Top Banner
1 PENGARUH FINANCIAL DISTRESS, OPINI AUDIT TAHUN SEBELUMNYA, DAN KUALITAS AUDIT TERHADAP PENERIMAAN OPINI AUDIT MODIFIKASI GOING CONCERN (Studi Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2009-2012) Yani Purwati 1) , Willy Sri Yuliandhari 2) 1) Jurusan Akuntansi Universitas Telkom [email protected] 2) Universitas Telkom [email protected] Abstract - This research aims to investigate the effect of financial distress, previous year audit’s opinion and audit’s quality on going concern audit’s modification opinion. A samples of 18 manufacturing companies listed at Indonesia Stock Exchange from 2009-2012. Logistic regression is used to examine the hypothesis. The results indicate that previous year audit’s opinion is significantly affect the going concern audit opinion. On the other hand financial distress and audit’s quality does not have effect on going concern opinion. Keywords : going concern audit’s modification opinion, financial distress, previous year audit’s opinion, audit’s quality.
13

PENGARUH FINANCIAL DISTRESS, OPINI AUDIT TAHUN …repository.fe.unjani.ac.id/...283_PENGARUH_FINANCIAL_DISTRESS_OPINI... · 1 pengaruh financial distress, opini audit tahun sebelumnya,

Mar 09, 2019

Download

Documents

buixuyen
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: PENGARUH FINANCIAL DISTRESS, OPINI AUDIT TAHUN …repository.fe.unjani.ac.id/...283_PENGARUH_FINANCIAL_DISTRESS_OPINI... · 1 pengaruh financial distress, opini audit tahun sebelumnya,

1

PENGARUH FINANCIAL DISTRESS, OPINI AUDIT TAHUN

SEBELUMNYA, DAN KUALITAS AUDIT TERHADAP PENERIMAAN

OPINI AUDIT MODIFIKASI GOING CONCERN

(Studi Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

Tahun 2009-2012)

Yani Purwati

1) , Willy Sri Yuliandhari

2) 1)

Jurusan Akuntansi

Universitas Telkom

[email protected] 2)

Universitas Telkom [email protected]

Abstract - This research aims to investigate the effect of financial distress, previous year audit’s opinion and audit’s

quality on going concern audit’s modification opinion. A samples of 18 manufacturing companies listed at

Indonesia Stock Exchange from 2009-2012. Logistic regression is used to examine the hypothesis.

The results indicate that previous year audit’s opinion is significantly affect the going concern audit opinion. On the

other hand financial distress and audit’s quality does not have effect on going concern opinion.

Keywords : going concern audit’s modification opinion, financial distress, previous year audit’s opinion, audit’s

quality.

Page 2: PENGARUH FINANCIAL DISTRESS, OPINI AUDIT TAHUN …repository.fe.unjani.ac.id/...283_PENGARUH_FINANCIAL_DISTRESS_OPINI... · 1 pengaruh financial distress, opini audit tahun sebelumnya,

2

I. PENDAHULUAN

Kebutuhan akan informasi bisnis yang akurat

menjadi salah satu kebutuhan utama bagi para

pelaku bisnis. Hal ini tak dapat dipungkiri karena

informasi ini nantinya akan mempengaruhi berbagai

pihak dalam membuat keputusan bisnis. Auditor

mempunyai peranan penting dalam menjembatani

antara kepentingan pengguna laporan keuangan dan

kepentingan perusahaan sebagai penyedia laporan

keuangan. Keberadaan entitas bisnis telah banyak

diwarnai oleh kasus kecurangan dengan

memanipulasi data keuangan yang melibatkan

banyak pihak dan berdampak luas. Peristiwa

tersebut pernah terjadi pada beberapa perusahaan

besar di Amerika dan juga di Indonesia, seperti

Kimia Farma Tbk dan Great River Tbk yang

menyebabkan profesi akuntan publik banyak

mendapat kritikan. Auditor dianggap ikut andil

dalam memberikan informasi yang salah, sehingga

banyak pihak yang merasa dirugikan. Atas dasar

kasus tersebut, maka AICPA (American Institute of

Certified Accountants) mensyaratkan bahwa auditor

harus mengemukakan secara jelas apakah

perusahaan klien dapat mempertahankan

kelangsungan hidupnya sampai setahun kemudian

setelah pelaporan. Meskipun auditor tidak

bertanggung jawab terhadap kelangsungan hidup

sebuah perusahaan tetapi dalam melakukan audit

kelangsungan hidup perlu menjadi pertimbangan

auditor dalam memberikan opini.

SPAP SA Seksi 341 menyatakan bahwa opini

audit modifikasi going concern merupakan opini

yang dikeluarkan auditor untuk memastikan apakah

perusahaan dapat mempertahankan kelangsungan

hidupnya dalam jangka waktu yang ditentukan .

Dalam melaksanakan proses audit, auditor dituntut

tidak hanya melihat sebatas pada hal-hal yang

ditampakkan dalam laporan keuangan saja tetapi

juga harus lebih mewaspadai hal-hal potensial

yang dapat mengganggu kelangsungan hidup

(going concern) suatu perusahaan. Inilah yang

menjadi alasan kenapa auditor diminta untuk

mengevaluasi atas kelangsungan hidup perusahaan

dalam batas waktu tertentu.

Dengan adanya keraguan perusahaan untuk

dapat melakukan kelangsungan usahanya, maka

auditor dapat memberikan opini going concern

(opini modifikasi). Opini ini merupakan bad news

bagi pemakai laporan keuangan. Masalah yang

sering timbul adalah bahwa sangat sulit untuk

memprediksi kelangsungan hidup sebuah

perusahaan, sehingga banyak auditor yang

mengalami dilema antara moral dan etika dalam

memberikan opini going concern. Penyebabnya

adalah adanya hipotesis self-fulfilling prophecy

yang menyatakan bahwa apabila auditor

memberikan opini going concern, maka perusahaan

akan menjadi lebih cepat bangkrut karena banyak

investor yang membatalkan investasinya atau

kreditor yang menarik dananya (Januarti , 2009).

Fenomena yang terjadi beberapa tahun

belakangan yaitu meningkatnya tuntutan hukum

terhadap kantor akuntan. Weiss (2002) dalam

Tucker et al., (2003) menemukan bahwa dari 228

perusahaan publik yang mengalami kebangkrutan,

Enron dan 95 perusahaan lainnya menerima opini

wajar tanpa pengecualian pada tahun sebelum

terjadinya kebangkrutan. Kenyataan ini

menimbulkan pertanyaan mengapa perusahaan

yang mendapat opini wajar tanpa pengecualian

tiba-tiba berhenti beroperasi.

Ketika kondisi ekonomi merupakan sesuatu

yang tidak pasti, para investor mengharapkan

auditor memberikan early warning akan kegagalan

keuangan perusahaan (Chen dan Church, 1996).

