Top Banner
PENGELOLAAN SPESIMEN UNTUK PEMERIKSAAN MIKROBIOLOGI KLINIK DISUSUN OLEH : Dr. SRI AMELIA, M.Kes NIP. 197409132003122001 DEPARTEMEN MIKROBIOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2011 Universitas Sumatera Utara
20

Pengelolaan Spesimen Untuk Pemeriksaan Mikrobiologi Klinik

Dec 26, 2015

Download

Documents

hendrojoli

Pengelolaan Spesimen Untuk Pemeriksaan Mikrobiologi Klinik
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Pengelolaan Spesimen Untuk Pemeriksaan Mikrobiologi Klinik

PENGELOLAAN SPESIMEN UNTUK

PEMERIKSAAN MIKROBIOLOGI KLINIK

DISUSUN OLEH :

Dr. SRI AMELIA, M.Kes NIP. 197409132003122001

DEPARTEMEN MIKROBIOLOGI

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2011

Universitas Sumatera Utara

Page 2: Pengelolaan Spesimen Untuk Pemeriksaan Mikrobiologi Klinik

DAFTAR ISI

BAB I Pendahuluan .......................................................................................... 1 BAB II Tinjauan Pustaka Prosedur dan Pengiriman Spesimen .................................................................. 2 Pengambilan Spesimen Berdasarkan Jenis Spesimen ....................................... 5

1. Kultur Darah .......................................................................................... 5 2. Spesimen Saluran Cerna ........................................................................ 8 3. Spesimen Saluran Napas ........................................................................ 9 4. Spesimen Luka ....................................................................................... 10 5. Spesimen Urin ....................................................................................... 11 6. Spesimen Genital ................................................................................... 14 7. Spesimen Cairan .................................................................................... 16

BAB III Kesimpulan ......................................................................................... 17 Daftar Pustaka ................................................................................................... 18

Universitas Sumatera Utara

Page 3: Pengelolaan Spesimen Untuk Pemeriksaan Mikrobiologi Klinik

BAB I

PENDAHULUAN

Penegakan diagnosis pada pasien memerlukan adanya hubungan antara barbagai

data. Data-data tersebut didapatkan dari anamnesis, pemeriksaan fisik, serta pemeriksaan

penunjang. Salah satu pemeriksaan penunjang yang diperlukan adalah pemeriksaan

laboratorium mikrobiologi. Untuk mendapatkan hasil yang akurat dari pemeriksaan

mikrobiologi, kualitas spesimen merupakan faktor yang paling harus diperhatikan.

Kualitas spesimen yang baik sangat diperlukan untuk membantu dalam menegakkan

diagnosis yang dapat dipercaya. Spesimen untuk pemeriksaan mikrobiologi, dalam hal ini

biakan bakteri, jamur, atau virus harus mendapat perhatian khusus mengingat

mikroorganisme dapat mati selama transportasi atau sebaliknya mikroorganisme

kontaminan dapat tumbuh sehingga mempengaruhi hasil biakan. Pengelolaan spesimen

yang tidak tepat, baik dari segi pengambilan, pengawetan ataupun transportasi, dapat

menimbulkan kegagalan dalam menemukan mikroorganisme penyebab. Selain itu,

ketidaktepatan pengelolaan spesimen dapat menimbulkan adanya kesalahan dalam

penentuan mikroorganisme penyebab karena mikroorganisme yang diisolasi mungkin

saja merupakan suatu kontaminan atau flora normal. Hal ini dapat menyebabkan adanya

pemberian terapi yang tidak tepat pada pasien.

Untuk mencapai hasil terapi yang memuaskan sangat diperlukan adanya interaksi

dan komunikasi antara klinisi dan ahli mikrobiologi klinik. Tugas laboratorium

mikrobiologi klinik antara lain, adalah:

1. Diagnostik, membantu penegakan diagnosa dengan melakukan isolasi dan

identifikasi kuman.

2. Terapi, membantu memberikan terapi dengan uji sensitivitas kuman terhadap obat

anti mikroba.

3. Menentukan carrier, untuk memastikan tidak adanya kuman carrier terhadap

penyakit-penyakit dalam masa penyembuhan

4. Follow up, dapat membantu menentukan apakah pasien bisa dipulangkan atau

dilakukan terapi lanjutan.

