Top Banner
Penentuan Struktur Internal Gunungapi Semeru Berdasarkan Citra Atenuasi Seismik Hena Dian Ayu 1)* , Adi Susilo 2) , Sukir Maryanto 2) , Muhamad Hendrasto 3) 1) Program Studi Magister Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Brawijaya, Malang 2) Jurusan Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Brawijaya, Malang 3) Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Bandung Diterima 30 Agustus 2013, direvisi 27 September 2013 ABSTRAK Karakteristik medium dapat digambarkan oleh parameter fisis seperti kecepatan dan atenuasi seismik. Amplitudo, jarak antara stasiun seismik dengan sumber gempa, frekuansi dan koefisien atenuasi diperlukan untuk menentukan nilai Q-factor atau atenuasi dalam usaha pencitraan struktur internal. Analisa data dilakukan terhadap data rekaman gelombang seismik di sekitar Gunungapi Semeru yang direkam pada tahun 2009 yang terdiri dari 54 seismogram gempa yaitu 27 gempa vulkanik tipe A dan 27 gempa letusan. Dari analisa tersebut didapatkan nilai Q-factor berdasarkan gempa vulkanik tipe A adalah berkisar antara 4 sampai 392 atau secara rata-rata 78,87 sedangkan berdasarkan gempa letusan berkisar antara 4 sampai 288 dan jika dirata-rata nilainya adalah 51,39. Sedangkan hasil citra atenuasi terlihat bahwa atenuasi di daerah kawah dan zona yang berkelurusan di bawah kawah aktif Jongring Seloko memiliki nilai atenuasi yang tinggi atau nilai Q-factor yang rendah. Dan zona tersebut selanjutnya diinterpretasikan sebagai zona keberadaan materi panas yang kemungkinan berasosiasi dengan dapur magma yang berada pada kedalaman 1-1,8 km dari puncak Gunungapi Semeru. Zona lemah ini berarah ke Barat-Timur-Tenggara dan Selatan. Sedangkan Struktur internal Gunungapi Semeru didominasi oleh batuan pasir, batuan sedimen, dan batuan dengan rongga berisi gas walaupun dibeberapa struktur lapisan yang dalam memiliki struktur internal berupa batuan metamorf dan batuan beku. Kata kunci : Gunungapi Semeru, atenuasi, Q-factor dan struktur internal. ABSTRACT Characteristic of medium could be defined by physical parameters such as seismic velocity and attenuation. Amplitude, hyocentral distance, frequency and attenuation coefficient is required to determine the Q-factor value or attenuation in effort on imaging the internal structure. In this study, we used volcanic earthquakes data of Semeru Volcano recorded 2009 that consist 54 seismogram (24 A-type volcanic earthquakes and 24 explosion volcanic earthquakes. The Q-factor value of A-type volcanic earthquakes is 4 - 392 or about 78,87 and the Q-factor value of explosion volcanic earthquakes is 4 - 288 or about 51,39. In term of the image quality, it can be seen that the attenuation on Jongring Seloko active caldera and under Jongring Seloko have low attenuation value or high Q-factor value thas was called the zone beneath. The zone beneath is interpreted to associated with hot material that may indicate the magma chamber that concentrated in the depth interval of 1-1,8 km from the top of Semeru Volcano. The zone beneath have structural trends on West-East-Southeastern-South sector out the volcano. The internal structure of Semeru Volcano is predominance of sedimentary rocks, sandstone and rocks with gas in pore space. Although in some deep layer have internal structure as metamorphic rocks and igneous rock. Keywords: Semeru volcano, attenuation, Q-factor and internal structure. --------------------- *Coresponding author : E-mail: [email protected] NATURAL B, Vol. 2, No. 2, Oktober 2013
8

Penentuan Struktur Internal Gunungapi Semeru Berdasarkan ...

Oct 16, 2021

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Penentuan Struktur Internal Gunungapi Semeru Berdasarkan ...

