PENDINGINAN BAHAN HASIL PERTANIAN HEWANI A. PRINSIP Pada suhu yang rendah mikroorganisme tidak dapat tumbuh atau tidak dapat berkembang dan reaksi-reaksi enzimatis enzimatis serta reaksi-reaksi kimiawi yang menyebabkan kerusakan atau pembusukan dapat dihambat B. TUJUAN 1. Melakukan pendinginan dan pembekuan pada berbagai bahan pangan hewani 2. Menjelaskan sifat-sifat bahan pangan hewani dalam proses pendinginan dan pembekuan 3. Menjelaskan ciri-ciri dan penyebab kerusakan bahan pangan hewani akibat proses pendingian pembekuan C. TINJUAN PUSTAKA Yang menjadi dasar pada penggunaan suhu rendah ini adalah kenyataan pada suhu yang rendah mikroorganisme tidak dapat tumbuh atau tidak dapat berkembang dan reaksi-reaksi enzimatis serta reaksi-reaksi kimiawi yang menyebabkan kerusakan atau pembusukan dapat dihambat. Meskipun suhu rendah dapat menghambat proses metabolisme mikroorganisme, namun hal ini tidaklah berarti bahwa suhu rendah dapat mematikan seluruh mikroorganisme . Mikroorganisme ternyata lebih sering dapat mengatasi pengaruh dari suhu yang rendah daripada suhu yang tinggi. Temperatur -20 o C s/d -30 o C tidak mampu mematikan semua bakteri,
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
PENDINGINAN BAHAN HASIL PERTANIAN HEWANI
A. PRINSIP
Pada suhu yang rendah mikroorganisme tidak dapat tumbuh atau tidak dapat
berkembang dan reaksi-reaksi enzimatis enzimatis serta reaksi-reaksi kimiawi yang
menyebabkan kerusakan atau pembusukan dapat dihambat
B. TUJUAN
1. Melakukan pendinginan dan pembekuan pada berbagai bahan pangan hewani
2. Menjelaskan sifat-sifat bahan pangan hewani dalam proses pendinginan dan
pembekuan
3. Menjelaskan ciri-ciri dan penyebab kerusakan bahan pangan hewani akibat proses
pendingian pembekuan
C. TINJUAN PUSTAKA
Yang menjadi dasar pada penggunaan suhu rendah ini adalah kenyataan pada suhu
yang rendah mikroorganisme tidak dapat tumbuh atau tidak dapat berkembang dan reaksi-
reaksi enzimatis serta reaksi-reaksi kimiawi yang menyebabkan kerusakan atau pembusukan
dapat dihambat.
Meskipun suhu rendah dapat menghambat proses metabolisme mikroorganisme,
namun hal ini tidaklah berarti bahwa suhu rendah dapat mematikan seluruh mikroorganisme .
Mikroorganisme ternyata lebih sering dapat mengatasi pengaruh dari suhu yang
rendah daripada suhu yang tinggi. Temperatur -20oC s/d -30oC tidak mampu mematikan
semua bakteri, meskipun semakin lama penyimpanan dengan suhu tersebut jumlah bakteri
semakin berkurang. Tetapi apabila suhu dinaikan kembali maka jumlah bakteri akan
meningkat kembali.
Bakteri yang termasuk golongan psikhrofil seperti Pseudmonas, Achromobacter,
Alcaligenes dan Flavobacterium tumbuh baik pada suhu yang rendah. Batas dimana masih
terjadi perkembangbiakan adalah antara -5oC s/d -8oC dan suhu terendah dimana dianggap
perkembangbiakan masih ada adalah -10oC.
Bakteri penyebab keracunan pada makanan tidak akan tumbuh lagi pada suhu
dibawah 3oC. Kematian bakteri ini ada hubungannya dengan proses pembentukan kristal-
kristal es pada proses pembekuan dimana kristal es ini paling cepat terbentuk pada suhu -
0,5oC s/d -3oC. Dengan terbentuknya kristal-kristal es maka sebagian besar daripada
mikroorganisme ini tidak dapat melangsungkan kegiatan metabolisme secara sempurna.
Proses kematian bakteri ini berlangsung paling cepat pada suhu -2oC s/d -5oC, sedangkan
pada suhu -20oC hal ini akan berlangsung lebih lambat.
Golongan khamir masih dapat berkembangbiak pada suhu -2,5oC s/d -10oC dan
batasnya adalah -12oC. sedangkan golongan jamur seperti Penicillium, Rhizopus, Mucor, dan
Fusarium masih dapat berkembangbiak pada suhu antara -5oC s/d -10oC.
Jumlah mikroorganisme yang terdapat pada produk yang didinginkan atau yang
dibekukan sangat tergantung pada penanganan atau perlakuan-perlakuan yang diberikan
sebelum produk itu didinginkan atau dibekukan perlu mendapat perlakuan-perlakuan
pendahuluan seperti pembersihan, steriliasi, blansing, sehingga mikroorganisme yang
terdapat padanya dapat sedikit berkurang atau sedikit terganggu keseimbangan
metabolismenya.
Pendinginan dapat memperlambat kecepatan reaksi-reaksi metabolisme, dimana
setiap penurunan 8oC kecepatan reaksi akan berkurang menjadi kira-kira setengahnya. Pada
suhu penyimpanan yang rendah laju respirasi (pernafasan) akan diperlambat, artinya produk-
produk metabolisme yang terbentuk akan berkurang, dan panas yang dilepaskan juga akan
lebih sedikit, sedang pada suhu penyimpanan yang lebih tinggi akan terjadi pengaktifan
pernafasan dan pembentukan panas yang lebih banyak.
Antara proses pernafasan dan suhu penyimpanan ternyata ada suatu korelasi atau
hubungan yang tertentu.
Pada puncaknya yaitu pada suhu antara 35os/d 40oC tampak pemakaian O2 atau
produksi CO2 sebagai hasil proses pernafasan adalah maksimal. Jika suhu diturunkan maka
proses-proses tersebut akan berlangsung lebih lambat.
Berikut laju pernafasan berbagai jenis buah-buahandan sayuran pada berbagai suhu
penyimpanan.
BAHAN MAKANAN SUHU oC mg CO2 per kg produk per jamKentang 10 5
Apel 0410
3,47,226,5
Pisang 12,21525
10-4020-7050-150
Jeruk 04,510
2,63,710,5
Pengawetan bahan pangan dengan menggunakan suhu rendah seperti telah disebutkan
di atas dapat dibedakan atas :
Pendinginan (Cooling)
pada cara ini suhu yang digunakan lebih tinggi dari titik beku bahan makanannya.
Pada umumnya suhu yang digunakan adalah antara -1oC s/d 4oC, pada proses
tersebut petumbuhan bakteri dan berlangsungnnya proses biokimia akan
terhambat.
Pembekuan (Freezing)
pada cara ini suhu yang digunakan adalah lebih rendah daripada titik beku bahan
makanan. Suhu yang digunakan pada umumnya adalah sama atau lebih rendah dari
-18oC, karena pada suhu antara -10oC s/d -12oC ternyata bahan makanan kurang
tahan lama. Pembekuan yang baik biasanya dilakukan pada suhu antara -12oC s/d
24oC, sedangkan pembekuan cepat (Quick Freezing) dilakukan pada suhu -24oC
s/d -40oC. Dengan pembekuan, bahan akan tahan sampai beberapa bulan, bahkan
kadang-kadang sampai beberapa tahun.
Berikut ketahanan dari berbagai jenis bahan pangan dalam bermacam-macam suhu
(dalam bulan).
