Top Banner
Risalah Seminar Nasional Pengawetan Makanan Dengan Iradiasi, Jakarta, 6- 8 Juni 1983 PENGAWETAN BAHAN MAKANAN DENGAN PROSES IRADIASI - SUATU ALTERNATIF YANG PERLU DIPERTIMBANGKAN Nazir Abdullah *) ABSTRAK - ABSTRACT Pengawetan bahan makanan dengan proses iradiasi - suatu alternatif yang perlu dipertim- bangkan. Pengawetan makanan dengan proses iradiasi telah menghasilkan lebih dari 40 jenis komoditi makanan yang dinyatakan "wholesome" atau "aman" dimakan oleh konsumen. Pengawetan makanan dengan proses iradiasi berguna untuk mencegah kehilangan atau kerusak- an komoditi dalam penyimpanan yang disebabkan oleh serangga gudang, oleh mikroba pem- busuk maupun secara proses enzimatik, dan lain sebagainya. Nilai kehilangan ini cukup besar dan memprihatinkan. Beras sebagai makanan pokok rakyat Indonesia tidak luput.dari ancaman kehilangan dalam penyimpanan yang mencapai 2 - 5 persen, disebabkan oleh berbagai pe- nyebab. Angka ini dianggap cukup besar dan perlu diteliti lagi. Bila angka ini diterapkan pada produksi beras yang dicapai dalam tahun 1981, yaitu 22 juta ton, maka kehilangan beras dalam penyimpanan dapat mencapai 0,4 - 1,0 juta ton. Jumlah ini dapat dimanfaatkan bagi 4- 10 jut a manusia dengan 100 kg beras per kapita per tahun, bjlamana seluruhnya dapat diselamat· kan. Dinilai dengan uang akan menghasilkan setara dengan 100 - 250 milyar rupiah. Jumlah ini dapat digunakan untuk membeli berpuluh-puluh alat iradiasi (iradiator)1 yang dapat dipakai untuk tujuan disinfestasi serangga gudang, dalam upaya menyelamatkan beras dari kerusakari dalam penyimpanan. Food preservation by irradiation - an alternative to be considered. Food preservation by irradiation has resulted more' than 40 food items which are "wholesome" for consumer. Food irradiation is useful for the prevention of food losses during storage caused by insects, spoilage microbes, as well as by enzymatic processes, etc. The value of loss is quite high and seriotls. Rice as the staple food for the people of the country is facing a similar problem, with a loss of 2- 5 percent during storage. If this figure is incorporated into the national production of rice ()f 1981, which as reached up to 22 million tons, the loss will be equivalent to 0.4'7""1.0 million tons. This amount could be utilized by 4 - 10 million people based on 100 kg per capita per "year, if such a loss could be prevented. This value expressed in money is equal to 100 - 250 billions of rupiahs, which is large enough to be used for the purchase of several irradiators for ,rice Insects.disinfestation ... PENDAHULUAN Pengawetan makanan dengan iradiasi adalah suatu proses fisika, dapat dianggap sarna dengan proses lainnya seperti pemanasan, pendinginan, dan lain sebagainya .. Pengawetan makanan dengan .iradisi sudah dilakukandi banyak negara. Berbagai , tingkat kegiatan telah dilakukan, n1Ulai dari penelitian laboratorium sampai kepada skala semi.pilot dan pilot, dan ada pula yang mencapai skala komersial. Skala ko· . mersial sudah dilakukan di beberapa negara, yaitu Belgia, Belanda, Hungaria, Jepang, dan Afrika Selatan (1). Lebih dari 40 komoditi .makanan yang diawetkan denga~ proses iradiasi sudah memperoleh "clearance'" dan' dinyatakan "aman" dimakan oleh konsumen. Yang dimaksudkan di sini ialah tidak mengandung racun, nilai gizi tetap baik dan bebas kontaminasi mikroorganisme (2). Pengawetan makanan dengan proses iradiasi dapat bertujuan untuk mencegah kerusakan oleh serangga hama gudang (disinfestasi serangga), kerusakan oleh mi- kroba pembusuk dan bebas dari kontaminasi mikroba patogen, memperpanjang *) Pusat ApJikasi Isotop dan Radiasi, BAT AN. 99
13

PENGAWETAN BAHAN MAKANAN DENGAN PROSES IRADIASI ...

Jan 15, 2017

Download

Documents

dinhthuan
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: PENGAWETAN BAHAN MAKANAN DENGAN PROSES IRADIASI ...

Risalah Seminar Nasional Pengawetan Makanan Dengan Iradiasi, Jakarta, 6 - 8 Juni 1983

PENGAWETAN BAHAN MAKANAN DENGAN PROSES IRADIASI- SUATU ALTERNATIF YANG PERLU DIPERTIMBANGKAN

Nazir Abdullah *)

