Page 1
PENGARUH LEARNING CYCLE 7E BERBASIS
KONSTRUKTIVISME TERHADAP KEMAMPUAN
BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATERI
INTERAKSI MAKHLUK HIDUP DENGAN
LINGKUNGAN
Skripsi
disusun sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Biologi
oleh
Sri Maulidah
4401411016
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2015
ii
iii
iv
MOTTO
Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan maka apabila engkau telah
selesai (dari sesuatu urusan) tetaplah bekerja keras (untuk urusan lain)
(Qs Al Insyirah ayat 6-7)
Allah mencintai pekerjaan yang apabila bekerja diselesaikan dengan baik
(HR Thabrani)
Banyak kegagalan dalam hidup ini dikarenakan orang-orang tidak menyadari
betapa dekatnya mereka dengan keberhasilan saat mereka menyerah
(Thomas Alva Edison)
Hidup adalah perjuangan dan proses meski yang tampak itu hasilnya tapi
perjuangan dan proses yang selalu dikenang dan menjadi ceritamu
PERSEMBAHAN
Untuk Bapak Tamrin dan Ibu Tanijah tercinta
yang selalu mencurahkan kasih sayang
dukungan motivasi dan doa dengan tulus
Untuk Kakakku (Mas Iis Mas Herman Mas
Wito dan Mas Nur Yasin) yang selalu
memberikan dukungan motivasi dan doa
Untuk Sahabat terdekatku yang senantiasa
menjadi penyemangat dan selalu ada dalam
suka dukaku
Untuk Teman-teman Rombel 1 Pendidikan
Biologi 2011 yang selalu memberikan
dukungan dan motivasi
v
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya serta kekuatan kesehatan dan kesabaran
sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul
ldquoPengaruh Learning Cycle 7E Berbasis Konstruktivisme Terhadap Kemampuan
Berpikir Kritis Siswa pada Materi Interaksi Makhluk Hidup dengan Lingkunganrdquo
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari
bantuan bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak oleh karena itu pada
kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih setulus hati kepada
1 Rektor Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan kesempatan
kepada penulis untuk menyelesaikan studi di Universitas Negeri Semarang
2 Dekan FMIPA Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan
kemudahan dan kelancaran dalam penyusunan skripsi
3 Ketua Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Semarang yang telah
memberikan kemudahan dan kelancaran dalam penyusunan skripsi
4 Ibu Sri Sukaesih SPd MPd selaku dosen pembimbing I yang penuh
kesabaran dalam membimbing memberi arahan gagasan dan motivasi kepada
penulis hingga selesainya skripsi ini
5 Bapak Andin Irsadi SPd MSi selaku dosen pembimbing II yang penuh
kesabaran dalam membimbing memberi arahan gagasan dan motivasi kepada
penulis hingga selesainya skripsi ini
6 Bapak Drs Sumadi MS selaku dosen penguji yang telah memberikan
masukan arahan dan motivasi kepada penulis demi kesempurnaan
penyusunan skripsi ini
7 BapakIbu dosen dan karyawan FMIPA khususnya Jurusan Biologi atas segala
ilmu pengalaman dan bantuan yang di berikan
8 Bapak SihonoSPd MM selaku kepala SMP Negeri 19 Tegal yang telah
memberikan kesempatan dan kemudahan selama penelitian berlangsung
9 Bapak Drs Heri Subeno guru IPA SMP Negeri 19 Tegal yang telah berkenan
membantu dan bekerjasama dengan penulis dalam melaksanakan penelitian
vi
10 Seluruh siswa kelas VII D dan VII H SMP Negeri 19 Tegal Tahun ajaran
20142015 atas kerjasama dan partisipasinya dalam pengambilan data
penelitian ini
11 Bapak Tamrin dan Ibu Tanijah tercinta serta keempat kakakku (Mas Iis Mas
Herman Mas Wito dan Mas Nur Yasin) yang selalu memberikan kasih
sayang motivasi doa serta dukungan dengan tulus
12 Keluarga besar yang telah mendukung dan memberikan motivasi dalam
menyelesaikan skripsi ini
13 Beasiswa BIDIKMISI yang telah memberikan dana kuliah dan living cost
selama 8 semester ini
14 Sahabat-sahabatku Imunoglobulin (Farih Fadhila Arnita Cahya Saputri
Rismanika Mohammad Shafi Fadli) Alfina Sri Manikati dan Linda Pratiwi
yang selalu memberian semangat dan dukungan
15 Sahabat terdekatku yang selalu memberikan semangat motivasi khusus dan
dukungan selama penyusunan skripsi
16 Teman-teman Rombel 1 Pendidikan Biologi FMIPA Universitas Negeri
Semarang yang selalu memberikan semangat dan dukungan
17 Teman-teman Student Scientific Center (SSC) 2013 yang telah memberikan
semangat dan dukungan
18 Teman-teman Pondok Permai kos yang telah memberikan semangat dan
dukungan selama menyelesaikan skripsi ini
19 Semua pihak yang telah berkenan membantu penulis selama penelitian dan
penyusunan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu
Semoga semua bantuan yang diberikan mendapat imbalan dari Allah
SWT Kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak diterima
dengan senang hati Akhir kata semoga skripsi ini dapat bermanfaat khususnya di
bidang pendidikan
Semarang 1September 2015
Penulis
vii
ABSTRAK
Maulidah Sri 2015 Pengaruh Learning Cycle 7E Berbasis Konstruktivisme
Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa pada Materi Interaksi
Makhluk Hidup dengan Lingkungan Skripsi Jurusan Biologi FMIPA
Universitas Negeri Semarang Sri Sukaesih SPd MPd dan Andin Irsadi
SPd MSi
Berdasarkan observasi di SMP N 19 Tegal menunjukkan bahwa proses
pembelajaran dan soal-soal evaluasi yang diberikan belum berorientasi untuk
mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa Siswa mengalami kesulitan
menganalisis suatu permasalahan menyimpulkan serta kesulitan mengaplikasikan
konsep dalam situasi yang baru dan konkret Berdasarkan hal tersebut diperlukan
suatu upaya untuk mengembangkan kemampuan berpikir ktitis siswa Salah satu
cara mengembangkan kemampuan berpikir kritis yaitu melalui learning cycle 7e
berbasis konstruktivisme Learning cycle 7e merupakan suatu model pembelajaran
yang bertujuan untuk menekankan pentingnya memunculkan pemahaman awal
siswa dan memperluas (transfer) konsep Penelitian ini bertujuan untuk
mendeskripsikan pengaruh learning cycle 7e berbasis konstruktivisme terhadap
kemampuan berpikir kritis siswa pada materi Interaksi makhluk hidup dengan
lingkungan
Jenis penelitian ini Quasi Experimental dengan Nonequivalent control
group design Populasi penelitian ini seluruh siswa kelas VII SMP N 19 Tegal
Tahun Pelajaran 20142015 Sampel penelitian ini yaitu siswa kelas VII D dan VII
H dengan teknik pengambilan sampel convenience Data penelitian berupa tes
kemampuan berpikir kritis yang meliputi pretest dan posttest lembar observasi
aktivitas siswa keterlaksanaan pembelajaran learning cycle 7e berbasis
konstruktivisme dan tanggapan siswa Hasil tes kemampuan berpikir kritis
dianalisis menggunakan uji t dan uji normalisasi gain Berdasarkan analisis uji t
data posttest terdapat perbedaan signifikan kemampuan berpikir kritis dengan t
hitung 3109 gt t tabel 2010 juga terdapat perbedaan signifikan hasil uji t
normalisasi gain dengan t hitung 4660 gt t tabel 2026 artinya model learning
cycle 7e berbasis konstruktivisme berpengaruh lebih baik terhadap kemampuan
berpikir kritis siswa Aktivitas siswa kelas eksperimen lebih baik dibandingkan
kelas kontrol Keterlaksanaan pembelajaran sebesar 9250 Siswa memberian
tanggapan yang baik terhadap pembelajaran learning cycle 7e berbasis
konstruktivisme karena dapat membuat siswa lebih tertarik dalam mengikuti
pelajaran memotivasi siswa dalam pembelajaran mengaktifkan siswa dan
membantu siswa memahami materi interaksi makhluk hidup dengan lingkungan
Simpulan dari penelitian ini adalah model pembelajaran learning cycle 7e berbasis
konstruktivisme berpengaruh dalam arti dapat mengembangkan kemampuan
berpikir kritis siswa pada materi interaksi makhluk hidup dengan lingkungan
Kata kunci Kemampuan berpikir kritis Learning cycle 7e berbasis
konstruktivisme
viii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL i
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ii
HALAMAN PENGESAHAN iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN iv
PRAKATA v
ABSTRAK vii
DAFTAR ISI viii viii
DAFTAR TABEL x
DAFTAR GAMBAR xi xi
DAFTAR LAMPIRAN xii
BAB
1 PENDAHULUAN 1
11 Latar Belakang 1
12 Rumusan Masalah 4
13 Penegasan Istilah 4
14 Tujuan Penelitian 6
15 Manfaat Penelitian 6
2 TINJAUAN PUSTAKA 8
21 Teori Konstruktivisme 8
22 Teori Perkembangan Jean Piaget 9
23 Learning Cycle 7E Berbasis Konstruktivisme 10
24 Kemampuan Berpikir Kritis 13
25 Materi Interaksi Makhluk Hidup dengan Lingkungan 16
26 Kerangka Berpikir 18
27Hipotesis 18
3 METODE PENELITIAN 19
31 Lokasi dan Waktu Penelitian 19
32 Populasi dan Sampel 19
33 Variabel Penelitian 19
34 Rancangan Penelitian 20
ix
35 Prosedur Penelitian 21
36 Data dan Metode Pengumpulan data 29
37 Metode Analisis Data 30
4 HASIL DAN PEMBAHASAN 36
41 Hasil 36
42 Pembahasan 43
5 PENUTUP 54
51 Simpulan 54
52 Saran 54
DAFTAR PUSTAKA 55
LAMPIRAN 59
x
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
21 Indikator Kemampuan Berpikir Kritis Menurut Ennis 15
31 Desain Penelitian Nonequivalent Control Group Design 20
32 Hasil Analisis Validitas Uji Coba Butir Soal 23
33 Hasil Analisis Tingkat Kesukaran Uji Coba Butir Soal 24
34 Hasil Analisis Daya Beda Uji Coba Butir Soal 25
35 Rekap Hasil Analisis Uji Coba Butir Soal yang digunakan 26
36 Jenis Data dan Metode Pengumpulan Data 29
37 Kriteria Keterlaksanaan Learning Cycle 7e Berbasis Konstruktivisme 34
41 Rata-Rata Skor Pretest dan Posttest Kelas Eksperimen dan Kontrol 36
42 Hasil Uji Normalitas Data Pretest-Posttest dan N-Gain 37
43 Hasil Uji Homogenitas Data Pretest-Posttest dan N-Gain 38
44 Hasil Uji t Pretest-Posttest dan N-Gain Kelas Eksperimen dan Kontrol 38
45 Hasil Analisis Persentase Setiap Aspek Kemampuan Berpikir Kritis 38
46 Tingkat Keterlaksanaan Learning Cycle 7e Berbasis Konstruktivisme 41
47 Hasil Angket Tanggapan Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 42
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
21 Perubahan Learning Cycle 5E Menjadi 7E 12
22 Kerangka Berpikir Penelitian 18
41 Hasil Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa (N-Gain) 37
42 Hasil Uji N-Gain Setiap Aspek Kemampuan Berpikir Kritis 39
43 Aktivitas Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 40
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1 Hasil Wawancara dan Observasi 59
2 Silabus Mata Pelajaran IPA 62
3 RPP Kelas Eksperimen 67
4 RPP Kelas Kontrol 80
5 LKS 1 Kelas Eksperimen dan Pembahasan 90
6 LDS 1 Kelas Eksperimen dan Pembahasan 95
7 Soal Evaluasi 1 Kelas Eksperimen dan Pembahasan 98
8 PR 1 Kelas Eksperimen dan Pembahasan 101
9 LKS 2 Kelas Eksperimen dan Pembahasan 103
10 LKS 3 Kelas Eksperimen dan Pembahasan 107
11 Kisi-kisi Lembar Observasi Aktivitas Kelas Eksperimen 114
12 Kisi-Kisi Lembar Obserasi Aktivitas Siswa Kelas Kontrol 115
13 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Kelas Eksperimen dan Kontrol 116
14 Rekapitulasi Aktivitas Siswa Kelas Eksperimen 117
15 Rekapitulasi Aktivitas Siswa Kelas Kontrol 118
16 Lembar Refleksi Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 119
17 Kisi-Kisi Lembar Keterlaksanaan Learning Cycle 7E 120
18 Lembar Keterlaksanaan Learning Cycle 7E Berbasis Konstruktivisme 121
19 Kisi-Kisi Angket Tanggapan Siswa Kelas Eksperimen 122
20 Lembar Angket Tanggapan Siswa Kelas Eksperimen 123
21 Kisi-Kisi Angket Tanggapan Siswa Kelas Kontrol 124
22 Lembar Angket Tanggapan Siswa Kelas Kontrol 125
23 Rekapitulasi Hasil Analisis Soal Uji Coba Pilihan Ganda 126
24 Rekapitulasi Hasil Analisis Soal Uji Coba Uraian 130
25 Perhitungan Validitas Soal 131
26 Perhitungan Reliabilitas Instrumen 133
27 Perhitungan Tingkat Kesukaran Soal 135
28 Perhitungan Daya Beda Soal 136
xiii
29 Kisi-Kisi Soal Kemampuan Berpikir Kritis 137
30 Soal Kemampuan Berpikir Kirits 139
31 Hasil Pretest Kelas Eksperimen 148
32 Hasil Posttest Kelas Eksperimen 149
33 Hasil Pretest Kelas Kontrol 150
34 Hasil Posttest Kelas Kontrol 151
35 Rekapitulasi N-gain 152
36 Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas Eksperimen 153
37 Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas Kontrol 154
38 Persentase Aspek Berpikir Kritis Pretets Kelas Eksperimen 155
39 Persentase Aspek Berpikir Kritis Posttest Kelas Eksperimen 157
40 Persentase Aspek Berpikir Kritis Pretets Kelas Kontrol 159
41 Persentase Aspek Berpikir Kritis Posttest Kelas Kontrol 161
42 Uji Normalitas Pretest 163
43 Uji Normalitas Posttest 164
44 Uji Normalitas N-gain 165
45 Uji Homogenitas dan Uji t Pretest 166
46 Uji Homogenitas dan Uji t Posttest 167
47 Uji Homogenitas dan Uji t N-gain 168
48 Rekapitulasi Analisis Tiap Aspek Kemampuan Berpikir Kritis 169
49 Hasil Rekapitulasi Tingkat Keterlaksanaan Learning Cycle 7E 170
50 Hasil Rekapitulasi Tanggapan Siswa Kelas Eksperimen 171
51 Hasil Rekapitulasi Tanggapan Siswa Kelas Kontrol 172
52 Dokumentasi Penelitian 173
53 Surat Ijin Observasi 175
54 Surat Ijin Penelitian 176
55 Surat Bukti Penelitian 177
1
BAB 1
PENDAHULUAN
11 Latar Belakang
Abad ke 21 merupakan era informasi dan teknologi dimana perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya di bidang informasi dan komunikasi
tumbuh semakin pesat Hal ini mempengaruhi semua aspek kehidupan termasuk
di bidang pendidikan Proses pendidikan pun dituntut untuk dapat menghasilkan
sumber daya manusia yang berkualitas Menurut Trilling amp Fadel sebagaimana
dikutip oleh Kulsum amp Hindarto (201362) menyatakan bahwa pada era
informasi dan teknologi diperlukan sumber daya manusia dengan kualitas tinggi
yang memiliki keahlian seperti kemampuan berpikir tingkat tinggi (berpikir
kritis) kreatif inovatif bekerja sama memahami berbagai budaya berkomunikasi
yang efektif kemampuan dalam teknologi dan informasi serta tanggung jawab
keimanan yang tinggi
Berdasarkan Permendikbud Nomor 81A Tahun 2013 tentang Implementasi
Kurikulum dijelaskan bahwa sistem pendidikan Indonesia saat ini dihadapkan
pada tuntutan memberdayakan potensi siswa supaya berkembang menjadi sumber
daya manusia yang berkualitas Oleh karena itu dalam menghadapi era informasi
seperti sekarang ini sistem pendidikan di Indonesia diharapkan mampu
membekali siswa dengan kemampuan-kemampuan belajar dan kecakapan hidup
(live skill) Salah satu kemampuan tersebut adalah kemampuan berpikir kritis
Berpikir kritis adalah berpikir rasional dan reflektif dengan menekankan
pada pembuatan keputusan tentang apa yang harus dipercayai atau dilakukan
(Ennis20111) Siswa dituntut untuk berpikir rasional yakni menurut pikiran dan
pertimbangan yang logis berpikir reflektif yakni mempertimbangkan secara hati-
hati segala alternatif sebelum mengambil keputusan
Tujuan melatihkan kemampuan berpikir kritis adalah untuk menyiapkan
siswa menjadi seorang pemikir kritis dan mampu menyelesaikan masalah yang
dihadapi (Tuna amp Kaccedilar 201374) Selain itu untuk menghindarkan diri siswa dari
2
penipuan pencucian otak dan membuat keputusan dengan tepat dan bertanggung
jawab (Redhana amp Liliasari 2008 106)
Menurut Lambertus (2009140) kemampuan berpikir kritis dapat dilatih
dan dikembangkan secara terus menerus Salah satu cara mengembangkan
kemampuan berpikir kritis yaitu melalui pembelajaran sains (IPA) Siswa dilatih
untuk bertanggung jawab terhadap diri sendiri dalam memperoleh pengetahuan
melalui kegiatan eksplorasi memecahkan masalah dan mengkomunikasikan hasil
penyelidikan yang dapat dipercaya pada pembelajaran sains Hal ini dikarenakan
dengan latihan dapat membuat keterampilan berpikir kritis menjadi suatu
kebiasaan
Kenyataan di sekolah pendidikan sains belum banyak yang berorientasi ke
arah pembiasaan berpikir tinggi (berpikir kritis) kemampuan siswa dalam
menjawab soal-soal yang menuntut kemampuan berpikir tinggi masih rendah
(Kunandar201318-19) Keikutsertaan Indonesia di dalam studi Trends in
International Mathematatics and science Study (TIMSS) dan Program for
International Student Assessment (PISA) sejak tahun 1999 juga menunjukkan
bahwa capaian siswa-siswi Indonesia tidak mengembirakan dalam beberapa
laporan yang dikeluarkan TIMSS dan PISA (Permendikbud 2013)
Berdasarkan observasi awal yang telah dilakukan di SMP N 19 Tegal
melalui wawancara dengan guru IPA dan pengamatan dalam proses pembelajaran
menunjukkan bahwa metode yang diterapkan oleh guru sudah bervariasi seperti
ceramah diskusi praktikum dan penugasan namun proses pembelajaran dan
soal-soal evaluasi yang di berikan belum berorientasi untuk mengembangkan
kemampuan berpikir kritis siswa Siswa mengalami kesulitan menganalisis suatu
permasalahan menyimpulkan serta kesulitan mengaplikasikan konsep dalam
situasi yang baru dan konkret Keberanian siswa untuk bertanya dan menjawab
pertanyaan masih rendah Ketika guru mengajukan pertanyaan siswa cenderung
pasif atau siswa belum terbiasa menjawab dengan inisiatif sendiri (data
selengkapnya pada lampiran 1 halaman 59)
Berdasarkan hal tersebut diperlukan suatu upaya untuk mengembangkan
kemampuan berpikir ktitis siswa Salah satu cara mengembangkan kemampuan
3
berpikir kritis yaitu melalui pembelajaran sains (IPA) yang memberikan
kesempatan kepada siswa untuk belajar ldquomenemukanrdquo bukan sekedar belajar
ldquomenerimardquo Kesempatan belajar menemukan dapat dikembangkan antara lain
dalam bentuk pembelajaran berbasis konstruktivisme yang memiliki karakteristik
meliputi berpusat pada siswa adanya masalah proses menemukan interaksi
sosial dan pengetahuan atau pemahaman baru (Wardoyo 201341)
Salah satu model pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan teori
konstruktivisme yaitu learning cycle 7e Hal tersebut terlihat dalam model
pembelajaran learning cycle memuat beberapa tahap kegiatan (fase) Menurut
(Eisenkraft200357) tujuh tahap kegiatan dalam learning cycle 7e antara lain
elicit (penggalian pengetahuan awal) engage (motivasi) explore (melakukan
pengamatan atau percobaan) explain (mengkomunikasikan) elaborate
(menerapkan konsep) evaluate (evaluasi) dan extend (mengaplikasikan konsep)
Beberapa penelitian telah dilakukan terkait penerapan model pembelajaran
learning cycle 7e dalam pembelajaran Berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Indrawati et al(201436) menyatakan bahwa implementasi model
pembelajaran learning cycle 7e efektif untuk meningkatkan penguasaan konsep
dan kemampuan berpikir kritis siswa Hasil penelitian Hartono (201365)
menunjukkan bahwa model pembelajaran learning cycle 7e dapat meningkatkan
kemampuan berpikir kritis siswa Hasil penelitian Kanli amp Yagbasan (2007151)
menunjukkan bahwa learning cycle 7e mampu meningkatkan keterampilan proses
sains dan penguasaan konsep siswa Hasil penelitian Mecit (200648)
menunjukkan bahwa model learning cycle 7e dapat meningkatkan kemampuan
berpikir kritis siswa secara signifikan dibandingkan dengan metode tradisional
Materi Interaksi makhluk hidup dengan lingkungan merupakan salah satu
materi pokok kelas VII semester genap dalam kurikulum 2013 dengan kompetensi
dasar yakni 38 mendeskripsikan interaksi antar makhluk hidup dan
lingkungannya dan 412 menyajikan hasil observasi terhadap interaksi makhluk
hidup dengan lingkungan di sekitarnya Kompetensi dasar pada materi tersebut
menuntut siswa untuk dapat memahami konsep-konsep dan memecahkan masalah
yang sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari Penerapan learning cycle 7e
4
berbasis konstruktivisme mempertimbangkan pengetahuan awal siswa (elicit)
menyajikan masalah yang berkaitan dengan kehidupan nyata sebagai rangsangan
untuk belajar (engage) memberikan kesempatan secara langsung kepada siswa
untuk terlibat dalam penemuan konsep (explore) dilanjutkan dengan melakukan
diskusi untuk mengklarifikasi konsep (elaborate) evaluasi (evaluate) serta
mengaplikasikan konsep tersebut pada situasi baru (extend) Pembelajaran materi
interaksi makhluk hidup akan menjadi lebih bermakna dan kemampuan berpikir
kritis siswa dapat berkembang dengan membandingkan konsep yang sudah
diperoleh dengan konsep baru yang dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari siswa
maka diharapkan model pembelajaran learning cycle 7e berbasis konstruktivisme
akan tepat apabila digunakan dalam penyampaian materi interaksi makhluk hidup
dengan lingkungan
Berdasarkan uraian di atas maka akan dilakukan penelitian yang berjudul
ldquoPengaruh Learning Cycle 7E Berbasis Konstruktivisme Terhadap Kemampuan
Berpikir Kritis Siswa pada Materi Interaksi Makhluk Hidup dengan Lingkunganrdquo
12 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang maka rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah apakah penerapan Learning Cycle 7E berbasis konstruktivisme
berpengaruh terhadap kemampuan berpikir kritis siswa pada materi Interaksi
makhluk hidup dengan lingkungan
13 Penegasan Istilah
Supaya tidak terjadi kesalahan penafsiran terhadap istilah-istilah yang
digunakan dalam penelitian ini maka perlu diberikan penjelasan tentang istilah-
istilah berikut
131 Pembelajaran Learning Cycle 7E Berbasis Konstruktivisme
Learning cycle 7e merupakan suatu model pembelajaran yang bertujuan
untuk menekankan pentingnya memunculkan pemahaman awal siswa dan
memperluas (transfer) konsep Menurut Eisenkraft (200357) terdapat tujuh tahap
5
dalam learning cycle 7e yaitu elicit (penggalian pengetahuan awal) engage
(motivasi) explore (melakukan pengamatan atau percobaan) explain
(mengkomunikasikan) elaborate (menerapkan konsep) evaluate (evaluasi) dan
extend (mengaplikasikan konsep)
Konsep pembelajaran konstruktivisme merupakan pembelajaran yang
didasarkan pada pemahaman bahwa proses belajar yang dilakukan siswa
merupakan proses konstruksi pengetahuan pemahaman dan pengalaman yang
dilakukan oleh siswa (Wardoyo 20134) Karakteristik dalam pembelajaran
konstruktivisme antara lain 1) berpusat pada siswa 2) adanya masalah 3) proses
menemukan 4) interaksi sosial dan 5) pengetahuan atau pemahaman baru
(Wardoyo 201341) Pembelajaran learning cycle 7e berbasis konstruktivisme
pada penelitian ini adalah pembelajaran IPA yang menerapkan tahap-tahap model
pembelajaran learning cycle 7e yang didasarkan pada kelima karakteristik
pembelajaran konstruktivisme menurut Wardoyo (201341)
132 Kemampuan Berpikir Kritis
Menurut Ennis (20111) berpikir kritis adalah berpikir rasional dan
reflektif dengan menekankan pada pembuatan keputusan tentang apa yang harus
dipercayai atau dilakukan Rasional berarti menurut pikiran dan pertimbangan
yang logis Reflektif berarti mempertimbangkan secara hati-hati segala alternatif
sebelum mengambil keputusan
Kemampuan berpikir kritis yang diukur pada penelitian ini mengacu pada
(Ennis 198546) yang menyebutkan terdapat lima aspek sebagai indikator dalam
berpikir kritis yaitu (1) memberikan penjelasan sederhana (2) membangun
keterampilan dasar (3) menyimpulkan 4) memberi penjelasan lanjut dan (5)
mengatur strategi dan taktik
133 Materi Interaksi Makhluk Hidup dengan Lingkungan
Materi Interaksi makhluk hidup dengan lingkungan merupakan salah satu
materi pokok kelas VII semester genap dalam kurikulum 2013 dengan kompetensi
dasar yakni 38 mendeskripsikan interaksi antar makhluk hidup dan
6
lingkungannya dan 412 menyajikan hasil observasi terhadap interaksi makhluk
hidup dengan lingkungan di sekitarnya Indikator pembelajaran dalam penelitian
ini yaitu menjelaskan konsep ekosistem mengidentifikasi komponen abiotik dan
biotik mengidentifikasi satuan-satuan dalam ekosistem menghitung kepadatan
populasi menganalisis saling ketergantungan antara komponen biotik dengan
abiotik dan menganalisis saling ketergantungan antar komponen biotik
14 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan pengaruh
penerapan learning cycle 7e berbasis konstruktivisme terhadap kemampuan
berpikir kritis siswa pada materi Interaksi makhluk hidup dengan lingkungan
15 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut
151 Manfaat Korespondensi
Penelitian ini memberikan bukti empiris kebenaran teori pembelajaran
tentang penerapan learning cycle 7e dan pengaruhnya terhadap kemampuan
berpikir kritis siswa seperti hasil penelitian yang dilakukan oleh Indrawati et al
(201436) bahwa implementasi model pembelajaran learning cycle 7e efektif
untuk meningkatkan konsep dan kemampuan berpikir kritis siswa Hasil
penelitian Hartono (201365) bahwa model learning cycle 7e dapat meningkatkan
kemampuan berpikir kritis Hasil penelitian Siribunnan amp Tayraukham
(2009282) menunjukkan bahwa model learning cycle 7e dapat meningkatkan
kemampuan berpikir kritis yang lebih baik dibandingkan dengan metode
tradisional Demikian pula hasil penelitian Mecit (200648) menunjukkan bahwa
model learning cycle 7e dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis secara
signifikan dibandingkan dengan metode tradisional Selain itu hasil penelitian ini
digunakan untuk menguatkan prediksi bahwa untuk meningkatkan kemampuan
berpikir kritis dapat menerapkan pembelajaran dengan Learning Cycle 7E
7
152 Manfaat Koherensi
Penelitian ini mengembangkan dan membuktikan teori-teori yang
menghasilkan hipotesis tentang kebenaran bahwa penerapan learning cycle 7e
berpengaruh terhadap kemampuan berpikir kritis siswa
153 Manfaat Pragmatis
Manfaat pragmatis penelitian ini agar siswa memahami materi Interaksi
makhluk hidup dengan lingkungan melalui model pembelajaran learning cycle 7e
berbasis konstruktivisme Pemahaman materi oleh siswa dapat mengembangkan
kemampuan berpikir kritis siswa Menambah wawasan guru tentang variasi
pembelajaran untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa Penelitian
ini memberikan kontribusi bagi sekolah sebagai masukan dalam meningkatkan
kualitas pembelajaran
8
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
21 Teori Konstruktivisme
Teori konstruktivisme beranggapan bahwa pengetahuan merupakan
konstruksi dari pengetahuan awal yang telah ada Pengetahuan hasil dari
konstruksi kognitif melalui kegiatan siswa dengan membuat struktur kategori
konsep dan skema yang diperlukan untuk membentuk pengetahuan dalam hal ini
dibentuk oleh struktur konsepsi sewaktu siswa berinteraksi dengan lingkungan
(Maknun et al 2012 9-10)
Intisari dari teori konstruktivisme adalah bahwa siswa harus menemukan
dan mentransformasikan informasi kompleks kedalam diri sendiri Teori ini
memandang siswa sebagai individu yang selalu memeriksa informasi baru yang
berlawanan dengan prinsip-prinsip yang telah ada dan merevisi prinsip-prinsip
tersebut apabila sudah diangap tidak dapat digunakan lagi Hal ini memberikan
implikasi bahwa siswa harus terlibat aktif dalam pembelajaran dengan bantuan
guru sebagai fasilitator (Rifarsquoi amp Anni 2011137)
Implikasi pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan pandangan
konstruktivisme menurut Hapsari (2011 37) adalah sebagai berikut
a Tahap Apersepsi dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan problematik
tentang fenomena yang sering ditemui sehari-hari yang dikaitkan dengan
konsep yang akan dibahas Siswa diberi kesempatan untuk
mengkomunikasikan mengilustrasikan pemahaman tentang konsep tersebut
b Tahap Eksplorasi memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan
konsep melalui pengumpulan pengorganisasian dan menginterpretasikan data
dalam suatu kegiatan yang telah dirancang guru serta secara berkelompok
didiskusikan dengan kelompok lain
c Tahap diskusi dan penjelasan konsep yaitu siswa memberi penjelasan dan
solusi berdasarkan hasil observasi ditambah dengan penguatan guru maka
siswa membangun pemahaman baru tentang konsep yang sedang dipelajari
9
d Pengembangan dan aplikasi yaitu guru berusaha menciptakan iklim
pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat mengaplikasikan pemahaman
konseptual baik melalui kegiatan atau pemunculan dan pemecahan masalah-
masalah yang berkaitan dengan isu-isu di lingkungan
22 Teori Perkembangan Jean Piaget
Teori perkembangan Piaget mewakili konstruktivisme yang memandang
perkembangan kognitif sebagai suatu proses dimana anak secara aktif membangun
pengetahuan Piaget menyatakan bahwa belajar merupakan pengembangan aspek
kognitif yang meliputi skema asimilasi akomodasi ekuilibrasi
Asimilasi adalah pengumpulan dan pengelompokkan informasi baru
Seorang individu dalam proses pembelajaran akan mendapatkan informasi baru
yang kemudian akan dikumpulkan dan dikelompokkan ke dalam skema
(pengetahuan) yang telah ada Akomodasi merupakan modifikasi dari skema agar
informasi yang baru dan kontradiktif bisa diterjemahkan Informasi yang telah
terkumpul dan dikelompokkan dalam skema-skema yang telah ada sebelumnya
kemudian dimodifikasi menjadi suatu skema (pengetahuan) baru Ekuilibrasi
merupakan dorongan secara terus menerus ke arah keseimbangan atau
equilibrium Artinya pengetahuan dikonstruksi dari proses pengintegrasian
pengetahuan baru terhadap struktur kognitif yang sudah ada dan dilakukan
penyesuaian struktur kognitif dengan informasi baru yang didapatkan
Menurut Piaget sebagaimana dikutip oleh Trianto (200716) pada
perkembangan kognitif yang terpenting adalah penguasaan dan kategori konsep-
konsep Melalui penguasaan konsep siswa akan mengenal lingkungan dan
memecahkan berbagai masalah yang dihadapi dalam kehidupan
Menurut Piaget sebagaimana dikutip oleh Slavin (200845) setiap
individu pada saat tumbuh mulai dari bayi yang baru dilahirkan sampai menginjak
usia dewasa mengalami empat tingkatan perkembangan kognitif Empat tingkat
perkembangan kognitif tersebut adalah sebagai berikut
1 Tahap Sensorimotorik (sejak lahir hingga usia 2 tahun)
2 Tahap Pra-operasional (2-7 tahun)
10
3 Tahap Operasi Kongkrit (7-11 tahun)
4 Tahap Operasi Formal (usia 11 sampai dewasa)
Siswa SMP dengan rentang usia 11-15 tahun berada pada tahap operasi
formal Pada usia ini yang perlu dipertimbangkan adalah aspek-aspek
perkembangan remaja dimana remaja mengalami tahap transisi dari penggunaan
operasi kongkrit ke penerapan operasi formal dalam bernalar Menurut Slavin
(200846) pada tahap operasi formal anak sudah mampu berpikir tingkat tinggi
mampu berpikir secara deduktif induktif menganalisis mensintesis mampu
berpikir abstrak dan berpikir reflektif serta memecahkan berbagai masalah
23 Learning Cycle 7E Berbasis Konstruktivisme
Menurut Aqib (201366) proses pembelajaran adalah upaya secara
sistematis yang dilakukan guru untuk mewujudkan proses pembelajaran berjalan
secara efektif dan efisien yang dimulai dari perencanaan pelaksanaan dan
evaluasi Oleh karena itu pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu proses
komunikasi melalui interaksi antara guru dengan siswa dan antar siswa secara
efektif dan efisien untuk mencapai tujuan pembelajaran
Konsep pembelajaran konstruktivisme merupakan pembelajaran yang
didasarkan pada pemahaman bahwa proses belajar yang dilakukan siswa
merupakan proses konstruksi pengetahuan pemahaman dan pengalaman yang
dilakukan oleh siswa (Wardoyo 20134) Karakteristik dalam pembelajaran
konstruktivisme antara lain 1) berpusat pada siswa 2) adanya masalah 3) proses
menemukan 4) interaksi sosial dan 5) pengetahuan atau pemahaman baru
(Wardoyo 201341)
Salah satu model pembelajaran yang berlandaskan teori konstruktivisme
adalah learning cycle Menurut Trowbridge amp Bybee sebagaimana dikutip oleh
Wena (2011170) pada tahun 1970 model Learning Cycle pertama kali
diperkenalkan oleh Robert Karplus dan Their dalam Science Curriculum
Improvement StudySCIS Karplus dan Their mengembangkan model learning
cycle berdasarkan teori perkembangan kognitif Jean Piaget Implementasi teori
perkembangan kognitif Jean Piaget oleh Karplus dikembangkan dalam model
11
learning cycle yang pada mulanya terdiri dari tiga tahap yaitu eksplorasi
(exploration) pengenalan konsep (concept introduction) dan penerapan konsep
(concept application)
Pada pertengahan 1980an Biological Science Curriculum Study (BSCS)
mengembangkan model learning cycle dari tiga tahap siklus tersebut menjadi lima
tahap Tahap-tahap dalam pembelajaran Learning Cycle 5E meliputi engage
explore explain elaborateextend dan evaluate Perkembangan ini dilakukan
dengan menambahkan fase engage di awal pembelajaran yang bertujuan untuk
menggali pengetahuan awal siswa dan fase evaluate ditambahkan di akhir
pembelajaran yang bertujuan untuk menilai pemahaman siswa sedangkan fase
pemahaman konsep dan aplikasi konsep diganti dengan istilah baru yaitu explain
dan elaborate (Bybee et al 20068)
Perkembangan model learning cycle 7e yang paling baru sudah memiliki 7
tahap setelah mengalami pengkhususan menjadi 5 tahap Perubahan yang terjadi
pada tahap learning cycle 5e menjadi 7e terjadi pada tahap engage menjadi 2
tahap yaitu elicit dan engage sedangkan pada tahap elaborate dan evaluate
menjadi 3 tahap menjadi elaborate evaluate dan extend
Menurut Eisenkraft (200357) learning cycle 7e merupakan suatu model
pembelajaran yang bertujuan untuk menekankan pentingnya memunculkan
pemahaman awal siswa dan memperluas konsep Terdapat 7 tahap learning cycle
7e yang dapat dijelaskan sebagai berikut
1 Elicit (penggalian pengetahuan awal)
Makna dari elicit adalah menggali pemahaman awal yang dimiliki
siswa Langkah-langkah yang dapat dilakukan adalah dengan
mengajukan beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan materi
yang akan dipelajari
2 Engage (motivasi)
Pada tahap engage atau motivasi dapat dilakukan dengan cara
bercerita demonstrasi membuat prediski atau dengan
menunjukkan suatu objek gambar atau video Guru dapat
memberikan permasalahan dan meminta siswa untuk berpikir dan
mengajukan pertanyaan
3 Explore (melakukan pengamatan atau percobaan)
Pada tahap ini siswa diberi kesempatan untuk melakukan
pengamatan mengumpulkan data membuktikan prediksi atau
12
hipotesis merancang dan merencanakan percobaan membuat
grafik menafsirkan hasil serta mencatat hasil pengamatan
4 Explain (mengkomunikasikan)
Pada tahap ini guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menjelaskan konsep dan menunjukkan bukti hasil pengamatan
pada tahap explore melalui kegiatan diskusi Pada tahap ini siswa
diharapkan menemukan istilah-istilah dan konsep yang dipelajari
5 Elaborate (menerapkan konsep)
Tahap ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menerapkan konsep (pengetahuan baru) dan keterampilan dalam
situasi baru melalui kegiatan-kegiatan seperti pemecahan masalah
(problem solving)
6 Evaluate (evaluasi)
Tahap evaluasi model pembelajaran learning cycle 7e terdiri dari
evaluasi formatif dan evaluasi sumatif Evaluasi dapat dilakukan
melalui pemberian tes di akhir pembelajaran untuk mengetahui
sejauh mana tingkat pemahaman siswa terhadap konsep yang
dipelajari
7 Extend (mengaplikasikan konsep)
Tahap ini bertujuan untuk berpikir mencari menemukan dan
menjelaskan contoh penerapan konsep yang telah dipelajari
(Eisenkraft 200357)
Gambar 21 Perubahan Learning Cycle 5E Menjadi Learning Cycle 7E
13
Pengembangan tahap-tahap learning cycle dari 3 tahap
menjadi 5 tahap atau 7 tahap masih tetap berkaitan erat dengan teori
perkembangan kognitif Jean Piaget (skema asimilasi akomodasi dan
ekuilibrasi) Pembelajaran learning cycle memberikan kesempatan
kepada siswa untuk mengasimilasi informasi dengan cara
mengeksplorasi lingkungan mengakomodasi informasi dengan cara
mengembangkan konsep mengorganisasikan informasi dan
menghubungkan konsep-konsep baru dengan menggunakan atau
memperluas konsep yang dimiliki untuk menjelaskan suatu fenomena
yang berbeda Fase engagement dalam learning cycle termasuk dalam
proses asimilasi sedangkan fase evaluation masih merupakan proses
akomodasi dan ekuilibrasi
Model learning cycle 7e memiliki beberapa kelebihan dan kelemahan
Kelebihan dari model learning cycle 7e menurut Indrawati et al (201435) yaitu
1 Merangsang siswa untuk mengingat kembali materi pelajaran
yang telah didapatkan
2 Memberikan motivasi kepada siswa untuk menjadi lebih aktif dan
menambah rasa keingintahuan
3 Melatih siswa belajar menemukan konsep melalui kegiatan
ekperimen melatih siswa untuk menyampaikan konsep yang telah
dipelajari secara lisan
4 Melatih siswa untuk bekerjasama dan memberikan kesempatan
kepada siswa untuk berpikir mencari menemukan dan
menjelaskan contoh penerapan konsep yang telah dipelajari
Kelemahan dari model learning cycle 7e menurut Indrawati et al
(201435) yaitu
1 Efektivitas pembelajaran rendah jika guru kurang menguasai
materi dan langkah-langkah pembelajaran
2 Menuntut kesungguhan dan kreativitas guru dalam merancang dan
melaksanakan proses pembelajaran
3 Memerlukan waktu dan tenaga yang lebih banyak dalam menyusun
rencana dan melaksanakan pembelajaran
24 Kemampuan Berpikir Kritis
Menurut Ruggiero sebagaimana dikutip oleh Johnson (2007183) berpikir
merupakan segala aktivitas mental yang membantu merumuskan atau
memecahkan masalah membuat keputusan memenuhi keinginan untuk
memahami sebuah pencarian jawaban dan sebuah pencapaian makna Kowiyah
(2013176) menyatakan bahwa berpikir adalah suatu kegiatan atau proses
14
kognitif tindakan mental untuk memperoleh pengetahuan pemahaman dan
keterampilan agar mampu menemukan jalan keluar dan keputusan secara
deduktif induktif dan evaluatif
Secara teknis kemampuan berpikir dalam bahasa taksonomi Bloom
diartikan sebagai kemampuan intelektual yaitu kemampuan
menganalisismensintesis dan mengevaluasi Kemampuan-kemampuan ini dapat
dikatakan sebagai kemampuan berpikir kritis
Pembelajaran diharapkan dapat menjadi penunjang dalam
mengembangkan kemampuan berpikir siswa Kemampuan berpikir yang dapat
dikembangkan salah satunya adalah kemampuan berpikir kritis Tujuan
melatihkan kemampuan berpikir kritis adalah untuk menyiapkan siswa menjadi
seorang pemikir kritis dan mampu menyelesaikan masalah yang dihadapi (Tuna amp
Kaccedilar 201374) Selain itu untuk menghindarkan diri siswa dari penipuan
pencucian otak dan membuat keputusan dengan tepat dan bertanggung jawab
(Redhana amp Liliasari 2008 106)
Menurut Ennis (20111) berpikir kritis adalah berpikir rasional dan
reflektif dengan menekankan pada pembuatan keputusan tentang apa yang harus
dipercayai atau dilakukan Rasional berarti menurut pikiran dan pertimbangan
yang logis Reflektif berarti mempertimbangkan secara hati-hati segala alternatif
sebelum mengambil keputusan Jadi dalam hal ini Ennis (20111) menekankan
bahwa berpikir kritis lebih berhubungan dengan alasan yang dapat diterima ketika
seseorang mengambil keputusan Berdasarkan pengertian tersebut maka dapat
dirumuskan bahwa berpikir kritis merupakan proses menggunakan pikiran secara
rasional dan reflektif untuk mencari dan menganalisis informasi mengambil
keputusan dan menyelesaikan masalah
Ennis (19918) menyatakan bahwa dalam berpikir kritis terdapat dua
komponen yaitu karakter (disposition) dan kemampuan penguasaan pengetahuan
(ability) Komponen kemampuan penguasaan pengetahuan dalam berpikir kritis
sering disebut sebagai kemampuan berpikir kritis
Terdapat dua belas indikator kemampuan berpikir kritis yang
dikelompokkan dalam lima aspek berpikir kritis seperti pada Tabel 21 berikut
15
Tabel 21 Indikator Kemampuan Berpikir Kritis Menurut Ennis (198546)
No Aspek Indikator
1 Memberikan
penjelasan sederhana
1 Memfokuskan pertanyaan
2 Menganalisis pertanyaan
3 Bertanya dan menjawab
pertanyaan tentang suatu
penjelasan
2 Membangun
keterampilan dasar
1 Mempertimbangkan apakah
sumber dapat dipercaya atau
tidak
2 Mengobservasi dan
mempertimbangkan suatu
laporan hasil observasi
3 Menyimpulkan 1 Mendeduksi dan
mempertimbangkan hasil
deduksi
2 Menginduksi dan
mempertimbangkan hasil induksi
3 Membuat dan menentukan hasil
pertimbangan
4 Memberikan
penjelasan lanjut
1 Mendefinisikan istilah dan
mempertimbangkan suatu
definisi dalam tiga dimensi
2 Mengidentifikasi asumsi
5 Mengatur strategi
dan taktik
1 Menentukan suatu tindakan
2 Berinteraksi dengan orang lain
Kemampuan berpikir kritis dapat diukur dengan menggunakan instrumen
yang dikembangkan melalui aspek dan indikator berpikir kritis Evaluasi terhadap
kemampuan berpikir kritis antara lain bertujuan untuk mendiagnosis tingkat
kemampuan berpikir kritis siswa memberi umpan balik keberanian berpikir
siswa dan memberi motivasi agar siswa mengembangkan kemampuan berpikir
kritis (Ennis 1993180)
Karakter (disposition) adalah kecenderungan atau kebiasaan untuk berpikir
dalam cara dan kondisi tertentu Disposisi berpikir kritis merupakan sifat yang
melekat pada diri seseorang yang berpikir kritis (Lambertus 2009138)
Seseorang yang memiliki disposisi berpikir kritis akan cenderung berpikir kritis
ketika ada situasi atau kondisi yang menghadirkan stimulus untuk berpikir kritis
16
Pemikir kritis yang ideal memiliki karakter (disposition) untuk mencari
kejelasan dari pertanyaan mencari alasan berusaha mengetahui infomasi dengan
baik menggunakan dan menyebutkan sumber yang memiliki kredibilitas
memperhatikan situasi dan kondisi secara keseluruhan berusaha tetap relevan dengan
ide utama mengingat kepentingan yang asli dan mendasar mencari alternatif
bersikap dan berpikir terbuka mengambil posisi ketika ada bukti dan alasan yang
cukup untuk melakukan sesuatu mencari penjelasan sebanyak mungkin bersikap
secara sistematis dan teratur dengan bagian dari keseluruhan masalah (Ennis 19918)
25 Materi Interaksi Makhluk Hidup dengan Lingkungan
Materi Interaksi makhluk hidup dengan lingkungan merupakan salah satu
materi pokok kelas VII semester genap dalam kurikulum 2013 dengan kompetensi
dasar yaitu 38 mendeskripsikan interaksi antar makhluk hidup dan lingkungannya
dan 412 menyajikan hasil observasi terhadap interaksi makhluk hidup dengan
lingkungan di sekitarnya Indikator pembelajaran dalam penelitian ini meliputi
menjelaskan konsep ekosistem mengidentifikasi komponen biotik dan abiotik
mengidentifikasi satuan-satuan dalam ekosistem menghitung kepadatan populasi
menganalisis saling ketergantungan antara komponen biotik dan abiotik dan
menganalisis saling ketergantungan antar komponen biotik
Komponen ekosistem meliputi komponen abiotik (makhluk tak hidup) dan
komponen biotik (makhluk hidup) Komponen biotik meliputi organisme autotrof
yaitu produsen primer heterotrof yaitu konsumen dan detritivor yaitu organisme
pemakan limbah organik dan organisme yang telah mati
Produsen primer utama pada sebagian besar ekosistem darat adalah
tumbuhan sedangkan produsen primer dalam zona limnetik danau dan lautan
terbuka adalah fitoplankton (alga dan bakteri) Alga multiselluler dan tumbuhan
akuatik merupakan produsen primer di ekosistem air tawar maupun air laut
Organisme yang secara langsung memakan organisme autotrof disebut
herbivora Oleh karena itu herbivora disebut juga sebagai konsumen primer
sedangkan organisme yang mendapatkan makanan dengan memangsa herbivora
atau karnivora lain disebut karnivora Karnivora dapat berperan sebagai konsumen
17
sekunder tersier dan seterusnya Jalur perpindahan makanan dari tingkat trofik
satu ke tingkat trofik lainnya dikenal sebagai rantai makanan (food chain) akan
tetapi hubungan makan memakan dalam suatu ekosistem umumnya saling
berhubungan menjadi jaring-jaring makanan (food web) karena konsumen
memakan lebih dari satu tingkat trofik (Campbell et al 2004)
Kompetensi dasar dan indikator pembelajaran pada materi tersebut
menuntut siswa untuk dapat memahami konsep-konsep dan memecahkan masalah
yang sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari Penerapan learning cycle 7e
berbasis konstruktivisme mempertimbangkan pengetahuan awal siswa (elicit)
menyajikan masalah yang berkaitan dengan kehidupan nyata sebagai rangsangan
untuk belajar (engage) memberikan kesempatan secara langsung kepada siswa
untuk terlibat dalam penemuan konsep melalui kegiatan observasi (explore)
dilanjutkan dengan melakukan diskusi untuk mengklarifikasi konsep (elaborate)
dan evaluasi (evaluate) untuk mengetahui sejauh mana pemahaman konsep yang
telah dimiliki oleh siswa serta menerapkan konsep yang telah diperoleh pada
situasi baru (extend) Pembelajaran materi interaksi makhluk hidup dengan
lingkungan diharapkan menjadi lebih bermakna dan kemampuan berpikir kritis
siswa dapat berkembang dengan membandingkan konsep yang sudah diperoleh
dengan konsep baru yang dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari siswa Model
pembelajaran learning cycle 7e berbasis konstruktivisme diharapkan tepat apabila
digunakan dalam penyampaian materi ekosistem
18
26 Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
Gambar 22 Kerangka Berpikir Penelitian
27 Hipotesis
Penerapan Learning cycle 7e berbasis konstruktivisme berpengaruh
terhadap kemampuan berpikir kritis siswa pada materi Interaksi makhluk hidup
dengan lingkungan
Pembelajaran Learning
Cycle 7E berbasis
konstruktivisme
Menekankan
pengetahuan awal siswa
dan memungkinkan
mengaplikasikan
konsep yang telah
diperoleh
(Eisenkraft 200357)
Mampu meningkatkan
keterampilan proses
sains dan penguasaan
konsep (Kanli amp
Yagbasan 2007151)
Mampu meningkatkan
kemampuan berpikir
kritis
(Hartono 201365)
Mampu meningkatkan
kemampuan berpikir
kritis secara signifikan
dibandingkan metode
tradisional
(Mecit 200648)
Permasalahan dalam pembelajaran
Siswa kesulitan menganalisis suatu
permasalahan
Siswa kesulitan menyimpulkan
Siswa kesulitan mengaplikasikan konsep
pada situasi baru dan konkret
Keberanian mengajukan pertanyaan
amp pendapat rendah
Kemampuan berpikir kritis rendah
Berpikir kritis salah satu
keterampilan abad 21 yang
harus dimiliki oleh siswa
Tuntutan memberdayakan
SDM yang berkualitas
(Permendikbud 2013)
Kelas eksperimen Kelas kontrol
Pembelajaran
dengan metode
diskusi amp ceramah
Kemampuan berpikir kritis berkembang
Learning cycle 7e
berbasis
konstruktivisme
Quasi experimental design
Uji t
54
BAB 5
PENUTUP
51 Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa
penerapan learning cycle 7e berbasis konstruktivisme berpengaruh terhadap
kemampuan berpikir kritis siswa pada materi interaksi makhluk hidup dengan
lingkungan Peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa kelas eksperimen lebih
baik dari pada kelas kontrol
52 Saran
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan penerapan learning cycle
7e berbasis konstruktivisme terbukti berpengaruh terhadap kemampuan berpikir
kritis siswa pada materi interaksi makhluk hidup dengan lingkunganya Dengan
demikian maka beberapa saran yang dapat diberikan sebagai berikut
1 Guru IPA dapat mempertimbangkan pembelajaran learning cycle 7E berbasis
konstruktivisme pada materi interaksi makhluk hidup dengan lingkungan
karena terbukti dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa
2 Guru IPA dapat merancang proses pembelajaran dan instrumen pembelajaran
yang dapat memicu kemampuan berpikir kritis siswa
3 Bagi peneliti selanjutnya yang akan melakukan penelitian berkaitan dengan
kemampuan berpikir kritis disarankan mengoptimalkan pengelolaan kelas dan
memberikan banyak motivasi agar setiap siswa dapat berpartisipasi dan
berinteraksi dalam kegiatan pembelajaran Hal ini dimaksudkan agar
pembelajaran yang dilakukan efektif terhadap kemampuan berpikir kritis
siswa
55
DAFTAR PUSTAKA
Aqib Z 2013 Model-Model Media dan Strategi Pembelajaran
Kontekstual(Inovatif) Bandung Yrama Widya
Amertawengrum IP 2014 Filsafat Konstruktivisme dalam Pembelajaran Sastra
Anak Jurnal Magistra 26(89)8-17 KlatenUnwidha
Arifin Z 2012 Evaluasi Pembelajaran Jakarta Dirjen Pendidikan Islam Online
at
httpdualmodekemenaggoidfiledokumen34EvaluasiPembelajaranpdf
[diakses tanggal 17 Januari 2015]
Arikunto S 2010 Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Jakarta Bumi Aksara
_________ 2012 Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Jakarta Bumi Aksara
Bybee RW JA Taylor A Gardner PV Scotter JC Powell A Westbrook amp
N Landes 2006 The BSCS 5E Instructional Model Origins and
Effectiveness A Report Prepared for the Office of Science Education
National Institute of Health Colorado BSCS Online Tersedia di
httpscienceeducationnihgov [diakses 11-1- 2015]
Campbell NA Reece BJ amp Mitchell LG 2004 Biologi Alih Bahasa Manalu
W (eds) Erlangga Jakarta
Curto K amp T Bayer 2005 An Intersection of Critical Thinkking and
Communication Skillls Journal of Biological Science 31(4)11-19
Amerika Serikat University of Pittsburgh
Eisenkraft A 2003 Expanding The 5E Model Journal The Sciences Teacher
70(6) 56-59 Tersedia di httpits-about-
timecomhtmlsapeisenkrafttstpdf [diakses 3-2-2015]
Ennis RH 1985 A Logical Basic for Measuring Critical Thinking Skill Tersedia
di httpwwwascdorgASCDpdfjournalsed_leadel_198510_ennispdf
[diakses 27-1-2015]
Ennis RH 1991Critical Thinking A Streamlined Conception Tersedia di
httpfacultyeducationillinoisedurhennisdocumentsTheNatureofCritical
Thinking_51711_000pdf [diakses 27-1-2015]
Ennis R H 1993 Critical Thinking Assesment Journal Theory and Practice 32
(2) 179-186 Amerika Serikat The Ohio State University
56
Ennis RH 2011 The Nature of Critical Thinking An Outline of Critical
Thinking Dispositions and Abilities Tersedia di
httpfacultyeducationillinoisedurhennisdocumentsTheNatureofCritical
Thinking_51711_000pdf [diakses 27-1-2015]
Hapsari RTS 2011 Penerapan Model Konstruktivisme untuk Meningkatkan
Hasil Belajar Siswa Jurnal Pendidikan Penabur 10(16) (34-45) Tersedia
di
httpwwwbpkpenaburoridfilesHal2034_4520Penerapan20Mode
l20Pembelajaran20Konstruktivismepdf [diakses 25-1-2015]
Hartono 2013 Learning Cycle Model to Increase Studentrsquos Critical Thinking on
Science Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 9(1)56-66 Semarang
Universitas Negeri Semarang
Indrawati W Suyatno amp YSRahayu 2014 Implementasi Model Learning
Cycle 7E Pada Pembelajaran Kimia Dengan Materi Pokok Kelarutan Dan
Hasil Kali Kelarutan Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep dan
Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMA Prosiding Seminar Nasional
KimiaSurabaya Universitas Negeri Surabaya
Johnson EB 2007 Contextual Teaching amp Learning terjemahan Ibnu Setiawan
Bandung MLC
Kanli amp Yagbasan 2007 The Effects of a Laboratory Based on the 7E Learning
Cycle Model and Verification Laboratory Approach on the Development of
Studentsrsquo Science Process Skills and Conceptual Achievement Tersedia
diwwwuscaeduessaysspecialeditionUKanligraveandRYagbasanpdf[diakses
2-3-2015]
Kowiyah 2012 Kemampuan Berpikir Kritis Jurnal Pendidikan Dasar 3(5) 175-
179 Tersedia di httpjournalppsunjorgarticeldownload108108
[diakses 1-1-2015]
Kulsum U amp N Hindarto 2011 Penerapan Model Learning Cycle 5E pada Sub
pokok bahasan Kalor untuk Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar
Siswa Kelas VII SMP Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 7(1)128-
133Semarang Universitas Negeri Semarang
Kunandar 2013 Penilaian Autentik (Penilaian Hasil Belajar Kurikulum 2013)
Jakarta Raja Grafindo Persada
Lambertus 2009 Pentingnya Melatih Keterampilan Berpikir Kritis Dalam
Pembelajaran Matematika Di SD Jurnal Forum Pendidikan 28(2) (136-
142) Palembang Universitas Sriwijaya
57
Maknun D RR Haerin k Surtikanti amp AMunandar 2012 Praktikum Ekologi
Berbasis Proyek Media Pembekalan Keterampilan Esensial Laboratorium
Jurnal Pendidikan MIPA 13(1) 8-17 Lampung Universitas Lampung
Mecit O 2006 The Effect of 7E Learning Cycle Model on The Improvement of
Fifth Grade Studentsrsquo Critical Thinking Skills Tesis Turkey Middle East
Technical University
Permendikbud 2013 Implementasi Kurikulum Jakarta Depdiknas
Priyatno Duwi 2012 Belajar Analisis Data dengan SPSS 20 Yogyakarta Andi
Redhana IW amp Liliasari 2008 Program Pembelajaran Keterampilan Berpikir
Kritis Pada Topik Laju Reaksi Untuk Siswa SMA Jurnal Forum
Kependidikan 27(2)103-112 Bandung Universitas Pendidikan Indonesia
RifarsquoI Aamp CT Anni 2011 Psikologi Pendidikan Semarang Universitas Negeri
Semarang Press
Siribunnam amp Tayraukham 2009 Effect of 7-E KWL and Conventional on
Analitycal Thinking Learning Acievement and Attitudes toward Chemistry
Learning Journal of Social Sciences 5(4)279-282 Tersedia di
httpwwwamazoncomconventional-instruction-analytical-achievement-
attitudesdpB002TP5UQS [diakses 3-2-2015]
Slameto 2010 Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya Jakarta
Rhineka Cipta
Slavin RE 2008 Psikologi Pendidikan Teori dan Praktik Jakarta Indeks
Soeprodjo S Priatmoko amp EY Sariana 2008 Pengaruh Model Learning
Cycle terhadap Hasil Belajar Materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan
Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia 2(1) 224-229 Semarang Universitas
Negeri Semarang
Sudjana 2005 Metode Statistika Bandung Tarsito
Sugiyono 2013 Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif
Kualitatif dan RampD) Bandung Alfabeta
Trianto 2007 Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivisme
Jakarta Prestasi Pustaka
Tuna A amp A Kaccedilar 2013 The Effect of 5E Learning Cycle Model in Teaching
Trigonometry on Studentrsquos Academic Achievement and The Permanence of
Their Knowledge International Journal on New Trends in Education and
58
Their Implications 4(1) 73-87 Tersedia di
httpijonteorgFileploadks63207File07tunapdf [diakses 11-1- 2015]
Wardoyo SM 2013 Pembelajaran Konstruktivisme Bandung Alfabeta
Wena M 2011 Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer Jakarta Bumi
Aksara
Wiyanto 2008 Menyiapkan Guru Sains Mengembangkan Kompetensi
Laboratorium Semarang Unnes Press
Page 2
ii
iii
iv
MOTTO
Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan maka apabila engkau telah
selesai (dari sesuatu urusan) tetaplah bekerja keras (untuk urusan lain)
(Qs Al Insyirah ayat 6-7)
Allah mencintai pekerjaan yang apabila bekerja diselesaikan dengan baik
(HR Thabrani)
Banyak kegagalan dalam hidup ini dikarenakan orang-orang tidak menyadari
betapa dekatnya mereka dengan keberhasilan saat mereka menyerah
(Thomas Alva Edison)
Hidup adalah perjuangan dan proses meski yang tampak itu hasilnya tapi
perjuangan dan proses yang selalu dikenang dan menjadi ceritamu
PERSEMBAHAN
Untuk Bapak Tamrin dan Ibu Tanijah tercinta
yang selalu mencurahkan kasih sayang
dukungan motivasi dan doa dengan tulus
Untuk Kakakku (Mas Iis Mas Herman Mas
Wito dan Mas Nur Yasin) yang selalu
memberikan dukungan motivasi dan doa
Untuk Sahabat terdekatku yang senantiasa
menjadi penyemangat dan selalu ada dalam
suka dukaku
Untuk Teman-teman Rombel 1 Pendidikan
Biologi 2011 yang selalu memberikan
dukungan dan motivasi
v
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya serta kekuatan kesehatan dan kesabaran
sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul
ldquoPengaruh Learning Cycle 7E Berbasis Konstruktivisme Terhadap Kemampuan
Berpikir Kritis Siswa pada Materi Interaksi Makhluk Hidup dengan Lingkunganrdquo
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari
bantuan bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak oleh karena itu pada
kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih setulus hati kepada
1 Rektor Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan kesempatan
kepada penulis untuk menyelesaikan studi di Universitas Negeri Semarang
2 Dekan FMIPA Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan
kemudahan dan kelancaran dalam penyusunan skripsi
3 Ketua Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Semarang yang telah
memberikan kemudahan dan kelancaran dalam penyusunan skripsi
4 Ibu Sri Sukaesih SPd MPd selaku dosen pembimbing I yang penuh
kesabaran dalam membimbing memberi arahan gagasan dan motivasi kepada
penulis hingga selesainya skripsi ini
5 Bapak Andin Irsadi SPd MSi selaku dosen pembimbing II yang penuh
kesabaran dalam membimbing memberi arahan gagasan dan motivasi kepada
penulis hingga selesainya skripsi ini
6 Bapak Drs Sumadi MS selaku dosen penguji yang telah memberikan
masukan arahan dan motivasi kepada penulis demi kesempurnaan
penyusunan skripsi ini
7 BapakIbu dosen dan karyawan FMIPA khususnya Jurusan Biologi atas segala
ilmu pengalaman dan bantuan yang di berikan
8 Bapak SihonoSPd MM selaku kepala SMP Negeri 19 Tegal yang telah
memberikan kesempatan dan kemudahan selama penelitian berlangsung
9 Bapak Drs Heri Subeno guru IPA SMP Negeri 19 Tegal yang telah berkenan
membantu dan bekerjasama dengan penulis dalam melaksanakan penelitian
vi
10 Seluruh siswa kelas VII D dan VII H SMP Negeri 19 Tegal Tahun ajaran
20142015 atas kerjasama dan partisipasinya dalam pengambilan data
penelitian ini
11 Bapak Tamrin dan Ibu Tanijah tercinta serta keempat kakakku (Mas Iis Mas
Herman Mas Wito dan Mas Nur Yasin) yang selalu memberikan kasih
sayang motivasi doa serta dukungan dengan tulus
12 Keluarga besar yang telah mendukung dan memberikan motivasi dalam
menyelesaikan skripsi ini
13 Beasiswa BIDIKMISI yang telah memberikan dana kuliah dan living cost
selama 8 semester ini
14 Sahabat-sahabatku Imunoglobulin (Farih Fadhila Arnita Cahya Saputri
Rismanika Mohammad Shafi Fadli) Alfina Sri Manikati dan Linda Pratiwi
yang selalu memberian semangat dan dukungan
15 Sahabat terdekatku yang selalu memberikan semangat motivasi khusus dan
dukungan selama penyusunan skripsi
16 Teman-teman Rombel 1 Pendidikan Biologi FMIPA Universitas Negeri
Semarang yang selalu memberikan semangat dan dukungan
17 Teman-teman Student Scientific Center (SSC) 2013 yang telah memberikan
semangat dan dukungan
18 Teman-teman Pondok Permai kos yang telah memberikan semangat dan
dukungan selama menyelesaikan skripsi ini
19 Semua pihak yang telah berkenan membantu penulis selama penelitian dan
penyusunan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu
Semoga semua bantuan yang diberikan mendapat imbalan dari Allah
SWT Kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak diterima
dengan senang hati Akhir kata semoga skripsi ini dapat bermanfaat khususnya di
bidang pendidikan
Semarang 1September 2015
Penulis
vii
ABSTRAK
Maulidah Sri 2015 Pengaruh Learning Cycle 7E Berbasis Konstruktivisme
Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa pada Materi Interaksi
Makhluk Hidup dengan Lingkungan Skripsi Jurusan Biologi FMIPA
Universitas Negeri Semarang Sri Sukaesih SPd MPd dan Andin Irsadi
SPd MSi
Berdasarkan observasi di SMP N 19 Tegal menunjukkan bahwa proses
pembelajaran dan soal-soal evaluasi yang diberikan belum berorientasi untuk
mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa Siswa mengalami kesulitan
menganalisis suatu permasalahan menyimpulkan serta kesulitan mengaplikasikan
konsep dalam situasi yang baru dan konkret Berdasarkan hal tersebut diperlukan
suatu upaya untuk mengembangkan kemampuan berpikir ktitis siswa Salah satu
cara mengembangkan kemampuan berpikir kritis yaitu melalui learning cycle 7e
berbasis konstruktivisme Learning cycle 7e merupakan suatu model pembelajaran
yang bertujuan untuk menekankan pentingnya memunculkan pemahaman awal
siswa dan memperluas (transfer) konsep Penelitian ini bertujuan untuk
mendeskripsikan pengaruh learning cycle 7e berbasis konstruktivisme terhadap
kemampuan berpikir kritis siswa pada materi Interaksi makhluk hidup dengan
lingkungan
Jenis penelitian ini Quasi Experimental dengan Nonequivalent control
group design Populasi penelitian ini seluruh siswa kelas VII SMP N 19 Tegal
Tahun Pelajaran 20142015 Sampel penelitian ini yaitu siswa kelas VII D dan VII
H dengan teknik pengambilan sampel convenience Data penelitian berupa tes
kemampuan berpikir kritis yang meliputi pretest dan posttest lembar observasi
aktivitas siswa keterlaksanaan pembelajaran learning cycle 7e berbasis
konstruktivisme dan tanggapan siswa Hasil tes kemampuan berpikir kritis
dianalisis menggunakan uji t dan uji normalisasi gain Berdasarkan analisis uji t
data posttest terdapat perbedaan signifikan kemampuan berpikir kritis dengan t
hitung 3109 gt t tabel 2010 juga terdapat perbedaan signifikan hasil uji t
normalisasi gain dengan t hitung 4660 gt t tabel 2026 artinya model learning
cycle 7e berbasis konstruktivisme berpengaruh lebih baik terhadap kemampuan
berpikir kritis siswa Aktivitas siswa kelas eksperimen lebih baik dibandingkan
kelas kontrol Keterlaksanaan pembelajaran sebesar 9250 Siswa memberian
tanggapan yang baik terhadap pembelajaran learning cycle 7e berbasis
konstruktivisme karena dapat membuat siswa lebih tertarik dalam mengikuti
pelajaran memotivasi siswa dalam pembelajaran mengaktifkan siswa dan
membantu siswa memahami materi interaksi makhluk hidup dengan lingkungan
Simpulan dari penelitian ini adalah model pembelajaran learning cycle 7e berbasis
konstruktivisme berpengaruh dalam arti dapat mengembangkan kemampuan
berpikir kritis siswa pada materi interaksi makhluk hidup dengan lingkungan
Kata kunci Kemampuan berpikir kritis Learning cycle 7e berbasis
konstruktivisme
viii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL i
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ii
HALAMAN PENGESAHAN iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN iv
PRAKATA v
ABSTRAK vii
DAFTAR ISI viii viii
DAFTAR TABEL x
DAFTAR GAMBAR xi xi
DAFTAR LAMPIRAN xii
BAB
1 PENDAHULUAN 1
11 Latar Belakang 1
12 Rumusan Masalah 4
13 Penegasan Istilah 4
14 Tujuan Penelitian 6
15 Manfaat Penelitian 6
2 TINJAUAN PUSTAKA 8
21 Teori Konstruktivisme 8
22 Teori Perkembangan Jean Piaget 9
23 Learning Cycle 7E Berbasis Konstruktivisme 10
24 Kemampuan Berpikir Kritis 13
25 Materi Interaksi Makhluk Hidup dengan Lingkungan 16
26 Kerangka Berpikir 18
27Hipotesis 18
3 METODE PENELITIAN 19
31 Lokasi dan Waktu Penelitian 19
32 Populasi dan Sampel 19
33 Variabel Penelitian 19
34 Rancangan Penelitian 20
ix
35 Prosedur Penelitian 21
36 Data dan Metode Pengumpulan data 29
37 Metode Analisis Data 30
4 HASIL DAN PEMBAHASAN 36
41 Hasil 36
42 Pembahasan 43
5 PENUTUP 54
51 Simpulan 54
52 Saran 54
DAFTAR PUSTAKA 55
LAMPIRAN 59
x
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
21 Indikator Kemampuan Berpikir Kritis Menurut Ennis 15
31 Desain Penelitian Nonequivalent Control Group Design 20
32 Hasil Analisis Validitas Uji Coba Butir Soal 23
33 Hasil Analisis Tingkat Kesukaran Uji Coba Butir Soal 24
34 Hasil Analisis Daya Beda Uji Coba Butir Soal 25
35 Rekap Hasil Analisis Uji Coba Butir Soal yang digunakan 26
36 Jenis Data dan Metode Pengumpulan Data 29
37 Kriteria Keterlaksanaan Learning Cycle 7e Berbasis Konstruktivisme 34
41 Rata-Rata Skor Pretest dan Posttest Kelas Eksperimen dan Kontrol 36
42 Hasil Uji Normalitas Data Pretest-Posttest dan N-Gain 37
43 Hasil Uji Homogenitas Data Pretest-Posttest dan N-Gain 38
44 Hasil Uji t Pretest-Posttest dan N-Gain Kelas Eksperimen dan Kontrol 38
45 Hasil Analisis Persentase Setiap Aspek Kemampuan Berpikir Kritis 38
46 Tingkat Keterlaksanaan Learning Cycle 7e Berbasis Konstruktivisme 41
47 Hasil Angket Tanggapan Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 42
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
21 Perubahan Learning Cycle 5E Menjadi 7E 12
22 Kerangka Berpikir Penelitian 18
41 Hasil Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa (N-Gain) 37
42 Hasil Uji N-Gain Setiap Aspek Kemampuan Berpikir Kritis 39
43 Aktivitas Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 40
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1 Hasil Wawancara dan Observasi 59
2 Silabus Mata Pelajaran IPA 62
3 RPP Kelas Eksperimen 67
4 RPP Kelas Kontrol 80
5 LKS 1 Kelas Eksperimen dan Pembahasan 90
6 LDS 1 Kelas Eksperimen dan Pembahasan 95
7 Soal Evaluasi 1 Kelas Eksperimen dan Pembahasan 98
8 PR 1 Kelas Eksperimen dan Pembahasan 101
9 LKS 2 Kelas Eksperimen dan Pembahasan 103
10 LKS 3 Kelas Eksperimen dan Pembahasan 107
11 Kisi-kisi Lembar Observasi Aktivitas Kelas Eksperimen 114
12 Kisi-Kisi Lembar Obserasi Aktivitas Siswa Kelas Kontrol 115
13 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Kelas Eksperimen dan Kontrol 116
14 Rekapitulasi Aktivitas Siswa Kelas Eksperimen 117
15 Rekapitulasi Aktivitas Siswa Kelas Kontrol 118
16 Lembar Refleksi Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 119
17 Kisi-Kisi Lembar Keterlaksanaan Learning Cycle 7E 120
18 Lembar Keterlaksanaan Learning Cycle 7E Berbasis Konstruktivisme 121
19 Kisi-Kisi Angket Tanggapan Siswa Kelas Eksperimen 122
20 Lembar Angket Tanggapan Siswa Kelas Eksperimen 123
21 Kisi-Kisi Angket Tanggapan Siswa Kelas Kontrol 124
22 Lembar Angket Tanggapan Siswa Kelas Kontrol 125
23 Rekapitulasi Hasil Analisis Soal Uji Coba Pilihan Ganda 126
24 Rekapitulasi Hasil Analisis Soal Uji Coba Uraian 130
25 Perhitungan Validitas Soal 131
26 Perhitungan Reliabilitas Instrumen 133
27 Perhitungan Tingkat Kesukaran Soal 135
28 Perhitungan Daya Beda Soal 136
xiii
29 Kisi-Kisi Soal Kemampuan Berpikir Kritis 137
30 Soal Kemampuan Berpikir Kirits 139
31 Hasil Pretest Kelas Eksperimen 148
32 Hasil Posttest Kelas Eksperimen 149
33 Hasil Pretest Kelas Kontrol 150
34 Hasil Posttest Kelas Kontrol 151
35 Rekapitulasi N-gain 152
36 Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas Eksperimen 153
37 Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas Kontrol 154
38 Persentase Aspek Berpikir Kritis Pretets Kelas Eksperimen 155
39 Persentase Aspek Berpikir Kritis Posttest Kelas Eksperimen 157
40 Persentase Aspek Berpikir Kritis Pretets Kelas Kontrol 159
41 Persentase Aspek Berpikir Kritis Posttest Kelas Kontrol 161
42 Uji Normalitas Pretest 163
43 Uji Normalitas Posttest 164
44 Uji Normalitas N-gain 165
45 Uji Homogenitas dan Uji t Pretest 166
46 Uji Homogenitas dan Uji t Posttest 167
47 Uji Homogenitas dan Uji t N-gain 168
48 Rekapitulasi Analisis Tiap Aspek Kemampuan Berpikir Kritis 169
49 Hasil Rekapitulasi Tingkat Keterlaksanaan Learning Cycle 7E 170
50 Hasil Rekapitulasi Tanggapan Siswa Kelas Eksperimen 171
51 Hasil Rekapitulasi Tanggapan Siswa Kelas Kontrol 172
52 Dokumentasi Penelitian 173
53 Surat Ijin Observasi 175
54 Surat Ijin Penelitian 176
55 Surat Bukti Penelitian 177
1
BAB 1
PENDAHULUAN
11 Latar Belakang
Abad ke 21 merupakan era informasi dan teknologi dimana perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya di bidang informasi dan komunikasi
tumbuh semakin pesat Hal ini mempengaruhi semua aspek kehidupan termasuk
di bidang pendidikan Proses pendidikan pun dituntut untuk dapat menghasilkan
sumber daya manusia yang berkualitas Menurut Trilling amp Fadel sebagaimana
dikutip oleh Kulsum amp Hindarto (201362) menyatakan bahwa pada era
informasi dan teknologi diperlukan sumber daya manusia dengan kualitas tinggi
yang memiliki keahlian seperti kemampuan berpikir tingkat tinggi (berpikir
kritis) kreatif inovatif bekerja sama memahami berbagai budaya berkomunikasi
yang efektif kemampuan dalam teknologi dan informasi serta tanggung jawab
keimanan yang tinggi
Berdasarkan Permendikbud Nomor 81A Tahun 2013 tentang Implementasi
Kurikulum dijelaskan bahwa sistem pendidikan Indonesia saat ini dihadapkan
pada tuntutan memberdayakan potensi siswa supaya berkembang menjadi sumber
daya manusia yang berkualitas Oleh karena itu dalam menghadapi era informasi
seperti sekarang ini sistem pendidikan di Indonesia diharapkan mampu
membekali siswa dengan kemampuan-kemampuan belajar dan kecakapan hidup
(live skill) Salah satu kemampuan tersebut adalah kemampuan berpikir kritis
Berpikir kritis adalah berpikir rasional dan reflektif dengan menekankan
pada pembuatan keputusan tentang apa yang harus dipercayai atau dilakukan
(Ennis20111) Siswa dituntut untuk berpikir rasional yakni menurut pikiran dan
pertimbangan yang logis berpikir reflektif yakni mempertimbangkan secara hati-
hati segala alternatif sebelum mengambil keputusan
Tujuan melatihkan kemampuan berpikir kritis adalah untuk menyiapkan
siswa menjadi seorang pemikir kritis dan mampu menyelesaikan masalah yang
dihadapi (Tuna amp Kaccedilar 201374) Selain itu untuk menghindarkan diri siswa dari
2
penipuan pencucian otak dan membuat keputusan dengan tepat dan bertanggung
jawab (Redhana amp Liliasari 2008 106)
Menurut Lambertus (2009140) kemampuan berpikir kritis dapat dilatih
dan dikembangkan secara terus menerus Salah satu cara mengembangkan
kemampuan berpikir kritis yaitu melalui pembelajaran sains (IPA) Siswa dilatih
untuk bertanggung jawab terhadap diri sendiri dalam memperoleh pengetahuan
melalui kegiatan eksplorasi memecahkan masalah dan mengkomunikasikan hasil
penyelidikan yang dapat dipercaya pada pembelajaran sains Hal ini dikarenakan
dengan latihan dapat membuat keterampilan berpikir kritis menjadi suatu
kebiasaan
Kenyataan di sekolah pendidikan sains belum banyak yang berorientasi ke
arah pembiasaan berpikir tinggi (berpikir kritis) kemampuan siswa dalam
menjawab soal-soal yang menuntut kemampuan berpikir tinggi masih rendah
(Kunandar201318-19) Keikutsertaan Indonesia di dalam studi Trends in
International Mathematatics and science Study (TIMSS) dan Program for
International Student Assessment (PISA) sejak tahun 1999 juga menunjukkan
bahwa capaian siswa-siswi Indonesia tidak mengembirakan dalam beberapa
laporan yang dikeluarkan TIMSS dan PISA (Permendikbud 2013)
Berdasarkan observasi awal yang telah dilakukan di SMP N 19 Tegal
melalui wawancara dengan guru IPA dan pengamatan dalam proses pembelajaran
menunjukkan bahwa metode yang diterapkan oleh guru sudah bervariasi seperti
ceramah diskusi praktikum dan penugasan namun proses pembelajaran dan
soal-soal evaluasi yang di berikan belum berorientasi untuk mengembangkan
kemampuan berpikir kritis siswa Siswa mengalami kesulitan menganalisis suatu
permasalahan menyimpulkan serta kesulitan mengaplikasikan konsep dalam
situasi yang baru dan konkret Keberanian siswa untuk bertanya dan menjawab
pertanyaan masih rendah Ketika guru mengajukan pertanyaan siswa cenderung
pasif atau siswa belum terbiasa menjawab dengan inisiatif sendiri (data
selengkapnya pada lampiran 1 halaman 59)
Berdasarkan hal tersebut diperlukan suatu upaya untuk mengembangkan
kemampuan berpikir ktitis siswa Salah satu cara mengembangkan kemampuan
3
berpikir kritis yaitu melalui pembelajaran sains (IPA) yang memberikan
kesempatan kepada siswa untuk belajar ldquomenemukanrdquo bukan sekedar belajar
ldquomenerimardquo Kesempatan belajar menemukan dapat dikembangkan antara lain
dalam bentuk pembelajaran berbasis konstruktivisme yang memiliki karakteristik
meliputi berpusat pada siswa adanya masalah proses menemukan interaksi
sosial dan pengetahuan atau pemahaman baru (Wardoyo 201341)
Salah satu model pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan teori
konstruktivisme yaitu learning cycle 7e Hal tersebut terlihat dalam model
pembelajaran learning cycle memuat beberapa tahap kegiatan (fase) Menurut
(Eisenkraft200357) tujuh tahap kegiatan dalam learning cycle 7e antara lain
elicit (penggalian pengetahuan awal) engage (motivasi) explore (melakukan
pengamatan atau percobaan) explain (mengkomunikasikan) elaborate
(menerapkan konsep) evaluate (evaluasi) dan extend (mengaplikasikan konsep)
Beberapa penelitian telah dilakukan terkait penerapan model pembelajaran
learning cycle 7e dalam pembelajaran Berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Indrawati et al(201436) menyatakan bahwa implementasi model
pembelajaran learning cycle 7e efektif untuk meningkatkan penguasaan konsep
dan kemampuan berpikir kritis siswa Hasil penelitian Hartono (201365)
menunjukkan bahwa model pembelajaran learning cycle 7e dapat meningkatkan
kemampuan berpikir kritis siswa Hasil penelitian Kanli amp Yagbasan (2007151)
menunjukkan bahwa learning cycle 7e mampu meningkatkan keterampilan proses
sains dan penguasaan konsep siswa Hasil penelitian Mecit (200648)
menunjukkan bahwa model learning cycle 7e dapat meningkatkan kemampuan
berpikir kritis siswa secara signifikan dibandingkan dengan metode tradisional
Materi Interaksi makhluk hidup dengan lingkungan merupakan salah satu
materi pokok kelas VII semester genap dalam kurikulum 2013 dengan kompetensi
dasar yakni 38 mendeskripsikan interaksi antar makhluk hidup dan
lingkungannya dan 412 menyajikan hasil observasi terhadap interaksi makhluk
hidup dengan lingkungan di sekitarnya Kompetensi dasar pada materi tersebut
menuntut siswa untuk dapat memahami konsep-konsep dan memecahkan masalah
yang sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari Penerapan learning cycle 7e
4
berbasis konstruktivisme mempertimbangkan pengetahuan awal siswa (elicit)
menyajikan masalah yang berkaitan dengan kehidupan nyata sebagai rangsangan
untuk belajar (engage) memberikan kesempatan secara langsung kepada siswa
untuk terlibat dalam penemuan konsep (explore) dilanjutkan dengan melakukan
diskusi untuk mengklarifikasi konsep (elaborate) evaluasi (evaluate) serta
mengaplikasikan konsep tersebut pada situasi baru (extend) Pembelajaran materi
interaksi makhluk hidup akan menjadi lebih bermakna dan kemampuan berpikir
kritis siswa dapat berkembang dengan membandingkan konsep yang sudah
diperoleh dengan konsep baru yang dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari siswa
maka diharapkan model pembelajaran learning cycle 7e berbasis konstruktivisme
akan tepat apabila digunakan dalam penyampaian materi interaksi makhluk hidup
dengan lingkungan
Berdasarkan uraian di atas maka akan dilakukan penelitian yang berjudul
ldquoPengaruh Learning Cycle 7E Berbasis Konstruktivisme Terhadap Kemampuan
Berpikir Kritis Siswa pada Materi Interaksi Makhluk Hidup dengan Lingkunganrdquo
12 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang maka rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah apakah penerapan Learning Cycle 7E berbasis konstruktivisme
berpengaruh terhadap kemampuan berpikir kritis siswa pada materi Interaksi
makhluk hidup dengan lingkungan
13 Penegasan Istilah
Supaya tidak terjadi kesalahan penafsiran terhadap istilah-istilah yang
digunakan dalam penelitian ini maka perlu diberikan penjelasan tentang istilah-
istilah berikut
131 Pembelajaran Learning Cycle 7E Berbasis Konstruktivisme
Learning cycle 7e merupakan suatu model pembelajaran yang bertujuan
untuk menekankan pentingnya memunculkan pemahaman awal siswa dan
memperluas (transfer) konsep Menurut Eisenkraft (200357) terdapat tujuh tahap
5
dalam learning cycle 7e yaitu elicit (penggalian pengetahuan awal) engage
(motivasi) explore (melakukan pengamatan atau percobaan) explain
(mengkomunikasikan) elaborate (menerapkan konsep) evaluate (evaluasi) dan
extend (mengaplikasikan konsep)
Konsep pembelajaran konstruktivisme merupakan pembelajaran yang
didasarkan pada pemahaman bahwa proses belajar yang dilakukan siswa
merupakan proses konstruksi pengetahuan pemahaman dan pengalaman yang
dilakukan oleh siswa (Wardoyo 20134) Karakteristik dalam pembelajaran
konstruktivisme antara lain 1) berpusat pada siswa 2) adanya masalah 3) proses
menemukan 4) interaksi sosial dan 5) pengetahuan atau pemahaman baru
(Wardoyo 201341) Pembelajaran learning cycle 7e berbasis konstruktivisme
pada penelitian ini adalah pembelajaran IPA yang menerapkan tahap-tahap model
pembelajaran learning cycle 7e yang didasarkan pada kelima karakteristik
pembelajaran konstruktivisme menurut Wardoyo (201341)
132 Kemampuan Berpikir Kritis
Menurut Ennis (20111) berpikir kritis adalah berpikir rasional dan
reflektif dengan menekankan pada pembuatan keputusan tentang apa yang harus
dipercayai atau dilakukan Rasional berarti menurut pikiran dan pertimbangan
yang logis Reflektif berarti mempertimbangkan secara hati-hati segala alternatif
sebelum mengambil keputusan
Kemampuan berpikir kritis yang diukur pada penelitian ini mengacu pada
(Ennis 198546) yang menyebutkan terdapat lima aspek sebagai indikator dalam
berpikir kritis yaitu (1) memberikan penjelasan sederhana (2) membangun
keterampilan dasar (3) menyimpulkan 4) memberi penjelasan lanjut dan (5)
mengatur strategi dan taktik
133 Materi Interaksi Makhluk Hidup dengan Lingkungan
Materi Interaksi makhluk hidup dengan lingkungan merupakan salah satu
materi pokok kelas VII semester genap dalam kurikulum 2013 dengan kompetensi
dasar yakni 38 mendeskripsikan interaksi antar makhluk hidup dan
6
lingkungannya dan 412 menyajikan hasil observasi terhadap interaksi makhluk
hidup dengan lingkungan di sekitarnya Indikator pembelajaran dalam penelitian
ini yaitu menjelaskan konsep ekosistem mengidentifikasi komponen abiotik dan
biotik mengidentifikasi satuan-satuan dalam ekosistem menghitung kepadatan
populasi menganalisis saling ketergantungan antara komponen biotik dengan
abiotik dan menganalisis saling ketergantungan antar komponen biotik
14 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan pengaruh
penerapan learning cycle 7e berbasis konstruktivisme terhadap kemampuan
berpikir kritis siswa pada materi Interaksi makhluk hidup dengan lingkungan
15 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut
151 Manfaat Korespondensi
Penelitian ini memberikan bukti empiris kebenaran teori pembelajaran
tentang penerapan learning cycle 7e dan pengaruhnya terhadap kemampuan
berpikir kritis siswa seperti hasil penelitian yang dilakukan oleh Indrawati et al
(201436) bahwa implementasi model pembelajaran learning cycle 7e efektif
untuk meningkatkan konsep dan kemampuan berpikir kritis siswa Hasil
penelitian Hartono (201365) bahwa model learning cycle 7e dapat meningkatkan
kemampuan berpikir kritis Hasil penelitian Siribunnan amp Tayraukham
(2009282) menunjukkan bahwa model learning cycle 7e dapat meningkatkan
kemampuan berpikir kritis yang lebih baik dibandingkan dengan metode
tradisional Demikian pula hasil penelitian Mecit (200648) menunjukkan bahwa
model learning cycle 7e dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis secara
signifikan dibandingkan dengan metode tradisional Selain itu hasil penelitian ini
digunakan untuk menguatkan prediksi bahwa untuk meningkatkan kemampuan
berpikir kritis dapat menerapkan pembelajaran dengan Learning Cycle 7E
7
152 Manfaat Koherensi
Penelitian ini mengembangkan dan membuktikan teori-teori yang
menghasilkan hipotesis tentang kebenaran bahwa penerapan learning cycle 7e
berpengaruh terhadap kemampuan berpikir kritis siswa
153 Manfaat Pragmatis
Manfaat pragmatis penelitian ini agar siswa memahami materi Interaksi
makhluk hidup dengan lingkungan melalui model pembelajaran learning cycle 7e
berbasis konstruktivisme Pemahaman materi oleh siswa dapat mengembangkan
kemampuan berpikir kritis siswa Menambah wawasan guru tentang variasi
pembelajaran untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa Penelitian
ini memberikan kontribusi bagi sekolah sebagai masukan dalam meningkatkan
kualitas pembelajaran
8
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
21 Teori Konstruktivisme
Teori konstruktivisme beranggapan bahwa pengetahuan merupakan
konstruksi dari pengetahuan awal yang telah ada Pengetahuan hasil dari
konstruksi kognitif melalui kegiatan siswa dengan membuat struktur kategori
konsep dan skema yang diperlukan untuk membentuk pengetahuan dalam hal ini
dibentuk oleh struktur konsepsi sewaktu siswa berinteraksi dengan lingkungan
(Maknun et al 2012 9-10)
Intisari dari teori konstruktivisme adalah bahwa siswa harus menemukan
dan mentransformasikan informasi kompleks kedalam diri sendiri Teori ini
memandang siswa sebagai individu yang selalu memeriksa informasi baru yang
berlawanan dengan prinsip-prinsip yang telah ada dan merevisi prinsip-prinsip
tersebut apabila sudah diangap tidak dapat digunakan lagi Hal ini memberikan
implikasi bahwa siswa harus terlibat aktif dalam pembelajaran dengan bantuan
guru sebagai fasilitator (Rifarsquoi amp Anni 2011137)
Implikasi pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan pandangan
konstruktivisme menurut Hapsari (2011 37) adalah sebagai berikut
a Tahap Apersepsi dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan problematik
tentang fenomena yang sering ditemui sehari-hari yang dikaitkan dengan
konsep yang akan dibahas Siswa diberi kesempatan untuk
mengkomunikasikan mengilustrasikan pemahaman tentang konsep tersebut
b Tahap Eksplorasi memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan
konsep melalui pengumpulan pengorganisasian dan menginterpretasikan data
dalam suatu kegiatan yang telah dirancang guru serta secara berkelompok
didiskusikan dengan kelompok lain
c Tahap diskusi dan penjelasan konsep yaitu siswa memberi penjelasan dan
solusi berdasarkan hasil observasi ditambah dengan penguatan guru maka
siswa membangun pemahaman baru tentang konsep yang sedang dipelajari
9
d Pengembangan dan aplikasi yaitu guru berusaha menciptakan iklim
pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat mengaplikasikan pemahaman
konseptual baik melalui kegiatan atau pemunculan dan pemecahan masalah-
masalah yang berkaitan dengan isu-isu di lingkungan
22 Teori Perkembangan Jean Piaget
Teori perkembangan Piaget mewakili konstruktivisme yang memandang
perkembangan kognitif sebagai suatu proses dimana anak secara aktif membangun
pengetahuan Piaget menyatakan bahwa belajar merupakan pengembangan aspek
kognitif yang meliputi skema asimilasi akomodasi ekuilibrasi
Asimilasi adalah pengumpulan dan pengelompokkan informasi baru
Seorang individu dalam proses pembelajaran akan mendapatkan informasi baru
yang kemudian akan dikumpulkan dan dikelompokkan ke dalam skema
(pengetahuan) yang telah ada Akomodasi merupakan modifikasi dari skema agar
informasi yang baru dan kontradiktif bisa diterjemahkan Informasi yang telah
terkumpul dan dikelompokkan dalam skema-skema yang telah ada sebelumnya
kemudian dimodifikasi menjadi suatu skema (pengetahuan) baru Ekuilibrasi
merupakan dorongan secara terus menerus ke arah keseimbangan atau
equilibrium Artinya pengetahuan dikonstruksi dari proses pengintegrasian
pengetahuan baru terhadap struktur kognitif yang sudah ada dan dilakukan
penyesuaian struktur kognitif dengan informasi baru yang didapatkan
Menurut Piaget sebagaimana dikutip oleh Trianto (200716) pada
perkembangan kognitif yang terpenting adalah penguasaan dan kategori konsep-
konsep Melalui penguasaan konsep siswa akan mengenal lingkungan dan
memecahkan berbagai masalah yang dihadapi dalam kehidupan
Menurut Piaget sebagaimana dikutip oleh Slavin (200845) setiap
individu pada saat tumbuh mulai dari bayi yang baru dilahirkan sampai menginjak
usia dewasa mengalami empat tingkatan perkembangan kognitif Empat tingkat
perkembangan kognitif tersebut adalah sebagai berikut
1 Tahap Sensorimotorik (sejak lahir hingga usia 2 tahun)
2 Tahap Pra-operasional (2-7 tahun)
10
3 Tahap Operasi Kongkrit (7-11 tahun)
4 Tahap Operasi Formal (usia 11 sampai dewasa)
Siswa SMP dengan rentang usia 11-15 tahun berada pada tahap operasi
formal Pada usia ini yang perlu dipertimbangkan adalah aspek-aspek
perkembangan remaja dimana remaja mengalami tahap transisi dari penggunaan
operasi kongkrit ke penerapan operasi formal dalam bernalar Menurut Slavin
(200846) pada tahap operasi formal anak sudah mampu berpikir tingkat tinggi
mampu berpikir secara deduktif induktif menganalisis mensintesis mampu
berpikir abstrak dan berpikir reflektif serta memecahkan berbagai masalah
23 Learning Cycle 7E Berbasis Konstruktivisme
Menurut Aqib (201366) proses pembelajaran adalah upaya secara
sistematis yang dilakukan guru untuk mewujudkan proses pembelajaran berjalan
secara efektif dan efisien yang dimulai dari perencanaan pelaksanaan dan
evaluasi Oleh karena itu pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu proses
komunikasi melalui interaksi antara guru dengan siswa dan antar siswa secara
efektif dan efisien untuk mencapai tujuan pembelajaran
Konsep pembelajaran konstruktivisme merupakan pembelajaran yang
didasarkan pada pemahaman bahwa proses belajar yang dilakukan siswa
merupakan proses konstruksi pengetahuan pemahaman dan pengalaman yang
dilakukan oleh siswa (Wardoyo 20134) Karakteristik dalam pembelajaran
konstruktivisme antara lain 1) berpusat pada siswa 2) adanya masalah 3) proses
menemukan 4) interaksi sosial dan 5) pengetahuan atau pemahaman baru
(Wardoyo 201341)
Salah satu model pembelajaran yang berlandaskan teori konstruktivisme
adalah learning cycle Menurut Trowbridge amp Bybee sebagaimana dikutip oleh
Wena (2011170) pada tahun 1970 model Learning Cycle pertama kali
diperkenalkan oleh Robert Karplus dan Their dalam Science Curriculum
Improvement StudySCIS Karplus dan Their mengembangkan model learning
cycle berdasarkan teori perkembangan kognitif Jean Piaget Implementasi teori
perkembangan kognitif Jean Piaget oleh Karplus dikembangkan dalam model
11
learning cycle yang pada mulanya terdiri dari tiga tahap yaitu eksplorasi
(exploration) pengenalan konsep (concept introduction) dan penerapan konsep
(concept application)
Pada pertengahan 1980an Biological Science Curriculum Study (BSCS)
mengembangkan model learning cycle dari tiga tahap siklus tersebut menjadi lima
tahap Tahap-tahap dalam pembelajaran Learning Cycle 5E meliputi engage
explore explain elaborateextend dan evaluate Perkembangan ini dilakukan
dengan menambahkan fase engage di awal pembelajaran yang bertujuan untuk
menggali pengetahuan awal siswa dan fase evaluate ditambahkan di akhir
pembelajaran yang bertujuan untuk menilai pemahaman siswa sedangkan fase
pemahaman konsep dan aplikasi konsep diganti dengan istilah baru yaitu explain
dan elaborate (Bybee et al 20068)
Perkembangan model learning cycle 7e yang paling baru sudah memiliki 7
tahap setelah mengalami pengkhususan menjadi 5 tahap Perubahan yang terjadi
pada tahap learning cycle 5e menjadi 7e terjadi pada tahap engage menjadi 2
tahap yaitu elicit dan engage sedangkan pada tahap elaborate dan evaluate
menjadi 3 tahap menjadi elaborate evaluate dan extend
Menurut Eisenkraft (200357) learning cycle 7e merupakan suatu model
pembelajaran yang bertujuan untuk menekankan pentingnya memunculkan
pemahaman awal siswa dan memperluas konsep Terdapat 7 tahap learning cycle
7e yang dapat dijelaskan sebagai berikut
1 Elicit (penggalian pengetahuan awal)
Makna dari elicit adalah menggali pemahaman awal yang dimiliki
siswa Langkah-langkah yang dapat dilakukan adalah dengan
mengajukan beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan materi
yang akan dipelajari
2 Engage (motivasi)
Pada tahap engage atau motivasi dapat dilakukan dengan cara
bercerita demonstrasi membuat prediski atau dengan
menunjukkan suatu objek gambar atau video Guru dapat
memberikan permasalahan dan meminta siswa untuk berpikir dan
mengajukan pertanyaan
3 Explore (melakukan pengamatan atau percobaan)
Pada tahap ini siswa diberi kesempatan untuk melakukan
pengamatan mengumpulkan data membuktikan prediksi atau
12
hipotesis merancang dan merencanakan percobaan membuat
grafik menafsirkan hasil serta mencatat hasil pengamatan
4 Explain (mengkomunikasikan)
Pada tahap ini guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menjelaskan konsep dan menunjukkan bukti hasil pengamatan
pada tahap explore melalui kegiatan diskusi Pada tahap ini siswa
diharapkan menemukan istilah-istilah dan konsep yang dipelajari
5 Elaborate (menerapkan konsep)
Tahap ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menerapkan konsep (pengetahuan baru) dan keterampilan dalam
situasi baru melalui kegiatan-kegiatan seperti pemecahan masalah
(problem solving)
6 Evaluate (evaluasi)
Tahap evaluasi model pembelajaran learning cycle 7e terdiri dari
evaluasi formatif dan evaluasi sumatif Evaluasi dapat dilakukan
melalui pemberian tes di akhir pembelajaran untuk mengetahui
sejauh mana tingkat pemahaman siswa terhadap konsep yang
dipelajari
7 Extend (mengaplikasikan konsep)
Tahap ini bertujuan untuk berpikir mencari menemukan dan
menjelaskan contoh penerapan konsep yang telah dipelajari
(Eisenkraft 200357)
Gambar 21 Perubahan Learning Cycle 5E Menjadi Learning Cycle 7E
13
Pengembangan tahap-tahap learning cycle dari 3 tahap
menjadi 5 tahap atau 7 tahap masih tetap berkaitan erat dengan teori
perkembangan kognitif Jean Piaget (skema asimilasi akomodasi dan
ekuilibrasi) Pembelajaran learning cycle memberikan kesempatan
kepada siswa untuk mengasimilasi informasi dengan cara
mengeksplorasi lingkungan mengakomodasi informasi dengan cara
mengembangkan konsep mengorganisasikan informasi dan
menghubungkan konsep-konsep baru dengan menggunakan atau
memperluas konsep yang dimiliki untuk menjelaskan suatu fenomena
yang berbeda Fase engagement dalam learning cycle termasuk dalam
proses asimilasi sedangkan fase evaluation masih merupakan proses
akomodasi dan ekuilibrasi
Model learning cycle 7e memiliki beberapa kelebihan dan kelemahan
Kelebihan dari model learning cycle 7e menurut Indrawati et al (201435) yaitu
1 Merangsang siswa untuk mengingat kembali materi pelajaran
yang telah didapatkan
2 Memberikan motivasi kepada siswa untuk menjadi lebih aktif dan
menambah rasa keingintahuan
3 Melatih siswa belajar menemukan konsep melalui kegiatan
ekperimen melatih siswa untuk menyampaikan konsep yang telah
dipelajari secara lisan
4 Melatih siswa untuk bekerjasama dan memberikan kesempatan
kepada siswa untuk berpikir mencari menemukan dan
menjelaskan contoh penerapan konsep yang telah dipelajari
Kelemahan dari model learning cycle 7e menurut Indrawati et al
(201435) yaitu
1 Efektivitas pembelajaran rendah jika guru kurang menguasai
materi dan langkah-langkah pembelajaran
2 Menuntut kesungguhan dan kreativitas guru dalam merancang dan
melaksanakan proses pembelajaran
3 Memerlukan waktu dan tenaga yang lebih banyak dalam menyusun
rencana dan melaksanakan pembelajaran
24 Kemampuan Berpikir Kritis
Menurut Ruggiero sebagaimana dikutip oleh Johnson (2007183) berpikir
merupakan segala aktivitas mental yang membantu merumuskan atau
memecahkan masalah membuat keputusan memenuhi keinginan untuk
memahami sebuah pencarian jawaban dan sebuah pencapaian makna Kowiyah
(2013176) menyatakan bahwa berpikir adalah suatu kegiatan atau proses
14
kognitif tindakan mental untuk memperoleh pengetahuan pemahaman dan
keterampilan agar mampu menemukan jalan keluar dan keputusan secara
deduktif induktif dan evaluatif
Secara teknis kemampuan berpikir dalam bahasa taksonomi Bloom
diartikan sebagai kemampuan intelektual yaitu kemampuan
menganalisismensintesis dan mengevaluasi Kemampuan-kemampuan ini dapat
dikatakan sebagai kemampuan berpikir kritis
Pembelajaran diharapkan dapat menjadi penunjang dalam
mengembangkan kemampuan berpikir siswa Kemampuan berpikir yang dapat
dikembangkan salah satunya adalah kemampuan berpikir kritis Tujuan
melatihkan kemampuan berpikir kritis adalah untuk menyiapkan siswa menjadi
seorang pemikir kritis dan mampu menyelesaikan masalah yang dihadapi (Tuna amp
Kaccedilar 201374) Selain itu untuk menghindarkan diri siswa dari penipuan
pencucian otak dan membuat keputusan dengan tepat dan bertanggung jawab
(Redhana amp Liliasari 2008 106)
Menurut Ennis (20111) berpikir kritis adalah berpikir rasional dan
reflektif dengan menekankan pada pembuatan keputusan tentang apa yang harus
dipercayai atau dilakukan Rasional berarti menurut pikiran dan pertimbangan
yang logis Reflektif berarti mempertimbangkan secara hati-hati segala alternatif
sebelum mengambil keputusan Jadi dalam hal ini Ennis (20111) menekankan
bahwa berpikir kritis lebih berhubungan dengan alasan yang dapat diterima ketika
seseorang mengambil keputusan Berdasarkan pengertian tersebut maka dapat
dirumuskan bahwa berpikir kritis merupakan proses menggunakan pikiran secara
rasional dan reflektif untuk mencari dan menganalisis informasi mengambil
keputusan dan menyelesaikan masalah
Ennis (19918) menyatakan bahwa dalam berpikir kritis terdapat dua
komponen yaitu karakter (disposition) dan kemampuan penguasaan pengetahuan
(ability) Komponen kemampuan penguasaan pengetahuan dalam berpikir kritis
sering disebut sebagai kemampuan berpikir kritis
Terdapat dua belas indikator kemampuan berpikir kritis yang
dikelompokkan dalam lima aspek berpikir kritis seperti pada Tabel 21 berikut
15
Tabel 21 Indikator Kemampuan Berpikir Kritis Menurut Ennis (198546)
No Aspek Indikator
1 Memberikan
penjelasan sederhana
1 Memfokuskan pertanyaan
2 Menganalisis pertanyaan
3 Bertanya dan menjawab
pertanyaan tentang suatu
penjelasan
2 Membangun
keterampilan dasar
1 Mempertimbangkan apakah
sumber dapat dipercaya atau
tidak
2 Mengobservasi dan
mempertimbangkan suatu
laporan hasil observasi
3 Menyimpulkan 1 Mendeduksi dan
mempertimbangkan hasil
deduksi
2 Menginduksi dan
mempertimbangkan hasil induksi
3 Membuat dan menentukan hasil
pertimbangan
4 Memberikan
penjelasan lanjut
1 Mendefinisikan istilah dan
mempertimbangkan suatu
definisi dalam tiga dimensi
2 Mengidentifikasi asumsi
5 Mengatur strategi
dan taktik
1 Menentukan suatu tindakan
2 Berinteraksi dengan orang lain
Kemampuan berpikir kritis dapat diukur dengan menggunakan instrumen
yang dikembangkan melalui aspek dan indikator berpikir kritis Evaluasi terhadap
kemampuan berpikir kritis antara lain bertujuan untuk mendiagnosis tingkat
kemampuan berpikir kritis siswa memberi umpan balik keberanian berpikir
siswa dan memberi motivasi agar siswa mengembangkan kemampuan berpikir
kritis (Ennis 1993180)
Karakter (disposition) adalah kecenderungan atau kebiasaan untuk berpikir
dalam cara dan kondisi tertentu Disposisi berpikir kritis merupakan sifat yang
melekat pada diri seseorang yang berpikir kritis (Lambertus 2009138)
Seseorang yang memiliki disposisi berpikir kritis akan cenderung berpikir kritis
ketika ada situasi atau kondisi yang menghadirkan stimulus untuk berpikir kritis
16
Pemikir kritis yang ideal memiliki karakter (disposition) untuk mencari
kejelasan dari pertanyaan mencari alasan berusaha mengetahui infomasi dengan
baik menggunakan dan menyebutkan sumber yang memiliki kredibilitas
memperhatikan situasi dan kondisi secara keseluruhan berusaha tetap relevan dengan
ide utama mengingat kepentingan yang asli dan mendasar mencari alternatif
bersikap dan berpikir terbuka mengambil posisi ketika ada bukti dan alasan yang
cukup untuk melakukan sesuatu mencari penjelasan sebanyak mungkin bersikap
secara sistematis dan teratur dengan bagian dari keseluruhan masalah (Ennis 19918)
25 Materi Interaksi Makhluk Hidup dengan Lingkungan
Materi Interaksi makhluk hidup dengan lingkungan merupakan salah satu
materi pokok kelas VII semester genap dalam kurikulum 2013 dengan kompetensi
dasar yaitu 38 mendeskripsikan interaksi antar makhluk hidup dan lingkungannya
dan 412 menyajikan hasil observasi terhadap interaksi makhluk hidup dengan
lingkungan di sekitarnya Indikator pembelajaran dalam penelitian ini meliputi
menjelaskan konsep ekosistem mengidentifikasi komponen biotik dan abiotik
mengidentifikasi satuan-satuan dalam ekosistem menghitung kepadatan populasi
menganalisis saling ketergantungan antara komponen biotik dan abiotik dan
menganalisis saling ketergantungan antar komponen biotik
Komponen ekosistem meliputi komponen abiotik (makhluk tak hidup) dan
komponen biotik (makhluk hidup) Komponen biotik meliputi organisme autotrof
yaitu produsen primer heterotrof yaitu konsumen dan detritivor yaitu organisme
pemakan limbah organik dan organisme yang telah mati
Produsen primer utama pada sebagian besar ekosistem darat adalah
tumbuhan sedangkan produsen primer dalam zona limnetik danau dan lautan
terbuka adalah fitoplankton (alga dan bakteri) Alga multiselluler dan tumbuhan
akuatik merupakan produsen primer di ekosistem air tawar maupun air laut
Organisme yang secara langsung memakan organisme autotrof disebut
herbivora Oleh karena itu herbivora disebut juga sebagai konsumen primer
sedangkan organisme yang mendapatkan makanan dengan memangsa herbivora
atau karnivora lain disebut karnivora Karnivora dapat berperan sebagai konsumen
17
sekunder tersier dan seterusnya Jalur perpindahan makanan dari tingkat trofik
satu ke tingkat trofik lainnya dikenal sebagai rantai makanan (food chain) akan
tetapi hubungan makan memakan dalam suatu ekosistem umumnya saling
berhubungan menjadi jaring-jaring makanan (food web) karena konsumen
memakan lebih dari satu tingkat trofik (Campbell et al 2004)
Kompetensi dasar dan indikator pembelajaran pada materi tersebut
menuntut siswa untuk dapat memahami konsep-konsep dan memecahkan masalah
yang sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari Penerapan learning cycle 7e
berbasis konstruktivisme mempertimbangkan pengetahuan awal siswa (elicit)
menyajikan masalah yang berkaitan dengan kehidupan nyata sebagai rangsangan
untuk belajar (engage) memberikan kesempatan secara langsung kepada siswa
untuk terlibat dalam penemuan konsep melalui kegiatan observasi (explore)
dilanjutkan dengan melakukan diskusi untuk mengklarifikasi konsep (elaborate)
dan evaluasi (evaluate) untuk mengetahui sejauh mana pemahaman konsep yang
telah dimiliki oleh siswa serta menerapkan konsep yang telah diperoleh pada
situasi baru (extend) Pembelajaran materi interaksi makhluk hidup dengan
lingkungan diharapkan menjadi lebih bermakna dan kemampuan berpikir kritis
siswa dapat berkembang dengan membandingkan konsep yang sudah diperoleh
dengan konsep baru yang dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari siswa Model
pembelajaran learning cycle 7e berbasis konstruktivisme diharapkan tepat apabila
digunakan dalam penyampaian materi ekosistem
18
26 Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
Gambar 22 Kerangka Berpikir Penelitian
27 Hipotesis
Penerapan Learning cycle 7e berbasis konstruktivisme berpengaruh
terhadap kemampuan berpikir kritis siswa pada materi Interaksi makhluk hidup
dengan lingkungan
Pembelajaran Learning
Cycle 7E berbasis
konstruktivisme
Menekankan
pengetahuan awal siswa
dan memungkinkan
mengaplikasikan
konsep yang telah
diperoleh
(Eisenkraft 200357)
Mampu meningkatkan
keterampilan proses
sains dan penguasaan
konsep (Kanli amp
Yagbasan 2007151)
Mampu meningkatkan
kemampuan berpikir
kritis
(Hartono 201365)
Mampu meningkatkan
kemampuan berpikir
kritis secara signifikan
dibandingkan metode
tradisional
(Mecit 200648)
Permasalahan dalam pembelajaran
Siswa kesulitan menganalisis suatu
permasalahan
Siswa kesulitan menyimpulkan
Siswa kesulitan mengaplikasikan konsep
pada situasi baru dan konkret
Keberanian mengajukan pertanyaan
amp pendapat rendah
Kemampuan berpikir kritis rendah
Berpikir kritis salah satu
keterampilan abad 21 yang
harus dimiliki oleh siswa
Tuntutan memberdayakan
SDM yang berkualitas
(Permendikbud 2013)
Kelas eksperimen Kelas kontrol
Pembelajaran
dengan metode
diskusi amp ceramah
Kemampuan berpikir kritis berkembang
Learning cycle 7e
berbasis
konstruktivisme
Quasi experimental design
Uji t
54
BAB 5
PENUTUP
51 Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa
penerapan learning cycle 7e berbasis konstruktivisme berpengaruh terhadap
kemampuan berpikir kritis siswa pada materi interaksi makhluk hidup dengan
lingkungan Peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa kelas eksperimen lebih
baik dari pada kelas kontrol
52 Saran
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan penerapan learning cycle
7e berbasis konstruktivisme terbukti berpengaruh terhadap kemampuan berpikir
kritis siswa pada materi interaksi makhluk hidup dengan lingkunganya Dengan
demikian maka beberapa saran yang dapat diberikan sebagai berikut
1 Guru IPA dapat mempertimbangkan pembelajaran learning cycle 7E berbasis
konstruktivisme pada materi interaksi makhluk hidup dengan lingkungan
karena terbukti dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa
2 Guru IPA dapat merancang proses pembelajaran dan instrumen pembelajaran
yang dapat memicu kemampuan berpikir kritis siswa
3 Bagi peneliti selanjutnya yang akan melakukan penelitian berkaitan dengan
kemampuan berpikir kritis disarankan mengoptimalkan pengelolaan kelas dan
memberikan banyak motivasi agar setiap siswa dapat berpartisipasi dan
berinteraksi dalam kegiatan pembelajaran Hal ini dimaksudkan agar
pembelajaran yang dilakukan efektif terhadap kemampuan berpikir kritis
siswa
55
DAFTAR PUSTAKA
Aqib Z 2013 Model-Model Media dan Strategi Pembelajaran
Kontekstual(Inovatif) Bandung Yrama Widya
Amertawengrum IP 2014 Filsafat Konstruktivisme dalam Pembelajaran Sastra
Anak Jurnal Magistra 26(89)8-17 KlatenUnwidha
Arifin Z 2012 Evaluasi Pembelajaran Jakarta Dirjen Pendidikan Islam Online
at
httpdualmodekemenaggoidfiledokumen34EvaluasiPembelajaranpdf
[diakses tanggal 17 Januari 2015]
Arikunto S 2010 Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Jakarta Bumi Aksara
_________ 2012 Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Jakarta Bumi Aksara
Bybee RW JA Taylor A Gardner PV Scotter JC Powell A Westbrook amp
N Landes 2006 The BSCS 5E Instructional Model Origins and
Effectiveness A Report Prepared for the Office of Science Education
National Institute of Health Colorado BSCS Online Tersedia di
httpscienceeducationnihgov [diakses 11-1- 2015]
Campbell NA Reece BJ amp Mitchell LG 2004 Biologi Alih Bahasa Manalu
W (eds) Erlangga Jakarta
Curto K amp T Bayer 2005 An Intersection of Critical Thinkking and
Communication Skillls Journal of Biological Science 31(4)11-19
Amerika Serikat University of Pittsburgh
Eisenkraft A 2003 Expanding The 5E Model Journal The Sciences Teacher
70(6) 56-59 Tersedia di httpits-about-
timecomhtmlsapeisenkrafttstpdf [diakses 3-2-2015]
Ennis RH 1985 A Logical Basic for Measuring Critical Thinking Skill Tersedia
di httpwwwascdorgASCDpdfjournalsed_leadel_198510_ennispdf
[diakses 27-1-2015]
Ennis RH 1991Critical Thinking A Streamlined Conception Tersedia di
httpfacultyeducationillinoisedurhennisdocumentsTheNatureofCritical
Thinking_51711_000pdf [diakses 27-1-2015]
Ennis R H 1993 Critical Thinking Assesment Journal Theory and Practice 32
(2) 179-186 Amerika Serikat The Ohio State University
56
Ennis RH 2011 The Nature of Critical Thinking An Outline of Critical
Thinking Dispositions and Abilities Tersedia di
httpfacultyeducationillinoisedurhennisdocumentsTheNatureofCritical
Thinking_51711_000pdf [diakses 27-1-2015]
Hapsari RTS 2011 Penerapan Model Konstruktivisme untuk Meningkatkan
Hasil Belajar Siswa Jurnal Pendidikan Penabur 10(16) (34-45) Tersedia
di
httpwwwbpkpenaburoridfilesHal2034_4520Penerapan20Mode
l20Pembelajaran20Konstruktivismepdf [diakses 25-1-2015]
Hartono 2013 Learning Cycle Model to Increase Studentrsquos Critical Thinking on
Science Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 9(1)56-66 Semarang
Universitas Negeri Semarang
Indrawati W Suyatno amp YSRahayu 2014 Implementasi Model Learning
Cycle 7E Pada Pembelajaran Kimia Dengan Materi Pokok Kelarutan Dan
Hasil Kali Kelarutan Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep dan
Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMA Prosiding Seminar Nasional
KimiaSurabaya Universitas Negeri Surabaya
Johnson EB 2007 Contextual Teaching amp Learning terjemahan Ibnu Setiawan
Bandung MLC
Kanli amp Yagbasan 2007 The Effects of a Laboratory Based on the 7E Learning
Cycle Model and Verification Laboratory Approach on the Development of
Studentsrsquo Science Process Skills and Conceptual Achievement Tersedia
diwwwuscaeduessaysspecialeditionUKanligraveandRYagbasanpdf[diakses
2-3-2015]
Kowiyah 2012 Kemampuan Berpikir Kritis Jurnal Pendidikan Dasar 3(5) 175-
179 Tersedia di httpjournalppsunjorgarticeldownload108108
[diakses 1-1-2015]
Kulsum U amp N Hindarto 2011 Penerapan Model Learning Cycle 5E pada Sub
pokok bahasan Kalor untuk Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar
Siswa Kelas VII SMP Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 7(1)128-
133Semarang Universitas Negeri Semarang
Kunandar 2013 Penilaian Autentik (Penilaian Hasil Belajar Kurikulum 2013)
Jakarta Raja Grafindo Persada
Lambertus 2009 Pentingnya Melatih Keterampilan Berpikir Kritis Dalam
Pembelajaran Matematika Di SD Jurnal Forum Pendidikan 28(2) (136-
142) Palembang Universitas Sriwijaya
57
Maknun D RR Haerin k Surtikanti amp AMunandar 2012 Praktikum Ekologi
Berbasis Proyek Media Pembekalan Keterampilan Esensial Laboratorium
Jurnal Pendidikan MIPA 13(1) 8-17 Lampung Universitas Lampung
Mecit O 2006 The Effect of 7E Learning Cycle Model on The Improvement of
Fifth Grade Studentsrsquo Critical Thinking Skills Tesis Turkey Middle East
Technical University
Permendikbud 2013 Implementasi Kurikulum Jakarta Depdiknas
Priyatno Duwi 2012 Belajar Analisis Data dengan SPSS 20 Yogyakarta Andi
Redhana IW amp Liliasari 2008 Program Pembelajaran Keterampilan Berpikir
Kritis Pada Topik Laju Reaksi Untuk Siswa SMA Jurnal Forum
Kependidikan 27(2)103-112 Bandung Universitas Pendidikan Indonesia
RifarsquoI Aamp CT Anni 2011 Psikologi Pendidikan Semarang Universitas Negeri
Semarang Press
Siribunnam amp Tayraukham 2009 Effect of 7-E KWL and Conventional on
Analitycal Thinking Learning Acievement and Attitudes toward Chemistry
Learning Journal of Social Sciences 5(4)279-282 Tersedia di
httpwwwamazoncomconventional-instruction-analytical-achievement-
attitudesdpB002TP5UQS [diakses 3-2-2015]
Slameto 2010 Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya Jakarta
Rhineka Cipta
Slavin RE 2008 Psikologi Pendidikan Teori dan Praktik Jakarta Indeks
Soeprodjo S Priatmoko amp EY Sariana 2008 Pengaruh Model Learning
Cycle terhadap Hasil Belajar Materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan
Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia 2(1) 224-229 Semarang Universitas
Negeri Semarang
Sudjana 2005 Metode Statistika Bandung Tarsito
Sugiyono 2013 Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif
Kualitatif dan RampD) Bandung Alfabeta
Trianto 2007 Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivisme
Jakarta Prestasi Pustaka
Tuna A amp A Kaccedilar 2013 The Effect of 5E Learning Cycle Model in Teaching
Trigonometry on Studentrsquos Academic Achievement and The Permanence of
Their Knowledge International Journal on New Trends in Education and
58
Their Implications 4(1) 73-87 Tersedia di
httpijonteorgFileploadks63207File07tunapdf [diakses 11-1- 2015]
Wardoyo SM 2013 Pembelajaran Konstruktivisme Bandung Alfabeta
Wena M 2011 Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer Jakarta Bumi
Aksara
Wiyanto 2008 Menyiapkan Guru Sains Mengembangkan Kompetensi
Laboratorium Semarang Unnes Press
Page 3
iii
iv
MOTTO
Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan maka apabila engkau telah
selesai (dari sesuatu urusan) tetaplah bekerja keras (untuk urusan lain)
(Qs Al Insyirah ayat 6-7)
Allah mencintai pekerjaan yang apabila bekerja diselesaikan dengan baik
(HR Thabrani)
Banyak kegagalan dalam hidup ini dikarenakan orang-orang tidak menyadari
betapa dekatnya mereka dengan keberhasilan saat mereka menyerah
(Thomas Alva Edison)
Hidup adalah perjuangan dan proses meski yang tampak itu hasilnya tapi
perjuangan dan proses yang selalu dikenang dan menjadi ceritamu
PERSEMBAHAN
Untuk Bapak Tamrin dan Ibu Tanijah tercinta
yang selalu mencurahkan kasih sayang
dukungan motivasi dan doa dengan tulus
Untuk Kakakku (Mas Iis Mas Herman Mas
Wito dan Mas Nur Yasin) yang selalu
memberikan dukungan motivasi dan doa
Untuk Sahabat terdekatku yang senantiasa
menjadi penyemangat dan selalu ada dalam
suka dukaku
Untuk Teman-teman Rombel 1 Pendidikan
Biologi 2011 yang selalu memberikan
dukungan dan motivasi
v
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya serta kekuatan kesehatan dan kesabaran
sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul
ldquoPengaruh Learning Cycle 7E Berbasis Konstruktivisme Terhadap Kemampuan
Berpikir Kritis Siswa pada Materi Interaksi Makhluk Hidup dengan Lingkunganrdquo
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari
bantuan bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak oleh karena itu pada
kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih setulus hati kepada
1 Rektor Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan kesempatan
kepada penulis untuk menyelesaikan studi di Universitas Negeri Semarang
2 Dekan FMIPA Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan
kemudahan dan kelancaran dalam penyusunan skripsi
3 Ketua Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Semarang yang telah
memberikan kemudahan dan kelancaran dalam penyusunan skripsi
4 Ibu Sri Sukaesih SPd MPd selaku dosen pembimbing I yang penuh
kesabaran dalam membimbing memberi arahan gagasan dan motivasi kepada
penulis hingga selesainya skripsi ini
5 Bapak Andin Irsadi SPd MSi selaku dosen pembimbing II yang penuh
kesabaran dalam membimbing memberi arahan gagasan dan motivasi kepada
penulis hingga selesainya skripsi ini
6 Bapak Drs Sumadi MS selaku dosen penguji yang telah memberikan
masukan arahan dan motivasi kepada penulis demi kesempurnaan
penyusunan skripsi ini
7 BapakIbu dosen dan karyawan FMIPA khususnya Jurusan Biologi atas segala
ilmu pengalaman dan bantuan yang di berikan
8 Bapak SihonoSPd MM selaku kepala SMP Negeri 19 Tegal yang telah
memberikan kesempatan dan kemudahan selama penelitian berlangsung
9 Bapak Drs Heri Subeno guru IPA SMP Negeri 19 Tegal yang telah berkenan
membantu dan bekerjasama dengan penulis dalam melaksanakan penelitian
vi
10 Seluruh siswa kelas VII D dan VII H SMP Negeri 19 Tegal Tahun ajaran
20142015 atas kerjasama dan partisipasinya dalam pengambilan data
penelitian ini
11 Bapak Tamrin dan Ibu Tanijah tercinta serta keempat kakakku (Mas Iis Mas
Herman Mas Wito dan Mas Nur Yasin) yang selalu memberikan kasih
sayang motivasi doa serta dukungan dengan tulus
12 Keluarga besar yang telah mendukung dan memberikan motivasi dalam
menyelesaikan skripsi ini
13 Beasiswa BIDIKMISI yang telah memberikan dana kuliah dan living cost
selama 8 semester ini
14 Sahabat-sahabatku Imunoglobulin (Farih Fadhila Arnita Cahya Saputri
Rismanika Mohammad Shafi Fadli) Alfina Sri Manikati dan Linda Pratiwi
yang selalu memberian semangat dan dukungan
15 Sahabat terdekatku yang selalu memberikan semangat motivasi khusus dan
dukungan selama penyusunan skripsi
16 Teman-teman Rombel 1 Pendidikan Biologi FMIPA Universitas Negeri
Semarang yang selalu memberikan semangat dan dukungan
17 Teman-teman Student Scientific Center (SSC) 2013 yang telah memberikan
semangat dan dukungan
18 Teman-teman Pondok Permai kos yang telah memberikan semangat dan
dukungan selama menyelesaikan skripsi ini
19 Semua pihak yang telah berkenan membantu penulis selama penelitian dan
penyusunan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu
Semoga semua bantuan yang diberikan mendapat imbalan dari Allah
SWT Kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak diterima
dengan senang hati Akhir kata semoga skripsi ini dapat bermanfaat khususnya di
bidang pendidikan
Semarang 1September 2015
Penulis
vii
ABSTRAK
Maulidah Sri 2015 Pengaruh Learning Cycle 7E Berbasis Konstruktivisme
Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa pada Materi Interaksi
Makhluk Hidup dengan Lingkungan Skripsi Jurusan Biologi FMIPA
Universitas Negeri Semarang Sri Sukaesih SPd MPd dan Andin Irsadi
SPd MSi
Berdasarkan observasi di SMP N 19 Tegal menunjukkan bahwa proses
pembelajaran dan soal-soal evaluasi yang diberikan belum berorientasi untuk
mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa Siswa mengalami kesulitan
menganalisis suatu permasalahan menyimpulkan serta kesulitan mengaplikasikan
konsep dalam situasi yang baru dan konkret Berdasarkan hal tersebut diperlukan
suatu upaya untuk mengembangkan kemampuan berpikir ktitis siswa Salah satu
cara mengembangkan kemampuan berpikir kritis yaitu melalui learning cycle 7e
berbasis konstruktivisme Learning cycle 7e merupakan suatu model pembelajaran
yang bertujuan untuk menekankan pentingnya memunculkan pemahaman awal
siswa dan memperluas (transfer) konsep Penelitian ini bertujuan untuk
mendeskripsikan pengaruh learning cycle 7e berbasis konstruktivisme terhadap
kemampuan berpikir kritis siswa pada materi Interaksi makhluk hidup dengan
lingkungan
Jenis penelitian ini Quasi Experimental dengan Nonequivalent control
group design Populasi penelitian ini seluruh siswa kelas VII SMP N 19 Tegal
Tahun Pelajaran 20142015 Sampel penelitian ini yaitu siswa kelas VII D dan VII
H dengan teknik pengambilan sampel convenience Data penelitian berupa tes
kemampuan berpikir kritis yang meliputi pretest dan posttest lembar observasi
aktivitas siswa keterlaksanaan pembelajaran learning cycle 7e berbasis
konstruktivisme dan tanggapan siswa Hasil tes kemampuan berpikir kritis
dianalisis menggunakan uji t dan uji normalisasi gain Berdasarkan analisis uji t
data posttest terdapat perbedaan signifikan kemampuan berpikir kritis dengan t
hitung 3109 gt t tabel 2010 juga terdapat perbedaan signifikan hasil uji t
normalisasi gain dengan t hitung 4660 gt t tabel 2026 artinya model learning
cycle 7e berbasis konstruktivisme berpengaruh lebih baik terhadap kemampuan
berpikir kritis siswa Aktivitas siswa kelas eksperimen lebih baik dibandingkan
kelas kontrol Keterlaksanaan pembelajaran sebesar 9250 Siswa memberian
tanggapan yang baik terhadap pembelajaran learning cycle 7e berbasis
konstruktivisme karena dapat membuat siswa lebih tertarik dalam mengikuti
pelajaran memotivasi siswa dalam pembelajaran mengaktifkan siswa dan
membantu siswa memahami materi interaksi makhluk hidup dengan lingkungan
Simpulan dari penelitian ini adalah model pembelajaran learning cycle 7e berbasis
konstruktivisme berpengaruh dalam arti dapat mengembangkan kemampuan
berpikir kritis siswa pada materi interaksi makhluk hidup dengan lingkungan
Kata kunci Kemampuan berpikir kritis Learning cycle 7e berbasis
konstruktivisme
viii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL i
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ii
HALAMAN PENGESAHAN iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN iv
PRAKATA v
ABSTRAK vii
DAFTAR ISI viii viii
DAFTAR TABEL x
DAFTAR GAMBAR xi xi
DAFTAR LAMPIRAN xii
BAB
1 PENDAHULUAN 1
11 Latar Belakang 1
12 Rumusan Masalah 4
13 Penegasan Istilah 4
14 Tujuan Penelitian 6
15 Manfaat Penelitian 6
2 TINJAUAN PUSTAKA 8
21 Teori Konstruktivisme 8
22 Teori Perkembangan Jean Piaget 9
23 Learning Cycle 7E Berbasis Konstruktivisme 10
24 Kemampuan Berpikir Kritis 13
25 Materi Interaksi Makhluk Hidup dengan Lingkungan 16
26 Kerangka Berpikir 18
27Hipotesis 18
3 METODE PENELITIAN 19
31 Lokasi dan Waktu Penelitian 19
32 Populasi dan Sampel 19
33 Variabel Penelitian 19
34 Rancangan Penelitian 20
ix
35 Prosedur Penelitian 21
36 Data dan Metode Pengumpulan data 29
37 Metode Analisis Data 30
4 HASIL DAN PEMBAHASAN 36
41 Hasil 36
42 Pembahasan 43
5 PENUTUP 54
51 Simpulan 54
52 Saran 54
DAFTAR PUSTAKA 55
LAMPIRAN 59
x
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
21 Indikator Kemampuan Berpikir Kritis Menurut Ennis 15
31 Desain Penelitian Nonequivalent Control Group Design 20
32 Hasil Analisis Validitas Uji Coba Butir Soal 23
33 Hasil Analisis Tingkat Kesukaran Uji Coba Butir Soal 24
34 Hasil Analisis Daya Beda Uji Coba Butir Soal 25
35 Rekap Hasil Analisis Uji Coba Butir Soal yang digunakan 26
36 Jenis Data dan Metode Pengumpulan Data 29
37 Kriteria Keterlaksanaan Learning Cycle 7e Berbasis Konstruktivisme 34
41 Rata-Rata Skor Pretest dan Posttest Kelas Eksperimen dan Kontrol 36
42 Hasil Uji Normalitas Data Pretest-Posttest dan N-Gain 37
43 Hasil Uji Homogenitas Data Pretest-Posttest dan N-Gain 38
44 Hasil Uji t Pretest-Posttest dan N-Gain Kelas Eksperimen dan Kontrol 38
45 Hasil Analisis Persentase Setiap Aspek Kemampuan Berpikir Kritis 38
46 Tingkat Keterlaksanaan Learning Cycle 7e Berbasis Konstruktivisme 41
47 Hasil Angket Tanggapan Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 42
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
21 Perubahan Learning Cycle 5E Menjadi 7E 12
22 Kerangka Berpikir Penelitian 18
41 Hasil Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa (N-Gain) 37
42 Hasil Uji N-Gain Setiap Aspek Kemampuan Berpikir Kritis 39
43 Aktivitas Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 40
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1 Hasil Wawancara dan Observasi 59
2 Silabus Mata Pelajaran IPA 62
3 RPP Kelas Eksperimen 67
4 RPP Kelas Kontrol 80
5 LKS 1 Kelas Eksperimen dan Pembahasan 90
6 LDS 1 Kelas Eksperimen dan Pembahasan 95
7 Soal Evaluasi 1 Kelas Eksperimen dan Pembahasan 98
8 PR 1 Kelas Eksperimen dan Pembahasan 101
9 LKS 2 Kelas Eksperimen dan Pembahasan 103
10 LKS 3 Kelas Eksperimen dan Pembahasan 107
11 Kisi-kisi Lembar Observasi Aktivitas Kelas Eksperimen 114
12 Kisi-Kisi Lembar Obserasi Aktivitas Siswa Kelas Kontrol 115
13 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Kelas Eksperimen dan Kontrol 116
14 Rekapitulasi Aktivitas Siswa Kelas Eksperimen 117
15 Rekapitulasi Aktivitas Siswa Kelas Kontrol 118
16 Lembar Refleksi Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 119
17 Kisi-Kisi Lembar Keterlaksanaan Learning Cycle 7E 120
18 Lembar Keterlaksanaan Learning Cycle 7E Berbasis Konstruktivisme 121
19 Kisi-Kisi Angket Tanggapan Siswa Kelas Eksperimen 122
20 Lembar Angket Tanggapan Siswa Kelas Eksperimen 123
21 Kisi-Kisi Angket Tanggapan Siswa Kelas Kontrol 124
22 Lembar Angket Tanggapan Siswa Kelas Kontrol 125
23 Rekapitulasi Hasil Analisis Soal Uji Coba Pilihan Ganda 126
24 Rekapitulasi Hasil Analisis Soal Uji Coba Uraian 130
25 Perhitungan Validitas Soal 131
26 Perhitungan Reliabilitas Instrumen 133
27 Perhitungan Tingkat Kesukaran Soal 135
28 Perhitungan Daya Beda Soal 136
xiii
29 Kisi-Kisi Soal Kemampuan Berpikir Kritis 137
30 Soal Kemampuan Berpikir Kirits 139
31 Hasil Pretest Kelas Eksperimen 148
32 Hasil Posttest Kelas Eksperimen 149
33 Hasil Pretest Kelas Kontrol 150
34 Hasil Posttest Kelas Kontrol 151
35 Rekapitulasi N-gain 152
36 Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas Eksperimen 153
37 Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas Kontrol 154
38 Persentase Aspek Berpikir Kritis Pretets Kelas Eksperimen 155
39 Persentase Aspek Berpikir Kritis Posttest Kelas Eksperimen 157
40 Persentase Aspek Berpikir Kritis Pretets Kelas Kontrol 159
41 Persentase Aspek Berpikir Kritis Posttest Kelas Kontrol 161
42 Uji Normalitas Pretest 163
43 Uji Normalitas Posttest 164
44 Uji Normalitas N-gain 165
45 Uji Homogenitas dan Uji t Pretest 166
46 Uji Homogenitas dan Uji t Posttest 167
47 Uji Homogenitas dan Uji t N-gain 168
48 Rekapitulasi Analisis Tiap Aspek Kemampuan Berpikir Kritis 169
49 Hasil Rekapitulasi Tingkat Keterlaksanaan Learning Cycle 7E 170
50 Hasil Rekapitulasi Tanggapan Siswa Kelas Eksperimen 171
51 Hasil Rekapitulasi Tanggapan Siswa Kelas Kontrol 172
52 Dokumentasi Penelitian 173
53 Surat Ijin Observasi 175
54 Surat Ijin Penelitian 176
55 Surat Bukti Penelitian 177
1
BAB 1
PENDAHULUAN
11 Latar Belakang
Abad ke 21 merupakan era informasi dan teknologi dimana perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya di bidang informasi dan komunikasi
tumbuh semakin pesat Hal ini mempengaruhi semua aspek kehidupan termasuk
di bidang pendidikan Proses pendidikan pun dituntut untuk dapat menghasilkan
sumber daya manusia yang berkualitas Menurut Trilling amp Fadel sebagaimana
dikutip oleh Kulsum amp Hindarto (201362) menyatakan bahwa pada era
informasi dan teknologi diperlukan sumber daya manusia dengan kualitas tinggi
yang memiliki keahlian seperti kemampuan berpikir tingkat tinggi (berpikir
kritis) kreatif inovatif bekerja sama memahami berbagai budaya berkomunikasi
yang efektif kemampuan dalam teknologi dan informasi serta tanggung jawab
keimanan yang tinggi
Berdasarkan Permendikbud Nomor 81A Tahun 2013 tentang Implementasi
Kurikulum dijelaskan bahwa sistem pendidikan Indonesia saat ini dihadapkan
pada tuntutan memberdayakan potensi siswa supaya berkembang menjadi sumber
daya manusia yang berkualitas Oleh karena itu dalam menghadapi era informasi
seperti sekarang ini sistem pendidikan di Indonesia diharapkan mampu
membekali siswa dengan kemampuan-kemampuan belajar dan kecakapan hidup
(live skill) Salah satu kemampuan tersebut adalah kemampuan berpikir kritis
Berpikir kritis adalah berpikir rasional dan reflektif dengan menekankan
pada pembuatan keputusan tentang apa yang harus dipercayai atau dilakukan
(Ennis20111) Siswa dituntut untuk berpikir rasional yakni menurut pikiran dan
pertimbangan yang logis berpikir reflektif yakni mempertimbangkan secara hati-
hati segala alternatif sebelum mengambil keputusan
Tujuan melatihkan kemampuan berpikir kritis adalah untuk menyiapkan
siswa menjadi seorang pemikir kritis dan mampu menyelesaikan masalah yang
dihadapi (Tuna amp Kaccedilar 201374) Selain itu untuk menghindarkan diri siswa dari
2
penipuan pencucian otak dan membuat keputusan dengan tepat dan bertanggung
jawab (Redhana amp Liliasari 2008 106)
Menurut Lambertus (2009140) kemampuan berpikir kritis dapat dilatih
dan dikembangkan secara terus menerus Salah satu cara mengembangkan
kemampuan berpikir kritis yaitu melalui pembelajaran sains (IPA) Siswa dilatih
untuk bertanggung jawab terhadap diri sendiri dalam memperoleh pengetahuan
melalui kegiatan eksplorasi memecahkan masalah dan mengkomunikasikan hasil
penyelidikan yang dapat dipercaya pada pembelajaran sains Hal ini dikarenakan
dengan latihan dapat membuat keterampilan berpikir kritis menjadi suatu
kebiasaan
Kenyataan di sekolah pendidikan sains belum banyak yang berorientasi ke
arah pembiasaan berpikir tinggi (berpikir kritis) kemampuan siswa dalam
menjawab soal-soal yang menuntut kemampuan berpikir tinggi masih rendah
(Kunandar201318-19) Keikutsertaan Indonesia di dalam studi Trends in
International Mathematatics and science Study (TIMSS) dan Program for
International Student Assessment (PISA) sejak tahun 1999 juga menunjukkan
bahwa capaian siswa-siswi Indonesia tidak mengembirakan dalam beberapa
laporan yang dikeluarkan TIMSS dan PISA (Permendikbud 2013)
Berdasarkan observasi awal yang telah dilakukan di SMP N 19 Tegal
melalui wawancara dengan guru IPA dan pengamatan dalam proses pembelajaran
menunjukkan bahwa metode yang diterapkan oleh guru sudah bervariasi seperti
ceramah diskusi praktikum dan penugasan namun proses pembelajaran dan
soal-soal evaluasi yang di berikan belum berorientasi untuk mengembangkan
kemampuan berpikir kritis siswa Siswa mengalami kesulitan menganalisis suatu
permasalahan menyimpulkan serta kesulitan mengaplikasikan konsep dalam
situasi yang baru dan konkret Keberanian siswa untuk bertanya dan menjawab
pertanyaan masih rendah Ketika guru mengajukan pertanyaan siswa cenderung
pasif atau siswa belum terbiasa menjawab dengan inisiatif sendiri (data
selengkapnya pada lampiran 1 halaman 59)
Berdasarkan hal tersebut diperlukan suatu upaya untuk mengembangkan
kemampuan berpikir ktitis siswa Salah satu cara mengembangkan kemampuan
3
berpikir kritis yaitu melalui pembelajaran sains (IPA) yang memberikan
kesempatan kepada siswa untuk belajar ldquomenemukanrdquo bukan sekedar belajar
ldquomenerimardquo Kesempatan belajar menemukan dapat dikembangkan antara lain
dalam bentuk pembelajaran berbasis konstruktivisme yang memiliki karakteristik
meliputi berpusat pada siswa adanya masalah proses menemukan interaksi
sosial dan pengetahuan atau pemahaman baru (Wardoyo 201341)
Salah satu model pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan teori
konstruktivisme yaitu learning cycle 7e Hal tersebut terlihat dalam model
pembelajaran learning cycle memuat beberapa tahap kegiatan (fase) Menurut
(Eisenkraft200357) tujuh tahap kegiatan dalam learning cycle 7e antara lain
elicit (penggalian pengetahuan awal) engage (motivasi) explore (melakukan
pengamatan atau percobaan) explain (mengkomunikasikan) elaborate
(menerapkan konsep) evaluate (evaluasi) dan extend (mengaplikasikan konsep)
Beberapa penelitian telah dilakukan terkait penerapan model pembelajaran
learning cycle 7e dalam pembelajaran Berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Indrawati et al(201436) menyatakan bahwa implementasi model
pembelajaran learning cycle 7e efektif untuk meningkatkan penguasaan konsep
dan kemampuan berpikir kritis siswa Hasil penelitian Hartono (201365)
menunjukkan bahwa model pembelajaran learning cycle 7e dapat meningkatkan
kemampuan berpikir kritis siswa Hasil penelitian Kanli amp Yagbasan (2007151)
menunjukkan bahwa learning cycle 7e mampu meningkatkan keterampilan proses
sains dan penguasaan konsep siswa Hasil penelitian Mecit (200648)
menunjukkan bahwa model learning cycle 7e dapat meningkatkan kemampuan
berpikir kritis siswa secara signifikan dibandingkan dengan metode tradisional
Materi Interaksi makhluk hidup dengan lingkungan merupakan salah satu
materi pokok kelas VII semester genap dalam kurikulum 2013 dengan kompetensi
dasar yakni 38 mendeskripsikan interaksi antar makhluk hidup dan
lingkungannya dan 412 menyajikan hasil observasi terhadap interaksi makhluk
hidup dengan lingkungan di sekitarnya Kompetensi dasar pada materi tersebut
menuntut siswa untuk dapat memahami konsep-konsep dan memecahkan masalah
yang sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari Penerapan learning cycle 7e
4
berbasis konstruktivisme mempertimbangkan pengetahuan awal siswa (elicit)
menyajikan masalah yang berkaitan dengan kehidupan nyata sebagai rangsangan
untuk belajar (engage) memberikan kesempatan secara langsung kepada siswa
untuk terlibat dalam penemuan konsep (explore) dilanjutkan dengan melakukan
diskusi untuk mengklarifikasi konsep (elaborate) evaluasi (evaluate) serta
mengaplikasikan konsep tersebut pada situasi baru (extend) Pembelajaran materi
interaksi makhluk hidup akan menjadi lebih bermakna dan kemampuan berpikir
kritis siswa dapat berkembang dengan membandingkan konsep yang sudah
diperoleh dengan konsep baru yang dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari siswa
maka diharapkan model pembelajaran learning cycle 7e berbasis konstruktivisme
akan tepat apabila digunakan dalam penyampaian materi interaksi makhluk hidup
dengan lingkungan
Berdasarkan uraian di atas maka akan dilakukan penelitian yang berjudul
ldquoPengaruh Learning Cycle 7E Berbasis Konstruktivisme Terhadap Kemampuan
Berpikir Kritis Siswa pada Materi Interaksi Makhluk Hidup dengan Lingkunganrdquo
12 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang maka rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah apakah penerapan Learning Cycle 7E berbasis konstruktivisme
berpengaruh terhadap kemampuan berpikir kritis siswa pada materi Interaksi
makhluk hidup dengan lingkungan
13 Penegasan Istilah
Supaya tidak terjadi kesalahan penafsiran terhadap istilah-istilah yang
digunakan dalam penelitian ini maka perlu diberikan penjelasan tentang istilah-
istilah berikut
131 Pembelajaran Learning Cycle 7E Berbasis Konstruktivisme
Learning cycle 7e merupakan suatu model pembelajaran yang bertujuan
untuk menekankan pentingnya memunculkan pemahaman awal siswa dan
memperluas (transfer) konsep Menurut Eisenkraft (200357) terdapat tujuh tahap
5
dalam learning cycle 7e yaitu elicit (penggalian pengetahuan awal) engage
(motivasi) explore (melakukan pengamatan atau percobaan) explain
(mengkomunikasikan) elaborate (menerapkan konsep) evaluate (evaluasi) dan
extend (mengaplikasikan konsep)
Konsep pembelajaran konstruktivisme merupakan pembelajaran yang
didasarkan pada pemahaman bahwa proses belajar yang dilakukan siswa
merupakan proses konstruksi pengetahuan pemahaman dan pengalaman yang
dilakukan oleh siswa (Wardoyo 20134) Karakteristik dalam pembelajaran
konstruktivisme antara lain 1) berpusat pada siswa 2) adanya masalah 3) proses
menemukan 4) interaksi sosial dan 5) pengetahuan atau pemahaman baru
(Wardoyo 201341) Pembelajaran learning cycle 7e berbasis konstruktivisme
pada penelitian ini adalah pembelajaran IPA yang menerapkan tahap-tahap model
pembelajaran learning cycle 7e yang didasarkan pada kelima karakteristik
pembelajaran konstruktivisme menurut Wardoyo (201341)
132 Kemampuan Berpikir Kritis
Menurut Ennis (20111) berpikir kritis adalah berpikir rasional dan
reflektif dengan menekankan pada pembuatan keputusan tentang apa yang harus
dipercayai atau dilakukan Rasional berarti menurut pikiran dan pertimbangan
yang logis Reflektif berarti mempertimbangkan secara hati-hati segala alternatif
sebelum mengambil keputusan
Kemampuan berpikir kritis yang diukur pada penelitian ini mengacu pada
(Ennis 198546) yang menyebutkan terdapat lima aspek sebagai indikator dalam
berpikir kritis yaitu (1) memberikan penjelasan sederhana (2) membangun
keterampilan dasar (3) menyimpulkan 4) memberi penjelasan lanjut dan (5)
mengatur strategi dan taktik
133 Materi Interaksi Makhluk Hidup dengan Lingkungan
Materi Interaksi makhluk hidup dengan lingkungan merupakan salah satu
materi pokok kelas VII semester genap dalam kurikulum 2013 dengan kompetensi
dasar yakni 38 mendeskripsikan interaksi antar makhluk hidup dan
6
lingkungannya dan 412 menyajikan hasil observasi terhadap interaksi makhluk
hidup dengan lingkungan di sekitarnya Indikator pembelajaran dalam penelitian
ini yaitu menjelaskan konsep ekosistem mengidentifikasi komponen abiotik dan
biotik mengidentifikasi satuan-satuan dalam ekosistem menghitung kepadatan
populasi menganalisis saling ketergantungan antara komponen biotik dengan
abiotik dan menganalisis saling ketergantungan antar komponen biotik
14 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan pengaruh
penerapan learning cycle 7e berbasis konstruktivisme terhadap kemampuan
berpikir kritis siswa pada materi Interaksi makhluk hidup dengan lingkungan
15 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut
151 Manfaat Korespondensi
Penelitian ini memberikan bukti empiris kebenaran teori pembelajaran
tentang penerapan learning cycle 7e dan pengaruhnya terhadap kemampuan
berpikir kritis siswa seperti hasil penelitian yang dilakukan oleh Indrawati et al
(201436) bahwa implementasi model pembelajaran learning cycle 7e efektif
untuk meningkatkan konsep dan kemampuan berpikir kritis siswa Hasil
penelitian Hartono (201365) bahwa model learning cycle 7e dapat meningkatkan
kemampuan berpikir kritis Hasil penelitian Siribunnan amp Tayraukham
(2009282) menunjukkan bahwa model learning cycle 7e dapat meningkatkan
kemampuan berpikir kritis yang lebih baik dibandingkan dengan metode
tradisional Demikian pula hasil penelitian Mecit (200648) menunjukkan bahwa
model learning cycle 7e dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis secara
signifikan dibandingkan dengan metode tradisional Selain itu hasil penelitian ini
digunakan untuk menguatkan prediksi bahwa untuk meningkatkan kemampuan
berpikir kritis dapat menerapkan pembelajaran dengan Learning Cycle 7E
7
152 Manfaat Koherensi
Penelitian ini mengembangkan dan membuktikan teori-teori yang
menghasilkan hipotesis tentang kebenaran bahwa penerapan learning cycle 7e
berpengaruh terhadap kemampuan berpikir kritis siswa
153 Manfaat Pragmatis
Manfaat pragmatis penelitian ini agar siswa memahami materi Interaksi
makhluk hidup dengan lingkungan melalui model pembelajaran learning cycle 7e
berbasis konstruktivisme Pemahaman materi oleh siswa dapat mengembangkan
kemampuan berpikir kritis siswa Menambah wawasan guru tentang variasi
pembelajaran untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa Penelitian
ini memberikan kontribusi bagi sekolah sebagai masukan dalam meningkatkan
kualitas pembelajaran
8
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
21 Teori Konstruktivisme
Teori konstruktivisme beranggapan bahwa pengetahuan merupakan
konstruksi dari pengetahuan awal yang telah ada Pengetahuan hasil dari
konstruksi kognitif melalui kegiatan siswa dengan membuat struktur kategori
konsep dan skema yang diperlukan untuk membentuk pengetahuan dalam hal ini
dibentuk oleh struktur konsepsi sewaktu siswa berinteraksi dengan lingkungan
(Maknun et al 2012 9-10)
Intisari dari teori konstruktivisme adalah bahwa siswa harus menemukan
dan mentransformasikan informasi kompleks kedalam diri sendiri Teori ini
memandang siswa sebagai individu yang selalu memeriksa informasi baru yang
berlawanan dengan prinsip-prinsip yang telah ada dan merevisi prinsip-prinsip
tersebut apabila sudah diangap tidak dapat digunakan lagi Hal ini memberikan
implikasi bahwa siswa harus terlibat aktif dalam pembelajaran dengan bantuan
guru sebagai fasilitator (Rifarsquoi amp Anni 2011137)
Implikasi pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan pandangan
konstruktivisme menurut Hapsari (2011 37) adalah sebagai berikut
a Tahap Apersepsi dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan problematik
tentang fenomena yang sering ditemui sehari-hari yang dikaitkan dengan
konsep yang akan dibahas Siswa diberi kesempatan untuk
mengkomunikasikan mengilustrasikan pemahaman tentang konsep tersebut
b Tahap Eksplorasi memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan
konsep melalui pengumpulan pengorganisasian dan menginterpretasikan data
dalam suatu kegiatan yang telah dirancang guru serta secara berkelompok
didiskusikan dengan kelompok lain
c Tahap diskusi dan penjelasan konsep yaitu siswa memberi penjelasan dan
solusi berdasarkan hasil observasi ditambah dengan penguatan guru maka
siswa membangun pemahaman baru tentang konsep yang sedang dipelajari
9
d Pengembangan dan aplikasi yaitu guru berusaha menciptakan iklim
pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat mengaplikasikan pemahaman
konseptual baik melalui kegiatan atau pemunculan dan pemecahan masalah-
masalah yang berkaitan dengan isu-isu di lingkungan
22 Teori Perkembangan Jean Piaget
Teori perkembangan Piaget mewakili konstruktivisme yang memandang
perkembangan kognitif sebagai suatu proses dimana anak secara aktif membangun
pengetahuan Piaget menyatakan bahwa belajar merupakan pengembangan aspek
kognitif yang meliputi skema asimilasi akomodasi ekuilibrasi
Asimilasi adalah pengumpulan dan pengelompokkan informasi baru
Seorang individu dalam proses pembelajaran akan mendapatkan informasi baru
yang kemudian akan dikumpulkan dan dikelompokkan ke dalam skema
(pengetahuan) yang telah ada Akomodasi merupakan modifikasi dari skema agar
informasi yang baru dan kontradiktif bisa diterjemahkan Informasi yang telah
terkumpul dan dikelompokkan dalam skema-skema yang telah ada sebelumnya
kemudian dimodifikasi menjadi suatu skema (pengetahuan) baru Ekuilibrasi
merupakan dorongan secara terus menerus ke arah keseimbangan atau
equilibrium Artinya pengetahuan dikonstruksi dari proses pengintegrasian
pengetahuan baru terhadap struktur kognitif yang sudah ada dan dilakukan
penyesuaian struktur kognitif dengan informasi baru yang didapatkan
Menurut Piaget sebagaimana dikutip oleh Trianto (200716) pada
perkembangan kognitif yang terpenting adalah penguasaan dan kategori konsep-
konsep Melalui penguasaan konsep siswa akan mengenal lingkungan dan
memecahkan berbagai masalah yang dihadapi dalam kehidupan
Menurut Piaget sebagaimana dikutip oleh Slavin (200845) setiap
individu pada saat tumbuh mulai dari bayi yang baru dilahirkan sampai menginjak
usia dewasa mengalami empat tingkatan perkembangan kognitif Empat tingkat
perkembangan kognitif tersebut adalah sebagai berikut
1 Tahap Sensorimotorik (sejak lahir hingga usia 2 tahun)
2 Tahap Pra-operasional (2-7 tahun)
10
3 Tahap Operasi Kongkrit (7-11 tahun)
4 Tahap Operasi Formal (usia 11 sampai dewasa)
Siswa SMP dengan rentang usia 11-15 tahun berada pada tahap operasi
formal Pada usia ini yang perlu dipertimbangkan adalah aspek-aspek
perkembangan remaja dimana remaja mengalami tahap transisi dari penggunaan
operasi kongkrit ke penerapan operasi formal dalam bernalar Menurut Slavin
(200846) pada tahap operasi formal anak sudah mampu berpikir tingkat tinggi
mampu berpikir secara deduktif induktif menganalisis mensintesis mampu
berpikir abstrak dan berpikir reflektif serta memecahkan berbagai masalah
23 Learning Cycle 7E Berbasis Konstruktivisme
