihara, memanen, mengolahnya hingga menjadi nasi.

Dari yang paling sederhana kemudian beranjak ke informasi yang lebih

sulit. Guru harus menyediakan berbagai bahan bacaan, buku, majalah, koran,

gambar, sumber dari internet yang menyampaikan informasi tentang pengambilan

dan pengolahan sumberdaya alam. Foto-foto yang menarik tentang pengeboran

minyak lepas pantai, mengambilan batu bara, menambang emas, dan lain-lain

dapat membantu mengapresiasi tentang SDA. Pengetahuan guru yang lebih

menjadi modal utama agar siswa bertambah wawasannya tentang sumberdaya

alam. Sebagai tambahan informasi tentang pengelolaan sumberdaya yang dibagi

atas pengelolaan sumberdaya alam biotik, mineral (abiotik), dan sumber energi.

Pengelolaan sumberdaya alam abiotik atau dalam hal ini merupakan sumber daya

mineral adalah merupakan bahan penopang pembangunan.

1. Bijih besi termasuk mineral logam terpenting. Besi disebut juga sebagai logam

tulang punggung (backbone metal) dan mempunyai penggunaan yang sangat

luas sebagai bahan pembuatan mesin, alat tranportasi dan alat berat lainnya,

persenjatan berat dan sebagainya.

2. Nikel sebagai unsur alloy digunakan dalam baja tahan karat dan dalam pipa

tekanan tinggi untuk bagian automotif dan mesin. Bijih nikel telah ditemukan

di Pulau Gak, Gebe. Pegunungan Cyclop di Irian Jaya dan jazirah tenggara

Sulawesi. Indonesia merupakan salah satu negara yang berpotensi besar bijih

nikel-laterit.

3. Mangan termasuk unsur alloy yang penting dalam pembuatan baja. Untuk

produksi setiap ton baja dibutuhkan kira-kira 16 pon mangan, sebagian besar

untuk mengeluarkan belerang dalam tanur tinggi baja. Bahan pengganti

rnangan belum ditemukan. Kira-kira 90% dan konsumsi mangan adalah untuk

kepenluan metalurgi. Mangan dalam jumlah kecil ditemukan di Pulau Jawa

dan juga di Pulau Ternate serta Nusa Tenggara Timur.

4. Chromium (chromir) juga termasuk unsur alloy. Di samping itu dipakai untuk

bagian tertentu mobil. bahan pelapis pelat (plating material) untuk kamar

Page 79: Pengembangan Pendidikan IPS SD

Pengembangan Pendidikan IPS di SD 74

mandi, dalam pabrik bahan pelapis pelat (refractories), dalam industri kimia

untuk pembuatan cat, pabrik kulit dan pelapis pelat elekiro (electro plating)

5. Molibdenium dan Vanadium sebagai bahan alloy juga penting untuk

pembuatan baja. Endapan Molibdenium telah ditemukan di Sulawesi Tengah.

Kalimantan Barat, Sumatera dan pulau-pulau timah.

6. Tembaga merupakan salah satu metal dasar (base metal) yang penting.

Penggunaan terbesar adalah dalam alat listrik. Eksplorasi intensif sedang

dilakukan di Sulawesi Utara dan Selatan yang diperkirakan mengandung

tembaga porfir sebagaimana di Filipina.

7. Timbal selain untuk pematrian (plumbing) mempunyai penggunaan besar

sekali dalam industri mobil. Sebagian terbesar dipakai dalam baterai

penyimpan aki.

8. Seng dalam penggunaannya didasarkan pada sifatnya yang khusus ialah

menahan efek yang merusak dan kelembaban dan gas dalam atmosfera.

Endapan-endapan kecil timbal dan seng tersebar di Sumatera, Sulawesi,

Kalimantan dan daerah-daerah lain.

9. Timah sebagai logam dasar mempunyai penggunaan yang luas dalam lempeng

timah (tin plate) sebagai solder di mana timah dicampur dengan timbal dan

sebagai brass di mana timah dicampur dengan tembaga. Mineral ini ditemukan

di Kepulauan Riau, Bangka, Belitung, Singkep dan di sebelah timur Sumatera

antaranya di Bangkinang.

10. Aluminium digolongkan ke dalam logam ringan dan mempunyai penggunaan

luas sekali dalam industri dan konstruksi, serta alat transpor seperti kapal

terbang, bis, kereta api dan lain-lain.

11. Bauksit merupakan kelompok mineral aluminium hidroksida. Tambang

bauksit ditemukan pertama kali di Pulau Bintan. Kegunaan bauksit adalah

bahan utama pembuatan logam alumunium dan bahan dasar industri kimia dan

refractory.

12. Titanium sebagai logam ringan juga memainkan peranan tertentu dalam

industri. Penggunaan utama adalab sebagai oksida dalam pembuatan cat.

13. Bahan galian industri adalah mineral bukan logam seperti pasir, lempung,

gamping, marmer, ziolit, dan lain.lain.

Jenis sumberdaya energi yang sangat terkenal adalah minyak bumi, gas

alam, batubara, angin dan sinar matahari.

1. Minyak bumi merupakan salah satu bahan bakar dan sumber energi yang

sangat penting. Minyak bumi terbentuk selama berjuta-juta tahun.

Endapan minyak dan gas bumi di Indonesia terdapat pada 60 cekungan

sedimen tersier yaitu di Sumatera, kalimantan, Jawa, Sukawesi, NTT,

maluku, dan lain-lain. Bahan Bakar Minyak (BBM) yang berasal dari

minyak bumi antara lain:

(a) Minyak tanah (kerosin), yaitu minyak mentah yang meliputi cairan

hidrokarbon dengan titik nyalaa 38 C. Minyak tanah dimanfaatkan

untuk bahan bakar kompor minyak dan bahan penerangan pada lampu

minyak.

(b) Gas minyak diesel (diesel gas oil), yaitu bahan bakar yang digunakan

untuk pembakaran pada mesin-mesin diesel dan penyala bahan bakar

Page 80: Pengembangan Pendidikan IPS SD

Pengembangan Pendidikan IPS di SD 75

pada instalasi pemanas. Kelompok gas minyak diesel adalah minyak

bakar, minyak diesel, minyak solar, minyak residu, dan minyak gas.

(c) Premium, yaitu bensin beroktan tinggi yang digunakan untuk bahan

bakar kendaraan bermotor.

(d) Avtur (Aviation turbine fuel), yaitu bahan bakar yang digunakan untuk

pesawat terbang turbin gas atau bermesin jet.

(e) Avgas (Aviation gasoline) digunakan untuk bahan bakar pesawat

terbang bermesin piston atau bukan jet. Sifat Avagas adalah seperti

bensin tetapi dengan oktan tinggi, sangat mudah menguap, dan

mempunyai titik beku yang rendah. Selain Avgas terdapat Jet

Propellant (JP) yang juga digunakan sebagai bahan bakar pesawat

terbang bermesi jet.

(f) Super TT, yaitu bensin super tanpa timbal yang digunakan untuk

bahan bakar

2. kendaraan bermotor. Pengusahaan tambang minyak bumi Indonesia

searang ini adalah Pertamina (Perusahaan Tambang Minyak Nasional)

yaitu berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1968.

3. Batu bara terbentuk dari sisa-sisa tumbuhan yaang sudah memfosil dan

mengendap selama berjuta-juta tahun. Kumpulan sisa tumbuhan yang telah

tertutup oleh proses geologis akan mengalami proses coalification. Potensi

bahan taambang batu bara di Indonesia diperkirakan sebesar 36 miliar ton

yang tersebar di beberapa wilayah antara lain di Nanggroe Aceh

Darussalam sebesar 4,70%, Sumatra bagian tengah (Sumatra Barat, Riau,

dan Jambi) sebesar 11,40%, serta Sumatra bagian selatan sebesar 51,73%.

Di Pulau Kalimantan terdapat di Kalimantan Barat sebesar 5,83%,

Kalimantan Tengah sebesar 1,20%, Kalimantan Selatan sebesar 9,99%,

dan Kalimantan Timur sebesar 14,62%. Sisanya sebesar 0,53% tersebar di

Pulau Jawa, Sulawesi daan Irian Jaya.

4. Tenaga Panas Bumi merupakan sumber daya energi yang cukup penting.

Potensi panas bumi di Indonesia diperkirakan antara 8.000 – 10.000 mega

watt (MW), 5.500 MW diantaraanya terdapat di Pulau Jawa dan Bali,

1.100 MW, di Pulau Sumatraa, serta 1.400 MW di Pulau Sulawesi.

Selebihnya tersebar di wilayah Nusa Tenggara, Irian Jaya, daan pulau-

pulaau lainnyaa, selain Pulau Kalimantaan. Sumber tenaga panas bumi

lainnya yang sudah berproduksi adalah sumber tenaga panas bumi Dieng

(Jawa Tengah), Lahendong (Sulawesi Utara), Gunung Salak daaan

Gunung Darajat (Jawa Barat), Sarula (Sumatra Barat), serta Gunung

Sibayak (Sumatera Utara).

Page 81: Pengembangan Pendidikan IPS SD

Pengembangan Pendidikan IPS di SD 76

Bagian 6

Pembelajaran Aktivitas Ekonomi,

Teknologi, dan Permasalahan Sosial

A. PEMBELAJARAN AKTIVITAS EKONOMI

Mengawali pembelajaran IPS tentang aktivitas ekonomi, guru sebaiknya

merenung sejenak; apakah anak pernah dibawa ke pasar oleh orang tuanya?

Jawabannya, hampir 100% semua anak pernah dibawa ke pasar oleh orang tuanya.

Ini dalah sumber belajar yang harus digali oleh guru. Saya sarankan, agar Anda

mengawali pembelajaran dengan cara meminta siswa satu persatu untuk bercerita

tentang pengalamannya ketika diajak oleh orang tua atau saudaranya ke pasar.

Anak bisa bercerita apa yang dilihat, dibeli, atau dilakukan di pasar. Dari seluruh

cerita siswa, guru dapat merekam pengalaman tersebut untuk dilakukan refleksi.

Misalnya diawali dari pertanyaan pokok, mengapa kita perlu pergi ke pasar?

Orang pergi ke pasar karena ada kebutuhan. Dari sini, guru dapat menggali

berbagai kebutuhan orang pada umumnya.

Setelah penuh dengan daftar kebutuhan manusia, guru dapat mengajak

siswa untuk berpikir lebih lanjut yaitu apakah setiap kebutuhan manusia dapat

terpenuhi semua. Mungkin ada siswa yang menginginkan untuk memiliki sepeda

mini, tetapi mengapa tidak semua orang mampu membelinya. Orang banyak

menginginkan emas permata tetapi mengapa orang sangat sulit memperolehnya.

Setelah pertanyaan berkembang, guru mulai mengurai logika bahwa sebagaimana

kita ketahui bahwa sumberdaya yang kita manfaatkan untuk memenuhi kebutuhan

hidup manusia jumlahnya terbatas. Karena jumlahnya terbatas, maka tidak semua

orang dapat memperoleh kesempatan untuk memilikinya. Untuk memiliki

sumberdaya itu, orang-orang berusaha baik dengan cara berjualan, bekerja,

menawarkan jasa, dan lain-lain. Karena ada keinginan untuk memiliki

sumberdaya maka lahirlah berbagai tindakan ekonomi. Untuk memperoleh

keuntungan yang besar, ia berusaha menjual barang sebanyak-banyaknya agar

dari itu ia memperoleh selisih keuntungan yang besar.

Jika kehidupan ekonomi didasari oleh usaha dan pengorbanan yang

optimal, nampaknya tidak ada di masyarakat yang dikecewakan. Semua orang

akan merasa senang karena diantara mereka tidak ada yang berusaha menipu

orang lain tetapi justru akan memberi pelayanan terbaik agar memperoleh

keuntungan yang sepadan dengan usahanya. Prinsip ekonomi yang mengatakan

bahwa “dengan pengorbanan yang sekecil-kecilnya untuk mendapat hasil yang

sebesar-besarnya” di masa depan perlu dikaji ulang. Prinsip ekonomi pada jaman

sekarang ini, adalah bekerjasama untuk memperoleh keuntungan sesuai

pengorbanan yang diberikannya. Besarnya keuntungan disepakati bersama

Page 82: Pengembangan Pendidikan IPS SD

Pengembangan Pendidikan IPS di SD 77

sehingga tidak merugikan kedua belah pihak. Kita belum bisa mencontoh cara

Rasulullah berdang, tetapi minimal ada prinsip keterbukaan seperti dicontohkan

pada sistem perdagangan pasar swalayan. Pada setiap barang tertera harga jual

yang pasti, jika pembeli cocok dengan harganya akan diambil, tetapi jika tidak

cocok maka ia tidak akan membelinya. Harga yang ditawarkan tentunya telah

diperhitungkan, yaitu akan memberi keuntungan kepada semua pihak sesuai

dengan pengorbanan masing-masing. Para pengusaha, manajer pasar swalayan,

dan para pelayan akan memperoleh keuntungan tetapi besarannya sesuai dengan

pengorbanannya. Coba bandingkan dengan juan beli di pasar tradisional,

terkadang barang yang sama bisa berbeda-beda harganya untuk setiap pembeli.

Bagi yang pandai menawar barang akan lebih murah tetapi bagi yang malas

menawar, harganya akan melambung.

Cara berjualan di pasar tradisional memiliki prinsip yaitu bagaimana

caranya agar dengan pengorbanan yang sekecil-kecilnya mendapat hasil yang

sebesar-besarnya. Jika pedagangnya tidak bermoral, maka rawan sekali adanya

penipuan atau mengurangi timbangan ketika sedang menimbang barang. Namun

demikian, pasar tradisional jaman dahulu tidaklah “sekejam” sekarang. Orang-

orang dipasar penuh kasih sayang, mereka menjual barang dengan harga yang

relatif murah karena yang dituju bukan hanya keuntungan tetapi jalinan kemitraan

(persaudaraan).

Guru mengajak diskusi atau tanya jawab tentang prinsip tindakan ekonomi

yang dianggap berlaku umum adalah:

1. Hemat. hemat artinya tidak boros. Sikap hemat berlaku bagi semua

tindakan ekonomi. Sebagai pengusaha harus bersikap hemat dalam

menggunakan bahan bakar, listrik, bahan baku, dan biaya. Pengusaha yang

hemat adalah orang yang bermoral, penghematannya akan mendapat

barang yang berkualitas tetapi dengan harga yang paling murah. Menjual

barang yang murah dan berkualitas tinggi sangat membantu masyarakat

sebagai konsumennya.

2. Selalu menentukan skala prioritas. Menentukan skala prioritas merupakan

prinsip umum dalam tindakan ekonomi. Dengan menentukan skala

prioritas akan diperoleh keuntungan yang lebih besar. Jika seorang ingin

membuka usaha goreng pisang, apakah ia akan membeli pisang dan terigu

sebelum membeli kompor dan bahan bakarnya?. Pedagang yang tahu skala

prioritas pasti akan membeli alat-alat produksi terlebih dahulu yaitu

kompor, penggorengan, dan minyak tanah. Setelah itu barulah ia membeli

bahan baku seperti pisang dan terigu.

3. Bertindak rasional. Berusaha yang baik, tidak akan melakukan sesuatu

tanpa ada perhitungan, bahkan dihindari melakukan sesuatu yang

didasarkan oleh tindakan “untung-untungan”. Bertindak rasional

tujuannya agar tidak merugi. Perhitungan para pedagang akan dimulai

ketika memilih lokasi berjualan, menentukan modal, menentukan biaya

promosi, mencari bahan baku, dan lain-lain.

