Top Banner
PENGARUH PANJANG UKUR SPESIMEN KOMPOSIT RANDOM FIBERGLASS EPOXY PADA PENGUJIAN KETAHANAN RETAK DENGAN METODE ESSENTIAL WORK OF FRACTURE Tugas Akhir Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik Disusun Oleh : BAYU SURYO NAGORO NIM I 0403019 JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2009
53

pengaruh panjang ukur spesimen komposit random fiberglass ...

Jan 13, 2017

Download

Documents

trinhtuyen
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: pengaruh panjang ukur spesimen komposit random fiberglass ...

PENGARUH PANJANG UKUR SPESIMEN KOMPOSIT RANDOM FIBERGLASS EPOXY

PADA PENGUJIAN KETAHANAN RETAK DENGAN METODE ESSENTIAL WORK OF FRACTURE

Tugas Akhir

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Teknik

Disusun Oleh :

BAYU SURYO NAGORO NIM I 0403019

JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2009

Page 2: pengaruh panjang ukur spesimen komposit random fiberglass ...

PENGARUH PANJANG UKUR SPESIMEN KOMPOSIT RANDOM FIBERGLASS EPOXY

PADA PENGUJIAN KETAHANAN RETAK DENGAN METODE ESSENTIAL WORK OF FRACTURE

Disusun oleh :

Bayu Suryo Nagoro I 0403019

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II Bambang Kusharjanta, S.T., M.T. Dody Ariawan, S.T., M.T. NIP. 196911161997021001 NIP. 197308041999031003 Telah dipertahankan di hadapan Tim Dosen Penguji pada hari jum’at, tanggal 28 Agustus 2009 1. Ir. Wijang Wisnu R, M.T. :………………………………………… NIP. 196810041999031002 2. Wahyu Purwo R, S.T, M.T. : ………………………………………... NIP. 197202292000121001 3. Purwadi Joko W, S.T., M.Kom.: ………………………………………… NIP. 197301261997021001

Mengetahui, Ketua Jurusan Teknik Mesin Koordinator Tugas Akhir Dody Ariawan, S.T., M.T. Syamsul Hadi, S.T., M.T. NIP. 197308041999031003 NIP. 197106151998021002

Page 3: pengaruh panjang ukur spesimen komposit random fiberglass ...

MOTTO

“Jangan pernah lari dari waktu, atau waktu akan terus mengejarmu dan mungkin akan menyusahkanmu”

“Keberhasilan tidak memerlukan penjelasan dan kegagalan tidak memerlukan alasan” (Mario Teguh)

“Jadilah EMAS dimanapun anda berada”

“ Gunakanlah sebaik-baiknya masa mudamu sebelum datang masa tuamu “

“ Jadilah insan manusia yang berguna bagi orang lain”

Page 4: pengaruh panjang ukur spesimen komposit random fiberglass ...

BAYU SURYO NAGORO ILMU BAHAN

PENGARUH PANJANG UKUR SPESIMEN KOMPOSIT RANDOM FIBERGLASS EPOXY PADA PENGUJIAN KETAHANAN RETAK DENGAN

METODE ESSENTIAL WORK OF FRACTURE

ABSTRAK

Tujuan penelitian adalah mengetahui pengaruh panjang ukur spesimen terhadap ketangguhan retak bahan komposit random fiberglass epoxy. Metode penelitian yang digunakan adalah EWFM. Komposit dibuat dengan menggunakan resin epoxy sebagai matriknya dan random fiberglass sebagai penguatnya. Fraksi volume bahan adalah 73% resin epoksi dan 27% untuk seratnya.

Spesimen dibuat dengan metode hand lay up. Selanjutnya komposit di postcure dalam oven selama 4 jam pada suhu 80°C. Kemudian dilakukan proses pengujian tarik. Metode pengujiannya adalah spesimen yang telah diberi retakan awal diuji dengan mesin Gotech. Hasil pengujian didapat kurva beban-pertambahan panjang. Kemudian dihitung luasan area di bawah grafik untuk tiap spesimen. Luasan area ini adalah kerja patah total (Wf) dari tiap-tiap spesimen. Kemudian Wf dibagi dengan luas area patah ligamen (t.l) untuk mendapatkan kerja patah spesifik (wf). Nilai wf kemudian diplotkan ke dalam bidang wf vs panjang ligamen. selanjutnya diekstrapolasi ke l =0. Perpotongan garis regresi dengan sumbu wf merupakan harga essensial patah spesifik (we).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai rata-rata kerja patah spesifik we adalah 1,92 kg.mm/mm2. Panjang

ukur spesimen tidak berpengaruh pada harga Essential Patah Spesifik.

Kata kunci : Metode EWF, komposit random fiberglass epoxy, ketangguhan retak

Page 5: pengaruh panjang ukur spesimen komposit random fiberglass ...

KATA PENGANTAR

Dengan mengucap syukur atas kehadirat Allah SWT, yang telah

melimpahkan Rahmat dan Karunia-Nya atas terselesaikannya penulisan Tugas Akhir

ini. Tugas Akhir ini diajukan sebagai persyaratan untuk menyelesaikan studi pada

Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta. Tugas

Akhir ini berjudul “Pengaruh Panjang Ukur Spesimen Komposit Random Fiberglass

Epoxy Pada Pengujian Ketangguhan Retak Dengan Metode Essential Work of

Fracture”.

Dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini penulis menyadari bahwa Tugas

Akhir ini mungkin masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna, oleh karena itu

penulis mengharap kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan

Tugas Akhir ini. Dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini penulis banyak menerima

bantuan secara langsung maupun tidak langsung, maka dari itu penulis mengucapkan

terima kasih kepada:

1. Ibu tercinta yang tidak ada lelahnya terus memberi motivasi.

2. Alm Bp Bambang Anggono selaku AYAH yang tiada lelahnya mendidik aku

untuk menjadi orang yang berguna bagi orang lain. Pesan ayah tidak akan

pernah aku lupakan.

3. Bapak Dody Ariawan, S.T., M.T. selaku dosen pembimbing dan Ketua

Jurusan Teknik Mesin Universitas Sebelas Maret.

4. Bapak Bambang Kusharjanta, S.T., M.T. selaku dosen pembimbing 1 yang

telah memberikan bimbingan dan arahan dalam penulisan Tugas Akhir ini.

5. Seluruh dosen dan staf pengajar Jurusan Teknik Mesin FT- UNS yang telah

membimbing kami selama bertahun-tahun dalam menimba ilmu. Semoga

kami menjadi insan manusia yang berguna bagi bangsa, nagara dan orang lain.

6. Rekan-rekan seperjuangan angkatan 2003 yang telah menemani disaat senang

dan duka.

Page 6: pengaruh panjang ukur spesimen komposit random fiberglass ...

7. Semua rekan Teknik Mesin yang telah membantu dan tidak dapat kami

sebutkan satu persatu.

8. Semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan semuanya yang telah membantu.

Akhirnya penulis berharap bahwa Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi

para pembaca dan dunia ilmu pengetahuan pada umumnya.

Surakarta, 8 Agustus 2009

Bayu Suryo Nagoro

Page 7: pengaruh panjang ukur spesimen komposit random fiberglass ...

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN MOTTO ………………………………………………………………….. iii ABSTRAK……………………………………………………………….. iv KATA PENGANTAR……………………………………………………. vi DAFTAR ISI……………………………………………………………… viii DAFTAR TABEL………………………………………………………… x DAFTAR GAMBAR……………………………………………………… xi BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang……………………………………………………… 1 1.2 Batasan Masalah……………………………………………………. 2 1.3 Perumusan Masalah………………………………………………… 3 1.4 Tujuan Penelitian…………………………………………………… 3 1.5 Manfaat Penelitian………………………………………………….. 3 1.6 Sistematika Penulisan………………………………………………. 3

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka…………………………………………………… 5 2.2 Landasan Teori 2.2.1 Metode EWF…………………………………………………. 6 2.2.2 Material Komposit…………………………………………… 10 2.2.3 Serat Gelas……………………………………………………. 11 2.2.4 Matrik………………………………………………………… 13 2.2.5 Resin Epoxy………………………………………………….. 13 2.2.6 Metode Hand Lay Up………………………………………... 13 2.3 Densitas…………………………………………………………….. 14 2.4 Fraksi Volume………………………………………………………. 14 2.5 Kekuatan Tarik Komposit…………………………………………... 14 2.6 Hipotesis…………………………………………………………….. 15 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Teknik Pengumpulan Data……………………………………………... 16 3.2 Bahan, alat dan bentuk specimen 3.2.1 Bahan…………………………………………………………….. 16 3.2.2 Alat yang digunakan……………………………………………... 16 3.2.3 Benda Uji………………………………………………………… 17 3.3 Tata cara penelitian…………………………………………………….. 18 3.4 Bagan alir penelitian……………………………………………………. 20 BAB IV DATA DAN ANALISA 4.1 Hasil perhitungan tegangan luluh komposit fiberglass epoxy………… 21 4.2 hasil pengujian EWF…………………………………………………… 22

Page 8: pengaruh panjang ukur spesimen komposit random fiberglass ...

4.3 Plastic Constrain Factor………………………………………………... 33 4.4 Analisa…………………………………………………………………. 35 BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan…………………………………………………………….. 37 5.2 Saran……………………………………………………………………. 37 DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………….. 38

Lampiran …………………………………………………………………... ... 39

Page 9: pengaruh panjang ukur spesimen komposit random fiberglass ...

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Sifat-sifat serat gelas………………………………………………………12 Tabel 3.1 Parameter spesimen uji EWF……………………………………………...18

Page 10: pengaruh panjang ukur spesimen komposit random fiberglass ...

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Daerah K mengelilingi dan mengontrol perilaku daerah plastis dan ujung Retakan …………………………………………………………… 1 Gambar 2.1 Gambar spesimen EWF tipe SENT ……………………………….. 7 Gambar 2.2 Ilustrasi kerja total metode EWF ………………………………….. 7 Gambar 2.3 We untuk membentuk dan akhirnya merobek daerah retakan pada takikan………………………………………………………... 8 Gambar 2.4 Pengaruh Panjang ligamen terhadap kerja patah total ……………... 9 Gambar 2.5 Plot grafik wf terhadap l ……………………………………………. 9 Gambar 2.6 Ilustrasi Plane Strain dan Plain Stress………………………………. 10 Gambar 2.7 Jenis-jenis komposit……………………………………………….... 11 Gambar 2.8 Skema uji tarik ………………………………………………… …... 14 Gambar 3.1 Spesimen Uji tarik…………………………………………………… 17 Gambar 3.2 Spesimen uji EWFM………………………………………………… 17 Gambar 3.3 Kurva beban -pertambahan panjang spesimen uji…………………... 19 Gambar 3.4 Bagan alir pelaksanaan penelitian…………………………………… 20 Gambar 4.1 Tipe kurva tegangan-regangan ……………………………………… 21 Gambar 4.2 Histogram perhitungan tegangan luluh……………………………… 22 Gambar 4.3 Grafik beban – pertambahan panjang ………………………………. 22 Gambar 4.4 Grafik wf vs l, G=110 mm…………………………………………... 23 Gambar 4.5 Penampang samping patahan spesimen untuk G= 110 mm dan ligamen 14.5 mm……………………………………………………………... 24 Gambar 4.6 Grafik wf vs l, G=120 mm…………………………………………... 25 Gambar 4.7 Penampang samping patahan spesimen untuk G= 120 mm dan ligamen 12 mm……………………………………………………………….. 26 Gambar 4.8 Grafik wf vs l, G=130 mm…………………………………………. 27 Gambar 4.9 Penampang samping patahan spesimen untuk G= 130 mm dan ligamen 14,5 mm……………………………………………………………... 28 Gambar 4.10 Grafik wf vs l, G= 140 mm………………………………………… 29 Gambar 4.11 Penampang samping patahan spesimen untuk G= 140 mm dan ligamen 14 mm…………………………………………………………….. 30 Gambar 4.12 Grafik wf vs l, G=150 mm………………………………………… 31 Gambar 4.13 Penampang samping patahan spesimen untuk G= 150 mm dan ligamen 13 mm…………………………………………………………….. 32 Gambar 4.14 Ilustrasi perambatan retak spesimen uji ………………………….. 32 Gambar 4.15 Plot grafik

ss

y

net Vs l, G= 110 mm……………………………….. 33

Gambar 4.16 Plot grafik ss

y

net Vs l, G= 120 mm………………………………… 33

Gambar 4.17 Plot grafik ss

y

net Vs l, G= 130 mm………………………………… 34

Page 11: pengaruh panjang ukur spesimen komposit random fiberglass ...

Gambar 4.18 Plot grafik ss

y

net Vs l, G= 140 mm………………………………… 34

Gambar 4.19 Plot grafik ss

y

net Vs l, G= 150 mm………………………………… 35

Gambar 4.20 Hubungan we vs panjang ukur spesimen…………………………… 36

Page 12: pengaruh panjang ukur spesimen komposit random fiberglass ...

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ketangguhan material (material toughness) adalah kerja yang diperlukan

material untuk menahan beban tanpa terjadinya retakan atau patahan. Untuk

mengetahui ketangguhan retak suatu material diperlukan adanya suatu metode

pengujian. Metode pengujian yang biasa digunakan adalah metode LEFM dan J-

Integral.

Metode LEFM (Linear Elastic Fracture Mechanics) merupakan metode yang

sering digunakan untuk pengujian ketangguhan retak, terutama untuk bahan polimer.

Ketangguhan retak dalam LEFM dinyatakan dengan faktor intensitas tegangan (K)

Daerah K adalah daerah yang mengelilingi dan mengontrol perilaku daerah plastis

dan ujung retakan. Berdasarkan teori LEFM, tegangan (K) mencapai kritis (Kc)

maka akan terjadi kegagalan. Terlihat pada gambar 1.1, Semakin besar daerah plastis

maka akan meniadakan daerah K sehingga K tidak dapat lagi digunakan dan metode

LEFM tidak valid lagi dalam pengujian dan perhitungan ketangguhan material.

Gambar 1. Daerah-K mengelilingi dan mengontrol perilaku dari daerah plastis

dan ujung retak

Untuk mengatasi kekurangan tersebut kemudian dikembangkan analisa J-

Integral. Penggunaan metode ini terus meningkat sebagai pengganti LEFM dan

Page 13: pengaruh panjang ukur spesimen komposit random fiberglass ...

berhasil digunakan untuk pengujian ketangguhan retak untuk bahan polimer ulet.

Penggunaan metode ini hanya untuk pembebanan statis. Kekurangan metode ini

adalah biaya pengujiannya mahal, hanya dapat digunakan untuk retakan yang stabil,

penerapannya sulit dan ukuran dari spesimen harus besar.

Dengan adanya keterbatasan penggunaan metode LEFM dan J-Integral, maka

selanjutnya dikembangkan Metode EWF (Essential Work of Fracture). Metode ini

merupakan metode sederhana dalam pengujian dan perhitungan ketangguhan

material. Analisis ketangguhan material hanya memerlukan kerja patah total material

yang terjadi pada bagian retaknya dan mulur plastis di daerah sekitar retakan. Metode

ini menghasilkan validitas pengujian yang baik, disamping itu juga dapat digunakan

untuk spesimen yang kecil. Metode ini sudah banyak digunakan untuk pengujian

spesimen berbahan polimer, tetapi masih jarang digunakan untuk spesimen berbahan

komposit.

Penelitian mengenai pengujian spesimen berbahan komposit dengan metode

EWF (Essential Work of Fracture) masih sangat perlu dilakukan untuk mendapatkan

faktor-faktor yang berpengaruh dan mendapatkan kesepakatan prosedur yang baku

mengenai penelitian ini.

1.2 Batasan Masalah

Dalam penelitian ini masalah dibatasi sebagai berikut:

1. Metode pengujian yang digunakan adalah Metode EWF.

2. Spesimen yang digunakan adalah komposit Random Fiberglass Epoxy tipe

SENT (Single Edge Notch Tension).

3. Laju pembebanan adalah 10 mm/min.

4. Dimensi spesimen: lebar spesimen (Wo) 50 mm, panjang total (Li) untuk semua

spesimen adalah 250 mm dan panjang ukur spesimen (G) adalah 110 mm

sampai 150 mm dengan beda variasi masing-masing spesimen 10 mm dan

panjang ligament (l) 10 mm sampai 17 mm.

5. Perbandingan antara fraksi volume fiber dan epoxy adalah 27% : 73%.

6. Resin yang digunakan adalah Bisphenol A-epichlorohydrin.

7. Epoxy hardener yang digunakan type Polyaminoamide.

Page 14: pengaruh panjang ukur spesimen komposit random fiberglass ...

8. Perbandingan penggunaan antara resin dan hardener adalah 1:1.

1.3 Perumusan Masalah

Dalam penelitian ini masalah dirumuskan sebagai berikut: Adakah pengaruh

panjang ukur spesimen terhadap nilai ketangguhan retak bahan komposit Random

Fiberglass Epoxy dengan menggunakan metode EWF (Essential Work of Fracture)

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh panjang ukur spesimen

terhadap ketangguhan retak bahan komposit Random Fiberglass Epoxy dengan

menggunakan metode EWF.

1.5 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan, apakah metode ini

dapat diterapkan dalam pengujian ketangguhan retak bahan komposit. Semoga

penelitian ini dapat memberikan sumbangan untuk pembakuan metode EWF.

Sebagaimana diketahui hingga kini metode uji EWF belum memiliki standar yang

baku. Para peneliti masih terus bereksplorasi untuk menuju suatu titik yang dicita-

citakan yaitu mendapat pengetahuan yang cukup untuk menyusun standar uji EWF

yang mantap. Oleh karena itu, peneliti merasa perlu untuk memberikan kontribusi

bagi pengembangan dalam analisa ketangguhan material dengan menggunakan

metode EWF.

1.6 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan skripsi ini adalah:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisi : Judul penelitian, latar belakang masalah, tujuan penelitian,

perumusan masalah, batasan masalah, manfaat penelitian dan

sistematika penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI

Bab ini berisi : Tinjauan pustaka mengenai penelitian terdahulu dengan metode

EWF, landasan teori tentang Metode EWF dan material komposit

Page 15: pengaruh panjang ukur spesimen komposit random fiberglass ...

random fiberglass epoksi. Dan hipotesa dari penelitian yang akan

dilakukan.

BAB III METODE PENELITIAN

Bab ini berisi : Uraian tentang metode yang dilakukan untuk penelitian dan

bagaimana penelitian ini dilakukan, serta parameter-parameter

yang digunakan.

BAB IV DATA DAN ANALISA

Bab ini berisi : Data hasil penelitian dan pembahasan data hasil penelitian

dengan parameter-parameter yang telah ditetapkan.

BAB V PENUTUP

Bab ini berisi : Kesimpulan hasil penelitian dan saran peneliti untuk penelitian

lanjut.

Page 16: pengaruh panjang ukur spesimen komposit random fiberglass ...

BAB II DASAR TEORI

2.1 Tinjauan Pustaka

Penelitian tentang EWF pernah dilakukan oleh Hashemi (1997). Dalam

penelitiannya, Hashemi menggunakan spesimen tipe geometri DENT (Double Edge

Notch Tension) dan SENT (Single Edge Notch Tension) dengan variasi tebal

spesimen. Untuk tipe geometri SENT terhadap variasi tebal spesimen, lebar, panjang

ukur dan laju pertambahan panjang. Polimer yang digunakan adalah campuran jenis

PBT/PC. Hasil penelitian ini adalah variabel seperti dimensi spesimen, tipe geometri

serta laju pertambahan panjang adalah variable yang tidak mempengaruhi kerja

essensial patah spesimen. Penelitian juga membahas tentang syarat panjang ligamen

maksimum. Syarat panjang ligamen harus: l ≤ )23

( pratauw

mm.

Ching (2000) melakukan penelitian menggunakan bahan PETG (Polyethyle

Terphthalate Glycol), tipe spesimen yang digunakan adalah tipe DENT (Double Edge

Notch Tension) dengan tebal 0,5 mm. Penelitian ini mengungkapkan bahwa untuk

validitas dalam pengukuran plane stress, we, maka panjang ligamen harus memenuhi

persyaratan: (3-5)t ≤l≤ )23

( pratauw

, t merupakan tebal spesimen dan 2rp adalah

ukuran dari daerah plastis. Kemudian 2

2y

ep

wEr

sp= . Dimana E adalah modulus young

dan σy merupakan kekuatan luluh uniaxial (Uniaxial Tensile Yield Strength). Dalam

penelitian ini didapatkan juga besar kerja essential patah tidak dipengaruhi oleh gage

length dan laju pembebanan.

Emma, C.Y., Robert, K.Y., Chin, T.S., dan Wing Mai, Y., (2006) melakukan

penelitian dengan metode EWF untuk menganalisis pengaruh penambahan fiber glass

kedalam komposit rubber. Meterial yang digunakan tipe DENT. Hasilnya adalah

dengan penambahan 10% fiber glass dapat meningkatkan nilai ketangguhan retak

dari komposit rubber.

Page 17: pengaruh panjang ukur spesimen komposit random fiberglass ...

Jingshen, W., dan Wing Mai, Y., (2006) melakukan penelitian menggunakan

metode EWF untuk menganalisa pengaruh bentuk geometri dari spesimen terhadap

nilai spesifik EWF. Material yang digunakan tipe DENT, SEN 3 PB, CT. Material

yang diuji adalah ductile polymers. Hasil penelitian menyatakan bahwa geometri

benda uji adalah variabel yang bebas dan tidak berpengaruh pada kerja essensial

patah spesimen.

Kwon, H.J., dan Jar, P.Y., (2007) melakukan penelitian tentang ketangguhan

material dari HDPE (High Density Polyethylene) dengan metode EWF. Tipe material

adalah DENT dengan spesifikasi material lebar 90 mm, L0 = 15 – 32 mm, L = 260

mm, dan laju pembebanan 5 mm/min. Pembebanan 250 kN. Hasil dari

penelitiannya adalah nilai spesifik EWF untuk L0 masing – masing bagian dari daerah

pertumbuhan retak ditentukan menggunakan regresi linear ke arah panjang ligamen 0

dan nilai spesifik masing – masing daerah berbeda tergantung panjang daerah

retakan.

Pamungkas, G.S., (2004) melakukan penelitian tentang efek laju pembebanan

terhadap kerja essensial patah spesifik polycarbonate (PC). Hasil yang didapat dari

penelitian ini adalah bahwa parameter laju pembebanan tidak berpengaruh pada harga

kerja esensial patah spesifik (we) Polycarbonate.

Selanjutnya juga telah dilakukan penelitian lain oleh Suyanto., (2004).

Penelitian ini mengkaji pengaruh tipe spesimen terhadap kerja esensial patah spesifik

polycarbonate (PC). Hasilnya bahwa tipe spesimen tidak mempengaruhi besarnya

kerja esensial patah spesifik (we).

Irawan, A., (2004) meneliti pengaruh lebar spesimen terhadap kerja essensial

patah spesifik Polyvinil Chloride. Diperoleh kesimpulan dari penelitian ini bahwa

harga kerja esensial patah spesifik (we) tidak terpengaruh oleh variasi lebar spesimen.

Akan tetapi, variabel ini akan mempengaruhi kemiringan garis. Hubungan we vs l

yang meningkat seiring pertambahan lebar spesimen.

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Metode EWF

Page 18: pengaruh panjang ukur spesimen komposit random fiberglass ...

Konsep metode EWF adalah bahwa saat benda padat ulet dengan retakan

dikenai beban maka proses perpatahan mengambil tempat di dua daerah yang

berbeda, yaitu daerah proses bagian dalam (the iner process zone) dan daerah proses

bagian luar (the outer process zone). Pada Iner process zone terjadi proses retakan

dan pertumbuhan retak sampai spesimen terbagi menjadi 2 bagian. Pada outer

process zone terjadi fenomena terbentuknya daerah plastis.

(Skripsi Gunadi, S.P., 2004)

Selama proses perambatan retak, kerja perpatahan yang terkumpul di daerah

plastisnya tidak berhubungan langsung dengan proses perpatahan. Kerja yang

berpengaruh adalah kerja yang berhubungan langsung dengan daerah proses

perpatahan dan merupakan konstanta material. Sehingga kerja perpatahan total (Wf)

dibagi atas dua bagian, yaitu kerja essensial perpatahan (We) dan kerja non-esensial

perpatahan (Wp). Hal tersebut dapat dirumuskan dengan persamaan:

Wf = We + WP ……………………………………....... (2.1)

Gambar 2.1. Gambar spesimen EWF tipe SENT (Single Edge Notch Tension)

we wp

Page 19: pengaruh panjang ukur spesimen komposit random fiberglass ...

Gambar 2.2. Ilustrasi kerja total metode EWF

(Yang, J.L., dan Zhang, H., 2005). Pada gambar 2.2 dapat dijelaskan bahwa dalam pembebanan yang maksimum

material akan mengalami mulur dan akan timbul retakan awal. Hal ini terjadi pada

daerah we. Kemudian retakan akan menjalar sampai akhirnya spesimen akan putus.

Hal ini terjadi pada daerah wp. Di dalam proses perpatahan polimer ulet We

diperlukan untuk membentuk dan akhirnya untuk merobek daerah retakan pada

takikan.

(Wu, J., dan Wing Mai, Y., 2006)

We merupakan kerja dari pemukaan dan sebanding dengan panjang ligament

(l), sedangkan Wp adalah jumlah dari kerja dan sebanding dengan l2. Dengan

demikian kerja total dari perpatahan dituliskan kembali dari persamaan 2.1, sebagai:

Wf =We +βWptl2 ……………………………………………… … (2.2)

Dan Kerja patah spesifiknya adalah :

÷÷ø

öççè

æ+÷

ø

öçè

æ=÷÷

ø

öççè

æ=

tl

tlw

tl

W

tl

Ww pef

f

²b

Gambar 2.3. We untuk membentuk dan akhirnya merobek daerah retakan pada takikan

Page 20: pengaruh panjang ukur spesimen komposit random fiberglass ...

lwwtl

Ww pe

ff b+=÷÷

ø

öççè

æ= ………………………………………………. (2.3)

dimana:

we : Kerja essential spesifik perpatahan.

wp : Kerja non-esensial spesifik perpatahan.

β : Faktor bentuk dari daerah plastis.

Hubungan panjang ligamen dan kerja patah dapat ditunjukkan sebagai berikut:

Gambar 2.4. Pengaruh panjang ligamen terhadap kerja patah total.

(Sumber : Pegoretti, A., Marchi, A., dan Ricco, T., 1997)

Gambar 2.5. Plot grafik wf terhadap l.

(Vincent, L., dan Connolly, S.N., 2006). Semakin besar panjang ligamen suatu material maka nilai kerja patah total

material akan semakin besar. Hubungan antara panjang ligamen dan kerja patah total

adalah linier. Seperti ditunjukkan pada gambar 2.5.

Page 21: pengaruh panjang ukur spesimen komposit random fiberglass ...

Untuk kondisi patahan dapat dibedakan atas plane strain dan plane stress.

Kondisi plane stress terjadi jika satu dari tiga tegangan utama (σ1, σ2, σ3) bernilai 0.

Kondisi ini biasa terjadi dalam struktur elemen dimana salah satu dimensinya sangat

kecil dibandingkan dengan dua dimensi lainnya atau dengan kata lainnya elemennya

tipis. Kondisi plane strain terjadi jika salah satu dimensi dari elemennya sangat besar

dibandingkan dengan yang lainnya. Regangan utama dalam arah dimensi yang

terbesar diasumsikan bernilai 0. karena regangan arah z berharga 0. Hal tersebut

dijelaskan dalam gambar dibawah ini :

Gambar 2.6. Ilustrasi Plane Strain dan Plain Stress.

(Skripsi Gunadi S.P, 2004)

Konsisi plane strain dan plane stress juga dapat diindikasikan dengan

menggunakan harga Plastic Constrain Factor (PCF). PCF didefinisikan sebagai

perbandingan dari tegangan maksimum dengan tegangan luluhnya ÷÷ø

öççè

æ

yxss max . Plane

strain dapat terjadi jika tegangan maksimumnya tiga kali dari tegangan luluhnya.

Sedangkan dapat digolongkan kondisi plane stress jika p.c.f nya mendekati 1.

2.2.2 Material Komposit

Material komposit adalah jenis material baru hasil penggabungan dua atau lebih

bahan dimana secara makro sifat masing-masing bahan berbeda satu sama lainnya,

baik itu sifat kimia maupun fisikanya dan tetap terpisah dalam hasil akhir bahan

tersebut. Sifat-sifat baru akan lebih baik dari/tidak dipunyai oleh bahan penyusunnya.

Page 22: pengaruh panjang ukur spesimen komposit random fiberglass ...

Secara umum menurut bentuk struktur dari penyusun, bahan komposit dapat

diklasifikasikan menjadi 5 kelas, yaitu:

1. Fiber Composite.

Fiber Composite adalah komposit yang menggunakan serat sebagai bahan

penguatnya. Dalam pembuatannya, serat dapat diatur memanjang (unidirectional

composites) atau ada yang dipotong kemudian disusun secara acak (Random Fibers)

ada juga yang dianyam (Cross-ply Laminate). Komposit serat sering digunakan

dalam industri otomotif dan industri pesawat terbang.

2. Flake Composite.

Flake Composite adalah komposit dengan penambahan flake ke dalam

matriknya. Flake sangat mudah untuk dibuat. Flake biasanya terbuat dari mika, glass

dan metal.

3. Particulate Composite.

Particulate Composite adalah salah satu jenis komposit dimana dalam matrik

komposit ditambahkan suatu constituent tambahan. Perbedaan dengan flake dan fiber

composite terletak pada distribusi dari material penambahnya. Dalam particulate

composite material penambah terdistribusi secara acak atau kurang terkontrol dari

pada flake composite. Contohnya beton.

4. Filled Composite.

Filled Composite adalah komposit dengan penambahan material ke dalam

matrik dengan struktur 3 dimensi. Biasanya filler juga dalam bentuk 3 dimensi.

5. Laminar Composite.

Laminar Composite adalah komposit dengan susunan 2 atau lebih layer.

Masing-masing layer dapat berbeda-beda dalam hal materialnya, bentuk dan orientasi

penguatnya.

Page 23: pengaruh panjang ukur spesimen komposit random fiberglass ...

Gambar 2.7. Jenis-jenis komposit

2.2.3 Serat Gelas

Fungsi utama dari serat adalah sebagai penopang kekuatan dari komposit

GFRS, sehingga tinggi rendahnya kekuatan komposit sangat tergantung dari serat

yang digunakan. Karena tegangan yang dikenakan pada komposit awalnya diterima

oleh matrik, kemudian diteruskan ke serat sehingga serat akan menahan beban sampai

beban maksimum. Oleh karena itu, serat harus mempunyai tegangan tarik dan

modulus elastisitas yang lebih tinggi daripada matrik penyusun kompositnya .

Diameter dan panjang serat juga mempunyai pengaruh terhadap kekuatan.

Diameter yang kecil akan semakin baik, karena luas permukaan serat akan lebih besar

untuk setiap berat yang sama sehingga transfer tegangan dari matrik yang diterima

oleh serat akan lebih maksimal.

Bentuk serat gelas utamanya adalah benang panjang atau pendek dan biasanya

dalam bentuk acak atau sudah dalam bentuk anyaman. Serat dalam bentuk anyaman

atau acak bertujuan untuk memberikan pilihan agar komposit sesuai dengan

keinginan dan fungsi dari material.

Serat gelas banyak digunakan sebagai bahan penguat polimer. Keuntungannya

adalah harganya murah, kekuatan tarik tinggi, tahan terhadap bahan kimia dan

mempunyai sifat isolasi yang baik. Adapun kekurangan dari serat gelas adalah

Page 24: pengaruh panjang ukur spesimen komposit random fiberglass ...

modulus tariknya rendah, massa jenis relatif tinggi, sensitif terhadap gesekan,

ketahanan fatik rendah dan kekerasanya tinggi.

Jenis serat gelas:

a. Jenis E-Glass

E- Glass adalah salah satu jenis serat yang saat ini paling banyak dipakai dalam

industri. Serat jenis ini merupakan serat yang paling murah.

b. S-Glass

S- Glass adalah Jenis serat yang mempunyai kekuatan tarik 33% lebih besar

daripada jenis E-Glass dan mempunyai modulus elastisitas 20% lebih besar dari pada

E-Class. Serat jenis ini banyak dikembangkan dalam pembuatan komponen

pesawat dan selongsong peluru. Serat jenis ini harganya lebih mahal daripada jenis E-

Class.

Tabel 2.1. Sifat-sifat serat gelas

Jenis serat

No E-glass C-glass S-glass

1 Modulus elastisitas

tinggi

Modulus elastisitas tinggi Modulus elastisitas

lebih tinggi daripada E-

Glass dan C-Glass

2 Kekuatan tinggi Kekuatan tinggi Kekuatan tarikm lebih

tinggi daripada E-Glass

dan C-Glass

2.2.4 Matrik/ pengikat

Syarat pokok matrik yang digunakan dalam komposit adalah matrik harus bisa

meneruskan beban, sehingga serat harus bisa melekat pada matrik. Umumnya matrik

dipilih yang mempunyai ketahanan panas yang tinggi.

Sebagai bahan penyusun utama dari komposit, matrik harus mengikat penguat

(serat) secara optimal agar beban yang diterima dapat diteruskan oleh serat secara

maksimal sehingga diperoleh kekuatan yang tinggi. Pada dasarnya matrik berfungsi:

1. Melindungi penguat dari pengaruh lingkungan yang merugikan.

2. Mencegah permukaan serat dari gesekan mekanik.

Page 25: pengaruh panjang ukur spesimen komposit random fiberglass ...

3. Memegang dan mempertahankan posisi serat agar tetap pada posisinya.

4. Mendistribusikan beban yang diterima serat secara merata.

5. Memberikan sifat-sifat tertentu bagi komposit, seperti: keuletan,

ketangguhan, ketahanan panas.

2.2.5 Resin Epoxy

Resin epoxy umumnya dikenal dengan sebutan bahan epoksi. Bahan epoksi

adalah salah satu dari jenis polimer yang berasal dari kelompok thermoset. Bahan

epoksi mempunyai sifat tidak bisa meleleh, tidak bisa diolah kembali, atomnya

berikatan kuat sekali dan tidak bisa mengalami pergeseran rantai. Epoksi sangat baik

sebagai bahan matrik pada pembuatan bahan komposit.

2.2.6 Proses pembuatan komposit secara hand lay up

Proses hand lay up merupakan laminasi serat secara manual, di mana

merupakan metode pertama yang digunakan pada pembuatan komposit. Cetakan yang

banyak digunakan adalah plastik dengan penguat serat.

Keuntungan proses hand lay up:

1. Peralatan sedikit dan harga murah.

2. Mudah dalam bentuk dan desain produk.

2.3 Densitas

Densitas dari sebuah bahan adalah massa bahan per satuan volume. Densitas

sebuah bahan ditentukan dengan membandingkan berat bahan diudara (Wa) dan berat

diair (Ww).

wa

awater

WWW

=r

r …………………………………………………. (2.4)

dimana:

Wa : Berat benda di udara.

Page 26: pengaruh panjang ukur spesimen komposit random fiberglass ...

Ww : Berat benda di air.

2.4 Fraksi Volume.

Fraksi volume dihitung dengan membandingkan berat jenis, ρf dan ρm Nilai

berat jenis, ρf dan ρm diperoleh dari toko dimana bahan dibeli. Kemudian vf dihitung

dengan mengunakan rumus:

mf

mcfv

rrrr

--

= ……………………………………………...…. (2.5)

dimana :

ρc : Densitas komposit.

ρm : Densitas matrik.

ρf : Densitas fiber.

2.5 Kekuatan Tarik Komposit

Uji tarik yang dilakukan pada penelitian ini mengacu pada standar ASTM D

1037. Dari pengujian tarik diperoleh data berupa beban maksimum yang dapat

ditahan komposit sebelum patah dan pertambahan panjang. Dari data-data tersebut

dapat dicari nilai kekuatan tarik (tegangan), regangan dan modulus elastisitas

komposit.

Gambar 2.8 Skema uji tarik

Besarnya nilai kekuatan tarik komposit dapat dihitung dengan persamaan:

AP

c =s .............................................................................................. (2.6)

dimana: =cs kekuatan tarik komposit. (MPa)

P = beban maksimum. (N)

P

P

Page 27: pengaruh panjang ukur spesimen komposit random fiberglass ...

A = luas penampang rata-rata komposit. (mm2)

Besarnya regangan adalah jumlah pertambahan panjang akibat pembebanan

dibandingkan dengan panjang daerah ukur (gage length) dan dinyatakan dalam

persamaan:

LLde = ........................................................................................(2.7)

dimana: e = regangan.

Ld = pertambahan panjang. (mm)

L = panjang daerah ukur (gage lengh). (mm)

Modulus elastisitas adalah harga yang menunjukkan kekuatan komposit pada

daerah proporsionalnya. Pada daerah proporsional ini deformasi yang terjadi masih

bersifat elastis dan masih berlaku hukum Hooke. Besar nilai modulus elastisitas

komposit merupakan perbandingan antara tegangan dengan regangan pada daerah

proporsionalnya, yang dinyatakan dengan persamaan:

es

=E ...................................................................................... (2.8)

dimana: E = Modulus elastisitas. (MPa)

cs = Kekuatan tarik komposit. (MPa)

e = Regangan.

2.6 Hipotesa

Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah diuraikan di atas, maka peneliti dapat

mengambil hipotesa yang berhubungan dengan maksud dan tujuan dari penelitian,

bahwa variasi panjang ukur tidak berpengaruh terhadap ketangguhan retak dengan

metode EWF. Metode EWF kurang cocok diterapkan untuk material komposit

random fiberglass epoxy.

Page 28: pengaruh panjang ukur spesimen komposit random fiberglass ...

BAB III METODELOGI PENELITIAN

3.1 Teknik pengumpulan data

Untuk mendapatkan data yang diperlukan maka dilakukan pengumpulan data

dengan cara melakukan penelitian secara langsung dengan melakukan percobaan di

laboratorium terhadap benda ujinya. Data pengujian diambil melalui dua cara yaitu

cara manual dan menggunakan bantuan mesin. Adapun data yang diambil dengan

cara manual meliputi tebal spesimen, lebar spesimen, panjang spesimen dan panjang

ligamen. Sedangkan data yang diambil dengan menggunakan mesin adalah beban

maksimal.

3.2 Bahan, alat dan bentuk spesimen

3.2.1 Bahan

Penelitian ini menggunakan benda uji yang terbuat dari fiberglass dengan

matriks epoxy. Dengan parameter-parameter sebagai berikut:

a. Epoxy Resin yang digunakan adalah Bisphenol A-epichlorohydrin.

b. Epoxy hardener yang digunakan adalah tipe polyaminoamide.

c. Fraksi volume fiber 27%.

d. Fraksi volume epoksi 73%.

e. Post Cure pada temperatur 80oC selama 4 jam.

f. Fiberglass berjenis C class buatan Taiwan.

3.2.2 Alat yang digunakan

Alat yang digunakan dalam percobaan :

1. Timbangan elektronik HR 200 AND.

2. Oven pemanas.

3. Mesin uji tarik (Gotech testing Machine).

4. Jangka sorong.

5. Cetakan dari mika.

6. Pemberat.

Page 29: pengaruh panjang ukur spesimen komposit random fiberglass ...

3.2.3 Ukuran benda uji

a. Spesimen uji tarik

Spesimen uji tarik ini dibuat dengan tujuan menentukan ys . Bentuk dan ukuran

benda uji menggunakan standar ASTM D 3039. Sedangkan bentuk benda ujinya

seperti tertera pada gambar dibawah ini:

Gambar 3.1. Bentuk spesimen untuk uji tarik.

Dengan jumlah benda uji sebanyak 5 buah dan laju pembebanan 10

mm/menit. Untuk dimensi benda uji, sebagai berikut:

- Lebar keseluruhan (Wo) = 25 ± 2 mm.

- Panjang keseluruhan (Lo) = 250 mm.

- Panjang ukur (G) = 120 ± 0.25 mm.

b. Spesimen uji EWF

Spesimen uji EWF ini dibuat untuk menentukan ketangguhan retak dari

material.

Page 30: pengaruh panjang ukur spesimen komposit random fiberglass ...

Gambar 3.2. Bentuk spesimen untuk uji EWFM.

Lebar spesimen (W) : 50 mm.

Panjang specimen (Lo) : 250 mm.

Tebal specimen (T) : 3.0 mm.

Panjang ligamen (l) : 10mm sampai 16 mm.

Panjang retakan (a) : (W-l)mm.

Panjang ukur (Z) : 110 mm sampai 150 mm dengan beda

variasi 10 mm.

Tabel 3.1. Parameter spesimen uji EWFM.

Kelompok Panjang ukur spesimen Panjang ligamen Jumlah

1 110 mm 10 – 16 mm 10

2 120 mm 10 – 16 mm 10

3 130 mm 10 – 16 mm 10

4 140 mm 10 – 16 mm 10

5 150 mm 10 – 16 mm 10

3.3 Tata cara penelitian

Page 31: pengaruh panjang ukur spesimen komposit random fiberglass ...

Pada penelitian ini menggunakan spesimen sebanyak 55 buah spesimen yang

terdiri dari 50 buah spesimen untuk uji EWFM dengan panjang ligamen bervariasi

seperti tabel 3.1 dan 5 buah spesimen untuk menentukan tegangan plastisnya.

Untuk pengujian Tarik

a. Pembuatan Spesimen.

Pembuatan spesimen dilakukan dengan metode hand lay up. Pembuatannya

dengan menggunakan resin epoksi sebagai matriks dan fiberglass sebagai serat.

Fraksi volume yang digunakan adalah 27% fiberglass dan 73% epoksi. Setelah

spesimen dibuat kemudian dilakukan proses postcuring ( perbaikan akhir yang

dilakukan pada suhu tinggi tanpa tekanan bertujuan untuk memperbaiki final

properties atau menyempurnakan curing. selama 4 jam pada suhu 800C.

Spesimen yang dibuat berjumlah 5 buah.

b. Proses pengujian.

Melakukan pengujian tarik dengan mesin SANS yang berada di Lab. Material

Teknik UNS.

c. Analisis.

Setelah pengujian maka didapat kurva beban – pertambahan panjang, kemudian

dianalisis dan didapatkan nilai ys .

Untuk pengujian EWF

a. Pembuatan Spesimen.

Pembuatan spesimen dilakukan dengan metode hand lay up. Pembuatannya

dengan menggunakan resin epoksi sebagai matriks dan fiberglass sebagai serat.

Fraksi volume yang digunakan adalah 27% fiberglass dan 73% epoksi. Setelah

spesimen dibuat kemudian dilakukan proses post curing selama 4 jam pada

suhu 800C. Spesimen yang dibuat berjumlah 50 buah dengan rincian pada tabel

3.1.

b. Proses pengujian.

Page 32: pengaruh panjang ukur spesimen komposit random fiberglass ...

Melakukan pengujian tarik dengan mesin GOTECH yang berada di Universitas

Sanata Dharma. Hasil pengujian tarik adalah berupa kurva beban –

pertambahan panjang. Seperti pada gambar 3.3 dibawah.

P 1.95

0,05

Δl

Gambar 3.3. Kurva beban-pertambahan panjang dari spesimen uji tarik spesimen c. Analisis

Setelah didapat kurva beban-pertambahan panjang kemudian dihitung luasan

area di bawah grafik untuk tiap spesimen. Luasan area ini adalah harga kerja

patah total (Wf) dari tiap-tiap spesimen yang selajutnya dibagi dengan luas area

patah ligamen (t.l) untuk mendapatkan kerja patah total spesifik (wf). Setelah

semua spesimen hasil uji diperoleh harga wf, kemudian diplotkan ke dalam

bidang wf vs panjang ligamen. Setelah itu diekstrapolasi hingga l=0.

perpotongan garis regresi dengan sumbu wf merupakan harga essensial patah

spesifik (we).

3.3 Bagan alir penelitian

Page 33: pengaruh panjang ukur spesimen komposit random fiberglass ...

Gambar 3.4. Bagan alir penelitian

Pembuatan spesimen uji tarik

Pembuatan spesimen uji EWF

Kesimpulan

Mulai

Pengadaan bahan baku dan persiapan alat

Data Pengujian

Postcure di oven pada suhu 800C selama 4 jam

Uji Tarik

Analisis Data

Selesai

Foto Permukaan Patah Spesimen

Uji EWF

Page 34: pengaruh panjang ukur spesimen komposit random fiberglass ...

BAB IV DATA DAN ANALISA

Dengan berdasarkan data yang diperoleh, maka tegangan plastis dan kerja

essensial patah spesifik dapat dihitung seperti dibawah ini.

4.1 Hasil pengujian tarik untuk menentukan tegangan luluh komposit

fiberglass epoxy

Hasil uji tarik spesimen standar untuk mengetahui tegangan luluh dapat dilihat

pada lampiran (Tabel L1.a).

4.1.1 Perhitungan tegangan luluh komposit fiberglass epoxy

Titik luluh didapatkan dengan cara memotongkan 2 garis linear pada

kurva P-L. Kemudian perpotongan garis tersebut ditarik vertikal kearah kurva. Dari

perhitungan dihasilkan harga beban luluh untuk kelima specimen. Hasil perhitungan

ditunjukkan dalam lampiran ( Tabel L1.b)

( ASTM D 3039)

Gambar 4.1 Tipe kurva tegangan-regangan

Ultimate

Ultimate Transition Point

σy

σy

Page 35: pengaruh panjang ukur spesimen komposit random fiberglass ...

Beban luluh yang telah diperoleh nilainya dibagi dengan luasan penampang dari

spesimen (W0.t) dan hasilnya merupakan nilai tegangan luluh. Untuk perhitungan

spesimen no 1 :

Tegangan luluh : σy = 4.8840.372

= 4.21 kg/mm²

Dengan analog seperti perhitungan di atas, didapatkan data tegangan luluh

seperti Gambar 4.2 dibawah

Gambar

4.2 Histogram nilai tegangan luluh Komposit Fiberglas Epoxy

4.2 Hasil pengujian Spesimen EWF untuk menentukan kerja esensial patah

spesifik komposit Fiberglass Epoxy

Spesimen EWFM yang dipakai dalam penelitian ini mempunyai parameter yang

tetap, diantaranya sebagai berikut:

· Lebar spesimen = 50 mm.

· Laju regangan (S) = 10 mm/menit.

· Panjang total spesimen (L0) = 250 mm.

4.2.1 Kerja Esensial Patah Spesifik (we)

Perhitungan untuk setiap golongan panjang ukur spesimen sebagai berikut:

a. Golongan panjang ukur (G) = 110 mm

P(kg)

0

1

2

3

4

5

1 2 3 4 5 Rata- rata

Spesimen

Teg

anga

n lu

luh

σ y(k

g/m

m2 )

Page 36: pengaruh panjang ukur spesimen komposit random fiberglass ...

Δl

Gambar 4.3 Grafik Beban-pertambahan panjang.

· l = 13.2 mm, t = 3.3 mm.

· t.l = 43.56 mm².

· Wf = 212.94 kg.mm.

· wf = lt

W f

.= 4.89 kg.mm/mm².

· Beban maksimal = 222.10 kg.

· σnet = 256.4310.222mm

kg= 5.09 kg/mm².

· ss

y

net = 1.26.

Dengan analog seperti perhitungan di atas untuk setiap panjang ligamen

didapatkan hasil seperti tabel L2.a dilampiran :

Dari data di atas diperoleh plot grafik wf Vs l untuk semua golongan panjang

ukur 110 mm sebagai berikut:

a. Golongan panjang ukur 110 mm.

Page 37: pengaruh panjang ukur spesimen komposit random fiberglass ...

Gambar 4.4 Grafik wf Vs l, G =110 mm.

Dari gambar 4.4 dihasilkan suatu persamaan antara wf dan panjang ligamen.

Persamaan yang didapat wf = 0,25 l+1,82. Dari persamaan tersebut didapatkan kerja

essensial patah spesifik untuk panjang ukur 110 mm adalah we= 1,82 kg.mm/mm2,

sedangkan untuk harga kerja non essensial patah spesifik βwp = 0,25.

Berdasarkan grafik di atas didapatkan nilai korelasi (R) antara wf dan panjang

ligamen sebesar 0,59. Hal ini mengindikasikan bahwa korelasi antara wf dan l tidak

begitu bagus, hal ini dipengaruhi oleh distribusi serat pada material. Dimana seratnya

berjenis acak.. Dari tabel L2.a diperoleh nilai σnet/σy rata - rata 1,18 ini

mengindikasikan bahwa grafik diatas berada dalam kondisi plane stress. Hal ini

sesuai dengan teori bahwa jika nilai p.c.f mendekati 1 maka termasuk dalam kondisi

plane stress dan telah sesuai dengan syarat panjang ligamen dalam kondisi plane

stress (3-5)t ≤l≤ )23

( pratauw

.

G= 110 mm

y = 0.25x + 1.82

R 2

= 0.36

0

1

2

3

4

5

6

7

10 11 12 13 14 15 16 17 Ligamen (mm)

wf (k

g.m

m/m

m²)

Page 38: pengaruh panjang ukur spesimen komposit random fiberglass ...

Gambar 4.5. Penampang samping patahan panjang ukur 110mm, ligamen 14.5mm

b. Golongan lebar, G = 120 mm

· l = 11,2 mm, t = 3,5 mm.

· t.l = 39,20 mm².

· Wf = 167,80 kg.mm.

· wf = lt

W f

.= 4,28 kg.mm/mm².

· Beban maksimal = 207 kg.

· σnet = 256.4310.222mm

kg= 5,28 kg/mm².

· ss

y

net = 1,31.

Dengan analog seperti perhitungan di atas untuk setiap panjang ligamen

didapatkan hasil seperti tabel L2.b dilampiran.

1 mm Matrik

Bidang Patahan

Void

Serat tegak lurus bidang

patahan

Page 39: pengaruh panjang ukur spesimen komposit random fiberglass ...

Gambar 4.6. Grafik wf Vs l, G=120 mm

Dari gambar 4.6 di atas didapatkan suatu hubungan persamaan antara wf dan

panjang ligamen. Persamaan yang didapat wf = 0,19 l + 1,96, dari grafik tersebut

harga kerja essensial patah spesifik untuk panjang ukur 120 mm adalah we=

1,96 kg.mm/mm2, sedangkan untuk harga kerja non essential patah spesifik

βwp = 0,19.

Berdasarkan data di atas didapatkan nilai korelasi R= 0,88. Nilai korelasi antar

wf dan panjang ligamen yang didapat besar, hal ini mengindikasikan bahwa sebaran

data yang dihasilkan relatif bagus. Hubungan wf dan panjang ligamen adalah linear.

Dari data diatas juga didapatkan nilai σnet/σy rata - rata 1,12 ini mengindikasikan

bahwa grafik diatas berada dalam kondisi plane stress. Hal ini sesuai dengan teori

bahwa jika nilai p.c.f mendekati 1 maka termasuk dalam kondisi plane stress dan

telah sesuai dengan syarat panjang ligamen dalam kondisi plane stress (3-5)t

≤l≤ )23

( pratauw

.

G = 120 mm

y = 0.19x + 1.96

R 2 = 0.78

0

1

2

3

4

5

6

10 11 12 13 14 15 16 17

Ligamen (mm)

wf (

kg.m

m/m

m²)

Page 40: pengaruh panjang ukur spesimen komposit random fiberglass ...

Gambar 4.7. Penampang samping patahan panjang ukur 120 mm, ligamen 12

mm

c. Golongan lebar, G= 130 mm

· l = 13.1 mm, t = 3,1 mm.

· t.l = 40,61 mm².

· Wf = 247,55 kg.mm.

· wf = lt

W f

.= 6,09 kg.mm/mm².

· Beban maksimal = 204,8 kg.

· σnet = 256.4310.222mm

kg= 5,04 kg/mm².

· ss

y

net = 1,02.

Dengan analog seperti perhitungan di atas untuk setiap panjang ligamen

didapatkan hasil seperti tabel L2.c dilampiran.

1 mm

Serat tegak urus bidang

patahan

Void

Matrik

Bidang patahan

Page 41: pengaruh panjang ukur spesimen komposit random fiberglass ...

Gambar 4.8. Grafik wf Vs l, G=130 mm

Dari gambar 4.8 di atas didapatkan suatu hubungan persamaan antara wf dan

panjang ligament. Persamaan yang didapat wf = 0,28l + 2,22. Berdasarkan persamaan

tersebut harga kerja essensial patah spesifik untuk panjang ukur 130 mm adalah

we= 2,22 kg.mm/mm2, sedangkan untuk harga kerja non essential patah spesifik βwp

= 0,28.

Berdasarkan gambar grafik 4.10 didapatkan nilai korelasi (R) antara wf dan

panjang ligamen adalah 0.45. Nilai tersebut mengindikasikan bahwa hubungan antara

we dan panjang ligamen kurang bagus hal ini diindikasikan sebaran data yang didapat

terlalu jauh meskipun membentuk garis linear. Dari data di atas juga didapatkan nilai

σnet/σy rata – rata 1,18 ini mengindikasikan bahwa grafik di atas berada dalam kondisi

plane stress. Hal ini sesuai dengan teori bahwa jika nilai p.c.f mendekati 1 maka

termasuk dalam kondisi plane stress dan telah sesuai dengan syarat panjang ligamen

dalam kondisi plane stress (3-5)t ≤l≤ )23

( pratauw

.

G = 130 mm

y = 0.28x + 2.22

R 2 = 0.20

0

1

2

3

4

5

6

7

8

10 11 12 13 14 15 16 17 Ligamen (mm)

wf (k

g.m

m/m

m²)

Page 42: pengaruh panjang ukur spesimen komposit random fiberglass ...

Gambar 4.9. Penampang samping patahan panjang ukur 130 mm ligamen 14,5 mm

d. Golongan panjang, G= 140 mm

a. l = 11.6 mm, t = 3,3 mm.

b. t.l = 38,28 mm².

c. Wf = 192,17 kg.mm.

d. wf = lt

W f

.= 5,02 kg.mm/mm².

e. Beban maksimal = 220,70 kg.

f. σnet = 256.4310.222mm

kg= 5,76 kg/mm².

g. ss

y

net = 1,42.

Dengan analog seperti perhitungan di atas untuk setiap panjang ligamen

didapatkan hasil seperti tabel L2.d dilampiran:

1 mm

Matrik

Bidang patahan

Serat tegak lurus bidang

patahan

Page 43: pengaruh panjang ukur spesimen komposit random fiberglass ...

Gambar 4.10. Grafik wf Vs l, G= 140 mm.

Dari gambar 4.10 di atas didapatkan suatu hubungan persamaan antara wf dan

panjang ligament. Persamaan yang didapat wf = 0,26l + 1,83. Dari hasil tersebut harga

essensial patah spesifik untuk panjang ukur 140 mm adalah we= 1,83

kg.mm/mm2, sedangkan untuk harga kerja patah non spesifik βwp = 0,26.

Berdasarkan grafik di atas didapatkan koefisien korelasi antara wf dan panjang

ligamen sebesar 0,78. Hal ini menandakan bahwa hubungan antara panjang ligamen

dan wf bagus. Ditandai dengan sebaran data yang dihasilkan tidak jauh dengan garis

linear yang dihasilkan pada grafik gambar 4.13. Dari data di atas didapatkan nilai

σnet/σy rata - rata 1,13 ini mengindikasikan bahwa grafik diatas berada dalam kondisi

plane stress. Hal ini sesuai dengan teori bahwa jika nilai p.c.f mendekati 1 maka

termasuk dalam kondisi plane stress dan telah sesuai dengan syarat panjang ligamen

dalam kondisi plane stress (3-5)t ≤l≤ )23

( pratauw

.

G = 140 mm

y = 0.26x + 1.83

R 2 = 0.62

0

1

2

3

4

5

6

7

10 11 12 13 14 15 16 17 18

Ligamen (mm)

wf (

kg.m

m/m

m²)

Page 44: pengaruh panjang ukur spesimen komposit random fiberglass ...

Gambar 4.11. Penampang samping patahan panjang ukur 140 mm

ligament 14 mm

e. Golongan panjang, G=150mm

a. l = 13.1 mm, t = 3,1 mm.

b. t.l = 40,61 mm².

c. Wf = 247,55 kg.mm.

d. wf = lt

W f

.= 6,09 kg.mm/mm².

e. Beban maksimal = 204,8 kg.

f. σnet = 256.4310.222mm

kg= 5,04 kg/mm².

g. ss

y

net = 1,02.

Dengan analog seperti perhitungan di atas untuk setiap panjang ligamen

didapatkan hasil seperti tabel L2.e dilampiran.

Matrik 1 mm

Serat tegak lurus bidang

patahan

Void

Bidang patahan

Page 45: pengaruh panjang ukur spesimen komposit random fiberglass ...

Gambar 4.12. Grafik wf Vs l, G=150 mm

Dari gambar 4.12 di atas didapatkan suatu hubungan persamaan antara wf dan

panjang ligamen. Persamaan yang didapat wf = 0,24l + 1,88. Dari hasil tersebut harga

essensial patah spesifik untuk panjang ukur 140 mm adalah we= 1,88

kg.mm/mm2, sedangkan untuk harga kerja non-essensial patah spesifik βwp =

0,24.

Berdasarkan data di atas didapatkan koefisien korelasi antara wf dan panjang

ligamen sebesar 0,70. Dari data di atas juga didapatkan nilai σnet/σy rata – rata 1,05

ini mengindikasikan bahwa grafik diatas berada dalam kondisi plane stress. hal ini

diakibatkan karena serat yang digunakan berjenis acak sehingga orintasi seratnya pun

juga ada yang tegak lurus bidang patahan. Serat yang mempunyai orientasi tegak

lurus bidang patahan dapat menimbulkan penguatan pada ketangguhan retak

G = 150 mm

y = 0.24x + 1.88

R 2 = 0.49

0

1

2

3

4

5

6

7

10 11 12 13 14 15 16 17

Ligamen (mm)

wf (

kg.m

m/m

m²)

Page 46: pengaruh panjang ukur spesimen komposit random fiberglass ...

Gambar 4.13. Penampang samping patahan panjang ukur 150 mm

ligamen 13 mm

Proses perambatan retak spesimen.

Gambar 4.14 Ilustrasi perambatan retak spesimen

Awal retakan pada spesimen uji terjadi pada titik A karena pada titik tersebut

muncul konsentrasi tegangan. Kerusakan awal terjadi pada matrik spesimen.

Kemudian retakan akan menjalar secara horizontal sampai titik B. Pada titik ini

perambatan retak akan berhenti dan tertahan karena adanya serat yang melintang

terhadap arah retakan. Hal ini akan mengakibatkan penguatan terhadap tegangan

sampai serat patah atau terlepas dari matriknya. Pelepasan serat dari matrik terjadi

pada daerah yang ikatan antara serat dan matriknya terlemah. Kemudian retakan akan

merambat kembali sampai spesimen komposit patah.

Jika ikatan antara matrik dan serat baik maka akan mengakibatkan beban yang

dikenakan terhadap komposit dapat diteruskan dengan baik oleh matrik ke seratnya.

Matrik 1 mm

Void

Serat tegak lurus bidang

patahan

Page 47: pengaruh panjang ukur spesimen komposit random fiberglass ...

Sehingga serat tidak mudah lepas dari matrinya sampai serat mengalami beban

maksimum yang mampu ditahan oleh serat dan akhirnya akan mengakibatkan

patahnya serat.

4.2.2 Plastic Constraint Factor (P.C.F)

Plastic Counstrain Factor (PCF) adalah salah satu faktor yang bisa dijadikan

indikator apakah suatu perpatahan dalam kondisi plane strain atau plane stress. Data

yang diperoleh dari hasil pengujian dan perhitungan menghasilkan nilai PCF untuk

tiap panjang ukur spesimen dengan variasi ligamen sebagai berikut :

a. Panjang Ukur 110 mm

Gambar 4.19. Plot grafik y

nets

s Vs l, G= 110 mm.

b. Panjang Ukur 120 mm

Grafik p.c.f G = 110 mm

0.8

1

1.2

1.4

12 13 14 15 16 17 18

Panjang Ligamen (mm)

y

nets

s

Page 48: pengaruh panjang ukur spesimen komposit random fiberglass ...

Gambar 4.20. Plot grafik y

nets

s Vs l, G= 120 mm

c. Panjang Ukur 130 mm

Gambar 4.21. Plot grafik y

nets

s Vs l, G= 130 mm

d. Panjang Ukur 140 mm

Grafik p.c.f G= 120 mm

0.8

1

1.2

1.4

12 13 14 15 16 17 18

Panjang Ligamen (mm)

y

nets

s

0.8

1

1.2

1.4

12 13 14 15 16 17 18

Panjang Ligamen (mm)

y

nets

s

Grafik p.c.f G= 130 mm

Page 49: pengaruh panjang ukur spesimen komposit random fiberglass ...

Gambar 4.22. Plot grafik y

nets

s Vs l, G= 140 mm

e. Panjang Ukur 150 mm

Grafik p.c.f G= 140 mm

0.8

1

1.2

1.4

12 13 14 15 16 17 18

Panjang Ligamen (mm)

y

nets

s

Grafik p.c.f G=150

0.8

1

1.2

1.4

12 13 14 15 16 17 18

Panjang Ligamen (mm)

y

nets

s

Page 50: pengaruh panjang ukur spesimen komposit random fiberglass ...

Gambar 4.23. Plot grafik y

nets

s Vs l, G= 150 mm

Dari hasil perhitungan p.c.f untuk semua golongan panjang ukur (gambar 4.19

sampai gambar 4.23), terdapat nilai p.c.f rata – rata dari 1,05 sampai dengan 1,18. Hal

ini mengindikasikan bahwa proses perpatahan spesimen untuk semua golongan

panjang ukur dalam kondisi plane-stress . Hal ini sesuai dengan teori bahwa jika nilai

p.c.f mendekati 1 maka termasuk dalam kondisi plane stress.

Dari plot grafik wf Vs l, regresi linear untuk semua golongan panjang ukur

menghasilkan hubungan korelasi yang rendah antara wf dan l, serta dengan

ekstrapolasi garis linear ke panjang ligamen nol menghasilkan nilai Kerja Esensial

Patah Spesifik (we) pada tabel L1.d sebagai berikut :

1.5

1.75

2

2.25

2.5

100 110 120 130 140 150 160

Panjang Ukur Spesimen (mm)

We

(kg

.mm

/mm

2)

Gambar 4.24 Hubungan we vs Panjang ukur spesimen

Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan maka dihasilkan nilai we

kemudian we diplot dengan panjang ukur spesimen dan dihasilkan gambar 4.24 di

atas. Terlihat bahwa nilai kerja esensial patah spesifik (we) yang hampir sama pada

setiap golongan panjang ukur spesimen walaupun terdapat sedikit perbedaan nilai

(we). Ini membuktikan bahwa panjang ukur spesimen tidak mempengaruhi harga

kerja esensial patah spesifik(we). Dilihat dari rumus lwwtl

Ww pe

ff b+=÷÷

ø

öççè

æ= dapat

disimpulkan bahwa we merupakan variabel yang independent atau bebas.

Page 51: pengaruh panjang ukur spesimen komposit random fiberglass ...

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisa data dan pembahasan pada bab sebelumnya, dapat

disimpulkan bahwa :

1. Parameter panjang ukur spesimen (G) tidak berpengaruh pada harga Kerja

Essensial Patah Spesifik (we) pada material random fiberglass epoxy.

2. Nilai rata-rata Kerja Essensial Patah Spesifik (we) material random

fiberglass epoxy adalah 1.92 kg.mm/mm2.

3. Nilai tegangan luluh pada pengujian tarik random fiberglass epoxy adalah

4.04 kg/mm2 ( 40.4 Mpa).

5.2 Saran

1. Metode EWF ini merupakan metode baru dalam pengujian ketangguhan

retak material, sehingga masih diperlukan banyak acuan berupa penelitian

yang berhubungan dengan EWF dengan masing-masing parameter uji

yang berbeda.

2. Untuk pengujian EWF sebaiknya data yang diperlukan lebih banyak

untuk masing-masing variasi sehingga didapatkan hasil yang lebih baik.

3. Untuk pengujian selanjutnya bagaimana seandainya materialnya diganti

dengan material berbahan logam dengan parameter yang sama.

Page 52: pengaruh panjang ukur spesimen komposit random fiberglass ...

DAFTAR PUSTAKA

ASTM D 3039/ D3039 M – 95a., Standard Test Method for Tensile Properties of

Polymer matrik Composite Materials.

Ching., 2000, Effect of Strain Rate on the Fracture Toughness of Some Ductile

Polymer Using the Essential Work of Fracture Approach, J. Polymer Eng. And

Sci. Vol 40, no 12, December 2000, 2558-2568.

Emma C.Y., dan Yiu-Wing, M., 2006, Essential Work of Fracture Analysis for Short

Glass Reinforced and Rubber Toughned Nylon-6., kowloon, Hongkong.

Gibson., R.F., 1994, Principles of Composite Material Mechanics. Copyright by

McGraw-Hill, Inc.

Gunadi, S. P., 2004, Efek Laju Pembebanan Terhadap Kerja Esensial Patah Spesifik

Bahan PC, Skripsi S1 Teknik Mesin FT UNS, Surakarta.

Irawan, A., 2004, Pengaruh Lebar Spesimen Terhadap Kerja Esensial Patah Spesifik

Polyvinil Chloride. Skripsi, Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

Jingshen, Wu., dan Wing Mai, Y., 2006, The Essential Fracture Work Concept for

Toughness Measurement of Ductile Polymers, Sydney, Australia.

Justus Kimia Raya. PT. Technical Data Sheet. Jakarta.

Kwon., H.J., dan Jar, Y.B., 2007, Application of Essential Work of Fracture Concept

to Toughness Characterization of High densIty Polyethylene, Alberta, Canada.

Pegoretti, A., dkk., 1997, Determination Of The Fracture Toughness of

Thermoformed Polypropylene Cups By The Essential Work Method, Trento,

Italy.

Schwartz, M.M., 1984, Composite Material Handbook, McGraw Hill Inc,. New

York USA.

Shang, P.P.J., dan Kocsis.K., 2000, Work of fracture and strain induced cold

crystallization behavior of amorphous copolyester sheets, Kaiserslautern,

Jerman.

Suyanto., 2004, Pengaruh Tipe Spesimen Terhadap Kerja Essential Patah Spesifik

Polycabonate, Skripsi, Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

Page 53: pengaruh panjang ukur spesimen komposit random fiberglass ...

Vincent, L., 2006, Determination and comparison of the essential work of fracture of

two polyester blends, Galway, Ireland

Wong, S.C., dan Avinash, B., 2007, Fracture strength and adhesive strength of

hydroxyapatite filled polycaprolactone, The University of Akron, USA.

Zhang, H., dan Yang, J.L., 2005, The essential work of fracture of polyamide 66

filled with Ti02 nanoparticles Beijing, China.

.