PENGEMBANGAN ALAT PERAGA MOMENTUM DAN IMPULS TERHADAP KOGNITIF SISWA SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Oleh: Aji Nurmuhammad Meisa NIM. 1113016300003 PRODI TADRIS FISIKA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2020
235
Embed
PENGEMBANGAN ALAT PERAGA MOMENTUM DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52063...Momentum dan Impuls terhadap Kognitif Siswa.Skripsi program tadris fisika.Fakultas
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
PENGEMBANGAN ALAT PERAGA MOMENTUM DAN
IMPULS TERHADAP KOGNITIF SISWA
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh:
Aji Nurmuhammad Meisa
NIM. 1113016300003
PRODI TADRIS FISIKA
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2020
i
LEMBAR PENGESAHAN
ii
LEMBAR PENGESAHAN
iii
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI
iv
ABSTRAK
Aji Nurmuhammad Meisa (1113016300003) Pengembangan Alat Peraga
Momentum dan Impuls terhadap Kognitif Siswa.Skripsi program tadris
fisika.Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
2020.
Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan alat peraga pada materi
momentum dan impuls yang layak, efektif dan praktis digunakan. Penelitian
pengembangan alat peraga ini dilatarbelakangi oleh menurunnya hasil belajar
siswa pada hasil UN mulai dari tahun 2015 hingga 2019 pada materi momentum
dan impuls. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
development research dari Jan Van Den Akker dengan evaluasi formatif Martin
Tessmer. Tahap penelitian terdiri dari empat tahap: penelitian pendahuluan, tahap
prototype, evaluasi sumatif, serta refleksi sistematik dan dokumentasi. Subjek
dalam penelitian ini adalah siswa kelas X, XI, dan XII IPA yang diambil dari satu
sekolah yaitu SMA Manbaul Ulum Kota Tangerang. Teknik pengambilan sampel
dilakukan secara purposive sampling.Instrument yang digunakan berupa tes (tes
kognitif) yang telah divalidasi dan non tes (angket dan wawancara). Instrument tes
diberikan kelompok kecil 15 orang, uji lapangan 30 orang, evaluasi sumatif 30
orang dengan total 75 orang dan angket penilaian diberikan kepada: 2 ahli, 78
siswa (evaluasi satu-satu, evaluasi kelompok kecil, uji lapangan, dan evaluasi
sumatif) dan 1 orang guru. Alat peraga yang dihasilkan dinyatakan layak (76%)
dan alat peraga efektif dalam membantu meningkatkan keterampilan kognitif
siswa (73,9%) siswa mendapatan nilai ≥ KKM dan rata-rata N-Gain sebesr 0,6
(sedang). Alat Peraga juga dinyataan praktis (70,1%) untuk digunakan guru dan
siswa di dalam kelas maupun diluar kelas.
Kata kunci: Development research,layak, efektif, dan praktis
v
ABSTRACT
Aji Nurmuhammad Meisa (1113016300003) Media Development of Momentum
and Impulse to Cognitive Aids Students.Thesis program of physical
Tadris.Faculty of Sciences Tarbiyah and teacher, UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, 2020.
The research aims to develop props on the momentum and impulse materials that
are viable, effective and practical to use. Research of the development of the tool
is backed by the decline of student learning outcomes in the results of the UN
from 2015 to 2019 in momentum and impulse materials. The research method
used in this study was the development research of Jan Van Den Akker with the
formative evaluation of Martin Tessmer. The research phase consists of four
phases: preliminary research, prototype stage, sumative evaluation, as well as
systematic reflection and documentation. The subject in this study is tenth,
eleventh and tweleveth grade of Sciences students taken from one school, namely
SMA Manbaul Ulum, Tangerang City. Sampling techniques are performed in
purposive sampling. Instruments used in the form of tests (cognitive tests) that
have been validated and non-test (poll and interview). Instrument tests were
awarded to 75 students and the scoring poll was awarded to: 2 Members, 78
students (one-on-one evaluation, small group evaluation, field test, and
summative evaluation) and 1 teacher. The resulting props are declared worthy
(76%) and effective teaching aids in helping to improve the mastery of student
concepts (73.9%) Students get a value of ≥ KKM and average N-Gain as 0.6
(moderate). The props are also a practical expression (70.1%) Teachers and
students in the classroom and outside the classroom.
Keywords: Development research, worth, effective, and practical
vi
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya. Shalawat dan salam tercurah kepada Nabi
Muhammad SAW beserta keluarga, para sahabat serta para pengikutnya yang
berada dalam lindungan-Nya. Atas ridha-Nya, akhirnya penulis dapat
menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Pengembangan Alat Peraga
Momentum Impuls dengan Konsep Kereta Maglev terhadap Kemampuaan
Kognitif Siswa”.
Apresiasi dan terima kasih disampaikan kepada semua pihak yang telah
berpartisipasi dalam penulisan skripsi ini. Secara khusus, apresiasi dan terima
kasih tersebut disampaikan kepada:
1. Prof. Dr. Hj. Amany Burhanuddin Umar Lubis, M.A sebagai rector UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta
2. Dr. Sururin, M.Ag sebagai Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
3. Iwan Permana Suwarna, M.Pd, sebagai Ketua Program Studi Tardis Fisika
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan dan Pembimbing Akademik.
4. Dwi Nanto, Ph.D, Sebagai Dosen Pembimbing Skripsi yang telah
memberikan bimbingan saran dan pengarahan dalam penulisan skripsi.
5. Para dosen pendidikan fisika yang telah mengajarkan saya mengenai ilmu
pendidian dan fisika selama perkuliahan.
6. KH. Noer Muhammad Iskandar SQ sebagai pendiri PonPes Asshiddiqiyah
yang telah memberikan motivasi hidup dan do’anya.
7. H. Zainuri Yasmin, M.Pd sebagai Kepala Sekolah SMA Manba’ul Ulum
Kota Tangerang yang telah mengizinkan penulis untuk melakukan
penelitian di sekolah tersebut.
vii
8. Waqidatul khoiriyah, M.Pd dan Ali Rapsanjani, S.Pd sebagai guru SMA
Manba’ul Ulum Kota Tangerang yang telah mengizinkan penulis
menggunakan jam pelajarannya untuk penelitian.
9. Guru dan Staff SMA Manba’ul Ulum Kota Tangerang yang telah
membantu penulis dalam penelitian di SMA Manba’ul Ulum Kota
Tangerang.
10. Keluarga tercinta khususnya Bapak (Aep Saepulloh, SE), Ibu ( Hj.
Nurjannah, S.Keb), Kakak (Irsan Nurrachman, S.S dan Lilih Kusmiati),
Adik (Muhammad Alfian Jamil) yang selalu memberikan do’a dan
dukungan baik materi maupun moral kepada penulis selama penulisan
berlangsung.
11. Keluarga Pendidikan Fisika (khususnya GAS.A) yang senantiasa saling
memberikan motivasi dan pengetahuannya selama perkuliahan.
Sains merupakan bagian dari kehidupan manusia, salah satunya ialah Fisika.
Fisika merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku alam dalam
berbagai bentuk gejala untuk dapat memahami apa yang mengendalikan atau
menentukan tingkah laku tersebut.Dalam pembelajarannya, fisika dikembangkan
melalui kemampuan berpikir analitis, induktif dan deduktif dalam menyelesaikan
masalah yang berkaitan dengan penggunaan pengembangan pengetahuan,
keterampilan.Fisika berkaitan dengan cara mempelajari fenomena alam secara
sistematis,sehingga fisika tidak hanya berkaitan dengan pengetahuan berupa fakta-
fakta, konsep, dan prinsip saja melainkan juga berkaitan dengan suatu proses
penemuan.1
Pemerintah menetapkan mengganti kurikulum KTSP menjadi kurikulum
2013.Pada kurikulum 2013 proses pembelajaran menggunakan pendekatan
saintifik. Pendekatan saintifik adalah suatu pendekatan untuk memperoleh
pengetahuan yang didasarkan pada struktur logis dengan tahapan mengamati,
menanya, mengeksplorasi, mengasosiasi, dan mengkomunikasikan.2Pendekatan
saintifik dapat mengarahkan siswa menjadi lebih aktif,memudahkan siswa untuk
dapat mengkaji apayang sudah dipelajari, dan mempengaruhi hasil belajar
siswa.Pendekatan saintifik ini juga fokus mengembangkan pengetahuan dan
keterampilan berpikir sehingga dapat mendukung aktivitas reatif dalam berinovasi
atau berarya.3
Proses pembelajaran Fisika di sekolah menekankan pada pembelajaran
pengalaman secara langsung untuk dapat mengembangkan kompetensi siswa
1Sumaji,dkk.1998. Pendidikan SAINS yang Humanistik. Jakarta : Kanisius 2Erick Yolanda, dan Dadan Suryana,” Pendekatan Pembelajaran Saintifik dalam
Kurikulum2013 Pendidikan Anak Usia Dini”, Jurnal Pendidikan Universitas Negeri Padang, 2018 3Musfiqon, dan Nurdyansyah. Pendekatan Pembelajaran Saintifik. Sidoarjo: Nizamia
Learning Center
2
dalam memahami alam sekitar secara ilmiah. Proses pembelajaran diarahkan
untuk mencari tahu dan berbuat sehingga dapatmembantu siswa untuk
memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar.4Kompetensi
yang ingin dicapai dalam pembelajaran Fisika adalah menjadi sarana siswa untuk
dapat mengembangkan sikap rasa ingin tahu, jujur,tanggungjawab, logis, kritis,
analitis, dan kreatif melalui pembelajaran fisika.5Berdasarkan kompetensi tersebut
pembelajaran fisika di sekolah seharusnya dirancang oleh guru untuk merangsang
rasa ingin tahu siswa dalam belajar, sehingga menjadi motivasi siswa untuk dapat
lebih tertarik dalam mempelajari fisika.6
Motovasi dan minat siswa masih rendah, bahkan banyak siswa merasa
terpaksa dalam belajar fisika.Siswa menganggap bahwa pelajaran fisika
merupakan pelajaran yang sulit untuk dipahami dan kurang menarik untuk di
pelajari. Laporan hasil tes Programme for International Student Asessment (PISA)
tahun 2018 menempatkan kemampuan sains siswa Indonesia berada pada
peringkat 70 dari 78 negaradengan rata-rata skor 3967. Performa Indonesia terlihat
menurun jika dibandingkan dengan laporan PISA 2015.Hasil ini menunjukkan
kecenderungan penurunan kemampuan sains siswa Indonesia.Hal ini sejalan
dengan hasil studi pendahuluan yang peniliti lakukan di SMA Manba’ul Ulum
Kota Tangerang bahwa hanya 38 % dari 50 siswa yang berminat pada pelajaran
fisika. Siswa kesulitan dalam memahami materi pelajaran karena proses
pembelajaran hanya mendengarkan dan mencatat apa yang disampaikan oleh guru
(verbal methode).8
Metode pembelajaran yang verbalisme menyebabkan siswa menjadi pasif.
Proses belajar hanya berlangsung satu arah (techer center).Guru memegang
4Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, (Jakarta: Badan Standar
Nasional Pendidikan, 2006) hlm. 157 5Salinan Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 21 Tahun 2016
Tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah (Jakarta: Kementrian Pendidikan dan
Siswa dalam Belajar, (Jakarta: Gramedia, 1990), cet. 6. h.10 7 Laporan Hasil Tes PISA Indonesia 2018 8Angket Studi Pendahuluan
3
kendali penuh terhadapproses pembelajaran di kelas. Siswa terkondisikan tidak
terbiasa berpikir dan memecahkan masalah. Siswa hanya memahami sebuah
makna kata dari cerita tanpa pengalaman atau pembuktian secara
langsung.9Dampak langsung dari kondisi tersebut siswa mendapatkan hasil belajar
yang rendah khususya pada aspek keterampilan kognitif.Data hasil Ujian Nasional
(UN) tahun 2019 rata-rata nilai mata pelajaran fisika yaitu 46,47. Nilai tersebut
lebih rendah dibandingkan dengan mata pelajaran IPA lainnya.10
Proses pembelajaran yang dirancang menantang dan mengasah kreativitas
siswa dapat membuat siswa menemukan dan meningkatkan rasa ingin tahu dalam
mempelajari fisika serta membuat pembelajaran yang efektif.11Hal tersebut dapat
dilakukan dengan memberikan permasalahan berdasarkan fenomena alam sehari-
hari yang dialamisiswa yang berkaitan dengan konsep fisika. Siswa dituntut untuk
menggali pengetahuan dalam memecahkan masalah dengan berkerja sama melalui
diskusi, melakukan percobaan dan lain-lain. Pembelajaran fisika yang seperti ini
tidak lagi berpusat pada guru (pola pembelajaran satu arah interaksi antara guru
dan siswa), melainkan pembelajaran terpusat pada siswa.Pemberian pengalaman
belajar terencana seperti ini dapat menerapkan konsep yang telah dipelajari di
sekolah ke masyarakat serta menjadikan lingkungan masyarakat sebagai sumber
belajar.Pola pembelajaran tersebut menjadi interaktif (interaksi antara guru, siswa,
masyarakat, lingkungan alam, dan sumber/media belajar lainnya).Hal ini sesuai
dengan konsep pembelajaran pada kurikulum 2013.12
Penggunaan media dalam proses belajar mengajar dapat meningkatkan
keinginan, minat, dan motivasi siswa sehingga materi yang dipelajari lebih mudah
9Fathiah Alatas, dkk., “Penggunaan Alat Peraga Rotation Timer Dan Roda Fleksibel
Untuk Meningkatkan Kemampuan Analisis Siswa”, JPPI, Vol. 1, No. 2015, h.62 10https://hasilun.puspendik.kemdikbud.go.id/#2019!sma!daya_serap!99&99&999!a&04
untuk dipahami.13Proses pembelajaran dengan berbantuan media pembelajaran
membantu guru untuk menerapkan variasi metode pembelajaran. Satu diantara
jenis media pembalajaran yaitu alat peraga.Alat peraga dapat menjadikan proses
pembelajaran lebih aplikatif. Manfaat penggunaan alat peraga diantaranya; untuk
mengurangi terjadinya verbalisme, meningkatkan minat dan perhatian siswa
untukbelajar, memberikan pengalaman yang nyata untuk dapat menumbuhkan
kegiatanberusaha sendiri pada setiap siswa, menumbuhkan pemikiran yang teratur
dan berkesinambungan, memberikan pengalaman yang tidak mudah diperoleh
dengan cara lain.14
Satu diantara materi fisika yang membutuhkan alat peraga dalam proses
pembelajaran yaitu momentum dan impuls. Berdasarkan PERMENDIKBUD No.
37 tahun 2018 kompentesi dasar materi momentum dan impuls yaitu menerapkan
konsep momentum dan impuls, serta hukum kekekalan momentum dalam
kehidupan sehari-hari serta menyajikan hasil pengujian penerapan hukum
kekekalan momentum, misalnya bola jatuh bebas ke lantai dan roket
sederhana.15Media pembelajaran yang digunakan untuk menjelaskan materi
momentum dan impuls belum cukup untuk menjelaskan materi tersebut.Sehingga
diperlukan media alat peraga agar materi bias divisualisasikan.