Menurut Aqib (201366) proses pembelajaran adalah upaya secara
sistematis yang dilakukan guru untuk mewujudkan proses pembelajaran berjalan
secara efektif dan efisien yang dimulai dari perencanaan pelaksanaan dan
evaluasi Oleh karena itu pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu proses
komunikasi melalui interaksi antara guru dengan siswa dan antar siswa secara
efektif dan efisien untuk mencapai tujuan pembelajaran
Konsep pembelajaran konstruktivisme merupakan pembelajaran yang
didasarkan pada pemahaman bahwa proses belajar yang dilakukan siswa
merupakan proses konstruksi pengetahuan pemahaman dan pengalaman yang
dilakukan oleh siswa (Wardoyo 20134) Karakteristik dalam pembelajaran
konstruktivisme antara lain 1) berpusat pada siswa 2) adanya masalah 3) proses
menemukan 4) interaksi sosial dan 5) pengetahuan atau pemahaman baru
(Wardoyo 201341)
Salah satu model pembelajaran yang berlandaskan teori konstruktivisme
adalah learning cycle Menurut Trowbridge amp Bybee sebagaimana dikutip oleh
Wena (2011170) pada tahun 1970 model Learning Cycle pertama kali
diperkenalkan oleh Robert Karplus dan Their dalam Science Curriculum
Improvement StudySCIS Karplus dan Their mengembangkan model learning
cycle berdasarkan teori perkembangan kognitif Jean Piaget Implementasi teori
perkembangan kognitif Jean Piaget oleh Karplus dikembangkan dalam model
11
learning cycle yang pada mulanya terdiri dari tiga tahap yaitu eksplorasi
(exploration) pengenalan konsep (concept introduction) dan penerapan konsep
(concept application)
Pada pertengahan 1980an Biological Science Curriculum Study (BSCS)
mengembangkan model learning cycle dari tiga tahap siklus tersebut menjadi lima
tahap Tahap-tahap dalam pembelajaran Learning Cycle 5E meliputi engage
explore explain elaborateextend dan evaluate Perkembangan ini dilakukan
dengan menambahkan fase engage di awal pembelajaran yang bertujuan untuk
menggali pengetahuan awal siswa dan fase evaluate ditambahkan di akhir
pembelajaran yang bertujuan untuk menilai pemahaman siswa sedangkan fase
pemahaman konsep dan aplikasi konsep diganti dengan istilah baru yaitu explain
dan elaborate (Bybee et al 20068)
Perkembangan model learning cycle 7e yang paling baru sudah memiliki 7
tahap setelah mengalami pengkhususan menjadi 5 tahap Perubahan yang terjadi
pada tahap learning cycle 5e menjadi 7e terjadi pada tahap engage menjadi 2
tahap yaitu elicit dan engage sedangkan pada tahap elaborate dan evaluate
menjadi 3 tahap menjadi elaborate evaluate dan extend
Menurut Eisenkraft (200357) learning cycle 7e merupakan suatu model
pembelajaran yang bertujuan untuk menekankan pentingnya memunculkan
pemahaman awal siswa dan memperluas konsep Terdapat 7 tahap learning cycle
7e yang dapat dijelaskan sebagai berikut
1 Elicit (penggalian pengetahuan awal)
Makna dari elicit adalah menggali pemahaman awal yang dimiliki
siswa Langkah-langkah yang dapat dilakukan adalah dengan
mengajukan beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan materi
yang akan dipelajari
2 Engage (motivasi)
Pada tahap engage atau motivasi dapat dilakukan dengan cara
bercerita demonstrasi membuat prediski atau dengan
menunjukkan suatu objek gambar atau video Guru dapat
memberikan permasalahan dan meminta siswa untuk berpikir dan
mengajukan pertanyaan
3 Explore (melakukan pengamatan atau percobaan)
Pada tahap ini siswa diberi kesempatan untuk melakukan
pengamatan mengumpulkan data membuktikan prediksi atau
12
hipotesis merancang dan merencanakan percobaan membuat
grafik menafsirkan hasil serta mencatat hasil pengamatan
4 Explain (mengkomunikasikan)
Pada tahap ini guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menjelaskan konsep dan menunjukkan bukti hasil pengamatan
pada tahap explore melalui kegiatan diskusi Pada tahap ini siswa
diharapkan menemukan istilah-istilah dan konsep yang dipelajari
5 Elaborate (menerapkan konsep)
Tahap ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menerapkan konsep (pengetahuan baru) dan keterampilan dalam
situasi baru melalui kegiatan-kegiatan seperti pemecahan masalah
(problem solving)
6 Evaluate (evaluasi)
Tahap evaluasi model pembelajaran learning cycle 7e terdiri dari
evaluasi formatif dan evaluasi sumatif Evaluasi dapat dilakukan
melalui pemberian tes di akhir pembelajaran untuk mengetahui
sejauh mana tingkat pemahaman siswa terhadap konsep yang
dipelajari
7 Extend (mengaplikasikan konsep)
Tahap ini bertujuan untuk berpikir mencari menemukan dan
menjelaskan contoh penerapan konsep yang telah dipelajari
(Eisenkraft 200357)
Gambar 21 Perubahan Learning Cycle 5E Menjadi Learning Cycle 7E
13
Pengembangan tahap-tahap learning cycle dari 3 tahap
menjadi 5 tahap atau 7 tahap masih tetap berkaitan erat dengan teori
perkembangan kognitif Jean Piaget (skema asimilasi akomodasi dan
ekuilibrasi) Pembelajaran learning cycle memberikan kesempatan
kepada siswa untuk mengasimilasi informasi dengan cara
mengeksplorasi lingkungan mengakomodasi informasi dengan cara
mengembangkan konsep mengorganisasikan informasi dan
menghubungkan konsep-konsep baru dengan menggunakan atau
memperluas konsep yang dimiliki untuk menjelaskan suatu fenomena
yang berbeda Fase engagement dalam learning cycle termasuk dalam
proses asimilasi sedangkan fase evaluation masih merupakan proses
akomodasi dan ekuilibrasi
Model learning cycle 7e memiliki beberapa kelebihan dan kelemahan
Kelebihan dari model learning cycle 7e menurut Indrawati et al (201435) yaitu
1 Merangsang siswa untuk mengingat kembali materi pelajaran
yang telah didapatkan
2 Memberikan motivasi kepada siswa untuk menjadi lebih aktif dan
menambah rasa keingintahuan
3 Melatih siswa belajar menemukan konsep melalui kegiatan
ekperimen melatih siswa untuk menyampaikan konsep yang telah
dipelajari secara lisan
4 Melatih siswa untuk bekerjasama dan memberikan kesempatan
kepada siswa untuk berpikir mencari menemukan dan
menjelaskan contoh penerapan konsep yang telah dipelajari
Kelemahan dari model learning cycle 7e menurut Indrawati et al
(201435) yaitu
1 Efektivitas pembelajaran rendah jika guru kurang menguasai
materi dan langkah-langkah pembelajaran
2 Menuntut kesungguhan dan kreativitas guru dalam merancang dan
melaksanakan proses pembelajaran
3 Memerlukan waktu dan tenaga yang lebih banyak dalam menyusun
rencana dan melaksanakan pembelajaran
24 Kemampuan Berpikir Kritis
Menurut Ruggiero sebagaimana dikutip oleh Johnson (2007183) berpikir
merupakan segala aktivitas mental yang membantu merumuskan atau
memecahkan masalah membuat keputusan memenuhi keinginan untuk
memahami sebuah pencarian jawaban dan sebuah pencapaian makna Kowiyah
(2013176) menyatakan bahwa berpikir adalah suatu kegiatan atau proses
14
kognitif tindakan mental untuk memperoleh pengetahuan pemahaman dan
keterampilan agar mampu menemukan jalan keluar dan keputusan secara
deduktif induktif dan evaluatif
Secara teknis kemampuan berpikir dalam bahasa taksonomi Bloom
diartikan sebagai kemampuan intelektual yaitu kemampuan
menganalisismensintesis dan mengevaluasi Kemampuan-kemampuan ini dapat
dikatakan sebagai kemampuan berpikir kritis
Pembelajaran diharapkan dapat menjadi penunjang dalam
mengembangkan kemampuan berpikir siswa Kemampuan berpikir yang dapat
dikembangkan salah satunya adalah kemampuan berpikir kritis Tujuan
melatihkan kemampuan berpikir kritis adalah untuk menyiapkan siswa menjadi
seorang pemikir kritis dan mampu menyelesaikan masalah yang dihadapi (Tuna amp
Kaccedilar 201374) Selain itu untuk menghindarkan diri siswa dari penipuan
pencucian otak dan membuat keputusan dengan tepat dan bertanggung jawab
(Redhana amp Liliasari 2008 106)
Menurut Ennis (20111) berpikir kritis adalah berpikir rasional dan
reflektif dengan menekankan pada pembuatan keputusan tentang apa yang harus
dipercayai atau dilakukan Rasional berarti menurut pikiran dan pertimbangan
yang logis Reflektif berarti mempertimbangkan secara hati-hati segala alternatif
sebelum mengambil keputusan Jadi dalam hal ini Ennis (20111) menekankan
bahwa berpikir kritis lebih berhubungan dengan alasan yang dapat diterima ketika
seseorang mengambil keputusan Berdasarkan pengertian tersebut maka dapat
dirumuskan bahwa berpikir kritis merupakan proses menggunakan pikiran secara
rasional dan reflektif untuk mencari dan menganalisis informasi mengambil
keputusan dan menyelesaikan masalah
Ennis (19918) menyatakan bahwa dalam berpikir kritis terdapat dua
komponen yaitu karakter (disposition) dan kemampuan penguasaan pengetahuan
(ability) Komponen kemampuan penguasaan pengetahuan dalam berpikir kritis
sering disebut sebagai kemampuan berpikir kritis
Terdapat dua belas indikator kemampuan berpikir kritis yang
dikelompokkan dalam lima aspek berpikir kritis seperti pada Tabel 21 berikut
15
Tabel 21 Indikator Kemampuan Berpikir Kritis Menurut Ennis (198546)
No Aspek Indikator
1 Memberikan
penjelasan sederhana
1 Memfokuskan pertanyaan
2 Menganalisis pertanyaan
3 Bertanya dan menjawab
pertanyaan tentang suatu
penjelasan
2 Membangun
keterampilan dasar
1 Mempertimbangkan apakah
sumber dapat dipercaya atau
tidak
2 Mengobservasi dan
mempertimbangkan suatu
laporan hasil observasi
3 Menyimpulkan 1 Mendeduksi dan
mempertimbangkan hasil
deduksi
2 Menginduksi dan
mempertimbangkan hasil induksi
3 Membuat dan menentukan hasil
pertimbangan
4 Memberikan
penjelasan lanjut
1 Mendefinisikan istilah dan
mempertimbangkan suatu
definisi dalam tiga dimensi
2 Mengidentifikasi asumsi
5 Mengatur strategi
dan taktik
1 Menentukan suatu tindakan
2 Berinteraksi dengan orang lain
Kemampuan berpikir kritis dapat diukur dengan menggunakan instrumen
yang dikembangkan melalui aspek dan indikator berpikir kritis Evaluasi terhadap
kemampuan berpikir kritis antara lain bertujuan untuk mendiagnosis tingkat
kemampuan berpikir kritis siswa memberi umpan balik keberanian berpikir
siswa dan memberi motivasi agar siswa mengembangkan kemampuan berpikir
kritis (Ennis 1993180)
Karakter (disposition) adalah kecenderungan atau kebiasaan untuk berpikir
dalam cara dan kondisi tertentu Disposisi berpikir kritis merupakan sifat yang
melekat pada diri seseorang yang berpikir kritis (Lambertus 2009138)
Seseorang yang memiliki disposisi berpikir kritis akan cenderung berpikir kritis
ketika ada situasi atau kondisi yang menghadirkan stimulus untuk berpikir kritis
16
Pemikir kritis yang ideal memiliki karakter (disposition) untuk mencari
kejelasan dari pertanyaan mencari alasan berusaha mengetahui infomasi dengan
baik menggunakan dan menyebutkan sumber yang memiliki kredibilitas
memperhatikan situasi dan kondisi secara keseluruhan berusaha tetap relevan dengan
ide utama mengingat kepentingan yang asli dan mendasar mencari alternatif
bersikap dan berpikir terbuka mengambil posisi ketika ada bukti dan alasan yang
cukup untuk melakukan sesuatu mencari penjelasan sebanyak mungkin bersikap
secara sistematis dan teratur dengan bagian dari keseluruhan masalah (Ennis 19918)
25 Materi Interaksi Makhluk Hidup dengan Lingkungan
Materi Interaksi makhluk hidup dengan lingkungan merupakan salah satu
materi pokok kelas VII semester genap dalam kurikulum 2013 dengan kompetensi
dasar yaitu 38 mendeskripsikan interaksi antar makhluk hidup dan lingkungannya
dan 412 menyajikan hasil observasi terhadap interaksi makhluk hidup dengan
lingkungan di sekitarnya Indikator pembelajaran dalam penelitian ini meliputi
menjelaskan konsep ekosistem mengidentifikasi komponen biotik dan abiotik
mengidentifikasi satuan-satuan dalam ekosistem menghitung kepadatan populasi
menganalisis saling ketergantungan antara komponen biotik dan abiotik dan
menganalisis saling ketergantungan antar komponen biotik
Komponen ekosistem meliputi komponen abiotik (makhluk tak hidup) dan
komponen biotik (makhluk hidup) Komponen biotik meliputi organisme autotrof
yaitu produsen primer heterotrof yaitu konsumen dan detritivor yaitu organisme
pemakan limbah organik dan organisme yang telah mati
Produsen primer utama pada sebagian besar ekosistem darat adalah
tumbuhan sedangkan produsen primer dalam zona limnetik danau dan lautan
terbuka adalah fitoplankton (alga dan bakteri) Alga multiselluler dan tumbuhan
akuatik merupakan produsen primer di ekosistem air tawar maupun air laut
Organisme yang secara langsung memakan organisme autotrof disebut
herbivora Oleh karena itu herbivora disebut juga sebagai konsumen primer
sedangkan organisme yang mendapatkan makanan dengan memangsa herbivora
atau karnivora lain disebut karnivora Karnivora dapat berperan sebagai konsumen
17
sekunder tersier dan seterusnya Jalur perpindahan makanan dari tingkat trofik
satu ke tingkat trofik lainnya dikenal sebagai rantai makanan (food chain) akan
tetapi hubungan makan memakan dalam suatu ekosistem umumnya saling
berhubungan menjadi jaring-jaring makanan (food web) karena konsumen
memakan lebih dari satu tingkat trofik (Campbell et al 2004)
Kompetensi dasar dan indikator pembelajaran pada materi tersebut
menuntut siswa untuk dapat memahami konsep-konsep dan memecahkan masalah
yang sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari Penerapan learning cycle 7e
berbasis konstruktivisme mempertimbangkan pengetahuan awal siswa (elicit)
menyajikan masalah yang berkaitan dengan kehidupan nyata sebagai rangsangan
untuk belajar (engage) memberikan kesempatan secara langsung kepada siswa
untuk terlibat dalam penemuan konsep melalui kegiatan observasi (explore)
dilanjutkan dengan melakukan diskusi untuk mengklarifikasi konsep (elaborate)
dan evaluasi (evaluate) untuk mengetahui sejauh mana pemahaman konsep yang
telah dimiliki oleh siswa serta menerapkan konsep yang telah diperoleh pada
situasi baru (extend) Pembelajaran materi interaksi makhluk hidup dengan
lingkungan diharapkan menjadi lebih bermakna dan kemampuan berpikir kritis
siswa dapat berkembang dengan membandingkan konsep yang sudah diperoleh
dengan konsep baru yang dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari siswa Model
pembelajaran learning cycle 7e berbasis konstruktivisme diharapkan tepat apabila
digunakan dalam penyampaian materi ekosistem
18
26 Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
Gambar 22 Kerangka Berpikir Penelitian
27 Hipotesis
Penerapan Learning cycle 7e berbasis konstruktivisme berpengaruh
terhadap kemampuan berpikir kritis siswa pada materi Interaksi makhluk hidup
dengan lingkungan
Pembelajaran Learning
Cycle 7E berbasis
konstruktivisme
Menekankan
pengetahuan awal siswa
dan memungkinkan
mengaplikasikan
konsep yang telah
diperoleh
(Eisenkraft 200357)
Mampu meningkatkan
keterampilan proses
sains dan penguasaan
konsep (Kanli amp
Yagbasan 2007151)
Mampu meningkatkan
kemampuan berpikir
kritis
(Hartono 201365)
Mampu meningkatkan
kemampuan berpikir
kritis secara signifikan
dibandingkan metode
tradisional
(Mecit 200648)
Permasalahan dalam pembelajaran
Siswa kesulitan menganalisis suatu
permasalahan
Siswa kesulitan menyimpulkan
Siswa kesulitan mengaplikasikan konsep
pada situasi baru dan konkret
Keberanian mengajukan pertanyaan
amp pendapat rendah
Kemampuan berpikir kritis rendah
Berpikir kritis salah satu
keterampilan abad 21 yang
harus dimiliki oleh siswa
Tuntutan memberdayakan
SDM yang berkualitas
(Permendikbud 2013)
Kelas eksperimen Kelas kontrol
Pembelajaran
dengan metode
diskusi amp ceramah
Kemampuan berpikir kritis berkembang
Learning cycle 7e
berbasis
konstruktivisme
Quasi experimental design
Uji t
54
BAB 5
PENUTUP
51 Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa
penerapan learning cycle 7e berbasis konstruktivisme berpengaruh terhadap
kemampuan berpikir kritis siswa pada materi interaksi makhluk hidup dengan
lingkungan Peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa kelas eksperimen lebih
baik dari pada kelas kontrol
52 Saran
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan penerapan learning cycle
7e berbasis konstruktivisme terbukti berpengaruh terhadap kemampuan berpikir
kritis siswa pada materi interaksi makhluk hidup dengan lingkunganya Dengan
demikian maka beberapa saran yang dapat diberikan sebagai berikut
1 Guru IPA dapat mempertimbangkan pembelajaran learning cycle 7E berbasis
konstruktivisme pada materi interaksi makhluk hidup dengan lingkungan
karena terbukti dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa
2 Guru IPA dapat merancang proses pembelajaran dan instrumen pembelajaran
yang dapat memicu kemampuan berpikir kritis siswa
3 Bagi peneliti selanjutnya yang akan melakukan penelitian berkaitan dengan
kemampuan berpikir kritis disarankan mengoptimalkan pengelolaan kelas dan
memberikan banyak motivasi agar setiap siswa dapat berpartisipasi dan
berinteraksi dalam kegiatan pembelajaran Hal ini dimaksudkan agar
pembelajaran yang dilakukan efektif terhadap kemampuan berpikir kritis
siswa
55
DAFTAR PUSTAKA
Aqib Z 2013 Model-Model Media dan Strategi Pembelajaran
Kontekstual(Inovatif) Bandung Yrama Widya
Amertawengrum IP 2014 Filsafat Konstruktivisme dalam Pembelajaran Sastra
Anak Jurnal Magistra 26(89)8-17 KlatenUnwidha
Arifin Z 2012 Evaluasi Pembelajaran Jakarta Dirjen Pendidikan Islam Online
at
httpdualmodekemenaggoidfiledokumen34EvaluasiPembelajaranpdf
[diakses tanggal 17 Januari 2015]
Arikunto S 2010 Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Jakarta Bumi Aksara
_________ 2012 Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Jakarta Bumi Aksara
Bybee RW JA Taylor A Gardner PV Scotter JC Powell A Westbrook amp
N Landes 2006 The BSCS 5E Instructional Model Origins and
Effectiveness A Report Prepared for the Office of Science Education
National Institute of Health Colorado BSCS Online Tersedia di
httpscienceeducationnihgov [diakses 11-1- 2015]
Campbell NA Reece BJ amp Mitchell LG 2004 Biologi Alih Bahasa Manalu
W (eds) Erlangga Jakarta
Curto K amp T Bayer 2005 An Intersection of Critical Thinkking and
Communication Skillls Journal of Biological Science 31(4)11-19
Amerika Serikat University of Pittsburgh
Eisenkraft A 2003 Expanding The 5E Model Journal The Sciences Teacher
70(6) 56-59 Tersedia di httpits-about-
timecomhtmlsapeisenkrafttstpdf [diakses 3-2-2015]
Ennis RH 1985 A Logical Basic for Measuring Critical Thinking Skill Tersedia
di httpwwwascdorgASCDpdfjournalsed_leadel_198510_ennispdf
[diakses 27-1-2015]
Ennis RH 1991Critical Thinking A Streamlined Conception Tersedia di
httpfacultyeducationillinoisedurhennisdocumentsTheNatureofCritical
Thinking_51711_000pdf [diakses 27-1-2015]
Ennis R H 1993 Critical Thinking Assesment Journal Theory and Practice 32
(2) 179-186 Amerika Serikat The Ohio State University
56
Ennis RH 2011 The Nature of Critical Thinking An Outline of Critical
Thinking Dispositions and Abilities Tersedia di
httpfacultyeducationillinoisedurhennisdocumentsTheNatureofCritical
Thinking_51711_000pdf [diakses 27-1-2015]
Hapsari RTS 2011 Penerapan Model Konstruktivisme untuk Meningkatkan
Hasil Belajar Siswa Jurnal Pendidikan Penabur 10(16) (34-45) Tersedia
di
httpwwwbpkpenaburoridfilesHal2034_4520Penerapan20Mode
l20Pembelajaran20Konstruktivismepdf [diakses 25-1-2015]
Hartono 2013 Learning Cycle Model to Increase Studentrsquos Critical Thinking on
Science Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 9(1)56-66 Semarang
Universitas Negeri Semarang
Indrawati W Suyatno amp YSRahayu 2014 Implementasi Model Learning
Cycle 7E Pada Pembelajaran Kimia Dengan Materi Pokok Kelarutan Dan
Hasil Kali Kelarutan Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep dan
Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMA Prosiding Seminar Nasional
KimiaSurabaya Universitas Negeri Surabaya
Johnson EB 2007 Contextual Teaching amp Learning terjemahan Ibnu Setiawan
Bandung MLC
Kanli amp Yagbasan 2007 The Effects of a Laboratory Based on the 7E Learning
Cycle Model and Verification Laboratory Approach on the Development of
Studentsrsquo Science Process Skills and Conceptual Achievement Tersedia
diwwwuscaeduessaysspecialeditionUKanligraveandRYagbasanpdf[diakses
2-3-2015]
Kowiyah 2012 Kemampuan Berpikir Kritis Jurnal Pendidikan Dasar 3(5) 175-
179 Tersedia di httpjournalppsunjorgarticeldownload108108
[diakses 1-1-2015]
Kulsum U amp N Hindarto 2011 Penerapan Model Learning Cycle 5E pada Sub
pokok bahasan Kalor untuk Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar
Siswa Kelas VII SMP Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 7(1)128-
133Semarang Universitas Negeri Semarang
Kunandar 2013 Penilaian Autentik (Penilaian Hasil Belajar Kurikulum 2013)
Jakarta Raja Grafindo Persada
Lambertus 2009 Pentingnya Melatih Keterampilan Berpikir Kritis Dalam
Pembelajaran Matematika Di SD Jurnal Forum Pendidikan 28(2) (136-
142) Palembang Universitas Sriwijaya
57
Maknun D RR Haerin k Surtikanti amp AMunandar 2012 Praktikum Ekologi
Berbasis Proyek Media Pembekalan Keterampilan Esensial Laboratorium
Jurnal Pendidikan MIPA 13(1) 8-17 Lampung Universitas Lampung
Mecit O 2006 The Effect of 7E Learning Cycle Model on The Improvement of
Fifth Grade Studentsrsquo Critical Thinking Skills Tesis Turkey Middle East
Technical University
Permendikbud 2013 Implementasi Kurikulum Jakarta Depdiknas
Priyatno Duwi 2012 Belajar Analisis Data dengan SPSS 20 Yogyakarta Andi
Redhana IW amp Liliasari 2008 Program Pembelajaran Keterampilan Berpikir
Kritis Pada Topik Laju Reaksi Untuk Siswa SMA Jurnal Forum
Kependidikan 27(2)103-112 Bandung Universitas Pendidikan Indonesia
RifarsquoI Aamp CT Anni 2011 Psikologi Pendidikan Semarang Universitas Negeri
Semarang Press
Siribunnam amp Tayraukham 2009 Effect of 7-E KWL and Conventional on
Analitycal Thinking Learning Acievement and Attitudes toward Chemistry
Learning Journal of Social Sciences 5(4)279-282 Tersedia di
httpwwwamazoncomconventional-instruction-analytical-achievement-
attitudesdpB002TP5UQS [diakses 3-2-2015]
Slameto 2010 Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya Jakarta
Rhineka Cipta
Slavin RE 2008 Psikologi Pendidikan Teori dan Praktik Jakarta Indeks
Soeprodjo S Priatmoko amp EY Sariana 2008 Pengaruh Model Learning
Cycle terhadap Hasil Belajar Materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan
Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia 2(1) 224-229 Semarang Universitas
Negeri Semarang
Sudjana 2005 Metode Statistika Bandung Tarsito
Sugiyono 2013 Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif
Kualitatif dan RampD) Bandung Alfabeta
Trianto 2007 Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivisme
Jakarta Prestasi Pustaka
Tuna A amp A Kaccedilar 2013 The Effect of 5E Learning Cycle Model in Teaching
Trigonometry on Studentrsquos Academic Achievement and The Permanence of
Their Knowledge International Journal on New Trends in Education and
58
Their Implications 4(1) 73-87 Tersedia di
httpijonteorgFileploadks63207File07tunapdf [diakses 11-1- 2015]
Wardoyo SM 2013 Pembelajaran Konstruktivisme Bandung Alfabeta
Wena M 2011 Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer Jakarta Bumi
Aksara
Wiyanto 2008 Menyiapkan Guru Sains Mengembangkan Kompetensi
Laboratorium Semarang Unnes Press
Page 4
iv
MOTTO
Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan maka apabila engkau telah
selesai (dari sesuatu urusan) tetaplah bekerja keras (untuk urusan lain)
(Qs Al Insyirah ayat 6-7)
Allah mencintai pekerjaan yang apabila bekerja diselesaikan dengan baik
(HR Thabrani)
Banyak kegagalan dalam hidup ini dikarenakan orang-orang tidak menyadari
betapa dekatnya mereka dengan keberhasilan saat mereka menyerah
(Thomas Alva Edison)
Hidup adalah perjuangan dan proses meski yang tampak itu hasilnya tapi
perjuangan dan proses yang selalu dikenang dan menjadi ceritamu
PERSEMBAHAN
Untuk Bapak Tamrin dan Ibu Tanijah tercinta
yang selalu mencurahkan kasih sayang
dukungan motivasi dan doa dengan tulus
Untuk Kakakku (Mas Iis Mas Herman Mas
Wito dan Mas Nur Yasin) yang selalu
memberikan dukungan motivasi dan doa
Untuk Sahabat terdekatku yang senantiasa
menjadi penyemangat dan selalu ada dalam
suka dukaku
Untuk Teman-teman Rombel 1 Pendidikan
Biologi 2011 yang selalu memberikan
dukungan dan motivasi
v
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya serta kekuatan kesehatan dan kesabaran
sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul
ldquoPengaruh Learning Cycle 7E Berbasis Konstruktivisme Terhadap Kemampuan
Berpikir Kritis Siswa pada Materi Interaksi Makhluk Hidup dengan Lingkunganrdquo
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari
bantuan bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak oleh karena itu pada
kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih setulus hati kepada
1 Rektor Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan kesempatan
kepada penulis untuk menyelesaikan studi di Universitas Negeri Semarang
2 Dekan FMIPA Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan
kemudahan dan kelancaran dalam penyusunan skripsi
3 Ketua Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Semarang yang telah
memberikan kemudahan dan kelancaran dalam penyusunan skripsi
4 Ibu Sri Sukaesih SPd MPd selaku dosen pembimbing I yang penuh
kesabaran dalam membimbing memberi arahan gagasan dan motivasi kepada
penulis hingga selesainya skripsi ini
5 Bapak Andin Irsadi SPd MSi selaku dosen pembimbing II yang penuh
kesabaran dalam membimbing memberi arahan gagasan dan motivasi kepada
penulis hingga selesainya skripsi ini
6 Bapak Drs Sumadi MS selaku dosen penguji yang telah memberikan
masukan arahan dan motivasi kepada penulis demi kesempurnaan
penyusunan skripsi ini
7 BapakIbu dosen dan karyawan FMIPA khususnya Jurusan Biologi atas segala
ilmu pengalaman dan bantuan yang di berikan
8 Bapak SihonoSPd MM selaku kepala SMP Negeri 19 Tegal yang telah
memberikan kesempatan dan kemudahan selama penelitian berlangsung
9 Bapak Drs Heri Subeno guru IPA SMP Negeri 19 Tegal yang telah berkenan
membantu dan bekerjasama dengan penulis dalam melaksanakan penelitian
vi
10 Seluruh siswa kelas VII D dan VII H SMP Negeri 19 Tegal Tahun ajaran
20142015 atas kerjasama dan partisipasinya dalam pengambilan data
penelitian ini
11 Bapak Tamrin dan Ibu Tanijah tercinta serta keempat kakakku (Mas Iis Mas
Herman Mas Wito dan Mas Nur Yasin) yang selalu memberikan kasih
sayang motivasi doa serta dukungan dengan tulus
12 Keluarga besar yang telah mendukung dan memberikan motivasi dalam
menyelesaikan skripsi ini
13 Beasiswa BIDIKMISI yang telah memberikan dana kuliah dan living cost
selama 8 semester ini
14 Sahabat-sahabatku Imunoglobulin (Farih Fadhila Arnita Cahya Saputri
Rismanika Mohammad Shafi Fadli) Alfina Sri Manikati dan Linda Pratiwi
yang selalu memberian semangat dan dukungan
15 Sahabat terdekatku yang selalu memberikan semangat motivasi khusus dan
dukungan selama penyusunan skripsi
16 Teman-teman Rombel 1 Pendidikan Biologi FMIPA Universitas Negeri
Semarang yang selalu memberikan semangat dan dukungan
17 Teman-teman Student Scientific Center (SSC) 2013 yang telah memberikan
semangat dan dukungan
18 Teman-teman Pondok Permai kos yang telah memberikan semangat dan
dukungan selama menyelesaikan skripsi ini
19 Semua pihak yang telah berkenan membantu penulis selama penelitian dan
penyusunan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu
Semoga semua bantuan yang diberikan mendapat imbalan dari Allah
SWT Kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak diterima
dengan senang hati Akhir kata semoga skripsi ini dapat bermanfaat khususnya di
bidang pendidikan
Semarang 1September 2015
Penulis
vii
ABSTRAK
Maulidah Sri 2015 Pengaruh Learning Cycle 7E Berbasis Konstruktivisme
Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa pada Materi Interaksi
Makhluk Hidup dengan Lingkungan Skripsi Jurusan Biologi FMIPA
Universitas Negeri Semarang Sri Sukaesih SPd MPd dan Andin Irsadi
SPd MSi
Berdasarkan observasi di SMP N 19 Tegal menunjukkan bahwa proses
pembelajaran dan soal-soal evaluasi yang diberikan belum berorientasi untuk
mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa Siswa mengalami kesulitan
menganalisis suatu permasalahan menyimpulkan serta kesulitan mengaplikasikan
konsep dalam situasi yang baru dan konkret Berdasarkan hal tersebut diperlukan
suatu upaya untuk mengembangkan kemampuan berpikir ktitis siswa Salah satu
cara mengembangkan kemampuan berpikir kritis yaitu melalui learning cycle 7e
berbasis konstruktivisme Learning cycle 7e merupakan suatu model pembelajaran
yang bertujuan untuk menekankan pentingnya memunculkan pemahaman awal
siswa dan memperluas (transfer) konsep Penelitian ini bertujuan untuk
mendeskripsikan pengaruh learning cycle 7e berbasis konstruktivisme terhadap
kemampuan berpikir kritis siswa pada materi Interaksi makhluk hidup dengan
lingkungan
Jenis penelitian ini Quasi Experimental dengan Nonequivalent control
group design Populasi penelitian ini seluruh siswa kelas VII SMP N 19 Tegal
Tahun Pelajaran 20142015 Sampel penelitian ini yaitu siswa kelas VII D dan VII
H dengan teknik pengambilan sampel convenience Data penelitian berupa tes
kemampuan berpikir kritis yang meliputi pretest dan posttest lembar observasi
aktivitas siswa keterlaksanaan pembelajaran learning cycle 7e berbasis
konstruktivisme dan tanggapan siswa Hasil tes kemampuan berpikir kritis
dianalisis menggunakan uji t dan uji normalisasi gain Berdasarkan analisis uji t
data posttest terdapat perbedaan signifikan kemampuan berpikir kritis dengan t
hitung 3109 gt t tabel 2010 juga terdapat perbedaan signifikan hasil uji t
normalisasi gain dengan t hitung 4660 gt t tabel 2026 artinya model learning
cycle 7e berbasis konstruktivisme berpengaruh lebih baik terhadap kemampuan
berpikir kritis siswa Aktivitas siswa kelas eksperimen lebih baik dibandingkan
kelas kontrol Keterlaksanaan pembelajaran sebesar 9250 Siswa memberian
tanggapan yang baik terhadap pembelajaran learning cycle 7e berbasis
konstruktivisme karena dapat membuat siswa lebih tertarik dalam mengikuti
pelajaran memotivasi siswa dalam pembelajaran mengaktifkan siswa dan
membantu siswa memahami materi interaksi makhluk hidup dengan lingkungan
Simpulan dari penelitian ini adalah model pembelajaran learning cycle 7e berbasis
konstruktivisme berpengaruh dalam arti dapat mengembangkan kemampuan
berpikir kritis siswa pada materi interaksi makhluk hidup dengan lingkungan
Kata kunci Kemampuan berpikir kritis Learning cycle 7e berbasis
konstruktivisme
viii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL i
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ii
HALAMAN PENGESAHAN iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN iv
PRAKATA v
ABSTRAK vii
DAFTAR ISI viii viii
DAFTAR TABEL x
DAFTAR GAMBAR xi xi
DAFTAR LAMPIRAN xii
BAB
1 PENDAHULUAN 1
11 Latar Belakang 1
12 Rumusan Masalah 4
13 Penegasan Istilah 4
14 Tujuan Penelitian 6
15 Manfaat Penelitian 6
2 TINJAUAN PUSTAKA 8
21 Teori Konstruktivisme 8
22 Teori Perkembangan Jean Piaget 9
23 Learning Cycle 7E Berbasis Konstruktivisme 10
24 Kemampuan Berpikir Kritis 13
25 Materi Interaksi Makhluk Hidup dengan Lingkungan 16
26 Kerangka Berpikir 18
27Hipotesis 18
3 METODE PENELITIAN 19
31 Lokasi dan Waktu Penelitian 19
32 Populasi dan Sampel 19
33 Variabel Penelitian 19
34 Rancangan Penelitian 20
ix
35 Prosedur Penelitian 21
36 Data dan Metode Pengumpulan data 29
37 Metode Analisis Data 30
4 HASIL DAN PEMBAHASAN 36
41 Hasil 36
42 Pembahasan 43
5 PENUTUP 54
51 Simpulan 54
52 Saran 54
DAFTAR PUSTAKA 55
LAMPIRAN 59
x
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
21 Indikator Kemampuan Berpikir Kritis Menurut Ennis 15
31 Desain Penelitian Nonequivalent Control Group Design 20
32 Hasil Analisis Validitas Uji Coba Butir Soal 23
33 Hasil Analisis Tingkat Kesukaran Uji Coba Butir Soal 24
34 Hasil Analisis Daya Beda Uji Coba Butir Soal 25
35 Rekap Hasil Analisis Uji Coba Butir Soal yang digunakan 26
36 Jenis Data dan Metode Pengumpulan Data 29
37 Kriteria Keterlaksanaan Learning Cycle 7e Berbasis Konstruktivisme 34
41 Rata-Rata Skor Pretest dan Posttest Kelas Eksperimen dan Kontrol 36
42 Hasil Uji Normalitas Data Pretest-Posttest dan N-Gain 37
43 Hasil Uji Homogenitas Data Pretest-Posttest dan N-Gain 38
44 Hasil Uji t Pretest-Posttest dan N-Gain Kelas Eksperimen dan Kontrol 38
45 Hasil Analisis Persentase Setiap Aspek Kemampuan Berpikir Kritis 38
46 Tingkat Keterlaksanaan Learning Cycle 7e Berbasis Konstruktivisme 41
47 Hasil Angket Tanggapan Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 42
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
21 Perubahan Learning Cycle 5E Menjadi 7E 12
22 Kerangka Berpikir Penelitian 18
41 Hasil Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa (N-Gain) 37
42 Hasil Uji N-Gain Setiap Aspek Kemampuan Berpikir Kritis 39
43 Aktivitas Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 40
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1 Hasil Wawancara dan Observasi 59
2 Silabus Mata Pelajaran IPA 62
3 RPP Kelas Eksperimen 67
4 RPP Kelas Kontrol 80
5 LKS 1 Kelas Eksperimen dan Pembahasan 90
6 LDS 1 Kelas Eksperimen dan Pembahasan 95
7 Soal Evaluasi 1 Kelas Eksperimen dan Pembahasan 98
8 PR 1 Kelas Eksperimen dan Pembahasan 101
9 LKS 2 Kelas Eksperimen dan Pembahasan 103
10 LKS 3 Kelas Eksperimen dan Pembahasan 107
11 Kisi-kisi Lembar Observasi Aktivitas Kelas Eksperimen 114
12 Kisi-Kisi Lembar Obserasi Aktivitas Siswa Kelas Kontrol 115
13 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Kelas Eksperimen dan Kontrol 116
14 Rekapitulasi Aktivitas Siswa Kelas Eksperimen 117
15 Rekapitulasi Aktivitas Siswa Kelas Kontrol 118
16 Lembar Refleksi Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 119
17 Kisi-Kisi Lembar Keterlaksanaan Learning Cycle 7E 120
18 Lembar Keterlaksanaan Learning Cycle 7E Berbasis Konstruktivisme 121
19 Kisi-Kisi Angket Tanggapan Siswa Kelas Eksperimen 122
20 Lembar Angket Tanggapan Siswa Kelas Eksperimen 123
21 Kisi-Kisi Angket Tanggapan Siswa Kelas Kontrol 124
22 Lembar Angket Tanggapan Siswa Kelas Kontrol 125
23 Rekapitulasi Hasil Analisis Soal Uji Coba Pilihan Ganda 126
24 Rekapitulasi Hasil Analisis Soal Uji Coba Uraian 130
25 Perhitungan Validitas Soal 131
26 Perhitungan Reliabilitas Instrumen 133
27 Perhitungan Tingkat Kesukaran Soal 135
28 Perhitungan Daya Beda Soal 136
xiii
29 Kisi-Kisi Soal Kemampuan Berpikir Kritis 137
30 Soal Kemampuan Berpikir Kirits 139
31 Hasil Pretest Kelas Eksperimen 148
32 Hasil Posttest Kelas Eksperimen 149
33 Hasil Pretest Kelas Kontrol 150
34 Hasil Posttest Kelas Kontrol 151
35 Rekapitulasi N-gain 152
36 Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas Eksperimen 153
37 Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas Kontrol 154
38 Persentase Aspek Berpikir Kritis Pretets Kelas Eksperimen 155
39 Persentase Aspek Berpikir Kritis Posttest Kelas Eksperimen 157
40 Persentase Aspek Berpikir Kritis Pretets Kelas Kontrol 159
41 Persentase Aspek Berpikir Kritis Posttest Kelas Kontrol 161
42 Uji Normalitas Pretest 163
43 Uji Normalitas Posttest 164
44 Uji Normalitas N-gain 165
45 Uji Homogenitas dan Uji t Pretest 166
46 Uji Homogenitas dan Uji t Posttest 167
47 Uji Homogenitas dan Uji t N-gain 168
48 Rekapitulasi Analisis Tiap Aspek Kemampuan Berpikir Kritis 169
49 Hasil Rekapitulasi Tingkat Keterlaksanaan Learning Cycle 7E 170
50 Hasil Rekapitulasi Tanggapan Siswa Kelas Eksperimen 171
51 Hasil Rekapitulasi Tanggapan Siswa Kelas Kontrol 172
52 Dokumentasi Penelitian 173
53 Surat Ijin Observasi 175
54 Surat Ijin Penelitian 176
55 Surat Bukti Penelitian 177
1
BAB 1
PENDAHULUAN
11 Latar Belakang
Abad ke 21 merupakan era informasi dan teknologi dimana perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya di bidang informasi dan komunikasi
tumbuh semakin pesat Hal ini mempengaruhi semua aspek kehidupan termasuk
di bidang pendidikan Proses pendidikan pun dituntut untuk dapat menghasilkan
sumber daya manusia yang berkualitas Menurut Trilling amp Fadel sebagaimana
dikutip oleh Kulsum amp Hindarto (201362) menyatakan bahwa pada era
informasi dan teknologi diperlukan sumber daya manusia dengan kualitas tinggi
yang memiliki keahlian seperti kemampuan berpikir tingkat tinggi (berpikir
kritis) kreatif inovatif bekerja sama memahami berbagai budaya berkomunikasi
yang efektif kemampuan dalam teknologi dan informasi serta tanggung jawab
keimanan yang tinggi
Berdasarkan Permendikbud Nomor 81A Tahun 2013 tentang Implementasi
Kurikulum dijelaskan bahwa sistem pendidikan Indonesia saat ini dihadapkan
pada tuntutan memberdayakan potensi siswa supaya berkembang menjadi sumber
daya manusia yang berkualitas Oleh karena itu dalam menghadapi era informasi
seperti sekarang ini sistem pendidikan di Indonesia diharapkan mampu
membekali siswa dengan kemampuan-kemampuan belajar dan kecakapan hidup
(live skill) Salah satu kemampuan tersebut adalah kemampuan berpikir kritis
Berpikir kritis adalah berpikir rasional dan reflektif dengan menekankan
pada pembuatan keputusan tentang apa yang harus dipercayai atau dilakukan
(Ennis20111) Siswa dituntut untuk berpikir rasional yakni menurut pikiran dan
pertimbangan yang logis berpikir reflektif yakni mempertimbangkan secara hati-
hati segala alternatif sebelum mengambil keputusan
Tujuan melatihkan kemampuan berpikir kritis adalah untuk menyiapkan
siswa menjadi seorang pemikir kritis dan mampu menyelesaikan masalah yang
dihadapi (Tuna amp Kaccedilar 201374) Selain itu untuk menghindarkan diri siswa dari
2
penipuan pencucian otak dan membuat keputusan dengan tepat dan bertanggung
jawab (Redhana amp Liliasari 2008 106)
Menurut Lambertus (2009140) kemampuan berpikir kritis dapat dilatih
dan dikembangkan secara terus menerus Salah satu cara mengembangkan
kemampuan berpikir kritis yaitu melalui pembelajaran sains (IPA) Siswa dilatih
untuk bertanggung jawab terhadap diri sendiri dalam memperoleh pengetahuan
melalui kegiatan eksplorasi memecahkan masalah dan mengkomunikasikan hasil
penyelidikan yang dapat dipercaya pada pembelajaran sains Hal ini dikarenakan
dengan latihan dapat membuat keterampilan berpikir kritis menjadi suatu
kebiasaan
Kenyataan di sekolah pendidikan sains belum banyak yang berorientasi ke
arah pembiasaan berpikir tinggi (berpikir kritis) kemampuan siswa dalam
menjawab soal-soal yang menuntut kemampuan berpikir tinggi masih rendah
(Kunandar201318-19) Keikutsertaan Indonesia di dalam studi Trends in
International Mathematatics and science Study (TIMSS) dan Program for
International Student Assessment (PISA) sejak tahun 1999 juga menunjukkan
bahwa capaian siswa-siswi Indonesia tidak mengembirakan dalam beberapa
laporan yang dikeluarkan TIMSS dan PISA (Permendikbud 2013)
Berdasarkan observasi awal yang telah dilakukan di SMP N 19 Tegal
melalui wawancara dengan guru IPA dan pengamatan dalam proses pembelajaran
menunjukkan bahwa metode yang diterapkan oleh guru sudah bervariasi seperti
ceramah diskusi praktikum dan penugasan namun proses pembelajaran dan
soal-soal evaluasi yang di berikan belum berorientasi untuk mengembangkan
kemampuan berpikir kritis siswa Siswa mengalami kesulitan menganalisis suatu
permasalahan menyimpulkan serta kesulitan mengaplikasikan konsep dalam
situasi yang baru dan konkret Keberanian siswa untuk bertanya dan menjawab
pertanyaan masih rendah Ketika guru mengajukan pertanyaan siswa cenderung
pasif atau siswa belum terbiasa menjawab dengan inisiatif sendiri (data
selengkapnya pada lampiran 1 halaman 59)
Berdasarkan hal tersebut diperlukan suatu upaya untuk mengembangkan
kemampuan berpikir ktitis siswa Salah satu cara mengembangkan kemampuan
3
berpikir kritis yaitu melalui pembelajaran sains (IPA) yang memberikan
kesempatan kepada siswa untuk belajar ldquomenemukanrdquo bukan sekedar belajar
ldquomenerimardquo Kesempatan belajar menemukan dapat dikembangkan antara lain
dalam bentuk pembelajaran berbasis konstruktivisme yang memiliki karakteristik
meliputi berpusat pada siswa adanya masalah proses menemukan interaksi
sosial dan pengetahuan atau pemahaman baru (Wardoyo 201341)
Salah satu model pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan teori
konstruktivisme yaitu learning cycle 7e Hal tersebut terlihat dalam model
pembelajaran learning cycle memuat beberapa tahap kegiatan (fase) Menurut
(Eisenkraft200357) tujuh tahap kegiatan dalam learning cycle 7e antara lain
elicit (penggalian pengetahuan awal) engage (motivasi) explore (melakukan
pengamatan atau percobaan) explain (mengkomunikasikan) elaborate
(menerapkan konsep) evaluate (evaluasi) dan extend (mengaplikasikan konsep)
Beberapa penelitian telah dilakukan terkait penerapan model pembelajaran
learning cycle 7e dalam pembelajaran Berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Indrawati et al(201436) menyatakan bahwa implementasi model
pembelajaran learning cycle 7e efektif untuk meningkatkan penguasaan konsep
dan kemampuan berpikir kritis siswa Hasil penelitian Hartono (201365)
menunjukkan bahwa model pembelajaran learning cycle 7e dapat meningkatkan
kemampuan berpikir kritis siswa Hasil penelitian Kanli amp Yagbasan (2007151)
menunjukkan bahwa learning cycle 7e mampu meningkatkan keterampilan proses
sains dan penguasaan konsep siswa Hasil penelitian Mecit (200648)
menunjukkan bahwa model learning cycle 7e dapat meningkatkan kemampuan
berpikir kritis siswa secara signifikan dibandingkan dengan metode tradisional
Materi Interaksi makhluk hidup dengan lingkungan merupakan salah satu
materi pokok kelas VII semester genap dalam kurikulum 2013 dengan kompetensi
dasar yakni 38 mendeskripsikan interaksi antar makhluk hidup dan
lingkungannya dan 412 menyajikan hasil observasi terhadap interaksi makhluk
hidup dengan lingkungan di sekitarnya Kompetensi dasar pada materi tersebut
menuntut siswa untuk dapat memahami konsep-konsep dan memecahkan masalah
yang sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari Penerapan learning cycle 7e
4
berbasis konstruktivisme mempertimbangkan pengetahuan awal siswa (elicit)
menyajikan masalah yang berkaitan dengan kehidupan nyata sebagai rangsangan
untuk belajar (engage) memberikan kesempatan secara langsung kepada siswa
untuk terlibat dalam penemuan konsep (explore) dilanjutkan dengan melakukan
diskusi untuk mengklarifikasi konsep (elaborate) evaluasi (evaluate) serta
mengaplikasikan konsep tersebut pada situasi baru (extend) Pembelajaran materi
interaksi makhluk hidup akan menjadi lebih bermakna dan kemampuan berpikir
kritis siswa dapat berkembang dengan membandingkan konsep yang sudah
diperoleh dengan konsep baru yang dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari siswa
maka diharapkan model pembelajaran learning cycle 7e berbasis konstruktivisme
akan tepat apabila digunakan dalam penyampaian materi interaksi makhluk hidup
dengan lingkungan
Berdasarkan uraian di atas maka akan dilakukan penelitian yang berjudul
ldquoPengaruh Learning Cycle 7E Berbasis Konstruktivisme Terhadap Kemampuan
Berpikir Kritis Siswa pada Materi Interaksi Makhluk Hidup dengan Lingkunganrdquo
12 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang maka rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah apakah penerapan Learning Cycle 7E berbasis konstruktivisme
berpengaruh terhadap kemampuan berpikir kritis siswa pada materi Interaksi
makhluk hidup dengan lingkungan
13 Penegasan Istilah
Supaya tidak terjadi kesalahan penafsiran terhadap istilah-istilah yang
digunakan dalam penelitian ini maka perlu diberikan penjelasan tentang istilah-
istilah berikut
131 Pembelajaran Learning Cycle 7E Berbasis Konstruktivisme
Learning cycle 7e merupakan suatu model pembelajaran yang bertujuan
untuk menekankan pentingnya memunculkan pemahaman awal siswa dan
memperluas (transfer) konsep Menurut Eisenkraft (200357) terdapat tujuh tahap
5
dalam learning cycle 7e yaitu elicit (penggalian pengetahuan awal) engage
(motivasi) explore (melakukan pengamatan atau percobaan) explain
(mengkomunikasikan) elaborate (menerapkan konsep) evaluate (evaluasi) dan
extend (mengaplikasikan konsep)
Konsep pembelajaran konstruktivisme merupakan pembelajaran yang
didasarkan pada pemahaman bahwa proses belajar yang dilakukan siswa
merupakan proses konstruksi pengetahuan pemahaman dan pengalaman yang
dilakukan oleh siswa (Wardoyo 20134) Karakteristik dalam pembelajaran
konstruktivisme antara lain 1) berpusat pada siswa 2) adanya masalah 3) proses
menemukan 4) interaksi sosial dan 5) pengetahuan atau pemahaman baru
(Wardoyo 201341) Pembelajaran learning cycle 7e berbasis konstruktivisme
pada penelitian ini adalah pembelajaran IPA yang menerapkan tahap-tahap model
pembelajaran learning cycle 7e yang didasarkan pada kelima karakteristik
pembelajaran konstruktivisme menurut Wardoyo (201341)
132 Kemampuan Berpikir Kritis
Menurut Ennis (20111) berpikir kritis adalah berpikir rasional dan
reflektif dengan menekankan pada pembuatan keputusan tentang apa yang harus
dipercayai atau dilakukan Rasional berarti menurut pikiran dan pertimbangan
yang logis Reflektif berarti mempertimbangkan secara hati-hati segala alternatif
sebelum mengambil keputusan
Kemampuan berpikir kritis yang diukur pada penelitian ini mengacu pada
(Ennis 198546) yang menyebutkan terdapat lima aspek sebagai indikator dalam
berpikir kritis yaitu (1) memberikan penjelasan sederhana (2) membangun
keterampilan dasar (3) menyimpulkan 4) memberi penjelasan lanjut dan (5)
mengatur strategi dan taktik
133 Materi Interaksi Makhluk Hidup dengan Lingkungan
Materi Interaksi makhluk hidup dengan lingkungan merupakan salah satu
materi pokok kelas VII semester genap dalam kurikulum 2013 dengan kompetensi
dasar yakni 38 mendeskripsikan interaksi antar makhluk hidup dan
6
lingkungannya dan 412 menyajikan hasil observasi terhadap interaksi makhluk
hidup dengan lingkungan di sekitarnya Indikator pembelajaran dalam penelitian
ini yaitu menjelaskan konsep ekosistem mengidentifikasi komponen abiotik dan
biotik mengidentifikasi satuan-satuan dalam ekosistem menghitung kepadatan
populasi menganalisis saling ketergantungan antara komponen biotik dengan
abiotik dan menganalisis saling ketergantungan antar komponen biotik
14 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan pengaruh
penerapan learning cycle 7e berbasis konstruktivisme terhadap kemampuan
berpikir kritis siswa pada materi Interaksi makhluk hidup dengan lingkungan
15 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut
151 Manfaat Korespondensi
Penelitian ini memberikan bukti empiris kebenaran teori pembelajaran
tentang penerapan learning cycle 7e dan pengaruhnya terhadap kemampuan
berpikir kritis siswa seperti hasil penelitian yang dilakukan oleh Indrawati et al
(201436) bahwa implementasi model pembelajaran learning cycle 7e efektif
untuk meningkatkan konsep dan kemampuan berpikir kritis siswa Hasil
penelitian Hartono (201365) bahwa model learning cycle 7e dapat meningkatkan
kemampuan berpikir kritis Hasil penelitian Siribunnan amp Tayraukham
(2009282) menunjukkan bahwa model learning cycle 7e dapat meningkatkan
kemampuan berpikir kritis yang lebih baik dibandingkan dengan metode
tradisional Demikian pula hasil penelitian Mecit (200648) menunjukkan bahwa
model learning cycle 7e dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis secara
signifikan dibandingkan dengan metode tradisional Selain itu hasil penelitian ini
digunakan untuk menguatkan prediksi bahwa untuk meningkatkan kemampuan
berpikir kritis dapat menerapkan pembelajaran dengan Learning Cycle 7E
7
152 Manfaat Koherensi
Penelitian ini mengembangkan dan membuktikan teori-teori yang
menghasilkan hipotesis tentang kebenaran bahwa penerapan learning cycle 7e
berpengaruh terhadap kemampuan berpikir kritis siswa
153 Manfaat Pragmatis
Manfaat pragmatis penelitian ini agar siswa memahami materi Interaksi
makhluk hidup dengan lingkungan melalui model pembelajaran learning cycle 7e
berbasis konstruktivisme Pemahaman materi oleh siswa dapat mengembangkan
kemampuan berpikir kritis siswa Menambah wawasan guru tentang variasi
pembelajaran untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa Penelitian
ini memberikan kontribusi bagi sekolah sebagai masukan dalam meningkatkan
kualitas pembelajaran
8
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
21 Teori Konstruktivisme
Teori konstruktivisme beranggapan bahwa pengetahuan merupakan
konstruksi dari pengetahuan awal yang telah ada Pengetahuan hasil dari
konstruksi kognitif melalui kegiatan siswa dengan membuat struktur kategori
konsep dan skema yang diperlukan untuk membentuk pengetahuan dalam hal ini
dibentuk oleh struktur konsepsi sewaktu siswa berinteraksi dengan lingkungan
(Maknun et al 2012 9-10)
Intisari dari teori konstruktivisme adalah bahwa siswa harus menemukan
dan mentransformasikan informasi kompleks kedalam diri sendiri Teori ini
memandang siswa sebagai individu yang selalu memeriksa informasi baru yang
berlawanan dengan prinsip-prinsip yang telah ada dan merevisi prinsip-prinsip
tersebut apabila sudah diangap tidak dapat digunakan lagi Hal ini memberikan
implikasi bahwa siswa harus terlibat aktif dalam pembelajaran dengan bantuan
guru sebagai fasilitator (Rifarsquoi amp Anni 2011137)
Implikasi pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan pandangan
konstruktivisme menurut Hapsari (2011 37) adalah sebagai berikut
a Tahap Apersepsi dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan problematik
tentang fenomena yang sering ditemui sehari-hari yang dikaitkan dengan
konsep yang akan dibahas Siswa diberi kesempatan untuk
mengkomunikasikan mengilustrasikan pemahaman tentang konsep tersebut
b Tahap Eksplorasi memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan
konsep melalui pengumpulan pengorganisasian dan menginterpretasikan data
dalam suatu kegiatan yang telah dirancang guru serta secara berkelompok
didiskusikan dengan kelompok lain
c Tahap diskusi dan penjelasan konsep yaitu siswa memberi penjelasan dan
solusi berdasarkan hasil observasi ditambah dengan penguatan guru maka
siswa membangun pemahaman baru tentang konsep yang sedang dipelajari
9
d Pengembangan dan aplikasi yaitu guru berusaha menciptakan iklim
pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat mengaplikasikan pemahaman
konseptual baik melalui kegiatan atau pemunculan dan pemecahan masalah-
masalah yang berkaitan dengan isu-isu di lingkungan
22 Teori Perkembangan Jean Piaget
Teori perkembangan Piaget mewakili konstruktivisme yang memandang
perkembangan kognitif sebagai suatu proses dimana anak secara aktif membangun
pengetahuan Piaget menyatakan bahwa belajar merupakan pengembangan aspek
kognitif yang meliputi skema asimilasi akomodasi ekuilibrasi
Asimilasi adalah pengumpulan dan pengelompokkan informasi baru
Seorang individu dalam proses pembelajaran akan mendapatkan informasi baru
yang kemudian akan dikumpulkan dan dikelompokkan ke dalam skema
(pengetahuan) yang telah ada Akomodasi merupakan modifikasi dari skema agar
informasi yang baru dan kontradiktif bisa diterjemahkan Informasi yang telah
terkumpul dan dikelompokkan dalam skema-skema yang telah ada sebelumnya
kemudian dimodifikasi menjadi suatu skema (pengetahuan) baru Ekuilibrasi
merupakan dorongan secara terus menerus ke arah keseimbangan atau
equilibrium Artinya pengetahuan dikonstruksi dari proses pengintegrasian
pengetahuan baru terhadap struktur kognitif yang sudah ada dan dilakukan
penyesuaian struktur kognitif dengan informasi baru yang didapatkan
Menurut Piaget sebagaimana dikutip oleh Trianto (200716) pada
perkembangan kognitif yang terpenting adalah penguasaan dan kategori konsep-
konsep Melalui penguasaan konsep siswa akan mengenal lingkungan dan
memecahkan berbagai masalah yang dihadapi dalam kehidupan
Menurut Piaget sebagaimana dikutip oleh Slavin (200845) setiap
individu pada saat tumbuh mulai dari bayi yang baru dilahirkan sampai menginjak
usia dewasa mengalami empat tingkatan perkembangan kognitif Empat tingkat
perkembangan kognitif tersebut adalah sebagai berikut
1 Tahap Sensorimotorik (sejak lahir hingga usia 2 tahun)
2 Tahap Pra-operasional (2-7 tahun)
10
3 Tahap Operasi Kongkrit (7-11 tahun)
4 Tahap Operasi Formal (usia 11 sampai dewasa)
Siswa SMP dengan rentang usia 11-15 tahun berada pada tahap operasi
formal Pada usia ini yang perlu dipertimbangkan adalah aspek-aspek
perkembangan remaja dimana remaja mengalami tahap transisi dari penggunaan
operasi kongkrit ke penerapan operasi formal dalam bernalar Menurut Slavin
(200846) pada tahap operasi formal anak sudah mampu berpikir tingkat tinggi
mampu berpikir secara deduktif induktif menganalisis mensintesis mampu
berpikir abstrak dan berpikir reflektif serta memecahkan berbagai masalah
23 Learning Cycle 7E Berbasis Konstruktivisme
Menurut Aqib (201366) proses pembelajaran adalah upaya secara
sistematis yang dilakukan guru untuk mewujudkan proses pembelajaran berjalan
secara efektif dan efisien yang dimulai dari perencanaan pelaksanaan dan
evaluasi Oleh karena itu pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu proses
komunikasi melalui interaksi antara guru dengan siswa dan antar siswa secara
efektif dan efisien untuk mencapai tujuan pembelajaran
Konsep pembelajaran konstruktivisme merupakan pembelajaran yang
didasarkan pada pemahaman bahwa proses belajar yang dilakukan siswa
merupakan proses konstruksi pengetahuan pemahaman dan pengalaman yang
dilakukan oleh siswa (Wardoyo 20134) Karakteristik dalam pembelajaran
konstruktivisme antara lain 1) berpusat pada siswa 2) adanya masalah 3) proses
menemukan 4) interaksi sosial dan 5) pengetahuan atau pemahaman baru
(Wardoyo 201341)
Salah satu model pembelajaran yang berlandaskan teori konstruktivisme
adalah learning cycle Menurut Trowbridge amp Bybee sebagaimana dikutip oleh
Wena (2011170) pada tahun 1970 model Learning Cycle pertama kali
diperkenalkan oleh Robert Karplus dan Their dalam Science Curriculum
Improvement StudySCIS Karplus dan Their mengembangkan model learning
cycle berdasarkan teori perkembangan kognitif Jean Piaget Implementasi teori
perkembangan kognitif Jean Piaget oleh Karplus dikembangkan dalam model
11
learning cycle yang pada mulanya terdiri dari tiga tahap yaitu eksplorasi
(exploration) pengenalan konsep (concept introduction) dan penerapan konsep
(concept application)
Pada pertengahan 1980an Biological Science Curriculum Study (BSCS)
mengembangkan model learning cycle dari tiga tahap siklus tersebut menjadi lima
tahap Tahap-tahap dalam pembelajaran Learning Cycle 5E meliputi engage
explore explain elaborateextend dan evaluate Perkembangan ini dilakukan
dengan menambahkan fase engage di awal pembelajaran yang bertujuan untuk
menggali pengetahuan awal siswa dan fase evaluate ditambahkan di akhir
pembelajaran yang bertujuan untuk menilai pemahaman siswa sedangkan fase
pemahaman konsep dan aplikasi konsep diganti dengan istilah baru yaitu explain
dan elaborate (Bybee et al 20068)
Perkembangan model learning cycle 7e yang paling baru sudah memiliki 7
tahap setelah mengalami pengkhususan menjadi 5 tahap Perubahan yang terjadi
pada tahap learning cycle 5e menjadi 7e terjadi pada tahap engage menjadi 2
tahap yaitu elicit dan engage sedangkan pada tahap elaborate dan evaluate
menjadi 3 tahap menjadi elaborate evaluate dan extend
Menurut Eisenkraft (200357) learning cycle 7e merupakan suatu model
pembelajaran yang bertujuan untuk menekankan pentingnya memunculkan
pemahaman awal siswa dan memperluas konsep Terdapat 7 tahap learning cycle
7e yang dapat dijelaskan sebagai berikut
1 Elicit (penggalian pengetahuan awal)
Makna dari elicit adalah menggali pemahaman awal yang dimiliki
siswa Langkah-langkah yang dapat dilakukan adalah dengan
mengajukan beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan materi
yang akan dipelajari
2 Engage (motivasi)
Pada tahap engage atau motivasi dapat dilakukan dengan cara
bercerita demonstrasi membuat prediski atau dengan
menunjukkan suatu objek gambar atau video Guru dapat
memberikan permasalahan dan meminta siswa untuk berpikir dan
mengajukan pertanyaan
3 Explore (melakukan pengamatan atau percobaan)
Pada tahap ini siswa diberi kesempatan untuk melakukan
pengamatan mengumpulkan data membuktikan prediksi atau
12
hipotesis merancang dan merencanakan percobaan membuat
grafik menafsirkan hasil serta mencatat hasil pengamatan
4 Explain (mengkomunikasikan)
Pada tahap ini guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menjelaskan konsep dan menunjukkan bukti hasil pengamatan
pada tahap explore melalui kegiatan diskusi Pada tahap ini siswa
diharapkan menemukan istilah-istilah dan konsep yang dipelajari
5 Elaborate (menerapkan konsep)
Tahap ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menerapkan konsep (pengetahuan baru) dan keterampilan dalam
situasi baru melalui kegiatan-kegiatan seperti pemecahan masalah
(problem solving)
6 Evaluate (evaluasi)
Tahap evaluasi model pembelajaran learning cycle 7e terdiri dari
evaluasi formatif dan evaluasi sumatif Evaluasi dapat dilakukan
melalui pemberian tes di akhir pembelajaran untuk mengetahui
sejauh mana tingkat pemahaman siswa terhadap konsep yang
dipelajari
7 Extend (mengaplikasikan konsep)
Tahap ini bertujuan untuk berpikir mencari menemukan dan
menjelaskan contoh penerapan konsep yang telah dipelajari
(Eisenkraft 200357)
Gambar 21 Perubahan Learning Cycle 5E Menjadi Learning Cycle 7E
13
Pengembangan tahap-tahap learning cycle dari 3 tahap
menjadi 5 tahap atau 7 tahap masih tetap berkaitan erat dengan teori
perkembangan kognitif Jean Piaget (skema asimilasi akomodasi dan
ekuilibrasi) Pembelajaran learning cycle memberikan kesempatan
kepada siswa untuk mengasimilasi informasi dengan cara
mengeksplorasi lingkungan mengakomodasi informasi dengan cara
mengembangkan konsep mengorganisasikan informasi dan
menghubungkan konsep-konsep baru dengan menggunakan atau
memperluas konsep yang dimiliki untuk menjelaskan suatu fenomena
yang berbeda Fase engagement dalam learning cycle termasuk dalam
proses asimilasi sedangkan fase evaluation masih merupakan proses
akomodasi dan ekuilibrasi
Model learning cycle 7e memiliki beberapa kelebihan dan kelemahan
Kelebihan dari model learning cycle 7e menurut Indrawati et al (201435) yaitu
1 Merangsang siswa untuk mengingat kembali materi pelajaran
yang telah didapatkan
2 Memberikan motivasi kepada siswa untuk menjadi lebih aktif dan
menambah rasa keingintahuan
3 Melatih siswa belajar menemukan konsep melalui kegiatan
ekperimen melatih siswa untuk menyampaikan konsep yang telah
dipelajari secara lisan
4 Melatih siswa untuk bekerjasama dan memberikan kesempatan
kepada siswa untuk berpikir mencari menemukan dan
menjelaskan contoh penerapan konsep yang telah dipelajari
Kelemahan dari model learning cycle 7e menurut Indrawati et al
(201435) yaitu
1 Efektivitas pembelajaran rendah jika guru kurang menguasai
materi dan langkah-langkah pembelajaran
2 Menuntut kesungguhan dan kreativitas guru dalam merancang dan
melaksanakan proses pembelajaran
3 Memerlukan waktu dan tenaga yang lebih banyak dalam menyusun
rencana dan melaksanakan pembelajaran
24 Kemampuan Berpikir Kritis
Menurut Ruggiero sebagaimana dikutip oleh Johnson (2007183) berpikir
merupakan segala aktivitas mental yang membantu merumuskan atau
memecahkan masalah membuat keputusan memenuhi keinginan untuk
memahami sebuah pencarian jawaban dan sebuah pencapaian makna Kowiyah
(2013176) menyatakan bahwa berpikir adalah suatu kegiatan atau proses
14
kognitif tindakan mental untuk memperoleh pengetahuan pemahaman dan
keterampilan agar mampu menemukan jalan keluar dan keputusan secara
deduktif induktif dan evaluatif
Secara teknis kemampuan berpikir dalam bahasa taksonomi Bloom
diartikan sebagai kemampuan intelektual yaitu kemampuan
menganalisismensintesis dan mengevaluasi Kemampuan-kemampuan ini dapat
dikatakan sebagai kemampuan berpikir kritis
Pembelajaran diharapkan dapat menjadi penunjang dalam
mengembangkan kemampuan berpikir siswa Kemampuan berpikir yang dapat
dikembangkan salah satunya adalah kemampuan berpikir kritis Tujuan
melatihkan kemampuan berpikir kritis adalah untuk menyiapkan siswa menjadi
seorang pemikir kritis dan mampu menyelesaikan masalah yang dihadapi (Tuna amp
Kaccedilar 201374) Selain itu untuk menghindarkan diri siswa dari penipuan
pencucian otak dan membuat keputusan dengan tepat dan bertanggung jawab
(Redhana amp Liliasari 2008 106)
Menurut Ennis (20111) berpikir kritis adalah berpikir rasional dan
reflektif dengan menekankan pada pembuatan keputusan tentang apa yang harus
dipercayai atau dilakukan Rasional berarti menurut pikiran dan pertimbangan
yang logis Reflektif berarti mempertimbangkan secara hati-hati segala alternatif
sebelum mengambil keputusan Jadi dalam hal ini Ennis (20111) menekankan
bahwa berpikir kritis lebih berhubungan dengan alasan yang dapat diterima ketika
seseorang mengambil keputusan Berdasarkan pengertian tersebut maka dapat
dirumuskan bahwa berpikir kritis merupakan proses menggunakan pikiran secara
rasional dan reflektif untuk mencari dan menganalisis informasi mengambil
keputusan dan menyelesaikan masalah
Ennis (19918) menyatakan bahwa dalam berpikir kritis terdapat dua
komponen yaitu karakter (disposition) dan kemampuan penguasaan pengetahuan
(ability) Komponen kemampuan penguasaan pengetahuan dalam berpikir kritis
sering disebut sebagai kemampuan berpikir kritis
Terdapat dua belas indikator kemampuan berpikir kritis yang
dikelompokkan dalam lima aspek berpikir kritis seperti pada Tabel 21 berikut
15
Tabel 21 Indikator Kemampuan Berpikir Kritis Menurut Ennis (198546)
No Aspek Indikator
1 Memberikan
penjelasan sederhana
1 Memfokuskan pertanyaan
2 Menganalisis pertanyaan
3 Bertanya dan menjawab
pertanyaan tentang suatu
penjelasan
2 Membangun
keterampilan dasar
1 Mempertimbangkan apakah
sumber dapat dipercaya atau
tidak
2 Mengobservasi dan
mempertimbangkan suatu
laporan hasil observasi
3 Menyimpulkan 1 Mendeduksi dan
mempertimbangkan hasil
deduksi
2 Menginduksi dan
mempertimbangkan hasil induksi
3 Membuat dan menentukan hasil
pertimbangan
4 Memberikan
penjelasan lanjut
1 Mendefinisikan istilah dan
mempertimbangkan suatu
definisi dalam tiga dimensi
2 Mengidentifikasi asumsi
5 Mengatur strategi
dan taktik
1 Menentukan suatu tindakan
2 Berinteraksi dengan orang lain
Kemampuan berpikir kritis dapat diukur dengan menggunakan instrumen
yang dikembangkan melalui aspek dan indikator berpikir kritis Evaluasi terhadap
kemampuan berpikir kritis antara lain bertujuan untuk mendiagnosis tingkat
kemampuan berpikir kritis siswa memberi umpan balik keberanian berpikir
siswa dan memberi motivasi agar siswa mengembangkan kemampuan berpikir
kritis (Ennis 1993180)
Karakter (disposition) adalah kecenderungan atau kebiasaan untuk berpikir
dalam cara dan kondisi tertentu Disposisi berpikir kritis merupakan sifat yang
melekat pada diri seseorang yang berpikir kritis (Lambertus 2009138)
Seseorang yang memiliki disposisi berpikir kritis akan cenderung berpikir kritis
ketika ada situasi atau kondisi yang menghadirkan stimulus untuk berpikir kritis
16
Pemikir kritis yang ideal memiliki karakter (disposition) untuk mencari
kejelasan dari pertanyaan mencari alasan berusaha mengetahui infomasi dengan
baik menggunakan dan menyebutkan sumber yang memiliki kredibilitas
memperhatikan situasi dan kondisi secara keseluruhan berusaha tetap relevan dengan
ide utama mengingat kepentingan yang asli dan mendasar mencari alternatif
bersikap dan berpikir terbuka mengambil posisi ketika ada bukti dan alasan yang
cukup untuk melakukan sesuatu mencari penjelasan sebanyak mungkin bersikap
secara sistematis dan teratur dengan bagian dari keseluruhan masalah (Ennis 19918)
25 Materi Interaksi Makhluk Hidup dengan Lingkungan
Materi Interaksi makhluk hidup dengan lingkungan merupakan salah satu
materi pokok kelas VII semester genap dalam kurikulum 2013 dengan kompetensi
dasar yaitu 38 mendeskripsikan interaksi antar makhluk hidup dan lingkungannya
dan 412 menyajikan hasil observasi terhadap interaksi makhluk hidup dengan
lingkungan di sekitarnya Indikator pembelajaran dalam penelitian ini meliputi
menjelaskan konsep ekosistem mengidentifikasi komponen biotik dan abiotik
mengidentifikasi satuan-satuan dalam ekosistem menghitung kepadatan populasi
menganalisis saling ketergantungan antara komponen biotik dan abiotik dan
menganalisis saling ketergantungan antar komponen biotik
Komponen ekosistem meliputi komponen abiotik (makhluk tak hidup) dan
komponen biotik (makhluk hidup) Komponen biotik meliputi organisme autotrof
yaitu produsen primer heterotrof yaitu konsumen dan detritivor yaitu organisme
pemakan limbah organik dan organisme yang telah mati
Produsen primer utama pada sebagian besar ekosistem darat adalah
tumbuhan sedangkan produsen primer dalam zona limnetik danau dan lautan
terbuka adalah fitoplankton (alga dan bakteri) Alga multiselluler dan tumbuhan
akuatik merupakan produsen primer di ekosistem air tawar maupun air laut
Organisme yang secara langsung memakan organisme autotrof disebut
herbivora Oleh karena itu herbivora disebut juga sebagai konsumen primer
sedangkan organisme yang mendapatkan makanan dengan memangsa herbivora
atau karnivora lain disebut karnivora Karnivora dapat berperan sebagai konsumen
17
sekunder tersier dan seterusnya Jalur perpindahan makanan dari tingkat trofik
satu ke tingkat trofik lainnya dikenal sebagai rantai makanan (food chain) akan
tetapi hubungan makan memakan dalam suatu ekosistem umumnya saling
berhubungan menjadi jaring-jaring makanan (food web) karena konsumen
memakan lebih dari satu tingkat trofik (Campbell et al 2004)
Kompetensi dasar dan indikator pembelajaran pada materi tersebut
menuntut siswa untuk dapat memahami konsep-konsep dan memecahkan masalah
yang sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari Penerapan learning cycle 7e
berbasis konstruktivisme mempertimbangkan pengetahuan awal siswa (elicit)
menyajikan masalah yang berkaitan dengan kehidupan nyata sebagai rangsangan
untuk belajar (engage) memberikan kesempatan secara langsung kepada siswa
untuk terlibat dalam penemuan konsep melalui kegiatan observasi (explore)
dilanjutkan dengan melakukan diskusi untuk mengklarifikasi konsep (elaborate)
dan evaluasi (evaluate) untuk mengetahui sejauh mana pemahaman konsep yang
telah dimiliki oleh siswa serta menerapkan konsep yang telah diperoleh pada
situasi baru (extend) Pembelajaran materi interaksi makhluk hidup dengan
lingkungan diharapkan menjadi lebih bermakna dan kemampuan berpikir kritis
siswa dapat berkembang dengan membandingkan konsep yang sudah diperoleh
dengan konsep baru yang dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari siswa Model
pembelajaran learning cycle 7e berbasis konstruktivisme diharapkan tepat apabila
digunakan dalam penyampaian materi ekosistem
18
26 Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
Gambar 22 Kerangka Berpikir Penelitian
27 Hipotesis
Penerapan Learning cycle 7e berbasis konstruktivisme berpengaruh
terhadap kemampuan berpikir kritis siswa pada materi Interaksi makhluk hidup
dengan lingkungan
Pembelajaran Learning
Cycle 7E berbasis
konstruktivisme
Menekankan
pengetahuan awal siswa
dan memungkinkan
mengaplikasikan
konsep yang telah
diperoleh
(Eisenkraft 200357)
Mampu meningkatkan
keterampilan proses
sains dan penguasaan
konsep (Kanli amp
Yagbasan 2007151)
Mampu meningkatkan
kemampuan berpikir
kritis
(Hartono 201365)
Mampu meningkatkan
kemampuan berpikir
kritis secara signifikan
dibandingkan metode
tradisional
(Mecit 200648)
Permasalahan dalam pembelajaran
Siswa kesulitan menganalisis suatu
permasalahan
Siswa kesulitan menyimpulkan
Siswa kesulitan mengaplikasikan konsep
pada situasi baru dan konkret
Keberanian mengajukan pertanyaan
amp pendapat rendah
Kemampuan berpikir kritis rendah
Berpikir kritis salah satu
keterampilan abad 21 yang
harus dimiliki oleh siswa
Tuntutan memberdayakan
SDM yang berkualitas
(Permendikbud 2013)
Kelas eksperimen Kelas kontrol
Pembelajaran
dengan metode
diskusi amp ceramah
Kemampuan berpikir kritis berkembang
Learning cycle 7e
berbasis
konstruktivisme
Quasi experimental design
Uji t
54
BAB 5
PENUTUP
51 Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa
penerapan learning cycle 7e berbasis konstruktivisme berpengaruh terhadap
kemampuan berpikir kritis siswa pada materi interaksi makhluk hidup dengan
lingkungan Peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa kelas eksperimen lebih
baik dari pada kelas kontrol
52 Saran
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan penerapan learning cycle
7e berbasis konstruktivisme terbukti berpengaruh terhadap kemampuan berpikir
kritis siswa pada materi interaksi makhluk hidup dengan lingkunganya Dengan
demikian maka beberapa saran yang dapat diberikan sebagai berikut
1 Guru IPA dapat mempertimbangkan pembelajaran learning cycle 7E berbasis
konstruktivisme pada materi interaksi makhluk hidup dengan lingkungan
karena terbukti dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa
2 Guru IPA dapat merancang proses pembelajaran dan instrumen pembelajaran
yang dapat memicu kemampuan berpikir kritis siswa
3 Bagi peneliti selanjutnya yang akan melakukan penelitian berkaitan dengan
kemampuan berpikir kritis disarankan mengoptimalkan pengelolaan kelas dan
memberikan banyak motivasi agar setiap siswa dapat berpartisipasi dan
berinteraksi dalam kegiatan pembelajaran Hal ini dimaksudkan agar
pembelajaran yang dilakukan efektif terhadap kemampuan berpikir kritis
siswa
55
DAFTAR PUSTAKA
Aqib Z 2013 Model-Model Media dan Strategi Pembelajaran
Kontekstual(Inovatif) Bandung Yrama Widya
Amertawengrum IP 2014 Filsafat Konstruktivisme dalam Pembelajaran Sastra
Anak Jurnal Magistra 26(89)8-17 KlatenUnwidha
Arifin Z 2012 Evaluasi Pembelajaran Jakarta Dirjen Pendidikan Islam Online
at
httpdualmodekemenaggoidfiledokumen34EvaluasiPembelajaranpdf
[diakses tanggal 17 Januari 2015]
Arikunto S 2010 Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Jakarta Bumi Aksara
_________ 2012 Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Jakarta Bumi Aksara
Bybee RW JA Taylor A Gardner PV Scotter JC Powell A Westbrook amp
N Landes 2006 The BSCS 5E Instructional Model Origins and
Effectiveness A Report Prepared for the Office of Science Education
National Institute of Health Colorado BSCS Online Tersedia di
httpscienceeducationnihgov [diakses 11-1- 2015]
Campbell NA Reece BJ amp Mitchell LG 2004 Biologi Alih Bahasa Manalu
W (eds) Erlangga Jakarta
Curto K amp T Bayer 2005 An Intersection of Critical Thinkking and
Communication Skillls Journal of Biological Science 31(4)11-19
Amerika Serikat University of Pittsburgh
Eisenkraft A 2003 Expanding The 5E Model Journal The Sciences Teacher
70(6) 56-59 Tersedia di httpits-about-
timecomhtmlsapeisenkrafttstpdf [diakses 3-2-2015]
Ennis RH 1985 A Logical Basic for Measuring Critical Thinking Skill Tersedia
di httpwwwascdorgASCDpdfjournalsed_leadel_198510_ennispdf
[diakses 27-1-2015]
Ennis RH 1991Critical Thinking A Streamlined Conception Tersedia di
httpfacultyeducationillinoisedurhennisdocumentsTheNatureofCritical
Thinking_51711_000pdf [diakses 27-1-2015]
Ennis R H 1993 Critical Thinking Assesment Journal Theory and Practice 32
(2) 179-186 Amerika Serikat The Ohio State University
56
Ennis RH 2011 The Nature of Critical Thinking An Outline of Critical
Thinking Dispositions and Abilities Tersedia di
httpfacultyeducationillinoisedurhennisdocumentsTheNatureofCritical
Thinking_51711_000pdf [diakses 27-1-2015]
Hapsari RTS 2011 Penerapan Model Konstruktivisme untuk Meningkatkan
Hasil Belajar Siswa Jurnal Pendidikan Penabur 10(16) (34-45) Tersedia
di
httpwwwbpkpenaburoridfilesHal2034_4520Penerapan20Mode
l20Pembelajaran20Konstruktivismepdf [diakses 25-1-2015]
Hartono 2013 Learning Cycle Model to Increase Studentrsquos Critical Thinking on
Science Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 9(1)56-66 Semarang
Universitas Negeri Semarang
Indrawati W Suyatno amp YSRahayu 2014 Implementasi Model Learning
Cycle 7E Pada Pembelajaran Kimia Dengan Materi Pokok Kelarutan Dan
Hasil Kali Kelarutan Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep dan
Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMA Prosiding Seminar Nasional
KimiaSurabaya Universitas Negeri Surabaya
Johnson EB 2007 Contextual Teaching amp Learning terjemahan Ibnu Setiawan
Bandung MLC
Kanli amp Yagbasan 2007 The Effects of a Laboratory Based on the 7E Learning
Cycle Model and Verification Laboratory Approach on the Development of
Studentsrsquo Science Process Skills and Conceptual Achievement Tersedia
diwwwuscaeduessaysspecialeditionUKanligraveandRYagbasanpdf[diakses
2-3-2015]
Kowiyah 2012 Kemampuan Berpikir Kritis Jurnal Pendidikan Dasar 3(5) 175-
179 Tersedia di httpjournalppsunjorgarticeldownload108108
[diakses 1-1-2015]
Kulsum U amp N Hindarto 2011 Penerapan Model Learning Cycle 5E pada Sub
pokok bahasan Kalor untuk Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar
Siswa Kelas VII SMP Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 7(1)128-
133Semarang Universitas Negeri Semarang
Kunandar 2013 Penilaian Autentik (Penilaian Hasil Belajar Kurikulum 2013)
Jakarta Raja Grafindo Persada
Lambertus 2009 Pentingnya Melatih Keterampilan Berpikir Kritis Dalam
Pembelajaran Matematika Di SD Jurnal Forum Pendidikan 28(2) (136-
142) Palembang Universitas Sriwijaya
57
Maknun D RR Haerin k Surtikanti amp AMunandar 2012 Praktikum Ekologi
Berbasis Proyek Media Pembekalan Keterampilan Esensial Laboratorium
Jurnal Pendidikan MIPA 13(1) 8-17 Lampung Universitas Lampung
Mecit O 2006 The Effect of 7E Learning Cycle Model on The Improvement of
Fifth Grade Studentsrsquo Critical Thinking Skills Tesis Turkey Middle East
Technical University
Permendikbud 2013 Implementasi Kurikulum Jakarta Depdiknas
Priyatno Duwi 2012 Belajar Analisis Data dengan SPSS 20 Yogyakarta Andi
Redhana IW amp Liliasari 2008 Program Pembelajaran Keterampilan Berpikir
Kritis Pada Topik Laju Reaksi Untuk Siswa SMA Jurnal Forum
Kependidikan 27(2)103-112 Bandung Universitas Pendidikan Indonesia
RifarsquoI Aamp CT Anni 2011 Psikologi Pendidikan Semarang Universitas Negeri
Semarang Press
Siribunnam amp Tayraukham 2009 Effect of 7-E KWL and Conventional on
Analitycal Thinking Learning Acievement and Attitudes toward Chemistry
Learning Journal of Social Sciences 5(4)279-282 Tersedia di
httpwwwamazoncomconventional-instruction-analytical-achievement-
attitudesdpB002TP5UQS [diakses 3-2-2015]
Slameto 2010 Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya Jakarta
Rhineka Cipta
Slavin RE 2008 Psikologi Pendidikan Teori dan Praktik Jakarta Indeks
Soeprodjo S Priatmoko amp EY Sariana 2008 Pengaruh Model Learning
Cycle terhadap Hasil Belajar Materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan
Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia 2(1) 224-229 Semarang Universitas
Negeri Semarang
Sudjana 2005 Metode Statistika Bandung Tarsito
Sugiyono 2013 Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif
Kualitatif dan RampD) Bandung Alfabeta
Trianto 2007 Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivisme
Jakarta Prestasi Pustaka
Tuna A amp A Kaccedilar 2013 The Effect of 5E Learning Cycle Model in Teaching
Trigonometry on Studentrsquos Academic Achievement and The Permanence of
Their Knowledge International Journal on New Trends in Education and
58
Their Implications 4(1) 73-87 Tersedia di
httpijonteorgFileploadks63207File07tunapdf [diakses 11-1- 2015]
Wardoyo SM 2013 Pembelajaran Konstruktivisme Bandung Alfabeta
Wena M 2011 Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer Jakarta Bumi
Aksara
Wiyanto 2008 Menyiapkan Guru Sains Mengembangkan Kompetensi
Laboratorium Semarang Unnes Press
Page 5
v
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya serta kekuatan kesehatan dan kesabaran
sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul
ldquoPengaruh Learning Cycle 7E Berbasis Konstruktivisme Terhadap Kemampuan
Berpikir Kritis Siswa pada Materi Interaksi Makhluk Hidup dengan Lingkunganrdquo
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari
bantuan bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak oleh karena itu pada
kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih setulus hati kepada
1 Rektor Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan kesempatan
kepada penulis untuk menyelesaikan studi di Universitas Negeri Semarang
2 Dekan FMIPA Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan
kemudahan dan kelancaran dalam penyusunan skripsi
3 Ketua Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Semarang yang telah
memberikan kemudahan dan kelancaran dalam penyusunan skripsi
4 Ibu Sri Sukaesih SPd MPd selaku dosen pembimbing I yang penuh
kesabaran dalam membimbing memberi arahan gagasan dan motivasi kepada
penulis hingga selesainya skripsi ini
5 Bapak Andin Irsadi SPd MSi selaku dosen pembimbing II yang penuh
kesabaran dalam membimbing memberi arahan gagasan dan motivasi kepada
penulis hingga selesainya skripsi ini
6 Bapak Drs Sumadi MS selaku dosen penguji yang telah memberikan
masukan arahan dan motivasi kepada penulis demi kesempurnaan
penyusunan skripsi ini
7 BapakIbu dosen dan karyawan FMIPA khususnya Jurusan Biologi atas segala
ilmu pengalaman dan bantuan yang di berikan
8 Bapak SihonoSPd MM selaku kepala SMP Negeri 19 Tegal yang telah
memberikan kesempatan dan kemudahan selama penelitian berlangsung
9 Bapak Drs Heri Subeno guru IPA SMP Negeri 19 Tegal yang telah berkenan
membantu dan bekerjasama dengan penulis dalam melaksanakan penelitian
vi
10 Seluruh siswa kelas VII D dan VII H SMP Negeri 19 Tegal Tahun ajaran
20142015 atas kerjasama dan partisipasinya dalam pengambilan data
penelitian ini
11 Bapak Tamrin dan Ibu Tanijah tercinta serta keempat kakakku (Mas Iis Mas
Herman Mas Wito dan Mas Nur Yasin) yang selalu memberikan kasih
sayang motivasi doa serta dukungan dengan tulus
12 Keluarga besar yang telah mendukung dan memberikan motivasi dalam
menyelesaikan skripsi ini
13 Beasiswa BIDIKMISI yang telah memberikan dana kuliah dan living cost
selama 8 semester ini
14 Sahabat-sahabatku Imunoglobulin (Farih Fadhila Arnita Cahya Saputri
Rismanika Mohammad Shafi Fadli) Alfina Sri Manikati dan Linda Pratiwi
yang selalu memberian semangat dan dukungan
15 Sahabat terdekatku yang selalu memberikan semangat motivasi khusus dan
dukungan selama penyusunan skripsi
16 Teman-teman Rombel 1 Pendidikan Biologi FMIPA Universitas Negeri
Semarang yang selalu memberikan semangat dan dukungan
17 Teman-teman Student Scientific Center (SSC) 2013 yang telah memberikan
semangat dan dukungan
18 Teman-teman Pondok Permai kos yang telah memberikan semangat dan
dukungan selama menyelesaikan skripsi ini
19 Semua pihak yang telah berkenan membantu penulis selama penelitian dan
penyusunan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu
Semoga semua bantuan yang diberikan mendapat imbalan dari Allah
SWT Kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak diterima
dengan senang hati Akhir kata semoga skripsi ini dapat bermanfaat khususnya di
bidang pendidikan
Semarang 1September 2015
Penulis
vii
ABSTRAK
Maulidah Sri 2015 Pengaruh Learning Cycle 7E Berbasis Konstruktivisme
Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa pada Materi Interaksi
Makhluk Hidup dengan Lingkungan Skripsi Jurusan Biologi FMIPA
Universitas Negeri Semarang Sri Sukaesih SPd MPd dan Andin Irsadi
SPd MSi
Berdasarkan observasi di SMP N 19 Tegal menunjukkan bahwa proses
pembelajaran dan soal-soal evaluasi yang diberikan belum berorientasi untuk
mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa Siswa mengalami kesulitan
menganalisis suatu permasalahan menyimpulkan serta kesulitan mengaplikasikan
konsep dalam situasi yang baru dan konkret Berdasarkan hal tersebut diperlukan
suatu upaya untuk mengembangkan kemampuan berpikir ktitis siswa Salah satu
cara mengembangkan kemampuan berpikir kritis yaitu melalui learning cycle 7e
berbasis konstruktivisme Learning cycle 7e merupakan suatu model pembelajaran
yang bertujuan untuk menekankan pentingnya memunculkan pemahaman awal
siswa dan memperluas (transfer) konsep Penelitian ini bertujuan untuk
mendeskripsikan pengaruh learning cycle 7e berbasis konstruktivisme terhadap
kemampuan berpikir kritis siswa pada materi Interaksi makhluk hidup dengan
lingkungan
Jenis penelitian ini Quasi Experimental dengan Nonequivalent control
group design Populasi penelitian ini seluruh siswa kelas VII SMP N 19 Tegal
Tahun Pelajaran 20142015 Sampel penelitian ini yaitu siswa kelas VII D dan VII
H dengan teknik pengambilan sampel convenience Data penelitian berupa tes
kemampuan berpikir kritis yang meliputi pretest dan posttest lembar observasi
aktivitas siswa keterlaksanaan pembelajaran learning cycle 7e berbasis
konstruktivisme dan tanggapan siswa Hasil tes kemampuan berpikir kritis
dianalisis menggunakan uji t dan uji normalisasi gain Berdasarkan analisis uji t
data posttest terdapat perbedaan signifikan kemampuan berpikir kritis dengan t
hitung 3109 gt t tabel 2010 juga terdapat perbedaan signifikan hasil uji t
normalisasi gain dengan t hitung 4660 gt t tabel 2026 artinya model learning
cycle 7e berbasis konstruktivisme berpengaruh lebih baik terhadap kemampuan
berpikir kritis siswa Aktivitas siswa kelas eksperimen lebih baik dibandingkan
kelas kontrol Keterlaksanaan pembelajaran sebesar 9250 Siswa memberian
tanggapan yang baik terhadap pembelajaran learning cycle 7e berbasis
konstruktivisme karena dapat membuat siswa lebih tertarik dalam mengikuti
pelajaran memotivasi siswa dalam pembelajaran mengaktifkan siswa dan
membantu siswa memahami materi interaksi makhluk hidup dengan lingkungan
Simpulan dari penelitian ini adalah model pembelajaran learning cycle 7e berbasis
konstruktivisme berpengaruh dalam arti dapat mengembangkan kemampuan
berpikir kritis siswa pada materi interaksi makhluk hidup dengan lingkungan
Kata kunci Kemampuan berpikir kritis Learning cycle 7e berbasis
konstruktivisme
viii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL i
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ii
HALAMAN PENGESAHAN iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN iv
PRAKATA v
ABSTRAK vii
DAFTAR ISI viii viii
DAFTAR TABEL x
DAFTAR GAMBAR xi xi
DAFTAR LAMPIRAN xii
BAB
1 PENDAHULUAN 1
11 Latar Belakang 1
12 Rumusan Masalah 4
13 Penegasan Istilah 4
14 Tujuan Penelitian 6
15 Manfaat Penelitian 6
2 TINJAUAN PUSTAKA 8
21 Teori Konstruktivisme 8
22 Teori Perkembangan Jean Piaget 9
23 Learning Cycle 7E Berbasis Konstruktivisme 10
24 Kemampuan Berpikir Kritis 13
25 Materi Interaksi Makhluk Hidup dengan Lingkungan 16
26 Kerangka Berpikir 18
27Hipotesis 18
3 METODE PENELITIAN 19
31 Lokasi dan Waktu Penelitian 19
32 Populasi dan Sampel 19
33 Variabel Penelitian 19
34 Rancangan Penelitian 20
ix
35 Prosedur Penelitian 21
36 Data dan Metode Pengumpulan data 29
37 Metode Analisis Data 30
4 HASIL DAN PEMBAHASAN 36
41 Hasil 36
42 Pembahasan 43
5 PENUTUP 54
51 Simpulan 54
52 Saran 54
DAFTAR PUSTAKA 55
LAMPIRAN 59
x
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
21 Indikator Kemampuan Berpikir Kritis Menurut Ennis 15
31 Desain Penelitian Nonequivalent Control Group Design 20
32 Hasil Analisis Validitas Uji Coba Butir Soal 23
33 Hasil Analisis Tingkat Kesukaran Uji Coba Butir Soal 24
34 Hasil Analisis Daya Beda Uji Coba Butir Soal 25
35 Rekap Hasil Analisis Uji Coba Butir Soal yang digunakan 26
36 Jenis Data dan Metode Pengumpulan Data 29
37 Kriteria Keterlaksanaan Learning Cycle 7e Berbasis Konstruktivisme 34
41 Rata-Rata Skor Pretest dan Posttest Kelas Eksperimen dan Kontrol 36
42 Hasil Uji Normalitas Data Pretest-Posttest dan N-Gain 37
43 Hasil Uji Homogenitas Data Pretest-Posttest dan N-Gain 38
44 Hasil Uji t Pretest-Posttest dan N-Gain Kelas Eksperimen dan Kontrol 38
45 Hasil Analisis Persentase Setiap Aspek Kemampuan Berpikir Kritis 38
46 Tingkat Keterlaksanaan Learning Cycle 7e Berbasis Konstruktivisme 41
47 Hasil Angket Tanggapan Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 42
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
21 Perubahan Learning Cycle 5E Menjadi 7E 12
22 Kerangka Berpikir Penelitian 18
41 Hasil Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa (N-Gain) 37
42 Hasil Uji N-Gain Setiap Aspek Kemampuan Berpikir Kritis 39
43 Aktivitas Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 40
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1 Hasil Wawancara dan Observasi 59
2 Silabus Mata Pelajaran IPA 62
3 RPP Kelas Eksperimen 67
4 RPP Kelas Kontrol 80
5 LKS 1 Kelas Eksperimen dan Pembahasan 90
6 LDS 1 Kelas Eksperimen dan Pembahasan 95
7 Soal Evaluasi 1 Kelas Eksperimen dan Pembahasan 98
8 PR 1 Kelas Eksperimen dan Pembahasan 101
9 LKS 2 Kelas Eksperimen dan Pembahasan 103
10 LKS 3 Kelas Eksperimen dan Pembahasan 107
11 Kisi-kisi Lembar Observasi Aktivitas Kelas Eksperimen 114
12 Kisi-Kisi Lembar Obserasi Aktivitas Siswa Kelas Kontrol 115
13 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Kelas Eksperimen dan Kontrol 116
14 Rekapitulasi Aktivitas Siswa Kelas Eksperimen 117
15 Rekapitulasi Aktivitas Siswa Kelas Kontrol 118
16 Lembar Refleksi Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 119
17 Kisi-Kisi Lembar Keterlaksanaan Learning Cycle 7E 120
18 Lembar Keterlaksanaan Learning Cycle 7E Berbasis Konstruktivisme 121
19 Kisi-Kisi Angket Tanggapan Siswa Kelas Eksperimen 122
20 Lembar Angket Tanggapan Siswa Kelas Eksperimen 123
21 Kisi-Kisi Angket Tanggapan Siswa Kelas Kontrol 124
22 Lembar Angket Tanggapan Siswa Kelas Kontrol 125
23 Rekapitulasi Hasil Analisis Soal Uji Coba Pilihan Ganda 126
24 Rekapitulasi Hasil Analisis Soal Uji Coba Uraian 130
25 Perhitungan Validitas Soal 131
26 Perhitungan Reliabilitas Instrumen 133
27 Perhitungan Tingkat Kesukaran Soal 135
28 Perhitungan Daya Beda Soal 136
xiii
29 Kisi-Kisi Soal Kemampuan Berpikir Kritis 137
30 Soal Kemampuan Berpikir Kirits 139
31 Hasil Pretest Kelas Eksperimen 148
32 Hasil Posttest Kelas Eksperimen 149
33 Hasil Pretest Kelas Kontrol 150
34 Hasil Posttest Kelas Kontrol 151
35 Rekapitulasi N-gain 152
36 Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas Eksperimen 153
37 Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas Kontrol 154
38 Persentase Aspek Berpikir Kritis Pretets Kelas Eksperimen 155
39 Persentase Aspek Berpikir Kritis Posttest Kelas Eksperimen 157
40 Persentase Aspek Berpikir Kritis Pretets Kelas Kontrol 159
41 Persentase Aspek Berpikir Kritis Posttest Kelas Kontrol 161
42 Uji Normalitas Pretest 163
43 Uji Normalitas Posttest 164
44 Uji Normalitas N-gain 165
45 Uji Homogenitas dan Uji t Pretest 166
46 Uji Homogenitas dan Uji t Posttest 167
47 Uji Homogenitas dan Uji t N-gain 168
48 Rekapitulasi Analisis Tiap Aspek Kemampuan Berpikir Kritis 169
49 Hasil Rekapitulasi Tingkat Keterlaksanaan Learning Cycle 7E 170
50 Hasil Rekapitulasi Tanggapan Siswa Kelas Eksperimen 171
51 Hasil Rekapitulasi Tanggapan Siswa Kelas Kontrol 172
52 Dokumentasi Penelitian 173
53 Surat Ijin Observasi 175
54 Surat Ijin Penelitian 176
55 Surat Bukti Penelitian 177
1
BAB 1
PENDAHULUAN
11 Latar Belakang
Abad ke 21 merupakan era informasi dan teknologi dimana perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya di bidang informasi dan komunikasi
tumbuh semakin pesat Hal ini mempengaruhi semua aspek kehidupan termasuk
di bidang pendidikan Proses pendidikan pun dituntut untuk dapat menghasilkan
sumber daya manusia yang berkualitas Menurut Trilling amp Fadel sebagaimana
dikutip oleh Kulsum amp Hindarto (201362) menyatakan bahwa pada era
informasi dan teknologi diperlukan sumber daya manusia dengan kualitas tinggi
yang memiliki keahlian seperti kemampuan berpikir tingkat tinggi (berpikir
kritis) kreatif inovatif bekerja sama memahami berbagai budaya berkomunikasi
yang efektif kemampuan dalam teknologi dan informasi serta tanggung jawab
keimanan yang tinggi
Berdasarkan Permendikbud Nomor 81A Tahun 2013 tentang Implementasi
Kurikulum dijelaskan bahwa sistem pendidikan Indonesia saat ini dihadapkan
pada tuntutan memberdayakan potensi siswa supaya berkembang menjadi sumber
daya manusia yang berkualitas Oleh karena itu dalam menghadapi era informasi
seperti sekarang ini sistem pendidikan di Indonesia diharapkan mampu
membekali siswa dengan kemampuan-kemampuan belajar dan kecakapan hidup
(live skill) Salah satu kemampuan tersebut adalah kemampuan berpikir kritis
Berpikir kritis adalah berpikir rasional dan reflektif dengan menekankan
pada pembuatan keputusan tentang apa yang harus dipercayai atau dilakukan
(Ennis20111) Siswa dituntut untuk berpikir rasional yakni menurut pikiran dan
pertimbangan yang logis berpikir reflektif yakni mempertimbangkan secara hati-
hati segala alternatif sebelum mengambil keputusan
Tujuan melatihkan kemampuan berpikir kritis adalah untuk menyiapkan
siswa menjadi seorang pemikir kritis dan mampu menyelesaikan masalah yang
dihadapi (Tuna amp Kaccedilar 201374) Selain itu untuk menghindarkan diri siswa dari
2
penipuan pencucian otak dan membuat keputusan dengan tepat dan bertanggung
jawab (Redhana amp Liliasari 2008 106)
Menurut Lambertus (2009140) kemampuan berpikir kritis dapat dilatih
dan dikembangkan secara terus menerus Salah satu cara mengembangkan
kemampuan berpikir kritis yaitu melalui pembelajaran sains (IPA) Siswa dilatih
untuk bertanggung jawab terhadap diri sendiri dalam memperoleh pengetahuan
melalui kegiatan eksplorasi memecahkan masalah dan mengkomunikasikan hasil
penyelidikan yang dapat dipercaya pada pembelajaran sains Hal ini dikarenakan
dengan latihan dapat membuat keterampilan berpikir kritis menjadi suatu
kebiasaan
Kenyataan di sekolah pendidikan sains belum banyak yang berorientasi ke
arah pembiasaan berpikir tinggi (berpikir kritis) kemampuan siswa dalam
menjawab soal-soal yang menuntut kemampuan berpikir tinggi masih rendah
(Kunandar201318-19) Keikutsertaan Indonesia di dalam studi Trends in
International Mathematatics and science Study (TIMSS) dan Program for
International Student Assessment (PISA) sejak tahun 1999 juga menunjukkan
bahwa capaian siswa-siswi Indonesia tidak mengembirakan dalam beberapa
laporan yang dikeluarkan TIMSS dan PISA (Permendikbud 2013)
Berdasarkan observasi awal yang telah dilakukan di SMP N 19 Tegal
melalui wawancara dengan guru IPA dan pengamatan dalam proses pembelajaran
menunjukkan bahwa metode yang diterapkan oleh guru sudah bervariasi seperti
ceramah diskusi praktikum dan penugasan namun proses pembelajaran dan
soal-soal evaluasi yang di berikan belum berorientasi untuk mengembangkan
kemampuan berpikir kritis siswa Siswa mengalami kesulitan menganalisis suatu
permasalahan menyimpulkan serta kesulitan mengaplikasikan konsep dalam
situasi yang baru dan konkret Keberanian siswa untuk bertanya dan menjawab
pertanyaan masih rendah Ketika guru mengajukan pertanyaan siswa cenderung
pasif atau siswa belum terbiasa menjawab dengan inisiatif sendiri (data
selengkapnya pada lampiran 1 halaman 59)
Berdasarkan hal tersebut diperlukan suatu upaya untuk mengembangkan
kemampuan berpikir ktitis siswa Salah satu cara mengembangkan kemampuan
3
berpikir kritis yaitu melalui pembelajaran sains (IPA) yang memberikan
kesempatan kepada siswa untuk belajar ldquomenemukanrdquo bukan sekedar belajar
ldquomenerimardquo Kesempatan belajar menemukan dapat dikembangkan antara lain
dalam bentuk pembelajaran berbasis konstruktivisme yang memiliki karakteristik
meliputi berpusat pada siswa adanya masalah proses menemukan interaksi
sosial dan pengetahuan atau pemahaman baru (Wardoyo 201341)
Salah satu model pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan teori
konstruktivisme yaitu learning cycle 7e Hal tersebut terlihat dalam model
pembelajaran learning cycle memuat beberapa tahap kegiatan (fase) Menurut
(Eisenkraft200357) tujuh tahap kegiatan dalam learning cycle 7e antara lain
elicit (penggalian pengetahuan awal) engage (motivasi) explore (melakukan
pengamatan atau percobaan) explain (mengkomunikasikan) elaborate
(menerapkan konsep) evaluate (evaluasi) dan extend (mengaplikasikan konsep)
Beberapa penelitian telah dilakukan terkait penerapan model pembelajaran
learning cycle 7e dalam pembelajaran Berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Indrawati et al(201436) menyatakan bahwa implementasi model
pembelajaran learning cycle 7e efektif untuk meningkatkan penguasaan konsep
dan kemampuan berpikir kritis siswa Hasil penelitian Hartono (201365)
menunjukkan bahwa model pembelajaran learning cycle 7e dapat meningkatkan
kemampuan berpikir kritis siswa Hasil penelitian Kanli amp Yagbasan (2007151)
menunjukkan bahwa learning cycle 7e mampu meningkatkan keterampilan proses
sains dan penguasaan konsep siswa Hasil penelitian Mecit (200648)
menunjukkan bahwa model learning cycle 7e dapat meningkatkan kemampuan
berpikir kritis siswa secara signifikan dibandingkan dengan metode tradisional
Materi Interaksi makhluk hidup dengan lingkungan merupakan salah satu
materi pokok kelas VII semester genap dalam kurikulum 2013 dengan kompetensi
dasar yakni 38 mendeskripsikan interaksi antar makhluk hidup dan
lingkungannya dan 412 menyajikan hasil observasi terhadap interaksi makhluk
hidup dengan lingkungan di sekitarnya Kompetensi dasar pada materi tersebut
menuntut siswa untuk dapat memahami konsep-konsep dan memecahkan masalah
yang sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari Penerapan learning cycle 7e
4
berbasis konstruktivisme mempertimbangkan pengetahuan awal siswa (elicit)
menyajikan masalah yang berkaitan dengan kehidupan nyata sebagai rangsangan
untuk belajar (engage) memberikan kesempatan secara langsung kepada siswa
untuk terlibat dalam penemuan konsep (explore) dilanjutkan dengan melakukan
diskusi untuk mengklarifikasi konsep (elaborate) evaluasi (evaluate) serta
mengaplikasikan konsep tersebut pada situasi baru (extend) Pembelajaran materi
interaksi makhluk hidup akan menjadi lebih bermakna dan kemampuan berpikir
kritis siswa dapat berkembang dengan membandingkan konsep yang sudah
diperoleh dengan konsep baru yang dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari siswa
maka diharapkan model pembelajaran learning cycle 7e berbasis konstruktivisme
akan tepat apabila digunakan dalam penyampaian materi interaksi makhluk hidup
dengan lingkungan
Berdasarkan uraian di atas maka akan dilakukan penelitian yang berjudul
ldquoPengaruh Learning Cycle 7E Berbasis Konstruktivisme Terhadap Kemampuan
Berpikir Kritis Siswa pada Materi Interaksi Makhluk Hidup dengan Lingkunganrdquo
12 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang maka rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah apakah penerapan Learning Cycle 7E berbasis konstruktivisme
berpengaruh terhadap kemampuan berpikir kritis siswa pada materi Interaksi
makhluk hidup dengan lingkungan
13 Penegasan Istilah
Supaya tidak terjadi kesalahan penafsiran terhadap istilah-istilah yang
digunakan dalam penelitian ini maka perlu diberikan penjelasan tentang istilah-
istilah berikut
131 Pembelajaran Learning Cycle 7E Berbasis Konstruktivisme
Learning cycle 7e merupakan suatu model pembelajaran yang bertujuan
untuk menekankan pentingnya memunculkan pemahaman awal siswa dan
memperluas (transfer) konsep Menurut Eisenkraft (200357) terdapat tujuh tahap
5
dalam learning cycle 7e yaitu elicit (penggalian pengetahuan awal) engage
(motivasi) explore (melakukan pengamatan atau percobaan) explain
(mengkomunikasikan) elaborate (menerapkan konsep) evaluate (evaluasi) dan
extend (mengaplikasikan konsep)
Konsep pembelajaran konstruktivisme merupakan pembelajaran yang
didasarkan pada pemahaman bahwa proses belajar yang dilakukan siswa
merupakan proses konstruksi pengetahuan pemahaman dan pengalaman yang
dilakukan oleh siswa (Wardoyo 20134) Karakteristik dalam pembelajaran
konstruktivisme antara lain 1) berpusat pada siswa 2) adanya masalah 3) proses
menemukan 4) interaksi sosial dan 5) pengetahuan atau pemahaman baru
(Wardoyo 201341) Pembelajaran learning cycle 7e berbasis konstruktivisme
pada penelitian ini adalah pembelajaran IPA yang menerapkan tahap-tahap model
pembelajaran learning cycle 7e yang didasarkan pada kelima karakteristik
pembelajaran konstruktivisme menurut Wardoyo (201341)
132 Kemampuan Berpikir Kritis
Menurut Ennis (20111) berpikir kritis adalah berpikir rasional dan
reflektif dengan menekankan pada pembuatan keputusan tentang apa yang harus
dipercayai atau dilakukan Rasional berarti menurut pikiran dan pertimbangan
yang logis Reflektif berarti mempertimbangkan secara hati-hati segala alternatif
sebelum mengambil keputusan
Kemampuan berpikir kritis yang diukur pada penelitian ini mengacu pada
(Ennis 198546) yang menyebutkan terdapat lima aspek sebagai indikator dalam
berpikir kritis yaitu (1) memberikan penjelasan sederhana (2) membangun
keterampilan dasar (3) menyimpulkan 4) memberi penjelasan lanjut dan (5)
mengatur strategi dan taktik
133 Materi Interaksi Makhluk Hidup dengan Lingkungan
Materi Interaksi makhluk hidup dengan lingkungan merupakan salah satu
materi pokok kelas VII semester genap dalam kurikulum 2013 dengan kompetensi
dasar yakni 38 mendeskripsikan interaksi antar makhluk hidup dan
6
lingkungannya dan 412 menyajikan hasil observasi terhadap interaksi makhluk
hidup dengan lingkungan di sekitarnya Indikator pembelajaran dalam penelitian
ini yaitu menjelaskan konsep ekosistem mengidentifikasi komponen abiotik dan
biotik mengidentifikasi satuan-satuan dalam ekosistem menghitung kepadatan
populasi menganalisis saling ketergantungan antara komponen biotik dengan
abiotik dan menganalisis saling ketergantungan antar komponen biotik
14 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan pengaruh
penerapan learning cycle 7e berbasis konstruktivisme terhadap kemampuan
berpikir kritis siswa pada materi Interaksi makhluk hidup dengan lingkungan
15 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut
151 Manfaat Korespondensi
Penelitian ini memberikan bukti empiris kebenaran teori pembelajaran
tentang penerapan learning cycle 7e dan pengaruhnya terhadap kemampuan
berpikir kritis siswa seperti hasil penelitian yang dilakukan oleh Indrawati et al
(201436) bahwa implementasi model pembelajaran learning cycle 7e efektif
untuk meningkatkan konsep dan kemampuan berpikir kritis siswa Hasil
penelitian Hartono (201365) bahwa model learning cycle 7e dapat meningkatkan
kemampuan berpikir kritis Hasil penelitian Siribunnan amp Tayraukham
(2009282) menunjukkan bahwa model learning cycle 7e dapat meningkatkan
kemampuan berpikir kritis yang lebih baik dibandingkan dengan metode
tradisional Demikian pula hasil penelitian Mecit (200648) menunjukkan bahwa
model learning cycle 7e dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis secara
signifikan dibandingkan dengan metode tradisional Selain itu hasil penelitian ini
digunakan untuk menguatkan prediksi bahwa untuk meningkatkan kemampuan
berpikir kritis dapat menerapkan pembelajaran dengan Learning Cycle 7E
7
152 Manfaat Koherensi
Penelitian ini mengembangkan dan membuktikan teori-teori yang
menghasilkan hipotesis tentang kebenaran bahwa penerapan learning cycle 7e
berpengaruh terhadap kemampuan berpikir kritis siswa
153 Manfaat Pragmatis
Manfaat pragmatis penelitian ini agar siswa memahami materi Interaksi
makhluk hidup dengan lingkungan melalui model pembelajaran learning cycle 7e
berbasis konstruktivisme Pemahaman materi oleh siswa dapat mengembangkan
kemampuan berpikir kritis siswa Menambah wawasan guru tentang variasi
pembelajaran untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa Penelitian
ini memberikan kontribusi bagi sekolah sebagai masukan dalam meningkatkan
kualitas pembelajaran
8
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
21 Teori Konstruktivisme
Teori konstruktivisme beranggapan bahwa pengetahuan merupakan
konstruksi dari pengetahuan awal yang telah ada Pengetahuan hasil dari
konstruksi kognitif melalui kegiatan siswa dengan membuat struktur kategori
konsep dan skema yang diperlukan untuk membentuk pengetahuan dalam hal ini
dibentuk oleh struktur konsepsi sewaktu siswa berinteraksi dengan lingkungan
(Maknun et al 2012 9-10)
Intisari dari teori konstruktivisme adalah bahwa siswa harus menemukan
dan mentransformasikan informasi kompleks kedalam diri sendiri Teori ini
memandang siswa sebagai individu yang selalu memeriksa informasi baru yang
berlawanan dengan prinsip-prinsip yang telah ada dan merevisi prinsip-prinsip
tersebut apabila sudah diangap tidak dapat digunakan lagi Hal ini memberikan
implikasi bahwa siswa harus terlibat aktif dalam pembelajaran dengan bantuan
guru sebagai fasilitator (Rifarsquoi amp Anni 2011137)
Implikasi pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan pandangan
konstruktivisme menurut Hapsari (2011 37) adalah sebagai berikut
a Tahap Apersepsi dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan problematik
tentang fenomena yang sering ditemui sehari-hari yang dikaitkan dengan
konsep yang akan dibahas Siswa diberi kesempatan untuk
mengkomunikasikan mengilustrasikan pemahaman tentang konsep tersebut
b Tahap Eksplorasi memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan
konsep melalui pengumpulan pengorganisasian dan menginterpretasikan data
dalam suatu kegiatan yang telah dirancang guru serta secara berkelompok
didiskusikan dengan kelompok lain
c Tahap diskusi dan penjelasan konsep yaitu siswa memberi penjelasan dan
solusi berdasarkan hasil observasi ditambah dengan penguatan guru maka
siswa membangun pemahaman baru tentang konsep yang sedang dipelajari
9
d Pengembangan dan aplikasi yaitu guru berusaha menciptakan iklim
pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat mengaplikasikan pemahaman
konseptual baik melalui kegiatan atau pemunculan dan pemecahan masalah-
masalah yang berkaitan dengan isu-isu di lingkungan
22 Teori Perkembangan Jean Piaget
Teori perkembangan Piaget mewakili konstruktivisme yang memandang
perkembangan kognitif sebagai suatu proses dimana anak secara aktif membangun
pengetahuan Piaget menyatakan bahwa belajar merupakan pengembangan aspek
kognitif yang meliputi skema asimilasi akomodasi ekuilibrasi
Asimilasi adalah pengumpulan dan pengelompokkan informasi baru
Seorang individu dalam proses pembelajaran akan mendapatkan informasi baru
yang kemudian akan dikumpulkan dan dikelompokkan ke dalam skema
(pengetahuan) yang telah ada Akomodasi merupakan modifikasi dari skema agar
informasi yang baru dan kontradiktif bisa diterjemahkan Informasi yang telah
terkumpul dan dikelompokkan dalam skema-skema yang telah ada sebelumnya
kemudian dimodifikasi menjadi suatu skema (pengetahuan) baru Ekuilibrasi
merupakan dorongan secara terus menerus ke arah keseimbangan atau
equilibrium Artinya pengetahuan dikonstruksi dari proses pengintegrasian
pengetahuan baru terhadap struktur kognitif yang sudah ada dan dilakukan
penyesuaian struktur kognitif dengan informasi baru yang didapatkan
Menurut Piaget sebagaimana dikutip oleh Trianto (200716) pada
perkembangan kognitif yang terpenting adalah penguasaan dan kategori konsep-
konsep Melalui penguasaan konsep siswa akan mengenal lingkungan dan
memecahkan berbagai masalah yang dihadapi dalam kehidupan
Menurut Piaget sebagaimana dikutip oleh Slavin (200845) setiap
individu pada saat tumbuh mulai dari bayi yang baru dilahirkan sampai menginjak
usia dewasa mengalami empat tingkatan perkembangan kognitif Empat tingkat
perkembangan kognitif tersebut adalah sebagai berikut
1 Tahap Sensorimotorik (sejak lahir hingga usia 2 tahun)
2 Tahap Pra-operasional (2-7 tahun)
10
3 Tahap Operasi Kongkrit (7-11 tahun)
4 Tahap Operasi Formal (usia 11 sampai dewasa)
Siswa SMP dengan rentang usia 11-15 tahun berada pada tahap operasi
formal Pada usia ini yang perlu dipertimbangkan adalah aspek-aspek
perkembangan remaja dimana remaja mengalami tahap transisi dari penggunaan
operasi kongkrit ke penerapan operasi formal dalam bernalar Menurut Slavin
(200846) pada tahap operasi formal anak sudah mampu berpikir tingkat tinggi
mampu berpikir secara deduktif induktif menganalisis mensintesis mampu
berpikir abstrak dan berpikir reflektif serta memecahkan berbagai masalah
23 Learning Cycle 7E Berbasis Konstruktivisme
Menurut Aqib (201366) proses pembelajaran adalah upaya secara
sistematis yang dilakukan guru untuk mewujudkan proses pembelajaran berjalan
secara efektif dan efisien yang dimulai dari perencanaan pelaksanaan dan
evaluasi Oleh karena itu pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu proses
komunikasi melalui interaksi antara guru dengan siswa dan antar siswa secara
efektif dan efisien untuk mencapai tujuan pembelajaran
Konsep pembelajaran konstruktivisme merupakan pembelajaran yang
didasarkan pada pemahaman bahwa proses belajar yang dilakukan siswa
merupakan proses konstruksi pengetahuan pemahaman dan pengalaman yang
dilakukan oleh siswa (Wardoyo 20134) Karakteristik dalam pembelajaran
konstruktivisme antara lain 1) berpusat pada siswa 2) adanya masalah 3) proses
menemukan 4) interaksi sosial dan 5) pengetahuan atau pemahaman baru
(Wardoyo 201341)
Salah satu model pembelajaran yang berlandaskan teori konstruktivisme
adalah learning cycle Menurut Trowbridge amp Bybee sebagaimana dikutip oleh
Wena (2011170) pada tahun 1970 model Learning Cycle pertama kali
diperkenalkan oleh Robert Karplus dan Their dalam Science Curriculum
Improvement StudySCIS Karplus dan Their mengembangkan model learning
cycle berdasarkan teori perkembangan kognitif Jean Piaget Implementasi teori
perkembangan kognitif Jean Piaget oleh Karplus dikembangkan dalam model
11
learning cycle yang pada mulanya terdiri dari tiga tahap yaitu eksplorasi
(exploration) pengenalan konsep (concept introduction) dan penerapan konsep
(concept application)
Pada pertengahan 1980an Biological Science Curriculum Study (BSCS)
mengembangkan model learning cycle dari tiga tahap siklus tersebut menjadi lima
tahap Tahap-tahap dalam pembelajaran Learning Cycle 5E meliputi engage
explore explain elaborateextend dan evaluate Perkembangan ini dilakukan
dengan menambahkan fase engage di awal pembelajaran yang bertujuan untuk
menggali pengetahuan awal siswa dan fase evaluate ditambahkan di akhir
pembelajaran yang bertujuan untuk menilai pemahaman siswa sedangkan fase
pemahaman konsep dan aplikasi konsep diganti dengan istilah baru yaitu explain
dan elaborate (Bybee et al 20068)
Perkembangan model learning cycle 7e yang paling baru sudah memiliki 7
tahap setelah mengalami pengkhususan menjadi 5 tahap Perubahan yang terjadi
pada tahap learning cycle 5e menjadi 7e terjadi pada tahap engage menjadi 2
tahap yaitu elicit dan engage sedangkan pada tahap elaborate dan evaluate
menjadi 3 tahap menjadi elaborate evaluate dan extend
Menurut Eisenkraft (200357) learning cycle 7e merupakan suatu model
pembelajaran yang bertujuan untuk menekankan pentingnya memunculkan
pemahaman awal siswa dan memperluas konsep Terdapat 7 tahap learning cycle
7e yang dapat dijelaskan sebagai berikut
1 Elicit (penggalian pengetahuan awal)
Makna dari elicit adalah menggali pemahaman awal yang dimiliki
siswa Langkah-langkah yang dapat dilakukan adalah dengan
mengajukan beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan materi
yang akan dipelajari
2 Engage (motivasi)
Pada tahap engage atau motivasi dapat dilakukan dengan cara
bercerita demonstrasi membuat prediski atau dengan
menunjukkan suatu objek gambar atau video Guru dapat
memberikan permasalahan dan meminta siswa untuk berpikir dan
mengajukan pertanyaan
3 Explore (melakukan pengamatan atau percobaan)
Pada tahap ini siswa diberi kesempatan untuk melakukan
pengamatan mengumpulkan data membuktikan prediksi atau
12
hipotesis merancang dan merencanakan percobaan membuat
grafik menafsirkan hasil serta mencatat hasil pengamatan
4 Explain (mengkomunikasikan)
Pada tahap ini guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menjelaskan konsep dan menunjukkan bukti hasil pengamatan
pada tahap explore melalui kegiatan diskusi Pada tahap ini siswa
diharapkan menemukan istilah-istilah dan konsep yang dipelajari
5 Elaborate (menerapkan konsep)
Tahap ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menerapkan konsep (pengetahuan baru) dan keterampilan dalam
situasi baru melalui kegiatan-kegiatan seperti pemecahan masalah
(problem solving)
6 Evaluate (evaluasi)
Tahap evaluasi model pembelajaran learning cycle 7e terdiri dari
evaluasi formatif dan evaluasi sumatif Evaluasi dapat dilakukan
melalui pemberian tes di akhir pembelajaran untuk mengetahui
sejauh mana tingkat pemahaman siswa terhadap konsep yang
dipelajari
7 Extend (mengaplikasikan konsep)
Tahap ini bertujuan untuk berpikir mencari menemukan dan
menjelaskan contoh penerapan konsep yang telah dipelajari
(Eisenkraft 200357)
Gambar 21 Perubahan Learning Cycle 5E Menjadi Learning Cycle 7E
13
Pengembangan tahap-tahap learning cycle dari 3 tahap
menjadi 5 tahap atau 7 tahap masih tetap berkaitan erat dengan teori
perkembangan kognitif Jean Piaget (skema asimilasi akomodasi dan
ekuilibrasi) Pembelajaran learning cycle memberikan kesempatan
kepada siswa untuk mengasimilasi informasi dengan cara
mengeksplorasi lingkungan mengakomodasi informasi dengan cara
mengembangkan konsep mengorganisasikan informasi dan
menghubungkan konsep-konsep baru dengan menggunakan atau
memperluas konsep yang dimiliki untuk menjelaskan suatu fenomena
yang berbeda Fase engagement dalam learning cycle termasuk dalam
proses asimilasi sedangkan fase evaluation masih merupakan proses
akomodasi dan ekuilibrasi
Model learning cycle 7e memiliki beberapa kelebihan dan kelemahan
Kelebihan dari model learning cycle 7e menurut Indrawati et al (201435) yaitu
1 Merangsang siswa untuk mengingat kembali materi pelajaran
yang telah didapatkan
2 Memberikan motivasi kepada siswa untuk menjadi lebih aktif dan
menambah rasa keingintahuan
3 Melatih siswa belajar menemukan konsep melalui kegiatan
ekperimen melatih siswa untuk menyampaikan konsep yang telah
dipelajari secara lisan
4 Melatih siswa untuk bekerjasama dan memberikan kesempatan
kepada siswa untuk berpikir mencari menemukan dan
menjelaskan contoh penerapan konsep yang telah dipelajari
Kelemahan dari model learning cycle 7e menurut Indrawati et al
(201435) yaitu
1 Efektivitas pembelajaran rendah jika guru kurang menguasai
materi dan langkah-langkah pembelajaran
2 Menuntut kesungguhan dan kreativitas guru dalam merancang dan
melaksanakan proses pembelajaran
3 Memerlukan waktu dan tenaga yang lebih banyak dalam menyusun
rencana dan melaksanakan pembelajaran
24 Kemampuan Berpikir Kritis
Menurut Ruggiero sebagaimana dikutip oleh Johnson (2007183) berpikir
merupakan segala aktivitas mental yang membantu merumuskan atau
memecahkan masalah membuat keputusan memenuhi keinginan untuk
memahami sebuah pencarian jawaban dan sebuah pencapaian makna Kowiyah
(2013176) menyatakan bahwa berpikir adalah suatu kegiatan atau proses
14
kognitif tindakan mental untuk memperoleh pengetahuan pemahaman dan
keterampilan agar mampu menemukan jalan keluar dan keputusan secara
deduktif induktif dan evaluatif
Secara teknis kemampuan berpikir dalam bahasa taksonomi Bloom
diartikan sebagai kemampuan intelektual yaitu kemampuan
menganalisismensintesis dan mengevaluasi Kemampuan-kemampuan ini dapat
dikatakan sebagai kemampuan berpikir kritis
Pembelajaran diharapkan dapat menjadi penunjang dalam
mengembangkan kemampuan berpikir siswa Kemampuan berpikir yang dapat
dikembangkan salah satunya adalah kemampuan berpikir kritis Tujuan
melatihkan kemampuan berpikir kritis adalah untuk menyiapkan siswa menjadi
seorang pemikir kritis dan mampu menyelesaikan masalah yang dihadapi (Tuna amp
Kaccedilar 201374) Selain itu untuk menghindarkan diri siswa dari penipuan
pencucian otak dan membuat keputusan dengan tepat dan bertanggung jawab
(Redhana amp Liliasari 2008 106)
Menurut Ennis (20111) berpikir kritis adalah berpikir rasional dan
reflektif dengan menekankan pada pembuatan keputusan tentang apa yang harus
dipercayai atau dilakukan Rasional berarti menurut pikiran dan pertimbangan
yang logis Reflektif berarti mempertimbangkan secara hati-hati segala alternatif
sebelum mengambil keputusan Jadi dalam hal ini Ennis (20111) menekankan
bahwa berpikir kritis lebih berhubungan dengan alasan yang dapat diterima ketika
seseorang mengambil keputusan Berdasarkan pengertian tersebut maka dapat
dirumuskan bahwa berpikir kritis merupakan proses menggunakan pikiran secara
rasional dan reflektif untuk mencari dan menganalisis informasi mengambil
keputusan dan menyelesaikan masalah
Ennis (19918) menyatakan bahwa dalam berpikir kritis terdapat dua
komponen yaitu karakter (disposition) dan kemampuan penguasaan pengetahuan
(ability) Komponen kemampuan penguasaan pengetahuan dalam berpikir kritis
sering disebut sebagai kemampuan berpikir kritis
Terdapat dua belas indikator kemampuan berpikir kritis yang
dikelompokkan dalam lima aspek berpikir kritis seperti pada Tabel 21 berikut
15
Tabel 21 Indikator Kemampuan Berpikir Kritis Menurut Ennis (198546)
No Aspek Indikator
1 Memberikan
penjelasan sederhana
1 Memfokuskan pertanyaan
2 Menganalisis pertanyaan
3 Bertanya dan menjawab
pertanyaan tentang suatu
penjelasan
2 Membangun
keterampilan dasar
1 Mempertimbangkan apakah
sumber dapat dipercaya atau
tidak
2 Mengobservasi dan
mempertimbangkan suatu
laporan hasil observasi
3 Menyimpulkan 1 Mendeduksi dan
mempertimbangkan hasil
deduksi
2 Menginduksi dan
mempertimbangkan hasil induksi
3 Membuat dan menentukan hasil
pertimbangan
4 Memberikan
penjelasan lanjut
1 Mendefinisikan istilah dan
mempertimbangkan suatu
definisi dalam tiga dimensi
2 Mengidentifikasi asumsi
5 Mengatur strategi
dan taktik
1 Menentukan suatu tindakan
2 Berinteraksi dengan orang lain
Kemampuan berpikir kritis dapat diukur dengan menggunakan instrumen
yang dikembangkan melalui aspek dan indikator berpikir kritis Evaluasi terhadap
kemampuan berpikir kritis antara lain bertujuan untuk mendiagnosis tingkat
kemampuan berpikir kritis siswa memberi umpan balik keberanian berpikir
siswa dan memberi motivasi agar siswa mengembangkan kemampuan berpikir
kritis (Ennis 1993180)
Karakter (disposition) adalah kecenderungan atau kebiasaan untuk berpikir
dalam cara dan kondisi tertentu Disposisi berpikir kritis merupakan sifat yang
melekat pada diri seseorang yang berpikir kritis (Lambertus 2009138)
Seseorang yang memiliki disposisi berpikir kritis akan cenderung berpikir kritis
ketika ada situasi atau kondisi yang menghadirkan stimulus untuk berpikir kritis
16
Pemikir kritis yang ideal memiliki karakter (disposition) untuk mencari
kejelasan dari pertanyaan mencari alasan berusaha mengetahui infomasi dengan
baik menggunakan dan menyebutkan sumber yang memiliki kredibilitas
memperhatikan situasi dan kondisi secara keseluruhan berusaha tetap relevan dengan
ide utama mengingat kepentingan yang asli dan mendasar mencari alternatif
bersikap dan berpikir terbuka mengambil posisi ketika ada bukti dan alasan yang
cukup untuk melakukan sesuatu mencari penjelasan sebanyak mungkin bersikap
secara sistematis dan teratur dengan bagian dari keseluruhan masalah (Ennis 19918)
25 Materi Interaksi Makhluk Hidup dengan Lingkungan
Materi Interaksi makhluk hidup dengan lingkungan merupakan salah satu
materi pokok kelas VII semester genap dalam kurikulum 2013 dengan kompetensi
dasar yaitu 38 mendeskripsikan interaksi antar makhluk hidup dan lingkungannya
dan 412 menyajikan hasil observasi terhadap interaksi makhluk hidup dengan
lingkungan di sekitarnya Indikator pembelajaran dalam penelitian ini meliputi
menjelaskan konsep ekosistem mengidentifikasi komponen biotik dan abiotik
mengidentifikasi satuan-satuan dalam ekosistem menghitung kepadatan populasi
menganalisis saling ketergantungan antara komponen biotik dan abiotik dan
menganalisis saling ketergantungan antar komponen biotik
Komponen ekosistem meliputi komponen abiotik (makhluk tak hidup) dan
komponen biotik (makhluk hidup) Komponen biotik meliputi organisme autotrof
yaitu produsen primer heterotrof yaitu konsumen dan detritivor yaitu organisme
pemakan limbah organik dan organisme yang telah mati
Produsen primer utama pada sebagian besar ekosistem darat adalah
tumbuhan sedangkan produsen primer dalam zona limnetik danau dan lautan
terbuka adalah fitoplankton (alga dan bakteri) Alga multiselluler dan tumbuhan
akuatik merupakan produsen primer di ekosistem air tawar maupun air laut
Organisme yang secara langsung memakan organisme autotrof disebut
herbivora Oleh karena itu herbivora disebut juga sebagai konsumen primer
sedangkan organisme yang mendapatkan makanan dengan memangsa herbivora
atau karnivora lain disebut karnivora Karnivora dapat berperan sebagai konsumen
17
sekunder tersier dan seterusnya Jalur perpindahan makanan dari tingkat trofik
satu ke tingkat trofik lainnya dikenal sebagai rantai makanan (food chain) akan
tetapi hubungan makan memakan dalam suatu ekosistem umumnya saling
berhubungan menjadi jaring-jaring makanan (food web) karena konsumen
memakan lebih dari satu tingkat trofik (Campbell et al 2004)
Kompetensi dasar dan indikator pembelajaran pada materi tersebut
menuntut siswa untuk dapat memahami konsep-konsep dan memecahkan masalah
yang sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari Penerapan learning cycle 7e
berbasis konstruktivisme mempertimbangkan pengetahuan awal siswa (elicit)
menyajikan masalah yang berkaitan dengan kehidupan nyata sebagai rangsangan
untuk belajar (engage) memberikan kesempatan secara langsung kepada siswa
untuk terlibat dalam penemuan konsep melalui kegiatan observasi (explore)
dilanjutkan dengan melakukan diskusi untuk mengklarifikasi konsep (elaborate)
dan evaluasi (evaluate) untuk mengetahui sejauh mana pemahaman konsep yang
telah dimiliki oleh siswa serta menerapkan konsep yang telah diperoleh pada
situasi baru (extend) Pembelajaran materi interaksi makhluk hidup dengan
lingkungan diharapkan menjadi lebih bermakna dan kemampuan berpikir kritis
siswa dapat berkembang dengan membandingkan konsep yang sudah diperoleh
dengan konsep baru yang dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari siswa Model
pembelajaran learning cycle 7e berbasis konstruktivisme diharapkan tepat apabila
digunakan dalam penyampaian materi ekosistem
18
26 Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
Gambar 22 Kerangka Berpikir Penelitian
27 Hipotesis
Penerapan Learning cycle 7e berbasis konstruktivisme berpengaruh
terhadap kemampuan berpikir kritis siswa pada materi Interaksi makhluk hidup
dengan lingkungan
Pembelajaran Learning
Cycle 7E berbasis
konstruktivisme
Menekankan
pengetahuan awal siswa
dan memungkinkan
mengaplikasikan
konsep yang telah
diperoleh
(Eisenkraft 200357)
Mampu meningkatkan
keterampilan proses
sains dan penguasaan
konsep (Kanli amp
Yagbasan 2007151)
Mampu meningkatkan
kemampuan berpikir
kritis
(Hartono 201365)
Mampu meningkatkan
kemampuan berpikir
kritis secara signifikan
dibandingkan metode
tradisional
(Mecit 200648)
Permasalahan dalam pembelajaran
Siswa kesulitan menganalisis suatu
permasalahan
Siswa kesulitan menyimpulkan
Siswa kesulitan mengaplikasikan konsep
pada situasi baru dan konkret
Keberanian mengajukan pertanyaan
amp pendapat rendah
Kemampuan berpikir kritis rendah
Berpikir kritis salah satu
keterampilan abad 21 yang
harus dimiliki oleh siswa
Tuntutan memberdayakan
SDM yang berkualitas
(Permendikbud 2013)
Kelas eksperimen Kelas kontrol
Pembelajaran
dengan metode
diskusi amp ceramah
Kemampuan berpikir kritis berkembang
Learning cycle 7e
berbasis
konstruktivisme
Quasi experimental design
Uji t
54
BAB 5
PENUTUP
51 Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa
penerapan learning cycle 7e berbasis konstruktivisme berpengaruh terhadap
kemampuan berpikir kritis siswa pada materi interaksi makhluk hidup dengan
lingkungan Peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa kelas eksperimen lebih
baik dari pada kelas kontrol
52 Saran
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan penerapan learning cycle
7e berbasis konstruktivisme terbukti berpengaruh terhadap kemampuan berpikir
kritis siswa pada materi interaksi makhluk hidup dengan lingkunganya Dengan
demikian maka beberapa saran yang dapat diberikan sebagai berikut
1 Guru IPA dapat mempertimbangkan pembelajaran learning cycle 7E berbasis
konstruktivisme pada materi interaksi makhluk hidup dengan lingkungan
karena terbukti dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa
2 Guru IPA dapat merancang proses pembelajaran dan instrumen pembelajaran
yang dapat memicu kemampuan berpikir kritis siswa
3 Bagi peneliti selanjutnya yang akan melakukan penelitian berkaitan dengan
kemampuan berpikir kritis disarankan mengoptimalkan pengelolaan kelas dan
memberikan banyak motivasi agar setiap siswa dapat berpartisipasi dan
berinteraksi dalam kegiatan pembelajaran Hal ini dimaksudkan agar
pembelajaran yang dilakukan efektif terhadap kemampuan berpikir kritis
siswa
55
DAFTAR PUSTAKA
Aqib Z 2013 Model-Model Media dan Strategi Pembelajaran
Kontekstual(Inovatif) Bandung Yrama Widya
Amertawengrum IP 2014 Filsafat Konstruktivisme dalam Pembelajaran Sastra
Anak Jurnal Magistra 26(89)8-17 KlatenUnwidha
Arifin Z 2012 Evaluasi Pembelajaran Jakarta Dirjen Pendidikan Islam Online
at
httpdualmodekemenaggoidfiledokumen34EvaluasiPembelajaranpdf
[diakses tanggal 17 Januari 2015]
Arikunto S 2010 Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Jakarta Bumi Aksara
_________ 2012 Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Jakarta Bumi Aksara
Bybee RW JA Taylor A Gardner PV Scotter JC Powell A Westbrook amp
N Landes 2006 The BSCS 5E Instructional Model Origins and
Effectiveness A Report Prepared for the Office of Science Education
National Institute of Health Colorado BSCS Online Tersedia di
httpscienceeducationnihgov [diakses 11-1- 2015]
Campbell NA Reece BJ amp Mitchell LG 2004 Biologi Alih Bahasa Manalu
W (eds) Erlangga Jakarta
Curto K amp T Bayer 2005 An Intersection of Critical Thinkking and
Communication Skillls Journal of Biological Science 31(4)11-19
Amerika Serikat University of Pittsburgh
Eisenkraft A 2003 Expanding The 5E Model Journal The Sciences Teacher
70(6) 56-59 Tersedia di httpits-about-
timecomhtmlsapeisenkrafttstpdf [diakses 3-2-2015]
Ennis RH 1985 A Logical Basic for Measuring Critical Thinking Skill Tersedia
di httpwwwascdorgASCDpdfjournalsed_leadel_198510_ennispdf
[diakses 27-1-2015]
Ennis RH 1991Critical Thinking A Streamlined Conception Tersedia di
httpfacultyeducationillinoisedurhennisdocumentsTheNatureofCritical
Thinking_51711_000pdf [diakses 27-1-2015]
Ennis R H 1993 Critical Thinking Assesment Journal Theory and Practice 32
(2) 179-186 Amerika Serikat The Ohio State University
56
Ennis RH 2011 The Nature of Critical Thinking An Outline of Critical
Thinking Dispositions and Abilities Tersedia di
httpfacultyeducationillinoisedurhennisdocumentsTheNatureofCritical
Thinking_51711_000pdf [diakses 27-1-2015]
Hapsari RTS 2011 Penerapan Model Konstruktivisme untuk Meningkatkan
Hasil Belajar Siswa Jurnal Pendidikan Penabur 10(16) (34-45) Tersedia
di
httpwwwbpkpenaburoridfilesHal2034_4520Penerapan20Mode
l20Pembelajaran20Konstruktivismepdf [diakses 25-1-2015]
Hartono 2013 Learning Cycle Model to Increase Studentrsquos Critical Thinking on
Science Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 9(1)56-66 Semarang
Universitas Negeri Semarang
Indrawati W Suyatno amp YSRahayu 2014 Implementasi Model Learning
Cycle 7E Pada Pembelajaran Kimia Dengan Materi Pokok Kelarutan Dan
Hasil Kali Kelarutan Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep dan
Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMA Prosiding Seminar Nasional
KimiaSurabaya Universitas Negeri Surabaya
Johnson EB 2007 Contextual Teaching amp Learning terjemahan Ibnu Setiawan
Bandung MLC
Kanli amp Yagbasan 2007 The Effects of a Laboratory Based on the 7E Learning
Cycle Model and Verification Laboratory Approach on the Development of
Studentsrsquo Science Process Skills and Conceptual Achievement Tersedia
diwwwuscaeduessaysspecialeditionUKanligraveandRYagbasanpdf[diakses
2-3-2015]
Kowiyah 2012 Kemampuan Berpikir Kritis Jurnal Pendidikan Dasar 3(5) 175-
179 Tersedia di httpjournalppsunjorgarticeldownload108108
[diakses 1-1-2015]
Kulsum U amp N Hindarto 2011 Penerapan Model Learning Cycle 5E pada Sub
pokok bahasan Kalor untuk Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar
Siswa Kelas VII SMP Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 7(1)128-
133Semarang Universitas Negeri Semarang
Kunandar 2013 Penilaian Autentik (Penilaian Hasil Belajar Kurikulum 2013)
Jakarta Raja Grafindo Persada
Lambertus 2009 Pentingnya Melatih Keterampilan Berpikir Kritis Dalam
Pembelajaran Matematika Di SD Jurnal Forum Pendidikan 28(2) (136-
142) Palembang Universitas Sriwijaya
57
Maknun D RR Haerin k Surtikanti amp AMunandar 2012 Praktikum Ekologi
Berbasis Proyek Media Pembekalan Keterampilan Esensial Laboratorium
Jurnal Pendidikan MIPA 13(1) 8-17 Lampung Universitas Lampung
Mecit O 2006 The Effect of 7E Learning Cycle Model on The Improvement of
Fifth Grade Studentsrsquo Critical Thinking Skills Tesis Turkey Middle East
Technical University
Permendikbud 2013 Implementasi Kurikulum Jakarta Depdiknas
Priyatno Duwi 2012 Belajar Analisis Data dengan SPSS 20 Yogyakarta Andi
Redhana IW amp Liliasari 2008 Program Pembelajaran Keterampilan Berpikir
Kritis Pada Topik Laju Reaksi Untuk Siswa SMA Jurnal Forum
Kependidikan 27(2)103-112 Bandung Universitas Pendidikan Indonesia
RifarsquoI Aamp CT Anni 2011 Psikologi Pendidikan Semarang Universitas Negeri
Semarang Press
Siribunnam amp Tayraukham 2009 Effect of 7-E KWL and Conventional on
Analitycal Thinking Learning Acievement and Attitudes toward Chemistry
Learning Journal of Social Sciences 5(4)279-282 Tersedia di
httpwwwamazoncomconventional-instruction-analytical-achievement-
attitudesdpB002TP5UQS [diakses 3-2-2015]
Slameto 2010 Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya Jakarta
Rhineka Cipta
Slavin RE 2008 Psikologi Pendidikan Teori dan Praktik Jakarta Indeks
Soeprodjo S Priatmoko amp EY Sariana 2008 Pengaruh Model Learning
Cycle terhadap Hasil Belajar Materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan
Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia 2(1) 224-229 Semarang Universitas
Negeri Semarang
Sudjana 2005 Metode Statistika Bandung Tarsito
Sugiyono 2013 Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif
Kualitatif dan RampD) Bandung Alfabeta
Trianto 2007 Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivisme
Jakarta Prestasi Pustaka
Tuna A amp A Kaccedilar 2013 The Effect of 5E Learning Cycle Model in Teaching
Trigonometry on Studentrsquos Academic Achievement and The Permanence of
Their Knowledge International Journal on New Trends in Education and
58
Their Implications 4(1) 73-87 Tersedia di
httpijonteorgFileploadks63207File07tunapdf [diakses 11-1- 2015]
Wardoyo SM 2013 Pembelajaran Konstruktivisme Bandung Alfabeta
Wena M 2011 Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer Jakarta Bumi
Aksara
Wiyanto 2008 Menyiapkan Guru Sains Mengembangkan Kompetensi
Laboratorium Semarang Unnes Press
Page 6
vi
10 Seluruh siswa kelas VII D dan VII H SMP Negeri 19 Tegal Tahun ajaran
20142015 atas kerjasama dan partisipasinya dalam pengambilan data
penelitian ini
11 Bapak Tamrin dan Ibu Tanijah tercinta serta keempat kakakku (Mas Iis Mas
Herman Mas Wito dan Mas Nur Yasin) yang selalu memberikan kasih
sayang motivasi doa serta dukungan dengan tulus
12 Keluarga besar yang telah mendukung dan memberikan motivasi dalam
menyelesaikan skripsi ini
13 Beasiswa BIDIKMISI yang telah memberikan dana kuliah dan living cost
selama 8 semester ini
14 Sahabat-sahabatku Imunoglobulin (Farih Fadhila Arnita Cahya Saputri
Rismanika Mohammad Shafi Fadli) Alfina Sri Manikati dan Linda Pratiwi
yang selalu memberian semangat dan dukungan
15 Sahabat terdekatku yang selalu memberikan semangat motivasi khusus dan
dukungan selama penyusunan skripsi
16 Teman-teman Rombel 1 Pendidikan Biologi FMIPA Universitas Negeri
Semarang yang selalu memberikan semangat dan dukungan
17 Teman-teman Student Scientific Center (SSC) 2013 yang telah memberikan
semangat dan dukungan
18 Teman-teman Pondok Permai kos yang telah memberikan semangat dan
dukungan selama menyelesaikan skripsi ini
19 Semua pihak yang telah berkenan membantu penulis selama penelitian dan
penyusunan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu
Semoga semua bantuan yang diberikan mendapat imbalan dari Allah
SWT Kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak diterima
dengan senang hati Akhir kata semoga skripsi ini dapat bermanfaat khususnya di
bidang pendidikan
Semarang 1September 2015
Penulis
vii
ABSTRAK
Maulidah Sri 2015 Pengaruh Learning Cycle 7E Berbasis Konstruktivisme
Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa pada Materi Interaksi
Makhluk Hidup dengan Lingkungan Skripsi Jurusan Biologi FMIPA
Universitas Negeri Semarang Sri Sukaesih SPd MPd dan Andin Irsadi
SPd MSi
Berdasarkan observasi di SMP N 19 Tegal menunjukkan bahwa proses
pembelajaran dan soal-soal evaluasi yang diberikan belum berorientasi untuk
mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa Siswa mengalami kesulitan
menganalisis suatu permasalahan menyimpulkan serta kesulitan mengaplikasikan
konsep dalam situasi yang baru dan konkret Berdasarkan hal tersebut diperlukan
suatu upaya untuk mengembangkan kemampuan berpikir ktitis siswa Salah satu
cara mengembangkan kemampuan berpikir kritis yaitu melalui learning cycle 7e
berbasis konstruktivisme Learning cycle 7e merupakan suatu model pembelajaran
yang bertujuan untuk menekankan pentingnya memunculkan pemahaman awal
siswa dan memperluas (transfer) konsep Penelitian ini bertujuan untuk
mendeskripsikan pengaruh learning cycle 7e berbasis konstruktivisme terhadap
kemampuan berpikir kritis siswa pada materi Interaksi makhluk hidup dengan
lingkungan
Jenis penelitian ini Quasi Experimental dengan Nonequivalent control
group design Populasi penelitian ini seluruh siswa kelas VII SMP N 19 Tegal
Tahun Pelajaran 20142015 Sampel penelitian ini yaitu siswa kelas VII D dan VII
H dengan teknik pengambilan sampel convenience Data penelitian berupa tes
kemampuan berpikir kritis yang meliputi pretest dan posttest lembar observasi
aktivitas siswa keterlaksanaan pembelajaran learning cycle 7e berbasis
konstruktivisme dan tanggapan siswa Hasil tes kemampuan berpikir kritis
dianalisis menggunakan uji t dan uji normalisasi gain Berdasarkan analisis uji t
data posttest terdapat perbedaan signifikan kemampuan berpikir kritis dengan t
hitung 3109 gt t tabel 2010 juga terdapat perbedaan signifikan hasil uji t
normalisasi gain dengan t hitung 4660 gt t tabel 2026 artinya model learning
cycle 7e berbasis konstruktivisme berpengaruh lebih baik terhadap kemampuan
berpikir kritis siswa Aktivitas siswa kelas eksperimen lebih baik dibandingkan
kelas kontrol Keterlaksanaan pembelajaran sebesar 9250 Siswa memberian
tanggapan yang baik terhadap pembelajaran learning cycle 7e berbasis
konstruktivisme karena dapat membuat siswa lebih tertarik dalam mengikuti
pelajaran memotivasi siswa dalam pembelajaran mengaktifkan siswa dan
membantu siswa memahami materi interaksi makhluk hidup dengan lingkungan
Simpulan dari penelitian ini adalah model pembelajaran learning cycle 7e berbasis
konstruktivisme berpengaruh dalam arti dapat mengembangkan kemampuan
berpikir kritis siswa pada materi interaksi makhluk hidup dengan lingkungan
Kata kunci Kemampuan berpikir kritis Learning cycle 7e berbasis
konstruktivisme
viii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL i
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ii
HALAMAN PENGESAHAN iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN iv
PRAKATA v
ABSTRAK vii
DAFTAR ISI viii viii
DAFTAR TABEL x
DAFTAR GAMBAR xi xi
DAFTAR LAMPIRAN xii
BAB
1 PENDAHULUAN 1
11 Latar Belakang 1
12 Rumusan Masalah 4
13 Penegasan Istilah 4
14 Tujuan Penelitian 6
15 Manfaat Penelitian 6
2 TINJAUAN PUSTAKA 8
21 Teori Konstruktivisme 8
22 Teori Perkembangan Jean Piaget 9
23 Learning Cycle 7E Berbasis Konstruktivisme 10
24 Kemampuan Berpikir Kritis 13
25 Materi Interaksi Makhluk Hidup dengan Lingkungan 16
26 Kerangka Berpikir 18
27Hipotesis 18
3 METODE PENELITIAN 19
31 Lokasi dan Waktu Penelitian 19
32 Populasi dan Sampel 19
33 Variabel Penelitian 19
34 Rancangan Penelitian 20
ix
35 Prosedur Penelitian 21
36 Data dan Metode Pengumpulan data 29
37 Metode Analisis Data 30
4 HASIL DAN PEMBAHASAN 36
41 Hasil 36
42 Pembahasan 43
5 PENUTUP 54
51 Simpulan 54
52 Saran 54
DAFTAR PUSTAKA 55
LAMPIRAN 59
x
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
21 Indikator Kemampuan Berpikir Kritis Menurut Ennis 15
31 Desain Penelitian Nonequivalent Control Group Design 20
32 Hasil Analisis Validitas Uji Coba Butir Soal 23
33 Hasil Analisis Tingkat Kesukaran Uji Coba Butir Soal 24
34 Hasil Analisis Daya Beda Uji Coba Butir Soal 25
35 Rekap Hasil Analisis Uji Coba Butir Soal yang digunakan 26
36 Jenis Data dan Metode Pengumpulan Data 29
37 Kriteria Keterlaksanaan Learning Cycle 7e Berbasis Konstruktivisme 34
41 Rata-Rata Skor Pretest dan Posttest Kelas Eksperimen dan Kontrol 36
42 Hasil Uji Normalitas Data Pretest-Posttest dan N-Gain 37
43 Hasil Uji Homogenitas Data Pretest-Posttest dan N-Gain 38
44 Hasil Uji t Pretest-Posttest dan N-Gain Kelas Eksperimen dan Kontrol 38
45 Hasil Analisis Persentase Setiap Aspek Kemampuan Berpikir Kritis 38
46 Tingkat Keterlaksanaan Learning Cycle 7e Berbasis Konstruktivisme 41
47 Hasil Angket Tanggapan Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 42
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
21 Perubahan Learning Cycle 5E Menjadi 7E 12
22 Kerangka Berpikir Penelitian 18
41 Hasil Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa (N-Gain) 37
42 Hasil Uji N-Gain Setiap Aspek Kemampuan Berpikir Kritis 39
43 Aktivitas Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 40
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1 Hasil Wawancara dan Observasi 59
2 Silabus Mata Pelajaran IPA 62
3 RPP Kelas Eksperimen 67
4 RPP Kelas Kontrol 80
5 LKS 1 Kelas Eksperimen dan Pembahasan 90
6 LDS 1 Kelas Eksperimen dan Pembahasan 95
7 Soal Evaluasi 1 Kelas Eksperimen dan Pembahasan 98
8 PR 1 Kelas Eksperimen dan Pembahasan 101
9 LKS 2 Kelas Eksperimen dan Pembahasan 103
10 LKS 3 Kelas Eksperimen dan Pembahasan 107
11 Kisi-kisi Lembar Observasi Aktivitas Kelas Eksperimen 114
12 Kisi-Kisi Lembar Obserasi Aktivitas Siswa Kelas Kontrol 115
13 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Kelas Eksperimen dan Kontrol 116
14 Rekapitulasi Aktivitas Siswa Kelas Eksperimen 117
15 Rekapitulasi Aktivitas Siswa Kelas Kontrol 118
16 Lembar Refleksi Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 119
17 Kisi-Kisi Lembar Keterlaksanaan Learning Cycle 7E 120
18 Lembar Keterlaksanaan Learning Cycle 7E Berbasis Konstruktivisme 121
19 Kisi-Kisi Angket Tanggapan Siswa Kelas Eksperimen 122
20 Lembar Angket Tanggapan Siswa Kelas Eksperimen 123
