PENGARUH PENDEKATAN PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIS INDONESIA
(PMRI) TERHADAP KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA SMP
NEGERI 7 PALEMBANG 1. Latar Belakang Matematika merupakan salah
satu pengetahuan dasar terpenting untuk perkembangan ilmu
pendidikan dan teknologi yang berguna bagi perkembangan bangsa.
Pada umumnya pendidikan matematika bertujuan untuk mencerdaskan,
memperluas pengetahuan, serta pengalaman dan wawasan manusia. Hal
ini menunjukan bahwa pendidikan merupakan suatu peroses terencana,
teratur dan berkesinambungan yang bermuara pada tujuan tertentu.
Kualitas suatu peroses akan menentukan hasil peroses tersebut. Oleh
kerena itu, kemampuan matematika perlu ditingkatkan lagi,
matematika dianggap oleh sebagian besar siswa merupakan pelajaran
yang sulit, abstrak dan terkesan menegangkan. Selain itu proses
pembelajaran yang dipraktekan guru di ruang kelas adalah
pembelajaran mekanistik. Dimana guru hanya memberikan informasi dan
mengharapkan siswa untuk menghafal dan mengingat apa yang telah
dipelajari serta menekankan pada latihan mengerjakan soal dan
menggunakan rumus tanpa memberikan kesempatan pada siswa untuk
berdiskusi dengan teman sekelas dan membuat siswa terlihat aktif
dalam peroses pembelajaran, sehingga terkesan guru lebih aktif dari
pada siswa. Masalah utama yang sering dihadapi dalam pendidikan
matematika adalah rendahnya kemampuan pemahaman konsep siswa.
Diasumsikan yang menjadi penyebab dari permasalahan tersebut yaitu
pendekatan pembelajaran yang dipakai selama ini masih menggunakan
pendekatan tradisional yang menekankan pada latihan mengerjakan
soal serta menggunakan rumus. Dampak dari pembelajaran mekanistik
ini siswa akan menemukan kesulitan jika dihadapkan pada soal
aplikasi atau soal yang berbeda dengan soal yang biasa dilatihkan.
Karena matematika merupakan pelajaran yang objek kajiannya bersifat
abstrak yang memuat angka-angka dan rumus-rumus maka diperlukan
suatu pendekatan baru yang mampu menampilkan hal-hal yang kongkret
sebelum masuk ke hal-hal yang abstrak. Khusus mata pelajaran
matematika, selain mempunyai sifat yang abstrak, pemahaman konsep
yang baik sangatlah penting karena untuk memahami konsep yang baru
diperlukan prasyarat pemahaman konsep sebelumnya. Menurut Fowler
(dikutip Muslich, 2009: 221), matematika merupakan mata pelajaran
yang bersifat abstrak sehingga dituntut kemampuan guru untuk dapat
mengupayakan metode yang tepat sesuai dengan tingkat perkembangan
mental siswa. Berdasarkan pendapat tersebut bahwa karakteristik
matematika adalah mempunyai objek yang bersifat abstrak. Sifat
abstrak ini menyebabkan banyak siswa mengalami kesulitan dalam
belajar matematika. Selain itu, belajar matematika siswa belum
bermakna, sehingga pemahaman siswa tentang konsep sangat lemah.
Menurut Rosser (dikutip Sagala, 2003: 73), konsep adalah suatu
abstraksi yang mewakili satu kelas objek-objek, kejadian-kejadian,
kegiatan-kegiatan, atau hubungan-hubungan yang mempunyai
atribut-atribut yang sama. Kemampuan siswa juga mempunyai pengaruh
pada pemahaman konsep siswa. Siswa yang kurang berbakat matematika
atau kurang mampu dalam mempelajari matematika, sering mengalami
kesulitan menangkap dan memahami konsep yang benar dalam proses
belajar, sehingga proses belajar mengajar tidak dapat berlangsung
dengan baik. Dalam proses belajar mengajar di kelas terdapat
keterkaitan antara guru, siswa, kurikulum, sarana dan prasarana.
Guru mempunyai tugas untuk memilih model dan pendekatan
pembelajaran yang tepat sesuai dengan materi yang disampaikan demi
tercapainya tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran yang
diinginkan tentu yang optimal. Untuk itu, ada beberapa hal yang
perlu diperhatikan oleh pendidik dalam proses belajar mengajar agar
pemahaman konsep siswa dalam belajar lebih baik, salah satu
diantaranya yang menurut penulis penting adalah pendekatan
pembelajaran. Banyak cara yang dapat dilakukan untuk dapat membuat
siswa aktif dalam suasana menyenangkan salah satunya dengan
pendekatan pembelajaran realistik. Pendekatan ini mampu membuat
siswa terlibat aktif dalam pembelajaran dan mampu menghadirkan
masalah yang kongkrit. Berdasarkan pengamatan peneliti dan
wawancara dengan siswa kelas VIII di SMP Negeri 7 Palembang kondisi
proses belajar disekolah tersebut selama ini khususnya pada
pelajaran matematika siswa hanya sekedar mendengar, memperhatikan,
mencatat, kemudian mengerjakan soal latihan, yang lebih aktif dalam
berpikir adalah guru, sedangkan siswa hanya bertindak sebagai
penerima materi. Kondisi seperti ini secara tidak langsung akan
berdampak pada pencapaian hasil belajar siswa yang kurang memuaskan
serta kemampuan siswa dalam memahami konsep matematika tidak dapat
dilakukan dengan baik, sehingga pemahaman konsep siswa dalam
belajar matematika lemah. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk
mengadakan penelitian yang berjudul: PENGARUH PENDEKATAN PENDIDIKAN
MATEMATIKA REALISTIS INDONESIA (PMRI) TERHADAP KEMAMPUAN PEMAHAMAN
KONSEP MATEMATIKA SISWA SMP NEGERI 7 PALEMBANG2. Masalah
Penelitian2.1 Pembatasan Lingkup Masalah Agar aspek-aspek dari
masalah dalam penelitian ini tidak terlalu luas dan menyimpang dari
sasaran yang diharapkan, maka penulis membatasi penelitian ini pada
hal-hal berikut ini:1. Pengaruh yang dimaksud adalah membandingkan
kelas eksperimen dengan kelas kontrol. Pada kelas eksperimen, siswa
diajarkan dengan menggunakan pedekatan Pendidikan Matematika
Realistik Indonesia (PMRI) sedangkan pada kelas kontrol siswa
diajarkan dengan konvensional2. Pemahaman konsep siswa dalam
belajar matematika disini dapat dilihat dari tes yang mempunyai
kriteria tujuh indikator pemahaman konsep yang diberikan setelah
proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan Pendidikan
Matematika Realistik Indonesia (PMRI)3. Pendekatan PMRI yang
dimaksud merupakan suatu pendekatan pembelajaran matematika yang
mengungkapkan pengalaman dan kejadian yang dekat dengan siswa
sebagai sarana untuk memahamkan persoalan matamatika (Kemendiknas,
2010)4. Siswa yang diteliti adalah siswa kelas VIII di SMP Negeri 7
Palembang tahun ajaran 2011/20125. Materi dalam penelitian ini
adalah luas permukaan balok.
