Top Banner
PENGARUH FRAKSI EKSTRAK DAUN SIRIH MERAH DAN SIRIH HIJAU TERHADAP PERTUMBUHAN KOLONI, SPORULASI DAN PERKECAMBAHAN SPORA Colletotrichum musae (Berkeley et Curtis) Arx SECARA IN VITRO (Skripsi) Oleh Fransiskus Ellyando Sinaga FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2016
53

PENGARUH FRAKSI EKSTRAK DAUN SIRIH MERAH …digilib.unila.ac.id/23373/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfFransiskus Ellyando Sinaga Hasil penelitian menunjukkan bahwa fraksi ekstrak

Mar 17, 2018

Download

Documents

lycong
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: PENGARUH FRAKSI EKSTRAK DAUN SIRIH MERAH …digilib.unila.ac.id/23373/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfFransiskus Ellyando Sinaga Hasil penelitian menunjukkan bahwa fraksi ekstrak

PENGARUH FRAKSI EKSTRAK DAUN SIRIH MERAH DAN SIRIH

HIJAU TERHADAP PERTUMBUHAN KOLONI, SPORULASI

DAN PERKECAMBAHAN SPORA Colletotrichum musae

(Berkeley et Curtis) Arx SECARA IN VITRO

(Skripsi)

Oleh

Fransiskus Ellyando Sinaga

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2016

Page 2: PENGARUH FRAKSI EKSTRAK DAUN SIRIH MERAH …digilib.unila.ac.id/23373/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfFransiskus Ellyando Sinaga Hasil penelitian menunjukkan bahwa fraksi ekstrak

ABSTRAK

PENGARUH FRAKSI EKSTRAK DAUN SIRIH MERAH DAN SIRIH

HIJAU TERHADAP PERTUMBUHAN KOLONI, SPORULASI

DAN PERKECAMBAHAN SPORA Colletotrichum musae

(Berkeley et Curtis) Arx SECARA IN VITRO

Oleh

FRANSISKUS ELLYANDO SINAGA

Penyakit antraknosa merupakan salah satu penyakit yang menyerang buah pisang.

Penyakit pascapanen ini disebabkan oleh Colletotrichum musae. Salah satu

alternative yang dapat digunakan untuk mengendalikan serangan penyakit tersebut

adalah dengan menggunakan fungisida nabati. Tujuan dari penelitian ini adalah

untuk mengetahui pengaruh fraksi ekstrak daun sirih merah dan hijau terhadap

pertumbuhan koloni, sporulasi, dan perkecambahan spora C. musae. Penelitian

dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas

Lampung pada bulan September hingga November 2015. Penelitian disusun

dalam Rancangan Acak Lengkap dengan enam perlakuan dalam empat ulangan.

Perlakuan tersebut adalah fungisida kimiawi berbahan aktif iprodion, kontrol,

fraksi sirih merah dalam pelarut akuades, fraksi sirih merah dalam pelarut alkohol,

fraksi sirih hijau dalam pelarut akuades dan fraksi sirih hijau dalam pelarut

alkohol. Data hasil pengamatan dianalisis dengan menggunakan analisis ragam,

kemudian dilanjutkan dengan Uji BNT (Beda Nyata Terkecil) pada taraf 5%.

Page 3: PENGARUH FRAKSI EKSTRAK DAUN SIRIH MERAH …digilib.unila.ac.id/23373/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfFransiskus Ellyando Sinaga Hasil penelitian menunjukkan bahwa fraksi ekstrak

Fransiskus Ellyando Sinaga

Hasil penelitian menunjukkan bahwa fraksi ekstrak daun sirih merah dan hijau

dalam pelarut alkohol mampu menekan dan menghambat pertumbuhan koloni,

sporulasi, dan perkecambahan spora C. musae. Penggunaan pelarut alkohol dalam

proses ekstraksi memberikan hasil yang berbeda dengan penggunaan pelarut

akuades. Daun sirih merah dan hijau yang diekstraksi dengan pelarut alkohol

terbukti mampu menekan dan menghambat pertumbuhan koloni, sporulasi, dan

perkecambahan spora C. musae.

Kata kunci: Colletotrichum musae, daun sirih merah, daun sirih hijau, pelarut

alkohol, pelarut akuades.

Page 4: PENGARUH FRAKSI EKSTRAK DAUN SIRIH MERAH …digilib.unila.ac.id/23373/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfFransiskus Ellyando Sinaga Hasil penelitian menunjukkan bahwa fraksi ekstrak

PENGARUH FRAKSI EKSTRAK DAUN SIRIH MERAH DAN SIRIH

HIJAU TERHADAP PERTUMBUHAN KOLONI, SPORULASI

DAN PERKECAMBAHAN SPORA Colletotrichum musae

(Berkeley et Curtis) Arx SECARA IN VITRO

Oleh

FRANSISKUS ELLYANDO SINAGA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar

SARJANA PERTANIAN

Pada

Jurusan Agroteknologi

Fakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2016

Page 5: PENGARUH FRAKSI EKSTRAK DAUN SIRIH MERAH …digilib.unila.ac.id/23373/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfFransiskus Ellyando Sinaga Hasil penelitian menunjukkan bahwa fraksi ekstrak
Page 6: PENGARUH FRAKSI EKSTRAK DAUN SIRIH MERAH …digilib.unila.ac.id/23373/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfFransiskus Ellyando Sinaga Hasil penelitian menunjukkan bahwa fraksi ekstrak
Page 7: PENGARUH FRAKSI EKSTRAK DAUN SIRIH MERAH …digilib.unila.ac.id/23373/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfFransiskus Ellyando Sinaga Hasil penelitian menunjukkan bahwa fraksi ekstrak
Page 8: PENGARUH FRAKSI EKSTRAK DAUN SIRIH MERAH …digilib.unila.ac.id/23373/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfFransiskus Ellyando Sinaga Hasil penelitian menunjukkan bahwa fraksi ekstrak

vii

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Muara Bungo pada tanggal 05 November 1993. Penulis

merupakan anak tunggal dari pasangan Bapak K. Sinaga dengan Ibu Lopian Donata

Turnip. Pendidikan formal awal penulis dimulai dari Taman Kanak-Kanak Pertiwi

Rimbo Bujang, Kecamatan Wirotho Agung, Kabupaten Tebo (1998-1999). Penulis

kemudian melanjutkan pendidikan ke Sekolah Dasar Negeri 195 Rimbo Bujang

(1999-2005). Penulis melanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama Negeri 3 Tebo

(2005-2008) lalu menuju Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Tebo (2008-2011). Pada

tahun 2011, penulis diterima sebagai mahasiswa di Jurusan Agroteknologi Fakultas

Pertanian Strata 1 (S1) Reguler Mandiri Universitas Lampung melalui jalur Ujian

Masuk Lokal Perguruan Tinggi Negeri (UMLPTN).

Penulis pernah menjadi anggota aktif Persatuan Mahasiswa Agroteknologi (PERMA

AGT) dan Dewan Perwakilan Mahasiswa Fakultas Pertanian (DPM-F). Kontribusi

penulis sewaktu menjadi anggota aktif PERMA AGT adalah sebagai anggota bidang

Dana dan Usaha (2012-2013), anggota bidang Kaderisasi (2013/2014), dan

Penanggung Jawab Sementara PERMA AGT (2014/2015). Sedangkan kontribusi

penulis untuk DPM-F adalah sebagai anggota komisi C (2013/2014). Pada tahun

2014 penulis melaksanakan mata kuliah Praktik Umum (PU) di Balai Besar

Page 9: PENGARUH FRAKSI EKSTRAK DAUN SIRIH MERAH …digilib.unila.ac.id/23373/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfFransiskus Ellyando Sinaga Hasil penelitian menunjukkan bahwa fraksi ekstrak

viii

Penelitian Tanaman Padi Subang Jawa Barat dan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa

Margasari, Kecamatan Gunung Terang, Kabupaten Tulang Bawang Barat pada tahun

2015.

Page 10: PENGARUH FRAKSI EKSTRAK DAUN SIRIH MERAH …digilib.unila.ac.id/23373/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfFransiskus Ellyando Sinaga Hasil penelitian menunjukkan bahwa fraksi ekstrak

Belajarlah dimana ada kearifan, dimana kekuatan, dan dimana pengertian.

Supaya sekaligus kau ketahui tempat umur panjang dan kehidupan,

tempat cahaya mata dan damai sejahtera.

(Barukh 3 : 14)

Seseorang tidak akan pernah belajar apapun,

jika ia tidak merendahkan hati terlebih dahulu.

(Unknown)

Cukuplah kematian sebagai pelajaran bagimu.

(Ibnul Khattab)

When you compare them to the poor caged birds that

have forgotten to fly, crows are much better.

Being a Crow is good enough for me.

(Genji Takiya – Crows Zero II)

Pikiran adalah kumpulan persepsi, perhitungan, kenangan, insting,

tapi akhirnya keputusan terpenting tidak dibuat oleh pikiran kita.

Dimana kita menemukan hal terdalam dari kecerdasan kita,

semuanya berasal dari dalam hati.

(Dr. Cassidy – Intelligence)

Page 11: PENGARUH FRAKSI EKSTRAK DAUN SIRIH MERAH …digilib.unila.ac.id/23373/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfFransiskus Ellyando Sinaga Hasil penelitian menunjukkan bahwa fraksi ekstrak

PERSEMBAHAN

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa,

Kupersembahkan karya ini dengan diiringi penuh rasa

syukur dan bangga sebagai ungkapan hormat, kasih sayang,

dan baktiku kepada:

“Ibu dan Ayah”

yang senantiasa selalu menjadi sumber penyemangat,

pemberi motivasi, serta doa bagi penulis sehingga penulis

dapat menyelesaikan skripsi ini.

