Top Banner
i PENGARUH PEMBERIAN MONOSODIUM GLUTAMAT PERORAL SELAMA 14 HARI TERHADAP GAMBARAN HISTOLOGI SEL HEPATOSIT PADA TIKUS PUTIH BETINA Sprague dawley USIA REREPRODUKTIF (8-12 MINGGU) Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN OLEH : Sandy Rahmando NIM: 1113103000089 PROGRAM STUDI KEDOKTERAN DAN PROFESI DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN LMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1437 H/2016 M
84

PENGARUH PEMBERIAN MONOSODIUM GLUTAMAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37276/1/SANDY... · 8. Keluarga besar Santri Jadi Dokter Musi Banyuasin (SJD Muba) yang

Mar 13, 2019

Download

Documents

hoangtruc
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: PENGARUH PEMBERIAN MONOSODIUM GLUTAMAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37276/1/SANDY... · 8. Keluarga besar Santri Jadi Dokter Musi Banyuasin (SJD Muba) yang

i

PENGARUH PEMBERIAN MONOSODIUM

GLUTAMAT PERORAL SELAMA 14 HARI

TERHADAP GAMBARAN HISTOLOGI SEL

HEPATOSIT PADA TIKUS PUTIH BETINA Sprague

dawley USIA REREPRODUKTIF (8-12 MINGGU)

Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA KEDOKTERAN

OLEH :

Sandy Rahmando

NIM: 1113103000089

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN DAN PROFESI DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN LMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1437 H/2016 M

Page 2: PENGARUH PEMBERIAN MONOSODIUM GLUTAMAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37276/1/SANDY... · 8. Keluarga besar Santri Jadi Dokter Musi Banyuasin (SJD Muba) yang

ii

Page 3: PENGARUH PEMBERIAN MONOSODIUM GLUTAMAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37276/1/SANDY... · 8. Keluarga besar Santri Jadi Dokter Musi Banyuasin (SJD Muba) yang

iii

Page 4: PENGARUH PEMBERIAN MONOSODIUM GLUTAMAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37276/1/SANDY... · 8. Keluarga besar Santri Jadi Dokter Musi Banyuasin (SJD Muba) yang

iv

Page 5: PENGARUH PEMBERIAN MONOSODIUM GLUTAMAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37276/1/SANDY... · 8. Keluarga besar Santri Jadi Dokter Musi Banyuasin (SJD Muba) yang

v

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT karena

dengan limpahan rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan penelitian

dan penulisan skripsi ini. Shalawat dan salam kepada Rasulullah Muhammad SAW,

keluarga, sahabat dan pengikutnya yang setia hingga akhir zaman.

Penelitian ini tentunya tidak dapat terlaksana tanpa bimbingan, bantuan,

dukungan serta doa dari berbagai pihak. Untuk itu penulis ingin menyampaikan

terima kasih kepada :

1. Kedua orang tua, Bapak Taufik Rahman dan Ibu Marona, serta kedua adik

penulis, Shinta Dwi Nourma dan Syabil Anugrah yang memberikan semangat

dan doa tanpa henti.

2. Prof. Dr. Arif Sumantri, S.K.M., M.Kes. selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan

Ilmu Kesehatan (FKIK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dr. Achmad Zaki,

M.Epid., Sp.OT. selaku Ketua Program Studi Kedokteran dan Profesi Dokter

(PSKPD) FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, serta seluruh tenaga pendidik

yang selalu membimbing dan memberikan arahan selama menjalani masa

pendidikan di PSKPD FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. dr. Lucky Brilliantina, M.Biomed. dan Bapak Chris Adhiyanto, S.Si.,

M.Biomed., Ph.D. selaku dosen pembimbing, yang telah membimbing,

mengarahkan dan memberikan semangat dalam menyelesaikan penelitian ini.

4. dr. Riva Auda, Sp.A., M.Kes. dan dr. Jono Ulomo, Sp.PK. selaku dewan penguji

yang telah bersedia meluangkan waktu dan memberi kesempatan dalam

penyajian hasil penelitian ini.

5. dr. Flori Ratna Sari, Ph.D. selaku Penanggung Jawab (PJ) Riset yang telah

membantu perizinan dan penyelenggaraan riset.

6. drg. Laifa Annisa Hendarmin, Ph.D. (PJ Laboratorium Riset), Ibu Silvia Fitrina

Nasution, M.Biomed. (PJ Laboratorium Parasitologi), Ibu Rr. Ayu Hapsari,

M.Biomed. (PJ Laboratorium Histologi), Ibu Nurlaely Mida Rachmawati,

M.Biomed., Ph.D. (PJ Animal House) yang telah memberikan izin penggunaan

laboratorium tersebut.

Page 6: PENGARUH PEMBERIAN MONOSODIUM GLUTAMAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37276/1/SANDY... · 8. Keluarga besar Santri Jadi Dokter Musi Banyuasin (SJD Muba) yang

vi

7. Ibu Evi Indahwati, S.Si. (Laboran Parasitologi) dan Ibu Din Fitri Rachmawati,

S.Si. (Laboran Histologi) yang membantu penggunaan mikroskop untuk

pengamatan preparat.

8. Keluarga besar Santri Jadi Dokter Musi Banyuasin (SJD Muba) yang telah

memberikan dukungan secara moril dan materil demi kelancaran penelitian ini.

9. Keluarga besar SD Muhammadiyah Sekayu, SMP N 6 Unggul Sekayu dan MA

Negeri Model Sekayu yang telah memberikan banyak pelajaran hidup sampai

saat ini.

10. Teman-teman seperjuangan, Filzah Widha Wasilah, Eriska Muharani dan M.

Iqbal Syauqi A yang telah bekerjasama dalam persiapan dan penyelenggaraan

penelitian ini.

11. Sahabat-sahabat penulis, M. Rizki DS, Wildana AD dan Riski BG yang telah

memberikan semangat dan motivasi selama pelaksanaan penelitian ini.

12. Kaderisasi Lintas Generasi yang telah mendukung dan mendoakan kelancaran

pelaksanaan penelitian.

13. Seluruh Mahasiswa PSKPD, kakak-kakak, teman-teman, adik-adik dan alumni

yang selalu memberikan semangat dan motivasi.

14. Staf FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang ikut membantu pelaksanaan

penelitian.

15. Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu.

Penelitian ini masih jauh dari kata sempurna, karena itu penulis sangat

mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak. Semoga tulisan ini dapat terus

dilanjutkan dan bermanfaat untuk berbagai pihak, serta menjadi amal ibadah di

hadapan Allah SWT.

Ciputat, 25 Oktober 2016

Sandy Rahmando

Page 7: PENGARUH PEMBERIAN MONOSODIUM GLUTAMAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37276/1/SANDY... · 8. Keluarga besar Santri Jadi Dokter Musi Banyuasin (SJD Muba) yang

vii

ABSTRAK

Sandy Rahmando, Program Studi Kedokteran dan Profesi Dokter.

Pengaruh pemberian monosodium glutamat peroral selama 14 hari terhadap

gambaran histologi sel hepatosit pada tikus putih betina sprague dawley usia

reproduktif (8-12 minggu).2016.

Glutamat yang terdapat dalam MSG merupakan asam amino yang banyak

ditemukan di makanan. Glutamat juga termasuk asam amino non-esensial yang

diproduksi oleh tubuh, tapi hepar mempunyai batas kesanggupan dalam

memetabolismenya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian

monosodium glutamat peroral selama 14 hari terhadap gambaran histologi hepar

pada tikus betina (Sprague dawley) masa reproduktif (8-12 minggu). Metode yang

digunakan adalah analitik eksperimental. Penelitian ini dilakukan pada 24 ekor

tikus Sprague dawley betina, usia 8-12 minggu , berat 100-150 gram yang dibagi

menjadi 4 kelompok (1 kelompok kontrol negatif dan 3 kelompok perlakuan)

dengan masa perlakuan selama 14 hari. Kelompok kontrol adalah kelompok A yang

diberikan akuades 4 ml/hari. Kelompok perlakuan adalah kelompok dengan

pemberian MSG, terdiri dari kelompok B (2.400 mg/kgBB/hari, kelompok C (MSG

3.600 mg/kgBB/hari) dan kelompok D (4.800 mg/kgBB/hari). Setelah 14 hari, tikus

dibedah dan organ heparnya diambil untuk dibuat sediaan histologi dengan

pewarnaan HE dan dilihat di bawah mikroskop. Parameter histologi yang

digunakan adalah derajat kerusakan sel hepatosit. Metode perhitungan mengikuti

skoring Manja Roenigk dan diperoleh rata-rata kerusakan sel hepatosit yang

berbeda antar kelompok. Pada uji Oneway ANOVA menunjukkan hasil yang

berbeda bermakna dengan hasil p=0,000 (p<0,05). Pada uji Post Hoc menunjukkan

bahwa terdapat perbedaan bermakna pada semua kelompok dengan hasil p=0,000

(p<0,05). Dapat disimpulkan bahwa pemberian MSG peroral selama 14 hari pada

semua kelompok perlakuan berpengaruh secara bermakna terhadap gambaran

histologi sel hepatosit tikus putih betina (Sprague dawley) masa reproduktif (8-12

minggu).

Kata Kunci : Monosodium Glutamat, Hepatosit, Tikus Sprague dawley

Page 8: PENGARUH PEMBERIAN MONOSODIUM GLUTAMAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37276/1/SANDY... · 8. Keluarga besar Santri Jadi Dokter Musi Banyuasin (SJD Muba) yang

viii

ABSTRACT

Sandy Rahmando, School of Medicine. The effect of monosodium glutamate

on hepatocytes in reproductive female sprague dawley mice.2016.

Glutamate in MSG is an amino acid found in many foods. Glutamate is non-

essential amino acid produced by the body and metabolized in the liver, but the liver

has the limited ability to metabolize it. This study aimed to determine the effect of

monosodium glutamate orally for 14 days to hepatocyte in reproductive female

Sprague dawley mice. This research used analytic experimental method. The study

performed on 24 female Sprague dawley mice, 8-12 weeks, 100-150 g were divided

into 4 groups (1 negative control group and 3 treatment groups) with a 14-day

treatment period. A control group was given water 4 ml/day. The treatment group

was inducted MSG with different doses, consisted of group B (MSG 2.400

mg/kgBW/day), group C (MSG 3.600 mg/kgBW/day) and group D (MSG 4.800

mg/kgBW/day). After 14 days, the mice was dissected and their liver was taken to

be made histological preparation with HE staining and viewed under a microscope.

Histological parameter is the damage of the hepatocyte by using Manja Roenigk

and obtained different average among groups . In Oneway ANOVA test showed

results that are significantly different with the p=0,000 (p<0.05). In Post Hoc test

showed results that are significantly different with the p=0,000 (p< 0.05) in all

groups. Can be concluded that the MSG induction to all treatment groups

significantly affect the hepatocyte histology in female reproductive Sprague dawley

mice.

Keywords : Monosodium Glutamate, Hepatocyte, Sprague dawley mice

Page 9: PENGARUH PEMBERIAN MONOSODIUM GLUTAMAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37276/1/SANDY... · 8. Keluarga besar Santri Jadi Dokter Musi Banyuasin (SJD Muba) yang

ix

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ................................. ii

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................ iii

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN ....................................... iv

KATA PENGANTAR ................................................................................ v

ABSTRAK ................................................................................................ vii

DAFTAR ISI .............................................................................................. ix

DAFTAR TABEL .................................................................................... xii

DAFTAR GRAFIK .................................................................................xiii

DAFTAR GAMBAR .............................................................................. xiiv

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ xv

BAB 1 PENDAHULUAN .......................................................................... 1

1.1. Latar Belakang ................................................................................ 1

1.2. Rumusan Masalah ........................................................................... 4

1.3. Hipotesis ......................................................................................... 4

1.4. Tujuan Penelitian ............................................................................ 4

1.4.1. Tujuan Umum ........................................................................ 4

1.4.2. Tujuan Khusus ....................................................................... 5

1.5. Manfaat Penelitian ......................................................................... 5

1.5.1. Untuk Tenaga Kesehatan ...................................................... 5

1.5.2. Untuk Penentu Kebijakan ..................................................... 5

1.5.3. Untuk Institusi Akademis ..................................................... 5

1.5.4. Untuk Peneliti Lain ............................................................... 5

1.5.5. Untuk Masyarakat ................................................................. 5

1.5.6. Untuk Peneliti ....................................................................... 5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ................................................................ 6

2.1. Monosodium Glutamat (MSG) ...................................................... 6

2.1.1. Definisi MSG....................................................................... 6

2.1.2. Sejarah MSG ....................................................................... 6

2.1.3. Struktur Kimia ..................................................................... 7

Page 10: PENGARUH PEMBERIAN MONOSODIUM GLUTAMAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37276/1/SANDY... · 8. Keluarga besar Santri Jadi Dokter Musi Banyuasin (SJD Muba) yang

x

2.1.4. Metabolisme Asam Glutamat .............................................. 8

2.1.5. Manfaat Asam glutamat ...................................................... 11

2.1.6. Efek Toksis MSG ................................................................ 11

2.2. Hepar .............................................................................................. 13

2.2.1. Anatomi Hepar .................................................................... 13

2.2.2. Histologi Hepar ................................................................... 15

2.2.3. Fungsi Detoksifikasi Hepar ................................................. 17

2.2.4. Biokimia Hepar ................................................................... 18

2.2.5. Biotransformasi Hepar......................................................... 19

2.3. Kerangka Teori ............................................................................... 22

2.4. Kerangka Konsep ........................................................................... 23

2.5. Defenisi Operasional ...................................................................... 23

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN .................................................. 26

3.1. Desain Penelitian ............................................................................ 26

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ......................................................... 26

3.3. Populasi dan Sampel ...................................................................... 27

3.4. Cara Kerja Penelitian ..................................................................... 28

3.4.1. Pengelompokan Hewan Coba ............................................. 28

3.4.2. Alat dan Bahan Penelitian ................................................... 28

3.4.3. Induksi MSG ....................................................................... 29

3.4.4. Pengambilan Organ Hepar .................................................. 29

3.4.5. Pembuatan Preparat Histologi ............................................. 30

3.4.6. Pemotretan Preparat Histologi ............................................. 31

3.4.7. Pengamatan dan Perhitungan Sel Hepatosit ........................ 32

3.4.8. Perhitungan Sel dengan Perangkat Lunak ImageJ .............. 34

3.5. Manajemen Data ............................................................................ 34

3.6. Alur Penelitian ................................................................................ 35

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................... 36

4.1. Hasil ............................................................................................. 36

4.1.1. Berat Badan ......................................................................... 36

Page 11: PENGARUH PEMBERIAN MONOSODIUM GLUTAMAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37276/1/SANDY... · 8. Keluarga besar Santri Jadi Dokter Musi Banyuasin (SJD Muba) yang

xi

4.1.2. Gambaran Histologi Kerusakan Sel Hepatosit .................... 37

4.2. Pembahasan.................................................................................... 41

4.2.1. Berat Badan ......................................................................... 41

4.2.2. Gambaran Histologi Kerusakan Sel Hepatosit .................... 42

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN ........................................................... 45

5.1. Simpulan ........................................................................................ 45

5.2. Saran ............................................................................................. 45

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 46

LAMPIRAN ............................................................................................. 52

Page 12: PENGARUH PEMBERIAN MONOSODIUM GLUTAMAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37276/1/SANDY... · 8. Keluarga besar Santri Jadi Dokter Musi Banyuasin (SJD Muba) yang

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1. Jadwal Kegiatan Penelitian ............................................................. 26

Tabel 3.2. Skoring Histopatologi Manja Roenigk ........................................... 33

Tabel 4.1. Rata-rata Berat Badan Awal dan Akhir .......................................... 36

Tabel 4.2. Rata-rata Skoring Manja Roenigk................................................... 38

Tabel 4.3. Hasil Uji Oneway ANOVA Histologi Sel Hepatosit ...................... 40

Tabel 4.4. Hasil Uji Post Hoc Histologi Sel Hepatosit .................................... 41

Tabel 6.1. Data Berat Badan Tikus .................................................................. 58

Tabel 6.2. Hasil Perhitungan Skor Manja Roenigk ......................................... 60

Tabel 6.3. Hasil Uji Normalitas Distribusi Data Histologi Sel Hepatosit ........ 67

Tabel 6.4. Hasil Uji Varians Histologi Sel Hepatosit ...................................... 67

Tabel 6.5. Hasil Uji Oneway ANOVA Histologi Sel Hepatosit ...................... 67

Tabel 6.6. Deskripsi Oneway ANOVA Histologi Sel Hepatosit ..................... 68

Tabel 6.7. Hasil Uji Post Hoc Histologi Sel Hepatosit .................................... 68

Page 13: PENGARUH PEMBERIAN MONOSODIUM GLUTAMAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37276/1/SANDY... · 8. Keluarga besar Santri Jadi Dokter Musi Banyuasin (SJD Muba) yang

xiii

DAFTAR GRAFIK

Grafik 4.1. Rata-rata Berat Badan Tikus Awal dan Akhir ................................. 37

Grafik 4.2. Rata-rata Skoring Manja Roenigk .................................................. 38

Page 14: PENGARUH PEMBERIAN MONOSODIUM GLUTAMAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37276/1/SANDY... · 8. Keluarga besar Santri Jadi Dokter Musi Banyuasin (SJD Muba) yang

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Skema Struktur Kimia Asam Glutamat ................................ 7

Gambar 2.2. Skema Struktur Kimia Monosodium Glutamat .................... 8

Gambar 2.3. Ascending Gustatory Pathway ............................................. 8

Gambar 2.4. Skema Anatomis Sistem Pengecap Perifer .......................... 9

Gambar 2.5. Skema Reaksi Sintesis dalam Pembentukan Asam Amino .. 10

Gambar 2.6. Skema Reaksi Konversi Amonia menjadi Glutamin............ 10

Gambar 2.7. Anatomi Hepar ..................................................................... 15