BAHAN PANGAN SUHU24oC -18oC -12oC
Kol kembang 18-20 12-14 5-6Jagung (lengkap) 12-14 8-10 4-6Butir jagung 36 24 12Ikan berlemak 8-10 5-6 3-4Ikan tak berlemak 12-14 9-10 5Sari jeruk 12-14 10-12 4-6Bayam 18 12-14 5-7
Sumber : Brgstrom (1971)
Proses pendinginan dan pembekuan bahan pangan dapat dilakukan dengan berbagai
cara, yaitu :
Pembekuan dengan penghembusan air dingin (Air Blast Freezing), sebagai media
pendingin digunakan udata dingin yang mempunyai suhu antara -30oC s/d -40oC.
Udara dingin disirkulasikan dengan cepat di atas bahan yang didinginkan.
Pembekuan kontak atau pelat (Contact Freezing atau Plate Frezing), Produk yang
berbentuk pasta dan yang berbutir-butir tidak dapat dibekukan dengan cara ini
Pembekuan setengah kontak (Half Contact Freezing), dalam cara ini, udara
disirkulasikan di atas plat tumpukan pada produk pada plat metal. System ini
sangat mahal dan rendemennya kurang memuaskan karena ditiadakannya tekanan
diatas produk tadi, maka penghantaran suhu dingin tadi menjadi kurang efisien
Pembekuan Imersi (Immersion Freezing), dalam cara ini produk dicelupkan dalam
media pendingin atau produk disemprot dengan medium pendingin. Jadi jarak
antara bahan pendingin dengan produk yang didinginkan adalah kecil sekali, serta
suhu pendinginnya mendekati suhu pembekuan.
Imersi dengan cairan Kryogenik (Immersion with cryogenic liquid), cara ini
merupakan modifikasi dari cara pendinginan imersi, dalam cara ini bahan
makanan dicelupkan kedalam larutan kryogenik, yaitu larutan dari gas-gas yang
dicairkan, seperti, nitrogen cair (196oC atau 320oF), CO2 cair (-145oC atau -88oF),
dan Freon -12 (-22oF atau 30oC)
Fluidiezed Bed Freezing, cara ini masih termasuk dalam Air Blast Freezing, tapi
dilengkapi dengan system khusus. Pada alat ini udara dingin dihembuskan melalui
suatu rooster daripada kawat yang menyangga dan mengangkut produknya
Pembekuan kontak tidak langsung (Indirect Contact freezing), cara ini digunakan
untuk membekukan bahan makanan yang berbentuk cairan atau bubur (pure).
Pada cara ini proses pembekuan tidak dilakukan dengan sempurna dan
berlangsung dengan cepat (hanya beberapa detik)
Pada penggunaan suhu rendah sebagai salah satu cara pengawetan, berikut faktor-
faktor berikut adalah sangat menentukan :
a. Suhu, yang perlu diperhatikan dari faktor suhu ini adalah :
Suhu yang digunakan : suhu yang digunakan untuk mendinginkan setiap
bahan makanan berbeda-beda tergantung kepada kandungan air daripada
bahan makanan tersebut.
Berikut tabel suhu pendinginan dan kadar air dari berbagai bahan makanan
BAHAN MAKANAN SUHU PENDINGINANoC KADAR AIR %
Ikan -0,6 s/d -2,0 75-85
Air susu 0,6 87,5
Apel -2,0 84,1
Pisang -2,2 74,8
Sumber : Borgstrom (1971)
Suhu penyimpanan : penyimpanan selalu menimbulkan penurunan kualitas,
yang pada suhu penyimpanan tinggi, hal ini akan berlangsung lebih cepat
daripada suhu yang rendah.
b. Kualitas bahan mentahnya, bahan makanan yang akan diawetkan (dengan
berbagai cara) sebaiknya adalah bahan makanan yang berkualitas baik. Bahan
makanan yang telah rusak atau cacat mungkin sudah terkontaminasi oleh
mikroorganisme. Untuk buah-buahan, derajat kematangan pada saat dipetik
merupakan faktor yang sangat penting untuk menentukan kualitas bahan sebelum
dan sesudah disimpan pada suhu rendah.
c. Kelembaban, kelembaban tempat penyimpanan suhu rendah besar artinya dalam
mengurangi dan mencegah pembusukan yang disebabkan oleh serangan
mikrorganisme.
d. Aliran udara yang optimum, distribusi udara yang cukup memadai akan menjamin
terdapatnya suhu yang merata (uniform) di seluruh tempat pendingin dan akan
mencegah terjadinya pengumpulan uap air setempat (local).
Pemakaian suhu rendah untuk mengawetkan bahan pangan tanpa mengindahkan
syarat-syarat yang diperlukan oleh masing-masing bahan pangan dapat mengakibatkan
kerusakan-kerusakan, yaitu :
Kerusakan oleh suhu rendah (Chilling Injury)
Chilling injury ada berbagai macam dan faktor penyebabnya berbeda-
beda, yaitu :
Daya tahan dinding sel
Pendinginan dapat menurunkan daya tahan dinding sel terhadap
serangan mikroorganisme, hingga bila terdapat luka atau cacat sedikitpun
maka luka akan cepat sekali menjalar ke bagian-bagian yang lain.
Perubahan warna (Discoloration)
Perubahan warna dapat terjadi pada bagian luar atupun bagian dalam
bahan pangan berkisar antara coklat dan hitam. Perubahan warna akan cepar
terlihat setelah bahan makanan tersebut dikeluarkan dari alat pendingin,
sedangkan pewarnaan di dalam jaringan buah dapat dilihat jika buah tersebut
dipotong.
Burik-burik bopeng (pitting)
Kerusakan jenis ini disebabkan oleh derajat kelembaban udara yang
rendah di sekitar produk yang didinginkan. Sebagai akibat terjadi
pengeringan dalam penyimpanan dingin, maka sel-sel cidera dan jaringan
pun akan tampak cekung serta transparan. Hal ini dapat dicegah dengan
mengatur kelembaban cukup tinggi.
Pertukaran bau dan aroma
Di dalam ruang pendingin di mana disimpan lebih dari satu macam
produk atau komoditi, maka kemungkinan terjadinya pertukaran bau dan
aroma sangat besar.
Berbagai kerusakan yang terjadi pada buah-buahan dan sayutran bila disimpan di
bawah suhu penyimpanan terbaik.
BAHAN PANGAN SUHU PENYIMPANAN TERBAIK C
KERUSAKAN YANG TERJADI
Buah-buahan Apel Jeruk Mangga Pisang
1-22-310
13,5
Coklat bagian dalam, lunak pecahKulit tidak beraturanBagian dalam berwarna pucatBerwarna gelap jika masak
Sayur-sayuranBuncis
KentangKol
Tomat matang
7,5-10
4,50
10
Bopeng, lembek, kemerah-merahanBopeng, lembek, busukGaris-garis coklat pada tangkainyaPecah
Sumber : Borgstrom (1971)
kerusakan oleh bahan pendingin (refrigerant)
ammonia adalah salah satu jenis refrigerant yang umum dipakai dalam
pendinginan sayuran dan buah-buahan. Jika ammonia ini sampai masuk ke
dalam ruang pendinginan misalnya karena kebocoran pada pipa, maka akan
mengakibatkan perubahan warna pada bagian luar bahan makanan yang
didinginkan berwarna coklat atau hitam kehijauan. Kalau proses ini berjalan
lebih lanjut, maka akan diikuti pula oleh proses pelunakan daripada jaringan-
jaringan buah.
Kehilangan air dari bahan makanan yang didinginkan (akibat pengeringan)
Gejala ini terutama terjadi pada bahan makanan yang dibekukan tanpa
dibungkus terlebih dahulu, atau yang dibungkus dengan bahan-bahan
pembungkus yang kedap uap air, serta pada waktu membungkusnya masih
banyak ruang-ruang yang tidak terisi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya proses pengeringan ini
ialah :
o Suhu
o Kelembaban
o Kontak dengan atmosfir
o Kecepatan sirkulasi udara
o Perbedaan suhu antara produk dan udara
Denaturasi Protein
Denaturasi protein berarti putusnya sejumlah ikatan-ikatan air (water
bons) dan berkurangnya kadar protein yang dapat diekstraksi dengan larutan
garam. Proses tersebut dipengaruhi oleh
o Perlakuan pendahuluan
o Sifat-sifat dari proteinnya sendiri
o Dari jenis hewannya (ikan lebih peka daripada daging)
D. ALAT DAN BAHAN
Alat Bahan
Kulkas Susu
Peralatan masak Telur
Timbangan
Tempat telur
Kertas pH
Thermometer
Baki plastik
E. PROSEDUR
1. Susu dengan kemasan tertutup
Susu segar disiapkan, ukur pH dan suhu susu
Susu dimasukan kedalam beberapa cup plastik, masing-masing dengan jumlah
yang sama kemudian tutup dengan penutupnya masing-masing
Masukan kedalam kulkas
2. Telur tanpa paraffin
Telur disiapkan
Telur dicuci sampai bersih, kemudian susun diatas tempat telur
Masukan kedalam kulkas
3. Pengamatan
Pengamatan dilakukan selama penyimpanan
Pengamatan organoleptik (warna, flavor dan tekstur) secara kuantitatif dan
secara kualitatif yang dilakukan setiap 2 hari pendinginan
Amati kerusakan-kerusakan bahan yang terjadi selama pendinginan
F. DATA HASIL PENGAMATAN
1. Sample susu dilengkapi tutup
No Sample
Sifat Fisik Pengamatan Awal
Pengamatan Ke -1 2 3 4 5 6 7
1 Warna Putih (normal) Terdapat 2 lapisan, lapisan paling atas berwarna putih kekuningan dan bagian bawah berwarna putih sedikit transparan
Terdapat 2 lapisan, lapisan paling atas berwarna kekuningan dan bagian bawah berwarna putih sedikit transparan
Terdapat 2 lapisan, bagian atas berwarna putih gading, lapisan bawah lebih bening
Terdapat 3 lapisan, bagian atas putih gading, bagian tengah bening, bagian bawah putih
Terdapat 3 lapisan, bagian atas putih kekuningan, bagian tengah bening (warna minyak goreng), bagian bawah putih
Terdapat 3 lapisan, bagian atas putih kekuningan, bagian tengah bening (warna minyak goreng), bagian bawah putih
Terdapat 3 lapisan, bagian atas putih kekuningan, bagian tengah bening (warna minyak goreng), bagian bawah putih
Bau Khas susu (normal)
Stabil (normal) Tercium bau agak asam
Bau asam Asam Asam menyengat Asam menyengat
Asam sangat menyengat
Suhu 24oC 10oC 7,5oC 9oC 3oC 10oC 13oC 8oCpH 7 (normal) 7 (normal) 6 (sedikit asam) 6 (sedikit asam) 6,5 6 6 6Bobot 63,0 g 63,1 g 62,6 g 62,4 g 62,1 g 62,2 g 61,9 g 61,1
2 Warna Putih (normal) Terdapat 2 lapisan, lapisan paling atas berwarna putih kekuningan dan bagian bawah berwarna putih sedikit transparan
Terdapat 2 lapisan, lapisan paling atas berwarna kekuningan dan bagian bawah berwarna putih sedikit transparan
Terdapat 2 lapisan, bagian atas berwarna putih gading, lapisan bawah lebih bening
Terdapat 3 lapisan, bagian atas putih gading, bagian tengah bening, bagian bawah putih
Terdapat 3 lapisan, bagian atas putih kekuningan, bagian tengah bening (warna minyak goreng), bagian bawah putih
Terdapat 3 lapisan, bagian atas putih kekuningan, bagian tengah bening (warna minyak goreng), bagian bawah putih
Terdapat 3 lapisan, bagian atas putih kekuningan, bagian tengah bening (warna minyak goreng), bagian bawah putih
Bau Khas susu (normal)
Stabil (normal) Tercium bau agak asam
Bau asam Asam Asam menyengat Asam menyengat
Asam sangat menyengat
Suhu 24oC 10oC 7,5oC 9oC 3oC 10oC 13oC 8oCpH 7 7 (normal) 6 (sedikit asam) 6 (sedikit asam) 6,5 6 6 6Bobot 63,9 g 64,1 g 63,9 g 63,7 g 63,4 g 63,5 g 63,2 g 64,2
3 Warna Putih (normal) Terdapat 2 lapisan, lapisan paling atas berwarna putih kekuningan dan
Terdapat 2 lapisan, lapisan paling atas berwarna kekuningan dan
Terdapat 2 lapisan, bagian atas berwarna putih gading,
Terdapat 3 lapisan, bagian atas putih gading,
Terdapat 3 lapisan, bagian atas putih kekuningan,
Terdapat 3 lapisan, bagian atas putih kekuningan,
Terdapat 3 lapisan, bagian atas putih kekuningan,
bagian bawah berwarna putih sedikit transparan
bagian bawah berwarna putih sedikit transparan
lapisan bawah lebih bening
bagian tengah bening, bagian bawah putih
bagian tengah bening (warna minyak goreng), bagian bawah putih
bagian tengah bening (warna minyak goreng), bagian bawah putih
bagian tengah bening (warna minyak goreng), bagian bawah putih
Bau Khas susu (normal)
Stabil (normal) Tercium bau agak asam
Bau asam Asam Asam menyengat Asam menyengat
Asam Sangat menyengat
Suhu 24oC 10oC 7,5oC 9oC 3oC 10oC 13oC 8oCpH 7 7 (normal) 6 (sedikit asam) 6 (sedikit asam) 6,5 6 6 6Bobot 66,5 g 66,6 g 66,3 66,2 g 65,8 g 65,9 g 65,7 g 65,4 g
4 Warna Putih (normal) Terdapat 2 lapisan, lapisan paling atas berwarna putih kekuningan dan bagian bawah berwarna putih sedikit transparan
Terdapat 2 lapisan, lapisan paling atas berwarna kekuningan dan bagian bawah berwarna putih sedikit transparan
Terdapat 2 lapisan, bagian atas berwarna putih gading, lapisan bawah lebih bening
Terdapat 3 lapisan, bagian atas putih gading, bagian tengah bening, bagian bawah putih
Terdapat 3 lapisan, bagian atas putih kekuningan, bagian tengah bening (warna minyak goreng), bagian bawah putih
Terdapat 3 lapisan, bagian atas putih kekuningan, bagian tengah bening (warna minyak goreng), bagian bawah putih
Terdapat 3 lapisan, bagian atas putih kekuningan, bagian tengah bening (warna minyak goreng), bagian bawah putih
Bau Khas susu (normal)
Stabil (normal) Tercium bau agak asam
Bau asam Asam Asam menyengat Asam menyengat
Asam Sangat menyengat
Suhu 24oC 10oC 7,5oC 9oC 3oC 10oC 13oC 8oCpH 7 7 (normal) 6 (sedikit asam) 6 (sedikit asam) 6,5 6 6 6Bobot 74,3 g 74,5 g 74,4 g 74,2 g 74 g 74,2 g 74,1 g 74 g
5 Warna Putih (normal) Terdapat 2 lapisan, lapisan paling atas berwarna putih kekuningan dan bagian bawah berwarna putih sedikit transparan
Terdapat 2 lapisan, lapisan paling atas berwarna kekuningan dan bagian bawah berwarna putih sedikit transparan
Terdapat 2 lapisan, bagian atas berwarna putih gading, lapisan bawah lebih bening
Terdapat 3 lapisan, bagian atas putih gading, bagian tengah bening, bagian bawah putih
Terdapat 3 lapisan, bagian atas putih kekuningan, bagian tengah bening (warna minyak goreng), bagian bawah putih
Terdapat 3 lapisan, bagian atas putih kekuningan, bagian tengah bening (warna minyak goreng), bagian bawah putih
Terdapat 3 lapisan, bagian atas putih kekuningan, bagian tengah bening (warna minyak goreng), bagian bawah putih
Bau Khas susu (normal)
Stabil (normal) Tercium bau agak asam
Bau asam Asam Asam menyengat Asam menyengat
Asam Sangat menyengat
Suhu 24oC 10oC 7,5oC 9oC 3oC 10oC 13oC 8oCpH 7 7 (normal) 6 (sedikit asam) 6 (sedikit asam) 6,5 6 6 6Bobot 69,7 g 69,9 g 69,7 g 69,4 g 69 g 69,2 g 69 98,4 g
6 Warna Putih (normal) Terdapat 2 lapisan, lapisan paling atas berwarna putih kekuningan dan bagian bawah berwarna putih sedikit transparan
Terdapat 2 lapisan, lapisan paling atas berwarna kekuningan dan bagian bawah berwarna putih sedikit transparan
Terdapat 2 lapisan, bagian atas berwarna putih gading, lapisan bawah lebih bening
Terdapat 3 lapisan, bagian atas putih gading, bagian tengah bening, bagian bawah putih
Terdapat 3 lapisan, bagian atas putih kekuningan, bagian tengah bening (warna minyak goreng), bagian bawah putih
Terdapat 3 lapisan, bagian atas putih kekuningan, bagian tengah bening (warna minyak goreng), bagian bawah putih
Terdapat 3 lapisan, bagian atas putih kekuningan, bagian tengah bening (warna minyak goreng), bagian bawah putih
Bau Khas susu (normal)
Stabil (normal) Tercium bau agak asam
Bau asam Asam Asam menyengat Asam menyengat
Asam Sangat menyengat
Suhu 24oC 10oC 7,5oC 9oC 3oC 10oC 13oC 8oCpH 7 7 (normal) 6 (sedikit asam) 6 (sedikit asam) 6,5 6 6 6Bobot 66,6 g 66,8 g 66,6 66,4 g 66,4 g 66,2 g 66,1 g 65,4
7 Warna Putih (normal) Terdapat 2 lapisan, lapisan paling atas berwarna putih kekuningan dan bagian bawah berwarna putih sedikit transparan
Terdapat 2 lapisan, lapisan paling atas berwarna kekuningan dan bagian bawah berwarna putih sedikit transparan
Terdapat 2 lapisan, bagian atas berwarna putih gading, lapisan bawah lebih bening
Terdapat 3 lapisan, bagian atas putih gading, bagian tengah bening, bagian bawah putih
Terdapat 3 lapisan, bagian atas putih kekuningan, bagian tengah bening (warna minyak goreng), bagian bawah putih
Terdapat 3 lapisan, bagian atas putih kekuningan, bagian tengah bening (warna minyak goreng), bagian bawah putih
Terdapat 3 lapisan, bagian atas putih kekuningan, bagian tengah bening (warna minyak goreng), bagian bawah putih
Bau Khas susu (normal)
Stabil (normal) Tercium bau agak asam
Bau asam Asam Asam menyengat Asam menyengat
Asam Sangat menyengat
Suhu 24oC 10oC 7,5oC 9oC 3oC 10oC 13oC 8oCpH 7 7 (normal) 6 (sedikit asam) 6 (sedikit asam) 6,5 6 6 6Bobot 59,4 g 59,6 g 59,4 g 59,2 g 59 g 59,2 g 58,9 g 58,4 g
2. Sample telur tanpa dilapisi paraffin
No Sample
Sifat Fisik Pengamatan Awal Pengamatan Ke -2 3 4 5 6 7
1 Warna Albumin : bening, kentalYolk : cembung, orange kekuningan
- - - - - -
Bau Amis, khas telur - - - - - -Bobot 70,9 g - - - - - -
2 Warna … Albumin : bening, kentalYolk : cembung, orange kekuningan
- - - - -
Bau … Amis, khas telur - - - - -Bobot 72 g 71,9 g - - - - -
3 Warna … … Albumin : bening, ada 2 fase encer dan kentalYolk : cembung, orange kekuningan
- - - -
Bau … … Amis, khas telur - - - -Bobot 69,7 g 69,6 g 69,3 g - - - -
4 Warna … … … Albumin : bening, ada 2 fase encer dan kentalYolk : cembung, orange kekuningan
- - -
Bau … … … Amis, khas telur - - -Bobot 73,4 g 73,1 g 72,8 g 72,4 g - - -
5 Warna … … … … Albumin : bening, ada 2 fase encer dan kentalYolk : cembung, orange kekuningan
- -
Bau … … … … Amis, khas telur - -Bobot 68,4 g 68,8 g 68,4 g 68 g 56,3 g - -
6 Warna … … … … … Albumin : -
bening, ada 2 fase encer dan kentalYolk : cembung, orange kekuningan
Bau … … … … … Amis, khas telur
-
Bobot 72,2 g 72,1 g 71,9 g 71,6 g 71,2 g 70,7 g7 Warna … … … … … … Albumin :
bening, ada 2 fase encer dan kentalYolk : cembung, orange kekuningan
Bau … … … … … … Amis, khas telur
Bobot 75,2 g 75,1 g 74,9 g 74,4 g 74,1 g 73,7 g 73,7 g
G. PEMBAHASAN
Kerusakan bahan pangan hewani relative lebih cepat dibandingkan bahan pangan nabati.
Proses pendinginan dan pembekuan bahan pangan hewani biasanya lebih banyak
diaplikasikan untuk mempertahankan mutu bahan tersebut.
Praktikum pendinginan bahan pangan hewani ini merupakan pengamatan bahan pangan
hewani yaitu susu dan telur dalam suhu refrigerator. Pengamatan dilakukan 2 hari sekali
selama 2 minggu.
Praktikum pendinginan hewani dengan sample susu dan telur. Dengan perlakuan, untuk
pendinginan telur tanpa dilapisi paraffin dan susu dalam wadah tertutup.
1. Susu
susu adalah makanan cair yang diproduksi oleh kelenjar susu mamalia betina. Dalam
istilah, kata susu juga digunakan untuk cairan pengganti susu yang berasal dari tumbuh-
tumbuhan, misalnya susu kedelai (atau coconut milk dalam perbendaharaan istilah
bahasa Inggris).
Sedangkan definisi susu secara kimiawi adalah emulsi (campuran zat yang tidak saling
larut) butiran lemak dalam cairan berbahan dasar air. Dalam kata lain, kandungan
terbesar susu adalah air dan lemak.
Susu yang digunakan saat praktikum merupakan susu segar, berdasarkan SNI 01-3141-
1998 susu segar merupakan cairan yang berasal dari sapi sehat dan bersih yang diperoleh
dengan cara pemerahan yang benar yang kandungan alaminya tidak dikurangi atau
ditambah sesuatu apapun dan belum mendapat perlakuan apapun.
Susu sapi segar yang banyak dijual biasanya mengalami proses pasteurisasi, susu yang
di-pasteurisasi adalah susu yang dipanaskan pada suhu 63-72 derajat
Celcius selama 15-20 detik untuk membunuh virus dan organisme patogen
seperti bakteri, jamur, protozoa dan ragi. Proses ini tidak membunuh
semua mikroorganisme, hanya mengurangi jumlahnya sehingga tidak dapat
menyebabkan penyakit. Penampakan susu sapi yang dipergunakan berwarna
kekuningan, hal ini disebabkan kandungan karoten dalam susu. Secara umum warna