i
PENGARUH SHALAWAT FATIH TERHADAP AGRESIVITAS
SISWA MADRASAH ALIYAH NEGERI LASEM
SKRIPSI
Disusun Guna Memenuhi Syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1 (S.1)
Dalam Ilmu Ushuluddin
Jurusan Tasawuf Psikoterapi
Oleh:
ZAINUL MUTTAQIN
4104020
FAKULTAS USHULUDDIN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2011
ii
PENGARUH SHALAWAT FATIH TERHADAP AGRESIVITAS
SISWA MADRASAH ALIYAH NEGERI LASEM
SKRIPSI
Disusun Guna Memenuhi Syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1 (S.1)
Dalam Ilmu Ushuluddin
Jurusan Tasawuf Psikoterapi
Oleh:
ZAINUL MUTTAQIN
4104020
Semarang, 31 Mei 2011
Disetujui Oleh:
Pembimbing I Pembimbing II
Hj. Arikhah, M. Ag Fitriyati, S. Psi, M. Si
NIP. 19691129 199603 2 002 NIP. 19690725 200501 2 002
iii
PENGESAHAN
Skripsi saudara Zainul Muttaqin dengan
Nomor Induk Mahasiswa 4104020 telah
dimunaqosahkan oleh Dewan Penguji
skripsi Fakultas Ushuluddin Institut
Agama Islam Negeri Walisongo
Semarang pada tanggal: 15 Juli 2011.
Dan telah diterima serta disahkan
sebagai salah satu syarat guna
memperoleh gelas sarjana (S.1) dalam
ilmu Ushuluddin.
Dekan Fakultas Ushuluddin/Ketua
Sidang
H. Hasyim Muhammad, M. Ag
NIP. 19720315 199703 1 003
Pembimbing I Penguji I
Hj. Arikhah, M. Ag Dra. Hj. Fatimah Usman, M. Si
NIP. 19691129 199603 2 002 NIP. 19560805 198503 2 001
Pembimbing II Penguji II
Fitriyati, S. Psi, M. Si Rohkmah Ulfah, M. Ag
NIP. 19690725 200501 2 002 NIP. 19700513 199803 2 002
Sekretaris Sidang
Dr. Sulaiman Al-Kumayi, M. Ag
NIP. 19730627 200003 1 003
iv
MOTTO
SABAR DALAM MENGATASI KESULITAN DAN
BERTINDAK BIJAKSANA DALAM
MENGATASINYA ADALAH SESUATU YANG
UTAMA
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
JIKA ADA YANG LEBIH PANTAS MENERIMA TAK AKAN
KUPERSEMBAHKAN RASA SYUKURKU SELAIN KEPADA-MU
Skripsi ini kupersembahkan kepada:
Keluargaku terutama Bapak H. Abdul Halim dan Ibu Djuweni
Mbak Muthoharoh
Mas Muzakka (alm)
Mbak Abidatul Muadhomah, S. E
Adik Much. Dzulkifli, A. Md
Adik Zaidatul Mubtasyiroh
Puji Lestari
Terima kasih atas doa, motivasi, inspirasi dan cinta kasihnya kepada
penulis. Semoga Allah SWT membalas budi baiknya dan meridhoinya,
Amien.....
vi
DEKLARASI
Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab penulis menyatakan bahwa skripsi
tidak berisi materi yang pernah di tulis oleh orang lain atau diterbitkan. Demikian
juga skripsi tidak berisi satupun pikiran-pikiran orang lain, kecuali informasi yang
terdapat dalam referensi yang dijadikan sebagai bahan rujukan.
Semarang, 16 Juli 2011
Deklarator
Zainul Muttaqin
NIM: 4104020
vii
KATA PENGANTAR
Bismillaahir Rahmaannir Rahiim
Segala puji bagi Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang,
karena atas rahmat, hidayah, nikmat serta inayah-Nya, maka penulis dapat
menyelsaikan skripsi ini.
Skripsi yang berjudul Pengaruh Shalawat Fatih Terhadap Agresivitas
Siswa Madrasah Aliyah Negeri Lasem ini disusun memenuhi salah satu syarat
guna memperoleh gelar sarjana strata satu (S.I) pada jurusan Taswuf dan
Psikoterapi di fakultas Ushuluddin Institut Agama Islam Negeri Walisongo
Semarang.
Dalam penyusunan ini penulis banyak mendapatkan bimbingan dan saran-
saran dari berbagai pihak, sehingga penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan.
Oleh karena itu penulis penyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Yang terhormat Bapak Dr. Nasihun Amin, M. Ag selaku Dekan Fakultas
Ushuluddin IAIN Walisongo Semarang.
2. Para dosen Fakultas Ushuluddin yang telah memberikan ilmu selama penulis
belajar di Fakultas Ushuluddin IAIN Walisongo Semarang.
3. Yang terhormat Ibu Hj. Arikhah, M. Ag selaku pembimbing I dan Ibu
Fitriyati, S. Psi, M. Si selaku pembimbing II yang telah meluangkan waktu,
tenaga, dan fikiran untuk memberikan bimbingan dan pengarahan dalam
penyusunan skripsi ini.
4. Kepala Sekolah Madrasah Aliyah Negeri Lasem Bapak Drs. H. Chudlori
Supaat, M. Ag yang telah memberikan waktu dan izin kepada penulis untuk
melakukan penelitian di MAN Lasem.
5. Wakil Kepala bidang Humas bapak Nur Haqiqi, M. A dan Wakil Kepala
bidang Kurikulum Ibu Bekti Kurniawati, M. Si yang telah memberikan
informasi dan data kepada penulis.
6. Bapakku, Ibuku, Kakakku, Adikku yang selama ini telah membantu dalam
bentuk yang tidak mungkin terucap seluruhnya sehingga penulis dapat
menyelesaikan program strata satu (S.I).
viii
7. K. H Abdul Rozaq Iman yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini.
8. K. H Drs. Dzikron Abdullah yang telah memberikan informasi dan data
tentang shalawat fatih.
9. K. H Soleh Basmalah yang telah memberikan informasi dan data tentang
shalawat fatih.
10. Para sahabat setiaku (mas Tholib, Mas Arif, Mas Prast, Mas Hakim) yang
selalu memberi semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.
11. Sahabat-sahabat PMII Rayon Ushuluddin, Mas Nedy, Mas Jay, Mas Fuad,
Evi, Nurul, Amir, Sulis, dan sebagainya yang selalu menjadi semangat dalam
menyelesaikan skripsi.
12. Anak-anak Panti Asuhan Arrodiyah yang selalu setia mendoakan penulis.
Semoga segala amal baik bapak ibu serta semua pihak yang disebut diatas
akan menjadi amal sholeh dan mendapatkan pahala yang setimpal dari Allah
SWT. Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini belum maksimal. Pada
akhirnya penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat khususnya untuk penulis
dan untuk pembaca pada umumnya.
Semarang, 31 Mei 2011
Penulis
ix
ABSTRAKSI
Dengan fenomena keterpurukan moral yang terjadi dikalangan pelajar
sering menggagu para orangtua, sering kita melihat di media elektronik terjadi
tawuran pelajar, pembunuhan dan sebagainya, kejadian tersebut juga bisa terjadi
terhadap pendidikan yang berbasis agama, apalagi remaja merupakan generasi
yang akan menjadi tulang punggu bangsa ini. Shalawat adalah cinta dalam bentuk
peneladanan kepada beliau dengan cara yang sempurna dan melaksanakan
sunnahnya dalam perilaku, sikap, dan perbuatan amal. Cinta ini juga mencakup
pembelajaran tentang kehidupan beliau. Salah satu aspek terbesar cinta ini adalah
meneladaninya dengan sikap tidak terlalu mencintai dunia secara berlebihan dan
mengharapkan kehidupan akhirat yang kekal. Shalawat fatih juga merupakan
salah satu kontrol diri yang dapat membentengi diri kita dari perilaku negatif
dengan globalisasi dan perkembangan zaman, karena kontrol masyarakat dan
pemerintah sekarang sudah sangat minim. Oleh karena itu penulis mengadakan
penelitian yang berkaitan dengan shalawat terutama shalawat fatih sebagai bentuk
penghayatan meneladani Nabi Muhammad SAW berpengaruh terhadap
agresivitas siswa. Hal ini menarik penulis untuk melakukan penelitian dengan
judul Pengaruh Shalawat Fatih Terhadap Agresivitas Siswa MAN Lasem.
Penelitian ini ingin mengetahui bagaimana pengaruh shalawat fatih terhadap
agresivitas MAN Lasem.
Peneltian ini adalah penelitian eksperimen dengan varibel tergantungnya
agresivitas dan variabel bebasnya shalawat fatih. Metode pengumpulan data
dengan angket yaitu skala agresivitas dan sampelnya para siswa MAN Lasem
kelas XI dengan populasi 132 siswa yaitu IPA-1, IPA-2, IPS-3, dan IPS-5 terdiri
dari kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Sedangkan analisis datanya
menggunakan Uji T dengan SPP 14.0. sebelum melakukan penelitian sebelumnya
melakukan uji asumsi yaitu uji normalitas dan homoginitas dan hasil
menunjukkan p>0.05. apabila ini tidak terpenuhi maka model analisisnya harus
diganti.
Dengan demikian hasil dari uji T dengan nilai t= -12,311menunjukan
bahwa ada perbedaan perubahan agresivitas yang signifikan antara kelompok
kontrol dan kelompok eksperimen, tetapi kelompok kontrol mengalami kenaikan
agresivitas yang bisa dipengaruhi beberapa faktor lingkungan, teman, masalah di rumah atau masalah pribadi siswa sehingga perlu adanya monitoring secara total
seperti menginap di sekolah, sehingga kita dapat mengetahui sebab dari naiknya
kelompok kontrol. Untuk kelompok kontrol tanpa diberi perlakuan sedangkan
kelompok eksperimen diberi perlakuan shalawat fatih.
