Top Banner
PENGARUH BANGSA BARAT TERHADAP RUNTUHNYA PERADABAN CINA Makalah Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Sejarah Peradaban Timur Dosen : Dra. Lely Yulifar, M.Pd Disusun oleh : Adytia Mara Yuda 1006017 Diyah Nur Fauziyyah 1005897 Heni Winarto 1000899 Sansan Moh. Ihsan 1005831 JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG 2013 1
31

Pengaruh Bangsa Barat Terhadap Runtuhnya Peradaban di Cina

May 25, 2015

Download

Education

Adytia Marayuda

Makalah Mata Kuliah Sejarah Peradaban Timur
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Pengaruh Bangsa Barat Terhadap Runtuhnya Peradaban di Cina

PENGARUH BANGSA BARAT TERHADAP RUNTUHNYA PERADABAN CINA

Makalah

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Sejarah Peradaban Timur

Dosen :

Dra. Lely Yulifar, M.Pd

Disusun oleh :

Adytia Mara Yuda 1006017

Diyah Nur Fauziyyah 1005897

Heni Winarto 1000899

Sansan Moh. Ihsan 1005831

JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH

FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG

2013

1

Page 2: Pengaruh Bangsa Barat Terhadap Runtuhnya Peradaban di Cina

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam perjalananannya sejarahnya sebuah peradaban tidak akan terlepas dari

sebuah perkembangan dan perubahan yang dialami dari peradaban tersebut. Dalam

hal ini peradaban di Cina, dimana Cina pada awalnya merupakan sebuah peradaban

yang besar di daratan asia dan berpengaruh terhadap perkembangan kehidupan

masnusia di Cina khususnya dan disekitar Cina umumnya. Dalam perjalalnan menuju

sebuah perubahan, Cina tidak terlepas dari adanya sebuah interaksi dari peradaban di

luar Cina. Mengenai hal tersebut, interaksi dilakukan bukan oleh peradabannya

sendiri, melainan oleh sebuah proses bangsa pengaruh yang dilakukan oleh bangsa-

bangsa di luar peradaban Cina.

Berkaitan dengan hal tersebut disini lebih memfokuskan dengan adanya pengaruh

terhadap Cina yang dilakukan oleh bangsa lain di luar Cina. Dalam hal ini adanya

pengaruh dari luar Cina diawali dari adanya sebuah invasi dari bangsa lain yaitu

bangsa Mongolia yang menurut Wiriaatmaja (2003:181) menyatakan bahwa :

“Suku-suku Mongolia sejak kira-kira 1200 M erhsil dipersatukan oleh Jenghis Khan (1206-1227). Lalu, didirikanlah sebuah kerajaan besar dan sangat kuat bernama Kerajaan Mongolia”.

Mereka disebut juga ddengan bangsa barbar. Karena ekspansinya terhdap

bangsa-bangsa lain. Pada masa itu, bangsa Mongolia ingin menguasai China dan

berhasil mendirikan dinasti yaitu dinasti Yuan dengan pendirinya Kubilai Khan. Pada

masa kekuasaan Mongolia wilayah Cina sudah dimasuki pengaruh dari Barat atau

Eropa. Banyak utusan dari eropa yang datang ke China untuk menyebarkan agama

kristen.

Setelah dinasti Yuan hancur lalu kekuasaan di Cina digantikan oleh dinasti Ming.

Menjelang keruntuhan dinasti Ming orang-orang barat dari eropa melakukan ekspedisi

dagang. Diantaranya Spanyol dan Portugis yang datang pada tahun 1540. Menjelang

Dinasti Ming berkahir berdatangan pula pedagang dari Inggris dan Belanda yang

banyak pula berdatangan misisonaris untuk menyebarkan agama Kristen di Cina. Hal

2

Page 3: Pengaruh Bangsa Barat Terhadap Runtuhnya Peradaban di Cina

tersebut lah yang menandai adanya pengaruh asing yang masuk di Cina semakin

banyak. Bahkan mempengaruhi eksistensi dari sebuah Dinasti.

Setelah Dinasti Ming hancur maka kekuasaan digantikan oleh Dinasti Qing

(Manchu). Dinasti ini merupakan dinasti asing kedua setelah dinasti Yuan. Ketika

dinasti ini berdiri lebih banyak lagi bangsa barat datang ke China. Pada masa ini pula

banyak terjadi pemberontakan dari rakyat China. selain pemberontakan dari rakyat

china banyak terjadi perang dengan bangsa Eropa.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam makalah ini adalah :

1. Apakah yang menjadi latar belakang masuknya pengaruh Barat Ke Cina?

2. Bagaimana pengaruh bangsa barat terhadap dinasti Yuan, dinasti Ming dan

dinasti Qing?

3. Bagaimana proses terjadinya Imperialisme Dan Kolonialisme di Cina?

C. Tujuan Penulisan

Tujuan dari penulisan makalah ini sebagai berikut :

1. Mengetahui Latar Belakang Masuknya Pengaruh Barat Ke Cina

2. Mengetahui pengaruh bangsa barat terhadap dinasti Yuan, dinasti Ming dan

dinasti Qing.

3. Mengetahui Imperialisme Dan Kolonialisme di Cina

D. Metode Penulisan

Metode yang digunakan dalam penulisan makalah ialah menggunakan metode

studi literatur.

E. Sistematika Penulisan

Sistematika dalam penulisan makalah ini terbagi ke dalam tiga bagian yaitu BAB

I, BAB II, dan BAB III.

BAB I, Pendahuluan dimana bagian ini mengenai latar belakang, rumusan

masalah, tujuan penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan dalam

makalah ini.

3

Page 4: Pengaruh Bangsa Barat Terhadap Runtuhnya Peradaban di Cina

BAB II,Pembahasan dimana bagian ini membahas mengenai Latar Belakang

Masuknya Pengaruh Barat Ke Cina, yang dimulai dari pengaruh barat terhadap

dinasi Yuan, kemudian Dinasti Ming dan Dinasti Qing (Manchu) dan Imperialisme

Dan Kolonialisme yang terjadi di Cina.