21 Kisi-Kisi Angket Tanggapan Siswa Kelas Kontrol 124
22 Lembar Angket Tanggapan Siswa Kelas Kontrol 125
23 Rekapitulasi Hasil Analisis Soal Uji Coba Pilihan Ganda 126
24 Rekapitulasi Hasil Analisis Soal Uji Coba Uraian 130
25 Perhitungan Validitas Soal 131
26 Perhitungan Reliabilitas Instrumen 133
27 Perhitungan Tingkat Kesukaran Soal 135
28 Perhitungan Daya Beda Soal 136
xiii
29 Kisi-Kisi Soal Kemampuan Berpikir Kritis 137
30 Soal Kemampuan Berpikir Kirits 139
31 Hasil Pretest Kelas Eksperimen 148
32 Hasil Posttest Kelas Eksperimen 149
33 Hasil Pretest Kelas Kontrol 150
34 Hasil Posttest Kelas Kontrol 151
35 Rekapitulasi N-gain 152
36 Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas Eksperimen 153
37 Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas Kontrol 154
38 Persentase Aspek Berpikir Kritis Pretets Kelas Eksperimen 155
39 Persentase Aspek Berpikir Kritis Posttest Kelas Eksperimen 157
40 Persentase Aspek Berpikir Kritis Pretets Kelas Kontrol 159
41 Persentase Aspek Berpikir Kritis Posttest Kelas Kontrol 161
42 Uji Normalitas Pretest 163
43 Uji Normalitas Posttest 164
44 Uji Normalitas N-gain 165
45 Uji Homogenitas dan Uji t Pretest 166
46 Uji Homogenitas dan Uji t Posttest 167
47 Uji Homogenitas dan Uji t N-gain 168
48 Rekapitulasi Analisis Tiap Aspek Kemampuan Berpikir Kritis 169
49 Hasil Rekapitulasi Tingkat Keterlaksanaan Learning Cycle 7E 170
50 Hasil Rekapitulasi Tanggapan Siswa Kelas Eksperimen 171
51 Hasil Rekapitulasi Tanggapan Siswa Kelas Kontrol 172
52 Dokumentasi Penelitian 173
53 Surat Ijin Observasi 175
54 Surat Ijin Penelitian 176
55 Surat Bukti Penelitian 177
1
BAB 1
PENDAHULUAN
11 Latar Belakang
Abad ke 21 merupakan era informasi dan teknologi dimana perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya di bidang informasi dan komunikasi
tumbuh semakin pesat Hal ini mempengaruhi semua aspek kehidupan termasuk
di bidang pendidikan Proses pendidikan pun dituntut untuk dapat menghasilkan
sumber daya manusia yang berkualitas Menurut Trilling amp Fadel sebagaimana
dikutip oleh Kulsum amp Hindarto (201362) menyatakan bahwa pada era
informasi dan teknologi diperlukan sumber daya manusia dengan kualitas tinggi
yang memiliki keahlian seperti kemampuan berpikir tingkat tinggi (berpikir
kritis) kreatif inovatif bekerja sama memahami berbagai budaya berkomunikasi
yang efektif kemampuan dalam teknologi dan informasi serta tanggung jawab
keimanan yang tinggi
Berdasarkan Permendikbud Nomor 81A Tahun 2013 tentang Implementasi
Kurikulum dijelaskan bahwa sistem pendidikan Indonesia saat ini dihadapkan
pada tuntutan memberdayakan potensi siswa supaya berkembang menjadi sumber
daya manusia yang berkualitas Oleh karena itu dalam menghadapi era informasi
seperti sekarang ini sistem pendidikan di Indonesia diharapkan mampu
membekali siswa dengan kemampuan-kemampuan belajar dan kecakapan hidup
(live skill) Salah satu kemampuan tersebut adalah kemampuan berpikir kritis
Berpikir kritis adalah berpikir rasional dan reflektif dengan menekankan
pada pembuatan keputusan tentang apa yang harus dipercayai atau dilakukan
(Ennis20111) Siswa dituntut untuk berpikir rasional yakni menurut pikiran dan
pertimbangan yang logis berpikir reflektif yakni mempertimbangkan secara hati-
hati segala alternatif sebelum mengambil keputusan
Tujuan melatihkan kemampuan berpikir kritis adalah untuk menyiapkan
siswa menjadi seorang pemikir kritis dan mampu menyelesaikan masalah yang
dihadapi (Tuna amp Kaccedilar 201374) Selain itu untuk menghindarkan diri siswa dari
2
penipuan pencucian otak dan membuat keputusan dengan tepat dan bertanggung
jawab (Redhana amp Liliasari 2008 106)
Menurut Lambertus (2009140) kemampuan berpikir kritis dapat dilatih
dan dikembangkan secara terus menerus Salah satu cara mengembangkan
kemampuan berpikir kritis yaitu melalui pembelajaran sains (IPA) Siswa dilatih
untuk bertanggung jawab terhadap diri sendiri dalam memperoleh pengetahuan
melalui kegiatan eksplorasi memecahkan masalah dan mengkomunikasikan hasil
penyelidikan yang dapat dipercaya pada pembelajaran sains Hal ini dikarenakan
dengan latihan dapat membuat keterampilan berpikir kritis menjadi suatu
kebiasaan
Kenyataan di sekolah pendidikan sains belum banyak yang berorientasi ke
arah pembiasaan berpikir tinggi (berpikir kritis) kemampuan siswa dalam
menjawab soal-soal yang menuntut kemampuan berpikir tinggi masih rendah
(Kunandar201318-19) Keikutsertaan Indonesia di dalam studi Trends in
International Mathematatics and science Study (TIMSS) dan Program for
International Student Assessment (PISA) sejak tahun 1999 juga menunjukkan
bahwa capaian siswa-siswi Indonesia tidak mengembirakan dalam beberapa
laporan yang dikeluarkan TIMSS dan PISA (Permendikbud 2013)
Berdasarkan observasi awal yang telah dilakukan di SMP N 19 Tegal
melalui wawancara dengan guru IPA dan pengamatan dalam proses pembelajaran
menunjukkan bahwa metode yang diterapkan oleh guru sudah bervariasi seperti
ceramah diskusi praktikum dan penugasan namun proses pembelajaran dan
soal-soal evaluasi yang di berikan belum berorientasi untuk mengembangkan
kemampuan berpikir kritis siswa Siswa mengalami kesulitan menganalisis suatu
permasalahan menyimpulkan serta kesulitan mengaplikasikan konsep dalam
situasi yang baru dan konkret Keberanian siswa untuk bertanya dan menjawab
pertanyaan masih rendah Ketika guru mengajukan pertanyaan siswa cenderung
pasif atau siswa belum terbiasa menjawab dengan inisiatif sendiri (data
selengkapnya pada lampiran 1 halaman 59)
Berdasarkan hal tersebut diperlukan suatu upaya untuk mengembangkan
kemampuan berpikir ktitis siswa Salah satu cara mengembangkan kemampuan
3
berpikir kritis yaitu melalui pembelajaran sains (IPA) yang memberikan
kesempatan kepada siswa untuk belajar ldquomenemukanrdquo bukan sekedar belajar
ldquomenerimardquo Kesempatan belajar menemukan dapat dikembangkan antara lain
dalam bentuk pembelajaran berbasis konstruktivisme yang memiliki karakteristik
meliputi berpusat pada siswa adanya masalah proses menemukan interaksi
sosial dan pengetahuan atau pemahaman baru (Wardoyo 201341)
Salah satu model pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan teori
konstruktivisme yaitu learning cycle 7e Hal tersebut terlihat dalam model
pembelajaran learning cycle memuat beberapa tahap kegiatan (fase) Menurut
(Eisenkraft200357) tujuh tahap kegiatan dalam learning cycle 7e antara lain
elicit (penggalian pengetahuan awal) engage (motivasi) explore (melakukan
pengamatan atau percobaan) explain (mengkomunikasikan) elaborate
(menerapkan konsep) evaluate (evaluasi) dan extend (mengaplikasikan konsep)
Beberapa penelitian telah dilakukan terkait penerapan model pembelajaran
learning cycle 7e dalam pembelajaran Berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Indrawati et al(201436) menyatakan bahwa implementasi model
pembelajaran learning cycle 7e efektif untuk meningkatkan penguasaan konsep
dan kemampuan berpikir kritis siswa Hasil penelitian Hartono (201365)
menunjukkan bahwa model pembelajaran learning cycle 7e dapat meningkatkan
kemampuan berpikir kritis siswa Hasil penelitian Kanli amp Yagbasan (2007151)
menunjukkan bahwa learning cycle 7e mampu meningkatkan keterampilan proses
sains dan penguasaan konsep siswa Hasil penelitian Mecit (200648)
menunjukkan bahwa model learning cycle 7e dapat meningkatkan kemampuan
berpikir kritis siswa secara signifikan dibandingkan dengan metode tradisional
Materi Interaksi makhluk hidup dengan lingkungan merupakan salah satu
materi pokok kelas VII semester genap dalam kurikulum 2013 dengan kompetensi
dasar yakni 38 mendeskripsikan interaksi antar makhluk hidup dan
lingkungannya dan 412 menyajikan hasil observasi terhadap interaksi makhluk
hidup dengan lingkungan di sekitarnya Kompetensi dasar pada materi tersebut
menuntut siswa untuk dapat memahami konsep-konsep dan memecahkan masalah
yang sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari Penerapan learning cycle 7e
4
berbasis konstruktivisme mempertimbangkan pengetahuan awal siswa (elicit)
menyajikan masalah yang berkaitan dengan kehidupan nyata sebagai rangsangan
untuk belajar (engage) memberikan kesempatan secara langsung kepada siswa
untuk terlibat dalam penemuan konsep (explore) dilanjutkan dengan melakukan
diskusi untuk mengklarifikasi konsep (elaborate) evaluasi (evaluate) serta
mengaplikasikan konsep tersebut pada situasi baru (extend) Pembelajaran materi
interaksi makhluk hidup akan menjadi lebih bermakna dan kemampuan berpikir
kritis siswa dapat berkembang dengan membandingkan konsep yang sudah
diperoleh dengan konsep baru yang dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari siswa
maka diharapkan model pembelajaran learning cycle 7e berbasis konstruktivisme
akan tepat apabila digunakan dalam penyampaian materi interaksi makhluk hidup
dengan lingkungan
Berdasarkan uraian di atas maka akan dilakukan penelitian yang berjudul
ldquoPengaruh Learning Cycle 7E Berbasis Konstruktivisme Terhadap Kemampuan
Berpikir Kritis Siswa pada Materi Interaksi Makhluk Hidup dengan Lingkunganrdquo
12 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang maka rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah apakah penerapan Learning Cycle 7E berbasis konstruktivisme
berpengaruh terhadap kemampuan berpikir kritis siswa pada materi Interaksi
makhluk hidup dengan lingkungan
13 Penegasan Istilah
Supaya tidak terjadi kesalahan penafsiran terhadap istilah-istilah yang
digunakan dalam penelitian ini maka perlu diberikan penjelasan tentang istilah-
istilah berikut
131 Pembelajaran Learning Cycle 7E Berbasis Konstruktivisme
Learning cycle 7e merupakan suatu model pembelajaran yang bertujuan
untuk menekankan pentingnya memunculkan pemahaman awal siswa dan
memperluas (transfer) konsep Menurut Eisenkraft (200357) terdapat tujuh tahap
5
dalam learning cycle 7e yaitu elicit (penggalian pengetahuan awal) engage
(motivasi) explore (melakukan pengamatan atau percobaan) explain
(mengkomunikasikan) elaborate (menerapkan konsep) evaluate (evaluasi) dan
extend (mengaplikasikan konsep)
Konsep pembelajaran konstruktivisme merupakan pembelajaran yang
didasarkan pada pemahaman bahwa proses belajar yang dilakukan siswa
merupakan proses konstruksi pengetahuan pemahaman dan pengalaman yang
dilakukan oleh siswa (Wardoyo 20134) Karakteristik dalam pembelajaran
konstruktivisme antara lain 1) berpusat pada siswa 2) adanya masalah 3) proses
menemukan 4) interaksi sosial dan 5) pengetahuan atau pemahaman baru
(Wardoyo 201341) Pembelajaran learning cycle 7e berbasis konstruktivisme
pada penelitian ini adalah pembelajaran IPA yang menerapkan tahap-tahap model
pembelajaran learning cycle 7e yang didasarkan pada kelima karakteristik
pembelajaran konstruktivisme menurut Wardoyo (201341)
132 Kemampuan Berpikir Kritis
Menurut Ennis (20111) berpikir kritis adalah berpikir rasional dan
reflektif dengan menekankan pada pembuatan keputusan tentang apa yang harus
dipercayai atau dilakukan Rasional berarti menurut pikiran dan pertimbangan
yang logis Reflektif berarti mempertimbangkan secara hati-hati segala alternatif
sebelum mengambil keputusan
Kemampuan berpikir kritis yang diukur pada penelitian ini mengacu pada
(Ennis 198546) yang menyebutkan terdapat lima aspek sebagai indikator dalam
berpikir kritis yaitu (1) memberikan penjelasan sederhana (2) membangun
keterampilan dasar (3) menyimpulkan 4) memberi penjelasan lanjut dan (5)
mengatur strategi dan taktik
133 Materi Interaksi Makhluk Hidup dengan Lingkungan
Materi Interaksi makhluk hidup dengan lingkungan merupakan salah satu
materi pokok kelas VII semester genap dalam kurikulum 2013 dengan kompetensi
dasar yakni 38 mendeskripsikan interaksi antar makhluk hidup dan
6
lingkungannya dan 412 menyajikan hasil observasi terhadap interaksi makhluk
hidup dengan lingkungan di sekitarnya Indikator pembelajaran dalam penelitian
ini yaitu menjelaskan konsep ekosistem mengidentifikasi komponen abiotik dan
biotik mengidentifikasi satuan-satuan dalam ekosistem menghitung kepadatan
populasi menganalisis saling ketergantungan antara komponen biotik dengan
abiotik dan menganalisis saling ketergantungan antar komponen biotik
14 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan pengaruh
penerapan learning cycle 7e berbasis konstruktivisme terhadap kemampuan
berpikir kritis siswa pada materi Interaksi makhluk hidup dengan lingkungan
15 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut
151 Manfaat Korespondensi
Penelitian ini memberikan bukti empiris kebenaran teori pembelajaran
tentang penerapan learning cycle 7e dan pengaruhnya terhadap kemampuan
berpikir kritis siswa seperti hasil penelitian yang dilakukan oleh Indrawati et al
(201436) bahwa implementasi model pembelajaran learning cycle 7e efektif
untuk meningkatkan konsep dan kemampuan berpikir kritis siswa Hasil
penelitian Hartono (201365) bahwa model learning cycle 7e dapat meningkatkan
kemampuan berpikir kritis Hasil penelitian Siribunnan amp Tayraukham
(2009282) menunjukkan bahwa model learning cycle 7e dapat meningkatkan
kemampuan berpikir kritis yang lebih baik dibandingkan dengan metode
tradisional Demikian pula hasil penelitian Mecit (200648) menunjukkan bahwa
model learning cycle 7e dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis secara
signifikan dibandingkan dengan metode tradisional Selain itu hasil penelitian ini
digunakan untuk menguatkan prediksi bahwa untuk meningkatkan kemampuan
berpikir kritis dapat menerapkan pembelajaran dengan Learning Cycle 7E
7
152 Manfaat Koherensi
Penelitian ini mengembangkan dan membuktikan teori-teori yang
menghasilkan hipotesis tentang kebenaran bahwa penerapan learning cycle 7e
berpengaruh terhadap kemampuan berpikir kritis siswa
153 Manfaat Pragmatis
Manfaat pragmatis penelitian ini agar siswa memahami materi Interaksi
makhluk hidup dengan lingkungan melalui model pembelajaran learning cycle 7e
berbasis konstruktivisme Pemahaman materi oleh siswa dapat mengembangkan
kemampuan berpikir kritis siswa Menambah wawasan guru tentang variasi
pembelajaran untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa Penelitian
ini memberikan kontribusi bagi sekolah sebagai masukan dalam meningkatkan
kualitas pembelajaran
8
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
21 Teori Konstruktivisme
Teori konstruktivisme beranggapan bahwa pengetahuan merupakan
konstruksi dari pengetahuan awal yang telah ada Pengetahuan hasil dari
konstruksi kognitif melalui kegiatan siswa dengan membuat struktur kategori
konsep dan skema yang diperlukan untuk membentuk pengetahuan dalam hal ini
dibentuk oleh struktur konsepsi sewaktu siswa berinteraksi dengan lingkungan
(Maknun et al 2012 9-10)
Intisari dari teori konstruktivisme adalah bahwa siswa harus menemukan
dan mentransformasikan informasi kompleks kedalam diri sendiri Teori ini
memandang siswa sebagai individu yang selalu memeriksa informasi baru yang
berlawanan dengan prinsip-prinsip yang telah ada dan merevisi prinsip-prinsip
tersebut apabila sudah diangap tidak dapat digunakan lagi Hal ini memberikan
implikasi bahwa siswa harus terlibat aktif dalam pembelajaran dengan bantuan
guru sebagai fasilitator (Rifarsquoi amp Anni 2011137)
Implikasi pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan pandangan
konstruktivisme menurut Hapsari (2011 37) adalah sebagai berikut
a Tahap Apersepsi dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan problematik
tentang fenomena yang sering ditemui sehari-hari yang dikaitkan dengan
konsep yang akan dibahas Siswa diberi kesempatan untuk
mengkomunikasikan mengilustrasikan pemahaman tentang konsep tersebut
b Tahap Eksplorasi memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan
konsep melalui pengumpulan pengorganisasian dan menginterpretasikan data
dalam suatu kegiatan yang telah dirancang guru serta secara berkelompok
didiskusikan dengan kelompok lain
c Tahap diskusi dan penjelasan konsep yaitu siswa memberi penjelasan dan
solusi berdasarkan hasil observasi ditambah dengan penguatan guru maka
siswa membangun pemahaman baru tentang konsep yang sedang dipelajari
9
d Pengembangan dan aplikasi yaitu guru berusaha menciptakan iklim
pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat mengaplikasikan pemahaman
konseptual baik melalui kegiatan atau pemunculan dan pemecahan masalah-
masalah yang berkaitan dengan isu-isu di lingkungan
22 Teori Perkembangan Jean Piaget
Teori perkembangan Piaget mewakili konstruktivisme yang memandang
perkembangan kognitif sebagai suatu proses dimana anak secara aktif membangun
pengetahuan Piaget menyatakan bahwa belajar merupakan pengembangan aspek
kognitif yang meliputi skema asimilasi akomodasi ekuilibrasi
Asimilasi adalah pengumpulan dan pengelompokkan informasi baru
Seorang individu dalam proses pembelajaran akan mendapatkan informasi baru
yang kemudian akan dikumpulkan dan dikelompokkan ke dalam skema
(pengetahuan) yang telah ada Akomodasi merupakan modifikasi dari skema agar
informasi yang baru dan kontradiktif bisa diterjemahkan Informasi yang telah
terkumpul dan dikelompokkan dalam skema-skema yang telah ada sebelumnya
kemudian dimodifikasi menjadi suatu skema (pengetahuan) baru Ekuilibrasi
merupakan dorongan secara terus menerus ke arah keseimbangan atau
equilibrium Artinya pengetahuan dikonstruksi dari proses pengintegrasian
pengetahuan baru terhadap struktur kognitif yang sudah ada dan dilakukan
penyesuaian struktur kognitif dengan informasi baru yang didapatkan
Menurut Piaget sebagaimana dikutip oleh Trianto (200716) pada
perkembangan kognitif yang terpenting adalah penguasaan dan kategori konsep-
konsep Melalui penguasaan konsep siswa akan mengenal lingkungan dan
memecahkan berbagai masalah yang dihadapi dalam kehidupan
Menurut Piaget sebagaimana dikutip oleh Slavin (200845) setiap
individu pada saat tumbuh mulai dari bayi yang baru dilahirkan sampai menginjak
usia dewasa mengalami empat tingkatan perkembangan kognitif Empat tingkat
perkembangan kognitif tersebut adalah sebagai berikut
1 Tahap Sensorimotorik (sejak lahir hingga usia 2 tahun)
2 Tahap Pra-operasional (2-7 tahun)
10
3 Tahap Operasi Kongkrit (7-11 tahun)
4 Tahap Operasi Formal (usia 11 sampai dewasa)
Siswa SMP dengan rentang usia 11-15 tahun berada pada tahap operasi
formal Pada usia ini yang perlu dipertimbangkan adalah aspek-aspek
perkembangan remaja dimana remaja mengalami tahap transisi dari penggunaan
operasi kongkrit ke penerapan operasi formal dalam bernalar Menurut Slavin
(200846) pada tahap operasi formal anak sudah mampu berpikir tingkat tinggi
mampu berpikir secara deduktif induktif menganalisis mensintesis mampu
berpikir abstrak dan berpikir reflektif serta memecahkan berbagai masalah
23 Learning Cycle 7E Berbasis Konstruktivisme
Menurut Aqib (201366) proses pembelajaran adalah upaya secara
sistematis yang dilakukan guru untuk mewujudkan proses pembelajaran berjalan
secara efektif dan efisien yang dimulai dari perencanaan pelaksanaan dan
evaluasi Oleh karena itu pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu proses
komunikasi melalui interaksi antara guru dengan siswa dan antar siswa secara
efektif dan efisien untuk mencapai tujuan pembelajaran
Konsep pembelajaran konstruktivisme merupakan pembelajaran yang
didasarkan pada pemahaman bahwa proses belajar yang dilakukan siswa
merupakan proses konstruksi pengetahuan pemahaman dan pengalaman yang
dilakukan oleh siswa (Wardoyo 20134) Karakteristik dalam pembelajaran
konstruktivisme antara lain 1) berpusat pada siswa 2) adanya masalah 3) proses
menemukan 4) interaksi sosial dan 5) pengetahuan atau pemahaman baru
(Wardoyo 201341)
Salah satu model pembelajaran yang berlandaskan teori konstruktivisme
adalah learning cycle Menurut Trowbridge amp Bybee sebagaimana dikutip oleh
Wena (2011170) pada tahun 1970 model Learning Cycle pertama kali
diperkenalkan oleh Robert Karplus dan Their dalam Science Curriculum
Improvement StudySCIS Karplus dan Their mengembangkan model learning
cycle berdasarkan teori perkembangan kognitif Jean Piaget Implementasi teori
perkembangan kognitif Jean Piaget oleh Karplus dikembangkan dalam model
11
learning cycle yang pada mulanya terdiri dari tiga tahap yaitu eksplorasi
(exploration) pengenalan konsep (concept introduction) dan penerapan konsep
(concept application)
Pada pertengahan 1980an Biological Science Curriculum Study (BSCS)
mengembangkan model learning cycle dari tiga tahap siklus tersebut menjadi lima
tahap Tahap-tahap dalam pembelajaran Learning Cycle 5E meliputi engage
explore explain elaborateextend dan evaluate Perkembangan ini dilakukan
dengan menambahkan fase engage di awal pembelajaran yang bertujuan untuk
menggali pengetahuan awal siswa dan fase evaluate ditambahkan di akhir
pembelajaran yang bertujuan untuk menilai pemahaman siswa sedangkan fase
pemahaman konsep dan aplikasi konsep diganti dengan istilah baru yaitu explain
dan elaborate (Bybee et al 20068)
Perkembangan model learning cycle 7e yang paling baru sudah memiliki 7
tahap setelah mengalami pengkhususan menjadi 5 tahap Perubahan yang terjadi
pada tahap learning cycle 5e menjadi 7e terjadi pada tahap engage menjadi 2
tahap yaitu elicit dan engage sedangkan pada tahap elaborate dan evaluate
menjadi 3 tahap menjadi elaborate evaluate dan extend
Menurut Eisenkraft (200357) learning cycle 7e merupakan suatu model
pembelajaran yang bertujuan untuk menekankan pentingnya memunculkan
pemahaman awal siswa dan memperluas konsep Terdapat 7 tahap learning cycle
7e yang dapat dijelaskan sebagai berikut
1 Elicit (penggalian pengetahuan awal)
Makna dari elicit adalah menggali pemahaman awal yang dimiliki
siswa Langkah-langkah yang dapat dilakukan adalah dengan
mengajukan beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan materi
yang akan dipelajari
2 Engage (motivasi)
Pada tahap engage atau motivasi dapat dilakukan dengan cara
bercerita demonstrasi membuat prediski atau dengan
menunjukkan suatu objek gambar atau video Guru dapat
memberikan permasalahan dan meminta siswa untuk berpikir dan
mengajukan pertanyaan
3 Explore (melakukan pengamatan atau percobaan)
Pada tahap ini siswa diberi kesempatan untuk melakukan
pengamatan mengumpulkan data membuktikan prediksi atau
12
hipotesis merancang dan merencanakan percobaan membuat
grafik menafsirkan hasil serta mencatat hasil pengamatan
4 Explain (mengkomunikasikan)
Pada tahap ini guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menjelaskan konsep dan menunjukkan bukti hasil pengamatan
pada tahap explore melalui kegiatan diskusi Pada tahap ini siswa
diharapkan menemukan istilah-istilah dan konsep yang dipelajari
5 Elaborate (menerapkan konsep)
Tahap ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menerapkan konsep (pengetahuan baru) dan keterampilan dalam
situasi baru melalui kegiatan-kegiatan seperti pemecahan masalah
(problem solving)
6 Evaluate (evaluasi)
Tahap evaluasi model pembelajaran learning cycle 7e terdiri dari
evaluasi formatif dan evaluasi sumatif Evaluasi dapat dilakukan
melalui pemberian tes di akhir pembelajaran untuk mengetahui
sejauh mana tingkat pemahaman siswa terhadap konsep yang
dipelajari
7 Extend (mengaplikasikan konsep)
Tahap ini bertujuan untuk berpikir mencari menemukan dan
menjelaskan contoh penerapan konsep yang telah dipelajari
(Eisenkraft 200357)
Gambar 21 Perubahan Learning Cycle 5E Menjadi Learning Cycle 7E
13
Pengembangan tahap-tahap learning cycle dari 3 tahap
menjadi 5 tahap atau 7 tahap masih tetap berkaitan erat dengan teori
perkembangan kognitif Jean Piaget (skema asimilasi akomodasi dan
ekuilibrasi) Pembelajaran learning cycle memberikan kesempatan
kepada siswa untuk mengasimilasi informasi dengan cara
mengeksplorasi lingkungan mengakomodasi informasi dengan cara
mengembangkan konsep mengorganisasikan informasi dan
menghubungkan konsep-konsep baru dengan menggunakan atau
memperluas konsep yang dimiliki untuk menjelaskan suatu fenomena
yang berbeda Fase engagement dalam learning cycle termasuk dalam
proses asimilasi sedangkan fase evaluation masih merupakan proses
akomodasi dan ekuilibrasi
Model learning cycle 7e memiliki beberapa kelebihan dan kelemahan
Kelebihan dari model learning cycle 7e menurut Indrawati et al (201435) yaitu
1 Merangsang siswa untuk mengingat kembali materi pelajaran
yang telah didapatkan
2 Memberikan motivasi kepada siswa untuk menjadi lebih aktif dan
menambah rasa keingintahuan
3 Melatih siswa belajar menemukan konsep melalui kegiatan
ekperimen melatih siswa untuk menyampaikan konsep yang telah
dipelajari secara lisan
4 Melatih siswa untuk bekerjasama dan memberikan kesempatan
kepada siswa untuk berpikir mencari menemukan dan
menjelaskan contoh penerapan konsep yang telah dipelajari
Kelemahan dari model learning cycle 7e menurut Indrawati et al
(201435) yaitu
1 Efektivitas pembelajaran rendah jika guru kurang menguasai
materi dan langkah-langkah pembelajaran
2 Menuntut kesungguhan dan kreativitas guru dalam merancang dan
melaksanakan proses pembelajaran
3 Memerlukan waktu dan tenaga yang lebih banyak dalam menyusun
rencana dan melaksanakan pembelajaran
24 Kemampuan Berpikir Kritis
Menurut Ruggiero sebagaimana dikutip oleh Johnson (2007183) berpikir
merupakan segala aktivitas mental yang membantu merumuskan atau
memecahkan masalah membuat keputusan memenuhi keinginan untuk
memahami sebuah pencarian jawaban dan sebuah pencapaian makna Kowiyah
(2013176) menyatakan bahwa berpikir adalah suatu kegiatan atau proses
14
kognitif tindakan mental untuk memperoleh pengetahuan pemahaman dan
keterampilan agar mampu menemukan jalan keluar dan keputusan secara
deduktif induktif dan evaluatif
Secara teknis kemampuan berpikir dalam bahasa taksonomi Bloom
diartikan sebagai kemampuan intelektual yaitu kemampuan
menganalisismensintesis dan mengevaluasi Kemampuan-kemampuan ini dapat
dikatakan sebagai kemampuan berpikir kritis
Pembelajaran diharapkan dapat menjadi penunjang dalam
mengembangkan kemampuan berpikir siswa Kemampuan berpikir yang dapat
dikembangkan salah satunya adalah kemampuan berpikir kritis Tujuan
melatihkan kemampuan berpikir kritis adalah untuk menyiapkan siswa menjadi
seorang pemikir kritis dan mampu menyelesaikan masalah yang dihadapi (Tuna amp
Kaccedilar 201374) Selain itu untuk menghindarkan diri siswa dari penipuan
pencucian otak dan membuat keputusan dengan tepat dan bertanggung jawab
(Redhana amp Liliasari 2008 106)
Menurut Ennis (20111) berpikir kritis adalah berpikir rasional dan
reflektif dengan menekankan pada pembuatan keputusan tentang apa yang harus
dipercayai atau dilakukan Rasional berarti menurut pikiran dan pertimbangan
yang logis Reflektif berarti mempertimbangkan secara hati-hati segala alternatif
sebelum mengambil keputusan Jadi dalam hal ini Ennis (20111) menekankan
bahwa berpikir kritis lebih berhubungan dengan alasan yang dapat diterima ketika
seseorang mengambil keputusan Berdasarkan pengertian tersebut maka dapat
dirumuskan bahwa berpikir kritis merupakan proses menggunakan pikiran secara
rasional dan reflektif untuk mencari dan menganalisis informasi mengambil
keputusan dan menyelesaikan masalah
Ennis (19918) menyatakan bahwa dalam berpikir kritis terdapat dua
komponen yaitu karakter (disposition) dan kemampuan penguasaan pengetahuan
(ability) Komponen kemampuan penguasaan pengetahuan dalam berpikir kritis
sering disebut sebagai kemampuan berpikir kritis
Terdapat dua belas indikator kemampuan berpikir kritis yang
dikelompokkan dalam lima aspek berpikir kritis seperti pada Tabel 21 berikut
15
Tabel 21 Indikator Kemampuan Berpikir Kritis Menurut Ennis (198546)
No Aspek Indikator
1 Memberikan
penjelasan sederhana
1 Memfokuskan pertanyaan
2 Menganalisis pertanyaan
3 Bertanya dan menjawab
pertanyaan tentang suatu
penjelasan
2 Membangun
keterampilan dasar
1 Mempertimbangkan apakah
sumber dapat dipercaya atau
tidak
2 Mengobservasi dan
mempertimbangkan suatu
laporan hasil observasi
3 Menyimpulkan 1 Mendeduksi dan
mempertimbangkan hasil
deduksi
2 Menginduksi dan
mempertimbangkan hasil induksi
3 Membuat dan menentukan hasil
pertimbangan
4 Memberikan
penjelasan lanjut
1 Mendefinisikan istilah dan
mempertimbangkan suatu
definisi dalam tiga dimensi
2 Mengidentifikasi asumsi
5 Mengatur strategi
dan taktik
1 Menentukan suatu tindakan
2 Berinteraksi dengan orang lain
Kemampuan berpikir kritis dapat diukur dengan menggunakan instrumen
yang dikembangkan melalui aspek dan indikator berpikir kritis Evaluasi terhadap
kemampuan berpikir kritis antara lain bertujuan untuk mendiagnosis tingkat
kemampuan berpikir kritis siswa memberi umpan balik keberanian berpikir
siswa dan memberi motivasi agar siswa mengembangkan kemampuan berpikir
kritis (Ennis 1993180)
Karakter (disposition) adalah kecenderungan atau kebiasaan untuk berpikir
dalam cara dan kondisi tertentu Disposisi berpikir kritis merupakan sifat yang
melekat pada diri seseorang yang berpikir kritis (Lambertus 2009138)
Seseorang yang memiliki disposisi berpikir kritis akan cenderung berpikir kritis
ketika ada situasi atau kondisi yang menghadirkan stimulus untuk berpikir kritis
16
Pemikir kritis yang ideal memiliki karakter (disposition) untuk mencari
kejelasan dari pertanyaan mencari alasan berusaha mengetahui infomasi dengan
baik menggunakan dan menyebutkan sumber yang memiliki kredibilitas
memperhatikan situasi dan kondisi secara keseluruhan berusaha tetap relevan dengan
ide utama mengingat kepentingan yang asli dan mendasar mencari alternatif
bersikap dan berpikir terbuka mengambil posisi ketika ada bukti dan alasan yang
cukup untuk melakukan sesuatu mencari penjelasan sebanyak mungkin bersikap
secara sistematis dan teratur dengan bagian dari keseluruhan masalah (Ennis 19918)
25 Materi Interaksi Makhluk Hidup dengan Lingkungan
Materi Interaksi makhluk hidup dengan lingkungan merupakan salah satu
materi pokok kelas VII semester genap dalam kurikulum 2013 dengan kompetensi
dasar yaitu 38 mendeskripsikan interaksi antar makhluk hidup dan lingkungannya
dan 412 menyajikan hasil observasi terhadap interaksi makhluk hidup dengan
lingkungan di sekitarnya Indikator pembelajaran dalam penelitian ini meliputi
menjelaskan konsep ekosistem mengidentifikasi komponen biotik dan abiotik
mengidentifikasi satuan-satuan dalam ekosistem menghitung kepadatan populasi
menganalisis saling ketergantungan antara komponen biotik dan abiotik dan
menganalisis saling ketergantungan antar komponen biotik
Komponen ekosistem meliputi komponen abiotik (makhluk tak hidup) dan
komponen biotik (makhluk hidup) Komponen biotik meliputi organisme autotrof
yaitu produsen primer heterotrof yaitu konsumen dan detritivor yaitu organisme
pemakan limbah organik dan organisme yang telah mati
Produsen primer utama pada sebagian besar ekosistem darat adalah
tumbuhan sedangkan produsen primer dalam zona limnetik danau dan lautan
terbuka adalah fitoplankton (alga dan bakteri) Alga multiselluler dan tumbuhan
akuatik merupakan produsen primer di ekosistem air tawar maupun air laut
Organisme yang secara langsung memakan organisme autotrof disebut
herbivora Oleh karena itu herbivora disebut juga sebagai konsumen primer
sedangkan organisme yang mendapatkan makanan dengan memangsa herbivora
atau karnivora lain disebut karnivora Karnivora dapat berperan sebagai konsumen
17
sekunder tersier dan seterusnya Jalur perpindahan makanan dari tingkat trofik
satu ke tingkat trofik lainnya dikenal sebagai rantai makanan (food chain) akan
tetapi hubungan makan memakan dalam suatu ekosistem umumnya saling
berhubungan menjadi jaring-jaring makanan (food web) karena konsumen
memakan lebih dari satu tingkat trofik (Campbell et al 2004)
Kompetensi dasar dan indikator pembelajaran pada materi tersebut
menuntut siswa untuk dapat memahami konsep-konsep dan memecahkan masalah
yang sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari Penerapan learning cycle 7e
berbasis konstruktivisme mempertimbangkan pengetahuan awal siswa (elicit)
menyajikan masalah yang berkaitan dengan kehidupan nyata sebagai rangsangan
untuk belajar (engage) memberikan kesempatan secara langsung kepada siswa
untuk terlibat dalam penemuan konsep melalui kegiatan observasi (explore)
dilanjutkan dengan melakukan diskusi untuk mengklarifikasi konsep (elaborate)
dan evaluasi (evaluate) untuk mengetahui sejauh mana pemahaman konsep yang
telah dimiliki oleh siswa serta menerapkan konsep yang telah diperoleh pada
situasi baru (extend) Pembelajaran materi interaksi makhluk hidup dengan
lingkungan diharapkan menjadi lebih bermakna dan kemampuan berpikir kritis
siswa dapat berkembang dengan membandingkan konsep yang sudah diperoleh
dengan konsep baru yang dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari siswa Model
pembelajaran learning cycle 7e berbasis konstruktivisme diharapkan tepat apabila
digunakan dalam penyampaian materi ekosistem
18
26 Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
Gambar 22 Kerangka Berpikir Penelitian
27 Hipotesis
Penerapan Learning cycle 7e berbasis konstruktivisme berpengaruh
terhadap kemampuan berpikir kritis siswa pada materi Interaksi makhluk hidup
dengan lingkungan
Pembelajaran Learning
Cycle 7E berbasis
konstruktivisme
Menekankan
pengetahuan awal siswa
dan memungkinkan
mengaplikasikan
konsep yang telah
diperoleh
(Eisenkraft 200357)
Mampu meningkatkan
keterampilan proses
sains dan penguasaan
konsep (Kanli amp
Yagbasan 2007151)
Mampu meningkatkan
kemampuan berpikir
kritis
(Hartono 201365)
Mampu meningkatkan
kemampuan berpikir
kritis secara signifikan
dibandingkan metode
tradisional
(Mecit 200648)
Permasalahan dalam pembelajaran
Siswa kesulitan menganalisis suatu
permasalahan
Siswa kesulitan menyimpulkan
Siswa kesulitan mengaplikasikan konsep
pada situasi baru dan konkret
Keberanian mengajukan pertanyaan
amp pendapat rendah
Kemampuan berpikir kritis rendah
Berpikir kritis salah satu
keterampilan abad 21 yang
harus dimiliki oleh siswa
Tuntutan memberdayakan
SDM yang berkualitas
(Permendikbud 2013)
Kelas eksperimen Kelas kontrol
Pembelajaran
dengan metode
diskusi amp ceramah
Kemampuan berpikir kritis berkembang
Learning cycle 7e
berbasis
konstruktivisme
Quasi experimental design
Uji t
54
BAB 5
PENUTUP
51 Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa
penerapan learning cycle 7e berbasis konstruktivisme berpengaruh terhadap
kemampuan berpikir kritis siswa pada materi interaksi makhluk hidup dengan
lingkungan Peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa kelas eksperimen lebih
baik dari pada kelas kontrol
52 Saran
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan penerapan learning cycle
7e berbasis konstruktivisme terbukti berpengaruh terhadap kemampuan berpikir
kritis siswa pada materi interaksi makhluk hidup dengan lingkunganya Dengan
demikian maka beberapa saran yang dapat diberikan sebagai berikut
1 Guru IPA dapat mempertimbangkan pembelajaran learning cycle 7E berbasis
konstruktivisme pada materi interaksi makhluk hidup dengan lingkungan
karena terbukti dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa
2 Guru IPA dapat merancang proses pembelajaran dan instrumen pembelajaran
yang dapat memicu kemampuan berpikir kritis siswa
3 Bagi peneliti selanjutnya yang akan melakukan penelitian berkaitan dengan
kemampuan berpikir kritis disarankan mengoptimalkan pengelolaan kelas dan
memberikan banyak motivasi agar setiap siswa dapat berpartisipasi dan
berinteraksi dalam kegiatan pembelajaran Hal ini dimaksudkan agar
pembelajaran yang dilakukan efektif terhadap kemampuan berpikir kritis
siswa
55
DAFTAR PUSTAKA
Aqib Z 2013 Model-Model Media dan Strategi Pembelajaran
Kontekstual(Inovatif) Bandung Yrama Widya
Amertawengrum IP 2014 Filsafat Konstruktivisme dalam Pembelajaran Sastra
Anak Jurnal Magistra 26(89)8-17 KlatenUnwidha
Arifin Z 2012 Evaluasi Pembelajaran Jakarta Dirjen Pendidikan Islam Online
at
httpdualmodekemenaggoidfiledokumen34EvaluasiPembelajaranpdf
[diakses tanggal 17 Januari 2015]
Arikunto S 2010 Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Jakarta Bumi Aksara
_________ 2012 Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Jakarta Bumi Aksara
Bybee RW JA Taylor A Gardner PV Scotter JC Powell A Westbrook amp
N Landes 2006 The BSCS 5E Instructional Model Origins and
Effectiveness A Report Prepared for the Office of Science Education
National Institute of Health Colorado BSCS Online Tersedia di
httpscienceeducationnihgov [diakses 11-1- 2015]
Campbell NA Reece BJ amp Mitchell LG 2004 Biologi Alih Bahasa Manalu
W (eds) Erlangga Jakarta
Curto K amp T Bayer 2005 An Intersection of Critical Thinkking and
Communication Skillls Journal of Biological Science 31(4)11-19
Amerika Serikat University of Pittsburgh
Eisenkraft A 2003 Expanding The 5E Model Journal The Sciences Teacher
70(6) 56-59 Tersedia di httpits-about-
timecomhtmlsapeisenkrafttstpdf [diakses 3-2-2015]
Ennis RH 1985 A Logical Basic for Measuring Critical Thinking Skill Tersedia
di httpwwwascdorgASCDpdfjournalsed_leadel_198510_ennispdf
[diakses 27-1-2015]
Ennis RH 1991Critical Thinking A Streamlined Conception Tersedia di
httpfacultyeducationillinoisedurhennisdocumentsTheNatureofCritical
Thinking_51711_000pdf [diakses 27-1-2015]
Ennis R H 1993 Critical Thinking Assesment Journal Theory and Practice 32
(2) 179-186 Amerika Serikat The Ohio State University
56
Ennis RH 2011 The Nature of Critical Thinking An Outline of Critical
Thinking Dispositions and Abilities Tersedia di
httpfacultyeducationillinoisedurhennisdocumentsTheNatureofCritical
Thinking_51711_000pdf [diakses 27-1-2015]
Hapsari RTS 2011 Penerapan Model Konstruktivisme untuk Meningkatkan
Hasil Belajar Siswa Jurnal Pendidikan Penabur 10(16) (34-45) Tersedia
di
httpwwwbpkpenaburoridfilesHal2034_4520Penerapan20Mode
l20Pembelajaran20Konstruktivismepdf [diakses 25-1-2015]
Hartono 2013 Learning Cycle Model to Increase Studentrsquos Critical Thinking on
Science Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 9(1)56-66 Semarang
Universitas Negeri Semarang
Indrawati W Suyatno amp YSRahayu 2014 Implementasi Model Learning
Cycle 7E Pada Pembelajaran Kimia Dengan Materi Pokok Kelarutan Dan
Hasil Kali Kelarutan Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep dan
Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMA Prosiding Seminar Nasional
KimiaSurabaya Universitas Negeri Surabaya
Johnson EB 2007 Contextual Teaching amp Learning terjemahan Ibnu Setiawan
Bandung MLC
Kanli amp Yagbasan 2007 The Effects of a Laboratory Based on the 7E Learning
Cycle Model and Verification Laboratory Approach on the Development of
Studentsrsquo Science Process Skills and Conceptual Achievement Tersedia
diwwwuscaeduessaysspecialeditionUKanligraveandRYagbasanpdf[diakses
2-3-2015]
Kowiyah 2012 Kemampuan Berpikir Kritis Jurnal Pendidikan Dasar 3(5) 175-
179 Tersedia di httpjournalppsunjorgarticeldownload108108
[diakses 1-1-2015]
Kulsum U amp N Hindarto 2011 Penerapan Model Learning Cycle 5E pada Sub
pokok bahasan Kalor untuk Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar
Siswa Kelas VII SMP Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 7(1)128-
133Semarang Universitas Negeri Semarang
Kunandar 2013 Penilaian Autentik (Penilaian Hasil Belajar Kurikulum 2013)
Jakarta Raja Grafindo Persada
Lambertus 2009 Pentingnya Melatih Keterampilan Berpikir Kritis Dalam
Pembelajaran Matematika Di SD Jurnal Forum Pendidikan 28(2) (136-
142) Palembang Universitas Sriwijaya
57
Maknun D RR Haerin k Surtikanti amp AMunandar 2012 Praktikum Ekologi
Berbasis Proyek Media Pembekalan Keterampilan Esensial Laboratorium
Jurnal Pendidikan MIPA 13(1) 8-17 Lampung Universitas Lampung
Mecit O 2006 The Effect of 7E Learning Cycle Model on The Improvement of
Fifth Grade Studentsrsquo Critical Thinking Skills Tesis Turkey Middle East
Technical University
Permendikbud 2013 Implementasi Kurikulum Jakarta Depdiknas
Priyatno Duwi 2012 Belajar Analisis Data dengan SPSS 20 Yogyakarta Andi
Redhana IW amp Liliasari 2008 Program Pembelajaran Keterampilan Berpikir
Kritis Pada Topik Laju Reaksi Untuk Siswa SMA Jurnal Forum
Kependidikan 27(2)103-112 Bandung Universitas Pendidikan Indonesia
RifarsquoI Aamp CT Anni 2011 Psikologi Pendidikan Semarang Universitas Negeri
Semarang Press
Siribunnam amp Tayraukham 2009 Effect of 7-E KWL and Conventional on
Analitycal Thinking Learning Acievement and Attitudes toward Chemistry
Learning Journal of Social Sciences 5(4)279-282 Tersedia di
httpwwwamazoncomconventional-instruction-analytical-achievement-
attitudesdpB002TP5UQS [diakses 3-2-2015]
Slameto 2010 Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya Jakarta
Rhineka Cipta
Slavin RE 2008 Psikologi Pendidikan Teori dan Praktik Jakarta Indeks
Soeprodjo S Priatmoko amp EY Sariana 2008 Pengaruh Model Learning
Cycle terhadap Hasil Belajar Materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan
Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia 2(1) 224-229 Semarang Universitas
Negeri Semarang
Sudjana 2005 Metode Statistika Bandung Tarsito
Sugiyono 2013 Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif
Kualitatif dan RampD) Bandung Alfabeta
Trianto 2007 Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivisme
Jakarta Prestasi Pustaka
Tuna A amp A Kaccedilar 2013 The Effect of 5E Learning Cycle Model in Teaching
Trigonometry on Studentrsquos Academic Achievement and The Permanence of
Their Knowledge International Journal on New Trends in Education and
58
Their Implications 4(1) 73-87 Tersedia di
httpijonteorgFileploadks63207File07tunapdf [diakses 11-1- 2015]
Wardoyo SM 2013 Pembelajaran Konstruktivisme Bandung Alfabeta
Wena M 2011 Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer Jakarta Bumi
Aksara
Wiyanto 2008 Menyiapkan Guru Sains Mengembangkan Kompetensi
Laboratorium Semarang Unnes Press
Page 7
vii
ABSTRAK
Maulidah Sri 2015 Pengaruh Learning Cycle 7E Berbasis Konstruktivisme
Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa pada Materi Interaksi
Makhluk Hidup dengan Lingkungan Skripsi Jurusan Biologi FMIPA
Universitas Negeri Semarang Sri Sukaesih SPd MPd dan Andin Irsadi
SPd MSi
Berdasarkan observasi di SMP N 19 Tegal menunjukkan bahwa proses
pembelajaran dan soal-soal evaluasi yang diberikan belum berorientasi untuk
mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa Siswa mengalami kesulitan
menganalisis suatu permasalahan menyimpulkan serta kesulitan mengaplikasikan
konsep dalam situasi yang baru dan konkret Berdasarkan hal tersebut diperlukan
suatu upaya untuk mengembangkan kemampuan berpikir ktitis siswa Salah satu
cara mengembangkan kemampuan berpikir kritis yaitu melalui learning cycle 7e
berbasis konstruktivisme Learning cycle 7e merupakan suatu model pembelajaran
yang bertujuan untuk menekankan pentingnya memunculkan pemahaman awal
siswa dan memperluas (transfer) konsep Penelitian ini bertujuan untuk
mendeskripsikan pengaruh learning cycle 7e berbasis konstruktivisme terhadap
kemampuan berpikir kritis siswa pada materi Interaksi makhluk hidup dengan
lingkungan
Jenis penelitian ini Quasi Experimental dengan Nonequivalent control
group design Populasi penelitian ini seluruh siswa kelas VII SMP N 19 Tegal
Tahun Pelajaran 20142015 Sampel penelitian ini yaitu siswa kelas VII D dan VII
H dengan teknik pengambilan sampel convenience Data penelitian berupa tes
kemampuan berpikir kritis yang meliputi pretest dan posttest lembar observasi
aktivitas siswa keterlaksanaan pembelajaran learning cycle 7e berbasis
konstruktivisme dan tanggapan siswa Hasil tes kemampuan berpikir kritis
dianalisis menggunakan uji t dan uji normalisasi gain Berdasarkan analisis uji t
data posttest terdapat perbedaan signifikan kemampuan berpikir kritis dengan t
hitung 3109 gt t tabel 2010 juga terdapat perbedaan signifikan hasil uji t
normalisasi gain dengan t hitung 4660 gt t tabel 2026 artinya model learning
cycle 7e berbasis konstruktivisme berpengaruh lebih baik terhadap kemampuan
berpikir kritis siswa Aktivitas siswa kelas eksperimen lebih baik dibandingkan
kelas kontrol Keterlaksanaan pembelajaran sebesar 9250 Siswa memberian
tanggapan yang baik terhadap pembelajaran learning cycle 7e berbasis
konstruktivisme karena dapat membuat siswa lebih tertarik dalam mengikuti
pelajaran memotivasi siswa dalam pembelajaran mengaktifkan siswa dan
membantu siswa memahami materi interaksi makhluk hidup dengan lingkungan
Simpulan dari penelitian ini adalah model pembelajaran learning cycle 7e berbasis
konstruktivisme berpengaruh dalam arti dapat mengembangkan kemampuan
berpikir kritis siswa pada materi interaksi makhluk hidup dengan lingkungan
Kata kunci Kemampuan berpikir kritis Learning cycle 7e berbasis
konstruktivisme
viii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL i
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ii
HALAMAN PENGESAHAN iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN iv
PRAKATA v
ABSTRAK vii
DAFTAR ISI viii viii
DAFTAR TABEL x
DAFTAR GAMBAR xi xi
DAFTAR LAMPIRAN xii
BAB
1 PENDAHULUAN 1
11 Latar Belakang 1
12 Rumusan Masalah 4
13 Penegasan Istilah 4
14 Tujuan Penelitian 6
15 Manfaat Penelitian 6
2 TINJAUAN PUSTAKA 8
21 Teori Konstruktivisme 8
22 Teori Perkembangan Jean Piaget 9
23 Learning Cycle 7E Berbasis Konstruktivisme 10
24 Kemampuan Berpikir Kritis 13
25 Materi Interaksi Makhluk Hidup dengan Lingkungan 16
26 Kerangka Berpikir 18
27Hipotesis 18
3 METODE PENELITIAN 19
31 Lokasi dan Waktu Penelitian 19
32 Populasi dan Sampel 19
33 Variabel Penelitian 19
34 Rancangan Penelitian 20
ix
35 Prosedur Penelitian 21
36 Data dan Metode Pengumpulan data 29
37 Metode Analisis Data 30
4 HASIL DAN PEMBAHASAN 36
41 Hasil 36
42 Pembahasan 43
5 PENUTUP 54
51 Simpulan 54
52 Saran 54
DAFTAR PUSTAKA 55
LAMPIRAN 59
x
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
21 Indikator Kemampuan Berpikir Kritis Menurut Ennis 15
31 Desain Penelitian Nonequivalent Control Group Design 20
32 Hasil Analisis Validitas Uji Coba Butir Soal 23
33 Hasil Analisis Tingkat Kesukaran Uji Coba Butir Soal 24
34 Hasil Analisis Daya Beda Uji Coba Butir Soal 25
35 Rekap Hasil Analisis Uji Coba Butir Soal yang digunakan 26
36 Jenis Data dan Metode Pengumpulan Data 29
37 Kriteria Keterlaksanaan Learning Cycle 7e Berbasis Konstruktivisme 34
41 Rata-Rata Skor Pretest dan Posttest Kelas Eksperimen dan Kontrol 36
42 Hasil Uji Normalitas Data Pretest-Posttest dan N-Gain 37
43 Hasil Uji Homogenitas Data Pretest-Posttest dan N-Gain 38
44 Hasil Uji t Pretest-Posttest dan N-Gain Kelas Eksperimen dan Kontrol 38
45 Hasil Analisis Persentase Setiap Aspek Kemampuan Berpikir Kritis 38
46 Tingkat Keterlaksanaan Learning Cycle 7e Berbasis Konstruktivisme 41
47 Hasil Angket Tanggapan Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 42
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
21 Perubahan Learning Cycle 5E Menjadi 7E 12
22 Kerangka Berpikir Penelitian 18
41 Hasil Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa (N-Gain) 37
42 Hasil Uji N-Gain Setiap Aspek Kemampuan Berpikir Kritis 39
43 Aktivitas Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 40
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1 Hasil Wawancara dan Observasi 59
2 Silabus Mata Pelajaran IPA 62
3 RPP Kelas Eksperimen 67
4 RPP Kelas Kontrol 80
5 LKS 1 Kelas Eksperimen dan Pembahasan 90
6 LDS 1 Kelas Eksperimen dan Pembahasan 95
7 Soal Evaluasi 1 Kelas Eksperimen dan Pembahasan 98
8 PR 1 Kelas Eksperimen dan Pembahasan 101
9 LKS 2 Kelas Eksperimen dan Pembahasan 103
10 LKS 3 Kelas Eksperimen dan Pembahasan 107
11 Kisi-kisi Lembar Observasi Aktivitas Kelas Eksperimen 114
12 Kisi-Kisi Lembar Obserasi Aktivitas Siswa Kelas Kontrol 115
13 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Kelas Eksperimen dan Kontrol 116
14 Rekapitulasi Aktivitas Siswa Kelas Eksperimen 117
15 Rekapitulasi Aktivitas Siswa Kelas Kontrol 118
16 Lembar Refleksi Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 119
17 Kisi-Kisi Lembar Keterlaksanaan Learning Cycle 7E 120
18 Lembar Keterlaksanaan Learning Cycle 7E Berbasis Konstruktivisme 121
19 Kisi-Kisi Angket Tanggapan Siswa Kelas Eksperimen 122
20 Lembar Angket Tanggapan Siswa Kelas Eksperimen 123
21 Kisi-Kisi Angket Tanggapan Siswa Kelas Kontrol 124
22 Lembar Angket Tanggapan Siswa Kelas Kontrol 125
23 Rekapitulasi Hasil Analisis Soal Uji Coba Pilihan Ganda 126
24 Rekapitulasi Hasil Analisis Soal Uji Coba Uraian 130
25 Perhitungan Validitas Soal 131
26 Perhitungan Reliabilitas Instrumen 133
27 Perhitungan Tingkat Kesukaran Soal 135
28 Perhitungan Daya Beda Soal 136
xiii
29 Kisi-Kisi Soal Kemampuan Berpikir Kritis 137
30 Soal Kemampuan Berpikir Kirits 139
31 Hasil Pretest Kelas Eksperimen 148
32 Hasil Posttest Kelas Eksperimen 149
33 Hasil Pretest Kelas Kontrol 150
34 Hasil Posttest Kelas Kontrol 151
35 Rekapitulasi N-gain 152
36 Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas Eksperimen 153
37 Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas Kontrol 154
38 Persentase Aspek Berpikir Kritis Pretets Kelas Eksperimen 155
39 Persentase Aspek Berpikir Kritis Posttest Kelas Eksperimen 157
40 Persentase Aspek Berpikir Kritis Pretets Kelas Kontrol 159
41 Persentase Aspek Berpikir Kritis Posttest Kelas Kontrol 161
42 Uji Normalitas Pretest 163
43 Uji Normalitas Posttest 164
44 Uji Normalitas N-gain 165
45 Uji Homogenitas dan Uji t Pretest 166
46 Uji Homogenitas dan Uji t Posttest 167
47 Uji Homogenitas dan Uji t N-gain 168
48 Rekapitulasi Analisis Tiap Aspek Kemampuan Berpikir Kritis 169
49 Hasil Rekapitulasi Tingkat Keterlaksanaan Learning Cycle 7E 170
50 Hasil Rekapitulasi Tanggapan Siswa Kelas Eksperimen 171
51 Hasil Rekapitulasi Tanggapan Siswa Kelas Kontrol 172
52 Dokumentasi Penelitian 173
53 Surat Ijin Observasi 175
54 Surat Ijin Penelitian 176
55 Surat Bukti Penelitian 177
1
BAB 1
PENDAHULUAN
11 Latar Belakang
Abad ke 21 merupakan era informasi dan teknologi dimana perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya di bidang informasi dan komunikasi
tumbuh semakin pesat Hal ini mempengaruhi semua aspek kehidupan termasuk
di bidang pendidikan Proses pendidikan pun dituntut untuk dapat menghasilkan
sumber daya manusia yang berkualitas Menurut Trilling amp Fadel sebagaimana
dikutip oleh Kulsum amp Hindarto (201362) menyatakan bahwa pada era
informasi dan teknologi diperlukan sumber daya manusia dengan kualitas tinggi
yang memiliki keahlian seperti kemampuan berpikir tingkat tinggi (berpikir
kritis) kreatif inovatif bekerja sama memahami berbagai budaya berkomunikasi
yang efektif kemampuan dalam teknologi dan informasi serta tanggung jawab
keimanan yang tinggi
Berdasarkan Permendikbud Nomor 81A Tahun 2013 tentang Implementasi
Kurikulum dijelaskan bahwa sistem pendidikan Indonesia saat ini dihadapkan
pada tuntutan memberdayakan potensi siswa supaya berkembang menjadi sumber
daya manusia yang berkualitas Oleh karena itu dalam menghadapi era informasi
seperti sekarang ini sistem pendidikan di Indonesia diharapkan mampu
membekali siswa dengan kemampuan-kemampuan belajar dan kecakapan hidup
(live skill) Salah satu kemampuan tersebut adalah kemampuan berpikir kritis
Berpikir kritis adalah berpikir rasional dan reflektif dengan menekankan
pada pembuatan keputusan tentang apa yang harus dipercayai atau dilakukan
(Ennis20111) Siswa dituntut untuk berpikir rasional yakni menurut pikiran dan
pertimbangan yang logis berpikir reflektif yakni mempertimbangkan secara hati-
hati segala alternatif sebelum mengambil keputusan
Tujuan melatihkan kemampuan berpikir kritis adalah untuk menyiapkan
siswa menjadi seorang pemikir kritis dan mampu menyelesaikan masalah yang
dihadapi (Tuna amp Kaccedilar 201374) Selain itu untuk menghindarkan diri siswa dari
2
penipuan pencucian otak dan membuat keputusan dengan tepat dan bertanggung
jawab (Redhana amp Liliasari 2008 106)
Menurut Lambertus (2009140) kemampuan berpikir kritis dapat dilatih
dan dikembangkan secara terus menerus Salah satu cara mengembangkan
kemampuan berpikir kritis yaitu melalui pembelajaran sains (IPA) Siswa dilatih
untuk bertanggung jawab terhadap diri sendiri dalam memperoleh pengetahuan
melalui kegiatan eksplorasi memecahkan masalah dan mengkomunikasikan hasil
penyelidikan yang dapat dipercaya pada pembelajaran sains Hal ini dikarenakan
dengan latihan dapat membuat keterampilan berpikir kritis menjadi suatu
kebiasaan
Kenyataan di sekolah pendidikan sains belum banyak yang berorientasi ke
arah pembiasaan berpikir tinggi (berpikir kritis) kemampuan siswa dalam
menjawab soal-soal yang menuntut kemampuan berpikir tinggi masih rendah
(Kunandar201318-19) Keikutsertaan Indonesia di dalam studi Trends in
International Mathematatics and science Study (TIMSS) dan Program for
International Student Assessment (PISA) sejak tahun 1999 juga menunjukkan
bahwa capaian siswa-siswi Indonesia tidak mengembirakan dalam beberapa
laporan yang dikeluarkan TIMSS dan PISA (Permendikbud 2013)
Berdasarkan observasi awal yang telah dilakukan di SMP N 19 Tegal
melalui wawancara dengan guru IPA dan pengamatan dalam proses pembelajaran
menunjukkan bahwa metode yang diterapkan oleh guru sudah bervariasi seperti
ceramah diskusi praktikum dan penugasan namun proses pembelajaran dan
soal-soal evaluasi yang di berikan belum berorientasi untuk mengembangkan
kemampuan berpikir kritis siswa Siswa mengalami kesulitan menganalisis suatu
permasalahan menyimpulkan serta kesulitan mengaplikasikan konsep dalam
situasi yang baru dan konkret Keberanian siswa untuk bertanya dan menjawab
pertanyaan masih rendah Ketika guru mengajukan pertanyaan siswa cenderung
pasif atau siswa belum terbiasa menjawab dengan inisiatif sendiri (data
selengkapnya pada lampiran 1 halaman 59)
Berdasarkan hal tersebut diperlukan suatu upaya untuk mengembangkan
kemampuan berpikir ktitis siswa Salah satu cara mengembangkan kemampuan
3
berpikir kritis yaitu melalui pembelajaran sains (IPA) yang memberikan
kesempatan kepada siswa untuk belajar ldquomenemukanrdquo bukan sekedar belajar
ldquomenerimardquo Kesempatan belajar menemukan dapat dikembangkan antara lain
dalam bentuk pembelajaran berbasis konstruktivisme yang memiliki karakteristik
meliputi berpusat pada siswa adanya masalah proses menemukan interaksi
sosial dan pengetahuan atau pemahaman baru (Wardoyo 201341)
Salah satu model pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan teori
konstruktivisme yaitu learning cycle 7e Hal tersebut terlihat dalam model
pembelajaran learning cycle memuat beberapa tahap kegiatan (fase) Menurut
(Eisenkraft200357) tujuh tahap kegiatan dalam learning cycle 7e antara lain
elicit (penggalian pengetahuan awal) engage (motivasi) explore (melakukan
pengamatan atau percobaan) explain (mengkomunikasikan) elaborate
(menerapkan konsep) evaluate (evaluasi) dan extend (mengaplikasikan konsep)
Beberapa penelitian telah dilakukan terkait penerapan model pembelajaran
learning cycle 7e dalam pembelajaran Berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Indrawati et al(201436) menyatakan bahwa implementasi model
pembelajaran learning cycle 7e efektif untuk meningkatkan penguasaan konsep
dan kemampuan berpikir kritis siswa Hasil penelitian Hartono (201365)
menunjukkan bahwa model pembelajaran learning cycle 7e dapat meningkatkan
kemampuan berpikir kritis siswa Hasil penelitian Kanli amp Yagbasan (2007151)
menunjukkan bahwa learning cycle 7e mampu meningkatkan keterampilan proses
sains dan penguasaan konsep siswa Hasil penelitian Mecit (200648)
menunjukkan bahwa model learning cycle 7e dapat meningkatkan kemampuan
berpikir kritis siswa secara signifikan dibandingkan dengan metode tradisional
Materi Interaksi makhluk hidup dengan lingkungan merupakan salah satu
materi pokok kelas VII semester genap dalam kurikulum 2013 dengan kompetensi
dasar yakni 38 mendeskripsikan interaksi antar makhluk hidup dan
lingkungannya dan 412 menyajikan hasil observasi terhadap interaksi makhluk
hidup dengan lingkungan di sekitarnya Kompetensi dasar pada materi tersebut
menuntut siswa untuk dapat memahami konsep-konsep dan memecahkan masalah
yang sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari Penerapan learning cycle 7e
4
berbasis konstruktivisme mempertimbangkan pengetahuan awal siswa (elicit)
menyajikan masalah yang berkaitan dengan kehidupan nyata sebagai rangsangan
untuk belajar (engage) memberikan kesempatan secara langsung kepada siswa
untuk terlibat dalam penemuan konsep (explore) dilanjutkan dengan melakukan
diskusi untuk mengklarifikasi konsep (elaborate) evaluasi (evaluate) serta
mengaplikasikan konsep tersebut pada situasi baru (extend) Pembelajaran materi
interaksi makhluk hidup akan menjadi lebih bermakna dan kemampuan berpikir
kritis siswa dapat berkembang dengan membandingkan konsep yang sudah
diperoleh dengan konsep baru yang dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari siswa
maka diharapkan model pembelajaran learning cycle 7e berbasis konstruktivisme
akan tepat apabila digunakan dalam penyampaian materi interaksi makhluk hidup
dengan lingkungan
Berdasarkan uraian di atas maka akan dilakukan penelitian yang berjudul
ldquoPengaruh Learning Cycle 7E Berbasis Konstruktivisme Terhadap Kemampuan
Berpikir Kritis Siswa pada Materi Interaksi Makhluk Hidup dengan Lingkunganrdquo
12 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang maka rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah apakah penerapan Learning Cycle 7E berbasis konstruktivisme
berpengaruh terhadap kemampuan berpikir kritis siswa pada materi Interaksi
makhluk hidup dengan lingkungan
13 Penegasan Istilah
Supaya tidak terjadi kesalahan penafsiran terhadap istilah-istilah yang
digunakan dalam penelitian ini maka perlu diberikan penjelasan tentang istilah-
istilah berikut
131 Pembelajaran Learning Cycle 7E Berbasis Konstruktivisme
Learning cycle 7e merupakan suatu model pembelajaran yang bertujuan
untuk menekankan pentingnya memunculkan pemahaman awal siswa dan
memperluas (transfer) konsep Menurut Eisenkraft (200357) terdapat tujuh tahap
5
dalam learning cycle 7e yaitu elicit (penggalian pengetahuan awal) engage
(motivasi) explore (melakukan pengamatan atau percobaan) explain
(mengkomunikasikan) elaborate (menerapkan konsep) evaluate (evaluasi) dan
extend (mengaplikasikan konsep)
Konsep pembelajaran konstruktivisme merupakan pembelajaran yang
didasarkan pada pemahaman bahwa proses belajar yang dilakukan siswa
merupakan proses konstruksi pengetahuan pemahaman dan pengalaman yang
dilakukan oleh siswa (Wardoyo 20134) Karakteristik dalam pembelajaran
konstruktivisme antara lain 1) berpusat pada siswa 2) adanya masalah 3) proses
menemukan 4) interaksi sosial dan 5) pengetahuan atau pemahaman baru
(Wardoyo 201341) Pembelajaran learning cycle 7e berbasis konstruktivisme
pada penelitian ini adalah pembelajaran IPA yang menerapkan tahap-tahap model
pembelajaran learning cycle 7e yang didasarkan pada kelima karakteristik
pembelajaran konstruktivisme menurut Wardoyo (201341)
132 Kemampuan Berpikir Kritis
Menurut Ennis (20111) berpikir kritis adalah berpikir rasional dan
reflektif dengan menekankan pada pembuatan keputusan tentang apa yang harus
dipercayai atau dilakukan Rasional berarti menurut pikiran dan pertimbangan
yang logis Reflektif berarti mempertimbangkan secara hati-hati segala alternatif
sebelum mengambil keputusan
Kemampuan berpikir kritis yang diukur pada penelitian ini mengacu pada
(Ennis 198546) yang menyebutkan terdapat lima aspek sebagai indikator dalam
berpikir kritis yaitu (1) memberikan penjelasan sederhana (2) membangun
keterampilan dasar (3) menyimpulkan 4) memberi penjelasan lanjut dan (5)
mengatur strategi dan taktik
133 Materi Interaksi Makhluk Hidup dengan Lingkungan
Materi Interaksi makhluk hidup dengan lingkungan merupakan salah satu
materi pokok kelas VII semester genap dalam kurikulum 2013 dengan kompetensi
dasar yakni 38 mendeskripsikan interaksi antar makhluk hidup dan
6
lingkungannya dan 412 menyajikan hasil observasi terhadap interaksi makhluk
hidup dengan lingkungan di sekitarnya Indikator pembelajaran dalam penelitian
ini yaitu menjelaskan konsep ekosistem mengidentifikasi komponen abiotik dan
biotik mengidentifikasi satuan-satuan dalam ekosistem menghitung kepadatan
populasi menganalisis saling ketergantungan antara komponen biotik dengan
abiotik dan menganalisis saling ketergantungan antar komponen biotik
14 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan pengaruh
penerapan learning cycle 7e berbasis konstruktivisme terhadap kemampuan
berpikir kritis siswa pada materi Interaksi makhluk hidup dengan lingkungan
15 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut
151 Manfaat Korespondensi
Penelitian ini memberikan bukti empiris kebenaran teori pembelajaran
tentang penerapan learning cycle 7e dan pengaruhnya terhadap kemampuan
berpikir kritis siswa seperti hasil penelitian yang dilakukan oleh Indrawati et al
(201436) bahwa implementasi model pembelajaran learning cycle 7e efektif
untuk meningkatkan konsep dan kemampuan berpikir kritis siswa Hasil
penelitian Hartono (201365) bahwa model learning cycle 7e dapat meningkatkan
kemampuan berpikir kritis Hasil penelitian Siribunnan amp Tayraukham
(2009282) menunjukkan bahwa model learning cycle 7e dapat meningkatkan
kemampuan berpikir kritis yang lebih baik dibandingkan dengan metode
tradisional Demikian pula hasil penelitian Mecit (200648) menunjukkan bahwa
model learning cycle 7e dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis secara
signifikan dibandingkan dengan metode tradisional Selain itu hasil penelitian ini
digunakan untuk menguatkan prediksi bahwa untuk meningkatkan kemampuan
berpikir kritis dapat menerapkan pembelajaran dengan Learning Cycle 7E
7
152 Manfaat Koherensi
Penelitian ini mengembangkan dan membuktikan teori-teori yang
menghasilkan hipotesis tentang kebenaran bahwa penerapan learning cycle 7e
berpengaruh terhadap kemampuan berpikir kritis siswa
153 Manfaat Pragmatis
Manfaat pragmatis penelitian ini agar siswa memahami materi Interaksi
makhluk hidup dengan lingkungan melalui model pembelajaran learning cycle 7e
berbasis konstruktivisme Pemahaman materi oleh siswa dapat mengembangkan
kemampuan berpikir kritis siswa Menambah wawasan guru tentang variasi
pembelajaran untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa Penelitian
ini memberikan kontribusi bagi sekolah sebagai masukan dalam meningkatkan
kualitas pembelajaran
8
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
21 Teori Konstruktivisme
Teori konstruktivisme beranggapan bahwa pengetahuan merupakan
konstruksi dari pengetahuan awal yang telah ada Pengetahuan hasil dari
konstruksi kognitif melalui kegiatan siswa dengan membuat struktur kategori
konsep dan skema yang diperlukan untuk membentuk pengetahuan dalam hal ini
dibentuk oleh struktur konsepsi sewaktu siswa berinteraksi dengan lingkungan
(Maknun et al 2012 9-10)
Intisari dari teori konstruktivisme adalah bahwa siswa harus menemukan
dan mentransformasikan informasi kompleks kedalam diri sendiri Teori ini
memandang siswa sebagai individu yang selalu memeriksa informasi baru yang
berlawanan dengan prinsip-prinsip yang telah ada dan merevisi prinsip-prinsip
tersebut apabila sudah diangap tidak dapat digunakan lagi Hal ini memberikan
implikasi bahwa siswa harus terlibat aktif dalam pembelajaran dengan bantuan
guru sebagai fasilitator (Rifarsquoi amp Anni 2011137)
Implikasi pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan pandangan
konstruktivisme menurut Hapsari (2011 37) adalah sebagai berikut
a Tahap Apersepsi dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan problematik
tentang fenomena yang sering ditemui sehari-hari yang dikaitkan dengan
konsep yang akan dibahas Siswa diberi kesempatan untuk
mengkomunikasikan mengilustrasikan pemahaman tentang konsep tersebut
b Tahap Eksplorasi memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan
konsep melalui pengumpulan pengorganisasian dan menginterpretasikan data
dalam suatu kegiatan yang telah dirancang guru serta secara berkelompok
didiskusikan dengan kelompok lain
c Tahap diskusi dan penjelasan konsep yaitu siswa memberi penjelasan dan
solusi berdasarkan hasil observasi ditambah dengan penguatan guru maka
siswa membangun pemahaman baru tentang konsep yang sedang dipelajari
9
d Pengembangan dan aplikasi yaitu guru berusaha menciptakan iklim
pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat mengaplikasikan pemahaman
konseptual baik melalui kegiatan atau pemunculan dan pemecahan masalah-
masalah yang berkaitan dengan isu-isu di lingkungan
22 Teori Perkembangan Jean Piaget
Teori perkembangan Piaget mewakili konstruktivisme yang memandang
perkembangan kognitif sebagai suatu proses dimana anak secara aktif membangun
pengetahuan Piaget menyatakan bahwa belajar merupakan pengembangan aspek
kognitif yang meliputi skema asimilasi akomodasi ekuilibrasi
Asimilasi adalah pengumpulan dan pengelompokkan informasi baru
Seorang individu dalam proses pembelajaran akan mendapatkan informasi baru
yang kemudian akan dikumpulkan dan dikelompokkan ke dalam skema
(pengetahuan) yang telah ada Akomodasi merupakan modifikasi dari skema agar
informasi yang baru dan kontradiktif bisa diterjemahkan Informasi yang telah
terkumpul dan dikelompokkan dalam skema-skema yang telah ada sebelumnya
kemudian dimodifikasi menjadi suatu skema (pengetahuan) baru Ekuilibrasi
merupakan dorongan secara terus menerus ke arah keseimbangan atau
equilibrium Artinya pengetahuan dikonstruksi dari proses pengintegrasian
pengetahuan baru terhadap struktur kognitif yang sudah ada dan dilakukan
penyesuaian struktur kognitif dengan informasi baru yang didapatkan
Menurut Piaget sebagaimana dikutip oleh Trianto (200716) pada
perkembangan kognitif yang terpenting adalah penguasaan dan kategori konsep-
konsep Melalui penguasaan konsep siswa akan mengenal lingkungan dan
memecahkan berbagai masalah yang dihadapi dalam kehidupan
Menurut Piaget sebagaimana dikutip oleh Slavin (200845) setiap
individu pada saat tumbuh mulai dari bayi yang baru dilahirkan sampai menginjak
usia dewasa mengalami empat tingkatan perkembangan kognitif Empat tingkat
perkembangan kognitif tersebut adalah sebagai berikut
1 Tahap Sensorimotorik (sejak lahir hingga usia 2 tahun)
2 Tahap Pra-operasional (2-7 tahun)
10
3 Tahap Operasi Kongkrit (7-11 tahun)
4 Tahap Operasi Formal (usia 11 sampai dewasa)
Siswa SMP dengan rentang usia 11-15 tahun berada pada tahap operasi
formal Pada usia ini yang perlu dipertimbangkan adalah aspek-aspek
perkembangan remaja dimana remaja mengalami tahap transisi dari penggunaan
operasi kongkrit ke penerapan operasi formal dalam bernalar Menurut Slavin
(200846) pada tahap operasi formal anak sudah mampu berpikir tingkat tinggi
mampu berpikir secara deduktif induktif menganalisis mensintesis mampu
berpikir abstrak dan berpikir reflektif serta memecahkan berbagai masalah
23 Learning Cycle 7E Berbasis Konstruktivisme
Menurut Aqib (201366) proses pembelajaran adalah upaya secara
sistematis yang dilakukan guru untuk mewujudkan proses pembelajaran berjalan
secara efektif dan efisien yang dimulai dari perencanaan pelaksanaan dan
evaluasi Oleh karena itu pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu proses
komunikasi melalui interaksi antara guru dengan siswa dan antar siswa secara
efektif dan efisien untuk mencapai tujuan pembelajaran
Konsep pembelajaran konstruktivisme merupakan pembelajaran yang
didasarkan pada pemahaman bahwa proses belajar yang dilakukan siswa
merupakan proses konstruksi pengetahuan pemahaman dan pengalaman yang
dilakukan oleh siswa (Wardoyo 20134) Karakteristik dalam pembelajaran
konstruktivisme antara lain 1) berpusat pada siswa 2) adanya masalah 3) proses
menemukan 4) interaksi sosial dan 5) pengetahuan atau pemahaman baru
(Wardoyo 201341)
Salah satu model pembelajaran yang berlandaskan teori konstruktivisme
adalah learning cycle Menurut Trowbridge amp Bybee sebagaimana dikutip oleh
Wena (2011170) pada tahun 1970 model Learning Cycle pertama kali
diperkenalkan oleh Robert Karplus dan Their dalam Science Curriculum
Improvement StudySCIS Karplus dan Their mengembangkan model learning
cycle berdasarkan teori perkembangan kognitif Jean Piaget Implementasi teori
perkembangan kognitif Jean Piaget oleh Karplus dikembangkan dalam model
11
learning cycle yang pada mulanya terdiri dari tiga tahap yaitu eksplorasi
(exploration) pengenalan konsep (concept introduction) dan penerapan konsep
(concept application)
Pada pertengahan 1980an Biological Science Curriculum Study (BSCS)
mengembangkan model learning cycle dari tiga tahap siklus tersebut menjadi lima
tahap Tahap-tahap dalam pembelajaran Learning Cycle 5E meliputi engage
explore explain elaborateextend dan evaluate Perkembangan ini dilakukan
dengan menambahkan fase engage di awal pembelajaran yang bertujuan untuk
menggali pengetahuan awal siswa dan fase evaluate ditambahkan di akhir
pembelajaran yang bertujuan untuk menilai pemahaman siswa sedangkan fase
pemahaman konsep dan aplikasi konsep diganti dengan istilah baru yaitu explain
dan elaborate (Bybee et al 20068)
Perkembangan model learning cycle 7e yang paling baru sudah memiliki 7
tahap setelah mengalami pengkhususan menjadi 5 tahap Perubahan yang terjadi
pada tahap learning cycle 5e menjadi 7e terjadi pada tahap engage menjadi 2
tahap yaitu elicit dan engage sedangkan pada tahap elaborate dan evaluate
menjadi 3 tahap menjadi elaborate evaluate dan extend
Menurut Eisenkraft (200357) learning cycle 7e merupakan suatu model
pembelajaran yang bertujuan untuk menekankan pentingnya memunculkan
pemahaman awal siswa dan memperluas konsep Terdapat 7 tahap learning cycle
7e yang dapat dijelaskan sebagai berikut
1 Elicit (penggalian pengetahuan awal)
Makna dari elicit adalah menggali pemahaman awal yang dimiliki
siswa Langkah-langkah yang dapat dilakukan adalah dengan
mengajukan beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan materi
yang akan dipelajari
2 Engage (motivasi)
Pada tahap engage atau motivasi dapat dilakukan dengan cara
bercerita demonstrasi membuat prediski atau dengan
menunjukkan suatu objek gambar atau video Guru dapat
memberikan permasalahan dan meminta siswa untuk berpikir dan
mengajukan pertanyaan
3 Explore (melakukan pengamatan atau percobaan)
Pada tahap ini siswa diberi kesempatan untuk melakukan
pengamatan mengumpulkan data membuktikan prediksi atau
12
hipotesis merancang dan merencanakan percobaan membuat
grafik menafsirkan hasil serta mencatat hasil pengamatan
4 Explain (mengkomunikasikan)
Pada tahap ini guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menjelaskan konsep dan menunjukkan bukti hasil pengamatan
pada tahap explore melalui kegiatan diskusi Pada tahap ini siswa
diharapkan menemukan istilah-istilah dan konsep yang dipelajari
5 Elaborate (menerapkan konsep)
Tahap ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menerapkan konsep (pengetahuan baru) dan keterampilan dalam
situasi baru melalui kegiatan-kegiatan seperti pemecahan masalah
(problem solving)
6 Evaluate (evaluasi)
Tahap evaluasi model pembelajaran learning cycle 7e terdiri dari
evaluasi formatif dan evaluasi sumatif Evaluasi dapat dilakukan
melalui pemberian tes di akhir pembelajaran untuk mengetahui
sejauh mana tingkat pemahaman siswa terhadap konsep yang
dipelajari
7 Extend (mengaplikasikan konsep)
Tahap ini bertujuan untuk berpikir mencari menemukan dan
menjelaskan contoh penerapan konsep yang telah dipelajari
(Eisenkraft 200357)
Gambar 21 Perubahan Learning Cycle 5E Menjadi Learning Cycle 7E
13
Pengembangan tahap-tahap learning cycle dari 3 tahap
menjadi 5 tahap atau 7 tahap masih tetap berkaitan erat dengan teori
perkembangan kognitif Jean Piaget (skema asimilasi akomodasi dan
ekuilibrasi) Pembelajaran learning cycle memberikan kesempatan
kepada siswa untuk mengasimilasi informasi dengan cara
mengeksplorasi lingkungan mengakomodasi informasi dengan cara
mengembangkan konsep mengorganisasikan informasi dan
menghubungkan konsep-konsep baru dengan menggunakan atau
memperluas konsep yang dimiliki untuk menjelaskan suatu fenomena
yang berbeda Fase engagement dalam learning cycle termasuk dalam
proses asimilasi sedangkan fase evaluation masih merupakan proses
akomodasi dan ekuilibrasi
Model learning cycle 7e memiliki beberapa kelebihan dan kelemahan
Kelebihan dari model learning cycle 7e menurut Indrawati et al (201435) yaitu
1 Merangsang siswa untuk mengingat kembali materi pelajaran
yang telah didapatkan
2 Memberikan motivasi kepada siswa untuk menjadi lebih aktif dan
menambah rasa keingintahuan
3 Melatih siswa belajar menemukan konsep melalui kegiatan
ekperimen melatih siswa untuk menyampaikan konsep yang telah
dipelajari secara lisan
4 Melatih siswa untuk bekerjasama dan memberikan kesempatan
kepada siswa untuk berpikir mencari menemukan dan
menjelaskan contoh penerapan konsep yang telah dipelajari
Kelemahan dari model learning cycle 7e menurut Indrawati et al
(201435) yaitu
1 Efektivitas pembelajaran rendah jika guru kurang menguasai
materi dan langkah-langkah pembelajaran
2 Menuntut kesungguhan dan kreativitas guru dalam merancang dan
melaksanakan proses pembelajaran
3 Memerlukan waktu dan tenaga yang lebih banyak dalam menyusun
rencana dan melaksanakan pembelajaran
24 Kemampuan Berpikir Kritis
Menurut Ruggiero sebagaimana dikutip oleh Johnson (2007183) berpikir
merupakan segala aktivitas mental yang membantu merumuskan atau
memecahkan masalah membuat keputusan memenuhi keinginan untuk
memahami sebuah pencarian jawaban dan sebuah pencapaian makna Kowiyah
(2013176) menyatakan bahwa berpikir adalah suatu kegiatan atau proses
14
kognitif tindakan mental untuk memperoleh pengetahuan pemahaman dan
keterampilan agar mampu menemukan jalan keluar dan keputusan secara
deduktif induktif dan evaluatif
Secara teknis kemampuan berpikir dalam bahasa taksonomi Bloom
diartikan sebagai kemampuan intelektual yaitu kemampuan
menganalisismensintesis dan mengevaluasi Kemampuan-kemampuan ini dapat
dikatakan sebagai kemampuan berpikir kritis
Pembelajaran diharapkan dapat menjadi penunjang dalam
mengembangkan kemampuan berpikir siswa Kemampuan berpikir yang dapat
dikembangkan salah satunya adalah kemampuan berpikir kritis Tujuan
melatihkan kemampuan berpikir kritis adalah untuk menyiapkan siswa menjadi
seorang pemikir kritis dan mampu menyelesaikan masalah yang dihadapi (Tuna amp
Kaccedilar 201374) Selain itu untuk menghindarkan diri siswa dari penipuan
pencucian otak dan membuat keputusan dengan tepat dan bertanggung jawab
(Redhana amp Liliasari 2008 106)
Menurut Ennis (20111) berpikir kritis adalah berpikir rasional dan
reflektif dengan menekankan pada pembuatan keputusan tentang apa yang harus
dipercayai atau dilakukan Rasional berarti menurut pikiran dan pertimbangan
yang logis Reflektif berarti mempertimbangkan secara hati-hati segala alternatif
sebelum mengambil keputusan Jadi dalam hal ini Ennis (20111) menekankan
bahwa berpikir kritis lebih berhubungan dengan alasan yang dapat diterima ketika
seseorang mengambil keputusan Berdasarkan pengertian tersebut maka dapat
dirumuskan bahwa berpikir kritis merupakan proses menggunakan pikiran secara
rasional dan reflektif untuk mencari dan menganalisis informasi mengambil
keputusan dan menyelesaikan masalah
Ennis (19918) menyatakan bahwa dalam berpikir kritis terdapat dua
komponen yaitu karakter (disposition) dan kemampuan penguasaan pengetahuan
(ability) Komponen kemampuan penguasaan pengetahuan dalam berpikir kritis
sering disebut sebagai kemampuan berpikir kritis
Terdapat dua belas indikator kemampuan berpikir kritis yang
dikelompokkan dalam lima aspek berpikir kritis seperti pada Tabel 21 berikut
15
Tabel 21 Indikator Kemampuan Berpikir Kritis Menurut Ennis (198546)
No Aspek Indikator
1 Memberikan
penjelasan sederhana
1 Memfokuskan pertanyaan
2 Menganalisis pertanyaan
3 Bertanya dan menjawab
pertanyaan tentang suatu
penjelasan
2 Membangun
keterampilan dasar
1 Mempertimbangkan apakah
sumber dapat dipercaya atau
tidak
2 Mengobservasi dan
mempertimbangkan suatu
laporan hasil observasi
3 Menyimpulkan 1 Mendeduksi dan
mempertimbangkan hasil
deduksi
2 Menginduksi dan
mempertimbangkan hasil induksi
3 Membuat dan menentukan hasil
pertimbangan
4 Memberikan
penjelasan lanjut
1 Mendefinisikan istilah dan
mempertimbangkan suatu
definisi dalam tiga dimensi
2 Mengidentifikasi asumsi
5 Mengatur strategi
dan taktik
1 Menentukan suatu tindakan
2 Berinteraksi dengan orang lain
Kemampuan berpikir kritis dapat diukur dengan menggunakan instrumen
yang dikembangkan melalui aspek dan indikator berpikir kritis Evaluasi terhadap
kemampuan berpikir kritis antara lain bertujuan untuk mendiagnosis tingkat
kemampuan berpikir kritis siswa memberi umpan balik keberanian berpikir
siswa dan memberi motivasi agar siswa mengembangkan kemampuan berpikir
kritis (Ennis 1993180)
Karakter (disposition) adalah kecenderungan atau kebiasaan untuk berpikir
dalam cara dan kondisi tertentu Disposisi berpikir kritis merupakan sifat yang
melekat pada diri seseorang yang berpikir kritis (Lambertus 2009138)
Seseorang yang memiliki disposisi berpikir kritis akan cenderung berpikir kritis
ketika ada situasi atau kondisi yang menghadirkan stimulus untuk berpikir kritis
16
Pemikir kritis yang ideal memiliki karakter (disposition) untuk mencari
kejelasan dari pertanyaan mencari alasan berusaha mengetahui infomasi dengan
baik menggunakan dan menyebutkan sumber yang memiliki kredibilitas
memperhatikan situasi dan kondisi secara keseluruhan berusaha tetap relevan dengan
ide utama mengingat kepentingan yang asli dan mendasar mencari alternatif
bersikap dan berpikir terbuka mengambil posisi ketika ada bukti dan alasan yang
cukup untuk melakukan sesuatu mencari penjelasan sebanyak mungkin bersikap
secara sistematis dan teratur dengan bagian dari keseluruhan masalah (Ennis 19918)
25 Materi Interaksi Makhluk Hidup dengan Lingkungan
Materi Interaksi makhluk hidup dengan lingkungan merupakan salah satu
materi pokok kelas VII semester genap dalam kurikulum 2013 dengan kompetensi
dasar yaitu 38 mendeskripsikan interaksi antar makhluk hidup dan lingkungannya
dan 412 menyajikan hasil observasi terhadap interaksi makhluk hidup dengan
lingkungan di sekitarnya Indikator pembelajaran dalam penelitian ini meliputi
menjelaskan konsep ekosistem mengidentifikasi komponen biotik dan abiotik
mengidentifikasi satuan-satuan dalam ekosistem menghitung kepadatan populasi
menganalisis saling ketergantungan antara komponen biotik dan abiotik dan
menganalisis saling ketergantungan antar komponen biotik
Komponen ekosistem meliputi komponen abiotik (makhluk tak hidup) dan
komponen biotik (makhluk hidup) Komponen biotik meliputi organisme autotrof
yaitu produsen primer heterotrof yaitu konsumen dan detritivor yaitu organisme
pemakan limbah organik dan organisme yang telah mati
Produsen primer utama pada sebagian besar ekosistem darat adalah
tumbuhan sedangkan produsen primer dalam zona limnetik danau dan lautan
terbuka adalah fitoplankton (alga dan bakteri) Alga multiselluler dan tumbuhan
akuatik merupakan produsen primer di ekosistem air tawar maupun air laut
Organisme yang secara langsung memakan organisme autotrof disebut
herbivora Oleh karena itu herbivora disebut juga sebagai konsumen primer
sedangkan organisme yang mendapatkan makanan dengan memangsa herbivora
atau karnivora lain disebut karnivora Karnivora dapat berperan sebagai konsumen
17
sekunder tersier dan seterusnya Jalur perpindahan makanan dari tingkat trofik
satu ke tingkat trofik lainnya dikenal sebagai rantai makanan (food chain) akan
tetapi hubungan makan memakan dalam suatu ekosistem umumnya saling
berhubungan menjadi jaring-jaring makanan (food web) karena konsumen
memakan lebih dari satu tingkat trofik (Campbell et al 2004)
Kompetensi dasar dan indikator pembelajaran pada materi tersebut
menuntut siswa untuk dapat memahami konsep-konsep dan memecahkan masalah
yang sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari Penerapan learning cycle 7e
berbasis konstruktivisme mempertimbangkan pengetahuan awal siswa (elicit)
menyajikan masalah yang berkaitan dengan kehidupan nyata sebagai rangsangan
untuk belajar (engage) memberikan kesempatan secara langsung kepada siswa
untuk terlibat dalam penemuan konsep melalui kegiatan observasi (explore)
dilanjutkan dengan melakukan diskusi untuk mengklarifikasi konsep (elaborate)
dan evaluasi (evaluate) untuk mengetahui sejauh mana pemahaman konsep yang
telah dimiliki oleh siswa serta menerapkan konsep yang telah diperoleh pada
situasi baru (extend) Pembelajaran materi interaksi makhluk hidup dengan
lingkungan diharapkan menjadi lebih bermakna dan kemampuan berpikir kritis
siswa dapat berkembang dengan membandingkan konsep yang sudah diperoleh
dengan konsep baru yang dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari siswa Model
pembelajaran learning cycle 7e berbasis konstruktivisme diharapkan tepat apabila
digunakan dalam penyampaian materi ekosistem
18
26 Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
Gambar 22 Kerangka Berpikir Penelitian
27 Hipotesis
Penerapan Learning cycle 7e berbasis konstruktivisme berpengaruh
terhadap kemampuan berpikir kritis siswa pada materi Interaksi makhluk hidup
dengan lingkungan
Pembelajaran Learning
Cycle 7E berbasis
konstruktivisme
Menekankan
pengetahuan awal siswa
dan memungkinkan
mengaplikasikan
konsep yang telah
diperoleh
(Eisenkraft 200357)
Mampu meningkatkan
keterampilan proses
sains dan penguasaan
konsep (Kanli amp
Yagbasan 2007151)
Mampu meningkatkan
kemampuan berpikir
kritis
(Hartono 201365)
Mampu meningkatkan
kemampuan berpikir
kritis secara signifikan
dibandingkan metode
tradisional
(Mecit 200648)
Permasalahan dalam pembelajaran
Siswa kesulitan menganalisis suatu
permasalahan
Siswa kesulitan menyimpulkan
Siswa kesulitan mengaplikasikan konsep
pada situasi baru dan konkret
Keberanian mengajukan pertanyaan
amp pendapat rendah
Kemampuan berpikir kritis rendah
Berpikir kritis salah satu
keterampilan abad 21 yang
harus dimiliki oleh siswa
Tuntutan memberdayakan
SDM yang berkualitas
(Permendikbud 2013)
Kelas eksperimen Kelas kontrol
Pembelajaran
dengan metode
diskusi amp ceramah
Kemampuan berpikir kritis berkembang
Learning cycle 7e
berbasis
konstruktivisme
Quasi experimental design
Uji t
54
BAB 5
PENUTUP
51 Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa
penerapan learning cycle 7e berbasis konstruktivisme berpengaruh terhadap
kemampuan berpikir kritis siswa pada materi interaksi makhluk hidup dengan
lingkungan Peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa kelas eksperimen lebih
baik dari pada kelas kontrol
52 Saran
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan penerapan learning cycle
7e berbasis konstruktivisme terbukti berpengaruh terhadap kemampuan berpikir
kritis siswa pada materi interaksi makhluk hidup dengan lingkunganya Dengan
demikian maka beberapa saran yang dapat diberikan sebagai berikut
1 Guru IPA dapat mempertimbangkan pembelajaran learning cycle 7E berbasis
konstruktivisme pada materi interaksi makhluk hidup dengan lingkungan
karena terbukti dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa
2 Guru IPA dapat merancang proses pembelajaran dan instrumen pembelajaran
yang dapat memicu kemampuan berpikir kritis siswa
3 Bagi peneliti selanjutnya yang akan melakukan penelitian berkaitan dengan
kemampuan berpikir kritis disarankan mengoptimalkan pengelolaan kelas dan
memberikan banyak motivasi agar setiap siswa dapat berpartisipasi dan
berinteraksi dalam kegiatan pembelajaran Hal ini dimaksudkan agar
pembelajaran yang dilakukan efektif terhadap kemampuan berpikir kritis
siswa
55
DAFTAR PUSTAKA
Aqib Z 2013 Model-Model Media dan Strategi Pembelajaran
Kontekstual(Inovatif) Bandung Yrama Widya
Amertawengrum IP 2014 Filsafat Konstruktivisme dalam Pembelajaran Sastra
Anak Jurnal Magistra 26(89)8-17 KlatenUnwidha
Arifin Z 2012 Evaluasi Pembelajaran Jakarta Dirjen Pendidikan Islam Online
at
httpdualmodekemenaggoidfiledokumen34EvaluasiPembelajaranpdf
[diakses tanggal 17 Januari 2015]
Arikunto S 2010 Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Jakarta Bumi Aksara
_________ 2012 Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Jakarta Bumi Aksara
Bybee RW JA Taylor A Gardner PV Scotter JC Powell A Westbrook amp
N Landes 2006 The BSCS 5E Instructional Model Origins and
Effectiveness A Report Prepared for the Office of Science Education
National Institute of Health Colorado BSCS Online Tersedia di
httpscienceeducationnihgov [diakses 11-1- 2015]
Campbell NA Reece BJ amp Mitchell LG 2004 Biologi Alih Bahasa Manalu
W (eds) Erlangga Jakarta
Curto K amp T Bayer 2005 An Intersection of Critical Thinkking and
Communication Skillls Journal of Biological Science 31(4)11-19
Amerika Serikat University of Pittsburgh
Eisenkraft A 2003 Expanding The 5E Model Journal The Sciences Teacher
70(6) 56-59 Tersedia di httpits-about-
timecomhtmlsapeisenkrafttstpdf [diakses 3-2-2015]
Ennis RH 1985 A Logical Basic for Measuring Critical Thinking Skill Tersedia
di httpwwwascdorgASCDpdfjournalsed_leadel_198510_ennispdf
[diakses 27-1-2015]
Ennis RH 1991Critical Thinking A Streamlined Conception Tersedia di
httpfacultyeducationillinoisedurhennisdocumentsTheNatureofCritical
Thinking_51711_000pdf [diakses 27-1-2015]
Ennis R H 1993 Critical Thinking Assesment Journal Theory and Practice 32
(2) 179-186 Amerika Serikat The Ohio State University
56
Ennis RH 2011 The Nature of Critical Thinking An Outline of Critical
Thinking Dispositions and Abilities Tersedia di
httpfacultyeducationillinoisedurhennisdocumentsTheNatureofCritical
Thinking_51711_000pdf [diakses 27-1-2015]
Hapsari RTS 2011 Penerapan Model Konstruktivisme untuk Meningkatkan
Hasil Belajar Siswa Jurnal Pendidikan Penabur 10(16) (34-45) Tersedia
di
httpwwwbpkpenaburoridfilesHal2034_4520Penerapan20Mode
l20Pembelajaran20Konstruktivismepdf [diakses 25-1-2015]
Hartono 2013 Learning Cycle Model to Increase Studentrsquos Critical Thinking on
Science Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 9(1)56-66 Semarang
Universitas Negeri Semarang
Indrawati W Suyatno amp YSRahayu 2014 Implementasi Model Learning
Cycle 7E Pada Pembelajaran Kimia Dengan Materi Pokok Kelarutan Dan
Hasil Kali Kelarutan Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep dan
Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMA Prosiding Seminar Nasional
KimiaSurabaya Universitas Negeri Surabaya
Johnson EB 2007 Contextual Teaching amp Learning terjemahan Ibnu Setiawan
Bandung MLC
Kanli amp Yagbasan 2007 The Effects of a Laboratory Based on the 7E Learning
Cycle Model and Verification Laboratory Approach on the Development of
Studentsrsquo Science Process Skills and Conceptual Achievement Tersedia
diwwwuscaeduessaysspecialeditionUKanligraveandRYagbasanpdf[diakses
2-3-2015]
Kowiyah 2012 Kemampuan Berpikir Kritis Jurnal Pendidikan Dasar 3(5) 175-
179 Tersedia di httpjournalppsunjorgarticeldownload108108
[diakses 1-1-2015]
Kulsum U amp N Hindarto 2011 Penerapan Model Learning Cycle 5E pada Sub
pokok bahasan Kalor untuk Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar
Siswa Kelas VII SMP Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 7(1)128-
133Semarang Universitas Negeri Semarang
Kunandar 2013 Penilaian Autentik (Penilaian Hasil Belajar Kurikulum 2013)
Jakarta Raja Grafindo Persada
Lambertus 2009 Pentingnya Melatih Keterampilan Berpikir Kritis Dalam
Pembelajaran Matematika Di SD Jurnal Forum Pendidikan 28(2) (136-
142) Palembang Universitas Sriwijaya
57
Maknun D RR Haerin k Surtikanti amp AMunandar 2012 Praktikum Ekologi
Berbasis Proyek Media Pembekalan Keterampilan Esensial Laboratorium
Jurnal Pendidikan MIPA 13(1) 8-17 Lampung Universitas Lampung
Mecit O 2006 The Effect of 7E Learning Cycle Model on The Improvement of
Fifth Grade Studentsrsquo Critical Thinking Skills Tesis Turkey Middle East
Technical University
Permendikbud 2013 Implementasi Kurikulum Jakarta Depdiknas
Priyatno Duwi 2012 Belajar Analisis Data dengan SPSS 20 Yogyakarta Andi
Redhana IW amp Liliasari 2008 Program Pembelajaran Keterampilan Berpikir
Kritis Pada Topik Laju Reaksi Untuk Siswa SMA Jurnal Forum
Kependidikan 27(2)103-112 Bandung Universitas Pendidikan Indonesia
RifarsquoI Aamp CT Anni 2011 Psikologi Pendidikan Semarang Universitas Negeri
Semarang Press
Siribunnam amp Tayraukham 2009 Effect of 7-E KWL and Conventional on
Analitycal Thinking Learning Acievement and Attitudes toward Chemistry
Learning Journal of Social Sciences 5(4)279-282 Tersedia di
httpwwwamazoncomconventional-instruction-analytical-achievement-
attitudesdpB002TP5UQS [diakses 3-2-2015]
Slameto 2010 Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya Jakarta
Rhineka Cipta
Slavin RE 2008 Psikologi Pendidikan Teori dan Praktik Jakarta Indeks
Soeprodjo S Priatmoko amp EY Sariana 2008 Pengaruh Model Learning
Cycle terhadap Hasil Belajar Materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan
Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia 2(1) 224-229 Semarang Universitas
Negeri Semarang
Sudjana 2005 Metode Statistika Bandung Tarsito
Sugiyono 2013 Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif
Kualitatif dan RampD) Bandung Alfabeta
Trianto 2007 Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivisme
Jakarta Prestasi Pustaka
Tuna A amp A Kaccedilar 2013 The Effect of 5E Learning Cycle Model in Teaching
Trigonometry on Studentrsquos Academic Achievement and The Permanence of
Their Knowledge International Journal on New Trends in Education and
58
Their Implications 4(1) 73-87 Tersedia di
httpijonteorgFileploadks63207File07tunapdf [diakses 11-1- 2015]
Wardoyo SM 2013 Pembelajaran Konstruktivisme Bandung Alfabeta
Wena M 2011 Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer Jakarta Bumi
Aksara
Wiyanto 2008 Menyiapkan Guru Sains Mengembangkan Kompetensi
Laboratorium Semarang Unnes Press
Page 8
viii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL i
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ii
HALAMAN PENGESAHAN iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN iv
PRAKATA v
ABSTRAK vii
DAFTAR ISI viii viii
DAFTAR TABEL x
DAFTAR GAMBAR xi xi
DAFTAR LAMPIRAN xii
BAB
1 PENDAHULUAN 1
11 Latar Belakang 1
12 Rumusan Masalah 4
13 Penegasan Istilah 4
14 Tujuan Penelitian 6
15 Manfaat Penelitian 6
2 TINJAUAN PUSTAKA 8
21 Teori Konstruktivisme 8
22 Teori Perkembangan Jean Piaget 9
23 Learning Cycle 7E Berbasis Konstruktivisme 10
24 Kemampuan Berpikir Kritis 13
25 Materi Interaksi Makhluk Hidup dengan Lingkungan 16
26 Kerangka Berpikir 18
27Hipotesis 18
3 METODE PENELITIAN 19
31 Lokasi dan Waktu Penelitian 19
32 Populasi dan Sampel 19
33 Variabel Penelitian 19
34 Rancangan Penelitian 20
ix
35 Prosedur Penelitian 21
36 Data dan Metode Pengumpulan data 29
37 Metode Analisis Data 30
4 HASIL DAN PEMBAHASAN 36
41 Hasil 36
42 Pembahasan 43
5 PENUTUP 54
51 Simpulan 54
52 Saran 54
DAFTAR PUSTAKA 55
LAMPIRAN 59
x
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
21 Indikator Kemampuan Berpikir Kritis Menurut Ennis 15
31 Desain Penelitian Nonequivalent Control Group Design 20
32 Hasil Analisis Validitas Uji Coba Butir Soal 23
33 Hasil Analisis Tingkat Kesukaran Uji Coba Butir Soal 24
34 Hasil Analisis Daya Beda Uji Coba Butir Soal 25
35 Rekap Hasil Analisis Uji Coba Butir Soal yang digunakan 26
36 Jenis Data dan Metode Pengumpulan Data 29
37 Kriteria Keterlaksanaan Learning Cycle 7e Berbasis Konstruktivisme 34
41 Rata-Rata Skor Pretest dan Posttest Kelas Eksperimen dan Kontrol 36
42 Hasil Uji Normalitas Data Pretest-Posttest dan N-Gain 37
43 Hasil Uji Homogenitas Data Pretest-Posttest dan N-Gain 38
44 Hasil Uji t Pretest-Posttest dan N-Gain Kelas Eksperimen dan Kontrol 38
45 Hasil Analisis Persentase Setiap Aspek Kemampuan Berpikir Kritis 38
46 Tingkat Keterlaksanaan Learning Cycle 7e Berbasis Konstruktivisme 41
47 Hasil Angket Tanggapan Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 42
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
21 Perubahan Learning Cycle 5E Menjadi 7E 12
22 Kerangka Berpikir Penelitian 18
41 Hasil Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa (N-Gain) 37
42 Hasil Uji N-Gain Setiap Aspek Kemampuan Berpikir Kritis 39
43 Aktivitas Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 40
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1 Hasil Wawancara dan Observasi 59
2 Silabus Mata Pelajaran IPA 62
3 RPP Kelas Eksperimen 67
4 RPP Kelas Kontrol 80
5 LKS 1 Kelas Eksperimen dan Pembahasan 90
6 LDS 1 Kelas Eksperimen dan Pembahasan 95
7 Soal Evaluasi 1 Kelas Eksperimen dan Pembahasan 98
8 PR 1 Kelas Eksperimen dan Pembahasan 101
9 LKS 2 Kelas Eksperimen dan Pembahasan 103
10 LKS 3 Kelas Eksperimen dan Pembahasan 107
11 Kisi-kisi Lembar Observasi Aktivitas Kelas Eksperimen 114
12 Kisi-Kisi Lembar Obserasi Aktivitas Siswa Kelas Kontrol 115
13 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Kelas Eksperimen dan Kontrol 116
14 Rekapitulasi Aktivitas Siswa Kelas Eksperimen 117
15 Rekapitulasi Aktivitas Siswa Kelas Kontrol 118
16 Lembar Refleksi Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 119
17 Kisi-Kisi Lembar Keterlaksanaan Learning Cycle 7E 120
18 Lembar Keterlaksanaan Learning Cycle 7E Berbasis Konstruktivisme 121
19 Kisi-Kisi Angket Tanggapan Siswa Kelas Eksperimen 122
20 Lembar Angket Tanggapan Siswa Kelas Eksperimen 123
21 Kisi-Kisi Angket Tanggapan Siswa Kelas Kontrol 124
22 Lembar Angket Tanggapan Siswa Kelas Kontrol 125
23 Rekapitulasi Hasil Analisis Soal Uji Coba Pilihan Ganda 126
24 Rekapitulasi Hasil Analisis Soal Uji Coba Uraian 130
25 Perhitungan Validitas Soal 131
26 Perhitungan Reliabilitas Instrumen 133
27 Perhitungan Tingkat Kesukaran Soal 135
28 Perhitungan Daya Beda Soal 136
xiii
29 Kisi-Kisi Soal Kemampuan Berpikir Kritis 137
30 Soal Kemampuan Berpikir Kirits 139
31 Hasil Pretest Kelas Eksperimen 148
32 Hasil Posttest Kelas Eksperimen 149
33 Hasil Pretest Kelas Kontrol 150
34 Hasil Posttest Kelas Kontrol 151
35 Rekapitulasi N-gain 152
36 Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas Eksperimen 153
37 Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas Kontrol 154
38 Persentase Aspek Berpikir Kritis Pretets Kelas Eksperimen 155
39 Persentase Aspek Berpikir Kritis Posttest Kelas Eksperimen 157
40 Persentase Aspek Berpikir Kritis Pretets Kelas Kontrol 159
41 Persentase Aspek Berpikir Kritis Posttest Kelas Kontrol 161
42 Uji Normalitas Pretest 163
43 Uji Normalitas Posttest 164
44 Uji Normalitas N-gain 165
45 Uji Homogenitas dan Uji t Pretest 166
46 Uji Homogenitas dan Uji t Posttest 167
47 Uji Homogenitas dan Uji t N-gain 168
48 Rekapitulasi Analisis Tiap Aspek Kemampuan Berpikir Kritis 169
49 Hasil Rekapitulasi Tingkat Keterlaksanaan Learning Cycle 7E 170
50 Hasil Rekapitulasi Tanggapan Siswa Kelas Eksperimen 171
51 Hasil Rekapitulasi Tanggapan Siswa Kelas Kontrol 172
52 Dokumentasi Penelitian 173
53 Surat Ijin Observasi 175
54 Surat Ijin Penelitian 176
55 Surat Bukti Penelitian 177
1
BAB 1
PENDAHULUAN
11 Latar Belakang
Abad ke 21 merupakan era informasi dan teknologi dimana perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya di bidang informasi dan komunikasi
tumbuh semakin pesat Hal ini mempengaruhi semua aspek kehidupan termasuk
di bidang pendidikan Proses pendidikan pun dituntut untuk dapat menghasilkan
sumber daya manusia yang berkualitas Menurut Trilling amp Fadel sebagaimana
dikutip oleh Kulsum amp Hindarto (201362) menyatakan bahwa pada era
informasi dan teknologi diperlukan sumber daya manusia dengan kualitas tinggi
yang memiliki keahlian seperti kemampuan berpikir tingkat tinggi (berpikir
kritis) kreatif inovatif bekerja sama memahami berbagai budaya berkomunikasi
yang efektif kemampuan dalam teknologi dan informasi serta tanggung jawab
keimanan yang tinggi
Berdasarkan Permendikbud Nomor 81A Tahun 2013 tentang Implementasi
Kurikulum dijelaskan bahwa sistem pendidikan Indonesia saat ini dihadapkan
pada tuntutan memberdayakan potensi siswa supaya berkembang menjadi sumber
daya manusia yang berkualitas Oleh karena itu dalam menghadapi era informasi
seperti sekarang ini sistem pendidikan di Indonesia diharapkan mampu
membekali siswa dengan kemampuan-kemampuan belajar dan kecakapan hidup
(live skill) Salah satu kemampuan tersebut adalah kemampuan berpikir kritis
Berpikir kritis adalah berpikir rasional dan reflektif dengan menekankan
pada pembuatan keputusan tentang apa yang harus dipercayai atau dilakukan
(Ennis20111) Siswa dituntut untuk berpikir rasional yakni menurut pikiran dan
pertimbangan yang logis berpikir reflektif yakni mempertimbangkan secara hati-
hati segala alternatif sebelum mengambil keputusan
Tujuan melatihkan kemampuan berpikir kritis adalah untuk menyiapkan
siswa menjadi seorang pemikir kritis dan mampu menyelesaikan masalah yang
dihadapi (Tuna amp Kaccedilar 201374) Selain itu untuk menghindarkan diri siswa dari
2
penipuan pencucian otak dan membuat keputusan dengan tepat dan bertanggung
jawab (Redhana amp Liliasari 2008 106)
Menurut Lambertus (2009140) kemampuan berpikir kritis dapat dilatih
dan dikembangkan secara terus menerus Salah satu cara mengembangkan
kemampuan berpikir kritis yaitu melalui pembelajaran sains (IPA) Siswa dilatih
untuk bertanggung jawab terhadap diri sendiri dalam memperoleh pengetahuan
melalui kegiatan eksplorasi memecahkan masalah dan mengkomunikasikan hasil
penyelidikan yang dapat dipercaya pada pembelajaran sains Hal ini dikarenakan
dengan latihan dapat membuat keterampilan berpikir kritis menjadi suatu
kebiasaan
Kenyataan di sekolah pendidikan sains belum banyak yang berorientasi ke
arah pembiasaan berpikir tinggi (berpikir kritis) kemampuan siswa dalam
menjawab soal-soal yang menuntut kemampuan berpikir tinggi masih rendah
(Kunandar201318-19) Keikutsertaan Indonesia di dalam studi Trends in
International Mathematatics and science Study (TIMSS) dan Program for
International Student Assessment (PISA) sejak tahun 1999 juga menunjukkan
bahwa capaian siswa-siswi Indonesia tidak mengembirakan dalam beberapa
laporan yang dikeluarkan TIMSS dan PISA (Permendikbud 2013)
Berdasarkan observasi awal yang telah dilakukan di SMP N 19 Tegal
melalui wawancara dengan guru IPA dan pengamatan dalam proses pembelajaran
menunjukkan bahwa metode yang diterapkan oleh guru sudah bervariasi seperti
ceramah diskusi praktikum dan penugasan namun proses pembelajaran dan
soal-soal evaluasi yang di berikan belum berorientasi untuk mengembangkan
kemampuan berpikir kritis siswa Siswa mengalami kesulitan menganalisis suatu
permasalahan menyimpulkan serta kesulitan mengaplikasikan konsep dalam
situasi yang baru dan konkret Keberanian siswa untuk bertanya dan menjawab
pertanyaan masih rendah Ketika guru mengajukan pertanyaan siswa cenderung
pasif atau siswa belum terbiasa menjawab dengan inisiatif sendiri (data
selengkapnya pada lampiran 1 halaman 59)
Berdasarkan hal tersebut diperlukan suatu upaya untuk mengembangkan
kemampuan berpikir ktitis siswa Salah satu cara mengembangkan kemampuan
3
berpikir kritis yaitu melalui pembelajaran sains (IPA) yang memberikan
kesempatan kepada siswa untuk belajar ldquomenemukanrdquo bukan sekedar belajar
ldquomenerimardquo Kesempatan belajar menemukan dapat dikembangkan antara lain
dalam bentuk pembelajaran berbasis konstruktivisme yang memiliki karakteristik
meliputi berpusat pada siswa adanya masalah proses menemukan interaksi
sosial dan pengetahuan atau pemahaman baru (Wardoyo 201341)
Salah satu model pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan teori
konstruktivisme yaitu learning cycle 7e Hal tersebut terlihat dalam model
pembelajaran learning cycle memuat beberapa tahap kegiatan (fase) Menurut
(Eisenkraft200357) tujuh tahap kegiatan dalam learning cycle 7e antara lain
elicit (penggalian pengetahuan awal) engage (motivasi) explore (melakukan
pengamatan atau percobaan) explain (mengkomunikasikan) elaborate
(menerapkan konsep) evaluate (evaluasi) dan extend (mengaplikasikan konsep)
Beberapa penelitian telah dilakukan terkait penerapan model pembelajaran
learning cycle 7e dalam pembelajaran Berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Indrawati et al(201436) menyatakan bahwa implementasi model
pembelajaran learning cycle 7e efektif untuk meningkatkan penguasaan konsep
dan kemampuan berpikir kritis siswa Hasil penelitian Hartono (201365)
menunjukkan bahwa model pembelajaran learning cycle 7e dapat meningkatkan
kemampuan berpikir kritis siswa Hasil penelitian Kanli amp Yagbasan (2007151)
menunjukkan bahwa learning cycle 7e mampu meningkatkan keterampilan proses
sains dan penguasaan konsep siswa Hasil penelitian Mecit (200648)
menunjukkan bahwa model learning cycle 7e dapat meningkatkan kemampuan
berpikir kritis siswa secara signifikan dibandingkan dengan metode tradisional
Materi Interaksi makhluk hidup dengan lingkungan merupakan salah satu
materi pokok kelas VII semester genap dalam kurikulum 2013 dengan kompetensi
dasar yakni 38 mendeskripsikan interaksi antar makhluk hidup dan
lingkungannya dan 412 menyajikan hasil observasi terhadap interaksi makhluk
hidup dengan lingkungan di sekitarnya Kompetensi dasar pada materi tersebut
menuntut siswa untuk dapat memahami konsep-konsep dan memecahkan masalah
yang sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari Penerapan learning cycle 7e
4
berbasis konstruktivisme mempertimbangkan pengetahuan awal siswa (elicit)
menyajikan masalah yang berkaitan dengan kehidupan nyata sebagai rangsangan
untuk belajar (engage) memberikan kesempatan secara langsung kepada siswa
untuk terlibat dalam penemuan konsep (explore) dilanjutkan dengan melakukan
diskusi untuk mengklarifikasi konsep (elaborate) evaluasi (evaluate) serta
mengaplikasikan konsep tersebut pada situasi baru (extend) Pembelajaran materi
interaksi makhluk hidup akan menjadi lebih bermakna dan kemampuan berpikir
kritis siswa dapat berkembang dengan membandingkan konsep yang sudah
diperoleh dengan konsep baru yang dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari siswa
maka diharapkan model pembelajaran learning cycle 7e berbasis konstruktivisme
akan tepat apabila digunakan dalam penyampaian materi interaksi makhluk hidup
dengan lingkungan
Berdasarkan uraian di atas maka akan dilakukan penelitian yang berjudul
ldquoPengaruh Learning Cycle 7E Berbasis Konstruktivisme Terhadap Kemampuan
Berpikir Kritis Siswa pada Materi Interaksi Makhluk Hidup dengan Lingkunganrdquo
12 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang maka rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah apakah penerapan Learning Cycle 7E berbasis konstruktivisme
berpengaruh terhadap kemampuan berpikir kritis siswa pada materi Interaksi
makhluk hidup dengan lingkungan
13 Penegasan Istilah
Supaya tidak terjadi kesalahan penafsiran terhadap istilah-istilah yang
digunakan dalam penelitian ini maka perlu diberikan penjelasan tentang istilah-
istilah berikut
131 Pembelajaran Learning Cycle 7E Berbasis Konstruktivisme
Learning cycle 7e merupakan suatu model pembelajaran yang bertujuan
untuk menekankan pentingnya memunculkan pemahaman awal siswa dan
memperluas (transfer) konsep Menurut Eisenkraft (200357) terdapat tujuh tahap
5
dalam learning cycle 7e yaitu elicit (penggalian pengetahuan awal) engage
(motivasi) explore (melakukan pengamatan atau percobaan) explain
(mengkomunikasikan) elaborate (menerapkan konsep) evaluate (evaluasi) dan
extend (mengaplikasikan konsep)
Konsep pembelajaran konstruktivisme merupakan pembelajaran yang
didasarkan pada pemahaman bahwa proses belajar yang dilakukan siswa
merupakan proses konstruksi pengetahuan pemahaman dan pengalaman yang
dilakukan oleh siswa (Wardoyo 20134) Karakteristik dalam pembelajaran
konstruktivisme antara lain 1) berpusat pada siswa 2) adanya masalah 3) proses
menemukan 4) interaksi sosial dan 5) pengetahuan atau pemahaman baru
(Wardoyo 201341) Pembelajaran learning cycle 7e berbasis konstruktivisme
pada penelitian ini adalah pembelajaran IPA yang menerapkan tahap-tahap model
pembelajaran learning cycle 7e yang didasarkan pada kelima karakteristik
pembelajaran konstruktivisme menurut Wardoyo (201341)
132 Kemampuan Berpikir Kritis
Menurut Ennis (20111) berpikir kritis adalah berpikir rasional dan
reflektif dengan menekankan pada pembuatan keputusan tentang apa yang harus
dipercayai atau dilakukan Rasional berarti menurut pikiran dan pertimbangan
yang logis Reflektif berarti mempertimbangkan secara hati-hati segala alternatif
sebelum mengambil keputusan
Kemampuan berpikir kritis yang diukur pada penelitian ini mengacu pada
(Ennis 198546) yang menyebutkan terdapat lima aspek sebagai indikator dalam
berpikir kritis yaitu (1) memberikan penjelasan sederhana (2) membangun
keterampilan dasar (3) menyimpulkan 4) memberi penjelasan lanjut dan (5)
mengatur strategi dan taktik
133 Materi Interaksi Makhluk Hidup dengan Lingkungan
Materi Interaksi makhluk hidup dengan lingkungan merupakan salah satu
materi pokok kelas VII semester genap dalam kurikulum 2013 dengan kompetensi
dasar yakni 38 mendeskripsikan interaksi antar makhluk hidup dan
6
lingkungannya dan 412 menyajikan hasil observasi terhadap interaksi makhluk
hidup dengan lingkungan di sekitarnya Indikator pembelajaran dalam penelitian
ini yaitu menjelaskan konsep ekosistem mengidentifikasi komponen abiotik dan
biotik mengidentifikasi satuan-satuan dalam ekosistem menghitung kepadatan
populasi menganalisis saling ketergantungan antara komponen biotik dengan
abiotik dan menganalisis saling ketergantungan antar komponen biotik
14 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan pengaruh
penerapan learning cycle 7e berbasis konstruktivisme terhadap kemampuan
berpikir kritis siswa pada materi Interaksi makhluk hidup dengan lingkungan
15 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut
151 Manfaat Korespondensi
Penelitian ini memberikan bukti empiris kebenaran teori pembelajaran
tentang penerapan learning cycle 7e dan pengaruhnya terhadap kemampuan
berpikir kritis siswa seperti hasil penelitian yang dilakukan oleh Indrawati et al
(201436) bahwa implementasi model pembelajaran learning cycle 7e efektif
untuk meningkatkan konsep dan kemampuan berpikir kritis siswa Hasil
penelitian Hartono (201365) bahwa model learning cycle 7e dapat meningkatkan
kemampuan berpikir kritis Hasil penelitian Siribunnan amp Tayraukham
(2009282) menunjukkan bahwa model learning cycle 7e dapat meningkatkan
kemampuan berpikir kritis yang lebih baik dibandingkan dengan metode
tradisional Demikian pula hasil penelitian Mecit (200648) menunjukkan bahwa
model learning cycle 7e dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis secara
signifikan dibandingkan dengan metode tradisional Selain itu hasil penelitian ini
digunakan untuk menguatkan prediksi bahwa untuk meningkatkan kemampuan
berpikir kritis dapat menerapkan pembelajaran dengan Learning Cycle 7E
7
152 Manfaat Koherensi
Penelitian ini mengembangkan dan membuktikan teori-teori yang
menghasilkan hipotesis tentang kebenaran bahwa penerapan learning cycle 7e
berpengaruh terhadap kemampuan berpikir kritis siswa
153 Manfaat Pragmatis
Manfaat pragmatis penelitian ini agar siswa memahami materi Interaksi
makhluk hidup dengan lingkungan melalui model pembelajaran learning cycle 7e
berbasis konstruktivisme Pemahaman materi oleh siswa dapat mengembangkan
kemampuan berpikir kritis siswa Menambah wawasan guru tentang variasi
pembelajaran untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa Penelitian
ini memberikan kontribusi bagi sekolah sebagai masukan dalam meningkatkan
kualitas pembelajaran
8
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
21 Teori Konstruktivisme
Teori konstruktivisme beranggapan bahwa pengetahuan merupakan
konstruksi dari pengetahuan awal yang telah ada Pengetahuan hasil dari
konstruksi kognitif melalui kegiatan siswa dengan membuat struktur kategori
konsep dan skema yang diperlukan untuk membentuk pengetahuan dalam hal ini
dibentuk oleh struktur konsepsi sewaktu siswa berinteraksi dengan lingkungan
(Maknun et al 2012 9-10)
Intisari dari teori konstruktivisme adalah bahwa siswa harus menemukan
dan mentransformasikan informasi kompleks kedalam diri sendiri Teori ini
memandang siswa sebagai individu yang selalu memeriksa informasi baru yang
berlawanan dengan prinsip-prinsip yang telah ada dan merevisi prinsip-prinsip
tersebut apabila sudah diangap tidak dapat digunakan lagi Hal ini memberikan
implikasi bahwa siswa harus terlibat aktif dalam pembelajaran dengan bantuan
guru sebagai fasilitator (Rifarsquoi amp Anni 2011137)
Implikasi pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan pandangan
konstruktivisme menurut Hapsari (2011 37) adalah sebagai berikut
a Tahap Apersepsi dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan problematik
tentang fenomena yang sering ditemui sehari-hari yang dikaitkan dengan
konsep yang akan dibahas Siswa diberi kesempatan untuk
mengkomunikasikan mengilustrasikan pemahaman tentang konsep tersebut
b Tahap Eksplorasi memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan
konsep melalui pengumpulan pengorganisasian dan menginterpretasikan data
dalam suatu kegiatan yang telah dirancang guru serta secara berkelompok
didiskusikan dengan kelompok lain
c Tahap diskusi dan penjelasan konsep yaitu siswa memberi penjelasan dan
solusi berdasarkan hasil observasi ditambah dengan penguatan guru maka
siswa membangun pemahaman baru tentang konsep yang sedang dipelajari
9
d Pengembangan dan aplikasi yaitu guru berusaha menciptakan iklim
pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat mengaplikasikan pemahaman
konseptual baik melalui kegiatan atau pemunculan dan pemecahan masalah-
masalah yang berkaitan dengan isu-isu di lingkungan
22 Teori Perkembangan Jean Piaget
Teori perkembangan Piaget mewakili konstruktivisme yang memandang
perkembangan kognitif sebagai suatu proses dimana anak secara aktif membangun
pengetahuan Piaget menyatakan bahwa belajar merupakan pengembangan aspek
kognitif yang meliputi skema asimilasi akomodasi ekuilibrasi
Asimilasi adalah pengumpulan dan pengelompokkan informasi baru
Seorang individu dalam proses pembelajaran akan mendapatkan informasi baru
yang kemudian akan dikumpulkan dan dikelompokkan ke dalam skema
(pengetahuan) yang telah ada Akomodasi merupakan modifikasi dari skema agar
informasi yang baru dan kontradiktif bisa diterjemahkan Informasi yang telah
terkumpul dan dikelompokkan dalam skema-skema yang telah ada sebelumnya
kemudian dimodifikasi menjadi suatu skema (pengetahuan) baru Ekuilibrasi
merupakan dorongan secara terus menerus ke arah keseimbangan atau
equilibrium Artinya pengetahuan dikonstruksi dari proses pengintegrasian
pengetahuan baru terhadap struktur kognitif yang sudah ada dan dilakukan
penyesuaian struktur kognitif dengan informasi baru yang didapatkan
Menurut Piaget sebagaimana dikutip oleh Trianto (200716) pada
perkembangan kognitif yang terpenting adalah penguasaan dan kategori konsep-
konsep Melalui penguasaan konsep siswa akan mengenal lingkungan dan
memecahkan berbagai masalah yang dihadapi dalam kehidupan
Menurut Piaget sebagaimana dikutip oleh Slavin (200845) setiap
individu pada saat tumbuh mulai dari bayi yang baru dilahirkan sampai menginjak
usia dewasa mengalami empat tingkatan perkembangan kognitif Empat tingkat
perkembangan kognitif tersebut adalah sebagai berikut
1 Tahap Sensorimotorik (sejak lahir hingga usia 2 tahun)
2 Tahap Pra-operasional (2-7 tahun)
10
3 Tahap Operasi Kongkrit (7-11 tahun)
4 Tahap Operasi Formal (usia 11 sampai dewasa)
Siswa SMP dengan rentang usia 11-15 tahun berada pada tahap operasi
formal Pada usia ini yang perlu dipertimbangkan adalah aspek-aspek
perkembangan remaja dimana remaja mengalami tahap transisi dari penggunaan
operasi kongkrit ke penerapan operasi formal dalam bernalar Menurut Slavin
(200846) pada tahap operasi formal anak sudah mampu berpikir tingkat tinggi
mampu berpikir secara deduktif induktif menganalisis mensintesis mampu
berpikir abstrak dan berpikir reflektif serta memecahkan berbagai masalah
23 Learning Cycle 7E Berbasis Konstruktivisme
Menurut Aqib (201366) proses pembelajaran adalah upaya secara
sistematis yang dilakukan guru untuk mewujudkan proses pembelajaran berjalan
secara efektif dan efisien yang dimulai dari perencanaan pelaksanaan dan
evaluasi Oleh karena itu pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu proses
komunikasi melalui interaksi antara guru dengan siswa dan antar siswa secara
efektif dan efisien untuk mencapai tujuan pembelajaran
Konsep pembelajaran konstruktivisme merupakan pembelajaran yang
didasarkan pada pemahaman bahwa proses belajar yang dilakukan siswa
merupakan proses konstruksi pengetahuan pemahaman dan pengalaman yang
dilakukan oleh siswa (Wardoyo 20134) Karakteristik dalam pembelajaran
konstruktivisme antara lain 1) berpusat pada siswa 2) adanya masalah 3) proses
menemukan 4) interaksi sosial dan 5) pengetahuan atau pemahaman baru
(Wardoyo 201341)
Salah satu model pembelajaran yang berlandaskan teori konstruktivisme
adalah learning cycle Menurut Trowbridge amp Bybee sebagaimana dikutip oleh
Wena (2011170) pada tahun 1970 model Learning Cycle pertama kali
diperkenalkan oleh Robert Karplus dan Their dalam Science Curriculum
Improvement StudySCIS Karplus dan Their mengembangkan model learning
cycle berdasarkan teori perkembangan kognitif Jean Piaget Implementasi teori
perkembangan kognitif Jean Piaget oleh Karplus dikembangkan dalam model
11
learning cycle yang pada mulanya terdiri dari tiga tahap yaitu eksplorasi
(exploration) pengenalan konsep (concept introduction) dan penerapan konsep
(concept application)
Pada pertengahan 1980an Biological Science Curriculum Study (BSCS)
mengembangkan model learning cycle dari tiga tahap siklus tersebut menjadi lima
tahap Tahap-tahap dalam pembelajaran Learning Cycle 5E meliputi engage
explore explain elaborateextend dan evaluate Perkembangan ini dilakukan
dengan menambahkan fase engage di awal pembelajaran yang bertujuan untuk
menggali pengetahuan awal siswa dan fase evaluate ditambahkan di akhir
pembelajaran yang bertujuan untuk menilai pemahaman siswa sedangkan fase
pemahaman konsep dan aplikasi konsep diganti dengan istilah baru yaitu explain
dan elaborate (Bybee et al 20068)
Perkembangan model learning cycle 7e yang paling baru sudah memiliki 7
tahap setelah mengalami pengkhususan menjadi 5 tahap Perubahan yang terjadi
pada tahap learning cycle 5e menjadi 7e terjadi pada tahap engage menjadi 2
tahap yaitu elicit dan engage sedangkan pada tahap elaborate dan evaluate
menjadi 3 tahap menjadi elaborate evaluate dan extend
Menurut Eisenkraft (200357) learning cycle 7e merupakan suatu model
pembelajaran yang bertujuan untuk menekankan pentingnya memunculkan
pemahaman awal siswa dan memperluas konsep Terdapat 7 tahap learning cycle
7e yang dapat dijelaskan sebagai berikut
1 Elicit (penggalian pengetahuan awal)
Makna dari elicit adalah menggali pemahaman awal yang dimiliki
siswa Langkah-langkah yang dapat dilakukan adalah dengan
mengajukan beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan materi
yang akan dipelajari
2 Engage (motivasi)
Pada tahap engage atau motivasi dapat dilakukan dengan cara
bercerita demonstrasi membuat prediski atau dengan
menunjukkan suatu objek gambar atau video Guru dapat
memberikan permasalahan dan meminta siswa untuk berpikir dan
mengajukan pertanyaan
3 Explore (melakukan pengamatan atau percobaan)
Pada tahap ini siswa diberi kesempatan untuk melakukan
pengamatan mengumpulkan data membuktikan prediksi atau
12
hipotesis merancang dan merencanakan percobaan membuat
grafik menafsirkan hasil serta mencatat hasil pengamatan
4 Explain (mengkomunikasikan)
Pada tahap ini guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menjelaskan konsep dan menunjukkan bukti hasil pengamatan
pada tahap explore melalui kegiatan diskusi Pada tahap ini siswa
diharapkan menemukan istilah-istilah dan konsep yang dipelajari
5 Elaborate (menerapkan konsep)
Tahap ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menerapkan konsep (pengetahuan baru) dan keterampilan dalam
situasi baru melalui kegiatan-kegiatan seperti pemecahan masalah
(problem solving)
6 Evaluate (evaluasi)
Tahap evaluasi model pembelajaran learning cycle 7e terdiri dari
evaluasi formatif dan evaluasi sumatif Evaluasi dapat dilakukan
melalui pemberian tes di akhir pembelajaran untuk mengetahui
sejauh mana tingkat pemahaman siswa terhadap konsep yang
dipelajari
7 Extend (mengaplikasikan konsep)
Tahap ini bertujuan untuk berpikir mencari menemukan dan
menjelaskan contoh penerapan konsep yang telah dipelajari
(Eisenkraft 200357)
Gambar 21 Perubahan Learning Cycle 5E Menjadi Learning Cycle 7E
13
Pengembangan tahap-tahap learning cycle dari 3 tahap
menjadi 5 tahap atau 7 tahap masih tetap berkaitan erat dengan teori
perkembangan kognitif Jean Piaget (skema asimilasi akomodasi dan
ekuilibrasi) Pembelajaran learning cycle memberikan kesempatan
kepada siswa untuk mengasimilasi informasi dengan cara
mengeksplorasi lingkungan mengakomodasi informasi dengan cara
mengembangkan konsep mengorganisasikan informasi dan
menghubungkan konsep-konsep baru dengan menggunakan atau
memperluas konsep yang dimiliki untuk menjelaskan suatu fenomena
yang berbeda Fase engagement dalam learning cycle termasuk dalam
proses asimilasi sedangkan fase evaluation masih merupakan proses
akomodasi dan ekuilibrasi
Model learning cycle 7e memiliki beberapa kelebihan dan kelemahan
Kelebihan dari model learning cycle 7e menurut Indrawati et al (201435) yaitu
1 Merangsang siswa untuk mengingat kembali materi pelajaran
yang telah didapatkan
2 Memberikan motivasi kepada siswa untuk menjadi lebih aktif dan
menambah rasa keingintahuan
3 Melatih siswa belajar menemukan konsep melalui kegiatan
ekperimen melatih siswa untuk menyampaikan konsep yang telah
dipelajari secara lisan
4 Melatih siswa untuk bekerjasama dan memberikan kesempatan
kepada siswa untuk berpikir mencari menemukan dan
menjelaskan contoh penerapan konsep yang telah dipelajari
Kelemahan dari model learning cycle 7e menurut Indrawati et al
(201435) yaitu
1 Efektivitas pembelajaran rendah jika guru kurang menguasai
materi dan langkah-langkah pembelajaran
2 Menuntut kesungguhan dan kreativitas guru dalam merancang dan
melaksanakan proses pembelajaran
3 Memerlukan waktu dan tenaga yang lebih banyak dalam menyusun
rencana dan melaksanakan pembelajaran
24 Kemampuan Berpikir Kritis
Menurut Ruggiero sebagaimana dikutip oleh Johnson (2007183) berpikir
merupakan segala aktivitas mental yang membantu merumuskan atau
memecahkan masalah membuat keputusan memenuhi keinginan untuk
memahami sebuah pencarian jawaban dan sebuah pencapaian makna Kowiyah
(2013176) menyatakan bahwa berpikir adalah suatu kegiatan atau proses
14
kognitif tindakan mental untuk memperoleh pengetahuan pemahaman dan
keterampilan agar mampu menemukan jalan keluar dan keputusan secara
deduktif induktif dan evaluatif
Secara teknis kemampuan berpikir dalam bahasa taksonomi Bloom
diartikan sebagai kemampuan intelektual yaitu kemampuan
menganalisismensintesis dan mengevaluasi Kemampuan-kemampuan ini dapat
dikatakan sebagai kemampuan berpikir kritis
Pembelajaran diharapkan dapat menjadi penunjang dalam
mengembangkan kemampuan berpikir siswa Kemampuan berpikir yang dapat
dikembangkan salah satunya adalah kemampuan berpikir kritis Tujuan
melatihkan kemampuan berpikir kritis adalah untuk menyiapkan siswa menjadi
seorang pemikir kritis dan mampu menyelesaikan masalah yang dihadapi (Tuna amp
Kaccedilar 201374) Selain itu untuk menghindarkan diri siswa dari penipuan
pencucian otak dan membuat keputusan dengan tepat dan bertanggung jawab
(Redhana amp Liliasari 2008 106)
Menurut Ennis (20111) berpikir kritis adalah berpikir rasional dan
reflektif dengan menekankan pada pembuatan keputusan tentang apa yang harus
dipercayai atau dilakukan Rasional berarti menurut pikiran dan pertimbangan
yang logis Reflektif berarti mempertimbangkan secara hati-hati segala alternatif
sebelum mengambil keputusan Jadi dalam hal ini Ennis (20111) menekankan
bahwa berpikir kritis lebih berhubungan dengan alasan yang dapat diterima ketika
seseorang mengambil keputusan Berdasarkan pengertian tersebut maka dapat
dirumuskan bahwa berpikir kritis merupakan proses menggunakan pikiran secara
rasional dan reflektif untuk mencari dan menganalisis informasi mengambil
keputusan dan menyelesaikan masalah
Ennis (19918) menyatakan bahwa dalam berpikir kritis terdapat dua
komponen yaitu karakter (disposition) dan kemampuan penguasaan pengetahuan
(ability) Komponen kemampuan penguasaan pengetahuan dalam berpikir kritis
sering disebut sebagai kemampuan berpikir kritis
Terdapat dua belas indikator kemampuan berpikir kritis yang
dikelompokkan dalam lima aspek berpikir kritis seperti pada Tabel 21 berikut
15
Tabel 21 Indikator Kemampuan Berpikir Kritis Menurut Ennis (198546)
No Aspek Indikator
1 Memberikan
penjelasan sederhana
1 Memfokuskan pertanyaan
2 Menganalisis pertanyaan
3 Bertanya dan menjawab
pertanyaan tentang suatu
penjelasan
2 Membangun
keterampilan dasar
1 Mempertimbangkan apakah
sumber dapat dipercaya atau
tidak
2 Mengobservasi dan
mempertimbangkan suatu
laporan hasil observasi
3 Menyimpulkan 1 Mendeduksi dan
mempertimbangkan hasil
deduksi
2 Menginduksi dan
mempertimbangkan hasil induksi
3 Membuat dan menentukan hasil
pertimbangan
4 Memberikan
penjelasan lanjut
1 Mendefinisikan istilah dan
mempertimbangkan suatu
definisi dalam tiga dimensi
2 Mengidentifikasi asumsi
5 Mengatur strategi
dan taktik
1 Menentukan suatu tindakan
2 Berinteraksi dengan orang lain
Kemampuan berpikir kritis dapat diukur dengan menggunakan instrumen
yang dikembangkan melalui aspek dan indikator berpikir kritis Evaluasi terhadap
kemampuan berpikir kritis antara lain bertujuan untuk mendiagnosis tingkat
kemampuan berpikir kritis siswa memberi umpan balik keberanian berpikir
siswa dan memberi motivasi agar siswa mengembangkan kemampuan berpikir
kritis (Ennis 1993180)
Karakter (disposition) adalah kecenderungan atau kebiasaan untuk berpikir
dalam cara dan kondisi tertentu Disposisi berpikir kritis merupakan sifat yang
melekat pada diri seseorang yang berpikir kritis (Lambertus 2009138)
Seseorang yang memiliki disposisi berpikir kritis akan cenderung berpikir kritis
ketika ada situasi atau kondisi yang menghadirkan stimulus untuk berpikir kritis
16
Pemikir kritis yang ideal memiliki karakter (disposition) untuk mencari
kejelasan dari pertanyaan mencari alasan berusaha mengetahui infomasi dengan
baik menggunakan dan menyebutkan sumber yang memiliki kredibilitas
memperhatikan situasi dan kondisi secara keseluruhan berusaha tetap relevan dengan
ide utama mengingat kepentingan yang asli dan mendasar mencari alternatif
bersikap dan berpikir terbuka mengambil posisi ketika ada bukti dan alasan yang
cukup untuk melakukan sesuatu mencari penjelasan sebanyak mungkin bersikap
secara sistematis dan teratur dengan bagian dari keseluruhan masalah (Ennis 19918)
25 Materi Interaksi Makhluk Hidup dengan Lingkungan
Materi Interaksi makhluk hidup dengan lingkungan merupakan salah satu
materi pokok kelas VII semester genap dalam kurikulum 2013 dengan kompetensi
dasar yaitu 38 mendeskripsikan interaksi antar makhluk hidup dan lingkungannya
dan 412 menyajikan hasil observasi terhadap interaksi makhluk hidup dengan
lingkungan di sekitarnya Indikator pembelajaran dalam penelitian ini meliputi
menjelaskan konsep ekosistem mengidentifikasi komponen biotik dan abiotik
mengidentifikasi satuan-satuan dalam ekosistem menghitung kepadatan populasi
menganalisis saling ketergantungan antara komponen biotik dan abiotik dan
menganalisis saling ketergantungan antar komponen biotik
Komponen ekosistem meliputi komponen abiotik (makhluk tak hidup) dan
komponen biotik (makhluk hidup) Komponen biotik meliputi organisme autotrof
yaitu produsen primer heterotrof yaitu konsumen dan detritivor yaitu organisme
pemakan limbah organik dan organisme yang telah mati
Produsen primer utama pada sebagian besar ekosistem darat adalah
tumbuhan sedangkan produsen primer dalam zona limnetik danau dan lautan
terbuka adalah fitoplankton (alga dan bakteri) Alga multiselluler dan tumbuhan
akuatik merupakan produsen primer di ekosistem air tawar maupun air laut
Organisme yang secara langsung memakan organisme autotrof disebut
herbivora Oleh karena itu herbivora disebut juga sebagai konsumen primer
sedangkan organisme yang mendapatkan makanan dengan memangsa herbivora
atau karnivora lain disebut karnivora Karnivora dapat berperan sebagai konsumen
17
sekunder tersier dan seterusnya Jalur perpindahan makanan dari tingkat trofik
satu ke tingkat trofik lainnya dikenal sebagai rantai makanan (food chain) akan
tetapi hubungan makan memakan dalam suatu ekosistem umumnya saling
berhubungan menjadi jaring-jaring makanan (food web) karena konsumen
memakan lebih dari satu tingkat trofik (Campbell et al 2004)
Kompetensi dasar dan indikator pembelajaran pada materi tersebut
menuntut siswa untuk dapat memahami konsep-konsep dan memecahkan masalah
yang sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari Penerapan learning cycle 7e
berbasis konstruktivisme mempertimbangkan pengetahuan awal siswa (elicit)
menyajikan masalah yang berkaitan dengan kehidupan nyata sebagai rangsangan
untuk belajar (engage) memberikan kesempatan secara langsung kepada siswa
untuk terlibat dalam penemuan konsep melalui kegiatan observasi (explore)
dilanjutkan dengan melakukan diskusi untuk mengklarifikasi konsep (elaborate)
dan evaluasi (evaluate) untuk mengetahui sejauh mana pemahaman konsep yang
telah dimiliki oleh siswa serta menerapkan konsep yang telah diperoleh pada
situasi baru (extend) Pembelajaran materi interaksi makhluk hidup dengan
lingkungan diharapkan menjadi lebih bermakna dan kemampuan berpikir kritis
siswa dapat berkembang dengan membandingkan konsep yang sudah diperoleh
dengan konsep baru yang dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari siswa Model
pembelajaran learning cycle 7e berbasis konstruktivisme diharapkan tepat apabila
digunakan dalam penyampaian materi ekosistem
18
26 Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
Gambar 22 Kerangka Berpikir Penelitian
27 Hipotesis
Penerapan Learning cycle 7e berbasis konstruktivisme berpengaruh
terhadap kemampuan berpikir kritis siswa pada materi Interaksi makhluk hidup
dengan lingkungan
Pembelajaran Learning
Cycle 7E berbasis
konstruktivisme
Menekankan
pengetahuan awal siswa
dan memungkinkan
mengaplikasikan
konsep yang telah
diperoleh
(Eisenkraft 200357)
Mampu meningkatkan
keterampilan proses
sains dan penguasaan
konsep (Kanli amp
Yagbasan 2007151)
Mampu meningkatkan
kemampuan berpikir
kritis
(Hartono 201365)
Mampu meningkatkan
kemampuan berpikir
kritis secara signifikan
dibandingkan metode
tradisional
(Mecit 200648)
Permasalahan dalam pembelajaran
Siswa kesulitan menganalisis suatu
permasalahan
Siswa kesulitan menyimpulkan
Siswa kesulitan mengaplikasikan konsep
pada situasi baru dan konkret
Keberanian mengajukan pertanyaan
amp pendapat rendah
Kemampuan berpikir kritis rendah
Berpikir kritis salah satu
keterampilan abad 21 yang
harus dimiliki oleh siswa
Tuntutan memberdayakan
SDM yang berkualitas
(Permendikbud 2013)
Kelas eksperimen Kelas kontrol
Pembelajaran
dengan metode
diskusi amp ceramah
Kemampuan berpikir kritis berkembang
Learning cycle 7e
berbasis
konstruktivisme
Quasi experimental design
Uji t
54
BAB 5
PENUTUP
51 Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa
penerapan learning cycle 7e berbasis konstruktivisme berpengaruh terhadap
kemampuan berpikir kritis siswa pada materi interaksi makhluk hidup dengan
lingkungan Peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa kelas eksperimen lebih
baik dari pada kelas kontrol
52 Saran
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan penerapan learning cycle
7e berbasis konstruktivisme terbukti berpengaruh terhadap kemampuan berpikir
kritis siswa pada materi interaksi makhluk hidup dengan lingkunganya Dengan
demikian maka beberapa saran yang dapat diberikan sebagai berikut
1 Guru IPA dapat mempertimbangkan pembelajaran learning cycle 7E berbasis
konstruktivisme pada materi interaksi makhluk hidup dengan lingkungan
karena terbukti dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa
2 Guru IPA dapat merancang proses pembelajaran dan instrumen pembelajaran
yang dapat memicu kemampuan berpikir kritis siswa
3 Bagi peneliti selanjutnya yang akan melakukan penelitian berkaitan dengan
kemampuan berpikir kritis disarankan mengoptimalkan pengelolaan kelas dan
memberikan banyak motivasi agar setiap siswa dapat berpartisipasi dan
berinteraksi dalam kegiatan pembelajaran Hal ini dimaksudkan agar
pembelajaran yang dilakukan efektif terhadap kemampuan berpikir kritis
siswa
55
DAFTAR PUSTAKA
Aqib Z 2013 Model-Model Media dan Strategi Pembelajaran
Kontekstual(Inovatif) Bandung Yrama Widya
Amertawengrum IP 2014 Filsafat Konstruktivisme dalam Pembelajaran Sastra
Anak Jurnal Magistra 26(89)8-17 KlatenUnwidha
Arifin Z 2012 Evaluasi Pembelajaran Jakarta Dirjen Pendidikan Islam Online
at
httpdualmodekemenaggoidfiledokumen34EvaluasiPembelajaranpdf
[diakses tanggal 17 Januari 2015]
Arikunto S 2010 Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Jakarta Bumi Aksara
_________ 2012 Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Jakarta Bumi Aksara
Bybee RW JA Taylor A Gardner PV Scotter JC Powell A Westbrook amp
N Landes 2006 The BSCS 5E Instructional Model Origins and
Effectiveness A Report Prepared for the Office of Science Education
National Institute of Health Colorado BSCS Online Tersedia di
httpscienceeducationnihgov [diakses 11-1- 2015]
Campbell NA Reece BJ amp Mitchell LG 2004 Biologi Alih Bahasa Manalu
W (eds) Erlangga Jakarta
Curto K amp T Bayer 2005 An Intersection of Critical Thinkking and
Communication Skillls Journal of Biological Science 31(4)11-19
Amerika Serikat University of Pittsburgh
Eisenkraft A 2003 Expanding The 5E Model Journal The Sciences Teacher
70(6) 56-59 Tersedia di httpits-about-
timecomhtmlsapeisenkrafttstpdf [diakses 3-2-2015]
Ennis RH 1985 A Logical Basic for Measuring Critical Thinking Skill Tersedia
di httpwwwascdorgASCDpdfjournalsed_leadel_198510_ennispdf
[diakses 27-1-2015]
Ennis RH 1991Critical Thinking A Streamlined Conception Tersedia di
httpfacultyeducationillinoisedurhennisdocumentsTheNatureofCritical
Thinking_51711_000pdf [diakses 27-1-2015]
Ennis R H 1993 Critical Thinking Assesment Journal Theory and Practice 32
(2) 179-186 Amerika Serikat The Ohio State University
56
Ennis RH 2011 The Nature of Critical Thinking An Outline of Critical
Thinking Dispositions and Abilities Tersedia di
httpfacultyeducationillinoisedurhennisdocumentsTheNatureofCritical
Thinking_51711_000pdf [diakses 27-1-2015]
Hapsari RTS 2011 Penerapan Model Konstruktivisme untuk Meningkatkan
Hasil Belajar Siswa Jurnal Pendidikan Penabur 10(16) (34-45) Tersedia
di
httpwwwbpkpenaburoridfilesHal2034_4520Penerapan20Mode
l20Pembelajaran20Konstruktivismepdf [diakses 25-1-2015]
Hartono 2013 Learning Cycle Model to Increase Studentrsquos Critical Thinking on
Science Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 9(1)56-66 Semarang
Universitas Negeri Semarang
Indrawati W Suyatno amp YSRahayu 2014 Implementasi Model Learning
Cycle 7E Pada Pembelajaran Kimia Dengan Materi Pokok Kelarutan Dan
Hasil Kali Kelarutan Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep dan
Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMA Prosiding Seminar Nasional
KimiaSurabaya Universitas Negeri Surabaya
Johnson EB 2007 Contextual Teaching amp Learning terjemahan Ibnu Setiawan
Bandung MLC
Kanli amp Yagbasan 2007 The Effects of a Laboratory Based on the 7E Learning
Cycle Model and Verification Laboratory Approach on the Development of
Studentsrsquo Science Process Skills and Conceptual Achievement Tersedia
diwwwuscaeduessaysspecialeditionUKanligraveandRYagbasanpdf[diakses
2-3-2015]
Kowiyah 2012 Kemampuan Berpikir Kritis Jurnal Pendidikan Dasar 3(5) 175-
179 Tersedia di httpjournalppsunjorgarticeldownload108108
[diakses 1-1-2015]
Kulsum U amp N Hindarto 2011 Penerapan Model Learning Cycle 5E pada Sub
pokok bahasan Kalor untuk Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar
Siswa Kelas VII SMP Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 7(1)128-
133Semarang Universitas Negeri Semarang
Kunandar 2013 Penilaian Autentik (Penilaian Hasil Belajar Kurikulum 2013)
Jakarta Raja Grafindo Persada
Lambertus 2009 Pentingnya Melatih Keterampilan Berpikir Kritis Dalam
Pembelajaran Matematika Di SD Jurnal Forum Pendidikan 28(2) (136-
142) Palembang Universitas Sriwijaya
57
Maknun D RR Haerin k Surtikanti amp AMunandar 2012 Praktikum Ekologi
Berbasis Proyek Media Pembekalan Keterampilan Esensial Laboratorium
Jurnal Pendidikan MIPA 13(1) 8-17 Lampung Universitas Lampung
Mecit O 2006 The Effect of 7E Learning Cycle Model on The Improvement of
Fifth Grade Studentsrsquo Critical Thinking Skills Tesis Turkey Middle East
Technical University
Permendikbud 2013 Implementasi Kurikulum Jakarta Depdiknas
Priyatno Duwi 2012 Belajar Analisis Data dengan SPSS 20 Yogyakarta Andi
Redhana IW amp Liliasari 2008 Program Pembelajaran Keterampilan Berpikir
Kritis Pada Topik Laju Reaksi Untuk Siswa SMA Jurnal Forum
Kependidikan 27(2)103-112 Bandung Universitas Pendidikan Indonesia
RifarsquoI Aamp CT Anni 2011 Psikologi Pendidikan Semarang Universitas Negeri
Semarang Press
Siribunnam amp Tayraukham 2009 Effect of 7-E KWL and Conventional on
Analitycal Thinking Learning Acievement and Attitudes toward Chemistry
Learning Journal of Social Sciences 5(4)279-282 Tersedia di
httpwwwamazoncomconventional-instruction-analytical-achievement-
attitudesdpB002TP5UQS [diakses 3-2-2015]
Slameto 2010 Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya Jakarta
Rhineka Cipta
Slavin RE 2008 Psikologi Pendidikan Teori dan Praktik Jakarta Indeks
Soeprodjo S Priatmoko amp EY Sariana 2008 Pengaruh Model Learning
Cycle terhadap Hasil Belajar Materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan
Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia 2(1) 224-229 Semarang Universitas
Negeri Semarang
Sudjana 2005 Metode Statistika Bandung Tarsito
Sugiyono 2013 Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif
Kualitatif dan RampD) Bandung Alfabeta
Trianto 2007 Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivisme
Jakarta Prestasi Pustaka
Tuna A amp A Kaccedilar 2013 The Effect of 5E Learning Cycle Model in Teaching
Trigonometry on Studentrsquos Academic Achievement and The Permanence of
Their Knowledge International Journal on New Trends in Education and
58
Their Implications 4(1) 73-87 Tersedia di
httpijonteorgFileploadks63207File07tunapdf [diakses 11-1- 2015]
Wardoyo SM 2013 Pembelajaran Konstruktivisme Bandung Alfabeta
Wena M 2011 Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer Jakarta Bumi