x
SISTEM TRANSLITERASI
1. Konsonan
2. Vokal pendek
= = kataba
suila = =
yadzhabu = =
3. Vokal panjang
qaala = =
qiila = =
yaquulu = =
No ARAB LATIN
th 16
z 17
18
gh 19
f 20
q 21
k 22
l 23
m 24
n 25
w 26
h 28
, 29
y 30
No ARAB LATIN
A 1
B 2
T 3
Ts 4
J 5
H 6
Kh 7
D 8
Dz 9
R 10
Z 11
S 12
Sy 13
Sh 14
Dl 15
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ......................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... iii
HALAMAN MOTTO ................................................................................. iv
HALAMAN PERSEMBAHAN.................................................................. v
DEKLARASI .............................................................................................. vi
KATA PENGANTAR ................................................................................ vii
ABTRAKSI ................................................................................................. ix
TRANSLITERASI ...................................................................................... x
DAFTAR ISI ............................................................................................... xi
BAB I: PENDAHULULUAN
A. LATAR BELAKANG ................................................................ 1
B. PENEGASAN JUDUL ............................................................... 9
C. RUMUSAN MASALAH ........................................................... 10
D. TUJUAN DAN MANFAAT PENULISAN SKRIPSI ............... 10
E. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................. 10
F. METODOLOGI PENELITIAN ................................................. 12
1. Metode Penelitian Eksperimen ........................................... 12
2. Variabel Penelitian .............................................................. 12
3. Metode Pengumpulan Data ................................................. 13
4. Populasi dan Sampel ............................................................ 13
5. Metode Analisis Data ......................................................... 13
G. SISTEMATIKA PENULISAN SKRIPSI .................................. 14
BAB II: LANDASAN TEORI
A. AGRESIVITAS .......................................................................... 15
1. Definisi Agresivitas ............................................................... 15
2. Bentuk-Bentuk Agresivitas .................................................... 16
3. Teori-Teori Tentang Agresivitas ........................................... 17
4. Aspek-Aspek Agresivitas ...................................................... 19
5. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi ...................................... 22
B. SHALAWAT FATIH ................................................................. 29
xii
1. Shalawat ................................................................................. 29
a. Definisi Shalawat ................................................................. 29
b. Dalil-Dalil diisyariatkannya Shalawat ................................. 29
c. Manfaat Shalawat ................................................................ 31
d. Adab Bershalawat ................................................................ 32
e. Macam-Macam Shalawat .................................................... 33
2. Definisi Shalawat Fatih .......................................................... 34
3. Manfaat Shalawat Fatih ......................................................... 34
C. HIPOTESIS ................................................................................ 36
BAB III: JALANNYA PENELITIAN
A. PROSES PENELITIAN ............................................................. 37
1. Identifikasi ........................................................................... 37
2. Waktu dan Tempat Penelitian ............................................. 37
3. Definisi Operasional Veriabel ............................................. 37
4. Manipulasi ........................................................................... 38
5. Subyek ................................................................................. 39
6. Skala Agresivitas ................................................................. 40
B. PELAKSANAAN PENELITIAN .............................................. 41
1. Uji Normalitas ..................................................................... 42
2. Uji Homogenitas .................................................................. 42
C. RANCANGAN EKSPERIMEN................................................. 42
D. CARA ANALISIS DATA .......................................................... 43
E. UJI T ........................................................................................... 43
BAB IV: HASIL UJI EKSPERIMEN SHALAWAT FATIH PENGARUHNYA
TERHADAP AGRESIVITAS SISWA MADRASAH ALIYAH NEGERI
LASEM ......................................................................................... 44
BAB V: PENUTUP
A. KESIMPULAN .......................................................................... 49
B. SARAN ....................................................................................... 49
C. PENUTUP .................................................................................. 50
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 51
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran A:
1. Jadwal Penelitian
2. Daftar Ulama Yang dimintai Pendapat
Lampiran B:
3. Skala Agresivitas
4. Skor Skala Agresivitas Pretest Kelompok Kontrol dan Eksperimen
5. Skor Skala Agresivitas Postest Kelompok Kontrol dan Eksperimen
Lampiran C:
1. Hasil Uji Normalitas
2. Hasil Uji Homoginitas
Lampiran D:
1. Hasil Uji T
Lampiran E:
1. Surat Izin Research dari Fakultas Ushuluddin
2. Surat Keterangan Research dari MAN Lasem
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Agresivitas adalah kecenderungan berperilaku yang ditunjukan pada
makhluk hidup maupun benda mati dengan maksud melukai, menyakiti,
mencelakakan atau merusak dengan menimbulkan kerugian secara fisik atau
psikologis pada seseorang yang tidak ingin dirugikan atau mengakibatkan
kerusakan pada benda.1
Bentuk-bentuk agresivitas remaja yang sering kita dengar baik itu
melalui surat kabar, televisi dan sebagainya. Hal ini sangat merisaukan
masyarakat baik itu secara material maupun psikologis, Hal ini biasa kita lihat
di masyarakat sekarang apabila ada perkelaian pelajar, mereka langsung
melarikan diri untuk menyelamatkan diri.
Peristiwa-peristiwa yang berkaitan dengan agresivitas siswa antara
lain; Di jalan Daan Mogot, Cengkareng, Jakarta Barat, Rabu (6/10/2010),
terdapat dua kelompok pelajar terlibat aksi saling lempar batu, bahkan ada
yang berani membawa senjata tajam untuk melumpuhkan lawannya. Salah
seorang pelajar dari SMK Bina Siswa, Kebon Jeruk, Thomas Jonathan (16)
tewas setelah tertusuk oleh pelajar yang menjadi musuhnya. Melihat kondisi
Thomas yang tergeletak di jalan dengan bersimbah darah, tiga orang rekannya
berinisiatif membawa Thomas ke PUSKESMAS Cengkareng, karena luka
parah Thomas akhirnya meninggal dunia karena mengalami luka tusuk pada
lutut kiri, dada kiri, dan punggung belakang serta luka sabetan pada leher
belakang. Saat ini jenazah korban dibawa ke RSCM untuk otopsi.2
Jakarta - tawuran pelajar di sekitar kawasan Bulungan, Jakarta
Selatan. Mengakibatkan, lalu lintas di jalan tersebut macet. Pengendara di
minta waspada. Situs TMC Polda Metro Jaya, Jumat (03/12/2010),
1 Baidi Bukhori, S.Ag., M.Si, Zikir Al-Asma Al-Husna Solusi atas Problem Agresivitas Remaja,
Semarang: Syiar Media. 2008. hlm, 75. 2 http://www.detiknews.com/read/2010/10/07/103044/10/tawuran-pelajar-smk-bina-siswa-tewas-
ditusuk/07 Oktober 2010.
http://www.detiknews.com/read/2010/10/07/103044/10/tawuran-pelajar-smk-bina-siswa-tewas-ditusuk/07http://www.detiknews.com/read/2010/10/07/103044/10/tawuran-pelajar-smk-bina-siswa-tewas-ditusuk/07
2
memberikan informasi peristiwa ini terjadi sekitar pukul 20.01 WIB. Saat ini
petugas kepolisian sudah berada di lokasi guna membubarkan tawuran dan
mencegah aksi pelajar agar tidak menimbulkan korban jiwa. Para pengendara
yang sedang melintas diimbau waspada atau mengalihkan kendaraannya ke
ruas jalan lain. "Lalu lintas cukup padat, termasuk di Blok M," kata petugas
TMC Polda, Briptu Seno, kepada detikcom.3
Metrotvnews.com, Jakarta: Tawuran antara dua kelompok pelajar
kembali terjadi di Jakarta, Kamis (21/1/2010). Perkelahian kali ini terjadi di
Jalan Latumeten Raya, Jakarta Barat. Kedua kubu saling membawa senjata
tajam, batu, dan benda-benda berbahaya. Kedua kubu nekat beraksi di dekat
jalan raya yang ramai dilalui oleh pemakai jalan. Dalam tawuran terdapat,
terdapat seorang pelajar yang jadi bulan-bulanan kubu lawan karena
tertangkap hendak melarikan diri. Melihat hal tersebut secara cepat warga
yang berada di sekitar kejadian langsung menyelamatkan pelajar dari
keroyokan massa. Sementara pengendara memilih mengambil jalan lain
untuk menghindari arena tawuran. Keributan baru berhenti setelah personel
Kepolisian Sektor Tanjungduren tiba di lokasi kejadian.4
Tawuran antar pelajar tidak hanya terjadi di kota besar saja seperti
yang terjadi di Jakarta, namun hal itu juga terdapat di kota kecil seperti yang
terdapat di Purwodadi letaknya di sekitar Bundaran Simpang Lima, Selasa
(26/10). Ratusan pelajar yang terdiri dari siswa SMK Pembnas, SMA
Pancasila dan SMA PGRI saling pukul dan lempar batu. Akibat insiden
tersebut mengakibatkan lalu-lintas menjadi macet. Menurut beberapa pelajar
yang ditemui Cakrawala, pertikaian tersebut merupakan permasalahan lama
yakni permusuhan antara pelajar asal Sukolilo Pati dengan pelajar Purwodadi
yang menamakan dirinya Pasukan Anti Kolilo. Kejadian ini bukan kali ini
saja terjadi namun hampir tiap bulan ada tawuran di kota ini dan justru malah
sudah bertahun-tahun lamanya. Hal tersebut ditandaskan pula oleh Sudarko
3 http://www.detiknews.com/read/2010/12/03/205237/ada-tawuran-pelajar-di-bulungan-alin-
macet.03 Desember 2010. 4http://metronews.com/index.phd/metromain/newscatvidio/metropolitan/2010/01/21/98193/tawura
n-pelajar-latumenten.21 Januari 2010
http://www.detiknews.com/read/2010/12/03/205237/ada-tawuran-pelajar-di-bulungan-alin-macet.03http://www.detiknews.com/read/2010/12/03/205237/ada-tawuran-pelajar-di-bulungan-alin-macet.03http://metronews.com/index.phd/metromain/newscatvidio/metropolitan/2010/01/21/98193/tawuran-pelajar-latumenten.21http://metronews.com/index.phd/metromain/newscatvidio/metropolitan/2010/01/21/98193/tawuran-pelajar-latumenten.21
3
seorang guru di salah satu SMA di Purwodadi yang ditemui oleh Cakrawala
saat tawuran sedang terjadi, bahwa perkelahian antar anak-anak sekolah di
Purwodadi dengan siswa asal sekolah dari salah satu di Sukolilo sering terjadi
di sekolahnya. Namun pihaknya selalu mengambil tindakan tegas terhadap
masalah ini, terhadap setiap pelaku perkelahian disekolahnya. Namun tidak
lama kemudian bisa dikendalikan oleh beberapa petugas dari Polres
Grobogan. Beberapa siswa yang diduga menjadi provokator berhasil
ditangkap dan dibawa ke kantor polisi untuk dimintai keterangan. Dari
keterangan salah seorang petugas kepada Cakrawala menuturkan bahwa
beberapa anak yang berhasil ditangkap tersebut di dalam tas sekolahnya
ditemukan beberapa batu yang akan digunakan sebagai senjatanya.5
Pada tahun 2002 terjadi tawuran siswa MAN Lasem sendiri yang
disebabkan oleh salah siswa yang gagal dalam pencalonan ketua OSIS yang
dikarenakan tidak terima dengan hasil pemilihan dan siswa tersebut
menganggap ada kecurangan di dalam pemilihan ketua OSIS tahun
2002/2003.
Usia remaja memang merupakan usia yang penuh gejolak. Setiap
remaja melakukan aktualisasi diri untuk menemukan jati dirinya. Pada masa
ini remaja sangat rentang karena pada masa tersebut remaja dalam kondisi
emosi yang tidak stabil dan mudah stress. Kesepakatan geng ikut
mempengaruhi pelajar menemukan jati dirinya. Remaja putri yang seharusnya
mempunyai kepribadian lembut dan santun berubah menjadi brutal dan
membabi buta untuk mempertahankan eksistensi gengnya. Norma-norma
kesopanan yang diberikan dilingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat
tidak mampu membendung ekspresi berkelahi.6
Bimbingan yang intensif dari semua pihak sangat diperlukan.
Bimbingan yang diberikan juga menyesuaikan dengan keadaan mereka. Cara
membimbing yang kurang tepat dapat menimbulkan kesalahpahaman dan
ketidakpercayaan siswa kepada orang yang membimbing. Hal ini bisa
5 http://cakrawalanews.com/indek.php/2010/10/26/98554/tawuran-pelajar-di-simpang-lima-
purwodadi.26 oktober 2010. 6 http://sobatbaru.com/2009/01/tawuran-pelajar.21 januari 2009.
http://cakrawalanews.com/indek.php/2010/10/26/98554/tawuran-pelajar-di-simpang-lima-purwodadi.26http://cakrawalanews.com/indek.php/2010/10/26/98554/tawuran-pelajar-di-simpang-lima-purwodadi.26http://sobatbaru.com/2009/01/tawuran-pelajar.21
4
memperkuat mereka merasa nyaman dilingkunganya. Tetapi dalam
memperoleh hak-haknya, sepatutnya anak diarahkan pada hal-hal yang sesuai
dengan akhlak mulia. Pihak yang patut memikirkan masa depan mereka
bukan hanya orang tua, tetapi saudara, masyarakat sekitar bahkan pemerintah
dan negara.
Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal merupakan bagian dari
masyarakat. Tanggung jawab sekolah juga besar untuk membentuk pribadi
peserta didik. Pendidikan mencakup spiritual keagamaan, kecerdasan, akhlak
mulia serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat dan negara.
Pendidikan yang dilakukan tidak hanya dari segi kecerdasan, tetapi juga
menyangkut ketrampilan, keagamaan dan akhlak mulia. Taksonomi tujuan
pendidikan menurut Bloom et al., ada tiga ranah yaitu kognitif, psikomotor
dan afektif. Ranah kognitif meliputi kecerdasan terutama prestasi peserta
didik secara akademik. Contoh ranah psikomotor adalah ketrampilan,
sementara untuk ranah afektif misalnya akhlak mulia. Melihat apa yang di
utarakan oleh Bloom et al terkait Pendidikan sepatutnya mengembangkan tiga
ranah tersebut, sehingga dapat membentuk pribadi peserta didik yang
tangguh.7
Siswa berada di lingkungan sekolah hanya sekitar 6-8 jam dan sisa
waktu selebihnya banyak dihabiskan di luar lingkungan sekolah.
Dikhawatirkan waktu luang ini bisa memberikan kesempatan siswa untuk
melakukan hal-hal yang tidak dianjurkan. Melihat waktu luang siswa yang
masih banyak semacam ini, Orang tua, teman bermain dan masyarakat
seharusnya ikut adil dalam membantu pelajar menemukan jati dirinya karena
keberhasilan memerlukan kerjasama oleh semua pihak.
Langkah perdana dalam upaya mengubah tingkah laku remaja yang
sudah kompleks di atas dapat dilakukan dengan memberi penjelasan secara
luas dan rinci kepada anak-anak remaja tentang beberapa aspek yuridis dan
relevan terkait perbuatan-perbuatan nakal yang kerap kali mereka lakukan.
Dengan dimikian, anak-anak remaja diharapkan dapat memiliki pemahaman
7 http://sobatbaru. com/2009/01/tawuran-pelajar.21 januari 2009.
5
atau pengertian, penghayatan dan perilaku hukum yang sehat. Usaha untuk
mencapai tingkat kesadaran hukum di kalangan remaja dapat dilakukan
melalui beberapa aktivitas, akan tetapi yang paling sederhana dan lebih dekat
dengan kehidupan remaja adalah melalui penyuluhan hukum yang dapat
divisualisasikan dalam beragam bentuk dan jenisnya. Melalui beberapa
pengejawantahan itu, kaum remaja akan mampu menginternalisasi dan
mengembangkan nilai-nilai positif yang bermanfaat dalam kehidupan di
tengah-tengah masyarakat dan lingkungannya.8
Adanya kesadaran hukum di kalangan remaja dapat dibuktikan pada
beberapa indikasi yang sangat mudah dan jelas untuk diidentifikasikan.
Indikasi tersebut merupakan fenomena nyata dalam totalitas jumlah dari
beberapa faktor kehidupan remaja. Tolak ukur indikasi tersebut dapat
diderivasi melalui tingkat-tingkat tentang pengetahuan hukum, pemahaman
kaidah-kaidah hukum, sikap terhadap norma-norma hukum, dan perilaku
hukum. Kesadaran hukum yang paling sederhana dapat memalui tolak ukur
pengetahuan hukum, sedangkan tingkat kesadaran hukum yang paling
sempurna adalah melalui indikasi perilaku hukum. Proses naik dan
menurunnya tingkat kesadaran hukum semata-mata bukan hanya mengikuti
proses urut-urutan yang statis sebagaimana disebutkan diatas, akan tetapi
proses tersebut secara dinamis masuk dalam bentuk lompatan tingkat. Hal ini
dapat terjadi pada seorang anak remaja yang mencapai tigkat kesadaran
hukum pada fase yang sempurna. Adanya tingkat yang paling sederhana
hingga fase yang paling sempurna adalah petunjuk kesadaran hukum anak
remaja yang diharapkan dapat mewujudkan keamanan, kedamaian, dan
kesejahteraan hidup bermasyarakat dan lingkungan.9
Disamping aspek kesadaran hukum di atas, masih ada aspek lain
yang membimbing kaum remaja agar dapat menjadi anggota masyarakat
dengan perilaku yang positif. Interbalisasi nilai-nilai kaidah sosial dan
8 Drs. Sudarsono. S. H., M. Si., Kenakalan Remaja, Jakarta: Rineka Cipta, 1990, hlm. 5.
9 Ibid, hlm., 5
6
internalisasi nilai-nilai norma agama juga mempunyai peran yang bermanfaat
dalam mendidik kaum remaja agar memiliki rasa tanggung jawab
kemasyarakatan dan memiliki penghayatan serta perilaku yang sesuai dengan
perintah agama, sedangkan terhadap larangan agama yang dianutnya tetap
dinggalkannya. Perspektif ini akan mampu memberi sumbangan positif bagi
terwujudnya kehidupan social serta lingkungan yang sehat secara material
maupun secara moral atau spiritual.10
Agresivitas pelajar sudah menjadi momok buat masyarakat, dan kita
perlu mencari solusi alternatif untuk menurunkan agresivitas mereka dengan
melihat latar belakang mereka baik itu dari lingkungan keluarga, agama,
pendidikan serta tempat tinggal. Dengan kita mengetahui masalah agresivitas
remaja tersebut dengan melihat hal-hal terkait akan lebih cepat dalam kita
menanganinya dan lebih afesien.
Denga melihat kenyataan masyarakat sekarang yang mengalami
kehampaan moral atau spiritual sehingga menjadikan mereka menjadi stress,
depresi dan sebagainya. Agama Islam merupakan agama yang rahmatan lil
alamin dan agama yang sempurna yang sejak awal telah mengajarkan dan
memberikan pedoman dalam hidup, Islam mengajarkan kepada manusia
untuk mampu berfikir dan bersikap serta bertingkah laku yang baik dalam
memenuhi kebutuhan mengejar keselamatan, kebahagian, ketentraman, dan
kesejahteraan hidup baik di dunia maupun akhirat nanti, ajaran islam
mengandung banyak petunjuk dalam segala bidang kehidupan, diantaranya
petunjuk tentang jalan terbaik manuju kehidupan yang tentram, bahagia, dan
diridhoi Allah SWT yaitu kehidupan beriman, bertaqwa dan berakhlak terpuji
sebagaimana firman Allah dalam Alquran surat Ar-Rad (13) ayat: 28-29.11
10
ibid., hlm. 6 11
Imam Fatkhurrahman, Dzikir Musabbaat al-Asyr dan Kesehatan Mental (Studi di Majlis Dzikir
Al-Khidiriyyah Desa Mekarjati-Haurgeulis)), IAIN, 2008, hlm. 3-4.
7
Artinya: (yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram
dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati
menjadi tentram (28). Orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan,
mereka mendapat kebahagiaan dan tempat kembali yang baik (29).12
Surat Thaha (20) ayat: 130.
Artinya: Maka bersabarlah engkau (Muhammad) atas apa yang mereka
katakan, bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu, sebelum matahari terbit, dan
sebelum terbenam; dan bertasbihlah (pula) pada waktu tengah malam dan
diujung siang hari, agar engkau merasa tenang.13
Doa dan zikir dari sudut pandang ilmu kedokteran jiwa atau
kesehatan jiwa merupakan terapi psikiatrik setingkat lebih tinggi dari pada
psikoterapi biasa. Hal ini dikarenakan doa dan zikir mengandung unsur
spiritual kerohanian atau keagamaan atau ketuhanan yang dapat
membangkitkan harapan, rasa percaya diri pada diri seseorang yang sedang
sakit, yang pada giliranya kekebalan tubuh meningkat sehingga mempercepat
proses penyembuhan.14
Zikir dalam hal ini diperlukan karena tidak sesuatupun ibadah yang
dilakukan dengan lisan lebih afdhol setelah tilawah alquran dari pada
berdzikir dengan ikhlas. Zikir pada dasarnya sangat berpengaruh terhadap
perkembangan jiwa manusia bila dilakukan secara ikhlas di sertai kehadiran
12
Departemen Agama, Alquran dan Terjemahnya, Jakarta, PT. Sygma Examedia Arkanleema,
2009. hlm. 252-253. 13
Ibid., hlm. 221 14
Imam Fatkhurrahman, op,. cit,. hlm. 3-4
8
hati15
. Dengan zikir sebagaimana yang dituntunkan islam yang akan
memberikan energi yang luar bisa atau dahsyat yaitu membawa ketenangan
dalam batin. Karena munculnya energi Ilahi berupa hormon yang sehat
menyelimuti seluruh tubuh.16
Zikir sebagai sarana terealisasinya kesehatan (ketenangan) jiwa
tetapi pada sisi lain merupakan perwujudan dari ketaatan manusia kepada
Allah, dengan mengharap karunianya baik berupa ampunan, perlindungan,
kekuatan, maupun kasih sayang-Nya dan semua harapan tersebut terangkum
dalam kalimat Ath-Thoyyibah (kata-kata yang baik).17
Kegiatan-kegiatan keagamaan yang sering kita dengar diantaranya
mujahadah, zikir, dan shalawat yang keseluruhan itu hanya untuk memohon
dan mengharap kepada Allah, bukan hanya itu tapi juga untuk mengaharap
kasih sayang dan kebaikan Allah. Shalawat bermacam-macam variasinya ada
yang paling pendek sampai yang sangat panjang dan shalawat itu sendiri
merupakan rasa terima kasih kita kepada Rasulullah. Keutamaan shalawat
membuat seseorang bersikap optimis dalam menemukan kebaikan dimana
saja, Sehingga hal ini bisa digunakan sebagai control untuk menurunkan
agresivitas seperti di Madrasah Aliyah Negeri Lasem.
Dengan latar belakang terseut diatas penulis terdorong untuk
meneliti permasalahan yang terjadi di atas dengan judul Pengaruh Shalawat
Fatih Terhadap Agresivitas Siswa Madrasah Aliyah Negeri Lasem.
B. PENEGASAN JUDUL
Untuk menghindari kesalahpahaman dalam memahami istilah yang
digunakan dalam skripsi yang berjudul Pengaruh shalawat Fatih Terhadap
Agresivitas Siswa Madrasah Aliyah Negeri Lasem, maka penulis perlu
memberikan penjelasan tentang pengertian beberapa kata yang tercantum
dalam judul skripsi, sehingga dapat diketahui makna yang dimaksud.
15
Al-Ghozali, Rahasia Zikir dan Doa. Terj. Ahsin Muhammad, Karisma, Bandung, 1996. Hlm 37. 16
Baidi Bukhori, op., cit., hlm. xiii 17
Yayasan Penyelanggara Penterjemah Alquran Departemen RI, Alquran dan Terjemahannya.
C.V Gema Risalah Press. Bandung. 1993. Hlm. 373.
9
1. Shalawat adalah jamak dari kata shalat yang berarti doa, keberkahan,
kemuliaan, kesejahteraan, dan ibadah18
. Sedangkan secara terminologi
shalawat adalah pengakuan kerasuluan Nabi Muhammad SAW serta
memohon Allah agar Nabi Muhammad SAW serta keluarganya
senantiasa mendapat perlindungan dan keselamatan.19
Sedangkan
shalawat fatih adalah;
Artinya: Ya Allah berilah rahmat atas tuan kami Muhammad pembuka
semua yang terkunci dan penutup semua yang terdahulu, penolong
kebenaran dengan kebenaran dan petunjuk kejalan yang lurus dan atas
keluarganya, dengan sebenar-benarnya derajat dan martabat beliau yang
agung.
