PENGARUH KESAN KUALITAS, KESADARAN MEREK, KEPERCAYAAN MEREK DAN ASOSIASI MEREK TERHADAP LOYALITAS MEREK SHAMPO PANTENE Studi Kasus Pada Mahasiswa Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Program Studi Manajemen Oleh: Afandy NIM : 032214099 PROGRAM STUDI MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2006
105
Embed
PENGARUH KESAN KUALITAS, KESADARAN MEREK, · kesadaran, asosiasi, dan kesan kualitas atau atribut asosiasi. Selain dari ketiga faktor tersebut, ada satu faktor lagi yang dapat membentuk
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
PENGARUH KESAN KUALITAS, KESADARAN MEREK, KEPERCAYAAN MEREK DAN ASOSIASI MEREK
TERHADAP LOYALITAS MEREK SHAMPO PANTENE
Studi Kasus Pada Mahasiswa Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Program Studi Manajemen
Oleh:
Afandy NIM : 032214099
PROGRAM STUDI MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
2006
ii
iii
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN
“Ketika kita merasa perkasa, sebetulnya itulah letak kekerdilan kita. Kita tidak mungkin mendapatkan hasil sempurna jika kita merasa
perkasa Karena kita tidak akan mengandalkan TUHAN
jika kita merasa PERKASa.”
Skripsi ini kupersembahkan untuk TUHAN YESUS KRISTUS yang selalu memberikan ku kemenangan, kekuatan dan ispirasi didalam
hidupku. Terima kasih Tuhan atas waktu yang kau berikan.
Untuk Papa dan Mama yang tak hentinya berdoa dan mensuport aku, cinta dan kasih kalian selalu dihatiku.
Untuk adikku yang tersayang Candra, terimakasih atas apa yang kau berikan didalam hidupku sehingga hidupku menjadi
penuh warna dan terasa Bermakna.
Untuk yang terkasih YIN YANG, terimakasih atas support dan kasih yang diberikan didalam kehidupanku.
Untuk teman-teman yang akan selalu kuingat sepanjang hayatku,
terimakasih atas warna yang kalian berikan didalam kehidupan ku. Tanpa kalian lukisan yang kukerjakan dalam hidup ini
Saya Menyatakan dengan sesungguhnya, bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak
memuat karya atau bagian karya milik orang lain, kecuali yang telah di sebutkan
dalam dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 19 Agtustus 2007
Penulis
Afandy
v
ABSTRAK PENGARUH KESAN KUALITAS, KESADARAN MEREK,
KEPERCAYAAN MEREK DAN ASOSIASI MEREK TERHADAP LOYALITAS MEREK
SHAMPO PANTENE
Studi Kasus Pada Mahasiswa Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta
Afandy UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA 2007
Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah kesan kualitas, kesadaran merek, kepercayaan merek dan asosiasi merek secara parsial dan simultan berpengaruh terhadap loyalitas merek shampo Pantene. Jenis penelitian ini adalah studi kasus pada mahasiswa Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Populasi dalam penelitian ini adalah semua mahasiswa Universitas Sanata Dharma yang ada di kampus satu, Mrican dan kampus tiga, Paingan yang menggunakan shampo Pantene. Pada penelitian ini diambil sampel sebanyak 100 orang. Kriteria responden yang dijadikan sampel adalah mereka yang telah menggunakan shampo Pantene selama 6 bulan atau lebih. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linier berganda. Untuk mengetahui pengaruh kesan kualitas, kesadaran merek, kepercayaan merek dan asosiasi merek terhadap loyalitas merek secara parsial digunakan uji t. Sedangkan untuk mengetahui pengaruh kesan kualitas, kesadaran merek, kepercayaan merek dan asosiasi merek terhadap loyalitas merek secara simultan digunakan uji F.
Berdasarkan hasil olah SPSS, dengan taraf signifikansi 5% diketahui bahwa baik secara parsial maupun simultan kesan kualitas, kesadaran merek, kepercayaan merek, dan asosiasi merek berpengaruh positif terhadap loyalitas merek shampo Pantene.
vi
ABSTRACT THE INFLUENCE OF PERCEIVED QUALITY, BRAND AWARENESS,
BRAND TRUST, AND BRAND ASSOCIATIONS ON BRAND LOYALTY OF PANTENE SHAMPOO
A Case Study At Sanata Dharma University, Yogyakarta
Afandy UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA 2007
The Purpose of this research was to know the influence of perceived quality, brand awareness, brand trust, and brand associations, both partially and simultaneously, on brand loyalty of Pantene shampoo. This research was a case study conducted on University of Sanata Dharma students, Yogyakarta.
Population in this research was all Sanata Dharma University students of Campus one (Mrican) and Campus three (Paingan) which have used shampoo Pantene. The number of sample of this research was 100 students. Criteria of respondents taken as sample are the ones which have used the shampoo Pantene in six month time or more. The analysis in this research is the multiple linier regression. To know the influence of perceived quality, brand awareness, brand trust, and brand associations, partially on brand loyalty we used t-test. While to know the influence of perceived quality, brand awareness, brand trust, and brand associations in simultaneously to brand loyalty we used F test.
Result shows, in significant level of 5%, that by partially and simultaneously, perceived quality, brand awareness, brand trust, and brand associations had a positive effect on brand loyalty of Pantene shampoo.
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur dan terima kasih kepada Tuhan Yesus Kristus, sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Kesan Kualitas,
Kesadaran Merek, Kepercayaan Merek dan Asosiasi Merek terhadap Loyalitas
Merek Shampo Pantene”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Program Studi Manajemen Fakultas
Ekonomi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Penulisan Skirpsi ini juga tidak lepas dari campur tangan berbagai pihak
yang telah membantu penulis sampai skripsi ini dapat terselesaikan. Untuk itu
penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Drs. Alex Kahu Lantum, M.S., selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Sanata Dharma.
2. Bapak Drs. G. Hendra Poerwanto, M.Si., selaku Ketua Program Studi
Manajemen Universitas Sanata Dharma.
3. Bapak Dr. H. Herry Maridjo, M.Si., selaku dosen pembimbing I.
4. Ibu Dra. Y. Rini Hardanti, M.Si., selaku dosen pembimbing II.
5. Ibu Ike Janita Dewi, SE, MBA, PhD, selaku dosen pembimbing akademik.
6. Segenap dosen dan karyawan Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma.
7. Segenap mahasiswa Universitas Sanata Dharma yang telah bersedia
meluangkan waktu untuk mengisi kuesioner.
8. Kedua orang tuaku dan adikku yang selalu memberikan yang terbaik
untukku.
viii
9. Kung-kung (alm) dan Pho-pho, khiu-khiu, iie, meme. Yang selalu menjadi
bagian hidupku.
10. Kekasih ku YIN YANG, yang tak hentinya mendukungku. You are the Best.
11. Aryo Dewo, SUSANDI, Apeng, and Ari UZON. Sekontrakan dengan kalian
Kondisi Indonesia pasca krisis ekonomi pada tahun 1997, memberikan
dampak yang sangat besar terhadap dunia perekonomian Indonesia, para
marketer dibuat pusing dikarenakan banyak dari pelanggan-pelanggan mereka
yang beralih ke produk lain yang ditawarkan oleh kompetitor dengan harga
yang lebih murah. Sebetulnya hal ini jarang sekali terjadi terhadap seorang
pelanggan yang sudah loyal pada suatu merek. Jika para marketer mampu
untuk menciptakan pelanggan yang loyal terhadap suatu merek, niscaya
produk tersebut akan bertahan lama dan tidak akan kehilangan pelanggannya.
Namun untuk menciptakan loyalitas merek (brand loyalty) bukanlah
merupakan hal yang gampang, perlu kerja keras, selain itu suatu produk harus
memiliki keunggulan-keunggulan baik dalam hal kualitas, harga, kemasan,
maupun pendistribusian produk yang mudah dijangkau oleh konsumen dan
lain sebagainya.
Loyalitas merek merupakan inti dari brand equity yang menjadi
gagasan sentral dalam pemasaran, karena hal ini merupakan suatu ukuran
keterkaitan seorang pelanggan pada sebuah merek (Rangkuty, 2004 : 60).
Ekuitas merek merupakan seperangkat asset liabilitas merek yang berkaitan
dengan suatu merek, nama, dan simbolnya, yang menambah atau mengurangi
nilai oleh suatu barang atau jasa kepada perusahaan atau pelanggan. Aaker
1
2
(dalam Susanto dan Wijanarko, 2004: 127) mengelompokkan ekuitas merek
ke dalam lima kategori yaitu loyalitas merek, preceived quality, brand
awareness, asosiasi merek, dan asset merek lainnya.
Menurut Susanto dan Wijanarko (2004 : 129), loyalitas merek dapat
dipengaruhi oleh dimensi-dimensi utama yang lain dari ekuitas merek, yaitu
kesadaran, asosiasi, dan kesan kualitas atau atribut asosiasi. Selain dari ketiga
faktor tersebut, ada satu faktor lagi yang dapat membentuk loyalitas merek
yaitu kepercayaan merek atau brand trust.
Untuk membentuk konsumen yang loyal terhadap suatu merek, para
marketer harus dapat menciptakan kesan yang positif terhadap merek yang
ditawarkan. Banyaknya jenis produk dengan berbagai macam merek yang
ditawarkan di pasaran, membuat konsumen bebas memilih dan menentukan
produk dan merek apa yang akan mereka beli. Begitu juga halnya dengan
produk shampo, banyak merek yang beredar di pasaran mulai dari Sunsilk,
Rejoice, Life buoy, Pantene, Sel sun, Dove dan lain sebagainya. Untuk itu
para marketer dituntut untuk bisa menciptakan konsumen yang bentul-betul
loyal dengan produk maupun merek yang mereka tawarkan.
Merek shampo yang ditawarkan di pasaran sangat banyak dan
beraneka ragam, tetapi hanya beberapa merek yang sungguh menancap kuat
di benak konsumen. Bahkan banyak diantara para konsumen yang hanya
menggunakan satu merek shampo untuk jangka waktu yang lama tanpa
berpindah ke merek yang lain. Salah satu produk shampo yang namanya dapat
bertahan hingga kini adalah Pantene. Pantene merupakan merek yang sangat
3
familiar dikalangan masyarakat. Setiap orang pasti mengenal shampo dengan
merek ini. Untuk itu peneliti merasa tertantang untuk meneliti mengenai
produk shampo Pantene ini.
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti memilih judul: Pengaruh
Kesan Kualitas, Kesadaran Merek, Kepercayaan Merek dan Asosiasi
Merek terhadap Loyalitas Merek Shampo Pantene.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan judul di atas, maka peneliti merumuskan dua masalah:
1. Apakah kesan kualitas, kesadaran merek, kepercayaan merek dan asosiasi
merek secara parsial berpengaruh positif terhadap loyalitas merek shampo
Pantene?
