Top Banner
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penduduk suatu kota memegang peranan yang sangat penting dalam setiap kajian studi perkotaan. Hal ini disebabkan karena perkembangan penduduk kota baik yang menyangkut kuantitas maupun kualitas merupakan faktor utama dari eksistensi kota itu sendiri. Seiring berkembangnya beragam aktivitas perkotaan, memicu pertumbuhan penduduk sebagai sarana pelaksananya. Pertumbuhan penduduk dalam suatu wilayah perkotaan selalu diikuti oleh peningkatan kebutuhan ruang. Semakin tinggi jumlah penduduk maka semakin tinggi pula kebutuhan akan ruang kota, oleh karena itu penduduk menjadi salah satu faktor yang mempunyai kontribusi terbesar bagi terbentuknya aktivitas perkotaan. Terdapat berbagai macam aktivitas yang menjadi ciri perkotaan, antara lain permukiman, industri, komersial, dan lain-lain. Kota Medan sebagai kota sentral ekonomi di daerah Sumatera Utara adalah kota yang mempunyai perkembangan yang tumbuh dengan pesat, oleh karena itu maka pemerintah harus menyediakan sarana dan prasarana kota untuk menunjang kelancaran dari pertumbuhan kota Medan itu sendiri. 1
47

Pengamatan Kota

Jan 27, 2016

Download

Documents

Joddy Dewangga

Disini dijelaskan mengenai beberapa hal mengenai kota yang dijelaskan
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Pengamatan Kota

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penduduk suatu kota memegang peranan yang sangat penting dalam setiap

kajian studi perkotaan. Hal ini disebabkan karena perkembangan penduduk kota baik

yang menyangkut kuantitas maupun kualitas merupakan faktor utama dari eksistensi

kota itu sendiri. Seiring berkembangnya beragam aktivitas perkotaan, memicu

pertumbuhan penduduk sebagai sarana pelaksananya. Pertumbuhan penduduk dalam

suatu wilayah perkotaan selalu diikuti oleh peningkatan kebutuhan ruang. Semakin

tinggi jumlah penduduk maka semakin tinggi pula kebutuhan akan ruang kota, oleh

karena itu penduduk menjadi salah satu faktor yang mempunyai kontribusi terbesar

bagi terbentuknya aktivitas perkotaan. Terdapat berbagai macam aktivitas yang

menjadi ciri perkotaan, antara lain permukiman, industri, komersial, dan lain-lain.

Kota Medan sebagai kota sentral ekonomi di daerah Sumatera Utara adalah kota yang

mempunyai perkembangan yang tumbuh dengan pesat, oleh karena itu maka

pemerintah harus menyediakan sarana dan prasarana kota untuk menunjang

kelancaran dari pertumbuhan kota Medan itu sendiri.

Perkembangan kota selain dipengaruhi oleh faktor penduduk, dipengaruhi pula

oleh faktor sosial budaya dan faktor sosial ekonomi. Faktor sosial budaya yang

dimaksud adalah mencakup perubahan pola atau tata cara kehidupan masyarakat

(Hendarto, 2005: 43). Sedangkan faktor sosial ekonomi dalam hal ini berkaitan

dengan tingkat pertumbuhan ekonomi kota tersebut yang berpengaruh terhadap ragam

kegiatan usaha masyarakat. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi akan mendorong

proses pertumbuhan kota menjadi lebih cepat. Pertumbuhan ekonomi pada

hakikatnya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat pada suatu

negara. Untuk itu, maka diperlukan pertumbuhan ekonomi yang meningkat dan

distribusi pendapatan yang lebih merata. Pertumbuhan ekonomi ditentukan oleh

peningkatan pendapatan perkapita. Pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan

output perkapita dalam jangka panjang, dimana presentase pertambahan output itu

1

Page 2: Pengamatan Kota

haruslah lebih tinggi dari presentase pertambahan jumlah penduduk dan ada

kecenderungan dalam jangka panjang bahwa pertumbuhan itu akan berlanjut.

Keberadaan transportasi sebagai pendukung pergerakan masyarakat akan

memberikan implikasi positif terhadap semakin meningkatnya pertumbuhan dan

perkembangan suatu kota. Namun, perkembangan transportasi sampai saat ini tidak

hanya memberikan implikasi positif tetapi juga implikasi negatif, seperti kemacetan,

kesemrawutan, dan kecelakaan lalu lintas. Menurut Bayu A. Wibawa (1996), terdapat

kecenderungan bahwa berkembangnya suatu kota bersamaan pula dengan

berkembangnya masalah transportasi yang terjadi. Implikasi negatif yang ditimbulkan

oleh perkembangan transportasi salah satunya disebabkan oleh meningkatnya

pertumbuhan penduduk yang memberikan pengaruh pada meningkatnya demand

terhadap sarana maupun prasarana transportasi. Transportasi juga sangat berkaitan

erat dengan kebijakan tata ruang. Pakar ilmu transportasi Warpani (1987)

berpendapat bahwa ruang merupakan kegiatan yang ditempatkan di atas lahan kota,

sedangkan transportasi merupakan sistem jaringan yang secara fisik menghubungkan

satu ruang kegiatan dan ruang kegiatan lainnya. Perencanaan kota tanpa

mempertimbangkan keadaan dan pola transportasi akibat dari perencanaan itu sendiri

akan menimbulkan keruwetan lalu lintas dikemudian hari yang berakibat dengan

meningkatnya kemacetan lalu lintas dan akhirnya meningkatkan pencemaran udara

(Sukarto, 2006).

Meningkatnya mobilitas orang memerlukan sarana dan prasarana transportasi

yang memadai, aman, nyaman dan terjangkau bagi masyarakat. Peningkatan

pendapatan membuat masyarakat mampu untuk membeli kendaraan seperti sepeda

motor maupun mobil sebagai sarana transportasi pribadi. Peningkatan perekonomian

daerah juga menyebabkan kebutuhan akan sarana transportasi lain seperti bus dan

truk meningkat. Akibatnya, semakin hari jumlah arus lalu lintas dan jenis kendaraan

yang menggunakan ruas-ruas jalan semakin bertambah. Hal ini menimbulkan

masalah di bidang transportasi, salah satunya adalah masalah kemacetan yang

ditimbulkan oleh lalu lintas, yang salah satunya adalah kawasan sekolah. Kemacetan

jalan merupakan suatu masalah yang harus dipecahkan bersama. Karena dengan

2

Page 3: Pengamatan Kota

kondisi kemacetan seperti ini akan terjadi pembebanan yang berlebihan pada jalan,

yang pada akhirnya mengakibatkan kemacetan lalu lintas, kenyamanan perjalanan

terganggu, kebosanan, kelelahan, pemborosan waktu dan materi, yang pada akhirnya

terjadi pelanggaran dan kecelakaan lalu lintas. Saat ini lalu-lintas Kota Medan yang

macet merupakan masalah sehari-hari warga Kota Medan, khususnya di daerah

sekitar lokasi sekolah. Hal ini terjadi karena pertumbuhan jalan dan pertambahan

jumlah kendaraan bermotor tidak seimbang dan perilaku masyarakat yang tidak

mematuhi peraturan sehingga membuat lalu-lintas di Kota Medan macet.

