Top Banner
1 LAPORAN KELOMPOK PRAKTIKUM ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA PENENTUAN GOLONGAN DARAH PADA MANUSIA KELOMPOK/GELOMBANG : 1 / 2 Ahmad Rois (1304015003) Astie Afriani (1304015078) Lisa Yuliana (1304015284) Rostuti (1304015460) Yohana Zerlinda (1304015558) KELAS : 2G DOSEN PEMBIMBING Dwitiyanti, M. Farm, Apt FAKULTAS FARMASI DAN SAINS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA JAKARTA 2014
21

Penentuan Golongan Darah Manusia.pdf

Oct 09, 2015

Download

Documents

Astie Afriani
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
  • 1

    LAPORAN KELOMPOK PRAKTIKUM

    ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA

    PENENTUAN GOLONGAN DARAH PADA MANUSIA

    KELOMPOK/GELOMBANG : 1 / 2

    Ahmad Rois (1304015003)

    Astie Afriani (1304015078)

    Lisa Yuliana (1304015284)

    Rostuti (1304015460)

    Yohana Zerlinda (1304015558)

    KELAS : 2G

    DOSEN PEMBIMBING

    Dwitiyanti, M. Farm, Apt

    FAKULTAS FARMASI DAN SAINS

    UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA

    JAKARTA

    2014

  • 2

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Di dalam tubuh terdapat kurang lebih lima liter darah yang mengalir tiada

    henti. Darah adalah sungai kehidupan dalam tubuh kita. Jika kita kehilangan

    banyak darah, maka nyawa kita akan terancam, bahkan dapat mengakibatkan

    kematian. Seringkali seseorang kekurangan darah akibat mengalami kecelakaan

    atau menderita suatu penyakit yang dimana orang tersebut harus memerlukan

    darah dengan cara transfusi darah. Seseorang dapat meninggal apabila kehilangan

    40% darahnya pada waktu yang singkat karena tubunya tidak dapat membuat

    darah lagi dengan cepat. Tetapi kematian akibat kasus tersebut di atas dapat

    dicegah dengan tindakan transfusi darah dari seorang donor. Darah donor dapat

    ditransfusikan pada orang-orang tertentu. Hal ini dikarenakan adanya persyaratan

    tertentu yang harus dipenuhi. Sebelum transfuse dilakukan perlu dilakukan tes

    mencampur darah donor dengn darah resipien. Bila tidak terjadi aglutinasi maka

    dikatakan darah sesuai dan transfuse dapat dilakukan. Kesesuaian tersebut

    tergantung dari antigen pada permukaan eritrosit dan antibody dalam plasmanya.

    Setiap manusia mempunyai golongan darah masing-masing. Golongan darah

    dapat diturunkan secara genetik dari kedua orang tua kepada generasi

    keturunannya. Mendonorkan darah kepada seseorang merupakan suatu perbuatan

    yang amat mulia. Maka dari itu untuk melakukan donor darah kita harus

    mengetahui golongan darah yang kita miliki. Apakah golongan darah yang kita

    miliki dengan orang yang akan menerimanya cocok atau tidak? Melalui praktikum

    inilah kita akan menentukan golongan darah.

    1.2 Rumusan Masalah

    Rumusan masalah dalam laporan ini, hanya sebatas membahas tentang

    golongan darah, untuk lebih mengetahui detail tentang golongan darah pada

    manusia. Kemudian timbul pertanyaan di benak kami:

    Bagaimana cara menentukan golongan darah pada Manusia?

  • 3

    Dengan modal pertanyaan di atas, kami berharap akan menemukan jawaban yang

    tepat supaya kita dapat mengetahui labih jauh tentang golongan darah manusia.

    1.3 Tujuan Praktikum

    Tujuan dari praktikum yang kami lakukan antara lain yaitu :

    1. Mahasiswa mengetahui cara mengetahui golongan darah.

    2. Mahasiswa mengetahui pembagian golongan darah.

    3. Pewarisan Golongan Darah.

  • 4

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Penggolongan Darah Sistem A-B-O

    Darah adalah unit fungsional seluler pada manusia yang berperan untuk

    membantu proses fisiologi. Darah terdiri dari dua komponen yaitu plasma darah

    dan sel-sel darah. Plasma darah yang ada pada darah sekitar 55% dari jumlah

    darah dalam tubuh manusia, sedangkan sel-sel darah ada pada darah sekitar 45%.