Gambar 2.8. Potongan Hepar .................................................................... 16

Gambar 2.9. Triad Portal ........................................................................... 16

Gambar 2.10. Sel Hepatosit dan Duktus Biliaris ........................................ 17

Gambar 2.11. Pemeriksaan Fungsi Biokimia Hepar ................................... 19

Gambar 4.1. Gambaran Histologi Hepar dengan Pewarnaan HE ............. 39

Gambar 6.1. Sampel Tikus ........................................................................ 54

Gambar 6.2. Pengukuran Berat Badan Tikus ............................................ 54

Gambar 6.3. Penimbangan Dosis MSG .................................................... 54

Gambar 6.4. Alat dan Bahan untuk Melarutkan MSG .............................. 54

Gambar 6.5. Pencampuran Bahan ............................................................. 54

Gambar 6.6. Pelarutan MSG ..................................................................... 54

Gambar 6.7. Induksi MSG ........................................................................ 55

Gambar 6.8. Proses Sacrificed Menggunakan Eter ................................... 55

Gambar 6.9. Pengambilan Organ Hepar ................................................... 55

Gambar 6.10. Preparat Histologi ................................................................. 55

Gambar 6.11. Mikroskop Olympus BX41 .................................................. 55

Gambar 6.12. Pemotretan Preparat Histologi ............................................. 55

Gambar 6.13. Pengamatan Preparat Histologi dengan ImageJ ................... 56

Gambar 6.14. Uji Statistik dengan SPSS Versi 16.0 .................................. 56

Page 15: PENGARUH PEMBERIAN MONOSODIUM GLUTAMAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37276/1/SANDY... · 8. Keluarga besar Santri Jadi Dokter Musi Banyuasin (SJD Muba) yang

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Keterangan Tikus Sehat ................................................. 52

Lampiran 2 Identifikasi MSG ..................................................................... 53

Lampiran 3 Gambar Proses Penelitian ........................................................ 54

Lampiran 4 Cara Perhitungan Dosis Pemberian MSG ............................... 57

Lampiran 5 Data Berat Badan Tikus ........................................................... 58

Lampiran 6 Hasil Penilaian Derajat Kerusakan Sel Hepatosit.................... 60

Lampiran 7 Hasil Uji Statistik..................................................................... 67

Lampiran 8 Riwayat Hidup Penulis ............................................................ 69

Page 16: PENGARUH PEMBERIAN MONOSODIUM GLUTAMAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37276/1/SANDY... · 8. Keluarga besar Santri Jadi Dokter Musi Banyuasin (SJD Muba) yang

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Masalah pemenuhan nutrisi melalui kebiasaan konsumsi masyarakat

merupakan salah satu permasalahan kesehatan yang dianggap penting di Indonesia.

Sekitar 14% anak usia di bawah 5 tahun dan 9,2% usia 6-13 tahun mengalami

kegemukan (Riskesdes Kemenkes 2010). Menurut Nafisah Mboi, masalah gizi

yang harus diantisipasi adalah mulai meningkatnya prevalensi balita dengan berat

badan berlebih. Hal ini bisa dilihat dari survey dalam kurun waktu 3 tahun (2007-

2010) yang menunjukkan peningkatan prevalensi anak dengan kelebihan berat

badan dari 12,2% menjadi 14,3%.1

Banyak penelitian yang menyatakan efek perubahan gaya hidup di era

modern ini. Karena kesibukan sehari-hari, terlebih lagi di masyarakat perkotaan,

terjadi perubahan gaya hidup yang mempengaruhi pola konsumsi makanan. Dengan

alasan tidak sempat memasak di rumah, masyarakat Indonesia lebih senang

mengonsumsi makanan-makanan cepat saji. Walaupun mereka tahu bahwa pola

konsumsi makanan sangat berpengaruh terhadap kesehatan, makanan cepat saji ini

tetap saja menjadi menu favorit karena lebih mudah didapat dan lezat di lidah.

Makanan cepat saji pada umumnya kaya akan penyedap rasa. Kandungan yang

peling banyak ditemukan dari makanan cepat saji adalah MSG (monosodium

glutamat). MSG merupakan bahan yang digunakan untuk menyedapkan makanan

supaya terasa gurih dimana dapat menciptakan persepsi manis dan asin, serta dapat

mengurangi rasa pahit dan asam.2

Glutamat yang terdapat dalam MSG merupakan asam amino yang banyak

ditemukan di makanan. Konsumsi glutamat bebas akan meningkatkan glutamat

dalam plasma. MSG mengandung sekitar 78% asam glutamat dan 22% Natrium.

MSG mempunyai fungsi dasar neurotransmitter sebagai mediator untuk

menyalurkan transmisi ke post sinaptik, serta peran pada metabolisme energi dan

asam amino.3-5

Hepar mempunyai batas kesanggupan untuk memetabolisme asam

glutamat.6 Keamanan penggunaan MSG masih menjadi sebuah masalah yang

Page 17: PENGARUH PEMBERIAN MONOSODIUM GLUTAMAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37276/1/SANDY... · 8. Keluarga besar Santri Jadi Dokter Musi Banyuasin (SJD Muba) yang

2

kontroversional.7 Ada beberapa badan regulasi seperti WHO, FDA, dan EC masih

menyatakan bahwa MSG tidak berbahaya bagi kesehatan, walaupun laporan yang

menyatakan berbahaya sudah banyak.8 Dalam jurnal Nutritional Sciences tahun

2000, disebutkan bahwa konsumsi MSG sebanyak 30 mg/kgBB/hari dapat

meningkatkan kadar asam glutamat dalam darah. Belum diketahui secara pasti

jumlah MSG yang aman untuk dikonsumsi per harinya.9 Namun, Food Addative

Association (FAO) dan WHO menyebutkan bahwa MSG adalah bahan makanan

dengan Acceptable Daily Intake (ADI) 120 mg/kgBB/hari.10

Kurangnya pencantuman komposisi MSG pada kemasan seharusnya

menjadi perhatian khusus. Meskipun efeknya belum terlihat dalam jangka waktu

singkat, dikhawatirkan bahwa MSG memang baru memberikan efek ketika

konsumsinya dalam jangka waktu lama. Penggunaan MSG secara berlebihan dapat

meningkatkan kadar glukosa darah. Selain itu, konsumsi secara terus-menerus juga

dapat meningkatkan aktivitas α-ketoglutarat, nitrat oksida sintase dan protein kinase

C sehingga menyebabkan peningkatan peroksidasi lipid. Peningkatan kadar total

Glutathione serta protein yang terikat Glutathione dan peningkatan aktivitas enzim

Glutathione Peroksidase (GR), Glutathione-S-Transferase (GST) dan Glutathione

Peroksidase (GPX) juga terjadi yang dapat menjadi gambaran sebagai adanya

proses stress oksidatif di dalam jaringan yang diantisipasi oleh tubuh juga dengan

meningkatkan kadar Glutathione dan dengan meningkatkan aktivitas enzim

metaboliknya.3 Proses stress oksidatif yang terjadi menyebabkan kerusakan pada

sel hepatosit sehingga komponen senyawa intrasel dilepas keluar dan beredar di

aliran darah, salah satunya adalah AST dan ALT. Menurut penelitian Tawfik dan

Al-Badr (2012) bahwa tikus dengan pemberian MSG dosis 600 dan 1600

mg/kgBB/hari selama 14 hari memberikan hasil kenaikan pada beberapa kadar

senyawa biokimia pada darah, salah satunya pada kadar ALT serum.11

Beberapa penelitian mengungkap hubungan antara konsumsi MSG dengan

peningkatan berat badan pada tikus. Tawfik memberikan MSG dosis 600 dan 1600

mg/kgBB/hari terhadap tikus selama 14 hari. Alhasil, terjadi peningkatan berat

badan secara signifikan.11 Kumbhare (2015) melakukan penelitian konfirmatif

dengan memberikan dosis yang lebih besar. Penelitian ini membuktikan bahwa

Page 18: PENGARUH PEMBERIAN MONOSODIUM GLUTAMAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37276/1/SANDY... · 8. Keluarga besar Santri Jadi Dokter Musi Banyuasin (SJD Muba) yang

3

terjadi peningkatan berat badan secara signifikan pada tikus yang diberikan MSG

dosis 3000 dan 6000 mg/kgBB/hari.12

Onyema (2006) melaporkan bahwa MSG dapat meningkatkan radikal bebas

(ROS) yang dapat menyebabkan peroksidasi lipid.3 Penelitian ini didukung oleh

Simanjuntak (2010) yang melakukan penelitian dengan pemberian MSG secara

subkutan. Simanjuntak menggunakan dosis 4000-8000 mg/kgBB/hari pada mencit

jantan. Perlakuan ini dilakukan selama 6 hari. Pada gambaran histologi terdapat

peningkatan peroksidasi lipid dalam mikrosom-mikrosom hepar.13 Eweka dan

Om’Iniabohs (2008) melakukan penelitian pada tikus dewasa yang diberikan dosis

1.600 mg/kgBB/hari selama 14 hari berturut-turut terjadi hambatan perkembangan

sel-sel hepatosit. Kemudian, pada dosis 3.200 mg/kgBB/hari dapat merangsang

efek parasimpatik dan menghasilkan asetilkolin dalam darah yang meningkatkan

kolinesterase dalam plasma. Perubahan ini menyebabkan dilatasi vena sentral, lisis

eritrosit, kerusakan sel hepatosit secara akut, nekrosis serta atrofi.6

Penelitian serupa juga dilakukan oleh Bhattacharya (2011). Pada penelitian

tersebut, terungkap bahwa pemberian MSG dapat menyebabkan perubahan

mikroskopik pada hepar, antara lain dilatasi sinusoid, penonjolan sel kupffer,

peningkatan sel inflamasi di sekitar vena sentral, kerusakan membran sel hepatosit,

vakuola sitoplasma dan piknosis nukleus.2 Ortiz (2006) melaporkan bahwa terdapat

edema, degenerasi dan nekrosis akibat pemberian MSG.14

Fauzi (2008) juga melakukan eksperimen dengan memberikan MSG

berbagai dosis. Namun, ia mencoba menambah jenis perlakuan dengan memberikan

vitamin C sebanyak 200 mg/kgBB/hari. Hasil yang didapatkan adalah vitamin C

dapat memulihkan efek senyawa ROS.15

Maulida (2015) melaporkan perlakuan pemberian vitamin C sebanyak 260

mg/kgBB/hari dan Vitamin E sebanyak 26 mg/kgBB/hari menunjukkan perbaikan

terhadap kerusakan sel hepatosit yang disebabkan oleh MSG.16

Hepar merupakan organ pusat metabolisme. Di dalamnya terdapat proses

sintesis, modifikasi, penyimpanan, pemecahan dan ekskresi zat yang diperlukan

tubuh.17 MSG bekerja dengan menimbulkan stress oksidatif sehingga

meningkatkan senyawa oksigen reaktif (ROS) dan akhirnya meningkatkan

peroksidasi lipid.3 MSG mempunyai efek toksis terhadap sel hepatosit dengan

Page 19: PENGARUH PEMBERIAN MONOSODIUM GLUTAMAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37276/1/SANDY... · 8. Keluarga besar Santri Jadi Dokter Musi Banyuasin (SJD Muba) yang

4

mempengaruhi integritas selular, merusak permeabilitas membrane, dan

homeostasis volume sel. Kerusakan iskemik atau gangguan farmakologik dari

transport selular dapat dikarenakan adanya pembengkakan parenkim dari sel

hepatosit.6

Dosis yang digunakan oleh baberapa peneliti pengaruh MSG terhadap

hewan coba berbeda-beda. Brilliantina (2012) menggunakan dosis MSG 1200,

2400, 4800 mg/kgBB/hari.18 Suryadi menggunakan dosis 2400, 4800, dan 9600

mg/kgBB/hari.19 Dari seluruh penelitian yang ada, dosis terendah yang digunakan

adalah 600 mg/kgBB/hari, sedangkan dosis tertinggi adalah 9.600 mg/kgBB/hari.

Lamanya perlakuanpun berbeda-beda, mulai dari 14, 28, 42 hingga 56 hari.

Dengan memperhatikan perbedaan dosis dan masa perlakuan, peneliti

tertarik untuk melihat gambaran histologi sel hepatosit dengan dosis yang beragam

walaupun dengan masa perlakuan yang relatif singkat. Peneliti menggunakan dosis

2400, 3600 dan 4800 mg/kgBB/hari selama 14 hari untuk melihat pengaruh MSG

terhadap gambaran histologi sel hepatosit.

1.2. Rumusan Masalah

Apakah terdapat perubahan gambaran histologi sel hepatosit pada tikus

yang diberikan MSG dengan dosis 2.400, 3.600 dan 4.800 mg/kgBB/hari?

1.3. Hipotesis

Terdapat perubahan gambaran histologi sel hepatosit pada tikus yang

diberikan MSG dengan dosis 2.400, 3.600 dan 4.800 mg/kgBB/hari.

1.4. Tujuan

1.4.1. Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian

monosodium glutamat peroral selama 14 hari terhadap gambaran histologi

sel hepatosit pada tikus betina (Sprague dawley) masa reproduktif (8-12

minggu).

Page 20: PENGARUH PEMBERIAN MONOSODIUM GLUTAMAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37276/1/SANDY... · 8. Keluarga besar Santri Jadi Dokter Musi Banyuasin (SJD Muba) yang

5

1.4.2. Tujuan Khusus

1.4.2.1. Mengetahui perubahan gambaran histologi sel hepatosit pada tikus yang

diberikan MSG dengan dosis 2.400 mg/kgBB/hari.

1.4.2.2. Mengetahui perubahan gambaran histologi sel hepatosit pada tikus yang

diberikan MSG dengan dosis 3.600 mg/kgBB/hari.

1.4.2.3. Mengetahui perubahan gambaran histologi sel hepatosit pada tikus yang

diberikan MSG dengan dosis 4.800 mg/kgBB/hari.

1.5. Manfaat Penelitian

1.5.1. Untuk Tenaga Kesehatan

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan modal pemahaman tentang

konsumsi MSG terkait tindakan diagnosis, preventif dan pemeliharaan

kesehatan hepar.

1.5.2. Untuk Penentu Kebijakan

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan modal pemahaman untuk

memberikan kebijakan dalam menentukan batas aman konsumsi MSG

terkait tindakan preventif dan pemeliharaan kesehatan hepar.

1.5.3. Untuk Institusi Akademis

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu referensi untuk

menunjang ilmu pengetahuan.

1.5.4. Untuk Peneliti Lain

Penelitian ini diharapkan dapat membuka kesempatan bagi peneliti lain

untuk melakukan penelitian lanjutan mengenai pengaruh MSG terhadap

kesehetan hepar.

1.5.5. Untuk Masyarakat

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman tentang pengaruh

konsumsi makanan cepat saji yang kaya MSG terhadap kesehatan,

khususnya bagi kesehatan hepar.

1.5.6. Untuk Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi awal dalam upaya promotif dan

preventif terkait pengendalian kasus penyakit hepar yang disebabkan oleh

konsumsi MSG.

Page 21: PENGARUH PEMBERIAN MONOSODIUM GLUTAMAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37276/1/SANDY... · 8. Keluarga besar Santri Jadi Dokter Musi Banyuasin (SJD Muba) yang

6

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Monosodium Glutamat (MSG)

2.1.1. Definisi MSG

Monosodium glutamat (MSG) adalah garam sodium L-glutamic acid yang

digunakan sebagai bahan penyedap makanan untuk merangsang selera. MSG

adalah garam natrium dari asam glutamat (glutamic acid). MSG telah dikonsumsi

secara luas di seluruh dunia sebagai penambah rasa makanan dalam bentuk L-

glutamic acid, karena penambahan MSG akan membuat rasa makanan menjadi

lebih lezat. Masyarakat Indonesia rata-rata mengkonsumsi MSG sekitar 600

mg/kgBB/hari.20

MSG adalah hasil dari purifikasi glutamat atau gabungan dari beberapa

asam amino dengan sejumlah kecil peptida yang dihasilkan dari proses hidrolisis

protein (hydrolized vegetable protein/HVP). Glutamat adalah komponen utama

dari banyak protein dan peptida, dan banyak dalam banyak jaringan. Glutamat juga

diproduksi dalam tubuh dan memainkan peran penting dalam metabolisme tubuh.

Pada hakikatnya, semua makanan mengandung glutamat. Ia merupakan komponen

mayor dari banyak protein makanan alami, seperti daging, ikan, susu dan beberapa

sayuran.21

2.1.2. Sejarah

Senyawa ini ditemukan oleh Ritthausen (1866), namun belum mempunyai

nama. Ikeda (1908) berhasil mengisolasi MSG dari rumput laut yang mengandung

Natrium sebanyak 12,29%, glutamat 78% dan air 10%.22 Kikunae menemukan

sebuah rasa yang unik dari sebuah rumput laut (Laminaria japonica) yang

kemudian disebut umami (diambil dari Bahasa Jepang umai, yang artinya lezat).

Sejak saat itu, Jepang mulai memproduksi MSG secara massal. Rasa umami ini

dapat bertahan lama karena di dalamnya terdapat suatu komponen L-glutamat dan

5-ribonukleotida.23-24

Awalnya, produksi asam glutamat dilakukan dengan bahan alami. Namun,

karena permintaan yang semakin meningkat, cara produksinya dilakukan dengan

Page 22: PENGARUH PEMBERIAN MONOSODIUM GLUTAMAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37276/1/SANDY... · 8. Keluarga besar Santri Jadi Dokter Musi Banyuasin (SJD Muba) yang

7

fermentasi. Dasar dari MSG adalah L-glutamic acid. Zat ini berbentuk butiran putih

seperti garam.20 MSG pada dasarnya tidak memiliki rasa, namun bila ditambahkan

ke makanan akan terbentuk asam glutamat bebas yang dipersepsikan oleh otak

menjadi lebih gurih dan lezat.25

Sejak tahun 1963, Jepang bersama Korea mempelopori produksi masal

MSG yang kemudian berkembang ke seluruh dunia, tak terkecuali Indonesia.

