Top Banner
Modul 8 Pengembangan Alat Penilaian Kemampuan Bersastra Dra. Ida Lestari, M.Pd. A. MANFAAT DAN RELEVANSI Pada modul-modul sebelumnya, Anda telah belajar menyusun alat penilaian kemampuan berbahasa. Kemampuan berbahasa tersebut mencakup keterampilan menyimak, membaca, menulis, dan berbicara. Kemampuan seorang guru BI untuk menilai kemampuan bersastra mutlak diperlukan. Hal ini berkaitan dengan tugas guru mata pelajaran bahasa Indonesia (BI) yang memiliki kewajiban mengajarkan dan menilai kemampuan bersastra sesuai yang tercantum pada standar isi. Karena itu, setelah latihan penyusunan kemampuan berbahasa, calon guru mata pelajaran bahasa Indonesia perlu memahami karakteristik alat penilaian bersastra dan prosedur pengembangannya. Di samping itu, diperlukan latihan-latihan mengembangkan alat penilaian kemampuan bersastra bagi calon guru mata pelajaran bahasa Indonesia. Kemampuan bersastra mencakup kemampuan apresiasi sastra (reseptif) dan kemampuan melakukan proses kreatif sastra (produktif). Dengan latihan yang memadai menyusun alat penilaian bersastra, seorang calon guru BI akan memiliki kompetensi untuk menilai hasil belajar dan proses belajar kemampuan bersastra. Setelah mempelajari modul ini, secara umum Anda diharapkan dapat berlatih mempraktikkan penyusunan alat penilaian bersastra. Secara khusus, setelah mempelajari modul ini, diharapkan Anda mampu menguasai hal-hal berikut. 1. Mahasiswa mampu menjelaskan pendekatan dalam penilaian apreasiasi sastra dan konstruksi kemampuan apresiasi sastra. 2. Mahasiswa mampu menjelaskan model penilaian apresiasi sastra. PENDAHULUAN
68

Pengembangan Alat Penilaian Kemampuan Bersastra

Oct 24, 2021

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Pengembangan Alat Penilaian Kemampuan Bersastra

Modul 8

Pengembangan Alat Penilaian Kemampuan Bersastra

Dra. Ida Lestari, M.Pd.

A. MANFAAT DAN RELEVANSI

Pada modul-modul sebelumnya, Anda telah belajar menyusun alat

penilaian kemampuan berbahasa. Kemampuan berbahasa tersebut mencakup

keterampilan menyimak, membaca, menulis, dan berbicara. Kemampuan

seorang guru BI untuk menilai kemampuan bersastra mutlak diperlukan. Hal

ini berkaitan dengan tugas guru mata pelajaran bahasa Indonesia (BI) yang

memiliki kewajiban mengajarkan dan menilai kemampuan bersastra sesuai

yang tercantum pada standar isi. Karena itu, setelah latihan penyusunan

kemampuan berbahasa, calon guru mata pelajaran bahasa Indonesia perlu

memahami karakteristik alat penilaian bersastra dan prosedur

pengembangannya. Di samping itu, diperlukan latihan-latihan

mengembangkan alat penilaian kemampuan bersastra bagi calon guru mata

pelajaran bahasa Indonesia. Kemampuan bersastra mencakup kemampuan

apresiasi sastra (reseptif) dan kemampuan melakukan proses kreatif sastra

(produktif). Dengan latihan yang memadai menyusun alat penilaian bersastra,

seorang calon guru BI akan memiliki kompetensi untuk menilai hasil belajar

dan proses belajar kemampuan bersastra.

Setelah mempelajari modul ini, secara umum Anda diharapkan dapat

berlatih mempraktikkan penyusunan alat penilaian bersastra. Secara khusus,

setelah mempelajari modul ini, diharapkan Anda mampu menguasai hal-hal

berikut.

1. Mahasiswa mampu menjelaskan pendekatan dalam penilaian apreasiasi

sastra dan konstruksi kemampuan apresiasi sastra.

2. Mahasiswa mampu menjelaskan model penilaian apresiasi sastra.

PENDAHULUAN

Page 2: Pengembangan Alat Penilaian Kemampuan Bersastra

8.2 Evaluasi Pembelajaran Bahasa Indonesia ⚫

3. Mahasiswa mampu merencanakan dan menyusun alat penilaian apresiasi

sastra.

4. Mahasiswa mampu menjelaskan pendekatan dalam penilaian proses

kreatif siswa.

5. Mahasiswa mampu menjelaskan model penilaian proses kreatif sastra.

6. Mahasiswa mampu merencanakan dan menyusun alat penilaian proses

kreatif sastra.

B. DESKRIPSI/CAKUPAN MATERI MODUL

Modul ini penting dipelajari sebagai bekal untuk merencanakan

penyusunan alat penilaian apresiasi sastra dan proses kreatif sastra. Modul ini

penting dipelajari karena dengan memahami prinsip penilaian kemampuan

bersastra, seorang guru dapat menyusun alat penilaian kemampuan bersastra

secara tepat. Materi yang akan Anda pelajari mencakup (1) pendekatan dalam

penilaian apreasiasi sastra dan konstruksi kemampuan apresiasi sastra, (2)

ragam model penilaian apresiasi sastra, (3) perencanaan dan penyusunan alat

penilaian apresiasi sastra, (3) pendekatan dalam penilaian proses kreatif

siswa, (4) ragam model penilaian proses kreatif sastra, serta (5) perencanaan

dan penyusunan alat penilaian proses kreatif sastra.

C. SUSUNAN KEGIATAN PEMBELAJARAN

Kegiatan pembelajaran terdiri atas dua tahap. Tahapan pembelajaran

dalam modul ini dilakukan dengan urutan berikut.

Kegiatan Belajar 1: pendekatan dalam penilaian apresiasi sastra dan

konstruksi kemampuan apresiasi sastra, ragam model

penilaian apresiasi sastra, serta perencanaan dan

penyusunan alat penilaian apresiasi sastra

Kegiatan Belajar 2: pendekatan dalam penilaian proses kreatif siswa, ragam

model penilaian proses kreatif sastra, serta perencanaan

dan penyusunan alat penilaian proses kreatif sastra

Page 3: Pengembangan Alat Penilaian Kemampuan Bersastra

⚫ PBIN4302/MODUL 8 8.3

Kegiatan Belajar 1

Penilaian Apresiasi Sastra dan Prinsip Penilaiannya

A. PENDEKATAN, TUJUAN, DAN SASARAN PEMBELAJARAN

APRESIASI SASTRA

Sebelum mendalami lebih jauh alat penilaian dan cara melakukan

penilaian apresiasi sastra, Anda perlu memahami konsep apresiasi dan tujuan

apresiasi sastra. Anda pahami secara saksama paparan berikut!

Apresiasi adalah proses pengenalan, pemahaman, penghayatan, dan

penikmatan terhadap karya sastra. Yus Rusyana mengungkapkan bahwa

apresiasi mencakup mengenal, menggolongkan, memahami, mengapresiasi,

dan mengomunikasikan. Aspek mengenal mencakup mengamati, melihat,

mendengar, dan membaca. Aspek menggolongkan mencari persamaan,

perbedaan, perbandingan, dan pengontrasan. Memahami berarti menafsirkan,

mengartikan, mempreposisikan, menemukan pola, menggeneralisasi, mencari

hubungan, dan menarik kesimpulan. Aspek apresiasi adalah menikmati dan

menghargai nilai-nilai. Aspek mengomunikasikan adalah kegiatan

melaksanakan dalam kegiatan-kegiatan (mendiskusikan, mengarang, dan

mendramatisasikan).

Apresiasi merupakan kegiatan terpadu yang melibatkan sikap, minat,

perhatian, dan keterampilan. Apresiasi melibatkan tiga unsur inti, yaitu aspek

kognitif yang berkaitan dengan aspek intelektual pembaca dalam upaya

memahami unsur-unsur kesastraan dalam karya sastra yang bersifat objektif

yang mencakup aspek intrinsik dan unsur ekstrinsik. Aspek emotif adalah

keterlibatan langsung aspek emotif pembaca untuk memahami unsur

keindahan secara subjektif. Aspek evaluatif, yaitu aspek penilaian baik/buruk

atau indah/tidak terhadap karya sastra. Penilaian bersifat kritik sesuai dengan

kemampuan apresiator pada tahap pemahaman dan penghayatan.

Pada apresiasi sastra, dikenal berbagai pendekatan. Pada modul ini,

dibahas pendekatan objektif, ekspresif, dan mimetik dalam apresiasi sastra.

Pendekatan objektif adalah pendekatan yang mendasarkan pada suatu karya

sastra. Dengan pendekatan objektif ini, siswa diajak menelaah karya sastra

sebagai produk manusia atau artefak. Karya sastra, dalam hal ini, merupakan

Page 4: Pengembangan Alat Penilaian Kemampuan Bersastra

8.4 Evaluasi Pembelajaran Bahasa Indonesia ⚫

suatu karya otonom yang dipisahkan dari hal-hal di luar karya itu sendiri.

Dengan demikian, telaah karya sastra dengan pendekatan objektif beranjak

dari aspek-aspek atau unsur-unsur yang langsung membangun karya sastra.

Signifikansi dan nilai karya sastra dilihat dari unsur-unsur dan keterhubungan

antarunsur karya sastra. Telaah karya sastra dengan pendekatan objektif

sering dikenal dengan telaah struktural yang dimaksudkan untuk

mendeskripsikan tema, peristiwa, tokoh, alur, setting, sudut pandangan, dan

diksi yang terdapat dalam karya sastra.

Pendekatan ekspresif adalah pendekatan yang mendasarkan pada

pencipta atau pengarang karya sastra. Telaah dengan pendekatan ekspresif ini

menitikberatkan penulis, imajinasi penulis, pandangan, serta spontanitas

penulis/penyair. Telaah ini didasarkan pada teori ekspresif yang memandang

suatu karya seni yang secara esensial sebagai dunia internal (pengarang) yang

terungkap sehingga menjadi dunia eksternal (berupa karya seni). Telaah

karya sastra pada pendekatan ekspresif berfokus pada perwujudan karya

sastra ditinjau dari proses kreatif penulis dengan titik tolak dorongan

perasaan penulis dan hasilnya adalah kombinasi antara persepsi, pikiran, dan

perasaan penulis. Sumber utama dan pokok masalah suatu novel, misalnya,

adalah sifat-sifat dan tindakan-tindakan yang berasal dari pemikiran

pengarangnya. Pendekatan ekspresif berkaitan dengan pendekatan biografis

yang memfokuskan suatu apresiasi terhadap gagasan-gagasan dan

kepribadian pengarang untuk memahami karyanya. Atas dasar pendekatan

ini, karya seni dipandang sebagai refleksi kepribadian pengarang. Dengan

dasar pengalaman estetis, pembaca dapat menangkap kesadaran/pengalaman

pengarangnya. Untuk itu, dengan pendekatan ekspresif, penelaah hendaknya

mempelajari pengetahuan tentang pribadi pengarang guna memahami karya

sastranya. Telaah dengan pendekatan ekspresif dimaksudkan untuk

mengetahui sejauh mana keberhasilan pengarang dalam mengungkapkan

gagasan-gagasan, imajinasi, spontanitasnya, dan sebagainya.

Pendekatan mimetik adalah pendekatan yang mendasarkan pada

hubungan karya sastra dengan universe (semesta) atau lingkungan sosial

budaya yang melatarbelakangi lahirnya karya sastra itu. Perhatian penelaah

terletak pada hubungan karya sastra dengan realitas yang melatarbelakangi

kemunculannya. Pendekatan ini memandang seni sebagai tiruan dari aspek-

aspek realitas, dari gagasan-gagasan eksternal dan abadi, dari pola-pola

bunyi, pandangan, gerakan, atau bentuk yang muncul secara terus-menerus

dan tidak pernah berubah. Pendekatan sosiologis historis memberi saran pada

Page 5: Pengembangan Alat Penilaian Kemampuan Bersastra

⚫ PBIN4302/MODUL 8 8.5

pendekatan yang menempatkan karya yang sebenarnya dalam hubungannya

dengan peradaban yang menghasilkannya. Peradaban di sini dapat

didefinisikan sebagai sikap-sikap dan tindakan-tindakan kelompok

masyarakat tertentu dan memperlihatkan bahwa sastra mewadahi sikap-sikap

dan tindakan-tindakan mereka sebagai persoalan pokoknya (Rohrberger dan

Woods, 1971: 9).

Dengan pendekatan-pendekatan tersebut, muncul asumsi bahwa proses

apresiasi sastra adalah proses untuk (a) memahami suatu karya atas dasar teks

tertulis, (b) memahami karya sastra perlu memahami pengarangnya karena

memandang teks karya sastra itu sebagai pengungkapan pengalaman,

perasaan, imajinasi, persepsi, dan sikap pengarangnya, serta (c) memahami

karya sastra perlu menghubungkannya dengan realitas yang terjadi di

masyarakatnya. Integrasi tiga pendekatan tersebut memunculkan langkah

apresiasi sastra yang perlu dipahami atas dasar teks tertulisnya, kemudian

menentukan pengalaman, perasaan, dan imajinasi penulis. Setelah itu, siswa

perlu menghubungkan karya sastra dengan realitas atau kehidupan bangsa

sebagai latar belakang penulisannya.

Pendekatan tersebut mengarahkan tujuan pembelajaran apresiasi sastra.

Penyatuan ketiga pendekatan tersebut memunculkan rumusan tujuan

apresiasi sastra yang berkaitan dengan aspek intrinsik dan ekstrinsik karya

sastra. Bertumpu pada ketiga pendekatan di atas, dapat dirumuskan bahwa

tujuan pembelajaran apresiasi sastra adalah memfasilitasi siswa untuk

menggauli sastra secara sungguh-sungguh sehingga menumbuhkan

pengertian, penghargaan, kepekaan kritis, dan kepekaan perasaan. Belajar

sastra adalah belajar tentang hidup. Dengan memahami karya sastra, manusia

memperoleh gizi batin sehingga sisi-sisi gelap manusia bisa tercerahkan

melalui kristalisasi nilai-nilai yang terkandung dalam karya sastra. Teks

sastra merupakan layar tempat diproyeksikan pengalaman psikis manusia.

Bekal awal belajar sastra adalah kepekaan emosi/perasaan serta pengetahuan

dan pengalaman yang berhubungan dengan masalah kehidupan dan

kemanusiaan (bisa diperoleh dengan cara menghayati kehidupan secara

intensif atau membaca buku-buku humanitas/psikologi, pemahaman aspek

kebahasaan, pemahaman unsur intrinsik, dan sering menggauli karya sastra.

Sasaran penilaian hasil apresiasi sastra sasaran penilaian mencakup

aspek kognitif, aspek emotif, dan aspek evaluatif. Sasaran penilaian proses

adalah tahapan apresiasi, kesulitan yang dialami siswa dalam mengapresiasi,

dan keterlibatan siswa dalam pembelajaran apresiasi untuk menumbuhkan

sikap positif/nilai-nilai tertentu.

Page 6: Pengembangan Alat Penilaian Kemampuan Bersastra

8.6 Evaluasi Pembelajaran Bahasa Indonesia ⚫

Tujuan pembelajaran apresiasi sastra adalah memfasilitasi siswa untuk

menggauli sastra secara sungguh-sungguh sehingga menumbuhkan

pengertian, penghargaan, kepekaan kritis, dan kepekaan perasaan. Dalam

apresiasi sastra, sasaran penilaian mencakup aspek kognitif, aspek emotif,

dan aspek evaluatif. Belajar sastra adalah belajar tentang hidup. Memahami

karya sastra manusia memperoleh gizi batin sehingga sisi-sisi gelap manusia

bisa tercerahkan melalui kristalisasi nilai-nilai yang terkandung dalam karya

sastra. Teks sastra merupakan layar tempat diproyeksikan pengalaman psikis

manusia. Bekal awal belajar sastra adalah kepekaan emosi/perasaan,

pengetahuan dan pengalaman yang berhubungan dengan masalah kehidupan

dan kemanusiaan (bisa diperoleh dengan cara menghayati kehidupan secara

intensif atau membaca buku-buku humanitas/psikologi, pemahaman aspek

kebahasaan, pemahaman unsur intrinsik, dan sering menggauli karya sastra.

Secara lebih khusus, dijelaskan kategori kemampuan membaca karya

sastra. Indikator kemampuan membaca karya sastra dibedakan menjadi

empat kategori, yakni (1) hasil belajar informasi, (2) hasil belajar konsep, (3)

hasil belajar perspektif, dan (4) hasil belajar apresiasi. Uraian masing-masing

kategori sebagai berikut (Disick, 1990: 101).

Hasil belajar informasi berkaitan dengan pemahaman hal-hal pokok

dalam sastra, baik yang menyangkut data tentang suatu karya sastra maupun

data lain yang digunakan untuk menafsirkan karya sastra. Yang termasuk

dalam kategori ini adalah kemampuan memahami biografi pengarang (nama,

status sosial, riwayat hidup, dan lain-lain), kemampuan memahami genre

sastra, memahami konvensi-konvensi dalam karya sastra, dan sebagainya

yang terkait dengan teori kesastraan.

Hasil belajar konsep berkaitan dengan persepsi siswa tentang bagaimana

unsur-unsur karya sastra itu diorganisasikan. Masalah yang ditekankan

berkaitan dengan unsur-unsur karya sastra dan hubungan antarunsur tersebut.

Siswa diharapkan menganalisis dan menyintesis unsur-unsur dalam karya

sastra, misalkan kemampuan untuk menganalisis mengapa seorang pengarang

memilih unsur seperti itu dan apa efeknya terhadap karya yang dihasilkan,

konflik apa saja yang timbul, atau mengapa penyair memilih bentuk tertentu.

Hasil belajar perspektif berkaitan dengan kemampuan siswa menilai

karya sastra yang dibaca. Siswa dituntut memberikan pandangan dan

mereaksi suatu karya sastra setelah siswa memahami karya sastra tersebut.

Permasalahan yang dibahas menyangkut ada tidaknya manfaat sebuah karya

sastra, ada tidaknya kesesuaian karya sastra tersebut dengan realitas yang

Page 7: Pengembangan Alat Penilaian Kemampuan Bersastra

⚫ PBIN4302/MODUL 8 8.7

ada, dan sebagainya. Oleh karena itu, siswa dituntut untuk mampu

menghubungkan sesuatu yang ada dalam karya sastra dan sesuatu yang ada di

luar karya sastra. Siswa dituntut untuk memahami secara kreatif.

Pada hasil belajar perspektif, siswa dituntut untuk mengenali dan

memahami bahasa sastra melalui ciri-cirinya, kemudian membandingkan

efektivitasnya dengan penuturan bahasa secara umum. Kategori kognitif yang

termasuk di dalamnya antara lain adalah kemampuan mengenal, memahami,

menganalisis, membandingkan, menggeneralisasi, dan menilai bentuk-bentuk

kebahasaan yang dipergunakan dalam suatu karya sastra. Yang termasuk pula

dalam kategori ini adalah jawaban atas pertanyaan-pertanyaan, mengapa

pengarang memilih bentuk-bentuk linguistik tertentu, apa efeknya terhadap

karya yang dihasilkan, ragam bahasa yang digunakan, dan sebagainya.

Purves (dalam Harsiati, 2003) mengklasifikasikan hasil belajar sastra

menjadi empat kategori yang meliputi (1) hasil belajar pengetahuan, (2) hasil

belajar penerapan, (3) hasil belajar respons, dan (4) hasil belajar partisipasi.

