PENGARUH METODE READING ALOUD DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS III DI MIN 1 MUKOMUKO SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Tarbiyah dan Tadris Institut Agama Islam Negeri Bengkulu Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Oleh : PINA SANTIKA NIM. 1416242826 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH FAKULTAS TARBIYAH DAN TADRIS INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BENGKULU TAHUN 2019
86
Embed
PENGARUH METODE READING ALOUD DALAM MENINGKATKAN …repository.iainbengkulu.ac.id/2655/1/MASTER PINA SANTIKA... · 2019. 3. 28. · ABSTRAK Pina Santika, NIM. 1416242826, Judul Skripsi:
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
PENGARUH METODE READING ALOUD DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MATA
PELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS III DI MIN 1 MUKOMUKO
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Tarbiyah dan Tadris Institut Agama Islam Negeri
Bengkulu Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh :
PINA SANTIKA NIM. 1416242826
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS TARBIYAH DAN TADRIS INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BENGKULU
TAHUN 2019
MOTTO
ا ٱلعس فإن مع ا ٱلعس مع إن ٥يس ٦يس“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan”
“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan”
(Q.S: Al-Insyirah : 5-6)
PERSEMBAHAN
Untuk kedua orang tua ku ayahanda tercinta Baharudin dan ibunda ku Jainawati
tercinta yang tak pernah lelah membesarkanku dengan penuh kasih sayang,
serta selalu memberi dukungan, perjuangan, motivasi dan pengorbanan dalam
hidup ini. Terimakasih ayah, ibu yg selalu menasehatiku untuk menjadi lebih
baik dan selalu mendo’akanku..
Untuk kakak-kakakku (Hariyandi dan Dadang irawan) dan Adik- adikku (Defri
sanjaya, Serli septiana dan Reo sahwadi) yang selalu memberikan dukungan,
semangat, dan selalu mengisi hari-hariku dengan canda tawa dan kasih
sayangnya. Terima kasih buat Kakak dan Adik-adikku.
Sahabat-sahabat karibku, Wanti ziarti, Dea luvita, Peti harianti, Lia khasanah,
itulah, pengembangan kosa kata siswa perlu diperhatikan dalam pembelajaran
Bahasa Indonesia.
Salah satu problematika yang dihadapi dunia pendidikan di Indonesia
kini adalah lemahnya proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, peserta
didik kurang didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikirnya. Proses
pembelajaran di kelas kebanyakan diarahkan pada kemampuan peserta didik
untuk menghafal informasi. Otak anak dipaksa untuk mengingat dan menimbun
berbagai informasi tanpa dituntut untuk menghubungkannya dengan kehidupan
sehari-hari.
Kualitas manusia yang dibutuhkan oleh bangsa Indonesia pada masa
yang akan datang adalah yang mampu menghadapi persaingan yang semakin
ketat dengan bangsa lain didunia. Kualitas manusia Indonesia tersebut
dihasilkan melalui penyelenggaraan pendidikan yang bermutu. Pendidikan
yang bermutu akan menghasilkan output yang berkualitas begitu juga
sebaliknya. Pendidikan pada hakikatnya adalah suatu usaha manusia untuk
meningkatkan ilmu pengetahuan yang didapat dari lembaga formal dan
nonformal.3 Makna pendidikan secara sederhana dapat diartikan sebagai usaha
manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam
masyarakat dan kebudayaan. Dengan demikian, bagaimanapun sederhananya
peradaban suatu masyarakat atau bangsa, di dalamnya terjadi atau berlangsung
3 Huriah Rachman, Pengembangan Proses Pendidikan IPS (Bandung:Alfabeta, 2014), h.
55.