145

Penentuan Struktur Internal Gunungapi Semeru BerdasarkanCitra Atenuasi Seismik

Hena Dian Ayu 1)*, Adi Susilo 2), Sukir Maryanto 2), Muhamad Hendrasto 3)

1) Program Studi Magister Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Brawijaya, Malang2) Jurusan Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Brawijaya, Malang

3) Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Bandung

Diterima 30 Agustus 2013, direvisi 27 September 2013

ABSTRAK

Karakteristik medium dapat digambarkan oleh parameter fisis seperti kecepatan dan atenuasiseismik. Amplitudo, jarak antara stasiun seismik dengan sumber gempa, frekuansi dan koefisien atenuasidiperlukan untuk menentukan nilai Q-factor atau atenuasi dalam usaha pencitraan struktur internal.Analisa data dilakukan terhadap data rekaman gelombang seismik di sekitar Gunungapi Semeru yangdirekam pada tahun 2009 yang terdiri dari 54 seismogram gempa yaitu 27 gempa vulkanik tipe A dan 27gempa letusan. Dari analisa tersebut didapatkan nilai Q-factor berdasarkan gempa vulkanik tipe Aadalah berkisar antara 4 sampai 392 atau secara rata-rata 78,87 sedangkan berdasarkan gempa letusanberkisar antara 4 sampai 288 dan jika dirata-rata nilainya adalah 51,39. Sedangkan hasil citra atenuasiterlihat bahwa atenuasi di daerah kawah dan zona yang berkelurusan di bawah kawah aktif JongringSeloko memiliki nilai atenuasi yang tinggi atau nilai Q-factor yang rendah. Dan zona tersebut selanjutnyadiinterpretasikan sebagai zona keberadaan materi panas yang kemungkinan berasosiasi dengan dapurmagma yang berada pada kedalaman 1-1,8 km dari puncak Gunungapi Semeru. Zona lemah ini berarahke Barat-Timur-Tenggara dan Selatan. Sedangkan Struktur internal Gunungapi Semeru didominasi olehbatuan pasir, batuan sedimen, dan batuan dengan rongga berisi gas walaupun dibeberapa strukturlapisan yang dalam memiliki struktur internal berupa batuan metamorf dan batuan beku.

Kata kunci : Gunungapi Semeru, atenuasi, Q-factor dan struktur internal.

ABSTRACT

Characteristic of medium could be defined by physical parameters such as seismic velocity andattenuation. Amplitude, hyocentral distance, frequency and attenuation coefficient is required todetermine the Q-factor value or attenuation in effort on imaging the internal structure. In this study, weused volcanic earthquakes data of Semeru Volcano recorded 2009 that consist 54 seismogram (24 A-typevolcanic earthquakes and 24 explosion volcanic earthquakes. The Q-factor value of A-type volcanicearthquakes is 4 - 392 or about 78,87 and the Q-factor value of explosion volcanic earthquakes is 4 - 288or about 51,39. In term of the image quality, it can be seen that the attenuation on Jongring Seloko activecaldera and under Jongring Seloko have low attenuation value or high Q-factor value thas was called thezone beneath. The zone beneath is interpreted to associated with hot material that may indicate themagma chamber that concentrated in the depth interval of 1-1,8 km from the top of Semeru Volcano. Thezone beneath have structural trends on West-East-Southeastern-South sector out the volcano. Theinternal structure of Semeru Volcano is predominance of sedimentary rocks, sandstone and rocks withgas in pore space. Although in some deep layer have internal structure as metamorphic rocks and igneousrock.

Keywords: Semeru volcano, attenuation, Q-factor and internal structure.

---------------------*Coresponding author :E-mail: [email protected]

NATURAL B, Vol. 2, No. 2, Oktober 2013

Page 2: Penentuan Struktur Internal Gunungapi Semeru Berdasarkan ...

146 Hena Dian A., dkk : Penentuan Struktur Internal Gunungapi Semeru Berdasarkan Citra Atenuasi Seismik

PENDAHULUAN

Gunung Semeru adalah gunung berapitertinggi di Pulau Jawa dengan puncaknyaMahameru, 3,676 meter dari permukaan laut(mdpl). Gunungapi Semeru bertipe stratodengan tipe letusan vulkanian-strombolian.Posisinya berada diantara wilayah administrasiKabupaten Malang dan Lumajang, denganposisi geografis antara 8°06' LS dan 112°55'BT, sebagaimana tampak pada Gambar 1.

