Top Banner
25

Pemeriksaan Cranial

Oct 31, 2015

Download

Documents

Pemeriksaan cranial secara umum
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Pemeriksaan Cranial
Page 2: Pemeriksaan Cranial

pemeriksaan menghidu (N I)

Pastikan terlebih dahulu apakah terdapat sumbatan atau kelainan pada hidung seperti ingus atau polip. Zat pengetes yang digunakan sebaiknya yang sudah dikenal sehari-hari, misalnya kopi, teh, tembakau, jeruk dll. Jangan menggunakan zat yang merangsang hidung seperti amoniak, alkohol, dan cukaZat pengetes didekatkan ke hidung pasien dan suruh ia menciumnya. Tiap lubang hidung diperiksa satu per satu dengan menutup lubang hidung lainnya dengan tangan.

Page 3: Pemeriksaan Cranial

Pemeriksaan ketajaman penglihatan (N II)

• Ketajaman penglihatan dites dengan cara misalnya melihat dan menyatakan pukul berapa pada jam dinding atau membaca huruf pada buku atau koran. Jika ketajaman mata pasien sama dengan pemeriksa(dianggap normal) maka dinyatakan normal. Untuk lebih spesifik digunakan papan snellen yang diletakkan 6 meter dari pasien. Jika pasien mampu membaca sampai baris paling bawah maka pasien dinyatakan normal. Jika tidak maka visus tidak normal dan dinyatakan dalam pecahan misalnya 3/6 yang artinya huruf yang bisa dibaca pada jarak 6 meter terbaca pasien pada jarak 3 meter.

Page 4: Pemeriksaan Cranial

Pemeriksaan lapang pandang (NII)

• Lapang pandang dites dengan membandingkan dengan lapang pandang pemeriksa(yang dianggap normal). Pasien disuruh duduk atau berdiri berhadapan dengan pemeriksa pada jarak 1 m. Jika memeriksa mata kanan maka mata kiri di tutup dengan tangan dan begitu pula sebaliknya. Pandangan mata yang akan diperiksa harus fokus ke depan. Setelah itu pemeriksa meletakkan jari tangannya di bidang pertengahan antara pemeriksa dan pasien lalu gerakan dilakukan dari luar ke dalam.

Page 5: Pemeriksaan Cranial

Pemeriksaan refleks cahaya pupil (N II dan III)

• Pasien disuruh melihat jauh ke depan. Pemeriksa menyinari salah satu mata pasien dengan penlight dari sisi lateral. Perhatikan respon mata pupil pasien. Setelah selesai ganti dengan mata yang satu dan bandingkanlah.

• Reaksi cahaya pupil terdiri atas reaksi langsung dan reaksi tidak langsung (konsensual). Normalnya pupil mengecil jika disinari. Reaksi langsung positif jika normal ketika disinari langsung. Bila pupil yang satu ikut mengecil oleh penyinaran mata yang lainnya maka reaksi tidak langsung positif.

Page 6: Pemeriksaan Cranial

Pemeriksaan reaksi akomodasi (N II dan III)

• Letakkan jari pemeriksa di depan pasien sekitar 8 inchi. Pasien disuruh melihat jauh(belakang jari kita) kemudian ia disuruh melihat jari kita. Normalnya pupil akan mengecil saat pandangan pasien beralih dari pandangan jauh ke pandangan dekat.

Page 7: Pemeriksaan Cranial

Pemeriksaan ptosis (N III)• Pemeriksaan nervus ini dapat dilakukan

dengan cara menarik bagian infra orbitalis ke arah inferior dan supra orbitalis ke arah superior. Jika setelah ditarik, bagian tersebut lambat kembali ke posisi semula atau terlihat lemah maka positif terdapat gangguan pada nervus ini.

Page 8: Pemeriksaan Cranial

Pemeriksaan besar pupil (N III)• Perhatikan besar pupil pasien pada mata kiri

dan kanan apakah sama(isokor) atau tidak sama(anisokor). Pupil yang mengecil disebut miosis pupil yang membesar disebut midriasis. Pupilkonstriktor merupakan otot polos yang diinervasi serabut saraf parasimpatis nervus III dan pupildilator merupakan otot yang diinervasi serabut saraf simpatis (torakolumbal)

Page 9: Pemeriksaan Cranial

Pemeriksaan gerak vertikal mata (N IV)

• Salah satu mata diperiksa dan yang lain difiksasi dengan tangan pasien. Bandingkan kedua mata pasien. Pemeriksa menggunakan jarinya atau pensil/pulpen dan menggerakkanya naik turun. Pasien disuruh fokus dan mengikuti gerakan jari atau pensil pemeriksa. Normal bila pasien mampu mengikutinya.

Page 10: Pemeriksaan Cranial

Pemeriksaan motorik N V• Pasien disuruh merapatkan giginya sekuat

mungkin dan kemudian pemeriksa meraba m. maseter dan m. temporalis. Perhatikan besar, tonus dan kontur otot-otot tersebut. Kemudian pasien disuruh membuka mulut. Perhatikan apa ada deviasi rahang bawah.

• Rahang bawah juga dapat diperiksa dengan cara meletakkan jari pemeriksa di dagu pasien dan mengetuknya dengan reflex hammer(jaw jerk reflex). Normal jika terdapat sedikit gerakan membuka mulut atau bahkan tidak ada.

Page 11: Pemeriksaan Cranial

Pemeriksaan sensibilitas N V• Pasien harus menutup kedua matanya.

Gunakan alat untuk mengetes tajam tumpul dan kapas untuk sensasi raba halus. Pasien diminta mengenali rangsangan tersebut. Lakukan tes pada divisi oftalamik, maxilaris dan mandibularis wajah. Bandingkan sisi kiri dan kanan.

Page 12: Pemeriksaan Cranial

Pemeriksaan kornea (N V dan VII)• Pemeriksa menggunakan benda yang lembut

seperti tisu atau kapas. Pasien diminta melihat ke atas dan pemeriksa menyentuh kornea pasien dengan kapas. Respon normal bila pasien mengedipkan kedua matanya saat kornea disentuh.

Page 13: Pemeriksaan Cranial

Pemeriksaan gerak horizontal mata (N VI)

• Salah satu mata diperiksa dan yang lain difiksasi dengan tangan pasien. Bandingkan kedua mata pasien. Pemeriksa menggunakan jarinya atau pensil/pulpen dan menggerakkanya dari kiri ke kanan dan sebaliknya. Pasien disuruh fokus dan mengikuti gerakan jari atau pensil pemeriksa. Normal bila pasien mampu mengikutinya.

Page 14: Pemeriksaan Cranial

Pemeriksaan N VIIPemeriksaan nervus ini biasa dilakukan dengan muscle test pada otot-otot yang dipersarafi nervus ini.• Untuk m. frontalis pasien diminta mengerutkan dahi.

Bandingkan kerutan yang terjadi kiri dan kanan.• Untuk m. orbicularis oculi pasien diminta menutup mata

dengan kuat. Bandingkan mata kiri dan kanan.• Untuk m. zygomaticus major pasien diminta senyum.

Bandingkan sisi kiri dan kanan.• Untuk m. orbicularis oris pasien diminta memonyongkan

bibirnya. Perhatikan kemampuan mimik pasien.• Untuk m. platysma pasien diminta senyum dan

mengangkat kepalanya ke atas. Lihat apakah pasien mampu melakukannya.

Page 15: Pemeriksaan Cranial

Pemeriksaan ketajaman pendengaran (N VIII kokhlearis)

• Pasien disuruh duduk. Pemeriksa berdiri pada jarak tertentu dan menyuruh pasien mendengarkan bisikan pemeriksa atau bunyi ibu jari dan jari telunjuk pasien. Bandingkan telinga kiri dan kanan.

Page 16: Pemeriksaan Cranial

Tes schwabach (N VIII kokhlearis)• Pada tes ini pemeriksa menggunakan garpu

tala 256 atau 512 Hz. Ini mengetes konduksi udara pasien. Garpu tala dibunyikan dibawa di dekat telinga pasien lalu didengarkan pada pasien. Jika pasien tidak mendengar maka bawa garpu tala ke dekat telinga pemeriksa(yang dianggap normal). Jika masih terdengar maka pasien mengalami gangguan khususnya konduksi udara.