2. Apakah kesan kualitas, kesadaran merek, kepercayaan merek dan asosiasi
merek secara simultan berpengaruh positif terhadap loyalitas merek
shampo Pantene?
C. Batasan Masalah
1. Penelitian ini dilakukan pada suatu merek produk meliputi kesan kualitas,
kesadaran merek, kepercayaan merek, asosiasi merek dan loyalitas merek.
2. Merek produk yang diteliti dalam penelitian ini adalah Pantene.
3. Subjek penelitian adalah mahasiswa Universitas Sanata Dharma baik yang
ada di kampus satu Mrican maupun yang ada di kampus tiga Paingan yang
telah menggunakan shampo Pantene minimal enam bulan.
4
D. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui apakah kesan kualitas, kesadaran merek, kepercayaan
merek dan asosiasi merek secara parsial berpengaruh terhadap loyalitas
merek shampo Pantene.
2. Untuk mengetahui apakah kesan kualitas, kesadaran merek, kepercayaan
merek dan asosiasi merek secara simultan berpengaruh terhadap loyalitas
merek shampo pantene.
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi perusahaan
Perusahaan dapat mengetahui pengaruh kesan kualitas, kesadaran merek,
kepercayaan merek dan asosiasi merek terhadap loyalitas merek shampo
Pantene.
2. Bagi peneliti
Menambah pengetahuan tentang konsep-konsep pemasaran khususnya
mengenai loyalitas merek (Brand loyalty) serta mengaplikasikan apa yang
telah dipelajari selama kuliah ke dalam penelitian ini.
3. Bagi Universitas Sanata Dharma
Untuk menambah kepustakaan bagi Universitas Sanata Dharma dan
penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi mahasiswa Fakultas
Ekonomi Universitas Sanata Dharma.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian Pemasaran
Pemasaran telah didefinisikan oleh beberapa penulis, seperti yang
diungkapkan Kotler ( 2003: 10) sebagai berikut :
Pemasaran adalah suatu proses sosial yang dengan proses itu individu atau kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan secara bebas mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain.
B. Konsep pemasaran
Ada beberapa konsep yang bersaing yang dijadikan sebagai pedoman
oleh organisasi untuk melakukan kegiatan pemasaran. konsep-konsep tersebut
adalah (Kotler dan Keller, 2006: 16) :
1. Konsep Produksi
Konsep ini menegaskan bahwa konsumen akan lebih menyukai produk
yang tersedia secara luas dan murah. Para manajer perusahaan yang
berorientasi produksi berkonsentrasi untuk mencapai efisiensi produksi
yang tinggi, biaya yang rendah, dan distribusi secara masal.
2. Konsep Produk
Konsep ini menegaskan bahwa konsumen akan menyukai produk-produk
yang menawarkan ciri yang paling bermutu, berkinerja atau inovatif. Para
manajer organisasi itu memusatkan perhatian untuk menghasilkan produk
yang unggul dan memperbaiki mutunya dari waktu ke waktu.
5
6
3. Konsep Penjualan
Konsep ini berkeyakinan bahwa para konsumen dan perusahaan bisnis,
jika dibiarkan, tdak akan secara teratur membeli cukup banyak produk-
produk yang ditawarkan oleh organisasi tertentu. Oleh karena itu,
organisasi tersebut harus melakukan usaha penjualan dan promosi yang
agresif.
4. Konsep Pemasaran
Konsep ini menegaskan bahwa kunci untuk mencapai tujuan
organisasional yang ditetapkan adalah perusahan tersebut harus menjadi
lebih efektif dibandingkan dengan para pesaing dalam menciptakan,
menyerahkan, dan mengomunikasikan nilai pelanggan kepada pasar
sasaran yang terpilih.
5. Konsep Pemasaran Holistik
Konsep pemasaran holistik didasarkan pada pengembangan, desain, dan
implementasi dari program, proses, dan aktivitas pemasaran yang
mengenalkan mereka pada keseluruhan dan ketergantungan. Pemasaran
holistik mengenalkan bahwa “segala sesuatu penting” dengan pemasaran
dan hal itu meluas, menyatukan prespektif adalah sesuatu yang sering
diperlukan. Empat komponen dari pemasaran holistik adalah pemasaran
relasi (hubungan), pemasaran terpadu, pemasaran internal dan pemasaran
masyarakat.
7
C. Pengertian Produk
Menurut Madura (2001: 84), produk dapat didefinisikan secara luas
dengan mencakup barang fisik dan jasa yang dapat memuaskan kebutuhan
konsumen.
Sedangkan Kotler dan Armstrong (2001: 346) mendefinisikan produk
sebagai segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke pasar untuk mendapatkan
perhatian, dibeli, digunakan atau dikonsumsi yang dapat memuaskan
keinginan atau kebutuhan konsumen.
Produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke suatu pasar
untuk memenuhi keinginan atau kebutuhan (Kotler, 2003: 448).
D. Atribut Produk
Atribut-atribut produk mencakup tiga hal yaitu (Kotler dan Armstrong,
2001: 354):
1. Kualitas Produk (Product Quality)
Kualitas adalah salah satu alat utama untuk posisioning menetapkan posisi
bagi pemasar. Kualitas produk memiliki dua dimensi tingkat yang
konsisten. Dalam pengembangan suatu produk, pemasar awalnya harus
memilih tingkat kualitas yang akan mendukung posisi produk dipasar
sasaran.
8
2. Fitur Produk
Sebuah produk dapat ditawarkan dengan beraneka macam fitur. Fitur
adalah alat bersaing untuk membedakan poduk perusahaan dari produk
pesaing.
3. Rancangan Produk
Cara lain untuk menambah nilai pelanggan adalah melalui rancangan
produk yang berbeda dari yang lain. Rancangan yang baik dapat menarik
perhatian , meningkatkan kinerja produk, mengurangi biaya produk , dan
memberikan keunggulan bersaing yang kuat dipasar sasaran.
E. Definisi Perilaku Konsumen
Perilaku konsumen (consumer behavior) didefinisikan sebagai
studi unit pembelian (buying units) dan proses pertukaran yang melibatkan
perolehan, konsumsi, dan pembuangan barang, jasa, pengalaman, serta ide
(Sunarto, 2006: 3).
American Marketing Association (dalam Peter dan Oslon,1999: 6)
mendefinisikan perilaku konsumen (consumer behavior) sebagai interaksi
dinamis antara kognisi perilaku, dan kejadian disekitar kita dimana manusia
melakukan aspek pertukaran didalam hidup mereka. Dari definisi ini paling
tidak ada tiga ide penting yang harus dicermati:
1. Perilaku konsumen adalah dinamis.
9
2. Perilaku konsumen melibatkan interaksi antara pengaruh dan kognisi,
perilaku, dan kejadian di sekitar.
3. Perolaku konsumen melibatkan pertukaran.
F. Kesan Kualitas ( Preceived Quality)
Pengertian kesan kualitas menurut Aaker (dalam Rangkuty, 2004: 41)
adalah presepsi pelanggan mengenai keseluruhan kualitas atau keunggulan
suatu produk atau jasa layanan berkaitan dengan maksud yang diharapkan.
Kesan kualitas memberikan nilai dalam beberapa bentuk seperti dapat
dilihat pada bagan berikut ini (Rangkuty, 2004: 41):
Kesan Kualitas
Alasan Untuk Membeli
Diferensiasi/Posisi
Harga Optimum
Minat Saluran Distribusi
Perluasan Merek (Brand)
Bagan 2.1 Nilai dari Kesan Kualitas
Terdapat lima keuntungan kesan kualitas. Keuntungan pertama adalah
alasan membeli. Kesan kualitas sebuah merek memberikan alasan yang
10
penting untuk membeli. Hal ini mempengaruhi merek-merek mana yang harus
dipertimbangkan, dan selanjutnya mempengaruhi merek apa yang akan
dipilih. Keuntungan kedua adalah diferensiasi. Artinya, suatu karakteristik
penting dari merek adalah posisinya dalam dimensi kesan kualitas.
Keuntungan ketiga adalah harga optimum. Keuntungan ketiga ini memberikan
pilihan-pilihan didalam menetapkan harga optimum (premium price).
Keuntungan keempat adalah meningkatkan minat para distributor, pengecer
serta berbagai saluran distribusi lainnya, karena hal itu sangat membantu
perluasan distribusi. Keuntungan kelima adalah perluasan merek. Kesan
kualitas dapat diekploitasi dengan cara mengenalkan berbegai perluasan
merek, yaitu dengan menggunakan merek tertentu untuk masuk kedalam
kategori produk baru (Rangkuti, 2004: 42).
G. Kesadaran Merek (Brand Awareness)
Brand awareness adalah kesanggupan seorang calon pembeli untuk
mengenali atau mengingat kembali bahwa suatu merek merupakan bagian dari
kategori merek tertentu. Kesadaran merek berada pada rentang antara perasaan
yang tidak pasti terhadap pengenalan suatu merek sampai pada perasaan yakin
bahwa produk tersebut satu-satunya dalam kelas produk bersangkutan.
Rentang ini dapat dibagi menjadi tiga, yaitu pengenalan merek, brand recall,
dan top of mind. Pengenalan merek adalah tingkat minimal dari brand
awareness yang diperoleh dari pengingatan kembali melalui bantuan. Brand
recall diperoleh dengan pengingatan kembali sebuah merek dalam suatu kelas
11
produk tanpa bantuan. Dalam tugas pengingatan kembali sebuah merek, merek
yang pertama kali disebutkan berarti merek yang meraih top-of-mind-
awareness. Jika suatu merek menjadi satu-satunya merek yang diingat oleh
responden, berarti merek tersebut memiliki awareness yang tinggi dan disebut
dominant brand (Susanto dan Wijanarko, 2004: 130).
H. Kepercayaan Merek (Brand Trust)
Secara linguistic brand trust terdiri dari dua komponen kata yaitu
brand dan trust. Menurut Keller, brand atau merek adalah nama, istilah, tanda,
simbol, atau desain atau kombinasi keseluruhan, yang bertujuan untuk
mengidentifikasi barang atau jasa seorang atau beberapa produsen dan juga
untuk membedakan produk atau jasa tersebut dari pesaing. Kepercayaan atau
trust didefinisikan oleh Costabile (dalam Ferrinadewi, 2005: 100) sebagai
presepsi akan kehandalan dari sudut pandang konsumen didasarkan pada
pengalaman, atau lebih pada urutan-urutan transaksi atau interaksi yang
dicirikan oleh terpenuhnya harapan akan kinerja produk dan kepuasan.
Menurut Delgado (dalam Ferrinadewi, 2005: 101), kepercayaan merek
merefleksikan dua komponen yakni brand reliability dan brand intentions.
