Bab I Pendahuluan 1.1 Latar belakang Persalinan lama pada setiap tahunnya menyebabkan 40.000 kematian maternal, juga merupakan morbiditas maternal saat persalinan yang paling sering muncul di pusat kesehatan seperti yang dikutip oleh Lila Amalia. Kematian maternal yang disebabkan oleh persalinan lama menjadi suatu hal yang perlu di tangani dengan baik agar tingkat kesejahteraan ibu dan bayi di Indonesia dapat tercapai serta menurunkan angka kematian ibu (AKI) di Indonesia. Kejadian komplikasi obstetrik terdapat pada sekitar 20 % dari seluruh ibu hamil. 1 Persalinan yang tidak ditangani dengan baik dapat menyebabkan proses persalinan tidak berjalan lancar sehingga lama persalinan lebih lama dari normal atau terjadi partus lama. Faktor-faktor yang mempengaruhi lamanya persalinan meliputi faktor ibu, faktor janin, dan faktor jalan lahir. Faktor ibu meliputi paritas, usia, dan his yang dipengaruhi oleh penyakit penyerta, kecemasan, dan kelelahan . Faktor janin meliputi malposisi dan malpresentasi, dan janin besar. 4 Sedangkan faktor jalan lahir meliputi Disproporsi Cephalopelvik (CPD). Adapun faktor lain yang berperan terhadap lamanya persalinan, yakni riwayat ANC ibu selama hamil. 5 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Bab I
Pendahuluan
1.1 Latar belakang
Persalinan lama pada setiap tahunnya menyebabkan 40.000 kematian maternal, juga
merupakan morbiditas maternal saat persalinan yang paling sering muncul di pusat kesehatan
seperti yang dikutip oleh Lila Amalia. Kematian maternal yang disebabkan oleh persalinan lama
menjadi suatu hal yang perlu di tangani dengan baik agar tingkat kesejahteraan ibu dan bayi di
Indonesia dapat tercapai serta menurunkan angka kematian ibu (AKI) di Indonesia.
Kejadian komplikasi obstetrik terdapat pada sekitar 20 % dari seluruh ibu hamil.1
Persalinan yang tidak ditangani dengan baik dapat menyebabkan proses persalinan tidak berjalan
lancar sehingga lama persalinan lebih lama dari normal atau terjadi partus lama. Faktor-faktor
yang mempengaruhi lamanya persalinan meliputi faktor ibu, faktor janin, dan faktor jalan lahir.
Faktor ibu meliputi paritas, usia, dan his yang dipengaruhi oleh penyakit penyerta, kecemasan,
dan kelelahan . Faktor janin meliputi malposisi dan malpresentasi, dan janin besar.4 Sedangkan
faktor jalan lahir meliputi Disproporsi Cephalopelvik (CPD). Adapun faktor lain yang berperan
terhadap lamanya persalinan, yakni riwayat ANC ibu selama hamil.5
Kejadian partus lama di RSIA Siti Fatimah, Makassar tahun 2006 adalah 74 kasus dari
2552 persalinan yaitu sekitar 2,89 % dari seluruh persalinan. Penelitian yang dilakukan
Soekiman di RS Mangkuyudan di Yogyakarta didapatkan bahwa dari 3005 kasus partus lama,
terjadi kematian pada bayi sebanyak 16,4 % (50 bayi), sedangkan pada ibu didapatkan 4
kematian.6
Di RSUD Ulin, Banjarmasin pada periode 1 Januari 1998 sampai dengan 31 Desember
2000 terdapat 5.165 persalinan. Sebagian besar persalinan terjadi pada paritas ke-1 (47%),
dengan kejadian partus normal sebesar 58 %. Primiparitas akan meningkatkan risiko partus lama
sebesar 2,06 kali bila dibandingkan multiparitas. Kejadian partus lama insidensi tertinggi pada
usia 19-35 tahun, dan pada paritas pertama dari seluruh kejadian partus lama.7 Dari angka ini,
angka kematian ibu yang disebabkan oleh persalinan lama adalah sebesar 6,3%. Penelitian oleh
1
Maria Olva pada tahun 2001 yang dilakukan di RSU Unit Swadana Kabupaten Subang, Jawa
Barat menyebutkan persalinan lama cenderung meningkat pada setiap tahunnya yaitu 50,9%
pada tahun 1999, 52,19% pada tahun 2000 sampai 56,71% pada tahun 2001.
Adapun faktor yang mempengaruhi persalinan lama berdasarkan dari penelitian Maria
Olva pada tahun 2001, faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan lama adalah usia, wanita
yang menjalani persalinan dalam usia kurang dari 20 tahun dan lebih dari 34 tahun beresiko
mengalami persalinan lama sebesar 1,33 kali lebih tinggi dibandingkan dengan wanita yang
melahirkan dalam rentang usia 20 sampai dengan 34 tahun. Paritas juga menjadi faktor yang
menyebabkan persalinan lama. Wanita yang belum pernah melahirkan dan yang telah melahirkan
lebih dari 3 kali beresiko engalami persalinan lama sebesar 1,32 kali. Wanita dengan disproposi
sefalo-pelvik cenderung mengalami persalinan lama sebesar 2,04 kali dibandingkan wanita yang
tidak disproposi sefalo-pelvik. Wanita dengan penyakit penyerta seperti Diabetes Mellitus (DM)
beresiko mengalami persalinan lama sebesar 5,65 kali lebih tinggi dibandingkan dengan yang
tidak memiliki penyakit penyerta. Adanya kelainan letak janin cenderung mengalami persalinan
lama 2,11 kali. Ibu yang melahirkan bayi kembar beresiko mengalami persalinan lama sebesar
4,94 kali.