Gambar 1. Peta dan Posisi Stasiun Seismik GunungSemeru

Metode untuk melakukan pemantauankegiatan gunungapi yang masih menjadiandalan sampai saat ini adalah metode seismik.Pada metode ini terdapat berbagai macammetode analisa, salah satunya yaitu analisaterhadap fenomena atenuasi atau harga faktorkualitas (Q-factor) dari medium gunungapiyang menggambarkan kemampuan suatumedium dalam meredam gelombang seismik didalam tubuh gunungapi [1]. Q-factor seismikadalah parameter gelombang yang sangatpenting selain kecepatan penjalaran gelombangdalam usaha memahami sifat material bumiyang dilalui [2]. Analisa terhadap Q-factorlebih efektif untuk pemantauan gunungapikarena harga Q-factor lebih sensitif terhadap

kehadiran gas maupun temperatur sehinggaakan didapatkan informasi yang lebihmengenai kondisi bawah permukaangunungapi dalam rangka mengenalikarakteristik gunungapi [3]. Pencitraan dari Q-factor dapat digunakan untuk menentukanlokasi dan extension of magma bodies padadaerah vulkanik dan detail kontribusi fluidapada daerah patahan maupun berdasarkanpada tingginya porositas efektifnya [4, 5].Selain itu sebenarnya nilai Q-factor jugadapat digunakan sebagai indikator adanyahidrokarbon dan panas bumi [6, 7].

Pencitraan atenuasi dilakukan berdasarkananalisisa terhadap data rekaman seismik dariempat stasiun seismik yaitu Stasiun Kepolo,Stasiun Leker, Stasiun Tretes dan StasiunBesukbang, dengan menggunakanseismometer tipe L-4C dan seismograf tipePS-3. Posisi stasiun seismik GunungapiSemeru tampak pada Gambar 1. Data rekamangempa vulanik periode tahun 2009 yangdianalisa ada 54 buah data gempa yaitu 27buah data gempa vulkanik tipe A dan 27 buahdata gempa letusan.

METODE PENELITIAN

Penentuan sumber gempa. Lokasisumber gempa yang berada di permukaandisebut dengan episenter, sedangkan lokasiyang tegak lurus dengan episenter ke arahdalam bumi disebut hiposenter. Salah satumetode untuk menentukan hiposenter adalahdengan analisis beda waktu tiba sinyal seismikyang datang pada beberapa stasiun [8].

(X – Xi)2 + (Y – Yi)2 + (Z – Zi)2 = (ti – t0)2 Vp2

(ti – t0)Vp = (S – P)i k (1)

Dimana i = 1,2,3,dan 4 (stasiun ke-i), X,Y,Zadalah koordinat sumber gempa yang tidakdiketahui, (X,Y,Z)i merupakan koordinatstasiun seismograf, k adalah koefisien jarakyang tidak diketahui, ti adalah waktu tibagelombang P, sedangkan to adalah waktu saatterjadinya gempa yang tidak diketahui.Hipocentral distance yaitu jarak (hiposenter) Ske (stasiun seismometer) H, dihitung denganmenggunakan persamaan di bawah ini= ( − ) + ( − ) + ( − ) (2)

Nilai SH digunakan sebagai dasar untukmengetahui nilai koefisien atenuasi yang

Sela

tan-

Uta

ra (k

m)

Barat-Timur (Km)

Page 3: Penentuan Struktur Internal Gunungapi Semeru Berdasarkan ...

147Hena Dian A., dkk : Penentuan Struktur Internal Gunungapi Semeru Berdasarkan Citra Atenuasi Seismik

menyatakan hubungan antara hipocentraldistance dengan amplitudo.