Brand reliability atau kehandalan merek yang bersumber pada keyakinan
konsumen bahwa produk tersebut mampu memenuhi nilai yang dijanjikan atau
dengan kata lain presepsi bahwa merek tresebut mampu memenuhi kebutuhan
dan memberikan kepuasan. Brand reliability merupakan hal yang esensial
bagi terciptanya kepercayaan terhadap brand karena kemampuan merek
12
memenuhi nilai yang dijanjikannya akan membuat konsumen menaruh rasa
yakin akan kepuasan yang sama dimasa yang akan datang. Sedangkan brand
intention didasarkan pada keyakinan konsumen bahwa merek tersebut akan
mampu membela kepentingan konsumen ketika masalah muncul secara tidak
terduga pada saat konsumsi.
I. Asosiasi merek
Menurut Aaker (dalam Matrutty dan Haryanto, 2003: 23), asosiasi
merek adalah segala hal yang berkaitan dengan ingatan mengenai sebuah
merek.
Sebuah merek adalah seperangkat asosiasi, biasanya terangkai dalam
berbagai bentuk yang bermakna. Asosiasi-asosiasi tersebut dikelola dalam
kelompok-kelompok yang mempunyai arti tertentu. Suatu merek yang telah
mapan akan mempunyai posisi yang menonjol dalam persaingan karena
didukung oleh berbagai asosiasi yang kuat. Merek ini memiliki posisi yang
tinggi untuk atribut-atribut yang dikehendaki seperti layanan yang bersahabat,
atau menduduki posisi yang berbeda dari posisi para pesaingnya. Posisi merek
mencerminkan pandangan orang mengenai suatu merek (Susanto dan
Wijanarko, 2004: 132).
Menurut Rangkuty (2004: 43), asosiasi merek dapat menciptakan suatu
nilai bagi perusahaan dan para pelanggan, karena ia dapat membantu proses
penyusunan informasi untuk membedakan merek yang satu dengan merek
13
yang lain. Terdapat lima keuntungan asosiasi merek yang dapat dilihat pada
bagan berikut:
Asosiasi merek
Membantu proses/ penyusunan informasi
Diferensiasi/Posisi
Alasan untuk membeli
Menciptakan sikap/ perasaan positif
Basis perluasan
Bagan 2.2 Nilai Asosiasi Merek
Keuntungan pertama yaitu, dapat membantu penyusunan informasi.
Asosiasi-asosiasi yang terdapat pada suatu merek, dapat membantu
mengiktisarkan sekumpulan fakta dan spesifikasi yang dapat dengan mudah
dikenal oleh pelanggan. Keuntungan kedua adalah perbedaan. Suatu asosiasi
dapat mmemberikan landasan yang sangat penting bagi usaha pembedaan.
Asosiasi-asosiasi merek dapat memainkan peran yang sangat penting dalam
membedakan suatu merek dari merek yang lain. Keuntungan ketiga adalah
alasan untuk membeli. Pada umumnya asosiasi merek sangat membantu para
konsumen untuk mengambil keputusan untuk membeli produk tersebut atau
tidak. Keuntungan keempat adalah penciptaan sikap atau perasaan positif.
Asosiasi merek dapat merangsang perasaan positif yang pada gilirannya akan
14
berdampak positif terhadap produk yang bersangkutan. Keuntungan kelima
adalah landasan untuk perluasan. Asosiasi merek dapat menghasilkan landasan
bagi suatu perluasan merek, yaitu dengan menciptakan rasa kesesuaian antara
suatu merek dan sebuah produk baru.
J. Merek
Apabila suatu perusahaan hanya memperlakukan merek hanya sekedar
suatu nama, maka perusahan tersebut tidak melihat tujuan merek yang
sebenarnya. Tantangan dalam pemberian merek adalah membangun suatu set
makna yang mendalam untuk merek tersebut (Rangkuti,2004: 4).
Merek adalah nama, istilah, tanda, simbol , rancangan, atau kombinasi
dari hal-hal tersebut, yang deimaksudkan untuk mengidentifikasi barang atau
jasa dari seorang atau sekelompok penjual dan untuk membedakannya dari
produk pesaing (Kotler, 2003: 460).
Menurut Busch (dalam Santa, 1999 : 48), merek adalah nama, istilah,
simbol , desain, atau kombinasinya yang memberikan identitas mengenai
suatu produk yang ditawarkan seorang pemasar yang berbeda dengan produk
yang ditawarkan pemasar lainnya.
Menurut penuturan Aaker (dalam Susanto dan Wijanarko, 2004: 6),
merek adalah nama dan atau simbol yang bersifat membedakan (seperti
sebuah logo, cap atau kemasan) untuk mengidentifikasikan barang atau jasa
dari seorang penjual atau kelompok penjual tertentu , serta membedakannya
dari barang atau jasa yang dihasilkan para pesaing.
15
Pada awalnya merek hanyalah sebuah nama untuk membedakan. Pada
perkembangan selanjutnya, merek bisa menjadi nama yang dianggap mewakili
sebuah objek (Susanto dan Wijarnako, 2004: 9). Misalnya Honda dianggap
mewakili sepeda motor, Rexona sebagai wakil dari deodorant, Dop untuk bola
lampu dan Pepsodent untuk pasta gigi.
Merek juga dapat dianggap sebagai simbol dan kemudian berkembang
menjadi citra. Rokok Dji Sam Soe mencerminkan kejantanan, Volvo
mencerminkan keamanan. Perkembangan merek selanjutnya dipengaruhi oleh
perubahan internal maupun eksternal. Jadi makna merek dalam konteks masa
kini bukanlah sekedar nama merek (brand name) tetapi sudah berkembang
lebih jauh. Merek adalah apa yang ada di dalam pikiran konsumen (Susanto
dan Wijarnako, 2004: 9).
NAMA
OBJEK
SIMBOL
CITRA
Pengaruh perubahan eksternal dan internal
Bagan 2.3 Perkembangan merek
16
Menurut Rangkuti (2004: 5), merek merupakan hal yang sangat
penting, baik bagi konsumen maupun produsen. Dari sisi konsumen, merek
mempermudah pembelian. Bila tidak ada merek, konsumen harus
mengevaluasi semua produk yang tidak memiliki merek setiap kali mereka
akan melakukan pembelian. Dari sisi produsen, merek dapat dipromosikan.
Merek dapat dengan mudah diketahui ketika diperlihatkan atau ditempatkan
dalam suatu display. Selain itu, merek dapat dipakai untuk mengurangi
perbandingan harga, karena merek adalah suatu faktor yang perlu
dipertimbangkan dalam membandingkan produk-produk sejenis yang berbeda.
K. Kesetiaan Merek (Brand Loyalty)
Menurut Sunarto(2006: 260), kesetiaan merek (brand loyalty) dapat
diartikan sebagai berikut ini:
Sejauh mana seorang pelanggan menunjukan sikap positif terhadap suatu merek, mempunyai komitmen pada merek tertentu, dan berniat untuk membelinya dimasa depan. Jackoby dan Kryner (dalam Dharmmesta, 1999: 74) mendefinisikan
loyalitas merek sebagai berikut:
Respon keperilakuan (yaitu pembelian) yang bersifat bias (non random) , terungkap secara terus menerus oleh unit pengambilan keputusan dengan memperhatikan satu atau beberapa merek alternatif dari sejumlah merek sejenis dan merupakan fungsi proses psikologis (pengambilan keputusan, efaluatif). Sedangkan menurut Durianto (dalam Matrutty dan Haryanto,
2003: 19), loyalitas merek adalah suatu ukuran keterkaitan pelanggan kepada
sebuah merek.
17
Dari beberapa definisi diatas, penulis dapat menarik kesimpulan bahwa
kesetiaan merek merupakan suatu perilaku yang dimiliki oleh konsumen
mengenai presepsinya terhadap suatu merek, dan konsumen tersebut membeli
secara terus menerus merek yang sama tanpa berpindah ke merek yang lain.
Menurut Sunarto (2006: 206), kesetiaan merek tidaklah sama dengan
perilaku pembelian ulang. Perilaku pembelian ulang (repeat purchase
behavior) berarti konsumen hanya hanya membeli produk secara berulang,
tanpa mempunyai perasaan khusus terhadap apa yang dibelinya. Sebaliknya
konsep kesetiaan merek menunjukan bahwa konsumen memiliki preferensi
nyata terhadap merek tersebut. Kesetiaan merek dapat menimbulkan suatu
komitmen. Komitmen merek (brand commitment) didefinisikan sebagai
hubungan emosional/psikologis dengan merek dalam satu golongan produk.
Ada beberapa jenis kesetiaan merek disamping kesetiaan merek
takterbagi. Pada beberapa kasus konsumen mempunyai kesetiaan yang terbagi
antara dua merek. Pada kasus yang lain sebagian besar dari mereka setia pada
satu merek, tetapi kadang-kadang beralih ke merek lain, yang mungkin untuk
menghilangkan kejenuhan dan menaikan tingkat keinginan mereka. Dalam
keadaan yang lain konsumen sama sekali tidak acuh terhadap antara merek
yang satu dengan merek yang lain. Pola membeli yang berbeda ini, dimana A,
B, C, dan D merupakan merek yang berbeda dapat digambarkan sebagai
berikut (Sunarto, 2006: 261) :
1. Kesetiaan yang tidak terbagi: AAAAAAAA
2. Peralihan Sewaktu-waktu: AABAAACAADA
18
3. Kesetiaan beralih: AAAABBBB
4. Kesetiaan yang terbagi: AAABBAABBB
5. Ketidak acuhan merek: ABDCBACD
Menurut Susanto dan Wijanarko (2004: 127), loyalitas terhadap merek
terdiri dari beberapa tingkatan. Tingkatan loyalitas yang paling dasar adalah
pembeli tidak loyal, yang sama sekali tidak tertarik pada merek tersebut dan
bagi mereka merek apapun dianggap memadai. Sehingga, merek memainkan
peranan yang kecil dalam keputusan pembelian. Mereka lebih memilih apapun
yang diobral atau yang menawarkan kenyamanan. Pembeli seperti ini bisa
disebut sebagai para pembeli harga atau pengalih.
Tingkat kedua adalah para pembeli yang puas dengan produk atau
setidaknya tidak mengalami ketidakpuasan. Pada dasarnya tidak terdapat
ketidakpuasan yang cukup untuk mendorong mereka beralih ke merek lain,
apalagi peralihan tersebut membutuhkan usaha. Para pembeli tipe ini bisa
disebut sebagai para pembeli kebiasaan (Habitual Buyers).
Tingkat ketiga berisi orang-orang yang puas, namun mereka memikul
biaya peralihan (swiching cost) serta biaya berupa waktu, uang atau resiko
kinerja berkenaan tindakan beralih merek. Atau, barangkali terdapat suatu
resiko di mana merek lain mungkin tidak berfungsi sebaik merek tersebut
dalam konteks penggunaan khusus.
Pada tingkat keempat adalah mereka yang sungguh-sungguh
menyukai merek tersebut. Preferensi mereka mungkin dilandasi oleh suatu
19
asosiasi seperti simbol, rangkaian pengalaman dalam menggunakan atau
presepsi kualitas yang tinggi.
