Top Banner
PENGEMBANGAN MODEL BLENDED LEARNING PADA MATERI TRIGONOMETRI BAGI SISWA KELAS X JURNAL Diajukan untuk memenuhi syarat guna mencapai gelar sarjana pendidikan Disusun Oleh: Arifatul Masruroh 202013005 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2017
23

PENGEMBANGAN MODEL BLENDED LEARNING PADA MATERI ...

Oct 16, 2021

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: PENGEMBANGAN MODEL BLENDED LEARNING PADA MATERI ...

PENGEMBANGAN MODEL BLENDED LEARNING PADA MATERI

TRIGONOMETRI BAGI SISWA KELAS X

JURNAL

Diajukan untuk memenuhi syarat guna mencapai gelar sarjana pendidikan

Disusun Oleh:

Arifatul Masruroh

202013005

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2017

Page 2: PENGEMBANGAN MODEL BLENDED LEARNING PADA MATERI ...
Page 3: PENGEMBANGAN MODEL BLENDED LEARNING PADA MATERI ...
Page 4: PENGEMBANGAN MODEL BLENDED LEARNING PADA MATERI ...
Page 5: PENGEMBANGAN MODEL BLENDED LEARNING PADA MATERI ...
Page 6: PENGEMBANGAN MODEL BLENDED LEARNING PADA MATERI ...

PENGEMBANGAN MODEL BLENDED LEARNING PADA MATERI

TRIGONOMETRI BAGI SISWA KELAS X SMK

Arifatul Masruroh1, Kriswandani

2

Program Studi Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Kristen Satya Wacana Jl. Diponegoro52-60, Salatiga, 50711

1Mahasiswa Pendidikan Matematika FKIP UKSW, email: [email protected]

2Dosen Pendidikan Matematika FKIP UKSW, email: [email protected]

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan Model Blended Learning pada materi trigonometri

bagi siswa kelas X SMK N 1 Bancak. Model Blended learning adalah model pembelajaran yang

mengkombinasikan antara face to face learning dan online learning. Aspek yang dikembangkan

dalam penelitian ini adalah desain model blended learning dimana kegiatan pembelajaran disesuaikan

dengan karakteristik siswa dan penyediaan media yang tepat. Model Blended learning dikembangkan

dengan menggunakan aplikasi edmodo sebagai sarana pembelajaran secara online dan LKS sebagai

panduan face to face learning. Jenis penelitian ini adalah penelitian R&D dengan menggunakan

model pengembangan ADDIE (analysis, desain, development, implementation and evaluation).

Subyek dalam penelitian ini adalah Siswa kelas X TKJ SMK NEGERI 1 Bancak. Instrumen yang

digunakan dalam penelitian meliputi lembar validasi model pembelajaran dan materi, soal pretest dan

posttest, lembar kepraktisan, dan lembar pendapat siswa. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh 1) uji

valid diperoleh hasil analisis validasi model blended learning pada materi trigonometri sebesar

83,704% yang termasuk dalam kategori baik dan aspek materi memperoleh persentase sebesar

82,105% yang termasuk dalam kategori baik; 2) uji praktis diperoleh hasi sebesar 79,79% termasuk

dalam kategori baik; 3) uji efektif diperoleh hasil bahwa model blended learning efektif digunakan

sebagai model pembelajaran pada materi trigonometri karena terjadi peningkatan hasil posttest siswa

sebesar 0,701 dengan menggunakan aturan perhitugan N Gain termasuk dalam kategori tinggi.

Kata Kunci: Model Blended Learning, Trigonometri, Siswa Kelas X SMK

PENDAHULUAN

Teknologi komunikasai saat ini mengalami perkembangan yang sangat pesat.

Perkembangan teknologi komunikasi juga berpengaruh pada proses pembelajaran yakni pada

inovasi pengembangan media pembelajaran yang lebih menarik dan komunikatif. Hal ini

didukung oleh pendapat Bambang (2012) yang menyatakan bahwa teknologi komunikasi

menjadi alat yang sangat diperlukan untuk belajar, khususnya multimedia komputer dan

sumber daya internet. Oleh karena itu, penggunaan teknologi komunikasi dapat

meningkatkan kualitas pendidikan

Salah satu upaya pemerintah untuk meningkatkan kualitas pendidikan yaitu dengan

mengembangkan kurikulum 2013 sesuai dengan Permendikbud Republik Indonesia Nomor

Page 7: PENGEMBANGAN MODEL BLENDED LEARNING PADA MATERI ...

70 tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum SMK atau Madrasah Aliyah

Kejuruan. Kurikulum 2013 dikembangkan dengan penyempurnaan pola pikir sebagai berikut:

1) pola pembelajaran yang berpusat pada guru menjadi pembelajaran berpusat pada peserta

didik; 2) pola pembelajaran satu arah (interaksi guru – peserta didik) menjadi pembelajaran

interaktif (interaksi guru – peserta didik – masyarakat – lingkungan alam, sumber atau media

lainnya); 3) pola pembelajaran terisolasi menjadi pembelajaran secara jejaring (peserta didik

dapat menimba ilmu dari siapa saja dan dari mana saja yang dapat dihubungi serta diperoleh

melalui internet); 4) pola pembelajaran pasif menjadi pembelajaran aktif (pembelajaran siswa

aktif mencari semakin diperkuat dengan model pembelajaran pendekatan sains); 5) pola

belajar sendiri menjadi belajar kelompok (berbasis tim); 6) pola pembelajaran alat tunggal

menjadi pembelajaran berbasis alat multimedia; 7) pola pembelajaran berbasis massal