Data yang dikeluarkan oleh Puskesmas Kelurahan Tanjung Duren Selatan 2012
menunjukkan prevalensi persalinan lama sebesar 64,30% sedangkan target yang ditetapkan oleh
Puskesmas Kelurahan Tanjung Duren Selatan adalah untuk mendapatkan penurunan ibu hamil
dengan persalinan lama sebesar 50,60%. Karena tingginya angka persalinan lama pada ibu, maka
peneliti melakukan penelitian untuk mengetahui hubungan faktor – faktor yang mempengaruhi
persalinan lama karena belum ada data dan penelitian yang dilakukan berhubungan dengan
lamanya persalinan dan faktor – faktor lain berhubungan di Kelurahan Tanjung Duren Selatan
tahun 2013.
1.2 Rumusan Permasalahan
1. Tingginya kejadian partus lama di Indonesia. Di RSIA Siti Fatimah, Makassar tahun
2006 adalah 74 kasus dari 2552 persalinan yaitu sekitar 2,89 % dari seluruh persalinan.
2
2. Persalinan yang lama menyebabkan kematian bayi dan ibu, hal ini meningkatkan angka
kematian ibu (AKI) di Indonesia.
3. Primiparitas akan meningkatkan risiko partus lama sebesar 2,06 kali bila dibandingkan
multiparitas. Kejadian partus lama insidensi tertinggi pada usia 19-34 tahun, dan pada
paritas pertama dari seluruh kejadian partus lama.
4. Masih tingginya angka persalinan yang dialami oleh wanita usia dibawah 20 tahun.
5. Wanita dengan disproposi sefalo-pelvik karena tinggi badan yang kuran dari 145cm
cenderung mengalami persalinan lama sebesar 2,04 kali dibandingkan wanita dengan
tinggi badannya lebih dari 145 cm
6. Wanita dengan penyakit penyerta seperti Diabetes Mellitus (DM) beresiko mengalami
persalinan lama sebesar 5,65 kali lebih tinggi dibandingkan dengan yang tidak memiliki
penyakit penyerta.
7. Adanya kelainan letak janin cenderung mengalami persalinan lama 2,11 kali.
8. Ibu yang melahirkan bayi kembar beresiko mengalami persalinan lama sebesar 4,94 kali
9. Target penurunaan prevalensi persalinan lama di kelurahan Tanjung Duren Selatan belum
tercapai.
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan umum
Diperoleh gambaran lama persalinan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi di wilayah
kerja Puskesmas kelurahan Tanjung Duren Selatan pada periode 22 Januari 2013 sampai dengan
periode 15 Febuari 2013.
1.3.2 Tujuan khusus
a) Diketahuinya distribusi lama persalinan di wilayah kerja Puskesmas kelurahan Tanjung
duren Selatan, Jakarta Barat pada periode Januari 2013 sampai dengan periode Februari
2013.
3
b) Diketahuinya distribusi tindakan akhir persalinan di wilayah kerja Puskesmas kelurahan
Tanjung duren selatan pada periode Januari 2013 sampai dengan periode Februari 2013.
c) Diketahuinya distribusi rata- rata waktu persalinan di wilayah kerja Puskesmas kelurahan
Tanjung duren selatan pada periode Januari 2013 sampai dengan periode Februari 2013.
d) Diketahuinya distribusi paritas, usia, tinggi badan, berat badan lahir, penolong persalinan dan
riwayat ANC ibu di wilayah kerja Puskesmas kelurahan Tanjung duren selatan periode
Januari 2013 sampai dengan periode Februari 2013.
e) Diketahuinya hubungan antara usia ibu pada saat melahirkan dengan lama persalinan di
wilayah kerja Puskesmas kelurahan Tanjung duren selatan pada periode Januari 2013 sampai
dengan periode Februari 2013.
f) Diketahuinya hubungan antara paritas dengan lama persalinan di wilayah kerja Puskesmas
kelurahan Tanjung duren selatan pada periode Januari 2013 sampai dengan periode Februari
2013.
g) Diketahuinya hubungan antara tinggi badan ibu dengan lama persalinan di wilayah kerja
Puskesmas kelurahan Tanjung duren selatan pada periode Januari 2013 sampai dengan
periode Februari 2013.
h) Diketahuinya hubungan antara berat badan lahir dengan lama persalinan di wilayah kerja
Puskesmas kelurahan Tanjung duren selatan pada periode Januari 2013 sampai dengan
periode Februari 2013.
i) Diketahuinya hubungan antara penolong persalinan dengan lama persalinan di wilayah kerja
Puskesmas kelurahan Tanjung duren selatan pada periode Januari 2013 sampai dengan
periode Februari 2013.
j) Diketahuinya hubungan antara riwayat ANC ibu dengan lama persalinan di wilayah kerja
Puskesmas kelurahan Tanjung duren selatan pada periode Januari 2013 sampai dengan
periode Februari 2013.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1. Manfaat Bagi Peneliti
a) Menerapkan dan mengembangkan ilmu yang didapat saat kuliah
b) Meningkatkan kemampuan berkomunikasi langsung dengan masyarakat
4
c) Mengembangkan kemampuan untuk berpikir kritis
d) Menumbuhkan minat dan pengetahuan mengenai penelitian
e) Melatih kerjasama tim
1.4.2. Manfaat Bagi Perguruan Tinggi
a) Merealisasikan Tri Dharma Perguruan Tinggi dalam melaksanakan fungsi atau
tugas perguruan tinggi sebagai lembaga yang menyelenggarakan pendidikan,
penelitian dan pengabdian masyarakat.
b) Memperkenalkan Fakultas Kedokteran UKRIDA sebagai masyarakat ilmiah
dalam peran sertanya di bidang kesehatan
c) Data awal untuk penelitian-penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan
lamanya persalinan.