Tingkat teratas adalah para pelanggan yang setia. Mereka mempunyai
kebanggaan menjadi pengguna suatu merek. Merek tersebut sangat penting
bagi mereka, baik dari segi fungsinya maupun sebagai ekspresi diri mereka.
Rasa percaya diri mereka tercermin pada tindakan seperti merekomendasi
merek tersebut kepada orang lain.
Menurut Rangkuty, (2004: 63) Loyalitas merek para pelanggan yang
ada mewakili suatu asset strategis dan jika dikelola dan diekploitasi dengan
benar akan mempunyai potensi untuk memberikan nilai dalam beberapa
bentuk seperti yang diperlihatkan dalam bagan berikut:
Loyalitas Merek
Pengaruh biaya pemasaran
Peningkatan perdagangan
Meningkatan customer baru: a. Menciptakan kesadaran brand
b. Meyakinkan kembali
Waktu merespon
Bagan 2.4 Nilai loyalitas merek
Perusahaan yang memiliki basis pelanggan yang memiliki loyalitas merek
yang tinggi dapat mengurangi biaya pemasaran perusahaan karena biaya untuk
20
mempertahankan pelanggan jauh lebih murah dibandingkan mendapatkan
pelanggan baru. Keuntungan kedua, loyalitas merek yang tinggi dapat
meningkatkan perdagangan. Loyalitas yang kuat akan meyakinkan pihak
pengecer untuk menjaga rak-raknya, karena mereka mengetahui bahwa para
pelanggan akan mencantumkan merek-merek tersebut dalam daftar
belanjaannya. Keuntungan ketiga, dapat menarik minat pelanggan baru karena
mereka memiliki keyakinan bahwa membeli produk bermerek terkenal
minimal dapat mengurangi resiko. Keuntungan keempat, loyalitas merek
memberi waktu, semacam ruang bernafas, pada suatu perusahaan untuk cepat
merespon gerakan-gerakan pesaing. Jika salah satu pesaing mengembangkan
produk yang unggul, seorang pengikut loyal akan memberi waktu pada
perusahaan tersebut agar memperbaharui produknya dengan cara
menyesuaikan atau menetralisasinya.
L. Penelitian Sebelumnya
1. Loyalitas Pelangan: Sebuah kajian Konseptual Sebagai Panduan Bagi
Peneliti.
Penelitian ini dilakukan oleh Basu Swastha Dharmmesta, yang
dimuat dalam Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia. Berikut merupakan
abstrak dari penelitian tersebut.
Loyalitas konsumen dari merek yang spesifik, disebut juga
loyalitas merek, diharapkan untuk mendapatkan perhatian akademik yang
lebih dari para mahasiswa untuk menyelidikinya. Artikel ini
21
mendeskripsikan dan menganalisis konsep loyalitas merek untuk perluasan
masing-masing pendekatan sikap dan perilaku dan struktur yang menjadi
daerah loyalitas ( Loyality domain). Struktur dari loyalitas menunjukan
elemen-elemen yang diringkas kognisi, afeksi, knasi dan aksi. Elemen-
elemen itu merefleksikan kategori-kategori loyalitas. Teknik dari
pengukuran loyalitas seperti urutan pemilihan merek, proporsi pembelian,
preferensi merek, komitmen merek, skala loyalitas dan diterima atau
tidaknya rasio yang rumit. Kepuasan konsumen tidak dikesampingkan di
dalam analisis ini selama hal ini berhubungan dengan konsep loyalitas
merek.
2. Brand Equity: Cermin Sukses Membangun Sebuah Merek
Penelitian ini dilakukan oleh Eko Suseno Hendro Riyadi Matrutty
dan Jony Oktavian Haryanto, yang dimuat dalam Jurnal Atma nan Jaya .
Berikut merupakan abstrak dari penelitian tersebut.
Maksud dari penelitian ini adalah untuk menguji untuk mengetahui
kekuatan dari ekuitas merek. Data digunakan untuk menganalisis
hubungan antara bauran pemasaran dalam perusahaan dan loyalitas
konsumen yang berhubungan dalam ekuitas merek. Data primer diperoleh
dari 98 responden. Analisis data menggunakan skala likert dalam
mengklasifikasi brand awarnes, brand association, kesan kualitas, dan
loyalitas merek.
Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa (1) brand awarnes dari
Indomie tinggi, (2) konsumen memiliki pernyataan yang positif terhadap
22
asosiasi merek, (3) kesan kualitas dari Indomie baik (4), loyalitas
konsumen diklasifikasikan ke dalam menyukai merek.
M. Kerangka Pemikiran
Untuk mempermudah dalam memahami konsep mengenai variabel-
variabel yang diteliti, maka penulis menggunakan kerangka pemikiran sebagai
berikut:
Loyalitas Merek Kepercayaan merek
Kesadaran merek
Kesan kualitas
Asosiasi merek
Bagan 2.5 Kerangka Pemikiran
N. Rumusan Hipotesis
Berdasarkan beberapa teori di atas maka, penulis merumuskan dua
rumusan hipotesis yaitu:
1. Kesan kualitas, kesadaran merek, kepercayaan merek dan asosiasi merek
secara parsial berpengaruh positif terhadap loyalitas merek shampo
Pantene.
23
2. Kesan kualitas, kesadaran merek, kepercayaan merek dan asosiasi merek
secara simultan berpengaruh positif terhadap loyalitas merek shampo
Pantene.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode studi kasus, sehingga kesimpulan
yang dibuat hanya berlaku untuk subjek dan objek yang diteliti.
B. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada Mahasiswa Universitas Sanata Dharma
baik yang ada di kampus satu Mrican , maupun yang ada di kampus tiga
Paingan Yogyakarta.
C. Waktu Penelitian
Waktu penelitian akan dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan
April 2007.
D. Subjek dan Objek Penelitian
1. Subjek Penelitian
Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah Mahasiswa Universitas
Sanata Dharma yang ada di kampus dua Mrican maupun yang ada di
kampus tiga Paingan, yang pernah membeli dan menggunakan produk
shampo Pantene selama enam bulan terakhir tanpa berpindah merek.
24
25
2. Objek Penelitian
Objek penelitian di sini meliputi variabel-variabel yang diteliti, yaitu:
a. Kesan kualitas, kesadaran merek dan asosiasi merek
b. Loyalitas merek (brand loyalty)
E. Teknik Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data akan dilakukan dengan membuat
pertanyaan tertulis, yaitu kuesioner yang akan dibagikan kepada responden.
Metode kuesioner menggunakan skala Likert.
Pemberian bobot atau skor digunakan untuk keperluan analisis
kualitatif dengan skala Likert ini adalah sebagai berikut:
Skor 1 untuk sangat tidak setuju
Skor 2 untuk tidak setuju
Skor 3 untuk netral
Skor 4 untuk setuju
Skor 5 untuk sangat setuju
F. Data yang Diperlukan
Penelitian ini memerlukan berbagai sumber data untuk mendukung
suksesnya penelitan. Berdasarkan sumber pengambilannya, data dibedakan
menjadi dua, yaitu:
26
1. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh dengan survei lapangan yang
menggunakan semua pengumpulan data original (Kuncoro, 2003: 127).
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan kuesioner sebagai alat
pengumpul data.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang telah dikumpulkan oleh lembaga
pengumpul data dan dipublikasikan kepada masyarakat pengguna data
(Kuncoro, 2003: 127). Dalam hal ini, peneliti mengunakan sumber-sumber
melalui jurnal, buku-buku teks, data-data di Internet dan majalah.
G. Variabel Penelitian
1. Variabel bebas
Variabel bebas (independent) dalam penelitian ini adalah Kesan kualitas,
kesadaran merek, kepercayaan merek dan asosiasi merek.
2. Variabel terikat
Variabel terikat (Dependent) dalam penelitian ini adalah loyalitas merek
(brand loyalty).
H. Definisi Operasional
1. Kesan kualitas adalah tanggapan seorang pembeli (konsumen) mengenai
keseluruhan kualitas suatu produk ataupun jasa. Untuk mengukur variabel
kesan kualitas digunakan beberapa indikator yang berupa tanggapan
27
konsumen mengenai keseluruhan kualitas yang ada pada shampo Pantene
seperti kemampuan produk, kandungan yang terkndung dalam produk,
keandalan produk dan inovasi-inovasi baru.
2. Kesadaran merek adalah kesangupan seorang calon pembeli untuk
mengingat kembali bahwa sebuah merek merupakan kategori dari suatu
produk tertentu. Untuk mengukur variabel kesadaran merek digunakan
indikator yang berhubungan dengan ingatan konsumen mengenai sampo
Pantene.
3. Kepercayaan merek adalah tanggapan konsumen mengenai kehandalan
atau kemampuan suatu merek suatu produk. Untuk mengukur variabel
kepercayaan merek digunakan indikator yang berhubungan dengan
tanggapan konsumen mengenai kemampuan yang diberikan produk,
pemuasan kebutuhan dengan berbagai pilihan produk, ketersediaan
layanan pasca pembelian produk.
4. Asosiasi merek adalah segala hal yang berkaitan dengan ingatan seseorang
mengenai sebuah merek. Untuk mengukur variabel asosiasi merek
digunakan indikator mengenai harga, kemasan, kemudahan mendapatkan,
pilihanyang diberikan, dan kandungan yang ada dalam produk.
5. Loyalitas merek adalah suatu perilaku yang dimiliki oleh konsumen
mengenai presepsinya terhadap suatu merek, dan konsumen tersebut
membeli secara terus menerus merek yang sama tanpa berpindah ke merek
yang lain. Untuk mengukur variabel loyalitas merek digunakan indikator
28
mengenai frekuensi pembelian produk, kerentanan untuk berpindah merek,
komitmen terhadap produk.
I. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah suatu kesatuan individu atau subjek pada wilayah dan
waktu serta dengan kualitas tertentu yang akan diamati/diteliti (Supardi,
2005: 101). Populasi dalam penelitian ini adalah semua mahasiswa
Universitas Sanata Dharma yang ada dikampus satu, Mrican dan kampus
tiga, Paingan yang menggunakan shampo Pantene.
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang dijadikan subyek penelitian
sebagai “wakil” dari para anggota populasi (Supardi, 2005: 102). Sampel
dalam penelitian ini berjumlah 100 orang yang diambil dari mahasiswa
Universitas Sanata Dharma yang mengunakan shampo Pantene.
3. Teknik sampling
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik nonprobability
sampling dengan cara convenience sampling atau accidental sampling,
dimana penulis menetapkan responden secara kebetulan sesuai keinginan
peneliti. Convenience sampling (accidental sampling) adalah prosedur
untuk mendapatkan unit sampel menurut keinginan peneliti (Kuncoro,
2003: 119).
29
J. Teknik Pengujian Instrumen
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner, maka
untuk mengukur validitas dan reliabilitas perlu dilakukan pengujian terlebih
dahulu.