Alat peraga yang dikembangkan oleh Upik Rahma Fitri,dkk.yaitu
pengembangan alat peraga momentum dengan system sensor yang telah diujikan
kepada siswa kelas XI mendapatkan respon baik dan mendapatkan persentase
sekitar 75-100% menurut ahli media, materi, dan guru. Keunggulan dalam alat
peraga tersebut memenuhi karateristik untuk dijadikan alat peraga pembelajaran
13Susi Andriani,“Pengaruh Motivasi Belajar Dan Penggunaan Media Pembelajaran
TerhadapHasil Belajar IPS Siswa Kelas Iv Di Sdn Mayangan 6 Kota Probolinggo”, Jurnal
Penelitian dan Pendidikan IPS (JPPI) Vol 10 No 1 (2016). 14Hartati, Pengembangan Alat Peraga Gaya Gesek Untuk Meningkatkan Keterampilan
Berpikir Kritis Siswa SMA, Jurnal Pendidikan, 2010, h. 128-129. 15Salinan Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Nomor 37 Tahun
2018, h.58
5
pada konsep momentum.16 Alat peraga yang dikembangkan dalam materi
momentum pun dilakukan oleh D Mulhayatiah, dkk. Tumpuls merupakan alat
peraga yang dikembangkan dengan bentuk dua buah benda yang memiliki massa
yang dapat diubah-ubah dengan tujuan untuk mengetahui kecepatan benda
tersebut untuk mengetahui besarnya momentum yang terjadi saat benda bergerak
pada papan lurus dan memperoleh nilai error 0,1% serta dapat dijadikan media
alternatif pembelajaran materi momentum.17
Pada perancangan pengembangan alat peraga momentum dan impuls
berdasarkan penelitian yang dikembangkan. Alat perga momentum dan impuls
yang akan dikembangkan berupa alat yang dapat mencakup lebih dari 2 konsep
dalam materi momentum dan impuls, seperti perubahan momentum dan macam
macam tumbukan dengan pemanfaatan konsep lavitasi pada alat peraga untu
mengurangi gesekan antara benda dengan track atau lintasan. Pengembangan ini
juga mengacu kepada alat peraga yang dapat digunakan di berbagai kondisi tanpa
memerlukan listrik.
Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti akanmelakukan penelitian
dengan judul“Pengembangan Alat Peraga Momentum dan Impuls Terhadap
Kognitif Siswa”.Pengembangan alat peraga diharapkan dapat menjadi solusi
dalam memudahkan siswa memahami materi materi momentum dan impuls,
meningkatkan minat serta keterampilankognitif siswa.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan pemaparan dari latar belakang di atas, identifikasi masalah
dalam penelitian ini yaitu:
1. Minat dan motivasi belajar fisika siswa masih rendah
2. Hasil belajar fisika (khususnya pada aspke kogntif) siswa rendah
3. Proses pembelajaran masih bersifat verbalistik
16 Upik Rahma Fitri, dkk. “Pengembangan Alat Peraga Momentum dengan Sistem
Sensor” Jurnal Penelitian & Pengembangan Pendidikan Fisika (JPPPF) Volume 1 No.2 Desember
2015 17 D Mulhayatiah, dkk. “ TUMPULS Teaching Aids As an Alternative Media for Physics
Learning”, Journal of Physics: Conference Series doi:10.1088/1742-6596/1402/4/044088
6
4. Dibutuhkan alat peraga untuk menjelaskan materi momentum dan impuls
C. Pembatasan Masalah
Peneliti membatasi pokok permasalahan agar peneletian ini dapat memenuhi
sasaran dan tidak menyimpang dari pokok permasalahan yang hendak dicapai
yaitu sebagai berikut:
1. Media yang di kembangkan bersifat ramah lingkungan dan flexible
2. Pengujian yang dilakukan pada produk yang dibuat meliputi pengujian
produk, kesesuaian produk denga standar atau kriteria kekelayakan media
pembelajaran
3. Pengujian efektivitas media di ukur menggunakan instrument soal
berdasarkan taksonomi bloom revisi ranah kognitf (C1-C4)
4. Pemilihan bahan untuk media yang di kembangkan menggunakan material
ringan dan ramah lingkungan
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka dapat dirumuskan masalah
sebagai berikut:
1. Bagaimanakah prosedur pengembangan alat peraga momentum dan impuls?
2. Apakah alat peraga momentum dan impuls yang dikembangkan sudah
dikatakan layak?
3. Apakah alat peraga momentum dan impulsyang dikembangkan sudah
dikatakan efektif?
4. Apakah alat peraga momentum dan impulsyang dikembangkan sudah praktis
dalam pengimplementasiannya?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan, maka tujuan dari penelitian ini
untuk:
1. Mengetahui tahapan-tahapan yang digunakan untuk mengembangkan alat
peraga momentum dan impuls.
7
2. Mengetahui apakah alat peraga momentum dan impuls yang dikembangkan
sudah dapat dikatakan layak.
3. Mengetahui apakah alat peraga momentum dan impuls yang dikembangkan
sudah dikatakan efektif.
4. Mengetahui apakah alat peraga momentum dan impuls yang dikembangkan
sudah praktis dalam pengimplementasiannya.
F. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan bagi beberapa pihak diantaranya:
1. Secara Teori
a. Bagi peneliti, penelitian ini sebagai latihan dan memperkaya ilmu
pengetahuan melalui analisa praktik lapangan, penyelarasan antara
media yang dibuat dengan teori yang ada dengan bentuk data konkrit
dalam penelitian tersebut
b. Bagi pengembangan ilmu pengetahuan, penelitian ini bisa dijadikan
sebagai rujukan atau untuk mengembangkan media pembelejaran
dengan lebih baik lagi dan efisien .
c. Bagi sekolah, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai serana untuk
mengevaluasi efektivitas pelaksanaan program pembelajaran pada
mata pelajaran Fisika
2. Praktis
a. Bagi pendidik, penelitian ini dapat membantu pendidik dalam
menyampaikan materi momentum dan Impuls kepada peserta didik.
b. Bagi peserta didik, penelitian ini dapat memudahkan peserta didik
dalam memahami materi.
c. Bagi program studi, diharapkan dapat menambah referensi
kepustakaan sehingga dapat digunakan sebagai bahan perbandingan
maupun pengembangan sehingga menjadi sempurna dan menambah
pengetahuan.
8
d. Bagi pembaca dan peneliti lainnya, penelitian ini dapat dijadikan
sebagai sumber informasi dan bahan rujukan untuk mengembangkan
penelitian.
G. Spesifikasi Produk yang Dihasilkan
Spesifikasi produk yang diharakan pada penelitian ini sebagai berikut:
1. Alat peraga yang dikembangkan dapat membantu pendidik dalam
menjelaskan materi momentum dan impuls.
2. Alatperaga yang dikembangkan dapat membantu pendidik dalam
menunjukan peristiwa tumbukan dan perubahan impuls.
3. Alat peraga yang dikembangkan dapat memudahkan peserta didik dalam
memahami dan menganalisis peristiwa tumbukan dan perubahan impuls.
4. Alat peraga yang dikembangkan dapat mempermudah dalam
pengoperasian dan perawatan.
9
BAB II
KAJIAN TEORITIS, PENELITIAN RELEVAN, KERANGKA
BERPIKIR DAN HIPOTESIS
A. Kajian Teoris
1. Media Pembelajaran
a. Pengertian media pembelajaran
Kata media berasal dari bahasa latin yang secara harfiah berarti ‘tengah’,
‘perantara’, atau ‘pengantar’.Menurut Gerclach &Ely media secara garis besar
adalah manusia, materi, ataupun kejadian yang membangun kondisi yang
membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan atau
sikap.18Menurut Gagne menyatakan bahwa media adalah berbagai komponen
dalam lingkungan siswa yang dapat merangsang siswa untuk belajar.Menurut
Briggs berpendapat bahwa media segala alat fisik yang dalam menyajikan pesan
serta dapat merangsang siswa untuk belajar.Dengan demikian, media merupakan
segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima
sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat siswa
sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi.19
Menurut Kokom, pembelajaran merupakan suatu sistem atau proses yang
direncanakan atau didesain, dilaksanakan, dan dievaluasi secara sistematis agar
subjek didik/pembelajar dapat mencapai tujuan-tujuan pembelajaran secara efektif
dan effisien.20 Pembelajaran (instruction) tidak hanya dalam konteks guru dan
siswa, namun mencakup proses kegiatan belajar yang tidak dihadiri oleh guru
secara fisik.21 Proses pembelajaran memadukan unsur-unsur manusiawi, material,
18Arsyad, Azhar. 2017. Media Pembelajaran, (Jakarta: PT.RAJAGRAFINDO
PERSADA), h.3 19Arief S. Sadiman. dkk., Media Pendidikan, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2014), Cet.
17, h. 6 20Kokom Komalasari, Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi, (Bandung: PT
Refika Aditama, 2013), h. 3 21 Yudhi Munadi, Media Pembelajaran: Sebuah Pendekatan Baru, (Ciputat: Gaung
Persada Baru, 2010), h.4
10
fasilitas, perlengkapan,dan prosedur yang saling mempengaruhi tercapainya
tujuan pembelajaran.22
Gagne dan Brigs secara implisit mengatakan bahwa media pembelajaran
meliputi alat yang secara fisik digunakan untuk menyampaikan isi materi
pengajaran, yang terdiri dari antara lain buku, tape recorder, kaset, video kamera,
video recorder, film, slide (gambar bingkai), foto, gambar, grafik, televisi dan
komputer.23 Dalam proses belajar, media berperan dalam menjembatani proses
penyampaian dan pengiriman pesan dan informasi.24Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah alat yang digunakan untuk
membantu menyampaikan informasi berupa materi pelajaran sehingga diperoleh
pengetahuan dan perubahan tingkah laku yang lebih baik.
Berdasarkan uraian diatas berikut cirri-ciri umum dalam setiap media:25
1) Media pembelajaran memiliki pengertian fisik yang dewasa ini dikenal sebagai
hardware (perangkat keras), yaitu sesuatu benda yang dapat dilihat, didengar,
atau di raba dengan pancaindra.
2) Media pendidikan memiliki pengertian nonfisik yang dikenal sebagai software
(perangkat lunak), yaitu kandungan pesan yang terdapat dalam perangkat keras
yang merupakan isi yang ingin disampaikan kepada siswa.
3) Penekanan media pendidikan terapat pada visual dan audio.
4) Media pendidikan memiliki pengertian alat bantu pada proses belajar baik di
dalam maupun di luar kelas.
5) Media pendidikan digunakan dalam rangka komunikasi dan interaksi guru dan
siswa dalam proses pembelajaran.
6) Media pendidikan dapat digunakan missal ( misalnya : radio, televise),
kelompok besar dan kelompok kecil ( misalnya: modul, film, slide, video,
22 Ega Rima Wati, Ragam Media Pembelajaran, (Kata Pena, 2016), h. 3 23 Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006), h. 4. 24Benny A. Pribadi, Media dan Teknologi dalam pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 2017),
h.15. 25Azhar Arsyad, op.cit., h.6
11
OHP), atau perorangan ( misalnya : modul, computer, radio tape/kaset, video
recorder).
7) Sikap, perbuatan, organisasi, strategi, dan manajemen yang berhubungan
dengan penerapan suatu ilmu.
b. Fungsi Media Pembelajaran
Fungsi utama media pembelajaran adalah sebagai sumber belajar.Fungsi-
fungsilain merupakan hasil pertimbangan pada kajian ciri-ciri umum, bahasa yang
dipakai dalam menyampaikan pesan, dan dampak atau efek yang ditimbulkan.26
Menurut Arief Sadiman media mempunyai fungsi diantaranya yaitu:27
1) Memperjelas penyajian pesan agar tifak terlalu bersifat verbalistis.
2) Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indera seperti:
a) Objek yang terlalu besar, bisa digantikan dengan gambar, film bingkai, atau
model.
b) Objek yang terlalu kecil, dibantu dengan proyektor mikro, film, atau gambar
c) Gerak yang terlalu cepatataupun terlalu cepat, dapat dibantu dengan timelapse
atau high-speed photography.
d) Kejadian atau peristiwa yang telah terjadi masa lalu bisa ditampilkan dengan
rekaman film, video, foto
e) Objek yang terlalu kompleks dapat disajikan dengan model, diagram,
f) Konsep yang terlalu luas dapat divisualisasikan dalam bentuk film, gambar
dan lain-lain.
3) Penggunaan media pendidikan secara tepat dan bervariasi dapat mengatasi
sikap pasif peserta didik.
a) Menimbulkan kegairahan belajar
b) Memungkinkan interaksi yang lebih langsung anatara peserta didik dengan
sumber belajar.
26Yudhi Munadi, op.cit.,, h. 36 27Arief S. Sadiman,dkk., Media Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1986), h.
17-18
12
c) Memungkinkan peserta didik belajar sendiri menurut kemampuan dan
minatnya.
4) Memberikan perangsangan yang sama, mempersamakan pengalaman dan
menimbulkan persepsi yang sama
c. Manfaat Media Pembelajaran
Menurut Sudjana dan Rivai manfaat media pembelajaran dalam proses
belajar siswa yaitu:28
1) Pengajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan
motivasi belajar.
2) Bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami
oleh siswa dan memungkinkan siswa menguasai tujuan pengajaran yang baik.
3) Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal
melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru
tidak kehabisan tenaga, apalagi bila guru mengajar untuk setiap jam pelajaran.
Manfaat media pembelajaran menurut Encyclopedia of Education Research
dalam buku Rostina sebagai berkut:29
1) Meletakkan dasar-dasar yang konkret untuk berfikir.
2) Memperbesar perhatian siswa.
3) Membuat pelajaran lebih menetap dan tidak lupa dilupakan.
4) Memberikan pengalaman yang nyata yang dapat menumbuhkan kegiatan
berusaha sendiri dikalangan para siswa.
5) Menumbuhkan pemikiran yang teratur dan kontinyu.
6) Membantu tumbuhnya pengertian dan membantu perkembangan kemampuan
berbahasa.
28Nana Sudjana dan Ahmad Rivai, Media Pengajaran, (Bandung: Sinar Baru Algensindo.,
2013),h. 6-7 29Rostina Sundayana, Media dan Alat Peraga dalam Pembelajaran Matematika,
(Bandung: Alfabeta, 2014), Cet. 1,h.11
13
7) Memberikan pengalaman-pengalaman yang tidak mudah diperoleh dengan
cara lain serta membantu berkembanganya efisiensi yang lebih mendalam
serta keragaman yang lebih banyak.