3
suatu proses pendidikan. Sebagaimana berdasarkan firman Allah SWT dalam
Alqur’an sebagai berikut:
ٱدع ٱلسنة ٱلموعظة و ٱلكمة إل سبيل رب ك ب ه ٱلت وجدلهم بعلم بمن ضل عن سبيله
حسن إن ربك هو أ
ۦأ علم ب
١٢٥ ٱلمهتدين وهو أ
Artinya :
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang
baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu
dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan
dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”. (Q.S An
Nahl: 125)4
Ayat di atas menjelaskan bahwa dalam melaksanakan suatu proses
pembelajaran harus diawali dengan kegiatan perencanaan pembelajaran, karena
perencanaan mempunyai fungsi penting agar pembelajaran menjadi lebih
terarah. Dalam membuat perencanaan pembelajaran, banyak aspek yang harus
dipertimbangkan oleh guru agar pelaksanaan pembelajaran dapat berjalan
dengan baik dan dapat meraih tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu, dalam
proses belajar mengajar kita sebagai seorang pendidik haruslah menyampaikan
pendidikan yang baik dengan berbagai macam model dan metode pembelajaran
agar peserta didik dapat memahami pembelajaran dengan baik sesuai dengan
apa yang mereka lihat dan mereka dengarkan karena yang paling mudah dingat
oleh peserta didik adalah apa yang pernah mereka alami.
Namun kenyataannya hingga saat ini masih terdapat berbagai
kelemahan dan permasalahan dalam pelaksanaan pembelajaran Bahasa
Indonesa, yang mengakibatkan hasil belajar siswapun masih kurang maksimal.
4 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya. (Bandung: Sygma, 2009), h.267.
4
Hal ini dikarenakan proses pembelajaran yang dilakukan masih didominasi oleh
guru sehingga membuat siswa kurang aktif dalam proses pembelajaran. Suasana
yang mestinya tercipta dalam proses pembelajaran adalah bagaimana siswa
yang belajar benar-benar berperan aktif dalam proses pembelajaran. Model
pembelajaran konvensional yang diterapkan cenderung menuntut siswa pada
kekuatan ingatan dan hafalan kejadian-kejadian serta nama-nama tokoh, tanpa
mengembangkan wawasan berpikir dan penyelesaian masalah yang
memungkinkan peserta didik dapat belajar lebih aktif. Sehingga membuat
tingkat pemahaman siswa terhadap materi pelajaran masih rendah.5 Selain itu,
pembelajaran yang kurang variatif ini menyebabkan siswa menjadi kurang
tertarik untuk aktif dalam pembelajaran, sehingga kemampuan siswa tidak bisa
digali secara optimal.
Sangatlah penting bagi para pendidik untuk memahami karakteristik
siswa dan metodelogi pembelajaran, sehingga proses pembelajaran dapat
terlaksana dengan baik terutama berkaitan dengan pemilihan model-model
pembelajaran yang modern. Dengan demikian proses pembelajaran akan
variatif, inovatif, dan konstruktif dalam merekonstruksi wawasan pengetahuan
dan implementasinya sehingga dapat meningkatkan aktivitas dan kreativitas
peserta didik. Salah satu model pembelajaran yang dapat dilakukan yaitu model
pembelajaran Reading Aloud dalam meningkatkan kegiatan belajar mengajar
pada mata pelajaran ilmu pengetahuan sosial.
“Hisyam Zaini dalam bukunya strategi pembelajaran aktif
menyebutkan empat puluh empat medel strategi pembelajaran aktif
5 Irwan Satria, Konsep Dasar dan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, h. 109.
5
yang dapat digunakan oleh pendidik. Salah satu strategi yang
mengaktifkan peserta didik dalam proses belajar mengajar adalah
strategi reading aloud (membaca keras), dimana peserta didik terlibat
langsung secara aktif dan dapat membantu siswa dalam berkonsentrasi,
mengajukan dan menjawab pertanyaan serta menggugah diskusi.”6
Melalui model pembelajaran reading aloud ini, dapat membantu
merangsang keaktifan proses belajar mengajar dan memungkinkan siswa dapat
meraih keberhasilan dalam belajar.
Berdasarkan observasi awal yang peneliti lakukan, persoalan siswa
kelas III di MIN 1 Mukomuko ini masih kurangnya pemahaman siswa terhadap
kosa kata, penguasaan kosa kata yang tidak memadai, membuat situasi siswa
kurang terampil dalam berbahasa Indonesia yang baik dan benar. Hal ini di duga
berdampak terhadap hasil belajar siswa yang masih rendah, kurangnya
penerapan Bahasa Indonesia pada saat pembelajaran, sehingga mengakbiatkan
siswa cenderung pasif selama proses pembelajaran dikarenakan masih
kentalnya pengaruh bahasa daerah, sehingga membuat aktivitas belajar siswa
menjadi kurang optimal. Guru sebagai pengajar dalam proses belajar dari
temuan awal peneliti di MIN 2 Mukomuko guru bahasa Indonesia masih kurang
menerapkan metode pembelajaran proses dengan menekankan hafalan konsep,
sehingga menjadikan siswa kurang respontif dan pembelajaran masih di
dominasi oleh guru saja. 7
Untuk itu, perlu dilakukan penelitian Pembelajaran Bahasa yang
memerlukan suatu metode pembelajaran yang tepat sebagai upaya kongkrit
dalam aplikasi pembelajaran di kelas.
