TRAKSI
Traksi adalah tahanan yang dipakai dengan berat atau alat lain
untuk menangani kerusakan atau gangguan pada tulang dan otot.
Tujuan dari traksi adalah untuk menangani fraktur, dislokasi atau
spasme otot dalam usaha untuk memperbaiki deformitas dan
mempercepat penyembuhan. Ada dua tipe utama dari traksi : traksi
skeletal dan traksi kulit, dimana didalamnya terdapat sejumlah
penanganan.Prinsip Traksi adalah menarik tahanan yang diaplikasikan
pada bagian tubuh, tungkai, pelvis atau tulang belakang dan menarik
tahanan yang diaplikasikan pada arah yang berlawanan yang disebut
dengan countertraksi. Tahanan dalam traksi didasari pada hukum
ketiga Newton (Footner, 1992 and Dave, 1995). Traksi dapat dicapai
melalui tangan sebagai traksi manual, penggunaan tali splint, dan
berat sebagaimana pada traksi kulit serta melalui pin, wire, dan
tongs yang dimasukkan kedalam tulang sebagai traksi skeletal
(Taylor, 1987 and Osmond, 1999).Penggunaan traksi telah dimulai
3000 tahun yang lalu. Suku Aztec dan mesir menggunakan traksi
manual dan membuat splint dari cabang pohon (Styrcula, 1994 and
Osmond, 1990) dan Hippocrates (350 BC) menulis tentang traksi
manual dan tahanan ekstensi dan ekstensi yang berlawanan (Styrcula,
1994 a: 71). Pada tahun 1340 ahli bedah Perancis bernama Guy de
Chauliac menulis tentang traksi isotonic dengan berat yang ditahan
pada kaki tempat tidur pasien, hal ini dilakukan hingga tahun 1829
ketika traksi berkesinambungan diaplikasikan secara luas (Peltier,
1968: 1603). Sekitar tahun 1848 Josiah Crosby seorang klinisi
Amerika, merupakan orang yang pertama mempromosikan dan menunjukkan
traksi kulit yang lebih efektif tidak hanya sebagai terapi dari
fraktur melainkan juga untuk menangani deformitas panggul (Peltier,
1968: 1609). Hal ini merupakan aplikasi yang membuat perhatian
Gurdon Buck yang pada tahun 1861 melalui pengetahuannya terhadap
kerja Crosby mempunyai traksi kulit yang dinamakan nama dirinya
sendiri. Hal ini tidak dilakukan hingga pada tahun 1921 seorang
ahli bedah Australia Hamilton Russel meluaskan konsep traksi Buck
dengan menggunakan doktrin Potts (1780) bahwa fraktur tungkai harus
ditempatkan pada posisi pada otot yang relaksm dinamakan fleksi
panggul dan lutut, dengan mengembangkan traksi Hamilton Russel
(Peltier, 1968: 1612). 26 tahun sebelumnya, pada bulan desember
1895, seorang professor German bernama Rntgen mempublikasikan
observasinya dengan tipe baru X-Ray dimana dimulai era baru dalam
penelitian fraktur (Peltier, 1968:1613). Dengan menggunakan X-Ray
untuk menilai terapi fraktur, dunia ortopedi berhadapan dengan
kenyataan dimana terapi traksi Buck tidak memuaskan 100% pada semua
kasus dan tahun 1907 Fritz Steinmann secara sukses mengembangkan
traksi skeletal dengan menggunakan pin yang dimasukkan kedalam
kondylus femur. (Peltier, 1968: 1615). Traksi telah menjadi sebuah
ketetapan dalam manajemen ortopedi hingga tahun 1940. Pada saat
itu, fiksasi internal menggunakan nail, pin, dan plate menjadi
praktek yang sering dilakukan. Hal tersebut terjadi karena
kebutuhan ekonomi untuk perawatan rumah sakit yang mahal sehingga
