PENGARUH STRUKTUR KEPEMILIKAN, UKURAN PERUSAHAAN DAN LEVERAGE TERHADAP MANAJEMEN LABA (STUDI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN YANG TERMASUK DALAM DAFTAR LQ45 PERIODE 2011-2014) oleh Deanira Allia Pandoe 20121112038 SKRIPSI SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI INDONESIA BANKING SCHOOL JAKARTA 2016 Pengaruh Struktur..., Deanira Allia Pandoe, Ak.-IBS, 2016
151
Embed
PENGARUH STRUKTUR KEPEMILIKAN, UKURAN PERUSAHAAN …
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
PENGARUH STRUKTUR KEPEMILIKAN, UKURAN PERUSAHAAN
DAN LEVERAGE TERHADAP MANAJEMEN LABA
(STUDI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN YANG TERMASUK DALAM
DAFTAR LQ45 PERIODE 2011-2014)
oleh
Deanira Allia Pandoe
20121112038
SKRIPSI
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI
INDONESIA BANKING SCHOOL
JAKARTA
2016
Pengaruh Struktur..., Deanira Allia Pandoe, Ak.-IBS, 2016
PENGARUH STRUKTUR KEPEMILIKAN, UKURAN PERUSAHAAN
DAN LEVERAGE TERHADAP MANAJEMEN LABA
(STUDI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN YANG TERMASUK DALAM
DAFTAR LQ45 PERIODE 2011-2014)
oleh
Deanira Allia Pandoe
20121112038
SKRIPSI
Diajukan untuk Melengkapi Sebagian Syarat
Guna Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi
Program Studi Akuntansi
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI
INDONESIA BANKING SCHOOL
JAKARTA
2016
Pengaruh Struktur..., Deanira Allia Pandoe, Ak.-IBS, 2016
tentunya agents akan dapat dengan mudah mempengaruhi angka-angka akuntansi
yang tertera dalam laporan keuangan dengan cara melakukan manajemen laba
(Godfrey et al, 2010). Permasalahan agensi akan semakin berkembang seiring dengan
perkembangan bisnis perusahaan yang membuat hubungan bisnis perusahaan
semakin luas dan kompleks. Upaya agents untuk mencari keuntungan pribadi
disebabkan oleh kesuperiorannya dalam mengusai informasi yang mendorong agents
untuk bersikap oportunis dengan hanya memanfaatkan informasi-informasi yang ada
(Sulistyanto, 2008).
Hal ini menyebabkan terjadinya kesalahan alokasi sumberdaya perusahaan
yang seharusnya diterima pihak lain yang mempunyai hubungan dengan perusahaan
tersebut. Akibatnya pihak-pihak tersebut tidak mendapatkan hasil yang optimal dari
hubungan bisnis perusahaan. Principals tidak mendapatkan hasil yang optimal dari
modal yang ditanamkannya dan kreditur tidak mendapatkan pengembalian dana
secara optimal (Sulistyanto, 2008). Untuk mengatasi masalah agensi ini, principals
membuat aturan-aturan yang menimbulkan cost baru untuk perusahaan. Jensen dan
Meckling (1976) membagi cost agensi sebagai berikut (Godfrey et al, 2010) :
1. Monitoring Cost
Monitoring cost merupakan cost yang dikeluarkan untuk mengawasi perilaku
agents. Cost tersebut merupakan pengeluaran yang digunakan untuk mengukur,
mengobservasi dan mengontrol perilaku agents. Contohnya yaitu biaya audit,
Pengaruh Struktur..., Deanira Allia Pandoe, Ak.-IBS, 2016
11
Indonesia Banking School
biaya yang digunakan untuk compensation plans, budget retrictions, dan
peraturan operasi perusahaan.
2. Bonding Cost
Bonding cost merupakan cost yang dikeluarkan untuk menetapkan mekanisme
yang mengaransi agents berperilaku untuk kepentingan principals. Contohnya
yaitu waktu dan usaha yang dikeluarkan untuk menyusun laporan keuangan
secara triwulan yang akan memperlihatkan apakah agents menunjukan perilaku
yang oportunis.
3. Residual Loss
Residual loss merupakan net value dari output yang dikeluarkan agents dikurangi
dengan kepentingan agents terhadap principals. Maksudnya adalah dengan
diterapkannya monitoring dan bonding cost agents tetap dapat mementingkan
kepentingan pribadinya.
2.1.2 Teori Akuntansi Positif
Positif teori bertujuan untuk memahami fenomena akuntansi dengan
mengobservasi peristiwa empirik dan hasilnya akan digunakan untuk membuat
prediksi mengenai suatu observasi atau untuk memprediksi peristiwa masa depan
(Godfrey et al, 2010). Milton Friedman, yang mengemukakan teori ini menyatakan :
“the ultimate goal of a positive science is the development of a theory or hypothesis that yeilds valid and meaningful predictions about phenomena not yet observed”
Pengaruh Struktur..., Deanira Allia Pandoe, Ak.-IBS, 2016
12
Indonesia Banking School
Artinya bahwa tujuan utama positif teori adalah untuk mengembangkan teori
atau hipotesis yang menghasilkan prediksi yang valid dan berarti mengenai fenomena
yang belum diobservasi. Friedman mengacu pada istilah “apa adanya” (what it is)
ketimbang pada istilah “yang seharusnya” (it should be). Demikian fungsinya harus
berdasarkan ketetapan (precision), kajian (scope) dan kesesuaian prediksi
berdasarkan pengalaman (Godfrey et al, 2010).
Konsisten dengan Friedman (1953), Watts dan Zimmerman (1986)
mengembangkan prediksi menjadi tiga hipotesis yaitu (Scott, 2012) :
1. The Bonus Plan Hyphothesis
Perusahaan yang menetapkan bonus plan akan memiliki kecenderungan bagi
manajemen untuk memindahkan earnings yang masih akan didapat dimasa yang
akan datang ke periode berjalan. Biasanya bonus akan ditetapkan tergantung pada
beberapa faktor seperti net income perusahaan. Sehingga jika net income
perusahaan naik maka akan bersifat garis lurus terhadap bonus yang didapatkan
oleh manajemen. Cara lain yang dapat dilakukan yaitu dengan cara memilih
ketentuan akuntansi yang akan meningkatkan earnings periode berjalan. Apabila
manajemen ingin mengurangi risiko, maka manajemen akan memilih untuk
mengubah ketentuan akuntansi yang digunakan dan menghaluskan (smooth) nilai
earnings yang diperoleh.
2. The Debt Convenant Hypothesis
Pengaruh Struktur..., Deanira Allia Pandoe, Ak.-IBS, 2016
13
Indonesia Banking School
Debt convenant atau perjanjian hutang jangka panjang merupakan perjanjian yang
berisikan ketentuan untuk melindungi kreditur dari tindakan manajemen yang
tidak sesuai dengan kepentingan kreditur. Dengan adanya pelanggaran perjanjian
hutang jangka panjang maka akan menambah biaya yang ditanggung dan
tentunya akan mengurangi net income. Manajemen pun tidak akan membiarkan
hal ini terjadi karena akan berdampak pada penurunan bonus yang akan
diterimanya. Untuk mencegah hal tersebut terjadi manajemen akan memilih untuk
menggunakan ketentuan akuntansi yang dapat meningkatkan earnings periode
berjalan.
3. The Political Cost Hypothesis
Perusahaan yang besar dan strategis tidak akan terlepas dari aspek politik karena
perusahaan besar lebih dilihat oleh masyarakat dan menyangkut hajat orang
banyak. Karena mendapatkan perhatian lebih dari masyarakat maka perusahaan
akan mengeluarkan biaya-biaya politik seperti biaya kelestarian lingkungan
(environmental responsibilities) atau perusahaan akan mengurangi earnings
perusahaan agar mendapatkan subsidi dari pemerintah atau keringanan
pembayaran pajak.
2.2 Laporan Keuangan
Laporan keuangan adalah suatu penyajian informasi keuangan yang
terstruktur atas posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas. Tujuan laporan
Pengaruh Struktur..., Deanira Allia Pandoe, Ak.-IBS, 2016
14
Indonesia Banking School
keuangan adalah untuk memberikan informasi mengenai posisi keungan, kinerja
keuangan, dan arus kas suatu entitas yang berguna bagi sebagian besar pengguna
laporan keuangan dalam pengambilan keputusan ekonomik (PSAK No 1 Tahun
2015).
Laporan keuangan juga sebagai alat pertanggungjawaban manajemen
(stawardship) atas penggunaan sumber daya entitas yang dipercayakan kepada
manajemen. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, laporan keuangan disajikan
dalam beberapa struktur informasi keuangan, seperti aset, liabilitas, ekuitas,
penghasilan dan beban (termasuk keuntungan dan kerugian), kontribusi dari dan
distribusi kepada pemilik dalam kapasitasnya sebagai pemilik dan arus kas ( PSAK
No 1 Tahun 2015).
Informasi keuangan tersebut dilengkapi informasi tambahan yang terdapat
dalam catatan atas laporan keuangan, membantu pengguna laporan keungan dalam
memprediksi masa depan entitas. Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan
informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keungan
suatu entitas yang bermanfaat bagi sejumlah besar pengguna dalam pengambilan
keputusan ekonomik. Laporan keuangan yang disusun untuk tujuan ini memenuhi
kebutuhan bersama sebagian besar pengguna. Namun demikian, laporan kauangan
tidak menyediakan semua informasi yang mungkin dibutuhkan pengguna dalam
pengambilan keputusan ekonomik karena secara umum menggambarkan pengaruh
Pengaruh Struktur..., Deanira Allia Pandoe, Ak.-IBS, 2016
15
Indonesia Banking School
keuangan dari kejadian dimasa lalu, dan tidak diwajibkan untuk menyediakan
informasi non keuangan (PSAK No 1 Tahun 2015).
Tujuan dari laporan keuangan menurut PSAK No 1 Tahun 2015 adalah :
1. Menyediakan informasi yang berguna bagi investor, kreditor dan pengguna
potensial lainnya dalam membantu proses pengambilan keputusan yang rasional
atas investasi kredit dan keputusan lain yang sejenis
2. Menyediakan informasi yang berguna bagi investor, kreditor dan pengguna
potensial lainnya yang membantu dalam menilai jumlah, waktu dan
ketidakpastian prospek penerimaan kas dari deviden atau bunga dan pendapatan
dari penjualan, penebusan atau jatuh tempo sekuritas atau pinjaman. Menaksir
aliran kas masuk (future cash flow) pada perusahaan
3. Memberikan informasi tentang sumber daya ekonomi, klaim atas sumber daya
tersebut dan perubahannya.
Adapun definisi untuk setiap unsur-unsur laporan keuangan suatu organisasi
bisnis sebagai berikut (Kieso, 2013) :
1. Assets, merupakan sumber daya ekonomi perusahaan dimasa yang akan datang,
dan diperoleh atau dikuasai perusahaan sebagai akibat dan transaksi dimasa lalu
2. Liability, merupakan suatu kewajiban yang timbul akibat adanya pengorbanan
untuk mendapatkan sumber daya perusahaan
3. Equity, adalah aset bersih perusahaan yang ada setelah dikurangi dengan
kewajiban perusahaan
Pengaruh Struktur..., Deanira Allia Pandoe, Ak.-IBS, 2016
16
Indonesia Banking School
4. Revenue, merupakan cash inflow atau kenaikan aset perusahaan yang terjadi
melalui transaksi penjualan barang, produksi barang, pemberian jasa atau
aktivitas lainnya yang menjadi kegiatan utama perusahaan
5. Expenses, merupkan setiap cash outflow yang timbul dalam transaksi transaksi
penjualan barang, produksi barang, pemberian jasa atau aktivitas lainnya yang
menjadi kegiatan utama perusahaan.
6. Income, merupakan pendapatan neto atau keuntungan bersih yang diperoleh dari
pendapatan perusahaan dan keuntungan lainnya dikurangi dengan beban
perusahaan dan kerugian lainnya
2.3 Laba
2.3.1 Definisi Laba
Laba merupakan pendapatan perusahaan dari ativitas operasi dikurangi
dengan beban yang timbul akibat aktivitas operasi tersebut, selisihnya dapat
menghasilkan nilai tambah ekonomis bagi perusahaan (Hendriksen, 2001).
2.3.2 Karakteristik Laba
Dari definisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa laba secara konseptual
memiliki karakteristik umum sebagai berikut (Hendriksen, 2001) :
1. Kenaikan kemakmuran yang dimiliki atau dikuasai suatu perusahaan
Pengaruh Struktur..., Deanira Allia Pandoe, Ak.-IBS, 2016
17
Indonesia Banking School
2. Perubahan dapat dinikmati, didistribusi, atau ditarik oleh perusahaan yang
menguasai kemakmuran awal asalkan kemakmuran awal dipertahankan.