6 Ridwan Abdullah Sani, Inovasi Pembelajaran (Jakarta:Bumi Aksara, 2014), h. 248. 7 Hasil observasi awal dan Wawancara dengan Guru kelas III MIN 1 Mukomuko
6
Dari uraian diatas agar hasil belajar Bahasa Indonesia siswa dapat
meningkat, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut dengan
judul “Penerapan Metode Reading Aloud Dalam Meningkatkan Hasil
Belajar Siswa Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas III di MIN 1
Mukomuko”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, dapat diidentifikasi masalahnya, yaitu:
1. Siswa cenderung pasif selama proses pembelajaran berlangsung.
2. Proses pembelajaran lebih menenkankan kepada menghafal konsep.
3. Guru masih mendominasi proses pembelajaran (teacher center learning).
4. Keriteria ketuntasan mengajar (KKM) pembelajaran Bahasa Indonesia di
MIN 1 Mukomuko 70.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka dapat dibatasi pokok
permasalahan dalam penelitian ini pada penggunaan model pembelajaran
Reading Alod dalam meningkatkan hasil belajar Bahasa Indonesia siswa kelas
III MIN 1 Mukomuko.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah: agaimana efektivitas penerapan model pembelajaran
7
reading aloud dapat meningkatkan hasil belajar Bahasa Indonesia siswa kelas
III MIN 1 Mukomuko?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas penerapan
model pembelajaran reading aloud dapat meningkatkan hasil belajar Bahasa
Indonesia siswa kelas III MIN 1 Mukomuko.
F. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini yaitu:
1. Manfaat teoritis
a. Dari hasil penelitian ini, diharapkan dapat menambah wawasan guru
dalam penerapan dan penyajian mata pelajaran Bahasa Indonesia.
b. Menambah wawasan tentang bagaimana mengaplikasikan model
pembelajaran reading alaud dalam meningkatkan hasil belajar siswa
pada mata pelajaran Bahasa Indoneisa.
2. Manfaat praktis
a. Bagi guru
Sebagai bahan masukan dan pertimbangan untuk menggunakan
model pembelajaran Reading Alaud dalam meningkatkan hasil belajar
siswa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia.
b. Bagi siswa
8
Dapat meningkatkan hasil belajar siswa khususnya pada mata
pelajaran Bahasa Indonesia dengan menggunakan model pembelajaran
Reading Alaud
c. Bagi Penulis
Peneliti mendapatkan pengalaman dan pengetahuan mengenai
pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran Reading Alaud.
G. Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan dalam Proposal ini antara lain :
Bab I: Pendahuluan berisi tentang latar belakang masalah, identifikasi
masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat
penelitian serta sistematika penulisan.
Bab II: Landasan teori berisi tentang kajian teori terdiri dari model
pembelajaran, model pembelajaran reading alaud, hasil belajar, Bhasa
Indonesia, penelitian yang relevan, kerangka berpikir, dan hipotesis penelitian.
Bab III: Metodologi penelitian berisi tentang jenis penelitian, tempat
dan waktu penelitian, subyek penelitian, teknik pengumpulan data, prosedur
tindakan, teknik analisis data, serta indikator keberhasilan.
Bab IV: Hasil penelitian yaitu membahas tentang penerapan model
pembelajaran Reading Alaud untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata
pelajaran Bahasa Indonesia di kelas III MIN 1 Mukomuko.