Universitas Sumatera Utara

Page 4: Pengelolaan Spesimen Untuk Pemeriksaan Mikrobiologi Klinik

Pemeriksaan mikrobiologi yang dapat dilakukan adalah : pemeriksaan mikroorganisme

dan uji resistensi (kuman aerob), pemeriksaan terhadap kuman anaerob, pemeriksaan

khusus (Mycobacterium, Sexual Transmitted Diseases, Mikologi) dan pemeriksaan

serologi.

BAB II

II.1. Prosedur dan Pengiriman Spesimen

Secara umum, prosedur pengambilan dan pengiriman spesimen harus memenuhi

hal-hal berikut ini:

1. Keamanan. Setiap tindakan yang berkaitan dengan pengelolaan spesimen harus

mengikuti pedoman universal precaution. Semua spesimen dianggap berbahaya.

Usahakan untuk meminimalisasikan memegang spesimen secara langsung,

contohnya dengan menggunakan kantung plastik tempat spesimen yang terpisah

dengan lembar permintaan. Petugas harus memakai pelindung seperti jas

laboratorium, masker dan sarung tangan.

2. Memperhatikan kenyamanan dan keselamatan penderita. Penderita harus diberi

penjelasan tentang tindakan yang akan dilakukan dan alasannya..

3. Pengambilan spesimen dilakukan sebelum pemberian antibiotika, jika

memungkinkan atau bebas antibiotika minimal 3 hari.

4. Jika memungkinkan, pengambilan spesimen dilakukan sedemikian rupa sehingga

meminimalisasikan terjadinya kontaminasi flora normal tubuh untuk meyakinkan

bahwa spesimen yang diperoleh cukup mewakili dari tempat yang terinfeksi. Tabel 1. Tempat infeksi dan sumber kontaminasi dari flora normal.

Tempat Infeksi Sumber Kontaminasi Telinga tengah Kanalis eksternal telinga Saluran nafas bawah Orofaring Sinus nasal Nasofaring Vesika urinaria Uretra dan perineum Endometrium Vagina Luka superfisial dan infeksi subkutan Kulit dan mukosa membrane Fistula Saluran cerna

Universitas Sumatera Utara

Page 5: Pengelolaan Spesimen Untuk Pemeriksaan Mikrobiologi Klinik

5. Spesimen diambil dengan cara yang tepat, yaitu dengan menggunakan peralatan

yang steril dan dengan teknik aseptik untuk mencegah masuknya mikroorganisme

ke dalam tubuh saat melakukan tindakan invasif. Bila spesimen diambil melalui

kulit yang intak, bersihkan dahulu kulit tersebut terlebih dahulu. Misalnya dengan

menggunakan alkohol 70% yang diikuti dengan larutan iodine (larutan povidone-

iodine 10%).

6. Wadah atau kontainer spesimen harus steril, tidak bocor dan bertutup ulir. Wadah

tersebut harus diberi label yang jelas. Label tersebut berisi nama pasien, nomor

rekam medik pasien, nomor ruang rawat pasien, jenis spesimen, tanggal dan

waktu pengambilan.

7. Volume spesimen yang diambil harus cukup untuk pemeriksaan. Spesimen yang

kurang akan menghasilkan hasil yang negatif palsu.

8. Permintaan pemeriksaan hendaknya dibuat dengan jelas. Pada lembar permintaan

dicantumkan:

• Nama pasien, umur dan jenis kelamin

• Nomor ruang rawat atau alamat

• Nama dan alamat dokter yang merawat

• Asal spesimen ( bagian tubuh yang spesifik dimana spesimen diambil)

• Tanggal dan jam spesimen diambil

• Diagnosa klinis

• Prosedur khusus terhadap spesimen (jika perlu)

• Antibiotika yang diberikan (jika pasien telah mendapatkan pengobatan

sebelumnya)

• Data lain yang relevan: misal pasca operasi, imunodefisiensi

9. Pedoman umum transportasi spesimen yang tepat.

a. Semua spesimen sebaiknya dibawa ke laboratorium segera setelah diambil (< 1

jam). Tujuannya untuk meyakinkan bahwa mikroorganisme terutama yang

bersifat fastidious dapat bertahan hidup dan mencegah pertumbuhan yang

berlebihan dari bakteri yang lebih kuat. Selain itu, tujuan lainnya adalah untuk

memperpendek durasi atau waktu kontak spesimen dengan anestesi lokal (jika

digunakan) yang juga memiliki aktivitas anti bakteri, serta agar diagnosis proses

