BAB I PENDAHULUAN A. Judul Penentuan Perubahan Entalpi Pembakaran (∆H C ) Naftalen Menggunakan Kalorimeter Bom B. Tanggal Percobaan: 18 Maret 2014 C. Tujuan Percobaan Menentuakan perubahan entalpi pembakaran (∆H C ) naftalen menggunakan kalorimeter bom. D. Dasar Teori Salah satu aplikasi Hukum Pertama Termodinamika di dalam bidang kimia adalah termokimia, yaitu ilmu yang mempelajari efek apanas yang terjadi baik pada proses fisis maupun dalam reaksi kimia. Proses yang menyebabakan kalor dipindahkan dari sistem ke lingkungan disebut proses eksoterm, sedangkan jika sistem pada proses tersebut menyerap kalor (kalor dipindahkan dari lingkungan ke dalam sistem), prosesnya disebut proses endoterm. Jenis kalor yang menyertai suatu proses biasa dinamai dengan jenis proses tersebut, misalnya kalor pelarutan, yaitu kalor yang menyertai proses peruabahan fisik fasa zat terlarut ke dalam fasa pelarutnya (biasanya yang dibahas berupa pelarut cair); kalor pembakaran, yaitu kalor yang dihasilkan dari reaksi pembakaran suatu zat, dsb. Peruabhan entalpi (∆H) menyatakan besarnya kalor yang menyertai suatu reaksi pada tekanan tetap. Secara eksperimen, pengukuran perubahan entalpisuatu reaksi tidak hanya dapat dilakukan pada tekanan tetap tetapi dapat juga dilakukan pada volume tetap. Besarnya kalor yang menyertai suatu yang diukur pada volume tetap dinyatakan sebagai perubahan energi dalam (∆U). Jadi, besarnya kalor reaksi bergantung pada kondisi reaksi. pada volume tetap, kalor yang menyertai proses tersebut merupakan perubahan energi dalam, Q v = (∆U) pada tekanan tetap Q adalah perubahan entalpi, Q p = (∆H) Pengukuran kalor yang menyertai perubahan fisika atau kimia disebut kalorimetri dan alat yang digunakan untuk mengukur kalor adalah kalorimeter. Salah
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
A. Judul
Penentuan Perubahan Entalpi Pembakaran (∆HC) Naftalen Menggunakan Kalorimeter
Bom
B. Tanggal Percobaan:
18 Maret 2014
C. Tujuan Percobaan
Menentuakan perubahan entalpi pembakaran (∆HC) naftalen menggunakan
kalorimeter bom.
D. Dasar Teori
Salah satu aplikasi Hukum Pertama Termodinamika di dalam bidang kimia
adalah termokimia, yaitu ilmu yang mempelajari efek apanas yang terjadi baik pada
proses fisis maupun dalam reaksi kimia. Proses yang menyebabakan kalor
dipindahkan dari sistem ke lingkungan disebut proses eksoterm, sedangkan jika sistem
pada proses tersebut menyerap kalor (kalor dipindahkan dari lingkungan ke dalam
sistem), prosesnya disebut proses endoterm. Jenis kalor yang menyertai suatu proses
biasa dinamai dengan jenis proses tersebut, misalnya kalor pelarutan, yaitu kalor yang
menyertai proses peruabahan fisik fasa zat terlarut ke dalam fasa pelarutnya (biasanya
yang dibahas berupa pelarut cair); kalor pembakaran, yaitu kalor yang dihasilkan dari
reaksi pembakaran suatu zat, dsb.
Peruabhan entalpi (∆H) menyatakan besarnya kalor yang menyertai suatu
reaksi pada tekanan tetap. Secara eksperimen, pengukuran perubahan entalpisuatu
reaksi tidak hanya dapat dilakukan pada tekanan tetap tetapi dapat juga dilakukan pada
volume tetap. Besarnya kalor yang menyertai suatu yang diukur pada volume tetap
dinyatakan sebagai perubahan energi dalam (∆U). Jadi, besarnya kalor reaksi
bergantung pada kondisi reaksi.
pada volume tetap, kalor yang menyertai proses tersebut merupakan perubahan
energi dalam, Qv = (∆U)
pada tekanan tetap Q adalah perubahan entalpi, Qp = (∆H)
Pengukuran kalor yang menyertai perubahan fisika atau kimia disebut
kalorimetri dan alat yang digunakan untuk mengukur kalor adalah kalorimeter. Salah
satu reaksi kimia yang dapat ditentukan perubahan entalpinya denga cukup mudah
adalah reaksi pembakaran.