menjadi kebutuhan pelanggan dengan memperkuat pengembangan potensi khusus yang

dimiliki setiap peserta didik; 8) pola pembelajaran ilmu pengetahuan tunggal menjadi

pembelajaran ilmu pengetahuan jamak; dan 9) pola pembelajaran pasif menjadi pembelajaran

kritis. Hal ini menjelaskan bahwa pembelajaran di SMK menitikberatkan pada pembelajaran

yang berpusat pada peserta didik, interaktif, pembelajaran secara jejaring, aktif, belajar

kelompok, berbasis alat multimedia, memperkuat pengembangan potensi khusus yang

dimiliki setiap peserta didik, ilmu pengetahuan jamak dan kritis. Berdasarkan hal tersebut

diketahui bahwa guru dituntut dapat aktif dalam berinovasi dan menciptakan pembelajaran

yang sesuai dengan kurikulum yang telah dirancang untuk memperbaiki mutu pembelajaran

di sekolah.

Matematika merupakan salah satu mata pelajaran wajib dalam Kurikulum 2013 yang

dilaksanakan dari pendidikan dasar hingga pendidikan tinggi. Menurut James dalam Wahyudi

(2012:3), matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran dan

konsep yang saling berhubungan antara satu dengan yang lainnya dan terbagi ke dalam tiga

bidang yaitu aljabar, analisis dan geometri. Setiap bidang pada matematika sangat penting

untuk kehidupan sehari-hari, karena aktivitas yang dilakukan manusia setiap harinya tidak

terlepas dari hitung-menghitung, mengolah data maupun penggunaan bangun-bangun

geometri untuk membuat infrastruktur bangunan maupun keperluan lainnya. Proses interaksi

antara guru dan siswa dalam mata pelajaran matematika disebut sebagai pembelajaran

matematika. Wahyudi (2013:13) mendefinisikan pembelajaran matematika sebagai proses

yang sengaja dirancang dengan tujuan untuk menciptakan suasana lingkungan

memungkinkan seseorang melakukan kegiatan belajar matematika dan proses tersebut

berpusat pada mengajar matematika. Guru memiliki peran dan kedudukan yang cukup

Page 8: PENGEMBANGAN MODEL BLENDED LEARNING PADA MATERI ...

signifikan dalam proses pembelajaran matematika. Guru dituntut dapat memberikan

pembelajaran secara optimal dengan menggunakan berbagai model pembelajaran yang

disesuaikan dengan karakteristik siswa.

Menurut Joyce dalam Rusman (2013: 133), model pembelajaran adalah suatu rencana

atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka

panjang), merancang bahan–bahan pembelajaran dan membimbing pembelajaran dikelas atau

yang lain. Adapun pengertian model pembelajaran menurut Soekamto dalam Trianto

(2012:22) adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam

mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi

sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan

aktivitas belajar mengajar. Salah satu model pembelajaran yang menggabungkan

pembelajaran tatap muka dengan penggunaan teknologi komunikasi adalah Model Blended

Learning.

Model Blended Learning adalah gabungan keunggulan pembelajaran yang dilakukan

secara tatap muka dan secara virtual. Cheung & Hew (2011) menjelaskan Blended Learning

sebagai kombinasi antara face to face learning dan online learning. Senada dengan pendapat

tersebut, Moebs dan Weibelzahl dalam Husamah (2014: 12) mengartikan Blended Learning

sebagai pencampuran antara online dan pertemuan tatap muka (face-to-face meeting) dalam

satu aktivitas pembelajaran yang terintegrasi. Blended Learning juga berarti penggunaan

sebuah variasi metode yang mengombinasikan pertemuan tatap muka langsung dikelas

tradisional dan pengajaran online untuk mendapatkan objektivitas pembelajaran.

Blended learning dapat dikembangkan dengan berbagai strategi sesuai dengan

kebutuhan pendidik dan peserta didik. Menurut Carmer dalam Husamah (2014: 227), terdapat

lima kunci dalam mengembangkan blended learning antara lain: 1) Live Event yaitu

Pembelajaran langsung atau tatap muka secara sinkron dalam waktu dan tempat yang sama

ataupun waktu sama tapi tempat berbeda; 2) Self-Paced learning yaitu mengombinasikan

pembelajaran konvensional dengan pembelajaran mandiri yang memungkinkan pembelajar

belajar kapan saja dan dimana saja dengan menggunakan berbagai bahan belajar yang

dirancang khusus untuk belajar mandiri baik yang bersifat text-based maupun multimedia-

based (video, animasi, simulasi, gambar, audio, atau kombinasi dari kesemuanya). Bahan

belajar tersebut dalam konteks saat ini dapat dikirim secara online; 3) Collaboration yaitu

mengkombinasikan kolaborasi, baik kolaborasi pengajar maupun kolaborasi antar peserta

belajar yang kedua-duanya bisa bersifat lintas sekolah; 4) Assesment yaitu perancang blended

learning harus mampu meramu kombinasi jenis assesmen yang berupa tes maupun non tes

Page 9: PENGEMBANGAN MODEL BLENDED LEARNING PADA MATERI ...

atau tes yang lebih bersifat otentik dalam bentuk proyek, produk, dan sebagainya; serta 5)

Performance Support Materials merupakan bagian yang penting. Sebelum mengombinasikan

pembelajaran tatap muka dalam kelas dan tatap muka virtual pastikan sumber daya untuk

mendukung hal tersebut telah dipersiapkan. Bahan belajar disiapkan dalam bentuk digital,

apakah bahan belajar tersebut dapat diakses oleh peserta belajar baik secara offline maupun

secara online. Jika pembelajaran online dibantu dengan suatu Learning Content Management

System (LCMS), pastikan juga bahwa aplikasi sistem ini telah terinstal dengan baik, mudah

diakses dan sebagainya.