Hasil belajar kategori pengetahuan ini berkaitan dengan hasil belajar kognitif

mengenai sastra. Siswa dituntut untuk mengenal dan memahami sejumlah

fakta yang berkaitan dengan karya sastra.

Hasil belajar penerapan berkaitan dengan kemampuan siswa

mengaplikasikan sejumlah konsep, prinsip, atau prosedur yang berkaitan

dengan masalah kesusastraan. Siswa mengaplikasikan kemampuan

kognitifnya dalam menganalisis karya sastra.

Hasil belajar respons mengacu pada keseluruhan persepsi, respons,

kognitif, psikomotor, dan afektif yang terjadi ketika seseorang membaca,

mendengar, atau mengamati penampilan suatu karya sastra. Kategori ini

dibedakan lagi menjadi dua macam, yakni hasil belajar respons reseptif dan

hasil belajar respons ekspresif. Hasil belajar respons reseptif adalah respons

siswa yang berkaitan dengan perilaku kognitif sehubungan dengan kegiatan

klasifikasi dan analisis suatu karya sastra. Bentuknya berupa analisis segmen,

hubungan, dan organisasi atau keseluruhan. Analisis reseptif dibedakan lagi

menjadi dua, yakni analisis bentuk dan analisis isi. Hasil analisis respons

ekspresif adalah respons yang berkaitan dengan rekreasi karya sastra sebagai

karya seni. Bentuknya bisa berupa pembacaan puisi secara lisan, dramatisasi,

dan menceritakan kembali hasil pembacaan secara artistik serta mengubah

karya sastra dalam berbagai bentuk.

Hasil belajar kategori partisipasi berkaitan dengan unsur afektif.

Kategori ini perlu dikembangkan sebab salah satu fungsi pengajaran sastra

Page 8: Pengembangan Alat Penilaian Kemampuan Bersastra

8.8 Evaluasi Pembelajaran Bahasa Indonesia ⚫

adalah alat untuk mengembangkan unsur sikap. Pengukuran aspek ini banyak

menggunakan alat-alat evaluasi nontes.

Jika kategori ini yang digunakan, akan lebih cocok jika pendekatan

pragmatik (teori respons pembaca) dimanfaatkan sebagai landas tumpu

penilaian apresiasi sastra. Dengan berpijak pada paparan teori di atas, dapat

disimpulkan bahwa sasaran penilaian kemampuan apresiasi sastra dapat

dikelompokkan menjadi dua kategori, yaitu respons reseptif dan respons

ekspresif. Respons reseptif berkaitan dengan klasifikasi dan analisis suatu

karya sastra. Indikator kemampuan respons reseptif berupa kemampuan (a)

menentukan unsur intrinsik karya sastra dengan menerapkan sejumlah

prinsip/cara penentuan unsur intrinsik karya sastra, (b) kemampuan

menganalisis segmen, hubungan, dan organisasi keseluruhan karya sastra

(baik isi maupun bentuk), (c) kemampuan merefleksikan secara personal,

serta (d) kemampuan menilai karya sastra yang dibaca/dilihat/didengar.

Kemampuan merefleksi secara personal menuntut respons siswa seandainya

menjadi tokoh tertentu pada karya sastra atau mengalami suasana tertentu

seperti yang tergambarkan pada karya sastra. Kemampuan menilai karya

sastra menuntut siswa memberikan pandangan dan mereaksi suatu karya

sastra setelah siswa memahami karya sastra tersebut. Penilaian dapat

dilakukan dengan kriteria internal karya sastra ataupun kriteria eksternal.

Contoh penilaian dengan kriteria eksternal adalah penilaian ada tidaknya

manfaat sebuah karya sastra atau ada tidaknya kesesuaian karya sastra

tersebut dengan realitas yang ada sekarang. Oleh karena itu, siswa dituntut

untuk mampu menghubungkan sesuatu yang ada dalam karya sastra dan

sesuatu yang ada di luar karya sastra. Siswa dituntut untuk memahami secara

kreatif. Pada indikator respons reseptif penilaian atau yang disebut purves

hasil belajar perspektif, siswa dituntut untuk mengenali dan memahami

bahasa sastra melalui ciri-cirinya, kemudian membandingkan efektivitasnya

dengan penuturan bahasa secara umum.

Secara ringkas, kemampuan yang diharapkan pada jenis respons reseptif

ini adalah kemampuan mengenal, memahami, menganalisis,

membandingkan, menggeneralisasi, merefleksi, dan menilai bentuk ataupun

isi karya sastra. Yang termasuk pula dalam kategori respons reseptif terhadap

bentuk karya sastra adalah jawaban atas pertanyaan-pertanyaan, mengapa

pengarang memilih bentuk-bentuk linguistik tertentu dan apa efeknya

terhadap karya yang dihasilkan, ragam bahasa yang digunakan, serta bentuk

teknik penokohan yang digunakan dan efeknya terhadap karya sastra.

Page 9: Pengembangan Alat Penilaian Kemampuan Bersastra

⚫ PBIN4302/MODUL 8 8.9

Penilaian terhadap isi dapat berupa penilaian kebermaknaan isi yang

diungkapkan pengarang atau relevansi isi dengan kehidupan saat ini.

Jadi, respons reseptif adalah kemampuan memahami dan menyimpulkan

unsur intrinsik karya sastra yang dibaca/didengar dan menganalisisnya bukti

simpulan yang ditentukan (pembaca menunjukkan bukti yang mendukung

simpulannya). Selain itu, kemampuan jenis respons reseptif ini menganalisis

mengapa pengarang/penyair menggunakan teknik tertentu dan apa efeknya

terhadap karya sastra yang dihasilkan dan dilanjutkan dengan penghargaan

terhadap karya sastra yang dihasilkan. Kemampuan respons reseptif juga

mencakup kemampuan merefleksikan hasil dengan kondisi personal

(seandainya aku menjadi ..., seandainya aku mengalami ...). Ini termasuk juga

kemampuan merefleksikan isi karya sastra dengan kehidupan masa kini.

Tingkatan tertinggi respons reseptif adalah kemampuan menilai karya sastra,

baik dari segi bentuk maupun isi.

Kategori kedua kemampuan apresiasi sastra adalah kemampuan respons

ekspresif. Kemampuan ini menuntut siswa melakukan rekreasi karya sastra

yang dibaca atau didengar. Kategori ini berupa kemampuan siswa untuk

menampilkan kembali hasil apresiasi sastra ke dalam bentuk lain. Yang

termasuk dalam kategori rekreasi karya sastra adalah musikalisasi puisi,

teatrikal cerpen yang dibaca/didengar, atau menampilkan/dramatisasi hasil

apresiasi terhadap naskah drama.

Dengan uraian di atas, secara ringkas dirumuskan kemampuan apresiasi

sastra meliputi kemampuan berikut.

1. Respons Reseptif

a. Kemampuan memaknai penggunaan kata, simbol, dan gaya bahasa

dalam karya sastra.

b. Kemampuan menentukan unsur intrinsik karya sastra.

c. Kemampuan menunjukkan bukti unsur intrinsik yang ditentukan.

d. Kemampuan merangkum/meringkas isi yang disampaikan pengarang

pada karya sastra dengan sudut pandang pembaca.

e. Kemampuan menganalisis hubungan antarunsur intrinsik sastra.

f. Kemampuan menganalisis efek yang ditimbulkan dengan penggunaan

bentuk karya sastra terhadap isi (efek pemilihan kata tertentu, teknik

penokohan, dan penggunaan rima tertentu terhadap karya sastra yang

dihasilkan).

g. Kemampuan merefleksikan isi dengan kehidupan nyata.

Page 10: Pengembangan Alat Penilaian Kemampuan Bersastra

8.10 Evaluasi Pembelajaran Bahasa Indonesia ⚫

h. Kemampuan mengevaluasi penggunaan kebahasaan sebagai media

pengungkapan.

i. Kemampuan mengkritik aspek isi karya sastra.

2. Respons Ekspresif

a. Kemampuan memilih bentuk rekreasi yang sesuai dengan hasil apresiasi.

b. Kemampuan menampilkan hasil apresiasi dengan memberikan sentuhan

kreativitas pada aspek lisan (intonasi, gesture, dan ekspresi).

c. Kemampuan menampilkan hasil apresiasi dengan memberikan sentuhan

kreativitas pada penampilan (teknik penyajian pada waktu musikalisasi

puisi dan memerankan).

d. Kemampuan menampilkan hasil apresiasi dengan memberikan sentuhan

kreativitas pada isi karya sastra.

c. Kemampuan menampilkan hasil apresiasi dengan sentuhan kreativitas

pada bentuk (mengubah dari bentuk cerpen menjadi drama).

d. Kemampuan menampilkan hasil apresiasi dengan memberikan sentuhan

kreativitas pada aspek properti.

Kemampuan respons reseptif dan kemampuan respons ekspresif

diterapkan dalam pembelajaran puisi, pembelajaran prosa fiksi, dan

pembelajaran drama. Secara ringkas, kedua bentuk kemampuan apresiasi

tersebut dipaparkan berikut.

Page 11: Pengembangan Alat Penilaian Kemampuan Bersastra

⚫ PBIN4302/MODUL 8 8.11

Gambar 8.1

Contoh pertanyaan respons reseptif puisi sebagai berikut. (1) Apa makna

atau tema pada puisi itu? (2) Bagaimana kesan yang dikandungnya? (3)

Bagaimana nadanya? (4) Apakah maksud atau tujuan penyair? (5)

Bagaimana keselarasan antara keempat unsur itu? (6) Bagaimana diksi yang

digunakan? (7) Sesuaikah penggunaan kata konkret (the concrete word) pada

puisi? (8) Tepatkah penggunaan majasnya? (9) Bagaimana ritme dan

rimanya? (10) Bagaimana hubungan antara metode penggarapan unsur

intrinsik yang digunakan dan dampak pada karya sastra/puisi yang

dihasilkan? Jika jawaban atas pertanyaan di atas sudah diperoleh, apresiasi

dilanjutkan pada dapat aspek emotif dan reflektif. Kegiatan emotif dilakukan

dengan mengajukan pertanyaan apa suasana yang kamu rasakan dengan

membaca karya tersebut, bagaimana perasaanmu jika kamu mengalami

Page 12: Pengembangan Alat Penilaian Kemampuan Bersastra

8.12 Evaluasi Pembelajaran Bahasa Indonesia ⚫

pengalaman batin seperti yang terdapat pada puisi tersebut, apa yang akan

kamu lakukan setelah memperoleh pengalaman batin seperti pada puisi

tersebut, apa pengalaman batin pada puisi tersebut berkaitan dengan

kehidupan sekarang, serta bagaimana menggunakan pengalaman batin

tersebut untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Pertanyaan bisa terus

dilanjutkan pada kemampuan menilai kebermaknaan isi dan relevansi isi

dengan kondisi saat ini.

Contoh pertanyaan respons reseptif cerpen sebagai berikut. (1) Siapa

tokoh pada cerpen di atas? (2) Bagaimana watak tokoh pada cerpen dan

tunjukkan bukti kutipan pada cerpen? (3) Bagaimana rangkaian sebab akibat

yang terjadi pada cerpen di atas (jelaskan tahapan alur cerita dari awal sampai

akhir)? (4) Latar apa saja yang terdapat pada cerpen? (5) Jelaskan tema

cerpen di atas dan beri alasannya! (6) Bagaimana keselarasan antara unsur

intrinsik cerpen tersebut? (7) Bagaimana efek teknik penokohan, sudut

pandang, dan pilihan kata yang digunakan terhadap cerpen? (6) Bagaimana

diksi yang digunakan dalam cerpen? (7) Adakah unsur keunikan pada tema,

tokoh, dan setting pada cerita? Adakah unsur keunikan pada penggarapan

teknik penokohan, setting, sudut pandang, pembukaan cerita, dialog, atau

aspek lain pada cerpen? (8) Sesuaikah penggunaan teknik penokohan dengan

tema yang diungkapkan? (9) Tepatkah penggunaan bahasa pada cerpen

tersebut? (10) Bagaimana hubungan antara metode penggarapan unsur

intrinsik yang digunakan dan dampak pada cerpen yang dihasilkan? (11)

Bagaimana perasaanmu seandainya menjadi tokoh pada cerpen? (12) Apa

yang kamu lakukan seandainya kamu mengalami konflik seperti Firman?

(13) Apakah nilai pada cerpen tersebut masih relevan dengan kehidupan

sekarang? (14) Apakah ada kemanfaatan isi yang dapat kamu petik dari

membaca cerpen tersebut? (15) Apakah ada keselarasan antarunsur intrinsik

dalam cerpen tersebut?

Jika jawaban pertanyaan tersebut sudah diperoleh, apresiasi dilanjutkan

pada dapat aspek emotif dan reflektif. Kegiatan emotif dilakukan dengan

mengajukan pertanyaan apa suasana yang kamu rasakan dengan membaca

karya tersebut, bagaimana perasaanmu jika kamu mengalami pengalaman

batin seperti yang terdapat pada puisi tersebut, apa yang akan kamu lakukan

setelah memperoleh pengalaman batin seperti pada puisi tersebut, apa

pengalaman batin pada puisi tersebut berkaitan dengan kehidupan sekarang,

dan bagaimana menggunakan pengalaman batin tersebut untuk memecahkan

masalah yang dihadapi. Pertanyaan bisa terus dilanjutkan pada kemampuan

menilai kebermaknaan isi dan relevansi isi dengan kondisi saat ini.

Page 13: Pengembangan Alat Penilaian Kemampuan Bersastra

⚫ PBIN4302/MODUL 8 8.13

B. PRINSIP PENILAIAN APRESIASI SASTRA

Penilaian apresiasi sastra harus dilakukan dengan prinsip-prinsip

tertentu. Prinsip menilai apresiasi sastra dirumuskan berdasarkan kajian

terhadap tujuan apresiasi sastra, tujuan penilaian, dan sasaran penilaian

apresiasi sastra.

1. Menggunakan rangsang karya sastra (menuntun siswa menggauli karya

sastra)

Tujuan apresiasi sastra adalah siswa dapat memahami dan mengapresiasi

pengalaman pengarang/penyair tentang kehidupan. Karena itu,

pembelajaran dan penilaian apresiasi sastra langsung melibatkan siswa

untuk membaca/mendengar karya sastra. Penilaian apresiasi sastra bukan

pada tingkatan pengetahuan atau informasi. Pengetahuan tentang sastra

hanya digunakan pada pembelajaran untuk mempertajam hasil apresiasi.

2. Penilaian apresiasi sastra mencakup berbagai tingkatan apresiasi

Penilaian menuntut siswa untuk membaca/mendengarkan karya sastra,

kemudian memahami, menganalisis, menghayati, dan menghargai karya

sastra. Penilaian apresiasi sastra perlu komprehensif yang mencakup

keseluruhan tahapan mengapresiasi karya sastra.

3. Menuntut siswa memberikan respons setelah membaca/mendengar karya

sastra dengan berbagai tingkatan respons (respons reseptif dan respons

produktif)

Tujuan pembelajaran apresiasi sastra adalah memfasilitasi siswa untuk

menggauli sastra secara sungguh-sungguh sehingga menumbuhkan

pengertian, penghargaan, kepekaan kritis, dan kepekaan perasaan. Dalam

apresiasi sastra, sasaran penilaian mencakup aspek kognitif, aspek

emotif, dan aspek evaluatif. Sasaran tersebut secara komprehensif dan

terintegrasi dengan penilaian apresiasi sastra.

4. Penentuan unsur intrinsik dengan melacak bukti pada karya sastra

Hal ini dilakukan untuk melatih proses berpikir kritis siswa. Tugas

ataupun soal disusun tidak hanya menentukan unsur intrinsik suatu karya

sastra, tetapi juga membuktikan mengapa sampai pada simpulan tertentu.

5. Penilaian hasil terfokus pada kesesuaian jawaban siswa dengan karya

sastra yang didengar/didengarnya

Pedoman penyekoran memberikan rentang apresiasi dengan bukti/

argumen yang diungkapkan. Kesesuaian argumen dengan hasil apresiasi

perlu diadopsi. Penyekoran bukan secara eksak, tetapi rentangan yang

disesuaikan dengan argumen yang dikemukakan.

Page 14: Pengembangan Alat Penilaian Kemampuan Bersastra

8.14 Evaluasi Pembelajaran Bahasa Indonesia ⚫

6. Penilaian harus mencakup penilaian hasil dan penilaian proses

Penilaian apresiasi sastra harus mencakup penilaian hasil dan proses

dalam pembelajaran apresiasi sastra. Aspek hasil adalah kemampuan

memaknai, menentukan unsur intrinsik dan bukti yang mendukung,

kemampuan menghargai, serta merefleksikan karya sastra yang

didengar/dibaca. Penilaian proses mengumpulkan informasi tentang

proses siswa mengapresiasi dan perilaku yang tumbuh dalam proses

pembelajaran dalam kurun waktu tertentu.

Hal itu didasarkan pada pendapat bahwa belajar sastra adalah belajar

tentang hidup. Memahami karya sastra manusia memperoleh gizi batin

sehingga sisi-sisi gelap manusia bisa tercerahkan melalui kristalisasi

nilai-nilai yang terkandung dalam karya sastra. Teks sastra merupakan

layar tempat diproyeksikan pengalaman psikis manusia. Bekal awal

belajar sastra adalah kepekaan emosi/perasaan, pengetahuan dan

pengalaman yang berhubungan dengan masalah kehidupan dan

kemanusiaan (bisa diperoleh dengan cara menghayati kehidupan secara

intensif atau membaca buku-buku humanitas/psikologi), pemahaman

aspek kebahasaan, pemahaman unsur intrinsik, dan sering menggauli

karya sastra.

7. Penilaian apresiasi sastra menilai kemampuan siswa melakukan transfer

Penilaian apresiasi sastra menilai kemampuan siswa mentransfer

langkah-langkah apresiasi yang dikuasai pada karya sastra lain yang

memiliki genre sama. Dengan demikian, karya sastra yang digunakan

sebagai pembelajaran hendaknya berbeda dengan kutipan karya sastra

yang digunakan untuk penilaian.

C. ALAT PENILAIAN DALAM PENILAIAN APRESIASI SASTRA

1. Alat Penilaian Proses pada Penilaian Apresiasi Sastra

Alat penilaian proses dalam apresiasi sastra mencakup portofolio, lembar

pengamatan, dan jurnal refleksi. Portofolio apresiasi sastra memberikan

informasi tentang perkembangan apresiasi sastra dalam kurun waktu tertentu.

Dari portofolio tersebut, dapat diketahui minat siswa terhadap karya sastra.

Dengan lembar pengamatan, dapat diketahui keterlibatan siswa dalam

pembelajaran, sikap/perilaku yang muncul dalam pembelajaran tertentu, serta

kesulitan yang dialami pada waktu pembelajaran apresiasi sastra. Jurnal

refleksi memberikan informasi tentang langkah yang dilakukan siswa untuk

mencapai hasil, kesulitan yang dirasakan, dan kekuatan yang dirasakan siswa

dari sudut pandang siswa.

Page 15: Pengembangan Alat Penilaian Kemampuan Bersastra

⚫ PBIN4302/MODUL 8 8.15

Contoh lembar pengamatan proses

Nama

Kerja sama (mau

berpartisipasi dalam

menyelesaikan tugas

kelompok)

Kecermatan dan konsentrasi (dapat

berkonsentrasi/penuh perhatian menyimak)

Tanggung jawab

(menyelesaikan tugas sampai

selesai)

Taat aturan (ketepatan

prosedur yang disepakati)

Jurnal refleksi apresiasi sastra

Jurnal refleksi berisi refleksi langkah yang telah dilakukan siswa dalam

apresiasi sastra. Selain itu, jurnal refleksi berisi kesulitan dan bagian yang

sudah dipahami/belum dipahami oleh siswa. Contoh alat penilaian jurnal

refleksi dalam pembelajaran apresiasi sastra dipaparkan berikut.