Taraf berpikir manusia mengikuti tahap perkembangan dimulai dari berpikir
kongkret menuju berpikir abstrak, dimulai dari berpikir yang sederhana menuju
berpikir kompleks. Penggunaan media pengajaran erat kaitannya dengan tahapan
berpikir tersebut sebab melalui media pengajaran hal-hal yang abstrak dapat
dikongkretkan dan hal-hal yang kompleks dapat disederhanakan.30
2. Alat Peraga
a. Pengertian Alat Peraga
Alat peraga adalah media alat bantu pembelajaran, dengan segala macam
benda yang digunakan untuk memperagakan materi pembelajaran.31Alat peraga
juga merupakan alat yang dapat diperlihatkan wujudnya dengan maksud membuat
pelajaran lebih jelas (konkret).32 Menurut Arsyad alat peraga lebih khusus dari
media dan teknologi pembelajaran karena fungsi hanya untuk memperagakan
materi pelajaran yang bersifat abstrak.33Alat peraga dapat mengonkretkan materi
atau konsep yang bersifat abstrak sehingga siswa dapat menjangkau materi
tersebut dengan pikiran yang sederhana.Alat peraga yang digunakan dalam
pembelajaran dapat dilihat, dipandang, dan dirasakan langsung oleh siswa.Alat
peraga ini disusun berdasarkan prinsip bahwa pengetahuan yang ada pada setiap
manusia itu diterima atau ditangkan melalui panca indera.Semakin banyak indera
yang digunakan untuk menerima sesuatu maka semakin banyak dan semakin jelas
pula pengetahuan yang diperoleh. Dengan kata lain, alat peraga ini dimaksudkan
30Nana Sudjana dan Ahmad Rivai, op.cit., h.3 31Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2014), Cet. 17 ,
h.9 32Nunuk Suryani,Media Pembelajaran Inovatif dan Pengembanga, (Bandung: PT.
2012), h. 115. 42Lorin W. Anderson, David R. Krathwohl, op.cit., h. 103-104 43Lorin W. Anderson, David R. Krathwohl, op.cit., h. 100 44Lorin W. Anderson, David R. Krathwohl, op.cit., h. 105-106.
18
c. Menerapkan/ Mengaplikasikan (C3)
Proses kognitif mengaplikasikan melibatkan penggunaan prosedur-prosedur
tertentu untuk menyelesaikan masalah. Mengaplikasikan berkaitan erat dengan
pengetahuan prosedural. Mengesekusi dan mengimplementasi merupakan dua
proses kognitif yang termasuk dalam kategori mengaplikasikan.45
d. Menganalisis (C4)
Menganalisis melibatkan proses menentukan pemecah materi jadi bagian-
bagian pokok dan menggambarkan bagaimana bagian-bagian tersebut
dihubungkan satu sama lain maupun menjadi sebuah struktur keseluruhan atau
tujuan. Kategori proses menganalisis meliputi proses kognitif membedakan,
mengorganisasi, dan mengatribusikan.46
e. Mengevaluasi (C5)
Mengevaluasi atau menilai merupakan proses membuat keputusan
berdasarkan kriteria dan standar. Kategori mengevaluasi mencakup proses-proses
kognitif berupa mengambil keputusan berdasarkan kriteria internal (memeriksa),
mengambil keputusan berdasarkan kriteria eksternal (mengkritik).47
f. Mencipta (C6)
Mencipta melibatkan proses menyusun elemen-elemen jadi sebuah keseluruhan
yang koheren atau fungsional. Proses mencipta dapat dibagi menjadi tiga tahap,
penggambaran masalah dengan memahami tugas dan mencari solusinya
(merumuskan), perencanaan solusi dan mengubahnya menjadi rencana aksi
(merencanakan), dan eksekusi solusi dengan melaksanakan rencana dan
mengkonstruksi solusi (memproduksi).48
45Lorin W. Anderson, David R. Krathwohl, op.cit., h. 116-119 46Lorin W. Anderson, David R. Krathwohl, op.cit., h.120 47Lorin W. Anderson, David R. Krathwohl, op.cit., h. 125 48Lorin W. Anderson, David R. Krathwohl, op.cit., h. 128-133.
19
4. Momentum dan Impuls
a. Momentum
1) Pengertian Momentum
Momentum merupakan konsep fisis yang penting karena mencakup 2 hal yang
mencirikan dinamika benda, yaitu massa dan kecepatan. Laju perubahan
momentum sebuah benda sama dengan gaya total yang diberikan
padanya.Momentum linier (atau momentum untuk singkatannya) dari sebuah
benda didefinisikan sebagai hasil kali massa dan kecepatannya. Momentum
(jamaknya adalah “momenta”) biasanya dinyatakan dengan simbol p. jika kita
tentukan m menyatakan massa sebuah benda dan v kecepatannya, maka
momentum p dari benda seperti pada persamaan berikut.
Keterangan:
𝑝 = momentum (kg.m.s-1)
𝑚 = massa benda (kg)
𝑣 = kecepatan benda (m.s-1)
2) Momentum dan Hukum Kedua Newton
Makin besar momentum yang dimiliki suatu benda, makin sulit untuk
menghentikannya, dan makin besar efek yang diakibatkannya jika diberhentikan
dengan tabrakan atau tumbukan. Untuk merubah momentum benda dibutuhkan
sebuah gaya, baik untuk menaikkan momentum, menurunkannya, atau untuk
merubah arahnya.49
49Douglas C. Giancoli, Fisika Edisi Kelima Jilid 1, (Jakarta: Erlangga, 2001), h. 214
𝑝 = 𝑚. 𝑣
20
Laju perubahan momentum sebuah benda sama dengan gaya total yang
diberikan padanya. Kita dapat menuliskan pernyataan ini dalam bentuk persamaan
berikut.
3) Hukum Kekekalan Momentum
Pernyataan umum hukum kekekalan momentum adalah: “Momentum total
dari suatu sistem benda-benda yang terisolasi tetap konstan.” Maksud dari sistem
terisolasi adalah suatu sistem dimana gaya yang ada hanyalah gaya-gaya diantara
benda-bendapada sistem itu sendiri. Untuk memahami konsep hukum kekekalan
momentum, perhatikan dua buah bola yang bergerak segaris seperti gambar
dibawah ini.
Gambar 2.1 Momentum Kekal pada Tumbukan Dua Bola
Berapapun kecepatan dan massa yang terlibat, ternyata momentum total
sebelum tumbukan sama dengan sesudahnya, apakah tumbukan tersebut dari
depan atau tidak, selama tidak ada gaya eksternal total yang bekerja seperti pada
persamaan berikut.
21
Jadi jumlah vektor momentum pada sistem dua bola tersebut kekal: tetap
konstan. Dengan demikian, pernyataan umum hukum kekekalan momentum
adalah, “Momentum total dari suatu sistem benda-benda yang terisolasi tetap
konstan”. Dengan istilah “sistem”, yang dimaksud adalah sekumpulan benda yang
berinteraksi satu sama lain. Sistem terisolasi adalah suatu sistem di mana gaya
yang ada hanyalah gaya-gaya di antara benda-benda pada sistem itu sendiri.
Jumlah semua gaya ini akan nol dengan berlakunya hukum Newton ketiga. Jika
ada gaya luar yang dimaksud adalah gaya-gaya yang diberikan oleh benda I luar
sistem dan jumlahnya tidak nol (Secara vektor), maka momentum total tidak
kekal.50
b. Impuls
Impuls adalah gaya yang timbul saat dua buah benda yang saling bertumbukan
dalam yang sangat singkat. Impuls digunakan untuk menambah, mengurangi, dan
mengubah arah pergerakan kedua benda.Besarnya impuls dapat dicari dengan
persamaan berikut.
Keterangan : I = Impuls (N.s)
F = Gaya (N)
= Selang waktu (s)
c. Hubungan Momentum dan Impuls
Kita anggap gaya eksternal total sistem dua bola ini sebesar nol artinya, gaya
yang signifikan hanyalah gaya yang diberikan tiap bola ke bola lainnya ketika
tumbukan. Walaupun momentum dari tiap bola berubah akibat terjadi tumbukan
jumlah momentum mereka ternyata sama pada waktu sebelum dan sesudah
tumbukan. Momentum yang dimiliki benda selalu sama setiap saat apabila
50Douglas C. Giancoli, ibid., h.213.
22
kecepatannya tetap. Namun, jika kecepatannya berubah, momentumnya juga
berubah. Sebagai contoh, bola billiard A semula bergerak dengan kecepatan v1.
Beberapa saat kemudian bola A menumbuk bola B yang semula diam akan
bergerak dengan kecepatan v. karena kecepatannya berubah, maka bola A dan
bola B dikatakan mengalami perubahan momentum. Besarnya perubahan
momentum dapat dicari dengan menggunakan persamaan berikut.
Keterangan:
∆𝑝= perubahan momentum (kg.m/s)
𝑚= massa benda (kg)
𝑣2= kecepatan akhir (m/s)
𝑣1= kecepatan awal (m/s)
Impuls adalah hasil kali gaya yang bekerja pada benda dengan persamaan
Keterangan:
𝐼= impuls (N.s)
𝐹= gaya (N)
∆𝑡= selang waktu (s)
∆𝑝= perubahan momentum (kg.m/s)
Teorema impul-momentum berbunyi:
“Perubahan momentum partikel/ benda selama selang waktu tertentu sama
dengan resultan gaya yang bekerja selama interval waktu tersebut”.
23
B. Hasil Penelitian yang relevan
Berikut ini adalah beberapa penelitian yang relevan terkait dengan penelitian
yang akan dilakukan, diantarany sebagai berikut:
1. Penelitian yang dilakukan oleh Sukindar (2017) yang berjudul,
“Pengembangan Alat Peraga Fisika Momen Inersia Berbasis Arduino
Uno Untuk Peserta Didik SMA/MA Kelas XI” Hasil penelitian menjelaskan
bahwa alat peraga yang dikembangkan masuk dalam ketegori sangat baik
berdasarkan penilaian dari ahli materi, ahli media, dan guru dengan skor rata-
rata 3,38; 3,69; dan 3,58. Dengan demikian alat peraga momen inersia
berbasis Arduino Uno dapat digunakan untuk pembelajaran konsep momen
inersia pada kelas XI SMA/MA.51
2. Penelitian yang dilakukan oleh Duden Saepuzaman dan Yustiandi (2017) yang
berjudul,”Pengembangan Alat Peraga dan Lembar Kerja Percobaan
Penentuan Koefisien Restitusi Untuk Meningkatkan Kemampuan Siswa
Bereksperimen”. Hasil penelitian menjelaskan bahwa alat peraga yang telah
didesain ulang dan diimplementasikan dalam proses pembelajaran meunjukan
peningkatan kemampuan eksperimen yang lebih tinggi dibandingkan sebelum
di desain ulang. Hasil ini dapat dijadikan salah satu alternative untuk diterapka
dalam pembelajaran momentum dan impuls, khususnya untuk materi
penentuan koefisien restitusi pada kasus tumbukan lenting sebagian.52
3. Saima Rasul, Qadir Bukhsh, Shazia Batool dalam penelitian yang berjudul “A
study To Analyze The Effectiveness Of Audio Visual Aids In Teaching
Learning Process At University Level”. Hasil penelitian menjelaskan bahwa
(I) Alat bantu AV berperan penting dalam proses belajar mengajar, (II) Alat
bantu AV membuaut proses pembelajaran lebih efektif, (III) para responden
melihat bahwa alat bantu AV memberikan pengetahuan secara mendalam dan
51Sukindar, “Pengembangan Alat Peraga Fisika Momen Inersia Berbasis Arduino UNO
Untuk Peserta Didik SMA/MA Kelas XI”, (SKRIPSI: UIN Sunan Kalijaga, 2017), h.xv 52Duden Saepuzaman dan Yustiandi, “Pengembangan Alat Peraga dan Lembar Kerja
Percobaan Penentuan Koefisien Restitusi untuk Meningkatkan Kemampuan Siswa
Bereksperimen”, Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan Fisika, Vol. 3, No. 2, 2017, h.
149
24
rinci, (IV) Itu membawa perubahan lingkungan ruang kelas, (V) dapat
memotivasi guru dan siswa dalam pembelajaran.53
4. Penelitian yang dilakukan oleh Fikri Habibi dan Prabowo (2015) yang
berjudul, “Pengembangan Alat Peraga Pengukuran Taraf Intensitas
Bunyi Berbasis Visual Analyser Sebagai Media Pembelajaran Fisika
Pokok Bahasan Bunyi”. Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa alat peraga
pengukuran taraf intensitas bunyi berbasis visual analyser yang dikembangkan
layak digunakan sebagai media pembelajaran Fisika. Penggunaan alat peraga
memberikan respon positif terhadap hasil belajar siswa dan mempunyai
pengaruh positif terhadap motivasi siswa.54
5. Penelitian yang dilakukan oleh Anastasia Puji Lestari (2018) dengan judul,“
Pengaruh Penerapan Simulasi PhET Terhadap Peningkatan Hasil
belajar Siswa Kelas X SMK Pangudi Luhur Muntilan Pada Pokok
Bahasan Momentum dan Tumbukan Berdasarkan Taksonomi Bloom”.
Hasil penelitian menjelaskam bahwa (I) tingkat hasil belajar awal siswa kelas
treatment dari segi kognitif tegolong kurang dan dari segi psikomotrik
tergolong rendah dan pada aspek afektif 16,2% siswa mengatakan lebih
senang dengan penerapan simulasi PhET;(II) Tingkat hasil belajar akhir siswa
kelas treatment dari aspek kognitif tegolong baik dan dari segi psikomotrik
tergolong cukup baik dan pada aspek afektif 100% siswa megatakan lebih
senang dengan metode simulasi PhET;(III) Metode simulasi PhET mampu
meningkatkan hasil belajar siswa baik dari segi kognitif, psikomotorik, dan
afektif.55
6. Penelitian yang dilakukan Intan Komalasari (2019) dengan judul, “Pengaruh
Modul Digital Interaktif Momentum dan Impuls Pada Remedial
53Saima Rasul dkk, “A study to analyze the effectiveness of audio visual aids in teaching
learning process at uvniversity level” Procedia - Social and Behavioral Sciences 28, 2011, h. 78 –
81 543Fikri Habibi dan Prabowo, “Pengembangan Alat Peraga Pengukuran Taraf Intensitas
Bunyi Berbasis Visual Analyser sebagai Media Pembelajaran Fisika Pokok Bahasan Bunyi”,
Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika (JIPF), Vol. 4, 2, 2015, h. 173. 55Anastasia Puji Lestari, “Pengaruh Penerapan Simulasi PhET Terhadap Peningkatan
Hasil Belajar Siswa Kelas X SMK Pangudi Luhur Muntilan Pada Pokok Bahasan Momentum dan
Tumbukan Berdasarkan Taksonomi Bloom”, (SKRIPSI: Univeristas Sanata Darma, 2018), h.vii
25
Teaching Terhadap Hasil Belajar Siswa Visual Style”. Hasil penelitian
menjelaskan bahwa peningkatan hasil belajar(N-Gain) siswa visual style di
kelompok eksperimen berada pada kategori tinggi (0,71). Peningkatan Hasil
Belajar siswa Visual Style pada kelompok eksperimen mengalami peningkatan
dengan tingi pada ranah kognitif C3 (mengaplikasikan) dengan N-gain 0,73.
