Top Banner
PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan di Indonesia di masa yang lalu ternyata seringkali berpijak pada paradigma pembangunan yang menekankan pada efisiensi untuk mendukung pertumbuhan ekonomi secara agregat. Paradigma yang dikembangkan dari pemikiran Kuznet (1966) dalam satria (2002) tersebut menyatakan bahwa bagi negara sedang berkembang yang pendapatan rendah dapat tumbuh perekonomiannya, dengan cara terlebih dahulu mengorbankan aspek pemerataannya (trade off). Oleh karena pada tahap awal ekonomi nasional didominasi oleh pemerintah, maka wajar apabila pemerintah lebih memusatkan perhatiannya untuk mengalokasikan sumberdaya pembangunan yang ada kepada sektor-sektor atau wilayah- wilayah yang berpotensi besar dalam menyumbang kepada pertumbuhan ekonomi, yang pada umumnya berlokasi di kawasan darat dan perkotaan. Wilayah pesisir dan laut belum menjadi prioritas utama bagi pertumbuhan ekonomi secara nasional. Kondisi demikian akan mendorong timbulnya disparitas antar wilayah yang semakin melebar karena Indonesia yang merupakan negara kepulauan memiliki potensi sumberdaya pesisir dan laut yang cukup berlimpah. 1
50

PENDAHULUAN hampir

Sep 07, 2015

Download

Documents

bair

perikanan
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript

PENDAHULUANLatar BelakangPembangunan di Indonesia di masa yang lalu ternyata seringkali berpijak pada paradigma pembangunan yang menekankan pada efisiensi untuk mendukung pertumbuhan ekonomi secara agregat. Paradigma yang dikembangkan dari pemikiran Kuznet (1966) dalam satria (2002) tersebut menyatakan bahwa bagi negara sedang berkembang yang pendapatan rendah dapat tumbuh perekonomiannya, dengan cara terlebih dahulu mengorbankan aspek pemerataannya (trade off). Oleh karena pada tahap awal ekonomi nasional didominasi oleh pemerintah, maka wajar apabila pemerintah lebih memusatkan perhatiannya untuk mengalokasikan sumberdaya pembangunan yang ada kepada sektor-sektor atau wilayah-wilayah yang berpotensi besar dalam menyumbang kepada pertumbuhan ekonomi, yang pada umumnya berlokasi di kawasan darat dan perkotaan. Wilayah pesisir dan laut belum menjadi prioritas utama bagi pertumbuhan ekonomi secara nasional. Kondisi demikian akan mendorong timbulnya disparitas antar wilayah yang semakin melebar karena Indonesia yang merupakan negara kepulauan memiliki potensi sumberdaya pesisir dan laut yang cukup berlimpah. Selain itu, sebagai akibat dilaksanakannya pendekatan pembangunan yang sentralistik, telah menyebabkan terabaikannya aspirasi dan kreativitas masyarakat lokal, yang berimplikasi pada pembangunan yang tidak sesuai (compatible) dengan kebutuhan masyarakat lokal. Para pengambil keputusan di pusat lebih menyukai mendukung pendirian industri manufaktur di kawasan urban yang tidak menimbulkan multiplier pada perekonomian lokal. Penetesan pembangunan seperti yang diharapkan, dalam prakteknya, tidak pernah terjadi. Secara substansial selama ini Indonesia, sadar atau tidak, telah mendulang akumulasi dari kebijakan-kebijakan pembangunan yang salah arah (misleading policy) sehingga krisis ekonomi yang terjadi sulit mengalami pemulihan secara cepat (economic recovery). Proses pemulihan ekonomi nasional akan semakin bertambah berat jika ternyata Indonesia juga mengalami kesulitan dalam mengejawantah pada arus utama globalisasi (perdagangan bebas).Kemiskinan di kalangan nelayan merupakan sebuah kondisi yang lazim ditemui pada desa nelayan di Indonesia. Kemiskinan yang begitu melekat pada nelayan, khususnya nelayan tangkap dan buruh nelayan telah direspon oleh pemerintah dengan berbagai program. Berbagai program penanggulangan kemiskinan yang ditujukan kepada nelayan telah diterapkan, seperti Program Pemberdayaan Masyarakat Pesisir (PEMP), Program Pengembangan Usaha Perikanan Tangkap Skala Kecil (PUPTSK), dan Program Bantuan Langsung Masyarakat Pengembangan Usaha Mina Perdesaan (BLM-PUMP).Program BLM-PUMP merupakan bagian dari Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri yang memberikan stimulus modal usaha perikanan tangkap berdasarkan potensi sumberdaya perikanan. Tujuan program adalah memperbaiki sumber-sumber pendapatan yang diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan nelayan skala kecil yang tergabung dalam Kelompok Usaha Bersama (KUB), Kelompok Penerima Program PNPM Mandiri Perikanan Tangkap, serta Kelompok Nelayan, guna mendorong peningkatan fungsi kelembagaan ekonomi nelayan sebagai pranata ekonomi, hingga dapat mempermudah akses terhadap permodalan. Dengan ditetapkan Keputusan Direktur Jenderal Perikanan Tangkap Nomor kep. 32/kep-djpt/2014 Tentang Pedoman teknis Pelaksanaan kegiatan Pengembangan Usaha Mina Perdesaan bidang perikanan tangkap tahun 2014, diharapkan dapat mengembangkan usaha penangkapan ikan dalam meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan nelayan, serta dapat mempercepat penanggulangan kemiskinan dan perluasan kesempatan kerja. Dari latar belakang inilah saya melakukan penelitian praktek lapang tentang kondisi sosial masyarakat nelayan penerima program PUMP Perikanan Tangkap

Tujuan KegunaanTujuan penulisan laporan ini adalah untuk mempelajari dan mengetahui konsep Program Pengembangan Usaha Mina Pedesaan Perikanan Tangkap (PUMP PT) dalam meningkatkan usaha perikanan tangkap. Sedangkan kegunaan dari laporan praktek lapang ini adalah sebagai bahan informasi kepada penulis dalam menambah khasanah pengetahuan, khususnya Program PUMP Perikanan Tangkap dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat nelayan, serta instansi terkait selaku pelaku pengembangan pembangunan di kawasan pesisir pada umumnya tentang bagaimana cara memanfaatkan sumber daya yang ada.

