Top Banner

of 63

Penelitian NURUL

Jul 19, 2015

Download

Documents

jack_jocam
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript

RASIO KEUANGAN EAGLES SEBAGAI PREDIKTOR KEBANGKRUTAN BANK DI INDONESIA STUDI EMPIRIS DI BURSA EFEK INDONESIA

Oleh: NURUL HERAWATI, S.E., M.Si. NIP. 19790518 200801 2 015

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS TRUNOJOYO 2009 LEMBAR PENGESAHANJUDUL PENELITIAN: RASIO KEUANGAN EAGLES SEBAGAI PREDIKTOR KEBANGKRUTAN BANK DI

1

INDONESIA STUDI EMPIRIS DI BURSA EFEK INDONESIA NAMA PENELITI: NIP: NURUL HERAWATI, S.E., M.SI. 19790518 200801 2 015 PENATA MUDA TK.1/IIIb

PANGKAT/GOLONGAN:

JABATAN FUNGSIONAL: UNIT KERJA: FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS TRUNOJOYO

Mengetahui: Dekan Fakultas Ekonomi

Yogyakarta, Juni 2009 Ketua Peneliti

Prof. Iwan Triyuwono, SE., Ak., M.Ec., Ph.D. NIP. 19610630 198802 1 001

Nurul Herawati, SE., M.Si. NIP. 19790518 200801 2 015

Menyetujui, Ketua LPPM Universitas Trunojoyo

Dr. M. Nizarul Alim, M.Si, Ak. NIP. 196907232003121001

DAFTAR ISIHALAMAN JUDUL ......................................................................................... HALAMAN PENGESAHAN........................................................................... i ii

2

DAFTAR ISI...................................................................................................... DAFTAR TABEL.............................................................................................. RINGKASAN DAN SUMMARY.................................................................... BAB I PENDAHULUAN.................................................................................. A.Latar Belakang ......................................................................................... B.Rumusan Masalah..................................................................................... BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................... A. Pengertian Bank...................................................................................... B. Laporan Keuangan Bank 1......................................................Pengertian Laporan Keuangan .......................................................................................................6 2..................................Sifat dan Keterbatasan Laporan Keuangan .......................................................................................................9 C. Analisa Laporan Keuangan..................................................................... D. Teknik Analisa Laporan Keuangan Bank............................................... E. Likuidasi Bank 1.....................................................................Pengertian Likuidasi .....................................................................................................19 2..........................Bank Terlikuidasi dan Bank Tidak Terlikuidasi .....................................................................................................20 F. Penelitian Sebelumnya dan Pengembangan Hipotesis........................... BAB III TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN...................................... BAB IV METODE PENELITIAN.................................................................... A. B. Populasi dan Sampel................................................................. Data yang Diperlukan................................................................

iii v vi 1 1 5 6 6

10 12

22 27 28 28 29

3

C. D.

Identifikasi dan Pengukuran Variabel....................................... Metode Analisis Data................................................................

29 31 34 34 35 42 53 53 54 55 56

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................ A. B. C. Hasil Uji Normalitas Data......................................................... Hasil Uji Hipotesis Pertama...................................................... Hasil Uji Hipotesis Kedua.........................................................

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN........................................................... A. Kesimpulan............................................................................................ B. Keterbatasan Penelitian........................................................................ C. Saran...................................................................................................... DAFTAR PUSTAKA........................................................................................

4

DAFTAR TABELHalaman Tabel 4.1 Daftar Bank Swasta Go Publik yang Dijadikan Sampel..................... Tabel 5.1 Hasil Pengujian Normalitas Data untuk 3 Tahunan............................ Tabel 5.2 Hasil Pengujian Mann-Whitney untuk 3 Tahunan.............................. 29 35 36

Tabel 5.3 Perbandingan Mean Rank Bank Tidak Terlikuidasi dengan Bank Terlikuidasi untuk 3 Tahunan................................................................................ Tabel 5.4 Hasil Uji t untuk 3 Tahunan ................................................................ Tabel 5.5 Perbandingan Mean Bank Tidak Terlikuidasi dengan Bank 37 38

Terlikuidasi 38 43 43 44 45 45 46 47 47 48 48 49 49

untuk 3 Tahunan ............................................................................... Tabel 5.6 Hasil Uji Logistic Regression Backward Stepwise 3 Tahunan........ Tabel 5.7 Hasil Uji Logistic Regression Backward Stepwise 3 Tahunan........ Tabel 5.8 Clasification Table untuk 3 Tahunan................................................... Tabel 5.9 Hasil Uji Logistic RegressionBackward Stepwise Tahun 1995...... Tabel 5.10 Hasil Uji Logistic RegressionBackward Stepwise Tahun 1995.... Tabel 5.11 Clasification Table untuk Tahun 1995 .............................................. Tabel 5.12 Hasil Uji Logistic RegressionBackward Stepwise Tahun 1996.... Tabel 5.13 Hasil Uji Logistic RegressionBackward Stepwise Tahun 1996.... Tabel 5.14 Clasification Table untuk Tahun 1996............................................... Tabel 5.15 Hasil Uji Logistic RegressionBackward Stepwise Tahun 1997.... Tabel 5.16 Hasil Uji Logistic RegressionBackward Stepwise Tahun 1997.... Tabel 5.17 Clasification Table untuk Tahun 1997...............................................