2.2 Rumusan Masalah.Adapun yang menjadi masalah dalam penelitian
ini adalah :Adakah pengaruh pendekatan Pendidikan Matematika
Realistis Indonesia ( PMRI ) terhadap kemampuan pemahaman konsep
Matematika siswa SMP Negeri 7 Palembang?
3. Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah diatas, maka
yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat ada
atau tidak ada pengaruh pendekatan Pendidikan Matematika Realistis
Indonesia ( PMRI ) terhadap kemampuan pemahaman konsep Matematika
siswa di SMP Negeri 7 Palembang.
4. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian merupakan hasil yang
dapat digunakan oleh pihak-pihak lain agar dapat meningkatkan hasil
belajar. Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah
:1. Bagi guru, sebagai bahan untuk materi pembelajaran dengan
menggunakan Pendekatan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) 2.
Bagi sekolah, diharapkan sebagai masukan dalam menentukan
langkah-langkah pembelajaran yang lebih baik sebagai upaya
meningkatkan kualitas pembelajaran dan menghimbau kepada guru agar
Pendekatan Pendidikan Matematika Realistis (PMRI) dapat digunakan
untuk meningkatkan pemahaman konsep matematika
5. Tinjauan Pustaka5.1. Kajian Literatur5.1.1. BelajarBelajar
merupakan proses perubahan perilaku secara aktif, proses mereaksi
terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu, proses yang
diarahkan pada suatu tujuan, proses berbuat melalui berbagai
pengalaman, proses melihat, mengamati, dan memahami sesuatu yang
dipelajari. (Krisna, 2009)Menurut teori Behavioristik (dikutip
Unila, 2010) belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat
dari adanya interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang
dianggap telah belajar sesuatu apabila ia mampu menunjukan
perubahan tingkah laku. Dengan kata lain, belajar merupakan bentuk
perubahan yang dialami siswa dalam hal kemampuannya untuk
bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi
antara stimulus dan respon.Depdiknas (dikutip Unila, 2010)
mendefinisikan belajar sebagai peroses membangun makna/pemahaman
konsep terhadap informasi dan/atau pengalaman. Peroses membangun
makna tersebut dapat dilakukan sendiri oleh siswa atau bersama
orang lain. Peroses itu disaring dengan persepsi, pikiran
(pengetahuan awal), dan perasaan siswa. Dari pengertian belajar
diatas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa belajar adalah peroses
perubahan tingkah laku secara aktif dan membangun pemahaman
terhadap informasi atau pengalaman disekitar individu yang dapat
dilakukan sendiri atau bersama orang lain.5.1.2. Pembelajaran
MatematikaDalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (dikutip Asdoris,
2008) kata pembelajaran adalah kata benda yang diartikan sebagai
proses cara menjadikan orang atau mahluk hidup belajar. Menurut
Gagne dan Briggs (dikutip Asdoris, 2008) melukiskan pembelajaran
sebagai upaya orang yang tujuannya adalah membantu orang belajar,
secara lebih terinci Gagne mendefinisikan pembelajaran sebagai
seperangkat acara peristiwa eksternal yang dirancang untuk
mendukung terjadinya beberapa proses belajar yang sifatnya
internal.Suatu pengertian yang hampir sama dikemukakan oleh Corey
(dikutip Asdoris, 2008) bahwa pembelajaran adalah Suatu proses
dimana lingkungan seseorang secara sengaja dikelola untuk
memungkinkan ia turut serta dalam kondisi-kondisi khusus atau
menghasilkan respon terhadap situasi tertentu.Dari pengertian
pembelajaran tersebut menunjukkan bahwa pembelajaran berpusat pada
kegiatan siswa belajar dan bukan berpusat pada kegiatan guru
mengajar. Oleh karena itu pada hakekatnya pembelajaran matematika
adalah proses yang sengaja dirancang dengan tujuan untuk
menciptakan suasana lingkungan memungkinkan seseorang (sipelajar)
melaksanakan kegiatan belajar matematika, dan proses tersebut
berpusat pada guru mengajar matematika. Pembelajaran matematika
harus memberikan peluang kepada siswa untuk berusaha dan mencari
pengalaman tentang matematika.Menurut Soedjadi (dikutip Asdoris,
2009) matematika memiliki karakteristik : (1) Memiliki obyek kajian
abstrak, (2). Bertumpu pada kesepakatan, (3) Berpola pikir
deduktif, 4). Memiliki simbol yang kosong dari arti, (5).
Memperhatikan semesta pembicaraan, dan (6). Konsisten dalam
sistemnyaSedang menurut Depdikbud (dikutip Asdoris, 2009)
matematika memiliki ciri-ciri, yaitu (1). Memiliki obyek yang
abstrak, (2). Memiliki pola pikir deduktif dan konsisten, dan (3)
tidak dapat dipisahkan dari perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi (IPTEK).Berdasarkan hal tersebut di atas dalam
pembelajaran matematika perlu disesuaikan dengan perkembangan
kognitif siswa, dimulai dari yang konkrit menuju abstrak. Namun
demikian meskipun obyek pembelajaran matematika adalah abstrak,
tetapi mengingat kemampuan berpikir siswa Sekolah Dasar yang masih
dalam tahap operasional konkrit, maka untuk memahami konsep dan
prinsip masih diperlukan pengalaman melalui objek kongkrit. 5.1.3.