TINJAUAN PUSTAKAMasyarakat NelayanNelayan didefinisikan sebagai orang yang melakukan kegiatan penangkapan ikan di laut. Definisi ini dibuat untuk konteks masyarakat Tradisional. Ketika perikanan mengalami berbagai perkembangan pelaku- pelaku dalam penangkapan ikan semakin beragam statusnya. Menurut Direktur Jendral Perikanan, nelayan didefinisikan sebagai orang yang secara aktif melakukan pekerjaan dalam operasi penangkapan ikan/binatang air lainnya, termaksud didalamnya adalah ahli mesin dan juru masak yang bekerja di atas kapal penangkapan ikan yang dimasukan sebagai nelayan, walaupun mereka tidak secara langsung melakukan penangkapan ikan. Selanjutnya, nelayan berdasarkan waktu yang digunakan untuk melakukan pekerjaan operasi penangkapan yaitu nelayan penuh, nelayan sambilan utama, dan nelayan sambilan tambahan (Satria A, 2002).Kemiskinan seakan menjadi momok dalam setiap bentuk masyarakat, baik di negara-negara maju maupun negara berkembang dan terbelakang, di perkotaan atau di perdesaan, baik bagi kalangan petani, maupun nelayan. Khusus kemiskinan di kalangan nelayan, realitasnya menunjukkan penyebab dan dinamika yang berbeda dengan bentuk-bentuk kemiskinan pada petani, maupun bentuk masyarakat lain. Langkah awal untuk mengidentifikasi kemiskinan di kalangan nelayan melalui penelaahan kelompok aktivitas yang menggantungkan kehidupan pada sumberdaya kelautan dan perikanan. Kelompok aktivitas tersebut diantaranya:1. Nelayan tangkap, yakni kelompok masyarakat yang memanfaatkan perairan sebagai mata pencaharian untuk menangkap berbagai komoditas perikanan.2. Nelayan pengumpul atau penampung, yakni kelompok masyarakat yang pada umumnya memiliki pekerjaan baik sebagai nelayan ataupun sekedar mengumpulkan (membeli) hasil tangkapan nelayan.3. Nelayan buruh, yaitu kelompok masyarakat nelayan yang menggantungkan hidup dengan menjual tenaga sebagai sumberdaya dalam memanfaatkan komoditas perikanan.4. Nelayan budidaya, yakni kelompok masyarakat yang bekerja pada sektor budidaya dan pengolahan atau diversifikasi perikanan.Jika dilihat dari struktur ekonomi masyarakat nelayan, maka dapat diklasifikasikan berdasarkan tiga aspek (Kusnadi dalam Yustika, 2003)Pertama, dilihat dari kepemilikan alat tangkap, nelayan terbagi atas nelayan pemilik, dan buruh nelayan. Nelayan pemilik adalah kelompok nelayan yang memiliki sumber daya modal dan alat tangkap, seperti perahu motor, jaring, dan perlengkapan lain, yang dengan kelebihan kepemilikan modal dapat mempekerjakan kelompok buruh nelayan dalam mendapatkan hasil tangkapan. Buruh nelayan adalah nelayan pekerja yang tidak memiliki faktor produksi kecuali tenaga, sehingga menggantungkan diri baik dalam hal kebutuhan keseharian maupun keperluan melaut kepada nelayan pemilik.Kedua, berdasarkan skala investasi modal usaha. Struktur ekonomi nelayan dibagi menjadi dua, yakni nelayan besar dan nelayan kecil. Nelayan besar adalah nelayan yang unit usaha baik dalam segi modal finansial, alat tangkap, pekerja dan skala usaha besar. Sedangkan nelayan kecil adalah nelayan yang unit usahanya terbatas, atau cenderung berdasarkan ikatan keluarga saja.Ketiga, berdasarkan adopsi teknologi, nelayan dibedakan menjadi nelayan modern, dan nelayan tradisional. Nelayan modern merupakan nelayan dengan menggunakan alat tangkap modern dan canggih dalam memenuhi target tangkapan, sedangkan nelayan tradisional adalah nelayan dengan alat tangkap tradisional, sesuai dengan orientasi usaha yang dijalankan yang pada umumnya hanya untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Faktor esensial yang selama ini dianggap berdampak pada kemiskinan nelayan adalah kondisi kekurangan sumberdaya produksi (alat tangkap). Dalam setiap kebijakan masyarakat nelayan, faktor kepemilikan alat tangkap sangat penting dalam peningkatan produktifitas yang berdampak pada peningkatan penghasilan. Namun demikian, produktifitas tidak selalu relevan dengan kondisi kemiskinan nelayan. Substansi permasalahannya bukan semata pada produktifitas, namun justeru pada lemahnya posisi tawar (bargaining position) nelayan atas produktifitas yang dihasilkan akibat ketimpangan kepemilikan sumber daya produksi.Dinamika aktivitas ekonomi nelayan ditentukan oleh dua aktor ekonomi, yakni nelayan sebagai produsen hasil tangkapan dan pengusaha sebagai pihak yang memasarkan hasil tangkapan nelayan (Kusnadi, 2013).Ketimpangan struktur kepemilikan modal dan alat tangkap merupakan faktor dominan yang menyebabkan nelayan membangun relasi dengan pengusaha. Dalam struktur paling dasar dari masyarakat nelayan, diisi oleh buruh nelayan yang pada umumnya memiliki keterbatasan terhadap akses sumber daya produksi (alat tangkapan). Di sisi lain, bagi nelayan yang memiliki keterbatasan sumberdaya produksi, tenaga dan keahlian merupakan satu-satunya hal yang dapat mereka jual kepada pengusaha guna meneruskan eksistensinya. Dengan kata lain, relasi yang terbangun dan dijalankan dengan pengusaha merupakan gambaran adaptasi fungsional nelayan untuk dapat bertahan. Relasi yang dibangun nelayan dan pengusaha didasari atas keterbatasan dan kebutuhan. Pengusaha sebagai pemilik modal memerlukan nelayan dalam mencari komoditas yang ia perlukan. Dalam hal ini, strategi yang digunakan pengusaha adalah memberikan kesempatan kerja dengan memberikan pinjaman alat tangkap dan modal atau sekedar memberi modal dengan harapan nelayan menjual hasil tangkapan kepadanya. Bagi nelayan, keterbatasan modal dan tuntutan pemenuhan kebutuhan menjadi pendorong dalam menjalankan relasi dengan pengusaha. Tenaga, keahlian dan hasil tangkapan merupakan sumberdaya potensial yang diberikan kepada pengusaha.Relasi yang dibangun nelayan bersama pengusaha merupakan hasil adaptasi fungsional nelayan baik dalam menyikap tekanan dalam aktivitas melaut, maupun tekanan dalam kebutuhan harian. Biaya operasional melaut yang semakin tinggi, resiko ketidakmenentuan hasil tangkapan, pemenuhan kebutuhan harian dan berbagai tekanan lainnya mendorong nelayan membangun relasi dengan pengusaha sebagai katup penyelamat sekaligus meminimalisir resiko ketidakmenentuan aktivitas ekonomi. Dalam konteks ini berlaku pandangan bahwa kemiskinan bukan hanya berkaitan dengan intensitas kekurangan, melainkan juga berkenaan dengan durasi (Seabrook, 2006). Guna meminimalisir resiko ketidakmenentuan atau memperpendek durasi kekurangan dimasa paceklik tangkapan, nelayan seringkali mengandalkan pinjaman permodalan melalui pengusaha. Bagi buruh nelayan, relasi yang dibangun dengan pengusaha menjadi salah satu peluang kerja yang berarti dalam memenuhi kebutuhan. Keberadaan tokeh dalam jejaring ekonomi nelayan pesisir merupakan kondisi yang lazim. Relasi dengan pengusaha terbangun atas dua hal yakni adaptasi fungsional yang mengatur arus modal dari pengusaha kepada nelayan, serta konsekwensi logis berupa arus komoditas dari nelayan kepada pengusaha (Setiawan, 2012).Selain itu, pengusaha telah menjadi pranata ekonomi lokal nelayan melalui servis dalam beberapa hal, yakni:1. Pemberian penghidupan subsistensi dasar dengan turut melanggengkan pekerjaan nelayan dengan membeli hasil tangkapan, meskipun dengan harga yang rendah dibandingkan harga pasaran, namun relatif stabil.2. Pemberian jaminanan menghadapi krisis subsistensi yang ditimbulkan oleh permasalahan nelayan seperti krisis saat cuaca buruk dimana nelayan tidak dapat melaut namun tetap memberikan pinjaman yang berguna menyerap kerugian nelayan akibat tidak melaut.3. Pemberian perlindungan dari tekanan dan kebutuhan aktivitas melaut melalui pinjaman modal dan pemberian alat tangkap.