Cara terbaik penentuan perubahan entalpi pembakaran suatu cuplikan adalah
dengan menggunakan cara autoklaf (bom Berthelot), suatu kalorimeter air klasik
yang dilengkapi dengan mantel yang bersifat isoterm. Dalam kalorimater ini
pembakaran cuplikan dilakukan dalam oksigen bertekanan tinggi. Selama
pembakaran sampel dalam kalorimeter, keseluruhan bejana dalam badan kalorimeter
yang berisi air. Kalor yang dilepaskan oleh reaksi pembakaran ditentukan melalui
pengukuran suhu air di badan kalorimeter.
(Tim Kimia Fisika, 2014: 7.1-7.3)
Kalorimeter adlah alat untuk mengukur kalor yang diserap atau dilepaskan
oleh suatu reaksi kimia. Kalorimeter terdiri dari bejana yang dilengkapi dengan
batang pengaduk dan termometer. Bejana tersebut diselimuti dengan penyekat panas
untuk mengurangi perpindahan panas dari sitem ke lingkungan atau sebaliknya.
Penentuan kalor dilakukan melalui pengukuran suhu yang terjadi selama
proses perubahan kimia atau fisika yang berlangsung. Dalam setiap pengukuran,
perubahan suhu yang diukur adalah suhu kalorimeter beserta seluruh isinya. Dan
hasil pengukuran ∆T dapat dihitung jumlah kalor yang terlibat dalam sistem reaksi.
Untuk reaksi kimia yang melibatkan pembakaran, penentuan kalor reaksi
dilakukan secara tidak langsung dalam alat yang disebut kalorrimeter bom.
Pengukuran kalor reaksi dalam kaorimeter bomdikerjakan pada volume tetap,
sehingga perubahan energi yang terjadi bukan ∆H melainkan ∆U.
(Yayan Sunarya, 2010: 143-146)
Reaksi pembakaran merupakan reaksi yang bersifat eksoterm. Sehingga sesuai
dengan hukum konservasi energi, secara matematik dirumuskan sebagai berikut
q reaksi = q terima
q reaksi = q serap (air dan kalorimeter)
q reaksi = (Ck . ∆T)
Kapasitas kalor kalorimeter (disebut juga harga air kalorimater, ‘Ck’, satuan:
J/°C) adalah jumalh kalor yang diperlukan untuk menaikan suhu kalorimeter sebesar
1°C. Besarnya harga Ck dapat ditentukan secra percobaan melalui salah satu dari
beberapa metode yang umum. percoabaan tersebut disebut kalibrasi kalorimeter
dengan melakukan reasi pembakaran suatu senyawa murni yang telah diketahui
perubahan entalpi pembakarannya. Misalnya, pada kondisi standar bedasarkan data
handbook diketahui bahwa ∆HC asam benzoat adalah -3.239,04 kJ/mol.
Untuk menentukan perubahan entalpidari perubahan energi dalam dapat
dilakukan dengan cara menggunakan persamaan berikut
∆H = ∆U + ∆ (PV) (7-2)
Karena reaksi berlangsung pada volume tetap maka persamaan berubah
menjadi
∆H = ∆U + V ∆P (7-3)
Persamaan (7-2) berlaku unutk reaksi yang menghasilkan perubahan jumlah
mol gas sebelum dan sesudah reaksinya. Jika gas-gas terlibat di dalam reaksi
dianggap gas ideal, maka persamaan (7-2) berubah menjadi
∆H = ∆U + ∆nRT (7-4)
dengan ∆n adalah selisih jumlah mol gas sebelum dan sesudah reaksi (jumlah
mol setelah reaksi dikurangi jumlah mol sebelum reaksi). Nilai ∆n untuk asam
benzoat adalah ∆n = -0,5. Jika reaksi berlangsung pada suhu 298 maka pesamaan
(7-4) menjadi
∆H = ∆U – 0,5 x 8,314 J/Kmol x 298 K
∆H = ∆U – 1,24 kJ/mol
atau
∆U = ∆H + 1,24 kJ/mol
∆U = -3.239,04 kJ/mol + 1,24 kJ/mol
= -3.237,80 kJ/mol
Untuk mendapatkan kapasitas kalorimeter (tetapan kalorimeter, Ck), dapat
digunakan nilai perubahan energi dalam pada pembakaran asam benzoat ini dengan
menggunkan persamaan berikut ini
Ck = (
)
(Tim Kimia Fisika,2014: 7.3-7.5)
Perubahan energi dalam tidak sama dengan perpindahan energi atau kalor
ketika sistem bebas unutk mengubah-ubah volumenya. Pada kenyataannya sejumlah
energi diberikan sebagai kalor kepada sistem, dikembalikan ke keadaan sekitar sebagai
kerja ekspansi. Bagaimanapun, sekarang kita akan menunjukan bahwa pada kasus ini
energi yang diberikan sebagai kalor dalam keadaan tekanan tetap sama dengan
perubahan besaran termodinamika yang lain pada sistem, yaitu entalpi.
Entalpi, H, didefinisikan sebagai
H = U + PV
dimana p adalah tekanan pada sistem dan v adalah volume. Karena U, v, dan p
semuanya merupakan fungsi keadaan, entalpi juga merupakan fungsi keadaan yang
tidak bergantung pada jalannya proses tetapi bergantung pada keadaan awal dan akhir
dari sistem.
(Atkins dan Paula, 2006: 40-41)
E. Alat dan Bahan
1. Alat-Alat
Kalorimeter bom 1 set
Nraca 1 set
Kawat pengikat 20 cm
Termometer 1 buah
Tabung gas O2 murni 1 set
Tang penjepit 1 buah
Stopwatch 1 buah
lap/tisu secukupnya
2. Bahan
Pelet asam benzoat 0,430 gram
Pelet naftalen 0,564 gram
Gas O2 murni ± 30 atm
Air ± 2000 Ml
F. Spesifikasi Bahan
Bahan Sifat Fisika Sifat Kimia
Air
(H2O)
Cairan tidak berwarna dan tidak
berbau
ρ = 0.998 g/mL
Td = 100°C
C = 1 kal/g°C
Pelarut universal
Memiliki ikatan hidrogen
Rumus molekul: H2O
Bahaya: menimnulkan ledakan jika bereaksi dengan logam-logam
reaktif.
Penanggulangan: hindari kontak langsung dengan logam-logam
reaktif.
Asam benzoat
(C6H5COOH)
Sifat Fisika Sifat Kimia
Padatan kristal berwarna putih
ρ = 1,32 g/cm³
Tl = 122,4°C
Td = 249°C
∆Hc = 6.318 kal/g
Larut dalam air panas, metanol,
dietil eter
Mudah terbakar
Menyebabkan iritasi
Mr = 122 g/mol
Bahaya: bahan yang mudah terbakar; menyebabkan iritasi terhadap
pernapasan, kulit, usus; menyebabkan gangguan ginjal jika
tertelan.
Penanggulangan: jika terkena kulit atau mata segera basuh dengan air,
jika terhirup segera pindah ke tempat yang lebih
segar.
Oksigen Sifat Fisika Sifat Kimia
(O2)
Gas tidak verwarna dan tidak
berbau
ρ = 1,429 g/L
Td = -182,95°C
Rumus molekul: O2
Bersifat paramagnetik
Bahan yang stabil pada suhu
kamar
Bahaya:
dapat membakar zat-zat organik yang mudah tebakar
tidak bereaksi dengan H2, tetapi begitu ada loncatan bunga api
akan meledak
jika kadarnya berlebih akan menyebabkan batuk, gangguan
paru-paru
dalam bentuk cair akan menyebabkan luka bakar jika terkena
kulit
Penanggulangan: hindari kontak langsung dengan zat-zat yang mudah
tebakar
.
(Sumber: MSDS, 1998)
Bahan Sifat Fisika Sifat Kimia
Naftalen
(C10H8)
Berupa padatan kristal berwarna
putih
Berbau aromatik
Td = 218°C
Tl = 80,2°C
ρ = 4,4
Larut dalam air
Mr = 128,19 g/mol
Mudah terbaka
Bahaya: menyebabkan iritasi terhadap mata, kulit, dan pernapasan
Penanggulangan:
jika terkena mata segera basuh dengan air mengalir selama 15
menit
jika terkena kulit segera cuci dengan air
jika terhirup segera pindah ke tempat yang lebih segar