Dan juga teruntuk Sahabat seperjuangan, serta

ALMAMATER TERCINTA

Page 12: PENGARUH FRAKSI EKSTRAK DAUN SIRIH MERAH …digilib.unila.ac.id/23373/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfFransiskus Ellyando Sinaga Hasil penelitian menunjukkan bahwa fraksi ekstrak

xi

SANWACANA

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa penulis panjatkan atas segala berkat,

dan limpahan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Melalui tulisan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada seluruh pihak

yang telah terlibat dalam membantu penulisan skripsi dan juga dalam pelaksanaan

penelitian, yaitu kepada:

1. Bapak Ir. Joko Prasetyo, M. S., selaku Pembimbing Utama yang telah

memberikan bimbingan, motivasi, arahan, saran, nasihat, dan ilmu selama

penulis melaksanakan penelitian dan penyusunan skripsi.

2. Bapak Ir. Efri, M.S., selaku Pembimbing Kedua atas bimbingan, motivasi,

saran, nasihat, pemikiran, dan ilmu dalam proses menyelesaikan skripsi.

3. Bapak Dr. Radix Suharjo, S.P., M.Agr., selaku Pembahas dan dosen

pembimbing akademik atas segala ilmu, nasehat, saran, dan pengarahan yang

telah diberikan.

4. Bapak Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.S., selaku Dekan Fakultas

Pertanian Universitas Lampung.

5. Ibu Prof. Dr. Ir. Sri Yusnaini, M.Si., selaku Ketua Jurusan Agroteknologi

Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

Page 13: PENGARUH FRAKSI EKSTRAK DAUN SIRIH MERAH …digilib.unila.ac.id/23373/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfFransiskus Ellyando Sinaga Hasil penelitian menunjukkan bahwa fraksi ekstrak

xii

6. Bapak dan Mama tercinta untuk segala doa, kasih sayang, kesabaran,

pengorbanan, dukungan, dan cinta yang tak pernah putus dan usang kepada

penulis dalam setiap langkah untuk menggapai cita-cita.

7. Teman-teman dalam berbagai kisah dan cerita perjuangan Arbi, Nia, Felix,

Galih, Putri, Fransiska, Ika, Eka, Mifta, Mas Jul, Mas Yudi, Bayu, Mas Ari,

Kak Arman, Mas Andre, Yoga, Firdaus, Wiwit, Lita, Risa, Nisya, Yohan,

Thoriq, Hanna, Cindy, Silvia dan Mas Su untuk semua tawa, canda, tangis, dan

getir dalam menggapai angan dan mimpi.

8. Rekan-rekan Agroteknologi 11”, senior, dan adik-adik yang tidak dapat penulis

sebutkan satu-persatu.

Semoga Tuhan selalu memberkati, melindungi, dan melimpahkan rahmat kepada

kalian semua, dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi siapa saja yang membaca.

Bandar Lampung, Agustus 2016

Penulis,

Fransiskus Ellyando Sinaga

Page 14: PENGARUH FRAKSI EKSTRAK DAUN SIRIH MERAH …digilib.unila.ac.id/23373/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfFransiskus Ellyando Sinaga Hasil penelitian menunjukkan bahwa fraksi ekstrak

xiii

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ................................................................................................... xiii

DAFTAR TABEL .......................................................................................... xv

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xvii

I. PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

1.1. Latar Belakang dan Masalah ............................................................... 1

1.2. Tujuan Penelitian ................................................................................ 4

1.3. Kerangka Pemikiran ............................................................................ 4

1.4. Hipotesis .............................................................................................. 6

II. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 7

2.1. Pisang .................................................................................................. 7

2.2. Penyakit Antraknosa ........................................................................... 13

2.3. Sirih Merah (Piper crocatum Ruiz & Pav) ......................................... 18

2.4. Sirih Hijau (Piper betle Linn) ............................................................. 20

III. BAHAN DAN METODE ........................................................................ 23

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................. 23

3.2. Bahan dan Alat .................................................................................... 23

3.3. Metode Penelitian............................................................................... 24

3.4. Pelaksanaan Penelitian ........................................................................ 24

3.5. Pengamatan ......................................................................................... 27

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................... 30

4.1 Hasil Penelitian ................................................................................... 30

4.2 Pembahasan ......................................................................................... 34

V. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 40

Page 15: PENGARUH FRAKSI EKSTRAK DAUN SIRIH MERAH …digilib.unila.ac.id/23373/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfFransiskus Ellyando Sinaga Hasil penelitian menunjukkan bahwa fraksi ekstrak

xiv

5.1 Kesimpulan ......................................................................................... 40

5.2 Saran ................................................................................................... 41

PUSTAKA ACUAN ....................................................................................... 42

LAMPIRAN .................................................................................................... 45

Page 16: PENGARUH FRAKSI EKSTRAK DAUN SIRIH MERAH …digilib.unila.ac.id/23373/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfFransiskus Ellyando Sinaga Hasil penelitian menunjukkan bahwa fraksi ekstrak

xv

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Pengaruh ekstrak sirih merah dan sirih hijau terhadap pertumbuhan koloni

C. musae ...................................................................................................... 30

2. Pengaruh ekstrak sirih merah dan sirih hijau terhadap sporulasi

C. musae ...................................................................................................... 32

3. Pengaruh ekstrak sirih merah dan sirih hijau terhadap perkecambahan

spora C. musae ............................................................................................ 33

4. Uji homogenitas pertumbuhan koloni Colletotrichum musae pada 2 hsi ... 46

5. Analisis ragam pertumbuhan koloni C. musae pada 2 hsi .......................... 46

6. Uji BNT (Beda Nyata Terkecil) pertumbuhan koloni C. musae pada 2 hsi

.......................................................................................................................... 46

7. Uji homogenitas pertumbuhan koloni Colletotrichum musae pada 3 hsi ... 47

8. Analisis ragam pertumbuhan koloni C. musae pada 3 hsi .......................... 47

9. Uji BNT (Beda Nyata Terkecil) pertumbuhan koloni C. musae pada 3 hsi

.......................................................................................................................... 48

10. Uji homogenitas pertumbuhan koloni Colletotrichum musae pada 4 hsi .. 48

11. Analisis ragam pertumbuhan koloni C. musae pada 4 hsi ........................ 49

12. Uji BNT (Beda Nyata Terkecil) pertumbuhan koloni C. musae pada 4 hsi

.......................................................................................................................... 49

13. Uji homogenitas pertumbuhan koloni Colletotrichum musae pada 5 hsi

.......................................................................................................................... 49

14. Analisis ragam pertumbuhan koloni C. musae pada 5 hsi ........................ 50

Page 17: PENGARUH FRAKSI EKSTRAK DAUN SIRIH MERAH …digilib.unila.ac.id/23373/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfFransiskus Ellyando Sinaga Hasil penelitian menunjukkan bahwa fraksi ekstrak

xvi

15. Uji BNT (Beda Nyata Terkecil) pertumbuhan koloni C. musae pada 5 hsi

.......................................................................................................................... 50

16. Uji homogenitas pertumbuhan koloni Colletotrichum musae pada 6 hsi

.......................................................................................................................... 50

17. Analisis ragam pertumbuhan koloni C. musae pada 6 hsi ........................ 51

18. Uji BNT (Beda Nyata Terkecil) pertumbuhan koloni C. musae pada 6 hsi

.......................................................................................................................... 51

19. Uji homogenitas pertumbuhan koloni Colletotrichum musae pada 7 hsi

.......................................................................................................................... 52

20. Analisis ragam pertumbuhan koloni C. musae pada 7 hsi ........................ 52

21. Uji BNT (Beda Nyata Terkecil) pertumbuhan koloni C. musae pada 7 hsi

.......................................................................................................................... 52

22. Uji homogenitas pertumbuhan koloni Colletotrichum musae pada 8 hsi

.......................................................................................................................... 53

23. Analisis ragam pertumbuhan koloni C. musae pada 8 hsi ........................ 53

24. Uji BNT (Beda Nyata Terkecil) pertumbuhan koloni C. musae pada 8 hsi

.......................................................................................................................... 54

25. Uji homogenitas pertumbuhan koloni Colletotrichum musae pada 9 hsi

.......................................................................................................................... 54

26. Analisis ragam pertumbuhan koloni C. musae pada 9 hsi ........................ 55

27. Uji BNT (Beda Nyata Terkecil) pertumbuhan koloni C. musae pada 9 hsi

.......................................................................................................................... 55

28. Uji homogenitas pertumbuhan koloni Colletotrichum musae pada 10 hsi

.......................................................................................................................... 55

29. Analisis ragam pertumbuhan koloni C. musae pada 10 hsi ...................... 56

30. Uji BNT (Beda Nyata Terkecil) pertumbuhan koloni C. musae pada 10 hsi

.......................................................................................................................... 56

31. Uji homogenitas kerapatan spora Colletotrichum musae pada 15 hsi ...... 56

32. Analisis ragam kerapatan spora C. musae pada 15 hsi ............................ 57

33. Uji BNT (Beda Nyata Terkecil) kerapatan spora C. musae pada 15 hsi ... 57

Page 18: PENGARUH FRAKSI EKSTRAK DAUN SIRIH MERAH …digilib.unila.ac.id/23373/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfFransiskus Ellyando Sinaga Hasil penelitian menunjukkan bahwa fraksi ekstrak

xvii

34. Uji homogenitas perkecambahan spora Colletotrichum musae pada 16 hsi

.......................................................................................................................... 58

