Top Banner
PENGARUH KAPUR KALSIT DAN PUPUK NPK TERHADAP KECERNAAN Pennisetum polystachion SECARA IN VITRO SKRIPSI OLEH DESI PUSPITA E10014059 FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS JAMBI 2018
62

PENGARUH KAPUR KALSIT DAN PUPUK NPK ...repository.unja.ac.id/5283/1/PENGARUH KAPUR KALSIT DAN...PENGARUH KAPUR KALSIT DAN PUPUK NPK TERHADAP KECERNAAN Pennisetum polystachion SECARA

Jan 02, 2020

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: PENGARUH KAPUR KALSIT DAN PUPUK NPK ...repository.unja.ac.id/5283/1/PENGARUH KAPUR KALSIT DAN...PENGARUH KAPUR KALSIT DAN PUPUK NPK TERHADAP KECERNAAN Pennisetum polystachion SECARA

PENGARUH KAPUR KALSIT DAN PUPUK NPK TERHADAP

KECERNAAN Pennisetum polystachion

SECARA IN VITRO

SKRIPSI

OLEH

DESI PUSPITA

E10014059

FAKULTAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS JAMBI

2018

Page 2: PENGARUH KAPUR KALSIT DAN PUPUK NPK ...repository.unja.ac.id/5283/1/PENGARUH KAPUR KALSIT DAN...PENGARUH KAPUR KALSIT DAN PUPUK NPK TERHADAP KECERNAAN Pennisetum polystachion SECARA

PENGARUH KAPUR KALSIT DAN PUPUK NPK TERHADAP

KECERNAAN Pennisetum polystachion

SECARA IN VITRO

Desi Puspita ( E10014059), dibawah bimbingan

Dr. Ir. A. Rahman Sy, M.Sc1)

dan Dr. Rahmi Dianita, S.Pt., M.Sc2)

Keyword : Pennisetum polystachion, pupuk NPK, kapur kalsit, kecernaan in vitro

Keterangan : 1)

Pembimbing Utama

2)

Pembimbing Pendamping

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian kapur

kalsit dan pupuk NPK serta interaksi keduanya terhadap kecernaan bahan kering

dan bahan organik pada P. polystachion. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah

Kaca dan Laboratorium Fakultas Peternakan Universitas Jambi mulai dari

Desember 2017 sampai April 2018. Rancangan percobaan yang digunakan adalah

Rancangan Acak Lengkap (RAL) Pola Faktorial dengan 2 perlakuan dan 4

ulangan. Perlakuan terdiri atas Kapur Kalsit dan pupuk NPK. Kapur kalsit terdiri

dari K0 = 0 ton/ha, K1= 1,2 ton/ha setara 6 g/polybag. Sedangkan Pupuk NPK

terdiri dari P0 = 0 kg/ha, P1= 150 kg/ha setara 0,75 g/polybag, P2 = 300 kg/ha

setara 1,5 g/polybag, P3= 450 kg/ha setara 2,25 g/polybag. Peubah yang diamati

meliputi bobot bahan kering, kecernaan bahan kering dan bahan organik. Hasil

analisis ragam menunjukkan bahwa kapur kalsit memberikan pengaruh tidak

nyata (P>0,05) terhadap bobot bahan kering, kecernaan bahan kering dan bahan

organik. Namun pupuk NPK berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap bobot bahan

kering dan berpengaruh tidak nyata (P>0,05) terhadap kecernaan bahan kering

dan bahan organik. Interaksi keduanya menunjukkan bahwa rumput Pennisetum

polyschion memberikan pengaruh yang nyata (P<0,05) terhadap bobot bahan

kering, kecernaan bahan kering dan bahan organik secara in vitro dalam bentuk

produksi bahan kering dan bahan organik tercerna. Berdasarkan hasil penelitian

dapat disimpulkan bahwa pemberian kapur kalsit, belum mampu meningkatkan

bobot bahan kering, kecernaan bahan kering dan bahan organik. Pupuk NPK

mampu meningkatkan bobot bahan kering, kecernaan bahan kering dan bahan

organik dalam bentuk produksi bahan kering dan bahan organik tercerna. Interaksi

keduanya menunjukkan bahwa pada taraf 300 kg/ha mampu meningkatkan bobot

bahan kering, kecernaan bahan kering dan bahan organik dalam bentuk produksi

bahan kering dan bahan organik tercerna.

Page 3: PENGARUH KAPUR KALSIT DAN PUPUK NPK ...repository.unja.ac.id/5283/1/PENGARUH KAPUR KALSIT DAN...PENGARUH KAPUR KALSIT DAN PUPUK NPK TERHADAP KECERNAAN Pennisetum polystachion SECARA

PENGARUH KAPUR KALSIT DAN PUPUK NPK TERHADAP

KECERNAAN Pennisetum polystachion

SECARA IN VITRO

OLEH

DESI PUSPITA

E10014059

Telah Diuji Di Hadapan Tim Penguji

Pada Hari Kamis, tanggal 26 Juli 2018, dan dinyatakan Lulus

Ketua : Dr. Ir. A. Rahman Sy, M.Sc

Sekretaris : Dr. Rahmi Dianita, S.Pt, M.Sc

Anggota : 1. Dr. Ir. Hutwan Syarifudin, MP

2. Ir. Ahmad Yani, MP

3. Dr. Sc. Agr. Ir. H. Teja Kaswari, M.Sc

Menyetujui

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Dr. Ir. A. Rahman Sy, M.Sc Dr. Rahmi Dianita, S.Pt,

M.Sc

NIP. 19590213 198503 1 004 NIP. 19710525 199708 2 001

Mengetahui

Wakil Dekan 1 Ketua Jurusan/Program Studi

Dr. Sc. Agr. Ir. H. Teja Kaswari, M.Sc Dr. Ir. Endri Musnandar, M.S

NIP. 19661215 199203 1 002 NIP. 19590926 198603 1 004

Page 4: PENGARUH KAPUR KALSIT DAN PUPUK NPK ...repository.unja.ac.id/5283/1/PENGARUH KAPUR KALSIT DAN...PENGARUH KAPUR KALSIT DAN PUPUK NPK TERHADAP KECERNAAN Pennisetum polystachion SECARA

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul ‘’Pengaruh

Kapur Kalsit dan Pupuk NPK terhadap Kecernaan Pennisetum polystachion

secara In Vitro’’ adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk

apapun kepada perguruan tinggi negeri manapun. Sumber informasi yang berasal

atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak dterbitkan dari penulis lain

sudah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di

bagian akhir skripsi ini sesuai dengan kaidah penulisan ilmiah yang berlaku.

Jambi , September 2018

Desi Puspita

Page 5: PENGARUH KAPUR KALSIT DAN PUPUK NPK ...repository.unja.ac.id/5283/1/PENGARUH KAPUR KALSIT DAN...PENGARUH KAPUR KALSIT DAN PUPUK NPK TERHADAP KECERNAAN Pennisetum polystachion SECARA

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Curup pada tanggal 04 Agustus 1996,

sebagai anak kedua dari dua bersaudara dari pasangan Suki

dan Samidar. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar SD

Negeri 221/III Koto Lanang pada tahun 2008, pendidikan

menengah pertama di SMP Negeri 9 Kerinci pada tahun

2011, dan pendidikan menengah atas di SMA Negeri 13

Kerinci pada tahun 2014.

Pada tahun 2014 penulis diterima sebagai mahasiswa di program studi Peternakan

Fakultas Peternakan Universitas Jambi melalui jalur Seleksi Nasional Masuk

Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Pada bulan Juli 2017, penulis mengikuti

Kuliah Kerja Nyata PPM TEMATIK dengan tema Pengembangan Ekowisata di

Desa Jernih, Kecamatan Air Hitam, Kabupaten Sarolangun, Provinsi Jambi.

Page 6: PENGARUH KAPUR KALSIT DAN PUPUK NPK ...repository.unja.ac.id/5283/1/PENGARUH KAPUR KALSIT DAN...PENGARUH KAPUR KALSIT DAN PUPUK NPK TERHADAP KECERNAAN Pennisetum polystachion SECARA

6

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadiran Tuhan yang Maha Esa, atas

berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

‘’Pengaruh Pemberian Kapur Kalsit dan Pupuk NPK Pennisetum polystachion

terhadap Kecernaan Bahan Kering dan Bahan Organik secara In vitro’’. Skripsi

ini merupakan persyaratan akademik untuk menyelesaikan pendidikan Strata Satu

(S1) pada Program Studi Peternakan Fakultas Peternakan Universitas Jambi.

Penulis menyadari bahwa dalam proses penyelesaian skripsi ini telah

melibatkan berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung yang

telah memberikan kontribusi dalam penelitian dan penyelesaian penulisan skripsi.

Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa hormat

dan ucapan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah berkenan membantu

penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, yaitu: Ucapan terimakasih yang sebesar-

besarnya saya sampaikan kepada kedua orang terhebat dalam hidup saya yaitu

Ayahanda Suki dan Ibunda Samidar yang selalu melimpahkan kasih sayang,

perhatian, motivasi, dukungan, semangat, doa dan juga memberikan kontribusi

materi terhadap pendidikan saya sehingga dapat menyelesaikan studi S1. Kepada

kakak terhebat saya yaitu Alpiandi yang selalu memberikan saya semangat,

motivasi dan dukungan yang tak henti-hentinya. Kepada Ir. Darlis M.sc., Ph.D.

selaku pembimbing akademik sekaligus farm experience yang telah banyak

memberikan bimbingan, arahan, dorongan dan motivasi serta diskusi yang

berharga yang diberikan mulai dari awal perkuliahan hingga penulisan skripsi.

Kepada Dr. Ir. A. Rahman Sy, M.sc selaku pembimbing utama yang telah banyak

memberikan bimbingan, arahan, doronggan dan motivasi serta diskusi yang

berharga yang diberikan mulai penyusunan usulan penelitian hingga penulisan

skripsi. Kepada Dr. Rahmi Dianita, S.Pt., M.sc selaku pembimbing pendamping

yang telah banyak memberikan bimbingan, arahan, dorongan dan motivasi serta

diskusi yang berharga yang diberikan mulai penyusunan usulan penelitian hingga

penulisan skripsi. Ucapan terimakasih kepada Dekan Fakultas Peternakan dan

jajarannya serta seluruh dosen yang telah memberikan bekal ilmu selama

perkuliahan di Fakultas Peternakan Universitas Jambi. Ucapan terimakasih

Page 7: PENGARUH KAPUR KALSIT DAN PUPUK NPK ...repository.unja.ac.id/5283/1/PENGARUH KAPUR KALSIT DAN...PENGARUH KAPUR KALSIT DAN PUPUK NPK TERHADAP KECERNAAN Pennisetum polystachion SECARA

7

kepada keluarga besar saya yang selalu memberikan arahan yang tak henti-

hentinya sampai saya bisa menyelesaikan skripsi ini. Ucapan terimakasih kepada

sahabat kecil saya yaitu Prettya Recha Desal Piorha A.Md dan Novinda yang

selalu memberikan semangat dan motivasi. Ucapan terimakasih kepada Fitri

Duwita, Deses Suprianti dan Nisfi Dwi Hamzah sebagai rekan satu tim. Ucapan

terimakasih kepada Novie Setya Syahfitri dan Elisya Sahfitri, Khoiratunnisa,

Ilham saputra yang turut membantu dalam penelitian ini sampai selesai

terimakasih juga untuk pengalaman yang kalian berikan selama penelitian

berlangsung. Ucapan terimakasih kepada teman-teman seperjuangan kelas B

angkatan 2014, keluarga cabeh, keluarga KKN ekowisata Sarolangun yang telah

memberikan motivasi dan sarannya. Ucapan terimakasih kepada Kos 70 Minda

Mustika, Nia Afrelia, Luci Citra Yulia, Listyowati, Almustari dan Putri Bungsu

sebagai teman seperjuangan dalam satu rumah. Serta semua pihak yang turut

membantu saya selama saya menuntut lmu di Univeritas Jambi.

Penulis berharap skripsi ini bisa bermanfaat bagi pembaca dan

memberikan informasi dan ilmu yang dapat di aplikasikan nantinya, ataupun

dapat digunakan untuk penelitian selanjutnya. Penulis juga menyadari bahwa

skripsi ini masih jauh dari sempurna, mengingat kurangnya kemampuan dan

pengetahuan penulis. Oleh karena itu saran dan kritik dari pembaca yang bersifat

membangun, sangat penulis harapkan. Akhir kata, penulis mengharapkan semoga

skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak dan juga dapat

menambah pengetahuan pembaca.