Bab V : Kesimpulan dan Saran
BAB II
9
LANDASAN TEORI
A. Kajian Teori
1. Konsep Hasil Belajar
a. Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar adalah perubahan-perubahan yang terjadi pada diri
siswa, baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif dan psikomotorik
sebagai hasil dari kegiatan belajar. Hasil belajar dapat diartikan sebagai
tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran di
sekolah yang dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes
mengenai sejumlah materi pelajaran tertentu. Secara sederhana, yang
dimaksud dengan hasil belajar siswa adalah kemampuan yang diperoleh
anak setelah melalui kegiatan belajar. Karena belajar itu sendiri
merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha untuk
memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap.
Untuk mengetahui apakah hasil belajar yang dicapai telah sesuai dengan
tujuan yang dikendaki dapat diketahui melalui evaluasi.8
Seperti telah dikemukakan diatas bahwa diatas bahwa hasil
belajar merupakan perubahan perilaku secara menyeluruh bukan hanya
pada satu aspek saja tetapi terpadu secara utuh. Oleh karena itu guru
harus memperhatikan secara seksama supaya perilaku tersebut dapat
8 Ahmad Susanto, Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar (Jakarta: Kencana,
2006), h. 5.
9
10
dicapai sepenuhnya dan menyeluruh oleh siswa. Perwujudan hasil
belajar akan selalu berkaitan dengan kegiatan evaluasi pembelajaan
sehingga diperlukan adanya teknik dan prosedur evaluasi belajar yang
dapat menilai secara efektif proses dan hasil belajar.9
Selain itu dengan dilakukannya evaluasi atau penilaian ini dapat
dijadikan feedbaack atau tindak lanjut, atau bahkan cara untuk
mengukur tingkat penguasaan siswa. Kemajuan prestasi belajar siswa
tidak saja diukur dari tingkat pengusaan ilmu pengetahuan, tetapi juga
sikap dan keterampilan. Dengan demikian, penilaian hasil belajar siswa
mencakup segala hal yang dipelajari di sekolah, baik itu menyangkut
pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang berkaitan dengan mata
pelajaran yang diberikan kepada siswa.10
b. Macam-macam Hasil Belajar
Hasil belajar sebagaimana telah dijelaskan di atas meliputi
aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek psikomotorik. Untuk lebih
jelasnya dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Aspek Kognitif
Sebagaimana diungkapkan oleh Bloom Hasil belajar kognitif
yaitu hasil belajar yang ada kaitannya dengan ingatan, kemampuan
berpikir atau intelektual. Pada kategori ini hasil belajar ranah
9 Sri Anitah W, Dkk, Strategi Pembelajaran di SD (Tanggerang Selatan: Universitas
Terbuka, 2013), h. 2.19. 10Asep Jihad dan Abdul Haris, Evaluasi Pembelajaran (Yogyakarta: Multi Pressindo,
2013), h.15.
11
kognitif ini meliputi: pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis,
sintesis, evaluasi dan kreativitas.11
a) Hasil belajar pengetahuan meliputi kemampuan berupa ingatan
terhadap sesuatu yang telah dipelajari. Sesuatu yang dapat
diingat berupa fakta, peristiwa, pengertian, kaidah, toeri, prinsip
dan metode.
b) Pemahaman yaitu kemampuan untuk menyerap arti dari materi
atau bahan yang telah dipelajari. Pemahaman menurut Bloom ini
adalah seberapa besar siswa mampu menerima, menyerap, dan
memahami pelajaran yang diberikan oleh guru kepada siswa,
atau sejauh mana siswa dapat memahami serta mengerti apa
yang ia baca, yang dilihat, dialami, atau yang ia rasakan berupa
hasil penelitian atau observasi secara langsung yang ia lakukan.
c) Penerapan yaitu kemampuan untuk menerapkan ilmu
pengetahuan yang dipelajari dalam suatu situasi tertentu baik
dalam situasi nyata maupun dalam situasi tiruan. Kemampuan
memberi contoh masuk dalam kategori hasil belajar jenis ini.
d) Hasil belajar analisis, yaitu kemampuan untuk memecah suatu
kesatuan entitas tertentu sehingga menjadi jelas unsur-unsur
pembentuk kesatuan suatu entitas.
11 Deni Kurniawan, Pembelajaran Terpadu Tematik: Terori Praktik dan Penilaian
(Bandung: Alfabeta, 2014), h.10.
