Top Banner
Universitas Kristen Krida Wacana Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Osteoartritis Usia Lanjut di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Palmerah 1 Jakarta Barat pada Oktober 2015 Oleh: Fransiska Ayu Kristanty Nastalia Sindy Ricardo Clainkwee Amalo Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Osteoartritis Usia Lanjut di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Palmerah 1 Jakarta Barat pada Oktober 2015 1
109

Pene FIX Kel 10revisi Terbaru-3

Jan 29, 2016

Download

Documents

Santi Lestari

sas
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Pene FIX Kel 10revisi Terbaru-3

Universitas Kristen Krida Wacana

Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Osteoartritis Usia Lanjut

di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Palmerah 1 Jakarta Barat

pada Oktober 2015

Oleh:

Fransiska Ayu Kristanty

Nastalia Sindy

Ricardo Clainkwee Amalo

Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Osteoartritis Usia Lanjut di Wilayah Kerja

Puskesmas Kelurahan Palmerah 1 Jakarta Barat pada Oktober 2015

1

Page 2: Pene FIX Kel 10revisi Terbaru-3

Tugas Akhir Pendidikan Dokter

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran Komunitas

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Jakarta, Oktober 2015

Oleh:

Fransiska Ayu Kristanty 11.2013.309

Nastalia Sindy 11.2013.311

Ricardo Clainkwee Amalo 11.2013.314

Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Osteoartritis Usia Lanjut

di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Palmerah 1 Jakarta Barat

pada Oktober 2015

2

Page 3: Pene FIX Kel 10revisi Terbaru-3

Tugas Akhir Pendidikan Dokter

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Jakarta, Oktober 2015

Lembar Persetujuan

Jakarta, Oktober 2015

Dosen Pembimbing

( dr. Ernawaty Tamba, MKM )

Dosen Penguji I Dosen Penguji II

(dr. Djap Hadi Susanto, Mkes) (dr. E. Irwandy Tirtawidjaja)

3

Page 4: Pene FIX Kel 10revisi Terbaru-3

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-

Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penelitian ini.

Penelitian ini kami laksanakan dalam rangka menjalankan Kepaniteraan Klinik Ilmu

Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana, yang

berlokasi di Puskesmas Kelurahan Palmerah 1 Kecamatan Palmerah pada bulan Oktober

2015.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian

osteoarthritis usia lanjut, bulan Oktober 2015.

Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas segala

bimbingan yang telah diberikan dalam penyelesaian penelitian ini kepada:

1. dr. Djap Hadi Susanto, Mkes.

2. Dr. dr. A. Aris Susanto, MS, Sp.Ok.

3. dr. E. Irwandy Tirtawidjaja.

4. dr. Diana L. Tumilisar, MKes

5. dr. Melda Suryana, M.Epid.

6. dr. Ernawaty Tambah, MKM

7. dr. Esther Suryawati, MKM

8. Kepala Puskesmas Kelurahan Kelapa Dua.

9. Seluruh responden serta semua pihak yang ikut memberikan dukungan dan bantuan

sehingga penelitian ini dapat diselesaikan dengan baik.

Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penelitian ini, oleh karena

itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun sehingga di masa mendatang dapat

ditingkatkan lebih baik lagi.

Jakarta, Oktober 2015

Penulis

4

Page 5: Pene FIX Kel 10revisi Terbaru-3

Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Osteoartritis Usia Lanjut

di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Palmerah 1 Jakarta Barat

pada Oktober 2015

Fransiska Ayu Kristanty, Nastalia Sindy, Ricardo Clainkwee Amalo

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana, Jakarta

Abstrak

Osteoartritis merupakan penyakit sendi degeneratif dan progresif yang mengenai mereka di usia lanjut atau usia dewasa dimana rawan kartilago yang melindungi ujung tulang mulai rusak, disertai perubahan reaktif pada tepi sendi dan tulang subkondral, yang menyebabkan rasa sakit, disabilitas dan pengurangan kualitas hidup. Tujuan penelitian ini adalah untuk menilai factor-faktor seperti jenis kelamin, usia lanjut, obesitas, pekerjaan, trauma, dan olahraga terjadinya osteoarthritis pada usia lanjut di Puskesmas Kelurahan Palmerah 1, Kecamatan Palmerah, Jakarta Barat pada bulan Oktober 2015. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional dengan metode cluster sampling. Sampel penelitian yaitu 106 lansia di RW 03 Kelurahan Palmerah 1. Dilakukan pengukuran berat badan, tinggi badan dan pengisian kuesioner. Analisis menggunakan Chi-Square dan Likelihood Ratio. Dari 106 lansia subyek penelitian didapatkan responden yang terkena osteoartritis 17 lansia laki-laki (16,0%) dan 50 lansia perempuan (47,0%). Didapatkan hubungan antara jenis kelamin (p=0,014), obesitas (p= 0,012), pekerjaan (p=0,272), trauma (p=0,012) dengan kejadian osteoartritis lansia, sedangkan usia lanjut (p=0,314), olahraga(p=0,456), konsumsi susu (p=0,396) tidak memiliki hubungan bermakna dengan kejadian osteoartritis lansia. Dari penelitian ini, dapat diambil kesimpulan bahwa adanya hubungan yang bermakna antara jenis kelamin, obesitas, trauma, dan pekerjaan terhadap kejadian osteoarthritis.

Kata kunci: Usia lanjut, osteoartritis, obesitas, cedera sendi, palmerah

5

Page 6: Pene FIX Kel 10revisi Terbaru-3

Factors Associated with Osteoarthiritis of the Elderly

Region Puskesmas Palmerah 1, West Jakarta

in October 2015

Fransiska Ayu Kristanty, Nastalia Sindy, Ricardo Clainkwee Amalo

Faculty of Medicine Kristen Krida Wacana, Jakarta

Abstract

Osteoarthritis is a degenerative joint disease and progressive that attack on elderly or vulnerable adult where the cartilage that protects the ends of the bones begins to break down, accompanied by reactive changes at the edges of the joint and the subchondral bone, which causes pain, disability and reduced quality of life. The purpose of this study was to assess factors such as gender, advanced age, obesity, occupation, trauma, and sports occurrence of osteoarthritis in the elderly in Puskesmas Palmerah 1, in October 2015. The study design used in This study is a cross-sectional cluster sampling method. The research sample is 106 elderly in RW 03 Palmerah Sub 1. Do measurements of weight, height and filling out the questionnaire. Analysis using Chi-Square and the Likelihood Ratio. Of the 106 elderly subjects research found that respondents osteoarthritis 17 elderly men (16.0%) and 50 elderly women (47.0%). Obtained relationship between the sex (p = 0.014), obesity (p = 0.012), occupation (p = 0.272), trauma (p = 0.012) in the incidence of osteoarthritis of the elderly, while the advanced age (p = 0.314), exercise (p = 0.456 ), milk consumption (p = 0.396) did not have a significant relationship with the occurrence of osteoarthritis elderly. From this research, it can be concluded that the existence of a significant relationship between gender, obesity, trauma, and work on the incidence of osteoarthritis.

Keywords: elderly, osteoarthritis, obesity, traumatic joint, palmerah

6

Page 7: Pene FIX Kel 10revisi Terbaru-3

Daftar Isi

HALAMAN SAMPUL ………………………………………………………….. 1

HALAMAN JUDUL ………………………………………………………….. 2

LEMBAR PENGESAHAN ………………………………………………………….. 3

KATA PENGANTAR …………………………………………………………... 4

Abstrak …………………………………………………………... 5

DAFTAR ISI …………………………………………………………... 7

DAFTAR TABEL …………………………………………………………... 10

Bab 1 Pendahuluan …………………………………………………………... 11

1.1. Latar Belakang ……………………………………….....…….

……………

11

1.2. Rumusan Masalah ……………………………………....…...

……………..

12

1.3.Tujuan …………………………………………………………................... 13

1.3.1.Tujuan Umum ………………………………………………………... 13

1.3.2.Tujuan Khusus ……………………………………………………….. 13

1.4.Manfaat Penelitian ………………………………………………………… 13

1.4.1.Manfaat Bagi Perguruan Tinggi …...………………………………… 14

1.4.2.Manfaat Bagi Masyarakat……. ……………………………………... 14

1.4.3.Manfaat Bagi Puskesmas.. …………………………………………… 14

1.5.Sasaran Penelitian …………………………………………………………. 14

Bab 2 Tinjauan Pustaka …………………………………………………………........ 15

7

Page 8: Pene FIX Kel 10revisi Terbaru-3

2.1.Lansia …………….………………………………………………………... 15

2.1.1.Definisi …………………………………………………………......... 15

2.2.Osteoartritis ……..............…………………………………………………. 15

2.2.1.Definisi …………………………………………………………........ 15

2.2.2.Epidemiologi ..............................……………………………………. 16

2.2.3.Gejala .................................................................................………….. 16

2.2.4.Etiologi …………………………………….........................................

2.2.5.Patofisiologi Osteoartritis .....................................................................

2.2.6.Faktor Resiko Osteartritis ....................................................................

2.2.7.Diagnosis ..............................................................................................

17

18

20

35

2.3.Kerangka Teori …………………………………………………………...... 36

2.4.Kerangka Konsep ………………………………………………………….. 37

Bab III Metode Penelitian …………………………….………………………………... 38

3.1.Desain Penelitian …………………………………………………………... 38

3.2.Tempat dan Waktu Penelitian ……………………………………………... 38

3.3.Populasi dan sampel penelitian ......………………………………….......... 38

3.3.1.Populasi Target ………………………………………………………. 38

3.3.2.Populasi Terjangkau …………………………………………………. 38

3.3.3.Sampel ………………………………………………………….......... 38

3.4.Kriteria Inklusi dan Eksklusi ………………………………………………. 38

3.4.1.Kriteria Inklusi ………………………………………………………. 38

3.4.2.Kriteria Eksklusi …………………………………………………….. 38

3.5.Sampel Penelitan …………………………………………………………...

3.6.Teknik Pengambilan Sampel ........................................................................

39

39

8

Page 9: Pene FIX Kel 10revisi Terbaru-3

3.7.Metode Pengumpulan Data ........................................................................... 40

3.8.Identifikasi Variabel ……………………………………………………….. 40

3.6.1.Variabel Bebas/Variabel Independent ………………………………. 40

3.6.2.Variabel Tergantung/Variabel Dependent …………………………… 40

3.9.Cara Kerja …………………………………………………………............. 40

3.10.Manajemen Data ………………………………………………………... 41

3.10.1. Pengumpulan Data ……………………………………………….. 41

3.10.2. Pengolahan Data …………………………………………………. 41

3.10.3. Penyajian Data ……………………………………………………. 41

3.10.4. Analisis Data ……………………………………………………... 41

3.10.5. Interpretasi Data ………………………………………………….. 41

3.10.6. Pelaporan Data ………………………………………………….. 41

3.11.Definisi Operasional ……………………………………………………… 41

3.12.Etika Penelitian …………………………………………………………... 48

3.13.Sarana Penelitian …………………………………………………………. 48

Bab IV Hasil Penelitian ………………………………………………………….......... 49

4.1.Analisis Univariat ………………………………………………………… 49

4.2.Analisis Bivariat …………………………………………………………... 50

Bab V Pembahasan …………………………………………………………................ 52

Bab VI Kesimpulan dan Saran ………………………………………………………… 58

Daftar Pustaka …………….……………………………………………………......... 59

Lampiran ………………………………………………………………………. 62

9

Page 10: Pene FIX Kel 10revisi Terbaru-3

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Nilai Kalsium beberapa Jenis makanan (mg/100g)

Tabel 2. Nilai Kalsium pada Suplemen

Tabel 3. Nilai Vitamin D berbagai Bahan Makanan (µg/100 g)

Tabel 4. Klasifikasi Indeks Massa Tubuh (IMT)

Tabel 5. Kriteria Diagnosis Osteoartritis Lutut

4.1.1. Sebaran berdasarkan kejadian Osteoartritis

4.1.2. Sebaran berdasarkan indeks jenis kelamin, usia lanjut, obesitas, olahraga, konsumsi

susu, pekerjaan, dan riwayat trauma.

4.2.1. Hubungan antara jenis kelamin, usia lanjut, obesitas, olahraga, konsumsi susu,

pekerjaan, dan riwayat trauma terhadap kejadian osteoarthritis.

10

Page 11: Pene FIX Kel 10revisi Terbaru-3

Bab I

Pendahuluan

1.1. Latar Belakang

Lansia merupakan tahap lanjut dari proses kehidupan yang ditandai dengan

penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stress lingkungan. Keadaan

demikian itu tampak pula pada semua system muskuloskletal dan jaringan

lainnya.Osteoartritis merupakan penyakit sendi degeneratif dan progresif yang mengenai

mereka di usia lanjut atau usia dewasa dimana rawan kartilago yang melindungi ujung

tulang mulai rusak, disertai perubahan reaktif pada tepi sendi dan tulang subkondral, yang

menyebabkan rasa sakit, disabilitas dan pengurangan kualitas hidup. Angka kejadian

osteoartritis di dunia terbilang cukup tinggi, pada tahun 2003 menurut WHO,

osteoarthritis menjadi penyakit terbanyak keenam yang menyebabkan kecacatan di dunia

dan memperkirakan 25% orang berusia 65 tahun di dunia menderita osteoartritis, dan juga

memperkirakan akan naik lagi menjadi urutan keempat pada tahun 2020. Menurut

penelitian yang dilakukan di Inggris dan Kanada oleh University of British Columbia

terdapat trend dimana Osteartritis cenderung meningkat dari tahun 1997-2004 yaitu dari

10,5% pada laki-laki menjadi 12,2% dan 13,9% pada perempuan menjadi 17,4%

sedangkan, terdapat peningkatan kasus pada usia lanjut yaitu 14,7% menjadi 16,7%. Pada

penelitian yang dilakukan di Inggris pada tahun 2004 oleh Osteoartritis Research Society

International menyatakan prevalensi dari osteoarthritis yang simptomatis pada usia diatas

60 tahun adalah 9,6% pada laki-laki dan 18% pada perempuan. Menurut penelitian di

Malaysia oleh Universiti Kebangsaan Malaysia tahun 2013 mengatakan prevalensi orang

obesitas dapat menyebabkan osteoartritis 51,3%, sedangkan menurut penelitian di

Norwegia oleh Norwegian Research Center of Active Rehabilitation tahun 2009

mengatakan prevalensi cedera atau trauma dapat menyebabkan osteoartritis sebesar 48%.