Universitas Sumatera Utara

Page 6: Pengelolaan Spesimen Untuk Pemeriksaan Mikrobiologi Klinik

infeksi dapat ditegakkan lebih akurat. Jika tidak mungkin, bahan dimasukkan

dalam media transport (Stuart / Carry-Blair / Amies /Pepton alkali). Untuk

bahan tanpa medium transport, spesimen disimpan pada suhu 4oC (jangan

dibekukan) dan dikirim dalam keadaan dingin. Khusus untuk pemeriksaan

Haemophillus influensa, gonokokus dan meningokokus, bahan jangan

didinginkan tapi sample langsung dimasukkan ke dalam media transport (media

pertumbuhannya), dan pada suhu ruang langsung dikirim ke laboratorium.

Spesimen dalam medium transport harus diperiksa kurang dari 24 jam.

Tabel 2. Kondisi Penyimpanan dalam Sistem Transport Bakteri

Sistem Transport Spesimen disimpan pada suhu 4oC 25oC

Tanpa pengawet Broncial wash, biopsi paru, cairan perikardium, sputum, urin

Cairan likuor, cairan sinovial

Transport anaerob - Cairan abdomen, empedu, lesi yang dalam, aspirasi baru, jaringan, urin pungsi supra pubik

Langsung diinokulasi pada medium

- Corneal scraping, kultur darah, spesimen gonokokus

Medium transport Biopsi luka bakar, spesimen yang diduga mengandung kuman enterik patogen

Sumsum tulang, kultur dari saluran nafas bagian atas

b. Bila spesimen tidak dapat dibawa segera ke laboratorium dapat disimpan pada

suhu 2 - 8oC. Namun terdapat beberapa perkecualian yaitu:

• Bila darah dikultur dalam kaldu, darah tersebut diinkubasi pada suhu 35-

37oC

• Spesimen yang diduga mengandung bakteri Neisseria spp, harus disimpan

pada suhu ruang (25oC) karena kuman ini sangat sensitif terhadap suhu.

Universitas Sumatera Utara

Page 7: Pengelolaan Spesimen Untuk Pemeriksaan Mikrobiologi Klinik

• Pada spesimen anaerob gunakan media anaerob, bila tidak ada media

segera kirim dalam suhu ruang dan hindarkan kontak spesimen dengan

udara.

• Prosedur untuk pengumpulan spesimen anaerob adalah:

o Pengambilan sampel secara aseptik

o Hindari kontaminasi dengan flora normal

o Hindari kontak dengan oksigen (udara) dan persiapkan medium

transport terlebih dahulu

o Aspirasi pus dengan spuit harus secepatnya dimasukkan dalam

medium transport (seperti medium thioglikolat)

o Pada ulkus, spesimen diambil pada dasar atau tepi ulkus

• Tanda-tanda klinis adanya infeksi anaerob adalah:

o Discharge berbau busuk

o Adanya jaringan nekrotik, gangren, pseudomembrane formation

o Terbentuk gas dalam jaringan / discharges

o Infeksi yang berhubungan dengan keganasan atau kerusakan

jaringan.

o Infeksi yang berhubungan dengan obat-obatan aminiglikosida

(oral, parenteral, topikal)

o Septic thrombophlebitis

o Infeksi akibat gigitan hewan/manusia

o Septic abortion, infeksi pasca tindakan bedah digestif / urogenital

• Spesimen feses yang diambil untuk kultur bakteri harus dimasukkan ke

dalam medium transport (medium Carry Blair atau buffered glycerol

saline).

II. 2. Pengambilan Spesimen Berdasarkan Jenis Spesimen

II.2.1. Kultur Darah

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pengambilan spesimen untuk kultur

darah adalah:

Universitas Sumatera Utara

Page 8: Pengelolaan Spesimen Untuk Pemeriksaan Mikrobiologi Klinik

1. Jumlah dan waktu pengambilan.

Sebagian kasus bakterimia dapat dideteksi dengan mempergunakan 3 set kultur

darah yang diambil secara terpisah. Pengambilan spesimen darah lebih dari 3 set

tidak mempengaruhi tingkat sensifitas dan spesifitas deteksi bakteri. Sebaliknya,

satu kultur darah akan memberikan hasil negatif palsu terutama pada bakterimia

intermiten sehingga terjadi kesulitan dalam menginterpretasi mikroorganisme

yang berhasil diisolasi dari kultur tersebut.

a. Sepsis akut. Pada kasus ini, sebaiknya dilakukan 2-3 kultur yang diambil

dari tempat yang berbeda sebelum memulai terapi.

b. Endokarditis.