12
e) Hasil belajar jenis sintesis yaitu kemampuan untuk membuat
intisari, membentuk suatu pola tertentu berdasarkan pada
elemen-elemen yang berbeda sehingga membentuk suatu
kesatuan tertentu yang bermakna.
f) Kemampuan evaluasi yaitu kemampuan untuk memberikan
pendapat atau menentukan baik dan tidak baik sessuatu dengan
menggunakan suatu kriteria tertentu. Kemampuan evaluasi akan
terbentuk setelah kemampuan ranah kognitif yang lainnya telah
ada.
g) Kreativitas adalah kemampuan untuk mengkreasi atau mencipta
yaitu kemampuan yang dipandang paling sulit atau tinggi
dibanding kemampuan kignitif lainnya.12
2) Aspek Afektif
Hasil belajar ranah afektif yaitu merujuk pada hasil belajar
yang berupa kepekaan rasa atau emosi. Ranah afektif adalah ranah
yang berkaitan dengan sikap dan nilai yang mencakup watak
perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi, dan nilai.13 Tipe hasil
belajar afektif tampak pada siswa dalam berbagai tingkah laku
seperti perhatiannya terhadap pelajaran disiplin, motivasi belajar,
menghargai guru, dan teman sekelas, kebiasaan belajar, dan
12Deni Kurniawan, Pembelajaran Terpadu Tematik: Terori Praktik dan Penilaian, h. 10. 13 Ahmad Susanto, Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah, h. 10.
13
hubungan sosial.14 Jenis hasil belajar ranah ini terdiri dari lima jenis
tahapan, yakni meliputi:
a) Penerimaan, mencakup kepekaan akan adanya suatu perangsang
dan kesediaan untuk memperhatikan rangsangan tersebut,
seperti buku pelajaran atau penjelasan yang diberikan oleh guru.
Kesediaan itu dinyatakan dalam memperhatikan sesuatu, seperti
memandangi gambar yang dibuat dipapan tulis atau
mendengarkan jawaban teman sekelas atau pertanyaan guru.
Namun perhatian itu masih pasif.
b) Partisipasi, mencakup kerelaan, kesediaan memperhatikan
secara aktif dan berpartisipasi dalam kegiatan. Kesediaan
tersebut dinyatakan dalam memberikan suatu refleksi terhadap
rangsangan yang disajikan, seperti membacakan dengan suara
nyaring bacaan yang ditunjuk atau menunjukkan minat dengan
membawa pulang buku bacaan yang ditawarkan.
c) Penilaian dan penentuan sikap, mencakup kemampuan untuk
memberikan penilaian terhadap sesuatu dan dan memebawa diri
sesuai dengan penilaian tersebut.
d) Organisasi, mencakup kerelaan untuk memperhatikan secara
aktif dan berpartisipasi dalam suatu kegiatan.
14 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2006), h. 30.
14
e) Pembentukan pola hidup, mencakup kemampuan untuk
menghayati nilai-nilai kehidupan dan membentuknya menjadi
pola nilai kehidupan pribadi.15
3) Aspek Psikomotorik
Ranah psikomotorik merupakan ranah yang berkaitan
dengan keterampilan (skill) atau kemampuan bertindak setelah
seseorang menerima pengalaman belajar tetentu yang bersifat
manual atau motorik. Sebagaimana domain ini mempunyai
tingkatan dari urtan yang paling sederhana ke yang paling kompleks,
yaitu persepsi, kesiapan melakukan suatu kegiatan, mekanisme,
respon terbimbing, kemahiran, adaptasi, dan organisasi.16
Hasil belajar psikomotorik ini sebenarnya merupakan
kelanjutan dari hasil belajar kognitif (memahami sesuatu) dan hasil
belajar afektif (yang baru tampak dalam bentuk kecenderungan-
kecenderungan berperilaku).17
c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Hasil belajar yang dicapai oleh peserta didik merupakan hasil
interaksi antara berbagai faktor yang mempengaruhi, baik faktor internal
maupun faktor eksternal.18
15 Jamil Suprihatiningrum, Strategi Pembelajaran (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2016), h.
43-44. 16 Jamil Suprihatiningrum, Strategi Pembelajaran, h. 45. 17 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, h. 31. 18 Ahmad Susanto, Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar, h. 12.
15
1) Faktor Internal
Faktor internal merupakan faktor yang bersumber dari dalam
diri peserta didik, yang memengaruhi kemampuan belajarnya.
