Top Banner
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) mempunyai tujuan untuk menanamkan sikap dan perilaku sehari-hari yang didasarkan pada nilai-nilai Pancasila. Pendidikan Pancasila dan Kearganegaraan di Sekolah Dasar memberikan bekal kepada siswa agar dapat memiliki nilali luhur yang diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari dan menanamkan agar peserta didik cinta pada tanah airnya. Kualitas sumber daya manusia (SDM) sebagai modal dasar pembangunan nasional, baik pada masa sekarang maupn pada masa yang akan datang perlu sekali ditingkatkan dan dikembangkan. Dunia pendidikan mempunyai peranan yang cukup besar dalam meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia tersebut. Sejalan dengan hal itu, pembentukan masyarakat Indonesia baru, visi pendidikan dirumuskan sebagai pendidikan yang mengutamakan kemandirian menuju keungguulan untuk meraih kemajuan dan kemakmuran berdasarkan nilai-nilai pancasila (Jalal dan Supriadi, 2001 : 63). Rumusan visi itu juga telah dijabarkan dalam GBHN tahun 1999 yang telah menetapkan misi pendidikan sebai berikut : Terwujudnya sistem iklim pendidikan nasional yang demokratis dan bermutu guna memperteguh akhlak mulia, kreatif, inovatif, berwawasan kebangsaan, cerdas, sehat, berdisiplin dan bertanggungjawab, memiliki ketrampilan serta ilmu pengetahuan dan teknologi dalam rangka mengembangkan mutu manusia Indonesia.
50

Penelitian Tindakan Kelas (Pkn)

Aug 07, 2015

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Penelitian Tindakan Kelas (Pkn)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) mempunyai

tujuan untuk menanamkan sikap dan perilaku sehari-hari yang didasarkan

pada nilai-nilai Pancasila. Pendidikan Pancasila dan Kearganegaraan di

Sekolah Dasar memberikan bekal kepada siswa agar dapat memiliki nilali

luhur yang diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari dan menanamkan agar

peserta didik cinta pada tanah airnya.

Kualitas sumber daya manusia (SDM) sebagai modal dasar

pembangunan nasional, baik pada masa sekarang maupn pada masa yang akan

datang perlu sekali ditingkatkan dan dikembangkan. Dunia pendidikan

mempunyai peranan yang cukup besar dalam meningkatkan dan

mengembangkan kualitas sumber daya manusia tersebut. Sejalan dengan hal

itu, pembentukan masyarakat Indonesia baru, visi pendidikan dirumuskan

sebagai pendidikan yang mengutamakan kemandirian menuju keungguulan

untuk meraih kemajuan dan kemakmuran berdasarkan nilai-nilai pancasila

(Jalal dan Supriadi, 2001 : 63). Rumusan visi itu juga telah dijabarkan dalam

GBHN tahun 1999 yang telah menetapkan misi pendidikan sebai berikut :

Terwujudnya sistem iklim pendidikan nasional yang demokratis dan

bermutu guna memperteguh akhlak mulia, kreatif, inovatif, berwawasan

kebangsaan, cerdas, sehat, berdisiplin dan bertanggungjawab, memiliki

ketrampilan serta ilmu pengetahuan dan teknologi dalam rangka

mengembangkan mutu manusia Indonesia.

Page 2: Penelitian Tindakan Kelas (Pkn)

2

Melihat kenyataan tersebut pemerintah Indonesia, dalam hal ini

Departemen Pendidikan Nasional sedang melakukan upaya untuk

memperbaiki dan mengembangkan sistem pendidikan yang dirasa belum

mengimbangi perkembangan ilmu pengetahuan dan tehnologi (IPTEK)

dengan jalan mengadakan pembaharuan dalam kurikulum serta perbaikan dan

pengembangan sitem pengajarannya. Pengajaran pada dasarnya merupakan

suatu proses interaksi antara guru dengan siswa melalui kegiatan terpadu dari

dua bentuk kegiatan, yaitu kegiatan belajar siswa (pelajar) dan kegiatan

mengajar guru (pengajar) guna mencapai tujuan pembelajaran.

Pelaksanaan pembelajaran didalam kelas merupakan salah

satu tugas utama guru, dan pembelajaran dapat diartikan sebagai

kegiatan yang ditujukan untuk membelajarkan siswa. Dominasi guru

dalam proses pembelajaran masih sering ditemui adanya

kecenderungan menimalkan keterlibatan siswa. Dominasi guru dalam

proses pembelajaran menyebabkan kecenderungan siswa lebih bersifat

pasif sehingga mereka lebih banyak menunggu sajian guru daripada

mencari dan menemukan sendiri pengetahuan , ketrampilan atau sikap

yang mereka butuhkan.

Salah satu model pembelajaran yang dapat dilaksanakan

didalam kelas untuk mengaktifkan siswa belajar adalah pembelajaran

melalui pendekatan kontekstual. Pembelajaran kooperatif menekankan

pada menghubung mata pelajaran dengan situasi dunia nyata dan

pembelajaran yang memotivasi siswa agar mampu menghubungkan

pengetahuan dan terapannya dengan kehidupan sehari-hari sebagai

Page 3: Penelitian Tindakan Kelas (Pkn)

3

anggota keluarga dan masyarakat. Dari kegiatan pembelajaran yang

demikian ini, diharapkan dapat mendorong munculnya lima bentuk

cara belajar siswa; (1) siswa dapat menghubungkan situasi sehari-hari

dengan informasi yang diserap; (2) siswa dapat menemukan sendiri

konsep-konsep baru; (3) siswa dapat menerapkan konsep dan

informasi di depan; (4) siswa dapat mengkoordinasikan konsep dan

informasi yang diperoleh dengan pelajaran; dan (5) siswa dapat

mentransfer konsep dan informasi yang dimiliki kepada pelajar lain

(Nurhadi, 2002)

Prinsip demokratis yang dirumuskan dalam misi pendidikan tampak

terealisasi pada bentuk pembelajaran yang tidak lagi menempatkan guru

sebagi subyek dan pusat sumber balajar sebagaimana pada pembelajaran

konvensional. Prinsip kreatif dan inovatif juga ditampakkan pada menyelidiki,

terbuka, mencetuskan dan mempertahankan ide, berpikir keras sampai pada

batas kemampuan untuk memecahkan masalah, menetapkan dan mengikuti

standar sendiri, dan mencetuskan cara-cara baru dalam mendatangkan

persoalan (Nur, 2001).

Dari uraian diatas yang menjadi permasalahan, selama ini proses

pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) yang

ditemui masih secara konvensional, seperti ekspositori, drill atau ceramah.

Proses ini hanya menekankan pada pencapaian tuntutan kurikulum dan

penyampaian tekstual semata daripada mengembangkan kemampuan belajar

dan membangun individu. Kondisi seperti ini tidak dapat menumbuh

kembangkan aspek kemampuan dan aktivitas siswa seperti diharapkan. Dalam

Page 4: Penelitian Tindakan Kelas (Pkn)

4

hal ini guru ingin memperbaiki keadaan terebut dengan mencobakan suatu

strategi pembelajaran yang akan membuat siswa dapat belajar aktif dimana

siswa lebih berpartisipasi aktif sehingga kegiatan siswa dalam belajar jauh

lebih dominan daripada kegiatan guru dalam mengajar.

Sehubungan dengan permasalahan tersebut diatas, maka dilakukan

penelitian tindakan kelas untuk mengatasi permasalahan pembelajaran dengan

menggunakan pendekatan kooperatif model kooperatif sebagai solusinya.

1.2 Identifikasi Masalah

Prestasi Belajar yang baik merupakan suatu dambaan dan harapan

semua pihak baik guru, siswa, orang tua murid maupun penyelenggara

pendidikan, Seseorang yang memiliki motivasi prestasi yang tinggi akan

memperoleh hasil yang lebih baik dibandingkan dengan orang memiliki

motivasi prestasi rendah (Morgan dalam Kristian 1995)

Agar siswa memiliki motivasi prestasi yang tinggi maka

semua pihak harus menciptakan suasana yang kondusif khususnya

guru dan lingkungan belajarnya. Proses pembelajaran yang menarik

dan menyenangkan merupakan jalan yang tepat untuk mencapai

prestasi belajar yang diharapkan. Disamping itu memberikan

tanggungjawab kepada anak/ siswa merupakan salah satu unsur

penting akan keberhasilan mereka. Salah satu diantaranya adalah

pemberian tugas sesuai dengan kemampuan mereka tanpa

meninggalkan prinsip-prinsip belajar yang ada.

Page 5: Penelitian Tindakan Kelas (Pkn)

5

1.3 Rumusan Masalah

Dengan mengacu pada latar belakang masalah yang telah

dikemukakan didepan, berikut ini dikemukakan rumusan masalahnya sebagai

berikut :

1. Apakah pendekatan kooperatif model kooperatif dalam pembelajaran

PPKn pada bahasan Kerajinan Semester 2 tahun pelajaran 2008/2009

dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa Kelas IV SD Negeri Pugeran

Kecamatan Gondang Kabupaten Mojokerto?

2. Apakah peningkatan aktivitas belajar dengan menggunakan pendekatan

kooperatif dalam pembelajaran PPKn pada pokok bahasan Kerajinan

Semester 2 tahun pelajaran 2008/2009 dapat meningkatkan aktivitas

belajar siswa Kelas IV SD Negeri Pugeran Kecamatan Gondang

Kabupaten Mojokerto?

