Top Banner
PENGARUH TEKTONIK LEMPENG LUAR INDONESIA TERHADAP PEMBENTUKAN MINERALISASI INDONESIA Oleh Al Imam Achmad Fadilah 10070111064 Teori Tektonik Lempeng merupakan teori dalam bidang geologi yang telah mengalami pengembangan, agar dapat menjelaskan tentang bukti – bukti perger yang dilakukan oleh litosfer bumi dengan skala yang besar. Lapisan litos menjadi lempeng – lempeng tektonik, terdapat tujuh lempeng utama di bumi ini. ari segi ilmu kebumian, !ndonesia benar"benar merupakan daerah yang sangat menarik. #epentingannya terletak pada rupa buminya, jenis dan sebaran enda mineral serta energi yang terkandung di dalamnya, keterhuniannya, dan ketektonika $%ukamto dan &urbo"'adi(idjoyo, 1))*+. Lempeng Tektonik yang terus bergerak memberikan dampak kepada (ilayah !ndonesia, dampak tersebut dapat berupa dampak positif juga dampak negati yang diberikan akibat dari tektonik lempeng, subduksi antara dua lempeng menyebab Lempeng !ndo" ustralia dan Lempeng-urasia menyebabkan terbentuknya deretan gunung berapi yang tak lain adalah ukit arisan di &ulau %umatra dan deretan gu berapi di sepanjang &ulau /a(a, ali dan Lombok, serta parit samudra adalah &arit /a(a $%unda+. #ata #un i Teori Tektonik Lempeng , dan Lempeng Tektonik Indonesia
15

Pengaruh Tektonik Lempeng Luar Indonesia Terhadap Pembentukan Mineralisasi Indonesia

Oct 04, 2015

Download

Documents

januar789

dokumen ini merupakan tugas untuk mata kuliah genesa bahan galian, program studi pertambangan, universitas islam bandung
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript

PENGARUH TEKTONIK LEMPENG LUAR INDONESIA TERHADAP PEMBENTUKAN MINERALISASI INDONESIA

OlehAl Imam Achmad Fadilah10070111064

Teori Tektonik Lempeng merupakan teori dalam bidang geologi yang telah mengalami pengembangan, agar dapat menjelaskan tentang bukti bukti pergerakan yang dilakukan oleh litosfer bumi dengan skala yang besar. Lapisan litosfer dibagi menjadi lempeng lempeng tektonik, terdapat tujuh lempeng utama di bumi ini. Dari segi ilmu kebumian, Indonesia benar-benar merupakan daerah yang sangat menarik. Kepentingannya terletak pada rupa buminya, jenis dan sebaran endapan mineral serta energi yang terkandung di dalamnya, keterhuniannya, dan ketektonikannya.(Sukamto dan Purbo-Hadiwidjoyo, 1993).Lempeng Tektonik yang terus bergerak memberikan dampak kepada wilayah Indonesia, dampak tersebut dapat berupa dampak positif juga dampak negatif yang diberikan akibat dari tektonik lempeng, subduksi antara dua lempeng menyebabkan Lempeng Indo-Australia dan Lempeng Eurasia menyebabkan terbentuknya deretan gunung berapi yang tak lain adalah Bukit Barisan di Pulau Sumatra dan deretan gunung berapi di sepanjang Pulau Jawa, Bali dan Lombok, serta parit samudra yang tak lain adalah Parit Jawa (Sunda).

Kata Kunci : Teori Tektonik Lempeng, dan Lempeng Tektonik Indonesia

DAFTAR ISI

AbstrakiDaftar Isiii

BAB I PENDAHULUAN1BAB II PENGARUH TEKTONIK LEMPENG LUAR INDONESIA TERHADAP PEMBENTUKAN MINERALISASI INDONESIA3

BAB I PENDAHULUAN

Bumi merupakan tempat tinggal manusia yang diciptakan oleh Tuhan dengan berbagai macam isinya, kita hidup di bumi berada di bagian litosfer atau permukaan bumi yang terbentuk dari berbagai macam batuan diantaranya batuan sedimen menyusun kurang lebih sebanyak 80% dengan volume kurang lebih 0,32% dari volume bumi. Batuan batuan yang menyusun kerak bumi memiliki ciri khas yang berbeda beda dan terangkum dalam sebuah lempeng lempeng yang tersebar diseluruh dunia, lempeng lempeng tersebut bersifat dinamis, karena adanya perbedaan perlapisan dan tenaga endogen yang mengakibatkan pergerakan lempeng. Dari pergerakan tersebut dapat menimbulkan sebuah siklus batuan yang disebut daur geologi.

Gambar 1. Lempeng Lempeng Tektonik di Dunia dengan Vektor Pergerakannya. (http://id.wikipedia.org/wiki/Tektonika_lempeng)

Lempeng tektonik merupakan bagian dari kerak bumi dan lapisan paling atas(litosfer), lempeng lempeng litosfer ini menumpang di atas astenosfer dan bergarak relatif satu dengan yang lainnya di batas batas lempeng, baik menjauh, bertumbukan, ataupun menyamping. Gempa bumi, aktivitas vulkanik, pembentukan gunung, dan pembentukan palung samudera umumnya terjadi di daerah sepanjang batas lempeng. Pergerakan ini lazimnya berkecapatan 50 100 mm/a(Watson Janet, 1975), lempeng tektonik yang terus bergerak akan mengalami gesekan atau benturan yang cukup keras. Bila ini terjadi, maka akan mengakibatkan bencana alam seperti gempa bumi dan tsunami, akan tetapi selain mengakibatkan berbagai bencana alam tersebut, pergerakan lempeng tektonik juga dapat menimbulkan dampak yang positif seperti meningkatnya kenaikan magma ke permukaan. Disinilah terjadi zona mineralisasi yang dapat kita manfaatkan. Lempeng tektonik merupakan sebuah siklus batuan di bumi yang terjadi dalam skala waktu geologi. Siklus batuan tersebut terjadi dari pergerakan lempeng bumi yang bersifat dinamis. Dengan pergerakan lempeng tektonik yang terjadi mampu membentuk muka bumi serta menimbulkan gejala gejala atau kejadian kejadian alam seperti gempa tektonik, letusan gunung api, dan tsunami. Pergerakan lempeng tektonik di bumi digolongkan dalam tiga macam batas pergerakan lempeng, yaitu konvergen, divergen, dan transform (pergeseran).1. Batas Transform.Terjadi bila dua lempeng tektonik bergeraksaling menggelangsar(slide each other), yaitu bergerak sejajar namun berlawanan arah. Keduanya tidak saling memberai maupun saling menumpu. Batas transform ini juga dikenal sebagaisesar ubahan-bentuk(transform fault).2. Batas Divergen.Terjadi pada dua lempeng tektonik yang bergeraksaling memberai(break apart). Ketika sebuah lempeng tektonik pecah, lapisan litosfer menipis dan terbelah, membentuk batas divergen. Pada lempeng samudra, proses ini menyebabkanpemekaran dasar laut(seafloor spreading). Sedangkan pada lempeng benua, proses ini menyebabkan terbentuknyalembah retakan(rift valley) akibat adanya celah antara kedua lempeng yang saling menjauh tersebut.Pematang Tengah-Atlantik(Mid-Atlantic Ridge) adalah salah satu contoh divergensi yang paling terkenal, membujur dari utara ke selatan di sepanjang Samudra Atlantik, membatasi Benua Eropa dan Afrika dengan Benua Amerika.3. Batas Konvergen.Terjadi apabila dua lempeng tektonik tertelan (consumed) ke arah kerak bumi, yang mengakibatkan keduanya bergeraksaling menumpusatu sama lain (one slip beneath another). Wilayah dimana suatu lempeng samudra terdorong ke bawah lempeng benua atau lempeng samudra lain disebut denganzona tunjaman(subduction zones). Di zona tunjaman inilah sering terjadi gempa.Pematang gunung-api (volcanic ridges) danparit samudra(oceanic trenches) juga terbentuk di wilayah ini.

BAB IIPENGARUH TEKTONIK LEMPENG LUAR INDONESIA TERHADAP PEMBENTUKAN MINERALISASI INDONESIA

Setiap daratan atau wilayah atau negara atau benua di dunia ini di batasi oleh lempeng yang berbeda beda, dikarenakan sifatnya yang dinamis dan memiliki kekuatan yang berbeda pula, maka terbentuklah tiga batas lempeng tektonik gempa yang terjadi di akibatkan oleh pergerakan lempeng tektonik, tiga batas tersebut merupakan batas transform, batas divergen, dan batas konvergen.. Di wilayah Indonesia yang merupakan daerah terbanyak yang dilewati oleh titik titik gempa yang tersebar di seluruh nusantara, dimulai dari barat hingga ke selatan dari Indonesia dibatasi dengan lempeng tektonik, di sebelah utara dibatasi dengan lempeng tektonik yang berbeda, dan di sebelah timur pun dibatasi dengan lempeng tektonik yang berbeda pula. Sehingga daerah Indonesia dibatasi oleh 3 lempeng mayor dunia yakni Lempeng Eurasia, Lempeng Pasifik, dan Lempeng Indo-Australia.Negara Indonesia berada di dekat batas lempeng tektonik Eurasia dan Indo-Australia dimana jenis batas antar kedua lempeng ini merupakan batas konvergen, lempeng Indo-Australia ini merupakan bagian lempeng yang menunjam kebawah lapisan lempeng Eurasia, akibat dari subduksi tersebut menyebabkan terbentuknya deretan gunung berapi yang merupakan Bukit Barisan di Pulau Sumatera dan deretan gunung berapi di sepanjang Pulau Jawa, Bali, dan Lombok, serta terbentuknya Parit Jawa (Sunda). Selain daripada pertemuan lempeng Indo-Australia dengan lempeng Eurasia, di sebelah bagian timur Indonesia merupakan pertemuan 3 lempeng tektonik yaitu lempeng Philipina, lempeng Pasifik, dan Indo-Australia.Deretan gunung berapi yang berada di sepanjang Pulau Sumatera sampai Pulau Jawa, Bali, dan Lombok merupakan bagian deretan gunung berapi dari cincin gunung berapi atau yang lebih dikenal yaitu Ring Of Fire. Akibatnya negara Indonesia memiliki jumlah gunung berapi terbanyak di dunia yaitu berjumlah 177 gunung berapi yang sampai saat ini masih dalam kondisi aktif, hal ini menyebabkan Indonesia memiliki pola penyebaran fokus gempa dan vulkanisme yang tinggi sehingga beragai gejala alam di Indonesia sering terjadi.Gambar 2. Sebaran Gunung BerapiProvinsi Sumatera Selatan dan Tengah mempunyai kedalaman palung yang berangsur menurun dari 6.000 5.000 m. Sedimen dasar palung mempunyai ketebalan sekitar 2 km di utara dan 1 km di selatan. Penunjaman miring dengan komponen penunjaman menurun ke utara antara 7,0 5,7 cm/tahun. Komponen pergeseran lateral yang bekerja di lempeng ini diasumsikan sangat berperan dalam membentuk sistem strike slip fault di Sumatera.Pada Propinsi Sumatera Utara - Nikobar, di sebelah barat Pulau Simalur sumbu palung menajam ke barat, dan di barat-laut Pulau Simalur cenderung ke utara barat-laut. Palung mempunyai kedalaman berkisar antara 3.500 5.000 m. Pertemuan di sepanjang propinsi ini sangat miring dan kecepatan penunjaman ke arah utara mengalami penurunan 5,6 4,1 cm/tahun. Sesar Sumatera merupakan contoh rinci yang menarik untuk menunjukkan akibat tektonik regional pada pola tektonik lokal. Pulau Sumatera tersusun atas dua bagian utama, sebelah barat didominasi oleh keberadaan lempeng samudera, sedang sebelah timur didominasi oleh keberadaan lempeng benua. Berdasarkan gaya gravitasi, magnetisme dan seismik ketebalan lempeng samudera sekitar 20 kilometer, dan ketebalan lempeng benua sekitar 40 kilometer (Hamilton, 1979).Sejarah tektonik Pulau Sumatera berhubungan erat dengan dimulainya peristiwa pertumbukan antara lempeng India-Australia dan Asia Tenggara, sekitar 45,6 juta tahun lalu, yang mengakibatkan rangkaian perubahan sistematis dari pergerakan relatif lempeng-lempeng disertai dengan perubahan kecepatan relatif antar lempengnya berikut kegiatan ekstrusi yang terjadi padanya. Gerak lempeng India-Australia yang semula mempunyai kecepatan 86 milimeter / tahun menurun secara drastis menjadi 40 milimeter/tahun karena terjadi proses tumbukan tersebut. Penurunan kecepatan terus terjadi sehingga tinggal 30 milimeter/tahun pada awal proses konfigurasi tektonik yang baru (Char-shin Liu et al, 1983 dalam Natawidjaja, 1994). Setelah itu kecepatan mengalami kenaikan yang mencolok sampai sekitar 76 milimeter/tahun (Sieh, 1993 dalam Natawidjaja, 1994). Proses tumbukan ini, menurut teori indentasi pada akhirnya mengakibatkan terbentuknya banyak sistem sesar geser di bagian sebelah timur India, untuk mengakomodasikan perpindahan massa secara tektonik (Tapponier dkk, 1982). Keadaan Pulau Sumatera menunjukkan bahwa kemiringan penunjaman, punggungan busur muka dan cekungan busur muka telah terfragmentasi akibat proses yang terjadi. Kenyataan menunjukkan bahwa adanya transtensi (trans-tension) Paleosoikum tektonik Sumatera menjadikan tatanan tektonik Sumatera menunjukkan adanya tiga bagian pola (Sieh, 2000). Bagian selatan terdiri dari lempeng mikro Sumatera, yang terbentuk sejak 2 juta tahun lalu dengan bentuk, geometri dan struktur sederhana, bagian tengah cenderung tidak beraturan dan bagian utara yang tidak selaras dengan pola penunjaman. Bagian selatan Pulau Sumatera memberikan kenampakan pola tektonik: (1) Sesar Sumatera menunjukkan sebuah pola geser kanan en echelon dan terletak pada 100 ~ 135 kilometer di atas penunjaman, (2)Lokasi gunungapi umumnya sebelah timur-laut atau di dekat sesar, (3) Cekungan busur muka terbentuk sederhana, dengan kedalaman 1 ~ 2 kilometer dan dihancurkan oleh sesar utama, (4) Punggungan busur muka relatif dekat, terdiri dari antiform tunggal dan berbentuk sederhana, (5) Sesar Mentawai dan homoklin, yang dipisahkan oleh punggungan busur muka dan cekungan busur muka relatif utuh, dan (6) Sudut kemiringan tunjaman relatif seragam.Bagian utara Pulau Sumatera memberikan kenampakan pola tektonik: (1) Sesar Sumatera berbentuk tidak beraturan, berada pada posisi 125 ~ 140 kilometer dari garis penunjaman, (2) Busur vulkanik berada di sebelah utara sesar Sumatera, (3) Kedalaman cekungan busur muka 1 ~ 2 kilometer, (4) Punggungan busur muka secara struktural dan kedalamannya sangat beragam, (5) Homoklin di belahan selatan sepanjang beberapa kilometer sama dengan struktur Mentawai yang berada di sebelah selatannya, dan (6) Sudut kemiringan penunjaman sangat tajam.Bagian tengah Pulau Sumatera memberikan kenampakan tektonik: (1) Sepanjang 350 kilometer potongan dari sesar Sumatera menunjukkan posisi memotong arah penunjaman, (2) Busur vulkanik memotong dengan sesar Sumatera, (3) Topografi cekungan busur muka dangkal, sekitar 0.2 ~ 0.6 kilometer, dan terbagi-bagi menjadi berapa blok oleh sesar turun miring , (4) Busur luar terpecah-pecah, (5) Homoklin yang terletak antara punggungan busur muka dan cekungan busur muka tercabik-cabik, dan (6) Sudut kemiringan penunjaman beragam. Dari segi ilmu kebumian, Indonesia benar-benar merupakan daerah yang sangat menarik. Kepentingannya terletak pada rupabuminya, jenis dan sebaran endapan mineral serta energi yang terkandung di dalamnya, keterhuniannya, dan ketektonikaannya. Oleh sebab itulah, berbagai anggitan (konsep) geologi mulai berkembang di sini, atau mendapatkan tempat untuk mengujinya. Di sinilah wilayah tempat saling bertemunya tiga lempeng besar dunia : Eurasia - Hindia-Australia - Pasifik yang menghasilkan deretan busur kepulauan dan jajaran gunungapi, tanah yang subur, pemineralan yang kaya dan khas, pengendapan suber energi yang melimpah. Dan rupabumi yang menakjubkan (Sukamto dan Purbo-Hadiwidjoyo, 1993). Salah satu jalur timah terkaya di dunia menjulur sampai di Nusantara, daerahnya mempunyai akumulasi minyak dan gas bumi yang tergolong besar, batubara Indonesia meskipun masih berumur muda tetapi memiliki jumlah yang cukup besar dan dapat dimanfaatkan untuk berbagai jenis keperluan. Tak kalah pentingnya adalah endapan nikel dan kromit yang terbawa oleh tersingkapnya kerak Lautan Pasifik di beberapa wilayah di Indonesia bagian timur.

BAB III KONDISI MINERALISASI DI INDONESIA

Penyebaran mineral ekonomis di Indonesia ini tidak merata. Seperti halnya penyebaran batuan, penyebaran mineral ekonomis sangat dipengaruhi oleh tatanan geologi Indonesia yang rumit. Berkenaan dengan hal tersebut, maka usaha-usaha penelusuran keberadaan mineral ekonomis telah dilakukan oleh banyak orang. Mineral ekonomis adalah mineral bahan galian dan energi yang mempunyai nilai ekonomis. Mineral logam yang termasuk golongan ini adalah tembaga, besi, emas, perak, timah, nikel dan aluminium. Mineral non logam yang termasuk golongan ini adalah fosfat, mika, belerang, fluorit, mangan. Mineral industri adalah mineral bahan baku dan bahan penolong dalam industri, misalnya felspar, ziolit, diatomea. Mineral energi adalah minyak, gas dan batubara atau bituminus lainnya. Belakangan panas bumi dan uranium juga masuk dalam golongan ini walaupun cara pembentukannya berbeda. (Sudradjat, 1999)3.1Keberadaan Mineral LogamPembentukan mineral logam sangat berhubungan dengan aktivitas magmatisme dan vulkanisme, di seluruh Indonesia telah teridentifikasi sekitar 15 busur magmatik sebagai dasar eksplorasi mineral, 7 diantaranya membawa cebakan emas dan tembaga, dan 8 lainnya masihbelum diketahui, busur yang menghasilkan cebakan mineral logam tersebut adalah busur magmatik Aceh, Sumatera-Meratus, Sunda-Banda, Kalimantan Tengah, Sulawesi-Mindanau Timur, Halmahera Tengah, Irian Jaya. Cebakan tersebut merupakan hasil mineralisasi utama yang umumnya berupa porfiri copper-gold mineralization, mineralisasi skarn, high sulphidation epithermal mineralization, gold-silver-barite base metal mineralization, low sulphidation epithermal mineralization dan sediment hosted mineralization.Cebakan emas dapat terbentuk pada lingkungan batuan pluton yang tererosi atau proses hidrotermal, proses ini juga dapat terjadi di lingkungan batuan vulkanik maupun di batuan sedimen, yang lebih dikenal dengan skarn. Proses mineralisasi dalam di lingkungan batuan vulkanik dikenal sebagai sistem porfiri. Contoh baik atas porfiri terdapat di kompleks Grasberg di Papua, dengan mineralisasi utama bersifat disseminated sulfide dengan mineral bijih utama kalkopirit yang banyak pada veinlet (MacDonald, 1994), contoh lain terdapat di Pongkor dan Cikotok di Jawa Barat, Batu Hijau di Sumbawa, dan Ratotok di Minahasa. Proses pengkayaan batuan karena pelapukan dikenal dengan nama pengkayaan supergen. Batuan granitik yang lapuk akan menghasilkan mineral pembawa aluminium, antara lain bauxit. Proses ini sangat berhubungan dengan keberadaan jalur magmatik, berupa subduksi pada lempeng benua bersifat asam, sehingga menghasilkan