Model blended learning telah dikembangkan dalam penelitian Sutisna (2016) untuk

meningkatkan kemandirian belajar pada pendidikan kesetaraan program paket C dan

penelitian Dwiyogo (2014) untuk meningkatkan hasil pemecahan masalah. Berdasarkan

uraian masalah dan penelitian pendahuluan tersebut maka dilakukan penelitian yang

bertujuan untuk mengembangkan model blended learning pada materi trigonometri bagi

Siswa Kelas X SMK Negeri 1 Bancak.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah penelitian dan pengembangan (Researh and Development).

Menurut Sanjaya (2013: 129), penelitian dan pengembangan adalah proses pengembangan

dan validasi produk pendidikan. Produk pendidikan yang dihasilkan melalui penelitian dan

pengembangan ini adalah desain model Blended Learning pada materi trigonometri.

Pengembangan mobile learning matematika menggunakan langkah-langkah model ADDIE

(Analysis, Design, Development, Implementation, Evaluation) yang dikembangkan oleh

Raiser dan Mollenda dalam Pribadi (2011) yang meliputi:

a) Analisis, langkah analisis terdiri dari dua tahap, yaitu analisis kinerja (performance

analysis) dan analisis kebutuhan (need analysis). Analis kinerja dilakukan untuk

mengetahui dan mengklarifikasi apakah masalah kinerja yang dihadapi memerlukan

solusi berupa penyelenggaraan program pembelajaran atau perbaikan manajemen.

Analisis kebutuhan merupakan langkah yang diperlukan untuk menentukan

kemampuan– kemampuan atau kompetensi yang perlu dipelajari oleh siswa untuk

meningkatkan kinerja atau prestasi belajar.

b) Desain, merupakan inti dari langkah analisi, yaitu mempelajari masalah dan

menemukan alternatif solusi yang akan ditempuh untuk mengatasi masalah

pembelajaran yang berhasil diidentifikasi pada langkah analisis kebutuhan.

Page 10: PENGEMBANGAN MODEL BLENDED LEARNING PADA MATERI ...

c) Pengembangan, merupakan tahap membuat blended learning setelah di desain

berdasarkan kebutuhan siswa kelas X TKJ meliputi silabus, RPP, media pembelajaran,

aplikasi online dimana pada penelitian ini menggunakan aplikasi Edmodo. Blended

learning diuji dalam expert judgement atau uji ahli dengan responden ahli model dan

ahli materi pembelajaran yang akan menunjukkan tingkat kelayakan desain blended

learning yang digunakan sebagai pedoman dalam implementasi pembelajaran pada

tahap selanjutnya.

d) Implementasi adalah penerapan blended learning. Uji lapangan merupakan uji coba di

sekolah dengan siswa sebagai responden. model blended learning diterapkan pada

siswa kelas X TKJ pada materi trigonometri.

e) Evaluasi adalah Proses yang dilakukan untuk memberikan nilai terhadap program

pembelajaran. Evalusi ini dikenal dengan evalusi formatif, yang dilakukan dengan cara

membandingkan hasil belajar yang telah dicapai siswa dengan tujuan pembelajaran

yang telah dirusmuskan sebelumnya. Tahap evaluasi meliputi hasil belajar siswa setelah

penggunaan model blended learning, keefektifan dan kepraktisan model, serta pendapat

siswa mengenai penggunaan model blended learning.

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan tes untuk memperoleh

data dengan menguji kemampuan matematika siswa sebelum dan sesudah dilakukan

implementasi model blended learning. Lembar penilaian model blended learning yang terdiri

dari Lembar validasi ahli model pembelajaran, validasi materi, lembar pendapat siswa dan

lembar kepraktisan model blended learning.

Analisis data pada penelitian ini adalah validasi model blended learning, keefektifan

model blended learning dengan menganalisis lembar kepraktisan dan pendapat siswa,

dampak model blended learning terhadap hasil belajar siswa dengan melakukan analisis uji

normalitas, uji keseimbangan dan analisis peningkatan hasil belajar siswa dengan

menggunaka rumus N-gain.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan model ADDIE, proses penelitian dan pengembangan model blended

learning dijelaskan melalui tahapan sebagai berikut:

1. Analisis, meliputi:

a. Analisis Siswa

Analisis umum ini merupakan analisis siswa yang menggunakan laptop. Penelitian

dilakukan pada siswa kelas X TKJ 1 SMK Negeri 1 Bancak. Berdasarkan hasil analisis

Page 11: PENGEMBANGAN MODEL BLENDED LEARNING PADA MATERI ...

kelas X TKJ berjumlah 32 siswa yang terdiri dari 18 siswa perempuan dan 14 siswa laki –

laki, dengan keseluruhan siswa menggunakan laptop saat pembelajaran berlangsung.

b. Analisis Sekolah

Berdasarkan pengamatan fasilitas belajar di SMK Negeri 1 Bancak, terdapat jaringan

internet, LCD, Sound system, papan tulis elektronik yang dapat digunakan dalam proses

pembelajaran.

