Top Banner
Jurnal Adminika Volume 5. No. 1, Januari - Juli 2019 ISSN : 2442-3343 155 PENGEMBANGAN MODEL PEMASARAN BIBIT KARET RAKYAT BERBASIS KEPUASAN PETANI KARET RAKYAT DI KABUPATEN MUSI BANYUASIN Penulis Wani Fitriah 1 , Omar Hendro 2 Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis U.M.Palembang E-mail: [email protected] & [email protected] ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengembangan Model Pemasaran Bibit Karet Rakyat Berbasis Kepuasan Petani Karet Rakyat di Kabupaten Musi Banyuasin. Desain penelitian ini adalah penelitian asosiatif dengan menghubungkan antar variabel. Metode analisis yang digunakan adalah analisis jalur (path analysis) dan melalui pengujian validitas dan reliabilitas. Uji data yang digunakan untuk mengetahui karakteristik data yaitu uji normalitas dan uji linearitas. Uji model yang digunakan terdiri dari uji multikolineritas dan uji heterodekasitas, dibantu alat analisis SPSS for windows versi 22 dengan tingkat signifikant α adaah 0,05. Hasil pengujian analisis jalur (path analysis) menunjukkan Penjual danpembeli bibit karet rakyat (responden) memiliki innovation driven yang relatif rendah. Nilai rerata responden terhadap item pertanyaan konstruk market center di bawah nilai median kisaran teoritis, ini berarti secara umum responden mempunyai relatif tidak berminat dengan adanya market center. Penjual dan pembeli bibit karet rakyat (responden) belum merasa perlu untuk memasuki jangkauan pasar yang lebih luas (hanya memenuhi pasar lokal), sehingga standar nasional belum mereka lakukan. Kata Kunci : innovation driven, market centerdan kepuasan. 1. PENDAHULUAN Tanaman karet merupakan tanaman tahunan dengan siklus hidup relatif lama (25-30 tahun), waktu yang diperlukan tanaman karet siap sadap juga relatif lama yaitu, hampir lima tahun. Karena itu, pemilihan bahan tanam atau bibit merupakan faktor yang pertama dan utama dalam usaha agrobisnis ini. Penggunaan bibit yang baik dan benar menjadi sangat penting apabila terjadi kesalahan dalam memilih bibit dapat mengakibatkan kegagalan dalam satu siklus hidupnya. Keadaan pasar yang berlaku kini bukan lagi pasar penjual, tetapi menjadi pasar pembeli dimana penjual yang mencari pembeli.Konsumen dalam hal ini adalah raja yang harus dilayani dengan baik.Secara umum perusahaan menerapkan strategi bisnis kombinasi antara strategi ofensif dan defensif. Dimana strategi ofensif perlu ditujukan untuk meraih atau memperoleh konsumen baru, sedangkan untuk meningkatkan pangsa pasar dan strategi defensif berusaha untuk mengurangi kemungkinan
20

PENGEMBANGAN MODEL PEMASARAN BIBIT KARET RAKYAT …

Oct 30, 2021

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: PENGEMBANGAN MODEL PEMASARAN BIBIT KARET RAKYAT …

Jurnal Adminika Volume 5. No. 1, Januari - Juli 2019 ISSN : 2442-3343

155

PENGEMBANGAN MODEL PEMASARAN BIBIT KARET RAKYAT

BERBASIS KEPUASAN PETANI KARET RAKYAT

DI KABUPATEN MUSI BANYUASIN

Penulis

Wani Fitriah1, Omar Hendro2

Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis U.M.Palembang

E-mail: [email protected] & [email protected]

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengembangan Model Pemasaran Bibit

Karet Rakyat Berbasis Kepuasan Petani Karet Rakyat di Kabupaten Musi Banyuasin.

Desain penelitian ini adalah penelitian asosiatif dengan menghubungkan antar variabel.

Metode analisis yang digunakan adalah analisis jalur (path analysis) dan melalui

pengujian validitas dan reliabilitas. Uji data yang digunakan untuk mengetahui

karakteristik data yaitu uji normalitas dan uji linearitas. Uji model yang digunakan

terdiri dari uji multikolineritas dan uji heterodekasitas, dibantu alat analisis SPSS for

windows versi 22 dengan tingkat signifikant α adaah 0,05. Hasil pengujian analisis jalur

(path analysis) menunjukkan Penjual danpembeli bibit karet rakyat (responden)

memiliki innovation driven yang relatif rendah. Nilai rerata responden terhadap item

pertanyaan konstruk market center di bawah nilai median kisaran teoritis, ini berarti

secara umum responden mempunyai relatif tidak berminat dengan adanya market

center. Penjual dan pembeli bibit karet rakyat (responden) belum merasa perlu untuk

memasuki jangkauan pasar yang lebih luas (hanya memenuhi pasar lokal), sehingga

standar nasional belum mereka lakukan.

Kata Kunci : innovation driven, market centerdan kepuasan.

1. PENDAHULUAN

Tanaman karet merupakan tanaman

tahunan dengan siklus hidup relatif lama

(25-30 tahun), waktu yang diperlukan

tanaman karet siap sadap juga relatif lama

yaitu, hampir lima tahun. Karena itu,

pemilihan bahan tanam atau bibit

merupakan faktor yang pertama dan

utama dalam usaha agrobisnis ini.

Penggunaan bibit yang baik dan benar

menjadi sangat penting apabila terjadi

kesalahan dalam memilih bibit dapat

mengakibatkan kegagalan dalam satu

siklus hidupnya.

Keadaan pasar yang berlaku kini

bukan lagi pasar penjual, tetapi menjadi

pasar pembeli dimana penjual yang

mencari pembeli.Konsumen dalam hal ini

adalah raja yang harus dilayani dengan

baik.Secara umum perusahaan

menerapkan strategi bisnis kombinasi

antara strategi ofensif dan defensif.

Dimana strategi ofensif perlu ditujukan

untuk meraih atau memperoleh konsumen

baru, sedangkan untuk meningkatkan

pangsa pasar dan strategi defensif

berusaha untuk mengurangi kemungkinan

Page 2: PENGEMBANGAN MODEL PEMASARAN BIBIT KARET RAKYAT …

Jurnal Adminika Volume 5. No. 1, Januari - Juli 2019 ISSN : 2442-3343

156

customer exit dan beralihnya konsumen

dari perusahaan.

Strategi kepuasan konsumen

menyebabkan para pesaing harus berusaha

keras dan melakukan biaya yang tinggi

dalam usaha merebut konsumen suatu

perusahaan.Dampak kepuasan konsumen

terhadap loyalitas konsumen dan

pembelian ulang berbeda-beda setiap

perusahaan. Karena konsumen puas belum

berarti mereka puas, akan tetapi konsumen

yang puas akan cenderung menjadi

konsumen yang loyal. Kepuasan

konsumen dipengaruhi dua variabel

utama, yaitu Expectations dan Perceived

Performance, bila Perceived Performance

melebihi Expectations, maka konsumen

mendapatkan kepuasan, akhirnya akan

menciptakan loyalitas konsumen

(Tjiptono, 2000:41).

Hal yang perlu diperhatikan dalam

memberikan pelayanan adalah mendengar

suara konsumen, hal ini berarti perusahaan

harus melakukan interaksi dengan

konsumen dengan maksud untuk

memperoleh umpan balik (feed back)

berapa tanggapan konsumen tentang

sarana dan prasarana yang berhubungan

dengan pelayanan yan diberikan sebagai

kontrol dan ukuran keberhasilan.

Adapun cara untuk mendapatkan

umpan balik disini diantaranya dapat

dilakukan dengan penerapan sistem

keluhan dan saran atau dengan survei

loyalitas pembelian maka keluhan atau

ketidakpuasan konsumen tersebut dapat

segera diambil dan ditentukan solusi yang

terbaik oleh perusahaan.