1. Uji Validitas
Validitas merupakan tingkatan dimana suatu alat pengukur mengukur apa
yang seharusnya diukur (Supardi, 2005: 156). Rumus yang digunakan
untuk mengukur validitas adalah rumus korelasi. Berikut ini merupakan
rumus korelasi:
( ) ( )
2 2 2( ( ) ) ( (
XY X Yr xy
2)N X X N Y Y
Ν Σ − Σ Σ=
Σ − Σ Σ − Σ
Keterangan:
r xy = Korelasi product moment
N = Jumlah subjek
X = Skor butir
Y = Skor faktor
2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas (keandalan) merupakan ukuran suatu kestabilan dan
konsistensi responden dalam menjawab hal yang berkaitan dengan
30
konstruk-konstruk pertanyaan yang merupakan dimensi suatu variabel dan
disusun dalam suatu bentuk kuesioner (Nugroho, 2005: 72).
Mencari reliabilitas yang skornya bukan 0-1, tetapi merupakan rentangan
antara beberapa nilai, misalnya 0-10 atau 0-100 atau bentuk skala1-3, 1-5,
atau 1-7 dan seterusnya dapat menggunakan koefisien alpha (α) dari
Cronbach. Rumus ini ditulis seperti berikut ( Umar, 2003: 96):
2
11 211
k brk t
σσ
⎛ ⎞∑⎛ ⎞= −⎜ ⎟⎜ ⎟−⎝ ⎠ ⎝ ⎠
di mana :
r 11 = reliabilitas instrumen
k = Banyaknya butir pertanyaan
σ t² = varian total
∑σ b² = jumlah varian butir
J. Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini, variabel independent yang diteliti lebih dari satu
variabel, maka analisis yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda.
Persamaan regresi linier berganda adalah sebagai berikut:
31
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4
Keterangan :
Y = Loyalitas merek (brand loyalty)
a = Konstanta
b = Koefisien regresi
X1 = Kesan kualitas
X2 = Kesadaran merek
X3 = Kepercayaan merek
X4 = asosiasi merek
1. Untuk menguji apakah kesan kualitas, kesadaran merek, kepercayaan merek
dan asosiasi merek secara parsial berpengaruh positif terhadap loyalitas merek
shampo Pantene, dapat dilakukan langkah sebagai berikut:
a. Menentukan besarnya koefisien regresi.
b. Pengujian hipotesis koefisien regresi secara parsial untuk mengetahui
tingkat signifikansi adalah menggunakan uji t dengan rumus :
Berdasarkan tabel di atas, menunjukan bahwa seluruh item
pertanyaan dapat dikatakan valid karena nilai koefisien validitas dari
masing masing item lebih besar dari nilai r- tabel sebesar 0,248.
2. Hasil Pengujian Realibilitas
Realibilitas merupakan ukuran suatu kestabilan dan konsistensi
responden dalam menjawab hal yang berkaitan dengan konstruk-konstruk
pertanyaan yang merupakan dimensi suatu variabel dan disusun dalam
suatu bentuk kuesioner.
56
Realibilitas suatu konstruk variabel dikatakan baik jika memiliki
nilai cronbach’s Alpha > 0.60. Berikut merupakan hasil perhitungan dari
setiap variabel yang disajikan dalam bentuk tabel:
Tabel 5. 6 Koefisien Reliabilitas
Variabel cronbach’s Alpha Nilai kritis Status Kesan kualitas (X1) 0,692 0,60 Reliabel Kesadaran merek (X2) 0,613 0,60 Reliabel Kepercayaan merek (X3) 0,773 0,60 Reliabel Asosiasi merek (X4) 0,664 0,60 Reliabel Loyalitas merek (Y) 0,804 0,60 Reliabel
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa nilai dari cronbach’s Alpha
lebih besar dari nilai kritis (0,60), sehingga semua variabel penelitian
dapat dikatakan valid.
B. Analisis Deskriptif Responden
Analisis deskrptif responden dimaksudkan untuk mengetahui
karakteristik responden yang menggunakan shampo Pantene. Karakteristik
responden yang dianalisis dalam penelitian ini meliputi jenis kelamin, usia,
uang saku per bulan, jangka waktu pemakaian shampo, bentuk kemasan
shampo yang digunakan, serta frekuensi menggunakan shampo.
1. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel 5.7 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Jumlah Presentase (%) Pria 27 27% Wanita 73 73% Total 100 100%
57
Dari tebel di atas dapat diketahui bahwa responden wanita lebih banyak,
yaitu sebesar 73 orang atau sebesar 73% dari total responden bila
dibandingkan dengan responden pria yang hanya berjumlah 27 orang atau
sebesar 27% dari total responden.
2. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
Tabel 5.8 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
Usia Jumlah Presentase (%) 16 – 19 tahun 27 27% 20 – 23 tahun 54 54% Lebih dari 23 tahun 19 19% Total 100 100%
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa responden yang berusia 16 – 19
tahun berjumlah 27 orang atau sebesar 27% dari total responden.
Responden yang berusia 20 – 23 orang berjumlah 54 orang atau sebesar
54% dari total responden dan responden yang berusia lebih dari 23 tahun
berjumlah 19 orang atau sebesar 19% dari total responden.
3. Karakteristik Responden Berdasarkan Uang Saku Per Bulan
Tabel 5.9 Karakteristik Responden Berdasarkan Uang Saku Per Bulan Uang Saku Jumlah Presentase (%) Kurang dari Rp. 500.000 15 15% Rp. 500.000 – Rp. 1.000.000 63 63% Lebih dari Rp. 1.000.000 22 22% Total 100 100%
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa resdponden yang memiliki uang
saku kurang dari Rp. 500.000 berjumlah 15 orang atau sebesar 15% dari
total responden. Responden yang memiliki uang saku Rp. 500.000 – Rp.
58
1.000.000 berjumlah 63 orang atau sebesar 63% dari total responden
sedangkan responden yang memiliki uang saku di atas Rp. 1.000.000
berjumlah 22 orang atau sebesar 22% dari total responden.
4. Karakteristik Responden Berdasarkan Jangka Waktu Pemakaian Shampo
Tabel 5.10 Karakteristik Responden
Berdasarkan Jangka Waktu Pemakaian Shampo Jangka Waktu Pemakaian Shampo
Jumlah Presentase (%)
6 bulan – 8 bulan 26 26% 9 bulan – 12 bulan 44 44% Lebih dari 12 bulan 30 30% Total 100 100%
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa responden yang memakai shampo
Pantene selama 6 – 8 bulan berjumlah 26 orang atau sebesar 26% dari total
responden. Responden yang menggunakan shampo Pantene selama 9 – 12
bulan berjumlah 44 orang atau sebesar 44% dari total responden
sedangkan responden yang menggunakan shampo Pantene selama lebih
dari 12 bulan berjumlah 30 orang atau sebesar 30% dari total responden.
5. Karakteristik Responden Berdasarkan Bentuk Kemasan yang Digunakan
Tabel 5.11 Karakteristik Responden
Berdasarkan Bentuk Kemasan yang Digunakan Bentuk kemasan Jumlah Presentase (%) Botol 87 87% Sachet 13 13% total 100 100%
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa responden yang memakai shampo
Pantene dengan kemasan botol berjumlah 87 orang atau sebesar 87% dari
59
total responden, sedangkan responden yang memakai shampo Pantene
dengan kemasan sachet berjumlah 13 orang atau sebesar 13% dari total
responden.
6. Karakteristik Responden Berdasarkan Frekuensi Menggunakan Shampo
Tabel 5.12 Karakteristik Responden
Berdasarkan Frekuensi menggunakan Shampo Frekuensi menggunakan shampo
Jumlah Presentase (%)
1 hari sekali 18 18% 2 hari sekali 43 43% 3 hari sekali 21 21% 4 hari sekali 14 14% 1 minggu sekali 4 4% Total 100 100%
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa responden yang menggunakan
shampo Pantene sebanyak 1 hari sekali berjumlah 18 orang atau sebesar
18% dari total responden. Responden yang menggunakan shampo Pantene
sebanyak 2 hari sekali berjumlah 43 orang atau sebesar 43% dari total
responden. Responden yang menggunakan shampo Pantene sebanyak 3
hari sekali berjumlah 21 orang atau sebesar 21% dari total responden.
Responden yang menggunakan shampo Pantene sebanyak 4 hari sekali
berjumlah 14 orang atau sebesar 14% dari total responden, sedangkan
responden yang menggunakan shampo Pantene sebanyak 1 minggu sekali
berjumlah 4 orang atau sebesar 4% dari total responden.
60
C. Analisisi Data
1. Analisis Regresi Linier Berganda
Regresi bertujuan untuk menguji pengaruh suatu variabel terhadap
variabel lain. Variabel yang dipengaruhi disebut variabel tergantung atau
dependen, sedangkan variabel yang mempengaruhi disebut variabel bebas
atau independen. Regresi yang memiliki satu variabel dependen dan lebih
dari satu variablel independen disebut regresi berganda (Nugroho,
2005: 43).
Dalam penelitian ini regresi linier berganda digunakan untuk mengukur
pengaruh kesan kualitas, kesadaran merek, kepercayaan merek dan
asosiasi merek terhadap loyalitas merek. Adapun bentuk persamaan
regresinya adalah sebagai berikut:
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4
Keterangan :
Y = Loyalitas merek (brand loyalty)
a = Konstanta
b = Koefisien regresi
X1 = Kesan kualitas
X2 = Kesadaran merek
X3 = Kepercayaan merek
61
Dengan mengunakan program SPSS 13.0 for windows, diperoleh hasil
perhitungan sebagai berikut:
Tabel 5.13 Hasil Analisis Regresi Linier Berganda
Coefficientsa
.727 1.870 .389 .698
.266 .124 .211 2.137 .035
.329 .126 .232 2.618 .010
.181 .091 .189 1.991 .049
.202 .086 .222 2.347 .021
(Constant)total X1total X2total X3total X4
Model1
B Std. Error
UnstandardizedCoefficients
Beta
StandardizedCoefficients
t Sig.
Dependent Variable: total Ya.
secara matematis hasil dari analisis regresi linier berganda ini dapat ditulis
sebagai berikut:
Y = 0.727 + 0,266X1 + 0,329X2 + 0,181X3 + 0,202X4
Berdasarkan persaman yang telah diperoleh di atas dapat digunakan untuk
menjawab hipotesis pertama dan kedua dengan menggunakan uji t dan
uji F.
2. Uji t
Menurut Nugroho, (2005: 54), t - test ini bertujuan untuk mengetahui
besarnya pengaruh masing-masing variabel independen secara individual
(Parsial) terhadap variabel dependen.
62
Dalam penelitian ini uji t bertujuan untuk menjawab masalah pertama,
yaitu apakah kesan kualitas, kesadaran merek, kepercayaan merek dan
asosiasi merek secara parsial berpengaruh positif terhadap loyalitas merek
merek dan asosiasi merek secara simultan tidak berpengaruh positif
terhadap loyalitas merek shampo Pantene.