Meskipun auditor tidak bertanggungjawab atas

kelangsungan hidup usaha suatu entitas, dalam

Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) seksi

341 tahun 2011 menyebutkan bahwa Auditor

bertanggungjawab untuk menilai apakah terdapat

kesangsian besar terhadap kemampuan perusahaan

dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya

(going concern) dalam periode waktu tidak lebih

dari satu tahun sejak tanggal laporan audit.

Masalah going concern merupakan masalah

kompleks dan akan senantiasa ada. Masalah yang

sering timbul adalah bahwa sangat sulit untuk

memprediksi kelangsungan hidup suatu

perusahaan, sehingga banyak auditor mengalami

dilema antara moral dan etika dalam memberikan

opini going concern (Praptitorini dan Januarti,

2011). Penyebab lainnya adalah tidak terdapat

prosedur penetapan status going concern yang

terstruktur sehingga menyebabkan kegagalan audit

(audit failures). Oleh karena itu pemberian status

going concern bukanlah suatu tugas yang mudah

(Koh dan Tan,1999 dalam Januarti, 2009).

Sehingga diperlukan faktor-faktor sebagai tolak

ukur yang pasti untuk menentukan status going

concern pada perusahaan.

Page 3: PENGARUH FINANCIAL DISTRESS, OPINI AUDIT TAHUN …repository.fe.unjani.ac.id/...283_PENGARUH_FINANCIAL_DISTRESS_OPINI... · 1 pengaruh financial distress, opini audit tahun sebelumnya,

3

Menurut Mutchler (1985) kriteria perusahaan

akan menerima opini audit modifikasi going

concern apabila mempunyai masalah pada

pendapatan, reorganisasi, ketidakmampuan dalam

membayar bunga, menerima opini going concern

tahun sebelumnya, dalam proses likuidasi, modal

yang negatif, arus kas negatif, pendapatan operasi

negatif, modal kerja negatif, 2 s/d 3 tahun berturut-

turut rugi, dan defisit.

Financial distress merupakan tahapan

penurunan kondisi keuangan suatu perusahaan

sebelum terjadinya kebangkrutan ataupun likuidasi.

Kebangkrutan juga sering disebut likuidasi

perusahaan atau insolvensi. Kebangkrutan sebagai

kegagalan keuangan (financial failure) dan

kegagalan ekonomi (economic failure) (Ramadhani

dan lukviarman, 2009).

Auditee yang menerima opini audit going

concern pada tahun sebelumnya akan dianggap

memiliki masalah terkait dengan kelangsungan

hidupnya, sehingga semakin besar kemungkinan

bagi auditor untuk mengeluarkan opini audit going

concern pada tahun berjalan. Setyarno et al.,

(2006); Prapitorini dan Januarti (2007); dan

Januarti (2009), menyatakan ada hubungan positif

yang signifikan antara opini audit going concern

tahun sebelumnya dengan opini audit going

concern tahun berjalan. Apabila tahun sebelumnya

mendapat opini going concern, maka kemungkinan

besar akan mendapat opini going concern pada

tahun berikutnya, mengingat untuk memperbaiki

kinerja perusahaan dibutuhkan waktu relatif lama.

Barnes et al. (1993) dalam Praptitorini dan

Januarti (2011) berpendapat bahwa ketika seorang

auditor sudah memiliki reputasi yang baik maka ia

berusaha mempertahankan reputasi dan

menghindarkan diri dari hal-hal yang bisa merusak

reputasinya tersebut, sehingga mereka selalu

objektif terhadap pekerjaan. Selain reputasi auditor,

ketika dalam industri juga terdapat auditor spesialis

maka investor akan lebih percaya pada laporan

keuangan yang diaudit oleh auditor spesialis.

Auditor yang memiliki spesialisasi pada industri

tertentu pasti akan memiliki pemahaman dan

pengetahuan lebih baik mengenai risiko bisnis

industri tersebut sehingga auditor spesialis akan

lebih tau tentang kelangsungan hidup perusahaan

pada industri tersebut. Selain itu spesialisasi auditor

juga dapat digunakan untuk membangun reputasi

auditor (Craswell et al,. 1995 dalam Praptitorini

dan Januarti, 2011).

Berdasarkan uraian di atas, penulis bermaksud

melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh

Financial Distress, Opini Audit Tahun

Sebelumnya, dan Kualitas Audit Terhadap

Penerimaan Opini Audit Modifikasi Going

Concern (Studi Pada Perusahaan Manufaktur

yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia 2009-

2012)”.

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Teori Agensi

Hubungan utama teori agensi dalam bisnis

adalah (1) antara pemegang saham dan manajer (2)

antara kreditor dan pemegang saham. Hubungan ini

tidak selalu harmonis, teori keagenan berkaitan

dengan konflik agensi, atau konflik kepentingan

antara agen dan pelaku (Anthony dan

Govindarajan, 2005). Oleh karena itu, dibutuhkan

adanya pihak yang melakukan proses pemantauan

dan pemeriksaan terhadap aktivitas yang dilakukan

oleh pihak-pihak tersebut diatas. Aktivitas pihak-

pihak tersebut, dinilai lewat kinerja keuangannya

yang tercermin dalam laporan keuangan. Dalam

agency theory, pemilik perusahaan membutuhkan

auditor untuk memverifikasi informasi yang

diberikan manajemen kepada pihak perusahaan.

Sebaliknya, manajemen memerlukan auditor untuk

memberikan legitimasi atas kinerja yang mereka

lakukan (dalam bentuk laporan keuangan),

sehingga mereka layak mendapatkan insentif atas

kinerja tersebut. Disisi lain, kreditur membutuhkan

auditor untuk memastikan bahwa uang yang

mereka kucurkan untuk membiayai kegiatan

perusahaan, benar-benar digunakan sesuai dengan

persetujuan yang ada, sehingga kreditur bisa

menerima bunga atas pinjaman yang diberikan.

Akuntan publik diharapkan dapat memberikan

informasi yang disajikan secara wajar yang

menggambarkan keadaan sebenarnya atas kondisi

perusahaan yang di auditnya. Akuntan publik

bertugas untuk memberikan opini atas kewajaran

laporan keuangan perusahaan dan mengungkapkan

permasalahan going concern yang dihadapi

perusahaan apabila auditor meragukan kemampuan

perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan

hidupnya.