BAB III, Kesimpulan, bagian ini mengenai kesimpulan dari seluruh pembahasan

dalam makalah.

4

Page 5: Pengaruh Bangsa Barat Terhadap Runtuhnya Peradaban di Cina

BAB II

PENGARUH BANGSA BARAT TERHADAP RUNTUHNYA PERADABAN

CINA

A. Latar Belakang Masuknya Pengaruh Barat Ke Cina

Fase awal masuknya pengaruh barat ke wilayah Cina yakni terjadi pada

masa kekuasaan Mongolia wilayah Cina sudah dimasuki pengaruh dari Barat

atu Eropa. Pada masa tersebut Cina dimasuki oleh adanya persebaran agama

Kristen yang ditandai dengan datangnya utusan Paus dari Roma, yakni Jean du

Plan Carpin pada tahun 1245. Selanjutnya pada tahun 1287, masih pada masa

kekuasaan Mongolia seorang yang beragama Kristen dari bangsa Uigur Turki,

yakni Rabban Sauma (1220-1294) yang merupakan seorang bangsa Turki-

Mongol yang merupakan Imam Kristen Nestorian. Dia diutus untuk

menyebarkan Kristen ke wilayah timur termasuk di Cina. Kemudian setelah itu

pengikutnya Johannes Monte Carvino mengkistenkan kurang lebih 30.000

orang di Cina.

Kedatangan bangsa Barat tersebut berlanjut dari dinasti ke dinasti. Pada

Dinasti Yuan (1279-1368), Paus beberapa kali mengirimkan utusannya ke

Cina untuk menyebarkan agama di sana. Seorang biarawan bernama Giovanni

de Piano Carpini yang berasal dari Perugia, Italia dikirim ke Karakorum oleh

Paus Innocentius IV pada tahun 12445 dan karyanya yang berjudul ystoria

Mongalorum menjadi pusat informasi berharga mengenai adat istiadat bangsa

Mongol. Disusul peristiwa penting lainnya yakni kedatangan Marco Polo.

Pada Dinasti Ming (1368-1644) ketika masa pemerintahan Wanli,

seorang imam Yesuit bernama Matteo Ricci (1552-1616) memperkenalkan

kembali agama Kristen di Cina yang sebelumnya pernah masuk ke negeri

tersebut dalam bentuk Nestorianisme.

Dinasti Qing (1644-1912) adanya kunjungan duta besar Macartney dari

Inggris untuk membuka hubungan antar Cina dan dunia Barat pada tahun

5

Page 6: Pengaruh Bangsa Barat Terhadap Runtuhnya Peradaban di Cina

1792, namun sayangnya hubunga dengan bangsa Barat tersebut kemudian

diakhiri dengan penjajahan di beberapa wilayah Cina.

Pada mulanya kedatangan bangsa Barat adalah untuk melakukan

penyebaran agama dan berdagang. Namun, pada perkembagannya mempunyai

tujuan lain yakni menguasai daratan Cina untuk kemudian dijajah. hal

tersebutlah yang kemudian menjadi pemicu terjadinya perpecahan dan

pemberontakan di Cina.

B. Pengaruh Bangsa Barat Dari Dinasti Yuan Hingga Dinasti Qing

Dinasti Yuan (1279-1368)

Dinasti Yuan beridiri dari tahun 1279-1368 M. Dinasti ini merupakan

Dinasti asing pertama yang memerintah Cina. Yakni berasal dari bangsa

Mongol yang sebelumnya menaklukan Dinasti Song. Pemimpin Mongol yang

melakukan ekspansi ke Cina yakni Genghis Khan atau Temujin yang

merupakan penakluk bangsa-bangsa barat mulai dari sekitar Turki, Kaukasus

hingga Cina. Namun selanjutnya Dinasti Yuan dipimpin oleh Kubilai Khan.

Kekuasaan Dinasti Yuan dipersatukan dalam satu kekuasaan Pax-Mongolia.

Pada masa Dinasti Yuan, selain banyak sekali menerima pengaruh dari

luar dalam berupa agama-agama dan kepercayaan yang beragam, juga banyak

sekali kedatangan dari bangsa asing yang memiliki tujuan berbeda-beda.

Diawali dari kedatangan seorang Prancis yang menyebarkan agama

Kristen kepada Bangsa Mongolia yang menyebabkan adanya keberagaman

dalam hal keprcayaan dalam bangsa Mongolia terutama saat Bangsa Mongolia

dikuasai oleh Kubilai Khan yang sekaligus memimpin Dinasti Yuan.

“Pada 845, salah seorang rahib Prancis bernama Jean Du Plan Carvin datang ke Krajaan Mongolia sebagai utusan Sri Paus di roma. Tujuan utama kedatangannya adalah untuk mengajak rakyat dan bangsa Mongolia agar memeluk Kristen” (Wiriaatmadja,2003:197).

Paus beberapa kali mengirimkan utusannya ke Cina untuk menyebarkan

agama di sana. Seorang biarawan bernama Giovanni de Piano Carpini yang

berasal dari Perugia, Italia dikirim ke Karakorum oleh Paus Innocentius IV

6

Page 7: Pengaruh Bangsa Barat Terhadap Runtuhnya Peradaban di Cina

pada tahun 1245 dan karyanya yang berjudul Hystoria Mongalorum menjadi

pusat informasi berharga mengenai adat istiadat bangsa Mongol.

Selanjutnya, Paus Nicholas IV ingin mengadakan hubungan dengan

bangsa Mongol sehingga ia mengirimkan seorang rohaniawan Katolik

bernama Giovanni de Monte Corvino. Kemudian Paus mengirimkan beberapa

rohaniwan lagi dan mengangkatnya sebagai uskup agung. Selama berkarya di

Cina, Yohannes telah menterjemahkan perjanjian baru dan kitab Mazmur ke

dalam bahasa Mongol serta mengkristenkan 30.000 orang. Odorico de

Pordenone, seorang biarawan lainya dari ordo Fransiskan mengadakan

perjalanan ke Asia Timur yang melalui daratan Beijing dan ia menetap selama

3 tahun di sana. Catatan perjalanannya dicatat oleh temannya yang bernama

Guillaume de Soragne. Jejak-jejak perkembagan agama kristen semasa dinasti

Yuan masih dapat kita jumpai saat ini dalam bentuk kuburan-kuburan kristen

seperti makam Katharina von Viglione yang berangka tahun 1342.