1.2 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui bagaimana kondisi Transportasi dan Tata Guna Lahan di Kota

Medan,

2. Menemukan solusi untuk mengatasi permasalahan di Kota Medan.

1.3 Batasan Masalah

Adapun batasan masalah didalam penulisan ini adalah sebgai berikut;

1. Lokasi yang diangkat dalam penulisan hanya di Kota Medan;

2. Kondisi atau perilaku sehari-hari masyarakat tidak dijabarkan.

3

Page 4: Pengamatan Kota

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Gambaran Umum Kota Medan

2.1.1 Secara Geografis

Kota Medan merupakan kota terbesar ketiga di Indonesia setelah Jakarta dan

Surabaya. Kota ini merupakan wilayah yang subur di wilayah dataran rendah timur

dari propinsi Sumatera Utara dengan ketinggian berada di 22,5 meter di bawah

permukaan laut. Kota ini dilalui oleh dua sungai yaitu Sungai Deli dan Sungai Babura

yang bermuara di Selat Malaka.

Secara geografis, Medan terletak pada 3,30°-3,43° LU dan 98,35°-98,44° BT

dengan topografi cenderung miring ke utara. Sebelah barat dan timur Kota Medan

berbatasan dengan Kabupaten Deli dan Serdang. Di sebelah utara berbatasan dengan

Selat Malaka. Letak yang strategis ini menyebabkan Medan berkembang menjadi

pintu gerbang kegiatan perdagangan barang dan jasa baik itu domestik maupun

internasional. Kota Medan beriklim tropis basah dengan curah hujan rata-rata 2000-

2500 mm per tahun. Suhu udara di Kota Medan berada pada maksimum 32,4°C dan

minimum 24°C.

Letak geografis Kota Medan ini sangat strategis sebagai gerbang (pintu masuk)

kegiatan perdagangan barang dan jasa, baik perdagangan domestik maupun luar

negeri (ekspor-impor). Faktor ini memungkinkan Medan untuk berhubungan secara

langsung dengan wilayah-wilayah di Provinsi Sumatera Utara, Pulau Sumatera,

wilayah Nasional Indonesia, bahkan dengan negara-negara tetangga yang menjadikan

kota Medan secara ekonomi mampu mengembangkan berbagai kerjasama dan

kemitraan yang sejajar, saling menguntungkan, saling memperkuat dengan daerah-

daerah sekitarnya. Hal ini pula yang mendorong perkembangan Medan sebagai pusat

kegiatan ekonomi, perdagangan, transportasi laut, darat dan udara, pendidikan,

perindustrian, pelayanan kesehatan, dan lain-lain.

4

Page 5: Pengamatan Kota

Gambar 2.1 Peta Kota Medan

Sumber: www.republika.co.id

2.1.2 Kota Medan Secara Demografis

Penduduk Kota Medan memiliki ciri penting yaitu yang meliputi unsur agama,

suku etnis, budaya dan keragaman (plural) adat istiadat. Hal ini memunculkan

karakter sebagian besar penduduk Kota Medan bersifat terbuka. Secara Demografi,

Kota Medan pada saat ini juga sedang mengalami masa transisi demografi. Kondisi

tersebut menunjukkan proses pergeseran dari suatu keadaan dimana tingkat kelahiran

dan kematian tinggi menuju keadaan dimana tingkat kelahiran dan kematian semakin

menurun. Berbagai faktor yang mempengaruhi proses penurunan tingkat kelahiran

adalah perubahan pola fakir masyarakat dan perubahan sosial ekonominya. Di sisi

lain adanya faktor perbaikan gizi, kesehatan yang memadai juga mempengaruhi

tingkat kematian. Komponen kependudukan lainnya umumnya menggambarkan

berbagai berbagai dinamika social yang terjadi di masyarakat, baik secara sosial

maupun kultural. Menurunnya tingkat kelahiran (fertilitas) dan tingkat kematian

5

Page 6: Pengamatan Kota

(mortalitas), meningkatnya arus perpindahan antar daerah (migrasi) dan proses

urbanisasi, mempengaruhi kebijakan kependudukan yang diterapkan.

Dalam kependudukan dikenal istilah transisi penduduk. Istilah ini mengacu

pada suatu proses pergeseran dari suatu keadaan dimana tingkat kelahiran dan

kematian tinggi ke keadaan dimana tingkat kelahiran dan kematian rendah.

Penurunan pada tingkat kelahiran ini disebabkan oleh banyak faktor, antara lain

perubahan pola berfikir masyarakat akibat pendidikan yang diperolehnya, dan juga

disebabkan oleh perubahan pada aspek sosial ekonomi. Penurunan tingkat kematian

disebabkan oleh membaiknya gizi masyarakat akibat dari pertumbuhan pendapatan

masyarakat. Pada tahap ini pertumbuhan penduduk mulai menurun. Pada akhir proses

transisi ini, baik tingkat kelahiran maupun kematian sudah tidak banyak berubah lagi,

akibatnya jumlah penduduk juga cenderung untuk tidak banyak berubah, kecuali

disebabkan faktor migrasi atau urbanisasi. Komponen kependudukan lainnya

umumnya menggambarkan berbagai berbagai dinamika social yang terjadi di

masyarakat, baik secara sosial maupun kultural.

Tabel 2.1 Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk di Kota Medan

Tahun Jumlah PendudukLuas Wilayah

(KM²)

Kepadatan Penduduk

(Jiwa/KM²)

[1] [2] [3] [4]

2005 2.036.185 265,10 7.681

2006 2.067.288 265,10 7.798

2007 2.083.156 265,10 7.858

2008 2.102.105 265,10 7.929,5

2009 2.121.053 265,10 8.001

Sumber: BPS Kota Medan

2.1.3 Kondisi Ekonomi di Kota Medan

Secara ekonomis dengan struktur ekonomi yang didominasi sektor tertier dan

sekunder, Kota Medan sangat potensial berkembang menjadi pusat perdagangan dan

6

Page 7: Pengamatan Kota

keuangan regional/nasional. pada tahun 2011, sektor tertier mendominasi

perekonomian Kota Medan, yaitu sebesar 70,92 persen, subsektor sekunder sebesar

26,57 persen dan perolehan dari sektor primer hanya sebesar 2,50 persen. Hal ini

dikarenakan memang Kota Medan memang bukan daerah pertanian sehingga struktur

PDRB Kota Medan didominasi oleh subsektor tersier.Kualitas perekonomian daerah

terkait erat dengan aspek ketenagakerjaan dan kemiskinan. Peningkatan kualitas

perekonomian daerah seyogyanya dapat meningkatkan produktivitas, nilai tambah

dan menyerap angkatan kerja sehingga tingkat pengangguran dan kemiskinan

semakin berkurang, karena ketersediaan kesempatan kerja yang menjamin perolehan

pendapatan.