Page 4: PENGARUH FINANCIAL DISTRESS, OPINI AUDIT TAHUN …repository.fe.unjani.ac.id/...283_PENGARUH_FINANCIAL_DISTRESS_OPINI... · 1 pengaruh financial distress, opini audit tahun sebelumnya,

4

2.2. Opini Audit Modifikasi Going Concern

Going concern adalah kelangsungan hidup

suatu badan usaha . SPAP SA Seksi 341

menyatakan bahwa opini audit modifikasi going

concern merupakan opini yang dikeluarkan auditor

untuk memastikan apakah perusahaan dapat

mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam

jangka waktu yang ditentukan . Dalam

melaksanakan proses audit, auditor dituntut tidak

hanya melihat sebatas pada hal-hal yang

ditampakkan dalam laporan keuangan saja tetapi

juga harus lebih mewaspadai hal-hal potensial

yang dapat mengganggu kelangsungan hidup

(going concern) suatu perusahaan. Inilah yang

menjadi alasan kenapa auditor diminta untuk

mengevaluasi atas kelangsungan hidup perusahaan

dalam batas waktu tertentu. Dengan demikian,

auditor dapat memberikan opini modifikasi going

concern mengenai keberlangsungan hidup

perusahaan jika ada temuan menyangkut

keraguan perusahaan dalam menjalankan

kelangsungan usahanya (Januarti, 2009)

Mutchler (1985) mengungkapkan beberapa

kriteria perusahaan akan menerima opini audit going concern. Kriteria tersebut adalah apabila

mempunyai masalah pada pendapatan, reorganisasi,

ketidakmampuan dalam membayar bunga,

menerima opini going concern tahun sebelumnya.

Selain itu, perusahaan yang sedang dalam proses

likuidasi, mempunyai modal yang negatif, arus kas

negatif, pendapatan operasi negatif, modal kerja

negatif, 2 s/d 3 tahun berturut-turut rugi, dan laba

ditahan negatif.

2.3. Financial Distress Kesulitan keuangan (financial distress) dapat

didefinisikan sebagai suatu tampilan atau keadaan

secara utuh atas keuangan perusahaan selama

periode tertentu yang digambarkan dengan

mengalami laba bersih (net profit) negatif selama

beberapa tahun yang akhirnya akan mengarah ke

kebangkrutan (Ross et al., (2002) dalam

Fitrianasari dan Januarti (2008)). Mc Keown

(1991) dalam Januarti (2009) mengemukakan

perusahaan yang tidak pernah mengalami kesulitan

keuangan (financial distress), auditor tidak pernah

memberikan opini audit going concern. Sebaliknya, semakin memburuk atau terganggu kondisi

perusahaan maka akan semakin besar kemungkinan

peusahaan menerima opini audit going concern.

Pada perusahaan yang kondisinya buruk, banyak

ditemukan indikator masalah going concern.

Manajemen sering dihadapkan pada kegagalan

dalam membesarkan perusahaan. Akibatnya

kelangsungan hidup (going concern) perusahaan ke

depan tidak jelas. Perusahaan menjadi tidak sehat

atau sakit, bahkan berkelanjutan mengalami krisis

yang berkepanjangan. Kondisi ini dapat

mengakibatkan kearah kebangkrutan atau likuidasi

ataupun insolvabilitas. Kebangkrutan (bankruptcy)

diartikan sebagai kegagalan perusahaan dalam

menjalankan operasi perusahaan untuk menghasilkan laba (Supardi dan Mastuti, 2003

dalam Ramadhany, 2004).

Ramadhany (2004) dalam Santosa dan Wedari

(2007) mengemukakan bahwa kondisi keuangan

perusahaan menggambarkan tingkat kesehatan

perusahaan kenyatannya. Pada perusahaan yang

sakit banyak ditemukan indikator masalah going

concern. Kondisi ini digambarkan dari rasio

keuangan yang dapat memberikan indikasi apakah

perusahaan dalam kondisi baik (sehat) atau dalam

kondisi buruk (sakit). Perusahaan yang baik (sehat)

mempunyai profitabilitas yang besar dan cenderung memiliki laporan keuangan yang sewajarnya

sehingga potensi untuk mendapatkan opini yang

baik akan lebih besar dibandingkan dengan jika

profitabilitasnya rendah (Petronela, 2004 dalam

Santosa dan Wedari, 2007).

2.4. Opini Audit Tahun Sebelumnya

Setyarno et. al. (2006) dalam Santosa dan

Wedari (2007) menyatakan bahwa auditor dalam

menerbitkan opini going concern akan

mempertimbankan opini audit going concern yang

telah diterima oleh auditee pada tahun sebelumnya.

Opini audit tahun sebelumnya ini dikelompokkan

menjadi 2 yaitu auditee dengan opini going

concern (Going concern Audit Opinion) dan tanpa

opini going concern (Non Going concern Audit

Opinion).

Opini audit tahun sebelumnya akan

berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going

concern. Auditee yang menerima opini audit going

concern pada tahun sebelumnya akan dianggap

memiliki masalah kelangsungan hidupnya,

sehingga semakin besar kemungkinan perusahaa

menerima kembali opini audit going concern pada

tahun berjalan. Venuty (2007) dalam Januarti

(2009) menyatakan bahwa penyebab masalah

tersebut adalah adanya hipotesis self-fulfilling

properchy yang menyatakan bahwa apabila auditor

memberikan opini going concern, maka perusahaan

akan menjadi cepat bangkrut karena banyak

investor yang akan membatalkan investasinya atau

kreditor yang menarik dananya. Perusahaan yang

menerima opini audit going concern akan

mengalami kesulitan keuangan dalam satu tahun

kedepan sehingga akan berdampak pada

kelangsungan hidup perusahaan.

Page 5: PENGARUH FINANCIAL DISTRESS, OPINI AUDIT TAHUN …repository.fe.unjani.ac.id/...283_PENGARUH_FINANCIAL_DISTRESS_OPINI... · 1 pengaruh financial distress, opini audit tahun sebelumnya,

5

Variabel Independen Variabel Dependen

Hal ini dibuktikan dengan penelitian oleh

Carcello dan Neal (2000) dalam Setyarno et al.,

(2006); Praptitorini dan Januarti (2007) serta

Januarti (2009) memperkuat bukti mengenai opini

audit going concern yang diterima tahun

sebelumnya dengan opini audit going concern

tahun berjalan. Ada hubungan positif yang

signifikan antara opini audit going concern tahun

sebelumnya dengan opini audit going concern

tahun berjalan. Apabila pada tahun sebelumnya

auditor telah menerbitkan opini audit going

concern, maka akan semakin besar kemungkinan

auditor untuk menerbitkan kembali opini audit

going cocern pada tahun berikutnya.

2.5. Kualitas Audit

Watkins et al (2004) menjabarkan kualitas

audit sebagai kompetensi auditor dalam

menyediakan jasa audit yang berkualitas.

Kompetensi auditor dipandang sebagai kemampuan

untuk mempertinggi kualitas suatu laporan

keuangan bagi perusahaan. Oleh karena itu, auditor

yang berkualitas tinggi diharapkan mampu

meningkatkan kepercayaan investor. Standar

Profesional Akuntan Publik (SPAP, 2011) dalam

PSA 30 menyebutkan bahwa pertimbangan auditor

atas kemampuan perusahaan untuk

mempertahankan kelangsungan hidupnya harus

didasarkan pada penilaian auditor yang berkualitas.

Selama ini kualitas auditor dikaitkan dengan

ukuran dan reputasi Kantor Akuntan Publik (KAP).