Namun ternyata adanya pengaruh Kristen dari Barat tersebut, merupakan

bagian dari adanya sebuah tujuan tertentu dari Kristen. Menurut Wiriaatmadja

(2003:198) menyatakan bahwa :

“ Rupa-rupanya, pengiriman utusan Sri Paus ke Kerajaan Mongolia adalah untuk membangun persekutun dan kerja sama yang tujuan utamanya adalah melwan dan menghambat laju pergerakan Islam (Islamic Movement). Sri Paus mengutus seorang Kristen Nestorianisme yang berasal dari Bangsa Uigur bernama Rabban Sauma untuk mewujudkan persekutuan itu. Tetapi setelah pembicaraan dilaksanankan tidak ada kesepakatan yang berhasil dicapai”.

Pada tahun 1275 Dinasti Yuan kedatangan keluarga Polo dari Venesia

yang dipimpin oleh Marcopolo dan merupakan kedatangan bangsa barat

pertama ke Cina. Tempat pertama yang disinggahi yakni Shangdu, Mongolia

Selatan. Pada saat itu Dinasti Yuan dipimpin oleh Kubilai Khan. Marcopolo

selama kurang lebih 17 tahun tinggal di Istana Dinasti Yuan. Kisah perjalanan

dari Marcopolo ke Cina, ditulis oleh Rusticien de Pisa atau Pisa Rusticello

(dalam bahasa Prancis) seorang yang menulis buku Deuisament du monde

hingga menjadi Inspirasi bagi bangsa barat untuk mendatangi wilayah Cina.

Tidak ada pengaruh yang berarti bagi Cina atas kedatangan Marcoolo, hanya

saja terjalin sebuah hubungan khusus antara Marcopolo yang berasal dari

Venesia dan Kubilai Khan dari Dinasti Yuan Cina. Dan menurut buku Kisah

7

Page 8: Pengaruh Bangsa Barat Terhadap Runtuhnya Peradaban di Cina

Perjalanan Marcopolo, di Cina dia menikahi putrid dari Mongolia. Selain itu

juga Marcopolo pernah menjadi orang kepercayaan Kubilai Khan. Belakangan

Marcopolo mendapat kepercayaan Kubilai Khan untuk menunaikan berbagai

tugas penting, dan bahkan pernah diangkat sebagai gubernur Yangzhou

(Taniputera,2009:457).

Kedatangan Marco Polo ke Cina memiliki arti penting bagi hubungan

antara Barat dan Timur, sebab selama berabad-abad kemudian, catatan

perjalanan yang ditulis Marco Polo itu merupakan satu-satunya informasi

mengenai Cina bagi bangsa Barat. Marco Polo adalah putra seorang pedagang

Venesia bernama Nicolo Polo yang menyertai ayahnya dalam perjalanan ke

Timur. Saat memulai perjalanan itu pada tahun 1271, usiaya baru 17 tahun.

Pada tahun 1275, tibalah mereka di Shangdu, Mongolia Selatan, tempat

istirahat musim panas Kubilai Khan. Marco Polo menarik perhatian Kubilai

Khan karena kecerdasannya dan ia ingin menguasai bahasa Tionghoa.

Kemudian Marco Polo mendapat kepercayaan Kubilai Khan untuk

menunaikan berbagai tugas dan bahkan pernah diangkat sebagai gubernur

Yangzhou.

Setelah tinggal selama kurang lebih 17 tahun, keluarga Marco Polo

berniat untuk pulang ke tanah airnya, tetapi Kubilai Khan tidak

mengizinkannya. Barulah pada tahun 1289 keluarga Marso Polo

berkesempatan untuk pulang, ketika Khan Persia mengirim utusan pada

Kubilai Khan untuk memberitahukan bahwa permaisurinya baru saja

meninggal dan meminta seorang putri Mongol sebagai penggantinya.

Ketika itu, jalur darat menuju Persia sedang tidak aman karena

peperangan, sehingga untuk menuju ke sana harus menempuh jalur laut.

Keluarga Marco Polo segera menawarkan diri untuk memandu perjalanan

melalui jalur laut karena mereka ahli dalam pelayaran. Dengan berat hati,

Kubilai Khan mengizinkan mereka untuk berangkat. Pada tahun 1292,

keluarga Marco Polo bertolak dari Quanzhou untuk mengawal putri Mongol

tersebut ke Persia. Setelah tugas tersebut selesai ditunaikan, keluarga Marco

Polo tidak kembali lagi ke Cina. Mereka meneruskan perjalanannya untuk

8

Page 9: Pengaruh Bangsa Barat Terhadap Runtuhnya Peradaban di Cina

pulang ke tanah airnya dan tiba di Venesia pada tahun 1295. Mereka telah

meninggalkan tanah airnya selama 20 tahun.

Setelah Marco Polo tiba kembali di Venesia, meletuslah pertempuran

antara Venesia dan Genoa. Marco Polo ikut berperang membela tanah airnya,

tetapi kalah dan ditawan oleh pihak Genoa. Di dalam penjara inilah kemudian

Marco Polo mengisahkan pengalamannya selama berada di Cina kepada

seorang penulis bernama Rusticien de Pisa yang juga ikut menjadi tawanan.

Kisah tersebut kemudian dibukukan menjadi kisah perjalanan Marco Polo.

Buku tersebut mengisahkan keelokan istana Kubilai Khan, keindahan alam

negeri Cina dan lain sebagainya.