Efektivitas remedial teaching di kelompok eksperimen sangan efektif (80%).
Sedangkan di kelompok control tidak efektif (30%). Respon siswa Visual
Style terhadap penggunaan modul digital interaktif berada pada kategori
sangat baik (82%).56
7. Penelitian yang dilakukan Resa Farida Ningsih(2018) dengan judul,
“Pengembangan Alat Peraga Tumplus Untuk Meningkatkan
Kemampuan Pemecahan Masalah Peserta Didik Pada Meteri Momentum
dan Impuls”. Hasil penelitian menjelaskan bahwa alat peraga tumpuls
dinyatakan layak oleh empat ahli yaitu dua ahli media dan dua ahli materi.
Hasil validasi menunjukan alat peraga Tumpuls dinyatakan layak dengan
presentase 85% dari ahli materi dan 85% dari ahli media. Angket respon
peserta didik menunjukan kelayakan alat peraga Tumpuls sebesar 86% dan
peningkatan kemampuan pemecahan masalah dari nilai N-gain sebesar 0,63
dengan interpretasi sedang. Alat peraga Tumpuls untuk meningkatkan
kemampuan pemecahan masalah dinyatakan layak digunakan pada proses
pembelajaran.57
8. Penelitian yang dilakukan Affa Ardhi dan Isih Wilujeng (2017) yang berjudul,
“Developing Physic E-Scaffolding Teaching Media To Increase The
Elevent-Grade Student’s Problem Solving And Scientific Attitude”. Hasil
penelitian menjelaskan bahwa media yang digunakan mendapat respon positif
56Intan Komala Sari, “Pengaruh Modul Digital Interaktif Momentum dan Impuls pada
Remedial Teaching terhadap Hasil Belajar Siswa Visual Style”, (SKRIPSI: UIN Jakrta, 2019), h.iv 57Resa Farida Ningsih, “Pengembangan Alat Peraga Tumpuls untuk
MeningkatkanKemampuan Pemecahan Masalah Peserta didik pada MateriMomentum dan
Impuls”, (SKRIPSI: UIN Sunan Gunung Djati, 2018), h. iv
26
dari siswa dan dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dilihat
dari nilai N-gain kelas control dan kelas eksperimen yang signifikan.58
C. Kerangka Berpikir
Fisika dikembangkan melalui kemampuan berpikir analitis, induktif dan
deduktif dalam menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan penggunaan
pengembangan pengetahuan, keterampilan.Fisika berkaitan dengan cara
mempelajari fenomena alam secara sistematis,sehingga fisika tidak hanya
berkaitan dengan pengetahuan berupa fakta-fakta, konsep, dan prinsip saja
melainkan juga berkaitan dengan suatu proses penemuan.
Proses pembelajaran fisika di sekolah menekankan pada pembelajaran
pengalaman secara langsung untuk dapat mengembangkan kompetensi siswa
dalam memahami alam sekitar secara ilmiah. Pembelajaran fisika di sekolah
seharusnya dirancang oleh guru untuk merangsang rasa ingin tahu siswa dalam
belajar, sehingga menjadi motivasi siswa untuk dapat lebih tertarik dalam
mempelajari fisika.
Siswa menganggap bahwa pelajaran fisika merupakan pelajaran yang sulit
untuk dipahami dan kurang menarik untuk di pelajari.Hasil penelitian PISA
Indonesia mengalami penurunan sejak tahun 2015 hingga penelitian terbaru pada
tahun 2018 dan hasil UNBK (Ujian Nasionak Berbasis Komputer) menjadi sebuah
tolak ukur kemampuan pendidikan di Indonesia sejak 5 tahun terakhir mulai pada
tahun 2015 hingga 2019 pada matapelajaran Fisika mengalami penurunan
signifikan dan pada materi momentum dan impuls mendapatan hasil semakin
rendah. Siswa kesulitan dalam memahami materi pelajaran karena proses
pembelajaran hanya mendengarkan dan mencatat apa yang disampaikan oleh guru
(verbal methode).Metode pembelajaran yang verbalismemenyebabkan siswa
menjadi pasif. Proses belajar hanya berlangsung satu arah (techer center).Guru
memegang kendali penuh terhadapproses pembelajaran di kelas.
58Affa Ardi Saputri dan Insih Wilujeng, “Developing Physic E-Scaffolding Teaching
Media to Increase the Eleventh-Grade Student’s Problem Solving and Scintific Attitiude”,
Internasional Journal of Enviromental and Science Education, Vol.12, no.4, 2017
27
Proses pembelajaran yang menantang, mengasah kreativitas untuk
menemukan, serta pembelajaran yang efektif dapat meningkatkan rasa ingin tahu
siswa dalam mempelajari fisika. Penggunaan media dalam proses belajar
mengajar dapat meningkatkan keinginan, minat, dan motivasi siswa sehingga
materi yang dipelajari lebih mudah untuk dipahami. Media yang dapat
mempermudah dalam memahami konsep teorits yaitu salah satunya alat
peraga.Alat peraga merupakan media yang dapat dirasakan langsung dan
penggunanya mendapat pengalaman ilmiah secara langsung.Hal tersebut dapat
menjadi pemahaman yang tersimpan pada ingatan yang bersifat LongTerm
Memory.
.Alat peraga dapat menjadikan proses pembelajaran lebih aplikatif. Manfaat
penggunaan alat peraga diantaranya; untuk mengurangi terjadinya verbalisme,
meningkatkan minat dan perhatian siswa untukbelajar, memberikan pengalaman
yang nyata untuk dapat menumbuhkan kegiatanberusaha sendiri pada setiap
siswa, menumbuhkan pemikiran yang teratur dan berkesinambungan, memberikan
pengalaman yang tidak mudah diperoleh dengan caralain.
Alat peraga ini digunkan dalam pembelajaran menjadi media untuk
memudahkan pemahaman siswa dalam materi momentum dan impuls dan
diharapkan dapat meningkaktkan minat dan motvasi belajar siswa serta hasil
belajar pada aspek kognitif yang lebih baik dibandingkan tanpa adanya media
yang membantu siswa dalam pembelajaran.
Kerangka berpikir pada penelitian pengembangan ini dapat dijelaskan pada
gambar berikut:
28
D. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan kajian teori pada penelitian ini, maka pertanyaan dalam
penelitian pengembangan ini yaitu “ apakah produk pengembangan Alat Peraga
Momentum dan Impuls dapat menjadi media pembelajaran yang layak, praktis,
dan efektif serta mampu meningkatkan keterampilan kognitif siswa?”
Gambar 2. 1 Kerangka Berpikir Penelitian
29
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Model Pengembangan
Penelitian ini menggunakan metode penelitian pengembangan Jan Van de
Akker.Penlitian pengembangan memiliki dua model yaitu validation studies dan
development studies. Validation studies adalah penelitian pengembangan yang
digunakan untuk menyangkal teori-teori belajar, sedangkan development studies
adalah model penelitian pengembangan yang digunakan untuk memecahkan
masalah dalam pendidikan berdasarkan teori pengetahuan yang relevan.59 Model
penelitian pengembangan yang peneliti gunakan yaitu development studies,
penelitian yang bertujuan untuk menghasilkan produk yang efektif untuk
memecahkan masalah dalam pendidikan yang nantinya akan digunakan dalam
sekolah, bukan untuk menyangkal suatu teori yang sudah ada.Beberapa tahapan
penelitian model development studies menurut Akker et al, yaitu preliminary
research, prototyping stage, summative evaluation, systematic reflection and
documentation.
B. Prosedur Pengembangan
Tahapan pengembangan media pembelajaran berupa alat peraga pada
penelitian ini di gambarkan dalam bagan berikut ini :
59Jan Van De Akker, et.al, Educational Design Research, (New York: Routledge, 2006),
h. 154
30
Gambar 3. 1Bagan Model Pengembangan
1. Penelitian Pendahuluan (Prelimenary Research)
Tujuan dari penelitian pendahuluan yaitu untuk megumpulkan informasi
tentang kebutuhan atau permasalahan yang ada di lapangan yang kemudian akan
dijadikan informasi pada pengembangan produk. Kegiatan yang dilakukan yaitu
survei lapangan dan tinjauan literatur.
a. Survei Lapangan
Prototyping
Stage
Preliminary
Research
Summative
Evaluatif
Survei Lapangan
Studi Literatur
Perancangan
Pedoman Desain
Pengoptimalan
prototipe
Evaluasi Formatif (uji ahli,
evaluasi satu-satu, evaluasi
kelompok kecil, uji
lapangan)
Revisi
Evaluasi Sumatif
Uji Efektivitas Uji Praktibilitas
Pelaporan Systematic reflection
and documentation
31
Pada tahap survei lapangan, peneliti melakukan wawancara kepada guru fisika
SMA MANBA’UL ULUM serta menyebar angket kepada 50 siswa. Pada tahap
ini, peneliti menggali informasi tentang kurikulum yang digunakan, kondisi dan
kendala pencapaian belajar siswa pada mata pelajaran fisika, sumber belajar fisika
yang telah digunakan dan pemanfaatan media pembelajaran yang pernah
digunakan dalam proses pembelajaran fisika di kelas maupun di luar kelas.
b. Studi Literatur
Setelah mendapatkan hasil pada tahap survei lapangan, peneliti membuat
media pembelajaran alat peraga sesuai dengan teori pengembangan dan
penyusunan media pembelajaran serta memperhatikan aspek kurikulum 2013.
2. Tahap Prototipe (Prototyping Stage)
Setelah melakukan penelitian pendahuluan dan mendapatkan masalah
yang terdapat dalam proses pembelajaran, tahap selanjutnya adalah membuat
prototipe produk yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah yang
ditemukan. Dalam tahap prototipe ini dilakukan perancangan atau pembuatan
prototipe (prototype), evaluasi formatif (formative evaluation) dan revisi.
a. Perancangan Prototipe
Produk yang dikembangkan dapat digunakan di berbagai tempat dan tidak
memerlukan bayak biaya dalam pengoperasiannya.Hal ini sesuai dengan hasil
studi pendahuluan yang peneliti dapatkan bahwa siswa tidak pernah melakukan
percobaan dikarenakan tidak adanya media pada materi momentum dan
impuls.Desain media pembelajaran alat peragayang dikembangkan
mengutamakan ketahanan, ramah lingkungan dan mudah dioperasikan.Sedangkan
dari segi materinya, media yang dibuat oleh peneliti merujuk kepada Kompetensi
Dasar (KD) pada kurikulum 2013 revisi menggunakan pendekatan saintifik.
Tahapan pembuatan prototipe alat peraga pada penelitian ini adalah sebagai
berikut.
32
b. Evaluasi Formatif(Formatve Evaluation)
Tahap evaluasi formatif merupakan tahap mengevaluasi produk (prototipe)
yang telah dibuat.Tahap evaluasi formatif bertujuan untuk mengetahui kelayakan,
kepraktisan dan keefektifan suatu produk dalam skala kecil maupun besar. Produk
akan diuji dalam beberapa tahapan evaluasi formatif (formative
evaluation)diAdopsi dari Tessmer yang terdiri dari uji ahli (expert review),
evaluasi satu-satu(one-to-one evaluation), evaluasi kelompok kecil (small group
evaluation), dan uji lapangan (field study).60Pendapat ahli (expert review)
merupakan evaluasi intrinsik pembelajaran seperti keakuratan isi atau kualitas
secara teknis.Informasi yang didapat dari ahli juga dalam hal implementasi,
perancangan dan pengujian.Uji perorangan (one-to-one evaluation)merupakan
hasil penilaian siswa secara individu terhadap produk yang dikembangkan.Uji
kelompok kecil dilakukan setelah pendapat ahli dan perorangan.Hal ini dilakukan
untuk merevisi produk berdasarkan saran-saran sebelumnya.Sumber data utama
60 Martin Tessmer, Planning and Conducting Formative Evaluations, (London:
Routledge, 1993), h.15
Gambar 3. 2Bagan Alur Perancangan Alat Peraga
33
diperoleh dari siswa. Evaluasi kelompok kecil (small group evaluation) bertujuan
menentukan keefektivan dan kepraktisan alat peraga Terakhir ialah uji lapangan
(field study).Uji lapangan merupakan evaluasi yang dikondisikan dilakukan
berbagai revisi dari evaluasi formatif sebelumnya, saran-saran revisi akhir dan
menentukan keefektivan dan kepraktisan produk pada tahap aktualisasi produk
yang dikembangkan.61
Gambar 3. 3Diagram Tahap Evaluasi Formatif
3. Tahap Evaluasi Sumatif (Summative Evaluation)
Pada tahapan ini dilakukan untuk mengevaluasi keefektivan dan kepraktisan
media pembelajaran alat peraga.Keefektivan produk diperoleh dengan
memberikan soal pretest-posttest kepada siswa.Sedangkan kepraktisan produk
diperoleh dengan memberikan angket respon kepada siswa mengenai kepraktisan
media pembelajaran yang sudah digunakan.Selain itu, uji keefektivan dan
kepraktisan juga diberikan kepada guru berupa angket.Data angket respon siswa,
angket respon guru dan hasil pretest-posttest siswa selanjutnya diolah untuk
mengetahui keefektivan dan kepraktisan alat peraga.
4. Refleksi Sistematik dan Dokumentasi
Tahap refleksi sistematik dan dokumentasi merupakan tahap akhir dari
prosedur pengembangan ini.Tahap ini menggambarkan seluruh penelitian untuk
61 Muhammad Zaini, dkk. “Pengembangan Lembar Kerja Siswa Konsep Protisa Untuk Melatihkan
Keterampilan Proses dan Keterampilan Kinerja Kelas X Madrasah Aliyah”.Prosiding Semnas
Pensa.2016. h. 121.
Expert review
One-to-one
evaluation
Small group
evaluation
Field Test
Revisi Revisi
34
mendukung analisis,diikuti oleh spesifikasiprinsip-prinsip desain dan
menghubungkannya dengan kerangka konseptual.62
C. Desain Uji Coba
Prototipemedia yang dikembangkan kemudian diuji coba melalui tahapan
evaluasi formatif dan sumatif.Tahapan evaluasi formatif mencakup uji validitas
penilaian ahli (expert review), evaluasi satu-satu (one-to-one evaluation), evaluasi
kelompok kecil (small group), dan uji lapangan(field test).
Uji coba dilakukan untuk mengetahuikelayakan,keefektivan, dan kepraktisan
alat peraga yang dikembangkan, serta bertujuan untuk memperbaiki produk
sehingga produk yang dikembangkan dapat disempurnakan. Selanjutnya peneliti
melakukan revisi produk sebelum menguji kepada guru dan siswa mengenai
keefektivan dan kepraktisan produk pada evaluasi sumatif (summative
evaluation).Tahapan uji coba produk adalah sebagai berikut.