ABSTRAK - ABSTRACT

Pengawetan bahan makanan dengan proses iradiasi - suatu alternatif yang perlu dipertim­bangkan. Pengawetan makanan dengan proses iradiasi telah menghasilkan lebih dari 40 jeniskomoditi makanan yang dinyatakan "wholesome" atau "aman" dimakan oleh konsumen.Pengawetan makanan dengan proses iradiasi berguna untuk mencegah kehilangan atau kerusak­an komoditi dalam penyimpanan yang disebabkan oleh serangga gudang, oleh mikroba pem­busuk maupun secara proses enzimatik, dan lain sebagainya. Nilai kehilangan ini cukup besardan memprihatinkan. Beras sebagai makanan pokok rakyat Indonesia tidak luput.dari ancamankehilangan dalam penyimpanan yang mencapai 2 - 5 persen, disebabkan oleh berbagai pe­nyebab. Angka ini dianggap cukup besar dan perlu diteliti lagi. Bila angka ini diterapkan padaproduksi beras yang dicapai dalam tahun 1981, yaitu 22 juta ton, maka kehilangan beras dalampenyimpanan dapat mencapai 0,4 - 1,0 juta ton. Jumlah ini dapat dimanfaatkan bagi 4 - 10jut a manusia dengan 100 kg beras per kapita per tahun, bjlamana seluruhnya dapat diselamat·kan. Dinilai dengan uang akan menghasilkan setara dengan 100 - 250 milyar rupiah. Jumlah inidapat digunakan untuk membeli berpuluh-puluh alat iradiasi (iradiator)1 yang dapat dipakaiuntuk tujuan disinfestasi serangga gudang, dalam upaya menyelamatkan beras dari kerusakaridalam penyimpanan.

Food preservation by irradiation - an alternative to be considered. Food preservation byirradiation has resulted more' than 40 food items which are "wholesome" for consumer. Food

irradiation is useful for the prevention of food losses during storage caused by insects, spoilagemicrobes, as well as by enzymatic processes, etc. The value of loss is quite high and seriotls.Rice as the staple food for the people of the country is facing a similar problem, with a loss of2 - 5 percent during storage. If this figure is incorporated into the national production of rice()f 1981, which as reached up to 22 million tons, the loss will be equivalent to 0.4'7""1.0 milliontons. This amount could be utilized by 4 - 10 million people based on 100 kg per capita per

"year, if such a loss could be prevented. This value expressed in money is equal to 100 - 250billions of rupiahs, which is large enough to be used for the purchase of several irradiators for

,rice Insects.disinfestation ...

PENDAHULUAN

Pengawetan makanan dengan iradiasi adalah suatu proses fisika, dapat dianggapsarna dengan proses lainnya seperti pemanasan, pendinginan, dan lain sebagainya ..Pengawetan makanan dengan .iradisi sudah dilakukandi banyak negara. Berbagai

, tingkat kegiatan telah dilakukan, n1Ulai dari penelitian laboratorium sampai kepadaskala semi.pilot dan pilot, dan ada pula yang mencapai skala komersial. Skala ko· .mersial sudah dilakukan di beberapa negara, yaitu Belgia, Belanda, Hungaria,Jepang, dan Afrika Selatan (1). Lebih dari 40 komoditi .makanan yang diawetkandenga~ proses iradiasi sudah memperoleh "clearance'" dan' dinyatakan "aman"dimakan oleh konsumen. Yang dimaksudkan di sini ialah tidak mengandung racun,

nilai gizi tetap baik dan bebas kontaminasi mikroorganisme (2).Pengawetan makanan dengan proses iradiasi dapat bertujuan untuk mencegah

kerusakan oleh serangga hama gudang (disinfestasi serangga), kerusakan oleh mi­kroba pembusuk dan bebas dari kontaminasi mikroba patogen, memperpanjang

*) Pusat ApJikasi Isotop dan Radiasi, BAT AN.

99

Page 2: PENGAWETAN BAHAN MAKANAN DENGAN PROSES IRADIASI ...

daya segar komoditi yang mudah rusak (perishable), menunda pematangan buah(delay of ripening), dan menghambat pert~nasan (inhibition of sprouting).

Secara formal baru sedikit sekali negara-berkembang yang telah menerima tek­nologi iradiasi untuk pengawetan makanan, meskipun teknologi ini sesungguhnyalebih tepat diterapkan di negara berkembang, yang menghadapi kehilangan bahanmakanan disebabkan oleh kerusakan yang cukup tinggi dan di lain pihak cara peng­amanan yang ada sangat kurang (3). Penelitian pengawetan bahan makan~n denganproses iradiasi mulai dilakukan dalam tahun 1967 di Indonesia (4). Sampai sekarangbelum berhasil memperoleh "clearance" dari pihak yang berwenang untuk beberapamakanan yang dianggap sudah cukup "aman" dimakan oleh konsumen. Usahauntuk memperoleh izin tersebut bagi beberapa komoditi makanan sedang dilakukan(3).

Pada pembukaan Pertemuan Koordinasi Penelitian Pengawetan Dengan Iradiasiyang berlangsung di Davis, Kalifornia, Amerika Serikat, Chancellor Emeritus Uni-versitas Kalifornia, Dr. Emil Mrah antara lain mengatakan: " adalah hal yangbiasa bahwa teknologi baru seperti pengawetan makanan dengan proses iradiasimenghadapi proses yang lambat diterima oleh industri makanan " (6).

Tulisan ini bertujuan untuk memberikan gambaran tentang manfaat proses ira­diasi untuk disinfestasi serangga gudang pada beras, yang perlu dipertimbangkan se­bagai salah satu alternatif dalam upaya menyelamatkan beras dari kerusakan dalampenyimpanan.

PENYUSUTAN AKIBAT KERUSAKAN

Pada tahun 1981 produksi beras mencapai sekitar 22 juta ton, yang berartilebih dari dua kali lipat produksi beras pada waktu pra-pelita, yang waktu itu barumencapai sekitar 10 juta ton (7). Angka tersebut sesungguhnya lebih tinggi, bila­mana kehilangan yang terjadi pada waktu pra-panen, waktu panen sampai menjadiberas dapat diselamatkan, atau setidak-tidaknya ditekan serendah mungkin. Ke­hilangan ini dapat bersifat kualitatif dan kuantitatif.

Tidak sedikit jumlah komoditi makanan yang terbuang sebagai akibat kerusak·an yang disebabkan pembusukan, serangga, baik sewaktu masih berada di lapanganmaupun dalam pengangkutan, sewaktu diproses, penyimpanan, dan: penyaluran;Kerugian yang disebabkan pembusukan, dan penyebab lainnya cukup besar dankadang-kadang melebihi 25% dari produksi yang seharusnya diperoleh (4). MenurutFAO yang dikutip DANDI SUKARNA (8), kehilangan hasil panen di negara ber­

kembang mencapai 10 -.30%, antaranya sekitar 5% disebabkan berbagaijenis hamagudang, tikus, tungau, burung, dan jasad renik. Angka BULOG yang dikutip olehpenulis yang sarna (8) memperkirakan sekitar 25%, terdiri atas 8% pada waktupanen, 5% waktu pengangkutan, 2% waktu pengeringan, 5% waktu penggilingan,dan 5% waktu penyimpanan.

SOEMARDI (9) menyebutkan bahwa kehilangan bobot beras dipengaruhi ba­nyak faktor, selain dari itu belum ada kesepakatan cara penentuan dan parameteryang tepat untuk digunakan. Menurut para ahli, jumlah kehilangan itu beranekaragam, antara 10 - 37%, sedang kehilangan kuantitatif yang diteliti menunjukkanangka 4,5% pada proses panen/perontokan, 2,5% pada pengeringan, 4% waktu

100

Page 3: PENGAWETAN BAHAN MAKANAN DENGAN PROSES IRADIASI ...

penggilingan, dan2,1 % waktu penyimpanan.

Angka-angka terse but di atas dianggap tidak tepat dan tidak menggambarkankeadaan yang sebenarnya oleh kalangan tertentu, oleh sebab itu dianggap perlu di­teliti kembali. Namun demikian angka-angka terse but sudah memberikan suatu

gambaran bahwa selama penyimpanan memang terjadi kehilangan yang disebabkankerusakan yang bervariasi an tara tempat yang satu dan tempat yang lain.

Produksi beras

tahun 1981 (7)

Kerusakan

dalam gudang

Kehilangan

beras (ton)

Nilai kehilangansebagai konsumsi(100 kg beras/kapita/tahun)

Nilai (Rp)(Rp.250/kg)

22 juta ton

5% (8)

2,1 % (9)

1,1 juta

0,4 juta

10 juta orang

4 juta orang

250 milyar

100 milyar

Gambar 1. Produksi beras tahun 1981 - hubungan produksi dan kehilangan

() = sumber pustaka.

101 '.

Page 4: PENGAWETAN BAHAN MAKANAN DENGAN PROSES IRADIASI ...

Bilamana direrhatikan skema da1azu Ga{J1b!f I ~HPHt QiFirfiuH~gn ~i\gF;besarnyakehilangan beras dalam penyimpanan bila dinilai dengan potensi yangdapat digunakan untuk memberi makan 4 - 10 juta manusia bilamana kerusakanitu sepenuhnya dapat diatasi. Bila dinilai dalam bentuk uang, maka jumlahnya men­capai 100 - 250 milyar rupiah yang dapat dipakai untuk membeli berpuhm-puluhalat iradiasi (iradiator) bila untuk satu iradiator diperkirakan harganya sekitar 1,25- 1,50 milyar rupiah (10).

PENYEBAB KERUSAKAN

Kehilangan hasil produksi disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain olehkerusakan yang terjadi dalam penyimpanan. DANDI SUKARNA (8) mengidentifisirsekitar 20 jenis serangga yang terdapat pada komoditi makanan yang disimpan digudang, namun hanya beberapa jenis saja yang digolongkan sebagai hama yangpenting. Di an tara serangga yang sudah diidentifisir itu yang khusus ditemukanpada beras yang disimpan terlihat dalam Tabell.

Tabel 1. Serangga yang merusak beras dalam gudang *)

Nama

Kumbang: Sitophilus oryzae L.S. zeamais Mot.

Rhizopertha dominica F.Trogoderma granarium EvertsAhasverus advena Walk

Kupu-kupu: Ephestia cautella WalkPlodia interpunctata Hbn.Corcyra cephalonica Stain.Doloessa viridis ZeU.

III) Dikutip dari (8) dan disusun kembali

Keterangan

Hama penting

Hama pentingHama pentingHama penting

Hama pentingHama pentingHama pentingHama penting

SURIAWIRIA yang dikutip oleh DANDI SUKARNA (8) menemukan pulajenis kapang pada beras yang diteliti, yang terdiri at as 10 strain Aspergillus, 4 strainPenicillium, dan 5 strain Fusarium.

HUDA YA dkk. (11) melakukan pemeriksaan pada contoh beras BULOG dari10 gudang beras dalam negeri dan 6 gudang beras impor, menemukan hama berassebagai berikut: beras dalam negeri mengandung hama serangga Sitophilus spp.,Tribolium spp., Oryzaephilus surinamensis, Rhyzopertha dominica, Tenebroides

mauritanicus, dan Cryptolestes pusillus. Hama serangga yang dapat diidentifisir dariberas impor yaitu Tribolium spp., Oryzaephilus surinamensis, Sitophilus spp.,Ephestia sp., dan Silphanus sp. Sitophillus spp., Tribolium spp., dan Oryzaephilussurinamensis ditemukan dalam jumlah besar.

DANDI SUKARNA dan DJATNIKA KILIN (12) meneliti contoh beras darigudang-gudang BULOG di Kabupaten Bogar, Bandung, Indramayu dan Cireban dan

102

Page 5: PENGAWETAN BAHAN MAKANAN DENGAN PROSES IRADIASI ...

menemukan serangga-serangga Sitophilus sp., Trobolium castaneum, Laemophloeuspusillus, Oryzaephilus surinamensis, Rhizopertha dominica, dan Carpophilus dimi­

diatus. Sedang dari kapal-kapal yang mengangkut beras untuk Indonesia ditemukanTrogoderma granarium Everts dari Pakistan dan Burma, Tribolium castaneum, Sito­troga cerealella dan Rhizopertha dominica dari Amerika Serikat (13).

EI-KADY (14) menyebutkan dalam publikasinya bahwa S. oryzae, T. castane­um, O. surinamensis, dan E. kuhniella biasa ditemukan pada beras yang disimpan diMesir. FU dkk. (15) mengatakan bahwa hama serangga yang sangat merugikan padaberas yang disimpan di Taiwan, yaitu S. zeamais Mot., Rhyzopertha dominica, T.castaneum Herbts, dan Sitotraga cerealella Oliver.

Dari uraian di at as jenis hama serangga yang menyerang beras dalam penyim­panan yang terdapat di Indonesia hampir sarna dengan jenis serangga yang me­nyerang beras di luar negeri.

USAHA PENYELAMATAN KONVENSIONAL

Dalam praktek sehari-hari aneka ragam pestisida digunakan dalam upaya me­nyelamatkan beras dari kerusakan oleh serangga. Sampai sekarang metil bromidamerupakan salah satu fumigan yang masih banyak digunakan di gudang-gudangpenyimpanan beras. Menurut MAJUNDER yang dikutip DANDI SUKARNA (8),pemakaian metil bromida dengan konsentrasi yang lebih tinggi daripada yang di­perlukan untuk mematikan serangga, dapat mematikan kapang Aspergillus spp.danPenicillium spp. pada komoditi makanan.

Selain metil bromida dipakai pula berbagai jenis pestisida lainnya seperti tabletphosphin (nama perdagangan: Phostoxin), fumigan yang mengandung lindane(nama perdagangan, Gammexane smoke generator), Detia Gas-Ex-B, dan lain se­bagainya.

Pemakaian pestisida sebagai fumigan mempunyai daya bunuh yang terbatas,karena fumigan ini bersifat perlakuan-permukaan (surface treatment), sedang se­rangga perusak beras umumnya meletakkan telurnya dalam beras dan tumbuhdalam butir beras, sehingga pemakaian· fumigan perlu dilakukan berulang kali.Selain dari itu pemakaian fumigan dapat meninggalkan efek residu pada komo­diti makanan yang diperlakukan.

Meskipun diketahui dan disadari adanya kelebihan dan kelemahan dari pe­makaian pestisida ini, namun belum diperoleh satu carapun yang dianggap tepatdan berhasil baik untuk pencegahan kerusakan oleh hama serangga gudang.

Proses iradiasi sudah diteliti daya mampunya untuk tujuan disinfestasi se­

rangga dalam penyimpanan komoditi makanan, dan tampaknya merupakan suatualternatif yang perlu dipertimbangkan untuk digunakan pada waktu yang akandatang.

PROSES IRADIASI UNTUKPENGAWETAN

Proses iradiasi sudah sejak tahun 1950-an dicoba dalam penelitian pengawetanmakanan. Proses iradiasi untuk tujuan pengawetan makanan dapat dikategorikandalam 3 golongan (2), yaitu:

103

Page 6: PENGAWETAN BAHAN MAKANAN DENGAN PROSES IRADIASI ...

(1) Pemakaian dosis rendah (sampai 1 kGy). Dosis ini dipakai untuk meng·hambat pertunasan, disinfestasi serangga, dan penundaan pematangan buah.

(2) Pemakaian dosis sedang (1 - 10 kGy). Dosis ini dipakai untuk mengurangijumlah mikroba, mengurangijumlah mikroba patogen bukan pembentuk spora, danmeningkatkan sifat teknologi bahan makanan.

(3) Pemakaian dosis tinggi (10 - 50 kGy). Dosis ini dipakai untuk tujuan ste­rilisasi bersifat komersial, dan menghilangkan virus.

Dosis sampai 10 kGy (1 Mrad) dinyatak~n "aman" untuk komoditi yang di­awetkan dengan proses iradiasi, dan tidak memerlukan uji toksikologi. Untuk tuju­an disinfestasi serangga gudang, dosis iradiasi yang diperlukan cukup rendah, yaitusampai 1 kGy (kelompok pertama).

Pengawetan makanan dengan iradiasi untuk tujuan disinfestasi serangga gudang,khususnya untuk beras sudah dilakukan oleh banyak negara, yaitu di Mesir (14),Taiwan (15), Jepang (16,17), Brazil (18,19,20), Malaysia (16), Belanda (3), Korea(21), dan mungkin juga di beberapa negara lainnya yang belum disebutkan oleh pe­nulis. Tingkat perkembangan kegiatan dalam bidang pengawetan makanan denganiradiasi, khususnya untuk disinfestasi serangga gudang pada beras di negara yangsatu berbeda dari .yang lain, ada yang baru mulai dengan penelitian, ada pula yang

sudilh lebih maju memasuki skala semi-pilot atau skala pilot, dan skala komersial.EI-KADY (14) melaporkan bahwa di Mesir sudah memasuki skala pilot, di Jepangsudah selesai dengan uji toksikologi dan ternyata bahwa beras yang diiradiasi tidakmemberikan pengaruh negatif kepada hewan percobaan yang diuji (16), dan ujimutagenik terbukti tidak memberikan pengaruh yarig negatif (22). LaboratoriumKarlsruhe sudah melakukan penelitian "wholesomeness" pada beras sejak tahun1971 (23) dan ternyata tidak memberikan pengaruh negatif. Menurut M. MAHA(3), Belanda sudah memberikan "clearance" atau izin untuk beras dan tepungberas yang diawetkan dengan proses iradiasi untuk dimakan konsumen.

Dengan adanya pernyataan yang dikeluarkan oleh Komite Gabungan PakarFAO/WHOjIAEA bulan November 1980 di Geneva bahwa dosis maksimum sampai10 kGy dikatakan "aman" untuk makanan yang diawetkan dengan iradiasi tanpadiperlukan uji toksikologi (2), membuka jalan yang lebih nyata bagi negara-negarayang mempunyai masalah dalam penyelamatan beras dalam penyimpanan, untukmempertimbangkan pemakaian iradiasi pada waktu mendatang. Hal ini sangat pen­ting artinya terutama bagi negara-negara berkembang, yang belum mempunyai fa­silitas dan cara pengamanan yang memadai. Pemakaian proses iradiasi untuk tujuandisinfestasi hama serangga gudang, tampaknya mempunyai prospek yang cerah diwaktu mendatang.

104

Page 7: PENGAWETAN BAHAN MAKANAN DENGAN PROSES IRADIASI ...

Gambar 2. Aspek-aspek yang perlu diteliti dalam proses iradiasi pada beras untuktujuan disinfestasi.Lingkaran dalam: aspek-aspek yang telah diteliti.Lingkaran luar: aspek-aspek menuju tingkat dimasyarakatkannya pro­ses iradiasi untuk disinfestasi.

DISINFESTASI SERANGGA GUDANG DI INDONESIA

Gambar 2 memperlihatkan rangkaian kegiatan sehubungan dengan disinfestasiserangga gudang, khususnya pada beras dalam penyimpanan.

Dalam lingkaran pertama terlihat tiga buah lingkaran kedl, masing-masing un­tuk iradiasi, beras, dan serangga. Untuk proses iradiasi diperlukan sumber radiasi,

seperti sinar gamma 60Co atau sinar gamma 137CS, besarnya sumber, 1aju dosis

105

Page 8: PENGAWETAN BAHAN MAKANAN DENGAN PROSES IRADIASI ...

sumber, dosis yang diperlukan untuk tujuan disinfestasi, dan dosimetri yang me.nentukan distribusi dosis pada bahan yang diiradiasi.

Untuk beras, perlu diteliti jenisnya, produksi asal, dari dalam negeri atau berasimpor, mutu sosohan, beras kepala, beras slijp, waktu setelah panen, kadar airdalam beras, dan tingkat awal kontaminasi serangga. Untuk serangga perlu ditelititentang jenis serangga :yang~ merusak beras dalam penyimpanan, daur hidup tiapjenis serangga, stadia perkembangannya, serangga pada beras lokal dan pada berasimpor.

Setelah iradiasi dilakukan, apa yang terjadi pada beras dan serangga? Pemakaianiradiasi di sini bertujuan untuk disinfestasi serangga, maka sasaran pertama yangharus diperhatikan ialah reaksi iradiasi pada serangga, apakah semua serangga padasemua tingkat stadianya musnah atau mati, kalau tidak bagaimana perkembanganselanjutnya bagi yang dapat bertahan ("survive"). Oleh sebab itu perlu dicari dosisyang tepat yang dapat mematikan serangga pada semua tingkat stadianya. Dalam

hal ini banyak.. faktor yang perlu diperhatikan, antara lain faktor suhu (20), lajudosis, cara perlakuan iradiasi, dan lain sebagainya.

Dosis 0,15 - 0,16 kGy sudah cukup efisien mematikan atau menghentikan per·kembangan serangga S. oryzae L (24, 25); dosis 0,08 - 0,12 kGy dianggap sudahcukup efisien membunuh semua stadia serangga S, oryzae L. dalam waktu duaminggu (24, 26). Serangga lain yang juga merusak beras seperti Tribolium sp. danEphestia sp. ternyata tidak dapat berkembang biak pada dosis 0,15 - 0,16 kGy.Berbagai Penelitian telah dilakukan terhadap hama serangga beras, baik memakaiiradiasi (27, 28, 29, 30), memakai 32p (31, 32), tanpa memakai iradiasi ataupun32p (11,32) ..

Dan bagaimana yang terjadi dengan beras yang diiradiasi? Seperti yang terlihatpada Gambar 2, perlu diperhatikan hal-hal yang menyangkut sifat fisika, kimiawi,dan nilai gizi beras yang telah diiradiasi. Beberapa penelitian telah dilakukan dalamhal ini, dan memberikan gambaran bahwa thiamin beras tidak mengalami kerusakanoleh iradiasi (25, 34). Peneliti lain (35) melaporkan bahwa tidak terjadi perubahansifat "flakiness" dan "gel consistency" beras iradiasi yang dimasak, begitu pula pHdan kadar amilosa.

Suatu hal yang perlu diperhatikan bahwa iradiasi tidak memberikan sifat kebal

pada beras, sehingga infestasi ulang atau reinfestasi dapat saja terjadi dari seranggayang ada di sekitar tempat penyimpanan. Pencegahan terhadap reinfestasi adalahsemata-mata tergantung kepada bahan pengemas yang dipakai dan kondisi tempatpenyimpanan, khususnya yang menyangkut faktor kebersihan ("hygiene").