Pancing Tangan (Hand Line)Pancing Ulur atau Pancing Tangan merupakan salah satu jenis alat penangkap ikan yang sering digunakan oleh nelayan tradisional untuk menangkap ikan di laut. Pancing Ulur termasuk alat penangkap ikan yang aktif, dan juga ramah lingkungan. Pengoperasian alat relatif sederhana, tidak banyak menggunakan peralatan bantu seperti halnya alat tangkap pukat ikan dan pukat cincin. Pancing Ulur dioperasikan diberbagai jenis perairan, seperti disekitar pantai, di samudera, di perairan dangkal, diperairan dalam bahkan di perairan sekitar karang. Jenis ikan yang tertangkap sangat bervariasi meliputi ikan-ikan pelagis untuk Pancing Ulur yang dioperasikan disekitar permukaan dan dilapisan kedalaman tertentu suatu perairan serta ikan demersal (dasar) untuk Pancing Ulur yang dioperasikan di dasar perairan. Setelah mempelajari perikanan pancing ulur, para peserta diklat akan memahami tentang susunan pancing ulur, tempat pengoperasiannya dan jenis ikan yang tertangkapPancing Ulur berbentuk tali dan pancing yang dilengkapi dengan pemberat. Pada bagian atas Pancing Ulur dipasang pelampung dan bagian bawah dipasang pemberat. Pancing Ulur yang disebut dengan hand line biasanya dioperasikan secara aktif menunggu ikan yang berenang mendekat dan memakan umpan.Pancing Ulur dioperasikan secara sederhana dengan cara mengulur tali pancing sampai kedalaman perairan ditempat operasinya dan sambil diangkat dan diturunkan deengan tangan. Jenis ikan yang sering tertangkap dengan pancing ulur memiliki ukuran ikan yang tidak seragam seperti : tongkol, cakalang, kembung, layang, bawal, kakap, dan lain sebagainya. Namun kerap sekali ikan yang berukuran besar juga tertangkap seperti hiu, tuna, marlin dan lain sebagainya. Konstruksi Pancing Ulur relatif sederhana, terdiri dari mata pancing, umpan tali pancing ( line ) dan penggulung tali pancing. Ukuran mata pancing pada Pancing Ulur yang digunakan sangat bervariasi antara satu kapal dengan kapal yang lain. Pada kapal-kapal nelayan yang berukuran kecil (5 30 GT) biasanya membawa antara 10 sampai dengan 50 set Pancing Ulur. Pancing Ulur relatif mudah untuk membuatnya dan pada umumnya para nelayan, terutama nelayan dengan usaha skala kecil, sering membuat sendiri Pancing Ulur yang akan digunakannya.

Konstruksi Pancing UlurPancing Ulur ( Hand Line ) adalah alat penangkap ikan jenis pancing yang sangat paling sederhana. Biasanya terdiri dari pancing, tali pancing dan pemberat serta dioperasikan oleh satu orang dan tali pancing langsung ke tangan. Dari semua kelompok alat tangkap maka hand line merupakan pancing yang sederhana. Alat ini hanya terdiri dari tali pancing, pancing dan umpan.1. Tali Pancing UlurKonstruksi pancing ulur sangat sederhana. Pada satu tali pancing utama yang horizontal dirangkaikan 2-10 mata pancing secara vertikal.2. Mata PancingJumlah mata pancing bisa satu buah, juga lebih, dan dapat menggunakan umpan hidup maupun umpan palsu. Pemancingan dapat dilakukan di rumpon dan perairan lainnya. Ukuran tali pancing dan besarnya mata pancing tali disesuaikan dengan besarnya ikan yang menjadi tujuan penangkapan. Jika hand line yang digunakan untuk menangkap ikan tuna tentu ukurannya lebih besar. Biasanya digunakan tali monofilament dengan diameter 1,5-2,5 mm dengan pancing nomor 5-1 dan ditambahkan pemberat timah.Pancing ulur termasuk kelompok alat tangkap yang selektif, ukuran minimum ikan yang menjadi target tangkapan dapat diatur dengan cara mengatur ukuran mata pancing yang digunakan. Ikan-ikan yang memakan umpan dan ukurannya (diameter tubuhnya) lebih kecil dari ukuran mata pancing pada dasarnya akan lolos dan tidak tertangkap. Ikan yang diameter tubuhnya lebih besar dari ukuran mata pancing akan tertangkap. Pancing ulur merupakan alat penangkap ikan yang bersifat aktif, menunggu ikan yang datang memakan umpan pada mata pancing. Alat penangkap ikan jenis pancing ulur dioperasikan disemua jenis perairan dan biasanya diulur sampai kedalaman yang dikehendaki. Sambil dipegang dengan tangan, tali pancing diturun-naikan sampai terasa ada sesuatu yang tersangkut dimata pancing. Kemudian ditarik atau diangkat ke kapal untuk melihat hasil tangkapan ikan yang tersangkut pada mata pancing. Handline atau pancing ulur dioperasikan pada siang hari. Konstruksi pancing ulur sangat sederhana. Pada satu tali pancing utama dirangkaikan 2-10 mata pancing secara vertikal. Pengoperasian alat ini dibantu menggunakan rumpon sebagai alat pengumpul ikan. Pada saat pemancingan, satu rumpon dikelilingi oleh lima unit kapal, masing-masing kapal berisi 3-5 orang pemancing. Umpan yang digunakan adalah ikan segar yang dipotong-potong. Hasil tangkapan utama pancing ulur adalah tuna (Thunnus spp.).

3. PemberatPemberat berfungsi sebagai pemberi daya tenggelam pada alat tangkap pancing ulur. Pemberat biasanya terbuat dari bahan timah. Namun dewasa ini para nelayan banyak yang menggunakan bahan lain, termasuk menggunakan besi mur bekas atau batu sebagai pemberat. Pemberat ditata sedemikian rupa pada ujung bawah tali pancing, sehingga memberikan daya tenggelam yang merata pada seluruh pancing.

