Top Banner
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE ROUND ROBIN BRAINSTORMING BERBANTUAN HYPNOTEACHING TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA KELAS X SMA NEGERI 3 SALATIGA JURNAL Disusun untuk memenuhi syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Disusun oleh: Merlista Suryanti Ndaong (202013087) PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2017
17

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE ROUND … · 2018. 4. 23. · Salah satu metode pembelajaran yang dapat digunakan adalah metode hypnoteaching. Hypnoteaching yaitu menyajikan

Feb 12, 2021

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
  • PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE ROUND

    ROBIN BRAINSTORMING BERBANTUAN HYPNOTEACHING

    TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS

    SISWA KELAS X SMA NEGERI 3 SALATIGA

    JURNAL

    Disusun untuk memenuhi syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

    Disusun oleh:

    Merlista Suryanti Ndaong (202013087)

    PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

    FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

    UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

    SALATIGA

    2017

  • PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE ROUND

    ROBIN BRAINSTORMING BERBANTUAN HYPNOTEACHING

    TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS

    SISWA KELAS X SMA NEGERI 3 SALATIGA

    Merlista Suryanti Ndaong1, Kriswandani

    2

    Program Studi Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

    Universitas Kristen Satya Wacana, Jl. Diponegoro 52-60, Salatiga 50711 1Mahasiswa Pendidikan Matematika FKIP UKSW, email: [email protected]

    2Dosen Pendidikan Matematika FKIP UKSW, email: [email protected]

    ABSTRAK

    Penelitian yang berjenis penelitian eksperimen semu ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya

    pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Round Robin Brainstorming berbantuan Hypnoteaching

    terhadap kemampuan komunikasi matematis siswa kelas X SMA Negeri 3 Salatiga. Populasi dalam

    penelitian ini adalah semua siswa Kelas X SMA Negeri 3 Salatiga. Teknik pengambilan sampel dilakukan

    dengan cluster random sampling dan diperoleh dua kelas, yaitu kelas X MIA 3 sebagai kelas eksperimen

    dengan jumlah 30 siswa dan kelas X MIA 4 sebagai kelas kontrol dengan jumlah 31 siswa. Desain

    penelitian yang digunakan adalah Nonequivalent Control Group Design. Pengumpulan data dalam

    penelitian ini menggunakan tes kemampuan komunikasi matematis berupa pretest dan posttest, kemudian

    data dianalisis menggunakan uji non parametrik Mann-Whitney. Berdasarkan hasil analisis uji non

    parametrik Mann-Whitney posttest diperoleh nilai signifikansi 0,000

  • penalaran dan pembuktian, komunikasi matematis, keterkaitan dalam matematika, dan

    representasi. Hal ini berarti bahwa komunikasi matematis merupakan salah satu kemampuan

    siswa yang harus diperhatikan dalam pembelajaran matematika.

    Komunikasi dalam matematika merupakan kemampuan mendasar yang harus dimiliki

    pelaku dan pengguna matematika selama belajar, mengajar, dan meng-asses matematika

    (Lindquist dan Elliot dalam Kusnaeni dan Retnawati, 2013). Ansari dalam Fadilah dkk (2013)

    menyatakan komunikasi matematis merupakan kemampuan yang dapat menyertakan dan memuat

    berbagai kesempatan siswa untuk berkomunikasi dalam bentuk merefleksikan benda-benda

    nyata, gambar, atau ide-ide matematika, membuat model situasi atau persoalan menggunakan

    metode tertulis, konkrit, grafik, dan aljabar, menggunakan keahlian membaca, menulis, dan

    menelaah, untuk menginterpretasikan dan mengevaluasi ide-ide, simbol, istilah, serta informasi

    matematika, merespon suatu pernyataan/persoalan dalam bentuk argumen yang meyakinkan.

    Menurut Ontario Ministry of Education’s dalam Zaini dan Marsigit (2014), berkomunikasi

    matematika adalah menyampaikan makna melalui lisan, ditulis, dan bentuk visual misalnya,

    memberikan penjelasan alasan atau pembenaran hasil secara lisan atau tertulis;

    mengkomunikasikan ide-ide matematika dan solusi secara tertulis, dengan menggunakan angka

    dan simbol aljabar; dan secara visual, menggunakan gambar, diagram, grafik, tabel, grafik, dan

    materi konkret. Ansari dalam Juanda, dkk (2014) menyatakan bahwa komunikasi matematis

    merupakan: (1) kekuatan sentral bagi siswa dalam merumuskan konsep dan strategi matematika,

    (2) modal keberhasilan bagi siswa terhadap pendekatan dan penyelesaian dalam eksplorasi dan

    investigasi matematika, dan (3) wadah bagi siswa dalam berkomunikasi dengan temannya untuk

    memperoleh informasi, membagi pikiran dan penemuan, curah pendapat, menilai dan

    mempertajam ide untuk meyakinkan yang lain. Komunikasi dalam matematika menolong guru

    memahami kemampuan siswa dalam menginterpretasi dan mengekspresikan pemahamannya

    tentang konsep dan proses matematika yang mereka pelajari, seperti yang dikemukakan Peressini

    dan Bassett dalam Sapitri dan Hartono (2015) bahwa tanpa komunikasi dalam matematika guru

    akan memiliki sedikit keterangan, data, dan fakta tentang pemahaman siswa dalam melakukan

    proses dan aplikasi matematika. Oleh karena itu, kemampuan komunikasi matematis siswa adalah

    kemampuan siswa dalam mengkomunikasikan gagasan dengan pembicaraan lisan, catatan,

    simbol, tabel, grafik, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah (Zaini

    dan Marsigit, 2014).

  • Kemampuan komunikasi matematis siswa kelas X SMA Negeri 3 Salatiga sebagian besar

    berada pada kategori sedang. Dari data pretest diperoleh bahwa sebagian besar siswa dari 61

    siswa yang diteliti pada kelas eksperimen (X MIA 3) dan kelas kontrol (X MIA 4) termasuk

    dalam kategori kemampuan komunikasi matematis sedang yaitu sebanyak 53 orang sedangkan

    kategori kemampuan komunikasi matematis tinggi sebanyak 7 orang dan 1 orang termasuk dalam

    kategori kemampuan komunikasi matematis rendah. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi

    yang dilakukan, diperoleh informasi bahwa masih sedikit siswa yang berani mengemukakan ide

    di kelas, sebagian besar masih diam sehingga guru harus aktif dalam memberikan pertanyaan-

    pertanyaan pancingan agar siswa bisa mengemukakan pendapat. Sebagian besar siswa juga sulit

    berkonsentrasi dalam belajar sehingga cukup sulit untuk mengendalikan kelas. Presentasi di kelas

    pun masih didominasi oleh beberapa siswa tertentu saja yang tergolong berkemampuan akademik

    cukup tinggi. Kesiapan awal siswa di sebagian besar kelas juga kurang sehingga guru harus

    menunggu beberapa saat untuk menenangkan kegaduhan kelas sebelum memulai pembelajaran.

    Selain itu, menyelesaikan soal cerita juga merupakan salah satu kesulitan bagi siswa karena

    biasanya siswa sulit untuk menerjemahkan soal cerita ke dalam model matematika terutama soal-

    soal uraian ataupun karena kebiasaan soal-soal ujian yang berorientasi pada soal pilihan ganda

    bukan pada soal uraian. Sekalipun dalam proses pembelajaran guru juga menekankan pentingnya

    proses mengkomunikasikan gagasan baik lisan maupun tertulis secara sistematis namun sebagian

    besar siswa masih cenderung mengutamakan hasil akhir tanpa komunikasi matematis yang

    sistematis. Oleh karena itu, kemampuan komunikasi matematis ini perlu dikembangkan dalam

    pembelajaran di kelas karena merupakan hal yang penting bagi guru maupun siswa.

    Salah satu alernatif pembelajaran yang diduga mampu mempengaruhi kemampuan

    komunikasi matematis siswa ialah dengan penggunaan model pembelajaran kooperatif

    (cooperative learning) disertai metode yang tepat. Hal ini senada dengan Adun dan Iwan (Aeni,

    2013) yang menyatakan bahwa salah satu alasan cooperative learning digunakan adalah ketika

    akan memperbaiki kemampuan berkomunikasi siswa.

    Roger, dkk dalam Huda (2014) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan

    aktivitas pembelajaran kelompok yang diorganisir oleh satu prinsip bahwa pembelajaran harus

    didasarkan pada perubahan informasi secara sosial di antara kelompok-kelompok pembelajar

    yang di dalamnya setiap pembelajar bertanggung jawab atas pembelajarannya sendiri dan

    didorong untuk meningkatkan pembelajaran anggota-anggota yang lain. Salah satu tipe model

  • pembelajaran kooperatif adalah Round Robin Brainstorming. Round Robin Brainstorming

    merupakan model pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada setiap siswa untuk

    mengemukakan pendapat atau jawaban secara berurutan atas permasalahan atau pertanyaan yang

    telah diajukan oleh guru sebelumnya. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Rohmah (2015)

    bahwa dalam pelaksanaan Round Robin Brainstorming, setiap siswa diharuskan menyampaikan

    ide atau jawaban dari permasalahan yang diberikan. Langkah-langkah kegiatan pembelajaran

    Round Robin Brainstorming dalam Tampubolon (2014) adalah (1) guru membagi kelompok

    dengan anggota 4-5 orang, satu orang dalam kelompok bertugas sebagai pencatat; (2) guru

    mengajukan pertanyaan/masalah dan setiap kelompok mendapat giliran menjawab pertanyaan

    tersebut; (3) siswa mencatat semua jawaban dari setiap kelompok; (4) hasil catatan tersebut

    didiskusikan bersama untuk mendapatkan kesimpulan akhir; dan (5) penilaian dilaksanakan

    untuk keberhasilan pembelajaran. Sedangkan menurut Magre dan Joshi (2013), langkah-

    langkahnya adalah sebagai berikut: (1) kelas dibagi ke dalam kelompok-kelompok kecil yang

    terdiri dari 4-6 siswa per kelompok dengan satu orang ditunjuk sebagai pencatat; (2) sebuah

    pertanyaan diajukan oleh guru dengan banyak kemungkinan jawaban dan siswa diberikan waktu

    untuk memikirkan jawabannya, (3) setelah waktu berpikir selesai, anggota-anggota kelompok

    berbagi tanggapan atau jawaban dengan gaya round robin satu sama lain; (4) pencatat menuliskan

    semua jawaban dari anggota-anggota kelompok; dan (5) orang di samping pencatat (searah jarum

    jam) memberikan jawaban dan pencatat menuliskannya kemudian orang lain dalam kelompok

    secara berurutan (searah jarum jam) memberikan jawaban sampai waktu habis. Oleh karena itu,

    model pembelajaran kooperatif tipe Round Robin Brainstorming diharapkan mampu

    mempengaruhi kemampuan komunikasi matematis siswa dalam pembelajaran di kelas.

    Model pembelajaran yang diharapkan mampu mempengaruhi kemampuan komunikasi

    matematis siswa juga tentu harus disertai metode pembelajaran yang menyenangkan dan efektif.

    Salah satu metode pembelajaran yang dapat digunakan adalah metode hypnoteaching.

    Hypnoteaching yaitu menyajikan materi pelajaran dengan menggunakan bahasa-bahasa bawah

    sadar dan merupakan metode baru dalam dunia pendidikan untuk mencapai keberhasilan dalam

    proses kegiatan belajar mengajar (Hasbullah dan Rahmawati, 2015). Noer (2010) menyatakan

    bahwa hypnoteaching merupakan perpaduan dari konsep aktivitas belajar mengajar dengan ilmu

    hipnosis, sehingga dalam hypnoteaching guru menggunakan bahasa persuasif sebagai alat

    komunikasi yang dapat mensugesti siswa secara efektif. Menurut Jaya (2010), hipnosis dalam

  • proses belajar mengajar dalam hal ini yaitu hypnoteaching dapat memotivasi siswa,

    meningkatkan kemampuan berkonsentrasi, kepercayaan diri, kedisiplinan dan keorganisasian.

    Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika dengan model pembelajaran

    kooperatif tipe Round Robin Brainstorming berbantuan hypnoteaching merupakan pembelajaran

    berbasis kelompok yang diawali dengan masalah yang diberikan oleh guru dan masing-masing

    siswa dalam kelompok diberi kesempatan untuk memberi tanggapan ataupun menjawab,

    kemudian dalam prosesnya guru menggunakan hypnoteaching untuk memfokuskan siswa pada

    pembelajaran serta mensugesti siswa dalam membangun kepercayaan diri agar siswa berani

    berpendapat dan memanfaatkan kesempatan mengembangkan kemampuan komunikasi

    matematisnya sebaik mungkin.

    Berdasarkan permasalahan tersebut maka dapat dirumuskan tujuan penelitian ini yaitu

    untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Round Robin

    Brainstorming berbantuan hypnoteaching terhadap kemampuan komunikasi matematis siswa

    Kelas X SMA Negeri 3 Salatiga.

    METODE PENELITIAN

    Jenis penelitian ini adalah eksperimen semu (Quasi Experimental). Penelitian eksperimen

    semu bertujuan untuk mendapatkan informasi dari eksperimen yang sebenarnya dalam keadaan

    yang tidak memungkinkan untuk mengontrol dan atau memanipulasi semua variabel yang relevan

    (Slameto, 2015:137). Hal ini senada dengan Sugiyono (2009:114) yang menyatakan bahwa

    dalam eksperimen semu terdapat kelompok kontrol tetapi tidak dapat sepenuhnya mengontrol

    variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen. Model pembelajaran yang

    akan digunakan di kelas eksperimen adalah model pembelajaran kooperatif tipe round robin

    brainstorming berbantuan hypnoteaching sementara pada kelas kontrol digunakan model

    pembelajaran konvensional.

    Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 3 Salatiga yang terletak di Jalan Kartini No.34,

    Kota Salatiga, Provinsi Jawa Tengah. Penelitian ini dilaksanakan pada Semester 2 Tahun Ajaran

    2016-2017. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa Kelas X SMA Negeri 3 Salatiga.

    Adapun teknik pengambilan sampel dilakukan dengan cluster random sampling dan diperoleh

    dua kelompok siswa, yaitu kelas X MIA 3 sebagai kelas eksperimen dengan jumlah siswa 36

    orang tetapi 6 orang tidak mengikuti pretest sehingga siswa dalam kelas eksperimen berjumlah

  • 30 siswa dan kelas X MIA 4 sebagai kelas kontrol dengan jumlah siswa 35 orang tetapi 4 orang

    tidak mengikuti pretest sehingga jumlah siswa dalam kelas kontrol menjadi 31 orang. Desain

    penelitian yang digunakan adalah Nonequivalent Control Group Design.

    Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan tes kemampuan komunikasi

    matematis yang diberikan kepada kedua kelas. Tes ini terdiri dari pretest dan posttest. Pretest

    diberikan sebelum penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Round Robin Brainstorming,

    sedangkan posttest diberikan setelah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Round Robin

    Brainstorming. Hal ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe

    Round Robin Brainstorming berbantuan Hypnoteaching terhadap kemampuan komunikasi

    matematis siswa Kelas X SMA Negeri 3 Salatiga. Adapun instrumen yang digunakan dalam

    penelitian ini adalah instrumen tes kemampuan komunikasi matematis yang berupa tes uraian

    tertulis yang diberikan saat pretest dan posttest. Instrumen yang digunakan divalidasi terlebih

    dahulu oleh para ahli (expert judgement) yaitu 1 dosen pendidikan matematika dan 2 guru

    matematika.

    Untuk mengetahui kemampuan komunikasi matematis siswa, penelitian ini menggunakan

    rubrik penskoran hasil modifikasi oleh Kurniawan (2016) yang dibuat berdasarkan Maryland

    Math Communication Rubric, Maine Holistic Rubric, dan QUASAR Communication Mathematic

    Rubric. Rubrik tersebut dapat dilihat dalam Tabel 1 berikut ini.

    Tabel 1. Rubrik Penskoran Kemampuan Komunikasi Matematis

    No. Indikator Skor Kriteria

    1 Menuliskan

    jawaban

    menggunakan

    bahasa matematis

    (label, simbol,

    tanda, operasi dan

    istilah matematis)

    4 Penulisan label, simbol, tanda, operasi dan istilah

    matematis secara lengkap, dan benar

    3 Penulisan label, simbol, tanda, operasi, dan istilah

    matematis dengan lengkap tapi tidak benar

    2 Penulisan label, simbol, tanda, operasi, dan istilah

    matematis kurang lengkap tapi ada yang benar sebagian

    1 Penulisan label, simbol, tanda, operasi, dan istilah

    matematis tidak lengkap dan salah

    0 Tidak ada jawaban, kosong atau tidak dikerjakan

    2 Menuliskan

    jawaban

    matematika

    dengan langkah-

    langkah (model

    matematika)

    dalam menjawab.

    4 Langkah-langkah dalam pengerjaan rinci, runtut,lengkap,

    tepat dan benar seperti perintah

    3 Langkah-langkah dalam pengerjaan secara rinci,

    runtut,kurang lengkap tapi benar

    2 Langkah-langkah dalam pengerjaan kurang rinci, tidak

    runtut, belum lengkap tapi ada yang benar sesuai perintah.

    1 Langkah-langkah ada dan salah

    0 Tidak ada jawaban, kosong atau tidak dikerjakan

    3 Menyatakan hasil 4 Perhitungan dari setiap langkah benar dan hasil benar.

  • perhitungan dari

    langkah-langkah

    setiap jawaban

    suatu pernyataan

    3 Perhitungan dari setiap langkah 75 % benar dan hasil

    akhir salah

    2 Perhitungan dari setiap langkah 25 % benar dan hasil

    salah

    1 Perhitungan dari setiap langkah salah tapi ada pekerjaan,

    tidak kosong

    0 Tidak ada jawaban, kosong atau tidak dikerjakan

    PEMBAHASAN

    A. Kondisi Sebelum diberi Perlakuan

    Hasil pretest dan posttest kemampuan komunikasi matematis siswa yang diperoleh dari

    kelas eksperimen dan kelas kontrol dikelompokkan berdasarkan tiga kategori yaitu tinggi, sedang

    dan rendah. Adapun interval untuk masing-masing kategori adalah sebagai berikut jika

    dimisalkan x adalah skor kemampuan komunikasi matematis yang diperoleh siswa.

    Tinggi : 41 ≤ 𝑥 ≤ 61

    Sedang : 20 ≤ 𝑥 ≤ 40

    Rendah : −1 ≤ 𝑥 ≤ 19

    Deskripsi kategori kemampuan komunikasi matematis awal (pretest) pada kelas eksperimen

    dan kelas kontrol dapat dilihat pada Tabel 2 sebagai berikut.

    Tabel 2. Kategori Kemampuan Komunikasi Matematis Awal (Pretest)

    Berdasarkan Tabel 2, diperoleh bahwa sebagian besar siswa dari kelas eksperimen maupun kelas

    kontrol termasuk dalam kategori kemampuan komunikasi matematis sedang. Pada kelas

    eksperimen, terdapat 3 siswa yang termasuk dalam kategori kemampuan komunikasi matematis

    tinggi, 27 siswa dengan kategori kemampuan komunikasi matematis sedang dan tidak ada siswa

    yang termasuk dalam kategori kemampuan komunikasi matematis rendah. Sedangkan pada kelas

    kontrol dengan 31 siswa yang mengikuti pretest, 4 siswa termasuk dalam kategori kemampuan

    komunikasi matematis tinggi, 26 siswa dengan kategori kemampuan komunikasi matematis

    sedang dan 1 siswa termasuk dalam kategori kemampuan komunikasi matematis rendah.

    Kelas N

    Banyaknya Siswa pada Kategori Kemampuan

    Komunikasi Matematis

    Tinggi Sedang Rendah

    Eksperimen 30 3 27 0

    Kontrol 31 4 26 1

    Total 61 7 53 1

  • Kemampuan komunikasi matematis untuk kondisi awal dapat diketahui perbedaannya

    dengan menggunakan uji beda rerata untuk kedua kelas menggunakan statistika non parametrik

    Mann-Whitney. Adapun hasil analisisnya dapat dilihat pada tabel 3.

    Tabel 3. Uji Non Parametrik Mann-Whitney

    Skor Kemampuan Komunikasi Matematis Awal (Pretest)

    Test Statisticsa

    Skor Kemampuan

    Komunikasi Matematis

    Awal Gabungan

    Mann-Whitney U 356.000

    Wilcoxon W 852.000

    Z -1.576

    Asymp. Sig. (2-

    tailed) .115

    a. Grouping Variable: Kode

    Berdasarkan Tabel 3 terlihat bahwa nilai signifikan (2-tailed) adalah 0,115 > 0,05 sehingga dapat

    disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan nilai rerata untuk kedua kelas tersebut yang berarti

    rata-rata kelas kontrol dan kelas eksperimen sama. Hal ini menunjukkan bahwa kedua kelas

    memiliki kemampuan awal yang sama sehingga dapat diberikan perlakuan yang berbeda.

    B. Kondisi Setelah diberi Perlakuan

    Deskripsi hasil posttest kemampuan komunikasi matematis siswa pada kelas eksperimen

    dan kelas kontrol yang telah dikategorikan dapat dilihat pada Tabel 4 berikut ini.

    Tabel 4. Kategori Kemampuan Komunikasi Matematis Akhir (Posttest)

    Berdasarkan Tabel 4, diperoleh hasil bahwa dari 30 siswa kelas eksperimen terdapat 20 siswa

    dengan kategori kemampuan komunikasi matematis tinggi, 10 siswa dengan kategori

    kemampuan komunikasi matematis sedang dan tidak ada siswa yang termasuk dalam kategori

    kemampuan komunikasi matematis rendah. Sedangkan dari 31 siswa kelas kontrol terdapat 6

    siswa dengan kategori kemampuan komunikasi matematis tinggi, 24 dengan kategori

    Kelas N

    Banyaknya Siswa pada Kategori Kemampuan

    Komunikasi Matematis

    Tinggi Sedang Rendah

    Eksperimen 30 20 10 0

    Kontrol 31 6 24 1

    Total 61 26 34 1

  • kemampuan komunikasi matematis sedang dan 1 siswa dengan kategori kemampuan komunikasi

    matematis rendah.

    Uji beda rerata untuk kedua kelas menggunakan statistika non parametrik Mann-Whitney.

    Hasil analisis dapat dilihat pada table 5.

    Tabel 5. Uji Non Parametrik Mann-Whitney

    Skor Kemampuan Komunikasi Matematis Akhir (Posttest)

    Test Statisticsa

    Skor Kemampuan

    Komunikasi

    Matematis Akhir

    Gabungan

    Mann-Whitney U 157.000

    Wilcoxon W 653.000

    Z -4.449

    Asymp. Sig. (2-

    tailed) .000

    a. Grouping Variable: Kode

    Berdasarkan Tabel 5 terlihat bahwa nilai signifikan (2-tailed) adalah 0,000 < 0,05 sehingga dapat

    disimpulkan terdapat perbedaan nilai rerata untuk kedua kelas tersebut yang berarti rata-rata kelas

    kontrol dan kelas eksperimen berbeda. Pada pretest jumlah siswa kelas eksperimen yang

    termasuk dalam kategori kemampuan komunikasi matematis tinggi adalah 3 siswa sedangkan

    pada posttest meningkat menjadi 20 siswa. Begitupun dengan kelas kontrol, jumlah siswa yang

    termasuk kategori kemampuan komunikasi matematis tinggi pada pretest yaitu 4 siswa

    meningkat menjadi 6 siswa pada posttest. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan komunikasi

    matematis siswa pada kedua kelas mengalami peningkatan. Hal ini dapat diartikan bahwa setelah

    diberi perlakuan, kemampuan komunikasi matematis siswa kelas eksperimen lebih baik daripada

    kemampuan komunikasi matematis siswa kelas kontrol, sehingga dapat disimpulkan bahwa

    model pembelajaran kooperatif tipe round robin brainstorming berbantuan hypnoteaching

    berpengaruh terhadap kemampuan komunikasi matematis siswa kelas X SMA Negeri 3 Salatiga.

    KESIMPULAN

    Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa model

    pembelajaran kooperatif tipe round robin brainstorming berbantuan hypnoteaching berpengaruh

    terhadap kemampuan komunikasi matematis siswa kelas X SMA Negeri 3 Salatiga. Hal ini

    terlihat dari nilai signifikan uji Mann-Whitney adalah 0,000 < 0,05 yang menunjukkan bahwa

    terdapat perbedaan nilai rerata untuk kedua kelas tersebut dan terlihat juga dari adanya

  • peningkatan kemampuan komunikasi matematis yang signifikan pada kelas eksperimen (siswa

    berkemampuan komunikasi matematis tinggi sebanyak 3 siswa meningkat menjadi 20 siswa)

    dibandingkan dengan kelas kontrol (siswa berkemampuan komunikasi matematis tinggi sebanyak

    4 siswa meningkat menjadi 6 siswa).

    DAFTAR PUSTAKA

    Aeni, Nur. 2013. Perbandingan Hasil Belajar Tipe-Tipe Model Kooperatif dalam Pembelajaran

    Bilangan Pecahan pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Patampanua Kabupaten Pinrang.

    Tugas Akhir Program Magister (TAPM). Jakarta: Universitas Terbuka. [Online]. Diunduh

    dari http://www.pustaka.ut.ac.id/dev25/pdftesis2/41377.pdf pada 21 Juli 2016, pukul 09:58

    WIB.

    Fadilah dkk. 2013. Kemampuan komunikasi Matematis siswa Sekolah Menengah Pertama dan

    Madrasah Tsanawiyah pada Materi Fungsi di P. Brandan Kabupaten Langkat. Dalam

    Jurnal Pendidikan Matematika PARADIKMA, Volume 5, Nomor 2. [Online]. Diunduh dari

    http://download.portalgaruda.org/article.php?article=148990&val=5571&title=KEMAMP

    UAN%20%20KOMUNIKSI%20%20MATEMATIS%20%20SISWA%20SEKOLAH%20

    %20MENENGAH%20%20PERTAMA%20%20DAN%20MADRASAH%20%20%20TSA

    NAWIYAH%20%20%20%20PADA%20%20MATERI%20FUNGSI%20DI%20P.BRAN

    DAN%20KABUPATEN%20LANGKAT pada 22 Mei 2016 pukul 01:08 WIB.

    Hasbullah dan Eva Yuni Rahmawati. 2015. Pengaruh penerapan metode hypnoteaching

    terhadap motivasi belajar mahasiswa universitas Indraprasta PGRI. Dalam Jurnal

    Formatif, Volume 5, Nomor 1. [Online]. Diunduh dari

    http://journal.lppmunindra.ac.id/index.php/Formatif/article/viewFile/163/156 pada 30 Mei

    2016 pukul 01:44 WIB.

    Huda, Miftahul. 2014. Cooperative Learning – Metode, Teknik, Struktur dan Model Terapan.

    Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

    Jaya, Novian Triwidia. 2010. Hypnoteaching “Bukan Sekedar Mengajar”. Bekasi: D-Brain.

    Juanda, M., dkk. 2014. Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah dan Komunikasi

    Matematis Siswa SMP melalui Model Pembelajaran Means-ends Analysis (MeA). Dalam

    Jurnak Kreano FMIPA UNNES, Volume 5, Nomor 2, Desember 2014. [Online]. Diunduh

    dari

    http://download.portalgaruda.org/article.php?article=350712&val=5678&title=Peningkatan

    %20Kemampuan%20Pemecahan%20Masalah%20dan%20Komunikasi%20Matematis%20

    Siswa%20SMP%20melalui%20Model%20Pembelajaran%20Means-ends%20Analysis

    pada 23 Juni 2016 pukul 16:47 WIB.

    Kurniawan, Agus. 2016. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray

    Terhadap Hasil Belajar Matematika Ditinjau dari Kemampuan Komunikasi Matematis

    Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Ambarawa Semester 2 Tahun Pelajaran 2015/2016. Jurnal.

    Salatiga: Universitas Kristen Satya Wacana. [Online]. Diunduh dari

  • http://repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9866/2/T1_202012065_Full%20text.pdf

    pada 23 Januari 2017, pukul 06:24 WIB.

    Kusnaeni dan Heri Retnawati. 2013. Problem Possing dalam Setting Kooperatif Tipe TAI

    Ditinjau dari Kemampuan Komunikasi dan Pemecahan Masalah. Dalam Pythagoras:

    Jurnal Pendidikan Matematika, Volume 8, Nomor 1, Juni 2013. Diunduh dari

    http://journal.uny.ac.id/index.php/pythagoras/article/viewFile/8492/7005 pada 23 Juni

    2016, pukul 16:48 WIB.

    Magre, Sunita dan Susheel Joshi. 2013. Co-operative Learning: Theorical Bases and Its Types.

    Dalam Golden Reserach Thoughts Volume 2, Issue. 11, May 2013. [Online]. Diunduh dari

    http://aygrt.isrj.org/UploadedData/2425.pdf pada 28 Juni 2016 pukul 11:15 WIB.

    Noer, Muhammad. 2010. Hypnoteaching for Succes Learning. Yogyakarta: Pedagogia.

    Nuraeni, Reni dan Irena Puji Luritawaty. 2016. Mengembangkan Kemampuan Komunikasi

    Matematik Siswa. Dalam Jurnal Mosharafa – Jurnal Pendidikan Matematika STKIP Garut,

    Volume 8, Nomor 2, April 2016. Diunduh dari http://jurnalmtk.stkip-

    garut.ac.id/data/edisi8/vol2/Reni.pdf pada 30 Juli 2016 pukul 21:32 WIB.

    Rohmah, Maya Siti. 2015. Pendekatan Brainstorminground-robin untuk meningkatkan

    kemampuan komunikasi matematis siswa SMP. Dalam Infinity - Jurnal Ilmiah Program

    Studi Matematika STKIP Siliwangi Bandung, Volume 4, Nomor 2, September 2015.

    [Online]. Diunduh dari http://e-

    journal.stkipsiliwangi.ac.id/index.php/infinity/article/view/82/79 pada 30 Mei 2016 pukul

    20:21 WIB.

    Sapitri dan Hartono. 2015. Keefektifan Cooperative Learning STAD dan GI ditinjau dari

    Kemampuan Berpikir Kritis dan Komunikasi Matematis. Dalam Jurnal Riset Pendidikan

    Matematika, Volume 2, Nomor 2, November 2015. [Online]. Diunduh dari

    http://journal.uny.ac.id/index.php/jrpm/article/viewFile/7346/6328 pada 21 Mei 2016 pukul

    23:23 WIB.

    Slameto. 2015. Metodologi Penelitian dan Inovasi Pendidikan. Salatiga: Satya Wacana

    University Press.

    Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D).

    Bandung: Alfabeta.

    Tampubolon, Saur. 2014. Penelitian Tindakan Kelas sebagai Pengembangan Profesi Pendidik

    dan Keilmuan. Jakarta: Erlangga.

    Zaini, Ahmad dan Marsigit. 2014. Perbandingan Keefektifan Pembelajaran Matematika dengan

    Pendekatan Matematika Realistik dan Konvensional ditinjau dari Kemampuan Penalaran

    dan Komunikasi Matematik Siswa. Dalam Jurnal Riset Pendidikan Matematika, Volume 1,

    Nomor 2, November 2014. [Online]. Diunduh dari:

    http://journal.uny.ac.id/index.php/jrpm/article/viewFile/2672/2225. Pada 21 Mei 2016

    pukul 23:45 WIB.