Top Banner
PEMERIKSAAN BAKTERI Salmonella sp PADA USUS AYAM TUGAS AKHIR OLEH: RICHA TAHIRA PRATIWI NIM 142410039 PROGRAM STUDI DIPLOMA III ANALIS FARMASI DAN MAKANAN FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2017
42

PEMERIKSAAN BAKTERI Salmonella sp PADA USUS AYAM

Oct 16, 2021

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: PEMERIKSAAN BAKTERI Salmonella sp PADA USUS AYAM

PEMERIKSAAN BAKTERI Salmonella sp PADA USUS AYAM

TUGAS AKHIR

OLEH: RICHA TAHIRA PRATIWI

NIM 142410039

PROGRAM STUDI DIPLOMA III ANALIS FARMASI DAN MAKANAN

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2017

Page 2: PEMERIKSAAN BAKTERI Salmonella sp PADA USUS AYAM

PEMERIKSAAN BAKTERI Salmonella sp PADA USUS AYAM

TUGAS AKHIR

Diajukan untuk memenuhisalah satu syarat memperoleh Gelar Ahli Madya

pada Program Studi Diploma III Analis Farmasi dan Makanan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara

OLEH: RICHA TAHIRA PRATIWI

NIM 142410039

PROGRAM STUDI DIPLOMA III ANALIS FARMASI DAN MAKANAN

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2017

Page 3: PEMERIKSAAN BAKTERI Salmonella sp PADA USUS AYAM

PENGESAHAN TUGAS AKHIR

PEMERIKSAAN BAKTERI Salmonella sp PADA USUS AYAM

Diajukan untuk memenuhisalah satu syarat memperoleh Gelar Ahli Madya pada Program Studi Diploma III Analis Farmasi dan Makanan

Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara

Oleh: RICHA TAHIRA PRATIWI

NIM 142410039

Medan, Juli 2017 Disetujui Oleh:

Pembimbing,

Denny Satria, S. Farm., M.Si., Apt. NIK 89072816041001

Disahkan Oleh: Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara

Prof. Dr. Masfria, M.S., Apt. NIP 195707231986012001

Page 4: PEMERIKSAAN BAKTERI Salmonella sp PADA USUS AYAM

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kehadiran Allah SWT karena atas ridho

dan hidayah-Nya penulis dapat menyusun dan menyelesaikan tugas akhir berjudul

“Pemeriksaan Bakteri Salmonella sp pada Usus Ayam”.Maksud dan tujuan

disusun tugas akhir ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat untuk

memperoleh gelar ahli madya analis farmasi dan makanan Universitas Sumatera

Utara Medan.

Salah satu sumber protein yang banyak diminati adalah usus ayam. Tujuan

penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat bakteri Salmonella sppada

usus ayam dan apakah memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam Standar

Nasional Indonesia (SNI). Ternyata pada usus ayam yang diuji tidak terdapat

bakteri Salmonella sp.

Selama melaksanakan kegiatan ini, penulis mendapat dukungan dan

bantuan berbagai pihak, maka pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan

terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Denny Satria, S.Farm., M.Si.,

Apt yang telah membimbing dan mengarahkan penulis dalam penyusunan tugas

akhir ini hingga selesai. Ucapan terimakasih juga disampaikan kepada Ibu Prof.

Dr. Masfria, M.S., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera

Utara yang telah memberikan bantuan dan fasilitas selama masa pendidikan.

Terakhir dan teristimewa, penulis mengucapkan terimakasih sebesar-

besarnya kepada Ayahanda Samidi ES dan Ibunda Evie Silvia yang telah

membesarkan dan mendidik penulis dengan penuh kasih sayang dan cinta dari

kecil hingga saat ini, selalu memberikan motivasi dan restu serta materi yang

Page 5: PEMERIKSAAN BAKTERI Salmonella sp PADA USUS AYAM

tidak ternilai harganya. Serta adik dan keluarga besar penulis yang telah

memberikan semangat dan dukungan dalam mengerjakan tugas akhir ini.

Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini jauh dari sempurna dan memiliki

banyak kekurangan, maka dari itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang

membangun dari semua pihak demi kesempurnaan dan peningkatan mutu tugas

akhir dimasa yang akan datang.

Akhir kata, semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan karunia-Nya dan

membalas segala amal serta kebaikan pihak yang telah membantu penulis dalam

penyusunan laporan ini dan semoga tulisan ini dapat memberikan manfaat bagi

pembaca.

Medan, Juli 2017 Penulis,

Richa Tahira Pratiwi NIM 142410039

Page 6: PEMERIKSAAN BAKTERI Salmonella sp PADA USUS AYAM

SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Richa Tahira Pratiwi

Nomor Induk Mahasiswa : 142410039

Program Studi : D III Analis Farmasi dan Makanan

Judul Tugas Akhir : Pemeriksaan Bakteri Salmonella sp pada Usus

Ayam

Dengan ini menyatakan bahwa tugas akhir ini ditulis berdasarkan data dari hasil pekerjaan yang saya lakukan sendiri, dan belum pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar ahli madya di perguruan tinggi lain,dan bukan plagiat karena kutipan yang ditulis telah menyebutkan atau mencantumkan sumbernya di dalam daftar pustaka. Apabila dikemudian hari ada pengaduan dari pihak lain karena didalam tugas akhir ini ditemukan plagiat karena kesalahan saya sendiri, maka saya bersedia menerima sanksi apapun oleh Program Studi Diploma III Analis Farmasi dan Makanan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara, dan bukan menjadi tanggung jawab pembimbing. Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya untuk dapat digunakan jika diperlukan sebagaimana mestinya.

Medan, Juli 2017 Yang Menyatakan,

Richa Tahira Pratiwi NIM 142410039

Page 7: PEMERIKSAAN BAKTERI Salmonella sp PADA USUS AYAM

PEMERIKSAAN BAKTERI Salmonella spPADA USUS AYAM

ABSTRAK

Latar belakang: Usus ayam merupakan sumber protein yang banyak digemari oleh masyarakat.Usus ayam merupakan organ dalam sistem pencernaan ayam yang paling sering terpengaruh oleh bakteri Salmonella sp. Bakteri Salmonella spadalah bakteri yang berbahaya bagi kesehatan karena dapat menyebabkan infeksi dan demam tifoid. Tujuan: Pemerikasaan bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat bakteri Salmonella sp pada usus ayam yang diperdagangkan di Jalan Sembada Pasar 4 Padang Bulan Kota Medan dan apakah memenuhi persyaratan dalam SNI (Standar Nasional Indonesia). Metode: Sampel diperoleh dari pedagang kaki lima yang berada di Jalan Sembada Pasar 4 Padang Bulan Kota Medan. Percobaan dilakukan dengan cara mengamati pertumbuhan BakteriSalmonella sp pada media perbenihan selektif yang dilanjutkan dengan uji biokimia. Hasil:Berdasarkan percobaan yang dilakukan pada usus ayam tidak terjadi pertumbuhan yang menandakan ciri bakteri Salmonella sp pada media selektif. Kesimpulan: Disimpulkan bahwa bakteri Salmonella sp pada usus ayam dinyatakan negatif dan memenuhi persyaratan dalam SNI. Kata kunci: BakteriSalmonella sp, media agar selektif, usus ayam

Page 8: PEMERIKSAAN BAKTERI Salmonella sp PADA USUS AYAM

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ............................................................................................................. i

LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................ ii

KATA PENGANTAR .................................................................................... iii

SURAT PERNYATAAN ORISINILITAS ..................................................... v

ABSTRAK ....................................................................................................... vi

DAFTAR ISI .................................................................................................... vii

DAFTAR TABEL ............................................................................................ xi

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... x

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1

1.1 Latar Belakang .............................................................................. 1

1.2 Tujuan ........................................................................................... 2

1.3 Manfaat ......................................................................................... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................... 3

2,1 Bakteri ........................................................................................... 3

2.1.1 Bakteri Salmonella sp .......................................................... 3

2.1.2 Kontaminasi Bakteri Salmonella sp ..................................... 5

2.1.3 Uji Identifikasi Bakteri Salmonella sp ................................. 5

2.2 Metode Sterilisasi .......................................................................... 9

2.3 Media untuk Mikroorganisme ....................................................... 10

2.4 Tinjauan Tentang Ayam ................................................................... 11

2.4.1 Usus Ayam ........................................................................... 12

2.4.2 Nilai Gizi pada Usus Ayam .................................................. 12

Page 9: PEMERIKSAAN BAKTERI Salmonella sp PADA USUS AYAM

2.4.3 Penyebab Kontaminasi Bakteri Salmonella sppada

usus ayam ...................................................................................... 12

2.4.4 Pencegahan Kontaminasi ..................................................... 13

BAB III METODE PENELITIAN .................................................................. 16

3.1 Tempat dan Waktu ............................................................................ 16

3.2 Sampel .............................................................................................. 16

3.2.1 Sampel yang Diteliti ............................................................... 16

3.2.2 Cara Pengambilan Sampel ...................................................... 16

3.3 Alat ................................................................................................... 16

3.4 Bahan ................................................................................................ 17

3.5 Prosedur Kerja .................................................................................. 17

3.5.1 Sterilisasi Alat......................................................................... 17

3.5.2 Pembuatan Media ................................................................... 17

3.5.3 Pengujian Sampel ................................................................... 19

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................... 23

4.1 Hasil .................................................................................................. 23

4.2 Pembahasan ...................................................................................... 23

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................... 24

5.1 Kesimpulan ....................................................................................... 24

5.2 Saran ................................................................................................. 24

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 25

LAMPIRAN ..................................................................................................... 28

Page 10: PEMERIKSAAN BAKTERI Salmonella sp PADA USUS AYAM

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

4.1 Hasil Pemeriksaan Bakteri Salmonella sp pada Usus Ayam ..................... 22

Page 11: PEMERIKSAAN BAKTERI Salmonella sp PADA USUS AYAM

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Pemeriksaan bakteri Salmonella sppada usus ayam ............................ 28

2. SNI 7388 2009 Batas maksimum cemaran mikroba dalam pangan .... 29

Page 12: PEMERIKSAAN BAKTERI Salmonella sp PADA USUS AYAM

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Makanan merupakan kebutuhan paling mendasar bagi manusia, sehingga

makanan perlu mendapat perhatian khusus terhadap kualitas dan kuantitasnya.

Makanan dapat berasal dari tumbuhan maupun hewan karena didalamnya terdapat

zat-zat penting yang dibutuhkan tubuh untuk membentuk atau mengganti jaringan

tubuh dan memberi tenaga pada tubuh. Salah satu zat tersebut adalah protein.

Protein banyak terdapat pada hewan dan produk ternak (Nindiya, 2015).

Ayam merupakan salah satu sumber protein yang banyak digemari

masyarakat, semua bagian ayam bukan hanya dagingnya tetapi bagian seperti

kepala, kaki, hati, rempela dan usus juga dikonsumsi masyarakat. Ayam adalah

salah satu hewan yang rentan terhadap infeksi bakteri dan penyakit. Apabila

pengolahan ayam tersebut kurang tepat maka kita bisa saja terinfeksi bakteri

seperti bakteri Salmonella sp(Nindiya, 2015).

Bakteri Salmonella sp merupakan bakteri gram negatif yang banyak

terdapat pada sistem pencernaan hewan seperti usus ayam. Salmonella

spmerupakan salah satu bakteri patogen yang paling umum menyebabkan

foodborne disease di negara berkembang dengan gejala diare, sakit perut, muntah

dan demam. Penyakit yang disebabkan oleh Salmonella spdisebut salmonellosis.

Infeksi bakteri Salmonella sp sangat berbahaya dan dan perlu diantisipasi (Ity,

2015).

Berdasarkan besarnya resiko yang disebabkan oleh bakteri Salmonella

spmaka perlu dilakukan pemerikasaan pada salah satu sumber makanan yang

Page 13: PEMERIKSAAN BAKTERI Salmonella sp PADA USUS AYAM

diduga mengandung bakteri Salmonella spyaitu usus ayam. Adapun pengujian

dilakukan selama penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Balai

Riset Standardisasi (Baristand) Medan. Pemeriksaan dilakukan dengan cara

mengamati pertumbuhan bakteri pada perbenihan selektifSalmonella yang

dilanjutkan dengan uji biokimia. Prosedur yang dilakukan sesuai dengan yang

ditetapkan oleh SNI tahun 1992.

1.2 Tujuan

Adapun tujuan pemeriksaan bakteri Salmonella sppada usus ayam adalah

untuk mengetahui apakahada atau tidak bakteri Salmonella sp pada usus ayam dan

apakah jumlahnya memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam Standar Nasional

Indonesia (SNI).

1.3 Manfaat

Dari hasil pemeriksaan dapat memberikan informasi kepada masyarakat ada

tidaknya kontaminasi bakteri Salmonella sppada usus ayam sehingga dapat

meningkatkan kewaspadaan masyarakat dalam membeli dan mengkonsumsi usus

ayam yang beredar di pasaran.

Page 14: PEMERIKSAAN BAKTERI Salmonella sp PADA USUS AYAM

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Bakteri

Bakteri dapat menyebabkan penyakit pada manusia ketika mereka masuk

kedalam tubuh. Bakteri menghasilkan tanda dan gejala seperti respon imun.

Bakteri dapat masuk kedalam tubuh melalui kulit, hidung, mata, vagina atau

mulut. Setelah bakteri yang menyerang mulai berkembang biak dan

membahayakan tubuh, maka hal tersebut disebut infeksi, dan akan berbahaya

apabila tidak langsung diberi penanganan khusus (Supardi, 1999).

Bakteri adalah mikroorganisme bersel tunggal yang tidak terlihat oleh

mata, tetapi akan terlihat dengan bantuan mikroskop. Bakteri tersebar luas di

lingkungan sekitar. Mereka dijumpai di udara, air, tanah, dalam usus binatang,

lapisan yang terdapat pada mulut atau tenggorokan dan pada permukaan tumbuh-

tumbuhan. Bakteri memiliki ukuran yang lebih kecil dari protozoa atau fungi

(Volk, 1988).

Bakteri hanya bisa dilihat dengan mikroskop, ukurannyaberkisar antara 0,5

sampai 10µ dan lebar 0,5 sampai 2,5 µ tergantung jenisnya. Beberapa

karakteristik sel yang ditemukan yaitu (Volk,1988):

a. Bentuk bulat atau cocci

b. Bentuk batang atau bacili

c. Bentuk spiral atau spirilli

2.1.1 Bakteri Salmonella sp

Bakteri Salmonella sppertama kali ditemukan tahun 1885 pada tubuh babi

oleh Theobald Smith (yang terkenal akan hasilnya pada anafilaksis), namun

Page 15: PEMERIKSAAN BAKTERI Salmonella sp PADA USUS AYAM

Salmonella spdinamai dari Daniel Edward Salmon, ahli patologi Amerika (Ryan

K.J, 2004).

Taksonomi dari Salmonella sp sp adalah sebagai berikut (D’aoust, 2001):

a. Kerajaan : Bacteria

b. Filum : Proteobakteria

c. Kelas : Gamma Proteobakteria

d. Ordo : Enterobakteriales

e. Famili : Enterobakteriaceae

f. Genus : Salmonella sp

g. Spesies : S. enterica dan S. bongori

Salmonella spmerupakan bakteri batang lurus, gram negatif, tidak

berspora, dan bergerak dengan flagel. Bakteri ini bersifat fakultatif anaerob yang

dapat tumbuh dan berkembang pada suhu dengan kisaran 5°C-45°C dengan suhu

optimum 35°C-37°C dan akan mati pada pH di bawah 4,1. Salmonella sptidak

tahan terhadap kadar garam tinggi dan akan mati jika berada pada media dengan

kadar garam di atas 9%. Salmonella spberbentuk bacillus dan berupa rantai

filamen panjang ketika berada pada suhu ekstrim yaitu 4°C-8°C atau pada suhu

45°C dengan kondisi ph 4,4 atau ph 9,4. Panjang rata-rata Salmonella sp2μm -

5μm dengan lebar 0.8μm – 1.5μm (Lucia, 1996).

Ciri-ciri lainnya yaitu berkembang biak dengan cara membelah diri, dan

mudah tumbuh pada medium sederhana. Struktur sel bakteri Salmonella spterdiri

dari inti (nukleus), sitoplasma, dan dinding sel. Karena dinding sel bakteri ini

bersifat gram negatif, maka memiliki struktur kimia yang berbeda dengan bakteri

gram positif (Lucia, 1996).

Page 16: PEMERIKSAAN BAKTERI Salmonella sp PADA USUS AYAM

2.1.2 Kontaminasi BakteriSalmonella sp

Bahan pangan yang sering terkontaminasi oleh bakteri Salmonella

spadalah dairy product, seperti susu, daging, telur dan lain–lain. Kontaminasi ini

terjadi akibat pakan yang dikonsumi oleh hewan ternak telah terinfeksi oleh

bakteri patogen, sehingga berdampak pada tumbuhnya bakteri Salmonella

spdalam tubuh hewan ternak (Lucia, 1996).

Sumber pencemaran juga berasal dari hewan yang sakit, alas

kandang/sangkar, wadah, debu, tanah (lingkungan), penyimpanan, sanitasi dan

higiene serta kebersihan pekerja.Salmonella spjuga dapat mencemari makanan

siap saji. Hal ini dikarenakan adanya kontaminasi silang yang terjadi antara bahan

mentah. Proses pengolahan yang tidak tepat serta alat-alat yang digunakan selama

pengolahan dapat dijadikan sebagai media penyalur bagi Salmonella sp(Lucia,

1996).

Selain itu, makanan yang sering terkontaminasi Salmonella spadalah telur

dan hasil olahannya, ikan dan hasil olahannya, daging ayam, daging sapi, serta

susu dan hasil olahannya seperti es krim dan keju.Pada hewan, bakteri Salmonella

spakan bersarang pada organ pencernaan seperti usus. Bakteri ini tidak dapat

berkompetisi secara baik dengan mikroba-mikroba umum yang terdapat di dalam

makanan. Pertumbuhannya sangat terhambat dengan adanya bakteri-bakteri lain,

misalnya bakteri pembusuk, bakteri genus Escherichiae dan bakteri asam laktat

(Supardi, 1999).

2.1.3 Uji Identifikasi Bakteri Salmonella sp

Untuk mendeteksi bakteri Salmonella sp pada makanan dapat

menggunakan metode yang merujuk kepada Standar Nasional Indonesia (SNI)

Page 17: PEMERIKSAAN BAKTERI Salmonella sp PADA USUS AYAM

tahun 1992 pada tahap pra-enrichment atau tahap pra pengkayaan merupakan

awal yang penting dilakukan untuk homogenisasi yang berfungsi memperbanyak

bakteri Salmonella sp. Tahap pra pengkayaan menggunakan larutan Lactose Broth

(LB) atau Buffered Peptone Water (BPW) (SNI,1992).

Tahap selanjutnya yaitu tahap enrichment atau tahap pengkayaan yang

bertujuan untuk menekan pertumbuhan bakteri kompetitif lain sehingga bakteri

Salmonella sp dapat tumbuh. Pada tahap ini media yang umum digunakan yaitu

selenith eystein tetrathionate broth atau tetrathionate briliant green broth yang

merupakan media selektif kultur Salmonella sp (SNI,1992).

Setelah itu tersangka Salmonella sp diinokulasi pada media selektif dan

diamati pertumbuhannya.Salmonella sp dapat tumbuh pada berbagai macam

media diferensial contohnya media Eosin Methylene Blue (EMB) dan media

selektif contohnya Salmonella Shigella Agar (SSA), Xylose Lysin Desoxycholate

(XLD) dan Hektoen Enteric Agar (HE) (SNI,1992).

Pada media XLD digunakan untuk isolasi Salmonella dan memilah

organisme lain dengan cara memfermentasi xylose, dekarboksilasi lysine dan

produksi H2S. Pada media ini, Salmonella akan membentuk koloni merah dengan

inti hitam, media ini kurang tepat jika digunakan pada tahap awal identifikasi

Salmonella sp, sehingga media ini lebih baik digunakan untuk tahap konfirmasi

kontaminan Salmonella sp(Sativa, 2010).

Media BSA sebagai media sekeltif merupakan media yang sangat spesifik

untuk isolasi Salmonella typhii dan spesies lain. Adanya bismuth sulfite dan

brilliant green dapat menghambat pertumbuhan gram positif dan koliform.

Adanya sulfit dalam media akan diubah menjadi H2S yang berperan dalam

Page 18: PEMERIKSAAN BAKTERI Salmonella sp PADA USUS AYAM

mengendapkan besi, sehingga koloni berwarna coklat hitam dengan kilap logam.

Sedangkan media HE terdiri dari bile salt agar yang berfungsi untuk menghambat

pertumbuhan bakteri gram positif, sehingga diharapkan hanya Salmonella sp yang

tumbuh pada media ini. Media ini juga digolongkan sebagai media diferensial

karena dapat membedakan bakteri Salmonella sp dengan bakteri lainnya.

Salmonella sp tidak dapat memfermentasi laktosa sehingga asam yang dihasilkan

sedikit. Hal ini yang menyebabkan Salmonella sp berwarna hijau kebiruan karena

asam yang dihasilkan bereaksi dengan indicator yang ada pada media yaitu fuksin

asam dan bromtimol blue (Sativa, 2010).

Setelah dilakukan pemindahan biakan ke agar selektif dan diperoleh hasil

positif, kemudian dilakukan uji biokimia untuk menegaskan keberadaan bakteri

Salmonella sp yaitu dengan uji Triple Sugar Iron Agar (TSIA), merupakan

metode yang digunakan untuk melihat kemampuan mikroorganisme dalam

memfermentasikan gula. Media yang diguanakan dalam uji TSIA ini adalah TSIA

agar yang mengandung 3 macam gula, yaitu glukosa, laktosa, dan sukrosa. Selain

itu, juga terdapat indicator fenol merah yang menyebabkan perubahan warna dari

merah orange menjadi kuning dalam suasana asam. Pada uji TSIA warna media

berubah menjadi merah karena bakteri bersifat basa. Perubahan warna media ini

menandakan bahwa bakteri ini tidak memfermentasi laktosa dan sukrosa. Pada

media daerah tegak media berubah berwarna kuning ini menandakan bakteri

memfermentasi glukosa (SNI,1992).

