Top Banner
PENGARUH PROPORSI DEWAN KOMISARIS INDEPENDEN DAN LATAR BELAKANG DEWAN KOMISARIS INDEPENDEN TERHADAP PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) SKRIPSI Diajukan Kepada Universitas Bengkulu Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Menyelesaikan Sarjana Ekonomi Oleh : SHELLA MIZDARETA C1C110033 JURUSAN AKUNTANSI PROGRAM EKSTENSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS BENGKULU 2015
62

PENGARUH PROPORSI DEWAN KOMISARIS INDEPENDEN …repository.unib.ac.id/14129/1/SKRIPSI.pdf · yang mengatur CSR, yakni : (1) Keputusan Menteri BUMN Per-05/MBU/2007 tentang Program

Mar 19, 2019

Download

Documents

duongcong
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: PENGARUH PROPORSI DEWAN KOMISARIS INDEPENDEN …repository.unib.ac.id/14129/1/SKRIPSI.pdf · yang mengatur CSR, yakni : (1) Keputusan Menteri BUMN Per-05/MBU/2007 tentang Program

1

PENGARUH PROPORSI DEWAN KOMISARIS INDEPENDEN

DAN LATAR BELAKANG DEWAN KOMISARIS

INDEPENDEN TERHADAP PENGUNGKAPAN

CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Bengkulu

Untuk Memenuhi Salah Satu

Persyaratan Dalam Menyelesaikan Sarjana Ekonomi

Oleh :

SHELLA MIZDARETA

C1C110033

JURUSAN AKUNTANSI

PROGRAM EKSTENSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS BENGKULU

2015

Page 2: PENGARUH PROPORSI DEWAN KOMISARIS INDEPENDEN …repository.unib.ac.id/14129/1/SKRIPSI.pdf · yang mengatur CSR, yakni : (1) Keputusan Menteri BUMN Per-05/MBU/2007 tentang Program
Page 3: PENGARUH PROPORSI DEWAN KOMISARIS INDEPENDEN …repository.unib.ac.id/14129/1/SKRIPSI.pdf · yang mengatur CSR, yakni : (1) Keputusan Menteri BUMN Per-05/MBU/2007 tentang Program
Page 4: PENGARUH PROPORSI DEWAN KOMISARIS INDEPENDEN …repository.unib.ac.id/14129/1/SKRIPSI.pdf · yang mengatur CSR, yakni : (1) Keputusan Menteri BUMN Per-05/MBU/2007 tentang Program

4

MOTTO

“wa man jaahada fa-innamaa yujaahidu linafsihi.”

“Barangsiapa bersungguh-sungguh, sesungguhnya kesungguhannya itu adalah untuk

dirinya sendiri.” (QS Al-Ankabut [29]: 6)

“Inna ma’al ‘usri yusroo.”

“Sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan.”

Raihlah ilmu, dan untuk meraih ilmu belajarlah untuk tenang dan sabar. ~ Khalifah ‘Umar

Hanya ikan mati yang mengikuti kemanapun arus air mengalir.

Jika mau mendapatkan sesuatu, ya kita harus melakukan sesuatu.

Seburuk apa pun karya yang telah kita buat, asalkan itu asli buatan kita, niscaya akan ada

kepuasan batin dalam diri kita.

Sesuram apa pun masa lalu mu, yakinlah masa depan mu masih lah suci.

Dalam melakukan sesuatu hasil itu nomor dua, yang pertama cintailah prosesnya, karena

dalam prosesnya itu lah banyak pelajaran yang kita dapatkan.

iv

Page 5: PENGARUH PROPORSI DEWAN KOMISARIS INDEPENDEN …repository.unib.ac.id/14129/1/SKRIPSI.pdf · yang mengatur CSR, yakni : (1) Keputusan Menteri BUMN Per-05/MBU/2007 tentang Program

5

PERSEMBAHAN

Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang Terima kasih atas segala

kemudahan yang telah Engkau berikan dalam hidupku dan Rasulullah

Muhammad SAW yang telah memberikan banyak pelajaran untuk menjalani

kehidupan ini.

Yang sangat tersayang dan tercinta orangtuaku Mizwar S.sos (Ayahandaku),

Farida iriani (Ibundaku) terima kasih atas segala Doa, pengorbanan, nasehat,

semangat, dan bimbinganya agar saya dapat meraih ilmu dan menyelasaikan

pendidikan S1 saya.

Saudara-saudara tersayang.

Pacar dan Sahabat-sahabat terbaikku.

Seluruh kawan-kawan almamater.

Page 6: PENGARUH PROPORSI DEWAN KOMISARIS INDEPENDEN …repository.unib.ac.id/14129/1/SKRIPSI.pdf · yang mengatur CSR, yakni : (1) Keputusan Menteri BUMN Per-05/MBU/2007 tentang Program

6

Ucapan Terimakasih Untuk

Allah SWT YME, yang tiada pernah berhenti mencurahkan segala rahmat

dan karunia-Nya kepada hamba.

Keluarga tersayang: Papa, Mama, kakak saya Jack Angelo, adik saya

Ramanda Tri Nugraha. Kalian adalah harta berharga yang saya miliki.

Bapak “Saiful, S.E., M.Si. Ph.D. Ak, selaku dosen pembimbing skripsi

saya yang telah banyak memberikan masukan dan ide-ide dalam

membimbing dan membantu penulisan skripsi ini sehingga dapat

menyelesaikan pendidikan Strata Satu ini.

Bapak Eddy Suranta ,SE,MSi.Ak , Ibu Nikmah, S.E., M.Si. Ak, dan Ibu

Isma Coryanata, SE, M.Si, Ak,CA selaku dosen penguji yang telah

mengkoreksi skripsi saya sehingga skripsi ini menjadi lebih baik lagi,

terimakasih atas masukannya serta ucapan terimakasih untuk semua dosen

akuntansi atas ilmu yang telah diberikan kepada saya.

Pacar saya Rizka Noferdi,SH terimakasih banyak untuk masukan dan

motivasi serta meluangkan waktu selama penggarapan skripsi ini.

Sahabat-sahabat terbaik saya: Dedek, Nandra dan Arya. Terimakasih atas

segala bantuan kalian.

Seluruh teman-teman dikelas B: Utman, Dani, Jujun, Eli, Geta, Jefri dan

lainnya. Terimakasih atas kebersamaan dan tukar pendapat selama ini.

Saudara-saudara KKN: Jerri, Dedi, Tari, Saka, Ageng. Terimakasih atas

kebersamaan yang kita lalui, kita berhasil membuktikan jika anak Ekstensi

tidak sekedar cari gelar, tetapi ILMU.

Page 7: PENGARUH PROPORSI DEWAN KOMISARIS INDEPENDEN …repository.unib.ac.id/14129/1/SKRIPSI.pdf · yang mengatur CSR, yakni : (1) Keputusan Menteri BUMN Per-05/MBU/2007 tentang Program

7

vii

Pernyataan Keaslian Karya Tulis Skripsi

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa skripsi dengan judul:

Pengaruh Proporsi Dewan Komisaris Independen dan Latar Belakang

Dewan Komisaris Independen Terhadap Pengungkapan

Corporate Social Responsibility (CSR)

Yang diajukan untuk diuji pada tanggal 09 Februari 2015 adalah hasil karya saya.

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa dalam skripsi ini tidak

terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan orang lain yang saya ambil dengan cara

menyalin atau meniru dalam bentuk rangkaian kalimat atau simbol yang

menunjukkan gagasan atau pendapat atau pemikiran dari penulis lain, yang saya

akui seolah-olah sebagai tulisan saya sendiri, dan tidak terdapat bagian atau

keseluruhan tulisan yang saya salin, tiru, atau yang saya ambil dari tulisan orang

lain tanpa memberikan pengakuan pada penulis aslinya.

Apabila saya melakukan tindakan yang bertentangan dengan hal tersebut

di atas, baik disengaja maupun tidak, dengan ini saya menyatakan menarik skripsi

yang saya ajukan sebagai hasil tulisan saya sendiri, berarti gelar dan ijazah yang

telah diberikan oleh universitas batal saya terima.

Bengkulu, 19 Februari 2015

Yang membuat pernyataan,

Shella Mizdareta

Page 8: PENGARUH PROPORSI DEWAN KOMISARIS INDEPENDEN …repository.unib.ac.id/14129/1/SKRIPSI.pdf · yang mengatur CSR, yakni : (1) Keputusan Menteri BUMN Per-05/MBU/2007 tentang Program

8

The influence of the proportion of the independent commissioners

and commissioners educational background on the disclosure of

corporate social responsibility (CSR)

By :

Shella Mizdareta

Saiful, SE, M.Si.Ph.D.Ak

Abstract

This study aimed to analyze the influence of the proportion of independent board

and educational background commissioners to the disclosure of corporate social

responsibility. The sample used in this study were as many as 30 companies that

fall into the category of Jakarta Islamic Index (JII) period June 3 to 29 november

2013. Basic theory used in this study is the Legitimacy Theory.

The Research of this study is the proportion of independent board has positive

influence to corporate social responsibility disclosure. Furthermore, educational

background commissioners has negatively affect to corporate social responsibility

disclosure.

Keywords : Proportion of Independent Board, Educational Background, CSR

viii

Page 9: PENGARUH PROPORSI DEWAN KOMISARIS INDEPENDEN …repository.unib.ac.id/14129/1/SKRIPSI.pdf · yang mengatur CSR, yakni : (1) Keputusan Menteri BUMN Per-05/MBU/2007 tentang Program

9

Pengaruh Proporsi Dewan Komisaris Indepeden Dan Latar

Belakang Pendidikan Dewan Komisaris Terhadap Pengungkapan

Corporate Social Responsibility (CSR)

Oleh :

Shella Mizdareta

Saiful, SE, M.Si.Ph.D.Ak

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh proporsi dewan

komisaris independen dan latar balakang pendidikan dewan komisaris terhadap

pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Sampel yang digunakan dalam

penelitian ini adalah sebanyak 30 perusahaan yang masuk dalam kategori Jakarta

Islamic Index (JII) periode 3 juni s.d. 29 November 2013. Dasar teori yang

digunakan dalam penelitian ini adalah Teori Legitimasi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel proporsi dewan komisaris

independen berpengaruh positif terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial.

Selanjutnya, variabel latar belakang pendidikan dewan komisaris berpengaruh

negatif terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial.

Kata Kunci: Dewan Komisaris Independen, Latar Belakang Pendidikan, CSR

ix

Page 10: PENGARUH PROPORSI DEWAN KOMISARIS INDEPENDEN …repository.unib.ac.id/14129/1/SKRIPSI.pdf · yang mengatur CSR, yakni : (1) Keputusan Menteri BUMN Per-05/MBU/2007 tentang Program

10

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb

Puji syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan

rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi yang berjudul “Pengaruh Proporsi Dewan Komisaris Independen dan

Latar Belakang Dewan Komisaris Independen Terhadap Pengungkapan

Corporate Social Responsibility (CSR)”

Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu persyaratan untuk mendapatkan

gelar Sarjana Ekonomi jurusan Akuntansi Universitas Bengkulu. Selama

penyusunan skripsi ini penulis menyadari banyak mendapatkan bantuan, semangat

dan motivasi, baik secara moral dan material dari berbagai pihak. Oleh karena itu

penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada :

1. Orang tuaku (mama dan papa) yang selalu memberikan semangat dalam

menyelesaikan skripsi ini dan doa yang tulus untuk saya

2. Bapak Saiful, SE, M.Si.Ph.D. Ak selaku dosen pembimbing yang banyak

memberikan masukan, saran dan koreksi dalam proses penulisan skripsi

ini.

3. Bapak Syamsul Bachri SE.,M.Si, selaku ketua jurusan Ekonomi Dan

Bisnis Ekstensi Universitas Bengkulu

4. Bapak Eddy Suranta ,SE,MSi.Ak , Ibu Nikmah, S.E., M.Si. Ak, dan Ibu

Isma Coryanata, SE, M.Si, Ak,CA selaku dosen penguji yang telah

memberikan masukan-masukan dalam penyelesaian skripsi ini.

5. Bapak Prof. Lizar Alfansi, SE,MBA, Ph.D selaku dekan Fakultas Ekonomi

dan Bisnis Universitas Bengkulu

6. Bapak Dr. Ridwan Nurazi, SE., M.Sc. Ak selaku Rektor Universitas

Bengkulu.

7. Semua Teman-teman angkatan 2010.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak

kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan

saran dan kritik yang dapat menyempurnakan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat

bermanfaat bagi pihak-pihak yang memerlukan.