• Endokarditis akut Pada kasus dengan kecurigaan endokarditis

akut, dilakukan pengambilan 3 kultur darah dari tempat yang

berbeda berselang 1-2 jam. Setelah pengambilan spesimen, dapat

diberikan terapi.

• Endokarditis subakut. Dilakukan pengambilan 3 kultur darah

pada hari pertama (berselang 15 menit). Jika semua kultur

negatif pada jam berikutnya, kembali dilakukan pengambilan 3

kultur darah dengan selang 15 menit.

• Terapi anti mikroba 1-2 minggu sebelum masuk rumah sakit.

Pada keadaan ini, dilakukan pengambilan 2 kultur darah yang

terpisah dan berselang 3 hari.

c. Fever of unknown origin. Pengambilan spesimen dilakukan sebanyak 2

kali. Kultur darah diambil terpisah paling tidak berselang 1 jam. Jika hasil

pembiakan negatif setelah 24-36 jam berikutnya, dilakukan kembali

pengambilan 2 spesimen kultur darah berselang 1 jam.

2. Volume darah. Volume darah merupakan faktor yang paling penting, karena

konsentrasi mikroorganisme pada sebagian besar kasus bakterimia sangat rendah,

terutama pada pasien yang telah mendapatkan terapi antibiotika. Pada bayi dan

anak-anak, konsentrasi mikroorganisme selama bakterimia lebih tinggi daripada

orang dewasa sehingga volume darah yang diperlukan lebih sedikit.

a. Bayi. Volume darah yang diambil pada bayi sebanyak 1-3 ml.

Universitas Sumatera Utara

Page 9: Pengelolaan Spesimen Untuk Pemeriksaan Mikrobiologi Klinik

b. Anak-anak. Pada anak-anak diperlukan 3-5 ml darah tiap 1 kali

pengambilan.

c. Dewasa. Pada orang dewasa diperlukan 10-20 ml darah tiap 1 kali

pengambilan,

3. Medium kultur. Medium kultur yang digunakan disesuaikan dengan tujuan

pemeriksaan. Untuk pemeriksaan aerob dan fakultatif anaerob dapat digunakan

kaldu BHI, TSB, atau BACTEC untuk aerob. Sedangkan untuk mengisolasi

mikroorganisme anaerob dapat digunakan kaldu tioglikolat, BHI anaerob, atau

kaldu BACTEC anaerob.

4. Pengambilan darah. Darah diambil melalui vena atau arteri baik dari kateter

intravaskuler ataupun jarum suntik. Pengambilan dilakukan dengan tetap

memperhatikan universal precaution, yaitu dengan menggunakan sarung tangan.

a. Dilakukan disinfeksi pada tempat pengambilan (venipuncture), tutup botol

kultur, dan tabung sebelum dilakukan pengambilan darah.

b. Bersihkan tempat pengambilan dengan isopropil alkohol 70% atau etil

alkohol.

c. Swab secara melingkar dari dalam keluar (konsentris), dimulai dari bagian

tengah dengan larutan povidone iodine 10%.

d. Biarkan disinfektan mengering. Dan jangan memegang kembali tempat

yang telah didisinfeksi.

e. Lakukan pengambilan darah dengan jarum suntik dan pindahkan darah ke

dalam tabung vacutainer steril.

Gambar 1. Pengambilan darah (venipuncture) (Koneman, 1997)

Universitas Sumatera Utara

Page 10: Pengelolaan Spesimen Untuk Pemeriksaan Mikrobiologi Klinik

II.2.2. Spesimen Saluran Cerna

Spesimen saluran cerna dapat berasal dari lambung, duodenum, usus halus, dan colon.

1. Spesimen feses.

Pemeriksaan spesimen feses dilakukan dengan tujuan untuk mengisolasi Shigella,

Salmonella, dan dengan permintaan khusus yaitu Clostridium difficile, Vibrio, dan

Yersinia. Beberapa hal yang harus diperhatikan adalah :

a. Spesimen feses harus dalam keadaan dingin, jadi tidak boleh diinkubasi.

b. Jika spesimen feses tidak dapat dikultur dalam waktu 1 jam, feses harus

dimasukkan ke dalam medium transport Carey-Blair atau buffered

glycerol saline.

c. Jangan menggunakan kertas tisu untuk mengambil feses. Kertas tisu

biasanya mengandung barium yang dapat menghambat pertumbuhan

mikroorganisme patogen pada feses.

d. Feses berdarah atau berlendir ambil bagian berdarah atau berlendir

tersebut.

e. Pada infeksi di saluran cerna digunakan medium diferensial yang

mengandung laktosa untuk pencerna feses. Karena pada hari I terjadi

perbedaan antara mikroorganisme patogen dan non patogen dalam

memfermentasi laktosa. Hari pertama : LFC (Lacto Ferment Colony) dan

NLFC (Non Lacto Ferment Colony) adalah patogen. Mikroorganisme

patogen akan dilakukan reaksi biokimia untuk identifikasi pada hari

kedua.

f. Cara pengambilan spesimen feses : masukkan feses ke dalam wadah steril

yang memiliki mulut besar, tidak mudah bocor, dan tutup ulir yang kuat.

2. Usap dubur (rectal swab). Caranya adalah dengan memasukkan lidi kapas steril

sepanjang 1 inci / 2,5 cm ke dalam sfingter anus. Secara hati-hati, putar lidi kapas

pada kripte anus searah jarum jam dan putar balik lidi kapas. Bila tidak langsung

ditanam, masukkan ke dalam media transport Carey-Blair. Dilakukan pada pasien

(dewasa dan bayi) dengan diare akut atau konstipasi.

Universitas Sumatera Utara

Page 11: Pengelolaan Spesimen Untuk Pemeriksaan Mikrobiologi Klinik

II.2.3. Spesimen Saluran Nafas

Ada hal-hal yang harus diperhatikan dalam pengambilan spesimen saluran nafas

sehingga hasil pemeriksaan benar-benar merupakan gambaran keadaan yang sebenarnya.

Sputum yang dikumpulkan selama 24 jam tidak direkomendasikan untuk

diperiksa di laboratorium mikrobiologi. Selain itu, untuk beberapa mikroorganisme yang

memerlukan teknik isolasi atau media tertentu seperti bakteri Corynebacterium

diphteriae, Bordetella pertussis, Neisseria gonorrhoeae, Legionella spp, Chlamydia, atau

Mycoplasma, haruslah menghubungi laboratorium mikrobiologi terlebih dahulu sebelum

mengambil spesimen.

a. Pengambilan Spesimen saluran nafas bagian atas

1. Swab tenggorok

• Tekan lidah dengan tongue spatel, masukkan lidi kapas steril

melewati daerah antara tonsillar pillar dan di belakang uvula.

Hindari menyentuh lidah, mukosa bukal, uvula atau bibir

• Usapkan swab pada daerah posterior laring, tonsil dan daerah

inflamasi atau yang mengalami ulserasi

• Kuman yang biasa ditemukan Streptococcus pyogenes,

Corynebacterium diphteriae

Gambar 2. Cara pengambilan swab tenggorok

Universitas Sumatera Utara

Page 12: Pengelolaan Spesimen Untuk Pemeriksaan Mikrobiologi Klinik

2. Swab hidung

• Masukkan lidi kapas steril ke dalam rongga hidung kira-kira 2,5

cm.

• Lidi kapas diputar berlawanan dengan mukosa hidung.

• Ulangi proses tersebut pada sisi lainnya.

b. Pengambilan spesimen saluran nafas bawah

Diagnosis laboratorium pada infeksi saluran nafas bawah tidaklah mudah karena

adanya kesulitan untuk mendapatkan spesimen saluran nafas bawah yang tidak

terkontaminasi dengan flora normal yang berada pada saluran nafas atas. Cara

pengumpulan spesimen yang paling mudah untuk saluran nafas bawah adalah dengan

pengambilan sputum. Namun, bila cara pengumpulan sputum tidak dilakukan dengan

baik akan memudahkan terjadinya kontaminasi dengan flora normal yang berada di

daerah orofaring.

Cara pengambilan sputum adalah :

– Pasien kumur-kumur dengan air sebelum sputum dibatukkan untuk

mengurangi kontaminasi flora normal orofaring

– Batuk sedalam mungkin disertai dengan pengeluaran sputum lalu

masukkan ke pot steril (sputum ekspetorasi). Jumlah sputum tidak perlu

banyak asalkan bukan saliva.

– Untuk pemeriksaan basil tahan asam (BTA) diambil sputum pertama pagi

3 hari berturut-turut atau sputum sewaktu-pagi-sewaktu (SPS) dibawah

pengawasan. Jumlah sputum minimal ± 3 ml

– Kuman yang biasa ditemui, Mycobacterium tuberculosis, Legionella,

Streptococcus pneumoniae, Staphylococcus aureus, dan Haemophylus

influensa (bukan penyebab influensa tapi bakteri).

II.2.4. Spesimen Luka

Spesimen diambil dari dasar luka dengan aspirasi, swab, kerokan, biopsi.

• Luka superfisial. Aspirasi merupakan cara yang paling baik untuk mendapatkan

spesimen dibandingkan dengan swab. Sebelum dilakukan pengambilan spesimen,

Universitas Sumatera Utara

Page 13: Pengelolaan Spesimen Untuk Pemeriksaan Mikrobiologi Klinik

lakukan disinfeksi dipermukaan luka dengan alkohol 70% diikuti dengan larutan

povidone iodine 10%, biarkan disinfeksi kering lalu lakukan aspirasi dengan

syringe 3 atau 5 ml dengan jarum 22 atau 23 G pada bagian yang paling dalam

dari lesi. Bila terdapat vesikel, yang diambil adalah cairan dan sel yang berasal

dari dasar vesikel. Bila aspirasi pertama gagal mendapatkan spesimen, suntikkan

NaCl 0,9% steril subkutan. Ulangi kembali aspirasi.

• Ulkus dan nodul. Disinfeksi daerah lesi, lalu hilangkan pus diluar serta bagian

nekrosis (debris) yang menutupi ulkus terlebih dahulu. Lakukan kuretase pada

bagian dasar ulkus atau nodul. Bila eksudat timbul dari ulkus atau nodul,

kumpulkan dengan jarum atau swab steril, sampel yang terbaik adalah biopsi.

• Luka dalam atau abses internal. Disinfeksi permukaan kulit lalu aspirasi bagian

yang paling dalam dari lesi, untuk menghindari kontaminasi dari permukaan luka.

Bila pengambilan spesimen dilakukan saat pembedahan, bagian dinding abses

harus diikutsertakan untuk kultur

• Luka bakar. Luka dibersihkan dari pus, serum, jaringan nekrotik dengan NaCl

steril, lalu ambil sampel usapan dari dasar luka

• Tidak dianjurkan untuk mengambil pus yang berasal dari drain

• Semua spesimen yang diambil baik secara aspirasi atau swab langsung

dimasukkan ke pot steril dan disimpan pada suhu kamar

II.2.5. Spesimen Urin

Dalam pengambilan spesimen urin, waktu dan penyimpanan spesimen merupakan

hal yang berperan penting mempengaruhi hasil pemeriksaan. Selain itu, daerah uretra dan

periuretra berada pada daerah yang berpotensial menjadi sumber kontaminan. Karena itu,

saat pengambilan spesimen urin dipastikan daerah ujung uretra pada laki-laki dan

vestibulum vagina pada wanita harus dibersihkan sebelum dilakukan pengambilan

spesimen. Dengan tindakan ini diharapkan dapat mengurangi terjadinya kontaminasi pada

spesimen urin. Ujung uretra atau vestibulum vagina cukup dibersihkan dengan sabun.

Tidak direkomendasikan menggunakan disinfektan karena penggunaan disinfektan

selama pengambilan urin diduga dapat menjadi penghambat atau inhibitor pertumbuhan

mikroorganisme.

Universitas Sumatera Utara

Page 14: Pengelolaan Spesimen Untuk Pemeriksaan Mikrobiologi Klinik

Selain kontaminasi, yang perlu diperhatikan adalah waktu transportasi urin ke

laboratorium. Waktu yang paling baik dalam transportasi spesimen urin adalah kurang

dari 2 jam. Bila spesimen tidak dapat diperiksa dalam waktu kurang dari 2 jam, urin

harus disimpan dalam lemari es, (hitung bakteri relatif stabil paling tidak 24 jam dalam

suhu 4oC). Jangan diletakkan dalam freezer.

Wadah penampung yang digunakan harus steril. Bila akan dilakukan pemeriksaan

anaerob, spesimen urin harus diambil secara pungsi suprapubik dan disimpan dalam

sistem transport anaerob.

Spesimen urin yang paling baik untuk pemeriksaan kultur adalah urin pagi. Untuk

pemeriksaan kultur mikrobakteria dalam urin dapat dilakukan dari spesimen urin pagi 3

hari berturut-turut. Tidak direkomendasikan untuk pemeriksaan kultur dari urin 24 jam.

Teknik pengumpulan spesimen urin dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara

lain teknik clean catch, straight catheter, indwelling catheter, suprapubic aspiration.

1. Clean catch urine / Midstream urine /urin porsi tengah

a. Pasien wanita :

• Bersihkan ujung uretra dan vestibulum vagina dengan air sabun

atau sabun cair. Cuci bersih dengan air.

• Buka labia mayor selama berkemih.

• Mulailah miksi beberapa saat dan tampunglah urin porsi tengah.

dalam pot steril, sisanya dibuang.

• Pot jangan sampai menyentuh daerah genitalia.

b. Pasien pria :

• Bersihkan bagian penis dan tarik kulit preputium ke belakang (bila

tidak disirkumsisi) dan cuci dengan sabun. Cuci bersih dengan air.

• Biarkan kulit preputium retraksi untuk meminimalisir kontaminasi.

• Mulailah miksi beberapa saat dan tampung urin porsi tengah dalam

pot steril.

• Pot jangan menyentuh genitalia.

Universitas Sumatera Utara

Page 15: Pengelolaan Spesimen Untuk Pemeriksaan Mikrobiologi Klinik

2. Straight catheter urine

Teknik ini dilakukan pada keadaan dimana teknik urin porsi tengah / clean catch

urine tidak bisa dilakukan.

• Sebelum dilakukan kateterisasi, pasien harus minum hingga vesika

urinaria penuh.

• Bagian ujung uretra pasien dibersihkan dengan sabun dan dicuci

dengan air.

• Dengan menggunakan teknik steril, masukkan kateter ke dalam

vesika urinaria.

• Kumpulkan urin 15-30 ml dan buang dari ujung kateter. Ambil

urin porsi tengah dan akhir dan masukkan ke pot steril.

3. Indwelling catheter urine

Dilakukan bila pasien tidak dapat berkemih.

• Bersihkan catheter collection port dengan alkohol 70%.

• Dengan teknik yang steril lakukan pungsi pada collection port

dengan jarum suntik. Jangan mengambil urin dari kantong urin.

• Aspirasi urin dan masukkan dalam pot steril.

Gambar 3. Pengambilan urin secara indwelling catheter urine

Universitas Sumatera Utara

Page 16: Pengelolaan Spesimen Untuk Pemeriksaan Mikrobiologi Klinik

4. Supra pubic aspiration (SPA)

Teknik ini berguna untuk menentukan infeksi urin pada orang dewasa dengan

kecurigaan infeksi dimana hasil pemeriksaan urin yang diambil dengan teknik lain

memberikan hasil yang meragukan.

a. Sebelum SPA pasien minum sampai vesika urinaria penuh

b. Disinfeksi kulit daerah supra pubik diatas vesika urinaria.

c. Buat luka sayatan kecil diatas daerah simfisis pubis. Aspirasi urin dari

vesika urinaria tersebut dengan menggunakan jarum suntik..

d. Teknik ini tidak lazim karena nyeri dan untuk pemeriksaan. anaerob

spesimen harus diambil dengan cara ini.

Gambar 4. Pengambilan urin secara Supra Pubic Punction

II.2.6. Spesimen Genital

Pengambilan spesimen genital harus dilakukan dengan teliti karena sangat banyak

bakteri komensal yang hidup di daerah genital. Pengambilan rutin spesimen vagina

meminimalkan hasil yang akurat karena flora normal tumbuh sangat banyak sehingga

sulit untuk diinterpretasikan.

a. Urogenital wanita

– Usap vagina, usap serviks.

– Jangan gunakan pelumas (lumbricant), analgetik atau antiseptik.

– Bersihkan vulva dengan kapas / kassa yang dibasahi dengan aquades atau

NaCl steril.

Universitas Sumatera Utara

Page 17: Pengelolaan Spesimen Untuk Pemeriksaan Mikrobiologi Klinik

– Masukkan spekulum dengan hati-hati.

– Ambil sampel dari forniks posterior vagina atau endoserviks dengan lidi

kapas steril, ambil 2 swab.

– Bila penderita belum menikah, jangan gunakan spekulum, ambil sampel

dengan lidi kapas steril dengan hati-hati

– Kuman yang sering ditemui Candida albican, apabila infeksi mencapai

pelvis dapat menyebakan Pelvic Inflamatory Disease (PID) yang

disebabkan oleh Chlamydia trachomatis.

Tabel 3. Bakteri patogen menyebab infeksi pada genital wanita

Tempat infeksi Mikroorganisme yang dapat ditemui

Vulva Treponema pallidum, Haemophilus

ducreyi, Chlamydia spp, Herpesvirus,

yeast

Vagina Trichomonas vaginalis, Candida albicans,

Bakteri campuran penyebab vaginosis

Cervix Neisseria gonorrhoeae, Chlamydia spp,

Herpesvirus, Actinomycetes spp

Uretra, bagian atas Neisseria gonorrhoeae, Chlamydia spp,

bakteri anaerobic dan aerobik

b. Urogenital pria

• Ambil sampel paling sedikit 2 jam setelah penderita berkemih.

• Bersihkan glans penis dengan kapas/kassa yang dibasahi dengan air/NaCl steril.

• Lakukan urutan ringan dari pangkal ke ujung penis, dan ambil sekret yang keluar

dengan lidi kapas steril.

• Bila tidak terlihat sekret, masukkan swab urogenital kira-kira 2 cm ke endouretra,

putar perlahan 5-10 detik.

• Kuman yang sering ditemukan Gonorrhoeae, Syphilis.

Universitas Sumatera Utara

Page 18: Pengelolaan Spesimen Untuk Pemeriksaan Mikrobiologi Klinik

II.2.7. Spesimen Cairan

• Liquor Cerebro Spinal (LCS)

– Spesimen diambil secara Lumbal Puction (LP) pada L3-L4 (dewasa) dan

L4-L5 (anak-anak) secara aseptik lalu dikirim dan diperiksa cepat di

laboratorium.

– Untuk pemeriksaan Haemophylus influenza, gonokokus, dan

meningokokus bahan jangan didinginkan.

– LP sering dilakukan pada pasien meningitis.

Cairan tubuh lain seperti cairan pleural, peritoneal dan cairan sendi diaspirasi dan

disimpan dalam pot steril. Untuk cairan thorak, pleura atau abdominal dapat dilakukan

aspirasi sebanyak 50-100 ml. Apabila spesimen tidak segera dikirim, spesimen disimpan

pada suhu kamar.

Gambar 5. Cara pengambilan LCS

Universitas Sumatera Utara

Page 19: Pengelolaan Spesimen Untuk Pemeriksaan Mikrobiologi Klinik

BAB III

KESIMPULAN

1. Prosedur pengambilan dan pengiriman spesimen harus memenuhi hal-hal sebagai

berikut; 1) keamanan, dimana petugas harus memakai pelindung untuk

meminimalisasi memegang spesimen secara langsung, 2) memperhatikan

kenyamanan penderita, 3) pengambilan spesimen sebaiknya sebelum pemberian

antibiotika, 4) pengambilan spesimen sedapatnya meminimalisasi terjadinya

kontaminasi flora normal tubuh, 5) spesimen diambil dengan cara yang tepat,

menggunakan peralatan steril dan teknik aseptik, 6) wadah atau kontainer

spesimen harus steril, tidak bocor dan bertutup ulir, 7) wadah harus diberi label,

8) volume spesimen yang diambil harus cukup, 9) permintaan pemeriksaan dibuat

dengan jelas.

2. Prosedur pengambilan spesimen dan pengirimannya harus sesuai dengan syarat-

syarat yang telah dijelaskan diatas, agar hasil yang diharapkan dapat tercapai.

3. Cara pengambilan spesimen dibedakan atas kultur darah, spesimen saluran cerna,

spesimen saluran nafas, spesimen luka, spesimen urin, spesimen sekret genitalia

dan spesimen cairan tubuh.

Universitas Sumatera Utara

Page 20: Pengelolaan Spesimen Untuk Pemeriksaan Mikrobiologi Klinik

DAFTAR PUSTAKA

1. Mims, Medical Microbiology, 2nd edition, Mosby, Missouri, 1999

2. Koneman, EW., Allen, SD., Janda, WM., Schreckenberger, PC., Winn, WC., Color Atlas and Textbook of Diagnostic Microbiology, 5th edition, Lippincott Williams & Wilkins, USA, 1997

3. Miller, JM, A Guide to Specimen Management in Clinical Microbiology, ASM

Press, Washington DC, 1996

4. Forbes , BA., Sahm, DF., Weissfeld, AS., Diagnostic Microbiology : Bailey & Scott’s, 12th edition, Mosby, Missouri, 2007.

Universitas Sumatera Utara