46 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN GUIDED DISCOVERY LEARNING PADA MATERI LARUTAN ASAM DAN BASA TERHADAP HASIL BELAJAR DAN SIKAP ILMIAH SISWA KELAS XI IPA SMA NEGERI 9 BANJARMASIN TAHUN AJARAN 2015/2016 Rilia Iriani Pendidikan Kimia, FKIP, Universitas Lambung Mangkurat [email protected]Restu Prayogi Pendidikan Kimia, FKIP, Universitas Lambung Mangkurat [email protected]Abstrak Telah dilakukan penelitian tentang pengaruh model pembelajaran Guided Discovery Learning (GDL) terhadap hasil belajar dan sikap ilmiah siswa kelas XI IPA SMA Negeri 9 Banjarmasin pada materi larutan asam dan basa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar dan sikap ilmiah antara siswa yang belajar menggunakan model GDL dengan siswa yang belajar menggunakan pembelajaran konvensio na l (ekspositori) di kelas XI IPA SMAN 9 Banjarmasin. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen semu (quasy eksperiment) dengan desain nonequivalent control group design. Sampel penelitian adalah XI IPA 3 sebagai kelas eksperimen dan XI IPA 2 sebagai kelas kontrol. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik tes dan observasi. Teknik analisis data menggunakan uji t untuk menganalisis perbedaan hasil belajar kognitif siswa yang belajar menggunakan model GDL dengan siswa yang belajar menggunakan pembelajaran konvensio na l (ekspositori), dan analisis deskriptif untuk menganalisis perbedaan hasil belajar afektif, psikomotor dan sikap ilmiah siswa. Hasil penelitia n menunjukkan bahwa (1) terdapat perbedaan hasil belajar yang signifika n antara siswa pada kelas eksperimen dengan siswa pada kelas kontrol (2) terdapat perbedaan sikap ilmiah siswa antara siswa pada kelas eksperimen dengan siswa pada kelas kontrol . Kata Kunci: GDL, hasil belajar, sikap ilmiah, larutan asam dan basa. Abstract Has done research on the effects of Guided Discovery Learning (GDL) model on students’ achievement and scientific attitude of grade XI science at Public Senior High School 9 Banjarmasin in acid and bases
15
Embed
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN GUIDED DISCOVERY …eprints.ulm.ac.id/2675/2/Naskah Restu Prayogi.pdf · 46 pengaruh model pembelajaran guided discovery learning pada materi larutan asam
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
46
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN GUIDED DISCOVERY LEARNING PADA MATERI LARUTAN ASAM DAN BASA
TERHADAP HASIL BELAJAR DAN SIKAP ILMIAH SISWA KELAS XI IPA SMA NEGERI 9 BANJARMASIN TAHUN
AJARAN 2015/2016
Rilia Iriani
Pendidikan Kimia, FKIP, Universitas Lambung Mangkurat [email protected]
Restu Prayogi
Pendidikan Kimia, FKIP, Universitas Lambung Mangkurat
solution material. This research aims to know difference of students’
achievement and scientific attitudes between the students who learn to
use model GDL with students who learn to use conventional learning
(expository) in class XI science Public Senior High School 9
Banjarmasin. This research used a quasi experiment methods with
nonequivalent control group design. Samples were XI science 3 as an
experimental class and class XI science 2 as a control class. Technique
of data collecting used a tests and observation technique. Data analysis
techniques used t-test to analyze the difference of cognit ive
student’s achievement who learn to used model of GDL with students
who learn to use conventional learning (expository), and descriptive
analysis to analyze the difference of affective students’ achievement,
psychomotor and scientific attitudes. The results showed that (1) there is
a significant difference in student’ achievement between students in a
experimental class with students in a control class (2) there is a difference
in students' scientific attitudes between students in a experimental class
with students in a control class.
Keywords: GDL, students’ achievement, scientific attitude, acid and
base solution
I. PENDAHULUAN
Sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas sangat dibutuhkan dalam
menghadapi persaingan di semua bidang kehidupan, terutama mampu berkompetis i
dalam penguasaan dan pengembangan IPTEK. Pendidikan sains sebagai salah satu
aspek pendidikan memiliki peran penting dalam peningkatan mutu atau kualitas
pendidikan khususnya dalam menghasilkan sumber daya manusia yang berkualita s,
yaitu manusia yang mampu berpikir kritis, kreatif, mampu dalam mengambil
keputusan, dan mampu memecahkan masalah serta mampu mengaplikasikan ilmu
pengetahuan dalam kehidupan untuk kesejahteraan umat manusia.
Upaya pemerintah dalam meningkatkan mutu dan kualitas proses pembelajaran
melalui Permendiknas RI Nomor 41 Tahun 2007 tentang standar proses untuk satuan
pendidikan dasar dan menengah. Kegiatan inti pembelajaran meliputi eksplorasi,
elaborasi, dan konfirmasi. Proses pembelajaran tersebut yang berpusat pada
pengalaman siswa dapat memberikan kesempatan dan fasilitas kepada siswa untuk
membangun sendiri pengetahuannya sehingga siswa dapat memperoleh pemahaman
yang mendalam melalui pengalaman belajar (Purnamawan dkk., 2013). Proses
pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered) diharapkan dapat
mendorong siswa terlibat aktif dalam membangun pengetahuan, sikap, dan perilaku.
Ilmu kimia merupakan salah satu cabang ilmu sains yang mempelajari tentang
struktur, susunan, sifat, perubahan materi, serta energi yang menyertainya. Sains
48
merupakan mata pelajaran yang diarahkan untuk mencari tahu dan berbuat sehingga
dapat membantu siswa untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang
alam sekitar. Salah satu fungsi dan tujuan dari mata pelajaran sains adalah siswa dapat
memperoleh pengalaman dalam penerapan metode ilmiah melalui eksperimen
sehingga terlatih untuk bersikap ilmiah (Istikomah dkk., 2010).