Kemakmuran dapat berupa aset bersih perusahaan, modal pemegang saham,
kekayaan perusahaan, investasi, sumber daya ekonomi atau apapun yang dapat
dinilai dengan uang
3. Perubahan yang terjadi dalam suatu periode sehingga harus diidentifikasi kondisi
kemakmuran awal dan kemakmuran akhir uang
2.3.3 Fungsi Perhitungan Laba
Perhitungan laba perlu diketahui karena merupakan informasi penting dalam
suatu laporan keuangan. Laba yang secara umum dihitung berdasarkan selisih
pendapatan dan biaya, dapat digunakan sebagai berikut (Hendriksen, 2001) :
1. Sebagai indikator efisiensi penggunaan modal atau biaya
2. Alat ukur prestasi atau kinerja manajemen
3. Alat motivasi bagi manajemen dalam pengelolaan perusahaan
4. Dasar penentuan pengenaan pajak
5. Dasar penghitungan deviden
6. Dasar pembagian kompensasi dan bonus
7. Pedoman dalam menentukan kebijakan dan pengambilan keputusan
8. Dasar peramalan kondisi perusahaan di masa yang akan datang
Pengaruh Struktur..., Deanira Allia Pandoe, Ak.-IBS, 2016
18
Indonesia Banking School
2.3.4 Jenis-Jenis Laba
Laba dibedakan menurut kelompok penerima informasi, yaitu tergantung
fungsi dan tujuan pemakaiannya. Secara ringkas, laba berdasarkan penyajiannya
untuk masing-masing kelompok penerima informasi dibagi menjadi lima jenis yaitu
(Hendriksen, 2001) :
Tabel 2.1
Jenis Laba, Penerima Informasi Laba dan Perhitungannya
Jenis Income Penerima Informasi Laba Perhitungan Laba
Value Added Karyawan, Pemilik, Kreditur, dan Pemerintah
Harga jual produk – Cost yang dikeluarkan
Enterprise Net Income
Pemegang saham, Pemegang obligasi, dan Pemerintah
(Revenue – Expenses) + (Gains – Loses) tidak termasuk Biaya bunga, Pajak penghasilan, dan Pembagian deviden
Net Income To Investors
Pemegang saham dan Pemegang obligasi
Seperti butir dua, namun termasuk Pajak penghasilan
Net Income To Shareholders
Pemegang saham (Preffered Stock dan Common Stock)
Seperti butir tiga, namun setelah dikurangi bunga obligasi
Net Income To Residual Shareholders
Pemegang saham (Common Stock)
Seperti butir empat, namun setelah dikurangi deviden Preferred Stock
2.3.5 Konsep Laba dalam Aspek Tataran Level Semiotika
Sebagai salah satu elemen akuntansi, laba merupakan informasi yang
dibutuhkan oleh pengguna laporan keuangan. Oleh karena itu, konsep laba harus
dipahami sebagai suatu bahasa yang dapat dikomunikasikan kepada pengguna
laporan keuangan. Berikut adalah ciri-ciri tiap tataran dalam teori komunikasi
(Hendriksen, 2001) :
Pengaruh Struktur..., Deanira Allia Pandoe, Ak.-IBS, 2016
19
Indonesia Banking School
Tabel 2.2
Konsep Laba dalam Aspek Tataran Level Semiotika
Tataran Sasaran Bahasan Penekanan Komunikasi
Sintaktika Aspek formal tanda bahasa (kosa kata, tata bahasa)
Operasional, Penandaan
Semantika Aspek isi tanda bahasa (makna)
Penafsiran, Pelambangan
Pragmatika Keefektifan tanda bahasa (efek komunikatif)
Fungsional, Pengaruh
Dalam tataran Semiotika (Semantik, Sintaktik, dan Pragmatik) konsep laba
didefinisikan dan diinterpretasikan sebagai berikut (Hendriksen, 2001) :
1. Konsep Laba dalam Tataran Semantik
Konsep laba dalam tataran semantik berkaitan dengan makna yang harus
dilekatkan oleh pembuat laporan keuangan pada simbol atau elemen biaya
sehingga laba bermanfat dan bermakna sebagai informasi. Pada tataran ini, teori
menekankan makna yang harus dimiliki oleh konsep laba, seperti teori tentang
aset, kewajiban, realitas, atau kegiatan perusahaan yang diinterpretasikan oleh
laba. Laba harus dapat memberikan informasi kepada para pengguna laporan
keuangan mengenai berbagai teori, contohnya kenaikan jumlah asset dan
efektivitas kegiatan produksi perusahaan. Berbagai implementasi laba dalam
tataran semantik yaitu :
a. Pengukur Kinerja
Laba dapat diinterpretasikan sebagai pengukur efisiensi bila dihubungkan
dengan tingkat investasi karena kedua hal tersebut secara konseptual
berhubungan. Dalam pengukuran kinerja, laba dapat mempresentasikan
Pengaruh Struktur..., Deanira Allia Pandoe, Ak.-IBS, 2016
20
Indonesia Banking School
efisiensi kinerja tersebut dengan menentukan ROI (Return on Investment) dan
ROA (Return on Asset) sebagai dasar pengukuran efisiensi
b. Konfirmasi Harapan Investor
Kondisi pasar yang efisien atau tidak efisien akan sangat mempengaruhi
prediksi atau harapan investor mengenai laba yang akan diperoleh, sehingga
keputusan yang akan diambil dalam melakukan sebuah investasi akan
terpengaruh juga. Hal ini berarti informasi mengenai laba dapat dijadikan
acuan dasar untuk pengambilan keputusan investasi yang akan dilakukan
c. Estimator Laba Ekonomik
Laba ekonomik adalah laba dari sisi investor yang digunakan untuk menilai
investasi. Penilaian laba ekonomik harus menggunakan informasi yang tersaji
dalam laporan laba akuntansi, sehingga dharapkan laba akuntansi dapat
digunakan sebagai estimasi laba ekonomik. Laporan keuangan diharapkan
cukup menyediakan informasi laba dan aliran kas yang layak serta
menyerahkan analisis dan perhitungan laba kepada investor
2. Konsep Laba Dalam Tataran Sintaktik
Konsep laba dalam tataran sintaktik berkaitan dengan konsep laba yang harus
diungkapkan dalam bentuk standar dan prosedur akuntansi yang baik serta
objektif, sehingga laba dapat diukur dan disajikan dalam laporan keuangan. Pada
tataran ini, teori menekankan bahwa makna laba secara sintaktik adalah selisih
pengukuran dan perbandingan antara pendapatan dengan biaya. Pengukuran
Pengaruh Struktur..., Deanira Allia Pandoe, Ak.-IBS, 2016
21
Indonesia Banking School
dalam arti luas meliputi saat pengakuan dan prosedur pengakuan. Kriteria atau
pendekatan dalam pengukuran laba dibagi menjadi tiga yaitu :
a. Pendekatan Transaksi (Cash Basis)
Dalam pendekatan ini, laba diukur dan diakui pada saat terjadinya transaksi
dan kemudian diakumulasi sampai akhir periode. Pengukuran dan pengakuan
laba juga bersifat paralel dengan kriteria pengakuan pendapatan dan biaya.
Pengakuan laba atas dasar pendekatan ini sama dengan pengakuan pendapatan
atas dasar kriteria terealisasi dan sama dengan pengakuan biaya atas dasar
kriteria konsumsi manfaat. Pendekatan ini memiliki berbagai keunggulan
contohnya jumlah rupiah aset dan kewajiban secara otomatis tersedia pada
akhir periode serta perubahan aset dan kewajiban merupakan perubahan nilai
yang diakui secara objektif
b. Pendekatan Kegiatan (Accrual Basis)
Dalam pendekatan ini, laba dianggap timbul bersamaan dengan
berlangsungnya kegiatan perusahaan dan bukan sebagai hasil suatu transaksi.
Pendekatan ini paralel dengan konsep penghimpunan sebagai basis akrual
pendapatan. Dengan konsep ini, laba dapat dinyatakan telah terbentuk
bersamaan dengan dilakukannya kegiatan operasi perusahaan dalam arti luas
(produksi, penjualan, dan pengumpulan kas) walaupun secara realisasi belum
terjadi transaksi secara real. Pendekatan ini memiliki keunggulan dalam
Pengaruh Struktur..., Deanira Allia Pandoe, Ak.-IBS, 2016
22
Indonesia Banking School
membantu manajemen melakukan analisis internal seperti mengukur efisiensi
dan profitabilitas perusahaaan
c. Pendekatan Pertahanan Kapital
Dalam konsep ini, laba merupakan konsekuensi dari pengukuran kapital pada
dua titik waktu yang berbeda. Dengan konsep ini, elemen laba diukur atas
dasar pendekatan aset dan kewajiban. Dua pendekatan yang dibahas
sebelumnya merupakan pendekatan pendapatan dan biaya dalam pengukuran
dan penilaian elemen neraca (aset dan kewajiban). Nilai aset dan kewajiban
merupakan konsekuensi dari pengukuran pendapatan dan biaya atas dasar
konsep perbandingan. Laba berdasarkan pendekatan ini berarti perbedaan
nilai kapital pada dua waktu yang berbeda atau kenaikan kapital dalam suatu
periode.
3. Konsep Laba dalam Tataran Pragmatik
Konsep laba dalam tataran pragmatik berkaitan dengan pengaruh informasi laba
terhadap perubahan perilaku pemakai laporan keuangan. Pada tataran ini, teori
menekankan pada reaksi pihak yang dituju oleh informasi akuntansi. Misalnya
pengumuman laba oleh perusahaan, dikatakan mengandung informasi jika pesan
tersebut menyebabkan perubahan keyakinan para pengguna laporan dan
menyebabkan adanya suatu tindakan tertentu. Apabila tindakan tersebut dapat
diyakini sebagai reaksi atas kejadian pengumuman laba tersebut, maka informasi
laba dapat dikatakan bermanfaat.
Pengaruh Struktur..., Deanira Allia Pandoe, Ak.-IBS, 2016
23
Indonesia Banking School
Bila dikaitkan dengan teori positif-normatif, tataran sintaktik dan semantik pada
umumnya bersifat normatif, sedangkan teori pragmatik lebih bersifat positif.
Teori pragmatik juga sering diklasifikasikan sebagai perilaku akuntansi
(behavioral accounting) karena pokok bahasan pada umumnya adalah perilaku
manusia dalam kaitannya dengan informasi. Pendekatan dalam proses
penyimpulan yang menghasilkan pernyataan atau tindakan dapat bersifat deduktif
atau induktif.
a. Pendekatan Penalaran Deduktif
Penalaran deduktif adalah proses penyimpulan yang berawal dari suatu
pernyataan umum yang disepakati (premis) ke pernyataan khusus sebagai
kesimpulan (conclusion). Pernyataan umum yang disepakati dan menjadi
dasar penalaran dapat berasal dari teori, prinsip, konsep, doktrin, atau norma
yang dianggap benar, baik, dan relevan dalam kaitannya dengan tujuan
penyimpulan. Penalaran deduktif dalam akuntansi digunakan untuk memberi
penjelasan dan dukungan terhadap kelayakan atau relevansi suatu pernyataan
akuntansi.
b. Pendekatan Penalaran Induktif
Penalaran induktif merupakan kebalikan dari penalaran deduktif. Penalaran
ini berawal dari suatu pernyataan yang khusus dan berakhir dengan
pernyataan umum yang merupakan generalisasi dari keadaan khusus tersebut.
Penalaran induktif dalam akuntansi digunakan untuk menghasilkan
Pengaruh Struktur..., Deanira Allia Pandoe, Ak.-IBS, 2016
24
Indonesia Banking School
pernyataan umum yang menjadi penjelasan atau teori untuk gejala akuntansi
tertentu.
2.3.6 Konsep Laba Secara Ekonomi
Laba dari sisi ekonomi didefinisikan sebagai peningkatan kekayaan seorang
investor dari hasil penanaman modalnya, setelah dikurangi seluruh biaya yang
berhubungan dengan penanaman modal tersebut (Hendriksen, 2001) :
1. Definisi Laba Ekonomi
Fischer (1912) mendefinisikan laba ekonomi sebagai deretan peristiwa yang
dihubungkan dengan berbagai tahapan berbeda seperti penikmatan laba psikis,
laba nyata, dan laba uang. Lindahl (1919) memiiki pandangan berbeda dengan
mengaitkan konsep laba ekonomi dan bunga, lalu dihubungkan dengan
peningkatan barang modal dalam waktu tertentu. Sedangkan Hicks (1946)
mengembangkan kedua konsep di atas dengan mendefinisikan laba ekonomi
sebagai jumlah maksimum yang dikonsumsi dalam suatu periode dan pada akhir
periode masih memiliki kekayaan yang sama seperti pada awal periode.
2. Sifat Laba Ekonomi
Sifat-sifat laba ekonomi berdasarkan definisi Fischer, Lindahl dan Hicks
mencakup ke dalam tiga tahapan yaitu sebagai berikut :
a. Physical Income
Pengaruh Struktur..., Deanira Allia Pandoe, Ak.-IBS, 2016
25
Indonesia Banking School
Konsumen barang dan jasa pribadi yang sebenarnya memberikan kesenangan
dan kepuasan fisik dalam pemenuhan kebutuhan. Laba jenis ini tidak dapat
diukur.
b. Real Income
Kepuasan terjadi karena kesenangan dan kepuasan fisik yang timbul dari
keuntungan yang diukur dengan pembayaran uang yang dilakukan untuk
membeli barang atau jasa. Ukuran yang digunakan adalah biaya hidup (cost of
living).
c. Money Income
Hasil uang yang diterima dan digunakan untuk konsumsi dalam memenuhi
kebutuhan hidup.
2.3.7 Konsep Laba Secara Akuntansi
Laba dari sisi akuntansi didefinisikan sebagai selisih antara total penjualan
dan biaya produksi berikut definisi laba secara akuntansi (Hendriksen, 2001) :
1. Definisi Laba Akuntansi
Laba Akuntansi merupakan perbedaan antara realisasi penghasilan yang berasal
dari transaksi perusahaan pada suatu periode dikurangi dengan biaya yang
dikeluarkan untuk mendapatkan penghasilan tersebut. Menurut Belkaoui, laba
akuntansi secara operasional didefinisikan sebagai perbedaan antara pendapatan
Pengaruh Struktur..., Deanira Allia Pandoe, Ak.-IBS, 2016
26
Indonesia Banking School
realisasi yang timbul dari transaksi suatu periode dan biaya historis yang sepadan
dengannya.
2. Sifat Laba Akuntansi
a. Laba akuntansi didasarkan pada transaksi yang terjadi yaitu timbulnya
pendapatan dan biaya untuk mendapatkan pendapatan tersebut
b. Laba akuntansi didasarkan pada postulat “periodik” laba, merupakan prestasi
perusahaan dalam bidang keuangan pada periode tertentu
c. Laba akuntansi didasarkan pada prinsip revenue yang memerlukan
pengukuran dan pengakuan
d. Laba akuntansi memerlukan perhitungan terhadap biaya dalam bentuk biaya
historis yang dikeluarkan oleh perusahaan.
e. Laba akuntansi didasarkan pada prinsip “matching” artinya hasil pendapatan
dikurangi biaya yang dikeluarkan perusahaan dalam periode yang sama
2.4 Manajemen Laba
2.4.1 Definisi Manajemen Laba
Salah satu ukuran yang paling sering digunakan dalam menentukan kinerja
perusahaan dan juga sebagai dasar pengambilan keputusan investasi adalah laba yang
dihasilkan perusahaan. Informasi yang terdapat pada laporan keuangan khususnya
pada bagian laba merupakan bagian atau unsur yang sangat penting bagi stakeholders
terutama investor dalam membuat keputusan jangka panjang (Budiasih, 2009).
Pengaruh Struktur..., Deanira Allia Pandoe, Ak.-IBS, 2016
27
Indonesia Banking School
Berikut definisi manajemen laba (earning management) menurut beberapa peneliti
dalam Sulistyanto (2008) :
1. Davidson, Stickney, dan Weil (1987)
Manajemen laba merupakan proses dalam mengambil langkah tertentu yang
disengaja dalam batas-batas prinsip akuntansi yang diterima umum untuk
menghasilkan tingkat laba yang ingin dilaporkan.
2. Schipper (1989)
Manajemen laba adalah tindakan campuran tangan dalam proses penyusunan
pelaporan keuangan eksternal, dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan
pribadi.
3. National Association of Certified Fraud Examiners (1993)
Manajemen laba adalah kesalahan atau kelalaian yang disengaja dalam membuat
laporan keuangan mengenai fakta material atau data akuntansi sehingga
menyesatkan stakeholders terutama pada saat membuat keputusan yang pada
akhirnya menyebabkan adanya asimetri informasi
4. Fisher dan Rosenzweig (1995)
Manajemen laba adalah tindakan manajer untuk menaikan atau menurunkan laba
periode berjalan dari sebuah perusahaan yang dikelolanya tanpa menyebabkan
kenaikan atau penurunan keuntungan ekonomi perusahaan dalam waktu jangka
panjang.
5. Lewitt (1998)
Pengaruh Struktur..., Deanira Allia Pandoe, Ak.-IBS, 2016
28
Indonesia Banking School
Manajemen laba adalah fleksibilitas akuntansi untuk menyetarafkan diri dengan
inovasi bisnis. Penyalahgunaan laba ketika publik memanfaatkan hasilnya.
Penipuan mengakibatkan fluktuasi keuangan yang sesungguhnya dan itu semua
dilakukan untuk menutupi konsekuensi dari keputusan manajer.
6. Healy dan Wahlen (1999)
Manajemen laba muncul ketika ketika manajer membuat keputusan tertentu
dalam pelaporan keuangan perusahaan untuk menyesatkan stakeholders yang
ingin mengetahui kinerja ekonomi perusahaan.
7. Sulistyanto (2008)
Manajemen laba merupakan upaya manajemen untuk mengintervensi atau
mempengaruhi informasi-informasi dalam laporan keuangan dengan tujuan untuk
mengelabui stakeholders yang ingin mengetahui kinerja serta kondisi perusahaan.
8. Scott (2012)
Dalam bukunya yang berjudul Financial Accounting Theory, Scott (2012)
menyatakan bahwa :
“Earning management is the choice by manager of accounting policies or real actions, affecting earning so as to achieve some spesific reported earning objectives.”
Manajemen laba merupakan upaya manajemen untuk mengubah kebijakan
akuntansi yang digunakan dengan tujuan untuk meratakan kompensasi yang
didapatkan dan mengurangi risiko kompensasi.
Pengaruh Struktur..., Deanira Allia Pandoe, Ak.-IBS, 2016
29
Indonesia Banking School
2.4.2 Bentuk-bentuk Manajemen Laba
Scott (2012) mengemukakan bentuk-bentuk manajemen laba sebagai berikut :
1. Taking Bath (Big Bath)
Periode dimana terjadi tekanan dalam organisasi atau adanya reorganisasi,
contohnya penggantian direksi. Teknik ini dilakukan dengan mengakui biaya-
biaya yang ada pada periode yang akan datang di periode berjalan. Akibatnya
biaya periode mendatang menjadi kecil sehingga meningkatkan laba.
2. Income Minimization
Teknik ini dilakukan untuk menghindari besarnya pembayaran pajak dengan
melakukan penghapusan (write off) barang modal dan aktiva berwujud, biaya
iklan, dan biaya research and development.
3. Income Maximization
Perusahaan biasanya mengukur kinerja manajer dengan laba, sehingga manajer
menaikan laba agar kinerja manajer terlihat baik. Hal ini dilakukan semata-mata
untuk mendapatkan bonus.
4. Income Smoothing
Perusahaan cenderung sangat memperhatikan reputasinya dimata pulik. Demikian
dengan penyusunan laporan keuangan, perusahaan menginginkan laba yang
dilaporkan terkesan stabil dibandingkan dengan adanya kenaikan atau penurunan
laba secara drastis.
Pengaruh Struktur..., Deanira Allia Pandoe, Ak.-IBS, 2016
30
Indonesia Banking School
2.4.3 Kondisi dan Motivasi Manajemen Laba
Scott (2012) menjelaskan bahwa adanya berbagai motivasi dan kondisi yang
dapat memicu kegiatan manajemen laba oleh manajer yaitu :
1. Bonus Plan
Banyak perusahaan yang memberikan bonus kepada manajer dengan acuan laba
perusahaan. Manajer yang ingin mendapatkan bonus biasanya akan
memberlakukan kebijakan pencatatan transaksi dengan metode akuntansi yang
dapat melaporkan laba yang tinggi. Manajer akan menggunakan laba untuk
menentukan bonus yang ingin didapatkan sehingga manajer akan cenderung
menaikan atau menurunkan laba.
Biasanya perjanjian bonus memiliki batas atas (caps) dan batas bawah (bogey),
maksudnya pemberian bonus memiliki batasan bahwa bonus diberikan tidak
diatas caps dan tidak dibawah bogey. Manajer akan berusaha melakukan segala
cara agar bonus yang diterimanya tidak diatas caps dan dibawah bogey.
2. Debt Convenant
Debt convenant atau perjanjian hutang jangka panjang merupakan perjanjian yang
berisikan ketentuan untuk melindungi pemberi pinjaman atau kreditur dari
tindakan manajer yang tidak sesuai dengan kepentingan pemberi pinjaman seperti
pemberian deviden yang berlebihan, tambahan pinjaman, atau membiarkan modal
perusahaan turun dari tingkat yang ditetapkan. Dengan adanya pelanggaran
perjanjian hutang jangka panjang maka akan menambah biaya yang ditanggung
Pengaruh Struktur..., Deanira Allia Pandoe, Ak.-IBS, 2016
31
Indonesia Banking School
sehingga mengurangi laba, manajer tidak akan menyukai penurunan laba karena
akan berdampak pada jumlah bonus yang akan diterimanya. Dikarenakan manajer
tidak mempunyai kuasa untuk mengatur perusahaan maka manajer akan lebih
hati-hati agar tidak melanggar perjanjian hutang jangka panjang. Dapat dikatakan
manajer sebagai alat penjaga perjanjian hutang jangka panjang dari pelanggaran.
3. Penggantian Direksi
Ketika direksi berencana untuk pensiun maka direktur cenderung menaikan laba
agar bonus yang didapatkannya tinggi ada pula direksi yang tidak dapat mencapai
target akan menaikan laba untuk terhindar dari pemecatan.
4. Initial Public Offering
Perusahaan yang melakukan go public diwajibkan melaporkan laporan
keuangannya yang akan dijadikan prospectus bagi investor dalam penentuan
kebijakan investasi. Untuk menarik perhatian investor maka manajer akan
menaikan laba agar perusahaan terlihat baik dimata investor. Selain ini pasar
modal juga mempengaruhi manajer dalam melakukan kegiatan manajemen laba.
5. Political Motivation
Perusahaan yang besar dan strategis tidak akan terlepas dari aspek politik karena
usaha tersebut menyangkut hajat hidup orang banyak. Perusahaan ini pastinya
akan mendapatkan perhatian yang lebih dari manyarakat dan pemerintah.
Perusahaan akan cenderung menurunkan labanya untuk mendapatkan fasilitas dan
kemudaha dari pemerintah biasanya dalam bentuk subsidi.
Pengaruh Struktur..., Deanira Allia Pandoe, Ak.-IBS, 2016
32
Indonesia Banking School
6. Taxation Motivation
Pembayaran pajak merupakan salah satu faktor perusahaan untuk mengurangi
laba bersih yang dilaporkan sehingga pajak yang dibayarkan dapat di
minimalisasi. Contohnya, perusahaan mencatat arus persediaan dengan metode
LIFO yang dampaknya akan memperkecil laba.
2.4.4 Teknik Manajemen Laba
Ada beberapa cara yang dapat digunakan perusahaan untuk mempermainkan
besar kecilnya laba yaitu dengan cara “permainan manajerial”. Berikut permainan
manajerial yang sering dilakukan oleh manajer menurut Sulistyanto (2008):
1. Mengakui dan Mencatat Pendapatan Lebih Cepat Satu Periode atau Lebih
Upaya ini dilakukan manajer dengan mengakui dan mencatat pendapatan periode
yang akan datang atau pendapatan yang secara pasti belum dapat ditentukan
kapan dapat tercatat sebagai pendapatan periode berjalan (current revenue). Hal
ini mengakibatkan pendapatan periode berjalan menjadi lebih besar dari
pendapatan yang sebenarnya.
Akibatnya kinerja perusahaan periode berjalan seolah-olah lebih baik dari yang
sebenarnya. Hal ini biasanya dilakukan untuk menarik investor membeli saham
perusahaan, menaikan posisi perusahaan ke level yang lebih tinggi dan lainnya.
2. Mengakui Pendapatan Lebih Cepat Satu Periode atau Lebih
Pengaruh Struktur..., Deanira Allia Pandoe, Ak.-IBS, 2016
33
Indonesia Banking School
Upaya ini dilakukan dengan cara mengakui pendapatan periode berjalan menjadi
pendapatan periode sebelumnya sehingga pendapatan tahun berjalan terlihat kecil
dari yang sesungguhnya. Jika dibandingkan dengan laba periode sebelumnya,
laba perusahaan akan terlihat menurun seolah-olah kinerja perusahaan buruk. Hal
semacam ini dilakukan untuk mempengaruhi keputusan shareholders agar
menjual sahamnya (management bayout) dan juga menghindari pembayaran
pajak yang besar.
3. Mencatat Pendapatan Palsu
Upaya ini dilakukan manajer dengan mencatat suatu transaksi palsu yang
menghasilkan pendapatan palsu untuk meningkatkan laba periode berjalan.
Sehingga kinerja perusahaan seolah-olah lebih bagus dari yang sesungguhnya,
biasanya perusahaan memasukan pendapatan tersebut sebagai piutang yang
pelunasannya tidak pernah terealisasi. Hal ini dilakukan perusahaan untuk
menarik perhatian investor untuk membeli saham perusahaan dan menaikan level
perusahaan menjadi lebih baik.
4. Mengakui dan Mencatat Biaya Lebih Cepat atau Lambat
Upaya ini dilakukan manajer dengan mengakui dan mencatat biaya periode yang
akan datang menjadi biaya periode berjalan sehingga laba yang dihasilkan terlihat
lebih kecil dari yang sesungguhnya. Akibatnya kinerja perusahaan dinilai buruk
yang akan menyebabkan investor menjual sahamnya (management bayout) dan
juga memberi keringanan bagi perusahaan dalam hal membayar pajak.
Pengaruh Struktur..., Deanira Allia Pandoe, Ak.-IBS, 2016
34
Indonesia Banking School
Adapun cara lain manajer mengakui dan mencatat biaya lebih lambat yaitu
dengan cara mengakui dan mencatat biaya perusahaan sebagai biaya periode
sebelumnya yang mengakibatkan biaya tahun berjalan menjadi lebih kecil dari
yang sesungguhnya. Makin kecil biaya yang diakui dan dicatat maka semakin
besar laba yang dihasilkan. Hal ini dilakukan untuk menarik perhatian investor
membeli saham perusahaan dan meningkatkan level perusahaan dimata publik.
5. Tidak Mengungkapkan Semua Kewajiban
Upaya ini dilakukan manajer dengan cara tidak mengakui dan mencatat seluruh
kewajiban yang ada sehingga terlihat seolah-olah kewajiban perusahaan periode
berjalan kecil. Dengan menurunkan kewajiban berupa hutang menbuat biaya
bunga periode berjalan menjadi lebih kecil yang akibatnya akan meningkatkan
laba perusahaan dari yang sesungguhnya.
Tidak hanya untuk meningkatkan laba, biasanya manajer ingin menyembunyikan
sesuatu yang tidak ingin diketahui oleh pihak lain terutama shareholder. Hal ini
biasanya dilakukan untuk mengamankan posisi, kepentingan dan keuntungan
pribadinya meskipun harus merugikan pihak lain.
2.4.5 Pendeteksian Manajemen Laba
Menurut Sulistyanto (2008) ada beberapa model empiris yang dapat
digunakan untuk mendeteksi manajemen laba, pertama kali dikembangkan oleh
Pengaruh Struktur..., Deanira Allia Pandoe, Ak.-IBS, 2016
35
Indonesia Banking School
Healy, De Angelo, Jones dan Modified Jones. Berikut penjelasan masing-masing
model :
1. Healy Model
Model empiris ini pertama kali dikembangkan oleh Healy pada tahun
1985. Secara umum model ini tidak berbeda dengan model-model lain yang
digunakan untuk mendeteksi manajemen laba dengan menghitung nilai total
akrual (TAC), yaitu mengurangi laba akuntansi yang diperoleh perusahaan selama
satu periode tertentu dengan arus kas operasi periode bersangkutan.
Untuk menghitung nondicretionary acruals, model Healy membagi rata-
rata total akrual (TAC) dengan total aktiva periode sebelumnya. Maka dari itu
total akrual selama periode estimasi merupakan representasi ukuran
nondiscretionary accruals dan dirumuskan sebagai berikut :
Keterangan :
NDA = Nondiscretional acruals
TAC = Total akrual yang diskala dengan total aktiva periode t-1
T = 1,2,3,...T merupakan tahun subscript untuk tahun yang
dimasukan dalam periode estimasi
t = Tahun subscript yang mengindikasikan tahun dalam periode
estimasi
Pengaruh Struktur..., Deanira Allia Pandoe, Ak.-IBS, 2016
36
Indonesia Banking School
Dechow et al (1995 mengungkapkan ada beberapa kelemahan dari
model ini yaitu total akrual yang digunakan oleh model ini sebagai proksi
manajemen laba juga mengandung nondicretionary acruals. Padahal
nondiscretionay acrual merupakan komponen total akrual yang tidak dapat diatur
atau dikelola manajer seperti halnya komponen dicretionary acruals. Dengan kata
lain, model Healy mengarah kepada uji yang salah spesifikasi. Kelemahan seperti
ini dalam ilmu ekonometrika disebut sebagai kesalahan pengukuran. Namun,
Healy beralasan bahwa nondiscretionary acruals tidak dapat diobservasi dari
laporan keuangan, sehingga terpaksa menggunakan total akrual sebagai proksi
manajemen laba.
2. De Angelo Model
Model lain untuk mendeteksi manajemen laba dikembangkan oleh De
Angelo pada tahun 1986. Secara umum model ini juga menghitung total akrual
(TAC) sebagai selisih antara laba akuntansi yang diperoleh suatu perusahaan
selama satu periode arus kas periode bersangkutan dan dapat dirumuskan sebagai
berikut :
Model De Angelo mengukur atau memproksikan mamajemen laba
dengan nondiscretionary acruals, yang dapat dihitung dengan menggunakan total
akrual akhir periode yang diskalakan dengan total aktiva periode sebelumnya.
Sehingga dapat dirumuskan sebagai berikut :
Pengaruh Struktur..., Deanira Allia Pandoe, Ak.-IBS, 2016
37
Indonesia Banking School
Keterangan :
= Discretionary acruals yang diestimasi
= Total akrual periode t
- = Total aktiva periode t-1
Secara umum, model ini menggunakan total akrual periode estimasi dengan proksi
expected nondiscretionary acruals. Seandainya nondiscretionary acruals selalu
konstan setiap saat dan discretionary acruals mempunyai rata-rata sama dengan nol
selama periode estimasi, maka kedua model ini akan mengukur discretionary
accruals dengan kesalahan.
Seandainya kedua model mengukur discretionary acruals dengan lebih
tepet maka hal ini tergantung pada sifat proses time series untuk menghasilkan
nondiscretionary acruals. Seandainya nondiscretionary acrual mengikuti proses
white noise sepanjang rata-ratanya konstan maka model Healy akan lebih tepat.
Namun seandainya nondiscretionary acruals mengikuti random walk maka model
De Angelo yang lebih tepat.
3. Jones Model
Model ini dikembangkan oleh Jones tahun 1991, yang tidak lagi
menggunakan asumsi bahwa nondiscretionary acruals adalah konstan. Hal ini sesuai
dengan penelitian Kaplan (1985) yang merupakan dasar pengembangan model yang
menyatakan bahwa akrual ekuivalen dengan hasil yang diperoleh dari pelaksanaan
kebijakan manajerial atau hasil yang diperoleh dari proses perubahan kondisi
ekonomi perusahaan. Atas dasar alasan itulah model Jones mengusahakan untuk
Pengaruh Struktur..., Deanira Allia Pandoe, Ak.-IBS, 2016
38
Indonesia Banking School
mengendalikan pengaruh perubahan kondisi perekonomian perusahaan terhadap
nondiscretionary acruals. Selain itu, model ini menggunakan dua asumsi sebagai
dasar pengembangan.
Akrual periode berjalan (current acrual) yaitu perubahan dalam rekening modal
kerja, merupakan hasil dari perubahan yang terjadi dilingkungan ekonomi
perusahaan yang dihubungkan dengan perubahan penjualan, sehingga semua
variabel yang digunakan akan dibagi dengan aktiva atau penjualan periode
sebelumnya.
Gross property, plant dan equipment merupakan salah satu komponen utama
yang digunakan untuk menghitung total akrual, khususnya untuk biaya depresiasi
nondiscretionary.
Atas dasar dua asumsi diatas, untuk menghitung total akrual, model ini
menghubungkan total akrual dengan perubahan penjualan dan gross property, plant,
equipment. Sementara untuk menghitung discretionary acruals di tahun peristiwa model
ini merumuskan sebagai berikut :
Keterangan :
= Pendapatan tahun t dikurangi pendapatan periode t-1
= Gross property, plant, dan equipment periode t
- = Total aktiva periode t-1
= Firm specific parameters
Pengaruh Struktur..., Deanira Allia Pandoe, Ak.-IBS, 2016
39
Indonesia Banking School
Estimasi dihitung selama periode estimasi dengan
menggunakan model sebagai berikut :
Keterangan :
= Total akrual
Secara implisit model Jones mengasumsikan bahwa pendapatan merupakan
nondiscretionary. Apabila earnings dikelola dengan menggunakan pendapatan
discretionary, maka model ini akan menghapus bagian laba yang dikelola untuk proksi
discretionary acruals.
4. Modified Jones Model
Model Jones dimodifikasi untuk mengeliminasi kecenderungan untuk
menggunakan perkiraan yang bisa salah dari model Jones untuk menentukan
discretionary acrual ketika discretion melebihi pendapatan. Model ini banyak digunakan
dalam penelitian-penelitian akuntansi karena dinilai merupakan model yang paling baik
dalam mendeteksi manajemen laba dan memberikan hasil yang paling robust.
Sama halnya dengan model manajemen laba berbasis agregate acrual yang lain,
model ini menggunakan discretionary acrual sebagai proksi manajemen laba.
Kelebihannya, model ini memecah total akrual menjadi empat komponen utama akrual
yaitu discretionary current acrual, discretionary long-term acrual, nondiscretionary
current acrual dan nondiscretionary long-term acrual. Discretionary current acrual,
discretionary long-term acrual merupakan akrual yang berasal dari aktiva lancar (current
Pengaruh Struktur..., Deanira Allia Pandoe, Ak.-IBS, 2016
40
Indonesia Banking School
assets) sedangkan nondiscretionary current acrual dan nondiscretionary long-term
acrual berasal dari aktiva tetap (fixed assets).
Akrual periode berjalan (current accruals) didefinisikan sebagai
perubahan aktiva lancar non-kas (non-cash current assets) dikurangi perubahan
kewajiban lancar (operating current liabilities). Perubahan aktiva lancar non-kas
akan dihitung sebagai perubahan aktiva lancar dikurangi dengan kas, sedangkan
perubahan kewajiban lancar akan dihitung sebagai perubahan total hutang
dikurangi dengan hutang jangka panjang yang akan jatuh tempo (current maturity
of long-term debt)
)
Nondiscretionary current acruals merupakan metode akrual yang
diekspektasi dengan menggunakan Modified Jones Model. Expected current
acrual sebuah perusahaan ditahun tertentu diestimasi dengan menggunakan cross-
sectional ordinary least square (OLS) regression terhadap current acruals
(CurrAcc) dan perubahan penjualan.
Semua nilai diatas diregresikan dengan menggunakan -
sebagai
variabel dependen, sedangkan -
dan -
sebagai variabel
Pengaruh Struktur..., Deanira Allia Pandoe, Ak.-IBS, 2016
41
Indonesia Banking School
independen. Regresi terhadap tiga komponen ini menghasilkan nilai dan
yang digunakan untuk menghitung nilai nondiscretionary acrual dengan
menggunakan rumus :
Keterangan :
= Nondiscretionary accrual perusahaan i periode t
= Estimated intercept perusahaan i periode t
= Slope untuk perusahaan i periode t
- = Total aset untuk perusahaan i periode t-1
= Perubahan penjualan perusahaan i periode t
= Perubahan dalam piutang dagang perusahaan i periode t
Discretionary current acrual untuk sebuah perusahaan pada tahun tertentu
dihitung sebagai berikut :
Keterangan :
= Discretionary current acrual perusahaan i periode t
= Current acrual perusahaan i periode t
- = Total aktiva perusahaan i periode t-1
= Nondecretionary current accrual perusahaan i periode t
Pengaruh Struktur..., Deanira Allia Pandoe, Ak.-IBS, 2016
42
Indonesia Banking School
Untuk menghitung discretionary dan nondiscretionary long-term acrual,
harus menghitung discretionary dan nondiscretionary total acrual. Discretionary
total acrual sebuah perusahaan ditahun tertentu dihitung meregresi total akrual
sebagai dependen variabel dan gross property, plant, dan equipment (PPE)
sebagai additional explanatory variable.
Semua nilai diatas diregresikan dengan menggunakan - sebagai
variabel dependen, sedangkan - ,
- , dan
- sebagai variabel
independen. Regresi terhadap keempat komponen ini menghasilkan nilai b0, b1,
dan b2 yang digunakan untuk menghitung nilai nondiscretionary total acrual
(NDTA) dihitung sebagai berikut :
Keterangan :
= Estimated intercept perusahaan i periode t
= Slope untuk perusahaan i periode t
= Gross property, plant and equipment perusahaan i periode t
- = Perubahan total aktiva perusahaan i periode t-1
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode The Modified Jones
karena menurut peneliti terdahulu seperti Dechow et al (1995) dalam Wardani dan
Pengaruh Struktur..., Deanira Allia Pandoe, Ak.-IBS, 2016
43
Indonesia Banking School
Masodah (2011), Alsharairi dan Salama (2012), Teuta (2013), Jao dan Pagalung
(2011), Azlina (2012), serta Pambudi dan Fanani (2014) menyatakan bahwa The
Modified Jones merupakan metode pendeteksian manajemen laba yang paling banyak
digunakan karena dinilai sebagai model yang paling baik delam mendeteksi
manajemen laba dan memberikan hasil yang paling robust.
2.5 Struktur Kepemilikan
Struktur kepemilikan merupakan jumlah saham yang dimiliki oleh manajemen
perusahaan (insider board) baik oleh dewan direksi maupun dewan komisaris dalam
suatu perusahaan diluar kepemilikan saham oleh institusional maupun masyarakat
(Warfield, 1995 dalam Anggana dan Prastiwi, 2013).
Saham yang dimiliki oleh pihak manajemen relatif kecil dibandingkan dengan
total seluruh saham yang beredar, hal ini terjadi antara pihak manajemen dengan
pemegang saham terkait masalah keagenen yang mana pihak manajemen menuntut
kompensasi yang lebih tinggi atas kenerjanya sebagai pengelola perusahaan (Zeptian
dan Rohman, 2011).
Pada kondisi ini kepemilikan saham oleh manajemen dapat ditingkatkan
untuk mengurangi motivasi manajemen untuk melakukan tindakan manajemen laba
(Gulzar, 2011). Menurut Jao dan Pagalung (2011) jika manajemen memiliki sejumlah
kepemilikan saham di perusahaan maka dapat dikatakan bahwa posisi manajemen
Pengaruh Struktur..., Deanira Allia Pandoe, Ak.-IBS, 2016
44
Indonesia Banking School
bisa deisejajarkan dengan pemegang saham, sehingga kepemilikan saham oleh
manajemen dapat mengurangi tindakan manajemen laba.
Struktur kepemilikan perusahaan dapat dilihat dari perbandingan jumlah
kepemilikan saham oleh manajemen perusahaan dengan seluruh modal perusahaan
yang beredar (Wardani dan Masodah, 2011).
Keterangan :
Saham Manajemen = Saham yang dimiliki oleh manajemen perusahaan baik
oleh direksi maupun komisaris
Saham Beredar = Saham yang beredar dipasaran
2.6 Ukuran Perusahaan
Menurut Pambudi dan Sumantri (2014) perusahaan berukuran besar memiliki
kepentingan yang lebih luas dan berbagai kebijakannya akan berdampak lebih besar
terhadap kepentingan publik dibandingkan dengan perusahaan kecil. Perusahaan yang
besar cenderung memiliki pendapatan yang lebih tinggi, lebih stabil, dan lebih
banyak pihak yang terlibat didalamnya. Sehingga perusahaan besar lebih dikenal
publik, disisi lain perusahaan besar memiliki aktivitas yang kompleks dibandingkan
dengan perusahaan kecil sehingga memungkinkan bagi manajemen untuk melakukan
tindakan manajemen laba (Zeptian dan Rohman, 2013).
Pengaruh Struktur..., Deanira Allia Pandoe, Ak.-IBS, 2016
45
Indonesia Banking School
Salah satu pemicu manajemen melakukan manajemen laba yaitu untuk
meminimalkan biaya politik, yang dapat dijelaskan dalam teori akuntansi positif
dengan istilah political cost hypothesis (Scott, 2012). Dengan dikenalnya perusahaan
oleh publik dapat meningkatkan biaya politik perusahaan. Perusahaan akan
cenderung melanggar regulasi pemerintah, seperti undang-undang perpajakan,
tuntutan buruh sehingga alokasi kewajiban pembayaran kepada pemerintah tidak
terlalu tinggi dan alokasi laba dapat diatur sesuai keinginan perusahaan (Sulistyanto,
2008). Dengan kata lain, semakin besar ukuran perusahaan maka akan semakin
rentan terkena biaya politik yang meningkatkan kemungkinan manajemen melakukan
tindakan manajemen laba (Watts dan Zimmerman, 1986).
Ukuran perusahaan dapat dijadikan acuan untuk mendeteksi perusahaan yang
melakukan tindakan manajemen laba. Ukuran perusahaan dapat diklasifikasikan atau
diukur dengan berbagai cara yaitu total aset, nilai pasar saham, total penjualan dan
lainnya (Budiasih, 2009). Ukuran perusahaan terbagi dalam tiga kategori yaitu
perusahaan besar (large firm), perusahaan menengah (medium firm) dan perusahaan
kecil (small firm) (Muliati, 2011). Dalam penelitian ini ukuran perusahaan
digambarkan oleh total aset.
Keterangan :
Total Aset = Total aset perusahaan dapat dilihat di neraca
Pengaruh Struktur..., Deanira Allia Pandoe, Ak.-IBS, 2016
46
Indonesia Banking School
2.7 Leverage
Leverage merupakan salah satu rasio keuangan yang digunakan untuk
membandingkan risiko dan tingkat pengembalian perusahaan untuk membantu
investor dan kreditor dalam membuat keputusan (White et al, 2002 dalam Lande et
al, 2014). Apabila tingkat leverage suatu perusahaan tinggi akibat besarnya jumlah
hutang dibandingkan jumlah aset yang dimiliki maka perusahaan terancam default,
artinya perusahaan terancam tidak dapat memenuhi kewajibannya dalam membayar
hutang. Untuk menghindarinya perusahaan biasanya akan menetapkan kebijakan
yang dapat menekan kewajiban sehingga meningkatkan laba (Becker et al, 1998
dalam Alsharairi, 2012). Leverage terdiri dari beberapa rasio yaitu debt to asset
ratio, debt to equity ratio, long term debt to equity, dan time interested earned. Dalam
penelitian ini, rasio yang digunakan yaitu debt to asset ratio karena rasio tersebut
menggambarkan seberapa besar jumlah aktiva yang digunakan untuk menjamin
hutang (Lande et al, 2014). Berikut rumus dari debt to asset ratio :
Keterangan :
Total Hutang = Total hutang atau kewajiban jangka panjang dan jangka pendek
Total Aset = Total aset lancar dan tetap
Pengaruh Struktur..., Deanira Allia Pandoe, Ak.-IBS, 2016
47
Indonesia Banking School
2.8 Peneliti Terdahulu
Penelitian mengenai manajemen laba telah banyak dilakukan oleh beberapa
peneliti terdahulu dan dari penelitian tersebut peneliti memfokuskan pada variabel-
variabel yang paling mempengaruhi manajemen laba seperti struktur kepemilikan,
ukuran perusahaan dan leverage. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Gulzar
(2011), struktur kepemlikan tidak berpengaruh terhadap manajemen laba, adapun
penelitian yang dilakukan oleh Anggana dan Prastiwi (2013) menyatakan sebaliknya,
hasil penelitian menunjukan bahwa struktur kepemilikan berpengaruh negatif
terhadap manajemen laba.
Penelitian yang dilakukan oleh Jao dan Pagalung (2011) berpendapat bahwa
ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadap manajemen laba, penelitian lain
yang dilakukan oleh Pambudi dan Sumantri (2014) menghasilkan pendapat yang
bertentangan arah yaitu ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap manajemen
laba, yang mana pendapat ini juga dihasilkan oleh Azlina (2012).
Dalam penelitan yang sama Azlina (2012) juga berpendapat bahwa leverage
tidak berpengaruh terhadap manajemen laba, hasil yang sama juga dihasilkan oleh
Pambudi dan Sumantri (2014). Namun penelitian yang dilakukan oleh Tseng dan Lai
(2007) berpendapat bahwa leverage berpengaruh positif terhadap manajemen laba,
Limanto dan Fanani (2014) berpendapat sama.
Dengan hasil penelitian terdahulu, dapat disimpulkan adanya perbedaan hasil
penelitian yang dapat menjadi acuan bagi peneliti untuk melakukan penelitian yang
Pengaruh Struktur..., Deanira Allia Pandoe, Ak.-IBS, 2016
48
Indonesia Banking School
serupa dengan variabel-variabel yang diduga peneliti berpengaruh terhadap
manajemen laba. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif deskriptif dan
kerangka penelitian dikembangkan dari beberapa penelitian terdahulu :
Tabel 2.3
Ikhtisar Penelitian Terdahulu
No Judul dan Peneliti Variabel Penelitian
Sampel dan Metode Analisis Hasil Peneliltian
1
The Relationship Between Income Smoothing and Profitability : An Empirical Study Li-Jung Tseng dan Chien-Wan Lai (2007)
Var. Dependen : Income Smoothing Var. Independen : ROE, Leverage, Deviden Pay Out Ratio, Firm Size
Sampel : Perusahaan yang listed di Taiwan Stock Exchange periode 1995-2004 Metode Analisis : The Coefficient of The Variation Method
Leverage, dividen pay out ratio dan firm size berpengaruh positif pada perataan laba sedangkan ROE berpengaruh negatif terhadap perataan laba
2
Corporate Governance Characteristics and Earnings Management: Empirical Evidence from Chinese Listed Firms M. Awais Gulzar (2011)
Var. Dependen : Earning Management Var. Independen : Board Composition, Duality, Board Size, Number of Board Meetings, Board Sex Ratio, Audit Committe, Managerial Share Ownership
Sampel : Perusahaan yang listed di Shanghai and Shenzhen Stock Exchange, China periode 2002 -2006 Metode Analisis : Multivariate Analysis, Corelation Analysis, Multiple Regresion Analysis
Board composition duality, board meetings dan board sex berpengaruh positif terhadap earning management sedangkan board size, managerial ownership dan audit commite tidak berpengaruh terhadap manajemen laba.
Pengaruh Struktur..., Deanira Allia Pandoe, Ak.-IBS, 2016
49
Indonesia Banking School
3
Corporate Governance, Ukuran Perusahaan, dan Leverage Terhadap Manajemen Laba Perusahaan Manufaktur Indonesia
Robert Jao dan Gagaring Pagalung (2011)
Var. Dependen : Manajemen Laba
Var. Independen : Corporate Governance, Ukuran Perusahaan, Leverage
Sampel : Seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2006 -2009.
Metode Analisis : Multiple Linear Regressions
Rasio leverage tidak berpengaruh terhadap manajemen laba, struktur kepemilikan dan ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadap manajemen laba
4
Hubungan Manajemen Laba Sebelum IPO Terhadap Return Saham Dengan Ukuran Perusahaan Sebagai Variabel Moderasi
Angga Surya dan Indira Januarti (2012)
Var. Dependen : Manajemen Laba
Var. Independen : IPO, Return Saham
Var. Moderasi : Ukuran Perusahaan
Sampel : Seluruh perusahaan terdaftar di BEI yang melakukan IPO pada tahun 2005-2010.
Metode Analisis : Regresi Linier Berganda
Cenderung melakukan manajemen laba sebelum dan setelah IPO dan ukuran perusahaan terbukti memoderasi hubungan tersebut. Return saham tidak berpengaruh terhadap manajemen laba.
5
Analisis Faktor yang Mempengaruhi Manejemen Laba
Nur Azlina (2012)
Var. Dependen : Manajemen Laba
Var. Independen : Jumlah Dewan Direksi, Leverage, Presentase Saham yang Ditawarkan ke Publik, Ukuran Perusahaan
Sampel : Seluruh perusahaan yang terdaftar di BEI sebelum tahun 2001, pengamatan tahun 2007.
Metode Analisis : Regresi Linier Berganda
Dari semua variabel independen hanya ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap manajemen laba.
6
Does High Leverage Impact Earnings Management ? Evidence from Non-cash Merger and Aquisitions
Var. Dependen : Manajemen Laba
Var. Independen : Leverage
Sampel : Perusahaan Amerika yang masuk dalam daftar Thomson One Baker periode 1999-
Leverage berpengaruh positif signifikan terhadap manajemen laba
Pengaruh Struktur..., Deanira Allia Pandoe, Ak.-IBS, 2016
50
Indonesia Banking School
Malek Alsharairi dan Aly Salama (2012)
2008.
Metode Analisis : Statistik Deskriptif dan Analisis Regresi
7
Analisis Pengaruh Corporate Governance Terhadap Praktik Manajemen Laba
Sampel : Seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2008-2011.
Metode Analisis : Analisis Regresi Berganda
Komisaris independen, kualitas auditor eksternal dan kepemilikan manajerial berpengaruh negatif terhadap praktik manajemen laba sedangkan komite audit tidak berpengaruh terhadap manajemen laba.
8
Earning Management and Firm Size : An Empirical Analyze in Albanian Market
Teuta Llukani, Msc. (2013)
Var. Dependen : Manajemen Laba
Var. Independen : Ukuran Perusahaan
Sampel : Sampel diambil dari 75 perusahaan swasta periode 2009-2011.
Metode Analisis : Regression Model Analysis
Perusahaan besar maupun kecil cenderung melakukan praktik manajemen laba
9
Pengaruh Tata Kelola Perusahaan, Kecakapan Manajerial, Dan Rasio Leverage Terhadap Manajemen Laba
Adriani Lande, Imam Subekti dan Endang Mardiati (2014)
Var. Dependen : Manajemen Laba
Var. Independen : Tata Kelola Perusahaan, Kecakapan Manajerial, Leverage
Sampel : Perusahaan manufaktur yang terdaftar dalam BEI selama tahun 2008- 2012.
Metode Analisis : Analisis Regresi Berganda
Rasio leverage dan kecakapan manajerial berpengaruh terhadap manajemen laba sedangkan tata kelola perusahaan tidak berpengaruh terhadap manajemen laba.
10 Do IFRS Adoption, Firm Size and Firm Leverage Influence
Var. Dependen : Manajemen Laba
Sampel : Perusahaan manufaktur yang
Firm Leverage berpengaruh positif terhadap manajemen
Pengaruh Struktur..., Deanira Allia Pandoe, Ak.-IBS, 2016
51
Indonesia Banking School
Earnings Management ? Evidence from Manufacturing Firm Listed in Indonesia Stock Exchange
Danny Limanto dan Zaenal Fanani (2014)
Var. Independen : IFRS Adoption, Firm Size, Leverage
terdaftar di BEI tahun 2010.
Metode Analisis : Regression Model Analysis
laba dan firm size berpengaruh negatif terhadap manajemen laba. Tidak ditemukannya hubungan antara IFRS dengan manajemen laba
11
Kualitas Audit, Ukuran Perusahaan Dan Leverage Terhadap Manajemen Laba
Januar Eky Pambudi dan Farid Addy Sumantri (2014)
Var. Dependen : Manajemen Laba
Var. Independen : Kualitas Audit, Ukuran Perusahaan dan Leverage
Sampel: Perusahaan industri makanan dan minuman yang terdaftar di BEI periode 2010 -2012.
Matode Analisis : Descriptive Statistic Analysis, The Classical Assumption Test, Multiple Linear Regression Analysis
Kualitas audit dan leverage tidak berpengaruh terhadap manajemen laba sebaliknya ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap manajemen laba
Pengaruh Struktur..., Deanira Allia Pandoe, Ak.-IBS, 2016
52
Indonesia Banking School
2.9 Kerangka Pemikiran
Gambar 2.1
Kerangka Penelitian
2.10 Pengembangan Hipotesis
2.10.1 Struktur Kepemilikan Berpengaruh Negatif Terhadap Manajemen Laba
Jumlah kepemilikan saham oleh manajemen perusahaan merupakan salah satu
faktor yang mempengaruhi keputusan manajer dalam melakukan kegiatan manajemen
laba karena apapun keputusan yang manajer ambil akan mempengaruhi posisinya
dalam perusahaan. Dengan demikian posisi manajemen perusahaan bisa disejajarkan
Variabel Independen Variabel Dependen
Struktur Kepemilikan
Ukuran Perusahaan Manajemen Laba
Leverage
Pengaruh Struktur..., Deanira Allia Pandoe, Ak.-IBS, 2016
53
Indonesia Banking School
dengan pemegang saham. Hal ini berdampak pada menurunnya kegiatan manajemen
laba yang dilakukan oleh manajer (Jao dan Pagalung, 2011). Sehingga kepemilikan
oleh manajemen dianggap dapat mengurangi kegiatan manajemen laba karena
sophisticated investor dianggap dapat mengawasi manajemen yang akan berdampak
pada pengurangan kegiatan manajemen laba oleh manajemen.
Pernyataan tersebut juga didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Jao
dan Pagalung (2011) serta Gulzar (2011) yang menunjukan bahwa struktur
kepemilikan berpengaruh signifikan negatif terhadap manajemen laba hal yang sama
dihasilkan oleh penelitian yang dilakukan oleh Anggana serta Prastiwi (2013) dan
Wardani serta Masodah (2011) namun penelitian yang dilakukan oleh Zeptian dan
Rohman (2013) menghasilkan pendapat yang sebaliknya.
Ha1 : Struktur Kepemilikan berpengaruh negatif terhadap manajemen laba
2.10.2 Ukuran Perusahaan Berpengaruh Positif Terhadap Manajemen Laba
Ukuran perusahaan dicerminkan dari total aset perusahaan. Perusahaan yang
besar cenderung memiliki pendapatan yang lebih tinggi, lebih stabil dan lebih banyak
pihak yang terlibat didalamnya. Sehingga setiap penggambilan keputusan akan
berpengaruh terhadap presepsi publik karena perusahaan besar cenderung lebih
dikenal publik dibandingkan perusahaan kecil. Perusahaan besar memiliki aktivitas
operasional yang lebih kompleks dibandingkan dengan perusahaan kecil sehingga
Pengaruh Struktur..., Deanira Allia Pandoe, Ak.-IBS, 2016
54
Indonesia Banking School
menungkinkan bagi manajemen untuk melakukan manajemen laba (Zeptian dan
Rohman, 2013).
Menurut pendapat Watts dan Zimmmerman (1986) perusahaan besar lebih
termotivasi untuk melakukan kegiatan manajemen laba dibandingkan perusahaan
kecil karena perusahaan besar memiliki biaya politik yang besar. Dalam ceteris
paribus menyatakan bahwa manajemen perusahaan akan memilih prosedur akuntansi
yang dapat menangguhkan laba periode sekarang ke periode mendatang jika
perusahaan tersebut memiliki biaya politik yang besar. Biaya politik timbul karena
perusahaan menginginkan profitabilitas yang tinggi sehingga dapat menarik perhatian
publik dan konsumen. Upaya yang dilakukan perusahaan untuk menurunkan biaya
politik yaitu dengan melakukan kegiatan manajemen laba (Sulistyanto, 2008). Teori
ini juga diperkuat dengan penelitian yang dilakukan oleh Pambudi dan Sumantri
(2014), Zeptian dan Rohman (2013) dan Teuta (2013) menyatakan bahwa ukuran
perusahaan berpengaruh positif terhadap kegiatan manajemen laba. Namun
sebaliknya hasil penelitian yang dilakukan Jao dan Pagalung (2011) menyatakan
bahwa firm size mempunyai hubungan negatif terhadap manajemen laba.
Ha2 : Ukuran Perusahaan berpengaruh positif terhadap manajemen laba
2.10.3 Leverage Berpengaruh Positif Terhadap Manajemen Laba
Leverage merupakan ukuran kemampuan perusahaan untuk menggunakan
aset sebagai penjamin hutang (Pratiwi,2013). Menurut Becker et al (1998) dalam
Pengaruh Struktur..., Deanira Allia Pandoe, Ak.-IBS, 2016
55
Indonesia Banking School
Alsharairi (2012) perusahaan yang memiliki rasio leverage yang tinggi cenderung
tidak dapat memenuhi kewajibannya tepat waktu sehingga terancam default. Untuk
menjaga image perusahaan dimata publik manajemen akan membuat kebijakan
menekan kewajiban sehingga perusahaan memperoleh laba yang lebih tinggi.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Pambudi serta Fanani
(2014), Jao dan Pagalung (2011), dan Azlina (2012) membuktikan bahwa leverange
tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Namun hasil dari penerlitian Lande et al
(2014) dan Limanto dan Fanani (2014) menyatakan bahwa manajemen laba positif
dipengaruhi oleh leverage.
Ha3 : Leverage berpengaruh positif terhadap manajemen laba
Pengaruh Struktur..., Deanira Allia Pandoe, Ak.-IBS, 2016
56
Indonesia Banking School
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Objek Penelitian dan Sumber Data
Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh struktur
kepemilikan, ukuran perusahaan dan rasio leverage terhadap manajemen laba pada
laporan keuangan perusahaan. Data yang digunakan dalam penelitian ini
menggunakan jenis data sekunder dan objek penelitaian yang digunakan berupa
laporan keuangan tahunan perusahaan yang termasuk dalam LQ45 periode 2011-
2014. Sumber data diperoleh dari website Bursa Efek Indonesia (BEI)
(http://www.idx.co.id) dan dari website masing-masing perusahaan
3.2 Metode Pengambilan Sampel
Metode pengambilan sampel dalam penelitaian ini yaitu purposive sampling.
Metode ini digunakan agar sampel yang diambil relevan dengan model penelitian.
Metode purposive sampling merupakan metode yang digunakan untuk menetukan
sampel sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan oleh peneliti. Berikut kriteria
penilaian dalam pengambilan sampel dalam penelitian ini :
1. Perusahaan termasuk dalam daftar LQ45 selama 4 tahun berturut-turut pada
periode 2011-2014
2. Perusahaan mempublikasikan laporan keuangannya setiap tahun
Pengaruh Struktur..., Deanira Allia Pandoe, Ak.-IBS, 2016
3. Perusahaan memiliki semua data yang lengkap terkait dengan variabel yang
digunakan terkait dengan informasi keuangan terkait variabel independen lainnya
dan variabel dependen
Berdasarkan kriteria diatas maka daftar perusahaan yang digunakan dalam
penelitian sebagai berikut :
Tabel 3.1
Daftar Sampel Penelitian
No Kode Saham Nama Perusahaan
1 AALI Astra Agro Lestari Tbk 2 ADRO Adaro Energy Tbk 3 ASII Astra International Tbk 4 BBCA Bank Central Asia Tbk 5 BBNI Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk 6 BBRI Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk 7 BMRI Bank Mandiri (Persero) Tbk 8 GGRM Gudang Garam Tbk 9 INDF Indofood Sukses Makmur Tbk
10 INTP Indocement Tunggal Prakasa Tbk 11 ITMG Indo Tambangraya Megah Tbk 12 JSMR Jasa Marga (Persero) Tbk 13 KLBF Kalbe Farma Tbk 14 LPKR Lippo Karawaci Tbk 15 LSIP London Sumatera Plantation Tbk 16 PGAS Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk 17 PTBA Tambang Batubara Bukit Asam (Persero) Tbk 18 TLKM Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk 19 UNTR United Tractors Tbk 20 UNVR Unilever Indonesia Tbk
Penelitian ini menggunakan data sekunder yaitu laporan keuangan yang
dipublikasikan di website Bursa Efek Indonesia (www.idx.co.id) atau di website
Pengaruh Struktur..., Deanira Allia Pandoe, Ak.-IBS, 2016
menyebabkan model penelitian menjadi kurang baik sehingga teridentifikasi ada 4
perusahaan yang harus dikeluarkan yaitu Bank Central Asia Tbk, Bank Negara
Indonesia (Persero) Tbk, Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk dan Lippo Karawaci
Tbk. Dengan dikeluarkannya data 4 perusahaan tersebut maka analisis menjadi lebih
baik dan sampel lebih representative.
4.2 Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif menggambarkan atau mendeskripsikan suatu data yang dapat
dilihat dari rata-rata (mean), median, standar deviasi, maksimum, minimum, skewness
dan kurtosis. Berikut hasil statistik deskriptif dari masing-masing variabel :
Tabel 4.2
Statistik Deskriptif
Struktur Kepemilikan Ukuran Perusahaan Leverage Mean 1.055633 17.42516 42.18257 Median 0.001000 17.26277 39.80310 Maximum 15.96612 20.56666 81.78774 Minimum 0.000000 15.73124 13.31792 Std. Dev. 3.778643 1.197553 18.73391 Probability 0.000000 0.032564 0.288038 Observations 64 64 64 Sumber : Output Eviews dioleh
a. Struktur Kepemilikan
Variabel struktur kepemilikan merupakan independen yang diukur dengan
membandingkan kepemilikan saham oleh manajemen dengan total jumlah saham
yang beredar. Berdasarkan hasil pengolahan data yang dilakukan dengan
menggunakan software Eviews didapatkan bahwa variabel struktur kepemilikan
Pengaruh Struktur..., Deanira Allia Pandoe, Ak.-IBS, 2016
72
Indonesia Banking School
memiliki rata rata 1.055633 dan nilai maksimum adalah 15,96612 dimiliki oleh
Adaro Energy Tbk (ADRO) yang menunjukan bahwa nilai tersebut memiliki
tingkat kepemilikan saham oleh manajemen yang sangat tinggi. Selain itu nilai
terendah untuk variabel ini yaitu sebesar 0.000000 yang dimiliki oleh beberapa
perusahaan seperti Astra Argo Lestari Tbk (AALI), Bank Rakyat Indonesia Tbk
(BBRI), Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI), Indocement Tunggal Prakarsa Tbk
(INTP), Kalbe Farma Tbk (KLBF), Lippo Karawaci Tbk (LPKR), dan London
Sumatera Plantation Tbk (LSIP). Hal tersebut menandakan bahwa tidak adanya
kepemilikan saham oleh manajemen perusahaan.
Selain itu nilai tengah rata-rata dari dua nilai data yang telah diurutkan
dari yang terkecil hingga yang terbesar atau disebut sebagai median adalah
sebesar 0.001000. Sedangkan untuk standar deviasinya adalah sebesar 3.778643
yang nilainya lebih tinggi dari nilai rata-rata. Maka dapat disimpulkan bahwa
pergerakan struktur kepemilikan relatif tinggi.
b. Ukuran Perusahaan
Variabel ukuran perusahaan digambarkan dengan total aset yang dimiliki
perusahaan dan dilogaritma naturalkan. Dalam hal ini diketahui bahwa nilai rata-
rata variabel ini yaitu 17.42516 dan nilai terbesar senilai 20.56666 yang dimiliki
oleh Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) yang menunjukan bahwa perusahaan
tersebut memiliki nilai aset yang sangat tinggi. Selain itu nilai terendah untuk
variabel ukuran perusahaan adalah sebesar 15.73124 yang dimiliki oleh London
Pengaruh Struktur..., Deanira Allia Pandoe, Ak.-IBS, 2016
73
Indonesia Banking School
Sumatera Plantation Tbk (LSIP). Hal tersebut menandakan bahwa rendahnya total
aset yang dimiliki oleh perusahaan tersebut.
Selain itu nilai tengah rata-rata dari dua nilai data yang telah diurutkan
dari yang terkecil hingga yang terbesar atau disebut sebagai median adalah
17.26277. Sedangkan untuk standar deviasi variabel ini sebesar 1.197553 yang
nilainya labih rendah dibandingkan nilai rata-rata. Oleh karena itu, dapat
disimpulakan bahwa variabel ini memiliki jangkauan yang relatif stabil atau
pergerakan naik turunya yang relatif rendah.
c. Leverage
Variabel leverage menggambarkan perbandingan antara hutang dengan
aset, yang dimaksudkan untuk mengetahui seberapa besar aset yang digunakan
untuk menjaminkan hutang. Berdasarkan hasil pengolahan data yang telah
dilakukan diketahui bahwa rata-rata leverage sebesar 42.18257, adapun nilai
maksimum sebesar 81.78774 yang miliki oleh Bank Rakyat Indonesia (Persero)
Tbk (BBRI) yang artinya bahwa presentase leverage yang dimiliki oleh Bank BRI
paling besar dibandingkan perusahaan lain. Sedangkan untuk presentase leverage
yang rendah terdapat pada perusahaan Indocement Tunggal Prakasa Tbk yaitu
sebesar 13.31792.
Adapaun hasil yang didapatkan dari pengolahan data yaitu nilai median
untuk variabel leverage yaitu sebesar 39.80310 dan untuk nilai standar
deviasinya dapat diketahui sebesar 13.31792 yang mana memiliki nilai yang lebih
Pengaruh Struktur..., Deanira Allia Pandoe, Ak.-IBS, 2016
74
Indonesia Banking School
kecil dibandingkan nilai rata-ratanya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel
ini memiliki tingkat pergerakan yang kecil atau relatif stabil.
4.3 Uji Asumsi Klasik
4.3.1 Uji Normalitas
Gambar 4.1
Hasil Uji Normalitas
Sumber: output eviews diolah
Untuk menguji data yang telah diolah berdistribusi normal yaitu dengan
menganalisis Jarque-Bera. Data terdistribusi normal apabila memiliki nilai Jarque-
Bera dibawah 2. Dapat dilihat dari hasil pengolahan data menghasilkan Jarque-Bera
sebesar 5.161863 yang artinya data tidak terdistribusi normal. Selain dengan
menganalisis Jarque-Bera dapat pula menganalisis nilai probabilitas. Data yang
terdistribusi normal ditandai dengan nilai probabilitas yang besarnya lebih dari 0.05.
Dari hasil pengolahan data yang menggunakan software Eviews dapat diketahui nilai
Cross-section F 2.110214 (15,45) 0.0273 Cross-section Chi-square 34.088258 15 0.0033
Berdasarkan hasil tersebut menghasilkan nilai Cross-Section chi-square <
0.05 yaitu sebesar 0.0033 maka H0 ditolak. Untuk mengetahui model mana yang
dipakai, pengujian yang selanjutnya dilakukan yaitu Uji Hausman.
4.4.1.2 Uji Hausman
Tabel 4.7
Uji Hausman Correlated Random Effects - Hausman Test Equation: Untitled Test cross-section random effects
Test Summary Chi-Sq. Statistic Chi-Sq. d.f. Prob.
Cross-section random 4.002399 3 0.2612
Berdasarkan hasil pengujian yang dilampirkan diatas, dapat diketahui bahwa
nilai Cross-Section F sebesar 0.2612 yang berarti nilai Cross-Section F > 0.05.
Pengaruh Struktur..., Deanira Allia Pandoe, Ak.-IBS, 2016
79
Indonesia Banking School
Sehingga pemillihan model yang paling tepat yaitu dengan menggunakan Random
Effect.
4.5 Hasil Regresi Data Panel
Tabel 4.8
Hasil Uji Regresi Data Panel
Sumber: output eviews diolah Signifikan pada *1%, **5%, ***10%
Keterangan:
EM = Earning Management (Manajemen Laba)
OS = Ownership Structure (Struktur Kepemilikan)
FS = Firm Size (Ukuran Perusahaan)
L = Rasio Leverage
Ɛ = Error
i = Perusahaan yang Dijadikan Sampel
t = Tahun Penelitian
Dari hasil regresi yang telah dilakukan, didapatkan hasil seperti yang
dilampirkan diatas pada tabel 4.8 dan diinterpretasikan sebagai berikut :
EM = -0.966733402194 + 0.0305021946675 *OS it + 0.852995894917*FS it – 0.00497552708685*L it + Ɛ it
Variabel Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. Struktur Kepemilikan 0.030502 0.058034 0.525592 0.6011 Ukuran Perusahaan 0.852996 0.214079 3.984491 0.0002
Leverage -0.004976 0.013934 -0.357081 0.7223 C -0.966733 3.431079 -0.281758 0.7791
R-squared 0.269866 Adjusted R-squared 0.233359
Prob(F-statistic) 0.000270
Pengaruh Struktur..., Deanira Allia Pandoe, Ak.-IBS, 2016
80
Indonesia Banking School
1. Dalam kondisi ceteris paribus apabila terjadi peningkatan dalam variabel struktur
kepemilikan yang merupakan pengukuran berdasarkan perbandingan jumlah
kepemilikan saham yang dimiliki oleh manajemen dengan jumlah total saham
akan menaikan tindakan manajemen laba pada perusahaan sebesar 0.030502.
2. Dalam kondisi ceteris paribus apabila terjadi peningkatan dalam variabel ukuran
perusahaan yang merupakan gambaran besar kecilnya perusahaan yang diukur
menggunakan total aset akan menaikan tindakan manajemen laba pada peusahaan
sebesar 0.852996.
3. Dalam kondisi ceteris paribus apabila terjadi peningkatan dalam variabel
leverage yang merupakan perbandingan antara total hutang yang dimiliki
perusahaan dengan total aset yang dimilikinya akan menurunkan tindakan
manajemen laba pada perusahaan sebesar 0.004976.
Berdasarkan hasil pengolahan data, Adjusted R-squared sebesar 0.233359 atau
sebesar 23.33% menunjukan bahwa manajemen laba dapat dijelaskan oleh variabel
independen sedangkan sisanya dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak dijelaskan
dalam model penelitian. Selanjutnya pada pengujian tersebut nilai Prob (F-Statistik)
sebesar 0.000270 yang menunjukan bahwa seluruh variabel independen secara
bersama-sama memiliki pengaruh yang signifikan terhadap manajemen laba.
Pengaruh Struktur..., Deanira Allia Pandoe, Ak.-IBS, 2016
81
Indonesia Banking School
4.6 Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis penelitian ini terdiri dari beberapa pengujian secara
parsial dan akan dijelaskan pada bagian ini.
4.6.1 Uji Partial (Uji t)
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui seberapa signifikan pengaruh yang
ditimbulkan oleh variabel independen dan variabel dependen secara parsial.
Pengujian dilakukan untuk menjawab hipotesis peneliti yang merupakan dugaan
sementara. Dengan dilakukannya pengujian ini, maka akan dapat menjawab dan
menjelaskan perumusan yang diajukan sebelumnya. Jika P-value < 0.05 maka H0
ditolak, yang artinya terdapat hubbungan yang signifikan antara variabel independen
dan variabel dependen.
4.6.1.1 Pengaruh Struktur Kepemilikan Terhadap Manajemen Laba
Dapat dilihat pada tabel 4.8 yang menunjukan probabilitas struktur
kepemilikan lebih besar dari tingkat signifikansi sebesar (0.6011 > 0.05) dengan nilai
t-statistik sebesar 0.525592, yang artinya H0 diterima. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa struktur kepemilikan terbukti tidak memiliki pengaruh negatif yang signifikan
terhadap manajemen laba.
Hasil penelitian ini mendukung penelitian terdahulu yang dilakukan oleh
Zeptian dan Rohman (2011) yang menyatakan bahwa struktur kepemilikan tidak
Pengaruh Struktur..., Deanira Allia Pandoe, Ak.-IBS, 2016
82
Indonesia Banking School
memiliki hubungan negatif yang signifikan terhadap manajemen laba. Hal ini
menjelaskan bahwa kepemilikan manajemen atas saham perusahaan masih rendah.
Ini dapat dilihat dari nilai rata-rata (mean) hasil statistik deskriptif variabel ini hanya
sebesar 1.055633. Arah positif menunjukan semakin besar jumlah kepemilikan saham
oleh manajemen maka semakin besar tindakan manajemen laba yang dilakukan oleh
perusahaan. Manajemen akan berusaha meningkatkan keuntungannya melalui
deviden maupun bonus dengan cara meningkatkan laba perusahaan melalui tindakan
manajemen laba dan tentunya akan menguntungkan jabatannya dalam perusahaan
karena beranggapan bahwa manajemen telah melakukan tugasnya dengan baik. Dari
hasil penelitian ini membuktikan bahwa kepemilikan saham oleh manajemen
sebaiknya tidak berpengaruh negatif terhadap tindakan manajemen laba. (hipotesis
ditolak)
4.6.1.2 Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Manajemen Laba
Dapat dilihat pada tabel 4.8 yang menunjukan probabilitas ukuran perusahaan
lebih kecil dari tingkat signifikansi sebesar (0.0002 > 0.05) dengan nilai t-statistik
sebesar 3.984491, yang artinya H0 ditolak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
ukuran peusahaan terbukti memiliki pengaruh yang signifikan terhadap manajemen
laba. Arah positif menunjukan semakin besar ukuran perusahaan maka semakin
tinggi motivasi manajemen untuk melakukan tindakan manajemen laba.
Pengaruh Struktur..., Deanira Allia Pandoe, Ak.-IBS, 2016
83
Indonesia Banking School
Hasil penelitian ini sesuai dengan Tseng dan Lai (2007) yang menyatakan
bahwa perusahaan besar daripada perusahaan kecil lebih sering menggunakan
metode-metode akuntansi yang mempengaruhi laporan laba perusahaan, baik
menaikan atau menurunkan laba. Jika perusahaan ingin menghindari pembayaran
pajak yang besar maka manajemen akan memilih metode-metode akuntansi yang
dapat mengecilkan laba, sebaliknya jika manajemen ingin mesejahterakan dirinya
dengan mendapatkan bonus maka manajemen akan menggunakan metode-metode
akuntansi yang dapat meningkatkan laba. Disamping itu manajemen akan terlihat
menjalankan tugasnya dengan baik. (hipotesis diterima)
4.6.3.1 Pengaruh Leverage Terhadap Manajemen Laba
Dapat dilihat pada tabel 4.8 yang menunjukan probabilitas rasio leverage
lebih besar dari tingkat signifikansi sebesar (0.7223 > 0.05) dengan nilai t-statistik
sebesar -0.357081, yang artinya H0 diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
leverage terbukti tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap manajemen laba.
Arah negatif menunjukan semakin besar leverage maka semakin rendah motivasi
manajemen untuk melakukan tindakan manajemen laba. Hasil penelitian ini tidak
sejalan dengan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Herwati dan
Baridwan (2007) serta Pambudi dan Sumantri (2014).
Perusahaan dengan tingkat leverage yang tinggi akibat besarnya total hutang
terhadap total aset akan menghadapi resiko default yang mana perusahaan terancam
Pengaruh Struktur..., Deanira Allia Pandoe, Ak.-IBS, 2016
84
Indonesia Banking School
tidak mampu memenuhi kewajibannya. Tindakan manajemen laba tidak dapat
dijadikan sebagai mekanisme untuk menghindari default tersebut. Pemenuhan
kewajiban tetap dilakukan dan tidak dapat dihindarkan dengan manajemen laba (Jao
dan Pagalung, 2011). (hipotesis ditolak)
4.7 Implikasi Manajerial
Berdasarkan hasil pembahasan mengenai “Pengaruh Struktur Kepemilikan,
Ukuran Perusahaan dan Leverage Terhadap Manajemen Laba” dapat diketahui bahwa
variabel struktur kepemilikan tidak memiliki pengaruh negatif yang signifikan
terhadap manajemen laba, sedangkan variabel ukuran perusahaan yang diukur
berdasarkan total aset perusahaan memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap
manajemen laba dan variabel leverage tidak memiliki pengaruh positif yang
signifikan terhadap manajemen laba. Manajemen laba terjadi karena adanya
keleluasaan manajemen dalam mengelola perusahaan sehingga manajemen dapat
melakukan manajemen laba dengan tujuan pribadi, seperti mencapai target,
mendapatkan bonus ataupun kepentingan pribadi lainnya. Dibutuhkannya
pengawasan yang berkualitas dan menyeluruh untuk mengurangi tindakan
manajemen laba.
Variabel struktur kepemilikan tidak berpengaruh negatif terhadap manajemen
laba, hal ini disebabkan karena jika manajemen memiliki saham perusahaan maka
manajemen akan bertindak sebagai pemegang saham, keuntungan yang diperoleh
Pengaruh Struktur..., Deanira Allia Pandoe, Ak.-IBS, 2016
85
Indonesia Banking School
oleh pemegang saham berupa deviden dari besarnya laba sehingga manajemen
sebagai pengelola lebih leluasa mengantur laporan laba dengan menggunakan
metode-metode yang dapat meningkatkan laba dan tentunya akan meningkatkan
perolehan deviden pula. Menurut hasil penelitian kepemilikan saham oleh manajemen
sebaiknya tidak signifikan agar tidak meningkatkan peluang manajemen untuk
melakukan manajemen laba.
