Top Banner

of 58

Penel revisi 1

Jan 10, 2016

Download

Documents

g
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript

BAB IPendahuluan

1.1. Latar Belakang MasalahTekanan darah adalah tekanan di dalam pembuluh darah ketika jantung memompakan darah ke seluruh tubuh. Tekanan darah sering naik dan turun sepanjang hari. Tekanan darah bisa berubah dalam hitungan menit, tegantung pada keadaan psikologis atau aktivitas fisik. Gangguan tekanan darah sering disebut the silent disease atau penyakit tersembunyi. Sebutan tersebut berawal dari banyaknya orang tidak sadar telah mengidap gangguan tekanan darah sebelum mereka melakukan pemeriksaan tekanan darah. Gangguan tekanan darah dapat menyerang siapa saja, dari berbagai kelompok umur dan status sosial ekonomi (sutanto 2010). Gangguan tekanan darah yang paling sering tejadi dan dapat berakibat fatal jika tidak dikendalikan adalah hipertensi.Hipertensi adalah suatu keadaan ketika tekanan darah di pembuluh darah meningkat secara kronis. Hipertensi disebut juga sebagai pembunuh gelap karena merupakan penyakit mematikan tanpa gejala terlebih dahulu. Hipertensi yang tidak terkontrol dan terdeteksi dapat menyebabkan terjadinya serangan jantung, stroke, dan gagal ginjal yang berujung dengan kematian. 1,2 Lebih dari tiga perempat penduduk dunia usia dewasa berisiko mengalami hipertensi dan angka ini diperkirakan meningkat sebanyak 29,5% pada tahun 2025. 3 Penelitian yang di lakukan oleh WHO pada tahun 2006 menunjukkan bahwa orang usia dewasa yang menderita hipertensi sebesar 26% di seluruh dunia.4 Menurut riset kesehatan dasar tahun 2013, prevalensi hipertensi di Indonesia yang di dapat melalui pengukuran pada umur 18 tahun sebesar 25,8%. 3 Sedangkan di Jakarta, menurut penelitian Kartikawati, prevalensi hipertensi sebesar 39,4%. Gaya hidup menjadi salah satu faktor penting terjadinya hipertensi, salah satunya adalah konsumsi kopi. Indonesia merupakan negara penghasil kopi ketiga terbesar di dunia sehingga konsumsi kopi masyarakat tergolong tinggi. Berdasarkan penelitian di Bogor, dari 89 wanita dewasa sebesar 54 orang mempunyai kebiasaan minum kopi 2-6 cangkir/minggu sedangkan >7 orang cangkir/minggu. Hal ini menunjukkan bahwa konsumsi kopi oleh masyarakat masih tinggi. Kopi dapat mempengaruhi tekanan darah karena adanya polifenol, kalium dan kafein yang terkandung di dalamnya. Polifenol dan kalium bersifat menurunkan tekanan darah. Polifenol menghambat terjadinya aterogenesis dan memperbaiki fungsi vaskular. Kalium menurunkan tekanan darah sistolik dan diastolik dengan menghambat pelepasan renin sehingga terjadi peningkatan ekskresi natrium dan air. Hal tersebut menyebabkan terjadinya penurunan volume plasma, curah jantung, dan tekanan perifer sehingga tekanan darah akan turun. Kafein memiliki efek antagonis kompetitif terhadap reseptor adenosin. Adenosin merupakan neuromodulator yang mempengaruhi sejumlah fungsi pada susunan saraf pusat. Hal ini berdampak pada vasokonstriksi dan meningkatkan total resistensi perifer, yang akan menyebabkan tekanan darah naik.Penelitian di USA yang dilakukan oleh Cuno Uiterwaal dkk pada tahun 2007 menunjukkan subyek yang tidak terbiasa minum kopi memiliki tekanan darah yang lebih rendah jika dibandingkan dengan yang mengkonsumsi kopi 1-3 cangkir per hari. Pria yang mengkonsumsi kopi 3-6 cangkir per hari memiliki tekanan darah yang lebih tinggi jika di bandingkan dengan yang mengkonsumsi kopi 1-3 cangkir per hari. 5Pada penelitian yang dilakukan oleh Ayu Martiani pada tahun 2012, dengan judul Faktor Risiko Hipertensi Ditinjau dari Kebiasaan Minum Kopi, membuktikan bahwa subyek yang memiliki kebiasaan minum kopi 1-2 cangkir per hari meningkatkan risiko hipertensi sebanyak 4,12 kali lebih tinggi dibandingkan dengan konsumsi kopi 0 cangkir perhari.5Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk meneliti hubungan antara kopi dengan tekanan darah dan faktor-faktor lainnya. Penelitian ini dilaksanankan di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Grogol II. 5 Oleh karena itu peneliti ingin mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan darah sitol dan diastol seperti kebiasaan minum kopi, umur, jenis kelamin, dan keturunan (genetik). Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Kelurahan Grogol II, Kecamatan Gogol Petamburan, Jakarta Barat karena Puskesmas Kelurahan Grogol II belum pernah dilakukan penelitian mengenai hal ini sebeumnya dan termasuki wilayah kerja peneliti.

1.2. Rumusan Masalah1. Ada penelitian menunjukkan bahwa orang usia dewasa yang menderita hipertensi sebesar 26% di seluruh dunia.2. Prevalensi hipertensi di Indonesia yang di dapat melalui pengukuran pada umur 18 tahun sebesar 25,8%.3. Di Bogor, dari 89 wanita dewasa sebesar 54 orang mempunyai kebiasaan minum kopi 2-6 cangkir/minggu sedangkan >7 orang cangkir/minggu. 4. Ada penelitian membuktikan bahwa subyek yang memiliki kebiasaan minum kopi 1-2 cangkir per hari meningkatkan risiko hipertensi sebanyak 4,12 kali lebih tinggi dibandingkan dengan konsumsi kopi 0 cangkir perhari.5. Belum pernah dilakukan penelitian tentang hubungan kebiasaan minum kopi dengan hipertensi di Puskesmas Kelurahan Grogol II, Kecamatan Grogol Petamburan, Jakarta Barat.

1.3. Tujuan1.3.2. Tujuan UmumPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara konsumsi kopi dengan tekanan darah dan faktor-faktor lain yang berhubungan pada pengunjung Puskesmas Kelurahan Grogol II, Grogol Petamburan, Jakarta Barat, periode Agustus 2012.1.3.3. Tujuan Khusus Diketahuinya sebaran tekanan darah sistolik dan diastolik pengunjung Puskesmas Kelurahan Grogol II, Grogol Petamburan, Jakarta Barat, periode Agustus 2014. Diketahuinya sebaran umur, jenis kelamin, riwayat penyakit keluarga, kebiasaan minum kopi pada pengunjung Puskesmas Kelurahan Grogol II, Grogol Petamburan, Jakarta Barat, periode Agustus 2014. Diketahuinya sebaran jenis kopi yang dikonsumsi oleh pengunjung Puskesmas Kelurahan Grogol II, Grogol Petamburan, Jakarta Barat, periode Agustus 2014. Diketahuinya sebaran jumlah kopi yang dikonsumsi oleh pengunjung Puskesmas Kelurahan Grogol II, Grogol Petamburan, Jakarta Barat, periode Agustus 2014. Diketahuinya sebaran frekuensi minum kopi yang dikonsumsi oleh pengunjung Puskesmas Kelurahan Grogol II, Grogol Petamburan, Jakarta Barat, periode Agustus 2014. Diketahuinya hubungan jenis, jumlah, dan frekuensi minum kopi dengan tekanan darah sistolik dan diastolik pengunjung Puskesmas Kelurahan Grogol II, Grogol Petamburan, Jakarta Barat, periode Agustus 2014. Diketahuinya sebaran kegemukan (obesitas) pada pengunjung Puskesmas Kelurahan Grogol II, Grogol Petamburan, Jakarta Barat, periode Agustus 2014. Diketahuinya sebaran merokok pada pada pengunjung Puskesmas Kelurahan Grogol II, Grogol Petamburan, Jakarta Barat, periode Agustus 2014. Diketahuinya sebaran status sosial ekonomi pada pengunjung Puskesmas Kelurahan Grogol II, Grogol Petamburan, Jakarta Barat, periode Agustus 2014. Diketahuinya sebaran aktivitas fisik pada pengunjung Puskesmas Kelurahan Grogol II, Grogol Petamburan, Jakarta Barat, periode Agustus 2014. Diektahuinya sebaran konsumsi alkohol pada pengunjung P Puskesmas Kelurahan Grogol II, Grogol Petamburan, Jakarta Barat, periode Agustus 2014. Diketahuinya sebaran konsumsi garam (natrium) berlebihan pada pengunjung Puskesmas Kelurahan Grogol II, Grogol Petamburan, Jakarta Barat, periode Agustus 2014. Diketahuinya hubungan antara tekanan darah sistol dan diastol dengan umur, jenis kelamin, riwayat penyakit kleuarga, kebiasaan minum kopi, jenis, jumlah, dan frekuensi minum kopi, kegemukan (obesitas), merokok, status sosial ekonomi, aktivitas fisik, konsumsi alkohol berlebihan, serta konsumsi garam (natrium) berlebihan pada pengunjung Puskesmas Kelurahan Grogol II, Grogol Petamburan, Jakarta Barat, periode Agustus 2014.

1.4. HipotesisTerdapat hubungan antara kebiasaan minum kopi terhadap kenaikan tekanan darah dengan faktor lain seperti usia, jenis kelamin dan keturunan (genetik) yang juga berpengaruh.

1.5. Manfaat Penelitian1.5.1 Bagi Peneliti Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan informasi dan pngetahuan bagi peneliti selanjutnya Mengembangkan daya nalar, minat, dan kemampuan dalam bidang penelitian Meningkatkan kemampuan berkomunikasi langsung dengan masyarakat Memperoleh pengalaman belajar dan pengetahuan dalam melakukan penelitian

1.5.2 Bagi Universitas Merealisasikan Tri Darma Perguruan Tinggi dalam melaksanakan fungsi atau tugas Perguruan Tinggi sebagai Lembaga yang menyelenggarakan pendidikan, penelitian dan pengertian bagi masyarakat. Memperkenalkan Fakultas Kedokteran Ukrida kepada masyarakat dan mewujudkan kampus sebegai masyarakat ilmiah dalam peran sertanya dalam bidang kesehatan.

1.5.3 Bagi Puskesmas Meningkatkan kualitas hidup dan kesehatan masyarakat yang berbasis kesehatan perorangan dan lingkungan. Hasil penelitian ini merupakan dasar bagi penelitian selanjutnya dipuskesmas

BAB IITinjauan Pustaka

2.1 Tekanan Darah2.1.1 DefinisiTekanan darah adalah tekanan yang dialami darah pada pembuluj arteri yang terdiri dari tekanan darah sistol dan diastol yang dapat dukur dengan pengukuran tekanan darah. Peristiwa yang terjadi pada jantung berasal dari bermulaan sebuah denyut jantung sampai berakhirnya denyut jantung beirkutnya disebut siklus jantung. Siklus jantung terdiri atas satu periode relaksasi yang disebut Diastolik, yaitu periode pengisian jantung dengan darah yang diikuti oleh satu periode kontraksi yang disebut Sistolik.6,7Tekanan darah adalah tekanan yang ditimbulkan pada dinding arteri. Tekanan puncak terjadi saat ventrikel berkontraksi dan disebut tekanan sistolik. Tekanan diastolik adalah tekanan terendah yang terjadi saat ventrikel beristirahat dan mengisi ruangannya. Tekanan darah biasanya digambarkan sebagai rasio tekanan sistolik terhadap tekanan diastolik.6Fisiologi Tekanan DarahAda 2 faktor yang mempengaruhi tekanan darah, yaitu curah jantung (cardiac output) dan resistensi tahanan perifer total. Curah jantung adalah volume darah yang dipompa oleh tiap-tiap ventrikel permenit (bukan jumlah total darah yang dipompa oleh jantung. Curah jantung dipengaruhi oleh kecepatan denyut jantung dan volume sekuncup. Kecepatan denyut jantung distimulasi oleh saraf parasimpatis dan simpatis. Saraf parasimpatis ke jantung yaitu saraf vagus, mempersyarafi atrium, terutama nodus SA dan AV. Persarafan parasimpatis ke ventrikel tidak signifikan. Pengaruh sistem saraf parasimpatis pada nodus SA adalah untuk menurunkan kecepatan denyut jantung. Dengan demikian, jantung bekerja lebih santai dibawah pengaruh parasimpatis dimana jantung berdenyut lebih lambat, waktu antara kontraksi atrium dan ventrikel memanjang dan kontraksi atrium melemah. Sebaliknya, sistem saraf simpatis yang mengontrol kerja jantung pada situasi-situasi darurat atau berolah raga. Saat terjadi peningkatan kebutuhan akan aliran darah, akan mempercepatkan denyut jantung melalui efeknya pada jaringan pemacu. Komponen lain yang menentukan curah jantung adalah volume sekuncup, yaitu jumlah darah yang dipompa keluar oleh tiap-tiap ventrikel seklai berdenyut. Terdapat 2 jenis kontrol yang mempengaruhi volume sekuncup : 1) kontrol interinsik yang berkaitan dengan seberapa banyak aliran balik vena, 2) kontrol ekstrinsik yang berkaitan dengan tingkat stimulasi simpatis pada jantung.6,7Selain curah jantung, resistensi perifer total juga berpengaruh terhadap tekanan darah. Resistensi perifer total dipengaruhi oleh diameter arteriol dan viskositas darah. Ada 2 faktor yang mempengaruhi diameter arteriol : 1) kontrol interinsik, yang penting untuk menyesuaikan aliran darah melalui suatu jaringan dengan kebutuhan metabolik jaringan tersebut dan diperantarai oleh faktor-faktor lokal yang bekerja pada otot polos arteriol, dan 2) kontrol ekstrinsik, yang penting dalam mengatur tekanan darah terutama diperantarai oleh pengaruh simpatis pada otot polos arteriol. Tahanan yang diberikan oleh arteriol juga dipengaruhi oleh viskositasdarah yang tergantung dari jumlah sel darah merah dan konsentrasi protein plasma dengan kata lain bila viskositas darah yang rendah akan berhubungan dengan tekanan darah rendah dan bila viskositas darah tinggi akan menyebabkan tekanan darah tinggi.72.1.2 Definisi HipertensiHipertensi adalah tekanan darah tinggi yang menetap yang penyebabnya masih tidak diketahui (hipertensi esensial, idiopatik, atau primer) maupun yang berhubungan dengan penyakit yang lain (hipertensi sekunder). Hipertensi juga dapat didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah arteri di atas batas normal yang diharapkan pada kelompok usia tertentu.6,72.1.3 Faktor faktor yang berhubungan dengan hipertensi2.1.3.1 Faktor yang tidak dapat dikontrol2.1.3.1.1 Usia Terdapat hubungan yang positif antara usia dan frekuensi hipertensi, dimana prevalensi meningkat sesuai dengan bertambahnya usia (Bullock 1996). Risiko terkena hipertensi tinggi pada saat memasuki masa pra lansia dan dengan bertambahnya usia, risiko menjadi lebih besar sehingga prevalensi hipertensi di kalangan usia lanjut cukup tinggi, yaitu sekitar 40% dengan kematian lebih banyak terjadi pada usia diatas 65 tahun. Tingginya hipertensi sejalan dengan bertambahnya usia disebabkan oleh perubahan struktur pada pembuluh darah besar, yang menyebabkan penyempitan lumen dan kekakuan dinding pembuluh darah dan mengakibatkan terjadinya peningkatan tekanan darah sistolik.8

2.1.3.1.2 Jenis kelaminFaktor gender berpengaruh pada terjadinya hipertensi, dimana pria diduga memiliki gaya hidup yang cenderung dapat meningkatkan tekanan darah dibandingkan dengan wanita (WHO 2001). Setelah menopause, prevalensi hipertensi pada wanita lebih tinggi dibandingkan dengan pria yang diakibatkan oleh faktor hormonal (Bullock 1996). Wanita yang belum menopause dilindungi oleh hormon estrogen yang sistem imun dan berperan dalam meningkatkan kadar High Density Lipoproptein (HDL). Kadar kolesterol HDL yang dtinggi merupakan faktor pelindung dalam mencegah terjadinya aterosklerosis. Ketika memasuki masa pemenopause, wanita mulai kehilangan sedikit demi sedikit hormon estrogen dan seiring dengan bertambahnya usia, hormon estrogen berubah kuantitasnya secara alami. Proses ini akan terus berlanjut sehingga kadar HDL menurun dan menyebabkan kemungkinan terjadinya aterosklerosis semakin besar. Hal ini umumnya terjadi pada wanita usia 4555 tahun.9,10,112.1.3.1.3 RasKajian populasi menunjukan bahwa orang kulit hitam memiliki risiko hipertensi dua kali lebih besar dibandingkan dengan orang kulit putih. Tingkat keparahan dan kematian yang disebabkan oleh hipertensi juga lebih tinggi pada orang kulit hitam. Hal tersebut terjadi diduga karena akses terhadap pelayanan kesehatan yang lebih rendah, perbedaan genetik dengan kulit putih, aspek psikososial dan atau karena faktor nutrisi.102.1.3.1.4 Keturunan ( genetik)Genetik berperan dalam perkembangan hipertensi, yang tentunya juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan lainnya. Diduga peran genetik dalam terjadinya hipertensi berkaitan dengan sensitivitas terhadap garam yang dapat mempengaruhi fungsi ginjal, sistem saraf simpatik, and lain-lain. Jika kedua orang tua memiliki hipertensi primer, kecenderungan hipertensi pada anaknya adalah satu dari dua anak. Jika salah satu dari orang tua hipertensi, maka kecenderungannya satu dari tiga anak. Sedangkan orang tua yang normotensi, kecenderungan hipertensi pada anaknya adalah satu dari 20 anak (Bullock 1996). Hal ini sejalan dengan dengan pernyataan Depkes RI (2007), bahwa meskipun tidak setiap penderita hipertensi didapat dari garis keturunan, namun seseorang akan memiliki potensi untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita hipertensi, terutama hipertensi primer (esensial). Bila kedua orang tuanya menderita hipertensi maka sekitar 45% akan turun ke anak-anaknya dan bila salah satu orang tuanya yang menderita hipertensi maka sekitar 30% akan turun ke anak-anaknya.82.1.3.2 Faktor yang dapat dikontrol2.1.3.2.1 Status sosial ekonomiLevel tekanan darah dan prevalensi hipertensi yang lebih tinggi terdapat pada golongan sosio ekonomi rendah selalu dapat ditunjukkan di negara-negara yang berada pada tahap pasca peralihan perubahan ekonomi dan epidemiologi. Akan tetapi, dalam masyarakat yang berada pada masa peralihan, level tekanan darah dan prevalensi hipertensi yang lebih tinggi ternyata terdapat pada golongan sosio ekonomi yang lebih tinggi. Hubungan terbalik itu berkaitan dengan tingkat pendidikan, pekerjaan dan penghasilan(WHO 2001). Pendapatan yang rendah diketahui menjadi penyebab yang lebih besar terhadap kejadian hipertensi jika dibandingkan dengan faktor risiko yang lainnya (Bullock 1996). Menurut Gaudemaris et al. (2002) pada penduduk Perancis ditemukan adanya hubungan antara jabatan rendah dalam pekerjaan dengan prevalensi hipertensi yang tinggi dan rendahnya tingkat pengobatan penyakit hipertensi. Pada perempuan selain dipengaruhi tingkat pekerjaan juga dipengaruhi tingkat pendidikan yang rendah, dan pada laki-laki selain dipengaruhi pekerjaan yang rendah juga dipengaruhi tingkat konsumsi alkohol.9,10,112.1.3.2.2 Kegemukan ( obesitas)Tubuh manusia terdiri dari berbagai komponen penyusun yang terdiri dari tulang, otot, berbagai organ, cairan tubuh, dan lemak yang kesemuanya akan menghasilkan berat badan. Secara normal beberapa komponen akan mengalami perubahan seiring pertumbuhan tubuh, perkembangan reproduksi, akibat latihan fisik, maupun akibat proses penuaan. Penambahan berat badan bisa diakibatkan dari perubahan faktor-faktor tersebut tetapi terutama akibat penumpukan lemak yang tersimpan dalam sel lemak. Obesitas dapat disebabkan akibat sel lemak mengalami hipertrofi, hiperplasi ataupun keduanya. Pada semua golongan umur maupun etnis, kelebihan berat badan adalah faktor utama yang mempengaruhi tekanan darah. Indeks Massa Tubuh (IMT) 2529 kg/m2 mempunyai risiko 70% lebih besar terkena hipertensi. Joint National Committee (1977) menunjukkan bahwa Indeks Massa Tubuh (IMT) diatas 27 berhubungan dengan peningkatan tekanan darah. Lingkar pinggang > 34 inci (86 cm) pada laki-laki dan 39 inci (99 cm) pada perempuan diikuti dengan peningkatan risiko hipertensi dan penyakit kardiovaskuler lain (Myers 2004).12Menurut penelitian Wildman et al. (2005) yang dilakukan di Cina, tekanan darah baik sistolik maupun diastolik meningkat seiring pertambahan IMT dan lingkar pinggang. Sedangkan penelitian Nowson et al. (2005) menyebutkan dengan Dietary Approaches to Stop Hypertension (DASH) yang dimodifikasi disertai olah raga dengan intensitas sedang > 30 menit setiap hari, dicapai penurunan berat badan 5 kg dalam waktu tiga bulan yang diikuti dengan penurunan tekanan darah sistolik sebesar 5 mmHg dandiastolik sebesar 4 mmHg bila dibandingkan diet rendah lemak yang biasa dilakukan.132.1.3.2.3 Psikososial dan stressStress atau ketegangan jiwa (rasa tertekan, murung, rasa marah, dendam, takut, rasa bersalah) dapat merangsang kelenjar anak ginjal melepaskan hormon adrenalin dan memacu jantung berdenyut lebih cepat serta lebih kuat, sehingga tekanan darah akan meningkat. Jika stress berlangsung lama, tubuh akan berusaha mengadakan penyesuaian sehingga timbul perubahan patologis. Gejala yang muncul antara lain berupa hipertensi atau penyakit maag.8Stress adalah suatu kondisi yang disebabkan adanya transaksi antara individu dengan lingkungan sekitarnya yang mendorong seseorang untuk mempersepsikan adanya perbedaan antara tuntutan situasi dan sumber daya (biologis, psikologis, dan sosial) yang ada pada diri seseorang (Damayanti 2003, diacu dalam Depkes 2006). Peningkatan darah akan lebih besar pada individu yang mempunyai kecenderungan stress emosional yang tinggi (Pinzon 1999, diacu dalam Depkes 2006). Hal ini sejalan dengan pernyataan Simon (2002) bahwa seseorang yang mengalami stress, cemas dan depresi mempunyai risiko dua kali lebih besar untuk menderitahipertensi dibandingkan dengan orang yang tidak mengalami masalah tersebut.82.1.3.2.4 MerokokRokok merupakan salah satu penyebab terjadinya hipertensi, selain itu juga sebagai salah satu faktor risiko terjadinya penyakit kardiovaskular (Bullock 1996). Di dunia, tembakau merupakan penyebab kelima penyakit kardiovaskular. Merokok meningkatkan denyut jantung dan kebutuhan oksigen untuk disuplai ke otot-otot jantung. Oleh karena itu, merokok pada penderita hipertensi akan semakin meningkatkan risiko kerusakan pada pembuluh darah arteri (Depkes 2006). Data Depkes menyebutkan bahwa pada tahun 2002 konsumsi rokok di Indonesia menempati urutan ke lima diantara sepuluh negara dengan konsumsi rokok tertinggi dengan trend yang meningkat selama periode 19702000 sebesar 7 kali lipat, yaitu 23 milyar batang pada tahun 1970 menjadi 217 milyar batang pada tahun 2000. Nikotin dan gas monoksida (CO) adalah dua bahan penting dalam asap rokok yang berkaitan dengan penyakit kardiovaskular. Asap rokok mengandung sekitar 0,5% sampai 3% nikotin, dan jika dihisap maka kadar nikotin dalam darah akan berkisar antara 40-50 mg/ml. Nikotin di dalam rokok melepaskan zat cathecolamins yang dapat meningkatkan tekanan darah dan zat lainnya yang dapat mengganggu jantung, membuat irama jantung menjadi tidak teratur, mempercepat aliran darah, menimbulkan kerusakan lapisan dalam pembuluh darah dan menimbulkan penggumpalan darah. Sedangkan CO memiliki kemampuan yang jauh lebih kuat daripada sel darah merah dalam hal menarik atau menyerap oksigen, sehingga menurunkan kapasitas darah merah tersebut untuk membawa oksigen ke jaringan-jaringan, termasuk jantung (Soeharto 2000).8,10,142.1.3.2.5 Aktifitas fisikAktifitas fisik adalah setiap gerakan tubuh yang dihasilkan oleh otot rangka yang memerlukan pengeluaran energi. Aktivitas fisik yang tidak ada (kurangnya aktivitas fisik) merupakan faktor risiko independen untuk penyakit kronis dan secara keseluruhan diperkirakan menyebabkan kematian secara global (WHO,2012; Physical Ativity). Menurut Baecke (1982), indeks aktivitas disik merupakan aktivitas sehari-sehari yang meliputin indeks kegiatan waktu bekerja, indeks kegiatan berolah raga, dan indeks kegiatan waktu luang. Orang yang aktivitasnya rendah berisiko terkena hipertensi 30-50% daripada yang aktif. Oleh karena itu, aktivitas fisik antara 30-45 menit sebanyak >3x/hari penting sebagai pencegahan primer dari hipertensi.Menurut kowalski (2007), aktivitas fisik secara teratur tidak hanya menurunkan tekanan darah, juga menyebabkan perubahan yang signifikan. Aktivitas fisik meningkatkan aliran darah ke jantung, kelenturan arteri dan fungsi arterial. Aktivitas fisik juga menlambatkan aterosklerosis dan menurunkan resiko serangan jantung dan stroke (kowalski, 2007).Menurut para dokter di Selandia Baru yang dimuat di tajuk rencana The Lancet menyimpulkan Aktivitas fisik memiliki konsep yang lebih luas dari olah raga dan dapat didefinisikan sebagai pergerakan otot yang menggunakan energi. Aktivitas fisik berpengaruh secara langsung terhadap tekanan darah karena latihan fisik dapat mempengaruhi tekanan darah dengan menormalkan proses-proses tubuh lainnya (Hull 1996). Aktivitas fisik atau olah raga merupakan bentuk pemberian rangsang berulang pada tubuh. Tubuh akan beradaptasijika diberi rangsangan secara teratur dengan takaran dan waktu yang tepat (Depkes 2007). Latihan aerobik dengan intensitas ringan sampai sedang, seperti jalan atau berenang secara teratur sekitar 3045 menit selama 34 kali dalam seminggu dapat menurunkan hipertensi sekitar 48 mmHg dan risiko kematian akibat penyakit jantung koroner sebesar 30% dibandingkan dengan individu yang sedentary. Hal ini diduga karena latihan mengakibatkan penurunan tekanan darah dan meningkatkan HDL kolesterol.8,15,162.1.3.2.6 Konsumsi alkohol berlebihKonsumsi alkohol yang berlebihan akan meningkatkan kejadian penyakit kardiovaskular dan terjadinya hipertensi. Orang yang mengkonsumsi alkohol setiap hari akan menyebabkan tekanan darah sistolik naik sekitar 6,6 mmHg dan tekanan darah diastolik sekitar 4,7 mmHg dibandingkan dengan peminum sekali seminggu, berapa pun jumlah total yang diminum setiap minggunya. Konsumsi alkohol berlebihan di negara barat seperti Amerika berpengaruh terhadap terjadinya hipertensi. Sekitar 10% hipertensi di Amerika disebabkan oleh asupan alkohol yang berlebihan di kalangan pria separuh baya. Akibatnya, kebiasaan meminum alkohol ini menyebabkan terjadinya hipertensi sekunder di kelompok usia ini.8,92.1.3.2.7 Konsumsi kopiKopi disebut-sebut sebagai salah satu faktor yang dapat menyebabkan hipertensi. Kopi mengandung kafein yang merupakan stimulan ringan yang dapat mengatasi kelelahan, meningkatkan konsentrasi dan menggembirakan suasana hati. Kopi merupakan sumber kafein terbesar, konsumsi kafein yang terlalu banyak akan membuat jantung berdegup lebih cepat dan tekanna darah meningkat. Kafein dalam 23 cangkir kopi (200250 mg) terbukti dapat meningkatkan tekanan sistolik sebesar 314 mmHg dan tekanan diastolik sebesar 413 mmHg. Kafein bukan termasuk zat gizi, tetapi secara nyata menyebabkan naiknya tekanan darah dalam waktu singkat untuk kemudian kembali normal (Khomsan 2004). Mengkonsumsi kopi pada penderita hipertensi akan membahayakan karena meningkatkan risiko terjadinya stroke dan meningkatkan ekskresi kalsium yang akan berakibat peningkatan tekanan darah.172.1.3.2.8 Konsumsi garam( natrium)berlebihGaram menyebabkan penumpukan cairan dalam tubuh karena menarik cairan di luar sel agar tidak dikeluarkan, sehingga akan meningkatkan volume dan tekanan darah. Pada sekitar 60% kasus hipertensi primer (esensial) terjadi respons penurunan tekanan darah dengan mengurangi asupan garam. Pada masyarakat yang mengkonsumsi garam 3 gram atau kurang, ditemukan tekanan darah rata-rata rendah, sedangkan pada masyarakat asupan garam sekitar 78 gram memiliki tekanan darah yang lebih tinggi (Depkes 2006). Pada umumnya manusia mengkonsumsi natrium (Na+) melebihi kebutuhannya, sehingga mengurangi asupan Na+ dapat menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi esensial (Garrow 1996, diacu dalam Yuliarti 2007). Kadar natrium darah diatur oleh ginjal yaitu oleh hormon aldosteron, yang mengatur keseimbangan air dan garam dalam tubuh. Recommended Daily Intake (RDI) untuk natrium adalah 9202300 mg per hari. Menurut Scottish Intercollegiate Guideline Network (SIGN) penurunan konsumsi garam dari 10 mg menjadi 5 gram dapat menurunkan TDS sebesar 5 mmHg dan TDD sebesar 3 mmHg pada penderita hipertensi usia lanjut.18

2.1.3.2.9 HiperlipidemiaHiperlipidemia merupakan kelainan metabolisme lipid (lemak) yang ditandai dengan peningkatan kadar kolesterol total, trigliserida, kolesterol LDL dan/atau penurunan kadar kolesterol HDL dalam darah. Kolesterol merupakan faktor penting dalam terjadinya aterosklerosis yang mengakibatkan peninggian tahanan perifer pembuluh darah sehingga tekanan darah meningkat.8

2.1.4 Patofisiologi hipertensiProgresifitas hipertensi pada usia 1030 tahun dimulai dari prehipertensi (meningkatnya curah jantung), kemudian menjadi hipertensi stadium awal pada usia 2040 tahun (dimana ketahanan perifer meningkat), kemudian menjadi hipertensi pada usia 3050 tahun dan akhirnya menjadi hipertensi dengan komplikasi pada usia 4060 tahun.19Mekanisme terjadinya hipertensi dimulai dengan terbentuknya angiotensin II dari angiotensin I oleh angiotensin I-converting enzyme (ACE). ACE memegang peranan fisiologis penting dalam mengatur tekanan darah. Darah mengandung angiotensinogen yang diproduksi di dalam hati. Selanjutnya angiotensinogen akan diubah menjadi angiotensin I oleh hormon renin yang diproduksi oleh ginjal. Kemudian angiotensin I diubah menjadi angiotensin II oleh ACE yang terdapat di paru-paru. Angiotensin II inilah yang memiliki peranan kunci dalam menaikkan tekanan darah melalui dua aksi utama. Aksi pertama adalah dengan meningkatkan rasa haus dan sekresi antidiuretic hormone (ADH). ADH diproduksi di hipotalamus (kelenjar pituitari) dan bekerja pada ginjal untuk mengatur kekentalan dan volume urin. Meningkatnya ADH diiukuti dengan jumlah urin yang dieksresikan ke luar tubuh sangat sedikit (anti diuresis) sehingga osmolalitasnya menjadi pekat dan tinggi. Untuk mengencerkannya, cairan dari bagian intraseluler ditarik untuk meningkatkan volume cairan ekstraseluler. Mekanisme ini menyebabkan volume darah meningkat, yang pada akhirnya akan meningkatkan tekanan darah (Muhaimin 2008; diacu dalam Ananda 2011). Aksi kedua adalah dengan menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks adrenal. Aldosteron merupakan hormon steroid yang memiliki peranan penting pada ginjal. Untuk mengatur volume cairan ekstraseluler, aldosteron akan mengurangi eksresi NaCl (garam) dengan cara mereabsorbsinya dari tubulus ginjal. Naiknya konsentrasi NaCl akan diencerkan kembali dengan cara meningkatkan volume cairan ekstraseluler. Inilah yang kemudian akan meningkatan volume dan tekanan darah.19

2.1.5 Tanda dan gejala klinisPada pemeriksaan fisik mungkin tidak dijumpai kelainan apapun selain tekanan darah yang tinggi, maka dari itu pada umumnya sebagian besar penderita hipertensi tidak mempunyai keluhan khusus dan tidak mengetahui bahwa dirinya menderita hipertensi. Keluhan-keluhan yang tidak spesifik yang umum dialami oleh seseorang yang mengalami tekanan darah tinggi/hipertensi antara lain: sakit kepala yang khas terjadi pada bangun tidur di pagi hari dan akan berkurang ketika siang hari (Tierney et al. 2002, diacu dalam Sumaerih 2007), gelisah, jantung berdebar, pusing, penglihatan kabur, rasa sakit didada, sukar tidur/insomnia, telinga berdengung, mudah marah, rasa berat di tengkuk, mata berkunang-kunang, lesu dan mudah lelah (Mansjoer et al. 2002, diacu dalam Sumaerih 2007; Depkes 2006). Sedangkan gejala akibat komplikasihipertensi pada organ target seperti ginjal, mata, otak dan jantung antara lain ganngguan penglihatan, gangguan saraf, gangguan jantung, gangguan fungsi ginjal, dan gangguan serebral/otak yang mengakibatkan kejang dan perdarahan pembuluh darah otak yang mengakibatkan kelumpuhan, gangguan kesadaran hingga koma.8,21,22

2.1.6 Diagnosis hipertensiData diperoleh melalui anamnesis mengenai keluhan pasien, riwayat penyakit dahulu dan penyakit keluarga, pemeriksaan fisik, tes laboratorium rutin, dan prosedur diagnostik lainnya. Pemeriksaan fisik yang dilakukan meliputi pengukuran tekanan darah yang benar, pemeriksaan funduskopi, perhitungan BMI (Body Mass Index) yaitu berat badan (kg) dibagi dengan tinggi badan (meter kuadrat), auskultasi arteri karotis, abdominal, dan bruit arteri femoralis. Selain itu, pemeriksaan juga meliputi palpasi pada kelenjar tiroid, pemeriksaan lengkap jantung dan paru-paru, pemeriksaan abdomen untuk melihat pembesaran ginjal, massa intraabdominal dan pulsasi aorta yang abnormal, palpasi ekstremitas bawah untuk melihat adanya edema dan denyut nadi, serta penilaian neurologis.Hipertensi seringkali disebut silent killer karena pasien dengan hipertensi esensial biasanya tidak ada gejala (asimtomatik). Penemuan fisik yang utama adalah meningkatnya tekanan darah. Pengukuran rata-rata dua kali atau lebih dalam waktu dua kali kontrol dilakukan untuk mendiagnosis hipertensi. Tekanan darah ini digunakan untuk mendiagnosis dan mengklasifikasikan sesuai dengan tingkatnya.Pemeriksaan laboratorium rutin yang direkomendasikan sebelum memulai terapi antihipertensi adalah urinalisis, kadar gula darah dan hematokrit, kalium, kreatinin, kalsium serum, profil lemak (setelah puasa 912 jam) termasuk HDL, LDL dan trigliserida, serta elektrokardiogram. Pemeriksaan pilihan yang biasanya dilakukan adalah pengukuran ekskresi albumin urin atau rasio albumin/kreatinin.Selain itu, melalui anamnesis, didapatkan riwayat penyakit untuk membedakan penyebab yang mungkin. Anamnesis dan pemeriksaan fisik harus meliputi hal-hal, seperti otak (stroke, TIA, dementia), mata (retinopati), jantung (hipertropi ventrikel kiri, angina atau pernah infark miokard, pernah revaskularisasi koroner), ginjal (penyakit ginjal kronis) dan penyakit arteri perifer.Klasifikasi hipertensi dapat dilihat berdasarkan tekanan darah sistolik dan diastolik dalam satuan millimeter merkuri (mmHg). The Seventh of the Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure (JNC 7) mengategorikan tekanan darah orang dewasa menjadi empat yaitu kelompok normal, pre-hipertensi, hipertensi tingkat I dan hipertensi tingkat II.Tabel 3 Klasifikasi pengukuran tekanan darah orang dewasa dengan usia diatas 18 tahun berdasarkan JNC 7 Tahun 2003 Klasifikasi tekanan darahTekanan darah sistolik(mmHg)Tekanan darah diastolik(mmHg)

Normal 400 mg per hari Konsumsi kafein yang berbahaya: 600 mg per hari Konsumsi kafein yang berlebihan tidak hanya berdampak jangka pendek tapi juga jangka panjang yang dapat mengganggu kesehatan. Efek jangka pendek konsumsi kafein antara lain: merasa lebih waspada dan aktif, buang air kecil lebih sering, peningkatan denyut jantung, dan stimulasi sistem saraf dan otak. Konsumsi kafein yang moderat (contoh: 4 cangkir kopi sehari) tidak akan menyebabkan kerusakan jangka panjang. Namun penggunaan secara berlebihan dapat memiliki beberapa efek serius seperti: osteoporosis, tekanan darah tinggi, penyakit jantung, insomnia parah, infertilitas, depresi, gelisah, tremor otot, dan dapat menyebabkan kematian (ADF 2011).24

Polifenol (Chlorogenic Acid/CGA)Polifenol adalah senyawa kimia dari keluarga ester yang berhubungan quinik dan asam trans-cinnamic yang ditemukan dalam makanan yang membantu untuk mencegah kerusakan radikal bebas dalam tubuh yang dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan karena merupakan molekul yang tidak stabil dan dapat merusak dinding arteri. Polifenol dapat ditemukan pada buah-buahan, sayur-sayuran, biji-bijian, kacang-kacangan, dan beberapa makanan dan minuman. Efek dari polifenol dalam makanan saat ini menjadi perhatian besar karena aktivitas antioksidan dan antikanker.24,25Ada banyak jenis polifenol yang terkandung dalam makanan dan merupakan antioksidan in vitro yang kuat. Konsumsi kakao, teh atau kopi dapat menambah asupan polifenol menjadi 5001000 mg. Asupan total polifenol yang diharapkan sebesar 828 mg per hari bagi setiap orang. Jumlah total polifenol dari minum kopi adalah yang tertinggi diantara minuman lainnya 200mg/100ml, teh hijau (115mg/100ml), teh hitam (96mg/100ml).24Polifenol dalam kopi mengandung chlorogenic acid (CGA), caffeic acid, ferrulic acid dan p-coumaric acid, yang merupakan komponen antioksidan. Asam klorogenat (CGA) merupakan komponen utama polifenol dalam kopi karena itu kopi mengandung asam klorogenat paling tinggi dibandingkan dalam minuman lainnya seperti coklat dan teh. Kadar asam klorogenat akan meningkat seiring dengan tingkat kematangan dan tingkat kadar kafein.24,25Kandungan asam klorogenat pada biji kopi robusta dan arabika masing-masing 7%10% dan 5%7%. Satu cangkir kopi mengandung asam klorogenat sebesar 15325 mg tergantung varietas, komposisi, pengolahan dan penyajian.24Berbagai penelitian tentang asam klorogenat menunjukan bahwa 1) peningkatan asupan asam klorogenat dapat melindungi eritrosit dari stress oksidasi, 2) memelihara oksidan alami dalam tubuh termasuk vitamin E, 3) melindungi membran dan plasma sel dari oksidasi, 4) menurunkan toksik radikal bebas dalam tubuh. Peran proteksi ini akan berimplikasi pada berbagai penyakit yang berkaitan dengan disfungsi endothelial seperti penyakit kronik dan akut karena merokok, penyakit hipertensi, hiperkolesterol, hiperglikemia, atherosclerosis, serta gagal jantung. Hasil kajian epidemiologi mutakhir membuktikan bahwa minum secangkir kopi atau sekedarnya dapat meningkatkan kemampuan tubuh memerangi oksidan, bahkan asupan polifenol seperti asam klorogenat dapat menurunkan risiko penyakit jantung.24,252.3 Jenis-jenis kopiSebanyak lebih dari 25 jenis kopi dengan 4 jenis kopi yang cukup terkenal yaitu kopi arabika (Coffea arabica), kopi liberika (Coffea liberica), kopi robusta (Coffea canephora) dan kopi excelsa (Coffea dewevrei) yang mewakili 70% dari total produksi kopi. Kopi arabika menguasai 70% pasar di dunia dan robusta sebanyak 30%. Kopi arabika memiliki kualitas tinggi dan beraroma harum, sedangkan kopi robusta cenderung berasa asam dan pahit serta kandungan kafein yang lebih tinggi 23 kali dari kopi arabika.24Kopi arabika merupakan kopi tradisional dengan cita rasa terbaik. Kopi ini tumbuh di negara beriklim tropis atau subtropis pada ketinggian 10002100 meter diatas permukaan laut dengan suhu rata-rata 1622C. Semakin tinggi lokasi perkebunan kopi, maka cita rasa yang dihasilkan oleh biji kopi akan semakin baik. Kopi robusta dapat tumbuh pada ketinggian 4001.200 meter diatas permukaan laut dengan suhu 2028C.24Kopi terkenal akan kandungan kafeinnya yang tinggi. Satu cangkir kopi setara dengan 120480 ml dapat mengandung kafein 75 mg400 mg atau lebih, bergantung pada jenis biji kopi, cara pengolahan kopi dan mempersiapkan minuman kopi. Kafein merupakan senyawa hasil metabolisme sekunder golongan alkaloid dari tanaman kopi dan memiliki rasa yang pahit. Berbagai efek kesehatan dari kopi pada umunya terkait dengan aktivitas kafein didalam tubuh. Cara baik minum kopi adalah dengan meminimalkan deterpen dengan cara minum kopi yang disaring atau kopi instan serta mengkonsumsinya dalam jangka waktu 46 jam. Rekomendasi yang aman minum kopi bagi orang sehat adalah 23 cangkir.24Tabel 2.3.1 jenis kopi dan kandungannyaJenis PanganProduk PanganUkuranKandungan kafein (mg)

kopi Kopi MurniKopi InstanKopi DekafenisasiKopi EspressoEs Krim Starbucks250 ml250 ml250 ml250 ml30 g150-12480-1202-6105-11040-60

Sumber: Higdon JV, Frei B. Coffee and health: a review of recent human research. In: Critical Review in Food Science and Nutrition, 2006. 46:101-123.

Komponen biji kopi arabika dan robusta sebelum dan sesudah disangrai dapat dilihat pada tabel berikut:Tabel 2.3.2 komponen kopiKomponenArabikaRobusta

Biji Kopi(%)Kopi Sangrai(%)Biji Kopi(%)Kopi Sangrai(%)

Kafein0,9-1,21,2-1,51,6-2,42,2-2,4

Air0-50-5

Trigonelline1,0-1,20,5-1,00,6-0,750,3-0,7

Protein11-137,511-137,5

Asam Amino2020

Gula6-80,36-70,3

Polisakarida50-553837-4742

Oligosakarida6,0-8,00-3,55,0-7,00-3,5

Asam

Asam Alifatik1,5-2,01,61,5-2,01,6

Asam Quinat0,81,0

Asam Klorogenat5,5-8,02,57,0-103,8

Lemak12,0-18,014,5-20,09,0-13,011,0-16,0

Mineral3,0-4,23,5-4,54,0-4,54,6-5,0

Sumber: Wahyuni T. Hubungan konsumsi kopi dengan tekanan darah pada pasien rawat jalan puskemasbogortengah.IPB.2013.2.4 Hubungan antara perilaku minum kopi dan tekanan darah2.4.1 Ginjal dan kopiChlorogenic acid adalah polyphenol utama dalam biji kopi. CGA akan mengalami hidrolisa oleh mikroba dalam traktus digestivus menghasilkan caffeic acid.Caffeic acid merupakan salah satu metabolit dari CGA yang ditemukan dalam urin dan dapat menyebabkan hiperplasia sel tubulus. Kafein merupakan antagonis reseptor A2a adenosin.Dengan penghambatan reseptor tersebut akan memperbesar aktivasi PMN, hal ini memungkinkan kafein memperparah inflamasi intersisial sel pada nefropati. Adanya PMN dan inflamasi intersisial sel akan menurunkan fungsi ginjal, menyebabkan proteinuria, dan perubahan progresif yang lambat terhadap gambaran histologi pada nefropati. Kafein juga merupakan antagonis reseptor A1 adenosin selektif. Akibat blokade reseptor A1 adenosin menyebabkan penghambatan efek renovaskular dari adenosin. Hal ini menyebabkan meningkatnya angiotensin II dan mempertinggi tekanan darah sistemik yang akan ditransmisi ke glomerulus, sehingga bisa terjadi kerusakan pada ginjal.26

2.4.2 Konsumsi kopiKopi disebut-sebut sebagai salah satu faktor yang dapat menyebabkan hipertensi. Kopi mengandung kafein yang merupakan stimulan ringan yang dapat mengatasi kelelahan, meningkatkan konsentrasi dan menggembirakan suasana hati. Kopi merupakan sumber kafein terbesar, konsumsi kafein yang terlalu banyak akan membuat jantung berdegup lebih cepat dan tekanan darah meningkat. Kafein dalam 2-3 cangkir kopi (200-250mg) terbukti dapat meningkatkan tekanan sistolik sebesar 3-14mmHg dan diastolik sebesar 4-13mmHg. Kafein bukan termasuk zat gizi, tetapi secara nyata menyebabkan naiknya tekanan darah dalam waktu singkat untuk kemudian kembali normal (Khomsan 2004). Mengkonsumsi kopi pada penderita hipertensi akan membahayakan kerana meningkatkan risiko terjadinya stroke dan meningkatkan ekskresi kalsium yang berakibat peningkatan tekanan darah (Simon 2002).26Kopi mengandung zat yang disebut kafein. Hasil penelitian membuktikan bahwa konsumsi kefein 10 mg per Kg berat badan secara signifikan meningkatkan kolesterol total, meningkatkan LDL dan menurunkan HDL darah (Adebayo et al, 2007). Kowalski (2010) menyimpulkan bahwa terdapat hubungan antara tingginya kolesterol dengan kejadian hipertensi, karena itulah kafein kopi sering dikaitkan sebagai pemicu timbulnya hipertensi. Kopi biasanya digunakan untuk menghilangkan rasa kantuk dan keletihan saat bekerja. Kopi membuat seseorang tetap terjaga sepanjang waktu dengan cara menghambat aktivitas adenosin (Weinberg dan Bealer, 2010). Aroma kopi juga digunakan untuk menghilangkan stress (Health Secret, 2012).27Efek Kafein adalah memacu kerja jantung dan meningkatkan aliran darah ke otot, sehingga meningkatkan tekanan darah. Pecandu kopi rata-rata 1,5 lebih rentan mengalami serangan jantung dalam waktu 1 jam sesudah minum kopi.27Menurut penelitian dari Ayu Martiani dengan judul Faktor Risiko Hipertensi Ditinjau dari Kebiasaan Minum Kopi (Studi Kasus di Wilayah Kerja Puskesmas Ungaran pada Bulan Januari-Februari 2012) mendapatkan suatu simpulan berupa Kebiasaan minum kopi meningkatkan risiko kejadian hipertensi, namun tergantung dari frekuensi konsumsi harian. Subyek penelitian sebanyak 94 orang, terdiri dari 47 kasus dan 47 kontrol.subyek penelitian adalah pria warga wilayah kerja Puskesmas Ungaran yang berusia 45-65 tahun, diambil secara consecutibe sampling. Kebiasaan minum kopi dilihat dari jenis kopi, frekuensi, kekentalan, dan lamanya minum kopi yang ditanyakan langsung dengan kuesioner. Analisis statistik yang dilakukan adalah Chi Square dan dilakukan perhitungan OR (Odd Ratio) untuk besarnya risiko. Hasil : OR subyek yang minum kopi 5 cangkir kopi (p=1,000 OR=4,12, IK 95%:0,08-21,10) lebih rendah dibanding subyek yang minum kopi 1-2 cangkir per hari (p=0,017 OR=4,12, IK 95%:1,22-13,39), walaupun secara statistik tidak bermakna. OR subyek minnum kopi 3-4 cangkir per hari (p=1,000; OR=0,95; IK 95%:0,20-4,57) lebih rendah dibandingkan subyek yang tidak minum kopi, walaupun secara statistik tidak bermakna. Subyek yang mengkonsumsi kopi 1-2 cangkir per hari, meningkatkan risiko hipertensi 4,11 lebih tinggi (p=0,017; OR=4,11; IK 95%:1,22-13,39) dibandingkan subyek yang tidak minum kopi.5Selain itu juga ada penelitian Tri Wahyuni tentang Hubungan Konsumsi Kopi dengan Tekanan Darah pada Pasien Rawat Jalan Puskesmas Bogor Tengah. Dibimbing oleh YEKTI HARTATI EFFENDI dan DODIK BRIAWAN. Tujuan penelitian ini adalah mempelajari hubungan pola konsumsi kopi dengan kejadian hipertensi pada pasien rawat jalan Puskesmas Bogor Tengah. Penelitian ini menggunakan desain Case Control dengan perbandingan kasus dan kontrol adalah 1:1 dengan jumlah keseluruhan 160 contoh. Contoh kontrol yang memiliki tekanan darah 90 mmHg berdasarkan diagnosa dokter minimal 1 bulan terakhir. Data pola konsumsi kopi diperoleh melalui wawancara menggunakan kuesioner berisi 15 pertanyaan. Kebiasaan minum kopi contoh kasus berkurang setelah didiagnosa hipertensi dan secara statistik menunjukkan adanya perbedaan bermakna (p0,05).1Nurminen et al. (1999) menyatakan dosis tunggal kafein 200250 mg atau setara dengan dua atau tiga cangkir kopi dapat meningkatkan tekanan darah sistolik 314 mmHg dan tekanan darah diastolik 413 mmHg pada contoh non-hipertensi. Corti et al. (2002) menemukan bahwa tekanan darah sistolik contoh bukan peminum kopi meningkat tajam setelah mengonsumsi kopi (+12,6 mmHg), sedangkan pada peminum kopi peningkatan tekanan darah sistolik tidak signifikan (+2,3 mmHg). Peningkatan tekanan darah diastolik juga lebih jelas pada contoh bukan peminum kopi (+7,1 mmHg) dibandingkan dengan peminum kopi (+0,7 mmHg) (Mattioli 2007). Konsumsi kopi pada umumnya dapat meningkatkan tekanan darah. Tekanan darah biasanya meningkat dalam waktu 30 menit dan semakin meningkat maksimal selama 60 sampai 120 menit setelah mengkonsumsi kafein. Efek terbesar dari asupan kafein lebih kuat pada orang yang tidak biasa mengonsumsi kafein daripada orang yang biasa mengonsumsi kafein. Tingkat respon tekanan darah dengan dosis kafein (200250 mg) berbanding terbalik dengan konsentrasi plasma kafein, yaitu respon tekanan darah terbesar terjadi pada contoh dengan konsentrasi kafein terendah. Adanya temuan beberapa studi yang menunjukkan bahwa konsumsi kopi dan kafein dapat meningkatkan bahkan menurunkan tekanan darah diduga karena adanya toleransi tubuh terhadap konsumsi kopi atau kafein secara berulang. Respon peningkatan tekanan darah akan berkurang dalam bebeapa hari dari konsumsi awal rutin kopi atau kafein. Namun, hal tersebut bersifat sebagian, karena dalam beberapa studi, konsumsi kopi atau kafein masih dapat meningkatkan tekanan darah dan menjadi risiko hipertensi. Selain itu, periode tindak lanjut yang panjang, menunjukkan adanya peran konsumsi kopi dalam perkembangan hipertensi.1

2.2. Kerangka Teori

TEKANAN DARAHFAKTOR YANG TIDAK DAPAT DIKONTROLUsiaJenis KelaminKeturunan (genetik)RasFAKTOR YANG DAPAT DI KONTROLHiperlipidemia/hiperkolesterolemiaKegemukan (obesitas)Status sosial ekonomiAktivitas fisikKonsumsi kopiMerokok Konsumsi garam(natrium) berlebihanKonsumsi alkohol berlebihanPsikososial & stress

2.3. Kerangka Konsep

TEKANAN DARAHFAKTOR YANG TIDAK DAPAT DIKONTROLUsiaJenis KelaminKeturunan (genetik)FAKTOR YANG DAPAT DI KONTROLKegemukan (obesitas)Status sosial ekonomiAktivitas fisikKonsumsi kopiMerokok Konsumsi garam(natrium) berlebihanKonsumsi alkohol berlebihan

BAB IIIMetodologi Penelitian

3.1 Desain PenelitianDesain Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi analitik-observasional dengan pendekatan cross-sectional mengenai hubungan antara kopi dengan tekanan darah serta faktor-faktor lain yang berhubungan pada pengunjung Puskesmas Keluarajan Grogol II, Grogol Peramburan, Jakarta Barat periode Agustus 2014.

3.2 Tempat dan Waktu PenelitianPenelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Kelurahan Grogol II, Grogol Petamburan, Jakarta Barat tanggal 19 Agustus 2014 dan 21 Agustus 2014.

3.3 Sumber DataSumber data terdiri dari data primer yang diambil dari subjek penelitian dengan menggunakan kuesioner yang disebar dan pemeriksaan fisik (tinggi badan, berat badan, tekanan darah sistolik dan tekanan darah diastolik) terhadap pengunjung Puskesmas Kelurahan Grogol II, Grogol Petamburan, Jakarta Barat periode Agustus 2014.Kuesioner yang disebar akan diuji coba kepada para pengunjung Puskesmas Tanjung Duren Utara, Grogol Petamburan, Jakarta Barat periode Agustus 2014.

3.4 Populasi dan Sampel3.4.1 Populasi Populasi target adalah seluruh pasien yang berkunjung ke Puskesmas Kelurahan Grogol II, Grogol Petamburan, Jakarta Barat. Populasi terjangkau adalah seluruh pasien yang berkunjung ke Puskesmas Kelurahan Grogol II, Grogol Petamburan, Jakarta Barat periode Augustus 2014.3.4.2 SampelSampel adalah pasien rawat jalan yang berkunjung ke Puskesmas Kelurahan Grogol II, yang merupakan pengunjung lama yang memenuhi kriteria inklusi.

3.5 Kriteria Inklusi dan Kriteria Eksklusi3.5.1 Kriteria Inklusi Semua pengunjung puskesmas kelurahan Grogol II, kecamatan Grogol Petambora, Jakarta Barat, tanggal 19 Agustus 2014 dan 21 Agustus 2014.. Pengunjung berumur 20 - 60 tahun Bersedia menjadi sampel3.5.2 Kriteria Eksklusi Pengunjung Puskesmas Kelurahan Grogol II yang memiliki riwayat penyakit diabetes mellitus, penyakit ginjal, penyakit jantung.

3.6 Perhitungan Besar Sampel3.6.1 Besar SampelPerhitungan besar sampel berdasarkan rumus :

n2 = n + ( 10 % . n1 ) Z()2 . p . qn1 = L2

Keterangan :n1= Jumlah sampeln2= Jumlah sampel ditambah substitusi 10% (substitusi adalah persen responden yang mungkin drop out)Z()= Tingkat batas kepercayaan, dengan = 5%P= Proporsi variabel yang ingin diteliti adalah 25,6% (WHO 2006) Q= 100% - P = 100% -L= Derajat kesalahan yang masih dapat diterima adalah 10%

Berdasarkan rumus didapatkan angka :n = Z2. p. q = 1.962 . 0.26 . 0.74d2 0.01n = 0.73912 0.01n = 73.912Untuk menjaga kemungkinan adanya subyek penelitian yang drop out maka dihitung n2 = n1 + (10% . n1)n2 = 73.912 + (10% . 73.912)n2 = 81.3032 (Dibulatkan menjadi 82 subyek penelitian)3.6.2 Teknik Pengambilan SampelPengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik non-probability sampling yaitu consecutive sampling, yang mana semua subjek yang datang dan memenuhi kriteria dimasukkan dalam penelitian sampai jumlah subjek yang diperlukan terpenuhi.

3.7 Identifikasi VariabelDalam penelitian ini digunakan variabel tergantung (dependent) dan variabel bebas (independent). Variabel tergantung berupa tekanan darah sistolik dan diastolik pada pengunjung Puskesmas Kelurahan Grogol II, Kecamatan Grogol Petamburan, Jakarta Barat.Variabel bebas berupa umur, jenis kelamin, keturunan(genetik), konsumsi kopi, kegemukan (obesitas), merokok, status sosial ekonomi, aktivitas fisik, konsumsi alkohol dan konsumsi garam (natrium).

3.8 Cara Kerja3.8.1 Menghubungi Kepala Puskesmas Kelurahan Grogol II yang menjadi tempat penelitian untuk melaporkan tujuan dan meminta ijin untuk mengadakan penelitian di puskesmas tersebut.3.8.2 Menentukan sampel dengan teknik non-probability sampling yaitu consecutive sampling. sampel diambil berdasarkan populasi terjangkau yaitu pengunjung Puskesmas Kelurahan Grogol II, yang sudah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.3.8.3 Melakukan pengumpulan data-data dengan menggunakan instrumen penelitian berupa sfigmomanometer, timbangan berat badan, microtoise, dan kuesioner di puskesmas kelurahan Grogol dan puskesmas kelurahan Tanjung duren utara, kuesioner disebarkan ke pengunjung Puskesmas Kelurahan Grogol II dan melakukan uji kuisioner ke pengunjung Puskesmas Tanjung Duren Utara.3.8.4 Melakukan pengolahan, analisis, dan interpretasi data dengan program SPSS.3.8.5 Penulisan laporan penelitian.3.8.6 Pelaporan penelitian.3.9 Manajemen Data3.9.1 Pengumpulan DataData primer yang sudah diuji coba dikumpulkan dengan teknik wawancara dengan menggunakan kuesioner dan pemeriksaan.3.9.2 Pengolahan DataTerhadap data yang telah dikumpulkan akan dilakukan pengolahan berupa proses editting, verivikasi, coding dan tabulasi. Selanjutnya dimasukkan dan diolah dengan menggunakan program komputer SPSS.3.9.3 Analisis DataTerhadap data yang telah diolah dilakukan analisis sesuai dengan cara uji statistik menggunakan uji korelasi Pearson dan t-test, (selanjutnya dimasukkan dan diolah) dengan menggunakan program komputer, yaitu program SPSS (Statistical Package for Social Science)3.9.4 Interpretasi DataData diinterpretasi secara korelatif analitik anat variabel-variabel yang telah ditentukan.3.9.5 Penyajian DataData yang didapat, disajikan secara tektular dan tabular.3.9.6 Pelaporan DataData disusun dalam bentuk pelaporan penelitian yang selanjutnya akan dipresentasikan di hadapan staf pengajar Program Pendidikan Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana (UKRIDA) dalam forum pendidikan Ilmu Kesehatan Masyarakat FK UKRIDA.

3.10 Definisi Operasional3.10.1 Data Umum3.10.1.1 Tekanan Darah Sistolik dan DiastolikTekanan darah adalah tekanan yang dialami darah pada pembuluj arteri yang terdiri dari tekanan darah sistol dan diastol yang dapat dukur dengan pengukuran tekanan darah. Peristiwa yang terjadi pada jantung berasal dari bermulaan sebuah denyut jantung sampai berakhirnya denyut jantung beirkutnya disebut siklus jantung. Siklus jantung terdiri atas satu periode relaksasi yang disebut Diastolik, yaitu periode pengisian jantung dengan darah yang diikuti oleh satu periode kontraksi yang disebut Sistolik.Cara Ukur : Meminta subjek untuk duduk istirahat selama 5 menit di kursi, lengan diletakkan sejajar dengan jantung dan kaki menyentuh lantai. Pastikan lengan yang akan diperiksa tidak ditutupi dengan pakaian. Palpasi arteri brachialis untuk memastikan pulsasinya baik. Posisikan lengan sehingga arteri brachialis dna fossa cubiti sejajar dengan jantung. Kemudian pasang manset yang dapat diisi udara diletakkan melingkari lengan atau tidak terlalu ketat, dengan jarak 3 cm antara bagian bawah manset dan fossa cubitii. Manset tersebut diisi udara dengan pompa tangan kecil, dan tekanan didalam manset diukur dengan status manometer mercuri. Alat ini disebut sfignomanometer yang bermerk Riester. Lakukan palpasi pada nadi radialis dipergelangan tangan dan sambil jari-jari kita melakukan palpasi, tangan yang lain memompa mengisi manset sampai suatu tekanan dimana nadi radialis menghilang. Stetoskop diletakkan diatas arteri brachialis dan tekanan didalam manset diturunkan secara perlahan-lahan. Bila suara yang seirama dengan bunyi dengut jantung terdengar lewat stetoskop yang bermerk Littman, hal ini mennadakan tekanan darah sistol dengan makin menurunnya tekanan manset, suara-suara menjadi semakin keras tetapi pada saatnya tekanan darah diastol, suara tersebut sifatnya menjadi suara tertutup.Alat Ukur : Sfignomanometer dan stetoskop.Skala : IntervalHasil ukur : Kode 0 : normal ( sistol 120 mmHg & diastol 80 mmHg)Kode 1 : hipertensi ( sistol 130 mmHg / diastol 90 mmHg)

3.10.1.2 UmurUmur adalah lamanya hidup seseorang sejak dilahirkan sampai saat penelitian dilakukan. Umur dihitung dari tanggal, bulan dan tahun penelitian dikurangi tanggal, bulan dan tahun lahir yang tertera di KTP yang masih berlaku. Bila terdapat kelebihan, umur kurang dari enama bulan, dibulatkan ke bawah.Cara ukur : tanggal, bulan dan tahun peneltian dikurangi tanggal, bulan dan tahun kelahiran.Alat ukur: kartu tanda pendudukSkala: RasioHasil :Kode 0 : 20-30 tahunKode 1 : 31-40 tahunKode 2 : >40 tahun3.10.1.3 Jenis KelaminJenis kelamin merupakan petanda gender seseorang yang dibagi menjadi laki-laki dan perempuan.Alat ukur: kartu tanda pendudukSkala: NominalHasil Ukur:Kode 1: Laki-lakiKode 0: Perempuan3.10.1.4 Riwayat Penyakit KeluargaHerediter adalah faktor genetik yang menurun dari orang tua kepada anak kandungnya . Faktor herediter merupakan salah satu penyebab hipertensi. Riwayat penyakit keluarga yang di maksud dalam penelitian ini adalah keluarga yang menderita hipertensi dan masih dalam satu garis keturunan, di mana mencakup ayah kandung, ibu kandung, serta kakek dan nenek dari kedua orang tua.Alat ukur: KuesionerSkala: NominalHasil Ukur:Kode 1: terdapat riwayat hipertensi pada keluarga Kode 0: tidak terdapat riwayat hipertensi pada keluarga3.10.1.5 Status Sosial EkonomiPengertian status menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2012) yaitu kedudukan atau sebagai tempat atau posisi seseorang dalam suatu kelompok sosial. Sedangkan pengertian ekonomi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2012) yaitu ilmu mengenai asas-asas produksi, distribusi, dan pemakaian barang-barang serta kekayaan (seperti hal keuangan, perindustrian, dan perdagangan); pemanfaatan uang, tenaga, waktu, dan sebagainya yangg berharga; tata kehidupan perekonomian (suatu negara); cak urusan keuangan rumah tangga (organisasi, Negara).Menurut Sumardi (2011) kondisi sosial ekonomi adalah suatu kedudukan yang diatur secara sosial dan menempatkan seseorang pada posisi tertentu dalam masyarakat, pemberian posisi itu disertai pula dengan seperangkat hak dan kewajiban yang harus dimainkan oleh orang yang membawa status tersebut. Sementara W.S Winke (1991) menyatakan bahwa pengertian status sosial ekonomi mempunyai makna suatu keadaan yang menunjukan pada kemampuan finansial keluarga dan perlengkapan material yang dimilki (Basrowi, 2010).Penghasilan adalah gaji tetap yang diterima setiap bulan. Penghasilan akan erat kaitannya dengan kemampuan orang untuk memenuhi kebutuhan gizi, perumahan yang sehat, pakaian dan kebutuhan lain yang berkaitan dengan pemeliharaan kesehatan.Rendahnya tingkat pendapatan keluarga akan sangat berdampak rendahnya daya beli keluarga (Suhardjo, 2013). Status ekomoni dapat disimpulakan sebagai kedudukan berdasarkan pendapatan finansial untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari rumah tangga dalam bermasyarakat.UMR merupakan kepanjangan dari upah minimum regional, yang artinya suatu standar minimum yang digunakan oleh para pengusaha atau pelaku industri untuk memberikan upah kepada pegawai, karyawan atau buruh di dalam lingkungan usaha atau kerjanya. Pemerintah mengatur pengupahan melalui Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 05/Men/1989 tanggal 29 Mei 1989 tentang Upah Minimum.Penetapan upah dilaksanakan setiap tahun melalui proses yang panjang. Mula-mula Dewan Pengupahan Daerah (DPD) yang terdiri dari birokrat, akademisi, buruh dan pengusaha mengadakan rapat, membentuk tim survei dan turun ke lapangan mencari tahu harga sejumlah kebutuhan yang dibutuhkan oleh pegawai, karyawan dan buruh. Daftar Upah Minimum Propinsi UMP/UMR 2014 Terbaru Jakarta : Rp 2.441.301 (naik 9% UMP/UMR sebelumnya tahun 2013 Rp 2.200.000) Cara ukur : kuisionerAlat ukur : kuisionerSkala ukur : kategorikalHasil ukur : Kode 2 : menengah kebawah 2.500.0003.10.1.6 Indeks Massa Tubuh (IMT) Indeks massa tubuh (IMT) adalah alat pengukuran komposisi tubuh yang diambil dari perhitungan antara berat badan (BB) dan tinggi badan (TB) seseorang. Alat ukur indeks massa tubuh adalah timbangan berat badan orang dewasa dan meteran dinding skala dalam pengukuran IMT adalah numerik Cara kerja menentukan IMT: sampel diukur terlebih dahulu berat badannya dengan timbangan kemudian diukur tinggi badannya dan dimasukkan ke dalam rumus di bawah ini: IMT= Berat badan (kg) Tinggi badan2 (m)2

Kemudian hasil IMT dimasukan kedalam tabel dibawah iniKlasifikasiIMT

Berat badan kurang< 18.5

Kisaran Normal18.5-22.9

Berat Badan Lebih 23

Hasil Kode: Kode 1 : IMT kurang ( IMT < 18,5) Kode 0: IMT normal (IMT 18,5 22,9) Kode 2: IMT lebih (IMT 23)3.10.1.7 MerokokRokok merupakan salah satu zat adiktif yang bila digunakan dapat mengakibatkan bahaya kesehatan bagi individu dan masyarakat. Berdasarkan PP No. 19 tahun 2003, diketahui bahwa rokok adalah hasil olahan tembakau dibungkus termasuk cerutu ataupun bentuk lainnya yang dihasilkan dari tanaman Nicotiana tabacum, Nicotiana rustica dan spesies lainnya atau sintesisnya yang mengandung nikotin dan tar dengan atau tanpa bahan tambahan. Rokok merupakan silinder dari kertas berukuran panjang antara 70 hingga 120 mm (bervariasi tergantung negara) dengan diameter sekitar 10 mm yang berisi daundaun tembakau yang telah dicacah. Rokok dibakar pada salah satu ujungnya dan dibiarkan membara agar asapnya dapat dihirup lewat mulut pada ujung lain. Merokok merupakan suatu kegiatan menghisap rokok tersebut.Jumlah rokok yang dikonsumsi per hari dapat diklasifikasikan sebagai berikut ; ringan (1-10 batang per hari), sedang (11-20 batang per hari), dan berat (lebih dari 20 batang per hari).Cara ukur : memberikan formulir yang berisi tentang pertanyaan seputar rokok untuk mendapatkan informasi penelitianAlat ukur : kuisionerSkala data : kategorikalHasil ukur : Kode 0 : Tidak merokokKode 1 : perokok ringan (1-10 batang per hari) / perokok sedang ( 11-20 batang per hari)Kode 2 : perokok berat ( lebih dari 20 batang per hari)3.10.1.8 Aktivitas FisikAktifitas fisik adalah setiap gerakan tubuh yang dihasilkan oleh otot rangka yang memerlukan pengeluaran energi. Aktivitas fisik yang tidak ada (kurangnya aktivitas fisik) merupakan faktor risiko independen untuk penyakit kronis dan secara keseluruhan diperkirakan menyebabkan kematian secara global (WHO,2012; Physical Ativity). Menurut Baecke (1982), indeks aktivitas disik merupakan aktivitas sehari-sehari yang meliputin indeks kegiatan waktu bekerja, indeks kegiatan berolah raga, dan indeks kegiatan waktu luang. Orang yang aktivitasnya rendah berisiko terkena hipertensi 30-50% daripada yang aktif. Oleh karena itu, aktivitas fisik antara 30-45 menit sebanyak >3x/hari penting sebagai pencegahan primer dari hipertensi.Aktivitas fisik berpengaruh secara langsung terhadap tekanan darah karena latihan fisik dapat mempengaruhi tekanan darah dengan menormalkan proses-proses tubuh lainnya (Hull 1996). Aktivitas fisik atau olah raga merupakan bentuk pemberian rangsang berulang pada tubuh. Tubuh akan beradaptasijika diberi rangsangan secara teratur dengan takaran dan waktu yang tepat (Depkes 2007). Latihan aerobik dengan intensitas ringan sampai sedang, seperti jalan atau berenang secara teratur sekitar 3045 menit selama 34 kali dalam seminggu dapat menurunkan hipertensi sekitar 48 mmHg dan risiko kematian akibat penyakit jantung koroner sebesar 30% dibandingkan dengan individu yang sedentary. Hal ini diduga karena latihan mengakibatkan penurunan tekanan darah dan meningkatkan HDL kolesterol.Cara mengukur : menyebarkan kuesionerAlat ukur : kuesionerSkala pengukuran : KategorikKategorikScore

KebiasaanYaTidak 13

Lama/hari< 30 menit 30 menit13

Kali/mingguTidak tentu2x123

ScoreKategoriKode

9cukup0

2-8kurang1

1tidak2

Score : Hasil Ukur :

3.10.1.9 Konsumsi AlkoholMinuman keras atau alkohol merupakan suatu senyawa alifatis etil alkohol dan tergolong kelompok alkohol, sehingga lebih dikenal dengan alkohol saja. WHO memasukkan etil alkohol ke dalam jenis obat yang berbahaya (drug) dan alkohol termasuk kelompok obat psikoaktif atau obat penenang bersama dengan transkuiliser, sedatif, atau hipnotikum dan narkotika atau opiat.Hundley dan Mercer (dikutip Hardani 1999, h.9) menggolongkan minuman keras menjadi tiga jenis yaitu:a. Bir dengan kadar alkohol 1% sehingga 5%b. Anggur dengan kadar 5% sehingga 20%c. Liquor dengan kadar alkohol 20% sehingga 55%Cara Mengukur : Menyebarkan kuesionerAlat Ukur : KuesionerSkala pengukuran : OrdinalScoring :kategoriscore

Tidak konsumsi0

Ringan (1x/tahun)1

Sedang (2-5x/tahun)2

Berat (>5x/tahun)3

jenisscore

Dll1

Bir2

Anggur3

KategoriScoreKode

Tidak minum00

Ringan/sedang1-51

Anggur62

Hasil Ukur :

3.10.1.10 Konsumsi KopiKonsumsi kopiKopi mengandung kafein yang merupakan stimulan ringan yang dapat mengatasi kelelahan, meningkatkan konsentrasi dan menggembirakan suasana hati. Kopi merupakan sumber kafein terbesar, konsumsi kafein yang terlalu banyak akan membuat jantung berdegup lebih cepat dan tekanan darah meningkat. Alat ukur konsumsi kopi adalah kuesioner dengan teknik wawancara. Cara kerja adalah pengambilan data adalah dengan menanyai adalah mengkonsumsi kopi atau tidak. Skala ukur adalah kategorikJumlah Minum Kopi adalah total gelas kopi yang diminum oleh individu dalam satu hari. Takaran untuk satu gelas kopi (~200 ml). Asupan rendah sampai moderat: 130 mg200 mg perhari Asupan moderat: 200 mg300 mg per hari Dosis tinggi: > 400 mg per hari Konsumsi kafein yang berbahaya: 600 mg per hari 1. Alat ukur jumlah minum kopi adalah kuesioner dengan teknik wawancara.1. Cara Kerja dalam pengambilan data adalah dengan menanyai berapa gelas kopi sampel minum kopi dalam satu hari.1. Skala ukur jumlah minum kopi adalah numerikFrekuensi Minum KopiDefinisi frekuensi minum kopi adalah frekuensi minum kopi yang diminum oleh individu dalam satu minggu. Frekuensi minum ini untuk melihat individu yang mengkonsumsi jarang atau setiap hari. Kafein dalam 2-3 cangkir kopi (200-250mg) terbukti dapat meningkatkan tekanan sistolik sebesar 3-14mmHg dan diastolik sebesar 4-13mmHg. Kafein bukan termasuk zat gizi, tetapi secara nyata menyebabkan naiknya tekanan darah dalam waktu singkat untuk kemudian kembali normal.1. Alat ukur frekuensi minum kopi adalah kuesioner dengan teknik wawancara.1. Cara Kerja dalam pengambilan data adalah dengan menanyai berapa kali minum kopi dalam satu minggu.1. Skala ukur frekuensi minum kopi adalah numerik.Jenis Kopi adalah jenis kopi yang diminum oleh individu.Jenis PanganProduk PanganUkuranKandungan kafein (mg)

kopi Kopi MurniKopi InstanKopi DekafenisasiKopi EspressoEs Krim Starbucks250 ml250 ml250 ml250 ml30 g150-12480-1202-6105-11040-60

ScoringKategorikSkoring

KonsumsiTidak1

Ya3

Jumlah (gelas)1 gelas1

2-3 gelas2

4 gelas3

Frekuensi/hari1x1

2-3x2

43

Frekuensi/minggu1x1

2-3x2

43

Jenis kopiInstan1

murni3

Hasil UkurKategorikskorkode

Berat12-152

Sedang/ringan2-111

Tidak konsumsi10

3.10.1.11 Konsumsi garam (natrium)Kebutuhan NatriumNational Research Council of The National Academy of Sciences merekomendasikan konsumsi natrium per hari sebanyak 1.100-3.300 mg. Jumlah tersebut setara dengan -1 sendok teh garam dapur per hari. Untuk orang yang menderita hipertensi, konsumsi natrium dianjurkan tidak lebih dari 2.300 mg perhari. Jumlah tersebut sama dengan 6 gram NaCl atau lebih kurang satu sendok teh garam dapur (Astawan, 2010).American Heart Association (AHA) merekomendasikan konsumsi natrium bagi orang dewasa tidak lebih dari 2.400 mg/hari, yaitu setara dengan satu sendok teh garam dapur sehari. Menurut United States Department of Agriculture (USDA), rata-rata kebutuhan natrium ibu hamil sekitar 2.400 mg dalam sehari, atau kira-kira setara dengan satu sendok teh (Wardlaw et al, 2004)Bahan makanan sumber natrium yang perlu dibatasi, yaitu sebagai berikut a. Garam.Setiap 1 gram garam dapur mengandung 400 mg natrium. Apabila dikonversikan ke dalam ukuran rumah tangga 4 gram garam dapur setara dengan sendok teh atau sekitar 1600 mg natrium.b. Semua makanan yang diawet dengan garam, seperti ikan asin, telur asin, ikan pindang, ikan teri, dendeng, abon, daging asap, asinan sayuran, asinan buah, manisan buah, serta buah dalam kaleng. c. Makanan yang dimasak dengan garam dapur atau soda kue (natrium bikarbonat), seperti biskuit, kracker, cake dan kue-kue lainnya. Universitas Universitas Sumatera Sumatera Utara

Dibagi menjadi 2 kategorik Riwayat konsumsi natrium berlebih adalah riwayat mengkonsumsi makanan dengan kadar natrium lebih dari 3.300 mg perhari ( setara dengan, lebih dari 1 sendok teh garam perhari) Riwayat konsumsi natrium normal adalah riwayat mengkonsumsi makanan dengan kadar natrium antara 1.100- 3.300 mg perhari ( setara dengan 1 sendok teh ) Riwayat konsumsi natrium rendah adalah riwayat mengkonsumsi makanan dengan kadar natrium kurang dari 1.100 mg ( setara dengan kurang dari sendok teh) Alat ukur : kuisonerSkala: ordinalScoreKategoriScore

Jumlah (sendok teh/hari)4x/minggu123

Hasil ukur :Kategorikskorkode

Tinggi4-62

Sedang/ringan3-41

normal1-20

3.11 Etika PenelitianDalam penelitian ini subjek penelitian yang mengisi kuesioner diberi jaminan kerahasiaan terhadap data-data yang diberikan dan berhak menolak menjadi subjek penelitian

3.12 Sarana Penelitian3.12.1 TenagaPenelitian dilakukan oleh 5 orang mahasiswa kepaniteraan Ilmu Kedokteran Komunitas, dengan dibantu oleh 1 orang pembimbing yaitu dosen IKM.

3.12.2 FasilitasFasilitas yang tersedia berupa ruang perpustakaan, ruang diskusi, lembar kuesioner, komputer, printer, program SPSS, internet dan alat tulis.

BAB IVHasil Penelitian

4.1 Analisis UnivariatBerdasarkan hasil pengukuran variabel dan hasil kuesioner. Diperoleh hasil gambaran karakteristik responden yang terdapat pada tabel-tabel di bawah ini.Tabel 4.1 Sebaran responden berdasarkan tekanan darah, usia, jenis kelamin, genetik, indeks massa tubuh, status ekonomi, konsumsi kopi, kebiasaan merokok, aktivitas fisik, konsumsi garam, konsumsi alkoholVariabelFrekuensiPersentase (%)

Tekanan Darah

Normotensi3238.1

Hipertensi5261.9

Usia

20-30 Tahun3035.7

31-40 Tahun1416.7

>40 Tahun4047.6

Jenis Kelamin

Perempuan4553,6

Laki-laki3946,4

Genetik

Tidak ada Riwayat2327.4

Ada Riwayat6172.6

Indeks Massa Tubuh

Normal4247.6

Underweight44.8

Overweight3847.6

Status Ekonomi

Menengah Keatas3946.4

Menengah3035.7

Menengah Kebawah1517.9

Konsumsi Kopi

Bukan Peminum Kopi2125

Peminum Kopi Ringan4958.3

Peminum Kopi Berat1416.7

Rokok

Bukan Perokok5059.5

Perokok Ringan3035.7

Perokok Berat44.8

Aktivitas Fisik

Aktivitas Fisik Cukup2125

Aktivitas Kurang3744

Tidak Beraktivitas2631

Konsumsi Garam

Konsumsi Garam Rendah3642.9

Konsumsi Garam Sedang3440.5

Konsumsi Garam Tinggi1416.7

Konsumsi Alkohol

Bukan Peminum7285.7

Peminum Jarang1113.1

Peminum11.2

4.2 Analisis BivariatTabel 4.2.1 Hubungan antara Konsumsi Kopi dengan Tekanan Darah Pada Pengunjung Puskesmas Kelurahan Grogol II.VariabelTekanan DarahTotalUjiPHo

NormotensiHipertensiChi-square0.074Diterima

Bukan Peminum Kopi41721

Peminum Kopi Ringan232649

Peminum Kopi Berat5914

Total325284

Tabel 4.2.2 Kebiasaan Minum Kopi dan Tekanan Darah Dilihat dari Frekuensi, Jenis Kopi, dan Jumlah KopiVaribelTekanan DarahTotalUjiP

NormotensiHipertensi

Peminum KopiMinum Kopi283563Chi-square0.038

Tidak Minum Kopi41721

Jumlah Gelas Per kali Minum041721Chi-square0.114

1182038

2-381422

4213

Frekuensi Per hari (gelas/hari)041721Chi-square0.140

1111425

2-381321

49817

Frekuensi per minggu (gelas/minggu)041721Chi-square0.044

1167

2-36814

4212142

Jenis KopiBukan Peminum Kopi41721Chi-square0.001

Kopi Instan241842

Kopi Murni41721

Tabel 4.2.3 Hubungan antara Tekanan Darah dengan Usia, Jenis Kelamin, Genetik, Indeks Massa Tubuh, Status Ekonomi, Konsumsi Kopi, Kebiasaan Merokok, Aktivitas Fisik, Konsumsi Garam, dan Konsumsi Alkohol Pada Pengunjung Puskesmas Kelurahan Grogol II.VariabelTekanan DarahTotalUjiPHo

NormotensiHipertensi

Usia

20-30 Tahun181230Chi-square

31-40 Tahun68140.002ditolak

>40 Tahun83240

Jenis Kelamin

Perempuan182745Chi-square0.872Diterima

Laki-Laki142539

Genetik

Tidak ada Riwayat131023Chi-square0.033Ditolak

Ada Riwayat194261

Indeks Massa Tubuh

Normal222042Chi-square0.025Di tolak

Underweight134

Overweight92938

Status Ekonomi

Menengah Keatas211839Chi-square0.018Ditolak

Menengah81230

Menengah Kebawah31215

Rokok

Bukan Perokok203050Chi-square0.814Diterima

Perokok Ringan111930

Perokok Berat134

Aktivitas Fisik

Aktivitas Fisik Cukup111021Chi-square0.201Diterima

Aktivitas Kurang142337

Tidak Beraktivitas71926

Konsumsi Garam

Konsumsi Garam Rendah132336Chi-square0.891Diterima

Konsumsi Garam Sedang142034

Konsumsi Garam Tinggi5914

Konsumsi Alkohol

Bukan Peminum284472Chi-square0.283Diterima

Peminum Jarang3811

Peminum101

BAB VPembahasan

1. 2. 3. 4. 5. 5.1. Gambaran Karakteristik Lokasi PenelitianPuskesmas Kelurahan Grogol II adalah puskesmas kelurahan dalam wilayah kelurahan Grogol, Kecamatan Grogol Petamburan, Jakarta Barat dengan total pengunjung dalam satu bulan kurang lebih 500 pengunjung. Setiap hari pengunjung di puskesma mencapai 30-45 orang.5.2. Gambaran Karakteristik Subjek PenelitianSubjek yang menjadi Responden adalah pengunjung Puskesmas Kelurahan Grogol II, jakarta barat. Sampel penelitian sebanyak 84 subjek. Pada setiap subjek yang telah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi serta telah dilakukan pengukuran tiap variabel.Berdasarkan tabel 4.1 tentang sebaran reponden tekanan darah, usia, jenis kelamin, genetik, indeks massa tubuh, status ekonomi, konsumsi kopi, kebiasaan merokok, aktivitas fisik, konsumsi garam, konsumsi alkohol dapat dilihat gambaran karakteristik dari subjek penelitian. Jumlah subjek dengan hipertensi lebih banyak jumlahnya dari pada subjek dengan normotensi. Dari kategori subjek yang dibagi menjadi usia 20-30 tahun didapatkan subjek paling banyak berusia >40 tahun dengan batasan umur 60 tahun dan subjek yang paling sedikit berusia 31-40 tahun. Berdasarkan jenis kelamin subjek lebih banyak wanita daripada laki-laki.Sebaran Indeks Massa tubuh yang normal sebanyak 47.6%, underweight 4.8% dan overweight sebanyak 47.6%. Didapatkan dari penelitian ini bahwa terdapat banyak orang yang memiliki berat badan normal dan juga berlebih. Sedangkan sebaran Status Ekonomi dengan menengah keatas 46.4%, menengah 35.7% dan menengah kebawah 17.9%. Didapatkan dari penelitian ini bahwa dari hasil penelitian didapatkan orang yang datang ke puskesmas paling banyak yang berpenghasilan diatas dua juta lima ratus ribu rupiah.Dari hasil penelitian ini didapatkan bahwa paling banyak subjek yang datang ke puskesmas merupakan peminum kopi ringan. Responden bukan perokok 59.5%, perokok ringan sebanyak 35,7%, perokok berat sebanyak 4.8% menunjukkan bahwa kebanyakan dari pengunjung puskesmas tidak merokok. Kebanyakan pengunjung puskesmas memiliki aktivitas fisik yang kurang dan yang mengkonsumsi garam sedikit serta hampir semua pengunjung puskesmas bukan peminum alkohol.

5.3. Analisis BivariatPada analisis bivariat ini di uji distribusi dengan uji one sample-Kolmogrov Smirnov dan didapatkan hasil data dengan distribusi tidak normal. Jadi kedua data ini di uji untuk mencari hubungannya asosiasinya dengan uji Chi-square kerana data mempunyai merupakan kategorik-kategorik.Pada Pada uji nomalitas terhadap variabel ini, dengan menggunakan uji non paramerik one-sample kolmogorov-smirnov test mendapat nilai Asymp.sig 0.000 atau sama dengan P