2. Agresivitas adalah kecenderungan berperilaku yang ditunjukan pada
makhluk hidup maupun benda mati dengan maksud melukai, menyakiti,
mencelakakan atau merusak dengan menimbulkan kerugian secara fisik
atau psikologis pada seseorang yang tidak ingin dirugikan atau
mengakibatkan kerusakan pada benda.20
C. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang maka penulis dapat merumuskan
masalah-masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana pengaruh shalawat fatih terhadap agresivitas siswa Madrasah
Aliyah Negeri Lasem?
18
Bambang Irawan, The Power of Shalawat, Solo: Tiga Serangkai, 2008, hlm. 65. 19
Ibid. 20
Baidi Bukhori, S.Ag., M.Si, op., cit. hlm, 75.
10
D. TUJUAN dan MANFAAT PENULISAN SKRIPSI
Sesuai dengan perumusan masalah tersebut maka tujuan dalam
penulisan sekripsi ini adalah:
1. Menguji secara empiris tentang pengaruh shalawat fatih terhadap
agresivitas siswa Madrasah Aliyah Negeri Lasem.
Sedangkan manfaat dari penelitian ini adalah;
1. Diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam hal
penanganan agresivitas, khususnya shalawat fatih yang dapat
menurunkan agresivitas.
2. Apabila terdapat pengaruh shalawat fatih dapat menurunkan agresivitas,
maka ini dapat digunakan sebagai salah satu solusi alternatif untuk
menurunkan agresivitas.
E. TINJAUAN PUSTAKA
Dengan ini penulis akan menggunakan refensi sebagai bahan tinjuan
pustaka dari beberapa buku dan literatur yang berkaitan dengan pembahasan
sekripsi ini, yaitu;
Buku karya Baidi Bukhori, S.Ag., M. Si yang berjudul Zikir Al-
Asma Al-Husna Solusi atas Problem Agresivitas Remaja di dalam buku ini
dijelaskan bahwa zikir asma al husna memberikan efek atau dapat
menurunkan agresivitas pelajar tetapi di dalm buku itu juga disebutkan bahwa
siswa yang tinggal di pondok pesantren maupun di luar pesantren dan antara
laki-laki dan perempuan tidak ada perbedaan dan tidak mementukan
perbedaan yang jelas antara siswa laki-laki dan perempuan dan juga antara
siswa yang tinggal di pesantren dan yang tidak tinggal dipesantren.
Buku karya Syekh Yusuf bin Ismail Annabani yang berjudul fadilah
Shalawat Buku ini menjelaskan tentang keutamaan-keutamaan shalawat.
Diantaranya keutamaan Shalawat Fatih.
Buku karya A. Sjinqithy Djamaluddin yang berjudul Kunci Rahmat
Ilahi At Tijaniyah, Jawa Timur, 2000. A. Sjinqithy Djamaluddin didalam
11
bukunya ini berisi tentang pedoman untuk tarekat At-Tijaniyyah dan di buku
juga menjelaskan tentang asal mula shalawat fatih.
Selain buku, banyak juga ditemukan didalam karya-karya ilmiah
lainya seperti sekripsi. Nasoka nim: 4102112 judul sekripsi Minat Terhadap
Paly Station dan Agresivitas Anak (Studi Terhadap Santri TPQ Almuhajirin
Perumnas Krapyak Semarang Barat), di dalam sekripsi tersebut penulis
mengemukakan bahwa anak yang bermain play station bias mempengaruhi
agresivitas anak hal ini dinyatakan oleh seberapa sering anak-anak TPQ
bermain play station dan didalam sekripsi itu juga disebutkan bahwa
agresivitas yang berbentuk agresif verbal dengan persentase 66 % dan agresif
yang berbentuk fisik 34 % jadi anak-anak TPQ yang bermain play station suka
meniru adegan-adegan yang ada didalam permainan play station dan
agresivitas tidak hanya dipengaruhi permainan didalam play station tetapi juga
dapat dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu pola asuh orang tua dan juga pola
asuh guru di dalam mendidik.
Dari berbagai sumber acuan di atas terdapat perbedaan yang mendasar
dari buku-buku dan skripsi tersebut dengan penelitian yang lakukan, baik dari
aspek tema dan obyek penelitian buku-buku diatas tema yang diangkat bersifat
umum sebatas kajian Islam sedangkan penelitian yang akan mengkaji tentang
Pengaruh Shalawat Fatih Terhadap Agresivitas Siswa Madrasah Aliyah
Negeri Lasem.
F. METODOLOGI PENELITIAN
1. Metode Penelitian Eksperimen
Penelitian eksperimen merupakan penelitian yang dilakukan
dengan melakukan manipulasi yang bertujuan untuk mengetahui akibat
manipulasi terhadap perilaku individu yang diamati.21
Dalam penelitian kali ini, eksperimen dilakukan dengan membagi
dua kelompok variabel, yaitu variabel eksperimental (kelompok
perlakuan) dan variabel pembandingan yang disebut kelompok kontrol.22
21
Latipun, Psikologi Eksperimen, edisi kedua, Malang, UMM Press, 2004, hlm. 8.
12
Metode penelitian ini menggunkan metode eksperimen yaitu
mendakan kegiatan percobaan untuk melihat suatu hasil.23
2. Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian kali ini adalah Shalawat Fatih dan
Agresivitas Siswa.
a. Variabel tergantung: Agresivitas
b. Variabel bebas: Shalawat Fatih
3. Metode Pengumpulan Data
Dalam rangka memperoleh data dalam penelitian, penulis
mengunakan beberapa metode, yaitu sebagai berikut;
a. Metode Kuesioner atau Angket
Metode yang digunakan untuk mengumpulkan informasi
dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan tertulis dengan
responden diharapkan dengan memberikan jawaban dari petanyaan
tersebut.24
Metode ini digunakan pada siswa Madrasah Aliyah Negeri
Lasem, untuk mengetahui agresivitasnya sebagai akibat dari Shalawat
Fatih. Dalam penelitian data ini peneliti menggunakan penyekoran
nilai diantaranya;
4 : jawaban sangat setuju
3 : jawaban setuju
2 : jawaban tidak setuju
1 : jawaban sangat tidak setuju
Seluruhnya untuk favourable item Unfavourable item maka
sekornya sebaliknya. Sebelum angket digunakan untuk penelitian
yang sesungguhnya maka akan dilakukan uji coba skala terhadap
22
Kartini Kartono, Pengantar Metodologi Research Social, Bandung, Mandar Maju, 1990, hlm.
268. 23
Prof. Dr. Winarno Surahmat, N.Sc, Ed, Pengantar PenelitianIlmiah DAsar, Metode Teknik,
Bandung: Tarsino, 1994, hlm. 47 24
Suharsimi Arikunto, Prosuder Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta, Rineka Cipta, ,
1993, hlm. 136.
13
siswa Madrasah Aliyah Negeri Lasem yang tidak ikut sertakan dalam
penelitian untuk uji validitas dan reliabilitas.25
4. Populasi dan Sampel
Jumlah siswa XI Madrasah aliyah negeri lasem berjumlah 340
siswa. Populasi dalam penelitian ini adalah Madrasah Aliyah Negeri
Lasem yaitu kelas XI yang berjumlah 130 siswa yang dibagi dalam dua
jurusan yaitu IPA dan IPS. Dalam pengambilan sampel, penulis
mengambil kelas IPS-3 dan IPS-5 sebagai kelompok kontrol, kelas IPA-1
dan IPA-2 sebagai kelonpok eksperimen.
5. Metode Analisis Data
Pengelolahan data pada penelitian kali ini menggunakan ternik
analisis statistik.26
Jawaban yang diperoleh diberi simbol berupa angka.27
Dalam pengelolahan data yang diperoleh juga menggunakan teknik Uji-
T.28
G. SISTEMATIKA PENULISAN SKRIPSI
Dalam penulisan sekripsi kali ini terbagi menjadi lima bab, dengan
perincian sebagai berikut:
Bagian awal terdiri dari isi sampul, halamann judul, halaman
persetujuan Pembimbing, halaman pengesahan, halaman motto, halaman
persembahan, kata pengantar, abstraksi, dan daftar isi.
Bagian isi yang terdiri lima bab dengan penjabaran sebagai berikut;
Bagian bab I Pendahuluan yang terdiri dari; Latar Belakang,
penegasan istilah, pokok masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan
pustaka, metodologi penelitian dan sistematika penelitian sekripsi.
Bagian bab II Landasan teori agresivitas dan shalawat fatih. Bab ini
merupakan landasan teori dari permasalahan yang dikaji, yaitu akan dibahas
25
Agus Ardianto (4102051), Pengaruh Zikir (Ya Fattahu-Ya Alim) Terhadap Kecerdasan
Spiritual Siswa Muslim SMA 8 Semarang, Semarang, 2007, hlm. 10. 26
Sutrisno Hadi, Metodologi research, Andi Offset, Yogyakarta, 1989, hlm., 221. 27
Sutrisno hadi, op., cit., hlm. 222 28
Masri Singarimbun dan Sofian Efendi, Metode Penelitian Survai, LP3ES, Jakarta, 1989, hlm.,
219.
14
mengenai agesivitas, shalawat fatih dan teori tentang hubungan agresivitas
dengan shalawat fatih.
Bagian bab III Proses penelitian, persiapan penelitian yang terdiri
dari uji asumsi (uji normalitas dan uji homoginitas) dan pelaksanaan
penelitian, Uji T.
Bagian Bab IV Pengaruh shalawat fatih terhadap agresivitas siswa
Madrasah Aliyah Negeri Lasem.
Bagian Bab V Penutup yang berisi kesimpulan, saran-saran, dan
penutup.
Bagian akhir penulisan sekripsi ini adalah terdiri dari daftar pustaka,
lampiran-lampiran dan biodata penulis.
15
BAB II
LANDASAN TEORI
A. AGRESIVITAS
1. Definisi Agresivitas
Agesivitas menurut Baron berkowitz maupun Aronson (dikutip
Koeswara, 1988, h. 5) adalah tingkah laku individu yang ditunjukan untuk
melukai atau mencelakakan individu yang tidak menginginkan datangnya
tingkah laku tersebut. Schneiders (Kiswarawati, 1992, h. 10)
mendefinisikan agresi sebagai suatu bentuk respon yang mencari
pengurangan ketegangan dan frustasi melalui perilaku yang banyak
menunut, memaksa dan mengusai orang lain. Sementara itu Moore dan
Fine (dikutip Koeswara, 1998, h. 5) mendefinisikan agresi sebagai tingkah
laku kekerasan secara fisik ataupun secara verbal terhadap individu lain
ataupun terhadap objek-objek.1
Menurut Berkowitz (dalam Wastson, 1984, h. 204), agresivitas
didefinisikan sebagai perilaku yang diarahkan untuk melukai orang lain.
Hal ini berarti perilaku melukai orang lain karena kecelakaan atau
ketidaksengajaan tidak dapat dikategorikan sebagai agresivitas apabila
bertujuan melukai orang lain dan berusaha untuk melakukan hal ini
walaupun usahanya tidak berhasil. Pendapat lain mengatakan bahwa
agresivitas adalah perilaku yang memiliki potensi untuk melukai orang
lain atau benda yang berupa serangan fisik (memukul, menendang,
mengigit), serangan verbal (membentak, menghina) dan melanggar hak
orang lain (mengambil dengan paksa).2
Berdasarkan defnisi diatas, maka agresivitas pada remaja dapat
diartikan sebagai tingkah laku kekerasan secara fisik ataupun secara verbal
yang dilakukan secara sengaja terhadap individu lain ataupun terhadap
1 Fedela Herviantini, Sekripsi Agresivitas Pada Remaja Ditinjau Dari Intensitas Menonton Film
Kekerasan Di Televisi, Semarang, Fakultas Psikologi, UNIKA, 2007. hlm 10. 2 Ibid,. hlm. 11.
16
objek-objek dengan maksud untuk melukai, menyakiti ataupun merusak
yang mana orang yang dilukai tersebut berusaha untuk menghidarinya.
2. Bentuk-Bentuk Agresivitas
Byrne membedakan bentuk agresivitas menjadi dua yaitu agrsivitas
fisik yang dilakukan dengan cara melikai atau menyakiti badan dan
agresivitas verbal yaitu agresi yang dilakukan dengan mengucapkan kata-
kata kotor atau kasar.3 Buss mengklasifikasikan agesivitas yaitu
agresivitas secara fisik dan verbal, secara aktif maupun pasif, secara
langsung maupun tidak langsung. Tiga kalsifikasi tersebutmasing-masing
saling berinteraksi, sehingga menghasilkan bentuk-bentuk agresivitas.4
Pendapat ini dikemukakan oleh Buss ada 8 agresivitas yaitu;5
1. Agresivitas fisik aktif yang dilakukan secara langsung misalnya
menusuk, memukul, mencubit.
2. Agresivitas fisik aktif yang dilakukan secara tidak langsung misalnya
menjebak untuk mencelakakn orang lain.
3. Agresivitas fisik pasif yang dilakukan secara langsung misalnya
memberikan jalan untuk orang lain.
4. Agresivitas fisik pasif yang dilakukan secara tidak langsung misalnya
menolak melakukan sesuatu.
5. Agresivitas verbal aktif secara langsung misalnya mencaci maki orang
lain menusuk, memukul.
6. Agresivitas verbal aktif yang dilakukan secara tidak langsung misalnya
menyebarkan gosip yang tidak benar kepada orang lain.
7. Agresivitas verbal pasif yang dilakukan secara langsung misalnya
tidak mau berbicara pada orang lain.
8. Agresivitas verbal pasif fisik aktif yang dilakukan secar tidak langsung
misalnya diam saja meskipun tidak setuju.
3 Ibid,. hlm 13.
4 Baidi Bukhori, S.Ag, M.Si, Zikir Al-Asma Al-Husna Solusi Problem Agresivitas Remaja,
Semarang: Syiar MediaPublishing, 2008, hlm. 19. 5 Ibid,. hlm 13-14.
17
Berdasarkan uraian diatas dapat diperoleh kesimpulan bahwa
bentuk-bentuk agresifitas adalah agresif verbal atau fisik terrhadap objek
yang dilakukan secara langsung atau tidak langsung dengan intensitas
secara aktif atau pasif.
3. Teori-Teori Tentang Agresivitas
Beberapa teori yang menjelaskan diantaranya adalah;
a. Agresivitas sebagai perilaku bawaan.
Menurut teori ini agesivitas merupakan instink makhluk
hidup. Teori ini terbagi dalam tiga kelompok, yaitu teori
psikoanalisis, teori etologi, dan teori sosiobiologi.6
1. Teori Psikoanalisis
Sigmund Freud, seorang tokoh psikoanalisis
mengklasifikasikan instink individu ke dalam dua bagian, yaitu;
instink kehidupan dan instink kematian. Instink kehidupan (life
instinct atau disebut juga eros) mengandung energi konstruktif dan
seksual, sedangkan instink kematian (death intinct atau disebut
thanatos) mengandung energi destruktif.7
Pengungkapan hasrat terhadap kematian dapat berupa
agresi diri atau tindakan menyakiti diri sendiri sehingga bunuh
diri. Meskipun demikian, karena pada diri manusia juga terdapat
instink hidup maka hasrat terhadap kematian tidak serta merta
diungkapkan secara langasung oleh individu. Pengungkapan lain
hasrat terhadap kematian adalah ditujukan keluar dirinya, yaitu
berujung agresi terhadap orang lain, baik itu berupa
kecenderungan yang mengarah kepada tindakan atau perbuatan
yang menyebabkan rasa sakit, melukai, merusak, dan tindakan
lain yang merusak, yang membawa efek negatif bagi dirinya
sendiri ataupun orang lain.8
6 Ibid., hlm. 22
7 Ibid,. hlm., 23
8 Ibid,. hlm., 23
18
2. Teori Etologi
Lorenz, sebagai tokoh etologi berpendapat bahwa
agresivitas adalah instink berkelahi yang dimiliki oleh makhluk
hidup yang ditujukan pada spesies yang sama. Perkelahian
diantara anggota spesies tidaklah merupakan kejahatan, karena
fungsinya untuk menyelamatkan kehidupan salah satu spesies
terhadap gangguan atau ancaman dari spesies yang lain. Dengan
demikian angresivitas yang merupakan perilaku naluriah
memiliki nilai survival bagi organisme.9
3. Teori Sosiobiologi
Dalam pandangan teori sosiobiologi, dalam hal ini
Barash menyatakan bahwa perilaku sosial, sama halnya dengan
struktur fisik dipengaruhi oleh evolusi. Menurut teori ini,
makhluk hidup dari berbagai spesies cenderung menunjukan
pola-pola perilaku sosial tertentu demi kelangsungan hidupnya.
Makhluk melakukan tindakan agresi karena fungsi tindakan
tersebut sebagai usaha untuk penyesuaian dirinya.10
b. Agresivitas sebagai ekspresi frustasi
Agresivitas menurut kelompok ini tidak ada sangkut pautnya
dengan masalah instink, tetapi ditentukan oleh kondisi-kondisi
ekstenal (frustasi), sehingga kondisi tersebut akan menimbulkan motif
yang kuat pada seseorang untuk bertindak agresi. Salah satu teori
yang diajukan oleh kelompok ini adalah teori frustasi agresi, yang
dipelopori oleh Dollard dan koleganya (1939). Menurut kelompok
tersebut frustasi selalu meninmbulkan agresi dan agresi semata-mata
adalah hasil dari frustasi. Oleh karena itu bila frustasi menigkat, maka
agresivitas menigkat pula. Intensitas frustasi bergantung pada
beberapa faktor, antara lain seberapa besar kemauan seseorang
9 Ibid,. hlm., 24
10 Ibid,. hlm. 24
19
menacapai tujuan, seberapa besar penghalang yang ditemui, dan
seberapa banyak frustasi yang dialami.11
Menurut Watson (1984) pada tahun 1941 Miller merevisi
teorinya dengan menyatakan, bahwa frustasi menimbulkan sejumlah
respon yang berbeda dan tidak selalu menimbulkan agresivitas. Jadi
agresivitas hanyalah salah satu bentuk respon yang muncul.12
c. Agresivitas sebagai akibat belajar sosial
Menurut Bandura dan Wilters (dalam Koeswara, 1988)
bahwa agresivitas dapat dipelajari melalui dua metode yaitu
pembelajaran instrumental yaitu terjadi jika sesuatu perilaku di beri
penguat atau diberi hadiah (reward), maka perilaku tersebut
cenderung akan diulang pada waktu yang lain.13
Dan pembelajaran
observasional yaitu terjadi jika seseorang belajar perilaku yang baru
melalui observasi atau pengamatan kepada orang lain yang disebut
model.14
d. Agresivitas sebagai hasil proses kognitif
Dodge dan crick (1990) menyatakan bahwa ada hubungan
yang kuat antara fungsi kognitif dan agresivitas yang dilakukan oleh
seorang anak. Agresivitas terjadi akibat ketidakmampuan anak dalam
memproses informasi sosial.15
4. Aspek-Aspek Agresivitas
Cara mengetahui agresivitas pada individu terhadap suatu obyek
tertentu, kita perlu tau gejala-gejala atau aspek-aspek perilaku agresi yang
dibagi manjadi 2 hal oleh Prawesti (2003 hlm. 14) yaitu agresi fisik, yaitu
agresi yang dilakuakan dengan cara melukai atau menyakiti badan baik
11
Ibid,. hlm., 25 12
Ibid,. hlm., 25 13
Ibid,. hlm., 26 14
Ibid,. hlm., 27 15
Ibid,. hlm., 27
20
diri sendiri maupun orang lain seperti misalnya mencubit memukuk,
menendang dasn sebagainya.16
Bush dan Denny (1992) mengklasifikasikan agresivitas dalam
empat aspek, yaitu agresi fisik, agresi verbal, kemarahan, dan permusuhan.
Agresi fisik dan agresi verbal mewakili komponen motorik dalam
agresivitas, sedangkan kemarahan dan permusuhan mewakili komponen
afektif dan kognitifi dalam agresivitas.17
a. Agresi fisik (Physical Agression) ialah bentuk perilaku agresif yang
dilakukan dengan menyerang secara fisik dengan tujuan untuk
melukai atau membahayakan seseorang. Perilaku agresif ini ditandai
dengan terjadinya kontak fisik antara agresor dan korbannya.
b. Agresi verbal (Verbal Agression) ialah agresivitas dengan kata-kata.
Agresi verbal dapat berupa umpatan, sindiran, fitnah, dan sarkasme.
c. Kemarahan (anger) ialah suatu bentuk indirect agression atau agresi
tidak langsung berupa perasaan benci kepada orang lain maupun
sesuatu hal atau karena seseorang tidak dapat mencapai tujuannya.
d. Permusuhan (Hostility), merupakan komponen kognitif dalam
agresivitas yang terdiri atas perasaan ingin menyakiti dan
ketidakadilan.
Agersi verbal yaitu agresi yang dilakukan denga mengucapkan
kata-kata kotor maupun kata-kata kasar, contohnya menghina, mengumpat
memfitnah dan sebagainya.18
Menurut Sadli (dalam Adji, 2002 hlm. 13)
mengemukakan tentang aspek-aspek perilaku agresif yaitu;19
a. Pertahanan diri yaitu individu mempertahankan dirinya dengan cara
menunjukkan permusuhan, pemberontakan, dan pengrusakan.
b. Perlawanan disiplin yaitu individu melakukan hal-hal yang
menyenagkan tetapi melanggar aturan.
16
Roni septrianto, Perilaku Agresif Narapidana Lembaga Pemasyarakatan Kedungpane
Semarang Ditinjau Dari Religiusitas, Semarang, UNIKA. 2007. hlm. 14-15 17
http://deejay-boedjanglapoek.blogspot.com/2011/04/tugas-penyusunan-skala-psikologi.html 18
Roni Septrianto, op., cit., hlm., 15 19
Ibid,. hlm 15
21
c. Egosentris yaitu individu mengutamakan kepentingan pribadi seperti
yang ditunjukkan dengan kekuasaan dan kepemilikan. Individu ingin
menguasai suatu daerah atau memiliki suatu benda sehingga
menyerang orang lain untuk mencapai tujuannya tersebut, misalnya
bergabung dalam kelompok tertentu.
d. Superioritas, yaitu individu merasa lebih baik daripada yang lainnya
sehingga individu tidak mau diremehkan, dianggap rendah oleh orang
dan merasa dirinya selalu benar sehingga akan melakukan apa saja
walaupun dengan menyerang atau menyakiti orang lain.
e. Prangka yaitu memnadang orang lain dengan tidak rasional.
f. Otoriter, yaitu seseorang yang cenderung kaku dalam memegang
keyakinan, cenderung memegang nilai-nilai konvensional, tidak bisa
toleran terhadap kelemahan-kelemahan yang ada pada dirinya sendiri
atau orang lain dan selalu curiga.