1.4 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah diatas, maka penelitian ini bertujuan:

1. Untuk mengetahui pendekatatan model kooperatif dalam pembelajaran

PPKn pada bahasan Kerajinan dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa

Semester 2 tahun pelajaran 2008/2009 Kelas IV SD Negeri Pugeran

Kecamatan Gondang Kabupaten Mojokerto.

2. Untuk mengetahui peningkatan aktivitas belajar dengan menggunakan

pendekatan kooperatif model kooperatif dalam pembelajaran PPKn pada

pokok bahasan Kerajinan Semester 2 tahun pelajaran 2008/2009 dapat

Page 6: Penelitian Tindakan Kelas (Pkn)

6

meningkatkan aktivitas belajar siswa Kelas IV SD Negeri Pugeran

Kecamatan Gondang Kabupaten Mojokerto?

1.5 Manfaat penelitian

Penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat memberikan manfaat

bagi berbagai pihak, antara lain:

1. Sebagai sarana peneliti untuk mengembangkan pengetahuan ketrampilan,

dan wawasan berpikir kritis guna melatih kemampuan memahami dan

menganalisa masalah-masalah pendidikan secara sistematis dan

konstruktif.

2. Memberikan masukan kepada guru sebagai bahan pertimbangan dalam

meningkatkan kegiatan belajar mengajar.

3. Memberikan motivasi siswa dalam berpikir kritis, kreatif, dan inovatif

untuk meningkatkan prestasi belajar.

Page 7: Penelitian Tindakan Kelas (Pkn)

7

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif mengacu pada metode pengajaran dimana

siswa bekerja sama dalam kelompok kecil saling membantu dalam belajar.

Mereka biasanya dilatih keterampilan-keterampilan spesifik untuk

membantu agar dapat bekerja sama dengan baik, misalnya mejadi

pendengar yang baik, memberi penjelasan yang baik, mengajukan

pertanyaan dengan benar, dan sebagainya. (Wikandari, Sugianto,

1999:19).

Beberapa kalimat guru yang mendorong siswa untuk bekerja

kooperatif adalah : Diskusikan dengan teman kalian tugas yang diberikan.

Yakinlah bahwa dengan bekeja sama kalian dapat menyelesaikan dengan

baik.

Menurut Ibrahim, dkk (2000:7) beberapa cirri pembelajaran yang

meggunakan model kooperatif diuraikan sebagai berikut :

a. Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan

materi belajarnya.

b. Kelompok dibentuk dan siswa yang memiliki kemampuan tinggi,

sedang dan rendah.

c. Jika mungkin, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis

kelamin yang berbeda.

d. Penghargaan lebih berorientasi kelompok ketimbang individu.

Page 8: Penelitian Tindakan Kelas (Pkn)

8

Dalam pembelajaran kooperatif terdapat enam langkah utama yang

dapat dilakukan guru. Langkah-langkah tersebut digambarkan pada tabel

2:1 berikut ini:

Tabel 2.1

Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif

Fase

Tingkah Laku Guru

Fase 1

Menyampaikan tujuandan memotivasi

siswa

Fase 2

Menyajikan informasi

Fase 3

Mengorganisasikan siswa kedalam

kelompok-kelompok belajar

Fase 4

Membimbing kelompok bekerja dan

belajar.

Fase 5

Evaluasi

Fase 6

Memberi penghargaan

Guru menyampaikan semua tujuan

pelajaran yang ingin dicapai pada

pelajaran tersebut dan memotivasi

siswa belajar.

Guru menyajikan informasi kepada

siswa dengan jalan demontrasi atau

lewat bahan bacaan.

Guru menjelaskan kepada siswa

bagaimana caranya membentuk

kelompok belajar dan membantu setiap

kelompok agar melakukan transisi

secara efisien.

Guru membimbing kelompok-

kelompok belajar pada saat mereka

mengerjakan tugas mereka.

Guru mengevaluasi hasil belajar

tentang materi yang telah dipelajari atau

masing-masing kelompok

mempresentasikan hasil kerjanya.

Guru mencari cara-cara untuk

menghargai baik upaya maupun belajar

individu dan kelompok.

Page 9: Penelitian Tindakan Kelas (Pkn)

9

Dalam kegiatan pembelajaran faktor waktu dan tempat juga sangat

mempengaruhi. Secara umum pembelajaran kooperatif mengajukan tuntutan lebih

kuat pada sumber daya waktu daripada model pembelajaran lain (Ibrahim, dkk,

2000 : 35). Pembelajaran kooperatif memerlukan waktu lebih lama bagi siswa

untuk berinteraksi mengenai ide-ide penting daripada waktu yang telah diperlukan

untuk menyajikan ide-ide secara langsung pada siswa. Untuk itu guru harus dapat

merencanakan secara realistik tentang persyaratan waktu untuk meminimalkan

jumalah waktu yang terbuang. Demikian juga pengaturan ruangan harus dilakukan

secara khusus agar kegiatan pembelajaran dapat berlangsung lebih efisien dan

memberi suasana nyaman bagi guru dan siswa.

Beberapa penelitian telah dilakukan untuk mengembangkan model

pembelajaran kooperatif. Beberapa variasi pembelajaran kooperatif yang paling

ekstensif dideskripsikan, diantaranya tipe STAD (Student – Team Achienement

Divinisions) Jigsaw, TAI (Team – Assited Individualization), CIRC (Cooperative

Intregrated Rading and Composition), Penelitian Kelompok (Group

Investigation). Penelitian ini menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe

STAD. Untuk selanjutnya disebut model pembelajaran kooperatif STAD.

Dalam pembelajaran kooperatif skor yang dihitung adalah skor

individu dan skor tim. Skor tim didasarkan pada peningkatan skor anggota tim

dibandingkan dengan skor yang lalu mereka. Kelebihan dari penskoran ganda ini

adalah dapat menampung siswa yang ambisius dalam menyelesaikan tugas

sekaligus siswa yang tidak melakukan pekerjaan yang seharusnya mereka

lakukan. Dengan skor individu dapat terlihat bagaimana siswa terlibat dalam

proses pembelajaran. Sedangkan dengan adanya skor tim dapat memotivasi siswa

Page 10: Penelitian Tindakan Kelas (Pkn)

10

yang mempunyai kemapuan lebih untuk membantu siswa dengan kemampuan

kurang agar meningkatkan prestasinya, karena perindividu sangat menentukan

skor tim.

Menurut Slavin dalam Ibrahim dkk, (2000 : 256) prosedur penskoran

digambarkan dalam tabel dihalaman berikut :

Tabel 2.2

Langkah Penskoran Pembelajaran Kooperatif

Langkah

Perilaku Siswa

Langkah 1

Menetapkan skor langkah

Langkah 2

Menghitung skor kuis terkini

Langkah 3

Menghitung skor perkembangan

Setiap siswa diberikan skor berdasarkan

skor-skor kuis yang lalu.

Siswa memperoleh poin untuk kuis

yang berkaitan dengan pelajaran terkini.

Siswa mendapatkan poin

perkembangan yang besarnya

ditentukan apakah skor kuis terkini

mereka menyamai atau melampaui skor

dasar mereka.

Tabel 2.3

Skala Pemberian Poin Pembelajaran Kooperatif

Uraian

Poin

Lebih dari 10 poin dibawah skor dasar

10 poin dibawah sampai 1 poin dibawah skor dasar

Skor dasar sampai 10 poin diatas skor dasar

Lebih dari 10 poin diatas skor dasar

Pekerjaan sempurna (tanpa memperhatikan skor dasar)

0 poin

10 poin

20 poin

30 poin

30 poin

Page 11: Penelitian Tindakan Kelas (Pkn)

11

Skor tim diperoleh diumumkan secara tertulis, dan tim yang

mengalami peningkatan, diberi penghargaan atau ganjaran yang sesuai. Hal

ini membuat hubungan antara bekerja dengan baik dan mendapatkan

pengakuan menjadi jelas bagi siswa, dan dapat meningkatkan motivasi

mereka untuk melakukan yang terbaik. Skor tim di hitung dengan

menjumlahkan poin peningkatan yang diperoleh tiap anggota tim dan

membagi jumlah itu dengan jumlah anggota tim yang mengerjakan kuis.

Untuk menghitung skor tim, huru perlu mencatat nilai perkembangan

anggota tim pada lembar skor kuis.

2.2 Motif-Motif dan Motivasi Berprestasi

Apakah yang mendorong orang malakukan atau tidak melakukan

tergantung pada diri seseorang tersebut. Berarti sesuatu itulah yang harus kita

raih agar seseorang bisa melakukan hal-hal yang positif dan berguna bagi

dirinya maupun orang lain.

Dalam kehidupan sehari-hari jarang kita dengan sengaja

memperhatikan dan merenungkan perbuatan-perbuatan teman-teman kita atau

orang lain yang demikian. Juga terhadap perbuatan kita sendiri, seringkali

tidak begitu memperhatikannya. Padahal jika kita renungkan, banyak hal-hal

yang mengagumkan dan sangat menarik bagi kita untuk menyelidikinya. Apa

saja yang dapat diperbuat manusia yang penting maupun tidak penting., yang

berbahaya maupun tidak mengandung resiko pasti ada motivasinya.

(Purwanto, 1996 : 60).

Page 12: Penelitian Tindakan Kelas (Pkn)

12

Sehubungan dengan uraian tersebut diatas, maka Wood Worth

kemudian menggolongkan/ membagai motif-motif menjadi 3 golongan :

1. Kebutuhan-kebutuhan Organis : yakni motif-motif yang berhubungan

dengan kebutuhan bagiab dalam tubuh (kebutuhan organis) misalnya,

lapar, haus, kekurangan zat pembakar, kebutuhan bergerak dan

beristirahat, dan sebagainya.