Uji urea agar digunakan untuk mengetahui kemampuan mikroba

menghidrolisis urea menjadi amonia. Uji urea menunjukkan hasil positif jika

terjadi perubahan warna media dari kuning menjadi merah karena amoniak yang

Page 19: PEMERIKSAAN BAKTERI Salmonella sp PADA USUS AYAM

dihasilkan menyebabkan lingkungan menjadi basa. Hasil uji urea negatif jika

tidak terjadi perubahan warna. Kenudian uji Dekarboksilase Lysin menggunakan

larutan Lysine di dalam tabung reaksi. Pada media ini, Salmonella sp akan

membentuk hasil positif apabila larutan berubah menjadi warna ungu dan

menunjukkan hasil negatif apabila tidak terjadi perubahan apapun (Sativa, 2010).

Uji beta -galaktosidase digunakan utuk identifikasi beberapa jenis bakteri

seperti Salmonella sp. Enzim beta-galaktosidase merupakan enzim yang dapat

mengubah laktosa menjadi glukosa dan galaktosa. Hasil positif ditunjukkan

dengan terjadinya perubahan warna larutan menjadi kuning, sedangkan hasil

negatif tidak menunjukkan perubahan warna. Kemudian dilanjutkan dengan uji

voges-proskuer yang menunjukkan hasil postif apabila terbentuk warna merah dn

menunjukkan hasil negatif apabila tidak terjadi perubahan warna. Kemudian uji

indol yang bertujuan untuk menentukan kemampuan bakteri dalam memecah

asam amino triptofan. Media ini biasanya digunakan dalam indentifikasi yang

cepat. Hasil uji indol yang diperoleh negatif apabila tidak terbentuk lapisan

(cincin) berwarna merah muda pada permukaan biakan (SNI,1992).

2.2 Metode Sterilisasi

Sterilisasi adalah suatu proses yang bersifat bakterisidal dengan cara kimia

atau fisik dapat membunuh semua organisme, termasuk spora bakteri dan spora

kapang, dan menginaktivasi virus. Proses penyaringan dengan membran

merupakan perlakuan fisik yang tidak membunuh, tetapi dapat memisahkan

mikroba termasuk bakteri, fungi, dan spora-sporanya kecuali virus (Lucia, 1996).

1. Sterilisasi dengan Panas Kering

Page 20: PEMERIKSAAN BAKTERI Salmonella sp PADA USUS AYAM

Proses sterilisasi termal untuk bahan yang tertera di Farmakope dengan

menggunakan panas kering biasanya dilakukan dengan suatu proses di dalam

oven yang didesain khusus untuk tujuan itu. Oven modern dilengkapi dengan

udara yang dipanaskan dan disaring, didistribusikan secara merata ke seluruh

bejana dengan cara sirkulasi atau radiasi menggunakan sistem semprotan dengan

peralatan sensor. Sterilisasi panas kering dilakukan dengan cara yang sama seperti

wadah untuk untuk larutan intravena. Rentang suhu khas yang dapat diterima di

dalam bejana sterilisasi kosong adalah kurang dari 15 menit dan alat sterilisasi

beroperasi pada suhu tidak kurang dari 250˚C (Ditjen POM, 1955).

2. Sterilisasi dengan Panas Basah

Uap di bawah tekanan adalah agen sterilisasi yang paling efisien dan cara

utama yang digunakan untuk mensterilkan pembalut peralatan, media dan barang-

barang terkontaminasi untuk pembedahan. Alat yang digunakan adalah autoklaf

yang diartikan sebagai panci bertekanan tinggi yang besar. Suhu uap mencapai

121˚C dengan tekanan 15 pon/inci2 selama 15 sampai 20 menit (Volk, 1988).

3. Sterilisasi air mendidih

Beberapa endospora bakteri memperlihatkan tekanan yang luar biasa

terhadap panas dan mungkin bertahan hidup pada suhu air mendidih sampai 20

jam. Endospora yang sangat resistan ini biasanya diisolasi dari makanan dan

tempat mereka berlindung. Efek mematikan air mendidih dapat ditingkatkan

dengan penambahan 2% natrium karbonat atau deterjen. Spora yang ternyata

tahan terhadap air mendidih selama 10 jam dapat dimatikan pada suhu 98°C

dalam waktu10 sampai 30 menit bila berada di dalamlarutan karbonat 2% (Volk,

1998).

Page 21: PEMERIKSAAN BAKTERI Salmonella sp PADA USUS AYAM

2.3 Media untuk Mikroorganisme

Jenis media berdasarkan bentuknya dapat dibagi menjadi tiga, yaitu media

cair, media semi padat, dan media padat. Media padat dan semi padat adalah

media cair yang ditambahkan bahan pemadat yaitu agar. Agar merupakan ekstrak

dari ganggang laut yang secara kimiawi tersusun dari karbohidrat kompleks.

Sifatnya sulit dicerna oleh enzim, tidak toksik, dan bersifat padat pada kisaran

suhu 0̊ C-8˚C, agar sangat sesuai untuk digunakan sebagai bahan pemadat untuk

media tumbuh mikroorganisme (Satifa, 2010).

Selain itu, karena sifatnya masih berbentuk cair pada suhu 45˚C yang tidak

letal terhadap kebanyakan mikroorganisme, media agar dapat dipergunakan untuk

membuat suspensi mikroorganisme untuk tujuan analisis kuantitatif atau isolasi

mikroorganisme. Bentuk-bentuk agar padat adalah agar miring, agar diri dan agar

datar (Satifa, 2010).

Media berfungsi untuk mengisolasi, menumbuhkan mikroorganisme,

memperbanyak jumlah mikroba. Dalam proses pembuatan media harus

disterilisasi dan menerapkan metode aseptis untuk menghindari kontaminasi pada

media. Jika media dibuat dengan cara yang kurang benar maka hasil yang didapat

tidak akurat karena terjadi kontaminasi. Media berdasarkan komposisi medianya

terbagi menjadi tiga, yaitu media umum, media selektif, dan media diperkaya

(Satifa, 2010).

1. Media umum

Merupakan media semi sintetik atau alami yang mengandung nutrisi

umum untuk mikroorganisme, sehingga bakteri dapat tumbuh dan berkembang

dengan baik contohnya: Nutrient Broth/NB, Nutrient Agar/NA, adalah media

Page 22: PEMERIKSAAN BAKTERI Salmonella sp PADA USUS AYAM

umum untuk berbagai jenis bakteri dan Potatoes Dextrose Agar (PDA)

dipergunakan untuk mengkultur berbagai jenis jamur atau fungi (Satifa, 2010).

2. Media Selektif

Merupakan media sintetik yang ditambahkan zat kimia tertentu yang dapat

mencegah pertumbuhan sekelompok mikroorganisme tak diinginkan tanpa

menghambat pertumbuhan mikroorganisme. Contohnya adalah Brilliant Green

Lactose Bile Broth (BGLB) yang digunakan dalam penentuan bakteri coli tinja,

jenis media ini dapat menghambat pertumbuhan bakteri fermentasi selain bakteri

Coliform (Satifa, 2010).

3. Media Diperkaya

Merupakan media sintetik yang mengandung komponen-komponen yang

berasal dari makhluk hidup, seperti: darah, serum, atau ekstrak jaringan tumbuhan

dan hewan (Satifa, 2010).

2.4 Tinjaun tentang ayam

Ayam merupakan salah satu ternak unggas yang tidak asing lagi

dikalangan masyarakat. Daging ayam merupakan bahan makanan bergizi yang

mengandung protein tinggi. Ayam adalah hewan yang mudah didapat dan banyak

diternakkan untuk diambil daging dan telurnya.

Klasifikasi ilmiah ayamadalah sebagai berikut (D’aoust, 2001):

a. Kerajaan : Animalia

b. Filum : Chordata

c. Kelas : Aves

d. Ordo : Galliformes

e. Famili : Phasianidae

Page 23: PEMERIKSAAN BAKTERI Salmonella sp PADA USUS AYAM

f. Genus : Gallus

g. Spesies : Gallus gallus

2.4.1 Usus ayam

Usus ayam merupakan organ bagian dalam ayam yang berfungsi sebagai

organ pencernaan, usus ayam terdiri dari dua jenis sama seperti manusia yaitu

usus halus dan usus besar. Usus halus terdiri atas saluran makanan yang dimulai

dari duodenum yaitu usus halus bagian depan dan berakhir di rektum atau usus

besar bagian belakang. Gerakan peristaltik terjadi pada usus halus untuk

mendorong bahan-bahan dalam sistem pencernaan ke rektum. Sedangkan usus

besar adalah kelanjutan saluran pencernaan dari persimpangan usus buntu ke

kloaka. Pada persimpangan usus bagian bawah dan rektum terdapat dua bentukan

cabang usus yang buntu sehingga disebut usus buntu atau sekum. Usus buntu ini

membantu mencerna makanan yang memiliki susunan serat kasar (Sudaryani,

2012).

2.4.2 Nilai gizi pada usus ayam

Usus ayam adalah bahan makanan hewani yang banyak mengandung

protein, merupakan makanan yang banyak diminati karena mudah didapat.

Didalam usus ayam, banyak mengandung zat-zat yang dibutuhkan tubuh

diantaranya kadar kolagen sebanyak 65,90%, kadar protein sebanyak 22,93%,

lemak sebanyak 5,60%, kadar abu sebanyak 3,44%, mineral sebanyak 6,68%, dan

bahan lainnya sebanyak 2,03% (Baihaki, 2005).

2.4.3 Penyebab kontaminasi Bakteri Salmonella sppada usus ayam

Usus ayam merupakan organ bagian dalam tubuh ayam yang berfungsi

sebagai organ pencernaan sehingga banyak bakteri yang bersarang didalam usus.

Page 24: PEMERIKSAAN BAKTERI Salmonella sp PADA USUS AYAM

Oleh sebab itu usus ayam memiliki sifat mudah rusak jika tidak segera

dibersihkan lebih dari 4 jam setelah dipotong dan cepat busuk karena hanya dapat

disimpan maksimal 2 hari pada suhu 20°C. Jika lebih dari 2 hari usus ayam sudh

berubah warna menjadi putih pucat kebiruan dan bau busuk yang menusuk

sehingga tidak layak untuk dikonsumsi (Ity, 2015).

Bakteri Salmonella spmerupakan salah satu bakteri yang menyerang

sistem pencernaan makhluk hidup, usus ayam bisa terkontaminasi bakteri

Salmonella sp akibat pakan yang dikonsumi telah terinfeksi oleh bakteri patogen,

sehingga berdampak pada tumbuhnya bakteri Salmonella spdalam tubuh hewan.

Sumber pencemaran juga berasal dari hewan yang sakit, alas kandang/sangkar,

wadah, debu, tanah (lingkungan), penyimpanan, sanitasi dan higiene serta pekerja

(Nindya, 2015).

2.4.4 Pencegahan kontaminasi

Pencegahan bakteri Salmonella spyang bebahaya bagi kesehatan dapat

dilakukan dengan pemeliharaan atau perawatan bahan baku mentah dengan baik.

Kontaminasi bakteri Salmonella sppada hewan ternak terutama ayam dicegah

dengan cara memperhatikan hal-hal dibawah ini pada saat proses pemeliharaan

(Tri, 1998).

1. Perkandangan

Secara umum kandang ayam lebarnya adalah 10-15 meter dengan panjang

yang sesuai kebutuhan hingga cukup untuk menampung jumlah ayam yang

diinginkan. Luas kandang minimum yang dibutuhkan untuk tiap ekor ayam adalah

sekitar 550 cm2. Kandang dilengkapi dengan penyekat, temperatur yang

terkontrol, lampu, tempat makanan dan minuman kandang seharusnya dibuat

Page 25: PEMERIKSAAN BAKTERI Salmonella sp PADA USUS AYAM

sedemikian rupa sehingga ayam terlindungi dari panas, dingin, atau cuaca buruk

lainnya. Kebersihan kandang adalah hal yang paling penting untuk dijaga agar

dapat dipastikan bahwa ayam jauh dari penyakit dan kontaminasi bakteri (Tri,

1998).

2. Sumber energi

Zat makanan yang diberikan kepada ayam pada dasarnya berfungsi untuk

memenuhi kebutuhan pokok hidup ayam, membentuk sel-sel dan jaringan tubuh,

serta menggantikan bagian-bagian yang rusak. Karbohidrat, lemak, dan protein

akan membentuk energi sebagai hasil pembakarannya. Jagung merupakan sumber

energi yang paling murah untuk penyusunan ransum ayam. Zat-zat makanan yang

menjadi sumber energi adalah karbohidrat, lemak dan protein. Butir-butir dan biji-

bijian juga merupakan sumber energi. Di luar negri untuk menigkatkan nilai

energi dalam ransum dipergunakan lemak hewan (Wahyu, 2004).

3. Vitamin

Ayam membutuhkan 13 vitamin, paling sedikit 13 unsur-unsur anorganik,

membutuhkan khusus 13 asam amino dan satu asam lemak esensial. Sangat

banyak penelitian telah dilakukan untuk menentukan kebutuhan tiap zat makanan

yang tepat untuk kebutuhan energi pada ternak ayam (Wahyu,2004).

4. Pakan tambahan

Pakan tambahan adalah bahan makanan berupa campuran preparat

vitamin, mineral, dan antibiotik guna melengkapi pakan utama. Tujuan pemberian

pemberian pakan tambahan adalah untuk mempercepat pertumbuhan,

mempertahankan atau meningkatkan produksi, dan menjaga kesehatan ayam

(Sudaryani, 2012).

Page 26: PEMERIKSAAN BAKTERI Salmonella sp PADA USUS AYAM

Pakan tambahan bisa berupa vitamin saja, mineral dan vitamin, campuran

antibiotik dengan vitamin, atau bisa juga campuran vitamin, mineral dan

antibiotik. Pakan tambahan berupa vitamin dapat diberikan terus menerus, tetapi

pakan tambahan yang dicampur antibiotik sebaiknya diberikan secara hati-hati.

Alasannya, pemberian satu jenis antibiotik secara terus menerus dapat

menimbulkan kekebalan (Sudaryani, 2012).