Atenuasi dan Q-factor. Gelombang yangmerambat pada suatu medium akan mengalamisuatu pelemahan (atenuasi) sinyal yangdisebabkan oleh adanya penyerapan energioleh medium. Hal ini disebabkan olehgeometrical spreading, scattering dan atenuasi[9]. Atenuasi yang terjadi dapat dirumuskansebagai berikut:( ) = (3)

Koefisien atenuasi ditunjukkan dengan nilaiyang menunjukkan hubungan antara peluruhanamplitudo dengan hipocentral distance [10].= − ( ) ( ) = − ( ) (4)

Pada peluruhan sinyal seismik secara temporal,dengan amplitudo mula-mula A = A0, A akanberkurang sebesar pada waktu 1 putaran

(1T). Untuk n periode (nT = t = ), maka

amplitudo dalam fungsi waktu adalah:( ) = ( 1 − ) (5)

Dengan mengganti = , maka peluruhan

temporal akan menjadi:( ) = − (6)

Sedangkan peluruhan spasial akan menjadi:( ) = − 2 (7)

Karena amplitudo adalah fungsi dari waktudan jarak, sehingga besarnya koefisienatenuasi adalah:= dan = (8)= (9)

Nilai frekuensi yang dimaksud padapersamaan (9) adalah nilai frekuensi dominanyang didapatkan dari analisis spektralgelombang P berdasarkan transformasi fourieryang telah dilakukan terhadap data rekamanseismik. Nilai koefisien atenuasi (b) padapersamaan (9) diperoleh dari grafikeksponensial yang menyatakan hubunganantara amplitudo dengan hipocentral distance,sebagaimana telah dijelaskan pada persamaan(2). Penelitian ini menggunakan kecepatangelombang P, yang bernilai 2,76 m/s padalapisan I sedangkan pada lapisan ke 2 yaitu 3,3m/s. Hal ini disebabkan karena atenuasi dari

gelombang P akan terlihat lebih jelasdibandingkan atenuasi dari gelombang S.Gelombang P, lebih mudah diekstraksiwaveletnya dibandingkan gelombang S [11].Gelombang P juga dapat menunjukkanbagaimana perubahan volume dan materi yangdilewati suatu pusat gempa [12]. Cepat rambatgelombang P sangat berhubungan erat dengansifat fisik batuan [13].

Gambar 2. Seismogram gempa tipe A (gambar atas),tahapan analisa seismogram hinggadiperoleh spektral dari gelombang P.

Tabel 1. Q-factor berbagai jenis batuan (Sheriff danGeldart ,1995)

Jenis Batuan Q(/dB)Batuan Sedimen 20-200

Batu Pasir 70-130Shale 20-70

Limestone 50-200Chalk 135

Dolomite 190Batuan dengan rongga

berisi gas5-50

Batuan Metamorf 200-400Batuan Beku 75-300

TransformasiFourier

Spektral Gel. P

Page 4: Penentuan Struktur Internal Gunungapi Semeru Berdasarkan ...

148 Hena Dian A., dkk : Penentuan Struktur Internal Gunungapi Semeru Berdasarkan Citra Atenuasi Seismik

Pencitraan atenuasi. Nilai Q-factor yangmenunjukkan atenuasi yang terjadi padamedium dan posisi hiposenter dicitrakandengan bantuan software Origin 8, dengankontur warna menunjukkan jenis batuansebagaimana tampak pada Tabel 1 [14].

HASIL DAN PEMBAHASAN

Sebaran episenter dan hiposenter. Hasilsebaran episenter gempa vulkanik tipe A dangempa letusan tampak pada Gambar 3sedangkan Gambar 4 menunjukkan bagaimanapola sebaran hiposenter. Pada Gambar 3tampak bahwa episenter gempa menyebarmendekati kawah aktif Jonggring Seloko yangberada di sebelah stasiun Puncak Sebaranepisenter tampak dominan berada di sebelahTenggara hal ini sesuai dengan peta geologiGunungapi Semeru [15] dan kelurusan strukturatau sesar Semeru memiliki arah Barat laut-Tenggara dan Timur-Barat [10,16].

Gambar 3. Sebaran Episenter

Gambar 4. Sebaran HiposenterKeterangan : Gempa Vulkanik tipe A

Gempa Letusan

Jongring SelokaSesarStasiun Seismik

Pada Gambar 4 tampak bahwa gempaletusan hampir semuanya berpusat di kawahaktif Jonggring Seloko sehingga letusannyamerupakan letusan pusat yang berartiletusannya keluar ke pusat kawah. Selain ituepisenternya juga hampir terletak pada garissesar/retakan maka letusannya juga merupakanletusan celah yang berarti letusannya munculpada sepanjang sesar/retakan hingga beberapakilometer. Aktivitas letusan gunung semeruberada pada jarak horisontal (episenter), lebihkurang 4 km arah Timur-Tenggara danSelatan dari kawah dan pada jarak vertikal(hiposenter) sekitar 2 km di bawah puncak[16]. Dalam penelitian ini didapatkan nilaiepisenter berkisar dari 26 m sampai 1,8 kmsedangkan sedangkan untuk hiposenternilainya memang rata-rata kurang dari 2 km.Gambar sebaran episenter dan hiposenterdibutuhkan sebagai data pembanding daripencitaraan struktur internal berdasarkan nilaiQ-factor.