Perubahan struktur ekonomi umumnya disebut transformasi struktural dan

didefinisikan sebagai rangkaian perubahan yang saling terkait satu dengan lainnya

dalam komposisi permintaan agregat (produksi dan pengangguran faktor-faktor

produksi, seperti tenaga kerja dan modal) yang diperlukan guna mendukung proses

pembangunan dan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Berdasarkan

perbandingan peranan dan kontribusi antar lapangan usaha terhadap PDRB pada

kondisi harga berlaku tahun 2005-2007 menunjukkan, pada tahun 2005 sektor tertier

memberikan sumbangan sebesar 70,03 persen, sektor sekunder sebesar 26,91 persen

dan sektor primer sebesar 3,06 persen. Lapangan usaha dominan yaitu perdagangan,

hotel dan restoran menyumbang sebesar 26,34 persen, sub sektor transportasi dan

telekomunikasi sebesar 18,65 persen dan sub sektor industri pengolahan sebesar

16,58 persen.

Kontribusi tersebut tidak mengalami perubahan berarti bila dibandingkan

dengan kondisi tahun 2006. Sektor tertier memberikan sumbangan sebesar 68,70

persen, sekunder sebesar 28,37 persen dan primer sebesar 2,93 persen. Masing-

masing lapangan usaha yang dominan yaitu perdagangan, hotel dan restoran sebesar

25,98 persen, sektor transportasi dan telekomunikasi sebesar 18,65 persen, industri

jasa pengolahan sebesar 16,58 persen dan jasa keuangan 13,41 persen. Demikian juga

pada tahun 2007, sektor tertier mendominasi perekonomian Kota Medan, yaitu

7

Page 8: Pengamatan Kota

sebesar 69,21 persen, disusul sektor sekunder sebesar 27,93 persen dan sektor primer

sebesar 2,86 persen.

Masing-masing lapangan usaha yang dominan memberikan kontribusi sebesar

25,44 persen dari lapangan usaha perdagangan/hotel/restoran, lapangan usaha

transportasi/telekomunikasi sebesar 19,02 persen dan lapangan usaha industri

pengolahan sebesar 16,28 persen. Pertumbuhan Ekonomi Kota Medan tahun 2009

berdasarkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan 2000

terjadi peningkatan sebesar 6,56 persen terhadap tahun 2008. Pertumbuhan tertinggi

dicapai oleh sektor pengangkutan dan komunikasi 9,22 persen. Disusul oleh sektor

perdagangan, hotel, dan restoran 8,47 persen, sektor bangunan 8,22 persen, sektor

jasa-jasa 7,42 persen, sektor listrik ,gas dan air bersih 5,06 persen, sektor pertanian

4,18 persen, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan tumbuh sebesar 2,94

persen, sektor industri 1,71 persen, dan penggalian tumbuh 0,46 persen. Besaran

PDRB Kota Medan pada tahun 2009 atas dasar harga berlaku tercapai sebesar

Rp.72,67 triliun, sedangkan atas dasar harga konstan 2000 sebesar Rp. 33,43 triliun.

Terhadap pertumbuhan ekonomi Kota Medan tahun 2009 sebesar 6,56 persen,

sektor perdagangan, hotel, dan restoran menyumbang perumbuhan sebesar 2,20

persen Disusul oleh sektor pengangkutan dan komunikasi 1,85 persen, sektor

bangunan 0,91 persen, sektor jasa-jasa 0,76 persen, sektor keuangan, persewaan dan

jasa perusahaan 0,43 persen, sektor industri 0,25 persen, sektor pertanian 0,10 persen,

sektor listrik ,gas dan air bersih 0,07 persen dan sektor pertambangan dan penggalian

menyumbang pertumbuhan 0,00 persen.

Dari sisi penggunaan, sebagian besar PDRB Kota Medan pada tahun 2009

digunakan untuk memenuhi konsumsi rumah tangga yang mencapai 36,20 persen,

disusul oleh ekspor neto 30,53 persen (ekspor 50,82 persen dan impor 20,29 persen),

pembentukan modal tetap bruto 20,61 persen, konsumsi pemerintah 9,54 persen dan

pengeluaran konsumsi lembaga nirlaba 0,64 persen. PDRB per Kapita atas dasar

harga berlaku pada tahun 2009 mencapai Rp. 34,26 juta, lebih tinggi dibandingkan

dengan tahun 2008 sebesar Rp. 31,07 juta.

8

Page 9: Pengamatan Kota

Gambar 2.2 Kondisi Ekonomi di Kota Medan

Sumber: hariansib.com

2.1.4 Kondisi Sosial Budaya di Kota Medan

Kondisi sosial yang terbagi atas pendidikan, kesehatan, kemiskinan, keamanan

dan ketertiban, agama dan lainnya, merupakan faktor penunjang dan penghambat

bagi pertumbuhan ekonomi Kota Medan. Keberadaan sarana pendidikan kesehatan

dan fasilitas kesehatan lainnya, merupakan sarana vital bagi masyarakat untuk

mendapat pelayanan hak dasarnya yaitu hak memperoleh pelayanan pendidikan dan

kesehatan serta pelayanan sosial lainnya.

Demikian juga halnya dengan kemiskinan, dimana kemiskinan merupakan

salah satu masalah utama pengembangan kota yang sifatnya kompleks dan multi

dimensional yang penomenanya di pengaruhi oleh berbagai faktor yang saling

berkaitan, antara lain: tingkat pendapatan, kesehatan, pendidikan, lokasi, gender dan

kondisi lingkungan. Kemiskinan bukan lagi dipahami hanya sebatas ketidak

mampuan ekonomi, tetapi juga kegagalan memenuhi hak-hak dasar dan perbedaan

perlakuan bagi seseorang atau sekelompok orang dalam menjalani kehidupan secara

bermartabat.

9

Page 10: Pengamatan Kota

Data Susenas tahun 2004, memperkirakan penduduk miskin di kota medan

tahun 2004 berjumlah 7,13% atau 32.804 rumah tangga atau 143.037 jiwa. Dilihat

dari persebarannya, Medan bagian Utara (Medan Deli, Medan Labuhan, Medan

Marelan dan Medan Belawan) merupakan kantong kemiskinan terbesar (37,19%) dari

keseluruhan penduduk miskin.

Gambar 2.3 Kondisi Sosial Budaya di Kota Medan

Sumber: ktckembaren.blogspot.com

2.1.5 Kondisi Kultural di Kota Medan

Sebagai pusat perdagangan baik regional maupun internasional, sejak awal

Kota Medan telah memiliki keragaman suku (etnis), dan agama. Oleh karenanya,

budaya masyarakat yang ada juga sangat pluralis yang berdampak beragamnya nilai –

nilai budaya tersebut tentunya sangat menguntungkan, sebab diyakini tidak satupun

kebudayaan yang berciri menghambat kemajuan (modernisasi), dan sangat diyakini

pula, hidup dan berkembangnya nilai-nilai budaya yang heterogen, dapat menjadi

potensi besar dalam mencapai kemajuan. Keragaman suku, tarian daerah, alat musik,

10

Page 11: Pengamatan Kota

nyanyian, makanan, bangunan fisik, dan sebagainya, justru memberikan kontribusi

besar bagi upaya pengembangan industri pariwisata di Kota Medan.

Adanya prularisme ini juga merupakan peredam untuk munculnya isu-isu

primordialisme yang dapat mengganggu sendi-sendi kehidupan sosial. Oleh

karenanya, tujuannya, sasarannya, strategi pembangunan Kota Medan dirumuskan

dalam bingkai visi, dan misi kebudayaan yang harus dipelihara secara harmonis.

2.1.6 Kondisi Pemerintahan di Kota Medan

Suasana kejiwaan dan kebatinan inilah yang pada dasarnya menjadi semangat

penyusunan dan diperlakukannya UU No 32 Tahun 2004 dan UU No 33 Tahun 2004,

yang saat ini berlaku sebagai dasar-dasar penyelenggaraan pemerintahan di daerah,

dengan prinsip demokratis, peran serta masyarakat, pemerataan, keadilan dan

memperhatikan potensi dan keanekaragaman daerah. Adanya pemerintahan daerah

berkonsekuensi adanya Pemerintahan Daerah. Pemerintah Daerah Kota Medan adalah

Walikota Medan beserta perangkat daerah otonom yang lain sebagai unsur

penyalenggara pemerintah daerah. Secara garis besar struktur organisasi Pemerintah

Kota Medan, dapat digambarkan sebagai berikut:

11

Page 12: Pengamatan Kota

Gambar 2.4 Struktur Organisasi Pemerintah Kota Medan

Sumber: www.pemkomedan.go.id

Fungsi Pemerintah Kota Medan pada dasarnya dapat dibagi ke dalam lima

sifat yaitu: Pemberian pelayanan, Fungsi pengaturan (penetapan perda), Fungsi

pembangunan, Fungsi perwakilan (dengan berinteraksi dengan Pemerintah

Propinsi /Pusat), Fungsi koordinasi dan perencanaan pembangunan kota. Dalam

kaitannya dengan penyelenggaraan desentralisasi dan otonomi daerah, Pemerintah

Kota Medan menyelenggarakan dua bidang urusan yaitu:

1. Urusan pemerintahan teknis yang pelaksanaannya diselenggarakan oleh

Dinas-dinas daerah (Dinas Kesehatan, Pekerjaan Umum),

2. Urusan pemerintahan umum, yang terdiri dari:

Kewenangan mengatur yang diselengarakan bersama-sama dengan Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Medan, sebagi Badan Legislatif Kota.

Kewenagan yang tidak bersifat mengatur (segala sesuatu yang dicakup dalam

kekuasaan melaksanakan kesejahteraan umum), yang diselenggarakan oleh

Wlikota/Wakil Walikota, sebagai pimpinan tertinggi Badan Eksekutif Kota.

Bersasarkan fungsi dan kewenagan tersebut, Walikota Medan membawahi (pimpinan

Eksekutif tertinggi) seluruh Instansi pelaksana Eksekutif Kota.

2.1.7 Kemampuan Keuangan Daerah

Dalam mendukung penyelenggaraan kewenangan, peran, fungsi, dan tanggung

jawabnya. Pemerintah Kota Medan memiliki beberapa sumber pendapatan pokok,

yaitu: (1) Pendapatan Asli Daerah (PAD), (2) Dana Perimbangan, (3) Pinjaman

Daerah, (4) Lain- lain penerimaan yang sah. Sebagai daerah yang perkembangan

ekonominya sangat didominasi sektor sekunder dan tertier, sumber pendapatan asli

daerah sebagian besar diperoleh dari hasil pajak dan retribusi daerah. Bagi

Pemerintah Kota Medan, pungutan pajak lebih didefinisikan sebagai cara

memberikan kesejahteraan umum dari pada sekedar budgeter.

Walaupun ada kecenderungan peningkatan volume dalam PAD, namun diakui

70% sumber penerimaan Kota Medan di sektor publik masih berasal dari alokasi

12

Page 13: Pengamatan Kota

pusat (dana perimbangan / dana alokasi umum). Hal yang menggembirakan dalam hal

pembiayaan pembangunan kota adalah, jika sebelumnya sebagian besar program

pembangunan yang disediakan oleh pemerintah pusat dialokasikan dalam bentuk

dana Inpres (regional) maupun dana DIP (sektoral), maka saat ini sebagian besar

sudah dalam bentuk bantuan spesifik (specific blok grant), dan blok grant yang

lansung diterima dan dikelola oleh daerah.

Pemanfaatan sebagian besar dana perimbangan tersebut oleh Pemerintah Kota

Medan digunakan untuk pengembangan jaringan infrastruktur kota terpadu, termasuk

pemeliharaannya. Dengan keterpaduan tersebut infrastruktur yang dibangun benar-

benar memperlancar arus barang dan jasa antar daerah sehingga dapat menggerakkan

kegiatan sosial ekonomi warga Kota Medan. Kegiatan ekonomi yang berkembang

pada akhirnya diharapkan dapat meningkatkan kemampuan Pemerintah Kota dalam

pembiayaan pembangunan kota, sekaligus memperkecil ketergantungan Pemerintah

Kota kepada Pemerintah Pusat.

Tabel 2.2 Realisasi APBD Pemerintah Kota Medan

Tahun Rencana Realisasi Presentase

2006 1.415.485.418 1.322.425.420 93,43

2007 1.751.826.796 1.392.698.097 79,50

2008 1.881.236.641 1.477.958.513 75,56

2009 2.350.106.262 * -

Sumber: BPS Kota Medan

2.2 Kondisi Prasarana Transportasi di Kota Medan

Jalan-jalan raya yang digunakan sebagai prasarana dalam lalu lintas angkutan

jalan khususnya angkutan kota pada waktunya perlu dibangun dalam arti baru

maupun ditingkatkan mutunya untuk diperbaiki dan direhabilitasi. Suatu jalan

seharusnya dibangun atau diperbaiki jika berdasarkan berbagai pertimbangan teknis,

finansial, ekonomi, politis, dan sebagainya yang menunjukkan kelayakannya untuk

diperbaiki. Berhubung karena dalam setiap negara sangat banyak jalan yang perlu

dibangun khususnya ditingkatkan dan diperbaiki, sedangkan di lain pihak dana yang

13

Page 14: Pengamatan Kota

tersedia untuk keperluan itu sangat terbatas, maka diperlukan penentuan prioritas

dalam membangun atau memperbaiki jalan tersebut. Tujuan dari penetapan prioritas

dalam perencanaan pembangunan prasarana transportasi adalah agar dalam

pembangunan dan perbaikan jalanjalan tersebut dilakukan lebih utama (lebih dahulu

diprioritaskan).

Pada sektor prasarana yaitu jalan, dalam hal ini menunjukkan adanya

peningkatan dan perbaikan maupun pembangunan jalan yang dilaksanakan oleh

Pemerintah Kota Medan dan swadaya masyarakat, hal ini dapat dilihat pada tabel

berikut berdasarkan pada panjang jalan menurut kondisinya di kota Medan.

Tabel 2.3 Panjang Jalan Menurut Kondisi di Kota Medan tahun 2000

Sumber: BPS Kota Medan

2.3 Kondisi Sarana Transportasi di Kota Medan

Melihat kondisi sarana transportasi angkutan umum Kota Medan di tahun

1960-an, dapat dipahami tentunya belum sebaik sekarang, karena yang ada saat itu

hanyalah sarana angkutan umum yang sangat masih minim dan sederhana, seperti

Becak Dayung dan sebagian kecil telah ada Becak Mesin yang masing-masing beroda

tiga. Becak Dayung dianggap kurang layak secara manusiawi, karena menggunakan

tenaga manusia secara langsung, demikian pula mengenai jarak tempuh dan daya

14

Page 15: Pengamatan Kota

angkut, hanya mampu menjangkau jarak tempuh yang pendek dan mengangkut

jumlah penumpang yang terbatas pula.