Dinasti Ming (1368-1644)

Dinasti Ming didirikan oleh Chu Yuan Chang yang merupakan seorang

petani dan menjadikan kedua kalinya Cina didirikan oleh seorang petani. Chu

Yuang Chang bergelar Kaisar Hung Wu (1368-1398). Dinasti Ming

beribukota di Nanking dan memberi nama kuilnya ialah Ming Tai Tzu. Dinasti

yang berdiri karena berhasil melakukan pemberontakan terhadap pemerintahan

Dinasti Yuan. Pemimpin dari pemberontakan tersebut ialah Chu Yuan Chang

yang berhasil menyatkan semua pasukan pemberontak di seluruh wilayah Cina

dan kaum gentry. Diantara kaum Gentry ada yang dapat meyakinkan Chu

Yuan Yang untuk meningkatkan perjuangan ke tingkatan lebih tinggi yakni

perjuangan bersifat nasional. Pada tahun 1356 wilayah Nanking diduduki oleh

pemberontak hingga seluruh wilayah Cina Selatan. Hingga tahun 1368 bangsa

Mongolia berusaha meninggalkan Khanbalik dan mundur ke daerah asal

mereka. (Wiriaatmadja, 2003:207).

Sebenarnya pada masa Dinasti Ming, ada sebuah ppenolakan terhadap modernisasi yang terjadi di Cina. Menurut Wolfram Eberhard dalam Wiriaatmadja (2003:208) menyatakan bahwa : “Zaman Dinsati Ming memunculkan fenomena baru tentang zaman modern dalam sejarah dan eradaban Cina. Fenomena baru itu sebenarnya sudah terjadi sejak zaman Dinasti Yuan. Karena itu Dinasti Yuan lah yang dianggap sebagai peletak awal dari zaman modern sejarah Cina itu, bukan Dinasti Ming”

Mungkin dari pernyataan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa pada masa

Dinasti bisa disebut zaman Cina modern karena banyaknya pengaruh-

pengaruh asing yang masuk ke Cina. Terlebih mungkin dikarenakan

9

Page 10: Pengaruh Bangsa Barat Terhadap Runtuhnya Peradaban di Cina

keterbukaannya pemimpin saat itu terhadap adanya bangsa asing terutama dari

Barat yang asuk tanpa menyaringnya terlebih dahulu.

Sebenarnya yang disebut bangsa asing menurut Dinasti Ming lebih

merujuk ke bangsa Mongolia yang berada di wilayah utara Dinasti Ming.

Karena pada masa itu bangsa Mongolia dengan konsep politik pax-Mongolica-

nya lebih mengancam eksistensi dari Dinasti Ming. Disisi lain pada masa

Kaisar Yung Lo gagasan mengenai ekspedisi keluar negeri mulai

disosialisasikan. Hingga terdapat ekspedisi yang pertama dan paling terkenal

yakni ekspedisi pelayaran pertama yang dilaksanankan secara besar-besaran

oleh Dinasti Ming dimulai sejak 1405 yang dipimpin oleh Laksamana Cheng

Ho (Wiriaatmadja,2003:210).

Namun sepeninggal Kaisar Yung Lo dinasti Ming semakin melemah hingga

pada saat yang bersamaan datangny orang-orang barat dari eropa ke wilayah

Cina. Yang melakukan ekspedisi dagang yang ternyata juga membawa tiga-G

(gold, glory, dan gospel)-terutama Spanyol (1514) dan Portugis (1540)-mulai

berdatangan (Wiriaatmadja,2003:210).

Menjelang Dinasti Ming berkahir berdatangan pula pedagang dari

Inggris dan Belanda yang menandai berdatangannya misisonaris untuk

menyebarkan agama Kristen di Cina. Para misionaris tersebut berasal disebut

juga paderi yang berasal dari Ordo Jesuit. Hingga salah seorang paderi

bernama Matteo Richi (1552-1616) berganti nama menjadi Li Mao Tou.

Sebelumnya pernah ada misisonaris Kristen yakni Franciskus Xaverius yang

tida di Makao namun tak lama dia meninggal disana pada tahun 1522. Matteo

Ricci datang dari Macao pada 1582 hingga 1610 menetap di Cina dan

meninggal di Peking. Sebelum menyebarkan, Ricci terlebih dahulu

mempelajari Konfusianisme dan ilmu-ilmu dan karya-karya klasik Cina

dengam maksud memaahami dan dapat menggabungkannya dengan ajaran

Kristen. Ricci meyakini bahwa bagsa Tionghoa hanya dapat diperkenalkan

pada Kekristenan jika ia dapat menghadirkan suatu bentuk agama tersebut

yang selaras dengan Konfusianisme (mengizinkan penghormatan pada leluhur)

(Taniputera,2009:492). Proses tersebut dilanjutkan oleh Johann Adam von

Schall dan Johann Schreck yang tiba di Beijing tahun 1622. Oleh mereka

10

Page 11: Pengaruh Bangsa Barat Terhadap Runtuhnya Peradaban di Cina

jumlah penganut Kristen meningkat hingga ribuan.Hanya saja sempat

terhambat oleh dekrit kepausan pada abad ke-18 yang melarang adanya ilmu

tradisional yang dicampurkan kedalam agama Kristen menjadikan

perkembangannya meurun. Selain itu juga para misisonaris tersebut diburu dan

sempat dipenjara oleh pemerintah Dinasti Ming karena diketahui bahwa

mereka ingin menghapuskan kepercayaan tradisional bangsa Cina. Walupun

persebaran Kristen sudah masuk ke istana, namun kaum gentry tidak begitu

tertarik hanya tertarik terhadap ilmu pengetahuannya saja. Misionaris lainnya

yang terkenal adalah Etienne Faber. Tokoh legenda ini hidup pada masa akhir

Dinasti Ming dan berkarya di Shanzi. Faber telah mengarang banyak karya

mengenai hagiografi Buddhis dan Daois (Taniputra, 2009:492)

Dinasti Qing (1644-1912)

Dinasti Qing sebenarnya tidak bisa terlepas dari sebuah kata Manchuria.

Yang merupakan nama sebuah wilayah di timur Cina. Namun menurut

Wicaksono (2011:13) menyatakan bahwa :

“Manchuria adalah nama yang diberikan oleh Nurhaci yang menganggap dirinya adalah reinkarnasi Buddha Manjushri. Pemberian nama ini juga untuk menghapus sebutan “Jurchen” oleh bangsa Han China yang terkesan berbau barbar dan biadab”.

Dinasti Qing ini juga bisa disebut Dinasti asing yang memerintah di

Cina, krena jika melihat dari asal usulnya menurut Wicaksono (2011:15) :

“Nenek moyang suku Manchu adalah bangsa Jurchen yang termasuk ke dalam ras Proto Turki. Bersama suku-suku di Cina Utara lainnya, mereka adalah keturunan suku Xiongnu yang semenjak jaman sebelum Masehi telah merampoki dan mengancam perbatasan utara China, sehigga Kaisar Qin Shihuang membangun tembok besar untuk menahan serbuan mereka”.

Mengenai pernyataan mengenai Manchuria yang namanya diberikan oleh

Nurhaci, tersirat pertanyaan sebenarnya siapa Nurhaci tersebut. Menurut

Wicaksono (2011:31) menjelaskan bahwa “Nurhaci adalah kepala suku

Jurchen Jianzhou yang kemudian mendirikan Dinasti Jin akhir, dan dianggap

sebagai pendiri kekaisaran Qing”.

11

Page 12: Pengaruh Bangsa Barat Terhadap Runtuhnya Peradaban di Cina

Sebenarnya dapat dikatakan bahwa Nurhaci merupakan seorang asing yang

menjadi ”peletak batu pertama” dari perjuangan mengahadapi Dinasti Ming

dalam membangun Dinasti Qing yang nantinya menjadi sebuah Dinasti pada

tahun 1644.

Dinasti Qing (Manchu) didirikan oleh Li Tzu Cheng yang pada masa

dinasti Ming memimpin pemberontakan petani pada tahun 1644. Hingga

menguasai wilayah utara yakni Manchuria bahkan menaklukan wilayah Korea

dan Mongolia. Dinasti Qing mencapai puncak kejayaan pada masa

pemerintahan Ch’ien Lung (1735-1795). Seluruh wilayah Asia Tengah

berhasil ditaklukan termasuk Tibet. Hingga negara-negara vazal dapat dikuasai

meliputi wilayah Nepal, Korea, Indo-China, Burma. Dalam kurun waktu

kurang lebih setengah abad dari pemerintahan Manchu, Cina mengalami

banyak kemajuan yang pesat. Namun di sisi lain Manchu juga sudah mulai

terlihat kemunduran dan kehancurannya. Terutama saat kedatangan bangsa

barat yang jumlahnya semakin meningkat. Mereka melakukan perdagangan

dengan masyarakat Cina. Namun K’ang Hsi yang memerintah sebelum Ch’ien

Lung telah lebih dulu menetapkan aturan bahwa “hanya orang-orang Kanton

yang terbuka lebar untuk membuka perdagangan dengan bangsa asing”

(Wiriaatmadja,2003:221). Perdagangannya pun hanya boleh dilakukan dengan

sistem Kohong saja dan dilarang berhubungan langsung dengan penduduk dan

juga melalui perantara saudagar Kohong.

Pada masa pemerintahan K’ang His atau Kangxi pengaruh dari bangsa

barat mulai terasa. Dimulai dengan kedatangan para penyebar agama Kristen.

Akses ke Cina biasanya dilakukan dari koloni Portugis di Macau. Beberapa

para misionaris tersebut berhasil adapula yang gagal dengan berbagai

penyebab seperti meninggal dalam perjalanan, mengalami penolakan bahkan

dihukum oleh penguasa Cina. Diawali pada tahun 1649 Michael Byorm,

misionaris Yesuit kelahiran Lwow (saat itu masih berada dalam kekuasaan

Polandia). Dia diutus dalam misi siplomatik kepada kaisar Yongli dari Ming

selatan, yang sementara itu masih menguasai Cina barat daya. Andreas

Wolfgang Koffer, misionaris Yesuit yag sudah berada di istana kaisar Yongli

sejak 1645, sudah berhasil mengkristenkan beberapa anggota penting keluarga

istana, seperti Ibusuri Helena wang Liena, ibusuri Maria ma, dan putra

12

Page 13: Pengaruh Bangsa Barat Terhadap Runtuhnya Peradaban di Cina

mahkota Constantinus Zhu Cuxuan serta kasim Pang. Ketika pasukan Manchu

mulai mengancam, Byorm diutus untuk menyampaikan surat dari ibusuri

Wang kepada Innocentius X di Roma dengan maksud untuk meminta bala

bantuan (Wicaksono,2011:171). Namun barulah pada 1655 Paus Alexander

VII memberikan jawabannya hanya sebatas ungkapan keprihatinan dan doa

untuk keselamatan bangsa Cina. Meskipun demikian Byorm mendapat

dukungan dari Raja Joao IV dari Portugal yang menjanjikan akan memberikan

bala bantuan untuk membantu Dinasti Ming Selatan (Wicaksono,2011:172).

Karena masuknya agama Kristen yang dibawa para misionaris, terdapat

sebuah peristiwa dimana terjadi pertentangan antara Ordo yang dibawa oleh

para misonaris. Selian Ordo Yesuit terdapat juga Ordo Fransiskan dan

Dominikan yang masuk ke Cina. Kedua Ordo tersebut mengadukan perbuatan

Ordo Yesuit yang mencampur adukakan agama Katolik dengn praktik

Confucianisme kepada Paus di Vatikan. Paus kemudian mengirim utusan ke

Cina untuk membersihkan agama Katolik dri praktek pemujaan nenek

moyang, namun utusan tersebut ditolak oleh Kaisar Kangxi. Lalu pada tahun

1773 Ordo Yesuit atau Serikat Yesus dibubarkan oleh Paus Clement XIV dan

agam Kristen di Cina memasuki masa kemunduran. Mereka diburu oleh

pemerintah dan menghadapi penganiayaan. (Wicaksono,2011:175).

Setelah itu ada peristiwa penting yang patut dicatat adalah kunjungan

duta besar Lord Macartney dari Inggris untuk membuka hubungan antar Cina

dan dunia Barat pada tahun 1792. Utusan dagang tersebut ditolak oleh Kaisar

Kangxi karena ia tidak bersedia dan enggan melakukan kow-tow atau bersujud

dihadapan Kaisar. Utusan kerajaan Inggris berikutnya yang datang pada 1816

yang bernama Lord Armherst juga ditolak oleh Kisar

(Wiriaatmadja,2003:224).

Adapun pada masa Kaisar Kangxi (1662-1772) membuat sebuah

perturan dimana adanya pembatasan dalam hal perdagangan terutama yang

berhubungan dengan bagsa asing. Kaisar Kangxi menetapkan sistem Ko-Hong.

Para pedagang tersebut diperbolehkan berdagang asalkan mematuhi dan

menggunakan sistem yang diterapkan.

13

Page 14: Pengaruh Bangsa Barat Terhadap Runtuhnya Peradaban di Cina

“Kohong yaitu pelarangan hubungan langsung dengan rakyat Cina, tetapi harus melalui perantara saudagar kohong atau golongan saudagar Cina tertentu yang diterapkan pemerintah. Hingga kurang lebih tahun 1840 bangsa barat yang datang ke Cina tidak berani melanggar ketetapan pemerintah Cina karena mereka gentar bermusuhan dengan Cina yang dianggap raksasa terkuat (Harifah, 2005:1).

Menurut Wiriaatmadja (2003:224) menyatakan bahwa saudagar Kohong

merupakan gabungan dari 13 saudagar asal Cina yang diberi hak monopoli

oleh kaisar Kangxi untu melakukan transaksi semua jenis perdagangan dengan

orang-orang asing. Namun sayangnya hubungan dengan bangsa Barat tersebut

kemudian diakhiri dengan penjajahan di beberapa wilayah Cina. Macartney

menyampaikan maksud pemerintahnya untuk menjalin hubungan dagang

dengan kedutaan Cina. Tetapi kaisar Qianlong menjawabnya dengan pernyataa

“aku tidak menghargai sedikitpun barang aneh ataupun luar biasa dan tidak

memerlukan hasil dari negara lain”. Sehingga utusan tersebut mengalami

kegagalan.

Pada masa pemerintahan Daoguang (1821-1850) terjadi pemberontakan

di dalam negeri. Suku-suku minoritas serta penghuni wilayah perbatasan

menerbitkan berbagai pemberontakan dan kerusuhan seperti bangsa Tibet yang

memberontak pada tahun 1807 dan warga Muslim Xinjiang pada tahun 1820-

an. Sementara itu, bangsa Barat telah bersiap-siap melancarkan agresinya,

karena pembatasan-pembatasan perdagangan (terutama candu) yang

diberlakukan terhadap mereka.

C. Imperialisme Dan Kolonialisme di Cina

Pada tahun 1839 Lin Hse Tsu menjabat sebagai komisaris tinggi dan

mengeluarkan kebijakan agar para pedagang asing menyerahkan candu atau

opium untuk dimusnahkan. Pedagang Inggris yang diwakili oleh Charles Elliot

menyerahkan ¼ juta kilogram candu yang kemudian dibakar dan dimusnahkan

Lin Tse Hsu pada tanggal 3 Juni 1839. Dengan tindakan itu Inggris

tersinggung dan melakuan permusuhn dengan Cina. Hingga terjadi Perang

Candu I (1839-1842) yang merupakan awal dari praktek imperialism-

kolonialisme Inggris atas Cina.Yang berakhir dengan diadakannya persetujuan

Nanking pada tahun 1842. Dan kemudian Perang Candu II (1856-1860). Yang

disebabkan karena penahanan kereta api kecil bernama Lorcha Arrow yang

14

Page 15: Pengaruh Bangsa Barat Terhadap Runtuhnya Peradaban di Cina

berfungsi sebagai alat pelayaran pantai yang emnggunakan bendera Inggris

raya. Pihak Cina beralasan bahwa penahanan tersebut karena kapal terebut

digunakan penyelundupan barang dagangan ke Cina. Dan pihak Inggris tidak

sepakat dengan itu kemudian meletuslah perang. Perang berakhir dengan

perjanjian damai yang dilakukan oleh Cina yang bernama Konvensi Peking

pada tahun 1860 yang memperkuat Persetujuan Tienstin (1858). Sejak itu Cina

menjadi negara semikolonial. Dan banyak serbuan imperialism-kolonialisme

modern yang didiringi penetrasi kebudayaan barat (wiriaatmadja,2003:258).

Hingga Rusia melakukan persetujuan dengan Cina yang disebut Persetujuan

Aigun yang berisi penyerahan daerah wilayah utara Sungai Maur kepada

Rusia. Selain itu juga Amerika pun ikut melakukan persetujuan denganCina

yang disebut Persetujuan Whang Shia. Yang berisi beberapa poin yakni hak-

hak yang diberikan kepada Inggris harus diberikan pula kepada Amerika.

Termasuk hak yang sangat penting yakni Hak Eksteritorialitas. Selain itu juga

Prancis yang melakukan kontak perdagangan dengan Cina, mengikutinya

dengan membuat Perjanjian Whampoa yang didalamnya memuat dekrit kaisar

yang memberikan izin bagi para penyebar agama Kristen Katolik di Cina

untuk menyebarkan agamanaya (Wiriaatmadja,2003:226).

Tidak lama setelah imperialisme-kolonialisme berlaku di Cina, terjadi

Pemberontakan T’ai Ping pada tahun 1850-1865. Yang dipimpin oleh Hung

Hsiu Chuan (Hong) berasal dari propinsi Kwangtung. Gerakan ini memiliki

pasukan yang diberinama Hong. Kemudian mereka mendirikan Perkumpulan

Shang Ti Hui (Perkumpulan Pemuja Tuhan) tahun 1845. Orang-orang yang

memberontak menggunakan ikat kepala merah dan memotong selampit

rambutnya. Mereka tidak senang dengan kondisi dinasti Manchu yang

didalamnya terdapat imperialism-kolonialisme yang dilakukan oleh bangsa

asing terhadap Cina. Dalam aksi gerakannya mereka melakukan tradisi agama

Kristen yang dibawa masuk ke Cina oleh bangsa barat. Tradisi terebut yakni

melaukan ibadah di hari Minggu dan selain itu juga ikut memusnahkan setiap

patung-patung dewa dimanapun yang mereka jumpai. Geakan tersebut

kemudian dapat berkembanghingga pada tahun 1853 pemimpinnya Hung Hsiu

Chuan (Hong) menyatakan dirinya sebagai Raja Langit dan menjadikan

gerakan ini sebagai Dinasti Taiping dan menjadikan Naning sebagai

15

Page 16: Pengaruh Bangsa Barat Terhadap Runtuhnya Peradaban di Cina

Ibukotanya. Sebenranya ajaran Hong tersebut awalnya hanya sebatas

sinkretisme antara tradisi Cina kuno dengan agama Kristen. Karena penolakan

mereka akibat dampak yang ditimbulkan Perang Candu yang pernah terjadi.

Yakni adanya pelegalan minuman keras, hingga banyaknya perzinahan.Pada

awalnya karena terpengaruh oleh ajaran barat ini, para pendeta Kristen tertarik

pada gerakan Taiping bahkan para cendekiawan Cina yang masih memegang

teguh kepercayaan kuno pun ikut tergabung didalamnya. Namun gerakan ini

mengalami kegagalan karena Kaisar Hsiu Ch’uan bunuh diri pada 30 Juni

1864. Akibat dari sikap dirinya yang saat memimpin terlau mewah dan lupa

daratan hingga timbul perpecahan dalam gerakan Taiping dan gerakan ini pun

dapat ditumpas dengan lambat laun oleh pemerintahan Dinasti Qing. Itupun

dengan bantuan bangsa Barat yakni Mayor Charles George Gordon yang

merupakan kebangsaan Inggris. Dan lagi-lagi bangsa barat ikut terlibat dalam

pemerintahan Dinasti di Cina ini.

Perang Candu yang terjadi di Cina menimbulkan perubahan signifikan

terhadap kondisi sosial di Cina. Hingga melemahnya kekuasaan Manchu dan

juga timbul keinginan dari masyarakat Cina untuk melakukan perubahan.

Daintaranya terdapat usaha untuk belajar dari barat dengan meniru teknologi

dan industry dari barat serta mengirim kaum intelektual dari Cina untuk belajar

ke negara barat. Kaum intelektual inilah yang mengenalkan faham-faham baru

dari barat seperti sistem politik demokrasi yang menyebabkan lahirnya kaum

proletar dikalangan pekerja industry dan menjadi motor penggerak gerakan

anti barat yang menumbuhkan semangat nasionalisme (Harifah,2005:2).

Selain karena mendapat banyak tekanan dri bangsa barat, dalam negara

Cina sendiri terjdi kehidupan sosial yang mengalami masalah. Mulai masalah

ekonomi yang berhubungan dengan mata pencaharian rakyatnya. Oleh karena

itu masyarakat Cina ingin segera mengakhiri masa-masa tersebut dengan

melakukan berbagai gerakan yang berasal dari kaum intelektual. Pada rentan

waktu 1870-1910 wilayah Cina terbagi kedalam beberapa wilayah yang

terkotak-kotakan oleh kekuasaan bangsa asing. Inggris menguasai wilayah

meliputi Kanton, Yangtze, dan Hongkong. Jerman menguasai wilayah

16

Page 17: Pengaruh Bangsa Barat Terhadap Runtuhnya Peradaban di Cina

Kiaochau dan Shantung. Bahkan wilayah Manchuria, Port Arthur, dan

Liaotung dikuasai oleh Rusia hingga akhirnya menjadi kekuasan Jepang.

Revolusi Nasional Cina

Revolusi menunjuk pada suatu pengertian tentang

perubahan sosial politik yang radikal, berlangsung cepat dan

besar-besaran (Supardan,2009:342). Karena dengan masuknya

bangsa Barat masuklah juga faham-faham dan aliran-aliran dari barat. Faham-

faham tersebut kemudian dianut oleh kaum-kaum terpelajar di Cina. Selain

kondisi masyarakat Cina pada saat itu mengalami kekecewaan terhadap Dinasti

Muncullah nasionalisme di Cina. Nasionalisme yang secara sederhana

mengandung arti rasa kebangsaan dimana kepentingan negara dan bangsa

mendapat perhatian besar dalam kehidupan bernegara (Supardan,2009:339).

Nasionalisme itu diperkuat oleh kemenangan Jepang atas rusia pada perang

tahun 1905, karena pada saati itu kulit berwarna berhasil mengalahkan kulit

putih dan menyangkal dengan tegas superioritas kulit putih. Sehingga

masyarakat Cina terdorong untuk melukakn perlawanan terhadap kulit ptih

atau bangsa barat yang berada di Cina. Selanjutnya dilakukanlah modernisasi

oleh kaum terpelajar Cina yang digagas oleh Dr. Sun Yat Sen (1866-1925).

Keinginannya ialah untuk mempelajari budaya barat guna memodernisasi Cina

dengan tujuan sebagai berikut :

a. Membentuk kesatuan negara Cina dibawah suatu pemerintahan yang cukup

kuat untuk membangun suatu Cina Baru yang merdeka dan berdaulat penuh.

b. Cina baru ini harus didasarkan atas San, Min, Chu, I yakni tiga sendi

kedaulatan rakyat. San Min Chu I ini ialah: 1.Nasionalisme, 2.Demokrasi,

3.Sosialisme.

(san Min Chu I diambil dari perkataan presiden Abraham Lincoln dari USA

yang mengatakan a.Government of The People, by the people, for the people),

(Soebantardjo,1958:29).

Sehingga dengan adanya faham tersebut mulailah sebuah pemahaman baru

mengenai Cina baru yang melekat di masyarakat. Sampai pada suatau waktu

17

Page 18: Pengaruh Bangsa Barat Terhadap Runtuhnya Peradaban di Cina

beberapa orang Cina ingin membuka jalur kereta di Shicuan, namun

permintaan ditolak oleh pemerintah Dinasti Manchu, namun izin tersebut

diberika kepada pemerintah asing. Sehingga masyarakat Cina kecewa dan

terjadi kerusuhan di Wuchang. Rakyat Cina marah dan pada tanggal 10-10-

1911 (Double Ten) meletuslah revolusi di Wuchang (Wuchang Day)

Pemerintah Manchu jatuh. Republik Cina lahir (Soebantardjo,1958:29).

Namun yang menjadi Republik Cina yang diproklamasikan oleh Dr. Sun Yat

Sen hanya meliputi Cina Selatan saja, karena di Utara masih dikuasai oleh

Kaisar Pu Yi sebagai pemegang pemerintahan Dinasti Manchu. Di wilayah

selatan ini pengaruh dari luar sangat kuat. Terutama dari bangsa asing yang

saat itu menduduki pelabuhan di Hong Kong. Sehingga kelak dari wilayah

selatanlah banyaknya datang pembaharuan karena masyarakat disana lebih

bersifat mudah menerima pengaruh dari luar.

Mengenai Teori yang digunakan dalam kajian ini diantaranya yakni

Teori Perubahan Sosial dari Ralf Dahrendorf. Karena terjadinya perubahan di

dalam masyarakat Cina, oleh karena itu dapat dianalogikan ke dalam suatu

keterhubungannya dengan apa yang dikemukakan oleh Ralf Dahrendorf

mengenai teori Perubahan Sosial. Dimana dia berpandangan bahwa

sebagaimana stabilitas struktur sosial, perubahan-perubahan dalam struktur

kelas sosial akan berdampak pada dua peringkat, yaitu normatif ideologis,

(nilai) dan faktual institusional (Setiadi dan Kolip,2011:615). Teori tersebut

lebih dapat menjelaskan mengenai adanya hubungan antara perubahan sosial

dan pengaruhnya terhadap mobilitas sosial. Karena dengan adanya perubahan

sosial dapat mempengaruhi kedudukan serta status dari seseorang ataupun

sekelompok orang. Yang dimaksud dengan status dan kedudukan disini ialah

menurut Dahrendorf dalam (Setiadi dan Kolip,2011:618) bahwa posisi-posisi

dominan di dalam realitas politk dan pemerintahan. Sebab-sebab dari

timbulnya perubahan masyarakat adalah banyak yaitu antara lain karena

majunya ilmu pengetahuan (mental manusia), teknik serta penggunannya di

dalam masyarakat, komunikasi, dan tuntutan manusia (the rising demands),

semuanya ini mempunyai pengaruh bersama dan mempunyai akibat bersama

di dalam masyarakat secara “shocks” dan karenanya terdapatlah perubahan

masyarakat atau biasa disebut “social change” (A.Susanto,1977:178).

18

Page 19: Pengaruh Bangsa Barat Terhadap Runtuhnya Peradaban di Cina

BAB III

KESIMPULAN

Dalam perembangannya, Cina mengalami berbagai masa dimana terjadi

berbagai perubahan-perubahan yang diakibatkan oleh adanya berbagai

pengaruh baik dari dalam maupun luar Cina sendiri. Dengan adanya pengaruh

Bangsa Asing terhadap perkembangan Cina ini menjadikn Cina mengalami

berbagai perubahan-perubahan mulai dari tatanan masyarakatnya hingga

sistem pemerintahan yang dilakukan oleh setiap pemimpin. Perubahan tersebut

terjadi tidak lepas dari adanya factor-faktor yang mempengaruhinya.

19

Page 20: Pengaruh Bangsa Barat Terhadap Runtuhnya Peradaban di Cina

Daftar Pustaka

Agung, Leo. (2012). Sejarah Asia Timur 1. Yogyakarta : Ombak

Harifah, Dina. (2005). China Pada Masa Chiang Kai Sek. Skripsi Pada FPIPS UPI

Bandung. Tidak diterbitkan.

Philipus,N.G dan Aini,Nurul. (2004). Sosiologi dan Politik. Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada.

Setiadi, Elly. M dan Kolip, Usman. (2011). Pengantar Sosiologi

Pemahaman Fakta dan Gejala Permasalahan Sosial: Teori,

Aplikasi dan Pemecahannya. Jakarta : Kencana Prenada Media

Group.

Skocpol,Theda. (1991). Negara dan Revolusi Sosial: Suatu Analisis Komparatif

tentang Perancis, Rusia dan Cina. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Soebantardjo. (1958). Sari Sedjarah Djilid I: Asia-Australia. Yogyakarta: Penerbit

Bopkri.

Supardan, Dadang. (2009). Pengantar Ilmu Sosial Sebuh Kajian Pendekatan

Struktural. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Susanto,S.Astrid. (1977). Pengantar Sosiologi dan Perubahan Sosial. Bandung:

Penerbit Bina Cipta.

Taniputera, Irvan. (2009). History Of China. Yogyakarta: Ar-Ruz Media.

Wicaksono, Michael. (2011). Dinasti Manchu Awal Kebangkitan (1616-1735) Dari

Nurhaci Hingga Yongzheng. Jakarta : PT Elex Media Komputindo.

Wiriaatmadja, Rochiati. (2003). Sejarah dan Peradaban Cina. Bandung : Humaniora.

http://en.wikipedia.org/wiki/Rabban_Bar_Sauma

20

Page 21: Pengaruh Bangsa Barat Terhadap Runtuhnya Peradaban di Cina

http://it.wikipedia.org/wiki/Marco_Polo

21