Replanting tanaman karet di

Sumatera Selatan relatif tinggi sehingga di

butuhkan sumber bibit yang baru untuk

penanaman ulang diperkirakan sebanyak

20.000 ha per tahun dengan kebutuhan

bibit tanaman yang bermutu tinggi dan

siap tanam dilahan. Belum lagi ditambah

pembukaan lahan baru sebesar 10.000 ha

per tahun, sehingga untuk mencukupi

kebutuhan akan bibit tanaman karet

tersebut perlu diperhatikan khusus

mengenai bahan tanam karet berupa

batang atas dan batang bawah sebagai

pembibitan awal untuk perbanyakan

(Disbun Sumsel, 2006).

Sumatera Selatan memiliki luas

lahan perkebunan karet mencapai 622.686

ha, perkebunan rakyat sebesar 614.021

ha,perkebunan swasta sebesar 24.007 ha

dan perkebunan negara sebesar21.741 ha.

Perkebunan rakyat sumsel menghasilkan

840.000 ton tidak sesuai dengan luas

lahan perkebunan karet yang ada. Faktor

utama penyebabnya adalah bahan tanam

yang digunakan oleh karet rakyat berbeda

dengan perkebunan besar, ditambah

dengan kurang intensifnya pemeliharaan

yang diterapkan pada perkebunan rakyat.

Dengan berbagai prediksi potensi

ketersediaan dan konsumsi karet alam

dunia masa depan karet alam masih cukup

cerah, terlebih jika dilihat dari pesatnya

perkembangan industri otomotif di negara

China yang memerlukan pasokan karet

alam cukup besar, dengan kondisi

demikian pemerintah Sumatera Selatan

perlu memperhatikan sektor perkebunan

karet, bagaimana perkebunan karet

tersebut bisa menghasilkan getah karet

yang berlimpah maka program

peremajaan bisa dilakukan pemerintah

dengan revitalisasi perkebunan yang bisa

meningkatkan produktivitas dan

kesejahteraan rakyat (Potensi Sumber

Daya Alam Sumatera Selatan, 2012).

Petani berpeluang untuk menambah

sumber pendapatannya, melalui usaha

pembibitan karet secara mandiri.

Pemenuhan ketersediaan bibit karet saat

dibutuhkan para petani menjadi hal

penting untuk proses penanaman di lahan

baru ataupun lahan lama, reflanting

(peremajaan). Proses penanaman akan

terganggu jika bibit karet saat dibutuhkan

tidak tersedia tepat waktu. Solusi terbaik

adalah mencari penyedia bibit karet yang

mampu memenuhi kebutuhan dan

Page 3: PENGEMBANGAN MODEL PEMASARAN BIBIT KARET RAKYAT …

Jurnal Adminika Volume 5. No. 1, Januari - Juli 2019 ISSN : 2442-3343

157

keinginan petani. Sehingga mereka

merasa puas terhadap bibit yang diterima.

Situasi seperti ini menuntut kejelian

usaha pembibitan karet dengan melihat

pergeseran dan perubahan keinginan serta

kebutuhan para petani karet membuat

usaha pembibitan karet kewalahan dalam

menyusun strategi pemasaran yang

efektif, namun efisien.Dimana kepuasan

petani pembeli bibit sangat diutamakan

sehingga dapat memperoleh keuntungan

yang diharapkan untuk membiayai

kelangsungan usaha pembibitan.

Peningkatan kualitas produk tidak

bisa hanya mengandalkan sumber daya

alam dan lingkungan alam yang melimpah

tetapi juga sumber daya manusia yang

berkualitas, penciptaan teknologi dan

metode terbaru serta pengembangan

industri dalam berinovasi. Menurut Zuhal

(Sidang Kabinet, 03 April 2013) sudah

saatnya merubah paradigma shallow

investment dengan eksploitasi sumberdaya

alam, minimum value added dan

sumberdaya manusia murah atau yang

disebut natural resource driven economic

menjadi deep investment dengan

ekploitasi knowledge, maksimum transfer

teknologi, serta skillful and educated work

forces atau disebut dengan innovation

driven economic.

Kabupaten Musi Banyuasin

merupakan daerah yang cukup dominan

masyarakatnya berkebun karet.Luas lahan

perkebunan karet rakyat, tentunya juga

dituntut ketersediaan bibit karet yang

mereka butuhkan.Peluang inilah

dimanfaatkan oleh petani untuk juga

membuka usaha pembibitan. Hal ini

dilakukan untuk menambah pendapatan

dari usahatani pokok mereka.

Berdasarkan latar belakang inilah

maka peneliti bermaksud untuk

melakukan penelitian mengenai

Pengembangan Model Pemasaran Bibit

Karet Rakyat Berbasis Kepuasan

Petani Karet Rakyat di Kabupaten

Musi Banyuasin.

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Pengertian Pemasaran

Beberapa ahli memberikan

bermacam-macam definisi tentang

pemasaran antara lain :

a) Pemasaran adalah suatu proses sosial

dan manajerial yang didalamnya

individu dan kelompok mendapatkan

apa yang mereka butuhkan dan

inginkan dengan menciptakan,

menawarkan, mempertukarkan produk

yang bernilai dengan pihak lain (

Kotler, 1997 : 8).

b) Pemasaran adalah sistem kelas

keseluruhan dari kegiatan bisnis atau

yang ditujukan untuk merencanakan,

menentukan harga, mempromosikan

dan mendistribusikan barang dan jasa

yang memuaskan kebutuhan baik

kepada pembeli yang ada maupun

pembeli potensial (Swastha et. al.,

2000).

Dari definisi di atas dapatlah

diterangkan bahwa arti pemasaran jauh

lebih luas daripada arti

penjualan.Pemasaran mencakup usaha

perusahaan yang dimulai dengan

mengidentifisir kebutuhan konsumen yang

perlu dipuaskan, menentukan produk yang

hendak diproduksi, menentukan harga

produk yang sesuai, menentukan cara-cara

promosi dan penyaluran atau penjualan

produk tersebut.Jadi kegiatan pemasaran

adalah kegiatan-kegiatan yang saling

berhubungan sebagai suatu sistem.

Kegiatan-kegiatan tersebut

beroperasi di dalam suatu lingkungan

yang terus-menerus berkembang sebagai

konsekuensi sosial dari perusahaan, tetapi

juga dibatasi oleh sumber-sumber dari

perusahaan itu sendiri dan peraturan-

peraturan yang ada. Bagi pemasaran,

perubahan lingkungan dapat merupakan

tantangan-tantangan baru yang

memerlukan tanggapan dan cara

penyelesaian yang baru pula, atau

sebaliknya dapat berupa suatu peluang

Page 4: PENGEMBANGAN MODEL PEMASARAN BIBIT KARET RAKYAT …

Jurnal Adminika Volume 5. No. 1, Januari - Juli 2019 ISSN : 2442-3343

158

atau kesempatan mengembangkan

usahanya.

Jangkauan pemasaran sangat luas,

berbagai tahap kegiatan harus dilalui oleh

barang dan jasa sebelum sampai ke tangan

konsumen, sehingga ruang lingkup

kegiatan yang luas itu disederhanakan

menjadi 4 (empat) kebijakan pemasaran

yang lazim disebut sebagai bauran

pemasaran (marketing-mix) atau 4P dalam

pemasaran terdiri dari 4 (empat)

komponen adalah produk (product), harga

(price), distribusi (place) dan promosi

(promotion).

Bila perusahaan menginginkan

untuk memperoleh keberhasilan dalam

mempengaruhi tanggapan konsumen di

segmen pasar tertentu, maka perusahaan

harus merumuskan kombinasi aspek-

aspek strategi pemasaran tersebut dengan

tepat dan mempergunakan teknik-teknik

pemasaran yang sesuai dengan perilaku

konsumennya. Oleh sebab itu perumusan

strategi marketing mix sangat ditentukan

karakteristik segmen pasarnya, yaitu

menyangkut perilaku konsumen dan

proses pembeliannya. Karakteristik pasar

ini tercermin dari 6 O dari suatu

pembelian sabagai hasil analisis perilaku

konsumen di segmen pasar tertentu.