1. Expert review dan one-to-one evaluation
Expert review merupakan tahap pengujian produk kepada ahli untuk
melakukan review atas kelayakan prototipe produk yang dikembangkan.Pada
tahap expert review, prototipe produk dinilai oleh dua ahli materi dan dua ahli
media. Expert review dilakukan secara bersamaan dengan one-to-one
evaluation.Pada tahap one- to-one evaluation, prototipe produk diuji coba pada
siswa secara individu.Pada tahapan ini, peneliti menguji produk yang telah dibuat
kepada tiga orang siswa SMA Manba’ul Ulum Kota Tangerang.Kemudian siswa
diberi angket penilaian produk sebagai pertimbangan untuk merevisi prototipe
produk/media.Setelah tahapan expert review dan one-to-one evaluation selesai
dilakukan, maka peneliti merevisi prototipe produk/media.
2. Evaluasi kelompok kecil (small group evaluation)
Evaluasi kelompok kecil bertujuan untuk menentukan keefektivan dan
kepraktisan prototipe.Evaluasi kelompok kecil dilakukan pada sekelompok kecil
siswa.Pada tahap ini, prototipe diuji coba pada 15 siswa SMA Manba’ul Ulum
Kota Tangerang. Siswa diberikan angket penilaian mediauntuk menentukan
62 Jan Van De Akker, et.al,op.cit., h. 154
35
kepraktisan dan instrumen tes (pretest dan posttest) untuk mengetahui kefektivan
media yang dikembangkan. Setelah dilakukan penilaian, maka peneliti kembali
merevisi prototipe produk/media.
3. Uji lapangan (field test)
Uji lapangan merupakan tahap pengujian produk di lapangan.Pada tahap uji
lapangan melibatkan 30 orang siswa SMA Manba’ul Ulum Kota Tangerang.Siswa
diberikan angket penilaian mediauntuk menentukan kepraktisan dan instrumen
tes (pretest dan posttest) untuk mengetahui kefektivan media yang dikembangkan.
Setelah dilakukan penilaian, maka peneliti kembali merevisi prototipe
produk/media.
4. Evaluasi Sumatif
Setelah melalui semua tahap evaluasi formatif maka prototipe akan dilakukan
evaluasi kepraktisan dan keefektivan pada tahap evaluasi sumatif. Tujuan evaluasi
sumatif adalah untuk mengetahui media alat peraga yang dikembangkan benar-
benar layak, efektif dan menarik untuk digunakan dalam pembelajaran.Pada tahap
evaluasi sumatif melibatkan 30 orang siswa SMA Manba’ul Ulum Kota
Tangerang.Siswa diberikan angket penilaian mediauntuk menentukan kepraktisan
dan instrumen tes (pretest dan posttest) untuk mengetahui kefektivan media yang
dikembangkan
Adapun desain uji coba produk di atas digambarkan pada tabel berikut ini:
Tabel 3. 1Desain Uji Coba Produk
Tahap Subjek Instrumen
Uji validitas ahli
(expert review)
2 orang ahli media dan 2 orang ahli
materi,
Angket uji ahli
Evaluasi satu-satu
(one-to-one
evaluation)
3 orang siswa kelas XII IPA1 SMA
Manba’ul Ulum Kota Tangerang.
terdiri dari 1 orang siswa
berkemampuan tinggi, 1 orang siswa
berkemampuan sedang dan 1 orang
Angket respon
siswa
36
Tahap Subjek Instrumen
siswa berkemampuan rendah
Evaluasi kelompok
kecil (small group
evaluation)
15 orang siswa kelas XI IPA 1SMA
Manba’ul Ulum Kota Tangerang.
yang terdiri dari 5 siswa
berkemampuan tinggi, 5 orang siswa
berkemampuan sedang, dan 5 orang
siswa berkemampuan rendah.
Tes dan angket
respon siswa
Uji lapangan (field
test)
30 orang siswa kelas X IPA 1SMA
Manba’ul Ulum Kota Tangerang. 10
orang siswa berkemampuan tinggi,
10 orang siswa berkemampuan
sedang dan 10 orang siswa yangi
berkemampuan rendah.
Tes dan angket
respon siswa
Evaluasi sumatif 30 orang siswa kelas X IPA 2 SMA
Manba’ul Ulum Kota Tangerang. 10
orang siswa berkemampuan tinggi,
10 orang siswa berkemampuan
sedang dan 10 orang siswa yangi
berkemampuan rendah.
Tes dan angket
respon siswa
D. Subjek Penelitian
Subjek penelitianterdiri dari siswa dan guru dari SMA Manba’ul Ulum Kota
Tangerang. Populasi yang digunakan adalah seluruh siswa SMA Manba’ul Ulum
Kota Tangerang.Sampel dipilih dengan pertimbangan tertentu(purposive
sampling).63Pertimbangan peneliti dalam menentukan sekolah yang ditentukan
karena sekolah tersebut dalam pesantren dan menggunakan kurikulum 2013
revisi. Rincian subjek yang digunakan dalam penelitian sebagai beriku:
63 Sugiyono, Statistik untuk Penelitian, (Bandung: ALFABETA, 2012), h. 94
37
a. Pada tahap prototyping stage yang menjadi subjek penelitian ialah: 2 ahli
media, 2 ahli materi, 3 siswa kelas XII IPA, 15 siswa kelas XI IPA, 30 siswa
kelas X IPA dari SMA Manba’ul Ulum Kota Tangerang.
b. Pada tahap summative evaluation yang menjadi subjek penelitian ialah: 30
siswa kelas X IPA SMA Manba’ul Ulum Kota Tangerang, dan 1 guru fisika
di SMA Manba’ul Ulum Kota Tangerang.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian yaitu instrumen non-tes
dan tes. Berikut ini merupakan instrumen yang digunakan dalam penelitian pada
tiap tahapan:
Tabel 3. 2Penggunaan Instrumen dalam Penelitian
Tahapan Penelitian Instrumen Penelitian
Preliminary Research - Wawancara kepada guru
- Instrumen angket
penelitian pendahuluan bagi
siswa
Prototyping
Stage
- Uji ahli (expert
review)
- Instrumen angket skala
bertingkat / ratting scale bagi:
ahli media, ahli materi
- Evaluasi satu-satu
(one-to-one evaluation)
- Instrumen angket skala
bertingkat untuk respon siswa
- Evaluasi kelompok
kecil (small group
evaluation)
- Instrumen angket skala
bertingkat untuk respon siswa
- Instrumen tes
- Uji lapangan (field
test)
- Instrumen angket skala
bertingkat untuk respon siswa
- Instrumen tes
Summative Evaluation - Instrumen angket
bertingkat untuk respon siswa
dan guru
38
Tahapan Penelitian Instrumen Penelitian
- Instrumen tes
1. Pedoman wawancara
Wawancara yaitu metode yang digunakan untuk mendapatkan jawaban dari
responden dengan cara tanya jawab.64Pedoman wawancara yang digunakan dibuat
secara terstruktur menggunakan pertanyaan terbuka.Pedoman wawancara
digunakan pada penelitian pendahuluan.Pedoman digunakan untuk memperoleh
informasi yang terarah dari sumber sesuai kebutuhan penelitian mengenai
permasalahan sekolah dan penggunaan media pembelajaran di sekolah.
Tabel 3. 3Pedoman Wawancara Pendahuluan Guru
No Pertanyaan
1 Apakah rata-rata hasil belajar fisika siswa sudah mencapai kriteria ketuntasan
minimum.
2 Metode apa yang sering digunakan oleh guru dalam mengajar fisika di kelas
3 Apakah dalam mengajar Fisika sering melibatkan siswa dalam menggali
pengetahuannya sendiri seperti berdiskusi kelompok dalam memecahkan
masalah, melakukan percobaan praktikum, atau memberikan pertanyaan yang
berkaitan dengan fenomena dalam kehidupan sehari-hari
4 Dalam mengajar fisika apakah sering melakukan praktikum lab fisika
5 Apakah menggunakan bantuan media pembelajaran dalam menjelaskan
materi Fisika
Media apa yang sering digunakan
6 Apakah pernah menggunakan media alat peraga dalam membantu
menjelaskan materi fisika
Materi fisika apa yang menjelaskan dengan media alat peraga?
7 Bagaimana cara guru dalam menjelaskan materi momentum dan impuls kepada
siswa
64 Suharsini Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2015),
h.44
39
8 Apakah guru menggunakan media dalam menjelaskan materi momentum dan
impuls
Media apa yang digunakan guru dalam menjelaskan materi momentum dan
impuls tersebut.
9 Apakah alat peraga di sekolah untuk siswa melakukan praktikum lengkap.
Khususnya dalam mengajar materi mater momentum dan impuls?
10 Apakah ada perbedaan dari hasil belajar siswa yang diajarkan dengan
berbantuan media pembelajaran (alat peraga) atau dengan metode lain?
2. Angket penelitian pendahuluan
Angket penelitian pendahuluan diberikan kepada siswa untuk mengetahui
proses pembelajaran dan media pembelajaran yang digunakan. Adapun kisi-kisi
angket penelitian pendahuluan dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3. 4Kisi-Kisi Angket Penelitian Pendahuluan Untuk Siswa
No Pertanyaan
1 Apaka pelajaran fisika adalah pelajaran yang kalian sukai
(Beri alas an kenapa memilih ya/tidak)
2 Apakah selalu memperoleh nilai ulangan pelajaran Fisika di atas KKM?
(Beri alas an kenapa memilih ya/tidak)
3 Metode belajar apa yang sering digunakan guru dalam mengajarkan Fisika
4 Pernahkan kalian melakukan percobaan praktikum di laboratorium
5
Apakah kalian menyukai belajar hanya di dalam kelas dengan
memperhatikan penjelasan guru dan mencatat penjelasan dari guru
(Beri alas an kenapa memilih ya/tidak)
6
Apakah kalian menyukai belajar dengan melakukan praktikum di
laboratorium yang menggunakan alat peraga
(Beri alas an kenapa memilih ya/tidak)
7 Apakah guru pernah menggunakan bantuan media pembelajaran lain
seperti alat peraga dalam menjelaskan materi Fisika
40
3. Angket uji ahli (expert review)
Angket uji ahli digunakan untuk mengetahui kelayakan media.Angket ini
bertujuan untuk menentukan apakah media pembelajaran alat peraga momentum
dan impuls dapat dikategorikan layak atau tidak untuk digunakan baik dari segi
media maupun konten pada media yang telah dibuat. Angket pada penelitian ini
menggunakan ratting-scale (skala bertingkat) dengan lima kategori penilaian dari
yang tertinggi, yaitu: 5,4,3,2,1 Berikut kisi-kisi angket penilaian uji ahli
digambarkan pada tabel berikut ini:
Tabel 3. 5Kisi-kisi Angket Uji Ahli Media
No Aspek Indikator No.
Pertanyaan Jumlah
1. kesesuaian dengan
bahan ajar
Kesesuaian media alat peraga
dengan konsep yang diajarkan 1
3
Kejelasan media alat peraga
dalam membantu menjelaskan
konsep
2
Kesesuaian media alat peraga
dengan kompetensi siswa 3
2 ketahanan Alat Ketahanan alat peraga terhadap
cuaca 4
3 Alat mudah dalam perawatan 5
Alat peraga dibuat dalam bahan
yang mudah ditemukan 6
3 Keakuratan Ketahanan komponen-
komponen alat peraga yang
sesuai pada dudukan awalnya
7
4 Ketepatan pemasangan setiap
komponen pada alat ukur 8
Ketepatan skala pengurukan 9
Ketelitian pengukuran 10
41
4 Efisiensi alat Alat peraga mudah dirangkai 11
3 Alat peraga mudah untuk
digunakan/dioperasikan 12
Alat peraga mudah dibawa 13
5 Kemanan bagi siswa Alat peraga memiliki keamanan
dan kenyamanan untuk
digunakan oleh siswa
14
3
Konstruksi alat peraga kokoh
sehingga memiliki keamanan
saat digunakan oleh siswa
15
Alat peraga menggunakan
bahan ramah lingkungan dan
tidak menggunakan zat beracun
16
Estetika Alat peraga memiliki warna
yang menarik dan nyaman
untuk digunakan
17
3
Alat peraga diracang dengan
bentuk yang sesuai dengan
kebutuhan materi
18
Alat peraga memiliki bentuk
yang menarik, rapi dan nyaman
untuk digunakan oleh siswa
19
Kelengkapan alat Alat dilengkapi dengan manual
book dalam membantu
merangkai alat
20
3 Alat dilengkapi dengan video
demontrasi dalam membantu
menggunakan alat
21
Alat dilengkapi dengan lembar
kerja siswa (LKS) 22
42
Tempat penyimpanan Alat peraga dilengkapi dengan
tempat penyimpanan agar
mudah untuk
menyimpan/mengambil
23
3 Alat peraga dilengkapi dengan
tempat untuk memudahkan di
bawa
24
Tempat penyimpanan alat
peraga memiliki ketahanan
dalam menyimpan alat peraga
25
Tabel 3. 6 Kisi-kisi Angket Uji Ahli Materi Fisika
No. Aspek Indikator No.
Pertanyaan Jumlah
1 Kesesuaian isi Relevansi konten materi pada
alat peraga dengan KI/KD 1
3
Alat peraga dapat membantu
memvisualisasikan materi dalam
pembelajaran
2
Alat peraga dapat menunjukan
macam macam tumbukan 3
2 Kesesuaian konsep Alat peraga dapat menunjukan
macam macam tumbukan 1
2 Alat peraga dapat menunjukan
perubahan momentum 2
4. Angket respon siswa dan guru
Angket respon siswa dan guru ini menggunakan rating-scale (skala
bertingkat) dengan lima kategori penilaian dari yang tertinggi, yaitu: 5, 4, 3, 2, 1.
Angket respon siswa bertujuan untuk mengetahui bagaimana respon siswa dan
43
guru terhadap beberapa kriteria media pembelajaran pada evaluasi formatif
danevaluasi sumatif. Kisi-kisi angket dapat dilihat pada tabel di bawah ini:65
Interaktif Berbasis Model Pembelajaran Problem Based Learning pada Mata Pelajaran Fisika
Pokok Bahasan Fluida Dinamis untuk SMA Kelas XI”, Jurnal Inovasi dan Pembelajaran Fisika, Vol. 2, No. 1, 2015, h. 103. 69 Iwan Permana Suwarna, “Pengembangan Instrumen Ujian Komprehensif Mahasiswa melalui
Computer Based Test pada Program Studi Pendidikan Fisika”, Laporan Penelitian UIN Jakarta,
2016, h. 56
52
Persentase Kriteria
70% - 79% Efektif
60% - 69 % Cukup efektif
50% - 59% Kurang efektif
< 50% Tidak efektif
Peningkatan hasil belajar siswa dapat dihitung dengan uji N-Gain
menggunakan persamaan :70
Adapun untuk kriteria peningkatan hasil belajar siswa mengacu pada
kriteria yang diungkapkan Hake dalam Jannah, yaitu sebagai berikut:71
Tabel 3. 15Kriteria N-Gain
N-Gain Kriteria
Tinggi
Sedang
Rendah
70David E. Meltzer, “The Relationship between Mathematics Preparation and Conceptual
Learning Gains in Physics: A Possible Hidden Variable in Diagnostic Pretest Scores‖”, Journal
of American Association of Pyhsics Teacher, 2002, p. 1260. 71 Miftachul Jannah, dkk., “Penerapan Pembelajaran IPA Terpadu dengan Pendekatan Sets-
Edutainment Tema Baterai Alami untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Dan Hasil
Belajar di SMPN 1 Gondang”, Jurnal Pendidikan Sains e-Pensa, Vol. 2, 2014, h. 53
53
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Desrkripsi Hasil Pengembangan
Penelitian pengembangan yang dilakukan menghasilkan produk akhir
media pembelajaran alat peragapada materi momentum dan impuls dengan konsep
lavitasi dalam pembuatan rel. Pengembangan ini dapat digunakan dengan
carapenyampaian materinya menggunakan pendekatan santifik maupun
demonstrasi untuk memudahkan dalam menyampaikan materi, serta pembelajaran
dapat terjadi dimanapun dan kapanpun.