2. Desain

Tahap desain merupakan inti dari langkah analisis, yaitu mempelajari masalah dan

menemukan alternatif solusi melalui langkah analisis siswa dan sekolah. Berdasarkan hasil

analisis siswa dan sekolah, maka ditentukan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Menentukan Kompetensi Dasar

Penelitian ini dilakukan di kelas X TKJ SMK Negeri 1 Bancak yang telah

menggunakan Kurikulum 2013 dalam proses pembelajarannya. Pengembangan blended

learning memperhatikan standar pembelajaran sesuai dengan Kurikulum 2013. Materi

trigonometri untuk kelas X TKJ terdiri dari 3 kompetensi dasar, yang meliputi: 1)

mendeskripsikan konsep perbandingan trigonometri pada segitiga siku-siku melalui

penyelidikan dan diskusi tentang hubungan perbandingan sisi-sisi yang bersesuaian dalam

beberapa segitiga siku- siku sebangun; 2) menemukan sifat-sifat dan hubungan antar

perbandingan trigonometri dalam segitiga siku-siku; 3) menerapkan perbandingan

trigonometri dalam menyelesaikan masalah. Konten materi yang ditampilkan pada mobile

learning matematika disesuakan dengan kompetensi dasar yang telah ditetapkan pada

Kurikulum 2013. Penyajian materi diatur secara urut berdasarkan pada urutan proses

pembelajaran.

b. Menentukan Tujuan Belajar

Proses pengembangan Model Blended Learning matematika pada materi trigonometri

disesuaiakan dengan Kurikulum 2013. Tujuan pembelajaran yang harus dicapai pada

materi trigonometri antara lain; 1) menghitung unsur-unsur yang belum diketahui pada

segitiga siku-siku baik dengan sifat kesebangunan maupun teorema Phytagoras; 2)

menemukan konsep perbandingan trigonometri pada segitiga siku-siku; 3) menentukan

nilai-nilai perbandingan trigonometri pada segitiga siku-siku dengan menggunakan konsep

yang sudah ditemukan; 4) menemukan sifat-sifat dan hubungan antar perbandingan

trigonometri pada segitiga siku-siku; 5) menentukan strategi yang tepat dalam

memanfaatkan perbandingan trigonometri untuk menyelesaikan masalah; serta 6)

Page 12: PENGEMBANGAN MODEL BLENDED LEARNING PADA MATERI ...

menentukan tinggi suatu obyek pada kehidupan nyata. Materi dari Model Blended Learning

matematika telah mencakup 6 tujuan pembelajaran sesuai kurikulum 2013.

c. Pemilihan Materi Pembelajaran

Model Blended learning matematika menggunakan materi pembelajaran trigonometri,

dan telah disesuaikan dengan proses kegiatan belajar mengajar siswa di kelas X TKJ SMK

Negeri 1 Bancak. Materi pembelajaran disajikan dalam bentuk modul dengan format isi:

judul, tujuan pembelajaran, materi trigonometri, trik menghafal rumus trigonometri. Selain

dalam bentuk modul materi trigonometri disajikan dalam bentuk power point dan video.

Materi trigonometri yang disajikan dalam model blended learning telah disesuaikan dengan

Kurikulum 2013. Penyajian materi secara urut dari dasar trigonometri meliputi konsep dasar

segitiga, menghitung nilai sudut, perbandingan trigonometri pada segitiga siku–siku, nilai

perbandingan trigonometri pada sudut istimewa dan relasi sudut.

3. Pengembangan

a. Pembuatan Produk

1) Pembuatan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Desain perencanaan pembelajaran pada penelitian ini menggunakan model blended

learning. Adapun perencanaan pembelajaran mencakup rencana pelaksanaan

pembelajaran (RPP) yang disusun dengan memperhatikan komponen perangkat

pembelajaran, komponen dan karakteristik siswa SMK, serta kunci model blended

learning yaitu 1) Live Event yaitu Pembelajaran langsung atau tatap muka secara sinkron

dalam waktu dan tempat yang sama ataupun waktu sama tapi tempat berbeda; 2) Self-

Paced learning yaitu mengombinasikan pembelajaran konvensional dengan pembelajaran

mandiri yang memungkinkan pembelajar belajar kapan saja dan dimana saja dengan

menggunakan berbagai bahan belajar yang dirancang khusus untuk belajar mandiri baik

yang bersifat text-based maupun multimedia-based (video, animasi, simulasi, gambar,

audio, atau kombinasi dari kesemuanya). Bahan belajar tersebut dalam konteks saat ini

dapat dikirim secara online; 3) Collaboration yaitu mengkombinasikan kolaborasi, baik

kolaborasi pengajar maupun kolaborasi antar peserta belajar yang kedua – duanya bisa

bersifat lintas sekolah; 4) Assesment yaitu perancang blended learning harus mampu

meramu kombinasi jenis assesmen yang berupa tes maupun non tes atau tes yang lebih

bersifat otentik dalam bentuk proyek, produk, dan sebagainya; 5) Performance Support

Materials merupakan bagian yang penting.

Page 13: PENGEMBANGAN MODEL BLENDED LEARNING PADA MATERI ...

2) Memilih Teknologi dan Media

Pengembangan model blended learning matematika dalam penelitian ini

menggunakan laptop sebagai media pembelajaran. Berdasarkan hasil observasi yang telah

dilakukan di kelas X TKJ 1 SMK Negeri 1 Bancak, keseluruhan siswa telah menggunakan

laptop yang dapat digunakan untuk pembelajaran.

3) Pembuatan Aplikasi Online

Aplikasi online yang digunakan dalam Model Blended Learning ini adalah edmodo.

Komponen dalam aplikasi ini adalah:

a) Homepage adalah istilah untuk menyebut halaman pertama web yang berisi daftar

isi sebuah situs web yang muncul jika sebuah situs web diakses, homepage berisi

judul-judul yang dapat dipilih sesuai tujuan halaman yang akan dipilih. Menu home

tampak pada Gambar 1 berikut:

Gambar 1. Tampilan menu home pada aplikasi edmodo

b) Progress, yaitu untuk melihat kemajuan pembelajaran siswa berupa nilai dan

lacana. Menu progress tampak pada Gambar 2 berikut:

Gambar 2. Tampilan menu progress pada aplikasi edmodo

c) Library di edmodo hampir memiliki fungsi seperti perpustakaan. Perpustakaan

disini adalah perpustakaan data atau file-file yang dikelompokkan dan diupload

sehingga memudahkan ketika membutuhkannya. Library memiliki menu folder

yang nantinya bisa diisi dengan file-file yang diingin dan dapat di dipublikasikan

pada kelompok kelas maupun publik sehingga semua pengguna dapat

membukanya. Menu library tampak pada Gambar 3 berikut:

Page 14: PENGEMBANGAN MODEL BLENDED LEARNING PADA MATERI ...