Setidaknya sampai tahun 1997 sebelum krisis, setiap tahun produksi MSG

Indonesia mencapai 254.900 ton/tahun dengan konsumsi mengalami kenaikan rata-

rata sekitar 24,1% pertahun.26 Berbagai merk dagang MSG telah dikenal di

masyarakat secara luas seperti ajinomoto, vetsin, micin, sasa, miwon dan

sebagainya.18,28

2.1.3. Struktur Kimia

Glutamat memiliki jalur biosintesis yang pendek dan merupakan asam

amino non-esensial, serta mampu menjadi penggabung metabolisme di dalam

tubuh. Selain itu, bahan ini dapat ditemukan dengan mudah di alam. Glutamat

terkandung dalam bahan makanan yang mengandung protein, seperti susu, daging,

sayuran dan lain-lain.29

Sebagai senyawa nutrisional non-essensial di dalam tubuh, senyawa ini

mengalami aminasi reduktif α-ketoglutarat yang dikatalisis oleh glutamat

dehidroginase melalui jalur asam sitrat sehingga menjadi L-glutamat.29

COOH - CH2 - CH2 - CH2 - COOH

|

NH2

Asam Glutamat

Gambar 2.1. Skema Struktur Kimia Asam Glutamat

Sumber: Sukawan UY, 2008

Page 23: PENGARUH PEMBERIAN MONOSODIUM GLUTAMAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37276/1/SANDY... · 8. Keluarga besar Santri Jadi Dokter Musi Banyuasin (SJD Muba) yang

8

COOH – CH2 – CH2 – COONaH2O

|

Na

Monosodium Glutamat

Dilihat dari sifat kimianya, asam glutamat dan MSG sama-sama berbentuk

tepung kristal berwarna putih yang mudah larut dan tidak berbau. Dalam MSG

mengandung glutamat sebanyak 78,2%, Na (sodium) sebanyak 12,2 %, dan H2O

sebanyak 9,6 %. Dalam 1 g MSG mengandung 1, 27 g glutamat dan 0,122 Na.29

2.1.4. Metabolisme Asam Glutamat

MSG sudah banyak beredar di pasaran, sehingga sudah pasti telah menjadi

bahan yang banyak dikonsumsi masyarakat secara oral. Oleh sebab itu, bahannya

melalui proses pencernaan, dimulai dari lidah dengan taste receptor cells yang

menjadi penghantar sensasi rasa ke otak.30

Sensasi yang diterima taste buds berupa umami akan diterima oleh reseptor

mGluR4 dan berikatan dalam domain ekstrasel. Sensasi ini akan disalurkan melalui

protein reseptor ke sinyal intrasel pasangannya. Reseptor ini bekerja dengan

Gambar 2.3. Ascending Gustatory Pathway Sumber: Gill S et al, 2004

Gambar 2.2. Skema Struktur Kimia Monosoidum Glutamat Sumber: Sukawan UY, 2008

Page 24: PENGARUH PEMBERIAN MONOSODIUM GLUTAMAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37276/1/SANDY... · 8. Keluarga besar Santri Jadi Dokter Musi Banyuasin (SJD Muba) yang

9

memutuskan ikatan L-glutamat dan akan dihantarkan ke otak melalui nervus

kranialis VII yang menuju serebrum dengan jalur N.VII, ganglia basalis,

hipokampus lalu serebrum. Kemudian, otak akan mempresentasikan sensasi yang

didapat sebagai rasa yang lezat dan gurih.31 Krisna (2010) menyatakan bahwa gugus

L-glutamat yang merangsang reseptor spesifik pada taste buds mengalami ionisasi,

seperti reseptor asam amino atau reseptor glutamat lain dalam menginduksi rasa

umami.30

Setiap hari, tubuh manusia membuat sekitar 50 g glutamat bebas. Glutamat

dalam makanan cepat dimetabolisme tubuh dan dijadikan sumber energi. Ia

merupakan asam amino non esensial, artinya ketika kita membutuhkan maka tubuh

kita dapat membuat glutamat sendiri dari protein lain. Asam glutamat juga

merupakan metabolit penting bagi metabolisme asam amino dan merupakan

sumber energi yang utama bagi sel otot jantung.5

Melalui hepar, 57% dari asam amino yang diabsorpsi dikonversi menjadi

urea, 6% menjadi plasma protein, 23% melalui sirkulasi umum sebagai asam amino

bebas. 14% sisanya belum ada laporan dan diduga disimpan sementara di dalam

hepar sebagai protein hepar /enzim. Hanya 4% dari semua glutamat yang berasal

dari bahan makanan yang keluar dari tubuh.32

Metabolisme MSG di dalam tubuh sama dengan metabolism asam glutamat

yang dihasilkan tubuh. MSG menjadi salah satu asam amino dekarboksilat yang

berperan dalam produksi energi, sintesis urea, sintesis glutathion dan

Gambar 2.4. Skema Anatomis Sistem Pengecap Perifer Sumber: Gill S et al, 2004

Page 25: PENGARUH PEMBERIAN MONOSODIUM GLUTAMAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37276/1/SANDY... · 8. Keluarga besar Santri Jadi Dokter Musi Banyuasin (SJD Muba) yang

10

neurotransmitter. Sebagian besar sel-sel tubuh mengandung glutamat, terutama

mitokondria. Sekitar 50-70% glutamat dari total asam amino bebas. Tenaga

pereduksi yang diberikan diberikan oleh NADPH.21

NH4 + α-Ketoglutarat + NADPH L- Glutamate + NADP+ + H2O

Reaksi di atas merupakan reaksi sintesis dasar yang penting dalam

pembentukan asam amino. Glutamat merupakan donor gugus amino dalam

biosintesis asam amino yang lain melalui transaminasi. L-glutamat dehidrogenase

menempati posisi sentral dalam metabolisme nitrogen di hepar dan menggunakan

enzim di dalamnya.21

Ada beberapa fungsi penting glutamat dalam proses metabolisme di dalam

tubuh, antara lain:

1) Substansi untuk Sintesa Protein

10-40% glutamat terkandung dalam protein dan merupakan bahan yang

penting dalam sintesis protein. Rantai α pada glutamat menjadi struktur sekunder

bagi protein.33

2) Prekursor Glutamin

Dalam proses metabolisme karbohidrat dan protein, glutamat dan glutamin

merupakan mata rantai karbon dan nitrogen. Glutamin merupakan bentukan dari

glutamat yang dibentuk oleh glutamin sintetase.34

Glutamate + NH4 + ATP Glutamin + ADP + Pi + H+

Reaksi di atas menggambarkan bagaimana amonia akan dikonversikan

menjadi glutamin sebelum masuk kedalam sirkulasi. Reaksi ini juga merupakan

salah satu reaksi penting dalam metabolisme asam amino.34

3) Pasangan Transaminasi dengan α-ketoglutarat

Transaminasi yang dilakukan oleh asam glutamat dalam memindahkan

nitrogen yang reversibel dalam membentuk L-glutamat menjadi α-ketoglutarat akan

membentuk senyawa amoniak. L-glutamat dehidrogenase mempunyai peran

Gambar 2.5. Skema Reaksi Sintesis dalam Pembentukan Asam Amino

Sumber: Filer LJ et al, 2016

Gambar 2.6. Skema Reaksi Konversi Amonia Menjadi Glutamin Sumber: Ganong WF, 2003

Page 26: PENGARUH PEMBERIAN MONOSODIUM GLUTAMAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37276/1/SANDY... · 8. Keluarga besar Santri Jadi Dokter Musi Banyuasin (SJD Muba) yang

11

penting dalam proses metabolisme nitrogen. Enzim ini memanfaatkan hepar

sebagai tempat metabolisme serta menggunakan enzim-enzim yang berada di

dalamnya.35-36

4) Neurotransmitter

Transmitter utama di otak adalah senyawa glutamat. Senyawa ini berfungsi

sebagai mediator untuk menyalurkan transmisi ke post-sinaps. Ia juga menjadi

prekursor dari neurotransmitter lainnya, seperti Gamma Ammino Butiric Acid

(GABA).21

Metabolisme MSG yang terjadi juga tergantung cara pemberiannya. Jika

diberikan secara parenteral, maka glutamatnya tidak akan melewati jalur usus dan

vena portal. Sedangkkan jika diberikan lewat oral, zat ini akan dimetabolisme oleh

hepar. Hepar mempunyai kemampuan mengubah asam glutamat menjadi alanine

yang selanjutnya akan beredar di dalam darah. Pada peningkatan pemberian

glutamat, akan terjadi perubahan dalam kadar plasma serta mempengaruhi fungsi

hepar.35

2.1.5. Manfaat Asam Glutamat

Asam glutamat berperan penting sebagai neurotransmitter dalam jaras

persarafan dari organ ke otak. Ia juga bertugas untuk mengativasi regulasi sifat-sifat

sel saraf, seperti plastisitas, sinaptik, pembelajaran, memori, aktivitas motorik dan

perkembangan saraf. Selain itu, ia juga membantu metabolism energi dan sintesis

beberapa asam amino, seperti glutathion dan protein.37

Selain sebagai neurotransmitter pada sinaps eksitatori di sistem saraf pusat

dimana diperankan oleh mGluR4 (merupakan salah satu jenis reseptor glutamat),

glutamat juga memodulasi eksitabilitas dan transmisi sinaps melalui second

messenger signaling.38

2.1.6. Efek Toksik MSG

Pemberian MSG peroral atau subkutan meningkatkan jumlah lesi pada otak

sampai 4 kali lipat, misalnya pada area nucleus arkuata. Kenaikan jumlah lesi ini

diikuti dengan peningkatan jumlah glutamat dalam plasma. Peningkatan ini

mencapai puncaknya setelah 15 menit di dalam plasma, sedangkan dalam nukleus

Page 27: PENGARUH PEMBERIAN MONOSODIUM GLUTAMAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37276/1/SANDY... · 8. Keluarga besar Santri Jadi Dokter Musi Banyuasin (SJD Muba) yang

12

arkuata dicapai setelah 3 jam kemudian. Peningkatan kadar glutamat dalam range

tertentu memberikan gambaran lesi pada nukleus arkuata hipotalamus.39 Menurut

Stegink, hal ini tidak akan terjadi pada tikus yang kadar MSG Plasma dibawah 50

umol/dl.40 Menurut Olney, konsetrasi diatas 60 umol/dl dapat menyebabkan

kerusakan pada otak. Beberapa penelitian lain mengatakan bahwa MSG dapat

menyebabkan gangguan endokrinal melalui mekanisme HP Axis.41

Pada beberapa penelitian MSG juga mempunyai efek toksis terhadap sel

hepatosit dengan mempengaruhi integritas selular, merusak permeabilitas

membran, dan homeostasis volume sel. Pembengkakan parenkim hepar dapat

menyebabkan iskemik jaringan dan gangguan farmakologik transpor selular.

Dalam keadaan normal, di antara sel-sel hepatosit dan dinding pembuluh darah

akan ditemukan proses pembentukan darah, namun karena pemberian MSG akan

terjadi pembengkakan pada sel-sel hepatosit dan dilatasi vena sentral sehingga

fungsi hematopoietik hepar akan terganggu.6

Pada pemberian MSG jangka pendek, akan terjadi peningkatan kadar

protein total dan albumin, namun efek toksisitas dari radikal bebas ini akan lebih

berpengaruh pada penggunaan jangka panjang, efek toksisitas yang akan terjadi

antara lain, toksisitas terhadap aktivitas hepato-selular, nekrosis, serta atrofi.6

Pada keadaan seluler, glutamat akan memberikan beberapa efek reaksi,

diantaranya:

- Sintesis Suksinil CoA ligase yang menyebabkan penurunan suksinil CoA

sebagai regulator, sehingga aktifitas α-KGDH (Ketoglutarat Dehidroginase)

meningkat.

- Membentuk Gliseraldehid 3 fosfat dehidroginase (enzim yang berperan dalam

pembentukan ATP pada jalur glukosa) yang mengkatalisis NADH-dependent

superoxide yang menjadi regulator α-KGDH. Kemudian, barier untuk enzim

tersebut menurun dan mendukung peningkatan aktivitas α-KGDH.

- Salah satu reseptor untuk glutamat ini membantu dalam masuknya Ca2+. Dengan

kadar yang tinggi, maka Ca2+ yang masuk akan menigkat dan terjadi aktivasi NO

sintase dan protein kinase C, serta membentuk radikal bebas.

Peningkatan banyak senyawa-senyawa di atas menyebabkan peningkatan

ROS intraseluler dan menginisiasi stress oksidatif yang beraikat pada

Page 28: PENGARUH PEMBERIAN MONOSODIUM GLUTAMAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37276/1/SANDY... · 8. Keluarga besar Santri Jadi Dokter Musi Banyuasin (SJD Muba) yang

13

pembengkakan pada sel, terjadinya peroksidasi lipid dan penurunan level

glutathione.42

Pada tahun 1968, terdapat laporan akibat konsumsi MSG yang berlebihan,

yaitu Sindrom Restoran Cina. Sindrom menunjukkan geja-gejala, seperti rasa

panas, tertusuk-tusuk pada wajah dan leher, dada sesak dan lain-lain.5 Terdapat juga

laporan yang menunjukkan reaksi sensitivitas yang lain, seperti sakit kepala,

migrain, kejang-kejang, mual, muntah, berdebar-debar, sesak nafas dan ruam pada

kulit.43

WHO (World Health Organitaton) dan FAO (Organisasi Pangan Dunia)

menetapkan MSG sebagai salah satu bahan tambahan penguat rasa dalam masakan

dan kemasan yang aman untuk dikonsumsi. Hal ini berdasarkan penelitian yang

dikemukakan pada sidang Codex Alimentary Commission (1970) yang membahas

rekomendasi MSG oleh BPOM di Amerika menjadi makanan sehari-hari dengan

penggunaan maksimal 600 mg/kgBB/hari. Jika lebih dari kadar tersebut, maka

dapat menimbulkan reaksi alergi bagi konsumen.43

Federation of America Society for Experimental Biology (FASEB)

menyatakan bahwa glutamat dan aspartat menimbulkan efek toksik ketika diberikan

dalam dosis yang tinggi pada spesies yang rentan. Dengan demikian, toksisitas

glutamat dapat ditentukan oleh 2 faktor, yaitu kadar glutamat yang tinggi dalam

darah dan spesies yang rentan terhadap toksisitas dari glutamat. Batasan aman dari

penggunaan MSG adalah 500 – 2.500 mg perhari.43

2.2. Hepar

2.2.1. Anatomi Hepar

Hepar adalah organ pusat metabolik terbesar (dengan berat kurang lebih

1400-1600 g) dan terpenting bagi tubuh, serta dapat dipandang sebagai pabrik

biokimia utama tubuh. Dalam sistem pencernaan, organ ini berguna membantu

jalannya proses sekresi garam empedu dan sebagai tempat penyaring senyawa-

senyawa yang didapat dari luar tubuh. Di dalam organ ini secara umum terjadi

proses sintesa, modifikasi, penyimpanan serta pemecahan dan ekskresi dari

berbagai macam zat yang dibutuhkan untuk hidup.44

Page 29: PENGARUH PEMBERIAN MONOSODIUM GLUTAMAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37276/1/SANDY... · 8. Keluarga besar Santri Jadi Dokter Musi Banyuasin (SJD Muba) yang

14

Hepar terletak pada regio hypocondrium dextra dan epigastrium, meluas

sedikit (pada kuadran kanan atas hingga kiri atas) pada regio hypocondrium

sinistra, posisi ini membuat organ hepar terbgai menjadi 2 facies, yaitu facies

diaphragmatika ( terbentuk pada dinding inferior dari diaphragma) membentang

ke arah anterior, superior dan posterior dari hepar dan facies visceralis (yang

sebagian besar ikut tertutupi oleh peritoneum visceralis). Hepar juga berada di

antara beberapa organ lainnya, sehingga mempunyai batas-batas di setiap sisi,

dimana batas atasnya berada sejajar dengan ruang interkostal V kanan, batas

bawahnya menyerong ke atas dari iga IX kanan ke iga VIII kiri.44

Untuk melekatkan organ hepar dengan lapisan maupun organ sekitar, hepar

dilengkapi dengan ligamentum-ligamentum di sekitarnya yang masing-masing

berfungsi untuk tetap menjaga hepar tetap pada tempatnya seperti ligamentum teres

hepatis, ligamentum coronarium, ligamentum falciform.44

Organ hepar juga terbagi menjadi beberapa lobus, yaitu lobus dextra dan

lobus sinistra. Lobus dextra mempunyai ukuran lebih besar dibanding lobus

sinistra. Setiap lobus terbagi menjadi beberapa lobus, sehingga sering juga

dikatakan 4 lobus, yaitu 2 mayor dan 2 minor. Pada lobus dextra, terdapat 2 lobus

lagi, yakni lobus caudatus (bagian posterior) dan lobus quadratus (bagian inferior)

yang mempunyai fungsi berbeda. lobus caudatus berbentuk cekung dan terdapat

celah transversal sepanjang 5 cm dari sistem porta hepatis. Secara mikroskopis,

hepar mempunyai sekitas 50.000-100.000 lobulus yang berbentuk heksagonal.42,45

Ketika dibuat garis khayalan dari garis parasagittalis yang melewati fossae

vesicae biliaris sampai ke sulcus vena cavae, maka hepar terbagi menjadi 2 bidang

yang sama. Garis bidang ini terletak pada vena hepatica media, yang penting bidang

utama membagi separuh kiri hepar dari separuh kanan. Antar lobus ini tidak

mempunyai ukuran yang sama dan memiliki sedikit relevansi dengan anatomi

pembedahan.42

Secara anatomi, teradapat delapan segmen hepar yang berhubungan dengan

arteri hepatica, porta hepatis dan drainase biliaris dari segmen-segmen tersebut.