Gambar 2.1 Hubungan 6 O dan 4 P

Sumber : Swastha dan Handoko (2000)

2.1.2 Konsep Pemasaran

Pengusaha yang sudah mulai

mengenal bahwa pemasaran merupakan

faktor penting untuk mencapai sukses

bagi perusahaan-perusahaan, akan

mengetahui adanya cara dan falsafah baru

yang terlibat didalamnya. Cara dan

falsafah baru ini disebut konsep

pemasaran (marketing consep). Menurut

Swastha (1979 : 17) “ Konsep pemasaran

adalah sebuah falsafah bisnis yang

menyatakan bahwa pemuasan kebutuhan

konsumen merupakan syarat ekonomi dan

sosial bagi kelangsungan hidup

perusahaan “. Sedangkan definisi lain

menyatakan bahwa konsep pemasaran

adalah menjadi lebih efektif daripada para

pesaing dalam memadukan kegiatan

Price :

1. Tingkat

harga

2. Potongan

harga

3. Syarat-

syarat

pembayara

n

4. dll

Product : 1. Kualitas

2. Merek

3. Pembung-

kusan

4. dll

Segmen pasar

yang dituju

(Target Pasar)

1. Occupants 2. Obyects

3. Occasions

4. Organization

5. Objectives

6. Operations.

Promotion :

1. Periklanan

2. Personal selling

3. Promosi

penjualan

4. Publisitas.

Place :

1. Saluran distribusi

2. Lokasi penjualan

3. Pengangkutan

4. dll

Page 5: PENGEMBANGAN MODEL PEMASARAN BIBIT KARET RAKYAT …

Jurnal Adminika Volume 5. No. 1, Januari - Juli 2019 ISSN : 2442-3343

159

pemasaran guna menetapkan dan

memuaskan kebutuhan dan keinginan

pasar sasaran (Kotler, 1997 : 17).

Konsep ini menganut pandangan

dari luar ke dalam.Ia mulai dengan pasar

yang didefinisikan dengan baik,

memusatkan perhatian pada kebutuhan

konsumen, memadukan semua kegiatan

yang akan mempengaruhi konsumen dan

menghasilkan laba melalui pemuasan

konsumen.

2.1.3 Pasar

Pada dasarnya pasar adalah tempat

pertemuan antara penjual dengan

pembeli.Atau pasar adalah daerah atau

tempat (area) yang di dalamnya terdapat

kekuatan-kekuatan permintaan dan

penawaran yang saling bertemu untuk

membentuk suatu harga.Pasar dapat pula

diartikan sebagai suatu kelompok orang-

orang yang diorganisasikan untuk

melakukan tawar-menawar (dan

melakukan tempat bagi penawaran dan

permintaan) sehingga dengan demikian

terbentuk harga.Pengertian pertama

disebut pengertian konkret, sedangkan

yang kedua disebut pengertian abstrak.

Kedua pengertian diatas dianggap

masih sempit dan kurang lengkap,

sehingga Stanton (1996 : 10)

mengemukakan pengertian yang lain

tentang pasar ini, yakni : pasar adalah

orang-orang yang mempunyai keinginan

untuk puas, uang untuk berbelanja dan

kemauan untuk membelanjakannya. Jadi

dalam pengertian tersebut terdapat tiga

faktor utama yang menunjang terjadinya

pasar yaitu orang dengan segala

keinginannya, daya beli mereka

(konsumen), dan tingkah laku dalam

pembelian mereka (konsumen).

2.1.4 Segmentasi Pasar

Pasar terdiri dari banyak sekali

konsumen yang berbeda dalam beberapa

hal, misalnya keinginan, kamampuan

keuangan, lokasi, sikap pembelian dan

praktek-praktek pembeliannya.Tujuan

dari segmentasi pasar adalah untuk

menentukan perbedaan-perbedaan di

antara pembeli, yang mungkin

mengakibatkan preferensi (pemilihan)

barang-barang yang mereka inginkan itu

juga berbeda-beda.Disebabkan adanya

perbedaan-perbedaan dalam daya beli

(pendapatan), suku, agama, pendidikan,

daerah dan sebagainya, maka pengusaha

perlu membedakan kebutuhan-kebutuhan

dan keinginan konsumen dengan

mengelompokkan pasar (market

segmentation).

Dengan penjelasan di atas, dapat

dirumuskan segmentasi pasar adalah

pembagian daripada pasar secara

keseluruhan ke dalam kelompok-

kelompok untuk penyesuaian yang lebih

tepat dan konkret dari suatu produk,

sesuai dengan keinginan, kebutuhan serta

karakteristik konsumen.

Beberapa variabel utama untuk

mensegmentasikan pasar adalah :

a) Segmentasi geografis ini didasarkan

atas daerah di mana para pengusaha

membedakan secara teliti, kira-kira

daerah mana yang bisa memberikan

keuntungan.

b) Segmentasi demografis ini

dimaksudkan untuk membedakan

berbagai macam kelompok atas dasar

keadaan suatu masyarakat yang

berubah seperti misalnya,

pengelompokkan dalam bidang umur,

jenis kelamin, pendapatan,

pendidikan, agama dan jabatan.

c) Segmentasi psikografis ini

dimaksudkan untuk membedakan

berbagai macam kebutuhan konsumen

seperti misalnya, kelas sosial, gaya

hidup dan kepribadian.

2.1.5 Pengertian Kualitas

Meskipun tidak ada pengertian

mengenai kualitas yang diterima secara

universal, dari pengertian-pengertian yang

Page 6: PENGEMBANGAN MODEL PEMASARAN BIBIT KARET RAKYAT …

Jurnal Adminika Volume 5. No. 1, Januari - Juli 2019 ISSN : 2442-3343

160

ada terdapat beberapa kesamaan, yaitu

dalam elemen-elemen sebagai berikut :

a) Kualitas meliputi usaha memenuhi

atau melebihi harapan pelanggan.

b) Kualitas mencangkup produk, jasa,

manusia, proses, dan lingkungan.

c) Kualitas merupakan kondisi yang

selalu berubah (misalnya apa yang

dianggap merupakan kualitas saat ini

mungkin dianggap kurang berkualitas

pada masa mendatang).

Dengan berdasarkan elemen-elemen

tersebut dapat diambil pengertian bahwa

kualitas merupakan suatu kondisi dinamis

yang berhubungan dengan produk, jasa,

manusia, proses, dan lingkungan yang

memenuhi atau melebihi harapan

(Goetsch et. al., 2002 : 4).

Deming menyatakan bahwa kualitas

merupakan suatu tingkat yang dapat

diprediksi dari keseragaman dan

ketergantungan pada biaya yang rendah

dan sesuai dengan pasar.

2.1.6 Dimensi Kualitas Layanan

Kualitas layanan dapat dikatakan

sebagai upaya pemenuhan kebutuhan dan

keinginan konsumen serta ketepatan

penyampaiannya untuk mengembangi

harapan konsumen. Tjiptono (2000 : 61)

menyatakan harapan konsumen

merupakan keyakinan konsumen sebelum

mencoba atau membeli suatu produk,

yang dijadikan acuan dalam menilai

kinerja produk tersebut. Tjiptono (2000 :

27-28) berhasil mengidentifikasi lima

kelompok karakteristik yang digunakan

oleh para konsumen dalam mengevaluasi

kualitas jasa atau produk adalah sebagai

berikut :

a) Bukti langsung (tangibles), meliputi

fasilitas fisik, perlengkapan, pegawai,

dan sarana komunikasi.

b) Kehandalan (reliability), yaitu

kemampuan memberikan pelayanan

yang dijanjikan dengan segera dan

memuaskan.

c) Daya tanggap (responsiveness), yaitu

respon atau kesigapan karyawan

dalam membantu konsumen dan

memberikan pelayanan yang cepat dan

tanggap.

d) Jaminan (assurance), meliputi

kemampuan karyawan atas :

pengetahuan tentang produk secara

tepat, perhatian dan kesopanan,

keterampilan dalam memberikan

informasi, dan menanamkan

kepercayaan konsumen terhadap

perusahaan.

e) Perhatian (emphaty), yaitu perhatian

secara individual yang diberikan

perusahaan kepada konsumen seperti

kemudahan untuk menghubungi

perusahaan, kemampuan karyawan

berkomunikasi dengan baik, dan

memahami kebutuhan para konsumen.

2.1.7 Pengertian Kepuasan Konsumen

Dari keseluruhan kegiatan yang

dilakukan oleh sebuah perusahaan, pada

akhirnya akan bermuara pada nilai yang

akan diberikan oleh konsumen mengenai

kepuasan yang dirasakan. Kepuasan

adalah perasaan senang atau kecewa

seseorang yang muncul setelah

membandingkan antara persepsi atau

kesannya terhadap kinerja (atau hasil)

suatu produk dan harapan-harapannya

(Kotler, 2002 : 42).

Dari definisi di atas, kepuasan

merupakan fungsi dari persepsi atau kesan

atas kinerja dan harapan. Jika kinerja

dibawah harapan, pelanggan tidak puas

dan sebaliknya jika kinerja memenuhi dan

melebihi harapan maka konsumen akan

merasa puas. Apabila perusahaan

memfokuskan pada kepuasan tinggi maka

para konsumen yang kepuasannya hanya

pas, akan mudah untuk berubah pikiran

bila mendapat tawaran yang lebih baik.

Sedangkan konsumen yang amat puas

lebih sukar untuk mengubah

pilihannya.Kepuasan tinggi atau

kesenangan yang tinggi menciptakan

Page 7: PENGEMBANGAN MODEL PEMASARAN BIBIT KARET RAKYAT …

Jurnal Adminika Volume 5. No. 1, Januari - Juli 2019 ISSN : 2442-3343

161

kelekatan emosional terhadap merek

tertentu, bukan hanya kesukaan atau

preferensi rasional dan hasilnya adalah

kesetiaan konsumen yang tinggi.

Menurut Kotler (2002 : 158) dalam

menentukan tingkat kepuasan konsumen,

terdapat lima faktor utama yang harus

diperhatikan oleh perusahaan yaitu :

a) Kualitas Produk

Konsumen akan merasa puas bila

hasil evaluasi mereka menunjukan

bahwa produk yang mereka gunakan

berkualitas.

b) Kualitas Pelayanan

Terutama untuk industri jasa,

konsumen akan merasa puas bila

mereka mendapatkan pelayanan yang

baik atau yang sesuai dengan yang

diharapkan.

c) Emosional

Konsumen akan merasa bangga dan

mendapatkan keyakinan bahwa orang

lain akan kagum terhadap dia bila

menggunakan produk dengan merek

tertentu yang cenderung mempunyai

tingkat kepuasan yang lebih tinggi.

d) Harga

Produk yang mempunyai kualitas

yang sama tetapi menetapkan harga

yang relatif murah akan memberikan

nilai yamg lebih tinggi kepada

konsumennya.

e) Biaya

Konsumen yang tidak perlu

mengeluarkan biaya tambahan atau

tidak perlu membuang waktu untuk

mendapatkan suatu produk atau jasa

cenderung puas terhadap produk atau

jasa itu.

2.1.8 Pengukuran Kepuasan Konsumen

Beberapa macam metode dalam

pengukuran kepuasan konsumen adalah

sebagai berikut (Kotler, 1997 : 93-96) :

a) Sistem keluhan dan saran

Organisasi yang berpusat konsumen

memberikan kesempatan yang luas

kepada para konsumennya untuk

menyampaikan saran dan keluhan,

misalnya dengan menyediakan kotak

saran, kartu komentar dan customer

hot lines.

b) Ghost shopping

Salah satu untuk memperoleh

gambaran mengenai konsumen

adalah dengan memperkerjakan

beberapa orang berperan atau

bersikap sebagai konsumen potensial

produk perusahaan dan pesaing.

Kemudian mereka melaporkan

mengenai kekuatan dan kelemahan

produk perusahaan dan pesaing

berdasar pengalaman mereka dalam

pembelian produk tersebut.

c) Lost customer analysis

Perusahaan sebaiknya menghubungi

konsumen yang telah berhenti

membeli atau yang telah pindah

pemasok agar dapat memahami

mengapa hal itu terjadi dan

mengambil kebijakan perbaikan

selanjutnya.

d) Survei kepuasan konsumen

Melalui survei, perusahaan akan

memperoleh tanggapan dan umpan

balik. Secara langsung dari konsumen

serta juga memberikan tanda (signal)

positif bahwa perusahaan menaruh

perhatian terhadap para

konsumennya.

2.2 Penelitian Sebelumnya

Syahzal (2008) dengan judul

“Model Pemasaran Produk Pertanian

Berbasis Agribisnis Sebagai Upaya

Percepatan Pertumbuhan Ekonomi

Pedesaan”.Hasil penelitiannya,

pertamapengembangan sektor pertanian

ke depan masih ditemui beberapa

kendala, terutama dalam pengembangan

sistem pertanian yang berbasiskan

agribisnis dan agroindustri.Kedua, petani

menghadapi beberapa kendala untuk

memasarkan produk pertanian. Ketiga,

guna meningkatkan kesejahteraan

masyarakat petani perlu dibangun

Page 8: PENGEMBANGAN MODEL PEMASARAN BIBIT KARET RAKYAT …

Jurnal Adminika Volume 5. No. 1, Januari - Juli 2019 ISSN : 2442-3343

162

kemitraan usaha yang berbasis agribisnis.

Kemitraan usaha tersebut harus

melibatkan lembaga ekonomi masyarakat

(koperasi), lembaga perkreditan,

pengusaha tani (petani), dan

pengusaha.Keempat,koperasi berbasis

agribisnis harus dapat menunjang

berkembangnya subsistem agribisnis

(perdagangan sarana produksi pertanian,

kegiatan usaha tani, pengolahan hasil

pertanian, jasa layanan pendukung),

penyedia informasi pasar bagi anggota,

dapat menerapkan tekonologi pertanian,

dan pelaku utama kegiatan agroindustri.

Nusantoro (2011) dengan judul

“Model Pengembangan Produk Unggulan

Daerah Melalui Pendekatan Klaster di

Provinsi Lampung.” Hasil penelitian

pertama, strategi pengembangan

perekonomian daerah dapat di tempuh

antara lain dengan pengembangan pruduk

unggulan daerah melalui pendekatan

kelembagaan lokal pendukung,

pengembangan kompetensi lokal. Kedua,

pengembangan perekonomian berbasis

bahan baku setempat, atau pengembangan

teknologi tepat guna dan bersifat spesifik

lokasi (klaster). Kelembagaan ekonomi

berarti tidak membatasi diri dalam arti

sektor tertentu atau kelompok masyarakat

tertentu. Ketiga, terdapat tiga pilar utama

kelembagaan sebagai pendukung

kehidupan masyarakat di daerah

yaitu,kelembagaan yang hidup dan telah

diterima oleh komunitas lokal atau

tradisional (voluntary sector),

kelembagaan pasar (private sector), dan

kelembagaan politik dalam pengambilan

keputusan di tingkat publik (public

sector).

Amalia (2013) dengan judul

“Sistem Pemasaran Karet Rakyat Di

Provinsi Jambi Dengan Pendekatan

Struktur, Perilaku, dan Kinerja Pasar”.

Hasil penelitianmenunjukkan bahwa

konsentrasi rasio empat Perusahaan

terbesar (CR4) di tingkat pabrik crumb

rubber sebesar 75,70%. Karakteristik

struktur pasar menunjukkan bahwa pasar

terkonsentrasi dengan tingkat persaingan

yang kecil. Struktur pasar yang terbentuk

mengarah pada struktur pasar oligopoli

dan terdapat lembaga pemasaran yang

dominan dalam proses penentuan harga,

yaitu pabrik crumb rubber. Hasil

penelitian ini juga menemukan bahwa

integrasi pasar vertikal menunjukkan

bahwa harga karet ditingkat petani tidak

terintegrasi dengan harga ditingkat

pedagang pengumpul desa, pedagang

pengumpul kecamatan, pedagang besar

provinsi dan pabrik crumb rubber baik

dalam jangka pendek maupun jangka

panjang. Hal ini menunjukkan bahwa

dalam proses penentuan harga petani

cenderung Sebagai Penerima Harga.