Auditor yang memiliki banyak klien dalam

industri yang sama akan memiliki pemahaman

yang lebih dalam tentang risiko audit khusus yang

mewakili industri tersebut, tetapi membutuhkan

pengembangan keahlian lebih daripada auditor

pada umumnya. Sehingga, para peneliti memiliki

hipotesis bahwa auditor dengan konsentrasi tinggi

dalam industri tertentu akan memberikan kualitas

yang lebih tinggi (Wooten, 2003 dalam Januarti

dkk, 2011).

2.6. Kerangka Pemikiran

1. Financial Distress Terhadap Opini Audit

Modifikasi Going Concern

Ross et al., (2002) dalam Fitrianasari dan

Januarti (2008) menyatakan bahwa financial

distress yaitu kondisi dimana arus kas operasi

perusahaan tidak mencukupi untuk memenuhi

kewajiban lancarnya. Kesulitan keuangan akan

menyebabkan perusahaan mengalami arus kas

negatif rasio keuangan yang buruk dan gagal bayar

pada perjanjian utang. Pada akhirnya, kesulitan

keuangan ini akan mengarah ke kebangkrutan

sehingga going concern perusahaan diragukan.

2. Opini Audit Tahun Sebelumnya Terhadap

Opini Audit Modifikasi Going Concern Opini audit tahun sebelumnya merupakan

opini audit going concern yang telah diterima

auditee pada tahun sebelumnya (Setyarno, et al.,

2006). Apabila pada tahun sebelumnya perusahaan

menerima opini audit going concern, maka akan

semakin besar kemungkinan perusahaan menerima

kembali opini audit going concern pada tahun

berikutnya. Perusahaan yang menerima opini going concern tahun sebelumnya mengindikasikan

adanya keraguan tentang kelangsungan hidup

perusahaan sampai periode berikutnya (Januarti,

2009).

3. Kualitas Audit Terhadap Opini Audit

Modifikasi Going Concern

Watkins et al (2004) menjabarkan kualitas

audit sebagai kompetensi auditor dalam

menyediakan jasa audit yang berkualitas.

Kompetensi auditor dipandang sebagai kemampuan

untuk mempertinggi kualitas suatu laporan

keuangan bagi perusahaan. Oleh karena itu, auditor

yang berkualitas tinggi diharapkan mampu

meningkatkan kepercayaan investor. Standar

Profesional Akuntan Publik (SPAP, 2011) dalam

PSA 30 menyebutkan bahwa pertimbangan auditor

atas kemampuan perusahaan untuk

mempertahankan kelangsungan hidupnya harus

didasarkan pada penilaian auditor yang berkualitas.

Pemakai laporan keuangan lebih percaya pada

laporan keuangan yang diaudit oleh auditor

berkualitas tinggi dibanding auditor kurang

berkualitas. Dalam upaya menciptakan kualitas

hasil audit, auditor spesialis industri akan lebih

paham dalam melakukan penilaian serta

pertimbangan terhadap kondisi dan peristiwa yang

dapat menimbulkan kesangsian terhadap

keberlangsungan usaha (going concern).

Kesulitan

Keuangan

(Financial

Distress)

Kualitas

Audit

Opini Audit

Tahun

Sebelumnya

Opini Audit

Going Concern

Page 6: PENGARUH FINANCIAL DISTRESS, OPINI AUDIT TAHUN …repository.fe.unjani.ac.id/...283_PENGARUH_FINANCIAL_DISTRESS_OPINI... · 1 pengaruh financial distress, opini audit tahun sebelumnya,

6

Pengaruh Parsial

Pengaruh Simultan

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian

2.7. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang ada maka

peneliti mengajukan hipotesis penelitian, yaitu:

1. Financial Distress, opini audit tahun

sebelumnya, dan kualitas audit berpengaruh

signifikan secara simultan terhadap

penerimaan opini audit modifikasi going

concern pada sektor industri manufaktur

tahun 2009-2012.

2. Financial distress berpengaruh secara

signifikan terhadap penerimaan opini audit modifikasi going concern pada sektor

industri manufaktur tahun 2009-2012.

3. Opini audi tahun sebelumnya berpengaruh

secara signifikan terhadap penerimaan

opini audit modifikasi going concern pada

sektor manufaktur tahun 2009-2012.

4. Kualitas audit berpengaruh secara

signifikan terhadap penerimaan opini audit

modifikasi going concern pada sektor

manufaktur tahun 2009-2012.

III. METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah

penelitian deskriptif verifikatif bersifat kausalitas.

Penelitian ini berfungsi untuk mendeskripsikan

atau memberi gambaran terhadap obyek yang

diteliti melalui data sampel atau populasi

sebagaimana adanya, tanpa melakukan analisis dan

membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum.

Penelitian ini termasuk jenis verifikatif yang

bertujuan untuk menguji kebenaran hipotesis.

Penelitian ini bersifat kausalitas yang bertujuan

untuk meneliti kemungkinan adanya hubungan

sebab akibat antar variabel.

3.2 Operasional Variabel

Penelitian ini menggunakan 1 variabel

dependen dan 3 variabel independen. Penjelasan

setiap variabel tersaji pada tabel 1.

Tabel 1

Operasional Variabel

Variab

el

Teruk

ur

Konsep Variabel Indikator Skal

a

Financ

ial

Distres

s (X1)

Financial distress

adalah kondisi dimana

arus kas operasi

perusahaan tidak

mencukupi untuk

memenuhi kewajiban

lancarnya yang

menyebabkan

perusahaan mengalami

arus kas negatif, rasio

keuangan yang buruk

dan gagal bayar pada

perjanjian utang (Ross

et al., 2002 dalam

Fitrianasari dan Januarti

(2008).

Mengguna

kan model

prediksi

kebangkrut

an Z Score

Z=1,2X1 +

1,4X2 +

3,3X3+0,6

X4+

0,999X5

Rasio

Opini

Audit

Tahun

Sebelu

mnya

(X2)

Opini audit going

concern yang telah

diterima auditee pada

tahun sebelumnya

(Setyarno et al., 2006).

Variabel

dummy.

1 = opini

going

concern

pada tahun

sebelumny

a

0 = non

going

concern.

Nomi

nal

Kualita

s Audit

(X3)

Auditor yang memiliki

banyak klien dalam

industri yang sama akan

memiliki pemahaman

yang lebih dalam

tentang risiko audit

khusus yang mewakili

Variabel

Dummy:

1 = auditor

yang

memiliki

spesialisasi

Nomi

nal

Page 7: PENGARUH FINANCIAL DISTRESS, OPINI AUDIT TAHUN …repository.fe.unjani.ac.id/...283_PENGARUH_FINANCIAL_DISTRESS_OPINI... · 1 pengaruh financial distress, opini audit tahun sebelumnya,

7

industri tersebut, tetapi

akan membutuhkan

pengembangan keahlian

lebih daripada auditor

pada umumnya.

Sehingga, auditor yang

spesialis dalam industri

tertentu akan

memberikan kualitas

yang lebih tinggi

(Wooten, 2003 dalam

Januarti dan Praptitorini,

2011).

industri.

