PENANGANAN BILATERAL CLEFT LIP 1. PENDAHULUAN Cleft lip atau celah bibir disebut juga dengan cheiloschisis atau labioschisis merupakan kelainan yang terjadi karena gagalnya penyatuan antara prosessus nasalis medialis dengan prosessus maksillaris pada saat intra uterin atau dalam kandungan yang bisa disebabkan oleh banyak faktor. Kelainan ini lebih tepat disebut sebagai sebuah deformitas celah bibir, hidung, dan alveolar karena semua struktur anatomi inilah yang terkena. Faktor yang diduga dapat menyebabkan kelainan ini adalah akibat kekurangan nutrisi, obat-obatan, infeksi virus, radiasi, stres pada masa kehamilan, trauma, dan faktor genetik. Jika terjadi deformitas yang cukup parah, efek pada struktur mulut, hidung, dan alveolar menjadi lebih terlihat. Secara fisik, adanya celah akan membuat kesukaran minum karena daya hisap yang kurang dan banyak tumpah atau bocor ke hidung, gangguan pada penampilan dan gangguan bicara berupa suara sengau. 1,2 Deformitas celah bibir dapat berbentuk bilateral atau unilateral dan disebut komplit jika meluas hingga hidung dan inkomplit jika tidak mencapai hidung. Celah bibir dapat meluas hingga gusi yang menyebabkan defek pada tulang. Deformitas celah bibir terjadi pada hidung serta bibir, sehingga kedua struktur ini harus diperbaiki dengan cara operasi untuk merekonstruksinya. 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
PENANGANAN BILATERAL CLEFT LIP
1. PENDAHULUAN
Cleft lip atau celah bibir disebut juga dengan cheiloschisis atau labioschisis
merupakan kelainan yang terjadi karena gagalnya penyatuan antara prosessus
nasalis medialis dengan prosessus maksillaris pada saat intra uterin atau dalam
kandungan yang bisa disebabkan oleh banyak faktor. Kelainan ini lebih tepat
disebut sebagai sebuah deformitas celah bibir, hidung, dan alveolar karena semua
struktur anatomi inilah yang terkena. Faktor yang diduga dapat menyebabkan
kelainan ini adalah akibat kekurangan nutrisi, obat-obatan, infeksi virus, radiasi,
stres pada masa kehamilan, trauma, dan faktor genetik. Jika terjadi deformitas
yang cukup parah, efek pada struktur mulut, hidung, dan alveolar menjadi lebih
terlihat. Secara fisik, adanya celah akan membuat kesukaran minum karena daya
hisap yang kurang dan banyak tumpah atau bocor ke hidung, gangguan pada
penampilan dan gangguan bicara berupa suara sengau. 1,2
Deformitas celah bibir dapat berbentuk bilateral atau unilateral dan disebut
komplit jika meluas hingga hidung dan inkomplit jika tidak mencapai hidung.
Celah bibir dapat meluas hingga gusi yang menyebabkan defek pada tulang.