Pendekatan Matematika Realistik IndonesiaPendidikan Matematika
Realistik Indonesia (PMRI) dikembangkan berdasarkan pemikiran Hans
Freudenthal yang berpendapat bahwa matematika merupakan aktivitas
insani (human activities) dan harus dikaitkan dengan realitas
(Hadi, 2003).Berdasarkan pemikiran tersebut, menurut Gravemeijer
(dikutip Hadi, 2003) PMR mempunyai ciri antara lain, bahwa dalam
peroses pembelajaran siswa harus diberikan kesempatan untuk
menemukan kembali (to reinvent) matematika melalui bimbingan guru,
dan menurut Lange (dikutip Hadi, 2003) bahwa penemuan kembali
(reinvention) ide dan konsep matematika tersebut harus dimulai dari
penjelajahan berbagai situasi dan persoalan dunia rill Menurut Blum
& Niss (dikutip Hadi, 2003) Dunia riil adalah segala sesuatu
diluar matematika. Ia bisa berupa mata pelajaran lain selain
matematika, atau bidang ilmu yang berbeda dengan matematika, atau
pun kehidupan sehari-hari dan lingkungan sekitar kita.Dalam RME,
dunia nyata (real world) dapat dimanfaatkan sebagai titik awal
pengembangan ide dan konsep matematika. Blum dan Niss (dikutip
Kemendiknas, 2010) menyatakan real world is the world outside
mathematics, such as subject matter other than mathematic, or our
daily life and environment artinya, dunia nyata adalah segala
sesuatu diluar matematika seperti pada pelajaran lain selain
matematika, atau kehidupan sehari-hari dan lingkungan sekitar kita.
Sementara itu, Lange (dikutip Kemendiknas, 2010) menyatakan : Real
world as a concrete real world which is transferred to students
through mathematical application artinya, dunia nyata sebagai suatu
dunia yang kongkret yang disampaikan kepada siswa melalui aplikasi
matematika Menurut Marpaung (dikutip Hammad, 2009) Pendidikan
Matematika Realistik Indonesia (PMRI) merupakan pendekatan dalam
pembelajaran matematika yang sesuai dengan paradigma pendidikan
sekarang. PMRI menginginkan adanya perubahan dalam paradigma
pembelajaran, yaitu dari paradigma mengajar menjadi paradigma
belajar.Menurut Zulkarnain (dikutip Hammad, 2009) PMRI juga
menekankan untuk membawa matematika pada pengajaran bermakna dengan
mengkaitkannya dalam kehidupan nyata sehari-hari yang bersifat
realistik. Siswa disajikan masalah-masalah kontekstual, yaitu
masalah-masalah yang berkaitan dengan situasi realistik. Kata
realistik disini dimaksudkan sebagai suatu situasi yang dapat
dibayangkan oleh siswa atau menggambarkan situasi dalam dunia
nyata.
i. Prinsip-prinsip PMRISejalan dengan konsep asalnya, menurut
Marpaung (dikutip Kemendiknas, 2010) PMRI dikembangkan dari tiga
perinsip dasar yang mengawali RME, yaitu guided reinvention and
progressive mathematization (penemuan terbimbing dan matematisasi
progresif), didactical phenomenology (fenomologi didaktis), serta
self developed models (model dikembangkan sendiri). Perinsip RME
menurut Heuvel-Panhuizen dikutip Kemendiknas (2010: 10) adalah
sebagai berikut.a. Perinsip aktivitas, yaitu matematika adalah
aktivitas manusia. Pembelajar harus aktif baik secara mental maupun
fisik dalam pembelajaran matematika.b. Perinsip relitas, yaitu
pembelajaran seyogyanya dimulai dengan masalah-masalah yang
relistik atau dapat dibayangkan oleh siswa.c. Perinsip berjenjang,
artinya dalam belajar matemtika siswa melewati berbagai jenjang
pemahaman,yaitu dari mampu menemukan solusi suatu masalah
kontekstual atau relistik secara informal, melalui skematisasi
memperoleh pengetahuan tentang hal-hal yang mendasar sampai mampu
menemukan solusi suatu masalah matematis secara formal.d. Perinsip
jalinan, artinya berbagai aspek atau topik dalam matematika jangan
dipandang dan dipelajari sebagai bagian-bagian yang terpisah,
tetapi terjalin satu sama lain sehingga siswa dapat melihat
hubungan antara materi-materi itu secara lebih baik.e. Perinsip
interaksi, yaitu matematika dipandang sebagai aktivitas sosial.
Siswa perlu dan harus diberikan kesempatan menyampaikan strateginya
dalam menyelesaikan suatu masalah kepada yang lain untuk
ditanggapi, dan menyimak apa yang ditemukan orang lain dan
strateginya menemukan itu serta menanggapinya.f. Perinsip
bimbingan, yaitu siswa perlu diberi kesempatan untuk menemukan
(reinvention) pengetahuan matematika terbimbing.
ii. Karakteristik PMRIKarakteristik PMRI merupakan karakteristik
yang berasal dari RME. Dalam pelaksanaannya disesuaikan dengan
lingkungan dan budaya setempat. Menurut Lange (dikutip Kemendiknas,
2010), karakteristik PMRI secara umum adalah sebagai berikut :a.
Penggunaan konteks dalam aksplorasi fenomenologisTitik awal
pembelajaran sebaiknya nyata, sesuai dengan pengalaman siswa.