Menurut penelitian yang dilakukan di Amerika tahun 2010 oleh Boston University School

of medicine mengatakan bahwa prevalensi orang yang bekerja yang sering menggunakan

sendi sebagai tempat tumpuan utama memiliki prevalensi sebesar 43,4% sedangkan

menurut penelitian dari Helsinski Research Institute for Sports and Exercise Medicine di

Finlandia mengatakan prevalensi olahraga yang membebani sendi dapat menyebabkan

osteartritis sebesar 29%. Sebuah sistemik review dan meta analisis oleh Osteoarthritis

Research Society Internasional pada tahun 2008 mengidentifikasi factor-faktor yang

11

Page 12: Pene FIX Kel 10revisi Terbaru-3

dapat berhubungan dengan osteoarthritis pada usia lanjut antara lain: obesitas, riwayat

trauma, pekerjaan, merokok, umur yang tua dan gender.1-7

Menurut Riskesdas pada tahun 2007 menyatakan bahwa 30,3% penduduk

Indonesia menderita penyakit sendi sedangkan, menurut hasil riskesdas 2013 prevalensi

penyakit sendi cenderung menurun yaitu 24,7%. Di Indonesia menurut penelitian Isbagio

pada tahun 2006 prevalensi osteoarthritis sendiri adalah 15,5% pada wanita dan 12,7%

pada pria. Berdasarkan Badan Pusat statistic tahun 2010 diperoleh angka umur harapan

hidup manusia Indonesia adalah 71 tahun perkiraan jumlah penderita cacat akibat

osteoarthritis berkisar antara satu sampai dua juta orang dan masih akan bertambah di

masa mendatang. Seiring bertambahnya angka harapan hidup di Indonesia makin

meningkatkan populasi manusia usia lanjut di tanah air sehingga angka resiko kejadian

osteoarthritis sendiri akan meningkat disertai dengan resiko kecacatan.2-4

Osteoartritis memiliki 2 faktor resiko yaitu factor resiko yang tidak dapat diubah

yakni factor genetic, jenis kelamin, suku/ras dan usia.Sedangkan factor resiko yang dapat

diubah yakni obesitas, hormonal, aktivitas fisik berlebihan, kelemahan otot, dan

trauma/cedera. Penelitian tentang osteoarthritis di RS Dr.Kariadi Semarang bulan Maret-

Juni pada tahun 2005 tentang hubungan antara factor resiko berupa Body Mass Index

dengan kejadian osteoarthritis lutut pada pasien rawat jalan poli reumatik mengemukakan

bahwa seseorang dengan Body Mass Index >22 (overweight) mempunyai resiko terkena

osteoarthritis lutut 2,083 kali lebih besar daripada sesorang dengan Body Mass index <22.

Osteoartritis mencapai 69% dari semua penyakit reumatik yang ada di klinik RS Hasan

Sadikin Bandung pada tahun 2005 selama kurun waktu 2 tahun. Di Puskesmas Palmerah 1,

banyak lansia yang mengeluh nyeri sendi, berdasarkan observasi jumlah lansia di

kelurahan ini mencapai lebih dari 5.000 orang. Belum ada data lansia osteoarthritis dan

belum pernah dilakukan penelitian di Puskesmas Kelurahan Palmerah 1. Berdasarakan

latar belakang di atas, maka penelitian ini dilakukan untuk mengetahui factor-faktor

resiko terjadinya osteoarthritis pada usia lanjut. 4

1.2. Rumusan Masalah

1.2.1. Berdasarkan WHO pada tahun 2003 memperkirakan 25% orang berusia

65 tahun di dunia menderita osteoartritis dan terdapat trend kenaikan kasus

osteoartritis sejak tahun 1997-2004 yaitu 10,5% pada laki-laki menjadi 12,2%

dan 13,9% pada perempuan menjadi 17,4%, sedangkan di Indonesia menurut

12

Page 13: Pene FIX Kel 10revisi Terbaru-3

Riskesdas terdapat trend penurunan kasus penyakit sendi dari tahun 2009-

2013 yaitu dari 30,3% menjadi 24,7%.

12.2. Berdasarkan Badan Pusat statistik tahun 2010 diperoleh perkiraan

jumlah penderita cacat akibat osteoarthritis berkisar satu sampai dua juta orang

dan masih akan bertambah di masa mendatang.

12.3.Berdasarkan penelitian di RS Dr.Kariadi Semarang mengemukakan

bahwa seseorang dengan Body Mass Index >22 mempunyai resiko terkena

osteoarthritis lebih besar.

12.4.Belum pernah dilakukan penelitian dan belum ada data kejadian

osteoarthritis lansia di Puskesmas Kelurahan Palmerah, Jakarta Barat.

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Mengetahui factor-faktor terjadinya osteoarthritis pada lanjut usia di wilayah kerja

Puskesmas Kelurahan Palmerah 1, Kecamatan Palmerah Periode bulan Oktober

2015.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Diketahui sebaran osteoarthritis pada usia lanjut Puskesmas Kelurahan

Palmerah 1 bulan Oktober 2015.

2. Diketahui sebaran lansia berdasarkan jenis kelamin, obesitas, riwayat

olahraga, riwayat pekerjaan, dan riwayat cedera pada sendi, terhadap

kejadian osteoarthritis pada lanjut usia Puskesmas Kelurahan Palmerah 1

bulan Oktober 2015.

3. Diketahui hubungan antara jenis kelamin, obesitas, riwayat olahraga,

riwayat pekerjaaan, dan riwayat cedera pada sendi, terhadap kejadian

osteoartritis pada lanjut usia Puskesmas Kelurahan Palmerah 1 bulan

Oktober 2015.

1.4. Hipotesis

Tidak ada hubungan antara faktor - faktor jenis kelamin, obesitas, riwayat pekerjaan,

cedera pada sendi, dan riwayat olahraga terhadap osteoartritis pada lansia di Wilayah

Kerja Puskesmas Palmerah 1 Periode Oktober 2015.

13

Page 14: Pene FIX Kel 10revisi Terbaru-3

1.5. Manfaat Penelitian

1.5.1. Manfaat bagi Peneliti

1.5.1.1. Menerapkan dan mengembangkan ilmu yang telah didapatkan saat kuliah.

1.5.1.2.Meningkatkan kemampuan berkomunikasi langsung dengan masyarakat.

1.5.1.3.Memperoleh pengalaman belajar dan pengetahuan dalam melakukan

penelitian.

1.5.1.4.Mengembangkan minat, nalar, dan kemampuan dalam bidang penelitian.

1.5.1.5.Melatih kemampuan kerjasama dalam tim.

1.5.1.6.Memperoleh gambaran tentang factor-faktor terjadi osteoarthritis pada

lanjut usia.

1.5.2. Manfaat bagi Perguruan Tinggi

1.5.2.1. Mengamalkan Tri Dharma Perguruan Tinggi dalam melaksanakan fungsi atau

tugas perguruan tinggi sebagai lembaga yang menyelenggarakan pendidikan,

penelitian dan pengabdian masyarakat.

1.5.2.2. Mewujudkan kampus sebagai masyarakat ilmiah dalam peran sertanya di

bidang kesehatan.

1.5.2.3. Meningkatkan komunikasi dan kerjasama antara mahasiswa dan staf pengajar.

1.5.3. Manfaat bagi Masyarakat

1.5.3.1. Meningkatkan pengetahuan masyarakat khususnya lanjut usia mengenai

resiko terjadinya osteoarthritis.

1.5.3.2.Meningkatkan kesadaran masyarakat khususnya lansia untuk berperan serta

dalam mencegah terjadinya osteoartis

1.5.4. Manfaat bagi Puskesmas

Menjadi bahan masukan tenaga kesehatan khususnya di Puskesmas Kelurahan

Palmerah 1 dalam rangka mengurangi resiko terjadinya osteoarthritis pada lansia.

1.6. Sasaran

Lanjut usia di Puskesmas Kelurahan Palmerah 1, Kecamatan Palmerah, Jakarta Barat.

14

Page 15: Pene FIX Kel 10revisi Terbaru-3

Bab II

Tinjauan Pustaka

2.1. 2.1.Lansia

2.1.1.Definisi Lansia

Lansia bukan suatu penyakit, namun merupakan tahap lanjut dari suatu proses

kehidupan yang ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi

dengan stress lingkungan. Walaupun bukan merupakan suatu penyakit, tetapi kondisi

ini dapat menimbulkan masalah yang dapat mempengaruhi kehidupan lansia.5

Sedangkan batasan usia lanjut di Indonesia berdasarkan UU No. 13 Tahun 1998

yang menggunakan usia mulai pensiun adalah mereka yang berusia 45 tahun keatas.3

2.1.2 Batasan Usia Lansia

Banyak pendapat mengenai batasan umur pada lansia. Berikut salah satu

pendapat mengenai batasan usia lansia menurut Departemen Kesehatan :

1. Pralansia kelompok usia 45-59 tahun

2. Lansia antara 60-69 tahun

3. Lansia bersesiko kelompok usia > 70 tahun

2.2. Osteoartritis

2.2.1. Definisi Osteoartritis

Menurut WHO, osteoartritis merupakan penyakit sendi degeneratif, yang

terutama mempengaruhi tulang rawan artikular. Hal ini terkait dengan penuaan dan

kemungkinan besar akan mempengaruhi sendi yang telah terus-menerus ditekankan

sepanjang tahun termasuk lutut, pinggul, jari, dan daerah tulang punggung bagian

bawah. 8

Osteoartritis didefinisikan sebagai berbagai kelompok kondisi yang

menyebabkan gejala dan tanda sendi yang berhubungan dengan kerusakan integritas

kartilago artikular selain perubahan pada tulang yang mendasarinya. 9

Osteoartritis adalah penyakit sendi degenaratif non inflamasi yang ditandai

dengan degenerasi tulang rawan sendi, hipertrofi tulang pada tepiannya, dan

perubahan membran sinovial. Gambaran klinisnya ditemukan banyak terjadi di ujung

15

Page 16: Pene FIX Kel 10revisi Terbaru-3

jari atau ibu jari, leher, tulang belakang, lutut, dan panggul. Gejala utama meliputi

kaku dan nyari pada sendi yang terkena. Nyeri, terutama jika bergerak. 10

Osteoartritis adalah penyakit tulang degeneratif yang ditandai oleh

pengeroposan kartilago artikular (sendi). Tanpa adanya kartilago sebagai penyangga,

tulang di bawahnya mengalami iritasi, yang menyebabkan degenerasi sendi.

Osteoartritis dapat terjadi secara idiopatik (tanpa diketahui sebabnya) atau dapat

terjadi setelah trauma, dengan stress berulang seperti yang dialami oleh pelari jarak

jauh atau balerina atau berkaitan dengan defomitas kongenital. Individu yang

mengalami hemofilia atau kondisi lain yang ditandai oleh pembengkakan sendi kronis

dan edema dapat mengalami osteoartritis. Osteoartritis sering dijumpai pada lansia,

yang mengenai lebih dari 70% pria dan wanita yang berusia diatas 65 tahun. Obesitas

dapat memperburuk kondisi ini. 11

2.2.2.Epidemiologi

Prevalensi OA lutut radiologis di Indonesia cukup tinggi, yaitu mencapai 15,5%

pada pria dan 12,7% pada wanita. Pasien OA biasanya mengeluh nyeri pada waktu

melakukan aktivitas atau jika ada pembebanan pada sendi yang terkena. Pada derajat yang

lebih berat dapat dirasakan terus menerus sehingga sangat mengganggu mobilitas pasien.

Karena prevalensi yang cukup tinggi dan sifat yang kronik – progresif, OA mempunyai

dampak priko- ekonomik yang besar, baik dinegara maju atau negara berkembang.

Diperkirakan 1 sampai 2 juta orang lanjut usia di Indonesia menderita cacat karena OA. Pada

abad mendatang tantangan terhadap dampak OA akan lebih besar karena semakin banyaknya

populasi yang berumur tua. 2,3,12

2.2.3.Gejala Osteoartritis

1. Nyeri Sendi

Keluhan ini merupakan keluhan utama yang sering kali terlihat atau menjadi

ciri khas, nyeri biasanya bertambah dengan gerakan dan sedikit berkurang dengan

istirahat. Beberapa gerakan tertentu kadang-kadang menimbulkan rasa nyeri yang

lebih dibanding gerakan yang lain dan semakin tinggi aktivitas akan semakin

bertambah rasa nyeri pada sendi.

2. Hambatan Gerak Sendi

Gangguan ini biasanya semakin bertambah berat dengan pelan-pelan sejalan

dengan bertambahnya rasa nyeri, semakin penderita mengalami rasa nyeri akan

16

Page 17: Pene FIX Kel 10revisi Terbaru-3

semakin mengakibatkan gerak sendi semakin terbatas atau susahnya sendi untuk

bergerak.

3. Kaku Pagi

Pada beberapa penderita osteoartritis, nyeri atau kaku sendi dapat timbul

setelah imobilitas, seperti duduk di kursi atau mobil dalam waktu yang lama atau

bahkan setelah bangun tidur. 11

4. Krepitasi

Adalah rasa gemeretak pada sendi yang sakit, paling sering terjadi pada lutut,

pada awalnya penderita osteoartritis hanya berupa perasaan akan ada sesuatu yang

remuk atau patah pada sendi yang sakit, dengan bertambah beratnya penyakit,

krepitasi dapat terdengar sampai jarak tertentu. Gejala ini timbul karena gesekan

kedua permukaan tulang sendi pada saat digerakan.

5. Pembesaran Sendi

Penderita osteoartritis akan menunjukan salah satu sendinya (seringkali

terlihat di lutut atau tangan) secara pelan-pelan akan mengalami pembesaran.

6. Perubahan Gaya Berjalan

Gejala ini merupakan gejala yang menyusahkan penderita osteoartritis, karena

hampir semua penderita osteoartritis pada pergelangan kaki, tumit, lutut atau panggul

akan mengalami bentuk fisiologis yang berakibatkan gangguan berjalan, dan hal ini

yang mengakibatkan ancaman kemandirian bagi penderita osteoartritis khususnya

penderita usia lanjut.11

2.2.4.Etiologi

Pada osteoartritis, bantalan (tulang rawan) antara tulang akan menipis dalam

sendi. Jika osteoartritis semakin memburuk, tulang rawan hilang dan menggosok tulang

pada tulang. Tulang tumbuh taji (bone spurs) atau biasanya membentuk sekitar sendi.

Ligamen dan mengendurkan otot di sekitar sendi dan menjadi lemah. Etiologi penyakit

ini tidak diketahui dengan pasti. Hasil penelitian menunjukan 87% adalah kasus

osteoartritis primer, dan 13% kasus osteoartritis sekunder. 12

Berdasarkan penyebabnya, osteoartritis dibedakan menjadi dua yaitu osteoartritis

primer dan osteoartritis sekunder. Pada kasus osteoarthritis primer terjadi karena

idiopatik yaitu tidak adanya hubungan dengan penyakit sistemik maupun proses

perubahan local pada sendi dan terjadi akibat faktor usia, jenis kelamin, aktifitas dan

17

Page 18: Pene FIX Kel 10revisi Terbaru-3

factor resiko lainnya yang memicu terjadinya osteoarthritis. Sedangkan osteoarthritis

sekunder dapat disebabkan oleh penyakit yang menyebabkan kerusakan pada sinovia

sehingga menimbulkan osteoartritis sekunder dan keadaan yang dapat menimbulkan

osteoarthritis sekunder adanya kelainan endokrin, inflamasi, metabolic, pertumbuhan,

herediter, jejas makro dan mikro, serta imobilisasi yang terlalu lama. 12

Osteoartritis sekunder, berbeda dengan osteoartritis primer, merupakan

osteoartritis yang disebabkan oleh inflamasi, kelainan sistem endokrin, metabolik,

pertumbuhan, faktor keturunan (herediter), dan immobilisasi yang terlalu lama. Kasus

osteoartritis primer lebih sering dijumpai pada praktik sehari-hari dibandingkan dengan

osteoartritis sekunder.12

2.2.5.Patogenesis Osteoartritis

Osteoartritis adalah suatu kelainan sendi dimana terjadi proses pelemahan dan

disintegrasi dari tulang rawan sendi yang disertai dengan pertumbuhan tulang dan tulang

rawan baru pada sendi. Kelainan ini merupakan proses degeneratif pada sendi yang dapat

mengenai satu atau lebih sendi. 13

Selama ini OA sering dipandang sebagai akibat dari proses penuaan dan tidak

dapat dihindari. Namun telah diketahui bahwa OA merupakan gangguan keseimbangan

dari metabolisme kartilago dengan kerusakan struktur yang penyebabnya masih belum

jelas diketahui (Soeroso, 2006). Kerusakan tersebut diawali oleh kegagalan mekanisme

perlindungan sendi serta diikuti oleh beberapa mekanisme lain sehingga pada akhirnya

menimbulkan cedera . 13

Mekanisme pertahanan sendi diperankan oleh pelindung sendi yaitu: Kapsula dan

ligamen sendi, otot -otot, saraf sensori aferen dan tulang di dasarnya . Kapsula dan

ligamen- ligamen sendi memberikan batasan pada rentang gerak (Range of motion)

sendi . 13

Cairan sendi (sinovial) mengurangi gesekan antar kartilago pada permukaan

sendi sehingga mencegah terjadinya keletihan kartilago akibat gesekan. Protein yang

disebut dengan lubricin merupakan protein pada cairan sendi yang berfungsi sebagai

pelumas. Protein ini akan berhenti disekresikan apabila terjadi cedera dan peradangan

pada sendi . 13

Ligamen, bersama dengan kulit dan tendon, mengandung suatu mekanoreseptor

yang tersebar di sepanjang rentang gerak sendi. Umpan balik yang dikirimkannya

18

Page 19: Pene FIX Kel 10revisi Terbaru-3

memungkinkan otot dan tendon mampu untuk memberikan tegangan yang cukup pada

titik-titik tertentu ketika sendi bergerak . 13

Otot-otot dan tendon yang menghubungkan sendi adalah inti dari pelindung

sendi. Kontraksi otot yang terjadi ketika pergerakan sendi memberikan tenaga dan

akselerasi yang cukup pada anggota gerak untuk menyelesaikan tugasnya. Kontraksi otot

tersebut turut meringankan stres yang terjadi pada sendi dengan cara melakukan

deselerasi sebelum terjadi tumbukan (impact). Tumbukan yang diterima akan

didistribusikan ke seluruh permukaan sendi sehingga meringankan dampak yang

diterima. Tulang di balik kartilago memiliki fungsi untuk menyerap goncangan yang

diterima . 13

Kartilago berfungsi sebagai pelindung sendi. Kartilago dilumasi oleh cairan sendi

sehingga mampu menghilangkan gesekan antar tulang yang terjadi ketika bergerak.

Kekakuan kartilago yang dapat dimampatkan berfungsi sebagai penyerap tumbukan yang

diterima sendi. Perubahan pada sendi sebelum timbulnya OA dapat terlihat pada

kartilago sehingga penting untuk mengetahui lebih lanjut tentang kartilago . 13

Terdapat dua jenis makromolekul utama pada kartilago, yaitu Kolagen tipe dua

dan Aggrekan. Kolagen tipe dua terjalin dengan ketat membatasi molekul-molekul

aggrekan di antara jalinan-jalinan kolagen. Aggrekan adalah molekul proteoglikan yang

berikatan dengan asam hialuronat dan memberikan kepadatan pada kartilago . 13

Kondrosit, sel yang terdapat di jaringan avaskular, mensintesis seluruha elemen

yang terdapat pada matriks kartilago. Kondrosit menghasilkan enzim pemecah matriks,

sitokin (Interleukin-1 (IL-1), Tumor Necrosis Factor (TNF)), dan faktor pertumbuhan.

Umpan balik yang diberikan enzim tersebut akan merangsang kondrosit untuk

melakukan sintesis dan membentuk molekul- molekul matriks yang baru. Pembentukan

dan pemecahan ini dijaga keseimbangannya oleh sitokin faktor pertumbuhan, dan faktor

lingkungan . 13

Kondrosit mensintesis metaloproteinase matriks (MPM) untuk memecah kolagen

tipe dua dan aggrekan. MPM memiliki tempat kerja di matriks yang dikelilingi oleh

kondrosit. Namun, pada fase awal OA, aktivitas serta efek dari MPM menyebar hingga

ke bagian permukaan (superficial) dari kartilago . 13

Stimulasi dari sitokin terhadap cedera matriks adalah menstimulasi pergantian

matriks, namun stimulaso IL-1 yang berlebih malah memicu proses degradasi matriks.

TNF menginduksi kondrosit untuk mensintesis prostaglandin (PG), oksida nitrit (NO),

dan protein lainnya yang memiliki efek terhadap sintesis dan degradasi matriks. TNF

19

Page 20: Pene FIX Kel 10revisi Terbaru-3

yang berlebihan mempercepat proses pembentukan tersebut. NO yang dihasilkan akan

menghambat sintesis aggrekan dan meningkatkan proses pemecahan protein pada

jaringan. Hal ini berlangsung pada proses awal timbulnya OA . 13

Kartilago memiliki metabolisme yang lamban, dengan pergantian matriks yang

lambat dan keseimbangan yang teratur antara sintesis dengan degradasi. Namun, pada

fase awal perkembangan OA kartilago sendi memiliki metabolisme yang sangat aktif . 13

Pada proses timbulnya OA, kondrosit yang terstimulasi akan melepaskan

aggrekan dan kolagen tipe dua yang tidak a dekuat ke kartilago dan cairan sendi.

Aggrekan pada kartilago akan sering habis serta jalinan - jalinan kolagen akan mudah

mengendur (Felson, 2008). Kegagalan dari mekanisme pertahanan oleh komponen

pertahanan sendi akan meningkatkan kemungkinan timbulnya OA pada sendi . 13

2.2.6. Faktor Risiko

Secara garis besar, faktor risiko timbulnya osteoartritis lutut meliputi usia, jenis

kelamin, ras, genetik, nutrisi, obesitas, penyakit komorbiditas, menisektomi, kelainan

anatomis, riwayat trauma lutut, aktivitas fisik, kebiasaan olah raga, dan jenis pekerjaan.

2.2.6.1. Usia

Usia adalah faktor risiko utama timbulnya osteoartritis, dengan prevalensi dan

beratnya osteoartritis yang semakin meningkat seiring dengan bertambahnya usia.

Lebih dari 80% individu berusia lebih dari 75 tahun terkena osteoartritis. Bukti

radiografi menunjukkan insidensi osteoartritis jarang pada usia di bawah 40 tahun.

Osteoartritis hampir tidak pernah terjadi pada anak-anak dan sering pada usia di atas

60 tahun. Meskipun osteoartritis berkaitan dengan usia, penyakit ini bukan

merupakan akibat proses penuaan yang tak dapat dihindari. 14

Perubahan morfologi dan struktur pada kartilago berkaitan dengan usia

termasuk penghalusan dan penipisan permukaan artikuler; penurunan ukuran dan

agregasi matriks proteoglikan; serta kehilangan kekuatan peregangan dan kekakuan

matriks. Perubahan-perubahan ini paling sering disebabkan oleh penurunan

kemampuan kondrosit untuk mempertahankan dan memperbaiki jaringan, seperti

kondrosit itu sendiri sehingga terjadi penurunan aktivitas sintesis dan mitosis,

penurunan respon terhadap anabolic growth factor, dan sintesis proteoglikan yang

lebih kecil dan tidak seragam.14

20

Page 21: Pene FIX Kel 10revisi Terbaru-3

2.2.6.2. Jenis kelamin

Wanita berisiko terkena osteoartritis dua kali lipat dibanding pria.

Walaupun prevalensi osteoartritis sebelum usia 45 tahun kurang lebih sama pada pria

dan wanita, tetapi di atas 50 tahun prevalensi osteoartritis lebih banyak pada wanita,

terutama pada sendi lutut. Wanita memiliki lebih banyak sendi yang terlibat dan lebih

menunjukkan gejala klinis seperti kekakuan di pagi hari, bengkak pada sendi, dan

nyeri di malam hari. 15

Meningkatnya kejadian osteoartritis pada wanita di atas 50 tahun diperkirakan

karena turunnya kadar estrogen yang signifikan setelah menopause. Kondrosit

memiliki reseptor estrogen fungsional, yang menunjukkan bahwa sel-sel ini

dipengaruhi oleh estrogen. Penelitian yang dilakukan pada beberapa tikus

menunjukkan bahwa estrogen menyebabkan peningkatan pengaturan reseptor estrogen

pada kondrosit, dan peningkatan ini berhubungan dengan peningkatan sintesis

proteoglikan pada hewan percobaan. 15

2.2.6.3. Ras

Prevalensi osteoartritis lutut pada penderita di negara Eropa dan Amerika

tidak berbeda, sedangkan suatu penelitian membuktikan bahwa ras Afrika.

Amerika memiliki risiko menderita osteoartritis lutut 2 kali lebih besar

dibandingkan ras Kaukasia. Penduduk Asia juga memiliki risiko menderita

osteoartritis lutut lebih tinggi dibandingkan Kaukasia. Suatu studi lain menyimpulkan

bahwa populasi kulit berwarna lebih banyak terserang osteoarthritis dibandingkan

kulit putih. 14

2.2.6.4. Genetik

Osteoartritis disebabkan karena genetik, mekanisme stres lokal maupun faktor

sistemik yang mengawali hilangnya kartilago sendi. Pertumbuhan berlebih pada

tulang dan perubahan lain dari tulang, termasuk juga perubahan ligamentum, meniscus

dan otot. 16

Faktor genetik yang belum teridentifikasi diduga terlibat dalam perkembangan

osteoartritis, teori komponen genetik ini didukung oleh penelitian yang dilakukan

21

Page 22: Pene FIX Kel 10revisi Terbaru-3

pada keluarga dan anak kembar. Aberasi kromosom klonal, misal penambahan pada

kromosom 5 dan 7, yang ditemukan di membran sinovial pada beberapa pasien

osteoartritis. Alpha1-antitripsin, α1-antichymotrypsin, gen polimorfisme, dan alel HLA

diduga berhubungan dengan osteoartritis generalisata, sebaliknya gen polymorfisme

prokolagen tipe II diduga berhubungan dengan perkembangan osteoartritis dengan

kondroplasia ringan.17

2.2.6.5. Nutrisi

Orang yang jarang mengkonsumsi makanan bervitamin D memiliki peningkatan

risiko 3 kali lipat menderita osteoartritis lutut. Penelitian faktor nutrisi sebagai

etiopatologi osteoartritis membuktikan adanya peningkatan risiko kejadian osteoartritis

lutut pada individu dengan defisiensi vitamin C dan E. Pada orang Asia, penyakit

Kashin-Beck, salah satu jenis osteoartritis, dapat disebabkan oleh makanan yang

terkontaminasi oleh jamur. Hipotiroidisme terjadi pada sebagian penderita osteoartritis

karena defisiensi selenium. 14

2.2.6.5.1.Susu

Susu sapi merupakan susu yang paling popular di tengah-tengah masyarakat.

Banyak sekali produk-produk susu sapi yang ditujukan untuk semua usia, mulai dari

balita, remaja, dewasa hingga lansia. Selain itu, berbagai suplemen vitamin dan

mineral pun ditambahkan untuk memperkaya gizi susu, misalnya kalsium ditujukan ke

lansia wanita untuk mencegah osteoporosis dan selenium ke diabetes. Banyak pula

produk susu yang dikurangi kadar lemaknya khusus bagi mereka yang ingi tetap

langsing. Dipasaran, terdapat beberapa jenis susu sapi tersedia, yaitu susu murni, susu

rendah lemak, susu tanpa lemak, susu rendah laktosa, dan susu organic. 18

1.Susu Murni (Whole Milk)

Susu murni mengandung tidak kurang dari 3,25% lemak susu dan 8,25%

padatan bukan lemak. Seringkali , susu ini diberi tambahan vitamin dengan kadar

minimum 2.000 international units (UI)Per quart (0,9463 liter 0 dan vitamin D

dengan kadar minimal 400 IU per quart.

2.Susu Organik

Susu organic diproduksi dari sapi yang diternakkan tanpa menggunakan

pestisida, pupuk sintesis, antibiotic, dan hormone.

Produk-produk susu tersebut di jual dalam bentuk cair segar. Ada pula produk

22

Page 23: Pene FIX Kel 10revisi Terbaru-3

susu sapi yang dijual dalam bentuk bubuk dan susu cair kental manis. Di Indonesia ,

susu sering ditemui dalam bentuk produk susu sapi segar tanpa merek yang dijual

langsung oleh peternak kecil ke konsumen. Susu jenis ini biasanya tidak tahan lama

karena masih diproses secara tradisional.

Susu yang baik bagi kesehatan manusia diproduksi sesuai konsep real food,

yaitu hewan diternakkan secara organic dan diberi paka rumput di padang gembalaan.

Proses pengembbalaan di padang rumput tidak saja memberikan pakan terbaik berupa

rumput segar, tetapi juga memberikan ruang gerak yang cukup leluasa bagi ternak.

Secara tipikal , susu sapi mengandung nutisi lengkap yang mencakup lemak,

protein, karbohidrat, vitamin, dan mineral. Komposisi dasar susu sapi adalah 87,4%

air dan 12,6% padatan susu. Lemak susu utamanya terdiri dari 97-98% trigliserida

0,2-1% fosfolipida, sterol bebas dan vitamin larut lemak A, D, E, dan K. Susu juga

mengandung komponen-komponen lain yang baik untuk kesehatan, seperti asam

linoleat terkonjugasi atau CLA terutama susu dari sapi yang diberi pakan rumput dan

digembalakan), sphingomyelin, asam butirat, dan asam miristat. 18

3.Susu rendah lemak (Reduced Fat/Low-Fat/Semiskimmed Milk)

Susu rendah lemak mengandung 0,5%;1,5 % atau 2% lemak susu dan tidak

kurang dari 8,25% padatan bukan lemak. Susu rendah lemak harus diberi tambahan

viamin A dengan kadar 2.000 IU per liter, sedangkan penambahan vitamin D bukan

keharusan. Namun jika ditambahkan Vitamin D minimal harus dengan kadar 400 IU

per quart. Sementara penambahan rasa boleh dilakukan.

4.Susu rendah laktosa (Reduce Lactose Mlk)

Susu rendah laktosa mengandung paling tidak 70% lebih rendah laktosa

dibanding susu murni.

5.Susu tanpa lemak (fat-free/Skimmed /Nonfat Milk)

Susu tanpa lemak mengandung kurang dari 0,5% lemak susu dan tidak kurang

dari 8,25% padatan bukan lemak. Susu tanpa lemak harus diberi tambahan vitamin A

dengan kadar 2.000 IU per liter, sedangkan penambahan vitamin D bukan keharusan.

Namun, jika ditambahkan vitamin D minimal harus dengan kadar 400 IU per

quart.Sementara penambahan rasa boleh dilakukan.18

Susu merupakan salah satu sumber nutrisi yang baik bagi tubuh. Susu disebut

sebagai makanan yang memiliki kandingan zat gizi lengkap yaitu protein, karbohidrat,

lemak, mineral, enzim, vitamin – vitamin dalam jumlah memadai. 19

23

Page 24: Pene FIX Kel 10revisi Terbaru-3

Kalsium merupakan mineral makro yang sangat dibutuhkan oleh tubuh yang

banyak terdapat pada tulang dan gigi. Kalsium sangat bermanfaat bagi pertumbuhan

tulang dan gigi. Asupan kalsium yang memadai pada masa pertumbuhan tulang akan

menyebabkan tulang mencapai massa tulang yang makimal, tetapi bila pada awal

pertumbuhan tidak terjaga asupan kalsium serta gizi yang seimbang, maka puncak

massa tulang tidak akan maksimal. Pada usia 0 – 30/35 tahun, disebut modeling

tulang karena pada masa ini tercipta atau terbentuk model tulang seseorang. Sehingga

lain orang, lain pula bentuk tulangnya. Pada usia 30 – 35 tahun, pertumbuhan tulang

sudah selesai, disebut remodeling dimana modeling sudah selesai tinggal proses

pergantian tulang yang sudah tua diganti dengan tulang yang baru yang masih muda.

Secara alami setelah pembentukan tulang selesai, maka akan terjadi penurunan massa

tulang. Osteoarthritis adalah suatu penyakit degeneratif yang mempunyai istilah lain

pengapuran sendi, salah satu proses penyebabnya adalah proses penuaan yang biasa

terjadi pada kelompok umur 40 tahun ke atas dimana pada umur ini sudah tidak

terjadi lagi proses modeling. Yang ada hanyalah proses remodeling. Menurut Isbagio

Osteoarthritis atau pengapuran sendi tidak mempunyai hubungan dengan kalsium,

pengapuran sendi lebih tepat diistilahkan dengan proses karatan.19

2.2.6.5.1.1. Kalsium

Kalsium adalah salah satu unsur penting dalam tubuh. JumlaH kalsium di

dalam tubuh berkisar antara 1,5-2% dari berat badan orang dewasa. Walaupun pada

bayi, kalsium hanya sedikit, yaitu 25-30 g. Namun setelah usia 20 tahun, secara

normal akan terjadi penempatan sekitar 1.200 g kalsium dalam tubuh. Jumlah ini ,

terdiri dari 99% kalsium yang berada di dalam jaringan kalsium yang berada di dalam

jaringan keras yaitu pada tulang , gigi. Selebihnya tersebar luas di dalam tubuh,

termasuk di dalam cairan intra seluler dan ekstraseluler.20

Kalsium dapat membentuk tulang dengan bekerja sama dengan fosfor ,

magnesium, tembaga, mangan, seng, boron, fluoride, vitamin A, C, D dan trace

element. Trace element adalah mineral yang dibutuhkan tubuh dalam jumlah yang

kecil, tetapi fungsinya sangat penting, seperti besi, iodium, seng, boron, dan unsur

kimia lain.

1.Peran kalsium

Fungsi utama kalsium adalah mengisi kepadatan (densitas) tulang. Kalsium di

dalam tulang mempunyai dua fungsi yaitu sebagai bagian integral dari struktus tulang

24

Page 25: Pene FIX Kel 10revisi Terbaru-3

dan sebagai tempat penyimpanan kalsium. Pada tahap awal pertumbuhan janin,

dibentuk matriks sebagai cikal bakal tulang tubuh. Kemudian matriks tersebut

semakin menguat melalui proses kalsifikasi yaitu terbentuknya kristal mineral.

Kalsium dan fosfor merupakan unsur utama dalam struktur tersebut sehingga

keduanya harus berada dalam jumlah yang cukup terdapat dalam cairan yang

mengelilingi matriks tulang. Kalsium juga berperan dalam pembentukan gigi. Mineral

yang membentuk dentin dan email gigi adalah mineral yang sama dengan yang

membentuk tulang. Kalsifikasi gigi susu terjadi pada minggu ke 20 tahap janin dan

selesai sebelum gigi keluar. Gigi permanen mulai mengalami kalsifikasi ketika anak

berumur 3 bulan dan 3 tahun. Adapun gigi terakhir keluar mengalami kalsifikasi saat

anak berumur 8-10 tahun. Kekurangan kalsium selama masa pembentukan ggi dapat

menyebabkan kerentanan terhadap kerusakan gigi.

Asupan kalsium yang mencukupi sejak awal kehidupan dapat memperkuat

massa tulang, mencegah pengaruh negative dari berkurangnya keseimbangan kalsium,

dan mengurangi tingkat penurunan massa tulang pada tahun-tahun selanjutnya.

Cadangan kalsium tubuh terdapat dalam tulang. Jika kekurangan kalsium tubuh akan

mengambil cadangan kalsium di bank tulang. Semakin lama semakin banyak kalsium

yang diambil, tulang semakin tipis, dan kemudian keropos. Densitas tulang berbeda-

beda menurut umur, meningkat pada bagian pertama kehidupan dan menurun secara

berangsur setelah dewasa. Proses densitas tulang hanya berlangsung hingga seseorang

berusia 30 tahun. Asupan kalsium pada usia lanjut umumnya menurun karena

kurangnya konsumsi makanan sumber kalsium. Di samping itu, daya serap terhadap

kalsium. Keadaan ini dapat dipicu pula oleh berbagai penyakit sehingga semakin

meningkat pengeluaran kalsium. Massa tulang menurun mulai usia sekitar 40 tahun,

baik pada pria maupun wanita. Pengurangan massa tulang ini akan berlangsung terus

sepanjang sisa hidup. 20

Kalsium dibutuhkan juga antara lain untuk pembekuan darah, transmisi saraf,

stimulasi otot, stabilitas asam basa (Ph) darah, dan mempertahankan keseimbangan

air. Kalsium juga bersifat penting dalam reaksi enzim, tekanan darah, dan dapat

mencegah kanker usus besar.

2.Angka kecukupan kalsium

Angka kecukupan kalsium rata-rata per hari bagi orang Indonesia ditetapkan

menurut Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi (LIPI) (1998) sebagai berikut:

1. Bayi 300-400 mg

25

Page 26: Pene FIX Kel 10revisi Terbaru-3

2. Anak-anak ;500 mg

3. Remaja 600-700 mg

4. Dewasa ;500-800 mg

5. Ibu hamil-menyusui :+> 400 mg

Saat ini,Departemen Kesehatan Amerika menyarankan untuk meningkatkan

asupan kalsium sampai 1.500 mg per hari, terutama pada wanita menopause umur

lebih dari 65 tahun. 20

3.Sumber Kalsium

Sumber kalsium terbaik adalah susu dan produk olahannya seperti yoghurt,es

krim, keju, ikan yang dimakan bersama tulangnya seperti ikan teri, sarden, selar,

kerang, kacang-kacangan dan produk oalahannya seperti tempe , tahu, buah dan sayur

seperti brokoli, kangkung, caysim, sawi hijau, peterselim, seledri air, asparagaus,

bayam, daun singkong, kol, rumput laut.

Kebanyakan ahli percaya tubuh memerlukan sekitar satu gram (1.000 mg)

kalsium setiap harinya. Setengah liter susu ±2 gelas dapat memenuhi tiga perempat

jumlah tersebut. Sayangnya, ada sebagian orang tidak tahan terhadap produk susu,

terutama karena adanya laktosa susu (Lactose intolerance). Namun, sekarang sudah

banyak dipasaran susu bebas laktosa sehingga penderita laktosa intoleran dapat

mengonsumsi susu yang bebas laktosa tersebut. Bila konsumsi kalsium kalsium masih

juga belum mencukupi kebutuhan, dianjurkan minum suplemen kalsium.

Tabel 1.Nilai Kalsium beberapa Jenis makanan (mg/100g)

Bahan Makanan Kalsium (mg)

Tepung susu 904

Keju 777

Susu sapi segar 143

Yoghurt 120

Udang kering 1.209

Tei kering 1.200

Sardines (kaleng) 354

Telur bebek 56

Telur ayam 54

Belut goring 840

Ikan kakap 20

Kerang 133

26

Page 27: Pene FIX Kel 10revisi Terbaru-3

Rebon segar 757

Mujair goring 654

Susu kental manis 275

Kacang kedelai kering 227

Tempe kedelai murni 129

Tahu 124

Kacang merah 80

Kacang tanah 58

Oncom 96

Tepung kacang kedelai 196

Bayam 265

Bayam merah 368

Sawi 220

Daun melinjo 219

Katuk 204

Salada air 182

Daun singkong 165

Daun beluntas 256

Daun kacang panjang 134

Daun mengkudu 300

Daun sintrong 398

Daun tales 302

Daun kepicir 134

Daun mangkokan 474

Daun melinjo 219

Leunca 274

4.Suplemen kalsium

Terdapat banyak produk suplemen kalsium dijual di pasaran. Suplemen kalsium yang paling

banyak dipakai adalah kalsium sitrat, kalsium karbonat, kalsium glukonat, dan kalsium laktat.

Kandungan kalsium setiap produk berbeda-beda dan banyak di antaranya belum cukup

memenuhi kebutuhan tubuh dalam melindungi tulang dari osteoporosis. Oleh Karena itu ,

perlu diketahui bahwa produk yang dikonsumsi harus cukup mengandung kalsium.

5.Penyerapan kalsium

27

Page 28: Pene FIX Kel 10revisi Terbaru-3

Disamping mengkonsumsi jumlah kalsium yang cukup, perlu juga diperhatikan factor

penunjang dan penghambat penyerapannya karena jumlah kalsium yang dikonsumsi tidak

akan sama dengan yang dapat diserap oleh tubuh. Penyerapan kalsium sangat bervariasi

tergantung umur dan konsisi badan serta jumlah kalsium yang konsumsi. Semakin tinggi

kebutuhan dan semakin rendah persediaan kalsium dalam tubuh, semakin efisien penyerapan

kalsium. 20

Tabel 2. Nilai Kalsium pada Suplemen

Suplemen kalsium Dosis (mg) Bentuk formula

Kalsium laktat 35 Tablet

Kalsium glukonat 53 Tablet

Calcichew 500 Tablet kunyah

Calcidrink 1.000 Granula effervescent

Calsium 500 500 Tablet

Calcium Sandoz 108 Sirup

Citrical 500 Granula

Ossopan 1.200 Tablet

Ostram 1.200 Serbuk

Sndocal 400 Tablet effervescent

2.2.6.6. Obesitas

Kegemukan (obesitas) adalah faktor risiko terkuat untuk terjadinya osteoartritis

lutut. Efek obesitas terhadap perkembangan dan progresifitas osteoartritis terutama

melalui peningkatan beban pada sendi-sendi penopang berat badan. Tiga hingga enam

kali berat badan dibebankan pada sendi lutut pada saat tubuh bertumpu pada satu kaki.

Peningkatan berat badan akan melipatgandakan beban sendi lutut saat berjalan.

Sebuah penelitian menunjukkan bahwa makin besar Indeks Massa Tubuh

(IMT), risiko menderita osteoartritis lutut akan semakin meningkat. Penderita

osteoartritis dengan obesitas memiliki gejala osteoartritis yang lebih berat. Obesitas

tidak hanya mengawali timbulnya penyakit osteoartritis, tetapi juga merupakan akibat

lanjut dari inaktivitas para penderita osteoartritis.

Selain melalui peningkatan tekanan mekanik pada tulang yang menyebabkan

kerusakan kartilago, obesitas berhubungan dengan kejadian osteoartritis secara tidak

langsung melalui faktor-faktor sistemik.

28

Page 29: Pene FIX Kel 10revisi Terbaru-3

Pengukuran Obesitas: Orang dewasa yang berusia 20 tahun keatas, indeks massa

tubuh (IMT) diinterpretasi menggunakan kategori status berat badan standar yang

sama untuk semua umur bagi laki-laki dan perempuan. Interpretasi IMT pada anak-

anak dan remaja adalah spesifik mengikut usia dan jenis kelamin. 14

Tabel 4. Klasifikasi Indeks Massa Tubuh (IMT)

Kategori Kg/m2

BB kurang < 18.5

BB normal 18.5 - 22.9

Overweight 23.0 - 24.9

Obes I 25.0 - 29.9

Obes II >= 30

2.2.6.7. Penyakit Komorbid

Faktor metabolik juga berkaitan terhadap timbulnya osteoartritis, selain faktor

obesitas. Hal ini didukung dengan adanya kaitan antara osteoartritis dengan beberapa

penyakit seperti diabetes mellitus, hipertensi, hiperurisemia, dan penyakit jantung

coroner.15

2.2.6.8. Menisektomi

Osteoartritis dapat terjadi pada 89% pasien yang telah menjalani

menisektomi.Menisektomi merupakan operasi yang dilakukan di daerah lutut dan

telah diidentifikasi sebagai factor resiko penting osteoartritis lutut.Hal tersebut

dimungkinkan karena beberapa hal berikut ini :

1. Hilangnya jaringan meniscus akibat menisektomi membut tekanan berlebih pada

tulang rawan sendi sehingga memicu timbulnya osteoartritis lutut.

2. Bagi pasien yang mengalami menisektomi,degenerasi meniscal dan robekan mungkin

menjadi lebih luas dan perubahan pada tulang rawan sendi akan lebih besar daripada

mereka yang tidak melakukan menisektomi.21

2.2.6.9. Kelainan Anatomis

29

Page 30: Pene FIX Kel 10revisi Terbaru-3

Kelainan lokal pada sendi lutut yang dapat menjadi faktor risiko osteoarthritis

lutut antara lain genu varum, genu valgus, Legg – Calve – Perthes disease, displasia

asetabulum, dan laksiti ligamentum pada sendi lutut.

Kelemahan otot kuadrisep juga berhubungan dengan nyeri lutut, disabilitas, dan

progresivitas osteoartritis lutut. Selain karena kongenital, kelainan anatomis juga

dapat disebabkan oleh trauma berat yang menyebabkan timbulnya kerentanan

terhadap osteoartritis.22

2.2.6.10.Riwayat Trauma Lutut

Trauma lutut akut, terutama kerusakan pada ligamentum cruciatum dan robekan

meniskus pada lutut merupakan faktor risiko timbulnya osteoartritis lutut, dan

berhubungan dengan progresifitas penyakit. Perkembangan dan progresifitas

osteoartritis pada individu yang pernah mengalami trauma lutut tidak dapat dicegah,

bahkan setelah kerusakan ligamentum cruciatum anterior diperbaiki. Risiko

berkembangnya osteoartritis pada kasus ini sebesar 10 kali lipat.22

2.2.6.11. Aktivitas Fisik

Aktivitas fisik yang berat / weight bearing seperti berdiri lama (2 jam atau lebih

setiap hari), berjalan jarak jauh (2 jam atau lebih setiap hari), mengangkat benda berat

(10 kg – 50 kg selama 10 kali atau lebih setiap minggu), mendorong objek yang berat

(10 kg – 50 kg selama 10 kali atau lebih setiap minggu), naik turun tangga setiap hari

merupakan faktor risiko terjadinya osteoartritis lutut.22

Di sisi lain, seseorang dengan aktivitas minim sehari-hari juga berrisiko

mengalami osteoartritis lutut. Kurangnya aktivitas sendi yang berlangsung lama akan

menyebabkan disuse atrophy yang akan meningkatkan kerentanan terjadinya trauma

pada kartilago. Pada penelitian terhadap hewan coba, kartilago sendi yang

diimobilisasi menunjukkan sintesis aggrecan proteoglikan pada kartilago yang

mempengaruhi biomekanisnya, berhubungan dengan peningkatan MMP yang dapat

menyebabkan kerusakan yang lebih parah. 23,24

2.2.6.12. Kebiasaan Olahraga

Olahraga yang sering menimbulkan cedera sendi berkaitan dengan risiko

osteoartritis yang lebih tinggi. Beban benturan yang berulang juga dapat menjadi

suatu faktor penentu lokasi pada individu yang mempunyai predisposisi osteoartritis

30

Page 31: Pene FIX Kel 10revisi Terbaru-3

dan dapat berkaitan dengan perkembangan dan beratnya osteoartritis. Atlet olah raga

yang cenderung mengalami benturan keras dan membebani lutut seperti sepak bola,

lari maraton, dan kungfu meningkatkan risiko untuk menderita osteoartritis lutut.22,24

2.2.6.13. Jenis Pekerjaan

Pekerjaan berat maupun dengan pemakaian satu sendi yang terus menerus,

misalnya tukang pahat, pemetik kapas, berkaitan dengan peningkatan risiko

osteoartritis tertentu.Terdapat hubungan signifikan antara pekerjaan yang

menggunakan kekuatan lutut dan kejadian osteoartritis lutut. Osteoartritis lebih

banyak ditemukan pada pekerja fisik berat, terutama yang sering menggunakan

kekuatan yang bertumpu pada lutut, seperti penambang, petani, dan kuli pelabuhan. 22,24

Penelitian Hadi S ,dkk dari Rumah Sakit Dokter Kariadi Semarang di pedesaan

Bandungan, menunjujjan bahwa bekerja dengan beban rata-rata 24,2 kg, lama kerja

lebih dari 10 tahun dan kondisi geografis berbukit-bukit merupakan factor resiko

osteoartritis lutut.

2.2.6.14. Merokok

Banyak penelitian telah membuktikan bahwa ada hubungan positif antara

merokok dengan OA lutut. Merokok meningkatkan kandungan racun dalam darah dan

mematikan jaringan akibat kekurangan oksigen, yang memungkinkan terjadinya

kerusakan tulang rawan. Rokok juga dapat merusakkan sel tulang rawan sendi.

Hubungan antara merokok dengan hilangnya tulang rawan pada osteoartritis lutut

dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Merokok dapat merusak sel dan menghambat proliferasi sel tulang rawan

sendi.

2. Merokok da pat meningkatkan tekanan oksidan yang mempengaruhi

hilangnya tulang rawan.

3. Merokok dapat meningkatkan kandungan karbon monoksida dalam darah,

menyebabkan jaringan kekurangan oksigen dan dapat menghambat

pembentukan tulang rawan.

Di sisi lain, terdapat penelitian yang menyimpulkan bahwa merokok memiliki

efek protektif terhadap kejadian osteoartritis lutut.Hal tersebut diperoleh setelah

mengendalikan variable perancu yang potensial seperti berat badan.1

31

Page 32: Pene FIX Kel 10revisi Terbaru-3

2.2.7.Diagnosis

2.2.7.1.Kriteria Diagnosis menurut American College of Rheumatology

Diagnosis osteoartritis lutut menggunakan kriteria klasifikasi dari American

College of Rheumatology seperti tercantum pada tabel berikut ini : 25

Tabel 5. Kriteria Diagnosis Osteoartritis Lutut

Klinis Klinis dan Laboratorik Klinis dan

Radiografi

Nyeri Lutut + Nyeri lutut + minimal 5 Nyeri Lutut +

Minimal 3 dari 6 dari 9 kriteria berikut : Minimal 1 dari 3

kriteria berikut : o Umur > 50 tahun kriteria berikut :

o Umur > 50 tahun o Kaku pagi < 30 menit o Umur > 50 tahun

o Kaku pagi < 30 o Krepitus o Kaku pagi < 30

Menit o Nyeri tekan menit

o Krepitus o Pembesaran tulang o Krepitus

o Nyeri tekan o Tidak panas pada perabaan +

o Pembesaran o LED < 40 mm / jam OSTEOFIT

Tulan

g o RF < 1 : 40

o Tidak Panas o Analisis cairan sendi

pada perabaan Normal

2.2.7.2.Grading menurut kriteria Kellgren-Lawrence

Pada osteoartritis terdapat gambaran radiografi yang khas, yaitu osteofit. Selain

osteofit, pada pemeriksaan X-ray penderita osteoartritis biasanya didapatkan

penyempitan celah sendi, sklerosis, dan kista subkondral. 26,27

32

Page 33: Pene FIX Kel 10revisi Terbaru-3

Kellgren dan Lawrence membagi osteoarthritis menjadi empat grade:

1. Grade 0 : normal.

2. Grade 1 : sendi normal, terdapat sedikit osteofit.

3. Grade 2 : osteofit pada dua tempat dengan sklerosis subkondral, celah sendi

normal, terdapat kista subkondra

4. Grade 3 : osteofit moderat, terdapat deformitas pada garis tulang, terdapat

penyempitan celah sendi.

5. Grade 4 : terdapat banyak osteofit, tidak ada celah sendi, terdapat kista

subkondral dan sclerosis.

2.3. Kerangka Teori

33

Jenis kelamin

Obesitas

Pekerjaan

Olahraga

Trauma

Genetik

Histerektomi

Kejadian Osteoartritis

Lansia

Ras

Osteoporosis

Penyakit komorbid

Merokok

Menisektomi

Kelainan Anatomi

Page 34: Pene FIX Kel 10revisi Terbaru-3

2.4. Kerangka Konsep

34

Jenis Kelamin

Obesitas

Olahraga

Pekerjaan

Trauma/Cedera pada Sendi

Kejadian Osteoartritis Lansia

Page 35: Pene FIX Kel 10revisi Terbaru-3

Bab III

Metodologi Penelitian

3.1 Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah studi observasional dengan rancangan deskriptif

dengan pendekatan cross sectional mengenai hubungan antara faktor-faktor pada

osteoartritis lansia di wilayah Kelurahan Palmerah, Kecamatan Palmerah pada periode

Oktober 2015.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2015 di Kelurahan Palmerah ,

Kecamatan Palmerah, Jakarta Barat, Provinsi DKI Jakarta.

3.3 Populasi

3.3.1 Populasi target adalah semua penduduk usia lanjut di Kelurahan Palmerah ,

Kecamatan Palmerah, Jakarta Barat, Provinsi DKI Jakarta.

3.3.2 Populasi terjangkau adalah semua penduduk usia lanjut di wilayah kejra

Puskesmas Kelurahan Palmerah 1, Kecamatan Palmerah, Jakarta Barat, Provinsi DKI

Jakarta pada bulan Oktober 2015.

3.4 Kriteria Inklusi dan Eksklusi

3.4.1 Kriteria Inklusi

3.4.1.1. Semua penduduk lansia ≥ 45 tahun yang bertempat tinggal di RW 03

Kelurahan Palmerah 1, Kecamatan Palmerah, Jakarta Barat.

3.4.1.2. Bersedia ikut dalam penelitian.

3.4.2 Kriteria Eksklusi

3.4.2.1 Responden yang tidak ada di rumah.

3.4.2.2 Responden yang menderita penyakit Osteoporosis, Diabetes Mellitus,

Rheumatoid Artritis, Gout.

35

Page 36: Pene FIX Kel 10revisi Terbaru-3

3.5 Besar Sampel

Melalui rumus dibawah ini, didapatkan besar sampel penelitian sebagai berikut :

n1=(Zα )2 pq

L2

n2 = n1 + (10%. n1)

n1 = jumlah sampel minimal

n2 = jumlah sampel ditambah substitusi 10% (substitusi adalah persen subjek

penelitian yang mungkin drop out)

zα = nilai konversi pada tabel kurva normal, dengan nilai α = 5% didapatkan zα pada

kurva normal = 1,96

p = Proporsi penduduk obesitas yang menderita osteoartritis 51,3% menurut

Hongkong Physiotherapy Journal tahun 2013 oleh V. Mohan.

q = Proporsi lansia yang tidak osteoartritis = 100% - p = 100% - 51,3 % = 48,7% =

0,487

L = Derajat kesalahan yang masih diterima adalah 10%

Berdasarkan rumus diatas, didapatkan angka :

n1 =(1.96) 2 x 0.5 13 x 0.4 87

(0.1) 2

n1 = 3.8416 x 0.5 13 x 0.487

0.01

n1 = 95.97

untuk menjaga adanya kemungkinan subjek penelitian yang drop out, maka dihitung :

n2 = 95.97 + (10% x 95.97)

n2 = 105.567 dibulatkan menjadi 106 subjek penelitian

Jadi, jumlah sampel yang dibutuhkan adalah 106 orang

3.6 Teknik Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan metode probability sampling

dengan cara melakukan multistage sampling pada RW 03 yang ada pada wilayah

kerja Puskesmas Kelurahan Palmerah.

36

Page 37: Pene FIX Kel 10revisi Terbaru-3

3.7 Metode Pengumpulan Data

3.7.1 Sumber Data

3.7.1.1 Data primer dikumpulkan dengan pengukuran menggunakan alat ukur

timbangan dan alat ukur tinggi badan serta dengan memakai bantuan kuesioner

kepada lansia di Kelurahan palmerah, Kecamatan Palmerah, Jakarta Barat, Provinsi

DKI Jakarta periode Oktober 2015.

3.7.2 Instrumen Penelitian

Alat dan bahan yang diperlukan adalah kuesioner, pengukur tinggi badan dengan

ketelitian 0,1 cm, pengukur berat badan dengan ketelitian 0,1 kg. Sebelum dilakukan

pengukuran, alat tinggi badan dan timbangan di kalibrasi.

3.8 Identifikasi Variabel

Dalam penelitian ini digunakan variabel dependen (terikat) dan variabel

independen (tidak terikat)

3.8.1.Variabel Dependen berupa kejadian osteoartritis lansia.

3.8.2.Variabel Independent berupa: jenis kelamin, usia lanjut, obesitas, olahraga,

konsumsi susu, pekerjaan, dan riwayat trauma.

3.9 Cara Kerja

3.9.1. Mengumpulkan bahan ilmiah dan merencanakan desain penelitian.

3.9.2. Menentukan jumlah sampel minimal 106 orang responden yang menederita

osteoartritis.

3.9.3. Membuat kuesioner sebagai instrumen pengukuran data.

3.9.4. Menghubungi kepala puskesmas kelurahan Palmerah I untuk melakukan

permohonan izin melakukan penelitian di kelurahan Palmerah, Kecamatan Palmerah,

Jakarta Barat.

3.9.5. Menghubungi bagian Kader Posbindu untuk mendapatkan data lansia di

Kelurahan Palmerah, Kecamatan Palmerah.

3.9.6 Melakukan uji coba kuesioner di daerah kerja di RW 17 Kelurahan Palmerah,

Kecamatan Palmerah.

3.9.7 Melakukan koreksi kuesioner.

3.9.8 Membawa surat permohonan dari kepala Puskesmas Kelurahan Palmerah 1 ke

RW 03 Kelurahan Palmerah Kacamatan Palmerah untuk melakukan penelitian.

37

Page 38: Pene FIX Kel 10revisi Terbaru-3

3.9.9 Menghubungi kader untuk mendampingi pembagian kuesioner door to door.

3.9.10 Melakukan pengumpulan data-data dengan menggunakan instrumen penelitian

berupa kuesioner di RW 03 Kelurahan Palmerah Kecamatan Palmerah

3.9.11 Melakukan koding terhadap data pada kuesioner yang telah dikumpulkan.

3.9.12 Melakukan pengolahan, analisis, dan interpretasi data dengan program

Computer Statistical Package for Social Science version 16. (SPSS)

3.9.13 Penulisan laporan penelitian.

3.9.14 Pelaporan penelitian.

3.10 Manajemen dan Analisis Data

3.10.1  Pengumpulan Data

Data primer dikumpulkan dengan penyebaran kuesioner dan mengukur tinggi

serta berat badan pada responden penelitian di RW 03 wilayah Kelurahan

Palmerah Kecamatan Palmerah periode Oktober 2015.

3.10.2  Pengolahan Data

Terhadap data-data yang sudah dikumpulkan dilakukan pengolahan berupa

proses editing, verifikasi, koding dan tabulasi.

3.10.3  Penyajian Data

Data yang diperoleh akan disajikan dalam bentuk tekstular dan tabuler.

3.10.4  Analisis Data

Data yang diperoleh telah dikumpulkan, diolah, disajikan lalu dianalisis

menggunakan program SPSS v.16. Data tersebut dianalisis secara analisis uji

statistik menggunakan uji Chi Square dan dan Likelihood ratio .

3.10.5  Interpretasi Data

Data diinterpretasikan secara deskriptik-observasional antar variabel-variabel yang

telah ditentukan.

38

Page 39: Pene FIX Kel 10revisi Terbaru-3

3.10.6 Pelaporan Data

Data disusun dalam bentuk pelaporan penelitian. Selanjutnya akan

dipresentasikan di hadapan staf pengajar Program Pendidikan Ilmu Kesehatan

Komunitas, Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

(UKRIDA) dalam forum pendidikan Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas

Kedokteran UKRIDA.

3.11 Definisi Operasional

3.11.1. Osteoartritis

Definisi :Osteoarthritis adalah penyaki sendi degeneratif, yang terutama

mempengaruhi tulang rawan articular dan akan mempengaruhi sendi

yang telah terus-menerus ditekankan sepanjang tahun termasuk lutut, pinggul,

jari, dan daerah tulang punggung bagian bawah. Diagnosis osteoartritis lutut

menggunakan kriteria klasifikasi klinis dari American College of

Rheumatology yaitu nyeri lutut minimal 3 dari kriteria berikut:

1. Umur >50 tahun

2. Kaku pagi < 30 menit

3. Krepitus

4. Nyeri tekan

5. Pembesaran tulang

6. Tidak panas pada perabaan

Cara ukur : anamnesis, gejala klinis dan pemeriksaan fisik

Alat ukur : anamnesis dan pemeriksaan fisik

Skala : nominal

Hasil ukur : osteoarthritis atau bukan osteoarthritis

Kategori Koding

Bukan Osteoartritis 0

Osteoartritis 1

3.11.3. Jenis Kelamin

39

Page 40: Pene FIX Kel 10revisi Terbaru-3

Definisi : kelas atau kelompok yang terbentuk dalam suatu spesies sebagai

sarana atau sebagai akibat digunakannya proses reproduksi seksual untuk

mempertahankan keberlangsungan spesies itu. Jenis kelamin merupakan suatu

akibat dari dimorfisme seksual, yang pada manusia dikenal menjadi laki-

laki dan perempuan.

Cara ukur : Wawancara

Alat ukur : Kuesioner

Skala : Nominal

Hasil ukur : Kategori jenis kelamin

Jenis

Kelamin

Koding

Laki-laki 0

Perempuan 1

3.11.4. Usia

Definisi :Usia adalah satuan waktu yang mengukur lamanya hidup seseorang

sejak orang tersebut dilahirkan sampai saat penelitian dilakukan, dihitung dari

tanggal, bulan, dan tahun penelitian dikurangi tanggal, bulan, dan tahun lahir

yang tertera di KTP. Bila terdapat kelebihan usia kurang dari 6 bulan

dibulatkan kebawah, dan bila terdapat kelebihan usia lebih atau sama dengan 6

bulan dibulatkan keatas.

Kategori Usia lanjut menurut Dekpes :

1.Pralansia kelompok usia 45-59 tahun

2.Lansia antara 60-69 tahun

3. Lansia bersesiko kelompok usia > 70 tahun

Cara ukur : Pengamatan

Alat ukur : KTP

Skala : Ordinal

Hasil ukur : Kategori usia lanjut

Kategori Koding

40

Page 41: Pene FIX Kel 10revisi Terbaru-3

Usia 45 - 49 tahun 0

Usia 60-69 tahun

Usia > 70 tahun

1

2

3.11.5. Obesitas

Definisi: Obesitas adalah kelebihan berat badan sehingga proporsinya tidak

seimbang dengan tinggi badan sebagai akibat akumulasi lemak berlebihan dalam

tubuh. Obesitas dihitung sesuai dengan kriteria kegemukan berdasarkan

pengukuran indeks massa tubuh (IMT). Indeks Massa Tubuh adalah kilogram

dibagi dengan tinggi badan kuadrat dalam meter. Untuk keperluan deskriptif

diklasifikasikan menjadi:

Kategori Kg/m2

BB kurang < 18.5

BB normal 18.5 - 22.9

Overweight 23.0 - 24.9

Obes I 25.0 - 29.9

IMT=Berat Badan(Kg)

Tinggi Badan (m ) x Tinggi Badan(m)

Sedangkan, untuk pembagian secara umum di bagi menjadi dua yaitu: tidak

obesitas dengan IMT < 25,0 dan obesitas dengan IMT ≥ 25.

Alat Ukur : Timbangan Berat badan dengan ketelitian 0,1 kg dan alat ukur

pengukur tinggi badan dengan ketelitian 0,1 cm.

Satuan Ukur : Kilogram per meter kuadrat (Kg/m2)

Skala : Ordinal

Hasil Ukur : Kategori Obesitas

Kategori Koding

Tidak obesitas

Obesitas

0

1

3.11.6. Olahraga

41

Page 42: Pene FIX Kel 10revisi Terbaru-3

Definisi : Segala kegiatan atau usaha yang dapat mendorong

mengembangkan, dan membina potensi-potensi jasmaniah dan rohaniah seseorang

sebagai perorangan atau anggota masyarakat berupa permainan, pertandingan, dan

prestasi puncak dalam pembentukan manusia yang memiliki ideology yang seutuhnya

dan berkualitas berdasarkan Dasar Negara atau Pancasila. Olaharaga yang berisiko

osteartritis adalah olahraga yang menggunakan gerakan atau beban berat lebih pada

bagian sendi lutut, tangan, atau pinggang, dan tulang belakang seperti bermain sepak

bola, bermain bulu tangkis dan lari pagi. Sedangkan olahraga yang tidak berisiko

seperti jalan pagi, senam, dan yoga.

Cara Ukur : Wawancara

Alat Ukur : Kuesioner

Skala : Nominal

Hasil Ukur : Kategori olahraga

Status Olahraga Koding

Olahraga tidak beresiko 0

Olahraga beresiko 1

3.11.8. Pekerjaan

Definisi: kegiatan rutin sehari-hari dengan maksud untuk memperoleh

penghasilan. Kegiatan rutin yang disini adalah yang berisiko osteoartritis

terutama pekerjaan berat yang menggunakan kekuatan bertumpu pada lutut

berisiko tinggi seperti penambang, petani, guru, tukang bengkel, kuli

bangunan, kuli cuci, ibu rumah tangga (melakukan pekerjaan rumah tangga

mengepel, mencuci), tukang pahat dan lama waktu lebih dari 10 tahun.

Sedangkan, berisiko rendah dengan jangka waktu dibawah 10 tahun. Pekerjaan

tidak berisiko osteoartritis adalah karyawan yang khusus bagian di dalam

kantor, wiraswasta yang mempunyai usaha yang tetap tempatnya.

42

Page 43: Pene FIX Kel 10revisi Terbaru-3

Cara ukur : Wawancara

Alat ukur : Kuesioner

Skala : nominal

Hasil ukur : Kategori pekerjaan

Kategori Koding

Pekerjaan tidak berisiko

Pernah bekerja,resiko rendah

0

1

Pekerjaan berisiko tinggi 2

3.11. 9. Riwayat Cedera Sendi

Definisi : Suatu hal yang dapat menciptakan risiko yang menyebabkan kerugian serius

dan/atau gangguan fungsi organ tubuh, dikarenakan oleh kecelakaan dalam hal ini

menyebabkan kerusakan pada meniskus lutut, kerusakan anterior cruciate ligament

(ACL), atau kerusakan langsung kartilago artikuler.

Cara Ukur : Wawancara

Alat Ukur : Kuesioner

Skala : Nominal

Hasil Ukur : Kategori trauma dan tidak mengalami trauma

Trauma Koding

Tidak pernah mengalami trauma 0

Pernah mengalami trauma 1

3.12. Etika Penelitian

43

Page 44: Pene FIX Kel 10revisi Terbaru-3

1. Ijin diajukan kepada Kepala Puskesmas Kelurahan Palmerah 1 dan ketua RW 03.

2. Setiap lansia yang diperiksa diminta persetujuannya.

3. Data akan dijamin kerahasiaannya.

3.13. Sarana Penelitian

3.13.1. Tenaga

Penelitian dilakukan oleh 3 orang mahasiswa kepaniteraan Ilmu kedokteran

Komunitas dengan dibantu oleh 1 orang pembimbing yaitu dosen Iilmu Kesehatan

Masyarakat.

3.13.2. Fasilitas

Fasilitas yang tersedia berupa ruang perpustakaan, ruang diskusi, lembar

kuesioner, computer beserta printer, program SPSS v.16.0, internet dan alat tulis.

44

Page 45: Pene FIX Kel 10revisi Terbaru-3

Bab IV

Hasil Penelitian

Berdasarkan penelitian yang dilakukan berdasarkan jenis kelamin, usia, obesitas,

olahraga,pekerjaan, dan trauma pada lansia di Wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Palmerah

1 pada tanggal 20 - 22 oktober 2015. Dengan jumlah sampel adalah 106 subjek yang

diperoleh dengan multistage sampling diperoleh hasil sebagai berikut:

4.1. Analisis Univariat

4.1.1. Sebaran berdasarkan kejadian Osteoartritis

Variabel Frekuensi Persentase (%)

Tidak osteoartritis

Osteoartritis

39

67

36.8%

63.2%

4.1.2. Sebaran berdasarkan indeks jenis kelamin, usia diantara lansia, obesitas,

olahraga, pekerjaan, dan riwayat trauma.

Variabel Frekuensi Presentase (%)

Jenis Kelamin

Laki-laki

Perempuan

36

70

34,0

66.0

Usia

45-59

60-69

>70

Obesitas

Tidak obesitas

Obesitas

Olahraga

Tidak berisiko

Olahraga berisiko

72

25

9

65

41

70

36

67.9

23.6

8.5

61.3

38.7

66.6

34.0

45

Page 46: Pene FIX Kel 10revisi Terbaru-3

Pekerjaan

Pekerjaan tidak

beresiko

Bekerja risiko rendah

Bekerja risiko tinggi

Riwayat trauma

Tidak ada

Ada

4

36

66

68

38

3.8

34.0

62.3

64.2

35.8

4.2. Analisis Bivariat

4.2.1. Hubungan antara jenis kelamin, usia diantara lansia, obesitas, olahraga,

pekerjaan, dan riwayat trauma terhadap kejadian osteoarthritis.

Variabel Osteoartritis Total Uji P H0

Tidak Ya

Jenis kelamin

Laki-laki

Perempuan

19

20

17

50

36

70

Chi-Square Test 0.014 Ditolak

Usia

45 – 59

60 – 69

>70

6

24

9

9

33

25

15

57

34

Chi-Square Test

(Likelihood

Ratio)

0.266 Gagal

ditolak

Obesitas

Tidak obesitas

Obesitas

30

9

35

32

65

41

Chi-Square Test 0.012 Ditolak

Olahraga

Tidak berisiko

Olahraga berisiko

Pekerjaan

Tidak pernah bekerja

Pernah bekerja risiko rendah

24

15

1

17

46

21

3

19

70

36

4

36

Chi-Square Test

Chi-Square Test

(Likelihood

Ratio)

0.456

0.272

Gagal

ditolak

Gagal

ditolak

46

Page 47: Pene FIX Kel 10revisi Terbaru-3

Pernah bekerja risiko tinggi

Trauma

Tidak ada

Ada

21

31

8

45

37

30

66

68

38

Chi-Square Test

0.012 Ditolak

47

Page 48: Pene FIX Kel 10revisi Terbaru-3

Bab VPembahasan

5.1. Sebaran kejadian Osteoartritis pada lansia di Wilayah kerja Puskesmas Kelurahan

palmerah 1 tanggal 20 - 22 oktober 2015.

Berdasarkan tabel 4.1.2 kejadian Ostearthritis pada lansia didapatkan subyek yang

terdiagnosis sejumlah 67 orang (63.2%) dan tidak osteoarthritis sejumlah 39 orang

(36.8%). Berdasarkan data RISKESDAS 2013 jumlah penderita sendi yang ada di

Indonesia 24,7%, dimana dapat dikatakan bahwa terdapat kenaikan penderita osteoartritis

secara kasar, hal ini sama dengan penelitian dari University of British Columbia pada

tahun 2014 dimana terdapat trend kenaikan jumlah penderita osteoartritis dari tahun

2000-2009 yaitu 0.6% – 0.8% dari 14,6% di provinsi British columbia, Canada. Menurut

analisis dan prediksi dari Badan Pusat Statistik bertambahnya jumlah penderita

osteoartritis dikalangan lansia tidak lepas dari bertambahnya angka harapan hidup

penduduk Indonesia sendiri walaupun menurut riset terakhir dari RISKESDAS 2013

mengatakan bahwa terdapat penurunan angka penderita sendi dari tahun 2009-2013

tetapi, jika tidak dibarengi dengan tatalaksana dan pencegahan yang baik agar lansia tidak

mendapatkan masalah sendi maka, ditahun yang akan datang akan dijumpai kenaikan

angka jumlah penderita penyakit sendi.

5.2.Sebaran berdasarkan jenis kelamin, usia, obesitas, olahraga, pekerjaan, riwayat

trauma, pada lansia di Wilayah kerja Puskesmas Kelurahan palmerah 1 pada

tanggal 20 - 22 oktober 2015.

Berdasarkan tabel 4.1.1 didapatkan frekuensi dan persentasi indeks massa tubuh,

umur, jenis kelamin, pekerjaan, trauma dan olahraga. Adapun indeks massa tubuh yang

diteliti adalah indeks massa tubuh didapatkan yang tidak obesitas sebanyak 65 orang

(61.3%) dan yang obesitas sebanyak 41 orang (38.7%). Subyek penelitian adalah lansia

dengan umur 45 – 49 tahun (14.2%), umur 50 - 59 tahun (22.6%), umur > 59 (31.1%),

dan >60 (32.1%), dimana jenis kelamin laki- laki sejumlah 36 orang (33.96%) dan

perempuan sejumlah 70 orang (66.0%). Berdasarkan riwayat pekerjaan didapatkan yang

bekerja tidak berisiko sejumlah 4 orang (3.8%), bekerja berisiko rendah sejumlah 36

orang (34.0%), bekerja berisiko tinggi sejumlah 66 orang (62.3%). Riwayat trauma

didapatkan yang pernah mendapatkan trauma sejumlah 38 orang (35.8%) dan yang tidak

48

Page 49: Pene FIX Kel 10revisi Terbaru-3

pernah sejumlah 68 orang (35.8%). Berdasarkan riwayat olahraga, didapatkan yang

melakukan olahraga tidak berisiko sejumlah 70 orang (66%) dan berisiko sejumlah 36

orang (34%). Hasil sebaran diatas berbeda dengan yang didapatkan dari penelitian oleh

FKM UNAIR tahun 2014 dimana didapatkan responden yang obesitas sebanyak 39 orang

(60%) dan tidak obesitas sebanyak 19 orang (29,7%). Responden yang berjenis kelamin

perempuan sebanyak 39 orang (60,9%) dan laki-laki sebanyak 25 orang (39,1%).

Responden yang telah didiagnosis Osteartritis sebanyak 32 orang (50%) dan tidak

Osteoartritis sebanyak 32 orang (50%). Untuk responden dengan aktivitas olahraga

berisiko sebanyak 7 orang (10,9%) dan olahraga tidak berisiko sebanyak 57 orang

(89,1%). Menurut penelitian yang dilakukan di Delhi, India oleh All India Institute of

Medical Science tahun 2010 menyatakan responden berumur 60-64 tahun sebanyak 283

orang (57,1%) dari total sampel lansia sebanyak 496 orang. Perbedaan hasil sebaran ini

dikarenakan perbedaan jumlah sampel penelitian dan distribusi sampel di wilayah yang

diteliti.

5.3. Hubungan antara jenis kelamin dengan kejadian Osteoartritis pada lansia di

Wilayah kerja Puskesmas Kelurahan palmerah 1 tanggal 20 - 22 oktober 2015

Berdasarkan tabel 4.2.1 Hasil penelitian didapatkan ada hubungan antara jenis

kelamin dengan kejadian Osteoartritis pada lansia di Wilayah kerja Puskesmas Kelurahan

palmerah 1 tanggal 20 - 22 oktober 2015, dengan nilai P=0.014 sehingga hipotesis nol

adalah ditolak. Jenis kelamin terbukti sebagai faktor yang mempengaruhi kejadian

ostearthritis. Hal ini sama dengan penelitian dari Departemen FKM UNAIR pada tahun

2014 yang menunjukkan adanya hubungan jenis kelamin dengan Osteoartritis (p=0.005).

Berdasarkan hasil penelitian dari University of British Columbia pada tahun 2008 ternyata

ada trend dimana penderita osteoartritis pada wanita dan pria cenderung meningkat. Dari

data yang diambil dari tahun 1997-2004 dimana wanita memiliki kenaikan dari 13.9 per

1000 orang menjadi 17.4 per 1000 orang dan laki-laki dari 10.5 per 1000 orang menjadi

12.2 per 1000 orang. Trend kenaikan ini menurut hasil analisis dikarenakan selain angka

harapan hidup yang tinggi juga dikarenakan faktor obesitas dan perubahan hormonal.

Menurut riset dari WHO sendiri menunjukkan angka obesitas terbesar didapatkan pada

perempuan 14% dan laki-laki 10% didunia pada tahun 2008. Menurut data dari

RISKESDAS 2013 terdapat trend kenaikan penderita obesitas yaitu laki-laki 19,7% dan

perempuan 32,9%. Dari hasil penelitian kami didapatkan bahwa perempuan yang obesitas

memiliki prevalensi sebesar 28,3% atau 30 responden dan laki-laki yang memiliki

49

Page 50: Pene FIX Kel 10revisi Terbaru-3

obesitas sebesar 10,4% atau 11 responden, dimana yang terkena osteoartritis pada

perempuan obesitas berjumlah 26 responden (24,5%) dan pada laki-laki obesitas

berjumlah 6 responden (0.5%). Hal ini menegaskan perbedaan jumlah penderita yang

obesitas pada perempuan dan laki-laki yang signifikan dimana kami meyakini bahwa

salah satu faktor perempuan terkena osteoartritis selain perubahan hormonal adalah

obesitas (p=0.006). Hal ini sama dengan penelitian dari The Indian Journal of Medical

pada tahun 2013 (p=0.001), dimana dijelaskan bahwa perempuan obesitas memiliki

resiko terkena osteoartritis dengan penjelasan bahwa seiring naiknya 5 unit IMT akan

berhubungan dengan naiknya faktor resiko terkena osteartritis sebesar 35%.

5.4.Hubungan antara usia lanjut dengan kejadian Osteoartritis pada lansia di Wilayah

kerja Puskesmas Kelurahan palmerah 1 tanggal 20 - 22 oktober 2015.

Berdasarkan tabel 4.2.1 Hasil penelitian tidak didapatkan ada hubungan antara usia

lanjut dan osteoartritis di Wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Palmerah 1 tanggal 20 –

22 Oktober 2015, dengan nilai P=0.266 sehingga hipotesis nol adalah gagal ditolak. Usia

diantara lansia tidak terbukti sebagai faktor yang mempengaruhi kejadian Ostearthritis.

Hasil ini sama dengan penelitian dari All India Institute of Medical Sciences di India

tahun 2010 yang menyatakan bahwa diantara orang usia lanjut factor usia tidak

mempengaruhi kejadian Osteoartritis P=0.34. Hubungan antara usia lanjut sendiri dengan

kejadian osteoartritis juga memiliki trend dimana setiap tahunnya mengalami kenaikan,

menurut penelitian dari University of British Columbia tahun 2008 didapatkan bahwa dari

tahun 1997-2004 terdapat kenaikan prevalensi lansia dari 14,7% menjadi 16,7% tapi, hal

ini dianggap tidak terlalu signifikan.

5.5. Hubungan antara obesitas dengan kejadian Osteoartritis pada lansia di Wilayah

kerja Puskesmas Kelurahan palmerah 1 tanggal 20 - 22 oktober 2015

Berdasarkan tabel 4.2.1 Hasil penelitian didapatkan ada hubungan yang bermakna

antara indeks massa tubuh dengan kejadian Osteoartritis pada lansia di Wilayah kerja

Puskesmas Kelurahan palmerah 1 tanggal 20 - 22 oktober 2015, dengan nilai P = 0.012

sehingga, hipotesis nol adalah Ditolak. Indeks massa tubuh terbukti sebagai salah satu

faktor yang berpengaruh terhadap kejadian ostearthritis. Hasil ini juga sama dengan hasil

penelitian yang diperoleh dari Departemen epidemiologi UNAIR pada tahun 2014 yang

menunjukkan hasil kolerasi positif antara indeks massa tubuh dengan kejadian

50

Page 51: Pene FIX Kel 10revisi Terbaru-3

Osteoarthritis yang menunjukkan semakin tinggi indeks massa tubuh semakin tinggi

kejadian Ostearthritis, dimana indeks massa tubuh pada lansia P=0.001, begitu juga sama

dengan hasil penelitian dari staf UNDIP dimana didapatkan P=0.016. Seperti yang sudah

dijelaskan di bab 5.3 bahwa insiden obesitas terbanyak didapatkan pada perempuan

dengan resiko setiap kenaikan 5 unit IMT akan menaikan resiko terkena osteoartritis

sebesar 5%.

5.6.Hubungan antara Olahraga dengan kejadian Osteoartritis pada lansia di Wilayah

kerja Puskesmas Kelurahan palmerah 1 tanggal 20 - 22 oktober 2015

Berdasarkan tabel 4.2.1 Hasil penelitian didapatkan tidak ada hubungan antara

pekerjaan dan kejadian Osteoartritis pada lansia di Wilayah kerja Puskesmas Kelurahan

palmerah 1 tanggal 20 - 22 oktober 2015, dengan nilai P=0.456 sehingga, hipotesis nol

gagal ditolak. Hasil ini juga sama dengan penelitian dari Department of Medicine,

Stanford University di Kalifornia tahun 2008 yang menyatakan bahwa olahraga tidak

terbukti sebagai faktor resiko osteoartritis P=0.25. Penelitian ini sama dengan penelitian

dari Departemen FKM UNAIR mendapatkan P=0.919 dimana olahraga tidak terbukti

sebagai faktor risiko Osteoartritis.

5.7.Hubungan antara Pekerjaan dengan kejadian Osteoartritis pada lansia di Wilayah

kerja Puskesmas Kelurahan palmerah 1 tanggal 20 - 22 oktober 2015

Berdasarkan tabel 4.2.1 Hasil penelitian didapatkan tidak ada hubungan antara

pekerjaan dan kejadian Osteoartritis pada lansia di Wilayah kerja Puskesmas Kelurahan

palmerah 1 tanggal 20 - 22 oktober 2015, dengan nilai P=0.272 sehingga hipotesis nol

adalah gagal ditolak. Pekerjaan tidak terbukti sebagai faktor yang mempengaruhi kejadian

Osteoartritis. Hasil ini sama dengan Departemen FKM UNAIR dimana pekerjaan tidak

terbukti sebagai faktor yang mempengaruhi osteoartritis P=0.919 tetapi, berbeda dengan

penelitian dari Eva ageberg dkk yang menyatakan melakukan pekerjaan berisiko

meningkatkan kemungkinan Osteartritis terlebih pada perempuan P=0.0003. Hal ini

dikarenakan perbedaan jumlah sampel yang digunakan.

5.8.Hubungan antara riwayat cedera sendi dengan kejadian Osteoartritis pada lansia di

Wilayah kerja Puskesmas Kelurahan palmerah 1 tanggal 20 - 22 oktober 2015

51

Page 52: Pene FIX Kel 10revisi Terbaru-3

Berdasarkan tabel 4.2.1 Hasil penelitian didapatkan tidak ada hubungan antara trauma

dan kejadian Osteoartritis pada lansia di Wilayah kerja Puskesmas Kelurahan palmerah 1

tanggal 20 - 22 oktober 2015, dengan nilai P=0.012 sehingga hipotesis nol adalah ditolak.

Trauma terbukti sebagai faktor yang menyebabkan Osteoartritis. Hal ini sama dengan

penelitian dari Martin Englund dkk yang menyebutkan trauma merupakan salah satu

faktor resiko yang menyebabkan Osteartritis (P=0.001) pada tahun 2008. Hal ini

ditambahkan dengan penelitian dari silverwood dkk pada tahun 2014 dimana didapatkan

trauma merupakan salah satu faktor yang signifikan akan kejadian Osteoartritis OR 2.83,

95% CI 1.91-4.19. Menurut penelitian di Inggris oleh Kelli Allen mengatakan bahwa

trauma adalah salah satu faktor resiko mayor terjadinya osteoartritis karena meningkatnya

angka kecelakaan didunia. Menurut WHO pada tahun 2010 angka kecelakaan yang ada

sekarang ini memiliki prevalensi 77% dan yang menyebabkan disabilitas 85%, angka ini

diperikarakan akan meningkat tiap tahunnya. Sehingga, akan meningkatkan trend dari

osteoartritis itu sendiri. Menurut data dari RISKESDAS 2013 dikatakan bahwa prevalensi

terjatuh di Indonesia sebesar 40,9% dan yang menyebabkan cedera sebesar 8,2%,

dikatakan bahwa jenis kelamin laki-laki memiliki prevalensi jatuh sebesar 35,7% dan

perempuan sebesar 49,3% dengan resiko cedera pada laki-laki sebesar 10,1% dan

perempuan sebesar 6,4%. Sebagai perbandingan dari data RISKESDAS 2007 memiliki

prevalensi jatuh sebesar 58% di Indonesia. Dari data tersebut dikatakan bahwa terjadi

penurunan angka prevalensi jatuh dari 58% ke 40,9%, hal ini dapat berjalan beriringan

dengan data yang didapatkan dari RISKESDAS 2007 dan 2013 sendiri dimana terjadi

penurunan angka kejadian penderita penyakit sendi dari 30,3% menjadi 24,7%. Dari data

diatas dapat disimpulkan trauma merupakan faktor resiko mayor terhadap kejadian

osteoartritis juga dengan tingginya angka cedera dan jatuh terlebih pada terbanyak pada

perempuan membuat perempuan sangat berisiko terkena osteoartritis selain faktor-faktor

resiko yang telah dijelaskan sebelumnya.

52

Page 53: Pene FIX Kel 10revisi Terbaru-3

Bab VI

Kesimpulan dan Saran

6.1. Kesimpulan

Dari hasil penelitian mengenai factor-faktor terhadap osteoarthritis serta hubungan

antara factor-faktor terhadap osteoarthritis pada lansia di RW 03, Kelurahan Palmerah 1,

Kecamatan Palmerah Jakarta Barat pada Periode Oktober 2015,dapat diambil kesimpulan :

Dari total 106 lansia di RW 03 Kelurahan Palmerah 1 didapatkkan distribusi osteoarthritis

lansia adalah usia 45 – 49 tahun sebanyak 15 responden (14,2%), umur 50 - 59 tahun

sebanyak 57 responden (53,8%), dan ≥ 60 tahun sebanyak 34 responden (32,1%).

Untuk variabel jenis kelamin, jenis kelamin yang terbanyak perempuan yaitu

sebanyak 71 responden (64,1%), untuk variabel usia kebanyakan usia 44-55 tahun sebanyak

31 responden (33,0%), untuk variabel obesitas kebanyakan responden tidak obesitas

sebanyak 65 responden (61,3%) , untuk olahraga kebanyakan responden tidak berolahraga

sebanyak 70 responden (66,6%), untuk konsumsi susu kebanyakan responden tidak konsumsi

susu sebanyak 54 responden (50,9%), untuk variabel pekerjaan kebanyakan pekerjaan

berisiko tinggi sebanyak 66 responden (62,3%) , untuk variabel riwayat trauma kebanyakan

tidak trauma sebanyak 68 responden (64,2%).

Dari hasil penelitian kami terdapat hubungan bermakna antara variabel jenis kelamin,

obesitas, dan riwayat trauma terhadap osteoartritis lansia dan tidak terdapat hubungan yang

bermakna antara variabel olahraga, konsumsi susu, dan pekerjaan, terhadap osteoarthritis

lansia.

6.2.Saran

6.2.1. Bagi Puskesmas Kelurahan Palmerah 1

Disarankan supaya Puskesmas agar senantiasa meningkatkan mutu pelayanannya

terutama dalam hal pelayanan kesehatan khususnya tentang penyakit osteoartritis melalui

program di posbindu kepada semua lansia.

6.2.2. Bagi Peneliti Selanjutnya

53

Page 54: Pene FIX Kel 10revisi Terbaru-3

1. Diharapkan dapat meneruskan penelitian ini agar dapat melihat perkembangan

faktor-faktor yang berhubungan dengan Osteoartritis terutama faktor-faktor yang

dapat diintervensi seperti, obesitas, cedera, pekerjaan, olahraga.

2. Diharapkan peneliti selanjutnya untuk menambahkan variabel independent dan

variabel dependent dalam penelitian mengenai Osteoartritis dan faktor-faktor yang

berhubungan.

3. Diharapkan peneliti selanjutnya untuk dapat memanfaatkan data penelitian ini

sebagai data dasar untuk penelitian selanjutnya mengenai Osteartritis dan faktor-

faktor yang berhubungan.

4. Diharapkan dapat meningkatkan hasil subjek penelitian agar hasil yang diperoleh

dapat secara tepat mewakili populasi yang lebih luas dan hasilnya dapat

digeneralisasikan untuk semua orang mengenai faktor-faktor yang berhubungan

dengan Osteoartritis.

6.2.3. Bagi Penduduk Lansia

Disarankan kepada semua penduduk lansia khususnya yang menderita penyakit

osteoartritis selalui mengikuti program posyandu lansia seperti olahraga dan senam lansia

terkhususnya yang obesitas agar dapat menurunkan berat badannya, serta pencegahan

terhadap keamanan diri terutama saat berkendara ataupun berjalan sehingga diharapkan lansia

tidak mengalami cedera atau trauma, dengan perubahan pola hidup yang baik diharapkan

penderita osteoartritis dapat memperlambat proses degenerasi tulang dan diharapkan semua

lansia harus berperan aktif dan mandiri dalam upaya meningkatkan derajat kesehatannya.

54

Page 55: Pene FIX Kel 10revisi Terbaru-3

Daftar Pustaka

1. Silverwood V, Blagojevic-Bucknall M, Jinks C, Jordan JL, Protheroe, Jordan KP. Current

evidence on risk factors for knee ostearthritis in older adult: asystematic review and meta-

analysis. Ostearthritis research society international.2015.h.507-515.

2. Zhang Y, Jordan JM. Epidemiology of osteoarthritis. Clin Geriatr Med. Edisi 3 volume 26.

2010.h.355-369.

3. Depkes RI. Pedoman pembinaan kesehatan usia lanjut Jakarta : Kementrian Kesehatan

Republik Indonesia ;1994.

4. Anggraini EN, Hendrati LY. Hubungan obesitas dan faktor-faktor pada individu dengan

kejadian ostearthritis genu. Jurnal berkala epidemiologi. Volume 2 nomor 1. Januari

2014.h.93-104.

5. Sumual AS, Danes VR, Lintong F. Pengaruh berat badan terhadap gaya gesek dan

timbulnya osteoarthritis pada orang di atas 45 tahun di RSUP PROF. DR. R. D. Kandou

Manado. Jurnal e-biomedik. Volume 1 nomor 1. Maret 2013.h.140-146.

6. Njoto I. Epidemiologi, patogenesis dan faktor resiko osteartritis. Jurnal Universitas Wijaya

Kusuma.Volume 31 Issue 1. June;2013.h.52-57.

7. Mohan V, Arifin HB, Kamaruddin K, Henry LJ. Prevalence of overweight and obesity in

patient with knee osteoarthiritis: a cross-sectional study. Hongkong Physiotherapy Journal.

2013.h.

8. World Health Organization. Definition of an older or elderly person.

http://www.who.int/healthinfo/survey/ageingdefnolder/en/ [diakses tanggal 18 Oktober

2015].

9. World Health Organization. 2014. Chronic rheumatic conditions.

http://www.who.int/chp/topics/rheumatic/en/ [diakses pada tanggal 8 April 2014].

10. Brashers, Valentina L. Aplikasi klinis patofisiologi pemeriksaan dan manajemen. Edisi 2.

Jakarta: EGC;2008.h.205-206.

11. Soeroso S., Isbagio H., Kalim H., Broto R., Pramudiyo R. . Buku ajar ilmu penyakit

dalam..Edisi IV. Jilid II . Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2006. h. 1195-

1201.

55

Page 56: Pene FIX Kel 10revisi Terbaru-3

12. Corwin, Elizabeth . Buku saku patofisiologi Corwin. Jakarta: EGC;2009.h.20-25.

13. Burns, Dennis K. Buku ajar patologi. Edisi 7. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC;

2007. h. 862-864.

14. Heidari B. Knee ostearthritis prevalence, risk factors, pathogenesis and features: part I.

caspian J intern med. Volume 2 nomor 2. 2011.h.205-212.

15. Triatmaja NT, Khomsan A, Dewi M. Asupan gizi, tekanan darah dan hubungannya

dengan keluhan sendi lansia di panti werdha bandung. Jurnal gizi dan pangan. Maret 2013.

Volume 8 nomor 1.h.25-32.

16. Turkmen F, Sever C, Toker EE, Erkocak OM. Ostearthritis: pathogenesis, risk factors and

current treatment option. European Journal of Medical Sciences Eur J Med Sci. Juni 2014;

volume 1 nomor 2.h.36-42.

17. Fernandez MM, Rego I, Carreira V, Blanco FJ. Genetics in ostearthritis. Current

genomics. 2008. Volume 9.h.542-547.

18. Clement ND. Is ostearthritis of the knee hereditary: a review of the literature. Hereditary

genetics. 2013. Volume 1.h.1-3.

19. Lu Bing, Dribban JB, Duryea J, Mcalindon T, Lapane KL, Eaton CB. Arthritis care res.

Juni 2014. Volume 6 nomor 66.h.801-809.

20. Mabey T, Honsawek S. Role of vitamin d in ostearthritis: molecular, cellular, and clinical

perspectives. International journal of endokrin.2015.h.1-14.

21. Englund M., Roos E.M., Roos H.P., Lohmander L.S. Patient-Relevant Outcomes

Fourteen Years after Meniscectomy: Influence of Type of Meniscal Tear and Size of

Resection. Rheumatology. Volume 40. 2001.h. 631 – 639.

22. Klippel John H., Dieppe Paul A., Brooks Peter, et al. Osteoarthritis. In :Rheumatology.

United Kingdom : Mosby – Year Book Europe Limited. Volume 2 nomor 1. 2004 : 2 – 10.

23. Oliveria S.A., Felson D.T., Reed J.L., et al. Incidence of Symptomatic Hand, Hip and

Knee Osteoarthritis among Patients in a Health. arthiritis and rheumatism. Volme 38 nomor

8. 2005.h.1134-1141.

24. Hunter DJ, Eckstein F. Exercise and osteoarthritis. Journal of anatomy. 2009.h.197-207.

25. Altman RD. Criteria for the classification of ostearthritis the knee and hip. Scandinavian

journal of rheumatology. Volume 16 nomor 65.h.31-39.

56

Page 57: Pene FIX Kel 10revisi Terbaru-3

26. Isbagio, Harry. CDK: Struktur Rawan Sendi dan Perubahannya pada Osteoartritis.

Cermin Dunia Kedokteran.2000.h.34-40.

27. Clinical review : The Orthopaedic Approach to Managing Osteoarthritis of the knee.

Dalam British Medical Journals 20 November 2004.329:1220-24.

57

Page 58: Pene FIX Kel 10revisi Terbaru-3

Lampiran

Lampiran 1

Surat Tugas ke RW 03 Oleh Kepala Puskesmas Kelurahan Palmerah 1

58

Page 59: Pene FIX Kel 10revisi Terbaru-3

Lampiran 2

KUESIONER PENELITIAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN

DENGAN KEJADIAN OSTEOARTRITIS USIA LANJUT DI WILAYAH KERJA

PUSKESMAS PALMERAH 1 KOTA JAKARTA TAHUN 2015

1. Identitas Responden

No. Responden :

Nama :

Tanggal Lahir :

Usia : tahun

Jenis Kelamin : (laki-laki/perempuan)

Alamat :

Tinggi Badan : cm

Berat Badan : cm

IMT :

3.Gejala Klinis

Gejala Ya Tidak

Nyeri sendi lutut,tangan ,pinggul,dan tulang

belakang

Kaku pagi hari <30 menit di sendi lutut,tangan,

pinggul,dan tulang belakang

Rasa gemeretak pada sendi

lutut,tangan,pinggul,dan tulang belakang

59

Page 60: Pene FIX Kel 10revisi Terbaru-3

Teraba hangat di sendi lutut,tangan,pinggul,dan

tulang belakang

Kemerahan di sendi lutut ,tangan,pinggul,dan

tulang belakang

Bengkak di sendi lutut,tangan,pinggul,dan tulang

belakang

2.Apakah bapak /ibu sering berolahraga?

o Ya (langsung pertanyaan no. 3)

o Tidak

3.Olahraga apa yang sering dilakukan bapak/ibu?

4. Apa pekerjaan bapak /ibu saat ini?

5.Apa pekerjaan bapak/ibu sebelumnya?

6.Sudah berapa lama bapak/ibu bekerja?

7.Apakah bapak/ibu pernah mengalami cedera/kecelakaan di sendi lutut,pinggul dan tangan?

o Ya(langsung pertanyaan no.8)

o Tidak

60

Page 61: Pene FIX Kel 10revisi Terbaru-3

Lampiran 3

Data SPSS

Analisis Univariat

Frequencies

Frequency Table

Kejadian Osteoartritis

Osteartritis

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid tidak 39 36.8 36.8 36.8

ya 67 63.2 63.2 100.0

Total 106 100.0 100.0

Jenis Kelamin

Jenis kelamin

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

L 36 34.0 34.0 34.0

P 70 66.0 66.0 100.0

Total 106 100.0 100.0

Usia Lanjut

Usia Lanjut

61

Page 62: Pene FIX Kel 10revisi Terbaru-3

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

pralansia 72 67.9 67.9 67.9

lansia 25 23.6 23.6 91.5

lansia berisiko 9 8.5 8.5 100.0

Total 106 100.0 100.0

Obesitas

Obesitas

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Tidak obesitas 65 61.3 61.3 61.3

Obesitas 41 38.7 38.7 100.0

Total 106 100.0 100.0

Olahraga

Olahraga

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid tidak 70 66.0 66.0 66.0

Ya 36 34.0 34.0 100.0

Total 106 100.0 100.0

Pekerjaan

Pekerjaan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

62

Page 63: Pene FIX Kel 10revisi Terbaru-3

Valid

Pekerjaan tidak berisiko 4 3.8 3.8 3.8

Berisiko rendah 36 34.0 34.0 37.7

Berisiko tinggi 66 62.3 62.3 100.0

Total 106 100.0 100.0

Riwayat Cedera Sendi

Riwayat Cedera Sendi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Tidak ada 68 64.2 64.2 64.2

Ada 38 35.8 35.8 100.0

Total 106 100.0 100.0

Penduduk dengan obesitas

Penduduk dengan obesitas

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

laki tidak obes 25 23.6 23.6 23.6

laki obes 11 10.4 10.4 34.0

perempuan tidak obes 40 37.7 37.7 71.7

perempuan obes 30 28.3 28.3 100.0

Total 106 100.0 100.0

Analisis Bivariat

Hubungan jenis kelamin dan kejadian Osteoartritis

Jenis kelamin * Osteartritis Crosstabulation

Count

Osteartritis

TotalTidak Iya

Jenis kelamin L 19 17 36

P 20 50 70

Total 39 67 106

63

Page 64: Pene FIX Kel 10revisi Terbaru-3

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 5.990a 1 .014

Continuity Correctionb 4.994 1 .025

Likelihood Ratio 5.909 1 .015

Fisher's Exact Test .019 .013

Linear-by-Linear

Association5.933 1 .015

N of Valid Casesb 106

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 13.25.

b. Computed only for a 2x2 table

Hubungan usia lanjut dan kejadian Osteartritis

Usia lanjut * Osteartritis Crosstabulation

Count

Osteartritis Total

Tidak Iya

umur_rev

pralansia 30 42 72

lansia 6 19 25

lansia berisiko 3 6 9

Total 39 67 106

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig.

(2-sided)

Pearson Chi-Square 2.541a 2 .281

Likelihood Ratio 2.647 2 .266

Linear-by-Linear

Association

1.428 1 .232

N of Valid Cases 106

a. 1 cells (16.7%) have expected count less than 5. The

minimum expected count is 3.31.

64

Page 65: Pene FIX Kel 10revisi Terbaru-3

Hubungan Obesitas dan kejadian Osteartritis

Obesitas * Osteartritis Crosstabulation

Count

Osteartritis

TotalTidak Iya

imt2 Tidak obesitas 30 35 65

Obesitas 9 32 41

Total 39 67 106

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 6.333a 1 .012

Continuity Correctionb 5.335 1 .021

Likelihood Ratio 6.583 1 .010

Fisher's Exact Test .014 .010

Linear-by-Linear Association 6.273 1 .012

N of Valid Casesb 106

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 15.08.

b. Computed only for a 2x2 table

Hubungan olahraga dan kejadian Osteartritis

Riwayat olahraga * Osteartritis Crosstabulation

Count

Osteartritis

Totaltidak ya

riwayat olahraga Tidak 24 46 70

Ya 15 21 36

Total 39 67 106

65

Page 66: Pene FIX Kel 10revisi Terbaru-3

Riwayat olahraga * Osteartritis Crosstabulation

Count

Osteartritis

Totaltidak ya

riwayat olahraga Tidak 24 46 70

Ya 15 21 36

Chi-Square Riwayat olahraga

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square .557a 1 .456

Continuity Correctionb .285 1 .594

Likelihood Ratio .553 1 .457

Fisher's Exact Test .525 .295

N of Valid Casesb 106

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 13.25.

b. Computed only for a 2x2 table

Hubungan pekerjaan dan kejadian Osteoartritis

Pekerjaan * Osteartritis Crosstabulation

Count

Osteartritis Total

Tidak Iya

Pekerjaan

Pekerjaan tidak berisiko 1 3 4

Berisiko rendah 17 19 36

Berisiko tinggi 21 45 66

Total 39 67 106

66

Page 67: Pene FIX Kel 10revisi Terbaru-3

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2-

sided)

Pearson Chi-Square 2.625a 2 .269

Likelihood Ratio 2.603 2 .272

Linear-by-Linear Association .998 1 .318

N of Valid Cases 106

a. 2 cells (33.3%) have expected count less than 5. The minimum

expected count is 1.47.

Hubungan riwayat cedera sendi dan kejadian Osteartritis

Riwayat Cedera Sendi * Osteartritis Crosstabulation

Count

Osteartritis

TotalTidak Iya

Trauma Tidak ada 31 37 68

Ada 8 30 38

Total 39 67 106

Chi-Square cedera sendi

Value Df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 6.310a 1 .012

Continuity Correctionb 5.299 1 .021

Likelihood Ratio 6.611 1 .010

Fisher's Exact Test .013 .010

Linear-by-Linear Association 6.251 1 .012

N of Valid Casesb 106

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 13.98.

b. Computed only for a 2x2 table

Hubungan penduduk yang obesitas dengan osteoartritis

67

Page 68: Pene FIX Kel 10revisi Terbaru-3

Penduduk yang obesitas * Osteartritis Crosstabulation

Count

Osteartritis Total

Tidak Iya

GENDEROBES

laki tidak obes 14 11 25

laki obes 5 6 11

perempuan tidak obes 16 24 40

perempuan obes 4 26 30

Total 39 67 106

Chi-Square Tests

Value Df Asymp. Sig. (2-

sided)

Pearson Chi-Square 11.597a 3 .009

Likelihood Ratio 12.606 3 .006

Linear-by-Linear Association 9.994 1 .002

N of Valid Cases 106

a. 1 cells (12.5%) have expected count less than 5. The minimum

expected count is 4.05.

68

Page 69: Pene FIX Kel 10revisi Terbaru-3

Lampiran 4 – Data Kuesioner

No NamaJenis

Kelamin Umur1 Iswanti P 522 Alipati L 583 Cahyono L 524 M. Ain L 465 Habib Azis L 566 Sutopo L 607 Karsih P 528 Andi Bambang L 579 Titi P 57

10 Katarina P 6011 Manisa P 5212 Puat P 5213 Tini P 5614 Suherman L 5715 Lagiman L 6616 Rakiyem P 5517 Beben L 4518 Abdul Akir L 5819 Maryati P 5020 Nunuk Kristinawati P 4821 Nanik P 5422 Asuroh P 5023 Tiharoh P 5024 Nurita P 4825 Rubiah P 6226 Sabri L 6427 Dianita P 5128 Fauzi L 5829 Andreas L 5130 Suhaemin L 6431 Imam L 5532 Jamilah P 6233 Anda L 5134 Ahim L 8235 Juhimi L 6536 Malisa P 7537 Juriah P 5638 Jumanten P 5839 Kono L 5540 ida Saida P 5741 Titin P 6242 Sumidar P 7043 ida S. P 55

69

Page 70: Pene FIX Kel 10revisi Terbaru-3

44 Misyatum P 6245 Sutrah P 5546 M. Rodi L 4647 Marseno L 5048 Ratomem P 7249 Rosmidar P 6950 Suhul L 5751 Sumiati P 5052 Sugiyah P 4853 M. Sidik L 5654 Mujenah P 5655 Sauti P 4856 Nurhami P 6257 Lusia Suharti P 5258 Tugirah P 5559 Surtima P 6260 Lili P 5461 H. Jaih L 7862 Hamdani L 5663 Lili P 5264 Agus Saifulah L 5665 Sugimin L 5866 Slamet R L 4867 Warmi P 5068 Abdul Kadir L 7169 Ade L 5570 Duryanto L 6071 Mulyadu L 4672 Mimin P 4673 Juju P 5874 Hamdah P 7575 Inem P 8176 M. Rodi L 4677 Sutrah P 5578 Suinem P 5579 Muhiyah P 5180 Sudarso L 5681 Munaya P 5082 Andi L 5383 Suparti P 5084 Tuti P 6585 Suhendra L 4786 Yoyo L 7087 Hanung L 6388 Inah P 5289 Kusmandar L 58

70

Page 71: Pene FIX Kel 10revisi Terbaru-3

90 Eneng P 6191 Supijem P 4992 Supiah P 5793 Sulastri P 6594 Yono L 6895 Kadri L 5596 Puat L 6497 Bisah P 4898 Idah P 6099 Omi P 65100 Tuinem P 55

101 Yusuf L 63

102 Roimah P 58

103 Jojo L 60

104 Kumirah P 54

105 Sodira P 60

106 Hajimin L 48

107 Pina P 55

108 Eti P 52

109 Budi L 58

110 Cahyono L 52

111 Suparto L 46

112 Samsudin L 56

113 Andre L 60

114 Mira P 52

115 Bambang L 57

116 Santi P 57

117 Kodijah P 60

118 Santa P 52

119 Ranti P 52

71

Page 72: Pene FIX Kel 10revisi Terbaru-3

120 Minah P 56

121 Suherman L 57

122 Parman L 66

123 Muniyah P 55

124 Bagas L 45

125 Abdul L 58

126 Maya P 50

127 Nuni P 48

128 Nini P 54

129 Asri P 50

130 Tiara P 50

131 Rita P 48

132 Rakiyah P 62

133 Sandoro L 64

134 Dian P 51

135 Fahran L 58

136 Acim L 51

137 Asep L 64

138 Haikal L 55

139 Jumirah P 62

140 Riyan L 51

141 Danang L 82

142 Alberto L 65

143 Minah P 75

144 Sandra P 56

14 Julianti P 58

72

Page 73: Pene FIX Kel 10revisi Terbaru-3

5146 Harmin L 55

147 Indah P 57

148 Sri yanti P 62

149 Samiroh P 70

150 Idah P 55

151 Masyaroh P 62

152 Sunkiyem P 55

153 Maulana L 46

154 Seno L 50

155 Romatun P 72

156 Lina P 69

157 Kasep L 57

158 Wartiana P 50

159 Desi P 48

160 Sidik L 56

161 Mudinah P 56

162 Solikati P 48

163 Nurhani P 62

164 Nuryanti P 52

165 Tumiroh P 55

166 Kartika P 62

167 Lindra P 54

168 Jamidah L 78

169 Hamzah L 56

170 Kina P 52

73

Page 74: Pene FIX Kel 10revisi Terbaru-3

171 Agung L 56

172 Sundoro L 58

173 Slamet L 48

174 Friska P 50

175 Amin L 71

176 Ade L 55

177 Dude L 60

178 Mulyono L 46

179 Suniyah P 46

180 Wasini P 58

181 Sarah P 75

182 Oslan P 81

183 Randa L 46

184 Maldiyanti P 55

185 Sumijah P 55

186 Mulyani P 51

187 Warsono L 56

188 Martini P 50

189 Cecep L 53

190 Zahra P 50

191 Triani P 65

192 Sulaiman L 47

193 Yodi L 70

194 Hamdah L 63

195 Lisa P 52

19 Waono L 58

74

Page 75: Pene FIX Kel 10revisi Terbaru-3

6197 Sendari P 61

198 Suminah P 49

199 Anisa P 57

200 Krinayanti P 65

201 Warto L 68

202 Hartono L 55

203 Taufan L 64

204 Nurah P 48

205 Nike P 60

206 Omijah P 65

207 Masani P 55

208 Yanto L 63

209 Rukiyah P 58

210 Januardi L 60

211 Lusiana P 54

212 Samirah P 60

213 Hanif L 48

214 Aminah P 50

215 Marsanti P 48

216 Robi L 61

217 Rahayu P 56

218 Ayu P 59

219 Narsani P 64

220 Martiyem P 50

221 Hartini P 47

75

Page 76: Pene FIX Kel 10revisi Terbaru-3

222 Gunawan L 52

223 Syamsul L 60

224 Dara P 56

225 Bara L 46

226 Samanta P 51

227 Lukas L 67

228 Kinara P 49

229 Haniyem P 69

230 Rama L 58

231 Junianti P 62

232 Sabrina P 46

233 Husi P 66

234 Suparman L 68

235 Parni P 56

236 Joko L 70

237 Suhendri L 53

238 Karsimin L 50

239 Minah P 49

240 Zunnaedah P 70

241 Neng P 47

242 Zulkarnaen L 52

243 Zulhelmi L 53

244 Santi P 49

245 Khairunisa P 50

246 Nabila P 48

24 Sartini P 56

76

Page 77: Pene FIX Kel 10revisi Terbaru-3

7248 Kartono L 60

249 Rukiyem P 54

250 Martina P 56

77