Bengkulu, 19 Februari 2014

Penulis

x

Page 11: PENGARUH PROPORSI DEWAN KOMISARIS INDEPENDEN …repository.unib.ac.id/14129/1/SKRIPSI.pdf · yang mengatur CSR, yakni : (1) Keputusan Menteri BUMN Per-05/MBU/2007 tentang Program

11

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI ................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI ..................................................... iii

HALAMAN MOTTO .................................................................................. iv

HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................. v

HALAMAN UCAPAN TERIMA KASIH ................................................. vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI ........................ vii

ABSTRACT ................................................................................................... viii

ABSTRAK .................................................................................................... ix

KATA PENGANTAR .................................................................................. x

DAFTAR ISI ................................................................................................. xi

DAFTAR TABEL ........................................................................................ xiii

DAFTAR BAGAN ........................................................................................ xiv

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xv

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ............................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah .......................................................................... 6

1.3 Tujuan Penelitian .......................................................................... 7

1.4 Manfaat Penelitian ......................................................................... 7

1.5 Ruang Lingkup Penelitian ............................................................. 8

BAB II. KERANGKA TEORITIS

1.1 Landasan Teori .............................................................................. 9

1.1.2 Teori Legitimasi ................................................................ 9

1.1.3 Resource Dependent Theory ............................................. 11

1.1.4 Corporate Social Responsibility ....................................... 12

1.1.5 Corporate Governance ...................................................... 15

2.1.3.1 Dewan Komisaris Independen .............................. 18

1.1.6 Latar Belakang Pendidikan ............................................... 20

2.2 Penelitian Terdahulu ..................................................................... 20

2.3 Pengembangan Hipotesis .............................................................. 22

1.1.7 Pengaruh Ukuran Dewan Komisaris Terhadap

Pengungkapan CSR ........................................................... 22

2.3.2 Pengaruh Latar Belakang Pendidikan Terhadap

Pengungkapan CSR ........................................................... 23

2.4 Kerangka Pemikiran Teoritis ....................................................... 24

BAB III. METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Desain Penelitian ........................................................... 26

3.2 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Penelitian ............ 27

3.2.1 Variabel Dependen ................................................................ 27

3.2.2 Variabel Independen ............................................................. 28

3.3 Populasi dan Sampel ...................................................................... 29

xi

Page 12: PENGARUH PROPORSI DEWAN KOMISARIS INDEPENDEN …repository.unib.ac.id/14129/1/SKRIPSI.pdf · yang mengatur CSR, yakni : (1) Keputusan Menteri BUMN Per-05/MBU/2007 tentang Program

12

3.4 Jenis dan Sumber Data .................................................................. 29

3.5 Metode Analisis dan Pengujian Hipotesis ...................................... 30

3.5.1 Uji Asumsi Klasik .............................................................. 30

3.5.1.1 Uji Normalitas ........................................................ 30

3.5.1.2 Uji Multikolinearitas .............................................. 31

3.5.1.3 Uji Heteroskedastisitas ........................................... 31

3.5.2 Pengujian Hipotesis ............................................................ 32

3.5.2.1 Koefisien Determinasi (R) ..................................... 32

3.5.2.2 Kriteria Hipotesis diterima atau ditolak ................. 33

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Sampel Penelitian .................................................................... 34

4.2 Deskriptif Statistik Variabel Penelitian ................................... 35

4.3 Hasil Uji Asumsi Klasik ........................................................... 37

4.3.1 Hasil Uji Normalitas ....................................................... 37

4.3.2 Hasil Uji Heteroskesdastisitas ........................................ 38

4.3.3 Hasil Uji Multikoliniearitas ............................................ 39

4.4 Analisis Regresi Liniear Berganda ............................................ 40

4.5 Hasil Uji Hipotesis dan Pembahasan ........................................ 41

4.5.1 Ukuran Dewan Komisaris IndependenTerhadap

CSRD .............................................................................. 41

4.5.2 Latar Belakang Pendidikan Dewan Komisaris

Terhadap CSRD .............................................................. 42

BAB V. PENUTUP

5.1 Kesimpulan ................................................................................ 44

5.2 Keterbatasan Penelitian ............................................................. 45

5.3 Saran ......................................................................................... 45

Daftar Pustaka

Lampiran

12

Page 13: PENGARUH PROPORSI DEWAN KOMISARIS INDEPENDEN …repository.unib.ac.id/14129/1/SKRIPSI.pdf · yang mengatur CSR, yakni : (1) Keputusan Menteri BUMN Per-05/MBU/2007 tentang Program

13

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Deskriptif Statistik Variabel Penelitian Seluruh Pengamatan ....... 32

Tabel 4.2 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test ...................................... 36

Tabel 4.3 Hasil Uji Heteroskedastisitas ........................................................ 37

Tabel 4.4 Hasil Uji Multikolinearitas ........................................................... 38

Tabel 4.5 Analisis Regresi Berganda ............................................................ 38

xiii

Page 14: PENGARUH PROPORSI DEWAN KOMISARIS INDEPENDEN …repository.unib.ac.id/14129/1/SKRIPSI.pdf · yang mengatur CSR, yakni : (1) Keputusan Menteri BUMN Per-05/MBU/2007 tentang Program

14

DAFTAR BAGAN

Gambar 2.1 Struktur One Tier System .......................................................... 16

Gambar 2.2 Struktur Two Tier System yang diadopsi Indonesia .................. 17

Gambar 2.4 Kerangka Pemikiran Teoritis .................................................... 25

xiv

Page 15: PENGARUH PROPORSI DEWAN KOMISARIS INDEPENDEN …repository.unib.ac.id/14129/1/SKRIPSI.pdf · yang mengatur CSR, yakni : (1) Keputusan Menteri BUMN Per-05/MBU/2007 tentang Program

15

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Daftar Sampel Penelitian

Lampiran 2. Daftar Perusahaan Sampel dan Data Penelitan

Lampiran 3. Hasil Uji Statistik Deskriptif

Lampiran 4. Hasil Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov

Lampiran 5. Hasil Uji Heteroskedastisitas

Lampiran 6. Hasil Uji Multikoliniearitas

Lampiran 7. Hasil Analisis Regresi Berganda

xv

Page 16: PENGARUH PROPORSI DEWAN KOMISARIS INDEPENDEN …repository.unib.ac.id/14129/1/SKRIPSI.pdf · yang mengatur CSR, yakni : (1) Keputusan Menteri BUMN Per-05/MBU/2007 tentang Program

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Corporate social responsibilty atau tanggungjawab sosial merupakan

biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan sebagai bentuk kepedulian perusahaan

pada aktivitas sosial, aktivitas sosial perusahaan ini berhubungan erat dengan

pembangunan keberlanjutan, karena perusahaan memiliki tanggung jawab

terhadap seluruh pemangku kepentingan, yakni konsumen, karyawan, pemegang

saham, komunitas, dan lingkungan dalam segala aspek operasional perusahaan

yang mencakup aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan. Kegiatan CSR ini secara

garis besar meliputi 5 hal yakni, lingkungan hidup, efisiensi energi, sumber daya

manusia, pengembangan masyarakat, dan produk.

Pada mulanya pengungkapan CSR ini merupakan kegiatan sukarela yang

dilakukan perusahaan. Akan tetapi, permasalahan ini terus berkembang sehingga

pemerintah mengeluarkan regulasi mengenai CSR, setidaknya terdapat 7 regulasi

yang mengatur CSR, yakni : (1) Keputusan Menteri BUMN Per-

05/MBU/2007 tentang Program Kemitraan Bina Lingkungan (PKBL); (2)

Undang-Undang Perseroan Terbatas Nomor 40 Tahun 2007, pasal 74; (3)

Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 47 Tahun 2012 Tentang Tanggungjawab Sosial

dan Lingkungan; (4) Undang-Undang Penanaman Modal Nomor 25 Tahun 2007

pasal 15 (b); (5) Undang-Undang Minyak dan Gas Bumi Nomor 22 Tahun 2001;

(6) Undang-undang Nomor 13 Tahun 2011 Tentang Penanganan Fakir

Miskin, Undang-undang ini tidak membahas secara khusus peran dan fungsi

1

Page 17: PENGARUH PROPORSI DEWAN KOMISARIS INDEPENDEN …repository.unib.ac.id/14129/1/SKRIPSI.pdf · yang mengatur CSR, yakni : (1) Keputusan Menteri BUMN Per-05/MBU/2007 tentang Program

2

perusahaan dalam menangani fakir miskin, melainkan terdapat klausul dalam

pasal 36 ayat 1, dan yang terakhir; (7) Peraturan Menteri Sosial RI Nomor 13

Tahun 2012 tentang Forum tanggung jawab dunia usaha dalam penyelenggaraan

Kesejahteraan Sosial. Dengan adanya regulasi tersebut, perusahaan diwajibkan

untuk mengungkapkan kegiatan CSR.

Carrol dalam Sitorus (2014) mendefinisikan CSR sebagai tanggungjawab

sosial organisasi yang terpadu mencakup ekonomi, hukum, etika dan harapan

akan kepedulian (kedermawanan) organisasi terhadap masyarakat. Menurut

Elkington dalam Effendi (2009), selain mengejar keuntungan, perusahaan juga

harus memperhatikan dan terlibat pada pemenuhan kesejahteraan masyarakat serta

turut berkontribusi aktif dalam menjaga kelestarian lingkungan. Hal ini

mengindikasikan perusahaan boleh berlanjut sebagai entitas pencetak laba

sepanjang tidak merusak lingkungan dan sosial. Substansi keberadaan tanggung

jawab sosial muncul dalam rangka memperkuat keberlanjutan perusahaan dengan

membangun kerjasama antar stakeholders yang terkait. CSR merupakan bentuk

tanggung jawab perusahaan terhadap lingkungannya bagi kepedulian sosial

maupun tanggung jawab lingkungan dengan tidak mengabaikan kemampuan

perusahaan (Sitorus, 2014). CSR didefinisikan sebagai komitmen perusahaan

untuk tidak hanya berupaya mencari keuntungan dari roda bisnisnya, tetapi juga

menjaga keharmonisan dengan lingkungan sosial di sekitar tempatnya berusaha,

melalui upaya-upaya yang mengarah pada peningkatan kehidupan komunitas

setempat di segala aspeknya (Khoirudin, 2013).

Page 18: PENGARUH PROPORSI DEWAN KOMISARIS INDEPENDEN …repository.unib.ac.id/14129/1/SKRIPSI.pdf · yang mengatur CSR, yakni : (1) Keputusan Menteri BUMN Per-05/MBU/2007 tentang Program

3

Tanggung jawab sosial memiliki pengaruh terhadap kinerja perusahaan.

Penanaman investasi tanggung jawab sosial pada perusahaan yang berbeda,

ataupun pada perusahaan yang sama pada tahun yang berbeda, akan menghasilkan

keuntungan yang berbeda (Cahyono, 2011). Roper Starch Worlwide pada tahun

1997 melakukan suatu riset yang menunjukkan hasil bahwa 75% responden

memberi nilai lebih kepada produk dan jasa yang dipasarkan oleh perusahaan

yang memberikan kontribusi nyata kepada komunitas melalui program

pengembangan. Adapula hasil survey mengenai “The Millenium Poll on CSR”

yang dilakukan oleh Environics International (Toroto), Conference Board (New

York) dan Price of Wales Business Leader Forum (London) pada tahun 1999,

melakukan riset pada 25.000 responden di 23 negara menunjukkan bahwa dalam

membentuk opini tentang perusahaan, 60% mengatakan bahwa etika bisnis,

praktek terhadap karyawan, dampak lingkungan, tanggung jawab sosial

perusahaan (CSR) sangat berperan. Sedangkan 40% citra perusahaan dan brand

image yang akan paling mempengaruhi kesan mereka. (dikutip dari Yaparto,

2013).

Pengungkapan CSR yang dilakukan oleh perusahaan memiliki tujuan

tersendiri yakni untuk meningkatkan citra perusahaan dimata para pemangku

kepentingan. Perusahaan yang memberikan perhatiannya kepada lingkungan dan

masyarakat akan dianggap sebagai perusahaan yang baik. Sebaliknya perusahaan

yang tidak peduli terhadap lingkungan sekitar dan masyarakat akan mendapatkan

sentimen negatif dari publik sehingga akan menurunkan citra perusahaan. Hadi

(2011) mengemukakan bahwa Social Responsibility dengan perjalanan waktu

Page 19: PENGARUH PROPORSI DEWAN KOMISARIS INDEPENDEN …repository.unib.ac.id/14129/1/SKRIPSI.pdf · yang mengatur CSR, yakni : (1) Keputusan Menteri BUMN Per-05/MBU/2007 tentang Program

4

menjadi bagian yang tak terpisahkan dari keberadaan perusahaan. Hal itu karena

keberadaan perusahaan di tengah lingkungan memiliki dampak positif maupun

negatif. Khusus dampak negatif (negative externalities) memicu reaksi dan protes

stakeholder, sehingga perlu penyeimbangan lewat peran social responsibility

sebagai salah satu strategi legitimasi perusahaan.