HA : b1 ≠ b2 ≠ b3 ≠ b4 ≠ 0, kesan kualitas, kesadaran merek, kepercayaan
merek dan asosiasi merek secara simultan berpengaruh positif terhadap
loyalitas merek shampo Pantene.
b. Mencari nilai F hitung
Dengan bantuan program SPSS 13.0 for Windows nilai F hitung dapat
diperoleh. Berikut merupakan hasil perhitunganya:
Tabel 5.15 Hasil F - test
ANOVAb
167.571 4 41.893 15.809 .000a
251.739 95 2.650419.310 99
RegressionResidualTotal
Model1
Sum ofSquares df Mean Square F Sig.
Predictors: (Constant), total X4, total X2, total X3, total X1a.
Dependent Variable: total Yb.
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa nilai F hitung = 15,809
pada sig 0,000 < 0,05, maka Ha diterima dan HO ditolak. Hal ini berarti
secara simultan variabel-variabel kesan kualitas (X1), kesadaran merek
65
(X2), kepercayaan merek (X3), dan asosiasi merek (X4) secara simultan
berpengaruh positif terhadap loyalitas merek (Y).
Hasil uji F di atas, menunjukkan bahwa hipotesis kedua dalam penelitian
ini, yang menyatakan bahwa ada pengaruh positif secara simultan antara
kesan kualitas, kesadaran merek, kepercayaan merek, dan asosiasi merek
terhadap loyalitas merek terbukti.
4. Koefisien Determinasi (R²)
Koefisien determinasi bertujuan untuk mengetahui seberapa besar
kemampuan variabel independen menjelaskan variabel dependen
(Nugroho, 2005: 50). Berikut merupakan hasil analisis perhitungan
koefisien determinasi yang dicari dengan program SPSS 13.0 for windows.
Tabel 5.16 Hasil Koefisien Determinasi
Model Summary
.632a .400 .374 1.628Model1
R R SquareAdjustedR Square
Std. Error ofthe Estimate
Predictors: (Constant), total X4, total X2, total X3, totalX1
a.
Berdasarkan hasil analisis data yang ditunjukkan tabel koefisien
determinasi di atas, dapat dilihat bahwa besarnya nilai R adalah 0,632.
Korelasi yang kuat adalah korelasi yang memiliki nilai R minimal 0,5
(Nugroho,2005:51). Nilai R yang ditunjukkan pada tabel di atas yaitu
sebesar 0,632 menunjukkan bahwa terdapat hubungan korelasi berganda
yang kuat antara keempat variabel independen, yaitu kesan kualitas (X1),
66
kesadaran merek (X2), kepercayaan merek(X3) dan asosiasi merek (X4)
terhadap variabel dependen yaitu loyalitas merek (Y).
Dalam penelitian ini nilai R² sebesar 0,40 (40%), hasil ini menunjukkan
bahwa sebesar 40% loyalitas merek dijelaskan oleh kesan kualitas,
kesadaran merek, kepercayaan merek, dan asosiasi merek. Sisa dari 40%
yaitu 60% (100% - 40%) dijelaskan oleh variabel-variabel lain diluar
variabel yang digunakan.
D. Pembahasan
Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan di atas, berikut merupakan
pembahasan mengenai analisis deskriptif responden dan analisis data:
1. Pada analisis deskriptif responden, secara keseluruhan dapat dilihat bahwa
terdapat perbedaan yang sangat mencolok antara jumlah responden. Dari
100 orang responden, jumlah responden pria sebesar 27 % dan jumlah
responden wanita sebesar 73 %, hal ini bisa terjadi karena shampo Pantene
merupakan shampo yang di khususkan untuk wanita selain itu wanita lebih
membutuhkan perawatan rambut yang ekstra dibandingkan pria.
Berdasarkan usia responden usia yang paling banyak adalah antara 20-23
tahun yaitu sebesar 54 %, hal ini disebabkan karena responden merupakan
mahasiswa. Untuk uang saku, responden paling banyak memiliki uang
saku antara Rp. 500.000 – Rp. 1.000.000 yaitu sebesar 63 %. Berdasarkan
jangka waktu pengunaan shampo, responden yang paling banyak adalah
mereka yang telah menggunakan shampo antara 9 – 12 bulan yaitu sebesar
67
44%. Berdasarkan kemasan yang digunakan, responden lebih banyak
memakai kemasan botol yaitu sebesar 87% dan kemasan sachet sebesar
13%. Berdasarkan frekuensi menggunakan, responden lebih sering
memakai shampo selama 2 kali sehari, yaitu sebesar 43%.
2. Untuk menjawab masalah pertama, yaitu apakah kesan kualitas, kesadaran
merek, kepercayaan merek dan asosiasi merek secara parsial berpengaruh
positif terhadap loyalitas merek shampo Pantene, maka digunakanlah uji t
atau t-test.
Berdasarkan hasil analisis dapat dilihat bahwa kesan kualitas secara parsial
memiliki pengaruh positif terhadap loyalitas merek. Sesuai dengan apa
yang dikemukakan oleh Susanto dan Wijanarko (2004: 130) persepsi
kualitas sebuah merek, akan memberikan alasan yang kuat untuk membeli.
Pernyataan ini jika dikaitkan dengan penelitian ini adalah jika seorang
konsumen memiliki kesan kualitas yang kuat akan shampo Pantene, tentu
akan berdampak pada tingginya tingkat loyalitas konsumen tersebut
terhadap merek shampo Pantene.
Selain kesan kualitas, ada juga variabel lain yang juga secara parsial
berpengaruh positif terhadap loyalitas merek yaitu kesadaran merek.
Pantene merupakan merek yang sudah terkenal dan telah lama masuk
kedalam pasar shampo di Indonesia, oleh karena itulah merek ini memiliki
tingkat kesadaran (awarness) yang cukup tinggi dari masyarakat. Dari
kesadaran konsumen akan merek Pantene inilah akan berdampak pula
terhadap tingkat loyalitas konsumen akan merek ini.
68
Dalam penelitian ini, kepercayaan merek juga secara parsial berpengaruh
positif terhadap loyalitas merek. Menurut Delgado (dalam Ferrinadewi,
2005: 101) kepercayaan merek merefleksikan dua komponen yakni brand
reliability dan brand intentions. Brand reliability atau keandalan merek
yang bersumber pada keyakinan konsumen bahwa produk tersebut mampu
memenuhi nilai yang dijanjikan atau dengan kata lain presepsi bahwa
merek tersebut mampu memenuhi kebutuhan dan memberikan kepuasan.
Brand reliability merupakan hal yang esensial bagi terciptanya
kepercayaan terhadap brand karena kemampuan merek memenuhi nilai
yang dijanjikannya akan membuat konsumen menaruh rasa yakin akan
kepuasan yang sama di masa yang akan datang. Sedangkan brand
intention didasarkan pada keyakinan konsumen bahwa merek tersebut
akan mampu membela kepentingan konsumen ketika masalah muncul
secara tidak terduga pada saat konsumsi. Menurut teori kepercayaan -
komitmen yang dikemukakan oleh Morgan dan Hunt (dalam Ferrinadewi,
2005: 101) trust adalah variabel kunci dalam mengembangkan keinginan
yang tahan lama untuk terus mempertahankan hubungan jangka panjang
(loyalitas). Pernyataan di atas menunjukkan bahwa memang benar
kepercayaan merek (brand trus) secara parsial berpengaruh terhadap
loyalitas merek (brand loyalty).
Dalam penelitian ini, asosiasi merek juga secara parsial berpengaruh
positif terhadap loyalitas merek. Hal ini sesuai dengan apa yang
dikemukakan oleh Susanto dan Wijanarko (2004: 133) asosiasi merek
69
mampu merangsang suatu perasaan positif yang akhirnya merembet ke
merek. Beberapa asosiasi merek membutuhkan atribut produk atau
customer benefits yang dapat memberikan alasan spesifik untuk membeli
dan menggunakan merek tersebut. Asosiasi-asosiasi ini merupakan
landasan dari keputusan pembelian dan loyalitas merek.
Untuk menjawab masalah ke dua yaitu apakah kesan kualitas, kesadaran
merek, kepercayaan merek dan asosiasi merek secara simultan
berpengaruh terhadap loyalitas merek shampo Pantene, maka dilakukan
uji F. Berdasarkan hasil analisis dapat dilihat bahwa kesan kualitas,
kesadaran merek, kepercayaan merek, dan asosiasi merek secara simultan
berpengaruh positif terhadap loyalitas merek. Dengan kata lain kesan
kualitas yang tinggi, kesadaran merek yang tinggi, kepercayaan merek
yang tinggi, serta asosiasi merek yang tinggi dapat membangun loyalitas
pelanggan terhadap merek shampo Pantene.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan dan analisis data yang bertujuan untuk
mengetahui pengaruh kesan kualitas, kesadaran merek, kepercayaan merek
terhadap loyalitas merek, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Pada masalah pertama yaitu apakah kesan kualitas, kesadaran merek,
kepercayaan merek dan asosiasi merek secara parsial berpengaruh positif
terhadap loyalitas merek shampo Pantene, telah dilakukan uji statistik
individual atau uji t (t-test). Berdasarkan hasil uji statistik individual
diperoleh hasil bahwa masing-masing variabel bebas yaitu kesan kualitas
(X1), kesadaran merek (X2), kepercayaan merek (X3), dan asosiasi merek
(X4) secara parsial berpengaruh positif terhadap loyalitas merek (Y). Hal
ini ditunjukkan oleh nilai t hitung variabel X1 sebesar 2,137 dengan nilai
sig 0,035, variabel X2 sebesar 2,618 dengan sig 0,010, variabel X3 sebesar
1,991 dengan sig 0,049, dan variabel X4 sebesar 2,347 dengan sig 0,021.
Berdasarkan perhitungan, nilai t hitung lebih besar dari nilai t tabel yaitu
1,661 dan nilai p-value (sig) lebih kecil dari 0,05.
2. Untuk masalah yang kedua yaitu apakah kesan kualitas, kesadaran merek,
kepercayaan merek dan asosiasi merek secara simultan berpengaruh
terhadap loyalitas merek shampo Pantene, maka dilakukan uji F untuk
menjawab masalah yang kedua ini. Berdasarkan hasil uji F ini diperoleh
70
71
hasil bahwa, variabel bebas kesan kualitas (X1), kesadaran merek (X2),
kepercayaan merek (X3), dan asosiasi merek (X4) secara simultan
berpengaruh positif terhadap loyalitas merek (Y). hal ini ditunjukkan oleh
nilai F hitung sebesar 15,809 lebih besar dari nilai F tabel sebesar 2,467,
dengan taraf signifikansi 0,000 lebih kecil dari 0,05.