1.4.3. Manfaat Bagi Masyarakat
a) Sebagai masukan untuk bahan informasi dalam upaya peningkatan derajat
kesehatan dan penelitian selanjutnya.
b) Menambah pengetahuan masyarakat mengenai faktor – faktor risiko yang
mempengaruhi lamanya persalinan.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Persalinan Normal
Definisi persalinan normal menurut WHO adalah persalinan yang dimulai secara
spontan, beresiko rendah pada awal persalinan dan tetap demikian selama proses persalinan.
Bayi dilahirkan secara spontan dalam presentasi belakang kepala pada usia kehamilan antara 37
hingga 42 minggu lengkap. Setelah persalinan ibu maupun bayi berada dalam kondisi sehat.1
2.2. Tahapan Persalinan
Tahapan dalam persalinan di bagi menjadi 3 kala yaitu : 2,3,4,5
2.2.1. Kala I (kala pembukaan)
Persalinan kala I adalah kala pembukaan yang berlangsung antara pembukaan nol
sampai pembukaan lengkap. Pada permulaan his, kala pembukaan berlangsung tidak begitu kuat
sehingga parturien masih dapat berjalan-jalan. Lamanya kala I untuk primigravida berlangsung
12 jam sedangkan multigravida sekitar 8 jam. Berdasarkan kurve Friedmen, diperhitungkan
pembukaan primigravida 1 cm/jam dan pembukaan multigravida 2 cm/jam. Dengan perhitungan
tersebut maka waktu pembukaan lengkap dapat diperkirakan.3-5
Tanda-tanda persalinan atau inpartu:
Rasa sakit adanya his yang datang lebih kuat, sering dan teratur.
Keluar lendir bercampur darah (show) yang lebih banyak karena robekan kecil pada
servik.
Servik mulai membuka (dilatasi) dan mendatar (effacement)
2.2.2 Kala II Persalinan (Kala Pengeluaran Janin)
Tahap ini berawal saat pembukaan serviks telah lengkap dan berakhir dengan
keluarnya janin. Median durasinya adalah 50 menit untuk nulipara dan 20 menit untuk multipara.
Pada wanita dengan paritas tinggi yang vagina dan perineumnya sudah melebar, dua atau tiga
6
kali usaha mengejan setelah pembukaan lengkap mungkin cukup untuk mengeluarkan janin.
Sebaliknya pada seorang wanita dengan panggul sempit atau janin besar atau dengan kelainan
gaya ekspulsif akibat anesthesia regional maka kala II dapat sangat memanjang.2-5
Gejala utama kala II adalah :
a. Ibu merasakan ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi.
b. Ibu meraskan adanya peningkatan tekanan pada rektum atau vagina.
c. Perineum menonjol.
d. Vulva vagina dan sfingter ani membuka.
e. Meningkatnya pengeluaran lendir bercampur darah.
Tanda pasti kala II ditentukan melalui periksa dalam (informasi obyektif) yang hasilnya :
a. Pembukaan serviks telah lengkap dengan dipimpin mengedan.
b. Terlihatnya bagian kepala bayi melalui introitus vagina.
2.2.3 Kala III (kala uri)
Dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta, yang berlangsung tidak
lebih dari 30 menit.
Tanda-tanda lepasnya plasenta :
- Uterus terdorong ke atas
- Tali pusat bertambah panjang
- Terjadinya perdarahan tiba-tiba
- Uterus menjadi bundar
2.2.4 Kala IV (kala pengawasan)
Dimulai dari lahirnya plasenta sampai 2 jam post partum.
2.3 Persalinan Lama
Persalinan lama adalah persalinan yang berlangsung lebih dari 24 jam pada primipara dan
lebih dari 18 jam pada multipara. 2-5
7
Lama Persalinan berdasarkan kala:
a. Kala I fase laten pada primipara 8 - 9 jam tetapi tidak lebih dari 20 jam. Pada
multipara dan grandemultipara adalah 5 - 14 jam.
b. Kala II pada primipara 1 - 2 jam. Pada multipara dan grandemultipara 2 jam.
c. Kala III pada primipara atau multipara dan grandemultipara 5 menit – 2jam.
Persalinan lama menurut kamus kedokteran didefinisikan secara menyeluruh yaitu
persalinan yang memerlukan waktu lebih dari 24 jam pada primigravida dan lebih dari 18 jam
pada multigravida dan grandemultipara, terhitung dari mulai keluarnya lendir darah yang
merupakan indikasi terjadinya pembukaan serviks pertama kali hingga bayi keluar. Sedangkan
menurut friedman, persalinan lama terjadi bila terjadi perpanjangan waktu pada kala 1 dengan
atau perpanjangan waktu pada kala 2. Berdasarkan kurva Friedman, kala 1 pada persalinan
pertama berlangsung lebih dari 20 jam, dan pada persalinan kedua dan seterusnya berlangsung
lebih dari 14 jam.
Pemanjangan kala 2 pada proses persalinan primipara terjadi jika prosesnya berlangsung lebih
2jam, pada multigravida dan grandemultigravida lebih dari 1 jam.
Diagnosa persalinan lama ditentukan dari:
Total waktu yang diperlukan untuk melakukan proses persalinan pada kala 1 dan 2 yang
lebih dari pada seharusnya
Kala 1 yang memanjang lebih daripada seharusnya
Kala 2 yang memanjang lebih dari seharusnya
2.4 Bahaya Partus Lama
2.4.3 Bahaya bagi ibu
Partus lama menimbulkan efek berbahaya baik terhadap ibu maupun anak.
Beratnya cedera meningkat dengan semakin lamanya proses persalinan, resiko tersebut naik
dengan cepat setelah waktu 24 jam. Terdapat kenaikan pada insidensi atonia uteri, laserasi,
perdarahan, infeksi, kelelahan ibu dan shock. Angka kelahiran dengan tindakan yang tinggi
semakin memperburuk bahaya bagi ibu. 2,3,4,6
8
2.4.4 Bahaya bagi janin
Semakin lama persalinan, semakin tinggi morbiditas serta mortalitas janin dan
semakin sering terjadi keadaan berikut ini :2-4
Asfiksia akibat partus lama itu sendiri
Trauma cerebri yang disebabkan oleh penekanan pada kepala janin
Cedera akibat tindakan ekstraksi dan rotasi dengan forceps yang sulit
Pecahnya ketuban lama sebelum kelahiran. Keadaan ini mengakibatkan
terinfeksinya cairan ketuban dan selanjutnya dapat membawa infeksi paru-
paru serta infeksi sistemik pada janin.
Sekalipun tidak terdapat kerusakan yang nyata, bayi-bayi pada partus lama
memerlukan perawatan khusus. Sementara pertus lama tipe apapun membawa akibat
yang buruk bayi anak, bahaya tersebut lebih besar lagi apalagi kemajuan persalinan
pernah berhenti. Sebagian dokter beranggapan sekalipun partus lama meningkatkan
resiko pada anak selama persalinan, namun pengaruhnya terhadap perkembangan bayi
selanjutnya hanya sedikit. Sebagian lagi menyatakan bahwa bayi yang dilahirkan melalui
proses persalinan yang panjang ternyata mengalami defisiensi intelektual sehingga
berbeda jelas dengan bayi-bayi yang lahir setelah persalinan normal.7
2.5 Etiologi
Durasi persalinan dipengaruhi oleh power (tenaga mengedan), passage (jalan
lahir), dan passenger (faktor janin), juga faktor psikologis ibu, yang dapat mempengaruhi
lamanya kala I, II maupun kala III. Sering ada satu atau lebih faktor untuk terjadinya persalinan
lama, yaitu: 2-8
1. Adalah faktor psikis seperti: Perasaan takut, cemas, khawatir, dan tegang
sehingga dapat mempengaruhi kontraksi uterus yang pada akhirnya dapat
menyebabkan persalinan lama.
2. Kegagalan power (kekuatan ibu)
Kontraksi uterus yang tidak efisien (hypotonik atau hypertonik), faktor yang
mempengaruhi adalah anemia dapat menghambat efektifitas kontraksi uterus
9
dan dapat mengarah pada atonia uteri seperti, persalinan dengan induksi khusus
pada serviks belum matang, pemberiaan sedativa berlebihan atau terlalu dini,
ketidakmampuan mengedan, dan penyakit yang diderita ibu.
3. Kegagalan passage (jalan lahir)
Ibu hamil pertama sangat membutuhkan perhatian khusus. Luas panggul ibu
dan besar kepala janin mungkin tidak proporsional, dalam hal ini ada dua
kemungkinan yang terjadi iaitu saama ada panggul ibu sebagai jalan lahir
ternyata sempit dengan janin / kepala tidak besar atau panggul ibu ukuran
normal tetapi anaknya besar / kepala besar.
4. Kelainan passenger (janin)
2.6 Faktor resiko
2.6.1 Paritas
Seorang wanita yang pernah melahirkan bayi yang dapat hidup. Paritas adalah jumlah
janin dengan berat badan lebih dari atau sama dengan 500 gram yang pernah dilahirkan, hidup
maupun mati.2-10
Paritas mempengaruhi durasi persalinan dan insiden komplikasi. Pada multipara
dominasi fundus uteri lebih besar dengan kontraksi uterus lebih besar dengan kontraksi lebih
kuat dan dasar panggul yang lebih rileks sehingga bayi lebih mudah melalui jalan lahir dan
mengurangi lama persalinan. Namun pada grand multipara, semakin semkin banyak jumlah
janin, persalinan secara progresif lebih lama. Hal ini diduga akibat keletihan pada otot-otot
uterus .9
Tingkatan paritas antara lain :
1. Primipara adalah seorang wanita yang pernah melahirkan bayi hidup untuk
pertama kali. Pada primi kala I mengalami fase serviks mendatar (effacement)
dulu baru dilatasi, berlangsung 13-14 jam. Pada kala II (kala pengeluaran janin)
berlangsung 1 jam.
2. Multipara adalah wanita yang pernah melahirkan bayi viable beberapa kali
(sampai 5 kali). Pada kala I mengalami fase mendatar dan membuka bisa
bersamaan lamanya 6-7 jam. Pada kala II berlangsung 1/2 jam.
3. Grandemultipara adalah wanita yang pernah melahirkan bayi 6 kali atau lebih
10
hidup atau mati.
Pada seorang wanita yang mempunyai paritas lebih tinggi dengan vagina dan perineum
yang lemas, untuk menyelesaikan kelahiran bayi cukup membutuhkan dua atau tiga daya dorong
setelah pembukaan servik lengkap sehingga jika terjadi persalian lama, merupakan akibat
pemanjangan waktu pada kala 1.2,9,11
Hasil analisis risiko paritas terhadap kejadian partus lama pada penelitian yang dilakukan
di RSIA Siti Fatimah Makasar tahun 2006 oleh Dhika Indriyani dari fakultas kesehatan
masyarakat Universitas Hasanudin memperlihatkan nilai OR= 3,441 (95% CI:
1,992<OR<6,159). Ini berarti bahwa ibu dengan paritas 1 memiliki risiko mengalami partus lama
3,441 kali lebih besar dibandingkan dengan paritas >1dan bermakna secara statistik. Ibu paritas 1
cendrung lebih lama mengalami pembukaan lengkap dibanding ibu dengan paritas >1.
Penelitian Siti Mulidah di Kabupaten Purworejo tahun 2002 bahwa ibu dengan paritas I
cenderung lebih besar risikonya mengalami partus lama sebesar 3,45 kali dan bermakna secara
statistik.
2.6.2 Cephalopelvic Dispoportion2-9
Disproporsi sefalopelvik adalah keadaan yang menggambarkan ketidaksesuaian
antara kepala janin dan panggul ibu sehingga janin tidak dapat keluar melalui vagina.
Disproporsi sefalopelvik disebabkan oleh panggul sempit, janin yang besar ataupun kombinasi
keduanya. Oleh karena itu, CPD merupakan salah satu faktor resiko yang mempengaruhi lama
persalinan pada kala II.
a. Panggul Sempit2-5,7
Distosia adalah persalinan yang sulit dan ditandai oleh terlalu lambatnya
kemajuan persalinan. Distosia dapat disebabkan oleh kelainan pada servik, uterus,
janin, tulang panggul ibu atau obstruksi lain di jalan lahir. Panggul dengan
ukuran normal tidak akan mengalami kesukaran kelahiran pervaginam pada janin
dengan berat badan yang normal.. Panggul sempit yang penting pada obstetric
bukan sempit secara anatomis namun panggul sempit secara fungsional artinya
11
perbandingan antara kepala dan panggul. Selain panggul sempit dengan ukuran
yang kurang dari normal, juga terdapat panggul sempit lainnya.
Setiap penyempitan pada diameter panggul yang mengurangi kapasitas
panggul dapat menyebabkan distosia saat persalinan. penyempitan dapat terjadi
pada pintu atas panggul, pintu tengah panggul, pintu bawah panggul, atau panggul
yang menyempit seluruhnya.
Ibu bertubuh pendek < 145 cm yang biasanya berkaitan dengan kemungkinan
panggul sempit. Tinggi badan Ibu < 145 cm terjadi ketidakseimbangan antara luas
panggul dan besar kepala janin.1,10 Sebagian besar kasus partus lama disebabkan
oleh tulang panggul ibu terlalu sempit sehingga tidak mudah dilintasi kepala bayi
waktu bersalin. Proporsi wanita dengan rongga panggul yang sempit menurun
dengan meningkatnya tinggi badan, persalinan macet yang disebabkan panggul
sempit jarang terjadi pada wanita tinggi. Penelitian di Nigeria Utara dari seluruh ibu
yang mengalami persalinan macet, proporsi wanita dengan panggul sempit memiliki
tinggi badan < 145 cm sebesar 40%, tinggi badan 150 cm sebesar 14% dan tinggi
badan 160 cm sebesar 1%.
b. Janin yang besar4,6,9
Normal berat neonatus pada umumnya <4000gram dan jarang ada yang
melebihi 5000gram. Berat badan neonatus lebih dari 4000 gram dinamakan bayi
besar. Frekuensi berat badan lahir lebih dari 4000 gram adalah 5,3%, dan berat
badan lahir yang melihi 4500gram adalah 0,4%. Faktor keturunan memegang
peranan penting sehingga dapat terjadi bayi besar. Janin besar biasanya juga dapat
dijumpai pada ibu yang mengalami diabetes mellitus. Selain itu, yang dapat
menyebabkan bayi besar adalah ibu hamil yang makan banyak, namun hal
tersebut masih diragukan. Untuk menentukan besarnya janin secara klinis
bukanlah merupakan suatu hal yang mudah. Kadang-kadang bayi besar baru dapat
kita ketahui apabila selama proses melahirkan tidak terdapat kemajuan sama
sekali pada proses persalinan normal dan biasanya disertai oleh keadaan his yang
12
tidak kuat. Untuk kasus seperti ini sangat dibutuhkan pemeriksaan yang teliti
untuk mengetahui apakah terjadi sefalopelvik disproporsi. Selain itu, penggunaan
alat ultrasonic juga dapat mengukur secara teliti apabila terdapat bayi dengan
tubuh besar dan kepala besar. Pada panggul normal, biasanya tidak menimbulkan
terjadinya kesulitan dalam proses melahirkan janin yang beratnya kurang dari
4000gram.
Hasil analisis risiko berat janin terhadap kejadian partus lama di RSIA Siti
Fatimah Makasar tahun 2006 oleh Dhika Indriyani dari fakultas kesehatan
masyarakat Universitas Hasanudin memperlihatkan nilai OR= 1,890 (95% CI:
0,847<OR<4,214). Ini berarti bahwa ibu yang memiliki janin yang berat >3500
gram memiliki risiko mengalami partus lama 1,890 kali lebih besar dibandingkan
dengan ibu yang berat janinnya ≤3500 gram tapi tidak bermakna secara statistik.
Ini terjadi diduga karena ukuran tinggi badan ibu cendrung lebih tinggi sehingga
ukuran panggulnya juga besar. Besarnya janin hanya setengah dari suatu
persamaan, tetapi lainnya adalah ukuran dari tulang-tulang panggul. Penelitian
Djalaluddin di RSUD Ulin Banjarmasin dan di RSU Ratu Zalecha Martapura
tahun 2003 didapatkan berat janin >3500 gram memiliki risiko 1,10 kali lebih
besar untuk mengalami partus lama dibandingkan berat janin <3500 gram tapi
tidak bermakna secara statistik. Penelitian Pardjito tahun 1998 di Yogyakarta,
bayi >3500 gram meningkatkan risiko 4,19 kali (p<0,05) untuk terjadinya partus
lama.
2.6.3 Kondisi ibu sebelum persalinan2-9-11
Beberapa kondisi ibu yang tidak normal sebelum hamil, harus dilaksanakan
intervensi yang lama sebelum waktu persalinan tiba seperti: Anemia, masalah jantung, status
gizi, DM, memiliki kecenderungan meningkatkan durasi persalinan.
2.6.3.1 Diabetes Mellitus (DM)3,9
Diabetes mellitus adalah kelainan metabolisme karbohidrat, di mana glukosa
darah tidak dapat digunakan dengan baik, sehingga menyebabkan keadaan hiperglikemia. DM
13
merupakan kelainan endokrin yang terbanyak dijumpai. Yang paling sering terjadi yaitu:
diabetes melitus yang diketahui sewaktu hamil yang disebut DM gestasional dan DM yang telah
terjadi sebelum hamil yang dinamankan DM pragstasi. Diabetes melitus merupakan ganguan
sistemik pada metabolisme karbohidrat, protein dan lemak.Diabetes mellitus ditandai dengan
hiperglikemia atau peningkatan glukosa darah yang diakibatkan produksi insulin yang tidak
adekuat atau penggunaan insulin secara tidak efektif pada tingkat seluler.
Diabetes melitus gestasional (gestational diabetes mellitus (GDM)) didefinisikan sebagai
intoleransi karbohidrat dengan berbagai tingkat keparahan, yang awitannya atau pertama kali
dikenali selama masa hamil saat ini. Walaupun GDM umumnya hilang pada akhir kehamilan,
ada kemungkinan besar GDM terjadi lagi pada kehamilan berikutnya. GDM dialami oleh sekitar
2% sampai 6% seluruh wanita hamil dan bertanggung jawab terhadap 90% kasus diabetes
selama masa hamil. Faktor-faktor risiko klasik diabetes gestasional mencakup obesitas, riwayat
diabetes dan dan makrosomia keluarga, dan riwayat obstetri yang buruk sebelumnya.
Pengaruh penyakit Diabetes mellitus terhadap lamanya persalianan
1. Gangguan kontraksi otot rahim (partus lama / terlantar)
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Spiegel Gabor 2009 dalam
Clinical experimental and fisiology menyimpulkan bahwa kadar gula yang
tinggi dalam darah dapat menurunkan sensitifitas reseptor oksitosin dalam
tubuh, sehingga mengakibatkan kurangnya kontraksi uterus saat
persalinan.
Gangguan kontraksi otot rahim terjadi sejak his pertama kali, sehingga
memperpanjang waktu persalinan pada kala 1.
2. Janin besar sehingga harus dilakukan tindakan operasi.
Pada ibu hamil dengan diabetes terutama yang mengalami peningkatan
berat badan yang berlebih timbunan lemak dalam tubuh dapat diubah
menjadi glukosa oleh hormon kehamilan (Beta HCG / Human Chorion
Gonadotropine). Sementara akibatnya pada bayi adalah lahir dengan berat
badan besar >4 kg, hal ini dapat membahayakan ibu dengan risiko
terjadinya distocia dan mengakibatkan terjadi persalinan lama khususnya
pada kala II.
14
2.6.3.2 Anemia5,10,11,21
Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar hemoglobin di bawah
dari batas normal. Pada suatu penelitian yang dilakukan oleh Stephansson O, dkk
menemukan bahwa perubahan konsentrasi Hb sesuai dengan bertambahnya usia
kehamilan. Pada trimester pertama Hb tampak turun kecuali pada perempuan yang
memiliki kadar Hb rendah (<11,5 g/dl). Konsentrasi paling rendah didapatkan pada
trimester kedua, yaitu usia kehamilan sekitar 30 minggu. Pada trimester ketiga, terjadi
sedikit peningkatan Hb, kecuali pada perempuan yang sudah memiliki kadar Hb tinggi
(>14,6 g/dl).
Nilai batas untuk anemia pada perempuan*
Status kehamilan Hemoglobin (g/dl) Hematokrit (%)
Tidak hamil 12,0 36
Hamil trimester 1 11,0 33
Hamil trimester 2 10,5 32
Hamil trimester 3 11,0 33
Badan Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan perempuan mengalami bahwa 35-75% ibu
hamil di negara berkembang mengalami anemia*.
Penyebab anemia tersering adalah defisiensi zat nutrisi seperti defisiensi besi.
Bahaya anemia pada ibu hamil saat persalinan, dapat menyebabkan gangguan his primer,
sekunder, janin lahir dengan anemia, persalinan dibantu karena ibu cepat lelah dan jika
terjadi gangguan persalinan perlu tindakan operatif. Bahaya anemia pada ibu hamil saat
persalinan adalah gangguan his yang dominan terjadi pada kala I sehingga menyebabkan
terjadinya kala I memanjang. Anemia juga menyebabkan kurangnya energi ibu yang
kemudian mempengaruhi kekuatan mengejan. Hal ini memberi pengaruh pada kala II di
mana kekuatan mengejan berperan besar. Hal ini menyebabkan terjadinya kala II
memanjang.
Hasil analisis risiko kejadian anemia terhadap kejadian partus lama di RSIA Siti
Fatimah, Makassar pada tahun 2006 oleh Dhika Indriyani dari Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Hasanudin memperlihatkan nilai OR= 1,681 (95% CI :
15
0,958<OR<2,950). Ini berarti bahwa ibu yang mengalami kejadian anemia memiliki
resiko partus lama (kala I dan II memanjang) 1,681 kali lebih besar dibandingkan dengan
ibu yang tidak anemia namun hal ini tidak bermakna secara statistik. Hal ini diakibatkan
oleh pengambilan kadar Hb yang tidak baku dan pada kontrol, Hb hanya diambil pada
trimester I dan kemungkinan ibu sedang mengalami anemia. Ibu hamil yang anemia bisa
mengalami gangguan his / gangguan mengejan yang mengakibatkan kala I memanjang.
Penelitian lain yang dilakukan oleh Djalaluddin di RSUD Ulin, Banjarmasin dan RSU
Ratu Zalecha Martapura pada tahun 2003 menyimpulkan bahwa ibu yang mengalami
anemia memiliki risiko 4,73 kali lebih besar untuk mengalami kejadian partus lama (Kala
I dan II memanjang) dibanding ibu yang tidak anemia dan secara statistik bermakna.
Penelitian Pardjito di Yogyakarta Tahun 1998 dengan penelitian eksperimen
menunjukkan anemia meningkatkan risiko partus lama namun hasilnya tidak bermakna.
Dari teori dan penelitian, dapat disimpulkan bahwa kejadian anemia dapat menyebabkan
pemanjangan kala I melalui gangguan pada his dan pada kala II mengakibatkan
kurangnya tenaga untuk mengejan. Hal ini dapat menyebabkan durasi waktu persalinan
yang panjang.
2.6.2.3 Gagal jantung2-3,5-7
Gagal Jantung adalah ketidakmampuan jantung untuk memompa sejumlah
darah guna mencukupi kebutuhan tubuh. Pada setiap kontraksi rahim, jantung
memompa darah 20% lebih banyak dan sejalannya bertambahnya usia kehamilan,
seorang wanita penderita gagal jantung akan semakin merasa cepat lelah. Proses
persalinan dan bertambahnya jumlah darah dari rahim yang kembali ke jantung
menyebabkan meningkatnya kerja jantung. Kelelahan oleh karena kerja jantung
yang tidak adekuat mengakibatkan proses persalinan menjadi lebih lama dari ibu
yang tidak memiliki penyakit jantung. Kelelahan akibat adanya kelainan jantung
terjadi pada saat proses pengeluaran bayi, sehingga memperpanjang waktu pada
kala 2 persalinan.
16
2.6.3.4 Status Gizi dan Kenaikan Berat Badan Ibu3,8
Status gizi diartikan sebagai keadaan tubuh berupa hasil akhir dari
keseimbangan antara zat gizi yang masuk ke dalam tubuh dan juga perwujudan
manfaatnya. Perbaikan gizi merupakan syarat utama dalam perbaikan kesehatan
ibu hamil, menurunkan angka kematian bayi dan balita. Ibu hamil merupakan
kelompok yang cukup rawan gizi. Bila ibu hamil mengalami kurang gizi maka
akibat yang akan ditimbulkan adalah persalinan yang lama (kala I dan II
memanjang). Hal ini karena tenaga untuk mengejan didapatkan dari karbohidrat.
Tenaga untuk mengejan ini penting dalam kala II. Selain itu, defisiensi besi akan
mengakibatkan anemia yang kemudian menganggu sirkulasi darah dan
menganggu kerja dari otot rahim. Kriteria status gizi menggunakan Indeks Massa
Tubuh yang diterapkan oleh Depkes pada tahun 2001. Berikut adalah kriterianya :
Kategori IMT Pengertian Keterangan
< 18,5 Berat badan kurang Kurus
18,5 – 25 Berat badan normal Normal / sehat
> 25 Berat badan lebih Kegemukan
Ibu hamil yang mengalami kegemukan atau istilahnya obesitas juga dapat
berisiko buruk pada kehamilan dan janin yang dikandungnya. Pada ibu,
kegemukan akan membuat beban jantung jadi terlalu berat, selain itu tekanan
pada pembuluh darah akan meninggi akibat tebalnya lemak. Risiko lain yang
harus di waspadai adalah diabetes saat hamil (gestational diabetes). Untuk
peningkatan IMT yang ideal selama kehamilan rata-rata peningkatan, berdasarkan
anjuran Centre for Disease control and prevention (CDC) adalah :
Berat IMT pra-kehamilan Jumlah
17
peningkatan berat
(lb)
Underweight <18,5 28-40
Normal weight 18,5-24,9 25-35
Over weight 25-29,9 15-25
Obese >30 11-20
Pengaruh gizi kurang terhadap proses persalinan dapat mengakibatkan
persalinan lama karena kekurangan asupan zat seperti kalsium menyebabkan
gangguan his yang memerlukan Ca2+ untuk kontraksi terutama dalam kala I.
Penelitian di Meksiko pada tahun 2003 oleh Kramer menyimpulkan bahwa
asupan kalsium yang rendah mempunyai kaitan dengan durasi persalinan. Namun
secara statistik tidak bermakna. Penelitian lain yang dilakukan di Inggris pada
tahun 1996 seperti yang diterbitkan di British Journal of midwife mengatakan
bahwa asupan gizi yang seimbang selama persalinan khususnya sebelum kala I
dapat mempercepat durasi persalinan. Ini ada hubungan dengan tenaga yang
diperlukan untuk mengejan dalam kala II.
Kenaikan berat badan ibu hamil sebaiknya disesuaikan dengan indeks masa
tubuh ibu hamil yang dihitung dari berat bdan ibu dibagi tinggi badan ibu kuadrat
(kg/m2), yakni:
Jika ibu kurus (IMT<18,5), maka total kenaikan berat badan yang
disarankan adalah 12,7-18,1 kg. atau sekitar 0,5 kg per minggu
selama trimester 2 dan 3.
Jika ibu normal (IMT 18,5-23,3), maka total kenaikan berat badan
yang disarankan adalah 11,3-15,9 kg. atau sekitar 0,4 kg per minggu
selama trimester 2 dan 3.
Jika ibu gemuk (IMT 23,3-29), maka total kenaikan berat badan
yang disarankan adalah 6,8-11,3 kg. atau sekitar 0,3 kg per minggu
selama trimester 2 dan 3.
18
Jika ibu mengalami obesitas (IMT>29), maka kenaikan berat badan
yang disarakan adalah sekitar 0,2 kg per minggu selama trimester 2
dan 3.
Sedangkan jika ibu mengandung bayi kembar, maka total kenaikan
berat badan yang disarankan adalah 15,9-20,4 kg. atau sekitar 0,7 kg
per minggu selama trimester 2 dan 3.
2.6.4 Usia Ibu5-6
Usia adalah lama waktu hidup seseorang atau ada sejak dilahirkan. Usia adalah
lamanya seseorang hidup mulai sejak lahir sampai ulang tahunnya yang terakhir. Usia
sangat berpengaruh terhadap proses reproduksi, umur dianggap optimal untuk kehamilan
dan persalinan adalah 20-35 tahun, sedangkan yang dianggap berbahaya adalah umur 35
tahun ke atas dan dibawah 20 tahun.
Usia adalah indeks yang menempatkan individu-individu dalam urutan
perkembangan. Usia yang baik untuk usia kehamilan dan persalinan antara umur 20-35
tahun, ini disebut juga dengan usia reproduksi sehat. Wanita yang melahirkan di bawah
usia 20 tahun atau lebih dari 35 tahun akan mempunyai resiko yang tinggi baik pada ibu
maupun bayi.
2.6.1.1 Usia kurang dari 20 tahun
Kehamilan di usia kurang dari 20 tahun bisa menimbulkan masalah karena kondisi
fisik ibu belum 100 % siap. Kehamilan dan persalinan pada usia tersebut meningkatkan
angka kematian ibu dan janin 4-6 kali lipat dibandingkan wanita yang hamil dan bersalin
di usia 20-30 tahun. Secara fisik alat reproduksi pada wanita usia kurang dari 20 tahun
belum terbentuk sempurna, pada umumnya rahim masih terlalu kecil karena pembentukan
yang belum sempurna dan pertumbuhan tulang panggul yang belum cukup lebar. Sehingga
akan mengalami kesulitan saat melahirkan terutama persalinan lama pada kala 2.
2.6.1.2 Usia diatas 35 tahun
Wanita yang hamil pada usia ini sudah dianggap sebagai kehamilan yang bersiko
tinggi. Pada usia ini, wanita biasanya sudah dihinggapi penyakit seperti kanker mulut
19
rahim, kencing manis, dan jantung. Keadaan jalan lahir sudah kurang elastis dibanding
sebelumnya, sehingga persalinan menjadi sulit dan lama. Hal ini ditambah dengan
penurunan kekuatan ibu untuk mengeluarkan bayi pada kala 2.
Ibu primi tua yaitu primigravida yang berumur diatas usia 35 tahun sering ditemui
perineum kaku dan tidak elastis, hal tersebut akan menghambat persalinan kala II dan
dapat meningkatkan resiko terhadap janin.
Hasil penelitian Suswadi (2000), usia tua mendapatkan resiko 1,6 kali lebih besar
terjadi persalinan kala II memanjang (lebih dari 2 jam ) dibandingkan dengan kelompok
usia 20- 35 tahun. Pada persalinan kala I yaitu partus tidak maju didapatkan 5,6 % terjadi
pada usia tua dan 2,8 % pada usia 20-35 tahun.
Penelitian Simbolon di Rumah Sakit Umum Daerah Sidikalang tahun 2007
diperoleh 273 kasus partus tak maju, 201 kasus terjadi pada wanita usia 20-35 tahun
dengan proporsi 73,6%, 63 kasus terjadi pada wanita usia > 35 tahun dengan proporsi
23,1% dan 9 kasus terjadi pada wanita usia < 20 tahun dengan proporsi 3,3%.
Faktor umur dianggap sebagai penyebab dan predisposisi terjadinya berbagai
komplikasi yang terjadi pada kehamilan dan persalinan antara lain penyebab kelainan his.
Hasil analisis risiko umur ibu terhadap kejadian partus lama di RSIA Siti Fatimah
Makasar tahun 2006 oleh Dhika Indriyani dari fakultas kesehatan masyarakat Universitas
Hasanudin memperlihatkan nilai OR= 1,766 (95% CI: 0,853<OR<3,652). Ini berarti bahwa
ibu dengan umur <20 tahun atau >35 tahun memiliki risiko mengalami partus lama 1,766
kali lebih besar dibandingkan dengan ibu dengan umur 20-35 tahun tapi tidak bermakna
secara statistik. Umur ibu yang terlalu muda atau tua dianggap penting karena ikut
menentukan prognosa persalinan karena dapat membawa risiko. Penelitian Siti Mulidah di
Kabupaten Purworejo tahun 2002 menunjukkan umur ibu <20 atau >35 tahun memiliki
risiko 0,58 kali lebih besar mengalami partus lama dibanding umur 20-35 tahun dan tidak
bermakna secara statistik.
2.6.5 Kecemasan
20
Pengertian kecemasan masih belum dapat diperoleh suatu kesepakatan sehingga
masih banyak pendapat dan teori. Salah satu di antaranya menyebutkan bahwa kecemasan
adalah suatu perasaan seperti kawatir atau was-was yang sifatnya tidak jelas dapat
meningkat menjadi panik dan serius disertai gejala-gejala jasmaniah seperti nyeri kepala,
sesak nafas, jantung berdebar, keringat berlebihan, mual, rasa ingin buang air kecil dan
buang air besar.
Primus, tahun 2001 meneliti hubungan antara kecemasan dengan lama persalinan.
Kosim pada tahun 2003 mengemukakan beberpaa hal yang dicemaskan ibu hamil dalam
menghadapi persalinan antara lain rasa nyeri waktu persalinan, kekawatiran tentang
kesulitan mendapatkan pertolongan dan perawatan persalinan yang tepat.
Kecemasan dan ketakutan mempunyai reaksi neurofisologik yang sama, yaitu
memacu pengeluaran andrenalin. Pengaruh adrenalin pada uterus saat persalinan adalah
menyebabkan konstriksi pembuluh darah uterus sehingga vaskularisasi berkurang dan
timbulnya perasaan nyeri, hal ini yang menyebabkan berkurangnya kekuatan kontraksi
uterus, akibatnya lama persalinan bertambah panjang. Dengan adanya vasokonstriksi
pada uterus, kadar oksigen berkurang dan bayi yang dilahirkan mengalami hipoksia.
Dinamika nyeri dalam hubungannya dengan persalinan: