Page 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Air adalah senyawa yang penting bagi semua bentuk kehidupan yang
diketahui sampai saat ini di Bumi. Air menutupi hampir 71% permukaan Bumi.
Terdapat 1,4 triliun kilometer kubik (330 juta mil³) tersedia di Bumi. Air
sebagian besar terdapat di laut (air asin) dan pada lapisan-lapisan es (di kutub
dan puncak-puncak gunung), akan tetapi juga dapat hadir sebagai awan, hujan,
sungai, muka air tawar, danau, uap air, dan lautan es.
Air kita perlukan untuk proses hidup dalam tubuh kita, tumbuhan dan juga
hewan. Sebagian besar tubuh kita, tumbuhan dan hewan terdiri atas air. Air
juga kita perlukan untuk berbagai keperluan rumah tangga, pengairan
pertanian, industri, rekreasi dan lain-lain. Sumber air dibagi menjadi 4 yaitu :
air permukaan, air tanah, mata air, dan juga air hujan. Sumber air yang paling
banyak ditemukan adalah air permukaan. Air permukaan adalah air hujan yang
mengalir di permukaan bumi. Salah satu sumber air yang termasuk air
permukaan adalah danau/ waduk. Sumber air danau digunakan untuk berbagai
pemanfaatan anatara lain adalah sebagai bahan baku air minum, air irigasi,
pembangkit listrik, perikanan dan sebagainya.
Waduk adalah danau alami atau danau buatan, atau pembendungan sungai
yang bertujuan untuk menyimpan air. Salah satu waduk yang berada di Prov
insi DKI Jakarta adalah waduk Sunter. Waduk Sunter terdiri dari 4 waduk yang
terpisah oleh jalan raya, yaitu Waduk Sunter utara, selatan, barat dan timur.
Pada laporan ini kami akan membahas tentang Waduk Sunter barat yang
terletak di Jalan Danau Sunter Selatan, Kelurahan Sunter Jaya, Kecamatan
Tanjung Priok, Jakarta Utara. Waduk Sunter telah mengalami banyak
gangguan, diantaranya proses pendangkalan yang disebabkan oleh proses
pengurukan, sebagai tempat pembuangan sampah.
Perlunya proses pengelolaan air dan pengolahan air, untuk menjaga agar
kualitas dan kuantitas air tetap terjaga dengan baik.
1
Page 2
1.2 Maksud dan Tujuan
1.2.1 Maksud
Maksud dari pembuatan laporan ini adalah untuk memberikan informasi
tentang Waduk Sunter barat, Kecamatan Tanjung Priok, Jakarta Utara.
1.2.2 Tujuan
Tujuan dari pembuatan laporan ini adalah Menganalisis kadar pencemaran
di waduk Sunter barat.
2
Page 3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Waduk Beserta Pencemarannya
Waduk atau reservoir bertujuan untuk menyimpan air, selain itu fungsi
waduk sebagai tempat rekreasi dan juga sebagai sumber air. Fungsi utama
waduk adalah untuk mengatur sumber air. Waduk terbentuk melalui dua cara,
alami dan secara buatan. Secara alami waduk terbentuk dari hasil letusan
gunung vulkanik atau dari sumber air. Secara buatan biasanya waduk dibuat
untuk menampung cadangan air pada saat musim kemarau, serta sebagai
pencegah banjir saat musim hujan. Jenis-Jenis waduk yaitu:
Waduk lembah
Bendungan juga dibangun di lembah dengan memanfaatkan
topografinya dan mendapatkan air untuk waduk. Bagian pinggir lembah
dimanfaatkan sebagai tembok dan bendungannya terletak di bagian yang
paling sempit, yang biasanya memberikan kekuatan lebih besar dengan
biaya yang lebih rendah. Di banyak tempat, pembangunan waduk lembah
melibatkan pemindahan penduduk dan artifak bersejarah.
Waduk sisi sungai
Waduk sisi sungai dibangun dengan memompa air dari sungai. Air
yang disimpan di waduk seperti ini biasanya diendapkan selama beberapa
bulan agar kontaminanan dan tingkat kekeruhannya berkurang secara
alami.