Aksara
Wiyanto 2008 Menyiapkan Guru Sains Mengembangkan Kompetensi
Laboratorium Semarang Unnes Press
Page 9
ix
35 Prosedur Penelitian 21
36 Data dan Metode Pengumpulan data 29
37 Metode Analisis Data 30
4 HASIL DAN PEMBAHASAN 36
41 Hasil 36
42 Pembahasan 43
5 PENUTUP 54
51 Simpulan 54
52 Saran 54
DAFTAR PUSTAKA 55
LAMPIRAN 59
x
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
21 Indikator Kemampuan Berpikir Kritis Menurut Ennis 15
31 Desain Penelitian Nonequivalent Control Group Design 20
32 Hasil Analisis Validitas Uji Coba Butir Soal 23
33 Hasil Analisis Tingkat Kesukaran Uji Coba Butir Soal 24
34 Hasil Analisis Daya Beda Uji Coba Butir Soal 25
35 Rekap Hasil Analisis Uji Coba Butir Soal yang digunakan 26
36 Jenis Data dan Metode Pengumpulan Data 29
37 Kriteria Keterlaksanaan Learning Cycle 7e Berbasis Konstruktivisme 34
41 Rata-Rata Skor Pretest dan Posttest Kelas Eksperimen dan Kontrol 36
42 Hasil Uji Normalitas Data Pretest-Posttest dan N-Gain 37
43 Hasil Uji Homogenitas Data Pretest-Posttest dan N-Gain 38
44 Hasil Uji t Pretest-Posttest dan N-Gain Kelas Eksperimen dan Kontrol 38
45 Hasil Analisis Persentase Setiap Aspek Kemampuan Berpikir Kritis 38
46 Tingkat Keterlaksanaan Learning Cycle 7e Berbasis Konstruktivisme 41
47 Hasil Angket Tanggapan Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 42
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
21 Perubahan Learning Cycle 5E Menjadi 7E 12
22 Kerangka Berpikir Penelitian 18
41 Hasil Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa (N-Gain) 37
42 Hasil Uji N-Gain Setiap Aspek Kemampuan Berpikir Kritis 39
43 Aktivitas Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 40
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1 Hasil Wawancara dan Observasi 59
2 Silabus Mata Pelajaran IPA 62
3 RPP Kelas Eksperimen 67
4 RPP Kelas Kontrol 80
5 LKS 1 Kelas Eksperimen dan Pembahasan 90
6 LDS 1 Kelas Eksperimen dan Pembahasan 95
7 Soal Evaluasi 1 Kelas Eksperimen dan Pembahasan 98
8 PR 1 Kelas Eksperimen dan Pembahasan 101
9 LKS 2 Kelas Eksperimen dan Pembahasan 103
10 LKS 3 Kelas Eksperimen dan Pembahasan 107
11 Kisi-kisi Lembar Observasi Aktivitas Kelas Eksperimen 114
12 Kisi-Kisi Lembar Obserasi Aktivitas Siswa Kelas Kontrol 115
13 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Kelas Eksperimen dan Kontrol 116
14 Rekapitulasi Aktivitas Siswa Kelas Eksperimen 117
15 Rekapitulasi Aktivitas Siswa Kelas Kontrol 118
16 Lembar Refleksi Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 119
17 Kisi-Kisi Lembar Keterlaksanaan Learning Cycle 7E 120
18 Lembar Keterlaksanaan Learning Cycle 7E Berbasis Konstruktivisme 121
19 Kisi-Kisi Angket Tanggapan Siswa Kelas Eksperimen 122
20 Lembar Angket Tanggapan Siswa Kelas Eksperimen 123
21 Kisi-Kisi Angket Tanggapan Siswa Kelas Kontrol 124
22 Lembar Angket Tanggapan Siswa Kelas Kontrol 125
23 Rekapitulasi Hasil Analisis Soal Uji Coba Pilihan Ganda 126
24 Rekapitulasi Hasil Analisis Soal Uji Coba Uraian 130
25 Perhitungan Validitas Soal 131
26 Perhitungan Reliabilitas Instrumen 133
27 Perhitungan Tingkat Kesukaran Soal 135
28 Perhitungan Daya Beda Soal 136
xiii
29 Kisi-Kisi Soal Kemampuan Berpikir Kritis 137
30 Soal Kemampuan Berpikir Kirits 139
31 Hasil Pretest Kelas Eksperimen 148
32 Hasil Posttest Kelas Eksperimen 149
33 Hasil Pretest Kelas Kontrol 150
34 Hasil Posttest Kelas Kontrol 151
35 Rekapitulasi N-gain 152
36 Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas Eksperimen 153
37 Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas Kontrol 154
38 Persentase Aspek Berpikir Kritis Pretets Kelas Eksperimen 155
39 Persentase Aspek Berpikir Kritis Posttest Kelas Eksperimen 157
40 Persentase Aspek Berpikir Kritis Pretets Kelas Kontrol 159
41 Persentase Aspek Berpikir Kritis Posttest Kelas Kontrol 161
42 Uji Normalitas Pretest 163
43 Uji Normalitas Posttest 164
44 Uji Normalitas N-gain 165
45 Uji Homogenitas dan Uji t Pretest 166
46 Uji Homogenitas dan Uji t Posttest 167
47 Uji Homogenitas dan Uji t N-gain 168
48 Rekapitulasi Analisis Tiap Aspek Kemampuan Berpikir Kritis 169
49 Hasil Rekapitulasi Tingkat Keterlaksanaan Learning Cycle 7E 170
50 Hasil Rekapitulasi Tanggapan Siswa Kelas Eksperimen 171
51 Hasil Rekapitulasi Tanggapan Siswa Kelas Kontrol 172
52 Dokumentasi Penelitian 173
53 Surat Ijin Observasi 175
54 Surat Ijin Penelitian 176
55 Surat Bukti Penelitian 177
1
BAB 1
PENDAHULUAN
11 Latar Belakang
Abad ke 21 merupakan era informasi dan teknologi dimana perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya di bidang informasi dan komunikasi
tumbuh semakin pesat Hal ini mempengaruhi semua aspek kehidupan termasuk
di bidang pendidikan Proses pendidikan pun dituntut untuk dapat menghasilkan
sumber daya manusia yang berkualitas Menurut Trilling amp Fadel sebagaimana
dikutip oleh Kulsum amp Hindarto (201362) menyatakan bahwa pada era
informasi dan teknologi diperlukan sumber daya manusia dengan kualitas tinggi
yang memiliki keahlian seperti kemampuan berpikir tingkat tinggi (berpikir
kritis) kreatif inovatif bekerja sama memahami berbagai budaya berkomunikasi
yang efektif kemampuan dalam teknologi dan informasi serta tanggung jawab
keimanan yang tinggi
Berdasarkan Permendikbud Nomor 81A Tahun 2013 tentang Implementasi
Kurikulum dijelaskan bahwa sistem pendidikan Indonesia saat ini dihadapkan
pada tuntutan memberdayakan potensi siswa supaya berkembang menjadi sumber
daya manusia yang berkualitas Oleh karena itu dalam menghadapi era informasi
seperti sekarang ini sistem pendidikan di Indonesia diharapkan mampu
membekali siswa dengan kemampuan-kemampuan belajar dan kecakapan hidup
(live skill) Salah satu kemampuan tersebut adalah kemampuan berpikir kritis
Berpikir kritis adalah berpikir rasional dan reflektif dengan menekankan
pada pembuatan keputusan tentang apa yang harus dipercayai atau dilakukan
(Ennis20111) Siswa dituntut untuk berpikir rasional yakni menurut pikiran dan
pertimbangan yang logis berpikir reflektif yakni mempertimbangkan secara hati-
hati segala alternatif sebelum mengambil keputusan
Tujuan melatihkan kemampuan berpikir kritis adalah untuk menyiapkan
siswa menjadi seorang pemikir kritis dan mampu menyelesaikan masalah yang
dihadapi (Tuna amp Kaccedilar 201374) Selain itu untuk menghindarkan diri siswa dari
2
penipuan pencucian otak dan membuat keputusan dengan tepat dan bertanggung
jawab (Redhana amp Liliasari 2008 106)
Menurut Lambertus (2009140) kemampuan berpikir kritis dapat dilatih
dan dikembangkan secara terus menerus Salah satu cara mengembangkan
kemampuan berpikir kritis yaitu melalui pembelajaran sains (IPA) Siswa dilatih
untuk bertanggung jawab terhadap diri sendiri dalam memperoleh pengetahuan
melalui kegiatan eksplorasi memecahkan masalah dan mengkomunikasikan hasil
penyelidikan yang dapat dipercaya pada pembelajaran sains Hal ini dikarenakan
dengan latihan dapat membuat keterampilan berpikir kritis menjadi suatu
kebiasaan
Kenyataan di sekolah pendidikan sains belum banyak yang berorientasi ke
arah pembiasaan berpikir tinggi (berpikir kritis) kemampuan siswa dalam
menjawab soal-soal yang menuntut kemampuan berpikir tinggi masih rendah
(Kunandar201318-19) Keikutsertaan Indonesia di dalam studi Trends in
International Mathematatics and science Study (TIMSS) dan Program for
International Student Assessment (PISA) sejak tahun 1999 juga menunjukkan
bahwa capaian siswa-siswi Indonesia tidak mengembirakan dalam beberapa
laporan yang dikeluarkan TIMSS dan PISA (Permendikbud 2013)
Berdasarkan observasi awal yang telah dilakukan di SMP N 19 Tegal
melalui wawancara dengan guru IPA dan pengamatan dalam proses pembelajaran
menunjukkan bahwa metode yang diterapkan oleh guru sudah bervariasi seperti
ceramah diskusi praktikum dan penugasan namun proses pembelajaran dan
soal-soal evaluasi yang di berikan belum berorientasi untuk mengembangkan
kemampuan berpikir kritis siswa Siswa mengalami kesulitan menganalisis suatu
permasalahan menyimpulkan serta kesulitan mengaplikasikan konsep dalam
situasi yang baru dan konkret Keberanian siswa untuk bertanya dan menjawab
pertanyaan masih rendah Ketika guru mengajukan pertanyaan siswa cenderung
pasif atau siswa belum terbiasa menjawab dengan inisiatif sendiri (data
selengkapnya pada lampiran 1 halaman 59)
Berdasarkan hal tersebut diperlukan suatu upaya untuk mengembangkan
kemampuan berpikir ktitis siswa Salah satu cara mengembangkan kemampuan
3
berpikir kritis yaitu melalui pembelajaran sains (IPA) yang memberikan
kesempatan kepada siswa untuk belajar ldquomenemukanrdquo bukan sekedar belajar
ldquomenerimardquo Kesempatan belajar menemukan dapat dikembangkan antara lain
dalam bentuk pembelajaran berbasis konstruktivisme yang memiliki karakteristik
meliputi berpusat pada siswa adanya masalah proses menemukan interaksi
sosial dan pengetahuan atau pemahaman baru (Wardoyo 201341)
Salah satu model pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan teori
konstruktivisme yaitu learning cycle 7e Hal tersebut terlihat dalam model
pembelajaran learning cycle memuat beberapa tahap kegiatan (fase) Menurut
(Eisenkraft200357) tujuh tahap kegiatan dalam learning cycle 7e antara lain
elicit (penggalian pengetahuan awal) engage (motivasi) explore (melakukan
pengamatan atau percobaan) explain (mengkomunikasikan) elaborate
(menerapkan konsep) evaluate (evaluasi) dan extend (mengaplikasikan konsep)
Beberapa penelitian telah dilakukan terkait penerapan model pembelajaran
learning cycle 7e dalam pembelajaran Berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Indrawati et al(201436) menyatakan bahwa implementasi model
pembelajaran learning cycle 7e efektif untuk meningkatkan penguasaan konsep
dan kemampuan berpikir kritis siswa Hasil penelitian Hartono (201365)
menunjukkan bahwa model pembelajaran learning cycle 7e dapat meningkatkan
kemampuan berpikir kritis siswa Hasil penelitian Kanli amp Yagbasan (2007151)
menunjukkan bahwa learning cycle 7e mampu meningkatkan keterampilan proses
sains dan penguasaan konsep siswa Hasil penelitian Mecit (200648)
menunjukkan bahwa model learning cycle 7e dapat meningkatkan kemampuan
berpikir kritis siswa secara signifikan dibandingkan dengan metode tradisional
Materi Interaksi makhluk hidup dengan lingkungan merupakan salah satu
materi pokok kelas VII semester genap dalam kurikulum 2013 dengan kompetensi
dasar yakni 38 mendeskripsikan interaksi antar makhluk hidup dan
lingkungannya dan 412 menyajikan hasil observasi terhadap interaksi makhluk
hidup dengan lingkungan di sekitarnya Kompetensi dasar pada materi tersebut
menuntut siswa untuk dapat memahami konsep-konsep dan memecahkan masalah
yang sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari Penerapan learning cycle 7e
4
berbasis konstruktivisme mempertimbangkan pengetahuan awal siswa (elicit)
menyajikan masalah yang berkaitan dengan kehidupan nyata sebagai rangsangan
untuk belajar (engage) memberikan kesempatan secara langsung kepada siswa
untuk terlibat dalam penemuan konsep (explore) dilanjutkan dengan melakukan
diskusi untuk mengklarifikasi konsep (elaborate) evaluasi (evaluate) serta
mengaplikasikan konsep tersebut pada situasi baru (extend) Pembelajaran materi
interaksi makhluk hidup akan menjadi lebih bermakna dan kemampuan berpikir
kritis siswa dapat berkembang dengan membandingkan konsep yang sudah
diperoleh dengan konsep baru yang dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari siswa
maka diharapkan model pembelajaran learning cycle 7e berbasis konstruktivisme
akan tepat apabila digunakan dalam penyampaian materi interaksi makhluk hidup
dengan lingkungan
Berdasarkan uraian di atas maka akan dilakukan penelitian yang berjudul
ldquoPengaruh Learning Cycle 7E Berbasis Konstruktivisme Terhadap Kemampuan
Berpikir Kritis Siswa pada Materi Interaksi Makhluk Hidup dengan Lingkunganrdquo
12 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang maka rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah apakah penerapan Learning Cycle 7E berbasis konstruktivisme
berpengaruh terhadap kemampuan berpikir kritis siswa pada materi Interaksi
makhluk hidup dengan lingkungan
13 Penegasan Istilah
Supaya tidak terjadi kesalahan penafsiran terhadap istilah-istilah yang
digunakan dalam penelitian ini maka perlu diberikan penjelasan tentang istilah-
istilah berikut
131 Pembelajaran Learning Cycle 7E Berbasis Konstruktivisme
Learning cycle 7e merupakan suatu model pembelajaran yang bertujuan
untuk menekankan pentingnya memunculkan pemahaman awal siswa dan
memperluas (transfer) konsep Menurut Eisenkraft (200357) terdapat tujuh tahap
5
dalam learning cycle 7e yaitu elicit (penggalian pengetahuan awal) engage
(motivasi) explore (melakukan pengamatan atau percobaan) explain
(mengkomunikasikan) elaborate (menerapkan konsep) evaluate (evaluasi) dan
extend (mengaplikasikan konsep)
Konsep pembelajaran konstruktivisme merupakan pembelajaran yang
didasarkan pada pemahaman bahwa proses belajar yang dilakukan siswa
merupakan proses konstruksi pengetahuan pemahaman dan pengalaman yang
dilakukan oleh siswa (Wardoyo 20134) Karakteristik dalam pembelajaran
konstruktivisme antara lain 1) berpusat pada siswa 2) adanya masalah 3) proses
menemukan 4) interaksi sosial dan 5) pengetahuan atau pemahaman baru
(Wardoyo 201341) Pembelajaran learning cycle 7e berbasis konstruktivisme
pada penelitian ini adalah pembelajaran IPA yang menerapkan tahap-tahap model
pembelajaran learning cycle 7e yang didasarkan pada kelima karakteristik
pembelajaran konstruktivisme menurut Wardoyo (201341)
132 Kemampuan Berpikir Kritis
Menurut Ennis (20111) berpikir kritis adalah berpikir rasional dan
reflektif dengan menekankan pada pembuatan keputusan tentang apa yang harus
dipercayai atau dilakukan Rasional berarti menurut pikiran dan pertimbangan
yang logis Reflektif berarti mempertimbangkan secara hati-hati segala alternatif
sebelum mengambil keputusan
Kemampuan berpikir kritis yang diukur pada penelitian ini mengacu pada
(Ennis 198546) yang menyebutkan terdapat lima aspek sebagai indikator dalam
berpikir kritis yaitu (1) memberikan penjelasan sederhana (2) membangun
keterampilan dasar (3) menyimpulkan 4) memberi penjelasan lanjut dan (5)
mengatur strategi dan taktik
133 Materi Interaksi Makhluk Hidup dengan Lingkungan
Materi Interaksi makhluk hidup dengan lingkungan merupakan salah satu
materi pokok kelas VII semester genap dalam kurikulum 2013 dengan kompetensi
dasar yakni 38 mendeskripsikan interaksi antar makhluk hidup dan
6
lingkungannya dan 412 menyajikan hasil observasi terhadap interaksi makhluk
hidup dengan lingkungan di sekitarnya Indikator pembelajaran dalam penelitian
ini yaitu menjelaskan konsep ekosistem mengidentifikasi komponen abiotik dan
biotik mengidentifikasi satuan-satuan dalam ekosistem menghitung kepadatan
populasi menganalisis saling ketergantungan antara komponen biotik dengan
abiotik dan menganalisis saling ketergantungan antar komponen biotik
14 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan pengaruh
penerapan learning cycle 7e berbasis konstruktivisme terhadap kemampuan
berpikir kritis siswa pada materi Interaksi makhluk hidup dengan lingkungan
15 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut
151 Manfaat Korespondensi
Penelitian ini memberikan bukti empiris kebenaran teori pembelajaran
tentang penerapan learning cycle 7e dan pengaruhnya terhadap kemampuan
berpikir kritis siswa seperti hasil penelitian yang dilakukan oleh Indrawati et al
(201436) bahwa implementasi model pembelajaran learning cycle 7e efektif
untuk meningkatkan konsep dan kemampuan berpikir kritis siswa Hasil
penelitian Hartono (201365) bahwa model learning cycle 7e dapat meningkatkan
kemampuan berpikir kritis Hasil penelitian Siribunnan amp Tayraukham
(2009282) menunjukkan bahwa model learning cycle 7e dapat meningkatkan
kemampuan berpikir kritis yang lebih baik dibandingkan dengan metode
tradisional Demikian pula hasil penelitian Mecit (200648) menunjukkan bahwa
model learning cycle 7e dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis secara
signifikan dibandingkan dengan metode tradisional Selain itu hasil penelitian ini
digunakan untuk menguatkan prediksi bahwa untuk meningkatkan kemampuan
berpikir kritis dapat menerapkan pembelajaran dengan Learning Cycle 7E
7
152 Manfaat Koherensi
Penelitian ini mengembangkan dan membuktikan teori-teori yang
menghasilkan hipotesis tentang kebenaran bahwa penerapan learning cycle 7e
berpengaruh terhadap kemampuan berpikir kritis siswa
153 Manfaat Pragmatis
Manfaat pragmatis penelitian ini agar siswa memahami materi Interaksi
makhluk hidup dengan lingkungan melalui model pembelajaran learning cycle 7e
berbasis konstruktivisme Pemahaman materi oleh siswa dapat mengembangkan
kemampuan berpikir kritis siswa Menambah wawasan guru tentang variasi
pembelajaran untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa Penelitian
ini memberikan kontribusi bagi sekolah sebagai masukan dalam meningkatkan
kualitas pembelajaran
8
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
21 Teori Konstruktivisme
Teori konstruktivisme beranggapan bahwa pengetahuan merupakan
konstruksi dari pengetahuan awal yang telah ada Pengetahuan hasil dari
konstruksi kognitif melalui kegiatan siswa dengan membuat struktur kategori
konsep dan skema yang diperlukan untuk membentuk pengetahuan dalam hal ini
dibentuk oleh struktur konsepsi sewaktu siswa berinteraksi dengan lingkungan
(Maknun et al 2012 9-10)
Intisari dari teori konstruktivisme adalah bahwa siswa harus menemukan
dan mentransformasikan informasi kompleks kedalam diri sendiri Teori ini
memandang siswa sebagai individu yang selalu memeriksa informasi baru yang
berlawanan dengan prinsip-prinsip yang telah ada dan merevisi prinsip-prinsip
tersebut apabila sudah diangap tidak dapat digunakan lagi Hal ini memberikan
implikasi bahwa siswa harus terlibat aktif dalam pembelajaran dengan bantuan
guru sebagai fasilitator (Rifarsquoi amp Anni 2011137)
Implikasi pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan pandangan
konstruktivisme menurut Hapsari (2011 37) adalah sebagai berikut
a Tahap Apersepsi dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan problematik
tentang fenomena yang sering ditemui sehari-hari yang dikaitkan dengan
konsep yang akan dibahas Siswa diberi kesempatan untuk
mengkomunikasikan mengilustrasikan pemahaman tentang konsep tersebut
b Tahap Eksplorasi memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan
konsep melalui pengumpulan pengorganisasian dan menginterpretasikan data
dalam suatu kegiatan yang telah dirancang guru serta secara berkelompok
didiskusikan dengan kelompok lain
c Tahap diskusi dan penjelasan konsep yaitu siswa memberi penjelasan dan
solusi berdasarkan hasil observasi ditambah dengan penguatan guru maka
siswa membangun pemahaman baru tentang konsep yang sedang dipelajari
9
d Pengembangan dan aplikasi yaitu guru berusaha menciptakan iklim
pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat mengaplikasikan pemahaman
konseptual baik melalui kegiatan atau pemunculan dan pemecahan masalah-
masalah yang berkaitan dengan isu-isu di lingkungan
22 Teori Perkembangan Jean Piaget
Teori perkembangan Piaget mewakili konstruktivisme yang memandang
perkembangan kognitif sebagai suatu proses dimana anak secara aktif membangun
pengetahuan Piaget menyatakan bahwa belajar merupakan pengembangan aspek
kognitif yang meliputi skema asimilasi akomodasi ekuilibrasi
Asimilasi adalah pengumpulan dan pengelompokkan informasi baru
Seorang individu dalam proses pembelajaran akan mendapatkan informasi baru
yang kemudian akan dikumpulkan dan dikelompokkan ke dalam skema
(pengetahuan) yang telah ada Akomodasi merupakan modifikasi dari skema agar
informasi yang baru dan kontradiktif bisa diterjemahkan Informasi yang telah
terkumpul dan dikelompokkan dalam skema-skema yang telah ada sebelumnya
kemudian dimodifikasi menjadi suatu skema (pengetahuan) baru Ekuilibrasi
merupakan dorongan secara terus menerus ke arah keseimbangan atau
equilibrium Artinya pengetahuan dikonstruksi dari proses pengintegrasian
pengetahuan baru terhadap struktur kognitif yang sudah ada dan dilakukan
penyesuaian struktur kognitif dengan informasi baru yang didapatkan
Menurut Piaget sebagaimana dikutip oleh Trianto (200716) pada
perkembangan kognitif yang terpenting adalah penguasaan dan kategori konsep-
konsep Melalui penguasaan konsep siswa akan mengenal lingkungan dan
memecahkan berbagai masalah yang dihadapi dalam kehidupan
Menurut Piaget sebagaimana dikutip oleh Slavin (200845) setiap
individu pada saat tumbuh mulai dari bayi yang baru dilahirkan sampai menginjak
usia dewasa mengalami empat tingkatan perkembangan kognitif Empat tingkat
perkembangan kognitif tersebut adalah sebagai berikut
1 Tahap Sensorimotorik (sejak lahir hingga usia 2 tahun)
2 Tahap Pra-operasional (2-7 tahun)
10
3 Tahap Operasi Kongkrit (7-11 tahun)
4 Tahap Operasi Formal (usia 11 sampai dewasa)
Siswa SMP dengan rentang usia 11-15 tahun berada pada tahap operasi
formal Pada usia ini yang perlu dipertimbangkan adalah aspek-aspek
perkembangan remaja dimana remaja mengalami tahap transisi dari penggunaan
operasi kongkrit ke penerapan operasi formal dalam bernalar Menurut Slavin
(200846) pada tahap operasi formal anak sudah mampu berpikir tingkat tinggi
mampu berpikir secara deduktif induktif menganalisis mensintesis mampu
berpikir abstrak dan berpikir reflektif serta memecahkan berbagai masalah
23 Learning Cycle 7E Berbasis Konstruktivisme
Menurut Aqib (201366) proses pembelajaran adalah upaya secara
sistematis yang dilakukan guru untuk mewujudkan proses pembelajaran berjalan
secara efektif dan efisien yang dimulai dari perencanaan pelaksanaan dan
evaluasi Oleh karena itu pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu proses
komunikasi melalui interaksi antara guru dengan siswa dan antar siswa secara
efektif dan efisien untuk mencapai tujuan pembelajaran
Konsep pembelajaran konstruktivisme merupakan pembelajaran yang
didasarkan pada pemahaman bahwa proses belajar yang dilakukan siswa
merupakan proses konstruksi pengetahuan pemahaman dan pengalaman yang
dilakukan oleh siswa (Wardoyo 20134) Karakteristik dalam pembelajaran
konstruktivisme antara lain 1) berpusat pada siswa 2) adanya masalah 3) proses
menemukan 4) interaksi sosial dan 5) pengetahuan atau pemahaman baru
(Wardoyo 201341)
Salah satu model pembelajaran yang berlandaskan teori konstruktivisme
adalah learning cycle Menurut Trowbridge amp Bybee sebagaimana dikutip oleh
Wena (2011170) pada tahun 1970 model Learning Cycle pertama kali
diperkenalkan oleh Robert Karplus dan Their dalam Science Curriculum
Improvement StudySCIS Karplus dan Their mengembangkan model learning
cycle berdasarkan teori perkembangan kognitif Jean Piaget Implementasi teori
perkembangan kognitif Jean Piaget oleh Karplus dikembangkan dalam model
11
learning cycle yang pada mulanya terdiri dari tiga tahap yaitu eksplorasi
(exploration) pengenalan konsep (concept introduction) dan penerapan konsep
(concept application)
Pada pertengahan 1980an Biological Science Curriculum Study (BSCS)
mengembangkan model learning cycle dari tiga tahap siklus tersebut menjadi lima
tahap Tahap-tahap dalam pembelajaran Learning Cycle 5E meliputi engage
explore explain elaborateextend dan evaluate Perkembangan ini dilakukan
dengan menambahkan fase engage di awal pembelajaran yang bertujuan untuk
menggali pengetahuan awal siswa dan fase evaluate ditambahkan di akhir
pembelajaran yang bertujuan untuk menilai pemahaman siswa sedangkan fase
pemahaman konsep dan aplikasi konsep diganti dengan istilah baru yaitu explain
dan elaborate (Bybee et al 20068)
Perkembangan model learning cycle 7e yang paling baru sudah memiliki 7
tahap setelah mengalami pengkhususan menjadi 5 tahap Perubahan yang terjadi
pada tahap learning cycle 5e menjadi 7e terjadi pada tahap engage menjadi 2
tahap yaitu elicit dan engage sedangkan pada tahap elaborate dan evaluate
menjadi 3 tahap menjadi elaborate evaluate dan extend
Menurut Eisenkraft (200357) learning cycle 7e merupakan suatu model
pembelajaran yang bertujuan untuk menekankan pentingnya memunculkan
pemahaman awal siswa dan memperluas konsep Terdapat 7 tahap learning cycle
7e yang dapat dijelaskan sebagai berikut
1 Elicit (penggalian pengetahuan awal)
Makna dari elicit adalah menggali pemahaman awal yang dimiliki
siswa Langkah-langkah yang dapat dilakukan adalah dengan
mengajukan beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan materi
yang akan dipelajari
2 Engage (motivasi)
Pada tahap engage atau motivasi dapat dilakukan dengan cara
bercerita demonstrasi membuat prediski atau dengan
menunjukkan suatu objek gambar atau video Guru dapat
memberikan permasalahan dan meminta siswa untuk berpikir dan
mengajukan pertanyaan
3 Explore (melakukan pengamatan atau percobaan)
Pada tahap ini siswa diberi kesempatan untuk melakukan
pengamatan mengumpulkan data membuktikan prediksi atau
12
hipotesis merancang dan merencanakan percobaan membuat
grafik menafsirkan hasil serta mencatat hasil pengamatan
4 Explain (mengkomunikasikan)
Pada tahap ini guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menjelaskan konsep dan menunjukkan bukti hasil pengamatan
pada tahap explore melalui kegiatan diskusi Pada tahap ini siswa
diharapkan menemukan istilah-istilah dan konsep yang dipelajari
5 Elaborate (menerapkan konsep)
Tahap ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menerapkan konsep (pengetahuan baru) dan keterampilan dalam
situasi baru melalui kegiatan-kegiatan seperti pemecahan masalah
(problem solving)
6 Evaluate (evaluasi)
Tahap evaluasi model pembelajaran learning cycle 7e terdiri dari
evaluasi formatif dan evaluasi sumatif Evaluasi dapat dilakukan
melalui pemberian tes di akhir pembelajaran untuk mengetahui
sejauh mana tingkat pemahaman siswa terhadap konsep yang
dipelajari
7 Extend (mengaplikasikan konsep)
Tahap ini bertujuan untuk berpikir mencari menemukan dan
menjelaskan contoh penerapan konsep yang telah dipelajari
(Eisenkraft 200357)
Gambar 21 Perubahan Learning Cycle 5E Menjadi Learning Cycle 7E
13
Pengembangan tahap-tahap learning cycle dari 3 tahap
menjadi 5 tahap atau 7 tahap masih tetap berkaitan erat dengan teori
perkembangan kognitif Jean Piaget (skema asimilasi akomodasi dan
ekuilibrasi) Pembelajaran learning cycle memberikan kesempatan
kepada siswa untuk mengasimilasi informasi dengan cara
mengeksplorasi lingkungan mengakomodasi informasi dengan cara
mengembangkan konsep mengorganisasikan informasi dan
menghubungkan konsep-konsep baru dengan menggunakan atau
memperluas konsep yang dimiliki untuk menjelaskan suatu fenomena
yang berbeda Fase engagement dalam learning cycle termasuk dalam
proses asimilasi sedangkan fase evaluation masih merupakan proses
akomodasi dan ekuilibrasi
Model learning cycle 7e memiliki beberapa kelebihan dan kelemahan
Kelebihan dari model learning cycle 7e menurut Indrawati et al (201435) yaitu
1 Merangsang siswa untuk mengingat kembali materi pelajaran
yang telah didapatkan
2 Memberikan motivasi kepada siswa untuk menjadi lebih aktif dan
menambah rasa keingintahuan
3 Melatih siswa belajar menemukan konsep melalui kegiatan
ekperimen melatih siswa untuk menyampaikan konsep yang telah
dipelajari secara lisan
4 Melatih siswa untuk bekerjasama dan memberikan kesempatan
kepada siswa untuk berpikir mencari menemukan dan
menjelaskan contoh penerapan konsep yang telah dipelajari
Kelemahan dari model learning cycle 7e menurut Indrawati et al
(201435) yaitu
1 Efektivitas pembelajaran rendah jika guru kurang menguasai
materi dan langkah-langkah pembelajaran
2 Menuntut kesungguhan dan kreativitas guru dalam merancang dan
melaksanakan proses pembelajaran
3 Memerlukan waktu dan tenaga yang lebih banyak dalam menyusun
rencana dan melaksanakan pembelajaran
24 Kemampuan Berpikir Kritis
Menurut Ruggiero sebagaimana dikutip oleh Johnson (2007183) berpikir
merupakan segala aktivitas mental yang membantu merumuskan atau
memecahkan masalah membuat keputusan memenuhi keinginan untuk
memahami sebuah pencarian jawaban dan sebuah pencapaian makna Kowiyah
(2013176) menyatakan bahwa berpikir adalah suatu kegiatan atau proses
14
kognitif tindakan mental untuk memperoleh pengetahuan pemahaman dan
keterampilan agar mampu menemukan jalan keluar dan keputusan secara
deduktif induktif dan evaluatif
Secara teknis kemampuan berpikir dalam bahasa taksonomi Bloom
diartikan sebagai kemampuan intelektual yaitu kemampuan
menganalisismensintesis dan mengevaluasi Kemampuan-kemampuan ini dapat
dikatakan sebagai kemampuan berpikir kritis
Pembelajaran diharapkan dapat menjadi penunjang dalam
mengembangkan kemampuan berpikir siswa Kemampuan berpikir yang dapat
dikembangkan salah satunya adalah kemampuan berpikir kritis Tujuan
melatihkan kemampuan berpikir kritis adalah untuk menyiapkan siswa menjadi
seorang pemikir kritis dan mampu menyelesaikan masalah yang dihadapi (Tuna amp
Kaccedilar 201374) Selain itu untuk menghindarkan diri siswa dari penipuan
pencucian otak dan membuat keputusan dengan tepat dan bertanggung jawab
(Redhana amp Liliasari 2008 106)
Menurut Ennis (20111) berpikir kritis adalah berpikir rasional dan
reflektif dengan menekankan pada pembuatan keputusan tentang apa yang harus
dipercayai atau dilakukan Rasional berarti menurut pikiran dan pertimbangan
yang logis Reflektif berarti mempertimbangkan secara hati-hati segala alternatif
sebelum mengambil keputusan Jadi dalam hal ini Ennis (20111) menekankan
bahwa berpikir kritis lebih berhubungan dengan alasan yang dapat diterima ketika
seseorang mengambil keputusan Berdasarkan pengertian tersebut maka dapat
dirumuskan bahwa berpikir kritis merupakan proses menggunakan pikiran secara
rasional dan reflektif untuk mencari dan menganalisis informasi mengambil
keputusan dan menyelesaikan masalah
Ennis (19918) menyatakan bahwa dalam berpikir kritis terdapat dua
komponen yaitu karakter (disposition) dan kemampuan penguasaan pengetahuan
(ability) Komponen kemampuan penguasaan pengetahuan dalam berpikir kritis
sering disebut sebagai kemampuan berpikir kritis
Terdapat dua belas indikator kemampuan berpikir kritis yang
dikelompokkan dalam lima aspek berpikir kritis seperti pada Tabel 21 berikut
15
Tabel 21 Indikator Kemampuan Berpikir Kritis Menurut Ennis (198546)
No Aspek Indikator
1 Memberikan
penjelasan sederhana
1 Memfokuskan pertanyaan
2 Menganalisis pertanyaan
3 Bertanya dan menjawab
pertanyaan tentang suatu
penjelasan
2 Membangun
keterampilan dasar
1 Mempertimbangkan apakah
sumber dapat dipercaya atau
tidak
2 Mengobservasi dan
mempertimbangkan suatu
laporan hasil observasi
3 Menyimpulkan 1 Mendeduksi dan
mempertimbangkan hasil
deduksi
2 Menginduksi dan
mempertimbangkan hasil induksi
3 Membuat dan menentukan hasil
pertimbangan
4 Memberikan
penjelasan lanjut
1 Mendefinisikan istilah dan
mempertimbangkan suatu
definisi dalam tiga dimensi
2 Mengidentifikasi asumsi
5 Mengatur strategi
dan taktik
1 Menentukan suatu tindakan
2 Berinteraksi dengan orang lain
Kemampuan berpikir kritis dapat diukur dengan menggunakan instrumen
yang dikembangkan melalui aspek dan indikator berpikir kritis Evaluasi terhadap
kemampuan berpikir kritis antara lain bertujuan untuk mendiagnosis tingkat
kemampuan berpikir kritis siswa memberi umpan balik keberanian berpikir
siswa dan memberi motivasi agar siswa mengembangkan kemampuan berpikir
kritis (Ennis 1993180)
Karakter (disposition) adalah kecenderungan atau kebiasaan untuk berpikir
dalam cara dan kondisi tertentu Disposisi berpikir kritis merupakan sifat yang
melekat pada diri seseorang yang berpikir kritis (Lambertus 2009138)
Seseorang yang memiliki disposisi berpikir kritis akan cenderung berpikir kritis
ketika ada situasi atau kondisi yang menghadirkan stimulus untuk berpikir kritis
16
Pemikir kritis yang ideal memiliki karakter (disposition) untuk mencari
kejelasan dari pertanyaan mencari alasan berusaha mengetahui infomasi dengan
baik menggunakan dan menyebutkan sumber yang memiliki kredibilitas
memperhatikan situasi dan kondisi secara keseluruhan berusaha tetap relevan dengan
ide utama mengingat kepentingan yang asli dan mendasar mencari alternatif
bersikap dan berpikir terbuka mengambil posisi ketika ada bukti dan alasan yang
cukup untuk melakukan sesuatu mencari penjelasan sebanyak mungkin bersikap
secara sistematis dan teratur dengan bagian dari keseluruhan masalah (Ennis 19918)
25 Materi Interaksi Makhluk Hidup dengan Lingkungan
Materi Interaksi makhluk hidup dengan lingkungan merupakan salah satu
materi pokok kelas VII semester genap dalam kurikulum 2013 dengan kompetensi
dasar yaitu 38 mendeskripsikan interaksi antar makhluk hidup dan lingkungannya
dan 412 menyajikan hasil observasi terhadap interaksi makhluk hidup dengan
lingkungan di sekitarnya Indikator pembelajaran dalam penelitian ini meliputi
menjelaskan konsep ekosistem mengidentifikasi komponen biotik dan abiotik
mengidentifikasi satuan-satuan dalam ekosistem menghitung kepadatan populasi
menganalisis saling ketergantungan antara komponen biotik dan abiotik dan
menganalisis saling ketergantungan antar komponen biotik
Komponen ekosistem meliputi komponen abiotik (makhluk tak hidup) dan
komponen biotik (makhluk hidup) Komponen biotik meliputi organisme autotrof
yaitu produsen primer heterotrof yaitu konsumen dan detritivor yaitu organisme
pemakan limbah organik dan organisme yang telah mati
Produsen primer utama pada sebagian besar ekosistem darat adalah
tumbuhan sedangkan produsen primer dalam zona limnetik danau dan lautan
terbuka adalah fitoplankton (alga dan bakteri) Alga multiselluler dan tumbuhan
akuatik merupakan produsen primer di ekosistem air tawar maupun air laut
Organisme yang secara langsung memakan organisme autotrof disebut
herbivora Oleh karena itu herbivora disebut juga sebagai konsumen primer
sedangkan organisme yang mendapatkan makanan dengan memangsa herbivora
atau karnivora lain disebut karnivora Karnivora dapat berperan sebagai konsumen
17
sekunder tersier dan seterusnya Jalur perpindahan makanan dari tingkat trofik
satu ke tingkat trofik lainnya dikenal sebagai rantai makanan (food chain) akan
tetapi hubungan makan memakan dalam suatu ekosistem umumnya saling
berhubungan menjadi jaring-jaring makanan (food web) karena konsumen
memakan lebih dari satu tingkat trofik (Campbell et al 2004)
Kompetensi dasar dan indikator pembelajaran pada materi tersebut
menuntut siswa untuk dapat memahami konsep-konsep dan memecahkan masalah
yang sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari Penerapan learning cycle 7e
berbasis konstruktivisme mempertimbangkan pengetahuan awal siswa (elicit)
menyajikan masalah yang berkaitan dengan kehidupan nyata sebagai rangsangan
untuk belajar (engage) memberikan kesempatan secara langsung kepada siswa
untuk terlibat dalam penemuan konsep melalui kegiatan observasi (explore)
dilanjutkan dengan melakukan diskusi untuk mengklarifikasi konsep (elaborate)
dan evaluasi (evaluate) untuk mengetahui sejauh mana pemahaman konsep yang
telah dimiliki oleh siswa serta menerapkan konsep yang telah diperoleh pada
situasi baru (extend) Pembelajaran materi interaksi makhluk hidup dengan
lingkungan diharapkan menjadi lebih bermakna dan kemampuan berpikir kritis
siswa dapat berkembang dengan membandingkan konsep yang sudah diperoleh
dengan konsep baru yang dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari siswa Model
pembelajaran learning cycle 7e berbasis konstruktivisme diharapkan tepat apabila
digunakan dalam penyampaian materi ekosistem
18
26 Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
Gambar 22 Kerangka Berpikir Penelitian
27 Hipotesis
Penerapan Learning cycle 7e berbasis konstruktivisme berpengaruh
terhadap kemampuan berpikir kritis siswa pada materi Interaksi makhluk hidup
dengan lingkungan
Pembelajaran Learning
Cycle 7E berbasis
konstruktivisme
Menekankan
pengetahuan awal siswa
dan memungkinkan
mengaplikasikan
konsep yang telah
diperoleh
(Eisenkraft 200357)
Mampu meningkatkan
keterampilan proses
sains dan penguasaan
konsep (Kanli amp
Yagbasan 2007151)
Mampu meningkatkan
kemampuan berpikir
kritis
(Hartono 201365)
Mampu meningkatkan
kemampuan berpikir
kritis secara signifikan
dibandingkan metode
tradisional
(Mecit 200648)
Permasalahan dalam pembelajaran
Siswa kesulitan menganalisis suatu
permasalahan
Siswa kesulitan menyimpulkan
Siswa kesulitan mengaplikasikan konsep
pada situasi baru dan konkret
Keberanian mengajukan pertanyaan
amp pendapat rendah
Kemampuan berpikir kritis rendah
Berpikir kritis salah satu
keterampilan abad 21 yang
harus dimiliki oleh siswa
Tuntutan memberdayakan
SDM yang berkualitas
(Permendikbud 2013)
Kelas eksperimen Kelas kontrol
Pembelajaran
dengan metode
diskusi amp ceramah
Kemampuan berpikir kritis berkembang
Learning cycle 7e
berbasis
konstruktivisme
Quasi experimental design
Uji t
54
BAB 5
PENUTUP
51 Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa
penerapan learning cycle 7e berbasis konstruktivisme berpengaruh terhadap
kemampuan berpikir kritis siswa pada materi interaksi makhluk hidup dengan
lingkungan Peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa kelas eksperimen lebih
baik dari pada kelas kontrol
52 Saran
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan penerapan learning cycle
7e berbasis konstruktivisme terbukti berpengaruh terhadap kemampuan berpikir
kritis siswa pada materi interaksi makhluk hidup dengan lingkunganya Dengan
demikian maka beberapa saran yang dapat diberikan sebagai berikut
1 Guru IPA dapat mempertimbangkan pembelajaran learning cycle 7E berbasis
konstruktivisme pada materi interaksi makhluk hidup dengan lingkungan
karena terbukti dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa
2 Guru IPA dapat merancang proses pembelajaran dan instrumen pembelajaran
yang dapat memicu kemampuan berpikir kritis siswa
3 Bagi peneliti selanjutnya yang akan melakukan penelitian berkaitan dengan
kemampuan berpikir kritis disarankan mengoptimalkan pengelolaan kelas dan
memberikan banyak motivasi agar setiap siswa dapat berpartisipasi dan
berinteraksi dalam kegiatan pembelajaran Hal ini dimaksudkan agar
pembelajaran yang dilakukan efektif terhadap kemampuan berpikir kritis
siswa
55
DAFTAR PUSTAKA
Aqib Z 2013 Model-Model Media dan Strategi Pembelajaran
Kontekstual(Inovatif) Bandung Yrama Widya
Amertawengrum IP 2014 Filsafat Konstruktivisme dalam Pembelajaran Sastra
Anak Jurnal Magistra 26(89)8-17 KlatenUnwidha
Arifin Z 2012 Evaluasi Pembelajaran Jakarta Dirjen Pendidikan Islam Online
at
httpdualmodekemenaggoidfiledokumen34EvaluasiPembelajaranpdf
[diakses tanggal 17 Januari 2015]
Arikunto S 2010 Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Jakarta Bumi Aksara
_________ 2012 Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Jakarta Bumi Aksara
Bybee RW JA Taylor A Gardner PV Scotter JC Powell A Westbrook amp
N Landes 2006 The BSCS 5E Instructional Model Origins and
Effectiveness A Report Prepared for the Office of Science Education
National Institute of Health Colorado BSCS Online Tersedia di
httpscienceeducationnihgov [diakses 11-1- 2015]
Campbell NA Reece BJ amp Mitchell LG 2004 Biologi Alih Bahasa Manalu
W (eds) Erlangga Jakarta
Curto K amp T Bayer 2005 An Intersection of Critical Thinkking and
Communication Skillls Journal of Biological Science 31(4)11-19
Amerika Serikat University of Pittsburgh
Eisenkraft A 2003 Expanding The 5E Model Journal The Sciences Teacher
70(6) 56-59 Tersedia di httpits-about-
timecomhtmlsapeisenkrafttstpdf [diakses 3-2-2015]
Ennis RH 1985 A Logical Basic for Measuring Critical Thinking Skill Tersedia
di httpwwwascdorgASCDpdfjournalsed_leadel_198510_ennispdf
[diakses 27-1-2015]
Ennis RH 1991Critical Thinking A Streamlined Conception Tersedia di
httpfacultyeducationillinoisedurhennisdocumentsTheNatureofCritical
Thinking_51711_000pdf [diakses 27-1-2015]
Ennis R H 1993 Critical Thinking Assesment Journal Theory and Practice 32
(2) 179-186 Amerika Serikat The Ohio State University
56
Ennis RH 2011 The Nature of Critical Thinking An Outline of Critical
Thinking Dispositions and Abilities Tersedia di
httpfacultyeducationillinoisedurhennisdocumentsTheNatureofCritical
Thinking_51711_000pdf [diakses 27-1-2015]
Hapsari RTS 2011 Penerapan Model Konstruktivisme untuk Meningkatkan
Hasil Belajar Siswa Jurnal Pendidikan Penabur 10(16) (34-45) Tersedia
di
httpwwwbpkpenaburoridfilesHal2034_4520Penerapan20Mode
l20Pembelajaran20Konstruktivismepdf [diakses 25-1-2015]
Hartono 2013 Learning Cycle Model to Increase Studentrsquos Critical Thinking on
Science Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 9(1)56-66 Semarang
Universitas Negeri Semarang
Indrawati W Suyatno amp YSRahayu 2014 Implementasi Model Learning
Cycle 7E Pada Pembelajaran Kimia Dengan Materi Pokok Kelarutan Dan
Hasil Kali Kelarutan Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep dan
Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMA Prosiding Seminar Nasional
KimiaSurabaya Universitas Negeri Surabaya
Johnson EB 2007 Contextual Teaching amp Learning terjemahan Ibnu Setiawan
Bandung MLC
Kanli amp Yagbasan 2007 The Effects of a Laboratory Based on the 7E Learning
Cycle Model and Verification Laboratory Approach on the Development of
Studentsrsquo Science Process Skills and Conceptual Achievement Tersedia
diwwwuscaeduessaysspecialeditionUKanligraveandRYagbasanpdf[diakses
2-3-2015]
Kowiyah 2012 Kemampuan Berpikir Kritis Jurnal Pendidikan Dasar 3(5) 175-
179 Tersedia di httpjournalppsunjorgarticeldownload108108
[diakses 1-1-2015]
Kulsum U amp N Hindarto 2011 Penerapan Model Learning Cycle 5E pada Sub
pokok bahasan Kalor untuk Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar
Siswa Kelas VII SMP Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 7(1)128-
133Semarang Universitas Negeri Semarang
Kunandar 2013 Penilaian Autentik (Penilaian Hasil Belajar Kurikulum 2013)
Jakarta Raja Grafindo Persada
Lambertus 2009 Pentingnya Melatih Keterampilan Berpikir Kritis Dalam
Pembelajaran Matematika Di SD Jurnal Forum Pendidikan 28(2) (136-
142) Palembang Universitas Sriwijaya
57
Maknun D RR Haerin k Surtikanti amp AMunandar 2012 Praktikum Ekologi
Berbasis Proyek Media Pembekalan Keterampilan Esensial Laboratorium
Jurnal Pendidikan MIPA 13(1) 8-17 Lampung Universitas Lampung
Mecit O 2006 The Effect of 7E Learning Cycle Model on The Improvement of
Fifth Grade Studentsrsquo Critical Thinking Skills Tesis Turkey Middle East
Technical University
Permendikbud 2013 Implementasi Kurikulum Jakarta Depdiknas
Priyatno Duwi 2012 Belajar Analisis Data dengan SPSS 20 Yogyakarta Andi
Redhana IW amp Liliasari 2008 Program Pembelajaran Keterampilan Berpikir
Kritis Pada Topik Laju Reaksi Untuk Siswa SMA Jurnal Forum
Kependidikan 27(2)103-112 Bandung Universitas Pendidikan Indonesia
RifarsquoI Aamp CT Anni 2011 Psikologi Pendidikan Semarang Universitas Negeri
Semarang Press
Siribunnam amp Tayraukham 2009 Effect of 7-E KWL and Conventional on
Analitycal Thinking Learning Acievement and Attitudes toward Chemistry
Learning Journal of Social Sciences 5(4)279-282 Tersedia di
httpwwwamazoncomconventional-instruction-analytical-achievement-
attitudesdpB002TP5UQS [diakses 3-2-2015]
Slameto 2010 Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya Jakarta
Rhineka Cipta
Slavin RE 2008 Psikologi Pendidikan Teori dan Praktik Jakarta Indeks
Soeprodjo S Priatmoko amp EY Sariana 2008 Pengaruh Model Learning
Cycle terhadap Hasil Belajar Materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan
Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia 2(1) 224-229 Semarang Universitas
Negeri Semarang
Sudjana 2005 Metode Statistika Bandung Tarsito
Sugiyono 2013 Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif
Kualitatif dan RampD) Bandung Alfabeta
Trianto 2007 Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivisme
Jakarta Prestasi Pustaka
Tuna A amp A Kaccedilar 2013 The Effect of 5E Learning Cycle Model in Teaching
Trigonometry on Studentrsquos Academic Achievement and The Permanence of
Their Knowledge International Journal on New Trends in Education and
58
Their Implications 4(1) 73-87 Tersedia di
httpijonteorgFileploadks63207File07tunapdf [diakses 11-1- 2015]
Wardoyo SM 2013 Pembelajaran Konstruktivisme Bandung Alfabeta
Wena M 2011 Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer Jakarta Bumi
Aksara
Wiyanto 2008 Menyiapkan Guru Sains Mengembangkan Kompetensi
Laboratorium Semarang Unnes Press
Page 10
x
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
21 Indikator Kemampuan Berpikir Kritis Menurut Ennis 15
31 Desain Penelitian Nonequivalent Control Group Design 20
32 Hasil Analisis Validitas Uji Coba Butir Soal 23
33 Hasil Analisis Tingkat Kesukaran Uji Coba Butir Soal 24
34 Hasil Analisis Daya Beda Uji Coba Butir Soal 25
35 Rekap Hasil Analisis Uji Coba Butir Soal yang digunakan 26
36 Jenis Data dan Metode Pengumpulan Data 29
37 Kriteria Keterlaksanaan Learning Cycle 7e Berbasis Konstruktivisme 34
41 Rata-Rata Skor Pretest dan Posttest Kelas Eksperimen dan Kontrol 36
42 Hasil Uji Normalitas Data Pretest-Posttest dan N-Gain 37
43 Hasil Uji Homogenitas Data Pretest-Posttest dan N-Gain 38
44 Hasil Uji t Pretest-Posttest dan N-Gain Kelas Eksperimen dan Kontrol 38
45 Hasil Analisis Persentase Setiap Aspek Kemampuan Berpikir Kritis 38
46 Tingkat Keterlaksanaan Learning Cycle 7e Berbasis Konstruktivisme 41
47 Hasil Angket Tanggapan Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 42
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
21 Perubahan Learning Cycle 5E Menjadi 7E 12
22 Kerangka Berpikir Penelitian 18
41 Hasil Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa (N-Gain) 37
42 Hasil Uji N-Gain Setiap Aspek Kemampuan Berpikir Kritis 39
43 Aktivitas Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 40
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1 Hasil Wawancara dan Observasi 59
2 Silabus Mata Pelajaran IPA 62
3 RPP Kelas Eksperimen 67
4 RPP Kelas Kontrol 80
5 LKS 1 Kelas Eksperimen dan Pembahasan 90
6 LDS 1 Kelas Eksperimen dan Pembahasan 95
7 Soal Evaluasi 1 Kelas Eksperimen dan Pembahasan 98
8 PR 1 Kelas Eksperimen dan Pembahasan 101
9 LKS 2 Kelas Eksperimen dan Pembahasan 103
10 LKS 3 Kelas Eksperimen dan Pembahasan 107
11 Kisi-kisi Lembar Observasi Aktivitas Kelas Eksperimen 114
12 Kisi-Kisi Lembar Obserasi Aktivitas Siswa Kelas Kontrol 115
13 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Kelas Eksperimen dan Kontrol 116
14 Rekapitulasi Aktivitas Siswa Kelas Eksperimen 117
15 Rekapitulasi Aktivitas Siswa Kelas Kontrol 118
16 Lembar Refleksi Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 119
17 Kisi-Kisi Lembar Keterlaksanaan Learning Cycle 7E 120
18 Lembar Keterlaksanaan Learning Cycle 7E Berbasis Konstruktivisme 121
19 Kisi-Kisi Angket Tanggapan Siswa Kelas Eksperimen 122
20 Lembar Angket Tanggapan Siswa Kelas Eksperimen 123
21 Kisi-Kisi Angket Tanggapan Siswa Kelas Kontrol 124
22 Lembar Angket Tanggapan Siswa Kelas Kontrol 125
23 Rekapitulasi Hasil Analisis Soal Uji Coba Pilihan Ganda 126
24 Rekapitulasi Hasil Analisis Soal Uji Coba Uraian 130
25 Perhitungan Validitas Soal 131
26 Perhitungan Reliabilitas Instrumen 133
27 Perhitungan Tingkat Kesukaran Soal 135
28 Perhitungan Daya Beda Soal 136
xiii
29 Kisi-Kisi Soal Kemampuan Berpikir Kritis 137
30 Soal Kemampuan Berpikir Kirits 139
31 Hasil Pretest Kelas Eksperimen 148
32 Hasil Posttest Kelas Eksperimen 149
33 Hasil Pretest Kelas Kontrol 150
34 Hasil Posttest Kelas Kontrol 151
35 Rekapitulasi N-gain 152
36 Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas Eksperimen 153
37 Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas Kontrol 154
38 Persentase Aspek Berpikir Kritis Pretets Kelas Eksperimen 155
39 Persentase Aspek Berpikir Kritis Posttest Kelas Eksperimen 157
40 Persentase Aspek Berpikir Kritis Pretets Kelas Kontrol 159
41 Persentase Aspek Berpikir Kritis Posttest Kelas Kontrol 161
42 Uji Normalitas Pretest 163
43 Uji Normalitas Posttest 164
44 Uji Normalitas N-gain 165
45 Uji Homogenitas dan Uji t Pretest 166
46 Uji Homogenitas dan Uji t Posttest 167
47 Uji Homogenitas dan Uji t N-gain 168
48 Rekapitulasi Analisis Tiap Aspek Kemampuan Berpikir Kritis 169
49 Hasil Rekapitulasi Tingkat Keterlaksanaan Learning Cycle 7E 170
50 Hasil Rekapitulasi Tanggapan Siswa Kelas Eksperimen 171
51 Hasil Rekapitulasi Tanggapan Siswa Kelas Kontrol 172
52 Dokumentasi Penelitian 173
53 Surat Ijin Observasi 175
54 Surat Ijin Penelitian 176
55 Surat Bukti Penelitian 177
1
BAB 1
PENDAHULUAN
11 Latar Belakang
Abad ke 21 merupakan era informasi dan teknologi dimana perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya di bidang informasi dan komunikasi
tumbuh semakin pesat Hal ini mempengaruhi semua aspek kehidupan termasuk
di bidang pendidikan Proses pendidikan pun dituntut untuk dapat menghasilkan
sumber daya manusia yang berkualitas Menurut Trilling amp Fadel sebagaimana
dikutip oleh Kulsum amp Hindarto (201362) menyatakan bahwa pada era
informasi dan teknologi diperlukan sumber daya manusia dengan kualitas tinggi
yang memiliki keahlian seperti kemampuan berpikir tingkat tinggi (berpikir
kritis) kreatif inovatif bekerja sama memahami berbagai budaya berkomunikasi
yang efektif kemampuan dalam teknologi dan informasi serta tanggung jawab
keimanan yang tinggi
Berdasarkan Permendikbud Nomor 81A Tahun 2013 tentang Implementasi
Kurikulum dijelaskan bahwa sistem pendidikan Indonesia saat ini dihadapkan
pada tuntutan memberdayakan potensi siswa supaya berkembang menjadi sumber
daya manusia yang berkualitas Oleh karena itu dalam menghadapi era informasi
seperti sekarang ini sistem pendidikan di Indonesia diharapkan mampu
membekali siswa dengan kemampuan-kemampuan belajar dan kecakapan hidup
(live skill) Salah satu kemampuan tersebut adalah kemampuan berpikir kritis
Berpikir kritis adalah berpikir rasional dan reflektif dengan menekankan
pada pembuatan keputusan tentang apa yang harus dipercayai atau dilakukan
(Ennis20111) Siswa dituntut untuk berpikir rasional yakni menurut pikiran dan
pertimbangan yang logis berpikir reflektif yakni mempertimbangkan secara hati-
hati segala alternatif sebelum mengambil keputusan
Tujuan melatihkan kemampuan berpikir kritis adalah untuk menyiapkan
siswa menjadi seorang pemikir kritis dan mampu menyelesaikan masalah yang
dihadapi (Tuna amp Kaccedilar 201374) Selain itu untuk menghindarkan diri siswa dari
2
penipuan pencucian otak dan membuat keputusan dengan tepat dan bertanggung
jawab (Redhana amp Liliasari 2008 106)
Menurut Lambertus (2009140) kemampuan berpikir kritis dapat dilatih
dan dikembangkan secara terus menerus Salah satu cara mengembangkan
kemampuan berpikir kritis yaitu melalui pembelajaran sains (IPA) Siswa dilatih
untuk bertanggung jawab terhadap diri sendiri dalam memperoleh pengetahuan
melalui kegiatan eksplorasi memecahkan masalah dan mengkomunikasikan hasil
penyelidikan yang dapat dipercaya pada pembelajaran sains Hal ini dikarenakan
dengan latihan dapat membuat keterampilan berpikir kritis menjadi suatu
kebiasaan
Kenyataan di sekolah pendidikan sains belum banyak yang berorientasi ke
arah pembiasaan berpikir tinggi (berpikir kritis) kemampuan siswa dalam
menjawab soal-soal yang menuntut kemampuan berpikir tinggi masih rendah
(Kunandar201318-19) Keikutsertaan Indonesia di dalam studi Trends in
International Mathematatics and science Study (TIMSS) dan Program for
International Student Assessment (PISA) sejak tahun 1999 juga menunjukkan
bahwa capaian siswa-siswi Indonesia tidak mengembirakan dalam beberapa
laporan yang dikeluarkan TIMSS dan PISA (Permendikbud 2013)
Berdasarkan observasi awal yang telah dilakukan di SMP N 19 Tegal
melalui wawancara dengan guru IPA dan pengamatan dalam proses pembelajaran
menunjukkan bahwa metode yang diterapkan oleh guru sudah bervariasi seperti
ceramah diskusi praktikum dan penugasan namun proses pembelajaran dan
soal-soal evaluasi yang di berikan belum berorientasi untuk mengembangkan
kemampuan berpikir kritis siswa Siswa mengalami kesulitan menganalisis suatu
permasalahan menyimpulkan serta kesulitan mengaplikasikan konsep dalam
situasi yang baru dan konkret Keberanian siswa untuk bertanya dan menjawab
pertanyaan masih rendah Ketika guru mengajukan pertanyaan siswa cenderung
pasif atau siswa belum terbiasa menjawab dengan inisiatif sendiri (data
selengkapnya pada lampiran 1 halaman 59)
Berdasarkan hal tersebut diperlukan suatu upaya untuk mengembangkan
kemampuan berpikir ktitis siswa Salah satu cara mengembangkan kemampuan
3
berpikir kritis yaitu melalui pembelajaran sains (IPA) yang memberikan
kesempatan kepada siswa untuk belajar ldquomenemukanrdquo bukan sekedar belajar
ldquomenerimardquo Kesempatan belajar menemukan dapat dikembangkan antara lain
dalam bentuk pembelajaran berbasis konstruktivisme yang memiliki karakteristik
meliputi berpusat pada siswa adanya masalah proses menemukan interaksi
sosial dan pengetahuan atau pemahaman baru (Wardoyo 201341)
Salah satu model pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan teori
konstruktivisme yaitu learning cycle 7e Hal tersebut terlihat dalam model
pembelajaran learning cycle memuat beberapa tahap kegiatan (fase) Menurut
(Eisenkraft200357) tujuh tahap kegiatan dalam learning cycle 7e antara lain
elicit (penggalian pengetahuan awal) engage (motivasi) explore (melakukan
pengamatan atau percobaan) explain (mengkomunikasikan) elaborate
(menerapkan konsep) evaluate (evaluasi) dan extend (mengaplikasikan konsep)
Beberapa penelitian telah dilakukan terkait penerapan model pembelajaran
learning cycle 7e dalam pembelajaran Berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Indrawati et al(201436) menyatakan bahwa implementasi model
pembelajaran learning cycle 7e efektif untuk meningkatkan penguasaan konsep
dan kemampuan berpikir kritis siswa Hasil penelitian Hartono (201365)
menunjukkan bahwa model pembelajaran learning cycle 7e dapat meningkatkan
kemampuan berpikir kritis siswa Hasil penelitian Kanli amp Yagbasan (2007151)
menunjukkan bahwa learning cycle 7e mampu meningkatkan keterampilan proses
sains dan penguasaan konsep siswa Hasil penelitian Mecit (200648)
menunjukkan bahwa model learning cycle 7e dapat meningkatkan kemampuan
berpikir kritis siswa secara signifikan dibandingkan dengan metode tradisional
Materi Interaksi makhluk hidup dengan lingkungan merupakan salah satu
materi pokok kelas VII semester genap dalam kurikulum 2013 dengan kompetensi
dasar yakni 38 mendeskripsikan interaksi antar makhluk hidup dan
lingkungannya dan 412 menyajikan hasil observasi terhadap interaksi makhluk
hidup dengan lingkungan di sekitarnya Kompetensi dasar pada materi tersebut
menuntut siswa untuk dapat memahami konsep-konsep dan memecahkan masalah
yang sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari Penerapan learning cycle 7e
4
berbasis konstruktivisme mempertimbangkan pengetahuan awal siswa (elicit)
menyajikan masalah yang berkaitan dengan kehidupan nyata sebagai rangsangan
untuk belajar (engage) memberikan kesempatan secara langsung kepada siswa
untuk terlibat dalam penemuan konsep (explore) dilanjutkan dengan melakukan
diskusi untuk mengklarifikasi konsep (elaborate) evaluasi (evaluate) serta
mengaplikasikan konsep tersebut pada situasi baru (extend) Pembelajaran materi
interaksi makhluk hidup akan menjadi lebih bermakna dan kemampuan berpikir
kritis siswa dapat berkembang dengan membandingkan konsep yang sudah
diperoleh dengan konsep baru yang dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari siswa
maka diharapkan model pembelajaran learning cycle 7e berbasis konstruktivisme
akan tepat apabila digunakan dalam penyampaian materi interaksi makhluk hidup
dengan lingkungan
Berdasarkan uraian di atas maka akan dilakukan penelitian yang berjudul
ldquoPengaruh Learning Cycle 7E Berbasis Konstruktivisme Terhadap Kemampuan
Berpikir Kritis Siswa pada Materi Interaksi Makhluk Hidup dengan Lingkunganrdquo
12 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang maka rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah apakah penerapan Learning Cycle 7E berbasis konstruktivisme
berpengaruh terhadap kemampuan berpikir kritis siswa pada materi Interaksi
makhluk hidup dengan lingkungan
13 Penegasan Istilah
Supaya tidak terjadi kesalahan penafsiran terhadap istilah-istilah yang
digunakan dalam penelitian ini maka perlu diberikan penjelasan tentang istilah-
istilah berikut
131 Pembelajaran Learning Cycle 7E Berbasis Konstruktivisme
Learning cycle 7e merupakan suatu model pembelajaran yang bertujuan
untuk menekankan pentingnya memunculkan pemahaman awal siswa dan
memperluas (transfer) konsep Menurut Eisenkraft (200357) terdapat tujuh tahap
5
dalam learning cycle 7e yaitu elicit (penggalian pengetahuan awal) engage
(motivasi) explore (melakukan pengamatan atau percobaan) explain
(mengkomunikasikan) elaborate (menerapkan konsep) evaluate (evaluasi) dan
extend (mengaplikasikan konsep)
Konsep pembelajaran konstruktivisme merupakan pembelajaran yang
didasarkan pada pemahaman bahwa proses belajar yang dilakukan siswa
merupakan proses konstruksi pengetahuan pemahaman dan pengalaman yang
dilakukan oleh siswa (Wardoyo 20134) Karakteristik dalam pembelajaran
konstruktivisme antara lain 1) berpusat pada siswa 2) adanya masalah 3) proses
menemukan 4) interaksi sosial dan 5) pengetahuan atau pemahaman baru
(Wardoyo 201341) Pembelajaran learning cycle 7e berbasis konstruktivisme
pada penelitian ini adalah pembelajaran IPA yang menerapkan tahap-tahap model
pembelajaran learning cycle 7e yang didasarkan pada kelima karakteristik
pembelajaran konstruktivisme menurut Wardoyo (201341)
132 Kemampuan Berpikir Kritis
Menurut Ennis (20111) berpikir kritis adalah berpikir rasional dan
reflektif dengan menekankan pada pembuatan keputusan tentang apa yang harus
dipercayai atau dilakukan Rasional berarti menurut pikiran dan pertimbangan
yang logis Reflektif berarti mempertimbangkan secara hati-hati segala alternatif
sebelum mengambil keputusan
Kemampuan berpikir kritis yang diukur pada penelitian ini mengacu pada
(Ennis 198546) yang menyebutkan terdapat lima aspek sebagai indikator dalam
berpikir kritis yaitu (1) memberikan penjelasan sederhana (2) membangun
keterampilan dasar (3) menyimpulkan 4) memberi penjelasan lanjut dan (5)
mengatur strategi dan taktik
133 Materi Interaksi Makhluk Hidup dengan Lingkungan
Materi Interaksi makhluk hidup dengan lingkungan merupakan salah satu
materi pokok kelas VII semester genap dalam kurikulum 2013 dengan kompetensi
dasar yakni 38 mendeskripsikan interaksi antar makhluk hidup dan
6
lingkungannya dan 412 menyajikan hasil observasi terhadap interaksi makhluk
hidup dengan lingkungan di sekitarnya Indikator pembelajaran dalam penelitian
ini yaitu menjelaskan konsep ekosistem mengidentifikasi komponen abiotik dan
biotik mengidentifikasi satuan-satuan dalam ekosistem menghitung kepadatan
populasi menganalisis saling ketergantungan antara komponen biotik dengan
abiotik dan menganalisis saling ketergantungan antar komponen biotik
14 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan pengaruh
penerapan learning cycle 7e berbasis konstruktivisme terhadap kemampuan
berpikir kritis siswa pada materi Interaksi makhluk hidup dengan lingkungan
15 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut
151 Manfaat Korespondensi
Penelitian ini memberikan bukti empiris kebenaran teori pembelajaran
tentang penerapan learning cycle 7e dan pengaruhnya terhadap kemampuan
berpikir kritis siswa seperti hasil penelitian yang dilakukan oleh Indrawati et al
(201436) bahwa implementasi model pembelajaran learning cycle 7e efektif
untuk meningkatkan konsep dan kemampuan berpikir kritis siswa Hasil
penelitian Hartono (201365) bahwa model learning cycle 7e dapat meningkatkan
kemampuan berpikir kritis Hasil penelitian Siribunnan amp Tayraukham
(2009282) menunjukkan bahwa model learning cycle 7e dapat meningkatkan
kemampuan berpikir kritis yang lebih baik dibandingkan dengan metode
tradisional Demikian pula hasil penelitian Mecit (200648) menunjukkan bahwa
model learning cycle 7e dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis secara
signifikan dibandingkan dengan metode tradisional Selain itu hasil penelitian ini
digunakan untuk menguatkan prediksi bahwa untuk meningkatkan kemampuan
berpikir kritis dapat menerapkan pembelajaran dengan Learning Cycle 7E
7
152 Manfaat Koherensi
Penelitian ini mengembangkan dan membuktikan teori-teori yang
menghasilkan hipotesis tentang kebenaran bahwa penerapan learning cycle 7e
berpengaruh terhadap kemampuan berpikir kritis siswa
153 Manfaat Pragmatis
Manfaat pragmatis penelitian ini agar siswa memahami materi Interaksi
makhluk hidup dengan lingkungan melalui model pembelajaran learning cycle 7e
berbasis konstruktivisme Pemahaman materi oleh siswa dapat mengembangkan
kemampuan berpikir kritis siswa Menambah wawasan guru tentang variasi
pembelajaran untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa Penelitian
ini memberikan kontribusi bagi sekolah sebagai masukan dalam meningkatkan
kualitas pembelajaran
8
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
21 Teori Konstruktivisme
Teori konstruktivisme beranggapan bahwa pengetahuan merupakan
konstruksi dari pengetahuan awal yang telah ada Pengetahuan hasil dari
konstruksi kognitif melalui kegiatan siswa dengan membuat struktur kategori
konsep dan skema yang diperlukan untuk membentuk pengetahuan dalam hal ini
dibentuk oleh struktur konsepsi sewaktu siswa berinteraksi dengan lingkungan
(Maknun et al 2012 9-10)
Intisari dari teori konstruktivisme adalah bahwa siswa harus menemukan
dan mentransformasikan informasi kompleks kedalam diri sendiri Teori ini
memandang siswa sebagai individu yang selalu memeriksa informasi baru yang
berlawanan dengan prinsip-prinsip yang telah ada dan merevisi prinsip-prinsip
tersebut apabila sudah diangap tidak dapat digunakan lagi Hal ini memberikan
implikasi bahwa siswa harus terlibat aktif dalam pembelajaran dengan bantuan
guru sebagai fasilitator (Rifarsquoi amp Anni 2011137)
Implikasi pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan pandangan
konstruktivisme menurut Hapsari (2011 37) adalah sebagai berikut
a Tahap Apersepsi dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan problematik
tentang fenomena yang sering ditemui sehari-hari yang dikaitkan dengan
konsep yang akan dibahas Siswa diberi kesempatan untuk
mengkomunikasikan mengilustrasikan pemahaman tentang konsep tersebut
b Tahap Eksplorasi memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan
konsep melalui pengumpulan pengorganisasian dan menginterpretasikan data
dalam suatu kegiatan yang telah dirancang guru serta secara berkelompok
didiskusikan dengan kelompok lain
c Tahap diskusi dan penjelasan konsep yaitu siswa memberi penjelasan dan
solusi berdasarkan hasil observasi ditambah dengan penguatan guru maka
siswa membangun pemahaman baru tentang konsep yang sedang dipelajari
9
d Pengembangan dan aplikasi yaitu guru berusaha menciptakan iklim
pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat mengaplikasikan pemahaman
konseptual baik melalui kegiatan atau pemunculan dan pemecahan masalah-
masalah yang berkaitan dengan isu-isu di lingkungan
22 Teori Perkembangan Jean Piaget
Teori perkembangan Piaget mewakili konstruktivisme yang memandang
perkembangan kognitif sebagai suatu proses dimana anak secara aktif membangun
pengetahuan Piaget menyatakan bahwa belajar merupakan pengembangan aspek
kognitif yang meliputi skema asimilasi akomodasi ekuilibrasi
Asimilasi adalah pengumpulan dan pengelompokkan informasi baru
Seorang individu dalam proses pembelajaran akan mendapatkan informasi baru
yang kemudian akan dikumpulkan dan dikelompokkan ke dalam skema
(pengetahuan) yang telah ada Akomodasi merupakan modifikasi dari skema agar
informasi yang baru dan kontradiktif bisa diterjemahkan Informasi yang telah
terkumpul dan dikelompokkan dalam skema-skema yang telah ada sebelumnya
kemudian dimodifikasi menjadi suatu skema (pengetahuan) baru Ekuilibrasi
merupakan dorongan secara terus menerus ke arah keseimbangan atau
equilibrium Artinya pengetahuan dikonstruksi dari proses pengintegrasian
pengetahuan baru terhadap struktur kognitif yang sudah ada dan dilakukan
penyesuaian struktur kognitif dengan informasi baru yang didapatkan
Menurut Piaget sebagaimana dikutip oleh Trianto (200716) pada
perkembangan kognitif yang terpenting adalah penguasaan dan kategori konsep-
konsep Melalui penguasaan konsep siswa akan mengenal lingkungan dan
memecahkan berbagai masalah yang dihadapi dalam kehidupan
Menurut Piaget sebagaimana dikutip oleh Slavin (200845) setiap
individu pada saat tumbuh mulai dari bayi yang baru dilahirkan sampai menginjak
usia dewasa mengalami empat tingkatan perkembangan kognitif Empat tingkat
perkembangan kognitif tersebut adalah sebagai berikut
1 Tahap Sensorimotorik (sejak lahir hingga usia 2 tahun)
2 Tahap Pra-operasional (2-7 tahun)
10
3 Tahap Operasi Kongkrit (7-11 tahun)
4 Tahap Operasi Formal (usia 11 sampai dewasa)
Siswa SMP dengan rentang usia 11-15 tahun berada pada tahap operasi
formal Pada usia ini yang perlu dipertimbangkan adalah aspek-aspek
perkembangan remaja dimana remaja mengalami tahap transisi dari penggunaan
operasi kongkrit ke penerapan operasi formal dalam bernalar Menurut Slavin
(200846) pada tahap operasi formal anak sudah mampu berpikir tingkat tinggi
mampu berpikir secara deduktif induktif menganalisis mensintesis mampu
berpikir abstrak dan berpikir reflektif serta memecahkan berbagai masalah
23 Learning Cycle 7E Berbasis Konstruktivisme
Menurut Aqib (201366) proses pembelajaran adalah upaya secara
sistematis yang dilakukan guru untuk mewujudkan proses pembelajaran berjalan
secara efektif dan efisien yang dimulai dari perencanaan pelaksanaan dan
evaluasi Oleh karena itu pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu proses
komunikasi melalui interaksi antara guru dengan siswa dan antar siswa secara
efektif dan efisien untuk mencapai tujuan pembelajaran
Konsep pembelajaran konstruktivisme merupakan pembelajaran yang
didasarkan pada pemahaman bahwa proses belajar yang dilakukan siswa
merupakan proses konstruksi pengetahuan pemahaman dan pengalaman yang
dilakukan oleh siswa (Wardoyo 20134) Karakteristik dalam pembelajaran
konstruktivisme antara lain 1) berpusat pada siswa 2) adanya masalah 3) proses
menemukan 4) interaksi sosial dan 5) pengetahuan atau pemahaman baru
(Wardoyo 201341)
Salah satu model pembelajaran yang berlandaskan teori konstruktivisme
adalah learning cycle Menurut Trowbridge amp Bybee sebagaimana dikutip oleh
Wena (2011170) pada tahun 1970 model Learning Cycle pertama kali
diperkenalkan oleh Robert Karplus dan Their dalam Science Curriculum
Improvement StudySCIS Karplus dan Their mengembangkan model learning
cycle berdasarkan teori perkembangan kognitif Jean Piaget Implementasi teori
perkembangan kognitif Jean Piaget oleh Karplus dikembangkan dalam model
11
learning cycle yang pada mulanya terdiri dari tiga tahap yaitu eksplorasi
(exploration) pengenalan konsep (concept introduction) dan penerapan konsep
(concept application)
Pada pertengahan 1980an Biological Science Curriculum Study (BSCS)
mengembangkan model learning cycle dari tiga tahap siklus tersebut menjadi lima
tahap Tahap-tahap dalam pembelajaran Learning Cycle 5E meliputi engage
explore explain elaborateextend dan evaluate Perkembangan ini dilakukan
dengan menambahkan fase engage di awal pembelajaran yang bertujuan untuk
menggali pengetahuan awal siswa dan fase evaluate ditambahkan di akhir
pembelajaran yang bertujuan untuk menilai pemahaman siswa sedangkan fase
pemahaman konsep dan aplikasi konsep diganti dengan istilah baru yaitu explain
dan elaborate (Bybee et al 20068)
Perkembangan model learning cycle 7e yang paling baru sudah memiliki 7
tahap setelah mengalami pengkhususan menjadi 5 tahap Perubahan yang terjadi
pada tahap learning cycle 5e menjadi 7e terjadi pada tahap engage menjadi 2
tahap yaitu elicit dan engage sedangkan pada tahap elaborate dan evaluate
menjadi 3 tahap menjadi elaborate evaluate dan extend
Menurut Eisenkraft (200357) learning cycle 7e merupakan suatu model
pembelajaran yang bertujuan untuk menekankan pentingnya memunculkan
pemahaman awal siswa dan memperluas konsep Terdapat 7 tahap learning cycle
7e yang dapat dijelaskan sebagai berikut
1 Elicit (penggalian pengetahuan awal)
Makna dari elicit adalah menggali pemahaman awal yang dimiliki
siswa Langkah-langkah yang dapat dilakukan adalah dengan
mengajukan beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan materi
yang akan dipelajari
2 Engage (motivasi)
Pada tahap engage atau motivasi dapat dilakukan dengan cara
bercerita demonstrasi membuat prediski atau dengan
menunjukkan suatu objek gambar atau video Guru dapat
memberikan permasalahan dan meminta siswa untuk berpikir dan
mengajukan pertanyaan
3 Explore (melakukan pengamatan atau percobaan)
Pada tahap ini siswa diberi kesempatan untuk melakukan
pengamatan mengumpulkan data membuktikan prediksi atau
12
hipotesis merancang dan merencanakan percobaan membuat
grafik menafsirkan hasil serta mencatat hasil pengamatan
4 Explain (mengkomunikasikan)
Pada tahap ini guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menjelaskan konsep dan menunjukkan bukti hasil pengamatan
pada tahap explore melalui kegiatan diskusi Pada tahap ini siswa
diharapkan menemukan istilah-istilah dan konsep yang dipelajari
5 Elaborate (menerapkan konsep)
Tahap ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menerapkan konsep (pengetahuan baru) dan keterampilan dalam
situasi baru melalui kegiatan-kegiatan seperti pemecahan masalah
(problem solving)
6 Evaluate (evaluasi)
Tahap evaluasi model pembelajaran learning cycle 7e terdiri dari
evaluasi formatif dan evaluasi sumatif Evaluasi dapat dilakukan
melalui pemberian tes di akhir pembelajaran untuk mengetahui
sejauh mana tingkat pemahaman siswa terhadap konsep yang
dipelajari
7 Extend (mengaplikasikan konsep)
Tahap ini bertujuan untuk berpikir mencari menemukan dan
menjelaskan contoh penerapan konsep yang telah dipelajari
(Eisenkraft 200357)
Gambar 21 Perubahan Learning Cycle 5E Menjadi Learning Cycle 7E
13
Pengembangan tahap-tahap learning cycle dari 3 tahap
menjadi 5 tahap atau 7 tahap masih tetap berkaitan erat dengan teori
perkembangan kognitif Jean Piaget (skema asimilasi akomodasi dan
ekuilibrasi) Pembelajaran learning cycle memberikan kesempatan
kepada siswa untuk mengasimilasi informasi dengan cara
mengeksplorasi lingkungan mengakomodasi informasi dengan cara
mengembangkan konsep mengorganisasikan informasi dan
menghubungkan konsep-konsep baru dengan menggunakan atau
memperluas konsep yang dimiliki untuk menjelaskan suatu fenomena
yang berbeda Fase engagement dalam learning cycle termasuk dalam
proses asimilasi sedangkan fase evaluation masih merupakan proses
akomodasi dan ekuilibrasi
Model learning cycle 7e memiliki beberapa kelebihan dan kelemahan
Kelebihan dari model learning cycle 7e menurut Indrawati et al (201435) yaitu
1 Merangsang siswa untuk mengingat kembali materi pelajaran
yang telah didapatkan
2 Memberikan motivasi kepada siswa untuk menjadi lebih aktif dan
menambah rasa keingintahuan
3 Melatih siswa belajar menemukan konsep melalui kegiatan
ekperimen melatih siswa untuk menyampaikan konsep yang telah
dipelajari secara lisan
4 Melatih siswa untuk bekerjasama dan memberikan kesempatan
kepada siswa untuk berpikir mencari menemukan dan
menjelaskan contoh penerapan konsep yang telah dipelajari
Kelemahan dari model learning cycle 7e menurut Indrawati et al
(201435) yaitu
1 Efektivitas pembelajaran rendah jika guru kurang menguasai
materi dan langkah-langkah pembelajaran
2 Menuntut kesungguhan dan kreativitas guru dalam merancang dan
melaksanakan proses pembelajaran
3 Memerlukan waktu dan tenaga yang lebih banyak dalam menyusun
rencana dan melaksanakan pembelajaran
24 Kemampuan Berpikir Kritis
Menurut Ruggiero sebagaimana dikutip oleh Johnson (2007183) berpikir
merupakan segala aktivitas mental yang membantu merumuskan atau
memecahkan masalah membuat keputusan memenuhi keinginan untuk
memahami sebuah pencarian jawaban dan sebuah pencapaian makna Kowiyah
(2013176) menyatakan bahwa berpikir adalah suatu kegiatan atau proses
14
kognitif tindakan mental untuk memperoleh pengetahuan pemahaman dan
keterampilan agar mampu menemukan jalan keluar dan keputusan secara
deduktif induktif dan evaluatif
Secara teknis kemampuan berpikir dalam bahasa taksonomi Bloom
diartikan sebagai kemampuan intelektual yaitu kemampuan
menganalisismensintesis dan mengevaluasi Kemampuan-kemampuan ini dapat
dikatakan sebagai kemampuan berpikir kritis
Pembelajaran diharapkan dapat menjadi penunjang dalam
mengembangkan kemampuan berpikir siswa Kemampuan berpikir yang dapat
dikembangkan salah satunya adalah kemampuan berpikir kritis Tujuan
melatihkan kemampuan berpikir kritis adalah untuk menyiapkan siswa menjadi
seorang pemikir kritis dan mampu menyelesaikan masalah yang dihadapi (Tuna amp
Kaccedilar 201374) Selain itu untuk menghindarkan diri siswa dari penipuan
pencucian otak dan membuat keputusan dengan tepat dan bertanggung jawab
(Redhana amp Liliasari 2008 106)
Menurut Ennis (20111) berpikir kritis adalah berpikir rasional dan
reflektif dengan menekankan pada pembuatan keputusan tentang apa yang harus
dipercayai atau dilakukan Rasional berarti menurut pikiran dan pertimbangan
yang logis Reflektif berarti mempertimbangkan secara hati-hati segala alternatif
sebelum mengambil keputusan Jadi dalam hal ini Ennis (20111) menekankan
bahwa berpikir kritis lebih berhubungan dengan alasan yang dapat diterima ketika
seseorang mengambil keputusan Berdasarkan pengertian tersebut maka dapat
dirumuskan bahwa berpikir kritis merupakan proses menggunakan pikiran secara
rasional dan reflektif untuk mencari dan menganalisis informasi mengambil
keputusan dan menyelesaikan masalah
Ennis (19918) menyatakan bahwa dalam berpikir kritis terdapat dua
komponen yaitu karakter (disposition) dan kemampuan penguasaan pengetahuan
(ability) Komponen kemampuan penguasaan pengetahuan dalam berpikir kritis
sering disebut sebagai kemampuan berpikir kritis
Terdapat dua belas indikator kemampuan berpikir kritis yang
dikelompokkan dalam lima aspek berpikir kritis seperti pada Tabel 21 berikut
15
Tabel 21 Indikator Kemampuan Berpikir Kritis Menurut Ennis (198546)
No Aspek Indikator
1 Memberikan
penjelasan sederhana
1 Memfokuskan pertanyaan
2 Menganalisis pertanyaan
3 Bertanya dan menjawab
pertanyaan tentang suatu
penjelasan
2 Membangun
keterampilan dasar
1 Mempertimbangkan apakah
sumber dapat dipercaya atau
tidak
2 Mengobservasi dan
mempertimbangkan suatu
laporan hasil observasi
3 Menyimpulkan 1 Mendeduksi dan
mempertimbangkan hasil
deduksi
2 Menginduksi dan
mempertimbangkan hasil induksi
3 Membuat dan menentukan hasil
pertimbangan
4 Memberikan
penjelasan lanjut
1 Mendefinisikan istilah dan
mempertimbangkan suatu
definisi dalam tiga dimensi
2 Mengidentifikasi asumsi
5 Mengatur strategi
dan taktik
1 Menentukan suatu tindakan
2 Berinteraksi dengan orang lain
Kemampuan berpikir kritis dapat diukur dengan menggunakan instrumen
yang dikembangkan melalui aspek dan indikator berpikir kritis Evaluasi terhadap
kemampuan berpikir kritis antara lain bertujuan untuk mendiagnosis tingkat
kemampuan berpikir kritis siswa memberi umpan balik keberanian berpikir
siswa dan memberi motivasi agar siswa mengembangkan kemampuan berpikir
kritis (Ennis 1993180)
Karakter (disposition) adalah kecenderungan atau kebiasaan untuk berpikir
dalam cara dan kondisi tertentu Disposisi berpikir kritis merupakan sifat yang
melekat pada diri seseorang yang berpikir kritis (Lambertus 2009138)
Seseorang yang memiliki disposisi berpikir kritis akan cenderung berpikir kritis
ketika ada situasi atau kondisi yang menghadirkan stimulus untuk berpikir kritis
16
Pemikir kritis yang ideal memiliki karakter (disposition) untuk mencari
kejelasan dari pertanyaan mencari alasan berusaha mengetahui infomasi dengan
baik menggunakan dan menyebutkan sumber yang memiliki kredibilitas
memperhatikan situasi dan kondisi secara keseluruhan berusaha tetap relevan dengan
ide utama mengingat kepentingan yang asli dan mendasar mencari alternatif
bersikap dan berpikir terbuka mengambil posisi ketika ada bukti dan alasan yang
cukup untuk melakukan sesuatu mencari penjelasan sebanyak mungkin bersikap
secara sistematis dan teratur dengan bagian dari keseluruhan masalah (Ennis 19918)
25 Materi Interaksi Makhluk Hidup dengan Lingkungan
Materi Interaksi makhluk hidup dengan lingkungan merupakan salah satu
materi pokok kelas VII semester genap dalam kurikulum 2013 dengan kompetensi
dasar yaitu 38 mendeskripsikan interaksi antar makhluk hidup dan lingkungannya
dan 412 menyajikan hasil observasi terhadap interaksi makhluk hidup dengan
lingkungan di sekitarnya Indikator pembelajaran dalam penelitian ini meliputi
menjelaskan konsep ekosistem mengidentifikasi komponen biotik dan abiotik
mengidentifikasi satuan-satuan dalam ekosistem menghitung kepadatan populasi
menganalisis saling ketergantungan antara komponen biotik dan abiotik dan
menganalisis saling ketergantungan antar komponen biotik
Komponen ekosistem meliputi komponen abiotik (makhluk tak hidup) dan
komponen biotik (makhluk hidup) Komponen biotik meliputi organisme autotrof
yaitu produsen primer heterotrof yaitu konsumen dan detritivor yaitu organisme
pemakan limbah organik dan organisme yang telah mati
Produsen primer utama pada sebagian besar ekosistem darat adalah
tumbuhan sedangkan produsen primer dalam zona limnetik danau dan lautan
terbuka adalah fitoplankton (alga dan bakteri) Alga multiselluler dan tumbuhan
akuatik merupakan produsen primer di ekosistem air tawar maupun air laut
Organisme yang secara langsung memakan organisme autotrof disebut
herbivora Oleh karena itu herbivora disebut juga sebagai konsumen primer
sedangkan organisme yang mendapatkan makanan dengan memangsa herbivora
atau karnivora lain disebut karnivora Karnivora dapat berperan sebagai konsumen
17
sekunder tersier dan seterusnya Jalur perpindahan makanan dari tingkat trofik
satu ke tingkat trofik lainnya dikenal sebagai rantai makanan (food chain) akan
tetapi hubungan makan memakan dalam suatu ekosistem umumnya saling
berhubungan menjadi jaring-jaring makanan (food web) karena konsumen
memakan lebih dari satu tingkat trofik (Campbell et al 2004)
Kompetensi dasar dan indikator pembelajaran pada materi tersebut
menuntut siswa untuk dapat memahami konsep-konsep dan memecahkan masalah
yang sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari Penerapan learning cycle 7e
berbasis konstruktivisme mempertimbangkan pengetahuan awal siswa (elicit)
menyajikan masalah yang berkaitan dengan kehidupan nyata sebagai rangsangan
untuk belajar (engage) memberikan kesempatan secara langsung kepada siswa
untuk terlibat dalam penemuan konsep melalui kegiatan observasi (explore)
dilanjutkan dengan melakukan diskusi untuk mengklarifikasi konsep (elaborate)
dan evaluasi (evaluate) untuk mengetahui sejauh mana pemahaman konsep yang
telah dimiliki oleh siswa serta menerapkan konsep yang telah diperoleh pada
situasi baru (extend) Pembelajaran materi interaksi makhluk hidup dengan
lingkungan diharapkan menjadi lebih bermakna dan kemampuan berpikir kritis
siswa dapat berkembang dengan membandingkan konsep yang sudah diperoleh
dengan konsep baru yang dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari siswa Model
pembelajaran learning cycle 7e berbasis konstruktivisme diharapkan tepat apabila
digunakan dalam penyampaian materi ekosistem
18
26 Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
Gambar 22 Kerangka Berpikir Penelitian
27 Hipotesis
Penerapan Learning cycle 7e berbasis konstruktivisme berpengaruh
terhadap kemampuan berpikir kritis siswa pada materi Interaksi makhluk hidup
dengan lingkungan
Pembelajaran Learning
Cycle 7E berbasis
konstruktivisme
Menekankan
pengetahuan awal siswa
dan memungkinkan
mengaplikasikan
konsep yang telah
diperoleh
(Eisenkraft 200357)
Mampu meningkatkan
keterampilan proses
sains dan penguasaan
konsep (Kanli amp
Yagbasan 2007151)
Mampu meningkatkan
kemampuan berpikir
kritis
(Hartono 201365)
Mampu meningkatkan
kemampuan berpikir
kritis secara signifikan
dibandingkan metode
tradisional
(Mecit 200648)
Permasalahan dalam pembelajaran
Siswa kesulitan menganalisis suatu
permasalahan
Siswa kesulitan menyimpulkan
Siswa kesulitan mengaplikasikan konsep
pada situasi baru dan konkret
Keberanian mengajukan pertanyaan
amp pendapat rendah
Kemampuan berpikir kritis rendah
Berpikir kritis salah satu
keterampilan abad 21 yang
harus dimiliki oleh siswa
Tuntutan memberdayakan
SDM yang berkualitas
(Permendikbud 2013)
Kelas eksperimen Kelas kontrol
Pembelajaran
dengan metode
diskusi amp ceramah
Kemampuan berpikir kritis berkembang
Learning cycle 7e
berbasis
konstruktivisme
Quasi experimental design
Uji t
54
BAB 5
PENUTUP
51 Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa
penerapan learning cycle 7e berbasis konstruktivisme berpengaruh terhadap
kemampuan berpikir kritis siswa pada materi interaksi makhluk hidup dengan
lingkungan Peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa kelas eksperimen lebih
baik dari pada kelas kontrol
52 Saran
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan penerapan learning cycle
7e berbasis konstruktivisme terbukti berpengaruh terhadap kemampuan berpikir
kritis siswa pada materi interaksi makhluk hidup dengan lingkunganya Dengan
demikian maka beberapa saran yang dapat diberikan sebagai berikut
1 Guru IPA dapat mempertimbangkan pembelajaran learning cycle 7E berbasis
konstruktivisme pada materi interaksi makhluk hidup dengan lingkungan
karena terbukti dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa
2 Guru IPA dapat merancang proses pembelajaran dan instrumen pembelajaran
yang dapat memicu kemampuan berpikir kritis siswa
3 Bagi peneliti selanjutnya yang akan melakukan penelitian berkaitan dengan
kemampuan berpikir kritis disarankan mengoptimalkan pengelolaan kelas dan
memberikan banyak motivasi agar setiap siswa dapat berpartisipasi dan
berinteraksi dalam kegiatan pembelajaran Hal ini dimaksudkan agar
pembelajaran yang dilakukan efektif terhadap kemampuan berpikir kritis
siswa
55
DAFTAR PUSTAKA
Aqib Z 2013 Model-Model Media dan Strategi Pembelajaran
Kontekstual(Inovatif) Bandung Yrama Widya
Amertawengrum IP 2014 Filsafat Konstruktivisme dalam Pembelajaran Sastra
Anak Jurnal Magistra 26(89)8-17 KlatenUnwidha
Arifin Z 2012 Evaluasi Pembelajaran Jakarta Dirjen Pendidikan Islam Online
at
httpdualmodekemenaggoidfiledokumen34EvaluasiPembelajaranpdf
[diakses tanggal 17 Januari 2015]
Arikunto S 2010 Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Jakarta Bumi Aksara
_________ 2012 Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Jakarta Bumi Aksara
Bybee RW JA Taylor A Gardner PV Scotter JC Powell A Westbrook amp
N Landes 2006 The BSCS 5E Instructional Model Origins and
Effectiveness A Report Prepared for the Office of Science Education
National Institute of Health Colorado BSCS Online Tersedia di
httpscienceeducationnihgov [diakses 11-1- 2015]
Campbell NA Reece BJ amp Mitchell LG 2004 Biologi Alih Bahasa Manalu
W (eds) Erlangga Jakarta
Curto K amp T Bayer 2005 An Intersection of Critical Thinkking and
Communication Skillls Journal of Biological Science 31(4)11-19
Amerika Serikat University of Pittsburgh
Eisenkraft A 2003 Expanding The 5E Model Journal The Sciences Teacher
70(6) 56-59 Tersedia di httpits-about-
timecomhtmlsapeisenkrafttstpdf [diakses 3-2-2015]
Ennis RH 1985 A Logical Basic for Measuring Critical Thinking Skill Tersedia
di httpwwwascdorgASCDpdfjournalsed_leadel_198510_ennispdf
[diakses 27-1-2015]
Ennis RH 1991Critical Thinking A Streamlined Conception Tersedia di
httpfacultyeducationillinoisedurhennisdocumentsTheNatureofCritical
Thinking_51711_000pdf [diakses 27-1-2015]
Ennis R H 1993 Critical Thinking Assesment Journal Theory and Practice 32
(2) 179-186 Amerika Serikat The Ohio State University
56
Ennis RH 2011 The Nature of Critical Thinking An Outline of Critical
Thinking Dispositions and Abilities Tersedia di
httpfacultyeducationillinoisedurhennisdocumentsTheNatureofCritical
Thinking_51711_000pdf [diakses 27-1-2015]
Hapsari RTS 2011 Penerapan Model Konstruktivisme untuk Meningkatkan
Hasil Belajar Siswa Jurnal Pendidikan Penabur 10(16) (34-45) Tersedia
di
httpwwwbpkpenaburoridfilesHal2034_4520Penerapan20Mode
l20Pembelajaran20Konstruktivismepdf [diakses 25-1-2015]
Hartono 2013 Learning Cycle Model to Increase Studentrsquos Critical Thinking on
Science Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 9(1)56-66 Semarang
Universitas Negeri Semarang
Indrawati W Suyatno amp YSRahayu 2014 Implementasi Model Learning
Cycle 7E Pada Pembelajaran Kimia Dengan Materi Pokok Kelarutan Dan
Hasil Kali Kelarutan Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep dan
Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMA Prosiding Seminar Nasional
KimiaSurabaya Universitas Negeri Surabaya
Johnson EB 2007 Contextual Teaching amp Learning terjemahan Ibnu Setiawan
Bandung MLC
Kanli amp Yagbasan 2007 The Effects of a Laboratory Based on the 7E Learning
Cycle Model and Verification Laboratory Approach on the Development of
Studentsrsquo Science Process Skills and Conceptual Achievement Tersedia
diwwwuscaeduessaysspecialeditionUKanligraveandRYagbasanpdf[diakses
2-3-2015]
Kowiyah 2012 Kemampuan Berpikir Kritis Jurnal Pendidikan Dasar 3(5) 175-
179 Tersedia di httpjournalppsunjorgarticeldownload108108
[diakses 1-1-2015]
Kulsum U amp N Hindarto 2011 Penerapan Model Learning Cycle 5E pada Sub
pokok bahasan Kalor untuk Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar
Siswa Kelas VII SMP Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 7(1)128-
133Semarang Universitas Negeri Semarang
Kunandar 2013 Penilaian Autentik (Penilaian Hasil Belajar Kurikulum 2013)
Jakarta Raja Grafindo Persada
Lambertus 2009 Pentingnya Melatih Keterampilan Berpikir Kritis Dalam
Pembelajaran Matematika Di SD Jurnal Forum Pendidikan 28(2) (136-
142) Palembang Universitas Sriwijaya
57
Maknun D RR Haerin k Surtikanti amp AMunandar 2012 Praktikum Ekologi
Berbasis Proyek Media Pembekalan Keterampilan Esensial Laboratorium
Jurnal Pendidikan MIPA 13(1) 8-17 Lampung Universitas Lampung
Mecit O 2006 The Effect of 7E Learning Cycle Model on The Improvement of
Fifth Grade Studentsrsquo Critical Thinking Skills Tesis Turkey Middle East
Technical University
Permendikbud 2013 Implementasi Kurikulum Jakarta Depdiknas
Priyatno Duwi 2012 Belajar Analisis Data dengan SPSS 20 Yogyakarta Andi
Redhana IW amp Liliasari 2008 Program Pembelajaran Keterampilan Berpikir
Kritis Pada Topik Laju Reaksi Untuk Siswa SMA Jurnal Forum
Kependidikan 27(2)103-112 Bandung Universitas Pendidikan Indonesia
RifarsquoI Aamp CT Anni 2011 Psikologi Pendidikan Semarang Universitas Negeri
Semarang Press
Siribunnam amp Tayraukham 2009 Effect of 7-E KWL and Conventional on
Analitycal Thinking Learning Acievement and Attitudes toward Chemistry
Learning Journal of Social Sciences 5(4)279-282 Tersedia di
httpwwwamazoncomconventional-instruction-analytical-achievement-
attitudesdpB002TP5UQS [diakses 3-2-2015]
Slameto 2010 Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya Jakarta
Rhineka Cipta
Slavin RE 2008 Psikologi Pendidikan Teori dan Praktik Jakarta Indeks
Soeprodjo S Priatmoko amp EY Sariana 2008 Pengaruh Model Learning
Cycle terhadap Hasil Belajar Materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan
Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia 2(1) 224-229 Semarang Universitas
Negeri Semarang
Sudjana 2005 Metode Statistika Bandung Tarsito
Sugiyono 2013 Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif
Kualitatif dan RampD) Bandung Alfabeta
Trianto 2007 Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivisme
Jakarta Prestasi Pustaka
Tuna A amp A Kaccedilar 2013 The Effect of 5E Learning Cycle Model in Teaching
Trigonometry on Studentrsquos Academic Achievement and The Permanence of
Their Knowledge International Journal on New Trends in Education and
58
Their Implications 4(1) 73-87 Tersedia di
httpijonteorgFileploadks63207File07tunapdf [diakses 11-1- 2015]
Wardoyo SM 2013 Pembelajaran Konstruktivisme Bandung Alfabeta
Wena M 2011 Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer Jakarta Bumi
Aksara
Wiyanto 2008 Menyiapkan Guru Sains Mengembangkan Kompetensi
Laboratorium Semarang Unnes Press
Page 11
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
21 Perubahan Learning Cycle 5E Menjadi 7E 12
22 Kerangka Berpikir Penelitian 18
41 Hasil Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa (N-Gain) 37
42 Hasil Uji N-Gain Setiap Aspek Kemampuan Berpikir Kritis 39
43 Aktivitas Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 40
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1 Hasil Wawancara dan Observasi 59
2 Silabus Mata Pelajaran IPA 62
3 RPP Kelas Eksperimen 67
4 RPP Kelas Kontrol 80
5 LKS 1 Kelas Eksperimen dan Pembahasan 90
6 LDS 1 Kelas Eksperimen dan Pembahasan 95
7 Soal Evaluasi 1 Kelas Eksperimen dan Pembahasan 98
8 PR 1 Kelas Eksperimen dan Pembahasan 101
9 LKS 2 Kelas Eksperimen dan Pembahasan 103
10 LKS 3 Kelas Eksperimen dan Pembahasan 107
11 Kisi-kisi Lembar Observasi Aktivitas Kelas Eksperimen 114
12 Kisi-Kisi Lembar Obserasi Aktivitas Siswa Kelas Kontrol 115
13 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Kelas Eksperimen dan Kontrol 116
14 Rekapitulasi Aktivitas Siswa Kelas Eksperimen 117
15 Rekapitulasi Aktivitas Siswa Kelas Kontrol 118
16 Lembar Refleksi Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 119
17 Kisi-Kisi Lembar Keterlaksanaan Learning Cycle 7E 120
18 Lembar Keterlaksanaan Learning Cycle 7E Berbasis Konstruktivisme 121
19 Kisi-Kisi Angket Tanggapan Siswa Kelas Eksperimen 122
20 Lembar Angket Tanggapan Siswa Kelas Eksperimen 123
21 Kisi-Kisi Angket Tanggapan Siswa Kelas Kontrol 124
22 Lembar Angket Tanggapan Siswa Kelas Kontrol 125
23 Rekapitulasi Hasil Analisis Soal Uji Coba Pilihan Ganda 126
24 Rekapitulasi Hasil Analisis Soal Uji Coba Uraian 130
25 Perhitungan Validitas Soal 131
26 Perhitungan Reliabilitas Instrumen 133
27 Perhitungan Tingkat Kesukaran Soal 135
28 Perhitungan Daya Beda Soal 136
xiii
29 Kisi-Kisi Soal Kemampuan Berpikir Kritis 137
30 Soal Kemampuan Berpikir Kirits 139
31 Hasil Pretest Kelas Eksperimen 148
32 Hasil Posttest Kelas Eksperimen 149
33 Hasil Pretest Kelas Kontrol 150
34 Hasil Posttest Kelas Kontrol 151
35 Rekapitulasi N-gain 152
36 Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas Eksperimen 153
37 Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas Kontrol 154
38 Persentase Aspek Berpikir Kritis Pretets Kelas Eksperimen 155
39 Persentase Aspek Berpikir Kritis Posttest Kelas Eksperimen 157
40 Persentase Aspek Berpikir Kritis Pretets Kelas Kontrol 159
41 Persentase Aspek Berpikir Kritis Posttest Kelas Kontrol 161
42 Uji Normalitas Pretest 163
43 Uji Normalitas Posttest 164
44 Uji Normalitas N-gain 165
45 Uji Homogenitas dan Uji t Pretest 166
46 Uji Homogenitas dan Uji t Posttest 167
47 Uji Homogenitas dan Uji t N-gain 168
48 Rekapitulasi Analisis Tiap Aspek Kemampuan Berpikir Kritis 169
49 Hasil Rekapitulasi Tingkat Keterlaksanaan Learning Cycle 7E 170
50 Hasil Rekapitulasi Tanggapan Siswa Kelas Eksperimen 171
51 Hasil Rekapitulasi Tanggapan Siswa Kelas Kontrol 172
52 Dokumentasi Penelitian 173
53 Surat Ijin Observasi 175
54 Surat Ijin Penelitian 176
55 Surat Bukti Penelitian 177
1
BAB 1
PENDAHULUAN
11 Latar Belakang
Abad ke 21 merupakan era informasi dan teknologi dimana perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya di bidang informasi dan komunikasi
tumbuh semakin pesat Hal ini mempengaruhi semua aspek kehidupan termasuk
di bidang pendidikan Proses pendidikan pun dituntut untuk dapat menghasilkan
sumber daya manusia yang berkualitas Menurut Trilling amp Fadel sebagaimana
dikutip oleh Kulsum amp Hindarto (201362) menyatakan bahwa pada era
informasi dan teknologi diperlukan sumber daya manusia dengan kualitas tinggi
yang memiliki keahlian seperti kemampuan berpikir tingkat tinggi (berpikir
kritis) kreatif inovatif bekerja sama memahami berbagai budaya berkomunikasi
yang efektif kemampuan dalam teknologi dan informasi serta tanggung jawab
keimanan yang tinggi
Berdasarkan Permendikbud Nomor 81A Tahun 2013 tentang Implementasi
Kurikulum dijelaskan bahwa sistem pendidikan Indonesia saat ini dihadapkan
pada tuntutan memberdayakan potensi siswa supaya berkembang menjadi sumber
daya manusia yang berkualitas Oleh karena itu dalam menghadapi era informasi
seperti sekarang ini sistem pendidikan di Indonesia diharapkan mampu
membekali siswa dengan kemampuan-kemampuan belajar dan kecakapan hidup
(live skill) Salah satu kemampuan tersebut adalah kemampuan berpikir kritis
Berpikir kritis adalah berpikir rasional dan reflektif dengan menekankan
pada pembuatan keputusan tentang apa yang harus dipercayai atau dilakukan
(Ennis20111) Siswa dituntut untuk berpikir rasional yakni menurut pikiran dan
pertimbangan yang logis berpikir reflektif yakni mempertimbangkan secara hati-
hati segala alternatif sebelum mengambil keputusan
Tujuan melatihkan kemampuan berpikir kritis adalah untuk menyiapkan
siswa menjadi seorang pemikir kritis dan mampu menyelesaikan masalah yang
dihadapi (Tuna amp Kaccedilar 201374) Selain itu untuk menghindarkan diri siswa dari
2
penipuan pencucian otak dan membuat keputusan dengan tepat dan bertanggung
jawab (Redhana amp Liliasari 2008 106)
Menurut Lambertus (2009140) kemampuan berpikir kritis dapat dilatih
dan dikembangkan secara terus menerus Salah satu cara mengembangkan
kemampuan berpikir kritis yaitu melalui pembelajaran sains (IPA) Siswa dilatih
untuk bertanggung jawab terhadap diri sendiri dalam memperoleh pengetahuan
melalui kegiatan eksplorasi memecahkan masalah dan mengkomunikasikan hasil
penyelidikan yang dapat dipercaya pada pembelajaran sains Hal ini dikarenakan
dengan latihan dapat membuat keterampilan berpikir kritis menjadi suatu
kebiasaan
Kenyataan di sekolah pendidikan sains belum banyak yang berorientasi ke
arah pembiasaan berpikir tinggi (berpikir kritis) kemampuan siswa dalam
menjawab soal-soal yang menuntut kemampuan berpikir tinggi masih rendah
(Kunandar201318-19) Keikutsertaan Indonesia di dalam studi Trends in
International Mathematatics and science Study (TIMSS) dan Program for
International Student Assessment (PISA) sejak tahun 1999 juga menunjukkan
bahwa capaian siswa-siswi Indonesia tidak mengembirakan dalam beberapa
laporan yang dikeluarkan TIMSS dan PISA (Permendikbud 2013)
Berdasarkan observasi awal yang telah dilakukan di SMP N 19 Tegal
melalui wawancara dengan guru IPA dan pengamatan dalam proses pembelajaran
menunjukkan bahwa metode yang diterapkan oleh guru sudah bervariasi seperti
ceramah diskusi praktikum dan penugasan namun proses pembelajaran dan
soal-soal evaluasi yang di berikan belum berorientasi untuk mengembangkan
kemampuan berpikir kritis siswa Siswa mengalami kesulitan menganalisis suatu
permasalahan menyimpulkan serta kesulitan mengaplikasikan konsep dalam
situasi yang baru dan konkret Keberanian siswa untuk bertanya dan menjawab
pertanyaan masih rendah Ketika guru mengajukan pertanyaan siswa cenderung
pasif atau siswa belum terbiasa menjawab dengan inisiatif sendiri (data
selengkapnya pada lampiran 1 halaman 59)
Berdasarkan hal tersebut diperlukan suatu upaya untuk mengembangkan
kemampuan berpikir ktitis siswa Salah satu cara mengembangkan kemampuan
3
berpikir kritis yaitu melalui pembelajaran sains (IPA) yang memberikan
kesempatan kepada siswa untuk belajar ldquomenemukanrdquo bukan sekedar belajar
ldquomenerimardquo Kesempatan belajar menemukan dapat dikembangkan antara lain
dalam bentuk pembelajaran berbasis konstruktivisme yang memiliki karakteristik
meliputi berpusat pada siswa adanya masalah proses menemukan interaksi
sosial dan pengetahuan atau pemahaman baru (Wardoyo 201341)
Salah satu model pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan teori
konstruktivisme yaitu learning cycle 7e Hal tersebut terlihat dalam model
pembelajaran learning cycle memuat beberapa tahap kegiatan (fase) Menurut
(Eisenkraft200357) tujuh tahap kegiatan dalam learning cycle 7e antara lain
elicit (penggalian pengetahuan awal) engage (motivasi) explore (melakukan
pengamatan atau percobaan) explain (mengkomunikasikan) elaborate
(menerapkan konsep) evaluate (evaluasi) dan extend (mengaplikasikan konsep)
Beberapa penelitian telah dilakukan terkait penerapan model pembelajaran
learning cycle 7e dalam pembelajaran Berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Indrawati et al(201436) menyatakan bahwa implementasi model
pembelajaran learning cycle 7e efektif untuk meningkatkan penguasaan konsep
dan kemampuan berpikir kritis siswa Hasil penelitian Hartono (201365)
menunjukkan bahwa model pembelajaran learning cycle 7e dapat meningkatkan
kemampuan berpikir kritis siswa Hasil penelitian Kanli amp Yagbasan (2007151)
menunjukkan bahwa learning cycle 7e mampu meningkatkan keterampilan proses
sains dan penguasaan konsep siswa Hasil penelitian Mecit (200648)
menunjukkan bahwa model learning cycle 7e dapat meningkatkan kemampuan
berpikir kritis siswa secara signifikan dibandingkan dengan metode tradisional
Materi Interaksi makhluk hidup dengan lingkungan merupakan salah satu
materi pokok kelas VII semester genap dalam kurikulum 2013 dengan kompetensi
dasar yakni 38 mendeskripsikan interaksi antar makhluk hidup dan
lingkungannya dan 412 menyajikan hasil observasi terhadap interaksi makhluk
hidup dengan lingkungan di sekitarnya Kompetensi dasar pada materi tersebut
menuntut siswa untuk dapat memahami konsep-konsep dan memecahkan masalah
yang sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari Penerapan learning cycle 7e
4
berbasis konstruktivisme mempertimbangkan pengetahuan awal siswa (elicit)
menyajikan masalah yang berkaitan dengan kehidupan nyata sebagai rangsangan
untuk belajar (engage) memberikan kesempatan secara langsung kepada siswa
untuk terlibat dalam penemuan konsep (explore) dilanjutkan dengan melakukan
diskusi untuk mengklarifikasi konsep (elaborate) evaluasi (evaluate) serta
mengaplikasikan konsep tersebut pada situasi baru (extend) Pembelajaran materi
interaksi makhluk hidup akan menjadi lebih bermakna dan kemampuan berpikir
kritis siswa dapat berkembang dengan membandingkan konsep yang sudah
diperoleh dengan konsep baru yang dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari siswa
maka diharapkan model pembelajaran learning cycle 7e berbasis konstruktivisme
akan tepat apabila digunakan dalam penyampaian materi interaksi makhluk hidup
dengan lingkungan
Berdasarkan uraian di atas maka akan dilakukan penelitian yang berjudul
ldquoPengaruh Learning Cycle 7E Berbasis Konstruktivisme Terhadap Kemampuan
Berpikir Kritis Siswa pada Materi Interaksi Makhluk Hidup dengan Lingkunganrdquo
12 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang maka rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah apakah penerapan Learning Cycle 7E berbasis konstruktivisme
berpengaruh terhadap kemampuan berpikir kritis siswa pada materi Interaksi
makhluk hidup dengan lingkungan
13 Penegasan Istilah
Supaya tidak terjadi kesalahan penafsiran terhadap istilah-istilah yang
digunakan dalam penelitian ini maka perlu diberikan penjelasan tentang istilah-
istilah berikut
131 Pembelajaran Learning Cycle 7E Berbasis Konstruktivisme
Learning cycle 7e merupakan suatu model pembelajaran yang bertujuan
untuk menekankan pentingnya memunculkan pemahaman awal siswa dan
memperluas (transfer) konsep Menurut Eisenkraft (200357) terdapat tujuh tahap
5
dalam learning cycle 7e yaitu elicit (penggalian pengetahuan awal) engage
(motivasi) explore (melakukan pengamatan atau percobaan) explain
(mengkomunikasikan) elaborate (menerapkan konsep) evaluate (evaluasi) dan
extend (mengaplikasikan konsep)
Konsep pembelajaran konstruktivisme merupakan pembelajaran yang
didasarkan pada pemahaman bahwa proses belajar yang dilakukan siswa
merupakan proses konstruksi pengetahuan pemahaman dan pengalaman yang
dilakukan oleh siswa (Wardoyo 20134) Karakteristik dalam pembelajaran
konstruktivisme antara lain 1) berpusat pada siswa 2) adanya masalah 3) proses
menemukan 4) interaksi sosial dan 5) pengetahuan atau pemahaman baru
(Wardoyo 201341) Pembelajaran learning cycle 7e berbasis konstruktivisme
pada penelitian ini adalah pembelajaran IPA yang menerapkan tahap-tahap model
pembelajaran learning cycle 7e yang didasarkan pada kelima karakteristik
pembelajaran konstruktivisme menurut Wardoyo (201341)
132 Kemampuan Berpikir Kritis
Menurut Ennis (20111) berpikir kritis adalah berpikir rasional dan
reflektif dengan menekankan pada pembuatan keputusan tentang apa yang harus
dipercayai atau dilakukan Rasional berarti menurut pikiran dan pertimbangan
yang logis Reflektif berarti mempertimbangkan secara hati-hati segala alternatif
sebelum mengambil keputusan
Kemampuan berpikir kritis yang diukur pada penelitian ini mengacu pada
(Ennis 198546) yang menyebutkan terdapat lima aspek sebagai indikator dalam
berpikir kritis yaitu (1) memberikan penjelasan sederhana (2) membangun
keterampilan dasar (3) menyimpulkan 4) memberi penjelasan lanjut dan (5)
mengatur strategi dan taktik
133 Materi Interaksi Makhluk Hidup dengan Lingkungan
Materi Interaksi makhluk hidup dengan lingkungan merupakan salah satu
materi pokok kelas VII semester genap dalam kurikulum 2013 dengan kompetensi
dasar yakni 38 mendeskripsikan interaksi antar makhluk hidup dan
6
lingkungannya dan 412 menyajikan hasil observasi terhadap interaksi makhluk
hidup dengan lingkungan di sekitarnya Indikator pembelajaran dalam penelitian
ini yaitu menjelaskan konsep ekosistem mengidentifikasi komponen abiotik dan
biotik mengidentifikasi satuan-satuan dalam ekosistem menghitung kepadatan
populasi menganalisis saling ketergantungan antara komponen biotik dengan
abiotik dan menganalisis saling ketergantungan antar komponen biotik
14 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan pengaruh
penerapan learning cycle 7e berbasis konstruktivisme terhadap kemampuan
berpikir kritis siswa pada materi Interaksi makhluk hidup dengan lingkungan
15 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut
151 Manfaat Korespondensi
Penelitian ini memberikan bukti empiris kebenaran teori pembelajaran
tentang penerapan learning cycle 7e dan pengaruhnya terhadap kemampuan
berpikir kritis siswa seperti hasil penelitian yang dilakukan oleh Indrawati et al
(201436) bahwa implementasi model pembelajaran learning cycle 7e efektif
untuk meningkatkan konsep dan kemampuan berpikir kritis siswa Hasil
penelitian Hartono (201365) bahwa model learning cycle 7e dapat meningkatkan
kemampuan berpikir kritis Hasil penelitian Siribunnan amp Tayraukham
(2009282) menunjukkan bahwa model learning cycle 7e dapat meningkatkan
kemampuan berpikir kritis yang lebih baik dibandingkan dengan metode
tradisional Demikian pula hasil penelitian Mecit (200648) menunjukkan bahwa
model learning cycle 7e dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis secara
signifikan dibandingkan dengan metode tradisional Selain itu hasil penelitian ini
digunakan untuk menguatkan prediksi bahwa untuk meningkatkan kemampuan
berpikir kritis dapat menerapkan pembelajaran dengan Learning Cycle 7E
7
152 Manfaat Koherensi
Penelitian ini mengembangkan dan membuktikan teori-teori yang
menghasilkan hipotesis tentang kebenaran bahwa penerapan learning cycle 7e
berpengaruh terhadap kemampuan berpikir kritis siswa
153 Manfaat Pragmatis
Manfaat pragmatis penelitian ini agar siswa memahami materi Interaksi
makhluk hidup dengan lingkungan melalui model pembelajaran learning cycle 7e
berbasis konstruktivisme Pemahaman materi oleh siswa dapat mengembangkan
kemampuan berpikir kritis siswa Menambah wawasan guru tentang variasi
pembelajaran untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa Penelitian
ini memberikan kontribusi bagi sekolah sebagai masukan dalam meningkatkan
kualitas pembelajaran
8
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
21 Teori Konstruktivisme
Teori konstruktivisme beranggapan bahwa pengetahuan merupakan
konstruksi dari pengetahuan awal yang telah ada Pengetahuan hasil dari
konstruksi kognitif melalui kegiatan siswa dengan membuat struktur kategori
konsep dan skema yang diperlukan untuk membentuk pengetahuan dalam hal ini
dibentuk oleh struktur konsepsi sewaktu siswa berinteraksi dengan lingkungan
(Maknun et al 2012 9-10)
Intisari dari teori konstruktivisme adalah bahwa siswa harus menemukan
dan mentransformasikan informasi kompleks kedalam diri sendiri Teori ini
memandang siswa sebagai individu yang selalu memeriksa informasi baru yang
berlawanan dengan prinsip-prinsip yang telah ada dan merevisi prinsip-prinsip
tersebut apabila sudah diangap tidak dapat digunakan lagi Hal ini memberikan
implikasi bahwa siswa harus terlibat aktif dalam pembelajaran dengan bantuan
guru sebagai fasilitator (Rifarsquoi amp Anni 2011137)
Implikasi pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan pandangan
konstruktivisme menurut Hapsari (2011 37) adalah sebagai berikut
a Tahap Apersepsi dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan problematik
tentang fenomena yang sering ditemui sehari-hari yang dikaitkan dengan
konsep yang akan dibahas Siswa diberi kesempatan untuk
mengkomunikasikan mengilustrasikan pemahaman tentang konsep tersebut
b Tahap Eksplorasi memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan
konsep melalui pengumpulan pengorganisasian dan menginterpretasikan data
dalam suatu kegiatan yang telah dirancang guru serta secara berkelompok
didiskusikan dengan kelompok lain
c Tahap diskusi dan penjelasan konsep yaitu siswa memberi penjelasan dan
solusi berdasarkan hasil observasi ditambah dengan penguatan guru maka
siswa membangun pemahaman baru tentang konsep yang sedang dipelajari
9
d Pengembangan dan aplikasi yaitu guru berusaha menciptakan iklim
pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat mengaplikasikan pemahaman
konseptual baik melalui kegiatan atau pemunculan dan pemecahan masalah-
masalah yang berkaitan dengan isu-isu di lingkungan
22 Teori Perkembangan Jean Piaget
Teori perkembangan Piaget mewakili konstruktivisme yang memandang
perkembangan kognitif sebagai suatu proses dimana anak secara aktif membangun
pengetahuan Piaget menyatakan bahwa belajar merupakan pengembangan aspek
kognitif yang meliputi skema asimilasi akomodasi ekuilibrasi
Asimilasi adalah pengumpulan dan pengelompokkan informasi baru
Seorang individu dalam proses pembelajaran akan mendapatkan informasi baru
yang kemudian akan dikumpulkan dan dikelompokkan ke dalam skema
(pengetahuan) yang telah ada Akomodasi merupakan modifikasi dari skema agar
informasi yang baru dan kontradiktif bisa diterjemahkan Informasi yang telah
terkumpul dan dikelompokkan dalam skema-skema yang telah ada sebelumnya
kemudian dimodifikasi menjadi suatu skema (pengetahuan) baru Ekuilibrasi
merupakan dorongan secara terus menerus ke arah keseimbangan atau
equilibrium Artinya pengetahuan dikonstruksi dari proses pengintegrasian
pengetahuan baru terhadap struktur kognitif yang sudah ada dan dilakukan
penyesuaian struktur kognitif dengan informasi baru yang didapatkan
Menurut Piaget sebagaimana dikutip oleh Trianto (200716) pada
perkembangan kognitif yang terpenting adalah penguasaan dan kategori konsep-
konsep Melalui penguasaan konsep siswa akan mengenal lingkungan dan
memecahkan berbagai masalah yang dihadapi dalam kehidupan
Menurut Piaget sebagaimana dikutip oleh Slavin (200845) setiap
individu pada saat tumbuh mulai dari bayi yang baru dilahirkan sampai menginjak
usia dewasa mengalami empat tingkatan perkembangan kognitif Empat tingkat
perkembangan kognitif tersebut adalah sebagai berikut
1 Tahap Sensorimotorik (sejak lahir hingga usia 2 tahun)
2 Tahap Pra-operasional (2-7 tahun)
10
3 Tahap Operasi Kongkrit (7-11 tahun)
4 Tahap Operasi Formal (usia 11 sampai dewasa)
Siswa SMP dengan rentang usia 11-15 tahun berada pada tahap operasi
formal Pada usia ini yang perlu dipertimbangkan adalah aspek-aspek
perkembangan remaja dimana remaja mengalami tahap transisi dari penggunaan
operasi kongkrit ke penerapan operasi formal dalam bernalar Menurut Slavin
(200846) pada tahap operasi formal anak sudah mampu berpikir tingkat tinggi
mampu berpikir secara deduktif induktif menganalisis mensintesis mampu
berpikir abstrak dan berpikir reflektif serta memecahkan berbagai masalah
23 Learning Cycle 7E Berbasis Konstruktivisme
Menurut Aqib (201366) proses pembelajaran adalah upaya secara
sistematis yang dilakukan guru untuk mewujudkan proses pembelajaran berjalan
secara efektif dan efisien yang dimulai dari perencanaan pelaksanaan dan
evaluasi Oleh karena itu pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu proses
komunikasi melalui interaksi antara guru dengan siswa dan antar siswa secara
efektif dan efisien untuk mencapai tujuan pembelajaran
Konsep pembelajaran konstruktivisme merupakan pembelajaran yang
didasarkan pada pemahaman bahwa proses belajar yang dilakukan siswa
merupakan proses konstruksi pengetahuan pemahaman dan pengalaman yang
dilakukan oleh siswa (Wardoyo 20134) Karakteristik dalam pembelajaran
konstruktivisme antara lain 1) berpusat pada siswa 2) adanya masalah 3) proses
menemukan 4) interaksi sosial dan 5) pengetahuan atau pemahaman baru
(Wardoyo 201341)
Salah satu model pembelajaran yang berlandaskan teori konstruktivisme
adalah learning cycle Menurut Trowbridge amp Bybee sebagaimana dikutip oleh
Wena (2011170) pada tahun 1970 model Learning Cycle pertama kali
diperkenalkan oleh Robert Karplus dan Their dalam Science Curriculum
Improvement StudySCIS Karplus dan Their mengembangkan model learning
cycle berdasarkan teori perkembangan kognitif Jean Piaget Implementasi teori
perkembangan kognitif Jean Piaget oleh Karplus dikembangkan dalam model
11
learning cycle yang pada mulanya terdiri dari tiga tahap yaitu eksplorasi
(exploration) pengenalan konsep (concept introduction) dan penerapan konsep
(concept application)
Pada pertengahan 1980an Biological Science Curriculum Study (BSCS)
mengembangkan model learning cycle dari tiga tahap siklus tersebut menjadi lima
tahap Tahap-tahap dalam pembelajaran Learning Cycle 5E meliputi engage
explore explain elaborateextend dan evaluate Perkembangan ini dilakukan
dengan menambahkan fase engage di awal pembelajaran yang bertujuan untuk
menggali pengetahuan awal siswa dan fase evaluate ditambahkan di akhir
pembelajaran yang bertujuan untuk menilai pemahaman siswa sedangkan fase
pemahaman konsep dan aplikasi konsep diganti dengan istilah baru yaitu explain
dan elaborate (Bybee et al 20068)
Perkembangan model learning cycle 7e yang paling baru sudah memiliki 7
tahap setelah mengalami pengkhususan menjadi 5 tahap Perubahan yang terjadi
pada tahap learning cycle 5e menjadi 7e terjadi pada tahap engage menjadi 2
tahap yaitu elicit dan engage sedangkan pada tahap elaborate dan evaluate
menjadi 3 tahap menjadi elaborate evaluate dan extend
Menurut Eisenkraft (200357) learning cycle 7e merupakan suatu model
pembelajaran yang bertujuan untuk menekankan pentingnya memunculkan
pemahaman awal siswa dan memperluas konsep Terdapat 7 tahap learning cycle
7e yang dapat dijelaskan sebagai berikut
1 Elicit (penggalian pengetahuan awal)
Makna dari elicit adalah menggali pemahaman awal yang dimiliki
siswa Langkah-langkah yang dapat dilakukan adalah dengan
mengajukan beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan materi
yang akan dipelajari
2 Engage (motivasi)
Pada tahap engage atau motivasi dapat dilakukan dengan cara
bercerita demonstrasi membuat prediski atau dengan
menunjukkan suatu objek gambar atau video Guru dapat
memberikan permasalahan dan meminta siswa untuk berpikir dan
mengajukan pertanyaan
3 Explore (melakukan pengamatan atau percobaan)
Pada tahap ini siswa diberi kesempatan untuk melakukan
pengamatan mengumpulkan data membuktikan prediksi atau
12
hipotesis merancang dan merencanakan percobaan membuat
grafik menafsirkan hasil serta mencatat hasil pengamatan
4 Explain (mengkomunikasikan)
Pada tahap ini guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menjelaskan konsep dan menunjukkan bukti hasil pengamatan
pada tahap explore melalui kegiatan diskusi Pada tahap ini siswa
diharapkan menemukan istilah-istilah dan konsep yang dipelajari
5 Elaborate (menerapkan konsep)
Tahap ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menerapkan konsep (pengetahuan baru) dan keterampilan dalam
situasi baru melalui kegiatan-kegiatan seperti pemecahan masalah
(problem solving)
6 Evaluate (evaluasi)
Tahap evaluasi model pembelajaran learning cycle 7e terdiri dari
evaluasi formatif dan evaluasi sumatif Evaluasi dapat dilakukan
melalui pemberian tes di akhir pembelajaran untuk mengetahui
sejauh mana tingkat pemahaman siswa terhadap konsep yang
dipelajari
7 Extend (mengaplikasikan konsep)
Tahap ini bertujuan untuk berpikir mencari menemukan dan
menjelaskan contoh penerapan konsep yang telah dipelajari
(Eisenkraft 200357)
Gambar 21 Perubahan Learning Cycle 5E Menjadi Learning Cycle 7E
13
Pengembangan tahap-tahap learning cycle dari 3 tahap
menjadi 5 tahap atau 7 tahap masih tetap berkaitan erat dengan teori
perkembangan kognitif Jean Piaget (skema asimilasi akomodasi dan
ekuilibrasi) Pembelajaran learning cycle memberikan kesempatan
kepada siswa untuk mengasimilasi informasi dengan cara
mengeksplorasi lingkungan mengakomodasi informasi dengan cara
mengembangkan konsep mengorganisasikan informasi dan
menghubungkan konsep-konsep baru dengan menggunakan atau
memperluas konsep yang dimiliki untuk menjelaskan suatu fenomena
yang berbeda Fase engagement dalam learning cycle termasuk dalam
proses asimilasi sedangkan fase evaluation masih merupakan proses
akomodasi dan ekuilibrasi
Model learning cycle 7e memiliki beberapa kelebihan dan kelemahan
Kelebihan dari model learning cycle 7e menurut Indrawati et al (201435) yaitu
1 Merangsang siswa untuk mengingat kembali materi pelajaran
yang telah didapatkan
2 Memberikan motivasi kepada siswa untuk menjadi lebih aktif dan
menambah rasa keingintahuan
3 Melatih siswa belajar menemukan konsep melalui kegiatan
ekperimen melatih siswa untuk menyampaikan konsep yang telah
dipelajari secara lisan
4 Melatih siswa untuk bekerjasama dan memberikan kesempatan
kepada siswa untuk berpikir mencari menemukan dan
menjelaskan contoh penerapan konsep yang telah dipelajari
Kelemahan dari model learning cycle 7e menurut Indrawati et al
(201435) yaitu
1 Efektivitas pembelajaran rendah jika guru kurang menguasai
materi dan langkah-langkah pembelajaran
2 Menuntut kesungguhan dan kreativitas guru dalam merancang dan
melaksanakan proses pembelajaran
3 Memerlukan waktu dan tenaga yang lebih banyak dalam menyusun
rencana dan melaksanakan pembelajaran
24 Kemampuan Berpikir Kritis
Menurut Ruggiero sebagaimana dikutip oleh Johnson (2007183) berpikir
merupakan segala aktivitas mental yang membantu merumuskan atau
memecahkan masalah membuat keputusan memenuhi keinginan untuk
memahami sebuah pencarian jawaban dan sebuah pencapaian makna Kowiyah
(2013176) menyatakan bahwa berpikir adalah suatu kegiatan atau proses
14
kognitif tindakan mental untuk memperoleh pengetahuan pemahaman dan
keterampilan agar mampu menemukan jalan keluar dan keputusan secara
deduktif induktif dan evaluatif
Secara teknis kemampuan berpikir dalam bahasa taksonomi Bloom
diartikan sebagai kemampuan intelektual yaitu kemampuan
menganalisismensintesis dan mengevaluasi Kemampuan-kemampuan ini dapat
dikatakan sebagai kemampuan berpikir kritis
Pembelajaran diharapkan dapat menjadi penunjang dalam
mengembangkan kemampuan berpikir siswa Kemampuan berpikir yang dapat
dikembangkan salah satunya adalah kemampuan berpikir kritis Tujuan
melatihkan kemampuan berpikir kritis adalah untuk menyiapkan siswa menjadi
seorang pemikir kritis dan mampu menyelesaikan masalah yang dihadapi (Tuna amp
Kaccedilar 201374) Selain itu untuk menghindarkan diri siswa dari penipuan
pencucian otak dan membuat keputusan dengan tepat dan bertanggung jawab
(Redhana amp Liliasari 2008 106)
Menurut Ennis (20111) berpikir kritis adalah berpikir rasional dan
reflektif dengan menekankan pada pembuatan keputusan tentang apa yang harus
dipercayai atau dilakukan Rasional berarti menurut pikiran dan pertimbangan
yang logis Reflektif berarti mempertimbangkan secara hati-hati segala alternatif
sebelum mengambil keputusan Jadi dalam hal ini Ennis (20111) menekankan
bahwa berpikir kritis lebih berhubungan dengan alasan yang dapat diterima ketika
seseorang mengambil keputusan Berdasarkan pengertian tersebut maka dapat
dirumuskan bahwa berpikir kritis merupakan proses menggunakan pikiran secara
rasional dan reflektif untuk mencari dan menganalisis informasi mengambil
keputusan dan menyelesaikan masalah
Ennis (19918) menyatakan bahwa dalam berpikir kritis terdapat dua
komponen yaitu karakter (disposition) dan kemampuan penguasaan pengetahuan
(ability) Komponen kemampuan penguasaan pengetahuan dalam berpikir kritis
sering disebut sebagai kemampuan berpikir kritis
Terdapat dua belas indikator kemampuan berpikir kritis yang
dikelompokkan dalam lima aspek berpikir kritis seperti pada Tabel 21 berikut
15
Tabel 21 Indikator Kemampuan Berpikir Kritis Menurut Ennis (198546)
No Aspek Indikator
1 Memberikan
penjelasan sederhana
1 Memfokuskan pertanyaan
2 Menganalisis pertanyaan
3 Bertanya dan menjawab
pertanyaan tentang suatu
penjelasan
2 Membangun
keterampilan dasar
1 Mempertimbangkan apakah
sumber dapat dipercaya atau
tidak
2 Mengobservasi dan
mempertimbangkan suatu
laporan hasil observasi
3 Menyimpulkan 1 Mendeduksi dan
mempertimbangkan hasil
deduksi
2 Menginduksi dan
mempertimbangkan hasil induksi
3 Membuat dan menentukan hasil
pertimbangan
4 Memberikan
penjelasan lanjut
1 Mendefinisikan istilah dan
mempertimbangkan suatu
definisi dalam tiga dimensi
2 Mengidentifikasi asumsi
5 Mengatur strategi
dan taktik
1 Menentukan suatu tindakan
2 Berinteraksi dengan orang lain
Kemampuan berpikir kritis dapat diukur dengan menggunakan instrumen
yang dikembangkan melalui aspek dan indikator berpikir kritis Evaluasi terhadap
kemampuan berpikir kritis antara lain bertujuan untuk mendiagnosis tingkat
kemampuan berpikir kritis siswa memberi umpan balik keberanian berpikir
siswa dan memberi motivasi agar siswa mengembangkan kemampuan berpikir
kritis (Ennis 1993180)
Karakter (disposition) adalah kecenderungan atau kebiasaan untuk berpikir
dalam cara dan kondisi tertentu Disposisi berpikir kritis merupakan sifat yang
melekat pada diri seseorang yang berpikir kritis (Lambertus 2009138)
Seseorang yang memiliki disposisi berpikir kritis akan cenderung berpikir kritis
ketika ada situasi atau kondisi yang menghadirkan stimulus untuk berpikir kritis
16
Pemikir kritis yang ideal memiliki karakter (disposition) untuk mencari
kejelasan dari pertanyaan mencari alasan berusaha mengetahui infomasi dengan
baik menggunakan dan menyebutkan sumber yang memiliki kredibilitas
memperhatikan situasi dan kondisi secara keseluruhan berusaha tetap relevan dengan
ide utama mengingat kepentingan yang asli dan mendasar mencari alternatif
bersikap dan berpikir terbuka mengambil posisi ketika ada bukti dan alasan yang
cukup untuk melakukan sesuatu mencari penjelasan sebanyak mungkin bersikap
secara sistematis dan teratur dengan bagian dari keseluruhan masalah (Ennis 19918)
25 Materi Interaksi Makhluk Hidup dengan Lingkungan
Materi Interaksi makhluk hidup dengan lingkungan merupakan salah satu
materi pokok kelas VII semester genap dalam kurikulum 2013 dengan kompetensi
dasar yaitu 38 mendeskripsikan interaksi antar makhluk hidup dan lingkungannya
dan 412 menyajikan hasil observasi terhadap interaksi makhluk hidup dengan
lingkungan di sekitarnya Indikator pembelajaran dalam penelitian ini meliputi
menjelaskan konsep ekosistem mengidentifikasi komponen biotik dan abiotik
mengidentifikasi satuan-satuan dalam ekosistem menghitung kepadatan populasi
menganalisis saling ketergantungan antara komponen biotik dan abiotik dan
menganalisis saling ketergantungan antar komponen biotik
Komponen ekosistem meliputi komponen abiotik (makhluk tak hidup) dan
komponen biotik (makhluk hidup) Komponen biotik meliputi organisme autotrof
yaitu produsen primer heterotrof yaitu konsumen dan detritivor yaitu organisme
pemakan limbah organik dan organisme yang telah mati
Produsen primer utama pada sebagian besar ekosistem darat adalah
tumbuhan sedangkan produsen primer dalam zona limnetik danau dan lautan
terbuka adalah fitoplankton (alga dan bakteri) Alga multiselluler dan tumbuhan
akuatik merupakan produsen primer di ekosistem air tawar maupun air laut
Organisme yang secara langsung memakan organisme autotrof disebut
herbivora Oleh karena itu herbivora disebut juga sebagai konsumen primer
sedangkan organisme yang mendapatkan makanan dengan memangsa herbivora
atau karnivora lain disebut karnivora Karnivora dapat berperan sebagai konsumen
17
sekunder tersier dan seterusnya Jalur perpindahan makanan dari tingkat trofik
satu ke tingkat trofik lainnya dikenal sebagai rantai makanan (food chain) akan
tetapi hubungan makan memakan dalam suatu ekosistem umumnya saling
berhubungan menjadi jaring-jaring makanan (food web) karena konsumen
memakan lebih dari satu tingkat trofik (Campbell et al 2004)
Kompetensi dasar dan indikator pembelajaran pada materi tersebut
menuntut siswa untuk dapat memahami konsep-konsep dan memecahkan masalah
yang sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari Penerapan learning cycle 7e
berbasis konstruktivisme mempertimbangkan pengetahuan awal siswa (elicit)
menyajikan masalah yang berkaitan dengan kehidupan nyata sebagai rangsangan
untuk belajar (engage) memberikan kesempatan secara langsung kepada siswa
untuk terlibat dalam penemuan konsep melalui kegiatan observasi (explore)
dilanjutkan dengan melakukan diskusi untuk mengklarifikasi konsep (elaborate)
dan evaluasi (evaluate) untuk mengetahui sejauh mana pemahaman konsep yang
telah dimiliki oleh siswa serta menerapkan konsep yang telah diperoleh pada
situasi baru (extend) Pembelajaran materi interaksi makhluk hidup dengan
lingkungan diharapkan menjadi lebih bermakna dan kemampuan berpikir kritis
siswa dapat berkembang dengan membandingkan konsep yang sudah diperoleh
dengan konsep baru yang dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari siswa Model
pembelajaran learning cycle 7e berbasis konstruktivisme diharapkan tepat apabila
digunakan dalam penyampaian materi ekosistem
18
26 Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
Gambar 22 Kerangka Berpikir Penelitian
27 Hipotesis
Penerapan Learning cycle 7e berbasis konstruktivisme berpengaruh
terhadap kemampuan berpikir kritis siswa pada materi Interaksi makhluk hidup
dengan lingkungan
Pembelajaran Learning
Cycle 7E berbasis
konstruktivisme
Menekankan
pengetahuan awal siswa
dan memungkinkan
mengaplikasikan
konsep yang telah
diperoleh
(Eisenkraft 200357)
Mampu meningkatkan
keterampilan proses
sains dan penguasaan
konsep (Kanli amp
Yagbasan 2007151)
Mampu meningkatkan
kemampuan berpikir
kritis
(Hartono 201365)
Mampu meningkatkan
kemampuan berpikir
kritis secara signifikan
dibandingkan metode
tradisional
(Mecit 200648)
Permasalahan dalam pembelajaran
Siswa kesulitan menganalisis suatu
permasalahan
Siswa kesulitan menyimpulkan
Siswa kesulitan mengaplikasikan konsep
pada situasi baru dan konkret
Keberanian mengajukan pertanyaan
amp pendapat rendah
Kemampuan berpikir kritis rendah
Berpikir kritis salah satu
keterampilan abad 21 yang
harus dimiliki oleh siswa
Tuntutan memberdayakan
SDM yang berkualitas
(Permendikbud 2013)
Kelas eksperimen Kelas kontrol
Pembelajaran
dengan metode
diskusi amp ceramah
Kemampuan berpikir kritis berkembang
Learning cycle 7e
berbasis
konstruktivisme
Quasi experimental design
Uji t
54
BAB 5
PENUTUP
51 Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa
penerapan learning cycle 7e berbasis konstruktivisme berpengaruh terhadap
kemampuan berpikir kritis siswa pada materi interaksi makhluk hidup dengan
lingkungan Peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa kelas eksperimen lebih
baik dari pada kelas kontrol
52 Saran
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan penerapan learning cycle
7e berbasis konstruktivisme terbukti berpengaruh terhadap kemampuan berpikir
kritis siswa pada materi interaksi makhluk hidup dengan lingkunganya Dengan
demikian maka beberapa saran yang dapat diberikan sebagai berikut
1 Guru IPA dapat mempertimbangkan pembelajaran learning cycle 7E berbasis
konstruktivisme pada materi interaksi makhluk hidup dengan lingkungan
karena terbukti dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa
2 Guru IPA dapat merancang proses pembelajaran dan instrumen pembelajaran
yang dapat memicu kemampuan berpikir kritis siswa
3 Bagi peneliti selanjutnya yang akan melakukan penelitian berkaitan dengan
kemampuan berpikir kritis disarankan mengoptimalkan pengelolaan kelas dan
memberikan banyak motivasi agar setiap siswa dapat berpartisipasi dan
berinteraksi dalam kegiatan pembelajaran Hal ini dimaksudkan agar
pembelajaran yang dilakukan efektif terhadap kemampuan berpikir kritis
siswa
55
DAFTAR PUSTAKA
Aqib Z 2013 Model-Model Media dan Strategi Pembelajaran
Kontekstual(Inovatif) Bandung Yrama Widya
Amertawengrum IP 2014 Filsafat Konstruktivisme dalam Pembelajaran Sastra
Anak Jurnal Magistra 26(89)8-17 KlatenUnwidha
Arifin Z 2012 Evaluasi Pembelajaran Jakarta Dirjen Pendidikan Islam Online
at
httpdualmodekemenaggoidfiledokumen34EvaluasiPembelajaranpdf
[diakses tanggal 17 Januari 2015]
Arikunto S 2010 Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Jakarta Bumi Aksara
_________ 2012 Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Jakarta Bumi Aksara
Bybee RW JA Taylor A Gardner PV Scotter JC Powell A Westbrook amp
N Landes 2006 The BSCS 5E Instructional Model Origins and
Effectiveness A Report Prepared for the Office of Science Education
National Institute of Health Colorado BSCS Online Tersedia di
httpscienceeducationnihgov [diakses 11-1- 2015]
Campbell NA Reece BJ amp Mitchell LG 2004 Biologi Alih Bahasa Manalu
W (eds) Erlangga Jakarta
Curto K amp T Bayer 2005 An Intersection of Critical Thinkking and
Communication Skillls Journal of Biological Science 31(4)11-19
Amerika Serikat University of Pittsburgh
Eisenkraft A 2003 Expanding The 5E Model Journal The Sciences Teacher
70(6) 56-59 Tersedia di httpits-about-
timecomhtmlsapeisenkrafttstpdf [diakses 3-2-2015]
Ennis RH 1985 A Logical Basic for Measuring Critical Thinking Skill Tersedia
di httpwwwascdorgASCDpdfjournalsed_leadel_198510_ennispdf
[diakses 27-1-2015]
Ennis RH 1991Critical Thinking A Streamlined Conception Tersedia di
httpfacultyeducationillinoisedurhennisdocumentsTheNatureofCritical
Thinking_51711_000pdf [diakses 27-1-2015]
Ennis R H 1993 Critical Thinking Assesment Journal Theory and Practice 32
(2) 179-186 Amerika Serikat The Ohio State University
56
Ennis RH 2011 The Nature of Critical Thinking An Outline of Critical
Thinking Dispositions and Abilities Tersedia di
httpfacultyeducationillinoisedurhennisdocumentsTheNatureofCritical
Thinking_51711_000pdf [diakses 27-1-2015]
Hapsari RTS 2011 Penerapan Model Konstruktivisme untuk Meningkatkan
Hasil Belajar Siswa Jurnal Pendidikan Penabur 10(16) (34-45) Tersedia
di
httpwwwbpkpenaburoridfilesHal2034_4520Penerapan20Mode
l20Pembelajaran20Konstruktivismepdf [diakses 25-1-2015]
Hartono 2013 Learning Cycle Model to Increase Studentrsquos Critical Thinking on
Science Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 9(1)56-66 Semarang
Universitas Negeri Semarang
Indrawati W Suyatno amp YSRahayu 2014 Implementasi Model Learning
Cycle 7E Pada Pembelajaran Kimia Dengan Materi Pokok Kelarutan Dan
Hasil Kali Kelarutan Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep dan
Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMA Prosiding Seminar Nasional
KimiaSurabaya Universitas Negeri Surabaya
Johnson EB 2007 Contextual Teaching amp Learning terjemahan Ibnu Setiawan
Bandung MLC
Kanli amp Yagbasan 2007 The Effects of a Laboratory Based on the 7E Learning
Cycle Model and Verification Laboratory Approach on the Development of
Studentsrsquo Science Process Skills and Conceptual Achievement Tersedia
diwwwuscaeduessaysspecialeditionUKanligraveandRYagbasanpdf[diakses
2-3-2015]
Kowiyah 2012 Kemampuan Berpikir Kritis Jurnal Pendidikan Dasar 3(5) 175-
179 Tersedia di httpjournalppsunjorgarticeldownload108108
[diakses 1-1-2015]
Kulsum U amp N Hindarto 2011 Penerapan Model Learning Cycle 5E pada Sub
pokok bahasan Kalor untuk Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar
Siswa Kelas VII SMP Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 7(1)128-
133Semarang Universitas Negeri Semarang
Kunandar 2013 Penilaian Autentik (Penilaian Hasil Belajar Kurikulum 2013)
Jakarta Raja Grafindo Persada
Lambertus 2009 Pentingnya Melatih Keterampilan Berpikir Kritis Dalam
Pembelajaran Matematika Di SD Jurnal Forum Pendidikan 28(2) (136-
142) Palembang Universitas Sriwijaya
57
Maknun D RR Haerin k Surtikanti amp AMunandar 2012 Praktikum Ekologi
Berbasis Proyek Media Pembekalan Keterampilan Esensial Laboratorium
Jurnal Pendidikan MIPA 13(1) 8-17 Lampung Universitas Lampung
Mecit O 2006 The Effect of 7E Learning Cycle Model on The Improvement of
Fifth Grade Studentsrsquo Critical Thinking Skills Tesis Turkey Middle East
Technical University
Permendikbud 2013 Implementasi Kurikulum Jakarta Depdiknas
Priyatno Duwi 2012 Belajar Analisis Data dengan SPSS 20 Yogyakarta Andi
Redhana IW amp Liliasari 2008 Program Pembelajaran Keterampilan Berpikir
Kritis Pada Topik Laju Reaksi Untuk Siswa SMA Jurnal Forum
Kependidikan 27(2)103-112 Bandung Universitas Pendidikan Indonesia
RifarsquoI Aamp CT Anni 2011 Psikologi Pendidikan Semarang Universitas Negeri
Semarang Press
Siribunnam amp Tayraukham 2009 Effect of 7-E KWL and Conventional on
Analitycal Thinking Learning Acievement and Attitudes toward Chemistry
Learning Journal of Social Sciences 5(4)279-282 Tersedia di
httpwwwamazoncomconventional-instruction-analytical-achievement-
attitudesdpB002TP5UQS [diakses 3-2-2015]
Slameto 2010 Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya Jakarta
Rhineka Cipta
Slavin RE 2008 Psikologi Pendidikan Teori dan Praktik Jakarta Indeks
Soeprodjo S Priatmoko amp EY Sariana 2008 Pengaruh Model Learning
Cycle terhadap Hasil Belajar Materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan
Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia 2(1) 224-229 Semarang Universitas
Negeri Semarang
Sudjana 2005 Metode Statistika Bandung Tarsito
Sugiyono 2013 Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif
Kualitatif dan RampD) Bandung Alfabeta
Trianto 2007 Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivisme
Jakarta Prestasi Pustaka
Tuna A amp A Kaccedilar 2013 The Effect of 5E Learning Cycle Model in Teaching
Trigonometry on Studentrsquos Academic Achievement and The Permanence of
Their Knowledge International Journal on New Trends in Education and
58
Their Implications 4(1) 73-87 Tersedia di
httpijonteorgFileploadks63207File07tunapdf [diakses 11-1- 2015]
Wardoyo SM 2013 Pembelajaran Konstruktivisme Bandung Alfabeta
Wena M 2011 Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer Jakarta Bumi
Aksara
Wiyanto 2008 Menyiapkan Guru Sains Mengembangkan Kompetensi
Laboratorium Semarang Unnes Press
Page 12
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1 Hasil Wawancara dan Observasi 59
2 Silabus Mata Pelajaran IPA 62
3 RPP Kelas Eksperimen 67
4 RPP Kelas Kontrol 80
5 LKS 1 Kelas Eksperimen dan Pembahasan 90
6 LDS 1 Kelas Eksperimen dan Pembahasan 95
7 Soal Evaluasi 1 Kelas Eksperimen dan Pembahasan 98
8 PR 1 Kelas Eksperimen dan Pembahasan 101
9 LKS 2 Kelas Eksperimen dan Pembahasan 103
10 LKS 3 Kelas Eksperimen dan Pembahasan 107
11 Kisi-kisi Lembar Observasi Aktivitas Kelas Eksperimen 114
12 Kisi-Kisi Lembar Obserasi Aktivitas Siswa Kelas Kontrol 115
13 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Kelas Eksperimen dan Kontrol 116
14 Rekapitulasi Aktivitas Siswa Kelas Eksperimen 117
15 Rekapitulasi Aktivitas Siswa Kelas Kontrol 118
16 Lembar Refleksi Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 119
17 Kisi-Kisi Lembar Keterlaksanaan Learning Cycle 7E 120
18 Lembar Keterlaksanaan Learning Cycle 7E Berbasis Konstruktivisme 121
19 Kisi-Kisi Angket Tanggapan Siswa Kelas Eksperimen 122
20 Lembar Angket Tanggapan Siswa Kelas Eksperimen 123
21 Kisi-Kisi Angket Tanggapan Siswa Kelas Kontrol 124
22 Lembar Angket Tanggapan Siswa Kelas Kontrol 125
23 Rekapitulasi Hasil Analisis Soal Uji Coba Pilihan Ganda 126
24 Rekapitulasi Hasil Analisis Soal Uji Coba Uraian 130
25 Perhitungan Validitas Soal 131
26 Perhitungan Reliabilitas Instrumen 133
27 Perhitungan Tingkat Kesukaran Soal 135
28 Perhitungan Daya Beda Soal 136
xiii
29 Kisi-Kisi Soal Kemampuan Berpikir Kritis 137
30 Soal Kemampuan Berpikir Kirits 139
31 Hasil Pretest Kelas Eksperimen 148
32 Hasil Posttest Kelas Eksperimen 149
33 Hasil Pretest Kelas Kontrol 150
34 Hasil Posttest Kelas Kontrol 151
35 Rekapitulasi N-gain 152
36 Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas Eksperimen 153
37 Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas Kontrol 154
38 Persentase Aspek Berpikir Kritis Pretets Kelas Eksperimen 155
39 Persentase Aspek Berpikir Kritis Posttest Kelas Eksperimen 157
40 Persentase Aspek Berpikir Kritis Pretets Kelas Kontrol 159
41 Persentase Aspek Berpikir Kritis Posttest Kelas Kontrol 161
42 Uji Normalitas Pretest 163
43 Uji Normalitas Posttest 164
44 Uji Normalitas N-gain 165
45 Uji Homogenitas dan Uji t Pretest 166
46 Uji Homogenitas dan Uji t Posttest 167
47 Uji Homogenitas dan Uji t N-gain 168
48 Rekapitulasi Analisis Tiap Aspek Kemampuan Berpikir Kritis 169
49 Hasil Rekapitulasi Tingkat Keterlaksanaan Learning Cycle 7E 170
50 Hasil Rekapitulasi Tanggapan Siswa Kelas Eksperimen 171
51 Hasil Rekapitulasi Tanggapan Siswa Kelas Kontrol 172
52 Dokumentasi Penelitian 173
53 Surat Ijin Observasi 175
54 Surat Ijin Penelitian 176
55 Surat Bukti Penelitian 177
1
BAB 1
PENDAHULUAN
11 Latar Belakang
Abad ke 21 merupakan era informasi dan teknologi dimana perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya di bidang informasi dan komunikasi
tumbuh semakin pesat Hal ini mempengaruhi semua aspek kehidupan termasuk