Secara umum, materi-materi kimia bukan untuk dihafal namun untuk dipahami
dan diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Pengaplikasian ini yang menciptakan
sikap ilmiah yang memang harus dimiliki peserta didik sesuai perkembangan ilmu
dan tekologi (Permatasari dan Miswadi, 2013). Sebagai bagian dari ilmu sains, kimia
merupakan salah satu mata pelajaran yang sampai saat ini sulit untuk dipahami baik
konsep maupun penerapannya. Penelitian yang dilakukan oleh Sunyono, dkk. (2009),
memaparkan bahwa materi pelajaran kimia di SMA banyak berisi konsep-konsep
yang cukup sulit untuk dipahami siswa, karena menyangkut reaksi-reaksi kimia dan
hitungan-hitungan serta menyangkut konsep-konsep yang bersifat abstrak dan
dianggap siswa sebagai materi yang relatif baru dan belum pernah diperolehnya ketika
di SMP.
Menurut Sheppard dalam Indrayani (2013) konsep asam basa merupakan
konsep yang mendasari materi titrasi asam-basa. Jika konsep asam-basa yang
mendasari materi titrasi asam-basa belum dipahami siswa, maka siswa cenderung
mengalami kesulitan untuk memahami materi titrasi asam-basa. Pendapat dari Addin,
dkk. (2014), materi asam dan basa merupakan konsep kunci dan menjadi dasar untuk
memahami materi selanjutnya seperti titrasi asam-basa, larutan penyangga, dan
hidrolisis garam.
Menurut Wahyudiati (2010) sikap ilmiah sangat penting bagi siswa karena dapat
meningkatkan daya kritis siswa terhadap fenomena alam yang dihadapi. Siswa
senantiasa dihadapkan pada fenomena alam dan dalam menyikapi permasalahann
tersebut tidak hanya mengandalkan pengetahuan teoritis saja tetapi harus disertai
dengan sikap ilmiah yang menjadi tolak ukur tingkat pemahaman yang dimiliki siswa.
Menurut Melani dkk (2012), sikap ilmiah dalam mempelajari IPA sangat bermanfaat
bagi siswa yaitu dapat membentuk sikap dan nilai positif dalam diri siswa antara lain
rasa percaya diri yang tinggi, ketekunan, kecermatan, pekerja keras, dan tak kenal
putus asa. Sikap dan nilai positif ini sebagai bekal untuk mengatasi permasalahan
dalam kehidupan sehari-hari. Pengembangan sikap ilmiah juga berguna untuk
membangun karakter siswa, namun pada kenyataannya dalam proses pembelajaran,
sikap ilmiah tersebut belum dibekalkan oleh guru.
Menurut Damanik dan Bukit (2013), siswa terlihat jarang sekali mengajukan
pertanyaan dan hanya sebagian kecil siswa yang mengajukan pertanyaan saat proses
pembelajaran berlangsung. Melani dkk. (2012) menemukan bahwa siswa hanya
meringkas materi dari buku sehingga terlihat siswa menerima konsep yang sudah jadi
daripada menemukan konsep itu sendiri. Siswa hanya menerima informasi yang
49
disampaikan oleh guru, dan tidak berusaha mencari kebenaran atas informasi yang
mereka telah terima.
Berdasarkan kondisi tersebut, dilakukan upaya perbaikan proses pembelajaran
agar tercapainya pembelajaran secara optimal. Keberhasilan suatu pembelajaran
ditentukan juga oleh pemilihan model pembelajaran yang tepat terhadap kegiatan
siswa selama proses belajar mengajar berlangsung. Model pembelajaran yang
digunakan juga harus sesuai dengan materi yang akan diajarkan dan kondisi serta
karakteristik siswa, sehingga nantinya siswa dapat berperan aktif dalam pembelajaran.
Pemilihan model pembelajaran yang tepat dapat membuat siswa belajar secara
proaktif dan tujuan pembelajaran pun akan tercapai. Salah satu model yang dapat
diterapkan agar pembelajaran menjadi efektif dan mengembangkan sikap ilmiah dan
hasil belajar siswa yakni dengan penerapan model pembelajaran GDL.
Menurut Mayer (2004), GDL merupakan salah satu model pembelajaran yang
bertujuan melatih siswa untuk menemukan konsep secara mandiri. Siswa berperan
aktif dalam proses pembelajaran dengan menjawab berbagai pertanyaan atau
persoalan dan memecahkan persoalan untuk menemukan suatu konsep. Di dalam
GDL, guru menyajikan contoh-contoh, memandu untuk menemukan pola-pola dalam
contoh-contoh tersebut, dan memberikan kesimpulan ketika siswa telah mampu
mendeskripsikan gagasan yang telah di ajarkan oleh guru.
Penggunaan model GDL pada materi larutan asam dan basa, siswa dituntut
untuk menemukan konsep asam dan basa melalui eksperimen dan pencarian literatur
dari berbagai sumber, siswa diberikan berbagai macam larutan kemudian melakukan
percobaan dengan cara mereka sendiri dibawah bimbingan guru. Sehingga siswa
mampu menemukan definisi larutan asam dan basa melalui eksperimen dan
mengemukakan gagasannya tentang larutan asam dan basa.