2. Motif-motif yang timbul sekonyong-konyong (emergency motives) ialah

motif-motif yang timbul jika situasi menuntut timbulnya tindakan

kegiatan yang cepat dan kuat dari kita. Dalam hal ini motif ini timbul

bukan atas kemauan kita, tetapi karena perangsang dari luar yang

menarik bagi kita. Contoh : Di waktu kita sedang asyik belajar,

sekonyong-konyong terdengar suara/ teriakan “tolong”. Seketika itu juga

terdorang untuk keluar dan melakukan sesuatu.

3. Motif Obyektif : ialah motif yang diarahkan/ ditunjukkan ke suatu objek

atau tujuan tertentu disekitar kita. Motif ini timbul karena ada dorongan

dari dalam diri kita (kita menyadari). Contoh : motif menyelidiki,

menggunakan lingkungan.

Motif-motif itu dapat dibedakan menjadi dua : a) motif intrinsik, dan

b) motif ekstrinsik. Disebut motif intrinsik jika yang mendorong untuk

bertindak ialah nilai-nilai yang terkandung di dalam obyeknya itu sendiri.

Contoh : 1) SiAmat bertekun mempelajari matematika karena ia

benar-benar tertarik dan ingin sekali menguasai pelajaran matematika itu.

Motif intrinsik timbbul tanpa paksaan dari luar, 2) seorang anak belajar bukan

didorong oleh keinginan untuk benar-benar mengetahui apa yang

Page 13: Penelitian Tindakan Kelas (Pkn)

13

dipelajarinya, malainkan agar suapaya lulus ujian, atau supaya orang tuanya

senang. Anak tersebut mendapat motif ekstrinsik.

Perlu diingat, bahwa perbuatan-perbuatan yang kita lakukan sehari-

hari, banyak yang didorong motif-motif ekstrinsik, tetapi juga banyak pula

yang didorong oleh motif-motif instrinsik, atau oleh keduanya sekaligus.

Meski demikian, yang paling baik terutama dalam hal belajar ialah motif

intrinsik. Tugas guru adalah membangkitkan motivasi pada murid-muridnya.

Usahakan agar motivasi dalam belajar siswa-siswa itu ilah motivasi instrinsik.

Dengan motif/ motivasi instrinsik anak atau orang itu aktif sendiri,

bekerja sendiri tanpa dorongan./ suruhan atau paksaan orang lain

(Purwanto, 1990 : 65)

Selanjutnya apakah motif dan motivasu itu sama? Memang

pengertian motif dan motivasi keduanya sukar dibedakan secara

tegas. Motif menunjukkan suatu dorongan yang timbul dari dalam diri

seseorang yang menyebabkan orang tersebut melakukan sesuatu atau

mau bertindak. Sedangkan motivasi adalah “pendorongan” suatu

usaha yang disadari untuk mempengaruhi tingkah laku seseorang agar

ia bergerak hatinya uitnuk bertindak melakukan sesuatu, sehinga

mencapai hasil atau tujuan tertentu. Motivasi prestasi adalah

keinginan atau kecenderungan seseorang untuk melakukan sesuatu

sebaik-baiknya.

Kajian tingkat motivasi prestasi dalam penelitian ini terbatas pada

tinggi rendahnya motivasi berprestasi yang dapat dilihat dari perilaku siswa

pada umumnya antara lain harapan untuk sukses, bekerja keras, kekhawatiran

Page 14: Penelitian Tindakan Kelas (Pkn)

14

akan gagal, dan keinginan memperoleh nilai yang lebih tinggi,

(Panjaitan : 1997).

2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses Belajar Mengajar

Untuk memahami kegiatan yang disebut “belajar” perlu dilakukan

analisis untuk menemukan persoalan-persoalan apa yang dilihat didalam

kegiatan belajar itu. sebagai suatu proses tentu harus ada yang diproses

(masukan/ input) dan hasil dan pemrosesan (keluar/ output). Jadi dalam

hal ini kita dapat mengalisis kegiatan belajar itu dengan pendekatan

analisis sistem. Dengan pendekatan sistem ini sekaligus kita dapat melihat

berbagai faktor yang dapat mempengaruhi prose dan hasil belajar. Dengan

pendekatan sistem, kegiatan belajar dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar diatas menunjukkan bahwa masukan mentah (raw input)

merupakan bahan baku yang perlu diolah. Dalam hal ini diberi pengalaman

belajar tertentu.

Dalam proses belajar mengajar (teaching learning process). Terhadap/

didalam proses belajar mengajar itu turut berpengaruh pula sejumlah faktor

INSTRUMENTAL

INPUT

RAW

INPUT

ENVIROMENTAL

INPUT

OUT PUT TEACHING/

LEARNING PROCESS

INPUT

Page 15: Penelitian Tindakan Kelas (Pkn)

15

lingkungan yang merupakan masukan lingkungan (inveronmental input) dan

berfungsi sejumlah faktor yang sengaja dirancang dan dimanipulasikan

(instrumental inpuut) guna menunjang pencapaian keluaran yang dikehendaki

(output). Bergbagai faktor tersebut berinteraksi satu sama lain dalam

menghasilkan keluaran tertentu. (Purwanto, 1996 : 106).

2.4 Cara-Cara Belajar Yang Baik

Menentukan bagaimana cara-cara belajar yang baik bukanlah soal

yang mudah. Adanya bermacam-macam faktor yang dapat mempengaruhi

dan keberhasilan belajar. Disamping faktor yang ada didalam diri seseorang,

banyak pula faktor yang mendorong yang berasal dari luar diri seseorang.

Dr. Rudolf Pinier mengemukakan 10 macam metode didalam belajar

sebagai berikut :

1. Metode keseluruhan kepada bagian (whole to part method). Yakni di

dalam mempelajari sesuatu kita mulai dari keseluruhan kemudian baru

mendetail kepada bagian-bagain.

2. Metode keseluruhan lawan bagian (whole versus part method). Untuk

bahan-bahan pelajaran yang skupnya tidak terlalu luas, tepat

dipergunakan metode, keseluruhan seperti menghafal syair, membaca

buku cerita pendek, dan lain-lain. Untuk bahan yang sifatnya nonverbal,

seperti keterampilan, mengetik, menulis dan sebagainya. Tepat

menggunakan metode bagian.

3. Metode campuran antara keseluruhan dan bagian (mediating method).

Metode ini sangat baik digunakan untuk bahan-bahan yang skopnya

Page 16: Penelitian Tindakan Kelas (Pkn)

16

sangat luas, atau sukar-sukar, seeperti akuntansi, dan bahan pelajaran lain

pada umumnya.

4. Metode resitasi (resitation method). Metode ini dapat digunakan untuk

semua bahan pelajaran yang bersifat verbal maupun non verbal.

5. Jangkan waktu belajar (lenggth of practice periods). Dari hasil

eksperimen ternyata bahwa jangka waktu yang produktif seperti

menghafal, mengetik, mengerjakan soal latihan dan sebagainya adalah

20 – 30 menit. Jangka waktu yang lebih dari itu untuk belajar yang

memerlukan konsentrasi perhatian yang relatif kurang produktif.

6. Pembagaian waktu belajar (distribution of practice periods). Untuk

belajar yang efektif diperlukan pembagian waktu belajar. Menurut

“hukum Jost” tentan belajar, 30 menit 2x sehari selama 6 jam (360

menit) tanpa berhenti.

7. Membatasi keluapaan (counteract forgetting). Bahan pelajaran yang telah

kita pelajari sering mudah dan lekas dilupakan. Maka untuk jangan

sampai mudah dilupakan, dalam belajar perlu adanya “Ulangan” ataub

review pada waktu tertentu atau setelah/ pada akhir suatu tahap pelajaran

diselesaikan.

8. Menghafal (cramming). Metode ini berguna terutama jika tujuannya

untuk dapat menguasai serta memproduksi kembali dengan cerpat bahan-

bahan pelajaran yang luas dalam wamtu yang relatif singkat.

9. Kecepatan belajar dalam hubungannya dengan ingatan. Kita mengenal

ungkapan quick learning means quick forgetting. Di dalamnya terdapat

kkorelasi negatif anatara kecepatan memproleh suatu pengetahuan

Page 17: Penelitian Tindakan Kelas (Pkn)

17

dengan daya ingat terhadap pengetahuan itu. Hal ini disebabkan oleh

adanya bermacam-macam faktor seperti yang telah dibicarakan

terdahulu.

10. Retroactive inhibition. Berbagai pengetahuan yang telah kiyta

miliki itu, di dalam diri kita seolah-olah merupakan unit-unit yang

selalu berkaiatan satu sama lain. Bahkan sering pula yang satu

mendesak/ menghambat yang lain. Inilah yang disebut retroactive

inhibition. Untuk menghindari jangan sampai terjadi retroactive

inhibition itu, disarankan agar dalam belajar jangan mencampur

aduk, dalam arti beberapa mata pelajaran dipelajari dalam suatu

waktu sekaligus.

Beberapa saran untuk membiasakan belajar yang efesien :

1) Miliki dahulu tujuan belajar yang pasti

2) Usahakan adanya tempat belajar yang memadai

3) Jaga kondisi fisik jangan sampai mengganggu konsentrasi dan

keaktifan mental.

