SKRIPSI
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Ujian guna Memperoleh
Gelar
Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Fisika
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Makassar
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
“Wahai orang-orng yang beriman! Apabila dikatakan kepadamu,
“Berilah kelapangan didalam majelis, maka lapangkanlah, niscaya
Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan
berdirilah kamu, maka berdirilah kamu, niscaya Allah akan
mengangkat derajat orang-orang yang beriman diantara
kamu dan orang-orang yang berilmu beberapa derajat”. (Q.S.
AL-Mujadalah : 11)
“Berangkat dengan penuh keyakinan berjalan dengan penuh keikhlasan
bersabar dalam menghadapi cobaan. Keberhasilan bukan dinilai
melalui
hasilnya tetapi lihatlah proses dan kerja kerasnya, tanpa adanya
proses dan kerja keras maka keberhasilan tidak mempunyai nilai yang
berarti dan jika
kamu takut melangkah, lihatlah bagaimana seorang bayi yang mencoba
berjalan. Niscaya akan kau temukan , bahwa manusia pasti akan
jatuh. Hanya manusia
terbaiklah yang mampu bangkit dari kejatuhan. Kontruksi kehidupan
dibangun dengan keyakinan, diperkuat dengan gerakan, diindahkan
dengan mimpi demi menuju kesempurnaan. “Kesalahan bukan kegagalan
tapi bukti bahwa seseorang
sudah melakukan sesuatu”.
ombak dan gelombang itu...” (Marcus Aurelius)
Persembahan: Sujud syukur ku persembahkan pada ALLAH yang maha
kuasa, berkat dan rahmat
dan detak jantung, denyut nadi, nafas dan putaran roda kehidupan
yang diberikan-Nya hingga saat ini saya dapat mempersembahkan
skripsiku pada orang-
orang tersayang: Kedua orang tua bapak ibu, yang tak pernah lelah
membesarkanku dengan
kasih sayang, serta memberikan dukungan, perjuangan, motivasi
dan
pengorbanan dalam hidup ini.
dukungan dan semangat.
Almamater Tercinta.
dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhmmadiyah Makssar. Dosen
Pembimbing
(Bunga Dara Amin dan Aisyah Azis).
Penelitan ini Pre Eksperimen yang menggunakan One Grup
Pretest-Posttest
Design bertujuan untuk mengetahui penerapan model problem based
instruction
terhadap peningkatan hasil belajar fisika peserta didik ditinju
dari aspek kognitif.
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan memberikan tes awal
(pretest) kepada
satu kelas yang disebut sebagai kelas eksperimen. Kemudian
diberikan perlakuan
(treatment) dengan menerapkan model Problem Based Instruction,
selanjutnya
diberikan tes akhir (posttest) pada akhir pembelajaran. Penelitian
dilaksanakan di
SMA Muhammadiyah Limbung Kabupaten Gowa dengan populasi kelas X
MIA
dengan sampel kelas sebanyak 34 orang. Hasil penelitian ditinjau
dari aspek
kognitif menunjukkan bahwa hasil belajar fisika kelas penelitian
mengalami
peningkatan (gain normalized) sebesar 0,67 (kategori sedang),
dengan skor rata-rata
pretest peserta didik adalah 7,02 dan skor rata-rata posttest
peserta didik adalah
20,50. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan
model Problem
Based Instruction terhadap peningkatan hasil belajar fisiska,
ditinjau dari hasil belajar
aspek kognitif dimana 17,65% peserta didik memperoleh skor
peningkatan (gain)
hasil belajar berkategori rendah, 73,53% peserta didik memperoleh
skor peningkatan
(gain) hasil belajar berkategori sedang, 8,82% peserta didik
memperoleh skor
peningkatan (gain) hasil belajar berkategori tinggi.
Dari analisis dapat disimpulkan bahwa penerapan model Problem Based
Instruction
dalam pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar fisika peserta
didik kelas
SMA Muhammadiyah Limbung.
Fisika.
viii
Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Pada hakikatnya yang paling utama dihati ini, penulis mengucapkan
puji dan
rasa syukur kepada Allah Swt. Kemudian, Shalawat serta salam-Nya,
mudah-
mudahan tercurah ke baginda Rasulullah Saw, beserta keluarganya,
sahabatnya, serta
umatnya yang turut dengan ajarannya. Aamiin.
Berkat rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan
penulisan
skripsi yang berjudul “Penerapan Model Problem Based Instruction
terhadap
Peningkatan Hasil Belajar Fisika Peserta Didik” yang disusun untuk
memenuhi
salah satu persyaratan akademik guna memperoleh gelar sarjana
Pendidikan Fisika
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas
Muhammadiyah
Makassar sekaligus dengan harapan akan dapat memberikan kontribusi
positif bagi
perkembangan dunia pengajaran secara khusus dan dunia pengajaran
secara umum.
Penghargaan dan ucapan terima kasih terkhusus kupersembahkan
kepada
ayahanda Amiruddin dan ibunda Marwati yang mempersembahkan
segala
idealisme, prinsip, edukasi dan kasih sayang berlimpah dengan wajah
datar
menyimpan kegelisahan, perjuangan yang tidak pernah penulis
ketahui, namun
tenang temaram dengan penuh kesabaran dan pengertian yang luar
biasa, yang tiada
ix
pernah hentinya selama ini memberiku semangat, doa, dorongan,
nasehat serta
pengorbanan yang tak tergantikan hingga penulis selalu kuat
menjalani setiap
rintangan yang ada didepan.
mengalami hambatan, namun berkat bantuan dan dukungan dari berbagai
pihak,
akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan. Olehnya itu, penulis
menyampaikan ucapan
terima kasih dan penghargaan yang setulusnya kepada Ayahanda Dr.
Hj. Bunga
Dara Amin, M.Ed selaku pembimbing I dan Dra. Hj. Aisyah Azis
selaku
pembimbing II yang selalu bersedia meluangkan waktunya dalam
membimbing
penulis, memberikan ide, arahan, saran dan bijaksana dalam
menyikapi keterbatasan
pengetahuan penulis, serta memberikan ilmu dan pengetahuan yang
berharga dalam
penelitian ini. Semoga Allah SWT memberikan perlindungan, kesehatan
dan pahala
yang berlipat ganda atas segala kebaikan yang telah dicurahkan
kepada penulis
selama ini.
berkenaan dengan itu penulis patut mengemukakan bahwa penyelesaian
skripsi ini
tidak mungkin tercapai tanpa bantuan dari berbagai pihak. Oleh
karena itu, dengan
segala kerendahan hati penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan
penghargaan
yang setinggi-tingginya kepada: Bapak Dr. Abd. Rahman Rahim, SE.,
MM selaku
Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar, bapak Erwin Akib, M.Pd.,
Ph.D.
selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Muhammadiyah
x
Makassar, ibu Nurlina, S.Si., M.Pd. dan Bapak Ma’ruf S.Pd., M.Pd.
selaku ketua
dan sekretaris jurusan pendidikan fisika Fakultas keguruan dan Ilmu
Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Makasar. Ayahanda dan Ibunda Dosen
Jurusan
Pendidikan Fisika Universitas Muhammadiyah Makassar dan Universitas
Negeri
Makassar yang telah ikhlas menyalurkan ilmunya kepada penulis,
bapak Dr. Andi
Sukri Syamsuri, M.Hum. selaku Penasehat Akademik selama perkuliahan
yang
telah memberikan banyak nasehat dalam menjalani perkuliahan,
teristimewa Bapak
Syarif, S.Pd.,M.Pd selaku guru pembimbing yang memberikan kritikan
dan motivasi
yang begitu berarti bagi penulis, ibu Silviany DJafar Selaku Kepala
SMA
Muhammadiyah Limbung sekaligus beserta guru-guru yang telah
memberi
kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitiaan di SMA
Muhammadiyah
Limbung, Saudara-saudaraku Mirnawati dan Suami, Najemuddin dan Ny.
, mutiara,
sukmawati, kk Ani, cayyung, tante mariah dan Suami. yang tiada
henti-hentinya
memberikan dukungan,
darma) yang selalu mendukung, menemani, memberikan semangat, dan
motivasi,
semoga kebersamaan kita selama ini dapat menjadi kisah indah yang
dapat terus
dikenang. Rekan-rekan mahasiswa Dimensi Angkatan 2013 Jurusan
Pendidikan
Fisika khususnya Dimensi A yang telah bersama-sama penulis
menjalani masa-masa
suka duka perkuliahan, terima kasih atas sumbang saran dan
motivasinya selama ini.
Semoga persaudaraan kita tetap berlanjut untuk selamanya. Adik-adik
peserta didik
xi
Kelas XIPA2 SMA Muhammadiyah Limbung, atas perhatian dan
kerjasamanya selama
pelaksanaan penelitian ini.
Penulisan skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan, oleh karena
itu saran
dan kritik yang konstruktif dari berbagai pihak senantiasa penulis
harapkan. Semoga
skripsi ini dapat bermanfaat dan menambah khasanah ilmu khususnya
di bidang
pendidikan Fisika. Aamiin.
3. Hasil Belajar…………………………………………………….. 18
B. Kerangka Pikir……………………………………………………… 30
B. Variabel penelitian
...............................................................................
32
E. Instrumen
Penelitian.............................................................................
33
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
....................................................................................
39
Kegiatan Peserta
didik.............................................................
51
Analisis Validitas dan
reabilitas............................................... 181
Analisis
Deskriptif....................................................................
187
Analisis
N-Gain.........................................................................
191
Kategori
Ketuntasan..................................................................
193
menentukan standar nasional pendidikan di Indonesia, termasuk juga
sebagai
perwujudan UUD 1945 pasal 31 ayat 3 yang berbunyi “pemerintah
mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional
yang
meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam
rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-undang”
Salah
satu sistem pendidikan tersebut yaitu adanya Kurikulum Tahun 2013
biasa
disebut dengan K13. Kurikulum yang dipandang sebagai unsur yang
bisa
memberikan konstribusi terhadap proses perwujudan pendidikan
yang
berkualitas.
didik mampu lebih baik dalam melakukan observasi, bertanya,
bernalar, dan
mengkomunikasikan (mempresentasikan) apa yang mereka peroleh
atau
mereka ketahui setelah menerima pembelajaran. Kurikulum 2013
dapat
diterapkan dalam pembelajaran fisika di SMA agar siswa
memiliki
kompetensi sikap, keterampilan dan pengetahuan jauh lebih baik.
Mereka
1
2
akan lebih kreatif, inovatif dan lebih produktif, sehingga nantinya
mereka bisa
sukses dalam menghadapi berbagai persoalan.
Berdasarkan hasil observasi dengan salah satu guru fisika kelas
X
di SMA Muhammadiyah Limbung, diperoleh informasi bahwa hasil
belajar
fisika peserta didik masih rendah, hal ini disebabkan oleh minimnya
kesadaran
siswa untuk mengikuti pelajaran dengan sungguh-sungguh, pada saat
guru
menerangkan materi pelajaran di depan kelas kemudian diterapkan
dalam
contoh soal dan latihan-latihan siswa cenderung pasif dan
kurang
berpartisipasi dalam pembelajaran. Hal ini terlihat dari aktivitas
siswa
yang hanya mencatat, mendengarkan dan hanya sedikit yang
bertanya.
Interaksi yang terjadi dalam proses belajar mengajar hanya
berlangsung
satu arah, yaitu dari guru kepada siswa. Hal ini menyebabkan
hasil
belajar fisika peserta didik rendah. Ini terlihat dari rata-rata
nilai ulangan
siswa yaitu 70 sedangkan kriteria ketuntasan minimum (KKM) 75
yang
ditetapkan di SMA Muhammadiyah Limbung.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut, peneliti akan
menerapkan
model pembelajaran Problem Based Instruction (PBI), pada
model
pembelajaran PBI dapat diterapkan kurikulum 2013, dimana Problem
Based
Instruction merupakan model pembelajaran yang menggunakan
masalah
dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang
cara
berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta
untuk
memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi
pelajaran.
3
suatu proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman.
Berdasarkan kajian dari beberapa jurnal menyebutkan bahwa
model
Problem Based Instruction cocok diterapkan dalam proses belajar
mengajar
karena telah terbukti bahwa ada penimgkatan hasil belajar fisika
peserta didik.
Berkenaan dengan hal tersebut, maka judul penelitian yang
akan
dilakukan peneliti adalah “Penerapan Model Problem Based
Instruction
terhadap Peningkatan Hasil Belajar Fisika Peserta Didik”.
B. Rumusan Masalah
diselidiki dalam penelitian ini adalah:
1. Seberapa besar hasil belajar fisika peserta didik kelas X
IPAMIA2 SMA
Muhammadiyah Limbung sebelum diajar menggunakan model Problem
Based Instruction tahun ajaran 2017-2018?
2. Seberapa besar hasil belajar fisika peserta didik kelas X
IPAMIA2 SMA
Muhammadiyah Limbung setelah menggunakan model Problem Based
Instruction tahun ajaran 2017-2018?
3. Bagaimana peningkatan hasil belajar fisika peserta didik X
IPAMIA2 SMA
Muhammadiyah Limbung sebelum dan setelah menggunakan model
Problem Based Instruction tahun ajaran 2017-2018?
4
Tujuan dalam penelitian ini adalah
1. Untuk mengetahui hasil belajar fisika peserta didik kelas X
IPAMIA2 SMA
Muhammadiyah Limbung sebelum diajar menggunakan model Problem
Based Instruction tahun ajaran 2017-2018.
2. Untuk mengetahui hasil belajar fisika peserta didik kelas X
IPAMIA2 SMA
Muhammadiyah Limbung setelah menggunakan model Problem Based
Instruction tahun ajaran 2017-2018.
3. Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar fisika peserta didik
X IPAMIA2
SMA Muhammadiyah Limbung sebelum dan setelah menggunakan
model
Problem Based Instruction tahun ajaran 2017-2018.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi peserta didik
meningkatkan hasil belajar peserta didik yang berguna untuk
pemecahan
masalah.
pembelajaran dalam upaya untuk mengembangkan hasil belajar
peserta
didik.
5
meningkatkan kualitas hasil belajar, khususnya kualitas hasil
belajar fisika
di SMA SMA Muhammadiyah Limbung.
4. Pengembang ilmu pendidikan
problem based instruction sebagai salah satu model pembelajaran
yang
dapat digunakan dalam pembelajaran di kelas.
5. Peneliti
mengembangkan kemampuannya dalam hal mengidentifikasi
masalah-
masalah pembelajaran fisika.
Fisika sebaiknya dilaksanakan secara inkuiri ilmiah untuk
menumbuhkan
kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta
mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup.
Pembelajaran Fisika di SMA menekankan pada pemberian
pengalaman
belajar secara langsung dan penekanan salingtemas (sains,
lingkungan,
teknologi, dan masyarakat) melalui penggunaan keterampilan proses
dan
sikap ilmiah. Oleh karena itu, perlunya penerapan model
pembelajaran
yang sesuai dengan proses pembelajaran Fisika seperti model
pembelajaran Problem Based Instruction.
adalah upaya secara sistematis yang dilakukan guru untuk
mewujudkan
proses pembelajaran berjalan secara efektif dan efisien yang
dimulai dari
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Kemampuan mengelola
pembelajaran merupakan syarat mutlak bagi guru agar terwujud
kompetensi profesionalnya. Konsekuensinya, guru harus
memiliki
pemahaman yang utuh dan tepat terhadap konsepsi belajar dan
mengajar.
Pembelajaran adalah seperangkat tindakan yang dirancang untuk
mendukung proses belajar peserta didik, dengan
memperhitungkan
6
7
kejadian intern yang berlangsung dialami peserta didik. Sementara
Gagne
(Siregar & Hartini Nara, 2014), mendefinisikan pembelajaran
sebagai
pengaturan peristiwa secara seksama dengan maksud agar terjadi
belajar
danmembuatnyaberhasil.dalam pengertian lainnya, Winkel (Siregar
& Hart
ini Nara, 2014) mendefiniskan pembelajaran sebagai pengaturan
dan
penciptaan kondisi-kondisi ekstern sedemikian rupa, sehingga
menunjang
proses belajar peserta didik dan tidak menghambatnya.
2. Model Pembelajaran Problem Based Instruction.
a. Pengertian model Problem Based Instruction.
Model pembelajaran Problem Based Instruction dikenal dengan
nama lain seperti pembelajaran berdasarkan proyek
(project-based
instruction), pembelajaran bedasarkan pengalaman
(experience-based
instruction), pembelajaran autentik (authentic instruction),
dan
pembelajaran bermakna. PBM atau PBI, model pembelajaran ini
mulai
diangkat sebab ditinjau secara umum pembelajaran berdasarkan
masalah
terdiri dari menyajikan kepada siswa situasi masalah yang autentik
dan
bermakna yang dapat memberikan kemudahan kepada mereka untuk
melakukan penyelidikan dan ikuiri (Nur, 2011: 2).
Menurut Trianto (2014:63) Pengajaran Berdasarkan Masalah
(PBM) atau dari istilah Inggris Problem-based instruction (PBI)
adalah
suatu model pembelajaran yang didasarkan pada prinsip
menggunakan
masalah sebagai titik awal akuisisi dan integrasi pengetahuan
baru.
8
64) Belajar berdaskan masalah adalah interaksi antara simulus dan
respon,
merupakan hubungan antara dua arah belajar dan lingkungan.
Lingkunagan berikan masukan kepada peserta didik berupa bantuan
dan
masalah, sedangkan sistem syaraf otak berfungsi menafsirkan bantuan
itu
secara efektif sehingga masalah yang dihadapi dapat diselidiki,
dinilai,
dianalisis, serta dicari pemecahannya dengan baik. Pengalaman
peserta
didik yang diperoleh dari lingkungan akan menjadikan kepadanya
bahan
dan materi guna memperoleh pengertian serta bisa dijadikan pedoman
dan
tujuan belajarnya.
efektif untuk pengajaran proses berfikir tingkat tinggi.
Pembelajaran ini
membantu peserta didik untuk memproses informasi yang sudah
jadi
dalam benaknya, dan menyusun pengetahuan mereka sendiri tentang
dunia
sosial dan sekitarnya. Pembelajran ini cocok untuk
mengembangkan
pengetahuan dasar maupun kompleks.
dimana peserta didik mengerjakan permasalahan yang autentik
dengan
maksud untuk menyusun pengetahuan mereka sendiri,
mengembangkan
inkuiri dan keterampilan berpikir tingkat lebih tinggi,
mengembangkan
kemandirian dan percaya diri.
Problem Based Instruction adalah suatu pembelajaran yang
menggunakan
segala permasalahan di lingkungan sekitar peserta didik sebagai
sumber
belajar, mempertajam cara berfikir kritis, sekaligus sebagai sarana
peserta
didik untuk memecahkan masalah melalui penyelidikan sehingga
peserta
didik memperoleh pengetahuan berdasarkan pengalaman yang
telah
dilalui.
Menurut Arends (1997:349) dalam Trianto (2014:66-67),
berbagai
pengembang pengajaran berdasarkan masalah telah memberikan
model
pengajaran itu memiliki karakteristik sebagai berikut:
a. Pengajuan pertanyaan atau masalah
Pembelajaran berdasarkan masalah mengorganisasikan pengajaran
di sekitar pertanyaan dan masalah yang keduanya secara sosial
penting
dan secara pribadi bermakna untuk peserta didik.
b. Befokus pada keterkaitan antardisiplin.
Meskipun pembelajaran berdasarkan masalah mungkin berpusat
pada mata pelajaran tertentu (IPA, matematika, ilmu-ilmu
sosial),
masalah yang akan diselidiki telah dipilih benar-benar nyata agar
dalam
pemecahannya, peserta didik meninjau masalah itu dari banyak
mata
pelajaran.
10
melakukan penyelidikan autentik untuk mencari penyelesaian
nyata
terhadap masalah nyata.
Pembelajaran berdasarkan masalah menuntut peserta didik untuk
menghasilkan produk tertentu dalam bentuk karya nyata. Produk
tersebut dapat berupa laporan, model fisik, vidio maupun
program
komputer.
yang bekerja sama satu dengan yang lainnya, paling sering
secara
berpasangan atau dalam kelompok kecil.
c. Tujuan Problem Based Instruction.
Menurut Nur (2011: 6) dalam Afrizon,dkk.(2012:4) Adapun
tujuan
dari hasil belajar yang dicapai dengan model pembelajaran PBI
adalah:
1. Keterampilan berfikir dan pemecahan masalah. PBI
memungkinkan
peserta didik mencapai keterampilan berfikir yang lebih
tinggi.
2. Pemodelan peranan orang dewasa. PBI membantu peserta didik
untuk
berkinerja dalam situasi kehidupan nyata dan belajar pentingnya
orang
dewasa.
didik menjadi pelajar yang otonom dan mandiri melalui bimbingan
guru
11
nyata oleh peserta didik.
tersebut, maka didalam pelaksanaannya model PBI harus memiliki
tiga
landasan yaitu:
Dewey dan Kill Patrick (dalam Nur, 2011: 18)
mengemukakan bahwa: “Pembelajaran di sekolah seharusnya lebih
memiliki manfaat dari pada abstrak dan pembelajaran yang
memiliki
manfaat terbaik dapat dilakukan oleh peserta didik dalam
kelompok–
kelompok kecil untuk menyelesaikan proyek masalah dan pilihan
mereka sendiri”. Pada kelas PBI, peserta didik memecahkan
masalah
yang nyata dengan berpasangan atau berkelompok.
2) Piaget, Vigotsky, dan Konstruktivisme
Menurut pandangan kontruktivis-kognitif, peserta didik dalam
segala
usia secara aktif terlibat dalam proses perolehan informasi
dan
membangun pengetahuan mereka sendiri. Pengetahuan tidak
statis
tetapi terus menerus tumbuh pada saat peserta didik
menghadapi
pengalaman baru yang memaksa mereka membangun dan
memodifikasi pengetahuan awal mereka. Disamping itu, Vigotsky
(dalam Nur, 2011: 19) mengemukakan bahwa: “Perkembangan
intelektual terjadi pada saat individu berhadapan dengan
pengalaman
baru dan menantang, ketika mereka berusaha untuk memecahkan
12
memanfaatkan pengetahuan peserta didik sebelumnya sehingga
peserta didik dapat mengkonstruksi sendiri pengetahuannya.