4. Bertindak sesuai prinsip cost and benefit. Orang yang memiliki prinsip

ekonomi cost and benefit selalu menghitung biaya (cost) yang harus

dikeluarkan dan menghitung berapa besar manfaat (benefit) yang akan

Page 83: Pengembangan Pendidikan IPS SD

Pengembangan Pendidikan IPS di SD 78

diperoleh sebagai hasil pengeluaran biaya tersebut. Misalnya seorang

pedang ayam goreng, setiap hari mengeluarkan biaya Rp. 3.000.000 dan

rata-rata akan memperoleh penghasilan (manfaat) Rp. 5.000.000, setelah

dikeluarkan untuk para karyawan dan sewa tempat maka diperoleh

keuntungan bersih Rp. 1000.000,- Jika ia tidak melakukan perhitungan itu,

maka tidak diketahui keuntungan yang sebenarnya dari usahanya. Secara

umum kegiatan ekonomi dapat dibagi tiga yaitu kegiatan produksi,

distribusi, dan konsumsi. Kegiatan produksi merupakan kegiatan membuat

sesuatu barang atau menambah nilai sesuatu barang dan jasa. Untuk

memroduksi barang diperlukan sejumlah faktor yaitu antara lain faktor

alam, tenaga kerja, modal, dan pengusaha.

Oleh karena faktor produksi tidak mudah diperoleh, para pengusaha

(produsen) harus senantiasa menerapkan prinsip ekonomi sebagai produsen, yaitu:

1. memroduksi barang yang berkualitas tinggi;

2. memroduksi barang yang dibutuhkan masyarakat;

3. memroduksi barang yang harganya terjangkau masyarakat;

4. memroduksi barang dengan biaya seminimal mungkin;

5. menggunakan teknologi tepat guna dan ramah lingkungan.

Berbeda dengan prinsip para produsen, para distributor atau pedagang

perlu memperhatikan prinsip distributor yaitu:

1. menjual barang yang dibutuhkan dan sesuai dengan selera masyarakat;

2. menjual barang yang berkualitas baik;

3. menggunakan saluran distribusi yang tepat;

4. memberikan pelayanan yang baik;

5. memberikan pelayanan purnajual yang memuaskan;

6. membeli barang semurah mungkin agar memperoleh keuntungan yang

memadai dan terjangkau oleh masyarakat.

Sebaliknya bagi konsumen sebaiknya melakukan prinsip ekonomi sebagai

konsumen yaitu:

1. harus dapat memilih barang dan jasa yang benar-benar diperlukan;

2. harus dapat memilih barang dan jasa yang kualitas atau bermutu baik dan

terjamin;

3. harus memperhatikan jumlah uang yang dimiliki, jangan sampai terlalu

banyak utang karena pengeluaran lebih besar daripada penghasilannya.

4. Belilah barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan hidup yang diperluas,

yaitu dapat bermanfaat bagi orang lain. Artinya bukan semata-mata karena

motif kemewahan atau ingin dihormati oleh orang lain, tetapi ada keinginan

untuk membantu orang lain.

Page 84: Pengembangan Pendidikan IPS SD

Pengembangan Pendidikan IPS di SD 79

Untuk materi tentang ekonomi, guru tentu sudah menguasai dengan baik.

Hal perlu dipikirkan sekarang adalah bagaimana mendidik siswa untuk dapat

berbuat baik (bermoral) dalam melakukan tindakan ekonomi dan atau dalam

memenuhi kebutuhan hidupnya. Berikut dalam misi guru IPS adalah sejumlah

ciri-cirinya:

a. Jujur.

Salah satu ciri dari makhluk ekonomi yang bermoral adalah berperilaku jujur.

Jika tidak jujur maka dapat kita katakan sebagai orang yang tidak bermoral.

Apapun usahanya, setiap orang harus jujur. Sebagai pedagang harus jujur,

sebagai karyawan juga harus jujur, sebagai direktur harus jujur. Guru

menanamkan moral dengan cara memberi contoh bersikap jujur. Misalnya ada

seorang pedagang kain, ia tahu dagangannya ada yang cacat (sobek sedikit). Ia

sengaja, pada bagian yang sobek disembunyikan dan ia mengatakan kepada

calon pembeli bahwa dagangannya mulus dan tidak cacat. Pedagang itu sudah

tidak jujur karena tidak mengatakan apa adanya. Di masyarakat sering

ditemukan pedagang yang tidak jujur. Misalnya, ia punya barang jualan

seharga Rp. 5000, kemudian ada seorang pembeli menawar barang itu dengan

harga Rp. 2500. Pedagang menolak tawaran itu dan berkata: “wah, belinya

juga belum dapat!,” padahal ia tahu bahwa harga barang yang dibelinya

seharga Rp. 2000,- Ia tidak jujur karena telah berbohong. Padahal cukup saja

ia berkata, “maaf belum bisa,....tolong naikkan dong tawarannya!”.

b. Memenuhi janji.

Pengusaha, pedagang, karyawan, dan siapa saja hendaknya berusaha

memenuhi janji yang telah diucapkannya. Jika berjanji akan mengirim barang

besok pagi jam 10.00, maka penuhilah janji itu bahkan kalau perlu sebelum

jam 10.00 pagi sudah terkirim. Dengan cara memenuhi janji, kegiatan

ekonomi akan lancar. Bagi pengusaha, keterlambatan pengiriman barang

berakibat fatal. Barang yang kita kirim, bisa tidak dibayar oleh pembeli atau

setidak-setidaknya harga barang akan dipotong. Jika janji sering tidak

dipenuhi maka pengusaha akan terus merugi.

c. Menghargai waktu.

Ada kata-kata mutiara, “waktu adalah uang”. Di tempat lain ada juga yang

menyatakan bahwa “waktu bagaikan pedang”, jika tidak digunakan dengan

baik maka waktu akan memenggal kepalamu. Orang yang menghargai waktu

akan berusaha untuk terus menerus berbuat baik dan bermanfaat. Tidak ada

waktu baginya untuk melakukan perbuatan yang sia-sia, misalnya kebanyakan

tidur, kebanyakan main, ngombrol kesana-kemana, dan lain-lain. Dengan

sikap yang menghargai waktu, kita akan berdisiplin.

d. Menghargai mutu.

Artinya mampu menciptakan produk barang yang terbaik dan atau memberi

pelayanan yang prima. Orang yang menghargai mutu tidak asal-asalan,

misalnya asal jadi atau asal dilaksanakan. Karyawan yang tidak menghargai

mutu akan merugikan perusahaan. Coba bayangkan, jika setiap karyawan

bekerja apa adanya maka perusahan akan cepat bangkrut, karena barang yang

diproduksi akan tidak laku dijual. Jika sudah bangkrut, akan banyak yang di-

PHK (pemutusan hubungan kerjanya).

Page 85: Pengembangan Pendidikan IPS SD

Pengembangan Pendidikan IPS di SD 80

e. Peduli sosial.

Peduli sosial adalah perhatian kepada orang lain. Orang yang peduli sosial

akan mementingkan kesehatan dan keselamatan konsumen. Pedagang yang

peduli sosial akan memperhatikan barang jualannya dengan baik, misalnya

tidak akan menjual makanan yang habis masa kedaluwarsanya. Pengusaha

yang peduli sosial akan mendirikan pabriknya jauh dari permukiman

penduduk supaya tidak mengganggu kehidupan masyarakat. Limbah

pembuangannya tidak mencemari lingkungan hidup. Jika berupa produk

makanan, ia tidak menambahkan zat pewarna atau zat-zat berbahaya lainnya.

Penguasaha yang tidak peduli terhadap keselamatan konsumen adalah

pengusaha yang tidak bermoral.

f. Hemat.

Sikap hemat dalam ilmu ekonomi tidak berlaku hanya untuk diri sendiri, tetapi

harus menjadi jiwa dan moral setiap orang. Tahukah kalian, saat ini kita

sedang menghadapi krisis bahan bakar minyak dan listrik? Salah satu cara

mengatasi krisis bahan bakar dan listrik adalah dengan cara berhemat.