5

RINGKASANPenelitian ini bertujuan untuk memberikan bukti empiris mengenai kegunaan rasiorasio EAGLES untuk memprediksi kebangkrutan bank di Indonesia. Vong (1997) menilai bahwa pendekatan CAMEL sudah tidak memadai lagi untuk penganalisisan suatu bank. Vong memberikan alternatif dalam mengukur dan membandingkan kinerja bank-bank secara lebih tepat, objektif, dan konsisten dengan menggunakan pendekatan EAGLES yang terdiri dari rasio-rasio Earning Ability; Assets Quality Ratio; Growth Rate; Liquidity; Equity; Strategy Response Quotient. Populasi penelitian ini adalah laporan keuangan bank swasta yang go publik di Bursa Efek Jakarta selama empat periode, yaitu tahun buku 1994, 1995, 1996, 1997. Setelah mengalami beberapa proses pemilihan sampel hanya 14 bank yang memenuhi persyaratan. Penelitian ini menggunakan 2 alat analisis yaitu uji beda, untuk mengetahui jenis rasio keuangan EAGLES yang dapat membedakan bank terlikuidasi dan bank tidak terlikuidasi dan model logit (regresi logistik), untuk melihat rasio keuangan yang berkaitan dengan kondisi bank (terlikuidasi atau tidak terlikuidasi). Sebelum melakukan uji beda, pertama kali dilakukan uji kenormalan data dengan menggunakan One-Sample Kolmogorof-Smirnov test dengan tingkat signifikansi () = 5%. Hasil pengujian hipotesis pertama menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada tingkat = 5% antara bank yang terlikuidasi dengan bank yang tidak terlikuidasi untuk rasio ROA, Rasio Deposit terhadap Pinjaman (DLR) dan rasio kecukupan modal (RKM) sedangkan rasio lainnya yaitu ROE, AQR, TPD, TPP, RMI, SRQ, BPTBDB, PPD, dan PPP tidak menunjukkan perbedaan secara signifikan. Perbedaan tersebut menunjukkan bahwa rata-rata rasio ROA, DLR dan RKM bank tidak terlikuidasi secara signifikan pada tingkat = 5% lebih besar dibandingkan dengan rata-rata rasio ROA, DLR dan RKM bank terlikuidasi pada 3 tahun sebelum terjadi likuidasi / tidak terlikuidasi. Hasil pengujian hipotesis dua menunjukkan bahwa jika diuji secara serentak selama 3 tahun maka menunjukkan bahwa rasiorasio EAGLES dapat digunakan sebagai prediksi terlikuidasinya suatu bank. Rasio-rasio EAGLES yang terdiri dari 12 rasio tersebut, hanya 3 yang dapat digunakan sebagai prediksi terlikuidasinya suatu bank yaitu rasio ROA, rasio Tingkat Pertumbuhan Deposit (TPD) dan rasio deposit terhadap pinjaman (DLR). Ketepatan dalam mengklasifikasikan bank gagal (terlikuidasi) dan bank tidak gagal (tidak terlikuidasi) ke dalam kelompoknya masingmasing 1 hingga 3 tahun sebelum bank dimasukkan dalam kategori sebagai bank gagal (terlikuidasi) atau bank tidak gagal (tidak terlikuidasi) adalah 85,7% lebih dari 50% sebagai cutoff value nya. Hasil ini menunjukkan bahwa rasiorasio keuangan EAGLES dapat digunakan memprediksi terlikuidasinya suatu bank. Jika diuji pertahun dan dilihat signifikansinya maka menunjukkan bahwa rasio-rasio EAGLES untuk 3 tahun sebelum terlikuidasi tidak dapat digunakan sebagai alat prediksi terlikuidasinya suatu bank. Ketepatan memprediksi terlikuidasinya suatu bank tahun 1995 atau 3 tahun sebelum terlikuidasi melalui telaah rasio rasio EAGLES hanya sebesar 50,0%. Rasio-rasio EAGLES untuk 2 tahun sebelum terlikuidasi dapat digunakan sebagai alat prediksi terlikuidasinya suatu bank. Ketepatan memprediksi terlikuidasinya suatu bank tahun 1996 atau 2 tahun sebelum terlikuidasi melalui telaah rasiorasio EAGLES yaitu rasio deposit terhadap pinjaman (DLR) berada pada 85,7%. Rasio-rasio EAGLES untuk 1 tahun sebelum terlikuidasi dapat digunakan sebagai alat prediksi terlikuidasinya suatu 6

bank. Ketepatan memprediksi terlikuidasinya suatu bank tahun 1997 melalui telaah rasio rasio EAGLES yaitu rasio ROA berada pada 85,7 %.

SUMMARYThis studi examine the ability of financial report in predicting bankruptcy of the banks listed in Jakarta Stock Exchange (JSX). The approachment is called EAGLES ratios. EAGLES ratios include Earnings Ability, Assets Quality Ratio, Growth Rate, Liquidity, Equity and Strategy Response Quotient. The research has gotten a sample of 14 banks. The study analyze data from 1995-1997. The statistic method used to test the hypothesis is t-test and Mann-Whitney U. The statistical results show that EAGLES ratios is useful in predicting bankruptcy of the bank.

7

BAB I PENDAHULUANA. Latar Belakang Krisis ekonomi di Indonesia sudah berjalan selama sembilan tahun lebih, yaitu sejak semester kedua tahun 1997. Krisis ini bermula dari krisis moneter regional kawasan Asia Tenggara, yakni saat pemerintah Thailand mendevaluasi mata uang Bath pada tanggal 2 Juli 1997 terhadap Dollar US. Akibatnya nilai tukar rupiah merosot tajam hingga pernah mencapai Rp 15.000 per US $ pada awal tahun 1998. Terdepresiasinya nilai rupiah kemudian menjalar dengan cepat menjadi krisis ekonomi secara keseluruhan di segala bidang, yang semula dirasakan terjadi pada sektor perbankan. Sektor perbankan merupakan salah satu sektor yang terkena langsung dampak krisis ekonomi. Menurut Bank Indonesia (2000), krisis sektor perbankan ini ditandai dengan beberapa fenomena, yaitu: (1) merosotnya kepercayaan masyarakat terhadap bank dan sistem perbankan, terbukti dengan adanya rush ( penarikan dana besarbesaran oleh nasabah ) di semua bank; (2) tingkat bunga simpanan yang tinggi; (3) nonperforming loans ( NPL ) bank semakin besar hingga mencapai 10%; dan (4) eksposur pinjaman dalam valas yang sangat besar. Sebelum krisis melanda, permasalahan yang dihadapi perbankan Indonesia relatif belum begitu kompleks namun sejak krisis melanda permasalahan perbankan semakin berat dan kompleks. Permasalahan itu antara lain meliputi memburuknya kualitas aset, menurunnya rasio kecukupan modal (CAR) akibat meningkatnya nilai aset valuta asing dalam denominasi rupiah, kerugian akibat negative spread, dan juga meningkatnya beban operasional akibat depresiasi Rupiah terhadap Dollar AS serta kenaikan hargaharga secara umum / inflasi (Laporan Tahunan BNI, 1998).

8

Kondisi seperti ini kemudian menjadi semacam kompetisi secara alamiah bagi keberadaan bank. Dimana bank yang akan bertahan adalah bank yang secara bisnis sehat dan kuat. Oleh karena itu, dalam menghadapi krisis ekonomi yang berkepanjangan dan permasalahan perbankan yang sangat komplek tersebut beberapa bank dapat tetap beroperasi (tidak terlikuidasi) dan sebagian lagi tidak dapat menghindar dari keputusan final pemerintah yaitu terlikuidasi. Tak terkecuali bankbank go publik. Periode 1997 terdapat 32 bank swasta go publik yang beroperasi. Dari 32 bank tersebut, berkurang 11 atau terpangkas menjadi 21 bank. Kesebelas bank itu sudah dinyatakan bubar atau masuk kategori bank dalam likuidasi (BDL), bank beku operasi (BBO), atau bank beku kegiatan usaha (BBKU). Dimulai 4 April 1998 terdapat 1 Bank swasta go publik dibekuoperasikan kemudian periode 21 Agustus 1998 terdapat 3 bank swasta go publik dibekuoperasikan dan 3 diambil alih pemerintah. Selanjutnya periode 13 Maret 1999, 7 bank swasta go publik dilikuidasi, 3 bank diambil alih pemerintah dan 6 bank direkapitalisasi sehingga pada periode 1999 terdapat 23 bank swasta go publik bermasalah dan program restrukturisasi BPPN. Bank-bank swasta go publik yang terlikuidasi itu tergolong insolvent dan tidak memiliki prospek yang baik. Bank-bank tersebut dianggap sudah tidak mampu lagi atau gagal mempertahankan going concern-nya dan dinyatakan tidak boleh lagi meneruskan kegiatannya atau dilikuidasi. Pembekuan dan penutupan sejumlah bank, walau pun seluruh nasabahnya dijamin oleh pemerintah, menimbulkan kerugian dan kesulitan bagi para nasabah, pemerintah dan para karyawannya. Untuk itu diperlukan suatu informasi yang dapat memprediksikan kinerja bank-bank, sehingga sedikit mungkin dapat diketahui apakah ada kecenderungan suatu bank akan bangkrut (terlikuidasi) atau tidak bangkrut (tidak

9

terlikuidasi). Informasi kebangkrutan tersebut bermanfaat bagi pemegang saham, pemerintah, kreditur, investor, calon investor, karyawan, calon karyawan, nasabah dan calon nasabah untuk pengambilan keputusan finansial . Analisis kebangkrutan kebangkrutan (tanda-tanda dilakukan awal untuk memperoleh Semakin peringatan awal awal

kebangkrutan).

tanda-tanda

kebangkrutan tersebut, semakin baik bagi pihak manajemen karena pihak pemegang saham bisa melakukan persiapan-persiapan untuk mengatasi berbagai kemungkinan buruk. Cara yang dapat ditempuh untuk menganalisa kondisi keuangan bank setelah menangkap sinyal-sinyal kebangkrutan adalah analisis prediksi kebangkrutan sehingga dapat mendukung keyakinan serta menentukan letak kelemahan bank yang sangat esensial terhadap kebangkrutan bank. Analisis prediksi kebangkrutan dilakukan dengan cara menganalisa laporan keuangan, yang terdiri dari neraca (Balance Sheet), laporan laba rugi (Income