Variabel ukuran perusahaan yang diukur dengan menggunakan ln total aset,
terbukti memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap manajemen laba.
Perusahaan yang besar cenderung melakukan tindakan manajemen laba dibandingkan
dengan perusahaan kecil karena perusahaan besar memiliki biaya politik yang besar.
Biaya politik timbul karena perusahaan menginginkan laba yang besar, upaya yang
dilakukan manajemen untuk mengurangi biaya politik tersebut dengan melakukan
kegiatan manajemen laba. Adapun motivasi lain yaitu jika perusahaan ingin
meminimalisis pembayaran pajak maka manajemen dapat memilih metode-metode
akuntansi yang dapat mengurangi laba, sebaliknya jika manajemen ingin menarik
perhatian publik dengan laba yang besar maka manajemen dapat memilih metode-
metode akuntansi yang dapat memaksimalkan laba.
Variabel leverage terbukti tidak memiliki pengaruh yang signfikan terhadap
manajemen laba. Perusahaan dengan tingkat leverage yang tinggi akibat besarnya
total hutang terhadap total aset akan menghadapi resiko default yang mana
perusahaan terancam tidak mampu memenuhi kewajibannya. Tindakan manajemen
Pengaruh Struktur..., Deanira Allia Pandoe, Ak.-IBS, 2016
86
Indonesia Banking School
laba tidak dapat dijadikan sebagai mekanisme untuk menghindari default tersebut.
Pemenuhan kewajiban tetap dilakukan dan tidak dapat dihindarkan dengan
manajemen laba.
Pengaruh Struktur..., Deanira Allia Pandoe, Ak.-IBS, 2016
Indonesia Banking School
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh bukti empiris mengenai “Pengaruh
Struktur Kepemilikan, Ukuran Perusahaan dan Leverage Terhadap Manajemen Laba
Pada Perusahaan Yang Termasuk Dalam Daftar LQ45 Periode 2011-2014”. Hasil
dari penelitian ini yaitu :
1. Struktur kepemilikan tidak memiliki pengaruh negatif terhadap manajemen laba
pada perusahaan yang masuk dalam daftar LQ45.
2. Ukuran perusahaan memiliki pengaruh positif terhadap manajemen laba pada
perusahaan yang masuk dalam daftar LQ45. Perusahaan besar lebih memiliki
motivasi yang besar dalam melakukan manajemen laba.
3. Leverage tidak memiliki pengaruh terhadap manajemen laba pada perusahaan
yang masuk dalam daftar LQ45. Perusahaan yang memiliki leverage tinggi
terbukti tidak mendorong manajemen melakukan manajemen laba melainkan
tetap taat pada perjanjian kontrak hutang yang dimilikinya.
Dalam penelitian ini, variabel independen memiliki Adjusted R-squared
sebesar 0.233866 atau sebesar 23.38%, yang artinya variabel independen hanya
mampu menjelaskan variabel dependen sebesar 23.38% dan sedangkan sisanya
dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dijelaskan dalam model penelitian ini.
Dalam menyusun penelitian ini masih sangat banyak keterbatasan dan
kekurangan peneliti. Oleh karena itu, diharapkan untuk peneliti selanjutnya
memperhatikan hal-hal yang dapat menjadi catatan untuk penelitian selanjutnya,
berikut keterbatasan penelitian :
1. Dalam penelitian ini variabel independen hanya mampu menjelaskan variabel
dependen sebesar 23.38% sedangkan sisanya dijelaskan oleh variabel lain
2. Data yang digunakan pada penelitian ini merupakan daya sekunder yang dalam
pengambilan datanya masih banyak yang belum terlengkapi
3. Periode pengamatan ini hanya terbatas 4 tahun terakhir, yaitu dari tahun 2011
hingga 2014
4. Penggunaan sampel pada penelitian ini hanya sebatas perusahaan yang masuk
dalam daftar LQ45 dan pemilihan perusahaan yang dijadikan penelitian hanya
perusahaan yang konstan masuk dalam daftar LQ45
5.3 Saran
Adapun saran-saran yang diberikan untuk melengkapi penelitian yang akan datang
seperti :
1. Penelitian yang akan datang sebaiknya menambahkan variabel lain seperti
profitabilitas, IPO (initial public offerings), GCG (good corporate governance)
dan reputasi auditor.
Pengaruh Struktur..., Deanira Allia Pandoe, Ak.-IBS, 2016
89
Indonesia Banking School
2. Diharapkan untuk peneliti selanjutnya dapat menggunakan data primer demi
kelengkapan data penelitian
3. Peneliti selanjutnya disarankan untuk melakukan penelitian dengan periode
pengamatan yang lebih lama
4. Penggunaan sampel penelitian disarankan memfokuskan pada sektor industri
tertentu untuk melihat pola tindakan manajemen laba
Pengaruh Struktur..., Deanira Allia Pandoe, Ak.-IBS, 2016
90
Indonesia Banking School
DAFTAR PUSTAKA
Alsharairi, Malek dan Aly Salama. 2012. “Does High Leverage Impact Earnings Management ? Evidence from Non-cash Mergers and Aquisitions.”Journal of Financial and Economic Practice,Vol 12 No 1, 2012 pp. 17-33.
Anggana, Gea Rafdan dan Andri Prastiwi. 2013. “Analisis Pengaruh Corporate Governance Terhadap Praktik Manajemen Laba : Studi Pada Perusahaan yang Terdaftar di BEI”. Diponegoro Journal of Accounting, Vol 2 No 3, 2013.
Azlina, Nur. 2012. “Analisis Faktor yang Mempengaruhi Manajemen Laba”. Jurnal Pendidikan Ekonomi Dan Bisnis,Vol 2 No 3, 2010pp 335-363.
Budiasih, Igan. 2009. “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Manajemen Laba”.Jurnal Ilmiah Akuntansi dan Bisnis, Vol. 4, No. 1, 2009.
Ghazali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Cetakan V. Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro
Gujarati, Damodar N. 2006. Dasar-Dasar Ekonometrika. Edisi ketiga jilid 1 dan 2. Jakarta: Erlangga.
Gulzar, M Awais. 2011. “Corporate Governance Characteristics and Earnings Management: Empirical Evidence from Chinese Listed Firms”. International Journal of Accounting and Financial Reporting,Vol 1 No 1, 2011.
Hendriksen, Eldon S dan Michael F van Breda. 2001. Accounting Theory, USA : Mc Graw-Hill
Herawati, Nurul dan Zaki Baridwan. 2007. “Manajemen Laba Pada Perusahaan Yang Melanggar Perjanjian Utang”. Simposium Nasional Akuntansi X. Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada.
Ikatan Akuntansi Indonesia. 2015. Standar Akuntansi Keuangan.PSAK No 1 Tahun 2015 : Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan. Jakarta : Salemba Empat.
Pengaruh Struktur..., Deanira Allia Pandoe, Ak.-IBS, 2016
91
Indonesia Banking School
Kieso, Donald E, dkk. 2013. Financial Accounting IFRS Edition. Second Edition. United Stated: John Wiley & Sons, Inc.
Kuncoro, Mudrajad. 2007. Metode Kuantitatif : Teori dan Aplikasi Untuk Bisnis dan
Ekonomi. Edisi Ketiga, Yogyakarta : UPP STIM YKPN. Lande, dkk. 2014. ”Pengaruh Tata Kelola Perusahaan, Kecakapan Manajerial, Dan
Rasio Leverage Terhadap Manajemen Laba”. Jurnal Ilmiah Mahasiswa. Limanto, Danny dan Zaenal Fanani. 2014. “Do IFRS Adoption, Firm Size, and Firm
Leverage Influence Earnings Management ? Evidence from Manufacturing Firm Listed in Indonesia Stock Exchange”.Nasional Akuntansi XVII, 2014.
Llukani, Teuta. 2013. “Earning Management and Firm Size : An Empirical Analyze
in Albanian Market”.European Scientific Journal,Vol 9 No 16, 2013. Muliati, Ni Ketut. 2011. “Pengaruh Asimetri Informasi dan Ukuran Perusahaan Pada
Praktik Manajemen Laba di Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”. Sinopsis Tesis Program Pascasarjana. Bali : Universitas Udayana.
Jao, Robert dan Gagaring Pagalung. 2011. “Corporate Governance, Ukuran
Perusahaan, dan Leverage Terhadap Manajemen Laba Perusahaan Manufaktur Indonesia”. Jurnal Akuntansi dan Auditing,Vol 1 No 8, 2011.
Pambudi, Januar Eky dan Farid Addy Sumantri. 2014. “Kualitas Audit, Ukuran
Perusahaan Dan Leverage Terhadap Manajemen Laba”. Jurnal Akuntansi dan Auditing,Vol 8 No 1, 2014.
Raja, dkk. 2014. “Aktivitas Manajemen Laba:Analisis Peran Komite Audit,
Kepemilikan Institusional, Persentasi Saham Publik dan Leverage”. Simposium Nasional Akuntansi XVII.
Scott, William R. 2012.Financial Accounting Theory. Sixth Edition. Prentice Hall
Inc. Canada :Ontorio. Sekaran, Uma, Roger Bougie. 2013. Research Methods for Business: : A Skill-
Building Approach. Sixth Edition. New York: John Wiley & Sons. Sulistyanto, Sri. 2008. Manajemen Laba Teori dan Model Empiris. Jakarta: Grasindo
Pengaruh Struktur..., Deanira Allia Pandoe, Ak.-IBS, 2016
92
Indonesia Banking School
Surya, Angga dan Indira Januarti. 2012. “Hubungan Manajemen Laba Sebelum IPO
Terhadap Return Saham Dengan Ukuran Perusahaan Sebagai Variabel Moderasi”.Diponegoro Journal of Accounting,Vol 1 No 1,2012.
Suwito, Edy dan Arleen Herawaty. 2005. “Analisis Pengaruh Karakteristik
Perusahaan Terhadap Tindakan Perataan Laba Yang Dilakukan Oleh Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta”.Simposium Nasional Akuntansi VIII.
Tseng, Li-Jung dan Chien-Wan Lai. 2007. The Relationship Between Income
Smoothing and Profitability : An Empirical Study. International Journal of Management,Vol 24 No 4, 2007 pp. 727-733.
Watts, Ross L. and Zimmerman, Jerold L. 1986. Possitive Accounting Theory.
University of Rochester. NewYork : Pratice Hall. Wardani, Dini Tri dan Masodah. 2011. “Pengaruh Asimetri Informasi, Struktur
Kepemilikan Manajerial, dan Leverage Terhadap Praktik Manajemen Laba dalam Industri Perbankan Indonesia”.Proceeding PESAT (Psikologi, Ekonomi, Sastra, Arsitektur dan Sipil),Vol 4, 2011.
Widardjono, Agus. 2009. Ekonometrika Pengantar dan Aplikasinya, Edisi Ketiga.
Yogyakarta : Ekonesia. Winarno, Wing Wahyu. 2011. Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan Eviews,
Edisi Ketiga. Yogyakarta : Unit Penerbit dan Percetakan (UPPSTIM YKPN).
Zeptian, Andra dan Adbul Rohman. 2013. “Analisis Pengaruh Penerapan Corporate
Governance, Struktur Kepemilikan, dan Ukuran Perusahaan Terhadap Manjemen Laba Pada Perbankan”.Diponegoro Journal of Accounting,Vol 2 No 4, 2013.
Pengaruh Struktur..., Deanira Allia Pandoe, Ak.-IBS, 2016
93
Indonesia Banking School
LAMPIRAN I
Daftar Sampel Penelitian – 20 Perusahaan Yang Masuk Dalam Daftar LQ45 Secara Konstan
No Kode Saham Nama Perusahaan
1 AALI Astra Agro Lestari Tbk 2 ADRO Adaro Energy Tbk 3 ASII Astra International Tbk 4 BBCA Bank Central Asia Tbk 5 BBNI Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk 6 BBRI Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk 7 BMRI Bank Mandiri (Persero) Tbk 8 GGRM Gudang Garam Tbk 9 INDF Indofood Sukses Makmur Tbk 10 INTP Indocement Tunggal Prakasa Tbk 11 ITMG Indo Tambangraya Megah Tbk 12 JSMR Jasa Marga (Persero) Tbk 13 KLBF Kalbe Farma Tbk 14 LPKR Lippo Karawaci Tbk 15 LSIP London Sumatera Plantation Tbk 16 PGAS Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk 17 PTBA Tambang Batubara Bukit Asam (Persero) Tbk 18 TLKM Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk 19 UNTR United Tractors Tbk 20 UNVR Unilever Indonesia Tbk
LAMPIRAN II
Perhitungan Manajemen Laba Tahap 1 – Menghitung TAC TAC = NI - CFO Perusahaan Tahun TAC NI CFO