Gambar 3. Tampilan menu library pada aplikasi edmodo

d) Account terdiri dari 4 bagian, yaitu: Profile yang digunakan untuk melihat profil

pengguna edmodo; Setting : digunakan untuk mengatur atau mengubah suatu

tampilan profile, mengganti nama, menambahkan email dan untuk mengubah

password baru; Help digunakan untuk membantu apabila menemukan kesalahan;

Logout digunakan untuk keluar dari akun edmodo. Menu account tampak pada

Gambar 4 berikut:

Gambar 4. Tampilan menu account pada aplikasi edmodo

e) Notifications berfungsi untuk melihat pemberitahuan yang ada pada akun edmodo.

Menu notifications tampak pada Gambar 5 berikut:

Gambar 5. Tampilan menu Notifications pada aplikasi edmodo

4) Pembuatan media pembelajaran, meliputi

a) Video Pembelajaran

Video pembelajaran digunakan untuk memberikan gambaran awal tentang materi

yang akan dipelajari dan video penutup yang berisi lagu tentang materi dan rumus

Page 15: PENGEMBANGAN MODEL BLENDED LEARNING PADA MATERI ...

trigonometri untuk membantu siswa dalam memahami dan menghafal rumus

trigonometri. Video pembelajaran tampak pada Gambar 6 berikut:

Gambar 6. Video pembuka pembelajaran dan Lagu Trigonometri

5) Soal evaluasi pembelajaran

Soal evaluasi pada blended learning berisi 4 paket soal mengenai konsep dasar

trigonometri sampai dengan aplikasi dari trigonometri. Evaluasi berupa soal pilihan ganda

yang langsung dapat dikoreksi oleh aplikasi. Dengan evaluasi ini diharapkan dapat

menerapkan apa yang telah dipelajari tentang trigonometri untuk memecahkan persoalan

pada menu quiz tampak pada Gambar 7 berikut:

Gambar 7. Tampilan menu quiz pada aplikasi edmodo

b. Validasi Ahli

Page 16: PENGEMBANGAN MODEL BLENDED LEARNING PADA MATERI ...

Validasi ini diperlukan untuk memeriksa apakah produk yang dikembangkan sudah

layak untuk dipakai. Validasi dilakukan oleh dua validator, yaitu validator ahli model dan

validator ahli materi.

1) Data Hasil Validasi Ahli Model

Ahli model menitikberatkan penilaian model terhadap kunci model blended

learning, aspek media dan aspek komponen perangkat pembelajaran. Ahli model yang

menjadi validator produk adalah Febrian Wahyu Chirstanto, S.Kom., M.Cs. Beliau

merupakan dosen dari Fakultas Teknologi dan Ilmu Komunikasi Universitas Semarang.

Berdasarkan hasil validasi model oleh ahli model diperoleh presentase 83,704% dengan

kategori layak sehingga dapat diinterpretasikan bahwa model blended learning pada

materi trigonometri layak digunakan sebagai model pembelajaran. Kategori baik meliputi

kejelasan karakteristik pembelajaran tatap muka dalam perencanaan pembelajaran,

kecukupan akses belajar mandiri, ketersediaan dukungan bahan belajar cetak maupun

digital dalam pembelajaran dengan model blended learning.

2) Data Hasil Validasi Ahli Materi

Ahli materi menitikberatkan penilaian media terhadap aspek isi/materi dan aspek

pembelajaran dan kebahasaan. Ahli materi yang menjadi validator produk adalah Yuli Isti

Ningrum S.Pd Beliau adalah guru mata pelajaran matematika SMK N 1 Bancak.

Berdasarkan hasil validasi model Blended Learning oleh ahli materi diperoleh presentase

82,105% dengan kategori baik. Kategori baik meliputi materi yang tersedia telah sesuai

dengan konsep materi trigonometri di dalam Kurikulum 2013, disusun secara sistematis,

dan dapat membantu pengguna dalam belajar trigonometri.

c. Revisi Produk

Setelah produk diuji oleh ahli model dan ahli materi, kritik dan saran dari valiadator

menjadi acuan dalam perbaikan dari model blended learning. Saran-saran perbaikan dan

tindak lanjut revisi dari produk model blended learning adalah sebagai berikut.

1) Akun siswa dipersiapkan

Akun siswa dipersiapkan untuk mengecek setiap kiriman tugas, quiz atau

pengumunan sehingga guru dapat mengecek isi dari akun siswa.

2) Aplikasi di android sebagai guru dipersiapkan

Aplikasi Edmodo selain bisa diakses melalui windows juga dapat di akses melalui

android sehingga dapat memudahkan guru untuk selalu mengecek akun setiap saat.

3) Buat penilaian hasil belajar di edmodo

Penilaian ini bertujuan untuk mengetahui kemajuan dari setiap siswa.

Page 17: PENGEMBANGAN MODEL BLENDED LEARNING PADA MATERI ...

4) Pada video lagu trigonometri pada bagian intro terlalu panjang sehingga perlu

dipotong beberapa detik.