Sehingga nantinya siswa dapat melibatkan dirinya dalam kegiatan
belajar tersebut dan dunia nyata dapat menjadi alat untuk
pembentukan konsep.b. Penggunaan model untuk mengonstruksi
konsepDikarenakan dimulai dengan suatu hal yang nyata dan dekat
dengan siswa, maka siswa dapat menggembangkan sendiri model
matematika. Dengan konstruksi model-model yang mereka kembangkan
dapat menambah pemahaman mereka terhadap matematika.c. Penggunaan
kreasi dan kontribusi siswa Pembelajaran dilaksanakan dengan
melibatkan siswa dalam berbagai aktivitas yang diharapkan
memberikan kesempatan, atau membantu siswa, untuk menciptakan dan
menjelaskan model simbolik dari kegiatan matematis informalnya.
d. Sifat aktif dan interaktif dalam peroses pembelajaranDalam
pelaksanaan ketiga perinsip tersebut, siswa harus terlibat secara
interaktif, manjelaskan, dan memberikan alasan pekerjaannya
memecahkan masalah kontekstual (solusi yang diperoleh), memahami
pekerjaan (solusi) temannya, menjelaskan dalam diskusi kelas
sikapnya setuju atau tidak setuju dengan solusi temannya,
menanyakan alternatif pemecahan masalah, dan merefleksikan
solusi-solusi itu. Interaksi antara siswa, antara siswa-guru serta
campur tangan, diskusi, kerjasama, evaluasi dan negosiasi eksplisit
adalah elemen-elemen esensial dalam peroses pembelajaran.e.
Kesalingterkaitan (intertwinement) antara aspek-aspek atau
unit-unit matematikaStruktur dan konsep-konsep matematis yang
muncul dari pemecahan maalah realistik itu mengarah ke interwining
(pengaitan) antara bagian-bagian materi. Integrasi antar unit atau
bagian matematika yang menggabungkan aplikasi menyatakan bahwa
keseluruhan saling berkaitan dan dapat dipergunakan untuk
memecahkan masalah dikehidupan nyata.Menurut Marpaug (dikutip
Kemendiknas, 2010: 12), selain lima karakteristik dasar diatas,
untuk memberikan ciri khas Indonesia, maka ditambahkan
karakteristik keenam yaitu mencirikan khas alam dan budaya
Indonesia dengan semakin dekat konteks-konteks yang diberikan
diharapkan akan menambah pemahaman siswa terhadap konsep-konsep
yang diberikan.
iii. Standar Penjaminan Mutu PMRITim pengembang PMRI dalam
Quality Assurance Conference yang diadakan di Yogyakarta tanggal
17-18 April 2009 sepakat menetapkan beberapa setandar penjaminan
mutu PMRI. Setandar tersebut dapat digunakan dan diacu para guru
matematika. Berikut ini adalah setandar dimaksud yang berkaitan
dengan guru matematika. (Kemendiknas, 2010 : 13)a. Standar Guru
PMRI1. Guru memiliki pengetahuan dan keterampilan yang memadai
tentang matematika dan PMRI serta dapat menerapkan dalam
pembelajaran matematika untuk menciptakan lingkungan belajar yang
kondusif.2. Guru memfasilitasi siswa dalam berpikir, berdiskusi,
dan bernegosiasi untuk mendorong inisiatif dan kreatifitas siswa.3.
Guru mendampingi dan mendorong siswa agar berani mengungkapkan
gagasan dan menemukan strategi pemecahan masalah menurut mereka
sendiri.4. Guru mengelola kelas sedemikian sehingga mendorong siswa
bekerja sama dan berdiskusi dalam rangka pengkonstruksian
pengetahuan siswa 5. Guru bersama siswa menyarikan (summarize)
fakta, konsep, dan perinsip matematika melalui proses refleksi dan
konfirmasi.b. Standar Pembelajaran Menurut PMRI1. Pembelajaran
dapat memenuhi tuntutan ketercapaian standar kompetensi dalam
kurikulum2. Pembelajaran diawali dengan masalah realistik sehingga
siswa termotivasi dan terbantu belajar matemtika.3. Pembelajaran
memberikan kesempatan pada siswa mengeksplorasi masalah yang
diberikan guru dan berdiskusi sehingga siswa dapat saling belajar
dalam rangka pengkonstruksian pengetahuan.4. Pembelajaran
mengaitkan berbagai konsep matematika untuk membuat pembelajaran
lebih bermakna dan membentuk pengetahuan yang utuh.5. Pembelajaran
diakhiri dengan refleksi dan konfirmasi untuk menyarikan fakta,
konsep, dan perinsip matematika yang telah dipelajari dan
dilanjutkan dengan latihan untuk memperkuat pemahamanc. Standar
Bahan Ajar PMRI1. Bahan ajar yang disusun sesuai dengan kurikulum
yang berlaku.2. Bahan ajar menggunakan permasalahan realistik untuk
memotivasi siswa dan membantu siswa belajar matematika.3. Bahan
ajar memuat berbagai konsep matematika yang saling terkait sehingga
siswa memperoleh pengetahuan matematika yang bermakna dan utuh.4.
Bahan ajar memuat materi pengayaan yang mengakomodasi perbedaan
cara dan kemampuan berpikir siswa.5. Bahan ajar
dirumuskan/disajiakan sedamikian sehingga mendorong/memotivasi
siswa berpikir kritis, kreatif dan inovatif serta berinteraksi
dalam belajar.
iv. Konsepsi PMRIBeberapa konsepsi PMRI tentang siswa, guru dan
tentang pengajaran yang diuraikan berikut ini mempertegas bahwa
PMRI sejalan dengan paradigma baru pendidikan, sehingga ia pantas
untuk dikembangkan di Indonesia (Hadi, 2005)
1. Konsepsi tentang siswa. Siswa memiliki seperangkat konsep
alternative tentang ide-ide matematika yang memepengaruhi belajar
selanjutnya. Siswa memperoleh pengetahuan baru dengan membentuk
pengetahuan itu untuk dirinya sendiri Pembentukan pengetahuan
merupakan peroses perubahan yang meliputi penambahan, kreasi,
modifikasi, penghalusan, penyusunan kembali, dan penolakan
Pengetahuan baru yang dibangun oleh siswa untuk dirinya sendiri
berasal dari seperangkat ragam pengalaman. Setiap siswa tanpa
memandang ras, budaya dan jenis kelamin mampu memahami dan
mengerjakan matematik.2. Konsepsi tentang guru Guru hanya sebagai
fasilitaor belajar Guru harus mampu membangun pengajaran yang
interaktif Guru harus memberikan kesempatan kepada siswa untuk
secara aktif menyumbang pada peroses belajar dirinya, dan secara
aktif membantu siswa dalam menafsirkan persoalan riil. Guru tidak
terpancang pada materi yang termaktub dalam kurikilum, melainkan
aktif mengaitkan kurikulum dengan dunia riil, baik fisik maupun
sosial.3. Konsepsi tentang pengajaranMenurut Lange (dikutip Hadi,
2005) Pengajaran matematika dengan pendekatan PMRI meliputi
aspek-aspek berikut Memulai pelajaran dengan mengajukan masalah
(soal) riiil bagi siswa sesuai dengan pengalaman dan tingkat
pengetahuannya, sehingga siswa segera terlibat dalam pelajaran
secara bermakna. Permasalahan yang diberikan tentu harus diarahkan
sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dalam pelajaran tersebut.