di bidang pendidikan Proses pendidikan pun dituntut untuk dapat menghasilkan
sumber daya manusia yang berkualitas Menurut Trilling amp Fadel sebagaimana
dikutip oleh Kulsum amp Hindarto (201362) menyatakan bahwa pada era
informasi dan teknologi diperlukan sumber daya manusia dengan kualitas tinggi
yang memiliki keahlian seperti kemampuan berpikir tingkat tinggi (berpikir
kritis) kreatif inovatif bekerja sama memahami berbagai budaya berkomunikasi
yang efektif kemampuan dalam teknologi dan informasi serta tanggung jawab
keimanan yang tinggi
Berdasarkan Permendikbud Nomor 81A Tahun 2013 tentang Implementasi
Kurikulum dijelaskan bahwa sistem pendidikan Indonesia saat ini dihadapkan
pada tuntutan memberdayakan potensi siswa supaya berkembang menjadi sumber
daya manusia yang berkualitas Oleh karena itu dalam menghadapi era informasi
seperti sekarang ini sistem pendidikan di Indonesia diharapkan mampu
membekali siswa dengan kemampuan-kemampuan belajar dan kecakapan hidup
(live skill) Salah satu kemampuan tersebut adalah kemampuan berpikir kritis
Berpikir kritis adalah berpikir rasional dan reflektif dengan menekankan
pada pembuatan keputusan tentang apa yang harus dipercayai atau dilakukan
(Ennis20111) Siswa dituntut untuk berpikir rasional yakni menurut pikiran dan
pertimbangan yang logis berpikir reflektif yakni mempertimbangkan secara hati-
hati segala alternatif sebelum mengambil keputusan
Tujuan melatihkan kemampuan berpikir kritis adalah untuk menyiapkan
siswa menjadi seorang pemikir kritis dan mampu menyelesaikan masalah yang
dihadapi (Tuna amp Kaccedilar 201374) Selain itu untuk menghindarkan diri siswa dari
2
penipuan pencucian otak dan membuat keputusan dengan tepat dan bertanggung
jawab (Redhana amp Liliasari 2008 106)
Menurut Lambertus (2009140) kemampuan berpikir kritis dapat dilatih
dan dikembangkan secara terus menerus Salah satu cara mengembangkan
kemampuan berpikir kritis yaitu melalui pembelajaran sains (IPA) Siswa dilatih
untuk bertanggung jawab terhadap diri sendiri dalam memperoleh pengetahuan
melalui kegiatan eksplorasi memecahkan masalah dan mengkomunikasikan hasil
penyelidikan yang dapat dipercaya pada pembelajaran sains Hal ini dikarenakan
dengan latihan dapat membuat keterampilan berpikir kritis menjadi suatu
kebiasaan
Kenyataan di sekolah pendidikan sains belum banyak yang berorientasi ke
arah pembiasaan berpikir tinggi (berpikir kritis) kemampuan siswa dalam
menjawab soal-soal yang menuntut kemampuan berpikir tinggi masih rendah
(Kunandar201318-19) Keikutsertaan Indonesia di dalam studi Trends in
International Mathematatics and science Study (TIMSS) dan Program for
International Student Assessment (PISA) sejak tahun 1999 juga menunjukkan
bahwa capaian siswa-siswi Indonesia tidak mengembirakan dalam beberapa
laporan yang dikeluarkan TIMSS dan PISA (Permendikbud 2013)
Berdasarkan observasi awal yang telah dilakukan di SMP N 19 Tegal
melalui wawancara dengan guru IPA dan pengamatan dalam proses pembelajaran
menunjukkan bahwa metode yang diterapkan oleh guru sudah bervariasi seperti
ceramah diskusi praktikum dan penugasan namun proses pembelajaran dan
soal-soal evaluasi yang di berikan belum berorientasi untuk mengembangkan
kemampuan berpikir kritis siswa Siswa mengalami kesulitan menganalisis suatu
permasalahan menyimpulkan serta kesulitan mengaplikasikan konsep dalam
situasi yang baru dan konkret Keberanian siswa untuk bertanya dan menjawab
pertanyaan masih rendah Ketika guru mengajukan pertanyaan siswa cenderung
pasif atau siswa belum terbiasa menjawab dengan inisiatif sendiri (data
selengkapnya pada lampiran 1 halaman 59)
Berdasarkan hal tersebut diperlukan suatu upaya untuk mengembangkan
kemampuan berpikir ktitis siswa Salah satu cara mengembangkan kemampuan
3
berpikir kritis yaitu melalui pembelajaran sains (IPA) yang memberikan
kesempatan kepada siswa untuk belajar ldquomenemukanrdquo bukan sekedar belajar
ldquomenerimardquo Kesempatan belajar menemukan dapat dikembangkan antara lain
dalam bentuk pembelajaran berbasis konstruktivisme yang memiliki karakteristik
meliputi berpusat pada siswa adanya masalah proses menemukan interaksi
sosial dan pengetahuan atau pemahaman baru (Wardoyo 201341)
Salah satu model pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan teori
konstruktivisme yaitu learning cycle 7e Hal tersebut terlihat dalam model
pembelajaran learning cycle memuat beberapa tahap kegiatan (fase) Menurut
(Eisenkraft200357) tujuh tahap kegiatan dalam learning cycle 7e antara lain
elicit (penggalian pengetahuan awal) engage (motivasi) explore (melakukan
pengamatan atau percobaan) explain (mengkomunikasikan) elaborate
(menerapkan konsep) evaluate (evaluasi) dan extend (mengaplikasikan konsep)
Beberapa penelitian telah dilakukan terkait penerapan model pembelajaran
learning cycle 7e dalam pembelajaran Berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Indrawati et al(201436) menyatakan bahwa implementasi model
pembelajaran learning cycle 7e efektif untuk meningkatkan penguasaan konsep
dan kemampuan berpikir kritis siswa Hasil penelitian Hartono (201365)
menunjukkan bahwa model pembelajaran learning cycle 7e dapat meningkatkan
kemampuan berpikir kritis siswa Hasil penelitian Kanli amp Yagbasan (2007151)
menunjukkan bahwa learning cycle 7e mampu meningkatkan keterampilan proses
sains dan penguasaan konsep siswa Hasil penelitian Mecit (200648)
menunjukkan bahwa model learning cycle 7e dapat meningkatkan kemampuan
berpikir kritis siswa secara signifikan dibandingkan dengan metode tradisional
Materi Interaksi makhluk hidup dengan lingkungan merupakan salah satu
materi pokok kelas VII semester genap dalam kurikulum 2013 dengan kompetensi
dasar yakni 38 mendeskripsikan interaksi antar makhluk hidup dan
lingkungannya dan 412 menyajikan hasil observasi terhadap interaksi makhluk
hidup dengan lingkungan di sekitarnya Kompetensi dasar pada materi tersebut
menuntut siswa untuk dapat memahami konsep-konsep dan memecahkan masalah
yang sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari Penerapan learning cycle 7e
4
berbasis konstruktivisme mempertimbangkan pengetahuan awal siswa (elicit)
menyajikan masalah yang berkaitan dengan kehidupan nyata sebagai rangsangan
untuk belajar (engage) memberikan kesempatan secara langsung kepada siswa
untuk terlibat dalam penemuan konsep (explore) dilanjutkan dengan melakukan
diskusi untuk mengklarifikasi konsep (elaborate) evaluasi (evaluate) serta
mengaplikasikan konsep tersebut pada situasi baru (extend) Pembelajaran materi
interaksi makhluk hidup akan menjadi lebih bermakna dan kemampuan berpikir
kritis siswa dapat berkembang dengan membandingkan konsep yang sudah
diperoleh dengan konsep baru yang dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari siswa
maka diharapkan model pembelajaran learning cycle 7e berbasis konstruktivisme
akan tepat apabila digunakan dalam penyampaian materi interaksi makhluk hidup
dengan lingkungan
Berdasarkan uraian di atas maka akan dilakukan penelitian yang berjudul
ldquoPengaruh Learning Cycle 7E Berbasis Konstruktivisme Terhadap Kemampuan
Berpikir Kritis Siswa pada Materi Interaksi Makhluk Hidup dengan Lingkunganrdquo
12 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang maka rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah apakah penerapan Learning Cycle 7E berbasis konstruktivisme
berpengaruh terhadap kemampuan berpikir kritis siswa pada materi Interaksi
makhluk hidup dengan lingkungan
13 Penegasan Istilah
Supaya tidak terjadi kesalahan penafsiran terhadap istilah-istilah yang
digunakan dalam penelitian ini maka perlu diberikan penjelasan tentang istilah-
istilah berikut
131 Pembelajaran Learning Cycle 7E Berbasis Konstruktivisme
Learning cycle 7e merupakan suatu model pembelajaran yang bertujuan
untuk menekankan pentingnya memunculkan pemahaman awal siswa dan
memperluas (transfer) konsep Menurut Eisenkraft (200357) terdapat tujuh tahap
5
dalam learning cycle 7e yaitu elicit (penggalian pengetahuan awal) engage
(motivasi) explore (melakukan pengamatan atau percobaan) explain
(mengkomunikasikan) elaborate (menerapkan konsep) evaluate (evaluasi) dan
extend (mengaplikasikan konsep)
Konsep pembelajaran konstruktivisme merupakan pembelajaran yang
didasarkan pada pemahaman bahwa proses belajar yang dilakukan siswa
merupakan proses konstruksi pengetahuan pemahaman dan pengalaman yang
dilakukan oleh siswa (Wardoyo 20134) Karakteristik dalam pembelajaran
konstruktivisme antara lain 1) berpusat pada siswa 2) adanya masalah 3) proses
menemukan 4) interaksi sosial dan 5) pengetahuan atau pemahaman baru
(Wardoyo 201341) Pembelajaran learning cycle 7e berbasis konstruktivisme
pada penelitian ini adalah pembelajaran IPA yang menerapkan tahap-tahap model
pembelajaran learning cycle 7e yang didasarkan pada kelima karakteristik
pembelajaran konstruktivisme menurut Wardoyo (201341)
132 Kemampuan Berpikir Kritis
Menurut Ennis (20111) berpikir kritis adalah berpikir rasional dan
reflektif dengan menekankan pada pembuatan keputusan tentang apa yang harus
dipercayai atau dilakukan Rasional berarti menurut pikiran dan pertimbangan
yang logis Reflektif berarti mempertimbangkan secara hati-hati segala alternatif
sebelum mengambil keputusan
Kemampuan berpikir kritis yang diukur pada penelitian ini mengacu pada
(Ennis 198546) yang menyebutkan terdapat lima aspek sebagai indikator dalam
berpikir kritis yaitu (1) memberikan penjelasan sederhana (2) membangun
keterampilan dasar (3) menyimpulkan 4) memberi penjelasan lanjut dan (5)
mengatur strategi dan taktik
133 Materi Interaksi Makhluk Hidup dengan Lingkungan
Materi Interaksi makhluk hidup dengan lingkungan merupakan salah satu
materi pokok kelas VII semester genap dalam kurikulum 2013 dengan kompetensi
dasar yakni 38 mendeskripsikan interaksi antar makhluk hidup dan
6
lingkungannya dan 412 menyajikan hasil observasi terhadap interaksi makhluk
hidup dengan lingkungan di sekitarnya Indikator pembelajaran dalam penelitian
ini yaitu menjelaskan konsep ekosistem mengidentifikasi komponen abiotik dan
biotik mengidentifikasi satuan-satuan dalam ekosistem menghitung kepadatan
populasi menganalisis saling ketergantungan antara komponen biotik dengan
abiotik dan menganalisis saling ketergantungan antar komponen biotik
14 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan pengaruh
penerapan learning cycle 7e berbasis konstruktivisme terhadap kemampuan
berpikir kritis siswa pada materi Interaksi makhluk hidup dengan lingkungan
15 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut
151 Manfaat Korespondensi
Penelitian ini memberikan bukti empiris kebenaran teori pembelajaran
tentang penerapan learning cycle 7e dan pengaruhnya terhadap kemampuan
berpikir kritis siswa seperti hasil penelitian yang dilakukan oleh Indrawati et al
(201436) bahwa implementasi model pembelajaran learning cycle 7e efektif
untuk meningkatkan konsep dan kemampuan berpikir kritis siswa Hasil
penelitian Hartono (201365) bahwa model learning cycle 7e dapat meningkatkan
kemampuan berpikir kritis Hasil penelitian Siribunnan amp Tayraukham
(2009282) menunjukkan bahwa model learning cycle 7e dapat meningkatkan
kemampuan berpikir kritis yang lebih baik dibandingkan dengan metode
tradisional Demikian pula hasil penelitian Mecit (200648) menunjukkan bahwa
model learning cycle 7e dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis secara
signifikan dibandingkan dengan metode tradisional Selain itu hasil penelitian ini
digunakan untuk menguatkan prediksi bahwa untuk meningkatkan kemampuan
berpikir kritis dapat menerapkan pembelajaran dengan Learning Cycle 7E
7
152 Manfaat Koherensi
Penelitian ini mengembangkan dan membuktikan teori-teori yang
menghasilkan hipotesis tentang kebenaran bahwa penerapan learning cycle 7e
berpengaruh terhadap kemampuan berpikir kritis siswa
153 Manfaat Pragmatis
Manfaat pragmatis penelitian ini agar siswa memahami materi Interaksi
makhluk hidup dengan lingkungan melalui model pembelajaran learning cycle 7e
berbasis konstruktivisme Pemahaman materi oleh siswa dapat mengembangkan
kemampuan berpikir kritis siswa Menambah wawasan guru tentang variasi
pembelajaran untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa Penelitian
ini memberikan kontribusi bagi sekolah sebagai masukan dalam meningkatkan
kualitas pembelajaran
8
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
21 Teori Konstruktivisme
Teori konstruktivisme beranggapan bahwa pengetahuan merupakan
konstruksi dari pengetahuan awal yang telah ada Pengetahuan hasil dari
konstruksi kognitif melalui kegiatan siswa dengan membuat struktur kategori
konsep dan skema yang diperlukan untuk membentuk pengetahuan dalam hal ini
dibentuk oleh struktur konsepsi sewaktu siswa berinteraksi dengan lingkungan
(Maknun et al 2012 9-10)
Intisari dari teori konstruktivisme adalah bahwa siswa harus menemukan
dan mentransformasikan informasi kompleks kedalam diri sendiri Teori ini
memandang siswa sebagai individu yang selalu memeriksa informasi baru yang
berlawanan dengan prinsip-prinsip yang telah ada dan merevisi prinsip-prinsip
tersebut apabila sudah diangap tidak dapat digunakan lagi Hal ini memberikan
implikasi bahwa siswa harus terlibat aktif dalam pembelajaran dengan bantuan
guru sebagai fasilitator (Rifarsquoi amp Anni 2011137)
Implikasi pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan pandangan
konstruktivisme menurut Hapsari (2011 37) adalah sebagai berikut
a Tahap Apersepsi dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan problematik
tentang fenomena yang sering ditemui sehari-hari yang dikaitkan dengan
konsep yang akan dibahas Siswa diberi kesempatan untuk
mengkomunikasikan mengilustrasikan pemahaman tentang konsep tersebut
b Tahap Eksplorasi memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan
konsep melalui pengumpulan pengorganisasian dan menginterpretasikan data
dalam suatu kegiatan yang telah dirancang guru serta secara berkelompok
didiskusikan dengan kelompok lain
c Tahap diskusi dan penjelasan konsep yaitu siswa memberi penjelasan dan
solusi berdasarkan hasil observasi ditambah dengan penguatan guru maka
siswa membangun pemahaman baru tentang konsep yang sedang dipelajari
9
d Pengembangan dan aplikasi yaitu guru berusaha menciptakan iklim
pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat mengaplikasikan pemahaman
konseptual baik melalui kegiatan atau pemunculan dan pemecahan masalah-
masalah yang berkaitan dengan isu-isu di lingkungan
22 Teori Perkembangan Jean Piaget
Teori perkembangan Piaget mewakili konstruktivisme yang memandang
perkembangan kognitif sebagai suatu proses dimana anak secara aktif membangun
pengetahuan Piaget menyatakan bahwa belajar merupakan pengembangan aspek
kognitif yang meliputi skema asimilasi akomodasi ekuilibrasi
Asimilasi adalah pengumpulan dan pengelompokkan informasi baru
Seorang individu dalam proses pembelajaran akan mendapatkan informasi baru
yang kemudian akan dikumpulkan dan dikelompokkan ke dalam skema
(pengetahuan) yang telah ada Akomodasi merupakan modifikasi dari skema agar
informasi yang baru dan kontradiktif bisa diterjemahkan Informasi yang telah
terkumpul dan dikelompokkan dalam skema-skema yang telah ada sebelumnya
kemudian dimodifikasi menjadi suatu skema (pengetahuan) baru Ekuilibrasi
merupakan dorongan secara terus menerus ke arah keseimbangan atau
equilibrium Artinya pengetahuan dikonstruksi dari proses pengintegrasian
pengetahuan baru terhadap struktur kognitif yang sudah ada dan dilakukan
penyesuaian struktur kognitif dengan informasi baru yang didapatkan
Menurut Piaget sebagaimana dikutip oleh Trianto (200716) pada
perkembangan kognitif yang terpenting adalah penguasaan dan kategori konsep-
konsep Melalui penguasaan konsep siswa akan mengenal lingkungan dan
memecahkan berbagai masalah yang dihadapi dalam kehidupan
Menurut Piaget sebagaimana dikutip oleh Slavin (200845) setiap
individu pada saat tumbuh mulai dari bayi yang baru dilahirkan sampai menginjak
usia dewasa mengalami empat tingkatan perkembangan kognitif Empat tingkat
perkembangan kognitif tersebut adalah sebagai berikut
1 Tahap Sensorimotorik (sejak lahir hingga usia 2 tahun)
2 Tahap Pra-operasional (2-7 tahun)
10
3 Tahap Operasi Kongkrit (7-11 tahun)
4 Tahap Operasi Formal (usia 11 sampai dewasa)
Siswa SMP dengan rentang usia 11-15 tahun berada pada tahap operasi
formal Pada usia ini yang perlu dipertimbangkan adalah aspek-aspek
perkembangan remaja dimana remaja mengalami tahap transisi dari penggunaan
operasi kongkrit ke penerapan operasi formal dalam bernalar Menurut Slavin
(200846) pada tahap operasi formal anak sudah mampu berpikir tingkat tinggi
mampu berpikir secara deduktif induktif menganalisis mensintesis mampu
berpikir abstrak dan berpikir reflektif serta memecahkan berbagai masalah
23 Learning Cycle 7E Berbasis Konstruktivisme
Menurut Aqib (201366) proses pembelajaran adalah upaya secara
sistematis yang dilakukan guru untuk mewujudkan proses pembelajaran berjalan
secara efektif dan efisien yang dimulai dari perencanaan pelaksanaan dan
evaluasi Oleh karena itu pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu proses
komunikasi melalui interaksi antara guru dengan siswa dan antar siswa secara
efektif dan efisien untuk mencapai tujuan pembelajaran
Konsep pembelajaran konstruktivisme merupakan pembelajaran yang
didasarkan pada pemahaman bahwa proses belajar yang dilakukan siswa
merupakan proses konstruksi pengetahuan pemahaman dan pengalaman yang
dilakukan oleh siswa (Wardoyo 20134) Karakteristik dalam pembelajaran
konstruktivisme antara lain 1) berpusat pada siswa 2) adanya masalah 3) proses
menemukan 4) interaksi sosial dan 5) pengetahuan atau pemahaman baru
(Wardoyo 201341)
Salah satu model pembelajaran yang berlandaskan teori konstruktivisme
adalah learning cycle Menurut Trowbridge amp Bybee sebagaimana dikutip oleh
Wena (2011170) pada tahun 1970 model Learning Cycle pertama kali
diperkenalkan oleh Robert Karplus dan Their dalam Science Curriculum
Improvement StudySCIS Karplus dan Their mengembangkan model learning
cycle berdasarkan teori perkembangan kognitif Jean Piaget Implementasi teori
perkembangan kognitif Jean Piaget oleh Karplus dikembangkan dalam model
11
learning cycle yang pada mulanya terdiri dari tiga tahap yaitu eksplorasi
(exploration) pengenalan konsep (concept introduction) dan penerapan konsep
(concept application)
Pada pertengahan 1980an Biological Science Curriculum Study (BSCS)
mengembangkan model learning cycle dari tiga tahap siklus tersebut menjadi lima
tahap Tahap-tahap dalam pembelajaran Learning Cycle 5E meliputi engage
explore explain elaborateextend dan evaluate Perkembangan ini dilakukan
dengan menambahkan fase engage di awal pembelajaran yang bertujuan untuk
menggali pengetahuan awal siswa dan fase evaluate ditambahkan di akhir
pembelajaran yang bertujuan untuk menilai pemahaman siswa sedangkan fase
pemahaman konsep dan aplikasi konsep diganti dengan istilah baru yaitu explain
dan elaborate (Bybee et al 20068)
Perkembangan model learning cycle 7e yang paling baru sudah memiliki 7
tahap setelah mengalami pengkhususan menjadi 5 tahap Perubahan yang terjadi
pada tahap learning cycle 5e menjadi 7e terjadi pada tahap engage menjadi 2
tahap yaitu elicit dan engage sedangkan pada tahap elaborate dan evaluate
menjadi 3 tahap menjadi elaborate evaluate dan extend
Menurut Eisenkraft (200357) learning cycle 7e merupakan suatu model
pembelajaran yang bertujuan untuk menekankan pentingnya memunculkan
pemahaman awal siswa dan memperluas konsep Terdapat 7 tahap learning cycle
7e yang dapat dijelaskan sebagai berikut
1 Elicit (penggalian pengetahuan awal)
Makna dari elicit adalah menggali pemahaman awal yang dimiliki
siswa Langkah-langkah yang dapat dilakukan adalah dengan
mengajukan beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan materi
yang akan dipelajari
2 Engage (motivasi)
Pada tahap engage atau motivasi dapat dilakukan dengan cara
bercerita demonstrasi membuat prediski atau dengan
menunjukkan suatu objek gambar atau video Guru dapat
memberikan permasalahan dan meminta siswa untuk berpikir dan
mengajukan pertanyaan
3 Explore (melakukan pengamatan atau percobaan)
Pada tahap ini siswa diberi kesempatan untuk melakukan
pengamatan mengumpulkan data membuktikan prediksi atau
12
hipotesis merancang dan merencanakan percobaan membuat
grafik menafsirkan hasil serta mencatat hasil pengamatan
4 Explain (mengkomunikasikan)
Pada tahap ini guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menjelaskan konsep dan menunjukkan bukti hasil pengamatan
pada tahap explore melalui kegiatan diskusi Pada tahap ini siswa
diharapkan menemukan istilah-istilah dan konsep yang dipelajari
5 Elaborate (menerapkan konsep)
Tahap ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menerapkan konsep (pengetahuan baru) dan keterampilan dalam
situasi baru melalui kegiatan-kegiatan seperti pemecahan masalah
(problem solving)
6 Evaluate (evaluasi)
Tahap evaluasi model pembelajaran learning cycle 7e terdiri dari
evaluasi formatif dan evaluasi sumatif Evaluasi dapat dilakukan
melalui pemberian tes di akhir pembelajaran untuk mengetahui
sejauh mana tingkat pemahaman siswa terhadap konsep yang
dipelajari
7 Extend (mengaplikasikan konsep)
Tahap ini bertujuan untuk berpikir mencari menemukan dan
menjelaskan contoh penerapan konsep yang telah dipelajari
(Eisenkraft 200357)
Gambar 21 Perubahan Learning Cycle 5E Menjadi Learning Cycle 7E
13
Pengembangan tahap-tahap learning cycle dari 3 tahap
menjadi 5 tahap atau 7 tahap masih tetap berkaitan erat dengan teori
perkembangan kognitif Jean Piaget (skema asimilasi akomodasi dan
ekuilibrasi) Pembelajaran learning cycle memberikan kesempatan
kepada siswa untuk mengasimilasi informasi dengan cara
mengeksplorasi lingkungan mengakomodasi informasi dengan cara
mengembangkan konsep mengorganisasikan informasi dan
menghubungkan konsep-konsep baru dengan menggunakan atau
memperluas konsep yang dimiliki untuk menjelaskan suatu fenomena
yang berbeda Fase engagement dalam learning cycle termasuk dalam
proses asimilasi sedangkan fase evaluation masih merupakan proses
akomodasi dan ekuilibrasi
Model learning cycle 7e memiliki beberapa kelebihan dan kelemahan
Kelebihan dari model learning cycle 7e menurut Indrawati et al (201435) yaitu
1 Merangsang siswa untuk mengingat kembali materi pelajaran
yang telah didapatkan
2 Memberikan motivasi kepada siswa untuk menjadi lebih aktif dan
menambah rasa keingintahuan
3 Melatih siswa belajar menemukan konsep melalui kegiatan
ekperimen melatih siswa untuk menyampaikan konsep yang telah
dipelajari secara lisan
4 Melatih siswa untuk bekerjasama dan memberikan kesempatan
kepada siswa untuk berpikir mencari menemukan dan
menjelaskan contoh penerapan konsep yang telah dipelajari
Kelemahan dari model learning cycle 7e menurut Indrawati et al
(201435) yaitu
1 Efektivitas pembelajaran rendah jika guru kurang menguasai
materi dan langkah-langkah pembelajaran
2 Menuntut kesungguhan dan kreativitas guru dalam merancang dan
melaksanakan proses pembelajaran
3 Memerlukan waktu dan tenaga yang lebih banyak dalam menyusun
rencana dan melaksanakan pembelajaran
24 Kemampuan Berpikir Kritis
Menurut Ruggiero sebagaimana dikutip oleh Johnson (2007183) berpikir
merupakan segala aktivitas mental yang membantu merumuskan atau
memecahkan masalah membuat keputusan memenuhi keinginan untuk
memahami sebuah pencarian jawaban dan sebuah pencapaian makna Kowiyah
(2013176) menyatakan bahwa berpikir adalah suatu kegiatan atau proses
14
kognitif tindakan mental untuk memperoleh pengetahuan pemahaman dan
keterampilan agar mampu menemukan jalan keluar dan keputusan secara
deduktif induktif dan evaluatif
Secara teknis kemampuan berpikir dalam bahasa taksonomi Bloom
diartikan sebagai kemampuan intelektual yaitu kemampuan
menganalisismensintesis dan mengevaluasi Kemampuan-kemampuan ini dapat
dikatakan sebagai kemampuan berpikir kritis
Pembelajaran diharapkan dapat menjadi penunjang dalam
mengembangkan kemampuan berpikir siswa Kemampuan berpikir yang dapat
dikembangkan salah satunya adalah kemampuan berpikir kritis Tujuan
melatihkan kemampuan berpikir kritis adalah untuk menyiapkan siswa menjadi
seorang pemikir kritis dan mampu menyelesaikan masalah yang dihadapi (Tuna amp
Kaccedilar 201374) Selain itu untuk menghindarkan diri siswa dari penipuan
pencucian otak dan membuat keputusan dengan tepat dan bertanggung jawab
(Redhana amp Liliasari 2008 106)
Menurut Ennis (20111) berpikir kritis adalah berpikir rasional dan
reflektif dengan menekankan pada pembuatan keputusan tentang apa yang harus
dipercayai atau dilakukan Rasional berarti menurut pikiran dan pertimbangan
yang logis Reflektif berarti mempertimbangkan secara hati-hati segala alternatif
sebelum mengambil keputusan Jadi dalam hal ini Ennis (20111) menekankan
bahwa berpikir kritis lebih berhubungan dengan alasan yang dapat diterima ketika
seseorang mengambil keputusan Berdasarkan pengertian tersebut maka dapat
dirumuskan bahwa berpikir kritis merupakan proses menggunakan pikiran secara
rasional dan reflektif untuk mencari dan menganalisis informasi mengambil
keputusan dan menyelesaikan masalah
Ennis (19918) menyatakan bahwa dalam berpikir kritis terdapat dua
komponen yaitu karakter (disposition) dan kemampuan penguasaan pengetahuan
(ability) Komponen kemampuan penguasaan pengetahuan dalam berpikir kritis
sering disebut sebagai kemampuan berpikir kritis
Terdapat dua belas indikator kemampuan berpikir kritis yang
dikelompokkan dalam lima aspek berpikir kritis seperti pada Tabel 21 berikut
15
Tabel 21 Indikator Kemampuan Berpikir Kritis Menurut Ennis (198546)
No Aspek Indikator
1 Memberikan
penjelasan sederhana
1 Memfokuskan pertanyaan
2 Menganalisis pertanyaan
3 Bertanya dan menjawab
pertanyaan tentang suatu
penjelasan
2 Membangun
keterampilan dasar
1 Mempertimbangkan apakah
sumber dapat dipercaya atau
tidak
2 Mengobservasi dan
mempertimbangkan suatu
laporan hasil observasi
3 Menyimpulkan 1 Mendeduksi dan
mempertimbangkan hasil
deduksi
2 Menginduksi dan
mempertimbangkan hasil induksi
3 Membuat dan menentukan hasil
pertimbangan
4 Memberikan
penjelasan lanjut
1 Mendefinisikan istilah dan
mempertimbangkan suatu
definisi dalam tiga dimensi
2 Mengidentifikasi asumsi
5 Mengatur strategi
dan taktik
1 Menentukan suatu tindakan
2 Berinteraksi dengan orang lain
Kemampuan berpikir kritis dapat diukur dengan menggunakan instrumen
yang dikembangkan melalui aspek dan indikator berpikir kritis Evaluasi terhadap
kemampuan berpikir kritis antara lain bertujuan untuk mendiagnosis tingkat
kemampuan berpikir kritis siswa memberi umpan balik keberanian berpikir
siswa dan memberi motivasi agar siswa mengembangkan kemampuan berpikir
kritis (Ennis 1993180)
Karakter (disposition) adalah kecenderungan atau kebiasaan untuk berpikir
dalam cara dan kondisi tertentu Disposisi berpikir kritis merupakan sifat yang
melekat pada diri seseorang yang berpikir kritis (Lambertus 2009138)
Seseorang yang memiliki disposisi berpikir kritis akan cenderung berpikir kritis
ketika ada situasi atau kondisi yang menghadirkan stimulus untuk berpikir kritis
16
Pemikir kritis yang ideal memiliki karakter (disposition) untuk mencari
kejelasan dari pertanyaan mencari alasan berusaha mengetahui infomasi dengan
baik menggunakan dan menyebutkan sumber yang memiliki kredibilitas
memperhatikan situasi dan kondisi secara keseluruhan berusaha tetap relevan dengan
ide utama mengingat kepentingan yang asli dan mendasar mencari alternatif
bersikap dan berpikir terbuka mengambil posisi ketika ada bukti dan alasan yang
cukup untuk melakukan sesuatu mencari penjelasan sebanyak mungkin bersikap
secara sistematis dan teratur dengan bagian dari keseluruhan masalah (Ennis 19918)
25 Materi Interaksi Makhluk Hidup dengan Lingkungan
Materi Interaksi makhluk hidup dengan lingkungan merupakan salah satu
materi pokok kelas VII semester genap dalam kurikulum 2013 dengan kompetensi
dasar yaitu 38 mendeskripsikan interaksi antar makhluk hidup dan lingkungannya
dan 412 menyajikan hasil observasi terhadap interaksi makhluk hidup dengan
lingkungan di sekitarnya Indikator pembelajaran dalam penelitian ini meliputi
menjelaskan konsep ekosistem mengidentifikasi komponen biotik dan abiotik
mengidentifikasi satuan-satuan dalam ekosistem menghitung kepadatan populasi
menganalisis saling ketergantungan antara komponen biotik dan abiotik dan
menganalisis saling ketergantungan antar komponen biotik
Komponen ekosistem meliputi komponen abiotik (makhluk tak hidup) dan
komponen biotik (makhluk hidup) Komponen biotik meliputi organisme autotrof
yaitu produsen primer heterotrof yaitu konsumen dan detritivor yaitu organisme
pemakan limbah organik dan organisme yang telah mati
Produsen primer utama pada sebagian besar ekosistem darat adalah
tumbuhan sedangkan produsen primer dalam zona limnetik danau dan lautan
terbuka adalah fitoplankton (alga dan bakteri) Alga multiselluler dan tumbuhan
akuatik merupakan produsen primer di ekosistem air tawar maupun air laut
Organisme yang secara langsung memakan organisme autotrof disebut
herbivora Oleh karena itu herbivora disebut juga sebagai konsumen primer
sedangkan organisme yang mendapatkan makanan dengan memangsa herbivora
atau karnivora lain disebut karnivora Karnivora dapat berperan sebagai konsumen
17
sekunder tersier dan seterusnya Jalur perpindahan makanan dari tingkat trofik
satu ke tingkat trofik lainnya dikenal sebagai rantai makanan (food chain) akan
tetapi hubungan makan memakan dalam suatu ekosistem umumnya saling
berhubungan menjadi jaring-jaring makanan (food web) karena konsumen
memakan lebih dari satu tingkat trofik (Campbell et al 2004)
Kompetensi dasar dan indikator pembelajaran pada materi tersebut
menuntut siswa untuk dapat memahami konsep-konsep dan memecahkan masalah
yang sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari Penerapan learning cycle 7e
berbasis konstruktivisme mempertimbangkan pengetahuan awal siswa (elicit)
menyajikan masalah yang berkaitan dengan kehidupan nyata sebagai rangsangan
untuk belajar (engage) memberikan kesempatan secara langsung kepada siswa
untuk terlibat dalam penemuan konsep melalui kegiatan observasi (explore)
dilanjutkan dengan melakukan diskusi untuk mengklarifikasi konsep (elaborate)
dan evaluasi (evaluate) untuk mengetahui sejauh mana pemahaman konsep yang
telah dimiliki oleh siswa serta menerapkan konsep yang telah diperoleh pada
situasi baru (extend) Pembelajaran materi interaksi makhluk hidup dengan
lingkungan diharapkan menjadi lebih bermakna dan kemampuan berpikir kritis
siswa dapat berkembang dengan membandingkan konsep yang sudah diperoleh
dengan konsep baru yang dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari siswa Model
pembelajaran learning cycle 7e berbasis konstruktivisme diharapkan tepat apabila
digunakan dalam penyampaian materi ekosistem
18
26 Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
Gambar 22 Kerangka Berpikir Penelitian
27 Hipotesis
Penerapan Learning cycle 7e berbasis konstruktivisme berpengaruh
terhadap kemampuan berpikir kritis siswa pada materi Interaksi makhluk hidup
dengan lingkungan
Pembelajaran Learning
Cycle 7E berbasis
konstruktivisme
Menekankan
pengetahuan awal siswa
dan memungkinkan
mengaplikasikan
konsep yang telah
diperoleh
(Eisenkraft 200357)
Mampu meningkatkan
keterampilan proses
sains dan penguasaan
konsep (Kanli amp
Yagbasan 2007151)
Mampu meningkatkan
kemampuan berpikir
kritis
(Hartono 201365)
Mampu meningkatkan
kemampuan berpikir
kritis secara signifikan
dibandingkan metode
tradisional
(Mecit 200648)
Permasalahan dalam pembelajaran
Siswa kesulitan menganalisis suatu
permasalahan
Siswa kesulitan menyimpulkan
Siswa kesulitan mengaplikasikan konsep
pada situasi baru dan konkret
Keberanian mengajukan pertanyaan
amp pendapat rendah
Kemampuan berpikir kritis rendah
Berpikir kritis salah satu
keterampilan abad 21 yang
harus dimiliki oleh siswa
Tuntutan memberdayakan
SDM yang berkualitas
(Permendikbud 2013)
Kelas eksperimen Kelas kontrol
Pembelajaran
dengan metode
diskusi amp ceramah
Kemampuan berpikir kritis berkembang
Learning cycle 7e
berbasis
konstruktivisme
Quasi experimental design
Uji t
54
BAB 5
PENUTUP
51 Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa
penerapan learning cycle 7e berbasis konstruktivisme berpengaruh terhadap
kemampuan berpikir kritis siswa pada materi interaksi makhluk hidup dengan
lingkungan Peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa kelas eksperimen lebih
baik dari pada kelas kontrol
52 Saran
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan penerapan learning cycle
7e berbasis konstruktivisme terbukti berpengaruh terhadap kemampuan berpikir
kritis siswa pada materi interaksi makhluk hidup dengan lingkunganya Dengan
demikian maka beberapa saran yang dapat diberikan sebagai berikut
1 Guru IPA dapat mempertimbangkan pembelajaran learning cycle 7E berbasis
konstruktivisme pada materi interaksi makhluk hidup dengan lingkungan
karena terbukti dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa
2 Guru IPA dapat merancang proses pembelajaran dan instrumen pembelajaran
yang dapat memicu kemampuan berpikir kritis siswa
3 Bagi peneliti selanjutnya yang akan melakukan penelitian berkaitan dengan
kemampuan berpikir kritis disarankan mengoptimalkan pengelolaan kelas dan
memberikan banyak motivasi agar setiap siswa dapat berpartisipasi dan
berinteraksi dalam kegiatan pembelajaran Hal ini dimaksudkan agar
pembelajaran yang dilakukan efektif terhadap kemampuan berpikir kritis
siswa
55
DAFTAR PUSTAKA
Aqib Z 2013 Model-Model Media dan Strategi Pembelajaran
Kontekstual(Inovatif) Bandung Yrama Widya
Amertawengrum IP 2014 Filsafat Konstruktivisme dalam Pembelajaran Sastra
Anak Jurnal Magistra 26(89)8-17 KlatenUnwidha
Arifin Z 2012 Evaluasi Pembelajaran Jakarta Dirjen Pendidikan Islam Online
at
httpdualmodekemenaggoidfiledokumen34EvaluasiPembelajaranpdf
[diakses tanggal 17 Januari 2015]
Arikunto S 2010 Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Jakarta Bumi Aksara
_________ 2012 Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Jakarta Bumi Aksara
Bybee RW JA Taylor A Gardner PV Scotter JC Powell A Westbrook amp
N Landes 2006 The BSCS 5E Instructional Model Origins and
Effectiveness A Report Prepared for the Office of Science Education
National Institute of Health Colorado BSCS Online Tersedia di
httpscienceeducationnihgov [diakses 11-1- 2015]
Campbell NA Reece BJ amp Mitchell LG 2004 Biologi Alih Bahasa Manalu
W (eds) Erlangga Jakarta
Curto K amp T Bayer 2005 An Intersection of Critical Thinkking and
Communication Skillls Journal of Biological Science 31(4)11-19
Amerika Serikat University of Pittsburgh
Eisenkraft A 2003 Expanding The 5E Model Journal The Sciences Teacher
70(6) 56-59 Tersedia di httpits-about-
timecomhtmlsapeisenkrafttstpdf [diakses 3-2-2015]
Ennis RH 1985 A Logical Basic for Measuring Critical Thinking Skill Tersedia
di httpwwwascdorgASCDpdfjournalsed_leadel_198510_ennispdf
[diakses 27-1-2015]
Ennis RH 1991Critical Thinking A Streamlined Conception Tersedia di
httpfacultyeducationillinoisedurhennisdocumentsTheNatureofCritical
Thinking_51711_000pdf [diakses 27-1-2015]
Ennis R H 1993 Critical Thinking Assesment Journal Theory and Practice 32
(2) 179-186 Amerika Serikat The Ohio State University
56
Ennis RH 2011 The Nature of Critical Thinking An Outline of Critical
Thinking Dispositions and Abilities Tersedia di
httpfacultyeducationillinoisedurhennisdocumentsTheNatureofCritical
Thinking_51711_000pdf [diakses 27-1-2015]
Hapsari RTS 2011 Penerapan Model Konstruktivisme untuk Meningkatkan
Hasil Belajar Siswa Jurnal Pendidikan Penabur 10(16) (34-45) Tersedia
di
httpwwwbpkpenaburoridfilesHal2034_4520Penerapan20Mode
l20Pembelajaran20Konstruktivismepdf [diakses 25-1-2015]
Hartono 2013 Learning Cycle Model to Increase Studentrsquos Critical Thinking on
Science Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 9(1)56-66 Semarang
Universitas Negeri Semarang
Indrawati W Suyatno amp YSRahayu 2014 Implementasi Model Learning
Cycle 7E Pada Pembelajaran Kimia Dengan Materi Pokok Kelarutan Dan
Hasil Kali Kelarutan Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep dan
Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMA Prosiding Seminar Nasional
KimiaSurabaya Universitas Negeri Surabaya
Johnson EB 2007 Contextual Teaching amp Learning terjemahan Ibnu Setiawan
Bandung MLC
Kanli amp Yagbasan 2007 The Effects of a Laboratory Based on the 7E Learning
Cycle Model and Verification Laboratory Approach on the Development of
Studentsrsquo Science Process Skills and Conceptual Achievement Tersedia
diwwwuscaeduessaysspecialeditionUKanligraveandRYagbasanpdf[diakses
2-3-2015]
Kowiyah 2012 Kemampuan Berpikir Kritis Jurnal Pendidikan Dasar 3(5) 175-
179 Tersedia di httpjournalppsunjorgarticeldownload108108
[diakses 1-1-2015]
Kulsum U amp N Hindarto 2011 Penerapan Model Learning Cycle 5E pada Sub
pokok bahasan Kalor untuk Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar
Siswa Kelas VII SMP Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 7(1)128-
133Semarang Universitas Negeri Semarang
Kunandar 2013 Penilaian Autentik (Penilaian Hasil Belajar Kurikulum 2013)
Jakarta Raja Grafindo Persada
Lambertus 2009 Pentingnya Melatih Keterampilan Berpikir Kritis Dalam
Pembelajaran Matematika Di SD Jurnal Forum Pendidikan 28(2) (136-
142) Palembang Universitas Sriwijaya
57
Maknun D RR Haerin k Surtikanti amp AMunandar 2012 Praktikum Ekologi
Berbasis Proyek Media Pembekalan Keterampilan Esensial Laboratorium
Jurnal Pendidikan MIPA 13(1) 8-17 Lampung Universitas Lampung
Mecit O 2006 The Effect of 7E Learning Cycle Model on The Improvement of
Fifth Grade Studentsrsquo Critical Thinking Skills Tesis Turkey Middle East
Technical University
Permendikbud 2013 Implementasi Kurikulum Jakarta Depdiknas
Priyatno Duwi 2012 Belajar Analisis Data dengan SPSS 20 Yogyakarta Andi
Redhana IW amp Liliasari 2008 Program Pembelajaran Keterampilan Berpikir
Kritis Pada Topik Laju Reaksi Untuk Siswa SMA Jurnal Forum
Kependidikan 27(2)103-112 Bandung Universitas Pendidikan Indonesia
RifarsquoI Aamp CT Anni 2011 Psikologi Pendidikan Semarang Universitas Negeri
Semarang Press
Siribunnam amp Tayraukham 2009 Effect of 7-E KWL and Conventional on
Analitycal Thinking Learning Acievement and Attitudes toward Chemistry
Learning Journal of Social Sciences 5(4)279-282 Tersedia di
httpwwwamazoncomconventional-instruction-analytical-achievement-
attitudesdpB002TP5UQS [diakses 3-2-2015]
Slameto 2010 Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya Jakarta
Rhineka Cipta
Slavin RE 2008 Psikologi Pendidikan Teori dan Praktik Jakarta Indeks
Soeprodjo S Priatmoko amp EY Sariana 2008 Pengaruh Model Learning
Cycle terhadap Hasil Belajar Materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan
Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia 2(1) 224-229 Semarang Universitas
Negeri Semarang
Sudjana 2005 Metode Statistika Bandung Tarsito
Sugiyono 2013 Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif
Kualitatif dan RampD) Bandung Alfabeta
Trianto 2007 Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivisme
Jakarta Prestasi Pustaka
Tuna A amp A Kaccedilar 2013 The Effect of 5E Learning Cycle Model in Teaching
Trigonometry on Studentrsquos Academic Achievement and The Permanence of
Their Knowledge International Journal on New Trends in Education and
58
Their Implications 4(1) 73-87 Tersedia di
httpijonteorgFileploadks63207File07tunapdf [diakses 11-1- 2015]
Wardoyo SM 2013 Pembelajaran Konstruktivisme Bandung Alfabeta
Wena M 2011 Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer Jakarta Bumi
Aksara
Wiyanto 2008 Menyiapkan Guru Sains Mengembangkan Kompetensi
Laboratorium Semarang Unnes Press
Page 13
xiii
29 Kisi-Kisi Soal Kemampuan Berpikir Kritis 137
30 Soal Kemampuan Berpikir Kirits 139
31 Hasil Pretest Kelas Eksperimen 148
32 Hasil Posttest Kelas Eksperimen 149
33 Hasil Pretest Kelas Kontrol 150
34 Hasil Posttest Kelas Kontrol 151
35 Rekapitulasi N-gain 152
36 Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas Eksperimen 153
37 Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas Kontrol 154
38 Persentase Aspek Berpikir Kritis Pretets Kelas Eksperimen 155
39 Persentase Aspek Berpikir Kritis Posttest Kelas Eksperimen 157
40 Persentase Aspek Berpikir Kritis Pretets Kelas Kontrol 159
41 Persentase Aspek Berpikir Kritis Posttest Kelas Kontrol 161
42 Uji Normalitas Pretest 163
43 Uji Normalitas Posttest 164
44 Uji Normalitas N-gain 165
45 Uji Homogenitas dan Uji t Pretest 166
46 Uji Homogenitas dan Uji t Posttest 167
47 Uji Homogenitas dan Uji t N-gain 168
48 Rekapitulasi Analisis Tiap Aspek Kemampuan Berpikir Kritis 169
49 Hasil Rekapitulasi Tingkat Keterlaksanaan Learning Cycle 7E 170
50 Hasil Rekapitulasi Tanggapan Siswa Kelas Eksperimen 171
51 Hasil Rekapitulasi Tanggapan Siswa Kelas Kontrol 172
52 Dokumentasi Penelitian 173
53 Surat Ijin Observasi 175
54 Surat Ijin Penelitian 176
55 Surat Bukti Penelitian 177
1
BAB 1
PENDAHULUAN
11 Latar Belakang
Abad ke 21 merupakan era informasi dan teknologi dimana perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya di bidang informasi dan komunikasi
tumbuh semakin pesat Hal ini mempengaruhi semua aspek kehidupan termasuk
di bidang pendidikan Proses pendidikan pun dituntut untuk dapat menghasilkan
sumber daya manusia yang berkualitas Menurut Trilling amp Fadel sebagaimana
dikutip oleh Kulsum amp Hindarto (201362) menyatakan bahwa pada era
informasi dan teknologi diperlukan sumber daya manusia dengan kualitas tinggi
yang memiliki keahlian seperti kemampuan berpikir tingkat tinggi (berpikir
kritis) kreatif inovatif bekerja sama memahami berbagai budaya berkomunikasi
yang efektif kemampuan dalam teknologi dan informasi serta tanggung jawab
keimanan yang tinggi
Berdasarkan Permendikbud Nomor 81A Tahun 2013 tentang Implementasi
Kurikulum dijelaskan bahwa sistem pendidikan Indonesia saat ini dihadapkan
pada tuntutan memberdayakan potensi siswa supaya berkembang menjadi sumber
daya manusia yang berkualitas Oleh karena itu dalam menghadapi era informasi
seperti sekarang ini sistem pendidikan di Indonesia diharapkan mampu
membekali siswa dengan kemampuan-kemampuan belajar dan kecakapan hidup
(live skill) Salah satu kemampuan tersebut adalah kemampuan berpikir kritis
Berpikir kritis adalah berpikir rasional dan reflektif dengan menekankan
pada pembuatan keputusan tentang apa yang harus dipercayai atau dilakukan
(Ennis20111) Siswa dituntut untuk berpikir rasional yakni menurut pikiran dan
pertimbangan yang logis berpikir reflektif yakni mempertimbangkan secara hati-
hati segala alternatif sebelum mengambil keputusan
Tujuan melatihkan kemampuan berpikir kritis adalah untuk menyiapkan
siswa menjadi seorang pemikir kritis dan mampu menyelesaikan masalah yang
dihadapi (Tuna amp Kaccedilar 201374) Selain itu untuk menghindarkan diri siswa dari
2
penipuan pencucian otak dan membuat keputusan dengan tepat dan bertanggung
jawab (Redhana amp Liliasari 2008 106)
Menurut Lambertus (2009140) kemampuan berpikir kritis dapat dilatih
dan dikembangkan secara terus menerus Salah satu cara mengembangkan
kemampuan berpikir kritis yaitu melalui pembelajaran sains (IPA) Siswa dilatih
untuk bertanggung jawab terhadap diri sendiri dalam memperoleh pengetahuan
melalui kegiatan eksplorasi memecahkan masalah dan mengkomunikasikan hasil
penyelidikan yang dapat dipercaya pada pembelajaran sains Hal ini dikarenakan
dengan latihan dapat membuat keterampilan berpikir kritis menjadi suatu
kebiasaan
Kenyataan di sekolah pendidikan sains belum banyak yang berorientasi ke
arah pembiasaan berpikir tinggi (berpikir kritis) kemampuan siswa dalam
menjawab soal-soal yang menuntut kemampuan berpikir tinggi masih rendah
(Kunandar201318-19) Keikutsertaan Indonesia di dalam studi Trends in
International Mathematatics and science Study (TIMSS) dan Program for
International Student Assessment (PISA) sejak tahun 1999 juga menunjukkan
bahwa capaian siswa-siswi Indonesia tidak mengembirakan dalam beberapa
laporan yang dikeluarkan TIMSS dan PISA (Permendikbud 2013)
Berdasarkan observasi awal yang telah dilakukan di SMP N 19 Tegal
melalui wawancara dengan guru IPA dan pengamatan dalam proses pembelajaran
menunjukkan bahwa metode yang diterapkan oleh guru sudah bervariasi seperti
ceramah diskusi praktikum dan penugasan namun proses pembelajaran dan
soal-soal evaluasi yang di berikan belum berorientasi untuk mengembangkan
kemampuan berpikir kritis siswa Siswa mengalami kesulitan menganalisis suatu
permasalahan menyimpulkan serta kesulitan mengaplikasikan konsep dalam
situasi yang baru dan konkret Keberanian siswa untuk bertanya dan menjawab
pertanyaan masih rendah Ketika guru mengajukan pertanyaan siswa cenderung
pasif atau siswa belum terbiasa menjawab dengan inisiatif sendiri (data
selengkapnya pada lampiran 1 halaman 59)
Berdasarkan hal tersebut diperlukan suatu upaya untuk mengembangkan
kemampuan berpikir ktitis siswa Salah satu cara mengembangkan kemampuan
3
berpikir kritis yaitu melalui pembelajaran sains (IPA) yang memberikan
kesempatan kepada siswa untuk belajar ldquomenemukanrdquo bukan sekedar belajar
ldquomenerimardquo Kesempatan belajar menemukan dapat dikembangkan antara lain
dalam bentuk pembelajaran berbasis konstruktivisme yang memiliki karakteristik
meliputi berpusat pada siswa adanya masalah proses menemukan interaksi
sosial dan pengetahuan atau pemahaman baru (Wardoyo 201341)
Salah satu model pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan teori
konstruktivisme yaitu learning cycle 7e Hal tersebut terlihat dalam model
pembelajaran learning cycle memuat beberapa tahap kegiatan (fase) Menurut
(Eisenkraft200357) tujuh tahap kegiatan dalam learning cycle 7e antara lain
elicit (penggalian pengetahuan awal) engage (motivasi) explore (melakukan
pengamatan atau percobaan) explain (mengkomunikasikan) elaborate
(menerapkan konsep) evaluate (evaluasi) dan extend (mengaplikasikan konsep)
Beberapa penelitian telah dilakukan terkait penerapan model pembelajaran
learning cycle 7e dalam pembelajaran Berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Indrawati et al(201436) menyatakan bahwa implementasi model
pembelajaran learning cycle 7e efektif untuk meningkatkan penguasaan konsep
dan kemampuan berpikir kritis siswa Hasil penelitian Hartono (201365)
menunjukkan bahwa model pembelajaran learning cycle 7e dapat meningkatkan
kemampuan berpikir kritis siswa Hasil penelitian Kanli amp Yagbasan (2007151)
menunjukkan bahwa learning cycle 7e mampu meningkatkan keterampilan proses
sains dan penguasaan konsep siswa Hasil penelitian Mecit (200648)
menunjukkan bahwa model learning cycle 7e dapat meningkatkan kemampuan
berpikir kritis siswa secara signifikan dibandingkan dengan metode tradisional
Materi Interaksi makhluk hidup dengan lingkungan merupakan salah satu
materi pokok kelas VII semester genap dalam kurikulum 2013 dengan kompetensi
dasar yakni 38 mendeskripsikan interaksi antar makhluk hidup dan
lingkungannya dan 412 menyajikan hasil observasi terhadap interaksi makhluk
hidup dengan lingkungan di sekitarnya Kompetensi dasar pada materi tersebut
menuntut siswa untuk dapat memahami konsep-konsep dan memecahkan masalah
yang sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari Penerapan learning cycle 7e
4
berbasis konstruktivisme mempertimbangkan pengetahuan awal siswa (elicit)
menyajikan masalah yang berkaitan dengan kehidupan nyata sebagai rangsangan
untuk belajar (engage) memberikan kesempatan secara langsung kepada siswa
untuk terlibat dalam penemuan konsep (explore) dilanjutkan dengan melakukan
diskusi untuk mengklarifikasi konsep (elaborate) evaluasi (evaluate) serta
mengaplikasikan konsep tersebut pada situasi baru (extend) Pembelajaran materi
interaksi makhluk hidup akan menjadi lebih bermakna dan kemampuan berpikir
kritis siswa dapat berkembang dengan membandingkan konsep yang sudah
diperoleh dengan konsep baru yang dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari siswa
maka diharapkan model pembelajaran learning cycle 7e berbasis konstruktivisme
akan tepat apabila digunakan dalam penyampaian materi interaksi makhluk hidup
dengan lingkungan
Berdasarkan uraian di atas maka akan dilakukan penelitian yang berjudul
ldquoPengaruh Learning Cycle 7E Berbasis Konstruktivisme Terhadap Kemampuan
Berpikir Kritis Siswa pada Materi Interaksi Makhluk Hidup dengan Lingkunganrdquo
12 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang maka rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah apakah penerapan Learning Cycle 7E berbasis konstruktivisme
berpengaruh terhadap kemampuan berpikir kritis siswa pada materi Interaksi
makhluk hidup dengan lingkungan
13 Penegasan Istilah
Supaya tidak terjadi kesalahan penafsiran terhadap istilah-istilah yang
digunakan dalam penelitian ini maka perlu diberikan penjelasan tentang istilah-
istilah berikut
131 Pembelajaran Learning Cycle 7E Berbasis Konstruktivisme
Learning cycle 7e merupakan suatu model pembelajaran yang bertujuan
untuk menekankan pentingnya memunculkan pemahaman awal siswa dan
memperluas (transfer) konsep Menurut Eisenkraft (200357) terdapat tujuh tahap
5
dalam learning cycle 7e yaitu elicit (penggalian pengetahuan awal) engage
(motivasi) explore (melakukan pengamatan atau percobaan) explain
(mengkomunikasikan) elaborate (menerapkan konsep) evaluate (evaluasi) dan
extend (mengaplikasikan konsep)
Konsep pembelajaran konstruktivisme merupakan pembelajaran yang
didasarkan pada pemahaman bahwa proses belajar yang dilakukan siswa
merupakan proses konstruksi pengetahuan pemahaman dan pengalaman yang
dilakukan oleh siswa (Wardoyo 20134) Karakteristik dalam pembelajaran
konstruktivisme antara lain 1) berpusat pada siswa 2) adanya masalah 3) proses
menemukan 4) interaksi sosial dan 5) pengetahuan atau pemahaman baru
(Wardoyo 201341) Pembelajaran learning cycle 7e berbasis konstruktivisme
pada penelitian ini adalah pembelajaran IPA yang menerapkan tahap-tahap model
pembelajaran learning cycle 7e yang didasarkan pada kelima karakteristik
pembelajaran konstruktivisme menurut Wardoyo (201341)
132 Kemampuan Berpikir Kritis
Menurut Ennis (20111) berpikir kritis adalah berpikir rasional dan
reflektif dengan menekankan pada pembuatan keputusan tentang apa yang harus
dipercayai atau dilakukan Rasional berarti menurut pikiran dan pertimbangan
yang logis Reflektif berarti mempertimbangkan secara hati-hati segala alternatif
sebelum mengambil keputusan
Kemampuan berpikir kritis yang diukur pada penelitian ini mengacu pada
(Ennis 198546) yang menyebutkan terdapat lima aspek sebagai indikator dalam
berpikir kritis yaitu (1) memberikan penjelasan sederhana (2) membangun
keterampilan dasar (3) menyimpulkan 4) memberi penjelasan lanjut dan (5)
mengatur strategi dan taktik
133 Materi Interaksi Makhluk Hidup dengan Lingkungan
Materi Interaksi makhluk hidup dengan lingkungan merupakan salah satu
materi pokok kelas VII semester genap dalam kurikulum 2013 dengan kompetensi
dasar yakni 38 mendeskripsikan interaksi antar makhluk hidup dan
6
lingkungannya dan 412 menyajikan hasil observasi terhadap interaksi makhluk
hidup dengan lingkungan di sekitarnya Indikator pembelajaran dalam penelitian
ini yaitu menjelaskan konsep ekosistem mengidentifikasi komponen abiotik dan
biotik mengidentifikasi satuan-satuan dalam ekosistem menghitung kepadatan
populasi menganalisis saling ketergantungan antara komponen biotik dengan
abiotik dan menganalisis saling ketergantungan antar komponen biotik
14 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan pengaruh
penerapan learning cycle 7e berbasis konstruktivisme terhadap kemampuan
berpikir kritis siswa pada materi Interaksi makhluk hidup dengan lingkungan
15 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut
151 Manfaat Korespondensi
Penelitian ini memberikan bukti empiris kebenaran teori pembelajaran
tentang penerapan learning cycle 7e dan pengaruhnya terhadap kemampuan
berpikir kritis siswa seperti hasil penelitian yang dilakukan oleh Indrawati et al
(201436) bahwa implementasi model pembelajaran learning cycle 7e efektif
untuk meningkatkan konsep dan kemampuan berpikir kritis siswa Hasil
penelitian Hartono (201365) bahwa model learning cycle 7e dapat meningkatkan
kemampuan berpikir kritis Hasil penelitian Siribunnan amp Tayraukham
(2009282) menunjukkan bahwa model learning cycle 7e dapat meningkatkan
kemampuan berpikir kritis yang lebih baik dibandingkan dengan metode
tradisional Demikian pula hasil penelitian Mecit (200648) menunjukkan bahwa
model learning cycle 7e dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis secara
signifikan dibandingkan dengan metode tradisional Selain itu hasil penelitian ini
digunakan untuk menguatkan prediksi bahwa untuk meningkatkan kemampuan
berpikir kritis dapat menerapkan pembelajaran dengan Learning Cycle 7E
7
152 Manfaat Koherensi
Penelitian ini mengembangkan dan membuktikan teori-teori yang
menghasilkan hipotesis tentang kebenaran bahwa penerapan learning cycle 7e
berpengaruh terhadap kemampuan berpikir kritis siswa
153 Manfaat Pragmatis
Manfaat pragmatis penelitian ini agar siswa memahami materi Interaksi
makhluk hidup dengan lingkungan melalui model pembelajaran learning cycle 7e
berbasis konstruktivisme Pemahaman materi oleh siswa dapat mengembangkan
kemampuan berpikir kritis siswa Menambah wawasan guru tentang variasi
pembelajaran untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa Penelitian
ini memberikan kontribusi bagi sekolah sebagai masukan dalam meningkatkan
kualitas pembelajaran
8
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
21 Teori Konstruktivisme
Teori konstruktivisme beranggapan bahwa pengetahuan merupakan
konstruksi dari pengetahuan awal yang telah ada Pengetahuan hasil dari
konstruksi kognitif melalui kegiatan siswa dengan membuat struktur kategori
konsep dan skema yang diperlukan untuk membentuk pengetahuan dalam hal ini
dibentuk oleh struktur konsepsi sewaktu siswa berinteraksi dengan lingkungan
(Maknun et al 2012 9-10)
Intisari dari teori konstruktivisme adalah bahwa siswa harus menemukan
dan mentransformasikan informasi kompleks kedalam diri sendiri Teori ini
memandang siswa sebagai individu yang selalu memeriksa informasi baru yang
berlawanan dengan prinsip-prinsip yang telah ada dan merevisi prinsip-prinsip
tersebut apabila sudah diangap tidak dapat digunakan lagi Hal ini memberikan
implikasi bahwa siswa harus terlibat aktif dalam pembelajaran dengan bantuan
guru sebagai fasilitator (Rifarsquoi amp Anni 2011137)
Implikasi pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan pandangan
konstruktivisme menurut Hapsari (2011 37) adalah sebagai berikut
a Tahap Apersepsi dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan problematik
tentang fenomena yang sering ditemui sehari-hari yang dikaitkan dengan
konsep yang akan dibahas Siswa diberi kesempatan untuk
mengkomunikasikan mengilustrasikan pemahaman tentang konsep tersebut
b Tahap Eksplorasi memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan
konsep melalui pengumpulan pengorganisasian dan menginterpretasikan data
dalam suatu kegiatan yang telah dirancang guru serta secara berkelompok
didiskusikan dengan kelompok lain
c Tahap diskusi dan penjelasan konsep yaitu siswa memberi penjelasan dan
solusi berdasarkan hasil observasi ditambah dengan penguatan guru maka
siswa membangun pemahaman baru tentang konsep yang sedang dipelajari
9
d Pengembangan dan aplikasi yaitu guru berusaha menciptakan iklim
pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat mengaplikasikan pemahaman
konseptual baik melalui kegiatan atau pemunculan dan pemecahan masalah-
masalah yang berkaitan dengan isu-isu di lingkungan
22 Teori Perkembangan Jean Piaget
Teori perkembangan Piaget mewakili konstruktivisme yang memandang
perkembangan kognitif sebagai suatu proses dimana anak secara aktif membangun
pengetahuan Piaget menyatakan bahwa belajar merupakan pengembangan aspek
kognitif yang meliputi skema asimilasi akomodasi ekuilibrasi
Asimilasi adalah pengumpulan dan pengelompokkan informasi baru
Seorang individu dalam proses pembelajaran akan mendapatkan informasi baru
yang kemudian akan dikumpulkan dan dikelompokkan ke dalam skema
(pengetahuan) yang telah ada Akomodasi merupakan modifikasi dari skema agar
informasi yang baru dan kontradiktif bisa diterjemahkan Informasi yang telah
terkumpul dan dikelompokkan dalam skema-skema yang telah ada sebelumnya
kemudian dimodifikasi menjadi suatu skema (pengetahuan) baru Ekuilibrasi
merupakan dorongan secara terus menerus ke arah keseimbangan atau
equilibrium Artinya pengetahuan dikonstruksi dari proses pengintegrasian
pengetahuan baru terhadap struktur kognitif yang sudah ada dan dilakukan
penyesuaian struktur kognitif dengan informasi baru yang didapatkan
Menurut Piaget sebagaimana dikutip oleh Trianto (200716) pada
perkembangan kognitif yang terpenting adalah penguasaan dan kategori konsep-
konsep Melalui penguasaan konsep siswa akan mengenal lingkungan dan
memecahkan berbagai masalah yang dihadapi dalam kehidupan
Menurut Piaget sebagaimana dikutip oleh Slavin (200845) setiap
individu pada saat tumbuh mulai dari bayi yang baru dilahirkan sampai menginjak
usia dewasa mengalami empat tingkatan perkembangan kognitif Empat tingkat
perkembangan kognitif tersebut adalah sebagai berikut
1 Tahap Sensorimotorik (sejak lahir hingga usia 2 tahun)
2 Tahap Pra-operasional (2-7 tahun)
10
3 Tahap Operasi Kongkrit (7-11 tahun)
4 Tahap Operasi Formal (usia 11 sampai dewasa)
Siswa SMP dengan rentang usia 11-15 tahun berada pada tahap operasi
formal Pada usia ini yang perlu dipertimbangkan adalah aspek-aspek
perkembangan remaja dimana remaja mengalami tahap transisi dari penggunaan
operasi kongkrit ke penerapan operasi formal dalam bernalar Menurut Slavin
(200846) pada tahap operasi formal anak sudah mampu berpikir tingkat tinggi
mampu berpikir secara deduktif induktif menganalisis mensintesis mampu
berpikir abstrak dan berpikir reflektif serta memecahkan berbagai masalah
23 Learning Cycle 7E Berbasis Konstruktivisme
Menurut Aqib (201366) proses pembelajaran adalah upaya secara
sistematis yang dilakukan guru untuk mewujudkan proses pembelajaran berjalan
secara efektif dan efisien yang dimulai dari perencanaan pelaksanaan dan
evaluasi Oleh karena itu pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu proses
komunikasi melalui interaksi antara guru dengan siswa dan antar siswa secara
efektif dan efisien untuk mencapai tujuan pembelajaran
Konsep pembelajaran konstruktivisme merupakan pembelajaran yang
didasarkan pada pemahaman bahwa proses belajar yang dilakukan siswa
merupakan proses konstruksi pengetahuan pemahaman dan pengalaman yang
dilakukan oleh siswa (Wardoyo 20134) Karakteristik dalam pembelajaran
konstruktivisme antara lain 1) berpusat pada siswa 2) adanya masalah 3) proses
menemukan 4) interaksi sosial dan 5) pengetahuan atau pemahaman baru
(Wardoyo 201341)
Salah satu model pembelajaran yang berlandaskan teori konstruktivisme
adalah learning cycle Menurut Trowbridge amp Bybee sebagaimana dikutip oleh
Wena (2011170) pada tahun 1970 model Learning Cycle pertama kali
diperkenalkan oleh Robert Karplus dan Their dalam Science Curriculum
Improvement StudySCIS Karplus dan Their mengembangkan model learning
cycle berdasarkan teori perkembangan kognitif Jean Piaget Implementasi teori
perkembangan kognitif Jean Piaget oleh Karplus dikembangkan dalam model
11
learning cycle yang pada mulanya terdiri dari tiga tahap yaitu eksplorasi
(exploration) pengenalan konsep (concept introduction) dan penerapan konsep
(concept application)
Pada pertengahan 1980an Biological Science Curriculum Study (BSCS)
mengembangkan model learning cycle dari tiga tahap siklus tersebut menjadi lima
tahap Tahap-tahap dalam pembelajaran Learning Cycle 5E meliputi engage
explore explain elaborateextend dan evaluate Perkembangan ini dilakukan
dengan menambahkan fase engage di awal pembelajaran yang bertujuan untuk
menggali pengetahuan awal siswa dan fase evaluate ditambahkan di akhir
pembelajaran yang bertujuan untuk menilai pemahaman siswa sedangkan fase
pemahaman konsep dan aplikasi konsep diganti dengan istilah baru yaitu explain
dan elaborate (Bybee et al 20068)
Perkembangan model learning cycle 7e yang paling baru sudah memiliki 7
tahap setelah mengalami pengkhususan menjadi 5 tahap Perubahan yang terjadi
pada tahap learning cycle 5e menjadi 7e terjadi pada tahap engage menjadi 2
tahap yaitu elicit dan engage sedangkan pada tahap elaborate dan evaluate
menjadi 3 tahap menjadi elaborate evaluate dan extend
Menurut Eisenkraft (200357) learning cycle 7e merupakan suatu model
pembelajaran yang bertujuan untuk menekankan pentingnya memunculkan
pemahaman awal siswa dan memperluas konsep Terdapat 7 tahap learning cycle
7e yang dapat dijelaskan sebagai berikut
1 Elicit (penggalian pengetahuan awal)
Makna dari elicit adalah menggali pemahaman awal yang dimiliki
siswa Langkah-langkah yang dapat dilakukan adalah dengan
mengajukan beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan materi
yang akan dipelajari
2 Engage (motivasi)
Pada tahap engage atau motivasi dapat dilakukan dengan cara
bercerita demonstrasi membuat prediski atau dengan
menunjukkan suatu objek gambar atau video Guru dapat
memberikan permasalahan dan meminta siswa untuk berpikir dan
mengajukan pertanyaan
3 Explore (melakukan pengamatan atau percobaan)
Pada tahap ini siswa diberi kesempatan untuk melakukan
pengamatan mengumpulkan data membuktikan prediksi atau
12
hipotesis merancang dan merencanakan percobaan membuat
grafik menafsirkan hasil serta mencatat hasil pengamatan
4 Explain (mengkomunikasikan)
Pada tahap ini guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menjelaskan konsep dan menunjukkan bukti hasil pengamatan
pada tahap explore melalui kegiatan diskusi Pada tahap ini siswa
diharapkan menemukan istilah-istilah dan konsep yang dipelajari
5 Elaborate (menerapkan konsep)
Tahap ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menerapkan konsep (pengetahuan baru) dan keterampilan dalam
situasi baru melalui kegiatan-kegiatan seperti pemecahan masalah
(problem solving)
6 Evaluate (evaluasi)
Tahap evaluasi model pembelajaran learning cycle 7e terdiri dari
evaluasi formatif dan evaluasi sumatif Evaluasi dapat dilakukan
melalui pemberian tes di akhir pembelajaran untuk mengetahui
sejauh mana tingkat pemahaman siswa terhadap konsep yang
dipelajari
7 Extend (mengaplikasikan konsep)
Tahap ini bertujuan untuk berpikir mencari menemukan dan
menjelaskan contoh penerapan konsep yang telah dipelajari
(Eisenkraft 200357)
Gambar 21 Perubahan Learning Cycle 5E Menjadi Learning Cycle 7E
13
Pengembangan tahap-tahap learning cycle dari 3 tahap
menjadi 5 tahap atau 7 tahap masih tetap berkaitan erat dengan teori
perkembangan kognitif Jean Piaget (skema asimilasi akomodasi dan
ekuilibrasi) Pembelajaran learning cycle memberikan kesempatan
kepada siswa untuk mengasimilasi informasi dengan cara
mengeksplorasi lingkungan mengakomodasi informasi dengan cara
mengembangkan konsep mengorganisasikan informasi dan
menghubungkan konsep-konsep baru dengan menggunakan atau
memperluas konsep yang dimiliki untuk menjelaskan suatu fenomena
yang berbeda Fase engagement dalam learning cycle termasuk dalam
proses asimilasi sedangkan fase evaluation masih merupakan proses
akomodasi dan ekuilibrasi
Model learning cycle 7e memiliki beberapa kelebihan dan kelemahan
Kelebihan dari model learning cycle 7e menurut Indrawati et al (201435) yaitu
1 Merangsang siswa untuk mengingat kembali materi pelajaran
yang telah didapatkan
2 Memberikan motivasi kepada siswa untuk menjadi lebih aktif dan
menambah rasa keingintahuan
3 Melatih siswa belajar menemukan konsep melalui kegiatan
ekperimen melatih siswa untuk menyampaikan konsep yang telah
dipelajari secara lisan
4 Melatih siswa untuk bekerjasama dan memberikan kesempatan
kepada siswa untuk berpikir mencari menemukan dan
menjelaskan contoh penerapan konsep yang telah dipelajari
Kelemahan dari model learning cycle 7e menurut Indrawati et al
(201435) yaitu
1 Efektivitas pembelajaran rendah jika guru kurang menguasai
materi dan langkah-langkah pembelajaran
2 Menuntut kesungguhan dan kreativitas guru dalam merancang dan
melaksanakan proses pembelajaran
3 Memerlukan waktu dan tenaga yang lebih banyak dalam menyusun
rencana dan melaksanakan pembelajaran
24 Kemampuan Berpikir Kritis
Menurut Ruggiero sebagaimana dikutip oleh Johnson (2007183) berpikir
merupakan segala aktivitas mental yang membantu merumuskan atau
memecahkan masalah membuat keputusan memenuhi keinginan untuk
memahami sebuah pencarian jawaban dan sebuah pencapaian makna Kowiyah
(2013176) menyatakan bahwa berpikir adalah suatu kegiatan atau proses
14
kognitif tindakan mental untuk memperoleh pengetahuan pemahaman dan
keterampilan agar mampu menemukan jalan keluar dan keputusan secara
deduktif induktif dan evaluatif
Secara teknis kemampuan berpikir dalam bahasa taksonomi Bloom
diartikan sebagai kemampuan intelektual yaitu kemampuan
menganalisismensintesis dan mengevaluasi Kemampuan-kemampuan ini dapat
dikatakan sebagai kemampuan berpikir kritis
Pembelajaran diharapkan dapat menjadi penunjang dalam
mengembangkan kemampuan berpikir siswa Kemampuan berpikir yang dapat
dikembangkan salah satunya adalah kemampuan berpikir kritis Tujuan
melatihkan kemampuan berpikir kritis adalah untuk menyiapkan siswa menjadi
seorang pemikir kritis dan mampu menyelesaikan masalah yang dihadapi (Tuna amp
Kaccedilar 201374) Selain itu untuk menghindarkan diri siswa dari penipuan
pencucian otak dan membuat keputusan dengan tepat dan bertanggung jawab
(Redhana amp Liliasari 2008 106)
Menurut Ennis (20111) berpikir kritis adalah berpikir rasional dan
reflektif dengan menekankan pada pembuatan keputusan tentang apa yang harus
dipercayai atau dilakukan Rasional berarti menurut pikiran dan pertimbangan
yang logis Reflektif berarti mempertimbangkan secara hati-hati segala alternatif
sebelum mengambil keputusan Jadi dalam hal ini Ennis (20111) menekankan
bahwa berpikir kritis lebih berhubungan dengan alasan yang dapat diterima ketika
seseorang mengambil keputusan Berdasarkan pengertian tersebut maka dapat
dirumuskan bahwa berpikir kritis merupakan proses menggunakan pikiran secara
rasional dan reflektif untuk mencari dan menganalisis informasi mengambil
keputusan dan menyelesaikan masalah
Ennis (19918) menyatakan bahwa dalam berpikir kritis terdapat dua
komponen yaitu karakter (disposition) dan kemampuan penguasaan pengetahuan
(ability) Komponen kemampuan penguasaan pengetahuan dalam berpikir kritis
sering disebut sebagai kemampuan berpikir kritis
Terdapat dua belas indikator kemampuan berpikir kritis yang
dikelompokkan dalam lima aspek berpikir kritis seperti pada Tabel 21 berikut
15
Tabel 21 Indikator Kemampuan Berpikir Kritis Menurut Ennis (198546)
No Aspek Indikator
1 Memberikan
penjelasan sederhana
1 Memfokuskan pertanyaan
2 Menganalisis pertanyaan
3 Bertanya dan menjawab
pertanyaan tentang suatu
penjelasan
2 Membangun
keterampilan dasar
1 Mempertimbangkan apakah
sumber dapat dipercaya atau
tidak
2 Mengobservasi dan
mempertimbangkan suatu
laporan hasil observasi
3 Menyimpulkan 1 Mendeduksi dan
mempertimbangkan hasil
deduksi
2 Menginduksi dan
mempertimbangkan hasil induksi
3 Membuat dan menentukan hasil
pertimbangan
4 Memberikan
penjelasan lanjut
1 Mendefinisikan istilah dan
mempertimbangkan suatu
definisi dalam tiga dimensi
2 Mengidentifikasi asumsi
5 Mengatur strategi
dan taktik
1 Menentukan suatu tindakan
2 Berinteraksi dengan orang lain
Kemampuan berpikir kritis dapat diukur dengan menggunakan instrumen
yang dikembangkan melalui aspek dan indikator berpikir kritis Evaluasi terhadap
kemampuan berpikir kritis antara lain bertujuan untuk mendiagnosis tingkat
kemampuan berpikir kritis siswa memberi umpan balik keberanian berpikir
siswa dan memberi motivasi agar siswa mengembangkan kemampuan berpikir
kritis (Ennis 1993180)
Karakter (disposition) adalah kecenderungan atau kebiasaan untuk berpikir
dalam cara dan kondisi tertentu Disposisi berpikir kritis merupakan sifat yang
melekat pada diri seseorang yang berpikir kritis (Lambertus 2009138)
Seseorang yang memiliki disposisi berpikir kritis akan cenderung berpikir kritis
ketika ada situasi atau kondisi yang menghadirkan stimulus untuk berpikir kritis
16
Pemikir kritis yang ideal memiliki karakter (disposition) untuk mencari
kejelasan dari pertanyaan mencari alasan berusaha mengetahui infomasi dengan
baik menggunakan dan menyebutkan sumber yang memiliki kredibilitas
memperhatikan situasi dan kondisi secara keseluruhan berusaha tetap relevan dengan
ide utama mengingat kepentingan yang asli dan mendasar mencari alternatif
bersikap dan berpikir terbuka mengambil posisi ketika ada bukti dan alasan yang
cukup untuk melakukan sesuatu mencari penjelasan sebanyak mungkin bersikap
secara sistematis dan teratur dengan bagian dari keseluruhan masalah (Ennis 19918)
25 Materi Interaksi Makhluk Hidup dengan Lingkungan
Materi Interaksi makhluk hidup dengan lingkungan merupakan salah satu
materi pokok kelas VII semester genap dalam kurikulum 2013 dengan kompetensi
dasar yaitu 38 mendeskripsikan interaksi antar makhluk hidup dan lingkungannya
dan 412 menyajikan hasil observasi terhadap interaksi makhluk hidup dengan
lingkungan di sekitarnya Indikator pembelajaran dalam penelitian ini meliputi
menjelaskan konsep ekosistem mengidentifikasi komponen biotik dan abiotik
mengidentifikasi satuan-satuan dalam ekosistem menghitung kepadatan populasi
menganalisis saling ketergantungan antara komponen biotik dan abiotik dan
menganalisis saling ketergantungan antar komponen biotik
Komponen ekosistem meliputi komponen abiotik (makhluk tak hidup) dan
komponen biotik (makhluk hidup) Komponen biotik meliputi organisme autotrof
yaitu produsen primer heterotrof yaitu konsumen dan detritivor yaitu organisme
pemakan limbah organik dan organisme yang telah mati
Produsen primer utama pada sebagian besar ekosistem darat adalah
tumbuhan sedangkan produsen primer dalam zona limnetik danau dan lautan
terbuka adalah fitoplankton (alga dan bakteri) Alga multiselluler dan tumbuhan
akuatik merupakan produsen primer di ekosistem air tawar maupun air laut
Organisme yang secara langsung memakan organisme autotrof disebut
herbivora Oleh karena itu herbivora disebut juga sebagai konsumen primer
sedangkan organisme yang mendapatkan makanan dengan memangsa herbivora
atau karnivora lain disebut karnivora Karnivora dapat berperan sebagai konsumen
17
sekunder tersier dan seterusnya Jalur perpindahan makanan dari tingkat trofik
satu ke tingkat trofik lainnya dikenal sebagai rantai makanan (food chain) akan
tetapi hubungan makan memakan dalam suatu ekosistem umumnya saling
berhubungan menjadi jaring-jaring makanan (food web) karena konsumen
memakan lebih dari satu tingkat trofik (Campbell et al 2004)
Kompetensi dasar dan indikator pembelajaran pada materi tersebut
menuntut siswa untuk dapat memahami konsep-konsep dan memecahkan masalah
yang sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari Penerapan learning cycle 7e
berbasis konstruktivisme mempertimbangkan pengetahuan awal siswa (elicit)
menyajikan masalah yang berkaitan dengan kehidupan nyata sebagai rangsangan
untuk belajar (engage) memberikan kesempatan secara langsung kepada siswa
untuk terlibat dalam penemuan konsep melalui kegiatan observasi (explore)
dilanjutkan dengan melakukan diskusi untuk mengklarifikasi konsep (elaborate)
dan evaluasi (evaluate) untuk mengetahui sejauh mana pemahaman konsep yang
telah dimiliki oleh siswa serta menerapkan konsep yang telah diperoleh pada
situasi baru (extend) Pembelajaran materi interaksi makhluk hidup dengan
lingkungan diharapkan menjadi lebih bermakna dan kemampuan berpikir kritis
siswa dapat berkembang dengan membandingkan konsep yang sudah diperoleh
dengan konsep baru yang dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari siswa Model
pembelajaran learning cycle 7e berbasis konstruktivisme diharapkan tepat apabila
digunakan dalam penyampaian materi ekosistem
18
26 Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
Gambar 22 Kerangka Berpikir Penelitian
27 Hipotesis
Penerapan Learning cycle 7e berbasis konstruktivisme berpengaruh
terhadap kemampuan berpikir kritis siswa pada materi Interaksi makhluk hidup
dengan lingkungan
Pembelajaran Learning
Cycle 7E berbasis
konstruktivisme
Menekankan
pengetahuan awal siswa
dan memungkinkan
mengaplikasikan
konsep yang telah
diperoleh
(Eisenkraft 200357)
Mampu meningkatkan
keterampilan proses
sains dan penguasaan
konsep (Kanli amp
Yagbasan 2007151)
Mampu meningkatkan
kemampuan berpikir
kritis
(Hartono 201365)
Mampu meningkatkan
kemampuan berpikir
kritis secara signifikan
dibandingkan metode
tradisional
(Mecit 200648)
Permasalahan dalam pembelajaran
Siswa kesulitan menganalisis suatu
permasalahan
Siswa kesulitan menyimpulkan
Siswa kesulitan mengaplikasikan konsep
pada situasi baru dan konkret
Keberanian mengajukan pertanyaan
amp pendapat rendah
Kemampuan berpikir kritis rendah
Berpikir kritis salah satu
keterampilan abad 21 yang
harus dimiliki oleh siswa
Tuntutan memberdayakan
SDM yang berkualitas
(Permendikbud 2013)
Kelas eksperimen Kelas kontrol
Pembelajaran
dengan metode
diskusi amp ceramah
Kemampuan berpikir kritis berkembang
Learning cycle 7e
berbasis
konstruktivisme
Quasi experimental design
Uji t
54
BAB 5
PENUTUP
51 Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa
penerapan learning cycle 7e berbasis konstruktivisme berpengaruh terhadap
kemampuan berpikir kritis siswa pada materi interaksi makhluk hidup dengan
lingkungan Peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa kelas eksperimen lebih
baik dari pada kelas kontrol
52 Saran
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan penerapan learning cycle
7e berbasis konstruktivisme terbukti berpengaruh terhadap kemampuan berpikir
kritis siswa pada materi interaksi makhluk hidup dengan lingkunganya Dengan
demikian maka beberapa saran yang dapat diberikan sebagai berikut
1 Guru IPA dapat mempertimbangkan pembelajaran learning cycle 7E berbasis
konstruktivisme pada materi interaksi makhluk hidup dengan lingkungan
karena terbukti dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa
2 Guru IPA dapat merancang proses pembelajaran dan instrumen pembelajaran
yang dapat memicu kemampuan berpikir kritis siswa
3 Bagi peneliti selanjutnya yang akan melakukan penelitian berkaitan dengan
kemampuan berpikir kritis disarankan mengoptimalkan pengelolaan kelas dan
memberikan banyak motivasi agar setiap siswa dapat berpartisipasi dan
berinteraksi dalam kegiatan pembelajaran Hal ini dimaksudkan agar
pembelajaran yang dilakukan efektif terhadap kemampuan berpikir kritis
siswa
55
DAFTAR PUSTAKA
Aqib Z 2013 Model-Model Media dan Strategi Pembelajaran
Kontekstual(Inovatif) Bandung Yrama Widya
Amertawengrum IP 2014 Filsafat Konstruktivisme dalam Pembelajaran Sastra
Anak Jurnal Magistra 26(89)8-17 KlatenUnwidha
Arifin Z 2012 Evaluasi Pembelajaran Jakarta Dirjen Pendidikan Islam Online
at
httpdualmodekemenaggoidfiledokumen34EvaluasiPembelajaranpdf
[diakses tanggal 17 Januari 2015]
Arikunto S 2010 Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Jakarta Bumi Aksara
_________ 2012 Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Jakarta Bumi Aksara
Bybee RW JA Taylor A Gardner PV Scotter JC Powell A Westbrook amp
N Landes 2006 The BSCS 5E Instructional Model Origins and
Effectiveness A Report Prepared for the Office of Science Education
National Institute of Health Colorado BSCS Online Tersedia di
httpscienceeducationnihgov [diakses 11-1- 2015]
Campbell NA Reece BJ amp Mitchell LG 2004 Biologi Alih Bahasa Manalu
W (eds) Erlangga Jakarta
Curto K amp T Bayer 2005 An Intersection of Critical Thinkking and
Communication Skillls Journal of Biological Science 31(4)11-19
Amerika Serikat University of Pittsburgh
Eisenkraft A 2003 Expanding The 5E Model Journal The Sciences Teacher
70(6) 56-59 Tersedia di httpits-about-
timecomhtmlsapeisenkrafttstpdf [diakses 3-2-2015]
Ennis RH 1985 A Logical Basic for Measuring Critical Thinking Skill Tersedia
di httpwwwascdorgASCDpdfjournalsed_leadel_198510_ennispdf
[diakses 27-1-2015]
Ennis RH 1991Critical Thinking A Streamlined Conception Tersedia di
httpfacultyeducationillinoisedurhennisdocumentsTheNatureofCritical
Thinking_51711_000pdf [diakses 27-1-2015]
Ennis R H 1993 Critical Thinking Assesment Journal Theory and Practice 32
(2) 179-186 Amerika Serikat The Ohio State University
56
Ennis RH 2011 The Nature of Critical Thinking An Outline of Critical
Thinking Dispositions and Abilities Tersedia di
httpfacultyeducationillinoisedurhennisdocumentsTheNatureofCritical
Thinking_51711_000pdf [diakses 27-1-2015]
Hapsari RTS 2011 Penerapan Model Konstruktivisme untuk Meningkatkan
Hasil Belajar Siswa Jurnal Pendidikan Penabur 10(16) (34-45) Tersedia
di
httpwwwbpkpenaburoridfilesHal2034_4520Penerapan20Mode
l20Pembelajaran20Konstruktivismepdf [diakses 25-1-2015]
Hartono 2013 Learning Cycle Model to Increase Studentrsquos Critical Thinking on
Science Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 9(1)56-66 Semarang
Universitas Negeri Semarang
Indrawati W Suyatno amp YSRahayu 2014 Implementasi Model Learning
Cycle 7E Pada Pembelajaran Kimia Dengan Materi Pokok Kelarutan Dan
Hasil Kali Kelarutan Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep dan
Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMA Prosiding Seminar Nasional
KimiaSurabaya Universitas Negeri Surabaya
Johnson EB 2007 Contextual Teaching amp Learning terjemahan Ibnu Setiawan
Bandung MLC
Kanli amp Yagbasan 2007 The Effects of a Laboratory Based on the 7E Learning
Cycle Model and Verification Laboratory Approach on the Development of
Studentsrsquo Science Process Skills and Conceptual Achievement Tersedia
diwwwuscaeduessaysspecialeditionUKanligraveandRYagbasanpdf[diakses
2-3-2015]
Kowiyah 2012 Kemampuan Berpikir Kritis Jurnal Pendidikan Dasar 3(5) 175-
179 Tersedia di httpjournalppsunjorgarticeldownload108108
[diakses 1-1-2015]
Kulsum U amp N Hindarto 2011 Penerapan Model Learning Cycle 5E pada Sub
pokok bahasan Kalor untuk Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar
Siswa Kelas VII SMP Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 7(1)128-
133Semarang Universitas Negeri Semarang
Kunandar 2013 Penilaian Autentik (Penilaian Hasil Belajar Kurikulum 2013)
Jakarta Raja Grafindo Persada
Lambertus 2009 Pentingnya Melatih Keterampilan Berpikir Kritis Dalam
Pembelajaran Matematika Di SD Jurnal Forum Pendidikan 28(2) (136-
142) Palembang Universitas Sriwijaya
57
Maknun D RR Haerin k Surtikanti amp AMunandar 2012 Praktikum Ekologi
Berbasis Proyek Media Pembekalan Keterampilan Esensial Laboratorium
Jurnal Pendidikan MIPA 13(1) 8-17 Lampung Universitas Lampung
Mecit O 2006 The Effect of 7E Learning Cycle Model on The Improvement of
Fifth Grade Studentsrsquo Critical Thinking Skills Tesis Turkey Middle East
Technical University
Permendikbud 2013 Implementasi Kurikulum Jakarta Depdiknas
Priyatno Duwi 2012 Belajar Analisis Data dengan SPSS 20 Yogyakarta Andi
Redhana IW amp Liliasari 2008 Program Pembelajaran Keterampilan Berpikir
Kritis Pada Topik Laju Reaksi Untuk Siswa SMA Jurnal Forum
Kependidikan 27(2)103-112 Bandung Universitas Pendidikan Indonesia
RifarsquoI Aamp CT Anni 2011 Psikologi Pendidikan Semarang Universitas Negeri
Semarang Press
Siribunnam amp Tayraukham 2009 Effect of 7-E KWL and Conventional on
Analitycal Thinking Learning Acievement and Attitudes toward Chemistry
Learning Journal of Social Sciences 5(4)279-282 Tersedia di
httpwwwamazoncomconventional-instruction-analytical-achievement-
attitudesdpB002TP5UQS [diakses 3-2-2015]
Slameto 2010 Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya Jakarta
Rhineka Cipta
Slavin RE 2008 Psikologi Pendidikan Teori dan Praktik Jakarta Indeks
Soeprodjo S Priatmoko amp EY Sariana 2008 Pengaruh Model Learning
Cycle terhadap Hasil Belajar Materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan
Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia 2(1) 224-229 Semarang Universitas
Negeri Semarang
Sudjana 2005 Metode Statistika Bandung Tarsito
Sugiyono 2013 Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif
Kualitatif dan RampD) Bandung Alfabeta
Trianto 2007 Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivisme
Jakarta Prestasi Pustaka
Tuna A amp A Kaccedilar 2013 The Effect of 5E Learning Cycle Model in Teaching
Trigonometry on Studentrsquos Academic Achievement and The Permanence of
Their Knowledge International Journal on New Trends in Education and
58
Their Implications 4(1) 73-87 Tersedia di
httpijonteorgFileploadks63207File07tunapdf [diakses 11-1- 2015]
Wardoyo SM 2013 Pembelajaran Konstruktivisme Bandung Alfabeta
Wena M 2011 Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer Jakarta Bumi
Aksara
Wiyanto 2008 Menyiapkan Guru Sains Mengembangkan Kompetensi
Laboratorium Semarang Unnes Press
Page 14
1
BAB 1
PENDAHULUAN
11 Latar Belakang
Abad ke 21 merupakan era informasi dan teknologi dimana perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya di bidang informasi dan komunikasi
tumbuh semakin pesat Hal ini mempengaruhi semua aspek kehidupan termasuk
di bidang pendidikan Proses pendidikan pun dituntut untuk dapat menghasilkan
sumber daya manusia yang berkualitas Menurut Trilling amp Fadel sebagaimana
dikutip oleh Kulsum amp Hindarto (201362) menyatakan bahwa pada era
informasi dan teknologi diperlukan sumber daya manusia dengan kualitas tinggi
yang memiliki keahlian seperti kemampuan berpikir tingkat tinggi (berpikir
kritis) kreatif inovatif bekerja sama memahami berbagai budaya berkomunikasi
yang efektif kemampuan dalam teknologi dan informasi serta tanggung jawab
keimanan yang tinggi
Berdasarkan Permendikbud Nomor 81A Tahun 2013 tentang Implementasi
Kurikulum dijelaskan bahwa sistem pendidikan Indonesia saat ini dihadapkan
pada tuntutan memberdayakan potensi siswa supaya berkembang menjadi sumber
daya manusia yang berkualitas Oleh karena itu dalam menghadapi era informasi
seperti sekarang ini sistem pendidikan di Indonesia diharapkan mampu
membekali siswa dengan kemampuan-kemampuan belajar dan kecakapan hidup
(live skill) Salah satu kemampuan tersebut adalah kemampuan berpikir kritis
Berpikir kritis adalah berpikir rasional dan reflektif dengan menekankan
pada pembuatan keputusan tentang apa yang harus dipercayai atau dilakukan
(Ennis20111) Siswa dituntut untuk berpikir rasional yakni menurut pikiran dan
pertimbangan yang logis berpikir reflektif yakni mempertimbangkan secara hati-
hati segala alternatif sebelum mengambil keputusan
Tujuan melatihkan kemampuan berpikir kritis adalah untuk menyiapkan
siswa menjadi seorang pemikir kritis dan mampu menyelesaikan masalah yang
dihadapi (Tuna amp Kaccedilar 201374) Selain itu untuk menghindarkan diri siswa dari
2
penipuan pencucian otak dan membuat keputusan dengan tepat dan bertanggung
jawab (Redhana amp Liliasari 2008 106)
Menurut Lambertus (2009140) kemampuan berpikir kritis dapat dilatih
dan dikembangkan secara terus menerus Salah satu cara mengembangkan
kemampuan berpikir kritis yaitu melalui pembelajaran sains (IPA) Siswa dilatih
untuk bertanggung jawab terhadap diri sendiri dalam memperoleh pengetahuan
melalui kegiatan eksplorasi memecahkan masalah dan mengkomunikasikan hasil
penyelidikan yang dapat dipercaya pada pembelajaran sains Hal ini dikarenakan
dengan latihan dapat membuat keterampilan berpikir kritis menjadi suatu
kebiasaan
Kenyataan di sekolah pendidikan sains belum banyak yang berorientasi ke
arah pembiasaan berpikir tinggi (berpikir kritis) kemampuan siswa dalam
menjawab soal-soal yang menuntut kemampuan berpikir tinggi masih rendah
(Kunandar201318-19) Keikutsertaan Indonesia di dalam studi Trends in
International Mathematatics and science Study (TIMSS) dan Program for
International Student Assessment (PISA) sejak tahun 1999 juga menunjukkan
bahwa capaian siswa-siswi Indonesia tidak mengembirakan dalam beberapa
laporan yang dikeluarkan TIMSS dan PISA (Permendikbud 2013)
Berdasarkan observasi awal yang telah dilakukan di SMP N 19 Tegal
melalui wawancara dengan guru IPA dan pengamatan dalam proses pembelajaran
menunjukkan bahwa metode yang diterapkan oleh guru sudah bervariasi seperti
ceramah diskusi praktikum dan penugasan namun proses pembelajaran dan
soal-soal evaluasi yang di berikan belum berorientasi untuk mengembangkan
kemampuan berpikir kritis siswa Siswa mengalami kesulitan menganalisis suatu
permasalahan menyimpulkan serta kesulitan mengaplikasikan konsep dalam
situasi yang baru dan konkret Keberanian siswa untuk bertanya dan menjawab
pertanyaan masih rendah Ketika guru mengajukan pertanyaan siswa cenderung
pasif atau siswa belum terbiasa menjawab dengan inisiatif sendiri (data
selengkapnya pada lampiran 1 halaman 59)
Berdasarkan hal tersebut diperlukan suatu upaya untuk mengembangkan
kemampuan berpikir ktitis siswa Salah satu cara mengembangkan kemampuan
3
berpikir kritis yaitu melalui pembelajaran sains (IPA) yang memberikan
kesempatan kepada siswa untuk belajar ldquomenemukanrdquo bukan sekedar belajar
ldquomenerimardquo Kesempatan belajar menemukan dapat dikembangkan antara lain
dalam bentuk pembelajaran berbasis konstruktivisme yang memiliki karakteristik
meliputi berpusat pada siswa adanya masalah proses menemukan interaksi
sosial dan pengetahuan atau pemahaman baru (Wardoyo 201341)
Salah satu model pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan teori
konstruktivisme yaitu learning cycle 7e Hal tersebut terlihat dalam model
pembelajaran learning cycle memuat beberapa tahap kegiatan (fase) Menurut
(Eisenkraft200357) tujuh tahap kegiatan dalam learning cycle 7e antara lain
elicit (penggalian pengetahuan awal) engage (motivasi) explore (melakukan
pengamatan atau percobaan) explain (mengkomunikasikan) elaborate
(menerapkan konsep) evaluate (evaluasi) dan extend (mengaplikasikan konsep)
Beberapa penelitian telah dilakukan terkait penerapan model pembelajaran
learning cycle 7e dalam pembelajaran Berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Indrawati et al(201436) menyatakan bahwa implementasi model
pembelajaran learning cycle 7e efektif untuk meningkatkan penguasaan konsep
dan kemampuan berpikir kritis siswa Hasil penelitian Hartono (201365)
menunjukkan bahwa model pembelajaran learning cycle 7e dapat meningkatkan
kemampuan berpikir kritis siswa Hasil penelitian Kanli amp Yagbasan (2007151)
menunjukkan bahwa learning cycle 7e mampu meningkatkan keterampilan proses
sains dan penguasaan konsep siswa Hasil penelitian Mecit (200648)
menunjukkan bahwa model learning cycle 7e dapat meningkatkan kemampuan
berpikir kritis siswa secara signifikan dibandingkan dengan metode tradisional
Materi Interaksi makhluk hidup dengan lingkungan merupakan salah satu
materi pokok kelas VII semester genap dalam kurikulum 2013 dengan kompetensi
dasar yakni 38 mendeskripsikan interaksi antar makhluk hidup dan
lingkungannya dan 412 menyajikan hasil observasi terhadap interaksi makhluk
hidup dengan lingkungan di sekitarnya Kompetensi dasar pada materi tersebut
menuntut siswa untuk dapat memahami konsep-konsep dan memecahkan masalah
yang sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari Penerapan learning cycle 7e
4
berbasis konstruktivisme mempertimbangkan pengetahuan awal siswa (elicit)
menyajikan masalah yang berkaitan dengan kehidupan nyata sebagai rangsangan
untuk belajar (engage) memberikan kesempatan secara langsung kepada siswa
untuk terlibat dalam penemuan konsep (explore) dilanjutkan dengan melakukan
diskusi untuk mengklarifikasi konsep (elaborate) evaluasi (evaluate) serta
mengaplikasikan konsep tersebut pada situasi baru (extend) Pembelajaran materi
interaksi makhluk hidup akan menjadi lebih bermakna dan kemampuan berpikir
kritis siswa dapat berkembang dengan membandingkan konsep yang sudah
diperoleh dengan konsep baru yang dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari siswa
maka diharapkan model pembelajaran learning cycle 7e berbasis konstruktivisme
akan tepat apabila digunakan dalam penyampaian materi interaksi makhluk hidup
dengan lingkungan
Berdasarkan uraian di atas maka akan dilakukan penelitian yang berjudul
ldquoPengaruh Learning Cycle 7E Berbasis Konstruktivisme Terhadap Kemampuan
Berpikir Kritis Siswa pada Materi Interaksi Makhluk Hidup dengan Lingkunganrdquo
12 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang maka rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah apakah penerapan Learning Cycle 7E berbasis konstruktivisme
berpengaruh terhadap kemampuan berpikir kritis siswa pada materi Interaksi
makhluk hidup dengan lingkungan
13 Penegasan Istilah
Supaya tidak terjadi kesalahan penafsiran terhadap istilah-istilah yang
digunakan dalam penelitian ini maka perlu diberikan penjelasan tentang istilah-
istilah berikut
131 Pembelajaran Learning Cycle 7E Berbasis Konstruktivisme
Learning cycle 7e merupakan suatu model pembelajaran yang bertujuan
untuk menekankan pentingnya memunculkan pemahaman awal siswa dan
memperluas (transfer) konsep Menurut Eisenkraft (200357) terdapat tujuh tahap
5
dalam learning cycle 7e yaitu elicit (penggalian pengetahuan awal) engage
(motivasi) explore (melakukan pengamatan atau percobaan) explain
(mengkomunikasikan) elaborate (menerapkan konsep) evaluate (evaluasi) dan
extend (mengaplikasikan konsep)
Konsep pembelajaran konstruktivisme merupakan pembelajaran yang
didasarkan pada pemahaman bahwa proses belajar yang dilakukan siswa
merupakan proses konstruksi pengetahuan pemahaman dan pengalaman yang
dilakukan oleh siswa (Wardoyo 20134) Karakteristik dalam pembelajaran
konstruktivisme antara lain 1) berpusat pada siswa 2) adanya masalah 3) proses
menemukan 4) interaksi sosial dan 5) pengetahuan atau pemahaman baru
(Wardoyo 201341) Pembelajaran learning cycle 7e berbasis konstruktivisme
pada penelitian ini adalah pembelajaran IPA yang menerapkan tahap-tahap model
pembelajaran learning cycle 7e yang didasarkan pada kelima karakteristik
pembelajaran konstruktivisme menurut Wardoyo (201341)
132 Kemampuan Berpikir Kritis
Menurut Ennis (20111) berpikir kritis adalah berpikir rasional dan
reflektif dengan menekankan pada pembuatan keputusan tentang apa yang harus
dipercayai atau dilakukan Rasional berarti menurut pikiran dan pertimbangan
yang logis Reflektif berarti mempertimbangkan secara hati-hati segala alternatif
sebelum mengambil keputusan
Kemampuan berpikir kritis yang diukur pada penelitian ini mengacu pada
(Ennis 198546) yang menyebutkan terdapat lima aspek sebagai indikator dalam
berpikir kritis yaitu (1) memberikan penjelasan sederhana (2) membangun
keterampilan dasar (3) menyimpulkan 4) memberi penjelasan lanjut dan (5)
mengatur strategi dan taktik
133 Materi Interaksi Makhluk Hidup dengan Lingkungan
Materi Interaksi makhluk hidup dengan lingkungan merupakan salah satu
materi pokok kelas VII semester genap dalam kurikulum 2013 dengan kompetensi
dasar yakni 38 mendeskripsikan interaksi antar makhluk hidup dan
6
lingkungannya dan 412 menyajikan hasil observasi terhadap interaksi makhluk
hidup dengan lingkungan di sekitarnya Indikator pembelajaran dalam penelitian
ini yaitu menjelaskan konsep ekosistem mengidentifikasi komponen abiotik dan
biotik mengidentifikasi satuan-satuan dalam ekosistem menghitung kepadatan
populasi menganalisis saling ketergantungan antara komponen biotik dengan
abiotik dan menganalisis saling ketergantungan antar komponen biotik
14 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan pengaruh
penerapan learning cycle 7e berbasis konstruktivisme terhadap kemampuan
berpikir kritis siswa pada materi Interaksi makhluk hidup dengan lingkungan
15 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut
151 Manfaat Korespondensi
Penelitian ini memberikan bukti empiris kebenaran teori pembelajaran
tentang penerapan learning cycle 7e dan pengaruhnya terhadap kemampuan
berpikir kritis siswa seperti hasil penelitian yang dilakukan oleh Indrawati et al
(201436) bahwa implementasi model pembelajaran learning cycle 7e efektif
untuk meningkatkan konsep dan kemampuan berpikir kritis siswa Hasil
penelitian Hartono (201365) bahwa model learning cycle 7e dapat meningkatkan
kemampuan berpikir kritis Hasil penelitian Siribunnan amp Tayraukham
(2009282) menunjukkan bahwa model learning cycle 7e dapat meningkatkan
kemampuan berpikir kritis yang lebih baik dibandingkan dengan metode
tradisional Demikian pula hasil penelitian Mecit (200648) menunjukkan bahwa
model learning cycle 7e dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis secara
signifikan dibandingkan dengan metode tradisional Selain itu hasil penelitian ini
digunakan untuk menguatkan prediksi bahwa untuk meningkatkan kemampuan
berpikir kritis dapat menerapkan pembelajaran dengan Learning Cycle 7E
7
152 Manfaat Koherensi
Penelitian ini mengembangkan dan membuktikan teori-teori yang
menghasilkan hipotesis tentang kebenaran bahwa penerapan learning cycle 7e
berpengaruh terhadap kemampuan berpikir kritis siswa
153 Manfaat Pragmatis
Manfaat pragmatis penelitian ini agar siswa memahami materi Interaksi
makhluk hidup dengan lingkungan melalui model pembelajaran learning cycle 7e
berbasis konstruktivisme Pemahaman materi oleh siswa dapat mengembangkan
kemampuan berpikir kritis siswa Menambah wawasan guru tentang variasi
pembelajaran untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa Penelitian
ini memberikan kontribusi bagi sekolah sebagai masukan dalam meningkatkan
kualitas pembelajaran
8
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
21 Teori Konstruktivisme
Teori konstruktivisme beranggapan bahwa pengetahuan merupakan
konstruksi dari pengetahuan awal yang telah ada Pengetahuan hasil dari
konstruksi kognitif melalui kegiatan siswa dengan membuat struktur kategori
konsep dan skema yang diperlukan untuk membentuk pengetahuan dalam hal ini
dibentuk oleh struktur konsepsi sewaktu siswa berinteraksi dengan lingkungan
(Maknun et al 2012 9-10)
Intisari dari teori konstruktivisme adalah bahwa siswa harus menemukan
dan mentransformasikan informasi kompleks kedalam diri sendiri Teori ini
memandang siswa sebagai individu yang selalu memeriksa informasi baru yang
berlawanan dengan prinsip-prinsip yang telah ada dan merevisi prinsip-prinsip
tersebut apabila sudah diangap tidak dapat digunakan lagi Hal ini memberikan
implikasi bahwa siswa harus terlibat aktif dalam pembelajaran dengan bantuan
guru sebagai fasilitator (Rifarsquoi amp Anni 2011137)
Implikasi pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan pandangan
konstruktivisme menurut Hapsari (2011 37) adalah sebagai berikut
a Tahap Apersepsi dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan problematik
tentang fenomena yang sering ditemui sehari-hari yang dikaitkan dengan
konsep yang akan dibahas Siswa diberi kesempatan untuk
mengkomunikasikan mengilustrasikan pemahaman tentang konsep tersebut
b Tahap Eksplorasi memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan
konsep melalui pengumpulan pengorganisasian dan menginterpretasikan data
dalam suatu kegiatan yang telah dirancang guru serta secara berkelompok
didiskusikan dengan kelompok lain
c Tahap diskusi dan penjelasan konsep yaitu siswa memberi penjelasan dan
solusi berdasarkan hasil observasi ditambah dengan penguatan guru maka
siswa membangun pemahaman baru tentang konsep yang sedang dipelajari
9
d Pengembangan dan aplikasi yaitu guru berusaha menciptakan iklim
pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat mengaplikasikan pemahaman
konseptual baik melalui kegiatan atau pemunculan dan pemecahan masalah-
masalah yang berkaitan dengan isu-isu di lingkungan
22 Teori Perkembangan Jean Piaget
Teori perkembangan Piaget mewakili konstruktivisme yang memandang
perkembangan kognitif sebagai suatu proses dimana anak secara aktif membangun
pengetahuan Piaget menyatakan bahwa belajar merupakan pengembangan aspek
kognitif yang meliputi skema asimilasi akomodasi ekuilibrasi
Asimilasi adalah pengumpulan dan pengelompokkan informasi baru
Seorang individu dalam proses pembelajaran akan mendapatkan informasi baru
yang kemudian akan dikumpulkan dan dikelompokkan ke dalam skema
(pengetahuan) yang telah ada Akomodasi merupakan modifikasi dari skema agar
informasi yang baru dan kontradiktif bisa diterjemahkan Informasi yang telah
terkumpul dan dikelompokkan dalam skema-skema yang telah ada sebelumnya
kemudian dimodifikasi menjadi suatu skema (pengetahuan) baru Ekuilibrasi
merupakan dorongan secara terus menerus ke arah keseimbangan atau
equilibrium Artinya pengetahuan dikonstruksi dari proses pengintegrasian
pengetahuan baru terhadap struktur kognitif yang sudah ada dan dilakukan
penyesuaian struktur kognitif dengan informasi baru yang didapatkan
Menurut Piaget sebagaimana dikutip oleh Trianto (200716) pada
perkembangan kognitif yang terpenting adalah penguasaan dan kategori konsep-
konsep Melalui penguasaan konsep siswa akan mengenal lingkungan dan
memecahkan berbagai masalah yang dihadapi dalam kehidupan
Menurut Piaget sebagaimana dikutip oleh Slavin (200845) setiap
individu pada saat tumbuh mulai dari bayi yang baru dilahirkan sampai menginjak
usia dewasa mengalami empat tingkatan perkembangan kognitif Empat tingkat
perkembangan kognitif tersebut adalah sebagai berikut
1 Tahap Sensorimotorik (sejak lahir hingga usia 2 tahun)
2 Tahap Pra-operasional (2-7 tahun)
10
3 Tahap Operasi Kongkrit (7-11 tahun)
4 Tahap Operasi Formal (usia 11 sampai dewasa)
Siswa SMP dengan rentang usia 11-15 tahun berada pada tahap operasi
formal Pada usia ini yang perlu dipertimbangkan adalah aspek-aspek
perkembangan remaja dimana remaja mengalami tahap transisi dari penggunaan
operasi kongkrit ke penerapan operasi formal dalam bernalar Menurut Slavin
(200846) pada tahap operasi formal anak sudah mampu berpikir tingkat tinggi
mampu berpikir secara deduktif induktif menganalisis mensintesis mampu
berpikir abstrak dan berpikir reflektif serta memecahkan berbagai masalah
23 Learning Cycle 7E Berbasis Konstruktivisme
Menurut Aqib (201366) proses pembelajaran adalah upaya secara
sistematis yang dilakukan guru untuk mewujudkan proses pembelajaran berjalan
secara efektif dan efisien yang dimulai dari perencanaan pelaksanaan dan
evaluasi Oleh karena itu pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu proses
komunikasi melalui interaksi antara guru dengan siswa dan antar siswa secara
efektif dan efisien untuk mencapai tujuan pembelajaran
Konsep pembelajaran konstruktivisme merupakan pembelajaran yang
didasarkan pada pemahaman bahwa proses belajar yang dilakukan siswa
merupakan proses konstruksi pengetahuan pemahaman dan pengalaman yang
dilakukan oleh siswa (Wardoyo 20134) Karakteristik dalam pembelajaran
konstruktivisme antara lain 1) berpusat pada siswa 2) adanya masalah 3) proses
menemukan 4) interaksi sosial dan 5) pengetahuan atau pemahaman baru
(Wardoyo 201341)
Salah satu model pembelajaran yang berlandaskan teori konstruktivisme
adalah learning cycle Menurut Trowbridge amp Bybee sebagaimana dikutip oleh
Wena (2011170) pada tahun 1970 model Learning Cycle pertama kali
diperkenalkan oleh Robert Karplus dan Their dalam Science Curriculum
Improvement StudySCIS Karplus dan Their mengembangkan model learning
cycle berdasarkan teori perkembangan kognitif Jean Piaget Implementasi teori
perkembangan kognitif Jean Piaget oleh Karplus dikembangkan dalam model
11
learning cycle yang pada mulanya terdiri dari tiga tahap yaitu eksplorasi
(exploration) pengenalan konsep (concept introduction) dan penerapan konsep
(concept application)
Pada pertengahan 1980an Biological Science Curriculum Study (BSCS)
mengembangkan model learning cycle dari tiga tahap siklus tersebut menjadi lima
tahap Tahap-tahap dalam pembelajaran Learning Cycle 5E meliputi engage
explore explain elaborateextend dan evaluate Perkembangan ini dilakukan
dengan menambahkan fase engage di awal pembelajaran yang bertujuan untuk
menggali pengetahuan awal siswa dan fase evaluate ditambahkan di akhir
pembelajaran yang bertujuan untuk menilai pemahaman siswa sedangkan fase
pemahaman konsep dan aplikasi konsep diganti dengan istilah baru yaitu explain
dan elaborate (Bybee et al 20068)
Perkembangan model learning cycle 7e yang paling baru sudah memiliki 7
tahap setelah mengalami pengkhususan menjadi 5 tahap Perubahan yang terjadi
pada tahap learning cycle 5e menjadi 7e terjadi pada tahap engage menjadi 2
tahap yaitu elicit dan engage sedangkan pada tahap elaborate dan evaluate
menjadi 3 tahap menjadi elaborate evaluate dan extend
Menurut Eisenkraft (200357) learning cycle 7e merupakan suatu model
pembelajaran yang bertujuan untuk menekankan pentingnya memunculkan
pemahaman awal siswa dan memperluas konsep Terdapat 7 tahap learning cycle
7e yang dapat dijelaskan sebagai berikut
1 Elicit (penggalian pengetahuan awal)
Makna dari elicit adalah menggali pemahaman awal yang dimiliki
siswa Langkah-langkah yang dapat dilakukan adalah dengan
mengajukan beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan materi
yang akan dipelajari
2 Engage (motivasi)
Pada tahap engage atau motivasi dapat dilakukan dengan cara
bercerita demonstrasi membuat prediski atau dengan
menunjukkan suatu objek gambar atau video Guru dapat
memberikan permasalahan dan meminta siswa untuk berpikir dan
mengajukan pertanyaan
3 Explore (melakukan pengamatan atau percobaan)
Pada tahap ini siswa diberi kesempatan untuk melakukan
pengamatan mengumpulkan data membuktikan prediksi atau
12
hipotesis merancang dan merencanakan percobaan membuat
grafik menafsirkan hasil serta mencatat hasil pengamatan
4 Explain (mengkomunikasikan)
Pada tahap ini guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menjelaskan konsep dan menunjukkan bukti hasil pengamatan
pada tahap explore melalui kegiatan diskusi Pada tahap ini siswa
diharapkan menemukan istilah-istilah dan konsep yang dipelajari
5 Elaborate (menerapkan konsep)
Tahap ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menerapkan konsep (pengetahuan baru) dan keterampilan dalam
situasi baru melalui kegiatan-kegiatan seperti pemecahan masalah
(problem solving)
6 Evaluate (evaluasi)
Tahap evaluasi model pembelajaran learning cycle 7e terdiri dari
evaluasi formatif dan evaluasi sumatif Evaluasi dapat dilakukan
melalui pemberian tes di akhir pembelajaran untuk mengetahui
sejauh mana tingkat pemahaman siswa terhadap konsep yang
dipelajari
7 Extend (mengaplikasikan konsep)
Tahap ini bertujuan untuk berpikir mencari menemukan dan
menjelaskan contoh penerapan konsep yang telah dipelajari
(Eisenkraft 200357)
Gambar 21 Perubahan Learning Cycle 5E Menjadi Learning Cycle 7E
13
Pengembangan tahap-tahap learning cycle dari 3 tahap
menjadi 5 tahap atau 7 tahap masih tetap berkaitan erat dengan teori
perkembangan kognitif Jean Piaget (skema asimilasi akomodasi dan
ekuilibrasi) Pembelajaran learning cycle memberikan kesempatan
kepada siswa untuk mengasimilasi informasi dengan cara
mengeksplorasi lingkungan mengakomodasi informasi dengan cara
mengembangkan konsep mengorganisasikan informasi dan
menghubungkan konsep-konsep baru dengan menggunakan atau
memperluas konsep yang dimiliki untuk menjelaskan suatu fenomena
yang berbeda Fase engagement dalam learning cycle termasuk dalam
proses asimilasi sedangkan fase evaluation masih merupakan proses
akomodasi dan ekuilibrasi
Model learning cycle 7e memiliki beberapa kelebihan dan kelemahan
Kelebihan dari model learning cycle 7e menurut Indrawati et al (201435) yaitu
1 Merangsang siswa untuk mengingat kembali materi pelajaran
yang telah didapatkan
2 Memberikan motivasi kepada siswa untuk menjadi lebih aktif dan
menambah rasa keingintahuan
3 Melatih siswa belajar menemukan konsep melalui kegiatan
ekperimen melatih siswa untuk menyampaikan konsep yang telah
dipelajari secara lisan
4 Melatih siswa untuk bekerjasama dan memberikan kesempatan
kepada siswa untuk berpikir mencari menemukan dan
menjelaskan contoh penerapan konsep yang telah dipelajari
Kelemahan dari model learning cycle 7e menurut Indrawati et al
(201435) yaitu
1 Efektivitas pembelajaran rendah jika guru kurang menguasai
materi dan langkah-langkah pembelajaran
2 Menuntut kesungguhan dan kreativitas guru dalam merancang dan
melaksanakan proses pembelajaran
3 Memerlukan waktu dan tenaga yang lebih banyak dalam menyusun
rencana dan melaksanakan pembelajaran
24 Kemampuan Berpikir Kritis
Menurut Ruggiero sebagaimana dikutip oleh Johnson (2007183) berpikir
merupakan segala aktivitas mental yang membantu merumuskan atau
memecahkan masalah membuat keputusan memenuhi keinginan untuk
memahami sebuah pencarian jawaban dan sebuah pencapaian makna Kowiyah
(2013176) menyatakan bahwa berpikir adalah suatu kegiatan atau proses
14
kognitif tindakan mental untuk memperoleh pengetahuan pemahaman dan
keterampilan agar mampu menemukan jalan keluar dan keputusan secara
deduktif induktif dan evaluatif
Secara teknis kemampuan berpikir dalam bahasa taksonomi Bloom
diartikan sebagai kemampuan intelektual yaitu kemampuan
menganalisismensintesis dan mengevaluasi Kemampuan-kemampuan ini dapat
dikatakan sebagai kemampuan berpikir kritis
Pembelajaran diharapkan dapat menjadi penunjang dalam
mengembangkan kemampuan berpikir siswa Kemampuan berpikir yang dapat
dikembangkan salah satunya adalah kemampuan berpikir kritis Tujuan
melatihkan kemampuan berpikir kritis adalah untuk menyiapkan siswa menjadi
seorang pemikir kritis dan mampu menyelesaikan masalah yang dihadapi (Tuna amp
Kaccedilar 201374) Selain itu untuk menghindarkan diri siswa dari penipuan
pencucian otak dan membuat keputusan dengan tepat dan bertanggung jawab
(Redhana amp Liliasari 2008 106)
Menurut Ennis (20111) berpikir kritis adalah berpikir rasional dan
reflektif dengan menekankan pada pembuatan keputusan tentang apa yang harus
dipercayai atau dilakukan Rasional berarti menurut pikiran dan pertimbangan
yang logis Reflektif berarti mempertimbangkan secara hati-hati segala alternatif
sebelum mengambil keputusan Jadi dalam hal ini Ennis (20111) menekankan
bahwa berpikir kritis lebih berhubungan dengan alasan yang dapat diterima ketika
seseorang mengambil keputusan Berdasarkan pengertian tersebut maka dapat
dirumuskan bahwa berpikir kritis merupakan proses menggunakan pikiran secara
rasional dan reflektif untuk mencari dan menganalisis informasi mengambil
keputusan dan menyelesaikan masalah
Ennis (19918) menyatakan bahwa dalam berpikir kritis terdapat dua
komponen yaitu karakter (disposition) dan kemampuan penguasaan pengetahuan
(ability) Komponen kemampuan penguasaan pengetahuan dalam berpikir kritis
sering disebut sebagai kemampuan berpikir kritis
Terdapat dua belas indikator kemampuan berpikir kritis yang
dikelompokkan dalam lima aspek berpikir kritis seperti pada Tabel 21 berikut
15
Tabel 21 Indikator Kemampuan Berpikir Kritis Menurut Ennis (198546)
No Aspek Indikator
1 Memberikan
penjelasan sederhana
1 Memfokuskan pertanyaan
2 Menganalisis pertanyaan
3 Bertanya dan menjawab
pertanyaan tentang suatu
penjelasan
2 Membangun
keterampilan dasar
1 Mempertimbangkan apakah
sumber dapat dipercaya atau
tidak
2 Mengobservasi dan
mempertimbangkan suatu
laporan hasil observasi
3 Menyimpulkan 1 Mendeduksi dan
mempertimbangkan hasil
deduksi
2 Menginduksi dan
mempertimbangkan hasil induksi
3 Membuat dan menentukan hasil
pertimbangan
4 Memberikan
penjelasan lanjut
1 Mendefinisikan istilah dan
mempertimbangkan suatu
definisi dalam tiga dimensi
2 Mengidentifikasi asumsi
5 Mengatur strategi
dan taktik
1 Menentukan suatu tindakan
2 Berinteraksi dengan orang lain
Kemampuan berpikir kritis dapat diukur dengan menggunakan instrumen
yang dikembangkan melalui aspek dan indikator berpikir kritis Evaluasi terhadap
kemampuan berpikir kritis antara lain bertujuan untuk mendiagnosis tingkat
kemampuan berpikir kritis siswa memberi umpan balik keberanian berpikir
siswa dan memberi motivasi agar siswa mengembangkan kemampuan berpikir
kritis (Ennis 1993180)
Karakter (disposition) adalah kecenderungan atau kebiasaan untuk berpikir
dalam cara dan kondisi tertentu Disposisi berpikir kritis merupakan sifat yang
melekat pada diri seseorang yang berpikir kritis (Lambertus 2009138)
Seseorang yang memiliki disposisi berpikir kritis akan cenderung berpikir kritis
ketika ada situasi atau kondisi yang menghadirkan stimulus untuk berpikir kritis
16
Pemikir kritis yang ideal memiliki karakter (disposition) untuk mencari
kejelasan dari pertanyaan mencari alasan berusaha mengetahui infomasi dengan
baik menggunakan dan menyebutkan sumber yang memiliki kredibilitas
memperhatikan situasi dan kondisi secara keseluruhan berusaha tetap relevan dengan
ide utama mengingat kepentingan yang asli dan mendasar mencari alternatif
bersikap dan berpikir terbuka mengambil posisi ketika ada bukti dan alasan yang
cukup untuk melakukan sesuatu mencari penjelasan sebanyak mungkin bersikap
secara sistematis dan teratur dengan bagian dari keseluruhan masalah (Ennis 19918)
25 Materi Interaksi Makhluk Hidup dengan Lingkungan
Materi Interaksi makhluk hidup dengan lingkungan merupakan salah satu
materi pokok kelas VII semester genap dalam kurikulum 2013 dengan kompetensi
dasar yaitu 38 mendeskripsikan interaksi antar makhluk hidup dan lingkungannya
dan 412 menyajikan hasil observasi terhadap interaksi makhluk hidup dengan
lingkungan di sekitarnya Indikator pembelajaran dalam penelitian ini meliputi
menjelaskan konsep ekosistem mengidentifikasi komponen biotik dan abiotik
mengidentifikasi satuan-satuan dalam ekosistem menghitung kepadatan populasi
menganalisis saling ketergantungan antara komponen biotik dan abiotik dan
menganalisis saling ketergantungan antar komponen biotik
Komponen ekosistem meliputi komponen abiotik (makhluk tak hidup) dan
komponen biotik (makhluk hidup) Komponen biotik meliputi organisme autotrof
yaitu produsen primer heterotrof yaitu konsumen dan detritivor yaitu organisme
pemakan limbah organik dan organisme yang telah mati
Produsen primer utama pada sebagian besar ekosistem darat adalah
tumbuhan sedangkan produsen primer dalam zona limnetik danau dan lautan
terbuka adalah fitoplankton (alga dan bakteri) Alga multiselluler dan tumbuhan
akuatik merupakan produsen primer di ekosistem air tawar maupun air laut
Organisme yang secara langsung memakan organisme autotrof disebut
herbivora Oleh karena itu herbivora disebut juga sebagai konsumen primer
sedangkan organisme yang mendapatkan makanan dengan memangsa herbivora
atau karnivora lain disebut karnivora Karnivora dapat berperan sebagai konsumen
17
sekunder tersier dan seterusnya Jalur perpindahan makanan dari tingkat trofik
satu ke tingkat trofik lainnya dikenal sebagai rantai makanan (food chain) akan
tetapi hubungan makan memakan dalam suatu ekosistem umumnya saling
berhubungan menjadi jaring-jaring makanan (food web) karena konsumen
memakan lebih dari satu tingkat trofik (Campbell et al 2004)
Kompetensi dasar dan indikator pembelajaran pada materi tersebut
menuntut siswa untuk dapat memahami konsep-konsep dan memecahkan masalah
yang sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari Penerapan learning cycle 7e
berbasis konstruktivisme mempertimbangkan pengetahuan awal siswa (elicit)
menyajikan masalah yang berkaitan dengan kehidupan nyata sebagai rangsangan
untuk belajar (engage) memberikan kesempatan secara langsung kepada siswa
untuk terlibat dalam penemuan konsep melalui kegiatan observasi (explore)
dilanjutkan dengan melakukan diskusi untuk mengklarifikasi konsep (elaborate)
dan evaluasi (evaluate) untuk mengetahui sejauh mana pemahaman konsep yang
telah dimiliki oleh siswa serta menerapkan konsep yang telah diperoleh pada
situasi baru (extend) Pembelajaran materi interaksi makhluk hidup dengan
lingkungan diharapkan menjadi lebih bermakna dan kemampuan berpikir kritis
siswa dapat berkembang dengan membandingkan konsep yang sudah diperoleh
dengan konsep baru yang dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari siswa Model
pembelajaran learning cycle 7e berbasis konstruktivisme diharapkan tepat apabila
digunakan dalam penyampaian materi ekosistem
18
26 Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
Gambar 22 Kerangka Berpikir Penelitian
27 Hipotesis
Penerapan Learning cycle 7e berbasis konstruktivisme berpengaruh
terhadap kemampuan berpikir kritis siswa pada materi Interaksi makhluk hidup
dengan lingkungan
Pembelajaran Learning
Cycle 7E berbasis
konstruktivisme
Menekankan
pengetahuan awal siswa
dan memungkinkan
mengaplikasikan
konsep yang telah
diperoleh
(Eisenkraft 200357)
Mampu meningkatkan
keterampilan proses
sains dan penguasaan
konsep (Kanli amp
Yagbasan 2007151)
Mampu meningkatkan
kemampuan berpikir
kritis
(Hartono 201365)
Mampu meningkatkan
kemampuan berpikir
kritis secara signifikan
dibandingkan metode
tradisional
(Mecit 200648)
Permasalahan dalam pembelajaran
Siswa kesulitan menganalisis suatu
permasalahan
Siswa kesulitan menyimpulkan
Siswa kesulitan mengaplikasikan konsep
pada situasi baru dan konkret
Keberanian mengajukan pertanyaan
amp pendapat rendah
Kemampuan berpikir kritis rendah
Berpikir kritis salah satu
keterampilan abad 21 yang
harus dimiliki oleh siswa
Tuntutan memberdayakan
SDM yang berkualitas
(Permendikbud 2013)
Kelas eksperimen Kelas kontrol
Pembelajaran
dengan metode
diskusi amp ceramah
Kemampuan berpikir kritis berkembang
Learning cycle 7e
berbasis
konstruktivisme
Quasi experimental design
Uji t
54
BAB 5
PENUTUP
51 Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa
penerapan learning cycle 7e berbasis konstruktivisme berpengaruh terhadap
kemampuan berpikir kritis siswa pada materi interaksi makhluk hidup dengan
lingkungan Peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa kelas eksperimen lebih
baik dari pada kelas kontrol
52 Saran
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan penerapan learning cycle
7e berbasis konstruktivisme terbukti berpengaruh terhadap kemampuan berpikir
kritis siswa pada materi interaksi makhluk hidup dengan lingkunganya Dengan
demikian maka beberapa saran yang dapat diberikan sebagai berikut
1 Guru IPA dapat mempertimbangkan pembelajaran learning cycle 7E berbasis
konstruktivisme pada materi interaksi makhluk hidup dengan lingkungan
karena terbukti dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa
2 Guru IPA dapat merancang proses pembelajaran dan instrumen pembelajaran
yang dapat memicu kemampuan berpikir kritis siswa
3 Bagi peneliti selanjutnya yang akan melakukan penelitian berkaitan dengan
kemampuan berpikir kritis disarankan mengoptimalkan pengelolaan kelas dan
memberikan banyak motivasi agar setiap siswa dapat berpartisipasi dan
berinteraksi dalam kegiatan pembelajaran Hal ini dimaksudkan agar
pembelajaran yang dilakukan efektif terhadap kemampuan berpikir kritis
siswa
55
DAFTAR PUSTAKA
Aqib Z 2013 Model-Model Media dan Strategi Pembelajaran
Kontekstual(Inovatif) Bandung Yrama Widya
Amertawengrum IP 2014 Filsafat Konstruktivisme dalam Pembelajaran Sastra
Anak Jurnal Magistra 26(89)8-17 KlatenUnwidha
Arifin Z 2012 Evaluasi Pembelajaran Jakarta Dirjen Pendidikan Islam Online
at
httpdualmodekemenaggoidfiledokumen34EvaluasiPembelajaranpdf
[diakses tanggal 17 Januari 2015]
Arikunto S 2010 Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Jakarta Bumi Aksara
_________ 2012 Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Jakarta Bumi Aksara
Bybee RW JA Taylor A Gardner PV Scotter JC Powell A Westbrook amp
N Landes 2006 The BSCS 5E Instructional Model Origins and
Effectiveness A Report Prepared for the Office of Science Education
National Institute of Health Colorado BSCS Online Tersedia di
httpscienceeducationnihgov [diakses 11-1- 2015]
Campbell NA Reece BJ amp Mitchell LG 2004 Biologi Alih Bahasa Manalu
W (eds) Erlangga Jakarta
Curto K amp T Bayer 2005 An Intersection of Critical Thinkking and
Communication Skillls Journal of Biological Science 31(4)11-19
Amerika Serikat University of Pittsburgh
Eisenkraft A 2003 Expanding The 5E Model Journal The Sciences Teacher
70(6) 56-59 Tersedia di httpits-about-
timecomhtmlsapeisenkrafttstpdf [diakses 3-2-2015]
Ennis RH 1985 A Logical Basic for Measuring Critical Thinking Skill Tersedia
di httpwwwascdorgASCDpdfjournalsed_leadel_198510_ennispdf
[diakses 27-1-2015]
Ennis RH 1991Critical Thinking A Streamlined Conception Tersedia di
httpfacultyeducationillinoisedurhennisdocumentsTheNatureofCritical
Thinking_51711_000pdf [diakses 27-1-2015]
Ennis R H 1993 Critical Thinking Assesment Journal Theory and Practice 32
(2) 179-186 Amerika Serikat The Ohio State University
56
Ennis RH 2011 The Nature of Critical Thinking An Outline of Critical
Thinking Dispositions and Abilities Tersedia di
httpfacultyeducationillinoisedurhennisdocumentsTheNatureofCritical
Thinking_51711_000pdf [diakses 27-1-2015]
Hapsari RTS 2011 Penerapan Model Konstruktivisme untuk Meningkatkan
Hasil Belajar Siswa Jurnal Pendidikan Penabur 10(16) (34-45) Tersedia
di
httpwwwbpkpenaburoridfilesHal2034_4520Penerapan20Mode
l20Pembelajaran20Konstruktivismepdf [diakses 25-1-2015]
Hartono 2013 Learning Cycle Model to Increase Studentrsquos Critical Thinking on
Science Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 9(1)56-66 Semarang
Universitas Negeri Semarang
Indrawati W Suyatno amp YSRahayu 2014 Implementasi Model Learning
Cycle 7E Pada Pembelajaran Kimia Dengan Materi Pokok Kelarutan Dan
Hasil Kali Kelarutan Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep dan
Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMA Prosiding Seminar Nasional
KimiaSurabaya Universitas Negeri Surabaya
Johnson EB 2007 Contextual Teaching amp Learning terjemahan Ibnu Setiawan
Bandung MLC
Kanli amp Yagbasan 2007 The Effects of a Laboratory Based on the 7E Learning
Cycle Model and Verification Laboratory Approach on the Development of
Studentsrsquo Science Process Skills and Conceptual Achievement Tersedia
diwwwuscaeduessaysspecialeditionUKanligraveandRYagbasanpdf[diakses
2-3-2015]
Kowiyah 2012 Kemampuan Berpikir Kritis Jurnal Pendidikan Dasar 3(5) 175-
179 Tersedia di httpjournalppsunjorgarticeldownload108108
[diakses 1-1-2015]
Kulsum U amp N Hindarto 2011 Penerapan Model Learning Cycle 5E pada Sub
pokok bahasan Kalor untuk Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar
Siswa Kelas VII SMP Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 7(1)128-
133Semarang Universitas Negeri Semarang
Kunandar 2013 Penilaian Autentik (Penilaian Hasil Belajar Kurikulum 2013)
Jakarta Raja Grafindo Persada
Lambertus 2009 Pentingnya Melatih Keterampilan Berpikir Kritis Dalam
Pembelajaran Matematika Di SD Jurnal Forum Pendidikan 28(2) (136-
142) Palembang Universitas Sriwijaya
57
Maknun D RR Haerin k Surtikanti amp AMunandar 2012 Praktikum Ekologi
Berbasis Proyek Media Pembekalan Keterampilan Esensial Laboratorium
Jurnal Pendidikan MIPA 13(1) 8-17 Lampung Universitas Lampung
Mecit O 2006 The Effect of 7E Learning Cycle Model on The Improvement of
Fifth Grade Studentsrsquo Critical Thinking Skills Tesis Turkey Middle East
Technical University
Permendikbud 2013 Implementasi Kurikulum Jakarta Depdiknas
Priyatno Duwi 2012 Belajar Analisis Data dengan SPSS 20 Yogyakarta Andi
Redhana IW amp Liliasari 2008 Program Pembelajaran Keterampilan Berpikir
Kritis Pada Topik Laju Reaksi Untuk Siswa SMA Jurnal Forum
Kependidikan 27(2)103-112 Bandung Universitas Pendidikan Indonesia
RifarsquoI Aamp CT Anni 2011 Psikologi Pendidikan Semarang Universitas Negeri
Semarang Press
Siribunnam amp Tayraukham 2009 Effect of 7-E KWL and Conventional on
Analitycal Thinking Learning Acievement and Attitudes toward Chemistry
Learning Journal of Social Sciences 5(4)279-282 Tersedia di
httpwwwamazoncomconventional-instruction-analytical-achievement-
attitudesdpB002TP5UQS [diakses 3-2-2015]
Slameto 2010 Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya Jakarta
Rhineka Cipta
Slavin RE 2008 Psikologi Pendidikan Teori dan Praktik Jakarta Indeks
Soeprodjo S Priatmoko amp EY Sariana 2008 Pengaruh Model Learning
Cycle terhadap Hasil Belajar Materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan
Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia 2(1) 224-229 Semarang Universitas
Negeri Semarang
Sudjana 2005 Metode Statistika Bandung Tarsito
Sugiyono 2013 Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif
Kualitatif dan RampD) Bandung Alfabeta
Trianto 2007 Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivisme
Jakarta Prestasi Pustaka
Tuna A amp A Kaccedilar 2013 The Effect of 5E Learning Cycle Model in Teaching
Trigonometry on Studentrsquos Academic Achievement and The Permanence of
Their Knowledge International Journal on New Trends in Education and
58
Their Implications 4(1) 73-87 Tersedia di
httpijonteorgFileploadks63207File07tunapdf [diakses 11-1- 2015]
Wardoyo SM 2013 Pembelajaran Konstruktivisme Bandung Alfabeta
Wena M 2011 Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer Jakarta Bumi
Aksara
Wiyanto 2008 Menyiapkan Guru Sains Mengembangkan Kompetensi
Laboratorium Semarang Unnes Press
Page 15
2
penipuan pencucian otak dan membuat keputusan dengan tepat dan bertanggung
jawab (Redhana amp Liliasari 2008 106)
Menurut Lambertus (2009140) kemampuan berpikir kritis dapat dilatih
dan dikembangkan secara terus menerus Salah satu cara mengembangkan
kemampuan berpikir kritis yaitu melalui pembelajaran sains (IPA) Siswa dilatih
untuk bertanggung jawab terhadap diri sendiri dalam memperoleh pengetahuan
melalui kegiatan eksplorasi memecahkan masalah dan mengkomunikasikan hasil
penyelidikan yang dapat dipercaya pada pembelajaran sains Hal ini dikarenakan
dengan latihan dapat membuat keterampilan berpikir kritis menjadi suatu
kebiasaan
Kenyataan di sekolah pendidikan sains belum banyak yang berorientasi ke
arah pembiasaan berpikir tinggi (berpikir kritis) kemampuan siswa dalam
menjawab soal-soal yang menuntut kemampuan berpikir tinggi masih rendah
(Kunandar201318-19) Keikutsertaan Indonesia di dalam studi Trends in
International Mathematatics and science Study (TIMSS) dan Program for
International Student Assessment (PISA) sejak tahun 1999 juga menunjukkan
bahwa capaian siswa-siswi Indonesia tidak mengembirakan dalam beberapa
laporan yang dikeluarkan TIMSS dan PISA (Permendikbud 2013)
Berdasarkan observasi awal yang telah dilakukan di SMP N 19 Tegal
melalui wawancara dengan guru IPA dan pengamatan dalam proses pembelajaran
menunjukkan bahwa metode yang diterapkan oleh guru sudah bervariasi seperti
ceramah diskusi praktikum dan penugasan namun proses pembelajaran dan
soal-soal evaluasi yang di berikan belum berorientasi untuk mengembangkan
kemampuan berpikir kritis siswa Siswa mengalami kesulitan menganalisis suatu
permasalahan menyimpulkan serta kesulitan mengaplikasikan konsep dalam
situasi yang baru dan konkret Keberanian siswa untuk bertanya dan menjawab
pertanyaan masih rendah Ketika guru mengajukan pertanyaan siswa cenderung
pasif atau siswa belum terbiasa menjawab dengan inisiatif sendiri (data
selengkapnya pada lampiran 1 halaman 59)
Berdasarkan hal tersebut diperlukan suatu upaya untuk mengembangkan
kemampuan berpikir ktitis siswa Salah satu cara mengembangkan kemampuan
3
berpikir kritis yaitu melalui pembelajaran sains (IPA) yang memberikan
kesempatan kepada siswa untuk belajar ldquomenemukanrdquo bukan sekedar belajar
ldquomenerimardquo Kesempatan belajar menemukan dapat dikembangkan antara lain
dalam bentuk pembelajaran berbasis konstruktivisme yang memiliki karakteristik
meliputi berpusat pada siswa adanya masalah proses menemukan interaksi
sosial dan pengetahuan atau pemahaman baru (Wardoyo 201341)
Salah satu model pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan teori
konstruktivisme yaitu learning cycle 7e Hal tersebut terlihat dalam model
pembelajaran learning cycle memuat beberapa tahap kegiatan (fase) Menurut
(Eisenkraft200357) tujuh tahap kegiatan dalam learning cycle 7e antara lain
elicit (penggalian pengetahuan awal) engage (motivasi) explore (melakukan
pengamatan atau percobaan) explain (mengkomunikasikan) elaborate
(menerapkan konsep) evaluate (evaluasi) dan extend (mengaplikasikan konsep)
Beberapa penelitian telah dilakukan terkait penerapan model pembelajaran
learning cycle 7e dalam pembelajaran Berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Indrawati et al(201436) menyatakan bahwa implementasi model
pembelajaran learning cycle 7e efektif untuk meningkatkan penguasaan konsep
dan kemampuan berpikir kritis siswa Hasil penelitian Hartono (201365)
menunjukkan bahwa model pembelajaran learning cycle 7e dapat meningkatkan
kemampuan berpikir kritis siswa Hasil penelitian Kanli amp Yagbasan (2007151)
menunjukkan bahwa learning cycle 7e mampu meningkatkan keterampilan proses
sains dan penguasaan konsep siswa Hasil penelitian Mecit (200648)
menunjukkan bahwa model learning cycle 7e dapat meningkatkan kemampuan
berpikir kritis siswa secara signifikan dibandingkan dengan metode tradisional
Materi Interaksi makhluk hidup dengan lingkungan merupakan salah satu
materi pokok kelas VII semester genap dalam kurikulum 2013 dengan kompetensi
dasar yakni 38 mendeskripsikan interaksi antar makhluk hidup dan
lingkungannya dan 412 menyajikan hasil observasi terhadap interaksi makhluk
hidup dengan lingkungan di sekitarnya Kompetensi dasar pada materi tersebut
menuntut siswa untuk dapat memahami konsep-konsep dan memecahkan masalah
yang sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari Penerapan learning cycle 7e
4
berbasis konstruktivisme mempertimbangkan pengetahuan awal siswa (elicit)
menyajikan masalah yang berkaitan dengan kehidupan nyata sebagai rangsangan
untuk belajar (engage) memberikan kesempatan secara langsung kepada siswa
untuk terlibat dalam penemuan konsep (explore) dilanjutkan dengan melakukan
diskusi untuk mengklarifikasi konsep (elaborate) evaluasi (evaluate) serta
mengaplikasikan konsep tersebut pada situasi baru (extend) Pembelajaran materi
interaksi makhluk hidup akan menjadi lebih bermakna dan kemampuan berpikir
kritis siswa dapat berkembang dengan membandingkan konsep yang sudah
diperoleh dengan konsep baru yang dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari siswa
maka diharapkan model pembelajaran learning cycle 7e berbasis konstruktivisme
akan tepat apabila digunakan dalam penyampaian materi interaksi makhluk hidup
dengan lingkungan
Berdasarkan uraian di atas maka akan dilakukan penelitian yang berjudul
ldquoPengaruh Learning Cycle 7E Berbasis Konstruktivisme Terhadap Kemampuan
Berpikir Kritis Siswa pada Materi Interaksi Makhluk Hidup dengan Lingkunganrdquo
12 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang maka rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah apakah penerapan Learning Cycle 7E berbasis konstruktivisme
berpengaruh terhadap kemampuan berpikir kritis siswa pada materi Interaksi
makhluk hidup dengan lingkungan
13 Penegasan Istilah
Supaya tidak terjadi kesalahan penafsiran terhadap istilah-istilah yang
digunakan dalam penelitian ini maka perlu diberikan penjelasan tentang istilah-
istilah berikut
131 Pembelajaran Learning Cycle 7E Berbasis Konstruktivisme
Learning cycle 7e merupakan suatu model pembelajaran yang bertujuan
untuk menekankan pentingnya memunculkan pemahaman awal siswa dan
memperluas (transfer) konsep Menurut Eisenkraft (200357) terdapat tujuh tahap
5
dalam learning cycle 7e yaitu elicit (penggalian pengetahuan awal) engage
(motivasi) explore (melakukan pengamatan atau percobaan) explain
(mengkomunikasikan) elaborate (menerapkan konsep) evaluate (evaluasi) dan
extend (mengaplikasikan konsep)
Konsep pembelajaran konstruktivisme merupakan pembelajaran yang
didasarkan pada pemahaman bahwa proses belajar yang dilakukan siswa
merupakan proses konstruksi pengetahuan pemahaman dan pengalaman yang
dilakukan oleh siswa (Wardoyo 20134) Karakteristik dalam pembelajaran
konstruktivisme antara lain 1) berpusat pada siswa 2) adanya masalah 3) proses
menemukan 4) interaksi sosial dan 5) pengetahuan atau pemahaman baru
(Wardoyo 201341) Pembelajaran learning cycle 7e berbasis konstruktivisme
pada penelitian ini adalah pembelajaran IPA yang menerapkan tahap-tahap model
pembelajaran learning cycle 7e yang didasarkan pada kelima karakteristik
pembelajaran konstruktivisme menurut Wardoyo (201341)
132 Kemampuan Berpikir Kritis
Menurut Ennis (20111) berpikir kritis adalah berpikir rasional dan
reflektif dengan menekankan pada pembuatan keputusan tentang apa yang harus
dipercayai atau dilakukan Rasional berarti menurut pikiran dan pertimbangan
yang logis Reflektif berarti mempertimbangkan secara hati-hati segala alternatif
sebelum mengambil keputusan
Kemampuan berpikir kritis yang diukur pada penelitian ini mengacu pada
(Ennis 198546) yang menyebutkan terdapat lima aspek sebagai indikator dalam
berpikir kritis yaitu (1) memberikan penjelasan sederhana (2) membangun
keterampilan dasar (3) menyimpulkan 4) memberi penjelasan lanjut dan (5)
mengatur strategi dan taktik
133 Materi Interaksi Makhluk Hidup dengan Lingkungan
Materi Interaksi makhluk hidup dengan lingkungan merupakan salah satu
materi pokok kelas VII semester genap dalam kurikulum 2013 dengan kompetensi
dasar yakni 38 mendeskripsikan interaksi antar makhluk hidup dan
6
lingkungannya dan 412 menyajikan hasil observasi terhadap interaksi makhluk
hidup dengan lingkungan di sekitarnya Indikator pembelajaran dalam penelitian
ini yaitu menjelaskan konsep ekosistem mengidentifikasi komponen abiotik dan
biotik mengidentifikasi satuan-satuan dalam ekosistem menghitung kepadatan
populasi menganalisis saling ketergantungan antara komponen biotik dengan
abiotik dan menganalisis saling ketergantungan antar komponen biotik
14 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan pengaruh
penerapan learning cycle 7e berbasis konstruktivisme terhadap kemampuan
berpikir kritis siswa pada materi Interaksi makhluk hidup dengan lingkungan
15 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut
151 Manfaat Korespondensi
Penelitian ini memberikan bukti empiris kebenaran teori pembelajaran
tentang penerapan learning cycle 7e dan pengaruhnya terhadap kemampuan
berpikir kritis siswa seperti hasil penelitian yang dilakukan oleh Indrawati et al
(201436) bahwa implementasi model pembelajaran learning cycle 7e efektif
untuk meningkatkan konsep dan kemampuan berpikir kritis siswa Hasil
penelitian Hartono (201365) bahwa model learning cycle 7e dapat meningkatkan
kemampuan berpikir kritis Hasil penelitian Siribunnan amp Tayraukham
(2009282) menunjukkan bahwa model learning cycle 7e dapat meningkatkan
kemampuan berpikir kritis yang lebih baik dibandingkan dengan metode
tradisional Demikian pula hasil penelitian Mecit (200648) menunjukkan bahwa
model learning cycle 7e dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis secara
signifikan dibandingkan dengan metode tradisional Selain itu hasil penelitian ini
digunakan untuk menguatkan prediksi bahwa untuk meningkatkan kemampuan
berpikir kritis dapat menerapkan pembelajaran dengan Learning Cycle 7E
7
152 Manfaat Koherensi
Penelitian ini mengembangkan dan membuktikan teori-teori yang
menghasilkan hipotesis tentang kebenaran bahwa penerapan learning cycle 7e
berpengaruh terhadap kemampuan berpikir kritis siswa
153 Manfaat Pragmatis
Manfaat pragmatis penelitian ini agar siswa memahami materi Interaksi
makhluk hidup dengan lingkungan melalui model pembelajaran learning cycle 7e
berbasis konstruktivisme Pemahaman materi oleh siswa dapat mengembangkan
kemampuan berpikir kritis siswa Menambah wawasan guru tentang variasi
pembelajaran untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa Penelitian
ini memberikan kontribusi bagi sekolah sebagai masukan dalam meningkatkan
kualitas pembelajaran
8
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
21 Teori Konstruktivisme
Teori konstruktivisme beranggapan bahwa pengetahuan merupakan
konstruksi dari pengetahuan awal yang telah ada Pengetahuan hasil dari
konstruksi kognitif melalui kegiatan siswa dengan membuat struktur kategori
konsep dan skema yang diperlukan untuk membentuk pengetahuan dalam hal ini
dibentuk oleh struktur konsepsi sewaktu siswa berinteraksi dengan lingkungan
(Maknun et al 2012 9-10)
Intisari dari teori konstruktivisme adalah bahwa siswa harus menemukan
dan mentransformasikan informasi kompleks kedalam diri sendiri Teori ini
memandang siswa sebagai individu yang selalu memeriksa informasi baru yang
berlawanan dengan prinsip-prinsip yang telah ada dan merevisi prinsip-prinsip
tersebut apabila sudah diangap tidak dapat digunakan lagi Hal ini memberikan
implikasi bahwa siswa harus terlibat aktif dalam pembelajaran dengan bantuan
guru sebagai fasilitator (Rifarsquoi amp Anni 2011137)
Implikasi pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan pandangan
konstruktivisme menurut Hapsari (2011 37) adalah sebagai berikut
a Tahap Apersepsi dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan problematik
tentang fenomena yang sering ditemui sehari-hari yang dikaitkan dengan
konsep yang akan dibahas Siswa diberi kesempatan untuk
mengkomunikasikan mengilustrasikan pemahaman tentang konsep tersebut
b Tahap Eksplorasi memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan
konsep melalui pengumpulan pengorganisasian dan menginterpretasikan data
dalam suatu kegiatan yang telah dirancang guru serta secara berkelompok
didiskusikan dengan kelompok lain
c Tahap diskusi dan penjelasan konsep yaitu siswa memberi penjelasan dan
solusi berdasarkan hasil observasi ditambah dengan penguatan guru maka
siswa membangun pemahaman baru tentang konsep yang sedang dipelajari
9
d Pengembangan dan aplikasi yaitu guru berusaha menciptakan iklim
pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat mengaplikasikan pemahaman
konseptual baik melalui kegiatan atau pemunculan dan pemecahan masalah-
masalah yang berkaitan dengan isu-isu di lingkungan
22 Teori Perkembangan Jean Piaget
Teori perkembangan Piaget mewakili konstruktivisme yang memandang
perkembangan kognitif sebagai suatu proses dimana anak secara aktif membangun
pengetahuan Piaget menyatakan bahwa belajar merupakan pengembangan aspek
kognitif yang meliputi skema asimilasi akomodasi ekuilibrasi
Asimilasi adalah pengumpulan dan pengelompokkan informasi baru
Seorang individu dalam proses pembelajaran akan mendapatkan informasi baru
yang kemudian akan dikumpulkan dan dikelompokkan ke dalam skema
(pengetahuan) yang telah ada Akomodasi merupakan modifikasi dari skema agar
informasi yang baru dan kontradiktif bisa diterjemahkan Informasi yang telah
terkumpul dan dikelompokkan dalam skema-skema yang telah ada sebelumnya