Schneiders (dalam Aman, 2004, hlm. 12) menjelaskan aspek-aspek
perilaku agresif yaitu;20
a. Otoriter yaitu orang memiliki ciri kepribadian kaku dalam memegang
nilai-nilai konvensional dan tidak bisa toleransi terhadap kelemahan-
kelemahan yang ada dalam diri sendiri maupun orang lain.
b. Superior yaitu individu merasa yang paling baik di banding dengan
individu lain.
c. Egosentris yaitu individu mengutamakan keperluan pribadi tanpa
memperhatikan kepentingan diri sendiri seperti yang ditunjukan
dengan kekuasaan dan kepemilikan.
d. keinginan untuk menyerang baik terhadap, benda maupun manusia,
yaitu mempunyai kecenderungan untuk melampiaskan keinginannnya
dan perasaanya yang tidak nyaman ataupun tidak puas pada
lingkungan disekitarnya dengan melakukan penyerangan terhadap
individu ataupun benda lain disekitarnya.
20
Ibid,. hlm., 16
22
Menurut allport dan adorno (dalam Koeswara, 1988, hlm. 121-144)
agresif dibedakan menjadi dua aspek;21
a. Prasangka (Thinking ill others)
Definisi ini mengimplikasikan bahwa dengan prasangka
individu atau kelompok menganggap buruk atau memandang negatif
secara tidak rasional. Hal ini bisa dilihat dari bagaimana individu
berprasangka terhadap segala sesuatu yang dihadapinya.
b. Otoriter yaitu orang-orang yang memiliki ciri-ciri kepribadian yang
cenderung kaku dalam memegang keyakinannya, cenderung
memegang nilai-nilai konvesional, tidak bisa tolirensi terhadap
kelemahanyang ada dalam dirinya sendirimaupun dalam diri orang
lain, cenderung bersifat menghukum, selau curiga dan sangat menaruh
hormat dan pengabdian pada otoritas secara tidak wajar.
Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa aspek-aspek
perilaku agresif terdiri dari pertahanan diri, perlawanan disiplin,
egosentris, superior, keinginan untuk menyerang dan otoriter.
5. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Ada beberapa faktor yang memprngaruhi terjadinya agresivitas,
antara lain; stres, deindividuasi, kekuasaan, efek senjata, provokasi,
alkohol dan obat-obat, kondisi lingkungan, jenis kelamin, kondisi fisik,
media massa, dan penyimpangan pemikiran.22
a. Stres
Menurut Crider, Goethals, Kavanough, dan Solomon (1983)
bahwa stres merupakan reaksi terhadap ketidakmampuan untuk
mengatasi gangguan fisik terhadap ketidak mampuan untuk mengatasi
gangguan fisik dan psikis. Roediger, Rushton, Capaldi, dan Paris
(1984) menyatakan bahwa stres muncul karena adanya ancaman
terhadap kesejahteraan fisik dan psikis dan adanya perasaan bahwa
individu tidak mampu mengatasinya. Munculnya stres selain
21
Ibid,. hlm., 16 22
Baidi Bukhori. S. Ag, M. Si, op., cit., hlm., 35.
23
tergantung pada kondisi eksternalnya. Jadi sangat dimungkinkan
adanya reaksi yang berbeda antara seseorang dengan yang lain
meskipun mengalami kondisi stres yang sama.23
b. Deindividuasi
Pada saat individu diketahui identitasnya, maka akan
beertindak lebih anti sosial. Menurut Koeswara (1988, h. 95)
menyatakan bahwa deindividuasi bisa menagrahkan individu pada
kekuasaan, dan perilaku agresif yang dilakukan menjadi lebih intens.
Deindividuasi memiliki efek memperbesar keleluasaan individu untuk
melakukan agresi, karena deindividuasi menyingkirkan
ataumengurangi peranan beberapa aspek yang terdapat pada individu,
yakni identitas diri atau personalitas individu perilaku maupun
identitas diri korban agresi, serta keterlibatan emosional individu
perilaku, agresi terhadap korban.24
Dalam kondisi deindividuasi, individu menjadi kurang
memperhatikan nilai-nilai perilakunya sendiri dan lebih memusatkan
diri pada kelompok dan situasi. Deindividuasi mencangkup hilangnya
tanggung jawab pribadi, dan menigkatnya kepekaan terhadap apa
yang dilakukan kelompok. Dalam arti, setiap orang dalam kelompok
beranggapan bahwa tindakan mereka adalah bagian dari perilaku
kelompok (Koeswara, 1988). Hal ini menyebabkan orang kurang
merasa bertanggung jawab atas tindakannya dan kurang menyadari
konsekuensinya sehingga akan memberi kesempatan yang luas bagi
munculnya agresivitas.25
c. Kekuasaan
Menurut Weber (dalam Koeswara) kekuasaan adalah
kesempatan dari seseorang atau kelompok orang untuk merealisasikan
keinginan-keinginannya dalam tindakan komunal bahkan meskipun
23
Ibid,. hlm., 35 24
Angela Rahardian Yanita Utami, PerilakuMenonton Film Kartun Hero di Televisi Dengan
Perilaku Agresi pada Anak-Anak Sekolah Dasar. UNIKA, Semarang, 2008, hlm.18-19. 25
Baidi Bukhori, S. Ag, M. Si,. Op., cit., hlm., 36
24
harus berhadapan dengan perlawanan dari seseorang atau kelompok
orang lainnya yang berpartisipasi dalam tindakan komunikasi itu.26
Peranan kekuasaan sebagai pengarah kemunculan agresi
tidak dapat dipisahkan dari salah satu aspek menunjang kekuasaan itu,
yakni pengabdian dan kepatuhan (compliance). Para pemegang
otoriter amat lazim mengeksploitasi kepatuhan pengikutnya untuk
menyingkirkan oposan-oposan dalam rangka memelihara
establishment kekuasaannya. Bahkan kepatuhan itu sendiri diduga
memiliki pengaruh yang kuat terhadap kecenderungan dan intensitas
agresi individu (koeswara, 1998).27
d. Efek Senjata
Terdapat dugaab bahwa senjata memainkan perana dalam
agresi tidak saja karena fungsinya mengefektifkan dan
mengefisiensikan pelaksanaan agresi, tetapi juga karena efek
kehadirannya.28
e. provokasi
Mayor (1971) menyatakan bahwa provokasi bisa
mencetuskan agresi karena provokasi itu oleh pelaku agresi dilihat
sebagai ancaman yang harus dihadapi dengan respon agresif untuk
meniadakan bahaya yang diisyaratkan oleh ancaman itu.29
f. Alkohol dan Obat-Obat
Menurut mayor (1971) bahwa alkohol akan mempertinggi
potensi agresi karena menekan mekanisme syaraf pusat yang biasanya
menghambat emosi untuk melakukan agresi.30
Jadi alkohol dan obat-
obatan psikoaktif akan melemahkan kendali diri dari pemakaianya.
Oleh karena itu keduanya dapat berpengaruhi terhadap individu untuk
melakukan agresi.
26
Ibid,.hlm,. 36 27
Ibid,. hlm,. 36-37 28
Ibid,. hlm,. 37 29
Ibid,. hlm,. 37 30
Ibid,. hlm,. 38
25
g. Kondisi Lingkungan
Eksperimen Donnerstein dan Wison menunjukan bahwa
dalam keadaan bising, ternyata individu memberikan kejutan listrik
yang lebih banyak daripada dalam kondisi suara rendah atau tanpa
suara.31
Penelitian Griffit (1971) menemukan bahwa dalam waktu
antra tahun 1967 dan 1971 hura-hura lebih sering terjadi di musim
panas di saat udara panas menyengat daripada di musim gugur, musim
dingin atau musim semi. Dengan demikian ada kaitan yang erat antara
suhu udara dan peningkatan tidak kekerasan.32
1. Kemiskinan
Bila seorang anak dibesarkan dalam lingkungan
kemiskinan, maka perilaku agresi mereka secara alami mengalami
penguatan (Byod McCandless dalam Davidoff, 1991). Hal ini
dapat kita lihat dan alami dalam kehidupan sehari-hari di ibukota
Jakarta, di perempatan jalan dalam antrian lampu merah (Traffic
Light) anda biasa didatangi pengamen cilik yang jumlahnya lebih
dari satu orang yang berdatangan silih berganti. Bila anda
memberi salah satu dari mereka uang maka anda siap-siap di
serbu anak yang lain untuk meminta pada anda dan resikonya
anda mungkin dicaci maki bahkan ada yang berani memukul
pintu mobil anda jika anda tidak memberi uang, terlebih bila
mereka tahu jumlah uang yang diberikan pada temannya cukup
besar. Mereka juga bahkan tidak segan-segan menyerang
temannya yang telah diberi uang dan berusaha merebutnya. Hal
ini sudah menjadi pemandangan yang seolah-olah biasa saja.33
Bila terjadi perkelahian dipemukiman kumuh, misalnya
ada pemabuk yang memukuli istrinya karena tidak memberi uang
31
Ibid,. hlm,. 38 32
Ibid,. hlm,. 38 33
Zainun Mu'tadin, SPsi., MSi. Faktor-Penyebab-Perilaku-Agresi, Jakarta, 10 Juni 2002.
26
untuk beli minuman, maka pada saat itu anak-anak dengan mudah
dapat melihat model agresi secara langsung. Model agresi ini
seringkali diadopsi anak-anak sebagai model pertahanan diri
dalam mempertahankan hidup. Dalam situasi-situasi yang
dirasakan sangat kritis bagi pertahanan hidupnya dan ditambah
dengan nalar yang belum berkembang optimal, anak-anak
seringkali dengan gampang bertindak agresi misalnya dengan
cara memukul, berteriak, dan mendorong orang lain sehingga
terjatuh dan tersingkir dalam kompetisi sementara ia akan berhasil
mencapai tujuannya. Hal yang sangat menyedihkan adalah
dengan berlarut-larut terjadinya krisis ekonomi & moneter
menyebabkan pembengkakan kemiskinan yang semakin tidak
terkendali. Hal ini berarti potensi meledaknya tingkat agresi
semakin besar dan kesulitan mengatasinya lebih kompleks.34
2. Anonimitas
Kota besar seperti Jakarta, Bandung, Surabaya dan kota
besar lainnya menyajikan berbagai suara, cahaya dan bermacam
informasi yang besarnya sangat luar biasa. Orang secara otomatis
cenderung berusaha untuk beradaptasi dengan melakukan
penyesuaian diri terhadap rangsangan yang berlebihan tersebut.
Terlalu banyak rangsangan indra dan kognitif membuat dunia
menjadi sangat impersonal, artinya antara satu orang dengan
orang lain tidak lagi saling mengenal atau mengetahui secara
baik. Lebih jauh lagi, setiap individu cenderung menjadi anonim
(tidak mempunyai identitas diri). Bila seseorangmerasa anonim ia
cenderung berperilaku semaunya sendiri, karena ia merasa tidak
lagi terikat dengan norma masyarakat dan kurang bersimpati pada
orang lain.35
34
Ibid. 35
Ibid.
27
3. Suhu udara yang panas
Bila diperhatikan dengan seksama tawuran yang terjadi di
Jakarta seringkali terjadi pada siang hari di terik panas matahari,
tapi bila musim hujan relatif tidak ada peristiwa tersebut. Begitu
juga dengan aksi-aksi demonstrasi yang berujung pada bentrokan
dengan petugas keamanan yang biasa terjadi pada cuaca yang
terik dan panas tapi bila hari diguyur hujan aksi tersebut juga
menjadi sepi.36
Hal ini sesuai dengan pandangan bahwa suhu suatu
lingkungan yang tinggi memiliki dampak terhadap tingkah laku
sosial berupa peningkatan agresivitas. Pada tahun 1968 US Riot
Comision pernah melaporkan bahwa dalam musim panas,
rangkaian kerusuhan dan agresivitas massa lebih banyak terjadi di
Amerika Serikat dibandingkan dengan musim-musim lainnya
(Fisher et al, dalam Sarlito, Psikologi Lingkungan,1992).37
h. Jenis Kelamin
Telah banyak dikemukakan oleh para ahli, misalnya Lips dan
Colwill (1978) yang menyatakan bahwa dalam berbagai segi
psikologis ternyata terdapat perbedaan antara laki-laki dan perempuan.
Menurut Shaffer (1985) agresi bagi laki-laki biasanya stabil dari masa
remaja samapi dewasa muda, tetapi tidak demikian pada perempuan,
karena agresi laki-laki lebih ditolerir masyarakat daripada agresi
perempuan. Perempuan dituntut lebih halus oleh budaya, sehingga
agresivitasnya tidak terlalu tampak.38
i. Kondisi Fisik
Eksperimen yang dilakukan oleh Dollard dengan cara
melarang subyek tidur semalam suntuk, tidak boleh merokok,
membaca, berbicara, bermain dan lain-lain. Dalam waktu yang cukup
lama semua obyek hanya boleh duduk saja sehingga mereka
36
Ibid. 37
Ibid. 38
Baidi Bukhori, S.Ag, M. Si,. op., cit., hlm,. 39
28
memendam penderitaan dan frustasi yang menghasilkan agresi
terhadap peneliti, tetapi agresi itu tidak dapat diekspresikan secara
langsung karena situasi sosialnya. Agresivitas yang ditampilkan
subyek tampak ketika salah satu subyek menggambar luka yang
mengerikan pada tubuh manusia. Ketika ditanya siapa manusia dalam
gambar tersebut, maka subyek mengatakan bahwa itu adalah gambar
para psikolog. Dan teman-temannya yang senasib itu semua terhibur.39
j. Media Massa
Media massa merupakan media informasi yang memberikan
informasi kepada masyarakat. Namun demikian, media massa baik
cetak maupun elektronik juga banyak menyajikan hal-hal yang
bersifat agresif. Tayangan film dan iklan-iklan yang mempertontonkan
adegann kekerasan secara tidak langsung maupun langsung dapat
mempengaruhi penontonnya, bahkan menirukan dan mempraktekkan
adegan yang pernah dilihatnya.40
k. Penyimpangan Pemikiran
Kemarahan terjadi karena individu mengalami penyimpangan
pemikiran terhadap realitas, sehingga ia membuat kesimpulan yang
tidak masuk akal, sehubungan dengan kemampuannya menghadapi
lingkungan (burns, 1988). Hasil penelitian Nasby, Hayden, dan
Depaulo (1979) menemukan bahwa bias atribusi positif-submisif
(lawan dari bias atribusi permusuhan) berhubungan dengan
menurunnya agresi. Dan bias atribusi negatif-dominan (bias atribusi
permusuhan) berhubungan dengan meningkatnya agresi. Dengan
demikian apabila terjadi penyimpangan pemikiran pada individu maka
akan mengarahkannya pada emosi yang tidak menyinangkan dan akan
menimbulkan agresivitas.41
39
Ibid,. hlm,. 40 40
Ibid,. hlm,. 41 41
Ibid,. hlm,. 42
29
B. SHALAWAT FATIH
1. SHALAWAT
a. Definisi Shalawat
Shalawat adalah jamak dari kata shalat yang berarti doa,
keberkahan, kemuliaan, kesejahteraan, dan ibadah. Arti bershalawat
dapat dilihat dari pelakunya (subjeknya). Jika shalawat itu dari Allah
SWT, maka memberi rahmat kepada makhluk. Sedangkan shalawat
dari orang mukmin, maka suatu doa agar Allah SWT memberi rahmat
dan kesejahteraan kepada nabi Muhammad SAW dan keluarganya.42
Shalawat juga berarti doa, baik untuk diri sendiri, orang
banyak, maupun kepentingan bersama. Adapun shalawat sebagai
ibadah adalah pernyataan hamba atas ketundukannya kepada Allah
SWT serta mengharapkan pahala dari-Nya, sebagaimana yang
dijanjikan Nabi Muhammad SAW.
Dengan demikian makna shalawat Allah kepada hamba-Nya di
bagi menjadi dua yaitu umum dan khusus. Shalawat umum adalah
shalawat Allah kepada hamba-hamba-Nya yang beriman dan beramal
sholeh. Sedangkan shalawat khusus adalah shalawat Allah kepada
rasul-Nya, para nabi-Nya, teristimewa shalawat-nya kepada Nabi
Muhammad SAW.43
b. Dalil-Dalil diisyariatkannya Shalawat
Surat Al-Ahzab ayat: 56
Artinya: Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya
bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman,
42
Bambang Irawan, The Power of Shalawat, Solo: Tiga Serangkai, 2008, hlm. 65. 43
Bambang Irawan, op. cit. hlm., 65
30
bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam
penghormatan kepadanya.
Hadits dari Kaab ra;
)
(
.
Artinnya: dari Kaab yang berkata: ketika turun ayat Innallaha wa
malaikathu yusholluna alan nabi, para sahabat bertanya, nabi
Allah? Rasulullah SAW bersabda, Ucapkanlah, Allahumma sholli
ala muhammadin wa ala ali muhammadin kama shollaita ala
ibrahim wa ala ali ibrahim innaka hamidun majid, wa barik ala
muhammadin wa ala ali muhammad kama barokta ala ibrahim wa
ala ali innaka hamidun majid (H.R. Ahmad dari Kaab).44
Hadits dari Abu Hurairah ra;
: )
(
Artinya: dari abu Hurairah ra, Nabi SAW bersabda: Barang siapa
membaca shalawat satu kali kepadaku, Allah merahmatinya
sepuluh kali lipat (HR. Muslim).45
44
Abi Abdillah Abi Muhammad ibn Ibrahim ibn Al-Mughiroh ibn Bardibzah Al-Bukhari Al-
Jufiy, Shahih Al-bukhari, juz 8, Sdemarang: Thaha Putra, t.th. hlm. 95. 45
Al Imam Abi-Husain Muslim ibn Al-Hajaj ibn Muslim Al-qusyari Al-Nisaburi, Al-Jami Al-
Shahih, juz 2, Semarang: Toha Putra, t.th. hal. 17.
31
Hadist dari Abu Thalhah ra;
: :
( )
Artinya: Dari Abu Thalhah ra, Nabi SAW bersabda: Pernah
malaikat (Jibril) dating kepadaku berkata: Tidak senangkah engkau,
pasti aku membacakan shalawat (memohonkan ampun) pula untuk
dia sepuluh kali? Dan seseorang mendoakan kesejahteran pula
untuk dia sepuluh kali (HR. Ibnu Hibbah).46
Hadist dari Anas bin Malik;
:
)
(
Artinya: Dari Anas bin Malik ra. Rasulullah SAW bersabda:
Barang siapa membaca shalawat kepadaku satu kali, Allah
melimpahkan shalawat (rahmat) kepadanya sepuluh kali, di hapus
sepuluh kesalahannya, diangkat sepuluh derajatnya baginya dan
dicatat sepuluh kebaikan baginya (HR. Ahmad, Bukhari Fil Adab,
Nasaai, dan hakim).47
c. Manfaat Shalawat
Al-Hafizh As-Sakhawi memaparkan tentang manfaat yang
bershalawat kepada Nabi Muhammad SAW, sebagai berikut;48
46
Anas ibn malik, Maktabatusy Syamilah Asdarul Tsani, juz 24, hlm. 105 47
Abi Tholhah bin Sahal, Maktabatusy Syamilah Asdarul Tsani, juz 33, ham. 100 48
Bambang Irawan, op. cit. hlm. 94 -95
32
1. Mandapat rahmat Allah SWT.
2. Penghapusan kesalahan-kesalahannya.
3. Penyucian amal perbuatannya.
4. Kenaikan derajatnya.
5. Pengampunan dosa-dosanya.
6. Mendapatkan pahala dan ganjaran yang tiada batasnya.
7. Kebahagian hidup di dunia dan akhirat.
8. Keridhoan dan rahmat Allah SWT serta kesalamatan dari murka-
Nya.
9. Kesaksian Nabi Muhammad SAW sendiri terhadapnya.
10. Jaminan syafaat Nabi Muhammad SAW.
11. Shalawat menjadi zakat dan penyucian baginya.
12. Shalawat merupakan amal yang dicintai Allah SWT.
13. Shalawat membuat seseorang bersikap optimis dalam mememukan
kebaikan di mana saja.
14. Shalawat adalah cahaya yang membantu seseorang dalam melawan
musuh-mushnya.
15. Shalawat mendekatkan seseorang kepada Allah SWT dan kepada
Nabi-Nya.
16. Shalawat membersihkan hati seseorang dari kemunafikan dan
kekotoran.
17. Shalawat mencegah orang lain dari perkataan-perkataan yang baik.
d. Adab Bershalawat
Albanna (1994) menyatakan bahwa adab berzikir antara
lain;49
Kekhusukan dan kesopanan, menghadirkan makna kalimat-kalimat
zikir, berusaha memperoleh kesan-kesannya, dan memperhatikan
maksud-maksud serta tujuan-tujuannya.
49
Baidi Bukhori, op., cit., hlm. 53-54
33
Merendahkan suara sewajarnya disertai konsentrasi sepenuhnya
dan kemauan secukupnya sampai tidak terkacau oleh sesuatu yang
lain.
Menyesuaikan zikir kita dengan suara jamah, kalau zikir itu dibaca
secara berjamaah, maka tak seorangpun yang mendahului atau
terlambat datang, tetapi ia harus memulai bersama mereka dari
kalimat yang pertama kali ia dapatkan kemudian setelah selesai, ia
harus mengganti zikir yang belum dibacanya. Hal ini dimaksudkan,
agar tidak menyimpang dari bacaan yang semestinya, dan supaya
tidak berlainan iramanya.
Bersih pakaian dan tempat, serta memelihara tempat-tempat yang
dihormati dan waktu-waktu yang cocok. Hal ini menyebabkan
adanya konsentrasi penuh kejernihan hati dan keikhlasanniatnya.
Setelah selesai berzikir dengan penuh penuh kekhusyukan dan
kesopanan, di samping meninggalkan perkataan yang tidak berguna
juga meninggalkan permainan yang dapat menghilangkan faedah
dan kesan zikir sehingga efek zikir akan selalu melekat pada diri
pengamal zikir
e. Macam-Macam Shalawat
Macam-macam shalawat sangat banyak jenisnya, sehingga penulis
memberikan beberapa contoh shalawat yang sering di pakai oleh
masyarakat, yaitu;50
Shalawat Fatih
Shalawat Kamilah (Nariyah-Tafrijiyyah)
Shalawat Badriyah
Shalawat Munjiyat
Shalawat Saadah
Shalawat Ulul Azmi
Shalawat Mukafaah
50
Bambang Irawan, op., cit., hlm,. 113-134.