2. Nilai R hasil uji regresi adalah 0,632. korelasi yang kuat adalah korelasi
yang memiliki nilai R minimal 0,5. Nilai R 0,632 menunjukkan terdapat
hubungan korelasi berganda yang kuat antara kesan kualitas (X1),
kesadaran merek (X2), kepercayaan merek (X3), dan asosiasi merek (X4)
dengan variabel terikat (Dependen) loyalitas merek (Y).
NIlai R² yang baik adalah nilai R² yang mendekati angka 1 hal ini
menunjukkan bahwa variabel-variabel independen memberikan hampir
semua informasi yang dibutuhkan dalam memprediksi variasi variabel
dependen. Nilai R² adalah sebesar 0,40 (40%), hasil ini menunjukkan
bahwa nilai R² masih cukup jauh dari mendekati 1(satu) . 40% loyalitas
merek dijelaskan oleh kesan kualitas, kesadaran merek, kepercayaan
merek, dan asosiasi merek. Sisa dari 40% yaitu 60% dijelaskan oleh
variabel-variabel lain diluar variabel yang digunakan.
3. Dari penelitian ini juga dapat dilihat, variabel bebas (independen) yang
lebih berpengaruh terhadap variabel terikat (Dependen) secara berturut-
turut adalah kesadaran merek (X2), kesan kualitas (X1), asosiasi merek
(X4) dan kepercayaan merek (X3). Hal ini dapat dilihat pada nilai b
(koefisien regresi) yang dimiliki oleh masing-masing variabel bebas X1
72
memiliki nilai b sebesar 0,266, X2 memiliki nilai b sebesar 0,329, X3
memiliki nilai b sebesar 0,181, dan X4 memiliki nilai b sebesar 0,202.
B. Saran
2. Bagi Perusahan
Berdasarkan hasil penelitan yang telah dilakukan, menunjukkan bahwa
baik secara parsial maupun simultan seluruh variabel bebas yaitu
kepercayaan merek, kesadaran merek, kepercayaan merek, dan asosiasi
merek berpengaruh positif terhadap loyalitas merek. Menurut Rangkuti
( 2004: 61) Apabila loyalitas merek meningkat maka kerentanan kelompok
pelanggan dari serangan kompetitor dapat dikurangi. Pernyataan diatas
menunjukkan betapa pentingnya loyalitas merek bagi suatu perusahaan,
untuk itu seharusnya perusahaan dapat melakukan hal-hal yang dapat
meningkatkan keempat unsur yang mempengaruhi loyalitas merek yaitu
kesan kualitas, kesadaran merek, kepercayaan merek, dan asosiasi merek
dengan cara melakukan promosi yang gencar (iklan melaului berbagai
media), meningkatkan kualitas produk, inovasi produk baru dan lain
sebagainya agar loyalitas konsumen terhadap merek suatu porduk dapat
terjaga.
3. Bagi Akademik
Bagi peneliti yang akan datang, perlu mengembangkan kembali penelitian
yang berkaitan dengan unsur merek dalam hal ini dikususkan kepada
loyalitas merek. Penelitian yang akan datang dapat saja menambah unsur-
73
unsur (variabel-variabel) baru yang dapat mempengaruhi loyalitas merek
dalam penelitian berikutnya, selain kesan kualitas, kesadaran merek,
kepercayaan merek, dan asosiasi merek.
C. Keterbatasan Penelitian
Penulis mengakui bahwa dalam penelitian ini masih terdapat banyak
kekurangan dan celah yang perlu dikoreksi dan disempurnakan. Beberapa hal
yang menyebabkan kekurangan ini adalah:
2. Kurangnya pengalaman penulis dalam melakukan penelitian dan menulis
karya ilmiah.
3. Apabila responden tidak memberikan jawaban yang jujur dalam menjawab
berbagai pertanyaan maka penulis tidak dapat memperoleh data yang
betul-betul akurat sehingga kemungkinan tidak dapat menghasilkan data
yang memuaskan.
4. Terdapatnya keterbatasan tenaga, waktu, dana, pikiran, pengetahuan dalam
mengumpulkan data ataupun dalam mengolah data.
5. Dalam penelitian ini penyebaran kuesioner belum merata keseluruh
fakultas yang ada di Univertsitas Sanata Dharma.
DAFTAR PUSTAKA
Dharmmesta, Basu Swastha (1999). “Loyalitas Pelanggan: Sebuah Kajian Konseptual Sebagai Panduan Bagi Peneliti”, Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia. Juli: 73-88.
Ferrinadewi, Erna (2005). “Pengaruh Keterlibatan Konsumen Terhadap
Equity: Cermin Sukses Membangun Sebuah Merek”. Atma nan Jaya, Desember: 19-34.
Nugroho, Buono Agung (2005). Strategi Jitu Memilih Metode Statistik Penelitian
dengan SPSS. Yogyakarta: Andi. Peter, J. Paul dan Jerry C. Olson (2000). Consumer Behavior. Edisi 4 (Alih
bahasa: Damos Sihombing). Jakarta: Erlangga. Rangkuty, Freddy (2004). The Power of Brands. Gramedia: Jakarta. Santa, Nikolaus (1999). Perilaku Terhadap Merek: Suatu Pendekatan Psikologi
dan Implikasinya Terhadap Pemasaran. Atma nan Jaya, Apil: 48-59. Sunarto (2006). Perilaku Konsumen. Yogyakarta: Amus. Supardi (2005). Metodologi Penelitian Ekonomi dan Bisnis. Yogyakarta: UII
Press.
Susanto, A.B & Himawan Wijanarko (2004). Power Branding. Jakarta: Quantum. Sugiyono (2006). Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta. Umar, Husein (2003). Metode Riset Perilaku Konsumen Jasa, Jakarta: Ghalia
Indonesia.
LAMPIRAN
Yogyakarta,…………….
Lampiran : 1 lembar Hal : Permohonan pengisisan kuesioner Kepada Yth. Rekan Mahasiswa Universitas Sanata Darma, Yogyakarta Di tempat Dengan hormat,
Saya adalah mahasiswa jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang sedang melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Kesan Kualitas, Kesadaran Merek, Kepercayaan Merek, dan Asosiasi Merek terhadap Loyalitas Merek Shampo Pantene. Untuk itu kerjasama dan bantuan Anda dalam mengisi kuesioner ini sangat saya butuhkan.
Perlu diketehui bahwa hasil dari penelitian ini hanya ditujukan untuk kalangan sendiri dan tidak akan mempengaruhi penilaian apapun terhadap diri Anda. Oleh karena itu saya berharap Anda bersedia mengisi kuesioner ini.
Atas bantuan dan kesedian Anda, saya mengucapkan terima kasih.
Hormat Saya,
Afandy
KUESIONER Nama : …………………………(Jika berkenan) Fakultas : ………………………… Prodi : ………………………… Berikan tanda silang (X) pada setiap jawaban yang anda anggap paling sesuai dengan diri Anda. I. Identitas Responden
1. Jenis Kelamin a. Pria b. wanita
2. Usia a. 16 – 19 tahun b. 20 – 23 tahun c. Lebih dari 23 tahun
3. Uang saku Per bulan a. < Rp. 500.000 b. Rp. 500.000 – Rp. 1.000.000 c. > Rp. 1.000.000
4. Telah menggunakan shampo Pantene selama a. 6 bulan – 8 bulan b. 9 bulan – 12 bulan c. > 12 bulan
5. Bentuk kemasan shampo Pantene yang anda gunakan a. Botol b. Sachet
6. frekwensi menggunakan shampoo dalam satu minggu a. 1 hari sekali b. 2 hari sekali c. 3 hari sekali d. 4 hari sekali e. 1 minggu sekali
Berikan tanda ceklis (√ ) pada setiap pernyataan yang anda anggap paling sesuai dengan keadaan sesungguhnya. Terdapat lima alternative jawaban, dengan ketentuan: STS : Sangat Tidak Setuju TS : Tidak Setuju N : Netral S : Setuju SS : Sangat Setuju II. Variabel kesan kualitas No Pernyataan STS TS N S SS 1. Shampo Pantene mampu mengatasi masalah
rambut saya secara memadai.
2. Shampo Pantene memberikan nutrisi pada kulit kepala dan rambut setelah digunakan.
3. Shampo Pantene memberikan keharuman dan kelembutan yang tahan lama pada rambut saya.
4. Shampo Pantene selalu menciptakan inovasi baru dalam hal formula shampo sesuai dengan kebutuhan rambut saya.
III. Variabel kesadaran Merek No Pernyataan STS TS N S SS 1. Dibandingkan dengan merek lain, shampo Pantene
merupakan merek yang paling saya ingat.
2. Pantene merupakan satu-satunya merek yang pertama kali saya ingat dalam produk shampo.
3. Pantene merupakan merek yang sudah terkenal IV. Variabel Kepercayaan Merek No Pernyataan STS TS N S SS 1. Selama menggunakan shampo Pantene saya tidak
pernah merasa kecewa terhadap hasil yang diberikan.
2. Shampo Pantene mampu memenuhi kebutuhan yang diperlukan oleh rambut saya dengan pilihan yang beraneka ragam.
3. Saya merasa yakin akan kualitas yang diberikan oleh shampoo Pantene
4. Layanan suara konsumen pada produk shampo Pantene memberikan saya kepercayaan yang lebih akan produk ini.
V. Variabel Asosiasi merek No Pernyataan STS TS N S SS 1. Menurut saya harga shampo Pantene sangat
terjangkau
2. Shampo Pantene mudah diperoleh disetiap toko (mudah didapatkan).
3. Menurut saya bentuk dan kemasan shampoo Pantene sangat menarik
4. Shampo Pantene memiliki banyak pilihan sesuai dengan kondisi rambut saya.
5. Menurut saya shampoo Pantene mengandung banyak vitamin yang berguna bagi rambut.
VI. Variabel Loyalitas merek No Pernyataan STS TS N S SS 1. Saya membeli shampoo Pantene secara rutin untuk
kebutuhan keramas.