0 = auditor

non-

spesialisasi

industri.

Opini

Audit

Modifi

kasi

Going

Concer

n (Y)

Opini audit modifikasi

going concern

merupakan opini yang

dikeluarkan auditor

untuk memastikan

apakah perusahaan dapat

mempertahankan

kelangsungan hidupnya

(SPAP, SA seksi 341).

Variabel

dummy.

1 =

terdapat

opini audit

going

concern

0 = tidak

ada opini

audit going

concern

Nomi

nal

3.3 Populasi Dan Sampel

Populasi penelitian ini adalah perusahaan

manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia (BEI) dengan mengacu pada

perusahaan-perusahaan manufaktur pada periode

2009-2012. Alasan dipilihnya industri ini adalah

untuk menghindari adanya industrial effect yaitu

risiko industri yang berbeda antar suatu sektor

industri yang satu dengan yang lain (Setyarno,

dkk., 2006). Sampel dalam penelitian ini diperoleh

dengan metode Purposive Sampling. Alasan

penggunaan metode purposive sampling didasarkan

atas pertimbangan sampel data yang dipilih

memenuhi kriteria yang diambil oleh peneliti, yaitu

perusahaan yang mengalami kerugian minimal 2

tahun berturut-turut selama tahun pengamatan

(2007-2010) sebanyak 18 perusahaan.

Tabel 2

Kriteria Pengambilan Sampel

3.4 Teknik Analisis Data

Analisis Regresi Logistik

Dalam pengelolaan data, peneliti

menggunakan analisis multivariate dengan

menggunakan regresi logistik (logistic regression)

karena variabel dependennya adalah nominal

(dummy) dan variabel bebasnya merupakan

kombinasi antara metric dan non metric (nominal).

Regresi logistik tidak memiliki asumsi normalitas

atas variabel independen yang digunakan dalam

model, artinya variabel penjelasnya tidak harus

memiliki distribusi normal, linier maupun memiliki

varian yang sama.

Model regresi logistik yang digunakan

untuk menguji hipotesis penelitian adalah sebagai

berikut:

GC = a + b1 ZSCORE + b2 PO + b3

QASPEC + e

Keterangan :

GC : Opini going concern (variabel

dummy, 1 jika opini going concern, 0

jika opini non going concern)

a : Konstanta

b : Koefisien regresi

ZSCORE : Prediksi kebangkrutan menggunakan

model Zscore

PO : Opini tahun sebelumnya (variabel

dummy, 1 jika opini going concern, 0

jika opini non going concern)

No Kriteria Jumlah

1. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di

BEI secara konsisten pada periode 2009-

2012.

123

2. Perusahaan manufaktur tidak

menerbitkan laporan keuangan yang telah

diaudit oleh auditor independen untuk

yang berakhir 31 Desember selama

periode tahun 2009-2012

(34)

3. Perusahaan manufaktur yang tidak mengalami rugi bersih minimal dua tahun berturut-turut pada laporan keuangan selama periode penelitian tahun 2009–2012.

(68)

4. Perusahaan manufaktur yang menerbitkan laporan keuangannya tidak dalam mata uang rupiah.

(3)

Total Sampel Akhir 18

Page 8: PENGARUH FINANCIAL DISTRESS, OPINI AUDIT TAHUN …repository.fe.unjani.ac.id/...283_PENGARUH_FINANCIAL_DISTRESS_OPINI... · 1 pengaruh financial distress, opini audit tahun sebelumnya,

8

QASPEC : Auditor industry specialization

(Diukur dengan persentase jumlah

perusahaan yang diaudit oleh

sebuah kantor akuntan publik

(auditor).

e : error

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif financial distress

disajikan pada tabel 3. Sedangkan untuk variabel

opini audit tahun sebelumnya tersaji dalam table 4

dan kualitas audit disajkan dalam tabel 5.

Tabel 3. Financial Distress Perusahaan Manufaktur

yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2009-

2012

Sumber: data sekunder yang telah diolah

Tabel 4. Opini Audit Tahun Sebelumnya

Sumber: data sekunder yang telah diolah

Tabel 5

Sumber: data sekunder yang telah diolah

4.2 Pengujian Hipotesis Dan Pembahasan

Pengujian Kelayakan Model Regresi (Goodness

of Fit)

Tabel 6. Goodness of Fit

Hosmer and Lemeshow Test

Step Chi-square Df Sig.

1 5.900 8 .658

Sumber : Data sekunder yang telah diolah, 2014

Pada table 4.8 ditunjukkan bahwa

besarnya nilai statistik Hosmer and Lemeshow Test

sebesar 5.900 dengan probabilitas signifikansi

0,658 dimana 0,658 > 0.05 maka hipotesis nol tidak

dapat ditolak (Ho diterima). Hal ini berarti model

regresi dipergunakan dalam penelitian ini layak

dipakai untuk analisis selanjutnya karena cocok

dengan data observasinya.

Tabel 7. Ketepatan Klasifikasi Model

Descriptive Statistics

N Min Max Mean Std.

Deviatio

n

Financial

Distress

72 -7,12550 7,10499 -,37542 2,72124

Valid N

(listwise)

72

Freq. Percent Valid

Percent

Cumula

tive

Percent

V

a

l

i

d

0 27 37.5 37.5 37.5

1 45 62.5 62.5 100.0

Total 72 100.0 100.0

Kualitas Audit

Frequen

cy

Percent Valid

Percent

Cumulative

Percent

V

ali

d

0 60 83.3 83.3 83.3

1 12 16.7 16.7 100.0

T

ot

al

72 100.0 100.0

Page 9: PENGARUH FINANCIAL DISTRESS, OPINI AUDIT TAHUN …repository.fe.unjani.ac.id/...283_PENGARUH_FINANCIAL_DISTRESS_OPINI... · 1 pengaruh financial distress, opini audit tahun sebelumnya,

9

Sumber: Data sekunder yang telah diolah, 2014

Estimasi yang benar untuk perusahaan

sampel yang menerima opini audit going concern

sebesar 89,6% atau secara keseluruhan tingkat

ketepatan prediksi sebesar 90,3%.

4.3 Pengujian Keseluruhan Model (Overall

Model Fit)

Tabel 8. Overall Model Fit

Iteration -2 Log Likelihood

Step 0 91.658

Step 1 40.200

Sumber: Data sekunder yang telah diolah, 2014

Statistik -2LogL digunakan untuk menentukan

apakah model menjadi lebih baik jika ditambahkan

variabel bebas. Pada tabel 4.11 ditunjukkan uji

kelayakan dengan memperhatikan angka pada awal

-2 Log Likelihood (LL) Block Number = 0, sebesar

91.658 dan pada -2 Log Likelihood (LL)Block

Number = 1 sebesar 40.200. Hal ini menunjukkan

terjadinya penurunan nilai -2 Log Likelihood di

block 0 dan block 1, artinya bahwa secara

keseluruhan model regresi logistik yang

digunakan merupakan model yang baik.

4.4 Hasil Analisis Regresi Logistik ( Pengujian

Simultan)

Tabel 9. Omnibus Tests of Model Coefficients

Chi-square Df Sig.

Step 1

Step 51.458 3 .000

Block 51.458 3 .000

Model 51.458 3 .000

Sumber : Data sekunder yang diolah, 2014

Dari hasil pengujian regresi logistik, dengan

melihat tabel 4.11 Omnibus Test of Model

Coefficients, diketahui nilai chi-square = 51.458

dan degree of freedom = 3 adapun tingkat

signifikansi sebesar 0.000 (p-value 0.000 < 0.05),

maka H0 ditolak atau H1 diterima, artinya variabel

financial distress, opini audit tahun sebelumnya,

dan kualitas audit secara bersama-sama

berpengaruh terhadap penerimaan opini audit

modifikasi going concern.

4.5 Koefisiensi Deteriminasi (Model Summary)

Tabel 10. Model Summary

Step

-2 Log

likelihood

Cox & Snell

R Square

Nagelkerke R

Square

1 40.200a .511 .709

Sumber: Data sekunder yang diolah, 2014

Berdasarkan hasil pengolahan data dengan

menggunakan metode regresi logistik maka didapat

koefisien determinasi yang dilihat dari Nagelkerke

R square adalah 0.709, artinya kombinasi variabel

independen yaitu financial distress, opini audit

tahun sebelumnya, dan kualitas audit mampu

menjelaskan variasi dari variabel dependen yaitu

pemberian opini audit going concern adalah

sebesar 70.9% sedangkan sisanya 29.1% dijelaskan

oleh faktor-faktor lain yang tidak diikutsertakan

dalam model.

4.6 Hasil Analisis Regresi Logistik (Pengujian

Parsial)

Tabel 11

Hasil Uji Koefisien Regresi Logistik

Variables in the Equation

Observed

Predicted

Going

Concern

Percentage

Correct 0 1

Step

1

Going

Concern

0 22 2 91.7

1 5 43 89.6

Overall

Percentage 90.3

Page 10: PENGARUH FINANCIAL DISTRESS, OPINI AUDIT TAHUN …repository.fe.unjani.ac.id/...283_PENGARUH_FINANCIAL_DISTRESS_OPINI... · 1 pengaruh financial distress, opini audit tahun sebelumnya,

10

B S.E. Wald Df Sig. Exp(

B)

Step 1a

ZSCOR

E

-.375 .294 1.625 1 .202 .687

PO 3.45

7

1.105 9.788 1 .002 31.71

7

QASPE

C

.034 1.461 .001 1 .981 1.035

Constant -.862 .645 1.787 1 .181 .422

a. Variable(s) entered on step 1: ZSCORE, PO, QASPEC.

Sumber: Data sekunder yang diolah

1. Pengaruh Financial Distress terhadap

Penerimaan Opini Audit Modifikasi Going

Concern

Hasil uji regresi logistik menunjukkan bahwa

variabel financial distress (ZSCORE) tidak

berpengaruh secara signifikan terhadap penerimaan

opini audit modifikasi going concern, karena

probabilitas variabel ini sebesar 0.202 yang

nilainya jauh di atas (α) 0.05. Nilai koefisien

regresi variabel financial distress -0.375, arah

koefisien dalam penelitian ini bertanda negatif.

Dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi tingkat

financial distress Altman Z-score mengindikasikan

perusahaan dalam kondisi sehat sehingga

kecenderungan perusahaan tersebut menerima opini

audit going concern semakin kecil. Dan semakin

rendah nilai Altman Z-score mengindikasikan

perusahaan dalam kondisi bangkrut kecenderungan

perusahaan menerima opini audit going concern

semakin besar. Opini audit Non Going Concern

(NGC) pada sampel penelitian terdapat 24 sampel

dari total 72 sampel, ternyata sebagian besar yang

menerima opini audit non going concern

merupakan perusahaan yang berkategori bangkrut

yaitu sebanyak 12 sampel. Hal tersebut yang

menyebabkan financial distress tidak berpengaruh

terhadap penerimaan opini audit going concern,

karena masih banyak perusahaan yang bangkrut

ternyata masih mendapatkan opini audit Non Going

Concern (NGC). Hasil ini sejalan dengan penelitian

Santosa et. all (2007) bahwa financial distress tidak

memiliki pengaruh yang signifikan terhadap

penerimaan opini audit going concern kepada

perusahaan yang akan bangkrut. Jumlah sampel

yang kurang dapat mempengaruhi tingkat

signifikansi dan juga karena pada saat auditor

memberikan opini audit perusahaan, auditor tidak

hanya melihat kesulitan keuangan yang dihadapi,

tetapi juga melihat kinerja dari keseluruhan

kegiatan perusahaan apakah masih dapat

mempertahankan kelangsungan usahanya atau tidak

(Wismanita, 2012). Menurut hasil perhitungan

yang dilakukan penulis bahwa masih banyak

perusahaan yang terklasifikasi bangkrut menurut

Altman Z-Score, ternyata banyak yang

mendapatkan opini audit Non Going Concern

(NGC) sehingga menyebabkan pengaruh dari

financial distress yang dihitung berdasarkan model

prediksi kebangkrutan Altman Z-Score menjadi

tidak berpengaruh secara signifikan.

2. Pengaruh Opini Audit Tahun Sebelumnya

terhadap Penerimaan Opini Audit

Modifikasi Going Concern

Hasil uji regresi logistik menunjukkan

bahwa variabel opini audit tahun sebelumnya (PO)

berpengaruh secara signifikan terhadap opini audit

going concern perusahaan, dimana berdasarkan

tabel 4.13 dapat diketahui bahwa variabel opini

audit tahun sebelumnya memiliki p-value 0.002 <

alpha 0.05. Nilai koefisien regresi variabel opini

audit tahun sebelumnya sebesar 3.457, arah

koefisien dalam penelitian ini bertanda positif,

yang berarti semakin tinggi nilai opini audit going

concern tahun sebelumnya dalam suatu perusahaan

maka semakin besar kemungkinan penerimaan

opini audit going concern tahun berikutnya. Opini

audit tahun sebelumnya (PO) berpengaruh secara

signifikan terhadap opini audit going concern

perusahaan karena dari total 72 sampel terdapat 65

sampel yang menerima opini audit yang sama

dengan tahun sebelumnya. Dan dari total 48 sampel

yang mendapat opini audit going concern ternyata

43 sampel mendapat opini going concern pula pada

tahun sebelumnya. Hasil ini sejalan dengan

penelitian Susanto (2007) bahwa opini audit tahun

sebelumnya memiliki pengaruh yang signifikan

terhadap penerimaan opini audit going concern

kepada perusahaan yang akan bangkrut.

Setyarno et. al. (2006) dalam Santosa dan

Wedari (2007) menyatakan bahwa auditor dalam

menerbitkan opini going concern akan

mempertimbankan opini audit going concern yang

telah diterima oleh auditee pada tahun sebelumnya.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa

perusahaan yang menerima opini audit going

concern pada tahun sebelumnya akan

berkecenderungan mendapatkan opini audt going

concern pula pada tahun berjalan. Sehingga opini

Page 11: PENGARUH FINANCIAL DISTRESS, OPINI AUDIT TAHUN …repository.fe.unjani.ac.id/...283_PENGARUH_FINANCIAL_DISTRESS_OPINI... · 1 pengaruh financial distress, opini audit tahun sebelumnya,

11

audit tahun sebelumnya (PO) berpengaruh secara

signifikan terhadap opini audit going concern

perusahaan karena terdapat 90,3% sampel yang

menerima opini audit yang sama dengan tahun

sebelumnya. Hal tersebut yang membuat opini

audit tahun sebelumnya berpengaruh secara

signifikan terhadap penerimaan opini audit going

concern.

3. Pengaruh Kualitas Audit terhadap

Penerimaan Opini Audit Modifikasi Going

Concern

Hasil uji regresi logistik memperlihatkan

bahwa kualitas audit (QASPEC) tidak berpengaruh

secara signifikan terhadap penerimaan opini audit

modifikasi going concern, karena probabilitas

variabel ini sebesar 0.981 yang nilainya jauh di atas

(α) 0.05. Nilai koefisien regresi variabel kualitas

audit sebesar 0,034, arah koefisien dalam penelitian

ini bertanda positif, yang berarti semakin tinggi

kualitas audit yang dalam penelitian ini diukur

menggunakan auditor spesialis maka semakin besar

kemungkinan penerimaan opini audit going

concern. Tidak signifikannya pengaruh kualitas

audit terhadap penerimaan opini audit going

concern karena dari total 72 sampel hanya terdapat

12 sampel yang diaudit oleh auditor spesialis

industri. Hasil ini sejalan dengan penelitian

Bruynseels et al (2006) dan Geiger dan

Raghunandan (2002) bahwa auditor spesialis

industri tidak memiliki pengaruh yang signifikan

dalam memberikan opini audit going concern

kepada perusahaan yang akan bangkrut. Menurut

hasil perhitungan yang dilakukan penulis bahwa

KAP yang terklasifikasi dalam auditor spesialis

industri dalam sektor industri manufaktur hanya

KAP Purwantoro, Suherman dan Surya karena

memiliki klien di sektor manufaktur > 15%. Namun

KAP Purwantoro, Suherman dan Surya memiliki

banyak klien di sektor manufaktur pada perusahaan

perusahaan dengan skala besar dan memiliki

kondisi keuangan yang sehat yaitu memiliki laba

bersih yang positif, sedangkan sampel yang

digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan

perusahaan dalam kondisi laba bersih yang negatif.

Sehingga menyebabkan pengaruh dari auditor

spesialis industri dalam memberikan kualitas yang

lebih baik menjadi tidak berpengaruh secara

signifikan.

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Berdasarkan hasil pengujian menggunakan

regresi logistik variabel Financial distress, Opini

Audit Tahun Sebelumnya dan Kualitas audit

secara simultan berpengaruh signifikan sebesar

70,9% terhadap penerimaan opini audit

modifikasi going concern. Sedangkan sisanya dijelaskan faktor lain yang tidak diikutsertakan

dalam model.

2. Financial distress (ZSCORE) tidak berpengaruh

secara signifikan terhadap penerimaan opini

audit modifikasi going concern.

3. Opini audit tahun sebelumnya (PO) berpengaruh

secara signifikan dan positif terhadap opini audit

modifikasi going concern.

4. Kualitas audit (QASPEC) tidak berpengaruh

secara signifikan terhadap penerimaan opini

audit modifikasi going concern.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini, penulis mencoba

memberikan saran bagi penelitian selanjutnya

sebagai berikut:

1. Menambah populasi dan sampel penelitian

agar tidak terbatas pada perusahaan

manufaktur saja, tentunya dengan tetap

memperhatikan perbedaan antara satu sektor

industri dengan sektor yang lain. Selain itu

untuk melihat adanya spesialisasi auditor di

masing-masing industri.

2. Memperpanjang periode tahun pengamatan

agar dapat melihat kecenderungan auditor

dalam memberikan opini audit going concern dalam jangka panjang.

REFERENSI

Arens et. al. (2011). Auditing dan Jasa Assurance:

Pendekatan Terpadu Adaptasi Indonesia

Buku I. Jakarta: Erlangga.

Balsam, S., Krislinan, J. & Yang, J.S. (2003).

Auditor Industry Specialization .

Auditing: A Journal of Practice and

Theory, Volume 22 No.2:71-97.

BAPEPAM. (2002). Siaran Pers Badan Pengawas

Pasar Modal Tanggal 27 Desember 2002.

Jakarta:BAPEPAM

BAPEPAM. (2002). Surat Edaran Ketua Badan

Pengawas Pasar Modal No. SE-02/PM/2002

Tanggal 27 Desember 2002 tentang

Pedoman Penyajian dan Pengungkapan

Laporan Keuangan Emiten atau Perusahaan

Page 12: PENGARUH FINANCIAL DISTRESS, OPINI AUDIT TAHUN …repository.fe.unjani.ac.id/...283_PENGARUH_FINANCIAL_DISTRESS_OPINI... · 1 pengaruh financial distress, opini audit tahun sebelumnya,

12

Publik Industri Manufaktur.

Jakarta:BAPEPAM

Barnes, Paul dan HD. Huan. (1993) . The Auditors

Going Concern Decision : Some UK

Evidence Concerning Independence and

Competence. Journal of Business, Finance

and Accounting 20. 213-228

Brigham, E.F.dan Gapenski, LouisC. (1996).

Intermadiate finance management .(5th

edition). Harbor Drive: The Dryden Press.

Bruynseels, Liesbeth, W. Robert Knechel dan

Marleen Willekens . (2001) . Do Industry

Specialists and Business Risk Auditors

Enhance Audit Reporting Accuracy?. Social

Science Research Network (SSRN) Journal :

The Accounting Review.

Carcello, J.V. and Neal, T.L (2000). Audit

Committee Composition and Auditor

Reporting. The Accounting Review. Volume

75 No.4 453-467.

Chen, K. C. W., and B. K. Church. (1996). Going

Concern Opinion and the Market’s Reaction

to Bankruptcy Fillings. The Accounting

Review: 117-128

Craswell, A.T., Francis, J.R. & Taylor, S.L.

(1995). Auditor Band Name

Reputations and Industi Specializations.

Journal of Accounting and Economics,

Volume 20:297-322

DeAngelo,L.E. (1981). Auditor Size and audit

quality. Journal of Accounting &

Economics.

Fanny, Margaretta dan Saputra, S. (2005). Opini

Audit Going Concern: Kajian Berdasarkan

Model Prediksi Kebangkrutan, Pertumbuhan

Perusahaan, dan Reputasi Kantor Akuntan

Publik. Simposium Nasional Akuntansi VIII.

