Top Banner

of 28

pengaruh musik terhadap stress kerja

Oct 19, 2015

Download

Documents

jurnal mengenai pengaruh musik dengan stress kerja, dapat meminimalisir atau tidak
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
  • BAB II

    LANDASAN TEORI

    A. STRES KERJA

    1. Pengertian Stres Kerja

    Stres (Gibson, dkk., 2000) adalah kata yang berasal dari Bahasa Latin, yaitu

    stringere, yang memiliki arti keluar dari kesukaan (draw tight). Definisi ini menjelaskan

    sebuah kondisi susah atau penderitaan yang menunjukkan paksaan, tekanan, ketegangan atau

    usaha yang kuat, diutamakan ditunjukkan pada individual, organ individual atau kekuatan

    mental seseorang. Stres juga didefinisikan sebagai interaksi antara stimulus dan respons.

    Stres sebagai stimulus adalah kekuatan atau dorongan terhadap individu yang menimbulkan

    reaksi ketegangan atau menimbulkan perubahan-perubahan fisik individu. Stres sebagai

    respons yaitu respons individu baik respons yang bersifat fisiologik,psikologik terhadap

    stresor yang berasal dari lingkungan (Gibson,dkk.,2000), sehingga Gibson, dkk (2000)

    merumuskan definisi kerja mengenai stres dan mendefinisikan stres sebagai suatu tanggapan

    adaptif ditengahi oleh perbedaan individual dan/atau proses psikologis, yaitu suatu

    konsekuensi dari setiap kegiatan (lingkungan), situasi, atau kejadian eksternal yang

    membebani tuntutan psikologis atau fisik yang berlebihan pada seseorang

    (Gibson,dkk.,2000).

    Beehr dan Newman (dalam Rice, 1999) yang mendefinisikan stres kerja sebagai

    tuntutan pekerjaan yang berlebihan melebihi kemampuan pekerja meliputi interaksi antara

    kondisi pekerjaan dengan sikap individu yang mengubah kondisi normal dan fungsi

    psikologis pekerja sehingga menyebabkan orang merasa sakit, tidak nyaman atau tegang

    karena pekerjaan, tempat kerja atau situasi kerja yang tertentu.

    Universitas Sumatera Utara

  • Stress kerja adalah suatu respon adaptif, dihubungkan oleh karakteristik dan atau

    proses psikologi individu yang merupakan suatu konsekuensi dari setiap tindakan eksternal,

    situasi atau peristiwa yang menempatkan tuntutan psikologis dan atau fisik khusus pada

    seseorang (Ivancevich dan Matteson, 1980). Selanjutnya David Hager dan Linda C (1999)

    menyatakan stres sebagai suatu keadaan ketegangan fisik atau mental atau kondisi yang

    menyebabkan ketegangan.

    Menurut David (1990), stres adalah respon otomatis dari tubuh, termasuk pikiran

    sampai pada perubahan- perubahan, tantangan- tantangan, dan tuntutan lain yang kita temui

    dalam setiap bagian kehidupan sehari- hari. Stres dapat juga berarti respon fisiologi, psikologi

    dan perilaku dari seseorang dalam upaya untuk menyesuaikan dari tekanan baik secara

    internal maupun eksternal (Laurentius Panggabean, 2003).

    Definisi mengenai stres kemudian ditambahkan pula oleh International Department of

    Labour dalam bukunya yang berjudul Stress and Fatigue (1998) yang mendefinisikan stres

    dalam istilah interaksi antara seseorang dengan lingkungannya dan kesadaran pada

    ketidakmampuannya untuk mengatasi tuntutan tersebut yang terealisasi pada individu disertai

    dengan respons emosional.

    Stres kerja oleh Riggio (2003) didefinisikan sebagai interaksi antara seseorang dan

    situasi lingkungan atau stresor yang mengancam atau menantang sehingga menimbulkan

    reaksi pada fisiologis maupun psikologis pekerja. Kemudian Rice (1999) mempunyai definisi

    senada mengenai stres kerja menambahkan bahwa stres kerja yang terjadi pada individu

    meliputi gangguan psikologis, fisiologis, perilaku, dan gangguan pada organisasi.

    Stres timbul sebagai dampak dari hubungan antara individu dengan lingkungannya

    yang dinilai oleh individu sebagai sesuatu yang mengganggu atau melebihi kapasitas dan

    membahayakan kelangsungan hidupnya (Folkman, 1984).

    Universitas Sumatera Utara

  • Baum (dalam Taylor, 2006) yang menyatakan bahwa stres adalah pengalaman

    emosional negatif yang disertai dengan perubahan biochemical, fisiologis, kognitif, dan

    perubahan tingkah laku yang dapat diukur dan secara langsung berubah atau terakomodasi

    karena adanya situasi yang menekan (stressful event).

    Rice (1999), penulis buku Stress and Health, seseorang dapat dikategorikan

    mengalami stres kerja jika stres yang dialami melibatkan juga pihak organisasi atau

    perusahaan tempat individu bekerja, namun penyebabnya tidak hanya di dalam perusahaan

    karena masalah rumah tangga yang terbawa ke pekerjaan dan masalah pekerjaan yang

    terbawa ke rumah dapat juga menjadi stres kerja. Rice (1999) mengatakan bahwa stres kerja

    dapat didefinisikan sebagai sesuatu yang bersifat eksternal, misalnya definisi mengenai stres

    kerja yang difokuskan oleh Lee dan Ashlorth pada keistimewaan karakteristik pekerjaan yang

    mengancam pekerja (dalam Rice, 1999).

    Spears (2008) mendefinisikan stres kerja sebagai reaksi seseorang terhadap tekanan

    yang berlebihan atau tuntutan di tempat kerja yang bersifat merugikan. Seyle (dalam Riggio,

    2003) menambahkan definisi stres kerja sebagai kurangnya kesesuaian antara kemampuan

    dan keahlian seseorang dengan tuntutan pekerjaan maupun lingkungannya di tempat kerja.

    Begitu pula dengan Brousseau dan Prince (dalam Rahayu, 2000) mengatakan bahwa stres

    kerja juga dipandang sebagai kondisi psikologik yang tidak menyenangkan yang timbul

    karena karyawan merasa terancam dalam bekerja. Perasaan terancam ini disebabkan hasil

    persepsi dan penilaian karyawan yang menunjukkan ada ketidakseimbangan atau

    ketidaksesuaian antara karakteristik tuntuntan-tuntutan pekerjaan dengan kemampuan dan

    kepribadian karyawan.

    Definisi senada dikemukakan oleh Beehr dan Franz (dikutip Bambang Tarupolo,

    2002) menambahkan bahwa stres kerja adalah respons penyesuaian terhadap situasi eksternal

    dalam perkerjaan yang menyebabkan penyimpangan secara fisik, psikologis,dan perilaku

    Universitas Sumatera Utara

  • pada orang-orang yang berpartisipasi dalam organisasi (dalam Rice,1999). Shinn (dalam

    Rahayu, 2000) mempunyai pendapat senada mengenai stres kerja dengan mengatakan bahwa

    stress kerja adalah kondisi lingkungan kerja yang bersifat negatif yang dihadapi oleh

    karyawan dan menimbulkan respons karyawan terhadap kondisi tersebut, baik respons yang

    bersifat patologik maupun fisiologik, namun timbul atau tidaknya stres kerja ini tergantung

    persepsi serta reaksi individu terhadap kondisi tersebut.

    Wilford (dalam Fraser,1992) mengatakan bahwa stres kerja terjadi bila terdapat

    penyimpangan dari kondisi-kondisi optimum yang tidak dapat dengan mudah diperbaiki

    sehingga mengakibatkan suatu ketidakseimbangan antara tuntutan kerja dan kemampuan

    pekerjaannya. Stres kerja adalah hasil dari interaksi karyawan dan lingkungan kerja yang

    dipandang sebagai ancaman terhadap kemampuan dirinya untuk menyesuaikan diri,

    dikarenakan ancaman itu menggangu keseimbangan fisiologis dan psikologis.

    Dengan demikian stres kerja dalam penelitian ini adalah suatu proses yang

    menyebabkan orang merasa sakit, tidak nyaman atau tegang karena pekerjaan, tempat kerja

    atau situasi kerja tertentu serta reaksi seseorang secara psikologi, fisiologi, maupun perilaku

    bila seseorang mengalami ketidakseimbangan antara tuntutan yang dihadapi dengan

    kemampuannya untuk memenuhi tuntutan tersebut dalam jangka waktu tertentu.

    2. ASPEK STRES KERJA

    Stres kerja dikategorikan dalam beberapa aspek-aspek stres kerja oleh Beehr dan

    Newman (dalam Rice, 1999) meliputi:

    a. Aspek fisiologis bahwa stres kerja sering ditunjukkan pada simptoms fisiologis. Penelitian

    dan fakta oleh ahli-ahli kesehatan dan kedokteran menunjukkan bahwa stres kerja dapat

    mengubah metabolisme tubuh, menaikkan detak jantung, mengubah cara bernafas,

    Universitas Sumatera Utara

  • menyebabkan sakit kepala, dan serangan jantung. Beberapa yang teridentifikasi sebagai

    simptoms fisiologis adalah:

    1. Meningkatnya detak jantung, tekanan darah,dan risiko potensial terkena gangguan

    kardiovaskuler.

    2. Mudah lelah fisik

    3. Kepala pusing, sakit kepala

    4. Ketegangan otot

    5. Gangguan pernapasan, termasuk akibat dari sering marah (jengkel).

    6. Sulit tidur, gangguan tidur

    7. Sering berkeringat, telapak tangan berkeringat

    b. Aspek psikologis, stres kerja dan gangguan gangguan psikologis adalah hubungan yang

    erat dalam kondisi kerja. Simptoms yang terjadi pada aspek psikologis akibat dari stres

    adalah :

    1. Kecemasan, ketegangan

    2. Mudah marah, sensitif dan jengkel

    3. Kebingungan, gelisah

    4. Depresi, mengalami ketertekanan perasaan

    5. Kebosanan

    6. Tidak puas terhadap pekerjaan

    7. Menurunnya fungsi intelektual

    8. Kehilangan konsentrasi.

    9. Hilangnya kreativitas.

    10. Tidak bergairah untuk bekerja

    11. Merasa tidak berdaya

    Universitas Sumatera Utara

  • 12. Merasa gagal

    13. Mudah lupa

    14. Rasa percaya diri menurun

    c. Aspek tingkah laku (behavioral). Pada aspek ini stres kerja pada karyawan ditunjukkan

    melalui tingkah laku mereka. Beberapa symptoms perilaku pada aspek tingkah laku adalah:

    1. Penundaan, menghindari pekerjaan,dan absensi.

    2. Menurunnya performansi dan produktivitas.

    3. Makan secara berlebihan / hilang

    4. Tindakan berlebihan

    5. Menurunnya hubungan dengan teman dan keluarga.

    6. Tidak berminat berhubungan dengan orang lain.

    Cox (dalam Gibson, dkk., 2000) juga mengemukakan situasi yang menekan pada

    pekerja dapat menimbulkan respons pada subjek, perilaku, kognitif, fisiologis maupun

    organisasi, yaitu:

    a. Respons pada subjek, meliputi kecemasan, agresi, acuh, kebosanan, depresi,

    keletihan, frustrasi, kehilangan kesabaran, rendah diri, gugup,dan merasa kesepian.

    b. Respons pada perilaku, meliputi kecenderungan mendapat kecelakaan, alkoholik,

    penyalahgunaan obat-obatan, emosi yang tiba-tiba meledak, makan berlebihan,

    merokok berlebihan, perilaku yang mengikuti kata hati, dan tertawa gugup.

    c. Respons pada kognitif, meliputi ketidakmampuan mengambil keputusan yang jelas,

    konsentrasi yang buruk, rentang perhatian yang pendek, sangat peka tehadap

    kritik,dan rintangan mental.

    Universitas Sumatera Utara

  • d. Respons pada fisiologis, misalnya meningkatnya kadar gula, meningkatnya denyut

    jantung dan tekanan darah, kekeringan di mulut, berkeringat, membesarnya pupil

    mata,dan tubuh panas dingin.

    3. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STRES KERJA

    Menurut Ivancevich dan Matteson (1980), penyebab stress yang diakibatkan oleh

    peran seseorang dalam menjalani suatu profesi tertentu. seperti: kelebihan beban kerja,

    tanggung jawab atas orang lain, perkembangan karier, kurangnya kohesi kelompok,

    dukungan kelompok yang tidak memadai, struktur dan iklim organisasi, wilayah dalam

    organisasi, karakteristik tugas, pengaruh kepemimpinan.

    Selanjutnya menurut Barone et.al (1984) terdapat tujuh sumber stress yang dijadikan

    instrumen pada penelitian-penelitian stress sebelumnya. Ketujuh sumber stress tersebut

    adalah lingkungan (enviroment), pribadi (personal), konsekuensi manusia (human

    concequences), organisasional (organizational), adaptif (adaptive), proses (process), dan

    waktu (time).

    Menurut Gibson dkk (1996), penyebab stres kerja ada 4 yaitu :

    1. Lingkungan fisik

    Penyebab stres kerja dari lingkungan fisik berupa cahaya, suara, suhu,musik

    dan udara terpolusi.

    2. Individual

    Tekanan individual sebagai penyebab stres kerja terdiri dari:

    (a) Konflik peran

    Stressor atau penyebab stres yang meningkat ketika seseorang menerima

    pesan- pesan yang tidak cocok berkenaan dengan perilaku peran yang sesuai.

    Universitas Sumatera Utara

  • Misalnya adanya tekanan untuk bergaul dengan baik bersama orang- orang yang tidak

    cocok.

    (b) Peran ganda

    Untuk dapat bekerja dengan baik, para pekerja memerlukan informasi tertentu

    mengenai apakah mereka diharapkan berbuat atau tidak berbuat sesuatu. Peran ganda

    adalah tidak adanya pengertian dari seseorang tentang hak, hak khusus dan

    kewajiban- kewajiban dalam mengerjakan suatu pekerjaan.

    (c) Beban kerja berlebih

    Ada dua tipe beban berlebih yaitu kuantitatif dan kualitatif. Memiliki terlalu

    banyak sesuatu untuk dikerjakan atau tidak cukup waktu untuk menyelesaikan suatu

    pekerjaan merupakan beban berlebih yang bersifat kuantitatif. Beban berlebih

    kualitatif terjadi jika individu merasa tidak memiliki kemampuan yang dibutuhkan

    untuk menyelesaikan pekerjaan mereka atau standar penampilan yang dituntut terlalu

    tinggi.

    (d) Tidak adanya kontrol

    Suatu stresor besar yang dialami banyak pekerja adalah tidak adanya

    pengendalian atas suatu situasi. Sehingga langkah kerja, urutan kerja, pengambilan

    keputusan, waktu yang tepat, penetapan standar kualitas dan kendali jadwal

    merupakan hal yang penting.

    (e) Tanggung jawab

    Setiap macam tanggung jawab bisa menjadi beban bagi beberapa orang,

    namun tipe yang berbeda menunjukkan fungsi yang berbeda sebagai stresor.

    (f) Kondisi kerja

    Universitas Sumatera Utara

  • 3. Kelompok

    Keefektifan setiap organisasi dipengaruhi oleh sifat hubungan diantara

    kelompok. Karakteristik kelompok menjadi stresor yang kuat bagi beberapa individu.

    Ketidakpercayaan dari mitra pekerja secara positif berkaitan dengan peran ganda yang

    tinggi, yang membawa pada kesenjangan komunikasi diantara orang- orang dan

    kepuasan kerja yang rendah. Atau dengan kata lain adanya hubungan yang buruk

    dengan kawan, atasan, dan bawahan.

    4. Organisasional

    Adanya desain struktur organisasi yang jelek, politik yang jelek dan tidak

    adanya kebijakan khusus.

    Selanjutnya sumber stres kerja menurut Carry Cooper (dikutip Jacinta F, 2002) ada 4

    yaitu:

    1. Kondisi pekerjaan, meliputi

    (a) Kondisi kerja yang buruk berpotensi menjadi penyebab karyawan mudah jatuh sakit,

    jika ruangan tidak nyaman, panas, sirkulasi udara kurang memadahi, ruangan kerja

    terlalu padat, lingkungan kerja kurang bersih, berisik, tentu besar pengaruhnya pada

    kenyamanan kerja karyawan.

    (b) Overload. Overload dapat dibedakan secara kuantitatif dan kualitatif. Dikatakan

    overload secara kuantitatif jika banyaknya pekerjaan yang ditargetkan melebihi

    kapasitas karyawan tersebut. Akibatnya karyawan tersebut mudah lelah dan berada

    dalam tegangan tinggi. Overload secara kualitatif bila pekerjaan tersebut sangat

    kompleks dan sulit sehingga menyita kemampuan karyawan.

    Universitas Sumatera Utara

  • (c) Deprivational stres. Kondisi pekerjaan tidak lagi menantang, atau tidak lagi menarik

    bagi karyawan. Biasanya keluhan yang muncul adalah kebosanan, ketidakpuasan, atau

    pekerjaan tersebut kurang mengandung unsur sosial (kurangnya komunikasi sosial).

    (d) Pekerjaan beresiko tinggi. Pekerjaan yang beresiko tinggi atau berbahaya bagi

    keselamatan, seperti pekerjaan di pertambangan minyak lepas pantai, tentara, dan

    sebagainya.

    2. Konflik peran.

    Stres karena ketidakjelasan peran dalam bekerja dan tidak tahu yang

    diharapkan oleh manajemen. Akibatnya sering muncul ketidakpuasan kerja,

    ketegangan, menurunnya prestasi hingga ahirnya timbul keinginan untuk

    meninggalkan pekerjaan. Para wanita yang bekerja mengalami stress lebih tinggi

    dibandingkan dengan pria. Masalahnya wanita bekerja ini menghadapi konflik peran

    sebagai wanita karir sekaligus ibu rumah tangga.

    3. Pengembangan karir.

    Setiap orang pasti punya harapan ketika mulai bekerja di suatu perusahaan

    atau organisasi. Namun cita- cita dan perkembangan karir banyak sekali yang tidak

    terlaksana.

    4. Struktur organisasi .

    Gambaran perusahaan yang diwarnai dengan struktur organisasi yang tidak

    jelas, kurangnya kejelasan mengenai jabatan, peran, wewenang dan tanggung jawab,

    Universitas Sumatera Utara

  • aturan main yang terlalu kaku atau tidak jelas, iklim politik perusahaan yang tidak

    jelas serta minimnya keterlibatan atasan membuat karyawan menjadi stres.

    Sarafino (dikutip Bart Smet, 1994) membagi penyebab stres kerja menjadi 4 yaitu

    1) Lingkungan fisik yang terlalu menekan seperti kebisingan, temperatur atau panas yang

    terlalu tinggi, udara yang lembab, penerangan di kantor yang kurang terang.

    2) Kurangnya kontrol yang dirasakan

    3) Kurangnya hubungan interpersonal

    4) Kurangnya pengakuan terhadap kemajuan kerja. Para pekerja akan merasa stres bila

    mereka tidak mendapatkan promosi yang selayaknya mereka terima.

    Robbins (1998) mengidentifikasikan tiga perangkat faktor, meliputi lingkungan

    (environmental), organisasional (organizational), dan individual yang bertindak sebagai

    sumber potensial dari stres. Stres bergantung pada perbedaan individual seperti pengalaman

    kerja dan kepribadian. Gejalanya dapat muncul sebagai keluaran atau hasil fisiologis,

    psikologis, dan perilaku dan tergambar pada model bagan dibawah ini ( Robbin, 1998).

    Penjelasan mengenai faktor-faktor yang dapat mengakibatkan stres kerja menurut Robbin

    (1998) adalah sebagai berikut:

    1. Faktor Lingkungan (Environmental factors).

    Lingkungan kerja tidak hanya memberikan pengaruh terhadap desain struktur

    organisasi, namun juga pada stress yang terjadi antara pekerja dan organisasinya. Faktor

    lingkungan yang berpengaruh meliputi ketidakpastian politik (political uncertainty),

    situasi ekonomi yang tidak menentu, yaitu akibat perubahan dunia bisnis yang

    meningkatkan kecemasan pegawai akan kelangsungan pekerjaannya dan ketidakpastian

    Universitas Sumatera Utara

  • teknologi (technological uncertainty) yang menuntut pekerja untuk selalu memperbaharui

    kemampuan mereka dalam mengoperasikan alat-alat teknologi.

    2. Faktor Organisasional (Organizational factors).

    Tekanan dan tuntutan yang dilakukan untuk menghindari error dan menyelesaikan

    pekerjaan dalam waktu yang terbatas, pekerjaan yang berlebihan, tuntutan yang berlebihan

    pada pekerjaan, pimpinan yang tidak perhatian,dan rekan kerja yang tidak nyaman adalah

    beberapa contoh hal yang mempengaruhi ada tidaknya stresor yang menyebabkan stres

    kerja ( Robbin, 1998). Robbin juga menambahkan faktor-faktor organisasi dikategorikan

    sebagai berikut :

    a. Tuntutan pekerjaan (task demands). Faktor ini berhubungan dengan pekerjaan,

    meliputi desain dari pekerjaan tersebut (autonomi, variasi pekerjaan, struktur

    organisasi, kepemimpinan organisasi, dan iklim organisasi).

    b. Tuntutan peran (role demands). Faktor ini berhubungan dengan tekanan yang ada

    pada lingkungan kerja yang dirasakan pekerja akibat dari peran yang dimainkan

    dalam organisasinya. Konflik peran menyebabkan ekspektasi yang berpotensi

    membuat pekerja mengalami kesulitan untuk berbaur dengan lingkungan sosial dan

    merasa puas dengan pekerjaannya. Peran yang berlebihan (role overload) juga

    mempengaruhi tingkat stress kerja. Peran yang berlebihan juga yang merupakan

    situasi yang dirasakan pekerja ketika mereka diminta bekerja melebihi batas waktu

    yang disepakati. Faktor peran yang juga dapat menyebabkan stres kerja adalah

    ambiguitas peran (role ambiguity) yaitu ketika pekerja merasa pekerjaan tidak

    tergambar dan dimengerti dengan jelas dan pekerja tidak mengetahui secara pasti apa

    yang dikerjakan.

    Universitas Sumatera Utara

  • c. Tuntutan interpersonal (interpersonal demand) adalah faktor yang mempengaruhi

    stres yang berasal dari pekerja lain. Kurangnya dukungan sosial dari kolega dan

    rendahnya hubungan interpersonal dapat menyebabkan stres kerja, terutama pada

    pekerja yang membutuhkan kebutuhan sosial yang tinggi.

    d. Struktur organisasi, yaitu faktor yang menjelaskan perbedaan level pada organisasi,

    derajat aturan dan regulasi dan cara keputusan akan dibuat. Aturan yang berlebihan

    dan kurangnya partisipasi dalam pengambilan keputusan dapat menyebabkan stres

    kerja bagi karyawan

    e. Kepemimpinan organisasi memberikan gaya manajemen pada organisasi. Beberapa

    pihak didalamnya dapat membuat iklim organisasi yang melibatkan ketegangan,

    ketakutan dan kecemasan.

    3. Faktor individual.

    Secara umum individu bekerja dalam 40 sampai 50 jam dalam seminggu. Pengalaman

    dan masalah yang dihadapi individu di luar jam kerja dapat mempengaruhi efektivitas

    pekerjaan. Faktor-faktor individual, misalnya masalah keluarga, masalah ekonomi dan

    keperibadian individu dapat menjadi sumber stres kerja.

    4. GEJALA STRES

    Gejala- gejala stres kerja dapat berupa letih dan lelah, kecewa, perasaan tidak

    berdaya, gangguan tidur, kegelisahan, ketegangan, kecemasan, cepat marah, kehilangan rasa

    percaya diri, perasaan kesepian atau keterasingan, makan terlalu sedikit, mudah tersinggung,

    berdebar- debar dan sulit berkonsentrasi (Bambang Tarupolo, 2002).

    Menurut Ashar Sunyoto (2001) gejala- gejala stres di tempat kerja sebagai berikut:

    Universitas Sumatera Utara

  • 1) Tanda- tanda suasana hati (mood )

    Berupa menjadi overexcited, cemas, merasa tidak pasti, sulit tidur malam hari,

    menjadi mudah bingung dan lupa, menjadi sangat tidak enak dan gelisah, menjadi gugup.

    2) Tanda- tanda otot kerangka (musculoskeletal)

    Berupa jari- jari dan tangan gemetar, tidak dapat duduk diam atau berdiri di tempat,

    mengembangkan tic (gerakan tidak sengaja), kepala mulai sakit, merasa otot menjadi tegang

    atau kaku, menggagap ketika bicara, leher menjadi kaku.

    3) Tanda- tanda organ- organ dalam badan (viseral)

    Berupa perut terganggu, merasa jantung berdebar, banyak keringat, tangan

    berkeringat, merasa kepala ringan atau akan pingsan, mengalami kedinginan, wajah menjadi

    panas, mulut menjadi kering, mendengar bunyi berdering dalam kuping.

    Carry Cooper dan Alison Straw (1995) membagi gejala stres kerja menjadi tiga yaitu

    1) Gejala fisik

    Gejala stres menyangkut fisik bisa mencakup: nafas memburu, mulut dan

    kerongkongan kering, tangan lembab, merasa panas, otot tegang, pencernaan terganggu,

    mencret- mencret, sembelit, letih yang tak beralasan, sakit kepala, salah urat, gelisah.

    2) Gejala- gejala dalam wujud perilaku

    Banyak gejala stres yang menjelma dalam wujud perilaku, mencakup:

    (a) Perasaan, berupa: bingung, cemas, dan sedih, jengkel, salah paham, tak berdaya, tak

    mampu berbuat apa- apa, gelisah, gagal, tak menarik, kehilangan semangat.

    (b) Kesulitan dalam: berkonsentrasi, berfikir jernih, membuat keputusan.

    (c) Hilangnya: kreatifitas, gairah dalam penampilan, minat terhadap orang lain.

    Universitas Sumatera Utara

  • 3) Gejala- gejala di tempat kerja

    Sebagian besar waktu bagi pekerja berada di tempat kerja, dan jika dalam keadaan

    stres , gejala- gejala dapat mempengaruhi kita di tempat kerja, antara lain:

    (a) Kepuasan kerja rendah

    (b) Kinerja yang menurun

    (c) Semangat dan energi hilang

    (d) Komunikasi tidak lancar

    (e) Pengambilan keputusan jelek

    (f) Kreatifitas dan inovasi berkurang

    (g) Bergulat pada tugas- tugas yang tidak produktif.

    5. DAMPAK STRES KERJA

    Stres kerja tidak hanya berpengaruh pada individu, namun juga terhadap biaya

    organisasi dan industri. Begitu besar dampak dari stres kerja, oleh para ahli perilaku

    organisasi telah dinyatakan sebagai agen penyebab dari berbagai masalah fisik, mental,

    bahkan output organisasi (Yun Iswanto, 1999 dan Gabriel & Marjo, 2001).

    Menurut Gibson dkk (1996:363), dampak dari stres kerja banyak dan bervariasi.

    Dampak positif dari stres kerja diantaranya motifasi pribadi, rangsangan untuk bekerja lebih

    keras, dan meningkatnya inspirasi hidup yang lebih baik. Meskipun demikian, banyak efek

    yang mengganggu dan secara potensial berbahaya. Cox membagi menjadi 5 kategori efek

    dari stres kerja yaitu

    1) Subyektif berupa kekhawatiran atau ketakutan, agresi, apatis, rasa bosan, depresi,

    keletihan, frustasi, kehilangan kendali emosi, penghargaan diri yang rendah, gugup,

    kesepian.

    Universitas Sumatera Utara

  • 2) Perilaku berupa mudah mendapat kecelakaan, kecanduan alkohol, penyalahgunaan obat,

    luapan emosional, makan atau merokok secara berlebihan, perilaku impulsif, tertawa

    gugup.

    3) Kognitif berupa ketidakmampuan untuk membuat keputusan yang masuk akal, daya

    konsentrasi rendah, kurang perhatian, sangat sensitiv terhadap kritik, hambatan mental.

    4) Fisiologis berupa kandungan glukosa darah meningkat, denyut jantung dan tekanan darah

    meningkat, mulut kering, berkeringat, bola mata melebar, panas, dan dingin.

    5) Organisasi berupa angka absensi, omset, produktivitas rendah, terasing, dari mitra kerja,

    komitmen organisasi dan loyalitas berkurang.

    Selain efek tersebut terdapat juga efek stres yang lain yaitu perilaku tidak produktif

    dan menarik diri seperti lekas marah, kecanduan alkohol, penyalahgunaan obat, dan tindakan

    legal (hukum) secara khusus mengganggu dalam bentuk hilangnya produktivitas. Menurut

    Bambang Tarupolo (2002:18), tenaga kerja yang tidak mampu bereaksi secara baik terhadap

    stres yang dialami, kesehatan jiwanya akan tergangu dan karenanya kualitas hidup dan

    produktivitasnya menjadi rendah. Karyawan tersebut akan menunjukkan:

    (a) Sering mengeluh sakit dan berobat

    (b) Malas dan sering mangkir

    (c) Sering membuat kesalahan dalam pekerjaan dan cenderung mengalami kecelakaan kerja

    (d) Sering marah dan tidak mampu menyesuaikan diri dengan baik

    (e) Tidak peduli dengan lingkungan, bingung dan pelupa

    (f) Cara pandang yang negatif dan rasa permusuhan

    (g) Terlibat penyalahgunaan narkoba

    (h) Terlibat tindak sabotase di lingkungan kerja.

    Universitas Sumatera Utara

  • Stres kerja dapat mengakibatkan hal- hal sebagai berikut:

    a. Penyakit fisik yang diinduksi oleh stres yaitu penyakit jantung koroner, hipertensi,

    gangguan menstruasi, gangguan pencernaan, mual, muntah, dan sebagainya.

    b. Kecelakaan kerja: terutama pada pekerjaan yang menuntut kinerja yang tinggi, bekerja

    bergiliran (shift), penyalahgunaan zat aditif

    c. Absen: pegawai yang sulit menyelesaikan pekerjaan sebab tidak hadir karena pilek, sakit

    kepala.

    d. Lesu kerja: pegawai kehilangan motivasi bekerja

    e. Gangguan jiwa: mulai dari gangguan yang mempunyai efek yang ringan dalam

    kehidupan sehari- hari sampai pada gangguan yang mengakibatkan ketidakmampuan

    yang berat.Gangguan jiwa ringan seperti mudah gugup, tegang, marah- marah, mudah

    tersinggung, kurang berkonsentrasi, apatis dan depresi. Perubahan perilaku berupa

    kurang partisipasi dalam pekerjaan, mudah bertengkar, terlalu mudah mengambil resiko.

    Gangguan yang lebih jelas lagi dapat berupa depresi, gangguan cemas (Laurentius

    Panggabean, 2003:2).

    Menurut Jacinta (2002), stres kerja dapat juga mengakibatkan hal- hal sebagai berikut:

    1) Dampak terhadap perusahaan yaitu

    (a) Terjadinya kekacauan, hambatan baik dalam manajemen maupun operasional kerja

    (b) Mengganggu kenormalan aktivitas kerja

    (c) Menurunnya tingkat produktivitas

    (d) Menurunkan pemasukan dan keuntungan perusahaan.

    Berdasarkan penelitian yang dilakukan Randall Schuller, stress yang dihadapi tenaga

    kerja berhubungan dengan penurunan prestasi kerja, peningkatan ketidakhadiran kerja dan

    Universitas Sumatera Utara

  • kecenderungan mengalami kecelakaan. Demikian pula jika banyak diantara tenaga kerja di

    dalam organisasi atau perusahaan mengalami stres kerja, maka produktivitas dan kesehatan

    organisasi itu akan terganggu.

    2) Dampak terhadap individu.

    Munculnya masalah- masalah yang berhubungan dengan:

    (a) Kesehatan

    Banyak penelitian yang menemukan adanya akibat-akibat stress terhadap kesehatan

    seperti jantung, gangguan pencernaan, darah tinggi, maag, alergi, dan beberapa penyakit

    lainnya.

    (b) Psikologis

    Stres berkepanjangan akan menyebabkan ketegangan dan kekuatiran yang terus

    menerus yang disebut stres kronis. Stres kronis sifatnya menggerigoti dan menghancurkan

    tubuh, pikiran dan seluruh kehidupan penderitanya secara perlahan- lahan.

    (c) Interaksi interpersonal

    Orang yang sedang stres akan lebih sensitif dibandingkan orang yang tidak dalam

    kondisi stres. Oleh karena itu sering salah persepsi dalam membaca dan mengartikan suatu

    keadaan, pendapat dan penilaian, kritik, nasehat, bahkan perilaku orang lain. Orang stres

    sering mengaitkan segala sesuatu dengan dirinya. Pada tingkat stres yang berat, orang bisa

    menjadi depresi, kehilangan rasa percaya diri dan harga diri.

    B. Musik

    1. Pengertian Musik

    Universitas Sumatera Utara

  • Menurut ahli perkamusan (lexicographer) musik ialah: Ilmu dan seni dari kombinasi

    ritmis nada-nada, vokal maupun instrumental, yang melibatkan melodi dan harmoni untuk

    mengekspresikan apa saja yang memungkinkan, namun khususnya bersifat emosional (dalam

    Mutaqqin,2008).

    Jamalus (1988) berpendapat bahwa musik adalah suatu hasil karya seni bunyi dalam

    bentuk lagu atau komposisi musik yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penciptanya

    melalui unsur-unsur musik yaitu irama, melodi, harmoni, bentuk dan struktur lagu dan

    ekspresi sebagai satu kesatuan. Rina (2003) berpendapat bahwa musik merupakan salah satu

    cabang kesenian yang pengungkapannya dilakukan melalui suara atau bunyibunyian.

    Kemudian Prier (1991) berpendapat bahwa musik merupakan curahan kekuatan tenaga

    penggambaran yang berasal dari gerakan rasa dalam suatu rentetan suara (melodi) yang

    berirama. Selanjutnya Romain Rolland berpendapat bahwa musik adalah suatu janji

    keabadian.

    Goethe berpendapat bahwa musik mengangkat dan memuliakan apa saja yang

    diekspresikannya. Mendelssohn meyakini bahwa musik dapat mencapai suatu wilayah yang

    kata-kata tidak sanggup mengikutinya, dan Tchaikovsky berkata bahwa musik adalah ilham

    yang menurunkan kepada kita keindahan yang tiada taranya.

    Herbert Spencer, seorang filsuf Inggris mempertimbangkan musik sebagai seni murni

    tertinggi yang terhormat. Musik adalah logika bunyi yang tidak seperti sebuah buku teks atau

    sebuah pendapat. Ia merupakan suatu susunan vitalitas, suatu mimpi yang kaya akan bunyi,

    yang terorganisasi dan terkristalisasi.

    Dengan demikian musik adalah ilmu dan seni yang mengungkapkan perasaan dan

    pikiran penciptanya yang melibatkan melodi dan harmoni serta irama, baik dalam bentuk

    karya vokal maupun instrumental.

    Universitas Sumatera Utara

  • 2. Musik Instrumental

    Musik instrumental adalah suatu komposisi atau rekaman musik tanpa lirik atau

    vokal yang dihasilkan melalui alat musik. Pada lagu populer, musik instrumental

    menggunakan sedikit unsur suara manusia, seperti jazz, musik elektronika, dan sejumlah

    besar musik klasik Eropa. Pada musik komersial, beberapa lagu pada suatu album mungkin

    berupa instrumental yang merupakan salinan sama persis dari lagu dalam album tersebut,

    tanpa adanya unsur vokal (wikipedia, copyright @2010. www google.com). Dengan

    demikian musik yang dimaksud dengan musik instrumental adalah rekaman musik tanpa lirik

    yang hanya dihasilkan melalui instrumen alat musik.

    Menurut Suyatno (dalam Sunyoto, 2001) musik pengiring kerja sebaiknya jangan

    bertempo terlalu lambat (slow) tetapi juga jangan terlalu cepat. Musik bernada meriah

    diperdengarkan secara singkat pada awal hari, permulaan kerja untuk membangkitkan gairah,

    dan diperdengarkan juga pada akhir hari. Pada umumnya jenis musik ringan yang dimainkan

    dengan instrumen saja (instrumentalia) dapat digunakan sebagai pengiring kerja (Sunyoto,

    2001).

    3. Elemen-elemen Musik

    Element musik merupakan komponen yang luas, terdiri dari ritme, melodi, harmoni, dan

    warna . Beberapa penulis juga mengikut sertakan textur dan bentuk sebagai elemen musik .

    Elemen musik diantaranya (dalam Budi Linggono,2008) :

    Rhythm ( ritme) merupakan istilah yang digunakan untuk mendeskripsikan qualitas

    temporal (durasi ) daripada suara .

    Melody ( Melodi ) merupakan turunan dari pitches , melodi tidak dapat dipisahkan

    dari ritme.

    Harmony ( Harmoni ) merupakan resultan dari gabungan simultan dari dua atau lebih

    suara musik.

    Universitas Sumatera Utara

  • Color ( Warna ) merupakan istilah yang digunakn untuk mengidentifikasi kualitas

    suara yang diproduksi oleh suara maupun instrumen musik .

    Texture ( textur ) menunjuk pada disposisi terhadap pitch dan timbre , dan merupakan

    dimensi horizontal dan vertikal dari suara .

    Form ( Bentuk ) merupakan arsitektur dari suara ,peletakan dan penyelangan dari

    event-event musik , merupakan desain suara terhadap waktu .

    Dengan demikian elemen musik terdiri dari ritme, melodi, harmoni, warna, tekstur,

    dan bentuk.

    4. Jenis-Jenis Alat Musik

    Berdasarkan klasifikasi Mahlion, Sachsdan V. Hornbostel, alat musik dibagi menjadi

    5 golongan ,yaitu :

    Idiofon merupakan alat musik yang sumber bunyinya berasal dari badan alat musik itu

    sendiri .

    Aerofon merupakan alat musik yang sumber bunyinya berasal dari udara yang berada

    didalam alat musik.

    Membrafon merupakan alat musik yang sumber bunyinya berasal dari selaput tipis ,

    ataupun kulit.

    Kardofon merupakan alat musik yang sumber bunyinya berasal dari dawai yang

    ditegangkan.

    Elektrofon merupakan alat musik yang ragam bunyi , ataupun penguat bunyinya

    dibantu , ataupun disebabkan adanya daya listrik .

    Dengan demikian alat musik dapat digolongkan menjadi 5 antara lain Idiofon,

    Aerofon, Membrafon, Kardofon dan Elektrofon.

    Universitas Sumatera Utara

  • 5. Metode Aktivitas Musik

    Berikut beberapa contoh umum teknik yang digunakan dalam aktivitas musik melalui

    (Djohan,2009) :

    a. Bernyanyi untuk membantu klien yang mengalami gangguan perkembangan artikulasi

    pada keterampilan bahasa, irama, dan kontrol pernafasan.

    b. Bermain musik membantu pengembangan dan koordinasi kemampuan motorik.

    c. Gerak ritmis digunakan untuk mengembangkan jangkauan fisiologis, menggabungkan

    mobilitas/ketangkasan/kekuatan, keseimbangan, koordinasi, konsistensi, pola-pola

    pernafasan, dan relaksasi otot.

    d. Mendengarkan musik dapat mengembangkan keterampilan kognisi, seperti memori

    dan konsentrasi. Musik dapat menstimuli respon relaksasi, motivasi, imajinasi, dan

    memori.

    Berdasarkan pernyataan diatas ada 4 aktivitas musik yang biasa dilakukan manusia

    antara lain bernyanyi, bermain musik, bergerak dan mendengarkan musik. Dimana dengan

    mendengarkan musik dapat menstimuli respon relaksasi, motivasi, imajinasi dan memori.

    6. Manfaat Musik

    1. Musik sebagai Hiburan

    Aristoteles, filsuf Yunani yang lahir di Stagira pada tahun 384 SM, mengatakan

    bahwa musik mempunyai kemampuan untuk mendamaikan hati yang gundah. Sehubungan

    dengan itu musik memiliki efek terapi yang rekreatif dan lebih jauh lagi dapat menumbuhkan

    jiwa patriotisme. Peneliti dari Science University of Tokyo menunjukkan bahwa musik dapat

    Universitas Sumatera Utara

  • membantu menurunkan tingkat stres dan gelisah. Penelitian menunjukkan bahwa

    mendengarkan musik klasik adalah cara terbaik untuk membantu mengatasi depresi.

    Sloboda (2001), menemukan bahwa musik berkaitan erat dengan perubahan suasana

    hati dan dapat menghasilkan ketenangan. Alasan yang paling sering digunakan seseorang

    untuk mendengarkan musik adalah kesenangan, maka rasa senang sebagai salah satu

    pengalaman emosi yang paling sering dialami dalam kaitannya dengan musik (Juslin &

    Laukka, 2004).

    2. Musik dan Terapi Kesehatan

    Muttaqin (2008) mengatakan bahwa musik dapat berfungsi sebagai alat terapi

    kesehatan. Ketika seseorang mendengarkan musik, gelombang listrik yang ada di otaknya

    dapat diperlambat atau dipercepat dan pada saat yang sama kinerja sistem tubuh pun

    mengalami perubahan. Bahkan, musik mampu mengatur hormon-hormon yang

    mempengaruhi stres seseorang, serta mampu meningkatkan daya ingat. Musik dan kesehatan

    memiliki kaitan erat, dan tidak diragukan bahwa dengan mendengarkan musik kesukaannya

    seseorang akan mampu terbawa ke dalam suasana hati yang baik dalam waktu singkat.

    Pengalaman terapi musik adalah sesuatu yang kompleks meliputi kenyataan subjektif

    serta hubungan intra dan interpersonal yang multi-tahap antara klien, musik, dan terapis

    musik (Amir,1991). Haines (1989) banyak meneliti pengaruh terapi musik terhadap rasa

    harga diri pada remaja yang mengalami gangguan emosional.

    3. Musik dan Kecerdasan

    Musik memiliki pengaruh terhadap peningkatan kecerdasan manusia. Salah satu

    istilah untuk sebuah efek yang bisa dihasilkan sebuah musik yang memiliki kemampuan

    Universitas Sumatera Utara

  • untuk meningkatkan intelegensia seseorang, yaitu Efek Mendengarkan Musik Mozart

    (Muttaqin, 2008).

    Irvine, penelitian dari Universitas California, tentang Musik dan Kecerdasan,

    menunjukan ada hubungan kausal antara musik dan aspek inteligensi. Selanjutnya penelitian

    menunjukkan bahwa musik dapat memberikan rangsangan-rangsangan untuk segala aspek

    perkembangan secara koqnitif dan kecerdasan emosional (Roger Sperry, 1992).

    4. Musik dan Kepribadian

    Musik diyakini dapat meningkatkan motivasi seseorang. Motivasi adalah hal yang

    hanya bisa dilahirkan dengan perasaan dan suasana hati tertentu. Apabila ada motivasi,

    semangat pun akan muncul dan segala kegiatan bisa dilakukan.

    Gallahue mengatakan bahwa kemampuan-kemampuan dalam mengkomunikasikan

    suatu emosi yang dirasakan oleh manusia dan secara tidak langsung ikut mempengaruhi

    kondisi psikologis yang dirasakan oleh individu yang mendengarkan musik makin

    dioptimalkan melalui stimulus dengan memperdengarkan musik. Selanjutnya DeNora (1997)

    dalam penelitiannya menunjukan bahwa musik merupakan sarana untuk menata dan

    meningkatkan kualitas diri baik pada aspek kognitif, emosi dan fisik.

    Dengan demikian, mendengarkan musik dapat memberikan manfaat bagi individu

    seperti musik sebagai hiburan, terapi kesehatan, kecerdasan serta kepribadian.

    7. Musik Pengiring Kerja

    Suyatno (dalam Sunyoto, 2001) berpendapat bahwa musik pengiring kerja harus

    dipandu oleh pertimbangan sebagai berikut:

    1. musik dalam bekerja harus menciptakan suasana akustik yang menghasilkan efek

    menguntungkan pada pikiran.

    Universitas Sumatera Utara

  • 2. musik akan bernilai sekali pada pekerja tangan pada pekerjaan repetitif dan pekerjaan

    lain yang hanya memerlukan sedikit kegiatan mental.

    3. musik tidak akan bernilai tinggi jika ada suara atau bunyi lain yang cukup keras.

    4. musik bernada meriah diperdengarkan secara sinkat pada awal hari, permulaan kerja,

    untuk membangkitkan gairah, diperdengarkan juga pada akhir hari, dan empat kali

    masing-masing selama setengah jam diperdengarkan musik ringan di tengah hari.

    5. tempo musik jangan terlalu lambat (slow) tetapi juga jangan terlalu cepat. Irama yang

    lambat bisa menidurkan sedang irama yang cepat bisa mengganggu dan menciptakan

    ketergesaan.

    Dengan demikian musik mempunyai banyak manfaat terhadap individu. Penggunaan

    musik sebagai pengiring kerja dapat mempengaruhi motivasi karyawan, sehingga karyawan

    bekerja dengan perasaan senang, bekerja lebih keras, tidak banyak absen, dan kurang merasa

    lelah pada akhir kerja.

    C. Pengaruh Musik Instrumental Terhadap Stres kerja Karyawan

    Musik bersifat terapeutik artinya dapat menyembuhkan. Salah satu alasannya karena

    musik menghasilkan rangsangan ritmis yang kemudian ditangkap melalui organ pendengaran

    dan diolah di dalam sistem saraf tubuh dan kelenjar pada otak yang selanjutnya

    mereorganisasi interpretasi bunyi ke dalam rtime internal pendengarnya. Ritme internal ini

    mempengaruhi metabolisme tubuh manusia sehingga prosesnya berlangsung dengan lebih

    baik. Dengan metabolisme yang lebih baik, tubuh akan mampu membangun sistem kekebalan

    yang lebih baik, dan dengan sistem kekebalan yang lebih baik tubuh menjadi lebih tangguh

    terhadap kemungkinan serangan penyakit (Satiadarma, 2001).

    Universitas Sumatera Utara

  • Musik bermanfaat untuk memberikan rasa nyaman, menurunkan stres, kecemasan dan

    kegelisahan, melepaskan tekanan emosional yang dialami, meningkatkan kontrol diri dan

    perasaan berharga. Tujuan tersebut dapat dicapai melalui berbagai kegiatan yang dapat

    dilakukan dalam terapi musik, seperti menyanyi, bermain musik, mendengarkan musik,

    menyaksikan video musik, menulis lagu atau aransemen musik, dan berdiskusi tentang musik

    (Lindberg, 1997).

    Musik membantu orang-orang yang memiliki masalah emosional dalam

    mengeluarkan perasaan mereka, membuat perubahan positif dengan suasana hati, membantu

    memecahkan masalah, dan memperbaiki konflik. Metode yang digunakan dalam terapi musik

    adalah ; be rnyanyi, bermain musik, gerakan ritmis dan mendengarkan musik (Djohan, 2005).

    Gallahue mengatakan bahwa kemampuan-kemampuan dalam mengkomunikasikan

    suatu emosi yang dirasakan oleh manusia dan secara tidak langsung ikut mempengaruhi

    kondisi psikologis yang dirasakan oleh individu yang mendengarkan musik makin

    dioptimalkan melalui stimulus dengan memperdengarkan musik. Selanjutnya DeNora (1997)

    dalam penelitiannya menunjukan bahwa musik merupakan sarana untuk menata dan

    meningkatkan kualitas diri baik pada aspek kognitif, emosi dan fisik.

    Sloboda (2001), menemukan bahwa musik berkaitan erat dengan perubahan suasana

    hati dan dapat menghasilkan ketenangan. Alasan yang paling sering digunakan seseorang

    untuk mendengarkan musik adalah kesenangan, maka rasa senang sebagai salah satu

    pengalaman emosi yang paling sering dialami dalam kaitannya dengan musik (Juslin &

    Laukka, 2004).

    Irvine, penelitian dari Universitas California, tentang Musik dan Kecerdasan,

    menunjukan ada hubungan kausal antara musik dan aspek inteligensi. Selanjutnya penelitian

    menunjukkan bahwa musik dapat memberikan rangsangan-rangsangan untuk segala aspek

    perkembangan secara koqnitif dan kecerdasan emosional (Roger Sperry, 1992).

    Universitas Sumatera Utara

  • Pada umumnya para karyawan bekerja dengan perasaan senang, bekerja lebih keras,

    tidak banyak absen, dan kurang merasa lelah pada akhir hari kerja (Sunyoto, 2001). Musik

    bernada meriah diperdengarkan secara singkat pada awal hari, permulaan kerja untuk

    membangkitkan gairah, dan diperdengarkan juga pada akhir hari. Pada umumnya jenis musik

    ringan yang dimainkan dengan instrumen saja (instrumentalia) dapat digunakan sebagai

    pengiring kerja (Sunyoto, 2001).

    Dalam salah satu penelitian di College of Notre Dame, Belmont, California

    (Satiadarma, 1990) menggunakan stimulus suara (bunyi, musik) untuk mengetahui dampak

    suara terhadap kondisi stres dan rileks yang dialami seseorang. Hasil penelitian tersebut

    mengalami penurunan secara berarti (signifikan). Hasil penelitian ini menunjukkan betapa

    besar dan pentingnya peran stimulus suara dalam mempengaruhi ketegangan atau kondisi

    rileks pada diri seseorang. Selain itu, penelitian di Indonesia yang dilakukan oleh Regina dan

    Prabowo tahun 2007 mengenai tritmen meta music untuk menurunkan stres dengan metoda

    mendengarkan musik pada mahasiswa yang berusia 19-24 tahun, hasilnya menunjukkan

    adanya perbedaan yang signifkian

    terhadapa stres sebelum dan sesudah perlakuan. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat

    disimpulkan bahwa meta musik dapat digunakan dalam menurunkan stres pada karyawan.

    Dengan demikian berdasarkan keseluruhan hal diatas maka sangat penting

    memperhatikan penggunaan musik sebagai salah satu cara untuk meningkatkan motivasi

    kerja karyawannya. Dengan adanya penggunaan musik dalam lingkungan kerja maka

    diharapkan para karyawan akan bekerja dengan perasaan senang, bekerja lebih keras, tidak

    banyak absen, dan mengurangi kelelahan diakhir kerja serta mempunyai komitmen yang

    kuat terhadap organisasi.

    D. Hipotesis

    Universitas Sumatera Utara

  • Berdasarkan teori yang telah dipaparkan sebelumnya, maka hipotesis pada penelitian ini

    adalah: ada pengaruh musik instrumental terhadap penurunan stres kerja karyawan.

    Universitas Sumatera Utara