Chairil Anwar (2007) dengan judul

“Perkembangan Pasar Dan Prospek

Agribisnis Karet di Indonesia”. Hasil

penelitian Pengembangan agribisnis karet

di Indonesia perlu dilakukan dengan

cermat dengan m elalui perencanaan dan

persiapan yang matang, antara lain

dengan penyedian kredit peremajaan yang

layak untuk karet rakyat, penyedian bahan

tanam karet klon unggul dengan persiapan

1-1,5 tahun sebelumnya, pola kemitraan

peremajaan, aspek produksi, pengolahan

dan pemasaran dengan perkebunan besar

negara/swasta. Pada tingkat kebijakan

nasional perlu adanya lembaga (dewan

komoditas/karet) yang membantu

pengembangan industri karet di Indonesia

dalam semua aspek, mulai dari produksi,

pengolahan bahan baku, industri produk

karet, serta pemasaran karet dan produk

karet.Pada tingkat implementasi perlu

organisasi pelaksana yang kompeten dan

aturan main yang jelas, dalam hal ini

tentunya juga terkait dengan adanya

otonomi daerah dan perlunya

partsipasi/komitmen yang kuat dari

petani/pekebun karet.

Page 9: PENGEMBANGAN MODEL PEMASARAN BIBIT KARET RAKYAT …

Jurnal Adminika Volume 5. No. 1, Januari - Juli 2019 ISSN : 2442-3343

163

2.3 Kerangka Pemikiran.

Sugiyono (2016:88) kerangka

berpikir adalah model konseptual tentang

bagaimana teori berhubungan dengan

berbagai faktor yang telah diidentifikasi

sebagai suatu masalah yang penting.

Kerangka pemikiran berikut ini

menjelaskan Pengembangan Model

Pemasaran Bibit Karet Rakyat Berbasis

Kepuasan Petani Karet Rakyat di

Kabupaten Musi Banyuasin

Kerangka pemikiran ini melalui 2

(dua) pencapaian tahapan penelitian.

Tahap pertama adalah tahap sekarang

yang dilakukan oleh peneliti. Setelah

tercapainya tahapan pertama, peneliti

akan melanjutkan penelitian tahap 2

(dua), yang merupakan implementasi

pengembangan model pemasaran bibit

karet rakyat yang berbasis kepuasan

petani karet rakyat.

Gambar. 2.2 Kerangka Pemikiran

TAHAP I

Tahap Awal

Tujuan Penelitian

Analisis situasi unit usaha

produk khas daerah dengan

meneliti kekuatan,

kelemahan, harapan dan

ancaman.

Menentukan segmentasi pasar dengan meneliti:

faktor demografi, geografi, psikografi, perilaku

dan faktor eksternal serta internal dan menentukan

target pasar serta posisi bibt karet rakyat melalui

differensiasi produk.

Merancang strategi pemasaran, strategi relasi dan

pengembangan program pemasaran melalui 4P

yaitu product, place, placement,

promotion,merancang pengembangan SDM dan

Operasional yang inovatif dan kreatif

Pencapaian Tahapan

Tujuan Penelitian Target/Hasil Pencapaian

Tujuan Penelitian

TAHAP II

Tahap Lanjut

Tujuan Penelitian

Mengembangkan model pemasaran bibit karet

rakyat berbasis kepuasan petani karet rakyat

PengujianValiditas dan

Efektivitas Pengembangan

model pemasaran bibit

karet rakyat berbasis

kepuasan petani karet

rakyat.

Page 10: PENGEMBANGAN MODEL PEMASARAN BIBIT KARET RAKYAT …

Jurnal Adminika Volume 5. No. 1, Januari - Juli 2019 ISSN : 2442-3343

164

2.4 Hipotesis

Berdasarkan kerangka pemikiran,

maka hipotesis :

H1: Diduga terdapat pengaruh

Pengembangan Model Pemasaran

Bibit Karet Rakyat secara bersama-

sama terhadap Kepuasan Petani

Karet Rakyat di Kabupaten Musi

Banyuasin

H2: Diduga terdapat pengaruh

Pengembangan Model Pemasaran

Bibit Karet Rakyat secara parsial

terhadap Kepuasan Petani Karet

Rakyat di Kabupaten Musi

Banyuasin

3. METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan waktu penelitian.

Lokasi penelitian ini di Kecamatan

Sekayu, Babat Toman, Plakat Tinggi dan

Kecamatan Sungai Lais Kabupaten Musi

Banyuasin.Sebagai objek penelitian ini

penjual dan pembeli bibit karet petani

karet di lokasi tersebut.Penelitian ini

dilakukan mulai Maret –November 2018.

3.2 Sumber dan Teknik Pengumpulan

Data.

Sugiyono (2015:137) adapun teknik

pengumpulan data yang digunakan adalah

data primer dan data sekunder.Metode

Pengumpulan data dalam penelitian ini

adalah dengan membagikan kuisioner

berupa pertanyaan dengan indikator dari

masing-masing variabel.

3.3 Populasi dan Sampel

Populasi penelitian ini adalah

penjual dan pembeli bibit karet rakyat di

Kabupaten Musi Banyuasin Sumatera

Selatan jumlahnya tidak diketahui secara

pasti (infinite). Tehnik pengambilan

sampel menggunakan tehnik Purposive

Sampling yaitu pengambilan sampel

secara sengaja karena sesuai dengan

tujuan penelitian, dalam penelitian ini

yaitu penjual dan pembeli bibit karet

rakyat yang tersebar di wilayah

Kecamatan Sekayu, Babat Toman, Plakat

Tinggi dan Kecamatan Sungai Lais.

Jumlah responden yang dipakai untuk

pengolahan data dalam penelitian ini

sebanyak 97 orang penjual dan 97 orang

pembeli.

3.4 Teknik Analisis Data

3.4.1 Uji Instrumen Penelitian

Valid berarti instrumen tersebut

dapat digunakan untuk mengukur apa

yang seharusnya diukur (Sugiyono, 2013 :

172). Semakin tinggi akurasi suatu alat

ukur, maka alat ukur tersebut semakin

mengenai sasaran, atau semakin

menunjukan apa yang seharusnya diukur.

Uji validitas dapat dilakukan dengan

mengkolerasi skor tiap butir dengan skor

total yang merupakan tiap skor butir

dengan rumus Product Moment (Ridwan,

2010 : 109). Kaidah keputusan :

a) Jika r hitung > r Tabel product

moment, data tersebut valid.

b) Jika r hitung ≤ r Tabel product

moment, data tersebut tidak valid.

Reliabilitas adalah untuk

mengetahui sejauh mana hasil

pengukuran tetap konsisten, apabila

dilakukan pengukuran berulangkali

terhadap gejala dan alat ukur yang sama

(Siregar, 2013 : 55). Pengukuran

reliabilitas intrumen dianalisis dengan

metode alpa cronbach. Apabila Alpa

Cronbach > standar 0,70, maka instrumen

dinyatakan reliable (Ridwan, 2010 : 99).

3.4.2 Uji Asumsi Klasik.

Uji kelayakan model dibuktikan

dengan menggunakan uji asumsi klasik

yang terdiri dari tahap-tahap pengujian

seperti, uji normalitas, uji

multikolinearitas dan uji autokorelasi.

3.4.3 Analisis Statistik.

Pengujian hipotesis, melihat

hubungan antara variabel-variabel bebas

dengan variabel terikat dengan

Page 11: PENGEMBANGAN MODEL PEMASARAN BIBIT KARET RAKYAT …

Jurnal Adminika Volume 5. No. 1, Januari - Juli 2019 ISSN : 2442-3343

165

menggunakan model Structural Equation Modeling (SEM).

3.5 Definisi Operasional Variabel.

Tabel 3.1

Variabel, Definisi variabel dan Indikator penelitian untuk Pembeli

Variabel Indikator Item per-

tanyaan

Skala

Analisis situasi

1.lingkungan internal

1 sd 5

O

R

D

I

N

A

L

2.lingkungan eksternal 6 sd 11

Ekonomi berbasis inovasi

(Innovation Driven Economic )

1.produk

2.teknologi.

3.pelatihan.

1 sd 6

Pasar terpusat (market centre)

1.kualitas dan kuantitas

2.persaingan.

3.memudahkan pembeli.

4.aman dan nyaman

5.meningkatkan penjualan

1 sd 7

Sumber : Pemikiran Peneliti berdasarkan Teori-teori.

Tabel 3.2

Variabel, Definisi variabel dan Indikator penelitian untuk Penjual

Variabel Indikator Item per-

tanyaan

Skala

Analisis situasi

1.lingkungan internal 1 sd 7

O

R

D

I

N

A

L

2.lingkungan eksternal 8 sd 14

Strategi segmentasi pasar 1.wilayah pemasaran

2.demografi.

3.gaya hidup pembeli.

4.manfaat produk

5.kunjungan pembeli

1 sd 9

Strategi pasar 1.strategi masa yad terpusat

2. strategi masa yad berbeda

3.keunggulan bersaing.

4.bauran pemasran.

5.kemitraan

5.pelatihan

6.teknologi

1 sd 10

Ekonomi berbasis inovasi (

Innovation Driven Economic )

1.produk

2.teknologi.

3.pelatihan.

1 sd 6

Pasar terpusat (market centre)

1.kualitas dan kuantitas

2.persaingan.

3.memudahkan pembeli.

4.aman dan nyaman

5.meningkatkan penjualan

1 sd 7

Sumber :Pemikiran Peneliti berdasarkan Teori-teori.

Page 12: PENGEMBANGAN MODEL PEMASARAN BIBIT KARET RAKYAT …

Jurnal Adminika Volume 5. No. 1, Januari - Juli 2019 ISSN : 2442-3343

166

4. PEMBAHASAN

4.1Gambaran Umum Objek Penelitian.

Sebagai objek penelitian ini penjual

dan pembeli bibit karet petani karet di

Kecamatan Sekayu, Babat Toman, Plakat

Tinggi dan Kecamatan Sungai Lais

Kabupaten Musi Banyuasin.Penelitian ini

akan memberikan gambaran

pertamakualitas layanan pembibitan

terhadap kepuasan petani pada usaha

petani pembibitan karet di Musi

Banyuasin. Kedua, faktor dominan

variabel kualitas layanan pembibitan yang

mempengaruhi kepuasan petani. Jumlah

responden yang dipakai untuk pengolahan

data dalam penelitian ini sebanyak 97

orang penjual dan 97 orang pembeli bibit

karet rakyat petani karet rakyat di

Kecamatan Sekayu, Babat Toman, Plakat

Tinggi dan Kecamatan Sungai Lais

Kabupaten Musi Banyuasin.

4.2 Pengembangan model pemasaran

bibit karet berbasis Kepuasan Petani

Karet Rakyat dari penjual bibit karet.

Berdasarkan analisis Structural

Equation Modeling (SEM) yang

dilakukan maka terbentuk pengembangan

model pemasaran bibit karet berbasis

innovation driven untuk memasuki pasar

terpusat ( market center ) dari sisi penjual

pada gambar sebagai berikut :

Gambar 4.1 Structural Equation

Modeling (SEM) Pengembangan Model

Pemasaran produk khas daerah berbasis

innovation driven untuk memasuki pasar

terpusat ( market center ) untuk

responden penjual karet.

Sumber: Data Olahan

Tabel. 4.1 Regression Weights: (Group number 1 - Default model) Est SE CR P L

Inovation

_Driven

Lingkungan

_Internal .227 .099 2.303 .021

Inovation

_Driven

Lingkungan

_Eksternal .113 .098 1.155 .248

market

_centre

Lingkungan

_Internal -.021 .076 -.276 .782

market

_centre

Lingkungan

_Eksternal .106 .083 1.267 .205

market _centre

Inovation _Driven

.297 .128 1.326 .020

Page 13: PENGEMBANGAN MODEL PEMASARAN BIBIT KARET RAKYAT …

Jurnal Adminika Volume 5. No. 1, Januari - Juli 2019 ISSN : 2442-3343

167

Faktor internal berpengaruh secara

positif dan signifikan terhadap Inovation

Driven, dengan koefisien jalur 0,227 dan

nilai probabiliti = 0,021, lebih kecil dari

standar p-value = 0,05. Faktor internal

berpengaruh secara negatif dan tidak

signifikan terhadap Market Center,

dengan koefisien jalur -0,021, nilai

probabiliti = 0,782, lebih besar dari

standar p-value = 0,05. Sedangkan

Inovation Driven berpengaruh positif dan

signifikan terhadap Market Center,

dengan koefisien jalur 0,297, nilai

probabiliti = 0,02, lebih kecil standar p-

value = 0,05.

Faktor eksternal berpengaruh secara

positif dan tidak signifikan terhadap

Inovation Driven, dengan koefisien jalur

0,113 nilai probabiliti = 0,248, lebih besar

standar p-value = 0,05. Faktor eksternal

berpengaruh secara positif dan tidak

signifikan terhadap Market Center,

dengan koefisien jalur 0,106, nilai

probabiliti = 0,205, lebih besar dari

standar p-value = 0,05.

4.3 Pengembangan model pemasaran

bibit karet berbasis Kepuasan Petani

Karet Rakyat dari pembeli bibit karet. Berdasarkan analisis Structural

Equation Modeling (SEM) yang

dilakukan maka terbentuk pengembangan

model pemasaran bibit karet berbasis

innovation driven untuk memasuki pasar

terpusat ( market center ) dari sisi

pembeli pada gambar sebagai berikut :

Gambar. 4.2 Structural Equation

Modeling (SEM) Pengembangan Model

Pemasaran produk khas daerah berbasis

innovation driven untuk memasuki pasar

terpusat (market center ) untuk responden

pembeli karet.

Sumber: Data Olahan.

Tabel. 4.2Regression Weights: (Group number 1 - Default model) Est SE CR P L

Inovation

_Driven

Lingkungan

_Internal

.315 .091 3.451 ***

Inovation

_Driven

Lingkungan

_Eksternal

.249 .075 3.330 ***

market _centre

Lingkungan_Internal

.002 .265 .008 .993

market Lingkungan .177 .211 .837 .403

Page 14: PENGEMBANGAN MODEL PEMASARAN BIBIT KARET RAKYAT …

Jurnal Adminika Volume 5. No. 1, Januari - Juli 2019 ISSN : 2442-3343

168

_centre _Eksternal

market _centre

Inovation _Driven

1.074 .861 1.248 .212

Faktor internal berpengaruh secara

positif dan signifikan terhadap Inovation

Driven, dengan koefisien jalur 0,315 dan

nilai probabiliti = 0,000, lebih kecil dari

standar p-value = 0,05. Faktor internal

berpengaruh secara positif dan tidak

signifikan terhadap Market Center,

dengan koefisien jalur 0,002, nilai

probabiliti = 0,993, lebih besar dari

standar p-value = 0,05. Sedangkan

Inovation Driven berpengaruh positif dan

signifikan terhadap Market Center,

dengan koefisien jalur 1,074, nilai

probabiliti = 0,212, lebih besar standar p-

value = 0,05.

Faktor eksternal berpengaruh secara

positif dan signifikan terhadap Inovation

Driven, dengan koefisien jalur 0,249 nilai

probabiliti = 0,000, lebih kecil standar p-

value = 0,05. Faktor eksternal

berpengaruh secara positif dan tidak

signifikan terhadap Market Center,

dengan koefisien jalur 0,177, nilai

probabiliti = 0,404, lebih besar dari

standar p-value = 0,05.

Salah satu kendala terbesar dalam

memulai dan menjalankan suatu bisnis

adalah ketakutan akan ketidakmampuan

menguasai pasar. Padahal ide-ide kreatif

yang didukung dengan ketersediaan

sumber daya bisa menjadi salah satu

dukungan bagi bisnis untuk menguasai

pasar.