Becak Mesin, meskipun terlihat lebih baik dari Becak Dayung namun faktor

resiko akibat polusi udara oleh asapnya yang tebal dan suaranya yang bising karena

menggunakan mesin tempel, menimbulkan sorotan dari berbagai kalangan

masyarakat terhadap sarana ini, apalagi jumlah penumpang yang dapat diangkut juga

terbatas. Disamping itu, walaupun armada becak cukup banyak, tetapi belum dapat

menjangkau kebutuhan transportasi warga kota Medan, karena tidak mempunyai rute

tetap. Ini merupakan sebuah gambaran bahwa belum adanya sistem transportasi

terpadu di Kota Medan pada saat itu.

2.4 Jumlah Kendaraan di Kota Medan

2.4.1 Jumlah Sarana Angkutan Umum dan Pribadi

Pada tahun 2009 jumlah sarana transportasi jalan raya di Kota Medan

berjumlah 2.708.511 kendaraan. Dari tahun 2004 sampai tahun 2009 menunjukkan

kenaikan 23,82 % per tahun. Pertumbuhan yang sangat signifikan terlihat pada sepeda

motor dengan rata-rata pertumbuhan 31, 23 % per tahun.

Tabel 2.4 Data jumlah kendaraan di Kota Medan dari tahun 2004-2009

Sumber: Dinas Perhubungan Kota Medan (2010)

2.4.2 Jumlah Kendaraan Tak Bermotor

15

Page 16: Pengamatan Kota

Dari Tabel 2.5 berikut dapat dilihat data statistik kendaraan tidak bermotor,

dimana penggunaan becak sebagai sarana angkutan cukup signifikan, serta

pertumbuhan kepemilikan sepeda yang memiliki kecenderungan meningkat.

Tabel 2.5 Data jumlah kendaraan tak bermotor di Kota Medan dari tahun 2004-2009

Sumber: Dinas Perhubungan Kota Medan (2010)

Sementara pada Tabel 2.6 berikut disajikan jumlah kendaraan angkutan

penumpang umum tidak dalam trayek. Dari data tersebut dapat dilihat dominasi

becak bermotor sebagai alternatif angkutan umum tidak dalam trayek. Pada tahun

2005 jumlah becak bermotor mencapai 90.58%, pada tahun 2006 turun menjadi

82.82% dan pada tahun 2007 sebesar 83.05%, pada tahun 2008 sebesar 84,95 % serta

pada tahun 2009 sebesar 85,00 %.

Data tersebut juga memperlihatkan kecenderungan menurunnya jumlah taksi

dengan argometer, sementara untuk taksi tanpa argo meter memiliki kecenderungan

yang meningkat. Keadaan ini sangat kontradiktif dengan tujuan Kota Medan sebagai

kota jasa dan industri.

Tabel 2.6 Data jumlah kendaraan tak bermotor tahun 2004-2009

Sumber: Dinas Perhubungan Kota Medan 2010

16

Page 17: Pengamatan Kota

2.5 Sistem Tata Guna Lahan di Kota Medan

Kedudukan Kota Medan dan peranannya yang sangat penting, telah mendorong

perkembangan kota yang sangat pesat. Agar perkembangan yang terjadi secara

langsung, terpadu dan berkelanjutan maka untuk itu Rencana Tata Ruang Wilayah

(RTRW) Kotamadya Medan menetapkan adanya satuan-satuan wilayah

pengembangan pembangunan. Pembentukan satuan-satuan wilayah pembangunan

tersebut didasarkan pada hasil analisis terhadap kondisi pembangunan yang dicapai.

Oleh karena itu perlu upaya untuk meratakan laju pertumbuhan di setiap Wilayah

Pengembangan Pembangunan (WPP).

Pembangunan di setiap sektor akan dioptimalkan dan disesuaikan menjadi lima WPP,

yaitu:

1. WPP A, meliputi tiga kecamatan yaitu Kecamatan Medan Belawan, Medan

Labuhan, dan Medan Marelan dengan pusat pengembangan di Belawan.

Wilayah ini dibangun untuk pelabuhan, industri, permukiman, rekreasi air, dan

usaha kegiatan pembangunan jalan baru, jaringan air minum, septik tank, sarana

pendidikan;

2. WPP B, meliputi satu kecamatan yaitu Kecamatan Medan Deli dengan pusat

pengembangan di Tanjung Mulia. Wilayah ini dibangun sebagai kawasan

perkantoran, perdagangan, rekreasi indoor, dan permukiman, dengan program

kegiatan pembangunan jalan baru, jaringan air minum, pembuangan sampah

dan sarana pendidikan;

3. WPP C, meliputi enam kecamatan yaitu Kecamatan Medan Timur, Medan

Perjuangan, Medan Tembung, Medan Area, Medan Denai dan Medan Amplas

dengan pusat pengembangan di Aksara. Wilayah ini dibangun untuk

permukiman, perdagangan dan rekreasi, dengan program kegiatan

pembangunan sambungan air minum, septik tank, jalan baru, rumah permanen,

sarana pendidikan dan kesehatan;

17

Page 18: Pengamatan Kota

4. WPP D, meliputi lima kecamatan yaitu Kecamatan Medan Johor, Medan Baru,

Medan Kota, Medan Maimun, dan Medan Polonia dengan pusat pengembangan

di Inti Kota. Wilayah ini dibangun untuk kawasan perdagangan, perkantoran,

rekreasi indoor dan permukiman, dengan program kegiatan pembangunan

perumahan permanen, penanganan sampah dan sarana pendidikan;

5. WPP E, meliputi enam kecamatan yaitu Kecamatan Medan Barat, Medan

Helvetia, Medan Petisah, Medan Sunggal, Medan Selayang dan Medan

Tuntungan dengan pusat pengembangan di Sei Sikambing. Wilayah ini

dibangun untuk permukiman, perdagangan, rekreasi, dengan program kegiatan

sambungan air minum, septik tank, jalan baru, rumah permanen, sarana

pendidikan dan kesehatan.

2.6 Struktur Ruang Wilayah Kota Medan

Rencana struktur ruang wilayah kota merupakan kerangka sistem pusat-pusat

pelayanan kegiatan kota yang berhierarki dan satu sama lain dihubungkan oleh sistem

jaringan prasarana wilayah kota. Rencana Struktur Ruang Wilayah Kota adalah

rencana yang mencakup sistem perkotaan wilayah kota dalam wilayah pelayanannya

dan jaringan prasarana wilayah kota yang dikembangkan untuk mengintegrasikan

wilayah kota selain untuk melayani kegiatan skala kota, meliputi sistem jaringan

transportasi, sistem jaringan energi dan kelistrikan, sistem jaringan telekomunikasi,

sistem sumber daya air dan sistem jaringan lainnya.

Rencana Struktur Wilayah Kota Medan digambarkan dalam bentuk:

1. Arahan Pengembangan dan Distribusi Penduduk yang merupakan perkiraan

jumlah penduduk hingga akhir tahun perencanaan yang selanjutnya diuraikan

dalam rencana pendistribusian untuk setiap kawasan/kecamatan sesuai dengan

daya dukungnya.

2. Rencana Sistem Pusat-Pusat Pelayanan yang merupakan pengembangan sistem

penyebaran pusat-pusat pelayanan kota yang disusun secara hirarkis dan

terstruktur sesuai dengan arahan dan rencana fungsi masing-masing pusat. Pusat

18

Page 19: Pengamatan Kota

pelayanan kota adalah pusat pelayanan ekonomi, sosialdan/atau administrasi

yang melayani seluruh wilayah kota dan/atau regional, yang meliputi:

- Pusat pelayanan kota, melayani seluruh wilayah kota dan/atau regional;

- Subpusat pelayanan kota, melayani sub-wilayah kota;

- Pusat lingkungan, melayani skala lingkungan kota.

3. Rencana Sistem Jaringan Transportasi merupakan pengembangan sistem

jaringan yang menggambarkan pola pergerakkan dan penyebaran prasarana dan

sarana penunjangnya, mencakup sistem transportasi darat, sistem jaringan

kereta api, sistem jaringan angkutan sungai dan penyeberangan, sistem jaringan

transportasi laut dan sistem jaringan transportasi udara.

4. Rencana Sistem Jaringan Utilitas adalah pengembangan sistem jaringan

pelayanan yang memungkinkan kota dapat terlayani secara optimal dengan

memperhatikan arahan pengembangan dan distribusi penduduk, sistem pusat-

pusat pelayanan serta arah pengembangan kota dalam jangka panjang.

2.6.1 Arahan Pengembangan dan Distribusi Penduduk

Penyebaran penduduk Kota Medan saat ini tidak merata, terkonsentrasi di

kawasan pusat kota seperti di Kecamatan Medan Kota, Kecamatan Medan

Perjuangan, Kecamatan Medan Maimun, Kecamatan Medan Area dan Kecamatan

Medan Tembung. Sejalan dengan kecenderungan perkembangan fisik kota, saat ini

perkembangan permukiman mulai mengarah ke Selatan. Perkembangan permukiman

ke arah Selatan perlu dibatasi mengingat kawasan ini merupakan daerah konservasi.

Untuk itu pada masa yang akan datang perkembangan permukiman diharapkan akan

mengarah ke Utara, seperti Kecamatan Medan Marelan dan Kecamatan Medan

Labuhan. Arahan pengembangan dan strategi distribusi penduduk Kota Medan adalah

sebagai berikut:

1. Pengembangan penduduk diarahkan sesuai rencana struktur ruang dan pola

ruang.

2. Pengendalian pertambahan penduduk di kawasan pusat kota, berupa pembatasan

pembangunan perumahan baru pada kawasan tertentu atau meningkatkan pajak

19

Page 20: Pengamatan Kota

untuk lahan dan bangunan.

3. Mengarahkan perkembangan penduduk ke luar kawasan pusat kota, yaitu pada

kawasan-kawasan yang relatif masih sangat rendah tingkat kepadatan dan

penggunaan lahannya masih banyak berupa lahan kosong, diawali dengan

menyiapkan prasarana/sarana dasar (jalan, jaringan utilitas serta fasilitas sosial

dan fasilitas umum). Secara umum arahan distribusi penduduk pada masing-

masing kecamatan di Kota Medan, dapat diuraikan pada tabel 2.6 berikut ini:

Tabel 2.7 Arahan distribusi penduduk di Kota Medan tahun 2030

Sumber: Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Medan Tahun 2010-2030

20

Page 21: Pengamatan Kota

Tabel 2.8 Arahan kepadatan penduduk di Kota Medan tahun 2030

Sumber: Rencana tata ruang wilayah Kota Medan Tahun 2010-2030

2.6.2 Sistem Pusat Pelayanan Kota

Setidaknya terdapat tiga teori utama tentang gambaran pola perkembangan

kota yang selama ini dijadikan bahan analisis dalam mengidentifikasi kecenderungan

pola perkembangan suatu kota maupun dalam menentukan pola pengembangan kota

dimasa mendatang, yaitu:

a. Teori Lingkaran Konsentrik (concentric zone theory) yang dikembangkan

oleh Ernest Burgess (1923). Teori ini mengidentifikasi 5 zona penggunaan

lahan, yaitu:

21

Page 22: Pengamatan Kota

- Kawasan pusat kegiatan usaha/niaga (central business district-CBD) yang

merupakan pusat kegiatan;

- Zona transisi yang mencampurkan penggunaan perdagangan dan jasa dan

industri;

- Zona perumahan penduduk berpendapatan rendah;

- Zona perumahan penduduk berpendapatan sedang;

- Zona perumahan penduduk commuter.

b. Teori Sektor (sector theory) yang dikembangkan oleh Homer Hoyt (1939)

menyatakan bahwa kota-kota tumbuh tidak dalam zona-zona konsentrik saja,

tetapi dalam sektor-sektor dengan jenis-jenis perkembangan yang serupa.

c. Teori Banyak Pusat (multiple nuclei theory) dikembangkan oleh Chauncy

Harris dan Edward Ullman (1945), yang mengemukakan bahwa pola-pola

penggunaan tanah dipandang sebagai serangkaian pusat, yang masing-masing

mempunyai fungsi yag berbeda. Setiap pusat berkembang dari

interdependensi ruang dari fungi-fungsi tertentu.

Gambar 2.5 Teori Banyak Pusat

Sumber: ktckembaren.blogspot.com

Mengacu kepada 3 (tiga) teori di atas, dan dikaitkan dengan perkembangan

pola penggunaan lahan Kota Medan yang digambarkan dalam bentuk stadia

perkembangan Kota Medan, terlihat bahwa pola perkembangan atau penggunaan

lahan perkotaan Kota Medan lebih mendekati Teori Lingkaran Konsentrik

22

Page 23: Pengamatan Kota

(concentric zone theory) karena sejak periode tahun 1970-an terjadi perkembangan

yang hanya memusat di pusat kota saja, kemudian berkembang secara merata ke luar

pusat kota.

2.6.3 Sistem Jaringan Prasarana Utama

Pengembangan sistem jaringan transportasi bertujuan untuk meningkatkan

aksesibilitas penduduk, pelaku pembangunan dan pelaku ekonomi terhadap pusat

pusat kegiatan produksi atau pusat-pusat pelayanan dan pemasaran, baik yang berada

di dalam maupun di luar wilayah Kota Medan yang dilakukan dengan cara

meningkatkan dan mengembangkan prasarana dan sarana transportasi darat, laut, dan

udara.

Sistem jaringan transportasi Kota Medan yang direncanakan mencakup Sistem

Jaringan Transportasi Darat, Sistem Jaringan Transportasi Udara dan Sistem Jaringan

Transportasi Laut. Ketiga sistem jaringan tersebut akan sangat menentukan struktur

dan pola ruang Kota Medan sampai dengan tahun 2030, karena faktor yang paling

menentukan dalam pembentukan struktur kota adalah jaringan transportasi,

khususnya jaringan transportasi berupa jaringan jalan raya dan jaringan jalan kereta

api. Sedangkan sistem jaringan transportasi udara dan laut lebih terkait kepada sistem

perpindahan antar moda transportasi.

Tujuan pengembangan sistem jaringan transportasi Kota Medan, adalah untuk:

a. Meningkatkan aksessibilitas dan mobilitas orang, barang dan jasa dari dan ke

pusat primer, pusat sekunder dan pusat-pusat lingkungan.

b. Memperkuat interaksi antar pusat-pusat perkembangan/pelayanan di wilayah

Kota Medan dan ke wilayah-wilayah sekitarnya (Mebidangro) agar dapat

tercipta sinergi perkembangan wilayah.

c. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi wilayah dan mewujudkan pemerataan

pembangunan untuk meningkatkan kualitas dan jangkauan pelayanan

pergerakan orang dan barang dan jasa serta memfungsikannya sebagai

katalisator dalam mendukung pertumbuhan ekonomi.

23

Page 24: Pengamatan Kota

Agar tujuan pengembangan di atas dapat tercapai, maka perlu adanya

pengembangan sistem jaringan transportasi secara terpadu dan terintegrasi antara

sistem transportasi lokal dan transportasi regional. Terminologi terminal terpadu

perlu dikembangkan secara lebih luas, yaitu terpadu dengan beberapa penggunaan

lainnya, seperti pasar dan sebagainya. Pengembangan sistem jaringan transportasi di

wilayah Kota Medan, meliputi:

2.6.3.1 Sistem Jaringan Transportasi Darat

Pengembangan sistem jaringan jalan di wilayah Kota Medan didasari oleh

kebijaksanaan RTRW Nasional, RTR Pulau Sumatera, RTRW Provinsi Sumatera

Utara, RTR Kawasan Perkotaan Mebidangro, sistem jaringan jalan eksisting, pola

pemanfaatan ruang dan sebaran pusat-pusat pelayanan kegiatan kota. Pengembangan

sistem jaringan jalan Kota Medan ini akan lebih difokuskan pada sistem primer dan

sekunder, baik untuk fungsi Jalan Arteri, Kolektor, maupun Lokal.

Jaringan jalan yang direncanakan pengembangannya adalah:

1. Jalan Arteri Primer

Fungsi Jalan Arteri Primer terhadap transportasi Kota Medan adalah jalan-

jalan yang menghubungkan kota tersebut dengan kota-kota besar lainnya

(ibukota provinsi), atau ruas-ruas jalan yang menghubungkan antara satu

kawasan andalan dengan kawasan andalan lainnya dalam satu provinsi, atau

ruas-ruas jalan yang menghubungkan antara Pusat Primer dan Pusat Primer

lainnya dalam wilayah Kota Medan. Ruas jalan yang akan ditetapkan sebagai

jalan Arteri Primer antara lain seperti pada tabel berikut ini:

24

Page 25: Pengamatan Kota

Tabel 2.9 Fungsi Jaringan Jalan Arteri Primer Kota Medan

Sumber: RUTRK Kota Medan 2005

2. Jalan Arteri Sekunder

Fungsi Jalan Arteri Sekunder terhadap transportasi Kota Medan adalah jalan-

jalan yang dapat berfungsi sebagai jalur pengalih arus lalu lintas angkutan

utama yang menuju ke dan dari Kota Medan untuk mengurangi beban jalan

Arteri Primer dan kepadatan lalu-lintas di dalam kota. Selain itu berfungsi

juga melayani pergerakan dari Pusat Primer ke Pusat Sekunder. Jalan ini

terkoneksi ke sistem pelayanan jalan arteri primer dan jalan kolektor sekunder

25

Page 26: Pengamatan Kota

sebagai bagian dari kerangka jalan utama wilayah kota. Ruas jalan yang akan

ditetapkan sebagai jalan Arteri Sekunder.

3. Jalan Kolektor Primer

Fungsi Jalan Kolektor Primer terhadap transportasi Kota Medan adalah ruas

ruas jalan yang melayani pergerakan dari Pusat Primer ke Pusat Sekunder

maupun. Jalan ini terkoneksi ke sistem pelayanan jalan kolektor primer dan

arteri sekunder.

Tabel 2.10 Fungsi Jaringan Jalan Kolektor Primer Kota Medan

Sumber: RUTRK Kota Medan 2005

4. Jalan Lingkungan

Fungsi Jalan lingkungan terhadap transportasi Kota Medan adalah ruas-ruas

jalan yang melayani pergerakan dari pusat tersier dengan pusat tersier lainnya.

Ruas jalan yang akan ditetapkan sebagai jalan Lingkungan seperti pada tabel

berikut ini:

Tabel 2.11 Fungsi JaringanJalan Lingkungan di Kota Medan

26

Page 27: Pengamatan Kota

Sumber: RUTRK Kota Medan 2005

2.7 Sistem Prasarana dan Sarana Angkutan Umum di Kota Medan

Pengembangan sistem angkutan umum massal direncanakan untuk

menghubungkan sistem pusat primer, Pusat primer, primer dan sekunder, serta

sekunter antar sekunder. Serta dikawasan CBD Polonia. Adapun pengembangan

terminal angkutan umum massal di Kota Medan meliputi:

a. Terminal Amplas, Tipe A, ditetapkan di Kelurahan Harjosari Kecamatan

Medan Amplas;

b. Terminal Pinang Baris, Tipe A, ditetapkan di Kelurahan Sunggal Kecamatan

Medan Sunggal;

c. Terminal Belawan, Tipe A, ditetapkan di Kelurahan Belawan II Kecamatan

Medan Belawan;

d. Terminal Agribisnis, Tipe A, ditetapkan di Kelurahan Ladang Bambu

Kecamatan Medan Tuntungan;

e. Terminal Terpadu, Tipe B, ditetapkan di CBD Polonia; dan

f. Terminal Sambu, Tipe C, ditetapkan di Kelurahan Gang Buntu Kecamatan

Medan Timur.

2.7.1 Sistem Jaringan Perkeretaapian

Sistem jaringan perkeretaapian adalah sistem jaringan untuk memperlancar

perpindahan orang dan/atau barang secara massal, menunjang pemerataan,

pertumbuhan dan stabilitas serta sebagai pendorong dan penggerak pembangunan

kawasan.

1. Terminal dan Stasiun Kereta Api

Rencana pengembangan sistem terminal ialah dengan membangun terminal

terpadu di CBD Polonia yang terintegrasi dengan stasiun Kereta Api dan

terminal-terminal kelas A yang telah ada seperti Terminal Amplas, Terminal

27

Page 28: Pengamatan Kota

Belawan dan Terminal Pinang Baris. Untuk mendukung pengembangan

kawasan Utara, maka pada Pusat Primer Utara juga akan dibangun sebuah

terminal yang terintegrasi dengan Stasiun Kereta api. Pengembangan terminal

terpadu, selain terintegrasi dengan Stasiun Kereta Api juga terpadu dengan

guna lahan lainnya (multi use), seperti:

- Terpadunya dengan trayek angkutan, seperti: AKAP dan AKDP;

- Terpadunya dengan moda transportasi, seperti: bus, minibus, angkot,

mobil pribadi dan pejalan kaki; dan

- Terpadunya dengan tata guna lahan, seperti: fasilitas umum dan sosial,

pasar, perdagangan dan jasa, permukiman maupun perkantoran.