Lingkaran kedua menggambarkan jenis kegiatan yang perlu dilakukan sebelumpengawetan dengan iradiasi ini dimasyarakatkan. Kegiatan ini meliputi uji "whole.someness", yang meliputi uji toksikologi dan uji mutagenik melalui hewan percoba­an, aspek hukum ("legal aspect") yang memberikan izin penggunaan makanan yangdiiradiasi untuk konsumen rakyat. Di segi lain perlu dipelajari aspek ekonomi bila·mana sesuatu rencana sudah sampai kepada pendirian suatu plan iradiatof' untuktujuan komersial.

Berpedoman pada hasil Komite Gabungan Pakar FAO/WHO/IAEA yang ber·sidang pada bulan November 1980 (2) di Geneva, yang menyatakan bahwa makan-

106

Page 9: PENGAWETAN BAHAN MAKANAN DENGAN PROSES IRADIASI ...

an yang diiradiasi dosis maksimum 10 kGy adalah "aman" untuk dimakan tanpamemerlukan uji toksikologi lagi, khusus untuk disinfestasi serangga beras yang me­merlukan dosis jauh lebih rendah dari pada itu (maksimum 1 kGy), serta hasil pe­nelitian yang dilaporkan KAWABATA (16, 22) bahwa beras yang diiradiasi tidakmemberikan pengaruh negatif bilamana dimakan, maka penggunaan iradiasi untuktujuan disinfestasi serangga pada beras tidak perlu diragukan lagi tentang ke­"aman"-annya bilamana dimakan konsumen.

Sekarang tinggal menunggu keputusan Pemerintah cq Departemen Kesehatanuntuk memberikan aspek hukum bagi komoditi makanan yang diproses denganiradiasi, khususnya untuk beras.

Dalam tahun 1969 sudah diadakan kerjasama an tara BATAN dan BULOG un­tuk penelitian penggunaan proses iradiasi dalam upaya mengurangi kerusakan olehserangga gudang pada beras yang disimpan. Kerjasama serupa dilanjutkan lagidalam tahun 1976.

Mengikuti uraian di atas maka pengawetan bahan makanan dengan proses iradi­asi adalah suatu alternatif yang perlu dipertimbangkan guna dikembangkan lebihlanjut.

KESIMPULAN

1. Proses iradiasi untuk tujuan disinfestasi serangga pada beras dalam penyimpan­an dapat membunuh serangga pada semua tingkat stadia secara efektif.

2. Berdasarkan keputusan rapat Komite Gabungan Pakar FAO/WHO/IAEA me- .ngenai "wholesomeness" makanan yang diiradiasi, yang menyatakan dosismaksimum sampai 10 kGy (= 1 Mrad) adalah "am an" untuk makanan yang di­iradiasi tanpa diperlukan uji toksikologi lagi, maka dosis maksimum 1 kGy(= 100 krad) untuk tujuan disinfestasi serangga pada beras tidak perlu dikhawa­tirkan lagi.

3. Namun demikian diperlukan "clearance" Pemerintah cq Departemen Kesehat­an agar produk yang diiradiasi dapat sampai kepada konsumen.

4. Iradiasi tidak memberikan sifat kebal atau imun pada beras, sehingga faktor re­infestasi perlu mendapat perhatian tersendiri, khususnya yang menyangkut tek­nologi pengemasan dan penyimpanan.

5. Proses iradiasi sebagai suatu alterantif perlu dipertimbangkan dalam upaya me­nyelamatkan komoditi makanan, khususnya beras, dari kehilangan yang di­sebabkan kerusakan oleh serangga gudang.

PUST AKA

1. ANONIM, Summary report of F AO/IAEA meeting on marketing, market testing and con­sumer acceptance of irradiated food, Food Irradiation News letter 7 1 (1983) 16.

2. WHO, Wholesomeness of Irradiated Food. Report of a Joint FAO/IAEA/WHO ExpertCommittee (Techn. Rep. Series 659), WHO, Geneva (1981) 9.

3. MAHA, M., Prospek penggunaan tenaga nuklir dalam bidang teknologi pangan. Bull.BAT AN III 2 (1982) 19.

4. ABDULLAH, N., dan AMIRUDDIN, A., Kemungkinan pengembangan cara pengawetandengan radiasi untuk bahan makanan dan hasil pertanian di Indonesia, Majalah BATAN I2 (1968) 41.

5. ANONIM, Legislation on food irradiation.in RCA countries, Food Irradiation Newsletter

51 (1981) 17.

107

Page 10: PENGAWETAN BAHAN MAKANAN DENGAN PROSES IRADIASI ...

6. ANONIM, Report on a FAO/IAEA Research Coordination Meeting on Factors Influencing

thA mill~IAIAi VMH budldlAft DfAMU, Dnll. OdlfMrllA U-1D June tOnt PooJ IrraJIa-tion Newsletter 7 1 (1983) 3.

7. SATARl, G., "Prospek peningkatan produksi padi di Indonesia", Lokakarya PenelitianPadi Bogor 22 - 24 Maret (1983).

8. SUKARNA, D., "Masalah ham a gudang dan pengendaliannya", Risalah Lokakarya PascaPanen Tanaman Pangan Cibogo, Bogor 5 - 6 April (1982) 181.

9. SOEMARDI, "Penekanan kehilangan hasil dan program penelitian pasca panen", RisalahLokakarya Pasca Panen Tanaman Pangan Cibogo, Bogor 5 - 6 April (1982) 203.

10. RIDWAN, M., dan SUDJANA, K. (1983), Komunikasi pribadi.11. HUDAY A, M.S., DANUSUPADMO, C.J.S., NASROH, A., dan HARIY ADI, Perkembangan

beberapa species serangga hama beras (Suatu perbandingan antara beras impor dan berasdalam negeri sebagai media) (1980) tidak diterbitkan.

12. SUKARNA, D., and KlLIN, D., "Research activities on storage insect at the Central Re­search Institute for Agriculture", Symp. Pest of Storage Products, April 24 - 26, BIO­TROP, Bogor (1978).

13. SURIAWIRIA, Deteksi, pengukuran dan evaluasi jamur penghasil mikotoksin pada berasdan gabah, Project Report 1977, National Logistic Agency, Jakarta (1977).

14. EL-KADY, E.A., "Use of radiation disinfestation in the control of rice insect pests duringstorage", Combination Processes in Food Irradiation (Proc. Symp. Colombo, 1980),IAEA, Vienna (1981) 229.

15. FU, Y.K., TSAI, C.M., WU, W.S., CHANG, M.S., CHANG, Y.N., and SHU, S.L., FoodIrradiation Studies at the Institute of Nuclear Energy Research, Taiwan, Rep. of China,INIS ATOM INDEX 1312 (1982) 4234.

16. KAWABATA, T., "Food irradiation development in Japan", Combination Processes inFood Irradiation (Proc. Symp. Colombo, 1980), lAEA, Vienna (1981) 387.

17. TATSUO, H., Development of grain irradiator. Optimum design of the irradiator. In Ja·panese, INIS ATOMINDEX 1322 (1981) 7934.

18. WIENDL, F.M., ARTHUR, V., WALDER, J.M.M., and SGRILLO, R.B., Effects of gammaradiation in rice, substrate for Sitophilus oryzae culture. In Portugese, INIS ATOMINDEX13 10 (1982) 3477.

20. BARBOSA, AP., Interaction of gamma radiation and temperature on determination of thesterilizing dose of some stored products, M.S. Thesis, In Portugese, INIS ATOMINDEX 111 (1980) 166.

21. UMEDA, K., Introduction of the Irradiation Treatment Technology to Korea and theAnalysis of Its Influence on the Food Distribution and Utilization, National Food Re·search Institute, Ministry of Agriculture and Forestry, Tokyo, Japan (1977).

22. KAWABATA, T. (1983), Komunikasi pribadi.23. LOAHARANU, P. (1983), Komunikasi pribadi.24. ISMACHIN, M., Studi pengawetan beras dengan menggunakan sinar gamma (Co.60), Ma·

jalah BATAN 41 (1971) 25.25. ANONIM, Laporan akhir penelitian pengawetan beras dengan radiasi sinar gamma (Kerja·

sarna BULOG·BAT AN). BULOG-BATAN (P2PsD/39/1970, Pusat Penelitian Pasar DjumatDjakarta (1970).

26. ABDULLAH, N., SlAGIAN, E.G., ISNAENI, M., and ISMACHIN, M., "Laboratory workon food irradiation in Indonesia", Peaceful Uses of Atomic Energy, Vol. 12 (Proc. ofFourth International Conference Geneva, 1971), lAEA, Vienna (1972) 337.

27. HUDAYA, M., SRI HARIANI, ISMACHIN, M., and DJUSMADI, Pengaruh penyinaransinar gamma terhadap Calandra oryzae L pada jagung dan beras, Majalah BATAN I 1(1968) 6.

28. HUTABARAT, D., dan ISCHAK, S., "Pengaruh penyinaran sinar gamma pada Triboliumconfusum D", Simposium II Aplikasi Radioisotop, Jakarta (1970).

29. ABDULLAH, N., and HUDAYA, M., "The prospect of applying food irradiation in Indo­nesia", Aspect of the Introduction of Food irradiation in Developing Countries (Proc. of aPanel Bombay, 1972),IAEA, Vienna (1973) 71.

30. ISMACHIN, M., dan ABDULLAH, N., "Aspek penelitian yang sudah dan yang sedang di·kerjakan dalam hubungan pemakaian radiasi untuk pengawetan beras", Seminar Radio·isotop PRAB, Bandung 18-19 Februari (1970).

31. HARIY ADI, R.S., dan SUDARMAN, H., Penentuan potensi peneluran Sitophilus oryzae(L) dengan teknik perunut P-32 (1979), belum diterbitkan.

108

Page 11: PENGAWETAN BAHAN MAKANAN DENGAN PROSES IRADIASI ...

32. DANUSOEPADMO, C.J.S., Percobaan terbatas untuk memperkirakan kuantita nisbi ma­kanan yang diambil oleh empat species serangga hama beras dari Orde Coleoptera denganteknik perunut P-32 (1977), belum diterbitkan.

33. DANUSOEPADMO, C.J.S., NASROH, A., dan HARIY ADI, R.S., "Hubungan antara kom­posisi butiran beras dan derajat perkembangan populasi Sitophilus sp. dan Tribolium sp.dan kerusakan yang terjadi", Seminar Biologi Nasional, Bandung (1970).

34. SOEJONO, dan PAMUNTJAK, M., "Pengaruh radiasi sinar gamma terhadap thiamin padaberas", Simposium II Aplikasi Radioisotop, Jakarta (1970).

35. SUGIHAT, Y., "Pengaruh radiasi disinfestasi pada sifat fisik dan kimia beras", Hasil Pe­nelitian 1975 - 1976 PAIR-BATAN (1983) 38.

109

Page 12: PENGAWETAN BAHAN MAKANAN DENGAN PROSES IRADIASI ...