35. Analisis ragam perkecambahan spora C. musae pada 16 hsi .................... 58

36. Uji BNT (Beda Nyata Terkecil) perkecambahan spora C. musae pada 16 hsi

.......................................................................................................................... 58

Page 19: PENGARUH FRAKSI EKSTRAK DAUN SIRIH MERAH …digilib.unila.ac.id/23373/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfFransiskus Ellyando Sinaga Hasil penelitian menunjukkan bahwa fraksi ekstrak

xviii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Buah pisang ................................................................................................. 7

2. Tanaman pisang .......................................................................................... 9

3. Konidia Colletotrichum musae ................................................................... 15

4. Daun Sirih Merah ........................................................................................ 19

5. Daun Sirih Hijau ......................................................................................... 21

6. Ilustrasi pertumbuhan koloni jamur ............................................................. 27

7. Hifa dan konidia Colletotrichum musae pada perbesaran 400x .................. 60

8. Koloni C. musae pada umur 10 hari ............................................................ 60

9. Konidia C. musae pada pengamatan kerapatan spora 15 hsi dengan perbesaran

400x ............................................................................................................. 61

10. Konidia C. musae yang berkecambah pada 16 hsi dengan perbesaran 400x

.......................................................................................................................... 61

11. Inokulasi patogen ke media PSA ............................................................... 62

12. Proses isolasi dan aplikasi .......................................................................... 62

Page 20: PENGARUH FRAKSI EKSTRAK DAUN SIRIH MERAH …digilib.unila.ac.id/23373/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfFransiskus Ellyando Sinaga Hasil penelitian menunjukkan bahwa fraksi ekstrak

1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang dan Masalah

Pisang (Musa spp.) merupakan salah satu jenis tanaman hortikultura. Hasil dari

tanaman ini yang paling umum dimanfaatkan adalah bagian buahnya. Buah

pisang biasa dikonsumsi untuk memenuhi kebutuhan gizi manusia. Buah pisang

merupakan produk hortikultura yang memiliki kandungan gizi yang cukup

beragam. Kandungan gizi buah pisang diantaranya adalah vitamin (A, B1 dan C),

mineral (kalium, natrium, chlor, magnesium, fosfor) dan karbohidrat 25%.

Senyawa-senyawa tersebut merupakan senyawa yang mudah dicerna oleh tubuh

(Nuryani dan Soedjono,1999 dalam Rumahlewang dan Amanupunyo, 2012).

Menurut Hadi (2005) dalam Rumahlewang dan Amanupunyo (2012), pisang

merupakan tanaman asli Asia Tenggara dan banyak tersebar di daerah tropis,

termasuk Indonesia. Hampir diseluruh Indonesia kita dapat menjumpai tanaman

pisang. Di Indonesia banyak masyarakat maupun perusahaan yang bergerak di

bidang pertanian yang membudidayakan tanaman pisang. Indonesia merupakan

negara penghasil pisang ke-4 didunia. Produksi buah pisang secara kesuluruhan

di Indonesia pada tahun 2014 adalah 7.008 407 ton (Badan Pusat Statistik, 2014).

Page 21: PENGARUH FRAKSI EKSTRAK DAUN SIRIH MERAH …digilib.unila.ac.id/23373/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfFransiskus Ellyando Sinaga Hasil penelitian menunjukkan bahwa fraksi ekstrak

2

Menurut Badan Pusat Statistik Indonesia (2012), pisang memberikan kontribusi

terhadap produksi buah nasional yang mencapai 34% yaitu 6.189.052 ton dari

16.348.456 ton produksi buah nasional. Sebaran daerah produksi pisang hampir

di seluruh wilayah di Indonesia, dengan sebaran produksi tertinggi berada di

Pulau Jawa, Jawa Barat, Jawa Timur dan Jawa Tengah yaitu sebesar 5.108.377

ton atau 63,7% dari total produksi pisang nasional, sedangkan didaerah lainnya

seperti Lampung, Sumatera Utara dan Sumatera Selatan sebesar 940.390 ton atau

19,3%, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah dan Sulawesi Utara sebesar 6%,

sisanya dari Nusa Tenggara, Bali dan Kalimantan.

Mengingat tingginya minat masyarakat terhadap buah pisang sebagai buah segar

yang dapat langsung dikonsumsi, maka berbagai usaha dilakukan untuk

meningkatkan produksi buah pisang. Namun upaya tersebut menemui hambatan

karena adanya berbagai kendala, salah satunya adalah serangan Organisme

Pengganggu Tanaman (OPT). Salah satu OPT tersebut adalah Colletotrichum

musae, penyebab penyakit Antraknosa. Penyakit Antraknosa merupakan penyakit

pasca panen pada buah pisang. Penyakit tersebut akan menurunkan kualitas buah

pisang karena buah pisang membusuk dan rusak sebelum matang sempurna.

Penyakit ini terdapat pada semua negara penghasil pisang dunia dan merupakan

penyakit terpenting pada buah. Patogen dapat menyerang buah muda (mentah)

maupun buah yang tua (matang), tetapi gejala baru muncul tidak pada buah

matang. Gejala yang ditimbulkan pada permukaan kulit buah menyebabkan buah

tidak menarik untuk dikomsumsi. Semua kultivar dapat diganggu oleh patogen

Page 22: PENGARUH FRAKSI EKSTRAK DAUN SIRIH MERAH …digilib.unila.ac.id/23373/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfFransiskus Ellyando Sinaga Hasil penelitian menunjukkan bahwa fraksi ekstrak

3

ini, meskipun ketahanan atau kerentanannya berbeda antara satu kultivar dengan

kultivar lainnya (Semangun, 2007).

Berbagai metode pengendalian yang dapat dilakukan adalah dengan penanaman

varietas/klon yang tahan, pengendalian hayati, maupun pengendalian kimiawi.

Namun kecenderungan yang selama ini terjadi justru para petani menggunakan

fungisida sintetis pada tanaman hortikultura. Metode pengendalian tersebut

dipandang praktis dan cepat, hanya saja metode pengendalian dengan

menggunakan fungisida sintetis memberikan dampak negatif seperti mencemari

lingkungan, membunuh organisme bukan sasaran, maupun menimbulkan

resistensi terhadap OPT.

Alternatif lain yang dapat digunakan yaitu metode pengendalian yang lebih ramah

lingkungan dan aman bagi kesehatan manusia. Metode pengendalian dengan

memanfatkan ekstrak tumbuhan yang telah diketahui mampu menekan

perkembangan dan pertumbuhan patogen sebagai fungisida nabati.

Menurut Barus (2007), ekstrak daun sirih dan daun nimba efektif dalam menekan

penyakit karat daun pada tanaman kedelai. Akan tetapi, penggunaan daun sirih

untuk mengendalikan penyakit pascapanen belum banyak dilakukan dan belum

memuaskan. Oleh karena itu, maka perlu dilakukan penelitian terhadap potensi

sirih merah dan sirih hijau sebagai fungisida nabati untuk mengendalikan C.

musae, penyebab penyakit Antraknosa pada buah pisang di penyimpanan.

Page 23: PENGARUH FRAKSI EKSTRAK DAUN SIRIH MERAH …digilib.unila.ac.id/23373/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfFransiskus Ellyando Sinaga Hasil penelitian menunjukkan bahwa fraksi ekstrak

4

1.2 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh fraksi ekstrak daun sirih

merah (Piper crocatum Ruiz & Pav) dan daun sirih hijau (Piper betle L.) terhadap

pertumbuhan, sporulasi, dan perkecambahan spora Colletotrichum musae secara

in vitro.

1.3 Kerangka Pemikiran

Fungisida nabati merupakan fungisida yang berasal dari ekstrak tanaman hidup

dan mampu menekan pertumbuhan jamur penyebab penyakit (patogen) serta

memiliki beberapa keunggulan dibandingkan fungisida sintetis. Fungisida nabati

mengandung komponen kimia yang ramah terhadap lingkungan karena residu

yang dihasilkan mudah terdegradasi di alam. Keunggulan lainnya dari fungisida

nabati yaitu tidak berbahaya bagi manusia apabila terjadi kontak.

Salah satu jenis tanaman yang dapat dijadikan sebagai bahan ekstraksi fungisida

nabati adalah tanaman dari golongan famili Piperaceae. Contoh tanaman dari

famili Piperaceae adalah tanaman sirih. Daun sirih mengandung minyak atsiri

yang diketahui bersifat aktif biologis sebagai anti bakteri dan anti jamur.

Kandungan senyawa kimia minyak atsiri pada daun sirih sekitar 0,8 - 1,8 %

(terdiri atas chavikol, chavibetol (betel phenol), allylprocatechol

(hydroxychavikol), allypyrocatechol-mono dan diacetate, karvakrol, eugenol,

Page 24: PENGARUH FRAKSI EKSTRAK DAUN SIRIH MERAH …digilib.unila.ac.id/23373/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfFransiskus Ellyando Sinaga Hasil penelitian menunjukkan bahwa fraksi ekstrak

5

p.cymene, cineole, caryophyllene, cadinene, esragol, terpenena, seskuiterpena,

fenil propane, tannin, diastase, karoten, tiamin, riboflavin, asam nikotinat,

vitamin C, gula, pati dan asam amino (Arsensi, 2012).