Media alat peraga ini dikembangkan menggunakan metode penelitian
pengembangan Akker.Tahapan-tahapan penelitian yang dilakukan yaitu:
penelitian pendahuluan (preliminary research); tahap prototipe (prototyping
stage); evaluasi sumatif (summative evaluaiton); refleksi sistematik dan
dokumentasi (systematic reflection and documentation).
B. Deskripsi dan Analisis Data Hasil Pengembangan
1. Hasil Penelitian Pendahuluan (Preliminary Research)
Tahap pertama pada penelitian ini adalah penelitian pendahuluan.Tujuan
tahap ini adalah mengumpulkan informasi terkait permasalahan yang ada
dilapangan.Kegiatan yang dilakukan yaitu survei lapangan dan studi literatur.
Berikut merupakan hasil studi pendahuluan:
a. Survei Lapangan
Survei lapangan dilakukan melaui wawancara kepada satu orang guru
fisika dan menyebar angket kepada 50 responden (siswa) SMA Manbaul Ulum
Kota Tangerang.Hasil wawancara guru disajikan pada tabel di bawah ini:
54
Tabel 4. 1Hasil Wawancara Guru Tentang Pembelajaran Fisika
No. Pertanyaan
Jawaban Guru
SMAS Manba’ul
Ulum Kota
Tangerang
1 Apakah sekolah ini sudah menerapkan
kurikulum 2013? Ya
2
Apakah rata-rat hasil belajar Fisika
siswa sudah mencapai criteria Kriteria
Ketuntasan Minimum
Tidak
3
Metode apakah yang sering digunakan
oleh guru dalam mengajar Fisika di
kelas
Ceramah dan
simulasi
4
Apakah dalam mengajar fisika sering
melibatkan siswa dalam menggali
pengetahuannya sendiri seperti
berdiskusi kelompok dalam
memecahkan masalah, melakukan
percobaan praktikum, atau memberikan
pertanyaan yang berkaitan dengan
fenomena dalam kehidupan sehari-hari.
Ya
5 Dalam mengajar fisika apakah sering
melakukan praktikum di lab. fisika
Tidak, karena alat
tidak lengkap
6
Apakah menggunakan bantuan media
pembelajaran dalam menjelaskan materi
fisika dan media apa yang sering
digunakan?
Ya, Power Poin
55
7
Apakah pernah menggunakan media alat
peraga dalam membantu menjelaskan
materi fisika. Materi fisika apa yang cara
menjelaskannya berbantuan media alat
peraga?
Ya, Materi Gaya
Gesek
8
Menurut anda apa kekurangan dari media
yang selama ini di gunakan dalam
mengajar? Pada materi momentum dan
impuls
Kurang bisa
menunjukan konsep
9
Bagaimana cara guru dalam menjelaskan
materi momentum dan impuls kepada
siswa?
Ceramah, presentasi
dan simulasi
10
Apakah guru menggunakan media dalam
menjelaskan materi momentum dan
impuls?
Media apa yang di gunakan guru dalam
menjelaskan materi momentum dan
impuls?
Tidak, karena tidak
adanya alat
11
Apakah alat peraga di sekolah untuk
siswa melakukan praktikum lengkap?
Khususnya dalam megajar materi
momentum dan impuls?
Tidak lengkap
12
Apakah ada perbedaan dari hasil belajar
siswa yang diajarkan dengan berbantuan
media alat peraga atau dengan metode
lain?
Ya, siswa lebih
tertarik dan adanya
peningkatan dalam
hasil belajar
Kesimpulan yang didapatkan setelah melakukan wawancara terhadap guru
yaitu:siswa cukup kesulitan memahami materi Momentum dan Impuls.
Dibutuhkan media pembelajaran yang konkret untuk membantu menyampaikan
materi fisika.Selain itu, materi tersebut tidak dapat disampaikan di kelas secara
56
menyeluruh karena keterbatasan waktu.Kemudian, guru memerlukan mediadalam
menunjang pembelajaran kurikulum 2013.Pemanfaatan media pembelajaran
penting untuk membantu pembelajaran.
Peneliti mendapatkan informasi berdasarkan hasil angket yang diberikan
kepada siswa memperlihatkan 38 % siswa menyukai Fisika.Sebanyak 28% siswa
dapat memperoleh nilai Fisika diatas KKM dan 68% siswa memperoleh
pembelajaran dari gurunya dengan metode ceramah bukan di peroleh sendiri.
Kemudian 40% siswa menyatakan pernah melakukan percobaan di laboratorium
akan tetapi dikarenakan minimnya alat membuat siswa tidak melakukan
percobaan dan 38% menyatakan menyukai belajar hanya di kelas sajadan 72%
siswa menyatakan menyukai belajar dengan melakukan praktikum di laboratorium
yang menggunakan alat peraga. Persentase guru dalam menggunakan media
pembelajaran untuk membantu menjelaskan materi Fisika sebanyak 48%.
Tabel 4. 2Indikator Angket pada Studi Pendahuluan
No Indikator Studi Pendahuluan Angket Siswa
1 siswa tidak menyukai Fisika
2 Nilai fisika di atas KKM masih sulit di dapati
3 Metode pembelajaran yang kurang bervariasi
4 Siswa kurang dalam praktikum
5 Siswa tidak menyukai belajar hanya di kelas saja
6 Siswa senang dan menyukai saat praktikum Fisika
7 Media pembelajaran yang ada belum bisa di manfaatkan secara maksimal
dan Siswa menginginkan mengaplikasikan pemahamannya pada hal-hal
konkret
57
Gambar 4. 1Grafik Hasil Angket pada Studi Pendahuluan
b. Studi Literatur
Studi literatur dilakukan melalui analisis penelitian relevan terkait
penelitian media pembelajaran alat peraga.Hasil analisis studi literatur diperoleh
informasi bahwa media pembelajaran alat peraga dapat berpengaruh terhadap
ketuntasan hasil belajar dan menjadi media pembelajaran yang menarik bagi
siswa.
2. Hasil Prototyping Stage
a. Hasil Perancangan Alat Peraga Momentum dan Impuls
Materi yang dipilih dalam penelitian ini yakni materi momentum dan
impuls. Materi tersebut berdasarkan kurikulum 2013 revisi berada di kelas X
semester dua. Pemilihan didasarkan pada karakteristik materi yang dilihat perlu
adanya alat bantu menjelaskan konsep pada materi tersebut. Pertimbangan lainnya
didasarkan pada hasil wawancara dengan guru, angket siswa,dan data UN masih
rendahnya penguasaan konsep tentang materimomentum dan impuls.
Perancangan alat peraga momentum dan impuls mengacu pada kriteria
pembuatan dan pengembangan alat peraga yang terdiri dari: bahan mudah
diperoleh, mudah dalam perancangan dan pembuatan, mudah dalam perakitan,
58
mudah dioperasikan, dapat menunjukkan konsep dengan lebih baik, dapat
meningkatkan motivasi siswa, akurasi cukup dapat diandalkan, tidak berbahaya
ketika digunakan, menarik, daya tahan alat peraga cukup baik (lama pakai),
inovatif dan kreatif, serta memiliki nilai pendidikan.72
Tahap pemilihan material merupakan tahap pemilihan alat-alat dan bahan
yang digunakan dalam pembuatan alat peraga momentum dan impuls. Hasil
pemilihan material dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4. 3Hasil Pemilihan Material
komponen Nama bahan Gambar
Kereta
Momentum
Akrilik
Rel Kereta
Momentum
Akrilik
Penghitung
Waktu
Stopwatch
https://www.google.com/imgres?imgurl=h
72Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas, Pedoman Pembuatan Alat Peraga untuk SMA.
(Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2011), h. 8.
dengan lingkungan (appropriateness).Hasilpenilaian dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 4. 29Hasil penilaian setiap aspek media dalam uji lapangan
No Aspek Jumlah Kategori
90
Nilai
1 Kemampuan untuk dapat dilaksanakan
(implementability)
314 Cukup
Baik
2 Kesinambungan (suistainability) 326 Baik
3 Kecocokan dengan lingkungan (appropriateness) 219 Baik
Jumlah 859 Baik
Jumlah nilai maksimum aspek 1 = 450
Jumlah nilai maksimum aspek 2 = 450
Jumlah nilai maksimum aspek 3 = 300
Jumlah nilai maksimum seluruh aspek = 1200
Tabel di atas memperlihatkan bahwa setiap aspek berada pada kategori
baik. Penilaian dari keseluruhan aspek pada uji lapangan diperoleh nilai 859 dari
1200 dengen persentase 71,6% berkategori baik. Persentase ini menunjukkan
bahwa alat peraga dinyatakan praktis saat digunakan.Hasil penilaian keseluruhan
aspek dalam persentase dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 4. 24Grafik Persentase penilaian setiap aspek pada uji lapangan
Grafik di atas memperlihatkan bahwa aspek kecocokan dengan lingkungan
mendapatkan persentase tertinggi sebesar 73%, sedangkan persentase terendah
pada aspek kemampuan untuk dilaksanakan sebesar 69,8%. Aspek
kesinambungan mendapatkan persentase sebesar 71,1%.
91
a) Aspek Kemampuan untuk dapat dilaksanakan (implementability)
Aspek kemampuan untuk dilaksanakan (implementability) berada dalam
kategori baik dengan nilai 314 dari 450. Hasil penilaian setiap indikator pada
aspek implementasi dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4. 30Hasil Penilaian Keseluruhan Indikator Aspek Kemampuan
Untuk Dapat Dilaksanakan Dalam Uji Lapangan
No Indikator Jumlah Kategori
1 Kemudahan penggunaan 107 Baik
2 Penggunaan media yang membahayakan 100 Cukup Baik
3 Intensitas waktu 107 Baik
Jumlah 314 Cukup Baik
Jumlah nilai maksimum tiap indikator = 150
Persentase nilai keseluruhan indikator pada aspek kemampuan untuk dapat
dilaksanakan dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 4. 25Grafik hasil penilaian dari setiap indikator pada aspek
kemampuan untuk dilaksanakan dalam uji lapangan
92
Grafik di atas menunjukkan bahwa indikator kemudahan penggunaan dan
intensitas waktu mendapatkan persentase 71,3%. Indikator penggunaan media
yang mebahayakan mendapatkan persentase sebesar 66,7%.
b) Aspek Kesinambungan (suistainability)
Apek kesinambungan berada pada kategori baik dengan nilai 326 dari 450.
Hasil penilaian dari setiap indikator pada aspek kesinambungan dapat dilihat pada
tabel berikut:
Tabel 4. 31 Hasil Penilaian Keseluruhan Indikator Aspek Kesinambungan
Dalam Uji Lapangan
No Indikator Jumlah Kategori
1 Perawatan dan pemeliharaan media 107 Baik
2 Penggunaan media pada waktu
berikutnya 110 Baik
3 Penggunaan bahan pembuatan media 107 Baik
Jumlah 326 Baik
Jumlah nilai maksimum tiap indikator = 150
Persentase nilai keseluruhan indikator pada aspek kesinambungan dapat
dilihat pada gambar berikut:
Gambar 4. 263Grafik hasil penilaian setiap indikator pada aspek
kesinambungan dalam uji lapangan
93
Grafikdi atas menunjukan bahwa indikator penggunaan media pada waktu
berikutnya mendapatkan persentase tertinggi sebesar 73,3%. Indikator
perawatan dan pemeliharaan media mendapatkan persentase terendah sebesar
71,3%. Indikator penggunaan bahan pembuatan media mendapatkan persentase
sebesar 72,7%.
c) Aspek kecocokan dengan lingkungan
Aspek kecocokan dengan lingkungan mendapatkan nilai 219 dari 300
berkategori baik. Hasil penilaian dari setiap indikator pada kecocokan dengan
lingkungan dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4. 32Hasil Penilaian Keseluruhan Indikator Kecocokan Dengan
Lingkungan Dalam Uji Lapangan
No Indikator Jumlah Kategori
1 Minat belajar siswa 110 Baik
2 Pembelajaran yang menarik, inovatif,
dan menyenangkan situasi belajar 109 Baik
Jumlah 219 Baik
Jumlah nilai maksimum tiap indikator = 300
Persentase nilai keseluruhan indikator pada aspek kecocokan dengan
lingkungan dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 4. 27Grafik Hasil Penilaian Dari Setiap Indikator Pada Aspek
Kecocokan Dengan Lingkungan Dalam Uji Lapangan
94
Grafik di atas memperlihatkan bahwa indikator minat belajar siswa
mendapatkan persentase sebesar 73,3%, sedangkan indikator pembelajaran yang
menarik, inovatif, dan menyenangkan mendapatkan persentase sebesar 72,7%.
3. Hasil Evaluasi Sumatif (Summative Evaluation)
Produk alat peragayang sudah dinyataan layak dan direvisi pada tahap
evaluasi formatif, selanjutnya diujikembali keefektifan dan kepraktisan pada
tahap evaluasi sumatif. Subjek pada tahap ini terdiri dari 30 siswa kelas X IPA 2
yang belum mempelajari materi momentum dan impuls serta satu
guru.Keefektifan alat peraga dinilai berdasarkan tes yang diberikan pada
siswa.Tes dalam penelitian menggunakan soal dalam bentuk pilihan ganda terkait
materi momentum dan impuls.Penilaian diukur setelah siswa melakukan
pembelajaran dengan menggunakan alat peraga(posttest).Kepraktisan diperoleh
dari hasil angket penilaian siswa dan guru, serta keefektifandari angket penilaian
oleh guru.
a. Hasil uji keefektifan alat peraga
1) Hasil tes siswa
Efektivitas didapatkan dari hasil posttest pada tahap evaluasi sumatif.