Sosial Ekonomi Masyarakat NelayanMasyarakat di kawasan pesisir Indonesia sebagian besar berprofesi sebagai nelayan yang diperoleh secara turun-temurun dari nenek moyang mereka. Karakteristik masyarakat nelayan terbentuk mengikuti sifat dinamis sumberdaya yang digarapnya, sehingga untuk mendapatkan hasil tangkapan yang maksimal, nelayan harus berpindah-pindah. Selain itu, resiko usaha yang tinggi menyebabkan masyarakat nelayan hidup dalam suasana alam yang keras yang selalu diliputi ketidakpastian dalam menjalankan usahanya (Sebenan, 2007).Rumah tangga nelayan memiliki ciri khusus seperti penggunaan wilayah pesisir dan laut (common property) sebagai faktor produksi, jam kerja harus mengikuti kondisi oseanografis (melaut hanya ratarata sekitar 20 hari dalam satu bulan, sisanya relatif menganggur). Demikian juga pekerjaan menangkap ikan adalah pekerjaan yang penuh resiko, sehingga pekerjaan ini umumnya dikerjakan oleh lelaki. Hal ini mengandung arti bahwa keluarga yang lain tidak dapat membantu secara penuh, sehingga masyarakat yang tinggal di wilayah pesisir pada umumnya sering diidentikkan dengan masyarakat miskin.Tahun 1980 sejumlah penelitian tentang kehidupan sosial ekonomi rumahtangga nelayan telah dilakukan di desa pesisir Sulawesi Utara. Hasilnya menunjukkan bahwa rumahtangga nelayan yang pekerjaannya semata-mata tergantung pada usaha menangkap ikanmemperoleh pendapatan yang hanya mampu memenuhi kebutuhan hidup mereka sehari-hari, dan jika ada uang yang tersisa, itu biasanya digunakan untuk biaya sekolah anak, membelipakaian, dan memperbaiki tempat tinggalnya. Temuan studi pada berbagai komunitas nelayan diluar negeri menunjukkan bahwa organisasi sosial ekonomi maupun lembaga terkait lainnya yang ada di desa pesisir memegang peranan penting dalam perbaikan taraf hidup masyarakat pesisir. Dengan kata lain bahwa organisasi sosial ekonomi bisa menjadi penunjang dalam upaya peningkatan taraf hidup masyarakat pesisir. Tanpa organisasi sosial ekonomi, nelayan akan bekerja dan hidup sendirian tanpa ada yang memperjuangkan dan melindungi kepentingan mereka (Mantjoro, 1988)Hal penting yang harus dipahami sebelum membahas karakteristik sosial masyarakat pesisir, khususnya masyarakat nelayan, adalah konsep masyarakat itu sendiri, masyarakat atau societoies merupakan kelompok manusia yang menjadi satu dengan kesatuan wilayah, fungsional, dan kultural, artinya merupakan satu unit sosial yang menempati satu daerah geografis yang dapat ditentukan dimana anggota-anggotanya di ikat oleh ikatan-ikatan ketergantungan antar mereka, juga dimana anggota-anggotanya mempunyai warisan kebudayaan (social heritage) yang jelas secara unik menjadi kepunyaan sendiri.Karakteristik masyarakat pesisir berbeda dengan karakteristik masyarakat agraris seiring dengan perbedaan karakteristik sumberdaya yang dihadapi. Masyarakat agraris dipresentatifkan kaum petani menghadapi sumberdaya yang terkontrol, yaitu lahan untuk diproduksi suatu komonitas dengan output yang relatif dapat diprediksikan. Sifat produksi seperti itu memungkinkan tetapnya lokasi sehingga mobilitas usaha relatif rendah dan elemen resiko pun tidak terlalu besar. Selanjutnya dikatakan bahwa karakteristik tersebut bebeda sama sekali dengan nelayan. Nelayan menghadapi sumbernya hingga saat ini masih bersifat open acces. Karakteristik sumberdaya seperti ini menyebabkan nelayan harus berpindah-pindah untuk memperoleh hasil yang maksimal. Dengan demikian resikonya menjadi sangat tinggi. Kondisi sumberdaya yang beresiko menyebabkan masyarakat nelayan memiliki karakter keras, tegas, dan terbuka. (Satria A, 2002).Masyarakat pesisir mempunyai sifat-sifat atau karakteristik tertentu yang khas dan unik, sifat ini sangat erat kaitanya dengan sifat usaha dibidang perikanan itu sendiri. Karena sifat-sifat dari usaha perikanan sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti lingkungan, musim, dan pasar, maka karakteristik masyarakat juga dipengaruhi oleh faktor-faktor tesebut. (BAPPEDAL. 2000).Dahuri (2000), mengemukakan bahwa sifat dan karakteristik masyarakat pesisir sangat dipengaruhi oleh jenis kegiatan mereka, seperti usaha perikanan tangkap, usaha perikanan tambak, dan usaha pengelolaan hasil perikanan yang memang dominan dilakukan oleh mereka. Karena sifat dari usaha-usaha perikanan sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti lingkungan, musim dan pasar, maka karakteristik masyarakat sangat tergantung pada kondisi lingkungan dan sangat rentan terhadap kerusakan lingkungan khususnya pencemaran karena limbah industri maupun tumpahan minyak dapat mempengaruhi usaha yang pada akhirnya akan berpengaruh pada kehidupan sosial ekonomi masyarakat Nelayan.Karakteristik lain yang sangat menyolok dikalangan masyrakat pesisir, khususnya masyrakat nelayan adalah ketergantungan mereka pada musim. Ketergantungan pada musim ini semakin besar bagi para nelayan kecil. Pada musim penangkapan para nelayan sangat sibuk melaut, sebaliknya pada musim paceklik kegiatan melaut menjadi berkurang sehingga banyak nelayan yang terpaksa menganggur. Kondisi ini mempunyai implikasi yang cukup besar pula terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat pesisir pantai secara umum dan kaum nelayan khususnya. Kondisi ini turut pula mendorong munculnya pola hubungan tertentu yang sangat umum dijumpai dikalangan nelayan dan juga petani tambak kecil, dan buruh tambak seringkali terpaksa meminjam uang dan barang-barang kebutuhan hidup sehari-hari pada juragan atau pedagang pengumpul.Menurut Satria, (2009), secara umum pendapatan nelayan sangat berfluktuasi dari hari kehari. Pada suatu hari mungkin akan memperoleh tangkapan yang tinggi, tetapi hari berikutnya bisa saja sedikit bahkan tidak jarang nelayan tidak memperoleh apa-apa. Hasil tangkapan pada gilirannya pendapatan nelayan, juga sangat dipengaruhi oleh jumlah nelayan yang beroperasi disuatu daerah penangkapan (fishing groundI).Lebih lanjut dikatakan bahwa pada umumnya nelayan masih mengalami masa keterbatasan teknologi penangkapan dengan alat tangkap yang sederhana , wilayah operasi juga masih terbatas, hanya sekitar pantai. Disamping itu, ketergantungan musim sangat tinggi, sehingga tidak setiap saat nelayan turut melaut, terutama pada musim ombak yang bisa berlangsung sampai lebih dari satu bulan. Sehingga selain hasil tangkapan menjadi terbatas dengan kesederhanaan alat tangkap yang dimiliki, pada musim tertentu tidak ada tangkapan yang bisa diperoleh. Kondisi ini merugikan nelayan karena secara rill rata-rata pendapatan perbulan menjadi lebih kecil, dan pendapatan yang diperoleh pada musim ikan akan habis dikonsumsi pada saat musim paceklik. Selain rendahnya teknologi penangkapan yang dimiliki oleh nelayan pada umumnya, hal lain yang dihadapi oleh nelayan adalah tidak semua nelayan memiliki alat tangkap. Bagi nelayan yang demikian, tidak ada alternatif yang lain kecuali harus bekerja pada orang lain yang membutuhkan tenaganya yaitu menjadi buruh nelayan. Permasalahanya adalah selain minimnya hasil tangkapan dengan alat tangkap sederhana, sistem bagi hasil yang dilakukan oleh para juragan juga cenderung kurang menguntungkan pada nelayan buruh.

Program Pengembangan Usaha Mina PedesaanPerikanan Tangkap (PUMP PT)

Gambaran Umum Desain program (Bantuan Langsug Masyarakat Pengembangan Usaha Mina Pedesaan) BLM-PUMP, bantuan modal usaha produktif berupa infrastruktur alat tangkap senilai Rp.100.000.000 ditujukan sebagai insentif bagi nelayan untuk berorganisasi. Itu sebabnya sasaran program berupa kelompok, bukan berupa perorangan. BLM-PUMP memiliki misi untuk memantapkan pranata ekonomi nelayan. Selama ini, nelayan masih dianggap sebagai komunitas tanpa pembela (Yustika, 2003). Penataan pranata ekonomi nelayan diharapkan dapat meningkatkan keberdayaan nelayan dalam wadah organisasi KUB. Misi Kementerian Kelautan dan Perikanan Tahun 2010-2014, yaitu Mensejahterakan Masyarakat Kelautan dan Perikanan, maka salah satu strategi untuk mencapai misi tersebut dilaksanakan melalui kegiatan Pengembangan Usaha Mina Perdesaan (PUMP). PUMP merupakan salah satu pendekatan pengembangan usaha nelayan untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan nelayan. Pengembangan Usaha Mina Perdesaan (PUMP) terdiri dari PUMP Perikanan Tangkap, PUMP Perikanan Budidaya, PUMP Pengolahan dan Pemasaran.PUMP Perikanan Tangkap fokus pada kelompok sasaran yang sudah dimulai tahun 2011 melalui pembinaan nelayan skala kecil yang tergabung dalam Kelompok Usaha Bersama (KUB). Pelaksanaan PUMP diselaraskan dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) dan Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Kelautan dan Perikanan Tahun 2010-2014. Pelaksanaan PUMP Perikanan Tangkap adalah program percepatan penanggulangan kemiskinan nelayan bagian dari Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) khususnya pemberdayaan nelayan skala kecil berbasis desa, melalui bantuan modal usaha.