Jambi, Juli 2018

Desi Puspita

Page 8: PENGARUH KAPUR KALSIT DAN PUPUK NPK ...repository.unja.ac.id/5283/1/PENGARUH KAPUR KALSIT DAN...PENGARUH KAPUR KALSIT DAN PUPUK NPK TERHADAP KECERNAAN Pennisetum polystachion SECARA

8

DAFTAR ISI

Halaman

PRAKATA i

DAFTAR ISI iii

DAFTAR TABEL v

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vii

Bab I. Pendahuluan 1

1.1. Latar Belakang 1

1.2. Tujuan 2

1.3. Manfaat 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4

2.1. Deskripsi Rumput Pennisetum polystachion 4

2.2. Tanah Ultisol 5

2.3 Peranan Pengapuran 6

2.4 Peranan Pupuk NPK Terhadap Kecernaan Rumput 7

2.5 Kecernaan In vitro 8

BAB III. METOLOGI PENELITIAN 11

3.1. Tempat dan Waktu 11

3.2. Materi dan Peralatan 10

3.3. Metode Penelitian 11

3.3.1. Persiapan Perlakuan dan Bahan Analisis Kecernaan 11

3.3.2. Prosedur Analisis Kecernaan In Vitro 13

3.4. Rancangan Percobaan 14

3.5. Peubah yang diamati 15

3.6. Analisis Data 16

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 17

4.1. Bobot Kering Hijauan 17

Page 9: PENGARUH KAPUR KALSIT DAN PUPUK NPK ...repository.unja.ac.id/5283/1/PENGARUH KAPUR KALSIT DAN...PENGARUH KAPUR KALSIT DAN PUPUK NPK TERHADAP KECERNAAN Pennisetum polystachion SECARA

9

4.2. Kecernaan Bahan Kering 18

4.3. Kecernaan Bahan Organik 21

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN 24

5.1. Kesimpulan 24

5.2. Saran 24

DAFTAR PUSTAKA 25

LAMPIRAN 29

Page 10: PENGARUH KAPUR KALSIT DAN PUPUK NPK ...repository.unja.ac.id/5283/1/PENGARUH KAPUR KALSIT DAN...PENGARUH KAPUR KALSIT DAN PUPUK NPK TERHADAP KECERNAAN Pennisetum polystachion SECARA

10

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel

1. Rataan bobot bahan kering hijauan pada rumput Pennisetum polystachion

dengan pemberian kapur kalsit dan pupuk NPK 17

2. Rataan hasil kecernaan bahan kering pada rumput P. polystachion

dengan pemberian kapur dan pupuk NPK secara in vitro 19

3. Rataan hasil kecernaan bahan organik pada rumput P. polystachion

dengan pemberian kapur kalsit dan pupuk NPK secara in vitro

Page 11: PENGARUH KAPUR KALSIT DAN PUPUK NPK ...repository.unja.ac.id/5283/1/PENGARUH KAPUR KALSIT DAN...PENGARUH KAPUR KALSIT DAN PUPUK NPK TERHADAP KECERNAAN Pennisetum polystachion SECARA

11

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar

1. Pengaruh pemberian kapur kalsit dan pupuk NPK terhadap

produksi bahan kering tercerna rumput P. polystachion. 20

2. Pengaruh pemberian kapur kalsit dan pupuk NPK terhadap

produksi bahan organik tercerna rumput P. polystachion. 22

Page 12: PENGARUH KAPUR KALSIT DAN PUPUK NPK ...repository.unja.ac.id/5283/1/PENGARUH KAPUR KALSIT DAN...PENGARUH KAPUR KALSIT DAN PUPUK NPK TERHADAP KECERNAAN Pennisetum polystachion SECARA

12

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran

1. Denah Letak Seluruh Unit Penelitian 29

2. Perhitungan Dosis Kapur Kalsit (Hardjowigeno, 1987) 30

3. Hasil Analisa pH Tanah Sebelum dan Sesudah diberi Kapur Kalsit 30

4. Perhitungan Dosis Pupuk NPK 30

5. Perhitungan 16 % Pupuk N, P, K dengan Dosis 150, 300,450 kg/ha 31

6. Rataan Bobot Kering Hijaun 32

7. Tabel Dua Arah Bobot Kering Hijauan 33

8. Analisis Ragam Bobot Kering Hijauan 34

9. Rataan Kecernaan Bahan Kering (%) 35

10. Tabel Dua Arah Kecernaan bahan kering (%) 36

11. Analisis Ragam Kecernaan Bahan Kering 37

12. Produksi Bahan Kering Tercerna(g) 37

13. Tabel Dua Arah Produksi bahan kering Tercerna (g) 38

14. Analisis Ragam Produksi Bahan Kering Tercerna 38

15. Rataan Kecernaan Bahan Organik (%) 40

16. Tabel Dua Arah Kecernaan Bahan Organik (%) 41

17. Analisis Ragam Kecernaan Bahan Organik 42

18. Rataan Produksi Bahan Organik Tercerna (g) 42

19. Tabel Dua Arah Produksi Bahan Organik Tercerna 43

20. Analisis Ragam Produksi Bahan Organik Tercerna 44

Page 13: PENGARUH KAPUR KALSIT DAN PUPUK NPK ...repository.unja.ac.id/5283/1/PENGARUH KAPUR KALSIT DAN...PENGARUH KAPUR KALSIT DAN PUPUK NPK TERHADAP KECERNAAN Pennisetum polystachion SECARA

13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Hijauan merupakan sumber makanan utama ternak ruminansia untuk dapat

memenuhi kebutuhan hidup pokok, berproduksi, dan berkembang biak. Usaha

mendapatkan produksi yang optimal dari ternak ruminansia adalah tersedianya

hijauan makanan ternak secara kontinu baik kuantitas maupun kualitasnya.

Salah satu hijauan pakan yang potensial dan sering dijumpai yaitu rumput

Pennisetum polystachion (L.) Shult. Rumput ini lebih menyukai curah hujan yang

tinggi, tetapi mampu mentolerir musim kemarau pendek, beradaptasi dengan baik

pada berbagai macam tanah dari tanah berpasir sampai tanah liat yang sering

tergenang air. Rumput ini juga resistan terhadap kebakaran, dan juga seringkali

digunakan sebagai pengendali erosi terutama pada lahan-lahan miring) (Mishra

and Sandhya, 1996)

Kesuburan tanah merupakan faktor yang perlu diperhatikan untuk

menghasilkan pertumbuhan dan produksi tanaman pakan yang baik. Di Indonesia,

terdapat banyak jenis tanah dengan tingkat kesuburan yang berbeda. Salah

satunya tanah ultisol. Tanah ini banyak terdapat di Indonesia termasuk Provinsi

Jambi. Menurut (Hardjowigeno, 2010) tanah ultisol yang tersebar di Indonesia

yaitu 45.794.000 ha atau sekitar 25 % dari total luas daratan Indonesia. Namun

demikian, tanah ini mempunyai reaksi tanah yang masam dengan unsur hara yang

rendah, sehingga perlu dilakukan pengapuran dan pemupukan.

Tindakan pengapuran merupakan salah satu alternatif yang dapat

dilakukan untuk mengatasi kesuburan tanah. Pengapuran dapat meningkatkan pH

tanah seperti kapur kalsit. Kapur kalsit memiliki beberapa unsur hara yang

terkandung di dalamnya seperti CaCO3 90% dan CaO 55,20%, MgO 7,89%,

Fe2O3 0,10%, dan Al2O3 0,08% (CV. Lintang Mas Agro). Ini artinya dengan

tersedianya kandungan CaCO3 dan CaO yang tinggi maka dapat menetralkan pH

yang rendah dan meningkatkan ketersediaan unsur hara di dalam tanah serta dapat

menekan kelarutan unsur-unsur yang meracuni tanaman. Pemupukan merupakan

penambahan bahan organik dan anorganik yang digunakan untuk memperbaiki

Page 14: PENGARUH KAPUR KALSIT DAN PUPUK NPK ...repository.unja.ac.id/5283/1/PENGARUH KAPUR KALSIT DAN...PENGARUH KAPUR KALSIT DAN PUPUK NPK TERHADAP KECERNAAN Pennisetum polystachion SECARA

14

kesuburan tanah agar tanah menjadi subur. Oleh karena itu, pemupukan pada

umumnya dapat diartikan sebagai penambahan zat hara ke dalam tanah (Fort,

1990).

Pupuk NPK merupakan pupuk majemuk yang mengandung lebih dari satu

unsur hara. Pupuk NPK disebut juga pupuk lengkap, umumnya masing-masing

kandungan unsur hara dalam NPK berkadar rendah. (Setyamidjaja, 1986)

menyatakan bahwa pupuk NPK mengandung unsur hara Nitrogen 15% dalam

bentuk NH3, Fosfor 15% dalam bentuk P2O5 dan Kalium 15% dalam bentuk K2O.

Menurut Alwi (2017) peningkatan tinggi tanaman, jumlah anakan, jumlah daun

dan luas daun rumput gajah liar (P. polystachion) menunjukkan bahwa rumput ini

memiliki respon yang cukup baik terhadap pemupukan NPK. Dengan makin

tersedianya unsur hara tersebut dapat memicu pertumbuhan dan perkembangan

tanaman yang selanjutnya bisa berpengaruh pada kualitas atau nilai gizi rumput.

Penilaian kualitas hijauan makanan ternak tidak cukup hanya didasarkan

dengan melihat pada kandungan zat makanan saja. Menilai kualitas hijauan

makanan ternak disamping kandungan zat makanannya, lebih tepat dievaluasi

dengan melihat seberapa besar zat makanan tersebut dapat dicerna oleh ternak

(Tilman et al., 1986). Menurut Mcllroy (1977) penetapan nilai gizi hijauan

didasarkan pada susunan kimia dan nilai cerna. Menurut Wilson (1984) pengaruh

pupuk terhadap kecernaan bahan kering hijauan tidak konsisten, bisa berpengaruh

positif atau negatif atau tidak berpengaruh sama sekali. Hal ini disebabkan oleh

nilai gizi tanaman pakan dipengaruhi oleh fase pertumbuhan pada saat

pemotongan, keadaan sekeliling dan pemupukan Mcllroy (1977). Evaluasi nilai

kecernaan pakan salah satunya dapat dilakukan melalui percobaan kecernaan

secara in vitro.

Page 15: PENGARUH KAPUR KALSIT DAN PUPUK NPK ...repository.unja.ac.id/5283/1/PENGARUH KAPUR KALSIT DAN...PENGARUH KAPUR KALSIT DAN PUPUK NPK TERHADAP KECERNAAN Pennisetum polystachion SECARA

15

1.2. Tujuan penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh dari pemberian

kapur Kalsit dan pupuk NPK terhadap kecernaan bahan kering dan bahan organik

pada P. polystachion.

1.3 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang bagaimana

pengaruh kapur Kalsit dan pupuk NPK terhadap kecernaan bahan kering dan

bahan organik pada P. polystachion.

Page 16: PENGARUH KAPUR KALSIT DAN PUPUK NPK ...repository.unja.ac.id/5283/1/PENGARUH KAPUR KALSIT DAN...PENGARUH KAPUR KALSIT DAN PUPUK NPK TERHADAP KECERNAAN Pennisetum polystachion SECARA

16

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Deskripsi Rumput (Pennisetum polystachion)

Rumput P. polystachion (L.) Shult atau dikenal dengan nama mission

grass,thin napier atau pennisetum berbulu (feathery pennisetum) adalah rumput

yang membentuk rumpun, berumur panjang dan dapat tumbuh 2-3 meter. Rumput

ini menghasilkan malai bunga yang berwarna kekuningan atau kecoklatan selama

akhir musim panas dan musim gugur dan mati kembali pada musim kemarau.

Rumput ini diyakini berasal dari Afrika tropis dan Afrika subtropis (Ethiopia,

Afrika barat tropis dan selatan ke Mozambik) dan Asia tropis (India,

Semenangjung Malaya, Indo-Cina, Indonesia dan Filipina) (Parsons and

Cuthbertson, 2001: Miller, 2006). Rumput ini juga dikenal dengan nama-nama

lokal, seperti Rumput jurig (sunda) Rumput ekor kucing, Rumput berus kuning

(malaysia) dan yaa khachyon chop (Thailand) (Tjitrosoedirjo,1990).

P. polystachion (L.) Shult dicirikan dengan rumput yang tegak, berbulu dan

merupakan rumput perennial berkembang biak dengan biji atau pun dengan

sobekan rumpun. Batang Rumput ini berbentuk bulat, beralur dan banyak

bercabang serta ruas dekat ke permukaan tanah biasanya memiliki akar. Daun

berbentuk linear sedikit agak luas, bervariasi dalam ukuran dan biasanya berbulu

dengan panjang sekitar 10-20 cm dan lebar 0.5-15 cm dan memiliki ujung daun

yang kasar untuk disentuh. Lidah daun (ligule) berwarna putih, perbungaan

(inflorescence) terdiri dari tangkai bunga yang ramping, berwarna keunguan atau

kuning pucat dengan panjang 5-25 cm dan lebar 2-3 cm tetapi biasanya lebih

panjang atau lebih luas. Spikelet berbentuk langsing dan dikelilingi oleh banyak

bulu dengan panjang 1,5-2,5 cm (Akobundu and Agyakwa, 1998).

Rumput ini pertama kali diperkenalkan di Australia pada tahun 1940-an

dan 1950-an, tetapi tidak banyak dikembangkan sampai tahun 1970-an (Miller,

2006). P. polystachion dikenal juga sebagai gulma yang umum di pinggir jalan

yang juga menyerang tanaman musim panas, padang rumput dan komunitas

tanaman asli di daerah pesisir utara Australia. Spesies ini sering tumbuh dengan

gamba grass (Cenchrus ciliaris). Setelah dikembangkan sebagai salah satu pakan

Page 17: PENGARUH KAPUR KALSIT DAN PUPUK NPK ...repository.unja.ac.id/5283/1/PENGARUH KAPUR KALSIT DAN...PENGARUH KAPUR KALSIT DAN PUPUK NPK TERHADAP KECERNAAN Pennisetum polystachion SECARA

17

ternak, rumput ini memiliki keunggulan kompetitif atas rumput berumur pendek

dan menggantikan spesies asli, karena kemampuannya untuk berkompetisi yang

tinggi. Rumput ini secara signifikan mendominasi lahan dan apabila terjadi

kebakaran sangat panas yang dapat menyebabkan kematian pohon dan mengubah

komunitas savana alam menjadi padang rumput eksotis (Miller, 2006: Navie and

Adkins, 2007). Di Thailand dan Austalia Utara, rumput ini telah lama

berkembang, menyebar di sepanjang pinggir jalan menuju habitat pertanian,

kadang-kadang masuk ke taman nasional dan cagar alam, mengurangi

keanekaragaman spesies dan sangat meningkatkan risiko kebakaran. Di Indonesia

P. polystachion pertama kali diamati oleh para ilmuan dari Bogor Balai

Penelitian Tanaman Perkebunan di dalam perkebunan di Subang, Purwakarta dan

Pondok Gede, Bogor pada tahun1972 dan sekarang rumput ini menyebar secara

luas di seluruh Indonesia. Rumput ini ditemukan pada daerah-daerah dengan

ketinggian sampai 900 m di atas permukaan laut. Pertumbuhan kembali dapat

terjadi dari tunas-tunas dorman terletak area rumpun dan dari buku ruas yang

terdapat pada batang, tunas-tunas aktif sebagai tempat penyimpanan digunakan

untuk mempertahankan diri dari tindakan pengendalian gulma baik secara biologi

maupun kimia dan terhadap kondisi iklim yang tidak menguntungkan

(Tjitrsoedirjo,1990; Lee, 1988).