Hasil pemusatan dan penyebaran data nilai pretest-posttest dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 4. 33Ukuran pemusatan dan penyebaran data hasil pretest-posttest
No Pemusatan dan
Penyebaran Data Pretest Posttest
1 Nilai Terendah 20 60
2 Nilai Tertinggi 60 90
3 Rata-Rata 37,5 77,3
4 Median 40,0 80,0
5 Modus 45,0 75,0
95
6 Standar Deviasi 11,1 9,1
7 Rata-rata N-Gain 0,6
Hasil post test 30 orang siswa diperoleh 80% mendapatkan nilai di atas
KKM.Dengan demikian, alat peragadapat dikatakan efektif untuk membantu
keterampilan kognitif siswa. Rata-rata N-Gain mendapatkan nilai 0,6 dengan
kategori sedang.
2) Hasil penilaian keefektifan oleh guru
Guru menyatakan bahwa media pembelajaran berbentukalat peraga efektif
digunakan dalam proses pembelajaran (72%). Hasil penilaan angket guru
berdasarkan indikator aspek efektivitas alat peraga dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 4. 34Angket Penilaian Aspek Efektivitas Oleh Guru
No Indikator Jumlah Kategori
1. Membantu guru dalam mencapai
tujuan pembelajaran 3 Cukup Baik
2. Efeketif untuk membantu siswa
dalam memahami konsep 4 Baik
3. Efektif untuk meningkatkan motivasi
rasa ingin tahu siswa 3 Cukup Baik
4. Efektif untuk membantu guru agar
lebih mudah dalam mengajar 4 Baik
5 Efektif untuk membantu siswa dalam
memvisualisasikan konsep 4 Baik
Jumlah 18 Baik
Jumlah nilai maksimum setiap indikator = 5
Jumlah nilai maksimum keseluruhan indikator = 25
Tabel di atas memperlihatkan bahwa secara keseluruhan, penilaian
kepraktisan mendapatkan nilai 18 dari 25 (72%) berkategori baik.Persentase
96
tersebut menunjukkan bahwa alat peragaefektif.Nilai alat peragauntuk
keseluruhan indikator dalam bentuk persentase dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 4. 28Grafik presentasi nilai alat peraga untuk indikator efektivitas
oleh guru pada evaluasi sumatif
Grafik tersebut memperlihatkan bahwa indikator efeketif untuk membantu
siswa dalam memahami konsep, efektif untuk membantu guru agar lebih mudah
dalam mengajar, dan efektif untuk membantu siswa dalam memvisualisasikan
konsep mendapatkan persentase sebesar 80%. Indikatormembantu guru dalam
mencapai tujuan pembelajaran dan indikator efektif untuk meningkatkan motivasi
rasa ingin tahu siswa mendapatkan persentase sebesar 60%.
b. Hasil uji kepraktisan alat peraga
1) Hasil penilaian angket siswa
Siswa secara keseluruhan memberikan nilai 532 dari 750 (70,4%) dengan
kategori baik. Persentse tersebut menunjukkan bahwa alat peraga praktis
digunakan dalam proses pembelajaran. Hasil penilaian angket siswa berdasarkan
indikator aspekkepraktisanalat peraga dapat dilihat pada tabel berikut:
97
Tabel 4. 35 Hasil penilaian angket aspek kepraktisan oleh siswa
No Indikator Jumlah Kategori
1. Praktis untuk digunakan dan
dioperasikan saat melakukan
percobaan
107
Baik
2. Praktis untuk dirangkai ulang 105 Baik
3. Dilengkapi dengan tempat
penyimpanan sehingga
praktis untuk dibawa
111
Baik
4 Praktis dalam perawatan 113 Baik
5 Mudah untuk di temukan
komponen pengganti
96 Cukup Baik
Jumlah 532 Baik
Jumlah nilai maksimum setiap indikator = 150
Jumlah nilai maksimum keseluruhan indikator = 750
Nilai kepraktisan alat peragauntuk keseluruhan indikator dalam bentuk
persentase dapat dilihat pada gambar berikut:
98
Gambar 4. 29Grafik Persentase Nilai Kepraktisan Alat Peraga Untuk
Keseluruhan Indikator Oleh Siswa Pada Evaluasi Sumatif
Grafik tersebut memperlihatkan bahwa indikator praktis dalam perawatan
mendapatkan persentase tertinggi sebesar 75,3%. Persentase terendah sebesar
64% pada indikator mudah untuk menemukan komponen pengganti. Indikator
praktis untuk digunakan dan dioperasikan saat melakukan percobaan, praktis
dirangkai ulang, dan dilengkapi dengan tempat penyimpanan sehingga praktis
untuk dibawa secara beturut-turu mendapatkan persentase sebesar 71,3%, 70%,
dan 74%.
2) Hasil penilaian angket guru pada aspek kepraktisan
Hasil penilaian guru fisika yaitu 17 dari 25 (68%) dengan kategori
baik.Persentase tersebut menunjukkan bahwa alat peraga praktis digunakan.Hasil
penilaian angket guru berdasarkan indikator aspekkepraktisanalat peraga dapat
dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4. 363Hasil Penilaian Angket Aspek Kepraktisan Oleh Guru Pada
99
No Indikator Jumlah Kategori
1. Praktis untuk digunakan dan
dioperasikan saat melakukan
percobaan
4 Baik
2. Praktis untuk dirangkai ulang 4 Baik
3. Dilengkapi dengan tempat
penyimpanan sehingga praktis untuk
dibawa
3 Cukup Baik
4 Praktis dalam perawatan 3 Cukup Baik
5 Mudah untuk di temukan komponen
pengganti 3 Cukup Baik
Jumlah 17 Baik
Jumlah nilai maksimum setiap indikator = 5
Jumlah nilai maksimum keseluruhan indikator = 25
Nilai kepraktisan alat peragauntuk keseluruhan indikator dalam bentuk
persentase dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 4. 30Grafik Persentase Nilai Kepraktisanalat Peraga Untuk
Keseluruhan Indikator Oleh Guru Pada Evaluasi Sumatif
Grafik tersebut memperlihatkan bahwa indikator praktis untuk digunakan
dan dioperasikan saat mealukan percobaan dan praktis untuk dirangkai ulang
100
mendapatkan persentase sebesar 80%.Indikator dilengakapi dengan tempat
penyimpanan sehingga praktis untuk dibawa, praktis dalam perawatan, dan mudah
untuk ditemukan kompenen pengganti mendapatkan persentase sebesar 60%.
4. Hasil Refleksi Sistematika dan Dokumentasi (Systematic Reflection and
Documentation)
a. Tahap Evaluasi Satu-satu (One-to-One Evaluation)
Tahap evaluasi ini dimulai dengan pemberian media pembelajaran
berbentukalat peraga kepada tiga siswa sebagai evaluator dan penggunaannya
dilakukan saat Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) berlangsung.Kemudian
mengisi angket penilaian terhadap alat peraga. Kegiatan evaluasi satu-satu dapat
dilihat pada gambar berikut:
Gambar 4. 314Kegiatan Penggunaan Alat Peragapada Tahap Evaluasi Satu-
Satu
b. Tahap Evaluasi kelompok kecil (Small Group Evaluaton)
Tahap evaluasi kelompok kecil diawali dengan pemberian pretest setelah
apersepsi kepada 15 siswa sebagai evaluator untuk mengetahui kemampuan awal
sebelum menggunakan alat peraga. Kegiatan ini dilakukan pada saat Kegiatan
Belajar Mengajar. Kegiatan pretest dapat dilihat pada gambar berikut:
101
Gambar 4. 325Kegiatan Pretest Pada Tahap Evaluasi Kelompok Kecil
Kegiatan selanjutnya pada tahap ini ialah peneliti memperagakan alat
peraga momentum dan impuls yang di kembangkan untuk membantu
menyampaian konsepkepadasiswa. Adapun kegiatan tersebut dapat dilihat pada
gambar berikut:
Gambar 4. 33Kegiatan Memperagakan Alat Peragapada Tahap Kelompok
Kecil
Kegiatan terakhir setelah siswa mempelajarinya beberapa hari, siswa
mengerjakan posttest untuk mengetahui aspek keefektifan pada alat peraga.
Adapun kegiatan tersebut dapat dilihat pada gambar berikut:
102
Gambar 4. 34Kegiatan Posttest Pada Tahap Evaluasi Kelompok Kecil
c. Tahap Uji Lapangan (Field Test)
Tahap evaluasiuji lapangan dimulai dengan pemberian pretest terlebih
dahulu kepada 30 siswa untuk mengetahuikemampuan awal siswa sebelum
menggunakan alat peraga. Kegiatanini dilakukan pada saat Kegiatan Belajar
Mengajar(KBM).Kegiatan pretest dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 4. 35Kegiatan Pretest Pada Tahap Uji Lapangan
Kegiatan selanjutnya pada tahap ini yaitu pemberian alat peragauntuk
digunakan oleh siswa saat KBM selanjutnya melakukan posttest.
d. Tahap Evaluasi Sumatif (Summative Evaluation)
Tahap evaluasi sumatif dilakukan kepada 30 siswa.Pelaksanaan
penggunaan alat peraga pada tahap ini dimulai dengan pemberian pretest untuk
mengetahui kemampuan awal siswa sebelum menggunakan alat peraga. Kegiatan
pretest sebelum pemberian alat peraga dapat dilihat pada gambar berikut:
103
Gambar 4. 36Kegiatan Pretest Pada Tahap Evaluasi Summatif SMA
Manbaul Ulum
Kegiatan selanjutnya siswa diberikan kesempatan untuk mencoba
menggunakan media pembelajaran alat peragadan diminta pada pertemuan
selanjutnya. Adapun kegiatan ini dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 4. 37Kegiatan penggunaan media pembelajaran alat peragapada
tahap evaluasi sumatif SMAManbaul ‘Ulum
Kegiatan terakhir setelah siswa menggunakan media pembelajaran alat
peraga, siswa mengerjakan posttestuntuk mengetahui aspek keefektifan alat
peraga dan mengisi angket penilaian mengenai alat peraga tersebut. Kegiatan
tersebut dapat dilihat pada gambar berikut:
104
Gambar 4. 38Kegiatan Posttest Pada Tahap Evaluasi SumatifSMAS
Manbaul Ulum
C. Pembahasan Hasil Penelitian
Produk akhir yang dihasilkan yaitu media pembelajaran alat peragapada
materi momentum dan impuls.Pengembangan produk menggunakan prosedur
development study dari Van Den Akker.Prosedur yang dilakukan terdiri dari
empat tahap, yaitu tahap penelitian pendahuluan (prelminary resarch), prototipe
(prototyping stage), evaluasi sumatif (evaluasi summative), refleksi sistematik dan
dokumentasi (systematic reflection and documentation).Tahap prototipe terdiri
dari tahap pembuatan alat peraga, evaluasi formatif dan penyempurnaan alat
peraga.Uji coba alat peragapada tahap evaluasi formatif dan implementasi alat
peragapada evaluasi summatif.Evaluasi formatif terdiri dari tahap uji ahli (expert
preview), evaluasi satu-satu (one-to-one evaluation), evaluasi kelompok kecil
(small group evaluation), dan uji lapangan (field test).
1. Studi Pendahuluan
Pada tahap awal ini peneliti melakukan studi pendahuluan (preliminary
research)untuk mengetahui permasalahan yang ada di sekolah dan mencari solusi
dari permasalahan tersebut.Pertama peneliti melakukan survei lapangan ke
sekolah. Peneliti mendapatkan informasi bahwa kemampuan siswa memahami
konsep-konsep fisika masih rendah, siswa lebih mudah memahami materi
menggunakan media, karena minimnya media yang ada di sekolah sehingga
membuat siswa kurang menggali kemampuannya akan tetapi berdasarkan hasil
survei siswa merasa senang dan termotivasi dalam mempelajari Fisika dengan
105
bantuan media dan eksperimen.Berdasarkan informasi tersebut, peneliti
melakukan studi literatur untuk mengembangkan media pembelajaran alat peraga.
2. Prototipe
Setelah melakukan penelitian pendahuluan selanjutnya tahap prototyping
stage,kegiatan yang dilakukan terdiri dari; pengoptimalan hasil perancangan
prototipe; evaluasi formatif yang mencakup tinjauan ahli (expert review), evaluasi
satu-satu (one-to-one evaluation), evaluasi kelompok kecil (small group
evaluation), dan uji lapangan (field test).Penelitian pada tahap ini untuk
mengetahui kelayakan, kefektifan, dan kepraktisan media pembelajaran, dan revisi
untuk perbaikan.
Pada tahap perancangan prototipe, peneliti melakukan perancangan media
pembelajaran alat peraga.Pada tahap ini, peneliti merancang model dan bentuk
dari media yang dikembangkan.Pada tahap evaluasi formatif, peneliti melakukan
uji ahli (expert review)untuk menguji kelayakan media pembelajaran, uji
perorangan atau evaluasi satu-satu untuk menilai kelayakan media, uji kelompok
kecil dan uji lapangan untuk menilai kepraktisan dan keefektifan.Pada tahap
prototipe, alat peraga yang dikembangkan selanjutnya melakukan penyempurnaan
akhir dengan memperbaiki kekurangan-kekurangan yang ada sesuai saran pada
evaluasi formatif.Perbaikan ini dilakukan agar kualitas alat peraga yang
dikembangkan menjadi lebih baik lagi.
3. Evaluasi Sumatif
Evaluasi sumatif bertujuan untuk menguji keefektifan dan kepraktisan
media pembelajaran alat peraga yang sudah direvisi pada tahap
prototipe.Keefektifan media dilihat dari banyak siswa yang dapat memperoleh
nilai di atas kriteria ketuntasan minimal (KKM) serta angket penilaian
guru.Kepraktisan media dilihat dari nilai yang diberikan oleh siswa dan guru
melalui angket.
4. Refleksi sistematik dan dokumentasi.
Tahap refleksi sistematik dan dokumentasi berisikan kegiatan peneliti
dalam meninjau hasil pencapaian selama proses penelitian. Tahap ini merupakan
prosedur akhir dalam pengembangan media pembelajaran alat peraga.
106
Media pembelajaran alat peragamomentum dan impuls yang
dikembangkan dinyatakan layak untuk digunakan dalam penelitian.Ahli yang
terlibat pada penilaian media terdiri dari 2 ahli media dan 2 ahli materi.Ahli media
menilai pada aspek kesesuaian dengan bahan ajar, ketahanan Alat, keakuratan,
efisiensi alat, kemanan bagi siswa, estetika, kelengkapan alat, dan tempat
penyimpanan.Ahli materi menilai pada aspek kesesuaian isi dan kesesuaian
konsep.