Siswa mengembangkan atau menciptakan model-model simbolik secara
informal terhadap persoalan/masalah yang diajukan. Pengajaran
berlangsung secara interaktif, siswa menjelaskan dan memberikan
alasan terhadap jawaban yang diberikannya, memahami jawaban
temannya (siswa lain), setuju terhadap jawaban temannya, menyatakan
ketidaksetujuan, mencari alternative penyelesaian yang lain, dan
melakukan refleksi terhadap setiap langkah yang ditempuh atau
terhadap hasil pelajaran.
v. Fase-fase PMRIFase-fase model pembelajaran matematika
Realistik mengacu pada Gravemeijer, Sutarto Hadi, dan Treffers yang
menunjukan bahwa pengajaran matematika dengan pendekatan realistik
meliputi fase-fase berikut (Kemendiknas, 2010)1. Fase pendahuluan
Pada fase ini, guru memulai pelajaran dengan mengajukan masalah
(soal) yang riil atau real bagi siswa yang berarti sesuai dengan
pengalaman dan tingkat pengetahuannya, sehingga siswa segera
terlibat dalam pelajaran secara bermakna.2. Fase pengembangan.Siswa
mengembangkan atau menciptakan model-model simbolik secara informal
terhadap persoalan atau masalah yang diajukan.3. Fase penutup atau
penerapan.Melakukan refleksi terhadap setiap langkah yang ditempuh
atau terhadap hasil pelajaran.
vi. Kelebihan dan Kelemahan Pendidikan Matematika Realistik1.
Kelebihan pembelajran matematika realistikMenurut Suwarsono
(dikutip Hadi, 2003) kelebihan pembelajaran matematika realistik
antara lain:a. Memberikan pengertian yang jelas kepada siswa
tentang keterkaitan antara matematika dengan kehidupan sehari-hari
dan tentang kegunaan matematika pada umumnya bagi manusia.b.
Matematika adalah suatu bidang kajian yang dapat dikonstruksi dan
dikembangkan sendiri oleh siswa dan oleh orang lain tidak hanya
oleh mereka yang disebut pakar matematika.c. Cara penyelesaian
suatu soal atau masalah tidak harus tunggal, dan tidak usah harus
sama antara orang yang satu dengan yang lainnya.d. Mempelajari
matematika peroses pembelajaran merupakan sesuatu yang utama dan
untuk mempelajarai metematika orang harus menjalani sendiri peroses
itu dan menemukan sendiri konsep-konsep matematika dengan bantuan
guru.e. Memadukan kelebihan-kelebihan dari berbagai pendekatan
pembelajaran lain yang juga dianggap unggul yaitu antara pendekatan
pemecahan masalah, pendekatan konstruktivisme dan pendekatan
pembelajaran yang berbasis lingkungan. 2. Kelemahan pembelajaran
matematika realistikKelemahan pembelajaran realistik menurut
Suwarsono (dikutip Hadi, 2003), yaitu :a. Pencarian soal-soal yang
kontekstual tidak terlalu mudah untuk setiap topik matematika yang
perlu dipelajari siswa.b. Penilaian dan pembelajaran matematika
realistik lebih rumit daripada pembelajaran konvensionalc.
Pemilihan alat peraga harus cermat sehingga dapat membantu peroses
berfikir siswa.3. Cara mengatasi kelemahan pembelajaran matematika
realistik dapat dilakukan upaya-upaya antara lain :a. Memodifikasi
semua siswa untuk dalam kegiatan pembelajaranb. Memberikan
bimbingan kepada siswa yang memerlukan.c. Memberikan waktu yang
cukup kepada siswa untuk dapat menemukan dan memahami konsep.d.
Mengguanakan alat peraga yang sesuai sehingga dapat membantu
peroses berfikir siswa maka pembelajran matematika dengan
pendekatan realistik dapat meningkatkan kemampuan pemahaman siswa
terhadap konsep matematika.
5.1.4. Kemampuan Pemahaman MatematisIstilah pemahaman dapat
ditemukan dalam beberapa tulisan. Sumarmo (dikutip Kesumawati)
menterjemahkan pemahaman sebagai understanding. Ansari (dikutip
Kesumawati) menggunakan kata pemahaman sebagai terjemahan dari
istilah knowledge. Ruseffendi (dikutip Kesumawati) menyebutkan
pemahaman sebagai terjemahan dari comprehensionDalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia (dikutip Kesumawati) dijelaskan bahwa kata
pemahaman berasal dari kata paham yang berarti mengerti benar atau
tahu benar. Menurut kurikulum 2006 (dikutip Kesumawati) pemahaman
konsep merupakan kompetensi yang ditunjukan siswa dalam memahami
konsep dan melakukan prosedur secara luwes, akurat, efisien, dan
tepat. Adapun Indikator yang menunjukan pemahaman konsep antara
lain sebagai berikut :1. Menyatakan ulang sebuah konsep adalah
kemampuan siswa untuk mengungkapkan kembali yang telah
dikomunikasikan kepadanya.2. Mengklasifikasikan objek-objek menurut
sifat-sifat tertentu (sesuai dengan konsepnya) adalah kemampuan
siswa untuk dapat mengelompokan objek menurut sifat-sifatnya.3.