Aplikasi inovasi dapat

menghasilkan produk yang memiliki daya

saing yang lebih tinggi, berupa

peningkatan kualitas produk, perbaikan

desain produk, atau peningkatan efisiensi

produksi.Salah satu pengaruh nyata

aplikasi inovasi dalam sistem produksi

ialah peningkatan efisiensi produksi yang

berarti bahwa bibit karet dapat diproduksi

dengan biaya yang lebih murah, sehingga

harga jual produk lebih rendah.Melalui

aplikasi inovasi, suatu produk dapat

dibuat beragam dan unik sehingga

menciptakan trend preferensi baru di

pasar. Penerapan inovasi tanpa

memperhatikan kebutuhan pelanggan

produk akan gagal ketika dipasarkan

4.3 Pengaruh variabel strategi segmentasi

pasar (SSP), strategi pemasaran (SP),

melalui innovation driven (ID) terhadap

market center (MC).

Berdasarkan tabel statistik

deskriptif, nilai rerata responden terhadap

item pertanyaan konstruk strategi

pemasaran diatas nilai median kisaran

teoritis, sehingga dapat disimpulkan

bahwa secara umum responden memiliki

strategi pemasaran yang tinggi. Nilai

rerata responden terhadap item

pertanyaan konstruk pengembangan

sumber daya manusia diatas nilai median

kisaran teoritis, sehingga dapat

disimpulkan secara umum responden

memiliki pengembangan sumber daya

manusia yang tinggi

Nilai rerata responden terhadap item

pertanyaan konstruk manajemen

operasional diatas nilai median kisaran

teoritis, sehingga dapat disimpulkan

bahwa secara umum responden memiliki

pengembangan sumber daya manusia

yang tinggi.Nilai rerata responden

terhadap item pertanyaan konstruk

innovation driven diatas nilai median

kisaran teoritis, sehingga dapat

disimpulkan bahwa secara umum

responden memiliki innovation driven

yang tinggi. Nilai rerata responden

terhadap item pertanyaan konstruk market

center diatas nilai median kisaran teoritis,

sehingga dapat disimpulkan bahwa secara

Page 15: PENGEMBANGAN MODEL PEMASARAN BIBIT KARET RAKYAT …

Jurnal Adminika Volume 5. No. 1, Januari - Juli 2019 ISSN : 2442-3343

169

umum responden memiliki market center

yang tinggi

Gambar. 4.3. Structural Equation

Modeling (SEM) Flow chart Penilaian

Outer Louding variabel strategi

segmentasi pasar (SSP), strategi

pemasaran (SP), melalui innovation

driven (ID) terhadap market center (MC).

Penilaian Outer Louding.

Sumber: Data Olahan

Tabel. 4.3

Flow Chart Penilaian Outer Loading Regression Weights: (Group number 1 - Default

model)

Estimate S.E. C.R. P Label

Inovation_Driven <--- Segmentasi_Pasar .362 .097 3.750 ***

Inovation_Driven <--- Strategi_Pasar -.066 .112 -.588 .557

Market_Center <--- Segmentasi_Pasar .085 .067 1.271 .204

Market_Center <--- Strategi_Pasar .271 .119 2.273 .023

Market_Center <--- Inovation_Driven .173 .107 1.611 .107

S.S.P_9 <--- Segmentasi_Pasar 1.000

S.S.P_8 <--- Segmentasi_Pasar .891 .125 7.146 ***

S.S.P_7 <--- Segmentasi_Pasar 1.178 .113 10.438 ***

S.S.P_6 <--- Segmentasi_Pasar 1.159 .114 10.138 ***

S.S.P_5 <--- Segmentasi_Pasar 1.033 .116 8.904 ***

S.S.P_4 <--- Segmentasi_Pasar .947 .117 8.113 ***

S.S.P_3 <--- Segmentasi_Pasar 1.105 .113 9.755 ***

S.S.P_2 <--- Segmentasi_Pasar 1.190 .113 10.515 ***

S.S.P_1 <--- Segmentasi_Pasar 1.047 .113 9.243 ***

S.P_10 <--- Strategi_Pasar 1.000

S.P_9 <--- Strategi_Pasar .788 .259 3.042 .002

S.P_8 <--- Strategi_Pasar 1.053 .288 3.655 ***

Page 16: PENGEMBANGAN MODEL PEMASARAN BIBIT KARET RAKYAT …

Jurnal Adminika Volume 5. No. 1, Januari - Juli 2019 ISSN : 2442-3343

170

Estimate S.E. C.R. P Label

S.P_7 <--- Strategi_Pasar 1.598 .356 4.494 ***

S.P_6 <--- Strategi_Pasar 1.418 .342 4.148 ***

S.P_5 <--- Strategi_Pasar 1.458 .348 4.188 ***

S.P_4 <--- Strategi_Pasar 1.667 .373 4.463 ***

S.P_3 <--- Strategi_Pasar 1.013 .279 3.637 ***

S.P_2 <--- Strategi_Pasar 1.249 .304 4.111 ***

S.P_1 <--- Strategi_Pasar 1.086 .287 3.788 ***

I.D_1 <--- Inovation_Driven 1.000

I.D_2 <--- Inovation_Driven 1.257 .274 4.580 ***

I.D_3 <--- Inovation_Driven 1.400 .287 4.879 ***

I.D_4 <--- Inovation_Driven 1.680 .320 5.245 ***

I.D_5 <--- Inovation_Driven 1.656 .315 5.259 ***

I.D_6 <--- Inovation_Driven 1.004 .248 4.043 ***

M.C_1 <--- Market_Center 1.000

M.C_2 <--- Market_Center .938 .314 2.985 .003

M.C_3 <--- Market_Center 1.333 .323 4.127 ***

M.C_4 <--- Market_Center 1.142 .334 3.417 ***

M.C_5 <--- Market_Center .981 .315 3.117 .002

M.C_6 <--- Market_Center 2.065 .449 4.597 ***

M.C_7 <--- Market_Center 2.001 .434 4.614 ***

Sumber: Data Olahan

Model struktural pada gambar di

atas digunakan sebagai dasar menguji

pengaruh variabel strategi segmentasi

pasar (SSP), strategi pemasaran (SP),

melalui innovation driven (ID), sehingga

berpengaruh terhadap market center

(MC).

Variabel strategi segmentasi pasar

(SSP) memiliki 9 indikator. Pada

indikator variabel indikator strategi

segmentasi pasar (SSP) pada kolom

estimate tidak memiliki memiliki nilai

indikator dibawah 0,5 sehingga untuk

variabel strategi segmentasi pasar (SSP)

memiliki 9 indikator telah memenuhi

persyaratan validitas.

Variabel strategi pemasaran (SP)

memiliki 10 indikator. Pada indikator

variabel indikator strategi pemasaran (SP)

pada kolom estimate tidak memiliki nilai

indikator dibawah 0,5 sehingga untuk

variabel strategi pemasaran (SP) memiliki

10 indikator telah memenuhi persyaratan

validitas.

Variabel Innovation Driven (ID)

memiliki 6 indikator. Pada indikator

variabel indikator Innovation Driven (ID)

pada kolom estimate tidak memiliki nilai

indikator di bawah 0,5sehingga untuk

variabel Innovation Driven (ID) memiliki

6 indikator telah memenuhi persyaratan

validitas.

Variabel Market Center (MC)

memiliki 7 indikator. Pada indikator

variabel indikator Market Center (MC)

pada kolom estimate tidak memiliki nilai

indikator dibawah 0,5 sehingga untuk

variabel Market Center (MC) memiliki 7

indikator telah memenuhi persyaratan

validitas.

4.4 Efektivitasstrategi segmentasi pasar

(SSP), strategi pemasaran (SP), melalui

innovation driven (ID) terhadap market

center (MC).

Berdasarkan analisis Structural

Equation Modeling (SEM) yang

dilakukan maka penilaian

efektivitasstrategi segmentasi pasar

(SSP), strategi pemasaran (SP), melalui

innovation driven (ID) terhadap market

Page 17: PENGEMBANGAN MODEL PEMASARAN BIBIT KARET RAKYAT …

Jurnal Adminika Volume 5. No. 1, Januari - Juli 2019 ISSN : 2442-3343

171

center (MC) pada gambar sebagai

berikut :

Gambar. 4.4 Structural Equation

Modeling (SEM) penilaian

efektivitasstrategi segmentasi pasar

(SSP), strategi pemasaran (SP), melalui

innovation driven (ID) terhadap market

center (MC).