Tujuan PUMP Perikanan Tangkap

PUMP Perikanan Tangkap bertujuan :1. Meningkatkan pendapatan nelayan melalui kegiatan pengembangan usaha nelayan kecil di perdesaan;2. Menumbuhkembangkan kewirausahaan nelayan di perdesaan;3. Meningkatkan fungsi kelembagaan ekonomi nelayan menjadi mitra lembaga keuangan dalam rangka akses permodalan.BLM-PUMP adalah program kebijakan penanggulangan kemiskinan nelayan berbasis aset dan jalur kelembagaan. Penanggulangan kemiskinan tersebut dilakukan melalui pemberian modal usaha berupa infrastruktur alat tangkap yang diharapkan dapat menjadi aset produktif bagi nelayan dalam melaksanakan aktivitas ekonomi yang dapat meningkatkan produktifitas sekaligus nilai manfaat dari produktifitas sebagai konsekwensi akumulasi dari kepemilikan aset. Unsur utama dalam melihat kesejahteraan maupun kemiskinan adalah Pendapatan. Pendapatan merupakan arus mengalirnya uang dalam sebuah rumah tangga. Oleh karena itu, dalam usaha peningkatan pendapatan nelayan harus berorientasi pada masalah esensial nelayan, yakni kepemilikan faktor produksi dan sumberdaya modal.Sumber pendapatan nelayan dapat diperoleh dari tiga sumber utama yakni pendapatan dari aktivitas melaut, kepemilikan aset-aset, dan santunan dari pemerintah. Dari tiga sumber pendapatan tersebut, penghasilan yang berasal dari aktivitas melaut merupakan sumber utama pendapatan nelayan, khususnya nelayan tangkap dan nelayan buruh. Sedangkan pendapatan yang bersumber dari pendayagunaan aset pada umumnya hanya didapat oleh nelayan pengumpul atau penampung yang memiliki aset (infrastuktur alat tangkap) yang berlebih serta digunakan untuk merangkul nelayan buruh sebagai sumber pendapatan nelayan pengumpul.Struktur ekonomi nelayan telah timpang berdasarkan kepemilikan infrastruktur alat tangkap yang berfungsi sebagai sumber pendapatan nelayan. Nelayan identik dengan keterbatasan aset (infrastruktur alat tangkap) sehingga pendapatan yang diperoleh dari aktivitas melaut sangat kecil dan tidak memadai dalam memenuhi kebutuhan. Di sisi lain, sistem ekonomi pendayagunakan aset cenderung dimiliki oleh tokeh namun dalam relasi ekonomi dengan nelayan menciptakan lebih banyak ketergantungan dibandingkan membantu nelayan buruh atau nelayan tangkap. Hal ini dapat terjadi karena hasil yang didapatkan oleh nelayan buruh lebih kecil dibandingkan dengan usaha atau tenaga yang ia keluarkan.Nelayan buruh, santunan merupakan salah satu sumber penghasilan yang diharapkan dapat membantu mereka. Namun dalam berbagai kasus, berbagai program dan kebijakan yang bersifat santunan cenderung gagal mendorong golongan miskin untuk mandiri dikarenakan sifat santunan yang lebih banyak digunakan untuk pemenuhan kebutuhan konsumsi dibandingkan dipergunakan untuk pengembangan usaha produktif. Guna memperbaiki sumber pendapatan nelayan diperlukan kebijakan yang mampu mendorong distribusi pendapatan. Hal ini mengingat komposisi pendapatan terbesar dari nelayan pengumpul adalah hasil kontribusi nelayan buruh. Oleh sebab itu, kebijakan tersebut harus berbasis aset dalam usaha meminimalisir ketergantungan nelayan buruh dan sebagai bentuk distribusi pendapatan melalui restrukturisasi kepemilikan aset, khususnya alat tangkap.Kemiskinan di kalangan nelayan tidak bisa dilepaskan dari struktur ekonomi dan struktur sosial nelayan. Berdasarkan kondisi geografis, nelayan di Kabupaten Indragiri Hilir memiliki dua kategori struktur ekonomi yang terbentuk atas kondisi perairan tangkap, yakni perairan pesisir dan perairan umum. Struktur ekonomi dan struktur sosial tersebut dominan ditandai oleh relasi dependensi terhadap tokeh yang merupakan gambaran ketimpangan kepemilikan aset infrastruktur alat tangkap sebagai sumber daya potensial yang menentukan distribusi pendapatan.Nelayan identik dengan keterbatasan aset, lemahnya kemampuan modal dan posisi tawar, serta kesulitan akses pasar (Siswanto, 2008). Oleh karena itu, kebijakan terhadap nelayan harus berorientasi pada aset yang memungkinkan nelayan berdaya dalam aktivitas ekonomi, ketimbang sekedar mengurangi kesulitan hidup nelayan. Problema kehidupan nelayan berkenaan dengan lemahnya sistem permodalan, rendahnya posisi tawar, hingga permasalahan akses pasar tidak akan terpecahkan sejauh program-program kebijakan tidak didesain guna pemecahan permasalahan aset ekonomi nelayan. Kebijakan yang memungkinkan pemecahan permasalahan aset nelayan akan berdampak tidak hanya pada produktifitas nelayan, tapi juga sejalan dengan penguatan bargaining power melalui kepemilikan aset.

Indikator KeberhasilanIndikator keluaran (output):1. Tersalurkannya dana BLM PUMP Perikanan Tangkap kepada KUB sebagai modal usaha produktif penangkapan ikan;2. Termanfaatkannya BLM PUMP Perikanan Tangkap untuk kegiatan usaha produktif3. Terlaksananya fasilitasi penguatan kapasitas dan kelembagaan KUB melalui pendampingan dan pembinaan.Secara rinci dijabarkan 7 (tujuh) kelompok indikator yang diimplementasikan kedalam indikator output pelaksanaan kegiatan PUMP Perikanan Tangkap sesuai dengan Peta Jalan PNPM Mandiri Kelautan dan Perikanan sebagai berikut :

Tabel 01. Kelompok indikator output PUMP Perikanan TangkapKelompok indikatorNama Indikator Kinerja OutputTarget Tahun 2014

Pemanfaat1. Jumlah Kelompok2.000 KUB

2. Jumlah Kab/Kota240 Kab/Kota

PartisipasiUmum3. Jumlah PPTK/Penyuluh PNS236 PPTK

4. Jumlah Anggota Kelompok yang hadir dalamkegiatan perencanaan dan pengambilankeputusan.20.000 Orang

5. Jumlah pertemuan/koordinasi DinasProvinsi/Kabupaten/Kota denganMinimal 2 kali dalam satuTahun

Kualitas Ouput6. Ketepatan waktu penyaluran BLM100% persen padaDesember

7. Prosentase pemanfaatan BLM yang sesuaidengan RUB dan dimanfaatkan100%

PenguatanKapasitas8. Prosentase jumlah anggota kelompok yangdilatih, diberikan bimtek dan/ataumengikuti temu usaha dibandingkan dengantotal anggota kelompok10%

9. Persentase jumlah kelompok yang dibinaoleh Tenaga Pendamping dalam menyusunRUB memperhatikan RPJM Desa100%

Tata Kelola yangBaik10. Persentase kepemilikan papan informasipenerima PUMP Perikanan Tangkap100%

11. Prosentase pengaduan yang ditindaklanjutidibandingkan dengan total pengaduan75%

Gender12. ProsentasejumlahTenagaPendampingPerempuan10%

DukunganPemda13. Prosentase jumlah kabupaten/kota yangmemiliki dukungan program/kegiatan dananggaran untuk pemberdayaan50% dari jumlah kab/kotaPenerima