4) Rencanakan dan ikutilah jadwal waktu untuk belajar

5) Selingilah belajar dengan waktu-waktu istirahat yang teratur.

6) Carilah kalaimat-kalaimat topik atau inti pengertian dari tiap

paragraf.

7) Selama belajar gunakan metode pengulangan dalam hati.

8) Lakukan metode keseluruhan (whole method) bilamana mungkin.

9) Usahakan agar membaca cepat tetapi cermat.

Page 18: Penelitian Tindakan Kelas (Pkn)

18

10) Adakan penilaian terhadap kesulitan bahan untuk dipelajari lebih

lanjut.

11) Analisalah kebiasaan belajar yang dilakukan dan cobalah untuk

memperbaiki kelemahan-kelamahannya. (Purwanto:1996).

Page 19: Penelitian Tindakan Kelas (Pkn)

19

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

kualitatif. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas

(PTK) penelitian dirancang dalam bentuk siklus tindakan. Dalam siklus

tindakan terdiri atas empat kegiatan, yakni rencana tindakan, pelaksanaan,

pengamatan dan refleksi. Penelitian dilaksanakan dalam tiga siklus. Siklus 1

dilaksanakan pada tanggal 7 Maret 2009, siklus 2 dilaksanakan pada tanggal

14 Maret 2009, siklus 3 dilaksanakan pada tangal 21 Maret 2009.

3.2 Lokasi dan Subyek Penelitian

Penelitian dilaksanakan di sekolah Dasar Pugeran Kecamatan

Gondang Kabupaten Mojokerto Kelas IV semester 2 tahun pelajaran

2008/2009. Subyek penelitian adalah seluruh siswa kelas IV sebanyak 25

siswa.

3.3 Sumber Data

Sumber Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah :

1. Siswa, tentang aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran PPKn melalui

pendekatan kooperatif pada pokok bahasan Kerajinan Kelas IV semester 2

tahun pelajaran 2008/2009. SDN Pugeran Kecamatan Gondang Kabupaten

Mojokerto.

Page 20: Penelitian Tindakan Kelas (Pkn)

20

2. Guru, tentang aktivitas guru dalam pengelolaan pembelajaran PPKn

melalui Pendekatan kooperatif pada pokok bahasan Kerajinan Kelas IV

semester 2 tahun pelajaran 2008/2009. SDN Pugeran Kecamatan

Gondang Kabupaten Mojokerto.

3. Dokumen tentang nilai hasil belajar siswa.

3.4 Prosedur Pengumpulan Data

Kegiatan pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan

instrument penelitian, pengamatan (observasi), catatan lapangan, dan

dokumentasi. Pengamatan difokuskan pada pelaksanaan pembelajaran PPKn

melalui Pendekatan kooperatif pada pokok bahasan Kerajinan. Catatan

lapangan dilakukan dengan mencatat peristiwa nyata yang terjadi dalam

kegiatan belajar mengajar baik secara diskriktif maupun reflektif.

Dokumentasi berupa kegiatan mendokumenkan data verbal tertulis dan foto.

3.5 Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan menggunakan teknik

analisis data kualitatif yang bersifat linear (mengalir) yang didalamnya

melibatkan kegiatan penelaahan seluruh data yang telah dikumpulkan,

reduksi data (didalmnya terdapat kegiatan pengkategorian dan

pengklasifikasian) dan verivikasi, serta pentyimpulan data. Penentuan

keberhasilan tindakan didasarkan pada dua tinjauan, yakni proses

belajar dan hasil belajar. Penentuan kebaerhasilan tindakan didasarkan

pada dua tinjauan, yakni proses belajar dan hasil belajar. Penentuan

Page 21: Penelitian Tindakan Kelas (Pkn)

21

keberhasilan proses didasarkan pada diskriptor kualifikasi terhadap

aktivitas siswa, sedangkan penentuan keberhasilan hasil belajar

ditentukan melalui ulangan harian.

Page 22: Penelitian Tindakan Kelas (Pkn)

22

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Penelitian tindakan ini dilakukan dalam tiga siklus, dengan hasil

sebagai berikut :

Siklus 1

1. Perencanaan

Perencanaan tindakan meliputi kegiatan menyusun rencana

pembelajaran (RP) atau scenario pembelajaran melalui pendekatan

kooperatif model kooperatif. Sebagai pendamping guru menggunakan

lembar kegiatan siswa (LKS) yang menekankan pada aktivitas mengamati,

menganalisis, menyimpulakan dan mengkomunikasikannya kepada teman

sebaya. Membuat lembar observasi untukmemantau kegiatan

pembelajaran, membuat alat evaluasi untuk mengetahui keberhasilan

belajar siswa.

2. Pelaksanaan

Pada pelaksanaan tindakan ini, guru mensosialisasikan

pemebaljaran PPKn pokok bahasan Kerajinan melalui pendekatan

kooperatif model kooperatif sebagimana tergambarkan pada rencana

pembelajaran (RP). Saat berlangsungnya kegiatan belajar mengajar, guru

membagi kelas menjadi beberapa kelompok dan setiap kelompok

beranggotakan 5 siswa secara heterogen, guru menyajikan/ menyampaikan

materi pembelajaran, guru memberi tugas kepada kelompok untuk

Page 23: Penelitian Tindakan Kelas (Pkn)

23

dikerjakan, anggota kelompok yang sudah menguasai diminta

menjelasakan pada anggota kelompoknya sampai anggota dalam

kelompok itu mengerti atau memahami, guru berkeliling membimbing,

mengawasi dan langsung menilai proses pembelajaran terhadap siswa,

setelah usai, lewat juru bicara mempresentasikan hasil pembahasan

dikelompoknya, kelompok lain dapat memberikan tanggapan terhadap

hasil pembahasannya, guru memberikan penjelasan (klarifikasi) bila

terjadi kesalahan konsep dan memberikan kesimpulan, pada akhir

pertemuan diadakan evalusi.

3. Observasi

Selama berlangsungnya kegiatan belajar mengajar, observasi

dilaksanakan secara kolaborasi oleh dua pengamat, yakni guru kelas dan

Kepala sekolah dengan menggunakan instrument yang meliputi : aktivitas

siswa dan aktivitas guru dalam mengelola pembelajaran kooperatif

kooperatif.

a. Hasil pengamatan terhadap aktivitas guru dan siswa dalam

kegiatan pembelajaran :

1) Aktivitas Guru

Pengamatan aktivitas guru pada pertemuan pertama yang

merupakan pembelajaran siklus pertama dilakukan selam 2 x 40

menit. Dalam praktek pembelajaran waktu yang digunakan untuk

kegiatan pembelajaran berlangsung 65 menit, sisa waktu digunakan

untuk kuis 1.

Page 24: Penelitian Tindakan Kelas (Pkn)

24

Data hasil pengamatan terhadap aktivitas guru pada siklus

pertama ditunjukkan pada tabel berikut :

Tabel 4.1

Aktivitas Guru Dlam Pembelajaran

Model Kooperatif Siklus Pertama

No

Kategori Aktivitas Guru

Kemunculan

1.

Menyampaikan pendahuluan

20,05 %

2.

Menjelaskan materi/ mendemonstrasikan ketrampilan

25,72 %

3.

Memotivasi siswa dalam kelompok kooperatif

4,50 %

4.

Memberi latihan terbimbing dalam kelompok

kooperatif

7,35 %

5. Memeriksa pemahaman siswa dan memberikan

umpan balik bagi siswa yangbertanya dan

mengklarifikasi materi yang kurang jelas.

22,98 %

6.

Resitasi/ Tanya jawab

7,45 %

7.

Membantu siswa melakukan refleksi

11,90 %

Aktivitas guru yang dominan adalah menjelasakan

materi (25,72 %), dan aktivitas guru dalam memeriksa

pemahaman siswa, memberi umpan balik dan

mengklarifikasikan materi yang kurang jelas (22,98%).

Aktivitas pendahuluan yang muncul sebanyak 20,05 %.

Pada tahap pendahuluan guru malakukan identifikasi

pengetahuan awal siswa terhadap pokok bahsan Kerajinan.

Guru juga memberi apersepsi berbentuk pertanyaan-

pertanyaan tentang kerajinan. Tujuan pembelajaran juga

disampaikan pada tahap ini. Aktifitas guru-guru dalam

Page 25: Penelitian Tindakan Kelas (Pkn)

25

memberi motivasi siswa dalam kelompok kooperatif

sebanyak 4,28%. Dalam hal ini guru memberi dorongan

tentang pentingnya kerja bersama dalam kelompok dan

system penilaian dalam pembelajaran kooperati. Selama

siswa bekerja kooperatif guru selalu memberi bimbingan

dalam kelompok-kelompok tersebut. Aktivitas bimbingan

guru yang mencul sebanyak 7,35%. Selama kegiatan

pembelajaran kooperatif guru memberikan kesempatan

kepada siswa untuk bertanya, dan meminta siswa yang lain

untuk menjawabnya. Guru mengklarifikasikan pemahaman

siswa yang kurang jelas. Aktivitas Tanya jawab yang

muncul sebanyak 7,45%. Di akhir pembelajaran guru

membantu siswa melakukan refleksi (11,90%). Guru

meminta siswa dari beberapa kelompok menyampaikan

catatan kecil tentang materi yang telah diperoleh selama

kegiatan pembelajaran. Refleksi yang dibuat siswa bisa

berbeda, dan bagi siswa yang refleksinya kurang lengkap

bisa menambah dari siswa yang lain yang lebih lengkap.

2) Aktivitas siswa

Indikator aktivitas siswa dirumuskan ada tujuh subaktivitas

yang diyakini jika ketujuh aktivitas itu muncul secara maksimal,

suasana pembelajaran ideal akan terwujud.

Page 26: Penelitian Tindakan Kelas (Pkn)

26

Aktivitas siswa dapat ditunjukkan pada tabel berikut :

Tabel 4.2

Aktivitas Guru Dlam Pembelajaran

Model Kooperatif Siklus Pertama

No

Kategori Aktivitas Siswa

Kemunculan

1.

Memperhatikan penjelasan guru

21,54 %

2.

Membaca/ mengerjakan LKS (buku siswa, LKS,

Soal)

7,14%

3.

Bekerja dalam kelompok kooperatif

7,5 %

4.

Mendemontrasikan kegiatan yangada dalam LKS

20,10%

5. Menyajikan hasil pengamatan dalam diskusi kelompok kooperatif

11,41%

6.

Berdiskusi/ Tanya jawab antara guru dan siswa

14,74%

7.

Merefleksikan materi pelajaran

12,74%

Sejalan dengan aktivitas guru, aktivitas dominant siswa

adalah mendengarkan penjelasan guru (21,54%) dan

mendemontrasikan kegiatan yang ada pada LKS (20,01%).

Penjelasan guru menyangkut devinisi dan konsep kerajinan dengan

berbagai ilustrasi, guru berusaha memancing siswa agar mengingat

pengertian Kerajinan. Kemudian mengaitkan pengertian kerajinan

yang telah dikuasai oleh siswa dengan dunia nyata dalam

kehidupan sehari-hari.

Pada saat ini, guru aktif juga menguatkan apa yang dilihat

siswa. Dalam proses penguatan ini, guru juga memperkaya dengan

contoh-contoh Kerajinan. Guru dianggap banyak menjelaskan

karena setelah demontrasi dan diluar tugas LKS, guru mengaitkan

Kerajinan ini dengan dunia nyata kehidupan siswa.

Page 27: Penelitian Tindakan Kelas (Pkn)

27

Pada tahap ini, pengamat menilai kegiatan pembelajaran

adalah guru aktif menjelaskan pada siswa aktif mendengarkan

penjelasan guru. Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa

sebenarnya penjelasan guru yangbanyak didengarkan siswa

bukanlah penjelasan dari metode ceramah (langsung), melainkan

perpaduan penjelasan dari metode dempntrasi dan metode Tanya

jawab.

b. Data prestasi belajar siswa

Data prestasi siswa dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut :

Tabel 4.3

Skor Prestasi Belajar Siswa Siklus Pertama

Kelompok

Skor Perkembangan 1

Predikat

1 25 Hebat

2 -

3 20 Baik

4 20 Baik

5 -

Dari hasil kuis pertama nilai yang diperoleh belum maksimal,

karena dari 25 siswa yang mendapatkan nilai diatas 65 sebanyak 15

siswa (60%). Ini berarti dari pembelajaran siklus pertama 12 siswa

yang tuntas belajarnya. Dan dalam 4 kelompok yangada, hanya 3

kelompok yang berhak mendapat predikat, yaitu kelompok 1 dengan

Page 28: Penelitian Tindakan Kelas (Pkn)

28

predikat hebat, kelompok 3 dan kelompok 4 dengan predikat baik

sedangkan kelompok 2 dan kelompok 5 tidak mendapatkan predikat.

4. Refleksi

Berdasarkan hasil observasi pada siklus 1, diperoleh hasil temuan

sebagai berikut :

a. Terdapat keaktifan siswa dalam memperhatikan penjelasan guru.

b. Siswa aktif mendemontrasikan kegiatan yang ada pada LKS

c. Guru aktif memeriksa pemahaman siswa dan memberikan umpan balik

bagi siswa yang bertanya dan mengklarifikasi materi yang kurang

jelas.

d. Terdapatnya kesulitan siswa dalam belajar secara kooperatif sehingga

masih bersikap menonjolkan diri. Hal ini karena kurangnya aktivitas

guru dalam mengelola pembelejaran untuk memotivasi dalam

kelompok kooperatif dan memberikan latihan bimbingan dalam

kelompok kooperatif.

Siklus 2

1. Perencanaan

Beberapa hal yang direncanakan guru untuk menyelesaikan

permasalahan pada siklus pertama adalah (a) guru berusaha

menyampaikan tujuan pembelajaran dengan lebih variatif, (b) guru

berusaha membiasakan siswa bekerja dalam kelompok kooperatif dan

memotivasi siswa untuk bekerja kooperatif, (c) guru berusaha memberi

Page 29: Penelitian Tindakan Kelas (Pkn)

29

latihan terbimbing dan lebih banyak memberi kesempatan siswa untuk

berinisiatif dan menemukan konsep, (d) guru akan lebih banyak

memberi contoh yang aplikasi dengan kehidupan nyata siswa agar

terbiasa bersikap positif, dan (e) guru berusaha menyesuaikan tingkat

kesulitan dan jumlah butir soal dengan waktu yang tersedia.

2. Pelaksanaan

Guru mengawali kegiatan pembelajaran dengan memberi

apersepsi berupa pertanyaan kepada siswa tentang perlunya memiliki

kesadaran Kerajinan dalam berbicara dan bekerja. Kemudian guru

menyampaikan tujuan pembelajaran, dilanjutkan dengan meminta

siswa duduk dalam kelompok kooperatif. Guru membagi LKS dan

meminta siswa mengerjakan LKS tersebut sambil mengingatkan

kepada siswa tentang pentingnya bekerja kooperatif. Waktu yang

digunakan untuk mengerjakan LKS kurang lebih 10 menit. Kemudian

guru meminta beberapa siswa mengerjakan hasil kerja kelompoknya di

papan tulis, dilanjutkan dengan diskusi dan Tanya jawab. Setelah

selesai guru membantu siswa melakukan refleksi. Di akhir

pembelajaran guru memberikan kuis.

3. Observasi

Berikut ini data hasil pengamatan kegiatan pembelajaran :

b. Data hasil pengamatan terhadap aktivitas guru dan siswa

dalam kelompok pembelajaran.

1) Aktivitas guru

Page 30: Penelitian Tindakan Kelas (Pkn)

30

Data hasi pengamatan terhadap aktivitas guru pada siklus

kedua ditunjukkan pada tabel berikut :

Tabel 4.4

Aktivitas Guru Dalam Pembelajaran kooperatif

Model Kooperatif Siklus Pertama

No

Kategori Aktivitas Siswa

%Kemunculan

1.

Menyampaikan pendahuluan

17

2.

Menjelaskan materi/ mendemontrasikan

ketrampilan

22,10

3.

Memotivasi siswa dalam kelompok kooperatif

12,42

4.

Memberi latihan terbimbing dalam kelompok

kooperatif

12,5

5. Memeriksa siswa dan pemahaman

memberikan umpan balik bagi siswa yang

bertanya dan mengklarifikasi materi yang

kurang jelas

15,75

6.

Resitasi/ Tanya jawab

14,25

7.

Membantu siswa melakukan refleksi

10

Pada siklus kedua guru pada pendahuluan sebanyak

17%. Pada tahap ini guru memberi beberapa pertanyaan

apersepsi tentang perubahan materi yangtelah dipelajari

sebelumnya. Guru juga memberi informasi dan instruksi

tentang eksperimen yang dilakukan pada hari tersebut, serta

mengingatkan kelompok untuk bekerja lebih maksimal agar

dapat mendapat penghargaan aktivitas yang dominant tetap

guru menjelaskan materil mendemontrasikan ketrampilan

(22,10%) dan memeriksa pemahaman siswa dan memberikan

Page 31: Penelitian Tindakan Kelas (Pkn)

31

umpan balik bagi siswa yang bertanya dan mengklarifikasikan

materi yang kurang jelas (15,75%). Meski sudah dengan sadar

bermaksud mengurangi dominasi aktivitasnya, tetapi karena

pertanyaan siswa yang beruntun akhirnya guru tetap

menjelaskan, mnedemontrasikan, dan memberikan umpan balik

pada siswa. Akibatnya, dominasi waktu untuk siklus ini tidak

banyak berubah. Perubahan terjadi pada usaha guru memotivasi

siswa untuk bekerja dalam kelompok kooperatif (12,42%),

lebih meningkat dari siklus sebelumnya hanya 7,5%. Ini

dilakukan oleh guru secara ketika beberapa siswa masih

mempertanyakan aspek-aspek yang mempengaruhi kesadaran

Kerajinan Bangsa Indonesia. Guru banyak memotivasi agar

mereka berdiskusi dengan teman sekelompok sebelum bertanya

kepada guru. Langkah ini tampaknya berhasil, sehingga

suasana diskusi dalam kelompok kooperatif lebih hidup.

Yang masih dianggap sebagai permasalahan pada akhir

siklus kedua ini adalah organisasi pelaporan dan keberanian

siswa dalam mempresentasikan hasil diskusi kelompok

kooperatif didepan kelas. Dari 5 kelompok yang tampil rata-

rata masih menunjukkan sikap ragu-ragu, khawatir salah. Cara

melaporkan hasil kerja kelompoknya pun masih kurang jelas,

melompat-lompat. Meski demikian, tanggapan dari kelompok

luar kelompok penyaji sangat baik. Mereka secara antusias

berebut kesempatan untuk memberikan komentar. Bahkan

Page 32: Penelitian Tindakan Kelas (Pkn)

32

jawaban yang samapun juga dikomunikasikan. Bagi peneliti

sampai pada siklus kedua ini suasana belajar mengajar induktif

dengan suasana ceria sudah mulai tampak. Hal yang akan

dimaksimalkan pada siklus ketiga adalah suasana belajar dalam

kelompok kooperatif, karena menurut hemat peneliti ini

merupakan kunci belajar secara induktif.

2) Aktivitas siswa

Dalam kegiatan pembelajaran siswa sudah disiapkan

untuk mengikuti kegiatan belajar. Hal ini tampak antusias

siswa dalam menjawab pertanyaan apersepsi yang dilontarkan

gur, juga ketika siswa diminta untuk melakukan kegiatan

pratikum siswa berebut mengacungkan tangan untuk

melakukan pratikum, serta siswa segera duduk dalam

kelompok kooperatifnya ketika guru minta.

Berikut data aktivitas siswa selama kegiatan

pembelajaran berlangsung.

Tabel 4.5

Aktivitas SiswaKegiatan Pembelajaran Siklus Kedua

No

Kategori Aktivitas Siswa

%Kemunculan

1.

Memperhatikan penjelasan guru

6

2.

Membaca/ mengerjakan (buku siswa, LKS,

Soal)

14

3.

Bekerja dalam kelompok kooperatif

12,5

4.

Mendemontrasikan kegiatan yang ada dalam

LKS

12,5

5. Menyajikan hasil pengamatan dalam diskusi

kelompok kooperatif

22,5

Page 33: Penelitian Tindakan Kelas (Pkn)

33

6. Berdiskusi/ Tanya jawab antara guru dan

siswa

20,5

7.

Merefleksikan materi pelajaran

12

Aktivitas siswa sudah menunjukkan kesesuaian dengan

aktivitas guru. Aktivitas dominant siswa yang mencul adalah

menyajikan hasil pengamatan dalam kelompok kooperatif

(22,5%), berdiskusi/ Tanya jawab antara guru dan siswa

(20,5%), dan bekerja dalam kelompok kooperatif (22,5%).

Aktivitas donminan ini menunjukkan bahwa suasana belajar

dalam kelompok kooperatif telah berjalan. Demikian pula

prestasi didepan kelas terhadap hasil diskusi pada kelompok

kooperatif didepan kelas terhadap diskkusi pada kelompok

kooperatif juga sudah berjalan.

c. Data prestasi belajar siswa

Berikut ini data tentang prestasi belajar siswa pada siklus kedua

Tabel 4.6

Skor Prestasi Belajar Siswa Siklus Kedua

Kelompok

Skor Perkembangan 1

Predikat

1 30 Super

2 20 Baik

3 25 Hebat

4 20 Baik

5 20 Baik

Dari hasil kuis kedua nilai yang diperoleh sudah ada peningkatan.

Dari 25 siswa yang mengikuti kuis, 20 siswa yang mendapatkan

nilai diatas 65. Ini berarti pembelajaran siklus kedua 20 siswa (80

Page 34: Penelitian Tindakan Kelas (Pkn)

34

%) yangbelajar tuntas. Sedang dari kuis kedua ini diperoleh jumlah

kelompok yang meraih predikat meningkat menjadi lima kelompok

(pada kuis pertama hanya 3 kelompok). Kelompok yang meraih

predikat tersebut adalah kelompok 1 dengan predikat super,

kelompok 2 dengan predikat baik, kelompok 3 dengan predikat

hebat, kelompok 4 dan kelompok 5 dengan predikat baik.

4. Refleksi

Berdasarkan hasil observasi pada siklus dua menunjukkan

kemajuan dengan temuan adanya peningkatan aktivitas guru dalam

membimbing kelompok belajar untuk memotivasi siswa agar mereka

dapat bekerja secara kooperatif dengan teman sekelompoknya. Hal ini

berarti suasana disskusi dalam kelompok kooperatif lebih hidup dan

arus diskusi menyebar, tidak tampak siswa yang ingin menonjolkan

diri. Namun pada siklus ini masih terdapat kekurangannya yaitu

keberaniaan siswa dalam mempresentasikan hasil diskusi.

Siklus 3

1. Perencanaan

Permasalahan yang terjadi pada siklus 2 akan diatasi pada

sikllus 3. beberapa hal yang direncanakan guru untuk menyelaesaikan

permasalahan pada siklus 2 adalah : (a) guru berusaha memberi

kesempatan kepada semua kelompok untuk mempresentasikan hasil

diskusi kelompoknya, (b) guru berusaha menyelesaikan tingkat

Page 35: Penelitian Tindakan Kelas (Pkn)

35

kesulitan dan jumlah butir soal dengan waktu yang tersedia, (c) guru

lebih memotivasi siswa agar tidak ragu-ragu mempresentasikan hasil

diskusi kelompoknya didepan kelas, dan (d) guru berusaa lebih

memberi kesempatan kepada siswa untuk menganalisis data dan

mengembangkannya.

2. Pelaksanaan

Guru mengawali kegiatan pembelajaran dengan memberi

apersepsi kepada siswa dengan menanyakan materi pelajaran yang lalu

dan sekarang. Kemudian memancing siswa dengan bertanya apakah

pentingnya kerajinan dalam kehidupan sehari-hari. Guru

menginformasikan bahwa pada hari itu siswa akan belajar tentang

membiasakan berkata dan bekerja dengan jujur. Kemudian guru

menyampaikan tujuan pembelajatan. Pada waktu itu siswa sudah

duduk dalam kelompok kooperatif. Guru membagi LKS dan meminta

siswa dengan kelompok sekelompoknya untuk pengerjaan LKS

tersebut.

3. Observasi

a. Aktivitas guru

Berikut disajikan data hasil pengamatan kegiatan pembelajaran.

1) Dari hasil pengamatan terhadap aktivitas guru pada siklus 3

ditunjukkan pada tabel dihalaman berikut :

Page 36: Penelitian Tindakan Kelas (Pkn)

36

Tabel 4.7

Aktivitas Guru Dalam Pembelajaran Kooperatif

Siklus Ketiga

No

Kategori Aktivitas Siswa

%Kemunculan

1.

Menyampaikan pendahuluan

18,75

2.

Menjelaskan materi/ mendemontrasikan

ketrampilan

25,05

3.

Memotivasi siswa dalam kelompok kooperatif

6,20

4.

Memberi latihan terbimbing dalam kelompok

kooperatif

25,02

5. Memeriksa siswa dan pemahaman memberikan umpan balik bagi siswa yang bertanya dan mengklarifikasi materi yang kurang jelas

9,35

6.

Resitasi/ Tanya jawab

6,28

7.

Membantu siswa melakukan refleksi

9,35

Dari tabel diatas dapat dikeahui bahwa pada siklus ketiga

terdapat perbedaan penggunaan waktu yang mencolok. Dominasi

waktu digunakan oleh guru untuk menjelaskan ketrampilan dan

memberikan latihan terbimbing pada kelompok kooperatif yang

masing-masing mengambil waktu 25,05%. Aktivitas lain,

memotivasi siswa (6,20%), memerikasa pemahaman siswa dan

memberikan umpan balik (9,35%), resitasi/ Tanya jawab (6,28%)

dan membantu siswa melakukan refleksi (9,35%).

Sebagaimana pada silus pertama dan kedua, aktivitas

pendahuluan secara kuantitatif tampak mengambil waktu banyak

(18,75%). Hal ini disebkan karena didalam aktivitas pendahuluan

terdapat 4 sub aktivitas sehingga presentasi yang terbaca pada tabel

tinggi. Analisis ini juga didukung oleh presentasi penggunaan

Page 37: Penelitian Tindakan Kelas (Pkn)

37

waktu secara keseluruhan tiap siklus. Pada siklus 1 pendahuluan

mengambil waktu 25,75 %, siklus kedua 17% dan siklus ketiga

18,7%. Tampak bahwa setiap siklus waktu yang dibutuhkan kurang

dari 20%, tidak sampai mengambil seperlima keseluruhan waktu.

b. Aktivitas siswa

Pada siklus ketiga tampak bahwa siswa lebih siap mengikuti

kegiatan pembelajaran. Ketika guru masuk siswa sudah siap duduk

dalam kelompok kooperatifnya. Begitu juga ketika menjawab

pertanyaan, apersepsi guru siswa tampak antusia dan berebut

mengacungkan tangan untuk melakukan demontrasi didepan kelas.

Tabel 4.5

Aktivitas Siswa Kegiatan Pembelajaran Siklus Kedua

No

Kategori Aktivitas Siswa

%Kemunculan

1.

Memperhatikan penjelasan guru

12

2.

Membaca/ mengerjakan (buku siswa, LKS,

Soal)

15,60

3.

Bekerja dalam kelompok kooperatif

9,40

4.

Mendemontrasikan kegiatan yang ada dalam

LKS

15,67

5. Menyajikan hasil pengamatan dalam diskusi

kelompok kooperatif

25

6.

Berdiskusi/ Tanya jawab antara guru dan

siswa

12,5

7.

Merefleksikan materi pelajaran

9,38

Pada siklus ketiga aktivitas siswa dalam kelompok kooperatif

lebih dipertajam lagi, menyajikan hasil pengamatan dalam diskusi

Page 38: Penelitian Tindakan Kelas (Pkn)

38

kelompok kooperatif (25%), membaca/ mengerjakan LKS

(15,60%), dan mendemontrasikan kegiatan yang ada pada LKS

(15,67%).

b. Data prestasi belajar siswa

Berikut ini data tentang prestasi belajar siswa pada siklus ketiga

Tabel 4.9

Skor Prestasi Belajar Siswa Siklus Ketiga

Kelompok

Skor Perkembangan 1

Predikat

1 30 Super

2 25 Baik

3 25 Hebat

4 30 Baik

5 30 Baik

Dari hasil kuis ketiga terjadi peningkatan prestasi belajar siswa .