    Sel-sel darah dibedakan menjadi sel darah merah (eritrosit), sel darah putih

    (leukosit), dan sel darah pembeku (trombosit).

    a. Sel Darah Merah (Eritrosit)

    Sel darah merah merupakan penyusun sel-sel darah yang jumlahnya paling

    banyak. Pada wanita, jumlahnya 4,5 juta/mm3 darah, sedangkan pada laki-laki

    5 juta/mm3 darah. Akan tetapi, jumlah itu bisa naik atau turun, tergantung dari

    kondisi seseorang. Eritrosit normal berbentuk cakram bikonkaf dan tidak memiliki

    nukleus. Bentuk eritrosit sebenarnya dapat berubah-ubah, seperti ketika sel-sel

    tersebut beredar melewati kapiler-kapiler. Jumlah sel darah merah ini bervariasi

    pada kedua jenis kelamin dan pada perbedaan umur. Pembentukan eritrosit

    disebut juga eritropoiesis. Eritropoiesis terjadi di sumsum tulang.

    Pembentukkannya diatur oleh hormon glikoprotein yang disebut dengan

    eritropoietin. Jangka hidurp eritrosit kira-kira 120 hari. Eritrosit yang telah tua

    akan ditelan oleh sel-sel fagosit yang terdapat dalam hati dan limpa. Untuk

    menghitung jumlah eritrosit pada tubuh seseorang maka dapat dengan cara

    menghitung 8% dari berat badan orang itu.

    Faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah eritrosit adalah:

    Jenis Kelamin pada laki-laki normal jumlah (konsentrasi) eritrosit mencapai

    5,15,8 juta per mililiter kubik darah. Pada wanita normal 4,35,2 juta per

    mililiter kubik darah.

    Usia Orang dewasa memiliki jumlah eritrosit lebih banyak dibanding anak-

    anak.

  • 5

    b. Sel Darah Putih (Leukosit)

    Sel darah putih ibarat serdadu penjaga tubuh dari serangan musuh. Jika kita

    terluka, maka sel darah putih ini akan berkumpul di bagian tubuh yang terkena

    luka, agar tidak ada kuman penyakit yang masuk melalui luka itu. Jika ada kuman

    yang masuk, maka dia akan segera melawannya. Dapat digambarkan, bahwa akan

    terjadi pertarungan antara kuman dengan sel darah putih. Timbulnya nanah pada

    luka itu merupakan gabungan dari sel darah putih yang mati, kuman, sel- sel

    tubuh, dan cairan tubuh.

    Sel darah putih mempunyai nukleus dengan bentuk yang bervariasi.

    Ukurannya berkisar antara 10 nm25 nm. Fungsi sel darah putih ini adalah untuk

    melindungi badan dari infeksi penyakit serta pembentukan antibodi di dalam

    tubuh. Untuk membedakan strukturnya dari sel darah merah. Pada tubuh manusia,

    jumlah sel darah putih berkisar antara 6 ribu9 ribu butir/mm3, namun jumlah ini

    bisa naik atau turun. Faktor penyebab turunnya sel darah putih, antara lain karena

    infeksi kuman penyakit. Pada tubuh seseorang yang menderita penyakit tifus, sel

    darah putihnya hanya berjumlah 3 ribu butir/mm3.

    Kondisi sel darah putih yang turun di bawah normal disebut leukopeni. Pada

    kondisi ini seseorang harus diberikan obat antibiotik untuk meningkatkan daya

    tahan dan keamanan tubuh. Apabila tidak, maka orang tersebut dapat meninggal

    dunia. Pada orang yang terkena kanker darah atau leukemia, sel darah putih bisa

    mencapai 20 ribu butir/mm3 atau lebih. Kondisi di mana jumlah sel darah putih

    naik di atas jumlah normal disebut leukositosis.

    c. Sel Darah Pembeku (Trombosit)