Pemeliharaan ayam harus dilakukan dengan baik dan sesuai dengan

tatacara yang ditentukan agar mendapat hasil produksi yang baik pula. Dengan

memperhatikan hal-hal diatas dengan seksama, maka dapat dipastikan ayam yang

akan kita olah dan kita konsumsi bebas dari segala macam jenis penyakit dan

kontaminasi bakteri (Sudaryani, 2012).

Selain dari cara pemeliharaan ayam, kita juga dapat mencegah

kontaminasi Salmonella sp pada ayam dengan cara pengolahan yang baik setelah

ayam dipotong diantaranya mecegah cross-contaminationyang dapat terjadi mulai

dari menyentuh daging ayam di tempat pemotongan hingga saat pengolahannya di

rumah. Pastikan daging ayam terbungkus sendiri dalam satu tempat agar tidak

mengontaminasi atau terkontaminasi bahan pangan lainnya. Selain itu ayam yang

tidak akan segera di olah dimasukkan ke dalam lemari pendingin tidak lebih dari 2

hari. Bila ayam tidak segera digunakan sebaiknya dibekukan kedalam freezer

karena bakteri dapat memperbanyak diri dalam suhu 4,4°C sampai 60°C.

Kemudian pada saat proses memasak ayam pastikan ayam dimasak dengan baik

dengan suhu yang sesuai agar dapat membunuh bakteri yang masih tersisa

sehingga ayam yang kita konsumsi bebas dari bakteri dan aman untuk tubuh

(Nindya, 2015).

Page 27: PEMERIKSAAN BAKTERI Salmonella sp PADA USUS AYAM

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu

Pemeriksaan bakteri Salmonella sp pada usus dilakukan di Laboratorium

MikrobiologiBalai Riset dan Standarisasi Industri Medan Jalan Sisingamangaraja

No 24, Medan yang dilakukan pada tanggal 27 Februari – 24 Maret 2017.

3.2 Sampel

3.2.1 Sampel yang Diteliti

Sampel yang diteliti adalah usus ayam potong dari penjual kaki lima yang

terletak di Pasar 4 Padang Bulan Medan

3.2.2 Cara Pengambilan Sampel

Usus ayam diambil dengan cara memotong ayam dibagian perut hingga

menjadi dua bagian, usus ayam dikeluarkan dan dipindahkan kedalam tempat

yang steril. Sampel harus segera diproses tidak boleh lebih dari 12 jam sejak saat

pengambilan sampel.

3.3 Alat

Alat yang digunakan pada pengujian ini adalah tabung reaksi (Pyrex),

pipet volume (Pyrex), botol kaca, gelas ukur (Pyrex), cawan petri (Pyrex),

inkubator (Memmert), timbangan analitik (Melter Toledo), oven (Memmert),

autoklaf (Hirayama), gunting, kompor gas (Rinai), panci, pinset, jarum ose,

spatula, bunsen, waterbath (Memmert), termometer, dan beaker glass.

Page 28: PEMERIKSAAN BAKTERI Salmonella sp PADA USUS AYAM

3.4 Bahan

Bahan yang digunakan pada pengujian ini adalah usus ayam, telur pecah,

Buffer Peptone Water (Oxoid), Tetrathionate Briliant Green Broth (Merck),

Xylose Lysine Deoxycholate Agar (Oxoid), Bismuth Sulfit Agar (Oxoid),

Hektone Enteric Agar (Oxoid), Triple Sugar Iron Agar (TSIA), urea agar, Lysine

Decarboxylation Medium (LDC), Methyl Red-Voges Proskouer (MR-VP),

Triptone Broth (TB), Nutrient Agar (NA), akuades, alkohol 96%, toluena, dan

beta galaktosidase.

3.5 Prosedur kerja

Prosedur kerja yang digunakan adalah prosedur yang sesuai dengan SNI

19-2897-1992, menggunakan pengamatan pertumbuhan bakteri Salmonella

sppada media agar selektif.

3.5.1 Sterilisasi alat

Alat dicuci bersih dengan cara direndam didalam air sabun selama ±24

jam, lalu dibilas. Noda yang sukar hilang dibersihkan dengan menggunakan

alkohol. Setelah bersih alat gelas ditiriskan dan dikeringkan dengan serbet.

Setelah kering alat gelas dibungkus dengan kertas perkamen dan pipet ukur

dimasukkan kedalam tabung besi, lalu disterilisasi dengan metode panas kering di

dalam oven. Sterilisasi dilakukan selama 2 jam dengan suhu 180°C. Sedangkan

yang memerlukan sterilisasi basah (untuk media dan bahan lainnya) disterilisasi

dengan menggunakan autoklaf pada suhu 121°C selama ±20 menit (BSN, 1992).

3.5.2 Pembuatan media

Pembuatan mediaBuffered Peptone Water (BPW), mediaditimbang

sebanyak 4,5 g. Kemudian ditambahkan akuades sebanyak 225ml. Lalu diaduk

Page 29: PEMERIKSAAN BAKTERI Salmonella sp PADA USUS AYAM

hingga homogen. Selanjutnya media BPW disterilkan dalam autoklaf pada suhu

1210C selama ±20 menit (BSN, 1992).

Pembuatan media Tetrathionate Briliant Green Broth (TBGB), akuades

disterilkan sebanyak 100ml. Kemudian ditambah 6,3 g media TBGB. Lalu diaduk

hingga homogen (BSN, 1992).

Pembuatan media Hekton Enteric Agar (HE), media ditimbang sebanyak

1,54 g. Lalu ditambahkan akuades sebanyak 20 ml dan aduk hingga homogen.

Kemudian dipanaskan pada air mendidih sampai media tampak jernih. Lalu

tunggu sebentar dan mediadituang ke dalam cawan petri. Biarkan hingga beku

(BSN, 1992).

Pembuatan media Xylose Lysine Desoxycholate (XLD), ditimbang media

sebanyak 1,06g dandilarutkan dengan akuades sebanyak 20ml. Kemudian

dipanaskan pada air mendidih sampai media tampak jernih. Lalu tunggu sebentar

dan tuang ke dalam cawan petri dan biarkan hingga beku (BSN, 1992).

Pembuatan Bismuth sulfit Agar (BSA), mediaditimbang sebanyak 0,8 g

dan dilarutkan dengan akuades sebanyak 20 ml.Kemudian mediadipanaskan pada

air mendidih sampai media menjadi homogen. Lalu tunggu sebentar dan tuang ke

dalam cawan petri dan biarkan hingga beku (BSN, 1992).

Pembuatan Nutrient agar (NA), media ditimbang sebanyak 1,2g.

Kemudian larutkan dalam akuades sebanyak 60 ml. Lalu panaskan sampai larut

dan bening. Kemudian sterilkan dalam autoklaf. Setelah itu letakkan dalam

waterbath. Selanjutnya tuang ke dalam 3 cawan petri steril (BSN, 1992).

Pembuatan Triple Sugar Iron Agar (TSIA), mediaditimbang sebanyak

2,6gdandilarutkan dalam akuades sebanyak 40ml. Kemudian panaskan sampai

Page 30: PEMERIKSAAN BAKTERI Salmonella sp PADA USUS AYAM

larut. Tuang ke dalam tabung dan sterilkan dalam autoklaf. Selanjutnya tabung

dimiringkan (BSN, 1992).