Lobus caudatus didefinisikan sebagai Segmen I, selebihnya diberi nomer sesuai

arah jarum jam sampai segmen VIII.46

Page 30: PENGARUH PEMBERIAN MONOSODIUM GLUTAMAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37276/1/SANDY... · 8. Keluarga besar Santri Jadi Dokter Musi Banyuasin (SJD Muba) yang

15

2.2.2. Histologi Hepar

Secara mikroskopis, hepar juga mempunyai susunan yang khas. Hepar

tersusun atas unit-unit fungsional yang dikenal sebagai lobulus (susunan jaringan

berbentuk heksagonal mengelilingi vena sentral). Pada setiap 6 sudutnya, terdapat

masing-masing 3 pembuluh : arteri hepatika, cabang vena porta dan duktus biliaris.

Darah dari arteri dan vena tersebut mengalir melalui perifer menuju sentral. Pada

bagian sentral terdapat sinusoid. Selain itu, terdapat sistem proteksi oleh sel kupffer

yang berfungsi menelan dan menghancurkan sel darah merah dan bakteri yang

melewatinya.42,47

Sel hepatosit berada di antara sinusoid dalam lempeng-lempeng yang

tebalnya 2 sel, sehingga masing-masing tepi lateral yang menjadi bagian

menghadap ke genangan darah pada sinusoid, vena sentral sebagai ujung-ujung dari

sinusoid juga akan menyatu membentuk vena hepatika yang akan mengalirkan

darah keluar dari hepar lalu ke saluran tipis pengangkut empedu, kanalikulus

biliaris yang berjalan di antara sel-sel di dalam setiap lempeng hepar.42,47

Gambar 2.7. Anatomi Hepar Sumber: Netter FH, 2014

Page 31: PENGARUH PEMBERIAN MONOSODIUM GLUTAMAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37276/1/SANDY... · 8. Keluarga besar Santri Jadi Dokter Musi Banyuasin (SJD Muba) yang

16

Berdasarkan letaknya terhadap suplai darah dari arteri hepatik, maka

parenkim asinus dibagi menjadi 3 zona yaitu : Zona 1 (periportal) merupakan zona

yang paling dekat dengan suplai darah hepatik, Zona 2 (midzonal), Zona 3 (zona

sentral) merupakan daerah asinus zona hepar yang paling dekat dengan vena

sentral.48

Gambar 2.9. Triad Portal Sumber: Mescher AL et al, 2010

Gambar 2.8. Potongan Hepar Sumber: Tortora GJ, 2000

Page 32: PENGARUH PEMBERIAN MONOSODIUM GLUTAMAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37276/1/SANDY... · 8. Keluarga besar Santri Jadi Dokter Musi Banyuasin (SJD Muba) yang

17

Pembagian zona tersebut sangat berarti secara fungsional karena

mempengaruhi gradien komponen di dalam darah dan sel hepatosit yang meliputi:

kadar oksigenitas darah dan heterogenitas kadar protein di dalam sel hepatosit.42

2.2.3. Fungsi Detoksikasi Hepar

Sebagai organ metabolisme, hepar berperan penting dalam proses

detoksifikasi, yaitu proses penetralan terhadap racun yang berbahaya bagi tubuh.

Berikut akan diuraikan berapa fungsi hepar sebagai organ detoksifikasi.42

1. Memetabolisme nutrien seperti karbohidrat, protein dan lemak setelah diserap

oleh organ pencernaan.

2. Menguraikan zat sisa metabolisme, hormon dan obat yang dimetabolisme di

hepar.

3. Membentuk protein-protein plasma .

4. Menyimpan cadangan glukosa, lemak, zat besi, tembaga dan vitamin.

5. Menjadi jalur yang dilewati oleh senyawa provitamin D untuk membantu proses

pengaktifannya, sehingga dapat dimanfaatkan oleh tubuh.

6. Memisahkan dan mengeluarkan sel-sel darah merah yang sudah tua serta darah

bakteri yang masuk ke dalam tubuh.

7. Mengekskresi kolesterol dan bilirubin.

Gambar 2.10. Sel Hepatosit dan Duktus Biliaris Sumber: Gill S et al, 2004

Page 33: PENGARUH PEMBERIAN MONOSODIUM GLUTAMAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37276/1/SANDY... · 8. Keluarga besar Santri Jadi Dokter Musi Banyuasin (SJD Muba) yang

18

8. Membuat garam empedu yang membantu proses pencernaan dan penyerapan

lemak.

Sebanyak 60-70% darah yang berasal dari vena porta kemudian memasuki

asinus hepar mempunyai kandungan oksigen yang rendah. Sedangkan, 30-40%

yang kaya oksigen berasal dari arteri hepatica. Hal ini terjadi karena untuk

perjalanan yang berasal dari vena porta (traktus porta) ke vena sentral, oksigen

digunakan sebagai kebutuhan metabolisme yang tinggi dari sel parenkim.

Heterogenitas kadar protein sel hepatosit sepanjang periportal sampai zona sentral

mempengaruhi gradien fungsi metabolisme sel hepatosit. Zona periportal yang kaya

mitokondria mempunyai aktivitas lebih banyak terhadap asam lemak,

glukoneogenesis, serta detoksifikasi amoniak menjadi urea.42

Sebagai organ detoksifikasi, hepar mempunyai struktur sel fagositik. Di

antara lembaran sel hepatosit, terdapat kapiler yang dinamakan sinusoid (asinus)

yang merupakan cabang vena porta dan arteri hepatica. Antar sinusoid ini dibatasi

oleh sel-sel fagositik (sel kupffer). Sel kupffer merupakan bagian sistem

retikuloendotelial yang berfungsi menghancurkan bakteri dan benda asing (radikal

bebas) yang masuk ke dalam tubuh dan melewati hepar.42

Gradien enzim yang terlibat dalam bioaktivasi detoksifikasi xenobiotik juga

berbeda sepanjang asinus hepar. Glutathion mempunyai kadar dan aktivitas yang

lebih tinggi di periportal dibandingkan zona sentral, sedangkan protein sitokrom

P450 (terutama isosim CYP2E1) terdapat dalam jumlah dan aktivitas yang lebih

besar di zona sentral dibandingkan periportal.42

2.2.4. Biokimia Hepar

Hepar merupakan salah satu organ terbesar yang menghasilkan senyawa-

senyawa protein dan enzim yang berguna untuk tubuh. Senyawa-senyawa tersebut

antara lain, albumin, bilirubin dan faktor-faktor pembekuan, serta mengeluarkan

enzim pendanda kerusakan. Fungsi hepar bisa diperiksa dengan beberapa

pemeriksaan biokimia, antara lain:44

1) Peningkatan enzim amino transferase (AST/ALT) = merupakan pemeriksaan

sebuah pertanda adanya perlukaan hepatoselular atau inflamasi

Page 34: PENGARUH PEMBERIAN MONOSODIUM GLUTAMAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37276/1/SANDY... · 8. Keluarga besar Santri Jadi Dokter Musi Banyuasin (SJD Muba) yang

19

2) Pemeriksaan Fosfatasealkali dan ɣ-GT = merupakan pemeriksaan sebagai

penanda adanya keadaan patologis yang mempengaruhi sistem empedu intra-dan

ekstra- hepatis

3) Pemeriksaan Albumin, urea dan faktor pembekuan (kecuali III dan IV) =

pemeriksaan yang mewakili fungsi sintesis hepar.

2.2.5. Biotransformasi Hepar

Metabolisme yang terjadi di dalam tubuh, terutama di hepar tentunya bisa

dimasuki oleh bahan-bahan asing, baik dari alam (xenobiotik) maupun sintetis.

Tubuh mempunyai mekanisme pertahanan terhadap bahan-bahan asing ini.

Mekanisme tubuh mengaktivasi dan mengekskresikan bahan-bahan asing keluar

dari tubuh ini disebut biotransformasi. Proses biotransformasi ini terdiri atas 2

reaksi, yaitu reaksi fase 1 (perubahan) dan reaksi fase 2 (pembentukan konjugasi).35

Reaksi fase 1 terjadi di dalam REH (Retikulum Endoplasma Halus). Pada

fase ini, terjadi penambahan atau pengubahan gugus fungsional pada senyawa

maupun zat asing ke dalam molekul nonpolar, sehingga menyebabkan peningkatan

polariras dan penurunan aktivitas biologic atau sifat racun. Namun, pada bahan

Gambar 2.11. Pemeriksaan Fungsi Biokimia Hepar Sumber: Sudoyo et al, 2006

Page 35: PENGARUH PEMBERIAN MONOSODIUM GLUTAMAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37276/1/SANDY... · 8. Keluarga besar Santri Jadi Dokter Musi Banyuasin (SJD Muba) yang

20

tertentu, kejadian fase 1 ini dapat menyebabkan peningkatan aktivitas toksik.

Reaksi penting pada fase ini adalah reaksi oksidasi berupa hidroksilasi,

pembentukan epoksida, sulfoksida, dealkilasi, desaminasi, reaksi reduksi, metilasi

dan desulfurisasi.35

Reaksi fase 2 merupakan proses perangkaian substrat pada molekul yang

sangat polar dan bermuatan negatif. Substrat yang dirangkai antara lain, bilirubin,

obat-obat dan bahan-bahan xenobiotik. Reaksi ini dikatalisis oleh enzim

transferase. Produk yang dihasilkan berupa konjugat. Konjugat dengan berat

molekul lebih dari 300 akan disekresikan melalui sistem bilier, sedangkan yang

kurang dari 300 akan disekresikan melalui sistem renal.35

MSG dapat meningkatkan kadar glukosa, peroksidasi lipid, glutathion dan

protein yang terikat dengan bahan tersebut. Selain itu, MSG juga menyebabkan

peningkatan aktivitas enzim Glutathione Peroksidase (GR), Glutathione-S-

Transferase (GST) dan Glutathione Peroksidase (GPX).3,49

Lipid, terutama jenis asam lemak jenuh merupakan salah satu senyawa

pembentuk struktur membran sel. Ketika terjadi reaktivitas senyawa oksigen reaktif

(ROS), maka akan menyebabkan kerusakan oksidatif berupa peroksidasi lipid,

sehingga merusak membran sel.50 Radikal bebas dapat merusak membran sel

dengan beberapa cara51.

a. Radikal bebas berikatan secara kovalen dengan enzim dan/atau reseptor yang

berbeda pada membran sel, sehingga merubah aktivitas komponen-komponen

yang terdapat pada membran sel tersebut.

b. Radikal bebas berikatan secara kovalen dengan komponen membran sel

sehingga merubah struktur membran dan mengakibatkan perubahan fungsi

membran dan/atau mengubah karakter membran menjadi seperti antigen.

c. Radikal bebas mengganggu sistem transport membran sel melalui ikatan

kovalen, mengoksidasi kelompok thiol, atau dengan merubah asam lemak

polyunsaturated.

d. Radikal bebas menginisiasi peroksidasi lipid secara langsung terhadap asam

lemak polyunsaturated dinding sel. Peroksida-peroksida lipid akan terbentuk

dalam rantai panjang dan merusak organisasi membran sel.

Page 36: PENGARUH PEMBERIAN MONOSODIUM GLUTAMAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37276/1/SANDY... · 8. Keluarga besar Santri Jadi Dokter Musi Banyuasin (SJD Muba) yang

21

Peroksidasi ini akan mempengaruhi fluiditas membran, cross-linking membran,

serta struktur dan fungsi membran.52,50

Tubuh mempunyai batas kemampuan maksimal dalam mempertahankan

diri terhadap radikal bebas. Bila produksi radikal bebas yang melebih batas

toleransi tubuh akan menyebabkan gangguan metabolik dan seluler. Jika posisi

radikal bebas yang terbentuk dekan dengan DNA, maka akan terjadi perubahan

struktur DNA sehingga terjadi mutasi atau sitotoksisitas. Selain itu, radikal bebas

juga dapat bereaksi dengan nukleotida, sehingga menyebabkan perubahan

signifikan terhadap komponen biologis selulernya. Jika radikal bebas merusak grup

thiol maka akan dapat terjadi perubahan pada aktivitas enzim-enzimnya.50

Page 37: PENGARUH PEMBERIAN MONOSODIUM GLUTAMAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37276/1/SANDY... · 8. Keluarga besar Santri Jadi Dokter Musi Banyuasin (SJD Muba) yang

22

2.3. Kerangka Teori

Monosodium Glutamat

(MSG)

↑ Konsumsi MSG

Mengandung Senyawa

Glutamat

Membentuk Radikal Bebas

↑ Enzim oksidasi

untuk FFA

Stress Oksidatif

↑ Influks Ca2+ ke

intrasel lewat NMDA

↑Aktivitas α-KGDH

Aktivasi NO sintase dan PKC

↑ ROS

Memberikan rasa umami ↑ Sintesis Suksinil

co-A ligase

↑ Konsumsi suksinil coA

sebagai regulator sel

(+) Phospholipase

↑ Ca intrasel

↑ Influx Ca

Gangguan fungsi pompa kalsium

↓ Energi untuk transpor aktif

↓ Produksi ATP

Metabolisme sel anaerob

Hipoksial sel-sel

Iskemia jaringan

Gangguan suplai O2

Gangguan pada retikulum

endoplasma dan mitokondria

Bengkak organel-organel

Berlangsung terus-menerus

Kerusakan membran sel

Sitoplasma pucat

Edema

Menarik air

↑ Na intrasel

↓ Pompa Na keluar sel

↓ Sintesis protein dan lipid

↓ Regenerasi membran sel

Gangguan fungsi

enzim-enzim intrasel

↓ pH cairan intrasel

Penumpukan asam

laktat intrasel

↑ Jaringan Adiposa (Lemak)

↑ Produksi Hidroksietil,

XO, NADPH Peroksidasi Lipid

↓ Level glutathion

pada sel

Sitotoksisitas Seluler

Kerusakan mitokondria

Pelepasan sitokrom c

Berikatan dengan Apoptotic

protease activating factor 1

(apaf-1)

Aktivasi proses

Apoptosis sel hepar

Gambaran histologi

kerusakan sel

hepatosit

Page 38: PENGARUH PEMBERIAN MONOSODIUM GLUTAMAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37276/1/SANDY... · 8. Keluarga besar Santri Jadi Dokter Musi Banyuasin (SJD Muba) yang

23

2.4. Kerangka Konsep

2.5. Definisi Operasional

No. Variabel Definisi

opersional

Alat Ukur Hasil Ukur Skala

Ukur

1. Berat Badan

Tikus

Ukuran dari berat

tikus yang diukur

pada hari pertama

sebelum

dilakukannya

pemberian MSG

(Dengan Syarat

100-150)

Timbangan

Analitik

Tikus

diletakkan pada

sebuah toples,

sebelumnya

timbangan telah

di kalibrasi

dengan berat

toples terlebih

dahulu, lalu

ditimbang

Numerik

Induksi monosodium

glutamat (MSG) berbagai

dosis selama 14 hari

Kerusakan mitokondria dan

membran sel

Kerusakan

Hepatosit

Gambaran

Histologi Sel

Hepatosit

Hepar tikus Sprague dawley

Page 39: PENGARUH PEMBERIAN MONOSODIUM GLUTAMAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37276/1/SANDY... · 8. Keluarga besar Santri Jadi Dokter Musi Banyuasin (SJD Muba) yang

24

2. Tikus usia

reproduktif

Merupakan tikus

jenis sprague-

dowly dengan

usia reproduktif

kisaran 8-12

minggu

- Dengan menilai

aktifitas

reproduksi,

serta surat

keterangan usia

tikus

Kategorik

3.

Sel Hepatosit Adalah kelompok

sel epitelial yang

berbentuk

polyhedral

dengan 6

permukaan atau

lebih, memiliki

batas yang jelas,

dan memiliki inti

yang bulat di

tengah. nalberada

dalam lapisan

interkoneksi

hepar.

Mikroskop

Olympus

BX41

Jumlah sel

hepatosit

normal dan

patologis

Numerik

4. Degenerasi

Parenkimatosa

Adalah

perlemakan pada

parenkim hepar.

Gambaran

histologi berupa

bercak, zonal atau

merata

Manual

dengan

bantuan

Software

ImageJ

Jumlah sel

hepatosit

dengan

degenerasi

parenkimatosa

Numerik

Page 40: PENGARUH PEMBERIAN MONOSODIUM GLUTAMAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37276/1/SANDY... · 8. Keluarga besar Santri Jadi Dokter Musi Banyuasin (SJD Muba) yang

25

5. Degenerasi

Hidropik

Adalah gangguan

pompa ion sel

sehingga air

masuk ke dalam

sel. Gambaran

histologi berupa

vakuola-vakuola

dan pembekakan

sel hepatosit

sampai dua kali

normal

Manual

dengan

bantuan

Software

ImageJ

Jumlah

hepatosit

dengan

degenerasi

hidropik

Numerik

6. Nekrosis Adalah kematian

sel atau jaringan.

Gambaran

histologi berupa

inti sel yang

mengecil dan

serabut halus

kromatin hilang.

Manual

dengan

bantuan

Software

ImageJ

Jumlah sel

hepatosit

dengan

nekrosis

Numerik

5. Skor Manja

Roenigk

Adalah metode

perhitungan sel

hepatosit untuk

mengetahui

derajat kerusakan

sel hepatosit.

Manual

dengan

bantuan

Software

ImageJ

Skor derajat

kerusakan

Numerik

Page 41: PENGARUH PEMBERIAN MONOSODIUM GLUTAMAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37276/1/SANDY... · 8. Keluarga besar Santri Jadi Dokter Musi Banyuasin (SJD Muba) yang

26

Tabel 3.1. Jadwal Kegiatan Penelitian

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian analitik eksperimental.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi : Penelitian dilakukan di Laboratorium Histologi, Laboratorium Parasitologi

dan Kandang Hewan FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jl. Ir. H

Juanda No.95 Ciputat Tangerang Selatan. Pembuatan preparat histologi

dilakukan di Laboratorium Patologi Anatomi Cito, Depok.