pembedahan fraktur menjadi berkurang.Penggunaan Traksi telah
didokumentasikan melalui banyak literatur. traksi digunakan untuk
memposisikan tulang dan jaringan istirahat/imobilisasi, dimana
membuat tulang dan jaringan lunak yang rusak melakukan penyembuhan
(Taylor, 1987; Dave 1995 and Redemann, 2002). Hal ini menolong
untuk mengistirahatkan inflamasi yang ada dan mengurangi nyeri
(Taylor, 1987; Dave, 1995 and Osmond, 1999). Osmond (1999)
Menyatakan bahwa hal ini mengurangi subluksasi atau dislokasi dari
sendi dan Styrcula (1994a) serta Rosen, Chen, Hiebert dan Koval
(2001) memberikan kredit dalam penggunaan traksi dengan reduksi
tahanan yang dibutuhkan ketika melakukan reduksi fraktur selama
pembedahan. Akhirnya, traksi juga dikatakan untuk membantu
pergerakan dan latihan (Dave, 1995 and Redemann, 2002).Mekanisme
traksi meliputi tidak hanya dorongan traksi tetapi juga tahanan
yang dikenal sebagai kontertraksi. Dorongan pada arah yang
berlawanan, diperlukan untuk keefektifan traksi. Kontertraksi
mencegah pasien dari jatuh dalam arah dorongan traksi. Tanpa hal
itu, spasme otot tidak dapat menjadi lebih baik dan semua
keuntungan traksi hanya menjadi lewat saja. Ada dua tipe dari
mekanik untuk traksi, dimana menggunakan Kontertraksi dalam dua
cara yang berbeda. Yang pertama dikenal dengan traksi keseimbangan,
juga dikenal sebagai traksi luncur atau berlari. Disini traksi
diaplikasikan melalui kulit pasien atau dengan metode skeletal.
Berat dan katrol digunakan untuk mengaplikasikan tahanan langsung
sementara berat tubuh pasien dalam kombinasi dengan elevasi dari
dorongan tempat tidur traksi untuk menyediakan kontertraksinya
(Taylor, 1987, Styrcula, 1994a; Dave, 1995 and Osmond, 1999).
Traksi Buck akan menjadi contoh dari hal ini. Yang kedua dinamakan
traksi fixed dan kontertraksi dimasukkan diantaran 2 point cocok
yang tidak membutuhkan berat atau elevasi tempat tidur untuk
mencapai traksi dan kontertraksi. Splibt Thomas merupakan contoh
dari sistem traksi ini. (Taylor, 1987, Styrcula, 1994a; Dave, 1995
and Osmond, 1999). Komponen Mekanis dari system traksi, katrol
(pulley), tahanan vector dan friksi, terkait dengan beberapa faktor
: cara dimana kontertraksi diaplikasikan dan sudut, arah, serta
jumlah tahanan traksi yang diaplikasikan (Taylor, 1987: 3). Sudut
dan arah dorongan traksi bergantung pada posisi katrol dan jumlah
efek katrol sama dengan jumlah dorongan yang diaplikasikan. Ketika
dua katrol segaris pada berat traksi yang sama maka disebut dengan
block and tackle effect hampir menggandakan jumlah dari tahanan
dorongan. Tahanan vector diciptakan dengan mengaplikasikan tahanan
traksi pada dua yang berbeda tetapi tidak berlawanan terhadap sisi
tubuh yang sama. Hasil ini menghasilkan tahanan ganda untuk
dorongan traksi yang aktual. (Taylor, 1987 and Styrcula, 1994).
Friksi selalu ada dalam setiap system traksi. Friksi memberikan
resistansi terhadap dorongan traksi mala mengurangi tahanan traksi.
Hal ini diperlukan untuk meminimalisir kapanpun dan bagaimanapun
kemungkinan nantinya. (Taylor, 1987 and Styrcula, 1994a).