Nilai gizi P. polystachion (L.) Shult umumnya dianggap hanya dalam

jumlah sedang (Majumdar & Roy 1968). Kandungan nutrisi 27,1 % CF, 40,8 %

NFE, 0,31 % Ca dan 0,22 %. Produksi benih baik dan hasil yang tinggi dari 417

kg / ha benih yang tidak bersih yang mengandung 16-27 % caryop telah diperoleh

di India (Mishra and Chatterje , 1968) menyatakan pupuk N dan P diterima dalam

jumlah sedang. Pemotongan rumput untuk pakan ternak di awal musim dapat

mengurangi hasil panen dari 128 kg/ha sampai 240 kg / ha kg yang tidak diberi

pupuk.

Page 18: PENGARUH KAPUR KALSIT DAN PUPUK NPK ...repository.unja.ac.id/5283/1/PENGARUH KAPUR KALSIT DAN...PENGARUH KAPUR KALSIT DAN PUPUK NPK TERHADAP KECERNAAN Pennisetum polystachion SECARA

18

2.2 Tanah Ultisol

Tanah ultisol termasuk bagian terluas dari lahan kering yang ada di

Indonesia yaitu 45.794.000 ha atau sekitar 25 % dari total luas daratan Indonesia.

Namun demikian, tanah ultisol ini memiliki kandungan bahan organik yang

sangat rendah sehingga memperlihatkan warna tanahnya berwarna merah

kekuningan, reaksi tanah yang masam, kejenuhan basa yang rendah, kadar Al

yang tinggi, dan tingkat produktivitas yang rendah. Tekstur tanah ini adalah liat

hingga liat berpasir, bulk density yang tinggi antara 1.3-1.5 g/cm3. Tanah ini

memiliki unsur hara makro seperti fosfor dan kalium yang sering kahat dan

merupakan sifat-sifat tanah ultisol yang sering menghambat pertumbuhan

tanaman (Hardjowigeno, 2010). Walaupun tanah ultisol sering diidentikkan

dengan tanah yang tidak subur, karena mengandung bahan organik yang rendah,

nutrisi rendah dan pH rendah (kurang dari 5,5) tetapi sesungguhnya bisa

dimanfaatkan untuk lahan pertanian potensial jika dilakukan pengelolaan yang

memperhatikan kendala yang ada (Munir, 1996).

Tanah ultisol umumnya peka terhadap erosi serta mempunyai pori aerasi

dan indeks stabilitas rendah sehingga tanah mudah menjadi padat. Akibatnya

pertumbuhan akar tanaman terhambat karena daya tembus akar ke dalam tanah

menjadi berkurang. Bahan organik selain dapat meningkatkan kesuburan tanah

juga mempunyai peran penting dalam memperbaiki sifat fisik tanah. Bahan

organik dapat meningkatkan agregasi tanah, memperbaiki aerasi dan perkolasi,

serta membuat struktur tanah menjadi lebih lemah dan mudah diolah (Subowo,

2012) Tanah masam berkadar Al tinggi mempunyai kendala fisik maupun kimia

yang menghambat pertumbuhan tanaman. Namun demikian apabila dilakukan

penanganan dengan baik, akan dapat menjadi tanah produktif yaitu dengan

pemupukan dan pengapuran (Rochayati et al., 2011).

Problema tanah ultisol termasuk oksisol adalah reaksi tanah yang masam,

kandungan Al yang tinggi, unsur hara rendah, sehingga diperlukan pengapuran

dan pemupukan serta pengelolaan yang baik agar tanah menjadi produktif dan

tidak rusak (Hardjowigeno, 2010).

Page 19: PENGARUH KAPUR KALSIT DAN PUPUK NPK ...repository.unja.ac.id/5283/1/PENGARUH KAPUR KALSIT DAN...PENGARUH KAPUR KALSIT DAN PUPUK NPK TERHADAP KECERNAAN Pennisetum polystachion SECARA

19

2.3 Peranan Pengapuran

Pengapuran adalah suatu cara untuk menaikkan pH tanah dan meniadakan

keracunan Al, sehingga ketersediaan P dan serapan hara tanaman dapat

ditingkatkan. Secara umum pemberian kapur ke dalam tanah dapat memperbaiki

sifat kimia, fisika, dan biologi tanah. Ditinjau dari sudut kimia, maka tujuan

pengapuran adalah mengurangi kemasaman tanah, serta meningkatkan

ketersediaan unsur-unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman. Dalam

hubungannya dengan ketersediaan P bagi tanaman, beberapa hasil penelitian

menyatakan bahwa keracunan Al dan kekurangan P merupakan faktor yang tidak

bebas. Pengaruh P baru terlihat setelah keracunan Al dapat teratasi setelah

pemberian kapur. Para ahli berpendapat bahwa pengaruh kapur terhadap

ketersediaan P lebih banyak berperan dalam mendorong kemampuan tanaman

untuk menyerap P dan hara lainnya dari pada penyediaan P itu sendiri.

Kamprath, 1970) merekomendasikan cara penentuan kebutuhan kapur

untuk tanah tropik berdasarkan Al yang dapat dipertukarkan (Al-dd). Dalam hal

ini tanah tropik adalah tanah mineral yang telah tercuci hebat, seperti Oxisol dan

Ultisol. Selanjutnya, bila jumlah kebutuhan kapur berdasarkan Al-dd ini dikaitkan

dengan kebutuhan tanah, maka Setiono (1982) membuat rumus kebutuhan kapur

seperti berikut :

1. Untuk menaikkan pH tanah menjadi 6.0 kebutuhan kapur adalah 2.1 × Al-

dd atau sama dengan 2.1 ton CaCO3/ha, tiap 1 me A l/100 g.

2. Untuk menaikkan pH tanah menjadi 5.5 kebutuhan kapur adalah 1.5 × Al-

dd atau sama dengan 1.5 ton CaCO3/ha, tiap 1 me Al/100 g.

3. Untuk menaikkan pH tanah menjadi 5.2 kebutuhan kapur adalah 1.2 × Al-

dd atau sama dengan 1.2 ton CaCO3/ha, tiap 1 me A l/100 g.

Pengendalian kelarutan Al dapat dilakukan dengan beberapa cara, di

antaranya adalah dengan menaikkan pH melalui pengapuran, pengikat Al dengan

penambahan pupuk P yang banyak, dan khelat Al dengan penambahan bahan

organik. Akan tetapi, teknologi pengapuran dapat dianggap yang paling tepat di

antara tiga teknologi tersebut (Nyakpa et al., 1988)

Page 20: PENGARUH KAPUR KALSIT DAN PUPUK NPK ...repository.unja.ac.id/5283/1/PENGARUH KAPUR KALSIT DAN...PENGARUH KAPUR KALSIT DAN PUPUK NPK TERHADAP KECERNAAN Pennisetum polystachion SECARA

20

2.4 Peranan Pupuk NPK Terhadap Kecernaan Rumput

Pupuk NPK merupakan pupuk majemuk yang mengandung lebih dari satu

unsur hara. Unsur hara N, P, dan K dalam tanah tidak cukup tersedia dan terus

berkurang diambil untuk pertumbuhan tanaman dan terangkut pada waktu panen,

tercuci, menguap dan erosi sehingga diperlukan pemupukan. Unsur N, P, dan K

merupakan unsur hara makro yang mutlak harus ada dalam tanah untuk

pertumbuhan sebuah tanaman (Novizan, 2003). Mcllroy (1977) menyatakan

bahwa kesuburan tanah dapat diperbaiki dengan melaksanakan pemupukan

dengan N, P, K, karena zat – zat hara tersebut sering kekurangan dalam tanah,

sedangkan zat – zat tersebut sangat dibutuhkan oleh tanaman.

Menurut Mcllroy (1977) bahwa nilai gizi dipengaruhi oleh fase

pertumbuhan pada saat pemotongan, keadaan sekeliling dan pemupukan.

Pemupukan dengan nitrogen dapat mempertinggi kadar nitrogen hijauan, serta

mempengaruhi kecepatan tumbuh, namun kenaikan kadar nitrogen ini dapat

menurunkan kecernaan. Ditambahkannya bahwa perbandinagan antara rasio daun

dan batang penting, karena nilai gizi daun lebih tinggi dari batang. Akibat dari

pemupukan nitrogen adalah dapat mempercepat pertumbuhan rumput sehingga

dapat mempercepat penuaan tanaman. Hijauan dari tanaman yang berumur tua

memiliki persentase batang yang lebih tinggi dibandingkan dengan daun.

Persentasi batang yang tinggi umumnya banyak mengandung serat kasar dengan

proporsi serat yang tidak bisa dicerna lebih besar dan rendah kandungan

karbohidrat non struktural, yang menghasilkan rendahnya kecernaan hijaun (Van

Man and Wiktorsson, 2003). Efek negatif dari pembentukan batang ini adalah

menurunnya kecernaan tanaman pakan karena akumulasi bahan kering yang lebih

tinggi pada batang dibandingkan dengan daun (Virkajarvi et al., 2012; Kuoppala

et al., 2008).

Susanti (2007) menyatakan bahwa kecernaan bahan kering dan bahan

organik rumput gajah yang mendapatkan perlakuan pemupukan nitrogen dan

sulfur adalah 62,59% dan 65,41%. Hasil yang diperoleh lebih tinggi dibandingkan

dengan kecernaan bahan kering dan bahan organik rumput Benggala seperti yang

dilaporkan (Purbajanti et al., 2011), yaitu 4.48 – 43.99% untuk KcBK dan 42.40 –

Page 21: PENGARUH KAPUR KALSIT DAN PUPUK NPK ...repository.unja.ac.id/5283/1/PENGARUH KAPUR KALSIT DAN...PENGARUH KAPUR KALSIT DAN PUPUK NPK TERHADAP KECERNAAN Pennisetum polystachion SECARA

21

51.02% untuk KcBK sejalan dengan peningkatan populasi tanaman dari 10.000

menjadi 30.000 tanaman per hektar.

2.5 Kecernaan In Vitro

Kecernaan adalah selisih antara zat makanan yang dikonsumsi dengan

yang dieksresikan dalam feses dan dianggap terserap dalam saluran cerna. Jadi

kecernaan merupakan pencerminan dari jumlah nutrisi dalam bahan pakan yang

dapat dimanfaatkan oleh ternak. Kecernaan pakan biasanya dinyatakan dalam

persen berdasarkan bahan kering. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecernaan

antara lain komposisi bahan pakan, perbandingan komposisi antara bahan pakan

satu dengan bahan pakan lainnya, perlakuan pakan, suplementasi enzim dalam

pakan, ternak dan taraf pemberian pakan (McDonald et al., 2002).

Teknik in vitro biasanya dapat digunakan untuk menentukan kecernaan.

Kecernaan total dan kecernaan nutrisi tunggal harus ditentukan dengan uji coba

kecernaan langsung dengan hewan. Manfaat kecernaan bervariasi dan tidak

terlepas dari faktor hewani, terutama bergantung pada spesies tanaman, usia dan

pengelolaan. Protein kasar ditentukan dalam persen, protein kasar jarang melebihi

60%. Kecernaan serat kasar rata-rata relatif tinggi dan pada sebagian besar

berkisar dari 50-70 % dan kecernaan lemak kasar berkisar antara 20-60 %

(Bogdan, 1977). Kecernaan dapat diukur dengan kecernaan bahan kering total dan

kecernaan zat tertentu seperti protein.

Kecernaan bahan kering suatu bahan pakan adalah kecernaan bahan

organik dan anorganik dari bahan pakan tersebut. Kecernaan bahan kering yang

tinggi menunjukkan tingginya zat makanan yang dicerna. Semakin tinggi nilai

kecernaan suatu bahan pakan, berarti semakin tinggi kualitas pakan tersebut.

Kecernaan yang mempunyai nilai tinggi mencerminkan besarnya sumbangan

nutrien tertentu pada ternak, sementara itu pakan yang mempunyai kecernaan

rendah menunjukkan bahwa pakan tersebut kurang mampu menyuplai nutrient

untuk hidup pokok maupun untuk tujuan produksi ternak (Yusmadi et al., 2008).

Menurut Van Soest (1982) menggambarkan bahwa bahan organik sebagai

bahan kering yang terbakar atau hilang pada saat pembakaran dalam tanur pada

suhu 500°C. Bahan organik adalah suatu bahan makanan yang terdiri dari zat

Page 22: PENGARUH KAPUR KALSIT DAN PUPUK NPK ...repository.unja.ac.id/5283/1/PENGARUH KAPUR KALSIT DAN...PENGARUH KAPUR KALSIT DAN PUPUK NPK TERHADAP KECERNAAN Pennisetum polystachion SECARA

22

makanan yang sangat diperlukan oleh ternak untuk memenuhi kebutuhan

hidupnya maupun untuk produksi (Tilman et al., 1986)

Bahan organik merupakan bahan kering yang telah dikurangi abu,

komponen bahan kering bila difermentasi di dalam rumen akan menghasilkan

asam lemak terbang yang merupakan sumber energi bagi ternak. Nilai kecernaan

bahan organik (KBO) didapatkan melalui selisih kandungan bahan organik (BO)

awal sebelum inkubasi dan setelah inkubasi, proporsional terhadap kandungan BO

sebelum inkubasi tersebut (Blummel et al., 1977). Faktor yang mempengaruhi

kecernaan bahan organik adalah kandungan serat kasar dan mineral dari bahan

pakan. Kecernaan bahan organik erat kaitannya dengan kecernaan bahan kering,

karena sebagian dari bahan kering terdiri dari bahan organik. Prawiradiputra et al.,

(2006) mendapatkan bahwa kecernaan bahan kering pada rumput setaria sebesar

59,26- 66,32%. Adanya perbedaan kecernaan baik bahan kering maupun bahan

organik karena perbedaan spesies rumput yang digunakan.

Hasil penelitian Alwi (2017) menunjukkan bahwa nilai kecernaa dengan

tanpa perlakuan pemupukan kecernaan rumput gajah liar (Pennisetum

polystachion) pada interval pemotongan 60 hari yaitu 49,14% kecernaan bahan

kering dan 54,02% kecernaan bahan organik.

Page 23: PENGARUH KAPUR KALSIT DAN PUPUK NPK ...repository.unja.ac.id/5283/1/PENGARUH KAPUR KALSIT DAN...PENGARUH KAPUR KALSIT DAN PUPUK NPK TERHADAP KECERNAAN Pennisetum polystachion SECARA

23

BAB III

METOLOGI PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca dan laboratorium Fakultas

Peternakan Universitas Jambi, yang dilaksanakan mulai Desember 2017 sampai

April 2018.

3.2 Materi dan Peralatan

Alat yang digunakan yaitu cangkul, ayakan, karung, angkong, parang,

ember, gunting, kamera, timbangan, meteran, polybag ukuran 10 kg, termos, kain

kasa, corong, tabung fermentor, beaker glass, dispensite otomatis, waterbath,

inkubator, klemper, diklemper, tabung sentrifuge, cawan, oven, tanur, termometer,

spatula, pipet tetes, dan timbangan.

Bahan yang diperlukan pada penelitian ini adalah tepung Rumput

Pennisetum polystachion dari Farm Fakultas Peternakan, cairan rumen, HgCl2

jenuh, larutan McDougall, aquades, gas CO2, dan cairan rumen.

3.3 Metode Penelitian

3.3.1. Persiapan Perlakuan dan Bahan Analisis Kecernaan

Sebelum memperoleh bahan berupa tepung rumput P. polystachion untuk

anlisis kecernaan, rumput tersebut telah di tanam dengan perlakuan yang telah

ditetapkan. Adapun metode persiapan bahan tanam

Bahan Tanam. Bahan tanam yang digunakan dalam penelitian ini berupa

pols (sobekan rumpun tanaman). Pennisetum polystachion (L.) Schult yang

tumbuh liar diambil dengan cara menggali tanaman sampai ke akarnya berikut

dengan tanahnya. Rumput yang sudah digali kemudian dipotong bagian atasnya

lebih kurang 15 cm dari akar tanaman. Rumput ditanam di lahan hijauan disekitar

rumah kaca Fakultas Peternakan Universitas Jambi dan dipelihara selama lebih

kurang 2 bulan untuk mendapatkan bahan tanam berupa pols yang akan

Page 24: PENGARUH KAPUR KALSIT DAN PUPUK NPK ...repository.unja.ac.id/5283/1/PENGARUH KAPUR KALSIT DAN...PENGARUH KAPUR KALSIT DAN PUPUK NPK TERHADAP KECERNAAN Pennisetum polystachion SECARA

24

digunakan dalam penelitian. Penanaman ini dilakukan untuk mendapatkan bibit

yang relatif seragam.

Persiapan media tanam. Tanah yang digunakan dalam penelitian ini

adalah tanah ultisol yang diperoleh dari kebun percobaan Fakultas Peternakan

Universitas Jambi. Tanah sebagai media tanam terlebih dahulu dibersihkan dari

akar-akar tanaman yang masih tersisa. Tanah yang sudah di bersihkan kemudian

diayak menggunakan ayakan tanah untuk memisahkan bongkahan-bongkahan

besar dan bebatuan yang terdapat ada tanah dan selanjutnya dimasukkan kedalam

polybag ukuran 10 kilogram. Polybag sebanyak 64 buah disiapkan sebagai media

tanam bagi rumput-rumput yang diperoleh dari lahan hijauan di sekitar rumah

kaca Fakultas Peternakan Universitas Jambi yang dipelihara kurang lebih 2 bulan

dan polybag disusun sesuai dengan rancangan yang digunakan.

Pengapuran. Untuk persiapan memasukkan tanah ke dalam polybag, kapur

dan tanah diaduk terlebih dahulu secara merata sesuai dengan perlakuan yang

ditentukan yaitu sebanyak 6 g/polybag setara dengan 1,2 ton/ha, pemberian kapur

dilakukan 10 hari sebelum penanaman rumput untuk memberikan kesempatan

terjadinya inkubasi kapur agar pH tanah mencapai netral.

Penanaman. Penanaman dilakukan dengan menggunakan bahan tanam

sobekan rumpun (pols) yang telah dipersiapkan sebelumnya. Satu bahan tanam

pols terdiri atas 3 batang dengan panjang 15 cm dari pangkal batang dan ditanam

dengan kedalaman 7 cm.

Pemupukan. Pemberian Pupuk NPK dengan dosis sesuai dengan perlakuan

dilakukan setelah akar tanaman tumbuh (sekitar lebih kurang seminggu), dengan

terlebih dahulu memastikan bahwa akar rumput telah mengalami perkembangan.

Hal ini disebabkan karena pupuk NPK merupakan pupuk anorganik yang cepat

terurai dan mudah menguap, terutama karena adanya tindakan penyiraman. Oleh

karena itu, agar pupuk yang diberikan langsung dimanfaatkan oleh akar, maka

akar tanaman harus sudah berkembang.

Pemeliharaan. Pemeliharaan tanaman meliputi penyiraman dan

penyiangan. Penyiraman dilakukan 1 kali sehari yaitu pagi hari sesuai kapasitas

lapang (290 ml). Untuk mendapatkan kapasitas lapang yaitu (a) air dimasukkan ke

dalam polybag yang sudah berisi tanah sampai jenuh kemudian dilakukan

Page 25: PENGARUH KAPUR KALSIT DAN PUPUK NPK ...repository.unja.ac.id/5283/1/PENGARUH KAPUR KALSIT DAN...PENGARUH KAPUR KALSIT DAN PUPUK NPK TERHADAP KECERNAAN Pennisetum polystachion SECARA

25

penimbangan, kemudian biarkan selama 24 jam dan ditimbang. (b) Setelah di

timbang biarkan lagi selama 24 jam dan dilakukan penimbangan lagi. (c) Setelah

itu, dilakukan perhitungan untuk mendapatkan kapasitas lapang dengan rumus

sbb;

menurut (………). Penyiangan dilakukan secara manual yaitu

dengan cara mencabut gulma yang tumbuh di dalam polybag.

Pemotongan. Pemotongan rumput dilakukan setelah rumput berumur 80

hari atau di akhir penelitan. Pemotongan ini dilakukan dari pangkal akar di atas

permukaan tanah. Tajuk hijauan segar yang diperoleh dari pemotongan kemudian

ditimbang untuk mendapatkan bobot segar. Untuk mendapatkan bobot kering

hijauan segar yang telah di potong dimasukkan ke dalam oven dengan suhu 600

C

selama 48 jam (AOAC, 1980).

3.3.2. Prosedur Analisis Kecernaan In Vitro

Sebelum dilakukan analisis KcBK dan KcBO pada rumput P. polystachon

yang suah kering oven terlebih dahulu digiling, setelah itu dibawa ke laboratorium

untuk dilakukan analisis. Sedangkan untuk mendapatkan kecernaan bahan kering

dan organik memerlukan beberapa teknik di antaranya :

Persiapan inokulan. Persiapkan 2 buah termos diisi air panas pada suhu 390-

400C. Kemudian cairan rumen (bolus) diambil diberbagai bagian dalam rumen

sapi setelah itu disaring dengan 2 lapis kain kasa dan dimasukkan ke dalam

termos yang sudah dibuang airnya. Cairan rumen segera dibawa ke laboratorium

dan disaring kembali dengan kain kasa kemudian dimasukkan ke dalam beaker

glass 100 ml.

Larutan Mc Dougall. Untuk mendapatkan larutan Mc Dougall dilakukan

pencampuran beberapa bahan-bahan di antaranya: 9.8 NaHCo3, 10 NaHPo4, 12

H2O, 0.5gr KCl, 0.49gr NaCl, 0.2gr MgSO4, 7H2O (Larutan 1). CaCl sebanyak

5.3gr ditimbang, dimasukan ke dalam gelas ukur dan dilarutkan dengan 100 ml

aquades (larutan 2). Larutan 1 dan 2 dicampur maka terbentuklah larutan Mc

Dougall. Untuk menetralkan pH, ke dalam larutan ditambahkan HCl 0,1 N.

Larutan HCl 0,1 N dipersiapkan dengan cara mengencerkan 45-75 ml HCl pekat

(Normalitas 1,3). Setelah itu antara cairan rumen dan larutan Mc Dougall

dicampurkan dan diletakkan di atas waterbath pada suhu 390-40

0C sambil

Page 26: PENGARUH KAPUR KALSIT DAN PUPUK NPK ...repository.unja.ac.id/5283/1/PENGARUH KAPUR KALSIT DAN...PENGARUH KAPUR KALSIT DAN PUPUK NPK TERHADAP KECERNAAN Pennisetum polystachion SECARA

26

dihomogenkan. Alat dispensite otomatis kemudian dipasang dan dialirkan gas

CO2 ke dalam tabung fermentor setelah itu tutup menggunakan klempper. Tabung

fermentor dimasukkan ke inkubator dengan suhu 390C selama 24 jam kemudian

inkubator dimatikan setelah itu tutup dibuka dengan menggunakan diklempper.

HgCl2 jenuh (menghentikan kinerja mikroba) dimasukkan ke dalam tabung

sentrifuge kemudian ditambahkan aquades setelah itu ditutup. Endapan

dipisahkan dengan cairan dimana endapan dimasukkan ke dalam cawan dan

cairannya dibuang. Endapan kemudian dioven pada suhu 1050C selama 24 jam

kemudian dikeluarkan dari oven dan timbang (KcBK). Endapan yang sudah

dioven dimasukkan lagi ke dalam tanur dengan suhu 500-6000C selama 5-6 jam.

Endapan kemudian dikeluarkan dari tanur kemudian ditimbang (KcBO).

3.4 Rancangan Percobaan

Rancanagan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap

(RAL) pola foktarial dengan 2 faktor perlakuan yaitu kapur kalsit dan pupuk

NPK. Model matematik menurut (Steel dan Torrie, 1995)

yang tertera dibawah ini :

( )

Keterangan :

= Hasil pengamatan untuk faktor A level ke-i, Faktor B level ke-j, pada

ulangan ke-k.

= Nilai rataan umum

= Pengaruh faktor A pada level ke-i

= Pengaruh faktor B pada level ke-j

( ) = Interaksi antara A dan B pada faktor A level ke-i, faktor level ke-j

= Galat percobaan dari perlakuan ke-i dan ulanagn ke-j

Page 27: PENGARUH KAPUR KALSIT DAN PUPUK NPK ...repository.unja.ac.id/5283/1/PENGARUH KAPUR KALSIT DAN...PENGARUH KAPUR KALSIT DAN PUPUK NPK TERHADAP KECERNAAN Pennisetum polystachion SECARA

27

Rancangan Perlakuan terdiri atas :

K0 = 0 ton/ha

K1 = 1,2 ton/ha atau 6,6 gr/polybag

P0 = 0 Kg/Ha atau 0 g/polybag

P1 = 150 Kg/Ha atau 0,75 g/polybag

P2 = 300 Kg/Ha atau 1,5 g/polybag

P3 = 450 Kg/Ha atau 2,25 g/polybag

Dengan demikian diperoleh 4 x 2 = 8 kombinasi perlakuan. Setiap kombinasi

perlakuan di ulang 4 kali. Setiap unit percobaan terdiri atas 2 polibag, sehingga

jumlah keseluruhan perlakuan adalah 64 polibag.

3.5 Peubah yang Diamati

Peubah yang diamati pada penelitian ini yaitu kecernaan bahan kering

(KCBK) dan kecernaan bahan organik (KCBO).

Kecernaan Bahan Kering

Kecernaan bahan kering (KCBK) dihitung dengan rumus :

( ) ( ( ) ( ))

Produksi Bahan Kering Tercerna

Kecernaan Bahan Organik

Kecernaan bahan organik (KCBO) dihitung dengan rumus :

( ) ( ( ) ( )

Produksi Bahan Organik Tercerna

Page 28: PENGARUH KAPUR KALSIT DAN PUPUK NPK ...repository.unja.ac.id/5283/1/PENGARUH KAPUR KALSIT DAN...PENGARUH KAPUR KALSIT DAN PUPUK NPK TERHADAP KECERNAAN Pennisetum polystachion SECARA

28

3.6 Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis menggunakan sidik ragam dalam

Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial, jika terdapat pengaruh yang nyata

dilanjutkan dengan Uji Duncan (Steel dan Torrie, 1995).

Page 29: PENGARUH KAPUR KALSIT DAN PUPUK NPK ...repository.unja.ac.id/5283/1/PENGARUH KAPUR KALSIT DAN...PENGARUH KAPUR KALSIT DAN PUPUK NPK TERHADAP KECERNAAN Pennisetum polystachion SECARA

29

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Bobot Bahan Kering Hijauan

Bobot bahan kering hijauan merupakan hasil akumulasi pertumbuhan

tanaman dalam periode tertentu. Bobot bahan kering hijauan yang dihasilkan

suatu tanaman mempengaruhi jumlah nutrisi tercerna yang dapat diberikan ke

ternak dalam suatu periode pemanenan.

Rataan bobot bahan kering hijauan rumput P. polystachion dengan

pemberian kapur kalsit dan pupuk NPK disajikan dalam Tabel 1.

Tabel 1. Rataan bobot kering hijauan pada rumput Pennisetum

polystachion dengan pemberian kapur kalsit dan pupuk NPK

Kapur

Kalsit

(g/polybag)

PUPUK NPK Rataa

n

P0 P1 P2 P3

K0 7,59±1,93a 14,31±3,23

b 20,36±3,81

c 14,79±3,80

b 14,26

K1 8,23±1,86a 13,11±2,80

b 12,80±3,15

b 16,75±1,96

d 12,72

Rataan 7,91a 13,71

b 16,58

c 15,77

c

Keterangan : Nilai rataan yang diikuti oleh huruf kecil yang berbeda pada baris

yang sama menunjukkan perbedaan nyata (P<0,05)

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan kapur kalsit tidak

berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap bobot bahan kering hijauan. Sedangkan

perlakuan pupuk NPK dan interaksi keduanya menunjukkan pengaruh nyata

(P<0,05) terhadap bobot bahan kering hijauan. Perlakuan pengapuran yang

diberikan mampu menaikkan pH dari 4,02 (K0) menjadi 7,0 (K1). Namun

kenaikan pH tanah ini tidak memberikan perbedaan yang besar terhadap

pertumbuhan rumput P. polystachion. Hal ini disebabkan karena rumput P.

polystachion mempunyai adaptasi yang tinggi terhadap kondisi tanah termasuk

kemasaman (pH) tanah. Menurut (Heuze dan Trans, 2011) bahwa rumput ini

dapat beradaptasi dengan baik pada berbagai macam tanah termasuk pada tanah

dengan tingkat kesuburan yang rendah.

Page 30: PENGARUH KAPUR KALSIT DAN PUPUK NPK ...repository.unja.ac.id/5283/1/PENGARUH KAPUR KALSIT DAN...PENGARUH KAPUR KALSIT DAN PUPUK NPK TERHADAP KECERNAAN Pennisetum polystachion SECARA

30

Hasil uji lanjut menunjukkan perlakuan pupuk NPK dan interaksi

keduanya nyata (P<0,05) dapat meningkatkan bobot bahan kering hijauan rumput

P. polystachion. Perlakuan P0 berbeda nyata (P<0,05) lebih kecil dibandingkan

perlakuan P1, P2 dan P3. Perlakuan pemupukan NPK terbaik adalah P2 yang tidak

berbeda nyata (P>0,05) dengan perlakuan P3. Hal ini diduga bahwa pemberian

pupuk NPK pada level 300kg/ha (P2) sudah mampu meningkatkan bobot bahan

kering hijauan, karena dengan adanya unsur N, P dan K akan dapat meningkatkan

pertumbuhan tanaman. Alwi (2017) melaporkan bahwa peningkatan tinggi

tanaman, jumlah anakan, jumlah daun dan luas daun rumput gajah liar (P.

polystachion) menunjukkan bahwa rumput ini memiliki respon yang cukup baik

terhadap pemupukan NPK. Pemberian pupuk NPK dapat meningkatkan

ketersedian dan serapan unsur hara N, P dan K. Dengan makin tersedianya unsur

hara tersebut dapat memacu pertumbuhan dan perkembangan tanaman yang

selanjutnya dapat memberikan pertumbuhan yang optimal. Adanya pertumbuhan

tanaman yang semakin baik tentunya menyebabkan kemampuan akar dalam

menyerap hara juga semakin besar akhirnya menyebabkan jumlah hara yang

diserap tanaman juga semakin besar.

Interaksi perlakuan kapur kalsit dan pupuk NPK berpengaruh nyata

(P<0,05) terhadap bobot bahan kering hijauan. Hal ini disebabkan karena kapur

kalsit mampu menaikan pH tanah dari tanah masam ke pH tanah yang netral,

sehingga unsur hara tersedia dan dengan adanya penambahan pupuk NPK maka

unsur hara akan makin tersedia akibatnya pertumbuhan dan perkembangan

tanaman akan semakin meningkat.

4.2 Kecernaan Bahan Kering

Kecernaan bahan kering yang tinggi menunjukkan tingginya zat makanan

yang tercerna. Semakin tinggi nilai kecernaan suatu bahan pakan, berarti semakin

baik kualitas pakan tersebut (Yusmadi, 2008). Rataan hasil kecernaan bahan

kering rumput P. polystachion dengan pemberian kapur kalsit dan pupuk NPK

secara in vitro dapat dilihat pada Tabel. 2

Page 31: PENGARUH KAPUR KALSIT DAN PUPUK NPK ...repository.unja.ac.id/5283/1/PENGARUH KAPUR KALSIT DAN...PENGARUH KAPUR KALSIT DAN PUPUK NPK TERHADAP KECERNAAN Pennisetum polystachion SECARA

31

Tabel 2. Rataan hasil kecernaan bahan kering pada rumput P. polystachion

dengan pemberian kapur dan pupuk NPK secara in vitro

Kapur

Kalsit(gr/polibag) Pupuk NPK (gr/polibag) Rataan

P0 P1 P2 P3

K0 51,16 60,37 49,78 48,58 52,47

K1 54,13 51,12 44,07 53,41 50,68

Rataan 52,64 55,75 46,92 51,00

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan kapur kalsit dan pupuk NPK

serta interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata (P>0,05) terhadap kecernaan

bahan kering rumput P. polystachion. Pengapuran yang diberikan memang

mampu menaikkan pH tanah dari 4,02 (K0) menjadi 7,0 (K1). Namun kenaikan pH

tanah ini tidak memberikan perbedaan yang besar terhadap unsur hara yang

diserap oleh tanaman sehingga menghasilkan pertumbuhan rumput P.

polyatachion yang cenderung sama. Kemungkinan tidak berpengaruhnya KcBK

pada rumput P. polyatachion karena pertumbuhan rumput pada akhir penelitian

sudah memasuki masa perkembangan transisi, dimana pada masa ini rumput

mulai menunjukkan tanda – tanda munculnya bakal bunga. Ini terlihat pada salah

satu perlakuan yaitu pada perlakuan K1P2. Diduga pada fase ini kualitas rumput

sudah mulai menurun. Hal ini ditunjukkan dengan kandungan protein <10% dan

serat kasar 28,54- 30,64% (Duwita – komunikasi pribadi, 2018). Menurut Sukria

and Krisnan (2009) bahwa kualitas hijauan dapat dikelompokkan menjadi 5

kelompok. Berdasarkan hal itu maka P. polystachion dapat dikelompokkan dalam

standar kualitas 4 yang ditandai dengan nilai protein kasar antara 8 – 10% dan

KcBK berkisar 53 - 55%. Selain itu, nilai kecernaan bahan kering salah satunya

juga dipengaruhi oleh komposisi bahan pakan yaitu serat kasar. Menurut

Anggorodi (1994) semakin tinggi kandungan serat kasar dari bahan pakan

menyebabkan daya cerna bahan pakan semakin menurun. Hal ini disebabkan

karena dinding sel tanaman semakin tahan terhadap degradasi oleh enzim mikroba

rumen. Nilai kecernaan bahan kering (KcBK) rumput P. polystachion pada

penelitian berkisar antara 44,07 - 60,37% . Nilai kecernaan bahan kering yang

diperoleh pada penelitian ini hampir sama dengan penelitian Alwi (2017) yang

Page 32: PENGARUH KAPUR KALSIT DAN PUPUK NPK ...repository.unja.ac.id/5283/1/PENGARUH KAPUR KALSIT DAN...PENGARUH KAPUR KALSIT DAN PUPUK NPK TERHADAP KECERNAAN Pennisetum polystachion SECARA

32

melaporkan bahwa nilai kecernaan bahan kering rumput P. polystachion berkisar

antara 48,36 – 57,76%.

Namun demikian, pupuk NPK dan interaksi antara kapur kalsit dan pupuk

NPK memberikan pengaruh yang nyata (P<0,05) terhadap produksi bahan kering

tercerna rumput P. polyatachion (Gambar 1).

Gambar 1. Pengaruh Pemberian Kapur Kalsit dan Pupuk NPK terhadap

Produksi Bahan Kering Tercerna Rumput P. polystachion.

Gambar 1. menunjukkan nilai produksi bahan kering tercerna tertinggi diperoleh

pada perlakuan K0P2 yaitu sebesar 10,07 gBK/polybag. Hal ini diduga karena

tanaman P. poystachion sudah mampu beradaptasi pada tanah yang masam dan

selain itu unsur hara yang terkandung di dalam pupuk NPK dapat memenuhi

kebutuhan tanaman sehingga berpengaruh baik terhadap tanah, pertumbuhan dan

perkembangan tanaman. Hal ini berpengaruh pada peningkatan produksi bahan

kering tajuk tanaman. Menurut (Miller, 2006; Navie dan Adkins, 2007) bahwa

rumput P. polystachion mempunyai kemampuan berkompetensi yang tinggi dan

memiliki sifat toleran terhadap kondisi tanah yang masam. (Sutedjo, 2002) bahwa

pemberian pupuk majemuk terhadap tanah dapat berpengaruh baik pada

kandungan hara tanah dan pertumbuhan tanaman. Karena unsur hara makro yang

terdapat dalam pupuk seperti N, P dan K diperlukan bagi pertumbuhan dan

perkembangan tanaman yang akan diambil oleh tanaman dalam bentuk anion dan

kation.

4,00 a

8,49 b

10,07 c

6,89 d 4,52 ade

6,68 d 5,67 de

8,96 bc

0

2

4

6

8

10

12

P0 (0 g) P1 (0.75 g) P2 (1.5 g) P3 (2.25 g)

PB

KT

(g/p

oly

bag)

Taraf Pemberian Pupuk NPK (g/polybag)

g KcBK

K0

K1

Page 33: PENGARUH KAPUR KALSIT DAN PUPUK NPK ...repository.unja.ac.id/5283/1/PENGARUH KAPUR KALSIT DAN...PENGARUH KAPUR KALSIT DAN PUPUK NPK TERHADAP KECERNAAN Pennisetum polystachion SECARA

33

4.3. Kecernaan Bahan Organik

Kecernaan bahan organik dapat digunakan sebagai tolak ukur untuk

menilai kualitas hijauan pakan. Rataan hasil kecernaan bahan organik rumput P.

polystachion (L.) Schult dengan pemberian kapur kalsit dan pupuk NPK secara in

vitro dapat dilihat pada Tabel. 3

Tabel 3. Rataan hasil kecernaan bahan organik pada rumput P.

polystachion (L.) Schult dengan pemberian kapur kalsit dan

pupuk NPK secara in vitro

Kapur kalsit

(gr/polibag)

Pupuk NPK(gr/polibag)

Rataan P0 P1 P2 P3

K0 63,23 62,27 65,68 62,38 63,39

K1 62,30 63,71 63,42 56,73 61,54

Rataan 62,76 62,99 64,55 59,56

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan kapur kalsit dan

pupuk NPK serta interaksinya berpengaruh tidak nyata (P>0,05) terhadap

kecernaan bahan organik rumput P. polystachio. Pengapuran yang diberikan

mampu meningkatkan pH tanah dari 4,02 (K0) menjadi 7,0 (K1). Namun

pengapuran tidak memberikan pengaruh yang besar terhadap pertumbuhan

tanaman sehingga menghasilkan pertumbuhan rumput P. polyatachion yang

cenderung sama. Faktor lain yang menyebabkan tidak bedanya nilai KcBO

disebabkan oleh faktor umur panen. Menurut Keraf et al., (2015) bahwa faktor

umur tanaman akan berpengaruh terhadap kadar serat kasar tanaman. Dimana

semakin tua umur tanaman maka kadar serat kasar tanaman akan meningkat.

Akibatnya nilai kecernaan bahan organik akan menurun. Hal ini sesuai pernyataan

Anggorodi (1994) bahwa serat kasar juga mengandung lignin, kadar serat kasar

tanaman yang makin tinggi akan mengakibatkan pencernaannya makin lama dan

nilai energi produktifnya makin rendah. (Tilman et al., 1986) memberikan

keterangan bahwa daya cerna pakan berhubungan erat dengan komposisi

kimiawinya, terutama kandungan serat kasar. Setiap penambahan 1% serat kasar

dalam tanaman menyebabkan penurunan daya cerna sekitar 0,7 –1,0 unit pada

ruminansia.

Page 34: PENGARUH KAPUR KALSIT DAN PUPUK NPK ...repository.unja.ac.id/5283/1/PENGARUH KAPUR KALSIT DAN...PENGARUH KAPUR KALSIT DAN PUPUK NPK TERHADAP KECERNAAN Pennisetum polystachion SECARA

34

Disamping itu, nilai kecernaan bahan organik (KcBO) rumput P.

polystachion pada penelitian ini berkisar antara 56,73% – 65,68%. Nilai

kecernaan bahan organik yang diperoleh dari penelitian ini hampir sama dengan

penelitian Alwi (2017) yang melaporkan bahwa nilai kecernaan bahan organik

rumput P. polystachion berkisar antara 53,01% - 66,31%. Kesamaan ini

disebabkan karena penggunaan rumput yang sama sehingga nilai KcBO yang

diperoleh tidak terlalu jauh berbeda.

Namun demikian, pupuk NPK berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap

produksi bahan organik tercerna rumput P. polystachion. (Gambar 2).

Gambar 2. Pengaruh pemberian kapur kalsit dan pupuk NPK terhadap

produksi bahan organik tercerna rumput P. polystachion.

Gambar 2. menunjukkan bahwa produksi bahan organik tercerna tertinggi

diperoleh pada perlakuan K0P2 yaitu sebesar 13,38 gBK/polybag. Hal ini diduga

karena bahan organik merupakan bagian dari bahan kering. Bobot bahan kering

tajuk tertinggi dalam penelitian ini diperoleh pada perlakuan 300kg NPK/ha (P2).

Menurut Nuriani (2018) bahwa hasil produksi bahan organik tercerna tertinggi

diperoleh pada perlakuan pemberian pupuk slurry sebesar 25 gBK/polybag.

Ditambahkan oleh Soepardi (1983) bahwa terdapat 16 unsur hara esensial yang

dibutuhkan tanaman yaitu C, H, N, P, K, Ca, S, Mg, Fe, Mn, Mo, Cu, Zn, dan Cl.

Didukung oleh (Foth, 1990) bahwa unsur N, P dan K merupakan unsur hara

4,87 a

8,88 b

13,38 c

9,29 b

5,16 a 8,31 b

8,09 b 9,48 b

0

2

4

6

8

10

12

14

16

P0 (0 g) P1 (0.75 g) P2 (1.5 g) P3 (2.25 g)

PB

OT

(g/p

oly

bag

)

Taraf pemberian Pupuk NPK (g/polybag)

g KcBO

K0

K1

Page 35: PENGARUH KAPUR KALSIT DAN PUPUK NPK ...repository.unja.ac.id/5283/1/PENGARUH KAPUR KALSIT DAN...PENGARUH KAPUR KALSIT DAN PUPUK NPK TERHADAP KECERNAAN Pennisetum polystachion SECARA

35

makro yang mutlak harus ada dalam tanah untuk pertumbuhan sebuah tanaman.

Pupuk anorganik berpengaruh besar terhadap pertumbuhan, perkembangan dan

hasil (Yong et al., 2010) Selanjutnya (Saddam et al., 2014) menyatakan bahwa

untuk memperoleh produksi yang tinggi pada lahan yang tingkat kesuburannya

rendah dapat dilakukan dengan penggunaan pupuk organik maupun anorganik.

Penyedian unsur hara terutama nitrogen (N), posfor (P) dan kalium (K) dalam

tanah secara optimal bagi tanaman dapat meningkatkan produksi tanaman.

Page 36: PENGARUH KAPUR KALSIT DAN PUPUK NPK ...repository.unja.ac.id/5283/1/PENGARUH KAPUR KALSIT DAN...PENGARUH KAPUR KALSIT DAN PUPUK NPK TERHADAP KECERNAAN Pennisetum polystachion SECARA

36

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pemberian kapur kalsit,

belum mampu meningkatkan bobot kering, kecernaan bahan kering dan bahan

organik. Namun pupuk NPK mampu meningkatkan bobot kering serta

menurunkan kecernaan bahan kering dan bahan organik. Interaksi keduanya

menunjukkan bahwa pada taraf 300 kg/ha mampu meningkatkan bobot kering.

5.2 Saran

Diharapkan adanya penelitian lebih lanjut tentang perlakuan pemupukan

yang diamati pada berbagai tahap perkembangan.

Page 37: PENGARUH KAPUR KALSIT DAN PUPUK NPK ...repository.unja.ac.id/5283/1/PENGARUH KAPUR KALSIT DAN...PENGARUH KAPUR KALSIT DAN PUPUK NPK TERHADAP KECERNAAN Pennisetum polystachion SECARA

37

DAFTAR PUSTAKA

Akobundu, I.O. and C.W. Agyakwa. 1998. A Handbook of West African Weeds

(2ed., revised and expanded). International Institute of Tropical

Agriculture, Nigeria.

Alwi, Y. 2017. Evaluasi Rumput Gajah Liar (Pennisetum polystachion) di Tanah

Ultisol Sebagai Pakan Ternak Ruminansia. Disertasi. Sekolah

Pascasarjana, Universitas Andalas, Padang.

Anggorodi, R. 1994. Ilmu Makanan Ternak Umum. PT Gramedia Pustaka Utama,

Jakarta.

AOAC. 1980. Official Methods of Analysis of The Association of Official

Analytical Chemists. 13th

. Benjamin Franklin, (Ed). Washington, DC.

Blummel, M., H. Steingass, and K. Becker. 1977. The relationship between in

vitro gas production, in vitro microbial biomass yield and 15N

incorporated and its implication for theprediction of voluntary feed intake

of roughages. Journal of Nutrition.77: 911-921.

Bogdan, A.V. 1977. Tropical Pasture and Fodder Plants (Grasses and Legumes).

Longman, London and New York.

Fort, H.D. 1990. Fundamentals of Soil Science-8ed

. John Wiley and Sons, New

York.

Hakim, N., Y. Nyakpa, A.M. Lubis, M.R. Saul, A. Diha, G. Ban Hong, dan H.H.

Bailey. 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung, Lampung.

Hardjowigeno, S. 2010. Ilmu Tanah. Akademika Pressindo, Jakarta.

Heuze, V. and G. Tran. 2011. Mission Grass (Pennisetum polystachion)

Feedipedia org. A Programme by INRA, CIRAD, AFZ and FAO.

http://www.feedipedia.org/node/400. Diunduh 10 Juli 2018.

Ismail, R. 2011. Kecernaan In Vitro, http://rismaismal2.wordpress.Com/2011/

05/22 /nilai-kecernaan-part-4/#more-310. Diunduh 17 Juni 2018.

Kamprath, E.J. 1970. Exchangable alluminium as criterion for liming leaching

mineral soils. Soil Science Society of America Prociding. 34: 252-254.

Keraf, F.K., Y. Nulik, dan M.L. Mullik. 2015. Pengaruh pemupukan nitrogen dan

umur tanaman terhadap produksi dan kualitas rumput kumpe (Sorgum

Plumosum Var. Timorense). Jurnal Peternakan Indonesia. 17: 123-129.

Page 38: PENGARUH KAPUR KALSIT DAN PUPUK NPK ...repository.unja.ac.id/5283/1/PENGARUH KAPUR KALSIT DAN...PENGARUH KAPUR KALSIT DAN PUPUK NPK TERHADAP KECERNAAN Pennisetum polystachion SECARA

38

Kuoppala, K., M. Rinne., J. Nousiaimen., and P. Huhtanen. 2008. The effect of

cutting time of grass silage in primary growth and regrowth and the

interactions between silage quality and concentrate level milk production

of dairy cows. livestock Science. 116: 171-182.

McDonald, P., R.A. Edwards, and J.F.D. Greenhalgh. 2002. Animal Nutrition.

Longman, London and New York.

Mcllroy, R.J. 1977. Pengantar Budidaya Padang Rumput Tropika Terjemah:

Subadio, S., dan Soedarmadi. Pradaya Paramitra, Jakarta.

Miller, I. 2006. Management of Mission Grass (Pennisetum polystachion).

Northern Territory Government, Australia.

Mishra, M.L., and B.N. Chatterjee. 1968. Seed production in the forage grasses

Pennisetum polystachion and Andropogon gayanus in the indian tropics.

Tropical Grasslands. 2: 51-56.

Mishra, I.N., and J. Sandhya. 1996. Nutritive profile of some grasses of

darbhanga. Environment and Ecology. 14: 93-95.

Munir, M. 1996. Tanah-Tanah Utama Indonesia, Karakteristik, Klasifikasi dan

Pemanfaatannya. Pustaka Jaya. Jakarta.

Novizan. 2003. Petunjuk Pemupukan yang Efektif. Agromedia Pustaka, Jakarta

Nyakpa, M.Y., A.M. Lubis, M.A. Pulung, A.G. Amrah, A. Munawar, G.B. Hong,

dan N. Halim. 1988. Kesuburan Tanah. Universitas Lampung, Bandar

Lampung.

Pangestu, A. 2007. Efek Pemberian Abu Janjang Kelapa Sawit dan Pupuk

Nitrogen Terhadap Pertumbuhan Rumput Gajah (Pennisetum purpureum)

di Tanah Ultisol. Skripsi. Universitas Jambi, Jambi.

Parsons, W.T. and E.G. Cuthbertson. 2001. Noxius Weeds of Australia. 2nd

(Ed).

CSIRO Publishing. Collingwood,Victoria.

Prawiradiputra, B.R., N.D. Sajimin, Purwantari, dan I. Herdiawan. 2006. Hijauan

Pakan Ternak di Indonesia. Departemen Pertanian, Jakarta.

Purbajanti, E.D., R.R. Soetrisno, E. Hanudin, dan S.P.S. Budhi. 2011. Produksi,

kualitas dan kecernaan in vitro tanaman rumput benggala (Panicum

maximum) pada lahan salin. Buletin Peternakan. 35: 30-37.

Saddam, S., A. Bibi, H.A. Sadaqat, B.F. Usman. 2014. Comparison of 10

sorghum (Sorghum bicolor L) genotypes under various water stress

regimes. The Jurnal Of Animal and Plant Sciences. 24 : 1811-1820.

Page 39: PENGARUH KAPUR KALSIT DAN PUPUK NPK ...repository.unja.ac.id/5283/1/PENGARUH KAPUR KALSIT DAN...PENGARUH KAPUR KALSIT DAN PUPUK NPK TERHADAP KECERNAAN Pennisetum polystachion SECARA

39

Setiono, S., 1982. Lime Estimation of Indonesia Acid Mineral Soils and Its

Signification to Crop Production. Disertation. Institute Pertanian Bogor,

Bogor.

Setyamidjaja, D. 1986. Pupuk dan Pemupukan. CV. Simplex, Jakarta.

Sarief, E.S. 1980. Kesuburan dan Pemupukan Tanah Pertanian. Pustaka Buana,

Bandung

Steel, R.G.D. dan J.H. Torrie. 1995. Prinsip dan Prosedur Statistik Suatu

Pendekatan Biometrik. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Subowo, G. 2012. Pemberdayaan sumberdaya hayati tanah untuk rehabilitasi

tanah ultisol terdegredasi. Sumber Daya Lahan. 6: 1-10.

Sukria, H.A. dan R. Krisnan. 2009. Sumber dan Ketersedian Bahan Baku Pakan di

Indonesia. IPB Press, Bogor.

Susanti, S. 2007. Produksi dan kecernaan in vitro rumput gajah pada berbagai

imbangan pupuk nitrogen dan sulfur. Buana Sains. 7: 151-156.

Sutedjo, S. 2002. Pupuk dan Cara Pemupukan. Rineka Cipta, Jakarta.

Tilman, A.D., H. Hartadi, S.R. Hadiprodjo, S. Prawirokusumo, dan

S. Lebdosoekojo. 1986. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada

University Press, Yogyakarta.

Van Man, N. and H. Wiktorsson. 2003. Forage yeild, nutritive value, feed intake

and digestibility of three grass species as affected by harvest frequency.

Jurnal Tropical Grasslands. 37: 101-110.

Van Soest, P.J., C.J. Sniffen, T.V. Muscato, and U. Krishnamoorthy. 1982.

Nitrogen fractions in selected feedstuffs. Journal of Dairy Science.

65: 217-225

Virkajarvi, P., K. Pakarinen, M. Hyrkas, M. Seppanen, and G. Belanger. 2012.

Tiller caracteristics of timothy and tall fescue in relation to herbage

massaccumulation. Crop Science. 52: 970-980.

Wilson, J.R. 1984. Environmental and Nutritional Factor Affecthing herbage

Quality. Commonwealth Agricultural Bureaux, Farnham Royal, U. K.

Yong, J.W.H., S.N. Tan, Y.F. Ng, and A.Y.L. Chew. 2010. Effect of fertilizer

application on photosynthesis and oil yield of Jatropha curcas L.

Photosynthetica. 48: 208-218.

Yusmadi, Nahrowi, dan M. Ridla. 2008. Kajian Mutu dan Palatabilitas Silase dan

Hay Ransum Komplit berbasis Sampah Organik Primer pada Kambing PE.

Tesis. Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Page 40: PENGARUH KAPUR KALSIT DAN PUPUK NPK ...repository.unja.ac.id/5283/1/PENGARUH KAPUR KALSIT DAN...PENGARUH KAPUR KALSIT DAN PUPUK NPK TERHADAP KECERNAAN Pennisetum polystachion SECARA

40

LAMPIRAN

Lampiran 1. Denah Letak Seluruh Unit Penelitian

K0P01.1 KOPO1.2

K0P02.1 K0P02.2

K1P21.1 K1P21.2

K1P03.1 K1P03.2

K1P23.1 K1P23.2

K0P24.1 K0P24.2

K1P24.1 K1P24.2

K1P34.1 K1P34.2

KIPO1.1 K1P01.2

K1P13.1 K1P13.2

K1P31.1 K1P31.2

K1P04.1 K1P04.2

K1P22.1 KIP22.2

K0P11.1 K0P11.2

K1P32.1 K1P32.2

K1P02.1 K1P02.2

KOP34.1 K0P34.2

K0P31.1 K0P31.2

K1P14.1 K1P14.2

K0P12.1 K0P12.2

K0P32.1 K0P32.2

K1P33.1 K1P33.2

K1P11.1 K1P11.2

K0P22.1 K0P22.2

KOP21.1 K0P21.2

K0P14.1 K0P14.2

K0P04.1 K0P04.2

K0P33.1 K0P33.2

K1P12.1 K1P12.2

K0P03.1 K0P03.2

K0P23.1 K0P23.2

K0P13.1 K0P13.2

Keterangan :

Pengapuran (K) terdiri dari 2 tingkat yaitu :

K0 = 0 ton/ha

K1 = 1,2 ton/ha atau 6 g/polybag

Pupuk NPK (P) terdiri dari 4 tingkat yaitu :

P0 = 0 kg/ha

P1 = 150 kg/ha atau 0.75 g/polybag

P2 = 300 kg/ha atau 1.5 g/polybag

P3 = 450 kg/ha atau 2.25 g/polybag

T

U

Page 41: PENGARUH KAPUR KALSIT DAN PUPUK NPK ...repository.unja.ac.id/5283/1/PENGARUH KAPUR KALSIT DAN...PENGARUH KAPUR KALSIT DAN PUPUK NPK TERHADAP KECERNAAN Pennisetum polystachion SECARA

41

Lampiran 2. Perhitungan Dosis Kapur Kalsit (Hardjowigeno, 1987)

Berat Tanah : 2.106

kg/ha

Ukuran Polibag : 10 kg

Kapur Kalsit dg Dosis : 1,2 ton/ha atau 1200 kg/ha

Kapur Kalsit dg Dosis 1200 kg/ha

2.106

kg/ha = 10 kg

1200 kg/ha P

P x 2.106 kg/ha = 1200 kg/ha x 10 kg

P = 12000 kg2/ha

2.106 kg/ha

= 0,006 kg

= 6 gr

Page 42: PENGARUH KAPUR KALSIT DAN PUPUK NPK ...repository.unja.ac.id/5283/1/PENGARUH KAPUR KALSIT DAN...PENGARUH KAPUR KALSIT DAN PUPUK NPK TERHADAP KECERNAAN Pennisetum polystachion SECARA