Nama:

Refleksi respons reseptif

1.Langkah yang saya lakukan dalam menentukan tema puisi adalah

.............................................................................................................................

.............................................................................................................................

............................................................................................................................

.............................................................................................................................

.............................................................................................................................

2. Kesulitan saya dalam menentukan unsur intrinsik puisi adalah

.............................................................................................................................

.............................................................................................................................

............................................................................................................................

3. Upaya yang telah saya lakukan untuk mengatasi kesulitan adalah

.............................................................................................................................

.............................................................................................................................

............................................................................................................................

.............................................................................................................................

.............................................................................................................................

............................................................................................................................

.............................................................................................................................

...........................................................................................................................

Page 16: Pengembangan Alat Penilaian Kemampuan Bersastra

8.16 Evaluasi Pembelajaran Bahasa Indonesia ⚫

2. Alat Penilaian Hasil pada Penilaian Apresiasi Sastra

Dari kajian tujuan dan karakteristik kemampuan apresiasi sastra di atas,

dapat disimpulkan bahwa kemampuan apresiasi sastra merupakan

keterampilan berpikir yang dapat diukur dengan tes. Tes yang digunakan

dapat berbentuk objektif ataupun esai. Tes esai digunakan untuk memperoleh

informasi tentang kemampuan respons reseptif yang meliputi keterampilan

mentransfer cara mengapresiasi dalam konteks karya satra yang berbeda. Tes

digunakan untuk mengetahui kemampuan siswa memahami, menganalisis,

mengkritik, menghargai, dan merefleksikan pengalaman dari karya sastra

yang dibaca. Selain tes, alat yang digunakan pada penilaian hasil adalah

unjuk kerja. Penilaian dengan unjuk kerja digunakan jika guru akan menilai

kemampuan respons ekspresif, misalnya musikalisasi puisi, teatrikal cerpen,

membacakan puisi, dan sebagainya.

Ada sejumlah langkah yang harus dilakukan untuk menyusun alat

penilaian hasil apresiasi sastra. Amati contoh bentuk alat penilaian hasil

apresiasi sastra berikut!

Contoh 1: Alat penilaian apresiasi respons reseptif berupa tes (esai dan

objektif)

Menemukan unsur-unsur intrinsik teks drama yang didengar melalui

pembacaan.

KD: menemukan tema, latar, dan penokohan pada cerpen-cerpen dalam satu

kumpulan cerpen.

Indikator

1. Menentukan/mengidentifikasi/tokoh pada cerpen yang dibaca.

2. Menentukan watak tokoh dengan bukti pada kutipan dari cerpen yang

dibaca.

3. Menentukan latar dari cerpen yang dibaca.

4. Menyimpulkan tema dari cerpen yang dibaca.

Teknik: tes tertulis (esai dan objektif), penilaian individu.

Prosedur: di akhir pembelajaran (di akhir pertemuan kedua)

Alat penilaian

Bacalah kutipan berikut!

Page 17: Pengembangan Alat Penilaian Kemampuan Bersastra

⚫ PBIN4302/MODUL 8 8.17

Jon dan Con anak kembar. Jon kepala regu, aku wakilnya, dan Con bren-

schutter. Kami bersepuluh sedang memandang daerah patroli “Tijger

Brigade” dengan saksama dari puncak bukit “Panci”, pos kami terdepan yang

kami namai begitu karena rupanya dari jauh seperti panci terbalik. Con

berjongkok di samping kakaknya yang sedang meneropong semak-semak dan

kampung-kampung di bawah kami dengan teliti. Mereka sama tinggi, hampir

sama raut mukanya dan sama muda: 17 tahun.

“Babi bule ini aku mampuskan.” Desisnya dengan mata merah dan muka

hitam. “Sempat-sempatnya menusuk Jon. Kenapa tidak ditembak kalau mau

membunuh? Mengapa mencari sakitnya?” Ia lebih berbicara pada diri sendiri

daripada padaku. Ia memopor pantat Belanda yang sekepala lebih besar

daripadanya.

“Ayo, cepat! Aku tusuk perutmu nanti!”

“Yang menusuk bukan dia, Con!”

“Mereka punya dosa kolektif. Mereka semua harus bertanggung jawab.”

“Kita tentara, Con!”

“Ah, kamu, kamu bukan apa-apanya Jon. Kamu gampang bicara.” Ia

menangis.

“Oke, Con. Cepatlah kamu berjalan dulu mencari kawan-kawan.”

“Tidak, babi bule ini harus aku sembelih dulu!” dengan penuh dendam ia

menelan Belanda yang terhuyung-huyung itu dengan pandangnya.”

“Kamu gila.”

“Tak pernah aku sewaras ini.”

“Kamu tidak berpikir.”

Ketika itu ada suara memanggil. Otomatis kami rebah ke tanah, Belanda

itu juga, Partner Con datang membawa brennya. “Asyuu kamu meninggalkan

aku!” katanya.

“Silakan duduk-duduk dulu saudara-saudara. Eh-eh-eh-eeeh.” Ia

menggandeng kami ke serambi sebuah rumah. Kami lihat Belanda itu diikat

pada sebatang pohon kelapa. Juga kulihat seorang anggota gerombolan

mencabut bambu dari pagar dan mulai meruncingkannya.

“Mau apa mereka?” bisik Con.

“Belanda itu mau ditusuk dengan bambu runcing.”

Page 18: Pengembangan Alat Penilaian Kemampuan Bersastra

8.18 Evaluasi Pembelajaran Bahasa Indonesia ⚫

Con terdiam. Pikiranku kacau, sukar untuk mengatur. Bambu itu sudah

mulai kelihatan lancip. Rakyat banyak datang melihat. Pada wajah mereka

tak ada kulihat kasihan. Mereka butuh sensasi. Mereka sendiri kerap

memukuli orang sampai mati. Atau membacoknya. Meskipun orang itu

hanya meliling ketala. Zaman telah membuat mereka kejam.

“Bagaimana aku harus mengatakan pada ibu bahwa Jon mati?” kata Con

sambil menutupi mukanya dengan kedua belah tangan.

“Aku ikut dengan kamu nanti.”

“Anak ibu cuma dua.” Ia mengeluh. “Tinggal satu.”

Dan aku teringat betapa kasih sayang ibu anak kembar itu pada mereka.

Besar nian idam-idaman kedua orang tua itu mengenai kedua anaknya itu.

Jon harus menjadi dokter dan Con harus menjadi insinyur, kata mereka. Dan

kebetulan, kedua anak itu cita-citanya juga demikian. Apakah memang

mereka yang mengatakan idam-idamannya itu pada orangtuanya, aku tak

tahu.

“Aku takut hati ibu akan patah.”

“Ah tidak. Waktu akan mengobati segalanya.”

“Ibu punya penyakit jantung.”

Aku pandang wajahnya. Aku baru tahu.

“Bagaimana cara mengatakannya dengan hati-hati?” tanya lagi.

“Memang aku tidak menggugatmu, Nug. Aku cuma menyesal, bahwa

Jon mati. Kau tahu, Nug, ia tidak hanya saudara biasa. Ia kawan yang setia.

Kami berdua saling mengisi. Ia dengan sifat tegasnya, sifat yang cepat

memutuskan dan menindakkan. Aku yang terlalu banyak perhitungan. Aku

banyak pikir dan banyak timbang. Ia yang impulsif dan penuh aktivitas.”

“Aku mengerti, Con. Seandainya Jon bisa hidup kembali, aku mau mati

untuk gantinya.”

“Dia putra tunggal, katanya tadi waktu kutanyai rupa-rupa. Lainnya

perempuan-perempuan. Ibunya akan menantinya dengan sia-sia. Seperti ibu

menanti kedatangan Jon dengan sia-sia.” Ia memandang tegang kepada

Belanda yang terikat pada pohon kelapa itu.

“Dan mata-mata yang kita tembak bersama-sama?”

“Itu suatu hukuman, Nug. Hal itu sudah diputus oleh pengadilan militer

di medan perang. Kita hanya melaksanakan hukum negara kita. “Itu lain.

Tapi, membunuh Belanda ini tidak dilindungi oleh hukum. Menurut hukum

internasional, ia tawanan yang harus dipelihara. Itu dilihat dari sudut hukum.

Kaubilang sendiri kita bukan gerombolan, tetapi tentara.”

Page 19: Pengembangan Alat Penilaian Kemampuan Bersastra

⚫ PBIN4302/MODUL 8 8.19

“Hm.”

“Nug!”

“Heh?”

“Pembunuhan itu harus kita cegah”

“Wah! Perubahan 180 derajat dalam pikiranmu!”

“Betul, Nug. Kalau aku sudah berpikir, segalanya berubah.”

Contoh tes esai

Dari cerpen di atas, jawablah pertanyaan berikut!

1) Siapa saja tokoh yang terlibat pada cerpen di atas?

2) Bagaimana watak Nug, Con, dan tentara Belanda? Tunjukkan bukti

kutipan pada cerpen!

3) Di mana peristiwa yang dialami Nug dan Con terjadi?

4) Bagaimana urutan peristiwa yang terjadi pada cerpen di atas?

5) Simpulkan tema cerpen di atas!

Contoh tes objektif

1) Berikut ini adalah tokoh yang terlibat pada cerpen di atas, kecuali ....

A. Nug

B. Con

C. Jon

D. Don

2) Bukti bahwa Nug berwatak bijaksana adalah ....

A. mencoba menenangkan Con dengan alasan-alasan yang manusiawi

B. mencoba menenangkan Jon dengan alasan-alasan logis

C. mencoba menenangkan Con dengan mengingat masa lalu

D. mencoba menenangkan Jon dengan aturan-aturan hukum

3) Latar terjadinya cerpen di atas adalah ....

A. peperangan zaman Belanda

B. peperangan zaman Jepang

C. peperangan zaman setelah kemerdekaan

D. peperangan gerilya setelah kemerdekaan

4) Tema drama di atas adalah ….

A. balas dendam diperlukan untuk orang-orang yang bersalah

B. lebih baik memaafkan daripada membalas dendam

C. balas dendam mengakibatkan kehancuran

D. tidak boleh melaksanakan tugas berdasarkan dendam pribadi

Page 20: Pengembangan Alat Penilaian Kemampuan Bersastra

8.20 Evaluasi Pembelajaran Bahasa Indonesia ⚫

Kunci jawaban

1) D 2) A 3) A 4) D

Contoh rubrik apresiasi cerpen

Hal yang dinilai

Pertanyaan pemandu/ rambu jawaban

Skor

3 2 1

Ketepatan pemahaman tokoh

Apakah tokoh yang ditemukan sesuai? Nug, Con, Jon, tentara Belanda

Ketepatan pemahaman watak

Apakah uraian watak tokoh sesuai dan disertai bukti yang tepat? Nug berwatak bijaksana dibuktikan dengan dialog berikut. “Aku mengerti, Con. Seandainya Jon bisa hidup kembali, aku mau mati untuk gantinya.” “Dia putra tunggal,” katanya tadi waktu kutanyai rupa-rupa. “Lainnya perempuan-perempuan. Ibunya akan menantinya dengan sia-sia. Seperti ibu menanti kedatangan Jon dengan sia-sia.” Ia memandang tegang kepada Belanda yang terikat pada pohon kelapa itu. Con berwatak melankolis dibuktikan dengan, “Anak ibu cuma dua.” Ia mengeluh. “Tinggal satu.” Dan aku teringat betapa kasih sayang ibu anak kembar itu pada mereka. Besar nian idam-idaman kedua orang tua itu mengenai kedua anaknya itu. Jon harus menjadi dokter dan Con harus menjadi insinyur, kata mereka. Dan kebetulan, kedua anak itu cita-citanya juga demikian. Apakah memang mereka yang mengatakan idam-idamannya itu pada orang tuanya, aku tak tahu. “Aku takut hati ibu akan patah.” “Ah, tidak. Waktu akan mengobati segalanya.” “Ibu punya penyakit jantung.” Aku pandang wajahnya. Aku baru tahu. “Bagaimana cara mengatakannya dengan hati-hati?” tanya lagi. “Memang aku tidak menggugatmu, Nug. Aku cuma menyesal bahwa Jon mati. Kau tahu, Nug, ia tidak hanya saudara biasa. Ia kawan yang setia. Kami berdua saling mengisi. Con juga tidak berwatak keras kepala karena bukti mau mendengar saran teman dan berpikir logis. “Dan, mata-mata yang kita tembak bersama-sama?” “Itu suatu hukuman Nug. Hal itu sudah diputus oleh pengadilan militer di medan perang. Kita hanya melaksanakan hukum negara kita.”

Page 21: Pengembangan Alat Penilaian Kemampuan Bersastra

⚫ PBIN4302/MODUL 8 8.21

Hal yang dinilai

Pertanyaan pemandu/ rambu jawaban

Skor

3 2 1

“Itu lain. Tapi, membunuh Belanda ini tidak dilindungi oleh hukum. Menurut hukum internasional, ia tawanan yang harus dipelihara. Itu dilihat dari sudut hukum. Kaubilang sendiri kita bukan gerombolan, tetapi tentara.” “Hm.” “Nug!” “Heh?” “Pembunuhan itu harus kita cegah.” “Wah! Perubahan 180 derajat dalam pikiranmu!” “Betul, Nug. Kalau aku sudah berpikir, segalanya berubah.” Jon bersifat tegas. “Kau tahu, Nug, ia tidak hanya saudara biasa. Ia kawan yang setia. Kami berdua saling mengisi. Jon dengan sifat tegasnya, sifat yang cepat memutuskan dan menindakkan. Aku yang terlalu banyak perhitungan. Aku banyak pikir dan banyak timbang. Ia yang impulsif dan penuh aktivitas.”

Ketepatan tema

Apakah tema yang disampaikan sesuai dengan gagasan pokok peristiwa yang ditemukan? Tentara dalam melaksanakan tugasnya tidak boleh diwarnai dendam pribadi.

Contoh 2: Penilaian apresiasi (responsi ekspresif) berupa unjuk kerja

spontan dan tugas

Penilaian unjuk kerja langsung/spontan dilakukan guru dengan

menugaskan siswa dalam waktu relatif pendek di kelas merancang unjuk

kerja. Setelah merancang sekitar 20—25 menit, siswa secara kelompok

tampil di depan kelas. Misalnya, guru memberikan puisi pendek kepada

kelompok-kelompok siswa untuk dimusikalisasi (diberi nada secara orisinal

atau menggunakan nada/lagu yang sudah ada). Siswa diminta berlatih sekitar

20—25 menit baru ditampilkan bergantian di depan kelas.

Kompetensi dasar

Menyanyikan puisi yang sudah dimusikalisasikan dengan berpedoman

pada kesesuaian isi puisi dan suasana atau irama yang dibangun.

Indikator

a. Mampu memberi nada/lagu yang sesuai suasana isi puisi.

b. Mampu menampilkan musikalisasi puisi dengan nada yang sesuai.

Page 22: Pengembangan Alat Penilaian Kemampuan Bersastra

8.22 Evaluasi Pembelajaran Bahasa Indonesia ⚫

c. Mampu menampilkan musikalisasi puisi dengan gaya yang selaras untuk

semua anggota tim.

d. Mampu menampilkan musikalisasi puisi dengan gaya yang selaras untuk

semua anggota tim.

No. Kegiatan Aspek yang diamati Alat

1. Kegiatan awal

• Berdoa dan presensi

• Kegiatan apersepsi Guru menggali skemata dan merangsang pengetahuan siswa tentang musikalisasi puisi.

• Membuat kontrak kerja dengan siswa meliputi langkah pembuatan hingga penilaian.

• Kekritisan dan keaktifan siswa dalam merespons tanya jawab guru

• Keaktifan dan kekritisan siswa

Lembar pengamatan

proses

2. Kegiatan inti

• Siswa mengamati contoh musikalisasi puisi dari demonstrasi guru.

• Guru bertanya jawab tentang ciri dan cara melakukan musikalisasi puisi.

• Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok dan tiap kelompok diberi sebuah puisi untuk dimusikalisasi.

• Siswa berdiskusi secara berkelompok untuk menentukan suasana puisi yang akan dimusikalisasikan.

• Siswa juga membuat nada yang tepat atau memilih lagu yang sudah tersedia dan diaplikasikan nadanya pada sebuah puisi yang sudah dipilih.

• Siswa dapat mengkreasikan sesuai keinginan. Alat musik yang digunakan juga ditentukan dan boleh beragam.

• Guru menentukan kelompok mana yang tampil lebih dulu untuk. mendemokan hasil diskusi di depan kelas dengan cara diundi.

• Masing-masing kelompok, tampil di depan kelas.

• Kekritisan siswa

• Kekompakan dan saling berbagi tugas, keaktifan dalam kelompok (kerja sama)

• Kekreatifan siswa

• Kekreatifan siswa dalam menampilkan musikalisasi

• Kemampuan musikalisasi puisi, kekompakan siswa dalam menampilkan musikalisasi, kepercayaan diri, kesungguhan, kreativitas penyajian, kekritisan dan objektivitas siswa dalam mengomentari penampilan kelompok lain

Page 23: Pengembangan Alat Penilaian Kemampuan Bersastra

⚫ PBIN4302/MODUL 8 8.23

No. Kegiatan Aspek yang diamati Alat

• Kelompok yang lain menilai dengan mengisi rubrik yang sudah dibuatkan oleh guru.

• Setiap kelompok memberikan komentar, kritik, dan saran yang disertai dengan argumen yang tepat.

• Guru bertanya jawab untuk memilih tim musikalisasi terbaik dengan memberikan alasan yang sesuai.

• Guru memberikan hadiah pada kelompok yang memiliki hasil paling baik berdasarkan penilaian siswa.

• Guru memberikan hadiah pada kelompok yang mampu mengomentari kelompok lain dengan baik.

• Guru memberi dukungan kepada kelompok yang belum juara.

Kemampuan memilih secara objektif/jujur

Menghargai keunggulan

orang lain

3. Kegiatan akhir

• Siswa diminta guru mengungkapkan refleksi apa yang dipelajari, semua apa yang telah dilakukan.

• Siswa ditugaskan membentuk kelompok yang berbeda dengan kelompok yang telah ada dan ditugaskan memilih puisi yang akan dimusikalisasi secara kelompok pada jam pelajaran minggu berikutnya. Siswa diminta berlatih di luar jam pelajaran.

• Kejujuran

• Kerja sama dengan anggota yang berbeda, tanggung jawab, melaksanakan tugas sesuai prosedur yang disepakati

Dengan paparan kegiatan belajar di atas, dapat disimpulkan bahwa

penilaian responsi ekspresif dilakukan setelah siswa mengamati model dan

menyimpulkan cara melakukan musikalisasi. Penilaian dilakukan secara

kelompok, baik secara spontan maupun latihan dulu di luar kelas. Skor

diambil dari rata-rata yang dicapai pada dua kali tampil.

Page 24: Pengembangan Alat Penilaian Kemampuan Bersastra

8.24 Evaluasi Pembelajaran Bahasa Indonesia ⚫

RUBRIK PENILAIAN PENAMPILAN MUSIKALISASI PUISI

Nama : ..............................

Kelompok penilai : ..............................

No. Aspek

penilaian Skor maks

Skor guru

Skor kelompok

Skor individu

Total Rata-rata

1 Artikulasi suara

3

2 Intonasi 5

3 Nada 7

4 Vokal 5

5 Musik 3

6 Kesesuaian musik

7

7 Gerak 3

8 Ekspresi 7

9 Kreativitas ide

7

10 Penampilan 5

11 Kekompakan 5

12 Kostum 3

13 Suasana 5

Total 65

Kelompok dinilai : ..............................

RUBRIK PENILAIAN PROSES MUSIKALISASI PUISI

Nama : .............................

Kelompok penilai : .............................

Kelompok dinilai : .............................

No. Aspek penilaian Skor mak

Skor guru

Skor kelompok

Skor individu

Total Rata-rata

1 Kekritisan

2 Kekreatifan berkarya

3 Kerja sama dan kekompakan

4 Tanggung jawab

5 Kesesuaian dengan prosedur

Total

Page 25: Pengembangan Alat Penilaian Kemampuan Bersastra

⚫ PBIN4302/MODUL 8 8.25

Contoh 3: Penilaian apresiasi (responsi ekspresif) berupa unjuk kerja

dengan tugas terstruktur

Tugas terstuktur digunakan untuk menilai kemampuan siswa melakukan

pekerjaan yang memerlukan latihan dan waktu yang relatif panjang, misalnya

memerankan sebuah naskah drama. Penilaian dilakukan dengan memberi

tugas berikut.

KD: membacakan naskah drama.

Indikator

a. Dapat membacakan naskah drama secara kelompok dengan vokal dan

intonasi yang jelas dan tepat.

b. Dapat membacakan naskah drama dengan ekspresi dan penghayatan

yang sesuai karakter tokoh.

c. Dapat membacakan naskah drama dengan artikulasi dialog secara tepat.

d. Dapat membacakan naskah drama dengan timbre yang sesuai karakter

tokoh.

Teknik penilaian: unjuk kerja kelompok

Prosedur: ditugaskan terstruktur, baru ditampilkan di kelas

Alat penilaian: (hasil dan proses dinilai terpadu)

Buatlah kelompok. Tiap kelompok memilih naskah drama. Analisislah

isi naskah drama. Bagi tugas dan berlatihlah dengan tekun bersama teman-

temanmu. Setelah berlatih membacakan naskah drama yang dipilih, tiap

kelompok akan ditampilkan di depan tim lain.

a. Pilihlah seorang dari teman sekelasmu sebagai sutradara.

b. Pilihlah juga siapa yang bertindak sebagai asisten sutradara.

c. Setelah sutradara terpilih, beri kesempatan kepada sutradara dan

asistennya untuk memilih pemain, membagi peran, mengatur laku, dan

lain-lain.

d. Berlatihlah selama satu minggu bersama tim yang telah terbentuk.

e. Bacakan drama di depan tim lain pada minggu depan.

Page 26: Pengembangan Alat Penilaian Kemampuan Bersastra

8.26 Evaluasi Pembelajaran Bahasa Indonesia ⚫

RUBRIK PENILAIAN KELOMPOK

(memadukan penilaian hasil dan penilaian proses)

Kompetensi Subkompetensi Pertanyaan Ya Tidak Bukti

1. Ekspresi a. Gerak b. Mimik c. Penghayatan/

emosi

a. Apakah gerak yang dilakukan mendukung penokohan dalam peran?

b. Apakah mimik yang disampaikan tokoh sesuai dengan penokohan?

c. Apakah penghayatan pelaku mampu membawa penonton untuk bersedih atau bergembira?

2. Vokal a. Intonasi a. Apakah intonasi suara pelaku sesuai dengan karakter yang diperankan?

b. Artikulasi b. Apakah artikulasi suara dapat ditangkap dengan jelas oleh penonton?

c. Jenis suara c. Apakah timbre jelas dan sudah sesuai dengan karakter dan usia tokoh yang dibawakan?

Kerja sama dalam kelompok

Saling membantu koordinasi kelompok

a. Apakah perilaku saling membantu terjadi pada kelompok?

b. Apakah perilaku koordinasi dan penentuan bagian tugas teramati pada kelompok?

Kreativitas Kreativitas menampilkan cerita Kreativitas panggung/kostum Kreativitas penokohan

a. Apakah siswa menampilkan dialog dengan intonasi yang unik?

b. Apakah siswa menampilkan tokoh secara kreatif (ada improvisasi)?

c. Apakah terdapat kreativitas penataan panggung?

d. Apakah terdapat kreativitas dalam pemilihan kostum?

Kekritisan Kekritisan mengomentari pementasan kelompok lain

a. Apakah terdapat keaktifan tiap anggota untuk mencatat/mencermati hal-hal penting dari pementasan kelompok lain?

Page 27: Pengembangan Alat Penilaian Kemampuan Bersastra

⚫ PBIN4302/MODUL 8 8.27

Kompetensi Subkompetensi Pertanyaan Ya Tidak Bukti

Kekritisan menambahkan ide

b. Apakah anggota aktif memberikan saran yang sesuai untuk perbaikan penampilan kelompok lain?

c. Apakah memberikan bukti untuk mengkritik penampilan kelompok lain?

3. Perencanaan Penilaian untuk Tiap Kompetensi Dasar

Dalam perencanaan penilaian apresiasi, telaah karakteristik khusus suatu

kompetensi menjadi hal penting untuk menjaga validitas konstruksi alat

penilaian. Karena itulah, Djaali mengingatkan bahwa prosedur awal

melakukan penilaian dalam konteks kompetensi adalah menganalisis

konstruksi (bangunan pengertian) sebuah kompetensi. Konstruksi kompetensi

yang akan dinilai berkaitan dengan karakteristik bidang ilmu. Menurut Djaali

(2008), langkah menyusun alat penilaian kompetensi mencakup (1)

menganalisis konstruksi suatu kompetensi, (2) menentukan dimensi/aspek

yang ada pada sebuah kompetensi, (3) menentukan indikator pencapaian

kompetensi, (4) menentukan teknik dan bentuk instrumen penilaian, (5)

melaksanakan penilaian, (6) menyimpulkan pencapaian kompetensi, serta (7)

menentukan tindak lanjut.

Selain karakteristik kompetensi, hal utama yang penting untuk menjaga

validitas instrumen penilaian adalah indikator pencapaian kompetensi.

Indikator perlu disusun dengan bertumpu pada kompetensi. Pertanyaan awal

ketika akan merumuskan indikator kompetensi adalah apa karakteristik

kompetensi dasar yang akan dinilai. Pada perencanaan penilaian apresiasi

sastra, dicontohkan dengan langkah berikut.

a. Memahami SK secara mendalam untuk menentukan termasuk aspek

keterampilan apa dan apa karakteristiknya. Misalnya, pada KD

menyimpulkan unsur intrinsik cerpen termasuk aspek membaca

pemahaman/membaca sastra. Penentuan aspek ini penting karena akan

berimplikasi pada pemilihan jenis rangsang dan kriteria pada indikator.

Karena termasuk membaca, penilaian KD tersebut memerlukan rangsang

wacana tulis untuk merangsang peserta didik menunjukkan kemampuan

membaca sastra. Tahap pemahaman SK ini sebenarnya mempertanyakan

konstruksi apa yang akan dinilai. Perlu dipertanyakan termasuk aspek

keterampilan apa KD yang akan dinilai, termasuk pada tingkatan

berpikir apa, seberapa luas cakupan materi, dan bagaimana karakteristik

kompetensinya.

Page 28: Pengembangan Alat Penilaian Kemampuan Bersastra

8.28 Evaluasi Pembelajaran Bahasa Indonesia ⚫

b. Setelah memahami karakteristik suatu KD, ditentukan penjabaran KD

menjadi kemampuan-kemampuan yang lebih perinci (indikator).

Penjabaran tentunya lebih perinci, sesuai dengan karakteristik

kompetensi, dan mewakili esensi kompetensi dasar. Penjabaran bisa

dilakukan dengan memerinci cakupan kompetensi berdasarkan jenis

materi. Misalnya, KD menyimpulkan unsur cerita dijabarkan dengan

memerinci unsur intrinsik cerpen. Unsur intrinsik cerpen adalah tokoh,

watak tokoh, alur, sudut pandang, dan tema.

c. Jabaran indikator yang telah didapat perlu dipilih dan disesuaikan

dengan kondisi peserta didik. Misalnya, dipilih tiga unsur cerita saja

untuk siswa kelas VII tokoh, watak tokoh, alur, dan tema.

d. Mencermati kata kerja pada KD untuk menentukan keterampilan

berpikir atau jenis keterampilan yang diinginkan. Kata kerja pada KD

merupakan terminal objektif yang harus dicapai. Misalnya, kata

menyimpulkan pada KD berarti menuntut siswa menentukan secara

tersirat dari cerita yang dibaca. Kata kerja menyimpulkan sudah

operasional sehingga tidak usah dijabarkan. Kata kerja menyimpulkan

pada KD menyimpulkan unsur cerita dapat dioperasionalkan menjadi

menentukan tokoh, menyimpulkan watak tokoh, menyimpulkan latar,

dan menyimpulkan tema dalam cerita yang dibaca.

e. Merumuskan indikator dengan batasan materi dan cakupan perilaku

operasional yang telah dilakukan.

f. Menentukan prosedur (bagaimana/kapan/akan dilaksanakan), teknik

penilaian (tes tertulis, lisan, unjuk kerja, atau produk), serta alat yang

diperlukan (tes esai-kutipan dan soal).

g. Menentukan jumlah soal tiap indikator dan bentuk soal yang akan

digunakan (misalnya satu indikator akan dinilai dengan satu pertanyaan

yang berbentuk esai).

h. Mencari kutipan cerpen yang berbeda dengan cerpen dalam

pembelajaran untuk menilai kemampuan siswa mentransfer cara

menentukan unsur intrinsik sastra.

i. Menyusun pertanyaan sesuai indikator.

j. Menyusun pedoman/rambu-rambu jawaban atau kunci jawaban.

Page 29: Pengembangan Alat Penilaian Kemampuan Bersastra

⚫ PBIN4302/MODUL 8 8.29

4. Syarat Pemilihan Karya Sastra sebagai Landas Tumpu Penilaian

Apresiasi Sastra

Karya sastra sebagai landas tumpu penilaian apresiasi sastra harus sesuai

dengan lingkup materi yang tercantum pada kompetensi dasar. Karakteristik

karya sastra yang dipilih juga disesuaikan dengan karakteristik siswa ditinjau

dari segi perkembangan moral, sosioemosi, dan perkembangan sosial siswa.

Untuk siswa sekolah dasar, karakteristik karya sastra yang dipilih dengan

paparan langsung. Menurut Sarumpaet (1996), tiga ciri pembeda antara

bacaan anak-anak dan bacaan dewasa dilihat dari sisi nilai, cara penyajian,

dan fungsinya.

Dari segi norma moral, karya sastra yang dipilih pada penilaian harus

mampu menyajikan, mendukung, dan menghargai nilai-nilai kehidupan yang

berlaku. Nilai keagamaan yang disajikan, misalnya, harus mampu

memperkukuh kepercayaan pembaca terhadap agama yang dianutnya.

Tema-tema yang sesuai untuk prosa fiksi anak-anak adalah tema-tema

yang menyajikan masalah-masalah yang sesuai dengan kehidupan anak,

seperti kepahlawanan, kepemimpinan, suka duka, pengembaraan, peristiwa

sehari-hari, kisah-kisah perjalanan seperti ruang angkasa, penjelajahan, dan

sebagainya (Sarumpaet, 1976; Huck, 1987; Mitchell, 2003). Pada siswa

SMP, tahap pencarian identitas bisa diberi dengan cerita-cerita yang

menambah kepercayaan diri dalam pencarian identitasnya. Berkaitan dengan

pemecahan masalah yang disajikan dalam cerita, akhir cerita anak-anak tidak

selalu suka ataupun indah. Walaupun cerita dapat berakhir dengan duka, yang

penting bersifat afirmatif (menimbulkan respons yang positif).

Penyajian gaya langsung pada umumnya digunakan pada prosa fiksi

untuk siswa SD atau awal SMP. Penyajian gaya langsung berkait dengan

pengaluran, penokohan, latar, pusat pengisahan, dan gaya bahasa. Hal-hal

yang perlu diperhatikan dalam penyajian adalah alur. Cerita anak-anak

seharusnya singkat dan mengetengahkan jalinan peristiwa yang dinamis serta

jelas sebab-sebabnya dan tokohnya. Melalui pengisahan dan dialog, akan

terwujudkan suasana dan tergambar tokoh-tokoh yang jelas sifat, peran,

ataupun fungsinya dalam cerita. Selain alur dan tokoh, latar cerita juga dapat

memudahkan anak mengidentifikasi cerita. Cerita dengan latar tempat dan

waktu yang dekat dengan kehidupan anak sehari-hari dapat menarik

perhatian siswa. Pusat pengisahan (sudut pandang) adalah posisi yang

diambil pengarang dalam menuturkan kisahnya dan bergantung pada pusat

pengisahannya. Pusat pengisahan yang jelas akan dapat memperjelas amanat

Page 30: Pengembangan Alat Penilaian Kemampuan Bersastra

8.30 Evaluasi Pembelajaran Bahasa Indonesia ⚫

cerita. Gaya bahasa dalam cerita anak umumnya dituturkan secara langsung,

tidak berbelit-belit (sederhana), dan kalimatnya pendek-pendek, tetapi tetap

mengacu pada faktor keindahan. Karya sastra yang disajikan kepada siswa

memiliki fungsi terapan. Artinya, karya sastra yang dipilih dapat menambah

pengetahuan umum, baik dalam bidang sosial, bahasa, maupun sains,

sehingga hal-hal yang ditampilkan dapat mengajarkan sesuatu.

Contoh penerapan langkah

Amati contoh berikut yang menggambarkan kesesuaian kompetensi

dasar, indikator, teknik penilaian, dan alat penilaian, baik proses maupun

hasil.

Contoh

KD: menganalisis nilai-nilai pada cerpen-cerpen.

Indikator

1) Mampu menentukan nilai-nilai yang terdapat pada cerpen.

2) Mampu menghubungkan nilai yang didukung para tokoh.

3) Mampu menganalisis hubungan alur cerita dengan nilai yang dihadirkan

pengarang.

4) Mampu mengaitkan nilai dalam cerpen dengan kehidupan saat ini.

5) Mampu mengaitkan nilai yang tecermin pada tema dengan kehidupan

saat ini.

Teknik penilaian : tes tertulis

Prosedur : pada akhir pembelajaran

Alat penilaian

hasil : tes esai dan rubrik penilaian

Proses : lembar penilaian

Bacalah cerpen berikut!

Hadiah kejujuran

Firman masih terjaga. Ditemani jam weker dan segelas susu hangat yang baru

diantar ibunya. Mulutnya komat-kamit menghafal rumus matematika.

Kadang matanya terpejam, berharap rumus yang dihafal dapat melekat di

otak. Namun, rasa kantuk yang kuat sering menghapus hafalannya.

Harus bisa! Tekadnya dalam hati. Firman tak rela gelar juara pertamanya

direbut oleh Andi untuk yang kedua kali. Apalagi ayahnya sudah berjanji

Page 31: Pengembangan Alat Penilaian Kemampuan Bersastra

⚫ PBIN4302/MODUL 8 8.31

akan membelikan sepeda baru kalau ia berhasil merebut kembali juara

pertama.

“Luas kerucut adalah …, adalah … aahhh! Lupa lagi!” keluhnya kesal.

Matanya kembali melihat buku diktatnya. Memandangnya dengan alis

bertaut, bibir terkatup. Menutupnya lagi. Menghafal lagi. Dan… lupa lagi!

Matanya hampir tertutup karena kantuk. Tapi, Firman belum menyerah. Ia

paksa matanya tetap terjaga. Seteguk susu diharapkan mampu menahan

kantuk yang sering menyerang tiba-tiba.

Ia buka lembar yang lain. Matanya kembali memejam. “Luas kubus adalah 6

X sisi X sisi. Luas tabung …, luas tabung …, tuh, kan. Lupa lagi!”

Dengusnya sedikit keras. Tangan kanannya dengan malas membuka-buka

lagi bukunya. Betapa terkejutnya saat Firman sadar kalau banyak sekali

rumus yang belum dihafalnya. Sementara itu, detik demi detik terus berlalu

dan hampir menunjuk jam sebelas malam.

“Tak ada cara lain.” Desisnya hampir tak terdengar.

Tangannya segera menyobek kertas. Kemudian, dengan cepat ia menyalin

rumus-rumus yang belum dihafalnya. Dengan tulisan yang acak-acakan,

akhirnya Firman pun selesai. Segera ia menuju kasur empuknya. Kertas yang

berisi rumus pun di bawanya. Hatinya gelisah. Bagaimana kalau besok Bu

Guru tahu saat aku nyontek? Tanyanya dalam hati. Tapi, kalau nggak

nyontek, pasti aku tidak bisa. Tapi, kalau nyontek, berarti aku curang. Tapi,

kalau tidak nyontek, aku tidak jadi punya sepeda baru. Tapi … tapi ….

Sebelum sempat melanjutkan kegelisahannya, Firman tertidur.

* * *

“Firman.” Suara itu mengagetkan Firman. Tangannya gemetar, tubuhnya

berkeringat.

“Serahkan kertas itu!” pinta Bu Guru tegas. Tangannya yang masih gemetar

memberikan sesobek kertas yang berisi salinan rumus matematika.

“Karena menyontek, semua nilaimu akan dikurangi,” kata Bu Guru sambil

mengambil lembar jawabnnya. Wajahnya menunduk. Lemas. Malu. Semua

teman-temannya melihat ke arahnya.

“Huu …. Ternyata, Firman pinter karena nyontek! Pantes jadi juara.”

“Firman, curang!”

“Firman pembohong!”

“Juara nyontek!”

“Huu!”

Suara teman-temannya mencibir, mengolok, dan mencemooh. Firman tidak

Page 32: Pengembangan Alat Penilaian Kemampuan Bersastra

8.32 Evaluasi Pembelajaran Bahasa Indonesia ⚫

tahan lagi. Ia pun berdiri.

“Aku tidak pernah menyontek! Tidak pernah!” teriaknya keras-keras.

“Firman. Firman. Ayo, bangun. Salat Subuh dulu.” Suara Ibu terdengar.

Pipinya ditepuk berkali-kali.

“Kamu kenapa? Mimpi buruk, ya?” Firman tergagap. Tubuhnya masih

berkeringat. Mimpinya benar-benar seperti nyata.

“Ayo, Ayah sudah menunggu untuk salat.”

“Iya, Bu.” Dengan perasaan yang masih takut, Firman pergi meninggalkan

kamarnya. Setelah berwudu, ia bergabung dengan ayah dan ibunya untuk

salat.

Setelah salat, Firman merenungi mimpinya. Ia pandangi kertasnya.

“Aku tidak boleh melakukannya.” Tekadnya dalam hati. Firman pun

melanjutkan belajarnya. Ia tetap berusaha menghafalkan rumus-rumus

matematika. Ia tidak lagi berpikir untuk menyontek. Ia terus komat-kamit

dengan mata terpejam. Sesekali matanya membuka untuk memstikan bahwa

hafalannya benar. Kemudian memejam lagi. Komat-kamit lagi. Sampai

ibunya masuk dan mengingatkannya untuk segera mandi dan bersiap-siap

sekolah.

“Ayo, Firman. Nanti telat. Ayah sudah mandi, lho.”

Firman bergegas mandi dan bersiap-siap. Dengan sedikit tergesa, ia memakai

seragamnya. Memakai sepatunya. Menyambar tasnya. Dan berlari menuju

halaman tempat ayah telah siap menunggu. Tak lupa ia meremas-remas dan

membuang sontekannya ke tempat sampah di halaman. Setelah mencium

tangan ibunya, ia masuk ke dalam mobil ayah.

“Bu, berangkat dulu. Assalamualaikum,” teriaknya sambil berlalu.

* * *

Dua minggu berlalu. Hari ini adalah pembagian rapot. Ayahnya yang

mengambil, sedangkan Firman menunggu di rumah dengan perasaan waswas.

Ia murung. Sejak ayahnya berangkat sampai sekarang, Firman belum ingin

makan. Ia yakin akan gagal merebut juara pertama lagi. Tapi, Firman pasrah.

Toh, memang Firman memang sering sakit sehingga tidak masuk sekolah. Di

lihatnya jam dinding dengan gelisah. Entah mengapa ia merasa jarum jam itu

jadi lambat jalannya. Dengan malas, ia pun melanjutkan membaca buku

ceritanya.

“Assalamualaikum,” suara Ayah terdengar dari depan bersama mobilnya.

“Waalaikumsalam.” Firman melonjak, menaruh buku ceritanya dan berlari ke

halaman.

Page 33: Pengembangan Alat Penilaian Kemampuan Bersastra

⚫ PBIN4302/MODUL 8 8.33

Ayah berjalan sambil membawa rapot di tangan kanan. Jantung Firman

semakin deg-degan. Ia remas-remas tangannya.

“Bagaimana, Ayah?” tanya Firman cemas.

Ayah diam. Firman semakin yakin kalau Ayah marah. Ia pun menunduk, tak

berani menatap wajah ayahnya.

“Sini, Firman. Lihat rapotmu.” ajak Ayah yang telah duduk di teras. Firman

mendekat dan duduk di sebelahnya. Matanya melihat halaman yang

ditunjukkan Ayah. Ia menelan ludah saat mengetahui kalau ia hanya

mendapat peringkat dua.

“Kamu kecewa?” tanya Ayah.

“Iya, Yah.”

“Kenapa?”

“Karena aku hanya peringkat dua.”

“Tapi, Ayah tidak kecewa. Ayah bangga.”

Firman kaget. Ia tak mengerti mengapa Ayah bisa bangga padanya. Padahal,

ia gagal merebut juara pertama.

“Kamu ingin tahu kenapa Ayah bangga?”

Firman mengangguk.

“Karena anak Ayah jujur, itu yang membuat bangga.”

Kening Firman berkerut tak mengerti.

“Saat hari terakhir ujian, Firman berniat menyontek, kan?”

Firman pun teringat dengan salinan rumus yang dibuatnya. Dengan malu-

malu Firman mengangguk.

“Kertas sontekan yang kamu buang ditemukan Ibu.”

“Ini, kan, kertasnya?” Tiba-tiba Ibu datang dengan membawa kertas yang

sudah lecek bekas diremas-remas. “Ibu menemukan di tempat sampah,”

lanjut Ibunya.

“Karena Firman jujur, Ayah punya hadiah untuk Firman,” kata Ibu.

“Benar, Yah?” tanya Firman dengan mata berbinar gembira.

“Tentu saja. Ayo, ikut Ayah.”

Firman mengikuti langkah Ayah menuju mobil. Tangan Ayah membuka

pintu tengah mobil.

“Wah, sepeda baru! Aku punya sepeda baru! Terima kasih, Ayah.”

“Ini hadiah kejujuran untuk Firman.”

Firman tidak jadi menyesal karena gagal menjadi juara pertama. Ia gembira

karena kejujurannya membawa berkah. Ia berjanji tidak akan menyontek

selamanya.

Sumber: Istana Cerpen.

Page 34: Pengembangan Alat Penilaian Kemampuan Bersastra

8.34 Evaluasi Pembelajaran Bahasa Indonesia ⚫

Soal

1) Tentukan nilai-nilai yang terdapat pada bagian-bagian cerpen!

2) Bandingkan nilai yang dijunjung Firman dengan nilai yang dianut

ayahnya!

3) Tunjukkan bukti pada kutipan cerpen yang menunjukkan bahwa penulis

menjunjung tinggi nilai tertentu!

4) Buatlah kalimat yang mengaitkan nilai dalam cerpen dengan kehidupan

saat ini!

Rambu-rambu penyekoran

No. Rambu jawaban Skor

1. Nilai kejujuran lebih

penting daripada

prestasi yang dicapai

dengan curang.

10 = semua sesuai rambu jawaban

5 = salah satu sesuai

1 = semua kunci jawaban tidak terdapat

pada jawaban siswa

2. Ada perbedaan nilai

yang dijunjung tinggi

antara tokoh Firman dan

orang tuanya. Firman

masih agak malu-malu

karena hanya peringkat

2, sedangkan ayahnya

justru menganggap,

yaitu sama-sama

menjunjung tinggi

kejujuran.

10 = semua sesuai rambu jawaban

5 = jawaban sebagian sesuai dengan rambu

1 = jawaban tidak sesuai dengan rambu

3. Firman yang berniat

menyontek tidak jadi

menyontek dan akhirnya

dia hanya juara dua.

Akan tetapi, justru

Firman mendapat hadiah

dari orang tuanya karena

kejujurannya.

“Kamu kecewa?” tanya ayah.

“Iya, Yah.”

“Kenapa?”

“Karena aku hanya peringkat dua.”

“Tapi, Ayah tidak kecewa. Ayah bangga.”

Firman kaget. Ia tak mengerti mengapa

Ayah bisa bangga padanya. Padahal, ia

gagal merebut juara pertama.

“Kamu ingin tahu kenapa Ayah bangga?”

Firman mengangguk.

“Karena anak Ayah jujur, itu yang

Page 35: Pengembangan Alat Penilaian Kemampuan Bersastra

⚫ PBIN4302/MODUL 8 8.35

No. Rambu jawaban Skor

membuat bangga.” Kening Firman berkerut

tak mengerti.

“Saat hari terakhir ujian, Firman berniat

menyontek, kan?” Firman pun teringat

dengan salinan rumus yang dibuatnya.

Dengan malu-malu, Firman mengangguk.

“Kertas sontekan yang kamu buang

ditemukan Ibu.”

“Ini, kan, kertasnya?” Tiba-tiba Ibu datang

dengan membawa kertas yang sudah lecek

bekas diremas-remas. “Ibu menemukan di

tempat sampah,” lanjut Ibunya.

“Karena Firman jujur, Ayah punya hadiah

untuk Firman,” kata Ibu.

4. Pengaitan nilai

kejujuran yang

dipertahankan Firman

dan didukung

keluarganya sulit kita

jumpai pada kehidupan

saat ini.

10 = berisi nilai yang sesuai isi cerpen dan

terdapat pengaitan dengan kehidupan saat

ini

5 = berisi nilai yang sesuai, tetapi tidak

terdapat pengaitan dengan kehidupan saat

ini

2 = nilai yang dikaitkan tidak sesuai

dengan isi cerpen

KD: menentukan unsur intrinsik puisi

Indikator

a. Menentukan isi keseluruhan puisi.

b. Menentukan tema puisi.

c. Menentukan amanat dalam puisi.

Penilaian

a. Teknik penilaian : tes tertulis (esai)

b. Alat penilaian

Hasil : tes esai (soal dan pedoman penyekoran)

Proses : lembar pengamatan (rubrik)

Page 36: Pengembangan Alat Penilaian Kemampuan Bersastra

8.36 Evaluasi Pembelajaran Bahasa Indonesia ⚫

Karangan Bunga

Tiga anak kecil

Dalam langkah malu-malu

Datang ke Salemba

Sore itu

Ini dari kami bertiga

Pita hitam pada karangan bunga

Sebab kami ikut berduka

Bagi kakak yang ditembak mati

Siang tadi!

(Karya: Taufiq Ismail)

1) Tentukanlah tema yang terdapat pada puisi di atas!

2) Apa inti yang ingin diutarakan oleh pengarang dalam puisi berjudul

“Karangan Bunga”?

3) Apa amanat yang terkandung dalam puisi berjudul “Karangan Bunga”?

Rambu-rambu penyekoran

No. Hal yang dinilai Skor

1.

Tentukanlah tema yang terdapat pada puisi di atas! - Kepahlawanan - Belasungkawa - Kesedihan

25 20 15

2. Apa inti yang ingin diutarakan oleh pengarang dalam puisi berjudul “Karangan Bunga”? - Kritik terhadap pemerintah yang terkesan acuh tak acuh

terhadap kasus penembakan mahasiswa Trisakti. - Rasa belasungkawa yang dalam terhadap kematian

mahasiswa Trisakti. - Anak kecil yang ikut berdukacita atas kematian mahasiswa.

25

20

15

3. Apa amanat yang terkandung dalam puisi berjudul “Karangan Bunga”? - Seharusnya orang yang lebih tua mempunyai rasa simpatik

yang lebih karena anak kecil saja sudah mempunyai rasa simpatik.

- Anak kecil saja mempunyai rasa simpatik. - Orang yang lebih tua harus mempunyai rasa simpatik yang

lebih.

25

20 15

Page 37: Pengembangan Alat Penilaian Kemampuan Bersastra

⚫ PBIN4302/MODUL 8 8.37

Rubrik penilaian proses Lembar Observasi

No. Nama Ketekunan Percaya

diri

Kerja

sama

Objektif dan

kritis

Tanggung

jawab

Ketekunan

3 = mau memperhatikan tugas/penjelasan guru, memperhatikan penampilan

teman, dan memperhatikan komentar teman/guru

2 = hanya melakukan dua perilaku

1 = melakukan salah satu perilaku

Percaya diri

3 = berani mencoba, keberanian berpendapat/mengomentari teman, dan

berani menjawab/merespons pertanyaan teman

2 = melakukan dua perilaku

1 = melakukan salah satu perilaku

Kritis dan logis

3 = mau bertanya, memberi komentar dengan alasan yang logis, dan

memberi bukti yang tepat

2 = melakukan dua perilaku

1 = melakukan salah satu perilaku

Rasa ingin tahu tinggi

3 = aktif mengeksplorasi lebih jauh dan aktif mencari referensi lain untuk

menindaklanjuti materi pembelajaran tanpa diminta guru

2 = melakukan dua perilaku atau diminta guru

1 = melakukan salah satu perilaku yang diminta guru

Kerja sama

3 = kerja sama (aktif menyelesaikan tugas kelompok, aktif membantu

kelompok untuk menyelesaikan tugas, dan merasa tanggung jawab

bersama)

2 = melakukan dua perilaku

1 = melakukan salah satu perilaku

Page 38: Pengembangan Alat Penilaian Kemampuan Bersastra

8.38 Evaluasi Pembelajaran Bahasa Indonesia ⚫

Tanggung jawab

3 = menyelesaikan tugas dengan tahapan yang disepakati dan

menyelesaikan tugas hingga selesai

2 = melakukan salah satu

1 = tidak melakukan semua indikator perilaku

1) Buatlah perbandingan pengaruh pendekatan objektif dan pendekatan

mimetik terhadap sasaran penilaian apresiasi sastra!

2) Buatlah ringkasan kategori hasil belajar apresiasi sastra berdasarkan

paparan pada modul ini!

3) Jelaskan langkah merencanakan penilaian hasil dalam pembelajaran

apresiasi sastra!

Petunjuk Jawaban Latihan

Untuk mengukur keberhasilan Anda dalam menjawab soal pelatihan di

atas, coba Anda cocokkan dengan rambu-rambu jawaban berikut ini.

1) Pendekatan objektif memunculkan hasil belajar yang menganalisis karya

sastra dari segi isi internal, sedangkan pendekatan mimetik

memunculkan hasil belajar karya sastra yang menuntut respons siswa

untuk merefleksikan isi karya sastra dengan kehidupan (aspek di luar

karya sastra).

2) Perbandingan kategori hasil belajar apresiasi sastra dipaparkan pada

tabel berikut.

Aspek Yus Rusyana Purves Roos

Kognitif Aspek mengenal mencakup mengamati, melihat, mendengar, dan membaca. Aspek menggolongkan mencari persamaan, perbedaan, perbandingan, dan pengontrasan.

Respons reseptif adalah respons siswa yang berkaitan dengan perilaku kognitif sehubungan dengan kegiatan klasifikasi dan analisis suatu karya

Tingkat pertama apresiasi adalah pembaca terlibat secara emosional, intelektual, dan imajinatif dengan karya sastra yang dibaca. Tingkat kedua

LATIHAN

Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas,

kerjakanlah latihan berikut!

Page 39: Pengembangan Alat Penilaian Kemampuan Bersastra

⚫ PBIN4302/MODUL 8 8.39

Aspek Yus Rusyana Purves Roos

Memahami berarti menafsirkan, mengartikan, mempreposisikan, menemukan pola, menggeneralisasi, mencari hubungan, dan menarik kesimpulan. Aspek apresiasi adalah menikmati dan menghargai nilai-nilai.

sastra. Bentuknya berupa analisis segmen, hubungan, dan organisasi atau keseluruhan. Analisis reseptif dibedakan lagi menjadi dua, yakni analisis bentuk dan analisis isi.

adalah mempertanyakan diri sendiri tentang makna pengalaman yang diperoleh, pesan yang disampaikan pengarang, atau yang tersembunyi di balik alur.

Mengomunikasikan Respons ekspresif adalah respons yang berkaitan dengan rekreasi karya sastra sebagai karya seni. Bentuknya bisa berupa pembacaan puisi secara lisan, dramatisasi, dan menceritakan kembali hasil pembacaan secara artistik serta mengubah karya sastra dalam berbagai bentuk.

Tingkat apresiasi ketiga adalah penikmatan.

Evaluatif Kemampuan mengevaluasi teknik yang digunakan dan pengaruhnya terhadap karya sastra

Hasil belajar perspektif berkaitan dengan kemampuan siswa menilai karya sastra yang dibaca. Siswa dituntut memberikan pandangan dan mereaksi suatu karya sastra setelah siswa memahami karya sastra tersebut. Permasalahan yang dibahas menyangkut ada tidaknya manfaat sebuah karya sastra, ada tidaknya kesesuaian karya sastra tersebut dengan realitas yang ada, dan sebagainya. Oleh karena itu, siswa dituntut untuk mampu menghubungkan

Page 40: Pengembangan Alat Penilaian Kemampuan Bersastra

8.40 Evaluasi Pembelajaran Bahasa Indonesia ⚫

Aspek Yus Rusyana Purves Roos

sesuatu yang ada dalam karya sastra dan sesuatu yang ada di luar karya sastra. Siswa dituntut untuk memahami secara kreatif.

Emotif Keterlibatan emosi personal (seandainya kamu menjadi tokoh, makna pengalaman hidup yang diperoleh, bagaimana perasaan terhadap tokoh dan apa alasannya, serta suasana apa yang tergambarkan dalam karya sastra).

3) Langkah merencanakan penilaian hasil dalam pembelajaran apresiasi

sastra adalah (a) mencermati kompetensi dasar pada standar isi, (b)

menentukan hasil belajar apresiasi sastra yang akan dinilai, (c)

menentukan indikator hasil belajar dan indikator proses yang akan

dinilai, (d) memilih teknik dan alat penilaian, (e) memilih kutipan yang

akan digunakan sebagai rangsang memunculkan kemampuan apresiasi,

(f) menyusun tes objektif/esai atau tugas unjuk kerja, (g) menyusun

pedoman penyekoran/kunci jawaban, serta (g) menentukan kriteria

ketuntasan. Langkah penilaian proses (a) menentukan aspek karakter

yang akan diintegrasikan pada pelaksanaan kompetensi dasar pada

standar isi, (b) menentukan indikator proses yang berupa adanya

keterlibatan siswa dalam pembelajaran apresiasi sastra yang menuntun

tumbuhnya perilaku-perilaku positif, (c) menentukan indikator hasil

belajar dan indikator proses yang akan dinilai, (d) memilih teknik dan

alat penilaian, serta (e) menentukan kriteria teramati/tidaknya perilaku.

Prinsip penilaian apresiasi (a) menggunakan rangsang karya sastra;

(b) mencakup berbagai tingkatan apresiasi memahami, menganalisis,

menghayati, dan menghargai karya sastra; (c) menuntut siswa

memberikan respons setelah membaca/mendengar karya sastra dengan

berbagai tingkatan respons (respons reseptif dan respons produktif); (d)

meminta siswa melacak bukti pada karya sastra (melatih proses berpikir

RANGKUMAN

Page 41: Pengembangan Alat Penilaian Kemampuan Bersastra

⚫ PBIN4302/MODUL 8 8.41

kritis); (e) penilaian hasil terfokus pada kesesuaian jawaban siswa

dengan karya sastra yang didengar/didengarnya; (f) penilaian harus

mencakup penilaian hasil dan penilaian proses; serta (g) penilaian

apresiasi sastra menilai kemampuan siswa melakukan transfer.

Langkah merencanakan penilaian hasil dalam pembelajaran

apresiasi sastra adalah (a) mencermati konstruksi kompetensi dasar pada

standar isi; (b) menentukan konsep apresiasi sastra dan cakupan materi

pada kompetensi dasar; (c) menentukan indikator hasil belajar dan

indikator proses yang akan dinilai; (d) memilih teknik dan alat penilaian;

(e) memilih kutipan yang akan digunakan sebagai rangsang

memunculkan kemampuan apresiasi; (f) menyusun tes objektif/esai atau

tugas unjuk kerja; (g) menyusun pedoman penyekoran/kunci jawaban;

serta (h) menentukan kriteria ketuntasan. Langkah penilaian proses (a)

menentukan aspek karakter yang akan diintegrasikan pada pelaksanaan

kompetensi dasar pada standar isi; (b) menentukan indikator proses yang

berupa adanya keterlibatan siswa dalam pembelajaran apresiasi sastra

yang menuntun tumbuhnya perilaku-perilaku positif; (c) menentukan

indikator hasil belajar dan indikator proses yang akan dinilai; (d)

memilih teknik dan alat penilaian; serta (e) menentukan kriteria

teramati/tidaknya perilaku.

Sasaran penilaian apresiasi sastra mencakup penilaian proses dan

hasil. Sasaran penilaian hasil dalam apresiasi sastra secara garis besar

mencakup aspek kognitif, emotif, dan evaluatif. Secara perinci, sasaran

hasil pembelajaran apresiasi sastra adalah kemampuan menelaah karya

sastra untuk menentukan unsur intrinsik, menganalisis hubungan

antarunsur intrinsik, menyimpulkan pengalaman batin yang

diekspresikan pengarang/penyair, merekonstruksi pengalaman batin

yang dirasakan, merespons secara personal isi ataupun bentuk karya

sastra yang dibaca, serta merefleksikan pengalaman batin

pengarang/penyair dengan pengalaman batin pembaca (respons reseptif).

Sasaran yang berupa respons ekspresif adalah mengkreasikan

pengalaman batin pengarang/penyair dalam bentuk lain.

Sasaran penilaian proses adalah tahapan yang dilakukan siswa

dalam melakukan tahapan apresiasi sastra, kesulitan yang dialami dalam

mengapresiasi sastra, serta aspek afektif (tanggung jawab, kritis,

kreativitas, empati, kepedulian lingkungan, kerja sama/coopetition,

menghargai karya orang lain, sportif, dan sikap positif lain yang

relevan).

Alat yang digunakan pada penilaian hasil apresiasi sastra adalah tes

(esai dan objektif) serta unjuk kerja (menceritakan kembali). Alat

penilaian hasil juga memerlukan tugas/pertanyaan kontekstual dan rubrik

penilaian perinci yang dapat digunakan sebagai dasar penilaian hasil

Page 42: Pengembangan Alat Penilaian Kemampuan Bersastra

8.42 Evaluasi Pembelajaran Bahasa Indonesia ⚫

siswa. Selanjutnya, alat penilaian proses adalah lembar pengamatan

untuk mengamati aspek afektif siswa dalam pembelajaran menulis

kreatif. Portofolio apresiasi sastra untuk mengamati perkembangan

kemampuan mengapresiasi sastra, minat baca terhadap karya sastra, dan

respons personal siswa. Jurnal refleksi untuk mengetahui langkah yang

dilakukan siswa dalam mengapresiasi sastra, bagian-bagian yang

sudah/belum dikuasai siswa, serta perasaan siswa/pengalaman personal

siswa dalam mengapresiasi sastra.

Langkah menyusun pedoman penyekoran tes esai untuk

keterampilan apresiasi sastra (a) menentukan kata-kata kunci/kalimat-

kalimat kunci yang menjadi jawaban dari pertanyaan apresiasi; (b)

menentukan skor maksimal dan pembobotan jawaban (soal yang paling

penting mendapat bobot tinggi); (c) menentukan gradasi skor untuk tiap-

tiap soal; serta (d) menentukan kriteria ketuntasan untuk seluruh

indikator kompetensi dasar.

Teknik penilaian apresiasi sastra dilakukan dengan menilai individu

dalam kelompok, individu keseluruhan, penilaian kelompok, dan

penilaian gabungan individu kelompok. Ditinjau dari jumlah dan jenis

kompetensi dasar penilaian apresiasi, bisa dilakukan dengan

menggabungkan beberapa kompetensi dasar apresiasi sastra dan dinilai

pada waktu bersamaan. Penggabungan juga dapat dilakukan dengan

penilaian kompetensi dasar produktif (menulis kreatif sastra/penampilan

kreatif sastra). Pada penilaian teknik ini, siswa dinilai secara bergantian

dalam hal kompetensi apresiasi dan proses kreatif. Penilaian dirancang

dengan menggabungkan penulisan puisi, cerpen, dan menulis drama

dengan kompetensi respons ekspresif siswa (puisi yang dibuat seorang

siswa/suatu kelompok dimusikalisasikan siswa/kelompok lain serta

drama yang ditulis siswa dipentaskan siswa/kelompok lain).

Prinsip teknik penilaian adalah menilai semua individu bukan

hanya sampel, tetapi menggunakan alat dan proses yang memiliki

validitas kontruksi dan validitas isi. Selain itu, berbagai teknik penilaian

menyimak harus mengukur hasil sekaligus mengamati aspek afektif

siswa. Penilaian kepada siswa dengan menumbuhkan sikap sportif,

coopetition (cooperation and competition), menaati aturan kapan harus

bekerja sama dan kapan tidak boleh menyontek (tidak boleh bekerja

sama), serta sikap keterbukaan (transparansi). Teknik penilaian apresiasi

sastra memberikan/memilih kutipan karya sastra yang dapat

menumbuhkan kemampuan mencipta (model tingkat kesulitan rendah,

sedang, dan tinggi). Selain itu, kutipan yang dipilih dapat menumbuhkan

pengalaman batin positif dan menumbuhkan karakter positif (pendekatan

didaktik). Begitu juga dengan penugasan apresiasi.

Page 43: Pengembangan Alat Penilaian Kemampuan Bersastra

⚫ PBIN4302/MODUL 8 8.43

1) Berikut ini adalah sasaran penilaian hasil pada penilaian apresiasi sastra,

kecuali kemampuan ....

A. menulis cerpen dengan menarik

B. memahami unsur intrinsik puisi

C. memahami isi cerpen

D. membacakan cerpen dengan menarik

2) Sasaran penilaian proses dalam pembelajaran apresiasi sastra adalah

kemampuan ....

A. bekerja sama

B. menentukan tema

C. menentukan latar

D. menentukan amanat

3) Alat penilaian hasil dalam pembelajaran apresiasi sastra, kecuali ....

A. tes esai

B. tes objektif

C. unjuk kerja

D. lembar pengamatan

4) Bacalah puisi berikut!

TES FORMATIF 1

Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!

Karangan Bunga

Tiga anak kecil

Dalam langkah malu-malu

Datang ke Salemba

Sore itu

Ini dari kami bertiga

Pita hitam pada karangan bunga

Sebab kami ikut berduka

Bagi kakak yang ditembak mati

Siang tadi!

(Karya: Taufiq Ismail)

Page 44: Pengembangan Alat Penilaian Kemampuan Bersastra

8.44 Evaluasi Pembelajaran Bahasa Indonesia ⚫

Soal yang TIDAK sesuai untuk puisi di atas adalah ....

A. tentukanlah tema yang terdapat pada puisi di atas

B. apa inti persoalan yang ingin diutarakan oleh pengarang dalam puisi

berjudul “Karangan Bunga”

C. sebutkan jenis alur yang digunakan pada puisi di atas

D. apa amanat yang terkandung dalam puisi berjudul “Karangan

Bunga”

5) Aspek yang perlu dinilai pada penilaian musikalisasi puisi adalah ….

A. kesesuaian musik dengan suasana puisi

B. kesesuaian musik dengan tema puisi

C. ketepatan pilihan kata (diksi)

D. kesesuaian artikulasi yang dibawakan

6) Berikut ini yang termasuk hasil belajar respons reseptif dalam apresiasi

sastra adalah ….

A. menentukan tokoh cerpen

B. menentukan tema cerpen

C. menentukan setting cerpen

D. mendramatisasikan tokoh cerpen

7) Bu Dena menilai hasil belajar apresiasi puisi menggunakan puisi yang

telah diajarkan dengan bentuk tes objektif. Komentar terhadap

Bu Dena adalah ….

A. kurang tepat karena penilaian apresiasi sastra menilai kemampuan

siswa mentransfer langkah-langkah apresiasi

B. sangat tepat supaya siswa hasilnya baik semua karena sudah dibahas

C. sangat tepat karena siswa bisa lebih mendalami karya sastra yang

dibaca sambil mengkritik karya sastra

D. kurang tepat, semestinya membuat pertanyaan bentuk esai dengan

jumlah yang banyak

8) Indikator yang tepat untuk kompetensi dasar merefleksikan isi cerpen

dengan realitas sosial sekarang adalah mampu ….

A. menentukan tema cerpen secara tepat

B. mengaitkan tokoh cerpen dengan kehidupan kini

C. menulis cerpen dari kehidupan sehari-hari

D. mengaitkan isi cerpen yang dibuat dengan kehidupan masa kini

Page 45: Pengembangan Alat Penilaian Kemampuan Bersastra

⚫ PBIN4302/MODUL 8 8.45

9) Bu Rani menilai kemampuan membacakan naskah drama. Aspek yang

harus dinilai adalah kemampuan ....

A. memilih objek yang menjadi naskah drama

B. membacakan dialog dengan intonasi yang sesuai

C. menulis tema yang sesuai

D. menentukan tokoh dalam drama

10) Langkah awal merencanakan penilaian hasil dalam pembelajaran

apresiasi sastra adalah ….

A. mencermati ciri-ciri khusus kompetensi dasar apresiasi sastra

B. menentukan kutipan dongeng yang akan dijadikan alat penilaian

C. menentukan jumlah soal yang akan digunakan

D. menentukan rambu-rambu alat penilaian

Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 1 yang

terdapat di bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar.

Kemudian, gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan

Anda terhadap materi Kegiatan Belajar 1.

Arti tingkat penguasaan: 90 - 100% = baik sekali

80 - 89% = baik

70 - 79% = cukup

< 70% = kurang

Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat

meneruskan dengan Kegiatan Belajar 2. Bagus! Jika masih di bawah 80%,

Anda harus mengulangi materi Kegiatan Belajar 1, terutama bagian yang

belum dikuasai.

Tingkat penguasaan = Jumlah Jawaban yang Benar

100%Jumlah Soal

Page 46: Pengembangan Alat Penilaian Kemampuan Bersastra

8.46 Evaluasi Pembelajaran Bahasa Indonesia ⚫

Kegiatan Belajar 2

Penilaian Proses Kreatif Sastra

ebelum menyusun alat penilaian proses kreatif, perlu lebih dulu Anda

memahami hakikat proses kreatif sastra dan prinsip penyusunan alat

penilaian proses kreatif sastra. Bacalah uraian berikut.

A. HAKIKAT PROSES KREATIF SASTRA DAN KONSTRUKSI

KEMAMPUAN MENULIS KREATIF

Proses kreatif sastra adalah kemampuan menggunakan

informasi/lingkungannya untuk diabstraksikan menjadi dunia lain dalam

karya sastra. Karya sastra bertitik tolak dari dorongan perasaan pengarang.

Secara tidak langsung, karya sastra adalah kombinasi antara persepsi, pikiran,

dan perasaan pengarangnya. Sumber utama dan pokok masalah suatu karya

sastra adalah sifat-sifat dan tindakan-tindakan yang berasal dari pemikiran

pengarangnya. Menulis sastra adalah kemampuan menggunakan

informasi/lingkungannya untuk diabstraksikan menjadi dunia lain dalam

karya sastra.

Tujuan pembelajaran menulis kreatif adalah memberikan kesempatan

siswa mengekspresikan perasaan, gagasan, dan pengalaman dengan

menghasilkan karya sastra. Siswa belajar mengolah fenomena, pengalaman,

dan perasaannya sehingga lahirlah sebuah karya kreatif. Tujuan pembelajaran

menulis kreatif adalah melatih kreatif, menumbuhkan kebanggaan berkarya,

dan menghargai karya orang lain.

Kriteria karya sastra yang dihasilkan siswa diharapkan memiliki

karakteristik berikut. Pertama, karya itu mampu menghidupkan atau

memperbarui pengetahuan pembaca, menuntunnya melihat berbagai

kenyataan kehidupan, dan memberikan orientasi baru terhadap apa yang

dimiliki. Kedua, karya sastra itu mampu membangkitkan aspirasi pembaca

untuk berpikir dan berbuat lebih banyak dan lebih baik bagi penyempurnaan

kehidupannya. Ketiga, karya sastra itu mampu memperlihatkan peristiwa

kebudayaan, sosial, keagamaan, atau politik masa lalu dalam kaitannya

dengan peristiwa masa kini dan masa datang. Itulah sebabnya pengalaman

(batin) yang diperoleh pembaca dari karya sastra yang dibacanya disebut

pengalaman estetis.

S

Page 47: Pengembangan Alat Penilaian Kemampuan Bersastra

⚫ PBIN4302/MODUL 8 8.47

Dari segi kebermanfaatannya, karya sastra hendaknya memiliki

potensi untuk manfaat berikut. Pertama, karya itu merefleksi kebenaran

kehidupan manusia. Artinya, karya itu membekali pembaca dengan

pengetahuan dan apresiasi yang mendalam tentang hakikat manusia dan

kemanusiaan serta memperkaya wawasannya mengenai arti hidup dan

kehidupan ini. Kedua, karya itu mempunyai daya hidup yang tinggi dan yang

senantiasa menarik apabila dibaca kapan saja. Ketiga, karya itu

menyuguhkan kenikmatan, kesenangan, dan keindahan karena strukturnya

yang tersusun apik dan selaras. Di samping itu, karya sastra juga perlu

memiliki norma moral apabila menyajikan, mendukung, dan menghargai

nilai-nilai kehidupan yang berlaku. Nilai keagamaan yang disajikan,

misalnya, harus mampu memperkukuh kepercayaan pembaca terhadap agama

yang dianutnya. Begitu juga nilai moral yang disajikan hendaknya dapat

mendorong tumbuhnya nilai tertentu pada diri siswa.

B. TAHAPAN PROSES MENULIS KREATIF DAN ASPEK YANG

DINILAI

Menurut Endraswara (2008: 224—225), tahapan dalam menghasilkan

karya sastra meliputi (1) tahap persiapan, yaitu tahap pengumpulan informasi

dan data yang dibutuhkan, pengalaman-pengalaman yang mempersiapkan

seseorang untuk melakukan tugas atau memecahkan masalah tertentu (perlu

pemikiran kreatif dan daya imajinasi pada tahap ini); (2) tahap inkubasi, yaitu

mengendapkan semua informasi dan pengalaman yang diperoleh pada tahap

pertama; (3) tahap iluminasi, yaitu tahap penyelesaian karya sastra menjadi

karya sastra yang utuh dan padu; serta (4) tahap verifikasi, yaitu penulis

melakukan tinjauan secara kritis terhadap karya yang dihasilkan (baca lebih

lanjut Endraswara, 2008: 224—225).

Secara perinci, proses kreatif melibatkan empat proses kreatif berikut.

1. Pencarian Ide Baru

Sumber penulisan esai, yaitu masalah atau persoalan, pencarian idenya

dengan ditemukan masalah yang akan ditulis. Masalah dapat bersumber dari

keadaan di sekeliling kita, perasaan kita, dan peristiwa-peristiwa

kemanusiaan yang dialami. Langkah yang tepat untuk menemukan dan

mengidentifikasi permasalahan, yaitu dengan tindakan pengamatan empiris

dan sosial di sekitar kita dan melakukan kajian pustaka atau membaca

Page 48: Pengembangan Alat Penilaian Kemampuan Bersastra

8.48 Evaluasi Pembelajaran Bahasa Indonesia ⚫

persoalan kesastraan, kemudian melakukan telaah. Penulisan sastra

mempunyai dua jenis, yaitu esai kontekstual dan esai teoretistekstual.

2. Pengendapan Ide

Pengendapan ide berkaitan dengan perumusan isi yang akan dituliskan

sesuai dengan karya sastra. Kemudian, pencarian dan pengumpulan data,

yaitu mencari bahan dan data yang berkaitan dengan persoalan yang kita

bahas sebagai dasar untuk menulis. Data tersebut bisa berupa buku, artikel,

hasil wawancara, pengamatan, dan sebagainya. Selanjutnya, data-data itu

dibaca dan dipahami secara intens untuk diolah sebagai karya sastra.

3. Penulisan

Jika outline dan data sudah lengkap, selanjutnya adalah menuliskannya.

Penulisan karya sastra membutuhkan konsentrasi karena yang akan kita

tuliskan itu berdasarkan sublimasi dan asosiasi.

4. Editing dan Revisi

Editing berkaitan dengan koreksi aspek-aspek kebahasaan, sedangkan

revisi berkaitan dengan aspek isi. Dalam proses ini, secara umum minimal

dilakukan dua kali. Semakin kita banyak melakukan editing dan revisi,

tingkat kesalahan dan kekeliruan esai bisa diminimalisasi. Oleh karena itu,

editing dan revisilah dapat sesuai dengan keinginan kita tentang

kesempurnaan esai.

Bahasan proses kreatif tersebut berimplikasi pada penilaian menulis

kreatif sastra. Adanya tahapan proses penulisan tersebut berimplikasi pada

pemberian tugas menulis yang berupa tahapan dan bukan mengambil jalan

pintas dengan menilai hasil akhir saja. Penilaian hasil akhir dilakukan setelah

siswa melakukan revisi-revisi berdasarkan masukan dari teman/gurunya. Dari

paparan tentang hakikat dan proses menulis kreatif tersebut, dirumuskan

konstruksi kemampuan menulis sastra berikut.

Secara umum, kemampuan melakukan proses kreatif untuk

menghasilkan karya sastra dapat diperinci menjadi kemampuan-kemampuan

berikut.

a. Mampu melibatkan diri dengan perenungan mendalam terhadap

pengalaman dan informasi lingkungan untuk menemukan fokus

penulisan.

Page 49: Pengembangan Alat Penilaian Kemampuan Bersastra

⚫ PBIN4302/MODUL 8 8.49

b. Mampu menggali informasi dari fenomena kehidupan/pengalaman

menjadi pokok persoalan yang akan dijadikan tema karya sastra.

c. Mampu mengendapkan dan mematangkan semua informasi dan

pengalaman sehingga terpilih pengalaman dan informasi yang dapat

mendukung pokok persoalan.

d. Mampu menerapkan teknik pengembangan menjadi karya sastra secara

utuh dan padu.

e. Mampu menerapkan teknik penggarapan unsur intrinsik sastra dalam

memproduksi karya sastra.

f. Mampu menyunting sehingga karya yang dihasilkan menjadi semakin

baik.

C. SASARAN PENILAIAN HASIL DALAM PEMBELAJARAN

MENULIS PUISI

Secara umum, sasaran penilaian terhadap hasil belajar menulis kreatif

sastra adalah kemampuan merencanakan, mengembangkan, dan menyunting

untuk perbaikan. Berikut ini dipaparkan konstruksi kemampuan menulis

kreatif sastra.

1. Kemampuan memilih fenomena kemanusiaan yang diamati/pengalaman

yang dialami.

2. Kemampuan mengolah fenomena yang diamati menjadi pokok persoalan

sebuah puisi.

3. Kemampuan melakukan imajinasi dan asosiasi dari pengalaman atau

fenomena yang diamati ke dalam karya yang ditulis.

4. Kemampuan memilih pokok persoalan yang akan dijadikan landasan

penulisan puisi.

5. Kemampuan mengurutkan kalimat puitis menjadi larik-larik yang utuh

dan padu.

6. Kemampuan menggunakan diksi dan rima dalam puisi.

7. Kemampuan menyusun kalimat imaji untuk menggambarkan

suasana/perasaan dalam puisi yang ditulis.

8. Kemampuan mengembangkan pokok persoalan menjadi larik-larik puisi

yang memiliki kepaduan dan keutuhan.

9. Kemampuan memilih kalimat yang padat dan figuratif.

Page 50: Pengembangan Alat Penilaian Kemampuan Bersastra

8.50 Evaluasi Pembelajaran Bahasa Indonesia ⚫

1. Sasaran Penilaian Proses dalam Pembelajaran Penulisan Puisi

Selain mengajarkan kemampuan menghasilkan karya sastra,

pembelajaran menulis kreatif juga mengamati aspek afektif dan proses

belajar menulis sastra. Berikut ini dicontohkan hal yang diamati dalam

pembelajaran menulis karya sastra.

a. Keaktifan/kesungguhan belajar menulis puisi.

b. Tanggung jawab mengerjakan tugas-tugas dalam belajar menulis puisi.

c. Kekritisan mengomentari hasil karya teman atau mempertanyakan.

d. Kepekaan menangkap fenomena kemanusiaan.

e. Berempati terhadap

f. Kreatif dalam mengekspresikan.

2. Sasaran Penilaian Kemampuan Menulis Prosa Fiksi/Drama

a. Kemampuan memilih fenomena kemanusiaan yang diamati/pengalaman

yang dialami sebagai bahan penulisan.

b. Kemampuan melakukan imajinasi dan asosiasi dari pengalaman atau

fenomena untuk mengembangkan sebuah cerita.

c. Kemampuan mengolah fenomena yang diamati menjadi pokok persoalan

prosa fiksi.

d. Kemampuan merumuskan pokok persoalan yang akan dijadikan

landasan penulisan prosa fiksi.

e. Kemampuan membuat kerangka peristiwa prosa fiksi yang akan

dikembangkan.

f. Kemampuan menyusun karya sastra dengan aturan-aturan sesuai genre

karya sastra (drama memiliki karakteristik khusus, misalnya dengan

aturan penulisan tertentu yang harus dikuasai pada penulisan naskah

drama).

g. Kemampuan mengembangkan cerita secara utuh dengan teknik

penokohan, teknik pengaluran, dan gaya bahasa yang sesuai.

h. Kemampuan melakukan asosiasi dari fenomena yang diamati/perasaan

yang dialami sehingga menemukan masalah yang layak untuk

dikembangkan menjadi prosa fiksi.

D. PRINSIP/KARAKTERISTIK ALAT PENILAIAN MENULIS

KREATIF

1. Sasaran Penilaian Mencakup Tahapan Perencanaan sampai Hasil

Akhir

Sasaran penilaian dilakukan mulai tahapan perencanaan (sebelum

menulis/pramenulis) sampai hasil akhir. Penilaian pada tahap perencanaan

Page 51: Pengembangan Alat Penilaian Kemampuan Bersastra

⚫ PBIN4302/MODUL 8 8.51

mencakup kemampuan/kepekaan menggali ide, kemampuan memilih,

merumuskan tema, dan membuat garis besar tulisan. Tahap pengembangan

mencakup tahap penulisan draf awal. Tahap pascamenulis berupa kegiatan

penyuntingan draf awal dan revisi produk berdasarkan masukan dari guru dan

teman. Yang termasuk tahap pascamenulis adalah pemajangan hasil akhir

atau dijadikan kumpulan puisi atau cerpen.

2. Penilaian Memperhatikan Proses dan Produk

Sasaran penilaian menulis kreatif sastra mencakup penilaian proses dan

hasil. Sasaran penilaian hasil menulis kreatif adalah kemampuan

menghasilkan produk karya sastra tahapan pramenulis, menulis draf, dan

kegiatan penyuntingan. Secara perinci, sasaran hasil pembelajaran menulis

kreatif adalah kemampuan menggali ide, memilih ide, menyusun garis besar

isi, mengembangkan buram penulisan, serta merevisi buram penulisan

berdasarkan masukan. Sasaran penilaian proses adalah langkah yang

dilakukan dalam menulis, kesulitan yang dialami dalam mengapresiasi sastra,

serta aspek afektif (tanggung jawab mengerjakan proses penulisan, kritis

menemukan perbaikan karya sendiri ataupun karya teman, kreativitas

mengolah lingkungan/pengalaman menjadi karya sastra, kerja

sama/coopetition, menghargai karya orang lain, sportif, dan sikap positif lain

yang relevan).

Alat yang digunakan pada keterampilan menulis kreatif sastra adalah

penilaian produk (hasil akhir dengan mempertimbangkan tahapan penggalian

ide, pemilihan ide, dan pengembangan draf). Untuk melakukan penilaian

produk, diperlukan tugas kontekstual untuk merangsang siswa menghasilkan

suatu karya sastra. Rangsang menulis kreatif bisa berupa rangsang objek,

rangsang gambar emotif, rangsang peristiwa, rangsang konflik dalam

kehidupan, rangsang pengalaman, dan rangsang pengamatan objek.

Selanjutnya, alat penilaian proses adalah lembar pengamatan aspek

afektif siswa dalam pembelajaran menulis kreatif, portofolio untuk

mengamati perkembangan kemampuan menulis sastra, daftar cek kesulitan

menulis sastra, dan jurnal refleksi untuk mengetahui langkah yang dilakukan

siswa dalam menulis kreatif, bagian-bagian yang sudah/belum dikuasai

siswa, serta perasaan siswa/pengalaman personal siswa dalam menulis sastra.

Selain tugas kontekstual, diperlukan rubrik penilaian karya sastra yang dibuat

siswa.

Page 52: Pengembangan Alat Penilaian Kemampuan Bersastra

8.52 Evaluasi Pembelajaran Bahasa Indonesia ⚫

Langkah menyusun rubrik menulis karya sastra adalah (a) menentukan

aspek penting/kriteria sesuai dengan hasil karya siswa (puisi dianggap baik

jika memenuhi aspek apa saja); (b) merumuskan aspek penting menjadi

deskriptor atau perilaku khusus yang menunjukkan kriteria hasil karya yang

baik; (c) menentukan skor maksimal dan bobot tiap-tiap deskriptor; serta (d)

menentukan pedoman penyekoran tingkat ketuntasan.

Teknik penilaian menulis sastra bisa dilakukan dengan teknik individu

dan dikerjakan di sekolah atau ditugaskan di rumah dengan pengendalian

garis besar isi. Penilaian kelompok bisa dilakukan dengan cara menugaskan

siswa mengamati peristiwa sosial secara kelompok dan menulis karya sastra

secara individu. Teknik penilaian menulis karya sastra bisa dilakukan dengan

cara terkontrol dan bebas. Kelemahan tugas menulis bebas adalah guru tidak

bisa mendeteksi orisinalitas sebuah karya. Tugas terkontrol bisa

dikendalikan, tetapi agak membatasi siswa. Keduanya bisa digunakan dengan

melihat kondisi yang ada.

3. Penilaian Bermakna dan Menumbuhkan Karakter dengan

Merangsang melalui Tugas Kontekstual Masalah Sehari-hari

Manusia dengan segala problemnya adalah objek karya sastra. Problem

manusia begitu kompleks. Sastrawan tidak bisa menutup mata terhadap

problem masyarakatnya. Karena itu, sastra harus mencerminkan problem-

problem sosial masyarakat. Sastra tidak lagi berbicara tentang keindahan

semata, tetapi juga lorong-lorong kumuh dan penderitaan umat manusia.

Dengan begitu, sastra akan bermakna. Karya sastra merupakan fenomena

kehidupan manusia yang secara garis besar menyangkut (a) persoalan

manusia dengan dirinya sendiri; (b) hubungan manusia dengan manusia lain

dalam lingkup sosial, termasuk dalam hubungannya dengan lingkungan alam;

dan (c) hubungan manusia dengan Tuhannya (Nurgiyantoro, l998: 323).

Banyak sisi kehidupan manusia yang (dapat) dicakup oleh karya sastra,

misalnya kesedihan, kegelisahan, kekecewaan, kemarahan, keheranan, protes,

pikiran atau opini, lingkungan, tatanan sosial, tatanan politik, dan sejenisnya.

4. Menilai Teknik-teknik Bersastra secara Integratif (Terpadu dengan

Karya yang Dihasilkan)

Teori menulis sastra tidak selayaknya dinilai tersendiri. Teknik

menghasilkan karya sastra dinilai terintegrasi pada karya yang dihasilkan.

Pengamatan penilaian juga pada teknik yang digunakan pada penulisan

Page 53: Pengembangan Alat Penilaian Kemampuan Bersastra

⚫ PBIN4302/MODUL 8 8.53

(misalnya teknik asosiasi bebas, teknik kontemplasi, dan teknik pengadukan

emosi dengan pelibatan langsung pada suasana). Teknik asosiasi bebas tidak

begitu memperhatikan proses. Siswa dibiarkan menuliskan apa saja yang

masuk ke dalam pikirannya. Setelah ilhamnya habis, barulah ia memeriksa

tulisannya dan mengedit, menambah atau mengurangi, serta menentukan

sentuhan akhir. Sering kali dalam melakukan asosiasi ini pengarang

mengingat-ingat segala kejadian yang pernah dialaminya, khususnya kejadian

di masa anak-anak, atau memunculkan kembali pikiran-pikiran dan

imajinasinya yang paling liar. Teknik yang dilakukan siswa dalam menulis

perlu diamati untuk mengatasi kesulitan siswa dalam menulis. Teknik

menampilkan citraan (imagery) atau gambaran angan-angan dalam

sajak/prosa fiksi dinilai dalam proses penulisan bukan dinilai dengan tes

objektif tentang jenis-jenis imaji. Teknik membuat citraan sehingga pembaca

memperoleh gambaran yang jelas, suasana khusyuk, atau gambaran yang

menghidupkan alam pikiran dan perasaan penyairnya merupakan sasaran

penilaian.

5. Menggunakan Pengalaman Hidup dan Lingkungan Sosial sebagai

Tugas Kontekstual

Menggunakan pengalaman manusia dan lingkungan sosial sebagai

sumber ide penulisan. Hal ini berkaitan dengan pendekatan didaktik yang

digunakan dalam pembelajaran sastra.

6. Menghargai Kreativitas dan Orisinalitas

Penilaian menulis kreatif harus menghargai kreativitas dan menjunjung

tinggi orisinalitas. Aspek kreatif harus mendapat porsi yang cukup dalam

penilaian menulis sastra. Begitu juga orisinalitas karya yang dihasilkan.

Latihan menulis sastra jangan sampai menjebak siswa untuk menjadi plagiat

ulung. Untuk itu, tugas menulis perlu dirancang agar guru bisa mengarahkan

siswa tidak menyontek. Tugas terkontrol tentunya lebih dapat membedakan

orisinalitas daripada tugas menulis bebas.

7. Menggunakan Teknik yang Memungkinkan Semua Siswa Berkreasi

dengan Rubrik yang Diketahui

Penilaian menulis kreatif terfokus pada keberanian berkreasi secara

individu. Kelompok hanya digunakan sebagai wadah kerja sama/mengikat

siswa dalam tema tertentu atau kesamaan objek yang diamati. Tugas individu

Page 54: Pengembangan Alat Penilaian Kemampuan Bersastra

8.54 Evaluasi Pembelajaran Bahasa Indonesia ⚫

perlu dilakukan agar semua siswa mencoba berkreasi. Semua siswa memiliki

pengalaman berkarya dan pengalaman menilai teman.

8. Penilaian Menulis Kreatif Memberikan Kebanggaan Berkarya dan

Peer Assessment

Kegiatan menulis kreatif merupakan sarana untuk menumbuhkan

kebanggaan berkarya. Guru mengondisikan penilaian terbuka dengan

pelibatan siswa. Penilaian juga mempertimbangkan karya favorit yang dipilih

teman-temannya. Dengan demikian, penilaian sejawat perlu dibudayakan.

Siswa diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya dalam menilai

karya sendiri ataupun karya orang lain secara individu. Kelompok hanya

digunakan sebagai wadah kerja sama/mengikat siswa dalam tema tertentu

atau kesamaan objek yang diamati.

E. RAGAM ALAT PENILAIAN MENULIS KREATIF SASTRA

Penilaian menulis sastra adalah penilaian produk. Penilaian produk

diperlukan tugas menulis dan rubrik (pedoman penyekoran). Ragam tugas

menulis kreatif dipaparkan berikut.

1. Menulis Karya Sastra Berdasarkan Karya yang sudah Ada (Karya

Sastra yang Lain)

Model penilaian ini menggunakan teknik tes produk dengan rangsang

karya sastra yang sudah ada dan meminta siswa mengubah menjadi bentuk

karya sastra yang lain. Rubrik penilaian dikembangkan untuk menilai hasil

akhir karya sastra yang ditugaskan. Rubrik dikembangkan berdasarkan

rangsang yang disajikan. Berdiskusilah dengan kelompokmu untuk

mengubah karya sastra menjadi naskah drama. Lakukan dengan langkah-

langkah seperti contoh di atas.

2. Menulis dengan Pengondisian Emosi (Rangsangan Emosi)

Menghasilkan karya sastra akan lebih mudah jika penulis dalam kondisi

kejiwaan/emosi tertentu. Dengan asumsi seperti itu, rangsang penulisan karya

sastra dapat berupa penciptaan kondisi kegelisahan, kekaguman, kesedihan,

keindahan, dan sebagainya. Proses menghasilkan karya sastra dirangsang

dengan mengondisikan siswa sehingga muncul emosi iba (trenyuh/kasihan

terhadap sebuah fenomena), perasaan geram/marah terhadap fenomena, dan

Page 55: Pengembangan Alat Penilaian Kemampuan Bersastra

⚫ PBIN4302/MODUL 8 8.55

merangsang munculnya perasaan kagum (heran, penuh tanda tanya, dan ada

rasa keagungan) (Endraswara, 2008: 213).

3. Menulis Karya Sastra Berdasarkan Pengamatan (Mewawancarai,

Mengamati Objek)

Model penilaian ini menggunakan teknik tes produk dengan rangsang

pengamatan objek. Siswa diminta menentukan fokus permasalahan (tema),

menentukan garis besar isi, serta mengembangkan secara utuh menjadi karya

sastra yang utuh dan padu. Rubrik penilaian dikembangkan untuk menilai

hasil akhir dan perencanaan. Penilaian tahap perencanaan meliputi

penggalian ide dan penulisan rancangan garis besar cerita. Rubrik juga dapat

dikembangkan dengan hanya berorientasi pada hasil akhir saja tanpa menilai

aspek perencanaan.

Amati objek umum yang menarik di daerahmu, misalnya terminal atau

rumah sakit.

4. Menulis Karya Sastra Berdasarkan Pengalaman Sendiri

Model penilaian ini menggunakan teknik tes produk dengan rangsang

pengalaman pribadinya. Siswa diminta menentukan fokus permasalahan

(tema), menentukan garis besar isi, serta mengembangkan secara utuh

menjadi karya sastra yang utuh dan padu. Rubrik penilaian dikembangkan

untuk menilai hasil akhir dan perencanaan. Penilaian tahap perencanaan

meliputi penggalian ide dan penulisan rancangan garis besar cerita. Rubrik

juga dapat dikembangkan dengan hanya berorientasi pada hasil akhir saja,

tanpa menilai aspek perencanaan.

5. Menulis Karya Sastra Berdasarkan Pengalaman Orang Lain

Model penilaian ini menggunakan teknik tes produk dengan rangsang

pengalaman orang lain. Siswa diminta menentukan fokus permasalahan

(tema), menentukan garis besar isi, serta mengembangkan secara utuh

menjadi karya sastra yang utuh dan padu. Rubrik penilaian dikembangkan

untuk menilai hasil akhir dan perencanaan. Penilaian tahap perencanaan

meliputi penggalian ide dan penulisan rancangan garis besar cerita. Rubrik

juga dapat dikembangkan dengan hanya berorientasi pada hasil akhir tanpa

menilai aspek perencanaan.

Page 56: Pengembangan Alat Penilaian Kemampuan Bersastra

8.56 Evaluasi Pembelajaran Bahasa Indonesia ⚫

6. Menulis Karya Sastra secara Bebas

Model penilaian ini menggunakan teknik tes produk dengan menugaskan

siswa membuat karya sastra secara bebas. Siswa diminta menentukan fokus

permasalahan (tema), menentukan garis besar isi, serta mengembangkan

secara utuh menjadi karya sastra yang utuh dan padu. Rubrik penilaian

dikembangkan untuk menilai hasil akhir dan perencanaan. Penilaian tahap

perencanaan meliputi penggalian ide dan penulisan rancangan garis besar

cerita. Rubrik juga dapat dikembangkan dengan hanya berorientasi pada hasil

akhir saja tanpa menilai aspek perencanaan.

F. PERENCANAAN DAN TEKNIK PENILAIAN MENULIS

KREATIF SASTRA

Teknik penilaian hasil dalam pembelajaran proses kreatif sastra adalah

penilaian produk. Penilaian produk adalah penilaian terhadap kemampuan

membuat produk teknologi dan seni. Penilaian produk terdiri atas tiga tahap,

yaitu tahap persiapan/perencanaan, proses pembuatan, dan tahap penilaian

hasil akhir. Pada tahap persiapan, dinilai kemampuan merencanakan,

menggali ide, atau merumuskan gagasan. Pada tahap pembuatan, dinilai

kemampuan menggunakan bahan, alat, dan teknik memproduksi. Tahap

penilaian hasil akhir adalah mengamati hasil akhir dan menilai kemampuan

menghasilkan produk sesuai yang ditugaskan/sesuai spesifikasi tertentu.

Penilaian produk ada yang memperhatikan persiapan/perencanaan,

proses pembuatan, dan hasil akhir. Ada juga penilaian produk yang hanya

bertumpu pada perencanaan dan hasil akhir karena proses sulit diamati.

Kegiatan menulis karya sastra termasuk penilaian produk yang bertumpu

pada perencanaan dan hasil akhir. Teknik yang digunakan dan proses

pembuatan sulit dideteksi karena berlangsung secara abstrak yang melibatkan

sikap, minat, dan keterampilan penulis. Proses imajinasi dan asosiasi yang

dilakukan penulis pada waktu mengembangkan karya sastra terjadi secara

simultan dan abstrak sehingga tidak mudah diamati.

Hal penting dalam penilaian menulis sastra dengan teknik penilaian

produk adalah penyusunan tugas menulis dan penyusunan rubrik. Perumusan

tugas menulis mencantumkan tahapan penulisan sehingga dapat dilacak

kesulitan siswa. Di samping itu, dengan tugas menulis, akan bisa dilacak

keautentikan hasil karya yang dibuat. Rubrik penyekoran dalam penilaian

menulis kreatif berisi aspek (a) kreativitas ide yang dipilih, (b) kreativitas

Page 57: Pengembangan Alat Penilaian Kemampuan Bersastra

⚫ PBIN4302/MODUL 8 8.57

cara penggarapan (penggarapan latar, tokoh, penggunaan simbol, dan

sebagainya), (3) kreativitas pemilihan kata/kalimat (kreatif dalam

menggunakan majas atau imaji tertentu), (4) kebermanfaatan karya, serta (5)

kesatuan isi (tidak terdapat ide yang kontradiktif).

Contoh Perencanaan Penilaian Menulis Kreatif Sastra

Langkah merencanakan penilaian hasil dalam pembelajaran menulis

sastra adalah (a) mencermati kompetensi dasar pada standar isi, (b)

menentukan konsep apresiasi sastra dan ciri-cirinya, (c) menentukan

indikator hasil belajar dan indikator proses yang akan dinilai, (d) memilih

teknik dan alat penilaian, (e) memilih tugas menulis kreatif yang sesuai

sebagai rangsang memunculkan kemampuan menulis, (f) menyusun rubrik/

pedoman penyekoran, serta (g) menentukan kriteria ketuntasan.

Langkah penilaian proses (a) menentukan aspek karakter yang akan

diintegrasikan pada pelaksanaan kompetensi dasar pada standar isi, (b)

menentukan indikator proses yang berupa adanya keterlibatan siswa dalam

pembelajaran apresiasi sastra yang menuntun tumbuhnya perilaku-perilaku

positif, (c) menentukan indikator hasil belajar dan indikator proses yang akan

dinilai, (d) memilih teknik dan alat penilaian, serta (e) menentukan kriteria

teramati/tidaknya perilaku.

Contoh teknik pelaksanaan penilaian proses kreatif dengan

mempertimbangkan perencanaan dan aspek afektif dipaparkan berikut.

Tahap pembelajaran Tujuan yang akan dicapai Sasaran asesmen/alat

Pendahuluan Apersepsi Guru bertanya jawab tentang pengalaman siswa menulis puisi. (Eksplorasi) Guru mendemostrasikan cara membuat puisi berdasarkan perasaan yang dialami dan siswa diminta melengkapi puisi yang dibuat guru. Siswa diminta guru mengomentari puisi yang telah dibuat bersama.

Memotivasi siswa Siswa berlatih menggali perasaan untuk menulis puisi. Siswa mampu melakukan langkah yang tepat untuk menulis puisi berdasarkan perasaan yang dialami. Siswa berlatih mendata pokok-pokok isi puisi yang akan ditulis. Siswa berlatih mengembangkan puisi

Rasa ingin tahu siswa Keaktifan siswa dan kerja sama siswa dengan teman dalam kelompok (dengan lembar pengamatan). Kesulitan siswa dalam membuat puisi (dengan wawancara/tanya jawab lisan).

Page 58: Pengembangan Alat Penilaian Kemampuan Bersastra

8.58 Evaluasi Pembelajaran Bahasa Indonesia ⚫

Tahap pembelajaran Tujuan yang akan dicapai Sasaran asesmen/alat

Siswa berkelompok membuat puisi dengan tugas menulis yang diberikan.

dengan kalimat-kalimat yang puitis.

(Elaborasi) Tiap kelompok saling membaca dan mengomentari hasil kelompok.

Menumbuhkan kekritisan siswa dan mengomentari.