Hasil penelitian Firdaus, dkk. (2014), menunjukkan bahwa terdapat pengaruh
model pembelajaran GDL terhadap hasil belajar matematika siswa. Purwatinings i
(2013), menyatakan bahwa penerapan GDL dapat memberikan hasil belajar siswa
lebih baik pada materi luas permukaan dan volume balok. Penelitian yang dilakukan
oleh Ulumi dkk. (2015), menemukan bahwa penerapan model GDL menunjukkan
pengaruh terhadap hasil belajar biologi siswa.
Penelitian yang dilakukan oleh Melani dkk. (2012), melalui pembelajaran GDL,
siswa dapat mengembangkan kemampuan penyelidikan ilmiah yang juga
mengembangkan sikap-sikap ilmiah dalam pembelajaran IPA di SMA sehingga
berpengaruh terhadap hasil belajar kognitifnya. Nuzlia dkk. (2014) memaparkan
bahwa terdapat perbedaan hasil belajar dan sikap ilmiah antara siswa yang diajar
menggunakan model GDL dengan pendekatan saintifik dengan siswa yang diajar
menggunakan model konvensional.
50
II. METODE
Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian quasi experiment (eksperimen
semu) dengan menggunakan pretest-posttest nonequivalent control group design.
Kelas eksperimen diberi perlakuan menggunakan model GDL, sedangkan kelas
kontrol diberi perlakuan menggunakan pembelajaran konvensional. Pada desain ini
kelas eksperimen maupun kelas kontrol diberi pre-test sebelum dilakukan
pembelajaran serta post-test pada akhir penelitian.
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA SMA Negeri 9
Banjarmasin tahun pelajaran 2015/2016 dengan sampel yakni kelas XI IPA 3 sebagai
kelas eksperimen sebanyak 32 orang dan kelas XI IPA 2 sebagai kelas kontrol
sebanyak 32 orang. Penelitian ini menggunakan teknik sampling yakni purposive
sampling. Purposive sampling adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan
tertentu (Sugiyono, 2012).
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik tes
dan non tes. Teknik tes dilakukan dengan memberikan serangkaian soal kepada siswa.
Instrumen soal yang digunakan berbentuk soal uraian untuk tes hasil belajar kognitif
sebanyak 8 soal, mengacu pada indikator materi larutan asam dan basa, dan penila ian
yang diberikan kepada setiap jawaban yang benar disesuaikan dengan rubrik
penskoran yang telah ditentukan.
Teknik non tes dilakukan dengan menggunakan lembar observasi afektif,
psikomotor, dan sikap ilmiah siswa selama kegiatan pembelajaran di kelas eksperimen
maupun di kelas kontrol. Lembar observasi ini berupa lembar observasi dengan skor
1-5 yang dilengkapi dengan rubrik penilaian.
Teknik analisis data menggunakan analisis deskriptif dan analisis inferensia l.
Analisis deskriptif untuk menganalisis perbedaan hasil belajar afektif, psikomotor dan
sikap ilmiah siswa. Analisis inferensial yang digunakan pada penelitian ini adalah uji-
t. Syarat uji-t adalah normalitas dan homogenitas data. Uji ini bertujuan untuk
mengetahui ada tidaknya perbedaan yang dihasilkan antara kelompok kontrol dengan
kelompok eksperimen.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Pada awal penelitian, diperlukan suatu upaya untuk mengetahui kemampuan
awal kelas eksperimen dan kontrol. Rata-rata dari data pre-test kelas eksperimen dan
kontrol tersebut kemudian dilakukan uji perbedaan untuk mengetahui apakah data
pre-test kedua kelas tersebut berbeda secara signifikan atau tidak signifikan. Adapun
hasil uji-t data pre-test dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Hasil uji-t data pre-test hasil belajar kognitif siswa
Kelas N db = N – 1 thitung ttabel Keterangan
Eksperimen 32 31 1,9408 1,998
Tidak ada perbedaan yang
signifikan Kontrol 32 31
Jumlah 64 62
51
Berdasarkan harga thitung dan ttabel, menunjukkan thitung < ttabel (1,9408 < 1,998)
maka dapat disimpulkan bahwa H0 diterima dan H1 ditolak sehingga dapat dikatakan
bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan hasil tes kognitif siswa pada kelas
eksperimen dan kelas kontrol sebelum diberikan perlakuan.
Pada akhir pembelajaran dilakukan post-test untuk mengetahui kemampuan
akhir kelas eksperimen dan kontrol setelah adanya perlakuan. Rata-rata data post-test
yang didapatkan dari kelas eksperimen dan kontrol kemudian dilakukan uji perbedaan
untuk mengetahui apakah data post-test kedua kelas tersebut berbeda atau tidak secara
signifikan. Adapun hasil uji-t data nilai post-test dapat dilihat pada Tabel 2 berikut ini.
Tabel 2 Hasil uji-t data post-test hasil belajar kognitif siswa
Berdasarkan harga thitung dan ttabel menunjukkan thitung > ttabel (2,076 > 1,998) maka
dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima sehingga dapat dikatakan bahwa
terdapat perbedaan yang signifikan hasil tes kognitif siswa sesudah diberikan
perlakuan.
Data tes hasil belajar kognitif berupa pre-test dan post-test diolah menjadi data
N-gain, agar dapat dilakukan analisis N-gain hasil belajar kognitif siswa. Analisis ini
bertujuan untuk mengetahui sejauh mana siswa pada masing-masing kelas mengalami
peningkatan hasil belajar kognitif setelah mengikuti pembelajaran materi larutan asam
dan basa. Data N-gain siswa kelas eksperimen dan kontrol dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3 Harga N-gain hasil belajar kognitif kelas eksperimen dan kontrol
Rata-rata N-gain yang diperoleh kemudian diinterpretasikan sesuai dengan
kategori yang diajukan oleh Hake (2002) seperti pada Tabel 4.