Sumber: data Olahan

Tabel. 4.4 Squared Multiple Correlations: (Group number 1 - Default model)

Estimate

Inovation_Driven

.287

Market_Center

.167

M.C_7

.863

M.C_6

.841

M.C_5

.175

M.C_4

.221

M.C_3

.458

M.C_2

.150

M.C_1

.227

I.D_6

.264

I.D_5

.747

I.D_4

.716

I.D_3

.546

I.D_2

.443

I.D_1

.267

S.P_1

.315

S.P_2

.432

S.P_3

.280

Page 18: PENGEMBANGAN MODEL PEMASARAN BIBIT KARET RAKYAT …

Jurnal Adminika Volume 5. No. 1, Januari - Juli 2019 ISSN : 2442-3343

172

Estimate

S.P_4

.636

S.P_5

.452

S.P_6

.437

S.P_7

.645

S.P_8

.261

S.P_9

.148

S.P_10

.210

S.S.P_1

.709

S.S.P_2

.860

S.S.P_3

.770

S.S.P_4

.576

S.S.P_5

.669

S.S.P_6

.813

S.S.P_7

.848

S.S.P_8

.467

S.S.P_9

.599

Sumber: data Olahan

Model struktural pada tabel di atas

digunakan sebagai dasar menguji seberapa

besar kontribusi (koefisien determinasi /

R2) setiap indikator terhadap variabel

penelitian dengan melihat nilai Squared

Multiple Correlations setiap indikator

dengan menggunakan ukuran standar

efektif adalah 0,70 atau 70%. Variabel

strategi segmentasi pasar (SSP), strategi

pemasaran (SP), melalui innovation

driven (ID), sehingga berpengaruh

terhadap market center (MC).

Variabel strategi segmentasi pasar

(SSP) memiliki 9 indikator.Nilai yang

sangat tidak efektif terdapat pada

indikator S.S.P_4.S.S.P_5, S.S.P_8,

S.S.P_9 karena pada indikator ini

merupakan pertanyaan mengenai

pasar.Responden penelitian ini sebagian

besar memiliki jangkauan pasar lokal

dibandingkan pasar nasional yang tampak

pada tabel profil responden.Hal ini

menyebabkan rerata tingkat efektivitas

variabel standar pemasaran menjadi

rendah yaitu sebesar 53% terhadap

innovation driven.

Variabel strategi pemasaran (SP)

memiliki 10 indikator. Seluruh indikator

memiliki nilai efektivitas dibawah 70%.

Hal ini disebabkan UMKM lebih memilih

pelatihan sesuai dengan kondisi lapangan,

tanpa memperhatikan suatu standar

ataupun bantuan pihak lain. Pendidikan

terakhir responden sebagian besar terdapat

pada SLTA yang tampak pada tabel profil

responden sehingga kurangnya kesadaran

untuk meningkatkan pengembangan

sumberdaya manusia melalui pelatihan-

pelatihan yang memiliki standar tertentu.

Strategi masa yang akan datang untuk

pasar terpusat, lokasi berbeda, keunggulan

bersaing, bauran pemasran, kemitraan,

pelatihan dan teknologi sehingga banyak

membutuhkan pengembangan sumberdaya

manusia. Nilai yang sangat tidak efektif

terdapat pada indikator B4 karena terkait

standar produk seperti dijelaskan pada

variabel strategi pemasaran.Hal ini

menyebabkan semakin menurunnya

tingkat efektivitas variabel pengembangan

sumber daya manusia yaitu sebesar -4%

terhadap innovation driven.

Variabel innovation driven memiliki

6 indikator.Pada variabel ini hanya

terdapat 2 indikator memiliki nilai

efektivitas yang tinggi (lebih dari 70%),

Page 19: PENGEMBANGAN MODEL PEMASARAN BIBIT KARET RAKYAT …

Jurnal Adminika Volume 5. No. 1, Januari - Juli 2019 ISSN : 2442-3343

173

yaitu I.D_4 dan I.D_5, sisanya indikator

variabel tidak efektif.Hal ini

menyebabkan innovation driven tingkat

efektivitas yang relatif rendah, yaitu

sebesar 41% terhadap market

center.Responden dalam penelitian ini

dapat dianggap tidak memiliki innovation

driven sehingga market center menjadi

relatif tidak efektif, yaitu sebesar

41%.Berdasarkan pembahasan ini,

variabel memiliki tingkat efektifitas yang

rendah banyak disebabkan jangkauan

pasar.

5. KESIMPULAN

Penjual dan pembeli bibit karet

rakyat (responden) memiliki innovation

driven yang relatif rendah. Nilai rerata

responden terhadap item pertanyaan

konstruk market center dibawah nilai

median kisaran teoritis, ini berarti secara

umum responden mempunyai relatif tidak

berminat dengan adanya market center.

kemudian Penjual danpembeli bibit karet

rakyat (responden) belum merasa perlu

untuk memasuki jangkauan pasar yang

lebih luas (hanya memenuhi pasar lokal),

sehingga standar nasional belum mereka

lakukan.

DAFTAR PUSTAKA

Cravens, David W. 2007.Strategic

Marketing, 6th ed., McGraw-Hill

Companies, Inc., Boston.

Dawes, John. 2006. “The Relationship

between Subjective and Objective

Company Performance Measures in

Market Orientation Research :

Further Empirical Evidence”.

Marketing Bulletin, Vol. 10, p. 65-

75.

Kotler, Philip. 2009. Marketing

Management : Analysis, Planning,

Implementation, and Control. 8th

ed., Prentice-Hall International.

Inc., New Jersey.

McDaniel, Stephen W. & James W.

Kolari. 2007. “Marketing Strategy

Implications of the Miles and Snow

Strategic Typology”. Journal of

Marketing.Vol. 51.p.19-30.

Narver, John C. & Stanley F. Slater. 2008.

“The Effect of Market Orientation

on Business Profitability”. Journal

of Marketing.October. p. 20-35.

Pawitra, Teddy. 2009. Pemasaran :

Dimensi Falsafah, Disiplin, dan

Keahlian, Sekolah Tinggi

Manajemen Prasetia Mulya. Jakarta.

Riamaryani. 2011. Market Driven PT

Sinar Sosro. Jurnal

ekonomi.September. p. 12-13

Soekidjo Notoatmodjo.2009.

Pengembangan Sumber Daya

Manusia. Rineka Cipta. Jakarta

Syahzal (2008).Model Pemasaran Produk

Pertanian Berbasis Agribisnis

Sebagai Upaya Percepatan

Pertumbuhan Ekonomi Pedesaan.

Lembaga Penelitian Universitas

Riau, Pekanbaru.

Almasdi Syahza1 Lembaga Penelitian

Universitas Riau, Pekanbaru E-mail:

[email protected] website:

http://almasdi.unri.ac.id

Jawoto Nusantoro. (2011). Model

Pengembangan Produk Unggulan

Daerah Melalui Pendekatan Klaster

Di Provinsi Lampung Fakultas

Ekonomi Universitas

Muhammadiyah Metro. Seminar

Nasional Ilmu Ekonomi

TerapanFakultas Ekonomi

UNIMUS 2011

Page 20: PENGEMBANGAN MODEL PEMASARAN BIBIT KARET RAKYAT …

Jurnal Adminika Volume 5. No. 1, Januari - Juli 2019 ISSN : 2442-3343

174

Dwi Nurul Amalia • Rita Nurmalina •

Amzul Rifin (2006). Sistem

Pemasaran Karet Rakyat di Provinsi

Jambi Dengan Pendekatan Struktur,

Perilaku, Dan Kinerja Pasar Article

Journal of Industrial and Beverage

Crops •

Chairi Anwar (2013).Perkembangan Pasar

Dan Prospek Agribisnis Karet di

Indonesia. disampaikan pada

Lokakarya Budidaya Tanaman

Karet, pada tanggal 4-6 September

2006 di Medan, diselenggarakan

oleh Balai Penelitian Sungei Putih,

Pusat Penelitian Karet.