Kita dapat mnggunakan traksi : (1) untuk mendorong tulang
fraktur kedalam tempat memulai, atau (2) untuk menjaga mereka
immobile sedang hingga mereka bersatu, atau, (3) untuk melakukan
kedua hal tersebut, satunya diikuti dengan yang lain. Untuk
mengaplikasikan traksi dengan sempurna, kita harus menemukan jalan
untuk mendapatkan tulang pasien yang fraktur dengan aman, untuk
beberapa minggu jika diperlukan. Ada dua cara untuk melakukan hal
tersebut : (1) memberi pengikat ke kulit (traksi kulit). (2) dapat
menggunakan Steinmann pin, Denham pin, atau Kirschner wire melalui
tulangnya (traksi tulang). Tali kemudian digunakan untuk mengikat
pengikatnya, pin atau wire, ditaruh melalui katrol, dan dicocokkan
dengan berat. Berat tersebut dapat mendorong pasien keluar dari
tempat tidurnya, sehingga kita biasanya membutuhkan traksi yang
berlawanan dengan meninggikan kaki dari tempat tidurnya. Salah satu
dari tujuan utama dari traksi adalah memperbolehkan pasien untuk
melatih ototnya dan menggerakkan sedinya, jadi pastikan bahwa
pasien melakukan hal ini. Traksi membutuhkan waktu untuk
diaplikasikan dan diatur, tetapi hal ini dapat dengan mudah datur
dengan asisten. Traksi kebanyakan berguna pada kaki. Dilengan hal
ini masih kurang nyaman, tidak meyakinkan, sulit untuk dijaga, dan
frustasi untuk pasien. Untuk kesemua alasan ini, traksi lengan
hanya digunakan dalam keadaan pengecualian yang lebih jauh.
Mengelaborasikan Jenis dari traksi, seperti Hamilton dan Russel
untuk kaki, membutuhkan peralatan yang tidak semuanya punya. Jadi,
hanya dibahas alat-alat sederhana yang digunakan dimakalah ini.
Klasifikasi Traksi didasari pada penahan tubuh yang dicapai : 1.
Traksi Manual menunjukkan tahanan dorongan yang diaplikasikan
terhadap seseorang di bagian tubuh yang terkena melalui tangan
mereka. Dorongan ini harus constant dan gentle. Traksi manual
digunakan untuk mengurangi fraktur sederhana sebelum aplikasi
plesrer atau selama pembedahan. Hal ini juga digunakan selama
pemasangan traksi dan jika ada kebutuhan secara temporal melepaskan
berat traksi (Taylor, 1987; Styrcula, 1994a and Osmond, 1999). 2.
Traksi Sekeletal menunjukkan tahanan dorongan yang diaplikasikan
langsung ke sekeleton melalui pin, wire atau baut yang telah
dimasukkan kedalam tulang (Taylor, 1987; Styrcula, 1994a dan
Osmond, 1999). Untuk melakukan ini berat yang besar dapat
digunakan. Traksi skeletal digunakan untuk fraktur yang tidak
stabil, untuk mengontrol rotasi dimana berat lebih besar dari 25 kg
dibutuhkan dan fraktur membutuhkan traksi jangka panjang (Styrcula,
1994a and Osmond, 1999). 3. Akhirnya traksi kulit menunjukkan
dimana dorongan tahanan diaplikasikan kepada bagian tubuh yang
terkena melalui jaringan lunak (Taylor, 1987; Styrcula, 1994a and
Osmond, 1999). Hal ini bisa dilakukan dalam cara yang bervariasi :
ekstensi adhesive dan non adhesive kulit, splint, sling, sling
pelvis, dan halter cervical (Taylor, 1987; Styrcula, 1994a and
Osmond, 1999). Dikarenakan traksi kulit diaplikasikan kekulit
kurang aman, batasi kekuatan tahanan traksi. Dengan kata lain
sejumlah berat dapat digunakan (Taylor, 1987; Styrcula, 1994a and
Osmond, 1999). Berat harus tidak melebihi (3-4 kg) (Taylor, 1987;
Osmond, 1999 dan Redemann, 2002). Traksi kulit digunakan untuk
periode yang pendek dan lebih sering untuk manajemen temporer
fraktur femur dan dislokasi serta untuk mengurangi spasme otot dan
nyeri sebelum pembedahan (Taylor, 1987; Styrcula, 1994a and Dave,
1995). Traksi Kulit versus Traksi Tulang Kulit hanya bisa dapat
menahan sekitar 5 kg traksi pada orang dewasa. Jika lebih dari ini
tahanan yang dibutuhkan untuk mendapatkan dalam menjaga reduksi,
traksi tulang mungkin diperlukan. Hindari traksi tulang pada
anak-anak- plate pertumbuhan dapat dengan mudah hancur dengan pin
tulang. Indikasi untuk traksi kulit Anak-anak Traksi temporer-
hanya untuk beberapa hari, missal pre operasi Tahanan kecil
dibutuhkan untuk menjaga reduksi 5kg Kerusakan kulit atau adanya
sepsis diarea tersebut
Indikasi Traksi Skeletal Orang dewasa membutuhkan > 5kg
traksi Kerusakan kulit membutuhkan dressings Jangka panjang Counter
TractionSetiap tahanan diperlukan tahanan yang berlawanan. Jika
traksi mendorong tungkai kedistal pasien akan meluncur turun
melalui katrol, dan traksi tidak akan menjadi efektif. Berikan
tahanan yang berlawanan dengan meninggikan kaki dari kasur pada
blok tertentu. Dengan merubah tempat tidur pada arah berlainan
tendensi untuk meluncur akan ditahan. Pada traksi servikal sisi
depan dari tempat tidur harus ditinggikan, dan dengan traksi Dunlop
sisi tempat tidur dekat dengan luka membutuhkan elevasi. Sistem
Katrol MultipleDalam banyak keadaan katrol yang multioel digunakan,
sehingga mengurangi berat amatlah diperlukan. Katrol multiple
seringkali digunakan pada traksi pelvis dimana tahanan tinggi
(biasanya lebih dari 40 kg) dapat diperlukan. Jika triple dan dobel
blok dgunakan dalam gambar hanya 405 atau 8 kg, dibutuhkan untuk
dapat mencapai 40 kg. Penaikturun katrol diperlukan. Traksi Kulit
Ekstremitas Bawah Traksi kulit Bucks paling sering digunakan pada
tungkai bawah untuk fraktur femur, nyeri belakang, fraktur
acetabulum dan pinggang. Traksi kulit jarangkali mengurangi
fraktur, tetapi mengurangi nyeri dan menjaga panjangnya fraktur.
Bucks Traction: Traksi Buck adalah traksi kulit seimbang dengan
menggunakan dorongan pada satu tempat terhadap ekstremitas bawah
melalui perluasan kulit (Taylor, 1987; Styrcula, 1994; Osmond, 1999
and Redemann, 2002). Dinamakan setelah Gurdon Buck yang pada tahun
1861 mempublikasikan pengalamannya dengan trapi untuk dua puluh
satu kasus dari fraktur (Peltier, 1968: 1610). Traksi Buck
digunakan sebagai pengukuran jangka pendek dengan tahanan traksi
yang dibutuhhkan untuk imobilisasi fraktur panggul sebelum
pembedahan dan mengurangi spasme otot (Styrcula, 1994d and
Redemann, 2002). Hal ini juga bisa digunakan untuk dislokasi
panggul, kontraktur panggul dan lutut, fraktur tidak berpindah
asetabulum dan nyeri pinggang bawah bilateral (Taylor, 1987 and
Styrcula, 1994d) meskipun penggunaannya jarang terlihat pada
akhir-akhir ini . Pasien diposisikan dalam posisi supine dengan
kaki lurus pada posisi alami, dimana melalaikan abduksi (Taylor,
1987 and Styrcula, 1994d). Pembungkus kemudian diaplikasikan dan
tahanan traksi digunakan segaris dengan panjang aksis kaki melalui
tali yang diikat di kaki dari perluasan melewati katrol pada akhir
tempat tidur yang dihubungkan dengan pemberat (Taylor, 1987;
Styrcula, 1994d and Osmond, 1999). Katrol tidak mempunyai efek pada
tahanan t=fraksi tetapi bertindak untuk merubah arah dorongan untuk
bekerja dengan gravitasi (Taylor, 1987 and Osmond, 1999).
Kontertraksi dicapai dengan mengelevasikan kaki dari tempat tidur
pada ketinggian tertentu untuk mencegah pasien terjatuh dar tempat
tidur.Untuk mengoptimalisasi kenyamanan pasien adalah hal yang
penting untuk mempunyai keseimbangan antara tahanan traksi dengan
tahanan kontertraksi. Jika tempat tidur butuh untuk dielevasikan
terlalu tinggi untuk mencegah pasien terdorong dari tempat tidur
maka pemberat dapat terlalu berat dan perlu untuk ditinjau ulang
(Dave, 1995 and Osmond, 1999). Hari ini Traksi Buck digunakan
kebanyakan pada orang tua (Styrcula, 1994d: 61) dan kontroversinya
timbul melebihi kefektifitasannya.
Metode Kulit dipersiapkan dan dicukur- harus sampai kering.
Balsem Friar dapat digunakan untuk meningkatkan adhesi. Pengikat
yang tersedia secara komersil diaplikasikan kekulit dan luka dengan
lapisan yang overlap. Perban harus tidak melebihi diatas tingg
fraktur.
Bahaya Traksi Kulit Distal Oedema Kerusakan vaskular Peroneal
nerve palsy Nekrosis kulit melalui tulang-tulang prominen
Hindari timbulnya komplikasi dalam keinginan untuk mencoba
meningkatkan adhesi dengan mengikat perban lebih ketat
Perfusi Jaringan yang Berubah, Bahaya untuk deep vein thrombosis
(DVT) atau pulmonary embolism (PE) merupakan masalah yang sering is
(Taylor, 1987; Styrcula, 1994d; Osmond, 1999; Rosen et al, 2001 dan
Redemann, 2002). Pernafasan yang dalam dan latihan pompa siku sama
halnya dengan penggunaan stocking dan terapi antikoagulan merupakan
cara untuk mencegah hal ini terjadi (Taylor, 1987; Styrcula, 1994d;
Rosen et al, 2001 and Redemann, 2002). Calves harus diinspeksi
untuk kekakuan, hangat yang tidak biasa, dan kemerahan (Carroll,
1993 and Bright and Gorgi, 1994) dan setiap tanda dispnea dan
tachypnea dapat mengindikasikan (Smeltzer and Bare, 1996 and
Turpie, Chin and Gregory, 2002). Ada juga akan resiko tinggginya
disfungsi perifer seperti sindrom kompartemen atau paralisis saraf.
Periksa neurovascular dan penilaian gerakan harus dilakukan sebelum
mengaplikasikan traksi kemudian setiap jam selama 24 jam pertama
dan jika baik dilakukan 4 jam sekali (Taylor, 1987; Styrcula, 1994
and Kunkler, 1999). Meskipun traksi dikatakan untuk mengurangi
nyeri danspasme otot hal in dapat menjadi tidak cukup dan
management nyeri untuk itu merupakan bagian penting dalam
perawatan. Nyeri dapat dinilai dengan menggunakan skala 1-10
(McCaffery and Pasero, 2001 and Redemann, 2002) dan pasien harus
diminta untuk mengambil analgetik sebelum nyeri menjadi lebih
parah. Edukasi untuk mencegah ketakutan dan resiko konstipasi
sebaiknya juga dilakukan (Redemann, 2002:316). Sama dengan pasien
yang imobilisasi ada tingginya resiko untuk konstipasi tidak hanya
menghasilkan imobilitas tetapi juga kombinasinya dengan ambilan
analgetik dan untuk pasien traksi terutama tantangan dalam nyeri,
ditambah dengan malunya mereka untuk membuka ususnya ditempat tidur
(Taylor, 1987; Winney, 1998 and Redemann, 2002). Penggunaan dari
alat fraktur, privasi, ambilan cairan yang tinggi, teratur dalam
diet dapat menolong eliminasi untuk mencapai usus yang normal
(Winney, 1998 and Redemann, 2002).