2. Saya tidak akan mengganti shampoo Pantene jika ada promosi dari merek lain yang lebih menjanjikan.
3. Saya akan selalu menggunakan shampo Pantene meskipun harga sampo Pantene menjedi lebih mahal.
4. Saya akan mempromosikan shampoo Pantene kepada teman-teman karena kualitasnya sudah teruji.
Identitas Responden
No Jenis
Kelamin Usia Uang saku per
bulan Telah
menggunakan
shampo Pantene selama
Bentuk kemasan shampo Pantene
yang digunakan
Frekuensi menggunakan shampo dalam satu minggu
1 Wanita 20-23 tahun
>Rp.1 juta > 12 bulan Botol 1 hari sekali
2 Wanita 16-19 tahun
>Rp.1 juta 9-12 bulan botol 2 hari sekali
3 wanita 20-23 tahun
Rp.500 ribu - Rp.1juta
9-12 bulan botol 1 hari sekali
4 Wanita > 23 tahun > Rp.1 juta 6-8 bulan botol 2 hari sekali 5 Pria > 23 tahun Rp.500 ribu -
Rp.1juta > 12 bulan sachet 1 minggu
sekali 6 Wanita 16-19
tahun Rp.500 ribu -
Rp.1juta 9-12 bulan Botol 2 hari sekali
7 Wanita 20-23 tahun
< Rp.500 ribu 6-8 bulan Botol 3 hari sekali
8 Wanita 20-23 tahun
Rp.500 ribu - Rp.1juta
> 12 bulan Botol 2 hari sekali
9 Wanita 16-19 tahun
> Rp.1 juta 9-12 bulan Botol 2 hari sekali
10 Wanita 16-19 tahun
Rp.500 ribu - Rp.1juta
> 12 bulan Botol 2 hari sekali
11 Wanita 20-23 tahun
> Rp.1 juta 9-12 bulan Botol 2 hari sekali
12 Wanita 20-23 tahun
> Rp.1 juta 9-12 bulan Botol 1 hari sekali
13 Pria > 23 tahun < Rp.500 ribu 9-12 bulan sachet 1 minggu sekali
14 Pria 20-23 tahun
Rp.500 ribu - Rp.1juta
6-8 bulan Botol 4 hari sekali
15 Wanita 20-23 tahun
Rp.500 ribu - Rp.1juta
> 12 bulan Botol 2 hari sekali
16 Wanita > 23 tahun Rp.500 ribu - Rp.1juta
> 12 bulan Botol 1 hari sekali
17 Wanita 20-23 tahun
Rp.500 ribu - Rp.1juta
> 12 bulan Botol 2 hari sekali
18 Pria 20-23 tahun
Rp.500 ribu - Rp.1juta
9-12 bulan Botol 4 hari sekali
19 Wanita 16-19 tahun
Rp.500 ribu - Rp.1juta
6-8 bulan Botol 2 hari sekali
20 Wanita 20-23 tahun
< Rp.500 ribu 9-12 bulan Botol 1 hari sekali
21 Wanita 20-23 tahun
> Rp.1 juta 9-12 bulan Botol 2 hari sekali
22 Pria 16-19 tahun
< Rp.500 ribu 6-8 bulan sachet 4 hari sekali
23 Wanita 20-23 tahun
Rp.500 ribu - Rp.1juta
9-12 bulan Botol 2 hari sekali
24 Pria 20-23 tahun
Rp.500 ribu - Rp.1juta
9-12 bulan Botol 4 hari sekali
25 Wanita 16-19 tahun
> Rp.1 juta 9-12 bulan Botol 2 hari sekali
26 Wanita 20-23 tahun
< Rp.500 ribu 9-12 bulan sachet 3 hari sekali
27 Wanita 20-23 tahun
Rp.500 ribu - Rp.1juta
6-8 bulan Botol 2 hari sekali
28 Wanita 20-23 tahun
Rp.500 ribu - Rp.1juta
> 12 bulan Botol 2 hari sekali
29 Pria > 23 tahun Rp.500 ribu - Rp.1juta
6-8 bulan Botol 3 hari sekali
30 Wanita 20-23 tahun
> Rp.1 juta > 12 bulan Botol 2 hari sekali
31 Wanita 16-19 tahun
Rp.500 ribu - Rp.1juta
> 12 bulan Botol 3 hari sekali
32 Wanita 20-23 tahun
Rp.500 ribu - Rp.1juta
9-12 bulan Botol 2 hari sekali
33 Wanita > 23 tahun Rp.500 ribu - Rp.1juta
6-8 bulan sachet 2 hari sekali
34 Pria 20-23 tahun
> Rp.1 juta > 12 bulan Botol 4 hari sekali
35 Wanita 16-19 tahun
Rp.500 ribu - Rp.1juta
9-12 bulan Botol 2 hari sekali
36 Pria 20-23 tahun
Rp.500 ribu - Rp.1juta
> 12 bulan Botol 3 hari sekali
37 Wanita > 23 tahun Rp.500 ribu - Rp.1juta
9-12 bulan Botol 2 hari sekali
38 Wanita 20-23 tahun
> Rp.1 juta 9-12 bulan Botol 1 hari sekali
39 Wanita > 23 tahun Rp.500 ribu - Rp.1juta
6-8 bulan Botol 3 hari sekali
40 Pria 20-23 tahun
Rp.500 ribu - Rp.1juta
9-12 bulan Botol 4 hari sekali
41 Pria 20-23 Rp.500 ribu - > 12 bulan Botol 4 hari sekali
tahun Rp.1juta 42 Wanita > 23 tahun > Rp.1 juta > 12 bulan Botol 2 hari sekali 43 Wanita 20-23
tahun Rp.500 ribu -
Rp.1juta 9-12 bulan Botol 1 hari sekali
44 Wanita 16-19 tahun
Rp.500 ribu - Rp.1juta
6-8 bulan sachet 3 hari sekali
45 Wanita 20-23 tahun
Rp.500 ribu - Rp.1juta
6-8 bulan sachet 3 hari sekali
46 Wanita 20-23 tahun
< Rp.500 ribu > 12 bulan sachet 3 hari sekali
47 Wanita 20-23 tahun
Rp.500 ribu - Rp.1juta
> 12 bulan Botol 2 hari sekali
48 Pria > 23 tahun < Rp.500 ribu > 12 bulan Botol 1 minggu sekali
49 Wanita 20-23 tahun
Rp.500 ribu - Rp.1juta
9-12 bulan Botol 2 hari sekali
50 Wanita 16-19 tahun
Rp.500 ribu - Rp.1juta
9-12 bulan Botol 2 hari sekali
51 Wanita 16-19 tahun
Rp.500 ribu - Rp.1juta
6-8 bulan Botol 1 hari sekali
52 Wanita 20-23 tahun
Rp.500 ribu - Rp.1juta
9-12 bulan Botol 1 hari sekali
53 Pria 20-23 tahun
> Rp.1 juta > 12 bulan Botol 4 hari sekali
54 Wanita 16-19 tahun
Rp.500 ribu - Rp.1juta
> 12 bulan Botol 2 hari sekali
55 Wanita 20-23 tahun
Rp.500 ribu - Rp.1juta
9-12 bulan Botol 3 hari sekali
56 Wanita > 23 tahun Rp.500 ribu - Rp.1juta
6-8 bulan Botol 1 hari sekali
57 Wanita 20-23 tahun
> Rp.1 juta 6-8 bulan Botol 1 hari sekali
58 Wanita 16-19 tahun
Rp.500 ribu - Rp.1juta
9-12 bulan Botol 1 hari sekali
59 Pria 16-19 tahun
Rp.500 ribu - Rp.1juta
> 12 bulan Botol 4 hari sekali
60 Wanita 20-23 tahun
Rp.500 ribu - Rp.1juta
9-12 bulan Botol 2 hari sekali
61 Wanita 20-23 tahun
< Rp.500 ribu 9-12 bulan Botol 2 hari sekali
62 Pria 20-23 tahun
> Rp.1 juta 6-8 bulan Botol 3 hari sekali
63 Wanita 16-19 tahun
Rp.500 ribu - Rp.1juta
9-12 bulan Botol 2 hari sekali
64 Pria 20-23 > Rp.1 juta 9-12 bulan Botol 3 hari sekali
tahun 65 Wanita 16-19
tahun Rp.500 ribu -
Rp.1juta 6-8 bulan Botol 3 hari sekali
66 Wanita 16-19 tahun
< Rp.500 ribu 6-8 bulan Botol 3 hari sekali
67 Wanita 20-23 tahun
Rp.500 ribu - Rp.1juta
9-12 bulan Botol 2 hari sekali
68 Pria > 23 tahun Rp.500 ribu - Rp.1juta
6-8 bulan Botol 4 hari sekali
69 Wanita 20-23 tahun
Rp.500 ribu - Rp.1juta
9-12 bulan sachet 2 hari sekali
70 Wanita 20-23 tahun
Rp.500 ribu - Rp.1juta
> 12 bulan Botol 1 hari sekali
71 Wanita 16-19 tahun
> Rp.1 juta 9-12 bulan Botol 1 hari sekali
72 Wanita 16-19 tahun
< Rp.500 ribu 9-12 bulan Botol 2 hari sekali
73 Pria 16-19 tahun
> Rp.1 juta 6-8 bulan Botol 4 hari sekali
74 Pria 20-23 tahun
Rp.500 ribu - Rp.1juta
9-12 bulan Botol 4 hari sekali
75 Wanita > 23 tahun Rp.500 ribu - Rp.1juta
> 12 bulan Botol 3 hari sekali
76 Wanita 20-23 tahun
< Rp.500 ribu 9-12 bulan sachet 2 hari sekali
77 Wanita > 23 tahun Rp.500 ribu - Rp.1juta
> 12 bulan Botol 2 hari sekali
78 Wanita 20-23 tahun
Rp.500 ribu - Rp.1juta
6-8 bulan Botol 2 hari sekali
79 Wanita 20-23 tahun
Rp.500 ribu - Rp.1juta
6-8 bulan Botol 2 hari sekali
80 Pria > 23 tahun Rp.500 ribu - Rp.1juta
9-12 bulan Botol 4 hari sekali
81 Wanita 20-23 tahun
> Rp.1 juta > 12 bulan Botol 2 hari sekali
82 Wanita 16-19 tahun
< Rp.500 ribu 6-8 bulan Botol 4 hari sekali
83 Wanita 20-23 tahun
Rp.500 ribu - Rp.1juta
9-12 bulan Botol 2 hari sekali
84 Pria 20-23 tahun
Rp.500 ribu - Rp.1juta
9-12 bulan Botol 3 hari sekali
85 Wanita > 23 tahun Rp.500 ribu - Rp.1juta
6-8 bulan Botol 1 hari sekali
86 Wanita 20-23 tahun
Rp.500 ribu - Rp.1juta
9-12 bulan sachet 3 hari sekali
87 Pria 16-19 tahun
< Rp.500 ribu > 12 bulan Botol 3 hari sekali
88 Wanita > 23 tahun Rp.500 ribu - Rp.1juta
9-12 bulan Botol 2 hari sekali
89 Wanita 20-23 tahun
> Rp.1 juta 6-8 bulan Botol 2 hari sekali
90 Wanita 16-19 tahun
Rp.500 ribu - Rp.1juta
9-12 bulan sachet 2 hari sekali
91 Pria 16-19 tahun
Rp.500 ribu - Rp.1juta
6-8 bulan Botol 1 minggu sekali
92 Wanita 20-23 tahun
Rp.500 ribu - Rp.1juta
6-8 bulan Botol 1 hari sekali
93 Wanita 16-19 tahun
Rp.500 ribu - Rp.1juta
> 12 bulan Botol 2 hari sekali
94 Pria 20-23 tahun
< Rp.500 ribu > 12 bulan Botol 3 hari sekali
95 Pria > 23 tahun > Rp.1 juta > 12 bulan Botol 3 hari sekali 96 Pria 20-23