Top Banner
1 Pengecoran logam Dr. Ir. Koswara MSc
80

pengecoran kuliah metalurgi

Oct 23, 2015

Download

Documents

pengecoran coy... mantap
metalurgi
ngecor
ok
hsdasd
asdasdasd
dasdasdasdad
asdasdafaggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggg
asddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddd
fwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwww
qdwajdhwjhfwfwafw
wfwffwfwfwa
wafgegrrgsdfgdfgdf
sefesfsefesfes
wfefeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeergrgrgrg
wadfawfaefafwwwqqfqwf
fgewrgregregregre
egewgrggwe
efefefef
efewfwefwe
wefwefwefw
wefwefwefwp
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: pengecoran kuliah metalurgi

1

Pengecoran logam

Dr. Ir. Koswara MSc

Page 2: pengecoran kuliah metalurgi

2

Bab. 1. Pendahuluan

• Pengecoran adalah proses pembuatan produk dari logam cair, langsungmenjadi produk jadi.

– Dalam bahasa Inggris proses ini disebut Foundry• Syarat agar logam mampu dicor dengan baik

– Ditunjukkan dengan mampu alir atau fluiditas yang tinggi• Logam yang umum dicor adalah:

– Besi cor– Aluminium– Tembaga– Magnesium– Zinc

Page 3: pengecoran kuliah metalurgi

3

Bab. 1. Pendahuluan

• Jenis jenis engecoran:– Sand casting– Permanent mold gravity casting– Investment casting– Tixo forming– High Pressure Die Casting– Centrifugal casting

Page 4: pengecoran kuliah metalurgi

4

Bab. 1. Pendahuluan

• Besi cor kelabu:– Construction castings– Motor vehicles– Farm equipment– Engines– Refrigeration and heating– Construction machinery– Valves– Soil pipe– Pumps and compressors

• Besi cor maleable– Motor vehicles– Valves and fittings– Construction machinery– Railroad equipment– Engines– Mining equipment

• Besi cor ductile– Pressure pipe– Motor vehicles– Farm machinery– Engines– Pumps and compressors– Valves and fittings– Metalworking machinery– Construction machinery

• Baja– Railroad equipment– Construction equipment– Mining machinery– Valves and fittings– General and special

industrial machinery– Motor vehicles– Metalworking machinery

Logam cor yang paling banyak dipakai adalah:

Page 5: pengecoran kuliah metalurgi

5

Bab. 1. Pendahuluan

• Aluminium:– Auto and light truck– Aircraft and aerospace– Other transportation– Engines– Household appliances– Office machinery– Power tools– Refrigeration, heating, – air conditioning

• Magnesium– Power tools– Sporting goods– Anodes– Automotive

• Tembaga:– Valves and fittings– Plumbing brass goods– Electrical equipment– Pumps and compressors– Power transmission equipment– General machinery– Transportation equipment

• Zinc– Automotive– Building hardware– Electrical components– Machinery– Household appliances

Page 6: pengecoran kuliah metalurgi

6

Bab. 1. Pendahuluan

Turbin Pelton, stainless steel, 35 ton

Transmision case, Die casting, aluminium

Blok mesin, 12 silinder, besi cor kelabu

Clamp, ductile iron

Video Camera case, Die casting, Magnesium

Door handle, Die casting, Zinc

Page 7: pengecoran kuliah metalurgi

7

Bab. 1. Pendahuluan

Control Arm, Nodular cast iron Control Arm, Nodular cast iron housing, cmpacted graphite cast iron

Page 8: pengecoran kuliah metalurgi

8

Bab. 2. Pembekuan pada logam

Perubahan bentuk daries menjadi air

Pembekuan pada logam murni dan padalogam paduan

Pembekuan danpencairan pada logam

murni

Page 9: pengecoran kuliah metalurgi

9

Bab. 2. Pembekuan pada logam

Diagram fasa pada logam yang saling melarutkandan kurva pembekuan

Page 10: pengecoran kuliah metalurgi

10

Bab. 2. Pembekuan pada logam

Penyusunan diagram fasa berdasarkan kurva pembekuanTitik 1 dan 5 adalah logam murni, Titik 4 adalah eutektikTitik 4 adalah titik dengan temperatur pembekuan paling rendah

Pembekuan dua tahaplogam paduan

Page 11: pengecoran kuliah metalurgi

11

Bab. 2. Pembekuan pada logam

eutektik

Diagram fasa dua unsuryang memiliki eutektik

Diagram skematisterbektuknya

struktur eutektikStruktur eutektik Al-Al2Cu

dg orientasi berbeda

ASM Metals handbook vol 15

Page 12: pengecoran kuliah metalurgi

12

Bab. 2. Pembekuan pada logam

Bererapa struktur eutektik

Struktur eutektik besicor kelabu

Struktur eutektikbesi cor nodular

Struktur eutektik hurufcina (chinese script) Mg2Sn pada matrix Mg

ASM Metals handbook vol 15

Page 13: pengecoran kuliah metalurgi

13

Bab. 2. Pembekuan pada logam

CASTING ALUMINIUM ALLOY

Diagram Fe-Fe3C Diagram Fe-Fe3C dengan pengaruh 2,5% Si

Page 14: pengecoran kuliah metalurgi

14

Bab. 2. Pembekuan pada logam

CASTING ALUMINIUM ALLOY

Diagram fasa Al dengan beberapaunsur paduan

Page 15: pengecoran kuliah metalurgi

15

Bab. 2. Pembekuan pada logam

REF. FOUNDRY TECHNOLOGY

Pembentukan struktur kolumnarsaat pembekuan pada logammurni

Page 16: pengecoran kuliah metalurgi

16

Bab. 2. Pembekuan pada logam

Tiga jenis bentuk struktur bekuan logam

REF. FOUNDRY TECHNOLOGY

Page 17: pengecoran kuliah metalurgi

17

Bab. 2. Pengaruh Kecepatan Pembekuan

REF. FOUNDRY TECHNOLOGY

Pengertian undercooling

TE = Temperatur equilibrium (pembekuan) pada komposisi tertentu

T = Temperatur Logam pada jarak tertentu

Page 18: pengecoran kuliah metalurgi

18

Bab. 2. Pengaruh Kecepatan Pembekuan

REF. FOUNDRY TECHNOLOGY

Perbedaan komposisi antarafasa padat dan fasa cair saatpembekuan

Akibat dari komposisi naik (point 2), maka, TEturun, makin jauh dari perbatasan solid-liquid, komposisi CL turun, dan TE naik

Page 19: pengecoran kuliah metalurgi

19

Bab. 2. Pengaruh Kecepatan Pembekuan

REF. FOUNDRY TECHNOLOGY

Pengertian zona undercooling dengan 2 cara melihat yg berbeda

Page 20: pengecoran kuliah metalurgi

20

Bab. 2. Pengaruh Kecepatan Pembekuan

REF. FOUNDRY TECHNOLOGY

Pengaruh kecepatan pembekuan padastrukturG = Perbedaan temperaturR = Kecepatan pembekuan

(a) Planar interface, (b) Celullar interface, (c ) denditric growth (d) independent nucleation

Pengaruh perbedaan temperatur (Gradient) terhadap struktur bekuan

Page 21: pengecoran kuliah metalurgi

21

Bab. 2. Pengaruh Kecepatan Pembekuan

REF. FOUNDRY TECHNOLOGY

Struktur eutektik bila satu fasa tidak stabil dan menjadi dendrit (a) dan bila kedua fasatidak stabil (b)

Page 22: pengecoran kuliah metalurgi

22

Bab. 2. Pengaruh Kecepatan Pembekuan

REF. FOUNDRY TECHNOLOGY

Page 23: pengecoran kuliah metalurgi

23

Bab. 2. Fluiditas

REF. FOUNDRY TECHNOLOGY

Fluiditas merupakan faktor penting dalampengecoran

Alat ukur fluiditas

Page 24: pengecoran kuliah metalurgi

24

Bab. 2. Fluiditas

Pengaruh superheat pada fluiditas logam.Superheat adalah perbedaan temperatur antara titik bekudan temperatur saat penuangan

Pengaruh komposisi terhadap fluiditas:

Page 25: pengecoran kuliah metalurgi

25

Bab. 2. Fluiditas

REF. FOUNDRY TECHNOLOGY

Page 26: pengecoran kuliah metalurgi

26

Bab. 3. Besi cor

ASM Metals handbook vol 09

Besi cor adalah paduan Fe-C dengan C antara 3,5 dari 4,3%.Pendinginan pada besi cor mengikuti reaksi eutektik

Persamaan umum reaksi eutektik adalah: L α + β

Ada 2 jenis eutektik:Cooperative growth: Kedua fasa dari eutektiktumbuh bersamaan sebagai pasangan difusi .Divorced growth: kedua fasa dari eutektiktumbuh secara terpisah. Tidak ada pertukaranlangsung diantara kedua fasa padat

Page 27: pengecoran kuliah metalurgi

27

Bab. 3. Besi cor

ASM Metals handbook vol 09

Cooperatitve eutectic ada dua jenis:1.nonfacet/nonfacet (metal/metal)2.Facet/nonfacet (nonmetal/metal)

Jika perbandingan volume antarafasa α dan β hampir sama, makapertumbuhan kedua fasa metal/metal lurus. Tapi bila perbandingan volume antara fasa α dan β berbeda jauh, maka fasa yang kecil tumbuh sepertiserat. Apabila fasa terkecil adalah nonmetal (facet), maka fasa ini tumbuh secaratidak beraturan (irregullar) . Contohnya adalah paduan Besi cordan aluminium silikonBesi cor tumbuh umumnya secaracooperative dan tidak beraturan. Sedangkan besi cor nudular tumbuhsecara divorce, dimana fasa austenitdan grafit tumbuh masing masing.

Page 28: pengecoran kuliah metalurgi

28

Bab. 3. Besi cor

ASM Metals handbook vol 15

Besi cor adalah paduan Fe-C dengan C antara 3,5 dari 4,3%.Pendinginan pada besi cor mengikuti reaksi eutektikPersamaan umum reaksi eutektik adalah: L γ+ Graphite

Page 29: pengecoran kuliah metalurgi

29

Bab. 3. Besi cor

Pengaruh Si pada posisi eutektik

ASM Metals handbook vol 15

Page 30: pengecoran kuliah metalurgi

30

Bab. 3. Besi cor

Perbedaan antara besi cor dengan baja adalah, pada besi cor terjadi grafitisasi sedangkan padabaja tidak terjadi grafitisasi.Unsur yang membentuk grafitisasi adalah unsurdengan ΔP negatif.

ΔP positif menunjukkan logam bersifat carbide promoter, dan ΔP negatif bersifat Graphite promoter. Si merupakan Graphite Promoter paling tinggi.

Ti, Al dan Si berada di luar garis karena ketigaunsur ini bisa mengikat nitrogen. Apabilakandungan nitrogen di logam cair tinggi, makapembentukan grafit berubah.

Namun, nitrida bersifat sebagai nuklei (awalpembentukan) grafit. Maka, khusus Ti, selainbersifat sebagai carbide promoter, juga sebagaigraphite promoter, tergantung kandungan N dilogam cair

Page 31: pengecoran kuliah metalurgi

31

Bab. 3. Besi cor

Unsur yang ditambahkan ke dalam besicair, bersifat carbide promotor ataugraphite promotor. Unsur yang bersifatgraphite promotor menurunkankelarutan C di dalam besi danmemaksa C berkelompok sehinggamemudahkan terbentuknya graphite.

Page 32: pengecoran kuliah metalurgi

32

Bab. 3. Besi cor kelabu

Standar bentuk flake (serpih) besi cor kelabu dengan distribusi uniform

Besi cor kelabu adalah besi cor dengan grafit berbentuk flake (serpih)

Page 33: pengecoran kuliah metalurgi

33

Bab. 3. Besi cor kelabu

Bentuk besi cor kelabu akibat berbagaimacam proses pendinginan

Page 34: pengecoran kuliah metalurgi

34

Bab. 3. Besi cor kelabu

Struktur dan nilai kekerasanbesi cor pada sampelpiramida

Klasifikasi kekuatan tarikbesi cor kelabu

Klasifikasi besi cor kelabuberdasarkan komposisi C dan Si

Page 35: pengecoran kuliah metalurgi

35

Bab. 3. Besi cor kelabu

Pengaruh inokulasi padapembentukan serpih besi corkelabu, dengan variasi S

(ASM vol 15 hal 1368)

Dengan inokulasi, jumlah cell count konstan dan chill depth menurun

Pengaruh inokulan terhadap chill depth

Page 36: pengecoran kuliah metalurgi

36

Bab. 3. Besi cor nodular

Nodularity besi cor nodular

Pengaruh nodularity thdkekuatan tarik

Bahanbaku besi cor nodular: Pig iron dg komposisi sbb:

Besi cor nodular adalah besi cor dengan grafit berbentuk nodule (bulatan)

Page 37: pengecoran kuliah metalurgi

37

Bab. 3. Besi cor nodularBesi cor nodular adalah besi cor dengan grafit berbentuk nodule (bulatan)

Page 38: pengecoran kuliah metalurgi

38

Bab. 3. Besi cor nodularBesi cor nodular adalah besi cor dengan grafit berbentuk nodule (bulatan)

Page 39: pengecoran kuliah metalurgi

39

Bab. 3. Besi cor nodular

Standar kekuatan tarik besi cor nodular

Hal 1421

Page 40: pengecoran kuliah metalurgi

40

Bab. 3. Besi cor nodular

Proses inokulasi belangsung 2 x1. Penambahan magnesium2. Penambahan silikon (after inoculation)

Pengaruh jumlah Mg terhadapnodulaity

Inokulan dengan silikon

Proses inokulasi pd plat tebal 3 mm lebih baik

Page 41: pengecoran kuliah metalurgi

41

Bab. 3. Besi cor nodular

Pengaruh after inoculation (inokulasitahap II), terhadap waktu

Inokulasi tahap keduadilakukan dalam mold

Page 42: pengecoran kuliah metalurgi

42

Bab. 3. Besi cor nodular

Pengaruh nodularity dan pearlite thd sifat mekanik (tensile strength dan yield strength

Page 43: pengecoran kuliah metalurgi

43

Bab. 3. Compacted Graphite Iron

Korelasi antara Si dan C untuk memperoleh strukturcompacted graphiteStruktur mikro CG dengan

mikroskop optik dan SEM. Struktur mikro SEM diperolehdengan cara selected etching

Page 44: pengecoran kuliah metalurgi

44

Bab. 3. Compacted Graphite Iron

Pengaruh Mg terhadapterbentuknya CG

Pengaruh Mg terhadapterbentuknya CG

Pengaruh Ni, Cu dan Snterhadap fasa pearlit padaCG

Page 45: pengecoran kuliah metalurgi

45

Bab. 3. Compacted Graphite Iron

Page 46: pengecoran kuliah metalurgi

46

Bab. 3. Perbandingan fluiditas

Perbandingan fluiditas Flake Graphite, Compacted Graphite dan Nodular Graphite

Page 47: pengecoran kuliah metalurgi

47

Bab. 3. Besi cor malleable

Struktur besi cor malleable setelahproses perlakuan panas

Struktur besi cor malleable sebelumproses perlakuan panas, masihberbentuk besi cor putih

Page 48: pengecoran kuliah metalurgi

48

Bab. 3. Besi cor malleable

• besi cor putih terbentuk bila produk berukuran tipis.

• Produk ukuran tebal, akan membuat bagian tengahberbentuk besi cor kelabu

• Proses annealing menentukan keberhasilan pembuatan besicor malleable

Ada 2 tahap annealing

1. Pemanasan pada temperatur 9400C selama 3 jam atau lebih, tergantung kandungan Si

2. Pendinginan cepat ke 7400C – 7600C

3. Pendinginan perlahan lahan dengan kecepatan 30C – 110C per jam

Page 49: pengecoran kuliah metalurgi

49

Bab. 3. Besi cor malleable

Struktur malleable cast iron dengan (a) pendinginan udaradan (b) dengan tiupan angin

Struktur malleable cast iron dengan pendinginan cepatpada medium oli setelah annealing tahap I danpenahanan pada 8400C selama 30 menit

Page 50: pengecoran kuliah metalurgi

50

Bab. 3. Besi cor malleable

Sifat mekanik, martensitic malleable cast iron

Page 51: pengecoran kuliah metalurgi

51

Bab. 4. Aluminium

Aluminium adalah logam ringan yang banyak dipakai untuk kebutuhan manusiaAluminium cor memiliki klasifikasi berikut:

1xx.x: Controlled unalloyed compositions2xx.x: Aluminum alloys containing copper as the major alloying element3xx.x: Aluminum-silicon alloys also containing magnesium and/or copper4xx.x: Binary aluminum-silicon alloys5xx.x: Aluminum alloys containing magnesium as the major alloying element6xx.x: Currently unused7xx.x: Aluminum alloys containing zinc as the major alloying element, usually also containing

additions of either copper, magnesium, chromium, manganese, or combinations of these elements

8xx.x: Aluminum alloys containing tin as the major alloying element9xx.x: Currently unused

Page 52: pengecoran kuliah metalurgi

52

Bab. 4. Aluminium1. Paduan dengan “solid solution type’’

(contoh, paduan Al–Cu dan Al–Mg).2. Paduan Hypo-eutectic adalah paduan

dengan komponen eutectic yang memilikidua struktur, yaitu Al dan eutektik(contoh, paduan Al–Si dengan 7%Si).

3. Paduan Eutectic adalah paduan denganstruktur eutectic merupakan komponenutama (contoh, paduan Al–Si dengan12%Si).

4. Paduan hyper eutektik adalah paduanyang memiliki kristal primer (constituent particles) (contoh, contoh, paduan Al–Sidengan > 12%Si).

Page 53: pengecoran kuliah metalurgi

53

Bab. 4. Aluminium

Paduan Al-SiPaduan Al-Si adalah paduanantara dua unsur yang salingtidak melarutkan dan tidakmembentuk senyawaEutektik terbentuk padakomposisi Si 12,6%Di atas 12,6%Si terbentukstruktur Si berbentuk block (blocky structure)

Page 54: pengecoran kuliah metalurgi

54

Bab. 4. Aluminium

Struktur mikro paduan Al-Si dengan pengaruh unsur lain

Paduan Al-Si denganpengaruh Fe

Paduan Al-Si denganpengaruh Cu terbentukstruktur Al2Cu berbentukchinese script

Paduan Al-Si denganpengaruh Ni terbentukstruktur Al3Ni (biru) danAl2FeNi (gelap) berbentukchinese script

Page 55: pengecoran kuliah metalurgi

55

Bab. 4. Aluminium

Pengaruh kecepatan pendinginan terhadap struktur mikro paduan Al 7%Si (A 356)(a)Pendinginan cepat. (b)Pendinginan lambat . (c)Pendinginan dengan teknik semisolid casting (sangat cepat)Pada (b) terbentuk struktur dendrit

Page 56: pengecoran kuliah metalurgi

56

Bab. 4. AluminiumModifikasi:Tujuan modifikasi adalah mengubah bentuk Si menjadi lebih kecil. Ada 2 jenis modifikasi, yaitu:a.Untuk Si dengan struktur hypoeutektik (dengan Sr) disebut modifikasib.Untuk Si dengan struktur hypereutektik (dengan P) disebut refine

Struktur hypo eutektik sebelum modifikasidan sesudah modifikasi

Struktur hyper eutektik Al-22%Si sesudahmodifikasi dengan P dan sebelummodifikasi. Tampak Blocky silicon mengecil

Page 57: pengecoran kuliah metalurgi

57

Bab. 4. Aluminium

Penngaruh modifikasi terhadap kurva pendinginan

Page 58: pengecoran kuliah metalurgi

58

Bab. 4. Aluminium

Kelarutan hidrogen dalam aluminium

Tingkat porositas hidrogen

Kelarutan hidrogen dalamaluminiumHidrogen adalah gas yang terlarutpada aluminium cairSumber hidrogen adalah1.Kelembaban udara. Makinlembab udara, makin tinggikemungkinan hidrogen larut kedalam aluminium cair.2.Api pembakaran saat peleburan

Page 59: pengecoran kuliah metalurgi

59

Bab. 4. Aluminium

Alat pembuang hidrogen

rotary Porous plug

Page 60: pengecoran kuliah metalurgi

60

Bab. 4. Aluminium

Pengaruh gas dan alat terhadap pembuangan hidrogen

Page 61: pengecoran kuliah metalurgi

61

Bab. 4. Aluminium

Paduan aluminium dengan 7%Si, Fe dan Mg

Paduan ini digunaan untuk komponen roda ban (wheel rim, velg) dengan unsur Fe sangat rendah. Dalam klasifikasi amerika, A356Dalam klasifikasi Jepang AC4CH

β = Al5FeSi; π = Al8FeMg3Si6Si abu-abu, βAlFeSi Merah

Si abu-abu, αAl(FeMn)Si Merah

Page 62: pengecoran kuliah metalurgi

62

Bab. 4. Aluminium

Paduan aluminium dengan 10%Si, Fe dan Cu

Paduan Al 10Si dengan Cu dan pengotor Fe digunakan untukkomponen umumDalam klasifikasi Jepang disebut ADC12

Diagram fasa Al dengan 6% Si 1% Fe dan Cu variasi

Si biruAl2Cu merah coklat; αAl(FeMn)Si abu abu

Page 63: pengecoran kuliah metalurgi

63

Bab. 4. Aluminium

Struktur (a) modifikasi, (b) tidakdimodifikasi dan (c) strukturAl2CuNi

Page 64: pengecoran kuliah metalurgi

64

Bab. 5. Baja

Baja dapat dikelompokkan pada dua bagian besar:1. Baja (cast steel)

1.1 Baja karbon rendah1.2 Baja karbon medium dan tinggi1.3 Baja paduan

2. Baja tahan karat (cast stainless steel) 2.1 Baja tahan korosi2.2 Baja tahan panas

Baja cor atau cast steel adalah paduan Fe-C dengan C kurang dari 0,8%.Pendinginan pada baja mengikuti reaksi peritektik

Page 65: pengecoran kuliah metalurgi

65

Bab. 5. BajaDasar pertitektik mengikuti persamaan reaksi sbb:

L + α β

Page 66: pengecoran kuliah metalurgi

66

Bab. 5. Baja

Ada dua jenis pembekuan peritektik1. Peritectic reaction2. Pritectic transformation

Page 67: pengecoran kuliah metalurgi

67

Bab. 5. Baja

Perkembangan pertumbuhan fasa δ

Perkembanagn pertumbuhan fasa δ yang kemudianberubah menjadi γ

Page 68: pengecoran kuliah metalurgi

68

Bab. 5. Baja

Fraksi L, δ dan γ pada berbagai kecepatanpendinginan

Sifat mekanik pada berbagai fraksipembekuan

Page 69: pengecoran kuliah metalurgi

69

Bab. 5. Baja

Baja karbonBaja karbon adalah baja dengan C maksimum 0,8%

Page 70: pengecoran kuliah metalurgi

70

Bab. 5. Baja

Klasifikasi baja cor• Low-carbon steel castings

• Low-carbon steels: 0.20% C or less• Medium-carbon steels: 0.20 to 0.50% C• High-carbon steels: 0.50% C or more

• Medium-carbon steel castings• High-carbon steel castings• Low-alloy steel castings

Pengaruh C pada sifat mekanik baja karbon

Page 71: pengecoran kuliah metalurgi

71

Bab. 5. Baja

Pengaruh C dan proses perlakuan panas pada sifatmekanik baja karbon

Page 72: pengecoran kuliah metalurgi

72

Bab. 5. Baja

Ferrite Pearlite

Ferrite dan pearlitePearlite dilihat dengan SEM

Page 73: pengecoran kuliah metalurgi

73

Bab. 5. Baja

Struktur mikro baja 1040

Struktur mikro baja 1040 setelah proses speroidisasiselama beberapa jam

Page 74: pengecoran kuliah metalurgi

74

Bab. 5. Baja

Martensit temper Upper Bainit Bainit dilihat dengan TEM

Page 75: pengecoran kuliah metalurgi

75

Bab. 5. Baja

Klasifikasi baca paduan Cr-Ni Cor berdasarkan ACI, Alloy Casting Institute

Page 76: pengecoran kuliah metalurgi

76

Bab. 5. Baja

Page 77: pengecoran kuliah metalurgi

77

Bab. 5. Baja

Page 78: pengecoran kuliah metalurgi

78

Bab. 5. Baja

Page 79: pengecoran kuliah metalurgi

79

Bab. 5. Baja

Sifat mekanik stainless steel corHP-50WZ

Creep rate vs temperatur pada stainless steel corHP-50WZ

Page 80: pengecoran kuliah metalurgi

80

Bab. 5. Baja

Struktur mikro CF-8M

(a) as cast (b) setelahsolution annealing

Struktur mikro martensitik CA-6NM dengan berbagaimacam etsa