Page 1
PENGEMBANGAN MODUL ELEKTRONIK DALAM PEMBELAJARAN
ILMU PENGETAHUAN SOSIAL BERBASIS ETNOKONSTRUKTIVISIME
TOPIK LUBUK LARANGAN PADA TEMA IV SEHAT ITU PENTING
MENGGUNAKAN APLIKASI KVISOFT FLIPBOOK MAKER
UNTUK KELAS V SEKOLAH DASAR
Qalbi Shanaz Anandari
[email protected]
ABSTRAK
ANANDARI, 2020. Pengembangan Modul Elektronik Dalam Pembelajaran Ilmu
Pengetahuan Sosial Berbasis Etnokonstruktivisime Topik Lubuk
Larangan Pada Tema IV Sehat Itu Penting Menggunakan
Aplikasi Kvisoft Flipbook Maker Untuk Kelas V Sekolah Dasar.
Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengembangkan modul elektronik
berbasis etnokonstruktivisme untuk siswa kelas V Sekolah Dasar, (2) mengetahui
kepraktisan modul elektronik berbasis etnokonstruktivisme, (3) mengetahui
respon guru dan respon siswa terhadap modul elektronik pembelajaran sosial
berbasis etnokonstruktivisme untuk siswa kelas V Sekolah Dasar. Metode
penelitian ini adalah Research and Develovment (R&D). Prosedur penelitian
pengembangan ini mengacu pada model ADDIE, yaitu (1) Analysis (2) Design (3)
Develovment (4) Implementation (5) Evaluation. Penelitian ini dilakukan di SD
Negeri 112/I Peruma. Instrumen penelitian ini berupa angket validasi, angket
respon guru dan angket respon siswa yang terdiri dari angket minat dan angket
persepsi. Angket validasi modul elektronik menggunakan skala Likert dengan 4
skala yang dibuat dengan bentuk checklist dan angket guru serta peserta didik
menggunakan skala Likert dengan 5 skala dan dibuat dengan bentuk checklist.
Hasil dari penelitian ini adalah : (1) modul elektronik untuk siswa kelas V
Sekolah Dasa berbasis etnokonstruktivisme dengan tema “Sehat Itu Penting” yang
dikembangkan dengan menganlisis kebutuhan siswa kelas V SD Negeri 112/I
Perumnas yang disusun berdasarkan Kurikulum 2013. Modul yang dihasilkan
berupa flipbook dengan format .exe yang dikemas dalam aplikasi Kvisoft Flipbook
Maker, (2) kualitas modul elektronik yang dikembangkan berdasarkan penilaian
ahli media mendapatkan rata-rata skor sebesar 3,71 dengan kriteria produk Sangat
Valid, sedangkan penilaian ahli materi mendapatkan rata-rata skor sebesar 3,8
dengan kriteria Sangat Valid, penilaian bahasa mendapat skor 3,88 dengan kriteria
Sangat Valid, penilaian guru masing-masing mendapat skor 57,58 dan 56 dengan
kategori Sangat Valid. Hasil penilaian peserta didik terhadap modul yakni sebesar
89,26% dengan kategori Sangat Praktis, hasil angket minat sebesar 95,56%
dengan kategori Sangat Praktis dan angket persepsi sebesar 92,83% dengan
kategori Sangat Praktis. Hasil dari deskripsi peneliti dalam keterlaksaan modul
elektronik menunjukkan bahwa modul elektronik secara keseluruhan dapat
digunakan dalam pembelajaran di sekolah.
Kata Kunci : Modul elektronik, Etnokonstruktivimse, Kvisoft Flipbook Maker.
Page 2
PENDAHULUAN
Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan dengan keberagaman
budaya, suku, ras dan agama yang berbeda dari setiap daerahnya. Widiastuti,
(2013: 10) berpendapat bahwa “Indonesia merupakan negara yang majemuk
terdiri dari kumpulan orang-orang berciri khas kesukuan yang memiliki beragam
budaya dan latar belakang yang berbeda”. Risda (2016: 196) menyatakan bahwa
“Indonesia has more than seventeen thousand islands, due to this facts,
Indonesian is well-known for its cultural richness, multy cultural country”
(Indonesia memiliki lebih dari tujuh ribu pulau, oleh sebab itu Indonesia terkenal
dengan kekayaan budaya; negara multi-budaya).
Sebagai negara yang majemuk Indonesia memiliki keberagaman kultur
budaya yang berbeda-beda sesuai dengan karaktersitik dari setiap daerahnya.
Miftah (2016: 167) berpendapat bahwa “Every area in Indonesia has its culture
and its own characteristic, the exisiting cultural diversity ini our country is one of
forms and a evidence where our country is rich of cultures” (Setiap daerah di
Indonesia memiliki budaya dan karaktersitknya sendiri, keberagaman budaya
yang ada merupakan bentuk dan bukti bahwa negara kita kaya akan budaya).
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Bab X pasal 36 ayat (2) tentang
kurikulum menyatakan bahwa “Kurikulum pada semua jenjang dan jenis
pendidikan dikembangkan dengan prinsip diversifikasi sesuai dengan satuan
pendidikan, potensi daerah dan peserta didik”. Upaya diversifikasi yang dilakukan
pemerintah yaitu dengan memasukan konten kearifan lokal pada pembelajaran.
Nakpodia, (2010: 2) menyatakan bahwa “Culture is maintained through
educatioby way curriculum develovment” (Budaya dipertahankan atau
dimodifikasi melalui pendidikan dan pengembangan kurikulum).
Pemerintah saat ini terus gencar memperbaiki sistem pendidikan di
Indonesia, contohnya yaitu melakukan penyempurnaan pada Kurikulum 2013.
Mengutip dari Khusna (2018: 149) “Esensi dalam penerapan Kurikulum 2013
tidak hanya bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan tetapi juga diharapkan
dapat mengasah kemampuan peserta didik dalam memiliki keterampilan serta
karakter luhur sesuai kepribadian bangsa Indonesia”.
Pada lampiran Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 22
tahun 2016 tentang Standar Proses bahwa pembelajaran di Sekolah Dasar
mengakomodasi pembelajaran tematik-terpadu, keterpaduan lintas mata pelajaran,
lintas aspek belajar dan keragaman budaya. Kemudian ditegaskan juga pada
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 81A
tahun 2013 lampiran IV bahwa pembelajaran di sekolah tingkat dasar
dikembangkan secara tematik, keterpaduan lintas mata pelajaran untuk
mengembangkan pengetahuan, siap dan keterampilan serta mengaperesiasi
Page 3
keragaman budaya lokal. Pada aspek keberagaman budaya dapat diintegrasikan
dalam konteks pembelajaran dengan memasukan konten kearifan lokal.
Kearifan lokal banyak memberikan nilai kehidupan pada masyarakat.
Menurut Azis (2017: 2) “Kearifan lokal dibangun dari nilai-nilai sosial yang
dijunjung dalam struktur sosial masyarakat sebagai pedoman, pengontrol serta
menjadi rambu-rambu dalam berbagai dimensi kehidupan”. Dapat disimpulkan
bahwa kearifan lokal merupakan bagian dari sebuah budaya yang lahir dari
pemikiran mencakup pengetahuan, pandangan dan nilai-nilai kehidupan yang
positif. Salah satu bentuk nilai yang terdapat dari kearifan lokal adalah nilai sosial.