Tabel 4 Interpretasi N-gain hasil belajar kognitif siswa
Berdasarkan rata-rata nilai N-gain pada Tabel 4 terlihat bahwa kelas eksperimen
memiliki N-gain yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol. Kelas
eksperimen mengalami peningkatan kualitas hasil belajar kognitif yang lebih besar
Kelas N db = N – 1 thitung ttabel Keterangan
Eksperimen 32 31 2,076 1,998
Ada perbedaan yang signifikan
Kontrol 32 31
Jumlah 64 62
Interval N-gain Kategori Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
Frekuensi Frekuensi (g) > 0,7 Tinggi 12 7
0,3 < (g) < 0,7 Sedang 20 24 (g) < 0,3 Rendah 0 1
Kelas Rata-rata N-gain Kategori
Eksperimen 0,61 Sedang Kontrol 0,53 Sedang
52
dari kelas kontrol setelah mendapatkan pembelajaran larutan asam dan basa dengan
model GDL.
Pada penelitian ini juga meneliti aspek afektif dan psikomotor siswa. Adapun
perbandingan rata-rata skor hasil belajar afektif dan psikomotor siswa kelas
eksperimen dan kontrol secara berurutan dapat dilihat pada Tabel 5, Tabel 6 dan Tabel
7 berikut.
Tabel 5 Skor rata-rata hasil belajar afektif siswa kelas eksperimen
Tabel 6 Skor rata-rata hasil belajar afektif siswa kelas kontrol
Tabel 7 Hasil belajar psikomotor siswa
Berdasarkan Tabel 5 dan Tabel 6, skor rata-rata afektif siswa yang diobservasi
selama pembelajaran terlihat bahwa kelas eksperimen memiliki nilai rata-rata yang
lebih baik jika dibandingkan dengan kelas kontrol. Sementara itu pada Tabel 7 terliha t
hasil belajar psikomotor siswa pada kelas eksperimen lebih baik daripada kelas
kontrol. Kedua kelas berada pada kategori yang sama yakni terampil.
Selain hasil belajar, pada penelitian ini juga menilai sikap ilmiah siswa yang
terdiri dari beberapa aspek, yakni sikap ingin tahu, sikap respek terhadap data/fakta,
sikap berpikir kritis dan sikap berpikiran terbuka. Secara keseluruhan total skor sikap
ilmiah siswa kelas eksperimen dan kontrol dapat dilihat pada Tabel 8.
Aspek yang
diamati
Skor rata-rata tiap pertemuan Rata-
rata Kategori
1 2 3 4
Tanggung Jawab 3,45 3,47 3,53 3,59 3,51 Baik
Teliti 3,39 3,44 3,47 3,5 3,45 Baik
Kerjasama 3,45 3,47 3,69 3,72 3,58 Baik
Rata-rata total 3,51 Baik
Aspek yang diamati Skor rata-rata tiap pertemuan Rata-
rata Kategori
1 2 3 4
Tanggung Jawab 2,23 3.28 2 2,19 2,14 Kurang
Teliti 1,94 3.16 2.23 2,26 2,1 Kurang
Kerjasama 2 3.25 2 2 2 Kurang
Rata-rata total 2,08 Kurang
Kelas Skor rata-rata Kategori
Eksperimen 70,60 Terampil
Kontrol 68,53 Terampil
53
Tabel 8 Skor sikap ilmiah siswa kelas eksperimen dan kontrol
Tabel 8 menunjukkan persentase skor sikap ilmiah siswa kelas eksperimen
memiliki nilai rata-rata yang lebih baik atau lebih tinggi jika dibandingkan dengan
kelas kontrol. Rata-rata skor sikap ilmiah siswa kelas eksperimen secara keseluruhan
termasuk dalam kategori cukup dengan persentase 62,59%, sedangkan kelas kontrol
termasuk dalam kategori kurang dengan persentase 43,73%.
Pembahasan
Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan pada hasil
belajar kognitif siswa antara kelas eksperimen yang menggunakan model GDL dan
kelas kontrol yang menggunakan pembelajaran konvensional (ekspositori). Dengan
kata lain, adanya perbedaan yang signifikan tersebut menunjukkan bahwa model GDL
berpengaruh signifikan pada hasil belajar kognitif siswa pada materi larutan asam dan
basa.
Hal tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sumarniti dkk.
(2014) menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara
pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran GDL dan model pembelajaran
konvensional. Pada pembelajaran dengan model pembelajaran GDL menekankan
aktivitas dan keterlibatan siswa dalam kegiatan pembelajaran. Penelitian ini sejalan
dengan penelitian Ulumi dkk. (2015) bahwa hasil penelitian tentang penerapan model
pembelajaran GDL menunjukkan hasil nilai rata-rata dan persentase ketuntasan hasil
belajar biologi siswa pada kelompok eksperimen lebih besar daripada kontrol.
Penelitian tersebut memberikan kesimpulan bahwa penelitian tentang model GDL
berpengaruh positif terhadap hasil belajar biologi.
Perbandingan peningkatan hasil belajar kognitif siswa pada kelas eksperimen
dan kontrol dapat diketahui dengan menentukan nilai N-gain kedua kelas dari hasil
pre-test dan post-test masing-masing kelas (Tabel 4). Hasil tersebut menunjukkan
bahwa peningkatan hasil belajar kognitif pada kelas eksperimen lebih baik daripada
kelas kontrol. Walaupun berada dalam kategori yang sama, namun rata-rata N-gain
kelas eksperimen lebih besar daripada kelas kontrol sehingga dapat dikatakan bahwa
model GDL efektif dalam meningkatkan hasil belajar kognitif siswa pada penelit ian
ini.