Setelah dilakukan perbaikan terhadap produk, penelitian dilanjutkan dengan uji coba

model blended learning skala kecil.

4. Implementasi, meliputi

a. Uji coba skala kecil

Uji coba model blended learning skala kecil dilakukan pada 8 siswa kelas X yang

diambil secara acak. Uji coba skala kecil dilakukan dengan memberikan model Blended

Learning pada siswa. Pemberian angket kepraktisan dan lembar pendapat siswa mengenai

model Blended Learning diberikan setelah pemberian model. Angket kepraktisan dan

pendapat siswa digunakan untuk mengetahui penilaian dari siswa dalam skala kecil

mengenai kualitas dari model blended learning yang telah dikembangkan sebagai model

pembelajaran sebelum diuji cobakan dalam skala besar.

Berdasarkan hasil analisis angket kepraktisan Model Blended Learning matematika

yang diperoleh persentase sebesar 100% dan termasuk dalam kategori tinggi. Secara

keseluruhan dapat disimpulkan bahwa model blended learning matematika pada materi

trigonometri praktis digunakan dalam pembelajaran. Angket ini masih akan diujikan oleh

siswa pengguna Model Blended learning untuk mengetahui kepraktisan model blended

learning pada Uji Lapangan.

b. Uji coba skala besar

Uji coba skala besar dilakukan di kelas X TKJ SMK N 1 Bancak dengan

menggunakan model Blended Learning pada materi trigonometi. Respon siswa terhadap

model blended learning berdasarkan hasil pretest, posttest, lembar pendapat siswa, dan

angket kepraktisan model. Pengambilan data ini bertujuan untuk mengetahui penilaian dari

siswa mengenai kualitas dari model blended learning yang telah dikembangkan sebagai

model pembelajaran setelah diuji cobakan dalam skala kecil untuk mendapatkan hasil yang

lebih akurat.

Pretest merupakan tes untuk mengetahui pemahaman awal siswa sebelum

menggunakan model blended learning yang terdiri dari 10 butir soal. Analisis hasil pretest

merupakan acuan dari kemampuan awal siswa, tahap berikutnya siswa diberikan model

blended learning pada pembelajaran trigonometri. Setelah 3 minggu diberikan pembelajaran

menggunakan model blended learning, siswa diberikan posttest yang terdiri dari 10 butir

soal dengan bobot soal sama dengan pretest yang diberikan sebelumnya. Hasil dari posttest

dibandingkan dengan hasil yang diperoleh dari pretest sebelumnya untuk mengetahui

Page 18: PENGEMBANGAN MODEL BLENDED LEARNING PADA MATERI ...

dampak yang diperoleh dari penggunaan model blended learning. Lembar pendapat dan

angket kepraktisan diberikan terakhir guna mengetahui pendapat siswa sebagai penguna

model blended learning.

5. Evaluasi, meliputi

a. Keefektifan Model blended learning

1) Hasil analisis lembar pendapat siswa

Hasil analisis pendapat siswa disebutkan bahwa model blended learning merupakan

model pembelajaran yang menarik karena menyenangkan dan banyak hal yang bisa

didapatkan. Aplikasi online menarik digunakan sebagai penunjang dalam belajar

matematika siswa karena cara penggunaan aplikasinya mudah dan bisa belajar kapan saja

dan dimana saja. Media yang digunakan dalam model blended learning memudahkan

siswa untuk memahami materi trigonometri.

Keseluruhan siswa menyatakan setuju apabila model blended learning

dikembangkan untuk materi lain karena dapat menarik dan menggunakan media yang

dapat mempermudah siswa dalam belajar matematika dengan menyenangkan. Siswa juga

memberikan pendapat bahwa model blended learning matematika kurang baik jika

jaringan internet pada sekolah kurang lancar.

2) Kepraktisan Model Blended Learning

Berdasarkan hasil analisis angket kepraktisan model blended learning yang

diperoleh dari 8 orang responsden dan juga siswa kelas eksperimen diperoleh persentase

sebesar 79,79% dan termasuk dalam kategori baik. Kategori baik meliputi bahwa model

blended learning menarik digunakan untuk pembelajara trigonometri, media

pembelajaran online membuat belajar menjadi praktis dan tidak terbatas waktu maupun

tempat, model blended learning menarik minat untuk belajar dan tidak membosankan..

Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa model blended learning matematika pada

materi trigonometri praktis digunakan dalam pembelajaran.

b. Dampak Model Blended Learning Terhadap Hasil Belajar Siswa

Dampak pemberian model blended learning terhadap hasil belajar siswa di lihat dari

nilai tes. Pemberian tes ini dilakukan sebelum dan sesudah pemberian model pembelajaran.

Selain itu juga dipilih 2 kelas yakni kelas eksperimen yakni kelas yang diberi perlakuan

dengan model blended learning serta kelas kontrol yakni kelas yang diberi perlakuan

dengan model pembelajaran konvensional. Adapun hasilnya adalah sebagai berikut

1) Deskripsi Hasil Pengolahan Data

Page 19: PENGEMBANGAN MODEL BLENDED LEARNING PADA MATERI ...

Berdasarkan hasil pengolahan nilai pretest dan posttest dari kedua kelas, diketahui

bahwa di kelas eksperimen, nilai rata-rata pretest (37,19) lebih rendah dibandingkan

dengan nilai rata-rata posttest (81,25) dimana peningkatan sekitar 44 point. Hal serupa di

kelas kontrol dimana nilai rata-rata pretest (41,14) lebih rendah dibandingkan dengan nilai

rata-rata posttest (59,43) dimana peningkatan nilainya sekitar 18 point. Jika dibandingkan

nilai rata-rata pretest antara kelas eksperimen dan kelas kontrol maka nilai rerata kelas

kontrol lebih baik dari pada nilai rerata kelas eksperimen dimana selisihnya sangat kecil.

Jika dibandingkan nilai rata-rata postest antara kelas eksperimen dan kelas kontrol maka

nilai rerata kelas eksperimen lebih baik dari pada nilai rerata kelas kontrol dimana

selisihnya cukup banyak. Untuk mengetahui perbedaan kedua nilai rerata dari kedua kelas

maka dapat digunakan uji beda rerata dan untuk peningkatannya dengan menggunakan N-

Gain.

2) Analisis Data

Analisis uji kesamaan rata-rata pretest bertujuan untuk menunjukkan bahwa tidak

terdapat perbedaan yang signifikan terhadap kemampuan awal antara kelompok

eksperimen dan kelompok kontrol. Sebelum melakukan uji keseimbangan data maka

dilakukan uji normalitas dan homogenitas data.

a) Uji normalitas

Uji normalitas dilakukan pada nilai kelas eksperimen dan kelas kontrol. Uji

normalitas dilakukan dengan uji Kolmogorov-Smirnov dengan taraf signifikan 0,05.

Adapun hasil uji normalitas data pretest diperoleh hasil sebagai berikut

Tabel 1. Uji Normalitas nilai Pretest dan Posttest dari Kelas Eksperimen dan Kontrol

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Nilai Awal

Kelas Kontrol

Nilai Awal Kelas

Eksperimen

Nilai Akhir

Kelas Kontrol

Nilai Akhir Kelas

Eksperimen

N 35 32 35 32

Normal

Parametersa

Mean 41.14 37.19 59.43 81.25

Std. Deviation 13.454 16.507 17.978 13.619

Most

Extreme

Differences

Absolute .202 .130 .207 .182

Positive .168 .106 .135 .162

Negative -.202 -.130 -.207 -.182

Kolmogorov-Smirnov Z 1.195 .736 1.227 1.031

Asymp. Sig. (2-tailed) .115 .650 .098 .239

a. Test distribution is Normal.

Berdasarkan Tabel 1 diperoleh perhitungan uji normalitas nilai pretest menunjukkan

kelas eksperimen dengan nilai signifikansi sebesar 0,650 dan kelas kontrol sebesar 0,115.

Page 20: PENGEMBANGAN MODEL BLENDED LEARNING PADA MATERI ...

Begitu juga dengan nilai posttest untuk kelas eksperimen dengan nilai signifikansi 0,239

dan kelas kontrol sebesar 0,098. Tampaklah bahwa nilai signifikansi dari uji normalitas

pretest dan posttest dari kedua kelompok data lebih besar dari pada 0,05 sehingga dapat

disimpulkan bahwa data pretest dan posttest untuk masing-masing kelas berdistribusi

normal. Oleh karena itu, dilakukan uji homogenitas dan uji-t.

b) Uji keseimbangan

Pengujian uji beda rerata dilakukan terhadap nilai pretest dan posttest kelas

eksperimen dan kontrol, dan nilai sebelum dan sesudah pemberian model blended

learning. Hasil dari uji keseimbangan adalah sebagai berikut

i. Uji keseimbangan kelas eksperimen dan kontrol

Pengujian keseimbangan dua kelas ini adalah pengujian nilai pretest kelas

eksperimen dan kelas kontrol. Uji homogenitas pretest dalam penelitian ini berfungsi

untuk mengetahui apakah variansi-variansi dari populasi sama atau tidak. Hasil uji

homogenitas dan analisis uji-t nilai pretest dapat dilihat pada Tabel berikut:

Tabel 2. Uji Keseimbangan Kelas Ekperimen dan Kontrol Pretest

Berdasarkan Tabel 2 diperoleh hasil uji homogenitas ini menggunakan Uji Levene

menunjukkan nilai signifikan sebesar 0.235>0.05 maka dapat disimpulkan bahwa kelas

eksperimen dan kelas kontrol berasal dari populasi yang memiliki variansi yang sama

(homogen). Oleh karena telah memenuhi uji normalitas data dan uji homogenitas data

maka dapat disimpulkan kedua kelas tersebut dalam kondisi seimbang. Untuk

memperkuat hasil uji keseimbangan kedua kelompok ini, berdasarkan hasil uji beda

rerata diperoleh nilai signifikan sebesar 0.285>0.05 sehingga dapat disimpulkan bahwa

Independent Samples Test

Levene's

Test for

Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig. t df

Sig.

(2-

tailed)

Mean

Difference

Std. Error

Difference

95% Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

NIlai

Awal

Equal

variances

assumed

1.439 .235 1.079 65 .285 3.955 3.666 -3.366 11.276

Equal

variances not

assumed

1.069 59.934 .289 3.955 3.700 -3.445 11.356

Page 21: PENGEMBANGAN MODEL BLENDED LEARNING PADA MATERI ...

tidak ada perbedaan rata-rata nilai pretest antara kedua kelas tersebut. Berdasarkan

hasil uji normalitas, homogenitas, dan uji-t di atas maka tampaklah bahwa kedua kelas

tersebut memiliki kemampuan awal yang seimbang maka dapat diberikan perlakuan

yang berbeda. Kelas eksperimen diberi perlakuan berupa Model Blended Learning

sedangkan kelas kontrol diberi perlakuan berupa Model Pembelajaran Konvensional.

ii. Uji beda rerata antara kelas eksperimen dan kontrol

Pengujian beda rerata dua kelas ini adalah pengujian nilai posttest kelas

eksperimen dan kelas kontrol. Hasil pengujiannya adalah sebagai berikut.