Nilai sosial penting untuk dimiliki peserta didik, karena pada dasarnya manusia
merupakan makhluk sosial. Hantono (2018: 86) “Manusia merupakan makhluk
sosial yang sejatinya selalu hidup bersama dengan manusia lain dan tidak dapat
melakukan kegiatannya sendiri tanpa bantuan manusia lainnya”.
Pengintegrasian nilai-nilai sosial kearifan lokal pada konteks sosial dalam
pembelajaran disebut dengan istilah etnososial. Etnososial merupakan
pembelajaran dengan konteks kearifan lokal pada aspek sosial yang disusun
berdasarkan nilai-nilai dan diterapkan berdasarkan pengalaman peserta didik.
Contoh bentuk kearifan lokal yang terdapat di kawasan provinsi Jambi adalah
kegiatan tradisi Lubuk Larangan. Tradisi Lubuk Larangan merupakan bentuk
kekayaan budaya di provinsi Jambi tepatnya Kabupaten Bungo. Tradisi Lubuk
Larangan banyak memiliki nilai-nilai sosial yang dapat diintegrasikan dalam
pembelajaran contohnya yaitu nilai gotong royong dan kekeluargaan.
Pembelajaran dengan mengkontruk kearifan lokal daerah setempat disebut dengan
pembelajaran berbasis etnokonstruktivisme.
Pembelajaran berbasis etnokonstruktivisme penting diterapkan di Sekolah
Dasar, hal ini merupakan usaha dalam proses pelestarian kebudayaan Indonesia.
Sekolah yang tidak memperhatikan potensi kearifan lokal dalam pembelajaran
akan memberikan dampak yang tidak baik bagi peserta didik. Seperti yang
dikemukakan oleh Imam (2015: 308)
Sekolah yang mengesampingkan kearifan lokal dalam pembelajaran akan
menghasilkan lulusan yang kurang relevan, karena karakter pada diri peserta
didik tidak berbasis kearifan lokal dan nasional, namun hanya karakter yang
berwawasan global”. Banyak sekolah yang mengembangkan muatan lokal yang
tidak relevan dengan kearifan lokal setempat serta tidak sesuai dengan kondisi
kebutuhan peserta didik.
Tujuan mengintegrasikan kearifan lokal pada pembalajaran tidak lepas
dari upaya pelestarian budaya, salah satu bentuk upaya pelestrian budaya adalah
melalui proses pendidikan. Kearifan lokal yang dimiliki memiliki nilai fungsional
bagi kehidupan, namun pemanfaatan potensi tersebut belum optimal dalam
pendidikan.
Berdasarkan studi pendahuluan, pelaksanaan pembelajaran dengan
mengintegrasikan kearifan lokal di SD Negeri 112/I Perumnas belum terlaksana
Page 4
dengan optimal. Hal ini dibuktikan dengan melakukan wawancara bersama guru
kelas di Sekolah Dasar tersebut. Kesimpulan dari wawancara yang telah dilakukan
yaitu: guru telah berusaha memperkenalkan atau sedikit memasukkan konten
kearifan lokal pada pembelajaran seperti memperkenalkan kearifan lokal yang ada
di Kabupaten Batanghari. Namun terdapat kendala pada keterbatasan bahan ajar,
sebab untuk saat ini guru hanya menggunakan Buku Guru dan Buku Siswa dari
pemerintah untuk digunakan pada proses pembelajaran. Buku Guru dan Buku
Siswa jika dilihat hanya memperlihatkan kebudayaan Indonesia secara global
tidak spesifik kepada kearifan lokal provinsi Jambi. Maka dari itu guru hanya
mensiasati hal tersebut dengan mencari gambar mengenai kearifan lokal provinsi
Jambi yang sekiranya dapat dijelaskan dalam pembelajaran.
Menilik dari permasalahan tersebut, perlu adanya upaya untuk mengatasi
keterbatasan bahan ajar. Upaya yang dapat dilakukan yaitu dengan
mengembangkan sebuah bahan ajar berbasis kearifan lokal yang relevan dengan
Kurikulum 2013, Standar Pendidikan dan perkembangan zaman seperti
pemanfaatan teknologi.
Peserta didik saat ini merupakan “anak millenial” yang tumbuh dan
berkembang ditengah kepesatan teknologi. Manongga (2009: 16) berpendapat
“Pemanfataan teknologi informasi memberikan tuntutan dalam
pengimplementasian teknologi di dunia pendidikan”. Hal ini sangat beralasan
bahwa sejarah perkembangan teknologi itu sendiri berasal dari dunia pendidikan.
Maka dari itu, agar dapat memanfaatkan teknologi yang berkembang saat ini
maka modul yang akan dikembangkan merupakan modul berbasis elektronik yang
biasa disingkat dengan e-modul.
Peserta didik Sekolah Dasar cenderung menyukai pembelajaran yang
menarik. Agar dapat menarik perhatian dan minat peserta didik maka e-modul
akan dimuat dalam sebuah aplikasi yang bernama Kvisoft Flipbook. Aplikasi ini
dapat membuat e-modul memiliki bentuk yang bervariatif karena dapat memuat
gambar, teks, video dan audio. Dengan demikian diharapkan dapat membantu
guru dalam proses pembelajaran dalam memperkenalkan kearifan lokal yang ada
pada lingkungan peserta didik sehingga dapat menciptakan pembelajaran yang
bermakna.
METODE PENELITIAN
Model pengembangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah model
ADDIE yang diadopsi dari Branch. Menurut Branch (2009:2) “ADDIE is a
product development concept”. Tahap pengembangan ADDIE terdiri dari lima
langkah, yaitu (1) Analisis, (2) Perencanaan, (3) Pengembangan, (4) Implementasi
dan, (5) Evaluasi. Peneliti menggunakan model ADDIE dikarenakan : Model
ADDIE sederhana dan mudah dipelajari, terdapat evaluasi dan revisi secara terus-
menerus dalam setiap tahapannya sehingga akan membantu proses perbaikan
Page 5
produk serta model ADDIE telah banyak digunakan dalam penelitian
pengembangan dan terbukti menghasilkan produk yang baik.
TEKNIK PENGUMPULAN DATA
Jenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah data kualitatif dan
data kuatitatif. Data kualitatif didpaat dari komentar, saran atau masuukkan dari
validasi ahli media, ahli materi dan ahli bahasa. Sedangkan data kuantitatif
didapat dari hasil perhitungan angket respon dan peserta didik. Sumber data pada
penelitian ini adalah orang yang paham dan mengerti pada bidang ahli media, ahli
materi dan ahli bahasa , guru dan peserta didik di kelas V SD negeri 112/I
Perumnas.
Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adlaah angket. Dalam
penelitian ini peneliti mengginakan angket jenis tertutup yang sudah tersedia
pilihan jawabannya. Jenis angket yang digunakan pada penelitian ini yaitu angket
validasi materi, media dan bahasa, angket repson guru dan angket pesert didik
yang terdiri dari angket respon, angket mina dan angket persepsi. Angket yang
digunakan menggunakan skala likert dengan skala 4 dan skala 5.
Berikut kisi-kisi angket validasi materi, validasi media dan validasi bahasa
yang dibuat uuntuk mengetahui kevalidan produk yang telah dikembangkan.