Tahapan pertama dalam model ini ialah stimulation, dan pada tahapan tersebut
No. Aspek Sikap Ilmiah Eksperimen Kontrol
1. Sikap ingin tahu 4,02 3,78
2. Sikap respek terhadap data/fakta 8,24 4,60
3. Sikap berpikir kritis 3,28 1,64
4. Sikap berpikiran terbuka 3,23 3,11
Jumlah 18,77 13,12
Kategori Cukup Kurang
Persentase (%) 62,59 43,73
54
siswa diberikan atau disajikan suatu permasalahan yang berkaitan dengan materi yang
akan dipelajari. Siswa diminta memahami masalah tersebut secara individu maupun
berkelompok dan mengajukan hal-hal yang belum dipahami. Menurut Widiadnyana,
dkk. (2014), menyatakan bahwa penyajian permasalahan yang relevan dapat
merangsang siswa untuk berpikir serta dapat mendorong siswa untuk mencari tahu
hal-hal yang terkait dengan permasalahan tersebut. Permasalahan pada tahap
sebelumnya akan dilanjutkan pada tahap problem statement, pada tahapan tersebut
mengidentifikasi permasalahan yang pada akhirnya dirumuskan suatu hipotesis
(jawaban sementara). Siswa yang telah berada dalam suatu kelompok yang terdiri dari
4-5 orang, melakukan diskusi dalam merumuskan suatu hipotesis dan dengan arahan
bimbingan dari guru.
Tahap selanjutnya yakni data collection, dan pada tahap ini siswa melakukan
pengumpulan data atau informasi melalui kegiatan eksperimen, mengamati bersama-
sama anggota kelompok demonstrasi dari guru. Melalui kegiatan ini siswa secara
perlahan memperoleh pengetahuannya dengan pengumpulan informasi secara
kelompok menggunakan alat dan bahan praktikum yang telah disediakan serta
mengamati objek pengamatan untuk menemukan informasi berkaitan dengan
permasalahan di awal pembelajaran. Menurut Sari, dkk. (2015), bahwa pada tahap ini
terjadi interaksi antara siswa dan objek pembelajaran sehingga siswa akan lebih lama
dalam mengingat materi pembelajaran karena siswa memperoleh pengalaman belajar
secara langsung. Pendapat lain dikemukakan oleh Melani dkk. (2012) menyatakan
bahwa siswa yang terlibat langsung saat proses pembelajaran dalam memperoleh
konsep maka siswa dapat menyimpan lebih lama konsep yang dipelajari dalam
struktur kognitifnya. Selain itu, siswa juga mengumpulkan informasi dari berbagai
literatur, seperti LKS, internet dan buku. Melalui pencarian informasi tersebut, maka
siswa dapat membangun suatu konsep sehingga siswa mampu memecahkan masalah.
Tahap data processing ini, siswa secara berkelompok mendiskusikan hasil
pengamatan yang diperoleh melalui pengamatan dan eksperimen, dengan menjawab
pertanyaan yang terdapat pada LKS tersebut. Menurut Sari dkk. (2015) selama
kegiatan data processing siswa terlibat aktif dalam diskusi antar kelompok sehingga
pengetahuan siswa tidak hanya diperoleh dari siswa sendiri tetapi ada tambahan dari
siswa lain. Hal ini menyebabkan siswa dapat mengingat konsep pembelajaran yang
telah dipelajari dengan baik. Selain itu diskusi juga dapat meningkatkan pemahaman
yang disampaikan oleh Slameto (2013) bahwa belajar bersama dengan siswa lain
dapat meningkatkan pengetahuan dan ketajaman berpikir.
Pada tahap selanjutnya yakni verification, siswa secara berkelompok
mendiskusikan hasil pengamatan dan membandingkan jawaban sementara yang telah
ditetapkan oleh masing-masing kelompok di awal pembelajaran dengan hasil
pengamatan langsung yang telah dilakukan. Menurut Sumarniti, dkk. (2015), guru
memberikan peluang kepada siswa untuk membandingkan jawaban hasil diskusinya
dengan kelompok yang melaporkan hasil diskusinya di depan kelas. Hal itu bertujuan
55
agar pengetahuan, pengalaman, dan informasi yang diperoleh siswa menjadi lebih
lengkap.
Tahap terakhir generalization yakni penarikan kesimpulan dari kegiatan yang
telah dilakukan. Guru memberikan kepada salah satu kelompok untuk menyimpulkan
dan kemudian guru memberikan penguatan dengan mengulang materi yang telah
dipelajari agar tidak terjadi kesalahpahaman antara konsep yang telah siswa peroleh
dengan konsep yang sebenarnya.
Penggunaan model pembelajaran GDL juga memberikan pengaruh positif
terhadal hasil belajar afektif siswa. Sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan
oleh Ulumi dkk. (2015), dalam penelitiannya bahwa penerapan model pembelajaran
GDL menunjukkan pengaruh terhadap hasil belajar biologi ranah afektif, terlihat dari
nilai rata-rata hasil belajar biologi siswa pada ranah sikap (afektif) pada kelompok
eksperimen lebih besar dibandingkan kelas kontrol.
Berdasarkan pada Tabel 5 dan 6 rata-rata skor aspek tanggung jawab pada kelas
eksperimen dan kelas kontrol mengalami peningkatan pada setiap pertemuan. Pada kelas
eksperimen, siswa selalu mengerjakan tugas dengan baik saat pembelajaran
berlangsung. Terlihat dari tugas yang diberikan terdapat di LKS, siswa secara
berkelompok selalu mengerjakannya dengan bimbingan dari guru. Bimbingan dari
seorang guru tidak lepas dari pembelajaran ini, sebab pada kelas eksperimen
menerapkan pembelajaran yang berpusat pada siswa sehingga siswa di sini berperan
aktif dalam pembelajaran.
Berdasarkan rata-rata keseluruhan skor rata-rata aspek teliti kelas eksperimen
lebih tinggi daripada kelas kontrol karena pada kelas eksperimen, siswa melaksanakan
praktikum secara berurutan sesuai bimbingan dan arahan yang guru berikan. Mereka
terlihat tidak terburu-buru dalam menggunakan alat dan bahan praktikum, dan juga
mereka teliti dalam melakukan pengamatan saat praktikum dan menjawab soal yang
terdapat di LKS.
Sementara itu, pada kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran
GDL juga memiliki skor rata-rata afektif siswa pada aspek kerjasama yang
menunjukkan kategori baik. Hal tersebut terjadi karena siswa pada kelas eksperimen
berada dalam satu kelompok sehingga mereka selalu melakukan diskusi secara aktif
antar anggota kelompok dalam melakukan perumusan masalah, pengumpulan data,
pengolahan data hingga menentukan kesimpulan. Persentase hasil belajar afektif
siswa secara menyeluruh kelas eksperimen berada pada kategori baik (Tabel 5),
sedangkan kelas kontrol berada pada kategori kurang (Tabel 6).
Berdasarkan Tabel 7 hasil belajar psikomotorik siswa pada kedua kelas tersebut
berada pada kategori terampil. Namun kelas eksperimen masih lebih unggul rata-rata
skornya daripada kelas kontrol. Perbedaannya terletak pada langkah-langkah
praktikum atau percobaan tersebut. Kegiatan praktikum/percobaan pada kelas
eksperimen, melibatkan siswa secara langsung dalam menyampaikan ide-ide mula i
dari perumusan masalah, hipotesis hingga membuat kesimpulan. Hasil penelitian ini
56
sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Choirun Nisa dan Suliyana (2014)
dalam penelitiannya yaitu pengaruh penerapan model GDL dengan mengintegrasikan
keterampilan proses sains terhadap hasil belajar berpengaruh positif terhadap hasil
belajar aspek psikomotor dan afektif terlihat dari rata-rata nilai kelas eksperimen lebih
besar daripada kelas kontrol.
Selain hasil belajar siswa yang didapatkan, peneliti juga mendapatkan data hasil
sikap ilmiah siswa seperti sikap ingin tahu, sikap respek terhadap data/fakta, sikap
berpikir kritis dan sikap berpikiran terbuka. Berdasarkan Tabel 8 skor rata-rata sikap
ingin tahu pada kelas eksperimen lebih besar dibandingkan kelas kontrol, artinya
dapat dikatakan bahwa model GDL yang diterapkan memberikan perbedaan terhadap
sikap ingin tahu siswa khususnya pada kelas eksperimen. Menurut Sari dkk. (2015)
pada tahap stimulation siswa dihadapkan dengan suatu permasalahan dan siswa
dituntut untuk mengetahui dan mencari tahu informasi yang berhubungan dengan
permasalahan tersebut melalui kegiatan yang tertera dalam LKS. Selain pada tahap
stimulation, sikap ingin tahu pada siswa muncul di tahap data collection. Melani dkk.,
(2012) menyatakan bahwa pada tahapan ini rasa ingin tahu siswa berkembang ketika
siswa melakukan eksperimen dan rasa ingin tahu siswa tersebut muncul karena
motivasi siswa untuk menemukan jawaban. Pendapat dari Bruner bahwa tujuan
belajar dalam belajar penemuan ialah untuk memperoleh pengetahuan dengan suatu
cara yang dapat melatih kemampuan intelektual para siswa serta merangsang
keingintahuan mereka dan memotivasi kemampuan mereka (Dahar, 2011).
Berdasarkan Tabel 8 skor rata-rata sikap respek terhadap data/fakta pada kelas
eksperimen lebih besar dibandingkan kelas kontrol, artinya dapat dikatakan bahwa
model GDL yang diterapkan memberikan perbedaan terhadap sikap respek terhadap
data/fakta khususnya pada kelas eksperimen. Tahapan pada model ini yang
memunculkan sikap tersebut ialah data collection dan data processing. Pada data
collection tersebut, siswa mengumpulkan hasil pengamatan yang diperoleh dalam
eksperimen maupun non eksperimen. Siswa menuliskan semua hasil yang diperoleh
sesuai dengan fakta/data yang ada dan pada tahapan tersebut, siswa tidak
diperbolehkan menuliskan hasil pengamatan berdasarkan pendapat individu.
Berdasarkan Tabel 8 skor rata-rata sikap sikap berpikir kritis pada kelas
eksperimen lebih besar dibandingkan kelas kontrol, artinya dapat dikatakan bahwa
model GDL yang diterapkan memberikan perbedaan terhadap sikap berpikir kritis
khususnya pada kelas eksperimen. Pada kelas eksperimen tersebut, siswa bersama
kelompoknya mengamati hasil pengamatan dari percobaan dan kemudian menuliskan
atau mencatat hasil pengamatan tersebut sesuai dengan yang mereka amati secara
lengkap, jelas dan beraturan. Pendapat dari Widiadnyana dkk., (2014) bahwa sikap
kritis dalam pembelajaran tersebut juga muncul karena adanya berbagai pendapat,
gagasan, masukan, atau kritik yang terjadi saat melakukan diskusi dalam tahap
pengolahan atau penafsiran data (data processing) dan tahap verifikasi (verification).
Sikap kritis terhadap temuan yang dihasilkan dari kegiatan ekperimen dalam tahap
57
pengumpulan data (data collection). Menurut Roestiyah, tahapan data collection yang
dilakukan dengan kegiatan eksperimen melatih siswa untuk menggunakan metode
ilmiah dalam menyelesaikan masalah, sehingga tidak mudah percaya pada sesuatu
yang belum pasti kebenarannya (Melani dkk., 2012). Sikap berpikir kritis cenderung
jarang terjadi pada pembelajaran konvensional. Menurut Widiadnyana (2014) pada
pembelajaran tersebut kurang adanya suatu proses pembelajaran yang dapat
memunculkan berbagai informasi baru bagi, sebab siswa cenderung hanya menerima
informasi dan lebih cenderung untuk menyalin pernyataan-pernyataan atau informas i-
informasi yang ada dalam buku sehingga tidak perlu diperdebatkan lagi.
Berdasarkan Tabel 8 skor rata-rata sikap berpikiran terbuka pada kelas
eksperimen lebih besar dibandingkan kelas kontrol, artinya dapat dikatakan bahwa
model GDL yang diterapkan memberikan perbedaan terhadap sikap berpikiran
terbuka khususnya pada kelas eksperimen. Siswa bersama kelompoknya
mendiskusikan hasil pengamatan yang diperoleh untuk menjawab beberapa
pertanyaan yang terdapat pada LKS. Saat siswa melakukan diskusi tersebut siswa
dapat saling tukar pendapat satu sama lain, terlihat di sini siswa mendengarkan secara
seksama pendapat dari teman. Saat mendekati akhir pembelajaran, terdapat salah satu
kelompok yang diminta guru untuk ke depan kelas mempresentasikan hasil
diskusinya. Sikap berpikiran terbuka muncul saat siswa mendengarkan pendapat dari
kelompok lain, walau pun berbeda pendapat. Selain itu, siswa juga memberikan
pendapatnya atau memberikan tambahan sehingga proses diskusi antar kelompok
tersebut berjalan dengan lancar.
Dalam penelitian ini secara keseluruhan skor rata-rata sikap ilmiah siswa pada
kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol. Berdasarkan hal tersebut
dapat dikatakan bahwa pembelajaran GDL memberikan perbedaan hasil sikap ilmiah
siswa pada kelas eksperimen. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang telah
dilakukan oleh Melani dkk. (2012) bahwa penerapan GDL memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap sikap ilmiah. Penelitian lain yakni oleh Nuzlia dkk. (2014)
menyatakan bahwa pembelajaran yang menggunakan model GDL dengan pendekaatn
saintifik memberikan pengaruh sebesar 28,32% terhadap hasil belajar dan 25,80%
terhadap sikap ilmiah siswa pada materi pH asam basa.
IV. PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka diperoleh kesimpulan
sebagai berikut (1) terdapat perbedaan hasil belajar siswa yang signifikan antara kelas
yang menerapkan model pembelajaran GDL dengan kelas yang menerapkan
pembelajaran konvensional (ekspositori) pada materi larutan asam dan basa. (2)
terdapat perbedaan sikap ilmiah siswa antara kelas yang menerapkan model
pembelajaran GDL dengan kelas yang menerapkan pembelajaran konvensiona l
(ekspositori) pada materi larutan asam dan basa.
58
Saran
Adapun saran-saran yang peneliti kemukakan sehubungan dengan hasil
penelitian, antara lain : (1) kepada guru mata pelajaran kimia dapat menerapkan model
pembelajaran GDL sebagai salah satu alternatif model pembelajaran yang dapat
digunakan dalam pembelajaran kimia untuk meningkatkan hasil belajar dan sikap
ilmiah siswa. (2) bagi peneliti lain yang ingin menerapkan model GDL hendaknya
lebih memperhatikan pengelolaan waktu agar pembelajaran dapat berlangsung lebih
efektif dan optimal karena model ini memerlukan waktu yang lebih lama. (3)
diperlukan penelitian lanjutan dengan jumlah siswa yang agak lebih besar untuk
mengetahui keefektifan model terhadap hasil belajar dan sikap ilmiah.
Ucapan Terima Kasih
Terima kasih kepada Ibu Dra. Rilia Iriani, M.Si. dan Bapak Yudha Irhasyuarna,
S.Pd, M.Pd. yang telah memberikan bimbingan untuk penelitian dan pengerjaan
skripsi di Program Studi Pendidikan Kimia, PMIPA Universitas Lambung Mangkurat
Banjarmasin.
Daftar Pustaka
Addin, I., T. Redjeki dan S. R. D. Ariani. 2014. Penerapan Model Pembelajaran
Project Based Learning (PJBL) pada Materi Pokok Larutan Asam dan Basa di Kelas XI IPA 1 SMA Negeri 2 Karanganyar Tahun Ajaran 2013/2014. Jurnal
Pendidikan Kimia (JPK). 3(4) : 7-16 Akinbobola & A. Olufunminiyi. 2015. Enhancing Transfer of Knowledge in Physics
through Effective Teaching Strategies. Journal of Education and Practice. 6(16) : 37-44.
Choirun Nisa & Suliyanah. 2014. Pengaruh Penerapan Pembelajaran Penemuan
Terbimbing Dengan Mengintegrasikan Keterampilan Proses Sains Terhadap
Hasil Belajar Siswa SMP Negeri 1 Kamal. Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika (JIPF). 3(1) : 30-34.
Dahar, R. W. 2011. Teori-Teori Belajar & Pembelajaran. Erlangga, Jakarta.
Damanik, D. P. dan N. Bukit. 2013. Analisis Kemampuan Berpikir Kritis dan Sikap Ilmiah pada Pembelajaran Fisika Menggunakan Model Pembelajaran Inquiry
Training (IT) dan Direct Instruction (DI). Jurnal Online Pendidikan Fisika. 2(1): 16-24.
Dewi, N.L., N. Dantes dan I W. Sadia. 2013. Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing terhadap Sikap Ilmiah dan Hasil Belajar IPA. e-Journal Program
Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha. Diakses melalui
Fakhruddin, E. Eprina dan Syahril. 2010. Sikap Ilmiah Siswa dalam Pembelajaran Fisika dengan Penggunaan Media Komputer Melalui Model Kooperatif Tipe STAD pada Siswa Kelas X3 SMA Negeri 1 Bangkinang Barat. Jurnal Geliga
Sains. 4 (1) : 18-22
Firdaus, H. Deswita dan Arcat. 2014. Pengaruh Model Pembelajaran Penemuan Terbimbing (GDL) Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Kepenuhan Pada Materi Persegi Panjang Dan Segitiga. Di akses
melalui http://e-journal.upp.ac.id/index.php/mtkfkip/article/view/265/270 pada tanggal 17 Desember 2015
Indrayani, P. 2013. Analisis Pemahaman Makroskopik, Mikroskopik, dan Simbolik
Titrasi Asam-Basa Siswa Kelas XI IPA SMA serta Upaya Perbaikannya Dengan
Pendekatan Mikroskopik. Jurnal Pendidikan Sains. 1(2) : 109-120
Istikomah, H., S. Hendarto, dan S. Bambang. 2010. Penggunaan Model Pembelajaran Group Investigation Untuk Menumbuhkan Sikap Ilmiah Siswa. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia. 6 (1): 40-43.
Mayer, R.E. 2004. Should Three Be A Tree-Strikes Rule Against Pure. American
Psychologist Journal. 59(1):14-19. Melani, R., Harlita dan B. Sugiharto. 2012. Pengaruh Metode Guided Discovery
Learning Terhadap Sikap Ilmiah dan Hasil Belajar Kognitif Biologi Siswa SMA Negeri 7 Surakarta Tahun Pelajaran 2011/2012. Jurnal UNS Pendidikan Biologi.
4(1) : 97-105 Mirasi, W., J. Osodo dan I. Kibirige. 2013. Comparing Guided Discovery and
Exposition-with-Interaction Methods In Teaching Biology in Secondary Schools. Mediterranean Journal of Social Sciences. 4(14) : 81-87.
Nuzlia, R. Sahputra dan A.I. Harun. 2014. Pengaruh Model GDL dengan Pendekatan
Saintifik terhadap Hasil Belajar dan Sikap Ilmiah. Diakses melalui
http://jurnal.untan.ac.id/index.php/jpdpb/article/vie wFile/11255/10 676 pada tanggal 15 Desember 2015.
Permatasari dan Miswadi. 2013. Penggunaan Jejaring Facebook Bervisi Sets terhadap
Sikap Ilmiah dan Pemahaman Konsep. Unnes Journal of Chemical Education.
2(2): 194-199
Purnamawan, I.K., I. W. Sadia dan I. W. Suastra. 2013. Pengaruh Model TSOI terhadap Pemahaman Konsep dan Sikap Ilmiah. e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha Program Studi IPA. Diakses
melalui http://pasca.undiksha.ac.id/e-journal/index.php/jurnalipa/article/dow
Purwatiningsi, S. 2013. Penerapan Metode Penemuan Terbimbing untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Materi Luas Permukaan dan Volume Balok. Jurnal Elektronik Pendidikan Matematika Tadulako, 1(1): 54-63.
Sari, D.N., M. N. Linggasari dan E. Suryawati. 2015. Penerapan Pendekatan Saintifik Berorientasi Metode GDL Untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains
Siswa Pada Mata Pelajaran Biologi Kelas XI MIA 2 SMA Babussalam Pekanbaru Tahun Pelajaran 2014/2015. Di akses melalui http://Jom.Unri.Ac.Id/Index.Php/JOMFKIP/ Article/Download/6533/6230 pada
tanggal 20 Mei 2016.
Slameto. 2013. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi. Rineka Cipta, Jakarta.
.
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, R & D. Alfabeta, Bandung.
Sumarniti, N. N., I N. Arcana dan I M. C. Wibawa. 2014. Pengaruh Model Guided
Discovery Learning Terhadap Hasil Belajar IPA Pada Siswa kelas V di sd gugus
vii kecamatan sawan tahun pelajaran 2013/2014. Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha. 2(1).
Sunyono, I. W. W., E.Suyadi dan G. Suyanto. 2009. Identifikasi Masalah Kesulitan
dalam Pembelajaran Kimia SMA Kelas X di Provinsi Lampung. Jurnal
pendidikan, Jurusan PMIPA, FKIP Unila.
Ulumi, D.F., Maridi dan Y. Rinanto. 2015. Pengaruh Model Pembelajaran GDL terhadap Hasil Belajar Biologi di SMA Negeri 2 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2013/2014. Jurnal Pendidikan Biologi. 7(2) : 68–79.
Wahyudiati, D. 2010. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berorientasi Model
Pembelajaran Diskusi Pada Pokok Bahasan Energi dan Perubahannya Untuk Menumbuhkan Sikap Ilmiah Siswa. Jurnal Inovasi dan Perekayasa Pendidikan. 3(1): 361-378.
Widiadnyana, I W., I W. Sadia dan I W. Suastra. 2014. Pengaruh Model Discovery
Learning Terhadap Pemahaman Konsep IPA dan Sikap Ilmiah Siswa SMP. e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha Program Studi IPA. Diakses melalui http://pasca.undiksha.ac.id/e-
journal/index.php/jurnal_ipa/article/viewFile/1344/1036 pada tanggal 4 Desember 2015.