Dengan melakukan aktivitas CSR, diharapkan perusahaan akan lebih

memperhatikan pengungkapan CSR yang dilakukan. Dalam hal ini, dewan

komisaris independen memiliki tugas untuk mengawasi dewan direksi dalam hal

pengungkapan CSR. Dewan komisaris independen memiliki tugas untuk

mengawasi, memberikan pengarahan pada pengelola perusahaan yang

dilaksanakan oleh manajemen (direksi), dan bertanggungjawab untuk menentukan

apakah manajemen memenuhi tanggung jawab mereka dalam mengembangkan,

serta menyelenggarakan pengendalian intern perusahaan (Mulyadi, 2002) dalam

Eka (2011).Dengan wewenang yang dimilikinya, dewan komisaris independen

dapat memberikan pengaruh yang cukup kuat untuk menekan manajemen untuk

mengungkapkan tanggung jawab sosial perusahaan. Sebagai wakil dari prinsipal

di dalam perusahaan, dewan komisaris independen dapat mempengaruhi luasnya

pengungkapan tanggung jawab sosial, karena dewan komisaris merupakan

pelaksana tertinggi didalam entitas. Dengan mengungkapkan tanggung jawab

sosial perusahaan, maka image perusahaan akan semakin baik (Gray et al., 1988

dalam Reni, 2006).

Corporate governance adalah rangkaian proses, kebiasaan, kebijakan,

aturan, dan institusi yang mempengaruhi pengarahan, pengelolaan, serta

Page 20: PENGARUH PROPORSI DEWAN KOMISARIS INDEPENDEN …repository.unib.ac.id/14129/1/SKRIPSI.pdf · yang mengatur CSR, yakni : (1) Keputusan Menteri BUMN Per-05/MBU/2007 tentang Program

5

pengontrolan suatu perusahaan atau korporasi. Komponen terpenting dalam

pelaksanaan corporate governance adalah keberadaan dewan komisaris, dewan

komisaris independen, dan komite audit. Namun, dalam penelitian ini akan

difokuskan hanya pada dewan komisaris dan dewan komisaris independen. Hal ini

dikarenakan peran dan fungsi dewan komisaris dan dewan komisaris independen

akan mempengaruhi pengungkapan informasi yang dilakukan manajemen. Effendi

(2009) menyatakan bahwa Dewan Komisaris sebagai pengawas dalam suatu

perusahaan, sedangkan komisaris independen sebagai kekuatan penyeimbang

dalam pengambilan keputusan dari dewan komisaris. Peranan dewan komisaris

dan komisaris independen sangat penting dan diperlukan komitmen penuh dari

dua hal tersebut dalam menentukan keberhasilan implementasi corporate

governance yang baik.

Sitorus (2014) menyatakan bahwa secara hukum dewan komisaris

bertugas melakukan pengawasan dan memberikan nasehat kepada direksi. Fungsi

pengawasan ini diperkuat dengan adanya dewan komisaris independen dalam

jajaran dewan komisaris, karena dewan komisaris independen berasal dari pihak

yang tidak terafiliasi sehingga lebih bersifat independen dalam pengawasan.

Adanya pengawasan ini dapat menjamin bahwa manajemen bertindak sesuai

dengan keinginan pemilik perusahaan (investor) dan semua informasi yang

dimiliki perusahaan akan diungkapkan kepada pihak-pihak yang berkepentingan,

termasuk juga informasi tentang pengungkapan CSR.

Veronica (2009) membuktikan bahwa ukuran dewan komisaris

independen berpengaruh positif terhadap corporate social responsibility. Hal ini

Page 21: PENGARUH PROPORSI DEWAN KOMISARIS INDEPENDEN …repository.unib.ac.id/14129/1/SKRIPSI.pdf · yang mengatur CSR, yakni : (1) Keputusan Menteri BUMN Per-05/MBU/2007 tentang Program

6

menunjukkan bahwa semakin besar jumlah dewan komisaris independen suatu

perusahaan maka tingkat pengungkapan yang dilakukan oleh perusahaan akan

semakin luas. Putri (2013) menemukan bahwa ukuran dewan komisaris

independen memiliki pengaruh positif terhadap CSR. Khoirudin (2013)

membuktikan bahwa ukuran dewan komisaris independen berpengaruh positif

terhadap pengungkapan CSR. Sedangkan hasil berbeda ditemukan oleh

Natalylova (2013) serta Rahmadaningsih dan Utama (2013) membuktikan bahwa

ukuran dewan komisaris independen tidak berpengaruh terhadap pengukapan

CSR.

Faktor selanjutnya yang akan diteliti adalah latar belakang pendidikan

dewan komisaris independen. Latar belakang pendidikan seseorang merupakan

suatu sumber pengetahuan seseorang dalam menyikapi suatu masalah. Latar

belakang pendidikan yang dimiliki oleh presiden komisaris berpengaruh terhadap

pengetahuan yang dimiliki (Ahmed and Nicholls, 1994 dalam Akhtaruddin,

2009). Akan lebih baik jika seorang presiden komisaris memiliki latar belakang

pendidikan bisnis dan ekonomi karena seorang presiden komisaris harus memiliki

kemampuan untuk mengelola bisnis dan mengambil keputusan bisnis (Bray,

Howard, dan Golan, 1995 dalam Kusumastuti dkk, 2007).

Suhardjanto dan Afni (2009) mengungkapkan bahwa latar belakang

pendidikan dewan komisaris independen berpengaruh secara signifikan terhadap

enviromental disclosure. Akan tetapi, Efendi, dkk (2012) menemukan hasil yang

berbeda, yakni latar belakang pendidikan dewan komisaris independen tidak

berpengaruh terhadap enviromental disclosure.

Page 22: PENGARUH PROPORSI DEWAN KOMISARIS INDEPENDEN …repository.unib.ac.id/14129/1/SKRIPSI.pdf · yang mengatur CSR, yakni : (1) Keputusan Menteri BUMN Per-05/MBU/2007 tentang Program

7

Berdasarkan latar belakang di atas dan hasil penelitian yang tidak

konsisten maka penelitian ini ingin meneliti kembali pengaruh proporsi dan latar

belakang pendidikan dewan komisaris independen terhadap pengungkapan CSR.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan permasalah sebagai

berikut:

1. Apakah ukuran dewan komisaris independen berpengaruh terhadap

pengungkapan corporate social responsibility perusahaan yang masuk

kedalam Islamic Indeks?

2. Apakah latar belakang pendidikan dewan komisaris independen

berpengaruh terhadap pengungkapan corporate social responsibility

perusahaan yang masuk kedalam Islamic Indeks?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

2. Membuktikan pengaruh ukuran dewan komisaris independen terhadap

corporate social responsibility perusahaan yang masuk kedalam Islamic

Indeks.

3. Membuktikan pengaruh latar belakang pendidikan dewan komisaris

independen terhadap pengungkapan corporate social responsibility

perusahaan yang masuk kedalam Islamic Indeks.

Page 23: PENGARUH PROPORSI DEWAN KOMISARIS INDEPENDEN …repository.unib.ac.id/14129/1/SKRIPSI.pdf · yang mengatur CSR, yakni : (1) Keputusan Menteri BUMN Per-05/MBU/2007 tentang Program

8

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah terdiri dari manfaat teoritis dan manfaat

praktis.

2. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai

karakteristik CG yang dapat mempengaruhi pelaporan CSR pada

perusahaan yang terdaftar di Islamic Indeks sehingga dengan adanya

pengetahuan ini dapat menambah kontribusi dalam riset-riset terkait CSR.

3. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi praktis

bagi pihak manajemen perusahaan sebagai bahan pertimbangan untuk

menetapkan kebijakan dalam hal pelaporan CSR di dalam pelaporan

tahunan perusahaan.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah penelitian ini menggunakan dua

variabel yakni, variabel dependen yang diwakili dengan pengungkapan CSR dan

variabel independen yang diwakili dengan ukuran dewan komisaris independen

dan latar belakang pendidikan dewan komisaris independen. Sampel dalam

penelitian ini adalah perusahaan yang terdaftar di Islamic Indeks.

Page 24: PENGARUH PROPORSI DEWAN KOMISARIS INDEPENDEN …repository.unib.ac.id/14129/1/SKRIPSI.pdf · yang mengatur CSR, yakni : (1) Keputusan Menteri BUMN Per-05/MBU/2007 tentang Program

9

BAB II

KERANGKA TEORITIS

3.1 Landasan Teori

2.1.1 Teori Legitimasi

Menurut Deegan (2000:253), teori legitimasi meyakini suatu gagasan

bahwa terdapat ”kontrak sosial” antara organisasi dengan lingkungan dimana

organisasi tersebut beroperasi. Konsep ”kontrak sosial” digunakan untuk

menunjukkan harapan masyarakat tentang cara yang seharusnya dilakukan

organisasi dalam melakukan aktivitas. Harapan masyarakat terhadap perilaku

perusahaan dapat bersifat implisitdan eksplisit. Bentuk eksplisit dari kontrak

sosial adalah persyaratan legal, sementara bentuk implisitnya adalah harapan

masyarakat yang tidak tercantum dalam peraturan legal. Pengungkapan pelaporan

sosial dan lingkungan menjadi salah satu cara perusahaan untuk mewujudkan

kinerja yang baik kepada masyarakat dan investor. Dengan pengungkapan

tersebut, perusahaan akan mendapatkan image dan pengakuan yang baik serta

akan memiliki daya tarik dalam penanaman modal atau investor dalam negeri

maupun asing.

Legitimasi masyarakat merupakan faktor strategis bagi perusahaan dalam

rangka mengembangkan perusahaan kedepan. Hal itu dapat dijadikan sebagai

wahana untuk mengonstruksi strategi perusahaan, terutama terkait dengan upaya

memposisikan diri ditengah lingkungan masyarakat yang semakin maju (Nor

Hadi, 2011). Legitimasi organisasi dapat dilihat sebagai sesuatu yang diinginkan

atau dicari perusahaan dari masyarakat. Dengan demikian, legitimasi merupakan

9

Page 25: PENGARUH PROPORSI DEWAN KOMISARIS INDEPENDEN …repository.unib.ac.id/14129/1/SKRIPSI.pdf · yang mengatur CSR, yakni : (1) Keputusan Menteri BUMN Per-05/MBU/2007 tentang Program

10

manfaat atau sumber daya potensial bagi perusahaan untuk bertahan hidup (going

concern) (O’Donovan, dalam Nor Hadi. 2011:87).

Lindblom (1994) dalam Achmad (2007) menyatakan bahwa suatu organisasi

mungkin menerapkan empat strategi legitimasi ketika menghadapi berbagai

ancaman legitimasi. Oleh karena itu, untuk menghadapi kegagalan kinerja

perusahaan seperti kecelakaan yang serius atau skandal keuangan organisasi

mungkin:

1) Mencoba untuk mendidik stakeholdernya tentang tujuan organisasi untuk

meningkatkan kinerjanya.

2) Mencoba untuk merubah persepsi stakeholder terhadap suatu kejadian

(tetapi tidak merubah kinerja aktual organisasi).

3) Mengalihkan (memanipulasi) perhatian dari masalah yang menjadi

perhatian (mengkonsentrasikan terhadap beberapa aktivitas positif yang

tidak berhubungan dengan kegagalan-kegagalan).

4) Mencoba untuk merubah ekspektasi eksternal tentang kinerjanya.

Teori legitimasi dalam bentuk umum memberikan pandangan yang penting

terhadap praktek pengungkapan sosial perusahaan. Kebanyakan inisiatif utama

pengungkapan sosial perusahaan bisa ditelusuri pada satu atau lebih strategi

legitimasi yang disarankan oleh Lindblom. Sebagai contoh, kecenderungan umum

bagi pengungkapan sosial perusahaan untuk menekankan pada poin positif bagi

perilaku organisasi dibandingkan dengan elemen yang negatif.