Walaupun kalian adalah orang kaya, tetapi jika bersikap boros (misalnya

menyalakan lampu taman di siang hari) maka kalian termasuk orang yang

tidak bermoral karena tidak memperhatikan kepentingan masyarakat banyak.

g. Menyadari lingkungan sebagai sumber kehidupan.

Lingkungan adalah sumber daya kehidupan. Jika lingkungan hidup dirusak.

maka dapat mengakibatkan bencana. Pengusaha yang menyadari lingkungan

sebagai sumber kehidupan akan bersikap hati-hati, tidak mencemai lingkungan

dan tidak merusak. Pengusaha yang merusak lingkungan hidup adalah

pengusaha yang tidak bermoral.

B. PEMBELAJARAN TENTANG PERKEMBANGAN TEKNOLOGI

Perkembangan teknologi yang pesat saat ini, tidak terlepas dari penemuan

mesin uap oleh James E. Watt (1736-1819) seorang ahli teknik atau insinyur

bangsa Skotlandia. Gagasan tentang sebuah mesin yang digerakkan oleh uap telah

diperkenalkan oleh Hero dan Iskandaria (Alexandria) pada abad ke-2 namun tidak

ada tindak lanjutnya. Dalam eksperimennya Watt mengadakan perubahan-

perubahan atas mesin-mesin yang pernah ada. Mesin uapnya yang pertama selesai

dibuat pada tahun 1769 dan terus disempurnakan hingga tahun 1774 ia berhasil

membuat mesin uap yang dapat memasok daya pada peralatan pabrik seperti

mesin pintal dan mesin bubut. Perkembangan teknologi pada mesin uap tersebut

ternyata membawa dampak yang sangat luas yaitu masyarakat memasuki era

industrialisasi yaitu kehidupan yang serba menggunakan mesin. Dengan

diciptakannya mesin-mesin yang terbuat dan besi di Inggris pada tahun 1780 telah

terjadi suatu fenomena yang disebut “revolusi industri” di bidang mesin produksi

pertekstilan. Sebelum terjadinya revolusi industri, barang-barang yang dibutuhkan

oleh masyarakat telah diproduksi oleh anggota masyarakat sendiri secara “industri

rumahan”. Artinya alat-alat atau barang-barang yang diperlukan dibuat oleh suatu

keluarga mula-mula untuk mereka pergunakan sendiri, misalnya alat-alat dapur,

alat-alat pertanian perabot rumah tangga. Pembuatan tekstil juga masih

Page 86: Pengembangan Pendidikan IPS SD

Pengembangan Pendidikan IPS di SD 81

diusahakan oleh masing-masing keluarga untuk memenuhi kebutuhan mereka

sendiri.

Setelah kebutuhan mereka terpenuhi barang-barang yang dibuat tersebut

sebagian diperdagangkan, artinya dijual kepada para pedagang yang kemudian

dibawa oleh mereka ke luar daerah untuk dijual kepada masyarakat yang

membutuhkannya. Pembelajaran IPS tidak membahas tentang bentuk dan proses

ketiga teknologi (produksi, komunikasi, dan transportasi) tersebut. Pembaasan IPS

adalah perubahan perilaku manusia akibat perkembangan teknologi dan

bagaimana sikap kita dalam menghadapi perkembangan teknologi tersebut. Untuk

materi ini, sekurang-kurangnya siswa harus mampu mengidentifikasi perbedaan

perilaku masyarakat akibat perkembangan teknologi. Strategi pembelajaran yang

disarankan adalah menggunakan strategi cooperative learning dengan metode dua

tinggal dua tamu atau bentuk lainnya yang inovatif. Landasan pembelajaran

kooperatif adalah bekerjasama. Landasan filsafatnya berlawanan dengan Teori

Darwin yang menekankan bahwa manusia adalah makhluk yang harus bersaing

dengan manusia yang lain. Coorperative learning memiliki asumsi bahwa tanpa

kerja sama, tidak akan ada individu, keluarga, organisasi, atau sekolah. Tanpa

kerja sama, tidak ada proses pembelajaran. Tanpa kerja sama, kehidupan akan

punah. Pengembangan model pembelajaran cooperative learning belum banyak

diterapkan dalam pendidikan karena masih banyak orang yang beranggapan

bahwa belajar harus sunyi dan tidak boleh melakukan permainan apalagi

berpindah tempat dan bermain. Mereka beranggapan, cara itu akan menimbulkan

kekacauan di kelas dan siswa tidak bisa belajar jika mereka di tempatkan dalam

kelompok diskusi.

Selain itu, banyak orang mempunyai kesan negatif mengenai kegiatan

kerja sama atau belajar dalam kelompok. Banyak siswa juga tidak senang disuruh

bekerja sama dengan yang lain. Siswa yang tekun merasa harus bekerja melebihi

siswa yang lain dalam kelompok mereka, sedangkan siswa yang kurang mampu

merasa minder ditempatkan dalam satu kelompok dengan siswa yang lebih

pandai. Siswa yang tekun juga merasa temannya yang kurang mampu hanya

menghambat atau menumpang saja pada hasil jerih payah mereka. Kesan negatif

dalam kegiatan berkelompok tidak mampu melakukan percepatan penguasaan

informasi dan ilmu pengetahuan. Pekerjaan kelompok hanya ngobrol antar siswa

dan tidak banyak yang dibaca. Cooperative learning yang sekarang

dikembangkan mencoba menjawab kesan negatif tersebut dengan cara benar-

benar menerapkan prosedur model pembelajaran cooperative learning secara

terkontrol. Banyak guru hanya membagi siswa dalam kelompok lalu memberi

tugas untuk menyelesaikan sesuatu tanpa pedoman mengenal pembagian tugas.

Cara-cara seperti itu akan dihindari oleh guru pembelajaran cooperative learning.

Model pembelajaran cooperative learning tidak sama dengan sekadar

belajar dalam kelompok. Ada unsur-unsur dasar pembelaiaran cooperative

learning yang membedakannya dengan pembagian kelompok yang dilakukan

asal-asalan. Pelaksanaan prosedur model cooperative learning dengan benar akan

memungkinkan pendidik mengelola kelas dengan lebih efektif. Salah satu teknis

pembelajaran cooperative learning dari puluhan teknis lainnya adalah Dua

Tinggal Dua Tamu (Two Stay Two Stray). Metode ini memberi kesempatan

Page 87: Pengembangan Pendidikan IPS SD

Pengembangan Pendidikan IPS di SD 82

kepada kelompok untuk membagikan hasil dan informasi dengan kelompok lain.

Caranya:

1. Siswa bekerja sama dalam kelompok berempat seperti biasa.

2. Setelah selesai, dua orang dan masing-masing kelompok akan meninggalkan

kelompoknya dan masing-masing bertamu ke dua kelompok yang lain.

3. Dua orang yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil kerja dan

informasi mereka kepada tamu mereka.

4. Tamu mohon diri dan kembali ke kelompok mereka sendiri dan melaporkan

temuan mereka dari kelompok lain.

5. Kelompok mencocokkan dan membahas hasil-hasil kerja mereka.

Penerapan metode dua tinggal dua tamu bisa dimodifikasi, karena jika

jumlah siswa di kelas ada 32 orang, maka dibutuhkan 8 kelompok. Jumlah ini

terlalu ricuh dan pelaksanaan salng kunjung akan memakan waktu yang sangat

lama. Mungkin cukup dibagi 4 kelompok sehingga masing-masing kelompok 8

orang. Pada saat berkunjung, ada 4 orang yang bertamu dan 4 orang lainnya

tinggal di tempat. Jumlah putaran menjadi lebih singkat. Masing-masing

kelompok bisa mengambil tema diskusi yaitu:

Kelompok 1:

Kelemahan alat-alat transportasi jaman dulu dan keuntungan alat-alat

transportasi jaman sekarang

Kelompok 2:

Kelemahan alat tenun jaman dulu dan keuntungan mesin tenun jaman

sekarang

Kelompok 3:

Kelemahan alat-alat komunikasi jaman dulu dan keuntungan alat-alat

komunikasi jaman sekarang

Kelompok 4:

Kelemahan alat-alat masak jaman dulu dan keuntungan alat-alat masak

jaman sekarang

Jika terlalu sulit, judul diskusi dapat diturunkan lagi, misalnya:

Kelompok 1:

Sebutkan berbagai kecanggihan alat-alat transportasi jaman modern

(pesawat terbang, kapal laut, mobil, dan lain-lain)

Kelompok 2:

Sebutkan berbagai kecanggihan alat produksi bahan pakaian jaman

modern (alat pintal, pembuatan kain batik, dan lain-lain)

Kelompok 3:

Sebutkan berbagai kecanggihan alat-alat komunikasi jaman modern

(telepon selular, fax, email, internet, SMS, MMS, dan lain-lain)

Kelompok 4:

Sebutkan berbagai kecanggihan alat-alat produksi bahan makanan jaman

sekarang (blender, kompor gas, magicjar, open, dan lain-lain)

Page 88: Pengembangan Pendidikan IPS SD

Pengembangan Pendidikan IPS di SD 83

Setelah selesai berdiskusi sesuai dengan temanya masing-masing, setiap

kelompok berdiskusi tentang pertanyaan apa saja yang akan diajukan kepada tuan

rumah jika mereka berkunjung. Sebaliknya mereka juga bersiap diri, sebagai tuan

rumah harus siap mengajukan argumentasi jika ada tamu yang berkunjung. Di

akhir acara, yaitu setelah semua kelompok saling berkunjung, guru dapat

melakukan refleksi dan menyimpulkan tentang berbagai manfaat dari semua

teknologi yang dibahas oleh setiap kelompok. Selain mengkaji manfaatnya, guru

bisa menambahkan bahwa dengan adanya teknologi canggih, jika manusia tidak

bisa menyesuaikan diri akan mengancam kehidupan sosial.

C. PEMBELAJARAN TENTANG PERMASALAHAN SOSIAL

Saidihardjo (1992) mengungkapkan bahwa tujuan mempelajari IPS salah

satunya adalah agar siswa mengenal permasalahan sosial yang ada di sekitarnya.

Masalah sosial banyak sekali jenisnya, sehingga perlu dipilih agar lebih bermakna

bagi siswa. Diusahakan agar guru dapat mengupas masalah sosial diambil dari

lingkungan sekitar siswa. Namun, jika dicari irisannya, setiap masayarakat

Indonesia umumnya menghadapi permasalahan sosial yang hampir sama seperti

kemiskinan, pecahnya ikatan-ikatan keluarga, masalah generasi muda dalam

masyarakat modern, masalah kependudukan, masalah lingkungan hidup,

kehidupan politik yang tidak stabil, kejahatan, dan konflik antar masyarakat yang

memicu terjadinya kerusuhan dan peperangan.

Masalah sosial timbul dari berbagai sebab yang saling terkait. Awalnya

orang menganggap bahwa masalah sosial disebabkan oleh karena kemiskinan.

Namun ternyata, pada masyarakat yang makmur sekalipun masalah sosial juga

dapat muncul seperti kenakalan remaja, penggunaan obat-obat terlarang,

kehidupan seks bebas, dan kehidupan hedonisme (memuja kesenangan hidup di

dunia tidak peduli terhadap norma agama). Dengan demikian, masalah sosial

terjadi di setiap masyarakat. Semua kehidupan di masyarakat adalah cobaan, siapa

yang bisa menghadapinya cobaan dengan baik maka akan bermanfaat, jika tidak,

maka akan jadi masalah sosial. Apa yang disebut masalah sosial? Secara

sederhana masalah sosial adalah suatu ketidaksesuaian antara unsur-unsur dalam

masyarakat atau kebudayaan yang membayakan kehidupan kelompok sosial,

terhambatnya pemenuhan kebutuhan masyarakat, hingga rusaknya ikatan sosial

dan keluarga.

Masalah sosial secara umum dibagi empat kelompok yaitu masalah sosial

yang ditimbulkan oleh faktor ekonomis, biologis, psikologis, dan kebudayaan.

Faktor ekonomis yang dapat menimbulkan masalah sosial misalnya kmiskinan,

pengangguran, persaingan bisnis, dan lain-lain. Faktor biologis yang dapat

menimbulkan masalah sosial misalnya terjangkitnya wabah penyakit yang

menular, seperti flu burung, demam berdarah, dan lain-lain. Faktor psikologis

yang dapat menimbulkan masalah sosial misalnya penyakit syaraf dan

disorganisasi jiwa (stress), dan lain-lain, sedangkan faktor kebudayaan yang dapat

menimbulkan masalah sosial misalnya menyangkut mudahnya perceraian,

kenakalan anak-anak, konflik rasial dan konflik keagamaan. Untuk memberi

wawasan tentang permasalahan sosial, brikut akan dijelaskan serba sedikit tentang

kemiskinan, pecahnya ikatan-ikatan keluarga, masalah generasi muda dalam

Page 89: Pengembangan Pendidikan IPS SD

Pengembangan Pendidikan IPS di SD 84

masyarakat modern, masalah kependudukan, masalah lingkungan hidup,

kehidupan politik yang tidak stabil, kejahatan, dan konflik antar masyarakat yang

memicu terjadinya kerusuhan dan peperangan:

1. Kemiskinan merupakan masalah sosial yang bersifat resiprokal (timbal balik)

antara rendahnya pendidikan, masalah kependudukan, lingkungan hidup,

kejahatan, konflik sosial, dan berbagai masalah sosial lainnya. Semua dapat

disebabkan oleh faktor kemiskinan dan pada saat yang lain semua masalah

sosial akan berakhir pada satu kata yaitu kemiskinan. Rendahnya pendidikan

mengakibatkan kurangnya peluang terhadap dunia usaha, karena itu ia akan

mengendap pada lembah kemiskinan. Kebanyakan orang terpaksa melakukan

urbanisasi karena di desa terhimpit kemiskinan, tetapi di perkotaan ia pun

tidak memiliki keterampilan yang memadai sehingga tetap miskin dan

menempati kawasan kumuh di perkotaan. Untuk mengatasi masalah

kemiskinan, salah satu langkah konkrit adalah agar setiap diri mau belajar

meningkatkan taraf pendidikan, semangat hidup yang tinggi, dan secara

bertahap belajar untuk bersilaturahim mencari peluang.

2. Pecahnya ikatan-ikatan keluarga merupakan masalah sosial kedua yang paling

nampak. Jika di masyarakat banyak kasus perceraian, keluarga yang tidak

bahagia, dan lain-lain. Disorganisasi keluarga dapat terjadi dari kalangan

keluarga sederhana, menengah, sampai atas. Namun kebanyakan kasus

perceraian terjadi pada keluarga yang kepala keluarganya gagal memenuhi

kebutuhan-kebutuhan primer dan atau karena seorang istri tidak bersedia

dimadu. Di kalangan keluarga modern, disorganisasi keluarga bisa disebabkan

oleh terjerat kasus obat-obatan terlarang, kejahatan kerah putih, kasus korupsi,

berselingkuh, dan lain-lain. Apapun penyebabnya, perceraian adalah masalah

sosial yang perlu diperhatikan oleh para tokoh masyarakat dan pemerintah

agar dapat dicegah. Masalah perceraian akhir-akhir ini menggejala di kalangan

para keluarga yang para istri (ibu dari anak-anaknya) pergi menjadi Tenaga

Kerja Wanita di luar negeri. Di kalangan mereka, para TKW memperoleh

kesempatan untuk bekerja di luar negeri dengan gaji yang cukup. Sementara

para suami tinggal di rumah mengasuh anak-anaknya. Pada saat pengiriman

uang dari luar negeri (upah menjadi TKW), masalah keluarga mencuat. Para

suami merasa dirinya paling berhak, tetapi terkadang istri tidak percaya

kepada suaminya karena satu dan lain hal para suami semakin malas tidak

mau bekerja, para suami banyak utang, terkadang ada yang berselingkuh dan

menikah lagi dengan uang kiriman dari istrinya. Di lain pihak, orang tuanya

(nenek dari anak-anak mereka) yang telah berperan sebagai pengasuhnya

bertahun-tahun meminta bagian dari hasil kerja anaknya. Jika tidak dapat

dikontrol, biasanya pernikahannya tidak dapat dipertahankan.