Pertukaran gas yang terganggu merupakan kesulitan pada pasien
dengan traksi pada resiko masalah respirasi. Posisi rekumben atai
semirecumbent pasien ini diyakinkan untuk tidak diijinkan bergerak
penuh pada diafragmanya yang bisa menyebabkan tidal kecul dan
volume residu yang besar(Redemann, 2002:317). Untuk mencegah
masalah in elevasi reposisi yang sering dari kepala tempat tidur
kapanpun memungkinkan dikombinasikan dengan batuk dan latihan nafas
yang dalam dan penggunaan spirometer kesemuanya dapat membantu
untuk menjaga pertukaran gas yang adekuat. (Smeltzer and Bare, 1996
and Redemann, 2002). Tingginya resiko untuk terluka terutama
relevansinya pada pasien traksi sebagai management yang tidak benar
dapat menyebabkan ketidaknyamanan yang harus dipertimbangkan
(Taylor, 1987 and Redemann, 2002). Traksi harus diperiksa melalui
perbagian untuk menjamin tidak ada yang dapat membahayakan pasien,
garis dorongan dijaga, semua clamps ketat dan tidak ada tali yang
rapuh atau knot yang tidak aman. Tali musti dibebaskan melalui
katrol, gars traksi harus dijaga setiap saat. Baik pemberat ataupun
tali harus disentuh oleh kasur. Bantal tidak ditaruh dibawah kaki
yang sakit dan ketika menggerakkan pasien pemberat tidak boleh
dipindahkan. Ketika melakukan perluasan sekali traksi manual harus
diaplikasikan. Traksi Gallows Traksi ini digunakan pada bayi dan
anak-anak dengan fraktur femur .
Indikasi Traksi Gallows Berat anak-anak harus kurang dari 12 kg
Fraktur femur Kulit harus intak Kedua dari femur yang fraktur dan
yang baik ditempatkan dalam traksi kulit dan bayi ditahan dari
sudut yang istimewa. Compromise vascular merupakan bahaya terbesar.
Periksa sirkulasi dua kali sehari. Pantatnya harus diangkat jangan
mengenai tempat tidur Fraktur Femur Pada Anak yang lebih Besar
Anak lebih besar dengan fraktur femur dapat ditangani dengan
traksi kulit dengan splint tHomas. Tidak seperti orang dewasa lutut
harus dijaga lurus pada splint Thomas. Cincin dari splint Thomas
harus membuat pembersihan dua jari pada semua sisi- dicoba pada
kaki yang sehat untuk dicocokkan sebelum diaplikasikan. Pengikatan
kulit diaplikaskan dan splint Thomas dipasangkan. Tali dari
pengikat di ikat hingga akhir dar splint tHomas. Yang paking kuar
melewat jarak splint Thomas dan bagian dalam melaluinya. Hal ini
merotasikan kaki secara internal. Tungkai diistirahatkan pada tiga
strip falnnerl untuk menjaga keamanan pin. Sling Master merupakan
strip flannel yang diarahkan kedistal fraktur. Slng ini bisa
ditambahkan sehingga garis akhir fraktur pada ruang vertical.
Traksi longitudinal membuthkan tambahan setiap haru pada minggu
pertama. Simpul dari akhir splint Thomas dilonggarkan. Kualitas
reduksi dikonfirmasikan dengan X ray.
Splint Thomas ditahan dari Frame Balkan. Frame ini ditempelkan
ke tempat tidur. Tungkai dengan splint Thomas ditahan dari puncak
dengan maksut berat berlawanan. Traksi longitudinal menggunakan
tekanan pada sudut dan berat yang lebih jauh ditempatkan melalui
katrol dari frame Balkan. Hal ini segaris dengan panjang aksis
tungkai di kaki dari tempat tidur. Perlawanan ini bertindak sebagai
tahanan reaktif dari sudut yang digenerasikan oleh traksi kulit.
Fraktur Femur Pada Orang Dewasa
Hal ini membutuhkan pin skeletal. Pada beberapa rumah sakit, pn
Denham merupakan pin yang paling sering digunakan, Ia mempunyai
porsi tengah ulir yang dijaganya pada tibia. Untuk fraktur femur
pin Denham melalui tibia proksimal, Selalu memasukkan dari lateral
ke medial pada tibia proksimal, sebagaimana saraf peroneal tidak
terkenda dan tempat keluarnya tidak bisa diprediksikan. Pada
beberapa keadaan femur distal, atau bahkan kalkaneus dapat
digunakan.
Splint tHomas, (periksa apakah cocok dengan mencoba pada kaki
yang sehat) diaplikasikan. Tiga sling flannel diamankan dengan
keamanan pin dibawah paha. Satu dari splint master dibawah fraktur.
Tekanan yang benar pada sling ini akan menggarisi fraktur pada sisi
lateral. Lutut dapat difleksikan dengan menggunakan splint fleksi
Pearson yang ditempelkan ke splint Thomas pada daerah lutut. Fleksi
lutut yang diinginkan dapat dijaga dengan tali pada akhirnya dibawa
dari splint tHimas ke Perlengketan Pearson. Tali dari pin Denham
apakah harus diikat secara distal ke splnt tHomas (traksi statis)
atau mereka dapat dinaikkan melalui katrol pada akhir dari frame
Balkan (traksi dinamis). Pada semua kasus diawali dengan 7 kg (atau
10% berat badan) pada panjang aksis femur. Hal ini melawan trakian
dari otot paha. Sebagaimana halnya dnegan anak-anak, traksi dbuat
seimbang dengan sisitem katrol pada tungkai horizontal frma Balkan
untuk membuat pasien dapat menggerakkan tungkainya. Garis Splint
Thomas
Splint Thomas harus digariskan dengan menitikkan pada frma
belakn searah dengan fragmen proksimal.
Perpndahan-Fraktur Femur Proksimal Prox. Femur Flexion Prox.
Femur Abduction Frame Garis Flexion & Abduction Fraktur mid
shaft dijaga tetap relative sebagaimana otot proksimal dan
distalnya seimbang
Perpindahan Fraktur Femur Distal Angulasi Posterior dorongan
dari gastrocnimeus Sousi fleksi lutut sejauh mungkin Block Tempat
Tidur (bed block)
Bed Blocks harus ditempatkan dibawah kaki dengan semua tipe
traksi diatas. Meninggikan kaki dari tempat tidur beberapa
sentimeter memberikan tahanan counter untuk mencegah pasien
terdorong secara distal dari tempat tidur oleh traksi longitudinal.
Traksi Servikal Halter Traction Traksi halter digunakan untuk
traksi servikal jangka pendek. Penggunaannya meliputi cedera leher
minor tanpa kejelasan adanya fraktur contoh spasme otot leher,
terapi conservative dari lesi di diskus servikal. Anak dengan
fraktur servikal juga dapat ditangani dtanpa pin skeletal
sebagaimana tulang mereka terlalu rapuh terhadap pin. . Masalah
dengan Traksi Halter Tidak nyaman Nyeri di Tempero-mandibular
Kontraoindikasi pada fraktur mandibula Sulit untuk mengontrol
fleksi dan ekstensi Fleksi Extensi X Ray Cervical
Jika pasien mempunyai x-ray cervical yang normal, tetapi
mempunyai spasme otot leher, gambaran fleksi ekstensi dapat
diperlukan untuk menyingkirkan instabilitas yang serius dari tulang
servikal. Traksi Halter merupakan cara yang baik untuk meredakan
spasme sebelum X-Ray dapat dilakukan. Pasien yang dimasukkan dan
ditempatkan dalam traksi Halter hingga leher bebas dari spasme
otot. Pasien harus tidak mempunyai rasa nyeri ketika leher
difelksikan ataupun diekstensikan. Jika gejala neurologis seperti
paraesthesia timbul maka X-Ray tidak perlu dilakukan. Traksi
Skeletal
Pada cedera servikal yang lebih serius, penjepit tulang kepala
seperti caliper Cones diinndikasikan. Indikasi termasuk terapi
konservatif dari fraktur servik dan dislokasi.