Menurut hasil penelitian Parwata (2009) bahwa kandungan minyak atsiri pada

daun sirih, rimpang lengkuas, rimpang temu kunci, dan kunyit berperan dalam

aktivitas antijamur. Aktivitas tersebut diduga disebabkan karena adanya senyawa

fenolik bermolekul rendah yang banyak terdapat pada minyak atsiri tersebut.

Hasil penelitian Satryawibowo (2014) menunjukkan bahwa ekstrak daun sirih

mampu menekan pertumbuhan dan perkembangan jamur Colletotrichum capsici.

Jamur tersebut merupakan patogen dari penyakit Antraknosa pada tanaman cabai.

Menurut Arsensi (2012), bahwa pemberian ekstrak daun sirih mampu menekan

perkembangan penyakit Bulai pada tanaman jagung dan cenderung menghasilkan

pertumbuhan dan produksi tongkol jagung manis yang lebih baik dibandingkan

dengan tanpa pemberian ekstrak daun sirih.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut dan kerangka pemikiran yang telah

dikemukakan, maka dilakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh ekstrak

daun sirih merah dan daun sirih hijau terhadap pertumbuhan koloni, sporulasi, dan

perkecambahan spora C. musae secara in vitro.

Page 25: PENGARUH FRAKSI EKSTRAK DAUN SIRIH MERAH …digilib.unila.ac.id/23373/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfFransiskus Ellyando Sinaga Hasil penelitian menunjukkan bahwa fraksi ekstrak

6

1.4 Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah :

1. Fraksi ekstrak daun sirih merah dan daun sirih hijau dapat menekan

pertumbuhan koloni, sporulasi, dan perkecambahan spora C. musae secara

in vitro.

2. Masing-masing fraksi ekstrak daun sirih merah dan daun sirih hijau

akan menimbulkan pengaruh yang berbeda terhadap pertumbuhan koloni,

sporulasi, dan perkecambahan spora C. musae secara in vitro.

Page 26: PENGARUH FRAKSI EKSTRAK DAUN SIRIH MERAH …digilib.unila.ac.id/23373/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfFransiskus Ellyando Sinaga Hasil penelitian menunjukkan bahwa fraksi ekstrak

7

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pisang

Tanaman pisang merupakan salah satu komoditas dari tanaman hortikultura yang

seringkali kita temukan dan tidak begitu sulit untuk dibudidayakan. Kandungan

nutrisi pada buah pisang yang cukup tinggi menjadikan buah pisang potensial

untuk dapat mendukung ketahanan pangan. Karbohidrat yang cukup tinggi

menjadikan buah pisang dapat dijadikan sebagai alternatif bahan pangan alternatif

dalam kondisi tertentu.

Gambar 1. Buah Pisang

Page 27: PENGARUH FRAKSI EKSTRAK DAUN SIRIH MERAH …digilib.unila.ac.id/23373/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfFransiskus Ellyando Sinaga Hasil penelitian menunjukkan bahwa fraksi ekstrak

8

2.1.1 Klasifikasi Ilmiah

Menurut Tjitrosoepomo (1988) dalam Ivayani (2013), sistematika (taksonomi)

tanaman pisang diklasifikasikan sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Sub divisi : Angiospermae

Kelas : Monocotyledonae

Famili : Musaceae

Genus : Musa

Spesies : Musa spp.

2.1.2 Morfologi

Pisang merupakan tanaman herba yang hanya berbuah sekali (monokarpik)

kemudian akan mati. Tinggi tanaman pisang berkisar antara 2 hingga 9 meter.

Akarnya serabut, mampu menyebar hingga 4-5 meter (Ashari, 2006). Batang

pisang yang sesungguhnya disebut bonggol. Bonggol terdapat di dalam tanah.

Pada sepertiga bagian bonggol sebelah atas terdapat tunas anakan. Kuncup bunga

terletak pada bagian ujung bunga. Kuncup bunga tersebut oleh seludang (bractea)

berwarna merah kecokelatan. Seludang tersebut akan jatuh ke tanah apabila

bunga telah terbuka. Bunga betina berkembang secara normal. Namun hal

tersebut tidak terjadi pada bunga jantan. Bunga jantan terletak pada bagian ujung

bunga dan tidak berkembang. Bunga biasanya terletak dan membentuk sebagai

Page 28: PENGARUH FRAKSI EKSTRAK DAUN SIRIH MERAH …digilib.unila.ac.id/23373/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfFransiskus Ellyando Sinaga Hasil penelitian menunjukkan bahwa fraksi ekstrak

9

kelompok-kelompok. Setiap kelompok dikenal sebagai sisir. Sisir tersebut

tersusun rapi pada tandan buah (Rismunandar, 1990; Robinson & Souco, 2010

dalam Ivayani, 2013).

Setiap jenis pisang mengandung komposisi gizi yang berbeda. Rata-rata setiap

100 gram daging pisang mengandung 70 gram air, 1,2 gram protein, 0,3 gram

lemak, 27 gram pati, dan 0,5 gram serat. Kandungan potasium pada buah pisang

adalah 400mg/100g. buah pisang kaya akan vitamin C, B6, vitamin A, thiamin,

riboflavin, dan niacin. Energi yang terkandung pada setiap 100 gram buah pisang

berkisar antara 275-465 kiloJoule (Ashari, 2006).

Gambar 2. Tanaman pisang (Kalahi, 2015).

Page 29: PENGARUH FRAKSI EKSTRAK DAUN SIRIH MERAH …digilib.unila.ac.id/23373/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfFransiskus Ellyando Sinaga Hasil penelitian menunjukkan bahwa fraksi ekstrak

10

2.1.3 Syarat Tumbuh

2.1.3.1 Iklim

Tanaman pisang akan tumbuh dan berkembang dengan baik pada daerah beriklim

tropis panas. Daerah yang beriklim tropis dan memiliki matahari penuh sabgat

mendukung proses budidaya tanaman pisang. Curah hujan bulanan yang

diperlukan berkisar antara 200 - 220 mm. Kapasitas lapang yang dibutuhkan

sekitar 60 - 70%, sehingga proses pengairan harus dilakukan terutama pada

musim panas. Pada kondisi tanpa air, pisang masih tetap tumbuh karena air

disuplai dari batangnya yang berair tetapi produksinya sangat sedikit. Tanaman

pisang sangat peka terhadap angin aliran angin yang kencang. Daun pisang

dengan mudah akan robek apabila diterjang angin kencang dan berakibat pada

produksi yang tidak maksimal (Ashari, 2006).

2.1.3.2 Media Tanam

Media tanam yang baik bagi tanaman pisang adalah tanah yang gembur, kaya

akan bahan organik (3%), memiliki drainase yang baik. Drainase yang baik akan

mampu menjaga kapasitas lapang, dan menghindarkan genangan dari lahan.

Tanaman pisang mampu hidup pada tanah dengan pH 4,5 – 8,5 dengan pH

optimal 6,0. Pada kasus-kasus dimana pH tanah yang rendah, maka dapat ditaburi

dolomit untuk meningkatkan pH tanah (Ashari, 2006).

Page 30: PENGARUH FRAKSI EKSTRAK DAUN SIRIH MERAH …digilib.unila.ac.id/23373/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfFransiskus Ellyando Sinaga Hasil penelitian menunjukkan bahwa fraksi ekstrak

11

2.1.3.3 Ketinggian Tempat

Tanaman pisang merupakan tanaman yang dapat hidup pada dataran rendah

maupun dataran tinggi. Di Indonesia, pisang dapat tumbuh di dataran rendah

sampai dataran tinggi sekitar 2.000 m dpl (Rismunandar, 1990; Robinson &

Souco, 2011 dalam Ivayani, 2013).

2.1.4 Budidaya Tanaman Pisang

Perbanyakan tanaman pisang untuk menunjang kegiatan budidaya biasanya

dilakukan melalui anakannya. Selain menggunakan anakan, perbanyakan juga

dilakukan melalui bonggol dan kultur jaringan. Namun perbanyakan melalui

bonggol sangat sulit dilakukan karena pertumbuhannya cenderung lambat,

sedangkan perbanyakan melalui kultur jaringan dilaporkan menimbulkan kasus

mutasi genetik (Ashari, 2006).

Untuk penanaman, jumlah tanaman pisang yang ditanam per hektar sekitar 1000 -

- 3000 tanaman. Proses penanaman diawali dengan pemberian ajir sebagai tanda

dan jarak tanam. Jarak antar ajir 2,5x4 m. Tempat-tempat yang telah diberi ajir

lalu digali dan dibuat lubang tanam dengan ukuran 60 cm x 60 cm x 60 cm.

Lubang tanam dan tanah galian tersebut dibiarkan selama satu minggu. Tujuan

dari hal tersebut adalah untuk mengurangi kelembaban tanah (Suhardiman, 1997;

Avivi & Ikrawati, 2004 dalam Ivayani, 2013). Kondisi tanah yang lembab sangat

Page 31: PENGARUH FRAKSI EKSTRAK DAUN SIRIH MERAH …digilib.unila.ac.id/23373/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfFransiskus Ellyando Sinaga Hasil penelitian menunjukkan bahwa fraksi ekstrak

12

berpotensi menjadi media tumbuhnya patogen dan menyebabkan tanaman rentan

terserang penyakit.