34
Shalawat Ibrahim Almabtuli
Shalawat Abdul Qadir Jilaini
Shalawat haibah
2. Definisi Shalawat Fatih
Syekh Ahmad Tijani ra menyebutkan bahwa Nabi Muhammad
SAW memberi tahu beliau bahwa shalawat fatih bukan susunan Syekh
Muhammad Al-Bakri. Syekh muhammad Al-Bakri ra memohon
kepada Allah dalam waktu yang lama, agar dianugrahi suatu shalawat
yang meliputi pahala dan sir semua shalawat kepada Nabi Muhammad
SAW. Setelah lama waktu memohonnya, Allah mengabulkan doa
syekh Muhmmad Al-Bakri yaitu malaikat datang membawa shalawat
fatih ini, tertulis dalam sebuah lembaran nur.51
Shalawat fatih adalah;
Artinya Ya Allah berilah rahmat atas tuan kami Muhammad pembuka
semua yang terkunci dan penutup semua yang terdahulu, penolong
kebenaran dengan kebenaran dan petunjuk kejalan yang lurus dan atas
keluarganya, dengan sebenar-benarnya derajat dan martabat beliau
yang agung.
3. Manfaat Shalawat Fatih
Untuk manfaat shalawat fatih ini, penulis mengambil dari
wawancara para pengamal shalawat fatih, yaitu;
1. Pikiran dan hati menjadi tenang, sehingga di dalam menghadapi
masalah kehidupan dengan baik.
2. Sebagai kontrol diri dari perilaku buruk.
3. Bisa bertemu dengan Rasulullah, apabila membaca dengan anjuran
mursyid (guru).
51
A. Sjinqithy Djmaluddin, op., cit., hlm 68.
35
4. Dibukakan jalan menuju kebaikan.
5. Akan melapangkan rezki.
6. Dimudahkan segala urusan dan masalah yang dihadapi.
D. HIPOTESIS
Berdasarkan teori yang dikemukan sebelumnya maka disusun
hipotesis sebagai berikut;
1. Ada perbedaan perubahan agresivitas antara kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol. Kelompok eksperimen lebih besar perubahan
dibanding kelompok kontrol.
36
BAB III
JALANNYA PENELITIAN
A. PROSES PENELITIAN
1. Identifikasi
Variabel bebas (sebab) dalam penelitian kali ini adalah shalawat fatih,
sedangkan agresivitas sebagai variabel terikat (akibat).
2. Waktu dan Tempat Penelitian
Eksperimen dilaksanakan pada tanggal 11 April pukul 08.30 WIB sampai
12.00 WIB. kelompok eksperimen ditempatkan di aula MAN Lasem dan
kelompok kontrol ditempatkan di Mushola MAN Lasem. Semua subyek penelitian
berjumlah 132 siswa yang diambil dari siswa MAN Lasem.
3. Definisi Operasional Veriabel
Definisi operasional dalam penelitian ini dimaksudkan untuk menghindari
dari kesalahpahaman dalam menginterprestasikan suatu variabel secara
spesifikasi agar variabel penelitian tersebut dapat diukur dengan alat ukur yang
tepat.
Agar tidak muncul salah pengertian permasalahan tidak menjadi meluas
(bagi pembaca dalam memahami dan menafsirkan yang dimaksud dalam sekripsi
ini) maka perlu adanya definisi operasional mengenai istilah-istilah yang
digunakan dalam variabel-variabel diatas sebagai berikut:
a. Shalawat fatih
Shalawat adalah jamak dari kata shalat yang berarti doa,
keberkahan, kemuliaan, kesejahteraan, dan ibadah1. Sedangkan secara
terminologi shalawat adalah pengakuan kerasuluan Nabi Muhammad SAW
serta memohon Allah agar Nabi Muhammad SAW serta keluarganya
senantiasa mendapat perlindungan dan keselamatan.2 Sedangkan shalawat
fatih adalah;
1 Bambang Irawan, The Power of Shalawat, Solo: Tiga Serangkai, 2008, hlm. 65.
2 Ibid.
37
Artinya Ya Allah berilah rahmat atas tuan kami Muhammad pembuka semua
yang terkunci dan penutup semua yang terdahulu, penolong kebenaran
dengan kebenaran dan petunjuk kejalan yang lurus dan atas keluarganya,
dengan sebenar-benarnya derajat dan martabat beliau yang agung.
b. Agresivitas
Agresivitas adalah tingkah laku kekerasan secara fisik ataupun secara
verbal yang dilakukan yang dilakukan secara sengaja terhadap individu lain
ataupun terhadap obyek-obyek dengan maksud untuk melukai, menyakiti
ataupun merusak yang mana orang yang dilukai tersebut berusaha untuk
menghindarinya.3
4. Manipulasi
Variabel yang akan digunakan didalam eksperimen ini adalah variabel
shalawat fatih. Shalawat fatih merupakan salah satu dari shalawat yang ada.
Shalawat fatih digunakan untuk menurunkan agresivitas siswa Madrasah Aliyah
Negeri Lasem. Pemilihan shalawat fatih ini dilakukan dengan beberapa langkah,
yakni;
Pertama, berdasarkan penelaahan literatur yang dilaksanakan oleh peneliti
terhadap buku-buku dan literatur yang membahas tentang shalawat fatih,
ditemukan bahwa Syekh Yusuf bin Ismail Annabani (2005), Bambang Irawan
(2007), yang menyatakan bahwa shalawat sangat beraneka ragam bentuknya baik
itu yang panjang maupun yang pendek. Beberapa shalawat dianataranya adalah
shalwat fatih merupaka shalawat yang memberikan manfaat kepada orang yang
membacanya baik itu manfaat di dunia maupun di akhirat bukan hanya itu tetapi
juga dapat keridhoan dari Allah SWT dan safaat Nabi Muhammad SAW.
Kedua, meminta pendapat kepada beberapa ulama tentang shalawat fatih
yang dapat digunakan untuk menurunkan agresivitas. Daftar ulama yang diminta
3 Baidi Bukhori, S.Ag., M.Si, Zikir Al-Asma Al-Husna Solusi atas Problem Agresivitas Remaja, Semarang:
Syiar Media. 2008. hlm, 75.
38
pendapat yaitu K.H Abdur Rozaq Iman , K. H. Dzikron Abdullah, K. H. Soleh
Basmalah. Dari pendapat para ulama tersebut menyatakan bahawa shalawat fatih
dapat digunakan untuk apapun tergantung dari niat orang tersebut, dan apabila
digunakan untuk menurunkan agresivitas shalawat fatih bisa digunakan dan
dibacanya setelah habis shalat fardu dan untuk berapa kali membacanya?
Tergantung dari kemampuan dari orang tersebut (K. H Abdul Razaq Iman),
Semua shalawat untuk nabi Muhammad SAW bagaimanapun bentuk dan bacanya
dan dengan shalawat itu kita dapat menaladani beliau terutama didalam
berkehidupan di masyarakat, sedangkan shalawat fatih juga sama untuk
meneladani Nabi Muhammad SAW sehingga bisa digunakan sebagai kantrol diri (
K. H Dzikron Abdullah), semua manfaat shalawat itu tidak bisa dijelaskan tetapi
shalawat itu bisa dirasakan oleh semua orang yang membacanya, sedangkan
shalawat fatih itu sebagai jalam untuk mendekatkan diri kepada Allah dan bisa
bertemu dengan Rasulullah sehingga dapat memberikan pengaruh positif terhadap
diri kita (K. H Soleh Basmalah). Secara seluruhnya menyatakan bahwa shalawat
fatih dapat digunakan untuk menurunkan agresivitas.
TABEL 1. DAFTAR ULAMA
NO NAMA KETERANGAN
1 K.H Abdul Rozaq Iman Mursyid Tarekat At-Tijaniyah Rembang
2 K.H Drs Dzikron Abdullah Pengasuh P. P Addainuriyah-2 Semarang
3 K. H Soleh Basmalah Pengasuh P. P Darussalam Jatibarang Brebes
5. Subyek
Subyek penelitian ini adalah 340 siswa yang terdiri dari kelas XI-IPA dan
IPS MAN Lasem, yang masih mengalami masa remaja tengah yang secara umum
memiliki ciri-ciri antara lain berada dalam emosi meninggi, kebimbangan dan
belum stabil serta kurang menguasai diri. Untuk mengatasinya salah satunya
dengan melakukan shalawat fatih.
Siswa MAN Lasem kelas XI berjumlah 340 siswa, masing-masing kelas
terdiri dari dari IPA dua kelas dan IPS tujuh kelas. Untuk kelompok terdiri dari 66
siswa dan 66 siswa untuk kelompok kontrol. Jadi untuk subyek penelitian ini
berjumlah 132 siswa.
39
6. Skala Agresivitas
Skala yang yang digunakan dalam penelitian ini adalah mengadopsi dari
Baidi Bukhori dan skala ini disusun berdasarkan konsep agresi yang dikemukakan
oleh Buss dan Perry (1992) yang mengklasifikasikan agresivitas menjadi empat
jenis yakni: agresivitas fisik, egresivitas verbal, kemarahan dan permusuhan.4
Skala agresivitas dalam penelitian ini terdiri empat alternatif jawaban yaitu
sangat sesuai (SS), sesuai (S), tidak sesuai (TS), sangat tidak sesuai (STS). Jenis
item skala ada dua macam yaitu favorable dan unfavorable. Favorable adalah
pertanyaan yang seiring dengan pernyataan, dan unfavorable adalah pertanyaan
yang tidak seiring dengan pernyataan. Skor tiap item skala agresivitas antara 1
sampai 4.
TABEL 1. SKOR JAWABAN AITEM
JAWABAN FAVORABEL UNFAVORABEL
SS 4 1
S 3 2
TS 2 3
STS 1 4
Makin tinggi skor yang diperoleh subyek maka tinggi agresivitasnya
sebaliknya makin rendah skor yang diperoleh subyek maka rendah pula
agresivitasnya. Untuk mempermudah dalam penysunan skala agresivitas maka
terlebih dahulu dibuat tabel spesifikasi skala agresivitas sebagaimana dalam tabel
ini;
TABEL 2. SPESIFIKASI SKALA AGRESIVITAS
NO INDIKATOR NOMOR ITEM JUMLAH
Favorable Unfavorable
1 Agresivitas fisik 4, 12, 20, 25,
30, 33, 38, 39,
40
- 9
2 Agresivitas verbal 1, 5, 6, 11, 15,
17, 19, 34, 37,
2, 27 12
4 Baidi Bukhori, S. Ag, M. Si, op., cit., hlm. 85.
40
41
3 Kemarahan 14, 23, 28, 29,
31, 32
7, 22 8
4 Permusuhan 3, 8, 9, 10, 18,
21, 24, 26, 35,
36
13, 16, 42 13
Jumlah 35 7 42
B. PELAKSANAAN PENELITIAN
Penelitian in adalah penelitian eksperimen, sebelum penelitian dilakukan
peneliti mengambil MAN Lasem sebagai tempat penelitian, dengan pertimbangan
karena peneliti merupakan alumni MAN Lasem. Langkah selanjutnya peneliti
meminta izin kepada pihak sekolah yaitu kepala sekolah MAN Lasem. Setelah
mendapat izin dari pihak sekolah peneliti meminta surat izin research kepada
Fakultas Ushuludin dengan nomor: In.064/D/PP.009/236/2011 untuk diberikan
kepada pihak sekolah.
Kemudian peneliti berkoordinasi dengan pihak sekolah yaitu Wakil Kepala
Bidang Kurikulum terkait dengan jadwal penelitian, dengan