Faktor internal ini meliputi kecakapan, minat, bakat, usaha,
motivasi, perhatian, kelemahan dan kesehatan, serta kebiasaan
siswa. Salah satu hal penting dalam kegiatan belajar yang harus
ditanamkan dalam diri siswa bahwa belajar yang dilakukannya
merupakan kebutuhan dirinya. Minat belajar berkaitan dengan
seberapa besar individu merasa suka atau tidak suka terhadap suatu
materi yang dipelajari siswa. Minat, motivasi dan perhatian siswa
dapat dikondisikan oleh guru. Setiap individu memiliki kecakapan
yang berbeda-beda. Kecakapan tersebut dapat dikelompokkan
berdasarkan kecepatan belajar yakni sangat cepat, sedang dan
lambat. Demikian pula pengelompokan kemampuan siswa
berdasarkan kemampuan penerimaan, misalnya proses
pemahamannya harus dengan cara perantara visual, verbal, atau
harus dibantu dengan alat/media.
2) Faktor Eksternal
Faktor eksternal yaitu faktor yang berasal dari luar diri
peserta didik yang memengaruhi hasil belajar diantaranya adalah
lingkungan fisik dan nonfisik (termasuk suasana kelas dalam belajar),
lingkungan sosial budaya, lingkungan keluarga, program sekolah,
guru, pelaksanaan pembelajaran dan teman sekolah. Guru merupakan
16
faktor yang paling berpengaruh terhadap proses maupun hasil belajar,
sebab guru harus memiliki kompetensi dasar yang disyaratkan dalam
profesi guru.19.
d. Batas minimal prestasi belajar
Menetapkan batas minimum keberhasilan belajar siswa selalu
berkaitan dengan upaya pengungkapan hasil belajar. Ada beberapa
alternatif norma pengukuran tingkat keberhasilan siswa setelah
mengikuti prose belajar-mengajar. Diantara norma-norma pengukuran
tersebut ialah:
1) Norma skala angka dari 0 sampai 10.
2) Norma skala angka dari 10 sampai 100.
Angka terendah yang dinyatakan kelulusan/keberhasilan belajar
skala 0-10 adalah 5,5 atau 6, sedangkan untuk skala 0-100 adalah 55
sapai 60. Alhasil pada prinsipnya jika seorang siswa dapat
menyelesaikan lebih dari separuh tugas atau dapat menjawab lebih dari
setengah instrumen evaluasi dengan benar, ia telah di anggap memenuhi
target minimal keberhasilan belajar. Namun demikian, kiranya perlu
dipertimbangkan oleh guru-guru sekolah penetapan yang lebih tinggi
misalnya (65 atau 70) untuk pelajaran-pelajaran inti. Pelajaran inti
meliputi bahasa dan matematika karena dua bidang studi ini kunci
penentu pengetahuan-pengetahuanlain nya. Perlu ditambahkan bahwa
19 Sri Anitah W, Dkk., Strategi Pembelajaran di SD, h. 2.7.
17
simbol nilai angka yang berskala antara 0 sampai 4 dipakai diperguruan
tinggi.20
2. Konsep Bahasa Indonesia
a. Pengertian Bahasa Indonesia
Bahasa merupakan alat komunikasi yang efektif antar manusia.
Dalam berbagai macam situasi, Bahasa dapat dimanfaatkan untuk
menyampaikan gagasan pembicara kepada pendengar atau penulis
kepada pembaca.21
Mayarakat tidak akan berjalan tanpa komunikasi. komunikasi dalam
hal ini dengan “mempergunakan Bahasa”, adalah alat vital bagi manusia.
Menggunakan Bahasa berarti mengirimkan lambang-lambang dari
pembicara menuju kepada pendengar. Karakteristik Bahasa dapat
dinyatakan sebagai sebuah sistem, artinya bahasa itu dibentuk oleh
sejumlah komponen yang berpola secara tetap dan dapat di kaidahkan.
Bahasa juga bersifat sistematis karena tersusun menurut suatu pola
tertentu, tidak tersusun secara acak atau sembarangan. Oleh karena itu,
lazim disebut Bahasa itu bersifat unik meskipun juga bersifat universal.
Unik artinya memiliki ciri atau sifat khas yang tidak dimiliki bahasa lain
dan universal berarti memiliki ciri yang sama yang ada pada semua
bahasa.