Sama seperti dengan tanaman lain, tanaman pisang membutuhkan unsur hara yang

cukup agar produktivitasnya terjaga dalam kondisi optimum. Unsur hara tersebut

dapat ditambahkan melalui pemupukan. Pemupukan merupakan salah satu cara

untuk menjaga maupun meningkatkan produksi. Menurut Ashari (2006), setiap

produksi buah pisang sebanyak 30 ton dibutuhkan 50 kg N, 15 kg P2O5, 175 K2O,

10 kg CaO, dan 25 kg MgO. Untuk pupuk produksi pabrik biasanya diberikan 3 -

- 6 kali dari masa awal tanam hingga munculnya bunga. Dosis pupuk biasanya

disesuaikan dengan kondisi tanah, iklim, dan jenis kultivar. Oleh karena faktor-

faktor tersebut dosis pupuk sangat bervariasi (Ashari, 2006).

Kegiatan perawatan tanaman pisang antara lain yaitu, penjarangan anakan,

pemotongan bunga jantan setelah berbuah, pendangiran, pemotongan daun kering,

dan sanitasi. Pada saat tanaman telah menghasilkan bunga maka sebaiknya

tandan dibungkus dengan plastik atau sejenisnya. Pembungkusan bertujuan

mencegah serangan lalat buah dan menghindarkan buah dari cacat. Pada satu

rumpun induk pisang sebaiknya hanya 2 anakan saja yang dipelihara. Jumlah

anakan yang terlalu banyak dapat menyebabkan persaingan dalam

memperebutkan cahaya matahari, air, dan unsur hara. Pengendalian gulma juga

penting dilakukan. Herbisida yang dapat dipakai adaalah herbisida pratanam dan

herbisida kontak (Ashari, 2006).

Page 32: PENGARUH FRAKSI EKSTRAK DAUN SIRIH MERAH …digilib.unila.ac.id/23373/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfFransiskus Ellyando Sinaga Hasil penelitian menunjukkan bahwa fraksi ekstrak

13

Produksi tanaman pisang bervariasi antara 3 -- 60 ton per hektar. Produksi

tersebut sangat dipengaruhi oleh kondisi iklim, kesuburan tanah, dan jenis

kultivar. Pisang Cavendish merupakan salah satu kultivar tanaman pisang dengan

produksi yang cukup tinggi. Produksinya mampu mencapai 100 ton per hektar

(Ashari, 2006).

2.2 Penyakit Antraknosa

2.2.1 Gejala

Gejala yang timbul pada pohon pisang yang terserang Antraknosa adalah terjadi

bercak-bercak klorosis berwarna putih kekuningan yang bagian tengahnya

menjadi berwarna cokelat. Bercak bercak berkembang memanjang, searah

dengan tulang-tulang daun. Bercak-bercak ini dapat menyatu menjadi bercak

yang lebih besar dan akhirnya menyebabkan daun menjadi kering layu.

Penyakit Antraknosa yang muncul di lapangan biasanya terdapat buah pisang

yang masih mentah. Bagian-bagian tertentu pada buah warnanya akan berubah

dari hijau menjadi kuning. Pada permukaan kulit buah yang sudah berwarna

hitam atau yang sudah membusuk akan timbul bintik-bintik merah kecokelatan

yang terdiri atas kumpulan tubuh buah (aservulus) patogen. Buah yang sudah

parah akibat terserang penyakit biasanya akan kering dan berkeriput.

Page 33: PENGARUH FRAKSI EKSTRAK DAUN SIRIH MERAH …digilib.unila.ac.id/23373/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfFransiskus Ellyando Sinaga Hasil penelitian menunjukkan bahwa fraksi ekstrak

14

Pada buah yang sudah matang dalam simpanan, serangan penyakit akan

menimbulkan bercak-bercak kecil berwarna coklat kehitaman dengan tepi

kebasah-basahan. Bercak-bercak dapat membesar atau bersatu, dan agak

mengendap. Pada permukaan bercak terjadi titik-titik merah jambu yang terdiri

atas kumpulan tubuh buah jamur penyebab penyakit (Semangun, 2007).

2.2.2 Penyebab Penyakit

Penyakit Antraknosa pada buah pisang disebabkan oleh jamur Colletotrichum

musae (Berk. et Curt.) Arx, yang dulu banyak dikenal sebagai Myxosporium

musae Berk. et Curt. dan Gloeosporium musarum Cke. et Mass. Jamur ini

memiliki konidiumjorong atau jorong memanjang, hialin, berukuran 11 -- 17 x 4 -

- 6 µm, sering memiliki tetes-tetes di dalamnya. Konidium dibentuk pada ujung

konidiofor yang panjangnya dapat mencapai 30 µm, dengan lebar 3 -- 5 µm.

Konidium dan konidiofor terbentuk dalam aservulus yang terletak pada

permukaan bagian tanaman yang terinfeksi. Aservulus bulat atau memanjang ,

garis tengah sekitar 400 µm, dan jarang memiliki seta. Dalam biakan murni

aservulus sangat jarang membentuk seta (Semangun, 2007).

Page 34: PENGARUH FRAKSI EKSTRAK DAUN SIRIH MERAH …digilib.unila.ac.id/23373/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfFransiskus Ellyando Sinaga Hasil penelitian menunjukkan bahwa fraksi ekstrak

15

Gambar 3. Konidia (dalam lingkaran) Colletotrichum musae (Lim dkk., 2015).

2.2.3 Daur Penyakit

Konidium C. musae dipencarkan oleh percikan air sisa-sisa tanaman pisang.

Konidium berkecambah dengan membentuk pembuluh kecambah yang

membentuk spresorium dan dapat mengadakan penetrasi secara langsung pada

kutikula kulit buah di lapang. Setelah menginfeksi melalui apresorium jamur lalu

berkembang sedikit di bawah kutikula lalu berhenti menjadi laten. Jamur dapat

berada dalam keadaan laten selama lebih dari 5 bulan. Infeksi permulaan seperti

ini banyak terjadi namun hanya sedikit yang nantinya berkembang menjadi bercak

antraknos pada saat buah mulai menguning setelah dipetik. Jamur akan

berkembang tanpa melalui masa laten jika infeksi terjadi melalui luka pada kulit

buah, sedangkan Antraknosa pada buah hijau umumnya terjadi karena infeksi

nonlaten melalui luka.

Page 35: PENGARUH FRAKSI EKSTRAK DAUN SIRIH MERAH …digilib.unila.ac.id/23373/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfFransiskus Ellyando Sinaga Hasil penelitian menunjukkan bahwa fraksi ekstrak

16

Mengenai terjadinya masa laten pada infeksi buah mentah terdapat 4 pendapat

yang mengungkapkan hal tersebut. Pendapat pertama mengatakan bahwa jamur

tidak berkembang karena pada buah yang mentah kandungan bahan makanannya

kurang. Pendapat berikutnya mengatakan bahwa jamur tidak mempunyai enzim

yang mampu untuk memecah jaaringan buah yang masih mentah. Pendapat

ketiga menyatakan bahwa buah pisang yang masih mentah memiliki tannin yang

menyebabkan jamur tidak dapat berkembang. Selanjutnya pendapat terakhir

menyebutkan perubahan metabolisme buah pisang selama proses pematangan

turut mempengaruhi perkembangan jamur (Semangun, 2007).

Konidium yang menular pada buah dapat berasal dari daun sakit yang masih

basah maupun yang telah kering serta berasal dari sisa-sisa bunga yang telah mati.

Infeksi patogen dapat terjadi sewaktu buah pisang sedang berada dalam masa

pemeraman. Jamur mampu menginfeksi sisir buah melalui luka yang terjadi

akibat pemotongan dari tandan buah. Hal ini memicu pembusukan pada tangkai

buah dan dapat mennyebabkan buah terlepas (Semangun, 2007).

2.2.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penyakit

Konidium terbentuk pada suhu 25 -- 350 C dengan keadaan optimum berkisar

pada suhu 27 -- 300 C. Penyakit Antraknosa lebih banyak terjadi sewaktu musim

hujan karena tekstur kulit pisang menjadi lebih lunak dan hal tersebut

menguntungkan jamur patogen.

Page 36: PENGARUH FRAKSI EKSTRAK DAUN SIRIH MERAH …digilib.unila.ac.id/23373/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfFransiskus Ellyando Sinaga Hasil penelitian menunjukkan bahwa fraksi ekstrak

17

Jenis-jenis kultivar buah pisang di Indonesia yang tahan terhadap penyakit

Antraknosa adalah Ambon Kuning, Raja Temen. Pisang Tanduk dan Raja

Gintung paling rentan. Salah satu faktor yang mempengaruhi perkembangan

jamur adalah penggunaan karbid untuk mempercepat pemasakan buah pisang.

Pemberian karbid akan memperpendek masa inkubasi dan meningkatkan

intensitas Antraknosa (Semangun, 2007).

2.2.5 Pengelolaan

Menurut Gaham (1971), dan Holliday (1980) dalam Semangun (2007) berikut

berbagai cara pengendalian terhadap penyakit Antraknosa:

1. Membersihkan kebun pisang dari daun-daun yang telah mati dan sisa-

sisa bunga. Jangan menutupi buah yang baru dipanen dengan daun-daun

buah pisang yang mati.

2. Buah pisang yang telah dipanen langsung dibawa ke tempat

penyimpanan atau ruang pemeraman.

3. Menjaga kebersihan ruang pemeraman atau gudang penyimpanan.

4. Menghindarkan buah dari luka untuk meminimalkan dari resiko

penetrasi patogen.

5. Pencucian buah harus menggunakan air steril dan bersih.

6. Apabila memang sangat dibutuhkan, maka buah dapat dicelupkan atau

disemprot dengan menggunakan larutan fungisida. Bahan aktif fungisida

tersebut diantaranya adalah thiabendazol, benofil, dan thiofanat.

Dilaporkan dari Thailand bahwa salah satu cara pengendalian terhadap

Page 37: PENGARUH FRAKSI EKSTRAK DAUN SIRIH MERAH …digilib.unila.ac.id/23373/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfFransiskus Ellyando Sinaga Hasil penelitian menunjukkan bahwa fraksi ekstrak

18

penyakit Antraknosa adalah dengan menyimpan buah pisang pada suhu 15

-- 200

C.

Pengendalian penyakit Antraknosa dapat dilakukan dengan menggunakan

fungisida kimiawi yang terdapat dalam berbagai merk di pasaran. Paltontic 61

WC, Benlate, dan Delsene MX 200 merupakan berbagai produk merk dagang

fungisida kimiawi untuk mengendalikan penyakit Antraknosa. Fungisida kimiawi

tersebut diaplikasikan sewaktu buah berada dalam penyimpanan dan kondisi

mentah (Suyanti dan Supriyadi, 2008).

2.3 Sirih Merah (Piper crocatum Ruiz & Pav)

2.3.1 Klasifikasi Ilmiah

Klasifikasi ilmiah Sirih Merah adalah sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Super Divisi : Spermatophyta

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Piperales

Famili : Piperaceae

Genus : Piper

Spesies : Piper crocatum Ruiz & Pav (Sudewo, 2005).

Page 38: PENGARUH FRAKSI EKSTRAK DAUN SIRIH MERAH …digilib.unila.ac.id/23373/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfFransiskus Ellyando Sinaga Hasil penelitian menunjukkan bahwa fraksi ekstrak

19

2.3.2 Morfologi tanaman

Sirih merah merupakan tanaman yang tumbuh menjalar. Batangnya bulat

berwarna hijau keunguan dan tidak berbunga. Daunnya bertangkai berbentuk

jantung dengan bagian atas meruncing, bertepi rata dan permukaannya mengkilap

atau tidak berbulu. Panjang daunnya bisa mencapai 15-20 cm. Warna daun

bagian atas hijau bercorak warna putih keabu-abuan. Bagian bawah daun

berwarna merah cerah. Batangnya bersulur dan beruas dengan jarak buku 5-10

cm. Di setiap buku tumbuh bakal akar (Sudewo, 2005).

Sirih merah merupakan tanaman yang tumbuh merambat. Tinggi tanaman dapat

mencapai 10 m bergantung pada pertumbuhan dan tempat merambatnya. Tekstur

batang sirih berkayu lunak, beruas-ruas, beralur dan berwarna hijau keabu-abuan.

Bentuk daun tunggal sirih merah seperti jantung hati, permukaan daun licin, serta

bagian tepi rata dan pertulangannya menyirip (Syariefa, 2006 dalam Bhakti,

2012).

Gambar 4. Daun Sirih Merah

Page 39: PENGARUH FRAKSI EKSTRAK DAUN SIRIH MERAH …digilib.unila.ac.id/23373/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfFransiskus Ellyando Sinaga Hasil penelitian menunjukkan bahwa fraksi ekstrak

20

Sirih merah bisa tumbuh dengan baik ditempat yang teduh dan tidak

terlalu banyak terkena sinar matahari. Jika terkena sinar matahari langsung

pada siang hari secara terus menerus warna merah daunnya bisa menjadi

pudar, buram, dan kurang menarik. Tanaman sirih merah akan tumbuh

baik jika mendapatkan 60 -- 75 % cahaya matahari (Sudewo, 2005).

2.3.3 Kandungan Senyawa Kimia

Daun sirih merah memiliki kandungan kimia dengan khasiat tertentu yang disebut

dengan metabolit sekunder yang menyimpan senyawa aktif seperti flavonoid,

alkaloid, terpenoid, cyanogenic, glucoside, isoprenoid, nonprotein amino acid,

eugenol. Senyawa flavonoid dan polevenolad memiliki sifat antioksidan,

antidiabetik, antikanker, antiseptik, dan antiinflamasi (Sudewo, 2005).

2.4 Sirih Hijau (Piper betle Linn)

2.4.1 Klasifikasi Ilmiah

Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Piperales

Famili : Piperaceae

Genus : Piper

Page 40: PENGARUH FRAKSI EKSTRAK DAUN SIRIH MERAH …digilib.unila.ac.id/23373/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfFransiskus Ellyando Sinaga Hasil penelitian menunjukkan bahwa fraksi ekstrak

21

Spesies : Piper betle Linn (Moeljanto dan Mulyono, 2006).

2.4.2 Morfologi

Sirih merupakan tanaman herbal, yang memanjang dengan tinggi tanaman dapat

mencapai 2-4 m. Batang tanaman berbentuk bulat dan lunak, beruas-ruas,

beralur-alur dan berwarna hijau abu-abu. Sirih memiliki daun yang tunggal dan

letaknya berseling dengan bentuk bervariasi mulai dari bundar sampai oval, ujung

daun runcing, pangkal daun berbentuk jantung atau agak bundar asimetris

(Harman, 2013).

Gambar 5. Daun Sirih Hijau

Daun sirih memiliki warna yang bervariasi yaitu kuning, hijau sampai hijau tua

dan berbau aromatis. Batangnya berwarna hijau tembelek atau hijau agak

kecoklatan dan permukaan kulitnya kasar serta berkerut-kerut. Sirih hidup subur

Page 41: PENGARUH FRAKSI EKSTRAK DAUN SIRIH MERAH …digilib.unila.ac.id/23373/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfFransiskus Ellyando Sinaga Hasil penelitian menunjukkan bahwa fraksi ekstrak

22

dengan ditanam di atas tanah gembur yang tidak terlalu lembab dan memerlukan

cuaca tropika dengan kebutuhan air yang mencukupi (Harman, 2013).

2.4.3 Kandungan Senyawa Kimia

Kandungan senyawa kimia yang mudah ditemui pada daun sirih hijau adalah

senyawa minyak atsiri. Minyak atsiri terdiri dari hidroksi kavikol, kavibetol,

estragol, eugenol, metileugenol, karbakrol, terpen, seskuiterpen, fenilpropan, dan

tannin. Kavikol merupakan komponen paling banyak dalam minyak atsiri yang

memberi bau khas pada sirih. Kavikol bersifat mudah teroksidasi dan dapat

menyebabkan perubahan warna (Moeljanto dan Mulyono, 2006).

Selain minyak atsiri, daun sirih hijau juga mengandung senyawa fenolik. Senyawa

fenolik merupakan senyawa antioksidan yang umumnya terdapat pada tumbuhan.

Golongan senyawa fenolik adalah flavonoid, turunan asam sinamat, kumarin,

tokoferol, dan asam-asam polifungsional (Pratt dan Hudson, 1990).

Page 42: PENGARUH FRAKSI EKSTRAK DAUN SIRIH MERAH …digilib.unila.ac.id/23373/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfFransiskus Ellyando Sinaga Hasil penelitian menunjukkan bahwa fraksi ekstrak

23

III. BAHAN DAN METODE

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian,

Universitas Lampung. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September --

November 2015.

3.2 Bahan dan Alat

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain adalah aquades,

alkohol, media Potato Sukrose Agar (PSA), daun sirih merah, daun sirih hijau,

NaOCl 0,5%, dan biakan murni C. musae.

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cawan petri, lampu Bunsen,

pinset, korek api, Laminar Air Flow, alat fraksinasi sederhana, haemocytometer,

tabung reaksi, timbangan, gelas ukur, pipet tetes, nampan, alat tulis, jarum ose,

mikroskop, autoklaf, rota mixer, labu Erlenmeyer, blender, mikropipet, penggaris,

preparat cembung, pinset, label, plastik wrap, dan kaca preparat.

Page 43: PENGARUH FRAKSI EKSTRAK DAUN SIRIH MERAH …digilib.unila.ac.id/23373/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfFransiskus Ellyando Sinaga Hasil penelitian menunjukkan bahwa fraksi ekstrak

24

3.3 Metode Penelitian

Penelitian ini disusun dalam Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan rancangan

perlakuan tunggal. Terdapat 6 perlakuan, yaitu kontrol yang dicampur dengan

fungisida kimiawi berbahan aktif iprodion (P1), kontrol (P2), fraksi ekstrak daun

sirih merah dalam pelarut akuades (P3), fraksi ekstrak daun sirih merah dalam

pelarut alkohol (P4), fraksi ekstrak daun sirih hijau dalam pelarut akuades (P5),

dan fraksi ekstrak daun sirih hijau dalam pelarut alkohol (P6) dalam 4 ulangan.

Setelah data diperoleh, kemudian dilakukan uji homogenitas dengan

menggunakan uji Bartlett, selanjutnya dilakukan analisa ragam dan apabila nyata

maka dilanjutkan dengan uji BNT (Beda Nyata Terkecil) pada taraf 5 %.

3.4 Pelaksanaan Penelitian

3.4.1 Penyiapan biakan murni C. musae

Tahapan proses isolasi untuk mendapatkan biakan murni adalah sebagai berikut:

1. Bagian buah (kulit) dipotong dengan ukuran 2 x 2 mm (setengah bagian

tanaman sakit dan setengahnya lagi sehat).