    Ketika kita mengalami luka pada permukaan tubuh, maka tubuh akan

    mengeluarkan darah. Terjadinya pendarahan itu disebabkan oleh sobeknya

    pembuluh darah. Pada keadaan luka yang ringan, setelah beberapa saat darah akan

    berhenti mengalir. Pada saat terjadi luka pada permukaan tubuh, komponen darah,

    yaitu trombosit akan segera berkumpul mengerumuni bagian yang terluka dan

    akan menggumpal sehingga dapat menyumbat dan menutupi luka. Di dalam darah

    terdapat protein (trombin) yang larut dalam plasma darah yang mengubah

    fibrinogen menjadi fibrin atau benang-benang. Fibrin ini akan membentuk

    anyaman dan terisi keping darah, sehingga mengakibatkan penyumbatan dan

  • 6

    akhirnya darah bisa membeku. Jumlah sel darah pembeku 250 ribu sel/mm3

    darah normal dan hanya dapat bertahan hidup dengan usia 8-10 hari.

    Trombosit adalah bagian sel darah yang berperan dalam pembekuan darah.

    Jika jaringan tubuh terluka, trombosit pada permukaan akan pecah dam

    mengeluarkan enzim trombokinase. Enzim trombokinase akan mengubah protobin

    menjadi trombin dengan bantuan ion Ca2+

    . Trombin adalah sebuah enzim yang

    mengkatalis perubahan fibrinogen (protein plasma yang dapat larut dalam plasma

    darah) menjadi fibrin (protein yang tidak dapat larut dalam plasma darah).

    Pembentukkan benang-benang fibrin menyebabkan luka akan tertutup.

    Membran eritrosit mengandung dua antigen, yaitu tipe-A dan tipe-B. Antigen

    ini disebut aglutinogen. Sebaliknya, antibodi yang terdapat dalam plasma akan

    bereaksi spesifik terhadap antigen tipe-A atau tipe-B yang dapat menyebabkan

    Aglutinasi (penggumpalan) eritrosit. Antibodi plasma yang menyebabkan

    penggumpalan aglutinogen disebut aglutinin. Ada dua macam aglutinin, yaitu

    aglutinin-a (zat anti-A) dan aglutinin-b(zat anti B).

    Aglutinogen-A memiliki enzim glikosil transferase yang mengandung asetil

    glukosamin pada rangka glikoproteinnya. Sedangkan aglutinogen-B mengandung

    enzim galaktosa pada rangka glikoproteinnya.

    Golongan darah manusia ditentukan berdasarkan jenis antigen dan antibodi

    yang terkandung dalam darahnya, golongan darah tersebut dibagi menjadi 4

    golongan yaitu sebagai berikut:

    Antigen (Aglutinogen), Antibodi (Aglutinin).

    Individu dengan golongan darah A dalam eritrosit (sel darah merah)

    mengandung Antigen (Aglutinogen) A, dan plasma darah mengandung

    Antibodi (Aglutinin) B. Sehingga, orang dengan golongan darah A-negatif

    hanya dapat menerima darah dari orang dengan golongan darah A-negatif atau

    O-negatif.

    Individu dengan golongan darah B dalam eritrosit (sel darah merah)

    mengandung Antigen (Aglutinogen) B, dan plasma darah mengandung

    Antibodi (Aglutinin) A Sehingga, orang dengan golongan darah B-negatif

  • 7

    hanya dapat menerima darah dari orang dengan dolongan darah B-negatif atau

    O-negatif

    Individu dengan golongan darah AB dalam eritrosit (sel darah merah)

    mengandung Antigen (Aglutinogen) A dan B, dan plasma darah tidak

    mengandung Antibodi (Aglutinin). Sehingga, orang dengan golongan darah

    AB-positif dapat menerima darah dari orang dengan golongan darah ABO

    apapun dan disebut Resipien universal (orang yang menerima darah).

    Namun, orang dengan golongan darah AB-positif tidak dapat mendonorkan

    darah kecuali pada sesama AB-positif.

    Individu dengan golongan darah O dalam eritrosit (sel darah merah) tidak

    mengandung Antigen (Aglutinogen), dan plasma darah mengandung Antibodi

    (Aglutinin) A dan B. Sehingga, orang dengan golongan darah O-negatif dapat

    mendonorkan darahnya kepada orang dengan golongan darah ABO apapun

    dan disebut Donor Universal (Orang yang mendonorkan darah). Namun,

    orang dengan golongan darah O-negatif hanya dapat menerima darah dari

    sesama O-negatif.

    Secara singkat, golongan darah sistem ini daat dilihat pada tabel berikut ini :

    Gol. Darah Anti A Anti B Anti AB Anti O

    A + - + +

    B - + + +

    AB + + + +

    O - - - +

    Ket : ( + ) Menggumpal

    ( - ) Larut

    Transfusi darah adalah pemberian darah seseorang kepada orang lain. Orang

    yang berperan sebagai pemberi darah disebut dengan donor. Orang yang

    menerima darah disebut resipien. Golongan darah AB merupakan resipien

    universal karena dapat menerima semua jenis golongan darah. Sebaliknya,

    golongan darah O adalah donor universal karena dapat ditranfusikan kepada

    semua jenis golongan darah. Alasan terbanyak melakukan transfusi darah adalah

  • 8

    karena penurunan volume darah dan untuk memberi resipien beberapa unsur dari

    darah yang dibutuhkan.

    2.2 Penggolongan Darah Sistem Rhesus

    Pada sistem rhesus, terdiri dari Rhesus Positif dan Rhesus Negatif. Sebagian

    besar orang asia termasuk Indonesia memiliki rhesus positif, sedangkan rhesus

    negatif pada umumnya dimiliki oleh orang luar. Seseorang yang memiliki rhesus

    positif darahnya akan mengalami aglutinasi apabila diberikan anti-Rh. Sedangkan

    rhesus negatif, tidak akan bereaksi apabila diberikan anti-Rh.

  • 9

    BAB III

    METODOLOGI PRATIKUM

    3.1 Waktu dan Tempat

    Praktikum ini dilaksanakan pada hari Senin, tanggal 7 April 2014 pukul

    10.3013.00 WIB, dan bertempat di Laboratorium Anatomi Fisiologi Manusia,

    Fakultas Farmasi dan Sains, Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka.

    3.2 Alat dan Bahan

    Kartu Golongan Darah

    Lanset

    Jarum Frankle

    Jarum Pentul

    Serum Anti A

    Serum Anti B

    Serum Anti AB

    Serum Anti D (Rh)

    3.3 Prosedur Kerja

    1. Sediakan gelas objek yang bersih.

    2. Bersihkan ujung jari tengah yang akan diambil darahnya dengan alkohol

    70%.

    3. Kemudian tusuk jari telunjuk tersebut dengan jarum lanset.

    4. Setelah darah keluar, teteskan darah pada kartu uji sebanyak 4 kali pada

    tempat yang berbeda sesuai nomor.

    5. Tetesi tetesan darah pertama dengan anti serum A lalu aduk dengan ujung

    jarum pentul.

    6. Tetesi tetesan darah kedua dengan anti serum B lalu aduk dengan ujung

    jarum pentul.

  • 10

    7. Tetesi tetesan darah ketiga dengan anti serum AB lalu aduk dengan ujung

    jarum pentul.

    8. Amatilah hasilnya apakah terjadi aglutinasi (penggumpalan darah) atau tidak

    pada tetesan darah tersebut yang telah dicampur dengan serum.

    9. Lalu tentukan golongan darahnya.

    10. Ulangi langkah 1 sampai 9, lakukan sebanyak jumlah praktikan yang ada.

  • 11

    BAB IV

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    4.1 Hasil Praktikum

    Dari hasil praktikum tentang penentuan golongan darah yang telah kami

    lakukan, data yang dapat kami ambil yaitu berupa sampel-sampel darah yang telah

    dicampur dengan serum. Data-data tersebut kami buat dalam bentuk tabel sebagai

    berikut :

    No. Nama

    Mahasiswa

    Serum

    Anti A

    Serum

    Anti B

    Serum

    Anti AB

    Serum

    Anti D

    (Rh)

    Gol.

    Darah

    1. Astie Afriani - - - + O

    2. Tatang - + + + B

    3. Septi + - + + A

    4. Yossa + + + + AB

    5. Desi. P + - + + A

    Ket : ( + ) Menggumpal

    ( - ) Larut

    4.2 Pembahasan

    Untuk menentukan golongan darah manusia itu bisa dengan sistem ABO yang

    terdiri dari 4 golongan darah yaitu A, B, AB, dan O dan sistem yang lainnya yaitu

    sistem rhesus yaitu ada 2 rhesus positif dan rhesus negatif.

    Berdasarakan dari hasil praktikum yang telah di lakukan ternyata dari

    beberapa relawan di dapatkan golongan darah mereka yaitu A+ , B+ , AB+ dan

    O+. Ternyata memang benar bila tetesan darah di campur dengan serum maka

    akan dapat melihat darah tersebut termasuk golongan darah A, B, AB atau O.

    Sebagai contoh dari hasil data praktikum yang telah di lakukan :

    Untuk golongan darah A+ yang dimiliki oleh Septi dan Desi bila tetesan

    darahnya di campur dengan serum anti A maka akan menggumpal (+), dengan

  • 12

    anti B maka tidak akan menggumpal/ Larut, dengan anti AB maka akan

    menggumpal (+), dengan anti D (Rh) maka akan menggumpal (+).

    Untuk golongan darah B+ yang dimiliki oleh Tatang bila tetesan darahnya di

    campur dengan anti A maka tidak akan menggumpal/ larut (-), dengan anti B

    maka akan menggumpal (+), dengan anti AB maka akan menggumpal (+),

    dengan anti D (Rh) maka akan menggumpal (+).

    Untuk golongan darah AB+ yang dimiliki oleh Yossa bila tetesan darahnya di

    campur dengan anti A maka akan menggumpal (+), dengan anti B maka akan

    menggumpal (+), dengan anti AB maka akan menggumpal (+), dengan anti D

    (Rh) maka akan menggumpal (+).

    Untuk golongan darah O+ yang dimiliki oleh Astie Afriani bila tetesan

    darahnya di campur dengan anti A maka tidak akan menggumpal/ Larut (-),

    dengan anti B maka tidak menggumpal/ larut (-), dengan anti AB maka tidak

    menggumpal/ larut (-) dengan anti D (Rh) maka akan menggumpal (+).

    Untuk golongan darah yang memiliki anti gen dan anti bodi dalam golongan darah

    yaitu bisa kita lihat dari tabel berikut ini antara lain :

    Gol. Darah Aglutinogen (Antigen) pada

    Eritrosit

    Aglutinin (Antibodi) pada

    Plasma Darah

    A A B

    B B A

    AB A dan B -

    O - A dan B

    Pada percobaan penentuan golongan darah ini digunakan sistem golongan

    darah ABO. Sistem darah ABO ini didasarkan pada antigen (A dan B) yang

    terdapat pada permukaan eritrosit dan antibody atau aglutinin ( dan ) dalam

    plasmanya. Antigen ini merupakan suatu glikoprotein yang ada tidaknya adalah

    sebagai dasar pembeda pada penentuan golongan darah seseorang, sedangkan

    antibody merupakan suatu molekul protein yang dihasilkan oleh sel-B untuk

    merespon adanya antigen.

  • 13

    Penggolongan sistem ABO adalah sebagai berikut:

    (Sumber : www.blopress.com)

    Sedangkan struktur darahnya adalah :

    (Sumber : www.blopress.com)

  • 14

    (Sumber : www.blopress.com)

    Hal ini dapat dikatakan bahwa golongan darah 0 dapat memberikan ke semua

    jenis golongan darah, mengingat bahwa golongan darah 0 tidak memiliki antigen

    sama sekali. Sehingga kesimpulannya bahwa golongan darah 0 adalah sebagai

    donor universal. Sedangkan darah AB dapat menerima darah dari semua

    golongan, mengingat bahwa golongan darah AB memiliki 2 jenis antigen, namun

    tidak memiliki aglutinin sama sekali. Sehingga, golongan darah AB adalah

    sebagai resipien universal.

    4.3 Pewarisan Golongan Darah A-B-O

    Dalam kehidupan sehari-hari pewarisan golongan darah pada anak itu bukan

    hal yang luar biasa lagi tapi hanya menjadi hal biasa karena itu pewarisan dari

    orang tua dari anak tersebut. Salah satu aplikasi (manfaat) mempelajari golongan

    darah seseorang adalah untuk transfusi darah. Oleh karena itu, dikenal istilah

    donor (yang memberikan darah) dan resipien (yang menerima transfusi darah).

    Begitu pentingnya darah bagi kehidupan manusia, penelitian mendalam tentang

    darah sangat banyak dilakukan. Dua komponen penyusun darah adalah sel-sel

    darah (leukosit dan eritrosit) dan cairan (plasma). Plasma sendiri, terdiri dari atas

    fibrinogen (protein untuk pembekuan darah) dan serum.

    Penelitian mengenai penggolongan darah diawali oleh Dr. Karl Landsteiner

    pada tahun 1901. Karl Landsteiner (1868-1943) adalah seorang ahli patologi

    berdarah Austria-Amerika yang lahir di Wina. Dia mempelajari patologi

    sejak 1909 hingga 1919 di Universitas Wina. Landsteiner adalah anggota The

  • 15

    Rockefeller Institute for Medical Research (sekarang Universitas Rockefeller) di

    New York City (1922-1939). Klasifikasi modern golongan darah yang dibuat oleh

    Landsteiner membawa dia kepada Hadiah Nobel dalam bidang fisiologi atau

    pengobatan pada tahun 1930. (Sumber : Microsoft Encarta Premium 2006).

    Dari hasil penelitiannya, diketahui bahwa di dalam sel darah merah (eritrosit)

    terdapat suatu substansi asing yaitu antigen yang akan bereaksi dengan substansi

    pada plasma darah yaitu antibodi (zat anti). Selanjutnya, penggolongan darah pada

    manusia ini didasarkan pada antigen (aglutinogen) yang terdapat di dalam

    eritrosit.

    Pewarisan golongan darah ini ditentukan oleh adanya alel ganda

    (beberapa alel atau seri alel yang terdapat dalam satu lokus yang sama). Simbol

    untuk alel tersebut adalah I (berasal dari kata isoaglutinin, merupakan protein

    pada permukaan sel eritrosit). Orang yang mampu membentuk aglutinogen A

    akan mempunyai alel IA, yang mampu membentuk aglutinogen B mempunyai alel

    IB, dan yang mampu membentuk aglutinogen A dan B mempunyai alel I

    A dan I

    B.

    Sementara itu, orang yang tidak mampu membentuk aglutinogen A dan B

    mempunyai alel resesif i. Golongan darah ditentukan oleh adanya interaksi alel-

    alel tersebut.

    Jika pria bergolongan darah A menikah dengan wanita bergolongan darah B,

    maka kemungkinan golongan darah anak-anak yang dilahirkan adalah sebagai

    berikut :

    P IAIA x IBIB

    Atau IAi

    Gamet IA dan i I

    B dan i

    F1 25% IAIB

    (Golongan AB)

    25% IAi (Golongan A)

    25% IBi (Golongan B)

    25% ii (Golongan O)

    Penggolongan Darah Sistem A,B,O dan Alelnya

    Golongan darah

    (fenotip)

    Antigen dalam

    eritrosit

    Alel dalam

    kromosom Genotip

    A A IA I

    A I

    A atau I

    Ai B B I

    B I

    B I

    B atau I

    Bi AB A dan B I

    A dan I

    B I

    B I

    A

    O - i ii (Sumber : Suryo, Genetika Manusia, hlm. 349)

  • 16

    4.4 Pewarisan Golongan Darah Sistem MN

    Penggolongan sistem ini ditemukan oleh Landsteiner dan Lavine, didasarkan

    pada ada tidaknya antigen M dan N. Jika pada penggolongan darah A, B, AB, dan

    O terdapat antibodi dalam darah seseorang, maka pada golongan darah ini darah

    seseorang tidak mengandung antibodi M atau N. Oleh karena itu, untuk menguji

    apakah seseorang mempunyai antingen M atau N atau keduanya digunakan

    antibodi dari kucing. Dengan tidak adanya antingen M atau N dalam darah

    manusia, maka penggolongan darah dengan sistem ini tidak berpengaruh atau

    tidak berperan dalam transfusi darah.

    Penggolongan Darah Sistem MN dan Alelnya

    Golongan

    darah (fenotip)

    Reaksi terhadap antibodi

    (antiserum) Alel dalam

    kromosom Genotipe

    Anti-M Anti-N

    M + - LM

    LM

    LM

    N - + LN L

    N L

    N

    MN + + LM

    dan LN L

    M L

    N

    Keterangan: (+) aglutinasi, dan () tidak aglutinasi

  • 17

    4.5 Golongan Darah Sistem Rhesus

    Penemuan sistem ini sejak tahun 1940 oleh Landsteiner dan

    Wiener. Berdasarkan ada tidaknya faktor Rh (Rhesus) dalam eritrosit,

    golongan darah pada manusia dibedakan menjadi Rh+, yaitu jika

    mempunyai antigen Rh dan golongan darah Rh-, jika tidak mempunyai

    antigen Rh. Transfusi atau pencampuran darah dengan sistem Rh berbeda

    dapat menyebabkan terjadinya penggumpalan akibat ketidaksesuaian Rh

    yang disebut incompatibilitas rhesus.

    Golongan Darah Sistem Rhesus

    Fenotipe Genotipe Macam gamet

    Rh + IRh

    IRh

    , IRh

    Irh

    IRh

    dan Irh

    Rh - Irh

    Irh

    Irh

    Pada perkawinan antara pria Rh+ homozigot (IRhIRh) dengan wanita Rh

    homozigot (Irh Irh), semua anak yang dilahirkan akan mempunyai Rh+. Fetus

    dalam tubuh ibu akan menerima zat makanan atau menerima pertukaran gas dan

    air melalui saluran penghubung yang disebut plasenta.

    Gambar Aliran darah pada plasenta

    Nah, jika seorang ibu Rh- mengandung bayi Rh+ maka setelah bayi

    lahir, eritrosit-eritrosit bayi yang mengandung antigen Rh masuk dalam aliran

    darah ibu. Dengan demikian, darah ibu akan membentuk antibodi. Bayi pertama

    yang dilahirkan akan selamat.

    Pada kehamilan berikutnya tentu dihasilkan anak Rh+ lagi. Karena ibu

    telah mempunyai anti-Rh, maka akan beraglutinasi dengan antigen Rh pada

    bayi yang dikandungnya. Akibatnya, eritrosit bayi akan rusak dan mengalami

    kelebihan zat bilirubin yang akan masuk ke dalam sirkulasi darah ibu

  • 18

    (a) Urat darah plasenta pecah, memungkinkan keluarnya antigen Rh bayi.

    (b) Antigen fetus masuk ke limpa ibu dan ibu membentuk antibodi.

    (c) Antibodi dari ibu masuk ke plasenta dan terjadi reaksi antigen Rh dan antibodi Rh

    Kelebihan dan penimbunan bilirubin tersebut menyebabkan penyakit

    kuning, ditandai dengan kulit bayi yang kuning, tubuh menggembung oleh

    cairan, hati dan limfa membengkak, dalam darah banyak eritrosit yang

    belum masak (eritroblas), serta otaknya rusak.

    Penyakit inilah yang disebut eritroblastosis fetalis. Pada umumnya, bayi

    penderita penyakit tersebut akan mati sejak lahir atau hidup beberapa saat

    saja masuk ke dalam sirkulasi darah ibu.

    Kelebihan dan penimbunan bilirubin tersebut menyebabkan penyakit

    kuning, ditandai dengan kulit bayi yang kuning, tubuh menggembung oleh

    cairan, hati dan limfa membengkak, dalam darah banyak eritrosit yang

    belum masak (eritroblas), serta otaknya rusak. Penyakit inilah yang

  • 19

    disebut eritroblastosis fetalis. Pada umumnya, bayi penderita penyakit

    tersebut akan mati sejak lahir atau hidup beberapa saat saja.

    Sementara itu, perkawinan antara wanita Rh- dengan pria Rh+ heterozigot masih

    mempunyai kemungkinan menghasilkan bayi normal.

    Contoh soal penentuan dan presentase golongan darah yang akan muncul di anak.

    Untuk menentukan golongan darah anak yang terdiri dari golongan darah ayah A

    heterozigot dan ibu golongan darah AB, maka tentukan golongan darah anakanya

    dan presentasenya ?

    Ayah Ibu

    A AB

    IAIO

    X IA

    IB

    IAIA I

    AIB I

    AIO

    IBIO

    A AB A B

    Berdasarkan tabel di atas ternyata memang benar kemungkinan golongan darah

    yang akan muncul yaitu A, B, dan AB.

    Untuk presentasinya sebagai berikut :

    Gol. Darah A : 24 100 %=50%

    Gol. Darah B : 14 100 %=25%

    Gol. Darah AB : 14 100 %=25%

    Dari contoh soal ini kita dapat mengetahui beberapa kemungkinan gol. Darah

    anaknya yang akan terjadi antara A, B, dan AB. Tetapi setelah dilakukan

    presentsinya kemungkinan besar gol. Darah anaknya yang akan terjadi yaitu

    golongan darah A.

    Sekitar 85% orang-orang Asia dan Eropa mempunyai golongan Rhesus

    Positif (Rh Positif). Pada 15% sisanya kebanyak di Eropa, yang sel-selnya tidak

    diagglutinasikan (tidak digumpalkan) disebut golongan Rhesus negatif (Rh

    negatif).

    Secara kesehatan golongan Rhesus (Rh) sangat penting untuk di ketahui karena

    dengan mengetahui Rhesus maka kita bisa mencegah hal-hal yang tidak

    diinginkan.

  • 20

    BAB V

    KESIMPULAN

    Kesimpulan yang dapat kami ambil dari tujuan praktikum dan dari hasil

    praktikum yang telah kami lakukan tentang penentuan golongan darah. Bahwa

    dengan melakukan praktikum ini kami lebih banyak mengetahu bagaimana cara

    mengetahui golongan darah pada manusia yang memiliki dua sistem yaitu sistem

    ABO yaitu golongan darah A, B, AB dan O dan sistem Rhesus yaitu Rhesus

    Positif (Rh+) dan Rhesus Negatif (Rh-).

    Tes golongan darah ABO adalah tes golongan darah yang banyak digunakan

    untuk mengetahui golongan darah secara umum. Tes golongan darah ABO

    menggunakan anti serum A, anti serum B, anti serum AB. Anti serum A akan

    menolak golongan darah yang mengandung antigen a sehingga terjadi

    penggumpalan. Begitu juga dengan anti serum B akan menolak golongan darah

    yang mengandung antigen b. maka uji golongan darah tidak bisa dilakukan

    dengan satu anti serum karena untuk darah yang menggumpal ketika ditetesi

    serum anti a/ serum anti b masih ada kemungkinan bahwa darah tersebut

    bergolongan AB. Golongan AB juga memberikan reaksi serum anti a/ antib

    karena golongan AB mempunyai antigen a dan b.

    Untuk penentuan dengan menggunakan sistem ABO dapat dilakukan dengan

    menggunakan serum Anti A (alfa), Anti B (beta), Anti AB (alfa-beta), dan Anti D

    (Rhesus). Selain itu kami juga banyak mengetahui golongan darah mana yang

    dapat sebagai pendonor dan sebagai penerima. Untuk laki-laki yang memiliki

    Rhesus positif (Rh+) di harapkan untuk tidak menikahi wanita yang memiliki

    Rhesus negatif (Rh-) dikhawatirkan terjadi masalah dengan janin yang akan di

    kandung oleh ibu bila janin yang di kandung itu memiliki Rhesus positif (Rh+)

    mengikuti Rhesus dari Ayahnya.

  • 21

    DAFTAR PUSTAKA

    http://javje.com/2014/01/prinsip-hereditas/

    Syaifuddin,2006. Anatomi dan Fisiologi untuk Mahasiswa Keperawatan. Buku

    kedokteran EGC. Jakarta.

    Watson, Roger. 2002. Anatomi dan Fisiologi untuk Perawat. Jakarta : EGC

    Anderson, Paul D. 2008. Anatomi & Fisiologi Tubuh Manusia. Jakarta : EGC.

    Sloane, Ethel. 2003. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Jakarta: EGC.