20Muhibbin Syah, Psikologo Pendidikan dengan Pendekatan Baru, ( Bandung : PT Remaja
Rosdakarya, 2008), hlm 153 21Dewi Kusumaningsih, Dkk. Terampil Berbahasa Indonesia, h. 5
18
Sistem dalam lambang Bahasa berupa lambang-lambang dalam
bentuk bunyi. Setiap lambang bahasa melambangkan sesuatu yang
disebut makna atau konsep. Lambang bunyi Bahasa bersifat arbriter,
artinya hubungan antara lambang dengan yang diperlambangkan tidak
bersifat wajib, bisa berubah dan tidak dapat dijelaskan mengapa lambang
tersebut mengonsepsi makna tertentu.22
Mata pelajaran Bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan
kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam Bahasa Indonesia
dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun secara tulisan, serta
menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesastraan bangsa
Indonesia. Bahasa Indonesia juga merupakan bahasa resmi dan bahasa
peraturan bangsa Indonesia.
b. Fungsi Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
Setiap Bahasa memiliki fungsi khusus. Bahasa Indonesia sebagai
bahasa nasional mempunyai fungsi khusus yang sesuai dengan
kepentingan Bangsa Indonesia. Adapun fungsi dari Bahasa Indonesia
adalah sebagai berikut:
1) Alat untuk menjalankan Negara. Fungsi ini terlihat surat-surat resmi,
surat keputusan, peraturan dan perundang-undangan pidato dan
pertemuan resmi.
2) Alat pemersatu berbagai suku yang memiliki latar belakang budaya
dan bahasa yang berbeda-beda.
22Dewi Kusumaningsih, Dkk. Terampil Berbahasa indonesia, h. 14
19
3) Wadah penampung kehidupan.23
Jadi menurut penulis, dapat disimpulkan bahwa Bahasa Indonesia
sangatlah penting untuk dipelajari oleh anak-anak mulai dari jenjang
Sekolah Dasar sampai Perguruan Tinggi. Bahasa juga merupakan
penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang studi dalam
pembelajaran.
c. Tujuan mata pelajaran Bahasa Indonesia
Menurut Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP), standar isi
Bahasa Indonesia adalah sebagai berikut: ”Pembelajaran Bahasa
Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik
untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar,
baik secara lisan maupun tulis, serta menumbuhkan apresiasi terhadap
hasil karya kesastraan manusia Indonesia.”24
Tujuan pelajaran Bahasa Indonesia di SD antara lain agar siswa
mampu menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk
mengembangkan kepribadian, memperluas wawasan kehidupan, serta
meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa. Adapun tujuan
khusus pengajaran Bahasa Indonesia, antara lain:
1) Siswa memiliki kegemaran membaca.
2) Meningkatkan karya sastra untuk meningkatkan kepribadian.
23Santosa, Dkk, Materi dan Pembelajaran Bahasa Indonesia SD (Jakarta: Universitas
Terbuka, 2009), h. 16. 24Ahmad Susanto. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar, h. 245.
20
3) Mempertajam kepekaan, perasaan, dan memperluas wawasan
kehidupannya.
4) Melatih keterampilan mendengar, berbicara, membaca, dan menilis
yang masing-masing erat hubungannya.25
Berdasarkan uraian tujuan pembelajaran Bahasa Indonesia di atas,
maka dapat dipahami bahwa pembelajaran Bahasa indonesia adalah
upaya untuk memberikan kemampuan kepada siswa agar dapat
berkomunikasi dengan baik serta dapat menghargai karya sastra sebagai
khazanah budaya bangsa.
d. Standar Kompetensi Lulusan Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
Menurut peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia
Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan (SKL), pada
mata pelajaran Bahasa Indonesia, yaitu:
1) Mendengarkan. Memahami wacana lisan berbentuk perintah,
penjelasan, petunjuk, pesan, pengumuman, berita, deskripsi berbagai
peristiwa dan benda di sekitar, serta karya sastra berbentuk dongeng,
puisi, cerita, drama, pantun, dan cerita rakyat.
2) Berbicara. Menggunakan wacana lisan untuk mengungkapkan
pikiran, perasaan, dan informasi dalam kegiatan perkenalan, teur sapa,