Top Banner
Pendidikan Karakter Bagi Mahasiswa. Eny Winaryati 39 BAB 4 URGENSI PENDIDIKAN KARAKTER A. Urgensi Pendidikan Karakter Pada 1900-an, pendidikan karakter dan pengembangan sistem nilai siswa hampir menghilang dan lebih banyak menekankan pada akademisi. Sekarang, saat mulai abad ke-21, minat baru dalam pendidikan karakter telah mulai lebih jelas dari sebelumnya. Peristiwa tragis di dalam dan sekitar lingkungan sekolah dan peningkatan jumlah kenakalan remaja menjadikan instrospeksi pada kita semua bahwa ada sesuatu yang salah pada sifat anak- anak kita. Salah satu asumsi yang dibuat oleh pendidik pada umumnya adalah bahwa banyak anak-anak memiliki kesalahan dalam penerimaan tentang makna nasehat dan penghormatan, tanggung jawab, kejujuran, kebenaran, kepedulian, kewarganegaraan, dan karakter diinginkan yang lain (Hayes & Hagedorn, 2000). Selama ini pendidik bicara panjang tentang keaksaraan, sebagai upaya untuk meningkatkan tingkat melek huruf sebagai misi utama pada lembaga dan akademisi. Pertanyaannya adalah, appakah banyak anak muda yang juga memiliki moral yang tidak baik juga buta huruf? Apakah kekerasan dan kejahatan di antara anak-anak dapat diselesaikan?. Apakah pendidikan Setelah perkuliahan ini, diharapkan mahasiswa: a. Mampu mendiskusikan urgensi pendidikan karakter. b. Mampu menerangkan hakekat pendidikan karakter. c. Mampu menjelaskan langkah-langkah pelaksanaaan pendidikan karakter pada diri sendiri, masyarakat dan kampus.
28

Pendidikan Karakter Bagi Mahasiswa. Eny Winaryati BAB 4

Oct 04, 2021

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Pendidikan Karakter Bagi Mahasiswa. Eny Winaryati BAB 4

Pendidikan Karakter Bagi Mahasiswa. Eny Winaryati

39

BAB 4 URGENSI PENDIDIKAN KARAKTER

A. Urgensi Pendidikan Karakter

Pada 1900-an, pendidikan karakter dan pengembangan sistem nilai

siswa hampir menghilang dan lebih banyak menekankan pada akademisi.

Sekarang, saat mulai abad ke-21, minat baru dalam pendidikan karakter telah

mulai lebih jelas dari sebelumnya. Peristiwa tragis di dalam dan sekitar

lingkungan sekolah dan peningkatan jumlah kenakalan remaja menjadikan

instrospeksi pada kita semua bahwa ada sesuatu yang salah pada sifat anak-

anak kita. Salah satu asumsi yang dibuat oleh pendidik pada umumnya adalah

bahwa banyak anak-anak memiliki kesalahan dalam penerimaan tentang

makna nasehat dan penghormatan, tanggung jawab, kejujuran, kebenaran,

kepedulian, kewarganegaraan, dan karakter diinginkan yang lain (Hayes &

Hagedorn, 2000).

Selama ini pendidik bicara panjang tentang keaksaraan, sebagai upaya

untuk meningkatkan tingkat melek huruf sebagai misi utama pada lembaga

dan akademisi. Pertanyaannya adalah, appakah banyak anak muda yang juga

memiliki moral yang tidak baik juga buta huruf? Apakah kekerasan dan

kejahatan di antara anak-anak dapat diselesaikan?. Apakah pendidikan

Setelah perkuliahan ini, diharapkan mahasiswa: a. Mampu mendiskusikan urgensi pendidikan karakter.

b. Mampu menerangkan hakekat pendidikan karakter.

c. Mampu menjelaskan langkah-langkah pelaksanaaan pendidikan

karakter pada diri sendiri, masyarakat dan kampus.

Page 2: Pendidikan Karakter Bagi Mahasiswa. Eny Winaryati BAB 4

Pendidikan Karakter Bagi Mahasiswa. Eny Winaryati

40

karakter tidak perlu diimplementasikan ke dalam kurikulum sekolah?. Jenis

program pendidikan karakter yang efektif seperti apakah yang akan

disampaikan?.

Filosuf berpengaruh Amerika dan seorang pendidik, John Dewey,

mengambil pendidikan moral sebagai inti dari tugas sekolah. Namun sejak

tahun 1930-an sebagai tujuan terakhir pendidikan di sekolah perkembangan

literasi dasar menjadi prioritas dan pengembangan nilai karakter menjadi

yang kedua. Sejak tahun 1960-an guru telah menurunkan perannya untuk

menanamlan nilai-nilai karakter. Wynne & Walberg berpendapat bahwa

kompetensi akademis dan pengembangan karakter tidak saling eksklusif,

Kemerosotan akhlak, Geng

Remaja

Degradasi wawasan

kebangsaan,

Memudarnyakarakter bangsa.

Perilaku individualisme

Pragmatisme

Liberalisme

Bergesernya nilai etika

dalam kehidupan

berbangsa dan bernegara

Keanekaragaman hayati, agama,

budaya, bahasa, dan etnis sbg mozaik,

sbg modal kekuatan bangsa, juga

terancam hilang.

Gambar 7. Fakta dan Fenomena Kemunduran Moral Bangsa

Page 3: Pendidikan Karakter Bagi Mahasiswa. Eny Winaryati BAB 4

Pendidikan Karakter Bagi Mahasiswa. Eny Winaryati

41

tetapi saling melengkapi. Karena sekaligus akan menjawab tujuan

pembelajaran "mengapa" sekaligus juga "bagaimana".

MENIL

Aku panggil engkau si Menil.

Agar kelak ber-energi dan lincah

Membisikkan nilai-nilai keruhaniahan.

Agar tak bising pada keramaian, kejumudan, kemunafikan.

Kesombongan yang kini telah meliuk dalam periuk kalbu.

Menutupi badan karena telanjur mengenakan tameng badan.

Kemunduran, lahirkan jargon modernitas nan semu.

Otakpun bak dikebiri, tertinggal jauh sekali.

Lupakan harkat dan jati diri. Terlena, terlengah dari prestasi.

Hedonistik merambah diranah-ranah sosial. Menjadi pengawal pada pengikutnya yang

banyak menyusul. Bak panglima kebesaran, yang diagungkankan.

Individualistis menyuarakan kemenangan dipelosok penjuru, digadang-gadang kelak

menjadi pembesar negeri. Menutup kebersamaan dibalik tirai kelam.

Kerakusan memenangkan dalam setiap kesempatan. Membalikkan kebersamaan yang

dicitakan...........................................................

(MENIL: Model Evaluasi Nilai-Nilai Luhur)

Tampaknya semua orang yang masih mencari cara strategis yang

akan mengubah siswa menjadi individu yang bertanggung jawab yang

memiliki semua dari karakter positif yang diinginkan oleh masyarakat.

Sayangnya, terlalu banyak program yang mengusulkan untuk mengajarkan

pendidikan karakter hanya menyentuh permukaan. Sebagian besar dari

program ini hanya mengajar anak-anak untuk mematuhi aturan daripada

membantu mereka mengembangkan karakter independen yang kuat. Sekolah

menghabiskan jutaan dolar untuk program paket, yang dirancang untuk

mengajarkan pendidikan karakter, seiring dengan itu masyarakat tetap terus

memproduksi lebih "characters" dari siswa "with character." Pendidikan

karakter seharusnya tidak hanya menjadi kurikulum saja, tetapi bagaimana

agar dapat hidup setiap hari pada anak-anak. Tantangan bagi semua

pendidik adalah harus membantu siswa agar tumbuh sebagai makhluk yang

bermoral dan untuk melengkapi mereka dengan sumber daya internal agar

Page 4: Pendidikan Karakter Bagi Mahasiswa. Eny Winaryati BAB 4

Pendidikan Karakter Bagi Mahasiswa. Eny Winaryati

42

bertindak yang sesuai. Perlu adanya pergeseran bahwa pendidikan karakter

ini adalah suatu kebutuhan, yang dikerjakan tidak saja karena adanya

program. Harus adanya suatu pergeseran bahwa pendidikan karakter harus

dipandang sebagai keterpanggilan dari hati dan pikiran agar terjadi

perubahan ke arah yang lebih baik. Bagaimana pelatihan yang mungkin dapat

dilakukan, menjadi kunci agar menjadi generasi yang lebih bertanggung

jawab.

Dalam pendidikan yang terpenting adalah otak dan kalbu. Otak

(pikiran) dan kalbu hati yang paling kuat menggerak seseorang itu ”bertutur

kata dan bertindak”. Pertanyaannya adalah, apakah pendidikan kita telah

mengakomodir kedua bagian di atas? Apakah pembelajaran kita telah

memberikan peluang bagi peserta didik untuk multi kecerdasan yang mampu

mengembangkan sikap-sikap; kejujuran, integritas, komitmen, kedisipilinan,

visioner, dan kemandirian?. Mari kita feedback terhadap perkembangan dunia

pendidikan di Inonesia selama satu abad yang lalu.

Tokoh pertama pendidikan adalah KH Ahmad Dahlan pendiri

Muhammadiyah. Beliau sangat dikenal sebagai pembaharu. KH Ahmad

Dahlan pada tahun 1918 mendirikan sekolah dengan nama “Qismul Arqa” di

Gambar 8. Dua Hal Kesuksesan Seseorang

Page 5: Pendidikan Karakter Bagi Mahasiswa. Eny Winaryati BAB 4

Pendidikan Karakter Bagi Mahasiswa. Eny Winaryati

43

kampoeng Kauman Yogyakarta. Enam tahun setelah Muhammadiyah berdiri

yakni pada18 November 1912 M. Namanya al-Qismu al-Arqo namanya

berubah menjadi Hogere Muhammadiyah School, kemudian Kweekshool

Islam, dan kemudian Kweekschool Muhammadiyah. Baru kemudian menjadi

Muallimin Muhammadiyah. Tujuan sekolah ini adalah mencetak mubaligh,

guru dan pemimpin Muhammadiyah, dengan mengadopsi system dan metode

modern, dan kurikulumnya ditambah dengan pelajaran ilmu umum,

(id.wikipedia.org/wiki/Muallimin).

Tokoh pendidikan di Indonesia yang sifatnya nasional adalah R.M.

Soewardi Soerjaningrat, atau lebih dikenal sebagai Ki Hajar Dewantara, yang

mendirikan perguruan Taman Siswa pada 3 Juli 1922 di Yogyakarta, dengan

nama “Nationaal Onderwijs Instituut Taman Siswa”. Ki Hajar Dewantara

tidak ragu mencantumkan kata “nationaal” pada nama perguruannya, dengan

tujuan untuk mengupayakan kemerdekaan bangsa dari belenggu penjajahan.

Beliau sangat terkenal dengan falsafah pendidikannya yang berbunyi: “ing

ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani”.

Artinya: “di depan memberi teladan, di tengah menyemangati, dan

mengiringkan dari belakang sambil memberi kekuatan”. Tokoh ini

mendorong diberikannya juga bahan-bahan ajar yang digali dari kebudayaan

setempat, sehingga dapat dikatakan bahwa kiprahnya dalam penyelenggaraan

pendidikan itu adalah juga merupakan suatu gerakan budaya.

Tokoh pendidikan terkemuka kedua yang perlu disebut adalah

Engkoe Mohammad Sjafei yang pada 31 Oktober 1926 mendirikan

“Perguruan Ruang Pendidik INS Kayutanam” di suatu desa kecil bernama

Kayutanam di Sumatra Barat. Ada lima garapan utama yang dikembangkan

dalam perguruan tersebut, yaitu: (a) kemerdekaan berpikir (dalam bentuk

inovasi/kreativitas), (b) pengembangan ilmu pengetahuan, talenta/bakat

(sebagai rakhmat Tuhan), dan potensi diri, (c) kemandirian dan

Page 6: Pendidikan Karakter Bagi Mahasiswa. Eny Winaryati BAB 4

Pendidikan Karakter Bagi Mahasiswa. Eny Winaryati

44

entrepreneurship, (d) etos kerja, serta (e) akhlak mulia (sebagai

pengejawantahan dari agama, etika, dan estetika).

Beliau juga menyampaikan beberapa falsafah pendidikan diantaranya:

“Jangan minta buah mangga kepada pohon rambutan, tapi jadikanlah setiap

pohon menghasilkan buah yang manis”; “Salah satu alat besar yang bisa

mengubah keadaan kita dan menolong mengejar ketinggalan-ketinggalan

adalah Pendidikan yang bersifat aktif positif dan belajar menurut bakat”;

“Barang siapa yang mengeluh, ia kalah”; “Bangsa Indonesia tak dapat tidak

akan mendapat manfaat yang sangat besar apabila juga berpikir kritis dan

logis”; “Pelajaran pekerjaan tangan tidak hanya mengenai ketrampilan saja,

banyak lagi sangkutannya dengan perkembangan jiwa si pelajar”, “Jadilah

engkau, menjadi engkau”, dan lain-lain, (Depdiknas,2010).

Kiranya kutipan-kutipan di atas dapat digunakan untuk melakukan

pendekatan dalam pembelajaran.

Dapat pula dikatakan bahwa

Engkoe Mohammad Sjafei telah

lebih dahulu menerapkan

pendekatan pembelajaran yang

jauh di kemudian hari dirumuskan

orang sebagai “student-centered

learning” (Depdiknas, 2010).

Menurut Howard Gardner,

seseorang memiliki peluang yang

sangat besar untuk berhasil dalam

hidupnya, bila tiga dari tujuh

talentanya dapat berkembang

dengan baik. Karakter pada

dasarnya merupakan gabungan

Saya ingat betul pak, waktu itu hujan sangat

deras. Saya menduga bu Muslimah tak akan

datang mengajar ke sekolah kami. Ternyata,

beliau datang dengan lindungan pelepah

daun pisang. Sejak itu saya berjanji, dewasa

nanti saya akan menceritakan kisah ini

kepada semua orang. Saya akan

menuliskannya dalam sebuah buku.” (Curhat

Andrea Hirata dihadapan Presiden SBY dan

Ibu Ani)

Guru sederhana di kampung nan jauh

di Belitong, dengan kondisi sekolah yang

mengenaskan. Murid yang pas-pasan, dan

terancam dibubarkan. Tetapi memiliki

karakter yang kuat, salah satunya

digambarkan Andrea Hirata di atas. Telah

menjadi motivasi salahsatu muridnya

(Andrea Hirata) menjadi murid yang gigih

belajar dan kemudian membuktikan

ucapannya di atas, sehingga menjadi karya

yang berkualitas dalam menggugah

kesadaran pentingnya karakter pendidik

dalam dunia pendidikan. Bahkan karakter

pendidik dalam kehidupan ini.

Page 7: Pendidikan Karakter Bagi Mahasiswa. Eny Winaryati BAB 4

Pendidikan Karakter Bagi Mahasiswa. Eny Winaryati

45

dari talenta verbal, interpersonal dan intrapersonal. Bila kita anggap

asumsi tadi benar maka dengan berkarakter baik saja hidup seseorang akan

berhasil apalagi bila ia juga “baik atau bahkan luar biasa” dalam kemampuan

akademisnya.

Perwujudan pendidikan karakter telah diamanatkan dalam RPJPN,

bahwa fungsi dan tujuan pendidikan nasional, yaitu “mengembangkan dan

membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya

potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa

kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,

Hasil studi Dr. Marvin Berkowitz dari University of Missouri- St. Louis: terjadinya peningkatanmotivasi siswa dalam meraih prestasi akademik, pada sekolah yang menerapkan pendidikankarakter.

Kelas-kelas yang secara komprehensif terlibat dalam pendidikan karakter menunjukan penurunan drastis pada perilaku negatif siswa yang dapat menghambat keberhasilan akademik.

Pendidikan karakter adalah pendidikan budi pekerti plus, yaitu melibatkan aspek pengetahuan (cognitive), perasaan (feeling), dan tindakan (action), yang harus dilaksanakan secara sistematis dan berkelanjutan. (Thomas Lickona).

Buku Emotional Intelligence and School Success (Joseph Zins, et.al, 2001) mengkompilasikan berbagai hasil penelitian tentang pengaruh positif kecerdasan emosi anak terhadap keberhasilan di sekolah.

Dari data hasil survei pada 1970 dan 1980 terhadap orang tua dan para pendidik menunjukan bahwa anak-anak generasi sekarang lebih sering mengalami persoalan emosional dibanding generasi terdahulu.

Gambar 9. Data Hasil-Hasil Penelitian Pendidikan Karakter

Page 8: Pendidikan Karakter Bagi Mahasiswa. Eny Winaryati BAB 4

Pendidikan Karakter Bagi Mahasiswa. Eny Winaryati

46

kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta

bertanggungjawab” (Sumber: Undang-undang Republik Indonesia Nomor20

Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional--UUSPN). Rencana Aksi

Nasional Pendidikan Karakter (2010) bahwa pendidikan karakter disebutkan

sebagai pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral,

pendidikan watak yang bertujuan mengembangkan kemampuan seluruh

warga sekolah untuk memberikan keputusan baik-buruk, keteladanan,

memelihara apa yang baik dan mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan

sehari-hari dengan sepenuh hati.

B. Reformasi Pendidikan

Pelaksanaan pendidikan sangat perlu untuk dievluasi, dan dirunut

benang-merahnya dari dampak yang sekarang ini mengindikasikan

kemerosotan. Revormasi pendidikan menjadi urgen untuk dilakukan. Hal

yang paling pertama adalah melakukan kajian yang mendalam tentang

implementasi kurikulumnya. Berbagai persoalan yang terjadi dan menelaah

konsep pendidikan oleh pendahulu perlu dilakukan. Tuntutan pendidikan

karakter pada sekolah menjadi hal yang sangat penting untuik ditanamkan

dan diimplementasikan.

Implementasi kurikulum seharusnya tifak kaku, tetapi sangat dinamis

dan harus menyesuaikan dengan situasi dan kondisi yang ada. Implementasi

kurikulum dalam pembelajaran dapat dilakukan dengan berbagai cara,

seperti: metode pembelajaran yang komunikatif, ketersediaan sarana dan

prasarana yang mendukung keterlaksanaan pendidikan karakter bagi peserta

didik.

Implementasi pendidikan karakter adalah menselaraskan dan

mensinergikan dalam satu kesatuan (holistis) antara olah pikir, olah hati, olah

raga, dan olah rasa/karsa. Olah pikir dan olah hati yang mencakup proses

Page 9: Pendidikan Karakter Bagi Mahasiswa. Eny Winaryati BAB 4

Pendidikan Karakter Bagi Mahasiswa. Eny Winaryati

47

intrapersonal merupakan landasan untuk mewujudkan proses interpersonal

berupa olah raga dan olah rasa/karsa. Guru dapat mentransformasikan logika

berpikir dan laku spiritual kepada para murid dibarengi dengan pengawasan

terhadap tingkah laku (amanah) dan jaringan sosial (tabligh) yang tengah

dilakoni oleh mereka.

Undang-UndangNo. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional (bab 2 pasal 3), telah melakukan inovasi dalam rangka pencapaian

tujuan pendidikan nasional. Salah satu bentuk inovasi ini adalah

dicanangkannya pendidikan karakter bangsa melalui berbagai proses

pendidikan. Dari fungsi dan tujuan yang ingin dicapai, pendidikan karakter

tidak hanya merupakan inovasi pendidikan, tetapi juga merupakan reformasi

pendidikan yang harus dipersiapkan dan dilaksanakan dengan benar serta

melibatkan setiap pihak yang terkait dengan penyelenggaraan pendidikan.

Hal ini berarti bahwa pendidikan disetiap jenjang, dirancang dan

diselenggarakan secara sistematis guna mencapai tujuan tersebut. Beragama,

beretika, bermoral, dan sopan santun dalam berinteraksi dengan masyarakat,

harus dipersiapkan, dilaksanakan, dan dievaluasi dengan baik dengan selalu

mengintegrasikan pendidikan karakter dalam pembelajaran.

C. Hakekat Pendidikan Karakter.

Pendidikan karakter harus dilakukan sepanjang hari pada seluruh

unsur sekolah baik guru, administrasi, dan staf lainnya. Staf diberi

kesempatan melakukan pemodelan dan guru mengajar secara lebih positif

dengan nilai-nilai karakter. Pendidikan karakter dilakukan secara terstruktur

dan berkelanjutan baik pada konsep dan proses kurikulum.

Penanaman nilai karakter disesuaikan dengan usia dan diterapkan

untuk semua tingkat kelas, mencakup keterampilan sosial dan emosional,

dari kelas awal (SD) sampai Perguruan Tinggi. Adalah penting untuk

Page 10: Pendidikan Karakter Bagi Mahasiswa. Eny Winaryati BAB 4

Pendidikan Karakter Bagi Mahasiswa. Eny Winaryati

48

menetapkan dasar yang kuat pada kelas awal (SD), karena akan menjadi

dasar dan terbangunnya karakater setelah mereka dewasa. Usia enam tahun

merupakan masa emas bagi anak, untuk mendapatkan pendidikan yang repat.

Pendidikan karakter bukanlah sebuah trend baru, namun pendidikan

karakter selalu menjadi penting dari misi sekolah. Bahkan sejak berdirinya

sekolah pada bangsa kita, selalu menempatkan pendidikan karakter menjadi

bagian integral dari sekolah. Sekarang ini muncul kembali dan digerakkan

karena disinyalir telah terjadi pergeseran misi penting ini.

Tujuan pendidikan nasional sangat luhur dalam pembentukan peserta

didik untuk menjadi anak bangsa yang memiliki nilai/karakter luhur. Tujuan

pendidikan nasional adalah “mencerdaskan kehidupan bangsa” (secara

eksplisit terdapat dalam Pembukaan UUD 1945). Oleh sebab itu menjadi

kewajiban pemerintah sebagai abdi dan alat negara untuk mengupayakan

agar setiap warga negara dapat memperoleh pengajaran/pendidikan yang

menjadi haknya itu, demi terwujudnya suatu kehidupan bangsa yang cerdas,

yang menjadi cita-cita kemerdekaan nasional kita.

GBHN menyampaikan bahwa "Pendidikan nasional berdasarkan

Pancasila, bertujuan untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia yaitu

Gambar 10. Filosofi Pendidikan Karakter

(Sumber: Ginanjar, A. 2002)

Page 11: Pendidikan Karakter Bagi Mahasiswa. Eny Winaryati BAB 4

Pendidikan Karakter Bagi Mahasiswa. Eny Winaryati

49

manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa,

berbudi pekerti luhur, berkepribadian, berdisiplin, bekerja keras, tangguh,

bertanggungjawab, mandiri, cerdas dan terampil serta sehat jasmani dan

rohani. Pendidikan nasional juga harus mampu menumbuhkan dan

memperdalam rasa cinta pada Tanah Air, mempertebal semangat kebangsaan

dan rasa kesetiakawanan sosial. Sejalan dengan itu dikembangkan iklim

belajar dan mengajar yang dapat menumbuhkan rasa percaya pada diri sendiri

serta sikap dan perilaku yang inovatif dan kreatif. Dengan demikian

pendidikan nasional akan mampu mewujudkan manusia-manusia

pembangunan yang dapat membangun dirinya sendiri serta bersama-sama

bertanggung jawab atas pembangunan bangsa.

Pendidikan karakter bukan hal yang baru dalam Sistem Pendidikan

Nasional Indonesia. Secara realita, sebelum pendidikan karakter dicanangkan

Gambar 11. Implementasi Pendidikan Karakter (Sumber: Depdiknas 2011)

Page 12: Pendidikan Karakter Bagi Mahasiswa. Eny Winaryati BAB 4

Pendidikan Karakter Bagi Mahasiswa. Eny Winaryati

50

secara luas, telah masuk ke dalam mata pelajaran PPKN, dan agama. Namun

demikian, pembinaan watak melalui kedua mata pelajaran tersebut belum

membuahkan hasil yang memuaskan karena beberapa hal, yaitu:

1) Kedua mata pelajaran tersebut cenderung baru membekali pengetahuan

mengenai nilai-nilai melalui materi/substansi mata pelajaran.

2) Kegiatan pembelajaran pada kedua mata pelajaran tersebut pada umumnya

belum secara memadai mendorong terinternalisasinya nilai-nilai oleh

masing-masing peserta didik, sehingga peserta didik belum menampilkan

perilaku dengan karakter yang diharapkan.

3) Menggantungkan pembentukan watak peserta didik melalui kedua mata

pelajaran saja tidak cukup. Pengembangan karakter peserta didik perlu

melibatkan lebih banyak lagi mata pelajaran, bahkan semua mata

pelajaran.

4) Selain itu, kegiatan pembinaan peserta didik dan pengelolaan sekolah dari

hari ke hari perlu dirancang sedemikian rupa secara terencana dengan baik

dan dilaksanakan untuk mendukung pendidikan karakter yang benar-benar

terprogramkan (Depdiknas, 2011).

D. Strategi Pelaksanaan Pendidikan Karakter pada Perguruan Tinggi.

Strategi adalah pendekatan secara keseluruhan yang berkaitan dengan

pelaksanaan gagasan, perencanaan, dan eksekusi sebuah aktivitas dalam

kurun waktu tertentu, (http://id.wikipedia.org/wiki/Strategi). Strategi

pelaksanaan pendidikan Karakter bagi Perguruan Tinggoi (PT) merupakan

suatu pendekatan dengan mendayagunakan segala potensi terkait yang

dibutuhkan, untuk melaksanakan pendidikan karakter pada PT.

1) Inner Capacity

Coleman, penyusun kamus ”Dictionary of Psychology”

mempopulerkan istilah Inner Capacity. Pengasahan Inner Capacity adalah

Page 13: Pendidikan Karakter Bagi Mahasiswa. Eny Winaryati BAB 4

Pendidikan Karakter Bagi Mahasiswa. Eny Winaryati

51

usaha pengembangan kreatifitas, proaktifitas, (daya hidup dan

kewirausahaan) inovasi, dan imajinasi (daya pikir dan nalar serta daya kalbu)

mahasiswa. Misi pengembangan program inner capacity adalah mendidik

seseorang memiliki kapasitas pribadi yang bisa dikembangkan secara dinamis

untuk mengahadapi situasi yang berbeda-beda. Pengembangan Inner

Capacity adalah pengembangan kemampuan yang tidak tangible (tidak

observable) atau tidak mudah dideteksi (karenaberasal dari ruh illahi), namun

secara nyata menjadi competence (kompetensi), which is a capacity or ability

(berupa kapasitas dan kemampuan) yang efektif dan efisien untuk

menyelesaikan suatu tugas tertentu secara tuntas.

Inner capacity terlahir dari diriyang paling dalam, dari diri manusia

yang bersumber dari ruh Ilahi. Sementara ruh dalam diri manusia

sebagaimana diungkap oleh Ikhwanushafa merupakan substansi yang

naturnya spiritual, melangit tanpa batas, bercahaya, tidak gelap hati dan

perilakunya, hidup tidak mati, tidak fatalis, dan cerdas, potensial, aktif.

Hossen Naser menulis :”The goal of education is to enable the soul to

actualize these potential possibilities, thereby perfecting it and preparing it

for eternal life”. Tujuan pendidikan adalah membuat potensi-potensi

tersebut dimungkinkan untuk aktif dan tidak tidur, serta

menuju kesempurnaan mempersiapkan diri buat menghadapi hidup yang

abadi.

Tujuan dari inner capacity tiada lain untuk mempersiapkan

mahasiswa agar kreatif dan imajinatif, berdaya memiliki kesiapan

menghadapi kenyataan hidup. Dewasa ini telah terjadi pergeseran “power”

dari hierarki pengetahuan formal ke hierarki kreatifitas dan imajinasi.

Terpenting adalah kreatifitas dan imajinasi yang tinggi harus dibungkus

dengan akhlak mulia sebagaimana tertuang dalam Quran dan sunnah.

Pendidikan diharapkan melakukan suatu akselerasi power, jiwa

Page 14: Pendidikan Karakter Bagi Mahasiswa. Eny Winaryati BAB 4

Pendidikan Karakter Bagi Mahasiswa. Eny Winaryati

52

entrepreunership, pesantren perlu mendapatkan live skills, pengembangan

inner capacity, perlunya arts education, dan pentingnya intrepreunership.

Program studi/fakultas harus menyadari pentingnya memahami perubahan

pesat yang sedang terjadi ini.

Mahasiswa diarahkan untuk dapat

memiliki inner capacity yang dirancang

dalam suatu program kegiatan untuk

mahasiswa baru, yang dapat dilaksanakan

selama dua semester. Program berfungsi

sebagai media untuk membantu

mahasiswa memperkuat identitas pribadi,

memberikan arahan hidup, meningkatkan kreatifitas, proaktifitas, dan

imajinasi mahasiswa, meningkatkan ketaqwaan dan keimanan, meningkatkan

kapasitas belajar dan membangun serta mengembangkan pengetahuan

dan kompetensi mereka masing-masing bagi diri mereka sendiri untuk

menghadapi situasi yang berbeda beda.

2) Contract of expectation

Strategi dan implementasi yang patut dilakukan di perguruan tinggi

adalah pembiasaan sejak mahasiswa mendaftar ulang sampai masuk dengan

serentetan aturan dan implementasi aturan perjanjian dan sanksi yang jelas

terukur dan tidak berlebihan. Awal masuk mahasiswa sudah disuguhi

contract of expectation.

3) Pendekatan Holistic

Pengembangan karakter di perguruan tinggi dilakukan dengan

pendekatan holistic (terintegrasi dan tersinkronisasi), pada semua aspek yang

ada dalam lingkungan perguruan tinggi. Implementasi nilai-nilai karakter

dilaksanakan dengan pendekatan holistik dalam pengembangan keseluruhan

aspek kognitif, emosional, dan perilaku. Mahasiswa memahami nilai-nilai

Pesantren perlu mendapatkan

live skills, pengembangan inner

capacity, perlunya arts

education, dan pentingnya

intrepreunership

Page 15: Pendidikan Karakter Bagi Mahasiswa. Eny Winaryati BAB 4

Pendidikan Karakter Bagi Mahasiswa. Eny Winaryati

53

inti dengan mempelajari dan mendiskusikannya, mengamati perilaku model,

dan mempraktekkan pemecahan masalah yang melibatkan nilai-nilai.

Mahasiswa belajar peduli terhadap nilai-nilai inti dengan pengembangkan

keterampilan empati, membentuk hubungan yang penuh perhatian,

membantu menciptakan komunitas beradab, mendengar cerita ilustratif dan

inspiratif, dan merefleksikannya dalam kehidupan.

4) Kolaborasi.

Perlu dilakukan kolaborasi pada seluruh komponen yang ada di

perguruan tinggi, mahasiswa, dosen, staff, para wali mahasiswa, pemilik

rumah kos, masyarakat sekitar kampus, serta komunitas lainnya. Penerapan

nilai-nilai di perguruan tinggi hendaknya sama penekanannya dengan bidang

akademik pada umumnya. Melalui kolaborasi ini, akan terjadi suatu

kebersamaan pada seluruh elemen masyarakat agar terjadi akselerasi

penanaman nilai-nilai karakter.

5) Model Pendekatan.

Model pendekatan dapat berupa dialog berperadaban, problem

solving dan sentuhan kalbu. Model pembelajaran yang dibangun bersifat aktif

dan mampu mendorong mahasiswa tersentuh untuk berbuat sesuatu (proaktif

oleh mahasiswa), (Arsyad, A ., 2010).

6) Kegiatan Penguatan Nilai Karakter

Pengembangan pendidikan karakter di sekolah dilaksanakan dengan

prinsip pembelajaran melalui kegiatan yang mengusahakan agar peserta didik

mengenal dan menerima nilai-nilai karakter sebagai milik mereka dan

bertanggung jawab atas keputusan yang diambilnya melalui tahapan

mengenal pilihan, menilai pilihan, menentukan pendirian, dan selanjutnya

menjadikan suatu nilai sesuai dengan keyakinan diri. Inti dari prinsip

pembelajaran, peserta didik belajar melalui proses berpikir, bersikap, dan

berbuat. Ketiga proses ini dimaksudkan untuk mengembangkan kemampuan

Page 16: Pendidikan Karakter Bagi Mahasiswa. Eny Winaryati BAB 4

Pendidikan Karakter Bagi Mahasiswa. Eny Winaryati

54

peserta didik dalam melakukan kegiatan sosial dan mendorong peserta didik

untuk melihat diri sendiri sebagai makhluk sosial.

Balitbang Puskur Kemdiknas dan dikembangkan oleh Budimansyah,

dkk (2010), menyampaikan perlunya prinsip-prinsip penguatan pendidikan

karakter pada Perguruan Tinggi. Tujuannya untuk pengembangan nilai-nilai

pendidikan budaya dan karakter. Prinsip-prinsipnya adalah sebagai berikut:

1) Berkelanjutan mengandung makna bahwa proses pengembangan nilai-

nilai karakter bangsa merupakan sebuah proses panjang dimulai dari

awal peserta didik masuk sampai selesai dari suatu satuan pendidikan.

Awal penanaman nilai karakter dimulai dari kelas 1 SD atau tahun

pertama sampai perguruan tinggi.

2) Melalui semua mata pelajaran, pengembangan diri, dan budaya

sekolah; mensyaratkan bahwa proses pengembangan nilai-nilai budaya

dan karakter bangsa dilakukan melalui setiap mata pelajaran, dan dalam

setiap kegiatan kurikuler dan ekstrakurikuler. Kegiatan pembelajaran

yang memfasilitasi dipraktik-kannya nilai-nilai dalam setiap aktivitas

pembelajaran di dalam dan di luar kelas untuk semua mata pelajaran.

Pendidikan karakter juga diintegrasikan ke dalam pelaksanaan kegiatan

pembinaan peserta didik. Selain itu juga seluruh bentuk layannan yang

diberikan sekolah/kampus kepada siswa/mahasiswa. Gambar berikut

ini memperlihatkan pengintegrasian nilai-nilai melalui jalur-jalur itu.

NILAI

Pengembangan Diri

Mata Pelajaran

Budaya Sekolah

Page 17: Pendidikan Karakter Bagi Mahasiswa. Eny Winaryati BAB 4

Pendidikan Karakter Bagi Mahasiswa. Eny Winaryati

55

3) Pembinaan karakter melalui kegiatan kurikuler mata pelajaran/mata

kuliah Pendidikan Kewarganegaraan dan Pendidikan Agama harus

sampai melahirkan dampak instruksional (instructional effect) dan

dampak pengiring (nurturant effect), sedangkan bagi mata

pelajaran/mata kuliah lain cukup melahirkan dampak pengiring.

4) Nilai tidak diajarkan tapi dikembangkan (value is neither caughtnor

aught, it is learned) (Hermann, 1972). Hal ini mengandung makna

bahwa materi nilai-nilai dan karakter bangsa bukanlah bahan ajar biasa.

Tidak semata-mata dapat ditangkap sendiri atau diajarkan, tetapi lebih

jauh diinternalisasi melalui proses belajar. Artinya, nilai-nilai tersebut

tidak dijadikan pokok bahasan yang dikemukakan seperti halnya ketika

mengajarkan suatu konsep, teori, prosedur, atau pun fakta seperti dalam

mata pelajaran tertentu. Proses pendidikan dilakukan peserta didik

secara aktif dan menyenangkan

5) Proses pendidikan dilakukan peserta didik secara aktif dan

menyenangkan; prinsip ini menyatakan bahwa proses pendidikan nilai

budaya dan karakter bangsa dilakukan oleh peserta didik bukan oleh

guru. Guru menerapkan prinsip ”tut wuri handayani” dalam setiap

perilaku yang ditunjukkan peserta didik. Prinsip ini juga menyatakan

bahwa proses pendidikan dilakukan dalam suasana belajar yang

menimbulkan rasa senang dan tidak indoktrinatif.

7) Komitmen Pelaksanaan Pendidikan Karakter.

Pendidikan karakter harus dilakukan dengan usaha sungguh-sungguh,

sitematik dan berkelanjutan. Seluruh orang Indonesia harus dibangkitkan dan

diberi penguatan kesadaran serta keyakinan bahwa masa depan akan menjadi

lebih baik jika karakter rakyat Indonesia dibangun. Masa depan akan menjadi

lebih baik jika diwujudkan kejujuran, disiplin diri, kegigihan, semangat

belajar yang tinggi, mengembangkan rasa tanggung jawab, memupuk

Page 18: Pendidikan Karakter Bagi Mahasiswa. Eny Winaryati BAB 4

Pendidikan Karakter Bagi Mahasiswa. Eny Winaryati

56

persatuan di tengah-tengah kebinekaan, semangat berkontribusi bagi

kemajuan bersama.

Salah satu kelemahan dalam sistem pendidikan di Indonesia adalah

bahwa pendidikan yang diterapkan di sekolah termasuk di perguruan tinggi

menuntut untuk memaksimalkan kecakapan dan kemampuan kognisi. Dalam

hal ini, seringkali pendidikan karakter pada peserta didik terabaikan. Saat ini

pemerintah berupaya untuk menekankan adanya muatan karakter sehingga

pendidikan untuk semua jenjang dapat seimbang. Inti dari pendidikan

karakter adalah pendidikan yang menekankan pembentukan nilai-nilai

karakter pada mahasiswa. FW Foerster yang hidup dari tahun 1869-1966,

memberikan gagasan tentang “nilai-nilai luhur kemanusiaan”, dewasa ini

dikenal dengan pendidikan karakter. Beliau menyampaikan bahwa tujuan

pendidikan adalah mengembangkan karakter seseorang melalui metode

belajar dan pembelajaran. Inti tentang pendidikan karakter adalah

terbentuknya karakter yang utuh antara perilaku dan sikap, sehingga

membentuk pribadi yang kuat identitas karakternya. Terkait dengan hal di

atas, maka langkah penerapan pendidikan karakter pada perguruan tinggi

menurut FW Foerster, adalah:

1) Pendidikan karakter menekankan setiap tindakan berpedoman

terhadap nilai normatif. Mahasiswa menghormati norma-norma yang

ada dan berpedoman pada norma tersebut. Kepatuhan terhadap norma,

akan berdampak pada ketaatan untuk melakukannya.

2) Adanya koherensi atau membangun rasa percaya diri dan keberanian,

dengan begitu mahasiswa akan menjadi pribadi yang teguh pendirian

dan tidak mudah terombang-ambing dan tidak takut resiko setiap kali

menghadapi situasi baru.

3) Adanya otonomi, yaitu mahasiswa menghayati dan mengamalkan

aturan dari luar sampai menjadi nilai-nilai bagi pribadinya. Dengan

Page 19: Pendidikan Karakter Bagi Mahasiswa. Eny Winaryati BAB 4

Pendidikan Karakter Bagi Mahasiswa. Eny Winaryati

57

begitu, mahasiswa mampu mengambil keputusan mandiri tanpa

dipengaruhi oleh desakan dari pihak luar.

4) Keteguhan dan kesetiaan. Keteguhan adalah daya tahan anak didik

dalam mewujudkan apa yang dipandang baik. Di sini kesetiaan

merupakan dasar penghormatan atas komitmen yang dipilih.

Berdasar pada empat ciri dasar pendidikan karakter di atas, maka perguruan

tinggi dapat mengambil kebijakan diantaranya:

1) Setiap perguruan tinggi perlu mencantumkan dalam visi dan misinya,

muatan karakter.

2) Setiap perguruan tinggi mengemban misi pemerintah untuk

mengembangkan pendidikan karakter bagi para mahasiswanya.

3) Pendidikan karakter di Perguruan Tinggi merupakan kelanjutan dari

implementasi pendidikan karakter di sekolah (PAUD sampai SLTA).

4) Pendidikan karakter menjadi bagian integral dalam proses

perkuliahan.

5) Pelaksanaannya dalam lingkungan akademik perlu didukung oleh

para tenaga kependidikan, infrastruktur pendukung, dan program-

program.

6) Perlunya pengembangan budaya akademik berbasis nilai-nilai

karakter

7) Perlu adanya ikatan dalam etika akademik yang tumbuh dari nilai-

nilai luhur dan berujung pada terbentuknya budaya akademik.

8) Perlu ditumbuhkannya dinamika eksternal kampus yang kondusif

untuk mendukung pelaksanaan pendidikan karakter di perguruan

tinggi.

9) Pelaksanaannya dan inti kegiatan Tridharma Perguruan Tinggi,

meliputi semua kegiatan pendidikan, penelitian, dan pengabdian

kepada masyarakat dilaksanakan dengan berkarakter.

Page 20: Pendidikan Karakter Bagi Mahasiswa. Eny Winaryati BAB 4

Pendidikan Karakter Bagi Mahasiswa. Eny Winaryati

58

10) Perlu adanya pembiasaan kehidupan keseharian di kampus yang

menjadi budaya kampus.

11) Perlunya optimalisasi kegiatan nyata dari kegiatan kemahasiswaan

yang mencakup berbagai bidang seperti pramuka, HW, olahraga,

karya tulis, kesenian, organisasi HIMA dan sebagainya.

Mengacu pada pendapat Budimansyah, dkk (2010), model pendidikan

karakter di perguruan tinggi dilakukan melalui empat aksi.

a. Pertama, melalui penguatan

Pendidikan

Kewarganegaraan dalam

kapasitasnya sebagai mata

kuliah umum yang menjadi

menu wajib bagi seluruh

mahasiswa yang diberikan

pada masa-masa awal

mahasiswa belajar di bangku

kuliah. Model yang pertama

ini diarahkan untuk

meningkatkan kualitas

pembelajaran dengan

menggunakan inovasi

pembelajaran Project Citizen

untuk membina karakter

demokratis dan partisipatif.

b. Kedua, mengoptimalkan

Layanan Bimbingan

Konseling kepada para

mahasiswa baik di dalam

Sesungguhnya bukan barang baru

Sejak dulu, tlah dimulai oleh pendahulu

Muhammadiyah tunjukkan sebagai pembaharu

Karakter luhur menjadi primadona

Terikuti oleh bapak taman siswa

Menggelar pendidikan agar bermakna

Harap cemas, menyerabut harap

Kandaskan empati, simpati, dan harga diri

Sirnakan hormat, tiarapkan harkat

Nilai bukan utama,

Jadikan anak bangsa,

meluntur rasa bangga,

Kalau jati diri dipatok murah sekali.

O, Kurikulum abad dua Satu

Idealism tertumpahkan

Melambung terbangkan angan

Bak pelangi lepas jangkauan

Dan semua menatap takjub nan heran,

Menggapai dalam kebingungan.

Mand set sulit ditaklukkan.

Telanjur jadi kebiasaan.

Para guru menjadi galau-terkebiri

Kesiapan belum dimiliki, ………………….……………

(Guru harus banyak belajar)

Page 21: Pendidikan Karakter Bagi Mahasiswa. Eny Winaryati BAB 4

Pendidikan Karakter Bagi Mahasiswa. Eny Winaryati

59

maupun di luar perkuliahan yang diarahkan untuk mendorong para

mahasiswa agar mampu menyelesaikan masalah dirinya sendiri dan

tumbuhnya kesadaran akan segala potensi yang dimilikinya. Melalui

berbagai pendekatan, game, dan strategi, potensi-potensi mahasiswa

dapat dikembangkan secara optimal, sehingga mahasiswa memiliki

kepercayaan diri untuk berkembang.

c. Ke-tiga, menyelenggarakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) yang

mendorong penguatan nilai-nilai karakter pada mahasiswa yang sedang

KKN.

d. Ke-empat melalui berbagai kegiatan baik yang diselenggarakan oleh

universitas, program studi, dosen, juga mahasiswa.

Berbagai program dapat dilakukan oleh perguruan tinggi melalui

kegiatan, (Ida Farida. 2012), antara lain:

1) Mengembangkan model pembelajaran berbasis pendidikan karakter di

tingkat sekolah dan pendidikan tinggi.

2) Melaksanakan seminar, diskusi, dan lokakarya tentang pendidikan

karakter dan pembinaan budaya universitas.

3) Menyelenggarakan kegiatan penelitian dan publikasi ilmiah yang

berfokus pada tema karakter dan pembudayaan melalui berbagai

tulisan di media cetak, wawancara, dialog, dan gelar wicara di media

elektronik.

4) Menyelenggarakan kegiatan diseminasi hasil penelitian tentang

pendidikan karakter ke berbagai institusi (jenis, jenjang, wilayah).

5) Menyelenggarakan pelatihan peningkatan kualitas sumber daya

manusia yang mendukung.

6) Menjalin kerja sama dengan institusi lain yang mendukung

tercapainya visi dan misi.

Page 22: Pendidikan Karakter Bagi Mahasiswa. Eny Winaryati BAB 4

Pendidikan Karakter Bagi Mahasiswa. Eny Winaryati

60

7) Mendorong kegiatan pendidikan karakter di dalam kegiatan

ekstrakurikuler dalam lembaga kemahasiswaan dan UKM.

8) Mendukung pembudayaan organisasi dengan pola kepemimpinan

yang religius, demokratis, adil, visioner, dan memberdayakan

bawahan.

9) Memberikan layanan konsultasi tentang implementasi pendidikan

karakter dalam pembelajaran dan pembudayaan kultur universitas.

E. Strategi Pendidikan Karakter Pada Tingkat Program Studi

1. Intervensi melalui kebijakan (Top- Down)

Strategi ini menggunakan enam strategi yang dilakukan secara

koheren ini disari dan dikembangkan dari Kemdiknas,2010),yaitu:

a) Sosialisasi

Kegiatan ini bertujuan untuk membangun kesadaran kolektif tentang

pentingnya pendidikan karakter pada lingkup/tingkat program studi,

melakukan gerakan kolektif dan pencanangan pendidikan karakter

untuk semua. Nilai mutu karakter disosialisasikan pada setiap peluang

yang memungkinkan untuk dilaksanakan, seperti pada lembar daftar

hadir mahasiswa, web program studi, Facebook, pada setiap buku

bahan ajar dan panduan bagi mahasiswa, serta poster.

b) Pengembangan regulasi

Untuk terus mengakselerasikan dan membumikan Nilai Pendidikan

Karakter, program studi bergerak mengkonsolidasi diri ditingkat

internal dengan melakukan upaya-upaya pengembangan untuk

memberikan rongga dan kesempatan yang kuat bagi pelaksanaan

kebijakan, program dan kegiatan pendidikan karakter.

c) Pengembangan kapasitas

Program studi secara komprehensif dan massif melakukan upaya-upaya

Page 23: Pendidikan Karakter Bagi Mahasiswa. Eny Winaryati BAB 4

Pendidikan Karakter Bagi Mahasiswa. Eny Winaryati

61

pengembangan kapasitas sumber daya pendidikan karakter. Sistem

pengembangannya melalui penguatan pada sumber daya terutama

dosen program studi. Seluruh dosen tetap program studi menjadi

pelaku terdepan dalam mengembangkan dan mensosialisikan nilai-nilai

karakter.

d) Kurikulum berbasis karakter

Pada program studi

memberlakukan beberapa

mata kuliah untuk

mendukung keterlaksanaan

pendidikan karakter. Mata

kuliah yang dimaksud

misalnya: Pendidikan

Karakter, Pendidikan

Agama, didukung dengan

beberapa matakuliah seperti

pengantar pendidikan, dan

psikologi pendidikan, dll.

e) Implementasi

Implementasi nilai pendidikan karakter dilakukan melalui berbagai

strategi dengan selalu mensinergikan berbagai hal yang terkait dengan

pelaksanaan pendidikan karakter dilingkup tugas pokok pembelajaran,

fungsinya sebagai tenaga pendidik, dengan sasaran mahasiswa.

f) Kerjasama

Melakukan kerjasama dengan berbagai sekolah dan lembaga profesi

guru, untuk penguatan nilai karakter pada siswa dan guru.

g) Monitoring dan evaluasi

Secara komprehensif kepala program studi dengan seluruh dosen

Dalam media hari ini, terbetik berita tentangmu. Terkabari kecakupan, keluasan dan kebesaranmu Gerakan tajdid jadi simbol Melekat erat dibaju hijau berpendar kuning emas. Jadikan perubahan bermakna dikisaran masa program unggulan nan strategis. mencuat kuat diantero. Bergaung-menggaung diruas-ruas putaran waktu. Jadikan core (inti) gerakan disela-sela perbincangan, peduli masa depan, atas anak-anak negeri kaum-kaum hawa dipelosok-pelosok negeri. yang tak terjamah tangan-tangan kekuasaan.

Page 24: Pendidikan Karakter Bagi Mahasiswa. Eny Winaryati BAB 4

Pendidikan Karakter Bagi Mahasiswa. Eny Winaryati

62

melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan pendidikan karakter.

Monitoring dan evaluasi sangat berperan dalam mengontrol dan

mengendalikan pelaksanaan pendidikan karakter pada program studi.

h) Penyebaran.

1) Strategi Penyebaran

Penyebaran nilai-nilai karakter di lingkungan internal perguruan

tinggi, atau di masyarakat dan sekolah-sekolah. Perlu disusun

strategi pembelajaran yang dapat mendukung penyebaran nilai

karakter semakin lebih luas lagi. Selain itu juga perlu disusun

strategi dan bentuk-bentuk penyebaran bahan–bahan yang

dimaksud (bukan hanya dikalangan Perguruan Tinggi tapi juga

dilingkungan masyarakat luas).

2) Dukungan Sarana dan Prasaran

Pemberian dukungan sarana, dan prasarana, untuk penyebarluasan

nilai-nilai karakter. Dukungan sarana, prasarana, dan pembiayaan

penyebaran direncanakan oleh program studi.

3) Kegiatan Pembelajaran

Kegiatan pembelajaran dalam kerangka pengembangan karakter

mahasiswa dapat menggunakan pendekatan belajar aktif seperti

pendekatan belajar kontekstual, pembelajaran kooperatif,

pembelajaran berbasis masalah, pembelajaran berbasis proyek,

pembelajaran pelayanan, pembelajaran berbasis kerja, dan ICARE

(Intoduction, Connection, Application, Reflection, Extension). Hal

ini dapat dilakukan sejak dosen mengawali pembelajaran, selama

proses berlangsung, pemberian tugas-tugas mandiri dan

terstruktur baik yang dilakukan secara individual maupun

berkelompok, serta penilaian proses dan hasil belajar.

4) Pengembangan budaya.

Page 25: Pendidikan Karakter Bagi Mahasiswa. Eny Winaryati BAB 4

Pendidikan Karakter Bagi Mahasiswa. Eny Winaryati

63

Pengembangan budaya melalui himbauan, stiker, dan poster yang

dipasang pada tempat-tempat tertentu untuk mengoptimalkan

kegiatan pembiasaan dan sehingga pengembangan budaya

tercipta.

(a) Kegiatan rutin

Kegiatan rutin yaitu kegiatan yang dilakukan peserta didik

secara terus menerusdan konsisten setiap saat. Misalnya

kegiatan sholat berjamaan terutama di lingkup kampus,

upacara besar kenegaraan, berdo’a sebelum pelajaran

dimulai dan diakhiri, dan mengucapkan salam apabila

masuk dalam ruang/kantor, tidak mencontek, melakukan

refleksi(masa hening) selama kurang lebih 5 menit, dll.

(b) Kegiatan spontan

Kegiatan yang dilakukan peserta didik secara spontan pada

saat itu juga, misalnya, mengumpulkan sumbangan ketika

ada musibah atau bencana.

(c) Keteladanan

Merupakan perilaku, sikap, mahasiswa, tenaga kependidikan

dan dosen, dalam memberikan contoh melalui tindakan-

tindakan yang baik sehingga diharapkan menjadi panutan.

Misalnya nilai disiplin (komitmen kehadiran baik dosen dan

mahasiswa), kebersihan, kerapihan, kasih sayang,

kesopanan, perhatian, jujur, kerjakeras dan percaya diri.

(d) Pengkondisian

Pengkondisian yaitu penciptaan kondisi yang mendukung

keterlaksanaan pendidikan karakter, misalnya kebersihan

badan dan pakaian, toilet yang bersih, tempat sampah,

halaman yang hijau dengan pepohonan, poster kata-kata

Page 26: Pendidikan Karakter Bagi Mahasiswa. Eny Winaryati BAB 4

Pendidikan Karakter Bagi Mahasiswa. Eny Winaryati

64

bijak disekolah dan didalam kelas.

5) Kegiatan ko-kurikuler dan atau kegiatan ekstrakurikuler

Terlaksananya kegiatan ko-kurikuler dan ekstra kurikuler yang

mendukung pendidikan karakter misalnya melalui seni, dan

olahraga.

2. Evaluasi

Melakukan penilaian keberhasilan implementasi pendidikan karakter.

Untuk keberlangsungan pelaksanaan pendidikan karakter perlu

dilakukan penilaian keberhasilan dengan menggunakan indikator-indikator

berupa perilaku mahasiswa, dosen dan tenaga kependidikan sertakondisi

kampus yang teramati. Penilaian meliputi perencanaan, kurikulum, dan

pelaksanaan semua kegiatan yang berkaitan dengan pendidikan karakter,

yaitu:

a) Implementasi program pengembangan diri berkaitan dengan

pengembangan nilai pendidikan budaya dan karakter bangsa dalam

budaya kampus.

b) Kelengkapan sarana dan prasarana pendukung implementasi

pengembangan nilai pendidikan budaya dan karakter bangsa

c) Implementasi nilai-nilai pendidikan karakter dalam pembelajaran

d) Implementasi belajar aktif dalam kegiatan pembelajaran

e) Ketercapaian rencana aksi mahasiswa berkaitan dengan penerapan

nilai-nilai pendidikan karakter

f) Penilaian penerapan nilai pendidikan karakter pada pendidik,

tenaga kependidikan, dan peserta didik (sebagai kondisiakhir)

g) Membandingkan kondisi awal dengan kondisi akhir dan merancang

program lanjutan.

Page 27: Pendidikan Karakter Bagi Mahasiswa. Eny Winaryati BAB 4

Pendidikan Karakter Bagi Mahasiswa. Eny Winaryati

65

3. Pengembangan

a) Menetapkan/menentukan nilai karakter baru yang akan

dikembangkan

b) Menemukan cara-cara baru dalam mengembangkan nilai-nilai

karakter yang lama danbaru

c) Memperkaya sarana dan prasarana yang mendukung pelaksanaan

nilai-nilai karakter yang dipilih

d) Meningkatkan komitmen dan kesadaran masyarakat untuk

mendukung program Pendidikan Karakter

e) Untuk mendukung semua kegiatan tersebut diberlakukan peraturan

tatatertib pada beberapa unit yang dimiliki oleh universitas, fakultas

dan program studi.

TUGAS:

1. Buatlah nilai-nilai karakter yang bisa dipasang pada ruang/tempat di

siketiar kampus

2. Buatlah nilai-nilai karakter dalam bentuk stiker

3. Tempelkanlah nilai-nilai karakter tersebut secara serentak.

DAFTAR PUSTAKA

Al Qur’anul Karim.

Arsyad, Azhar. (2010). Strategi dan implementasi pendidikan karakter

bangsa di perguruan tinggi .Senin, 06 September 2010. Diunduh dari

http://azhararsyad.uinalauddin.ac.id/index.php?hal=3&model=full&ju

dul=223. Pada tanggal 10 oktober 2014.

Budimansyah, D. (2010). Penguatan Pendidikan Kewarganegaraan untuk

Membangun Karakter Bangsa. Bandung: Widya Aksara Press.

Page 28: Pendidikan Karakter Bagi Mahasiswa. Eny Winaryati BAB 4

Pendidikan Karakter Bagi Mahasiswa. Eny Winaryati

66

Dewantara, Ki Hadjar, Bagian Pertama: Pendidikan, Yogyakarta: majelis

Luhur Persatuan Taman Siswa, 1961

Farida, I. (2012). Model pendidikan karakter di perguruan tinggi :langkah

strategis dan implementasinya di universitas. Jurnal Ilmiah

Administrasi Publik dan Pembangunan,Vol.3, No.1, Januari –Juni

2012.SSN : 2087.0825. Universitas Bandar Lampung.

Kemdiknas. ( 2010). Pendidikan k arakter t erintegrasi dalam pembelajaran

di sekolah menengah pertama.Jakarta: Direktorat PSMP.

Kemdiknas. (2011). Pedoman Pelaksanaan pendidikan Karakter :berdasarkan

pengalaman di satuan pendidikan rintisan. Jakarta : Puskur Panduan

pelaksanaan.

Lickona, Thomas. (1991). Educating for Character: How Our School Can

Teach Respectand Responsibility. New York, Toronto, London,

Sydney, Aucland: Bantam books.

Marzuki. (2009). Prinsip dasar akhlak mulia: pengantar studi konsep-konsep

dasar Etika dalam Islam.Yogyakarta: Debut Wahana Press-FISE

UNY.

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. (2008).Kamus Bahasa

Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa. Cet. I.

Undang-Undang Republik Indonesia No 20 Tahun 2003. Tentang Sistim

Pendidikan Nasional.Di akses dari http://www.usu.ac.id/sisdiknas.pdf.

pada tanggl 7 agustus 2011, jam 5:18 WIB.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2007. Diakses dari

http://www.bappenas.go.id/get-file-server/node/84/pada tanggl 7

agustus 2011, Jam 5:18 WIB

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

PendidikanNasional

Zuchdi, Darmiyati dkk. (2009). Pendidikan Karakter Grand Design dan Nilai-

nilai Target. Yogyakarta: UNY Press.