Aplikasi Caliper Cones Cukur rambut dibawah area telinga
Anastesi Lokal Hindari Masseter Hindari arteri temporal Insisi
kecil dibawah telinga segars dengan meatus auditorius Kaitkan pada
pin hingga perforasi dari tulang luarl Ikat pada tali
Arah dan Berat Tahanan 2.5 kg untuk kepala dan 12 kg untuk
setiap vertebra Arah netral segars dengan meatus auditorius
Diperlukan Fleksi tinggikan katrol Dperlukan Ekstensi gunakan
matras dobel yang berakhir pada bahu
Komplikasi dari Traksi Cervical Perdarahan arteri temporalis
Tekanan sangat sakit pada tulang Sepsis dari kulit ke abses
subdural Perburukan status neurologis Mata juling dari jatuhnya
nervus kranialis ke 6
Kontraindikasi Penjepit tulang kepala Anak-anak Sepsis Lokal
Fraktur tulang kepala Metode dobel matras merupakan cara yang
efektif untuk memperluas leher. Jangan pernah menempatkan katrol
kepala terlalu rendah sebagaimana tekanan dapat dihasilkan pada
occciput, terutama pada pasien yang tdiak sadar. Reduksi dari
Dislokasi Facet Traksi skeletal terhadap tulang tengkorak dapat
digunakan untuk mengurangi dislokasi faset servikal. Berat biasanya
ditambahkan secara serial sementara leher diposisikan fleksi.
Setelah setiap penambahan 2,5 kg berat, X-Ray lateral diambil untuk
membedakan reduksinya. Dokter yang ada harus memeriksa tanda
neurologis. Jika ada perubahan neurologis, berat tersebut
dpindahkan hingga 20 kg. Traksi dapat digunakan dalam hal ini hanya
untuk beberapa jam. Setelah reduksi, leher dalam keadaan ekstensi
dan berat maintenance kemudian digunakan. Metode Traksi Lain
Traksi Dunlop
Penggunaan utama dari Traksi Dunlop adalah untuk maintenance
reduksi fraktur supracondylus humerus pada anak.
Traksi Dunlop Fraktur supracondylar pada anak Membuat Siku
bengkak menjadi tenang kembali Dikontraindikasikan [ada fraktur
terbuka dan defek kulit. Traksi kulit ditempatkan pada lengan bawah
dan frame khusus digunakan pada sisi tempat tidur. Traksi
ditempatkan disepanjang aksis lengan bawah sebagaimana sudut kanan
dari humerus dengan sling ditempatkan disekitar lengan atas. Bed
blocks dibutuhkan untuk sisi lateral (fraktur ditinggikan) dari
tempat tidur. Jika fraktur supracondylar tidak dapat dikurangi
hingga dibawah 90 derajat fleksi siku, metode traksi in merupakan
alternative terhadap metode invasive seperti percutaneous K-wires.
Hal ini membuat pembengkakan sisi sebelahnya. Jangan bergantung
pada metode ini untuk mengurangi fraktur supracondylar, sebuah
manipulasi bagaimanapun tetap akan diperlukan Traksi Pelvis untuk
Nyeri Pinggang Pad skiatik dan penyembuhan pinggang lain dari nyeri
dapat dicapai dengan maksud traksi pelvis. Traksi diaplikasikan ke
pengikat pelvis dengan berat melebihi akhir tempat tidur. Dengan
maksud bantal dibawah lutut, pinggul difleksikan mendekati sudut 90
derajat, sebagaimana halnya dengan lutut. Hal ini memperpendek
nervus skiatika dan meredakan nyeri. Traksi Asetabulum
Pada terapi konservatif dari fraktur acetabulum, traksi
longitudinal pada panjang aksis tungkai seringkali digunakan.
Sebagai tambahan dari kepala femur dapat mempengaruhi acetabulum
(dislokasi fraktur sentral) dengan maksud manipulasi dibawah
anastesi. Reduksi ini dapat dijaga dengan membuat traksi lateral
dari pin yang ditempatkan pada wilayah intertrochanter.
DAFTAR PUSTAKA 1) Sjamsuhidajat R dan de Jong, Wim (Editor).
Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2. Jakarta: EGC.2005 2) Djoko Simbardjo.
Fraktur Batang Femur. Dalam: Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah, Bagian
Bedah FKUI. 3) Dandy DJ. Essential Orthopaedics and Trauma.
Edinburg, London, Melborue, New York: Churchill Livingstone, 1989.
4) Salter/ Textbook of Disorders and injuries of the
Musculoskeletal System. 2nd ed. Baltimore/London: Willians &
Wilkins, 1983. 5) Rosenthal RE. Fracture and Dislocation of the
Lower Extremity. In: Early Care of the Injured Patient, ed IV.
Toronto, Philadelphia: B.C. Decker, 1990
085732717093085648153513