Dari 25 siswa yang mengikuti kuis, yang mendapatkan nilai diatas

65 sebanyak 23 siswa Ini berarti pembelajaran siklus ketiga ada 23

siswa (92 %) yang belajar tuntas. Kelompok satu, kelompok empat

dan kelompok lima dengan predikat super, kelompok ketiga

dengan predikat hebat, kelompok kedua dengan predikat baik. Hal

ini berate ada peningkatan predikat kelompok.

4. Refleksi

Berdasarkan hasil observasi pada siklus 3, diperoleh hasil

temuan adanya peningkatan aktifitas siswa dalam menyajikan hasil

pengamatan dalam kelompok kooperatif, peningkatan aktivitas guru

Page 39: Penelitian Tindakan Kelas (Pkn)

39

dalam membimbing kelompok kooperatif dalam mengerjakan tugas.

Namun hal ini masih terdapat kelemahan pada aktivitas siswa pada

saat diskusi kelas, siswa belum terampil menyeleksi pendapat. Masih

banyak pendapat yang mengulang pendapat kawan meskipun reaksinya

berbeda.

A. Pembahasan

Berdasarkan data yang diperoleh pada siklus 1 sampai dengan siklus

tiga menunjukkan adanya kearah peningkatan peningkatan aktivitas belajar

siswa untuk mencapai tujuan penelitian.

Pada siklus satu, aktivitas guru menonjolkan dalam kegiatan

pembelajaran dalam menyampaikan pendahuluan (20%). Tahap pendahuluan

ini memerlukan waktu yang cukup banyak karena didalamnya terdapat

beberapa sub aktivitas operasional, yaitu (a) identifikasi kemampuan awal

siswa, (b) pemberian apersepsi, (c) menyampaikan tujuan pembelajran dan (d)

menjelaskan tahapan kerja untuk tatap muka pada pertemuan itu.

Langkah guru dalam menyampaikan tujuan pembelajaran siswa sudah

sesuai dengan langkah-langkah model pembelajaran kooperatif yang meliputi

menyampaikan tujuan pembelajran dan memotivasi siswa (Ibrahim, dkk, 2000

: 35 ). Berdasarkan prinsip pembelajaran kooperatif siswa dapat belajar secara

paling baik dalam kontek, dalam susatu yang terkait dengan kebutuhan yang

diterapkan dalam kehidupan mereka (Nur, 2001). Untuk itu guru dalam

mengaitkan pelajaran sekarang dengan sebelumnya berusaha dibuat nyata,

dengan tidak mengabaikan pengetahuan awal siswa sebelumnya.

Page 40: Penelitian Tindakan Kelas (Pkn)

40

Aktivitas guru yang lain adalah memeriksa pemahaman siswa dan

memberi umpan balik bagi siswa yang bertanya, dan mengklarifikasikan

materi yang kurang jelas (22,85%). Hanya saja dalam mengklarifikasikan

materi yang kurang jelas (22,85%). Hanya saja dalam mengklarifikasikan

materi yang kurang jelas guru tampak memaksakan pemahaman kepada siswa

sejalan dengan kegiatan guru dalam pembelajaran, siswa aktif dalam

mendengarkan penjelasan guru (21,42%). Penelasan guru yang banyak

didengarkan siswa bukanlah penjelasan dari metode ceramah langsung

melainkan perpaduan penjelasan diskusi, demontrasi dan Tanya jawb. Siswa

aktif dalam mendemontrasikan kegiatan yang ada pada lembar kegiatan siswa

(LKS) dengan melakukan eksperimen. Eksperimen yang dilakukan oleh siswa

termasuk dari pembelajaran kontekstual, yang mengontrol dan mengarahkan

siswa menjadi pembelajar yang mandiri (self regulated learners) dengan cara

memperkenankan siswa selalu melakukan uji coba(trial and error), sehingga

pada akhirnya siswa dengan bimbingan yang sedikit dapat memproses

informasi, memecahkan masalah dan memanfaatkannya(Depdikbud, 2002).

Siswa mengerjakan lembar kegiatan siswa (LKS) dengan cara

berkelompok lima siswa, dengan kemampuan yang berbeda. Yang menjadi

kendala dalam pembentukan kelompok adalah pada saat siswa di minta duduk

dalam kelompok kooperatif siswa masih kebingungan duduk di bangkunya

dan beberapa siswa lupa dengan nama-nama anggota kelompoknya, sehingga

bertanya kepada guru. Kelemahan pada siklus satu ini dicoba diatasi pada

siklus berikutnya. Sesuai dengan indicator pembelajarn kooperatif dengan

pembentukan kelompok siswa diharapkan berpartisipasi secara taratur dalam

Page 41: Penelitian Tindakan Kelas (Pkn)

41

diskusi dengan cara berbagi (sharing), berkomunikasi dan menanggapi konsep

dan keputusan penting.

Hasil dari lembar kegiatan siswa (LKS) disajikan oleh beberapa

kelompok. Beberapa siswa secara bergantian menuliskan hasil

pengamatannya, dan siswa kelompok lain menanggapi. Kegiatan ini

berlangsung keadaan siswa dan guru sangat antusias. Banyak siswa aktif

dalam kegiatan Tanya jawab, bahkan beberapa siswa tetap ingin memberikan

pendapatnya meskipun jawaban tersebut ternyata sama dengan kelompok

sebelumnya. Hanya kelemahannya keaktifan siswa tersebut masih tampak

menonjolkan diri sendiri dan bukan mewakili kelompoknya. Ini dipengaruhi

oleh kurangnya guru dalam memotivasi siswa dalam bekerja kooperatif dan

kurangnya guru dalam memberikan latihan terbimbing dalam kelompok

kooperatif.

Di akhir pembelajaran guru memberi kuis untuk mengukur prestasi

belajar siswa. Nilai yang diperoleh siswa masih belum maksimal karena dari

25 siswa yang dapat menuntaskan belajarnya masih 15 siswa.

Pada siklus 2 aktivitas guru yang menonjol dalam kegiatan

pembelajaran adalah menyampaikan pendahuluan (17,50%). Tahap

pendahuluan masih memerlukan waktu yang banyak karena didalamnya

terdapat sub aktivitas operasional seperti yang sudah dibahas pada siklus

pertama. Tujuan pembelajaran yang disampaikan guru masih belum

menunjukkan peningkatan dari siklus pertama. Langkah guru memberi

persepsi sesuai dengan cirri pembelajaran kooperatif yaitu selalu mengaitkan

Page 42: Penelitian Tindakan Kelas (Pkn)

42

informasi dengan pengetahuan awal yang telah dimiliki siswa (Depdikbud,

2002).

Aktivitas dominant guru yang lain adlah memmeriksa pemahaman

siswa dan memberi umpan balik bagi siswa yangbertanya, dan

mengklarivikasikan materi yang kurang jelas. Guru berusaha agar contoh yang

diberikan termasuk dalam konteks yang digunakan siswa dan dapat

mengembangkan sikap positif siswa. Terdapat peningkatan aktivitas guru

memotivasi siswa dalam kelompok kooperatif (menjadi 7,5% dari 4,28% pada

siklus pertama) dan memberi latihan terbimbing dalam kelompok kooperatif

(menjadi 12,5 % dari 7,15% pada sikluls pertama).

Berdasarkan indikator pembelajaran kooperatif, langkah guru

membentuk kelompok belajar dan memotivasi siswa bekerja kooperatif. Guru

memotivasi agar mereka berdiskusi dengan teman sekelompok sebelumnya

bertanya kepada guru. Langkah ini tampaknya berhasil, sehingga suasana

diskusi dalam kelompok kooperatif lebih hidup latihan terbimbing yang

muncul 12,5 % dilakukan guru dalam menjelaskan materi. Guru meminta

beberapa siswa untuk membantu pelaksanaan eksperimen, serta memancing

siswa untuk membuat simpulan dari eksperimen tersebut.

Sejalan dengan kegiatan guru, aktivitas siswa dalam pembelajaran

adalah siswa aktif menyajikan hasil pengamatan pada kelompok koopearatif

(12,5%).dalam hal ini masih terdapat kelemahan, yaitu keberanian siswa

dalam mempresentasikan hasil diskusi kelompok kooperatif didepan kelas.

Hanya 4 kelompok yang tampil, rata-rata masih menunjukkan sikap ragu-ragu,

khawatir salah. Cara melaporkan hasil kerja kelompoknya masih kurang jelas.

Page 43: Penelitian Tindakan Kelas (Pkn)

43

Di akhir pembelajaran guru memberikan kuis untuk mengukur prestasi

belajar siswa. Hasil kuis pada siklus dua terdapat peningkatan dari 15 siswa

yang tuntas belajar pada siklus satu menjadi 20 siswa yang tuntas.

Pada siklus tiga kegiatan guru yang menonjol pada pembelajaran

siklus ini adalah memberi latihan terbimbing dalam kelompok kecil (25,05%).

Hal ini sejalan dengan aktivitas siswa dalam menyajikan hasil pengamatan

dalam diskusi kelompok kooperatif (25%) membaca/ mengerjakan LKS

(15,60%), dan mendemontrasikan kegiatan yang ada dalam LKS (15,67%).

Aktivitas siswa menyajikan hasil pengamatan dalam diskusi kelompok

mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan siklus dua. Siswa sudah

tampak percaya diri dan diskusi tampak hidup karena keberanian dari siswa

lain untuk menanggapi. Siswa juga sudah tampak bekerja kooperatif, tidak ada

yang menonjolkan diri. Hanya saja kelemahan dari kegiatan ini adalah siswa

kurang bisa menyeleksi jawaban, sehingga tetap berpendapat meskipun

pendapat tersebut sama dengan pendapat lainnya. Namun suasana

pembelajaran yang demikian sudah baik dan merupakan suasana pembelajaran

diharapkan dari kegiatan pembelajaran yang terbentuk lingkungan kerja sama

diantara siswa (Hernowo, 2001).

Dengan demikian salah satu cirri pembelajaran kooperatif dimana

contoh-contoh yang diberikan dapat mengembangkan sikap positif pada diri

siswa sudah tampak dibandingkan dengan siklus pertama dan siklus dua. Hal

ini menunjukkan bahwa pembelajaran kontektual yang diterapkan guru sudah

berhasil mengembangkan sikap positif siswa. Sikap positif yang dimaksud

adalah sikap siswa menghargai temannya, etika berdiskusi. Pada siklus yang

Page 44: Penelitian Tindakan Kelas (Pkn)

44

pertama siswa masih bersikap menonjolkan diri, kurang bisa bekerja

kooperatif dan kurang menghargai pendapat temannya. Pada siklus kedua

sikap menonjolkan diri sudah berkurang dan mulai bisa bekerja kooperatif.

Pada siklus ketiga sikap yang negative tersebut sudah tidak tampak. Di akhir

pembelajaran guru memberikan kuis untuk mengukur prestasi belajar siswa.

Pada siklus ini tampak bahwa prestasi belajar siswa meningkat cukup tajam,

dari siklus pertama yang tuntas 15 siswa (60%) siklus kedua (80%) meningkat

menjadi 23 siswa (92%) pada siklus ketiaga.

Page 45: Penelitian Tindakan Kelas (Pkn)

45

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian kelas yang telah dilaksanakan, maka

dapat disimpulkan bahwa :

1. Aktivitas belajar siswa dapat ditingkatkan melalui pendekatan konteksrual

model kooperatif dalam pembelajaran PPKn Kelas IV pada pokok bahasan

Kerajinan Kerajinan Semester 2 tahun pelajaran 2008/2009 dapat

meningkatkan aktivitas belajar siswa Kelas IV SD Negeri Pugeran

Kecamatan Gondang Kabupaten Mojokerto. Hal ini ditunjukkan adanya

kualifikasi siswa dalam belajar secara kelompok dengan predikat pada

siklus 1 : hebat sebanyak 1 kelompok, baik sebanyak 2 kelompok, dan

tidak berpredikat 2 kelompok; pada siklus 2 : super sebanyak 1 kelompok,

hebat sebanyak 2 kelompok, baik sebanyak 2 kelompok; sedangkan pada

siklus 3 : super sebanyak 3 kelompok, hebat sebanyak 1 kelompok 1

kelompok dan baik sebanyak 1 kelompok.

2. Peningkatan aktivitas belajar melalui pendekatan konstektual model

kooperatif dalam pembelajaran PPKn Kelas IV pada pokok bahasan

Kerajinan Kerajinan Semester 2 tahun pelajaran 2008/2009 dapat

meningkatkan aktivitas belajar siswa Kelas IV SD Negeri Pugeran

Kecamatan Gondang Kabupaten Mojokerto dapat meningkatkan prestasi

belajar siswa. Hal ini ditunjukkan peningkatan dari siklus 1 sebesar 60 %,

siklus 2 sebesar 80% dan siklus 3 sebesar 92%.

Page 46: Penelitian Tindakan Kelas (Pkn)

46

B. Saran

Berdasarkan simpulan diatas dan sesuai dengan pentingnya

penelitian, berikut dikemukakan saran-saran antara lain :

1. Agar hendaknya guru menggunakan pendekatan ini sebagai alternatif

tindakan dalam mengatasi pembelajaran PPKn khususnya peningkatan

aktivitas belajar siswa.

2. Untuk memperoleh gambaran hasil belajar yang lebih menyeluruh,

sebaiknya tidak hanya dilakukan tes, semi autentik (Quasy authentic)

melainkan beberapa tehnik penilaian autentik seperti penilaian kinerja,

observasi intensif, dan kooperatif model kooperatif diterapkan secara

bervariasi.

3. Bagi peneliti lain, hendaknya dapat mengembangkan penelitian ini

sehingga dapat digeneralisasikan secar proporsional.

Page 47: Penelitian Tindakan Kelas (Pkn)

47

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pendidikan Nasional, 2002. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis

Sekolah : Buku 5 Pembelajaran dan Pengajaran Kontekstual. Jakarta :

Depdiknas.

Ibrahim, Muslimin, dkk. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya : Universitas

Negeri Surabaya

Kasihani dan Astini, Contextual Teaching and Learning dalam Pembelajaran

Bahasa Inggris Makalah pada Pelatihan TOT Guru Mata Pelajaran

SLTP dan MA dari Enam Propinsi. Di Surabaya tanggal; 20 Juni s/d 6

Juli 2001.

Nurhadi, 2002. pendekatan Kontekstual. Jakarta : Direktorat Pendidikan Lanjutan

Pertama, Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen

Pendidikan Nasional.

Nur, Muhammad, 2001. Pengajaran dan Pembelajaran Kontekstual. Makalah

pada Pelatihan TOT Guru Mata Pelajaran SLTP dan MTs Enam

Propinsi. Di Surabaya tanggal 20 Juni s/d 6 Juni 2001.

Purwanto, Ngalim. 1996. Psikologis Pendidikan, Bandung: Remaja Rosda Karya

Offset

Panjaitan, Binsar, 1997. Pengaruh Interaktif Antara Pemberian Balikan dan

Motivasi berprestasi terhadap perolehan belajar, Malang : Jurnal

Teknologi Pembelajaran IPTP dan Paska Sarjana TEP IKIP Malang.

Page 48: Penelitian Tindakan Kelas (Pkn)

48

LAMPIRAN SOAL-SOAL

Bagaimana Menurutmu! Diskusikan dengan teman kelompokmu!

Amati gambar pada bagian saya melihat. Pernahkan kamu melihat peristiwa seperti

pada gambit tersebut?

Tuliskan apa yang kamu rasakan dibagian saya merasa katika melihat peristiwa seperti

itu!

Page 49: Penelitian Tindakan Kelas (Pkn)

49

I. Berilah tanda silang (x) pada salah satu huruf a, b, c, dan atau d yang

merupakan jawaban paling tepat!

1. Kamu akan mengerjakan PR. Kamu lupa mencatat soal. Tindakanmu

sebaiknya?

a. tidak mengerjakan PR

b. meminjam soal teman

c. mengerjakan PR

d. menjiplak pekerjaan teman besuk pagi

2. Tugas utama seorang pelajar adalah ….

a. mengerjakan PR c. rajin belajar

b. mengerjakan ulanagn d. rajin bekerja

3. Agar kamu dapat membali pakaian baru, maka usahamu yang baik adalah..

a. rajin menabung c. minta kepada Ayah

b. rajin belajar d. pinjam kepada teman

4. Agar usaha kita berhasil dengan memuaskan, maka kita memerlukan sikap

a. tabah dan tawakal c. hati-hati dan taat

b. sabar dan berdoa d. ulet dasn rajin

5. dibawah ini contoh perbuatan rajin adalah ………

a. tiap pagi bangun pukul 05.00

b. buku catatannya sering tertinggal

c. meminjam PR teman

d. bermain-main dengan baik

6. Rani selalu mengerjakan tugasnya, baik dirumah maupun di sekolah. Rani

adalah anak yang …..

a. rajin c. pintar

b. tabah d. penurut

7. Rini sedang membaca segala jenis bacaan. Rini membacanya pada waktu

senggang. Karena rajin membaca Rini ….

a. Mempunyai perpustakaan

b. Mempunyai pengetahuan yang luas

c. Memiliki teman banyak

d. Memiliki buku banyak

8. Kakak rajin membantu Ibu di dapur. Dengan demikian Ibu merasa …….. a. Pekerjaan menjadi lama

b. Pekerjaan menjadi ringan

c. Pekerjaan sangat banyak

d. Pekerjaan tidak selesai

Page 50: Penelitian Tindakan Kelas (Pkn)

50

9. Ayah terpilih menjadi Karyawan teladan di kantornya. Hal itu disebabkan

Ayah ………

a. Selalu datang tepat waktu

b. Sering pulang cepat

c. Pulang waktu istirahat makan

d. Teman dekat direktur

10. Rudi dapat melaksanakan tugas sebagai Komandan upacara dengan baik.

Hal itu karena ………….

a. Rudi anak yang pandai

b. Rudi murid teladan

c. Rudi rajin berlatih

d. Rudi disenangi gurunya.

II. Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan tepat !

1. Mengapa kita perlu mencatat hal-hal yang penting dari penjelasan guru ?

2. Apakah urusanmu agar nilai ulanganmu bagus ?

3. Apakah yang kamu lakukan agar urusanmu berhasil ?

4. Berikan contoh perbuatan yang mencerminkan kauletan ?

5. Apa manfaat rajin membaca buku ?