0 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN STAD (STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION) UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BEKERJASAMA SISWA DALAM PELAJARAN TIK ARTIKEL ILMIAH Diajaukan Kepada Fakultas Teknologi Informasi Untuk memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Komputer Peneliti : Edo Tri Pratama Putra (702012066) Program Studi Teknik Informatika dan Komputer Fakultas Teknologi Informasi Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga 2017
22
Embed
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN STAD (STUDENT …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16894/2/T1_702012066_Full...yang di lakukan pada pembelajaran TIK kelas XII SMA N 1 Suruh menunjukkan
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
0
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN STAD (STUDENT TEAMS
ACHIEVEMENT DIVISION) UNTUK MENINGKATKAN
KETERAMPILAN BEKERJASAMA SISWA
DALAM PELAJARAN TIK
ARTIKEL ILMIAH
Diajaukan Kepada
Fakultas Teknologi Informasi
Untuk memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Komputer
Peneliti :
Edo Tri Pratama Putra (702012066)
Program Studi Teknik Informatika dan Komputer
Fakultas Teknologi Informasi
Universitas Kristen Satya Wacana
Salatiga
2017
1
2
3
4
5
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN STAD (STUDENT TEAMS
ACHIEVEMENT DIVISION) UNTUK MENINGKATKAN
KETERAMPILAN BEKERJASAMA SISWA
DALAM PELAJARAN TIK
1)
Edo Tri Pratama Putra 2)
Mila C Paseleng, S.Si., M.Pd.
Program Studi Pendidikan Teknik Informatika dan Komputer
Fakultas Teknologi Informasi Universitas Kristen Satya Wacana
Berdasarkan gambar 2 peningkatan terjadi pada hampir semua indikator di
ke dua siklus dengan jumlah siswa 24, kecuali indikator 1, yang telah
mencapai 100% pada siklus 1 hingga siklus siklus terakhir, itu berarti bahwa
siswa dapat bekerjasama dengan anggota kelompok berbeda atau heterogen.
Pada indikator 2 mengalami peningkatan tapi terdapat penurunan pada
pertemuan 1 siklus 2, setiap anggota mulai memahami materi CorelDraw,
sehingga setiap anggota kelompok mulai cenderung mengeluarkan ide namun
tidak mendengarkan gagasan dari anggota yang lain, selain itu anggota
kelompok menjadi malas mendengarkan gagasan dari teman lain karena
teman anggotanya mulai egois dengan pendiriannya saja, namun pada
pertemuan ke 2 peran guru sebagai fasilitator meluruskan kembali bahwa
kerjasama memperlukan ide gagasan dari anggota kelompok yang lain, dan
sifat egois dalam kelompok justru merusak kinerja dalam tim, dengan begitu
siswa mulai sadar kembali dan memperoleh hasil akhir 92%. Peningkatan
signifikan terjadi pada indikator ke 5, pada awal siklus 50% dan akhir siklus
100%, hasil tersebut berarti bahwa setiap anggota kelompok mulai mengajak
setiap anggotanya untuk bekerjasama dan mereka mulai merasakan bahwa
kerjasama kelompok penting bagi kesuksessan kelompoknya.
Kemampuan bekerjasama juga dilihat dari angket siswa, hasil angket
menunjukkan bahwa kemampuan bekerjasama siswa dalam mata pelajaran
TIK meningkat hingga mencapai hasil akhir dengan rata-rata sebesar 93.33%
dengan kriteria baik sekali. Indikator keberhasilan yang menyebutkan proses
pembelajaran dikatakan berhasil apabila terjadi perubahan perilaku yang
positif pada diri peserta didik seluruhnya atau setidak-tidaknya sebagian
besar (75%) telah tercapai. Data angket disajikan pada tabel 4 :
17
Tabel 4. Persentase Angket Kemampuan Bekerjasama Siswa Siklus 1 dan
Siklus 2
Indikator Pernyataan angket Pra
siklus siklus
1 siklus
2
1.
Saya mau berkelompok dengan siapa saja 100% 100% 100%
Saya mau berkelompok dengan teman yang tidak begitu dekat dengan saya 95.83% 100% 100%
Saya mau mengerjakan tugas kelompok yang sudah diberikan kepada saya 58.33% 91.66% 95.83%
Saya tidak menunda-nunda pekerjaan yang sudah diberikan kepada saya 20.83% 62.5% 100%
2.