Waduk pelayanan
Waduk pelayanan adalah waduk yang dibangun dekat dengan titik
distribusi, dengan air yang sudah disterilkan dan dibersihkan. Waduk
pelayanan biasanya dibangun berbentuk menara air yang dibangun di atas
pilar beton di wilayah datar.
(Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Waduk#Waduk_lembah)
3
Page 4
Waduk / danau memiliki suatu daya tampung terhadap beban pencemaran
air. daya tampung itu sendiri adalah kemampuan air danau dan air waduk
untuk menerima masukan beban pencemaran tanpa mengakibatkan air danau
dan air waduk menjadi tercemar (Sumber : Peraturan Menteri Negara
Lingkungan Hidup No. 28 Tahun 2009).
Seiring dengan perubahan zaman, kualitas dan kuantitas air semakin
menurun. Hal ini disebabkan adanya pencemaran di dalam air, padahal air
sangatlah penting bagi seluruh makhluk hidup. Pencemaran air adalah
masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi dan atau komponen
lain ke dalam air oleh kegiatan manusia, sehingga kualitas air turun sampai ke
tingkat tertentu yang menyebabkan air tidak dapat berfungsi sesuai dengan
peruntukannya. (Sumber : Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82
tahun 2001).
Sumber pencemaran air bisa dari berbagai kegiatan yang berlangsung
pada perairan danau juga berpotensi merusak ekosistem akuatik, yaitu:
Penangkapan ikan dengan cara yang merusak sumber daya
(overfishing).
Pembudidayaan ikan dengan keramba jaring apung yang tidak
terkendali sehingga berpotensi pembuangan limbah pakan ikan dan
pencemaran air.
Pengambilan air danau sebagai air baku ataupun sebagai tenaga air
(PLTA) yang kurang memperhitungkan keseimbangan hidrologi danau
sehingga mengubah karakteristik permukaan air danau dan sempadan
danau. (Sumber : Modul Pelatihan Pemantauan Kualitas Kesehatan
Lingkungan (on site rapid assesment), Balai pelatihan Kesehatan
Cikarang, Kementerian Kesehatan RI, 2012).
Berbagai sumber dan dampak permasalahan tersebut telah merusak
ekosistem akuatik danau dan berpotensi atau telah terjadi pada beberapa danau
atau waduk di Indonesia. Oleh karena itu, pentingnya sebuah pengelolaan dan
pengolahan untuk dilakukan, agar kualitas dan kuantitas lingkungan kita tetap
terjaga dengan baik.
4
Page 5
Pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya terpadu untuk melestarikan
fungsi lingkungan hidup yang meliputi kebijaksanaan penataan, pemanfaatan,
pengembangan, pemeliharaan, pemulihan, pengawasan, dan pengendalian
lingkungan hidup; (Sumber : Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23
Tahun 1997).
2.2 Persyaratan Kualitas Air
Dalam persyaratan kualitas air, air memiliki mutu dan juga kelas air.
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 tahun 2001
tentang pengelolaan kualitas air danpengendalian pencemaran air adalah
kondisi kualitas air yang diukur dan atau diuji berdasarkan parameter
parameter tertentu dan metoda tertentu berdasarkan peraturan perundang-
undanganyang berlaku.
Sementara Kelas air adalah peringkat kualitas air yang dinilai masih layak
untuk dimanfaatkan bagi peruntukan tertentu. Untuk mengetahui apakah air
tersebut memenuhi persyaratan kualitas air atau tidak, maka kita harus
membandingkan kualitas air dengan baku mutu air yang telah ditetapkan.
Dengan diketahuinya kualitas air ini, maka perlu dibandingkan pula dengan
kelas air tersebut
Menurut PP No 82 tahun 2001, klasifikasi mutu air terbagi menjadi empat
yaitu :
Kelas satu, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air minum,
dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama
dengan kegunaan tersebut.
Kelas dua, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk
prasarana/sarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar,
peternakan ,air untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukkan lain
yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.
5
Page 6
Kelas tiga, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk
pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi
pertanaman, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan air yang
sama dengan kegunaan tersebut.
Kelas empat, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk
mengairi,pertanaman dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan
mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.
Untuk menjaga agar kualitas mutu air tetap baik, maka perlu dilakukan
pengendalian mutu air. Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
Nomor : 45/Prt/1990 tentang Pengendalian Mutu Air Pada Sumber-Sumber
Air. Pengendalian mutu air adah setiap usaha pencegahan dan penanggulangan
proses penurunan mutu air yang disebabkan oleh masuknya atau
dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain ke dalam
sumber-sumber air dan atau berubahnya tatanan air oleh kegiatan manusia atau
oleh proses alam, dan atau usaha pemulihannya
Tabel 2.1 kriteria mutu air berdasarkan kelas
6
Page 7
Sumber :PP 82 Tahun 2001
7
Page 8
2.3 Penentuan Daya Tampung Air
Menurut Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 28 Tahun 2009
Tentang Daya Tampung Beban Pencemaran Air Danau Dan/Atau Waduk. Daya
tampung beban pencemaran air danau dan/atau waduk adalah kemampuan air
danau dan air waduk untuk menerima masukan beban pencemaran tanpa
mengakibatkan air danau dan air waduk menjadi cemar.
Daya tampung beban pencemaran air pada danau dan/atau waduk ditetapkan
berdasarkan:
Morfologi dan hidrologi;
Status mutu air
Status trofik;
pemanfaatan sumber daya air dan persyaratannya atau baku mutunya;
alokasi beban limbah untuk berbagai sumber dan jenis limbah yang masuk ke
danau dan/atau waduk; dan
zonasi perairan untuk berbagai pemanfaatan.
Hasil dari penetapan daya tampung beban pencemaran air danau dan/atau
waduk adalah :
Penetapan rencana tata ruang daerah tangkapan air danau dan/atau waduk;
Pemberian izin kegiatan yang lokasinya dapat mempengaruhi kualitas air
danau dan/atau waduk.
Pemberian izin pembuangan air limbah yang masuk ke perairan danau dan/atau
waduk.
Terdapat beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi daya tampung beban
pencemaran air danau dan/atau waduk yaitu:
Morfologi dan hidrologi danau dan/atau waduk.
Kualitas air dan status trofik danau dan/atau waduk.
Persyaratan atau baku mutu air untuk pemanfaatan sumber daya air danau
dan/atau waduk
Alokasi beban pencemaran air dari berbagai sumber dan jenis air limbah yang
masuk danau dan/atau waduk.
8
Page 9
Sumber : (Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 28 Tahun 2009
Tentang Daya Tampung Beban Pencemaran Air Danau Dan/Atau Waduk.)
2.4 Strategi Pengelolaan Air Danau/Waduk
Menurut Undang-Undang No. 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang,
Kawasan Lindung adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama
melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumberdaya alam dan
sumber daya buatan. Strategi dan arahan kebijaksanaan pengembangan kawasan
lindung tersebut meliputi langkah-langkah untuk memelihara dan mewujudkan
kelestarian fungsi lingkungan hidup.
Pengelolaan ekositem danau/ waduk dapat dilakukan dengan cara :
Penetapan tata ruang ekosistem danau / waduk.
Secara umum perencanaan tata ruang adalah suatu proses penyusunan rencana
tata ruang untuk meningkatkan kualitas lingkungan hidup dan manusianya
serta kualitas pemanfaatan ruang yang secara struktural menggambarkan
keterikatan fungsi lokasi yang terpadu bagi berbagai kegiatan. Perencanaan tata
ruang dilakukan melalui proses dan prosedur penyusunan serta penetapan
rencana tata ruang berdasarkan ketentuan peraturan perundangan yang berlaku
(UU No. 24 Tahun 1992, Pasal 13 ayat 1).
Pengelolaan ekosistem perairan danau / waduk.
Pengelolaan ekosistem perairan danau dilakukan agar kualitas dan kuantitas air
tetap terjaga dengan baik. Selain itu, juga untuk menajga keanekaragaman
hayati yang ada. Danau merupakan habitat bagi sejumlah besar organisme
akuatis dan mendukung keanekaragaman hayati pada wilayah perairan dan
daratan di sekelilingnya. Keanekaragaman hayati ini banyak diantaranya yang
menjadi penopang kehidupan masyarakat setempat penghuni daerah tangkapan
air danau terutama nelayan.
Sistem penangkapan ikan dengan cara yang merusak (misalnya penggunaan
racun ikan dan bahan peledak), serta penangkapan ikan secara berlebihan
dalam menyebabkan menurunya populasi anak ikan yang masih muda sehingga
berakibat pada penurunan keanekaragaman ikan danau. Perubahan fungsi lahan
9
Page 10
di daerah tangkapan air dan pembangunan jalan di tepian danau dapat berakibat
pada rusaknya keanekaragaman hayati. Demikian juga pembersihan tanaman
air dan reklamasi lahan dapat menyebabkan hilangnya keanekaragaman hayati
perairan danau.
Pemanfaatan sumber daya air danau.
Pemanfaatan sumber daya air danau digunakan untuk keperluan air baku dan
irigasi pertanian, serta sumber daya energi tenaga air (PLTA) memerlukan
kajian daur hidrologi dan neraca air. Pengambilan sumber daya air tersebut
tidak boleh mengganggu keseimbangan hidrologi, karena akan menurunkan
permukaan air danau secara drastis.
Program pemanfaatan sumber daya air danau disusun dalam bentuk master
plan tata guna air, agar kajian tersebut dapat dilaksanakan secara komprehensif,
layak lingkungan dan berjangka panjang.
Selain itu, pemilihan teknologi pengambilan air danau tidak boleh mengganggu
morfologi dan ekosistem perairannya.
Peningkatan partisipasi masyarakat.
Partisipasi masyarakat juga merupakan hal yang penting, karena jika tidak ada
partisipasi masyarakat untuk menjaga lingkungan. Maka kerusakan lingkungan
dapat terjadi.
10
Page 11
BAB III
METODOLOGI
3.1 Pengambilan Data
Dalam pengamatan ini metode yang data yang digunakan adalah sebagai
berikut :
Data primer
Data primer berupa metode pemantauan lapangan, wawancara, sampling air,
pengukuran kecepatan, debit, kedalaman, sumber pencemar, dan letak inlet serta
outlet.
Data sekunder
Data sekunder berupa BOD, COD, DO, volume air waduk, luas waduk, baku
mutu, dan identitas danau seperti nama waduk, alamat dan peta lokasi waduk
serta sejarah waduk tersebut. Pengambilan data sekunder melalui website
BPLHD dan merujuk pada penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya.
Dalam penulisan laporan ini data primer didapatkan dengan metode yang
digunakan sebagai berikut.
1. Metode pemantuan lapangan
Pemantauan di lapangan dilakukan 2 kali yakni
Hari/tanggal : Jumat, 6 Juni 2014
Pemantauan dilakukan di lokasi yang dijadikan tempat wisata.
Hari/tanggal : Jumat 13 Juni 2014
Pemantauan dilakukan di dekat lokasi pintu air.
2. Metode wawancara
Metode wawancara adalah metode pengambilan data primer melalui tanya
jawab singkat kepada penduduk di area sekitar lokasi danau sunter.
3. Metode sampling
Untuk mengetahui kecepatan aliran di daerah pintu air. Metode ini dilakukan
dengan meletakan benda terapung seperti gabus dan dihitung waktu pada jarak
sekitar 1 meter. Kecepatan dihitung dengan jarak per satuan waktu (m/s).
11
Page 12
Perhitungan debit air dilakukan dengan rumus: Debit (m3/s) = Kecepatan (m/s) x
Luas waduk (m2). Luas waduk didapatkan dari data sekunder yaitu dari BPLHD.
3.2 Pengolahan Data
Setelah mengumpulkan data-data yang dibutuhkan, maka data-data
tersebut dapat diperoleh untuk menghitung :
1. Perhitungan daya tampung beban pencemar air waduk
Perhitungan daya tampung beban pencemar air waduk dilakukan
beberapa tahap dengan berbagai rumus sebagai berikut:
a. Morfologi dan hidrologi waduk
b. Alokasi beban pencemar parameter Pa
c. Daya tampung beban pencemar air parameter Pa pada air waduk
12
Page 13
Secara umum, maka dapat digambarkan model penentuan daya tampung
pencemar pada waduk.