3) Bruner dan Pembelajaran Penemuan
Menurut Bruner, pembelajaran penemuan menekankan pengalaman–
pengalaman pembelajaran berpusat pada peserta didik menemukan
ide–ide mereka sendiri dan menurunkan makna oleh mereka
sendiri.
Pada kelas PBI peserta didik juga dibimbing untuk
mengkonstruksi
sendiri pengetahuannya, tetapi lebih memusatkan pembelajaran
pada
masalah kehidupan nyata yang bermakna bagi peserta didik. PBI
juga
bergantung pada konsep lain dari Bruner, yaitu scaffolding.
Bruner
(dalam Nur, 2011: 26) menyatakan “Scaffolding sebagai suatu
proses
dimana guru membantu peserta didik untuk menuntaskan suatu
masalah yang melampaui batas tingkat pengetahuannya pada saat
itu”.
Pengajaran berdasarkan masalah tidak dirancang untuk membantu
guru memberikan informasi sebanyak-banyaknya kepada siswa.
Penga-
jaran berdasarkan masalah dikembangkan untuk membantu peserta
didik
mengembangkan kemampuan berpikir, pemecahan masalah, dan
keterampilan intelektual.
Belajar berbagai peran orang dewasa melalui pelibatan mereka
dalam
pengalaman nyata atau simulasi, dan menjadi pembelajar yang otonom
dan
mandiri.
Menurut Trianto (2014:71) Kelebihan pengajaran berdasarkan
masalah sebagai suatu model pembelajaran yaitu:
1. Realistis dengan kehidupan siswa;
2. Konsep sesuai dengan kebutuhan siswa;
3. Memupuk inkuiri siswa;
Menurut Trianto (2014:72) Kekurangan pengajaran berdasarkan
masalah sebagai suatu model pembelajaran yaitu:
1. Persiapan pembelajaran (alat, problem, konsep) yang
kompleks;
2. Sulitnya mencari problem yang relevan;
3. Sering terjadi miss-konsepsi; dan
4. Kosumsi waktu, di mana model ini memerlukan waktu yang
cukup
dalam proses penyelidikan.
Menurut Trianto (2014:72) Problem Based Instruction terdiri
dari
5 langkah atau tahap utama yang dimulai dengan guru
memperkenalkan
14
siswa dengan suatu situasi masalah dan diakhiri dengan penyajian
dan
analisis hasil kerja peserta didik.
Tabel 2.1: Kelima tahap Problem Based Instruction
Tahap Tingkah Laku Guru
pemecahan masalah yang dipilih.
masalah tersebut.
Tahap 3 :
Membimbing penyelidikan
dan menyiapkan karya yang sesuai seperti
laporan, vidio, dan model serta membantu
mereka untuk berbagi tugas dengan
temannya.
gunakan.
15
Menurut Ibrahim dan Nur (2000: 15) dalam Trianto (2014: 73),
di
dalam kelas Problem Based Instruction, peran guru berbeda dengan
kelas
tradisional. Peran guru didalam kelas Problem Based Instruction
antara
lain :
autentik, yaitu masalh kehidupan nyata sehari-hari;
Memfasilitasi/membimbing penyelidkan, misalnya melakukan
pengamatan
atau melakukan eksperimen/percobaan;
Mendukung belajar peserta didik.
Menurut Trianto (2014:73-75), Pelaksanaan model pembelajaran
Problem Based Instruction meliputi dua kegiatan, yaitu tugas
perencanaan
dan tugas interaktif.
tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
2. Merancang situasi masalah yang sesuai
Situasi masalah yang baik harus memenuhi kriteria antara
lain autentik, tidak terdefinisi secara ketat, bermakna bagi
peserta
16
serta bermanfaat.
Pembelajaran berdasarkan masalah memotivasi siswa untuk
bekerja dengan beragam material dan peralatan yang dapat
dilakukan
di dalam kelas, perpustakaan atau laboratorium dan dapat pula
dilakukan di luar sekolah. Oleh karea itu, guru harus
mengumpulkan
dan menyediakan bahan-bahan yang diperlukan untuk
penyelidikan
siswa dalam rangka memecahkan masalah.
Tugas interraktif
menjelaskan model pembelajaran yang akan digunakan.
Selanjutnya,
guru menyajikan situasi masalah dengan prosedur yang jelas
untuk
melibatkan peserta didik dalam identifikasi masalah. Situasi
masalah
harus disampaikan secara tepat dan menarik. Biasanya memberi
kesempatan peserta didik untuk melihat, merasakan dan
menyentuh
sesuatu atau menggunakan kejadian-kejadian di sekitar peserta
didik
sehingga dapat memunculkan ketertarikan, rasa ingin tahu dan
motivasi.
17
memperhatikan tingkat kemampuan, keragaman ras, etnis dan
jenis
kelamin yang didasarkan pada tujuan yang telah ditetapkan.
3. Membimbing penyelidikan individu dan kelompok.
b. Pengumpulan data.
masalah dalam kelompoknya. Guru bertugas mendorong peserta
didik untuk mengumpulkan data dan melaksanakan penyelidikan
sampa mereka benar-benar memahami situasi masalah yang
dihadapi. Tujuan pengumpulan data yaitu agar peserta didik
mengumpulkan cukup informasi untuk membangun ide dan
pengetahuan mereka sendiri.
Peserta didik mengajukan berbagai hipotesis, penjelasan dan
pemecahan dari masalah yang diselidiki. Pada tahap ini guru
mendorong semua ide, menerima sepenuhnya ide tersebut,
melengkapi dan membenarkan konsep-konsep yang salah.
4. Mengembangkan dan penyajian hasil.
Guru meminta salah seorang anggota kelompok untuk
mempresentasikan hasil pemecahan masalah kelompok dilanjutkan
dengan diskusi dan membimbing peserta didik jika mereka
mengalami kesulitan. Kegiatan ini berguna untuk mengetahui
hasil
18
pelajaran.
hasil penyelidikan.
merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan
setiap
jenis dan jenjang pendidikan. Ini berarti bahwa berhasil atau
gagalnya
pencapaian tujuan pendidikan itu amat bergantung pada proses
belajar
yang dialami siswa, baik ketika ia berada di sekolah maupun di
lingkungan
rumah atau keluarganya sendiri.
Syah (2016: 93) Belajar adalah key term (istilah kunci) yang
paling
viral dalam setiap usaha pendidikan, sehingga tanpa belajar
sesungguhnya
tidak pernah ada pendidikan. Sebagai suatu proses, belajar hamper
selalu
mendapat tempat yang luas dalam berbagai disiplin ilmu yang
berkaitan
dengan upaya kependidikan, misalnya psikologi pendidikan.
Karena
demikian pentingnya arti belajar, maka bagian terbesar upaya riset
dan
eksperimen psikologi pendidikan pun diarahkan pada
tercapainya
pemahaman yang lebih luas dan mrendalam mengenai psoses
perubahan
manusia itu.
persaingan yang semakin ketat di antara bangsa-bangsa lainnya yang
lebih
dahulu maju karena belajar. Akibat persaingan tersebut, kenyataan
tragis
juga bias terjadi karena belajar. Contoh, tidak sedikit orang
pintar
menggunakan kepintarannya untuk mengintimidasi bahkan
menghancurkan kehidupan orang lain.
kegiatan pengisian atau pengembangan kemampuan kognitif dengan
fakta
sebanyak-banyaknya. Jadi, belajar dalam hal ini dipandang dari
sudut
banyaknya materi yang dikuasai peserta didik.
Secara institusional, belajar dipandang sebagai proses
“validasi”
atau pengabsahan terhadap penguasaan siswa atas materi-materi yang
telah
ia pelajari. Bukti institusional yang menunjukkan siswa telah
belajar dapat
diketahui seusai proses mengajar. Ukurannya, semakin baik pula
mutu
guru mengajar akan semakin baik pula mutu perolehan siswa
yang
kemudian dinyatakan dalam bentuk skor.
Secara kualitatif, belajar iyalah proses memeroleh arti-arti
dan
pemahaman-pemahaman serta cara-cara menafsirkan dunia
disekeliling
siswa. Belajar dalam pengertian ini difokuskan pada tercapainya
daya pikir
dan tindakan yang berkualitas untuk memecahkan masalah-masalah
yang
kini dan nanti dihadapi peserta didik.
20
dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam
pengetahuan, keterampilan dan sikap. Perubahan itu diperoleh
melalui
usaha ( bukan karena kematangan), menetap dalam waktu yang
relatif
lama dan merupakan hasil pengalaman.
Berbeda dengan menurt Purwanto (2016:47) Belajar dalam arti
luas adalah semua persentuhan pribadi dengan lingkungan yang
menimbulkan perubahan perilaku. Pengajaran adalah usaha yang
memberi
kesempatan agar proses belajar terjadi dalam diri peserta
didik.
Oleh karena belajar dapat terjadi ketika pribadi bersentuhan
dengan
lingkungan maka pembelajaran terhadap siswa tidak hanya dilakukan
di
sekolah, sebab dunia adalah lingkungan belajar yang
memungkinkan
perubahan perilaku.
perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu
aspek
kompotensi kemanusiaan saja. Artinya hasil pembelajaran yang
dikategorisasikan oleh pakar pendidikan sebagaimana tersebut tidak
dilihat
secara fragmentaris atau terpisah melainkan komprehensif.
Pengertian belajar menurut Mohammad Surya (Kosasih, 2014),
Belajar merupakan sebuah proses yang kompleks yang terjadi pada
semua
orang dan berlangsung seumur hidup, sejak masih bayi (bahkan
dalam
21
kandungan) hingga liang lahat. Salah satu pertanda bahwa seseorang
telah
belajar sesuatu adalah adanya perubahan tingkah laku dalam
dirinya.
Perubahan tingkah laku tersebut meyangkut perubahan yang
bersifat
pengetahuan (kognitif) dan keterampilan (psikomotor) maupun
yang
menyangkut nilai dan sikap (afektif).
Belajar menurut Witherington (Kosasih, 2014) adalah proses
usaha
yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah
laku
yang secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu
sendiri
dalam interaksi dengan lingkungannya. Selanjutnya aktifitas
yang
menghasilkan perubahan pada diri individu yang belajar baik
aktual
maupun potensi. Perubahan tersebut sebagai akibat
didapatkannya
kemampuan yang baru yang berlangsung dalam waktu yang relatif
dalam
serta terjadi karena adanya usaha.
Berdasarkan beberapa pendapat diatas maka dapat disimpulkan
bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki oleh peserta
didik
yang ditandai dengan adanya perubahan perilaku bukan hanya
kompotensi
kemanusiaanya saja setelah melakukan kegiatan belajar tetapi baik
aspek
pengetahuan, sikap dan keterampilan mengalami perubahan,
Perubahan
tersebutkarena adanya usaha.
Menurut Purwanto (2016:49-53), Hasil belajar yang berupa
perubahan tingkah laku meliputi bentuk kemampuan yang menurut
Taksonomi Bloom dan kawan-kawannya diklasifikasi dalam 3
22
afektif (affective domain) dan ranah psikomotor (psychomotor
domain). Adapun Taksonomi Bloom atau klasifikasi tersebut
sebagai
berikut:
Kognitif dalam batasan selalu diartikan oleh para pendidik
dengan pengetahuan, dimana dalam obyek pembagiannya
sebenarnya
adalah lebih luas dari apa yang kita anggap selama ini. Segi
kognitif
memiliki 6 tingkatan dengan aspek belajar yang berbeda-beda.
Keenam tingkat tesebut adalah :
mampu mengingat (recall) informasi yang telah diterima
sebelumnya, seperti: fakta, terminologi, rumus, dll.
2. Mengerti (pemahaman)
untuk menjelaskan pengetahuan, informasi yang telah diketahui
dengan kata-kata sendiri.
menggunakan atau menerapkan informasi yang telah dipelajari
ke
dalam situasi yang baru, serta memecahkan berbagai masalah
yang
timbul dalam kehidupan sehari-hari,.
prosedur yang telah dipelajari.
nilai bersama dengan pertanggungjawaban berdasarkan kriteria
tertentu. Evaluasi merupakan level ke lima menurut Anderson,
yang mengharapkan peserta didik mampu membuat penilaian
dan keputusan tentang nilai suatu gagasan, metode, produk
atau
benda dengan criteria tertentu.
mengaitkan dan menyatukan berbagai elemen dan unsur
pengetahuan yang ada sehingga berbentuk pola baru yang lebih
menyeluruh. Sintesis meliputi kemampuan menyusun sesuatu
yang terpecah belah hingga menjadi suatu struktur yang
berarti.
b. Affective Domain (ranah afektif)
Peserta didik mampu melibatkan ekspresi, perasaan atau
pendapat pribadi terhadap hal-hal yang relatif sederhana
tetapi
24
respon yang melibatkan sikap atau nilai yang telah mendalam
di
sanubarinya. Ranah afektif meliputi 5 taraf, meliputi:
1. Penerimaan (receiving)
atau stimulus (kegiatan kelas, musik, buku ajar)
2. Partisipasi (responding )
peserta didik tidak hanya menghadiri suatu kegiatan, tetapi
juga
bereaksi terhadap sesuatu dengan beberapa cara.
3. Penilaian/ penentuan sikap (valuing)
Meliputi kemampuan untuk memberikan penilaian
terhadap sesuatu dan membawa diri sesuai dengan penilaian
itu.
4. Organisasi (organization)
menyelesaikan konflik diantara nilai-nilai, dan mulai
membentuk
suatu sistem nilai yang konsisten.
5. Pembentukan pola hidup (characterization)
Meliputi kemampuan untuk menghayati nilai-nilai
kehidupan sehingga menjadi milik pribadi dan menjadi pegangan
dalam mengatur hidupnya dalam kurun waktu yang lama.
c. Psychomotor Domain (ranah psikomotorik)
25
termasuk klasifikasi gerak disini adalah mulai dari gerak yang
paling
sederhana yaitu gerak melipat kertas sampai dengan merakit
suku
cadang televisi/computer. Ranah psikomotorik meliputi 7
taraf,
meliputi:
perbedaan ciri-ciri fisik y ang khas pada masingmasing
stimulus.
2. Kesiapan (set)
serangkaian gerakan.
Kemampuan untuk melakukan suatu rangkaian gerak-gerik
sesuai dengan contoh yang diberikan, seperti meniru dalam
gerakan
tarian.
dengan lancer tanpa memperhatikan lagi contoh yang diberikan.
5. Gerakan yang kompleks (complex respons)
Kemampuan untuk melaksanakan suatu keterampilan yang
terdiri atas beberapa komponen, dengan lancar, tepat dan
efisien.
26
Kemampuan untuk membuat perubahan dan menyesuaikan
pola gerak-gerik dengan kondisi setempat atau dengan
persyaratan
khusus yang berlaku.
7. Kreativitas (creativity)
seluruhnya atas dasar inisiatif sendiri. Perubahan salah satu
atau
ketiga domain yang disebabkan oleh proses belajar dinamakan
hasil
belajar. Hasil belajar dapat dilihat dari ada tidaknya
perubahan
ketiga domain tersebut yang dialami peserta didik setelah
menjalani proses belajar.
Secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar
dibedakan atas dua kategori, yaitu faktor internal dan faktor
eksternal. Kedua faktor tersebut saling mempengaruhi dalam
proses
belajar individu sehingga menentukan kualitas hasil belajar.
Adapun
faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut:
a. Faktor internal
individu dan dapat mempengaruhi hasil belajar individu.
Faktor
internal meliputi:
dengan kondisi fisik individu. Kondisi fisiologis umumnya
sangat
berpengaruh terhadap kemampuan belajar seseorang. Anak-anak
yang kurang gizi, kemampuan belajarnya di bawah anak-anak
yang
tidak kekurangan gizi, mereka cepat lelah, mudah mengantuk
dan
tidak mudah menerima pelajaran.
a. Inteligensi
global atau rangkuman kecakapan untuk dapat bertindak secara
terarah, berpikir secara baik, dan bergaul dengan lingkungan
secara efisien.
b. Perhatian
dipertinggi, jiwa itu pun semata-matatertuju kepada suatu
objek
(benda/hal) atau sekumpulan objek.
memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan.
d. Bakat
besar pengaruhnya terhadap proses dan hasil belajar
seseorang.
Secara umum bakat (aptitude) didefinisikan sebagai
kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai
keberhasilan pada masa yang akan datang.
b. Faktor eksternal
pribadi manusia atau berasal dari orang lain atau
lingkungannya.
Dalam hal ini Muhibbin Syah menjelaskan bahwa faktor-faktor
eksternal yang empengaruhi hasil belajar dapat digolongkan
menjadi dua golongan, yaitu:
lingkungan sosial keluarga. Lingkungan sosial yang lebih baik
banyak mempengaruhi kegiatan belajar adalah lingkungan sosial
keluarga.
adalah:
29
suasana yang sejuk dan tenang.
b. Faktor instrumental, yaitu perangkat belajar yang dapat
digolongkan menjadi dua macam. Pertama, hardware, seperti
gedung sekolah, alat-alat belajar, fasilitas belajar dan lain
sebagainya. Kedua, software, seperti kurikulum sekolah,
peraturan-peraturan sekolah, buku panduan, silabi dan lain
sebagainya.
Faktor ini hendaknya disesuaikan dengan usia perkembangan
peserta didik, begitu juga metode mengajar guru, disesuaikan
dengan kondisi perkembangan peserta didik.
30
Limbung mengalami peningkatan
Pemberian model pembelajaran
Problem Based Instruction
SMA Muhammadiyah Limbung
1. Jenis penelitian
melibatkan satu kelompok subjek, sehingga tidak ada control yang
ketat
terhadap variabel.
Posttest Design.Pada desain ini sebelum diberi perlakuan, maka
terlebih
dahulu sampel diberikan tes awal (pretest) dan di akhir
pembelajaran
sampel di beri tes akhir (posttest). Penggunaan desain ini sesuai
dengan
tujuan pada penelitian yaitu untuk mengetahui peningkatan hasil
belajar
fisika peserta didik setelah diterapkan pemberian model Problem
Based
Instruction dalam pembelajaran fisika. Berikut adalah desain
penelitian
One-Group Pretest-Posttest Design :
O1 X O2
perlakuan dengan model Problem Based Istruction.
= Perlakuan (treatment) dengan menerapkan model Problem Based
Istruction.
perlakuan dengan model Problem Based Istruction.
Sugiyono (2016:110-111)
1. Variabel bebas yaitu pemberian model Problem Based Instruction
dalam
pembelajaran fisika.
C. Populasi dan Sampel
Pada penelitian ini, populasi target adalah seluruh siswa di
suatu
SMA Muhammadiyah Limbung, sedangkan populasi terjangkau
adalah
siswa kelas X IPAMIA2 di suatu SMA Muhammadiyah Limbung.
Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas X IPAMIA2 SMA
Muhammadiyah Limbung dengan jumlah 34 orang peserta didik yang
terdiri
dari peserta didik laki-laki dan peserta didik perempuan. Teknik
penarikan
sampel yang dilakukan adalah purposive sampling dimana teknik
pengambilan sampelnya secara sengaja di kelas X IPAMIA2 SMA
Muhammadiyah Limbung.
penelitian ini memberi batasan definisi operasional sebagai
berikut:
Model Problem Based Instruction
pengajaran berdasarkan masalah dimana guru memperkenalkan
peserta
didik dengan suatu masalah nyata yaitu memberikan praktikum yang
harus
diselesaikan melalui penyelidikan dan membuat hasil karya.
33
Hasil belajar dalam penelitian ini adalah skor hasil belajar
yang
diperoleh melalui tes belajar peserta didik. Kemampuan tersebut
meliputi
ingatan, pemahaman, penerapan, dan analisis yang diukur
dengan
menggunakan tes hasil belajar fisika sesuai dengan RPP.
E. Instrumen Penelitian
berupa tes hasil belajar fisika.
Tes hasil belajar fisika dibuat oleh peneliti dalam bentuk pilihan
ganda
dengan lima alternatif pilihan jawaban, dimana salah satu dari
keempat pilihan
jawaban tersebut merupakan kunci jawaban, sedangkan pilihan jawaban
yang
lain merupakan jawaban yang salah atau pengecoh yang terdiri dari
27 item
soal dalam aspek kognitif dengan indikator meliputi C1, C2, C3,C4
yang
selanjutnya diujicobakan untuk melihat validitas dan
reliabilitasnya.
Pemberian skor pada ujicoba instrumen adalah skor satu untuk tiap
jawaban
yang benar dan nol untuk jawaban yang salah.
a. Validitas
kesahihan suatu instrumen. Dalam penelitian ini yang diuji
validitaskan
adalah validitas isi yaitu apakah instrumen penelitian yang dibuat
dapat
mewakili atau mencakup aspek aspek yang ingin diteliti. Instrumen
yang
digunakan dalam penelitian ini adalah tes hasil belajar fisika
yang
34
dibuat berjumlah 45 butir soal dalam bentuk pilihan ganda
kemudian
divalidasi oleh 2 validator, soal yang dinyatakan memenuhi
aspek-aspek
penelitian berjumlah 45 butir soal. Kemudian diujicobakan di Kelas
XIMIA2
SMA Muhammadiyah Limbung pada 2 oktober 2017 dengan jumlah
responden 35 peserta didik. Pemberian skor pada instrumen tes
adalah
skor 1 untuk tiap jawaban benar dan 0 untuk jawaban yang salah.
Dari
hasil uji coba tersebut akan dianalisis dan diambil butir soal yang
terbukti
valid untuk digunakan dalam penelitian.
Uji validasi dalam penelitian ini dilakukan dengan bantuan
program Microsoft Excel. Untuk menganalisis validitas soal,
peneliti
menggunakan persamaan korelasi biserial dengan menggunakan r
tabel
one tailed (satu arah). Dari 45 butir soal yang diuji coba,
diperoleh 27
butir soal valid yang akan digunakan sebagai soal pretest dan
posttest
disaat penelitian. Penetuan butir soal instrumen tes yang digunakan
dalam
penelitian didasarkan pada hasil uji validitas. Butir soal yang
digunakan
untuk penelitian adalah butir soal yang terbukti valid.
Analisis untuk mengetahui validitas dengan menggunakan
korelasi
biserial.
35
q
p
S
MM
t
tp
pbi
pbi = Koefisien korelasi biseral
Mp = Rerata skor dari subyek yang menjawab betul bagi item yang
dicari
validitasnya.
q = Proporsi siswa yang menjawab salah (q = 1 - p)
Valid tidaknya item ke-i ditunjukkan dengan membandingkan nilai pbi
(i)
dengan nilai rtabel pada taraf signifikan = 0,05 dengan kriteria
sebagai berikut:
Jika: Nilai pbi (i) ≥ rtabel, item dinyatakan valid Nilai
pbi (i) <rtabel, item
Reabilitas adalah ketetapan atau ketelitian suatu alat ukur. Alat
ukur
dikatakan reliabel apabila dapat dipercaya, konsisten atau stabil
untuk
digunakan sebagai alat pengumpul data.
Perhitungan reliabilitas tes yang akan digunakan untuk menguji
hasil
belajar dengan menggunakan rumus Kuder Richardson – 20 (KR-20)
karena
36
data yang digunakan dari pemberian skor 1 dan 0. Adapun rumus
yang
dignakan adalah sebagai berikut:
p = Proporsi subyek yang menjawab item benar
q = Proporsi subyek yang menjawab item salah (q = 1 - p)
pq = Jumlahhasilperkalian antara p dan q
n = Banyaknyaitem
Pada pengumpulan data dilakukan pada saat sebelum dan setelah
dilakukan proses pembelajaran berupa instrument yang telah
divalidasi untuk
mengukur hasil belaja siswa fisika peserta didik kelas X IPAMIA2
SMA
Muhammadiyah Limbung.
Data yang terkumpul pada penelitian ini, diolah atau dianalisis
dengan
menggunakan analisis deskriptif dan analisis statistik
inferensial.
1. Analisis Deskriptif
berupa skor rata-rata dan standar deviasi.
a. Menentukan skor rata-rata peserta didik dengan menggunakan
rumus:
37
M =
N = jumlah responden
(Sugiyono, 2015:58)
dengan:
SI = Skor ideal
Interval Nilai Kategori
menunjukkan peningkatan hasil belajar peserta didik setelah
pembelajaran dilakukan oleh guru.
didik, diuji dengan menggunakan rumus Normalized Gain:
g =
model pembelajaran berbasis masalah berbantuan media visual,
skor
pretest adalah nilai rata-rata hasil belajar peserta didik
sebelum
pembelajaran berbasis masalah berbantuan media visual dan
skor
maksimal adalah nilai skor maksimal ideal.
Tinggi rendahnya gain yang dinormalisasi (N-gain) dapat
diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Jika g ≥ 0,7, maka N-gain yang dihasilkan termasuk kategori
tinggi;
2. Jika 0,7 ≥ g ≥ 0,3, maka N-gain yang dihasilkan termasuk
kategori
sedang, dan
3. Jika g < 0,3, maka N-gain yang dihasilkan termasuk kategori
rendah.
Hake (http://list.asu.edu, 2014)
Pada bab ini akan dibahas hasil penelitian serta pembahasannya
tentang
peerapan model pembelajaran Problem Based Instruction pada
pembelajaran
fisika terhadap hasil belajar Fisika peserta didik. Data dan
informasi yang diolah
merupakan tes hasil belajar Fisika yang diperoleh dari kelas
penelitian dengan
pemberian pretest yang berupa tes tertulis yang berbentuk pilihan
ganda sebanyak
27 soal dan pemberian posttest juga berupa tes tertulis yang
berbentuk pilihan
ganda sebanyak 27 soal.
Fisika Peserta Didik Kelas XMIA2 SMA Muhammadiyah Limbung
Tahun
Ajaran 2017/2018 dapat dilihat pada Tabel 4.1:
Tabel 4.1 Analisis Deskriptif Skor Peserta Didik kelas XMIA2
SMA
Muhammadiyah Limbung Tahun Ajaran 2017/2018 pada
Saat Pretest Dan Postest.
Skor ideal 27 27
Skor tertinggi 13 25
Skor terendah 3 14
Skor rata-rata 7,03 20,50
Stándar deviasi 2,7 2,9
kelas XMIA2 SMA Muhammadiyah Limbung tahun Ajaran 2017/2018
terhadap materi Kinematika tentang gerak adalah sebesar 6,62 dari
skor
ideal. Skor tertinggi yang diperoleh peserta didik adalah 13 dari
skor ideal
yaitu 27 dan skor terendah adalah 3 dari skor 0 yang mungkin
dicapai.
Standar deviasi yang diperoleh adalah 2,42 dan variansinya adalah
7,2.
Sedangkan skor posttest menunjukkan bahwa skor rata-rata
peserta
didik kelas XMIA2 SMA Muhammadiyah Limbung Tahun Ajaran
2017/2018 terhadap materi kinematika tentang gerak adalah sebesar
20,26
dari skor ideal. Skor tertinggi yang diperoleh peserta didik adalah
24 dari
skor ideal 27 dan skor terendah adalah 14 dari skor 0 yang
mungkin
dicapai. Standar deviasi yang diperoleh adalah 2,73 dan variansinya
adalah
7,6.
34 peserta didik, dapat dilihat pada Tabel 4.2:
Tabel 4.2 Kategori Skor Hasil Belajar Fisika peserta didik kelas
XMIA2
SMA Muhammadiyah Limbung Tahun Ajaran 2017/2018 pada
Saat Pretest Dan Posttest.
24 – 29 85 – 100 0 0 6 18 Sangat Tinggi
18 – 23 65 – 84 0 0 22 64 Tinggi
12 – 17 55 – 64 0 0 6 18 Cukup
6 – 11 35 – 54 4 11 0 0 Rendah
0 – 5 0 – 34 30 88 0 0 Sangat Rendah
(Data primer terolah)
didik kelas XMIA2 Muhammadiyah Limbung Tahun Ajaran 2017/2018
pada saat pretest yang mendapat kategori sangat rendah terdapat
30
peserta didik, kategori rendah terdapat 4 peserta didik, kategori
sedang
terdapat 0 peserta didik, kategori tinggi terdapat 0 peserta didik
dan
kategori sangat tinggi terdapat 0 peserta didik. Sedangkan
Pesentase skor
hasil belajar Fisika peserta didik kelas XMIA2 SMA
Muhammadiyah
Limbung Tahun Ajaran 2017/2018 pada saat pretestt yang
mendapat
kategori sangat rendah terdapat 11 % , kategori rendah terdapat 88
%,
kategori sedang terdapat 0 %, kategori tinggi terdapat 0 % dan
kategori
sangat tinggi terdapat 0 %.
didik kelas XMIA2 Muhammadiyah Limbung Tahun Ajaran 2017/2018
pada saat posttest yang mendapat kategori sangat rendah terdapat 0
peserta
didik, kategori rendah terdapat 0 peserta didik, kategori cukup
terdapat 6
peserta didik, kategori tinggi terdapat 22 peserta didik dan
kategori sangat
tinggi terdapat 6 peserta didik. Sedangkan persentase skor hasil
belajar
Fisika peserta didik kelas XMIA2 SMA Muhammadiyah Limbung
Tahun
Ajaran 2017/2018 pada saat posttest yang mendapat kategori
sangat
rendah terdapat 0 %, kategori rendah terdapat 0 %, kategori
cukup
terdapat 18 %, kategori tinggi terdapat 20 % dan kategori sangat
tinggi
terdapat 18 %
Gambar 4.1 Diagram Kategori Skor Hasil Belajar Fisika Peserta
Didik
kelas XMIA2 SMA Muhammadiyah Limbung Tahun Ajaran
2017/2018 Pada Saat Pretest Dan Posttest untuk 34 peserta
didik.
Dari grafik diatas terlihat jelas bahwa terdapat perbedaan skor
hasil
belajar Fisika peserta didik kelas XMIA2 SMA Muhammadiyah
Limbung
pada saat pretest dan posttest.
Tabel 4.3 Rekapitulasi Hasil Belajar Fisika Peserta Didik Kelas
XMIA2
SMA Muhammadiyah Limbung Tahun Ajaran 2017/2018.
Skor Rata-Rata Pre Test Skor Rata-Rata Pos Test
7,03 20,50
pretest
posttes
43
Didik Kelas XMIA2 SMA Muhammadiyah Limbung Tahun
Ajaran 2017/2018 pada Saat Pretest dan Posttest untuk 34
Peserta Didik.
diperoleh peserta didik pada saat pretest dengan skor rata-rata
yang
diperoleh peserta didik pada saat posttest, yaitu 7,03 pada saat
pretest dan
20,50 pada saat posttest. Itu artinya bahwa terdapat peningkatan
hasil
belajar peserta didik kelas XMIA2 SMA Muhammadiyah Limbung
Tahun
Ajaran 2017/2018 sebelum diajar menggunakan model
pembelajaran
Problem Based Instruction dan setelah diajar menggunakan
model
pembelajaran Problem Based Instruction.
Untuk menentukan ada tidaknya kontribusi penerapan model
pembelajaran Problem Based Instruction pada pembelajaran
fisika
terhadap peningkatan hasil belajar Fisika peserta didik.
Peningkatan hasil
0
5
10
15
20
25
Hasil analsis tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Distribusi frekuensi dan persentase hasil belajar berdasarkan
hasil
analisis di atas dapat dilihat pada Tabel 4.4:
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi dan Persentase Hasil Belajar Fisika
Peserta
Didik Kelas XMIA2 SMA Muhammadiyah Limbung Tahun
Ajaran 2017/2018 Berdasarkan Rentang N-Gain.
Rentang Kategori Frekuensi Persentase % Rata-rata N-Gain
g ≥ 0,7 Tinggi 3 8,82
0,67 0,3 < g ≤ 0,7 Sedang 25 73,53
g < 0,3 Rendah 6 17,65
Jumlah 34 100
(Data primer terolah)
Tabel 4.4 menunjukkan bahwa 3 peserta didik memenuhi kriteria
tinggi, 25 peserta didik memenuhi kriteria sedang, dan 6 orang
yang
memenuhi kriteria rendah. Terlihat juga bahwa peserta didik kelas
XMIA2
SMA Muhammadiyah Limbung Tahun Ajaran 2017/2018 memiliki skor
rata-rata gain ternormalisasi sebesar 0,67 yang termasuk dalam
kategori
sedang.
Tabel 4.5 Kategori Ketuntasan Hasil Belajar Fisika Peserta Didik
Kelas
XMIA2 dimana KKM di SMA Muhammadiyah Limbung Tahun
Ajaran 2017/2018 adalah 75,0.
XMIA2 SMA Muhammadiyah Limbung Tahun Ajaran 2017/2018 setelah
melakukan posttes yaitu 14 peserta didik tidak memenuhi dalam
kategori
tuntas, dan 20 peserta didik yang memenuhi dalam kategori tuntas
dimana
KKM di SMA Muhammadiyah Limbung Tahun Ajaran 2017/2018 adalah
75,0.
Pada penelitian ini terlebih dahulu dilakukan tes awal (pre-test)
untuk
mengetahui kemampuan peserta didik sebelum diberikan perlakuan
(model
Pembelajaran Problem Based Instruction) dalam proses belajar
mengajar.
Setelah dilakukan pembelajaran dengan menggunakan model
Pembelajaran
Problem Based Instruction maka dilakukanlah posttest. Adapun sampel
dalam
penelitian adalah peserta didik kelas XMIA2 SMA Muhammadiyah
Limbung
dengan jumlah peserta didik sebanyak 34 orang.
Tes yang digunakan pada penelitian berupa instrumen tes.
Namun,
sebelum tes digunakan untuk pengambilan data, terlebih dahulu
melakukan
uji coba instrumen tes. Hasil uji coba tersebut dianalisis validasi
dan reabilitas
dengan bantuan microsoft ecxel. Dari hasil analisis diperoleh 27
item soal
valid dan reliable dari jumlah keseluruhan sebanyak 45 item
soal.
Penelitian ini dilaksanakan pada tiga tahap. Dimana pada tahap
awal,
penelitian memberikan tes awal (pretes) berupa soal pilihan
berganda untuk
mengetahui sejauhmana pengetahuan hasil belajar fisika peserta
didik
46
terhadap materi yang akan diajarkan. Setelah tes diperoleh, hasil
belajar
peserta didik di analisis secara deskriptif dan uji N-Gain.
Berdasarkan analisis
tentang hasil belajar fisika peserta didik kelas XMIA2 SMA
Muhammadiyah
Limbung menunjukkan bahwa kemampuan masing-masing peserta
didik
masih sangat rendah. Kemudian dalam proses pembelajaran
diberikan
treatment (perlakuan) berupa penerapan model pembelajaran Problem
Based
Instruction. Setelah treatment, peserta didik diberikan soal
(posttess) berupa
tes pilihan berganda. Dimana, soal pretest dan posttes itu sama
tetapi pada
soal posttess yang diberikan peserta didik telah diacak terlebih
dahulu.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka
didapatkan
data hasil belajar Fisika peserta didik pada Pretest dan Posttest
kemudian
dianalisis menggunakan analisis deskriptif dan analisis uji N-gain.
Data yang
diperoleh dari analisis deskriptif pada skor rata-rata Posttest
lebih besar dari
pada skor rata-rata Pretest. Berdasarkan uji N-gain, rata-rata
N-Gain yang
diperoleh dari hasil belajar fisika peserta didik kelas XMIA2
SMA
Muhammadiyah Limbung berada pada kategori tinggi. Hasil
penelitian
menunjukkan bahwa dengan menerapkan penggunaan model Problem
Based
Instruction dalam kegiatan belajar mengajar memiliki dampak positif
dalam
peningkatkan hasil belajar peserta didik.
Selama pengambilan data di SMA Muhammadiyah Limbung ada
beberapa kendala yaitu : kurangnya waktu yang efisien pada proses
belajar
mengajar karena berhubung jadwal untuk mata pelajaran fisika
dikelas XMIA2
SMA Muhammadiyah Limbung berada di jam terakhir sehingga siswa
sudah
47
kurang fokus terhadap pembelajaran. Jadi, apa yang ingin dicapai
dalam
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran tidak terlaksana dengan baik,
materi yang
seharusnya hanya satu pertemuan berubah menjadi dua pertemuan
dan
membutuhkan waktu yang banyak dalam menyelesaikan satu
materi.
Berdasarkan kendala yang peneliti temukan, maka cara mengatasi hal
tersebut
dengan lebih meningkatkan kedisiplinan jam pelajaran.
Dalam pengambilan data, variabel yang ingin peneliti teliti yaitu
hasil
belajar fisika peserta didik tetapi selama proses pengambilan data
ada
variable lain yang peneliti temukan yaitu peserta didik terampil
dalam
melakukan kegiatan dan keaktifan peserta didik dalam proses
belajar
mengajar.
48
bahwa:
1. Hasil belajar fisika peserta didik sebelum diajar menggunakan
model
Problem Based Instruction pada pembelajaran fisika peserta didik
kelas
XMIA2 SMA Muhammadiyah Limbung dalam kategori rendah.
2. Hasil belajar fisika peserta didik setelah diajar menggunakan
model
Problem Based Instruction pada pembelajaran fisika peserta didik
kelas
XMIA2 SMA Muhammadiyah Limbung dalam kategori tinggi.
3. Terdapat peningkatan hasil belajar fisika peserta didik kelas
XMIA2 SMA
Muhammadiyah Limbung setelah diajar dengan menggunakan model
pembelajaran Problem Based Instruction penilaiannya berada
pada
kategori Tinggi dengan demikian pendekatan ini dapat meningkatkan
hasil
belajar peserta didik.
hendaknya melakukan pembelajaran yang dapat membangkitkan
semangat
belajar peserta didik.
2. Karena adanya peningkatan hasil belajar yang signifikan dari
penggunaan
pengajaran ini maka disarankan kepada guru fisika hendaknya
dapat
48
49
yang menjadi acuan dalam pelaksanaan proses pembelajaran yang
lebih
baik untuk yang akan datang.
3. Diharapkan kepada para peneliti selanjutnya dibidang pendidikan
apabila
ingin melakukan penelitian dengan judul yang sama agar penelitian
lebih
disempurnakan lagi dengan peserta didik yang berbeda.
4. Diharapkan kelengkapan sarana dan prasarana terpenuhi agar
terlaksananya proses pembelajaran dengan baik terkhusus pada
pembelajaran IPA.
Aksara.
(Inovatif). Bandung: CV Yrama Widya.
Depdikbud. 2009. Evaluasi Dan Penilaian Proyek Perangkat Mutu Guru.
Jakatra:
Dirjen dikdasmen.
(http://125.160.17.21/speedyorari/view.php?file=pendidikan/pelajaranseko
Hake,Richard. 2014. Analyzing Change Gain Scores. (Online),
(http://list.asu.edu,
diakses 13 Juli 2017)
Kosasih. 2014. Strategi Belajar dan Pembelajaran. Bandung: CV Yrama
Widya.
Nur, Muhammad. 2011. Model pembelajaran berbasis masalah.
Suirabaya:
UNESA
Renol Afrizon, dkk. (2012). Peningkatan Perilaku Berkarakter Dan
Keterampilan
Berpikir Kritis Siswa Kelas Ix Mtsn Model Padang Pada Mata
Pelajaran
Ipa-Fisika Menggunakan Model Problem Based Instruction Renol
Afrizon,
1(22),116.Retrievedfromhttp://ejournal.unp.ac.id/index.php/jppf/articlevi5
9
PT Mediyatama Sarana Perkasa.
Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Suprijono, Agus. 2014. Cooperatif Learning Teori & Aplikasi
Paikem. Surabaya:
Pustaka Pelajar.
Trianto. 2014. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif, Progresif,
Dan
Kontekstual. Jakarta: Prenadamedia Group.
MATA PELAJARAN : FISIKA
MATERI POKOK : GERAK
A. Kompetensi Inti
peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun,
responsif dan
pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas
berbagai
permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan
sosial
dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa
dalam
pergaulan dunia.
konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin
tahunya
tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora
dengan
wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban
terkait
penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan
prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat
dan
minatnya untuk memecahkan masalah.
4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah
abstrak
terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah
secara
mandiri, bertindak secara efektif dan kreatif, serta mampu
menggunakan
metoda sesuai kaidah keilmuan
B. Kompetensi Dasar
1.1 Menyadari kebesaran Tuhan yang menciptakan dan yang mengatur
alam jagad
raya melalui pengamatan fenomena alam fisis dan pengukurnnya
53
wujud imlementasi sikap dalam melakukan percobaan, melaporkan,
dan
berdiskusi
3.3 Menganalisis besaran-besaran fisis pada gerak lurus dengan
kecepatan konstan dan
gerak lurus dengan percepatan konstan
Indikator:
2. Menjelaskan perbedaan jarak dan perpindahan
4.3 Menyajikan data dan grafik hasil percobaan untuk menyelidiki
sifat gerak benda yang
bergerak lurus dengan kecepatan konstan dan gerak lurus dengan
percepatan konstan.
Indikator :
1. Melakukan percobaan sederhana tentang hubungan antara jarak
tempuh dengan
waktu tempuh
waktu
4. Mampu menggambarkan grafik posisi (perpindahan) terhadap
waktu
C. Materi Pembelajaran
Fakta
1. Sebuah mobil di jalan tol bergerak dengan kecepatan tetap karena
tidak
ada hambatan.
2. Sebuah mobil yang tidak menyadari didepannya ada kucing
berlari
mendekat akan m
Konsep
2. Dilakukan percobaan sederhana
54
E. Media, Alat, dan Sumber Belajar Media : Power point dan
LKPD
Alat :Spidol, Meja, Penggaris
Sumber belajar: Aip Saripuddin, Dkk. 2009.. Fisika Untuk SMA Kelas
X
Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional
(seperti pada Gambar 2).
jawaban
siswa:
Fenomena
A:
1 1. Menjelaskan pengertian gerak
2. Menjelaskan perbedaan jarak,
1. Jelaskan pengertian gerak.
perpindahan !
acuan. Titik acuan sendiri
didefinisikan sebagai titik awal
kecepatan.
dalam selang waktu
tertentu. Perpindahan adalah
perubahan kedudukan suatu
s = 800 m
tempuh benda tiap waktu.
1 Kehadiran peserta didik
2 Keseriusan dalam belajar
3 Kerjasama dalam kelompok
1 Kehadiran peserta didik Hadir tepat waktu 3
Hadir telat 2
Tidak hadir 1
2 Keseriusan dalam
dibicarakan guru
yang dibicarakan guru
kelompok dan menyelesaikan
permasalahan pada LKPD
diskusi kelompok dan menyelesaikan
70
pengamatannya
3
5 Ketepatan
mengumpulkan tugas
tugas
3
6 Aktif berpendapat Peserta didik aktif mengemukakan
pendapatnya
3
pendapatnya
2
7 Tanggung Jawab Peserta didik mengumpulkan LKPD tepat
waktu dan mengisi LKPD dengan lengkap
3
tepat waktu dan mengisi LKPD dengan
lengkap
2
71
71
MATA PELAJARAN : FISIKA
MATERI POKOK : GERAK
A. Kompetensi Inti
peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun,
responsif dan
pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas
berbagai
permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan
sosial
dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa
dalam
pergaulan dunia.
konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin
tahunya
tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora
dengan
wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban
terkait
penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan
prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat
dan
minatnya untuk memecahkan masalah.
4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah
abstrak
terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah
secara
mandiri, bertindak secara efektif dan kreatif, serta mampu
menggunakan
metoda sesuai kaidah keilmuan
1.2 Menyadari kebesaran Tuhan yang menciptakan dan yang mengatur
alam
jagad raya melalui pengamatan fenomena alam fisis dan
pengukurnnya
72
sebagai wujud imlementasi sikap dalam melakukan percobaan,
melaporkan, dan berdiskusi
3.3 Menganalisis besaran-besaran fisis pada gerak lurus dengan
kecepatan konstan
dan gerak lurus dengan percepatan konstan
Indikator:
2. Menghitung kelajuan rata-rata
3. Menghitung kecepatan rata-rata
5. Menghitung besar percepatan rata-rata
6. Menghitung besar percepatan sesaat.
4.3 Menyajikan data dan grafik hasil percobaan untuk menyelidiki
sifat gerak
benda yang bergerak lurus dengan kecepatan konstan dan gerak lurus
dengan
percepatan konstan.
Fakta
1. Sebuah mobil di jalan tol bergerak dengan kecepatan tetap
karena
tidak ada hambatan.
2. Sebuah mobil yang tidak menyadari didepannya ada kucing
berlari
mendekat akan mengerem hingga mobil berhenti
Konsep
2. Dilakukan percobaan sederhana
E. Media, Alat, dan Sumber Belajar
Media : Power point dan LKPD
Alat :Spidol, Meja, Penggaris
Kelas X Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional
74
Alokasi
waktu
Memberikan Apersepsi dan motivasi
Guru memberikan apersepsi (menanyakan
dan motivasi kepada siswa berupa demonstrasi
kemudian memberikan pertanyaan kontekstual
Mengamati
Fenomena :
sentral dengan menggunakan mobil.
naik turun. Wati menanyakan kepada ayahnya
apakah sebenarnya yang ditunjukkan oleh
speedometer tersebut, apakah kelajuan ataukah
kecepatan mobilnya?
sejauh mana pengetahuan awal siswa terhadap
materi yang akan diajarkan)
pembelajaran.
Siswa memberikan
pertanyaan terkait
kelompok
didiskusikan dengan anggota kelompoknya
Guru memberikan petunjuk untukmengerjakan
LKPD secara berkelompok.
pada saat diskusi serta mengevaluasi kegiatan
siswa.
penilaian untuk kegiatan yang telah dilakukan
siswa).
telah didiskusikan siswa
kedepannya bisa lebih baik lagi dari
sebelumnya.
untuk bertanya
dipelajari pada pertemuan selanjutnya.
Siswa mengerjakan kuis
No Indikator Soal Kunci jawaban Skor
1 1. Menghitung kelajuan
sekon. Kelajuan rata-rata
dan kecepatan rata-rata
dalam s, tentukan:
1.
Kelajuan rata-rata =
kecepatan suatu objek bergerak dalam selang
80
s dan t = 2 s!
waktu tertentu, sedangkan Percepatan sesaat
adalah percepatan suatu benda yang bergerak
dalam waktu tertentu.
t = 0s → v0 = (3 + (4)(0))i + 3(0) 2 j = 3i
t = 2s → v = v2 = (3 + (4)(2))i + 3(2) 2 j = 11 i +
12
81
1 Kehadiran peserta didik
2 Keseriusan dalam belajar
3 Kerjasama dalam kelompok
1 Kehadiran peserta didik Hadir tepat waktu 3
Hadir telat 2
Tidak hadir 1
2 Keseriusan dalam
dibicarakan guru
yang dibicarakan guru
kelompok dan menyelesaikan
permasalahan pada LKPD
diskusi kelompok dan menyelesaikan
diskusi kelompok dan menyelesaikan
pengamatannya
3
5 Ketepatan
mengumpulkan tugas
tugas
3
6 Aktif berpendapat Peserta didik aktif mengemukakan
pendapatnya
3
pendapatnya
2
7 Tanggung Jawab Peserta didik mengumpulkan LKPD tepat
waktu dan mengisi LKPD dengan lengkap
3
tepat waktu dan mengisi LKPD dengan
lengkap
2
83
84
MATA PELAJARAN : FISIKA
MATERI POKOK : GERAK
A. Kompetensi Inti
peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun,
responsif dan
pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas
berbagai
permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan
sosial
dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa
dalam
pergaulan dunia.
konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin
tahunya
tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora
dengan
wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban
terkait
penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan
prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat
dan
minatnya untuk memecahkan masalah.
4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah
abstrak
terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah
secara
mandiri, bertindak secara efektif dan kreatif, serta mampu
menggunakan
metoda sesuai kaidah keilmuan
1.3 Menyadari kebesaran Tuhan yang menciptakan dan yang mengatur
alam
jagad raya melalui pengamatan fenomena alam fisis dan
pengukurnnya
85
sebagai wujud imlementasi sikap dalam melakukan percobaan,
melaporkan, dan berdiskusi
3.3 Menganalisis besaran-besaran fisis pada gerak lurus dengan
kecepatan konstan
dan gerak lurus dengan percepatan konstan
Indikator:
2. Menghitung dengan menggunakan rumus gerak lurus beraturan
3. Menentukan berbagai persoalan yang berkaitan dengan gerak
lurus
beraturan.
4.3 Menyajikan data dan grafik hasil percobaan untuk menyelidiki
sifat gerak
benda yang bergerak lurus dengan kecepatan konstan dan gerak lurus
dengan
percepatan konstan.
2. Menyajikan grafik gerak lurus beraturan.
3. Menyimulkan pengertian gerak lurus beraturan berdasarkan
hasil
percobaan.
Fakta
1. Sebuah mobil di jalan tol bergerak dengan kecepatan tetap
karena
tidak ada hambatan.
2. Sebuah mobil yang tidak menyadari didepannya ada kucing
berlari
mendekat akan mengerem hingga mobil berhenti
Konsep
Prosedur
D. Metode Pembelajaran
86
Media : Power point dan LKPD
Alat :Spidol, Meja, Penggaris
Kelas X Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional
87
Alokasi
waktu
Memberikan Apersepsi dan motivasi
Guru memberikan gambaran tentang
memberikan gambaran tentang
aplikasinyadalam kehidupan sehari-hari.
pembelajaran.
kelompok
untuk didiskusikan dengan anggota
mengevaluasi kegiatan siswa.
siswa).
telah didiskusikan siswa
mempresentasikan hasil diskusi
sebelumnya.
diberikan oleh guru dan
mengetahui sejauh mana pengetahuan
diberikan.
Siswa mengerjakan kuis
salam penutup
1 6. Menjelaskan pengertian Gerak
Lurus Beraturan
lintasan lurus dan
datar
10 s
1 Kehadiran peserta didik
2 Keseriusan dalam belajar
3 Kerjasama dalam kelompok
1 Kehadiran peserta didik Hadir tepat waktu 3
Hadir telat 2
Tidak hadir 1
2 Keseriusan dalam
dibicarakan guru
yang dibicarakan guru
kelompok dan menyelesaikan
permasalahan pada LKPD
diskusi kelompok dan menyelesaikan
diskusi kelompok dan menyelesaikan
pengamatannya
3
5 Ketepatan
mengumpulkan tugas
tugas
3
6 Aktif berpendapat Peserta didik aktif mengemukakan
pendapatnya
3
pendapatnya
2
7 Tanggung Jawab Peserta didik mengumpulkan LKPD tepat
waktu dan mengisi LKPD dengan lengkap
3
tepat waktu dan mengisi LKPD dengan
lengkap
2
96
97
MATA PELAJARAN : FISIKA
MATERI POKOK : GERAK
A. Kompetensi Inti
peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun,
responsif dan
pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas
berbagai
permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan
sosial
dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa
dalam
pergaulan dunia.
konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin
tahunya
tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora
dengan
wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban
terkait
penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan
prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat
dan
minatnya untuk memecahkan masalah.
4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah
abstrak
terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah
secara
mandiri, bertindak secara efektif dan kreatif, serta mampu
menggunakan
metoda sesuai kaidah keilmuan
1.4 Menyadari kebesaran Tuhan yang menciptakan dan yang mengatur
alam
jagad raya melalui pengamatan fenomena alam fisis dan
pengukurnnya
98
sebagai wujud imlementasi sikap dalam melakukan percobaan,
melaporkan, dan berdiskusi
3.3 Menganalisis besaran-besaran fisis pada gerak lurus dengan
kecepatan konstan
dan gerak lurus dengan percepatan konstan
Indikator:
3. Menentukan berbagai persoalan yang berkaitan dengan GLBB
4.3 Menyajikan data dan grafik hasil percobaan untuk menyelidiki
sifat gerak
benda yang bergerak lurus dengan kecepatan konstan dan gerak lurus
dengan
percepatan konstan.
2. Menyajikan GLBB
percobaan.
Fakta
1. Sebuah mobil di jalan tol bergerak dengan kecepatan tetap
karena
tidak ada hambatan.
2. Sebuah mobil yang tidak menyadari didepannya ada kucing
berlari
mendekat akan mengerem hingga mobil berhenti
Konsep
D. Metode Pembelajaran
99
Media : Power point dan LKPD
Alat :Spidol, Meja, Penggaris
Sumber belajar: Aip Saripuddin, Dkk. 2009.. Fisika Untuk SMA Kelas
X
Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional
Alokasi
waktu
kelompok
untuk didiskusikan dengan anggota
mengevaluasi kegiatan siswa.
dilakukan siswa).
mempresentasikan hasil diskusi
kelompoknya, dan memberikan
dari sebelumnya.
Siswa mempresentasikan
1 1. Menjelaskan pengertian Gerak
Lurus Berubah Beraturan.
2. Menghitung dengan
menggunakan rumus GLBB.
(GLBB) adalah situasi ketika
besar percepatan konstan dan
Guru memberikan kesempatan kepada
mengetahui sejauh mana pengetahuan
diberikan.
Siswa mengerjakan kuis
percepatan gravitasi ditempat
gesekan udara diabaikan,
sebelum kemudian jatuh ke
2. Dik:
105
1 Kehadiran peserta didik
2 Keseriusan dalam belajar
3 Kerjasama dalam kelompok
1 Kehadiran peserta didik Hadir tepat waktu 3
Hadir telat 2
Tidak hadir 1
2 Keseriusan dalam
dibicarakan guru
yang dibicarakan guru
kelompok dan menyelesaikan
permasalahan pada LKPD
diskusi kelompok dan menyelesaikan
diskusi kelompok dan menyelesaikan
pengamatannya
3
5 Ketepatan
mengumpulkan tugas
tugas
3
6 Aktif berpendapat Peserta didik aktif mengemukakan
pendapatnya
3
pendapatnya
2
7 Tanggung Jawab Peserta didik mengumpulkan LKPD tepat
waktu dan mengisi LKPD dengan lengkap
3
tepat waktu dan mengisi LKPD dengan
lengkap
2
107
108
MATA PELAJARAN : FISIKA
A. Kompetensi Inti
peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun,
responsif dan
pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas
berbagai
permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan
sosial
dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa
dalam
pergaulan dunia.
konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin
tahunya
tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora
dengan
wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban
terkait
penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan
prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat
dan
minatnya untuk memecahkan masalah.
4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah
abstrak
terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah
secara
mandiri, bertindak secara efektif dan kreatif, serta mampu
menggunakan
metoda sesuai kaidah keilmuan
1.5 Menyadari kebesaran Tuhan yang menciptakan dan yang mengatur
alam
jagad raya melalui pengamatan fenomena alam fisis dan
pengukurnnya
109
sebagai wujud imlementasi sikap dalam melakukan percobaan,
melaporkan, dan berdiskusi
3.3 Menganalisis besaran-besaran fisis pada gerak lurus dengan
kecepatan konstan
dan gerak lurus dengan percepatan konstan
Indikator:
1. Menjelaskan pengertian gerak jatuh bebas
2. Menganalisis besaran-besaran pada gerak vertical
4.3 Menyajikan data dan grafik hasil percobaan untuk menyelidiki
sifat gerak
benda yang bergerak lurus dengan kecepatan konstan dan gerak lurus
dengan
percepatan konstan.
2. Menyajikan hasil percobangerak jatuh bebas
3. Menyimulkan hasil percobaan
Konsep
D. Metode Pembelajaran
Metode :Ceramah, Demostrasi, Eksperimen, Diskusi dan
Presentasi.
E. Media, Alat, dan Sumber Belajar Media : Power point dan
LKPD
Alat :Spidol, Meja, Penggaris
Sumber belajar: Aip Saripuddin, Dkk. 2009. Fisika Untuk SMA Kelas
X
Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional
Alokasi
waktu
mengevaluasi kegiatan siswa.
Peserta didik memperhatikan
dilakukan siswa).
mempresentasikan hasil diskusi
kelompoknya, dan memberikan
lagi dari sebelumnya.
3 Penutup
Fase 5
(Menganalisi dan
mengetahui sejauh mana
1 1. Menjelaskan pengertian
sebuah benda yang
sekon. Jika benda mula-
searah dengan perpindahan
benda, maka tentukan:
selama 10 sekon.
gaya pada benda selama
gerak suatu benda yang
115
h = 12 x 1,2 – ½ x 10 x
1,22
1 Kehadiran peserta didik
2 Keseriusan dalam belajar
3 Kerjasama dalam kelompok
1 Kehadiran peserta didik Hadir tepat waktu 3
Hadir telat 2
Tidak hadir 1
2 Keseriusan dalam
dibicarakan guru
yang dibicarakan guru
kelompok dan menyelesaikan
permasalahan pada LKPD
diskusi kelompok dan menyelesaikan
diskusi kelompok dan menyelesaikan
pengamatannya
3
5 Ketepatan
mengumpulkan tugas
tugas
3
6 Aktif berpendapat Peserta didik aktif mengemukakan
pendapatnya
3
pendapatnya
2
7 Tanggung Jawab Peserta didik mengumpulkan LKPD tepat
waktu dan mengisi LKPD dengan lengkap
3
tepat waktu dan mengisi LKPD dengan
lengkap
2
118
118
benda tersebut mengalami perubahan
kedudukan suatu titik terhadap acuan tertentu.Seperti pada gambar
disamping
terlihat bahwa perubahan posisi pembalap dari garis start menuju
garis finish.Pada
saat benda bergerak maka ada dua hal yang terjadi yaitu ada terjadi
perpindahan
dan jarak.
Perpindahan merupakan besaran vektor sehingga perpindahan dapat
nyatakan
dalam suatu resultan perpindahan sumbu X dan sumbu Y seperti pada
gambar
dibawah ini
Gambar 1.1
Persamaan 1.1
Besar resultan dari perpindahan kedua arah itu memenuhi dalil
Pythagoras seperti
berikut
Persamaan1.2
Persamaan 1.3
Persamaan 1.4
Persamaan 1.5
B. TUJUAN
2. Menyajikan grafik yang berkaitan dengan besaran-besaran pada
gerak
3. Menyimpulkan pengertian besaran-besaran dalam gerak berdasakan
hasil
percobaan
120
C. PERCOBAAN
a. Kegiatan
1. Ukur lebar suatu ruangan kemudian buat garis lurus pada pada
lebar
ruangan yang telah kalian ukur
2. Mintalah salah seorang dari teman kelompokmu berjalan dari
suatu
tepi ruangan A ke tengah ruangan B kemudian terus ke tepi yang
lain
yaitu C dan kemudian kembali ke B dengan kecepatan
lambat,sedang
dan cepat,Seperti pada gambar dibawah ini
3. Catat waktu yang dibutuhkan teman kalian untuk berjalan dari A
ke
B,dari B ke C dan dari C kembali ke B
4. Ulangi kegiatan b dan c dengan teman yang lain dengan
kecepatan
yang berbeda
b. Analisis
percobaan diatas
lurus beraturan jika lintasan yang ditempuh oleh
benda itu berupa garis lurus dan kecepatannya selalu tetap setiap
saat. Sebuah
benda yang bergerak lurus menempuh jarak yang sama untuk selang
waktu yang
sama. Sebagai contoh, apabila dalam waktu 5 sekon pertama sebuah
mobil
menempuh jarak 100 m, maka untuk waktu 5 sekon berikutnya mobil itu
juga
menempuh jarak 100 m.Seperti pada gambar disamping terlihat sebuah
mobil
yang sedang melaju pada lintasan yang lurus.
Secara matematis, persamaan gerak lurus beraturan (GLB)
adalah:
......... Persamaan 2.1
v = kecepatan (m/s)
t = waktu yang diperlukan (s)
Jika kecepatan v mobil yang bergerak dengan laju konstan selama
selang
waktu t sekon, diilustrasikan dalam sebuah grafik v-t, akan
diperoleh sebuah garis
lurus, tampak seperti pada Gambar 2.2
123
D. TUJUAN
2. Peserta didik dapat melakukan percobaan sederhana tentang gerak
lurus
beraturan (GLB)
3. Peserta didik dapat mengambar grafik gerak lurus beraturan
(GLB)
4. Peserta didik dapat menyimpulkan pengertian gerak lurus
beraturan (GLB)
D. PERCOBAAN
b. Kegiatan Percobaan
1. Pasanglah batu baterai baru pada mobil mainan,letakkan di atas
papan
mendatar berpenggaris, dan on-kan baterainya, maka mobil itu
akan
meluncur di atas papan.
2. Tentukan sepanjang lintasan papan mendatar dengan jarak tertentu
s
berdasarkan penggaris yang tersedia, ukurlah waktunya dengan
stopwatch (t) ketika mobil mainan tersebut melintasi lintasan
papan
mendatar tersebut.
124
3. Ulangilah langkah 2 dan 3 untuk berbagai panjang lintasan
yang
berbeda.
c. Analisis
Percobaan Jarak (m) Waktu (t) Kecepatan(m/s)
2. Buatlah grafik hubungan antara jarak dengan waktu
3. Berdasarkan percobaan diatas diskusikan dengan teman
kelompokmu
pengertian dari Gerak Lurus beraturan (GLB)
125
Hari/Tanggal :
Kelompok : ......................
atau mendekati konstan, yaitu jika percepatan tidak berubah
terhadap waktu. Situasi ketika besar percepatan konstan dan
gerak melalui garis lurus disebut gerak lurus berubah
beraturan
(GLBB). Dalam hal ini, percepatan sesaat dan percepatan rata-
rata adalah sama.Salah satu contoh dari gerak lurus berubah
beraturanyang sering kita lihat dalam kehidupan sehari-hari
adalah buah yang jatuh dari pohonnya seperti pada gambar
disamping.
Terdapat banyak persamaan hubungan dalam gerak lurus berubah
beraturan (GLBB),seperti pada persamaan dibawah ini
….. Persamaan 3.1
Beraturan ( GLBB)
b. Peserta Didik Menyajikan grafik gerak lurus Berubah beraturan
(GLBB)
c. Peserta Didik Menyimpulkan pengertian gerak lurus Berubah
beraturan
(GLB) berdasakan hasil percobaan
mobilan diatas papan luncur
2. Tentukan sepanjang lintasan papan miring dengan jarak tertentu
s
3. Lepaskan mobil-mobilan dan biarkan bergerak turun di
sepanjang
papan luncur sambil menghitung waktu yang diperlukan mobil-
mobilan untuk sampai dibawah
4. Ulangi langkah 1 sampai 3 dengan panjang lintasan yang
berbeda
5. Masukkan hasil data percobaan pada tabel yang tersedia.
127
Percobaan Jarak (m) Waktu (s) Kecepatan
(m/s)
Percepatan
pengertian dari Gerak Lurus berubah beraturan (GLBB)
128
Hari/Tanggal :
Kelompok : ......................
mengalami jatuh bebas dengan jarak yang tidak jauh dari
permukaan tanah. Kenyataan bahwa benda yang jatuh
mengalami percepatan, mungkin pertama kali tidak begitu
terlihat. Sebelum masa Galileo, orang mempercayai pemikiran bahwa
benda yang
lebih berat jatuh lebih cepat dari benda yang lebih ringan, dan
bahwa laju jatuh
benda tersebut sebanding dengan berat benda itu. Sumbangan Galileo
yang
spesifik terhadap pemahaman kita mengenai gerak benda jatuh bebas
dapat
dirangkum sebagai berikut:
“Pada suatu lokasi tertentu di Bumi dan dengan tidak adanya
hambatan udara,
semua benda jatuh dengan percepatan konstan yang sama”.
129
Dimana:
t = waktu (s)
b. Gerak Vertikal
Percepatan gravitasi ini juga bekerja pada benda yang dilemparkan
ke atas
tetapi akan memperlambat gerak benda. Sehingga secara umum
percepatan
gravitasi berlaku untuk gerak vertikal.Gerak vertical terbagi
menjadi dua yaitu
gerak vertical ke bawah dan gerak vertical keatas.
= kecepatan awal benda (m/s)
h = ketinggian benda (m)
g = percepatan gravitasi (10 )
t = waktu gerak (s)
H. TUJUAN
1. Peserta didik mampu Menyimpulkan pengertian Gerak jatuh bebas
dan gerak
vertical berdasarkan kasus yang diberikan.
F. KASUS
130
1. Pada gambar A terlihat bahwa batu lebih dulu bergerak
kebawah
dibandingkan kertas padahal keduanya dijatuhkan secara bersamaan,
Jelaskan
penyebab dari gambar A!
2. Pada gambar B terlihat bahwa batu dan kertas bergerak bersamaan
dan
keduanya dijatuhkan secara bersamaan,Jelaskan penyebab dari gambar
B!
3. Berdasarkan kedua gambar diatas,jelaskan pengertian gerak jatuh
bebas!
131
A B
1. Pada gambar A terlihat sebuah buah yang jatuh dari
pohonnya,jelaskan
jenis gerak vertical dari gambar A beserta alasannya!
………………………………………………..…………………………………
……………..………………………………………………..
………………………………………………..…………………………………
……………..………………………………………………..
………………………………………………..…………………………………
……………..………………………………………………..
2. Pada gambar B terlihat seorang anak yang sedang melempar
bola,jelaskan
jenis gerak vertical dari gambar B beserta alasannya!
………………………………………………..…………………………………
……………..………………………………………………..
………………………………………………..…………………………………
……………..………………………………………………..
………………………………………………..…………………………………
……………..………………………………………………..
………………………………………………..…………………………………
……………..………………………………………………..
dan gerak vertical kebawah!
………………………………………………..…………………………………
……………..………………………………………………..
………………………………………………..…………………………………
……………..………………………………………………..
………&hel