42

Lampiran 3. Hasil Analisa pH Tanah Sebelum dan Sesudah diberi Kapur

Kalsit

Bahan pH

Kapur Kalsit Kapur Kalsit

(0g/polybag) (6 g/polybag)

Tanah Ultisol 4,01 7,0

Sumber: Laboratorium Kimia dan KesuburanTanah Fakultas Pertanian Universitas

Jambi (2017)

Page 43: PENGARUH KAPUR KALSIT DAN PUPUK NPK ...repository.unja.ac.id/5283/1/PENGARUH KAPUR KALSIT DAN...PENGARUH KAPUR KALSIT DAN PUPUK NPK TERHADAP KECERNAAN Pennisetum polystachion SECARA

43

Lampiran 4. Perhitungan Dosis Pupuk NPK

Berat Tanah : 2.106

kg/ha

Ukuran Polibag : 10 kg

Pupuk NPK dengan Dosis 150 kg/ha

2.106

kg/ha = 10 kg

150 kg/ha P

P x 2.106 kg/ha = 150 kg/ha x 10 kg

P = 1500 kg2/ha

2.106 kg/ha

= 0,00075 kg

= 0,75 gr

Pupuk NPK dengan Dosis 300 kg/ha

2.106

kg/ha = 10 kg

300 kg/ha P

P x 2.106 kg/ha = 300 kg/ha x 10 kg

P = 3000 kg2/ha

2.106 kg/ha

= 0,0015 kg

= 1,5 gr

Pupuk NPK dengan Dosis 450 kg/ha

2.106

kg/ha = 10 kg

450 kg/ha P

P x 2.106 kg/ha = 450 kg/ha x 10 kg

P = 4500 kg2/ha

2.106 kg/ha

= 0,00225 kg

= 2,25 gr

Page 44: PENGARUH KAPUR KALSIT DAN PUPUK NPK ...repository.unja.ac.id/5283/1/PENGARUH KAPUR KALSIT DAN...PENGARUH KAPUR KALSIT DAN PUPUK NPK TERHADAP KECERNAAN Pennisetum polystachion SECARA

44

Lampiran 5. Perhitungan 16 % Pupuk N, P, K dengan Dosis 150, 300,450

kg/ha

22,5

2.106

kg/ha = 10 kg

22,5 kg/ha NPK

N x 2.106 kg/ha = 22,5 kg/ha x 10 kg

NPK = 225 kg2/ha

2.106 kg/ha

= 0,0001125 kg

= 0,1125 gr

48

2.106

kg/ha = 10 kg

48 kg/ha NPK

NPK x 2.106 kg/ha = 48 kg/ha x 10 kg

NPK = 480 kg2/ha

2.106 kg/ha

= 0,00024 kg

= 0,24 gr

72

2.106

kg/ha = 10 kg

72 kg/ha NPK

NPK x 2.106 kg/ha = 72 kg/ha x 10 kg

NPK = 720 kg2/ha

2.106 kg/ha

= 0,00036 kg

= 0,36 g

Page 45: PENGARUH KAPUR KALSIT DAN PUPUK NPK ...repository.unja.ac.id/5283/1/PENGARUH KAPUR KALSIT DAN...PENGARUH KAPUR KALSIT DAN PUPUK NPK TERHADAP KECERNAAN Pennisetum polystachion SECARA

45

Lampiran 6. Rataan Bobot Kering Hijaun

Perlakuan Ulangan

jumlah Rataan SD I II III IV

K0P0 9,10 6,83 5,21 9,23 30,36 7,59 1,93

K0P1 9,93 17,67 15,21 14,43 57,25 14,31 3,23

K0P2 14,81 21,78 21,35 23,51 81,45 20,36 3,81

K0P3 9,57 14,57 18,26 16,77 59,17 14,79 3,80

K1P0 10,88 8,13 7,20 6,71 32,92 8,23 1,86

K1P1 16,64 10,90 10,82 14,10 52,46 13,11 2,80

K1P2 15,15 15,75 8,08 12,22 51,20 12,80 3,51

K1P3 14,71 15,73 19,18 17,38 67,01 16,75 1,96

Jumlah 100,79 111,36 105,31 114,36 431,82 107,95

Rataan 12,60 13,92 13,16 14,29 53,98 13,49

FK = [(431,82)2]

32

= 5827,12

JKT = [(9,10)2

+ (6,83)2+ (5,21)

2 + (9,23)

2 ....... + (17,38)

2 – FK

= 704,98

JKP = (30,36)2

+ (57,25)2 + (81,45)

2 + ....... + (67,01)

2 – FK

4

= 6632,5 - FK

4

= 129,57

JKG = JKT – JKP

= 205,19 - 129,57

= 75,62

Page 46: PENGARUH KAPUR KALSIT DAN PUPUK NPK ...repository.unja.ac.id/5283/1/PENGARUH KAPUR KALSIT DAN...PENGARUH KAPUR KALSIT DAN PUPUK NPK TERHADAP KECERNAAN Pennisetum polystachion SECARA

46

Lampiran 7. Tabel Dua Arah Bobot Kering Hijauan

Kapur

Kalsit PUPUK NPK Jumlah Rataan

P0 P1 P2 P3

K0 7,59 14,31 20,36 14,79 57,06 14,26

K1 8,23 13,11 12,80 16,75 50,90 12,72

jumlah 15,82 27,43 33,16 31,55

Rataan 7,91 13,71 16,58 15,77

JK (K) = (14,26)2 + (12,72)

2 – FK

16

= 18,97

JK (P) = (7,91)2 + (13,71)

2 + (16,58

2) + (15,77)

2 – FK

8

= 367,55

JK (K )(P) = JKP – JK (K) – JK (P)

= 493,31 - 367,55 – 18,97

= 106,79

Page 47: PENGARUH KAPUR KALSIT DAN PUPUK NPK ...repository.unja.ac.id/5283/1/PENGARUH KAPUR KALSIT DAN...PENGARUH KAPUR KALSIT DAN PUPUK NPK TERHADAP KECERNAAN Pennisetum polystachion SECARA

47

Lampiran 8. Analisis Ragam Bobot Kering Hijauan

F. Tabel

Sumber

Keragaman

(SK)

Derajat

Bebas

(dB)

Jumlah

Kuadrat

(JK)

Kuadrat

Tengah

(KT)

F.Hit 0,05 0,01

Perlakuan 7 493,31 70,47 7,99 2,42 3,50

Kapur 1 18,97 18,97 2,15 4,26 7,82

Pupuk 3 367,55 122,52 13,89* 3,01 4,72

K x P 3 106,79 35,60 4,04* 3,01 4,72

Galat 24 211,67 8,82

Total 31 1198,29

Uji Jarak Duncan Rataan Bobot Kering Hijauan

SX Pupuk NPK = √

=√

= 0,37

Perbandingan Jarak LSR

Nilai jarak LSR 2 3 4 5

SSR 0,05 2,92 3,08 3,16 3,23

LSR 0,05 1,08 1,14 1,17 1,20

Uji Lanjut Duncan

LSR

Perlakuan Rataan P2 P3 P1 P0 P 0,05

P2 16,58 0,81 2,87* 8,67* 2 1,08

P3 15,77 2,06* 7,86* 3 1,14

P1 13,71 5,80* 4 1,17

P0 7,91 5 1,20

Page 48: PENGARUH KAPUR KALSIT DAN PUPUK NPK ...repository.unja.ac.id/5283/1/PENGARUH KAPUR KALSIT DAN...PENGARUH KAPUR KALSIT DAN PUPUK NPK TERHADAP KECERNAAN Pennisetum polystachion SECARA

48

SX Pupuk NPK = √

=√

= 0,74

Perbandingan Jarak LSR

Uji Duncan interaksi PXK

LSR

Perlakuan Rataan KₒP2 K1P3 K0P3 K0P1 K1P1 K1P2 K1P0 K0P0 P 0,05

K0P2 20,36 3,61* 5,57* 6,05* 7,25* 7,56* 12,13* 12,77* 2 2,17

K1P3 16,75 2,44* 2,44* 3,64* 3,95* 8,52* 9,16* 3 2,29

K0P3 14,79 0,48 1,68 1,99 6,56* 7,20* 4 2,35

K0P1 14,31 1,20 1,20 6,08* 6,72* 5 2,40

K1P1 13,11 0,31 4,88* 5,52* 6 2,44

K1P2 12,80 4,57* 5,21* 7 2,46

K1P0 8,23 0,64 8 2,49

K0P0 7,59 9 2,50

Nilai jarak

LSR 2 3 4 5 6 7 8 9

SSR 0,05 2,92 3,08 3,16 3,23 3,28 3,32 3,35 3,37

LSR 0,05 2,17 2,29 2,35 2,40 2,44 2,46 2,49 2,50

Page 49: PENGARUH KAPUR KALSIT DAN PUPUK NPK ...repository.unja.ac.id/5283/1/PENGARUH KAPUR KALSIT DAN...PENGARUH KAPUR KALSIT DAN PUPUK NPK TERHADAP KECERNAAN Pennisetum polystachion SECARA

49

Lampiran 9. Rataan Kecernaan Bahan Kering (%)

Perlakuan Ulangan Jumlah Rataan

I II III IV

KₒPₒ 63,84 41,44 44,44 54,91 204,63 51,16

KₒP1 74,71 60,37 65,17 41,24 241,49 60,37

KₒP2 55,79 43,33 42,70 57,30 199,12 49,78

KₒP3 66,44 40,57 44,44 42,86 194,31 48,58

K1Pₒ 61,54 54,13 47,78 53,07 216,52 54,13

K1P1 44,75 48,60 51,12 60,00 204,47 51,12

K1P2 44,07 44,07 41,24 46,89 176,26 44,07

K1P3 53,41 45,45 47,73 67,05 213,65 53,41

Jumlah 464,55 377,97 384,61 423,32 1650,46 412,61

FK = [(1650,46)2]

32

= 2724004,028

32

= 85125,12588

JKT = [(63,84)2

+ (41,44)2+ (44,44)

2 + (54,91)

2 ....... + (67,05)

2 – FK

= 87796,60 - 85125,13

= 2671,48

JKP = (204,63)2

+ (241,49)2 + (199,12)

2 + ....... + (213,65)

2 – FK

4

= 343001,22- FK

4

= 625,18

JKG = JKT – JKP

= 2671,48 - 625,18

= 2046,30

Page 50: PENGARUH KAPUR KALSIT DAN PUPUK NPK ...repository.unja.ac.id/5283/1/PENGARUH KAPUR KALSIT DAN...PENGARUH KAPUR KALSIT DAN PUPUK NPK TERHADAP KECERNAAN Pennisetum polystachion SECARA

50

Lampiran 10. Tabel Dua Arah Kecernaan Bahan Kering (%)

Kapur

Kalsit(gr/polibag)

Pupuk NPK (gr/polibag) Jumlah Rataan

P0 P1 P2 P3

K0 51,16 60,37 49,78 48,58 209,89 52,47

K1 54,13 51,12 44,07 53,41 202,72 50,68

Jumlah 105,29 111,49 93,85 101,99 412,61 103,15

Rataan 52,64 55,75 46,92 51,00 206,31

JK (K) = (209,89)2 + (202,72)

2 – FK

16

= 25,67

JK (P) = (105,29)2 + (111,49)

2 + (93,85)

2 + (101,99)

2 – FK

8

= 324,14

JK (K )(P) = JKP – JK (K) – JK (P)

= 324,14 – 25,67

= 275,37

Page 51: PENGARUH KAPUR KALSIT DAN PUPUK NPK ...repository.unja.ac.id/5283/1/PENGARUH KAPUR KALSIT DAN...PENGARUH KAPUR KALSIT DAN PUPUK NPK TERHADAP KECERNAAN Pennisetum polystachion SECARA

51

Lampiran 11. Analisis Ragam Kecernaan Bahan Kering

Tabel 6. Analisis Ragam (KcBK)

F. Tabel

Sumber

Keragaman

(SK)

Derajat

Bebas

(dB)

Jumlah

Kuadrat (JK)

Kuadrat

Tengah

(KT)

F.Hit 0,05 0,01

Perlakuan 7 625,18 89,31 1,05 2,42 3,50

Kapur 1 25,67 25,67 0,30 4,26 7,82

Pupuk 3 324,14 108,05 1,27 3,01 4,72

K x P 3 275,37 91,79 1,08 3,01 4,72

Galat 24 2046,30 85,26

Total 31 3296,657587

Page 52: PENGARUH KAPUR KALSIT DAN PUPUK NPK ...repository.unja.ac.id/5283/1/PENGARUH KAPUR KALSIT DAN...PENGARUH KAPUR KALSIT DAN PUPUK NPK TERHADAP KECERNAAN Pennisetum polystachion SECARA

52

Lampiran 12. Produksi Bahan Kering Tercerna (g)

perlakuan Ulangan jumlah Rataan

SD I II III IV

KₒPₒ 5,81 2,83 2,32 5,07 16,02 4,00 1,69

KₒP1 7,42 10,67 9,92 5,95 33,95 8,49 2,19

KₒP2 8,26 9,44 9,12 13,47 40,29 10,07 2,32

KₒP3 6,36 5,91 8,11 7,19 27,57 6,89 0,97

K1Pₒ 6,69 4,40 3,44 3,56 18,10 4,52 1,51

K1P1 7,44 5,30 5,53 8,46 26,73 6,68 1,52

K1P2 6,68 6,94 3,33 5,73 22,68 5,67 1,64

K1P3 7,86 7,15 9,16 11,65 35,82 8,96 1,98

Jumlah 56,52 52,64 50,92 61,09 221,16 55,29

Rataan 7,07 6,58 6,36 7,64 27,65 6,91

FK = [(221,16)2]