Page 17: Pemeriksaan Cranial

Tes rinne (N VIII kokhlearis)• Pada tes ini pemeriksa menggunakan garpu

tala 256 atau 512 Hz. Ini mengetes konduksi tulang pasien. Normalnya konduksi udara lebih baik dari konduksi tulang. Garpu tala dibunyikan dibawa tulang mastoid pasien lalu didengarkan pada pasien. Jika pasien tidak mendengar maka bawa garpu tala ke dekat telinga pasien(yang dianggap normal). Jika pada tulang mastoid terdengar dan pada telinga tidak maka pasien mengalami gangguan tuli konduktif.

Page 18: Pemeriksaan Cranial

Tes weber (N VIII kokhlearis)• Pada tes ini pemeriksa menggunakan garpu

tala 256 atau 512 Hz. Garpu tala yang dibunyikan ditekan pada bagian pertengahan kepala. Suruh pasien membandingkan bunyinya dengan kedua telinganya. Normalnya bunyi yang terdengar pasien pada telinga kiri dan kanan sama besarnya. Pada tuli konduktif bunyi lebih kuat terdengar pada telinga yang tuli. Pada tuli perseptif bunyi lebih kuat terdengar pada telinga sehat.

Page 19: Pemeriksaan Cranial

Tes manuver hallpike (N VIII vestibulo)

• Pasien disuruh berbaring dengan kepala tergantung dari bed. Kepala pasien dipegang oleh pemeriksa. Mata pasien harus terbuka. Kemudian pemeriksa menolehkan kepala pasien ke kiri kemudian lurus lagi laluke kanan kemudian lurus lagi. Perhatikan apa muncul nistagmus pada pasien dan juga pastikan apa pasien mengalami vertigo dan apakah vertigo itu yang dialami pasien sebelumnya.

Page 20: Pemeriksaan Cranial

Tes romberg (N VIII vestibulo)• Pada tes ini pasien dimintta berdiri dengan

kaki yang satu di depan kaki yang lainnya. Tumit kaki yang satu berada di depan jari kaki yang satunya. Lengan pasien dilipat di dada dan matanya ditutup. Normalnya pasien dapat bertahan dalam posisi ini dalam waktu 30 detik atau lebih.

Page 21: Pemeriksaan Cranial

Past pointing test• Pemeriksa meletakkan jarinya di depan pasien

pada jarak tertentu. Pasien diminta meletakkan jari telunjuknya di hidungnya. lalu pasien disuruh membawa jari telunjuknya menyentuh jari pemeriksa. Jika pasien mengalami gangguan maka pasien pasti akan salah menunjuk. Bandingkanlah bagian kiri dan kanan.

Page 22: Pemeriksaan Cranial

Tes berbicara (N IX dan X)• Pasien diminta melafalkan misalnya ular lari

lurus. Yang dinilai di sini adalah kesempurnaan, intonasi dan kecepatan pasien melafalkan kalimat serta fonasi suara.

Page 23: Pemeriksaan Cranial

Palatal elevation test (N IX dan X)• Pasien diminta membuka mulut dan

mengatakan “aaah”. Pemeriksa menggunakan spatel dan menekan lidah pasien. Perhatikan uvula dan palatum pasien. Normalnya saat pelafalan palatum akan naik bersamaan pada kedua sisinya begitupula uvula. Jika uvula tertarik ke salah satu sisi maka dicurigai ada kelumpuhan pada nervus IX dan X

Page 24: Pemeriksaan Cranial

Muscle test upper trapezius dan sternocleidomastoideus (N XI)

• Untuk m. upper trapezius pasien diminta mengangkat bahunya dan pemeriksa memberi tahanan pada kedua bahunya. Normalnya pasien mampu melawan tahanan penuh dari pemeriksa.

• Untuk m. sternocleidomastoideus pasien diminta merotasikan kepalanya ke kiri dan kanan dan pemeriksa memberi tahanan saat gerakan dilakukan. Normalnya pasien mampu melawan tahanan penuh dari pemeriksa.

Page 25: Pemeriksaan Cranial

Pemeriksaan nervus XII• Pasien diminta membuka mulut dan

menjulurkan lidah. Perhatikan saat lidah pasien diam dan bergerak. Perhatikan besar kedua sisi lidah, kerutan lidah, tremor, saat lidah dijulurkan apakah ada deviasi.