Indikator hasil (outcome):1. Meningkatnya pendapatan nelayan anggota KUB;2. Berkembangnya kelembagaan KUB ;3. Berkembangnya kewirausahaan nelayanMETODE PRAKTEK LAPANGWaktu Dan TempatKegiatan praktek lapang ini dilaksanakan di Kelurahan Kayumalue Pajeko Kecamatan Palu Utara Kota Palu Propinsi Sulawesi Tengah selama kurang lebih dua bulan yaitu mulai dari tanggal 18 Februari s/d 10 April 2015.Metode PraktekMetode praktek lapang ini dilakukan langsung pada masyarakat penerima program pump perikanan tangkap. Agar dapat memperoleh data yang dibutuhkan, dilakukan interaksi langsung pada rumah tangga nelayan penerima bantuan program pump perikanan tangkap Tehnik Pengumpulan Data Tehnik Pengumpulan data yang dilakukan dalam praktek lapang dengan cara wawancara dan pengisian kuisioner, tanya jawab langsung dengan narasumber. Serta data juga di ambil dari kajian pustaka yaitu dengan mempelajari buku - buku referensi dan browsing internet yang erat kaitannya dengan penelitian yang di lakukan.Adapun jenis data yang dikumpulkan dalam praktek lapang ini meliputi data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh melalui wawancara dengan kelompok masyarakat nelayan Penerima Program PUMP sebanyak 11 orang. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari lembaga atau institusi yang terkait dan literatur sebagai penunjang.Pengolahan DataData yang diperoleh, selanjutnya dikelompokkan sesuai dengan kelompok data, langkah berikutnya untuk mempermudah pengolahan data dilakukan tabulasi dan analisis sederhana melalui presentase dan sebagainya.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Lokasi Praktek Lapang

Kondisi dan Letak Geografis

Wilayah Kelurahan Kayumalue Pajeko Kecamatan Palu Utara berada pada dataran tertinggi tanah dari permukaan laut 7 meter dengan luas wilayah 193 Ha, dengan jumlah penduduk 3.297 jiwa pada tahun 2014, Kelurahan ini merupakan salah satu Kelurahan yang mendapat bantuan Program Pengembangan Usaha Mina Pedesaan Perikanan Tangkap (PUMP PT) pada tahun 2011.Dilihat secara deskriptif atau penggambaran secara umum, Kelurahan Kayumalue Pajeko mempunyai batas-batas wilayah sebagai berikut. Sebelah utara berbatasan dengan Kelurahan Panau (Kec. Tawaeli). Sebelah selatan berbatasan dengan Kelurahan Taipa. Sebelah barat berbatasan dengan Teluk Palu. Sebelah timur berbatasan dengan Kelurahan Kayumalue Ngapa.Jarak Ibukota Kecamatan 4 Km dengan waktu tempuh 5 menit, dan jarak Ibukota Propinsi 18 Km dengan waktu tempuh 30 menit, dengan jalur transportasi lancar.Kelurahan Kayumalue Pajeko merupakan Kelurahan yang beriklim tropis sebagaimana halnya dengan daerah-daerah lain di Sulawesi Tengah yang di pengaruhi oleh musim hujan dan musim kemarau, keadaan ini sangat berpengaruh terhadap aktifitas nelayan.

Profil Penduduk

Jumlah keseluruhan penduduk berdasarkan data dari Kantor Kelurahan Kayumalue Pajeko adalah 3297 jiwa, dengan penduduk laki-laki sebanyak 1698 jiwa dan penduduk perempuan sebanyak 1599 jiwa dengan jumlah kepala keluarga 875 KK. Jumlah penduduk tersebar dalam 3 (tiga) Rukun Warga (RW) dan terbagi lagi dalam 9 (sembilan) Rukun Tetangga (RT).Untuk lebih jelasnya jumlah penduduk Kelurahan Kayumalue Pajeko dapat dilihat pada tabel berikut :Tabel 02. Jumlah Penduduk menurut jenis kelamin NoJenis KelaminJumlah

1Laki laki1698 Orang

2Perempuan1599 Orang

Jumlah 3297 Orang

Sumber : Data Monografi Kelurahan Kayumalue Pajeko, 2014

Dari tabel diatas menunjukan bahwa jumlah penduduk masyarakat Desa Kayumalue Pajeko sebanyak 3297 orang, dimana penduduk laki-laki lebih mendominasi dari pada penduduk wanita. Penduduk Desa Kayumalue Pajeko mayoritas suku Kaili. Suku-suku lainnya yang mendiami wilayah ini adalah suku Bugis, Jawa, dan pendatang lainnya. Tabel 03. Tingkat PendidikanNoTingkat PendidikanJumlah

1Belum Sekolah507 Orang

2Tidak tamat SD462 Orang

3Tamat SD729 Orang

4SLTP612 Orang

5SLTA812 Orang

6D247 Orang

7D337 Orang

8Strata 189 Orang

9Strata ll6 Orang

Jumlah3297 Orang

Sumber : Kantor Kelurahan Kayumalue Pajeko, 2014

Dari tabel diatas menunjukan bahwa dari jumlah penduduk masyarakat Desa Kayumalue Pajeko yangt berjumlah 3297 orang, tingkat pendidikan yang belum sekolah itu sekitar 507 orang dan yang tidak tamat SD (Sekolah Dasar) itu sekitar 462 orang, ini di sebabkan karna faktor lingkungan dan faktor ketidakmampuan orang tua untuk membiayai anaknya untuk sekolah. Tingkat pendidikan masyarakat yang Tamat SD (Sekolah Dasar) itu kurang lebih 729 orang, tingkat pendidikan SLTP (Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama) sekitar 612 orang, tingkat pendidikan SLTA (Sekolah Lanjutan Tingkat Atas) sekitar 812 orang, tingkat pendidikan D2 sekitar 47 orang, tingkat pendidikan D3 sekitar 37 orang, tingkat pendidikan Strata 1 sekitar 89 orang dan tingkat pendidikan Strata II kurang lebih 6 orang.

Tabel 04. Agama yang Di AnutNoAgamaJumlah

1Islam3264 Orang

2Protestan33 Orang

Jumlah3297 Orang

Sumber : Kantor Kelurahan Kayumalue Pajeko, 2014

Dari tabel diatas menunjukan bahwa agama yang dianut masyarakat Kelurahan Kayumalue Pajeko itu di dominasi oleh agama Islam dengan jumlah kurang lebih 3264 orang, sedangkan agama protestan sekitar 33 orang.

Tabel 05. Wajib Kartu Tanda Penduduk (KTP)NoJenis KelaminJumlah

1Laki-Laki1199 Orang

2Perempuan1134 Orang

Jumlah2333 Orang

Sumber : Kantor Kantor Kelurahan Kayumalue Pajeko, 2014

Tabel diatas menunjukan bahwa masyarakat yang wajib KTP (Kartu Tanda Penduduk) untuk jenis kelamin laki-laki sekitar 1199 orang dan perempuan 1134 orang,. Jadi, perkiraan jumlah masyarakat yang belum wajib KTP adalah sekitar 964 orang.

Tabel 06. Jumlah penduduk menurut usia, NoUmurJumlah

10-9386 Orang

210-19685 Orang

320-29575 Orang

430-39573 Orang

540-49528 Orang

650-59301 Orang

760-69155 Orang

870 dst94 Orang

Jumlah3297 Orang

Sumber : Kantor Kelurahan Kayumalue Pajeko, 2014

Tabel diatas menujunjukan bahwa jumalah penduduk yang paling banyak menurut usia itu antara 10-19 tahun dengan jumlah penduduknya sekitar 685 orang sedangkan usia 0-9 tahun sekitar 386 orang, umur 20-29 tahun sekitar 575 orang, umur 30-39 tahun sekitar 573 orang, umur 40-49 tahun sekitar 529 orang, umur 50-59 tahun sekitar 301 orang, umur 60-69 tahun itu sekitar 155 orang dan umur 70 tahun dst itu sekitar 94 orang.

Program PUMP Perikanan Tangkap di Kelurahan Kayumalue Pajeko

Dengan ditetapkan Keputusan Direktur jenderal perikanan tangkap Nomor kep. 32/kep-djpt/2014 Tentang Pedoman teknis Pelaksanaan kegiatan Pengembangan Usaha Mina Perdesaan bidang perikanan tangkap tahun 2014, diharapkan dapat mengembangkan usaha penangkapan ikan dalam meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan nelayan.Pengembangan Usaha Mina Perdesaan (PUMP) terdiri dari PUMP Perikanan Tangkap, PUMP Perikanan Budidaya, PUMP Pengolahan dan Pemasaran. PUMP Perikanan Tangkap fokus pada kelompok sasaran yang sudah dimulai tahun 2011 melalui pembinaan nelayan skala kecil yang tergabung dalam Kelompok Usaha Bersama (KUB).Jumlah KUB di Kelurahan Kayumalue Pajeko ini sebanyak empat kelompok akan tetapi yang mendapat bantuan PUMP PT hanya satu kelompok KUB yaitu Kelompok Pemuda Pajeko yang di ketuai oleh Sulfin. Adapun nama-nama kelompok Pemuda Pajeko dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 07 : Nama-nama kelompok Pemuda PajekoNo.NamaUmur

1.Sulfin31 Tahun

2.Aslan40 Tahun

3.Ruly35 Tahun

4.Azlin41 Tahun

5.Ansar43 Tahun

6.Rusli39 Tahun

7.Markis50 Tahun

8.Asmardin44 Tahun

9.Azwar45 Tahun

10.Kaslin39 Tahun

11.Hamlin (Alm)41 Tahun

Sumber : Dokumen Kelompok Pemuda Pajeko Desa Kayumalue Pajeko

Pemberian bantuan Program PUMP Perikanan Tangkap kepada masyarakat nelayan yang tergabung dalam KUB sebanyak Rp. 100.000.000. kemudian dibelanjakan untuk keperluan Unit Pancing Tangan.Unit Penangkapan Pancing Tangan1. Alat Tangkap Pancing TanganPancing Ulur yang digunakan oleh nelayan di lokasi penelitian terbagi menjadi beberapa bagian yaitu penggulung tali pancing, tali senar, pancing, dan pemberat.

Gambar 01: Salah satu pancing ulur yang dimiliki masyarakat nelayan kelompok Pemuda PajekoSumber : Dokumentasi praktek lapang 2015

Bagian-bagian pancing ulur yang digunakan oleh nelayan Desa Kayumalue Pajeko diuraikan sebagai berikut:a. Penggulung Tali PancingPenggulung tali pancing ulur yang digunakan nelayan kelompok Pemuda Pajeko berbentuk persegi panjang yang terbuat dari kayu, penggulung tersebut disesuaikan dengan panjangnya tali pancing. Penggunaan penggulungan tali pancing bertujuan untuk memudahkan proses pengoperasian alat tangkap yaitu agar tali tidak kusut dan dapat digulung setelah operasi penangkapan selesai kemudian disimpan untuk digunakan kembali pada saat pengoperasian berikutnya.b. Tali senarTali senar yang digunakan ada beberapa macam ukuran, mulaidari ukuran yamg bernomor 6-50 dengan panjang 100-150 meter. Bahan terbuat dari Monofilamen, yang biasa disebut tasi oleh nelayan..c. Mata PancingMata pancing yang digunakan untuk menangkap ikan terdiri dari beberapa mata pancing yaitu pancing nomor 6-20.

d. PemberatPemberat yang digunakan pada pancing ulur berfungsi mempercepat turunnya mata pancing ke dasar perairan dan menjaga pancing tetap tegak saat berada dalam air. Pemberat yang digunakan berupa besi dengan berat berkisar antara 100-300 gram, jarak antara pancing dengan pemberat berkisar 0,5-1 m, terletak di bagian paling ujung suatu pancing ulur.

Kondisi Sosial Ekonomi Kelompok Pemuda PajekoArmadaArmada penangkapan yang dimiliki kelompok nelayan pemuda pajeko dikelurahan kayumalue pajeko sebanyak 11 (sebelas) buah meliputi 7 perahu bermotor dan 4 perahu jukung. Adapun armada penangkapan ikan yang dimiliki kelompok nelayan pemuda pajeko di kelurahan Kayumaluye pajeko dapat dilihat pada tabel 07 berikut ini.Tabel 08. Keadaan armada penangkapan kelompok penerima Program PUMP Perikanan TangkapNoNamaUmur/TahunJenis ArmadaJumlah

1.Sulfin31Katinting 5 pk1 unit

Perahu 5 m1 unit

2.Ruly35Katinting 5 pk1 unit

Perahu 5 m1 unit

3.Aslan40Katinting 5 pk1 unit

Perahu 5 m1 unit

4.Kaslin/Azwar39/45Katinting 5 pk1 unit

Perahu 5 m1 unit

Perahu 3 m1 unit

5.Hamlin/Asmardin41/44Katinting 5 pk1 unit

Perahu 5 m1 unit

Perahu 3 m1 unit

6.Rusli/Markis39/50Katinting 5 pk1 unit

Perahu 5 m1 unit

Perahu 3 m1 unit

7.Azlin/Ansar41/43Katinting 5 pk1 unit

Perahu 5 m1 unit

Perahu 3 m1 unit

Sumber : Data Kelompok Pemuda Pajeko Desa Kayumalue PajekoAlat TangkapSarana penangkapan kelompok pemuda pajeko yang ada dikelurahan kayumaluye pajeko masih menggunakan alat tangkap tradisional seperti pancing tangan. Masing-masing setiap individu mempunyai 1 paket alat pancing tangan, adapun dalam 1 paket meliputi 3 paket mata pancing dengan ukuran nomor mata pancing 6,12,20 dan 7 kepala tali senar (tasi) dengan ukuran 6.8.10,15,20,30,50. Adapun alat penangkapan ikan yang dimiliki kelompok nelayan pemuda pajeko kelurahan kayumaluye pajeko dapat dilihat pada tabel 08 dibawah ini.Tabel 09. Keadaan alat tangkap kelompok penerima Program PUMP Perikanan TangkapNoNamaUmur/TahunAlat TangkapJumlah

1.Sulfin31Alat Pancing Tangan1 Paket

2.Ruly35Alat Pancing Tangan1 Paket

3.Aslan40Alat Pancing Tangan1 Paket

4.Kaslin39Alat Pancing Tangan1 Paket

5.Hamlin41Alat Pancing Tangan1 Paket

6.Rusli39Alat Pancing Tangan1 Paket

7.Azlin41Alat Pancing Tangan1 Paket

8Azwar45Alat Pancing Tangan1 Paket

9Asmardin44Alat Pancing Tangan1 Paket

10Markis50Alat Pancing Tangan1 Paket

11Ansar43Alat Pancing Tangan1 Paket

Sumber : Data Kelompok Pemuda Pajeko Desa Kayumalue Pajeko

Alat BantuDengan adanya armada penangkapan dan alat penangkapan maka di perlukan alat bantu penangkapan untuk membantu dalam hal penangkapan ikan. Adapun alat bantu penangkapan yang digunakan kelompok nelayan pemuda pajeko di kelurahan kayumalue pajeko dapat dilihat pada tabel 09 di bawah ini.Tabel 10. Alat bantu Kelompok Pemuda Pajeko NoNamaUmur/TahunAlat BantuJumlah

1.Sulfin31La mpu petromax 1 Buah

Termos1 Buah

2.Ruly35Lampu petromax1 Buah

Termos1 buah

3.Aslan40Lampu petromax1 Buah

Termos1 Buah

4.Kaslin39Lampu petromax1 Buah

Termos1 Buah

5.Hamlin41Lampu petromax1 Buah

Termos1 Buah

6.Rusli39Lampu petromax1 Buah

Termos1 Buah

7.Azlin41Lampu petromax1 Buah

Termos1 Buah

8.Azwar45Lampu petromax1 Buah

Termos1 Buah

9.Asmardin44Lampu petromax1 Buah

Termos1 Buah

10.Markis50Lampu petromax1 Buah

Termos1 Buah

11.Ansar43Lampu petromax1 Buah

Termos1 Buah

Sumber : Data Kelompok Pemuda Pajeko Desa Kayumalue PajekoBantuan yang diberikan kepada kelompok nelayan diharapkan tepat sasaran maka dari itu kami melihat status pekerjaan setiap anggota keluarga dari penerima bantuan agar bisa dilihat tingkat perkembangan dari bantuan program PUMP perikanan tangkap. Adapun pekerjaan anggota keluarga rumah tangga kelompok dapat dilihat pada tabel 10 di bawah ini.