32

= 1528,55

JKT = [(5,81)2

+ (2,83)2+ (2,32)

2 + (5,07)

2 ....... + (11,65)

2 – F

= 205,19

JKP = (16,02)2

+ (33,95)2 + (40,29)

2 + ....... + (35,82)

2 – FK

4

= 6632,5 - FK

4

= 493,31

JKG = JKT – JKP

= 704,98 – 493,31

= 211,67

Page 53: PENGARUH KAPUR KALSIT DAN PUPUK NPK ...repository.unja.ac.id/5283/1/PENGARUH KAPUR KALSIT DAN...PENGARUH KAPUR KALSIT DAN PUPUK NPK TERHADAP KECERNAAN Pennisetum polystachion SECARA

53

Lampiran 13. Tabel Dua Arah Produksi Bahan Kering Tercerna (g)

Kapur

Kalsit

(g/polybag)

Pupuk NPK Jumlah Rataan

P0 P1 P2 P3

K0 4,00 8,49 10,07 6,89 29,46 7,36

K1 4,52 6,68 5,67 8,96 25,83 6,46

jumlah 8,53 15,17 15,74 15,85 55,29 13,82

Rataan 4,26 7,59 7,87 7,92 27,65 6,91

JK (K) = (29,46)2 + (25,83)

2 – FK

16

= 6,57

JK (P) = (8,53)2 + (15,17)

2 + (15,74

2 + (15,85)

2 – FK

8

= 75,24

JK (K )(P) = JKP – JK (K) – JK (P)

= 75,24 – 6,57

= 47,75

Page 54: PENGARUH KAPUR KALSIT DAN PUPUK NPK ...repository.unja.ac.id/5283/1/PENGARUH KAPUR KALSIT DAN...PENGARUH KAPUR KALSIT DAN PUPUK NPK TERHADAP KECERNAAN Pennisetum polystachion SECARA

54

Lampiran 14. Analisis Ragam Produksi Bahan Kering Tercerna

F. Tabel

Sumber

Keragaman

(SK)

Derajat

Bebas

(dB)

Jumlah

Kuadrat

(JK)

Kuadrat

Tengah

(KT)

F.Hit 0,05 0,01

Perlakuan 7 129,57 18,51 5,87 2,42 3,50

Kapur 1 6,57 6,57 2,09 4,26 7,82

Pupuk 3 75,24 25,08 7,96* 3,01 4,72

K x P 3 47,75 15,92 5,05* 3,01 4,72

Galat 24 75,62 3,15

Total 31 259,14

Uji Jarak Duncan Rataan PBKT (g/polybag)

SX Kapur = √

=√

= 0,22

Jarak Perbandingan LSR

Nilai jarak LSR 2 3 4 5

SSR 0,05 2,92 3,08 3,16 3,23

LSR 0,05 0,65 0,68 0,70 0,72

Uji Lanjut Duncan

LSR

Perlakuan Rataan P3 P2 P1 P0 P 0,05

P3 7,92 0,05 0,34 3,66* 2 0,65

P2 7,87 0,28 3,61* 3 0,68

P1 7,59 3,32* 4 0,70

P0 4,26 5 0,72

Page 55: PENGARUH KAPUR KALSIT DAN PUPUK NPK ...repository.unja.ac.id/5283/1/PENGARUH KAPUR KALSIT DAN...PENGARUH KAPUR KALSIT DAN PUPUK NPK TERHADAP KECERNAAN Pennisetum polystachion SECARA

55

SX interaksi PxK = √

=√

= 0,44

Jarak Perbandingan LSR

Uji Lanjut Duncan

LSR

perlakuan rataan KₒP2 K1P3 KₒP1 KOP3 K1P1 K1P2 K1Pₒ KₒPₒ P 0,05

KₒP2 10,07 1,12 1,58* 3,18* 3,39* 4,40* 5,55* 6,07* 2 1,30

K1P3 8,96 0,47 2,06* 2,27* 3,29* 4,43* 4,95* 3 1,37

KₒP1 8,49 1,60* 1,80* 2,82* 3,96* 4,48* 4 1,40

KₒP3 6,89 0,21 1,22 2,37* 2,89* 5 1,43

K1P1 6,68 1,01 2,16* 2,68* 6 1,46

K1P2 5,67 1,14 1,66 7 1,47

K1Pₒ 4,52 0,52 8 1,49

KₒPₒ 4,00 9 1,50

Nilai jarak

LSR 2 3 4 5 6 7 8 9

SSR 0,05 2,92 3,08 3,16 3,23 3,28 3,32 3,35 3,37

LSR 0,05 1,30 1,37 1,40 1,43 1,46 1,47 1,49 1,50

Page 56: PENGARUH KAPUR KALSIT DAN PUPUK NPK ...repository.unja.ac.id/5283/1/PENGARUH KAPUR KALSIT DAN...PENGARUH KAPUR KALSIT DAN PUPUK NPK TERHADAP KECERNAAN Pennisetum polystachion SECARA

56

Lampiran 15. Rataan Kecernaan Bahan Organik (%)

Perlakuan Ulangan

Jumlah Rataan I II III IV

KₒPₒ 63,23 59,87 58,00 71,83 252,93 63,23

KₒP1 62,27 59,03 60,80 66,98 249,08 62,27

KₒP2 65,60 65,76 65,68 65,68 262,72 65,68

KₒP3 57,67 66,26 63,20 62,38 249,51 62,38

K1Pₒ 67,49 53,53 68,29 59,87 249,18 62,30

K1P1 60,85 60,68 69,60 63,71 254,84 63,71

K1P2 63,42 58,48 61,88 69,89 253,67 63,42

K1P3 56,15 62,64 56,73 51,41 226,93 56,73

Jumlah 496,68 486,25 504,18 511,75 1998,86 499,72

FK = [(1998,86)2]

32

= 3995441,3

32

= 124857,5406

JKT = [(63,23)2

+ (59,87)2+ (58)

2 + (71,83)

2 ....... + (51,41)

2 – FK

= 125558,035 - 124857,54

= 700,494

JKP = (252,93)2

+ (249,08)2 + (262,72)

2 + ....... + (226,93)

2 – FK

4

= 500171,106 - FK

4

= 185,236

JKG = JKT – JKP

=700,494 - 185,236

= 515,258

Page 57: PENGARUH KAPUR KALSIT DAN PUPUK NPK ...repository.unja.ac.id/5283/1/PENGARUH KAPUR KALSIT DAN...PENGARUH KAPUR KALSIT DAN PUPUK NPK TERHADAP KECERNAAN Pennisetum polystachion SECARA

57

Lampiran 16. Tabel 2 Arah Kecernaan Bahan Organik (%)

Kapur kalsit

(gr/polibag)

Pupuk NPK(gr/polibag) Jumlah Rataan

P0 P1 P2 P3

K0 63,23 62,27 65,68 62,38 253,56 63,39

K1 62,30 63,71 63,42 56,73 246,16 61,54

Jumlah 125,53 125,98 129,10 119,11 499,72 124,93

Rataan 62,76 62,99 64,55 59,56 249,86

JK (K) = (253,56)2 + (246,16)

2 – FK

16

= 27,417

JK (P) = (125,53)2 + (125,98)

2 + (129,10)

2 + (119,11)

2 – FK

8

= 105,388

JK (K )(P) = JKP – JK (K) – JK (P)

= 105,388 – 27,417

= 52,431

Page 58: PENGARUH KAPUR KALSIT DAN PUPUK NPK ...repository.unja.ac.id/5283/1/PENGARUH KAPUR KALSIT DAN...PENGARUH KAPUR KALSIT DAN PUPUK NPK TERHADAP KECERNAAN Pennisetum polystachion SECARA

58

Lampiran 17. Analisis Ragam Kecernaan Bahan Organik (%)

F. Tabel

Sumber

Keragaman

(SK)

Derajat

Bebas

(dB)

Jumlah

Kuadrat (JK)

Kuadrat

Tengah

(KT)

F.Hit 0,05 0,01

Perlakuan 7 185,24 26,46 1,23 2,42 3,50

Kapur 1 27,42 27,42 1,28 4,26 7,82

Pupuk 3 105,39 35,13 1,64 3,01 4,72

K x P 3 52,43 17,48 0,81 3,01 4,72

Galat 24 515,26 21,47

Total 31 885,7300306

Page 59: PENGARUH KAPUR KALSIT DAN PUPUK NPK ...repository.unja.ac.id/5283/1/PENGARUH KAPUR KALSIT DAN...PENGARUH KAPUR KALSIT DAN PUPUK NPK TERHADAP KECERNAAN Pennisetum polystachion SECARA

59

Lampiran 18. Rataan Produksi Bahan Organik Tercerna (g)

perlakuan Ulangan

Jumlah Rataan I II III IV

KₒPₒ 5,75 4,09 3,02 6,63 19,49 4,87

KₒP1 6,18 10,43 9,25 9,67 35,53 8,88

KₒP2 9,72 14,32 14,02 15,44 53,50 13,38

KₒP3 5,52 9,65 11,54 10,46 37,17 9,29

K1Pₒ 7,34 4,35 4,92 4,02 20,63 5,16

K1P1 10,12 6,62 7,53 8,98 33,25 8,31

K1P2 9,61 9,21 5,00 8,54 32,36 8,09

K1P3 8,26 9,86 10,88 8,94 37,94 9,48

Jumlah 62,51 68,53 66,16 72,68 269,87 67,47

FK = [(269,87)2]

32

= 2275,99

JKT = [(5,75)2

+ (4,09)2+ (3,02)

2 + (6,63)

2 ....... + (8,94)

2 – FK

= 2565,29 - 2275,99

= 289,30

JKP = (19,49)2

+ (35,53)2 + (53,50)

2 + ....... + (37,17)

2 – FK

4

= 9904,12 - FK

4

= 200,04

JKG = JKT – JKP

=289,30 - 200,04

= 89,26

Page 60: PENGARUH KAPUR KALSIT DAN PUPUK NPK ...repository.unja.ac.id/5283/1/PENGARUH KAPUR KALSIT DAN...PENGARUH KAPUR KALSIT DAN PUPUK NPK TERHADAP KECERNAAN Pennisetum polystachion SECARA

60

Lampiran 19. Tabel Dua Arah Produksi Bahan Organik Tercerna

Kapur

Kalsit

(g/polybag)

Pupuk NPK Jumlah Rataan

P0 P1 P2 P3

K0 4,87 8,88 13,38 9,29 36,42 9,11

K1 5,16 8,31 8,09 9,48 31,04 7,76

jumlah 10,03 17,20 21,46 18,78 67,47 16,87

Rataan 5,02 8,60 10,73 9,39 33,73

JK (K) = (9,11)2 + (7,76)

2 – FK

16

= 14,47

JK (P) = (10,03)2 + (17,20)

2 + (21,46)

2 + (18,78)

2 – FK

8

= 143,28

JK (K )(P) = JKP – JK (K) – JK (P)

= 200,04 - 143,28 - 14,47

= 42,29

Page 61: PENGARUH KAPUR KALSIT DAN PUPUK NPK ...repository.unja.ac.id/5283/1/PENGARUH KAPUR KALSIT DAN...PENGARUH KAPUR KALSIT DAN PUPUK NPK TERHADAP KECERNAAN Pennisetum polystachion SECARA

61

Lampiran 20. Analisis Ragam Produksi Bahan Organik Tercerna

F. Tabel

Sumber

Keragaman

(SK)

Derajat

Bebas

(dB)

Jumlah

Kuadrat

(JK)

Kuadrat

Tengah

(KT)

F.Hit 0,05 0,01

Perlakuan 7 200,04 28,58 7,68 2,42 3,50

kapur 1 14,47 14,47 3,89 4,26 7,82

pupuk 3 143,28 47,76 12,84* 3,01 4,72

K x P 3 42,29 14,10 3,79* 3,01 4,72

Galat 24 89,26 3,72

Total 31 400,09

Uji Jarak Duncan Rataan KcBK (g)

SX Pupuk NPK = √

=√

= 0,24

Jarak perbandingan LSR

Nilai jarak LSR 2 3 4 5

SSR 0,05 2,92 3,08 3,16 3,23

LSR 0,05 0,70 0,74 0,76 0,78

Uji lanjut Duncan

LSR

Perlakuan Rataan P2 P3 P1 P0 P 0,05

P2 10,73 1,34* 2,13* 5,72* 2 0,70

P3 9,39 0,79 4,37* 3 0,74

P1 8,60 3,58* 4 0,76

P0 5,02 5 0,78

Page 62: PENGARUH KAPUR KALSIT DAN PUPUK NPK ...repository.unja.ac.id/5283/1/PENGARUH KAPUR KALSIT DAN...PENGARUH KAPUR KALSIT DAN PUPUK NPK TERHADAP KECERNAAN Pennisetum polystachion SECARA

62

SX Pupuk NPK = √

=√

= 0,48

Nilai jarak LSR

Nilai jarak LSR 2 3 4 5 6 7 8 9

SSR 0,05 2,92 3,08 3,16 3,23 3,28 3,32 3,35 3,37

LSR 0,05 1,41 1,48 1,52 1,56 1,58 1,60 1,62 1,62

Uji Lanjut Duncan interaksi PxK

LSR

Perlakuan Rataan KₒP2 K1P3 KₒP3 KₒP1 K1P1 K1P2 K1Pₒ KₒPₒ P 0,05

KₒP2 13,38 3,89* 4,08* 4,49* 5,06* 5,29* 8,22* 8,50* 2 1,41

K1P3 9,48 0,19 0,60 1,17 1,39 4,33* 4,61* 3 1,48

KₒP3 9,29 0,41 0,98 1,20 4,14* 4,42* 4 1,52

KₒP1 8,88 0,57 0,79 3,73* 4,01* 5 1,56

K1P1 8,31 0,22 3,16* 3,44* 6 1,58

K1P2 8,09 2,93* 3,22* 7 1,60

K1Pₒ 5,16 0,28 8 1,62

KₒPₒ 4,87 9 1,62