2. Potongan kulit buah yang sakit tersebut kemudian direndam ke dalam

larutan NaOCL 0,5% selama 1 menit dan diulang sebanyak 2 kali.

Selanjutnya kulit buah dibilas dengan menggunakan larutan akuades.

Kulit buah dibilas 2 kali lalu dikeringkan di atas kertas tisu.

Page 44: PENGARUH FRAKSI EKSTRAK DAUN SIRIH MERAH …digilib.unila.ac.id/23373/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfFransiskus Ellyando Sinaga Hasil penelitian menunjukkan bahwa fraksi ekstrak

25

3. Kulit buah yang telah dikeringkan selanjutnya diinokulasikan ke dalam

media PSA dan diinkubasi selama 3 -- 5 hari.

4. C. musae yang didapat lalu diperbanyak pada media tumbuh yang baru.

3.4.2 Pembuatan fraksi ekstrak daun sirih merah dan daun sirih hijau

Ekstrak yang akan digunakan dalam penelitian ini berasal dari daun sirih merah

dan daun sirih hijau. Ekstrak kering yang didapatkan berasal dari proses

fraksinasi bertingkat. Proses fraksinasi bertingkat adalah proses memisahkan

senyawa-senyawa kimia berdasarkan tingkat kepolarannya dan menggunakan

pelarut berbeda polaritasnya.

Pelarut yang digunakan dalam penelitian ini adalah aquades dan alkohol masing-

masing sebanyak 1000 ml untuk setiap perlakuan. Daun yang digunakan adalah

daun segar dan telah dibersihkan dengan menggunakan air. Daun seberat 100 g

dicampur dengan aquades sebanyak 1000 ml kemudian diblender. Larutan dari

daun sirih tersebut kemudian diekstraksi dengan menggunakan alat fraksinasi

sederhana. Alat tersebut terbuat dari pipa paralon dan terdiri dari 3 sambungan

sebagai penyaring. Penyaring yang digunakan pada setiap sambungan adalah kain

kasa. Pada sambungan pertama hingga ke-4 diletakkan arang aktif di atas kain

kasa. Arang aktif tersebut berfungsi sebagai filter senyawa-senyawa polar dan

non-polar yang terdapat pada larutan ekstrak yang akan disaring. Apabila proses

ekstraksii terhadap larutan dari daun sirih dan aquades telah selesai, sisa daun

sirih dari larutan jangan dibuang. Selanjutnya, dituangkan alkohol sebanyak 1000

Page 45: PENGARUH FRAKSI EKSTRAK DAUN SIRIH MERAH …digilib.unila.ac.id/23373/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfFransiskus Ellyando Sinaga Hasil penelitian menunjukkan bahwa fraksi ekstrak

26

ml melalui bagian atas alat fraksinasi. Larutan yang menetes kemudian

ditampung ke dalam wadah yang berbeda. Hasil ekstraksi dari kedua jenis larutan

daun sirih tersebut dibiarkan sampai kering pada suhu ruang.

3.4.3 Uji penghambatan terhadap C. musae

Uji penghambatan pada C. musae dilaksanakan dengan menggunakan teknik

makanan beracun (Poisoned Food Technique). Pengujian ini bertujuan untuk

mengetahui pengaruh fraksi ekstrak daun sirih merah dan daun sirih hijau pada C.

musae yang diinokulasikan pada media campuran. Langkah awal yaitu

menghomogenkan media PSA dan daun sirih yang telah diekstraksi.

Perbandingan konsentrasi antara media PSA dengan ekstrak kering daun sirih

adalah 1000 ml : 1 gram. Media PSA dengan volume 1000 ml diaduk dengan

ekstrak kering daun sirih yang sebanyak 1 gram. Setelah itu, media campuran

dituangkan ke dalam cawan petri. Selanjutnya, biakan murni C. musae

diinokulasikan ke media campuran tersebut, lalu diinkubasi pada ruangan dengan

suhu kamar yang sesuai.

Untuk perlakuan kontrol positif, metode yang dilakukan sama dengan metode uji

penghambatan C. musae pada fraksi ekstrak daun sirih. Perbandingan konsentrasi

antara media PSA yang dicampur dengan fungisida kimiawi tersebut adalah 1000

ml : 1 gram. Fungisida kimiawi yang digunakan dalam penelitian ini adalah

fungisida kimiawi berbahan aktif iprodion. Penggunaan fungisida kimiawi ini

Page 46: PENGARUH FRAKSI EKSTRAK DAUN SIRIH MERAH …digilib.unila.ac.id/23373/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfFransiskus Ellyando Sinaga Hasil penelitian menunjukkan bahwa fraksi ekstrak

27

didasarkan pada perusahaan dan petani budidaya tanaman pisang di Lampung

yang umum menggunakan fungisida kimiawi tersebut dalam mengendalikan

penyakit Antraknosa pada buah pisang.

3.5 Pengamatan

Peubah yang diamati untuk mengetahui pengaruh ekstrak daun sirih terhadap

pertumbuhan dan perkembangan C. musae adalah pertumbuhan koloni, sporulasi,

dan perkecambahan spora.

3.5.1 Pertumbuhan koloni

Pertumbuhan koloni C. musae pada cawan petri dapat diketahui dengan cara

mengukur diameter koloni dari jamur C. musae yang tumbuh di media campur

pada cawan petri. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan penggaris lalu

mengukur secara tegak lurus antara titik tumbuh C. musae yang terletak di tengah

cawan petri hingga tepi diameter koloni. Pengukuran dilakukan dari empat arah

agar didapatkan nilai pertumbuhan koloni yang akurat. Pengamatan pertumbuhan

diameter koloni dilakukan pada hari ke-2 hingga hari ke-10 setelah inokulasi.

Data tersebut selanjutnya diolah dengan menggunakan rumus tertentu untuk

menghitung laju pertumbuhan koloni C. musae. Berikut adalah rumus yang

digunakan:

D1+D2+D3+D4

D=

4

Page 47: PENGARUH FRAKSI EKSTRAK DAUN SIRIH MERAH …digilib.unila.ac.id/23373/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfFransiskus Ellyando Sinaga Hasil penelitian menunjukkan bahwa fraksi ekstrak

28

Gambar 6. Ilustrasi diameter koloni jamur (Ronaldi, 2014)

Keterangan: D = diameter Colletotrichum musae (cm)

3.5.2 Sporulasi

Untuk mengetahui nilai sporulasi C. musae, maka perlu dilakukan penghitungan

kerapatan spora dengan menggunakan metode Haemocytometer. Spora diambil

dengan cara membuat lima titik bor gabus pada biakan murni. Selanjutnya lima

titik biakan murni yang dilubangi dengan bor gabus tersebut dimasukkan ke

dalam tabung reaksi sebagai suspensi awal (100). Suspensi tersebut kemudian

dihomogenkan dengan menggunakan rota mixer, lalu diencerkan hanya sampai

pada 10-1

.

Pengenceran bertingkat dilakukan dengan memindahkan suspensi awal sebanyak

1 ml ke dalam akuades pada tabung reaksi dengan volume 4 ml. Setelah itu

diambil spora dari suspense 10-1

dengan menggunakan mikropipet lalu diteteskan

ke Haemocytometer. Penghitungan spora dilakukan secara langsung di bawah

mikroskop. Kerapatan spora dapat dihitung melalui rumus Lomer dan Lomer

(2004) sebagai berikut:

Page 48: PENGARUH FRAKSI EKSTRAK DAUN SIRIH MERAH …digilib.unila.ac.id/23373/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfFransiskus Ellyando Sinaga Hasil penelitian menunjukkan bahwa fraksi ekstrak

29

C = c.10n

Keterangan : c = X . 2,5 . 105 . 10

n (kotak sedang)

n

= tingkat pengenceran

3.5.3 Perkecambahan spora

Perkecambahan spora dapat diketahui dengan cara menghitung jumlah spora yang

berkecambah dan tidak berkecambah pada suspensi. Suspensi didapatkan dengan

cara membuat lima titik bor gabus pada biakan murni. Selanjutnya lima titik

biakan murni yang dilubangi dengan bor gabus tersebut dimasukkan ke dalam

tabung reaksi sebagai suspensi awal (100). Suspensi tersebut kemudian

dihomogenkan dengan menggunakan rota mixer. Suspensi spora dari masing --

perlakuan kemudian diteteskan pada preparat cekung sebanyak 25 ɱl, diinkubasi

selama 24 jam dalam keadaan lembab, lalu diamati dibawah mikroskop.

Perkecambahan spora dapat dihitung dengan rumus Gabriel dan Riyatno (1989)

sebagai berikut:

g

V= x 100 %

(g+u)

Keterangan :

V : perkecambahan spora

g : jumlah spora yang berkecambah

u : jumlah spora yang tidak berkecambah

Page 49: PENGARUH FRAKSI EKSTRAK DAUN SIRIH MERAH …digilib.unila.ac.id/23373/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfFransiskus Ellyando Sinaga Hasil penelitian menunjukkan bahwa fraksi ekstrak

40

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Fraksi daun sirih merah dan daun sirih hijau pada pelarut alkohol

mampu menekan dan menghambat pertumbuhan koloni, sporulasi, dan

perkecambahan C. musae.

2. Fraksi daun sirih merah pada pelarut akuades efektif menghambat

pertumbuhan koloni C. musae hingga 5 hsi.

3. Fraksi daun sirih hijau pada pelarut alkohol memiliki kemampuan

paling efektif dalam menekan sporulasi C. musae.