Tabel 3. Uji Beda Rerata antara Kelas Eksperimen dan Kontrol Posttest

Independent Samples Test

Levene's Test for

Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig. t df

Sig. (2-

tailed)

Mean

Difference

Std. Error

Difference

95% Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Nilai

Akhir

Equal

variances

assumed

.725 .398 -5.835 65 .000 -20.107 3.446 -26.990 -13.225

Equal

variances not

assumed

-5.851 64.949 .000 -20.107 3.436 -26.970 -13.244

Berdasarkan Tabel 3 diperoleh hasil uji homogenitas ini menggunakan Uji Levene

menunjukkan nilai signifikan sebesar 0.398>0.05 maka dapat disimpulkan bahwa kelas

eksperimen dan kelas kontrol berasal dari populasi yang memiliki variansi yang sama

(homogen). Untuk mengetahui hasil uji beda rerata kedua kelompok ini, berdasarkan

baris Equal Variances Assumed diperoleh nilai signifikan sebesar 0.000 < 0.05

sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan nilai rerata antara kelas kontrol

dan eksperimen dimana nilai posttest kelas kontrol lebih rendah dari kelas eksperimen.

3) Analisis Kualitas Peningkatan Hasil Belajar Siswa

Untuk menentukan kualitas peningkatan hasil belajar siswa digunakan data gain

ternormalisasi. Hasil perhitungan rata-rata gain ternormalisasi kelas ekperimen dan kelas

kontrol dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4. Rata-rata n-gain Ternormalisasi Hasil Belajar Siswa

Kelas uji Jumlah Jumlah Rata – N-Gain Kategori

Page 22: PENGEMBANGAN MODEL BLENDED LEARNING PADA MATERI ...

skor siswa rata

Eksperimen Pretest 1190 32 37,19 0,701 Tinggi

Posttest 2600 81,25

Kontrol Pretest 1440 35 41,14 0,311 Sedang

Posttest 2080 59,43

Berdasarkan Tabel 4, rata-rata Gain hasil belajar siswa kelas eksperimen (0,701) tergolong

ke dalam kategori Tinggi. Rata-rata Gain hasil belajar siswa kelas kontrol (0,311)

tergolong ke dalam kategori sedang. Ini berarti bahwa kualitas hasil belajar siswa yang

memperoleh pembelajaran melalui model blended learning pada materi trigonometri lebih

baik di dibandingkan kelompok kontrol yang memperoleh pembelajaran melalui model

pembelajaran konvensional.

KESIMPULAN

Blended learning adalah model pembelajaran yang mengkombinasikan antara face to

face learning dan online learning. blended learning dikembangkan dengan menggunakan

aplikasi edmodo sebagai sarana pembelajaran secara online dan LKS sebagai panduan face to

face learning dan telah melalui proses validasi dari aspek keberhasilan model maupun aspek

materi oleh ahli model dan ahli materi. berdasarkan hasil analisis validasi model blended

learning pada materi trigonometri memperoleh persentase sebesar 83,704% yang termasuk

dalam kategori baik dan aspek materi memperoleh persentase sebesar 82,1055% yang

termasuk dalam kategori baik dan layak untuk digunakan sebagai model pembelajaran.

Kepraktisan model blended learning dilihat dari hasil analisis lembar kepraktisan yang

menunjukan persentase sebesar 79,79% termasuk dalam kategori baik. Model blended

learning memberikan dampak terhadap hasil belajar siswa, berdasarkan hasil uji beda rerata

diperoleh nilai signifikan sebesar 0.000 < 0.05. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat

perbedaan rerata sebelum dan sesudah diberi model blended learning. Selain itu, berdasarkan

uji N-Gain diperoleh nilai 0,701 yang berarti terjadi peningkatan yang tinggi dari nilai pretest

dan posttest siswa. Siswa menyatakan bahwa model blended learning menarik, tidak

membosankan, dan dapat membantu dalam belajar khususnya materi persamaan trigonometri.

Kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan hasil tersebut adalah model blended learning

pada materi trigonometri layak digunakan sebagai model pembelajaran dan dapat

dikembangkan untuk materi lainya.

Page 23: PENGEMBANGAN MODEL BLENDED LEARNING PADA MATERI ...

DAFTAR PUSTAKA

Anan Sutisna. 2016. Pengembangan Model Pembelajaran Blended Learning pada

Pendidikan Kesetaraan Program Paket C dalam Meningkatkan Kemandirian Belajar.

Jurnal Teknologi Pendidikan Vol. 18, No. 3, Desember 2016

Cheung, W.S dan Khe Foon Hew. 2011. Design and Evaluation of Two Blended Learning

Approaches: Lesson Learned.Australasian Journal of Educational Technology. No. 8.

Volume 27. Hal.1319-1337.

Husamah. 2014. Pembelajaran Bauran (Blended Learning). Jakarta: Prestasi pustaka.

Pribadi, Benni A. 2011. Model Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Dian Rakyat.

Rusman. 2013. Model – Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme guru.

Jakarta: Rajagrafindo Persada.

Sanjaya, Wina. 2013. Penelitian Pendidikan: Jenis, Metode dan Prosedur. Jakarta: Kencana

Prenada Media Grup.

Trianto. 2012. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif – Progresif: Konsep, Landasan, dan

Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana

Prenada Group.

Wahyudi dan Kriswandani. 2013. Pengembangan Pembelajaran Matematika SD. Salatiga:

Widya Sari Press.

Wasis D. Dwiyogo. 2014. Analisi Kebutuhan Pengembangan Model Rancangan

Pembelajaran Berbasis Blended Learning (PBBL) untuk Meningkatkan Hasil Belajar

Pemecahan Masalah. jurnal Pendidikan dan Pembelajaran, Vol. 21, No. 1, April 2014