Tabel 1.1 Kisi-kisi Angket Validasi Ahli Materi E-Modul Etnokonstruktivisme
Variabel Indikator No
Item
Pengembangan
Modul Elektronik
Dalam Pembelajaran
Ilmu Pengetahuan
Sosial Berbasis
Etnokonstruktivisime
Topik Lubuk
Larangan Pada Tema
IV Sehat Itu Penting
Menggunakan
Aplikasi Kvisoft
Flipbook Maker
Untuk Kelas V
Sekolah Dasar
Kelengkapan materi 1
Keluasan materi 2
Kedalaman materi 3
Keakuratan fakta dan data 4
Keakuratan contoh dan kasus 5
Keakuratan gambar, diagram, dan ilustrasi 6
Keakuratan istilah 7
Gambar, diagmram dan ilustrasi dalam kehidupan sehari-
hari
8
Menggunakan contoh kasus yang terdapat dalam kehidupan
sehari-hari
9
Mendorong rasa ingin tahu 10
Sumber: BSNP (2012)
Tabel 1.2 Kisi-Kisi Angket Validasi Ahli Media E-Modul Etnokonstruktivisme
Variabel Indikator No item
Pengembangan Modul
Elektronik Dalam Pembelajaran
Ilmu Pengetahuan Sosial
Berbasis Etnokonstruktivisime
Topik Lubuk Larangan Pada
Tema IV Sehat Itu Penting
Menggunakan Aplikasi Kvisoft
Flipbook Maker Untuk Kelas V
Sekolah Dasar
Jelas dan rapi 1,2
Bersih dan menarik 3,4
Cocok dan tepat sasaran 5,6,7
Sesuai dengan tujuan pembelajaran 8
Praktis, lues dan tahan 9,10,11
Berkualitas baik 12
Ukuran sesuai dengan lingkungan belajar 13,14
Page 6
Sumber : Asyhar ( 2012)
Tabel 1.3 Kisi-Kisi Angket Validasi Bahasa E-Modul Etnokonstruktivisme
Variabel Indikator No Item
Pengembangan Modul
Elektronik Dalam Pembelajaran
Ilmu Pengetahuan Sosial
Berbasis Etnokonstruktivisime
Topik Lubuk Larangan Pada
Tema IV Sehat Itu Penting
Menggunakan Aplikasi Kvisoft
Flipbook Maker Untuk Kelas V
Sekolah Dasar
Ketepatan struktur kalimat 1
Keefektifan kalimat 2
Kebakuan istilah 3
Pemhamana terhadap pesan atau
infromasi 4
Kemampuan memotivasi peserta didik 5
Kesesuaian dengan perkembangan
intelektual peserta didik 6
Kesesuaian dengan tingkat
perkembangan emosional peserta didik 7
Ketepatan tata bahasa 8
Ketepatan ejaan 9
Sumber : BNSP (2012)
Angket respon yang digunakan dalam penelitian ini yaitu angket peserta
didik dan angket guru yang bertujuan untuk mengetahui kepraktisan produk yang
dikembangkan.
Tabel 1.4 Kisi-Kisi Angket Respon Guru Terhadap E-Modul Etnokonstruktivisme
Variabel Indikator No
Item
Pengembangan Modul
Elektronik Dalam Pembelajaran
Ilmu Pengetahuan Sosial
Berbasis Etnokonstruktivisime
Topik Lubuk Larangan Pada
Tema IV Sehat Itu Penting
Menggunakan Aplikasi Kvisoft
Flipbook Maker Untuk Kelas V
Sekolah Dasar
Jelas dan rapi 1,2
Bersih dan menarik 3,4
Cocok dengan sasaran 5,6
Praktis, tahan dan luwes 7,8,9
Berkualitas baik 10
Ukurannya sesuai dengan kebutuhan
siswa
11
12
Diadopsi dari : Asyhar (2012)
Tabel 3.5 Kisi-Kisi Angket Respon Peserta Didik Terhadap E-Modul Etnokonstruktivisme
Variabel Deskriptor
Pengembangan Modul
Elektronik Dalam Pembelajaran
Ilmu Pengetahuan Sosial
Berbasis Etnokonstruktivisime
Topik Lubuk Larangan Pada
Tema IV Sehat Itu Penting
Menggunakan Aplikasi Kvisoft
Flipbook Maker Untuk Kelas V
Sekolah Dasar
Tampilan e-modul menarik perhatian
e-modul memiliki warna yang menarik
Materi pembelajaran pada e-modul memiliki keterkaitan
dengan kehidupan sehari-hari
Materi pada e-modul mudah dipahami
Bahasa pada e-modul mudah dipahami
Huruf-huurf yang digunakan jelas dan menarik
Gambar dan video pada e-modul akan memperjelas materi
pembelajaran
Page 7
Tabel 1.6 Kisi-Kisi Instrumen Angket Persepsi
Variabel Indikator No.Item
Pengembangan Modul Elektronik
Dalam Pembelajaran Ilmu
Pengetahuan Sosial Berbasis
Etnokonstruktivisime Topik Lubuk
Larangan Pada Tema IV Sehat Itu
Penting Menggunakan Aplikasi
Kvisoft Flipbook Maker Untuk Kelas
V Sekolah Dasar
Perasaan Peserta Didik 1, 10
Pemikiran Peserta Didik 2, 3, 4, 7
Tampilan Soal 8, 9
Efisiensi Media/Modul 5, 6
(Sumber: Ardiansyah, & Bahriah:2016)
Tabel 1.7 Kisi-Kisi Instrumen Angket Minat
Variabel Indikator No.Item
Pengembangan Modul Elektronik
Dalam Pembelajaran Ilmu
Pengetahuan Sosial Berbasis
Etnokonstruktivisime Topik Lubuk
Larangan Pada Tema IV Sehat Itu
Penting Menggunakan Aplikasi
Kvisoft Flipbook Maker Untuk Kelas
V Sekolah Dasar
Perasaan suka terhadap aktivitas peserta
didik 1, 3, 4, 5
Perasaan suka terhadap situasi belajar 8
Pemahaman konsep materi pembelajaran 2, 7
Keaktifan peserta didk saat proses
pembelajaran 6, 9, 10
(Sumber:Rozikin, Amir, & Rohiat:2018)
TEKNIK ANALISIS DATA
Pada penelitian ini teknik analisis data yang dianalisis adalah angket ahli
media, ahli bahasa dan ahli materi, angket respon peserta didik dan guru terhadap
media modul elektronik yang dikembangkan, dan wawancara tokoh masyarakat
terhadap kearifan lokal Lubuk Larangan maupun wawancara guru terhadap media
teknologi. Tahap analisis data yaitu mengumpulkan data dari penyebaran angket
untuk dianalisis untuk melihat hasil dari sebuah pengembangan produk. Data yang
diperoleh pada penelitian ini adalah data kualitatif dan kuantitatif dari hasil
penyeberan angket berupa saran, komentar, masukan dan perhitungan hasil
validasi angket dan respon guru bersta peserta didik.
Analisis data hasil validasi materi, media dan bahasa
Data hasil validasi materi, media dan bahasa dianalisis menggunakan rumus
berikut.