4. Fungisida kimiawi berbahan aktif iprodion lebih baik dalam

menghambat pertumbuhan koloni C. musae dibandingkan dengan fraksi

ekstrak daun sirih.

5. Fraksi ekstrak daun sirih lebih baik dalam menekan sporulasi dan

menghambat perkecambahan spora C. musae dibandingkan dengan

fungisida kimiawi berbahan aktif iprodion.

Page 50: PENGARUH FRAKSI EKSTRAK DAUN SIRIH MERAH …digilib.unila.ac.id/23373/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfFransiskus Ellyando Sinaga Hasil penelitian menunjukkan bahwa fraksi ekstrak

41

5.2 Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dan hasil yang didapat, penulis

menyarankan agar dilakukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan ekstrak

daun sirih merah dan hijau yang yang telah diproses melalui fraksinasi bertingkat

pada pelarut alkohol untuk mengetahui kemampuan kedua perlakuan tersebut

terhadap C. musae secara in vivo.

Page 51: PENGARUH FRAKSI EKSTRAK DAUN SIRIH MERAH …digilib.unila.ac.id/23373/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfFransiskus Ellyando Sinaga Hasil penelitian menunjukkan bahwa fraksi ekstrak

42

PUSTAKA ACUAN

.

Arsensi, I. 2012. Pengaruh pemberian ekstrak daun sirih terhadap penyebab

penyakit bulai pada tanaman jagung manis (Zea Mays L.Sacaracharata).

Ziraa’ah 33(1) : 17-21.

Ashari, S. 2006. Hortikultura ; Aspek Budaya. UI-Press. Jakarta. 485 hlm.

Barus, A. 2007. Uji Efektifitas Beberapa Fungisida Nabati untuk Mengendalikan

Penyakit Karat Daun (Phakopsora pachyrhizi) pada Tanaman Kacang

Kedelai (Glycine max L. Merril). Skripsi. Universitas Sumatra Utara.

Medan. 98 hlm.

[BPS]a Badan Pusat Statistik. 2014. Produksi Buah Pisang di Indonesia.

www.bps.goid. Diakses pada 20 April 2015.

[BPS]b Badan Pusat Statistik. 2012. Produksi Buah Pisang di Indonesia.

www.bps.go.id. Diakses pada 20 April 2015.

Bhakti, W.S. 2012. Daya Anti Bakteri Ekstrak Daun Sirih Merah (Piper

crocatum) Sebagai Bahan Irigasi Saluran Akar terhadap Streptococcus

viridans. Skripsi. Universitas Jember. Surabaya. 112 hlm.

Djojosumarto, P. 2008. Pestisida & Aplikasinya. Agromedia Pustaka. Jakarta. 340

hlm.

Gabriel, B. & P. Riyatno. 1989. Metharizium anisopliae (meetsch) sor.

Taksonomi, Patologi, Produksi dan Aplikasinya. Proyek Pengembangan

Perlindungan Tanaman Perkebunan, Departemen Pertanian, Jakarta.

Harman, D.T.A. 2013. Efektivitas Anti Bakteri Ekstrak Daun Sirih (Piper betle

Linn.) terhadap Bakteri Enterococcus faecalis. Skripsi.Universitas

Hasanuddin Makasar. 61 hlm.

Ivayani. 2013. Application of Trichoderma viride and Organic Matter for

Biological Control of Fusarium Wilt Disease (Fusarium oxysporum f.sp.

cubense) on Banana Plant. Thesis. Universitas Lampung. Bandar

Lampung. 120 hlm.

Page 52: PENGARUH FRAKSI EKSTRAK DAUN SIRIH MERAH …digilib.unila.ac.id/23373/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfFransiskus Ellyando Sinaga Hasil penelitian menunjukkan bahwa fraksi ekstrak

43

Junairiah, T. Nurhariyati., Ni’matuzahroh. & H. Suwito. 2015. Effectiveness of

Piper crocatum ruiz and pav.callus elicitation as antimicrobial agents.

Journal of Applied Environmental and Biological Sciences 5(4) : 197-201.

Kalahi, S. 2015. Tujuh Manfaat Buah Pisang Sesuai Kandungan Nutrisinya.

http://cakrawalasehat.blogspot.co.id/2014/08/manfaat-buah-pisang.html.

Diakses pada tanggal 27 Februari 2016.

Lim, J., T.H. Lim. & B. Cha. 2002. Isolation and identification of Colletotrichum

musae from imported bananas. The Plant Pathology Journal 18(3) : 161-

164.

Lomer, C.H. & C.J. Lomer (editor). 2004. Pathologie D’insectes Manual. Lutte

Biologique contre les criquets et sauteriaux (Lubilosa). France.

Moeljanto, R.D., & Mulyono. 2006. Khasiat dan Manfaat Daun Sirih, Obat

Mujarab dari Masa ke Masa. Agromedia Pustaka. Jakarta. 78 hlm.

Naufalin, R. & T. Yanto. 2009. Antioxidant Activity of Red Betel (Piper

crocatum) and Green Betel (Piper betle L). Artikel. Disampaikan pada

11th Asean Food Conference Brunei Darussalam. 21-23 Oktober 2009.

Nisa, T.U., A. H. Wani, M.Y. Bhat, S.A. Pala. & R. A. Mir. 2011. In vitro

inhibitory effect of fungicides and botanicals on mycelial growth and spore

germination of Fusarium oxysporum. Journal of Biopesticides 4(1) : 53-

56.

Noveriza, R. & Miftakhurohmah. 2010. Efektivitas ekstrak metanol daun salam

(Eugenia polyantha) dan daun jeruk purut (Cytrus histrix) sebagai

antijamur pada pertumbuhan Fusarium oxysporum. Jurnal Littri. 16(1) : 6-

11.

Parwata, I.O.A.M. W.S. Rita. & R. Yoga. 2009. Isolasi dan uji antiradikal bebas

minyak atsiri pada daun sirih (Piper Betle Linn.) secara spektroskopi

ultraviolet-tampak. Jurnal Kimia 3(1) : 7-13.

Plodpai, P., S. Chuenchitt., V. Petcharat., S. Chakthong. & S.P. Voravuthikunchai.

2013. Anti-Rhizoctonia solani activity by desmos chinensis extracts and its

mechanism of action. Elsevier:Crop Protection 43 : 65-71.

Pratt, D.E. & B.J.F. Hudson. 1990. Natural antioxidant not exploited

commercially. In : B.J.F. Hudson (Ed), Food Antioxidant. Elsevier

Applied Science, London and New York. Pp .171-189.

Rani S.E.P., Efri. & J. Prasetyo. 2013. Pengaruh berbagai tingkat fraksi ekstrak

daun mengkudu (Morinda citrifolia L) terhadap pertumbuhan

Colletotrichum capsici penyebab penyakit antraknosa pada cabai

(Capsicum annum L) secara in vitro. Jurnal Agrotek Tropika 1(1) : 92-97.

Page 53: PENGARUH FRAKSI EKSTRAK DAUN SIRIH MERAH …digilib.unila.ac.id/23373/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfFransiskus Ellyando Sinaga Hasil penelitian menunjukkan bahwa fraksi ekstrak

44

Ronaldi, E. 2014. Uji Keefektifan Ekstrak Daun Pacar Cina (Aglaia odorata L.)

terhadap Pertumbuhan In Vitro Jamur Colletotrichum capsici Penyebab

Penyakit Antraknosa pada Cabai (Capsicum annum L.). Skripsi.

Universitas Lampung. Bandar Lampung. 50 hlm.

Rumahlewang, W. & H.R.D. Amanupunyo. 2012. Patogenisitas Colletotrichum

musae penyebab penyakit antraknosa pada beberapa varietas buah pisang.

Jurnal Ilmu Budidaya Tanaman Agrologia 1(1) : 76-81.

Satryawibowo, M.W. 2015. Pengaruh Fraksi Ekstrak Daun Tagetes (Tagetes

erecta) Saliara (Lantana camara) dan Sirih Hijau (Piper betle) terhadap

Pertumbuhan dan Sporulasi Colletotrichum capsici Secara In Vitro.

Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung. 61 hlm.

Semangun, H. 2007. Penyakit-penyakit Tanaman Hortikultura di Indonesia.

Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. 850 hlm.

Sen, A., & A. Batra. 2012. Evaluation of antimicrobial activity of different solvent

extracts of medicinal plant: Melia azedarach l. International Journal of

Current Pharmaceutical Research 4(2) : 67-73.

Sudewo, B. 2005. Basmi Penyakit dengan Sirih Merah. Agromedia Pustaka.

Jakarta. 112 hlm.

Sumetriani, M. 2009. Efektifitas Ekstrak Bawang Putih (Allium sativum L) dalam

Menghambat Pertumbuhan Jamur Legenidium sp. Penyebab Penyakit pada

Abalon (Hasiliotis asinina). Tesis. Universitas Udayana. Bali. 114 hlm.

Suyanti & A. Supriyadi. 2008. Pisang, Budidaya, Pengolahan, dan Prospek

Pasar. Penebar Swadaya. Jakarta. 132 hlm.

Wulandari, S. 2015. Pengaruh Fraksi Ekstrak Daun Sirih Merah (Piper crocatum),

Babadotan (Ageratum conyzoides), dan Gulma Siam (Chromolaena

odorata) terhadap Pertumbuhan dan Sporulasi Colletotrichum capsici

Secara In Vitro. Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung. 73 hlm.