Gambar 3.1 Model dan Perhitungan Daya Tampung Beban
Pencemaran Air Waduk
(Sumber: Permen LH No 28 Tahun 2009)
13
Page 14
Berikut lokasi peta Waduk Sunter Barat atau Waduk Sunter I yang
ditunjukkan pada gambar berikut:
Gambar 3.2 Lokasi Peta Waduk Sunter Barat atau Waduk Sunter I
Sumber: https://maps.google.co.id/ (diunduh pada 18 Juni 2014, pkl. 19.00)
14
Page 15
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Dalam laporan ini membahas tentang Waduk Sunter barat yang terletak di
Jalan Danau Sunter Selatan, Kelurahan Sunter Jaya, Kecamatan Tanjung Priok,
Jakarta Utara. Waduk Sunter barat memiliki luas sebesar 36,9 Ha, dan volume air
dalam waduk tersebut sebesar 1.400.000 m3. Kecepatan arus air dari Waduk
Sunter yang diperoleh sebesar 0,08 m/s, sehingga debit air dalam waduk tersebut
sebesar 3.168.000 m3/detik. Kedalaman waduk 3,53 m.
Di daerah sekitar waduk tersebut terdapat, perumahan, restoran, warung, dan
juga hotel. Waduk Sunter merupakan danau buatan yang ditata sedemikian rupa
sehingga memiliki potensi sebagai obyek wisata kota. Tapi kini riwayat danau
sangat menyedihkan, secara perlahan-lahan lahan danau itu semakin menyempit
setelah masuk tangan-tangan jahil yang menguruk bahkan selain itu banyak juga
yang melakukan penebangan pohon, mereklamasi danau, dan mendirikan
pemancingan liar.
Untuk kondisi morfologi waduk, waduk ini mengalami pendangkalan akibat
adanya sampah. Adanya sampah ini disebabkan kurang sadarnya perilaku
masyarakat di pemukiman sekitar atau yang melewati waduk ini terhadap
kelestarian waduk. Tentunya sampah-sampah ini akan mengendap pada dasar
waduk dan pada akhirnya dapat mempengaruhi kemampuan waduk menampung
air hujan dalam mengatasi permasalahan banjir.
Berdasarkan pengumpulan dan pengolahan data, berikut karakteristik
Waduk Sunter Barat atau Waduk Sunter I yang dijelaskan pada tabel 4.1
Tabel 4.1 Karakteristik Waduk Sunter Barat
Nama Kecepatan Air Debit Luas Volume Kedalaman
Waduk Sunter
Barat atau
Waduk Sunter I
0,08 m/s 3.168.000
m3/detik
39,6
Ha
1.400.000
m3
3,53 m
Sumber: SLHD DKI Jakarta, 2012 dan data pribadi
15
Page 16
Berikut lokasi peta Waduk Sunter Barat beserta posisi inlet Waduk Sunter
Barat:
Gambar 4.1 Lokasi Inlet dan Outlet Waduk Sunter Barat atau
Waduk Sunter I
Sumber: https://maps.google.co.id/ (diunduh pada 18 Juni 2014, pkl.19.00)
16
Page 17
Gambar 4.2 Konsetrasi Detergen Waduk Jakarta Utara tahun 2012
Gambar 4.3 Konsnetrasi BOD Waduk Jakarta Utara tahun 2012
17
Page 18
Gambar 4.4 Konsnetrasi DO Waduk Jakarta Utara tahun 2012
Berdasarkan rumus penetapan daya tampung beban pencemar pada bab
sebelumnya, maka dapat diketahui bahwa hasil perhitungan sebagai berikut:
Tabel 4.2 Hasil Perhitungan Morfologi dan Hidrologi Waduk Sunter
Barat
Nama Kedalaman rata-rata Laju penggantian air waduk
Waduk Sunter Barat atau
Waduk Sunter I
3,53 m 0,1455 /tahun
Tabel 4.3 Hasil Perhitungan Alokasi Beban Pencemar Parameter
Deterjen, BOD, dan DO
Parameter [Pa]STD [Pa]i [Pa]d
Detergen 200 mg/l 2 mg/l 145,96 mg/l
BOD 500 mg/l 33 mg/l 456 mg/l
DO 30 mg/l 16 mg/l 9 mg/l
18
Page 19
Tabel 4.4 Hasil Perhitungan Daya Tampung Beban Pencemar Air
Parameter Deterjen, BOD, dan DO
Parameter L R La
Detergen 374,88 mg Pa/m2.tahun 0.8 kg 148,5 Pa/tahun
BOD 1171,04 mg Pa/m2.tahun 463,73 Pa/tahun
DO 23,11 mg Pa/m2.tahun 9,15 Pa/tahun
(Hasil perhitungan dapat dilihat selengkapnya pada lembar lampiran).
4.2 Pembahasan
Berdasarkan data SLHD DKI Jakarta (2012) Nilai indeks pencemar Waduk
Sunter Barat termasuk cemar sedang. Sedangkan nilaialokasi beban pencemar air
pada tiap parameter BOD, COD, dan DO cukup baik. Hal ini menyebabkan nilai
daya tampung beban pencemaran air pada waduk juga cukup baik. Nilai COD,
BOD, dan DO yang masuk dalam kategori cemar sedang (bukan cemar berat)
pada waduk ini menyebabkan nilai alokasi beban pencemar sedang sehingga
berdampak pula pada daya tampung pencemar pada Waduk Sunter cukup baik .
Untuk parameter biologi, Waduk Sunter baik pada bagian inlet dan tengahnya
memiliki nilai kandungan coliform yang rendah. Hal ini disebabkan bahwa
sumber pencemar pada waduk ini bukan berasal dari limbah perumahan seperti
tinja. Rata-rata limbah yang dibuang ialah limbah detergen sehingga
menyebabkan nilai detergen pada waduk masih memenuhi baku mutu yang ada.
Untuk nilai DO, tingginya nilai DO pada Waduk Sunter menunjukkan bahwa
kadar pencemar pada waduk ini masih belum berat. Tingginya nilai DO ini
menunjukkan bahwa rendahnya dekomposisi bahan organik dan oksidasi bahan
anorganik yang dapat meningkatkan kadar oksigen dalam air. Kadar H2S dan
phospat juga hampir tidak terdeteksi di area ini.
Berdasarkan data SLHD DKI Jakarta (2012) Nilai indeks pencemar Waduk
Sunter Barat termasuk cemar sedang. Data ini sesuai dengan data hasil
pengamatan karena dari hasil perhitungan yang didapat diketahui bahwa kadar
19
Page 20
bahan pencemar masih cukup rendah sehingga tergolong ringan. Hal ini
ditunjukkan pada beberapa parameter pencemar air pada Waduk Sunter Barat
sebagian besar tidak terlalu melebihi baku mutu. Baku mutu yang digunakan
merupakan baku mutu kelas 3 pada PP No 82 Tahun 2001. Baku mutu kelas 2
dipilih karena air waduk ini karena juga digunakan sebagai daerah rekreasi air dan
sumber air baku, penampung air, resapan air, irigasi, tambak ikan serta
penanggulangan banjir.
Berdasarkan hasil pengamatan, secara keseluruhan nilai indeks pencemar
pada waduk ini masuk kategori cemar sedang (gambar 4.5). Jika dibandingkan
dengan nilai indeks pencemar waduk atau situ di Jakarta Barat, maka Waduk
Sunter Barat termasuk lebih baik daripada waduk lainnya di Jakarta Utara.
domestik pemukiman sekitar.
Gambar 4.5 Indeks Pencemaran Waduk Jakarta Utara tahun 2012
Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan diarea pinggiran waduk
terdapat sampah yang menimbun sehingga berpotennsi menyebabkan
pendangkalan pada waduk ini.
20
Page 21
BAB V
KESIMPULAN & SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan sebagai berikut.