Sebelum saya mengungkapkan pendapat saya mengangkat tangan terlebih
dahulu
33.33% 62.5% 83.33%
Saya mengungkapkan pendapat saya ketika teman saya sudah selesai bicara
dan sudah dipersilahkan oleh ketua kelompok
25.00% 91.66% 95.’83%
Saya aktif di dalam kelompok saat berdiskusi 20.83% 29.16% 91.67%
Saya fokus pada saat berdiskusi dan tidak bermain dengan teman yang lain
29.16% 62.5% 87.50%
3.
Saya mau mendengarkan pendapat teman kelompok saya 37.50% 79.16% 87.50%
Saya tidak memaksakan pendapat saya dan akan menghargai pendapat atau
gagasan yang telah dipilih bersama 66.66% 95.83% 95.83%
Ketika saya sedang mengerjakan tugas kelompok dan ada teman yang bertanya maka saya dengan senang hati akan mengajari teman saya tersebut 45.83% 66.66%
83.33%
Saya bisa menyelesaikan seluruh tugas dari kelompok tepat waktu dan
masih bisa membantu teman satu kelompok
45.33% 62.5% 83.33%
4.
Saya menerima hasil kesepakatan kelompok dengan senang hati 30.00% 83.33% 87.50%
Saya tetap mengerjakan kesepakatan kelompok meskipun itu berbeda
dengan pendapat saya 58.33% 91.66% 100%
Saya mau menerima dengan baik teman kelompok saya 56.66% 95.83% 95.83%
Saya bisa menerima kekurangan dan kelebihan teman satu kelompok saya
dan mau saling membantu untuk mengerjakan tugas kelompok
29.16%
79.16% 95.83%
5.
Saya tidak diam saja ketika sedang bekerja secara berkelompok 33.33% 62.5% 91.67%
Saya melakukan tugas dalam kelompok tanpa disuruh terlebih dahulu 58.33% 66.66% 100%
Pada saat berkumpul dengan kelompok saya fokus pada tugas kelompok dahulu dan tidak bermain-main
50.33% 95.83% 100%
Topik bahasan yang saya kemukakan berhubungan dengan tugas yang
dimiliki kelompok dan tidak melenceng
60.83% 79.16% 91.67%
Rata-rata persentase 39.00% 77.92% 93.33%
Kriteria kurang Baik Sangat
baik
Penerapan STAD terhadap indikator kerjasama juga terlihat dalam
pernyataan angket pada tabel 4. Indikator kerjasamma yang terlihat adalah
setiap siswa sudah mulai terbiasa untuk bisa menerima kekurangan dan
kelebihan dari teman-teman kelompok lainnya. Rasa solidaritas yang muncul
mengindikasikan kemampuan bekerjasama antar siswa sudah mulai
terbentuk. Pada tabel 4 juga terdapat pernyataan yang mengindikasikan setiap
18
siswa sudah mulai terpacu untuk bisa menyelesaikan tugas kelompok tepat
waktu.
Pada indikator pertama di siklus 1 di bagian “saya tidak akan menunda-
nunda pekerjaan yang sudah di berikan kepada saya” adalah 62.5%, nilai ini
di pengaruhi dengan individu siswa yang belum sadar akan tanggung
jawabnya dalam kelompok, namun dengan adanya penghargaan tim dan sifat
sesama anggota yang saling mendorong satu sama lain, mereka dapat
mengerjakan tugas dengan cepat dan memperoleh hasil akhir 100%. Pada
pernyataan “ sebelum saya mengungkapkan pendapat saya akan mengangkat
tangan terlebih dahulu” adalah 62.5% karena siswa masih ragu-ragu dan malu
untuk mengungkapkan pendapat, namun dengan berjalannya proses STAD
siswa mampu mengungkapkan pendapat dan dengan cara presentasi tim pada
siklus dua siswa dengan sendirinya membentuk karakter tersebut dan berhasil
dengan 83.33%.
Indikator ke dua terdapat pernyataan yang memiliki nilai kurang pada
pernyataan “saya akan aktif di dalam kelompok saat berdiskusi” dengan nilai
29.16%, hal ini di pengaruhi dengan sifat siswa yang malas untuk
mengutarakan pendapat sesuai dengan pernyataan observasi guru pada
indikator kerjasama ke dua, dengan hasil tersebut guru membuat rencana baru
yang akan di terapkan pada siklus ke dua dan memperoleh hasil individu
siswa sebesar 91.67%. Di dalam indikator ke dua masih terdapat hasil yang
rendah yaitu pada pertnyataan “saya akan fokus pada saat berdiskusi dan
tidak bermain dengan teman yang lain” dengan hasil siklus satu 62.5%, siswa
cenderung bermain dengan anggota kelompok lain setelah tugasnya selesai,
namun pada perbaikan siklus ke dua, dengan cara presentasi dan di tanggapi
oleh setiap anggota kelompok secara individu siswa tidak bisa bermain
dengan teman yang lain, melainkan memikirkan soal dan mendengarkan
setiap jawaban yang di jawab oleh kelompok presentasi. Setelah indikator ke
dua, beberapa hasil pada indikator ke tiga dan ke empat terdapat hasil 62.5%
yang di antaranya di indikator ke tiga yaitu pada pernyataan “saya bisa
menyelesaikan seluruh tugas dari kelompok tepat waktu dan masih bisa
membantu teman satu kelompok”.
Inidkator ke empat pada pernyataan “saya tidak akan diam saja ketika
sedang bekerja secara berkelompok”, masing-masing pernyataan di
pengaruhi oleh siswa yang belum sadar akan pentingnya bekerja sama,
dengan menerapkan cara baru pada siklus ke dua, setiap siswa termotivasi
agar kelompoknya menang dan mereka saling membantu teman satu
kelompoknya, secara tidak langsung anggota kelompok tidak akan diam saja
dalam proses mengerjakan tugas. Pada siklus 1 dan siklus 2 diperoleh
kenaikan kemampuan bekerjasama siswa sebesar 15.41%. Berdasarkan data
pada table 5, dengan penerapan model pembelajaran STAD kemampuan
bekerjasama siswa kelas XII IPA 2 di SMA 1 Negeri Suruh meningkat dalam
mata pelajaran TIK.
19
Hasil kerjasama siswa dalam tim dapat dilihat kontribusinya pada hasil
rekognisi tim, hasil rekognisi tim pada tabel 5 menunjukkan bahwa setiap
kelompok mengalami kemajuan dari setiap siklus.
Tabel 5. Rekognisi Tim
Nama
Kelompok
Rata-rata skor kelompok
Siklus 1 Siklus 2
Kelompok A 85% 90%
Kelompok B 75% 100%
Kelompok C 85% 95%
Kelompok D 85% 100%
Kelompok E 85% 95%
Kelompok F 85% 100%
Berdasarkan tabel 5, rata-rata rekognisi tim mengalami peningkatan ketika
memasuki siklus 2. Setiap siswa berkompetisi untuk memberikan poin bagi
kelompoknya. Dengan demikian para siswa akan menguasai materi dengan
sendirinya karena siswa akan belajar keras untuk memperoleh nilai yang baik
agar skor kemajuan individualnya meningkat. Dengan rata-rata rekognisi tim
yang meningkat kesadaran siswa terhadap tanggung jawab dalam kelompok
juga meningkat.