kemudian dimodifikasi menjadi suatu skema (pengetahuan) baru Ekuilibrasi
merupakan dorongan secara terus menerus ke arah keseimbangan atau
equilibrium Artinya pengetahuan dikonstruksi dari proses pengintegrasian
pengetahuan baru terhadap struktur kognitif yang sudah ada dan dilakukan
penyesuaian struktur kognitif dengan informasi baru yang didapatkan
Menurut Piaget sebagaimana dikutip oleh Trianto (200716) pada
perkembangan kognitif yang terpenting adalah penguasaan dan kategori konsep-
konsep Melalui penguasaan konsep siswa akan mengenal lingkungan dan
memecahkan berbagai masalah yang dihadapi dalam kehidupan
Menurut Piaget sebagaimana dikutip oleh Slavin (200845) setiap
individu pada saat tumbuh mulai dari bayi yang baru dilahirkan sampai menginjak
usia dewasa mengalami empat tingkatan perkembangan kognitif Empat tingkat
perkembangan kognitif tersebut adalah sebagai berikut
1 Tahap Sensorimotorik (sejak lahir hingga usia 2 tahun)
2 Tahap Pra-operasional (2-7 tahun)
10
3 Tahap Operasi Kongkrit (7-11 tahun)
4 Tahap Operasi Formal (usia 11 sampai dewasa)
Siswa SMP dengan rentang usia 11-15 tahun berada pada tahap operasi
formal Pada usia ini yang perlu dipertimbangkan adalah aspek-aspek
perkembangan remaja dimana remaja mengalami tahap transisi dari penggunaan
operasi kongkrit ke penerapan operasi formal dalam bernalar Menurut Slavin
(200846) pada tahap operasi formal anak sudah mampu berpikir tingkat tinggi
mampu berpikir secara deduktif induktif menganalisis mensintesis mampu
berpikir abstrak dan berpikir reflektif serta memecahkan berbagai masalah
23 Learning Cycle 7E Berbasis Konstruktivisme
Menurut Aqib (201366) proses pembelajaran adalah upaya secara
sistematis yang dilakukan guru untuk mewujudkan proses pembelajaran berjalan
secara efektif dan efisien yang dimulai dari perencanaan pelaksanaan dan
evaluasi Oleh karena itu pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu proses
komunikasi melalui interaksi antara guru dengan siswa dan antar siswa secara
efektif dan efisien untuk mencapai tujuan pembelajaran
Konsep pembelajaran konstruktivisme merupakan pembelajaran yang
didasarkan pada pemahaman bahwa proses belajar yang dilakukan siswa
merupakan proses konstruksi pengetahuan pemahaman dan pengalaman yang
dilakukan oleh siswa (Wardoyo 20134) Karakteristik dalam pembelajaran
konstruktivisme antara lain 1) berpusat pada siswa 2) adanya masalah 3) proses
menemukan 4) interaksi sosial dan 5) pengetahuan atau pemahaman baru
(Wardoyo 201341)
Salah satu model pembelajaran yang berlandaskan teori konstruktivisme
adalah learning cycle Menurut Trowbridge amp Bybee sebagaimana dikutip oleh
Wena (2011170) pada tahun 1970 model Learning Cycle pertama kali
diperkenalkan oleh Robert Karplus dan Their dalam Science Curriculum
Improvement StudySCIS Karplus dan Their mengembangkan model learning
cycle berdasarkan teori perkembangan kognitif Jean Piaget Implementasi teori
perkembangan kognitif Jean Piaget oleh Karplus dikembangkan dalam model
11
learning cycle yang pada mulanya terdiri dari tiga tahap yaitu eksplorasi
(exploration) pengenalan konsep (concept introduction) dan penerapan konsep
(concept application)
Pada pertengahan 1980an Biological Science Curriculum Study (BSCS)
mengembangkan model learning cycle dari tiga tahap siklus tersebut menjadi lima
tahap Tahap-tahap dalam pembelajaran Learning Cycle 5E meliputi engage
explore explain elaborateextend dan evaluate Perkembangan ini dilakukan
dengan menambahkan fase engage di awal pembelajaran yang bertujuan untuk
menggali pengetahuan awal siswa dan fase evaluate ditambahkan di akhir
pembelajaran yang bertujuan untuk menilai pemahaman siswa sedangkan fase
pemahaman konsep dan aplikasi konsep diganti dengan istilah baru yaitu explain
dan elaborate (Bybee et al 20068)
Perkembangan model learning cycle 7e yang paling baru sudah memiliki 7
tahap setelah mengalami pengkhususan menjadi 5 tahap Perubahan yang terjadi
pada tahap learning cycle 5e menjadi 7e terjadi pada tahap engage menjadi 2
tahap yaitu elicit dan engage sedangkan pada tahap elaborate dan evaluate
menjadi 3 tahap menjadi elaborate evaluate dan extend
Menurut Eisenkraft (200357) learning cycle 7e merupakan suatu model
pembelajaran yang bertujuan untuk menekankan pentingnya memunculkan
pemahaman awal siswa dan memperluas konsep Terdapat 7 tahap learning cycle
7e yang dapat dijelaskan sebagai berikut
1 Elicit (penggalian pengetahuan awal)
Makna dari elicit adalah menggali pemahaman awal yang dimiliki
siswa Langkah-langkah yang dapat dilakukan adalah dengan
mengajukan beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan materi
yang akan dipelajari
2 Engage (motivasi)
Pada tahap engage atau motivasi dapat dilakukan dengan cara
bercerita demonstrasi membuat prediski atau dengan
menunjukkan suatu objek gambar atau video Guru dapat
memberikan permasalahan dan meminta siswa untuk berpikir dan
mengajukan pertanyaan
3 Explore (melakukan pengamatan atau percobaan)
Pada tahap ini siswa diberi kesempatan untuk melakukan
pengamatan mengumpulkan data membuktikan prediksi atau
12
hipotesis merancang dan merencanakan percobaan membuat
grafik menafsirkan hasil serta mencatat hasil pengamatan
4 Explain (mengkomunikasikan)
Pada tahap ini guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menjelaskan konsep dan menunjukkan bukti hasil pengamatan
pada tahap explore melalui kegiatan diskusi Pada tahap ini siswa
diharapkan menemukan istilah-istilah dan konsep yang dipelajari
5 Elaborate (menerapkan konsep)
Tahap ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menerapkan konsep (pengetahuan baru) dan keterampilan dalam
situasi baru melalui kegiatan-kegiatan seperti pemecahan masalah
(problem solving)
6 Evaluate (evaluasi)
Tahap evaluasi model pembelajaran learning cycle 7e terdiri dari
evaluasi formatif dan evaluasi sumatif Evaluasi dapat dilakukan
melalui pemberian tes di akhir pembelajaran untuk mengetahui
sejauh mana tingkat pemahaman siswa terhadap konsep yang
dipelajari
7 Extend (mengaplikasikan konsep)
Tahap ini bertujuan untuk berpikir mencari menemukan dan
menjelaskan contoh penerapan konsep yang telah dipelajari
(Eisenkraft 200357)
Gambar 21 Perubahan Learning Cycle 5E Menjadi Learning Cycle 7E
13
Pengembangan tahap-tahap learning cycle dari 3 tahap
menjadi 5 tahap atau 7 tahap masih tetap berkaitan erat dengan teori
perkembangan kognitif Jean Piaget (skema asimilasi akomodasi dan
ekuilibrasi) Pembelajaran learning cycle memberikan kesempatan
kepada siswa untuk mengasimilasi informasi dengan cara
mengeksplorasi lingkungan mengakomodasi informasi dengan cara
mengembangkan konsep mengorganisasikan informasi dan
menghubungkan konsep-konsep baru dengan menggunakan atau
memperluas konsep yang dimiliki untuk menjelaskan suatu fenomena
yang berbeda Fase engagement dalam learning cycle termasuk dalam
proses asimilasi sedangkan fase evaluation masih merupakan proses
akomodasi dan ekuilibrasi
Model learning cycle 7e memiliki beberapa kelebihan dan kelemahan
Kelebihan dari model learning cycle 7e menurut Indrawati et al (201435) yaitu
1 Merangsang siswa untuk mengingat kembali materi pelajaran
yang telah didapatkan
2 Memberikan motivasi kepada siswa untuk menjadi lebih aktif dan
menambah rasa keingintahuan
3 Melatih siswa belajar menemukan konsep melalui kegiatan
ekperimen melatih siswa untuk menyampaikan konsep yang telah
dipelajari secara lisan
4 Melatih siswa untuk bekerjasama dan memberikan kesempatan
kepada siswa untuk berpikir mencari menemukan dan
menjelaskan contoh penerapan konsep yang telah dipelajari
Kelemahan dari model learning cycle 7e menurut Indrawati et al
(201435) yaitu
1 Efektivitas pembelajaran rendah jika guru kurang menguasai
materi dan langkah-langkah pembelajaran
2 Menuntut kesungguhan dan kreativitas guru dalam merancang dan
melaksanakan proses pembelajaran
3 Memerlukan waktu dan tenaga yang lebih banyak dalam menyusun
rencana dan melaksanakan pembelajaran
24 Kemampuan Berpikir Kritis
Menurut Ruggiero sebagaimana dikutip oleh Johnson (2007183) berpikir
merupakan segala aktivitas mental yang membantu merumuskan atau
memecahkan masalah membuat keputusan memenuhi keinginan untuk
memahami sebuah pencarian jawaban dan sebuah pencapaian makna Kowiyah
(2013176) menyatakan bahwa berpikir adalah suatu kegiatan atau proses
14
kognitif tindakan mental untuk memperoleh pengetahuan pemahaman dan
keterampilan agar mampu menemukan jalan keluar dan keputusan secara
deduktif induktif dan evaluatif
Secara teknis kemampuan berpikir dalam bahasa taksonomi Bloom
diartikan sebagai kemampuan intelektual yaitu kemampuan
menganalisismensintesis dan mengevaluasi Kemampuan-kemampuan ini dapat
dikatakan sebagai kemampuan berpikir kritis
Pembelajaran diharapkan dapat menjadi penunjang dalam
mengembangkan kemampuan berpikir siswa Kemampuan berpikir yang dapat
dikembangkan salah satunya adalah kemampuan berpikir kritis Tujuan
melatihkan kemampuan berpikir kritis adalah untuk menyiapkan siswa menjadi
seorang pemikir kritis dan mampu menyelesaikan masalah yang dihadapi (Tuna amp
Kaccedilar 201374) Selain itu untuk menghindarkan diri siswa dari penipuan
pencucian otak dan membuat keputusan dengan tepat dan bertanggung jawab
(Redhana amp Liliasari 2008 106)
Menurut Ennis (20111) berpikir kritis adalah berpikir rasional dan
reflektif dengan menekankan pada pembuatan keputusan tentang apa yang harus
dipercayai atau dilakukan Rasional berarti menurut pikiran dan pertimbangan
yang logis Reflektif berarti mempertimbangkan secara hati-hati segala alternatif
sebelum mengambil keputusan Jadi dalam hal ini Ennis (20111) menekankan
bahwa berpikir kritis lebih berhubungan dengan alasan yang dapat diterima ketika
seseorang mengambil keputusan Berdasarkan pengertian tersebut maka dapat
dirumuskan bahwa berpikir kritis merupakan proses menggunakan pikiran secara
rasional dan reflektif untuk mencari dan menganalisis informasi mengambil
keputusan dan menyelesaikan masalah
Ennis (19918) menyatakan bahwa dalam berpikir kritis terdapat dua
komponen yaitu karakter (disposition) dan kemampuan penguasaan pengetahuan
(ability) Komponen kemampuan penguasaan pengetahuan dalam berpikir kritis
sering disebut sebagai kemampuan berpikir kritis
Terdapat dua belas indikator kemampuan berpikir kritis yang
dikelompokkan dalam lima aspek berpikir kritis seperti pada Tabel 21 berikut
15
Tabel 21 Indikator Kemampuan Berpikir Kritis Menurut Ennis (198546)
No Aspek Indikator
1 Memberikan
penjelasan sederhana
1 Memfokuskan pertanyaan
2 Menganalisis pertanyaan
3 Bertanya dan menjawab
pertanyaan tentang suatu
penjelasan
2 Membangun
keterampilan dasar
1 Mempertimbangkan apakah
sumber dapat dipercaya atau
tidak
2 Mengobservasi dan
mempertimbangkan suatu
laporan hasil observasi
3 Menyimpulkan 1 Mendeduksi dan
mempertimbangkan hasil
deduksi
2 Menginduksi dan
mempertimbangkan hasil induksi
3 Membuat dan menentukan hasil
pertimbangan
4 Memberikan
penjelasan lanjut
1 Mendefinisikan istilah dan
mempertimbangkan suatu
definisi dalam tiga dimensi
2 Mengidentifikasi asumsi
5 Mengatur strategi
dan taktik
1 Menentukan suatu tindakan
2 Berinteraksi dengan orang lain
Kemampuan berpikir kritis dapat diukur dengan menggunakan instrumen
yang dikembangkan melalui aspek dan indikator berpikir kritis Evaluasi terhadap
kemampuan berpikir kritis antara lain bertujuan untuk mendiagnosis tingkat
kemampuan berpikir kritis siswa memberi umpan balik keberanian berpikir
siswa dan memberi motivasi agar siswa mengembangkan kemampuan berpikir
kritis (Ennis 1993180)
Karakter (disposition) adalah kecenderungan atau kebiasaan untuk berpikir
dalam cara dan kondisi tertentu Disposisi berpikir kritis merupakan sifat yang
melekat pada diri seseorang yang berpikir kritis (Lambertus 2009138)
Seseorang yang memiliki disposisi berpikir kritis akan cenderung berpikir kritis
ketika ada situasi atau kondisi yang menghadirkan stimulus untuk berpikir kritis
16
Pemikir kritis yang ideal memiliki karakter (disposition) untuk mencari
kejelasan dari pertanyaan mencari alasan berusaha mengetahui infomasi dengan
baik menggunakan dan menyebutkan sumber yang memiliki kredibilitas
memperhatikan situasi dan kondisi secara keseluruhan berusaha tetap relevan dengan
ide utama mengingat kepentingan yang asli dan mendasar mencari alternatif
bersikap dan berpikir terbuka mengambil posisi ketika ada bukti dan alasan yang
cukup untuk melakukan sesuatu mencari penjelasan sebanyak mungkin bersikap
secara sistematis dan teratur dengan bagian dari keseluruhan masalah (Ennis 19918)
25 Materi Interaksi Makhluk Hidup dengan Lingkungan
Materi Interaksi makhluk hidup dengan lingkungan merupakan salah satu
materi pokok kelas VII semester genap dalam kurikulum 2013 dengan kompetensi
dasar yaitu 38 mendeskripsikan interaksi antar makhluk hidup dan lingkungannya
dan 412 menyajikan hasil observasi terhadap interaksi makhluk hidup dengan
lingkungan di sekitarnya Indikator pembelajaran dalam penelitian ini meliputi
menjelaskan konsep ekosistem mengidentifikasi komponen biotik dan abiotik
mengidentifikasi satuan-satuan dalam ekosistem menghitung kepadatan populasi
menganalisis saling ketergantungan antara komponen biotik dan abiotik dan
menganalisis saling ketergantungan antar komponen biotik
Komponen ekosistem meliputi komponen abiotik (makhluk tak hidup) dan
komponen biotik (makhluk hidup) Komponen biotik meliputi organisme autotrof
yaitu produsen primer heterotrof yaitu konsumen dan detritivor yaitu organisme
pemakan limbah organik dan organisme yang telah mati
Produsen primer utama pada sebagian besar ekosistem darat adalah
tumbuhan sedangkan produsen primer dalam zona limnetik danau dan lautan
terbuka adalah fitoplankton (alga dan bakteri) Alga multiselluler dan tumbuhan
akuatik merupakan produsen primer di ekosistem air tawar maupun air laut
Organisme yang secara langsung memakan organisme autotrof disebut
herbivora Oleh karena itu herbivora disebut juga sebagai konsumen primer
sedangkan organisme yang mendapatkan makanan dengan memangsa herbivora
atau karnivora lain disebut karnivora Karnivora dapat berperan sebagai konsumen
17
sekunder tersier dan seterusnya Jalur perpindahan makanan dari tingkat trofik
satu ke tingkat trofik lainnya dikenal sebagai rantai makanan (food chain) akan
tetapi hubungan makan memakan dalam suatu ekosistem umumnya saling
berhubungan menjadi jaring-jaring makanan (food web) karena konsumen
memakan lebih dari satu tingkat trofik (Campbell et al 2004)
Kompetensi dasar dan indikator pembelajaran pada materi tersebut
menuntut siswa untuk dapat memahami konsep-konsep dan memecahkan masalah
yang sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari Penerapan learning cycle 7e
berbasis konstruktivisme mempertimbangkan pengetahuan awal siswa (elicit)
menyajikan masalah yang berkaitan dengan kehidupan nyata sebagai rangsangan
untuk belajar (engage) memberikan kesempatan secara langsung kepada siswa
untuk terlibat dalam penemuan konsep melalui kegiatan observasi (explore)
dilanjutkan dengan melakukan diskusi untuk mengklarifikasi konsep (elaborate)
dan evaluasi (evaluate) untuk mengetahui sejauh mana pemahaman konsep yang
telah dimiliki oleh siswa serta menerapkan konsep yang telah diperoleh pada
situasi baru (extend) Pembelajaran materi interaksi makhluk hidup dengan
lingkungan diharapkan menjadi lebih bermakna dan kemampuan berpikir kritis
siswa dapat berkembang dengan membandingkan konsep yang sudah diperoleh
dengan konsep baru yang dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari siswa Model
pembelajaran learning cycle 7e berbasis konstruktivisme diharapkan tepat apabila
digunakan dalam penyampaian materi ekosistem
18
26 Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
Gambar 22 Kerangka Berpikir Penelitian
27 Hipotesis
Penerapan Learning cycle 7e berbasis konstruktivisme berpengaruh
terhadap kemampuan berpikir kritis siswa pada materi Interaksi makhluk hidup
dengan lingkungan
Pembelajaran Learning
Cycle 7E berbasis
konstruktivisme
Menekankan
pengetahuan awal siswa
dan memungkinkan
mengaplikasikan
konsep yang telah
diperoleh
(Eisenkraft 200357)
Mampu meningkatkan
keterampilan proses
sains dan penguasaan
konsep (Kanli amp
Yagbasan 2007151)
Mampu meningkatkan
kemampuan berpikir
kritis
(Hartono 201365)
Mampu meningkatkan
kemampuan berpikir
kritis secara signifikan
dibandingkan metode
tradisional
(Mecit 200648)
Permasalahan dalam pembelajaran
Siswa kesulitan menganalisis suatu
permasalahan
Siswa kesulitan menyimpulkan
Siswa kesulitan mengaplikasikan konsep
pada situasi baru dan konkret
Keberanian mengajukan pertanyaan
amp pendapat rendah
Kemampuan berpikir kritis rendah
Berpikir kritis salah satu
keterampilan abad 21 yang
harus dimiliki oleh siswa
Tuntutan memberdayakan
SDM yang berkualitas
(Permendikbud 2013)
Kelas eksperimen Kelas kontrol
Pembelajaran
dengan metode
diskusi amp ceramah
Kemampuan berpikir kritis berkembang
Learning cycle 7e
berbasis
konstruktivisme
Quasi experimental design
Uji t
54
BAB 5
PENUTUP
51 Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa
penerapan learning cycle 7e berbasis konstruktivisme berpengaruh terhadap
kemampuan berpikir kritis siswa pada materi interaksi makhluk hidup dengan
lingkungan Peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa kelas eksperimen lebih
baik dari pada kelas kontrol
52 Saran
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan penerapan learning cycle
7e berbasis konstruktivisme terbukti berpengaruh terhadap kemampuan berpikir
kritis siswa pada materi interaksi makhluk hidup dengan lingkunganya Dengan
demikian maka beberapa saran yang dapat diberikan sebagai berikut
1 Guru IPA dapat mempertimbangkan pembelajaran learning cycle 7E berbasis
konstruktivisme pada materi interaksi makhluk hidup dengan lingkungan
karena terbukti dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa
2 Guru IPA dapat merancang proses pembelajaran dan instrumen pembelajaran
yang dapat memicu kemampuan berpikir kritis siswa
3 Bagi peneliti selanjutnya yang akan melakukan penelitian berkaitan dengan
kemampuan berpikir kritis disarankan mengoptimalkan pengelolaan kelas dan
memberikan banyak motivasi agar setiap siswa dapat berpartisipasi dan
berinteraksi dalam kegiatan pembelajaran Hal ini dimaksudkan agar
pembelajaran yang dilakukan efektif terhadap kemampuan berpikir kritis
siswa
55
DAFTAR PUSTAKA
Aqib Z 2013 Model-Model Media dan Strategi Pembelajaran
Kontekstual(Inovatif) Bandung Yrama Widya
Amertawengrum IP 2014 Filsafat Konstruktivisme dalam Pembelajaran Sastra
Anak Jurnal Magistra 26(89)8-17 KlatenUnwidha
Arifin Z 2012 Evaluasi Pembelajaran Jakarta Dirjen Pendidikan Islam Online
at
httpdualmodekemenaggoidfiledokumen34EvaluasiPembelajaranpdf
[diakses tanggal 17 Januari 2015]
Arikunto S 2010 Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Jakarta Bumi Aksara
_________ 2012 Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Jakarta Bumi Aksara
Bybee RW JA Taylor A Gardner PV Scotter JC Powell A Westbrook amp
N Landes 2006 The BSCS 5E Instructional Model Origins and
Effectiveness A Report Prepared for the Office of Science Education
National Institute of Health Colorado BSCS Online Tersedia di
httpscienceeducationnihgov [diakses 11-1- 2015]
Campbell NA Reece BJ amp Mitchell LG 2004 Biologi Alih Bahasa Manalu
W (eds) Erlangga Jakarta
Curto K amp T Bayer 2005 An Intersection of Critical Thinkking and
Communication Skillls Journal of Biological Science 31(4)11-19
Amerika Serikat University of Pittsburgh
Eisenkraft A 2003 Expanding The 5E Model Journal The Sciences Teacher
70(6) 56-59 Tersedia di httpits-about-
timecomhtmlsapeisenkrafttstpdf [diakses 3-2-2015]
Ennis RH 1985 A Logical Basic for Measuring Critical Thinking Skill Tersedia
di httpwwwascdorgASCDpdfjournalsed_leadel_198510_ennispdf
[diakses 27-1-2015]
Ennis RH 1991Critical Thinking A Streamlined Conception Tersedia di
httpfacultyeducationillinoisedurhennisdocumentsTheNatureofCritical
Thinking_51711_000pdf [diakses 27-1-2015]
Ennis R H 1993 Critical Thinking Assesment Journal Theory and Practice 32
(2) 179-186 Amerika Serikat The Ohio State University
56
Ennis RH 2011 The Nature of Critical Thinking An Outline of Critical
Thinking Dispositions and Abilities Tersedia di
httpfacultyeducationillinoisedurhennisdocumentsTheNatureofCritical
Thinking_51711_000pdf [diakses 27-1-2015]
Hapsari RTS 2011 Penerapan Model Konstruktivisme untuk Meningkatkan
Hasil Belajar Siswa Jurnal Pendidikan Penabur 10(16) (34-45) Tersedia
di
httpwwwbpkpenaburoridfilesHal2034_4520Penerapan20Mode
l20Pembelajaran20Konstruktivismepdf [diakses 25-1-2015]
Hartono 2013 Learning Cycle Model to Increase Studentrsquos Critical Thinking on
Science Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 9(1)56-66 Semarang
Universitas Negeri Semarang
Indrawati W Suyatno amp YSRahayu 2014 Implementasi Model Learning
Cycle 7E Pada Pembelajaran Kimia Dengan Materi Pokok Kelarutan Dan
Hasil Kali Kelarutan Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep dan
Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMA Prosiding Seminar Nasional
KimiaSurabaya Universitas Negeri Surabaya
Johnson EB 2007 Contextual Teaching amp Learning terjemahan Ibnu Setiawan
Bandung MLC
Kanli amp Yagbasan 2007 The Effects of a Laboratory Based on the 7E Learning
Cycle Model and Verification Laboratory Approach on the Development of
Studentsrsquo Science Process Skills and Conceptual Achievement Tersedia
diwwwuscaeduessaysspecialeditionUKanligraveandRYagbasanpdf[diakses
2-3-2015]
Kowiyah 2012 Kemampuan Berpikir Kritis Jurnal Pendidikan Dasar 3(5) 175-
179 Tersedia di httpjournalppsunjorgarticeldownload108108
[diakses 1-1-2015]
Kulsum U amp N Hindarto 2011 Penerapan Model Learning Cycle 5E pada Sub
pokok bahasan Kalor untuk Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar
Siswa Kelas VII SMP Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 7(1)128-
133Semarang Universitas Negeri Semarang
Kunandar 2013 Penilaian Autentik (Penilaian Hasil Belajar Kurikulum 2013)
Jakarta Raja Grafindo Persada
Lambertus 2009 Pentingnya Melatih Keterampilan Berpikir Kritis Dalam
Pembelajaran Matematika Di SD Jurnal Forum Pendidikan 28(2) (136-
142) Palembang Universitas Sriwijaya
57
Maknun D RR Haerin k Surtikanti amp AMunandar 2012 Praktikum Ekologi
Berbasis Proyek Media Pembekalan Keterampilan Esensial Laboratorium
Jurnal Pendidikan MIPA 13(1) 8-17 Lampung Universitas Lampung
Mecit O 2006 The Effect of 7E Learning Cycle Model on The Improvement of
Fifth Grade Studentsrsquo Critical Thinking Skills Tesis Turkey Middle East
Technical University
Permendikbud 2013 Implementasi Kurikulum Jakarta Depdiknas
Priyatno Duwi 2012 Belajar Analisis Data dengan SPSS 20 Yogyakarta Andi
Redhana IW amp Liliasari 2008 Program Pembelajaran Keterampilan Berpikir
Kritis Pada Topik Laju Reaksi Untuk Siswa SMA Jurnal Forum
Kependidikan 27(2)103-112 Bandung Universitas Pendidikan Indonesia
RifarsquoI Aamp CT Anni 2011 Psikologi Pendidikan Semarang Universitas Negeri
Semarang Press
Siribunnam amp Tayraukham 2009 Effect of 7-E KWL and Conventional on
Analitycal Thinking Learning Acievement and Attitudes toward Chemistry
Learning Journal of Social Sciences 5(4)279-282 Tersedia di
httpwwwamazoncomconventional-instruction-analytical-achievement-
attitudesdpB002TP5UQS [diakses 3-2-2015]
Slameto 2010 Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya Jakarta
Rhineka Cipta
Slavin RE 2008 Psikologi Pendidikan Teori dan Praktik Jakarta Indeks
Soeprodjo S Priatmoko amp EY Sariana 2008 Pengaruh Model Learning
Cycle terhadap Hasil Belajar Materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan
Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia 2(1) 224-229 Semarang Universitas
Negeri Semarang
Sudjana 2005 Metode Statistika Bandung Tarsito
Sugiyono 2013 Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif
Kualitatif dan RampD) Bandung Alfabeta
Trianto 2007 Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivisme
Jakarta Prestasi Pustaka
Tuna A amp A Kaccedilar 2013 The Effect of 5E Learning Cycle Model in Teaching
Trigonometry on Studentrsquos Academic Achievement and The Permanence of
Their Knowledge International Journal on New Trends in Education and
58
Their Implications 4(1) 73-87 Tersedia di
httpijonteorgFileploadks63207File07tunapdf [diakses 11-1- 2015]
Wardoyo SM 2013 Pembelajaran Konstruktivisme Bandung Alfabeta
Wena M 2011 Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer Jakarta Bumi
Aksara
Wiyanto 2008 Menyiapkan Guru Sains Mengembangkan Kompetensi
Laboratorium Semarang Unnes Press
Page 16
3
berpikir kritis yaitu melalui pembelajaran sains (IPA) yang memberikan
kesempatan kepada siswa untuk belajar ldquomenemukanrdquo bukan sekedar belajar
ldquomenerimardquo Kesempatan belajar menemukan dapat dikembangkan antara lain
dalam bentuk pembelajaran berbasis konstruktivisme yang memiliki karakteristik
meliputi berpusat pada siswa adanya masalah proses menemukan interaksi
sosial dan pengetahuan atau pemahaman baru (Wardoyo 201341)
Salah satu model pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan teori
konstruktivisme yaitu learning cycle 7e Hal tersebut terlihat dalam model
pembelajaran learning cycle memuat beberapa tahap kegiatan (fase) Menurut
(Eisenkraft200357) tujuh tahap kegiatan dalam learning cycle 7e antara lain
elicit (penggalian pengetahuan awal) engage (motivasi) explore (melakukan
pengamatan atau percobaan) explain (mengkomunikasikan) elaborate
(menerapkan konsep) evaluate (evaluasi) dan extend (mengaplikasikan konsep)
Beberapa penelitian telah dilakukan terkait penerapan model pembelajaran
learning cycle 7e dalam pembelajaran Berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Indrawati et al(201436) menyatakan bahwa implementasi model
pembelajaran learning cycle 7e efektif untuk meningkatkan penguasaan konsep
dan kemampuan berpikir kritis siswa Hasil penelitian Hartono (201365)
menunjukkan bahwa model pembelajaran learning cycle 7e dapat meningkatkan
kemampuan berpikir kritis siswa Hasil penelitian Kanli amp Yagbasan (2007151)
menunjukkan bahwa learning cycle 7e mampu meningkatkan keterampilan proses
sains dan penguasaan konsep siswa Hasil penelitian Mecit (200648)
menunjukkan bahwa model learning cycle 7e dapat meningkatkan kemampuan
berpikir kritis siswa secara signifikan dibandingkan dengan metode tradisional
Materi Interaksi makhluk hidup dengan lingkungan merupakan salah satu
materi pokok kelas VII semester genap dalam kurikulum 2013 dengan kompetensi
dasar yakni 38 mendeskripsikan interaksi antar makhluk hidup dan
lingkungannya dan 412 menyajikan hasil observasi terhadap interaksi makhluk
hidup dengan lingkungan di sekitarnya Kompetensi dasar pada materi tersebut
menuntut siswa untuk dapat memahami konsep-konsep dan memecahkan masalah
yang sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari Penerapan learning cycle 7e
4
berbasis konstruktivisme mempertimbangkan pengetahuan awal siswa (elicit)
menyajikan masalah yang berkaitan dengan kehidupan nyata sebagai rangsangan
untuk belajar (engage) memberikan kesempatan secara langsung kepada siswa
untuk terlibat dalam penemuan konsep (explore) dilanjutkan dengan melakukan
diskusi untuk mengklarifikasi konsep (elaborate) evaluasi (evaluate) serta
mengaplikasikan konsep tersebut pada situasi baru (extend) Pembelajaran materi
interaksi makhluk hidup akan menjadi lebih bermakna dan kemampuan berpikir
kritis siswa dapat berkembang dengan membandingkan konsep yang sudah
diperoleh dengan konsep baru yang dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari siswa
maka diharapkan model pembelajaran learning cycle 7e berbasis konstruktivisme
akan tepat apabila digunakan dalam penyampaian materi interaksi makhluk hidup
dengan lingkungan
Berdasarkan uraian di atas maka akan dilakukan penelitian yang berjudul
ldquoPengaruh Learning Cycle 7E Berbasis Konstruktivisme Terhadap Kemampuan
Berpikir Kritis Siswa pada Materi Interaksi Makhluk Hidup dengan Lingkunganrdquo
12 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang maka rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah apakah penerapan Learning Cycle 7E berbasis konstruktivisme
berpengaruh terhadap kemampuan berpikir kritis siswa pada materi Interaksi
makhluk hidup dengan lingkungan
13 Penegasan Istilah
Supaya tidak terjadi kesalahan penafsiran terhadap istilah-istilah yang
digunakan dalam penelitian ini maka perlu diberikan penjelasan tentang istilah-
istilah berikut
131 Pembelajaran Learning Cycle 7E Berbasis Konstruktivisme
Learning cycle 7e merupakan suatu model pembelajaran yang bertujuan
untuk menekankan pentingnya memunculkan pemahaman awal siswa dan
memperluas (transfer) konsep Menurut Eisenkraft (200357) terdapat tujuh tahap
5
dalam learning cycle 7e yaitu elicit (penggalian pengetahuan awal) engage
(motivasi) explore (melakukan pengamatan atau percobaan) explain
(mengkomunikasikan) elaborate (menerapkan konsep) evaluate (evaluasi) dan
extend (mengaplikasikan konsep)
Konsep pembelajaran konstruktivisme merupakan pembelajaran yang
didasarkan pada pemahaman bahwa proses belajar yang dilakukan siswa
merupakan proses konstruksi pengetahuan pemahaman dan pengalaman yang
dilakukan oleh siswa (Wardoyo 20134) Karakteristik dalam pembelajaran
konstruktivisme antara lain 1) berpusat pada siswa 2) adanya masalah 3) proses
menemukan 4) interaksi sosial dan 5) pengetahuan atau pemahaman baru
(Wardoyo 201341) Pembelajaran learning cycle 7e berbasis konstruktivisme
pada penelitian ini adalah pembelajaran IPA yang menerapkan tahap-tahap model
pembelajaran learning cycle 7e yang didasarkan pada kelima karakteristik
pembelajaran konstruktivisme menurut Wardoyo (201341)
132 Kemampuan Berpikir Kritis
Menurut Ennis (20111) berpikir kritis adalah berpikir rasional dan
reflektif dengan menekankan pada pembuatan keputusan tentang apa yang harus
dipercayai atau dilakukan Rasional berarti menurut pikiran dan pertimbangan
yang logis Reflektif berarti mempertimbangkan secara hati-hati segala alternatif
sebelum mengambil keputusan
Kemampuan berpikir kritis yang diukur pada penelitian ini mengacu pada
(Ennis 198546) yang menyebutkan terdapat lima aspek sebagai indikator dalam
berpikir kritis yaitu (1) memberikan penjelasan sederhana (2) membangun
keterampilan dasar (3) menyimpulkan 4) memberi penjelasan lanjut dan (5)
mengatur strategi dan taktik
133 Materi Interaksi Makhluk Hidup dengan Lingkungan
Materi Interaksi makhluk hidup dengan lingkungan merupakan salah satu
materi pokok kelas VII semester genap dalam kurikulum 2013 dengan kompetensi
dasar yakni 38 mendeskripsikan interaksi antar makhluk hidup dan
6
lingkungannya dan 412 menyajikan hasil observasi terhadap interaksi makhluk
hidup dengan lingkungan di sekitarnya Indikator pembelajaran dalam penelitian
ini yaitu menjelaskan konsep ekosistem mengidentifikasi komponen abiotik dan
biotik mengidentifikasi satuan-satuan dalam ekosistem menghitung kepadatan
populasi menganalisis saling ketergantungan antara komponen biotik dengan
abiotik dan menganalisis saling ketergantungan antar komponen biotik
14 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan pengaruh
penerapan learning cycle 7e berbasis konstruktivisme terhadap kemampuan
berpikir kritis siswa pada materi Interaksi makhluk hidup dengan lingkungan
15 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut
151 Manfaat Korespondensi
Penelitian ini memberikan bukti empiris kebenaran teori pembelajaran
tentang penerapan learning cycle 7e dan pengaruhnya terhadap kemampuan
berpikir kritis siswa seperti hasil penelitian yang dilakukan oleh Indrawati et al
(201436) bahwa implementasi model pembelajaran learning cycle 7e efektif
untuk meningkatkan konsep dan kemampuan berpikir kritis siswa Hasil
penelitian Hartono (201365) bahwa model learning cycle 7e dapat meningkatkan
kemampuan berpikir kritis Hasil penelitian Siribunnan amp Tayraukham
(2009282) menunjukkan bahwa model learning cycle 7e dapat meningkatkan
kemampuan berpikir kritis yang lebih baik dibandingkan dengan metode
tradisional Demikian pula hasil penelitian Mecit (200648) menunjukkan bahwa
model learning cycle 7e dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis secara
signifikan dibandingkan dengan metode tradisional Selain itu hasil penelitian ini
digunakan untuk menguatkan prediksi bahwa untuk meningkatkan kemampuan
berpikir kritis dapat menerapkan pembelajaran dengan Learning Cycle 7E
7
152 Manfaat Koherensi
Penelitian ini mengembangkan dan membuktikan teori-teori yang
menghasilkan hipotesis tentang kebenaran bahwa penerapan learning cycle 7e
berpengaruh terhadap kemampuan berpikir kritis siswa
153 Manfaat Pragmatis
Manfaat pragmatis penelitian ini agar siswa memahami materi Interaksi
makhluk hidup dengan lingkungan melalui model pembelajaran learning cycle 7e
berbasis konstruktivisme Pemahaman materi oleh siswa dapat mengembangkan
kemampuan berpikir kritis siswa Menambah wawasan guru tentang variasi
pembelajaran untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa Penelitian
ini memberikan kontribusi bagi sekolah sebagai masukan dalam meningkatkan
kualitas pembelajaran
8
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
21 Teori Konstruktivisme
Teori konstruktivisme beranggapan bahwa pengetahuan merupakan
konstruksi dari pengetahuan awal yang telah ada Pengetahuan hasil dari
konstruksi kognitif melalui kegiatan siswa dengan membuat struktur kategori
konsep dan skema yang diperlukan untuk membentuk pengetahuan dalam hal ini
dibentuk oleh struktur konsepsi sewaktu siswa berinteraksi dengan lingkungan
(Maknun et al 2012 9-10)
Intisari dari teori konstruktivisme adalah bahwa siswa harus menemukan
dan mentransformasikan informasi kompleks kedalam diri sendiri Teori ini
memandang siswa sebagai individu yang selalu memeriksa informasi baru yang
berlawanan dengan prinsip-prinsip yang telah ada dan merevisi prinsip-prinsip
tersebut apabila sudah diangap tidak dapat digunakan lagi Hal ini memberikan
implikasi bahwa siswa harus terlibat aktif dalam pembelajaran dengan bantuan
guru sebagai fasilitator (Rifarsquoi amp Anni 2011137)
Implikasi pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan pandangan
konstruktivisme menurut Hapsari (2011 37) adalah sebagai berikut
a Tahap Apersepsi dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan problematik
tentang fenomena yang sering ditemui sehari-hari yang dikaitkan dengan
konsep yang akan dibahas Siswa diberi kesempatan untuk
mengkomunikasikan mengilustrasikan pemahaman tentang konsep tersebut
b Tahap Eksplorasi memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan
konsep melalui pengumpulan pengorganisasian dan menginterpretasikan data
dalam suatu kegiatan yang telah dirancang guru serta secara berkelompok
didiskusikan dengan kelompok lain
c Tahap diskusi dan penjelasan konsep yaitu siswa memberi penjelasan dan
solusi berdasarkan hasil observasi ditambah dengan penguatan guru maka
siswa membangun pemahaman baru tentang konsep yang sedang dipelajari
9
d Pengembangan dan aplikasi yaitu guru berusaha menciptakan iklim
pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat mengaplikasikan pemahaman
konseptual baik melalui kegiatan atau pemunculan dan pemecahan masalah-
masalah yang berkaitan dengan isu-isu di lingkungan
22 Teori Perkembangan Jean Piaget
Teori perkembangan Piaget mewakili konstruktivisme yang memandang
perkembangan kognitif sebagai suatu proses dimana anak secara aktif membangun
pengetahuan Piaget menyatakan bahwa belajar merupakan pengembangan aspek
kognitif yang meliputi skema asimilasi akomodasi ekuilibrasi
Asimilasi adalah pengumpulan dan pengelompokkan informasi baru
Seorang individu dalam proses pembelajaran akan mendapatkan informasi baru
yang kemudian akan dikumpulkan dan dikelompokkan ke dalam skema
(pengetahuan) yang telah ada Akomodasi merupakan modifikasi dari skema agar
informasi yang baru dan kontradiktif bisa diterjemahkan Informasi yang telah
terkumpul dan dikelompokkan dalam skema-skema yang telah ada sebelumnya
kemudian dimodifikasi menjadi suatu skema (pengetahuan) baru Ekuilibrasi
merupakan dorongan secara terus menerus ke arah keseimbangan atau
equilibrium Artinya pengetahuan dikonstruksi dari proses pengintegrasian
pengetahuan baru terhadap struktur kognitif yang sudah ada dan dilakukan
penyesuaian struktur kognitif dengan informasi baru yang didapatkan
Menurut Piaget sebagaimana dikutip oleh Trianto (200716) pada
perkembangan kognitif yang terpenting adalah penguasaan dan kategori konsep-
konsep Melalui penguasaan konsep siswa akan mengenal lingkungan dan
memecahkan berbagai masalah yang dihadapi dalam kehidupan
Menurut Piaget sebagaimana dikutip oleh Slavin (200845) setiap
individu pada saat tumbuh mulai dari bayi yang baru dilahirkan sampai menginjak
usia dewasa mengalami empat tingkatan perkembangan kognitif Empat tingkat
perkembangan kognitif tersebut adalah sebagai berikut
1 Tahap Sensorimotorik (sejak lahir hingga usia 2 tahun)
2 Tahap Pra-operasional (2-7 tahun)
10
3 Tahap Operasi Kongkrit (7-11 tahun)
4 Tahap Operasi Formal (usia 11 sampai dewasa)
Siswa SMP dengan rentang usia 11-15 tahun berada pada tahap operasi
formal Pada usia ini yang perlu dipertimbangkan adalah aspek-aspek
perkembangan remaja dimana remaja mengalami tahap transisi dari penggunaan
operasi kongkrit ke penerapan operasi formal dalam bernalar Menurut Slavin
(200846) pada tahap operasi formal anak sudah mampu berpikir tingkat tinggi
mampu berpikir secara deduktif induktif menganalisis mensintesis mampu
berpikir abstrak dan berpikir reflektif serta memecahkan berbagai masalah
23 Learning Cycle 7E Berbasis Konstruktivisme
Menurut Aqib (201366) proses pembelajaran adalah upaya secara
sistematis yang dilakukan guru untuk mewujudkan proses pembelajaran berjalan
secara efektif dan efisien yang dimulai dari perencanaan pelaksanaan dan
evaluasi Oleh karena itu pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu proses
komunikasi melalui interaksi antara guru dengan siswa dan antar siswa secara
efektif dan efisien untuk mencapai tujuan pembelajaran
Konsep pembelajaran konstruktivisme merupakan pembelajaran yang
didasarkan pada pemahaman bahwa proses belajar yang dilakukan siswa
merupakan proses konstruksi pengetahuan pemahaman dan pengalaman yang
dilakukan oleh siswa (Wardoyo 20134) Karakteristik dalam pembelajaran
konstruktivisme antara lain 1) berpusat pada siswa 2) adanya masalah 3) proses
menemukan 4) interaksi sosial dan 5) pengetahuan atau pemahaman baru
(Wardoyo 201341)
Salah satu model pembelajaran yang berlandaskan teori konstruktivisme
adalah learning cycle Menurut Trowbridge amp Bybee sebagaimana dikutip oleh
Wena (2011170) pada tahun 1970 model Learning Cycle pertama kali
diperkenalkan oleh Robert Karplus dan Their dalam Science Curriculum
Improvement StudySCIS Karplus dan Their mengembangkan model learning
cycle berdasarkan teori perkembangan kognitif Jean Piaget Implementasi teori
perkembangan kognitif Jean Piaget oleh Karplus dikembangkan dalam model
11
learning cycle yang pada mulanya terdiri dari tiga tahap yaitu eksplorasi
(exploration) pengenalan konsep (concept introduction) dan penerapan konsep
(concept application)
Pada pertengahan 1980an Biological Science Curriculum Study (BSCS)
mengembangkan model learning cycle dari tiga tahap siklus tersebut menjadi lima
tahap Tahap-tahap dalam pembelajaran Learning Cycle 5E meliputi engage
explore explain elaborateextend dan evaluate Perkembangan ini dilakukan
dengan menambahkan fase engage di awal pembelajaran yang bertujuan untuk
menggali pengetahuan awal siswa dan fase evaluate ditambahkan di akhir
pembelajaran yang bertujuan untuk menilai pemahaman siswa sedangkan fase
pemahaman konsep dan aplikasi konsep diganti dengan istilah baru yaitu explain
dan elaborate (Bybee et al 20068)
Perkembangan model learning cycle 7e yang paling baru sudah memiliki 7
tahap setelah mengalami pengkhususan menjadi 5 tahap Perubahan yang terjadi
pada tahap learning cycle 5e menjadi 7e terjadi pada tahap engage menjadi 2
tahap yaitu elicit dan engage sedangkan pada tahap elaborate dan evaluate
menjadi 3 tahap menjadi elaborate evaluate dan extend
Menurut Eisenkraft (200357) learning cycle 7e merupakan suatu model
pembelajaran yang bertujuan untuk menekankan pentingnya memunculkan
pemahaman awal siswa dan memperluas konsep Terdapat 7 tahap learning cycle
7e yang dapat dijelaskan sebagai berikut
1 Elicit (penggalian pengetahuan awal)
Makna dari elicit adalah menggali pemahaman awal yang dimiliki
siswa Langkah-langkah yang dapat dilakukan adalah dengan
mengajukan beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan materi
yang akan dipelajari
2 Engage (motivasi)
Pada tahap engage atau motivasi dapat dilakukan dengan cara
bercerita demonstrasi membuat prediski atau dengan
menunjukkan suatu objek gambar atau video Guru dapat
memberikan permasalahan dan meminta siswa untuk berpikir dan
mengajukan pertanyaan
3 Explore (melakukan pengamatan atau percobaan)
Pada tahap ini siswa diberi kesempatan untuk melakukan
pengamatan mengumpulkan data membuktikan prediksi atau
12
hipotesis merancang dan merencanakan percobaan membuat
grafik menafsirkan hasil serta mencatat hasil pengamatan
4 Explain (mengkomunikasikan)
Pada tahap ini guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menjelaskan konsep dan menunjukkan bukti hasil pengamatan
pada tahap explore melalui kegiatan diskusi Pada tahap ini siswa
diharapkan menemukan istilah-istilah dan konsep yang dipelajari
5 Elaborate (menerapkan konsep)
Tahap ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menerapkan konsep (pengetahuan baru) dan keterampilan dalam
situasi baru melalui kegiatan-kegiatan seperti pemecahan masalah
(problem solving)
6 Evaluate (evaluasi)
Tahap evaluasi model pembelajaran learning cycle 7e terdiri dari
evaluasi formatif dan evaluasi sumatif Evaluasi dapat dilakukan
melalui pemberian tes di akhir pembelajaran untuk mengetahui
sejauh mana tingkat pemahaman siswa terhadap konsep yang
dipelajari
7 Extend (mengaplikasikan konsep)
Tahap ini bertujuan untuk berpikir mencari menemukan dan
menjelaskan contoh penerapan konsep yang telah dipelajari
(Eisenkraft 200357)
Gambar 21 Perubahan Learning Cycle 5E Menjadi Learning Cycle 7E
13
Pengembangan tahap-tahap learning cycle dari 3 tahap
menjadi 5 tahap atau 7 tahap masih tetap berkaitan erat dengan teori
perkembangan kognitif Jean Piaget (skema asimilasi akomodasi dan
ekuilibrasi) Pembelajaran learning cycle memberikan kesempatan
kepada siswa untuk mengasimilasi informasi dengan cara
mengeksplorasi lingkungan mengakomodasi informasi dengan cara
mengembangkan konsep mengorganisasikan informasi dan
menghubungkan konsep-konsep baru dengan menggunakan atau
memperluas konsep yang dimiliki untuk menjelaskan suatu fenomena
yang berbeda Fase engagement dalam learning cycle termasuk dalam
proses asimilasi sedangkan fase evaluation masih merupakan proses
akomodasi dan ekuilibrasi
Model learning cycle 7e memiliki beberapa kelebihan dan kelemahan
Kelebihan dari model learning cycle 7e menurut Indrawati et al (201435) yaitu
1 Merangsang siswa untuk mengingat kembali materi pelajaran
yang telah didapatkan
2 Memberikan motivasi kepada siswa untuk menjadi lebih aktif dan
menambah rasa keingintahuan
3 Melatih siswa belajar menemukan konsep melalui kegiatan
ekperimen melatih siswa untuk menyampaikan konsep yang telah
dipelajari secara lisan
4 Melatih siswa untuk bekerjasama dan memberikan kesempatan
kepada siswa untuk berpikir mencari menemukan dan
menjelaskan contoh penerapan konsep yang telah dipelajari
Kelemahan dari model learning cycle 7e menurut Indrawati et al
(201435) yaitu
1 Efektivitas pembelajaran rendah jika guru kurang menguasai
materi dan langkah-langkah pembelajaran
2 Menuntut kesungguhan dan kreativitas guru dalam merancang dan
melaksanakan proses pembelajaran
3 Memerlukan waktu dan tenaga yang lebih banyak dalam menyusun
rencana dan melaksanakan pembelajaran
24 Kemampuan Berpikir Kritis
Menurut Ruggiero sebagaimana dikutip oleh Johnson (2007183) berpikir
merupakan segala aktivitas mental yang membantu merumuskan atau
memecahkan masalah membuat keputusan memenuhi keinginan untuk
memahami sebuah pencarian jawaban dan sebuah pencapaian makna Kowiyah
(2013176) menyatakan bahwa berpikir adalah suatu kegiatan atau proses
14
kognitif tindakan mental untuk memperoleh pengetahuan pemahaman dan
keterampilan agar mampu menemukan jalan keluar dan keputusan secara
deduktif induktif dan evaluatif
Secara teknis kemampuan berpikir dalam bahasa taksonomi Bloom
diartikan sebagai kemampuan intelektual yaitu kemampuan
menganalisismensintesis dan mengevaluasi Kemampuan-kemampuan ini dapat
dikatakan sebagai kemampuan berpikir kritis
Pembelajaran diharapkan dapat menjadi penunjang dalam
mengembangkan kemampuan berpikir siswa Kemampuan berpikir yang dapat
dikembangkan salah satunya adalah kemampuan berpikir kritis Tujuan
melatihkan kemampuan berpikir kritis adalah untuk menyiapkan siswa menjadi
seorang pemikir kritis dan mampu menyelesaikan masalah yang dihadapi (Tuna amp
Kaccedilar 201374) Selain itu untuk menghindarkan diri siswa dari penipuan
pencucian otak dan membuat keputusan dengan tepat dan bertanggung jawab
(Redhana amp Liliasari 2008 106)
Menurut Ennis (20111) berpikir kritis adalah berpikir rasional dan
reflektif dengan menekankan pada pembuatan keputusan tentang apa yang harus
dipercayai atau dilakukan Rasional berarti menurut pikiran dan pertimbangan
yang logis Reflektif berarti mempertimbangkan secara hati-hati segala alternatif
sebelum mengambil keputusan Jadi dalam hal ini Ennis (20111) menekankan
bahwa berpikir kritis lebih berhubungan dengan alasan yang dapat diterima ketika
seseorang mengambil keputusan Berdasarkan pengertian tersebut maka dapat
dirumuskan bahwa berpikir kritis merupakan proses menggunakan pikiran secara
rasional dan reflektif untuk mencari dan menganalisis informasi mengambil
keputusan dan menyelesaikan masalah
Ennis (19918) menyatakan bahwa dalam berpikir kritis terdapat dua
komponen yaitu karakter (disposition) dan kemampuan penguasaan pengetahuan
(ability) Komponen kemampuan penguasaan pengetahuan dalam berpikir kritis
sering disebut sebagai kemampuan berpikir kritis
Terdapat dua belas indikator kemampuan berpikir kritis yang
dikelompokkan dalam lima aspek berpikir kritis seperti pada Tabel 21 berikut
15
Tabel 21 Indikator Kemampuan Berpikir Kritis Menurut Ennis (198546)
No Aspek Indikator
1 Memberikan
penjelasan sederhana
1 Memfokuskan pertanyaan
2 Menganalisis pertanyaan
3 Bertanya dan menjawab
pertanyaan tentang suatu
penjelasan
2 Membangun
keterampilan dasar
1 Mempertimbangkan apakah
sumber dapat dipercaya atau
tidak
2 Mengobservasi dan
mempertimbangkan suatu
laporan hasil observasi
3 Menyimpulkan 1 Mendeduksi dan
mempertimbangkan hasil
deduksi
2 Menginduksi dan
mempertimbangkan hasil induksi
3 Membuat dan menentukan hasil
pertimbangan
4 Memberikan
penjelasan lanjut
1 Mendefinisikan istilah dan
mempertimbangkan suatu
definisi dalam tiga dimensi
2 Mengidentifikasi asumsi
5 Mengatur strategi
dan taktik
1 Menentukan suatu tindakan
2 Berinteraksi dengan orang lain
Kemampuan berpikir kritis dapat diukur dengan menggunakan instrumen
yang dikembangkan melalui aspek dan indikator berpikir kritis Evaluasi terhadap
kemampuan berpikir kritis antara lain bertujuan untuk mendiagnosis tingkat
kemampuan berpikir kritis siswa memberi umpan balik keberanian berpikir
siswa dan memberi motivasi agar siswa mengembangkan kemampuan berpikir
kritis (Ennis 1993180)
Karakter (disposition) adalah kecenderungan atau kebiasaan untuk berpikir
dalam cara dan kondisi tertentu Disposisi berpikir kritis merupakan sifat yang
melekat pada diri seseorang yang berpikir kritis (Lambertus 2009138)
Seseorang yang memiliki disposisi berpikir kritis akan cenderung berpikir kritis
ketika ada situasi atau kondisi yang menghadirkan stimulus untuk berpikir kritis
16
Pemikir kritis yang ideal memiliki karakter (disposition) untuk mencari
kejelasan dari pertanyaan mencari alasan berusaha mengetahui infomasi dengan
baik menggunakan dan menyebutkan sumber yang memiliki kredibilitas
memperhatikan situasi dan kondisi secara keseluruhan berusaha tetap relevan dengan
ide utama mengingat kepentingan yang asli dan mendasar mencari alternatif
bersikap dan berpikir terbuka mengambil posisi ketika ada bukti dan alasan yang
cukup untuk melakukan sesuatu mencari penjelasan sebanyak mungkin bersikap
secara sistematis dan teratur dengan bagian dari keseluruhan masalah (Ennis 19918)
25 Materi Interaksi Makhluk Hidup dengan Lingkungan
Materi Interaksi makhluk hidup dengan lingkungan merupakan salah satu
materi pokok kelas VII semester genap dalam kurikulum 2013 dengan kompetensi
dasar yaitu 38 mendeskripsikan interaksi antar makhluk hidup dan lingkungannya
dan 412 menyajikan hasil observasi terhadap interaksi makhluk hidup dengan
lingkungan di sekitarnya Indikator pembelajaran dalam penelitian ini meliputi
menjelaskan konsep ekosistem mengidentifikasi komponen biotik dan abiotik
mengidentifikasi satuan-satuan dalam ekosistem menghitung kepadatan populasi
menganalisis saling ketergantungan antara komponen biotik dan abiotik dan
menganalisis saling ketergantungan antar komponen biotik
Komponen ekosistem meliputi komponen abiotik (makhluk tak hidup) dan
komponen biotik (makhluk hidup) Komponen biotik meliputi organisme autotrof
yaitu produsen primer heterotrof yaitu konsumen dan detritivor yaitu organisme
pemakan limbah organik dan organisme yang telah mati
Produsen primer utama pada sebagian besar ekosistem darat adalah
tumbuhan sedangkan produsen primer dalam zona limnetik danau dan lautan
terbuka adalah fitoplankton (alga dan bakteri) Alga multiselluler dan tumbuhan
akuatik merupakan produsen primer di ekosistem air tawar maupun air laut
Organisme yang secara langsung memakan organisme autotrof disebut
herbivora Oleh karena itu herbivora disebut juga sebagai konsumen primer
sedangkan organisme yang mendapatkan makanan dengan memangsa herbivora
atau karnivora lain disebut karnivora Karnivora dapat berperan sebagai konsumen
17
sekunder tersier dan seterusnya Jalur perpindahan makanan dari tingkat trofik
satu ke tingkat trofik lainnya dikenal sebagai rantai makanan (food chain) akan
tetapi hubungan makan memakan dalam suatu ekosistem umumnya saling
berhubungan menjadi jaring-jaring makanan (food web) karena konsumen
memakan lebih dari satu tingkat trofik (Campbell et al 2004)
Kompetensi dasar dan indikator pembelajaran pada materi tersebut
menuntut siswa untuk dapat memahami konsep-konsep dan memecahkan masalah
yang sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari Penerapan learning cycle 7e
berbasis konstruktivisme mempertimbangkan pengetahuan awal siswa (elicit)
menyajikan masalah yang berkaitan dengan kehidupan nyata sebagai rangsangan
untuk belajar (engage) memberikan kesempatan secara langsung kepada siswa
untuk terlibat dalam penemuan konsep melalui kegiatan observasi (explore)
dilanjutkan dengan melakukan diskusi untuk mengklarifikasi konsep (elaborate)
dan evaluasi (evaluate) untuk mengetahui sejauh mana pemahaman konsep yang
telah dimiliki oleh siswa serta menerapkan konsep yang telah diperoleh pada
situasi baru (extend) Pembelajaran materi interaksi makhluk hidup dengan
lingkungan diharapkan menjadi lebih bermakna dan kemampuan berpikir kritis
siswa dapat berkembang dengan membandingkan konsep yang sudah diperoleh
dengan konsep baru yang dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari siswa Model
pembelajaran learning cycle 7e berbasis konstruktivisme diharapkan tepat apabila
digunakan dalam penyampaian materi ekosistem
18
26 Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
Gambar 22 Kerangka Berpikir Penelitian
27 Hipotesis
Penerapan Learning cycle 7e berbasis konstruktivisme berpengaruh
terhadap kemampuan berpikir kritis siswa pada materi Interaksi makhluk hidup
dengan lingkungan
Pembelajaran Learning
Cycle 7E berbasis
konstruktivisme
Menekankan
pengetahuan awal siswa
dan memungkinkan
mengaplikasikan
konsep yang telah
diperoleh
(Eisenkraft 200357)
Mampu meningkatkan
keterampilan proses
sains dan penguasaan
konsep (Kanli amp
Yagbasan 2007151)
Mampu meningkatkan
kemampuan berpikir
kritis
(Hartono 201365)
Mampu meningkatkan
kemampuan berpikir
kritis secara signifikan
dibandingkan metode
tradisional
(Mecit 200648)
Permasalahan dalam pembelajaran
Siswa kesulitan menganalisis suatu
permasalahan
Siswa kesulitan menyimpulkan
Siswa kesulitan mengaplikasikan konsep
pada situasi baru dan konkret
Keberanian mengajukan pertanyaan
amp pendapat rendah
Kemampuan berpikir kritis rendah
Berpikir kritis salah satu
keterampilan abad 21 yang
harus dimiliki oleh siswa
Tuntutan memberdayakan
SDM yang berkualitas
(Permendikbud 2013)
Kelas eksperimen Kelas kontrol
Pembelajaran
dengan metode
diskusi amp ceramah
Kemampuan berpikir kritis berkembang
Learning cycle 7e
berbasis
konstruktivisme
Quasi experimental design
Uji t
54
BAB 5
PENUTUP
51 Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa
penerapan learning cycle 7e berbasis konstruktivisme berpengaruh terhadap
kemampuan berpikir kritis siswa pada materi interaksi makhluk hidup dengan
lingkungan Peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa kelas eksperimen lebih
baik dari pada kelas kontrol
52 Saran
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan penerapan learning cycle
7e berbasis konstruktivisme terbukti berpengaruh terhadap kemampuan berpikir
kritis siswa pada materi interaksi makhluk hidup dengan lingkunganya Dengan
demikian maka beberapa saran yang dapat diberikan sebagai berikut
1 Guru IPA dapat mempertimbangkan pembelajaran learning cycle 7E berbasis
konstruktivisme pada materi interaksi makhluk hidup dengan lingkungan
karena terbukti dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa
2 Guru IPA dapat merancang proses pembelajaran dan instrumen pembelajaran
yang dapat memicu kemampuan berpikir kritis siswa
3 Bagi peneliti selanjutnya yang akan melakukan penelitian berkaitan dengan
kemampuan berpikir kritis disarankan mengoptimalkan pengelolaan kelas dan
memberikan banyak motivasi agar setiap siswa dapat berpartisipasi dan
berinteraksi dalam kegiatan pembelajaran Hal ini dimaksudkan agar
pembelajaran yang dilakukan efektif terhadap kemampuan berpikir kritis
siswa
55
DAFTAR PUSTAKA
Aqib Z 2013 Model-Model Media dan Strategi Pembelajaran
Kontekstual(Inovatif) Bandung Yrama Widya
Amertawengrum IP 2014 Filsafat Konstruktivisme dalam Pembelajaran Sastra
Anak Jurnal Magistra 26(89)8-17 KlatenUnwidha
Arifin Z 2012 Evaluasi Pembelajaran Jakarta Dirjen Pendidikan Islam Online
at
httpdualmodekemenaggoidfiledokumen34EvaluasiPembelajaranpdf
[diakses tanggal 17 Januari 2015]
Arikunto S 2010 Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Jakarta Bumi Aksara
_________ 2012 Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Jakarta Bumi Aksara
Bybee RW JA Taylor A Gardner PV Scotter JC Powell A Westbrook amp
N Landes 2006 The BSCS 5E Instructional Model Origins and
Effectiveness A Report Prepared for the Office of Science Education
National Institute of Health Colorado BSCS Online Tersedia di
httpscienceeducationnihgov [diakses 11-1- 2015]
Campbell NA Reece BJ amp Mitchell LG 2004 Biologi Alih Bahasa Manalu
W (eds) Erlangga Jakarta
Curto K amp T Bayer 2005 An Intersection of Critical Thinkking and
Communication Skillls Journal of Biological Science 31(4)11-19
Amerika Serikat University of Pittsburgh
Eisenkraft A 2003 Expanding The 5E Model Journal The Sciences Teacher
70(6) 56-59 Tersedia di httpits-about-
timecomhtmlsapeisenkrafttstpdf [diakses 3-2-2015]
Ennis RH 1985 A Logical Basic for Measuring Critical Thinking Skill Tersedia
di httpwwwascdorgASCDpdfjournalsed_leadel_198510_ennispdf
[diakses 27-1-2015]
Ennis RH 1991Critical Thinking A Streamlined Conception Tersedia di
httpfacultyeducationillinoisedurhennisdocumentsTheNatureofCritical
Thinking_51711_000pdf [diakses 27-1-2015]
Ennis R H 1993 Critical Thinking Assesment Journal Theory and Practice 32
(2) 179-186 Amerika Serikat The Ohio State University
56
Ennis RH 2011 The Nature of Critical Thinking An Outline of Critical
Thinking Dispositions and Abilities Tersedia di
httpfacultyeducationillinoisedurhennisdocumentsTheNatureofCritical
Thinking_51711_000pdf [diakses 27-1-2015]
Hapsari RTS 2011 Penerapan Model Konstruktivisme untuk Meningkatkan
Hasil Belajar Siswa Jurnal Pendidikan Penabur 10(16) (34-45) Tersedia
di
httpwwwbpkpenaburoridfilesHal2034_4520Penerapan20Mode
l20Pembelajaran20Konstruktivismepdf [diakses 25-1-2015]
Hartono 2013 Learning Cycle Model to Increase Studentrsquos Critical Thinking on
Science Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 9(1)56-66 Semarang
Universitas Negeri Semarang
Indrawati W Suyatno amp YSRahayu 2014 Implementasi Model Learning
Cycle 7E Pada Pembelajaran Kimia Dengan Materi Pokok Kelarutan Dan
Hasil Kali Kelarutan Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep dan
Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMA Prosiding Seminar Nasional
KimiaSurabaya Universitas Negeri Surabaya
Johnson EB 2007 Contextual Teaching amp Learning terjemahan Ibnu Setiawan
Bandung MLC
Kanli amp Yagbasan 2007 The Effects of a Laboratory Based on the 7E Learning
Cycle Model and Verification Laboratory Approach on the Development of
Studentsrsquo Science Process Skills and Conceptual Achievement Tersedia
diwwwuscaeduessaysspecialeditionUKanligraveandRYagbasanpdf[diakses
2-3-2015]
Kowiyah 2012 Kemampuan Berpikir Kritis Jurnal Pendidikan Dasar 3(5) 175-
179 Tersedia di httpjournalppsunjorgarticeldownload108108
[diakses 1-1-2015]
Kulsum U amp N Hindarto 2011 Penerapan Model Learning Cycle 5E pada Sub
pokok bahasan Kalor untuk Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar
Siswa Kelas VII SMP Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 7(1)128-
133Semarang Universitas Negeri Semarang
Kunandar 2013 Penilaian Autentik (Penilaian Hasil Belajar Kurikulum 2013)
Jakarta Raja Grafindo Persada
Lambertus 2009 Pentingnya Melatih Keterampilan Berpikir Kritis Dalam
Pembelajaran Matematika Di SD Jurnal Forum Pendidikan 28(2) (136-
142) Palembang Universitas Sriwijaya
57
Maknun D RR Haerin k Surtikanti amp AMunandar 2012 Praktikum Ekologi
Berbasis Proyek Media Pembekalan Keterampilan Esensial Laboratorium
Jurnal Pendidikan MIPA 13(1) 8-17 Lampung Universitas Lampung
Mecit O 2006 The Effect of 7E Learning Cycle Model on The Improvement of
Fifth Grade Studentsrsquo Critical Thinking Skills Tesis Turkey Middle East
Technical University
Permendikbud 2013 Implementasi Kurikulum Jakarta Depdiknas
Priyatno Duwi 2012 Belajar Analisis Data dengan SPSS 20 Yogyakarta Andi
Redhana IW amp Liliasari 2008 Program Pembelajaran Keterampilan Berpikir
Kritis Pada Topik Laju Reaksi Untuk Siswa SMA Jurnal Forum
Kependidikan 27(2)103-112 Bandung Universitas Pendidikan Indonesia
RifarsquoI Aamp CT Anni 2011 Psikologi Pendidikan Semarang Universitas Negeri
Semarang Press
Siribunnam amp Tayraukham 2009 Effect of 7-E KWL and Conventional on
Analitycal Thinking Learning Acievement and Attitudes toward Chemistry
Learning Journal of Social Sciences 5(4)279-282 Tersedia di
httpwwwamazoncomconventional-instruction-analytical-achievement-
attitudesdpB002TP5UQS [diakses 3-2-2015]
Slameto 2010 Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya Jakarta
Rhineka Cipta
Slavin RE 2008 Psikologi Pendidikan Teori dan Praktik Jakarta Indeks
Soeprodjo S Priatmoko amp EY Sariana 2008 Pengaruh Model Learning
Cycle terhadap Hasil Belajar Materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan
Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia 2(1) 224-229 Semarang Universitas
Negeri Semarang
Sudjana 2005 Metode Statistika Bandung Tarsito
Sugiyono 2013 Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif
Kualitatif dan RampD) Bandung Alfabeta
Trianto 2007 Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivisme
Jakarta Prestasi Pustaka
Tuna A amp A Kaccedilar 2013 The Effect of 5E Learning Cycle Model in Teaching
Trigonometry on Studentrsquos Academic Achievement and The Permanence of
Their Knowledge International Journal on New Trends in Education and
58
Their Implications 4(1) 73-87 Tersedia di
httpijonteorgFileploadks63207File07tunapdf [diakses 11-1- 2015]
Wardoyo SM 2013 Pembelajaran Konstruktivisme Bandung Alfabeta
Wena M 2011 Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer Jakarta Bumi
Aksara
Wiyanto 2008 Menyiapkan Guru Sains Mengembangkan Kompetensi
Laboratorium Semarang Unnes Press
Page 17
4
berbasis konstruktivisme mempertimbangkan pengetahuan awal siswa (elicit)
menyajikan masalah yang berkaitan dengan kehidupan nyata sebagai rangsangan
untuk belajar (engage) memberikan kesempatan secara langsung kepada siswa
untuk terlibat dalam penemuan konsep (explore) dilanjutkan dengan melakukan
diskusi untuk mengklarifikasi konsep (elaborate) evaluasi (evaluate) serta
mengaplikasikan konsep tersebut pada situasi baru (extend) Pembelajaran materi
interaksi makhluk hidup akan menjadi lebih bermakna dan kemampuan berpikir
kritis siswa dapat berkembang dengan membandingkan konsep yang sudah
diperoleh dengan konsep baru yang dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari siswa
maka diharapkan model pembelajaran learning cycle 7e berbasis konstruktivisme
akan tepat apabila digunakan dalam penyampaian materi interaksi makhluk hidup
dengan lingkungan
Berdasarkan uraian di atas maka akan dilakukan penelitian yang berjudul
ldquoPengaruh Learning Cycle 7E Berbasis Konstruktivisme Terhadap Kemampuan
Berpikir Kritis Siswa pada Materi Interaksi Makhluk Hidup dengan Lingkunganrdquo
12 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang maka rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah apakah penerapan Learning Cycle 7E berbasis konstruktivisme
berpengaruh terhadap kemampuan berpikir kritis siswa pada materi Interaksi
makhluk hidup dengan lingkungan
13 Penegasan Istilah
Supaya tidak terjadi kesalahan penafsiran terhadap istilah-istilah yang
digunakan dalam penelitian ini maka perlu diberikan penjelasan tentang istilah-
istilah berikut
131 Pembelajaran Learning Cycle 7E Berbasis Konstruktivisme
Learning cycle 7e merupakan suatu model pembelajaran yang bertujuan
untuk menekankan pentingnya memunculkan pemahaman awal siswa dan
memperluas (transfer) konsep Menurut Eisenkraft (200357) terdapat tujuh tahap
5
dalam learning cycle 7e yaitu elicit (penggalian pengetahuan awal) engage
(motivasi) explore (melakukan pengamatan atau percobaan) explain
(mengkomunikasikan) elaborate (menerapkan konsep) evaluate (evaluasi) dan
extend (mengaplikasikan konsep)
Konsep pembelajaran konstruktivisme merupakan pembelajaran yang
didasarkan pada pemahaman bahwa proses belajar yang dilakukan siswa
merupakan proses konstruksi pengetahuan pemahaman dan pengalaman yang
dilakukan oleh siswa (Wardoyo 20134) Karakteristik dalam pembelajaran
konstruktivisme antara lain 1) berpusat pada siswa 2) adanya masalah 3) proses
menemukan 4) interaksi sosial dan 5) pengetahuan atau pemahaman baru
(Wardoyo 201341) Pembelajaran learning cycle 7e berbasis konstruktivisme
pada penelitian ini adalah pembelajaran IPA yang menerapkan tahap-tahap model
pembelajaran learning cycle 7e yang didasarkan pada kelima karakteristik
pembelajaran konstruktivisme menurut Wardoyo (201341)
132 Kemampuan Berpikir Kritis
Menurut Ennis (20111) berpikir kritis adalah berpikir rasional dan
reflektif dengan menekankan pada pembuatan keputusan tentang apa yang harus
dipercayai atau dilakukan Rasional berarti menurut pikiran dan pertimbangan
yang logis Reflektif berarti mempertimbangkan secara hati-hati segala alternatif
sebelum mengambil keputusan
Kemampuan berpikir kritis yang diukur pada penelitian ini mengacu pada
(Ennis 198546) yang menyebutkan terdapat lima aspek sebagai indikator dalam
berpikir kritis yaitu (1) memberikan penjelasan sederhana (2) membangun
keterampilan dasar (3) menyimpulkan 4) memberi penjelasan lanjut dan (5)
mengatur strategi dan taktik
133 Materi Interaksi Makhluk Hidup dengan Lingkungan
Materi Interaksi makhluk hidup dengan lingkungan merupakan salah satu
materi pokok kelas VII semester genap dalam kurikulum 2013 dengan kompetensi
dasar yakni 38 mendeskripsikan interaksi antar makhluk hidup dan
6
lingkungannya dan 412 menyajikan hasil observasi terhadap interaksi makhluk
hidup dengan lingkungan di sekitarnya Indikator pembelajaran dalam penelitian
ini yaitu menjelaskan konsep ekosistem mengidentifikasi komponen abiotik dan
biotik mengidentifikasi satuan-satuan dalam ekosistem menghitung kepadatan
populasi menganalisis saling ketergantungan antara komponen biotik dengan
abiotik dan menganalisis saling ketergantungan antar komponen biotik
14 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan pengaruh
penerapan learning cycle 7e berbasis konstruktivisme terhadap kemampuan
berpikir kritis siswa pada materi Interaksi makhluk hidup dengan lingkungan
15 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut
151 Manfaat Korespondensi
Penelitian ini memberikan bukti empiris kebenaran teori pembelajaran
tentang penerapan learning cycle 7e dan pengaruhnya terhadap kemampuan
berpikir kritis siswa seperti hasil penelitian yang dilakukan oleh Indrawati et al
(201436) bahwa implementasi model pembelajaran learning cycle 7e efektif
untuk meningkatkan konsep dan kemampuan berpikir kritis siswa Hasil
penelitian Hartono (201365) bahwa model learning cycle 7e dapat meningkatkan
kemampuan berpikir kritis Hasil penelitian Siribunnan amp Tayraukham
(2009282) menunjukkan bahwa model learning cycle 7e dapat meningkatkan
kemampuan berpikir kritis yang lebih baik dibandingkan dengan metode
tradisional Demikian pula hasil penelitian Mecit (200648) menunjukkan bahwa
model learning cycle 7e dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis secara
signifikan dibandingkan dengan metode tradisional Selain itu hasil penelitian ini
digunakan untuk menguatkan prediksi bahwa untuk meningkatkan kemampuan
berpikir kritis dapat menerapkan pembelajaran dengan Learning Cycle 7E
7
152 Manfaat Koherensi
Penelitian ini mengembangkan dan membuktikan teori-teori yang
menghasilkan hipotesis tentang kebenaran bahwa penerapan learning cycle 7e
berpengaruh terhadap kemampuan berpikir kritis siswa
153 Manfaat Pragmatis
Manfaat pragmatis penelitian ini agar siswa memahami materi Interaksi
makhluk hidup dengan lingkungan melalui model pembelajaran learning cycle 7e
berbasis konstruktivisme Pemahaman materi oleh siswa dapat mengembangkan
kemampuan berpikir kritis siswa Menambah wawasan guru tentang variasi
pembelajaran untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa Penelitian
ini memberikan kontribusi bagi sekolah sebagai masukan dalam meningkatkan
kualitas pembelajaran
8
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
21 Teori Konstruktivisme
Teori konstruktivisme beranggapan bahwa pengetahuan merupakan
konstruksi dari pengetahuan awal yang telah ada Pengetahuan hasil dari
konstruksi kognitif melalui kegiatan siswa dengan membuat struktur kategori
konsep dan skema yang diperlukan untuk membentuk pengetahuan dalam hal ini
dibentuk oleh struktur konsepsi sewaktu siswa berinteraksi dengan lingkungan
(Maknun et al 2012 9-10)
Intisari dari teori konstruktivisme adalah bahwa siswa harus menemukan
dan mentransformasikan informasi kompleks kedalam diri sendiri Teori ini
memandang siswa sebagai individu yang selalu memeriksa informasi baru yang
berlawanan dengan prinsip-prinsip yang telah ada dan merevisi prinsip-prinsip
tersebut apabila sudah diangap tidak dapat digunakan lagi Hal ini memberikan
implikasi bahwa siswa harus terlibat aktif dalam pembelajaran dengan bantuan
guru sebagai fasilitator (Rifarsquoi amp Anni 2011137)
Implikasi pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan pandangan
konstruktivisme menurut Hapsari (2011 37) adalah sebagai berikut
a Tahap Apersepsi dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan problematik
tentang fenomena yang sering ditemui sehari-hari yang dikaitkan dengan
konsep yang akan dibahas Siswa diberi kesempatan untuk
mengkomunikasikan mengilustrasikan pemahaman tentang konsep tersebut
b Tahap Eksplorasi memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan
konsep melalui pengumpulan pengorganisasian dan menginterpretasikan data
dalam suatu kegiatan yang telah dirancang guru serta secara berkelompok
didiskusikan dengan kelompok lain
c Tahap diskusi dan penjelasan konsep yaitu siswa memberi penjelasan dan
solusi berdasarkan hasil observasi ditambah dengan penguatan guru maka
siswa membangun pemahaman baru tentang konsep yang sedang dipelajari
9
d Pengembangan dan aplikasi yaitu guru berusaha menciptakan iklim
pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat mengaplikasikan pemahaman
konseptual baik melalui kegiatan atau pemunculan dan pemecahan masalah-
masalah yang berkaitan dengan isu-isu di lingkungan
22 Teori Perkembangan Jean Piaget
Teori perkembangan Piaget mewakili konstruktivisme yang memandang
perkembangan kognitif sebagai suatu proses dimana anak secara aktif membangun
pengetahuan Piaget menyatakan bahwa belajar merupakan pengembangan aspek
kognitif yang meliputi skema asimilasi akomodasi ekuilibrasi
Asimilasi adalah pengumpulan dan pengelompokkan informasi baru
Seorang individu dalam proses pembelajaran akan mendapatkan informasi baru
yang kemudian akan dikumpulkan dan dikelompokkan ke dalam skema
(pengetahuan) yang telah ada Akomodasi merupakan modifikasi dari skema agar
informasi yang baru dan kontradiktif bisa diterjemahkan Informasi yang telah
terkumpul dan dikelompokkan dalam skema-skema yang telah ada sebelumnya
kemudian dimodifikasi menjadi suatu skema (pengetahuan) baru Ekuilibrasi
merupakan dorongan secara terus menerus ke arah keseimbangan atau
equilibrium Artinya pengetahuan dikonstruksi dari proses pengintegrasian
pengetahuan baru terhadap struktur kognitif yang sudah ada dan dilakukan
penyesuaian struktur kognitif dengan informasi baru yang didapatkan
Menurut Piaget sebagaimana dikutip oleh Trianto (200716) pada
perkembangan kognitif yang terpenting adalah penguasaan dan kategori konsep-
konsep Melalui penguasaan konsep siswa akan mengenal lingkungan dan
memecahkan berbagai masalah yang dihadapi dalam kehidupan
Menurut Piaget sebagaimana dikutip oleh Slavin (200845) setiap
individu pada saat tumbuh mulai dari bayi yang baru dilahirkan sampai menginjak
usia dewasa mengalami empat tingkatan perkembangan kognitif Empat tingkat
perkembangan kognitif tersebut adalah sebagai berikut
1 Tahap Sensorimotorik (sejak lahir hingga usia 2 tahun)
2 Tahap Pra-operasional (2-7 tahun)
10
3 Tahap Operasi Kongkrit (7-11 tahun)
4 Tahap Operasi Formal (usia 11 sampai dewasa)
Siswa SMP dengan rentang usia 11-15 tahun berada pada tahap operasi
formal Pada usia ini yang perlu dipertimbangkan adalah aspek-aspek
perkembangan remaja dimana remaja mengalami tahap transisi dari penggunaan
operasi kongkrit ke penerapan operasi formal dalam bernalar Menurut Slavin
(200846) pada tahap operasi formal anak sudah mampu berpikir tingkat tinggi
mampu berpikir secara deduktif induktif menganalisis mensintesis mampu
berpikir abstrak dan berpikir reflektif serta memecahkan berbagai masalah
23 Learning Cycle 7E Berbasis Konstruktivisme
Menurut Aqib (201366) proses pembelajaran adalah upaya secara
sistematis yang dilakukan guru untuk mewujudkan proses pembelajaran berjalan
secara efektif dan efisien yang dimulai dari perencanaan pelaksanaan dan
evaluasi Oleh karena itu pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu proses
komunikasi melalui interaksi antara guru dengan siswa dan antar siswa secara
efektif dan efisien untuk mencapai tujuan pembelajaran
Konsep pembelajaran konstruktivisme merupakan pembelajaran yang
didasarkan pada pemahaman bahwa proses belajar yang dilakukan siswa
merupakan proses konstruksi pengetahuan pemahaman dan pengalaman yang
dilakukan oleh siswa (Wardoyo 20134) Karakteristik dalam pembelajaran
konstruktivisme antara lain 1) berpusat pada siswa 2) adanya masalah 3) proses
menemukan 4) interaksi sosial dan 5) pengetahuan atau pemahaman baru
(Wardoyo 201341)
Salah satu model pembelajaran yang berlandaskan teori konstruktivisme
adalah learning cycle Menurut Trowbridge amp Bybee sebagaimana dikutip oleh
Wena (2011170) pada tahun 1970 model Learning Cycle pertama kali
diperkenalkan oleh Robert Karplus dan Their dalam Science Curriculum
Improvement StudySCIS Karplus dan Their mengembangkan model learning
cycle berdasarkan teori perkembangan kognitif Jean Piaget Implementasi teori
perkembangan kognitif Jean Piaget oleh Karplus dikembangkan dalam model
11
learning cycle yang pada mulanya terdiri dari tiga tahap yaitu eksplorasi
(exploration) pengenalan konsep (concept introduction) dan penerapan konsep
(concept application)
Pada pertengahan 1980an Biological Science Curriculum Study (BSCS)
mengembangkan model learning cycle dari tiga tahap siklus tersebut menjadi lima
tahap Tahap-tahap dalam pembelajaran Learning Cycle 5E meliputi engage
explore explain elaborateextend dan evaluate Perkembangan ini dilakukan
dengan menambahkan fase engage di awal pembelajaran yang bertujuan untuk
menggali pengetahuan awal siswa dan fase evaluate ditambahkan di akhir
pembelajaran yang bertujuan untuk menilai pemahaman siswa sedangkan fase
pemahaman konsep dan aplikasi konsep diganti dengan istilah baru yaitu explain
dan elaborate (Bybee et al 20068)
Perkembangan model learning cycle 7e yang paling baru sudah memiliki 7
tahap setelah mengalami pengkhususan menjadi 5 tahap Perubahan yang terjadi
pada tahap learning cycle 5e menjadi 7e terjadi pada tahap engage menjadi 2
tahap yaitu elicit dan engage sedangkan pada tahap elaborate dan evaluate
menjadi 3 tahap menjadi elaborate evaluate dan extend
Menurut Eisenkraft (200357) learning cycle 7e merupakan suatu model
pembelajaran yang bertujuan untuk menekankan pentingnya memunculkan
pemahaman awal siswa dan memperluas konsep Terdapat 7 tahap learning cycle
7e yang dapat dijelaskan sebagai berikut
1 Elicit (penggalian pengetahuan awal)
Makna dari elicit adalah menggali pemahaman awal yang dimiliki
siswa Langkah-langkah yang dapat dilakukan adalah dengan
mengajukan beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan materi
yang akan dipelajari
2 Engage (motivasi)
Pada tahap engage atau motivasi dapat dilakukan dengan cara
bercerita demonstrasi membuat prediski atau dengan
menunjukkan suatu objek gambar atau video Guru dapat
memberikan permasalahan dan meminta siswa untuk berpikir dan
mengajukan pertanyaan
3 Explore (melakukan pengamatan atau percobaan)
Pada tahap ini siswa diberi kesempatan untuk melakukan
pengamatan mengumpulkan data membuktikan prediksi atau
12
hipotesis merancang dan merencanakan percobaan membuat
grafik menafsirkan hasil serta mencatat hasil pengamatan
4 Explain (mengkomunikasikan)
Pada tahap ini guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menjelaskan konsep dan menunjukkan bukti hasil pengamatan
pada tahap explore melalui kegiatan diskusi Pada tahap ini siswa
diharapkan menemukan istilah-istilah dan konsep yang dipelajari
5 Elaborate (menerapkan konsep)
Tahap ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menerapkan konsep (pengetahuan baru) dan keterampilan dalam
situasi baru melalui kegiatan-kegiatan seperti pemecahan masalah
(problem solving)
6 Evaluate (evaluasi)
Tahap evaluasi model pembelajaran learning cycle 7e terdiri dari
evaluasi formatif dan evaluasi sumatif Evaluasi dapat dilakukan
melalui pemberian tes di akhir pembelajaran untuk mengetahui
sejauh mana tingkat pemahaman siswa terhadap konsep yang
dipelajari
7 Extend (mengaplikasikan konsep)
Tahap ini bertujuan untuk berpikir mencari menemukan dan
menjelaskan contoh penerapan konsep yang telah dipelajari
(Eisenkraft 200357)
Gambar 21 Perubahan Learning Cycle 5E Menjadi Learning Cycle 7E
13
Pengembangan tahap-tahap learning cycle dari 3 tahap
menjadi 5 tahap atau 7 tahap masih tetap berkaitan erat dengan teori
perkembangan kognitif Jean Piaget (skema asimilasi akomodasi dan
ekuilibrasi) Pembelajaran learning cycle memberikan kesempatan
kepada siswa untuk mengasimilasi informasi dengan cara
mengeksplorasi lingkungan mengakomodasi informasi dengan cara
mengembangkan konsep mengorganisasikan informasi dan
menghubungkan konsep-konsep baru dengan menggunakan atau
memperluas konsep yang dimiliki untuk menjelaskan suatu fenomena
yang berbeda Fase engagement dalam learning cycle termasuk dalam
proses asimilasi sedangkan fase evaluation masih merupakan proses
akomodasi dan ekuilibrasi
Model learning cycle 7e memiliki beberapa kelebihan dan kelemahan
Kelebihan dari model learning cycle 7e menurut Indrawati et al (201435) yaitu
1 Merangsang siswa untuk mengingat kembali materi pelajaran
yang telah didapatkan
2 Memberikan motivasi kepada siswa untuk menjadi lebih aktif dan
menambah rasa keingintahuan
3 Melatih siswa belajar menemukan konsep melalui kegiatan
ekperimen melatih siswa untuk menyampaikan konsep yang telah
dipelajari secara lisan
4 Melatih siswa untuk bekerjasama dan memberikan kesempatan
kepada siswa untuk berpikir mencari menemukan dan
menjelaskan contoh penerapan konsep yang telah dipelajari
Kelemahan dari model learning cycle 7e menurut Indrawati et al
(201435) yaitu
1 Efektivitas pembelajaran rendah jika guru kurang menguasai
materi dan langkah-langkah pembelajaran
2 Menuntut kesungguhan dan kreativitas guru dalam merancang dan
melaksanakan proses pembelajaran
3 Memerlukan waktu dan tenaga yang lebih banyak dalam menyusun
rencana dan melaksanakan pembelajaran
24 Kemampuan Berpikir Kritis
Menurut Ruggiero sebagaimana dikutip oleh Johnson (2007183) berpikir
merupakan segala aktivitas mental yang membantu merumuskan atau
memecahkan masalah membuat keputusan memenuhi keinginan untuk
memahami sebuah pencarian jawaban dan sebuah pencapaian makna Kowiyah
(2013176) menyatakan bahwa berpikir adalah suatu kegiatan atau proses
14
kognitif tindakan mental untuk memperoleh pengetahuan pemahaman dan
keterampilan agar mampu menemukan jalan keluar dan keputusan secara
deduktif induktif dan evaluatif
Secara teknis kemampuan berpikir dalam bahasa taksonomi Bloom
diartikan sebagai kemampuan intelektual yaitu kemampuan
menganalisismensintesis dan mengevaluasi Kemampuan-kemampuan ini dapat
dikatakan sebagai kemampuan berpikir kritis
Pembelajaran diharapkan dapat menjadi penunjang dalam
mengembangkan kemampuan berpikir siswa Kemampuan berpikir yang dapat
dikembangkan salah satunya adalah kemampuan berpikir kritis Tujuan
melatihkan kemampuan berpikir kritis adalah untuk menyiapkan siswa menjadi
seorang pemikir kritis dan mampu menyelesaikan masalah yang dihadapi (Tuna amp
Kaccedilar 201374) Selain itu untuk menghindarkan diri siswa dari penipuan
pencucian otak dan membuat keputusan dengan tepat dan bertanggung jawab
(Redhana amp Liliasari 2008 106)
Menurut Ennis (20111) berpikir kritis adalah berpikir rasional dan
reflektif dengan menekankan pada pembuatan keputusan tentang apa yang harus
dipercayai atau dilakukan Rasional berarti menurut pikiran dan pertimbangan
yang logis Reflektif berarti mempertimbangkan secara hati-hati segala alternatif
sebelum mengambil keputusan Jadi dalam hal ini Ennis (20111) menekankan
bahwa berpikir kritis lebih berhubungan dengan alasan yang dapat diterima ketika
seseorang mengambil keputusan Berdasarkan pengertian tersebut maka dapat
dirumuskan bahwa berpikir kritis merupakan proses menggunakan pikiran secara
rasional dan reflektif untuk mencari dan menganalisis informasi mengambil
keputusan dan menyelesaikan masalah
Ennis (19918) menyatakan bahwa dalam berpikir kritis terdapat dua
komponen yaitu karakter (disposition) dan kemampuan penguasaan pengetahuan
(ability) Komponen kemampuan penguasaan pengetahuan dalam berpikir kritis
sering disebut sebagai kemampuan berpikir kritis
Terdapat dua belas indikator kemampuan berpikir kritis yang
dikelompokkan dalam lima aspek berpikir kritis seperti pada Tabel 21 berikut
15
Tabel 21 Indikator Kemampuan Berpikir Kritis Menurut Ennis (198546)
No Aspek Indikator
1 Memberikan
penjelasan sederhana
1 Memfokuskan pertanyaan
2 Menganalisis pertanyaan
3 Bertanya dan menjawab
pertanyaan tentang suatu
penjelasan
2 Membangun
keterampilan dasar
1 Mempertimbangkan apakah
sumber dapat dipercaya atau
tidak
2 Mengobservasi dan
mempertimbangkan suatu
laporan hasil observasi
3 Menyimpulkan 1 Mendeduksi dan
mempertimbangkan hasil
deduksi
2 Menginduksi dan
mempertimbangkan hasil induksi
3 Membuat dan menentukan hasil
pertimbangan
4 Memberikan
penjelasan lanjut
1 Mendefinisikan istilah dan
mempertimbangkan suatu
definisi dalam tiga dimensi
2 Mengidentifikasi asumsi
5 Mengatur strategi
dan taktik
1 Menentukan suatu tindakan
2 Berinteraksi dengan orang lain
Kemampuan berpikir kritis dapat diukur dengan menggunakan instrumen
yang dikembangkan melalui aspek dan indikator berpikir kritis Evaluasi terhadap
kemampuan berpikir kritis antara lain bertujuan untuk mendiagnosis tingkat
kemampuan berpikir kritis siswa memberi umpan balik keberanian berpikir
siswa dan memberi motivasi agar siswa mengembangkan kemampuan berpikir
kritis (Ennis 1993180)
Karakter (disposition) adalah kecenderungan atau kebiasaan untuk berpikir
dalam cara dan kondisi tertentu Disposisi berpikir kritis merupakan sifat yang
melekat pada diri seseorang yang berpikir kritis (Lambertus 2009138)
Seseorang yang memiliki disposisi berpikir kritis akan cenderung berpikir kritis
ketika ada situasi atau kondisi yang menghadirkan stimulus untuk berpikir kritis
16
Pemikir kritis yang ideal memiliki karakter (disposition) untuk mencari
kejelasan dari pertanyaan mencari alasan berusaha mengetahui infomasi dengan
baik menggunakan dan menyebutkan sumber yang memiliki kredibilitas
memperhatikan situasi dan kondisi secara keseluruhan berusaha tetap relevan dengan
ide utama mengingat kepentingan yang asli dan mendasar mencari alternatif
bersikap dan berpikir terbuka mengambil posisi ketika ada bukti dan alasan yang
cukup untuk melakukan sesuatu mencari penjelasan sebanyak mungkin bersikap
secara sistematis dan teratur dengan bagian dari keseluruhan masalah (Ennis 19918)
25 Materi Interaksi Makhluk Hidup dengan Lingkungan
Materi Interaksi makhluk hidup dengan lingkungan merupakan salah satu
materi pokok kelas VII semester genap dalam kurikulum 2013 dengan kompetensi
dasar yaitu 38 mendeskripsikan interaksi antar makhluk hidup dan lingkungannya
dan 412 menyajikan hasil observasi terhadap interaksi makhluk hidup dengan
lingkungan di sekitarnya Indikator pembelajaran dalam penelitian ini meliputi
menjelaskan konsep ekosistem mengidentifikasi komponen biotik dan abiotik
mengidentifikasi satuan-satuan dalam ekosistem menghitung kepadatan populasi
menganalisis saling ketergantungan antara komponen biotik dan abiotik dan
menganalisis saling ketergantungan antar komponen biotik
Komponen ekosistem meliputi komponen abiotik (makhluk tak hidup) dan
komponen biotik (makhluk hidup) Komponen biotik meliputi organisme autotrof
yaitu produsen primer heterotrof yaitu konsumen dan detritivor yaitu organisme
pemakan limbah organik dan organisme yang telah mati
Produsen primer utama pada sebagian besar ekosistem darat adalah
tumbuhan sedangkan produsen primer dalam zona limnetik danau dan lautan
terbuka adalah fitoplankton (alga dan bakteri) Alga multiselluler dan tumbuhan
akuatik merupakan produsen primer di ekosistem air tawar maupun air laut
Organisme yang secara langsung memakan organisme autotrof disebut
herbivora Oleh karena itu herbivora disebut juga sebagai konsumen primer
sedangkan organisme yang mendapatkan makanan dengan memangsa herbivora
atau karnivora lain disebut karnivora Karnivora dapat berperan sebagai konsumen
17
sekunder tersier dan seterusnya Jalur perpindahan makanan dari tingkat trofik
satu ke tingkat trofik lainnya dikenal sebagai rantai makanan (food chain) akan
tetapi hubungan makan memakan dalam suatu ekosistem umumnya saling
berhubungan menjadi jaring-jaring makanan (food web) karena konsumen
memakan lebih dari satu tingkat trofik (Campbell et al 2004)
Kompetensi dasar dan indikator pembelajaran pada materi tersebut
menuntut siswa untuk dapat memahami konsep-konsep dan memecahkan masalah
yang sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari Penerapan learning cycle 7e
berbasis konstruktivisme mempertimbangkan pengetahuan awal siswa (elicit)
menyajikan masalah yang berkaitan dengan kehidupan nyata sebagai rangsangan
untuk belajar (engage) memberikan kesempatan secara langsung kepada siswa
untuk terlibat dalam penemuan konsep melalui kegiatan observasi (explore)
dilanjutkan dengan melakukan diskusi untuk mengklarifikasi konsep (elaborate)
dan evaluasi (evaluate) untuk mengetahui sejauh mana pemahaman konsep yang
telah dimiliki oleh siswa serta menerapkan konsep yang telah diperoleh pada
situasi baru (extend) Pembelajaran materi interaksi makhluk hidup dengan
lingkungan diharapkan menjadi lebih bermakna dan kemampuan berpikir kritis
siswa dapat berkembang dengan membandingkan konsep yang sudah diperoleh
dengan konsep baru yang dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari siswa Model
pembelajaran learning cycle 7e berbasis konstruktivisme diharapkan tepat apabila
digunakan dalam penyampaian materi ekosistem
18
26 Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
Gambar 22 Kerangka Berpikir Penelitian
27 Hipotesis
Penerapan Learning cycle 7e berbasis konstruktivisme berpengaruh
terhadap kemampuan berpikir kritis siswa pada materi Interaksi makhluk hidup
dengan lingkungan
Pembelajaran Learning
Cycle 7E berbasis
konstruktivisme
Menekankan
pengetahuan awal siswa
dan memungkinkan
mengaplikasikan
konsep yang telah
diperoleh
(Eisenkraft 200357)
Mampu meningkatkan
keterampilan proses
sains dan penguasaan
konsep (Kanli amp
Yagbasan 2007151)
Mampu meningkatkan
kemampuan berpikir
kritis
(Hartono 201365)
Mampu meningkatkan
kemampuan berpikir
kritis secara signifikan
dibandingkan metode
tradisional
(Mecit 200648)
Permasalahan dalam pembelajaran
Siswa kesulitan menganalisis suatu
permasalahan
Siswa kesulitan menyimpulkan
Siswa kesulitan mengaplikasikan konsep
pada situasi baru dan konkret
Keberanian mengajukan pertanyaan
amp pendapat rendah
Kemampuan berpikir kritis rendah
Berpikir kritis salah satu
keterampilan abad 21 yang
harus dimiliki oleh siswa
Tuntutan memberdayakan
SDM yang berkualitas
(Permendikbud 2013)
Kelas eksperimen Kelas kontrol
Pembelajaran
dengan metode
diskusi amp ceramah
Kemampuan berpikir kritis berkembang
Learning cycle 7e
berbasis
konstruktivisme
Quasi experimental design
Uji t
54
BAB 5
PENUTUP
51 Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa
penerapan learning cycle 7e berbasis konstruktivisme berpengaruh terhadap
kemampuan berpikir kritis siswa pada materi interaksi makhluk hidup dengan
lingkungan Peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa kelas eksperimen lebih
baik dari pada kelas kontrol
52 Saran
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan penerapan learning cycle
7e berbasis konstruktivisme terbukti berpengaruh terhadap kemampuan berpikir
kritis siswa pada materi interaksi makhluk hidup dengan lingkunganya Dengan
demikian maka beberapa saran yang dapat diberikan sebagai berikut
1 Guru IPA dapat mempertimbangkan pembelajaran learning cycle 7E berbasis
konstruktivisme pada materi interaksi makhluk hidup dengan lingkungan
karena terbukti dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa
2 Guru IPA dapat merancang proses pembelajaran dan instrumen pembelajaran
yang dapat memicu kemampuan berpikir kritis siswa
3 Bagi peneliti selanjutnya yang akan melakukan penelitian berkaitan dengan
kemampuan berpikir kritis disarankan mengoptimalkan pengelolaan kelas dan
memberikan banyak motivasi agar setiap siswa dapat berpartisipasi dan
berinteraksi dalam kegiatan pembelajaran Hal ini dimaksudkan agar
pembelajaran yang dilakukan efektif terhadap kemampuan berpikir kritis
siswa
55
DAFTAR PUSTAKA
Aqib Z 2013 Model-Model Media dan Strategi Pembelajaran
Kontekstual(Inovatif) Bandung Yrama Widya
Amertawengrum IP 2014 Filsafat Konstruktivisme dalam Pembelajaran Sastra
Anak Jurnal Magistra 26(89)8-17 KlatenUnwidha
Arifin Z 2012 Evaluasi Pembelajaran Jakarta Dirjen Pendidikan Islam Online
at
httpdualmodekemenaggoidfiledokumen34EvaluasiPembelajaranpdf
[diakses tanggal 17 Januari 2015]
Arikunto S 2010 Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Jakarta Bumi Aksara
_________ 2012 Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Jakarta Bumi Aksara
Bybee RW JA Taylor A Gardner PV Scotter JC Powell A Westbrook amp
N Landes 2006 The BSCS 5E Instructional Model Origins and
Effectiveness A Report Prepared for the Office of Science Education
National Institute of Health Colorado BSCS Online Tersedia di
httpscienceeducationnihgov [diakses 11-1- 2015]
Campbell NA Reece BJ amp Mitchell LG 2004 Biologi Alih Bahasa Manalu
W (eds) Erlangga Jakarta
Curto K amp T Bayer 2005 An Intersection of Critical Thinkking and
Communication Skillls Journal of Biological Science 31(4)11-19
Amerika Serikat University of Pittsburgh
Eisenkraft A 2003 Expanding The 5E Model Journal The Sciences Teacher
70(6) 56-59 Tersedia di httpits-about-
timecomhtmlsapeisenkrafttstpdf [diakses 3-2-2015]
Ennis RH 1985 A Logical Basic for Measuring Critical Thinking Skill Tersedia
di httpwwwascdorgASCDpdfjournalsed_leadel_198510_ennispdf
[diakses 27-1-2015]
Ennis RH 1991Critical Thinking A Streamlined Conception Tersedia di
httpfacultyeducationillinoisedurhennisdocumentsTheNatureofCritical
Thinking_51711_000pdf [diakses 27-1-2015]
Ennis R H 1993 Critical Thinking Assesment Journal Theory and Practice 32
(2) 179-186 Amerika Serikat The Ohio State University
56
Ennis RH 2011 The Nature of Critical Thinking An Outline of Critical
Thinking Dispositions and Abilities Tersedia di
httpfacultyeducationillinoisedurhennisdocumentsTheNatureofCritical
Thinking_51711_000pdf [diakses 27-1-2015]
Hapsari RTS 2011 Penerapan Model Konstruktivisme untuk Meningkatkan
Hasil Belajar Siswa Jurnal Pendidikan Penabur 10(16) (34-45) Tersedia
di
httpwwwbpkpenaburoridfilesHal2034_4520Penerapan20Mode
l20Pembelajaran20Konstruktivismepdf [diakses 25-1-2015]
Hartono 2013 Learning Cycle Model to Increase Studentrsquos Critical Thinking on
Science Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 9(1)56-66 Semarang
Universitas Negeri Semarang
Indrawati W Suyatno amp YSRahayu 2014 Implementasi Model Learning
Cycle 7E Pada Pembelajaran Kimia Dengan Materi Pokok Kelarutan Dan
Hasil Kali Kelarutan Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep dan
Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMA Prosiding Seminar Nasional
KimiaSurabaya Universitas Negeri Surabaya
Johnson EB 2007 Contextual Teaching amp Learning terjemahan Ibnu Setiawan
Bandung MLC
Kanli amp Yagbasan 2007 The Effects of a Laboratory Based on the 7E Learning
Cycle Model and Verification Laboratory Approach on the Development of
Studentsrsquo Science Process Skills and Conceptual Achievement Tersedia
diwwwuscaeduessaysspecialeditionUKanligraveandRYagbasanpdf[diakses
2-3-2015]
Kowiyah 2012 Kemampuan Berpikir Kritis Jurnal Pendidikan Dasar 3(5) 175-
179 Tersedia di httpjournalppsunjorgarticeldownload108108
[diakses 1-1-2015]
Kulsum U amp N Hindarto 2011 Penerapan Model Learning Cycle 5E pada Sub
pokok bahasan Kalor untuk Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar
Siswa Kelas VII SMP Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 7(1)128-
133Semarang Universitas Negeri Semarang
Kunandar 2013 Penilaian Autentik (Penilaian Hasil Belajar Kurikulum 2013)
Jakarta Raja Grafindo Persada
Lambertus 2009 Pentingnya Melatih Keterampilan Berpikir Kritis Dalam
Pembelajaran Matematika Di SD Jurnal Forum Pendidikan 28(2) (136-
142) Palembang Universitas Sriwijaya
57
Maknun D RR Haerin k Surtikanti amp AMunandar 2012 Praktikum Ekologi
Berbasis Proyek Media Pembekalan Keterampilan Esensial Laboratorium
Jurnal Pendidikan MIPA 13(1) 8-17 Lampung Universitas Lampung
Mecit O 2006 The Effect of 7E Learning Cycle Model on The Improvement of
Fifth Grade Studentsrsquo Critical Thinking Skills Tesis Turkey Middle East
Technical University
Permendikbud 2013 Implementasi Kurikulum Jakarta Depdiknas
Priyatno Duwi 2012 Belajar Analisis Data dengan SPSS 20 Yogyakarta Andi
Redhana IW amp Liliasari 2008 Program Pembelajaran Keterampilan Berpikir
Kritis Pada Topik Laju Reaksi Untuk Siswa SMA Jurnal Forum
Kependidikan 27(2)103-112 Bandung Universitas Pendidikan Indonesia
RifarsquoI Aamp CT Anni 2011 Psikologi Pendidikan Semarang Universitas Negeri
Semarang Press
Siribunnam amp Tayraukham 2009 Effect of 7-E KWL and Conventional on
Analitycal Thinking Learning Acievement and Attitudes toward Chemistry
Learning Journal of Social Sciences 5(4)279-282 Tersedia di
httpwwwamazoncomconventional-instruction-analytical-achievement-
attitudesdpB002TP5UQS [diakses 3-2-2015]
Slameto 2010 Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya Jakarta
Rhineka Cipta
Slavin RE 2008 Psikologi Pendidikan Teori dan Praktik Jakarta Indeks
Soeprodjo S Priatmoko amp EY Sariana 2008 Pengaruh Model Learning
Cycle terhadap Hasil Belajar Materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan
Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia 2(1) 224-229 Semarang Universitas
Negeri Semarang
Sudjana 2005 Metode Statistika Bandung Tarsito
Sugiyono 2013 Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif
Kualitatif dan RampD) Bandung Alfabeta
Trianto 2007 Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivisme
Jakarta Prestasi Pustaka
Tuna A amp A Kaccedilar 2013 The Effect of 5E Learning Cycle Model in Teaching
Trigonometry on Studentrsquos Academic Achievement and The Permanence of
Their Knowledge International Journal on New Trends in Education and
58
Their Implications 4(1) 73-87 Tersedia di
httpijonteorgFileploadks63207File07tunapdf [diakses 11-1- 2015]
Wardoyo SM 2013 Pembelajaran Konstruktivisme Bandung Alfabeta
Wena M 2011 Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer Jakarta Bumi
Aksara
Wiyanto 2008 Menyiapkan Guru Sains Mengembangkan Kompetensi
Laboratorium Semarang Unnes Press
Page 18
5
dalam learning cycle 7e yaitu elicit (penggalian pengetahuan awal) engage
(motivasi) explore (melakukan pengamatan atau percobaan) explain
(mengkomunikasikan) elaborate (menerapkan konsep) evaluate (evaluasi) dan
extend (mengaplikasikan konsep)
Konsep pembelajaran konstruktivisme merupakan pembelajaran yang
didasarkan pada pemahaman bahwa proses belajar yang dilakukan siswa
merupakan proses konstruksi pengetahuan pemahaman dan pengalaman yang
dilakukan oleh siswa (Wardoyo 20134) Karakteristik dalam pembelajaran
konstruktivisme antara lain 1) berpusat pada siswa 2) adanya masalah 3) proses
menemukan 4) interaksi sosial dan 5) pengetahuan atau pemahaman baru
(Wardoyo 201341) Pembelajaran learning cycle 7e berbasis konstruktivisme
pada penelitian ini adalah pembelajaran IPA yang menerapkan tahap-tahap model
pembelajaran learning cycle 7e yang didasarkan pada kelima karakteristik
pembelajaran konstruktivisme menurut Wardoyo (201341)
132 Kemampuan Berpikir Kritis
Menurut Ennis (20111) berpikir kritis adalah berpikir rasional dan
reflektif dengan menekankan pada pembuatan keputusan tentang apa yang harus
dipercayai atau dilakukan Rasional berarti menurut pikiran dan pertimbangan
yang logis Reflektif berarti mempertimbangkan secara hati-hati segala alternatif
sebelum mengambil keputusan
Kemampuan berpikir kritis yang diukur pada penelitian ini mengacu pada
(Ennis 198546) yang menyebutkan terdapat lima aspek sebagai indikator dalam
berpikir kritis yaitu (1) memberikan penjelasan sederhana (2) membangun
keterampilan dasar (3) menyimpulkan 4) memberi penjelasan lanjut dan (5)
mengatur strategi dan taktik
133 Materi Interaksi Makhluk Hidup dengan Lingkungan
Materi Interaksi makhluk hidup dengan lingkungan merupakan salah satu
materi pokok kelas VII semester genap dalam kurikulum 2013 dengan kompetensi
dasar yakni 38 mendeskripsikan interaksi antar makhluk hidup dan
6
lingkungannya dan 412 menyajikan hasil observasi terhadap interaksi makhluk
hidup dengan lingkungan di sekitarnya Indikator pembelajaran dalam penelitian
ini yaitu menjelaskan konsep ekosistem mengidentifikasi komponen abiotik dan
biotik mengidentifikasi satuan-satuan dalam ekosistem menghitung kepadatan
populasi menganalisis saling ketergantungan antara komponen biotik dengan
abiotik dan menganalisis saling ketergantungan antar komponen biotik
14 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan pengaruh
penerapan learning cycle 7e berbasis konstruktivisme terhadap kemampuan
berpikir kritis siswa pada materi Interaksi makhluk hidup dengan lingkungan
15 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut
151 Manfaat Korespondensi
Penelitian ini memberikan bukti empiris kebenaran teori pembelajaran
tentang penerapan learning cycle 7e dan pengaruhnya terhadap kemampuan
berpikir kritis siswa seperti hasil penelitian yang dilakukan oleh Indrawati et al
(201436) bahwa implementasi model pembelajaran learning cycle 7e efektif
untuk meningkatkan konsep dan kemampuan berpikir kritis siswa Hasil
penelitian Hartono (201365) bahwa model learning cycle 7e dapat meningkatkan
kemampuan berpikir kritis Hasil penelitian Siribunnan amp Tayraukham
(2009282) menunjukkan bahwa model learning cycle 7e dapat meningkatkan
kemampuan berpikir kritis yang lebih baik dibandingkan dengan metode
tradisional Demikian pula hasil penelitian Mecit (200648) menunjukkan bahwa
model learning cycle 7e dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis secara
signifikan dibandingkan dengan metode tradisional Selain itu hasil penelitian ini
digunakan untuk menguatkan prediksi bahwa untuk meningkatkan kemampuan
berpikir kritis dapat menerapkan pembelajaran dengan Learning Cycle 7E
7
152 Manfaat Koherensi
Penelitian ini mengembangkan dan membuktikan teori-teori yang
menghasilkan hipotesis tentang kebenaran bahwa penerapan learning cycle 7e
berpengaruh terhadap kemampuan berpikir kritis siswa
153 Manfaat Pragmatis
Manfaat pragmatis penelitian ini agar siswa memahami materi Interaksi
makhluk hidup dengan lingkungan melalui model pembelajaran learning cycle 7e
berbasis konstruktivisme Pemahaman materi oleh siswa dapat mengembangkan
kemampuan berpikir kritis siswa Menambah wawasan guru tentang variasi
pembelajaran untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa Penelitian
ini memberikan kontribusi bagi sekolah sebagai masukan dalam meningkatkan
kualitas pembelajaran
8
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
21 Teori Konstruktivisme
Teori konstruktivisme beranggapan bahwa pengetahuan merupakan
konstruksi dari pengetahuan awal yang telah ada Pengetahuan hasil dari
konstruksi kognitif melalui kegiatan siswa dengan membuat struktur kategori
konsep dan skema yang diperlukan untuk membentuk pengetahuan dalam hal ini
dibentuk oleh struktur konsepsi sewaktu siswa berinteraksi dengan lingkungan
(Maknun et al 2012 9-10)
Intisari dari teori konstruktivisme adalah bahwa siswa harus menemukan
dan mentransformasikan informasi kompleks kedalam diri sendiri Teori ini
memandang siswa sebagai individu yang selalu memeriksa informasi baru yang
berlawanan dengan prinsip-prinsip yang telah ada dan merevisi prinsip-prinsip
tersebut apabila sudah diangap tidak dapat digunakan lagi Hal ini memberikan
implikasi bahwa siswa harus terlibat aktif dalam pembelajaran dengan bantuan
guru sebagai fasilitator (Rifarsquoi amp Anni 2011137)
Implikasi pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan pandangan
konstruktivisme menurut Hapsari (2011 37) adalah sebagai berikut
a Tahap Apersepsi dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan problematik
tentang fenomena yang sering ditemui sehari-hari yang dikaitkan dengan
konsep yang akan dibahas Siswa diberi kesempatan untuk
mengkomunikasikan mengilustrasikan pemahaman tentang konsep tersebut
b Tahap Eksplorasi memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan
konsep melalui pengumpulan pengorganisasian dan menginterpretasikan data
dalam suatu kegiatan yang telah dirancang guru serta secara berkelompok
didiskusikan dengan kelompok lain
c Tahap diskusi dan penjelasan konsep yaitu siswa memberi penjelasan dan
solusi berdasarkan hasil observasi ditambah dengan penguatan guru maka
siswa membangun pemahaman baru tentang konsep yang sedang dipelajari
9
d Pengembangan dan aplikasi yaitu guru berusaha menciptakan iklim
pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat mengaplikasikan pemahaman
konseptual baik melalui kegiatan atau pemunculan dan pemecahan masalah-
masalah yang berkaitan dengan isu-isu di lingkungan
22 Teori Perkembangan Jean Piaget
Teori perkembangan Piaget mewakili konstruktivisme yang memandang
perkembangan kognitif sebagai suatu proses dimana anak secara aktif membangun
pengetahuan Piaget menyatakan bahwa belajar merupakan pengembangan aspek
kognitif yang meliputi skema asimilasi akomodasi ekuilibrasi
Asimilasi adalah pengumpulan dan pengelompokkan informasi baru
Seorang individu dalam proses pembelajaran akan mendapatkan informasi baru
yang kemudian akan dikumpulkan dan dikelompokkan ke dalam skema
(pengetahuan) yang telah ada Akomodasi merupakan modifikasi dari skema agar
informasi yang baru dan kontradiktif bisa diterjemahkan Informasi yang telah
terkumpul dan dikelompokkan dalam skema-skema yang telah ada sebelumnya
kemudian dimodifikasi menjadi suatu skema (pengetahuan) baru Ekuilibrasi
merupakan dorongan secara terus menerus ke arah keseimbangan atau
equilibrium Artinya pengetahuan dikonstruksi dari proses pengintegrasian
pengetahuan baru terhadap struktur kognitif yang sudah ada dan dilakukan
penyesuaian struktur kognitif dengan informasi baru yang didapatkan
Menurut Piaget sebagaimana dikutip oleh Trianto (200716) pada
perkembangan kognitif yang terpenting adalah penguasaan dan kategori konsep-
konsep Melalui penguasaan konsep siswa akan mengenal lingkungan dan
memecahkan berbagai masalah yang dihadapi dalam kehidupan
Menurut Piaget sebagaimana dikutip oleh Slavin (200845) setiap
individu pada saat tumbuh mulai dari bayi yang baru dilahirkan sampai menginjak
usia dewasa mengalami empat tingkatan perkembangan kognitif Empat tingkat
perkembangan kognitif tersebut adalah sebagai berikut
1 Tahap Sensorimotorik (sejak lahir hingga usia 2 tahun)
2 Tahap Pra-operasional (2-7 tahun)
10
3 Tahap Operasi Kongkrit (7-11 tahun)
4 Tahap Operasi Formal (usia 11 sampai dewasa)
Siswa SMP dengan rentang usia 11-15 tahun berada pada tahap operasi
formal Pada usia ini yang perlu dipertimbangkan adalah aspek-aspek
perkembangan remaja dimana remaja mengalami tahap transisi dari penggunaan
operasi kongkrit ke penerapan operasi formal dalam bernalar Menurut Slavin
(200846) pada tahap operasi formal anak sudah mampu berpikir tingkat tinggi
mampu berpikir secara deduktif induktif menganalisis mensintesis mampu
berpikir abstrak dan berpikir reflektif serta memecahkan berbagai masalah
23 Learning Cycle 7E Berbasis Konstruktivisme
Menurut Aqib (201366) proses pembelajaran adalah upaya secara
sistematis yang dilakukan guru untuk mewujudkan proses pembelajaran berjalan
secara efektif dan efisien yang dimulai dari perencanaan pelaksanaan dan
evaluasi Oleh karena itu pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu proses
komunikasi melalui interaksi antara guru dengan siswa dan antar siswa secara
efektif dan efisien untuk mencapai tujuan pembelajaran
Konsep pembelajaran konstruktivisme merupakan pembelajaran yang
didasarkan pada pemahaman bahwa proses belajar yang dilakukan siswa
merupakan proses konstruksi pengetahuan pemahaman dan pengalaman yang
dilakukan oleh siswa (Wardoyo 20134) Karakteristik dalam pembelajaran
konstruktivisme antara lain 1) berpusat pada siswa 2) adanya masalah 3) proses
menemukan 4) interaksi sosial dan 5) pengetahuan atau pemahaman baru
(Wardoyo 201341)
Salah satu model pembelajaran yang berlandaskan teori konstruktivisme
adalah learning cycle Menurut Trowbridge amp Bybee sebagaimana dikutip oleh
Wena (2011170) pada tahun 1970 model Learning Cycle pertama kali
diperkenalkan oleh Robert Karplus dan Their dalam Science Curriculum
Improvement StudySCIS Karplus dan Their mengembangkan model learning
cycle berdasarkan teori perkembangan kognitif Jean Piaget Implementasi teori
perkembangan kognitif Jean Piaget oleh Karplus dikembangkan dalam model
11
learning cycle yang pada mulanya terdiri dari tiga tahap yaitu eksplorasi
(exploration) pengenalan konsep (concept introduction) dan penerapan konsep
(concept application)
Pada pertengahan 1980an Biological Science Curriculum Study (BSCS)
mengembangkan model learning cycle dari tiga tahap siklus tersebut menjadi lima
tahap Tahap-tahap dalam pembelajaran Learning Cycle 5E meliputi engage
explore explain elaborateextend dan evaluate Perkembangan ini dilakukan
dengan menambahkan fase engage di awal pembelajaran yang bertujuan untuk
menggali pengetahuan awal siswa dan fase evaluate ditambahkan di akhir
pembelajaran yang bertujuan untuk menilai pemahaman siswa sedangkan fase
pemahaman konsep dan aplikasi konsep diganti dengan istilah baru yaitu explain
dan elaborate (Bybee et al 20068)
Perkembangan model learning cycle 7e yang paling baru sudah memiliki 7
tahap setelah mengalami pengkhususan menjadi 5 tahap Perubahan yang terjadi
pada tahap learning cycle 5e menjadi 7e terjadi pada tahap engage menjadi 2
tahap yaitu elicit dan engage sedangkan pada tahap elaborate dan evaluate
menjadi 3 tahap menjadi elaborate evaluate dan extend
Menurut Eisenkraft (200357) learning cycle 7e merupakan suatu model
pembelajaran yang bertujuan untuk menekankan pentingnya memunculkan
pemahaman awal siswa dan memperluas konsep Terdapat 7 tahap learning cycle
7e yang dapat dijelaskan sebagai berikut
1 Elicit (penggalian pengetahuan awal)
Makna dari elicit adalah menggali pemahaman awal yang dimiliki
siswa Langkah-langkah yang dapat dilakukan adalah dengan
mengajukan beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan materi
yang akan dipelajari
2 Engage (motivasi)
Pada tahap engage atau motivasi dapat dilakukan dengan cara
bercerita demonstrasi membuat prediski atau dengan
menunjukkan suatu objek gambar atau video Guru dapat
memberikan permasalahan dan meminta siswa untuk berpikir dan
mengajukan pertanyaan
3 Explore (melakukan pengamatan atau percobaan)
Pada tahap ini siswa diberi kesempatan untuk melakukan
pengamatan mengumpulkan data membuktikan prediksi atau
12
hipotesis merancang dan merencanakan percobaan membuat
grafik menafsirkan hasil serta mencatat hasil pengamatan
4 Explain (mengkomunikasikan)
Pada tahap ini guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menjelaskan konsep dan menunjukkan bukti hasil pengamatan
pada tahap explore melalui kegiatan diskusi Pada tahap ini siswa
diharapkan menemukan istilah-istilah dan konsep yang dipelajari
5 Elaborate (menerapkan konsep)
Tahap ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menerapkan konsep (pengetahuan baru) dan keterampilan dalam
situasi baru melalui kegiatan-kegiatan seperti pemecahan masalah
(problem solving)
6 Evaluate (evaluasi)
Tahap evaluasi model pembelajaran learning cycle 7e terdiri dari
evaluasi formatif dan evaluasi sumatif Evaluasi dapat dilakukan
melalui pemberian tes di akhir pembelajaran untuk mengetahui
sejauh mana tingkat pemahaman siswa terhadap konsep yang
dipelajari
7 Extend (mengaplikasikan konsep)
Tahap ini bertujuan untuk berpikir mencari menemukan dan
menjelaskan contoh penerapan konsep yang telah dipelajari
(Eisenkraft 200357)
Gambar 21 Perubahan Learning Cycle 5E Menjadi Learning Cycle 7E
13
Pengembangan tahap-tahap learning cycle dari 3 tahap
menjadi 5 tahap atau 7 tahap masih tetap berkaitan erat dengan teori
perkembangan kognitif Jean Piaget (skema asimilasi akomodasi dan
ekuilibrasi) Pembelajaran learning cycle memberikan kesempatan
kepada siswa untuk mengasimilasi informasi dengan cara
mengeksplorasi lingkungan mengakomodasi informasi dengan cara
mengembangkan konsep mengorganisasikan informasi dan
menghubungkan konsep-konsep baru dengan menggunakan atau
memperluas konsep yang dimiliki untuk menjelaskan suatu fenomena
yang berbeda Fase engagement dalam learning cycle termasuk dalam
proses asimilasi sedangkan fase evaluation masih merupakan proses
akomodasi dan ekuilibrasi
Model learning cycle 7e memiliki beberapa kelebihan dan kelemahan
Kelebihan dari model learning cycle 7e menurut Indrawati et al (201435) yaitu
1 Merangsang siswa untuk mengingat kembali materi pelajaran
yang telah didapatkan
2 Memberikan motivasi kepada siswa untuk menjadi lebih aktif dan
menambah rasa keingintahuan
3 Melatih siswa belajar menemukan konsep melalui kegiatan
ekperimen melatih siswa untuk menyampaikan konsep yang telah
dipelajari secara lisan
4 Melatih siswa untuk bekerjasama dan memberikan kesempatan
kepada siswa untuk berpikir mencari menemukan dan
menjelaskan contoh penerapan konsep yang telah dipelajari
Kelemahan dari model learning cycle 7e menurut Indrawati et al
(201435) yaitu
1 Efektivitas pembelajaran rendah jika guru kurang menguasai
materi dan langkah-langkah pembelajaran
2 Menuntut kesungguhan dan kreativitas guru dalam merancang dan
melaksanakan proses pembelajaran
3 Memerlukan waktu dan tenaga yang lebih banyak dalam menyusun
rencana dan melaksanakan pembelajaran
24 Kemampuan Berpikir Kritis
Menurut Ruggiero sebagaimana dikutip oleh Johnson (2007183) berpikir
merupakan segala aktivitas mental yang membantu merumuskan atau
memecahkan masalah membuat keputusan memenuhi keinginan untuk
memahami sebuah pencarian jawaban dan sebuah pencapaian makna Kowiyah
(2013176) menyatakan bahwa berpikir adalah suatu kegiatan atau proses
14
kognitif tindakan mental untuk memperoleh pengetahuan pemahaman dan
keterampilan agar mampu menemukan jalan keluar dan keputusan secara
deduktif induktif dan evaluatif
Secara teknis kemampuan berpikir dalam bahasa taksonomi Bloom
diartikan sebagai kemampuan intelektual yaitu kemampuan
menganalisismensintesis dan mengevaluasi Kemampuan-kemampuan ini dapat
dikatakan sebagai kemampuan berpikir kritis
Pembelajaran diharapkan dapat menjadi penunjang dalam
mengembangkan kemampuan berpikir siswa Kemampuan berpikir yang dapat
dikembangkan salah satunya adalah kemampuan berpikir kritis Tujuan
melatihkan kemampuan berpikir kritis adalah untuk menyiapkan siswa menjadi
seorang pemikir kritis dan mampu menyelesaikan masalah yang dihadapi (Tuna amp
Kaccedilar 201374) Selain itu untuk menghindarkan diri siswa dari penipuan
pencucian otak dan membuat keputusan dengan tepat dan bertanggung jawab
(Redhana amp Liliasari 2008 106)
Menurut Ennis (20111) berpikir kritis adalah berpikir rasional dan
reflektif dengan menekankan pada pembuatan keputusan tentang apa yang harus
dipercayai atau dilakukan Rasional berarti menurut pikiran dan pertimbangan
yang logis Reflektif berarti mempertimbangkan secara hati-hati segala alternatif
sebelum mengambil keputusan Jadi dalam hal ini Ennis (20111) menekankan
bahwa berpikir kritis lebih berhubungan dengan alasan yang dapat diterima ketika
seseorang mengambil keputusan Berdasarkan pengertian tersebut maka dapat
dirumuskan bahwa berpikir kritis merupakan proses menggunakan pikiran secara
rasional dan reflektif untuk mencari dan menganalisis informasi mengambil
keputusan dan menyelesaikan masalah
Ennis (19918) menyatakan bahwa dalam berpikir kritis terdapat dua
komponen yaitu karakter (disposition) dan kemampuan penguasaan pengetahuan
(ability) Komponen kemampuan penguasaan pengetahuan dalam berpikir kritis
sering disebut sebagai kemampuan berpikir kritis
Terdapat dua belas indikator kemampuan berpikir kritis yang
dikelompokkan dalam lima aspek berpikir kritis seperti pada Tabel 21 berikut
15
Tabel 21 Indikator Kemampuan Berpikir Kritis Menurut Ennis (198546)
No Aspek Indikator
1 Memberikan
penjelasan sederhana
1 Memfokuskan pertanyaan
2 Menganalisis pertanyaan
3 Bertanya dan menjawab
pertanyaan tentang suatu
penjelasan
2 Membangun
keterampilan dasar
1 Mempertimbangkan apakah
sumber dapat dipercaya atau
tidak
2 Mengobservasi dan
mempertimbangkan suatu
laporan hasil observasi
3 Menyimpulkan 1 Mendeduksi dan
mempertimbangkan hasil
deduksi
2 Menginduksi dan
mempertimbangkan hasil induksi
3 Membuat dan menentukan hasil
pertimbangan
4 Memberikan
penjelasan lanjut
1 Mendefinisikan istilah dan
mempertimbangkan suatu
definisi dalam tiga dimensi
2 Mengidentifikasi asumsi
5 Mengatur strategi
dan taktik
1 Menentukan suatu tindakan
2 Berinteraksi dengan orang lain
Kemampuan berpikir kritis dapat diukur dengan menggunakan instrumen
yang dikembangkan melalui aspek dan indikator berpikir kritis Evaluasi terhadap
kemampuan berpikir kritis antara lain bertujuan untuk mendiagnosis tingkat
kemampuan berpikir kritis siswa memberi umpan balik keberanian berpikir
siswa dan memberi motivasi agar siswa mengembangkan kemampuan berpikir
kritis (Ennis 1993180)
Karakter (disposition) adalah kecenderungan atau kebiasaan untuk berpikir
dalam cara dan kondisi tertentu Disposisi berpikir kritis merupakan sifat yang
melekat pada diri seseorang yang berpikir kritis (Lambertus 2009138)
Seseorang yang memiliki disposisi berpikir kritis akan cenderung berpikir kritis
ketika ada situasi atau kondisi yang menghadirkan stimulus untuk berpikir kritis
16
Pemikir kritis yang ideal memiliki karakter (disposition) untuk mencari
kejelasan dari pertanyaan mencari alasan berusaha mengetahui infomasi dengan
baik menggunakan dan menyebutkan sumber yang memiliki kredibilitas
memperhatikan situasi dan kondisi secara keseluruhan berusaha tetap relevan dengan
ide utama mengingat kepentingan yang asli dan mendasar mencari alternatif
bersikap dan berpikir terbuka mengambil posisi ketika ada bukti dan alasan yang
cukup untuk melakukan sesuatu mencari penjelasan sebanyak mungkin bersikap
secara sistematis dan teratur dengan bagian dari keseluruhan masalah (Ennis 19918)
25 Materi Interaksi Makhluk Hidup dengan Lingkungan
Materi Interaksi makhluk hidup dengan lingkungan merupakan salah satu
materi pokok kelas VII semester genap dalam kurikulum 2013 dengan kompetensi
dasar yaitu 38 mendeskripsikan interaksi antar makhluk hidup dan lingkungannya
dan 412 menyajikan hasil observasi terhadap interaksi makhluk hidup dengan
lingkungan di sekitarnya Indikator pembelajaran dalam penelitian ini meliputi
menjelaskan konsep ekosistem mengidentifikasi komponen biotik dan abiotik
mengidentifikasi satuan-satuan dalam ekosistem menghitung kepadatan populasi
menganalisis saling ketergantungan antara komponen biotik dan abiotik dan
menganalisis saling ketergantungan antar komponen biotik
Komponen ekosistem meliputi komponen abiotik (makhluk tak hidup) dan
komponen biotik (makhluk hidup) Komponen biotik meliputi organisme autotrof
yaitu produsen primer heterotrof yaitu konsumen dan detritivor yaitu organisme
pemakan limbah organik dan organisme yang telah mati
Produsen primer utama pada sebagian besar ekosistem darat adalah
tumbuhan sedangkan produsen primer dalam zona limnetik danau dan lautan
terbuka adalah fitoplankton (alga dan bakteri) Alga multiselluler dan tumbuhan
akuatik merupakan produsen primer di ekosistem air tawar maupun air laut
Organisme yang secara langsung memakan organisme autotrof disebut
herbivora Oleh karena itu herbivora disebut juga sebagai konsumen primer
sedangkan organisme yang mendapatkan makanan dengan memangsa herbivora
atau karnivora lain disebut karnivora Karnivora dapat berperan sebagai konsumen
17
sekunder tersier dan seterusnya Jalur perpindahan makanan dari tingkat trofik
satu ke tingkat trofik lainnya dikenal sebagai rantai makanan (food chain) akan
tetapi hubungan makan memakan dalam suatu ekosistem umumnya saling
berhubungan menjadi jaring-jaring makanan (food web) karena konsumen
memakan lebih dari satu tingkat trofik (Campbell et al 2004)
Kompetensi dasar dan indikator pembelajaran pada materi tersebut
menuntut siswa untuk dapat memahami konsep-konsep dan memecahkan masalah
yang sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari Penerapan learning cycle 7e
berbasis konstruktivisme mempertimbangkan pengetahuan awal siswa (elicit)
menyajikan masalah yang berkaitan dengan kehidupan nyata sebagai rangsangan
untuk belajar (engage) memberikan kesempatan secara langsung kepada siswa
untuk terlibat dalam penemuan konsep melalui kegiatan observasi (explore)
dilanjutkan dengan melakukan diskusi untuk mengklarifikasi konsep (elaborate)
dan evaluasi (evaluate) untuk mengetahui sejauh mana pemahaman konsep yang
telah dimiliki oleh siswa serta menerapkan konsep yang telah diperoleh pada
situasi baru (extend) Pembelajaran materi interaksi makhluk hidup dengan
lingkungan diharapkan menjadi lebih bermakna dan kemampuan berpikir kritis
siswa dapat berkembang dengan membandingkan konsep yang sudah diperoleh
dengan konsep baru yang dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari siswa Model
pembelajaran learning cycle 7e berbasis konstruktivisme diharapkan tepat apabila
digunakan dalam penyampaian materi ekosistem
18
26 Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
Gambar 22 Kerangka Berpikir Penelitian
27 Hipotesis
Penerapan Learning cycle 7e berbasis konstruktivisme berpengaruh
terhadap kemampuan berpikir kritis siswa pada materi Interaksi makhluk hidup
dengan lingkungan
Pembelajaran Learning
Cycle 7E berbasis
konstruktivisme
Menekankan
pengetahuan awal siswa
dan memungkinkan
mengaplikasikan
konsep yang telah
diperoleh
(Eisenkraft 200357)
Mampu meningkatkan
keterampilan proses
sains dan penguasaan
konsep (Kanli amp
Yagbasan 2007151)
Mampu meningkatkan
kemampuan berpikir
kritis
(Hartono 201365)
Mampu meningkatkan
kemampuan berpikir
kritis secara signifikan
dibandingkan metode
tradisional
(Mecit 200648)
Permasalahan dalam pembelajaran
Siswa kesulitan menganalisis suatu
permasalahan
Siswa kesulitan menyimpulkan
Siswa kesulitan mengaplikasikan konsep
pada situasi baru dan konkret
Keberanian mengajukan pertanyaan
amp pendapat rendah
Kemampuan berpikir kritis rendah
Berpikir kritis salah satu
keterampilan abad 21 yang
harus dimiliki oleh siswa
Tuntutan memberdayakan
SDM yang berkualitas
(Permendikbud 2013)
Kelas eksperimen Kelas kontrol
Pembelajaran
dengan metode
diskusi amp ceramah
Kemampuan berpikir kritis berkembang
Learning cycle 7e
berbasis
konstruktivisme
Quasi experimental design
Uji t
54
BAB 5
PENUTUP
51 Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa
penerapan learning cycle 7e berbasis konstruktivisme berpengaruh terhadap
kemampuan berpikir kritis siswa pada materi interaksi makhluk hidup dengan
lingkungan Peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa kelas eksperimen lebih
baik dari pada kelas kontrol
52 Saran
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan penerapan learning cycle
7e berbasis konstruktivisme terbukti berpengaruh terhadap kemampuan berpikir
kritis siswa pada materi interaksi makhluk hidup dengan lingkunganya Dengan
demikian maka beberapa saran yang dapat diberikan sebagai berikut
1 Guru IPA dapat mempertimbangkan pembelajaran learning cycle 7E berbasis
konstruktivisme pada materi interaksi makhluk hidup dengan lingkungan
karena terbukti dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa
2 Guru IPA dapat merancang proses pembelajaran dan instrumen pembelajaran
yang dapat memicu kemampuan berpikir kritis siswa
3 Bagi peneliti selanjutnya yang akan melakukan penelitian berkaitan dengan
kemampuan berpikir kritis disarankan mengoptimalkan pengelolaan kelas dan
memberikan banyak motivasi agar setiap siswa dapat berpartisipasi dan
berinteraksi dalam kegiatan pembelajaran Hal ini dimaksudkan agar
pembelajaran yang dilakukan efektif terhadap kemampuan berpikir kritis
siswa
55
DAFTAR PUSTAKA
Aqib Z 2013 Model-Model Media dan Strategi Pembelajaran
Kontekstual(Inovatif) Bandung Yrama Widya
Amertawengrum IP 2014 Filsafat Konstruktivisme dalam Pembelajaran Sastra
Anak Jurnal Magistra 26(89)8-17 KlatenUnwidha
Arifin Z 2012 Evaluasi Pembelajaran Jakarta Dirjen Pendidikan Islam Online
at
httpdualmodekemenaggoidfiledokumen34EvaluasiPembelajaranpdf
[diakses tanggal 17 Januari 2015]
Arikunto S 2010 Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Jakarta Bumi Aksara
_________ 2012 Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Jakarta Bumi Aksara
Bybee RW JA Taylor A Gardner PV Scotter JC Powell A Westbrook amp
N Landes 2006 The BSCS 5E Instructional Model Origins and
Effectiveness A Report Prepared for the Office of Science Education
National Institute of Health Colorado BSCS Online Tersedia di
httpscienceeducationnihgov [diakses 11-1- 2015]
Campbell NA Reece BJ amp Mitchell LG 2004 Biologi Alih Bahasa Manalu
W (eds) Erlangga Jakarta
Curto K amp T Bayer 2005 An Intersection of Critical Thinkking and
Communication Skillls Journal of Biological Science 31(4)11-19
Amerika Serikat University of Pittsburgh
Eisenkraft A 2003 Expanding The 5E Model Journal The Sciences Teacher
70(6) 56-59 Tersedia di httpits-about-
timecomhtmlsapeisenkrafttstpdf [diakses 3-2-2015]
Ennis RH 1985 A Logical Basic for Measuring Critical Thinking Skill Tersedia
di httpwwwascdorgASCDpdfjournalsed_leadel_198510_ennispdf
[diakses 27-1-2015]
Ennis RH 1991Critical Thinking A Streamlined Conception Tersedia di
httpfacultyeducationillinoisedurhennisdocumentsTheNatureofCritical
Thinking_51711_000pdf [diakses 27-1-2015]
Ennis R H 1993 Critical Thinking Assesment Journal Theory and Practice 32
(2) 179-186 Amerika Serikat The Ohio State University
56
Ennis RH 2011 The Nature of Critical Thinking An Outline of Critical
Thinking Dispositions and Abilities Tersedia di
httpfacultyeducationillinoisedurhennisdocumentsTheNatureofCritical
Thinking_51711_000pdf [diakses 27-1-2015]
Hapsari RTS 2011 Penerapan Model Konstruktivisme untuk Meningkatkan
Hasil Belajar Siswa Jurnal Pendidikan Penabur 10(16) (34-45) Tersedia
di
httpwwwbpkpenaburoridfilesHal2034_4520Penerapan20Mode
l20Pembelajaran20Konstruktivismepdf [diakses 25-1-2015]
Hartono 2013 Learning Cycle Model to Increase Studentrsquos Critical Thinking on
Science Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 9(1)56-66 Semarang
Universitas Negeri Semarang
Indrawati W Suyatno amp YSRahayu 2014 Implementasi Model Learning
Cycle 7E Pada Pembelajaran Kimia Dengan Materi Pokok Kelarutan Dan
Hasil Kali Kelarutan Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep dan
Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMA Prosiding Seminar Nasional
KimiaSurabaya Universitas Negeri Surabaya
Johnson EB 2007 Contextual Teaching amp Learning terjemahan Ibnu Setiawan
Bandung MLC
Kanli amp Yagbasan 2007 The Effects of a Laboratory Based on the 7E Learning
Cycle Model and Verification Laboratory Approach on the Development of
Studentsrsquo Science Process Skills and Conceptual Achievement Tersedia
diwwwuscaeduessaysspecialeditionUKanligraveandRYagbasanpdf[diakses
2-3-2015]
Kowiyah 2012 Kemampuan Berpikir Kritis Jurnal Pendidikan Dasar 3(5) 175-
179 Tersedia di httpjournalppsunjorgarticeldownload108108
[diakses 1-1-2015]
Kulsum U amp N Hindarto 2011 Penerapan Model Learning Cycle 5E pada Sub
pokok bahasan Kalor untuk Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar
Siswa Kelas VII SMP Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 7(1)128-
133Semarang Universitas Negeri Semarang
Kunandar 2013 Penilaian Autentik (Penilaian Hasil Belajar Kurikulum 2013)
Jakarta Raja Grafindo Persada
Lambertus 2009 Pentingnya Melatih Keterampilan Berpikir Kritis Dalam
Pembelajaran Matematika Di SD Jurnal Forum Pendidikan 28(2) (136-
142) Palembang Universitas Sriwijaya
57
Maknun D RR Haerin k Surtikanti amp AMunandar 2012 Praktikum Ekologi
Berbasis Proyek Media Pembekalan Keterampilan Esensial Laboratorium
Jurnal Pendidikan MIPA 13(1) 8-17 Lampung Universitas Lampung
Mecit O 2006 The Effect of 7E Learning Cycle Model on The Improvement of
Fifth Grade Studentsrsquo Critical Thinking Skills Tesis Turkey Middle East
Technical University
Permendikbud 2013 Implementasi Kurikulum Jakarta Depdiknas
Priyatno Duwi 2012 Belajar Analisis Data dengan SPSS 20 Yogyakarta Andi
Redhana IW amp Liliasari 2008 Program Pembelajaran Keterampilan Berpikir
Kritis Pada Topik Laju Reaksi Untuk Siswa SMA Jurnal Forum
Kependidikan 27(2)103-112 Bandung Universitas Pendidikan Indonesia
RifarsquoI Aamp CT Anni 2011 Psikologi Pendidikan Semarang Universitas Negeri
Semarang Press
Siribunnam amp Tayraukham 2009 Effect of 7-E KWL and Conventional on
Analitycal Thinking Learning Acievement and Attitudes toward Chemistry
Learning Journal of Social Sciences 5(4)279-282 Tersedia di
httpwwwamazoncomconventional-instruction-analytical-achievement-
attitudesdpB002TP5UQS [diakses 3-2-2015]
Slameto 2010 Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya Jakarta
Rhineka Cipta
Slavin RE 2008 Psikologi Pendidikan Teori dan Praktik Jakarta Indeks
Soeprodjo S Priatmoko amp EY Sariana 2008 Pengaruh Model Learning
Cycle terhadap Hasil Belajar Materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan
Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia 2(1) 224-229 Semarang Universitas
Negeri Semarang
Sudjana 2005 Metode Statistika Bandung Tarsito
Sugiyono 2013 Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif
Kualitatif dan RampD) Bandung Alfabeta
Trianto 2007 Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivisme
Jakarta Prestasi Pustaka
Tuna A amp A Kaccedilar 2013 The Effect of 5E Learning Cycle Model in Teaching
Trigonometry on Studentrsquos Academic Achievement and The Permanence of
Their Knowledge International Journal on New Trends in Education and
58
Their Implications 4(1) 73-87 Tersedia di
httpijonteorgFileploadks63207File07tunapdf [diakses 11-1- 2015]
Wardoyo SM 2013 Pembelajaran Konstruktivisme Bandung Alfabeta
Wena M 2011 Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer Jakarta Bumi
Aksara
Wiyanto 2008 Menyiapkan Guru Sains Mengembangkan Kompetensi
Laboratorium Semarang Unnes Press
Page 19
6
lingkungannya dan 412 menyajikan hasil observasi terhadap interaksi makhluk
hidup dengan lingkungan di sekitarnya Indikator pembelajaran dalam penelitian
ini yaitu menjelaskan konsep ekosistem mengidentifikasi komponen abiotik dan
biotik mengidentifikasi satuan-satuan dalam ekosistem menghitung kepadatan
populasi menganalisis saling ketergantungan antara komponen biotik dengan
abiotik dan menganalisis saling ketergantungan antar komponen biotik
14 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan pengaruh
penerapan learning cycle 7e berbasis konstruktivisme terhadap kemampuan
berpikir kritis siswa pada materi Interaksi makhluk hidup dengan lingkungan
15 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut
151 Manfaat Korespondensi
Penelitian ini memberikan bukti empiris kebenaran teori pembelajaran
tentang penerapan learning cycle 7e dan pengaruhnya terhadap kemampuan
berpikir kritis siswa seperti hasil penelitian yang dilakukan oleh Indrawati et al
(201436) bahwa implementasi model pembelajaran learning cycle 7e efektif
untuk meningkatkan konsep dan kemampuan berpikir kritis siswa Hasil
penelitian Hartono (201365) bahwa model learning cycle 7e dapat meningkatkan
kemampuan berpikir kritis Hasil penelitian Siribunnan amp Tayraukham
(2009282) menunjukkan bahwa model learning cycle 7e dapat meningkatkan
kemampuan berpikir kritis yang lebih baik dibandingkan dengan metode
tradisional Demikian pula hasil penelitian Mecit (200648) menunjukkan bahwa
model learning cycle 7e dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis secara
signifikan dibandingkan dengan metode tradisional Selain itu hasil penelitian ini
digunakan untuk menguatkan prediksi bahwa untuk meningkatkan kemampuan
berpikir kritis dapat menerapkan pembelajaran dengan Learning Cycle 7E
7
152 Manfaat Koherensi
Penelitian ini mengembangkan dan membuktikan teori-teori yang
menghasilkan hipotesis tentang kebenaran bahwa penerapan learning cycle 7e
berpengaruh terhadap kemampuan berpikir kritis siswa
153 Manfaat Pragmatis
Manfaat pragmatis penelitian ini agar siswa memahami materi Interaksi
makhluk hidup dengan lingkungan melalui model pembelajaran learning cycle 7e
berbasis konstruktivisme Pemahaman materi oleh siswa dapat mengembangkan
kemampuan berpikir kritis siswa Menambah wawasan guru tentang variasi
pembelajaran untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa Penelitian
ini memberikan kontribusi bagi sekolah sebagai masukan dalam meningkatkan
kualitas pembelajaran
8
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
21 Teori Konstruktivisme
Teori konstruktivisme beranggapan bahwa pengetahuan merupakan
konstruksi dari pengetahuan awal yang telah ada Pengetahuan hasil dari
konstruksi kognitif melalui kegiatan siswa dengan membuat struktur kategori
konsep dan skema yang diperlukan untuk membentuk pengetahuan dalam hal ini
dibentuk oleh struktur konsepsi sewaktu siswa berinteraksi dengan lingkungan
(Maknun et al 2012 9-10)
Intisari dari teori konstruktivisme adalah bahwa siswa harus menemukan
dan mentransformasikan informasi kompleks kedalam diri sendiri Teori ini
memandang siswa sebagai individu yang selalu memeriksa informasi baru yang
berlawanan dengan prinsip-prinsip yang telah ada dan merevisi prinsip-prinsip
tersebut apabila sudah diangap tidak dapat digunakan lagi Hal ini memberikan
implikasi bahwa siswa harus terlibat aktif dalam pembelajaran dengan bantuan
guru sebagai fasilitator (Rifarsquoi amp Anni 2011137)
Implikasi pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan pandangan
konstruktivisme menurut Hapsari (2011 37) adalah sebagai berikut
a Tahap Apersepsi dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan problematik
tentang fenomena yang sering ditemui sehari-hari yang dikaitkan dengan
konsep yang akan dibahas Siswa diberi kesempatan untuk
mengkomunikasikan mengilustrasikan pemahaman tentang konsep tersebut
b Tahap Eksplorasi memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan
konsep melalui pengumpulan pengorganisasian dan menginterpretasikan data
dalam suatu kegiatan yang telah dirancang guru serta secara berkelompok
didiskusikan dengan kelompok lain
c Tahap diskusi dan penjelasan konsep yaitu siswa memberi penjelasan dan
solusi berdasarkan hasil observasi ditambah dengan penguatan guru maka
siswa membangun pemahaman baru tentang konsep yang sedang dipelajari
9
d Pengembangan dan aplikasi yaitu guru berusaha menciptakan iklim
pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat mengaplikasikan pemahaman
konseptual baik melalui kegiatan atau pemunculan dan pemecahan masalah-
masalah yang berkaitan dengan isu-isu di lingkungan
22 Teori Perkembangan Jean Piaget
Teori perkembangan Piaget mewakili konstruktivisme yang memandang
perkembangan kognitif sebagai suatu proses dimana anak secara aktif membangun
pengetahuan Piaget menyatakan bahwa belajar merupakan pengembangan aspek
kognitif yang meliputi skema asimilasi akomodasi ekuilibrasi
Asimilasi adalah pengumpulan dan pengelompokkan informasi baru
Seorang individu dalam proses pembelajaran akan mendapatkan informasi baru
yang kemudian akan dikumpulkan dan dikelompokkan ke dalam skema
(pengetahuan) yang telah ada Akomodasi merupakan modifikasi dari skema agar
informasi yang baru dan kontradiktif bisa diterjemahkan Informasi yang telah
terkumpul dan dikelompokkan dalam skema-skema yang telah ada sebelumnya
kemudian dimodifikasi menjadi suatu skema (pengetahuan) baru Ekuilibrasi
merupakan dorongan secara terus menerus ke arah keseimbangan atau
equilibrium Artinya pengetahuan dikonstruksi dari proses pengintegrasian
pengetahuan baru terhadap struktur kognitif yang sudah ada dan dilakukan
penyesuaian struktur kognitif dengan informasi baru yang didapatkan
Menurut Piaget sebagaimana dikutip oleh Trianto (200716) pada
perkembangan kognitif yang terpenting adalah penguasaan dan kategori konsep-
konsep Melalui penguasaan konsep siswa akan mengenal lingkungan dan
memecahkan berbagai masalah yang dihadapi dalam kehidupan
Menurut Piaget sebagaimana dikutip oleh Slavin (200845) setiap
individu pada saat tumbuh mulai dari bayi yang baru dilahirkan sampai menginjak
usia dewasa mengalami empat tingkatan perkembangan kognitif Empat tingkat
perkembangan kognitif tersebut adalah sebagai berikut
1 Tahap Sensorimotorik (sejak lahir hingga usia 2 tahun)
2 Tahap Pra-operasional (2-7 tahun)
10
3 Tahap Operasi Kongkrit (7-11 tahun)
4 Tahap Operasi Formal (usia 11 sampai dewasa)
Siswa SMP dengan rentang usia 11-15 tahun berada pada tahap operasi
formal Pada usia ini yang perlu dipertimbangkan adalah aspek-aspek
perkembangan remaja dimana remaja mengalami tahap transisi dari penggunaan
operasi kongkrit ke penerapan operasi formal dalam bernalar Menurut Slavin
(200846) pada tahap operasi formal anak sudah mampu berpikir tingkat tinggi
mampu berpikir secara deduktif induktif menganalisis mensintesis mampu
berpikir abstrak dan berpikir reflektif serta memecahkan berbagai masalah
23 Learning Cycle 7E Berbasis Konstruktivisme
Menurut Aqib (201366) proses pembelajaran adalah upaya secara
sistematis yang dilakukan guru untuk mewujudkan proses pembelajaran berjalan
secara efektif dan efisien yang dimulai dari perencanaan pelaksanaan dan
evaluasi Oleh karena itu pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu proses
komunikasi melalui interaksi antara guru dengan siswa dan antar siswa secara
efektif dan efisien untuk mencapai tujuan pembelajaran
Konsep pembelajaran konstruktivisme merupakan pembelajaran yang
didasarkan pada pemahaman bahwa proses belajar yang dilakukan siswa
merupakan proses konstruksi pengetahuan pemahaman dan pengalaman yang
dilakukan oleh siswa (Wardoyo 20134) Karakteristik dalam pembelajaran
konstruktivisme antara lain 1) berpusat pada siswa 2) adanya masalah 3) proses
menemukan 4) interaksi sosial dan 5) pengetahuan atau pemahaman baru
(Wardoyo 201341)
Salah satu model pembelajaran yang berlandaskan teori konstruktivisme
adalah learning cycle Menurut Trowbridge amp Bybee sebagaimana dikutip oleh
Wena (2011170) pada tahun 1970 model Learning Cycle pertama kali
diperkenalkan oleh Robert Karplus dan Their dalam Science Curriculum
Improvement StudySCIS Karplus dan Their mengembangkan model learning
cycle berdasarkan teori perkembangan kognitif Jean Piaget Implementasi teori
perkembangan kognitif Jean Piaget oleh Karplus dikembangkan dalam model
11
learning cycle yang pada mulanya terdiri dari tiga tahap yaitu eksplorasi