1. Waduk Sunter Barat merupakan waduk buatan yang memiliki fungsi
sebagai penyimpanan air, tempat rekreasi dan peternakan ikan.
2. Waduk sunter memiliki kecepatan rata-rata 0.08 m/detik, debit sebesar
3.168.000 m3/detik, luas waduk sebesar 39,6 Ha, volume waduk
sebesar 1.400.000 m3, dan kedalaman rata-rata waduk ini ialah 3,53 m.
3. Berdasarkan data SLHD DKI Jakarta, nilai indeks pencemar Waduk
Sunter Barat termasuk cemar sedang.
4. Adanya detergen di waduk sunter disebabkan adanya buangan limbah
domestik dari pemukiman yang menjadi sumber air bagi waduk ini.
5. Nilai COD, BOD, dan DO yang masuk dalam kategori cemar sedang
(bukan cemar berat) pada waduk ini menyebabkan nilai alokasi beban
pencemar cukup baik.
5.2 Saran
1. Perlu dilakukan pengawasan secara rutin agar Waduk Sunter dapat
dimanfaatkan sesuai peruntukannya dan tidak ada buangan limbah yang
masuk sehingga tidak mengurangi kualitas dan kuantitas air.
2. Dalam menjaga kualitas lingkungan diperluhkan kerjasama dari
berbagai pihak baik pemerintah, lembaga non pemerintah dan anggota
masyarakat di daera tersebut.
2. Data parameter pencemaran sebaiknya merupakan data terbaru sehingga
hasil yang didapat lebih menggambarkan kondisi danau pada saat ini.
21
Page 22
Daftar Pustaka
Badan Pengelola Lingkungan Hidup Provinsi Daerah Khusus Ibukota DKI
Jakarta. 2012. Laporan Status Lingkungan Hidup Provinsi Daerah Khusus
Ibukota DKI Jakarta.
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No 28 Tahun 2009 tentang Daya
Tampung Beban Pencemaran Air Danau /Atau Waduk.
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 45/Prt/1990 tentang Pengendalian
Mutu Air Pada Sumber-Sumber Air
PP Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 28 Tahun 2009
PP No 35 Tahun 1991 tentang Sungai.
PP No 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian
Pencemaran Air.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1997
Wijana, Nyoman. 2010. Penentuan Kualitas Air Danau Batur Melalui Indeks
Pencemaran Biologik dan Non Biologik. Jurnal Bumi Lestari Volume 10 No
2, Agustus 2010.
Susanti, Ira Tri, Setia Budi Sasongko, dan Sudarno. 2012. Seminar Nasional
Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan: Kualitas Air Waduk
Manggar Sebagai Sumber Air Baku Kota Balikpapan.
http://www.artikellingkunganhidup.com/5-macam-sumber-air.html (diakses pada
18 Juni 2014, pkl. 19.00)
http://id.wikipedia.org/wiki/Waduk#Waduk_lembah(diakses pada 18 Juni 2014,
pkl. 19.00)
https://docs.google.com/document/d/
1r1cnAD_NWNbgqyQTXA6QjUems_uzjtPQ0yknG9u7CYo/edit?pli=1
(diakses pada 18 Juni 2014, pkl. 19.00)
https://maps.google.co.id/ (diakses pada 18 Juni 2014, pkl. 19.00)
22
Page 23
Lampiran
Gambar 1. Danau Sunter, Kemayoran Jakarta
Gambar 2. Terlihat banyak sampah dan Para Pemancing dipinggiran Danau
Sunter 2, Kemayoran Jakarta
23
Page 24
Gambar 3. Letak Danau Sunter yang berada di pinggir jalan raya