Deformitas celah bibir terjadi pada hidung serta bibir, sehingga kedua struktur ini
harus diperbaiki dengan cara operasi untuk merekonstruksinya. Walaupun
penentuan waktu perbaikan celah bibir masih kontroversial, perbaikan celah bibir
seringkali dilakukan pada saat bayi berusia 3 bulan, setelah anak memiliki berat
badan yang mencukupi. Penentuan waktu ini memungkinkan pemberian obat
anastesi dengan cara yang lebih aman. 3
Terdapat banyak teknik perbaikan celah bibir, tetapi tujuan dari perbaikan
tersebut masih tetap sama yaitu rekonstruksi anatomi dengan bekas luka
seminimal mungkin dan memiliki fungsi normal. 3
Tindakan operasi perbaikan terhadap bibir disebut cheiloraphy dilakukan
pada usia 3 bulan atau lebih dari 10 minggu, berat badan telah mencapai 10
pounds atau 5 kg dan Hb lebih dari 10 gr% (rule over tens). Palatoraphy dilakukan
pada usia anak 10 bulan sampai 12 bulan. Usia tersebut akan memberikan hasil
1
fungsi bicara yang optimal karena memberi kesempatan jaringan pasca operasi
sampai matang pada proses penyembuhan luka sehingga sebelum penderita mulai
bicara dengan demikian soft palate dapat berfungsi dengan baik. Speech therapy
diperlukan setelah operasi palatoraphy melatih bicara dengan benardan
meminimalkan timbulnya suara sengau. Bila setelah palatoraphy dan speech
theraphy masih didapatkan suara sengau maka dilakukan pharyngoplasty untuk
memperkecil suara nasal (nasal escape) biasanya dilakukan pada usia 5-6 tahun. 2
Penanganan kecacatan pada celah bibir dan langit-langit tidaklah sederhana,
melainkan melibatkan berbagai unsur, antara lain ahli bedah plastik, ahli
ortodonti, ahli THT, dan speech theraphist. Setiap spesialisasi mempunyai peran
yang tidak tumpang tindih tapi saling melengkapi dalam menangani penderita
secara paripurna. 2
2. SEJARAH PENANGANAN CELAH BIBIR
Operasi perbaikan yang ada pada saat ini memiliki kesamaan yaitu
penggunaan penutup yang berasal dari bibir bagian lateral untuk mengisi defek
yang terdapat di bagian medial, konsep yang diciptakan oleh Mirault. Teknik
perbaikan LeMesurier melibatkan lateral quadrilateral flap, sedangkan teknik
perbaikan Tennison melibatkan lateral triangular flap. Pada tahun 1955, Millard
menggambarkan konsep memajukan penutup lateral ke dalam bibir bagian atas
digabungkan dengan rotasi ke bawah pada segmen bagian bawah. Keuntungannya
berlipat ganda yaitu garis insisi mengikuti posisi anatomi alami dari kolumna
philtrum, dan penempatan bekas luka di sepanjang philtrum pada bagian bawah
bibir dapat dihindari. Teknik ini menjadi popular karena keuntungan estetiknya.
Yang terbaru, penekanan telah berganti dari desain skin flap menjadi rekonstruksi
yang akurat dan fungsional dari otot orbikularis oris dan pada rekonstruksi nasal
primer. Konsep rekonstruksi yang berbeda dari otot orbikularis oris ditekankan
oleh Miller. McCoomb, Anderl, Salyer dan yang lain menggunakan primary nasal
tip-plasty. Perbaikan nasal primer dapat memperoleh perbaikan jangka panjang
yang dapat diperoleh tanpa efek yang merusak pertumbuhan dan perkembangan
kartilago ujung hidung. 1
3. ANATOMI
2
Bibir terdiri atas empat komponen dasar yaitu kulit dan jaringan
subkutaneus, otot, mukosa, dan vermilion. Masing-masing struktur ini memiliki
karakteristik yang unik yang harus dipertimbangkan ketika merencanakan operasi
rekonstruksi. Kulit bibir biasanya sama dengan kulit wajah. Kulitnya agak tebal
dan kaya kelenjar sebasea dan keringat. Ketebalan kulit menurun seiring dengan
bertambahnya usia. Di lapisan dalamnya terdapat sejumlah lemak subkutaneus
yang cukup banyak yang membuatnya menjadi bagian yang terpenting dalam
ketebalan bibir. 4
Penanda eksternal dari bibir adalah philtrum dan Cupid bow. Philtrum
adalah daerah muskulokutaneus yang sedikit berbeda dari dasar kolumela ke batas
vermilion. Philtrum bergabung dengan white roll, daerah lain yang dibentuk oleh
otot orbikularis. Serabut orbikularis membentuk philtral dimple dibagian tengah
bibir antara sepasang philtrum. Terdapat sebuah titik rendah antara dua puncak
cupid bow, yang merupakan kedalaman cupid bow. 4
Otot utama bibir adalah otot orbikularis oris. Otot tersebut berpasangan,
sebagian besar merupakan otot yang terletak horizontal yang berasal dari bagian
lateral pada komisura di modiolus. Modiolus adalah sebuah persimpangan dari
beberapa otot wajah yang lain, termasuk levator anguli oris, risorius, dan
depressor anguli oris. Kedua otot orbikularis oris bergabung di daerah
pertengahan bibir bawah di raphe. Di bagian bibir atas, otot ini menyilang di
bagian tengah dan masuk ke dalam philtrum yang berlawanan. 4
Bagian dalam bibir dilapisi mukosa, yang merupakan epitel yang non
keratinisasi yang kaya kelenjar saliva minor. Mukosanya dibedakan dari vermilion
dalam hal warnanya dan penampakannya. Di sisi lain, vermilion adalah bagian
bibir yang dapat terlihat di dalam white roll. Vermilion memiliki refleksi cahaya
yang unik dan mustahil untuk ditiru. Garis basah kering merupakan pertemuan
dari vermilion basah dan vermilion kering. 4
Bibir bagian atas yang normal terbagi menjadi dua komponen yaitu
komponen merah dan putih. Bibir berwarna merah adalah membrane mukosa,
sedangkan bibir putih adah struktur kutaneus. Pertemuan mukokutaneus pada
perbatasan vermilion antara bibir berwarna merah dan putih adalah batasan
3
anatomi yang penting yang harus direkonstruksi secara teliti pada perbaikan celah
bibir untuk mendapatkan hasil yang terlihat alami. 5
Gambar 1. Anatomi bibir dan hidung 2
Pada individu normal, otot orbikularis oris membentuk spinkter di sekitar
kavum oris, yang memberikan substrat untuk bentuk dan fungsi bibir dan mulut
yang sempurna. Semua pasien dengan deformitas celah bibir mengalami defisiensi
dan ketidakteraturan otot dengan derajat berbeda, menyebabkan penampakan dan
fungsi bibir dan mulut yang abnormal. Untuk memperbaiki deformitas celah bibir
secara tepat, penting untuk tidak hanya bibir yang simetris secara superfisialis,
pada tingkat kulit, tetapi juga membuat ulang otot orbicularis oris yang sempurna
untuk mendapatkan hasil yang sempurna secara kosmetik dan fungsi. 5
Vaskularisasi berasal dari arteri labialis superior dan inferior,
cabang dari arteri facialis. Arteri labialis terletak antara m. orbicularis oris dan
submukosa sampai zona transisi vemlilion-mukosa. Inervasi sensoris bibir atas
berasal dari cabang n. cranialis V (n. trigeminus) dan n.infraorbitalis. Bibir bawah
mendapat inervasi sensoris dari n. mentalis. Pengetahuan inervasi sensoris ini
penting untuk melakukan tindakan blok anestesi. Inervasi motorik bibir berasal
dari n. cranialis VII (n. facialis) ramus buccalis. Nervus fasialis menginervasi m.
orbicularis oris dan m. elevator labii. Ramus mandibularis n. facialis menginervasi
m. orbicularis oris dan m. depressor labii. 6
4
A B
Gambar 2. (A) Inervasi wajah (B) Vaskularisasi Bibir
Muskulus utama bibir adalah m. orbkularis oris yang melingkari bibir.
Muskulus ini tidak melekat pada tulang, berfungsi sebagai sfingter rima oris.