Memberikan contoh dan non contoh dari konsep adalah kemampuan siswa
dapat membedakan contoh dan bukan contoh dari suatu materi yang
telah dipelajari.4. Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk
representasi matematis adalah kemampuan siswa menggambar atau
mambuat grafik, membuat ekspresi matematis, menyusun cerita atau
teks tertulis.5. Menggembangkan syarat perlu atau syarat cukup
suatu konsep adalah kemampuan siswa mangkaji mana syarat perlu atau
cukup suatu konsep yang terkait.
6 Menggunakan, memanfaatkan, dan memilih prosedur atau operasi
tertentu adalah kemampuan siswa menyelesaikan soal dengan tepat
sesuai denagn prosedur. 7 Mengaplikasikan konsep atau algoritma
pemecahan masalah adalah kemampuan siswa menggunakan konsep serta
prosedur dalam menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan
kehidupan sehari-hari.
5.2. Kajian Terdahulu Yang RelevanPenelitian yang dilakukan oleh
Andriyani (2009) yang berjudul Penerapan Pendidikan Matematika
Realistik Indonesia (PMRI) Pada Materi Pokok Bangun Datar di Kelas
V SD Negeri 104 Palembang. Dari hasil penelitian dan pembahasan
dapat disimpulkan bahwa aktifitas belajar siswa yang paling dominan
adalah pada aktivitas menulis (84,7%) dan aktifitas yang paling
rendah yaitu aktifitas lisan (71,8%), serta dengan nilai sebesar
(81,5%) dan dikategorikan baik.Penelitian yang dilkukan oleh fitri
Rahayu (2010) yang berjudul Pengaruh Pembelajaran Matematika Dengan
Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik (PMR) Pada Konsep
Penjumlahan dan Pengurangan Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas III
SD Negeri I Jatimulya Belitang Madang Raya. Hasil penelitian
diperoleh bahwa rata-rata nilai eksprimen yaitu 81,13 sedangkan
rata-rata nilai kontrol yaitu 69,87.
6. Anggapan Dasar Menurut Surakhmad (dikutip Arikunto, 2006:
65), anggapan dasar atau postulat adalah sebuah titik tolak
pemikiran yang kebenarannya diterima oleh penyelidik. Berdasarkan
pengertian tersebut, maka yang menjadi anggapan dasar dalam
penelitian ini adalah dengan pendekatan pendidikan matematika
realistik Indonesia (PMRI) siswa menjadi pembelajar yang aktif
bukan hanya manjadi pengamat yang pasif dan bertanggung jawab
terhadap pembelajarannya sehingga dapat menghubungkan pelajaran
dengan dunia nyata.
7. Hipotesis Penelitian Hipotesis adalah suatu jawaban yang
bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai
terbukti melalui data yang terkumpul (Arikunto,2006: 71). Sebagai
jawaban sementara terhadap masalah dalam penelitian ini yang
kebenarannya harus dibuktikan, maka penulis merumuskan hipotesis
pada penelitian ini adalah Ada pengaruh pendekatan pendidikan
matematika realistik Indonesia (PMRI) terhadap pemahaman konsep
siswa dalam belajar matematika kelas VIII di SMP Negeri 7
Palembang
8. Kriteria Pengujian Hipotesis Rumusan hipotesis penelitian ini
terdiri dari hipotesis nol dan hipotesis alternative . Ada pengaruh
pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI)
terhadap pemahaman konsep siswa dalam belajar matematika. Tidak ada
pengaruh pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia
(PMRI) terhadap pemahaman konsep siswa dalam belajar matematika.
Dasar pengambilan keputusan menggunakan uji satu pihak. Dengan
kriteria pengujian yaitu terima jika dan tolak jika t mempunyai
harga-harga lain. Derajat kebebasan untuk daftar distribusi t
adalah dengan peluang (Sudjana, 2005:243).9. Prosedur Penelitian9.1
Variabel Penelitian Variabel penelitian adalah objek penelitian
atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian
(Arikunto,2006: 118). Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan
dua variabel yaitu variabel terikat dan variabel bebas. Adapun
variabel terikatnya adalah kemampuan pemahaman konsep, sedangkan
variabel bebas adalah pembelajaran dengan menggunakan pendekatan
Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) dan pembelajaran
konvensional9.2. Definisi Operasional Istilah1. Pendekatan
Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) adalah suatu
pendekatan pembelajaran yang bertitik tolak dari hal-hal yang real
bagi siswa, menekankan keterampilan proses of doing mathematics
berdiskusi dan bekerja sama, beragumentasi dengan teman sekelas
sehingga mereka dapat menemukan sendiri dan pada akhirnya
menggunakan matematika itu untuk menyelesaikan masalah baik secara
individu maupun kelompok.2. Pembelajaran konvensional merupakan
pembelajaran yang lebih banyak berpusat pada guru, komunikasi lebih
banyak satu arah dari guru ke siswa, metode pembelajaran yang biasa
dilakukan oleh guru yaitu memberi materi melalui ceramah dan
demonstrasi, latihan soal dan kemudian pemberian tugas.3. Pemahaman
konsep matematika adalah kemampuan siswa menyatakan ulang sebuah
konsep, mengklasifikasikan objek-objek menurut sifat-sifat
tertentu, memberikan contoh dan bukan contoh dari konsep,
menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis,
mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup suatu konsep,
menggunakan dan memilih prosedur atau operasi tertentu,
mengaplikasikan konsep atau algoritma pemecahan masalah.