Partisipasi dalam kelompok, kekritisan siswa, dan kreativitas ide untuk memberi solusi (dengan lembar pengamatan).

Konfirmasi Guru memberikan contoh sinopsis dan cerpen yang telah dikembangkan dari gambar yang sama. Siswa bertanya jawab untuk mendapatkan pemahaman tentang langkah menemukan ide cerpen, merumuskan sinopsis, dan mengembangkan menjadi cerpen secara utuh.

Siswa mampu menyimpulkan langkah menemukan ide, membuat sinopsis, dan mengembangkan cerpen dari sinopsis yang telah dibuat.

Kekritisan siswa mengomentari hasil kelompok lain dan keterlibatan memberi masukan

Penilaian kompetensi (ulangan harian) Siswa secara individu menentukan pokok-pokok perasaan, mengembangkan menjadi puisi, dan memperbaiki menjadi produk akhir.

Indikator yang akan diamati pada produk diperinci berikut. Mampu merumuskan tema/ pokok permasalahan dari puisi yang akan ditulis. Mampu mengembangkan kalimat puitis dan pilihan kata yang menggambarkan perasaan siswa terhadap sahabatnya. Orisinalitas dan kreativitas ide yang tergambar pada puisi keutuhan dan kesatuan ide.

Kemampuan siswa menemukan ide, membuat sinopsis, dan mengembangkan cerpen dari sinopsis yang telah dibuat (tes produk dengan tugas membuat cerpen dan rubrik penilaian).

Dari ilustrasi di atas, juga tampak bahwa pada tiap tahapan pembelajaran

seorang guru melakukan asesmen dengan fokus yang berbeda. Pada tahap

eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi, guru menilai keaktifan siswa kerja

sama, kekritisan, dan tanggung jawab. Tujuan pada tahap eksplorasi dan

elaborasi di atas, siswa berlatih secara kelompok untuk menemukan ide

Page 59: Pengembangan Alat Penilaian Kemampuan Bersastra

⚫ PBIN4302/MODUL 8 8.59

penulisan, pokok-pokok isi, dan mengembangkannya menjadi puisi secara

utuh. Setelah berlatih, siswa dan guru menyimpulkan langkah menulis puisi

dan pengembangannya berdasarkan perasaan yang dialami. Pada tahapan

eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi, guru mengumpulkan informasi dengan

lembar pengamatan tentang keaktifan, kekritisan, dan tanggung jawab siswa

ataupun kerja sama siswa dalam kelompok. Kesulitan-kesulitan siswa juga

diamati guru untuk memahami kesulitan yang dialami siswa pada penemuan

ide, penentuan pokok isi, dan pengembangannya menjadi puisi yang

memiliki kepaduan dan kesatuan. Tahap eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi

dilakukan guru selama dua jam pelajaran (satu pertemuan). Pada pertemuan

kedua, guru menilai siswa dengan teknik tes produk secara utuh dengan

menugaskan siswa secara mandiri menyusun puisi berdasarkan perasaan

tertentu yang pernah dialami. Penilaian produk dilakukan dengan rubrik

tertentu. Dari skor yang diperoleh, guru akan membandingkan dengan KKM

mata pelajaran bahasa Indonesia. Jika skor lebih besar daripada ketentuan

pada KKM, itu berarti tuntas untuk KD menulis puisi. Sebaliknya, jika skor

lebih kecil, itu berarti tidak tuntas untuk KD menulis puisi.

Amati contoh tugas penilaian menulis puisi dan penilaiannya berikut.

Soal/tugas

Buatlah puisi yang menggambarkan perasaanmu kepada sahabatmu!

Penilaian berdasarkan rubrik

Contoh puisi yang dihasilkan siswa

Kau

Mengalir lembut bersama diri.

Keraskan hati

kuatkan mimpi.

Kibasan debumu hari ini

Tak kurasakan lagi

Bahagialah di sana kau, dengan iman ini.

Tuhanmu akan terus menyayangi

Page 60: Pengembangan Alat Penilaian Kemampuan Bersastra

8.60 Evaluasi Pembelajaran Bahasa Indonesia ⚫

Rubrik yang Digunakan

No Aspek Perincian Indikator Ya Tidak Bukti

1. Memilih isi puisi sesuai dengan tema

Isi puisi sesuai dengan tema, yaitu tentang sahabat yang telah tiada Puisi mengandung nilai kehidupan (amanat)

Bahagialah di sana kau, dengan iman ini. Tuhan, sayangi dirinya di sisimu. Kedua kutipan puisi tersebut menunjukkan teman si penulis (kau) telah tiada Mengalir lembut bersama diri. Keraskan hati, kuatkan mimpi. Kutipan puisi tersebut memiliki makna bahwa sahabat (dalam puisi disebut kau) mampu membentuk dan menguatkan mimpi kita.

2. Memilih isi dan perwajahan (bentuk tampilan) puisi yang kreatif dan autentik

Perwajahan (bentuk tampilan) puisi menarik Isi puisi bersifat autentik (tidak meniru yang telah ada)

Perwajahan dalam puisi tersebut tidak seperti biasa seperti hanya satu paragraf dengan beberapa larik baris. Namun, puisi tersebut memiliki bentuk yang unik. Puisi tersebut bersifat autentik karena tidak sama dengan puisi lain.

3. Memilih diksi dan struktur

Ketepatan pemilihan diksi dalam puisi sehingga puisi bisa menarik. Ketepatan pemilihan judul puisi sehingga sesuai dengan isi puisi secara keseluruhan. Terdapat rima dalam puisi. Terdapat majas dalam puisi.

Pemilihan diksi juga sudah tepat. Misalnya Kibasan debu mu kemarin Kata kibasan debu sangat indah jika kita cermati secara mendalam Judul Kau sangat tepat karena telah mewakili isi puisi secara keseluruhan. Dalam puisi, juga terdapat rima, yaitu asonansi bunyi /i/ di akhir larik kurang lazim untuk puisi. Dalam puisi, terdapat majas seperti majas personifikasi, yaitu pada kutipan Kibasan debu

Page 61: Pengembangan Alat Penilaian Kemampuan Bersastra

⚫ PBIN4302/MODUL 8 8.61

1) Buatlah ringkasan sasaran penilaian hasil dan penilaian proses dalam

menulis kreatif sastra!

2) Carilah contoh kompetensi dasar menulis kreatif sastra pada standar isi

dan rumuskan indikator berdasarkan sasaran penilaian menulis kreatif!

Petunjuk Jawaban Latihan

Untuk mengukur keberhasilan Anda dalam menjawab soal pelatihan di

atas, coba Anda cocokkan dengan rambu-rambu jawaban berikut ini.

1) Sasaran penilaian menulis kreatif sastra mencakup penilaian proses dan

hasil. Sasaran penilaian hasil menulis kreatif adalah kemampuan

menghasilkan produk karya sastra tahapan pramenulis, menulis draf, dan

kegiatan penyuntingan. Secara perinci, sasaran hasil pembelajaran

menulis kreatif adalah kemampuan menggali ide, memilih ide,

menyusun garis besar isi, mengembangkan draf penulisan, dan merevisi

draf penulisan berdasarkan masukan. Sasaran penilaian proses adalah

langkah yang dilakukan dalam menulis, kesulitan yang dialami dalam

mengapresiasi sastra, serta aspek afektif (tanggung jawab mengerjakan

proses penulisan, kritis menemukan perbaikan karya sendiri ataupun

karya teman, kreativitas mengolah lingkungan/pengalaman menjadi

karya sastra, kerja sama/coopetition, menghargai karya orang lain,

sportif, dan sikap positif lain yang relevan).

2) Alat yang digunakan pada keterampilan menulis kreatif sastra adalah

penilaian produk (hasil akhir dengan mempertimbangkan tahapan

penggalian ide, pemilihan ide, dan pengembangan draf). Untuk

melakukan penilaian produk, diperlukan tugas kontekstual untuk

merangsang siswa menghasilkan suatu karya sastra. Rangsang menulis

kreatif bisa berupa rangsang objek, rangsang gambar emotif, rangsang

peristiwa, rangsang konflik dalam kehidupan, rangsang pengalaman, dan

rangsang pengamatan objek.

LATIHAN

Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas,

kerjakanlah latihan berikut!

Page 62: Pengembangan Alat Penilaian Kemampuan Bersastra

8.62 Evaluasi Pembelajaran Bahasa Indonesia ⚫

Sasaran penilaian menulis kreatif sastra mencakup penilaian proses

dan hasil. Sasaran penilaian hasil menulis kreatif adalah kemampuan

menghasilkan produk karya sastra tahapan pramenulis, menulis draf, dan

kegiatan penyuntingan. Secara perinci, sasaran hasil pembelajaran

menulis kreatif adalah kemampuan menggali ide, memilih ide,

menyusun garis besar isi, mengembangkan draf penulisan, dan merevisi

draf penulisan berdasarkan masukan. Sasaran penilaian proses adalah

langkah yang dilakukan dalam menulis, kesulitan yang dialami dalam

mengapresiasi sastra, dan aspek afektif (tanggung jawab mengerjakan

proses penulisan, kritis menemukan perbaikan karya sendiri ataupun

karya teman, kreativitas mengolah lingkungan/pengalaman menjadi

karya sastra, kerja sama/coopetition, menghargai karya orang lain,

sportif, dan sikap positif lain yang relevan).

Alat yang digunakan pada keterampilan menulis kreatif sastra

adalah penilaian produk (hasil akhir dengan mempertimbangkan tahapan

penggalian ide, pemilihan ide, dan pengembangan draf). Untuk

melakukan penilaian produk, diperlukan tugas kontekstual untuk

merangsang siswa menghasilkan suatu karya sastra. Rangsang menulis

kreatif bisa berupa rangsang objek, rangsang gambar emotif, rangsang

peristiwa, rangsang konflik dalam kehidupan, rangsang pengalaman, dan

rangsang pengamatan objek.

Selanjutnya, alat penilaian proses adalah lembar pengamatan aspek

afektif siswa dalam pembelajaran menulis kreatif, portofolio untuk

mengamati perkembangan kemampuan menulis sastra, daftar cek

kesulitan menulis sastra, jurnal refleksi untuk mengetahui langkah yang

dilakukan siswa dalam menulis kreatif, bagian-bagian yang sudah/belum

dikuasai siswa, serta perasaan siswa/pengalaman personal siswa dalam

menulis sastra. Selain tugas kontekstual, diperlukan rubrik penilaian

karya sastra yang dibuat siswa.

Langkah menyusun rubrik menulis karya sastra adalah (a)

menentukan aspek penting/kriteria sesuai dengan hasil karya siswa (puisi

dianggap baik jika memenuhi aspek apa saja); (b) merumuskan aspek

penting menjadi deskriptor atau perilaku khusus yang menunjukkan

kriteria hasil karya yang baik; (c) menentukan skor maksimal dan bobot

tiap-tiap deskriptor; serta (d) menentukan pedoman penyekoran tingkat

ketuntasan.

Teknik penilaian menulis sastra bisa dilakukan dengan teknik

individu dan dikerjakan di sekolah atau ditugaskan di rumah dengan

pengendalian garis besar isi. Penilaian kelompok bisa dilakukan dengan

RANGKUMAN

Page 63: Pengembangan Alat Penilaian Kemampuan Bersastra

⚫ PBIN4302/MODUL 8 8.63

cara menugaskan siswa mengamati peristiwa sosial secara kelompok dan

menulis karya sastra secara individu. Teknik penilaian menulis karya

sastra bisa dilakukan dengan cara terkontrol dan bebas. Kelemahan tugas

menulis bebas adalah guru tidak bisa mendeteksi orisinalitas sebuah

karya. Tugas terkontrol bisa dikendalikan, tetapi agak membatasi siswa.

Keduanya bisa digunakan dengan melihat kondisi yang ada.

Prinsip teknik penilaian adalah menilai semua individu bukan hanya

sampel serta menggunakan alat dan proses yang memiliki validitas

kontruksi dan validitas isi. Selain itu, berbagai teknik penilaian

menyimak harus mengukur hasil sekaligus mengamati aspek afektif

siswa. Penilaian kepada siswa dengan menumbuhkan sikap sportif,

coopetition (cooperation and competition), menaati aturan kapan harus

bekerja sama dan kapan tidak boleh menyontek (tidak boleh bekerja

sama), serta sikap keterbukaan (tranparansi). Teknik penilaian apresiasi

sastra memberikan/memilih kutipan karya sastra yang dapat

menumbuhkan kemampuan mencipta (model tingkat kesulitan rendah,

sedang, dan tinggi). Selain itu, kutipan yang dipilih dapat menumbuhkan

pengalaman batin positif dan menumbuhkan karakter positif (pendekatan

didaktik). Begitu juga dengan penugasan apresiasi.

1) Berikut ini sasaran penilaian hasil pada menulis kreatif sastra

kemampuan ....

A. menulis puisi secara orisinal

B. memahami unsur intrinsik puisi

C. memahami isi cerpen

D. membacakan cerpen dengan menarik

2) Sasaran penilaian proses dalam pembelajaran menulis kreatif adalah

kemampuan ....

A. bekerja sama

B. memilih tema

C. memilih kalimat puitis

D. mengurutkan kalimat menjadi puisi utuh

3) Sasaran penilaian hasil menulis kreatif adalah kemampuan menghasilkan

produk karya sastra secara bertahap. Tahapan tersebut mencakup tahapan

berikut, kecuali ....

TES FORMATIF 2

Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!

Page 64: Pengembangan Alat Penilaian Kemampuan Bersastra

8.64 Evaluasi Pembelajaran Bahasa Indonesia ⚫

A. menggali ide dari fenomena sekitar

B. merumuskan tema/pokok persoalan

C. kemampuan memilih kalimat puitis

D. kemampuan menyimpulkan alur cerita

4) Karya sastra dalam bentuk puisi yang dibuat siswa dinilai guru dari

segi ....

A. orisinalitas karya

B. intonasi yang digunakan

C. tanda baca yang digunakan

D. penggunaan ejaan

5) Berikut ini aspek yang perlu dinilai guru jika karya sastra siswa

berbentuk naskah drama, kecuali ....

A. keunikan konflik yang dikembangkan

B. intonasi yang digunakan

C. gerak tubuh yang digunakan

D. kostum yang dipakai

6) Karya sastra dalam bentuk cerita pendek yang dibuat siswa dinilai guru

dari segi ....

A. intonasi yang digunakan

B. tanda baca yang digunakan

C. penggunaan ejaan secara tepat

D. teknik pengembangan watak tokoh

7) Sasaran penilaian proses dalam penilaian menulis sastra adalah ....

A. kesulitan yang dialami dalam mengapresiasi sastra

B. aspek kognitif yang relevan dengan kompetensi

C. tanggung jawab mengerjakan proses penulisan

D. kesulitan penyimpulan tema puisi yang dibaca

8) Alat yang digunakan dalam penilaian produk menulis sastra adalah ….

A. tes esai dan tes objektif

B. tugas menulis dan tes objektif

C. tugas menulis dan tes esai

D. tugas menulis dan rubrik yang sesuai

9) Penilaian produk diperlukan tugas kontekstual untuk merangsang siswa

menghasilkan suatu karya sastra. Rangsang menulis kreatif benar tepat

sebagai berikut, kecuali ....

A. berupa rangsang objek/fenomena kemanusiaan

Page 65: Pengembangan Alat Penilaian Kemampuan Bersastra

⚫ PBIN4302/MODUL 8 8.65

B. rangsang gambar emotif

C. rangsang konflik dalam kehidupan

D. rangsang tes esai

10) Langkah awal menyusun rubrik menulis karya sastra adalah ....

A. menentukan aspek penting/kriteria sesuai dengan hasil karya siswa

B. menyusun deskriptor atau perilaku khusus yang menunjukkan

kriteria hasil karya yang baik

C. menentukan skor maksimal dan bobot tiap-tiap deskriptor

D. menentukan pedoman penyekoran tingkat ketuntasan

Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 2 yang

terdapat di bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar.

Kemudian, gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan

Anda terhadap materi Kegiatan Belajar 2.

Arti tingkat penguasaan: 90 - 100% = baik sekali

80 - 89% = baik

70 - 79% = cukup

< 70% = kurang

Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat

meneruskan dengan modul selanjutnya. Bagus! Jika masih di bawah 80%,

Anda harus mengulangi materi Kegiatan Belajar 2, terutama bagian yang

belum dikuasai.

Tingkat penguasaan = Jumlah Jawaban yang Benar

100%Jumlah Soal

Page 66: Pengembangan Alat Penilaian Kemampuan Bersastra

8.66 Evaluasi Pembelajaran Bahasa Indonesia ⚫

Kunci Jawaban Tes Formatif

Tes Formatif 1

1) A. Bukan hasil belajar apresiasi, tetapi menulis kreatif.

2) A. Ini termasuk penilaian afektif yang menjadi sasaran proses.

3) D. Lembar pengamatan untuk menilai proses, opsi yang lain alat

penilaian hasil.

4) C. Opsi C salah karena bukan termasuk kemampuan untuk apresiasi

puisi, tetapi cerpen dan terlalu teoretis.

5) C. Bukan kemampuan khusus musikalisasi, tetapi kemampuan umum.

6) D. Yang lain termasuk hasil belajar respons ekspresif.

7) A. Alasan tepat dikaitkan proses transfer, opsi yang lain alasan kurang

tepat.

8) B. Indikator kemampuan mengaitkan cerpen dengan kehidupan masa

kini, sedangkan opsi yang lain belum mengaitkan dan menulis

sastra.

9) B. Aspek intonasi perlu dinilai karena kompetensi membacakan drama,

yang lain tidak sesuai.

10) A. Hal ini untuk menjaga validitas konstruksi.

Tes Formatif 2

1) A. Ini termasuk kemampuan menulis kreatif, yang lain hasil belajar

apresiasi, BUKAN menulis kreatif.

2) A. Penilaian proses, sedangkan opsi lain penilaian hasil.

3) D. Menyimpulkan alur cerita, bukan menulis kreatif, tetapi

apresiasi/membaca sastra.

4) A. Orisinalitas perlu dijadikan aspek penting dalam penilaian menulis

kreatif, sedangkan opsi yang lain bukan menulis kreatif.

5) A. Opsi A menulis drama, sedangkan opsi yang lain memerankan

drama.

6) A. Opsi D menulis cerpen, sedangkan opsi yang lain bukan menulis

kreatif.

7) C. Opsi C termasuk penilaian proses yang berupa afektif, sedangkan

opsi lain penilaian hasil atau penilaian proses apresiasi/membaca

sastra.

8) D. Opsi D alat yang digunakan dalam menilai produk, sedangkan opsi

lain yang berupa tes tidak digunakan pada penilaian produk.

Page 67: Pengembangan Alat Penilaian Kemampuan Bersastra

⚫ PBIN4302/MODUL 8 8.67

9) D. Hanya opsi D yang tidak sesuai dengan karakteristik menulis kreatif.

10) A. Langkah awal menyusun rubrik, sedangkan opsi lain langkah

berikutnya.

Page 68: Pengembangan Alat Penilaian Kemampuan Bersastra

8.68 Evaluasi Pembelajaran Bahasa Indonesia ⚫

Daftar Pustaka

Aminuddin. 1995. Pengantar Aspresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru

Algensindo.

Fananie, Zainuddin. 2000. Telaah Sastra. Surakarta: Muhammadiyah

University Press.

Harsiati, Titik. 1990. Evaluasi Pengajaran Sastra. OPF: IKIP Malang.

Hoerip, Satyagraha, ed. 1982. Sejumlah Masalah Sastra. Jakarta: Sinar

Harapan.