Dengan gerakan yang kompleks, muskulus ini berfungsi untuk puckering,
menghisap, bersiul, meniup dan menciptakan ekspresi wajah. Kompetensi oris
dikendalikan oleh m. orbicularis oris, dengan musculus ekspresi wajah lainnya
daerah otot ini dikenal dengan istilah modiolus. Muskulus elevator terdiri dari m.
levator labii superior alaeque nasi, m. levator labii superior, m. zygomaticum
major, m. zygomaticum minor dan m. levator anguli oris. Muskulus
retraktor bibir atas disusun oleh m. zygomaticum major, m.zygomaticum minor
dan m. levator anguli oris. Musku lus dep re so r me l i pu t i m. depresor anguli
oris dan m. depresor labii inferior. Muskulus retraktor bibir bawah terdiri dari m.
depresor anguli oris dan m. platysma, sedangkan m. mentalis berfungsi untuk
protrusi bibir. 6
5
Gambar 3. Otot-otot pada wajah
4. EMBRYOGENESIS
Celah bibir dan celah palatum disebabkan oleh kesalahan pada proses
perkembangan. Tiga area yang terlibat dalam pembentukan bibir bagian atas yaitu
prosessus frontonasal yang terletak di tengah dan 2 tonjolan maksila yang terletak
dibagian lateral. Melalui sebuah langkah-langkah yang berurutan, prosessus
frontonasal berkembang menjadi premaksila. Pada janin yang telah berkembang
sempurna, premaksila menjadi bagian tengah bibir atas, alveolus anterior, dan
palatum primer. Dua tonjolan maksila yang terletak dibagian lateral bertumbuh
dan berkembang menjadi bagian lateral bibir. 7
Prosessus frontonasal yang terletak di bagian tengah dan dua prosesus
maksila yang terletak di lateral membesar dan bersatu untuk membentuk bibir
secara utuh. Prosesus maksilaris bertumbuh dari posterolateral ke anteromedial
untuk bersatu dengan proseus frontonasal yang terletak di bagian sentral. Bibir
bagian atas adalah sebuah lengkungan dan prosesus frontonasal adalah dasarnya
dan kedua prosesus maksilaris adalah lengan dari lengkungan tersebut. Kegagalan
penyambungan dapat terjadi pada salah satu sisi dari dasar lengkungan ini
sehingga defek celah bibir dapat unilateral atau bilateral. 7
Bagian bibir atas berkembang selama minggu ke 4-6 gestasi, dimulai
dengan pembentukan prosesus frontonasal adalah sebuah tumpukan jaringan di
tengah-tengah muka yang sedang berkembang. Kemudian, muncul dua cekungan
6
dangkal pada masing-masing sisi tumpukan ini yang membentuk nasal placode.
Setelah itu, nasal placode menjadi lebih dalam untuk membentuk cavitas nasal
dan nasofaring. Cekungan yang dibentuk oleh nasal placode membentuk tonjolan
pada bagian lateral dan medial nasal placode. Secara keseluruhan, terdapat empat
elevasi nasal yaitu dua medial dan dua lateral. Kemudian, elevasi nasal medial
bergabung dan membentuk premaksila. Struktur ini membentuk dasar
lengkungan. 7
Gambar 4. Ilustrasi proses perkembangan wajah 8
Pada minggu ke-5 gestasi, kedua lengkungan maksila mulai membesar dan
bertumbuh ke arah garis tengah dimana mereka akan bergabung dengan tonjolan
nasal. Lengkungan maksila dibentuk oleh lengkungan brachial yang pertama.
Mereka mulai berkembang pada setiap sisi mulut primitive dan bergerak ke arah
tengah. Akhirnya, mereka cukup besar hingga dapat bertemu di kedua sisi
gabungan elevasi nasal medial. Penyatuan dikatakan lengkap ketika lekukan
antara tonjolan nasal medial dan tonjolan maksila dihilangkan oleh mesoderm.