𝑅 =∑ = 1 𝑉𝑖𝑗𝑛
𝑗
𝑛𝑚
Keterangan :
R = rerata hasil penelitian dari para ahli/praktisi
Page 8
Vij = skor hasil penilaian para ahli/praktisi ke-j kriteria
n = banyaknya para ahli/praktisi yang menilai
m = banyaknya kriteria
Tabel 1.8 Rentang Penetapan Tingkat Kevalidan
Rentang Tingkat Validitas
1,00-1,99 Tidak Valid
2,00-2,99 Kurang Valid
3,00-3,49 Valid
3,50-4,00 Sangat Valid
Analisis Kepraktisan Angker Respon Guru dan Peserta Didik
Angket respon disusun dalam bentuk skala likert yang disusun dengan
kategori positif dan negatif. Berikut bobot setiap pertanyaan dalam angket respon
guru yang dapat dilihat pada tabel 1.9 sebagai berikut :
Tabel 1.9 Bobot Penilaian terhadap Pernytaan Pada Angket
Pernyataan positif Bobot Pernyataan negatif
Sangat Setuju 5 Sangat Tidak Setuju
Setuju 4 Tidak Setuju
Cukup Setuju 3 Cukup Setuju
Tidak Setuju 2 Setuju
Sangat Tidak Setuju 1 Sangat Setuju
Berdasarkan penilaian angket respon guru, maka penilaian terhadap
kepraktisan dianalisis dengan menggunakan rumus modifikasi dari Riduwan
(2013:14) sebagai berikut:
rentang=𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖−𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑡𝑒𝑟𝑒𝑛𝑑𝑎ℎ
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑟𝑖𝑡𝑒𝑟𝑖𝑎
Sehingga didapatkan penetapan tingkat keparaktisan yang dapat dilihat
pada tabel 1.10 sebagai berikut :
Tabel 1.10 Skala Penilaian Kepraktisan Produk Berdasarkan Repson Guru
No Skor Nilai Tingkat Validasi Kategori
1 50,5-60 Sangat Praktis
2 40,9-50,4 Praktis
3 31,3-40,8 Cukup Praktis
4 21,7-31,2 Tidak Praktis
5 12-21,6 Sangat Tidak Praktis
Penilaian angket respon peserta didik dinalaisis menggunakan rumus
sebagai berikut :
Page 9
𝑝𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 =∑ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑐𝑎𝑝𝑎𝑖
∑ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚 𝑥 100%
Maka didapatkan penetapan tingkat persentase angket respon peserta
didiik yang dapat dilihat pada tabel 1.11 sebagai berikut :
Tabel 1.11 Skala Penilaian Kepraktisan Produk Berdasarkan Respon Peserta Didik
No Skor Nilai Tingkat Validasi Kategori
1 81%-100% Sangat Praktis
2 61%-80% Praktis
3 41%-60% Cukup Praktis
4 21%-40% Tidak Praktis
5 01%-20% Sangat Tidak Praktis
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Pengembangan modul elektronik pembelajaran sosial berbasis
etnokonstruktivisme Lubuk Larangan menggunakan aplikasi Kvisoft Flipbook
Maker dikembangkan menggunakan model ADDIE. Model ADDIE terdiri dari
lima tahapan utama yakni Analysis (analisis), Design (perancangan), Development
(pengembangan), Implementation (penerapan) dan Evaluation (penilaian).
Tahap Analisis (Analysis)
Tahap analisis pada penelitian ini meliputi analisis kebutuhan, analisis
kurikulum dan analisis peserta didik yang dijelaskan sebagai berikut.
Tabel 1.12 Hasil Wawancara Bersama Guru Wali Kelas V A SD Negeri 112/I Perumnas
Nama Guru Hasil Wawancara
Nuraeni S.Pd Pengetahuan guru mengenai pembelajaran menggunakan
TIK seperti laptop, infokus, gadget dan kaset pembelajaran.
Penggunaannya tidak terlalu rutin karena keterbatasan fasilitas
seperti infokus sebab harus bergantian dengan rombel yang
lainnya. Penggunaan TIK tidak hanya menggunakan laptop,
pernah menggunakan gawai bersama siswa untuk mencari bank
soal pelajaran.
Penggunaan TIK memberikan nuansa yang berbeda dalam
pembelajaran, karena anak tidak cepat bosan dan tertarik untuk
belajar, dalam menyampaikan materi guru juga terbantu dalam
menjelaskan sesuatu yang tidak dapat diterangkan dengan narasi.
Karena penggunaan TIK, minat dan ketertarikan siswa
meningkat sehingga berdampak pula dengan hasil belajarnya
yang baik.
Pembelajaran dengan mengaitkan kearipan lokal yaitu
memberdayakan apa yang ada dilingkungan sekitar kita.
Mengaitkan pembelajaran dengan kearipan lokal adalah dengan
menyesuaikan materi dan mencontohkan materi tersebut kedalam
situasi yang dekat dengan siswa. Adanya pembuatan bahan ajar
berbasis kearifan lokal akan membuat siswa menjadi tahu
Page 10
terhadap apa yang ada disekitarnya.
Hasil wawancara bersama guru wali kelas V A dapat disimpulkan bahwa,
pendidik telah memanfaatkan TIK dalam pembelajaran seperti penggunaan laptop
dan infocus ataupun gadget yang digunakan dalam pembelajaran seperti untuk
mencari bank soal bersama peserta didik. Pendidik juga mengintegrasikan
pembelajaran berbasis kearifan lokal dengan menyesuaikan materi dan
memberikan contoh yang dekat dengan lingkungan peserta didik. Kemudian
penggunaan TIK dalam pembelajaran menjadikan peserta didik tertarik dan
menambah minat dalam belajar.
Tabel 1.13 Wawancara Kepada Tokoh Masyarakat
Nama Jabatan Hasil
Wawancara
Bahtiar Tuo Tengganai
Nama lubuk larangan dikenal dengan sebutan
lain yakni rengas cundung. Sebelum pembukaan
lubuk larangan seluruh masyarakat membaca
yasiin meminta keberkahan kepada Allah SWT.
Seluruh kalangan dapat berpartisipasi sekalipun
bukan warga setempat. lubuk larangan dilakukan
di sungai batang tebo pada setiap bulan januari.
Tujuan lubuk larangan yaitu untuk menjaga
sosialisasi antar masyarakat dan keseimbangan
ekosisitem. Pemerintah ikut andil dalam
penyelenggaraan tradisi Lubuk larangan serta
mendukung kegiatan ini. Pada tahun 2001 semasa
jabatan Bapak Zulfikar Ahmad meberikan benih
ikan sebanyak 2000benih untuk dilepaskan
kepenangkaran lubuk larangan. Ada sanski yang
diberikan kepada siapapun yang mengambil ikan
sembarangan berupa hutang adat yakni hewan
kambing dan beras 20 gantang.
Ismail Ketua Adat
Lubuk larangan dikenal dengan nama lain
yakni rengas cundung dengan arti sungai yang
tidak boleh digunakan secara sembarangan. Pada
tahun 1970an tradisi lubuk larangan telah ada.
Tradisi ini dilakukan dalam kurun waktu satu kali
dalam setahun yaitu pada bulan Januari. Tempat
pelaksanaanya di Sungai Batang Tebo. Peralatan
yang digunakan layaknya alat pancing yang biasa
digunakan untuk memancing, dilarang
menggunakan alat berbahaya seperti pukat
harimau. Kegiatan ini bertujuan untuk
meningkatkan rasa kekeluargaan, menjaga sungai
dari pecermaran. Ada sanksi bagi yang melanggar
peraturan di lubuk larangan yaitu sanksi adat dan
sanksi hukum.
Idris, S.Pd.I Masyarakat
Tradisi ini dikenal dengan nama rengeh
cundung ataupun rengas condong. Rengas
merupakan sebuah pohon yang hidup ditepi
sungai. Tradisi ini telah lama dilakukan dari tahun
1980an dan tahun sebelumnya sudah ada.
Terdapat sanksi atau hukuman bila mencuri ikan
dikawasan Lubuk Larangan, denda berkisar
Rp.300.000-Rp.500.000, memberi parang
Page 11
sebanyak 50 dan kambing satu ekor.
Tradisi ini memberikan edukasi kepada
masyarakat tentang pentingnya menjaga alam
serta pentingnya menjaga tradisi masyarakat
terdahulu.
Berdasarkan hasil wawancara kepada tiga narasumber tersebut, dapat
ditarik sebuah kesimpulan mengenai tradisi Lubuk Larangan, yakni Lubuk
larangan merupakan sebuah tradisi yang telah lama berada ditengah-tengah
masyarakat Air Gemuruh, Kabupaten Bungo. Tradisi Lubuk Larangan bertujuan
untuk meningkatkan rasa kekeluargaan masyarakat setempat serta sebagai upaya
perlindungan satwa air (sungai) dan menjaga kelestarian alam.
Tabel 1.14 Indikator PB 3 dan PB 4
Indikator PB 3 Indikator PB 4
Ilmu Pengetahuan Sosial
3.2.1 Mengaitkan bentuk interaksi manusia
di lingkungan sekitar
4.2.1 Melaporkan hasil analisis interaksi
manusia dengan lingkungan sekitar
3.2.2 Menganalisis bentuk-bentuk
interaksi manusia dengan
lingkungan dan pengaruhnya
terhadap pembangunan budaya
3.2.3 Menyajikan hasil analisis tentang
interaksi manusia dengan
lingkungan dan pengaruhnya
PPKn
3.2.1 Menjelaskan pengertian tanggung
jawab
4.2.1 Membuat laporan pelaksanaan tanggung
jawab dalam anggota masyarakat
3.2.2 Memahami makna tanggung jawab
sebagai warga masyarakat dalam
kehidupan sehari-hari.
4.2.2 Mengambil keputusan bersama
tentang tanggug jawab sebagai
warga masyarakat dalam
kehidupan sehari-hari.
Bahasa Indonesia
3.6.1 Menjelaskan isi dan amanat pantun
tulisan
4.6.1 Membuat pantun hasil karya pribadi
dan menjelaskan maknanya
3.6.2 Menggali isi dan amanat pantun
yang disajikan secara tulis dengan
tujuan untuk kesenangan
4.6.2 Melisankan pantun hasil karya
pribadi dengan lafal, intonasi dan
ekspresi yang tepat sebagai bentuk
ungkapan diri
Ditinjau dari Kompetensi Dasar pada Tabel 4.3 kearifan lokal Lubuk
Larangan dapat diintegrasikan pada muatan KD IPS yaitu “Menganalisis bentuk-
bentuk interaksi manusia dengan lingkungan dan pengaruhnya terhadap
pembangunan sosial, budaya dan ekonomi masyarakat Indonesia dan ranah
afektif”.
Pada tradisi Lubuk Larangan terdapat adanya interaksi manusia dengan
lingkungan serta berdampak kepada pembangunan sosial, budaya dan ekonomi.
Interaski yang terjadi pada saat tradisi Lubuk Larangan adalah interaksi antar
manusia, antar kelompok maupun antar individu dan kelompok. Hal ini
menjelaskan bentuk-bentuk interaksi manusia kepada lingkungannya, dampaknya
Page 12
terhadap budaya adalah menjaga eksistensi tradisi Lubuk Larangan ditengah arus
globalisasi dan dampaknya terhadap ekonomi masyarakat adalah membantu
masyarakat dalam meningkatkan perekonomian rumah tangga dengan cara
menjual hasil tangkapan ikpean pada saat tradisi Lubuk Larangan berlangsung.
Dengan begitu, tradisi Lubuk Larangan sinkron dengan Kompetensi Dasar IPS
pada Kurikulum 2013.
Tabel 1.15 Karakteristik Peserta Didik Kelas V A SD Negeri 112/I Perumnas
Aspek
Kognitif
Aspek
Sosio-Emosional
Aspek
Fisik
Pemikiran konkret
Senang mencoba hal-
hal baru
Tertarik pada fakta dan
kisah nyata
Lebih suka kelompok
seks yang sama
Membutuhkan panduan
dalam menyelesaikan
tugas dan persetujuan
orang dewasa
Suka bekerja secara
kooperatif dan setia pada
grup
Memiliki energi
tanpa batas
Anak perempuan
memiliki kecepatan
yang lebih cepat dan
tumbuh dan
berkembang dari
pada anak laki-laki
Perancangan (Design)
Tahapan perancangan dilakukan guna menghasilkan bahan ajar yang
maksimal dengan persiapan sebagai berikut :.
a. Studi pustaka dengan mambaca literatur mengenai tata cara
pembuatan modul elektronik.
b. Studi pustaka dan literatur mengenai tradisi Lubuk Larangan.
c. Mengumpulkan bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan
modul elektronik seperti gambar, video, musik, animasi yang
mendukung materi pembelajaran.
d. Menginstal aplikasi yang dibutuhkan yaitu aplikasi Kvisoft Flipbook
Maker untuk menampilkan produk dan aplikasi Wondershare
Filmora untuk pengeditan video.
e. Merancang tampilan modul elektronik seperti sampul dan template
modul elektronik. Sampul modul elektronik didesain menggunakan
aplikasi Adobe Photoshop Cc 2019 dan template modul elektronik
didesain langsung di Microsoft Word dengan memanfaatkan menu
yang ada.
1. Halaman Sampul
Page 13
Gambar 1.1 Sampul Modul Elektronik
Halam sampul atau cover berisi informasi mengenai judul tema, nomor
tema, judul subtema dan nomor subtema. Halaman sampul juga dilengkapi dengan
ilustrasi berupa gambar dan warna yang kontras dan menarik.
2. Kata Pengantar
Gambar 1.2 Kata Pengantar
`Kata pengantar ditulis pada halaman tersendiri. Kata pengantar
merupakan cara penulis untuk berkomunikasi dengan pembaca, didalam kata
pengantar termuat ucapan terimakasih dan penghargaan kepada Allah SWT serta
pihak-pihak yang membantu, menjelaskan maksud dan tujuan pengembangan
modul elektronik, permohonan maaf atas kelemahan produk, pemberian saran
serta masukan dari pembaca untuk perbaikan dari modul elektronik.
3. Daftar Isi
Page 14
Gambar 1.3 Daftar Isi
Daftar isi bertujuan untuk memudahkan pembaca dalam mencari halaman-
halaman tertentu secara cepat. Daftar isi menggambarkan secara keseluruhan dari
bagian isi modul elektronik.
4. KI, KD, Indikator dan Tujuan Pembelajaran
(a) KI dan KD
(b) Indikator dan Tujuan Pembelajaran
Gambar 1.4 KI, KD, Indikator & Tujuan Pembelajaran
Page 15
Halaman KI, KD, Indikator dan tujuan pembelajarna termuat dalam
beberapa halaman yang saling berurutan. Halama ini bertujuan agar peserta didik
mengetahui maksud dan tujuan yang hendak dicapai dengan menggunakan modul
elektronik.
5. Petunjuk Penggunaan
Gambar 1.5 Petunjuk Penggunaan
Petunjuk penggunaan modul elektronik terdiri dari dua yakni petunjuk tata
cara pengoperasian modul (diluar modul elektronik) dan petunjuk penggunaan isi
modul elektronik. Modul elektronik menggunakan aplikasi Kvisoft Flipbook
Maker untuk menampilkannya, tata cara pengoperasiannya ditunjukkan sebelum
penggunaan.
6. Uraian Materi dan Kegiatan Peserta Didik
Page 16
Gambar 1.6 Uraian Materi dan Kegiatan Peserta Didik
Uraian materi juga disesuaikan dengan tujuan pembelajaran yakni
mengetahui kearifan lokal yang ada di provinsi Jambi yaitu mengenai tradisi
Lubuk Larangan. Kegiatan Peserta didik berupa latihan-latihan yang harus
dikerjakan oleh peserta didik baik secara individu maupun berkelompok.
7. Permainan dan Prakarya
Gambar 1.7 halaman permainan dan prakarya
Halaman keterampilan prakarya memuat prakarya yang akan dibuat peserta
didik. Prakarya dilaksanakan setelah selesai melakukan pembelajaran. Halaman
permainan tradisional memuat salah satu permainan tradisional yang berasal dari
Provinsi Jambi yang sangat jarang dimainkan di zaman sekarang.
8. Biografi Penulis
Page 17
Gambar 1.8 Biografi Penulis
Biografi penulis atau daftar riwayat penulis dibuat untuk memberikan
informasi kepada pembaca. Daftar riwayat penulis juga memudahkan pembaca
apabila hendak menghubungi penulis.
Pengembangan (Develovment)
Pada tahap pengembangan, peneliti melakukan validasi yaitu validasi materi,
validasi media dan validasi bahasa serta diikuti revisi produk.
Tabel 1.16 Penilaian Validator Materi
No Deskriptor Skor Perolehan
Tahap 1 Tahap II
1 Materi yang disajikan mencakup materi yang terkandung
dalam Kompetensi Dasar (KD)
3 4
2 Keluasan materi yang disajikan mencerminkan jabaran yang
mendukung pencapaian Kompetensi Dasar (KD)
3 4
3 Materi yang disajikan mulai dari pengenalan konsep,
definisi, prosedur, tampilan output, contoh, kasus, latihan,
sampai dengan interaksi antar-konsep sesuai dengan tingkat
pendidikan di SD dan sesuai dengan Kompetensi Dasar (KD
4 4
4 Fakta dan data yang disajikan sesuai dengan budaya lokal
Jambi dan efisien untuk meningkatkan pemahaman peserta
didik.
3 3
5 Contoh dan kasus yang disajikan desuai dengan budaya
lokal jambi dan efisien untuk meningkatkan pemahaman
peserta didik
4 4
6 Gambar, diagram, dan ilustrasi yang disajikan sesuai dengan
budaya lokal Jambi dan efisien untuk meningkatkan
pemahaman peserta didik
3 4
7 Istilah-istilah teknis dalam materi yang disajikan sesuai
dengan kelaziman yang berlaku dalam kehidupan sehari-hari
4 4
8 Gambar, diagram dan ilustrasi yang terdapat dalam
kehidupan sehari-hari, namun juga dilengkapi penjelasan
2 3
9 Gambar, diagram dan ilustrasi yang terdapat dalam
kehidupan sehari-hari, namun juga dilengkapi penjelasan
3 4
Page 18
10 Uraian, latihan atau contoh-contoh kasus yang disajikan
dalam bahan ajar mendorong peserta didik untuk
mengerjakannya lebih jauh dan menumbuhkan kreativitas.
3 4
Jumlah 32 38
Rata-rata 3,2 3,8
Kategori Valid Sangat
Valid
Tabel 1.17 Penilaian Validatro Media
No Deskriptor Skor Perolehan
Tahap 1 Tahap II
1 Produk yang digunakan jelas dalam penyajiannya. 3 4
2 Produk yang digunakan rapi dalam susunan serta penataanya 3 3
3 Penyajian produk bersih, berwarna menarik dan proporsional 2 4
4 Produk dapat menarik minat peserta didik untuk belajar 4 4
5 Kesesuaian produk dengan karakteristik serta kebutuhan
peserta didik
4 3
6 Kesesuaian produk terhadap sasaran subjek pembelajaran. 3 4
7 Produk yang digunakan relevan dengan topik yang diajarkan 3 3
8 Kesesuaian produk terhadap tujuan yang diharapkan 3 4
9 Produk praktis dan luwes saat digunakan dalam pembelajaran 3 3
10 Produk pantas digunakan dalam proses pembelajaran. 4 4
11 Produk dapat digunakan secara berulang-ulang 4 4
12 Produk memiliki kualitas yang baik 3 4
13 Ukuran produk sesuai dengan kondisi kelas. 4 4
14 Mudah dibawa dan disimpan 4 4
Jumlah 47 52
Rata-rata 3, 35 3, 71
Kategori Valid Sangat
Valid
Tabel 1.18 Validasi Bahasa
No Deskriptor Skor perolehan
Tahap 1 Tahap 2
1
Kalimat yang digunakan mewakili isi pesan atau informasi yang
ingin disampaikan dengan tetap mengikuti tata kalimat Bahasa
Indonesia.
3 4
2 Kalimat yang digunakan sederhana dan langsung ke sasaran 3 4
3 Istilah yang digunakan sesuai dengan Kamus Besar Bahasa
Indonesia.
3 4
4
Bahasa yang digunakan membangkitkan rasa senang ketika
peserta didik membacanya dan mendorong mereka untuk
mempelajari buku tersebut secara tuntas
4 4
5
Bahasa yang digunakan membangkitkan rasa senang ketika
peserta didik membacanya dan mendorong mereka untuk
mempelajari buku tersebut secara tuntas
4 4
6 Bahasa yang digunakan dalam menjelaskan suatu konsep harus
sesuai dengan tingkat perkembangan kognitif peserta didik.
3 4
7 Bahasa yang digunakan sesuai dengan tingkat kematangan
emosional peserta didik.
3 3
8 Tata kalimat yang digunakan untuk menyampaikan pesan
mengacu kepada kaidah tata Bahasa Indonesia yang baik dan
4 4
Page 19
benar.
9 Ejaan yang digunakan mengacu kepada pedoman Ejaan Yang
Disempurnakan.
3 4
Jumlah 30 35
Rata-rata 3, 33 3, 88
Kategori Valid Sangat
valid
Implementasi (Implementation)
Setelah dilakukan validasi oleh tim dosen validator dan produk dinyatakan
layak diuji cobakan, tahap selanjutnya adalah melakukan ujicoba modul elektronik
berbasis etnokontruktivisme yang sudah valid. Uji coba produk dilakukan sebagai
tahap untuk melihat kepraktisan produk yang dikembangkan. Adapun hasil respon
guru terhadap produk yang dikembangkan yaitu sebagai berikut.
Tabel 1.19 Hasil Angket Respon Guru
No Aspek yang Dinilai
Skor Nilai
Wali
Kelas
V A
Wali
Kelas
V B
Kepala
Sekolah
1 e-modul jelas penyajiannya 5 5 5
e-modul rapi dalam susunan dan penataannya 5 5 4
2 Penyajian e-modul bersih dan proposional 5 4 4
e-modul dapat menarik minat siswa untuk belajar 4 5 5
3 e-modul sesuai dengan karakteristik siswa 5 5 5
e-modul sesuai dengan topik yang diajarkan 4 5 5
4 e-modul dapat digunakan berulang-ulang 5 5 4
e-modul mudah digunakan 5 5 5
5 e-modul mudah dibawa kemana-kemana dan mudah
dipindahkan
5 5 5
e-modul memiliki kualitas yang baik 5 5 5
6 Ukuran e-modul sesuai dengan kebutuhan siswa 4 4 4
Mudah dibawa dan disimpan 5 5 5
Jumlah 57 58 56
Penilaian produk pada uji coba kelompok besar dilakukan oleh 30 orang
peserta didik dengan angket yang disediakan oleh peneliti. Adapun angket yang
disediakan yaitu angket respon, angket minat dan persepsi. Adapun hasil angket
respon peserta didik terhadap produk yang dikembangkan yaitu sebagai berikut.
Tabel 1.20 Hasil Angket Repson Peserta Didik
No Nama Siswa Nomor Item Jumlah
Page 20
1 2 3 4 5 6 7 Skor
1 ADP 5 5 2 5 5 5 5 32
2 AEP 4 4 4 4 5 5 5 31
3 AAA 5 5 5 5 5 5 5 35
4 ARI 4 4 4 4 5 5 5 31
5 BNR 5 5 5 5 5 5 5 35
6 CAP 5 5 5 5 5 5 5 35
7 DNH 3 3 5 5 5 3 5 29
8 GT 5 5 4 3 4 5 5 31
9 MWD 4 4 5 5 5 4 5 32
10 MM 5 4 5 4 4 5 5 32
11 MLS 5 5 5 5 5 5 5 35
12 MD 5 5 4 5 5 5 5 34
13 MFA 5 5 5 4 4 4 5 32
14 MRPP 5 4 5 5 5 4 5 28
15 MZ 5 4 4 5 5 4 5 32
16 NDA 4 5 5 4 4 5 4 31
17 NSAG 5 4 5 4 5 4 4 31
18 NN 4 4 5 5 5 5 5 29
19 RDS 5 4 5 4 5 4 5 32
20 SN 5 5 5 5 5 5 5 35
21 SJ 5 5 5 5 5 5 5 35
22 SS 5 4 5 5 5 4 5 33
23 TAP 4 4 4 4 5 5 4 30
24 UAM 5 5 4 3 4 5 5 31
25 ZM 5 4 5 5 5 4 5 28
26 ZS 5 4 5 4 4 4 5 31
27 ZWP 5 5 4 5 4 5 5 33
28 ZAP 5 5 5 5 5 5 5 35
29 RN 5 5 5 5 5 5 5 35
Jumlah 906
Persentase 89,26%
Tabel 1.21 Hasil Angket Minat Peserta Didik terhadap Bahan Ajar
No Nama
Siswa
Nomor Item Jumlah
skor 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 ADP 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 49
2 AEP 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 50
3 AAA 5 5 5 4 5 5 5 5 5 4 48
4 ARI 4 5 4 4 5 5 4 5 5 5 46
5 BNR 4 5 5 5 5 5 5 5 5 4 45
6 CAP 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 48
7 DNH 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 50
8 GT 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 50
9 MWD 4 5 4 5 5 4 5 5 5 5 47
10 MM 4 5 4 5 5 5 5 5 5 5 48
11 MLS 4 5 5 5 5 5 5 4 5 5 48
12 MD 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 49
13 MFA 5 5 4 5 5 4 5 5 5 5 48
14 MRPP 5 5 5 4 5 4 5 5 5 5 48
15 MZ 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 49
16 NDA 5 5 4 3 5 5 3 5 5 5 45
17 NSAG 4 5 4 5 5 5 4 5 5 5 47
18 NN 5 5 4 5 5 5 4 5 5 4 47
19 RDS 5 5 5 5 5 5 5 4 5 4 48
Page 21
20 SN 4 5 3 5 5 5 5 4 5 5 46
21 SJ 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 49
22 SS 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 49
23 TAP 4 5 5 5 4 5 5 5 5 5 48
24 UAM 5 5 5 4 5 5 5 5 5 4 48
25 ZM 4 5 5 5 5 5 4 4 5 5 48
26 ZS 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 49
27 ZWP 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 50
28 ZAP 5 5 5 4 5 5 3 5 5 5 47
29 RN 5 5 3 5 4 4 5 4 5 5 46
Jumlah 1386
Persentase 95,56%
Tabel 1.22 Hasil Angket Persepsi Peserta Didik Terhadap Modul Elektronik
No Nama
Siswa
Nomor Item Jumlah
skor 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 ADP 5 4 5 4 5 5 5 3 5 5 46
2 AEP 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 50
3 AAA 5 4 5 4 5 5 5 5 5 5 48
4 ARI 4 4 5 4 3 5 5 4 5 5 39
5 BNR 5 5 4 5 4 5 5 5 4 5 47
6 CAP 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 50
7 DNH 4 5 5 5 5 5 5 4 5 5 48
8 GT 4 5 5 4 5 4 5 5 5 5 47
9 MWD 4 3 5 5 4 5 5 5 5 5 46
10 MM 5 4 4 5 5 4 5 5 5 5 47
11 MLS 5 5 5 5 5 5 4 4 5 5 48
12 MD 5 4 5 5 5 3 5 4 5 5 46
13 MFA 5 4 5 3 5 5 4 4 5 5 45
14 MRPP 5 5 4 4 4 3 5 4 5 4 43
15 MZ 5 5 5 5 4 5 5 5 5 4 48
16 NDA 3 5 4 3 5 5 5 3 4 4 41
17 NSAG 4 5 5 5 5 5 4 5 5 3 42
18 NN 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 49
19 RDS 5 3 5 5 3 5 4 5 5 5 45
20 SN 4 4 4 5 5 5 5 5 5 5 47
21 SJ 4 5 4 4 5 5 5 3 4 5 44
22 SS 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 48
23 TAP 5 4 5 5 4 3 5 4 5 5 45
24 UAM 5 4 5 5 4 5 5 5 5 4 47
25 ZM 5 5 5 5 3 4 5 5 5 4 46
26 ZS 5 5 5 5 5 4 5 4 5 4 47
27 ZWP 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 50
28 ZAP 4 5 5 5 4 5 5 5 5 5 48
29 RN 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 49
Jumlah 1346
Persentase 92,83%
Evaluasi (Evaluation)
Tahap ini merupakan tahap terakhir dari model ADDIE, tahap evaluasi
juga merupakan langkah perbaikan secara keseluruhan terhadap produk yang
dikembangkan. Seluruh tahapan pada model ADDIE dilakukan evaluasi jika
diperlukan.
Page 22
Sebelumnya telah dilakukan proses validasi terhadap produk berupa
validasi materi, media dan bahasa. Validasi bertujuan untuk melihat layak atau
tidak layakknya produk tersebut. Proses pengujian keabsahan atau validasi
dilakukan oleh para ahli yaitu dosen yang mengerti dibidang tersebut minimal
berpendidikan strata 2 (S2). Berdasarkan beberapa kali tahapan validasi, hasil
untuk diujicobakan. Penilaian juga dilakukan bersama guru dan peserta didik, dari
hasil penilaian berupa saran dan komentar dijadikan acuan untuk perbaikan.
Pembahasan Pengembangan
Penelitian ini merupakan penelitian berjenis penelitian dan pengembangan
(Research and Development). pengembangan produk berupa modul elektronik
dengan bertema kearifan lokal atau pembelajaran berbasis etnokonstruktivisme.
pengembangan modul elektronik berbasis etnokonstruktivisme beracuan pada
kurikulum 2013 pada tema 4 “Sehat Itu Penting”, Subtema 1 “Peredaran Darahku
Sehat”, pembelajaran 3 dan 4.
Dari hasil data yang diperoleh pada setiap tahap validasi, dilihat pada
validasi materi tahap 1 mendapatkan nilai rata-rata 3,33 dengan kategori Valid
namun harus dilakukan perbaikan sesuai saran oleh validator agar dapat
diujicobakan. Setelah direvisi, valiadasi materi tahap II mendapatkan nilai rata-
rata yaitu 3,8 dengan kategori Sangat Valid dan layak untuk diujicobakan.
Selanjutnya melakukan validasi media tahap 1 memperoleh skor 3,35
dengan kategori Valid namun harus dilakukan perbaikan, setelah diperbaiki sesuai
saran mendapat nilai rata-rata 3,71 dengan kategori Sangat Valid dan layak untuk
diujicobakan. Validasi Bahasa tahap 1 mendapat nilai rata-rata 3,33 dengan
kategori Valid dengan catatan melakukan perbaikan dengan hasil perbaikan
mendapat nilai rata-rata sebesar 3,88.
Setelah proses revisi produk selesai dan telah dinyatakan valid oleh
validator, maka produk dapat diuji cobakan. Uji coba yang pertama pada
pengembangan ini ialah uji coba kelompok kecil. Uji coba kelompok kecil
dilakukan untuk mengetahui keterbacaan produk sebelum dilakukan uji coba
kelompok besar. Hasilnya produk mampu terbaca dengan baik. Selanjutnya tujuan
dari uji coba kelompok besar yaitu untuk mengetahui tingkat kepraktisan produk.
Pada hasil penelitian telah disebutkan bahwa hasil dari uji coba kelompok besar
adalah produk dinilai sangat praktis. Hal ini berdasarkan hasil penilaian yang
diberikan guru dan peserta didik melalui angket setelah menggunakan modul
elektronik.
Tingkat kepraktisan bahan ajar berbasis budaya lokal yang diperoleh dari
respon guru dan respon peserta didik memperoleh kategori Sangat Praktis dengan
perolehan skor respon guru masing-masing 57, 58 dan 56 dan rata-rata skor
peserta didik 89,26%. Bahan ajar berbasis budaya lokal diharapkan dapat
dikembangkan lagi untuk lebih banyak pembelajaran, subtema, dan tema. Hasil
Page 23
dari penilaian angket minat mendapatkan presentase sebesar 95,56% dan angket
persepsi sebesar 92,83%.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Hasil pengembangan produk berupa modul elektronik berbasis
etnokonstruktivisme pada Tema 4 “Sehat Itu Penting” Subtema 2 “Peredaran
Darahku Sehat” di kelas V Sekolah Dasar yang telah dilakukan, dapat
disimpulkan bahwa :
1. Modul elektronik dikembangkan dengan mengabdopsi model ADDIE
oleh Branch. Tahap Analysis (Analisis) meliputi analisis kurikulum,
analisis kebutuhan dan analisis peserta didik, tahap Design (Desain)
meliputi perancangan awal, tahap Development (Pengembangan)
meliputi validasi produk dan uji coba produk, tahap Implementation
(Penerapan) produk dan tahap evaluation (penilaian) produk.
2. Hasil validasi oleh validator terhadap modul elektronik terdiri dari :
validasi Materi dengan skor 3,8 kategori Sangat Valid, validasi media
dengan skor 3,71 kategori Sangat Valid dan validasi Bahasa dengan
skor 3,88 kategori Sangat Valid.
3. Hasil respon uji kepraktisan modul elektronik oleh peserta didik
mendapat persentase sebesar 89,26% dengan kategori Sangat Praktis
hasil respon minat dan angket persepsi peserta didik mendapat
pesentase masing-masing 95,56% dan 92,83% dengan kategori Sangat
Minat dan Sangat Praktis serta respon guru memperoleh skor masing-
masing 57, 58 dan 56 dengan kategori Sangat Praktis
Saran
Modul elektronik yang dikembangkan memiliki keunggulan dan masih
memiliki kelemahan serta keterbatasan. Keunggulan modul elektronik
diantaranya: modul elektronik dapat menarik perhatian peserta didik karena
modul elektronik dilengkapi dengan gambar, video dan audio; menjadikan peserta
didik belajar aktif; dan dapat mengurangi penggunaan kertas sebagai upaya
pelestarian lingkungan. Kelemahan dalam menggunakan modul elektronik adalah
membutuhkan fasilitas yang mendukung seperti ketersediaan laptop/komputer dan
infocus pada saat proses penggunaannya, jadi apabila sekolah tidak memiliki
ketersediaan sarana dan prasarana maka modul elektronik tidak dapat digunakan
di sekolah tersebut; sebagian kecil masih terdapat guru dan peserta didik yang
kurang mahir dalam menggunakan komputer sehingga mengakibatkan
keterhambatan pada saat proses penggunaannya.
Peneliti berharap modul elektronik dapat dimanfaatkan secara baik oleh
guru dan peserta didik saat proses pembelajaran dalam mencapai tujuan
Page 24
pembelajaran. Kemudian peneliti juga berharap adanya penelitian lanjutan tentang
uji keefektifan terhadap modul elektronik yang telah dikembangkan.
DAFTAR RUJUKAN
Azis, B. (2017). Kearifan Lokal Masyarakat Kampung Wisata Kerajinan Tangan
Dusun Rejoso Kota Batu. Local Wisdom Scientific Online Journal, 9(1), 1–
11. Branch, (2019). Instructional Design : The ADDIE Approach.Universitas Of Georgia
Hantono, D., & Pramitasari, D. (2018). Aspek Perilaku Manusia Sebagai Makhluk
Individu dan Sosial. National Academic Journal of Architecture, 5(2), 85–
93.
Imam Suyitno, Mustofa Kamal, Sunoto, I. S. (2015). Pemanfaatan Potensi
Kearifan Lokal dalam Pembelajaran dengan Teknik. Prosiding Seminar
Nasional, (August), 307–216.
Khusna, N., & Shufa, F. (2018). Pembelajaran Berbasis Kearifan Lokal Di
Sekolah Dasar : Sebuah Kerangka Konseptual. Inopendas Jurnal Ilmiah
Kependidikan, 1(1), 48–53.
Kuntarto, Eko (2017). Penulisan Rujukan Berdasarkan Ketentuan Apa Versi 6.
Repository Unja. https://repository.unja.ac.id/id/eprint/5905
Kuntarto, Eko and Asyhar, Rayandra. (2017). Pengembangan Model
Pembelajaran Blended Learning Pada Aspek Learning Design Dengan
Platform Media Sosial Online Sebagai Pendukung Perkuliahan Mahasiswa.
Repository Unja. https://repository.unja.ac.id/id/eprint/626.
Manongga, D., Tambotoh, J., & Bawu, J. (2009). Perancangan Modul
Pembelajaran Berbasis Interactive Multimedia Learning. Jurnal Teknologi
Informasi-Aiti, 6(1), 16–29.
Miftah, M. (2016). Multicultural Education In The Diversity Of National
Cultures. Qudus International Journal of Islamic Studies, 4(2), 168–185.
Nakpodia, E. D. (2010). Culture and curriculum development in Nigerian schools.
African Journal of History and Culture, 2(1), 1–9.
Pemerintah Republik Indonesia (2003). Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta.
Pemerintah Republik Indonesia (2013). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 81A Tahun 2013 Tentang Implementasi Kurikulum. Jakarta.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayan No 22 tahun 2016 tentang Standar
Proses
Risda, A., & Ovilia, R. (2016). Be Proud Of Indonesian Cultural Heritage
Richness And Be Alert Of Its Preservation Efforts In The Global World.
Jurnal Humanus, XV(2), 195–206.
Widiastuti. (2013). Analisis Swot Keragaman Budaya Indonesia. Jurnal Ilmiah
WIDYA, 1(1), 8–14.