3. Masalah generasi muda dalam masyarakat modern menjadi masalah sosial jika

terdapat kesalahpahaman dalam kehidupan keluarga. Generasi muda dalam

wujud fisiknya merasa ingin bebas dari aturan orang tuanya sedangkan jauh di

lubuk hati yang paling dalam ingin diperhatikan sebagai anak, membutuhkan

kasih sayang, dan ingin mencurahkan kegalauan harinya (curhat). Pada sisi

yang lain, orang tua terlalu sibuk dalam pekerjaannya mencari uang. Orang tua

menganggap bahwa dengan memenuhi segala kebutuhan materi bagi anak-

Page 90: Pengembangan Pendidikan IPS SD

Pengembangan Pendidikan IPS di SD 85

anaknya dipandang cukup. Di sinilah terjadi saling tuduh, orang tua sudah

merasa telah memperhatikan sepenuh hatinya kepada anak-anaknya sedangkan

anak-anaknya tetap protes karena kurang mendapat pehatian. Anak yang

kurang mendapat perhatian dari orang tuanya terjerumus kepada kenakalan

remaja, masuk gang berandalan, obat-obatan terlarang, dan lain-lain. Banyak

kasus, dari anak-anak yang kurang perhatian dan menjadi berandalan telah

meresahkan masyarakat. Para anggota gang motor merasa paling jagoan dan

mereka tidak segan-segan membawa senjata seperti pistol ataupun benda

tajam lainnya yang kemudian mereka lancarkan begitu saja di jalan-jalan.

Tidak sedikit korban yang terluka akibat ulah mereka bahkan ada yang tewas.

Saat ada anggota baru yang akan masuk, mereka harus mengikuti adu kelahi

antara junior. Hal ini sama halnya seperti tindakan ploncoan dari para

seniornya. Itu salah satu cara untuk melindungi diri dari musuh (gang motor

lain). Selain itu mereka juga pernah melakukan tindak penculikan,

perampasan, dan pembunuhan. Di Bandung pernah ada nama geng motor yang

cukup meresahkan warga diantaranya Exalt To Coitus (XTC), Grab On Road

(GRB), Berigadir Seven (Briges) dan Mounraker yang pada hakikatnya

memiliki ideologi sama, mencetak anggota dari kalangan siswa SMP dan

SMA menjadi remaja yang berperilaku jahat dan tak lepas dari tiga sumpah di

atas. Anggota bukan saja laki-laki, tetapi banyak juga remaja putri yang

senang ngumpul-ngumpul, berbaur dengan putra.

4. Masalah kependudukan, biasanya disebabkan oleh pertambahan jumlah

penduduk yang lebih cepat dari ketersediaan lapangan pekerjaan, sarana dan

prasarana sosial, pranata sosial yang mengatur tingginya jumlah penduduk dan

lain-lain. Akibat belum tersedianya lapangan pekerjaan mengakibatkan

banyaknya pengangguran. Sarana sosial menjadi kumuh seperti di komplek-

komplek kumuh (slum areas) di perkotaan, dan banyaknya kerusuhan akibat

konflik sosial untuk memperoleh kesempatan hidup yang lebih sejahtera.

Masalah kependudukan tidak dapat diatasi oleh satu-satunya program

pembatasan jumlah anak (program KB) tetapi harus terintegrasi dengan sektor

atau urusan penyediaan tenaga kerja, peningkatan kualitas pendidikan, dan

lain-lain.

5. Masalah lingkungan hidup, adalah ekses dari keinginan untuk memeroduksi

berbagai barang dan jasa tanpa memperhatikan kapasitas daya tampung dan

daya lenting lingkungan hidup. Masalah lingkungan tidak hanya terjadi di

perkotaan yang banyak limbah dan polusi, di pedesaan juga terjadi masalah

lingkungan seperti pencemaran tanah dan air oleh penggunaan pestisida dan

pupuk kimia yang berlebihan. Masalah lingkungan akan menjadi masalah

sosial baik langsung maupun tidak langsung. Secara langsung akan

menimbulkan wabah penyakit yang pada gilirannya banyak penduduk

terjangkit penyakit. Karena penyakitnya, pendapatan dari hasil kerjanya

berbulan-bulan dapat habis seketika untuk berobat sehingga menimbulkan

kemiskinan. Secara tidak langsung, pencemaran lngkungan akan mengurangi

produktivitas lahan pertanian, karena banyak yang gagal panen maka

penduduk akan miskin kembali.

Page 91: Pengembangan Pendidikan IPS SD

Pengembangan Pendidikan IPS di SD 86

6. Kehidupan politik yang tidak stabil merupakan masalah sosial yang sangat

kentara. Kehidupan politik yang tidak stabil banyak menimbulkan kerusuhan

sosial, dan dari itu akan menimbulkan masalah sosial.

7. Kejahatan adalah refleksi dari adanya masalah sosial. Tingginya angka

kejahatan biasanya seiring dengan meruncingnya masalah sosial. Penyebabnya

bermacam-macam, misalnya karena kemiskinan, kurangnya stabilitas politik

dan penegakan hukum, kesenjangan yang terlalu jauh antara si kaya dan si

miskin, dan lain-lain.

8. Peperangan juga merupakan masalah sosial di mana dua negara saling

berperang. Negara yang merasa paling berkuasa dengan sesuka hati merampas

tanah negara lain sehingga menimbulkan masalah sosial yaitu kemiskinan,

penderitaan, kebodohan, penindasan, dan lain-lain.

Bagaimana cara menyampaikan materi tentang masalah sosial yang sangat

rumit bagi anak usia SD? Disarankan agar guru IPS menggunakan metode

konstruktivistik dari wawasan yang sederhana merangkak kepada masalah yang

sangat kompleks. Sebagai contoh, anak usia SD kelas IV mungkin tahu tentang

orang miskin yaitu tentang kehidupan kesehariannya, apa yang dimakan,

pakaiannya, kondisi rumuahnya, dan lain-lain. Dimulai dari pertanyaan, mengapa

mereka bisa miskin? Anak dapat menyebutkan penyebabnya yaitu karena mereka

tidak memiliki uang, tidak memiliki uang karena tidak bekerja atau karena

pekerjaannya merupakan pekerjaan kasar, pedagang kecil, banyak keluarganya,

tidak memiliki lahan pertanian, dan lain-lain.

Ambillah salah satu kasus tentang seorang peminta-minta. Untuk anak usia

kelas IV mungkin dapat digali pengalamannya ketika memberi uang recehan

kepada pengemis dan atau menolak tidak mau memberi. Bagi anak yang memberi,

dapat mengemukakan alasannya sedangkan bagi yang tidak memberi juga dengan

alasannya. Dari sosok pengimis, siswa diajak untuk merasakan apa yang terdapat

dalam dirinya yaitu antara rasa iba dan rasa waspada jika si pengemis adalah

berpura-pura, pengemis sebagai seorang yang pemalas atau sebagai pihak yang

korban keadaan ekonomi yang sulit, dan berbagai komentar tetapi diharapkan satu

kesimpulan yang sama bahwa meminta-minta adalah perbuatan hina. Namun

beberapa kasus jika pengemis itu adalah benar adanya, usaha yang dapat

dilakukan adalah oleh pemerintah atau swadaya masyarakat berupa panti-panti

asuhan dan panti jompo.