Pembuatan urea agar, urea agar ditimbang sebanyak 0,876g dan larutkan

dalam akuades sebanyak 40ml. Kemudian dipanaskan sampai larut dan tuang ke

dalam tabung. Lalu sterilkan dalam autoklaf pada suhu 1210C selama ±20 menit,

media ditambah larutan urea 40 % dan selanjutnya tabung dimiringkan (BSN,

1992).

Pembuatan Methyl red- voges proskouer (MR-VP), media ditimbang

sebanyak 1,36 gr dilarutkan dalam akuades sebanyak 80ml. Kemudian pipet 10ml

ke dalam tabung reaksi dan disterilkan dalam autoklaf pada suhu 1210C selama

±20 menit (BSN, 1992).

Pembuatan Trypton broth (TB), media ditimbang sebanyak 1,04gr.

dandilarutkan dalam akuades sebanyak 40ml. Lalu tuang ke dalam tabung reaksi

masing-masing sebanyak 5 ml. Dan disterilkan dalam autoklaf pada suhu 1210C

selama ±20 menit (BSN, 1992).

Pembuatan lysine, masukkan akuades sebanyak 5 ml kedalam 2 tabung

reaksi. Lalu masukkan tablet lysine decarboxylase Broth dan homogenkan.

kemudiian disterilkan di dalam autoklaf pada suhu 1210C selama ±20 menit.

Pembuatan saline solution, NaCldilarutkan sebanyak 8,5 gram ke dalam 1 liter air

suling dan atur pH 7, lalu disterilkan ke dalam autoklaf pada suhu 1210C selama

±20 menit (BSN, 1992).

3.5.3 Pengujian sampel

Ditimbang 25 g sampel, dimasukkan ke dalam 225ml larutan pengencer

BPW. Lalu inkubasi dalam inkubator 36°C selama 16-20jam (Pra pengkayaan).

Page 31: PEMERIKSAAN BAKTERI Salmonella sp PADA USUS AYAM

Kemudian 10ml biakan pra pengkayaan dipipet ke dalam 100ml media TBGB dan

inkubasi pada suhu 43°C selama 24 jam (Pengkayaan). Lakukan pemindahan

media pengkayaan dalam media agar HE, XLD dan BSA agar beku 20ml pada

cawan petri yang steril dengan cara menggoreskan masing-masing biakan dengan

jarum ose. Kemudian lakukan inkubasi pada suhu 37°C selama 24jam. Lalu amati

tersangka salmonella sp.Bila positif pada media HE akan berwarna hijau kebiruan

dengan atau tanpa titik hitam.Bila positif pada media XLD akan berwana merah

muda dengan atau tanpa bintik hitam di tengah.Bila positif pada media BSA

berwarna coklat, abu dan kilap logam.Lalu pilihlah 2-5 kloni tersangka

Salmonella spdan goreskan pada media NA beku 20ml dalam cawan petri steril

yang sudah dipersiapkan terlebih dahulu dan inkubasi pada suhu 36°C selama 20-

24 jam (BSN, 1992).

a) TSIA (Uji penegasan/biokimia)

Koloni tersangka Salmonella spdipindahkan dari perbenihan NA

miringkedalam perbenihan miring TSIA 10ml pada tabung reaksi dengan cara

menusukkan bagian tegaknya dan menggoreskan bagian agar miringnya dengan

ose. Lalu inkubasi pada suhu 37°C selama 24-48 jam. Reaksi positif pada media

TSIA ditunjukkan dengan perubahan bagian tegaknya berubah menjadi kuning,

pada bagian miring warna media tetap merah atau tidak berubah (BSN, 1992).

b) Urea

Koloni tersangka Salmonella spdipindahkan dari perbenihan NA miringke

dalam perbenihan miring urea 10ml pada tabung reaksi dengan cara

menggoreskan bagian miring dengan menggunakan jarum ose. Lalu inkubasi pada

suhu 37°C selama 24jam. Reaksi positif urea ditunjukkan dengan warna merah

Page 32: PEMERIKSAAN BAKTERI Salmonella sp PADA USUS AYAM

muda sampai merah dan reaksi negatif urea ditunjukkan dengan warna kuning

atau tidak berubah (BSN, 1992).

c) Lysine

Tersangka Salmonella spdiinokulasikan dengan menggunakan jarum ose

kedalam perbenihan cair lysine. Lalu inkubasi pada suhu 37°C selama 24-

48jam.Reaksi positif pada media lysin ditandai dengan perubahan perbenihan cair

bening menjadi warna ungu dan reaksi negatif lysine ditunjukkan dengan warna

kuning (BSN, 1992).

d) Beta galaktosidase reagen

Tersangka Salmonella spdisuspensikankedalam tiap-tiap tabung 0,25ml

saline. Lalu ditambahkan 1tetes toluena ke masing-masing tabung. Dan masukkan

ke penangas air suhu 37°C selama beberapa saat. Kemudian tambahkan 0,25ml

Reagen Beta galaktosidase dan dikocok. Kemudian inkubasi lagi pada penangas

air suhu 37°C selama 24jam. Reaksi positif ditunjukkan dengan terbentuknya

warna kuning, dan reaksi negatif ditunjukkan dengan tidak adanya reaksi

perubahan warna pada media perbenihan (BSN, 1992).

e) VP (Voges Paskouer)

Tersangka Salmonella spdimasukkankedalam tabung reaksi berisi 0,2ml

media VP. Lalu inkubasi di dalam inkubator dengan suhu 37°C dan suhu kamar

selama 24-48jam. Lalu tambahkan 2 tetes pereaksi KOH 40% dan 3 tetes larutan

Alfa-Naftol 5%. Lalu kocok setiap kali penambahan pereaksi. Reaksi positif

ditunjukkan dengan terbentuknya warna merah jambu sampai merah tua dan

reaksi negatif ditunjukkan dengan tidak adanya perubahan warna (BSN, 1992).

f) Indol medium

Page 33: PEMERIKSAAN BAKTERI Salmonella sp PADA USUS AYAM

Tersangka Salmonella spdimasukkan pada 10 ml media indol sebanyak 1

ose. Lalu inkubasi ke dalam inkubator dengan suhu 37°C selama 24jam.

Kemudian tambahkan 1ml pereaksi indol. Reaksi positif ditunjukkan dengan

terbentuknya warna gelang merah dan reaksi negative ditunjukkan dengan tidak

adanya perubahan warna atau warna kuning kecoklatan pada media perbenihan.

Dinyatakan salmonella positifapabila pada uji TSIA menunjukkan hasil

positif, uji urea agar menunjukkan hasil negatif, uji lysin decarboxylase

menunjukkan hasil positf, uji beta galaktosidase menujukkan hasil negatif, uji VP

menunjukkan hasil negatif dan uji indol menunjukkan hasil negatif (BSN, 1992):

Page 34: PEMERIKSAAN BAKTERI Salmonella sp PADA USUS AYAM

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil

Berdasarkan pengujian yang dilakukan yaitu pemeriksaan bakteri

Salmonella sp pada usus ayam yang dilakukan dengan metode perbenihan agar

selektif diperoleh hasil negatif karena tidak ada pertumbuhan koloni bakteri pada

media agar selektif.

Tabel 4.1 Hasil Uji Bakteri Salmonella sp pada Usus Ayam.