5. Diskusi
Kemampuan bekerjasama yang di miliki setiap siswa mengalami
peningkatan dengan penerapan STAD. Sebagaimana yang di tunjukkan oleh
hasil observasi maupun angket siswa. Dari lima komponen STAD ada
komponen yang paling berkontribusi adalah komponen Tim atau kelompok
kerja siswa. Dalam penerapan Tim guru mengelompokkan siswa heterogen
sesuai karakter STAD, sementara itu indikator tentang kesediaan bekerjasama
dalam kelompok dengan teman yang berbeda suku, agama dan jenis kelamin
mencapai 100% dari siklus awal hingga terakhir. Dalam hal ini kesediaan
siswa untuk bekerja sama dengan siswa lain yang berbeda latar belakang
dapat menjadi pendukung dalam penerapan kerja tim untuk peningkatan
keterampilan kemampuan bekerjasama siswa melalui pemberian pengertian
terlebih dahulu agar siswa dapat memahami tentang bekerjasama jangan
membedakan latar belakang. Setiap orang bisa bekerjasama meskipun
berbeda suku, agama, dan berbeda karakter satu sama lain, namun setiap
orang harus di berikan pengertian berupa bekerjasama tidak harus dengan
orang-orang terdekat dan sama suku saja, dengan begitu setiap orang dapat
menyadari bahwa bekerja tidak harus dengan orang yang sama suku agama
dan jenis kelamin [13]. Dalam Tim juga dilakukan pemberian tanggung
jawab terhadap setiap anggota kelompok dengan cara pembagian tugas yang
20
di mana tugas tersebut akan terkait dengan jawaban soal terakhir. Setiap
anggota kelompok memiliki tanggung jawab bekerja secara tim yang
berperan meningkatkan indikator mendengarkan ide atau gagasan dari teman
lain, Tidak mendahulukan kepentingan diri sendiri dan mengajak teman lain
bekerjasama demi mencapai tujuan bersama. Guru memiliki cara agar
anggota di dalam kelompok dapat saling berhubungan satu sama lain dengan
menerapkan 5 soal, 4 diantaranya di kerjakan secara individu dan satu soal
terakhir di kerjakan bersama, jawaban soal terakhir berhubungan dengan
jawaban 4 soal pertama, dengan cara tersebut indikator kerjasama kelima
mengajak teman lain bekerja sama demi mencapai tujuan bersama tercapai.
Melatih kerjasama setiap anggota kelompok saat di rumah di bantu media
sosial Facebook, guru memberikan tugas kepada kelompok untuk di kerjakan
setiap anggotanya, dengan begitu kerjasama terwujud di dalam sekolah dan di
luar lingkup sekolah, namun terdapat kekurangan di mekanisme melatih
sikap kerjasama siswa pada saat di rumah, yaitu kurang menarik saat proses
belajar dan mengerjakan tugas, karena hanya berisi materi dan tugas saja, itu
membuat siswa bosan. Penggunaan metode yang tepat namun proses
pembelajaran penyampaian materi menggunakan gambar ternyata belum
begitu menarik minat siswa untuk memperhatikan materi pelajaran.
Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa penerapan
STAD mampu meningkatkan kemampuan bekerjasama pada pembelajaran
TIK di SMA N 1 Suruh. Pembagian tugas individu yang di perlukan dalam
kelompok merupakan tugas yang nantinya mereka bekerja satu sama lain,
karena jawaban yang di hasilkan akan berkaitan degan hasil akhir tugas
kelompok. Selain itu memfasilitasi siswa untuk mengembangkan ketrampilan
bekerjasamanya dalam pembelajaran di luar lingkup sekolah dapat di lakukan
dengan menerapkan media sosial facebook sebagai bentuk penerapan STAD.
didalam facebook mereka akan mengerjakan tugas yang di kerjakan bersama.
Dengan demikian siswa mampu mendengarkan ide atau gagasan dari teman
lain dan mengajak teman lain bekerjasama demi mencapai tujuan bersama
sehingga terbentuk keterampilan siswa yang selalu bekerjasama dalam
kelompok belajar.
Untuk penelitian selanjutnya yang dapat memperkaya penelitian ini di
ajukan beberapa saran, (1) Mengembangkan cara bekerjasama siswa saat di
luar lingkup sekolahan, (2) Pada tahap pelaksanaan metode, peneliti dapat
momodifikasi tahap presentasi dengan teknik-teknik yang lebih cocok dengan
situasi dan kondisi kelas, contoh dengan menggunkan vidio dan (3) agar
metode STAD dapat meningkatkan kerjasama, peneliti perlu menekankan
dan meyakinkan kepada setiap siswa bahwa tujuan kerjasama adalah agar
setiap anggota kelompok menguasai sepenuhnya materi yang sedang di
pelajari.
21
6. Daftar Pustaka
[1] Endrayanto, Herman Y.S dan Harumurti, Yustiana W. 2014. Penilaian Belajar
Siswa di Sekolah. Yogyakarta: PT Kanisius
[2] Slavin, Robert E. 2005. Cooperative Learning, Teori dan Praktik. Bandung:
Nusa Media
[3] Kalasi, Rasmita. 2014. “The impact of Social Networking on New age Teaching
and Learning: An Overview”. Journal of education & social policy vol.1.