966-978.

Geiger, M.A., dan Raghunandan,K. (2002). Going

Concern Opinions in the ‘New’

Legal Environment. Accounting

Horizons. Vol 16. No.1. March : 1726

Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis

Multivariate Dengan Program SPSS.

Semarang: Badan Penerbit Universitas

Diponegoro.

Hendriksen, Eldon S dan Michael F Van Breda.

(2000). Teori Akuntansi. Edisi Kelima.

Batam: Interaksara.

Herusetya, Antonius. (2009). Pengaruh Ukuran

Auditor dan Spesialisasi Auditor Terhadap

Kualitas Laba. Jurnal Akuntansi dan

Keuangan Indonesia , Vol. 6, No. 1, Juni

2009: 46-70.

Ikatan Akuntan Indonesia. (2011). Standar

Profesional Akuntan Publik. Jakarta:

Salemba Empat

Januarti, Indira. (2009). Analisis Pengaruh Faktor

Perusahaan, Kualitas Auditor, Kepemilikan

Perusahaan Terhadap Penerimaan Opini

Audit Going Concern (Perusahaan

Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek

Indonesia). Disampaikan dalam Simposium

Nasional Akuntansi XII. Palembang: 4-6

November.

Januarti, Indira dan Ella Fitrianasari. (2008).

Analisis Rasio Keuangan dan rasio Non

Keuangan yang Mempengaruhi Auditor

Dalam Memberikan Opini Audit Going

Concern pada Auditee (Studi Empiris pada

Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di

BEJ 2000 – 2005). Jurnal MAKSI,Vol 8 no.

1, pp 43-58.

Lembaga Penelitian Smeru. (2009). Pemantauan

Dampak Sosial-Ekonomi Krisis Keuangan

Global 2008/2009 di Indonesia. Pemantauan

Media No.04/LF/2009

Mayangsari, Sekar. (2003). Pengaruh Kualitas

Audit, Independensi terhadap Integritas

Laporan Keuangan . Simposium Nasional

Akuntansi VI. Surabaya.

Mulyadi. (2010). Auditing Buku Dua, Edisi Ke

Enam . Jakarta: Salemba Empat.

Mutchler J.F, William Hopwood, dan James

McKeown. (1997). The Influence Of

Contrary Information and Mitigating

Factors on Audit Opinion Decisions on

Bankrupt Companies. Journal of Accounting

Research. Vol. 35. No. 2 (Autumn). pp.

295.310.

Page 13: PENGARUH FINANCIAL DISTRESS, OPINI AUDIT TAHUN …repository.fe.unjani.ac.id/...283_PENGARUH_FINANCIAL_DISTRESS_OPINI... · 1 pengaruh financial distress, opini audit tahun sebelumnya,

13

Mutchler, J.F. (1985). A Multivariate Analysis of

The Auditor’s Going Concern Opinion

Decision. Auditing : A Journal of

Accounting Research. Vol. 23, No. 2,

Autumn.

Praptitorini, Mirna Dyah dan Indira Januarti.

(2011). Analisis Pengaruh Kualitas Audit,

Debt Default, dan Opinion Shopping

terhadap Penerimaaan Opini Going concern

. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia,

Volume 8 - No. 1, Juni 2011

Ramadhani, Ayu Suci dan Niki Lukviarman.

(2004). Perbandingan Analisis Prediksi

Kebangkrutan Menggunakan Model Altman

Pertama, Altman Revisi, dan Altman

Modifikasi Dengan Ukuran dan Umur

Perusahaan Sebagai Variabel Penjelas

(Studi Pada Perusahaan Manufaktur Yang

Terdaftar Di BEI . Jurnal Siasat Bisnis Vol.

13 No. 1. April Hal: 15-28.

Santosa, Arga Fajar dan Linda Kusumaning

Wedari. (2007). Analisis Faktor-Faktor

Yang Mempengaruhi Kecenderungan

Penerimaan Opini Audit Going Concern.

JAAI, Vol. 11, No. 2, Desember 2007: 141-

158.

Sanusi, Anwar. (2011). Metodologi Penelitian

Bisnis. Jakarta: Salemba Empat.

Sekaran, Uma. (2006). Metodologi Penelitian

Untuk Bisnis. Jilid 2. Edisi 4. Jakarta:

Salemba empat.

Setyarno, Indira dan Faisal. (2006). Pengaruh

Kualitas Audit, Kondisi Keuangan

Perusahaan, Opini Audit Tahun

Sebelumnya, Pertumbuhan Perusahaan

Terhadap Opini Audit Going Concern .

Simposium Nasional Akuntansi 9 Padang.

Sugiyono. (2011). Statistika untuk Penelitian.

Bandung: Alfabeta.

Suharisimi, (2002). Metode Riset Bisnis. Bandung:

PT. Tarsito.

Susanto, Yulius Kurnia. (2009). Faktor-Faktor

yang Mempengaruhi Penerimaan Opini

Going Concern pada Perusahaan Publik

Sektor Manufaktur . Jurnal Bisnis dan

Akuntansi, Vol. 11, No. 3, Desember 2009:

155-173.

Swandayani, Reyza Farah. (2012) . Pengaruh

Kualitas Audit, Financial Distress dan

Strategi Emisi Saham Terhadap Penerimaan

Opini Audit Going Concern

Tucker, Robert R., Ella Mae Matsumura, dan

K. R. Subramanyam. (2003). Going

Concern Judgements: An Experimental

Test of The Self-fulfilling Prophecy and

Forecast Accuracy . http://www.ssrn.com

Watkins, Ann. L, William Hillison and Susan

E. morecroft. (2004). Audit Quality : A

Synthesis Of Theory And Empirical

Evidence . Journal of Accoounting

Literature Vol.23. Pp. 153-193

Wismanita, Sevioksi . (2012) . Pengaruh Financial

Distress, Opini Audit Tahun Sebelumnya,

Kepemilikan Institusional, dan Proporsi

Komisaris Independen Terhadap

Penerimaan Opini Audit Going Concern.

www.bapepam.go.id/ diakses pada Februari 2014

www.bi.go.id/ diakses pada Maret 2014

www.detik.finance.com/ diakses pada Januari 2014

www.idx.co.id/ diakses pada Desember 2013.

www.sahamok.com/ diakses pada Desember 2013

www.tempo.com/ diakses pada Desember 2013

Biodata Penulis

Yani Purwati, memperoleh gelar Sarjana

Ekonomi (SE), Jurusan Akuntansi Universitas

Telkom Bandung, Lulus Tahun 2014.

Willy Sri Yuliandhari, memperoleh gelar Sarjana

Ekonomi (SE), Jurusan Akuntansi Universitas

Padjajaran Bandung. Memperoleh gelar Magister

Management (MM) Program Pasca Sarjana

Magister Manajemen Universitas Widyatama

Bandung. Saat ini menjadi Dosen di Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Universitas Telkom Bandung