Kegagalan penyatuan pada salah satu sisi elevasi nasal medial akan menyebabkan
celah bibir. 7
7
Gambar 5. Ilustrasi perkembangan wajah 8
5. EPIDEMIOLOGI
Celah bibir dan palatum terjadi pada sekitar 1 dalam 1000 kelahiran hidup
di dunia. Paling banyak terjadi pada ras Meksiko-Amerika, kemudian pada ras
kulit putih, dan paling jarang pada ras kulit hitam dengan 0,41 dalam 1000
kelahiran hidup. Di Asia celah bibir dan palatum terjadi pada sekitar 2 dalam 1000
kelahiran hidup, angka kejadian celah bibir lebih banyak terjadi pada anak laki-
laki dibandingkan perempuan yaitu 2:1, sedangkan pada anak perempuan lebih
banyak terjadi celah palatum dibandingkan laki-laki yaitu 2:1. Jika satu keturunan
mengalami celah bibir, kemungkinan anak yang selanjutnya akan mengalami
celah bibir adalah sekitar 4 %. Jika orang tua dan anak menderita bibir sumbing,
kemungkinan anak yang selanjutnya menderita bibir sumbing meningkat menjadi
17 %. Celah bibir lebih sering terjadi pada laki-laki. Celah bibir bilateral lebih
jarang terjadi dibandingkan dengan celah bibir unilateral. 8,9
Insiden dari berbagai tipe cleft dilaporkan oleh Veau. Insiden secara
keseluruhan dari cleft dilaporkan oleh Fogh Andersen yakni 1 dari 655 kelahiran
dan Ivy yakni 1 dari 762 kelahiran, dimana lebih sering dijumpai pada laki-laki
dibandingkan perempuan. Peningkatan resiko celah bibir bertambah seiring
8
dengan meningkatnya usia maternal dan adanya riwayat keluarga yang menderita
penyakit bawaan yang sama. 9
6. ETIOLOGI
Pada tahun 1963, Falconer mengemukakan suatu teori bahwa etiologi celah
bibir bersifat multifaktorial dimana pembentukan celah pada palatum
berhubungan dengan faktor herediter dan faktor lingkungan yang terlibat dalam
pertumbuhan dan perkembangan processus. 10
1. Faktor Herediter
Sekitar 25 % pasien yang menderita celah bibir memiliki riwayat keluarga
yang menderita penyakit yang sama. Orang tua dengan celah bibir mempunyai
resiko lebih tinggi untuk memiliki anak dengan celah bibir. Jika hanya salah
satu orang tua yang menderita celah bibir , maka kemungkinan anaknya
menderita celah bibir adalah sekitar 4 5. Jika kedua orangtuanya tidak
menderita celah bibir , tetapi memiliki anak tunggal dengan celah bibir maka
resiko generasi berikutnya menderita penyakit yang sama juga sekitar 4 %.
Dugaan mengenai hal ini ditunjang kenyataan bahwa telah berhasil diisolasi
suatu X-Linked gen, yaitu Xq13-21 pada lokus 6 pada pasien bibir sumbing
dan langitan. Kenyataan lain yang menunjang, bahwa demikian banyak
kelainan/sindrom disertai celah bibir dan langitan (khususnya jenis bilateral),
melibatkan anomali skeletal, maupun defek lahir lainnya. 10
2. Faktor Lingkungan
Obat-obatan yang dikonsumsi selama kehamilan, seperti fenitoin, retinoid
(golongan vitamin A), dan steroid beresiko menimbulkan celah bibir pada
bayi. Infeksi selama kehamilan semester pertama seperti infeksi rubella dan
cytomegalovirus, dihubungkan dengan terbentuknya celah. Alkohol, keadaan
yang menyebabkan hipoksia, merokok, dan defisiensi makanan (seperti
defisiensi asam folat) dapat menyebabkan celah bibir . 10
7. PATOFISIOLOGI
9
Celah pada bibir atas (cheiloschisis superior) mungkin hanya terbatas pada
bibir atau dapat juga terjadi pada palatum molle. Cleft lip unilateral terjadi akibat
kegagalan fusi dari prominens nasal medial dan prominens maxilla pada satu sisi.
Sedangkan cleft lip bilateral merupakan hasil dari kegagalan fusi pada prominens
nasal medial dengan prominens maxilla pada sisi yang lain. Celah bibir inferior
sangat jarang terjadi, dan biasanya terletak tepat di tengah dan disebabkan oleh