(exploration) pengenalan konsep (concept introduction) dan penerapan konsep
(concept application)
Pada pertengahan 1980an Biological Science Curriculum Study (BSCS)
mengembangkan model learning cycle dari tiga tahap siklus tersebut menjadi lima
tahap Tahap-tahap dalam pembelajaran Learning Cycle 5E meliputi engage
explore explain elaborateextend dan evaluate Perkembangan ini dilakukan
dengan menambahkan fase engage di awal pembelajaran yang bertujuan untuk
menggali pengetahuan awal siswa dan fase evaluate ditambahkan di akhir
pembelajaran yang bertujuan untuk menilai pemahaman siswa sedangkan fase
pemahaman konsep dan aplikasi konsep diganti dengan istilah baru yaitu explain
dan elaborate (Bybee et al 20068)
Perkembangan model learning cycle 7e yang paling baru sudah memiliki 7
tahap setelah mengalami pengkhususan menjadi 5 tahap Perubahan yang terjadi
pada tahap learning cycle 5e menjadi 7e terjadi pada tahap engage menjadi 2
tahap yaitu elicit dan engage sedangkan pada tahap elaborate dan evaluate
menjadi 3 tahap menjadi elaborate evaluate dan extend
Menurut Eisenkraft (200357) learning cycle 7e merupakan suatu model
pembelajaran yang bertujuan untuk menekankan pentingnya memunculkan
pemahaman awal siswa dan memperluas konsep Terdapat 7 tahap learning cycle
7e yang dapat dijelaskan sebagai berikut
1 Elicit (penggalian pengetahuan awal)
Makna dari elicit adalah menggali pemahaman awal yang dimiliki
siswa Langkah-langkah yang dapat dilakukan adalah dengan
mengajukan beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan materi
yang akan dipelajari
2 Engage (motivasi)
Pada tahap engage atau motivasi dapat dilakukan dengan cara
bercerita demonstrasi membuat prediski atau dengan
menunjukkan suatu objek gambar atau video Guru dapat
memberikan permasalahan dan meminta siswa untuk berpikir dan
mengajukan pertanyaan
3 Explore (melakukan pengamatan atau percobaan)
Pada tahap ini siswa diberi kesempatan untuk melakukan
pengamatan mengumpulkan data membuktikan prediksi atau
12
hipotesis merancang dan merencanakan percobaan membuat
grafik menafsirkan hasil serta mencatat hasil pengamatan
4 Explain (mengkomunikasikan)
Pada tahap ini guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menjelaskan konsep dan menunjukkan bukti hasil pengamatan
pada tahap explore melalui kegiatan diskusi Pada tahap ini siswa
diharapkan menemukan istilah-istilah dan konsep yang dipelajari
5 Elaborate (menerapkan konsep)
Tahap ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menerapkan konsep (pengetahuan baru) dan keterampilan dalam
situasi baru melalui kegiatan-kegiatan seperti pemecahan masalah
(problem solving)
6 Evaluate (evaluasi)
Tahap evaluasi model pembelajaran learning cycle 7e terdiri dari
evaluasi formatif dan evaluasi sumatif Evaluasi dapat dilakukan
melalui pemberian tes di akhir pembelajaran untuk mengetahui
sejauh mana tingkat pemahaman siswa terhadap konsep yang
dipelajari
7 Extend (mengaplikasikan konsep)
Tahap ini bertujuan untuk berpikir mencari menemukan dan
menjelaskan contoh penerapan konsep yang telah dipelajari
(Eisenkraft 200357)
Gambar 21 Perubahan Learning Cycle 5E Menjadi Learning Cycle 7E
13
Pengembangan tahap-tahap learning cycle dari 3 tahap
menjadi 5 tahap atau 7 tahap masih tetap berkaitan erat dengan teori
perkembangan kognitif Jean Piaget (skema asimilasi akomodasi dan
ekuilibrasi) Pembelajaran learning cycle memberikan kesempatan
kepada siswa untuk mengasimilasi informasi dengan cara
mengeksplorasi lingkungan mengakomodasi informasi dengan cara
mengembangkan konsep mengorganisasikan informasi dan
menghubungkan konsep-konsep baru dengan menggunakan atau
memperluas konsep yang dimiliki untuk menjelaskan suatu fenomena
yang berbeda Fase engagement dalam learning cycle termasuk dalam
proses asimilasi sedangkan fase evaluation masih merupakan proses
akomodasi dan ekuilibrasi
Model learning cycle 7e memiliki beberapa kelebihan dan kelemahan
Kelebihan dari model learning cycle 7e menurut Indrawati et al (201435) yaitu
1 Merangsang siswa untuk mengingat kembali materi pelajaran
yang telah didapatkan
2 Memberikan motivasi kepada siswa untuk menjadi lebih aktif dan
menambah rasa keingintahuan
3 Melatih siswa belajar menemukan konsep melalui kegiatan
ekperimen melatih siswa untuk menyampaikan konsep yang telah
dipelajari secara lisan
4 Melatih siswa untuk bekerjasama dan memberikan kesempatan
kepada siswa untuk berpikir mencari menemukan dan
menjelaskan contoh penerapan konsep yang telah dipelajari
Kelemahan dari model learning cycle 7e menurut Indrawati et al
(201435) yaitu
1 Efektivitas pembelajaran rendah jika guru kurang menguasai
materi dan langkah-langkah pembelajaran
2 Menuntut kesungguhan dan kreativitas guru dalam merancang dan
melaksanakan proses pembelajaran
3 Memerlukan waktu dan tenaga yang lebih banyak dalam menyusun
rencana dan melaksanakan pembelajaran
24 Kemampuan Berpikir Kritis
Menurut Ruggiero sebagaimana dikutip oleh Johnson (2007183) berpikir
merupakan segala aktivitas mental yang membantu merumuskan atau
memecahkan masalah membuat keputusan memenuhi keinginan untuk
memahami sebuah pencarian jawaban dan sebuah pencapaian makna Kowiyah
(2013176) menyatakan bahwa berpikir adalah suatu kegiatan atau proses
14
kognitif tindakan mental untuk memperoleh pengetahuan pemahaman dan
keterampilan agar mampu menemukan jalan keluar dan keputusan secara
deduktif induktif dan evaluatif
Secara teknis kemampuan berpikir dalam bahasa taksonomi Bloom
diartikan sebagai kemampuan intelektual yaitu kemampuan
menganalisismensintesis dan mengevaluasi Kemampuan-kemampuan ini dapat
dikatakan sebagai kemampuan berpikir kritis
Pembelajaran diharapkan dapat menjadi penunjang dalam
mengembangkan kemampuan berpikir siswa Kemampuan berpikir yang dapat
dikembangkan salah satunya adalah kemampuan berpikir kritis Tujuan
melatihkan kemampuan berpikir kritis adalah untuk menyiapkan siswa menjadi
seorang pemikir kritis dan mampu menyelesaikan masalah yang dihadapi (Tuna amp
Kaccedilar 201374) Selain itu untuk menghindarkan diri siswa dari penipuan
pencucian otak dan membuat keputusan dengan tepat dan bertanggung jawab
(Redhana amp Liliasari 2008 106)
Menurut Ennis (20111) berpikir kritis adalah berpikir rasional dan
reflektif dengan menekankan pada pembuatan keputusan tentang apa yang harus
dipercayai atau dilakukan Rasional berarti menurut pikiran dan pertimbangan
yang logis Reflektif berarti mempertimbangkan secara hati-hati segala alternatif
sebelum mengambil keputusan Jadi dalam hal ini Ennis (20111) menekankan
bahwa berpikir kritis lebih berhubungan dengan alasan yang dapat diterima ketika
seseorang mengambil keputusan Berdasarkan pengertian tersebut maka dapat
dirumuskan bahwa berpikir kritis merupakan proses menggunakan pikiran secara
rasional dan reflektif untuk mencari dan menganalisis informasi mengambil
keputusan dan menyelesaikan masalah
Ennis (19918) menyatakan bahwa dalam berpikir kritis terdapat dua
komponen yaitu karakter (disposition) dan kemampuan penguasaan pengetahuan
(ability) Komponen kemampuan penguasaan pengetahuan dalam berpikir kritis
sering disebut sebagai kemampuan berpikir kritis
Terdapat dua belas indikator kemampuan berpikir kritis yang
dikelompokkan dalam lima aspek berpikir kritis seperti pada Tabel 21 berikut
15
Tabel 21 Indikator Kemampuan Berpikir Kritis Menurut Ennis (198546)
No Aspek Indikator
1 Memberikan
penjelasan sederhana
1 Memfokuskan pertanyaan
2 Menganalisis pertanyaan
3 Bertanya dan menjawab
pertanyaan tentang suatu
penjelasan
2 Membangun
keterampilan dasar
1 Mempertimbangkan apakah
sumber dapat dipercaya atau
tidak
2 Mengobservasi dan
mempertimbangkan suatu
laporan hasil observasi
3 Menyimpulkan 1 Mendeduksi dan
mempertimbangkan hasil
deduksi
2 Menginduksi dan
mempertimbangkan hasil induksi
3 Membuat dan menentukan hasil
pertimbangan
4 Memberikan
penjelasan lanjut
1 Mendefinisikan istilah dan
mempertimbangkan suatu
definisi dalam tiga dimensi
2 Mengidentifikasi asumsi
5 Mengatur strategi
dan taktik
1 Menentukan suatu tindakan
2 Berinteraksi dengan orang lain
Kemampuan berpikir kritis dapat diukur dengan menggunakan instrumen
yang dikembangkan melalui aspek dan indikator berpikir kritis Evaluasi terhadap
kemampuan berpikir kritis antara lain bertujuan untuk mendiagnosis tingkat
kemampuan berpikir kritis siswa memberi umpan balik keberanian berpikir
siswa dan memberi motivasi agar siswa mengembangkan kemampuan berpikir
kritis (Ennis 1993180)
Karakter (disposition) adalah kecenderungan atau kebiasaan untuk berpikir
dalam cara dan kondisi tertentu Disposisi berpikir kritis merupakan sifat yang
melekat pada diri seseorang yang berpikir kritis (Lambertus 2009138)
Seseorang yang memiliki disposisi berpikir kritis akan cenderung berpikir kritis
ketika ada situasi atau kondisi yang menghadirkan stimulus untuk berpikir kritis
16
Pemikir kritis yang ideal memiliki karakter (disposition) untuk mencari
kejelasan dari pertanyaan mencari alasan berusaha mengetahui infomasi dengan
baik menggunakan dan menyebutkan sumber yang memiliki kredibilitas
memperhatikan situasi dan kondisi secara keseluruhan berusaha tetap relevan dengan
ide utama mengingat kepentingan yang asli dan mendasar mencari alternatif
bersikap dan berpikir terbuka mengambil posisi ketika ada bukti dan alasan yang
cukup untuk melakukan sesuatu mencari penjelasan sebanyak mungkin bersikap
secara sistematis dan teratur dengan bagian dari keseluruhan masalah (Ennis 19918)
25 Materi Interaksi Makhluk Hidup dengan Lingkungan
Materi Interaksi makhluk hidup dengan lingkungan merupakan salah satu
materi pokok kelas VII semester genap dalam kurikulum 2013 dengan kompetensi
dasar yaitu 38 mendeskripsikan interaksi antar makhluk hidup dan lingkungannya
dan 412 menyajikan hasil observasi terhadap interaksi makhluk hidup dengan
lingkungan di sekitarnya Indikator pembelajaran dalam penelitian ini meliputi
menjelaskan konsep ekosistem mengidentifikasi komponen biotik dan abiotik
mengidentifikasi satuan-satuan dalam ekosistem menghitung kepadatan populasi
menganalisis saling ketergantungan antara komponen biotik dan abiotik dan
menganalisis saling ketergantungan antar komponen biotik
Komponen ekosistem meliputi komponen abiotik (makhluk tak hidup) dan
komponen biotik (makhluk hidup) Komponen biotik meliputi organisme autotrof
yaitu produsen primer heterotrof yaitu konsumen dan detritivor yaitu organisme
pemakan limbah organik dan organisme yang telah mati
Produsen primer utama pada sebagian besar ekosistem darat adalah
tumbuhan sedangkan produsen primer dalam zona limnetik danau dan lautan
terbuka adalah fitoplankton (alga dan bakteri) Alga multiselluler dan tumbuhan
akuatik merupakan produsen primer di ekosistem air tawar maupun air laut
Organisme yang secara langsung memakan organisme autotrof disebut
herbivora Oleh karena itu herbivora disebut juga sebagai konsumen primer
sedangkan organisme yang mendapatkan makanan dengan memangsa herbivora
atau karnivora lain disebut karnivora Karnivora dapat berperan sebagai konsumen
17
sekunder tersier dan seterusnya Jalur perpindahan makanan dari tingkat trofik
satu ke tingkat trofik lainnya dikenal sebagai rantai makanan (food chain) akan
tetapi hubungan makan memakan dalam suatu ekosistem umumnya saling
berhubungan menjadi jaring-jaring makanan (food web) karena konsumen
memakan lebih dari satu tingkat trofik (Campbell et al 2004)
Kompetensi dasar dan indikator pembelajaran pada materi tersebut
menuntut siswa untuk dapat memahami konsep-konsep dan memecahkan masalah
yang sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari Penerapan learning cycle 7e
berbasis konstruktivisme mempertimbangkan pengetahuan awal siswa (elicit)
menyajikan masalah yang berkaitan dengan kehidupan nyata sebagai rangsangan
untuk belajar (engage) memberikan kesempatan secara langsung kepada siswa
untuk terlibat dalam penemuan konsep melalui kegiatan observasi (explore)
dilanjutkan dengan melakukan diskusi untuk mengklarifikasi konsep (elaborate)
dan evaluasi (evaluate) untuk mengetahui sejauh mana pemahaman konsep yang
telah dimiliki oleh siswa serta menerapkan konsep yang telah diperoleh pada
situasi baru (extend) Pembelajaran materi interaksi makhluk hidup dengan
lingkungan diharapkan menjadi lebih bermakna dan kemampuan berpikir kritis
siswa dapat berkembang dengan membandingkan konsep yang sudah diperoleh
dengan konsep baru yang dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari siswa Model
pembelajaran learning cycle 7e berbasis konstruktivisme diharapkan tepat apabila
digunakan dalam penyampaian materi ekosistem
18
26 Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
Gambar 22 Kerangka Berpikir Penelitian
27 Hipotesis
Penerapan Learning cycle 7e berbasis konstruktivisme berpengaruh
terhadap kemampuan berpikir kritis siswa pada materi Interaksi makhluk hidup
dengan lingkungan
Pembelajaran Learning
Cycle 7E berbasis
konstruktivisme
Menekankan
pengetahuan awal siswa
dan memungkinkan
mengaplikasikan
konsep yang telah
diperoleh
(Eisenkraft 200357)
Mampu meningkatkan
keterampilan proses
sains dan penguasaan
konsep (Kanli amp
Yagbasan 2007151)
Mampu meningkatkan
kemampuan berpikir
kritis
(Hartono 201365)
Mampu meningkatkan
kemampuan berpikir
kritis secara signifikan
dibandingkan metode
tradisional
(Mecit 200648)
Permasalahan dalam pembelajaran
Siswa kesulitan menganalisis suatu
permasalahan
Siswa kesulitan menyimpulkan
Siswa kesulitan mengaplikasikan konsep
pada situasi baru dan konkret
Keberanian mengajukan pertanyaan
amp pendapat rendah
Kemampuan berpikir kritis rendah
Berpikir kritis salah satu
keterampilan abad 21 yang
harus dimiliki oleh siswa
Tuntutan memberdayakan
SDM yang berkualitas
(Permendikbud 2013)
Kelas eksperimen Kelas kontrol
Pembelajaran
dengan metode
diskusi amp ceramah
Kemampuan berpikir kritis berkembang
Learning cycle 7e
berbasis
konstruktivisme
Quasi experimental design
Uji t
54
BAB 5
PENUTUP
51 Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa
penerapan learning cycle 7e berbasis konstruktivisme berpengaruh terhadap
kemampuan berpikir kritis siswa pada materi interaksi makhluk hidup dengan
lingkungan Peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa kelas eksperimen lebih
baik dari pada kelas kontrol
52 Saran
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan penerapan learning cycle
7e berbasis konstruktivisme terbukti berpengaruh terhadap kemampuan berpikir
kritis siswa pada materi interaksi makhluk hidup dengan lingkunganya Dengan
demikian maka beberapa saran yang dapat diberikan sebagai berikut
1 Guru IPA dapat mempertimbangkan pembelajaran learning cycle 7E berbasis
konstruktivisme pada materi interaksi makhluk hidup dengan lingkungan
karena terbukti dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa
2 Guru IPA dapat merancang proses pembelajaran dan instrumen pembelajaran
yang dapat memicu kemampuan berpikir kritis siswa
3 Bagi peneliti selanjutnya yang akan melakukan penelitian berkaitan dengan
kemampuan berpikir kritis disarankan mengoptimalkan pengelolaan kelas dan
memberikan banyak motivasi agar setiap siswa dapat berpartisipasi dan
berinteraksi dalam kegiatan pembelajaran Hal ini dimaksudkan agar
pembelajaran yang dilakukan efektif terhadap kemampuan berpikir kritis
siswa
55
DAFTAR PUSTAKA
Aqib Z 2013 Model-Model Media dan Strategi Pembelajaran
Kontekstual(Inovatif) Bandung Yrama Widya
Amertawengrum IP 2014 Filsafat Konstruktivisme dalam Pembelajaran Sastra
Anak Jurnal Magistra 26(89)8-17 KlatenUnwidha
Arifin Z 2012 Evaluasi Pembelajaran Jakarta Dirjen Pendidikan Islam Online
at
httpdualmodekemenaggoidfiledokumen34EvaluasiPembelajaranpdf
[diakses tanggal 17 Januari 2015]
Arikunto S 2010 Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Jakarta Bumi Aksara
_________ 2012 Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Jakarta Bumi Aksara
Bybee RW JA Taylor A Gardner PV Scotter JC Powell A Westbrook amp
N Landes 2006 The BSCS 5E Instructional Model Origins and
Effectiveness A Report Prepared for the Office of Science Education
National Institute of Health Colorado BSCS Online Tersedia di
httpscienceeducationnihgov [diakses 11-1- 2015]
Campbell NA Reece BJ amp Mitchell LG 2004 Biologi Alih Bahasa Manalu
W (eds) Erlangga Jakarta
Curto K amp T Bayer 2005 An Intersection of Critical Thinkking and
Communication Skillls Journal of Biological Science 31(4)11-19
Amerika Serikat University of Pittsburgh
Eisenkraft A 2003 Expanding The 5E Model Journal The Sciences Teacher
70(6) 56-59 Tersedia di httpits-about-
timecomhtmlsapeisenkrafttstpdf [diakses 3-2-2015]
Ennis RH 1985 A Logical Basic for Measuring Critical Thinking Skill Tersedia
di httpwwwascdorgASCDpdfjournalsed_leadel_198510_ennispdf
[diakses 27-1-2015]
Ennis RH 1991Critical Thinking A Streamlined Conception Tersedia di
httpfacultyeducationillinoisedurhennisdocumentsTheNatureofCritical
Thinking_51711_000pdf [diakses 27-1-2015]
Ennis R H 1993 Critical Thinking Assesment Journal Theory and Practice 32
(2) 179-186 Amerika Serikat The Ohio State University
56
Ennis RH 2011 The Nature of Critical Thinking An Outline of Critical
Thinking Dispositions and Abilities Tersedia di
httpfacultyeducationillinoisedurhennisdocumentsTheNatureofCritical
Thinking_51711_000pdf [diakses 27-1-2015]
Hapsari RTS 2011 Penerapan Model Konstruktivisme untuk Meningkatkan
Hasil Belajar Siswa Jurnal Pendidikan Penabur 10(16) (34-45) Tersedia
di
httpwwwbpkpenaburoridfilesHal2034_4520Penerapan20Mode
l20Pembelajaran20Konstruktivismepdf [diakses 25-1-2015]
Hartono 2013 Learning Cycle Model to Increase Studentrsquos Critical Thinking on
Science Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 9(1)56-66 Semarang
Universitas Negeri Semarang
Indrawati W Suyatno amp YSRahayu 2014 Implementasi Model Learning
Cycle 7E Pada Pembelajaran Kimia Dengan Materi Pokok Kelarutan Dan
Hasil Kali Kelarutan Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep dan
Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMA Prosiding Seminar Nasional
KimiaSurabaya Universitas Negeri Surabaya
Johnson EB 2007 Contextual Teaching amp Learning terjemahan Ibnu Setiawan
Bandung MLC
Kanli amp Yagbasan 2007 The Effects of a Laboratory Based on the 7E Learning
Cycle Model and Verification Laboratory Approach on the Development of
Studentsrsquo Science Process Skills and Conceptual Achievement Tersedia
diwwwuscaeduessaysspecialeditionUKanligraveandRYagbasanpdf[diakses
2-3-2015]
Kowiyah 2012 Kemampuan Berpikir Kritis Jurnal Pendidikan Dasar 3(5) 175-
179 Tersedia di httpjournalppsunjorgarticeldownload108108
[diakses 1-1-2015]
Kulsum U amp N Hindarto 2011 Penerapan Model Learning Cycle 5E pada Sub
pokok bahasan Kalor untuk Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar
Siswa Kelas VII SMP Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 7(1)128-
133Semarang Universitas Negeri Semarang
Kunandar 2013 Penilaian Autentik (Penilaian Hasil Belajar Kurikulum 2013)
Jakarta Raja Grafindo Persada
Lambertus 2009 Pentingnya Melatih Keterampilan Berpikir Kritis Dalam
Pembelajaran Matematika Di SD Jurnal Forum Pendidikan 28(2) (136-
142) Palembang Universitas Sriwijaya
57
Maknun D RR Haerin k Surtikanti amp AMunandar 2012 Praktikum Ekologi
Berbasis Proyek Media Pembekalan Keterampilan Esensial Laboratorium
Jurnal Pendidikan MIPA 13(1) 8-17 Lampung Universitas Lampung
Mecit O 2006 The Effect of 7E Learning Cycle Model on The Improvement of
Fifth Grade Studentsrsquo Critical Thinking Skills Tesis Turkey Middle East
Technical University
Permendikbud 2013 Implementasi Kurikulum Jakarta Depdiknas
Priyatno Duwi 2012 Belajar Analisis Data dengan SPSS 20 Yogyakarta Andi
Redhana IW amp Liliasari 2008 Program Pembelajaran Keterampilan Berpikir
Kritis Pada Topik Laju Reaksi Untuk Siswa SMA Jurnal Forum
Kependidikan 27(2)103-112 Bandung Universitas Pendidikan Indonesia
RifarsquoI Aamp CT Anni 2011 Psikologi Pendidikan Semarang Universitas Negeri
Semarang Press
Siribunnam amp Tayraukham 2009 Effect of 7-E KWL and Conventional on
Analitycal Thinking Learning Acievement and Attitudes toward Chemistry
Learning Journal of Social Sciences 5(4)279-282 Tersedia di
httpwwwamazoncomconventional-instruction-analytical-achievement-
attitudesdpB002TP5UQS [diakses 3-2-2015]
Slameto 2010 Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya Jakarta
Rhineka Cipta
Slavin RE 2008 Psikologi Pendidikan Teori dan Praktik Jakarta Indeks
Soeprodjo S Priatmoko amp EY Sariana 2008 Pengaruh Model Learning
Cycle terhadap Hasil Belajar Materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan
Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia 2(1) 224-229 Semarang Universitas
Negeri Semarang
Sudjana 2005 Metode Statistika Bandung Tarsito
Sugiyono 2013 Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif
Kualitatif dan RampD) Bandung Alfabeta
Trianto 2007 Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivisme
Jakarta Prestasi Pustaka
Tuna A amp A Kaccedilar 2013 The Effect of 5E Learning Cycle Model in Teaching
Trigonometry on Studentrsquos Academic Achievement and The Permanence of
Their Knowledge International Journal on New Trends in Education and
58
Their Implications 4(1) 73-87 Tersedia di
httpijonteorgFileploadks63207File07tunapdf [diakses 11-1- 2015]
Wardoyo SM 2013 Pembelajaran Konstruktivisme Bandung Alfabeta
Wena M 2011 Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer Jakarta Bumi
Aksara
Wiyanto 2008 Menyiapkan Guru Sains Mengembangkan Kompetensi
Laboratorium Semarang Unnes Press
Page 20
7
152 Manfaat Koherensi
Penelitian ini mengembangkan dan membuktikan teori-teori yang
menghasilkan hipotesis tentang kebenaran bahwa penerapan learning cycle 7e
berpengaruh terhadap kemampuan berpikir kritis siswa
153 Manfaat Pragmatis
Manfaat pragmatis penelitian ini agar siswa memahami materi Interaksi
makhluk hidup dengan lingkungan melalui model pembelajaran learning cycle 7e
berbasis konstruktivisme Pemahaman materi oleh siswa dapat mengembangkan
kemampuan berpikir kritis siswa Menambah wawasan guru tentang variasi
pembelajaran untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa Penelitian
ini memberikan kontribusi bagi sekolah sebagai masukan dalam meningkatkan
kualitas pembelajaran
8
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
21 Teori Konstruktivisme
Teori konstruktivisme beranggapan bahwa pengetahuan merupakan
konstruksi dari pengetahuan awal yang telah ada Pengetahuan hasil dari
konstruksi kognitif melalui kegiatan siswa dengan membuat struktur kategori
konsep dan skema yang diperlukan untuk membentuk pengetahuan dalam hal ini
dibentuk oleh struktur konsepsi sewaktu siswa berinteraksi dengan lingkungan
(Maknun et al 2012 9-10)
Intisari dari teori konstruktivisme adalah bahwa siswa harus menemukan
dan mentransformasikan informasi kompleks kedalam diri sendiri Teori ini
memandang siswa sebagai individu yang selalu memeriksa informasi baru yang
berlawanan dengan prinsip-prinsip yang telah ada dan merevisi prinsip-prinsip
tersebut apabila sudah diangap tidak dapat digunakan lagi Hal ini memberikan
implikasi bahwa siswa harus terlibat aktif dalam pembelajaran dengan bantuan
guru sebagai fasilitator (Rifarsquoi amp Anni 2011137)
Implikasi pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan pandangan
konstruktivisme menurut Hapsari (2011 37) adalah sebagai berikut
a Tahap Apersepsi dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan problematik
tentang fenomena yang sering ditemui sehari-hari yang dikaitkan dengan
konsep yang akan dibahas Siswa diberi kesempatan untuk
mengkomunikasikan mengilustrasikan pemahaman tentang konsep tersebut
b Tahap Eksplorasi memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan
konsep melalui pengumpulan pengorganisasian dan menginterpretasikan data
dalam suatu kegiatan yang telah dirancang guru serta secara berkelompok
didiskusikan dengan kelompok lain
c Tahap diskusi dan penjelasan konsep yaitu siswa memberi penjelasan dan
solusi berdasarkan hasil observasi ditambah dengan penguatan guru maka
siswa membangun pemahaman baru tentang konsep yang sedang dipelajari
9
d Pengembangan dan aplikasi yaitu guru berusaha menciptakan iklim
pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat mengaplikasikan pemahaman
konseptual baik melalui kegiatan atau pemunculan dan pemecahan masalah-
masalah yang berkaitan dengan isu-isu di lingkungan
22 Teori Perkembangan Jean Piaget
Teori perkembangan Piaget mewakili konstruktivisme yang memandang
perkembangan kognitif sebagai suatu proses dimana anak secara aktif membangun
pengetahuan Piaget menyatakan bahwa belajar merupakan pengembangan aspek
kognitif yang meliputi skema asimilasi akomodasi ekuilibrasi
Asimilasi adalah pengumpulan dan pengelompokkan informasi baru
Seorang individu dalam proses pembelajaran akan mendapatkan informasi baru
yang kemudian akan dikumpulkan dan dikelompokkan ke dalam skema
(pengetahuan) yang telah ada Akomodasi merupakan modifikasi dari skema agar
informasi yang baru dan kontradiktif bisa diterjemahkan Informasi yang telah
terkumpul dan dikelompokkan dalam skema-skema yang telah ada sebelumnya
kemudian dimodifikasi menjadi suatu skema (pengetahuan) baru Ekuilibrasi
merupakan dorongan secara terus menerus ke arah keseimbangan atau
equilibrium Artinya pengetahuan dikonstruksi dari proses pengintegrasian
pengetahuan baru terhadap struktur kognitif yang sudah ada dan dilakukan
penyesuaian struktur kognitif dengan informasi baru yang didapatkan
Menurut Piaget sebagaimana dikutip oleh Trianto (200716) pada
perkembangan kognitif yang terpenting adalah penguasaan dan kategori konsep-
konsep Melalui penguasaan konsep siswa akan mengenal lingkungan dan
memecahkan berbagai masalah yang dihadapi dalam kehidupan
Menurut Piaget sebagaimana dikutip oleh Slavin (200845) setiap
individu pada saat tumbuh mulai dari bayi yang baru dilahirkan sampai menginjak
usia dewasa mengalami empat tingkatan perkembangan kognitif Empat tingkat
perkembangan kognitif tersebut adalah sebagai berikut
1 Tahap Sensorimotorik (sejak lahir hingga usia 2 tahun)
2 Tahap Pra-operasional (2-7 tahun)
10
3 Tahap Operasi Kongkrit (7-11 tahun)
4 Tahap Operasi Formal (usia 11 sampai dewasa)
Siswa SMP dengan rentang usia 11-15 tahun berada pada tahap operasi
formal Pada usia ini yang perlu dipertimbangkan adalah aspek-aspek
perkembangan remaja dimana remaja mengalami tahap transisi dari penggunaan
operasi kongkrit ke penerapan operasi formal dalam bernalar Menurut Slavin
(200846) pada tahap operasi formal anak sudah mampu berpikir tingkat tinggi
mampu berpikir secara deduktif induktif menganalisis mensintesis mampu
berpikir abstrak dan berpikir reflektif serta memecahkan berbagai masalah
23 Learning Cycle 7E Berbasis Konstruktivisme
Menurut Aqib (201366) proses pembelajaran adalah upaya secara
sistematis yang dilakukan guru untuk mewujudkan proses pembelajaran berjalan
secara efektif dan efisien yang dimulai dari perencanaan pelaksanaan dan
evaluasi Oleh karena itu pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu proses
komunikasi melalui interaksi antara guru dengan siswa dan antar siswa secara
efektif dan efisien untuk mencapai tujuan pembelajaran
Konsep pembelajaran konstruktivisme merupakan pembelajaran yang
didasarkan pada pemahaman bahwa proses belajar yang dilakukan siswa
merupakan proses konstruksi pengetahuan pemahaman dan pengalaman yang
dilakukan oleh siswa (Wardoyo 20134) Karakteristik dalam pembelajaran
konstruktivisme antara lain 1) berpusat pada siswa 2) adanya masalah 3) proses
menemukan 4) interaksi sosial dan 5) pengetahuan atau pemahaman baru
(Wardoyo 201341)
Salah satu model pembelajaran yang berlandaskan teori konstruktivisme
adalah learning cycle Menurut Trowbridge amp Bybee sebagaimana dikutip oleh
Wena (2011170) pada tahun 1970 model Learning Cycle pertama kali
diperkenalkan oleh Robert Karplus dan Their dalam Science Curriculum
Improvement StudySCIS Karplus dan Their mengembangkan model learning
cycle berdasarkan teori perkembangan kognitif Jean Piaget Implementasi teori
perkembangan kognitif Jean Piaget oleh Karplus dikembangkan dalam model
11
learning cycle yang pada mulanya terdiri dari tiga tahap yaitu eksplorasi
(exploration) pengenalan konsep (concept introduction) dan penerapan konsep
(concept application)
Pada pertengahan 1980an Biological Science Curriculum Study (BSCS)
mengembangkan model learning cycle dari tiga tahap siklus tersebut menjadi lima
tahap Tahap-tahap dalam pembelajaran Learning Cycle 5E meliputi engage
explore explain elaborateextend dan evaluate Perkembangan ini dilakukan
dengan menambahkan fase engage di awal pembelajaran yang bertujuan untuk
menggali pengetahuan awal siswa dan fase evaluate ditambahkan di akhir
pembelajaran yang bertujuan untuk menilai pemahaman siswa sedangkan fase
pemahaman konsep dan aplikasi konsep diganti dengan istilah baru yaitu explain
dan elaborate (Bybee et al 20068)
Perkembangan model learning cycle 7e yang paling baru sudah memiliki 7
tahap setelah mengalami pengkhususan menjadi 5 tahap Perubahan yang terjadi
pada tahap learning cycle 5e menjadi 7e terjadi pada tahap engage menjadi 2
tahap yaitu elicit dan engage sedangkan pada tahap elaborate dan evaluate
menjadi 3 tahap menjadi elaborate evaluate dan extend
Menurut Eisenkraft (200357) learning cycle 7e merupakan suatu model
pembelajaran yang bertujuan untuk menekankan pentingnya memunculkan
pemahaman awal siswa dan memperluas konsep Terdapat 7 tahap learning cycle
7e yang dapat dijelaskan sebagai berikut
1 Elicit (penggalian pengetahuan awal)
Makna dari elicit adalah menggali pemahaman awal yang dimiliki
siswa Langkah-langkah yang dapat dilakukan adalah dengan
mengajukan beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan materi
yang akan dipelajari
2 Engage (motivasi)
Pada tahap engage atau motivasi dapat dilakukan dengan cara
bercerita demonstrasi membuat prediski atau dengan
menunjukkan suatu objek gambar atau video Guru dapat
memberikan permasalahan dan meminta siswa untuk berpikir dan
mengajukan pertanyaan
3 Explore (melakukan pengamatan atau percobaan)
Pada tahap ini siswa diberi kesempatan untuk melakukan
pengamatan mengumpulkan data membuktikan prediksi atau
12
hipotesis merancang dan merencanakan percobaan membuat
grafik menafsirkan hasil serta mencatat hasil pengamatan
4 Explain (mengkomunikasikan)
Pada tahap ini guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menjelaskan konsep dan menunjukkan bukti hasil pengamatan
pada tahap explore melalui kegiatan diskusi Pada tahap ini siswa
diharapkan menemukan istilah-istilah dan konsep yang dipelajari
5 Elaborate (menerapkan konsep)
Tahap ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menerapkan konsep (pengetahuan baru) dan keterampilan dalam
situasi baru melalui kegiatan-kegiatan seperti pemecahan masalah
(problem solving)
6 Evaluate (evaluasi)
Tahap evaluasi model pembelajaran learning cycle 7e terdiri dari
evaluasi formatif dan evaluasi sumatif Evaluasi dapat dilakukan
melalui pemberian tes di akhir pembelajaran untuk mengetahui
sejauh mana tingkat pemahaman siswa terhadap konsep yang
dipelajari
7 Extend (mengaplikasikan konsep)
Tahap ini bertujuan untuk berpikir mencari menemukan dan
menjelaskan contoh penerapan konsep yang telah dipelajari
(Eisenkraft 200357)
Gambar 21 Perubahan Learning Cycle 5E Menjadi Learning Cycle 7E
13
Pengembangan tahap-tahap learning cycle dari 3 tahap
menjadi 5 tahap atau 7 tahap masih tetap berkaitan erat dengan teori
perkembangan kognitif Jean Piaget (skema asimilasi akomodasi dan
ekuilibrasi) Pembelajaran learning cycle memberikan kesempatan
kepada siswa untuk mengasimilasi informasi dengan cara
mengeksplorasi lingkungan mengakomodasi informasi dengan cara
mengembangkan konsep mengorganisasikan informasi dan
menghubungkan konsep-konsep baru dengan menggunakan atau
memperluas konsep yang dimiliki untuk menjelaskan suatu fenomena
yang berbeda Fase engagement dalam learning cycle termasuk dalam
proses asimilasi sedangkan fase evaluation masih merupakan proses
akomodasi dan ekuilibrasi
Model learning cycle 7e memiliki beberapa kelebihan dan kelemahan
Kelebihan dari model learning cycle 7e menurut Indrawati et al (201435) yaitu
1 Merangsang siswa untuk mengingat kembali materi pelajaran
yang telah didapatkan
2 Memberikan motivasi kepada siswa untuk menjadi lebih aktif dan
menambah rasa keingintahuan
3 Melatih siswa belajar menemukan konsep melalui kegiatan
ekperimen melatih siswa untuk menyampaikan konsep yang telah
dipelajari secara lisan
4 Melatih siswa untuk bekerjasama dan memberikan kesempatan
kepada siswa untuk berpikir mencari menemukan dan
menjelaskan contoh penerapan konsep yang telah dipelajari
Kelemahan dari model learning cycle 7e menurut Indrawati et al
(201435) yaitu
1 Efektivitas pembelajaran rendah jika guru kurang menguasai
materi dan langkah-langkah pembelajaran
2 Menuntut kesungguhan dan kreativitas guru dalam merancang dan
melaksanakan proses pembelajaran
3 Memerlukan waktu dan tenaga yang lebih banyak dalam menyusun
rencana dan melaksanakan pembelajaran
24 Kemampuan Berpikir Kritis
Menurut Ruggiero sebagaimana dikutip oleh Johnson (2007183) berpikir
merupakan segala aktivitas mental yang membantu merumuskan atau
memecahkan masalah membuat keputusan memenuhi keinginan untuk
memahami sebuah pencarian jawaban dan sebuah pencapaian makna Kowiyah
(2013176) menyatakan bahwa berpikir adalah suatu kegiatan atau proses
14
kognitif tindakan mental untuk memperoleh pengetahuan pemahaman dan
keterampilan agar mampu menemukan jalan keluar dan keputusan secara
deduktif induktif dan evaluatif
Secara teknis kemampuan berpikir dalam bahasa taksonomi Bloom
diartikan sebagai kemampuan intelektual yaitu kemampuan
menganalisismensintesis dan mengevaluasi Kemampuan-kemampuan ini dapat
dikatakan sebagai kemampuan berpikir kritis
Pembelajaran diharapkan dapat menjadi penunjang dalam
mengembangkan kemampuan berpikir siswa Kemampuan berpikir yang dapat
dikembangkan salah satunya adalah kemampuan berpikir kritis Tujuan
melatihkan kemampuan berpikir kritis adalah untuk menyiapkan siswa menjadi
seorang pemikir kritis dan mampu menyelesaikan masalah yang dihadapi (Tuna amp
Kaccedilar 201374) Selain itu untuk menghindarkan diri siswa dari penipuan
pencucian otak dan membuat keputusan dengan tepat dan bertanggung jawab
(Redhana amp Liliasari 2008 106)
Menurut Ennis (20111) berpikir kritis adalah berpikir rasional dan
reflektif dengan menekankan pada pembuatan keputusan tentang apa yang harus
dipercayai atau dilakukan Rasional berarti menurut pikiran dan pertimbangan
yang logis Reflektif berarti mempertimbangkan secara hati-hati segala alternatif
sebelum mengambil keputusan Jadi dalam hal ini Ennis (20111) menekankan
bahwa berpikir kritis lebih berhubungan dengan alasan yang dapat diterima ketika
seseorang mengambil keputusan Berdasarkan pengertian tersebut maka dapat
dirumuskan bahwa berpikir kritis merupakan proses menggunakan pikiran secara
rasional dan reflektif untuk mencari dan menganalisis informasi mengambil
keputusan dan menyelesaikan masalah
Ennis (19918) menyatakan bahwa dalam berpikir kritis terdapat dua
komponen yaitu karakter (disposition) dan kemampuan penguasaan pengetahuan
(ability) Komponen kemampuan penguasaan pengetahuan dalam berpikir kritis
sering disebut sebagai kemampuan berpikir kritis
Terdapat dua belas indikator kemampuan berpikir kritis yang
dikelompokkan dalam lima aspek berpikir kritis seperti pada Tabel 21 berikut
15
Tabel 21 Indikator Kemampuan Berpikir Kritis Menurut Ennis (198546)
No Aspek Indikator
1 Memberikan
penjelasan sederhana
1 Memfokuskan pertanyaan
2 Menganalisis pertanyaan
3 Bertanya dan menjawab
pertanyaan tentang suatu
penjelasan
2 Membangun
keterampilan dasar
1 Mempertimbangkan apakah
sumber dapat dipercaya atau
tidak
2 Mengobservasi dan
mempertimbangkan suatu
laporan hasil observasi
3 Menyimpulkan 1 Mendeduksi dan
mempertimbangkan hasil
deduksi
2 Menginduksi dan
mempertimbangkan hasil induksi
3 Membuat dan menentukan hasil
pertimbangan
4 Memberikan
penjelasan lanjut
1 Mendefinisikan istilah dan
mempertimbangkan suatu
definisi dalam tiga dimensi
2 Mengidentifikasi asumsi
5 Mengatur strategi
dan taktik
1 Menentukan suatu tindakan
2 Berinteraksi dengan orang lain
Kemampuan berpikir kritis dapat diukur dengan menggunakan instrumen
yang dikembangkan melalui aspek dan indikator berpikir kritis Evaluasi terhadap
kemampuan berpikir kritis antara lain bertujuan untuk mendiagnosis tingkat
kemampuan berpikir kritis siswa memberi umpan balik keberanian berpikir
siswa dan memberi motivasi agar siswa mengembangkan kemampuan berpikir
kritis (Ennis 1993180)
Karakter (disposition) adalah kecenderungan atau kebiasaan untuk berpikir
dalam cara dan kondisi tertentu Disposisi berpikir kritis merupakan sifat yang
melekat pada diri seseorang yang berpikir kritis (Lambertus 2009138)
Seseorang yang memiliki disposisi berpikir kritis akan cenderung berpikir kritis
ketika ada situasi atau kondisi yang menghadirkan stimulus untuk berpikir kritis
16
Pemikir kritis yang ideal memiliki karakter (disposition) untuk mencari
kejelasan dari pertanyaan mencari alasan berusaha mengetahui infomasi dengan
baik menggunakan dan menyebutkan sumber yang memiliki kredibilitas
memperhatikan situasi dan kondisi secara keseluruhan berusaha tetap relevan dengan
ide utama mengingat kepentingan yang asli dan mendasar mencari alternatif
bersikap dan berpikir terbuka mengambil posisi ketika ada bukti dan alasan yang
cukup untuk melakukan sesuatu mencari penjelasan sebanyak mungkin bersikap
secara sistematis dan teratur dengan bagian dari keseluruhan masalah (Ennis 19918)
25 Materi Interaksi Makhluk Hidup dengan Lingkungan
Materi Interaksi makhluk hidup dengan lingkungan merupakan salah satu
materi pokok kelas VII semester genap dalam kurikulum 2013 dengan kompetensi
dasar yaitu 38 mendeskripsikan interaksi antar makhluk hidup dan lingkungannya
dan 412 menyajikan hasil observasi terhadap interaksi makhluk hidup dengan
lingkungan di sekitarnya Indikator pembelajaran dalam penelitian ini meliputi
menjelaskan konsep ekosistem mengidentifikasi komponen biotik dan abiotik
mengidentifikasi satuan-satuan dalam ekosistem menghitung kepadatan populasi
menganalisis saling ketergantungan antara komponen biotik dan abiotik dan
menganalisis saling ketergantungan antar komponen biotik
Komponen ekosistem meliputi komponen abiotik (makhluk tak hidup) dan
komponen biotik (makhluk hidup) Komponen biotik meliputi organisme autotrof
yaitu produsen primer heterotrof yaitu konsumen dan detritivor yaitu organisme
pemakan limbah organik dan organisme yang telah mati
Produsen primer utama pada sebagian besar ekosistem darat adalah
tumbuhan sedangkan produsen primer dalam zona limnetik danau dan lautan
terbuka adalah fitoplankton (alga dan bakteri) Alga multiselluler dan tumbuhan
akuatik merupakan produsen primer di ekosistem air tawar maupun air laut
Organisme yang secara langsung memakan organisme autotrof disebut
herbivora Oleh karena itu herbivora disebut juga sebagai konsumen primer
sedangkan organisme yang mendapatkan makanan dengan memangsa herbivora
atau karnivora lain disebut karnivora Karnivora dapat berperan sebagai konsumen
17
sekunder tersier dan seterusnya Jalur perpindahan makanan dari tingkat trofik
satu ke tingkat trofik lainnya dikenal sebagai rantai makanan (food chain) akan
tetapi hubungan makan memakan dalam suatu ekosistem umumnya saling
berhubungan menjadi jaring-jaring makanan (food web) karena konsumen
memakan lebih dari satu tingkat trofik (Campbell et al 2004)
Kompetensi dasar dan indikator pembelajaran pada materi tersebut
menuntut siswa untuk dapat memahami konsep-konsep dan memecahkan masalah
yang sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari Penerapan learning cycle 7e
berbasis konstruktivisme mempertimbangkan pengetahuan awal siswa (elicit)
menyajikan masalah yang berkaitan dengan kehidupan nyata sebagai rangsangan
untuk belajar (engage) memberikan kesempatan secara langsung kepada siswa
untuk terlibat dalam penemuan konsep melalui kegiatan observasi (explore)
dilanjutkan dengan melakukan diskusi untuk mengklarifikasi konsep (elaborate)
dan evaluasi (evaluate) untuk mengetahui sejauh mana pemahaman konsep yang
telah dimiliki oleh siswa serta menerapkan konsep yang telah diperoleh pada
situasi baru (extend) Pembelajaran materi interaksi makhluk hidup dengan
lingkungan diharapkan menjadi lebih bermakna dan kemampuan berpikir kritis
siswa dapat berkembang dengan membandingkan konsep yang sudah diperoleh
dengan konsep baru yang dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari siswa Model
pembelajaran learning cycle 7e berbasis konstruktivisme diharapkan tepat apabila
digunakan dalam penyampaian materi ekosistem
18
26 Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
Gambar 22 Kerangka Berpikir Penelitian
27 Hipotesis
Penerapan Learning cycle 7e berbasis konstruktivisme berpengaruh
terhadap kemampuan berpikir kritis siswa pada materi Interaksi makhluk hidup
dengan lingkungan
Pembelajaran Learning
Cycle 7E berbasis
konstruktivisme
Menekankan
pengetahuan awal siswa
dan memungkinkan
mengaplikasikan
konsep yang telah
diperoleh
(Eisenkraft 200357)
Mampu meningkatkan
keterampilan proses
sains dan penguasaan
konsep (Kanli amp
Yagbasan 2007151)
Mampu meningkatkan
kemampuan berpikir
kritis
(Hartono 201365)
Mampu meningkatkan
kemampuan berpikir
kritis secara signifikan
dibandingkan metode
tradisional
(Mecit 200648)
Permasalahan dalam pembelajaran
Siswa kesulitan menganalisis suatu
permasalahan
Siswa kesulitan menyimpulkan
Siswa kesulitan mengaplikasikan konsep
pada situasi baru dan konkret
Keberanian mengajukan pertanyaan
amp pendapat rendah
Kemampuan berpikir kritis rendah
Berpikir kritis salah satu
keterampilan abad 21 yang
harus dimiliki oleh siswa
Tuntutan memberdayakan
SDM yang berkualitas
(Permendikbud 2013)
Kelas eksperimen Kelas kontrol
Pembelajaran
dengan metode
diskusi amp ceramah
Kemampuan berpikir kritis berkembang
Learning cycle 7e
berbasis
konstruktivisme
Quasi experimental design
Uji t
54
BAB 5
PENUTUP
51 Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa
penerapan learning cycle 7e berbasis konstruktivisme berpengaruh terhadap
kemampuan berpikir kritis siswa pada materi interaksi makhluk hidup dengan
lingkungan Peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa kelas eksperimen lebih
baik dari pada kelas kontrol
52 Saran
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan penerapan learning cycle
7e berbasis konstruktivisme terbukti berpengaruh terhadap kemampuan berpikir
kritis siswa pada materi interaksi makhluk hidup dengan lingkunganya Dengan
demikian maka beberapa saran yang dapat diberikan sebagai berikut
1 Guru IPA dapat mempertimbangkan pembelajaran learning cycle 7E berbasis
konstruktivisme pada materi interaksi makhluk hidup dengan lingkungan
karena terbukti dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa
2 Guru IPA dapat merancang proses pembelajaran dan instrumen pembelajaran
yang dapat memicu kemampuan berpikir kritis siswa
3 Bagi peneliti selanjutnya yang akan melakukan penelitian berkaitan dengan
kemampuan berpikir kritis disarankan mengoptimalkan pengelolaan kelas dan
memberikan banyak motivasi agar setiap siswa dapat berpartisipasi dan
berinteraksi dalam kegiatan pembelajaran Hal ini dimaksudkan agar
pembelajaran yang dilakukan efektif terhadap kemampuan berpikir kritis
siswa
55
DAFTAR PUSTAKA
Aqib Z 2013 Model-Model Media dan Strategi Pembelajaran
Kontekstual(Inovatif) Bandung Yrama Widya
Amertawengrum IP 2014 Filsafat Konstruktivisme dalam Pembelajaran Sastra
Anak Jurnal Magistra 26(89)8-17 KlatenUnwidha
Arifin Z 2012 Evaluasi Pembelajaran Jakarta Dirjen Pendidikan Islam Online
at
httpdualmodekemenaggoidfiledokumen34EvaluasiPembelajaranpdf
[diakses tanggal 17 Januari 2015]
Arikunto S 2010 Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Jakarta Bumi Aksara
_________ 2012 Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Jakarta Bumi Aksara
Bybee RW JA Taylor A Gardner PV Scotter JC Powell A Westbrook amp
N Landes 2006 The BSCS 5E Instructional Model Origins and
Effectiveness A Report Prepared for the Office of Science Education
National Institute of Health Colorado BSCS Online Tersedia di
httpscienceeducationnihgov [diakses 11-1- 2015]
Campbell NA Reece BJ amp Mitchell LG 2004 Biologi Alih Bahasa Manalu
W (eds) Erlangga Jakarta
Curto K amp T Bayer 2005 An Intersection of Critical Thinkking and
Communication Skillls Journal of Biological Science 31(4)11-19
Amerika Serikat University of Pittsburgh
Eisenkraft A 2003 Expanding The 5E Model Journal The Sciences Teacher
70(6) 56-59 Tersedia di httpits-about-
timecomhtmlsapeisenkrafttstpdf [diakses 3-2-2015]
Ennis RH 1985 A Logical Basic for Measuring Critical Thinking Skill Tersedia
di httpwwwascdorgASCDpdfjournalsed_leadel_198510_ennispdf
[diakses 27-1-2015]
Ennis RH 1991Critical Thinking A Streamlined Conception Tersedia di
httpfacultyeducationillinoisedurhennisdocumentsTheNatureofCritical
Thinking_51711_000pdf [diakses 27-1-2015]
Ennis R H 1993 Critical Thinking Assesment Journal Theory and Practice 32
(2) 179-186 Amerika Serikat The Ohio State University
56
Ennis RH 2011 The Nature of Critical Thinking An Outline of Critical
Thinking Dispositions and Abilities Tersedia di
httpfacultyeducationillinoisedurhennisdocumentsTheNatureofCritical
Thinking_51711_000pdf [diakses 27-1-2015]
Hapsari RTS 2011 Penerapan Model Konstruktivisme untuk Meningkatkan
Hasil Belajar Siswa Jurnal Pendidikan Penabur 10(16) (34-45) Tersedia
di
httpwwwbpkpenaburoridfilesHal2034_4520Penerapan20Mode
l20Pembelajaran20Konstruktivismepdf [diakses 25-1-2015]
Hartono 2013 Learning Cycle Model to Increase Studentrsquos Critical Thinking on
Science Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 9(1)56-66 Semarang
Universitas Negeri Semarang
Indrawati W Suyatno amp YSRahayu 2014 Implementasi Model Learning
Cycle 7E Pada Pembelajaran Kimia Dengan Materi Pokok Kelarutan Dan
Hasil Kali Kelarutan Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep dan
Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMA Prosiding Seminar Nasional
KimiaSurabaya Universitas Negeri Surabaya
Johnson EB 2007 Contextual Teaching amp Learning terjemahan Ibnu Setiawan
Bandung MLC
Kanli amp Yagbasan 2007 The Effects of a Laboratory Based on the 7E Learning
Cycle Model and Verification Laboratory Approach on the Development of
Studentsrsquo Science Process Skills and Conceptual Achievement Tersedia
diwwwuscaeduessaysspecialeditionUKanligraveandRYagbasanpdf[diakses
2-3-2015]
Kowiyah 2012 Kemampuan Berpikir Kritis Jurnal Pendidikan Dasar 3(5) 175-
179 Tersedia di httpjournalppsunjorgarticeldownload108108
[diakses 1-1-2015]
Kulsum U amp N Hindarto 2011 Penerapan Model Learning Cycle 5E pada Sub
pokok bahasan Kalor untuk Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar
Siswa Kelas VII SMP Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 7(1)128-
133Semarang Universitas Negeri Semarang
Kunandar 2013 Penilaian Autentik (Penilaian Hasil Belajar Kurikulum 2013)
Jakarta Raja Grafindo Persada
Lambertus 2009 Pentingnya Melatih Keterampilan Berpikir Kritis Dalam
Pembelajaran Matematika Di SD Jurnal Forum Pendidikan 28(2) (136-
142) Palembang Universitas Sriwijaya
57
Maknun D RR Haerin k Surtikanti amp AMunandar 2012 Praktikum Ekologi
Berbasis Proyek Media Pembekalan Keterampilan Esensial Laboratorium
Jurnal Pendidikan MIPA 13(1) 8-17 Lampung Universitas Lampung
Mecit O 2006 The Effect of 7E Learning Cycle Model on The Improvement of
Fifth Grade Studentsrsquo Critical Thinking Skills Tesis Turkey Middle East
Technical University
Permendikbud 2013 Implementasi Kurikulum Jakarta Depdiknas
Priyatno Duwi 2012 Belajar Analisis Data dengan SPSS 20 Yogyakarta Andi
Redhana IW amp Liliasari 2008 Program Pembelajaran Keterampilan Berpikir
Kritis Pada Topik Laju Reaksi Untuk Siswa SMA Jurnal Forum
Kependidikan 27(2)103-112 Bandung Universitas Pendidikan Indonesia
RifarsquoI Aamp CT Anni 2011 Psikologi Pendidikan Semarang Universitas Negeri
Semarang Press
Siribunnam amp Tayraukham 2009 Effect of 7-E KWL and Conventional on
Analitycal Thinking Learning Acievement and Attitudes toward Chemistry
Learning Journal of Social Sciences 5(4)279-282 Tersedia di
httpwwwamazoncomconventional-instruction-analytical-achievement-
attitudesdpB002TP5UQS [diakses 3-2-2015]
Slameto 2010 Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya Jakarta
Rhineka Cipta
Slavin RE 2008 Psikologi Pendidikan Teori dan Praktik Jakarta Indeks
Soeprodjo S Priatmoko amp EY Sariana 2008 Pengaruh Model Learning
Cycle terhadap Hasil Belajar Materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan
Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia 2(1) 224-229 Semarang Universitas
Negeri Semarang
Sudjana 2005 Metode Statistika Bandung Tarsito
Sugiyono 2013 Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif
Kualitatif dan RampD) Bandung Alfabeta
Trianto 2007 Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivisme
Jakarta Prestasi Pustaka
Tuna A amp A Kaccedilar 2013 The Effect of 5E Learning Cycle Model in Teaching
Trigonometry on Studentrsquos Academic Achievement and The Permanence of
Their Knowledge International Journal on New Trends in Education and
58
Their Implications 4(1) 73-87 Tersedia di
httpijonteorgFileploadks63207File07tunapdf [diakses 11-1- 2015]
Wardoyo SM 2013 Pembelajaran Konstruktivisme Bandung Alfabeta
Wena M 2011 Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer Jakarta Bumi
Aksara
Wiyanto 2008 Menyiapkan Guru Sains Mengembangkan Kompetensi
Laboratorium Semarang Unnes Press
Page 21
8
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
21 Teori Konstruktivisme
Teori konstruktivisme beranggapan bahwa pengetahuan merupakan
konstruksi dari pengetahuan awal yang telah ada Pengetahuan hasil dari
konstruksi kognitif melalui kegiatan siswa dengan membuat struktur kategori
konsep dan skema yang diperlukan untuk membentuk pengetahuan dalam hal ini
dibentuk oleh struktur konsepsi sewaktu siswa berinteraksi dengan lingkungan
(Maknun et al 2012 9-10)
Intisari dari teori konstruktivisme adalah bahwa siswa harus menemukan
dan mentransformasikan informasi kompleks kedalam diri sendiri Teori ini
memandang siswa sebagai individu yang selalu memeriksa informasi baru yang
berlawanan dengan prinsip-prinsip yang telah ada dan merevisi prinsip-prinsip
tersebut apabila sudah diangap tidak dapat digunakan lagi Hal ini memberikan
implikasi bahwa siswa harus terlibat aktif dalam pembelajaran dengan bantuan
guru sebagai fasilitator (Rifarsquoi amp Anni 2011137)
Implikasi pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan pandangan
konstruktivisme menurut Hapsari (2011 37) adalah sebagai berikut
a Tahap Apersepsi dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan problematik
tentang fenomena yang sering ditemui sehari-hari yang dikaitkan dengan
konsep yang akan dibahas Siswa diberi kesempatan untuk
mengkomunikasikan mengilustrasikan pemahaman tentang konsep tersebut
b Tahap Eksplorasi memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan
konsep melalui pengumpulan pengorganisasian dan menginterpretasikan data
dalam suatu kegiatan yang telah dirancang guru serta secara berkelompok
didiskusikan dengan kelompok lain
c Tahap diskusi dan penjelasan konsep yaitu siswa memberi penjelasan dan
solusi berdasarkan hasil observasi ditambah dengan penguatan guru maka
siswa membangun pemahaman baru tentang konsep yang sedang dipelajari
9
d Pengembangan dan aplikasi yaitu guru berusaha menciptakan iklim
pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat mengaplikasikan pemahaman
konseptual baik melalui kegiatan atau pemunculan dan pemecahan masalah-
masalah yang berkaitan dengan isu-isu di lingkungan
22 Teori Perkembangan Jean Piaget
Teori perkembangan Piaget mewakili konstruktivisme yang memandang
perkembangan kognitif sebagai suatu proses dimana anak secara aktif membangun
pengetahuan Piaget menyatakan bahwa belajar merupakan pengembangan aspek
kognitif yang meliputi skema asimilasi akomodasi ekuilibrasi
Asimilasi adalah pengumpulan dan pengelompokkan informasi baru
Seorang individu dalam proses pembelajaran akan mendapatkan informasi baru
yang kemudian akan dikumpulkan dan dikelompokkan ke dalam skema
(pengetahuan) yang telah ada Akomodasi merupakan modifikasi dari skema agar
informasi yang baru dan kontradiktif bisa diterjemahkan Informasi yang telah
terkumpul dan dikelompokkan dalam skema-skema yang telah ada sebelumnya
kemudian dimodifikasi menjadi suatu skema (pengetahuan) baru Ekuilibrasi
merupakan dorongan secara terus menerus ke arah keseimbangan atau
equilibrium Artinya pengetahuan dikonstruksi dari proses pengintegrasian
pengetahuan baru terhadap struktur kognitif yang sudah ada dan dilakukan
penyesuaian struktur kognitif dengan informasi baru yang didapatkan
Menurut Piaget sebagaimana dikutip oleh Trianto (200716) pada
perkembangan kognitif yang terpenting adalah penguasaan dan kategori konsep-
konsep Melalui penguasaan konsep siswa akan mengenal lingkungan dan
memecahkan berbagai masalah yang dihadapi dalam kehidupan
Menurut Piaget sebagaimana dikutip oleh Slavin (200845) setiap
individu pada saat tumbuh mulai dari bayi yang baru dilahirkan sampai menginjak
usia dewasa mengalami empat tingkatan perkembangan kognitif Empat tingkat
perkembangan kognitif tersebut adalah sebagai berikut
1 Tahap Sensorimotorik (sejak lahir hingga usia 2 tahun)
2 Tahap Pra-operasional (2-7 tahun)
10
3 Tahap Operasi Kongkrit (7-11 tahun)
4 Tahap Operasi Formal (usia 11 sampai dewasa)
Siswa SMP dengan rentang usia 11-15 tahun berada pada tahap operasi
formal Pada usia ini yang perlu dipertimbangkan adalah aspek-aspek
perkembangan remaja dimana remaja mengalami tahap transisi dari penggunaan
operasi kongkrit ke penerapan operasi formal dalam bernalar Menurut Slavin
(200846) pada tahap operasi formal anak sudah mampu berpikir tingkat tinggi
mampu berpikir secara deduktif induktif menganalisis mensintesis mampu
berpikir abstrak dan berpikir reflektif serta memecahkan berbagai masalah
23 Learning Cycle 7E Berbasis Konstruktivisme
Menurut Aqib (201366) proses pembelajaran adalah upaya secara
sistematis yang dilakukan guru untuk mewujudkan proses pembelajaran berjalan
secara efektif dan efisien yang dimulai dari perencanaan pelaksanaan dan
evaluasi Oleh karena itu pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu proses
komunikasi melalui interaksi antara guru dengan siswa dan antar siswa secara
efektif dan efisien untuk mencapai tujuan pembelajaran
Konsep pembelajaran konstruktivisme merupakan pembelajaran yang
didasarkan pada pemahaman bahwa proses belajar yang dilakukan siswa
merupakan proses konstruksi pengetahuan pemahaman dan pengalaman yang
dilakukan oleh siswa (Wardoyo 20134) Karakteristik dalam pembelajaran
konstruktivisme antara lain 1) berpusat pada siswa 2) adanya masalah 3) proses
menemukan 4) interaksi sosial dan 5) pengetahuan atau pemahaman baru
(Wardoyo 201341)
Salah satu model pembelajaran yang berlandaskan teori konstruktivisme
adalah learning cycle Menurut Trowbridge amp Bybee sebagaimana dikutip oleh
Wena (2011170) pada tahun 1970 model Learning Cycle pertama kali
diperkenalkan oleh Robert Karplus dan Their dalam Science Curriculum
Improvement StudySCIS Karplus dan Their mengembangkan model learning
cycle berdasarkan teori perkembangan kognitif Jean Piaget Implementasi teori
perkembangan kognitif Jean Piaget oleh Karplus dikembangkan dalam model
11
learning cycle yang pada mulanya terdiri dari tiga tahap yaitu eksplorasi
(exploration) pengenalan konsep (concept introduction) dan penerapan konsep
(concept application)
Pada pertengahan 1980an Biological Science Curriculum Study (BSCS)
mengembangkan model learning cycle dari tiga tahap siklus tersebut menjadi lima
tahap Tahap-tahap dalam pembelajaran Learning Cycle 5E meliputi engage
explore explain elaborateextend dan evaluate Perkembangan ini dilakukan
dengan menambahkan fase engage di awal pembelajaran yang bertujuan untuk
menggali pengetahuan awal siswa dan fase evaluate ditambahkan di akhir
pembelajaran yang bertujuan untuk menilai pemahaman siswa sedangkan fase
pemahaman konsep dan aplikasi konsep diganti dengan istilah baru yaitu explain
dan elaborate (Bybee et al 20068)
Perkembangan model learning cycle 7e yang paling baru sudah memiliki 7
tahap setelah mengalami pengkhususan menjadi 5 tahap Perubahan yang terjadi
pada tahap learning cycle 5e menjadi 7e terjadi pada tahap engage menjadi 2
tahap yaitu elicit dan engage sedangkan pada tahap elaborate dan evaluate
menjadi 3 tahap menjadi elaborate evaluate dan extend
Menurut Eisenkraft (200357) learning cycle 7e merupakan suatu model
pembelajaran yang bertujuan untuk menekankan pentingnya memunculkan
pemahaman awal siswa dan memperluas konsep Terdapat 7 tahap learning cycle
7e yang dapat dijelaskan sebagai berikut
1 Elicit (penggalian pengetahuan awal)
Makna dari elicit adalah menggali pemahaman awal yang dimiliki
siswa Langkah-langkah yang dapat dilakukan adalah dengan
mengajukan beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan materi
yang akan dipelajari
2 Engage (motivasi)
Pada tahap engage atau motivasi dapat dilakukan dengan cara
bercerita demonstrasi membuat prediski atau dengan
menunjukkan suatu objek gambar atau video Guru dapat
memberikan permasalahan dan meminta siswa untuk berpikir dan
mengajukan pertanyaan
3 Explore (melakukan pengamatan atau percobaan)
Pada tahap ini siswa diberi kesempatan untuk melakukan
pengamatan mengumpulkan data membuktikan prediksi atau
12
hipotesis merancang dan merencanakan percobaan membuat
grafik menafsirkan hasil serta mencatat hasil pengamatan
4 Explain (mengkomunikasikan)
Pada tahap ini guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menjelaskan konsep dan menunjukkan bukti hasil pengamatan
pada tahap explore melalui kegiatan diskusi Pada tahap ini siswa
diharapkan menemukan istilah-istilah dan konsep yang dipelajari
5 Elaborate (menerapkan konsep)
Tahap ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menerapkan konsep (pengetahuan baru) dan keterampilan dalam
situasi baru melalui kegiatan-kegiatan seperti pemecahan masalah
(problem solving)
6 Evaluate (evaluasi)
Tahap evaluasi model pembelajaran learning cycle 7e terdiri dari
evaluasi formatif dan evaluasi sumatif Evaluasi dapat dilakukan
melalui pemberian tes di akhir pembelajaran untuk mengetahui
sejauh mana tingkat pemahaman siswa terhadap konsep yang
dipelajari
7 Extend (mengaplikasikan konsep)
Tahap ini bertujuan untuk berpikir mencari menemukan dan
menjelaskan contoh penerapan konsep yang telah dipelajari
(Eisenkraft 200357)
Gambar 21 Perubahan Learning Cycle 5E Menjadi Learning Cycle 7E
13
Pengembangan tahap-tahap learning cycle dari 3 tahap
menjadi 5 tahap atau 7 tahap masih tetap berkaitan erat dengan teori
perkembangan kognitif Jean Piaget (skema asimilasi akomodasi dan
ekuilibrasi) Pembelajaran learning cycle memberikan kesempatan
kepada siswa untuk mengasimilasi informasi dengan cara
mengeksplorasi lingkungan mengakomodasi informasi dengan cara
mengembangkan konsep mengorganisasikan informasi dan
menghubungkan konsep-konsep baru dengan menggunakan atau
memperluas konsep yang dimiliki untuk menjelaskan suatu fenomena
yang berbeda Fase engagement dalam learning cycle termasuk dalam
proses asimilasi sedangkan fase evaluation masih merupakan proses
akomodasi dan ekuilibrasi
Model learning cycle 7e memiliki beberapa kelebihan dan kelemahan
Kelebihan dari model learning cycle 7e menurut Indrawati et al (201435) yaitu
1 Merangsang siswa untuk mengingat kembali materi pelajaran
yang telah didapatkan
2 Memberikan motivasi kepada siswa untuk menjadi lebih aktif dan
menambah rasa keingintahuan
3 Melatih siswa belajar menemukan konsep melalui kegiatan
ekperimen melatih siswa untuk menyampaikan konsep yang telah
dipelajari secara lisan
4 Melatih siswa untuk bekerjasama dan memberikan kesempatan
kepada siswa untuk berpikir mencari menemukan dan
menjelaskan contoh penerapan konsep yang telah dipelajari
Kelemahan dari model learning cycle 7e menurut Indrawati et al
(201435) yaitu
1 Efektivitas pembelajaran rendah jika guru kurang menguasai
materi dan langkah-langkah pembelajaran
2 Menuntut kesungguhan dan kreativitas guru dalam merancang dan
melaksanakan proses pembelajaran
3 Memerlukan waktu dan tenaga yang lebih banyak dalam menyusun
rencana dan melaksanakan pembelajaran
24 Kemampuan Berpikir Kritis
Menurut Ruggiero sebagaimana dikutip oleh Johnson (2007183) berpikir
merupakan segala aktivitas mental yang membantu merumuskan atau
memecahkan masalah membuat keputusan memenuhi keinginan untuk
memahami sebuah pencarian jawaban dan sebuah pencapaian makna Kowiyah
(2013176) menyatakan bahwa berpikir adalah suatu kegiatan atau proses
14
kognitif tindakan mental untuk memperoleh pengetahuan pemahaman dan
keterampilan agar mampu menemukan jalan keluar dan keputusan secara
deduktif induktif dan evaluatif
Secara teknis kemampuan berpikir dalam bahasa taksonomi Bloom
diartikan sebagai kemampuan intelektual yaitu kemampuan
menganalisismensintesis dan mengevaluasi Kemampuan-kemampuan ini dapat
dikatakan sebagai kemampuan berpikir kritis
Pembelajaran diharapkan dapat menjadi penunjang dalam
mengembangkan kemampuan berpikir siswa Kemampuan berpikir yang dapat
dikembangkan salah satunya adalah kemampuan berpikir kritis Tujuan
melatihkan kemampuan berpikir kritis adalah untuk menyiapkan siswa menjadi
seorang pemikir kritis dan mampu menyelesaikan masalah yang dihadapi (Tuna amp
Kaccedilar 201374) Selain itu untuk menghindarkan diri siswa dari penipuan
pencucian otak dan membuat keputusan dengan tepat dan bertanggung jawab
(Redhana amp Liliasari 2008 106)
Menurut Ennis (20111) berpikir kritis adalah berpikir rasional dan
reflektif dengan menekankan pada pembuatan keputusan tentang apa yang harus
dipercayai atau dilakukan Rasional berarti menurut pikiran dan pertimbangan
yang logis Reflektif berarti mempertimbangkan secara hati-hati segala alternatif
sebelum mengambil keputusan Jadi dalam hal ini Ennis (20111) menekankan
bahwa berpikir kritis lebih berhubungan dengan alasan yang dapat diterima ketika
seseorang mengambil keputusan Berdasarkan pengertian tersebut maka dapat
dirumuskan bahwa berpikir kritis merupakan proses menggunakan pikiran secara
rasional dan reflektif untuk mencari dan menganalisis informasi mengambil
keputusan dan menyelesaikan masalah
Ennis (19918) menyatakan bahwa dalam berpikir kritis terdapat dua
komponen yaitu karakter (disposition) dan kemampuan penguasaan pengetahuan
(ability) Komponen kemampuan penguasaan pengetahuan dalam berpikir kritis
sering disebut sebagai kemampuan berpikir kritis
Terdapat dua belas indikator kemampuan berpikir kritis yang
dikelompokkan dalam lima aspek berpikir kritis seperti pada Tabel 21 berikut
15
Tabel 21 Indikator Kemampuan Berpikir Kritis Menurut Ennis (198546)
No Aspek Indikator
1 Memberikan
penjelasan sederhana
1 Memfokuskan pertanyaan
2 Menganalisis pertanyaan
3 Bertanya dan menjawab
pertanyaan tentang suatu
penjelasan
2 Membangun
keterampilan dasar
1 Mempertimbangkan apakah
sumber dapat dipercaya atau
tidak
2 Mengobservasi dan
mempertimbangkan suatu
laporan hasil observasi
3 Menyimpulkan 1 Mendeduksi dan
mempertimbangkan hasil
deduksi
2 Menginduksi dan
mempertimbangkan hasil induksi
3 Membuat dan menentukan hasil
pertimbangan
4 Memberikan
penjelasan lanjut
1 Mendefinisikan istilah dan
mempertimbangkan suatu
definisi dalam tiga dimensi
2 Mengidentifikasi asumsi
5 Mengatur strategi
dan taktik
1 Menentukan suatu tindakan
2 Berinteraksi dengan orang lain
Kemampuan berpikir kritis dapat diukur dengan menggunakan instrumen
yang dikembangkan melalui aspek dan indikator berpikir kritis Evaluasi terhadap
kemampuan berpikir kritis antara lain bertujuan untuk mendiagnosis tingkat
kemampuan berpikir kritis siswa memberi umpan balik keberanian berpikir
siswa dan memberi motivasi agar siswa mengembangkan kemampuan berpikir
kritis (Ennis 1993180)
Karakter (disposition) adalah kecenderungan atau kebiasaan untuk berpikir
dalam cara dan kondisi tertentu Disposisi berpikir kritis merupakan sifat yang
melekat pada diri seseorang yang berpikir kritis (Lambertus 2009138)
Seseorang yang memiliki disposisi berpikir kritis akan cenderung berpikir kritis
ketika ada situasi atau kondisi yang menghadirkan stimulus untuk berpikir kritis
16
Pemikir kritis yang ideal memiliki karakter (disposition) untuk mencari
kejelasan dari pertanyaan mencari alasan berusaha mengetahui infomasi dengan
baik menggunakan dan menyebutkan sumber yang memiliki kredibilitas
memperhatikan situasi dan kondisi secara keseluruhan berusaha tetap relevan dengan
ide utama mengingat kepentingan yang asli dan mendasar mencari alternatif
bersikap dan berpikir terbuka mengambil posisi ketika ada bukti dan alasan yang
cukup untuk melakukan sesuatu mencari penjelasan sebanyak mungkin bersikap
secara sistematis dan teratur dengan bagian dari keseluruhan masalah (Ennis 19918)
25 Materi Interaksi Makhluk Hidup dengan Lingkungan
Materi Interaksi makhluk hidup dengan lingkungan merupakan salah satu
materi pokok kelas VII semester genap dalam kurikulum 2013 dengan kompetensi
dasar yaitu 38 mendeskripsikan interaksi antar makhluk hidup dan lingkungannya
dan 412 menyajikan hasil observasi terhadap interaksi makhluk hidup dengan
lingkungan di sekitarnya Indikator pembelajaran dalam penelitian ini meliputi
menjelaskan konsep ekosistem mengidentifikasi komponen biotik dan abiotik
mengidentifikasi satuan-satuan dalam ekosistem menghitung kepadatan populasi
menganalisis saling ketergantungan antara komponen biotik dan abiotik dan
menganalisis saling ketergantungan antar komponen biotik
Komponen ekosistem meliputi komponen abiotik (makhluk tak hidup) dan
komponen biotik (makhluk hidup) Komponen biotik meliputi organisme autotrof
yaitu produsen primer heterotrof yaitu konsumen dan detritivor yaitu organisme
pemakan limbah organik dan organisme yang telah mati
Produsen primer utama pada sebagian besar ekosistem darat adalah
tumbuhan sedangkan produsen primer dalam zona limnetik danau dan lautan
terbuka adalah fitoplankton (alga dan bakteri) Alga multiselluler dan tumbuhan
akuatik merupakan produsen primer di ekosistem air tawar maupun air laut
Organisme yang secara langsung memakan organisme autotrof disebut
herbivora Oleh karena itu herbivora disebut juga sebagai konsumen primer
sedangkan organisme yang mendapatkan makanan dengan memangsa herbivora
atau karnivora lain disebut karnivora Karnivora dapat berperan sebagai konsumen
17
sekunder tersier dan seterusnya Jalur perpindahan makanan dari tingkat trofik
satu ke tingkat trofik lainnya dikenal sebagai rantai makanan (food chain) akan
tetapi hubungan makan memakan dalam suatu ekosistem umumnya saling
berhubungan menjadi jaring-jaring makanan (food web) karena konsumen
memakan lebih dari satu tingkat trofik (Campbell et al 2004)
Kompetensi dasar dan indikator pembelajaran pada materi tersebut
menuntut siswa untuk dapat memahami konsep-konsep dan memecahkan masalah
yang sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari Penerapan learning cycle 7e
berbasis konstruktivisme mempertimbangkan pengetahuan awal siswa (elicit)
menyajikan masalah yang berkaitan dengan kehidupan nyata sebagai rangsangan
untuk belajar (engage) memberikan kesempatan secara langsung kepada siswa
untuk terlibat dalam penemuan konsep melalui kegiatan observasi (explore)
dilanjutkan dengan melakukan diskusi untuk mengklarifikasi konsep (elaborate)
dan evaluasi (evaluate) untuk mengetahui sejauh mana pemahaman konsep yang
telah dimiliki oleh siswa serta menerapkan konsep yang telah diperoleh pada
situasi baru (extend) Pembelajaran materi interaksi makhluk hidup dengan
lingkungan diharapkan menjadi lebih bermakna dan kemampuan berpikir kritis
siswa dapat berkembang dengan membandingkan konsep yang sudah diperoleh
dengan konsep baru yang dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari siswa Model
pembelajaran learning cycle 7e berbasis konstruktivisme diharapkan tepat apabila
digunakan dalam penyampaian materi ekosistem
18
26 Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
Gambar 22 Kerangka Berpikir Penelitian
27 Hipotesis
Penerapan Learning cycle 7e berbasis konstruktivisme berpengaruh
terhadap kemampuan berpikir kritis siswa pada materi Interaksi makhluk hidup
dengan lingkungan
Pembelajaran Learning
Cycle 7E berbasis
konstruktivisme
Menekankan
pengetahuan awal siswa
dan memungkinkan
mengaplikasikan
konsep yang telah
diperoleh
(Eisenkraft 200357)
Mampu meningkatkan
keterampilan proses
sains dan penguasaan
konsep (Kanli amp
Yagbasan 2007151)
Mampu meningkatkan
kemampuan berpikir
kritis
(Hartono 201365)
Mampu meningkatkan
kemampuan berpikir
kritis secara signifikan
dibandingkan metode
tradisional
(Mecit 200648)
Permasalahan dalam pembelajaran
Siswa kesulitan menganalisis suatu
permasalahan
Siswa kesulitan menyimpulkan
Siswa kesulitan mengaplikasikan konsep
pada situasi baru dan konkret
Keberanian mengajukan pertanyaan
amp pendapat rendah
Kemampuan berpikir kritis rendah
Berpikir kritis salah satu
keterampilan abad 21 yang
harus dimiliki oleh siswa
Tuntutan memberdayakan
SDM yang berkualitas
(Permendikbud 2013)
Kelas eksperimen Kelas kontrol
Pembelajaran
dengan metode
diskusi amp ceramah
Kemampuan berpikir kritis berkembang
Learning cycle 7e
berbasis
konstruktivisme
Quasi experimental design
Uji t
54
BAB 5
PENUTUP
51 Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa
penerapan learning cycle 7e berbasis konstruktivisme berpengaruh terhadap
kemampuan berpikir kritis siswa pada materi interaksi makhluk hidup dengan
lingkungan Peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa kelas eksperimen lebih
baik dari pada kelas kontrol
52 Saran
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan penerapan learning cycle
7e berbasis konstruktivisme terbukti berpengaruh terhadap kemampuan berpikir
kritis siswa pada materi interaksi makhluk hidup dengan lingkunganya Dengan
demikian maka beberapa saran yang dapat diberikan sebagai berikut
1 Guru IPA dapat mempertimbangkan pembelajaran learning cycle 7E berbasis
konstruktivisme pada materi interaksi makhluk hidup dengan lingkungan
karena terbukti dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa
2 Guru IPA dapat merancang proses pembelajaran dan instrumen pembelajaran
yang dapat memicu kemampuan berpikir kritis siswa
3 Bagi peneliti selanjutnya yang akan melakukan penelitian berkaitan dengan
kemampuan berpikir kritis disarankan mengoptimalkan pengelolaan kelas dan
memberikan banyak motivasi agar setiap siswa dapat berpartisipasi dan
berinteraksi dalam kegiatan pembelajaran Hal ini dimaksudkan agar
pembelajaran yang dilakukan efektif terhadap kemampuan berpikir kritis
siswa
55
DAFTAR PUSTAKA
Aqib Z 2013 Model-Model Media dan Strategi Pembelajaran
Kontekstual(Inovatif) Bandung Yrama Widya
Amertawengrum IP 2014 Filsafat Konstruktivisme dalam Pembelajaran Sastra
Anak Jurnal Magistra 26(89)8-17 KlatenUnwidha
Arifin Z 2012 Evaluasi Pembelajaran Jakarta Dirjen Pendidikan Islam Online
at
httpdualmodekemenaggoidfiledokumen34EvaluasiPembelajaranpdf
[diakses tanggal 17 Januari 2015]
Arikunto S 2010 Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Jakarta Bumi Aksara
_________ 2012 Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Jakarta Bumi Aksara
Bybee RW JA Taylor A Gardner PV Scotter JC Powell A Westbrook amp
N Landes 2006 The BSCS 5E Instructional Model Origins and
Effectiveness A Report Prepared for the Office of Science Education
National Institute of Health Colorado BSCS Online Tersedia di
httpscienceeducationnihgov [diakses 11-1- 2015]
Campbell NA Reece BJ amp Mitchell LG 2004 Biologi Alih Bahasa Manalu
W (eds) Erlangga Jakarta
Curto K amp T Bayer 2005 An Intersection of Critical Thinkking and
Communication Skillls Journal of Biological Science 31(4)11-19
Amerika Serikat University of Pittsburgh
Eisenkraft A 2003 Expanding The 5E Model Journal The Sciences Teacher
70(6) 56-59 Tersedia di httpits-about-
timecomhtmlsapeisenkrafttstpdf [diakses 3-2-2015]
Ennis RH 1985 A Logical Basic for Measuring Critical Thinking Skill Tersedia
di httpwwwascdorgASCDpdfjournalsed_leadel_198510_ennispdf
[diakses 27-1-2015]
Ennis RH 1991Critical Thinking A Streamlined Conception Tersedia di
httpfacultyeducationillinoisedurhennisdocumentsTheNatureofCritical
Thinking_51711_000pdf [diakses 27-1-2015]
Ennis R H 1993 Critical Thinking Assesment Journal Theory and Practice 32
(2) 179-186 Amerika Serikat The Ohio State University
56
Ennis RH 2011 The Nature of Critical Thinking An Outline of Critical
Thinking Dispositions and Abilities Tersedia di
httpfacultyeducationillinoisedurhennisdocumentsTheNatureofCritical
Thinking_51711_000pdf [diakses 27-1-2015]
Hapsari RTS 2011 Penerapan Model Konstruktivisme untuk Meningkatkan
Hasil Belajar Siswa Jurnal Pendidikan Penabur 10(16) (34-45) Tersedia
di
httpwwwbpkpenaburoridfilesHal2034_4520Penerapan20Mode
l20Pembelajaran20Konstruktivismepdf [diakses 25-1-2015]
Hartono 2013 Learning Cycle Model to Increase Studentrsquos Critical Thinking on
Science Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 9(1)56-66 Semarang
Universitas Negeri Semarang
Indrawati W Suyatno amp YSRahayu 2014 Implementasi Model Learning
Cycle 7E Pada Pembelajaran Kimia Dengan Materi Pokok Kelarutan Dan
Hasil Kali Kelarutan Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep dan
Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMA Prosiding Seminar Nasional
KimiaSurabaya Universitas Negeri Surabaya
Johnson EB 2007 Contextual Teaching amp Learning terjemahan Ibnu Setiawan
Bandung MLC
Kanli amp Yagbasan 2007 The Effects of a Laboratory Based on the 7E Learning
Cycle Model and Verification Laboratory Approach on the Development of
Studentsrsquo Science Process Skills and Conceptual Achievement Tersedia
diwwwuscaeduessaysspecialeditionUKanligraveandRYagbasanpdf[diakses
2-3-2015]
Kowiyah 2012 Kemampuan Berpikir Kritis Jurnal Pendidikan Dasar 3(5) 175-
179 Tersedia di httpjournalppsunjorgarticeldownload108108
[diakses 1-1-2015]
Kulsum U amp N Hindarto 2011 Penerapan Model Learning Cycle 5E pada Sub
pokok bahasan Kalor untuk Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar
Siswa Kelas VII SMP Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 7(1)128-
133Semarang Universitas Negeri Semarang
Kunandar 2013 Penilaian Autentik (Penilaian Hasil Belajar Kurikulum 2013)
Jakarta Raja Grafindo Persada
Lambertus 2009 Pentingnya Melatih Keterampilan Berpikir Kritis Dalam
Pembelajaran Matematika Di SD Jurnal Forum Pendidikan 28(2) (136-
142) Palembang Universitas Sriwijaya
57
Maknun D RR Haerin k Surtikanti amp AMunandar 2012 Praktikum Ekologi
Berbasis Proyek Media Pembekalan Keterampilan Esensial Laboratorium
Jurnal Pendidikan MIPA 13(1) 8-17 Lampung Universitas Lampung
Mecit O 2006 The Effect of 7E Learning Cycle Model on The Improvement of
Fifth Grade Studentsrsquo Critical Thinking Skills Tesis Turkey Middle East
Technical University
Permendikbud 2013 Implementasi Kurikulum Jakarta Depdiknas
Priyatno Duwi 2012 Belajar Analisis Data dengan SPSS 20 Yogyakarta Andi
Redhana IW amp Liliasari 2008 Program Pembelajaran Keterampilan Berpikir
Kritis Pada Topik Laju Reaksi Untuk Siswa SMA Jurnal Forum
Kependidikan 27(2)103-112 Bandung Universitas Pendidikan Indonesia
RifarsquoI Aamp CT Anni 2011 Psikologi Pendidikan Semarang Universitas Negeri
Semarang Press
Siribunnam amp Tayraukham 2009 Effect of 7-E KWL and Conventional on
Analitycal Thinking Learning Acievement and Attitudes toward Chemistry
Learning Journal of Social Sciences 5(4)279-282 Tersedia di
httpwwwamazoncomconventional-instruction-analytical-achievement-
attitudesdpB002TP5UQS [diakses 3-2-2015]
Slameto 2010 Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya Jakarta
Rhineka Cipta
Slavin RE 2008 Psikologi Pendidikan Teori dan Praktik Jakarta Indeks
Soeprodjo S Priatmoko amp EY Sariana 2008 Pengaruh Model Learning
Cycle terhadap Hasil Belajar Materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan
Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia 2(1) 224-229 Semarang Universitas
Negeri Semarang
Sudjana 2005 Metode Statistika Bandung Tarsito
Sugiyono 2013 Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif
Kualitatif dan RampD) Bandung Alfabeta
Trianto 2007 Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivisme
Jakarta Prestasi Pustaka
Tuna A amp A Kaccedilar 2013 The Effect of 5E Learning Cycle Model in Teaching
Trigonometry on Studentrsquos Academic Achievement and The Permanence of
Their Knowledge International Journal on New Trends in Education and
58
Their Implications 4(1) 73-87 Tersedia di
httpijonteorgFileploadks63207File07tunapdf [diakses 11-1- 2015]
Wardoyo SM 2013 Pembelajaran Konstruktivisme Bandung Alfabeta
Wena M 2011 Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer Jakarta Bumi
Aksara
Wiyanto 2008 Menyiapkan Guru Sains Mengembangkan Kompetensi
Laboratorium Semarang Unnes Press
Page 22
9
d Pengembangan dan aplikasi yaitu guru berusaha menciptakan iklim
pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat mengaplikasikan pemahaman
konseptual baik melalui kegiatan atau pemunculan dan pemecahan masalah-
masalah yang berkaitan dengan isu-isu di lingkungan
22 Teori Perkembangan Jean Piaget
Teori perkembangan Piaget mewakili konstruktivisme yang memandang
perkembangan kognitif sebagai suatu proses dimana anak secara aktif membangun
pengetahuan Piaget menyatakan bahwa belajar merupakan pengembangan aspek
kognitif yang meliputi skema asimilasi akomodasi ekuilibrasi
Asimilasi adalah pengumpulan dan pengelompokkan informasi baru
Seorang individu dalam proses pembelajaran akan mendapatkan informasi baru
yang kemudian akan dikumpulkan dan dikelompokkan ke dalam skema
(pengetahuan) yang telah ada Akomodasi merupakan modifikasi dari skema agar
informasi yang baru dan kontradiktif bisa diterjemahkan Informasi yang telah
terkumpul dan dikelompokkan dalam skema-skema yang telah ada sebelumnya
kemudian dimodifikasi menjadi suatu skema (pengetahuan) baru Ekuilibrasi
merupakan dorongan secara terus menerus ke arah keseimbangan atau
equilibrium Artinya pengetahuan dikonstruksi dari proses pengintegrasian
pengetahuan baru terhadap struktur kognitif yang sudah ada dan dilakukan
penyesuaian struktur kognitif dengan informasi baru yang didapatkan
Menurut Piaget sebagaimana dikutip oleh Trianto (200716) pada
perkembangan kognitif yang terpenting adalah penguasaan dan kategori konsep-
konsep Melalui penguasaan konsep siswa akan mengenal lingkungan dan
memecahkan berbagai masalah yang dihadapi dalam kehidupan
Menurut Piaget sebagaimana dikutip oleh Slavin (200845) setiap
individu pada saat tumbuh mulai dari bayi yang baru dilahirkan sampai menginjak
usia dewasa mengalami empat tingkatan perkembangan kognitif Empat tingkat
perkembangan kognitif tersebut adalah sebagai berikut
1 Tahap Sensorimotorik (sejak lahir hingga usia 2 tahun)
2 Tahap Pra-operasional (2-7 tahun)
10
3 Tahap Operasi Kongkrit (7-11 tahun)
4 Tahap Operasi Formal (usia 11 sampai dewasa)
Siswa SMP dengan rentang usia 11-15 tahun berada pada tahap operasi
formal Pada usia ini yang perlu dipertimbangkan adalah aspek-aspek
perkembangan remaja dimana remaja mengalami tahap transisi dari penggunaan
operasi kongkrit ke penerapan operasi formal dalam bernalar Menurut Slavin
(200846) pada tahap operasi formal anak sudah mampu berpikir tingkat tinggi
mampu berpikir secara deduktif induktif menganalisis mensintesis mampu
berpikir abstrak dan berpikir reflektif serta memecahkan berbagai masalah
23 Learning Cycle 7E Berbasis Konstruktivisme
Menurut Aqib (201366) proses pembelajaran adalah upaya secara
sistematis yang dilakukan guru untuk mewujudkan proses pembelajaran berjalan
secara efektif dan efisien yang dimulai dari perencanaan pelaksanaan dan
evaluasi Oleh karena itu pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu proses
komunikasi melalui interaksi antara guru dengan siswa dan antar siswa secara
efektif dan efisien untuk mencapai tujuan pembelajaran
Konsep pembelajaran konstruktivisme merupakan pembelajaran yang
didasarkan pada pemahaman bahwa proses belajar yang dilakukan siswa
merupakan proses konstruksi pengetahuan pemahaman dan pengalaman yang
dilakukan oleh siswa (Wardoyo 20134) Karakteristik dalam pembelajaran
konstruktivisme antara lain 1) berpusat pada siswa 2) adanya masalah 3) proses
menemukan 4) interaksi sosial dan 5) pengetahuan atau pemahaman baru
(Wardoyo 201341)
Salah satu model pembelajaran yang berlandaskan teori konstruktivisme
adalah learning cycle Menurut Trowbridge amp Bybee sebagaimana dikutip oleh
Wena (2011170) pada tahun 1970 model Learning Cycle pertama kali
diperkenalkan oleh Robert Karplus dan Their dalam Science Curriculum
Improvement StudySCIS Karplus dan Their mengembangkan model learning
cycle berdasarkan teori perkembangan kognitif Jean Piaget Implementasi teori
perkembangan kognitif Jean Piaget oleh Karplus dikembangkan dalam model
11
learning cycle yang pada mulanya terdiri dari tiga tahap yaitu eksplorasi
(exploration) pengenalan konsep (concept introduction) dan penerapan konsep
(concept application)
Pada pertengahan 1980an Biological Science Curriculum Study (BSCS)
mengembangkan model learning cycle dari tiga tahap siklus tersebut menjadi lima
tahap Tahap-tahap dalam pembelajaran Learning Cycle 5E meliputi engage
explore explain elaborateextend dan evaluate Perkembangan ini dilakukan
dengan menambahkan fase engage di awal pembelajaran yang bertujuan untuk
menggali pengetahuan awal siswa dan fase evaluate ditambahkan di akhir
pembelajaran yang bertujuan untuk menilai pemahaman siswa sedangkan fase
pemahaman konsep dan aplikasi konsep diganti dengan istilah baru yaitu explain
dan elaborate (Bybee et al 20068)
Perkembangan model learning cycle 7e yang paling baru sudah memiliki 7
tahap setelah mengalami pengkhususan menjadi 5 tahap Perubahan yang terjadi
pada tahap learning cycle 5e menjadi 7e terjadi pada tahap engage menjadi 2
tahap yaitu elicit dan engage sedangkan pada tahap elaborate dan evaluate
menjadi 3 tahap menjadi elaborate evaluate dan extend
Menurut Eisenkraft (200357) learning cycle 7e merupakan suatu model
pembelajaran yang bertujuan untuk menekankan pentingnya memunculkan
pemahaman awal siswa dan memperluas konsep Terdapat 7 tahap learning cycle
7e yang dapat dijelaskan sebagai berikut
1 Elicit (penggalian pengetahuan awal)
Makna dari elicit adalah menggali pemahaman awal yang dimiliki
siswa Langkah-langkah yang dapat dilakukan adalah dengan
mengajukan beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan materi
yang akan dipelajari
2 Engage (motivasi)
Pada tahap engage atau motivasi dapat dilakukan dengan cara
bercerita demonstrasi membuat prediski atau dengan
menunjukkan suatu objek gambar atau video Guru dapat
memberikan permasalahan dan meminta siswa untuk berpikir dan
mengajukan pertanyaan
3 Explore (melakukan pengamatan atau percobaan)
Pada tahap ini siswa diberi kesempatan untuk melakukan
pengamatan mengumpulkan data membuktikan prediksi atau
12
hipotesis merancang dan merencanakan percobaan membuat
grafik menafsirkan hasil serta mencatat hasil pengamatan
4 Explain (mengkomunikasikan)
Pada tahap ini guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menjelaskan konsep dan menunjukkan bukti hasil pengamatan
pada tahap explore melalui kegiatan diskusi Pada tahap ini siswa
diharapkan menemukan istilah-istilah dan konsep yang dipelajari
5 Elaborate (menerapkan konsep)
Tahap ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menerapkan konsep (pengetahuan baru) dan keterampilan dalam
situasi baru melalui kegiatan-kegiatan seperti pemecahan masalah
(problem solving)
6 Evaluate (evaluasi)
Tahap evaluasi model pembelajaran learning cycle 7e terdiri dari
evaluasi formatif dan evaluasi sumatif Evaluasi dapat dilakukan
melalui pemberian tes di akhir pembelajaran untuk mengetahui
sejauh mana tingkat pemahaman siswa terhadap konsep yang
dipelajari
7 Extend (mengaplikasikan konsep)
Tahap ini bertujuan untuk berpikir mencari menemukan dan
menjelaskan contoh penerapan konsep yang telah dipelajari
(Eisenkraft 200357)
Gambar 21 Perubahan Learning Cycle 5E Menjadi Learning Cycle 7E
13
Pengembangan tahap-tahap learning cycle dari 3 tahap
menjadi 5 tahap atau 7 tahap masih tetap berkaitan erat dengan teori
perkembangan kognitif Jean Piaget (skema asimilasi akomodasi dan
ekuilibrasi) Pembelajaran learning cycle memberikan kesempatan
kepada siswa untuk mengasimilasi informasi dengan cara
mengeksplorasi lingkungan mengakomodasi informasi dengan cara
mengembangkan konsep mengorganisasikan informasi dan
menghubungkan konsep-konsep baru dengan menggunakan atau
memperluas konsep yang dimiliki untuk menjelaskan suatu fenomena
yang berbeda Fase engagement dalam learning cycle termasuk dalam
proses asimilasi sedangkan fase evaluation masih merupakan proses
akomodasi dan ekuilibrasi
Model learning cycle 7e memiliki beberapa kelebihan dan kelemahan
Kelebihan dari model learning cycle 7e menurut Indrawati et al (201435) yaitu
1 Merangsang siswa untuk mengingat kembali materi pelajaran
yang telah didapatkan
2 Memberikan motivasi kepada siswa untuk menjadi lebih aktif dan
menambah rasa keingintahuan
3 Melatih siswa belajar menemukan konsep melalui kegiatan
ekperimen melatih siswa untuk menyampaikan konsep yang telah
dipelajari secara lisan
4 Melatih siswa untuk bekerjasama dan memberikan kesempatan
kepada siswa untuk berpikir mencari menemukan dan
menjelaskan contoh penerapan konsep yang telah dipelajari
Kelemahan dari model learning cycle 7e menurut Indrawati et al
(201435) yaitu
1 Efektivitas pembelajaran rendah jika guru kurang menguasai
materi dan langkah-langkah pembelajaran
2 Menuntut kesungguhan dan kreativitas guru dalam merancang dan
melaksanakan proses pembelajaran
3 Memerlukan waktu dan tenaga yang lebih banyak dalam menyusun
rencana dan melaksanakan pembelajaran
24 Kemampuan Berpikir Kritis
Menurut Ruggiero sebagaimana dikutip oleh Johnson (2007183) berpikir
merupakan segala aktivitas mental yang membantu merumuskan atau
memecahkan masalah membuat keputusan memenuhi keinginan untuk
memahami sebuah pencarian jawaban dan sebuah pencapaian makna Kowiyah
(2013176) menyatakan bahwa berpikir adalah suatu kegiatan atau proses
14
kognitif tindakan mental untuk memperoleh pengetahuan pemahaman dan
keterampilan agar mampu menemukan jalan keluar dan keputusan secara
deduktif induktif dan evaluatif
Secara teknis kemampuan berpikir dalam bahasa taksonomi Bloom
diartikan sebagai kemampuan intelektual yaitu kemampuan
menganalisismensintesis dan mengevaluasi Kemampuan-kemampuan ini dapat
dikatakan sebagai kemampuan berpikir kritis
Pembelajaran diharapkan dapat menjadi penunjang dalam
mengembangkan kemampuan berpikir siswa Kemampuan berpikir yang dapat
dikembangkan salah satunya adalah kemampuan berpikir kritis Tujuan
melatihkan kemampuan berpikir kritis adalah untuk menyiapkan siswa menjadi
seorang pemikir kritis dan mampu menyelesaikan masalah yang dihadapi (Tuna amp
Kaccedilar 201374) Selain itu untuk menghindarkan diri siswa dari penipuan
pencucian otak dan membuat keputusan dengan tepat dan bertanggung jawab
(Redhana amp Liliasari 2008 106)
Menurut Ennis (20111) berpikir kritis adalah berpikir rasional dan
reflektif dengan menekankan pada pembuatan keputusan tentang apa yang harus
dipercayai atau dilakukan Rasional berarti menurut pikiran dan pertimbangan
yang logis Reflektif berarti mempertimbangkan secara hati-hati segala alternatif
sebelum mengambil keputusan Jadi dalam hal ini Ennis (20111) menekankan
bahwa berpikir kritis lebih berhubungan dengan alasan yang dapat diterima ketika
seseorang mengambil keputusan Berdasarkan pengertian tersebut maka dapat
dirumuskan bahwa berpikir kritis merupakan proses menggunakan pikiran secara
rasional dan reflektif untuk mencari dan menganalisis informasi mengambil
keputusan dan menyelesaikan masalah
Ennis (19918) menyatakan bahwa dalam berpikir kritis terdapat dua
komponen yaitu karakter (disposition) dan kemampuan penguasaan pengetahuan
(ability) Komponen kemampuan penguasaan pengetahuan dalam berpikir kritis
sering disebut sebagai kemampuan berpikir kritis
Terdapat dua belas indikator kemampuan berpikir kritis yang
dikelompokkan dalam lima aspek berpikir kritis seperti pada Tabel 21 berikut
15
Tabel 21 Indikator Kemampuan Berpikir Kritis Menurut Ennis (198546)
No Aspek Indikator
1 Memberikan
penjelasan sederhana
1 Memfokuskan pertanyaan
2 Menganalisis pertanyaan
3 Bertanya dan menjawab
pertanyaan tentang suatu
penjelasan
2 Membangun
keterampilan dasar
1 Mempertimbangkan apakah
sumber dapat dipercaya atau
tidak
2 Mengobservasi dan
mempertimbangkan suatu
laporan hasil observasi
3 Menyimpulkan 1 Mendeduksi dan
mempertimbangkan hasil
deduksi
2 Menginduksi dan
mempertimbangkan hasil induksi
3 Membuat dan menentukan hasil
pertimbangan
4 Memberikan
penjelasan lanjut
1 Mendefinisikan istilah dan
mempertimbangkan suatu
definisi dalam tiga dimensi
2 Mengidentifikasi asumsi
5 Mengatur strategi
dan taktik
1 Menentukan suatu tindakan
2 Berinteraksi dengan orang lain
Kemampuan berpikir kritis dapat diukur dengan menggunakan instrumen
yang dikembangkan melalui aspek dan indikator berpikir kritis Evaluasi terhadap
kemampuan berpikir kritis antara lain bertujuan untuk mendiagnosis tingkat
kemampuan berpikir kritis siswa memberi umpan balik keberanian berpikir
siswa dan memberi motivasi agar siswa mengembangkan kemampuan berpikir
kritis (Ennis 1993180)
Karakter (disposition) adalah kecenderungan atau kebiasaan untuk berpikir
dalam cara dan kondisi tertentu Disposisi berpikir kritis merupakan sifat yang
melekat pada diri seseorang yang berpikir kritis (Lambertus 2009138)
Seseorang yang memiliki disposisi berpikir kritis akan cenderung berpikir kritis
ketika ada situasi atau kondisi yang menghadirkan stimulus untuk berpikir kritis
16
Pemikir kritis yang ideal memiliki karakter (disposition) untuk mencari
kejelasan dari pertanyaan mencari alasan berusaha mengetahui infomasi dengan
baik menggunakan dan menyebutkan sumber yang memiliki kredibilitas
memperhatikan situasi dan kondisi secara keseluruhan berusaha tetap relevan dengan
ide utama mengingat kepentingan yang asli dan mendasar mencari alternatif
bersikap dan berpikir terbuka mengambil posisi ketika ada bukti dan alasan yang
cukup untuk melakukan sesuatu mencari penjelasan sebanyak mungkin bersikap
secara sistematis dan teratur dengan bagian dari keseluruhan masalah (Ennis 19918)
25 Materi Interaksi Makhluk Hidup dengan Lingkungan
Materi Interaksi makhluk hidup dengan lingkungan merupakan salah satu
materi pokok kelas VII semester genap dalam kurikulum 2013 dengan kompetensi
dasar yaitu 38 mendeskripsikan interaksi antar makhluk hidup dan lingkungannya
dan 412 menyajikan hasil observasi terhadap interaksi makhluk hidup dengan
lingkungan di sekitarnya Indikator pembelajaran dalam penelitian ini meliputi
menjelaskan konsep ekosistem mengidentifikasi komponen biotik dan abiotik
mengidentifikasi satuan-satuan dalam ekosistem menghitung kepadatan populasi
menganalisis saling ketergantungan antara komponen biotik dan abiotik dan
menganalisis saling ketergantungan antar komponen biotik
Komponen ekosistem meliputi komponen abiotik (makhluk tak hidup) dan
komponen biotik (makhluk hidup) Komponen biotik meliputi organisme autotrof
yaitu produsen primer heterotrof yaitu konsumen dan detritivor yaitu organisme
pemakan limbah organik dan organisme yang telah mati
Produsen primer utama pada sebagian besar ekosistem darat adalah
tumbuhan sedangkan produsen primer dalam zona limnetik danau dan lautan
terbuka adalah fitoplankton (alga dan bakteri) Alga multiselluler dan tumbuhan
akuatik merupakan produsen primer di ekosistem air tawar maupun air laut
Organisme yang secara langsung memakan organisme autotrof disebut
herbivora Oleh karena itu herbivora disebut juga sebagai konsumen primer
sedangkan organisme yang mendapatkan makanan dengan memangsa herbivora
atau karnivora lain disebut karnivora Karnivora dapat berperan sebagai konsumen
17
sekunder tersier dan seterusnya Jalur perpindahan makanan dari tingkat trofik
satu ke tingkat trofik lainnya dikenal sebagai rantai makanan (food chain) akan
tetapi hubungan makan memakan dalam suatu ekosistem umumnya saling
berhubungan menjadi jaring-jaring makanan (food web) karena konsumen
memakan lebih dari satu tingkat trofik (Campbell et al 2004)
Kompetensi dasar dan indikator pembelajaran pada materi tersebut
menuntut siswa untuk dapat memahami konsep-konsep dan memecahkan masalah
yang sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari Penerapan learning cycle 7e
berbasis konstruktivisme mempertimbangkan pengetahuan awal siswa (elicit)
menyajikan masalah yang berkaitan dengan kehidupan nyata sebagai rangsangan
untuk belajar (engage) memberikan kesempatan secara langsung kepada siswa
untuk terlibat dalam penemuan konsep melalui kegiatan observasi (explore)
dilanjutkan dengan melakukan diskusi untuk mengklarifikasi konsep (elaborate)
dan evaluasi (evaluate) untuk mengetahui sejauh mana pemahaman konsep yang
telah dimiliki oleh siswa serta menerapkan konsep yang telah diperoleh pada
situasi baru (extend) Pembelajaran materi interaksi makhluk hidup dengan
lingkungan diharapkan menjadi lebih bermakna dan kemampuan berpikir kritis
siswa dapat berkembang dengan membandingkan konsep yang sudah diperoleh
dengan konsep baru yang dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari siswa Model
pembelajaran learning cycle 7e berbasis konstruktivisme diharapkan tepat apabila
digunakan dalam penyampaian materi ekosistem
18
26 Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
Gambar 22 Kerangka Berpikir Penelitian
27 Hipotesis
Penerapan Learning cycle 7e berbasis konstruktivisme berpengaruh
terhadap kemampuan berpikir kritis siswa pada materi Interaksi makhluk hidup
dengan lingkungan
Pembelajaran Learning
Cycle 7E berbasis
konstruktivisme
Menekankan
pengetahuan awal siswa
dan memungkinkan
mengaplikasikan
konsep yang telah
diperoleh
(Eisenkraft 200357)
Mampu meningkatkan
keterampilan proses
sains dan penguasaan
konsep (Kanli amp
Yagbasan 2007151)
Mampu meningkatkan
kemampuan berpikir
kritis
(Hartono 201365)
Mampu meningkatkan
kemampuan berpikir
kritis secara signifikan
dibandingkan metode
tradisional
(Mecit 200648)
Permasalahan dalam pembelajaran
Siswa kesulitan menganalisis suatu
permasalahan
Siswa kesulitan menyimpulkan
Siswa kesulitan mengaplikasikan konsep
pada situasi baru dan konkret
Keberanian mengajukan pertanyaan
amp pendapat rendah
Kemampuan berpikir kritis rendah
Berpikir kritis salah satu
keterampilan abad 21 yang
harus dimiliki oleh siswa
Tuntutan memberdayakan
SDM yang berkualitas
(Permendikbud 2013)
Kelas eksperimen Kelas kontrol
Pembelajaran
dengan metode
diskusi amp ceramah
Kemampuan berpikir kritis berkembang
Learning cycle 7e
berbasis
konstruktivisme
Quasi experimental design
Uji t
54
BAB 5
PENUTUP
51 Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa
penerapan learning cycle 7e berbasis konstruktivisme berpengaruh terhadap
kemampuan berpikir kritis siswa pada materi interaksi makhluk hidup dengan
lingkungan Peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa kelas eksperimen lebih
baik dari pada kelas kontrol
52 Saran
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan penerapan learning cycle
7e berbasis konstruktivisme terbukti berpengaruh terhadap kemampuan berpikir
kritis siswa pada materi interaksi makhluk hidup dengan lingkunganya Dengan
demikian maka beberapa saran yang dapat diberikan sebagai berikut
1 Guru IPA dapat mempertimbangkan pembelajaran learning cycle 7E berbasis
konstruktivisme pada materi interaksi makhluk hidup dengan lingkungan
karena terbukti dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa
2 Guru IPA dapat merancang proses pembelajaran dan instrumen pembelajaran
yang dapat memicu kemampuan berpikir kritis siswa
3 Bagi peneliti selanjutnya yang akan melakukan penelitian berkaitan dengan
kemampuan berpikir kritis disarankan mengoptimalkan pengelolaan kelas dan
memberikan banyak motivasi agar setiap siswa dapat berpartisipasi dan
berinteraksi dalam kegiatan pembelajaran Hal ini dimaksudkan agar
pembelajaran yang dilakukan efektif terhadap kemampuan berpikir kritis
siswa
55
DAFTAR PUSTAKA
Aqib Z 2013 Model-Model Media dan Strategi Pembelajaran
Kontekstual(Inovatif) Bandung Yrama Widya
Amertawengrum IP 2014 Filsafat Konstruktivisme dalam Pembelajaran Sastra
Anak Jurnal Magistra 26(89)8-17 KlatenUnwidha
Arifin Z 2012 Evaluasi Pembelajaran Jakarta Dirjen Pendidikan Islam Online
at
httpdualmodekemenaggoidfiledokumen34EvaluasiPembelajaranpdf
[diakses tanggal 17 Januari 2015]
Arikunto S 2010 Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Jakarta Bumi Aksara
_________ 2012 Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Jakarta Bumi Aksara
Bybee RW JA Taylor A Gardner PV Scotter JC Powell A Westbrook amp
N Landes 2006 The BSCS 5E Instructional Model Origins and
Effectiveness A Report Prepared for the Office of Science Education
National Institute of Health Colorado BSCS Online Tersedia di
httpscienceeducationnihgov [diakses 11-1- 2015]
Campbell NA Reece BJ amp Mitchell LG 2004 Biologi Alih Bahasa Manalu
W (eds) Erlangga Jakarta
Curto K amp T Bayer 2005 An Intersection of Critical Thinkking and
Communication Skillls Journal of Biological Science 31(4)11-19
Amerika Serikat University of Pittsburgh
Eisenkraft A 2003 Expanding The 5E Model Journal The Sciences Teacher
70(6) 56-59 Tersedia di httpits-about-
timecomhtmlsapeisenkrafttstpdf [diakses 3-2-2015]
Ennis RH 1985 A Logical Basic for Measuring Critical Thinking Skill Tersedia
di httpwwwascdorgASCDpdfjournalsed_leadel_198510_ennispdf
[diakses 27-1-2015]
Ennis RH 1991Critical Thinking A Streamlined Conception Tersedia di
httpfacultyeducationillinoisedurhennisdocumentsTheNatureofCritical
Thinking_51711_000pdf [diakses 27-1-2015]
Ennis R H 1993 Critical Thinking Assesment Journal Theory and Practice 32
(2) 179-186 Amerika Serikat The Ohio State University
56
Ennis RH 2011 The Nature of Critical Thinking An Outline of Critical
Thinking Dispositions and Abilities Tersedia di
httpfacultyeducationillinoisedurhennisdocumentsTheNatureofCritical
Thinking_51711_000pdf [diakses 27-1-2015]
Hapsari RTS 2011 Penerapan Model Konstruktivisme untuk Meningkatkan
Hasil Belajar Siswa Jurnal Pendidikan Penabur 10(16) (34-45) Tersedia
di
httpwwwbpkpenaburoridfilesHal2034_4520Penerapan20Mode
l20Pembelajaran20Konstruktivismepdf [diakses 25-1-2015]
Hartono 2013 Learning Cycle Model to Increase Studentrsquos Critical Thinking on
Science Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 9(1)56-66 Semarang
Universitas Negeri Semarang
Indrawati W Suyatno amp YSRahayu 2014 Implementasi Model Learning
Cycle 7E Pada Pembelajaran Kimia Dengan Materi Pokok Kelarutan Dan
Hasil Kali Kelarutan Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep dan
Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMA Prosiding Seminar Nasional
KimiaSurabaya Universitas Negeri Surabaya
Johnson EB 2007 Contextual Teaching amp Learning terjemahan Ibnu Setiawan
Bandung MLC
Kanli amp Yagbasan 2007 The Effects of a Laboratory Based on the 7E Learning
Cycle Model and Verification Laboratory Approach on the Development of
Studentsrsquo Science Process Skills and Conceptual Achievement Tersedia
diwwwuscaeduessaysspecialeditionUKanligraveandRYagbasanpdf[diakses
2-3-2015]
Kowiyah 2012 Kemampuan Berpikir Kritis Jurnal Pendidikan Dasar 3(5) 175-
179 Tersedia di httpjournalppsunjorgarticeldownload108108
[diakses 1-1-2015]
Kulsum U amp N Hindarto 2011 Penerapan Model Learning Cycle 5E pada Sub
pokok bahasan Kalor untuk Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar
Siswa Kelas VII SMP Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 7(1)128-
133Semarang Universitas Negeri Semarang
Kunandar 2013 Penilaian Autentik (Penilaian Hasil Belajar Kurikulum 2013)
Jakarta Raja Grafindo Persada
Lambertus 2009 Pentingnya Melatih Keterampilan Berpikir Kritis Dalam
Pembelajaran Matematika Di SD Jurnal Forum Pendidikan 28(2) (136-
142) Palembang Universitas Sriwijaya
57
Maknun D RR Haerin k Surtikanti amp AMunandar 2012 Praktikum Ekologi
Berbasis Proyek Media Pembekalan Keterampilan Esensial Laboratorium
Jurnal Pendidikan MIPA 13(1) 8-17 Lampung Universitas Lampung
Mecit O 2006 The Effect of 7E Learning Cycle Model on The Improvement of
Fifth Grade Studentsrsquo Critical Thinking Skills Tesis Turkey Middle East
Technical University
Permendikbud 2013 Implementasi Kurikulum Jakarta Depdiknas
Priyatno Duwi 2012 Belajar Analisis Data dengan SPSS 20 Yogyakarta Andi
Redhana IW amp Liliasari 2008 Program Pembelajaran Keterampilan Berpikir
Kritis Pada Topik Laju Reaksi Untuk Siswa SMA Jurnal Forum
Kependidikan 27(2)103-112 Bandung Universitas Pendidikan Indonesia
RifarsquoI Aamp CT Anni 2011 Psikologi Pendidikan Semarang Universitas Negeri
Semarang Press
Siribunnam amp Tayraukham 2009 Effect of 7-E KWL and Conventional on
Analitycal Thinking Learning Acievement and Attitudes toward Chemistry
Learning Journal of Social Sciences 5(4)279-282 Tersedia di
httpwwwamazoncomconventional-instruction-analytical-achievement-
attitudesdpB002TP5UQS [diakses 3-2-2015]
Slameto 2010 Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya Jakarta
Rhineka Cipta
Slavin RE 2008 Psikologi Pendidikan Teori dan Praktik Jakarta Indeks
Soeprodjo S Priatmoko amp EY Sariana 2008 Pengaruh Model Learning
Cycle terhadap Hasil Belajar Materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan
Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia 2(1) 224-229 Semarang Universitas
Negeri Semarang
Sudjana 2005 Metode Statistika Bandung Tarsito
Sugiyono 2013 Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif
Kualitatif dan RampD) Bandung Alfabeta
Trianto 2007 Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivisme
Jakarta Prestasi Pustaka
Tuna A amp A Kaccedilar 2013 The Effect of 5E Learning Cycle Model in Teaching
Trigonometry on Studentrsquos Academic Achievement and The Permanence of
Their Knowledge International Journal on New Trends in Education and
58
Their Implications 4(1) 73-87 Tersedia di
httpijonteorgFileploadks63207File07tunapdf [diakses 11-1- 2015]
Wardoyo SM 2013 Pembelajaran Konstruktivisme Bandung Alfabeta
Wena M 2011 Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer Jakarta Bumi
Aksara
Wiyanto 2008 Menyiapkan Guru Sains Mengembangkan Kompetensi
Laboratorium Semarang Unnes Press
Page 23
10
3 Tahap Operasi Kongkrit (7-11 tahun)
4 Tahap Operasi Formal (usia 11 sampai dewasa)
Siswa SMP dengan rentang usia 11-15 tahun berada pada tahap operasi
formal Pada usia ini yang perlu dipertimbangkan adalah aspek-aspek
perkembangan remaja dimana remaja mengalami tahap transisi dari penggunaan
operasi kongkrit ke penerapan operasi formal dalam bernalar Menurut Slavin
(200846) pada tahap operasi formal anak sudah mampu berpikir tingkat tinggi
mampu berpikir secara deduktif induktif menganalisis mensintesis mampu
berpikir abstrak dan berpikir reflektif serta memecahkan berbagai masalah
23 Learning Cycle 7E Berbasis Konstruktivisme
Menurut Aqib (201366) proses pembelajaran adalah upaya secara
sistematis yang dilakukan guru untuk mewujudkan proses pembelajaran berjalan
secara efektif dan efisien yang dimulai dari perencanaan pelaksanaan dan
evaluasi Oleh karena itu pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu proses
komunikasi melalui interaksi antara guru dengan siswa dan antar siswa secara
efektif dan efisien untuk mencapai tujuan pembelajaran
Konsep pembelajaran konstruktivisme merupakan pembelajaran yang
didasarkan pada pemahaman bahwa proses belajar yang dilakukan siswa
merupakan proses konstruksi pengetahuan pemahaman dan pengalaman yang
dilakukan oleh siswa (Wardoyo 20134) Karakteristik dalam pembelajaran
konstruktivisme antara lain 1) berpusat pada siswa 2) adanya masalah 3) proses
menemukan 4) interaksi sosial dan 5) pengetahuan atau pemahaman baru
(Wardoyo 201341)
Salah satu model pembelajaran yang berlandaskan teori konstruktivisme
adalah learning cycle Menurut Trowbridge amp Bybee sebagaimana dikutip oleh
Wena (2011170) pada tahun 1970 model Learning Cycle pertama kali
diperkenalkan oleh Robert Karplus dan Their dalam Science Curriculum
Improvement StudySCIS Karplus dan Their mengembangkan model learning
cycle berdasarkan teori perkembangan kognitif Jean Piaget Implementasi teori
perkembangan kognitif Jean Piaget oleh Karplus dikembangkan dalam model
11
learning cycle yang pada mulanya terdiri dari tiga tahap yaitu eksplorasi
(exploration) pengenalan konsep (concept introduction) dan penerapan konsep
(concept application)
Pada pertengahan 1980an Biological Science Curriculum Study (BSCS)
mengembangkan model learning cycle dari tiga tahap siklus tersebut menjadi lima
tahap Tahap-tahap dalam pembelajaran Learning Cycle 5E meliputi engage
explore explain elaborateextend dan evaluate Perkembangan ini dilakukan
dengan menambahkan fase engage di awal pembelajaran yang bertujuan untuk
menggali pengetahuan awal siswa dan fase evaluate ditambahkan di akhir
pembelajaran yang bertujuan untuk menilai pemahaman siswa sedangkan fase
pemahaman konsep dan aplikasi konsep diganti dengan istilah baru yaitu explain
dan elaborate (Bybee et al 20068)
Perkembangan model learning cycle 7e yang paling baru sudah memiliki 7
tahap setelah mengalami pengkhususan menjadi 5 tahap Perubahan yang terjadi
pada tahap learning cycle 5e menjadi 7e terjadi pada tahap engage menjadi 2
tahap yaitu elicit dan engage sedangkan pada tahap elaborate dan evaluate
menjadi 3 tahap menjadi elaborate evaluate dan extend
Menurut Eisenkraft (200357) learning cycle 7e merupakan suatu model
pembelajaran yang bertujuan untuk menekankan pentingnya memunculkan
pemahaman awal siswa dan memperluas konsep Terdapat 7 tahap learning cycle
7e yang dapat dijelaskan sebagai berikut
1 Elicit (penggalian pengetahuan awal)
Makna dari elicit adalah menggali pemahaman awal yang dimiliki
siswa Langkah-langkah yang dapat dilakukan adalah dengan
mengajukan beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan materi
yang akan dipelajari
2 Engage (motivasi)
Pada tahap engage atau motivasi dapat dilakukan dengan cara
bercerita demonstrasi membuat prediski atau dengan
menunjukkan suatu objek gambar atau video Guru dapat
memberikan permasalahan dan meminta siswa untuk berpikir dan
mengajukan pertanyaan
3 Explore (melakukan pengamatan atau percobaan)
Pada tahap ini siswa diberi kesempatan untuk melakukan
pengamatan mengumpulkan data membuktikan prediksi atau
12
hipotesis merancang dan merencanakan percobaan membuat
grafik menafsirkan hasil serta mencatat hasil pengamatan
4 Explain (mengkomunikasikan)
Pada tahap ini guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menjelaskan konsep dan menunjukkan bukti hasil pengamatan
pada tahap explore melalui kegiatan diskusi Pada tahap ini siswa
diharapkan menemukan istilah-istilah dan konsep yang dipelajari
5 Elaborate (menerapkan konsep)
Tahap ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menerapkan konsep (pengetahuan baru) dan keterampilan dalam
situasi baru melalui kegiatan-kegiatan seperti pemecahan masalah
(problem solving)
6 Evaluate (evaluasi)
Tahap evaluasi model pembelajaran learning cycle 7e terdiri dari
evaluasi formatif dan evaluasi sumatif Evaluasi dapat dilakukan
melalui pemberian tes di akhir pembelajaran untuk mengetahui
sejauh mana tingkat pemahaman siswa terhadap konsep yang
dipelajari
7 Extend (mengaplikasikan konsep)
Tahap ini bertujuan untuk berpikir mencari menemukan dan
menjelaskan contoh penerapan konsep yang telah dipelajari
(Eisenkraft 200357)
Gambar 21 Perubahan Learning Cycle 5E Menjadi Learning Cycle 7E
13
Pengembangan tahap-tahap learning cycle dari 3 tahap
menjadi 5 tahap atau 7 tahap masih tetap berkaitan erat dengan teori
perkembangan kognitif Jean Piaget (skema asimilasi akomodasi dan
ekuilibrasi) Pembelajaran learning cycle memberikan kesempatan
kepada siswa untuk mengasimilasi informasi dengan cara
mengeksplorasi lingkungan mengakomodasi informasi dengan cara
mengembangkan konsep mengorganisasikan informasi dan
menghubungkan konsep-konsep baru dengan menggunakan atau
memperluas konsep yang dimiliki untuk menjelaskan suatu fenomena
yang berbeda Fase engagement dalam learning cycle termasuk dalam
proses asimilasi sedangkan fase evaluation masih merupakan proses
akomodasi dan ekuilibrasi
Model learning cycle 7e memiliki beberapa kelebihan dan kelemahan
Kelebihan dari model learning cycle 7e menurut Indrawati et al (201435) yaitu
1 Merangsang siswa untuk mengingat kembali materi pelajaran
yang telah didapatkan
2 Memberikan motivasi kepada siswa untuk menjadi lebih aktif dan
menambah rasa keingintahuan
3 Melatih siswa belajar menemukan konsep melalui kegiatan
ekperimen melatih siswa untuk menyampaikan konsep yang telah
dipelajari secara lisan
4 Melatih siswa untuk bekerjasama dan memberikan kesempatan
kepada siswa untuk berpikir mencari menemukan dan
menjelaskan contoh penerapan konsep yang telah dipelajari
Kelemahan dari model learning cycle 7e menurut Indrawati et al
(201435) yaitu
1 Efektivitas pembelajaran rendah jika guru kurang menguasai
materi dan langkah-langkah pembelajaran
2 Menuntut kesungguhan dan kreativitas guru dalam merancang dan
melaksanakan proses pembelajaran
3 Memerlukan waktu dan tenaga yang lebih banyak dalam menyusun
rencana dan melaksanakan pembelajaran
24 Kemampuan Berpikir Kritis
Menurut Ruggiero sebagaimana dikutip oleh Johnson (2007183) berpikir
merupakan segala aktivitas mental yang membantu merumuskan atau
memecahkan masalah membuat keputusan memenuhi keinginan untuk
memahami sebuah pencarian jawaban dan sebuah pencapaian makna Kowiyah
(2013176) menyatakan bahwa berpikir adalah suatu kegiatan atau proses
14
kognitif tindakan mental untuk memperoleh pengetahuan pemahaman dan
keterampilan agar mampu menemukan jalan keluar dan keputusan secara
deduktif induktif dan evaluatif
Secara teknis kemampuan berpikir dalam bahasa taksonomi Bloom
diartikan sebagai kemampuan intelektual yaitu kemampuan
menganalisismensintesis dan mengevaluasi Kemampuan-kemampuan ini dapat
dikatakan sebagai kemampuan berpikir kritis
Pembelajaran diharapkan dapat menjadi penunjang dalam
mengembangkan kemampuan berpikir siswa Kemampuan berpikir yang dapat
dikembangkan salah satunya adalah kemampuan berpikir kritis Tujuan
melatihkan kemampuan berpikir kritis adalah untuk menyiapkan siswa menjadi
seorang pemikir kritis dan mampu menyelesaikan masalah yang dihadapi (Tuna amp
Kaccedilar 201374) Selain itu untuk menghindarkan diri siswa dari penipuan
pencucian otak dan membuat keputusan dengan tepat dan bertanggung jawab
(Redhana amp Liliasari 2008 106)
Menurut Ennis (20111) berpikir kritis adalah berpikir rasional dan
reflektif dengan menekankan pada pembuatan keputusan tentang apa yang harus
dipercayai atau dilakukan Rasional berarti menurut pikiran dan pertimbangan
yang logis Reflektif berarti mempertimbangkan secara hati-hati segala alternatif
sebelum mengambil keputusan Jadi dalam hal ini Ennis (20111) menekankan
bahwa berpikir kritis lebih berhubungan dengan alasan yang dapat diterima ketika
seseorang mengambil keputusan Berdasarkan pengertian tersebut maka dapat
dirumuskan bahwa berpikir kritis merupakan proses menggunakan pikiran secara
rasional dan reflektif untuk mencari dan menganalisis informasi mengambil
keputusan dan menyelesaikan masalah
Ennis (19918) menyatakan bahwa dalam berpikir kritis terdapat dua
komponen yaitu karakter (disposition) dan kemampuan penguasaan pengetahuan
(ability) Komponen kemampuan penguasaan pengetahuan dalam berpikir kritis
sering disebut sebagai kemampuan berpikir kritis
Terdapat dua belas indikator kemampuan berpikir kritis yang
dikelompokkan dalam lima aspek berpikir kritis seperti pada Tabel 21 berikut
15
Tabel 21 Indikator Kemampuan Berpikir Kritis Menurut Ennis (198546)
No Aspek Indikator
1 Memberikan
penjelasan sederhana
1 Memfokuskan pertanyaan
2 Menganalisis pertanyaan
3 Bertanya dan menjawab
pertanyaan tentang suatu
penjelasan
2 Membangun
keterampilan dasar
1 Mempertimbangkan apakah
sumber dapat dipercaya atau
tidak
2 Mengobservasi dan
mempertimbangkan suatu
laporan hasil observasi
3 Menyimpulkan 1 Mendeduksi dan
mempertimbangkan hasil
deduksi
2 Menginduksi dan
mempertimbangkan hasil induksi
3 Membuat dan menentukan hasil
pertimbangan
4 Memberikan
penjelasan lanjut
1 Mendefinisikan istilah dan
mempertimbangkan suatu
definisi dalam tiga dimensi
2 Mengidentifikasi asumsi
5 Mengatur strategi
dan taktik
1 Menentukan suatu tindakan
2 Berinteraksi dengan orang lain
Kemampuan berpikir kritis dapat diukur dengan menggunakan instrumen
yang dikembangkan melalui aspek dan indikator berpikir kritis Evaluasi terhadap
kemampuan berpikir kritis antara lain bertujuan untuk mendiagnosis tingkat
kemampuan berpikir kritis siswa memberi umpan balik keberanian berpikir
siswa dan memberi motivasi agar siswa mengembangkan kemampuan berpikir
kritis (Ennis 1993180)
Karakter (disposition) adalah kecenderungan atau kebiasaan untuk berpikir
dalam cara dan kondisi tertentu Disposisi berpikir kritis merupakan sifat yang
melekat pada diri seseorang yang berpikir kritis (Lambertus 2009138)
Seseorang yang memiliki disposisi berpikir kritis akan cenderung berpikir kritis
ketika ada situasi atau kondisi yang menghadirkan stimulus untuk berpikir kritis
16
Pemikir kritis yang ideal memiliki karakter (disposition) untuk mencari
kejelasan dari pertanyaan mencari alasan berusaha mengetahui infomasi dengan
baik menggunakan dan menyebutkan sumber yang memiliki kredibilitas
memperhatikan situasi dan kondisi secara keseluruhan berusaha tetap relevan dengan
ide utama mengingat kepentingan yang asli dan mendasar mencari alternatif
bersikap dan berpikir terbuka mengambil posisi ketika ada bukti dan alasan yang
cukup untuk melakukan sesuatu mencari penjelasan sebanyak mungkin bersikap
secara sistematis dan teratur dengan bagian dari keseluruhan masalah (Ennis 19918)
25 Materi Interaksi Makhluk Hidup dengan Lingkungan
Materi Interaksi makhluk hidup dengan lingkungan merupakan salah satu
materi pokok kelas VII semester genap dalam kurikulum 2013 dengan kompetensi
dasar yaitu 38 mendeskripsikan interaksi antar makhluk hidup dan lingkungannya
dan 412 menyajikan hasil observasi terhadap interaksi makhluk hidup dengan
lingkungan di sekitarnya Indikator pembelajaran dalam penelitian ini meliputi
menjelaskan konsep ekosistem mengidentifikasi komponen biotik dan abiotik
mengidentifikasi satuan-satuan dalam ekosistem menghitung kepadatan populasi
menganalisis saling ketergantungan antara komponen biotik dan abiotik dan
menganalisis saling ketergantungan antar komponen biotik
Komponen ekosistem meliputi komponen abiotik (makhluk tak hidup) dan
komponen biotik (makhluk hidup) Komponen biotik meliputi organisme autotrof
yaitu produsen primer heterotrof yaitu konsumen dan detritivor yaitu organisme
pemakan limbah organik dan organisme yang telah mati
Produsen primer utama pada sebagian besar ekosistem darat adalah
tumbuhan sedangkan produsen primer dalam zona limnetik danau dan lautan
terbuka adalah fitoplankton (alga dan bakteri) Alga multiselluler dan tumbuhan
akuatik merupakan produsen primer di ekosistem air tawar maupun air laut
Organisme yang secara langsung memakan organisme autotrof disebut
herbivora Oleh karena itu herbivora disebut juga sebagai konsumen primer
sedangkan organisme yang mendapatkan makanan dengan memangsa herbivora
atau karnivora lain disebut karnivora Karnivora dapat berperan sebagai konsumen
17
sekunder tersier dan seterusnya Jalur perpindahan makanan dari tingkat trofik
satu ke tingkat trofik lainnya dikenal sebagai rantai makanan (food chain) akan
tetapi hubungan makan memakan dalam suatu ekosistem umumnya saling
berhubungan menjadi jaring-jaring makanan (food web) karena konsumen
memakan lebih dari satu tingkat trofik (Campbell et al 2004)
Kompetensi dasar dan indikator pembelajaran pada materi tersebut
menuntut siswa untuk dapat memahami konsep-konsep dan memecahkan masalah
yang sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari Penerapan learning cycle 7e
berbasis konstruktivisme mempertimbangkan pengetahuan awal siswa (elicit)
menyajikan masalah yang berkaitan dengan kehidupan nyata sebagai rangsangan
untuk belajar (engage) memberikan kesempatan secara langsung kepada siswa
untuk terlibat dalam penemuan konsep melalui kegiatan observasi (explore)
dilanjutkan dengan melakukan diskusi untuk mengklarifikasi konsep (elaborate)
dan evaluasi (evaluate) untuk mengetahui sejauh mana pemahaman konsep yang
telah dimiliki oleh siswa serta menerapkan konsep yang telah diperoleh pada
situasi baru (extend) Pembelajaran materi interaksi makhluk hidup dengan
lingkungan diharapkan menjadi lebih bermakna dan kemampuan berpikir kritis
siswa dapat berkembang dengan membandingkan konsep yang sudah diperoleh
dengan konsep baru yang dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari siswa Model
pembelajaran learning cycle 7e berbasis konstruktivisme diharapkan tepat apabila
digunakan dalam penyampaian materi ekosistem
18
26 Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
Gambar 22 Kerangka Berpikir Penelitian
27 Hipotesis
Penerapan Learning cycle 7e berbasis konstruktivisme berpengaruh
terhadap kemampuan berpikir kritis siswa pada materi Interaksi makhluk hidup
dengan lingkungan
Pembelajaran Learning
Cycle 7E berbasis
konstruktivisme
Menekankan
pengetahuan awal siswa
dan memungkinkan
mengaplikasikan
konsep yang telah
diperoleh
(Eisenkraft 200357)
Mampu meningkatkan
keterampilan proses
sains dan penguasaan
konsep (Kanli amp
Yagbasan 2007151)
Mampu meningkatkan
kemampuan berpikir
kritis
(Hartono 201365)
Mampu meningkatkan
kemampuan berpikir
kritis secara signifikan
dibandingkan metode
tradisional
(Mecit 200648)
Permasalahan dalam pembelajaran
Siswa kesulitan menganalisis suatu
permasalahan
Siswa kesulitan menyimpulkan
Siswa kesulitan mengaplikasikan konsep
pada situasi baru dan konkret
Keberanian mengajukan pertanyaan
amp pendapat rendah
Kemampuan berpikir kritis rendah
Berpikir kritis salah satu
keterampilan abad 21 yang
harus dimiliki oleh siswa
Tuntutan memberdayakan
SDM yang berkualitas
(Permendikbud 2013)
Kelas eksperimen Kelas kontrol
Pembelajaran
dengan metode
diskusi amp ceramah
Kemampuan berpikir kritis berkembang
Learning cycle 7e
berbasis
konstruktivisme
Quasi experimental design
Uji t
54
BAB 5
PENUTUP
51 Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa
penerapan learning cycle 7e berbasis konstruktivisme berpengaruh terhadap
kemampuan berpikir kritis siswa pada materi interaksi makhluk hidup dengan
lingkungan Peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa kelas eksperimen lebih
baik dari pada kelas kontrol
52 Saran
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan penerapan learning cycle
7e berbasis konstruktivisme terbukti berpengaruh terhadap kemampuan berpikir
kritis siswa pada materi interaksi makhluk hidup dengan lingkunganya Dengan
demikian maka beberapa saran yang dapat diberikan sebagai berikut
1 Guru IPA dapat mempertimbangkan pembelajaran learning cycle 7E berbasis
konstruktivisme pada materi interaksi makhluk hidup dengan lingkungan
karena terbukti dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa
2 Guru IPA dapat merancang proses pembelajaran dan instrumen pembelajaran
yang dapat memicu kemampuan berpikir kritis siswa
3 Bagi peneliti selanjutnya yang akan melakukan penelitian berkaitan dengan
kemampuan berpikir kritis disarankan mengoptimalkan pengelolaan kelas dan
memberikan banyak motivasi agar setiap siswa dapat berpartisipasi dan
berinteraksi dalam kegiatan pembelajaran Hal ini dimaksudkan agar
pembelajaran yang dilakukan efektif terhadap kemampuan berpikir kritis
siswa
55
DAFTAR PUSTAKA
Aqib Z 2013 Model-Model Media dan Strategi Pembelajaran
Kontekstual(Inovatif) Bandung Yrama Widya
Amertawengrum IP 2014 Filsafat Konstruktivisme dalam Pembelajaran Sastra
Anak Jurnal Magistra 26(89)8-17 KlatenUnwidha
Arifin Z 2012 Evaluasi Pembelajaran Jakarta Dirjen Pendidikan Islam Online
at
httpdualmodekemenaggoidfiledokumen34EvaluasiPembelajaranpdf
[diakses tanggal 17 Januari 2015]
Arikunto S 2010 Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Jakarta Bumi Aksara
_________ 2012 Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Jakarta Bumi Aksara
Bybee RW JA Taylor A Gardner PV Scotter JC Powell A Westbrook amp
N Landes 2006 The BSCS 5E Instructional Model Origins and
Effectiveness A Report Prepared for the Office of Science Education
National Institute of Health Colorado BSCS Online Tersedia di
httpscienceeducationnihgov [diakses 11-1- 2015]
Campbell NA Reece BJ amp Mitchell LG 2004 Biologi Alih Bahasa Manalu
W (eds) Erlangga Jakarta
Curto K amp T Bayer 2005 An Intersection of Critical Thinkking and
Communication Skillls Journal of Biological Science 31(4)11-19
Amerika Serikat University of Pittsburgh
Eisenkraft A 2003 Expanding The 5E Model Journal The Sciences Teacher
70(6) 56-59 Tersedia di httpits-about-
timecomhtmlsapeisenkrafttstpdf [diakses 3-2-2015]
Ennis RH 1985 A Logical Basic for Measuring Critical Thinking Skill Tersedia
di httpwwwascdorgASCDpdfjournalsed_leadel_198510_ennispdf
[diakses 27-1-2015]
Ennis RH 1991Critical Thinking A Streamlined Conception Tersedia di
httpfacultyeducationillinoisedurhennisdocumentsTheNatureofCritical
Thinking_51711_000pdf [diakses 27-1-2015]
Ennis R H 1993 Critical Thinking Assesment Journal Theory and Practice 32
(2) 179-186 Amerika Serikat The Ohio State University
56
Ennis RH 2011 The Nature of Critical Thinking An Outline of Critical
Thinking Dispositions and Abilities Tersedia di
httpfacultyeducationillinoisedurhennisdocumentsTheNatureofCritical
Thinking_51711_000pdf [diakses 27-1-2015]
Hapsari RTS 2011 Penerapan Model Konstruktivisme untuk Meningkatkan
Hasil Belajar Siswa Jurnal Pendidikan Penabur 10(16) (34-45) Tersedia
di
httpwwwbpkpenaburoridfilesHal2034_4520Penerapan20Mode
l20Pembelajaran20Konstruktivismepdf [diakses 25-1-2015]
Hartono 2013 Learning Cycle Model to Increase Studentrsquos Critical Thinking on
Science Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 9(1)56-66 Semarang
Universitas Negeri Semarang
Indrawati W Suyatno amp YSRahayu 2014 Implementasi Model Learning
Cycle 7E Pada Pembelajaran Kimia Dengan Materi Pokok Kelarutan Dan
Hasil Kali Kelarutan Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep dan
Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMA Prosiding Seminar Nasional
KimiaSurabaya Universitas Negeri Surabaya
Johnson EB 2007 Contextual Teaching amp Learning terjemahan Ibnu Setiawan
Bandung MLC
Kanli amp Yagbasan 2007 The Effects of a Laboratory Based on the 7E Learning
Cycle Model and Verification Laboratory Approach on the Development of
Studentsrsquo Science Process Skills and Conceptual Achievement Tersedia
diwwwuscaeduessaysspecialeditionUKanligraveandRYagbasanpdf[diakses
2-3-2015]
Kowiyah 2012 Kemampuan Berpikir Kritis Jurnal Pendidikan Dasar 3(5) 175-
179 Tersedia di httpjournalppsunjorgarticeldownload108108
[diakses 1-1-2015]
Kulsum U amp N Hindarto 2011 Penerapan Model Learning Cycle 5E pada Sub
pokok bahasan Kalor untuk Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar
Siswa Kelas VII SMP Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 7(1)128-
133Semarang Universitas Negeri Semarang
Kunandar 2013 Penilaian Autentik (Penilaian Hasil Belajar Kurikulum 2013)
Jakarta Raja Grafindo Persada
Lambertus 2009 Pentingnya Melatih Keterampilan Berpikir Kritis Dalam
Pembelajaran Matematika Di SD Jurnal Forum Pendidikan 28(2) (136-
142) Palembang Universitas Sriwijaya
57
Maknun D RR Haerin k Surtikanti amp AMunandar 2012 Praktikum Ekologi
Berbasis Proyek Media Pembekalan Keterampilan Esensial Laboratorium
Jurnal Pendidikan MIPA 13(1) 8-17 Lampung Universitas Lampung
Mecit O 2006 The Effect of 7E Learning Cycle Model on The Improvement of
Fifth Grade Studentsrsquo Critical Thinking Skills Tesis Turkey Middle East
Technical University
Permendikbud 2013 Implementasi Kurikulum Jakarta Depdiknas
Priyatno Duwi 2012 Belajar Analisis Data dengan SPSS 20 Yogyakarta Andi
Redhana IW amp Liliasari 2008 Program Pembelajaran Keterampilan Berpikir
Kritis Pada Topik Laju Reaksi Untuk Siswa SMA Jurnal Forum
Kependidikan 27(2)103-112 Bandung Universitas Pendidikan Indonesia
RifarsquoI Aamp CT Anni 2011 Psikologi Pendidikan Semarang Universitas Negeri
Semarang Press
Siribunnam amp Tayraukham 2009 Effect of 7-E KWL and Conventional on
Analitycal Thinking Learning Acievement and Attitudes toward Chemistry
Learning Journal of Social Sciences 5(4)279-282 Tersedia di
httpwwwamazoncomconventional-instruction-analytical-achievement-
attitudesdpB002TP5UQS [diakses 3-2-2015]
Slameto 2010 Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya Jakarta
Rhineka Cipta
Slavin RE 2008 Psikologi Pendidikan Teori dan Praktik Jakarta Indeks
Soeprodjo S Priatmoko amp EY Sariana 2008 Pengaruh Model Learning
Cycle terhadap Hasil Belajar Materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan
Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia 2(1) 224-229 Semarang Universitas
Negeri Semarang
Sudjana 2005 Metode Statistika Bandung Tarsito
Sugiyono 2013 Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif
Kualitatif dan RampD) Bandung Alfabeta
Trianto 2007 Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivisme
Jakarta Prestasi Pustaka
Tuna A amp A Kaccedilar 2013 The Effect of 5E Learning Cycle Model in Teaching
Trigonometry on Studentrsquos Academic Achievement and The Permanence of
Their Knowledge International Journal on New Trends in Education and
58
Their Implications 4(1) 73-87 Tersedia di
httpijonteorgFileploadks63207File07tunapdf [diakses 11-1- 2015]
Wardoyo SM 2013 Pembelajaran Konstruktivisme Bandung Alfabeta
Wena M 2011 Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer Jakarta Bumi
Aksara
Wiyanto 2008 Menyiapkan Guru Sains Mengembangkan Kompetensi
Laboratorium Semarang Unnes Press
Page 24
11
learning cycle yang pada mulanya terdiri dari tiga tahap yaitu eksplorasi
(exploration) pengenalan konsep (concept introduction) dan penerapan konsep
(concept application)
Pada pertengahan 1980an Biological Science Curriculum Study (BSCS)
mengembangkan model learning cycle dari tiga tahap siklus tersebut menjadi lima
tahap Tahap-tahap dalam pembelajaran Learning Cycle 5E meliputi engage
explore explain elaborateextend dan evaluate Perkembangan ini dilakukan
dengan menambahkan fase engage di awal pembelajaran yang bertujuan untuk
menggali pengetahuan awal siswa dan fase evaluate ditambahkan di akhir
pembelajaran yang bertujuan untuk menilai pemahaman siswa sedangkan fase
pemahaman konsep dan aplikasi konsep diganti dengan istilah baru yaitu explain
dan elaborate (Bybee et al 20068)
Perkembangan model learning cycle 7e yang paling baru sudah memiliki 7
tahap setelah mengalami pengkhususan menjadi 5 tahap Perubahan yang terjadi
pada tahap learning cycle 5e menjadi 7e terjadi pada tahap engage menjadi 2
tahap yaitu elicit dan engage sedangkan pada tahap elaborate dan evaluate
menjadi 3 tahap menjadi elaborate evaluate dan extend
Menurut Eisenkraft (200357) learning cycle 7e merupakan suatu model
pembelajaran yang bertujuan untuk menekankan pentingnya memunculkan
pemahaman awal siswa dan memperluas konsep Terdapat 7 tahap learning cycle
7e yang dapat dijelaskan sebagai berikut
1 Elicit (penggalian pengetahuan awal)
Makna dari elicit adalah menggali pemahaman awal yang dimiliki
siswa Langkah-langkah yang dapat dilakukan adalah dengan
mengajukan beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan materi
yang akan dipelajari
2 Engage (motivasi)
Pada tahap engage atau motivasi dapat dilakukan dengan cara
bercerita demonstrasi membuat prediski atau dengan
menunjukkan suatu objek gambar atau video Guru dapat
memberikan permasalahan dan meminta siswa untuk berpikir dan
mengajukan pertanyaan
3 Explore (melakukan pengamatan atau percobaan)
Pada tahap ini siswa diberi kesempatan untuk melakukan
pengamatan mengumpulkan data membuktikan prediksi atau
12
hipotesis merancang dan merencanakan percobaan membuat
grafik menafsirkan hasil serta mencatat hasil pengamatan
4 Explain (mengkomunikasikan)
Pada tahap ini guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menjelaskan konsep dan menunjukkan bukti hasil pengamatan
pada tahap explore melalui kegiatan diskusi Pada tahap ini siswa
diharapkan menemukan istilah-istilah dan konsep yang dipelajari
5 Elaborate (menerapkan konsep)
Tahap ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menerapkan konsep (pengetahuan baru) dan keterampilan dalam
situasi baru melalui kegiatan-kegiatan seperti pemecahan masalah
(problem solving)
6 Evaluate (evaluasi)
Tahap evaluasi model pembelajaran learning cycle 7e terdiri dari
evaluasi formatif dan evaluasi sumatif Evaluasi dapat dilakukan
melalui pemberian tes di akhir pembelajaran untuk mengetahui
sejauh mana tingkat pemahaman siswa terhadap konsep yang
dipelajari
7 Extend (mengaplikasikan konsep)
Tahap ini bertujuan untuk berpikir mencari menemukan dan
menjelaskan contoh penerapan konsep yang telah dipelajari
(Eisenkraft 200357)
Gambar 21 Perubahan Learning Cycle 5E Menjadi Learning Cycle 7E
13
Pengembangan tahap-tahap learning cycle dari 3 tahap
menjadi 5 tahap atau 7 tahap masih tetap berkaitan erat dengan teori
perkembangan kognitif Jean Piaget (skema asimilasi akomodasi dan
ekuilibrasi) Pembelajaran learning cycle memberikan kesempatan
kepada siswa untuk mengasimilasi informasi dengan cara
mengeksplorasi lingkungan mengakomodasi informasi dengan cara
mengembangkan konsep mengorganisasikan informasi dan
menghubungkan konsep-konsep baru dengan menggunakan atau
memperluas konsep yang dimiliki untuk menjelaskan suatu fenomena
yang berbeda Fase engagement dalam learning cycle termasuk dalam
proses asimilasi sedangkan fase evaluation masih merupakan proses
akomodasi dan ekuilibrasi
Model learning cycle 7e memiliki beberapa kelebihan dan kelemahan
Kelebihan dari model learning cycle 7e menurut Indrawati et al (201435) yaitu
1 Merangsang siswa untuk mengingat kembali materi pelajaran
yang telah didapatkan
2 Memberikan motivasi kepada siswa untuk menjadi lebih aktif dan
menambah rasa keingintahuan
3 Melatih siswa belajar menemukan konsep melalui kegiatan
ekperimen melatih siswa untuk menyampaikan konsep yang telah
dipelajari secara lisan
4 Melatih siswa untuk bekerjasama dan memberikan kesempatan
kepada siswa untuk berpikir mencari menemukan dan
menjelaskan contoh penerapan konsep yang telah dipelajari
Kelemahan dari model learning cycle 7e menurut Indrawati et al
(201435) yaitu
1 Efektivitas pembelajaran rendah jika guru kurang menguasai
materi dan langkah-langkah pembelajaran
2 Menuntut kesungguhan dan kreativitas guru dalam merancang dan
melaksanakan proses pembelajaran
3 Memerlukan waktu dan tenaga yang lebih banyak dalam menyusun
rencana dan melaksanakan pembelajaran
24 Kemampuan Berpikir Kritis
Menurut Ruggiero sebagaimana dikutip oleh Johnson (2007183) berpikir
merupakan segala aktivitas mental yang membantu merumuskan atau
memecahkan masalah membuat keputusan memenuhi keinginan untuk
memahami sebuah pencarian jawaban dan sebuah pencapaian makna Kowiyah
(2013176) menyatakan bahwa berpikir adalah suatu kegiatan atau proses
14
kognitif tindakan mental untuk memperoleh pengetahuan pemahaman dan
keterampilan agar mampu menemukan jalan keluar dan keputusan secara
deduktif induktif dan evaluatif
Secara teknis kemampuan berpikir dalam bahasa taksonomi Bloom
diartikan sebagai kemampuan intelektual yaitu kemampuan
menganalisismensintesis dan mengevaluasi Kemampuan-kemampuan ini dapat
dikatakan sebagai kemampuan berpikir kritis
Pembelajaran diharapkan dapat menjadi penunjang dalam
mengembangkan kemampuan berpikir siswa Kemampuan berpikir yang dapat
dikembangkan salah satunya adalah kemampuan berpikir kritis Tujuan
melatihkan kemampuan berpikir kritis adalah untuk menyiapkan siswa menjadi
seorang pemikir kritis dan mampu menyelesaikan masalah yang dihadapi (Tuna amp
Kaccedilar 201374) Selain itu untuk menghindarkan diri siswa dari penipuan
pencucian otak dan membuat keputusan dengan tepat dan bertanggung jawab
(Redhana amp Liliasari 2008 106)
Menurut Ennis (20111) berpikir kritis adalah berpikir rasional dan
reflektif dengan menekankan pada pembuatan keputusan tentang apa yang harus
dipercayai atau dilakukan Rasional berarti menurut pikiran dan pertimbangan
yang logis Reflektif berarti mempertimbangkan secara hati-hati segala alternatif
sebelum mengambil keputusan Jadi dalam hal ini Ennis (20111) menekankan
bahwa berpikir kritis lebih berhubungan dengan alasan yang dapat diterima ketika
seseorang mengambil keputusan Berdasarkan pengertian tersebut maka dapat
dirumuskan bahwa berpikir kritis merupakan proses menggunakan pikiran secara
rasional dan reflektif untuk mencari dan menganalisis informasi mengambil
keputusan dan menyelesaikan masalah
Ennis (19918) menyatakan bahwa dalam berpikir kritis terdapat dua
komponen yaitu karakter (disposition) dan kemampuan penguasaan pengetahuan
(ability) Komponen kemampuan penguasaan pengetahuan dalam berpikir kritis
sering disebut sebagai kemampuan berpikir kritis
Terdapat dua belas indikator kemampuan berpikir kritis yang
dikelompokkan dalam lima aspek berpikir kritis seperti pada Tabel 21 berikut
15
Tabel 21 Indikator Kemampuan Berpikir Kritis Menurut Ennis (198546)
No Aspek Indikator
1 Memberikan
penjelasan sederhana
1 Memfokuskan pertanyaan
2 Menganalisis pertanyaan
3 Bertanya dan menjawab
pertanyaan tentang suatu
penjelasan
2 Membangun
keterampilan dasar
1 Mempertimbangkan apakah
sumber dapat dipercaya atau
tidak
2 Mengobservasi dan
mempertimbangkan suatu
laporan hasil observasi
3 Menyimpulkan 1 Mendeduksi dan
mempertimbangkan hasil
deduksi
2 Menginduksi dan
mempertimbangkan hasil induksi
3 Membuat dan menentukan hasil
pertimbangan
4 Memberikan
penjelasan lanjut
1 Mendefinisikan istilah dan
mempertimbangkan suatu
definisi dalam tiga dimensi
2 Mengidentifikasi asumsi
5 Mengatur strategi
dan taktik
1 Menentukan suatu tindakan
2 Berinteraksi dengan orang lain
Kemampuan berpikir kritis dapat diukur dengan menggunakan instrumen
yang dikembangkan melalui aspek dan indikator berpikir kritis Evaluasi terhadap