9.3 Populasi dan Sampel9.3.1 Populasi Menurut Riduwan (2005: 8)
populasi merupakan objek atau subjek yang berada pada suatu wilayah
dan memenuhi syarat-syarat tertentu berkaitan dengan masalah
penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII
di SMP Negeri 7 Palembang tahun ajaran 2011/2012. Data selengkapnya
terdapat pada tabel di bawah iniPopulasi
PenelitianKELASLPJUMLAH
VIII.1VIII.2VIII.3VIII.4VIII.5VIII.6VIII.77622242124243132161417141438383838383838
Jumlah120138266
(Sumber : Kepala Tata Usaha SMP Negeri 7 Palembang)9.3.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang mempunyai ciri-ciri atau
keadaan tertentu yang akan diteliti. (Riduwan, 2005 : 10) Adapun
teknik yang digunakan dalam pengambilan sampel dalam penelitian ini
yaitu dengan menggunakan teknik simple random sampling untuk
menentukan kelas eksperimen dan kelas kontrol ditentukan
berdasarkan undian. Berdasarkan teknik simple random sampling yang
digunakan dalam penelitian ini, peneliti mengambil dua kelas. Hal
ini dilakukan dengan cara mengundi kertas yang telah ditulis nama
ketujuh kelas tersebut. Berdasarkan teknik simple random sampling
diperoleh kelas VIII.4 dengan jumlah sebanyak 38 siswa sebagai
kelas eksperimen dan kelas VIII.7 dengan jumlah sebanyak 38 siswa
sebagai kelas kontrol.9.4 Metode PenelitianMetode penelitian ini
dilihat dari jenisnya merupakan penelitian eksperimen. Dimana ada 2
(dua) kelas yang diberi tindakan, yaitu kelas eksperimen dan kelas
kontrol. Kelas eksperimen menggunakan Pendekatan Pendidikan
Matematika Realistik Indonesia (PMRI) dan kelas kontrol tidak
menggunakan Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia
(PMRI) Adapun skenario dalam pelaksanaan pembelajaran menggunakan
langkah-langkah kegiatan pembelajaran sebagai berikut:1. Kegiatan
Awala. Apersepsi : Meninjau kembali materi prasyarat yang harus
dikuasai siswa yaitu siswa diingatkan kembali rumus persegi yaitu
sisi dikalikan sisi dan luas persegi panjang yaitu panjang
dikalikan lebar. Siswa mnyebutkan contoh benda yang berupa balok
yang ada di sekitar kelas. Mengkaitkan materi pelajaran dengan
konteks dalam kehidupan sehari-hari misalnya kotak pasta gigi
(pepsodent), etalase dan lain-lainnya. b. Motivasi : menyampaikan
tujuan pembelajaran yaitu siswa dapat menentukan luas permukaan
balok serta manfaat dan pentingnya setelah mempelajari luas
permukaan balok dalam kehidupan sehari-hari. Contoh : Pak Agus
mempunyai kotak kado (tempat hadiah ulang tahun) yang berbentuk
balok dengan panjang 30 cm, lebar 10 cm, dan tingginya 12 cm, dan
Pak Agus ingin membungkus kotak kado itu dengan kertas warna-warni
biar lebih bagus sedangkan harga kertas warna-warni adalah Rp
7500,00 permeter persegi, jadi berapa besar biaya yang diperlukan
Pak Agus untuk membungkus seluruh kotak kado tersebut?2. Kegiatan
Intia. Guru bersama siswa membahas materi tentang luas permukaan
balok dan mengkaitkannya dengan konteks nyata dalam kehidupan
sehari-hari.b. Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk
mengamati atau mengkonstruksi sendiri luas permukaan balok untuk
membantu siswa lebih memahami materi yang dipelajari agar proses
belajar lebih bermakna.c. Guru mengembangkan rasa ingin tahu siswa
dengan bertanya atau guru yang bertanya kepada siswanya.d. Guru
membentuk siswa dalam kelompok-kelompok kecil untuk menyelesaikan
masalah-masalah tentang luas permukaan balok yang sudah disiapkan
oleh guru dalam bentuk LKS yang dihubungkan dalam kehidupan nyata,
agar pembelajaran dapat efektif dan efisien.e. Guru membimbing
kelompok-kelompok belajar siswa pada saat mereka menyelesaikan atau
mengerjakan tugas tersebut.f. Salah satu siswa mempresentasikan
hasil diskusi kelompoknya ke depan kelas dan siswa lain
menanggapinya dengan bimbingan dan arahan guru agar diskusi terarah
dan mendapatkan strategi yang lebih baik.g. Guru membahas kembali
hasil diskusi kelompok siswa itu apakah sudah benar atau belum
sambil memperbaiki konsep yang masih salah.3. Kegiatan akhira. Guru
mengarahkan siswa untuk membuat kesimpulan tentang materi pelajaran
yang telah dipelajari pada waktu itu yaitu: luas permukaan balok
adalah: 2pl+2pt+2lt atau 2(pl+pt+lt). b. Guru memberikan evaluasi
yang soalnya sesuai dengan tujuan pembelajaran yang memiliki
kriteria
9.5 Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah teknik tes. Tes adalah
serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan
untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, inteligensi, kemampuan
atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok
(Arikunto,2006: 150). Bentuk tes yang digunakan adalah bentuk
uraian, soal-soal tersebut dibuat dengan mengacu pada 7 indikator
penilaian pemahaman konsep. Tes ini diberikan pada akhir
pembelajaran yang digunakan untuk mengukur kemampuan pemahaman
konsep siswa setelah dilaksanakan proses pendekatan pendidikan
matematika realistik Indonesia (PMRI)
9.6. Teknik Uji Coba Instrumen9.6.1 Teknik Uji Validitas soal
Menurut Arikunto (2006: 168) validitas adalah suatu ukuran yang
menunjukan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan sesuatu
instrument. Suatu instrument yang valid atau sahih mempunyai
validitas tinggi. Sebaliknya, instrument yang kurang valid berarti
memiliki validitas rendah. Suatu tes dapat dikatakan valid apabila
tes tersebut mengukur apa yang hendak diukur. Pengujian validitas
menggunakan rumus korelasi product moment dengan angka kasar, yaitu
:rxy = (Arikunto, 2006 : 170)keterangan :rxy = indeks korelasi
antara dua variabelyang dikorelasikanN = jumlah siswa uji cobaX =
Skor tiap itemY = Skor total tiap itemKriteria pengujian suatu
istrument yaitu diperolehnya koefisien korelasi yakni rhitung
rtabel maka dapat dikatakan signifikan atau valid. 9.6.2 Teknik Uji
Reliabilitas Soal Menurut Arikunto (2006: 178) realibitas
menunjukan pada suatu pengertian bahwa sesuatu instrument cukup
dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengukur data karena
instrument tersebut sudah baik. Sebelum soal diberikan kepada siswa
sampel, maka terlebih dahulu diadakan uji coba soal. Adapun
perhitungan reliabilitas instrument digunakan rumus Alpha, yaitu
:r11 = (Arikunto, 2006 : 196)dimana:= (Arikunto, 2006 :
184)Keterangan :r11 = reliabelitas instrumentk = banyaknya butir
pertanyaan atau banyaknya soal = jumlah varians butir
= Varians totalN = jumlah siswa uji cobaJika r11 > r table
product moment maka soal tersebut memiliki daya relibilitas yang
baik.