DlSKUSI

L. LAKSMI D. SISWOPUTRANTO:

Bagaimana masalah pengepakan yang harus dipergunakan untuk mencegah timbul­nya kembali kontaminasi serangga. Dengan alat kemas berIubang akan timbullagikontaminasi, sebaliknya dengan alat kemas kedap timbul kelembaban karena kadarair yang tinggi. Kita ketahui beras, kopi, jagung banyak dihasilkan petani dengankadar air tinggi, belum memenuhi persyaratan yang ditentukan.

NAZIR ABDULLAH:

Seperti digambarkan dalam gambaran transparansi tadi, masalah reinfestasi, merupa­kan masalah yang perIu diperhatikan lebih lanjut, karena iradiasi tidak menimbul­kan immunitas pada beras yang diiradiasi. Dalam penelitian terdahulu sudah dicobaberbagai macam bahan pengemas, seperti plastik, kain belacu, karung, kertas, danlain-lain. Namun demikian penelitian mengenai bahan pengemas ini perIu ditelitimendetail.

YAY ASAN LEMBAGA KONSUMEN:

Apa yang dimaksud dengan kalimat pada paper Bapak: Di Indonesia kita baru ber­ada pada taraf yang disebutkan terakhir, yaitu belum ada komoditi makanan yangdiawetkan dengan iradiasi yang memperoleh predikat "aman" untuk dikonsumsi.Sedang judul paper Bapak adalah: Pengawetan bahan makanan dengan proses ira­diasi, suatu alternatif yang patut dipertimbangkan.

NAZIR ABDULLAH:

Yang dimaksudkan dalam teks makalah ialah belum ada komoditi makanan yangdiproses dengan iradiasi yang sudah mendapat "cl~arance" dari yang berwewenangdi negara kita, walaupun beberapa jenis komoditi sudah lanjut dalam penelitiannya.

DIREKTORAT STANDARDISASI - DEPARTEMEN PERDAGANGAN:

Seperti diuraikan oleh Bapak bahwa kehilangan Rp. 100 milyar dapat diatasi apa­bila uang terse but digunakan untuk pembelian iradiator.(I) Apakah dengan iradiasi dapat menjamin tidak akan terjadi kehilangan dalam

penyimpanan?(2) Untuk jangka waktu berapa lama beras yang telah mengalami iradiasi tahan da­

lam penyimpanan di gudang-gudang?

NAZIR ABDULLAH:

Proses iradiasi memang tidak menjamin tidak terjadinya kehilangan dalam penyim­panan. Yang dijamin oleh iradiasi ialah untuk mematikan serangga gudang padasemua stadianya. Bila serangganya dapat dimatikan, diharapkan kehilangan yang di­sebabkan oleh serangga dapat teratasi, asal sesudah iradiasi dapat dibendung ataudiperkecil kemungkinan terjadinya reinfestasi (rekontaminasi). Dalam penelitianterdahulu ditemukan bahwa dengan pengemas yang baik dapat disimpan lebihlama, bahkan lebih dari 1 tahun.

110

Page 13: PENGAWETAN BAHAN MAKANAN DENGAN PROSES IRADIASI ...

HARIY ADI HALID:KOMENTAR

(1) Apabila teknik iradiasi akan diterapkan dalam penyimpanan beras perlu adasuatu kelayakan yang terpadu.

(2) Angka-angka yang Bapak sebutkan ten tang kerusakan selama penyimpanancukup besar. Hal terse but lebih banyak teIjadi di tingkat petani karena tidakada sistem pengendalian hama gudang yang baik.

NAZIR ABDULLAH:

Seperti diuraikan tadi, mungkin data-data kerusakan yang disajikan itu tidak "upto date" lagi, namun demikian diakui bahwa ada kerusakan-kerusakan yang teIjadiselama penyimpanan oleh serangga gudang. Saya sependapat dengan saudara pena­nya, bahwa survei terpadu perlu dilakukan. Bahkan arah penelitian selanjutnyaperlu dipertimbangkan secara terpadu pula.

PT. (PERSERO) SUCOFINDO:Soal pengadaan beras terlalu kompleks, karena pengadaan terpencar-pencar, adapuncak panen dari satu sentra ke sentra lain. Sebaliknya proyek pengadaan jagungdi daerah Jatim dan Sulawesi Selatan (Kendari) dapat dipakai sebagai pilot projectirradiation karena jagung cepat menu run mutunya dalam penyimpanan. Jugagandum dan tepung terigu yang pabriknya terbatas tapi produksinya cukup tinggibisa dicoba untuk iradiasi.

NAZIR ABDULLAH:

Karena ini bersifat komentar, saya kira tidak ada jawaban yang perlu saya berikan.Saran terse but akan dipertimbangkan.

A. HALIM:Komentar

Cara pengawetan beras seperti yang anda jelaskan dalam makalah nampaknya sulitditerapkan di tingkat petani, walaupun jumlah keseluruhan yang disimpan di ting·kat petani sangat besar (85 - 90% dari total produksi per tahun). Hal ini disebab·kim antara lain sebagai berikut:(1) petani menyimpan gabah dalam jumlah keeil dan letaknya terse bar .(2) dengan moon meluasnya penggunaan varitas-varitas padi baru (VUTW) yang

berumur pendek, maka masa simp an di tingkat petani lebih pendek dari tahun·tahun yang lampau (3.6 bulan).

(3) teknologi iradiasi terlalu tinggi bagi pengetahuan dan ketrampilan di tingkat pe-tani.

Oleh karena itu kemungkinan aplikasi teknologi iradiasi adalah di gudang-gudangyang menyimpan dalam jumlah besar seperti di BULOG, swasta eksportir, dan lain­lain.

NAZIR ABDULLAH:

Saya sependapat dengan saudara, memang demikian halnya.

I]]