kemampuan berpikir kritis antara lain bertujuan untuk mendiagnosis tingkat
kemampuan berpikir kritis siswa memberi umpan balik keberanian berpikir
siswa dan memberi motivasi agar siswa mengembangkan kemampuan berpikir
kritis (Ennis 1993180)
Karakter (disposition) adalah kecenderungan atau kebiasaan untuk berpikir
dalam cara dan kondisi tertentu Disposisi berpikir kritis merupakan sifat yang
melekat pada diri seseorang yang berpikir kritis (Lambertus 2009138)
Seseorang yang memiliki disposisi berpikir kritis akan cenderung berpikir kritis
ketika ada situasi atau kondisi yang menghadirkan stimulus untuk berpikir kritis
16
Pemikir kritis yang ideal memiliki karakter (disposition) untuk mencari
kejelasan dari pertanyaan mencari alasan berusaha mengetahui infomasi dengan
baik menggunakan dan menyebutkan sumber yang memiliki kredibilitas
memperhatikan situasi dan kondisi secara keseluruhan berusaha tetap relevan dengan
ide utama mengingat kepentingan yang asli dan mendasar mencari alternatif
bersikap dan berpikir terbuka mengambil posisi ketika ada bukti dan alasan yang
cukup untuk melakukan sesuatu mencari penjelasan sebanyak mungkin bersikap
secara sistematis dan teratur dengan bagian dari keseluruhan masalah (Ennis 19918)
25 Materi Interaksi Makhluk Hidup dengan Lingkungan
Materi Interaksi makhluk hidup dengan lingkungan merupakan salah satu
materi pokok kelas VII semester genap dalam kurikulum 2013 dengan kompetensi
dasar yaitu 38 mendeskripsikan interaksi antar makhluk hidup dan lingkungannya
dan 412 menyajikan hasil observasi terhadap interaksi makhluk hidup dengan
lingkungan di sekitarnya Indikator pembelajaran dalam penelitian ini meliputi
menjelaskan konsep ekosistem mengidentifikasi komponen biotik dan abiotik
mengidentifikasi satuan-satuan dalam ekosistem menghitung kepadatan populasi
menganalisis saling ketergantungan antara komponen biotik dan abiotik dan
menganalisis saling ketergantungan antar komponen biotik
Komponen ekosistem meliputi komponen abiotik (makhluk tak hidup) dan
komponen biotik (makhluk hidup) Komponen biotik meliputi organisme autotrof
yaitu produsen primer heterotrof yaitu konsumen dan detritivor yaitu organisme
pemakan limbah organik dan organisme yang telah mati
Produsen primer utama pada sebagian besar ekosistem darat adalah
tumbuhan sedangkan produsen primer dalam zona limnetik danau dan lautan
terbuka adalah fitoplankton (alga dan bakteri) Alga multiselluler dan tumbuhan
akuatik merupakan produsen primer di ekosistem air tawar maupun air laut
Organisme yang secara langsung memakan organisme autotrof disebut
herbivora Oleh karena itu herbivora disebut juga sebagai konsumen primer
sedangkan organisme yang mendapatkan makanan dengan memangsa herbivora
atau karnivora lain disebut karnivora Karnivora dapat berperan sebagai konsumen
17
sekunder tersier dan seterusnya Jalur perpindahan makanan dari tingkat trofik
satu ke tingkat trofik lainnya dikenal sebagai rantai makanan (food chain) akan
tetapi hubungan makan memakan dalam suatu ekosistem umumnya saling
berhubungan menjadi jaring-jaring makanan (food web) karena konsumen
memakan lebih dari satu tingkat trofik (Campbell et al 2004)
Kompetensi dasar dan indikator pembelajaran pada materi tersebut
menuntut siswa untuk dapat memahami konsep-konsep dan memecahkan masalah
yang sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari Penerapan learning cycle 7e
berbasis konstruktivisme mempertimbangkan pengetahuan awal siswa (elicit)
menyajikan masalah yang berkaitan dengan kehidupan nyata sebagai rangsangan
untuk belajar (engage) memberikan kesempatan secara langsung kepada siswa
untuk terlibat dalam penemuan konsep melalui kegiatan observasi (explore)
dilanjutkan dengan melakukan diskusi untuk mengklarifikasi konsep (elaborate)
dan evaluasi (evaluate) untuk mengetahui sejauh mana pemahaman konsep yang
telah dimiliki oleh siswa serta menerapkan konsep yang telah diperoleh pada
situasi baru (extend) Pembelajaran materi interaksi makhluk hidup dengan
lingkungan diharapkan menjadi lebih bermakna dan kemampuan berpikir kritis
siswa dapat berkembang dengan membandingkan konsep yang sudah diperoleh
dengan konsep baru yang dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari siswa Model
pembelajaran learning cycle 7e berbasis konstruktivisme diharapkan tepat apabila
digunakan dalam penyampaian materi ekosistem
18
26 Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
Gambar 22 Kerangka Berpikir Penelitian
27 Hipotesis
Penerapan Learning cycle 7e berbasis konstruktivisme berpengaruh
terhadap kemampuan berpikir kritis siswa pada materi Interaksi makhluk hidup
dengan lingkungan
Pembelajaran Learning
Cycle 7E berbasis
konstruktivisme
Menekankan
pengetahuan awal siswa
dan memungkinkan
mengaplikasikan
konsep yang telah
diperoleh
(Eisenkraft 200357)
Mampu meningkatkan
keterampilan proses
sains dan penguasaan
konsep (Kanli amp
Yagbasan 2007151)
Mampu meningkatkan
kemampuan berpikir
kritis
(Hartono 201365)
Mampu meningkatkan
kemampuan berpikir
kritis secara signifikan
dibandingkan metode
tradisional
(Mecit 200648)
Permasalahan dalam pembelajaran
Siswa kesulitan menganalisis suatu
permasalahan
Siswa kesulitan menyimpulkan
Siswa kesulitan mengaplikasikan konsep
pada situasi baru dan konkret
Keberanian mengajukan pertanyaan
amp pendapat rendah
Kemampuan berpikir kritis rendah
Berpikir kritis salah satu
keterampilan abad 21 yang
harus dimiliki oleh siswa
Tuntutan memberdayakan
SDM yang berkualitas
(Permendikbud 2013)
Kelas eksperimen Kelas kontrol
Pembelajaran
dengan metode
diskusi amp ceramah
Kemampuan berpikir kritis berkembang
Learning cycle 7e
berbasis
konstruktivisme
Quasi experimental design
Uji t
54
BAB 5
PENUTUP
51 Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa
penerapan learning cycle 7e berbasis konstruktivisme berpengaruh terhadap
kemampuan berpikir kritis siswa pada materi interaksi makhluk hidup dengan
lingkungan Peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa kelas eksperimen lebih
baik dari pada kelas kontrol
52 Saran
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan penerapan learning cycle
7e berbasis konstruktivisme terbukti berpengaruh terhadap kemampuan berpikir
kritis siswa pada materi interaksi makhluk hidup dengan lingkunganya Dengan
demikian maka beberapa saran yang dapat diberikan sebagai berikut
1 Guru IPA dapat mempertimbangkan pembelajaran learning cycle 7E berbasis
konstruktivisme pada materi interaksi makhluk hidup dengan lingkungan
karena terbukti dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa
2 Guru IPA dapat merancang proses pembelajaran dan instrumen pembelajaran
yang dapat memicu kemampuan berpikir kritis siswa
3 Bagi peneliti selanjutnya yang akan melakukan penelitian berkaitan dengan
kemampuan berpikir kritis disarankan mengoptimalkan pengelolaan kelas dan
memberikan banyak motivasi agar setiap siswa dapat berpartisipasi dan
berinteraksi dalam kegiatan pembelajaran Hal ini dimaksudkan agar
pembelajaran yang dilakukan efektif terhadap kemampuan berpikir kritis
siswa
55
DAFTAR PUSTAKA
Aqib Z 2013 Model-Model Media dan Strategi Pembelajaran
Kontekstual(Inovatif) Bandung Yrama Widya
Amertawengrum IP 2014 Filsafat Konstruktivisme dalam Pembelajaran Sastra
Anak Jurnal Magistra 26(89)8-17 KlatenUnwidha
Arifin Z 2012 Evaluasi Pembelajaran Jakarta Dirjen Pendidikan Islam Online
at
httpdualmodekemenaggoidfiledokumen34EvaluasiPembelajaranpdf
[diakses tanggal 17 Januari 2015]
Arikunto S 2010 Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Jakarta Bumi Aksara
_________ 2012 Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Jakarta Bumi Aksara
Bybee RW JA Taylor A Gardner PV Scotter JC Powell A Westbrook amp
N Landes 2006 The BSCS 5E Instructional Model Origins and
Effectiveness A Report Prepared for the Office of Science Education
National Institute of Health Colorado BSCS Online Tersedia di
httpscienceeducationnihgov [diakses 11-1- 2015]
Campbell NA Reece BJ amp Mitchell LG 2004 Biologi Alih Bahasa Manalu
W (eds) Erlangga Jakarta
Curto K amp T Bayer 2005 An Intersection of Critical Thinkking and
Communication Skillls Journal of Biological Science 31(4)11-19
Amerika Serikat University of Pittsburgh
Eisenkraft A 2003 Expanding The 5E Model Journal The Sciences Teacher
70(6) 56-59 Tersedia di httpits-about-
timecomhtmlsapeisenkrafttstpdf [diakses 3-2-2015]
Ennis RH 1985 A Logical Basic for Measuring Critical Thinking Skill Tersedia
di httpwwwascdorgASCDpdfjournalsed_leadel_198510_ennispdf
[diakses 27-1-2015]
Ennis RH 1991Critical Thinking A Streamlined Conception Tersedia di
httpfacultyeducationillinoisedurhennisdocumentsTheNatureofCritical
Thinking_51711_000pdf [diakses 27-1-2015]
Ennis R H 1993 Critical Thinking Assesment Journal Theory and Practice 32
(2) 179-186 Amerika Serikat The Ohio State University
56
Ennis RH 2011 The Nature of Critical Thinking An Outline of Critical
Thinking Dispositions and Abilities Tersedia di
httpfacultyeducationillinoisedurhennisdocumentsTheNatureofCritical
Thinking_51711_000pdf [diakses 27-1-2015]
Hapsari RTS 2011 Penerapan Model Konstruktivisme untuk Meningkatkan
Hasil Belajar Siswa Jurnal Pendidikan Penabur 10(16) (34-45) Tersedia
di
httpwwwbpkpenaburoridfilesHal2034_4520Penerapan20Mode
l20Pembelajaran20Konstruktivismepdf [diakses 25-1-2015]
Hartono 2013 Learning Cycle Model to Increase Studentrsquos Critical Thinking on
Science Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 9(1)56-66 Semarang
Universitas Negeri Semarang
Indrawati W Suyatno amp YSRahayu 2014 Implementasi Model Learning
Cycle 7E Pada Pembelajaran Kimia Dengan Materi Pokok Kelarutan Dan
Hasil Kali Kelarutan Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep dan
Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMA Prosiding Seminar Nasional
KimiaSurabaya Universitas Negeri Surabaya
Johnson EB 2007 Contextual Teaching amp Learning terjemahan Ibnu Setiawan
Bandung MLC
Kanli amp Yagbasan 2007 The Effects of a Laboratory Based on the 7E Learning
Cycle Model and Verification Laboratory Approach on the Development of
Studentsrsquo Science Process Skills and Conceptual Achievement Tersedia
diwwwuscaeduessaysspecialeditionUKanligraveandRYagbasanpdf[diakses
2-3-2015]
Kowiyah 2012 Kemampuan Berpikir Kritis Jurnal Pendidikan Dasar 3(5) 175-
179 Tersedia di httpjournalppsunjorgarticeldownload108108
[diakses 1-1-2015]
Kulsum U amp N Hindarto 2011 Penerapan Model Learning Cycle 5E pada Sub
pokok bahasan Kalor untuk Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar
Siswa Kelas VII SMP Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 7(1)128-
133Semarang Universitas Negeri Semarang
Kunandar 2013 Penilaian Autentik (Penilaian Hasil Belajar Kurikulum 2013)
Jakarta Raja Grafindo Persada
Lambertus 2009 Pentingnya Melatih Keterampilan Berpikir Kritis Dalam
Pembelajaran Matematika Di SD Jurnal Forum Pendidikan 28(2) (136-
142) Palembang Universitas Sriwijaya
57
Maknun D RR Haerin k Surtikanti amp AMunandar 2012 Praktikum Ekologi
Berbasis Proyek Media Pembekalan Keterampilan Esensial Laboratorium
Jurnal Pendidikan MIPA 13(1) 8-17 Lampung Universitas Lampung
Mecit O 2006 The Effect of 7E Learning Cycle Model on The Improvement of
Fifth Grade Studentsrsquo Critical Thinking Skills Tesis Turkey Middle East
Technical University
Permendikbud 2013 Implementasi Kurikulum Jakarta Depdiknas
Priyatno Duwi 2012 Belajar Analisis Data dengan SPSS 20 Yogyakarta Andi
Redhana IW amp Liliasari 2008 Program Pembelajaran Keterampilan Berpikir
Kritis Pada Topik Laju Reaksi Untuk Siswa SMA Jurnal Forum
Kependidikan 27(2)103-112 Bandung Universitas Pendidikan Indonesia
RifarsquoI Aamp CT Anni 2011 Psikologi Pendidikan Semarang Universitas Negeri
Semarang Press
Siribunnam amp Tayraukham 2009 Effect of 7-E KWL and Conventional on
Analitycal Thinking Learning Acievement and Attitudes toward Chemistry
Learning Journal of Social Sciences 5(4)279-282 Tersedia di
httpwwwamazoncomconventional-instruction-analytical-achievement-
attitudesdpB002TP5UQS [diakses 3-2-2015]
Slameto 2010 Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya Jakarta
Rhineka Cipta
Slavin RE 2008 Psikologi Pendidikan Teori dan Praktik Jakarta Indeks
Soeprodjo S Priatmoko amp EY Sariana 2008 Pengaruh Model Learning
Cycle terhadap Hasil Belajar Materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan
Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia 2(1) 224-229 Semarang Universitas
Negeri Semarang
Sudjana 2005 Metode Statistika Bandung Tarsito
Sugiyono 2013 Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif
Kualitatif dan RampD) Bandung Alfabeta
Trianto 2007 Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivisme
Jakarta Prestasi Pustaka
Tuna A amp A Kaccedilar 2013 The Effect of 5E Learning Cycle Model in Teaching
Trigonometry on Studentrsquos Academic Achievement and The Permanence of
Their Knowledge International Journal on New Trends in Education and
58
Their Implications 4(1) 73-87 Tersedia di
httpijonteorgFileploadks63207File07tunapdf [diakses 11-1- 2015]
Wardoyo SM 2013 Pembelajaran Konstruktivisme Bandung Alfabeta
Wena M 2011 Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer Jakarta Bumi
Aksara
Wiyanto 2008 Menyiapkan Guru Sains Mengembangkan Kompetensi
Laboratorium Semarang Unnes Press
Page 25
12
hipotesis merancang dan merencanakan percobaan membuat
grafik menafsirkan hasil serta mencatat hasil pengamatan
4 Explain (mengkomunikasikan)
Pada tahap ini guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menjelaskan konsep dan menunjukkan bukti hasil pengamatan
pada tahap explore melalui kegiatan diskusi Pada tahap ini siswa
diharapkan menemukan istilah-istilah dan konsep yang dipelajari
5 Elaborate (menerapkan konsep)
Tahap ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menerapkan konsep (pengetahuan baru) dan keterampilan dalam
situasi baru melalui kegiatan-kegiatan seperti pemecahan masalah
(problem solving)
6 Evaluate (evaluasi)
Tahap evaluasi model pembelajaran learning cycle 7e terdiri dari
evaluasi formatif dan evaluasi sumatif Evaluasi dapat dilakukan
melalui pemberian tes di akhir pembelajaran untuk mengetahui
sejauh mana tingkat pemahaman siswa terhadap konsep yang
dipelajari
7 Extend (mengaplikasikan konsep)
Tahap ini bertujuan untuk berpikir mencari menemukan dan
menjelaskan contoh penerapan konsep yang telah dipelajari
(Eisenkraft 200357)
Gambar 21 Perubahan Learning Cycle 5E Menjadi Learning Cycle 7E
13
Pengembangan tahap-tahap learning cycle dari 3 tahap
menjadi 5 tahap atau 7 tahap masih tetap berkaitan erat dengan teori
perkembangan kognitif Jean Piaget (skema asimilasi akomodasi dan
ekuilibrasi) Pembelajaran learning cycle memberikan kesempatan
kepada siswa untuk mengasimilasi informasi dengan cara
mengeksplorasi lingkungan mengakomodasi informasi dengan cara
mengembangkan konsep mengorganisasikan informasi dan
menghubungkan konsep-konsep baru dengan menggunakan atau
memperluas konsep yang dimiliki untuk menjelaskan suatu fenomena
yang berbeda Fase engagement dalam learning cycle termasuk dalam
proses asimilasi sedangkan fase evaluation masih merupakan proses
akomodasi dan ekuilibrasi
Model learning cycle 7e memiliki beberapa kelebihan dan kelemahan
Kelebihan dari model learning cycle 7e menurut Indrawati et al (201435) yaitu
1 Merangsang siswa untuk mengingat kembali materi pelajaran
yang telah didapatkan
2 Memberikan motivasi kepada siswa untuk menjadi lebih aktif dan
menambah rasa keingintahuan
3 Melatih siswa belajar menemukan konsep melalui kegiatan
ekperimen melatih siswa untuk menyampaikan konsep yang telah
dipelajari secara lisan
4 Melatih siswa untuk bekerjasama dan memberikan kesempatan
kepada siswa untuk berpikir mencari menemukan dan
menjelaskan contoh penerapan konsep yang telah dipelajari
Kelemahan dari model learning cycle 7e menurut Indrawati et al
(201435) yaitu
1 Efektivitas pembelajaran rendah jika guru kurang menguasai
materi dan langkah-langkah pembelajaran
2 Menuntut kesungguhan dan kreativitas guru dalam merancang dan
melaksanakan proses pembelajaran
3 Memerlukan waktu dan tenaga yang lebih banyak dalam menyusun
rencana dan melaksanakan pembelajaran
24 Kemampuan Berpikir Kritis
Menurut Ruggiero sebagaimana dikutip oleh Johnson (2007183) berpikir
merupakan segala aktivitas mental yang membantu merumuskan atau
memecahkan masalah membuat keputusan memenuhi keinginan untuk
memahami sebuah pencarian jawaban dan sebuah pencapaian makna Kowiyah
(2013176) menyatakan bahwa berpikir adalah suatu kegiatan atau proses
14
kognitif tindakan mental untuk memperoleh pengetahuan pemahaman dan
keterampilan agar mampu menemukan jalan keluar dan keputusan secara
deduktif induktif dan evaluatif
Secara teknis kemampuan berpikir dalam bahasa taksonomi Bloom
diartikan sebagai kemampuan intelektual yaitu kemampuan
menganalisismensintesis dan mengevaluasi Kemampuan-kemampuan ini dapat
dikatakan sebagai kemampuan berpikir kritis
Pembelajaran diharapkan dapat menjadi penunjang dalam
mengembangkan kemampuan berpikir siswa Kemampuan berpikir yang dapat
dikembangkan salah satunya adalah kemampuan berpikir kritis Tujuan
melatihkan kemampuan berpikir kritis adalah untuk menyiapkan siswa menjadi
seorang pemikir kritis dan mampu menyelesaikan masalah yang dihadapi (Tuna amp
Kaccedilar 201374) Selain itu untuk menghindarkan diri siswa dari penipuan
pencucian otak dan membuat keputusan dengan tepat dan bertanggung jawab
(Redhana amp Liliasari 2008 106)
Menurut Ennis (20111) berpikir kritis adalah berpikir rasional dan
reflektif dengan menekankan pada pembuatan keputusan tentang apa yang harus
dipercayai atau dilakukan Rasional berarti menurut pikiran dan pertimbangan
yang logis Reflektif berarti mempertimbangkan secara hati-hati segala alternatif
sebelum mengambil keputusan Jadi dalam hal ini Ennis (20111) menekankan
bahwa berpikir kritis lebih berhubungan dengan alasan yang dapat diterima ketika
seseorang mengambil keputusan Berdasarkan pengertian tersebut maka dapat
dirumuskan bahwa berpikir kritis merupakan proses menggunakan pikiran secara
rasional dan reflektif untuk mencari dan menganalisis informasi mengambil
keputusan dan menyelesaikan masalah
Ennis (19918) menyatakan bahwa dalam berpikir kritis terdapat dua
komponen yaitu karakter (disposition) dan kemampuan penguasaan pengetahuan
(ability) Komponen kemampuan penguasaan pengetahuan dalam berpikir kritis
sering disebut sebagai kemampuan berpikir kritis
Terdapat dua belas indikator kemampuan berpikir kritis yang
dikelompokkan dalam lima aspek berpikir kritis seperti pada Tabel 21 berikut
15
Tabel 21 Indikator Kemampuan Berpikir Kritis Menurut Ennis (198546)
No Aspek Indikator
1 Memberikan
penjelasan sederhana
1 Memfokuskan pertanyaan
2 Menganalisis pertanyaan
3 Bertanya dan menjawab
pertanyaan tentang suatu
penjelasan
2 Membangun
keterampilan dasar
1 Mempertimbangkan apakah
sumber dapat dipercaya atau
tidak
2 Mengobservasi dan
mempertimbangkan suatu
laporan hasil observasi
3 Menyimpulkan 1 Mendeduksi dan
mempertimbangkan hasil
deduksi
2 Menginduksi dan
mempertimbangkan hasil induksi
3 Membuat dan menentukan hasil
pertimbangan
4 Memberikan
penjelasan lanjut
1 Mendefinisikan istilah dan
mempertimbangkan suatu
definisi dalam tiga dimensi
2 Mengidentifikasi asumsi
5 Mengatur strategi
dan taktik
1 Menentukan suatu tindakan
2 Berinteraksi dengan orang lain
Kemampuan berpikir kritis dapat diukur dengan menggunakan instrumen
yang dikembangkan melalui aspek dan indikator berpikir kritis Evaluasi terhadap
kemampuan berpikir kritis antara lain bertujuan untuk mendiagnosis tingkat
kemampuan berpikir kritis siswa memberi umpan balik keberanian berpikir
siswa dan memberi motivasi agar siswa mengembangkan kemampuan berpikir
kritis (Ennis 1993180)
Karakter (disposition) adalah kecenderungan atau kebiasaan untuk berpikir
dalam cara dan kondisi tertentu Disposisi berpikir kritis merupakan sifat yang
melekat pada diri seseorang yang berpikir kritis (Lambertus 2009138)
Seseorang yang memiliki disposisi berpikir kritis akan cenderung berpikir kritis
ketika ada situasi atau kondisi yang menghadirkan stimulus untuk berpikir kritis
16
Pemikir kritis yang ideal memiliki karakter (disposition) untuk mencari
kejelasan dari pertanyaan mencari alasan berusaha mengetahui infomasi dengan
baik menggunakan dan menyebutkan sumber yang memiliki kredibilitas
memperhatikan situasi dan kondisi secara keseluruhan berusaha tetap relevan dengan
ide utama mengingat kepentingan yang asli dan mendasar mencari alternatif
bersikap dan berpikir terbuka mengambil posisi ketika ada bukti dan alasan yang
cukup untuk melakukan sesuatu mencari penjelasan sebanyak mungkin bersikap
secara sistematis dan teratur dengan bagian dari keseluruhan masalah (Ennis 19918)
25 Materi Interaksi Makhluk Hidup dengan Lingkungan
Materi Interaksi makhluk hidup dengan lingkungan merupakan salah satu
materi pokok kelas VII semester genap dalam kurikulum 2013 dengan kompetensi
dasar yaitu 38 mendeskripsikan interaksi antar makhluk hidup dan lingkungannya
dan 412 menyajikan hasil observasi terhadap interaksi makhluk hidup dengan
lingkungan di sekitarnya Indikator pembelajaran dalam penelitian ini meliputi
menjelaskan konsep ekosistem mengidentifikasi komponen biotik dan abiotik
mengidentifikasi satuan-satuan dalam ekosistem menghitung kepadatan populasi
menganalisis saling ketergantungan antara komponen biotik dan abiotik dan
menganalisis saling ketergantungan antar komponen biotik
Komponen ekosistem meliputi komponen abiotik (makhluk tak hidup) dan
komponen biotik (makhluk hidup) Komponen biotik meliputi organisme autotrof
yaitu produsen primer heterotrof yaitu konsumen dan detritivor yaitu organisme
pemakan limbah organik dan organisme yang telah mati
Produsen primer utama pada sebagian besar ekosistem darat adalah
tumbuhan sedangkan produsen primer dalam zona limnetik danau dan lautan
terbuka adalah fitoplankton (alga dan bakteri) Alga multiselluler dan tumbuhan
akuatik merupakan produsen primer di ekosistem air tawar maupun air laut
Organisme yang secara langsung memakan organisme autotrof disebut
herbivora Oleh karena itu herbivora disebut juga sebagai konsumen primer
sedangkan organisme yang mendapatkan makanan dengan memangsa herbivora
atau karnivora lain disebut karnivora Karnivora dapat berperan sebagai konsumen
17
sekunder tersier dan seterusnya Jalur perpindahan makanan dari tingkat trofik
satu ke tingkat trofik lainnya dikenal sebagai rantai makanan (food chain) akan
tetapi hubungan makan memakan dalam suatu ekosistem umumnya saling
berhubungan menjadi jaring-jaring makanan (food web) karena konsumen
memakan lebih dari satu tingkat trofik (Campbell et al 2004)
Kompetensi dasar dan indikator pembelajaran pada materi tersebut
menuntut siswa untuk dapat memahami konsep-konsep dan memecahkan masalah
yang sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari Penerapan learning cycle 7e
berbasis konstruktivisme mempertimbangkan pengetahuan awal siswa (elicit)
menyajikan masalah yang berkaitan dengan kehidupan nyata sebagai rangsangan
untuk belajar (engage) memberikan kesempatan secara langsung kepada siswa
untuk terlibat dalam penemuan konsep melalui kegiatan observasi (explore)
dilanjutkan dengan melakukan diskusi untuk mengklarifikasi konsep (elaborate)
dan evaluasi (evaluate) untuk mengetahui sejauh mana pemahaman konsep yang
telah dimiliki oleh siswa serta menerapkan konsep yang telah diperoleh pada
situasi baru (extend) Pembelajaran materi interaksi makhluk hidup dengan
lingkungan diharapkan menjadi lebih bermakna dan kemampuan berpikir kritis
siswa dapat berkembang dengan membandingkan konsep yang sudah diperoleh
dengan konsep baru yang dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari siswa Model
pembelajaran learning cycle 7e berbasis konstruktivisme diharapkan tepat apabila
digunakan dalam penyampaian materi ekosistem
18
26 Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
Gambar 22 Kerangka Berpikir Penelitian
27 Hipotesis
Penerapan Learning cycle 7e berbasis konstruktivisme berpengaruh
terhadap kemampuan berpikir kritis siswa pada materi Interaksi makhluk hidup
dengan lingkungan
Pembelajaran Learning
Cycle 7E berbasis
konstruktivisme
Menekankan
pengetahuan awal siswa
dan memungkinkan
mengaplikasikan
konsep yang telah
diperoleh
(Eisenkraft 200357)
Mampu meningkatkan
keterampilan proses
sains dan penguasaan
konsep (Kanli amp
Yagbasan 2007151)
Mampu meningkatkan
kemampuan berpikir
kritis
(Hartono 201365)
Mampu meningkatkan
kemampuan berpikir
kritis secara signifikan
dibandingkan metode
tradisional
(Mecit 200648)
Permasalahan dalam pembelajaran
Siswa kesulitan menganalisis suatu
permasalahan
Siswa kesulitan menyimpulkan
Siswa kesulitan mengaplikasikan konsep
pada situasi baru dan konkret
Keberanian mengajukan pertanyaan
amp pendapat rendah
Kemampuan berpikir kritis rendah
Berpikir kritis salah satu
keterampilan abad 21 yang
harus dimiliki oleh siswa
Tuntutan memberdayakan
SDM yang berkualitas
(Permendikbud 2013)
Kelas eksperimen Kelas kontrol
Pembelajaran
dengan metode
diskusi amp ceramah
Kemampuan berpikir kritis berkembang
Learning cycle 7e
berbasis
konstruktivisme
Quasi experimental design
Uji t
54
BAB 5
PENUTUP
51 Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa
penerapan learning cycle 7e berbasis konstruktivisme berpengaruh terhadap
kemampuan berpikir kritis siswa pada materi interaksi makhluk hidup dengan
lingkungan Peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa kelas eksperimen lebih
baik dari pada kelas kontrol
52 Saran
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan penerapan learning cycle
7e berbasis konstruktivisme terbukti berpengaruh terhadap kemampuan berpikir
kritis siswa pada materi interaksi makhluk hidup dengan lingkunganya Dengan
demikian maka beberapa saran yang dapat diberikan sebagai berikut
1 Guru IPA dapat mempertimbangkan pembelajaran learning cycle 7E berbasis
konstruktivisme pada materi interaksi makhluk hidup dengan lingkungan
karena terbukti dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa
2 Guru IPA dapat merancang proses pembelajaran dan instrumen pembelajaran
yang dapat memicu kemampuan berpikir kritis siswa
3 Bagi peneliti selanjutnya yang akan melakukan penelitian berkaitan dengan
kemampuan berpikir kritis disarankan mengoptimalkan pengelolaan kelas dan
memberikan banyak motivasi agar setiap siswa dapat berpartisipasi dan
berinteraksi dalam kegiatan pembelajaran Hal ini dimaksudkan agar
pembelajaran yang dilakukan efektif terhadap kemampuan berpikir kritis
siswa
55
DAFTAR PUSTAKA
Aqib Z 2013 Model-Model Media dan Strategi Pembelajaran
Kontekstual(Inovatif) Bandung Yrama Widya
Amertawengrum IP 2014 Filsafat Konstruktivisme dalam Pembelajaran Sastra
Anak Jurnal Magistra 26(89)8-17 KlatenUnwidha
Arifin Z 2012 Evaluasi Pembelajaran Jakarta Dirjen Pendidikan Islam Online
at
httpdualmodekemenaggoidfiledokumen34EvaluasiPembelajaranpdf
[diakses tanggal 17 Januari 2015]
Arikunto S 2010 Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Jakarta Bumi Aksara
_________ 2012 Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Jakarta Bumi Aksara
Bybee RW JA Taylor A Gardner PV Scotter JC Powell A Westbrook amp
N Landes 2006 The BSCS 5E Instructional Model Origins and
Effectiveness A Report Prepared for the Office of Science Education
National Institute of Health Colorado BSCS Online Tersedia di
httpscienceeducationnihgov [diakses 11-1- 2015]
Campbell NA Reece BJ amp Mitchell LG 2004 Biologi Alih Bahasa Manalu
W (eds) Erlangga Jakarta
Curto K amp T Bayer 2005 An Intersection of Critical Thinkking and
Communication Skillls Journal of Biological Science 31(4)11-19
Amerika Serikat University of Pittsburgh
Eisenkraft A 2003 Expanding The 5E Model Journal The Sciences Teacher
70(6) 56-59 Tersedia di httpits-about-
timecomhtmlsapeisenkrafttstpdf [diakses 3-2-2015]
Ennis RH 1985 A Logical Basic for Measuring Critical Thinking Skill Tersedia
di httpwwwascdorgASCDpdfjournalsed_leadel_198510_ennispdf
[diakses 27-1-2015]
Ennis RH 1991Critical Thinking A Streamlined Conception Tersedia di
httpfacultyeducationillinoisedurhennisdocumentsTheNatureofCritical
Thinking_51711_000pdf [diakses 27-1-2015]
Ennis R H 1993 Critical Thinking Assesment Journal Theory and Practice 32
(2) 179-186 Amerika Serikat The Ohio State University
56
Ennis RH 2011 The Nature of Critical Thinking An Outline of Critical
Thinking Dispositions and Abilities Tersedia di
httpfacultyeducationillinoisedurhennisdocumentsTheNatureofCritical
Thinking_51711_000pdf [diakses 27-1-2015]
Hapsari RTS 2011 Penerapan Model Konstruktivisme untuk Meningkatkan
Hasil Belajar Siswa Jurnal Pendidikan Penabur 10(16) (34-45) Tersedia
di
httpwwwbpkpenaburoridfilesHal2034_4520Penerapan20Mode
l20Pembelajaran20Konstruktivismepdf [diakses 25-1-2015]
Hartono 2013 Learning Cycle Model to Increase Studentrsquos Critical Thinking on
Science Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 9(1)56-66 Semarang
Universitas Negeri Semarang
Indrawati W Suyatno amp YSRahayu 2014 Implementasi Model Learning
Cycle 7E Pada Pembelajaran Kimia Dengan Materi Pokok Kelarutan Dan
Hasil Kali Kelarutan Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep dan
Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMA Prosiding Seminar Nasional
KimiaSurabaya Universitas Negeri Surabaya
Johnson EB 2007 Contextual Teaching amp Learning terjemahan Ibnu Setiawan
Bandung MLC
Kanli amp Yagbasan 2007 The Effects of a Laboratory Based on the 7E Learning
Cycle Model and Verification Laboratory Approach on the Development of
Studentsrsquo Science Process Skills and Conceptual Achievement Tersedia
diwwwuscaeduessaysspecialeditionUKanligraveandRYagbasanpdf[diakses
2-3-2015]
Kowiyah 2012 Kemampuan Berpikir Kritis Jurnal Pendidikan Dasar 3(5) 175-
179 Tersedia di httpjournalppsunjorgarticeldownload108108
[diakses 1-1-2015]
Kulsum U amp N Hindarto 2011 Penerapan Model Learning Cycle 5E pada Sub
pokok bahasan Kalor untuk Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar
Siswa Kelas VII SMP Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 7(1)128-
133Semarang Universitas Negeri Semarang
Kunandar 2013 Penilaian Autentik (Penilaian Hasil Belajar Kurikulum 2013)
Jakarta Raja Grafindo Persada
Lambertus 2009 Pentingnya Melatih Keterampilan Berpikir Kritis Dalam
Pembelajaran Matematika Di SD Jurnal Forum Pendidikan 28(2) (136-
142) Palembang Universitas Sriwijaya
57
Maknun D RR Haerin k Surtikanti amp AMunandar 2012 Praktikum Ekologi
Berbasis Proyek Media Pembekalan Keterampilan Esensial Laboratorium
Jurnal Pendidikan MIPA 13(1) 8-17 Lampung Universitas Lampung
Mecit O 2006 The Effect of 7E Learning Cycle Model on The Improvement of
Fifth Grade Studentsrsquo Critical Thinking Skills Tesis Turkey Middle East
Technical University
Permendikbud 2013 Implementasi Kurikulum Jakarta Depdiknas
Priyatno Duwi 2012 Belajar Analisis Data dengan SPSS 20 Yogyakarta Andi
Redhana IW amp Liliasari 2008 Program Pembelajaran Keterampilan Berpikir
Kritis Pada Topik Laju Reaksi Untuk Siswa SMA Jurnal Forum
Kependidikan 27(2)103-112 Bandung Universitas Pendidikan Indonesia
RifarsquoI Aamp CT Anni 2011 Psikologi Pendidikan Semarang Universitas Negeri
Semarang Press
Siribunnam amp Tayraukham 2009 Effect of 7-E KWL and Conventional on
Analitycal Thinking Learning Acievement and Attitudes toward Chemistry
Learning Journal of Social Sciences 5(4)279-282 Tersedia di
httpwwwamazoncomconventional-instruction-analytical-achievement-
attitudesdpB002TP5UQS [diakses 3-2-2015]
Slameto 2010 Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya Jakarta
Rhineka Cipta
Slavin RE 2008 Psikologi Pendidikan Teori dan Praktik Jakarta Indeks
Soeprodjo S Priatmoko amp EY Sariana 2008 Pengaruh Model Learning
Cycle terhadap Hasil Belajar Materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan
Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia 2(1) 224-229 Semarang Universitas
Negeri Semarang
Sudjana 2005 Metode Statistika Bandung Tarsito
Sugiyono 2013 Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif
Kualitatif dan RampD) Bandung Alfabeta
Trianto 2007 Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivisme
Jakarta Prestasi Pustaka
Tuna A amp A Kaccedilar 2013 The Effect of 5E Learning Cycle Model in Teaching
Trigonometry on Studentrsquos Academic Achievement and The Permanence of
Their Knowledge International Journal on New Trends in Education and
58
Their Implications 4(1) 73-87 Tersedia di
httpijonteorgFileploadks63207File07tunapdf [diakses 11-1- 2015]
Wardoyo SM 2013 Pembelajaran Konstruktivisme Bandung Alfabeta
Wena M 2011 Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer Jakarta Bumi
Aksara
Wiyanto 2008 Menyiapkan Guru Sains Mengembangkan Kompetensi
Laboratorium Semarang Unnes Press
Page 26
13
Pengembangan tahap-tahap learning cycle dari 3 tahap
menjadi 5 tahap atau 7 tahap masih tetap berkaitan erat dengan teori
perkembangan kognitif Jean Piaget (skema asimilasi akomodasi dan
ekuilibrasi) Pembelajaran learning cycle memberikan kesempatan
kepada siswa untuk mengasimilasi informasi dengan cara
mengeksplorasi lingkungan mengakomodasi informasi dengan cara
mengembangkan konsep mengorganisasikan informasi dan
menghubungkan konsep-konsep baru dengan menggunakan atau
memperluas konsep yang dimiliki untuk menjelaskan suatu fenomena
yang berbeda Fase engagement dalam learning cycle termasuk dalam
proses asimilasi sedangkan fase evaluation masih merupakan proses
akomodasi dan ekuilibrasi
Model learning cycle 7e memiliki beberapa kelebihan dan kelemahan
Kelebihan dari model learning cycle 7e menurut Indrawati et al (201435) yaitu
1 Merangsang siswa untuk mengingat kembali materi pelajaran
yang telah didapatkan
2 Memberikan motivasi kepada siswa untuk menjadi lebih aktif dan
menambah rasa keingintahuan
3 Melatih siswa belajar menemukan konsep melalui kegiatan
ekperimen melatih siswa untuk menyampaikan konsep yang telah
dipelajari secara lisan
4 Melatih siswa untuk bekerjasama dan memberikan kesempatan
kepada siswa untuk berpikir mencari menemukan dan
menjelaskan contoh penerapan konsep yang telah dipelajari
Kelemahan dari model learning cycle 7e menurut Indrawati et al
(201435) yaitu
1 Efektivitas pembelajaran rendah jika guru kurang menguasai
materi dan langkah-langkah pembelajaran
2 Menuntut kesungguhan dan kreativitas guru dalam merancang dan
melaksanakan proses pembelajaran
3 Memerlukan waktu dan tenaga yang lebih banyak dalam menyusun
rencana dan melaksanakan pembelajaran
24 Kemampuan Berpikir Kritis
Menurut Ruggiero sebagaimana dikutip oleh Johnson (2007183) berpikir
merupakan segala aktivitas mental yang membantu merumuskan atau
memecahkan masalah membuat keputusan memenuhi keinginan untuk
memahami sebuah pencarian jawaban dan sebuah pencapaian makna Kowiyah
(2013176) menyatakan bahwa berpikir adalah suatu kegiatan atau proses
14
kognitif tindakan mental untuk memperoleh pengetahuan pemahaman dan
keterampilan agar mampu menemukan jalan keluar dan keputusan secara
deduktif induktif dan evaluatif
Secara teknis kemampuan berpikir dalam bahasa taksonomi Bloom
diartikan sebagai kemampuan intelektual yaitu kemampuan
menganalisismensintesis dan mengevaluasi Kemampuan-kemampuan ini dapat
dikatakan sebagai kemampuan berpikir kritis
Pembelajaran diharapkan dapat menjadi penunjang dalam
mengembangkan kemampuan berpikir siswa Kemampuan berpikir yang dapat
dikembangkan salah satunya adalah kemampuan berpikir kritis Tujuan
melatihkan kemampuan berpikir kritis adalah untuk menyiapkan siswa menjadi
seorang pemikir kritis dan mampu menyelesaikan masalah yang dihadapi (Tuna amp
Kaccedilar 201374) Selain itu untuk menghindarkan diri siswa dari penipuan
pencucian otak dan membuat keputusan dengan tepat dan bertanggung jawab
(Redhana amp Liliasari 2008 106)
Menurut Ennis (20111) berpikir kritis adalah berpikir rasional dan
reflektif dengan menekankan pada pembuatan keputusan tentang apa yang harus
dipercayai atau dilakukan Rasional berarti menurut pikiran dan pertimbangan
yang logis Reflektif berarti mempertimbangkan secara hati-hati segala alternatif
sebelum mengambil keputusan Jadi dalam hal ini Ennis (20111) menekankan
bahwa berpikir kritis lebih berhubungan dengan alasan yang dapat diterima ketika
seseorang mengambil keputusan Berdasarkan pengertian tersebut maka dapat
dirumuskan bahwa berpikir kritis merupakan proses menggunakan pikiran secara
rasional dan reflektif untuk mencari dan menganalisis informasi mengambil
keputusan dan menyelesaikan masalah
Ennis (19918) menyatakan bahwa dalam berpikir kritis terdapat dua
komponen yaitu karakter (disposition) dan kemampuan penguasaan pengetahuan
(ability) Komponen kemampuan penguasaan pengetahuan dalam berpikir kritis
sering disebut sebagai kemampuan berpikir kritis
Terdapat dua belas indikator kemampuan berpikir kritis yang
dikelompokkan dalam lima aspek berpikir kritis seperti pada Tabel 21 berikut
15
Tabel 21 Indikator Kemampuan Berpikir Kritis Menurut Ennis (198546)
No Aspek Indikator
1 Memberikan
penjelasan sederhana
1 Memfokuskan pertanyaan
2 Menganalisis pertanyaan
3 Bertanya dan menjawab
pertanyaan tentang suatu
penjelasan
2 Membangun
keterampilan dasar
1 Mempertimbangkan apakah
sumber dapat dipercaya atau
tidak
2 Mengobservasi dan
mempertimbangkan suatu
laporan hasil observasi
3 Menyimpulkan 1 Mendeduksi dan
mempertimbangkan hasil
deduksi
2 Menginduksi dan
mempertimbangkan hasil induksi
3 Membuat dan menentukan hasil
pertimbangan
4 Memberikan
penjelasan lanjut
1 Mendefinisikan istilah dan
mempertimbangkan suatu
definisi dalam tiga dimensi
2 Mengidentifikasi asumsi
5 Mengatur strategi
dan taktik
1 Menentukan suatu tindakan
2 Berinteraksi dengan orang lain
Kemampuan berpikir kritis dapat diukur dengan menggunakan instrumen
yang dikembangkan melalui aspek dan indikator berpikir kritis Evaluasi terhadap
kemampuan berpikir kritis antara lain bertujuan untuk mendiagnosis tingkat
kemampuan berpikir kritis siswa memberi umpan balik keberanian berpikir
siswa dan memberi motivasi agar siswa mengembangkan kemampuan berpikir
kritis (Ennis 1993180)
Karakter (disposition) adalah kecenderungan atau kebiasaan untuk berpikir
dalam cara dan kondisi tertentu Disposisi berpikir kritis merupakan sifat yang
melekat pada diri seseorang yang berpikir kritis (Lambertus 2009138)
Seseorang yang memiliki disposisi berpikir kritis akan cenderung berpikir kritis
ketika ada situasi atau kondisi yang menghadirkan stimulus untuk berpikir kritis
16
Pemikir kritis yang ideal memiliki karakter (disposition) untuk mencari
kejelasan dari pertanyaan mencari alasan berusaha mengetahui infomasi dengan
baik menggunakan dan menyebutkan sumber yang memiliki kredibilitas
memperhatikan situasi dan kondisi secara keseluruhan berusaha tetap relevan dengan
ide utama mengingat kepentingan yang asli dan mendasar mencari alternatif
bersikap dan berpikir terbuka mengambil posisi ketika ada bukti dan alasan yang
cukup untuk melakukan sesuatu mencari penjelasan sebanyak mungkin bersikap
secara sistematis dan teratur dengan bagian dari keseluruhan masalah (Ennis 19918)
25 Materi Interaksi Makhluk Hidup dengan Lingkungan
Materi Interaksi makhluk hidup dengan lingkungan merupakan salah satu
materi pokok kelas VII semester genap dalam kurikulum 2013 dengan kompetensi
dasar yaitu 38 mendeskripsikan interaksi antar makhluk hidup dan lingkungannya
dan 412 menyajikan hasil observasi terhadap interaksi makhluk hidup dengan
lingkungan di sekitarnya Indikator pembelajaran dalam penelitian ini meliputi
menjelaskan konsep ekosistem mengidentifikasi komponen biotik dan abiotik
mengidentifikasi satuan-satuan dalam ekosistem menghitung kepadatan populasi
menganalisis saling ketergantungan antara komponen biotik dan abiotik dan
menganalisis saling ketergantungan antar komponen biotik
Komponen ekosistem meliputi komponen abiotik (makhluk tak hidup) dan
komponen biotik (makhluk hidup) Komponen biotik meliputi organisme autotrof
yaitu produsen primer heterotrof yaitu konsumen dan detritivor yaitu organisme
pemakan limbah organik dan organisme yang telah mati
Produsen primer utama pada sebagian besar ekosistem darat adalah
tumbuhan sedangkan produsen primer dalam zona limnetik danau dan lautan
terbuka adalah fitoplankton (alga dan bakteri) Alga multiselluler dan tumbuhan
akuatik merupakan produsen primer di ekosistem air tawar maupun air laut
Organisme yang secara langsung memakan organisme autotrof disebut
herbivora Oleh karena itu herbivora disebut juga sebagai konsumen primer
sedangkan organisme yang mendapatkan makanan dengan memangsa herbivora
atau karnivora lain disebut karnivora Karnivora dapat berperan sebagai konsumen
17
sekunder tersier dan seterusnya Jalur perpindahan makanan dari tingkat trofik
satu ke tingkat trofik lainnya dikenal sebagai rantai makanan (food chain) akan
tetapi hubungan makan memakan dalam suatu ekosistem umumnya saling
berhubungan menjadi jaring-jaring makanan (food web) karena konsumen
memakan lebih dari satu tingkat trofik (Campbell et al 2004)
Kompetensi dasar dan indikator pembelajaran pada materi tersebut
menuntut siswa untuk dapat memahami konsep-konsep dan memecahkan masalah
yang sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari Penerapan learning cycle 7e
berbasis konstruktivisme mempertimbangkan pengetahuan awal siswa (elicit)
menyajikan masalah yang berkaitan dengan kehidupan nyata sebagai rangsangan
untuk belajar (engage) memberikan kesempatan secara langsung kepada siswa
untuk terlibat dalam penemuan konsep melalui kegiatan observasi (explore)
dilanjutkan dengan melakukan diskusi untuk mengklarifikasi konsep (elaborate)
dan evaluasi (evaluate) untuk mengetahui sejauh mana pemahaman konsep yang
telah dimiliki oleh siswa serta menerapkan konsep yang telah diperoleh pada
situasi baru (extend) Pembelajaran materi interaksi makhluk hidup dengan
lingkungan diharapkan menjadi lebih bermakna dan kemampuan berpikir kritis
siswa dapat berkembang dengan membandingkan konsep yang sudah diperoleh
dengan konsep baru yang dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari siswa Model
pembelajaran learning cycle 7e berbasis konstruktivisme diharapkan tepat apabila
digunakan dalam penyampaian materi ekosistem
18
26 Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
Gambar 22 Kerangka Berpikir Penelitian
27 Hipotesis
Penerapan Learning cycle 7e berbasis konstruktivisme berpengaruh
terhadap kemampuan berpikir kritis siswa pada materi Interaksi makhluk hidup
dengan lingkungan
Pembelajaran Learning
Cycle 7E berbasis
konstruktivisme
Menekankan
pengetahuan awal siswa
dan memungkinkan
mengaplikasikan
konsep yang telah
diperoleh
(Eisenkraft 200357)
Mampu meningkatkan
keterampilan proses
sains dan penguasaan
konsep (Kanli amp
Yagbasan 2007151)
Mampu meningkatkan
kemampuan berpikir
kritis
(Hartono 201365)
Mampu meningkatkan
kemampuan berpikir
kritis secara signifikan
dibandingkan metode
tradisional
(Mecit 200648)
Permasalahan dalam pembelajaran
Siswa kesulitan menganalisis suatu
permasalahan
Siswa kesulitan menyimpulkan
Siswa kesulitan mengaplikasikan konsep
pada situasi baru dan konkret
Keberanian mengajukan pertanyaan
amp pendapat rendah
Kemampuan berpikir kritis rendah
Berpikir kritis salah satu
keterampilan abad 21 yang
harus dimiliki oleh siswa
Tuntutan memberdayakan
SDM yang berkualitas
(Permendikbud 2013)
Kelas eksperimen Kelas kontrol
Pembelajaran
dengan metode
diskusi amp ceramah
Kemampuan berpikir kritis berkembang
Learning cycle 7e
berbasis
konstruktivisme
Quasi experimental design
Uji t
54
BAB 5
PENUTUP
51 Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa
penerapan learning cycle 7e berbasis konstruktivisme berpengaruh terhadap
kemampuan berpikir kritis siswa pada materi interaksi makhluk hidup dengan
lingkungan Peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa kelas eksperimen lebih
baik dari pada kelas kontrol
52 Saran
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan penerapan learning cycle
7e berbasis konstruktivisme terbukti berpengaruh terhadap kemampuan berpikir
kritis siswa pada materi interaksi makhluk hidup dengan lingkunganya Dengan
demikian maka beberapa saran yang dapat diberikan sebagai berikut
1 Guru IPA dapat mempertimbangkan pembelajaran learning cycle 7E berbasis
konstruktivisme pada materi interaksi makhluk hidup dengan lingkungan
karena terbukti dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa
2 Guru IPA dapat merancang proses pembelajaran dan instrumen pembelajaran
yang dapat memicu kemampuan berpikir kritis siswa
3 Bagi peneliti selanjutnya yang akan melakukan penelitian berkaitan dengan
kemampuan berpikir kritis disarankan mengoptimalkan pengelolaan kelas dan
memberikan banyak motivasi agar setiap siswa dapat berpartisipasi dan
berinteraksi dalam kegiatan pembelajaran Hal ini dimaksudkan agar
pembelajaran yang dilakukan efektif terhadap kemampuan berpikir kritis
siswa
55
DAFTAR PUSTAKA
Aqib Z 2013 Model-Model Media dan Strategi Pembelajaran
Kontekstual(Inovatif) Bandung Yrama Widya
Amertawengrum IP 2014 Filsafat Konstruktivisme dalam Pembelajaran Sastra
Anak Jurnal Magistra 26(89)8-17 KlatenUnwidha
Arifin Z 2012 Evaluasi Pembelajaran Jakarta Dirjen Pendidikan Islam Online
at
httpdualmodekemenaggoidfiledokumen34EvaluasiPembelajaranpdf
[diakses tanggal 17 Januari 2015]
Arikunto S 2010 Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Jakarta Bumi Aksara
_________ 2012 Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Jakarta Bumi Aksara
Bybee RW JA Taylor A Gardner PV Scotter JC Powell A Westbrook amp
N Landes 2006 The BSCS 5E Instructional Model Origins and
Effectiveness A Report Prepared for the Office of Science Education
National Institute of Health Colorado BSCS Online Tersedia di
httpscienceeducationnihgov [diakses 11-1- 2015]
Campbell NA Reece BJ amp Mitchell LG 2004 Biologi Alih Bahasa Manalu
W (eds) Erlangga Jakarta
Curto K amp T Bayer 2005 An Intersection of Critical Thinkking and
Communication Skillls Journal of Biological Science 31(4)11-19
Amerika Serikat University of Pittsburgh
Eisenkraft A 2003 Expanding The 5E Model Journal The Sciences Teacher
70(6) 56-59 Tersedia di httpits-about-
timecomhtmlsapeisenkrafttstpdf [diakses 3-2-2015]
Ennis RH 1985 A Logical Basic for Measuring Critical Thinking Skill Tersedia
di httpwwwascdorgASCDpdfjournalsed_leadel_198510_ennispdf
[diakses 27-1-2015]
Ennis RH 1991Critical Thinking A Streamlined Conception Tersedia di
httpfacultyeducationillinoisedurhennisdocumentsTheNatureofCritical
Thinking_51711_000pdf [diakses 27-1-2015]
Ennis R H 1993 Critical Thinking Assesment Journal Theory and Practice 32
(2) 179-186 Amerika Serikat The Ohio State University
56
Ennis RH 2011 The Nature of Critical Thinking An Outline of Critical
Thinking Dispositions and Abilities Tersedia di
httpfacultyeducationillinoisedurhennisdocumentsTheNatureofCritical
Thinking_51711_000pdf [diakses 27-1-2015]
Hapsari RTS 2011 Penerapan Model Konstruktivisme untuk Meningkatkan
Hasil Belajar Siswa Jurnal Pendidikan Penabur 10(16) (34-45) Tersedia
di
httpwwwbpkpenaburoridfilesHal2034_4520Penerapan20Mode
l20Pembelajaran20Konstruktivismepdf [diakses 25-1-2015]
Hartono 2013 Learning Cycle Model to Increase Studentrsquos Critical Thinking on
Science Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 9(1)56-66 Semarang
Universitas Negeri Semarang
Indrawati W Suyatno amp YSRahayu 2014 Implementasi Model Learning
Cycle 7E Pada Pembelajaran Kimia Dengan Materi Pokok Kelarutan Dan
Hasil Kali Kelarutan Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep dan
Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMA Prosiding Seminar Nasional
KimiaSurabaya Universitas Negeri Surabaya
Johnson EB 2007 Contextual Teaching amp Learning terjemahan Ibnu Setiawan
Bandung MLC
Kanli amp Yagbasan 2007 The Effects of a Laboratory Based on the 7E Learning
Cycle Model and Verification Laboratory Approach on the Development of
Studentsrsquo Science Process Skills and Conceptual Achievement Tersedia
diwwwuscaeduessaysspecialeditionUKanligraveandRYagbasanpdf[diakses
2-3-2015]
Kowiyah 2012 Kemampuan Berpikir Kritis Jurnal Pendidikan Dasar 3(5) 175-
179 Tersedia di httpjournalppsunjorgarticeldownload108108
[diakses 1-1-2015]
Kulsum U amp N Hindarto 2011 Penerapan Model Learning Cycle 5E pada Sub
pokok bahasan Kalor untuk Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar
Siswa Kelas VII SMP Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 7(1)128-
133Semarang Universitas Negeri Semarang
Kunandar 2013 Penilaian Autentik (Penilaian Hasil Belajar Kurikulum 2013)
Jakarta Raja Grafindo Persada
Lambertus 2009 Pentingnya Melatih Keterampilan Berpikir Kritis Dalam
Pembelajaran Matematika Di SD Jurnal Forum Pendidikan 28(2) (136-
142) Palembang Universitas Sriwijaya
57
Maknun D RR Haerin k Surtikanti amp AMunandar 2012 Praktikum Ekologi
Berbasis Proyek Media Pembekalan Keterampilan Esensial Laboratorium
Jurnal Pendidikan MIPA 13(1) 8-17 Lampung Universitas Lampung
Mecit O 2006 The Effect of 7E Learning Cycle Model on The Improvement of
Fifth Grade Studentsrsquo Critical Thinking Skills Tesis Turkey Middle East
Technical University
Permendikbud 2013 Implementasi Kurikulum Jakarta Depdiknas
Priyatno Duwi 2012 Belajar Analisis Data dengan SPSS 20 Yogyakarta Andi
Redhana IW amp Liliasari 2008 Program Pembelajaran Keterampilan Berpikir
Kritis Pada Topik Laju Reaksi Untuk Siswa SMA Jurnal Forum
Kependidikan 27(2)103-112 Bandung Universitas Pendidikan Indonesia
RifarsquoI Aamp CT Anni 2011 Psikologi Pendidikan Semarang Universitas Negeri
Semarang Press
Siribunnam amp Tayraukham 2009 Effect of 7-E KWL and Conventional on
Analitycal Thinking Learning Acievement and Attitudes toward Chemistry
Learning Journal of Social Sciences 5(4)279-282 Tersedia di
httpwwwamazoncomconventional-instruction-analytical-achievement-
attitudesdpB002TP5UQS [diakses 3-2-2015]
Slameto 2010 Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya Jakarta
Rhineka Cipta
Slavin RE 2008 Psikologi Pendidikan Teori dan Praktik Jakarta Indeks
Soeprodjo S Priatmoko amp EY Sariana 2008 Pengaruh Model Learning
Cycle terhadap Hasil Belajar Materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan
Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia 2(1) 224-229 Semarang Universitas
Negeri Semarang
Sudjana 2005 Metode Statistika Bandung Tarsito
Sugiyono 2013 Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif
Kualitatif dan RampD) Bandung Alfabeta
Trianto 2007 Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivisme
Jakarta Prestasi Pustaka
Tuna A amp A Kaccedilar 2013 The Effect of 5E Learning Cycle Model in Teaching
Trigonometry on Studentrsquos Academic Achievement and The Permanence of
Their Knowledge International Journal on New Trends in Education and
58
Their Implications 4(1) 73-87 Tersedia di
httpijonteorgFileploadks63207File07tunapdf [diakses 11-1- 2015]
Wardoyo SM 2013 Pembelajaran Konstruktivisme Bandung Alfabeta
Wena M 2011 Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer Jakarta Bumi
Aksara
Wiyanto 2008 Menyiapkan Guru Sains Mengembangkan Kompetensi
Laboratorium Semarang Unnes Press
Page 27
14
kognitif tindakan mental untuk memperoleh pengetahuan pemahaman dan
keterampilan agar mampu menemukan jalan keluar dan keputusan secara
deduktif induktif dan evaluatif
Secara teknis kemampuan berpikir dalam bahasa taksonomi Bloom
diartikan sebagai kemampuan intelektual yaitu kemampuan
menganalisismensintesis dan mengevaluasi Kemampuan-kemampuan ini dapat
dikatakan sebagai kemampuan berpikir kritis
Pembelajaran diharapkan dapat menjadi penunjang dalam
mengembangkan kemampuan berpikir siswa Kemampuan berpikir yang dapat
dikembangkan salah satunya adalah kemampuan berpikir kritis Tujuan
melatihkan kemampuan berpikir kritis adalah untuk menyiapkan siswa menjadi
seorang pemikir kritis dan mampu menyelesaikan masalah yang dihadapi (Tuna amp
Kaccedilar 201374) Selain itu untuk menghindarkan diri siswa dari penipuan
pencucian otak dan membuat keputusan dengan tepat dan bertanggung jawab
(Redhana amp Liliasari 2008 106)
Menurut Ennis (20111) berpikir kritis adalah berpikir rasional dan
reflektif dengan menekankan pada pembuatan keputusan tentang apa yang harus
dipercayai atau dilakukan Rasional berarti menurut pikiran dan pertimbangan
yang logis Reflektif berarti mempertimbangkan secara hati-hati segala alternatif
sebelum mengambil keputusan Jadi dalam hal ini Ennis (20111) menekankan
bahwa berpikir kritis lebih berhubungan dengan alasan yang dapat diterima ketika
seseorang mengambil keputusan Berdasarkan pengertian tersebut maka dapat
dirumuskan bahwa berpikir kritis merupakan proses menggunakan pikiran secara
rasional dan reflektif untuk mencari dan menganalisis informasi mengambil
keputusan dan menyelesaikan masalah
Ennis (19918) menyatakan bahwa dalam berpikir kritis terdapat dua
komponen yaitu karakter (disposition) dan kemampuan penguasaan pengetahuan
(ability) Komponen kemampuan penguasaan pengetahuan dalam berpikir kritis
sering disebut sebagai kemampuan berpikir kritis
Terdapat dua belas indikator kemampuan berpikir kritis yang
dikelompokkan dalam lima aspek berpikir kritis seperti pada Tabel 21 berikut
15
Tabel 21 Indikator Kemampuan Berpikir Kritis Menurut Ennis (198546)
No Aspek Indikator
1 Memberikan
penjelasan sederhana
1 Memfokuskan pertanyaan
2 Menganalisis pertanyaan
3 Bertanya dan menjawab
pertanyaan tentang suatu
penjelasan
2 Membangun
keterampilan dasar
1 Mempertimbangkan apakah
sumber dapat dipercaya atau
tidak
2 Mengobservasi dan
mempertimbangkan suatu
laporan hasil observasi
3 Menyimpulkan 1 Mendeduksi dan
mempertimbangkan hasil
deduksi
2 Menginduksi dan
mempertimbangkan hasil induksi
3 Membuat dan menentukan hasil
pertimbangan
4 Memberikan
penjelasan lanjut
1 Mendefinisikan istilah dan
mempertimbangkan suatu
definisi dalam tiga dimensi
2 Mengidentifikasi asumsi
5 Mengatur strategi
dan taktik
1 Menentukan suatu tindakan
2 Berinteraksi dengan orang lain
Kemampuan berpikir kritis dapat diukur dengan menggunakan instrumen
yang dikembangkan melalui aspek dan indikator berpikir kritis Evaluasi terhadap
kemampuan berpikir kritis antara lain bertujuan untuk mendiagnosis tingkat
kemampuan berpikir kritis siswa memberi umpan balik keberanian berpikir
siswa dan memberi motivasi agar siswa mengembangkan kemampuan berpikir
kritis (Ennis 1993180)
Karakter (disposition) adalah kecenderungan atau kebiasaan untuk berpikir
dalam cara dan kondisi tertentu Disposisi berpikir kritis merupakan sifat yang
melekat pada diri seseorang yang berpikir kritis (Lambertus 2009138)
Seseorang yang memiliki disposisi berpikir kritis akan cenderung berpikir kritis
ketika ada situasi atau kondisi yang menghadirkan stimulus untuk berpikir kritis
16
Pemikir kritis yang ideal memiliki karakter (disposition) untuk mencari
kejelasan dari pertanyaan mencari alasan berusaha mengetahui infomasi dengan
baik menggunakan dan menyebutkan sumber yang memiliki kredibilitas
memperhatikan situasi dan kondisi secara keseluruhan berusaha tetap relevan dengan
ide utama mengingat kepentingan yang asli dan mendasar mencari alternatif
bersikap dan berpikir terbuka mengambil posisi ketika ada bukti dan alasan yang
cukup untuk melakukan sesuatu mencari penjelasan sebanyak mungkin bersikap
secara sistematis dan teratur dengan bagian dari keseluruhan masalah (Ennis 19918)
25 Materi Interaksi Makhluk Hidup dengan Lingkungan
Materi Interaksi makhluk hidup dengan lingkungan merupakan salah satu
materi pokok kelas VII semester genap dalam kurikulum 2013 dengan kompetensi
dasar yaitu 38 mendeskripsikan interaksi antar makhluk hidup dan lingkungannya
dan 412 menyajikan hasil observasi terhadap interaksi makhluk hidup dengan
lingkungan di sekitarnya Indikator pembelajaran dalam penelitian ini meliputi
menjelaskan konsep ekosistem mengidentifikasi komponen biotik dan abiotik
mengidentifikasi satuan-satuan dalam ekosistem menghitung kepadatan populasi
menganalisis saling ketergantungan antara komponen biotik dan abiotik dan
menganalisis saling ketergantungan antar komponen biotik
Komponen ekosistem meliputi komponen abiotik (makhluk tak hidup) dan
komponen biotik (makhluk hidup) Komponen biotik meliputi organisme autotrof
yaitu produsen primer heterotrof yaitu konsumen dan detritivor yaitu organisme
pemakan limbah organik dan organisme yang telah mati
Produsen primer utama pada sebagian besar ekosistem darat adalah
tumbuhan sedangkan produsen primer dalam zona limnetik danau dan lautan
terbuka adalah fitoplankton (alga dan bakteri) Alga multiselluler dan tumbuhan
akuatik merupakan produsen primer di ekosistem air tawar maupun air laut
Organisme yang secara langsung memakan organisme autotrof disebut
herbivora Oleh karena itu herbivora disebut juga sebagai konsumen primer
sedangkan organisme yang mendapatkan makanan dengan memangsa herbivora
atau karnivora lain disebut karnivora Karnivora dapat berperan sebagai konsumen
17
sekunder tersier dan seterusnya Jalur perpindahan makanan dari tingkat trofik
satu ke tingkat trofik lainnya dikenal sebagai rantai makanan (food chain) akan
tetapi hubungan makan memakan dalam suatu ekosistem umumnya saling
berhubungan menjadi jaring-jaring makanan (food web) karena konsumen
memakan lebih dari satu tingkat trofik (Campbell et al 2004)
Kompetensi dasar dan indikator pembelajaran pada materi tersebut
menuntut siswa untuk dapat memahami konsep-konsep dan memecahkan masalah
yang sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari Penerapan learning cycle 7e
berbasis konstruktivisme mempertimbangkan pengetahuan awal siswa (elicit)
menyajikan masalah yang berkaitan dengan kehidupan nyata sebagai rangsangan
untuk belajar (engage) memberikan kesempatan secara langsung kepada siswa
untuk terlibat dalam penemuan konsep melalui kegiatan observasi (explore)
dilanjutkan dengan melakukan diskusi untuk mengklarifikasi konsep (elaborate)
dan evaluasi (evaluate) untuk mengetahui sejauh mana pemahaman konsep yang
telah dimiliki oleh siswa serta menerapkan konsep yang telah diperoleh pada
situasi baru (extend) Pembelajaran materi interaksi makhluk hidup dengan
lingkungan diharapkan menjadi lebih bermakna dan kemampuan berpikir kritis
siswa dapat berkembang dengan membandingkan konsep yang sudah diperoleh
dengan konsep baru yang dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari siswa Model
pembelajaran learning cycle 7e berbasis konstruktivisme diharapkan tepat apabila
digunakan dalam penyampaian materi ekosistem
18
26 Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
Gambar 22 Kerangka Berpikir Penelitian
27 Hipotesis
Penerapan Learning cycle 7e berbasis konstruktivisme berpengaruh
terhadap kemampuan berpikir kritis siswa pada materi Interaksi makhluk hidup
dengan lingkungan
Pembelajaran Learning
Cycle 7E berbasis
konstruktivisme
Menekankan
pengetahuan awal siswa
dan memungkinkan
mengaplikasikan
konsep yang telah
diperoleh
(Eisenkraft 200357)
Mampu meningkatkan
keterampilan proses
sains dan penguasaan
konsep (Kanli amp
Yagbasan 2007151)
Mampu meningkatkan
kemampuan berpikir
kritis
(Hartono 201365)
Mampu meningkatkan
kemampuan berpikir
kritis secara signifikan
dibandingkan metode
tradisional
(Mecit 200648)
Permasalahan dalam pembelajaran
Siswa kesulitan menganalisis suatu
permasalahan
Siswa kesulitan menyimpulkan
Siswa kesulitan mengaplikasikan konsep
pada situasi baru dan konkret
Keberanian mengajukan pertanyaan
amp pendapat rendah
Kemampuan berpikir kritis rendah
Berpikir kritis salah satu
keterampilan abad 21 yang
harus dimiliki oleh siswa
Tuntutan memberdayakan
SDM yang berkualitas
(Permendikbud 2013)
Kelas eksperimen Kelas kontrol
Pembelajaran
dengan metode
diskusi amp ceramah
Kemampuan berpikir kritis berkembang
Learning cycle 7e
berbasis
konstruktivisme
Quasi experimental design
Uji t
54
BAB 5
PENUTUP
51 Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa
penerapan learning cycle 7e berbasis konstruktivisme berpengaruh terhadap
kemampuan berpikir kritis siswa pada materi interaksi makhluk hidup dengan
lingkungan Peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa kelas eksperimen lebih
baik dari pada kelas kontrol
52 Saran
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan penerapan learning cycle
7e berbasis konstruktivisme terbukti berpengaruh terhadap kemampuan berpikir
kritis siswa pada materi interaksi makhluk hidup dengan lingkunganya Dengan
demikian maka beberapa saran yang dapat diberikan sebagai berikut
1 Guru IPA dapat mempertimbangkan pembelajaran learning cycle 7E berbasis
konstruktivisme pada materi interaksi makhluk hidup dengan lingkungan
karena terbukti dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa
2 Guru IPA dapat merancang proses pembelajaran dan instrumen pembelajaran
yang dapat memicu kemampuan berpikir kritis siswa
3 Bagi peneliti selanjutnya yang akan melakukan penelitian berkaitan dengan
kemampuan berpikir kritis disarankan mengoptimalkan pengelolaan kelas dan
memberikan banyak motivasi agar setiap siswa dapat berpartisipasi dan
berinteraksi dalam kegiatan pembelajaran Hal ini dimaksudkan agar
pembelajaran yang dilakukan efektif terhadap kemampuan berpikir kritis
siswa
55
DAFTAR PUSTAKA
Aqib Z 2013 Model-Model Media dan Strategi Pembelajaran
Kontekstual(Inovatif) Bandung Yrama Widya
Amertawengrum IP 2014 Filsafat Konstruktivisme dalam Pembelajaran Sastra
Anak Jurnal Magistra 26(89)8-17 KlatenUnwidha
Arifin Z 2012 Evaluasi Pembelajaran Jakarta Dirjen Pendidikan Islam Online
at
httpdualmodekemenaggoidfiledokumen34EvaluasiPembelajaranpdf
[diakses tanggal 17 Januari 2015]
Arikunto S 2010 Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Jakarta Bumi Aksara
_________ 2012 Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Jakarta Bumi Aksara
Bybee RW JA Taylor A Gardner PV Scotter JC Powell A Westbrook amp
N Landes 2006 The BSCS 5E Instructional Model Origins and
Effectiveness A Report Prepared for the Office of Science Education
National Institute of Health Colorado BSCS Online Tersedia di
httpscienceeducationnihgov [diakses 11-1- 2015]
Campbell NA Reece BJ amp Mitchell LG 2004 Biologi Alih Bahasa Manalu
W (eds) Erlangga Jakarta
Curto K amp T Bayer 2005 An Intersection of Critical Thinkking and
Communication Skillls Journal of Biological Science 31(4)11-19
Amerika Serikat University of Pittsburgh
Eisenkraft A 2003 Expanding The 5E Model Journal The Sciences Teacher
70(6) 56-59 Tersedia di httpits-about-
timecomhtmlsapeisenkrafttstpdf [diakses 3-2-2015]
Ennis RH 1985 A Logical Basic for Measuring Critical Thinking Skill Tersedia
di httpwwwascdorgASCDpdfjournalsed_leadel_198510_ennispdf
[diakses 27-1-2015]
Ennis RH 1991Critical Thinking A Streamlined Conception Tersedia di
httpfacultyeducationillinoisedurhennisdocumentsTheNatureofCritical
Thinking_51711_000pdf [diakses 27-1-2015]
Ennis R H 1993 Critical Thinking Assesment Journal Theory and Practice 32
(2) 179-186 Amerika Serikat The Ohio State University
56
Ennis RH 2011 The Nature of Critical Thinking An Outline of Critical
Thinking Dispositions and Abilities Tersedia di
httpfacultyeducationillinoisedurhennisdocumentsTheNatureofCritical
Thinking_51711_000pdf [diakses 27-1-2015]
Hapsari RTS 2011 Penerapan Model Konstruktivisme untuk Meningkatkan
Hasil Belajar Siswa Jurnal Pendidikan Penabur 10(16) (34-45) Tersedia
di
httpwwwbpkpenaburoridfilesHal2034_4520Penerapan20Mode
l20Pembelajaran20Konstruktivismepdf [diakses 25-1-2015]
Hartono 2013 Learning Cycle Model to Increase Studentrsquos Critical Thinking on
Science Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 9(1)56-66 Semarang
Universitas Negeri Semarang
Indrawati W Suyatno amp YSRahayu 2014 Implementasi Model Learning
Cycle 7E Pada Pembelajaran Kimia Dengan Materi Pokok Kelarutan Dan
Hasil Kali Kelarutan Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep dan
Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMA Prosiding Seminar Nasional
KimiaSurabaya Universitas Negeri Surabaya
Johnson EB 2007 Contextual Teaching amp Learning terjemahan Ibnu Setiawan
Bandung MLC
Kanli amp Yagbasan 2007 The Effects of a Laboratory Based on the 7E Learning
Cycle Model and Verification Laboratory Approach on the Development of
Studentsrsquo Science Process Skills and Conceptual Achievement Tersedia
diwwwuscaeduessaysspecialeditionUKanligraveandRYagbasanpdf[diakses
2-3-2015]
Kowiyah 2012 Kemampuan Berpikir Kritis Jurnal Pendidikan Dasar 3(5) 175-
179 Tersedia di httpjournalppsunjorgarticeldownload108108
[diakses 1-1-2015]
Kulsum U amp N Hindarto 2011 Penerapan Model Learning Cycle 5E pada Sub
pokok bahasan Kalor untuk Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar
Siswa Kelas VII SMP Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 7(1)128-
133Semarang Universitas Negeri Semarang
Kunandar 2013 Penilaian Autentik (Penilaian Hasil Belajar Kurikulum 2013)
Jakarta Raja Grafindo Persada
Lambertus 2009 Pentingnya Melatih Keterampilan Berpikir Kritis Dalam
Pembelajaran Matematika Di SD Jurnal Forum Pendidikan 28(2) (136-
142) Palembang Universitas Sriwijaya
57
Maknun D RR Haerin k Surtikanti amp AMunandar 2012 Praktikum Ekologi
Berbasis Proyek Media Pembekalan Keterampilan Esensial Laboratorium
Jurnal Pendidikan MIPA 13(1) 8-17 Lampung Universitas Lampung
Mecit O 2006 The Effect of 7E Learning Cycle Model on The Improvement of
Fifth Grade Studentsrsquo Critical Thinking Skills Tesis Turkey Middle East
Technical University
Permendikbud 2013 Implementasi Kurikulum Jakarta Depdiknas
Priyatno Duwi 2012 Belajar Analisis Data dengan SPSS 20 Yogyakarta Andi
Redhana IW amp Liliasari 2008 Program Pembelajaran Keterampilan Berpikir
Kritis Pada Topik Laju Reaksi Untuk Siswa SMA Jurnal Forum
Kependidikan 27(2)103-112 Bandung Universitas Pendidikan Indonesia
RifarsquoI Aamp CT Anni 2011 Psikologi Pendidikan Semarang Universitas Negeri
Semarang Press
Siribunnam amp Tayraukham 2009 Effect of 7-E KWL and Conventional on
Analitycal Thinking Learning Acievement and Attitudes toward Chemistry
Learning Journal of Social Sciences 5(4)279-282 Tersedia di
httpwwwamazoncomconventional-instruction-analytical-achievement-
attitudesdpB002TP5UQS [diakses 3-2-2015]
Slameto 2010 Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya Jakarta
Rhineka Cipta
Slavin RE 2008 Psikologi Pendidikan Teori dan Praktik Jakarta Indeks
Soeprodjo S Priatmoko amp EY Sariana 2008 Pengaruh Model Learning
Cycle terhadap Hasil Belajar Materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan
Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia 2(1) 224-229 Semarang Universitas
Negeri Semarang
Sudjana 2005 Metode Statistika Bandung Tarsito
Sugiyono 2013 Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif
Kualitatif dan RampD) Bandung Alfabeta
Trianto 2007 Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivisme
Jakarta Prestasi Pustaka
Tuna A amp A Kaccedilar 2013 The Effect of 5E Learning Cycle Model in Teaching
Trigonometry on Studentrsquos Academic Achievement and The Permanence of
Their Knowledge International Journal on New Trends in Education and
58
Their Implications 4(1) 73-87 Tersedia di
httpijonteorgFileploadks63207File07tunapdf [diakses 11-1- 2015]
Wardoyo SM 2013 Pembelajaran Konstruktivisme Bandung Alfabeta
Wena M 2011 Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer Jakarta Bumi
Aksara
Wiyanto 2008 Menyiapkan Guru Sains Mengembangkan Kompetensi
Laboratorium Semarang Unnes Press
Page 28
15
Tabel 21 Indikator Kemampuan Berpikir Kritis Menurut Ennis (198546)
No Aspek Indikator
1 Memberikan
penjelasan sederhana
1 Memfokuskan pertanyaan
2 Menganalisis pertanyaan
3 Bertanya dan menjawab
pertanyaan tentang suatu
penjelasan
2 Membangun
keterampilan dasar
1 Mempertimbangkan apakah
sumber dapat dipercaya atau
tidak
2 Mengobservasi dan
mempertimbangkan suatu
laporan hasil observasi
3 Menyimpulkan 1 Mendeduksi dan
mempertimbangkan hasil
deduksi
2 Menginduksi dan
mempertimbangkan hasil induksi
3 Membuat dan menentukan hasil
pertimbangan
4 Memberikan
penjelasan lanjut
1 Mendefinisikan istilah dan
mempertimbangkan suatu
definisi dalam tiga dimensi
2 Mengidentifikasi asumsi
5 Mengatur strategi
dan taktik
1 Menentukan suatu tindakan
2 Berinteraksi dengan orang lain
Kemampuan berpikir kritis dapat diukur dengan menggunakan instrumen
yang dikembangkan melalui aspek dan indikator berpikir kritis Evaluasi terhadap
kemampuan berpikir kritis antara lain bertujuan untuk mendiagnosis tingkat
kemampuan berpikir kritis siswa memberi umpan balik keberanian berpikir
siswa dan memberi motivasi agar siswa mengembangkan kemampuan berpikir
kritis (Ennis 1993180)
Karakter (disposition) adalah kecenderungan atau kebiasaan untuk berpikir
dalam cara dan kondisi tertentu Disposisi berpikir kritis merupakan sifat yang
melekat pada diri seseorang yang berpikir kritis (Lambertus 2009138)
Seseorang yang memiliki disposisi berpikir kritis akan cenderung berpikir kritis
ketika ada situasi atau kondisi yang menghadirkan stimulus untuk berpikir kritis
16
Pemikir kritis yang ideal memiliki karakter (disposition) untuk mencari
kejelasan dari pertanyaan mencari alasan berusaha mengetahui infomasi dengan
baik menggunakan dan menyebutkan sumber yang memiliki kredibilitas
memperhatikan situasi dan kondisi secara keseluruhan berusaha tetap relevan dengan
ide utama mengingat kepentingan yang asli dan mendasar mencari alternatif
bersikap dan berpikir terbuka mengambil posisi ketika ada bukti dan alasan yang
cukup untuk melakukan sesuatu mencari penjelasan sebanyak mungkin bersikap
secara sistematis dan teratur dengan bagian dari keseluruhan masalah (Ennis 19918)
25 Materi Interaksi Makhluk Hidup dengan Lingkungan
Materi Interaksi makhluk hidup dengan lingkungan merupakan salah satu
materi pokok kelas VII semester genap dalam kurikulum 2013 dengan kompetensi
dasar yaitu 38 mendeskripsikan interaksi antar makhluk hidup dan lingkungannya
dan 412 menyajikan hasil observasi terhadap interaksi makhluk hidup dengan
lingkungan di sekitarnya Indikator pembelajaran dalam penelitian ini meliputi
menjelaskan konsep ekosistem mengidentifikasi komponen biotik dan abiotik
mengidentifikasi satuan-satuan dalam ekosistem menghitung kepadatan populasi
menganalisis saling ketergantungan antara komponen biotik dan abiotik dan
menganalisis saling ketergantungan antar komponen biotik
Komponen ekosistem meliputi komponen abiotik (makhluk tak hidup) dan
komponen biotik (makhluk hidup) Komponen biotik meliputi organisme autotrof
yaitu produsen primer heterotrof yaitu konsumen dan detritivor yaitu organisme
pemakan limbah organik dan organisme yang telah mati
Produsen primer utama pada sebagian besar ekosistem darat adalah
tumbuhan sedangkan produsen primer dalam zona limnetik danau dan lautan
terbuka adalah fitoplankton (alga dan bakteri) Alga multiselluler dan tumbuhan
akuatik merupakan produsen primer di ekosistem air tawar maupun air laut
Organisme yang secara langsung memakan organisme autotrof disebut
herbivora Oleh karena itu herbivora disebut juga sebagai konsumen primer
sedangkan organisme yang mendapatkan makanan dengan memangsa herbivora
atau karnivora lain disebut karnivora Karnivora dapat berperan sebagai konsumen
17
sekunder tersier dan seterusnya Jalur perpindahan makanan dari tingkat trofik
satu ke tingkat trofik lainnya dikenal sebagai rantai makanan (food chain) akan
tetapi hubungan makan memakan dalam suatu ekosistem umumnya saling
berhubungan menjadi jaring-jaring makanan (food web) karena konsumen
memakan lebih dari satu tingkat trofik (Campbell et al 2004)
Kompetensi dasar dan indikator pembelajaran pada materi tersebut
menuntut siswa untuk dapat memahami konsep-konsep dan memecahkan masalah
yang sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari Penerapan learning cycle 7e
berbasis konstruktivisme mempertimbangkan pengetahuan awal siswa (elicit)
menyajikan masalah yang berkaitan dengan kehidupan nyata sebagai rangsangan
untuk belajar (engage) memberikan kesempatan secara langsung kepada siswa
untuk terlibat dalam penemuan konsep melalui kegiatan observasi (explore)
dilanjutkan dengan melakukan diskusi untuk mengklarifikasi konsep (elaborate)
dan evaluasi (evaluate) untuk mengetahui sejauh mana pemahaman konsep yang
telah dimiliki oleh siswa serta menerapkan konsep yang telah diperoleh pada
situasi baru (extend) Pembelajaran materi interaksi makhluk hidup dengan
lingkungan diharapkan menjadi lebih bermakna dan kemampuan berpikir kritis
siswa dapat berkembang dengan membandingkan konsep yang sudah diperoleh
dengan konsep baru yang dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari siswa Model
pembelajaran learning cycle 7e berbasis konstruktivisme diharapkan tepat apabila
digunakan dalam penyampaian materi ekosistem
18
26 Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
Gambar 22 Kerangka Berpikir Penelitian
27 Hipotesis
Penerapan Learning cycle 7e berbasis konstruktivisme berpengaruh
terhadap kemampuan berpikir kritis siswa pada materi Interaksi makhluk hidup
dengan lingkungan
Pembelajaran Learning
Cycle 7E berbasis
konstruktivisme
Menekankan
pengetahuan awal siswa
dan memungkinkan
mengaplikasikan
konsep yang telah
diperoleh
(Eisenkraft 200357)
Mampu meningkatkan
keterampilan proses
sains dan penguasaan
konsep (Kanli amp
Yagbasan 2007151)
Mampu meningkatkan
kemampuan berpikir
kritis
(Hartono 201365)
Mampu meningkatkan
kemampuan berpikir
kritis secara signifikan
dibandingkan metode
tradisional
(Mecit 200648)
Permasalahan dalam pembelajaran
Siswa kesulitan menganalisis suatu
permasalahan
Siswa kesulitan menyimpulkan
Siswa kesulitan mengaplikasikan konsep
pada situasi baru dan konkret
Keberanian mengajukan pertanyaan
amp pendapat rendah
Kemampuan berpikir kritis rendah
Berpikir kritis salah satu
keterampilan abad 21 yang
harus dimiliki oleh siswa
Tuntutan memberdayakan
SDM yang berkualitas
(Permendikbud 2013)
Kelas eksperimen Kelas kontrol
Pembelajaran
dengan metode
diskusi amp ceramah
Kemampuan berpikir kritis berkembang
Learning cycle 7e
berbasis
konstruktivisme
Quasi experimental design
Uji t
54
BAB 5
PENUTUP
51 Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa
penerapan learning cycle 7e berbasis konstruktivisme berpengaruh terhadap
kemampuan berpikir kritis siswa pada materi interaksi makhluk hidup dengan
lingkungan Peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa kelas eksperimen lebih
baik dari pada kelas kontrol
52 Saran
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan penerapan learning cycle
7e berbasis konstruktivisme terbukti berpengaruh terhadap kemampuan berpikir
kritis siswa pada materi interaksi makhluk hidup dengan lingkunganya Dengan
demikian maka beberapa saran yang dapat diberikan sebagai berikut
1 Guru IPA dapat mempertimbangkan pembelajaran learning cycle 7E berbasis
konstruktivisme pada materi interaksi makhluk hidup dengan lingkungan
karena terbukti dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa
2 Guru IPA dapat merancang proses pembelajaran dan instrumen pembelajaran
yang dapat memicu kemampuan berpikir kritis siswa
3 Bagi peneliti selanjutnya yang akan melakukan penelitian berkaitan dengan
kemampuan berpikir kritis disarankan mengoptimalkan pengelolaan kelas dan
memberikan banyak motivasi agar setiap siswa dapat berpartisipasi dan
berinteraksi dalam kegiatan pembelajaran Hal ini dimaksudkan agar
pembelajaran yang dilakukan efektif terhadap kemampuan berpikir kritis
siswa
55
DAFTAR PUSTAKA
Aqib Z 2013 Model-Model Media dan Strategi Pembelajaran
Kontekstual(Inovatif) Bandung Yrama Widya
Amertawengrum IP 2014 Filsafat Konstruktivisme dalam Pembelajaran Sastra
Anak Jurnal Magistra 26(89)8-17 KlatenUnwidha
Arifin Z 2012 Evaluasi Pembelajaran Jakarta Dirjen Pendidikan Islam Online
at
httpdualmodekemenaggoidfiledokumen34EvaluasiPembelajaranpdf
[diakses tanggal 17 Januari 2015]
Arikunto S 2010 Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Jakarta Bumi Aksara
_________ 2012 Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Jakarta Bumi Aksara
Bybee RW JA Taylor A Gardner PV Scotter JC Powell A Westbrook amp
N Landes 2006 The BSCS 5E Instructional Model Origins and
Effectiveness A Report Prepared for the Office of Science Education
National Institute of Health Colorado BSCS Online Tersedia di
httpscienceeducationnihgov [diakses 11-1- 2015]
Campbell NA Reece BJ amp Mitchell LG 2004 Biologi Alih Bahasa Manalu
W (eds) Erlangga Jakarta
Curto K amp T Bayer 2005 An Intersection of Critical Thinkking and
Communication Skillls Journal of Biological Science 31(4)11-19
Amerika Serikat University of Pittsburgh
Eisenkraft A 2003 Expanding The 5E Model Journal The Sciences Teacher
70(6) 56-59 Tersedia di httpits-about-
timecomhtmlsapeisenkrafttstpdf [diakses 3-2-2015]
Ennis RH 1985 A Logical Basic for Measuring Critical Thinking Skill Tersedia
di httpwwwascdorgASCDpdfjournalsed_leadel_198510_ennispdf
[diakses 27-1-2015]
Ennis RH 1991Critical Thinking A Streamlined Conception Tersedia di
httpfacultyeducationillinoisedurhennisdocumentsTheNatureofCritical
Thinking_51711_000pdf [diakses 27-1-2015]
Ennis R H 1993 Critical Thinking Assesment Journal Theory and Practice 32
(2) 179-186 Amerika Serikat The Ohio State University
56
Ennis RH 2011 The Nature of Critical Thinking An Outline of Critical
Thinking Dispositions and Abilities Tersedia di
httpfacultyeducationillinoisedurhennisdocumentsTheNatureofCritical
Thinking_51711_000pdf [diakses 27-1-2015]
Hapsari RTS 2011 Penerapan Model Konstruktivisme untuk Meningkatkan
Hasil Belajar Siswa Jurnal Pendidikan Penabur 10(16) (34-45) Tersedia
di
httpwwwbpkpenaburoridfilesHal2034_4520Penerapan20Mode
l20Pembelajaran20Konstruktivismepdf [diakses 25-1-2015]
Hartono 2013 Learning Cycle Model to Increase Studentrsquos Critical Thinking on
Science Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 9(1)56-66 Semarang
Universitas Negeri Semarang
Indrawati W Suyatno amp YSRahayu 2014 Implementasi Model Learning
Cycle 7E Pada Pembelajaran Kimia Dengan Materi Pokok Kelarutan Dan
Hasil Kali Kelarutan Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep dan
Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMA Prosiding Seminar Nasional
KimiaSurabaya Universitas Negeri Surabaya
Johnson EB 2007 Contextual Teaching amp Learning terjemahan Ibnu Setiawan
Bandung MLC
Kanli amp Yagbasan 2007 The Effects of a Laboratory Based on the 7E Learning
Cycle Model and Verification Laboratory Approach on the Development of
Studentsrsquo Science Process Skills and Conceptual Achievement Tersedia
diwwwuscaeduessaysspecialeditionUKanligraveandRYagbasanpdf[diakses
2-3-2015]
Kowiyah 2012 Kemampuan Berpikir Kritis Jurnal Pendidikan Dasar 3(5) 175-
179 Tersedia di httpjournalppsunjorgarticeldownload108108
[diakses 1-1-2015]
Kulsum U amp N Hindarto 2011 Penerapan Model Learning Cycle 5E pada Sub
pokok bahasan Kalor untuk Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar
Siswa Kelas VII SMP Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 7(1)128-
133Semarang Universitas Negeri Semarang
Kunandar 2013 Penilaian Autentik (Penilaian Hasil Belajar Kurikulum 2013)
Jakarta Raja Grafindo Persada
Lambertus 2009 Pentingnya Melatih Keterampilan Berpikir Kritis Dalam
Pembelajaran Matematika Di SD Jurnal Forum Pendidikan 28(2) (136-
142) Palembang Universitas Sriwijaya
57
Maknun D RR Haerin k Surtikanti amp AMunandar 2012 Praktikum Ekologi
Berbasis Proyek Media Pembekalan Keterampilan Esensial Laboratorium
Jurnal Pendidikan MIPA 13(1) 8-17 Lampung Universitas Lampung
Mecit O 2006 The Effect of 7E Learning Cycle Model on The Improvement of
Fifth Grade Studentsrsquo Critical Thinking Skills Tesis Turkey Middle East
Technical University
Permendikbud 2013 Implementasi Kurikulum Jakarta Depdiknas
Priyatno Duwi 2012 Belajar Analisis Data dengan SPSS 20 Yogyakarta Andi
Redhana IW amp Liliasari 2008 Program Pembelajaran Keterampilan Berpikir
Kritis Pada Topik Laju Reaksi Untuk Siswa SMA Jurnal Forum
Kependidikan 27(2)103-112 Bandung Universitas Pendidikan Indonesia
RifarsquoI Aamp CT Anni 2011 Psikologi Pendidikan Semarang Universitas Negeri
Semarang Press
Siribunnam amp Tayraukham 2009 Effect of 7-E KWL and Conventional on
Analitycal Thinking Learning Acievement and Attitudes toward Chemistry
Learning Journal of Social Sciences 5(4)279-282 Tersedia di
httpwwwamazoncomconventional-instruction-analytical-achievement-
attitudesdpB002TP5UQS [diakses 3-2-2015]
Slameto 2010 Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya Jakarta
Rhineka Cipta
Slavin RE 2008 Psikologi Pendidikan Teori dan Praktik Jakarta Indeks
Soeprodjo S Priatmoko amp EY Sariana 2008 Pengaruh Model Learning
Cycle terhadap Hasil Belajar Materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan
Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia 2(1) 224-229 Semarang Universitas
Negeri Semarang
Sudjana 2005 Metode Statistika Bandung Tarsito
Sugiyono 2013 Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif
Kualitatif dan RampD) Bandung Alfabeta
Trianto 2007 Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivisme
Jakarta Prestasi Pustaka
Tuna A amp A Kaccedilar 2013 The Effect of 5E Learning Cycle Model in Teaching
Trigonometry on Studentrsquos Academic Achievement and The Permanence of
Their Knowledge International Journal on New Trends in Education and
58
Their Implications 4(1) 73-87 Tersedia di
httpijonteorgFileploadks63207File07tunapdf [diakses 11-1- 2015]
Wardoyo SM 2013 Pembelajaran Konstruktivisme Bandung Alfabeta
Wena M 2011 Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer Jakarta Bumi
Aksara
Wiyanto 2008 Menyiapkan Guru Sains Mengembangkan Kompetensi
Laboratorium Semarang Unnes Press
Page 29
16
Pemikir kritis yang ideal memiliki karakter (disposition) untuk mencari
kejelasan dari pertanyaan mencari alasan berusaha mengetahui infomasi dengan
baik menggunakan dan menyebutkan sumber yang memiliki kredibilitas
memperhatikan situasi dan kondisi secara keseluruhan berusaha tetap relevan dengan
ide utama mengingat kepentingan yang asli dan mendasar mencari alternatif
bersikap dan berpikir terbuka mengambil posisi ketika ada bukti dan alasan yang
cukup untuk melakukan sesuatu mencari penjelasan sebanyak mungkin bersikap
secara sistematis dan teratur dengan bagian dari keseluruhan masalah (Ennis 19918)
25 Materi Interaksi Makhluk Hidup dengan Lingkungan
Materi Interaksi makhluk hidup dengan lingkungan merupakan salah satu
materi pokok kelas VII semester genap dalam kurikulum 2013 dengan kompetensi
dasar yaitu 38 mendeskripsikan interaksi antar makhluk hidup dan lingkungannya
dan 412 menyajikan hasil observasi terhadap interaksi makhluk hidup dengan
lingkungan di sekitarnya Indikator pembelajaran dalam penelitian ini meliputi
menjelaskan konsep ekosistem mengidentifikasi komponen biotik dan abiotik
mengidentifikasi satuan-satuan dalam ekosistem menghitung kepadatan populasi
menganalisis saling ketergantungan antara komponen biotik dan abiotik dan
menganalisis saling ketergantungan antar komponen biotik
Komponen ekosistem meliputi komponen abiotik (makhluk tak hidup) dan
komponen biotik (makhluk hidup) Komponen biotik meliputi organisme autotrof
yaitu produsen primer heterotrof yaitu konsumen dan detritivor yaitu organisme
pemakan limbah organik dan organisme yang telah mati
Produsen primer utama pada sebagian besar ekosistem darat adalah
tumbuhan sedangkan produsen primer dalam zona limnetik danau dan lautan
terbuka adalah fitoplankton (alga dan bakteri) Alga multiselluler dan tumbuhan
akuatik merupakan produsen primer di ekosistem air tawar maupun air laut
Organisme yang secara langsung memakan organisme autotrof disebut
herbivora Oleh karena itu herbivora disebut juga sebagai konsumen primer
sedangkan organisme yang mendapatkan makanan dengan memangsa herbivora
atau karnivora lain disebut karnivora Karnivora dapat berperan sebagai konsumen
17
sekunder tersier dan seterusnya Jalur perpindahan makanan dari tingkat trofik
satu ke tingkat trofik lainnya dikenal sebagai rantai makanan (food chain) akan
tetapi hubungan makan memakan dalam suatu ekosistem umumnya saling
berhubungan menjadi jaring-jaring makanan (food web) karena konsumen
memakan lebih dari satu tingkat trofik (Campbell et al 2004)
Kompetensi dasar dan indikator pembelajaran pada materi tersebut
menuntut siswa untuk dapat memahami konsep-konsep dan memecahkan masalah
yang sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari Penerapan learning cycle 7e
berbasis konstruktivisme mempertimbangkan pengetahuan awal siswa (elicit)
menyajikan masalah yang berkaitan dengan kehidupan nyata sebagai rangsangan
untuk belajar (engage) memberikan kesempatan secara langsung kepada siswa
untuk terlibat dalam penemuan konsep melalui kegiatan observasi (explore)
dilanjutkan dengan melakukan diskusi untuk mengklarifikasi konsep (elaborate)
dan evaluasi (evaluate) untuk mengetahui sejauh mana pemahaman konsep yang
telah dimiliki oleh siswa serta menerapkan konsep yang telah diperoleh pada
situasi baru (extend) Pembelajaran materi interaksi makhluk hidup dengan
lingkungan diharapkan menjadi lebih bermakna dan kemampuan berpikir kritis
siswa dapat berkembang dengan membandingkan konsep yang sudah diperoleh
dengan konsep baru yang dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari siswa Model
pembelajaran learning cycle 7e berbasis konstruktivisme diharapkan tepat apabila
digunakan dalam penyampaian materi ekosistem
18
26 Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
Gambar 22 Kerangka Berpikir Penelitian
27 Hipotesis
Penerapan Learning cycle 7e berbasis konstruktivisme berpengaruh
terhadap kemampuan berpikir kritis siswa pada materi Interaksi makhluk hidup
dengan lingkungan
Pembelajaran Learning
Cycle 7E berbasis
konstruktivisme
Menekankan
pengetahuan awal siswa
dan memungkinkan
mengaplikasikan
konsep yang telah
diperoleh
(Eisenkraft 200357)
Mampu meningkatkan
keterampilan proses
sains dan penguasaan
konsep (Kanli amp
Yagbasan 2007151)
Mampu meningkatkan
kemampuan berpikir
kritis
(Hartono 201365)
Mampu meningkatkan
kemampuan berpikir
kritis secara signifikan
dibandingkan metode
tradisional
(Mecit 200648)
Permasalahan dalam pembelajaran
Siswa kesulitan menganalisis suatu
permasalahan
Siswa kesulitan menyimpulkan
Siswa kesulitan mengaplikasikan konsep
pada situasi baru dan konkret
Keberanian mengajukan pertanyaan
amp pendapat rendah
Kemampuan berpikir kritis rendah
Berpikir kritis salah satu
keterampilan abad 21 yang
harus dimiliki oleh siswa
Tuntutan memberdayakan
SDM yang berkualitas
(Permendikbud 2013)
Kelas eksperimen Kelas kontrol
Pembelajaran
dengan metode
diskusi amp ceramah
Kemampuan berpikir kritis berkembang
Learning cycle 7e
berbasis
konstruktivisme
Quasi experimental design
Uji t
54
BAB 5
PENUTUP
51 Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa
penerapan learning cycle 7e berbasis konstruktivisme berpengaruh terhadap
kemampuan berpikir kritis siswa pada materi interaksi makhluk hidup dengan
lingkungan Peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa kelas eksperimen lebih
baik dari pada kelas kontrol
52 Saran
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan penerapan learning cycle
7e berbasis konstruktivisme terbukti berpengaruh terhadap kemampuan berpikir
kritis siswa pada materi interaksi makhluk hidup dengan lingkunganya Dengan
demikian maka beberapa saran yang dapat diberikan sebagai berikut
1 Guru IPA dapat mempertimbangkan pembelajaran learning cycle 7E berbasis
konstruktivisme pada materi interaksi makhluk hidup dengan lingkungan
karena terbukti dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa
2 Guru IPA dapat merancang proses pembelajaran dan instrumen pembelajaran
yang dapat memicu kemampuan berpikir kritis siswa
3 Bagi peneliti selanjutnya yang akan melakukan penelitian berkaitan dengan
kemampuan berpikir kritis disarankan mengoptimalkan pengelolaan kelas dan
memberikan banyak motivasi agar setiap siswa dapat berpartisipasi dan
berinteraksi dalam kegiatan pembelajaran Hal ini dimaksudkan agar
pembelajaran yang dilakukan efektif terhadap kemampuan berpikir kritis
siswa
55
DAFTAR PUSTAKA
Aqib Z 2013 Model-Model Media dan Strategi Pembelajaran
Kontekstual(Inovatif) Bandung Yrama Widya
Amertawengrum IP 2014 Filsafat Konstruktivisme dalam Pembelajaran Sastra
Anak Jurnal Magistra 26(89)8-17 KlatenUnwidha
Arifin Z 2012 Evaluasi Pembelajaran Jakarta Dirjen Pendidikan Islam Online
at
httpdualmodekemenaggoidfiledokumen34EvaluasiPembelajaranpdf
[diakses tanggal 17 Januari 2015]
Arikunto S 2010 Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Jakarta Bumi Aksara
_________ 2012 Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Jakarta Bumi Aksara
Bybee RW JA Taylor A Gardner PV Scotter JC Powell A Westbrook amp
N Landes 2006 The BSCS 5E Instructional Model Origins and
Effectiveness A Report Prepared for the Office of Science Education
National Institute of Health Colorado BSCS Online Tersedia di
httpscienceeducationnihgov [diakses 11-1- 2015]
Campbell NA Reece BJ amp Mitchell LG 2004 Biologi Alih Bahasa Manalu
W (eds) Erlangga Jakarta
Curto K amp T Bayer 2005 An Intersection of Critical Thinkking and
Communication Skillls Journal of Biological Science 31(4)11-19
Amerika Serikat University of Pittsburgh
Eisenkraft A 2003 Expanding The 5E Model Journal The Sciences Teacher
70(6) 56-59 Tersedia di httpits-about-
timecomhtmlsapeisenkrafttstpdf [diakses 3-2-2015]
Ennis RH 1985 A Logical Basic for Measuring Critical Thinking Skill Tersedia
di httpwwwascdorgASCDpdfjournalsed_leadel_198510_ennispdf
[diakses 27-1-2015]
Ennis RH 1991Critical Thinking A Streamlined Conception Tersedia di
httpfacultyeducationillinoisedurhennisdocumentsTheNatureofCritical
Thinking_51711_000pdf [diakses 27-1-2015]
Ennis R H 1993 Critical Thinking Assesment Journal Theory and Practice 32
(2) 179-186 Amerika Serikat The Ohio State University
56
Ennis RH 2011 The Nature of Critical Thinking An Outline of Critical
Thinking Dispositions and Abilities Tersedia di
httpfacultyeducationillinoisedurhennisdocumentsTheNatureofCritical
Thinking_51711_000pdf [diakses 27-1-2015]
Hapsari RTS 2011 Penerapan Model Konstruktivisme untuk Meningkatkan
Hasil Belajar Siswa Jurnal Pendidikan Penabur 10(16) (34-45) Tersedia
di
httpwwwbpkpenaburoridfilesHal2034_4520Penerapan20Mode
l20Pembelajaran20Konstruktivismepdf [diakses 25-1-2015]
Hartono 2013 Learning Cycle Model to Increase Studentrsquos Critical Thinking on
Science Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 9(1)56-66 Semarang
Universitas Negeri Semarang
Indrawati W Suyatno amp YSRahayu 2014 Implementasi Model Learning
Cycle 7E Pada Pembelajaran Kimia Dengan Materi Pokok Kelarutan Dan
Hasil Kali Kelarutan Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep dan
Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMA Prosiding Seminar Nasional
KimiaSurabaya Universitas Negeri Surabaya
Johnson EB 2007 Contextual Teaching amp Learning terjemahan Ibnu Setiawan
Bandung MLC
Kanli amp Yagbasan 2007 The Effects of a Laboratory Based on the 7E Learning
Cycle Model and Verification Laboratory Approach on the Development of
Studentsrsquo Science Process Skills and Conceptual Achievement Tersedia
diwwwuscaeduessaysspecialeditionUKanligraveandRYagbasanpdf[diakses
2-3-2015]
Kowiyah 2012 Kemampuan Berpikir Kritis Jurnal Pendidikan Dasar 3(5) 175-
179 Tersedia di httpjournalppsunjorgarticeldownload108108
[diakses 1-1-2015]
Kulsum U amp N Hindarto 2011 Penerapan Model Learning Cycle 5E pada Sub
pokok bahasan Kalor untuk Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar
Siswa Kelas VII SMP Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 7(1)128-
133Semarang Universitas Negeri Semarang
Kunandar 2013 Penilaian Autentik (Penilaian Hasil Belajar Kurikulum 2013)
Jakarta Raja Grafindo Persada
Lambertus 2009 Pentingnya Melatih Keterampilan Berpikir Kritis Dalam
Pembelajaran Matematika Di SD Jurnal Forum Pendidikan 28(2) (136-
142) Palembang Universitas Sriwijaya
57
Maknun D RR Haerin k Surtikanti amp AMunandar 2012 Praktikum Ekologi
Berbasis Proyek Media Pembekalan Keterampilan Esensial Laboratorium
Jurnal Pendidikan MIPA 13(1) 8-17 Lampung Universitas Lampung
Mecit O 2006 The Effect of 7E Learning Cycle Model on The Improvement of
Fifth Grade Studentsrsquo Critical Thinking Skills Tesis Turkey Middle East
Technical University
Permendikbud 2013 Implementasi Kurikulum Jakarta Depdiknas
Priyatno Duwi 2012 Belajar Analisis Data dengan SPSS 20 Yogyakarta Andi
Redhana IW amp Liliasari 2008 Program Pembelajaran Keterampilan Berpikir
Kritis Pada Topik Laju Reaksi Untuk Siswa SMA Jurnal Forum
Kependidikan 27(2)103-112 Bandung Universitas Pendidikan Indonesia
RifarsquoI Aamp CT Anni 2011 Psikologi Pendidikan Semarang Universitas Negeri
Semarang Press
Siribunnam amp Tayraukham 2009 Effect of 7-E KWL and Conventional on
Analitycal Thinking Learning Acievement and Attitudes toward Chemistry
Learning Journal of Social Sciences 5(4)279-282 Tersedia di
httpwwwamazoncomconventional-instruction-analytical-achievement-
attitudesdpB002TP5UQS [diakses 3-2-2015]
Slameto 2010 Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya Jakarta
Rhineka Cipta
Slavin RE 2008 Psikologi Pendidikan Teori dan Praktik Jakarta Indeks
Soeprodjo S Priatmoko amp EY Sariana 2008 Pengaruh Model Learning
Cycle terhadap Hasil Belajar Materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan
Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia 2(1) 224-229 Semarang Universitas
Negeri Semarang
Sudjana 2005 Metode Statistika Bandung Tarsito
Sugiyono 2013 Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif
Kualitatif dan RampD) Bandung Alfabeta
Trianto 2007 Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivisme
Jakarta Prestasi Pustaka
Tuna A amp A Kaccedilar 2013 The Effect of 5E Learning Cycle Model in Teaching
Trigonometry on Studentrsquos Academic Achievement and The Permanence of
Their Knowledge International Journal on New Trends in Education and
58
Their Implications 4(1) 73-87 Tersedia di
httpijonteorgFileploadks63207File07tunapdf [diakses 11-1- 2015]
Wardoyo SM 2013 Pembelajaran Konstruktivisme Bandung Alfabeta
Wena M 2011 Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer Jakarta Bumi
Aksara
Wiyanto 2008 Menyiapkan Guru Sains Mengembangkan Kompetensi
Laboratorium Semarang Unnes Press
Page 30
17
sekunder tersier dan seterusnya Jalur perpindahan makanan dari tingkat trofik
satu ke tingkat trofik lainnya dikenal sebagai rantai makanan (food chain) akan
tetapi hubungan makan memakan dalam suatu ekosistem umumnya saling
berhubungan menjadi jaring-jaring makanan (food web) karena konsumen
memakan lebih dari satu tingkat trofik (Campbell et al 2004)
Kompetensi dasar dan indikator pembelajaran pada materi tersebut
menuntut siswa untuk dapat memahami konsep-konsep dan memecahkan masalah
yang sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari Penerapan learning cycle 7e
berbasis konstruktivisme mempertimbangkan pengetahuan awal siswa (elicit)
menyajikan masalah yang berkaitan dengan kehidupan nyata sebagai rangsangan
untuk belajar (engage) memberikan kesempatan secara langsung kepada siswa
untuk terlibat dalam penemuan konsep melalui kegiatan observasi (explore)
dilanjutkan dengan melakukan diskusi untuk mengklarifikasi konsep (elaborate)
dan evaluasi (evaluate) untuk mengetahui sejauh mana pemahaman konsep yang
telah dimiliki oleh siswa serta menerapkan konsep yang telah diperoleh pada
situasi baru (extend) Pembelajaran materi interaksi makhluk hidup dengan
lingkungan diharapkan menjadi lebih bermakna dan kemampuan berpikir kritis
siswa dapat berkembang dengan membandingkan konsep yang sudah diperoleh
dengan konsep baru yang dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari siswa Model
pembelajaran learning cycle 7e berbasis konstruktivisme diharapkan tepat apabila
digunakan dalam penyampaian materi ekosistem
18
26 Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
Gambar 22 Kerangka Berpikir Penelitian
27 Hipotesis
Penerapan Learning cycle 7e berbasis konstruktivisme berpengaruh
terhadap kemampuan berpikir kritis siswa pada materi Interaksi makhluk hidup
dengan lingkungan
Pembelajaran Learning
Cycle 7E berbasis
konstruktivisme
Menekankan
pengetahuan awal siswa
dan memungkinkan
mengaplikasikan
konsep yang telah
diperoleh
(Eisenkraft 200357)
Mampu meningkatkan
keterampilan proses
sains dan penguasaan
konsep (Kanli amp
Yagbasan 2007151)
Mampu meningkatkan
kemampuan berpikir
kritis
(Hartono 201365)
Mampu meningkatkan
kemampuan berpikir
kritis secara signifikan
dibandingkan metode
tradisional
(Mecit 200648)
Permasalahan dalam pembelajaran
Siswa kesulitan menganalisis suatu
permasalahan
Siswa kesulitan menyimpulkan
Siswa kesulitan mengaplikasikan konsep
pada situasi baru dan konkret
Keberanian mengajukan pertanyaan
amp pendapat rendah
Kemampuan berpikir kritis rendah
Berpikir kritis salah satu
keterampilan abad 21 yang
harus dimiliki oleh siswa
Tuntutan memberdayakan
SDM yang berkualitas
(Permendikbud 2013)
Kelas eksperimen Kelas kontrol
Pembelajaran
dengan metode
diskusi amp ceramah
Kemampuan berpikir kritis berkembang
Learning cycle 7e
berbasis
konstruktivisme
Quasi experimental design
Uji t
54
BAB 5
PENUTUP
51 Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa
penerapan learning cycle 7e berbasis konstruktivisme berpengaruh terhadap
kemampuan berpikir kritis siswa pada materi interaksi makhluk hidup dengan
lingkungan Peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa kelas eksperimen lebih
baik dari pada kelas kontrol
52 Saran
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan penerapan learning cycle
7e berbasis konstruktivisme terbukti berpengaruh terhadap kemampuan berpikir
kritis siswa pada materi interaksi makhluk hidup dengan lingkunganya Dengan
demikian maka beberapa saran yang dapat diberikan sebagai berikut
1 Guru IPA dapat mempertimbangkan pembelajaran learning cycle 7E berbasis
konstruktivisme pada materi interaksi makhluk hidup dengan lingkungan
karena terbukti dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa
2 Guru IPA dapat merancang proses pembelajaran dan instrumen pembelajaran
yang dapat memicu kemampuan berpikir kritis siswa
3 Bagi peneliti selanjutnya yang akan melakukan penelitian berkaitan dengan
kemampuan berpikir kritis disarankan mengoptimalkan pengelolaan kelas dan
memberikan banyak motivasi agar setiap siswa dapat berpartisipasi dan
berinteraksi dalam kegiatan pembelajaran Hal ini dimaksudkan agar
pembelajaran yang dilakukan efektif terhadap kemampuan berpikir kritis
siswa
55
DAFTAR PUSTAKA
Aqib Z 2013 Model-Model Media dan Strategi Pembelajaran
Kontekstual(Inovatif) Bandung Yrama Widya
Amertawengrum IP 2014 Filsafat Konstruktivisme dalam Pembelajaran Sastra
Anak Jurnal Magistra 26(89)8-17 KlatenUnwidha
Arifin Z 2012 Evaluasi Pembelajaran Jakarta Dirjen Pendidikan Islam Online
at
httpdualmodekemenaggoidfiledokumen34EvaluasiPembelajaranpdf
[diakses tanggal 17 Januari 2015]
Arikunto S 2010 Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Jakarta Bumi Aksara
_________ 2012 Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Jakarta Bumi Aksara
Bybee RW JA Taylor A Gardner PV Scotter JC Powell A Westbrook amp
N Landes 2006 The BSCS 5E Instructional Model Origins and
Effectiveness A Report Prepared for the Office of Science Education
National Institute of Health Colorado BSCS Online Tersedia di
httpscienceeducationnihgov [diakses 11-1- 2015]
Campbell NA Reece BJ amp Mitchell LG 2004 Biologi Alih Bahasa Manalu
W (eds) Erlangga Jakarta
Curto K amp T Bayer 2005 An Intersection of Critical Thinkking and
Communication Skillls Journal of Biological Science 31(4)11-19
Amerika Serikat University of Pittsburgh
Eisenkraft A 2003 Expanding The 5E Model Journal The Sciences Teacher
70(6) 56-59 Tersedia di httpits-about-
timecomhtmlsapeisenkrafttstpdf [diakses 3-2-2015]
Ennis RH 1985 A Logical Basic for Measuring Critical Thinking Skill Tersedia
di httpwwwascdorgASCDpdfjournalsed_leadel_198510_ennispdf
[diakses 27-1-2015]
Ennis RH 1991Critical Thinking A Streamlined Conception Tersedia di
httpfacultyeducationillinoisedurhennisdocumentsTheNatureofCritical
Thinking_51711_000pdf [diakses 27-1-2015]
Ennis R H 1993 Critical Thinking Assesment Journal Theory and Practice 32
(2) 179-186 Amerika Serikat The Ohio State University
56
Ennis RH 2011 The Nature of Critical Thinking An Outline of Critical
Thinking Dispositions and Abilities Tersedia di
httpfacultyeducationillinoisedurhennisdocumentsTheNatureofCritical
Thinking_51711_000pdf [diakses 27-1-2015]
Hapsari RTS 2011 Penerapan Model Konstruktivisme untuk Meningkatkan
Hasil Belajar Siswa Jurnal Pendidikan Penabur 10(16) (34-45) Tersedia
di
httpwwwbpkpenaburoridfilesHal2034_4520Penerapan20Mode
l20Pembelajaran20Konstruktivismepdf [diakses 25-1-2015]
Hartono 2013 Learning Cycle Model to Increase Studentrsquos Critical Thinking on
Science Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 9(1)56-66 Semarang
Universitas Negeri Semarang
Indrawati W Suyatno amp YSRahayu 2014 Implementasi Model Learning
Cycle 7E Pada Pembelajaran Kimia Dengan Materi Pokok Kelarutan Dan
Hasil Kali Kelarutan Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep dan
Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMA Prosiding Seminar Nasional
KimiaSurabaya Universitas Negeri Surabaya
Johnson EB 2007 Contextual Teaching amp Learning terjemahan Ibnu Setiawan
Bandung MLC
Kanli amp Yagbasan 2007 The Effects of a Laboratory Based on the 7E Learning
Cycle Model and Verification Laboratory Approach on the Development of
Studentsrsquo Science Process Skills and Conceptual Achievement Tersedia
diwwwuscaeduessaysspecialeditionUKanligraveandRYagbasanpdf[diakses
2-3-2015]
Kowiyah 2012 Kemampuan Berpikir Kritis Jurnal Pendidikan Dasar 3(5) 175-
179 Tersedia di httpjournalppsunjorgarticeldownload108108
[diakses 1-1-2015]
Kulsum U amp N Hindarto 2011 Penerapan Model Learning Cycle 5E pada Sub
pokok bahasan Kalor untuk Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar
Siswa Kelas VII SMP Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 7(1)128-
133Semarang Universitas Negeri Semarang
Kunandar 2013 Penilaian Autentik (Penilaian Hasil Belajar Kurikulum 2013)
Jakarta Raja Grafindo Persada
Lambertus 2009 Pentingnya Melatih Keterampilan Berpikir Kritis Dalam
Pembelajaran Matematika Di SD Jurnal Forum Pendidikan 28(2) (136-
142) Palembang Universitas Sriwijaya
57
Maknun D RR Haerin k Surtikanti amp AMunandar 2012 Praktikum Ekologi
Berbasis Proyek Media Pembekalan Keterampilan Esensial Laboratorium
Jurnal Pendidikan MIPA 13(1) 8-17 Lampung Universitas Lampung
Mecit O 2006 The Effect of 7E Learning Cycle Model on The Improvement of
Fifth Grade Studentsrsquo Critical Thinking Skills Tesis Turkey Middle East
Technical University
Permendikbud 2013 Implementasi Kurikulum Jakarta Depdiknas
Priyatno Duwi 2012 Belajar Analisis Data dengan SPSS 20 Yogyakarta Andi
Redhana IW amp Liliasari 2008 Program Pembelajaran Keterampilan Berpikir
Kritis Pada Topik Laju Reaksi Untuk Siswa SMA Jurnal Forum
Kependidikan 27(2)103-112 Bandung Universitas Pendidikan Indonesia
RifarsquoI Aamp CT Anni 2011 Psikologi Pendidikan Semarang Universitas Negeri
Semarang Press
Siribunnam amp Tayraukham 2009 Effect of 7-E KWL and Conventional on
Analitycal Thinking Learning Acievement and Attitudes toward Chemistry
Learning Journal of Social Sciences 5(4)279-282 Tersedia di
httpwwwamazoncomconventional-instruction-analytical-achievement-
attitudesdpB002TP5UQS [diakses 3-2-2015]
Slameto 2010 Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya Jakarta
Rhineka Cipta
Slavin RE 2008 Psikologi Pendidikan Teori dan Praktik Jakarta Indeks
Soeprodjo S Priatmoko amp EY Sariana 2008 Pengaruh Model Learning
Cycle terhadap Hasil Belajar Materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan
Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia 2(1) 224-229 Semarang Universitas
Negeri Semarang
Sudjana 2005 Metode Statistika Bandung Tarsito
Sugiyono 2013 Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif
Kualitatif dan RampD) Bandung Alfabeta
Trianto 2007 Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivisme
Jakarta Prestasi Pustaka
Tuna A amp A Kaccedilar 2013 The Effect of 5E Learning Cycle Model in Teaching
Trigonometry on Studentrsquos Academic Achievement and The Permanence of
Their Knowledge International Journal on New Trends in Education and
58
Their Implications 4(1) 73-87 Tersedia di
httpijonteorgFileploadks63207File07tunapdf [diakses 11-1- 2015]
Wardoyo SM 2013 Pembelajaran Konstruktivisme Bandung Alfabeta
Wena M 2011 Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer Jakarta Bumi
Aksara
Wiyanto 2008 Menyiapkan Guru Sains Mengembangkan Kompetensi
Laboratorium Semarang Unnes Press
Page 31
18
26 Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
Gambar 22 Kerangka Berpikir Penelitian
27 Hipotesis
Penerapan Learning cycle 7e berbasis konstruktivisme berpengaruh
terhadap kemampuan berpikir kritis siswa pada materi Interaksi makhluk hidup
dengan lingkungan
Pembelajaran Learning
Cycle 7E berbasis
konstruktivisme
Menekankan
pengetahuan awal siswa
dan memungkinkan
mengaplikasikan
konsep yang telah
diperoleh
(Eisenkraft 200357)
Mampu meningkatkan
keterampilan proses
sains dan penguasaan
konsep (Kanli amp
Yagbasan 2007151)
Mampu meningkatkan
kemampuan berpikir
kritis
(Hartono 201365)
Mampu meningkatkan
kemampuan berpikir
kritis secara signifikan
dibandingkan metode
tradisional
(Mecit 200648)
Permasalahan dalam pembelajaran
Siswa kesulitan menganalisis suatu
permasalahan
Siswa kesulitan menyimpulkan
Siswa kesulitan mengaplikasikan konsep
pada situasi baru dan konkret
Keberanian mengajukan pertanyaan
amp pendapat rendah
Kemampuan berpikir kritis rendah
Berpikir kritis salah satu
keterampilan abad 21 yang
harus dimiliki oleh siswa
Tuntutan memberdayakan
SDM yang berkualitas
(Permendikbud 2013)
Kelas eksperimen Kelas kontrol
Pembelajaran
dengan metode
diskusi amp ceramah
Kemampuan berpikir kritis berkembang
Learning cycle 7e
berbasis
konstruktivisme
Quasi experimental design
Uji t
54
BAB 5
PENUTUP
51 Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa
penerapan learning cycle 7e berbasis konstruktivisme berpengaruh terhadap
kemampuan berpikir kritis siswa pada materi interaksi makhluk hidup dengan
lingkungan Peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa kelas eksperimen lebih
baik dari pada kelas kontrol
52 Saran
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan penerapan learning cycle
7e berbasis konstruktivisme terbukti berpengaruh terhadap kemampuan berpikir
kritis siswa pada materi interaksi makhluk hidup dengan lingkunganya Dengan
demikian maka beberapa saran yang dapat diberikan sebagai berikut
1 Guru IPA dapat mempertimbangkan pembelajaran learning cycle 7E berbasis
konstruktivisme pada materi interaksi makhluk hidup dengan lingkungan
karena terbukti dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa
2 Guru IPA dapat merancang proses pembelajaran dan instrumen pembelajaran
yang dapat memicu kemampuan berpikir kritis siswa
3 Bagi peneliti selanjutnya yang akan melakukan penelitian berkaitan dengan
kemampuan berpikir kritis disarankan mengoptimalkan pengelolaan kelas dan
memberikan banyak motivasi agar setiap siswa dapat berpartisipasi dan
berinteraksi dalam kegiatan pembelajaran Hal ini dimaksudkan agar
pembelajaran yang dilakukan efektif terhadap kemampuan berpikir kritis
siswa
55
DAFTAR PUSTAKA
Aqib Z 2013 Model-Model Media dan Strategi Pembelajaran
Kontekstual(Inovatif) Bandung Yrama Widya
Amertawengrum IP 2014 Filsafat Konstruktivisme dalam Pembelajaran Sastra
Anak Jurnal Magistra 26(89)8-17 KlatenUnwidha
Arifin Z 2012 Evaluasi Pembelajaran Jakarta Dirjen Pendidikan Islam Online
at
httpdualmodekemenaggoidfiledokumen34EvaluasiPembelajaranpdf
[diakses tanggal 17 Januari 2015]
Arikunto S 2010 Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Jakarta Bumi Aksara
_________ 2012 Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Jakarta Bumi Aksara
Bybee RW JA Taylor A Gardner PV Scotter JC Powell A Westbrook amp
N Landes 2006 The BSCS 5E Instructional Model Origins and
Effectiveness A Report Prepared for the Office of Science Education
National Institute of Health Colorado BSCS Online Tersedia di
httpscienceeducationnihgov [diakses 11-1- 2015]
Campbell NA Reece BJ amp Mitchell LG 2004 Biologi Alih Bahasa Manalu
W (eds) Erlangga Jakarta
Curto K amp T Bayer 2005 An Intersection of Critical Thinkking and
Communication Skillls Journal of Biological Science 31(4)11-19
Amerika Serikat University of Pittsburgh
Eisenkraft A 2003 Expanding The 5E Model Journal The Sciences Teacher
70(6) 56-59 Tersedia di httpits-about-
timecomhtmlsapeisenkrafttstpdf [diakses 3-2-2015]
Ennis RH 1985 A Logical Basic for Measuring Critical Thinking Skill Tersedia
di httpwwwascdorgASCDpdfjournalsed_leadel_198510_ennispdf
[diakses 27-1-2015]
Ennis RH 1991Critical Thinking A Streamlined Conception Tersedia di
httpfacultyeducationillinoisedurhennisdocumentsTheNatureofCritical
Thinking_51711_000pdf [diakses 27-1-2015]
Ennis R H 1993 Critical Thinking Assesment Journal Theory and Practice 32
(2) 179-186 Amerika Serikat The Ohio State University
56
Ennis RH 2011 The Nature of Critical Thinking An Outline of Critical
Thinking Dispositions and Abilities Tersedia di
httpfacultyeducationillinoisedurhennisdocumentsTheNatureofCritical
Thinking_51711_000pdf [diakses 27-1-2015]
Hapsari RTS 2011 Penerapan Model Konstruktivisme untuk Meningkatkan
Hasil Belajar Siswa Jurnal Pendidikan Penabur 10(16) (34-45) Tersedia
di
httpwwwbpkpenaburoridfilesHal2034_4520Penerapan20Mode
l20Pembelajaran20Konstruktivismepdf [diakses 25-1-2015]
Hartono 2013 Learning Cycle Model to Increase Studentrsquos Critical Thinking on
Science Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 9(1)56-66 Semarang
Universitas Negeri Semarang
Indrawati W Suyatno amp YSRahayu 2014 Implementasi Model Learning
Cycle 7E Pada Pembelajaran Kimia Dengan Materi Pokok Kelarutan Dan
Hasil Kali Kelarutan Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep dan
Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMA Prosiding Seminar Nasional
KimiaSurabaya Universitas Negeri Surabaya
Johnson EB 2007 Contextual Teaching amp Learning terjemahan Ibnu Setiawan
Bandung MLC
Kanli amp Yagbasan 2007 The Effects of a Laboratory Based on the 7E Learning
Cycle Model and Verification Laboratory Approach on the Development of
Studentsrsquo Science Process Skills and Conceptual Achievement Tersedia
diwwwuscaeduessaysspecialeditionUKanligraveandRYagbasanpdf[diakses
2-3-2015]
Kowiyah 2012 Kemampuan Berpikir Kritis Jurnal Pendidikan Dasar 3(5) 175-
179 Tersedia di httpjournalppsunjorgarticeldownload108108
[diakses 1-1-2015]
Kulsum U amp N Hindarto 2011 Penerapan Model Learning Cycle 5E pada Sub
pokok bahasan Kalor untuk Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar
Siswa Kelas VII SMP Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 7(1)128-
133Semarang Universitas Negeri Semarang
Kunandar 2013 Penilaian Autentik (Penilaian Hasil Belajar Kurikulum 2013)
Jakarta Raja Grafindo Persada
Lambertus 2009 Pentingnya Melatih Keterampilan Berpikir Kritis Dalam
Pembelajaran Matematika Di SD Jurnal Forum Pendidikan 28(2) (136-
142) Palembang Universitas Sriwijaya
57
Maknun D RR Haerin k Surtikanti amp AMunandar 2012 Praktikum Ekologi
Berbasis Proyek Media Pembekalan Keterampilan Esensial Laboratorium
Jurnal Pendidikan MIPA 13(1) 8-17 Lampung Universitas Lampung
Mecit O 2006 The Effect of 7E Learning Cycle Model on The Improvement of
Fifth Grade Studentsrsquo Critical Thinking Skills Tesis Turkey Middle East
Technical University
Permendikbud 2013 Implementasi Kurikulum Jakarta Depdiknas
Priyatno Duwi 2012 Belajar Analisis Data dengan SPSS 20 Yogyakarta Andi
Redhana IW amp Liliasari 2008 Program Pembelajaran Keterampilan Berpikir
Kritis Pada Topik Laju Reaksi Untuk Siswa SMA Jurnal Forum
Kependidikan 27(2)103-112 Bandung Universitas Pendidikan Indonesia
RifarsquoI Aamp CT Anni 2011 Psikologi Pendidikan Semarang Universitas Negeri
Semarang Press
Siribunnam amp Tayraukham 2009 Effect of 7-E KWL and Conventional on
Analitycal Thinking Learning Acievement and Attitudes toward Chemistry
Learning Journal of Social Sciences 5(4)279-282 Tersedia di
httpwwwamazoncomconventional-instruction-analytical-achievement-
attitudesdpB002TP5UQS [diakses 3-2-2015]
Slameto 2010 Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya Jakarta
Rhineka Cipta
Slavin RE 2008 Psikologi Pendidikan Teori dan Praktik Jakarta Indeks
Soeprodjo S Priatmoko amp EY Sariana 2008 Pengaruh Model Learning
Cycle terhadap Hasil Belajar Materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan
Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia 2(1) 224-229 Semarang Universitas
Negeri Semarang
Sudjana 2005 Metode Statistika Bandung Tarsito
Sugiyono 2013 Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif
Kualitatif dan RampD) Bandung Alfabeta
Trianto 2007 Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivisme
Jakarta Prestasi Pustaka
Tuna A amp A Kaccedilar 2013 The Effect of 5E Learning Cycle Model in Teaching
Trigonometry on Studentrsquos Academic Achievement and The Permanence of
Their Knowledge International Journal on New Trends in Education and
58
Their Implications 4(1) 73-87 Tersedia di
httpijonteorgFileploadks63207File07tunapdf [diakses 11-1- 2015]
Wardoyo SM 2013 Pembelajaran Konstruktivisme Bandung Alfabeta
Wena M 2011 Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer Jakarta Bumi
Aksara
Wiyanto 2008 Menyiapkan Guru Sains Mengembangkan Kompetensi
Laboratorium Semarang Unnes Press
Page 32
54
BAB 5
PENUTUP
51 Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa
penerapan learning cycle 7e berbasis konstruktivisme berpengaruh terhadap
kemampuan berpikir kritis siswa pada materi interaksi makhluk hidup dengan
lingkungan Peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa kelas eksperimen lebih
baik dari pada kelas kontrol
52 Saran
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan penerapan learning cycle
7e berbasis konstruktivisme terbukti berpengaruh terhadap kemampuan berpikir
kritis siswa pada materi interaksi makhluk hidup dengan lingkunganya Dengan
demikian maka beberapa saran yang dapat diberikan sebagai berikut
1 Guru IPA dapat mempertimbangkan pembelajaran learning cycle 7E berbasis
konstruktivisme pada materi interaksi makhluk hidup dengan lingkungan
karena terbukti dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa
2 Guru IPA dapat merancang proses pembelajaran dan instrumen pembelajaran
yang dapat memicu kemampuan berpikir kritis siswa
3 Bagi peneliti selanjutnya yang akan melakukan penelitian berkaitan dengan
kemampuan berpikir kritis disarankan mengoptimalkan pengelolaan kelas dan
memberikan banyak motivasi agar setiap siswa dapat berpartisipasi dan
berinteraksi dalam kegiatan pembelajaran Hal ini dimaksudkan agar
pembelajaran yang dilakukan efektif terhadap kemampuan berpikir kritis
siswa
55
DAFTAR PUSTAKA
Aqib Z 2013 Model-Model Media dan Strategi Pembelajaran
Kontekstual(Inovatif) Bandung Yrama Widya
Amertawengrum IP 2014 Filsafat Konstruktivisme dalam Pembelajaran Sastra
Anak Jurnal Magistra 26(89)8-17 KlatenUnwidha
Arifin Z 2012 Evaluasi Pembelajaran Jakarta Dirjen Pendidikan Islam Online
at
httpdualmodekemenaggoidfiledokumen34EvaluasiPembelajaranpdf
[diakses tanggal 17 Januari 2015]
Arikunto S 2010 Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Jakarta Bumi Aksara
_________ 2012 Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Jakarta Bumi Aksara
Bybee RW JA Taylor A Gardner PV Scotter JC Powell A Westbrook amp
N Landes 2006 The BSCS 5E Instructional Model Origins and
Effectiveness A Report Prepared for the Office of Science Education
National Institute of Health Colorado BSCS Online Tersedia di
httpscienceeducationnihgov [diakses 11-1- 2015]
Campbell NA Reece BJ amp Mitchell LG 2004 Biologi Alih Bahasa Manalu
W (eds) Erlangga Jakarta
Curto K amp T Bayer 2005 An Intersection of Critical Thinkking and
Communication Skillls Journal of Biological Science 31(4)11-19
Amerika Serikat University of Pittsburgh
Eisenkraft A 2003 Expanding The 5E Model Journal The Sciences Teacher
70(6) 56-59 Tersedia di httpits-about-
timecomhtmlsapeisenkrafttstpdf [diakses 3-2-2015]
Ennis RH 1985 A Logical Basic for Measuring Critical Thinking Skill Tersedia
di httpwwwascdorgASCDpdfjournalsed_leadel_198510_ennispdf
[diakses 27-1-2015]
Ennis RH 1991Critical Thinking A Streamlined Conception Tersedia di
httpfacultyeducationillinoisedurhennisdocumentsTheNatureofCritical
Thinking_51711_000pdf [diakses 27-1-2015]
Ennis R H 1993 Critical Thinking Assesment Journal Theory and Practice 32
(2) 179-186 Amerika Serikat The Ohio State University
56
Ennis RH 2011 The Nature of Critical Thinking An Outline of Critical
Thinking Dispositions and Abilities Tersedia di
httpfacultyeducationillinoisedurhennisdocumentsTheNatureofCritical
Thinking_51711_000pdf [diakses 27-1-2015]
Hapsari RTS 2011 Penerapan Model Konstruktivisme untuk Meningkatkan
Hasil Belajar Siswa Jurnal Pendidikan Penabur 10(16) (34-45) Tersedia
di
httpwwwbpkpenaburoridfilesHal2034_4520Penerapan20Mode
l20Pembelajaran20Konstruktivismepdf [diakses 25-1-2015]
Hartono 2013 Learning Cycle Model to Increase Studentrsquos Critical Thinking on
Science Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 9(1)56-66 Semarang
Universitas Negeri Semarang
Indrawati W Suyatno amp YSRahayu 2014 Implementasi Model Learning
Cycle 7E Pada Pembelajaran Kimia Dengan Materi Pokok Kelarutan Dan
Hasil Kali Kelarutan Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep dan
Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMA Prosiding Seminar Nasional
KimiaSurabaya Universitas Negeri Surabaya
Johnson EB 2007 Contextual Teaching amp Learning terjemahan Ibnu Setiawan
Bandung MLC
Kanli amp Yagbasan 2007 The Effects of a Laboratory Based on the 7E Learning
Cycle Model and Verification Laboratory Approach on the Development of
Studentsrsquo Science Process Skills and Conceptual Achievement Tersedia
diwwwuscaeduessaysspecialeditionUKanligraveandRYagbasanpdf[diakses
2-3-2015]
Kowiyah 2012 Kemampuan Berpikir Kritis Jurnal Pendidikan Dasar 3(5) 175-
179 Tersedia di httpjournalppsunjorgarticeldownload108108
[diakses 1-1-2015]
Kulsum U amp N Hindarto 2011 Penerapan Model Learning Cycle 5E pada Sub
pokok bahasan Kalor untuk Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar
Siswa Kelas VII SMP Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 7(1)128-
133Semarang Universitas Negeri Semarang
Kunandar 2013 Penilaian Autentik (Penilaian Hasil Belajar Kurikulum 2013)
Jakarta Raja Grafindo Persada
Lambertus 2009 Pentingnya Melatih Keterampilan Berpikir Kritis Dalam
Pembelajaran Matematika Di SD Jurnal Forum Pendidikan 28(2) (136-
142) Palembang Universitas Sriwijaya
57
Maknun D RR Haerin k Surtikanti amp AMunandar 2012 Praktikum Ekologi
Berbasis Proyek Media Pembekalan Keterampilan Esensial Laboratorium
Jurnal Pendidikan MIPA 13(1) 8-17 Lampung Universitas Lampung
Mecit O 2006 The Effect of 7E Learning Cycle Model on The Improvement of
Fifth Grade Studentsrsquo Critical Thinking Skills Tesis Turkey Middle East
Technical University
Permendikbud 2013 Implementasi Kurikulum Jakarta Depdiknas
Priyatno Duwi 2012 Belajar Analisis Data dengan SPSS 20 Yogyakarta Andi
Redhana IW amp Liliasari 2008 Program Pembelajaran Keterampilan Berpikir
Kritis Pada Topik Laju Reaksi Untuk Siswa SMA Jurnal Forum
Kependidikan 27(2)103-112 Bandung Universitas Pendidikan Indonesia
RifarsquoI Aamp CT Anni 2011 Psikologi Pendidikan Semarang Universitas Negeri
Semarang Press
Siribunnam amp Tayraukham 2009 Effect of 7-E KWL and Conventional on
Analitycal Thinking Learning Acievement and Attitudes toward Chemistry
Learning Journal of Social Sciences 5(4)279-282 Tersedia di
httpwwwamazoncomconventional-instruction-analytical-achievement-
attitudesdpB002TP5UQS [diakses 3-2-2015]
Slameto 2010 Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya Jakarta
Rhineka Cipta
Slavin RE 2008 Psikologi Pendidikan Teori dan Praktik Jakarta Indeks
Soeprodjo S Priatmoko amp EY Sariana 2008 Pengaruh Model Learning
Cycle terhadap Hasil Belajar Materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan
Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia 2(1) 224-229 Semarang Universitas
Negeri Semarang
Sudjana 2005 Metode Statistika Bandung Tarsito
Sugiyono 2013 Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif
Kualitatif dan RampD) Bandung Alfabeta
Trianto 2007 Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivisme
Jakarta Prestasi Pustaka
Tuna A amp A Kaccedilar 2013 The Effect of 5E Learning Cycle Model in Teaching
Trigonometry on Studentrsquos Academic Achievement and The Permanence of
Their Knowledge International Journal on New Trends in Education and
58
Their Implications 4(1) 73-87 Tersedia di
httpijonteorgFileploadks63207File07tunapdf [diakses 11-1- 2015]
Wardoyo SM 2013 Pembelajaran Konstruktivisme Bandung Alfabeta
Wena M 2011 Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer Jakarta Bumi
Aksara
Wiyanto 2008 Menyiapkan Guru Sains Mengembangkan Kompetensi
Laboratorium Semarang Unnes Press
Page 33
55
DAFTAR PUSTAKA
Aqib Z 2013 Model-Model Media dan Strategi Pembelajaran
Kontekstual(Inovatif) Bandung Yrama Widya
Amertawengrum IP 2014 Filsafat Konstruktivisme dalam Pembelajaran Sastra
Anak Jurnal Magistra 26(89)8-17 KlatenUnwidha
Arifin Z 2012 Evaluasi Pembelajaran Jakarta Dirjen Pendidikan Islam Online
at
httpdualmodekemenaggoidfiledokumen34EvaluasiPembelajaranpdf
[diakses tanggal 17 Januari 2015]
Arikunto S 2010 Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Jakarta Bumi Aksara
_________ 2012 Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Jakarta Bumi Aksara
Bybee RW JA Taylor A Gardner PV Scotter JC Powell A Westbrook amp
N Landes 2006 The BSCS 5E Instructional Model Origins and
Effectiveness A Report Prepared for the Office of Science Education
National Institute of Health Colorado BSCS Online Tersedia di
httpscienceeducationnihgov [diakses 11-1- 2015]
Campbell NA Reece BJ amp Mitchell LG 2004 Biologi Alih Bahasa Manalu
W (eds) Erlangga Jakarta
Curto K amp T Bayer 2005 An Intersection of Critical Thinkking and
Communication Skillls Journal of Biological Science 31(4)11-19
Amerika Serikat University of Pittsburgh
Eisenkraft A 2003 Expanding The 5E Model Journal The Sciences Teacher
70(6) 56-59 Tersedia di httpits-about-
timecomhtmlsapeisenkrafttstpdf [diakses 3-2-2015]
Ennis RH 1985 A Logical Basic for Measuring Critical Thinking Skill Tersedia
di httpwwwascdorgASCDpdfjournalsed_leadel_198510_ennispdf
[diakses 27-1-2015]
Ennis RH 1991Critical Thinking A Streamlined Conception Tersedia di
httpfacultyeducationillinoisedurhennisdocumentsTheNatureofCritical
Thinking_51711_000pdf [diakses 27-1-2015]
Ennis R H 1993 Critical Thinking Assesment Journal Theory and Practice 32
(2) 179-186 Amerika Serikat The Ohio State University
56
Ennis RH 2011 The Nature of Critical Thinking An Outline of Critical
Thinking Dispositions and Abilities Tersedia di
httpfacultyeducationillinoisedurhennisdocumentsTheNatureofCritical
Thinking_51711_000pdf [diakses 27-1-2015]
Hapsari RTS 2011 Penerapan Model Konstruktivisme untuk Meningkatkan
Hasil Belajar Siswa Jurnal Pendidikan Penabur 10(16) (34-45) Tersedia
di
httpwwwbpkpenaburoridfilesHal2034_4520Penerapan20Mode
l20Pembelajaran20Konstruktivismepdf [diakses 25-1-2015]
Hartono 2013 Learning Cycle Model to Increase Studentrsquos Critical Thinking on
Science Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 9(1)56-66 Semarang
Universitas Negeri Semarang
Indrawati W Suyatno amp YSRahayu 2014 Implementasi Model Learning
Cycle 7E Pada Pembelajaran Kimia Dengan Materi Pokok Kelarutan Dan
Hasil Kali Kelarutan Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep dan
Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMA Prosiding Seminar Nasional
KimiaSurabaya Universitas Negeri Surabaya
Johnson EB 2007 Contextual Teaching amp Learning terjemahan Ibnu Setiawan
Bandung MLC
Kanli amp Yagbasan 2007 The Effects of a Laboratory Based on the 7E Learning
Cycle Model and Verification Laboratory Approach on the Development of
Studentsrsquo Science Process Skills and Conceptual Achievement Tersedia
diwwwuscaeduessaysspecialeditionUKanligraveandRYagbasanpdf[diakses
2-3-2015]
Kowiyah 2012 Kemampuan Berpikir Kritis Jurnal Pendidikan Dasar 3(5) 175-
179 Tersedia di httpjournalppsunjorgarticeldownload108108
[diakses 1-1-2015]
Kulsum U amp N Hindarto 2011 Penerapan Model Learning Cycle 5E pada Sub
pokok bahasan Kalor untuk Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar
Siswa Kelas VII SMP Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 7(1)128-
133Semarang Universitas Negeri Semarang
Kunandar 2013 Penilaian Autentik (Penilaian Hasil Belajar Kurikulum 2013)
Jakarta Raja Grafindo Persada
Lambertus 2009 Pentingnya Melatih Keterampilan Berpikir Kritis Dalam
Pembelajaran Matematika Di SD Jurnal Forum Pendidikan 28(2) (136-
142) Palembang Universitas Sriwijaya
57
Maknun D RR Haerin k Surtikanti amp AMunandar 2012 Praktikum Ekologi
Berbasis Proyek Media Pembekalan Keterampilan Esensial Laboratorium
Jurnal Pendidikan MIPA 13(1) 8-17 Lampung Universitas Lampung
Mecit O 2006 The Effect of 7E Learning Cycle Model on The Improvement of
Fifth Grade Studentsrsquo Critical Thinking Skills Tesis Turkey Middle East
Technical University
Permendikbud 2013 Implementasi Kurikulum Jakarta Depdiknas
Priyatno Duwi 2012 Belajar Analisis Data dengan SPSS 20 Yogyakarta Andi
Redhana IW amp Liliasari 2008 Program Pembelajaran Keterampilan Berpikir
Kritis Pada Topik Laju Reaksi Untuk Siswa SMA Jurnal Forum
Kependidikan 27(2)103-112 Bandung Universitas Pendidikan Indonesia
RifarsquoI Aamp CT Anni 2011 Psikologi Pendidikan Semarang Universitas Negeri
Semarang Press
Siribunnam amp Tayraukham 2009 Effect of 7-E KWL and Conventional on
Analitycal Thinking Learning Acievement and Attitudes toward Chemistry
Learning Journal of Social Sciences 5(4)279-282 Tersedia di
httpwwwamazoncomconventional-instruction-analytical-achievement-
attitudesdpB002TP5UQS [diakses 3-2-2015]
Slameto 2010 Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya Jakarta
Rhineka Cipta
Slavin RE 2008 Psikologi Pendidikan Teori dan Praktik Jakarta Indeks
Soeprodjo S Priatmoko amp EY Sariana 2008 Pengaruh Model Learning
Cycle terhadap Hasil Belajar Materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan
Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia 2(1) 224-229 Semarang Universitas
Negeri Semarang
Sudjana 2005 Metode Statistika Bandung Tarsito
Sugiyono 2013 Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif
Kualitatif dan RampD) Bandung Alfabeta
Trianto 2007 Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivisme
Jakarta Prestasi Pustaka
Tuna A amp A Kaccedilar 2013 The Effect of 5E Learning Cycle Model in Teaching
Trigonometry on Studentrsquos Academic Achievement and The Permanence of
Their Knowledge International Journal on New Trends in Education and
58
Their Implications 4(1) 73-87 Tersedia di
httpijonteorgFileploadks63207File07tunapdf [diakses 11-1- 2015]
Wardoyo SM 2013 Pembelajaran Konstruktivisme Bandung Alfabeta
Wena M 2011 Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer Jakarta Bumi
Aksara
Wiyanto 2008 Menyiapkan Guru Sains Mengembangkan Kompetensi
Laboratorium Semarang Unnes Press
Page 34
56
Ennis RH 2011 The Nature of Critical Thinking An Outline of Critical
Thinking Dispositions and Abilities Tersedia di
httpfacultyeducationillinoisedurhennisdocumentsTheNatureofCritical
Thinking_51711_000pdf [diakses 27-1-2015]
Hapsari RTS 2011 Penerapan Model Konstruktivisme untuk Meningkatkan
Hasil Belajar Siswa Jurnal Pendidikan Penabur 10(16) (34-45) Tersedia
di
httpwwwbpkpenaburoridfilesHal2034_4520Penerapan20Mode
l20Pembelajaran20Konstruktivismepdf [diakses 25-1-2015]
Hartono 2013 Learning Cycle Model to Increase Studentrsquos Critical Thinking on
Science Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 9(1)56-66 Semarang
Universitas Negeri Semarang
Indrawati W Suyatno amp YSRahayu 2014 Implementasi Model Learning
Cycle 7E Pada Pembelajaran Kimia Dengan Materi Pokok Kelarutan Dan
Hasil Kali Kelarutan Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep dan
Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMA Prosiding Seminar Nasional
KimiaSurabaya Universitas Negeri Surabaya
Johnson EB 2007 Contextual Teaching amp Learning terjemahan Ibnu Setiawan
Bandung MLC
Kanli amp Yagbasan 2007 The Effects of a Laboratory Based on the 7E Learning
Cycle Model and Verification Laboratory Approach on the Development of
Studentsrsquo Science Process Skills and Conceptual Achievement Tersedia
diwwwuscaeduessaysspecialeditionUKanligraveandRYagbasanpdf[diakses
2-3-2015]
Kowiyah 2012 Kemampuan Berpikir Kritis Jurnal Pendidikan Dasar 3(5) 175-
179 Tersedia di httpjournalppsunjorgarticeldownload108108
[diakses 1-1-2015]
Kulsum U amp N Hindarto 2011 Penerapan Model Learning Cycle 5E pada Sub
pokok bahasan Kalor untuk Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar
Siswa Kelas VII SMP Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 7(1)128-
133Semarang Universitas Negeri Semarang
Kunandar 2013 Penilaian Autentik (Penilaian Hasil Belajar Kurikulum 2013)
Jakarta Raja Grafindo Persada
Lambertus 2009 Pentingnya Melatih Keterampilan Berpikir Kritis Dalam
Pembelajaran Matematika Di SD Jurnal Forum Pendidikan 28(2) (136-
142) Palembang Universitas Sriwijaya
57
Maknun D RR Haerin k Surtikanti amp AMunandar 2012 Praktikum Ekologi
Berbasis Proyek Media Pembekalan Keterampilan Esensial Laboratorium
Jurnal Pendidikan MIPA 13(1) 8-17 Lampung Universitas Lampung
Mecit O 2006 The Effect of 7E Learning Cycle Model on The Improvement of
Fifth Grade Studentsrsquo Critical Thinking Skills Tesis Turkey Middle East
Technical University
Permendikbud 2013 Implementasi Kurikulum Jakarta Depdiknas
Priyatno Duwi 2012 Belajar Analisis Data dengan SPSS 20 Yogyakarta Andi
Redhana IW amp Liliasari 2008 Program Pembelajaran Keterampilan Berpikir
Kritis Pada Topik Laju Reaksi Untuk Siswa SMA Jurnal Forum
Kependidikan 27(2)103-112 Bandung Universitas Pendidikan Indonesia
RifarsquoI Aamp CT Anni 2011 Psikologi Pendidikan Semarang Universitas Negeri
Semarang Press
Siribunnam amp Tayraukham 2009 Effect of 7-E KWL and Conventional on
Analitycal Thinking Learning Acievement and Attitudes toward Chemistry
Learning Journal of Social Sciences 5(4)279-282 Tersedia di
httpwwwamazoncomconventional-instruction-analytical-achievement-
attitudesdpB002TP5UQS [diakses 3-2-2015]
Slameto 2010 Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya Jakarta
Rhineka Cipta
Slavin RE 2008 Psikologi Pendidikan Teori dan Praktik Jakarta Indeks
Soeprodjo S Priatmoko amp EY Sariana 2008 Pengaruh Model Learning
Cycle terhadap Hasil Belajar Materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan
Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia 2(1) 224-229 Semarang Universitas
Negeri Semarang
Sudjana 2005 Metode Statistika Bandung Tarsito
Sugiyono 2013 Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif
Kualitatif dan RampD) Bandung Alfabeta
Trianto 2007 Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivisme
Jakarta Prestasi Pustaka
Tuna A amp A Kaccedilar 2013 The Effect of 5E Learning Cycle Model in Teaching
Trigonometry on Studentrsquos Academic Achievement and The Permanence of
Their Knowledge International Journal on New Trends in Education and
58
Their Implications 4(1) 73-87 Tersedia di
httpijonteorgFileploadks63207File07tunapdf [diakses 11-1- 2015]
Wardoyo SM 2013 Pembelajaran Konstruktivisme Bandung Alfabeta
Wena M 2011 Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer Jakarta Bumi
Aksara
Wiyanto 2008 Menyiapkan Guru Sains Mengembangkan Kompetensi
Laboratorium Semarang Unnes Press
Page 35
57
Maknun D RR Haerin k Surtikanti amp AMunandar 2012 Praktikum Ekologi
Berbasis Proyek Media Pembekalan Keterampilan Esensial Laboratorium
Jurnal Pendidikan MIPA 13(1) 8-17 Lampung Universitas Lampung
Mecit O 2006 The Effect of 7E Learning Cycle Model on The Improvement of
Fifth Grade Studentsrsquo Critical Thinking Skills Tesis Turkey Middle East
Technical University
Permendikbud 2013 Implementasi Kurikulum Jakarta Depdiknas
Priyatno Duwi 2012 Belajar Analisis Data dengan SPSS 20 Yogyakarta Andi
Redhana IW amp Liliasari 2008 Program Pembelajaran Keterampilan Berpikir
Kritis Pada Topik Laju Reaksi Untuk Siswa SMA Jurnal Forum
Kependidikan 27(2)103-112 Bandung Universitas Pendidikan Indonesia
RifarsquoI Aamp CT Anni 2011 Psikologi Pendidikan Semarang Universitas Negeri
Semarang Press
Siribunnam amp Tayraukham 2009 Effect of 7-E KWL and Conventional on
Analitycal Thinking Learning Acievement and Attitudes toward Chemistry
Learning Journal of Social Sciences 5(4)279-282 Tersedia di
httpwwwamazoncomconventional-instruction-analytical-achievement-
attitudesdpB002TP5UQS [diakses 3-2-2015]
Slameto 2010 Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya Jakarta
Rhineka Cipta
Slavin RE 2008 Psikologi Pendidikan Teori dan Praktik Jakarta Indeks
Soeprodjo S Priatmoko amp EY Sariana 2008 Pengaruh Model Learning
Cycle terhadap Hasil Belajar Materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan
Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia 2(1) 224-229 Semarang Universitas
Negeri Semarang
Sudjana 2005 Metode Statistika Bandung Tarsito
Sugiyono 2013 Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif
Kualitatif dan RampD) Bandung Alfabeta
Trianto 2007 Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivisme
Jakarta Prestasi Pustaka
Tuna A amp A Kaccedilar 2013 The Effect of 5E Learning Cycle Model in Teaching
Trigonometry on Studentrsquos Academic Achievement and The Permanence of
Their Knowledge International Journal on New Trends in Education and
58
Their Implications 4(1) 73-87 Tersedia di
httpijonteorgFileploadks63207File07tunapdf [diakses 11-1- 2015]
Wardoyo SM 2013 Pembelajaran Konstruktivisme Bandung Alfabeta
Wena M 2011 Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer Jakarta Bumi
Aksara
Wiyanto 2008 Menyiapkan Guru Sains Mengembangkan Kompetensi
Laboratorium Semarang Unnes Press
Page 36
58
Their Implications 4(1) 73-87 Tersedia di
httpijonteorgFileploadks63207File07tunapdf [diakses 11-1- 2015]
Wardoyo SM 2013 Pembelajaran Konstruktivisme Bandung Alfabeta
Wena M 2011 Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer Jakarta Bumi
Aksara
Wiyanto 2008 Menyiapkan Guru Sains Mengembangkan Kompetensi
Laboratorium Semarang Unnes Press