batuan bersifat asam. Contoh pelapukan granit ini antara lain terjadi di Kalimantan Barat, Bangka, Belitung dan Bintan. Peridotit terbentuk di lingkungan lempeng samudera yang akan kaya mineral berat besi, nikel, kromit, magnesium dan mangan. Keberadaannya di permukaan disebabkan oleh lempeng benua Pasifik yang terangkat ke daratan oleh proses obduksi dengan lempeng benua Eurasia, yang kemudian disebarkan oleh sesar Sorong (Katili, 1980) sebagai pulau-pulau kecil di berada di kepulauan Maluku.3.2Keberadaan Batubara dan BituminusParameter yang mengendalikan bembentukan batubara adalah: (1) Sumber vegetasi, (2) Posisi muka air tanah (3) Penurunan yang terjadi bersamaan dengan pengendapan, (4) Penurunan yang terjadi setelah pengendapan, (5) Kendali lingkungan geotektonik endapan batubara dan (6) Lingkungan pengendapan terbentuknya batubara. Batubara lazim terbentuk di lingkungan (1) dataran sungai teranyam, (2) lembah aluvial, (3) dataran delta, (4) pantai berpenghalang dan (5) estuaria (Diessel, 1992). Batubara di Indonesia umumnya menyebar tidak merata, 60% terletak di Sumatera Selatan dan 30% di Kalimantan Timur dan Selatan. Sebagian besar batubara terbentuk di lingkungan litoral, paralik dan delta, sedang beberapa terbentuk di lingkungan cekungan antar pegunungan. Kualitas batubara umumnya berupa bituminous, termasuk dalam steaming coal. Antrasit berkualitas rendah karena pemanasan oleh intrusi ditemukan di Bukit Asam, Sumatera dan Kalimantan Timur sedang pematangan karena tekanan tektonik terbentuk di Ombilin, Sumatera Barat (Sudradjat, 1999).Urutan kualitas batubara cenderung menggambarkan umurnya. Selama ini batubara di Indonesia dihasilkan oleh cekungan berumur Tersier. Gambut berumur Resen sampai Paleosen, batubara sub bituminus berumur Miosen dan batubara bituminus berumur Eosen.

BAB IV KESIMPULAN

Berdasarkan kepada uraian pada bab-bab sebelumnya berkaitan dengan pengaruh tektonik lempeng luar indonesia terhadap Mineralisasi Indonesia, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut ;1. Pengaruh bertemunya dua lempeng mayor antara lempeng Eurasia dengan lempeng Indo-Australia yaitu bukit barisan di wilayah Sumatera, yang menyebabkan sering terjadinya kegiatan vulkanisme dan kegiatan magmatisme yang merupakan agen mineralisasi.2. Tumbukan yang terjadi antara lempeng Eurasia dengan lempeng Pasifik mengakibatkan mineral mineral berat seperti besi, nikel, kromit, magnesium dan mangan terangkat ke daratan wilayah kepulauan Maluku , yang kemudian tersebarkan oleh sesar Sorong.

DAFTAR PUSTAKA

1. Alfred Wegener, 1966. The Origin of Continents and Oceans. Courier Dover. hlm.246. ISBN 0486617084.