9.7 Teknik Analisis Data Untuk mengetahui ada atau tidaknya
pengaruh dari pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia
(PMRI), maka data yang sudah terkumpul baik data dari kelas
eksperimen yang menggunakan pendekatan Pendidikan Matematika
Realistik Indonesia (PMRI) maupun data dari kelas kontrol yang
tidak menggunakan pendekatan Pendidikan Matematika Realistik
Indonesia (PMRI)9.7.1 Uji Normalitas DataUji normalitas data yang
diperlukan untuk mengetahui apakah data yang diperoleh normal atau
tidak karena untuk uji statistik parameter atau uji t harus dapat
digunakan. Jika data tersebut berdistribusi normal tabel distribusi
frekuensi yang dibuat di uji kenormalannya dengan menggunakan rumus
kemencengan kurva: Dimana dan S dicari melalui : (Sudjana, 2005:
67) , dan (Sudjana, 2005: 95)Data distribusi normal apabila harga
Km terletak antara -1 dan +1 (-1< Km < +1).Keterangan:Km :
Kemecengan kurvaMo : ModusS : Simpangan baku : Batas bawah kelasP :
Panjang kelas modus : Frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi
kelas interval dengan tanda kelas yang lebih kecil sebelum modus :
Frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi kelas interval dengan
tanda kelas yang lebih besar sebelum modus : Nilai rata-rata hasil
kelas : frekuensi yang sesuai dengan tanda kelas : banyaknya data :
nilai rata-rata hasil kelas
9.7.2 Uji HomogenitasUji homogenitas data diperlukan untuk
membuktikan persamaan varians kelompok yang berbentuk sampel
tersebut, dengan kata lain kelompok yang diambil berasal dari
populasi. Analisis yang digunakan untuk menguji kesamaan variabel
dalam penelitian ini menggunakan uji F dengan menggunakan rumus:H0
: = H1 : (Sudjana, 2005 :250)Kriteria pengujian: terima Ho jika dan
sebaliknya tolak Ho jika 10 Uji HipotesisDalam penelitian ini untuk
mengetahui hipotesa teknik analisis data penelitian ini menggunakan
uji (t). Adapun rumusnya adalah sebagai berikut:
Uji t = = Sudjana, 2005: 239)Keterangan:t = perbedaan rata-rata
kedua sampel
= rata-rata hasil belajar matematika kelas eksperimen =
rata-rata hasil belajar matematika kelas kontrol = standar deviasi
kelas eksperimen = standar deviasi kelas kontrol = jumlah sampel
kelas eksperimen = jumlah sampel kelas kontrol = standar deviasi
kelas kontrol dan kelas eksperimen
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan
Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.Asdoris, Syarifuddin. 2009.
Pembelajaran Matematika Sekolah. Tersedia dalam :
http://syarifartikel.blogspot.com/2009/07/pembelajaran-matematika-sekolah-1.html
(diakses tanggal 7 juni 2011)Asdoris, Syarifuddin. 2008. Bagaimana
Pembelajaran Matematika di SD. Tersedia dalam :
http://syarifartikel.blogspot.com/2009/07/pembelajaran-matematika-sekolah-1.html
(diakses tanggal 7 juni 2011)Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.
2011. Pedoman Penulisan Skripsi. Palembang: Universitas PGRI
PalembangFithry Ramadhan, Hammad. 2009. Pendidikan Matematika
Realistik Indonesia (PMRI) Indonesia. Tersedia dalam :
http://h4mm4d.wordpress.com/2009/02/27/pendidikan-matematika-realistik-indonesia-pmri-indonesia/
(diakses tanggal 6 mei 2011)Hadi, Sutarto. 2003. Paradigma baru
Pendidikan matematika. Banjarmasin: FKIP Universitas MangkuratHadi,
Sutarto. 2005. Pendidikan Matematikan Realistik dan
Implementasinya. Banjarmasin: Tulip BanjarmasinKementrian
Pendidikan Nasional. 2010. Pembelajaran Matematika Dengan
Pendekatan Realistik Di SMP. Yogyakarta : KemendiknasKesumawati,
Nila. 2010. Peningkatan Kemampuan Pemahaman, Pemecahan Masalah, dan
Disposisi Matematis Siswa SMP Melalui Pendekatan Pendidikan
Matematika Realistik. Disertasi. Bandung: Tidak DiterbitkanKrisna.
2009. Pengertian dan ciri-ciri Pembelajaran. Tersedia dalam:
http://krisna1.blog.uns.ac.id/2009/10/19/pengertian-dan-ciri-ciri-pembelajaran/
(diakses tanggal 7 juni 2011)Muslich, Masnur. 2009. KTSP
Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual. Jakarta: Bumi
Aksara.Riduwan. 2005. Dasar-Dasar Statistika. Bandung:
AlfabetaSagala, Saipul. 2010. Konsep Dan Makna Pembelajaran.
Bandung: Alfa Beta.Sudjana. 2005. Metode Statistika. Bandung :
Tarsito.Unila, Mathedu. 2010. Pengertian Belajar. Tersedia dalam:
http://mathedu-unila.blogspot.com/2010/10/pengertian-belajar.html
(diakses tanggal 7 juni 2011)Zulkardi. 2005. Pendidikan Matematika
Di Indonesia: Beberapa Permasalahan dan Upaya Penyelesaiannya.
Palembang: UNSRI