Nilai Q-factor. Dalam menentukan nilaiQ-factor perlu diketahui berapa parameteryaitu amplitudo, frekuensi, hiposenter,hiposenter distance dan nilai dari koefisienatenuasi. Dengan membuat grafik hubunganantara amplitudo dan hiposenter distance makadapat diperoleh nilai koefisien atenuasi yangmenunjukkan bagaimana peluruhan amplitudoterjadi secara eksponensial yang disebabkankarena pengaruh medium. Secara rata-ratanilai Q-factor berdasarkan gempa vulkanik tipeA dari Stasiun Leker adalah 72,065, StasiunTretes 87,27 dan 77,265 untuk StasiunBesukbang. Nilai Q-factor ini tidak jauhberbeda dengan nilai Q-factor GunungapiGuntur yang sama-sama gunungapi tipe A,bertipe Andesitic strato volcano yaitu 84,52dan bertipe letusan ekplosif [11]. Nilai rata-rata Q-factor berdasarkan gempa letusan padaStasiun Leker adalah 48,309, Stasiun Tretes52,523 dan 53,335 untuk Stasiun Besukbang,nilai ini lebih kecil jika dibandingkan dengannilai Q-factor berdasarkan gempa vulkanik tipeA. Hal ini kemungkinan disebabkan karenagempa vulkanik tipe A yang hiposenternyaberada jauh di bawah permukaan kawahsehingga batuannya akan lebih kompak jikadibandingkan gempa letusan yanghiposenternya berada di permukaan danmediumnya tidak kompak karena daerah

Page 5: Penentuan Struktur Internal Gunungapi Semeru Berdasarkan ...

149Hena Dian A., dkk : Penentuan Struktur Internal Gunungapi Semeru Berdasarkan Citra Atenuasi Seismik

permukaan gunungapi biasanya stratigrafinyaberupa kipas aluvial yang berupa batuansedimen hasil endapan aluvium.

Citra atenuasi Gunungapi Semeru. Citrayang dimaksud pada penelitian ini adalahgambar penampang 2D dari atenuasi sinyalseismik yang ditunjukkan dari nilai Q-factornya. Struktur internal gunungapi Semeruhanya tampak pada daerah yang ada sebaranhiposenter ataupun episenter, sedangkandaerah yang tidak memiliki sebaran hiposenterataupun episenter tidak tampak strukturinternalnya. Hal ini juga terjadi pada beberapa

Keterangan : Gempa Vulkanik tipe A

Gambar 5. Struktur internal Gunungapi Semeru denganpenampang Selatan-Utara dan Barat-Timurpada masing-masing stasiun seismometer.

penelitian terdahulu untuk citra bawahpermukaan, bahwa daerah yang mampudicitrakan memang hanya daerah di sekitarhiposenter atau episenter [12, 1, 17].

Dari hasil citra struktur internal GunungapiSemeru tersebut tampak bahwa semakinmendekati kawah Jonggring Seloka makawarna konturnya adalah biru, yang berartibahwa nilai Q-factornya kecil atau atenuasinyabesar dan struktur internalnya adalah batuandengan rongga berisi gas, batuan pasir ataupunbatuan sedimen yang merupakan zona lemah.Semakin konturnya berwarna merah makabatuannya adalah batuan beku maupun batuan

Keterangan : Gempa Vulkanik tipe A

Gambar 6. Struktur internal Gunungapi Semeru denganpenampang Kedalaman dan Barat-Timurpada masing-masing stasiun seismometer

Page 6: Penentuan Struktur Internal Gunungapi Semeru Berdasarkan ...

150 Hena Dian A., dkk : Penentuan Struktur Internal Gunungapi Semeru Berdasarkan Citra Atenuasi Seismik

Keterangan : Gempa Vulkanik tipe A

Gambar 7. Struktur internal Gunungapi Semeru denganpenampang Kedalaman dan Selatan-Utarapada masing-masing stasiun seismometer

metamorf. Tepat di daerah hiposenter atauepisenter yang padat tampak warnanyakonturnya juga biru. Hal ini juga berartimemang di daerah tersebut ada aktivitasseismik dan temperatur yang lebih tinggi daridaerah sekitarnya sehingga di darerah tersebutdiperkirakan ada pergerakan fluida panas.Struktur internal berdasarkan nilai Q-factorjuga dipengaruhi fluida, porositas dan patahansebagaimana telah dijelaskan di atas. Citraatenuasi yang menunjukkan struktur internalGunungapi Semeru dari beberapa stasiunseismik yaitu Stasiun Kepolo, Stasiun Leker,Stasiun Tretes dan Stasiun Besukbang tampakpada Gambar 5, Gambar 6 dan Gambar 7.

Pada Gambar 5 tampak bahwa batuan beku

dan metamorf berada pada sekitar 2,69 km darikawah aktif Jonggring Seloko. Arah zonalemahnya adalah sesuai dengan arah letusancelah yaitu Timur-Tenggara-Selatan dan jugasesuai dengan arah letusan sampingnya yaituBarat Laut dan Tenggara [16].

Pada Gambar 6, tampak bahwa daerahyang berkelurusan di bawah kawah merupakandaerah zona lemah, dan batuan beku maupunmetamorf berada pada kedalaman sekitar 3km`dari kawah sedangkan zona lemah yangmengindikasikan keberadaan kantung magmaberada sampai pada kedalaman sekitar 1 km.

Pada Gambar 7, tampak daerah yangberkelurusan di bawah kawah aktif JonggringSeloko adalah daerah zona lemah dankedalaman kantung magma sampai sekitar 1,8km dengan diameter 1,3 km. Hal ini sesuaidengan penelitian bahwa kedalaman kantungmagma sekitar 1,8 sampai 2 km [17].

Struktur internal Gunungapi Semeru.Struktur internal Gunungapi Semeru menurutnilai Q-factor gempa vulkanik tipe A adalahbatuan dengan rongga berisi gas, batuansedimen, batuan pasir, batuan beku dan adabeberapa yang merupakan batuan metamorf.Hal ini sesuai dengan morfologi GunungapiSemeru yang merupakan gunung yangdibentuk oleh Gunungapi kuarter tua yangberasal dari pengunungan tua yang bercirikanbatuannya tidak mengandung fosil, batuannyayang berlapis dan padat serta terdiri darikerikil, dan pasir. Batuan metamorfmembuktikan bahwa ada intrusi magma kedalam batuan padat dan terbentuk terutamapada kontak antara magma dan batuan yangbersuhu tinggi ataupun diakibatkan adanyapengaruh gas-gas dalam magma terhadapbatuan. Daerah yang memiliki struktur batuanrongga berisi gas, batuan sedimen dan batuanpasir berada pada event yang memilikihiposenter yang lebih dangkal danepisenternya berada pada bentangan sebelahtenggara. Hal ini sangat memungkinkan karenaberdasarkan penelitian terdahulu bahwakelurusan struktur atau sesar Semeru memilikiarah Barat laut–Tenggara, Utara-Selatan danTimur-Barat [19, 16]. Berdasarkan pada petageologi batuan beku pada Gunungapi Semerudiidentifikasikan sebagai batuan basalt danandesit sebagaimana yang terdapat pada petageologi. Sedangkan batuan sedimen

Page 7: Penentuan Struktur Internal Gunungapi Semeru Berdasarkan ...

151Hena Dian A., dkk : Penentuan Struktur Internal Gunungapi Semeru Berdasarkan Citra Atenuasi Seismik

diidentifikasikan sebagai breksi vulkanik,breksi lahar dan tuf. Lava andesit dan basaltGunungapi Semeru berwarna abu-abu kompakberongga dan bertekstur porfiritik [20].

Struktur internal Gunungapi Semeruberdasarka nilai Q-factor gempa letusantampak didominasi oleh batuan dengan ronggaberisi gas, batuan sedimen dan batuan pasir.Batuan dengan rongga berisi gas kemungkinanadalah aliran piroklastik dan endapan lahar.Karena magma yang keluar sebagai hasilerupsi gunungapi terbentuk dari silikat-silikatyang mengandung gas-gas yang bisa larut dankadang-kadang menjadi mineral-mineral yangmengkristal dalam bentuk seperti cairan yangdapat larut dan mengapung. Ketika magma itumencapai permukaan, tekanannya menjadiberkurang sehingga memungkinkan larutan gasitu menjadi busa putih, mendorong magmamelewati gunungapi ketika gas-gas tersebutdilepaskan. Karena gempa yang dianalisa padapenelitian ini adalah saat Gunungapi Semerusedang meletus (status siaga) maka batuanberongga berisi gas bisa diartikan sebagaimedium yang berada di sekitar pipa magmayang berdasarkan sebaran hiposenter letusanberada pada kedalaman kurang dari 2 km dansebagian besar berada di bawah kawah aktifJonggring Seloko yang bisa diinterpretasikansebagai letak pipa magma.

Dan hal ini berkesesuaian denganpenelitian yang menyatakan nilai Q-factoryang rendah atau atenuasinya tinggi makatemperaturnya akan tinggi juga sehingga bisadianggap sebagai zona lemah yang merupakanletak kantung atau pipa magma [21, 22]. NilaiQ-factor yang tinggi atau atenuasi yang rendahjuga menunjukkan bahwa densitas dari strukturbawah permukaannya pun akan tinggi juga danini telah terbukti bahwa hasil interpretasibatuan pada daerah dengan nilai Q-factortinggi atau kurang teratenuasi memang berupabatuan beku ataupun batuan metamorf.Sedangkan jika dihubungkan dengan porositasdaerah ini memang terbukti strukturinternalnya memiliki porositas yang rendah.

KESIMPULAN

Dari pengolahan beberapa gempa vulkaniktipe A dan gempa letusan pada penelitian inidapat ditarik beberapa kesimpulan yaitu:

1. Nilai Q-factor dari Gunungapi Semerudengan menggunakan kecepatangelombang primer berdasarkan gempavulkanik tipe A adalah berkisar antara 4sampai 392 atau secara rata-rata 78,87sedangkan berdasarkan gempa letusanberkisar antara 4 sampai 288 dan jikadirata-rata nilainya adalah 51,39.Perbedaan nilai ini dikarenakan hiposentergempa vulkanik tipe A yang lebih dalamdibandingkan hiposenter gempa letusansehingga jenis batuannya lebih beragaamkarena semakin beragam jenis batuanmaka nilai Q-factor akan lebih tinggi.

2. Struktur internal Gunungapi Semeru didominasi oleh batuan pasir, batuansedimen, dan batuan dengan rongga berisigas. Letak zona lemah yangmengindikasikan keberadaan magmamengarah ke Timur-Tenggara-Selatandengan kedalaman katung magma sekitar1-1,8 km dan diameter panjang sekitar 1,3km dan diameter pendek 0,52 Km.

UCAPAN TERIMA KASIH

Terimakasih kepada pihak PusatVulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologiatas ijin yang telah diberikan dan seluruh stafPusat Pemantauan Gunungapi Semeru atasbantuan yang diberikan.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Suantika, G., S. Widiyantoro, A. Priyono,B. Priadi, and Surono. (2002), Threedimensional P-and S-wave velocitystructures of Mt. Guntur, West-Java,Indonesia, from seismic tomography,International Journal of Tomography &Statistic, Vol. 16, No. W11, 1-11.

[2] Ernawati, Eva. (2011), IdentifikasiMedium Penyusun Bawah PermukaanGunung Sinabung Berdasarkan Nilai Qfactor, Tugas Akhir, UniversitasPendidikan Indonesia, Bandung.

[3] Tokzos, M.N and D.H. Johnston, (1981),Seismic Wave Attenuation, Society ofExploration Geophysicists, Oklahoma.