Hasil penilaian dari ahli media mendapatkan nilai 179 dari 250 (71,6%)
termasuk dalam kategori baik. Persentase tersebut menunjukan bahwa media
pembelajaran alat peraga dinyatakan oleh ahli media.Hasil penilaian oleh ahli
media menunjukkan bahwa terdapat tujuh indikator yang memperoleh persentase
tertinggi dan tiga indikator yang memperoleh persentase terendah.Indikator
dengan persentase tertinggi yaitu:
1. Indikator pertama yang mendapatan persentase tertinggi, yaitu pada indikator
kesesuaian media alat peraga dengan konsep yang diajarkan dengan
persentase sebesar 80% dalam kategori baik. Indikator ini mendapat nilai
tinggi karena media alat peraga momentum dan impuls yang dikembangkan
ini dapat menampilkan konsep momentum, perubahan momentum, impuls
dan tumbukan pada materi momentum dan impuls.Apabila media
pembelajaran tidak sesuai dengan materi maka kegiatan belajar mengajar
tidak akan berjalan dengan baik.73
2. Indikator kedua yang mendapatkan persentase tertinggi , yaitu pada indikator
kejelasan media alat peraga dalam membantu menjelaskan konsep 80%
dalam kategori baik. Indikator ini mendapat nilai persentase tinggi dari ahli
media dikarenakan media alat peraga yang dikembangan dapat membantu
guru menjelaskan konsep pada materi momentum dan impuls.Hal ini sesuai
dengan manfaat dari media pembelajaran yaitu bahan pengajaran akan lebih
jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh siswa dan memungkinkan
73Cecep Kustandi & Bambang Sutjipto.Media Pembelajaran Manual dan Digital.(Bogor: Ghalia
Indonesia, 2016), h. 84
107
siswa menguasai tujuan pengajaran yang baik.74 Media alat peraga dapat
menunjukkan secara langsung konsep yang dipelajari sehingga siswa dapat
membangun pegetahuannya sendiri. Ini dapat mendorong siswa utuk berpikir
kreatif dan imajinatif sehingga hasil belajar yang dicapai akan tahan lama
dan diingat siswa.
3. Indikator ketiga yang mendapatkan persentase tertinggi, yaitu pada indikator
kesesuaian madia alat peraga dengan kompetensi siswa dengan persentase
sebesar 80% dalam kategori baik. Indikator ini mendapatan persentase tinggi
dari ahli dikarenakan media alat peraga yang dikembangkan mencakup
kompetensidasar yang harus dicapai oleh siswa pada materi momentum dan
impuls pada kurikulum 2013.Mediapembelajaran haruslah memiliki fungsi-
fungsi yang selalu mendukungtercapainya tujuan pembelajaran,
membangkitkan motivasi danmerangsang peserta untuk belajar dengan baik,
serta memberikanpengalaman yang menyeluruh dari hal-hal yang konkret
sampai yangabstrak.75
4. Indikator keempat yang mendapatkan persentase tertinggi, yaitu pada
indikator alat mudah dalam perawatan dengan persentase sebesar 80%
menurut ahli. Hal ini dikarenakan media alat peraga momentum dan impuls
yang dikembangkan menggunakan bahan-bahan yang mudah di jumpai dan
perawatannya tidak memerlukan peralatan khusus serta dapat dilakukan oleh
siapapun.
5. Indikator kelima yang mendapatan persentase tertinggi, yaitu pada indikator
alat peraga dibuat dengan bahan yang mudah ditemukan dengan persentase
sebesar 80% dalam kategori baik.Hal ini dikarenakan alat peraga momentum
dan impuls yang dikembangkan berbahan dasar akrilik dan magnet permanen
neodymium yang dapat ditemukan di toko-toko dan lebih mudahnya untuk
magnet dapat ditemukan di toko-toko berbasis online. Jika terjadi kerusakan
pada alat peraga, komponen yang rusak dapat dengan mudah diperoleh.
74Arief S. Sadiman,dkk., Media Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1986), h. 17-18 75Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, (Jakarta: Prenada Media Group,
2010), h. 204
108
6. Indikator keenam yang mendapatkan persentase tertinggi, yaitu pada indikator
alat peraga menggunakan bahan ramah lingkungan dan tidak menggunakan zat
beracun sebesar 80% dalam kategori baik. Hal ini dikarenakan alat peraga
yang dikembangan menggunakan bahan yang ramah lingkungan dan aman
bagi siswa. Alat peraga menggunakan konsep magnet lavitasi sehingga kereta
dapat melayang di atas rel. Konsep ini digunakan untuk mengganti
penggunaan kompresor sehingga tidak membutuhkan arus listrik.
7. Indikator ketujuh yang mendapatkan persentase tertinggi, yaitu pada indikator
alat peraga memiliki warna yang menarik dan nyaman untuk digunakan
sebesar 80% dalam kategori baik. Hal ini dikarenakan alat peraga yang
dikembangkan menggunakan bahan yang transparan dan semua komponen
yang ada terlihat dengan jelas baik dari penyusunan magnet dan bentuk rel
dari alat peraga momentum dan impuls yang dikembangkan. Alat peraga ini
di buat agar penggunanya nyaman digunakan baik didalam ruangan atau
diluar ruangan.Secara psiklogi, penggunaan warna yang tepat untukdapat
meningkatkan pengajaran pada siswa maupun gurunya.76
Indikator yang mendapat persentase rendah menurut ahli media terdapat pada
empat indikator sebagai berikut:
1. Indikator pertama yang mendapat persentase terendah yaitu indikator
ketahanan komponen alat peraga yang sesuai pada kedudukan awalnya dengan
persentase 60% dalam kategori cukup baik. Hal ini dikarenakan alat peraga
yang dikembangkan menggunakan konsep lavitasi dengan magnet permanen
yang berukuran 4 cm yang mengakibatkan besarnya medan magnet yang
berbeda-beda sehingga ketika kereta bergerak di atas rel terkadang tidak
berjalan mulus akan tetapi seperti adanya lonjakan.
2. Indikator kedua yang mendapatkan persentase terendah yaitu pada indikator
ketelitian pengukuran dengan persentase sebesar 60% dalam kategori cukup
baik menurut ahli. Hal ini dikarenakan alat peraga yang dikembangkan
76D. Sulasmi Prawira, Warna Sebagai Salah Satu Unsur Seni dan Desain, (Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pengembangan
Lembaga Pendidikan Tenaga PendidikanJakarta, 1989), h.156
109
menggunakan pengukuran secara manual dan sehingga pengukurang kurang
akurat karena gerak dari benda tersebut belum stabil.
3. Indikator ketiga yang mendapatkan persentase terendah yaitu pada indikator
alat peraga memiliki keamanan dan kenyamanan untuk digunakan oleh siswa
dengan persentase sebesar 60% dalam kategori cukup baik. Hal ini
dikarenakan alat peraga yang dikembangkan terbuat dari akrilik atau semi
kaca memerlukan pengawasan guru dalam penggunaannya akan tetapi bahan
akrilik ini termasuk bahan yang elastis.
Hasil penilaian dari ahli materi terhadap alat peraga momentum dan
impuls yang dikembangkan diperoleh nilai keseluruhan 36 dari 50 (72%) dalam
kategori alat tersebut layak digunakan dalam pembelajaran menurut ahli.Kriteria
indikator tertinggi pada penilaian oleh ahli materi terdapat pada indikator alat
peraga dapat membantu memvisualisasikan materi dalam pembelajaran sebesar
80% dalam kategori baik.Hal ini sesuai dengan manfaat dari media alat peraga
sehingga dapat menciptakan variasi dalam pembelajaran yang membuat siswa
tertarik dan dapat mendapat ilmu pengetahuan secara langsung dan memahami
konsep yang divisualisasikan.
Berdasarkan hasil uji satu-satu, alat peraga yang dikembangkan
mendapatkan penilaian dalam kategori baik dengan nilai 138 dari 180 (76,7%).
Dengan demikian, media yang dikembangkan dinyatakan layak.Uji satu-satu
sangat penting dilakukan untuk mendeteksi kendala siswa sebelum alat
peragadiujicobakan ke jumlah siswa yang lebih banyak.Aspek yang dinilai terdiri
dari materi, kualitas teknis, desain pembelajaran, dan implementasi.Aspek materi
mendapatkan nilai 32 dari 45 termasuk kategori baik.Hal ini disebabkan karena
materi yang tercakup pada alat peraga momentum dan impuls yang dikembangkan
ini tidak hanya menampilkan satu atau dua konsep pada materi momentum dan
impuls akan tetapi dapat menampilkan lebih dari dua konsep dalam materi
momenetum dan impuls seperti momentum, perubahan momentum, impuls dan
tumbukan, sehingga konsep-konsep yang terdapat dalam materi momentum dan
impuls dapat divisualisasikan dan mudah dipahami melalui alat peraga
110
momentum dan impuls yang dikembangkan. Aspek kualitas teknis mendapatkan
nilai 36 dari 45 termasuk dalam kategori baik.Hal ini dikarenakan alat peraga
dilengkapi dengan pentunjuk penggunaan sehingga memudahkan pengguna dalam
mengoperasikannya. Selain itu, saat penggunaan mengalami kerusakan pada
bagian komponen alat peraga maka komponen tersebut dapat dicari ditoko-toko
dengan mudah.Aspek desain pembelajaran mendapatkan nilai 36 dari 45 termasuk
kategori baik.Hal ini dikarenakan tujuan pembelajaran pada media alat peraga
momentum dan impuls yang dikembangkan jelas dan materi yang disajikan secara
menarik.Aspsek implementasi mendapatkan kategori baik dengan nilai 34 dari 45.
Hal ini dikarenakan media alat peraga momentum dan impuls yang dikembangkan
mudah dalam proses pemasangan, perawatan dan penggunaannya. Pengguna
hanya perlu meletakan benda (kereta momentum) pada lintasan dengan posisi
yang telah ditentukan lalu menyiapkan beberapa orang untuk mencatat waktu
ketika kereta telah melewati garis yang telah ditentukan
Setelah keseluruhan alat peraga dinilai dan diberi komentar serta saran
untuk diperbaiki, kemudian peneliti merevisi alat peraga sehingga dapat diujikan
pada siswa pada tahap penilaian kelompok kecil.Perbaikan yang peneliti lakukan
diantaranya yaitu membuat benda memiliki massa yang sama dan kelengkapan
untuk mengukur waktu dan jarak.
Hasil evaluasi kelompok kecil menyimpulkan bahwa media pembelajaran
alat peraga yang digunakan cukup efektif. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
pada materi momentum dan impuls adalah adalah 75. Rata-rata nilai pretest siswa
yaitu 36 sedangkan rata-rata post test siswa yaitu 79. Sebanyak 10 dari 15 siswa
telah mencapai KKM ( 66,7% dinyatakan tuntas). Rata-rata N-gain sebesar 0,7
dengan kategori sedang. Siswa yang belum mencapai KKM disebabkan oleh
beberapa hal, diantaranya: siswa kurang serius saat proses pembelajaran di kelas,
siswa tidak mempelajari materi yang akan dipelajari terlebih dahulu di rumah
sehingga saat pertemuan siswa merasa kesulitan dengan pertanyaan-pertanyaan
yang diajukan.
Hasil angket yang diberikan kepada siswa pada evaluasi kelompok kecil
diperoleh nilai keseluruhan 475 dari 675 (70,4%) termasuk dalam kategori
111
baik.Persentase tersebut menunjukkan bahwa alat peraga yang dikembangkan
praktis. Aspek materi mendapatkan persentase sebesar 69,3%. Aspek desain
pembelajaran mendapatkan persentase sebesar 72%. Aspek implementasi
mendapatkan persentase sebesar 69,8%.
Uji lapangan dilakukan pada siswa yang belum belajar materi momentum
dan impuls di SMA Manbaul Ulum Kota Tangerang. Penilaiandilakukan pada uji
lapangan yaitu keefektifan dan kepraktisan. Keefektifan dinilai dengan
memberikan tes kepada siswa, sedangkan kepraktisan dinilai dengan memberikan
angket. Pada penilaian kefektifan, hasil uji efektivitas menunjukkan bahwa alat
peraga berkategori efektif. Nilai rata-rata pre test siswa yaitu 35,80 sedangkan
nilai rata-rata post test yaitu 75,80. Sebanyak 23 dari 30 siswa mencapai nilai
KKM atau 77% dinyatakan tuntas. Rata-Rata N-gain sebesar 0,6 dengan kategori
sedang.
Kepraktisan media pembelajaran mendapatkan nilai keseluruhan 859 dari
1200 (71,6%) termasuk kategori baik. Persentase ini menunjukkan bahwa alat
peraga praktis penilaian kepraktisan terdiri dari aspek kemampuanuntuk dapat
dilaksanakan,kesinambungan, dankecocokan dengan lingkungan. Aspek
kecocokan dengan lingkungan mendapatkan persentase tertinggi (73%) karena
alat peragayang dikembangan dapat digunakan di dalam ruangan dan diluar
ruangan sehingga tidak memerlukan listrik serta aman saat digunakan.
Evaluasi sumatif merupakan tahap terakhir penilaian media yang
dikembangkan.Kefektifan alat peraga dinilai dengan memberikan tes sedangkan
kepraktisan dengan pemberian angket kepada siswa.Selain itu, kefektifan dan
kepraktisan alat peraga juga dinilai dengan memberikan angket kepada guru mata
pelajaran fisika.
Hasil uji efektivitas pada siswa menunjukkan bahwa alat peraga sangat
efektif digunakan dalam pembelajaran. Hasil uji efektivitas siswa SMA Manbaul
Ulum Kota Tangerang diperoleh persentase ketuntasan sebesar 80% (kategori
sangat efektif) dengan N-gain 0,6 kategori sedang.. Berdasarkan penilaian guru,
media dinyatakan efektif dengan persentase sebesar 72%. Efektivitas mengacu
pada pengalaman dan hasil dari intervensi konsisten dengan tujuan yang
112
diharapkan.77 Hal ini menunjukkan bahwa alat peraga dapat mencapai tujuan
pembelajaran yang diharapkan.Hal ini sesuai dengan penelitian yaang relevan
bahwa media pembelajaran alat peraga dapat meningkatkan hasil belajar siswa.78
Siswa dari SMA Manbaul Ulum secara keseluruhan memberikan nilai 532
dari 750(70,4%) termasuk kategori baik. Persentase tersebut menunjukkan bahwa
menurut siswa alat peraga yang digunakan praktis dalam
penggunaannya.Penilaian kepraktisan juga diberikan oleh guru fisika kelas X dari
SMA Manbaul Ulum Kota Tangerang. Secara keseluruhan guru memberikan nilai
17 dari 25 (68%) termasuk kategori pratis. Persentase tersebut menunjukkan
bahwa alat peraga momentum dan impuls yang dikembangkan praktis dan efektif
untuk digunakan dalam pembelajaran.
77 Ahmad Fauzan, Tjeerd Plomp dan Koeno Gravemeijer, “The Development of an RME based
Geometry Course for Indonesian Primary School.” (Netherlands: SLO, 2013), p. 165 78 Intan Wahyu Saputri, “Pengembangan Media Pembelajaran Berbasis Android untuk
Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Sistem Operasi di SMK Negeri 1
Surabaya,” Jurnal IT-Edu. Volume 01 Nomor 01 Tahun 2016, h. 41
113
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Kesimpulan dari hasil penelitian pengembangan peneliti adalah sebagai
berikut:
1. Prosedur penelitian yang digunakan dalam pengembangan alat peraga yakni
menggunakan penelitian dari Akker yang terdiri dari empat tahap yaitu