Statement) serta laporan-laporan keuangan lainnya. Dengan mengadakan analisa terhadap pos-pos neraca akan dapat diketahui atau akan diperoleh gambaran tentang posisi keuangannya, sedangkan analisa terhadap laporan laba rugi akan memberikan gambaran tentang hasil atau perkembangan usaha perusahaan yang bersangkutan (Munawir, 1998). Metode analisa untuk mengetahui hubungan dari pos-pos tertentu dalam neraca atau laporan laba rugi secara individu atau kombinasi dari kedua laporan tersebut merupakan analisa rasio. Indikator-indikator keuangan yang berupa rasio-rasio dapat dipakai sebagai sistem peringatan awal (Early Warning System) terhadap kemunduran kondisi finansiil dari suatu bank (Mulyono, 1999). Analisis rasio keuangan merupakan dasar untuk dapat menginterpretasikan kondisi keuangan dan hasil operasi suatu perusahaan.

10

Berdasarkan SE no. 26/5/BPPN tanggal 26 Mei 1993 dan SK BI no. 30/11/KEP/DIR tanggal 30 April 1997, Bank Indonesia selaku bank sentral dan pengawas kegiatan perbankan di Indonesia telah menetapkan pendekatan CAMEL (Capital, Assets, Management, Earnings, Liquidity) untuk mengukur tingkat kesehatan bank. Vong (1997) menilai bahwa pendekatan CAMEL sudah tidak memadai lagi untuk penganalisisan suatu bank. Hal itu disebabkan pendekatan CAMEL dipengaruhi faktorfaktor yang tidak dapat ditentukan, subjektivitas, dan ada kalanya ketidakkonsistenan. Oleh karena itu, timbul kebutuhan akan suatu pendekatan baru untuk menghadapi ketidakpastian yang terdapat pada cara CAMEL. Ia memberikan alternatif dalam mengukur dan membandingkan kinerja bank-bank secara lebih tepat, objektif, dan konsisten dengan menggunakan pendekatan EAGLES yang terdiri dari rasio-rasio Earning Ability; Assets Quality Ratio; Growth Rate; Liquidity; Equity; Strategy Response Quotient. Penelitian mengenai rasio keuangan telah dilakukan oleh peneliti terdahulu, antara lain oleh Beaver (1966). Beaver meneliti manfaat rasio keuangan untuk memprediksi kebangkrutan dan menemukan perusahaan yang mengalami kebangkrutan memiliki rasio keuangan yang rendah dibandingkan dengan perusahaan yang tidak bangkrut. Sinkey (1975) dalam Surifah (2000) meneliti tentang manfaat rasio keuangan dalam memprediksi kondisi keuangan bank dan menemukan bukti bahwa rasio keuangan signifikan berbeda antara perusahaan perbankan yang bermasalah dengan perusahaan perbankan yang tidak bermasalah untuk periode 4 tahun sebelum bank mengalami masalah. Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya dan mengingat kondisi perekonomian yang relative tidak stabil serta adanya metode pengukuran kinerja bank yang relatif

11

baru yaitu pendekatan EAGLES , maka penelitian ini bertujuan untuk memberikan bukti empiris mengenai kegunaan rasio-rasio EAGLES untuk memprediksi kebangkrutan bank di Indonesia.

B. Rumusan Masalah Hasil penelitian mengenai manfaat rasio keuangan dalam memprediksi kebangkrutan Beaver (1966) dan peneliti-peneliti lainnya (Altman ,1968; Sinkey, 1975; Thomson, 1991; Surifah, 2000; Aryati et al, 2000; Nasser et al, 2000) menyatakan bahwa data akuntansi bermanfaat untuk memprediksi kebangkrutan. Penelitian tentang

kebangkrutan bank di Indonesia biasanya menggunakan rasio CAMEL. John Vong (1997) menilai bahwa pendekatan CAMEL sudah tidak memadai lagi untuk penganalisisan suatu bank. Hal itu disebabkan pendekatan CAMEL dipengaruhi faktorfaktor yang tidak dapat ditentukan, subjektivitas, dan ada kalanya ketidakkonsistenan. Oleh karena itu, timbul kebutuhan akan suatu pendekatan baru untuk menghadapi ketidakpastian yang terdapat pada cara CAMEL. Ia memberikan alternatif dalam mengukur dan membandingkan kinerja bank-bank secara lebih tepat, objektif, dan konsisten dengan menggunakan pendekatan EAGLES. Penelitian ini akan menguji rasio-rasio EAGLES untuk memprediksi kebangkrutan bank di Indonesia. Pertanyaan riset yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Apakah rasio keuangan EAGLES dapat digunakan sebagai alat untuk memprediksi kebangkrutan bank? 2. Rasio keuangan EAGLES mana yang memiliki kontribusi terbesar dalam memprediksi kebangkrutan bank?

12

BAB II TINJAUAN PUSTAKAA. Pengertian Bank Pengertian bank dalam kamus keuangan dan perbankan (1995) adalah badan usaha dibidang keuangan, dengan memberikan kredit dan jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran dan peredaran uang. Bank menarik uang dari dan mengeluarkannya ke dalam masyarakat. Menurut Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang perbankan disebutkan bahwa: Perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya. Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Pengertian bank menurut PSAK No. 31 adalah sebagai berikut: Bank adalah suatu lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan (financial intermediary) antara pihak-pihak yang memiliki kelebihan dana (surplus unit) dengan pihak-pihak yang memerlukan dana (deficit unit), serta sebagai lembaga yang berfungsi memperlancar lalu lintas pembayaran. B. Laporan Keuangan Bank 1. Pengertian Laporan Keuangan Setiap perusahaan pada suatu waktu (periode) akan melaporkan semua kegiatan keuangannya dalam bentuk ikhtisar keuangan atau laporan keuangan. Laporan keuangan tersebut bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai hasil-hasil yang telah dicapai dalam satu periode waktu yang telah berlalu (past performance)

13 11

serta berfungsi sebagai alat pertanggungjawaban manajemen baik kepada pemilik maupun otoritas moneter serta instansi-instansi lainnya yang berkepentingan. Menurut Zaki Baridwan (1992) pengertian atau definisi laporan keuangan adalah sebagai berikut: Laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu proses pencatatan. Suatu ringkasan dari transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama tahun buku yang bersangkutan. Laporan keuangan ini dibuat oleh manajemen dengan tujuan untuk mempertanggungjawabkan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya oleh para pemilik perusahaan. Laporan keuangan juga digunakan untuk memenuhi tujuan-tujuan lain yaitu sebagai laporan kepada pihak-pihak diluar perusahaan. Sedangkan menurut Munawir (1998), laporan keuangan adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan data atau aktivitas perusahaan. Pengertian laporan keuangan menurut Standar Akuntansi Keuangan (1999) adalah sebagai berikut: Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya terdiri dari neraca, laporan laba rugi, laba perubahan posisi keuangan (yang disajikan dalam berbagai cara seperti misalnya sebagai laporan arus kas, atau laporan arus dana), catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan. Disamping itu juga termasuk skedul dan informasi tambahan yang berkaitan dengan laporan tersebut, misalnya informasi keuangan segmen industri dan geografis serta pengungkapan pengaruh perubahan harga. Laporan keuangan dalam perusahaan bank sama saja dengan laporan keuangan perusahaan lainnya. Neraca bank memperlihatkan gambaran posisi keuangan suatu bank pada suatu saat tertentu. Ikhtisar laba rugi memperlihatkan hasil kegiatan atau operasional suatu bank selama suatu periode tertentu. Ikhtisar perubahan posisi keuangan memperlihatkan dari mana saja sumber pendanaan bank dan kemana saja dana yang telah diserapnya disalurkan. Selain dari tiga kompenen

14

di atas, juga harus disertakan catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan. Berbeda dengan perusahaan lainnya, perusahaan bank diwajibkan pula untuk menyertakan laporan komitmen dan kontinjensi, yaitu memberikan gambaran mengenai posisi komitmen dan kontinjensi, baik yang bersifat tagihan maupun kewajiban pada tanggal laporan. Berdasarkan PSAK No. 31 tentang Akuntansi Perbankan, laporan keuangan bank terdiri atas: a. Neraca Dalam penyajiannya, aktiva dan kewajiban dalam neraca bank tidak dikelompokkan menurut lancar dan tidak lancar (unclassified), namun sedapat mungkin tetap disusun menurut tingkat likuiditas dan jatuh tempo. b. Laporan Komitmen dan Kontinjensi Laporan Komitmen dan Kontinjensi wajib disusun secara sistematis, sehingga dapat memberikan gambaran mengenai posisi komitmen dan kontijensi, baik yang bersifat tagihan maupun kewajiban, pada tanggal laporan. Komitmen adalah suatu ikatan atau kontrak berupa janji yang tidak dapat dibatalkan (irrecovable) secara sepihak, dan harus dilaksanakan apabila persyaratan yang disepakati bersama dipenuhi, seperti komitmen kredit, komitmen penjualan atau penbelian aktiva bank dengan syarat repurchase agreement(Repo), serta komitmen penyediaan fasilitas perbankan lainnya. Kontinjensi adalah tagihan atau kewajiban bank yang kemungkinan timbulnya tergantung pada terjadi atau tidak terjadinya satu atau lebih peristiwa di masa yang akan datang.

c. Laporan Laba Rugi

15

Laporan laba rugi bank wajib disusun sedemikian rupa agar dapat memberikan gambaran mengenai hasil usaha suatu bank dalam suatu periode tertentu. d. Laporan Arus Kas Laporan arus kas harus disusun berdasarkan konsep kas (cash concept) selama periode laporan. Laporan ini harus menunjukkan semua aspek penting dari kegiatan bank, tanpa langsung pada kas. e. Catatan atas Laporan Keuangan Di samping hal-hal yang wajib diungkapkan diatas, bank wajib mengungkapkan dalam laporan catatan tersendiri mengenai posisi devisa neto menurut jenis mata uang serta aktivitas-aktivitas lain seperti kegiatan wali amanat, penitipan harta (custodianship), dan penyaluran kredit kelolaan. memandang apakah transaksi tersebut berpengaruh

2. Sifat dan Keterbatasan Laporan Keuangan Laporan keuangan yang telah disusun dan disajikan berdasarkan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku memiliki sifat dan keterbatasan, yaitu: Laporan keuangan bersifat historis, yaitu merupakan kejadian yang telah

lewat. Karena itu laporan keuangan tidak dapat dianggap sebagai satu-satunya sumber informasi dalam proses pengambilan keputusan ekonomi. Laporan keuangan bersifat umum dan bukan dimaksudkan untuk

memenuhi kebutuhan pihak tertentu. Proses penyusunan laporan keuangan tidak luput dari penggunaan

taksiran dan berbagai pertimbangan.

16

Akuntansi hanya melaporkan informasi yang material. Demikian pula,

penerapan prinsip akuntansi terhadap suatu fakta atau pos tertentu mungkin tidak dilaksanakan jika hal ini tidak menimbulkan pengaruh yang material terhadap kelayakan laporan keuangan. Laporan keuangan bersifat konservatif dalam menghadapi

ketidakpastian. Apabila terdapat beberapa kemungkinan kesimpulan yang tidak pasti mengenai penilaian suatu pos, maka lazimnya dipilih alternatif yang menghasilkan laba bersih atau nilai aktiva yang paling kecil. Laporan keuangan lebih menekankan pada makna ekonomis suatu

peristiwa atau transaksi daripada bentuk hukumnya atau formalitasnya. Laporan keuangan disusun dengan menggunakan istilah-istilah teknis

dan pemakai laporan dianggap memahami bahasa teknis akuntansi dan sifat dari informasi yang dilaporkan. Adanya berbagai alternatif metode akuntansi yang dapat digunakan

menimbulkan variasi dalam pengukuran sumber-sumber ekonomis dan tingkat kesuksesan antar perusahaan. Informasi yang bersifat kualitatif dan fakta yang tidak dapat

kuantifikasikan umumnya diabaikan (Lapoliwa & Kuswandi, 2000).

C. Analisa Laporan Keuangan Laporan keuangan sebagai hasil akhir dari proses akuntansi memiliki keterbatasanketerbatasan dan disusun berdasar ketentuan-ketentuan yang umumnya tidak keseluruhannya dipahami oleh pihak-pihak yang tidak mendapatkan / mempelajari tentang akuntansi. Oleh karena itu, laporan keuangan merupakan hasil dari suatu aktivitas yang bersifat teknis berdasar pada metode, dan prosedur-prosedur memerlukan

17

penjelasan-penjelasan agar tujuan atau maksud untuk menyediakan informasi yang bermanfaat itu bisa dicapai. Arti dan makna yang dimaksud dalam laporan keuangan itu, harus disimpulkan melalui analisa, dan interpretasi terhadap laporan keuangan. Analisa dan interpretasi terhadap laporan keuangan itu diperlukan agar dapat dipakai sebagai alat bantu bagi para pemilik, manajemen, kreditur dan pihak-pihak lain yang memerlukannya. Pengertian analisa laporan keuangan menurut Harahap (1998) adalah sebagai berikut : Analisa laporan keuangan adalah menguraikan pos-pos laporan keuangan menjadi unit informasi yang lebih kecil dan melihat hubungannya yang bersifat signifikan atau yang mempunyai makna antara satu dengan yang lain baik antara data kuantitatif maupun data non kuantitatif dengan tujuan untuk mengetahui kondisi keuangan lebih dalam yang sangat penting dalam proses menghasilkan keputusan yang tepat.. Sedangkan menurut Bernstein dalam Harahap (1998), analisa laporan keuangan mencakup penerapan metode dan teknik analitis atas laporan keuangan dan data lainnya untuk melihat dari laporan itu ukuran-ukuran dan hubungan tertentu yang sangat berguna dalam proses pengambilan keputusan. Analisa laporan keuangan menurut Bernstein dalam Harahap (1998) dapat digunakan sebagai: 1. Screening, yaitu analisa dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui situasi dan kondisi perusahaan dari laporan keuangan tanpa pergi langsung ke lapangan. 2. Understanding, yaitu memahami perusahaan, kondisi keuangan dan hasil usahanya. 3. Forecasting, yaitu analisa digunakan untuk meramalkan kondisi keuangan perusahaan di masa yang akan datang.

18

4.

Diagnosis, yaitu analisa dimaksudkan untuk melihat kemungkinan adanya masalah-masalah yang terjadi baik dalam manajemen, operasi, keuangan atau masalah lain dalam perusahaan.

5.

Evaluation, yaitu analisa dilakukan untuk menilai prestasi manajemen dalam mengelola perusahaan.

D. Teknik Analisa Laporan Keuangan Bank Laporan keuangan bank akan sangat berguna bagi manajemen sebagai sumber informasi untuk pengambilan keputusan. Dari laporan keuangan bank dapat diperoleh informasi tentang posisi keuangan bank, kinerja bank dan informasi lain yang berkaitan dengan laporan keuangan. Informasi yang ada dapat digunakan untuk melakukan diagnose kesehatan bank atau prestasi bank yang bersangkutan sehingga dari padanya dapat diputuskan perencanaan dan perbaikan kondisi internalnya. Oleh karena itu, angka-angka yang tercantum dalam laporan keuangan bank perlu diolah melalui metode dan teknik analisis. Metode dan teknik analisis digunakan untuk menganalisa laporan keuangan dan mempunyai tujuan untuk membuat agar data dapat lebih dimengerti sehingga dapat digunakan sebagai dasar/alat pengambilan keputusan-keputusan bagi pihak-pihak yang membutuhkan. Beberapa teknik analisis laporan keuangan bank itu sendiri secara intern menurut Mulyono (1999), meliputi: a. Analisa komparatif Dalam bentuknya analisa komparatif dapat dibedakan pada 2 hal yaitu: Analisa Trend / Analisa Horizontal Yaitu membandingkan kegiatan usaha suatu bank baik secara absolute maupun dalam bentuk relatif atas bagian kegiatan yang ada dengan kegiatan-kegiatan

19

yang telah dicapai pada periode sebelumnya. Dari analisa ini akan diperoleh suatu kesimpulan apakah terjadi kemajuan atau kemunduran usaha dari masingmasing bank yang bersangkutan. Adapun cara yang ditempuh dalam membandingkan laporan keuangan suatu periode dengan periode lainnya tersebut dapat ditempuh dengan beberapa pendekatan antara lain : Index dasar tunggal (single base index) yang dipilih dari tahun laporan yang termuda. Index dasar berganti (moving base index) dalam pendekatan cara ini index dasar yang dipakai adalah semua periode laporan yang akan dianalisa. Analisa Vertikal (Analisa Common Size)

Sesuai dengan prinsip-prinsip managemen dengan objektif maka managemen bank harus dapat mengetahui dan memanfaatkan pos-pos mana yang dominan untuk mencapai tujuan bank dengan memberikan perhatian yang khusus. Oleh karena itu, analisa vertikal ini dilakukan dengan cara jumlah-jumlah yang nampak atas suatu rekening atau sub rekening dengan total kelompoknya secara keseluruhan. Suatu rekening/sub rekening yang melebihi prosentase yang besar akan memberikan petunjuk kepada managemen bank yang bersangkutan untuk mendapatkan perhatian yang lebih khusus. Selain itu cara ini akan dapat mengetahui komposisi dari share/peran masing-masing pos/rekening-rekening kegiatan dalam suatu bentuk dibandingkan dengan kegiatan totalnya. b. Analisa Bank Environment Untuk mengetahui sejauh mana kemampuan bersaing suatu bank / suatu cabang, ataupun dalam rangka untuk mengetahui market share bank / cabang yang bersangkutan baik secara regional maupun secara nasional. Satu-satunya lembaga resmi yang mengelola informasi ini hanyalah Bank Indonesia yang diterbitkan 20

dalam Weekly Report untuk data nasioanal dan di daerah-daerah (wilayah kerja Bank Indonesia setempat) juga dipublisir secara triwulan. Dan data yang sudah siap pakai tersebut meliputi : bidang Perkreditan, Deposito, Dana giro, Tabungan, Export, dan Import. Analisa Bank Environment ini lebih bersifat objektif daripada analisa trend dan dengan analisa environment ini akan memberikan rangsangan psychologis kepada bank yang bersangkutan untuk bekerja lebih giat dalam menghadapi para pesaingnya. c. Analisa Laporan Keuangan pada Masa Inflasi Untuk menghindarkan pengambilan kesimpulan yang salah atau hasil analisa dan juga mengingat adanya basic assumption dalam akuntansi yaitu Stable Monetery Unit Assumption, maka laporan keuangan bank pada masa inflasi tersebut perlu dievaluasi terlebih dahulu/ditata kembali agar dapat diperoleh hasil evaluasi yang memuaskan. d. Analisa Titik Pulang Pokok / Break Even Point Analysis untuk Bank Analisa Break Even Point pada bank akan sangat bermanfaat untuk beberapa tujuan analisa sebagai berikut: Untuk profit planning dan control baik dalam long run mau pun short run

period. Untuk menetapkan minimal target baik bagi unit bank secara keseluruhan

mau pun bagian-bagian yang ada. Sebagai bahan pengukuran efisiensi dan efektifitas kerja bank cabang mau

pun bagian-bagian. Hal ini sangat sesuai dengan sistem perbankan yang mengarah ke Unit banking System.

e. Analisa variansi

21

yaitu perbandingan antara target yang ditetapkan dalam anggaran dengan realisasi yang dicapai apakah menguntungkan atau terjadi penyimpangan yang merugikan (unfavorable variance / favorable variances). f. Sustainable rate of growth Analysis yaitu suatu analisa dalam kaitannya dengan perencanaan berapa besarnya perkembangan assets yang dapat dicapai dengan membandingkan kemampuan bank di dalam memupuk permodalannya mengingat di dalam prudential banking expansi aktiva suatu bank dibatasi dengan berbagai aturan antara lain adanya minimum Capital Adequacy Ratio. g. Analisa CAMEL yaitu suatu analisa keuangan suatu bank dan penilaian manajemen suatu bank yang ditetapkan oleh Bank Indonesia untuk mengetahui tentang tingkat kesehatan dari bank yang bersangkutan. Unsur-unsur penilaian dalam analisis CAMEL adalah sebagai berikut: 1. Capital Penilaian didasarkan kepada permodalan yang dimiliki oleh salah satu bank. Salah satu penilaian adalah dengan metode CAR ( Capital Adequacy Ratio) yaitu dengan cara membandingkan modal terhadap aktiva tertimbang menurut resiko (ATMR). 2. Assets Penilaian didasarkan kepada kualitas aktiva yang dimiliki bank. Rasio yang diukur ada 2 macam yaitu: a.) rasio aktiva produktif yang diklasifikasikan terhadap aktiva produktif.

22

b.) Rasio penyisihan penghapusan aktiva produktif terhadap aktiva produktif yang diklasifikasikan. 3. Management Penilaian didasarkan kepada manajemen permodalan, manajemen aktiva, manajemen rentabilitas, manajemen likuiditas dan manajemen umum. Manajemen bank dinilai atas dasar 250 pertanyaan yang diajukan. 4. Earning Penilaian didasarkan kepada rentabilitas suatu bank yaitu melihat kemampuan suatu bank dala menciptakan laba. Penilaian dalam unsur ini didasarkan kepada 2 macam yaitu: a.) Rasio laba terhadap total aset (Return on Assets) b.) Rasio beban operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) 5. Liquidity Yaitu untuk menilai likuiditas bank. Penilaian likuiditas bank didasarkan kepada 2 macam rasio yaitu: a.) Rasio jumlah kewajiban bersih Call Money terhadap aktiva lancar dan yang termasuk aktiva lancar adalah Kas, Giro pada BI, Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dan Surat Berharga Pasar Uang (SBPU) yang sudah diendos oleh bank lain. b.) Rasio antara kredit terhadap dana yang diterima oleh bank. Hasil penelitian kesehatan bank dilakukan secara kuantitatif. Selanjutnya peringkat tingkat kesehatan bank digolongkan sebagai berikut:

23

Nilai Kredit 81 100 66 80 51 67 0 - 0,05 maka data berdistribusi normal, sebaliknya jika < 0,05 data berdistribusi tidak normal. Jika datanya berdistribusi normal maka digunakan t-test dan jika tidak berdistribusi normal maka digunakan Mann-Whitney U. Pengujian Hipotesa Pertama: Alat statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis pertama adalah uji beda. Langkah-langkah yang dilakukan dalam pengujian hipotesis pertama:

38

1.

Menentukan Null Hypothesis (H0).

Ho penelitian ini adalah rata-rata rasio EAGLES bank tidak terlikuidasi tidak berbeda secara signifikan dengan rata-rata rasio EAGLES bank terlikuidasi pada tahun-tahun sebelum terjadi likuidasi/tidak terlikuidasi. 2. Melihat hasil uji normalitas data. Jika datanya berdistribusi normal maka

digunakan t-test dan jika berdistribusi tidak normal digunakan Mann-Whitney U. 3. 5%. 4. Menentukan kriteria penerimaan atau penolakan H0 , yakni dengan melihat Menentukan tingkat signifikansi (a), yang dalam penelitian ini ditetapkan

nilai Sig (2-tailed). Jika Sig(2-tailed) < a, maka H0 ditolak dan sebaliknya jika Sig(2-tailed) > a, maka H0 diterima. Pengujian Hipotesa Kedua: Pengujian dilakukan dengan model logit (regresi logistik). Adapun metode yang digunakan adalah backward stepwise (WALD). Model statistik untuk menguji hipotesis kedua ini adalah : Y = a + b(x1) + c(x2) + d(x3) . + n(x) + e Dimana : Y: Dummy tipe (kondisi) perusahaan perbankan = angka 1 untuk Bank kategori sehat (tidak terlikuidasi) dan angka 0 untuk bank kategori gagal (terlikuidasi). a: b, c, d: x1, x2, x3: Konstanta Koefisien rasio-rasio keuangan

Langkah-langkah yang dilakukan dalam pengujian hipotesis dua: 1. Menentukan Null Hypothesis (H0).

39

Ho penelitian ini adalah rata-rata rasio EAGLES pada tahun-tahun sebelum terjadi likuidasi tidak dapat digunakan sebagai alat prediksi terlikuidasinya suatu bank. 2. 3. Menentukan tingkat signifikansi (a) dimana akan digunakan a = 10%. Menentukan kriteria penerimaan atau penolakan H0 , yakni dengan melihat

nilai Sig (2-tailed). Jika Sig < a, maka H0 ditolak. Sebaliknya jika Sig > a, maka H0 diterima.

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

40

A. Hasil Uji Normalitas Data Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal atau tidak berdistribusi normal dari masing-masing variabel (rasio keuangan). Uji ini digunakan untuk mengetahui jenis alat analisis yang digunakan untuk melakukan uji beda yaitu uji beda non parametrik atau uji beda parametrik. Pengujian terhadap normalitas data menggunakan One-Sample Kolmogorof-Smirnov test dengan tingkat signifikansi ()=5%. Jika Asymp. Sig (2-tailed)>0,05 data berdistribusi normal sehingga

digunakan uji beda parametrik dengan t-test, sebaliknya jika