[4] Zucca J.J., L.J. Hutchings and P.W.Kasameyer (1994), Seismic velocity and

Page 8: Penentuan Struktur Internal Gunungapi Semeru Berdasarkan ...

152 Hena Dian A., dkk : Penentuan Struktur Internal Gunungapi Semeru Berdasarkan Citra Atenuasi Seismik

attenuation structure of the Geysersgeothermal field, California, Geothermics23, 111-126.

[5] Sanders C.O., C. Ponko, L.D. Nixon andE.A. Schwartz (1995), Seismologicalevidence for magmatic and hydrothermalstructure in Long Valley caldera fromlocal earthquake attenuation and velocitytomography, Journal of GeophysicalResearch, 100, 8311–8326.

[6] Wu H. and M. Lees (1996), Attenuationstructure of Coso geothermal area,California, from wave pulse widths,Bulletin of the Seismological Society ofAmerica 86, 1574–1590.

[7] Zollo A. and De Lorenzo S. (2001),Source parameters and three dimensionalattenuation structure from the inversion ofmicro earthquake pulse width data:Method and synthetic tests, Journal ofGeophysical Research 106, 16,287–16,306.

[8] Siswowidjojo, S. (1981), SeismologiGunungapi, Metoda pengamatan, AnalisaGempa dan Hubungannya denganTingkat Kegiatan Gunungapi, DirektoratVulkanologi. Bandung.

[9] Tselentis, G. A. (1998), Intrinsic andscattering seismic attenuation in W.Greece, Pure Applied Geophysics 153,703–712.

[10] Susilo, Adi. (1997), Analisis SinyalSeismik Gunungapi Semeru (Jawa Timur,Desember 1993–Pebruari 1994) DenganDekonvolusi Homomorfik UntukMenentukan Mekanisme Sumbernya,Tesis, Universitas Gadjah Mada,Yogyakarta.

[11] Priyono, A., G. Suantika dan S.Widiyantoro (2010), Perbandingan hasilatenuasi tomografi 3D menggunakanmetoda spectral fitting dan spectral ratiodalam usaha pemetaan bawah permukaan(Studi kasus Gunung Guntur), JurnalMatematika dan Sains, Vol. 15 No. 3,113-122.

[12] Zobin, M. (2012), Introduction toVolcanic Seismology, Elsevier, London.

[13] Sanny, T. A., Handayani. G., dan Rizal(2000), Pengaruh porositas dan saturasipada kecepatan getaran P dan faktorkualitas Q, Jurnal Geofisika No 2, 30-38.

[14] Sheriff, R. E. and Geldart, L. P. (1995),Exploration Seismology, CambridgeUniversity Press, America.

[15] Sutawijaya, I.S, D. Wahyudin dan E.Kusdinar (1996), Peta GeologiGunungapi Semeru, Jawa Timur,Direktorat Vulkanologi , Bandung.

[16] Wahyudin, Deden (2010), Aliran lavaproduk letusan celah tahun 1941 sertakemungkinan terjadinya letusan sampingbaru di Gunungapi Semeru Jawa Timur,Jurnal Lingkungan dan Bencana Geologi,Vol. 1 No. 3. 199-211.

[17] Chouet, Bernard (2003), VolcanoSeismology, Pure appl. Geophys. 160,739-788.

[18] Maryanto, S. (1999), Analysis of SeismicSignal of Mt. Semeru (East Java, March1st-21st, 1988) in Order to Determine it’sSource and Eruption Mechanism, Tesis,Universitas Gajahmada, Yogyakarta.

[19] Dana, I. N., DedenWahyudi, dan A.Wildan (1995), Panduan aktivitasGunung Semeru, Direktorat VulkanologiSubdit Pengamatan Gunungapi SeksiJawa Bagian Timur, Bandung.

[20] Suyanto, I. (1992), Harmonic tremor ofMt. Merapi (Central Java) before the1992 Lava Doming, InternationalWorkshop on Physical Volcanology, XVIIAnnual Meeting of HAGI (Indonesian)Association of Geophysicist,Yogyakarta.

[21] Ringler, Adam, T. (2011), Relativeseismic attenuation estimation, Geophys.J. Int.111, 363-390.

[22] Anderson, D.L, (1989), Theory of TheEarth, Blackwell Scientific Publications.Boston.