Page 26: PENGARUH PROPORSI DEWAN KOMISARIS INDEPENDEN …repository.unib.ac.id/14129/1/SKRIPSI.pdf · yang mengatur CSR, yakni : (1) Keputusan Menteri BUMN Per-05/MBU/2007 tentang Program

11

3.1.2 Resource Dependent Theory

Teori ketergantungan sumber daya (Resource Dependence Theory)

dikemukakan oleh Pfeffer and Selancik (1978) dalam (Fajariyah, 2012). Teori ini

fokus pada hubungan antara organisasi dan sumber lingkungannya. Pfeffer and

Selancik (1978) mengemukakan bahwa jika ingin memahami keputusan dan

tindakan organisasi, harus mengurangi analisis dinamika internal organisasi atau

nilai-nilai dan keyakinan-keyakinan para pemimpinnya tetapi lebih banyak

menganalisis situasi di mana organisasi itu berada dan tekanan maupun hambatan

yang muncul dari situasi itu.

Menurut Pfeffer dan Selancik (1978) karakteristik teori ketergantungan

sumber daya (resource dependence theory) adalah pentingnya lingkungan atau

konteks sosial organisasi untuk memahami keputusan apa yang harus diambil

terkait dengan persoalan mulai dari siapa yang harus dipekerjakan, susunan dewan

direksi, dan mitra. Kebutuhan akan sumber daya, antara lain sumber finansial dan

fisik maupun informasi yang didapat dari lingkungannya, membuat organisasi

menjadi tergantung pada sumber daya dari luar ini.

Teori ini berkonsentrasi pada peran dewan komisaris dalam memberikan

akses ke sumber daya yang dibutuhkan oleh perusahaan (Abdullah dan Valentine,

2009). Hilman et al. (2000) berpendapat bahwa teori ketergantungan sumber daya

berfokus pada peran bahwa direksi dalam menyediakan atau mengamankan

sumber daya penting untuk organisasi melalui hubungan mereka dengan

lingkungan eksternal mereka. Teori ini menyatakan bahwa organisasi saling

bergantung dengan lingkungan mereka dan organisasi lain untuk kelangsungan

Page 27: PENGARUH PROPORSI DEWAN KOMISARIS INDEPENDEN …repository.unib.ac.id/14129/1/SKRIPSI.pdf · yang mengatur CSR, yakni : (1) Keputusan Menteri BUMN Per-05/MBU/2007 tentang Program

12

hidup mereka karena mereka tidak dapat bergantung pada dirinya sendiri (Pugh

dan Hickson, 1997).

Teori ini mengusulkan bahwa dewan perusahaan adalah sebuah

mekanisme untuk mengelola ketergantungan eksternal (Pfeffer dan Salancik,

1978), mengurangi ketidakpastian lingkungan dan interdependensi lingkungan.

Dalam konteks manajemen risiko, teori ini memprediksi bahwa dewan komisaris

akan lebih menguntungkan dalam pengungkapan manajemen resiko karena

keahlian, prestise dan hubungan sosial mereka.

3.1.3 Corporate Social Responsibility

CSR atau tanggung jawab sosial perusahaan menurut The World Business

Council for Sustainable Development (WBCSD,2005 dalam Setyarini dan

Paramitha, 2011) adalah:

“... and contributing to the improvement of the quality of life of its CSR

must defined as the obligations and responsibilities of business to society

that in the pursuit of the profit motive, the basics for its corporat acts and

strategies should include its component to protecting the environment,

upholding the rights of its workers community and society at large”.

Pertanggungjawaban Sosial Perusahaan atau Corporate Social

Responsibility (CSR) adalah mekanisme bagi suatu organisasi untuk secara

sukarela mengintegrasikan perhatian terhadap lingkungan dan sosial ke dalam

operasinya dan interaksinya dengan stakeholders yang melebih tanggung jawab

organisasi di bidang hukum (Darwin, 2004).

Damara (2012) mendefinisikan CSR sebagai suatu komitmen yang

berkelanjutan oleh para pebisnis untuk berperilaku etis dan memberi kontribusi

Page 28: PENGARUH PROPORSI DEWAN KOMISARIS INDEPENDEN …repository.unib.ac.id/14129/1/SKRIPSI.pdf · yang mengatur CSR, yakni : (1) Keputusan Menteri BUMN Per-05/MBU/2007 tentang Program

13

pada pengembangan ekonomi, bahkan meningkatkan kualitas hidup bagi tenaga

kerja dan keluarganya dan masyarakat luas. Carrol (1997) dalam Damara (2012)

mengembangkan konsep piramida tanggung jawab sosial perusahaan yang terdiri

atas empat jenjang yaitu:

a. Pertama : tanggung jawab ekonomis

Sebuah perusahaan harus menghasilkan laba dan harus memiliki nilai

tambah sebagai prasyarat untuk berkembang. Laba adalah pondasi bagi

kehidupannya. Inti : Make a Profit

b. Kedua : tanggung jawab legal.

Dalam tujuannya mencari laba tersebut, perusahaan harus mentaati hukum.

Upaya melanggar hukum untuk memperoleh laba harus ditentang. Inti: Obey

the Law

c. Ketiga : tanggung jawab etis.

Perusahaan berkewajiban menjalankan hal yang baik dan benar, adil dan

fair. Perusahaan harus menghindarkan diri dari praktek yang bertentangan

dengan nilai-nilai tersebut. Norma-norma masyarakat perlu menjadi rujukan

bagi langkah-langkah bisnis perusahaan. Inti : Be Ethical

d. Keempat : tanggung jawab filantropi.

Mensyaratkan perusahaan untuk memberi kontribusi kepada publik.

Tujuannya adalah meningkatkan kualitas kehidupan semua. Inti : Be a good

corporate citizen

Page 29: PENGARUH PROPORSI DEWAN KOMISARIS INDEPENDEN …repository.unib.ac.id/14129/1/SKRIPSI.pdf · yang mengatur CSR, yakni : (1) Keputusan Menteri BUMN Per-05/MBU/2007 tentang Program

14

Menurut Hunger dan Wheelen (1996) dalam Sitorus (2014), ada empat alasan

terkait perilaku manajemen perusahaan bisnis yang menyebabkan mengapa

perusahaan bertanggung jawab secara sosial:

1. Moralitas

Perusahaan harus bertanggung jawab kepada banyak pihak karena hal ini

merupakan hal yang benar yang harus dilakukan, terutama berdasarkan pada

nilai-nilai keagamaan atau beberapa tanda moral yang diyakini secara

personal, suatu tindakan dinilai bedasarkan apa yang dianggap baik oleh

masyarakat secara umum. Pemikiran tersebut bersifat altruistic (hanya

memikirkan kepentingan orang lain), tidak ada harapan untuk mendapatkan

balas jasa dari apa yang kita lakukan.

2. Pemurnian kepentingan diri sendiri

Perusahaan harus bertanggung jawab terhadap pihak-pihak yang

berkepentingan karena pertimbangan kompensasi. Terkadang dicerminkan

dalam istilah “apa yang ditabur, itulah yang akan dituai”, alasan ini

menunjukkan bahwa perusahaan kemungkinan besar akan dihargai karena

tindakan-tindakan tanggung jawab mereka baik dalam jangka pendek maupun

jangka panjang. Meskipun hal ini tidak terkait dengan keuntungan secara

langsung, namun kenyataan menunjukkan adanya keuntungan yang timbul

diakibatkan adanya tanggung jawab sosial.

3. Teori investasi

Perusahaan harus bertanggung jawab terhadap stakeholder karena tindakan

itu akan dicerminkan dalam tingkat laba yang lebih tinggi dan dalam harga

Page 30: PENGARUH PROPORSI DEWAN KOMISARIS INDEPENDEN …repository.unib.ac.id/14129/1/SKRIPSI.pdf · yang mengatur CSR, yakni : (1) Keputusan Menteri BUMN Per-05/MBU/2007 tentang Program

15

persediaan perusahaan. Kenyataan ini menujukkan hubungan langsung antara

tindakan tanggung jawab sosial dan kinerja keuangan perusahaan. Namun,

hasil penelitian yang terkait bersifat bias karena melibatkan perusahaan

dengan profitabel tinggi maupun profitabel marjinal dengan catatan sosial

yang buruk maupun yang sangat baik.

4. Mempertahankan otonomi

Perusahaan harus bertanggung jawab terhadap stakeholder untuk

menghindari campur tangan kelompok-kelompok yang ada dalam lingkungan

kerja dalam pengambilan keputusan manajerial.

3.1.4 Coorporate Governance

Forum Corporate Governance Indonesia (2002) dalam Sitorus (2014)

mengemukakan bahwa adadua sistem manajemen yang berbeda yang

mengakibatkan berbedanya sistem pengawasan yang dilakukan oleh dewan

komisaris. Perbedaan dari kedua sistem tersebut adalah pada tingkat pengawasan,

yaitu satu tingkat pengawasan (one tie rsistem) dan dua tingkat (two tier sistem).

1. Sistem Satu Tingkat (One Tier Sistem)

Sistem ini menggunakan satu sistem pengawasan. Biasanya perusahaan

hanya memiliki satu dewan direksi yang umumnya merupakan kombinasi antara

manajer atau pengurus senior (Direktur Eksekutif) dan direktur independen yang

bekerja dengan prinsip paruh waktu (Non-Direktur Eksekutif). Sistem satu tingkat

ini berasal dari sistem hukum Anglo Saxon dan negara yang menerapkan sistem

Page 31: PENGARUH PROPORSI DEWAN KOMISARIS INDEPENDEN …repository.unib.ac.id/14129/1/SKRIPSI.pdf · yang mengatur CSR, yakni : (1) Keputusan Menteri BUMN Per-05/MBU/2007 tentang Program

16

ini antara lain adalah Amerika Serikat dan Inggris. Struktur One Tier Sistem dapat

digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.1

Struktur One Tier System

Sumber: FCGI

4. Sistem Dua Sisi(Two Tier Sistem)

Sistem ini menggunakan dua sistem pengawasan yang terpisah. Dalam sistem ini

perusahaan memiliki dua badan terpisah yaitu Dewan Pengawas (Dewan

Komisaris) dan Dewan Manajemen (Dewan Direksi). Dewan Komisaris bertugas

mengawasi dan mengarahkan dewan direksi, yang mana dewan direksi ini

bertugas untuk mengelola dan mewakili perusahaan. Sistem dua tingkat ini

berasal dari sistem hukum Kontinental Eropa dan negara yang menerapkan antara

lain adalah Denmark, Jepang, Jerman, Belanda, dan Indonesia dengan beberapa

penyesuaian (FCGI, 2002).

Sitorus (2014) menjelaskan bahwa di Indonesia two tier sistem diterapkan

dengan beberapa penyesuaian. Dewan komisaris tidak secara langsung

membawahi dewan direksi, namun memiliki fungsi yang sama, yaitu untuk

Board Of Director

Direktur Non-Eksekutif Direktur Eksekutif

Rapat Umum Pemegang

Saham (RUPS)

Page 32: PENGARUH PROPORSI DEWAN KOMISARIS INDEPENDEN …repository.unib.ac.id/14129/1/SKRIPSI.pdf · yang mengatur CSR, yakni : (1) Keputusan Menteri BUMN Per-05/MBU/2007 tentang Program

17

mengawasi dan memberi nasehat kepada dewan direksi (KNKG, 2006). Dewan

komisaris di Indonesia tidak berhak mengangkat dan memberhentikan direksi,

karena posisi yang sejajar di antara keduanya, tidak seperti Continental Europe.

Berdasarkan Undang-undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas,

dewan komisaris hanya berhak memberhentikan anggota direksi secara sementara,

bukan bersifat tetap.

Gambar 2.2

Struktur Two Tier System yang diadopsi Indonesia

Sumber: FCGI

Posisi dewan komisaris merupakan posisi yang sangat penting pada

perusahaan. Berdasarkan pedoman GCG di Indonesia secara hukum Dewan

Komisaris bertugas melakukan pengawasan dan memberikan nasehat kepada

Direksi. Dewan komisaris dalam melaksanakan tugas harus mampu mengawasi

dipenuhinya kepentingan semua stakeholder berdasarkan azas kesetaraan.

Rapat Umum Pemegang

Saham (RUPS)

Dewan Komisaris

Dewan Direksi

Page 33: PENGARUH PROPORSI DEWAN KOMISARIS INDEPENDEN …repository.unib.ac.id/14129/1/SKRIPSI.pdf · yang mengatur CSR, yakni : (1) Keputusan Menteri BUMN Per-05/MBU/2007 tentang Program

18

Berdasarkan tugasnya tersebut maka dewan komisaris merupakan pusat ketahanan

dan kesuksesan perusahaan.