2. Angkutan Kereta Api

Fungsi Jalan/Rel Kereta Api terhadap sistem jaringan transportasi Kota

Medan diarahkan sebagai salah satu alternatif angkutan moda transportasi

darat, baik untuk mengangkut orang maupun barang inter dan intra regional,

yaitu dengan mendorong percepatan realisasi dari pengoperasian jaringan

jalan/rel kereta api dengan terkoneksi dalam sistem jaringan kereta api

Sumatera. Jaringan jalan/rel kereta api dari Kota Medan yang dapat

dikembangkan dimasa mendatang adalah;

- jalur kereta api Jalur Medan – Binjai – Tanjung Pura – hingga Banda Aceh;

- jalur kereta Medan – Tebing Tinggi – Rantau Prapat – hingga Pekan Baru;

- Jalur kereta api Medan – Belawan;

- Jalur kereta api Medan – Deli Tua;

- Jalur kereta api Medan – Pancur Batu;

- jalur kereta api Medan – Kuala Namo;

- Jalur kereta api Medan – Gabion.

2.7.2 Sistem Jaringan Angkutan Sungai

Sistem jaringan angkutan sungai dan danau serta angkutan penyeberangan

erdiri atas alur pelayaran dan pelabuhan/dermaga Rencana pengembangan angkutan

sungai, danau, dan penyeberangan yang dapat dikembangkan di Kota Medan adalah

28

Page 29: Pengamatan Kota

pelabuhan Sungai di Kecamatan Medan Labuhan (Kelurahan Nelayan Indah).

Pengembangan pelabuhan sungai di Kecamatan Medan Labuhan dilaksanakan

dengan tujuan untuk mendukung kegiatan pergerakan orang dan barang di Kawasan

Utara. Terutama mendukung kegiatan perindustrian (Kawasan Industri) di Kecamatan

Medan Labuhan dan sekitarnya.

2.7.3 Sistem Jaringan Transportasi Laut

Rencana pengembangan transportasi laut dilakukan dengan meningkatkan

pelayanan di pelabuhan Belawan sebagai pelabuhan utama, sehingga dapat

menampung pergerakan orang dan barang. Untuk mengintegrasikan seluruh moda

tranport tersebut perlu dibangun terminal terpadu di Belawan, sehingga dapat menjadi

satu kesatuan sistem transportasi Kota Medan dan Mebidangro. Integrasi antara

terminal penumpang, pelabuhan laut dengan stasiun kereta api Belawan.

Pelabuhan Belawan ini akan menjadi Pelabuhan Hub Internasional dan dalam

jangka panjang dapat menjadi pelabuhan terbesar di wilayah Pulau Sumatera.

Pelabuhan Belawan akan memiliki skala pelayanan untuk pelayaran regional,

nasional dan internasional. Untuk pelayanan lingkup regional, Pelabuhan Belawan

dapat melayani pelayaran kapal dari pelabuhan-pelabuhan yang terdapat di pesisir

Timur Pulau Sumatera. Untuk lingkup nasional, Pelabuhan Belawan dapat secara

optimal melayani kapal penumpang dan kapal barang (cargo) dari berbagai pelabuhan

nasional lainnya. Dan untuk pelayanan internasional, diharapkan Pelabuhan Belawan

dapat melayani kapal pesiar dan kapal barang dari luar negeri, khususnya dari/ke

negara-negara Asia. Beberapa kegiatan dan pelayanan yang akan dikembangkan di

Kawasan Pelabuhan Hubungan Internasional Belawan, antara lain:

- Zona penumpang;

- Zona industri dan pergudangan;

- Zona peti kemas;

- Zona proses ekspor – import;

- Zona perkantoran, dan

- Zona perikanan samudera

29

Page 30: Pengamatan Kota

2.7.4 Sistem Jaringan Transportasi Udara

Transportasi udara di Kota Medan dahulu menggunakan Bandara Polonia.

Tetapi bandara tersebut dipindahkan ke Kuala Namo (Kabupaten Deliserdang).

Dengan demikian maka dalam lingkup Kota Medan tidak memiliki sistem

transportasi udara, yang akan dikembangkan di Kota Medan adalah terminal city

check-in. Untuk mendukung pengembangan bandara Kuala Namu tersebut perlu di

dukung oleh sistem transportasi yang lain, yaitu: integrasi terminal penumpang udara

dengan stasiun kereta api.

2.7.5 Prasarana dan Sarana Jaringan Pejalan Kaki

Di Kota Medan saat ini belum ada jalur khusus untuk pejalan kaki yang aman

dan nyaman. Seluruh moda transportasi, mulai dari sepeda, becak, angkot dan truk

masih bercampur dalam satu jalur, sehingga riskan keamanan dan kenyamanan.

Belum adanya pemisahan jalur sirkulasi pada kondisi eksisting menunjukkan kurang

pekanya dalam memprioritaskan manusia dalam ruang kota, sementara konsep kota

ekologis menekankan pentingnya menempatkan manusia sebagai pihak yang harus

dinyamankan dalam setiap kegiatannya. Berdasarkan pemikiran tersebut maka

pengembangan sarana pejalan kaki lebih diprioritaskan pada jalan-jalan utama kota

yang masih belum banyak terisi bangunan, sehingga berpotensi untuk dimanfaatkan

sebagai jalur khusus pejalan kaki, seperti jalan lingkar luar dan jalan arteri yang

dibuat pemisah antara jalur cepat, jalur lambat dan jalur khusus pejalan kaki. Jalur

khusus pejalan kaki tersebut sekaligus dapat berfungsi sebagai jalur hijau jalan.

Pedestrian adalah jalur sirkulasi khusus bagi pejalan kaki, terpisah jelas dari

jalur kendaraan, dapat ditempatkan sepanjang jalur kendaraan atau pada kawasan

lainnya, menghubungkan dua atau lebih kawasan, tempat atau bangunan.

Keberhasilan sebuah kota atau areal kota yang berkembang bergantung pada

bagaimana sistem penghubungnya bekerja. Ukuran keberhasilannya tidak terletak

30

Page 31: Pengamatan Kota

pada tampilan fisiknya, tetapi lebih kepada kontribusinya pada kualitas dan

pembentukan karakter ruang kota. Ruang kota sebagai tempat untuk berinteraksi

dipengaruhi oleh sistem pergerakan. Sistem pergerakan di dalam ruang kota

dikatakan berhasil apabila memenuhi persyaratan sebagai berikut:

- Tersedianya beberapa pilihan rute bagi pelaku perjalanan untuk mencapai

tujuannya.

- Perkembangan kota didukung oleh semua jenis pergerakan baik kendaraan

umum, kendaraan pribadi, pemakai sepeda dan pejalan kaki.

- Jalur-jalur dan fasilitas-fasilitas perkotaan terhubung dengan baik.

31