Sampel Pra-P Pengkayaan

Agar selektif Uji Biokimia Hasil

/25 g BPW TTB B X H T U L β-gal V In Usus Ayam - - - negatif

Kontrol + Biakan murni + + + + - + - - - positif

Ket: Pra-P = Pra Pengkayaan U = Urea B = BSA L = Lysin X = XLD β-gal = β-Galaktosa

H = HE V = Voges Proskauer T = TSI-A In = Indol

4.2 Pembahasan

Pada pengujian pra-pengkayaan Salmonella sp pada sampel usus ayam

digunakan sebanyak 25 gram sampel lalu dimasukkan ke dalam 225 ml BPW dan

diinkubasi pada suhu 360C selama 16-20 jam. Setelah biakan pra-pengkayaan

diinkubasi, dipipet 10 ml ke dalam 100 ml Tetrathionate Brilliant Green Broth dan

diinkubasi pada suhu 430C selama 24 jam. Selanjutnya dilakukan penanaman

pada perbenihan selektif dengan cara menggoreskan masing-masing biakan

pengkayaan dengan ose ke dalam cawan petri yang berisi perbenihan selektif

BGA, HE, XLD lalu diinkubasi pada suhu 370C selama 24 jam (BSN, 1992).

Page 35: PEMERIKSAAN BAKTERI Salmonella sp PADA USUS AYAM

Pada kontrol positif koloni Salmonella sp pada media XLD bewarna

merah muda dengan bintik hitam di tengah, pada media HE koloni bewarna biru-

hijau dengan atau tanpa bintik hitam ditengah, pada media BSA koloni bewarna

coklat, abu-abu sampai hitam dan kadang-kadang kilap logam. Kontrol positif

Salmonella sp pada Uji VP warna tidak berubah (reaksi negatif), uji indol terjadi

warna kuning kecoklatan (reaksi negatif), pada TSI-Agar bagian tegaknya

ditandai dengan warna kuning dengan warna hitam dan bagian miringnya warna

merah atau tidak berubah, pada Urea agar warna tidak berubah (reaksi negatif),

pada Lysin decarboxylase terjadi warna ungu (reaksi positif), pada Beta-

Galactosidase warna tidak berubah (reaksi negatif) (BSN, 1992).

Pada sampel usus ayam yang diuji media XLD, BSA dan HE tidak

terbentuk satupun koloni dan semua media tampak bersih. Jadi pada sampel usus

ayam negatif mengandung Salmonella sp karena tidak terdapat pertumbuhan

tersangka koloni Salmonella sp pada media agar selektif (BSN, 1992).

Tidak terdapatnya bakteri Salmonella sppada usus ayam yang diuji

menandakan bahwa ayam tersebut sehat dan bebas dari kontaminasi bakteri,

dikarenakan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam memeliharaan dan penolahan

ayam telah dilakukan dengan baik. Hal-hal tersebut diantaranya kebersihan

kandang, kebutuhan energi pada ayam yang terpenuhi dengan baik, pemberian

vitamin secara rutin, pemberian pakan tambahan pada ayam seperti antibiotik, dan

pengolahan daging ayam seperti proses penyimpanan dan proses memasaknya

telah dilakukan dengan baik (Wahyu, 2004).

Page 36: PEMERIKSAAN BAKTERI Salmonella sp PADA USUS AYAM

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengujian, pada usus ayam tidak terdapat bakteri

Salmonella spkarena tidak ada pertumbuhan koloni bakteri pada agar selektif.

Menurut SNI 7388:2009 bakteri Salmonella spharus negatif / 25g. Maka dapat

disimpulkan bahwa usus ayam memenuhi persyaratan yang ditetapkan SNI.

5.2 Saran

Disarankan dalam melakukan pemeriksaan berikutnya digunakan beberapa

sampel sejenis seperti usus sapi atau bagian pencernaan lainnya sebagai

pembanding sehingga dapat dilihat perbedaan hasil dengan sampel yang lain.

Page 37: PEMERIKSAAN BAKTERI Salmonella sp PADA USUS AYAM

DAFTAR PUSTAKA

Badan Standarisasi Nasional. (1992). Batasan Maksimum Cemaran Mikroba Dalam Pangan. SNI 7388-2009

Badan Standarisasi Nasional. (1992). Cara Uji Cemaran Mikroba. SNI 19-2897-1992

Baihaki, Meirizky, R., Resta, dkk. (2005). Pemanfaatan Usus Ayam Sebagai Upaya Pemulihan Terhadap Akibat Flu Burung. PKMK-1-16-1

Blakely, J., dan David D. (1998). Ilmu Peternakan. Yogyakarta; Gadjah Mada University Press. Halaman 564-568

D’aoust, J. V. (2001). Salmonella. Di dalam: Labbe’ RG, Garcia S, editor. Guide to Foodborne Pathogens. New York: A John Wiley & Sons, Inc., Publication. Halaman 163-191.

Ditjen POM. (1995). Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Halaman 1112-1115

Ita, M. (2015). Deteksi Salmonella sp pada Daging Sapi di Pasar Tradisional dan Pasar Modern di Kota Makassar. Skripsi. Universitas Hasanuddin Makassar

Lucia. W dan Muslimin (1996). Mikrobiologi Lingkungan. Jakarta: UNHAS. Halaman 142, 146-147

Nindiya P. (2015). Identifikasi Bakteri Salmonella sp, pada Makanan Jajanan di Mesjid Fathullah Ciputat Tahun 2015. Skripsi. Universitas Islam Negri Syarif Hidyatullah

Pratiwi, T. S. (2008). Mikrobiologi Farmasi. Jakarta: Penerbit Erlangga. Halaman 108-110

Ryan K.J., Ray, C.G. (editors) (2004). Sherris Medical Microbiology (edisi ke-4th ed.). McGraw Hill. ISBN 0-8385-8529-9

Satifa, Ratu, Santa, S. N. (2010). Medium Analisis Mikroorganisme (Isolasi dan Kultur). Jakarta: CV. Trans Info Media. Halaman 1-4

Sudaryani, T., dan Hari, S. (2012) Pemeliharaan Ayam Ras Petelur di Kandang Batrai. Jakarta; Penebar Swadaya. Halaman 69, 79-80

Supardi, I., dan Sukamto. (1999). Mikrobiologi dalam Pengolahan dan Keamanan Pangan. Penerbit Alumni, Bandung. Halaman 27

Tri Aksoro, B. (1998). Kesehatan Unggas. Yogyakarta; Penerbit Kanisius. Halaman 24, 53-54

Volk, W. A., dan Margaret, F. W. (1988). Mikrobiologi Dasar. Jakarta: Erlangga. Halaman 38

Page 38: PEMERIKSAAN BAKTERI Salmonella sp PADA USUS AYAM

Wahyu, I. (2004). Ilmu Nutrisi Unggas. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Halaman 114-115

Page 39: PEMERIKSAAN BAKTERI Salmonella sp PADA USUS AYAM

LAMPIRAN

Uji Salmonella sp pada Usus Ayam

Usus Ayam Pengencer (BPW) BPW ditambah usus ayam

Media (TBGB) HE XLD

BSA Media NA

Page 40: PEMERIKSAAN BAKTERI Salmonella sp PADA USUS AYAM

Kontrol + Salmonella (BSA-XLD-HE)

Usus Ayam (BSA-XLD-HE)

Urea (K+) Lysin (K+) Beta (K+) VP (K+) Indol (K+) TSIA (K+)

Page 41: PEMERIKSAAN BAKTERI Salmonella sp PADA USUS AYAM

SNI 7388 2009 Batas maksimum cemaran mikroba dalam pangan

Page 42: PEMERIKSAAN BAKTERI Salmonella sp PADA USUS AYAM