Untuk mengarahkan proses pembelajaran, guru harus memiliki pegangan

bahwa mengkaji sosial bukan hanya menjawab apa, tetapi juga harus menjawab 5

W + 1 H yaitu apa (what), di mana (where), kapan (when), mengapa (why), siapa

(who), dan bagaimana (how). What untuk mengetahui apa yang terjadi?, where

untuk mengetahui di mana peristiwa itu terjadi? when untuk mengetahui kapan

peristiwa itu terjadi?, why untuk mengetahui mengapa peristiwa itu dapat

terjadi’?, who untuk mengetahui siapa yang bertanggung jawab atas terjadinya

peristiwa itu atau terlibat di dalamnya?, dan how untuk mengetahui bagaimana

peristiwa itu seharusnya diselesaikan dengan baik (how to solve the problem).

Cara ini akan melatih siswa untuk jeli dan lebih cermat dalam menelaah tulisan

atau wacana sehingga lebih efektif. Penggunaan metode inquiry 5 W + 1 H dapat

Page 92: Pengembangan Pendidikan IPS SD

Pengembangan Pendidikan IPS di SD 87

dilakukan secara bervariasi. Pada perencanaan, misalnya direncanakan skenario

pembelajaran yang berisi langkah-langkah yang diambil diantaranya:

1. Menyusun atau membuat rencana pembelajaran yang sesuai dengan

permasalahan tentang kemampuan membaca pemahaman.

2. Menyiapkan siswa secara berkelompok di ruang kelas dan diberi tugas untuk

membaca kliping

3. Menyediakan media atau alat peraga untuk membantu pemahaman membaca.

4. Guru menjelaskan arti 5 W + 1 H dan selanjutnya guru menulis 5 W + 1 H di

papan tulis.

5. Guru membagi kelas menjadi beberapa kelompok yang masing-masing

beranggotakan 7 orang.

6. Masing-masing kelompok membagi anggotanya untuk membaca suatu tema

tentang masalah sosial dan mencari jawaban dari 5 W+1 H. Tugas membaca

cerita, tema cerita di setiap kelompok berbeda.

7. Kelompok diubah dan ditukar menjadi kelompok baru berdasarkan fokus

perndalaman unsur 5 W+1 H.

8. Masing-masing anggota kelompok pada kelompok baru bercerita satu sama

lainnya dari cerita yang telah dibaca.

Terkait dengan metode inquiry perlu dijelaskan sedikit bahwa inkuiri yang

dalam bahasa inggris Inquiry adalah berarti pertanyaan atau pemeriksaan,

penyelidikan. Inkuiri sebagai suatu proses dilakukan manusia untuk mencari atau

memahami informasi. Gulo (2002) menyatakan strategi inkuiri berarti suatu

rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan

siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis,logis, analitis,

sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya

diri.

Sasaran utama kegiatan pembelajaran inkuiri adalah (1) keterlibatan siswa

secara maksimal dalam proses kegiatan belajar, (2) keterarahan kegiatan secara

logis dan sistematis pada tujuan pembelajaran; dan (3) mengembangkan sikap

percaya diri siswa tentang apa yang ditemukan dalam proses inkuiri. Inquiry

Learning (belajar mencari dan menemukan sendiri) yaitu system belajar dimana

guru menyajikan bahan pelajaran tidak dalam bentuk yang formal, tetapi peserta

didik yang diberi peluang untuk mencari dan menemukan sendiri dengan

mempergunakan teknik pendekatan pemecahan masalah (dalam hal ini

memecahkan masalah yang dipandu dengan 5 W + 1 H.

Di dalam sistem pembelajaran ini guru menyajikan bahan pelajaran tidak

dalam bentuk yang final, tetapi peserta didik yang diberi peluang untuk mencari

dan menemukannya sendiri dengan mempergunakan teknik pendekatan

pemecahan masalah. Secara garis besar prosedurnya sebagai berikut:

1. Stimulation (Rangsangan Masalah): guru mengemukakan permasalahan

(sosial), secara langsung melalui perantara media yang mengungkapkan data

yang sifatnya probelamtik.

2. Problem Statement (Pernyataan/Perumusan Masalah). Siswa diberi

kesempatan untuk mengidentifikasi berbagai permasalahan yang relevan

sebanyak mungkin, brainstorming. Kemudian diminta menentukan

Page 93: Pengembangan Pendidikan IPS SD

Pengembangan Pendidikan IPS di SD 88

permasalahan yang amat mungkin dapat dipecahkan. Permasalahan

dirumuskan dalam bentuk pertanyaan.

3. Data Collection (Pengumpulan Data). Siswa diberi kesempatan untuk mencari

berbagai informasi yang dapat mendukung terhadap pemecahan pertanyaan

masalah/hipotesis melalui telaah literatur, kunjungan objek, atau wawancara

kepada sumber.

4. Data Processing (Analisis Data). Siswa diberi kesempatan untuk melakukan

analisis data dengan melakukan olahan atas hasil data-data yang diperoleh

melalui langkah berikut: pengecekan data, pengklasifikasian data,

pentabulasian data dan penafsiran dengan memperkirakan tingkat kepercayaan

tertentu (secara statistic).

5. Verifikasi. Siswa diberi kesempatan untuk melakukan pengujian apakah

pertanyaan masalah/hipotesis teruji atau tidak?

6. Generalisasi. Siswa diberi kesempatan untuk dapat mengambil kesimpulan

atau generalisasi atas hasil temuannya dalam verifikasi. Untuk dapat

melaksanakan pembelajaran inquiry, dengan tahapan pembelajaran

sebagaimana diterangkan di atas maka dibutuhkan suatu strategi pembelajaran

yang berorientasi kepada masalah.

Model pembelajaran yang berorientasi masalah (problems centred)

direncang agar siswa dapat belajar langsung terhadap fokus yang diminatnya dan

yang dapat diusahakan pemecahannya sebagai masalah kehidupan baik secara

individual maupun sosial. Desain pembelajarannya menekankan pada desain

tematik dan desain masalah. Pada desain tematik, mata pelajaran tidak berbentuk

suatu body of knowledge tertentu tetapi berdasarkan realitas kebutuhan siswa dan

berdasarkan desain masalahnya, pembelajaran diarahkan pada realitas esensial

masalah sosial yang dihadapi siswa. Dalam pembelajaran yang berorientasi

masalah, setting kelas dirancang dalam suatu diskusi dan kerja kelompok artinya

pendidikan bukan upaya sendiri, melainkan kegiatan bersama, interaksi, dan

kerjasama. Kerjasama atau interaksi bukan hanya terjadi antara siswa dengan guru

(instruktur), tetapi juga antar siswa dengan siswa, siswa dengan orang-orang di

lingkungannya, dan dengan sumber belajar lainnya.

Melalui interaksi dan kerjasama ini siswa berusaha memecahkan problem-

problem yang dihadapinya dalam masyarakat menuju pembentukan masyarakat

yang lebih baik. Satu lagi jika siswa yang Anda ajar lebih “encer” dan dapat

mengembangkan masalah lebih baik. Jika menghadapi kondisi kelas yang lebih

berani mengemukakan pendapat, guru dapat mengunakan pendekan mind-

mapping. Pemetaan pikiran (mind mapping) sangat terkenal pada revolusi

Quantum Leraning. Peta pikiran adalah salah suatu teknik penggambarkan

lintasan gagasan yang ada pada otak secara keseluruhan dalam satu halaman

dengan mengunakan citra visual dan perangkat grafisnya. Teknik Peta pikiran

mulai dikembangkan pada 1970-an oleh Tony Buzan yang didasarkan pada cara

kerja otak. Peta pikiran menggunakan pengingat-pengikat bentuk visual dan

sensorik dalam suatu pola dari ide-ide yang berkaitan, seperti peta jalan yang

digunakan untuk belajar, mengorgansasi dan merencanakan (DePorter dan

Hernacki, 1999; 152). Dikatakan bahwa metode ini dapat membangkitkan ide-ide

Page 94: Pengembangan Pendidikan IPS SD

Pengembangan Pendidikan IPS di SD 89

orisinal dan memicu ingatan yang mudah. Selain itu, sangat menyenangkan,

menenangkan, dan kreatif.

Dalam sebuah artikel karya Hernowo (Pikiran Rakyat, edisi 17 Februari

2005) dikatakan bahwa mind mapping dapat melancarkan kegiatan menulis (tentu

saja dekat dengan melakukan penelitian) yaitu:

o Memberi kebebasan dalam menuangkan gagasan, penuh rasa percaya diri,

dan dapat mengalirkan apa pun yang ia kehendaki

o Memfungsikan secara sinergi belahan otak kiri dan otak kanan yaitu

mempadukan cara kerja otak yang logis, sekuensial, linier, dan rasional

(otak kiri) dengan cara kerja yang acak, tidak teratur, intuitif, dan holistik

(otak kanan).

o Peta pikiran dapat mendeteksi lebih dini apakah semangat menulis

didukung oleh ketersediaan bahan yang akan dituangkan. Jika cukup maka

dapat dilanjutkan, jika masih kurang perlu disediakan terlebih dahulu

dengan baca atau dengan mencari informasi lainnya. Peta pikiran dapat

memetakan jaringan pikiran sehingga dapat melahirkan gagasan baru

daripada menggunaan teknik outlining (membuat outline).

o Membantu menulis secara kreatif dan menemukan keunikan gaya masing-

masing penulis, membantu menulis secara lebih cepat, membantu menulis

secara mendalam dan bermakna. Lewat pemetaan, pikiran kita dapat diajak

untuk mengeksplorasi sampai sejauh-jauhnya apa yang disimpan oleh kita

sendiri.

Teknik pemetaan pikiran hanya dapat dilakukan bagi mereka yang sudah

terbebas dari rasa takut menulis dan telah terbiasa membaca dan mencerap

informasi. Informasi yang dimiliki menjadi modal dasar untuk menyebarnya

jaringan gagasan. Contoh cara memetakan pikiran yang diaplikasikan untuk

pemetaan masalah penelitian diawali dengan menancapkan satu topik masalah,

lalu mulai menjalar ke berbagai sudut dengan cara membuat garis dan simbol-

simbol visual yang mengingatkan kita pada pengalaman di masa lalu (imajinasi

reproduktif) atau pada wujud imajinasi produktif.***

Page 95: Pengembangan Pendidikan IPS SD

Pengembangan Pendidikan IPS di SD 90

Bagian 7

Penutup

Pengembangan materi Pengembangan Pendidikan IPS SD adalah

pengorganisasian materi yang berasal dari ilmu-ilmu sosial. Pokok bahasan

disusun berdasarkan materi masing-masing ilmu-ilmu sosial, artinya masih

menampakkan karakteristik disipilin ilmu masing-masing atau melebur dan

memunculkan tema pembelajaran tertententu. Dalam rangka mengorganisasi

materi pembelajaran IPS ada empat strategi yaitu terpisah (separated), korelatif

(correlated), antardisiplin (interdiciplinary), dan fusi (integrated).

Dalam proses pembelajaran, pemanfaatan teknologi informasi dalam

pembelajaran di kelas, dapat memberi pengayaan bagi siswa tetapi juga dapat

membantu guru dalam proses interaksi antara guru dengan siswanya. Dalam

pembelajaran IPS, selain aspek kognitif juga harus ditanamkan aspek sikap.

Model pembelajaran yang berorientasi masalah (problems centred) direncang agar

siswa dapat belajar langsung terhadap fokus yang diminatnya dan yang dapat

diusahakan pemecahannya sebagai masalah kehidupan baik secara individual

maupun sosial. Desain pembelajarannya menekankan pada desain tematik dan

desain masalah. Pada desain tematik, mata pelajaran tidak berbentuk suatu body of

knowledge tertentu tetapi berdasarkan realitas kebutuhan siswa dan berdasarkan

desain masalahnya, pembelajaran diarahkan pada realitas esensial masalah sosial

yang dihadapi siswa.

Oleh karena itu, dalam pembelajaran yang berorientasi masalah, setting

kelas dirancang dalam suatu diskusi dan kerja kelompok artinya pendidikan bukan

upaya sendiri, melainkan kegiatan bersama, interaksi, dan kerjasama. Kerjasama

atau interaksi bukan hanya terjadi antara siswa dengan guru, tetapi juga antar

siswa dengan siswa, siswa dengan orang-orang di lingkungannya, dan dengan

sumber belajar lainnya.***

Page 96: Pengembangan Pendidikan IPS SD

Pengembangan Pendidikan IPS di SD 91

Daftar Pustaka

Arthur K. Ellis, (1997), Teaching and Learning Elementary Social Studies, Six

Edition, London: Allya and Bacon

Bouman, P. J., (1953), Ilmu Masyarakat Umum. Jakarta: Pembangunan

Cholisin dan Djinad Hisyam (ed), (2006), Reorientasi dan Pengembangan IPS di

Era Indonesia Baru. Yogyakarta: Efisiensi Press.

Dadang Supardan, (2008), Pengantar Ilmu Sosial. Jakarta: Bumi Aksara

Dorothy J. Skeel, (1995), Elementary Social Studies. Orlando, Florida: Harcourt

Brace & Company

Etin Solihatin dan Raharjo, (2007), Cooperative Learning: Analisis Model

Pembelajaran IPS. Jakarta: Bumi Aksara.

Hamzah B. Uno, (2007), Model Pembelajaran: Menciptakan Proses Belajar

Mengajr yang Kreatif dan Efektifitas, Jakarta: Bumi Aksara

James A. Banks, (1990), Teaching Strategies for the Social Studies, 5ed,

Longman; New York

Kenneth R. Hoover, (1990), Unsur-unsur Pemikiran Ilmiah dalam Ilmu-ilmu

Sosial. Yogyakarta: Tiara Wacana.

Manasse Malo, (ed), (1989), Pengembangan Ilmu-ilmu Sosial di Indonesia

Sampai Dekade 80-an. Jakarta: Rajwali Press.

Mochtar Buchori, (2001), Pendidikan Antisipatoris. Yogyakarta: Kanisius

Poedjawiyatna, (2003), Etika: Filsafat Tingkah Laku, Jakarta: Rineka Cipta

______, (1991), Tahu dan Pengetahuan, Jakarta: Rineka Cipta

Robert E. Slavin, (2008), Cooperative Learning: Teori, Riset, dan Praktik,

Bandung: Nusa Media

Saidihardjo, (1992), Problem-problem Penyiapan Guru Ilmu-Ilmu Sosial di Masa

Mendatang, Makalah disampaikan pada seminar sehari di FPIPS dalam

rangkan Dies Natalis IKIP Yogyakarta. Tanggal 18 Mei 1992.

Yogyakarta: FPIPS IKIP Yogyakarta.

Sindhunata, (ed), (2000), Menggagas Paradigma Baru Pendidikan:

Demokratisasi, Otonomi, Civil Society, Globalisasi. Yogyakarta:

Kanisius

Soerjono Soekanto, (1989), Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Press.

Sue Law D. Gloves, (2000), Educational Leadership and Learning: Practice,

Policy, and Research, Philadelphia: Chestnut Street.

Tilaar, HAR, (2002), Perubahan Sosial dan Pendidikan: Pengantar Pedagogik

Transformatif untuk Indonesia. Jakarta: Gramedia.

Zamroni, (2001), Pengajaran Ilmu-Ilmu Sosial Pada Era Globalisasi, Makalah

disampaikan pada Lokakarya membedah Ilmu-Ilmu Sosial yang

diselenggarakan oleh FIS-UNY, tanggal 13 Oktober 2001. Yogyakarta:

FIS-UNY.

Page 97: Pengembangan Pendidikan IPS SD

Pengembangan Pendidikan IPS di SD 92

______, (2007), Pendidikan dan Demokrasi dalam Transisi: Prakondisi Menuju

era Globalisasi. Jakarta: PSAP Muhammadiyah.