Gambar 4. Penulis (Adzra, Meitra, Manda, Haekal) di Danau Sunter,
Kemayoran Jakarta
24
Page 25
Gambar 5. Pintu Air Waduk Sunter
Gambar 6. Inlet (1) Waduk Sunter
25
Page 26
Gambar 7. Inlet (2) Waduk Sunter
Perhitungan:
1. Morfologi dan hidrologi danau dan/atau waduk
Ž = 100 x V / A …………………………………………………(1)
Ž : Kedalaman rata-rata danau dan/atau waduk (m)
V : Volume air danau dan/atau waduk (juta m3)
A : Luas perairan danau dan/atau waduk(Ha)
Ž = 100 x V / A
= 100 x (1.400.000 m3/ 39,6 Ha)
= 3,53 m
ρ = Qo / V ........................................................................... (2)
ρ : Laju penggantian air danau dan/atau waduk(1/tahun)
Qo : Jumlah debit air keluar danau (juta m3 / tahun), pada tahun kering
ρ = Qo / V
= 3.168.000 m3/detik / 1.400.000 m3
= 0,1455 /tahun
26
Page 27
2. Alokasi beban pencemaran parameter Pa
[Pa]STD = [Pa]i + [Pa]DAS + [Pa]d ........................................ (3)
[Pa]d = [Pa]STD - [Pa] i - [Pa]DAS .................................... (4)
[Pa]STD : syarat kadar parameter Pa maksimal sesuai Baku Mutu Air atau
Kelas Air (mg /m3)
[Pa]i : kadar parameter Pa hasil pemantauan danau dan/atau waduk
(mg/m3)
[Pa]DAS : jumlah alokasi beban Pa dari daerah aliran sungai (DAS) atau
daerah tangkapan air (DTA), (mg/m3)
[Pa]d : alokasi beban Pa limbah kegiatan pada peraian danau dan/atau
waduk (mg /m3)
Asumsi [Pa]DAS = 11 mg/l
[Pa]STD = 500 mg/l
BOD [Pa]STD = [Pa]i + [Pa]DAS + [Pa]d
500 mg/l = 33 mg/l + 11 mg/l + [Pa]d
BOD [Pa]d = 456 mg/l
Asumsi [Pa]DAS = 52 mg/l
[Pa]STD = 200 mg/l
Detergen [Pa]STD = [Pa]i + [Pa]DAS + [Pa]d
200 mg/l = 0.02 mg/l + 54 mg/l + [Pa]d
Detergen [Pa]d = 145,98 mg/l
Asumsi [Pa]DAS = 2 mg/l
[Pa]STD = 30 mg/l
DO [Pa]STD = [Pa]i + [Pa]DAS + [Pa]d
30 mg/l = 16 mg/l + 5 mg/l + [Pa]d
DO [Pa]d = 9 mg/l
3. Daya tampung beban pencemaran air parameter Pa pada air danau dan/atau
waduk
27
Page 28
L = Δ [Pa]d Ž ρ / (1- R) ..................................................... (5)
R = 1 / (1 + 0,747ρ0,507) ...................................................... (6)
La = L x A /100 = Δ [Pa]d A Ž ρ /100 (1- R) ...................... (7)
L : daya tampung limbah Pa per satuan luas danau dan/atau waduk
(mg Pa/m2. tahun)
La : jumlah daya tampung limbah Pa pada perairan danau dan/atau
waduk (kg Pa/tahun)
R : total Pa yang tinggal bersama sedimen
R = 1 / (1 + 0,747ρ0,507)
= 1/ (1+ 0,747 x 0,1455 0,507)
= 0,78 kg
BOD L = Δ [Pa]d Ž ρ / (1- R)
= 456 mg/l x 3,53 m x 0,1455/tahun / (1 – 0,8)
= 1171,04 mg Pa/m2.tahun
BOD La = L x A /100
= 1171,04 mg Pa/m2.tahun x 39,6 Ha/100
= 463,73 Pa/tahun
Detergen L = Δ [Pa]d Ž ρ / (1- R)
= 145,98 mg/l x 3,53 m x 0,1455/tahun / (1 – 0,8)
= 374,88 mg Pa/m2.tahun
Detergen La = L x A /100
= 374,88 mg Pa/m2.tahun x 39,6 Ha/100
= 148,5 Pa/tahun
DO L = Δ [Pa]d Ž ρ / (1- R)
= 9 mg/l x 3,53 m x 0,1455/tahun / (1 – 0,8)
= 23,11 mg Pa/m2.tahun
DO La = L x A /100
= 23,11 mg Pa/m2.tahun x 39,6 Ha/100
= 9,15 Pa/tahun
28