2.1.4.1 Dewan Komisaris Independen

Dewan komisaris independen merupakan bagian dari corporate

governance. Jensen(1993) dan Lipton dan Lorsch (1992) dalam Sembiring (2005)

merupakan yang pertama menyimpulkan bahwa ukuran dewan komisaris

merupakan bagian dari mekanisme corporate governance. Dewan komisaris

merupakan mekanisme pengendalian intern tertinggi yang bertanggung jawab

untuk memonitor tindakan manajemen puncak. Dewan Komisaris sebagai organ

perusahaan bertugas dan bertanggungjawab secara kolektif untuk melakukan

pengawasan dan memberikan nasihat kepada Direksi serta memastikan bahwa

perusahaan melaksanakan GCG.

Ukuran dewan komisaris yang dimaksud disini adalah banyaknya jumlah

anggota dewan komisaris dalam suatu perusahaan. Menurut Coller dan Gregory

(1999) dalam Sembiring (2005) semakin besar jumlah anggota dewan komisaris,

semakin mudah untuk mengendalikan Chief Executives Officer (CEO) dan

semakin efektif dalam memonitor aktivitas manajemen.

Fungsi service menyatakan bahwa dewan komisaris independen dapat

memberikan konsultasi dan nasehat manajemen dan direksi. Penelitian Lorsch dan

MacIver (1989) dalam Sembiring (2005) yang berbasis wawancara menemukan

bahwa peranan pemberian saran (advisory) mendominasi aktivitas anggota dewan.

Dengan menekankan pada fungsi ini, Dalton dan Daily (1999) dalam Sembiring,

Page 34: PENGARUH PROPORSI DEWAN KOMISARIS INDEPENDEN …repository.unib.ac.id/14129/1/SKRIPSI.pdf · yang mengatur CSR, yakni : (1) Keputusan Menteri BUMN Per-05/MBU/2007 tentang Program

19

(2005) menyatakan bahwa peranan keahlian atau konseling yang diberikan oleh

anggota dewan tersebut merupakan suatu jasa yang berkualitas bagi manajemen

dan perusahaan yang tidak dapat diberikan oleh pasar. Anggota dewan komisaris

independen yang mempunyai keahlian dalam bidang tertentu juga dapat

memberikan nasehat yang bernilai dalam penyusunan strategi dan

penyelenggaraan perusahaan. Fungsi kontrol yang dilakukan oleh dewan

komisaris independen diambil dari teori agensi. Dari persepektif teori agensi,

dewan komisaris mewakili mekanisme internal utama untuk mengontrol perilaku

oportunistik manajemen sehingga dapat membantu menyelaraskan kepentingan

pemegang saham dan manajer.

Sitorus (2014) menjelaskan bahwa beberapa literatur menyebutkan bahwa

dalam perusahaan harus memiliki komisaris independen, antara lain disebutkan

dalam Undang-undang tentang Perseraon Terbatas No. 40 Tahun 2007 dan

pedoman GCG perbankan di Indonesia. Literatur ini menyebutkan bahwa dalam

perseroan terbatas (terdapat pada pasal 108 ayat 5) wajib memiliki dewan

komisaris paling sedikit adalah 2 (dua) anggota dewan komisaris dan jumlah

dewan komisaris independen adalah minimal 30% dari total komisaris. Sedangkan

untuk perbankan, Bank Indonesia telah mengeluarkan Peraturan Bank Indonesai

Nomor 8/4/PBI/2006 tentang pelaksanaan GoodCorporate Governance di

lingkungan perbankan, hal ini untuk mewujudkan GoodCorporate Governance di

perusahaan. Berdasarkan peraturan tersebut, jumlah komisaris independen adalah

paling sedikit 50% dari total komisaris yang ada. Ketentuan tentang kewajiban

Page 35: PENGARUH PROPORSI DEWAN KOMISARIS INDEPENDEN …repository.unib.ac.id/14129/1/SKRIPSI.pdf · yang mengatur CSR, yakni : (1) Keputusan Menteri BUMN Per-05/MBU/2007 tentang Program

20

adanya komisaris independen minimal 50% dari total komisaris ini tidak melihat

apakah bank yang bersangkutan telah go public atau belum.

2.1.4.2 Latar Belakang Pendidikan

Ponnu (2008) dalam studinya menyebutkan bahwa seorang anggota dewan

komisaris independen perusahaan harus memiliki kredibilitas dan skill serta

pengalaman yang diperlukan, sehingga mampu memberikan judgment independen

dalam isu yang berkaitan dengan strategi, kinerja, dan sumber daya perusahaan.

Dewan komisaris dan direksi harus terdiri dari anggota profesional, dengan

keahlian dalam bidang hukum, pajak, atau akuntansi. Keberadaan anggota dewan

komisaris independen dan direksi yang memiliki pengalaman dalam industri dan

bisnis relevan sangat bermanfaat bagi dewan perusahaan secara keseluruhan.

Keberadaan mereka memberikan perspektif mengenai risiko signifikan dan

keuntungan kompetitif, serta lebih memahami mengenai tantangan yang akan

dihadapi dalam bisnis perusahaan.

2.2 Penelitian Terdahulu

Veronica (2009) menganalisa pengaruh karakteristik perusahaan terhadap

pengungkapan tanggungjawab sosial pada perusahaan sektor pertambangan yang

terdaftar di bursa efek indonesia. Sampel yang digunakan adalah sebanyak 20

perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa ukuran dewan komisaris berpengaruh terhadap corporate social

responsibility.

Page 36: PENGARUH PROPORSI DEWAN KOMISARIS INDEPENDEN …repository.unib.ac.id/14129/1/SKRIPSI.pdf · yang mengatur CSR, yakni : (1) Keputusan Menteri BUMN Per-05/MBU/2007 tentang Program

21

Sudiartana (2011) menganalisa pengaruh latar belakang pendidikan terhadap

pengungkapan secara sukarela pada perusahaan yang terdaftar di bursa efek

Indonesia pada tahun 2007-2008. Selama periode tersebut didapat sebanyak 357

amatan sebagai sampel penelitian. hasil penelitian menunjukkan bahwa latar

belakang pendidikan berpengaruh positif terhadap pengungkapan secara sukarela.

Santioso dan Chandra (2012) menganalisa pengaruh dewan komisaris

independen terhadap pengungkapan Corporate Social Responsibility. Sampel

yang digunakan adalah sebanyak 45 perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI

dari tahun 2008-2010, dengan data perusahaan sebanyak 135. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa proporsi dewan komisaris independen berpengaruh positif

terhadap pengungkapan CSR.

Putri (2013) menganalisa pengaruh corporate governance dan karakteristik

perusahaan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan dalam

sustaianbility report (studi empiris perusahaan yang terdaftar di bei periode 2008-

2011). Sampel yang digunakan adalah sebanyak 27 perusahaan. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa ukuran dewan komisaris independen berpengaruh positif

terhadap corporate social responsibility.

Khoirudin (2013) menganalisa pengaruh elemen good corporate governance

terhadap pengungkapan islamic social reporting pada perbankan syariah di

Indonesia. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 10 bank

umum syariah yang pilih dengan menggunakan metode purposive sampling. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa ukuran dewan komisaris independen berpengaruh

terhadap corporate social responsibility.

Page 37: PENGARUH PROPORSI DEWAN KOMISARIS INDEPENDEN …repository.unib.ac.id/14129/1/SKRIPSI.pdf · yang mengatur CSR, yakni : (1) Keputusan Menteri BUMN Per-05/MBU/2007 tentang Program

22

Sitorus (2014) menganalisa pengaruh corporate governance terhadap

corporate social responsibility disclosure studi empiris pada perusahaan

perbankan yang terdaftar di BEI tahun 2008-2011. Sampel yang digunakan adalah

sebanyak 31 perusahaan perbankan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran

dewan komisaris independen berpengaruh terhadap CSRD dan latar belakang

pendidikan dibidang ekonomi/bisnis juga berpengaruh terhadap CSRD.

2.3 Pengembangan Hipotesis

2.3.1 Pengaruh Ukuran Dewan Komisaris Terhadap Pengungkapan CSR

Menurut Muntoro (2006), komisaris independen diperlukan untuk

meningkatkan independensi dewan komisaris terhadap kepentingan pemegang

saham (mayoritas) dan benar-benar menempatkan kepentingan perusahaan

diataskepentingan lainnya. Dengan demikian semakin banyak jumlah ukuran

dewan komisaris independen, maka kemampuan dewan komisaris untuk

mengambil keputusan dalam rangka melindungi pemangku kepentingan dan

mengutamakan perusahaan akan semakin objektif.

Dewan komisaris sebagai puncak dari sistem pengelolaan internal

perusahaan, memiliki peranan terhadap aktivitas pengawasan. Komposisi dewan

komisaris akan menentukan kebijakan perusahaan termasuk praktek dan

pengungkapan CSR. Coller dan Gregory (1999) dalam Sembiring (2005)

menyatakan bahwa semakin besar jumlah anggota dewan komisaris maka akan

semakin mudah untuk mengendalikan CEO dan monitoring yang dilakukan akan

Page 38: PENGARUH PROPORSI DEWAN KOMISARIS INDEPENDEN …repository.unib.ac.id/14129/1/SKRIPSI.pdf · yang mengatur CSR, yakni : (1) Keputusan Menteri BUMN Per-05/MBU/2007 tentang Program

23

semakin efektif. Keberadaan dewan komisaris independen akan semakin

menambah efektifitas pengawasan.

Ukuran dewan komisaris independen akan sangat menentukan kebijakan

apa yang akan diambil perusahaan. Hal ini dikarenakan dewan komisaris

independen memiliki funsi sebagai pengawas internal dan pemberi nasehat kepada

direktur perusahaan. Sehingga semakin besar dewan komisaris independen yang

berada dalam suatu perusahaan maka pengawasan internal dalam perusahaan akan

semakin optimal.

Santioso dan Chandra (2012) menunjukkan bahwa proporsi dewan

komisaris independen berpengaruh positif terhadap pengungkapan CSR.Putri

(2013) dan khoirudin (2013) dalam penelitiannya berhasil membuktikan bahwa

ukuran dewan komisaris independen berpengaruh positif terhadap pengukapan

CSR yang dilakukan perusahaan. Maka berdasarkan uraian teori di atas dan hasil

penelitian terdahulu maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut.

H1: Ukuran dewan komisaris independen berpengaruh positif terhadap

pengukapan CSR.

2.3.2 Pengaruh Latar Belakang Pendidikan Terhadap Pengungkapan CSR

Kusumastuti dkk., (2006) dalam hasil penelitiannya mengemukakan

bahwa Latar belakang pendidikan formal anggota dewan komisaris independen

dan direksi merupakan karakteristik kognitif yang dapat memengaruhi

kemampuan dewan dalam pengambilan keputusan bisnis serta mengelola bisnis.

Sudiartana (2011) mengemukakan bahwa Latar belakang pendidikan

berpengaruh positif pada luas pengungkapan sukarela (Voluntary). Sitorus (2014)

Page 39: PENGARUH PROPORSI DEWAN KOMISARIS INDEPENDEN …repository.unib.ac.id/14129/1/SKRIPSI.pdf · yang mengatur CSR, yakni : (1) Keputusan Menteri BUMN Per-05/MBU/2007 tentang Program

24

membuktikan bahwa latar belakang pendidikan dewan komisaris independen

memiliki pengaruh signifikan terhadap pengungkapan CSR.

Latar belakang pendidikan dewan komisaris independen yang beragam

akan menghasilkan karakter-karakter yang berbeda dari anggota dewan komisaris

independen sehingga hal ini akan meningkatkan pengawasan satu sama lainnya.

Latar belakang pendidikan yang dimiliki oleh presiden komisaris berpengaruh

terhadap pengetahuan yang dimiliki (Ahmed and Nicholls, 1994 dalam

Akhtaruddin, 2009). Akan lebih baik jika seorang presiden komisaris memiliki

latar belakang pendidikan bisnis dan ekonomi karena seorang presiden komisaris

harus memiliki kemampuan untuk mengelola bisnis dan mengambil keputusan

bisnis (Bray, Howard, dan Golan, 1995 dalam Kusumastuti dkk, 2007).

Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan hipotesis berikutnya yang dapat

dibuat adalah sebagai berikut.

H2: Pendidikan dewan komisaris independen berpengaruh positif terhadap

pengungkapan CSR.

2.4 Kerangka Pemikiran Teoritis

Berdasarkan pengembangan hipotesis di atas, maka kerangka teoritis yang

dapat dibuat dalam penelitian ini disajikan pada gambar 2.4 di bawah ini.

Page 40: PENGARUH PROPORSI DEWAN KOMISARIS INDEPENDEN …repository.unib.ac.id/14129/1/SKRIPSI.pdf · yang mengatur CSR, yakni : (1) Keputusan Menteri BUMN Per-05/MBU/2007 tentang Program

25

(+)

(+)

Gambar 2.4

Kerangka Pemikiran Teoritis

Ukuran Dewan Komisaris

Latar Belakang Pendidikan

Dewan

Pengungkapan CSR

Page 41: PENGARUH PROPORSI DEWAN KOMISARIS INDEPENDEN …repository.unib.ac.id/14129/1/SKRIPSI.pdf · yang mengatur CSR, yakni : (1) Keputusan Menteri BUMN Per-05/MBU/2007 tentang Program

26

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi Empiris.

Penelitian empiris merupakan penelitian terhadap fakta empiris yang diperoleh

berdasarkan pengamatan atau pengalaman. Penelitian ini ingin mengetahui apakah

elemen CG yang diproksikan melalui ukuran dewan komisaris independen dan

latar belakang pendidikan mempengaruhi pengungkapan CSR pada perusahaan

yang terdafttar pada Islamis Indeks di Indonesia. Penelitian ini juga menggunakan

pengujian hipotesis.

Penelitian ini menggunakan teknik content analysis dalam menilai CSR

perusahaan dengan unit analisis annual report perusahaan. Content analysis yaitu

metode penelitian observasi yang digunakan untuk mengevaluasi secara sistematis

isi dari suatu informasi (Sekaran dalam Rizkiningsih 2012). Ada beberapa alasan

mengapa menggunakan laporan tahunan perusahaan untuk melakukan

contentanalysis (Kent dan Chan dalam Siregar dan Bachtiar 2010), yaitu:

1. Laporan tahunan merupakan sumber utama komunikasi perusahaan

kepada investor dan banyak diigunakan perusahaan untuk mengungkapkan

laporan sosialnya.

2. Penyajian laporan keuangan dan laporan sosial dalam satu dokumen

laporan tahunan perusahaan merupakan salah satu cara untuk mengurangi

biaya pengungkapan.

26

Page 42: PENGARUH PROPORSI DEWAN KOMISARIS INDEPENDEN …repository.unib.ac.id/14129/1/SKRIPSI.pdf · yang mengatur CSR, yakni : (1) Keputusan Menteri BUMN Per-05/MBU/2007 tentang Program

27

3. Laporan tahunan merupakan salah satu informasi yang banyak dilihat oleh

pressure groups.

4. Pengungkapan yang dilakukan media lain seperti melalui media-media

jurnalistik memiliki resiko kesalahan interpretasi sedangkan

pengungkapan yang dilakukan melalui laporan tahunan dapat dikontrol

langsung oleh manajemen.

3.2 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Penelitian

3.2.1 Variabel Dependen

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah pengungkapan CSR yang

dilakukan oleh perusahaan yang terdaftar di Islamic Indeks. Pengukuran variabel

ini menggunakan Islamic Social Responsibility (ISR). Pengukuran dengan

indeks ISR dipilih karena perusahaan yang diteliti adalah perusahaan yang

terdaftar di Islamic Indeks, jadi model pengukurannya lebih tepat apabila

menggunakan indeks ISR yang diyakini sesuai dengan perspektif Islam. Indeks

ISR dalam penelitian ini terdiri dari 43 item pengungkapan yang tersusun dalam

enam tema sesuai dengan penelitian Rizki ningsih (2012) yang merupakan hasil

adaptasi dari indeks ISR yang dibuat oleh Othman et.al (2009) dengan

beberapa penyesuaian. Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam

melakukan content analysis (Rizkiningsih 2012), adalah:

1. Membuat daftar ISR sesuai dengan Othman et.al (2009) dengan beberapa

penyesuaian. ISR yang digunakan terdiri dari enam kategori yaitu finance

and investment theme, product and services theme, employee theme,

Page 43: PENGARUH PROPORSI DEWAN KOMISARIS INDEPENDEN …repository.unib.ac.id/14129/1/SKRIPSI.pdf · yang mengatur CSR, yakni : (1) Keputusan Menteri BUMN Per-05/MBU/2007 tentang Program

28

society (community involvement) theme, environment theme dan corporate

governance theme.

2. Memberi nilai pada setiap komponen ISR secara dikotomi, yaitu 1 apabila

komponen tersebut diungkapkan dan 0 apabila tidak diungkapkan.

3. Nilai yang diperoleh dari setiap perusahaan dijumlahkan untuk

mendapatkan nilai total dari indeks ISR.

Sehingga nantinya indeks ISR ini akan dihitung dengan menggunakan rumus

sebagai berikut:

Disclosure Level (ISR) = Total pengungkapan yang dilakukan perusahaan

3.2.2 Variabel Independen

Adapun variabel independen dalam penelitian ini diwakilkan oleh ukuran

dewan komisaris independen dan latar belakang dewan komisaris independen.

1. Ukuran dewan komisaris independen

Ukuran dewan komisaris independen adalah banyak jumlah dewan

komisaris independen dalam suatu perusahaan. Dalam penelitian ini

Proporsi dewan komisaris independen diukur dengan rasio antara jumlah

anggota dewan komisaris independen dibandingkan dengan total anggota

dewan komisaris dalam suatu perusahaan (Susianto dan Chandra, 2012).

2. Latar Belakang Pendidikan Dewan Komisaris Independen

Latar belakang pendidikan dewan komisaris independen dapat dilihat dari

pendidikan bisnis yang ditempuh oleh masing-masing anggota dewan

komisaris. Anggota dewan komisaris independen yang berlatar belakang

Page 44: PENGARUH PROPORSI DEWAN KOMISARIS INDEPENDEN …repository.unib.ac.id/14129/1/SKRIPSI.pdf · yang mengatur CSR, yakni : (1) Keputusan Menteri BUMN Per-05/MBU/2007 tentang Program

29

bisnis dan ekonomi ditotal, kemudian dibandingkan dengan jumlah

anggota dewan komisaris. Total latar belakang pendidikan dewan

komisaris independen dapat dilihat di Annual report perusahaan pada

bagian profil dewan komisaris.

3.3 Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan yang sahamnya terdaftar di

Islamic Indeks pada periode 3 Juni s.d. 29 November tahun 2013. Unit analisis

yang digunakan adalah laporan keuangan semester kedua perusahaan.

Sampel penelitian dalam penelitian dipilih dengan menggunakan metode

sensus. Metode sensus merupakan pengambilan seluruh populasi dijadikan

sebagai sampel penelitian.

3.4 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dari

perusahaan yang terdaftar pada Islamic Indeks. Data yang digunakan adalah data

laporan keuangan semester kedua untuk periode tahun 2013. Data keuangan

diperoleh dari laporan keuangan auditan murni yang telah diolah seperti yang

terdapat pada Indonesian Capital Market Directory (ICMD), IDSaham

(www.idsaham.com), situs resmi BEI (www.idx.co.id).

Page 45: PENGARUH PROPORSI DEWAN KOMISARIS INDEPENDEN …repository.unib.ac.id/14129/1/SKRIPSI.pdf · yang mengatur CSR, yakni : (1) Keputusan Menteri BUMN Per-05/MBU/2007 tentang Program

30

3.5 Metode Analisis dan Pengujian Hipotesis

3.5.1 Uji Asumsi Klasik

Penelitian ini menggunakan analisa regresi berganda untuk menguji

hipotesis. Oleh karena itu, sebelum dilakukan analisa regresi berganda data

peneliti terlebih dahulu perlu diuji dengan uji asumsi klasik. Uji asumsi klasik

terdiri dari : uji multikolinearitas, uji heteroskedasitisitas, dan uji autokorelasi

yang dilakukan dengan bantuan software SPSS.

3.5.1.2 Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi

ditemukan adanya korelasi antara variabel independen. Model regresi yang baik

seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen (Ghozali, 2013).

Multikolinearitas dilihat dari nilai tolerance dan nilai variance inflation factor

(VIF). Tolerance mengukur variabilitas variabel independen yang terpilih

yangtidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Jadi nilai tolerance

yangrendah sama dengan nilai VIF tinggi. Nilai cutoff yang umum dipakai untuk

menunjukkan adanya multikolinearitas adalah nilai tolerance < 0,10 atau sama

dengan nilai VIF > 10 (Ghozali, 2013).

3.5.1.3 Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi

terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan

yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap,

Page 46: PENGARUH PROPORSI DEWAN KOMISARIS INDEPENDEN …repository.unib.ac.id/14129/1/SKRIPSI.pdf · yang mengatur CSR, yakni : (1) Keputusan Menteri BUMN Per-05/MBU/2007 tentang Program

31

maka disebut Homoskedastisitas dan jika berbeda disebut Heteroskedastisitas.

Model regresi yang baik adalah yang Homoskedastisitas atau yang tidak terjadi

Heteroskedastisitas. Kebanyakan data crossection mengandung situasi

Heteroskedastisitas karena data ini menghimpun data yang mewakili berbagai

ukuran (kecil, sedang, dan besar). Cara mendeteksi Heteroskedastisitas adalah

dengan uji glejer, dimana jika nilai signikansi > 0,05, maka tidak terjadi

heteroskedastisitas (Ghozali, 2013).

3.5.2 Analisa Regresi Berganda

Hipotesis dalam penelitian ini akan dianalisis dengan menggunakan

analisis regresi berganda dengan persamaan sebagai berikut:

CSR = α + β1 DIP+ β2LBP + e

Dimana:

CSR = Corporate Social Responsibility

DIP = Ukuran Dewan Komisaris Independen

LBP = Latar Belakang Pendidikan

α = contant

β = koefisien regresi

e = error

3.5.2.1 Koefisien Determinasi (R)

Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa

jauhkemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai

Page 47: PENGARUH PROPORSI DEWAN KOMISARIS INDEPENDEN …repository.unib.ac.id/14129/1/SKRIPSI.pdf · yang mengatur CSR, yakni : (1) Keputusan Menteri BUMN Per-05/MBU/2007 tentang Program

32

koefisien determinasi berada di antara nol dan satu. Nilai R2 yang kecil berarti

kemampuan variabel variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen

amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-varibel independen

memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi

variabel dependen (Ghozali, 2013).

Data dalam penelitian ini akan diolah dengan menggunakan program

Statistical Package for Social Sciences (SPSS) 18. Hipotesis dalam penelitian ini

dipengaruhi oleh nilai signifikansi koefisien variabel yang bersangkutan setelah

dilakukan pengujian. Kesimpulan hipotesis dilakukan berdasarkan t-test.

3.5.2.2 Kriteria Hipotesis diterima atau ditolak

Penentuan hipotesis diterima atau ditolak akan ditentukan dengan cara melihat

signifikansi uji t. Dalam penelitian ini tingkat kepercayaan yang digunakan adalah

95% sehingga nilai ambang kritis dalam penelitian ini adalah 5 % atau 0,05. Oleh

karena itu dapat disimpulkan bahwa:

1. Hipotesis 1 dan hipotesis 2 diterima jika nilai signifikansi lebih rendah

dari 0,05 dan nilai koefisien regresi memiliki nilai positif. Sedangkan,

hipotesis 1 dan hipotesis 2 ditolak jika nilai signifikansi lebih besar dari

0,05 atau nilai signifikansi lebih rendah dari 0,05 namun nilai koefisien

regresi memiliki nilai negatif.

Page 48: PENGARUH PROPORSI DEWAN KOMISARIS INDEPENDEN …repository.unib.ac.id/14129/1/SKRIPSI.pdf · yang mengatur CSR, yakni : (1) Keputusan Menteri BUMN Per-05/MBU/2007 tentang Program

33

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan yang tergolong ke dalam

kategori Jakarta Islamic Index (JII) periode 3 Juni s.d. 29 November 2013.

Pengambilan sampel yang digunakan adalah metode sensus yaitu populasi dalam

penelitian ini seluruhnya dijadikan sampel, maka perusahaan yang dijadikan

sampel dalam penelitian dapat dilihat pada lampiran 1.

4.2 Deskriptif Statistik Variabel Penelitian

Deskriptif statistik merupakan bagian dari analisis data yang digunakan

untuk memberikan gambaran awal variabel penelitian dan digunakan untuk

mengetahui karakteristik sampel yang digunakan dalam penelitian. Deskriptif

statistik pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 4.2 yang menunjukan

keseluruhan variabel.

Tabel 4.1

Deskriptif Statistik Variabel Penelitian

Seluruh Pengamatan

N Minimum Maximum Mean St.dev

DIP 30 0,250 0,800 0,3923 0,11705

PEB 30 0,200 0,833 0,5307 0.19827

CSRD 30 29,00 40,00 33,6667 3,38693

Sumber: Data Sekunder Diolah, 2015

Tabel 4.1 di atas menjelaskan data observasi secara keseluruhan dari 30

perusahaan sampel didapat 30 kali pengamatan. Nilai minimum variabel ukuran

dewan komisaris independen adalah sebesar 0,250 atau 25,0% artinya pada

33

Page 49: PENGARUH PROPORSI DEWAN KOMISARIS INDEPENDEN …repository.unib.ac.id/14129/1/SKRIPSI.pdf · yang mengatur CSR, yakni : (1) Keputusan Menteri BUMN Per-05/MBU/2007 tentang Program

34

sampel pengamatan proporsi minimum dewan komisaris pada perusahaan adalah

sebesar 25,0% yaitu terdapat pada perusahaan Indofood Sukses Makmur. Nilai

maksimum variabel ukuran dewan komisaris independen adalah sebesar 0,800

atau 80,0%, hal ini menunjukkan bahwa proporsi komisaris independen pada

perusahaan sampel ada yang mencapai 80 % dari seluruh jajaran dewan komisaris

yaitu terdapat pada perusahaan Unilever Indonesia. Nilai rata-rata variabel ukuran

komisaris independen adalah sebesar 0,3923 sedangkan Nilai standar deviasi

variabel ukuran komisaris independen adalah sebesar 0,11705, angka ini lebih

kecil dari nilai rata-rata sehingga mengindikasikan bahwa data ukuran komisaris

independen dalam penelitian ini kurang bervariasi.

Variabel latar belakang pendidikan dewan komisaris secara keseluruhan

memiliki nilai minimum sebesar 0,200 menunjukkan bahwa nilai terendah latar

belakang pendidikan dewan komisaris yang berlatar belakang pendidikan

ekonomi atau bisnis secara keseluruhan adalah sebesar 20,0 % dari seluruh jajaran

dewan komisaris perusahaan yaitu terdapat pada perusahaan Vale Indonesia. Nilai

maksimum variabel latar belakang pendidikan dewan komisaris adalah sebesar

0,833, artinya perusahaan memiliki komisaris dengan latar belakang ekonomi atau

bisnis tertinggi dengan nilai sebesar 83,3 % yaitu terdapat pada perusahaan XL

Axiata dan Perusahaan Gas Negara. Rata-rata (mean) variabel latar belakang

pendidikan dewan komisaris memiliki nilai sebesar 0,5307 sedangkan nilai

standar deviasi sebesar 0,19827 menunjukkan bahwa data latar belakang

pendidikan dewan komisaris dalam penelitian tidak terlalu bervariasi (nilai

standar deviasi lebih kecil dari mean).

Page 50: PENGARUH PROPORSI DEWAN KOMISARIS INDEPENDEN …repository.unib.ac.id/14129/1/SKRIPSI.pdf · yang mengatur CSR, yakni : (1) Keputusan Menteri BUMN Per-05/MBU/2007 tentang Program

35

Variabel pengungkapan tanggung jawab sosial (CSRD) secara keseluruhan

memiliki nilai minimum sebesar 29 item pengungkapan tanggung jawab sosial hal

ini menunjukkan bahwa pada perusahaan sampel yang mengungkapkan tanggung

jawab sosial terkecil adalah sebesar 29 item yang diungkapkan dari skala 48 item

kategori pengungkapan tanggung jawab sosial yaitu pada perusahaan XL Axiata.

Nilai maksimum sebesar 40 artinya pada perusahaan sampel yang

mengungkapkan tanggung jawab sosial tertinggi adalah sebesar 40 item yang

diungkapkan dari skala 48 item yaitu pada perusahaan Kalbe Farma. Nilai rata-

rata CSRD sebesar 33,6667 dengan nilai standar deviasi dari CSRD sebesar

3,38693 menunjukkan bahwa data CSRD dalam penelitian ini tidak terlalu

bervariasi (nilai standar deviasi lebih kecil dari mean).

4.3 Hasil Uji Asumsi Klasik

Pengujian asumsi klasik dilakukan sebelum data penelitian dianalisis

menggunakan analisa regresi liniear berganda. Pengujian asumsi klasik dalam

penelitian ini meliputi uji normalitas, uji heteroskedastisitas, uji autokorelasi, dan

uji multikoliniearitas.

4.3.1 Hasil Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah dalam model regresi,

variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Dalam penilitian

ini, uji normalitas dilakukan dengan cara analisis statistik non-parametrik

Kolmogorov-Smirnov (K-S). Variabel pengganggu atau residual terdistribusi

Page 51: PENGARUH PROPORSI DEWAN KOMISARIS INDEPENDEN …repository.unib.ac.id/14129/1/SKRIPSI.pdf · yang mengatur CSR, yakni : (1) Keputusan Menteri BUMN Per-05/MBU/2007 tentang Program

36

normal jika nilai signikan > 0,05. Berikut hasil uji normalitas disajikan pada Tabel

4.3 di bawah ini.

Pengujian uji normalitas yang dilakukan adalah pada nilai residual dari

model regresi. Berikut hasil uji normalitas pada nilai residual model regresi.

Tabel 4.2

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized

Residual

Kolmogorov-Smirnov Z 0,754

Asymp. Sig. (2-tailed) 0,621

Sumber: Data Sekunder, diolah 2015

Pada tabel 4.2 di atas dapat dilihat bahwa hasil uji normalitas pada nilai

residual regresi adalah sebesar 0,621, nilai ini lebih besar dari 0,05. Sehingga

dapat disimpulkan bahwa seluruh variabel penelitian terdistribusi secara normal.

4.3.2 Hasil Uji Heteroskesdastisitas

Uji heteroskedatisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model

regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke

pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengematan

lain tetap, maka disebut homoskedartisitas dan jika berbeda maka disebut

heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah homoskedastisitas atau tidak

terjadi heteroskedastisitas. Untuk mendeteksi adanya heteroskedastisitas dapat

dilakukan dengan menggunakan uji glejser. Berikut hasil uji heterskedastisitas

disajikan pada Tabel 4.3 berikut ini.

Page 52: PENGARUH PROPORSI DEWAN KOMISARIS INDEPENDEN …repository.unib.ac.id/14129/1/SKRIPSI.pdf · yang mengatur CSR, yakni : (1) Keputusan Menteri BUMN Per-05/MBU/2007 tentang Program

37

Tabel 4.3

Hasil Uji Heteroskedastisitas

Variabel t Sig. Keterangan

(Constant)

DIP

PEB

-0,229

0,019

0,245

0,924

Tidak Terjadi

Heteroskedastisitas

Sumber: Data Sekunder, diolah 2015

Dari Tabel 4.3 di atas terlihat bahwa nilai signifikan seluruh variabel

independen lebih besar dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa dalam model

regresi tidak terjadi heteroskedastisitas antara variabel independen.

4.3.3 Hasil Uji Multikoliniearitas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi

terdapat korelasi antara variabel-variabel bebas (independen). Model regresi yang

baik seharusnya tidak terjadi korelasi antara variabel bebas. Terjadi atau tidak

terjadinya multikolineritas dalam model regresi dapat dilihat dari nilai Tolerance

dan nilai VIF. Jika nilai tolerance lebih besar dari 0,10 dan nilai VIF lebih kecil

dari 10, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi multikolinearitas dalam

model regresi. Berikut hasil uji multikolinearitas dapat disajikan pada Tabel 4.4 di

berikut ini.

Page 53: PENGARUH PROPORSI DEWAN KOMISARIS INDEPENDEN …repository.unib.ac.id/14129/1/SKRIPSI.pdf · yang mengatur CSR, yakni : (1) Keputusan Menteri BUMN Per-05/MBU/2007 tentang Program

38

Tabel 4.4

Hasil Uji Multikolinearitas

Variabel Collenearity Statistic

Keterangan Tolerance VIF

(Constant)

DIP

PEB

0,991

0,991

1,010

1,010 Tidak Terjadi

Multikolinearitas

Sumber: Data Sekunder, diolah 2015

Tabel 4.4 di atas menunjukkan bahwa dari seluruh variabel independen

tidak ada yang memiliki nilai tolerance kurang dari 0,10 dan nilai VIF lebih dari

10, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi multikolinearitas dalam model

regresi.

4.4 Analisis Regresi Liniear Berganda

Untuk melihat pengaruh antara variabel independen dan variabel dependen

yang dihipotesiskan dalam penelitian ini dilakukan dengan cara analisis regresi

berganda. Dalam penelitian ini terdapat dua variabel independen yakni, ukuran

Dewan Komisaris Independen (DIP) dan latar belakang pendidikan dewan

komisaris (PEB) Selanjutnya variabel dependen yang merupakan pengungkapan

tanggung jawab sosial (CSRD). Hasil pengolahan data yang dilakukan dengan

analisis regresi berganda disajikan pada Tabel 4.6 berikut.

Tabel 4.5

Analisis Regresi Berganda

Variabel Koefisien Nilai Koefisien t value Sig. Kesimpulan

DIP β1 0,345 2,102 0,045 Diterima

PEB β2 -0,435 -2,648 0,013 Ditolak

R-square= 0,279 Adjusted R-square= 0,226

F value= 5,224 Sig. = 0,012 < 0,05

Sumber: Data Sekunder, diolah 2015

Hasil analisis regresi berganda yang disajikan pada Tabel 4.5 di atas dapat

dibuatkan persamaan regresi linear berganda sebagai berikut:

Page 54: PENGARUH PROPORSI DEWAN KOMISARIS INDEPENDEN …repository.unib.ac.id/14129/1/SKRIPSI.pdf · yang mengatur CSR, yakni : (1) Keputusan Menteri BUMN Per-05/MBU/2007 tentang Program

39

CSRD = α + 0,345 DIP - 0,435 PEB + e

Hasil uji ANOVA atau uji F menunjukkan nilai F = 5,224 dan nilai

signifikan sebesar 0,012 < 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa variabel independen

secara simultan memiliki pengaruh terhadap variabel dependen atau dengan kata

lain model regresi dalam penelitian ini layak untuk diuji.

Uji koefisien determinasi bertujuan untuk menentukan proporsi seberapa

jauh seluruh variabel independen mempengaruhi variabel dependen. Koefisien

determinasi dalam penelitian dapat dilihat dari nilai R2, semakin nilai R2

mendekati angka 1 maka semakin tinggi kemampuan seluruh variabel independen

untuk menjelaskan variabel dependen. Hasil uji koefisien determinasi dapat dilihat

pada Tabel 4.8 di atas. Pada Tabel 4.8 di atas dapat dilihat bahwa nilai koefisien

determinasi R2 menunjukkan nilai sebesar 0,279. Hal ini mengindikasikan bahwa

variabel ukuran dewan komisaris independen dan latar belakang pendidikan

dewan komisaris dapat menjelaskan variabel pengungkapan tanggung jawab

sosial perusahaan sebesar 27,9 %, sedangkan sisanya dijelaskan oleh faktor lain

yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

4.5 Hasil Uji Hipotesis dan Pembahasan

4.5.1 Ukuran Dewan Komisaris Independen Terhadap CSRD

Variabel ukuran dewan komisaris independen memiliki nilai koefisien

regresi sebesar 0,345, hal ini menunjukkan arah positif artinya semakin banyak

komisaris independen dalam jajaran dewan komisaris perusahaan maka

Page 55: PENGARUH PROPORSI DEWAN KOMISARIS INDEPENDEN …repository.unib.ac.id/14129/1/SKRIPSI.pdf · yang mengatur CSR, yakni : (1) Keputusan Menteri BUMN Per-05/MBU/2007 tentang Program

40

pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan akan semakin tinggi. Dalam

penelitian ini ukuran dewan komisaris independen memiliki pengaruh yang

signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan, hal ini

dapat dilihat pada nilai signifikan yang lebih besar dari 0,05 (0,045 < 0,05).

Sehingga dapat disimpulkan bahwa hipotesis 1 diterima.

Arah koefisien yang memiliki nilai positif ini menunjukkan semakin

banyak anggota komisaris independen dalam jajaran dewan komisaris perusahaan

maka akan semakin tinggi pengungkapan tanggung jawab sosial yang dilakukan

oleh perusahaan. Hasil ini mendukung teori legitimasi, dalam teori legitimasi

dijelaskan bahwa dewan komisaris memiliki peran yang penting karena memiliki

tugas untuk mengawasi kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan serta

memberikan informasi terkait perusahaan kepada pihak pemangku kepentingan,

informasi yang diberikan kepada pihak pemangku kepentingan ini juga termasuk

informasi mengenai tanggung jawab sosial perusahaan. Dalam teori legitimasi

dijelaskan mengenai suatu “kontrak sosial” yang terjadi antara perusahaan dengan

lingkungan dimana perusahaan tersebut beroperasi. Sehingga diharapkan

perusahaan dapat memberikan manfaat sosial bagi lingkungan sekitar, oleh karena

itu dewan komisaris indepeden memiliki peran untuk mengawasi serta

mengungkapkan informasi terkait perusahaan, termasuk informasi terkait

tanggung jawab sosial perusahaan kepada para pemangku kepentingan.

Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh

Khoirudin (2013) membuktikan bahwa ada pengaruh signifikan positif antara

Page 56: PENGARUH PROPORSI DEWAN KOMISARIS INDEPENDEN …repository.unib.ac.id/14129/1/SKRIPSI.pdf · yang mengatur CSR, yakni : (1) Keputusan Menteri BUMN Per-05/MBU/2007 tentang Program

41

ukuran dewan komisaris independen terhadap pengungkapan tanggung jawab

sosial perusahaan.

4.5.2 Latar Belakang Pendidikan Dewan Komisaris Terhadap CSRD

Variabel latar belakang pendidikan dewan komisaris memiliki nilai

koefisien regresi sebesar -0,435, hal ini menunjukkan arah negatif artinya semakin

banyak dewan komisaris yang memiliki latar belakang pendidikan ekonomi atau

bisnis maka akan semakin rendah tingkat pengungkapan tanggung jawab sosial

yang dilakukan oleh perusahaan. Dalam penelitian ini latar belakang pendidikan

dewan komisaris memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pengungkapan

tanggung jawab sosial perusahaan, hal ini dapat dilihat pada nilai signifikan yang

lebih kecil dari 0,05 (0,013 < 0,05). Akan tetapi araf koefisien regresi memiliki

tanda negatif, sehingga berbeda arah dengan yang dihipotesiskan, maka dapat

disimpulkan bahwa hipotesis 2 ditolak.

Araf koefisien regresi memiliki tanda negatif, artinya semakin banyak

dewan komisaris yang memiliki latar belakang pendidikan ekonomi dan bisnis

dalam jajaran dewan komisaris perusahaan menyebabkan latar belakang

pendidikan dewan komisaris tidak bervariasi, sebaliknya semakin sedikit dewan

komisaris yang memiliki latar belakang pendidikan ekonomi dan bisnis maka

akan semakin bervariasi latar belakang pendidikan anggota dewan komisaris.

Hasil ini mendukung teori Resource Dependend Theory yang menyatakan bahwa

dengan menggunakan komposisi BOD yang tersebar, akan meningkatkan kualitas

pemecahan masalah. Selain itu, kelompok yang heterogen akan cenderung

Page 57: PENGARUH PROPORSI DEWAN KOMISARIS INDEPENDEN …repository.unib.ac.id/14129/1/SKRIPSI.pdf · yang mengatur CSR, yakni : (1) Keputusan Menteri BUMN Per-05/MBU/2007 tentang Program

42

menghasilkan pemecahan masalah yang lebih inovatif karena perbedaan latar

belakang pendidikan akan menyebabkan anggota kelompok dapat melihat

permasalahan dari berbagai perspektif berdasarkan pengetahuan anggota

kelompok. Hal ini menyebabkan akan banyak pilihan alternatif dan menalaah

lebih konsevatif dalam pengambilan keputusan.

Tanggung jawab sosial perusahaan merupakan salah satu strategi yang

dilakukan perusahaan untuk menghadapi permasalahan ancaman legitimasi.

Perusahaan mengungkapkan tanggung jawab sosial untuk menaikkan citra

perusahaan dimata para pemangku kepentingan. Dengan begitu, perusahaan perlu

memiliki dewan komisaris dengan latar belakang pendidikan bervariasi untuk

menemukan solusi dalam memecahkan suatu permasalahan.

Page 58: PENGARUH PROPORSI DEWAN KOMISARIS INDEPENDEN …repository.unib.ac.id/14129/1/SKRIPSI.pdf · yang mengatur CSR, yakni : (1) Keputusan Menteri BUMN Per-05/MBU/2007 tentang Program

43

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab

sebelumnya, maka beberapa kesimpulan yang dapat ditarik adalah sebagai

berikut:

1. Dewan komisaris independen berpengaruh positif signifikan terhadap

pengungkapan tanggung jawab sosial yang dilakukan perusahaan. Artinya,

semakin banyak dewan komisaris independen yang ada di perusahaan

makan akan semakin banyak pengungkapan informasi terkait tanggung

sosial yang dilakukan perusahaan.

2. Latar belakang pendidikan dewan komisaris independen diukur dengan

membandingkan proporsi anggota dewan komisaris independen yang

memiliki latar belakang pendidikan ekonomi dan bisnis dengan jumlah

anggota dewan komisaris suatu perusahaan. Dalam penelitian ini

membuktikan bahwa latar belakang pendidikan anggota dewan komisaris

independentidak berpengaruh positif secara signifikan terhadap

pengungkapan informasi terkait tanggung jawab sosial yang dilakukan

perusahaan.

43

Page 59: PENGARUH PROPORSI DEWAN KOMISARIS INDEPENDEN …repository.unib.ac.id/14129/1/SKRIPSI.pdf · yang mengatur CSR, yakni : (1) Keputusan Menteri BUMN Per-05/MBU/2007 tentang Program

44

5.2 Implikasi Penelitian

Implikasi dari kesimpulan penelitian di atas adalah sebagai berikut:

1. Dewan komisaris independen sangat penting perannya bagi perusahaan.

Karena dengan adanya dewan komisaris independen, pengawasan terhadap

perusahaan akan semakin efektif dan efisien. Dewan komisaris independen

juga berperan dalam pengungkapan informasi terkait perusahaan.

2. Latar belakang pendidikan dewan komisaris independen yang beragam

akan sangat membantu dalam pemecahan suatu masalah yang ada di

perusahaan. Dengan latar belakang pendidikan yang beragam akan

menimbulkan banyak alternatif dalam pemecahan masalah.

5.3 Keterbatasan Penelitian

Adapun keterbatasan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Nilai koefisien determinasi yang hanya menunjukkan angka 0,226 atau

22,6 % mengindikasikan bahwa masih kecilnya pengaruh variabel

independen dalam menjelaskan variabel dependen.

2. Sebagian hipotesis alternatif yang diajukan tidak terbukti sehingga

menyebabkan hasil penelitian belum dapat mengungkapan secara jelas

faktor yang mempengaruhi pengungkapan tanggung jawab sosial

perusahaan.

Page 60: PENGARUH PROPORSI DEWAN KOMISARIS INDEPENDEN …repository.unib.ac.id/14129/1/SKRIPSI.pdf · yang mengatur CSR, yakni : (1) Keputusan Menteri BUMN Per-05/MBU/2007 tentang Program

45

5.4 Saran

Atas uraian keterbatasan penelitian di atas, maka saran yang dapat

diberikan untuk penelitian selanjutnya adalah sebagai berikut:

1. Penelitian selanjutnya dapat menambahkan beberapa variabel independen

lainnya yang tidak diteliti dalam penelitian ini untuk mengungkapkan

faktor apa yang menyebabkan perusahaan melakukan pengungkapan

tanggung jawab sosial.

2. Penelitian selanjutnya dapat mengambil objek perusahaan yang bergerak

pada kategori lainnya, seperti kompas 100 & LQ45 sehingga hasil

penelitian dapat digeneralisir.

Page 61: PENGARUH PROPORSI DEWAN KOMISARIS INDEPENDEN …repository.unib.ac.id/14129/1/SKRIPSI.pdf · yang mengatur CSR, yakni : (1) Keputusan Menteri BUMN Per-05/MBU/2007 tentang Program

DAFTAR PUSTAKA

Achmad Zaenuddin. 2007. Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Praktek

Pengungkapan Sosial Dan Lingkungan Pada Perusahaan Manufaktur

Go Publik. Tesis. Universitas Diponegoro.

Cahyono, Budi. 2011. Pengaruh Corporate Social Responsibility Terhadap

Kinerja Perusahaan Dengan Kepemilikan Asing Sebagai Variabel

Moderating. Skripsi tidak dipublikasikan. Universitas Diponegoro.

Damara, Mendy. 2012. Pengaruh Struktur Kepemilikan, Leverage, Dewan

Komisaris, Terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility

dan Kinerja Perusahaan. Skripsi. Universitas Diponegoro.

Effendi, Bahtiar, Lia Uzliawati, Agus Sholikhan Yulianto. 2012. Pengaruh

Dewan Komisaris Terhadap Environmental Disclosure Pada

Perusahaan Manufaktur Yang Listing Di BEI Tahun 2008-2011.

Universitas Sultan Agen Tirtayasa.

Eka, Nanda Putra. (2011). Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap

Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR). Skripsi

Universitas Diponegoro.

FCGI. 2002, Tata Kelola Perusahaan (CG); The Essence of Good Corporate

Governance; Konsep dan Implementasi Perusahaan Publik dan

Korporasi Indonesia. Yayasan Pendidikan Pasar Modal Industri &

Sinergy Communication. Jakarta.

Hadi, Nur. 2011. Corporate Social Responsibility edisi Pertama. Yogyakarta :

Graha Ilmu.

Khoirudin, Amirul. 2013. Pengaruh Elemen Good Corporate Governance

Terhadap Pengungkapan Islamic Social Reporting Pada Perbankan

Syariah Di Indonesia. Skripsi tidak dipublikasikan. Universitas Negeri

Semarang.

Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG), 2006, Pedoman Umum Good

corporate governance Indonesia, Jakarta.

Nataylova, Kartina. 2013. Pengaruh Corporate Governance Terhadap Corporate

Social Responsibility dan Kinerja Perusahaan Yang Mendapatkan

Indonesia Suistanibility Reporting Awards. STIE Trisakti.

Ponnu, Cyril H. 2008. “Governance and Performance: Publicly Listed

Companies in Malaysia”. Journal of Business Systems, Governance and

Ethics, Vol 3, No 1, Hal 1-19.

Page 62: PENGARUH PROPORSI DEWAN KOMISARIS INDEPENDEN …repository.unib.ac.id/14129/1/SKRIPSI.pdf · yang mengatur CSR, yakni : (1) Keputusan Menteri BUMN Per-05/MBU/2007 tentang Program

Putri, Cynthia Dwi. 2013. Pengaruh Corporate Governance dan Karakteristik

Perusahaan Terhadap Pengungkapan Tanggungjawab Sosial

Perusahaan Didalam Suistainabilty Report. Skripsi. Universitas Negeri

Padang.

Rahmadaningsih, Amalia dan I Made Karya Utama. 2013. Pengaruh Indikator

Good Corporate Governance dan Profitabilitas Pada Pengungkapan

Corporate Social Responsibility. E-Jurnal Akuntansi Universitas

Udayana 3.3 (2013) pp 65-82.

Reni Agraini. Fr. Retno. 2006. Pengungkapan Informasi Sosial dan FaktorFaktor

yang mempengaruhi pengungkapan informasi social dalam laporan

keuangan tahunan (studi Empiris pada perusahaan-perusahaann yang

terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Simposium Nasional Akuntansi IX.

Padang.

Sembiring, Eddy Rismanda, 2005, Karakteristik Perusahaan dan Pengungkapan

Tanggungjawab Sosial pada Perusahaan yang Tercatat di Bursa Efek

Jakarta”. Simposium Nasional Akuntansi 7, Solo 15-16 Desember 2005.

Setyarini, Yulia dan Melvie Paramitha. 2011. Pengaruh Mekanisme Good

Corporate Governance Terhadap Corporate Social Responsibility. Jurnal

Ilmiah Akuntansi Vol.5 No.2.

Sitorus, Tivia Venica Tami. 2014. Pengaruh Corporate Governance Terhadap

Corporate Social Reposponsibility Disclosure (CSRD). Skripsi tidak

dipublikasikan. Universitas Diponegoro.

Sudiartana, I Made. 2011. Pengaruh Diversitas Gender dan Latar Belakang

Pendidikan Dewan Direksi Terhadap Luas Pengungkapan Sukarela.

Tesis. Universitas Udayana.

Suhardjanto, Djoko dan Afni, Aulia. 2009. Praktik corporate social disclosure di

Indonesia (Studi Empiris di Bursa Efek Indonesia). Jurnal Akuntansi. No.

03 Tahun XIII pp. 243-364 ISSN 1410-3591.

Veronica, Theodora Martina. 2009. Pengaruh Karakteristik Perusahaan

Terhadap Pengungkapan Tanggung-jawab Sosial Pada Perusahaan

Sektor Pertambangan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia. Skripsi.

Universitas Gunadarma.

Yaparto, Marissa. 2013. Pengaruh Social Corporate Responsibility Terhadap

Kinerja Keuangan Pada Sektor Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa

Efek Indonesia Pada Periode 2010-2011. Jurnal Ilmiah Mahasiswa

Universitas Surabaya Vol. 2 No. 1 (2013).