Tabel 11. Pekerjaan anggota keluaarga rumah tangga kelompokNoNama Anggota KelompokStatus anggota keluargaPekerjaan

1.SulfinSuamiNelayan/Buruh

FatimahIstriURT

2.RulySuamiNelayan/Buruh

AsidaIstriHonorer

3.AslanSuamiNelayan/Buruh

RosniIstri URT

4AzlinSuamiNelayan/Buruh

NilamIstri URT

5.AmsarBelum MenikahNelayan/Buruh

6.RusliSuamiNelayan/Buruh

RostinIstri URT

7.MarkisSuamiNelayan/Buruh

RemnaIstri URT

8.AsmardinSuamiNelayan/Buruh

RostiniIstri URT

9.AzwarSuamiNelayan/Buruh

Rosmi Istri URT

10KaslinSuamiNelayan/Buruh

RosseIstri Honorer

Sumber : Data Kelompok Pemuda Pajeko Desa Kayumalue Pajeko

Pendapatan Kelompok Pemuda PajekoData yang didapatkan dari hasil wawancara dari responden tantang penghasilan nelayan perbulan antara Rp. 1.800.000 Rp. 2.160.000/ bulan dan rata-rata jawaban dari responden berada dalam kategori tidak menentu, hal ini dikarenkan kondisi cuaca dan berbagai faktor yang menyebabkab nelayan tidak melaut, menurut responden dalam satu bulan kadang melaut hanya berkisar 18 hari, jadi setiap tahun masyarakat melaut kurang lebih sekitar 8 bulan/tahun. Namun, melihat dari pendapatan nelayan ini bisa dikatakan memenuhi kebutuhan sehari-hari. Adapun pendapatan anggota kelompok penerima kelompok Program PUMP Perikanan Tangkap dapat dilihat pada tabel 11 di bawah ini.Tabel 12. Distribusi pendapatan anggota kelompok penerima kelompok Program PUMP Perikanan TangkapNoNamaUmurPendapatan (Rp) per hariPresentase (%)

1Sulfin31 Tahun110.00010,18

2Ruli40 Tahun120.00011,11

3Aslan35 Tahun100.0009,25

4Azlin41 Tahun95.0008,84

5Amsar43 Tahun120.00011,11

6Rusli39 Tahun100.0009.25

7Markis50 Tahun100.0009,25

8Asmardin44 Tahun120.00011,11

9Azwar45 Tahun110.00010,18

10Kaslin39 Tahun105.0009,72

Jumlah1.080.000100 %

Rata-rata108.000

Sumber : Data Kelompok Pemuda Pajeko Desa Kayumalue Pajeko

Pengelola Ekonomi Rumah Tangga Nelayan

Rumah tangga nelayan merupakan salah satu potensi sumberdaya yang berperan dalam menjalankan usaha perikanan tangkap. Potensi sumber daya yang dimiliki dapat berupa pengetahuan keterampilan dan sikap, dalam hal ini peran wanita dalam rumah tangga dapat berpengaruh dalam mengelolah perekonomian rumah tangga nelayan.

Peran WanitaDalam upaya mencukupi kebutuhan hidup rumah tangga nelayan, kegiatan sebagai penjual ikan merupakan kegiatan yang dilakukan oleh wanita atau istri-istri nelayan sebagai konstribusi kerja dalam menambah pendapatan total rumah tangganya. Hal ini dikarenakan persoalan mendasar yang dihadapi oleh rumah tangga-rumah tangga nelayan yang tingkat penghasilannya kecil dan tidak pasti.Berdasarakan hasil wawancara yang diperoleh dilokasi praktek lapang bahwa kegiatan ini mereka lakukan sebagai konstribusi dalam meningkatkan ekonomi rumah tangganya. Ikan yang mereka jual sebagian merupakan hasil tangkapan suami-suami mereka, sedangkan sebagiannya lagi merupakan hasil borongan dari pedagang pengumpul yang kemudian mereka jual kembali umtuk memperoleh keuntungan. Bagi rumah tangga nelayan yang terpenting adalah makan setiap hari, sementara untuk kebutuhan lainnya diperoleh ketika pendapatan lebih.

Pengelolaan KelompokKelompok yang dibentuk oleh nelayan berdasarkan hasil kesepakatan/musyawarah seluruh anggota yang dilandasi oleh keinginan bersama untuk berusaha bersama dan dipertanggungjawabkan secara bersama guna meningkatkan pendapatan anggota. Pembentukan KUB dapat dilakukan atas dasar kesamaan jenis usaha maupun bersifat multi usaha yang saling terkait.Sebelum mendapatkan bantuan PUMP PT kelompok Pemuda Pajeko yang berada di Kelurah Kayumalu Pajeko masih menggunakan perahu dayung yang tentunya daya jangkaunya terhadap daerah penangkapan (fishing GroundI) terbatas sehingga hasil produksinya tidak begitu banyak dan lambat untuk dipasarkan. Dengan adanya Program PUMP PT ini masyarakat penerima program PUMP Perikanan Tangkap diberikan bantuan berupa dana sebesar Rp. 100.000.000 untuk membelikan unit penangkapan sehingga dengan mudah dan tidak memakan waktu banyak nelayan menuju ke daerah penangkapan (fishing GroundI) dan dapat kembali lebih cepat kedarat untuk menjual hasil tangkapan. Selain itu masyarakat nelayan dapat melaut dengan daya jangkau penangkapannya lebih jauh. Salah satu hal yang terpenting bagi masyarakat nelayan Kayumalue Pajeko dalam penangkapan ikan adalah Rumpon, karna menurut masyarakat setempat Rumpon merupakan salah satu tempat di mana ikan-ikan bisa diperoleh dengan mudah, sehingga masyarakat nelayan setempat ingin adanya program 1000 Rumpon.Bantuan program PUMP perikanan tangkap diberikan kepada Kelompok nelayan pemuda pajeko berdasarkan kesepakatan musyawarah bahwa pemuda-pemuda yang harus membentuk kelempok usaha bersama agar tingkat pengangguran bagi pemuda yang tidak dapat melanjutkan pendidikannya dapat bekerja dalam hal bertanggung jawab pada kelompok usaha bersama dibidang perikanan tangkap.Terbentuknya kelempok usaha bersama tidak lepas dari peran serta tanggung jawab anggota, dengan terbentuknya kelempok usaha bersama maka terbentuknya struktur KUB pemuda pajeko. Adapun struktur kelompok usaha bersama yang dibentuk masyarakat kelurahan kayumalue pajeko dapat dilihat di bawah ini.

STRUKTUR KUB PEMUDA PAJEKO KELURAHAN KAYUMALUYE PAJEKO

HAMLIN (ALM)ANGGOTAKASLIMANGGOTAAZWARANGGOTAASMARDINANGGOTAMARKISANGGOTARUSLIANGGOTAAMSARANGGOTAAZLINANGGOTARULIBENDAHARAASLANSEKRETARISSULFINKETUA

Gambar 02. Struktur Kelompok Usaha Bersama Pemuda Pajeko di Kelurahan Kayumalu PajekoSumber : Data di olah tahun 2015

30