Waktu : Penelitian dimulai April 2016 – Oktober 2016

Berikut peneliti tampilkan jadwal penelitian.

No. Kegiatan

Bulan Kegiatan

April Mei Jun Jul Agu Sep Okt

1.

Studi Pustaka

dan penulisan

proposal

x

2.

Persiapan bahan

dan peranti

penelitian

x

3. Penelitian x x x

4. Analisis Data x x

5. Penulisan x

Page 42: PENGARUH PEMBERIAN MONOSODIUM GLUTAMAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37276/1/SANDY... · 8. Keluarga besar Santri Jadi Dokter Musi Banyuasin (SJD Muba) yang

27

3.3. Populasi dan Sampel

Hepar termasuk salah satu kelenjar endokrin karena menghasilkan hormon.

Pengaruh hormonal lebih tinggi pada tikus betina. Atas dasar ini, peneliti

menggunakan hewan coba berupa tikus betina karena bertujuan untuk melihat

perubahan sel hepatosit yang dipengaruhi oleh kondisi hormonal akibat pemberian

perlakuan dalam jangka waktu relatif singkat (14 hari).

Penelitian ini menggunakan tikus putih betina (Ratus Novergicus) strain

Sprague dawley, usia 8-12 minggu, berat 100-150 gram. Jumlah sampel dihitung

dengan Rumus Federer53:

( t - 1 ) ( n - 1 ) > 15

( t – 1 ) ( n – 1 ) > 15

( 4 – 1 ) ( n – 1 ) > 15

3 ( n – 1 ) > 15

n – 1 > 5

n > 6

Ket: t = jumlah kelompok penelitian

n = jumlah ulangan sampel

Kelompok penelitian dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok

perlakuan, sebanyak 3 kelompok dan kelompok kontrol, jumlah kelompok

penelitian adalah 4 kelompok. Berdasarkan perhitungan, maka dibutuhkan minimal

6 tikus perkelompok untuk diambil organ heparnya, sehingga pada total ulangan

untuk sampel adalah dibutuhkan sebanyak 24 sampel. Untuk masing-masing

kelompok kontrol dan kelompok perlakuan dibutuhkan organ hepar dari sejumlah

6 tikus masibg-masing kelompok. Jadi, total ada 24 organ hepar yang didapat.

Kelompok penelitian terdiri dari 2 kelompok yaitu kelompok perlakuan dan

kelompok kontrol yang masing-masing kelompok terdiri dari:

1. Kelompok Kontrol

(A) Kelompok A : kelompok dengan kontrol murni positif, diberikan

akuades 4 ml/hari

2. Kelompok Perlakuan

(B) Kelompok B : kelompok dengan pemberian MSG 2.400

mg/kgBB/hari dalam 4 ml akuades

Page 43: PENGARUH PEMBERIAN MONOSODIUM GLUTAMAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37276/1/SANDY... · 8. Keluarga besar Santri Jadi Dokter Musi Banyuasin (SJD Muba) yang

28

(C) Kelompok C : kelompok dengan pemberian MSG 3.600

mg/kgBB/hari dalam 4 ml akuades

(D) Kelompok D : kelompok dengan pemberian MSG 4.800

mg/kgBB/hari dalam 4 ml akuades

3.4. Cara Kerja Penelitian

3.4.1. Pengelompokkan Hewan Coba

Penelitian ini menggunakan 2 kelompok, yaitu kelompok kontrol dan

kelompok perlakuan. Masing-masing akan ditempatkan di tempat yang berbeda,

sesuai dengan pembagian dosis masing-masing. Tempat yang digunakan berupa

kandang hewan berbentuk baskom plastik dan diberi label. Satu kandang diisi oleh

2 tikus. Kelompoknya berupa: kontrol murni, kelompok perlakuan dosis MSG

2.400 mg/kgBB/hari, kelompok perlakuan dosis MSG 3.600 mg/kgBB/hari, dan

kelompok perlakuan dosis MSG 4.800 mg/kgBB/hari. Tiap kelompok terdiri dari

minimal 6 tikus. 1 kelompok memakai minimal 3 kandang hewan, 3 tempat makan

dan minimal 3 tempat minum. Tikus yang digunakan telah melewati penyeleksian

hewan percobaan dengan syarat hewan yang digunakan adalah hewan sehat, usia 8-

12 minggu dan berat badan 100-150 g. Sebelum memulai perlakuan, hewan coba

diaklimatisasi di kandang hewan FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta selama 1

minggu. Selama masa aklimatisasi, hewan coba hanya diberi pangan dan minum.

3.4.2 Alat dan Bahan Penelitian

3.4.2.1 Alat Penelitian

- Alat timbangan tikus

- Alat ukur bahan ( Timbangan untuk MSG )

- Alat dan wadah pembuatan serta penyimpanan bahan: Gelas Ukur 500 cc dan

250 cc, Alat pengaduk, Tabung Erlyn Meyer

- Sonde lambung

- Spuit 5 cc dan 3cc Merk Terumo

- Minor set bedah

- Meja operasi

- Kandang tikus dan alat makan-minum

Page 44: PENGARUH PEMBERIAN MONOSODIUM GLUTAMAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37276/1/SANDY... · 8. Keluarga besar Santri Jadi Dokter Musi Banyuasin (SJD Muba) yang

29

3.4.2.2. Bahan Penelitian

- Hewan Coba

Penelitian ini menggunakan tikus putih strain Sprague-Dawley usia reproduksi

8-12 minggu, berat 100-150 g, sebanyak 24 ekor di dapat dari iRATCo Animal

Facility and Modeling Provider, Bogor.

- Monosodium Glutamat (MSG)

MSG merupakan sodium I Glutamate onohydrate ( C5H8NnaO4) M=187,13

g/mol diperoleh dari Merck Jerman. Preparat bentuk kristal putih, LD50 15.800

mg/kgBB. Cat No. K39104445 935 .

- Pakan dan air minum

Pakan : Pakan tikus berupa pellet ayam buatan PT. Comfeed (Cirebon)

Air Minum : Berupa air ledeng dengan penyaringan menggunakan Pure it yang

dimasukkan kedalam botol minum hewan terbalik

Pemberian makan dan minum dilakukan secara ad libitum

- Akuades Destilata

- Pembius Eter aktif

3.4.3. Induksi MSG

Tikus yang telah diaklimatisasi akan diberi perlakuan secara induksi,

masing-masing dosis tiap tikus akan diberikan secara peroral sekali perhari.

Kemudian, diletakkan lagi ke dalam kandang sesuai pembagian kelompok dan

diberi makan pellet dan minum dengan hasil dari penyaring air yang tersedia sesuai

jadwal. Induksi ini dilakukan selama 14 hari.

3.4.4. Pengambilan Organ Hepar

Setelah dilakukan perlakuan sesuai kelompok selama 14 hari, selanjutnya

tikus dianestesi. Mulanya tikus dimasukan kedalam toples yang sebelumnya telah

diisi kapas yang ditumpahkan eter. Lalu, hewan coba diletakkan di atas meja bedah

untuk diambil organ heparnya dengan minor set. Kemudian, organ yang telah

diambil dibersihkan dari darah dengan dimasukkan ke dalam tempat yang sudah

berisi larutan fisiologis (NaCl). Setelah itu, organ dimasukkan ke dalam plastik

biohazard yang telah terisi formalin 10% untuk selanjutnya dilakukan pembuatan

Page 45: PENGARUH PEMBERIAN MONOSODIUM GLUTAMAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37276/1/SANDY... · 8. Keluarga besar Santri Jadi Dokter Musi Banyuasin (SJD Muba) yang

30

preparat di laboratorium Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas

Indonesia.

3.4.5. Pembuatan Preparat Histologi

Pembuatan preparat histologi dilakukan di Laboratorium Patologi Anatomi

Cito, Depok. Pewarnaan yang digunakan adalah Hematoxylin Eosin (HE).

Pewarnaan ini bertujuan untuk melihat gambaran sel hepatosit. Organ hepar yang

akan dibuat preparat terlebih dahulu direndam di dalam larutan formalin 10%

selama 24 jam, proses ini disebut proses fiksasi.

Selanjutnya dilakukan proses dehidrasi, untuk menghilangkan kandungan

air dan larutan fiksasi yang ada di dalam jaringan. Proses ini dilakukan dengan

merendam organ secara berseri dalam urutan sebagai berikut :

Etanol 70% selama 2 jam

Etanol 80% selama 2 jam

Etanol 90% selama 2 jam

Etanol absolut selama 2 jam

Etanol absolut selama 2 jam

Xylol selama 2 jam

Xylol selama 2 jam

Setelah proses dehidrasi, proses selanjutnya adalah embedding, yaitu

perendaman organ ke dalam parafin cair dengan suhu 60⁰C di dalam tempat

cetakan. Posisikan jaringan sedemikian rupa sehingga seluruh bagian jaringan

terendam oleh parafin. Parafin yang merendam jaringan dibiarkan membeku lalu

keluarkan dari cetakan sehingga membentuk blok parafin. Blok parafin kemudian

disimpan dalam suhu -20⁰C.

Selanjutnya adalah proses pemotongan blok paraffin. Pemotongan

dilakukan dengan alat pemotong mekanis berupa mikrotom dengan ketebalan 3-4

μm. Setelah terbentuk irisan, kemudian diletakkan di atas permukaan air di dalam

waterbath dengan suhu 46⁰C. Irisan tersebut selanjutnya ditempelkan pada kaca

objek yang telah diolesi albumin kemudian tempatkan kaca objek pada suhu 60⁰C.

Page 46: PENGARUH PEMBERIAN MONOSODIUM GLUTAMAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37276/1/SANDY... · 8. Keluarga besar Santri Jadi Dokter Musi Banyuasin (SJD Muba) yang

31

Selanjutnya kaca objek yang berisi jaringan dilakukan proses pewarnaan.

Proses pewarnaan dilakukan dengan merendam object glass ke dalam larutan secara

berseri dengan urutan sebagai berikut :

Xylol selama 3 menit

Xylol selama 3 menit

Etanol absolut selama 3 menit

Etanol absolut selama 3 menit

Etanol 90% selama 3 menit

Etanol 80% selama 3 menit

Bilas dengan akuades selama 1 menit

Larutan hematoksilin selama 6-7 menit

Bilas dengan akuades selama 1 menit

Alkaline selama 1 menit

Akuades selama 1 menit

Larutan eosin selama 1-5 menit

Bilas dengan akuades selama 1 menit

Etanol 80% sebanyak 10 celupan

Etanol 90% sebanyak 10 celupan

Etanol absolut pertama sebanyak 10 celupan

Etanol absolut kedua selama 1 menit

Xylol selama 3 menit

Xylol selama 3 menit

Xylol selama 3 menit

Kemudian object glass diangkat dalam keadaan basah kemudian diteteskan

Canada Balsom dan ditutup dengan kaca penutup. Selanjutnya preparat sudah dapat

diamati pada mikroskop.54-55

3.4.6. Pemotretan Preparat Histologi

Pemotretan preparat histologi dilakukan di Laboratorium Histologi dan

Laboratorium Parasitologi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Preparat dilihat menggunakan Mikroskop

Page 47: PENGARUH PEMBERIAN MONOSODIUM GLUTAMAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37276/1/SANDY... · 8. Keluarga besar Santri Jadi Dokter Musi Banyuasin (SJD Muba) yang

32

Olympus BX41 dengan perangkat lunak DP2-BSW pada perbesaran 400x dengan

5 lapang pandang.

3.4.7. Pengamatan dan Penghitungan Sel Hepatosit

Pengamatan sel hepatosit dilakukan dengan membuat foto preparat dan

menghitung hepatosit secara kuantitatif dengan bantuan perangkat lunak ImageJ

sebanyak 5 lapang pandang pada tiap preparat. Dari setiap lapang pandang, peneliti

membagi menjadi 4 bagian sama rata untuk diambil satu bagian saja. Pengambilan

bagian ini dilakukan dengan cara randomisasi menggunakan undian. Gambaran sel

hepatosit yang dilihat adalah normal, degenerasi parenkimatosa, degenerasi

hidropik dan nekrosis.16,57-62

Degenerasi adalah perubahan-perubahan morfologik akibat jejas-jejas yang

nonfatal. Perubahan-perubahan ini bersifat reversibel. Ada banyak penyebab

terjadinya degenerasi dan apabila berjalan lama dan dalam derajat yang berlebihan

dapat mengakibatkan kematian sel, yaitu nekrosis. Jejas sel dan kematian sel

merupakan kerusakan yang berbeda dalam derajat kerusakannya. Pada jejas sel

yang berbentuk degenerasi masih dapat pulih (reversibel), sedangkan pada nekrosis

tidak dapat pulih (ireversibel). Ada banyak jenis degenerasi yang dapat terjadi,

namun khusus pada penelitian ini peneliti menggunakan parameter degenerasi

parenkimatosa dan degenerasi hidropik. 56

Degenerasi parenkimatosa adalah perubahan seluler yang terjadi pada

sitoplasma berupa perlemakan, yaitu penimbunan lemak pada parenkim hepar.

Nama lain degenerasi ini adalah degenerasi keruh, degenerasi albuminosa dan

cloudly swelling. Pembekakan dan kekeruhan sitoplasma yang terjadi merupakan

akibat dari pengendapan protein. Gambaran histologi yang didapat berupa bercak,

zonal atau merata. Degenerasi parenkimatosa merupakan degenerasi yang paling

ringan derajatnya dan bersifat reversibel. Kerusakan yang terjadi hanya pada

sebagian kecil struktur sel dan menyebabkan oksidasi sel terganggu. Oksidasi yang

teganggu ini menyebabkan proses eliminasi air tidak maksimal sehingga terjadi

penimbunan air di dalam sel.56

Degenerasi Hidropik terjadi karena adanya gangguan membran sel

sehingga cairan masuk ke dalam sitoplasma. Gangguan keseimbangan cairan ini

Page 48: PENGARUH PEMBERIAN MONOSODIUM GLUTAMAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37276/1/SANDY... · 8. Keluarga besar Santri Jadi Dokter Musi Banyuasin (SJD Muba) yang

33

Sumber: Roenigk et al, 1998

Ramachandran et al, 2009

Prasetiawan et al, 2012

Sutrisna et al, 2013

Maulida et al, 2015

Andreas et al, 2015

Arifuddin et al, 2016

Tabel 3.2. Skoring Histopatologi Manja Roenigk

menimbulkan vakuola-vakuola yang berukuran kecil hingga besar. Terjadi

akumulasi cairan karena sel yang sakit tidak dapat menyingkirkan cairan yang

masuk. Karakteristik gambaran histologi yang terlihat adalah pembekakan sel

hepatosit sampai dua kali normal. Kerusakan ini bersifat reversibel dan sering

disebut juga ballooning degeneration. Derajat keparahannya lebih tinggi bila

dibandingkan dengan degenerasi parenkimatosa.56

Nekrosis adalah kematian sel atau jaringan. Kematian sel ini ditandai

dengan inti sel yang mati dan menjadi kecil, kromatin kehilangan serabut halus

retikuler dan menjadi berlipat-lipat, sel menjadi lebih padat, eosinofilik dan

homogen. Berdasarkan lokasi dan luasnya nekrosis dapat dibedakan menjadi

nekrosis fokal, nekrisis zonal dan nekrosis masif.56

Kerusakan sel hepatosit ditentukan menggunakan skor gambaran

histopatologi hepar modifikasi Manja Roenigk, yaitu dari sel yang diamati pada tiap

bagian dari lapang pandang, jumlah sel normal dikalikan 1, sel dengan degenerasi

parenkimatosa dikalikan 2, sel dengan degenerasi hidropik dikalikan 3 dan sel

dengan nekrosis dikalikan 4. Seluruh skor dijumlahkan hingga 5 lapang pandang

sebagai nilai kerusakan hepar yang terjadi. Setelah didapatkan nilai kerusakan hepar

setiap sampel dalam 1 kelompok, peneliti mencari nilai rata-rata yang nantinya akan

dimasukkan ke dalam SPSS versi 16.00 untuk diuji statistik.16,57-62

Tingkat Perubahan Nilai

Normal 1

Degenerasi Parenkimatosa 2

Degenerasi Hidropik 3

Nekrosis 4

Page 49: PENGARUH PEMBERIAN MONOSODIUM GLUTAMAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37276/1/SANDY... · 8. Keluarga besar Santri Jadi Dokter Musi Banyuasin (SJD Muba) yang

34

3.4.8. Perhitungan Sel dengan Perangkat Lunak ImageJ

1. Membuka perangkat lunak ImageJ

2. Buka gambar yang akan dihitung jumlah sel nya dengan meng-klik File, lalu

pilih Open, pilih gambar yang akan dihitung.

3. Klik Plugins, sorot pada Analyze, pilih Grid, atur Grid line sesuai kebutuhan

dan klik OK. Akan muncul grid line sebagai garis bantu untuk meminimalisir

kesalahan

4. Double Klik Multipoint tool pada toolbar

5. Arahkan kursor ke inti sel yang akan dihitung lalu klik kursor. Akan muncul

titik yang menandakan bahwa sel tersebut sudah dihitung. Ulangi hingga

seluruh sel terhitung

6. Jumlah sel akan ditampilkan pada kotak Configure

3.5. Manajemen Data

Setelah mendapatkan data dari pengamatan, data dikalkulasikan dan dicari

nilai rata-rata (mean) dari setiap kelompok dan standar deviasi. Kemudian,

dilakukan pengujian asumsi normalitas data terhadap variabel yang akan dilakukan

analisis. Data yang terkumpul dilakukan pengolahan data dengan menggunakan

program SPSS versi 16.0.

Penelitian ini merupakan penelitian analitik numerik yang tidak

berpasangan, selain itu jumlah kelompok lebih dari dua kelompok, karena itu

digunakan uji Oneway ANOVA jika distribusi dan varians data normal.

Sebelumnya dilakukan dulu uji normalitas dan homogenitas varians. Uji

normalitas menggunakan uji Shapiro-Wilk dan uji homogenitas varians

menggunakan uji statistik Levene. Jika distribusi data tidak normal maka

digunakan uji Kruskall-Wallis. Jika normal, maka dilanjutkan dengan uji Oneway

ANOVA. Bila hasilnya signifikan (p<0,05), maka dilanjutkan dengan uji Post Hoc

untuk mengetahui angka signifikan dari setiap kelompok. dan uji homogenitas

varians.63

Page 50: PENGARUH PEMBERIAN MONOSODIUM GLUTAMAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37276/1/SANDY... · 8. Keluarga besar Santri Jadi Dokter Musi Banyuasin (SJD Muba) yang

35

3.6. Alur Penelitian

(1) (2)

(3)

(4)

(5)

(6)

(8) (7)

(9) (10)

(11)

Tikus tiba di animal house dan

dimasukkan ke masing-masing

kandang

Masa adaptasi hewan coba, dan pemberian makan, minum,

serta mengganti sekam sebagai alas kandang

Tikus dikelompokkan

dan diberi tanda sesuai

kelompok perlakuan

Berat badan ditimbang setiap sebelum

melakukan induksi

Tikus diinduksi selama 14 hari dan tetap diberi makan, minum dan

dibersihkan kandangnya

Kelompok Dosis 1

dengan MSG

2.400 mg/4ml/hari

Kelompok kontrol

dengan akuades

4ml/hari

Kelompok Dosis 2

dengan MSG

3.600 mg/4ml/hari

Kelompok Dosis 3

dengan MSG

4.800 mg/4ml/hari

Sacrificing

Pengukuran Berat Badan, Pembiusan, Pembedahan,

Pengambilan organ hepar

Pembuatan preparat histologi dilakukan di

Laboratorium Cito, Depok dengan pewarnaan

Hematoxylin Eosin (HE).

Pemotretan preparat dengan Mikroskop

Olympus BX41 dengan perangkat lunak DP2-

BSW pada perbesaran 400x dengan 5 lapang

pandang

Didapatkan hasil pengolahan data perubahan

histologi sel hepatosit

Hari ke-1

Hari ke-14

Hari ke-15

Pengamatan dan Penghitungan Sel Hepatosit

dengan bantuan perangkat lunak ImageJ

sebanyak 5 lapang pandang pada tiap preparat,

kemudian dirata-rata

Manajemen Data dengan SPSS versi 16.0

Page 51: PENGARUH PEMBERIAN MONOSODIUM GLUTAMAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37276/1/SANDY... · 8. Keluarga besar Santri Jadi Dokter Musi Banyuasin (SJD Muba) yang

36

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

Kelompok yang digunakan selama penelitian terdiri dari Kelompok Kontrol

(kelompok A) dan Kelompok Perlakuan (Kelompok B, C dan D). Kelompok A

yang menjadi kelompok normal diberi akuades tanpa MSG. Kelompok B adalah

kelompok tikus dengan pemberian MSG 2.400 mg/kgBB/hari. Kelompok C adalah

kelompok tikus dengan pemberian MSG 3.600 mg/kgBB/hari. Kelompok D adalah

kelompok tikus dengan pemberian MSG 4.800 mg/kgBB/hari. Data yang didapat

berupa kenaikan berat badan tikus dan gambaran histologi kerusakan sel hepatosit

akibat induksi MSG dengan berbagai dosis.

4.1.1. Berat Badan

Pengukuran berat badan dilakukan setiap sebelum induksi akuades

(kelompok A) dan MSG berbagai dosis (kelompok B, C dan D) dengan

menggunakan timbangan digital. Setelah mendapatkan hasil pengukuran semua

tikus (data terlampir), peneliti melakukan pengukuran rata-rata berat badan awal

(saat perlakuan pertama) dan akhir (sebelum sacrificed). Berikut peneliti tampilkan

tabel hasil pengukuran rata-rata berat badan tikus.

Kelompok

Rata-rata Berat Badan (gram) ± SD Peningkatan Berat Badan

(g) ± SD Awal Akhir

A 117,5±12.03 132,5±7,94

15±10,60

B 115±12,31 136±12,03

21±14,85

C 119,5±7,26 139,3±14,39

19,83±14,02

D 121,83±10,68 141,83±11,92

20±14,14

Tabel 4.1. Rata-rata Berat Badan Sebelum dan Sesudah Perlakuan

Page 52: PENGARUH PEMBERIAN MONOSODIUM GLUTAMAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37276/1/SANDY... · 8. Keluarga besar Santri Jadi Dokter Musi Banyuasin (SJD Muba) yang

37

Tabel dan grafik hasil pengukuran berat badan di atas menunjukkan bahwa

terdapat peningkatan berat badan pada masing-masing kelompok tikus antara

sebelum dilakukan perlakuan dan setelah dilakukan perlakuan. Pada kelompok A

terdapat peningkatan berat badan sebesar 15 g. Pada kelompok B terdapat

peningkatan berat badan sebesar 21 g. Pada kelompok C terdapat peningkatan berat

badan sebesar 19,83 g. Pada kelompok D terdapat peningkatan berat badan sebesar

20 g.

4.1.2. Gambaran Histologi Kerusakan Sel Hepatosit

Penelitian dilakukan selama 14 hari terhadap 24 ekor tikus putih betina

Sprague dawley usia reproduktif (8-12 minggu) yang diinduksi akuades dan MSG

berbagai dosis. Pengukuran histologis kerusakan sel hepatosit dengan berbagai

tingkatan menggunakan skoring Manja Roenigk. Berikut hasil rata-rata skoring

Manja Roenigk setiap kelompok.

0

20

40

60

80

100

120

140

160

A B C D

Berat Badan Awal dan Akhir Tikus

Berat Badan Awal (g) Berat Badan Akhir (g)

Grafik 4.1. Rata-rata Berat Badan Tikus Awal dan Akhir

Page 53: PENGARUH PEMBERIAN MONOSODIUM GLUTAMAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37276/1/SANDY... · 8. Keluarga besar Santri Jadi Dokter Musi Banyuasin (SJD Muba) yang

38

Kelompok N Rata-rata Skoring Manja Roenigk

A 6 477,17

B 6 842,17

C 6 1194

D 6 1484,67

Tabel dan grafik di atas menunjukkan nilai rata-rata skoring Manja Roenigk

dari masing-masing kelompok. Rata-rata ini menjelaskan derajat kerusakan sel

hepatosit. Semakin tinggi nilai rata-rata, maka semakin tinggi juga derajat

kerusakan. Nilai rata-rata terendah terdapat pada kelompok A (induksi akuades 4

ml/hari), diikuti oleh kelompok B (induksi MSG dosis 2.400 mg/kgBB/hari) dan

kelompok C (induksi MSG dosis 3.600 mg/kgBB/hari). Nilai rata-rata tertinggi

terdapat pada kelompok D (induksi MSG dosis 4.800 mg/kgBB/hari). Jadi, bisa

disimpulkan bahwa semakin tinggi dosis yang diberikan, maka semakin tinggi

derajat kerusakan sel hepatosit. Berikut gambaran histopatologi dari keempat

kelompok.

0

200

400

600

800

1000

1200

1400

1600

A (akuades) B (MSG 2.400) C (MSG 3.600) D (MSG 4.800)

Tabel 4.2. Rata-rata Skoring Manja Roenigk

Grafik 4.2. Rata-rata Skoring Manja Roenigk

Kelompok (Perlakuan mg/kgBB/hari)

Ra

ta-r

ata

Sk

ori

ng

Ma

nja

Ro

enig

k

Page 54: PENGARUH PEMBERIAN MONOSODIUM GLUTAMAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37276/1/SANDY... · 8. Keluarga besar Santri Jadi Dokter Musi Banyuasin (SJD Muba) yang

39

Gambar 4.1. Gambaran Histologi Hepar dengan Pewarnaan HE dan Perbesaran 400x

(A) Kelompok dengan kontrol murni positif, diberikan akuades 4 ml/hari;

(B) Kelompok dengan pemberian MSG 2.400 mg/kgBB/hari dalam 4 ml akuades;

(C) Kelompok dengan pemberian MSG 3.600 mg/kgBB/hari dalam 4 ml akuades;

(D) Kelompok dengan pemberian MSG 4.800 mg/kgBB/hari dalam 4 ml akuades.

Panah biru : sel hepatosit normal.

Panah kuning : sel hepatosit yang mengalami degenerasi parenkimatosa.

Panah hijau : sel hepatosit yang mengalami degenerasi hidropik.

Panah hitam : sel hepatosit yang mengalami nekrosis.

A B

C D

Page 55: PENGARUH PEMBERIAN MONOSODIUM GLUTAMAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37276/1/SANDY... · 8. Keluarga besar Santri Jadi Dokter Musi Banyuasin (SJD Muba) yang

40

Setelah mendapatkan nilai skoring Manja Roenigk dari semua preparat

histologi yang dihitung manual dengan bantuan software ImageJ, selanjutnya

peneliti memasukkan data-data ke dalam SPSS versi 16.00 untuk diuji secara

statistik (data terlampir). Pertama, peneliti melakukan uji normalitas dengan

menggunakan Shapiro-Wilk. Uji Shapiro - Wilk digunakan karena dalam penelitian

ini jumlah sampel kurang dari lima puluh. Dalam uji Shapiro - Wilk didapatkan

nilai p = 0.118 (p>0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa distribusi data dalam

penelitian ini normal (data terlampir).63

Selanjutnya, peneliti melakukan uji homogenitas varians. Peneliti

mendapatkan nilai p = 0.304 (p>0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa distribusi

data dalam penelitian ini memiliki varians yang sama (data terlampir). Karena

distribusi data yang normal dan varians yang sama, maka data dapat diuji dengan

uji Oneway ANOVA.63

Kelompok N Rata-rata Skoring Manja Roenigk ± SD Nilai p

A 6 477,17 ± 71,76

0,000

B 6 842,17 ± 147,63

C 6 1194 ± 109,48

D 6 1484,67 ± 115,77

Pada uji Oneway ANOVA didapatkan nilai p = 0,000 (p<0,05) yang

menunjukkan bahwa terdapat perbedaan bermakna rata-rata skoring Manja

Roenigk pada semua kelompok. Sehingga dapat disimpulkan bahwa perbedaan

perlakuan dan dosis MSG yang diinduksi berpengaruh terhadap rata-rata derajat

kerusakan sel hepatosit tikus putih betina Sprague dawley usia reproduktif. Dengan

demikian, peneliti dapat melanjutkan dengan uji Post Hoc untuk mengetahui pada

kelompok manakah terdapat perbedaan yang bermakna.63

Tabel 4.3. Hasil Uji Oneway ANOVA Histologi Sel Hepatosit

Page 56: PENGARUH PEMBERIAN MONOSODIUM GLUTAMAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37276/1/SANDY... · 8. Keluarga besar Santri Jadi Dokter Musi Banyuasin (SJD Muba) yang

41

Kelompok yang Diuji Kelompok Pembanding Nilai p

Kelompok A

Kelompok B 0,000

Kelompok C 0,000

Kelompok D 0,000

Kelompok B

Kelompok A 0,000

Kelompok C 0,000

Kelompok D 0,000

Kelompok C

Kelompok A 0,000

Kelompok B 0,000

Kelompok D 0,000

Kelompok D

Kelompok A 0,000

Kelompok B 0,000

Kelompok C 0,000

Hasil analisis Post Hoc menunjukkan bahwa pada semua kelompok

dibandingkan dengan kelompok lain mempunyai nilai p = 0,000 (p<0,05). Dengan

demikian, dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan bermakna pada semua

kelompok yang diuji.63

4.2. Pembahasan

4.2.1. Berat Badan

Terjadi peningkatan berat badan pada semua kelompok perlakuan. Namun,

tidak terlihat peningkatan yang cukup bermakna karena tidak ada peningkatan yang

berbeda jauh antar perlakuan. Tawfik dan Al-Badr melaporkan bahwa terjadi

peningkatan berat badan secara signifikan terhadap tikus yang diberikan MSG dosis

600 dan 1600 mg/kgBB/hari selama 14 hari.11 Kemudian, Kumbhare (2015)

melakukan penelitian konfirmatif dengan memberikan dosis yang lebih besar.

Penelitian ini membuktikan bahwa terjadi peningkatan berat badan secara

signifikan pada tikus yang diberikan MSG dosis 3000 mg/kgBB dan 6000

mg/kgBB/hari.12

Tabel 4.4. Hasil Uji Post Hoc Histologi Sel Hepatosit

Page 57: PENGARUH PEMBERIAN MONOSODIUM GLUTAMAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37276/1/SANDY... · 8. Keluarga besar Santri Jadi Dokter Musi Banyuasin (SJD Muba) yang

42

4.2.2. Gambaran Histologi Kerusakan Sel Hepatosit

Pehitungan derajat kerusakan dengan skoring Manja Roenigk yang telah

dimasukkan ke dalam analisis statistik menunjukkan perbedaan tingkat kerusakan

sel hepatosit antar kelompok perlakuan. Dari table 4.3. dan grafik 4.2., dapat dilihat

bahwa kelompok A merupakan kelompok dengan derajat kerusakan terkecil

(normal) dan kelompok D merupakan kelompok dengan derajat kerusakan terbesar.

Sedangkan, di antara keduanya terdapat derajat kerusakan ringan sampai sedang,

yaitu kelompok B dan C.

Kelompok A merupakan kelompok dengan induksi akuades 4 ml/hari

selama 14 hari dan tidak diinduksi MSG sama sekali. Pada gambaran histologi,

terlihat bahwa sel hepatosit yang paling banyak adalah sel hepatosit normal. Pada

beberapa preparat histologi, terdapat sel hepatosit dengan degenerasi parenkimatosa

dan degenerasi hidropik dalam jumlah yang sangat terbatas. Pada umumnya, setiap

preparat memberikan gambaran sel hepatosit yang mengalami nekrosis. Kematian

sel seperti ini normal terjadi dalam hepar. Hal ini sesuai dengan penelitian yang

dilakukan oleh Cheville (1999) bahwa nekrosis sel tidak termasuk ke dalam

kejadian patologi karena dalam keadaan normal nekrosis juga dapat terjadi. Namun,

ketika terjadi peningkatan jumlah nekrosis, ini menandakan terdapat suatu proses

patologis.64

Kelompok B merupakan kelompok dengan induksi MSG 2.400

mg/kgBB/hari selama 14 hari. Pada gambaran histologi, terlihat bahwa sel hepatosit

normal masih banyak, namun terjadi peningkatan jumlah sel hepatosit degenerasi

parenkimatosa dan nekrosis. Keadaan ini menunjukkan derajat kerusakan yang

lebih berat dibandingkan dengan kelompok A.

Kelompok C merupakan kelompok dengan induksi MSG 3.600

mg/kgBB/hari selama 14 hari. Pada gambaran histologi, sel hepatosit normal

semakin berkurang jumlahnya, terjadi peningkatan progresif jumlah sel hepatosit

dengan degenerasi parenkimatosa dan degenerasi hidropik melebihi kelompok B.

Selain itu, sel hepatosit yang mengalami nekrosis juga semakin mudah ditemukan.

Hal ini menunjukkan bahwa kelompok C mengalami derajat kerusakan lebih tinggi

dibandingkan kelompok A dan B.

Page 58: PENGARUH PEMBERIAN MONOSODIUM GLUTAMAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37276/1/SANDY... · 8. Keluarga besar Santri Jadi Dokter Musi Banyuasin (SJD Muba) yang

43

Kelompok D merupakan kelompok dengan induksi MSG 4.800

mg/kgBB/hari selama 14 hari. Gambaran histologi menunjukkan kerusakan yang

sangat tinggi, dibuktikan dengan pengamatan mata dan perhitungan skor. Berbeda

dengan kelompok A, B dan C, pada penampakan histologisnya, kelompok D

menunjukkan gambaran kerusakan masif berupa nekrosis yang terjadi dimana-

mana dan semakin jarangnya terlihat sel hepatosit normal. Hal ini membuktikan

bahwa kelompok D merupakan kelompok dengan derajat kerusakan tertinggi.

Perbedaan derajat kerusakan ini menunjukkan perbedaan tingkatan efek

toksik MSG dengan berbagai dosis terhadap hepar, dalam hal ini hepatosit. Hal ini

sesuai dengan dengan penelitian yang dilakukan oleh beberapa peneliti yang sama-

sama menggunakan skoring Manja Roenigk sebagai dasar perhitungan sel

hepatosit. Hasil penelitiannya berupa peningkatan jumlah kerusakan berupa

degenerasi hidropik dan nekrosis sesuai dengan lama pajanan induksi MSG.16,61

Maulida (2015) menambahan vitamin C dan E pada tikus yang diinduksi MSG.

Setelah masa perlakuan, didapatkan bahwa terjadi perbaikan terhadap kerusakan sel

hepatosit. Gambaran histologi hepar tikus yang hanya diberikan MSG tanpa vitamin

C dan E menunjukkan kerusakan sel hepatosit akibat zat toksik dalam MSG.16

Sel-sel hepatosit kelompok B dan C merupakan kelompok yang mengalami

degenerasi terbanyak. Sedangkan kelompok D merupakan kelompok yang

mengalami nekrosis terbanyak. Dari bukti-bukti yang didapatkan, dapat

disimpulkan bahwa perbedaan tingkat dosis MSG yang diberikan menyebebakan

derajat kerusakan yang berbeda pula.65

Mekanisme kerusakan sel hepatosit pada dasarnya disebabkan oleh iskemik,

yaitu keadaan berkurangnya suplai oksigen terhadap jaringan atau organ. Banyak

faktor yang menyebabkan iskemia, yang tersering adalah cedera sel. Senyawa

glutamat dalam MSG akan membentuk radikal bebas dan meingkatkan ROS

(Reactive Oxygen Species) yang menyebabkan gangguan suplai oksigen.65

Penurunan suplai oksigen menyebabkan metabolisme di dalam sel berubah

sehingga menurunkan produksi ATP (adenosine trifosfat). Penurunan sumber

energi ini menyebabkan gangguan aktivitas sel, termasuk transport aktif. Pada

keadaan normal, transport aktif menggerakkan pompa natrium memompa natrium

dari intrasel ke ekstrasel. Ketika terjadi gangguan transport aktif, maka terjadi

Page 59: PENGARUH PEMBERIAN MONOSODIUM GLUTAMAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37276/1/SANDY... · 8. Keluarga besar Santri Jadi Dokter Musi Banyuasin (SJD Muba) yang

44

kelebihan natrium di dalam sel. Ion natrium yang berlebihan di intrasel ini menarik

air ke dalam sel sehingga terjadi penumpukan cairan intrasel membentuk edema

sel. Pada kondisi ini sitoplasma secara mikroskopik akan tampak pucat. Jika kondisi

ini teratasi dengan cepat, maka secara berangsur struktur dan fungsi sel akan

kembali seperti semula.65

Jika keadaan ini berlangsung terus-menerus, organel-organel dapat

mengalami pembengkakan, termasuk retikulum endoplasma dan mitokondria.

Retikulum endoplasma yang terganggu menyebabkan penurunan sintesis protein

dan lipid, sehingga proses regenerasi membran sel terganggu. Kerusakan membrane

sel juga terjadi karena terganggunya fungsi pompa kalsium sehingga meningkatkan

influks kalsium ke intrasel dan meningkatkan aktivitas enzim phospholipase

sehingga mengakibatkan kerusakan membran sel.65

Iskemia juga menyebabkan metabolism anaerob sehingga terjadi

penumpukan asam laktat intrasel. Asam laktat ini menyebabkan gangguan fungsi

enzim-enzim intrasel dan menurunkan pH cairan intrasel. Dengan kondisi-kondisi

akan mempercepat kerusakan sel hepatosit.65

Efek toksik akibat induksi MSG dalam dosis tinggi dan dalam jangka

panjang tidak mampu dihadapi oleh hepar. Stimulus yang berat dan lama melebihi

kapasitas adaptif sel hepatosit sehingga menyebabkan kematian sel karena sel

hepatosit tidak mampu lagi mengompensasi perubahan yang terjadi. Selain karena

stimulus yang bersifat patologis seperti senyawa glutamate, sel hepatosit dan sel

tubuh lain pada umumnya mempunyai mekanisme kematian sel yang terprogram

karena telah mencapai masa hidup tertentu. Mekanisme ini disebut apoptosis. Tapi,

dengan adanya keadaan iskemik mengakibatkan kerusakan mitokondria sehingga

melepaskan sitokrom c yang akan berikatan dengan apaf-1 (apoptotic protease

activating factor 1). Ikatan sitokrom c dengan apaf-1 ini akan mengaktivasi proses

apoptosis sel hepar.65

Page 60: PENGARUH PEMBERIAN MONOSODIUM GLUTAMAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37276/1/SANDY... · 8. Keluarga besar Santri Jadi Dokter Musi Banyuasin (SJD Muba) yang

45

BAB 5

SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan

Pemberian MSG peroral selama 14 hari pada semua kelompok perlakuan

berpengaruh secara bermakna terhadap gambaran histologi sel hepatosit

tikus betina (Sprague dawley) masa reproduktif (8-12 minggu).

5.2 Saran

Peneliti menyarankan penelitian lebih lanjut tentang efek pemberian MSG

terhadap gambaran histologi sel hepatosit dengan dosis yang lebih beragam

dan waktu perlakuan yang lebih lama.

Peneliti menyarankan agar penelitian selanjutnya menggunakan lapang

pandang yang lebih luas agar hasil lebih representatif.

Peneliti menyarankan agar penelitian selanjutnya menggunakan teknik

perhitungan sel hepatosit yang lebih objektif, misalnya dengan

menggunakan IHK (Imunohistokimia) atau Histology and Imaging Core

(HIC) seperti yang sudah dimiliki oleh University of Washington.

Peneliti menyarankan agar penelitian selanjutnya membahas berat badan

sebelum dan sesudah masa perlakuan dengan lebih baik dengan

memperhatikan jenis dan porsi makan tiap hari agar bisa mengetahui efek

pemberian MSG terhadap peningkatan nafsu makan.

Peneliti menyarankan agar penelitian selanjutnya menggunakan

perhitungan dosis berdasarkan Luas Permukaan Tubuh (m2).

Page 61: PENGARUH PEMBERIAN MONOSODIUM GLUTAMAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37276/1/SANDY... · 8. Keluarga besar Santri Jadi Dokter Musi Banyuasin (SJD Muba) yang

46

DAFTAR PUSTAKA

1. Riset Kesehatan Dasar. Riset Kesehatan Dasar Tahun 2013. Badan Penelitian

dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI; 2013.

2. Bhattacharya, T., Bhakta, A., Ghosh, SK. Long Term Effect of Monosodium

Glutamate in Liver of Albino Mice After Neo-natal Exposure. Nepal Med Coll

J, 2011;Volume 13(1), p. 11-16.

3. Onyema, OO., Farombi, EO., Emerole, GO., Ukoha, AI., Onyeze, GO. Effect

of Vitamin E on Monosodium Glutamate Induced Hepatoxixity and Oxidative

Stress in Rats. Indian J Biochem Biophys, 2006;Volume 43, p. 20-3.

4. Sharma, V., Deshmukh, R. Ajinomoto (MSG): A Fifth Taste or A Bio Bomb.

EJPMR, 2015 Jan 21;Volume 5(2), p. 381-400.

5. Geha, RS., Beiser, A., Ren, C., et al. Multicenter, Double-Blind, Placebo-

Controlled, Multiple-Challenge Evaluation of Reported Reactions to

Monosodium Glutamate. J Allergy Clin Immunol, 2000 Nov;Volume 106(5), p.

973-80.

6. Eweka, A., Om'Iniabohs, F. Histological Studies of The Effects of Monosodium

Glutamate on The Liver of Adult Wistar Rats. J Gastroenterol Hepatol,

2007;Volume 6, p. 2.

7. Shaumburg, HH., Byck, R., Gerstyl, R., Mashman, JH. Monosodium L-

glutamate: Its Pharmacology and Role in the Chinese Restaurant Syndrome.

Science, 1969;Volume 163, p. 826-8.

8. Erb J. The Slow Poisoning of Mankind: A Report on The Toxic Effects of The

Food Additive Monosodium Glutamate; 2006. Presented to the Joint

FAO/WHO Expert Committee On Food Additives. Available at:

www.holisticmed.com/msg/TheErbreportonMSGtotheWHO.pdf. [Accessed:

27 August 2016].

9. FDA. FDA and monosodium glutamate (MSG); 1995. Available at:

www.fda.gov/opacom/backgrounders/msg.html. [Accessed: 28 August 2016].

10. Suratmah. Ilmu Pangan dan Gizi. Yogyakarta: Liberty; 1997.

Page 62: PENGARUH PEMBERIAN MONOSODIUM GLUTAMAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37276/1/SANDY... · 8. Keluarga besar Santri Jadi Dokter Musi Banyuasin (SJD Muba) yang

47

11. Tawfik, MS., Al-Badr, N. Adverse Effect of Monosodium Glutamate on Liver

and Kidney Functions in Adult Rats and Potential Protective Effect of Vitamins

C and E. J Nutr Food Sci, 2012 Feb 18;Volume 3, p. 651-9.

12. Kumbhare, V., Gajbe, U., Singh, BR., Reddy, AK., Shukla, S. Histological and

Histochemical Changes in Liver of Adults Rats Treated with Monosodium

Glutamate : a Light Microscopic Study. WJPPS, 2015;Volume 4(04), p. 898-

911.

13. Simanjuntak, L. Pengaruh Pemberian Vitamin C Terhadap Gambaran

Histologis Hati Mencit (Musculus L.) yang Dipapari Monosodium Glutamate.

Tesis. Medan: FK USU; 2010.

14. Ortiz, GG., Bitzer-Quintero, OK., Zarate, CB., et al. Monosodium Glutamate-

Induced Damage in Liver and Kidney: A Morphological and Biochemical

Approach. Biomed Pharmacother, 2006;Volume 60, p. 86-91.

15. Fauzi TM. Pengaruh Pemberian Timbal Asetat dan Vitamin C Terhadap Kadar

Malondaldehyde dan Kuantitas Spermatozoa di dalam Sekresi Epididimis

Mencit Albino (Musculus L) Strain Balb/C. Tesis. Medan: FK USU; 2008.

16. Maulida, A., Ilyas, S., Hutahaean, S. Pengaruh Pemberian Vitamin C dan E

Terhadap Gambaran Histologis Hepar Mencit (Musculus L.) yang Dipajankan

Monosodium Glutamat (MSG). Medan: USU; 2015.

17. Lu, FC. Toksikologi Dasar. 2ed. Jakarta : Universitas Indonesia Press; 1994.

18. Brilliantina, L. Pengaruh Pemberian Monosodium Glutamat pada Induk Tikus

Hamil Terhadap Berat Badan dan Perkembangan Otak Anaknya pada Usia 7

dan 14 Hari. Tesis. Jakarta: Universitas Indonesia; 2012.

19. Suryadi, E., Iryani, D., Suyono, SK. Perubahan Sel-Sel Leydig Tikus Putih

(Rattus Norvegicus) Jantan Dewasa Setelah Pemberian Monosodium Glutamat

Peroral. Jurnal Anatomi Indonesia, 2007;Volume 1(3), p. 129-32.

20. Prawirohardjono, W., Dwiprahasto, I., Astuti, I., Hadiwandowo, S., Kristin, E.,

Muhammad, M., et al. The Administration to Indonesians of Monosodium L-

Glutamate In Indonesian Foods: An Assessment of Adverse Reactions in A

Randomized Double-Blind, Crossover, Placebo-Controlled Study. J Nutr,

2000;Volume 130, p. 1074-76.

Page 63: PENGARUH PEMBERIAN MONOSODIUM GLUTAMAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37276/1/SANDY... · 8. Keluarga besar Santri Jadi Dokter Musi Banyuasin (SJD Muba) yang

48

21. Filer, LJ., Garattini, S., Kare, MR., Reynolds, WA., Wurtman, RJ. Free and

Bound Glutamate in Natural Products. New York: Raven Press; 1979, p. 25-

34. Available at: www.jn.nutrition.org/cgi/content/full/130/4/892S. [Accessed:

28 August 2016].

22. Sukawan, U. Efek Toksik Monosodium Glutamat (MSG) pada Binatang

Percobaan. Jakarta: Universitas Indonesia; 2008.

23. Rangkuti, RH., Suwarso, E., Hsb, PAZ. Pengaruh Pemberian Monosodium

Glutamat (MSG) pada Pembentukan Mikronukleus Sel Darah Merah Mencit. J

Pharm Pharmacol, 2012;Volume 1(1), p. 29-36.

24. Wakidi, RF. Efek Protektif Vitamin C Dan E Terhadap Mutu Sperma Mencit

Jantan Dewasa yang Dipajan dengan Monosodium Glutamat. Tesis. Medan:

Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara; 2012.

25. Halpern, BP. Glutamate and The Flavor of Foods. J Nutrit, 2000;Volume 130,

p. 910-14.

26. Invesment Opportunities in Indonesia, PT Holdiko Perkasa. Available

at: www.holdiko.com/subcatindov.php?sctid=19&ctid=10. [Accessed: 28

August 2016].

27. Donatus, IA. Toksikologi Pangan. 1st ed.. Yogyakarta: PAU Pangan dan Gizi

UGM; 1990.

28. Maidawilis. Pengaruh Pemberian Monosodium Glutamat Terhadap Kadar

Follicle Stimulating Hormon dan Luteinizing Hormon Mencit (Mus Musculus)

Betina Strain Jepang. Tesis. Padang: Universitas Andalas; 1990.

29. Sukawan, UY. Efek Toksik Monosodium Glutamate (MSG) pada Binatang

Percobaan. Sutisning, 2008;Volume 3(2), p. 306-14.

30. Gill, S., Pulido, O. Glutamate Receptors in Peripheral Tissue : Excitatory

Transmission Outside The CNS. Library of Congress Cataloging in Publication

Data; 2004.

31. Chaudhari, N., Landin, AM., Roper, SD. A Metabotropic Glutamate Receptor

Variant Functions as A Taste Receptor. Nat Neurosci, 2000;Volume 3, p. 113–

19.

32. YH, Uke. Efek Toksik Monosodium Glutamat (MSG) pada Binatang

Percobaan. Jakarta. Sutisning, Jan 2008;Volume 3, p. 306–14.

Page 64: PENGARUH PEMBERIAN MONOSODIUM GLUTAMAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37276/1/SANDY... · 8. Keluarga besar Santri Jadi Dokter Musi Banyuasin (SJD Muba) yang

49

33. Molina, PE. Endocrine Physiology. 4th ed. New York: McGraw-Hill; 2013.

34. Barret, KE., Barman, SM., Boitano, S., Brooks, HL. Ganong’s Review of

Medical Physiology. 24th ed. New York: McGraw-Hill; 2012, p. 713.

35. Murray, RK., Granner, DK., Rodwell, VW. Biokimia Harper. 27 ed. Jakarta:

EGC; 2009, p. 250-1.

36. Guyton, AC., Hall, JE. Textbook of Medical Physiology. 11th ed. Philadelphia:

Elsevier Saunders; 2006, p. 856.

37. Cooper, AJL., Jeitner, TM. Central Role of Glutamate Metabolism of Nitrogen

Homeostasis in Normal and Hyperammonemic Brain. Biomolecules, 2016

Mar;Volume 6, p. 16.

38. Ardyanto, TD. MSG dan Kesehatan: Sejarah, Efek dan Kontroversinya.

Inovasi, 2004 Aug;Volume 1(16), p. 52-6.

39. Khrisna, VN., Karthika, D., Surya, DM., Rubini, MF., Vishalini, M., Pradeepa,

YJ. Analysis of Monosodium L-Glutamate in Food Products by High-

Performance Thin Layer Chomatography. J Young Pharm, 2009;Volume 2(3),

p. 297-300.

40. Stegink, LD., Filer, J. Effects of Aspartame Ingestion on Plasma Aspartate,

Phenylalanine, and Methanol Concentrations in Normal Adults. In: The Clinical

Evaluation of A Food Additive: Assessment of Aspartame. CRC Press, 1996:

p. 67-86.

41. Olney, JW. Brain lesions, Obesity, And Other Disturbances in Mice Treated

with Monosodium Glutamate. Science, 1969 May 9;Volume 164(3880), p. 719-

21.

42. Sherwood, L. Fisiologi Manusia. 6th ed. Jakarta: EGC; 2011.

43. FDA. Questions and Answer on Monosodium Glutamate (MSG); 2012.

Available at: www.fda.gov/Food/IngredientsPackagingLabeling/ [Accessed:

28 August 2016].

44. Sudoyo., Aru, W., et al. Ilmu Penyakit Dalam Universitas Indonesia. 4th ed.

Jakarta: Interna Publishing; 2006.

45. Drake, R., Vogl, AW., Adam, WMM. Dasar-dasar Anatomy Gray. Singapore:

Elsevier; 2014.

Page 65: PENGARUH PEMBERIAN MONOSODIUM GLUTAMAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37276/1/SANDY... · 8. Keluarga besar Santri Jadi Dokter Musi Banyuasin (SJD Muba) yang

50

46. Netter, FH. Atlas of Human Anatomy. 25th Ed. Singapore: Elsevier; 2014, p.

272.

47. Mescher, AL. Histologi Dasar Junqueira: Teks & Atlas. 12th Ed. Jakarta: EGC;

2010, p. 288.

48. Tortora, GJ, Grabowski, SR. Principles of Anatomy and Physiology. New York:

Wiley; 2000, p. 946.

49. Husarova, V., Ostatnikova, D. Monosodium Glutamate Toxic Effects and Their

Implications for Human Intake: A Review. JMED Research; 2013.

50. Powers, SK., Jackson, MJ. Exercise-induced Oxidative Stress : Cellular

Mechanisms and Impact on Muscle Force Production. Physiol Rev,

2008;Volume 88, p. 1243-76.

51. Sikka, SC., Rajasekaran, M., Hellstrom WJ. Role of Oxidative Stress and

Antioxidants in Male Infertility. Int J Androl, 1995;Volume 16, p. 464-8.

52. Slater, TF. Free-Radical Mechanisms in Tissue Injury. Biochem J, 1984 Aug

15;Volume 222(1), p. 1–15.

53. Federer, WT. Randomization and Sample Size in Experimentation. Wahington

D. C: Food and Drug Administration Statistics Seminar; 1966 Sept 19.

54. Muntiha, M. Teknik Pembuatan Preparat Histologi dari Jaringan Hewan

Dengan Pewarnaan Hematoksilin dan Eosin (HE). Temu Teknis Fungsional

Non Peneliti; 2001.

55. Waheed, U. Histotechniques. Saarbrucken: Lap Lambert Academic Publ; 2012.

56. Sarjadi., Wijaya, I, Endro, PB., Sadhana, U. Panduan Praktikum Patologi

Anatomi. 2nd ed. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro; 2003.

57. Roenigk, HH., Aurbach, R., Maibach, H., Weinstein, G., Lebwohl, M.

Methotrexate in Psoriasis: Consensus Conference. J Am Acad Dermatol,

1998;Volume 38, p. 478-85.

58. Ramachandran, R., Kakar, S. Histological Patterns in Drug-Induced Liver

Disease. J Cin Pathol, 2009;Volume 62, p. 481-92.

59. Prasetiawan, E., Sabri, E., Ilyas, S. Gambaran Histologis Hepar Mencit (Mus

Musculus L.) Strain Ddw Setelah Pemberian Ekstrak N-Heksan Buah

Andaliman (Zanthoxylum Acanthopodium Dc.) Selama Masa Pra Implantasi

dan Pasca Implantasi. Medan: USU; 2012.

Page 66: PENGARUH PEMBERIAN MONOSODIUM GLUTAMAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37276/1/SANDY... · 8. Keluarga besar Santri Jadi Dokter Musi Banyuasin (SJD Muba) yang

51

60. Sutrisna, E., Fitriani, AA., Setiawati., Salim, IA., Maskoen, AM., Sujatno, M.,

Sastramihardja, HS. Efek-efek Hepatoprotektif Ekstrak Etanol Daun Sendok

(Plantago Major L) pada Tikus Model Hepatotoksik: Tinjauan Anatomi dan

Histopatologi. Pharmacy, 2013 Jul 01; volume 10, p. 5.

61. Andreas, H., Trianto, HF., Ilmiawan, AI. Gambaran Histologi Regenerasi Hati

Pasca Penghentian Pajanan Monosodium Glutamat pada Tikus Wistar. E-

Jurnal Kedokteran Indonesia, 2015 Apr 1;Volume 3(1), p. 29-36.

62. Arifuddin., Asri, A., Imatris. Efek Pemberian Vitamin C Terhadap Gambaran

Histopatologi Hati Tikus Wistar yang Terpapar Timbal Asetat. Jurnal

Kesehatan Andalas, 2016;Volume 5(1), p. 217-18.

63. Dahlan, MS. Statistik Untuk Kedokteran Kesehatan. Jakarta: Epidemiologi

Indonesia; 2014.

64. Wardanella, M. Studi Histopatologi Pengaruh Pemberian Enteroksin

Enterobacter Sakazakii pada Mencit (Mus Musculus) Neonatus. Skripsi. FKH

IPB; 2008, p. 58-62.

65. Darwin, M. Alcor Live Extension Foundation: The Pathophysiology of

Ischemic Injury. Biopreservation; 1995. Available at:

www.alcor.org/Library/html/ischemic.html [Accessed: 11 October 2016].

Page 67: PENGARUH PEMBERIAN MONOSODIUM GLUTAMAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37276/1/SANDY... · 8. Keluarga besar Santri Jadi Dokter Musi Banyuasin (SJD Muba) yang

52

LAMPIRAN

Lampiran 1

Surat Keterangan Tikus Sehat

Page 68: PENGARUH PEMBERIAN MONOSODIUM GLUTAMAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37276/1/SANDY... · 8. Keluarga besar Santri Jadi Dokter Musi Banyuasin (SJD Muba) yang

53

Lampiran 2

Identifikasi MSG

Page 69: PENGARUH PEMBERIAN MONOSODIUM GLUTAMAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37276/1/SANDY... · 8. Keluarga besar Santri Jadi Dokter Musi Banyuasin (SJD Muba) yang

54

Gambar 6.2. Pengukuran Berat

Badan Tikus

Gambar 6.6. Pelarutan MSG Gambar 6.5. Pencampuran Bahan

Gambar 6.4. Alat dan Bahan untuk

Melarutkan MSG

Gambar 6.3. Penimbangan dosis MSG

Gambar 6.1. Sampel Tikus

Lampiran 3

Gambar Proses Penelitian

Page 70: PENGARUH PEMBERIAN MONOSODIUM GLUTAMAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37276/1/SANDY... · 8. Keluarga besar Santri Jadi Dokter Musi Banyuasin (SJD Muba) yang

55

Gambar 6.10. Preparat

Histologi

Gambar 6.9. Pengambilan

Organ Hepar

Gambar 6.7. Induksi MSG Gambar 6.8. Proses Sacrificed

Menggunakan Eter

Gambar 6.11. Mikroskop

Olympus BX41

Gambar 6.12. Pemotretan

Preparat Histologi

Page 71: PENGARUH PEMBERIAN MONOSODIUM GLUTAMAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37276/1/SANDY... · 8. Keluarga besar Santri Jadi Dokter Musi Banyuasin (SJD Muba) yang

56

Gambar 6.13. Pengamatan Preparat

Histologi dengan ImageJ

Gambar 6.14. Uji Statistik dengan

SPSS Versi 16.0

Page 72: PENGARUH PEMBERIAN MONOSODIUM GLUTAMAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37276/1/SANDY... · 8. Keluarga besar Santri Jadi Dokter Musi Banyuasin (SJD Muba) yang

57

Lampiran 4

Cara Perhitungan Dosis Pemberian MSG

1. 2.400 mg/kgBB/hari = 2,4 g/kgBB/hari

Dosis 2,4g/kgBB/hari = 2,4 g

1000gx150g

= 0,36g/hari

Konsentrasi = 0,36g/4mL

=0,09g/mL

2. 3.600 mg/kgBB/hari = 3,6 g/kgBB/hari

Dosis 3,6g/kgBB/hari= 3,6 g

1000gx150g

= 0,54g/hari

Konsentrasi = 0,54g/4mL

=0,135g/mL

3. 4.800 mg/kgBB/hari = 4,8 g/kgBB/hari

Dosis 4,8g/kgBB/hari= 4,8 g

1000gx150g

= 0,72g/hari

Konsentrasi = 0,72g/4mL

=0,18g/mL

Page 73: PENGARUH PEMBERIAN MONOSODIUM GLUTAMAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37276/1/SANDY... · 8. Keluarga besar Santri Jadi Dokter Musi Banyuasin (SJD Muba) yang

58

Tabel 6.1. Data Berat Badan Tikus

Lampiran 5

Data Berat Badan Tikus

Perlakuan BB Sebelum Perlakuan (g)

BB Sesudah Perlakuan (g)

K 1 105

132

2 117

127

3 123

143

4 122

133

5 103

121

6 135

139

P1 1 125

141

2 106

125

3 133

155

4 105

126

5 103

127

6 118

142

P2 1 106

118

2 123

149

3 127

158

4 119

128

5 123

141

Page 74: PENGARUH PEMBERIAN MONOSODIUM GLUTAMAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37276/1/SANDY... · 8. Keluarga besar Santri Jadi Dokter Musi Banyuasin (SJD Muba) yang

59

6 119

142

P3 1 135

157

2 113

136

3 133

154

4 120

135

5 122

143

6 108

126

Page 75: PENGARUH PEMBERIAN MONOSODIUM GLUTAMAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37276/1/SANDY... · 8. Keluarga besar Santri Jadi Dokter Musi Banyuasin (SJD Muba) yang

60

Tabel 6.2. Hasil Perhitungan Skor Manja Roenigk

Lampiran 6

Hasil Penilaian Derajat Kerusakan Sel Hepatosit

KELOMPOK A

P1T1 A B C D

SKOR

1 44 16 2 9

2 68 0 2 19

3 45 9 0 13

4 44 10 1 15

5 56 10 0 6

257 45 5 62

257 90 15 248 610

P1T2 A B C D

SKOR

1 133 1 0 5

2 35 0 0 11

3 33 0 0 9

4 19 7 0 11

5 24 7 0 8

244 15 0 44

244 30 0 176 450

P1T3 A B C D

SKOR

1 32 3 0 13

2 76 0 0 6

3 57 0 0 10

4 47 0 0 11

5 28 1 0 15

240 4 0 55

240 8 0 220 468

Page 76: PENGARUH PEMBERIAN MONOSODIUM GLUTAMAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37276/1/SANDY... · 8. Keluarga besar Santri Jadi Dokter Musi Banyuasin (SJD Muba) yang

61

P1T4 A B C D

SKOR

1 21 0 18 5

2 42 0 8 6

3 33 0 1 12

4 31 0 7 13

5 21 0 10 4

148 0 44 40

148 0 132 160 440

P1T5 A B C D

SKOR

1 42 0 9 6

2 44 0 7 11

3 38 0 11 7

4 38 0 6 8

5 32 0 12 9

194 0 45 41

194 0 135 164 493

P1T6 A B C D

1 15 0 12 4

SKOR

2 31 0 5 9

3 35 0 9 10

4 32 0 2 10

5 20 0 7 8

133 0 35 41

133 0 105 164 402

NILAI RATA-RATA KEL. A 477.1666667

Page 77: PENGARUH PEMBERIAN MONOSODIUM GLUTAMAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37276/1/SANDY... · 8. Keluarga besar Santri Jadi Dokter Musi Banyuasin (SJD Muba) yang

62

KELOMPOK B

P2T1 A B C D

SKOR

1 46 25 0 23

2 32 23 2 25

3 17 35 0 18

4 38 29 0 29

5 48 15 1 27

181 127 3 122

181 254 9 488 932

P2T2 A B C D

SKOR

1 25 4 4 23

2 51 5 0 16

3 29 11 9 15

4 5 37 4 29

5 15 12 10 26

125 69 27 109

125 138 81 436 780

P2T3 A B C D

SKOR

1 23 35 0 9

2 15 25 0 15

3 11 42 0 9

4 12 26 0 25

5 10 28 0 11

71 156 0 69

71 312 0 276 659

P2T4 A B C D

SKOR

1 17 35 0 44

2 8 35 0 44

3 43 12 2 18

4 15 25 4 33

5 31 23 6 30

114 130 12 169

114 260 36 676 1086

Page 78: PENGARUH PEMBERIAN MONOSODIUM GLUTAMAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37276/1/SANDY... · 8. Keluarga besar Santri Jadi Dokter Musi Banyuasin (SJD Muba) yang

63

KELOMPOK C

P3T1 A B C D

SKOR

1 5 8 15 44

2 4 21 7 48

3 7 9 8 51

4 12 26 6 36

5 8 6 27 40

36 70 63 219

36 140 189 876 1241

P2T5 A B C D

SKOR

1 12 19 0 26

2 10 26 0 20

3 12 18 0 28

4 8 21 2 35

5 6 30 0 18

48 114 2 127

48 228 6 508 790

P2T6 A B C D

SKOR

1 19 34 4 24

2 45 14 2 28

3 26 30 0 15

4 23 29 1 12

5 26 18 0 20

139 125 7 99

139 250 21 396 806

NILAI RATA-RATA KEL. B 842.1666667

Page 79: PENGARUH PEMBERIAN MONOSODIUM GLUTAMAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37276/1/SANDY... · 8. Keluarga besar Santri Jadi Dokter Musi Banyuasin (SJD Muba) yang

64

P3T2 A B C D

SKOR

1 39 5 0 44

2 19 13 0 37

3 10 24 5 33

4 22 16 4 37

5 12 53 2 22

102 111 11 173

102 222 33 692 1049

P3T3 A B C D

SKOR

1 17 13 6 41

2 9 13 13 38

3 11 3 15 43

4 9 0 19 36

5 24 22 4 31

70 51 57 189

70 102 171 756 1099

P3T4 A B C D

SKOR

1 3 35 7 35

2 21 20 0 52

3 10 31 0 40

4 6 28 0 29

5 12 29 0 44

52 143 7 200

52 286 21 800 1159

P3T5 A B C D

SKOR

1 7 18 7 44

2 13 15 7 43

3 31 10 15 52

4 18 13 14 47

5 18 24 5 47

87 80 48 233

87 160 144 932 1323

Page 80: PENGARUH PEMBERIAN MONOSODIUM GLUTAMAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37276/1/SANDY... · 8. Keluarga besar Santri Jadi Dokter Musi Banyuasin (SJD Muba) yang

65

P3T6 A B C D

SKOR

1 9 24 0 46

2 8 18 0 64

3 5 24 0 48

4 17 15 0 40

5 20 22 0 59

59 103 0 257

59 206 0 1028 1293

NILAI RATA-RATA KEL. C 1194

KELOMPOK D

P4T1 A B C D

SKOR

1 7 7 10 51

2 0 1 13 56

3 0 6 8 75

4 0 2 12 50

5 0 4 14 56

7 20 57 288

7 40 171 1152 1370

P4T2 A B C D

SKOR

Total 0 1 8 72

Total 1 1 7 74

Total 3 3 3 91

Total 0 1 18 52

Total 0 4 11 64

4 10 47 353

4 20 188 1412 1624

Page 81: PENGARUH PEMBERIAN MONOSODIUM GLUTAMAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37276/1/SANDY... · 8. Keluarga besar Santri Jadi Dokter Musi Banyuasin (SJD Muba) yang

66

P4T3 A B C D

SKOR

Total 1 6 19 63

Total 0 10 12 78

Total 0 8 9 56

Total 3 8 9 57

Total 6 2 24 52

10 34 73 306

10 68 219 1224 1521

P4T4 A B C D

SKOR

Total 9 16 12 70

Total 0 19 9 51

Total 8 35 2 51

Total 7 18 4 58

Total 9 22 6 42

33 110 33 272

33 220 99 1088 1440

P4T5 A B C D

SKOR

Total 1 7 16 69

Total 8 9 18 59

Total 0 5 15 45

Total 4 2 10 48

Total 0 15 6 46

13 38 65 267

13 76 195 1068 1352

P4T6 A B C D

SKOR

Total 13 14 17 56

Total 20 13 23 65

Total 15 6 6 66

Total 18 5 22 52

Total 22 10 19 50

88 48 87 289

88 96 261 1156 1601

NILAI RATA-RATA KEL. D 1484.666667

Page 82: PENGARUH PEMBERIAN MONOSODIUM GLUTAMAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37276/1/SANDY... · 8. Keluarga besar Santri Jadi Dokter Musi Banyuasin (SJD Muba) yang

67

Tabel 6.3. Hasil Uji Normalitas Distribusi Data Histologi Sel Hepatosit

Tabel 6.4. Hasil Uji Varians Histologi Sel Hepatosit

Lampiran 7

Hasil Uji Statistik

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Skor Manja Roenigk .105 24 .200* .934 24 .118

a. Lilliefors Significance Correction

*. This is a lower bound of the true significance.

Test of Homogeneity of Variances

Skor Manja Roenigk

Levene Statistic df1 df2 Sig.

1.294 3 20 .304

Skor Manja Roenigk

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 3424817.000 3 1141605.667 87.260 .000

Within Groups 261655.000 20 13082.750

Total 3686472.000 23

Tabel 6.5. Hasil Uji Oneway ANOVA Histologi Sel Hepatosit

Page 83: PENGARUH PEMBERIAN MONOSODIUM GLUTAMAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37276/1/SANDY... · 8. Keluarga besar Santri Jadi Dokter Musi Banyuasin (SJD Muba) yang

68

Skor Manja Roenigk

N Mean

Std.

Deviation Std. Error

95% Confidence Interval for Mean

Minimum Maximum Lower Bound Upper Bound

KELOMPOK A 6 477.167 71.7619 29.2967 401.857 552.476 402.0 610.0

KELOMPOK B 6 842.167 147.6271 60.2685 687.242 997.092 659.0 1086.0

KELOMPOK C 6 1.194E3 109.4769 44.6938 1079.111 1308.889 1049.0 1323.0

KELOMPOK D 6 1.485E3 115.7682 47.2622 1363.175 1606.158 1352.0 1624.0

Total 24 999.500 400.3516 81.7214 830.446 1168.554 402.0 1624.0

Skor Manja Roenigk LSD

(I) Kelompok (J) Kelompok

Mean Difference

(I-J) Std. Error Sig.

95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

KELOMPOK A KELOMPOK B -365.0000* 66.0372 .000 -502.751 -227.249

KELOMPOK C -716.8333* 66.0372 .000 -854.585 -579.082

KELOMPOK D -1007.5000* 66.0372 .000 -1145.251 -869.749

KELOMPOK B KELOMPOK A 365.0000* 66.0372 .000 227.249 502.751

KELOMPOK C -351.8333* 66.0372 .000 -489.585 -214.082

KELOMPOK D -642.5000* 66.0372 .000 -780.251 -504.749

KELOMPOK C KELOMPOK A 716.8333* 66.0372 .000 579.082 854.585

KELOMPOK B 351.8333* 66.0372 .000 214.082 489.585

KELOMPOK D -290.6667* 66.0372 .000 -428.418 -152.915

KELOMPOK D KELOMPOK A 1007.5000* 66.0372 .000 869.749 1145.251

KELOMPOK B 642.5000* 66.0372 .000 504.749 780.251

KELOMPOK C 290.6667* 66.0372 .000 152.915 428.418

*. The mean difference is significant at the 0.05 level.

Tabel 6.6. Deskripsi Oneway ANOVA Histologi Sel Hepatosit

Tabel 6.7. Hasil Uji Post Hoc Histologi Sel Hepatosit

Page 84: PENGARUH PEMBERIAN MONOSODIUM GLUTAMAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37276/1/SANDY... · 8. Keluarga besar Santri Jadi Dokter Musi Banyuasin (SJD Muba) yang

69

Lampiran 8

Riwayat Hidup Penulis

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Identitas:

Nama : Sandy Rahmando

Jenis Kelamin : Laki-laki

Tempat Tanggal Lahir : Musi Banyuasin, 1 Maret 1995

Agama : Islam

Alamat : Jl. Merdeka, Lk.I, No. 369, Kelurahan Balai Agung,

Kecamatan Sekayu, Kabupaten Musi Banyuasin,

Propinsi Sumatera Selatan.

Email : [email protected]

Riwayat Pendidikan

2000 : TK Negeri Pembina Sekayu

2001 – 2007 : SD Muhammadiyah Sekayu

2007 – 2010 : SMP Negeri 6 Unggul Sekayu

2010 – 2013 : MA Negeri Model Sekayu

2013 – sekarang : Program Studi Kedokteran dan Profesi Dokter

FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta